JURNAL ILMU BUDAYA ISSN 2354 -7294 Volume 2, Nomor 1, Juni 2014 Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan berupa hasil penelitian (lapangan atau kepustakaan), gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori mengenai kebudayaan.
Ketua Dewan Redaksi Muhammad Hasyim
Wakil Ketua Dewan Redaksi Hasbullah Penyunting Pelaksana Sumarwati Kramadibrata Poli Mardi Adi Armin Wahyuddin Fierenziana Getruida Junus Ade Yolanda Prasuri Kuswarini Andi Faisal Masdiana Pelaksana Tata Usaha Ester Rombe Shinta Ayu Pratiwi
Alamat Penerbit/Redaksi : Jurusan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya - Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan km 10 Tamalanrea Makassar 90245. http://sastraprancis.unhas.ac.id email :
[email protected]
Jurnal Ilmu Budaya menerima sumbangan tulisan mengenai kebudayaan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah disusun berdasarkan format yang ada pada halaman belakang. (Petunjuk untuk penulis). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah isinya.
JURNAL ILMU BUDAYA ISSN 2354-7294 Volume 2, Nomor 1, Juni 2014, hlm 161 - 342
DAFTAR ISI Proses Finalisasi Perbatasan Hindia-Belanda - North Borneo (Sabah): Sebuah Catatan Atas Marjinalisasi Akhir Kesultanan Sulu Di Pesisir Timur-Laut Kalimantan Dave Lumenta, Dept. Antropologi, FISIP Universitas Indonesia
161 – 169
Sabah Di Tengah Proses Dekolonisasi Di Asia Tenggara (1957-1968) Dias Pradadimara Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin
170 – 193
Kewarganegaraan Dan Dilema Minoritas Pasca Kolonial Bercermin Kasus Sabah Dan Kesultanan Sulu Ahmad Suaedy AW Centre-Universitas Indonesia
194 – 210
Lembaga Pasca-Konflik Dan Proses Perdamaian Di Filipina Selatan Lambang Trijono, Fisipol dan PSKP, UGM dan Peace and Development Initiative Indonesian Institute
211 – 232
“Sabah” Dalam Perspektif Hukum Internasional: Milik Filipina Atau Malaysia? Rina Shahriyani Shahrullah, Universitas Internasional Batam
233 – 251
The Teaching Of Language Suhartina. R, STKIP – YAPIM Maros
252 – 266
Correlation Between Learning Styles And Students‟ Academic Achievement In Speaking Skill In English Department At Hasanuddin University Zul Astri English Language Study Program Postgraduate Program Hasanuddin University
267 – 280
281 – 292 Explicit And Implicit Meanings In Elong „Buang Tassanra Mua‟ Sudarmin Harun, Faculty of Cultural Sciences, The University of Hasanuddin, Makassar
The Social Criticism Of Indian In The Novel The Pearl By John Steinbeck Abbas, A Lecturer of Cultural Studies, Hasanuddin University
293 – 307
Semiotika Iklan “Kekhawatiran”: Solusi Keluar Dari Masalah Kehidupan Muhammad Hasyim, Universitas Hasanuddin
308 – 326
Kajian Kritik Terhadap Novel “The Satanic Verses” Karya Salman Rushdi Najamuddin H.Abd. Safa, Jurusan Sastra Asia Barat
327 - 342
161 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PROSES FINALISASI PERBATASAN HINDIA-BELANDA - NORTH BORNEO (SABAH): SEBUAH CATATAN ATAS MARJINALISASI AKHIR KESULTANAN SULU DI PESISIR TIMUR-LAUT KALIMANTAN Dave Lumenta Dept. Antropologi, FISIP Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstract: Finalizing the Borders between the Netherlands East Indies and North Borneo (Sabah): A Note on the Marginalization of the Sultanate of Sulu on the Northeast Coast of Kalimantan This article is aimed to reveal the process through which the role of the Sultanate of Sulu over the northeast coast of Borneo was ended. This process is significant to understand why the claim of the Sultanate of Sulu over Sabah no longer included Tidung and Bulungan areas even though in the past they had. The most controversial claim by the Dutch was that the Sultan of Bulungan had signed a treaty with them in 1850 which mentioned that the territory of Bulungan inculded Batu Tinagat, Sungai Tawau, Nunukan Island, Sebatik Island, and Tarakan Island. Using historical sources such as the Resolution of the Governor General of the Netherlands Indies (1846), Memorandum of the North Borneo Cession (1882-1884) and others, this article is an attempt to reveal the process through which the borders of the Sultanate of Sulu on the Northcoast of Borneo/ Kalimantan in ciolonial times was negotiated.
Keywords: Sabah, Sulu Sultanate, borders, colonia, history Abstrak : Proses Finalisasi Perbatasan Hindia-Belanda - North Borneo (Sabah): Sebuah Catatan Atas Marjinalisasi Akhir Kesultanan Sulu Di Pesisir Timur-Laut Kalimantan. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap proses diakhirinya peran Kesultanan Sulu di pesisir timur laut Pulau Borneo. Proses ini cukup signifikan untuk memahami mengapa klaim Kesultanan Sulu atas Sabah tidak lagi mencakup wilayah Tidung dan Bulungan yang di masa lalu juga berada dalam cakupan klaim Kesultanan Sulu. Klaim Belanda yang dianggap paling kontroversial adalah klaim bahwa Sultan Bulungan Khaharuddin telah menandatangani sebuah ―Perjanjian Sobat‖ kedua dengan Belanda pada November 1850 yang memuat klaim bahwa wilayah Bulungan juga mencakup Batu Tinagat, Sungai Tawau, Pulau Nunukan, Pulau Sebatik dan Pulau Tarakan. Dengan menggunakan fakta-fakta sejarah yang terkandung dalam sumber-sumber kolonial seperti Resolution of the Governor-General of the Netherlands Indies (1846), Memorandum on the North Borneo Cession (1882-1884) dan lain-lain, tulisan ini mencoba mengungkap proses kesejarahan penentuan batas-batas wilayah Kesultan Sulu di Pesisir Tmur Laut Pulau Borneo/ Kalimantan yang di masa kolonial penuh dengan negosiasi.
Kata kunci: Sabah, Kesultanan Sulu perbatasan, masa colonial, sejarah
162 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PENGANTAR Tulisan
catatan
(beeswax) dan sarang burung Walet, berasal
proses
dari hulu Sungai Sesayap dan Sembakung di
diakhirinya peran Kesultanan Sulu di pesisir
pedalaman Kalimantan. Suplai komoditas ini
timur-laut Pulau Borneo. Proses ini cukup
dijamin oleh kesultanan-kesultanan pesisir
signifikan untuk memahami mengapa klaim
Kalimantan dengan imbalan suplai budak
Kesultanan Sulu atas Sabah tidak lagi
dan proteksi yang diberikan oleh Kesultanan
mencakup wilayah Tidung dan Bulungan
Sulu. Namun, di awal abad ke-19, pengaruh
yang di masa lalu juga berada dalam
Sulu atas perdagangan di wilayah pesisir ini
cakupan klaim Kesultanan Sulu. Selain itu,
mulai berkurang akibat ekspansi pedagang-
tulisan ini juga ingin mengungkap proses
pedagang Bugis di pesisir timur Kalimantan
kesejarahan
(Warren 2007).
pelengkap
ini
untuk
memberi mengungkap
penentuan
batas
di
masa
kolonial yang penuh dengan negosiasi.
EKSPANIS
PENGARUH
TIMUR KALIMANTAN
SULU
DI
PANTAI
BELANDA
DI
PESISIR
Sesudah ditaklukkan oleh Belanda
TIMUR-LAUT KALIMANTAN Wilayah pesisir pulau Kalimantan,
pada tahun 1817, Kesultanan Banjarmasin di
terutama wilayah Tirun (dalam bahasa Sulu,
bawah Sultan Adam Alwassikh Billah pada
atau sering disebut sebagai Tidung Lands/
tahun 1826 menandatangani kontrak dengan
Tidung Landen/ Tanah-Tanah Tidung dalam
Belanda yang berimplikasi pada perluasan
korespondensi
Bulungan
klaim teritorial Belanda atas pesisir timur
berperan besar dalam perekonomian Sulu.
Pulau Kalimantan. Dalam kontrak ini,
Beberapa komoditas ekspor penting bagi
Kesultanan
Kesultanan
wilayah-wilayah
kolonial)
Sulu
seperti
dan
lilin
madu
Banjarmasin
menyerahkan
vassal-nya
seperti
163 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Kesultanan Sambaliung, Gunung Tabur dan Berau di bawah kontrol dan penguasaan Belanda (Eisenberger 1936). Cakupan klaim Belanda kemudian diperluas
dengan
ditandatanganinya
―Perjanjian Sobat‖ antara Sultan Bulungan dengan Pemerintah Kolonial Belanda pada
States of the Sultan of Bruni or Borneo proper, extending from Tanjong Datu on the west to the River Kemanis on the east, situated on the north-west coast. b) The State of the Sultan of the Sulu Islands, having for boundaries on the west the River Kemanis, the north and north-east coasts as far as 3 degrees north latitude, where it is bounded by the River Atas, forming the extreme frontier towards the north with the State of Berou dependent on the Netherlands.” (Jan-Jacob Rochussen, Governor-General of the Dutch Indies, 1846)1
tahun 1834. Berdasarkan perjanjian ini, Perluasan klaim Belanda ini menyimpan klaim teritorial Belanda ditarik hingga sebuah ambiguitas. Dimasukkannya Sungai Sungai Atas di dekat muara Sungai Sesayap, Atas dalam penetapan teritori Kolonial yang secara tradisional masuk ke wilayah Belanda secara langsung berbenturan dengan Tanah-Tanah Tidung. Penetapan batas klaim klaim Sultan Sulu atas wilayah Tanah-Tanah ini kemudian diperkukuh dalam dokumen Tidung. Namun, ambiguitas ini nampaknya ―Resolusi atas Borneo‖ yang ditandatangani dibiarkan hingga 1878 ketika Gustavus pada tahun 1846 oleh Gubernur Jenderal Baron de Overbeck mendapatkan konsesi Belanda J.J. Rochussen. Dalam resolusi ini, dari Sultan Sulu yang juga mencakup wilayah di sebelah utara Sungai Atas masih sebagian dari wilayah Tanah-Tanah Tidung. dianggap sebagai milik Kesultanan Sulu. ―Considering that the general knowledge of the geographical and political concerns of Borneo,...affords the means of defining the territorial division of the island, which will prevent any uncertainty concerning the judicial territory to which the inhabitants of Borneo belong...” ―The parts of Borneo on which Netherlands does not exercise any influence are: a) The
1
“Resolution of the Governor-General of Netherlands India regarding the Dutch Possessions in Borneo, dated Buitenzorg-Batavia, February 28, 1846”, lampiran dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 188284”, CO 874-191.
164 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
KONSESI
SULTAN
SULU
PADA
BARON DE OVERBECK Alfred Dent dan Gustavus Baron de Overbeck, sepasang rekanan dagang, mulai tertarik
untuk
mengembangkan
usaha
perkebunan di Borneo utara (wilayah Sabah sekarang). Pada saat itu Borneo utara samasama diklaim sebagai milik Sultan Brunei
Whereas we have seen lit to grant unto our trusty and well-moved friends Gustavus Baron de Overbeck and Alfred Dent Esquire certain portions of the dominions owned by us comprising all the lands on the north and east coast of the Island of Borneo from the Pandassan River on the north-west to the Sibuco River on the east coast including amongst others the states of Paitan, Sugut, Bangaya, Labuk, Sandakan, Kina Batangan, and Mumiang and all the lands and territories in Darvel Bay as far as the Sibuco River together with all the lands belonging thereto for a certain consideration between us agreed.2
(dari Sungai Kimanis hingga Marudu di Pada tahun 1882, hak konsesi atas sebelah barat) dan milik Sultan Sulu North Borneo secara resmi diserahkan oleh (wilayah Marudu hingga Sungai Sebuku/ Overbeck dan Dent kepada North Borneo Sibuco di sebelah timur). Demi memperkuat Chartered Company (NBCC). Penegasan keabsahan konsesi, Dent dan Overbeck perbatasan
konsesi
di
wilayah
Sungai
berhasil mendapat surat perjanjian konsesi Sebuku termuat dalam Akta (Charter) baik dari Sultan Brunei (ditandatangani pada Pendirian NBCC. Selain itu, sebagai subyek tahun
1877),
maupun
Sultan
Sulu Kerajaan Inggris, semua persoalan teritorial
(ditandatangani pada tahun 1878, tanpa yang Alfred
Dent
yang
mengundurkan
dihadapi
NBCC
menjadi
diri tanggungjawab
dan
kewenangan
dari
sebagai rekan dagang). Salah satu kutipan Kerajaan Inggris. dari perjanjian konsesi yang diperoleh Overbeck dari Sultan Sulu menyebut batas 2
selatan dari wilayah konsesi yang diberikan:
“Commission From The Sultan Of Sulu Appointing Baron De Overbeck Datu Bandahara and Rajah of nd Sandakan, Dated 22 of January 1878” dalam Philippine Claim to North Borneo Vol. I.
165 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sungai Sebuku (Sibuco) pada saat itu
yang diberikan Sultan Sulu, konsesi pada
merupakan bagian dari wilayah Tanah-
Overbeck mencakup keseluruhan sisi kiri-
Tanah Tidung. Wilayah ini pada saat itu
kanan Sungai Sebuku.4 Dengan kata lain,
merupakan kumpulan pemukiman kelompok
dalam praksis teritorial Sulu, konsep sungai
etnis Tidung yang dipimpin oleh seorang
sebagai garis batas tidak dikenal. Dalam
Sultan.3 Kenyataan bahwa Sultan Tidung
praksis ini, batas teritorial ditentukan oleh
membayar upeti dan pajak pada Sultan
subyek penduduk yang membayar pajak, dan
Brunei, Sultan Sulu dan Sultan Bulungan
dalam hal ini, cakupan konsesi pada
secara bersamaan menambah kerumitan
Overbeck di wilayah Sungai Sebuku menjadi
penentuan keabsahan klaim yang ingin
elastis.5 Ambiguitas teritorialitas inilah yang
diperjelas oleh para pemangku kepentingan
menjadi faktor pendorong bagi pemerintah
Eropa di wilayah tersebut.
kolonial Belanda untuk bereaksi.
Overbeck nampaknya sadar bahwa klaim
REAKSI PEMERINTAH KOLONIAL
Belanda berdasarkan Resolusi 1846 hanya
HINDIA BELANDA
berhenti sampai Sungai Atas (di sekitar
Pada tahun 1879, W.B. Pryer, yang
Sungai Sesayap), dan karena itu, meski
ditunjuk oleh Overbeck menjadi Residen
Sungai Sesayap berada dalam wilayah
untuk wilayah Sandakan, melaporkan bahwa
Tanah-Tanah Tidung, Overbeck meminta
bendera Belanda secara sepihak dikibarkan
agar konsesi hanya dibatasi sampai Sungai
di Batu Tinagat (di dekat Tawau) yang
Sebuku di wilayah utara Tanah-Tanah Tidung. Dalam praksis teritorialitas lokal 3
“Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191.
4
Lihat “Inclosure in No. 5 - Memorandum respecting the River Siboehoe” dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 5 Lihat CO 874-191.
166 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menghadap ke Teluk Sebuku. Ini terjadi
Klaim Belanda yang dianggap paling
tidak lama setelah kunjungan dua kapal
kontroversial adalah klaim bahwa Sultan
perang Belanda ke Sandakan.6
Bulungan
Khaharoedin
telah
Belanda tidak memberi jawaban
menandatangani sebuah ―Perjanjian sobat‖
langsung atas protes Residen Pryer yang
kedua dengan Belanda pada November 1850
disampaikan kepada kapten kapal Belanda
yang
H.O. Wickers yang berpatroli di Teluk
Bulungan juga mencakup Batu Tinagat,
Sebuku. Namun, dalam dokumen rencana
Sungai Tawau, Pulau Nunukan, Pulau
anggaran keuangan untuk Hindia-Belanda
Sebatik dan Pulau Tarakan. Ini menjadi
yang dikeluarkan oleh lembaga Staaten-
dasar bagi Belanda untuk menganggap
Generaal Belanda pada 1880, Belanda
keseluruhan Teluk Sebuku garis batas
berencana menempatkan kapal-kapal cruiser
Hindia-Belanda yang baru. Di samping itu,
di Batu Tinagat. Salah satu alasan yang
dalam berbagai korespondensi diplomatik,
diutarakan di balik rencana ini adalah bahwa
Belanda juga mengklaim bahwa ―Vassalage
ini
Contract‖
merupakan permintaan dari Sultan
memuat
yang
klaim
bahwa
konon
wilayah
ditandatangani
Bulungan yang mengklaim bahwa Batu
dengan Sultan Bulungan pada Februari 1877
Tinagat (termasuk Sebuku dan Tawau)
menyatakan bahwa penduduk di wilayah
merupakan wilayah klaim kekuasaannya.78
Sebuku ―hanya membayar pajak kepada Sultan
Bulungan‖.
Dalam
rangkaian
6
Lihat “Inclosure 1 in No. 2 - Memorandum on the North Borneo Cessions” dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 7 Lihat “Estimates for Netherlands-India for the Financial Year 1880, by the States-General Second Chamber” dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory
on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191. 8 “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191.
167 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
korespondensi yang sama, Belanda merujuk
tim ke Sultan Bulungan untuk menyelidiki
pada klaim Sultan Bulungan bahwa ―para
kebenaran klaim-klaim Belanda tersebut.
Sultan Tidung masih berkeluarga dengan
Berdasarkan perbincangan mereka, Sultan
Sultan Bulungan, dan sebagai penguasa-
Bulungan hanya tahu tentang satu kontrak
penguasa
pada
perjanjian sobat dengan Belanda, yang
Bulungan, wilayah mereka masuk dalam
ditandatangani oleh ayahnya pada tahun
wilayah kekuasaan Sultan Bulungan‖.9
1834, dan bahwa sejak itu, tidak pernah ada
vassal
yang
tunduk
Hal yang membuat para pejabat Inggris
(yang
mewakili
kepentingan
lagi perjanjian atau kontrak apa pun yang ditanda
tangani
dengan
Belanda.
Overbeck, dan selanjutnya NBCC) terkejut
Berdasarkan kunjungan ini, Inggris dan para
adalah bahwa klaim-klaim Belanda ini baru
pejabat
dikomunikasikan sesudah 1878, ketika Dent
Belanda memang ―menginvensi‖ klaim-
dan Overbeck mendapat konsesi dari Sultan
klaim barunya sebagai reaksi atas konsesi
Brunei dan Sulu, dan tidak sebelumnya.
yang diberikan oleh Sultan Brunei dan Sulu
Kecurigaan muncul bahwa klaim-klaim
kepada Dent & Overbeck (& NBCC).10
Belanda hanyalah merupakan pembohongan
FINALISASI PERBATASAN
untuk
mencegah
konsolidasi
NBCC
menyimpulkan
bahwa
wilayah
Hal yang menarik adalah bahwa
Overbeck (dan NBCC) atas wilayah Sebuku.
Belanda menggunakan linearitas vassalage
Pada tahun 1883, Gubernur NBCC A.
sebagai
Treacher mengorganisir kunjungan sebuah
teritorial koloninya, yang dimulai sejak 10
9
Lihat rangkaian korespondensi dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191.
dasar
untuk
meluaskan
klaim
Lihat “Memo: Re visit to Balangan [sic]” dalam “Correspondence respecting the Question of the Limits of the Netherlands Territory on the North-East Coast of Borneo: 1882-84”, CO 874-191.
168 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
kekalahan Kesultanan Banjarmasin. Dengan
urusan klaim Sulu atas pesisir timur pulau
logika ini, Belanda sengaja mengabaikan
Borneo.
fakta bahwa baik Sultan Bulungan maupun
Perselisihan
atas
Belanda
dengan
Teluk
Sebuku
Sultan Tidung pernah merupakan vassalage
antara
dari Kesultanan Sulu, dan secara selektif
berhasil dirundingkan lebih lanjut. Melalui
memilih jalur hubungan vassalage yang
berbagai proses negosiasi antara 1889
berujung
Kesultanan
hingga 1891, kesepakatan dicapai untuk
Banjarmasin. Disregarding multiple vassal
sekali lagi mengubah batas antara Belanda
relationships, and favouring a singular /
dengan NBCC. Dalam kesepakatan ini,
linear hierarchy of suzerain relations as basis
Inggris menyerahkan seluruh Sungai Sebuku
for territorial expansion (Banjarmasin =>
dan Sungai Sembakung pada Belanda, dan
Berau => Bulungan => Tidung Lands),
sebaliknya Belanda menyerahkan sebagian
enabling the exclusion of Sulu (& Spanish
besar dari Teluk Sebuku (termasuk Tawau
overlords after 1885) altogether from its
dan Batu Tinagat) pada Inggris/NBCC.
treaties.
Dalam
pada
Di pengaruh
kekuasaan
samping Sulu,
itu,
baik
kemunduran
dalam
hegemoni
dagang, maupun sebagai entitas politik yang pada
akhirnya
tunduk
pada
rangkaian
Inggris/NBCC
perundingan
terakhir,
relevansi Kesultanan Sulu sebagai penguasa di
pantai
timur
Borneo
berhasil
disingkirkan.11
Spanyol
(kemudian Amerika Serikat sejak 1899), menguntungkan NBCC
(dan
baik
Belanda
maupun
Inggris)
karena
Spanyol
memutuskan untuk ―lepas tangan‖ dalam
11
Lihat rangkaian korespondensi dalam CO 874-191, CO 874-499 (tentang perundingan mengenai status Sungai Sembakung) dan CO 874-500 (tentang demarkasi di Sebuku dan Pulau Sebatik).
169 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA Eisenberger, J., Kroniek der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo. Bandjermasin: Drukkerij Liem Hwat Sing, 1936 Warren, J.F., The Sulu Zone 1768-1898: The Dynamics of External Trade, Slavery, and Ethnicity in the Transformation of a Southeast Asian Maritime State. Singapore: NUS Press, 2007 Dokumen: Colonial Office (CO) documents tentang korespondensi demarkasi perbatasan antara North Borneo dan Belanda. CO tersimpan di Public Record Office, London dan merupakan bagian dari Colonial Office Records CO 874-191 CO 874-499 CO 874-500
170 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
SABAH DI TENGAH PROSES DEKOLONISASI DI ASIA TENGGARA (1957-1968) Dias Pradadimara Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin Email:
[email protected]
Abstract: Sabah and Decolonization Processes in Southeast Asia (1957-1968) This paper is a review on the ways in which the issue of Sabah‘s status was being raised at the same time as the birth of Malaysia and the objection of the Philippines over the inclusion of Sabah into the newly born nation-state, and how Indonesia with their own territorial problems especially over West Irian/ Papua was dragged in it. The dispute over Sabah (which until 1963 was called as North Borneo) was part of the birth of the Malaysian Federation. The ―Sabah Question‖ has indeed not been resolved. This issues seems to be deliberately forgotten both by Malaysia and by the Philippines, elthough for different reasons. What happened on February 2013 in Sabah seems to force both sides to remember the past to find a way out. Keywords: Sabah—decolonization—Southeast Asia—dispute—history Abstrak: Sabah Di Tengah Proses Dekolonisasi di Asia Tenggara (1957-1968) Tulisan ini adalah satu tinjauan tentang bagaimana masalah Sabah dimunculkan bersamaan dengan proses lahirnya Malaysia dan keberatan Filipina atas akan dimasukkannya Sabah ke dalam negara yang baru lahir ini, serta bagaimana Indonesia dengan permasalahan teritorialnya sendiri utamanya yang berkaitan dengan wilayah Irian Barat/ Papua-dilibatkan di dalamnya. Sengketa soal status Sabah (yang hingga 1963 disebut Borneo Utara) adalah bagian dari proses lahirnya Federasi Malaysia ini. Masalah status Sabah memang belum pernah terpecahkan. Masalah ini seolah sama sengaja dilupakan, baik oleh Malaysia maupun Filipina, meski dengan alasan yang berbeda. Apa yang terjadi sejak bulan Februari 2013 di Sabah seolah memaksa keduanya untuk kembali mengingat masalah ini untuk menemukan jalan keluar. Kata kunci: Sabah—dekolonisasi—Asia Tenggara—pertikaian—sejarah
171 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
di Asia. Proses dekolonisasi dan kesadaaran
PENGANTAR Ketika bersenjata
sekumpulan
yang mengaku
pasukan berasal
dari
teritorial yang berkait dengan proses tersebut tampaknya
tak
sempat
membereskan
Kesultanan Sulu di Filipina masuk ke Sabah
pertanyaan mengenai Sabah. Tulisan ini
pada bulan Febuari 2013 dan mencoba untuk
adalah satu tinjauan tentang bagaimana
mengambil
masalah Sabah dimunculkan bersamaan
kembali
daerah
yang
dianggapnya sebagai bagian yang sah dari
dengan
kesultanannya, tidak pelak lagi akan muncul
keberatan Filipina atas akan dimasukkannya
pertanyaan
Sabah ke dalam negara yang baru lahir ini,
mengapa
proses
perebutan
proses
lahirnya
dan
wilayah belum selesai dengan berakhirnya
serta
proses dekolonisasi di Asia Tenggara dan
permasalahan teritorialnya sendiri utamanya
lahirnya negara-bangsa di wilayah ini?
yang berkaitan dengan wilayah Irian Barat/
Bagaimana bisa wilayah seluas Sabah masih
Papua—dilibatkan di dalamnya.
diperebutkan lebih dari 40 tahun sesudah
LAHIRNYA MALAYSIA DAN
persengketaan
MASALAH TERITORIAL
antara
Malaysia
dengan
bagaimana
Malaysia
Indonesia—dengan
Filipina mengenai wilayah yang sangat luas
Lahirnya Federasi Malaysia bisa
ini dihentikan? Sabah bagaimanapun juga
dikatakan sebagai saat kemerdekaan yang
bukanlah daerah kecil seperti Pulau Sipadan
paling
dan Ligitan, dan Sabah jelas jauh lebih luas
dekolonisasi di Asia Tenggara, dan proses
dari Kepulauan Spratley—semua daerah-
diperolehnya
daerah
sedang
permasalahan teritorial yang dihadapinya
negara
juga cukup rumit. Federasi tersebut diawali
anggota ASEAN dan juga negara-negara lain
dengan lahirnya Federasi Malaya kemudian
yang
dipersengketakan
pernah oleh
atau beberapa
belakang
terjadi
dalam
kemerdekaan
era
serta
172 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
diperluas beberapa tahun kemudian menjadi
Union—satu
Federasi Malaysia dengan mengikut sertakan
mengendalikan keseluruhan daerah di Asia
wilayah-wilayah di bagian utara pulau
Tenggara
Kalimantan.
tersebut
koloni Inggris. Dalam skema baru ini maka
diumumkan Brunei sudah memilih untuk
ke semua daerah tersebut dikuasai sebagai
tidak ikut, sedangkan Singapura kemudian
satu kesatuan administratif dan bukannya
keluar
dalam berbagai sistem pemerintahan yang
Sebelum
sesudah
federasi
diumumkan—panjangnya
skema
yang
baru
sebelumnya
pada
untuk
merupakan
proses ini membuat terbukanya peluang bagi
dilandaskan
pengalaman
historis
tekanan dan counter-claim dari negara-
sebelum pendudukan Jepang (Liow 2005:
negara di sekitarnya. Sengketa soal status
68). Ada beberapa pengecualian dalam
Sabah (yang hingga 1963 disebut Borneo
rencana ini, di antaranya adalah Singapura
Utara) adalah bagian dari proses lahirnya
yang dianggap berbeda oleh pemerintah
Federasi Malaysia ini.
Inggris, dan juga Borneo Utara yang masih
Ada berbagai hal yang membentuk
berada di bawah pengelolaan perusahaan
munculnya Malaya sebagai satu negara-
swasta North Borneo Chartered Company
bangsa di tahun 1957: kebijakan pemerintah
(NBCC).
Inggris untuk Malaya pasca pendudukan
Tentangan terhadap rencana Inggris
Jepang, militannya kelompok keturunan
ini segera muncul dari berbagai kelompok
Cina, dan lemahnya organisasi pan-Melayu.
masyarakat, tidak terkecuali para sultan yang
Sudah sejak 1944 (atau sebelum Jepang
dalam skema baru ini akan lebih diperlemah
berhasil dikalahkan di Asia Tenggara),
lagi posisinya. Berbagai kelompok Melayu
pemerintah Inggris sudah menyiapkan satu
yang sebelumnya tidak terlalu menonjol dan
kebijakan baru untuk membentuk Malayan
tidak terlalu aktif, juga bereaksi keras dan
173 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
segera mengadakan serangkai pertemuan
keturunan Cina yang jumlahnya sedikit lebih
untuk menolak rencana ini. Di bulan Maret
banyak (Lau 1989: 218).
1946 lebih dari seratus organisasi Melayu
Tentangan paling kuat datang dari
berkumpul dan membentuk United Malays
kelompok keturunan Cina, bukan hanya
National
Organization
kemudian
diresmikan
(UMNO)
yang
berdasar
beberapa
bulan
berdasarkan alasan historis. Sepanjang masa
kemudian. UMNO dan para sultan menolak
pendudukan Jepang, perlawanan paling gigih
Malayan Union dan merundingkan format
terhadap balatentara Jepang dilakukan oleh
baru yang lebih bisa mereka terima dengan
Malayan
pemerintah
1948
(MPAJA) yang kebanyakan anggotanya
Federasi
adalah keturunan Cina. Lebih jauh lagi,
disepakati
Inggris.
Di
format baru
tahun yakni
jumlah
penduduk
Peoples
tapi
Anti-Japanese
kebanyakan
masih mendapat tempat, dan keturunan
dengan Malayan Communist Party (MCP).
Melayu mendapat hak yang lebih. Format ini
Perlawanan sepanjang pendudukan membuat
tentu
militansi
mendapat
masyarakat
keturunan
dukungan
serta
kemampuan
berafiliasi
organisasi
namun
mereka sangat baik, jauh lebih baik dari
mengkhawatirkan masyarakat keturunan lain
organisasi manapun di semenanjung (Cheah
yang jumlahnya tidak sedikit. Sebagai
1979).
catatan,
merasa merekalah sesungguhnya pejuang
setahun
Melayu,
dari
Cina
Army
Malaya. Dalam format ini sistem kesultanan
saja
keturunan
juga
sebelum
pendudukan
Berdasarkan ini semua mereka
Jepang penduduk keturunan Melayu hanya
anti-pendudukan
berjumlah sekitar 40% dari keseluruhan
pemerintah Inggris untuk merundingkan
penduduk di semenanjung, yang artinya
Federasi Malaya dengan para sultan dan
tidak
kelompok
berbeda
banyak
dari
penduduk
Jepang,
Melayu—yang
dan
tindakan
banyak
di
174 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Jepang
Federasi Malaya cenderung ke Melayu –
anggap
sesuatu yang tidak mudah diterima di
―kesetiaan‖
Singapura ataupun di wilayah-wilayah di
mereka. Segera sesudah Jepang kalah,
Kalimantan bagian utara dimana masyarakat
kelompok ini mampu membangun serikat
keturunan Melayu lebih sedikit. Di tengah
buruh, termasuk serikat buruh di perkebunan
masa
yang
utama
memperoleh kemerdekaannya di tahun 1957.
semenanjung. Ketika buruh mulai memberi
Kondisi yang berbeda terjadi di
antaranya
berkolaborasi
sewaktu
pendudukan—mereka
sebagai
pengkhianatan
adalah
tekanan
sumber
hebat
kepada
dengan
atas
ekonomi
ini
Federasi
Malaya
pemilik
Borneo Utara. Minyak yang ditemukan dan
perkebunan, pemerintah Inggris merubah
dieksploitasi di Borneo Utara tidak pelak
kebijakannya
dan
lagi adalah salah satu alasan terpenting
menyatakan Keadaan Darurat (sering disebut
kenapa Jepang menyerang dan menduduki
sebagai Emergency) di tahun 1948 sekitar 4
daerah ini (Ooi 2011: 53). Dan usaha untuk
bulan sesudah dibentuknya Federasi Malaya.
menormalisasi
terhadap
para
Emergency
MCP
Tidak cukup ruang dalam tulisan ini
produksi
keadaan
dan
menjamin
minyak
pasukan
segera
untuk membicarakan masa Emergency di
dijalankan
semenanjung, namun yang penting di sini
Kebijakan dan tekanan pasukan pendudukan
adalah munculnya Federasi Malaya yang
terhadap penduduk dan masyarakat di
dirundingkan oleh tokoh-tokoh Melayu dan
Borneo Utara sama seperti yang dilakukan di
dideklarasikannya
yang
tempat lain seperti di semenanjung, namun
ditujukan untuk memadamkan kerusuhan
intensitasnya berbeda. Masyarakat keturunan
yang dimotori oleh kelompok keturunan
Melayu dan Iban diberi peranan penting
Cina membuat permasalahan identitas dalam
dalam mobilisasi masyarakat dan tekanan
Emergency
oleh
suplai
demi
pendudukan.
175 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
terhadap masyarakat keturunan Cina juga
Inggris. Dua minggu sebelumnya hal yang
dilakukan meski tidak sebrutal yang terjadi
sama, meski dengan alasan berbeda, terjadi
di semenanjung. Namun ketika di tahun
juga dengan Sarawak (Ooi 2011: 139).
1943 sekelompok masyarakat keturunan
Setelah dibicarakan secara tidak
Cina dengan didukung masyarakat lainnya
resmi dalam forum-forum terbatas di tahun
melakukan
mereka
1960 hingga awal 1961, akhirnya Tunku
kemudian dihabisi secara brutal setelah
Abdul Rahman menyampaikan ke Perdana
menyerah akibat kekurangan senjata (Ooi
Menteri Inggris Harold Macmillan rencana
2011: 98-99). Perkembangan yang terjadi
pembentukkan Greater Malaysia di bulan
semasa
Juni 1961, dan untuk itu dia mengusulkan
pemberontakan,
pendudukan
ini
memperlemah
kemampuan masyarakat untuk kelak dapat
dibentuknya
satu
membangun pemerintahan sendiri ketika
melaksanakan
hal
pasukan Jepang menyerah.
menyeluruh. Salah satu tugas komisi ini
Di
tengah
kehancuran
akibat
komisi ini
untuk
secara
lebih
adalah untuk dapat memahami aspirasi
kemerosotan ekonomi selama pendudukan
masyarakat
di
dan diikuti pemboman ketika pasukan sekutu
Kalimantan
bagian
merebut kembali Borneo Utara, perusahaan
Borneo Utara. Baru di akhir tahun 1961
swasta NBCC yang selama masa kolonial
disepakati
menguasai Borneo Utara takluk kepada
dibentuknya komisi tersebut yang dipimpin
sulitnya
untuk
oleh Lord Cobbold, mantan Direktur Bank of
kepada
England (bank sentral) (Jones 2001: 80).
pemerintah Inggris. Di pertengahan bulan
Usaha untuk memahami aspirasi masyarakat
Juli 1946 Borneo Utara menjadi koloni
dilakukan oleh komisi ini tidak dengan
keadaan
menyerahkan
dan
Borneo
memilih Utara
oleh
daerah-daerah utara,
Malaya
di
pulau
termasuk
dan
di
Inggris
176 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
referendum
namun
dengan
melakukan
Kalau seperti dikatakan sebelumnya bahwa
kunjungan yang ekstensif ke berbagai daerah
pembentukan
di wilayah yang akan bergabung dalam
semenanjung yang memberi hak-hak lebih
Federasi
melakukan
pada masyarakat Melayu tidak sepenuhnya
pembicaraan dengan tokoh-tokohnya. Tidak
dapat diterima oleh masyarakat Cina yang
mengherankan bahwa komisi ini segera
jumlahnya
mendapat tiga opini yang berbeda yang
masyarakat Melayu, kondisinya lebih rumit
hampir seimbang kekuatannya, pertama
di daerah-daerah di Kalimantan bagian utara
yang menginginkan segera bergabung, kedua
dimana masyarakat Melayu benar-benar
yang menolak sama sekali, dan ketiga yang
minoritas. Di Sarawak di tahun 1960,
menginginkan kelanjutan sebagai koloni
misalnya, masyarakat keturunan Melayu
Inggris karena takut akan dominasi Melayu
hanya 20% dari keseluruhan penduduk,
ataupun Cina. Opini yang ketiga ini kelak
sementara hampir 30% adalah keturunan
akan dapat diyakinkan untuk menerima
Cina dan sisanya berbagai kelompok Dayak.
penggabungan
dengan
Di Borneo Utara, penduduk Melayu lebih
sederetan syarat yang diharapkan dapat
kecil lagi proporsinya, di tengah-tengah
memberi masyarakat Kadazan hak-hak lebih
keturunan Cina dan Kadazan (Jones 2001:
dan melindunginya dari dominasi Melayu
62). Dengan proporsi penduduk semacam itu
(Jones 2001: 83-85).
dapat
Malaya
dan
dalam
Malaysia
Jelas kiranya bahwa ide Federasi Malaysia
mau
tidak
mau
harus
Federasi
tidak
dipahami
beda
Malaya
banyak
bahwa
dibangunnya
Federasi
memasukkan
daerah-daerah
di
dengan
pemikiran
Malaysia di
yang pulau
mempertimbangkan aspek etnisitas yang
Kalimantan termasuk juga Borneo Utara dan
lebih rumit dibanding Federasi Malaya.
dimana tidak pelak lagi peranan Federasi
177 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Malaya yang didominasi politisi Melayu
kajian
akan sangat besar, harus dibicarakan dengan
Namun keberatan-keberatan tersebut lebih
hati-hati dengan para pemimpin Borneo
merupakan pernyataan pendapat beberapa
Utara. Pemimpin dan masyarakat Borneo
pejabat
Utara harus diyakinkan untuk bergabung
pemerintahan.
tanpa merasa terancam.
Macapagal
KEBERATAN DAN KLAIM FILIPINA
Filipina (1961-1965) pemerintahnya secara
Secara terbuka, pemerintah Filipina tidak
pernah
mempermasalahkan
kepemilikan Borneo Utara hingga 1962.
mengenai
tanpa
resmi
status
diikuti Baru
menjabat
mengajukan
Borneo
oleh kelak
Utara.
kebijakan di
sebagai
masa
Presiden
keberatan
atas
penguasaan Federasi Malaya atas Borneo Utara.
Meskipun demikian hal ini tidak berarti
Reaksi
pemerintah
Filipina
atas
tidak ada perhatian sama sekali. Ketika
status Borneo Utara bermula dengan mulai
sesudah pendudukan Jepang perusahaan
didorongnya wacana dimasukkannya daerah-
NBCC
daerah
mengalihkan
klaimnya
kepada
Inggris
yang
sebelumnya merupakan bagian dari koloni
menjadikan wilayah Borneo Utara sebagai
Inggris ke dalam Federasi Malaysia yang
bagian
pejabat
merupakan perluasan dari Federasi Malaya
Amerika—kala itu Filipina masih resmi
yang sudah memperoleh kemerdekaannya di
dijajah Amerika Serikat—sudah menyatakan
tahun 1957. Seperti yang sudah disebut di
keberatannya atas alih-status Borneo Utara
atas,
(Fernandez 2007: 54). Di masa itu juga
Menteri
Diosdado Macapagal sebagai staf pada
mewacanakan hal ini di akhir tahun 1961,
Kementerian Luar Negeri sudah melakukan
atau beberapa bulan sesudah Macapagal
pemerintah
dari
kolonial
koloni
Inggris,
di
Tunku
Pulau
Abdul Federasi
Kalimantan
Rahman, Malaya
yang
Perdana mulai
178 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dilantik menjadi Presiden Filipina. Bentuk
(ASA) di Kuala Lumpur. Perlu diketahui
reaksi pemerintah Filipina juga berkembang
bahwa sejak tahun 1959 Tunku Abdul
menjadi
akibat
Rahman sudah mendorong dibentuknya
serangkaian kejadian yang bisa dikatakan
organisasi regional negara-negara di Asia
kebetulan.
Tenggara yang dapat membebaskan diri dari
lebih
Di
serius
dalam
tekanan negara-negara besar, dan ide ini
wakil
mendapat dukungan kuat dari Filipina.
Menteri Luar Negeri Filipina mengatakan di
Sebaliknya, negara-negara lain berpendapat
Manila bahwa jika Filipina melakukan
ide organisasi semacam tersebut perlu
klaimnya atas Borneo Utara di pengadilan
dibicarakan lebih lanjut sebelum dicoba
internasional, posisi Filipina akan sangat
untuk diwujudkan. Indonesia, lebih jauh
kuat
seharusnya
lagi, berpendapat bahwa selain sudah ada
diadakan perundingan antara pemerintah
Konferensi Asia Afrika di Bandung di tahun
Filipina dengan pemerintah Inggris sebagai
1955 yang bertujuan sama dan memiliki
penguasa
Utara
keanggotaan yang lebih luas, Malaya dan
sebelum wilayah tersebut dimasukkan ke
Filipina dalam kacamata Indonesia terlalu
dalam Federasi Malaysia (Leifer 1968: 17).
dekat dengan mantan penguasa kolonialnya
Pernyataan ini penting (dan ―menyulitkan‖
(Inggris dan Amerika Serikat) untuk dapat
semua pihak) karena dikeluarkan oleh
menjadi pelopor pembebasan dari negara-
seorang pejabat pemerintah Filipina di saat
negara besar. Belum lagi, nada anti-komunis
Wakil Presiden Filipina sedang memimpin
yang ditiup-tiupkan oleh kedua negara
delegasi
pembicaraan
pengusul ini membuat organisasi ini dapat
pembentukan Asociation of Southeast Asia
menjadi gerakan melawan komunisme—satu
wawancara
dan
awal
(formal)
April
dengan
koran
karenanya
kolonial
Filipina
1962, lokal
sudah
atas
untuk
Borneo
179 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
posisi yang tidak dapat diterima oleh
Inggris mengirimkan aide-memoire kepada
Indonesia baik di dalam politik dalam negeri
pemerintah
maupun di dalam kerangka ―Semangat
Besarnya
Bandung.‖ Namun di bulan Juni 1961,
pemerintah Inggris menyatakan kedaulatan
Malaysia dan Filipina dapat membujuk
penuhnya atas Borneo Utara, dan bahwa
Thailand untuk bergabung sehingga di saat
daerah tersebut akan menjadi bagian dari
tersebut segera diumumkan dibentuknya
Federasi Malaysia yang akan dibentuk, serta
ASA dengan ketiga negara tersebut sebagai
penghargaannya kepada pemerintah Filipina
anggota (Tarling 2007: 9). Dalam situasi
atas sikapnya yang tidak mendukung usul-
seperti
pada
usul yang muncul di pelbagai kalangan di
pemerintah Malaya dan pemerintah Filipina
Filipina atas klaim atas Borneo Utara (Leifer
untuk menghindari potensi konflik (seperti
1968: 21). Karena sifat komunikasinya yang
masalah Borneo Utara) yang kiranya dapat
resmi, maka mau tak mau pemerintah
mengancam soliditas mereka dalam usaha
Filipina harus membalasnya dengan resmi
mempertahankan organisasi regional yang
dimana isi balasannya tentu saja bertolak
baru saja mereka sepakati. Tetapi kejadian
belakang
lain memaksa pembicaraan status Borneo
pemerintah
menjadi lebih ―resmi.‖
sebulan
ini,
ada
tekanan
besar
Tidak pelak lagi, setelah mendapat laporan
dari
perwakilannya
di
Manila
mengenai dorongan bagi klaim Filipina atas
Filipina di
dari
melalui
London.
apa
Inggris.
kemudian,
Kedutaan
Di
dalamnya
yang
diinginkan
Dalam
balasannya
pemerintah
Filipina
menegaskan adanya persengketaan antara pemerintah
Filipina
dengan
pemerintah
Inggris mengenai status Borneo Utara.
Borneo Utara yang muncul di media-media
Setidaknya ada 2 hal yang penting
lokal, di tanggal 24 Mei 1962, pemerintah
dari komunikasi antara pemerintah Filipina
180 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dan pemerintah Inggris. Yang pertama,
maka usaha Macapagal dan Tunku Abdul
karena
menjadi
Rahman untuk membangun ASA dengan
resmi pula pengakuan adanya perbedaan
Filipina dan Malaya sebagai pendorong
pendapat atau bahkan sengketa (dispute)
utamanya
antara kedua pemerintah mengenai status
menghindari
Borneo
setidaknya untuk saat ini.
bentuk
Utara.
sebelumnya pejabat
komunikasinya,
Satu
lebih
atau
masalah
merupakan
pendapat
diteruskan
masalah
Reaksi
Borneo
pemerintah
Inggris
dengan Utara,
tentu
masyarakat,
sudah dapat diduga: mereka segera menolak
meningkat menjadi sengketa yang resmi.
klaim Filipina. Di pihak lain, merasa ASA
Sengketa semacam ini tentu tak bisa
tidak akan terancam oleh pertikaian Filipina-
dikesampingkan begitu saja dan mau tak
Inggris, Macapagal bertindak lebih jauh
mau menuntut adanya pemecahan atau
dengan menghidupkan usul Konfederasi
setidaknya jalan keluar yang resmi pula.
Melayu Raya yang diterjemahkannya dari
Kedua, komunikasi yang ada adalah antara
ide Jose Rizal, bapak bangsa Filipina, yang
Manila dengan London mengenai Borneo
berpandangan bahwa Filipina merupakan
Utara dan bukan antara Manila dan Kuala
bagian dari dunia Melayu (Aguilar 2005).
Lumpur—satu bentuk komunikasi yang
Namun
merefleksikan persepsi kedua belah pihak
dilontarkan oleh Macapagal, konfederasi ini
tentang
hanya memasukkan Filipina, Malaya, dan
siapa
kelompok
yang
dapat
yang
dianggap
sebagai
dalam
konsepsi
di
daerah-daerah
Federasi Malaya, setidaknya di tahap ini,
memasukkan Indonesia (Leifer 1968). Ada
tidak dianggap memainkan peranan tersebut.
kesan
Hal ini penting karena dengan persepsi ini
dipertimbangkan
konsepsi dengan
Utara
yang
pengambil keputusan terpenting dimana
bahwa
Borneo
awal
ini masak
tanpa
belum ketika
181 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dilontarkan, serta, yang lebih penting lagi,
Baik
konsepsi ini hanya dilontarkan sebagai
maupun
strategi untuk menandingi atau setidaknya
dukungannya terhadap posisi Filipina (Leifer
membendung konsepsi Federasi Malaysia
1968:
yang didorong oleh Kuala Lumpur dan
Macapagal mendorong agar masalah ini
memasukkan
dibicarakan di sidang PBB. Semua usaha
Borneo
Utara
sebagai
bagiannya.
Flipina
Indonesia baru mulai menjadi bagian
Menteri
Luar
Presiden
38).
bisa
perkembangan
Negeri
Sukarno
Berbekal
dikatakan ini
Subandrio menyatakan
dukungan
berhasil
akhirnya
ini,
ketika
mendorong
yang penting dalam pertikaian Filipina-
dilakukannya pembicaraan di London di
Inggris diparuh kedua tahun 1962. Pada saat
awal tahun 1963—sebuah proses yang
itu
sebenarnya
pertikaian
memperebutkan
Indonesia-Belanda Irian
diabaikan
dan
bahkan
sedang
sebelumnya ditolak oleh Pemerintah Inggris.
menentukan sikap
Meskipun pembicaraan awal antara
Indonesia dalam setiap pertikaian yang
Filipina dengan Inggris sudah dilakukan di
melibatkan
penguasa
London di bulan Januari 1963, namun
kolonial. Sikap anti-kolonial inilah yang
nampak bahwa jalan masih sangat jauh
juga menentukan keberpihakan Indonesia
untuk
terhadap Filipina dalam kasus Borneo Utara
melanjutkan usahanya, kali ini dengan
meskipun Indonesia mengetahui kedekatan
melibatkan Indonesia ke dalam pembicaraan
Filipina pada Amerika Serikat dan juga
mengenai Konfederasi Malaya dimana jika
peranan aktif Filipina dalam membantu para
sebelumnya
pemberontak di Sumatra dan Sulawesi
dibayangkan Macapagal Indonesia tidak
beberapa tahun sebelumnya (Kahin 1999).
dimasukkan, namun kini menjadi bagian
memuncak, dan ini
negara
Barat
untuk
mantan
dicapainya
kesepakatan.
dalam
konsepsi
Filipina
yang
182 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
yang
penting.
April
Indonesia (Maphilindo) sebagai satu format
diselenggarakan pertemuan ketiga pihak
organisasi regional di luar ASA diusulkan
yakni Malaya dan Indonesia dengan Filipina
dan dipertimbangkan. Dan yang paling
sebagai tuan rumah. Malaya sendiri bersedia
penting bagi masalah Borneo Utara adalah
bergabung dalam pertemuan ini untuk
disetujuinya oleh Malaya untuk diserahkan
memelihara harapan bahwa Indonesia dan
kepada PBB untuk menjaring aspirasi di
Filipina akan mengakui keberadaan baik
kalangan masyarakat
Federasi Malaya maupun Federasi Malaysia
sebelum keputusan mengenai status wilayah-
kelak.
wilayah tersebut—dan Federasi Malaysia—
Sedang
Di
Indonesia
bulan
dan
Filipina
Borneo Utara
bersekutu untuk mendorong adanya format
akan
baru dalam situasi politik di Asia Tenggara
berkeberatan dengan keputusan di atas
sesudah proses dekolonisasi (Armstrong
karena mereka berpendapat bahwa Komisi
1963: 675). Perlu diingat bahwa sudah sejak
Cobbold sudah melakukan hal tersebut,
awal 1963 Indonesia melancarkan apa yang
namun akhirnya setuju karena tekanan
disebut politik Konfrontasi terhadap akan
Amerika Serikat supaya Tunku Abdul
dibentuknya Malaysia meski politik ini
Rahman
nampaknya coba diredakan sendiri oleh
menyenangkan Macapagal dan terutama
Soekarno di bulan Juni 1963 (Liow 2005:
Sukarno (Jones 2001: 176-179).
100).
diambil.
di
diberi
Inggris
ruang
sebenarnya
untuk
dapat
Hasil pertemuan tingkat tinggi di Pertemuan
antar
menteri
segera
Manila
dimentahkan
ketika
sebulan
disusul dengan pertemuan tingkat tinggi juga
kemudian Malaya menyatakan akan segera
di Manila di bulan Juli. Dalam pertemuan
mendeklarasikan Federasi Malaysia di bulan
inilah
September 1963 yang memasukkan wilayah-
konsepsi
Malaya-Philippines-
183 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
wilayah di pulau Kalimantan bagian utara,
kembali maka pertemuan tingkat tinggi di
meskipun hasil jajak pendapat oleh PBB di
Manila di bulan Agustus 1963 bisa dinilai
daerah tersebut belum diketahui. Keputusan
sebagai puncak dari keberhasilan usaha
ini
untuk
Filipina untuk mengklaim Borneo Utara, dan
meningkatkan intensitas Konfrontasi dengan
sesudah itu tingkat keberhasilannya merosot
Malaya
terus.
mendorong
dengan
Indonesia
meningkatkan
infiltrasi
pasukan Indonesia ke daerah-daerah yang
Semakin
bergeraknya
posisi
akan menjadi Malaysia. Bahkan di akhir
Indonesia dalam kebijakan luar negerinya ke
tahun pasukan Indonesia menyerang Tawau
arah kubu komunis yang mendekatkannya ke
di Borneo Utara (yang saat itu sudah disebut
Cina dan Korea Utara membuat Filipina
Sabah) (Fowler 2006: 11, Mackie 1974:
mempertimbangkan ulang persekutuannya
210). Posisi Filipina jauh lebih sulit. Dengan
dengan Indonesia. Filipina semakin menjauh
dideklarasikannya
Malaysia di
dari Indonesia ketika kelompok yang pro-
tanggal 16 September 1963, Sabah sudah
Indonesia di Kementerian Luar Negeri
secara de facto berada di bawah kedaulatan
Filipina
Federasi Malaysia.
setahun sebelum dia mengikuti pemilihan
Federasi
Meskipun Filipina,
disingkirkan
presiden
untuk segera mengakui Federasi Malaysia,
Macapagal
namun posisi tawar Filipina atas klaim
Marcos dalam pemilihan presiden di tahun
Borneo Utara sudah menjadi sangat lemah.
1965, pertikaian Filipina dengan Malaysia
Di saat itu disadari oleh Pemerintah Filipina
menunjukkan prospek mereda, karena meski
bahwa
adalah
Marcos tetap menjamin untuk melanjutkan
International Court of Justice. Bila dilihat
klaim atas Borneo Utara—suatu jaminan
yang
tersisa
1968:
Macapagal
bersama-sama dengan Indonesia, menolak
ruang
(Leifer
oleh
dikalahkan
57).
oleh
Ketika
Ferdinand
184 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
yang lebih merupakan kampanye politik
Maphilindo, dan nantinya Association of
daripada kesungguhan usaha –dia secara
Southeast Asian Nations (ASEAN).
terbuka menyatakan akan segera mengakui
Ketika
Federasi
Federasi Malaya begitu dia dipilih.
mendeklarasikan
POSISI INDONESIA
wilayah-wilayah
Sikap pemerintah Indonesia baik
Malaya
kemerdekaannya yang
untuk
berada
di
semenanjung di tahun 1957, Pemerintah
terhadap berdirinya Federasi Malaya di
Indonesia
tahun 1957 ataupun terhadap berbagai
berbagai perkembangan politik dan militer
―masalah‖ yang muncul sebagai akibat
yang menyita perhatian. Penting diingat
berdirinya
bahwa
federasi
tersebut—termasuk
sedang
hal-hal
disibukkan
yang
berkaitan
dengan
dengan
dalam hal ini soal Borneo Utara—tidaklah
masalah teritorial—masalah yang meski
statis sejak tahun tersebut hingga jatuhnya
berbeda
Soekarno di tahun 1966, melainkan berubah-
namun tidak jauh berbeda dengan masalah
ubah sesuai dengan perkembangan yang ada
teritorial antara Filipina dan Malaya—
di dalam negeri dan perkembangan yang ada
menduduki
di daerah tetangganya. Demikian pula posisi
perkembangan politik dalam negeri. Masih
Malaya/ Malaysia dan Filipina terhadap
belum diserahkannya oleh Belanda daerah
Indonesia juga berubah-ubah bersamaan
yang saat itu disebut Irian Barat menjadi
dengan
soal
bara yang terus memperkeras retorika anti-
Borneo Utara dan dalam waktu yang
kolonial para pemimpin Indonesia sejak
bersamaan menguatnya dorongan untuk
1950 dan kemudian mendorong mobilisasi
membentuk organisasi regional dari ASA,
massa di berbagai kalangan utamanya di
berkembangnya
pertikaian
konteks
dan
posisi
permasalahannya
sentral
dalam
akhir tahun 1950an. Pertanyaan mengenai
185 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
integritas
teritorial
lebih
(KMB). Pemerintah Belanda masih berkeras
mengemuka ketika sejak 1956 beberapa
untuk mempertahankan penguasaannya atas
pimpinan tentara di Sumatera dan Sulawesi
daerah tersebut dan berkeras bahwa proses
dengan
penentuan nasib harus ditentukan sendiri
dukungan
menjadi
tokoh-tokoh
menyatakan
pembangkangan
pemerintah
pusat,
dan
sipil
terhadap menyulut
oleh
masyarakat
di
sana,
sebaliknya
Pemerintah Indonesia menuntut wilayah
pemberontakan di daerah-daerah tersebut.
tesebut
Dekatnya daerah-daerah yang dikuasai oleh
selambatnya bulan Juni 1951 (Penders 2002:
para
yang
284). Permasalahan teritorial yang tak segera
Sulawesi
diselesaikan ini terbukti menjadi bara yang
pemberontak
berbatasan bagian
dengan
utara
Malaysia
yang dan
ini
(Sumatera
Malaysia, berbatasan Filipina)
dengan serta
diserahkan
akhirnya
kepada
dengan
cepat
Indonesia
memperburuk
hubungan antara Indonesia dan Belanda.
dimanfaatkannya daerah-daerah tetangga ini
Situasi politik di Indonesia yang
sebagai sumber dana dan senjata baik secara
sangat dinamis sejak pengakuan kedaulatan
langsung mapun tak langsung membentuk
sampai berlangsungnya Pemilihan Umum
sikap
tahun
pemerintah
Indonesia
dengan
tetangganya dan sebaliknya. Ketika
Belanda
1955
ditetapkannya secara
resmi
dan
diakhiri
Demokrasi
dengan
Terpimpin
di
tahun 1957 membuat tidak jelasnya lembaga
mengakui kedaulatan Pemerintah Indonesia
di
dalam
pemerintah
atas wilayah yang sebelumnya dikuasainya
menangani masalah Irian Barat. Di pihak
di akhir tahun 1949, pertanyaan mengenai
lain,
kedaulatan atas Irian Barat belum dijawab
disibukkan dengan urusan dalam negerinya,
secara tuntas dalam Konferensi Meja Bundar
membiarkan terus masalah ini dalam status
Pemerintah
Indonesia
Belanda,
yang
yang
juga
186 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
quo. Namun setiap kali perundingan antara
Irian Barat. Di akhir tahun 1956 Dewan
Indonesia dengan Belanda yang merupakan
Banteng dan Dewan Gajah mengambil alih
lanjutan dari KMB dilakukan dan dimana
kendali militer masing-masing di Sumatera
masalah Irian Barat tetap tak berkeputusan,
Barat dan Sumatera Utara. Di awal tahun
setiap
anti-
1957 Dewan Garuda melakukan hal yang
kolonialisme (dan bahkan anti-barat) terus
sama di Sumatera Selatan dan kemudian di
berkobar
pada
bulan Maret Permesta dideklarasikan di
perusahaan-perusahaan
Makassar (Kahin 1999: 182-187). Meskipun
kali
itu
dan
pula
nantinya
nasionalisasi
semangat
berujung
Belanda di Indonesia di tahun 1958. Dengan
Konsepsi
yang luas tokoh-tokoh sipil dalam dewan-
Soekarno di tahun 1957 yang secara
dewan ini, namun tidak diragukan lagi
dramatis mengurangi peranan partai-partai
peranan
politik sesuai hasil Pemilihan Umum 2 tahun
daerah sangat besar. Pelbagai gerakan ini
sebelumnya
posisi
kemudian berubah menjadi pemberontakan
maka
di awal tahun 1958 di Padang dengan
pertarungan politik di pusat juga berkurang
dideklarasikannya Pemerintah Revolusioner
intensitasnya (Reeve 1985). Namun pada
Republik Indonesia (PRRI) dimana para
saat yang bersamaan, pembangkangan para
menteri dan kabinetnya diambilkan dari
pemimpin tentara di luar Jawa seolah
berbagai tokoh yang dari awal dilibatkan
memindahkan pertarungan politik dari pusat
dalam dewan dan dalam Permesta.
Soekarno
diterapkannya
ada usaha untuk menunjukkan keterlibatan
dan dan
menguatnya
Angkatan
Darat,
pimpinan-pimpinan
tentara
di
ke tepian wilayah republik ini untuk
Di tengah hingar-bingar di dalam
menambahkan permasalahan teritorial lain
negeri, tidak mengherankan bahwa reaksi
yang belum terselesaikan yakni masalah
terhadap kemerdekaan yang dideklarasikan
187 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
oleh Federasi Malaya bagi wilayah-wilayah
berbeda sekali, kalau tidak bisa disebut
yang berada di semenanjung belum begitu
berlawanan, dengan apa yang terjadi di
menonjol. Tidak nampaknya reaksi yang
Indonesia di saat yang bersamaan.
keras dari Pemerintah Indonesia mungkin
Hubungan Indonesia dengan Malaya
juga muncul dari diragukannya kesungguhan
yang memang berada di atas dasar yang
akan makna kemerdekaan Malaya sendiri
rapuh kemudian perlahan memburuk ketika
mengingat federasi ini sangat khawatir pada
pemerintah Indonesia merasa bahwa banyak
kuatnya
anggota PRRI
komunisme
(pernyataan
di
kemerdekaan
semenanjung dilakukan
di
yang bebas bergerak di
Malaya dan lebih jauh lagi di daerah di
tengah Masa Darurat/ Emergency yang
semenanjung
adalah kebijakan kolonial Inggris untuk
berbatasan dengan Thailand yang adalah
memadamkan
kolonial
daerah perolehan senjata yang kemudian
dimana perlawanan ini dilakukan oleh
dapat diselundupkan ke wilayah Indonesia
tokoh-tokoh
yang dikuasai pemberontak. Dan meskipun
perlawanan
komunis
anti
yang kebanyakan
Malaya
pemerintah
tanganinya Perjanjian Pertahanan Anglo-
kebijakannya untuk tidak ikut campur soal
Malaya
PRRI, namun tidak mudah untuk menghapus
Defence
kecurigaan
deklarasi kemerdekaan (Mackie 1974: 32).
mengingat kebanyakan tokoh PRRI berasal
Kedua hal ini membuat Federasi Malaya
dari Sumatera yang memang memiliki
dilihat
ingin
kedekatan historis dan etnis dengan tetangga
merdeka karena sepenuhnya berpihak pada
Melayunya (Liow 2005: 89, Mackie 1974:
kubu barat dan anti komunis—sesuatu yang
29-30).
sungguh-sungguh
pemerintah
menyatakan
Agreement/ AMDA) dua bulan sesudah
tidak
dari
segera
yang
keturunan Cina di Malaya) dan ditanda
(Anglo-Malayan
Malaya
utamanya
Indonesia
188 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Kecurigaan
pemerintah
Indonesia
terhadap Federasi Malaya di akhir tahun 1950an penolakan
sebenarnya
bukan
secara
keseluruhan.
kolonialisme‖ oleh Inggris dengan dukungan para pemimpin Melayu.
merupakan
Ajakan pemerintah Filipina sejak
Bahkan
bulan September 1962 kepada pemerintah
ketika di bulan Januari tahun 1961 pimpinan
Indonesia untuk mendukungnya dalam usaha
Federasi Malaya Tunku Abdul Rahman
mengklaim Borneo Utara cocok dengan
secara terbuka mengusulkan dibentuknya
kerangka perjuangan anti-kolonialisme yang
Federasi
sedang
Malaysia
yang meliputi
juga
dikobarkan
oleh
Indonesia.
daerah-daerah di Pulau Kalimantan, pada
Dilupakan oleh Indonesia untuk beberapa
awalnya
tidak
saat tindakan Filipina yang secara aktif
menyatakan keberatannya (Liow 2005: 98,
membantu para pemberontak PRRI dan
Mackie
Indonesia
Permesta di Sumatera dan Sulawesi demi
terhadap rencana Federasi Malaysia secara
misi anti-kolonialisme (Kahin 1995: 168).
perlahan mengeras sejalan juga dengan
Meski posisi Indonesia tidak berubah hingga
mengerasnya retorika anti-Belanda dalam
jatuhnya Soekarno, namun seperti yang
usaha merebut Irian. Di tahun 1958 Front
dijelaskan sebelumnya, usaha Filipina dan
Nasional Pembebasan Irian Barat dibentuk
persekutuannya dengan Indonesialah yang
dengan sokongan Angkatan Darat (Reeve
berubah.
1985: 120). Dalam suasana dan kerangka
KRISIS FILIPINA BAGIAN SELATAN
berpikir ini maka rencana Federasi Malaysia
DAN “LUPA” STATUS SABAH
pemerintah
1974:
103).
Indonesia
Reaksi
tidak dilihat sebagai proses de-kolonisasi tetapi
merupakan
bagian
dari
―neo-
Tarik
menarik
politik
dalam
menentukan status Borneo Utara/ Sabah perlahan-lahan
berubah
sejak
189 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dideklarasikannya Federasi Malaysia dan terutama
sejak
digantinya
Presiden
Sejak masa kampanye hingga ketika menjabat,
Marcos
terkesan
memainkan
Macapagal di Filipina di tahun 1965 dan
politik dua muka ketika berurusan dengan
Presiden Soekarno setahun kemudian. Kalau
status Sabah. Ke luar, utamanya ke ASEAN,
sebelumnya suasana perang dingin antara
Marcos dalam beberapa kesempatan sudah
blok komunis dan blok anti-komunis begitu
mengatakan keinginannya untuk mengakhiri
menentukan tarik menarik politik di masa
klaim Filipina atas Sabah, namun pada saat
dekolonisasi di Asia Tenggara, sesudah 1965
yang sama ke dalam negeri menjamin akan
suasananya berubah
terus mempertahankan klaim atas wilayah
dengan munculnya
rezim penguasa yang sepenuhnya anti-
tersebut meski
komunis di Jakarta, Manila dan Kuala
(Fernandez 2007: 56). Keadaaan menjadi
Lumpur. Namun demikian ―masalah‖ Sabah
rumit, tidak hanya bagi Marcos, tapi juga
terus menjadi ganjalan, utamanya bagi
bagi hubungan Filipina dengan Malaysia
hubungan Malaysia dengan Filipina meski
ketika
dengan dimensi yang sama sekali berbeda.
Pembantaian Jabidah pada tanggal 17 Maret
Untuk memperkuat posisinya di wilayah ini,
1968, tidak sampai setahun sejak ASEAN
Malaysia mendesak pemerintah Indonesia
dibentuk.
yang baru untuk mengakui kedaulatan
pembantaian 64 orang Muslim dari Filipina
Malaysia atas Sabah sebagai trade-off
bagian selatan yang direkrut secara rahasia
dukungan
dan dilatih secara militer untuk apa yang
Malaysia
terhadap
peranan
lewat jalur diplomatik
terungkap
Tragedi
―Operasi
adanya
tersebut
adalah
Indonesia dalam pendirian ASEAN (yang
disebut
menggantikan ASA dimana Indonesia sama
direncanakan untuk merebut Sabah dari
sekali tidak berperan) (Liow 2001: 113).
Malaysia.
Gambaran
Merdeka‖
tragedi
rinci
yang
yang
190 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sesungguhnya
terjadi
kenapa
pemerintah Filipina di kalangan Muslim di
mereka yang direkrut kemudian dibantai
Filipina bagian selatan dan di kalangan
oleh para pelatihnya sendiri mungkin tidak
mahasiswa yang berasal dari sana. Di
akan pernah diketahui, sedangkan gambaran
tambah lagi, di masa tersebut ribuan migran
sepintas mengenai tragedi tersebut diperoleh
dari pulau-pulau di tengah Filipina masuk ke
dari seorang korban yang meski ditembak
pulau
namun tidak tewas dan akhirnya dapat
penguasaan atas tanah yang sangat luas
menceritakan nasibnya dan nasib rekan-
untuk keperluan perkebunan. Di tahun 1968
rekannya. Marcos menolak tuduhan bahwa
organisasi Muslim Filipina bagian selatan
dia
karenanya
Muslim Independence Movement (MIM)
bertanggung jawab atas seluruh peristiwa
didirikan oleh seorang gubernur setempat
tersebut, namun seorang mayor angkatan
dan di tahun 1969 Moro National Liberation
darat Filipina yang dianggap bertanggung
Front (MNLF) dibentuk oleh sekelompok
jawab (Salah Jubair 1999: 132). Peristiwa
mahasiswa yang tadinya bersekolah di
tersebut tentu saja menimbulkan krisis luar
Manila
biasa tidak hanya di dalam negeri Filipina
bersekolah
namun juga dalam hubungannya dengan
kemudian eskalasi
Malaysia. Pemerintah Malaysia mencurigai
Mindanao
bahwa Marcos masih merencanakan untuk
kebanyakan beragama Kristen dan Katolik
melakukan klaim atas Sabah tidak hanya
dengan
secara diplomatik.
beragama
merencanakan
termasuk
dan
Di Filipina, tragedi tersebut memicu munculnya
ketidak
percayaan
terhadap
Mindanao
kelompok
dan
dan
mengambil
sekelompok
di
Kairo
antara
masyarakat Islam yang
lain
(Mesir).
alih
yang Setahun
kekerasan di
pulau
pendatang
yang
Mindanao memuncak
disebut
terakhir
yang dengan terus
191 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
didesak (Salah Jubair 1999: 135-143, 149-
ini
tinggal
dan
diserap
dalam
sektor
157). Krisis Filipina bagian selatan dimulai .
perkebunan di Sabah untuk bertahun-tahun
Filipina
lamanya. ―Masalah‖ Sabah karenanya bukan
bagian selatan maka ―masalah‖ Sabah
(hanya) masalah status tetapi juga menjadi
memiliki makna yang berbeda, setidaknya
bagian masalah yang lebih besar bagi
bagi pemerintah Filipina. Sabah menjadi
Filipina khususnya dan bagi negara-negara
daerah dimana para pejuang MNLF (dan
yang mayoritas penduduknya Muslim di
nantinya juga MILF) menggunakan Sabah
sekitarnya, pada umumnya.
Sejak
munculnya
krisis
sebagai daerah aman untuk menyiapkan diri
Masalah status Sabah memang belum
serta memperoleh dukungan logistik (Che
pernah terpecahkan. Masalah ini seolah
Man 1990: 79, 139-140). Secara sosial, sejak
sama-sama sengaja dilupakan baik oleh
meningkatnya
dan
Malaysia maupun Filipina meski dengan
memburuknya situasi keamanan di pulau
alasan yang berbeda. Apa yang terjadi sejak
Mindanao Sabah menjadi tujuan migrasi
bulan Februari 2013 di Sabah seolah
bagi ribuan warga masyarakat Filipina
memaksa
bagian selatan yang mencari peluang bekerja
mengingat masalah ini, dan mungkin kali ini
yang lebih baik daripada apa yang tersedia di
untuk menemukan jalan keluarnya.
pertempuran
kampung halamannya. Dan ribuan migran
keduanya
untuk
kembali
192 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA Aguilar Jr., Filomeno V., ―Tracing Origins: ―Ilustrado Nationalism‖ and the Racial Science of Migration Waves,‖ Journal of Asian Studies, 64, 3, 2005 Armstrong, Hamilton Fish, ―The Troubled Birth of Malaysia,‖ Foreign Affairs, 41, 4, 1963 Che Man, W. K., Muslim Separatism: The Moros of Southern Philippines and the Malays of Southern Thailand., Singapore: Oxford University Press, 1990 Cheah Boon Keng, ―The Japanese Occupation of Malaya,‖ Indonesia, 28, 1979 Fernandez, Erwin S., ―Philippine-Malaysia Dispute over Sabah,‖ Asia-Pacific Social Science Review, 7, 1, 2007 Fowler, Will, Britain‟s Secret War. The Indonesian Confrontation 1962-1966., Oxford: Osprey Publishing, 2006 Jones, Matthew, Conflict and Confrontation in South East Asia, 1961-1965. Britain, the United States and the Creation of Malaysia., Cambridge: Cambridge University Press, 2002 Jubair, Salah, Bangsamoro. A Nation under Endless Tyrany (3rd Ed.)., Kuala Lumpur: IQ Marin, 1999 Kahin, Audrey, Rebellion to Integration. West Sumatra and the Indonesian Polity., Amsterdam: Amsterdam University Press, 1999 Kahin, Audrey R., dan Kahin, George McT., Subversion as Foreign Policy. The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia., Seattle: University of Washington Press, 1995 Lau, Albert, ―Malayan Union Citizenship,‖ Journal of Southeast Asian Studies, 20, 2, 1989 Leifer, Michael, The Philippine Claim to Sabah., Hull: CSEAS University of Hull, 1968 Liow, Joseph Chinyong, The Politics of Indonesia-Malaysia Relations., Oxon: RoutledgeCurzon, 2005 Mackie, JAC, Konfrontasi. The Indonesian-Malaysia Dispute 1963-1966., Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1974 Ooi Keat Gin, The Japanese Occupation of Borneo 1941-1945., London: Routledge 2011 Penders, C.L.M., The West New Guinea Debacle., Adelaide: Crawford House Publishing, 2002
193 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Reeve, David, Golkar of Indonesia., Singapore: Oxford University Press, 1985 Tarling, Nicholas, ―From SEAFET and ASA: Precursors of ASEAN,‖ International Journal of Asia-Pacific Studies, 3, 1, 2007
194 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
KEWARGANEGARAAN DAN DILEMA MINORITAS PASCA KOLONIAL BERCERMIN KASUS SABAH DAN KESULTANAN SULU Ahmad Suaedy AW Centre-Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstract: Citizenship and Post Colonial Minority Dilema in Southeast Asia: A Reflection of the Issue of Sabah and the Sultanate of Sulu This paper is aimed to understand the issue of citizenship and the post colonial minority dilema by looking ath the issue of Sabah and the Sultanate of Sulu. Unlike western countries whose states were formed based on their established historical territories, the formation of states in the east or non-western areas in general inherited complicated religious, ethnic, traditional rules and familial relations. Non-western post-colonial states should developed different conceptions of state-borders by considering traditional cutural realities, multicultural and plural ethnicities, languages and religions and family connections within each state or among several states. This re-defintion should not eliminate individual ownership but also to promote a vision of common welfare. Keywords: Citizenship, Minority, Sabah, Sulu Sultanate Abstrak: Kewarganegaraan dan Dilema Minoritas Pasca Kolonial, Bercermin Kasus Sabah dan Kesultanan Sulu Tulisan ini bertujuan untuk memahami persoalan kewarganegaraan dan dilema minoritas pasca kolonial, bercermin pada kasus Sabah dan Kesultanan Sulu. Berbeda dengan negara barat yang dalam proses terbentuknya negara-bangsa didasarkan pada pembagian wilayah teritori yang bersifat historis dan mapan, negara di Timur atau non-Barat pada umumnya, batas-batas negara bangsa didasarkan pada pembagian wilayah jajahan atau koloni dan meninggalkan komplikasi hubungan agama, etnis, kekuasaan tradisional dan bahkan keluarga yang serius. Negara-negara non-Barat pasca kolonial selayaknya membangun sendiri definisi batas-batas itu yang berbasis pada realitas kulturan tradisional, multikultural dan pluralis etnis, bahasa dan agama, serta hubungan persaudaraan dan keluarga, baik dalam negara itu sendiri dan antar negara. Redefinisi itu tentu saja dengan tidak menghilangkan hak milik masing-masing tetapi justru untuk suatu visi distribusi kemakmuran bersama. Kata kunci: Kewarganegaraan, Minoritas, Sabah, Kesultanan Sulu
195 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
PENDAHULUAN:
terbentuknya negara-bangsa didasarkan pada
PROBLEM
pembagian wilayah teritori yang bersifat
KEWARGANEGARAAN
historis dan mapan. Sedangkan di Timur
DAN MINORITAS Bagai geledek di siang bolong.
atau non-Barat pada umumnya, batas-batas
Beberapa waktu lalu, tiba-tiba sepasukan
negara-bangsa didasarkan pada pembagian
kesultanan Sulu di bawah komando Raja
wilayah
Muda Agbimuddin Kiram adik dari Sultan
meninggalkan komplikasi hubungan agama,
Jamalul Kiram III dari kesultanan Sulu yang
etnis, kekuasaan tradisional dan bahkan
kini merupakan bagian dari wilayah negara
keluarga yang serius.
jajahan
atau
koloni
dan
Republik Filipina menduduki sebuah daerah
Ada wilayah yang semula mayoritas
di Sabah yang merupakan negara bagian dari
dan berkuasa tiba-tiba menjadi minoritas dan
Federasi
orang
subordinatif seperti terjadi pada Kesultanan
latar
Sulu dan posisi Sabah. Hal yang sama terjadi
Malaysia.
terperanjat,
ada
Banyak
apa
dan
apa
belakangnya. Tetapi problematik
pada Kesultanan Patani di Thailand Selatan, kalau batas
integrity) dalam
kita
merefleksikan
wilayah
misalnya. Dua wilayah itu hanya contoh dari
(territorial
banyak kasus di banyak negara pasca-
konsep negara-bangsa
kolonial. Di sisi lain, kewarganegaraan
(nation-state) di negara-negara non-Barat
dalam
maka
paham
tidak
terlalu
heran.
Berbeda
negara-bangsa
didasarkan
individualistik
pada
konvensional
keadaannya dengan di Barat, nasionalisme
sebagaimana karakter khas Barat yang
dan terbentuknya negara-bangsa di Timur
cenderung homogen dengan mengabaikan
atau negara-negara bekas koloni cenderung
hak
meninggalkan
Sementara karakter bangsa Timur pada
bom
waktu.
Di
Barat,
kolektif
(kymlcika
1995:
57-58).
196 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
umumnya
adalah
komunitarian
yang
cenderung
dihegemoni
oleh
mayoritas
memiliki hubungan kolektif yang sangat
dalam masalah-masalah krusial seperti hak
kuat dan dalam setiap wilayah selalu
budaya, bahasa, etnis dan agama. Kasus
cenderung
multikultural
pendudukan Kesultanan Sulu atas Sabah
(Kymlicka 2001). Problem mendasar di
yang sesungguhnya sangat mustahil dan naif
negara-negara Timur pasca-kolonial adalah
bisa terjadi, tampaknya bukan satu-satunya
bagaimana
kasus melainkan masih banyak ketegangan
komunitas memiliki
plural
dan
memperlakukan warganegara perbedaan
komunitas-
minoritas
mendasar
yang
dan konflik warisan yang bermula dari
budaya,
terbentuknya negara-bangsa yang belum
bahasa, agama dan etnis dari mayoritas seperti terjadi di Mindanao Filipina dan
selesai. Tuntutan
reformulasi
batas-batas
Patani Thailand, dan juga sebagian wilayah
wilayah yang kini hanya berbasis pada batas
bagian timur Indonesia.
teritorial
yang
menimbulkan
banyak
Globalisasi dan demokratisasi telah
problem dan tuntutan dihormatinya posisi
mendorong makin menguatnya tuntutan
minoritas tersebut merupakan trend baru
minoritas di berbagai negara, bukan hanya
gerakan pasca liberalisme berupa gerakan
minoritas migran tetapi juga minoritas
multikulturalisme dalam nasionalisme dan
pribumi yang selama ini tertindas dalam
negara-bangsa. Bahkan hal ini juga terjadi di
negara-banga
hanya
Barat sendiri seperti pada kasus bangsa
dan
Skotlandia atas Inggris raya dan posisi
terabaikannya hak-hak individu, melainkan
minoritas Quebec di Kanada. Penyerangan
juga
sebagai
Kesultanan Sulu ke Sabah merupakan kasus
Demokrasi
menarik untuk didiskusikan sebagai trend
disebabkan
tersebut. karena
hak-hak
minoritas
ketidakadilan
kolektif
(Kymlicka
Bukan
mereka 1995).
197 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
baru tersebut dan mungkin peringatan bagi
Spanyol
negara-negara
tersebut.
non-Barat
pasca-kolonial
tentang berbagai problem yang mungkin
menduduki
wilayah
Filipina
Karena itulah, Kesultanan Sulu yang
muncul di masa depan.
berpusat di pulau Sulu beribukota Jolo,
LATAR BELAKANG SEJARAH
berjarak semalam naik boat dari pulau induk
Kesultanan
pada
Mindanao, tidak pernah merasa tunduk dan
pertengahan abad ke-15 setelah sekitar dua
dijajah oleh Spanyol. Tetapi ketika Spanyol
abad
dan
kalah perang dari Amerika Serikat dalam
Seabad
memperebutkan wilayah jajahan, dalam
kemudian, pertengahan abad ke-16, pasukan
perjanjian penyerahan daerah jajahan di
kerajaan Spanyol mendarat di wilayah yang
Paris
sekarang disebut Filipina untuk menjajah
keseluruhan Mindanao, termasuk Kesultanan
wilayah itu. Dakwah Islam sendiri waktu itu
Sulu, sebagai bagian dari wilayah Filipina
sudah sampai ke Manila di utara, ibu kota
yang diserahkan. Maka masyarakat dan
Filipina sekarang, meskipun masih sangat
Kesultanan Sulu marah dan menentangnya
minoritas. Dalam waktu empat abad Spanyol
dan
sukses
tetapi
sebagai perampokan. Mereka mengklaim
melakukan Katolik-isasi hampir seluruh
melanjutkan perang sepanjang setengah abad
wilayah
kepulauan
di bawah penjajahan Amerika. Calakanya,
Mindanao yang mayoritas beragama Islam.
pada penyerahan kemerdekaan oleh AS
Orang-orang Mindanao mengatakan, mereka
kepada Filipina 1947, wilayah Mindanao
berperang sepanjang empat abad penjajahan
termasuk Kesultanan Sulu, juga masuk di
sebelumnya
diperkenalkan
bukan
di
Sulu
Islam wilayah
hanya
tersebut,
berdiri
masuk itu.
menjajah
kecuali
1898,
mereka
Spanyol
menyebut
memasukkan
penyerahan
dalamnya (Tauzon 2008, Yegar 2002).
itu
198 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sultan Sulu ketika itu mengirim surat kepada Presiden
dan Kongres AS untuk
Sabah disewakan kepada perusahaan yang di bawah
penjajahan
Inggris
milik
Von
tidak ikut dalam kemerdekaan Filipina dan
Overbeck dan Dent, ditandatangi 1878
ingin tetap di bawah penjajahan AS, tetapi
tersebut.
diabaikan. Sekali lagi masyarakat Sulu
Model konsesi yang sama terhadap
meneruskan perjuangan kemerdekaan di
Inggris terjadi pada wilayah kesultanan
bawah pemerintahan Filipina yang merdeka.
Patani yang ketika itu di bawah kontrol
Dalam pikiran orang Sulu atau Mindanao,
kerajaan Siam, seperti Perlis dan Kelantan --
jika Kesultanan Sulu tidak ikut Filipina
sekarang
maka akan menjadi negara merdeka sendiri
Federasi Malaysia. Penggabungan Sabah dan
seperti Brunei Darussalam sekarang. Sebuah
juga Sarawak ke dalam Federasi Malaysia
negara kecil yang sangat kaya minyak di
1963 sama sekali mengabaikan perjanjian
tengah-tengah negara besar.
sewa antara Kesultanan Sulu dan perusahaan
SABAH:
INGGRIS
VERSUS
itu
menjadi
negara
bagian
Inggris tersebut. Sehingga Kesultanan Sulu sampai sekarang masih mengklaim pemilik
KESULTANAN SULU Ketika
juga
Borneo
yang
sah wilayah Sabah dan hanya disewa oleh
sekarang Sabah dan Sarawak adalah wilayah
Inggris yang kemudian dialihkan kepada
Kesultanan Sulu setidaknya sampai 1878,
Federasi Malaysia.
dalam waktu yang sama Inggris sedang
KEBIJAKAN MIGRASI AMERIKA
menjajah
SERIKAT-FILIPINA DAN
wilayah
Utara
daratan
yang
berseberangan dengan Borneo dibatasi oleh
PENGALIHAN HAK TANAH
luat. Untuk menghindari konfrontasi dan
Selama penjajahan atas Filipina, Amerika
pencaplokan oleh Inggris maka wilayah
memberlakukan kebijakan migrasi guna
199 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
membangun perkebunan dan pertanian di
fasilitas
wilayah Mindanao yang waktu itu masih
Katolik. Sementara pusat-pusat perkebunan
kosong dan jarang penduduknya. Para
menerima pekerja para migran dan sekolah
migran itu adalah penduduk Filipina Tengah
yang terbaik menerima anak-anak mereka,
dan Utara yang miskin dan mayoritas
maka penduduk asli yang sebagian besar
Katolik.
penduduk
Muslim terpinggirkan baik sebagai pekerja
Mindanao yang semula lebih dari 80 persen
maupun akses pendidikan terbaik (Wilson
Muslim dan selebihnya sedikit Katolik dan
2009). Penduduk asli Muslim umumnya
indeggenous people atau di Mindanao
resisten terhadap sekolah Katolik dan juga
disebut Lumad, tinggal 50 persen karena
sekolah sekuler pemerintah. Jadilah proses
besarnya migrasi. Program migrasi itu
marjinalisasi dan bahkan seorang professor
dilanjutkan oleh pemerintah Filipina pasca
di Mindanao State University, Iligan City,
kemerdekaan dengan angka yang lebih
B.R. Rodil menyebutnya sebagai terjadinya
fantastis. Tahun 1947-1970an penduduk
proses minoritinization (Rodil 1994, 2003).
Selama
1898-1947
Muslim di Mindanao tinggal 17 persen dan 10
persen
Lumad,
selebihnya
migran
beragama Katolik (Tauzon 2008).
Gereja
dan
pendidikan
umat
Pada tahun 1968 terjadi pembantaian terhadap sejumlah calon tentara –ada yang menyebut 60an orang dan ada pula yang
Problemnya kemudian bukan hanya
menyebut 30an orang—yang seluruhnya
karena kedatangan dan jumlah migran yang
berasal dari Sulu karena direkrut untuk
besar melainkan dalam waktu yang sama
kepentingan khusus oleh Angkatan Perang
terjadinya pengalihan kepemilikan tanah
Filipina. Yaitu, untuk membebaskan Sabah
secara besar-besaran, dengan cara sah
dari Federasi Malaysia dan dikembalikan ke
maupun tidak sah, serta berdirinya berbagai
pangkuan
Filipina
karena
wilayah
itu
200 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dianggap milik Kesultanan Sulu dan dengan
melakukan apa yang menjadi tugas mereka
sendirinya adalah milik Filipina.
sebagai
tentara
maka
mereka
dibantai
Setelah di-kamp beberapa bulan dan
seluruhnya yang kemudian terkenal dengan
dilatih oleh Angkatan Perang Filipina di
―Jabidah massacre.‖ Tetapi, ada satu orang
bawah komandan seorang Katolik, tiba
yang melarikan diri dan selamat dan
saatnya diterjunkan untuk membebaskan
mengadukan
Sabah.
seluruhnya
Terbongkar! (Yegar 2002).
menolak untuk menyerbu Sabah karena
TUNTUTAN MERDEKA
Ternyata,
mereka
mereka menganggap bahwa penduduk Sabah
kasusnya
kepada
media:
Terbongkarnya pembantaian Jabidah
adalah saudara mereka, memiliki hubungan
membangkitkan
keluarga, historis, sesama etnis Melayu,
untuk merdeka dan berpisah dari Filipina.
Muslim dan di bawah Kesultanan Sulu.
Muncul tokoh pemersatu yang ketika itu
Mereka lebih dekat dalam semua aspek
seorang
dengan penduduk Sabah ketimbang dengan
University of the Philippines, yaitu Nur
Filipina Tengah dan Utara bahkan dengan
Misuari dengan wakilnya Hasyim Salamat
pemerintah pusat. Karena itu tidak mungkin
yang merupakan alumni Al-Azhar, Mesir.
mereka bermusuhan dengan saudaranya
Berdirilah organisasi modern Moro National
sendiri. Perlu diketahui bahwa pulau Sulu
Liberation Front (MNLF) untuk menuntut
dan Tawi-Tawi yang bersebelahan lebih
kemerdekaan Mindanao. Julukan ―Moro‖
dekat dengan Sabah ketimbang dengan
yang ketika itu merupakan penghinaan
Filipina Tengah dan Utara dan bahkan
terhadap orang Muslim yang berasal dari
dengan penduduk pulau induk Mindanao.
bahasa
Akibatnya, karena mereka menolak untuk
nasionalisme
profesor
Spanyol,
di
Mindanao
Islamic
kemudian
Studies
dikukuhkan
201 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menjadi simbol kebanggaan dan perjuangan:
Filipina akan memberikan otonomi wilayah
Bangsa Moro.
mayoritas Muslim di Mindanao kepada
Tetapi, presiden Ferdinand Marcos
MNLF sebagai representasi Moro, maka
mau
dengan
MNLF menarik tuntutan merdeka dengan
memberlakukan UU Darurat 1970 yang
beralih pada tuntutan otonomi dengan batas-
memungkinkan untuk mengerahkan seluruh
batas wilayah yang telah disepakati yang
kekuatan untuk memberantas yang dianggap
realisasinya akan dibicarakan lebih lanjut.
sebagai separatis. Menurut sebagian orang
Kesepakatan
Mindanao, sepanjang perang lima abad sejak
sehingga dengan dipimpin oleh Hasyim
masuknya Spanyol, belum pernah Mindanao
Salamat, wakil Nur Misuari sendiri di
serusak ketika masa UU Darurat tersebut.
MNLF, mereka pecah dan hampir separo
Karena,
hanya
jumlah pendukung dan pasukan MNLF
menyerang pasukan MNLF, tetapi juga
berpindah ke organisasi pecahan yaitu Moro
rakyat sipil, masjid dan madrasah.
Islamic Liberation Front (MILF). Malaysia
tidak
kehilangan
tentara
Meskipun
Filipina
tidak
rupanya
tidak
bulat,
diduga terlibat dalam berdirinya MILF
kedua belah pihak tetapi akhirnya mencapai
karena Nur Misuari telah mengagendakan,
suatu perjanjian damai MoA (Memorandum
jika MNLF merdeka atau otonomi akan
of Agreement) pada tahun 1979 antara
mengembalikan Sabah ke pangkuan Sulu
MNLF
yang
atau Mindanao. Sedangkan MILF menolak
difasilitasi oleh Libya di bawah presiden
kompromi dan tetap menuntut merdeka serta
Mohamad Khoadafi yang ketika itu Ketua
tidak mau ikut dalam struktur pemerintahan
OKI di Tripoli. Dalam perjanjian itu
apapun (Tauzon 2008). Di lain sisi, MoA itu
disepakati bahwa sementara pemerintah
sendiri gagal diimplementasikan setidaknya
pemerintah
berjatuhan
itu
di
dan
korban
muka
Filipina
202 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
karena tiga hal: pertama, karena Marcos
implementasi atas MoA yang gagal di bawah
mengeluarkan
tentang
Marcos. Namun, lagi-lagi kesepakatan itu
pembagian regional seluruh Filipina dimana
gagal direalisasikan karena pemerintah pusat
Mindanao dibagi menjadi dua region. Fakta
kembali mensyaratkan adanya referendum
ini mengacaukan klaim MNLF atas otonomi
yang juga ditolak oleh MNLF, namun
wilayah di Mindanao yang telah disebut
plebisit tetap dipaksakan berjalan dan di
secara jelas dalam MoA Tripoli. Kedua,
bawah suatu institusi otonomi berdasarkan
pemerintah pusat mensyaratkan realisasi
UU yang dikeluarkan oleh Kongres, yaitu
otonomi itu melalui referendum berbasis
ARMM (Autonomous Region in Muslim
kabupaten/ kota yang tidak ada di dalam
Mindanao).
kebijakan
baru
MoA. Ketiga, Marcos juga menggunakan
Referendum ARMM yang berbasis
kepala-kepala adat untuk memecah belah
pada
kepemimpinan Misuari di MNLF di samping
ARMM sungguh rumit. Ada propinsi yang
berdirinya
demikian,
bergabung ke dalam ARMM tetapi sejumlah
implementasi otonomi melalui referendum
kabupaten dan kota dan bahkan ibukota
tersebut dipaksakan oleh Marcos dengan
propinsi itu sendiri tidak ikut di dalamnya.
mengabaikan protes baik MNLF maupun
Hal ini seperti terjadi pada Kotabato sebagai
MILF.
ibukota propinsi Magindanao dan Isabela
MILF.
Meski
Ketegangan dan perang kembali
kabupaten/kota
membuat
wilayah
sebagai salah satu kota di bawah propinsi
tidak terelakkan, tetapi Presiden Corazon
Sulu
(kini
ibukota
Aquino menarik mereka kembali ke meja
Sementara propinsi Magindanao ikut dalam
perundingan. Dengan difasilitasi Indonesia,
ARMM maka Kotabato sebagai ibukota
terjadilah kesepakatan tahun 1989 tentang
propinsi
tidak
ikut.
propinsi
Anehnya
Basilan).
ibukota
203 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
ARMM sendiri berada di Kotabato yang
sehingga Misuari tidak bisa melakukan
notabene bukan merupakan wilayah ARMM.
pembangunan apapun selain biaya rutin
Dari hasil referendum itu memang bisa
seperti gaji dan operasional pemerintahan.
ditebak
yang
Banyak penulis mengkritik Misuari sebagai
penduduknya fifty-fifty atau lebih sedikit
gubernur yang nepotis dan korupsi, namun
Islam
tidak
kenyataannya bahwa dengan berbagai alasan
bergabung dengan ARMM, hanya daerah
antara lain karena krisis moneter Asia 1997
yang mayoritas Muslim maka mereka ikut
dan karena budget secara nasional sudah
ke dalamnya. Kerumitan itu juga terjadi pada
ditetapkan
penyelenggaraan pemilihan umum yang
mungkin mengabulkan seluruh permintaan
berbeda jadwal dengan pemilihan umum
ARMM di bawah Misuari, budget ARMM
nasional (Yegar 2002).
tidak
bahwa
atau
Meski
kabupaten/kota
Katolik
demikian,
umumnya
kira-kira
tujuh
sebelumnya
didukung
kehilangan
sehingga
sepenuhnya.
kesabaran
sehinga
tidak
Misuari terjadi
tahun kemudian Presiden Fidel Ramos
kekerasan yang dalam penyelidikan intelejen
berhasil membawa Nur Misuari ke pangkuan
mengarah
ARMM dengan janji dikembalikannya klaim
sebagai
wilayah otonomi yang tercantum di dalam
dipenjara karena itu (Yegar 2002).
MoA Tripoli 1979 dan didukung untuk
kepada
keterlibatan
Misuari
gubernur.
Misuari
akhirnya
Sesunggunya
pemerintah
pusat
menjadi gubernur dalam pemilu ARMM.
Filipina tidak memutus hubungan dengan
Namun, bulan madu Ramos dengan MNLF-
MILF. Pada tahun 2003 dengan kembali
Misuari tidak berlangsung lama karena
difasilitasi oleh Libya terjadi penandatangan
ternyata budget ARMM yang diajukan
MoA di Tripoli antara pemerintah Filipina di
gubernur Misuari hanya dikabulkan sebagian
bawah presiden Gloria Macapagal dengan
204 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
MILF. Isinya antara lain adalah bahwa
mengatakan akan ikut siapa saja yang akan
MILF menarik tuntutan merdeka dan beralih
memperoleh
ke otonomi serta melanjutkan perundingan
kepentingan Moro. Ibrahim menyatakan
bentuk otonomi yang kemudian disebut
bahwa MoA-AD ini adalah sikap paling
sebagai
of
reformis dari MILF dan tidak bisa lebih
Agreement on Ancestral Domain) (Tumirez
reformis lagi. Pilihan lainnya adalah kembali
2007; Williams 2010). Perundingan MoA-
ke separatis atau medan perang. Sementara
AD gagal di tahun 2009 tetapi kemudian
pihak oposisi Ibrahim menolak kompromi
direvisi dan disepakari pada Oktober 2012
karena kemerdekaan adalah harga mati.
MoA-AD
(Memorandum
atas fasilitasi Malaysia dan organisasiorganisasi civil society di dunia.
Dua
hak
kali
lebih
juga
luas
penulis
untuk
bertemu
dengan Nur Misuari sebelum ditandatangani
Pada awal tahun 2010, saya bertemu
MoA MILF-pemerintah Filipina 2012 dan
baik pemimpin tertinggi MNLF Nur Misuari
dua kali pula pasca penandatangan itu, di
dan kelompok MNLF oposisi Misuari,
Jakarta dan di Manila. Pada dua kali
Muslimin Semma yang tinggal dan suku
pertemuan sebelum pendatangan MoA itu,
Magindanao maupun pemimpin tertinggi
tampaknya Misuari masih berharap bahwa
MILF Ir. Ibrahim Murod pengganti Hasyim
MNLF bisa menguasai lagi ARMM dan
Salamat di Camp Abu Bakar yang dijaga
bahkan Misuari menyatakan bahwa draf
ketat. Saya juga bertemu dengan pemimpin
RUU tengah dibahas di Kongres untuk
oposisi terhadap Ibrahim Murod di MILF
memperbaharui eksistensi ARMM. Namun
yang bersuku Tausug. Nur Misuari ketika itu
dua kali bertemu paska MoA 2012, Nur
masih berharap bisa memperoleh kembali
Misuari tampak frustasi dan tidak punya
kekuasaan di ARMM, sedangkan oposisinya
pilihan lain kecuali mungkin akan bersikap
205 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
frontal karena ARMM praktis telah diambil
ADA APA DENGAN MNLF DAN MILF?
alih oleh MILF.
Sesungguhnya perbedaan MNLF dan
Dalam MoA 2012 tersebut, ARMM memang
dilebur
dari
ideologi tetapi juga berbeda dalam basis
wilayah otonomi vesi MILF. Praktis terjadi
etnis dan legitimasi serta pusat konsolidasi.
pengalihan penguasaan otonomi dari MNLF
Baik MNLF maupun MILF semula adalah
ke MILF tanpa mengikutkan pembicaraan
organisasi modern yang dipimpin oleh para
MNLF di dalamnya. Pada akhir November
terdidik dan bersifat meritokrasi sebagai
2012 saya berkesempatan ke Manila dan
kritik terhadap kepemimpin tradisional di
Mindanao termasuk Basilan: baik Nur
Mindanao yang feodal dan dinastik. Tetapi
Misuari dan para pendukungnya mengaku
ketika keduanya terdesak oleh realitas arus
tidak
tentang
politik maka mereka mencari legitimasi
pembicaraan dan negosiasi dalam MoA
tradisionalnya masing-masing, yaitu basis
MILF yang ditandatangani Oktober 2012
etnis dan kesultanan. Sementara MNLF
tersebut. Sedangkan oposisinya menyatakan
berbasis di Sulu dengan etnis Tausug dan
akan bergabung dengan MoA tersebut. Hal
kesultanan Sulu, maka MILF berbasis pada
yang patut dipertanyakan adalah peran
etnis Magindanao di pulau induk Mindanao
pemerintah
Indonesia
yang berbasis pada kesulatanan Magindanao.
adalah mediator realisasi ARMM, sementara
Dengan demikian, kini MNLF dan MILF
kini diambil alih oleh Malaysia melalui
berhadapan bukan hanya dalam ideologi dan
MILF.
agenda melainkan juga dalam perbedaan
pernah
menjadi
diajak
Indonesia
bagian
MILF bukan hanya dalam organisasi dan
bicara
karena
etnis,
legitimasi
kesultanan
dan
pusat
konsolidasi yang berbeda. Secara geografis
206 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
letak kesultanan Magindanao lebih dekat
Serangan
ke
Sabah,
dengan
dengan pemerintah pusat tetapi secara
demikian, boleh jadi adalah outlet dari
historis Sulu lebih terhormat dan tua karena
frustasi ini. Targetnya mungkin bukan ingin
kesultanan Magindanao baru berdiri di abad
menguasai Sabah apalagi merebut dari
ke-19.
Malaysia saat ini, tetapi tidak lebih dari Dengan akomodasi pemerintah pusat
mencuri perhatian dunia dari ketertindasan
Filipina terhadap MILF-suku Magindanao-
dan minoritisasi oleh pemerintah pusat
kesultanan Magindanao dan memasukkan
Filipina,
ARMM yang notabene ―milik‖ MNLF-suku
Mindanao
Tausug-kesultanan Sulu tanpa konsultasi dan
keterasingan dari dunia luar.
pelibatan mereka dalam pembicaraan maka
ANALISIS: PERLUNYA PERUBAHAN
praktis etnis Tausug yang juga MNLF dan
RADIKAL
pengabaian dalam
dalam MoA
otonomi
2012
dan
masyarakat serta kesultanan Sulu kehilangan
Nasionalisme dalam negara-bangsa
harapan dalam arti keseluruhan, termasuk
yang mengagungkan territorial integrity
kans-nya untuk bisa merebut kembali Sabah
sebagai satu-satunya definisi batas wilayah
suatu ketika. Sementara pemerintah pusat
adalah warisan kolonial yang menipulaitf,
mengabaikan, baik dalam pembangunan
diciptakan
maupun peningkatan kesejahteraan rakyat
kolonial
dan kehormatan keluarga Kesultanan Sulu.
persaudaraan
Mereka bukan hanya minoritas agama dan
agama, keluarga dan kekuasaan tradisional
etnis di negerinya sendiri Filipina tetapi juga
yang historis. Sementara pluralitas anggota
sangat jauh dari pusat dalam arti segalanya,
warganegara
jarak, pembangunan dan pemanusiaan.
penyeragaman sebagai satu kesatuan dalam
dalam yang
rangka
keserakahan
menabrak
batas-batas
serumpun
di
sesama
dalamnya
etnis,
dipaksakan
207 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
suatu
sistem
asimiliasi
dengan
menghilangkan perbedaan dan keragaman.
dalam negara-bangsa pasca kolonial maka mereka
harus
menanggung
jarak
Kesultanan Sulu, dan tentu saja
kesejahteraan hidup yang begitu mencolok
bangsa Moro di Mindanao pada umumnya,
dengan saudaranya serumpun sesama etnis,
adalah
yang
seagama, pengalaman historis yang panjang
termarginalisiasi dan terminoritisasi bukan
dan bahkan keluarga di Sabah dan Brunei.
saja karena jarak yang jauh dari pusat, tetapi
Harapan yang punah, pengabaian eksistensi
juga terabaikan tentang kehidupan ekonomi
dalam membangun MoA 2012 atas nasib
dan kehangatan hubungan sebagai sesama
mereka di masa depan yang sangat panjang,
bangsa Republik Filipina. Sementara mereka
serta keacuhan terhadap kemiskinan dan
tertutup untuk berhubungan secara sejajar
jarak distribusi ekonomi di wilayah di
dan
negaranya,
salah
hangat
satu
dengan
tradisi
lokal
saudara
serumpun
sesama etnis, agama, sejarah kekuasaan
membuat
frustasi
tidak
terbendung.
tradisional dan keluarga serta kedekatan
Dengan latar belakang semacam itu
wilayah baik dengan Sabah maupun Brunei.
rasanya tak pantas negara semakmur seperti
Kedekatan hubungan mereka dalam hampir
Malaysia alih-alih membantu membangun
semua hal sedekat hubungan penduduk di
kepercayaan diri untuk terhindar dari frustasi
perbatasan Timor Leste-Indonesia di pulau
dan memediasi untuk bisa meraih hak-hak
Timor yang sesama Katolik, etnis Timor,
mereka secara wajar, dengan entengnya
hubungan keluarga dan tradisi lokal yang
justru mengusulkan mereka sebagai teroris
kuat.
hanya karena ada ideologi batas wilayah Hanya karena mereka tergabung
negara di situ. Rasanya harus ada perubahan
secara terpaksa dengan bangsa yang berbeda
visi yang radikal atas konsep negara-bangsa
208 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pasca kolonial di negara-negara non-Barat
Meskipun Ben Anderson memuji setinggi
setidaknya di Asia Tenggara, jika diinginkan
langit nasionalisme Indonesia dan Asia
terbangun suatu kesejahteraan yang merata
Tenggara,
dan terciptanya kawasan yang damai. Tidak
multikultural sebagai imagined communities,
hanya dalam wilayah serumpun Melayu
yaitu meskipun terdiri dari berbagai suku,
tetapi juga serumpun sesama penghuni
bahasa, agama dan kepulauan tetapi berhasil
kawasan Asia Tenggara itu sendiri, termasuk
membangun suatu kesatuan bangsa. Tetapi
di mainland Indochina seperti Thailand-
tidak bisa melupakan tentang otoritarianisme
Kamboja yang sempat bentrok di perbatasan.
Orde Baru Indonesia sebagai bagian dari
REKOMENDASI
hegemoni kolonial dan Barat, dan juga
Negara-negara
non-Barat
pasca
misalnya,
yang
plural
dan
otoritarianisme yang sama di negara-negara
kolonial selayaknya membangun sendiri
Asia
Tenggara
atas
rakyatnya,
definisi batas-batas itu yang berbasis pada
memaksakan
realitas kultural tradisional, multikultural
mengabaikan dan bahkan penghilangan ciri-
dan pluralitas etnis, bahasa dan agama, serta
ciri khas lokal serta egoisme sektoral
hubungan persaudaraan dan keluarga, baik
masing-masing negara. Kini ciri-ciri itu
ke dalam negara itu sendiri dan antar negara.
mulai muncul berupa ketegangan yang laten
Redefinisi itu tentu saja dengan tidak
di banyak wilayah, seperti terjadi pada kasus
menghilangkan hak milik masing-masing
Keistimewaan
tetapi justru untuk suatu visi distribusi
pengaturan yang berbasis pada realitas plural
kemakmuran bersama.
dan multikultural bangsa itu sendiri dan juga
keseragaman
Yogyakarta.
Maka
yang dengan
perlu
dalam kawasan Asia Tenggara, bukannya
209 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pemaksaan
dengan
penyeragaman
dan
mengikuti doktrin kolonial tanpa reserve.
terhadap eksistensi bangsa itu sendiri. Lebih dari itu adalah adanya ancaman kepunahan
Peringatan keras harus diberikan
tradisi budaya pribumi dan dengan itu
kepada kebijakan pemerintah, khususnya
sebuah bangsa akan kehilangan tradisi dan
Indonesia, yang lebih mengakomodasi kultur
peradabannya sendiri.
dan ideologi yang datang dari luar dan
Dalam
demokrasi
negara-bangsa
bahkan dengan membiarkan munculnya
yang melandaskan pada hak-hak individu
cara-cara
yang berlebihan selalu terjadi hegemoni oleh
kekerasan
ketimbang
dan
penyerangan
memberdayakan
dan
mayoritas. Penghormatan terhadap hak-hak
perlindungan terhadap budaya dan tradisi
budaya dan tradisi sebagai hak kolektif,
lokal yang tertindas. Pada titik tertentu,
dengan demikian, harus menjadi arah baru
pembiaran ini di samping akan menggilas
konsep kewarganegaraan dalam demokrasi
tradisi-tradisi lokal yang khas juga akan
pasca kolonial di negara-negara non-Barat
menimbulkan
sebagai strategi perdamaian dan pemerataan
tradisi
kebencian
antar
kelompok bangsa dan itu berarti ancaman
kemakmuran.
210 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA Kymlicka, Will, Multicultural Citizenship: Liberal Theory of Minority Rights. Oxford: Oxford University Press, 1995 Kymlicka, Will et al. ed., Can Liberal Pluralism be Exported? Western Political Theory and Ethnic Relations in Eastern Europé. New York: Oxford University Press, 2001 Rodil, B. R., The Minoritization of the Indigenous Communities of the Mindanao and The Sulu Archipelago, Davao City, AFRM, 1994 Rodil, B. R., A Story of Mindanao and Sulu in Question and Answer, Davao City, Mincode, 2003 Tauzon, Bobby M., The Moro Reader: History and Contemporary Struggles of the Bangsamoro People, Quezon City Manila, Policy Study Publication and Advocacy (PSPA)-Center for People Empowerment in Governance (CenPEG), 2008 Tuminez, Astrid S., ―The Land is Our Land: Moro Ancestral Domain and its Implications for Peace and Development in the Southern Philippines,‖ SAIS Review, 27, 2, Summer-Fall 2007: 77-91. Williams, Timothy, ―The MoA-AD Debacle – An Analysis of Individuals Voices, Provincial Propaganda and National Interest,‖ Journal of Current Southeast Asia Affairs, 1, 2010:121144. Wilson Jr., MAJ Thomas G., Extending Autonomous Region In Muslim Mindanao to the Moro Islamic Liberation Front a Catalyst for Peace: Monograph, Kansas, School of Advance Military Studies US Army Command and General Staff College Fort Leavenworth, 2009 Yegar, Moshe, Between Integration and Secession: The Muslim Communities of the Southern Philippines, Southern Thailand, and Western Burma/Myanmar, Maryland: Lexington Books, 2002
211 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
LEMBAGA PASCA-KONFLIK DAN PROSES PERDAMAIAN DI FILIPINA SELATAN Lambang Trijono Fisipol dan PSKP, UGM dan Peace and Development Initiative Indonesian Institute
[email protected] Abstract: Post Conflict Institution and Peace Process in Southern Philippines This writing is an attempt to understand the roles of post conflict insititution and the peace process in Southern Philippines. Strengthening post conflict institution that was the outcome of previous peace agreement is crucial to push for integration and further peace process. The dynamics between conflict and peace in Mindanao show the close connectin between coflict and peace process. When peace process gathered its peace, conflict subsided. And in contrary, when peace process stalled, conflict emerged and violence tookplace which threatened human security. This writing deals with four aspects. One, a review of corrent conflict and peace process in Mindanao. Second, the weakening of the peace process and the rising threat to human security. Third, humanitarian efforts thus far conducted and lessons learned of such efforts. And finally, this paper will see the conncetion between conflict and peace process in Mindanao and the Sabah-Sulu incident. Based on the discussions, this paper will suggest a recommendation to push forward the peace process and the resolve the Sabah-Sulu problem on ASEAN Comunity level. Keywords: Post-conflict institutions, Peace process, Souther Philippines, Human security Abstrak: Lembaga Pasca-Konflik dan Proses Perdamaian di Filipina Selatan Tulisan ini mencoba untuk memahami tentang bagaimana peran lembaga pasca konflik dan proses perdamaian di Filipina Selatan. Penguatan lembaga pasca konflik sebagai lembaga dihasilkan perjanjian damai di masa lalu sangat diperlukan untuk mendorong reintegrasi dan proses perdamaian. Dinamika konflik dan perdamaian di Mindanao selama ini menunjukkan kaitan erat antara proses perundingan dan dinamika konflik. Ketika proses perundingan menguat, maka konflik kemudian mengalami penurunan. Sebaliknya, kemerosotan proses perundingan mendorong dinamika konflik meningkat, sehingga terjadi kekerasan yang mengakibatkan ketidakamanan manusia semakin meningkat. Tulisan ini terdiri dari empat bahagian yang pertama tentang tinjaun terkini tentang situasi terakhir dinamika konflik dan perdamaian Mindanao. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang kemerosotan proses perundingan dan dampaknya terhadap keamanan manusia. Selanjutnya, dipaparkan penanganan kemanusiaan yang telah dilakukan selama ini dan pelajaran yang bisa dipetik untuk mendukung proses perdamaian. Sesuadah itu, dibahas kaitan dinamika konflik dan proses perdamaian di Mindanao dengan peristiwa Sabah-Sulu. Berdasarkan itu, terakhir kemudian dikemukakan rekomendasi untuk mendorong proses perdamaian dn mengatasi masalah Sabah-Sulu dalam level komunitas Asean. Kata kunci: Lembaga pasca-konflik—proses perdamaian—Filipina Selatan—keamanan manusia
212 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dan karena itu perlu segera mendapat solusi
PENGANTAR Meningkatkan
kepedulian
publik
pemecahan.
terhadap masalah keamanan manusia yang ditimbulkan
oleh
sangat
merosotnya proses perdamaian di Filipina
membantu mendorong proses perdamaian.
Selatan untuk mencegah dampak buruk
Hal itu sangat diperlukan dalam kasus
ditimbulkan terhadap keamanan manusia
konflik di Filipina Selatan. Daerah tersebut
dan
bukan hanya mengalami konflik yang sangat
perundingan damai. Berdasar hasil penelitian
serius, tetapi juga perdamaian yang berlarut-
tentang dukungan lembaga pasca-konflik di
larut
mencapai
Mindanao, ditambah dengan pengamatan
kesepakatan damai. Dalam situasi demikian,
terakhir terhadap konflik Sulu-Sabah, paper
bukan hanya dinamika konflik saja yang
ini berpendapat bahwa penguatan lembaga
harus
juga
pasca-konflik sebagai lembaga dihasilkan
terutama
perjanjian damai di masa lalu sangat diperlukan untuk mendorong reintegrasi dan
hingga
konflik
kini
menjadi
dinamika
akan
Paparan ini mengangkat masalah
belum
perhatian.
Tetapi,
perdamaian,
kecenderungan
merosotnya
proses
perdamaian
dampaknya
terhadap
dan
bagaimana
memperkuat
proses
proses perdamaian.
keamanan manusia. Terlebih setelah konflik
Paparan berikut ini secara berturut-
Sulu-Sabah pecah belakangan ini, sebagai
turut menyajikan, pertama-tama, tinjauan
sebuah transgresi konflik yang meluber ke
terkini tentang situasi terakhir dinamika
luar batas-batas negara, hal itu telah
konflik
mengakibatkan
Kemudian,
proses
perdamaian
di
dan perdamaian di dilanjutkan
Mindanao.
dengan
diskusi
Filipina Selatan yang selama ini difasilitasi
tentang kemerosotan proses perundingan dan
pemerintah Malaysia menghadapi hambatan
dampaknya terhadap keamanan manusia.
213 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
penanganan
disebut ―rido‖ atau pertikaian antar klan
kemanusiaan yang telah dilakukan selama
(Abinales 2004: 47-48), tetapi juga konflik
ini
untuk
vertikal penentuan nasib sendiri (Ferrer
mendukung proses perdamaian. Sesudah itu,
2005: 7-15). Namun, dibalik konflik sedang
dibahas kaitan dinamika konflik dan proses
berlangsung
perdamaian di Mindanao dengan peristiwa
prakarsa dan upaya perdamaian juga sedang
Sabah-Sulu.
dilangsungkan
Selanjutnya,
dan
dipaparkan
pelajaran
bisa
Berdasarkan
dipetik
itu,
terakhir
itu,
selama
(Lee
berbagai
2005:
121-123),
kemudian dikemukakan rekomendasi untuk
terutama
mendorong
pemerintah Filipina dengan pemberontak
proses
perdamaian
dan
mengatasi masalah Sabah-Sulu dalam level
perundingan
antara
MILF (Lingga 2005).
komunitas ASEAN. SITUASI TERKINI
proses
ini
Dinamika konflik dan perdamaian di Mindanao selama ini dapat dipahami dari
Meninjau ulang pembahasan tentang
aksi pemberontakan di kalangan bangsa
Mindanao selama ini, kita menemukan
Moro dan reaksi terhadap pemberontakan
terlalu banyak perhatian diberikan pengamat
dilakukan pemerintah Filipina. Di pihak
terhadap proses konflik sedang berlangsung.
pemberontakan bangsa Moro, terdapat dua
Tetapi, sangat sedikit perhatian diberikan
pihak yang memberontak, yaitu MNLF
terhadap proses perundingan damai sedang
(Mindanao National Liberation Front) dan
berlangsung. Memang, konflik menandai
MILF (Mindanao Islamic Liberation Front
daerah ini dan sangat mempengaruhi kondisi
(Santos
kehidupan masyarakat di Mindanao. Konflik
pecahan dari MNLF karena tidak puas
sedang berlangsung bukan hanya konflik
terhadap
bersifat horisontal antar komunitas, atau
Tripoli I.
2005:
4-8).
pelaksanaan
MILF
merupakan
perjanjian
Damai
214 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Dari terdapat
sisi
tiga
pemerintah
posisi
Filipina,
kebijakan
dalam
Konflik
bersenjata
di
Mindanao
dalam dunia modern terjadi mulai sejak
merespon pemberontakan, yaitu: pendekatan
tahun
keamanan
dan
mendeklarasikan kemerdekaan Mindanao
demobilisasi, dan pendekatan kelembagaan
dari Filipina. Pemberontakan itu kemudian
politik (Oquist 2002, Brillantes 2005).
direspon
Pendekatan militer merupakan posisi militer
Presiden Marcos dengan mobilisasi militer
dan sebagian politisi di Manila yang melihat
dan perundingan damai mencari solusi
kemenangan militer sebagai satu-satunya
politik. Perundingan damai antara MNLF
jalan dan pilihan yang dianggap bisa
dan
mengakhiri konflik. Sementara, pendekatan
berlangsung
pasifikasi dan demobilisasi berpendapat
perjanjian
perdamaian
bisa
menghasilkan
pembangunan
ekonomi
atau
kesejahteraan.
militer,
pasifikasi
dicapai dan
Sedangkan,
melalui
1972,
yaitu
pemerintah
pemerintah
ketika
Filipina
Filipina
pada
dibawah
pertama
tahun
Tripoli.
MNLF
1976
dalam
Perundingan
kesepakatan
kali
itu
pemberian
redistribusi
otonomi politik untuk Mindanao. Namun,
pendekatan
beberapa anggota MNLF dari kalangan
kelembagaan politik lebih memilih solusi
pergerakan
politik untuk mencapai perdamaian. Dalam
pelaksanaan hasil perundingan damai itu,
saling
aksi
dan kemudian keluar dari MNLF dan
pemerintah
membentuk front perlawanan baru dalam
keterhubungan
pemberontakan
dan
antara
reaksi
Filipina dalam ketiga posisi itulah dinamika konflik dan perdamaian di Mindanao bisa dipahami.
Islam
tidak
puas
dengan
wadah MILF. Sesudah Presiden
Cory
Presiden Aquino
Marcos
jatuh,
mengaktifkan
kembali negosiasi dengan MNLF dan MILF
215 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dengan
melakukan
pelaksanaan
pembaharuan
otonomi
(all-out-war)
terhadap
MILF.
Mindanao.
Pertempuran antara tentara Filipina dan
Proses perdamaian itu berlanjut hingga
MILF tak terhindarkan terus berlangsung
priode pemerintahan berikutnya dibawah
dibawah pemerintahan Estrada. Dalam kasus
Fidel
penyerangan
Ramos
untuk
total‖
dengan
memperluas
terhadap
Abubakar,
desentralisasi politik dan otonomi lebih
misalnya,
besar untuk Mindanao. Untuk mendukung
kekuatannya di kamp terbesar dimiliki
pelaksanaan kebijakan itu, dibentuk lembaga
(Ferrer 2005: 6).
pasca-konflik Phillipine
yaitu
Council
SPCDC for
(Southern
Peace
and
MILF
kamp
Pertempuran kemudian
setelah
kehilangan
basis
bersenjata
surut
Presiden
Gloria
Development) bertujuan untuk mendorong
Macapagal-Arroyo dan pemimpin MILF
proses
melakukan
reintegrasi,
rehabilitasi
dan
negosiasi
pada
perundingan
rekonstruksi pasca-konflik. Namun, MILF
Tripoli kedua pada tahun 2001. Tiga
masih tetap belum menerima kebijakan itu,
kesepakatan
karena meminggirkan posisi mereka dalam
perundingan ini, yaitu: gencatan senjata,
pembagian
lebih
rekonstruksi dan rehabilitasi dan pemberian
pemimpin
wilayah otonom baru terhadap MILF atau
memberikan
kekuasaan posisi
dengan pada
tradisional dan pengikut MNLF. Situasi menjadi semakin memburuk
yang
damai
dikenal
domain.Untuk
dihasilkan
dengan mendukung
dari
ancestral pelaksanaan
di bawah Presiden Joseph Estrada yang lebih
perjanjian damai tersebut, dibentuk tiga
mengedepankan pendekatan militer daripada
lembaga
perundingan damai. Hal itu dilakukan
(International Monitoring Team), dan BDA
dengan mengeluarkan keputusan ―perang
(Bangsamoro Development Agencies) serta
pasca-konflik,
yaitu
IMT
216 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
BLMI
(Bangsamoro
Leadership
and
Management Institute). Pelaksanaan
pertemuan rahasia dengan pemimpin MILF di Tokyo pada tanggal 4 Agustus 2011,
elemen
kesepakatan
dengan
harapan
pertama dan kedua dinilai cukup berhasil.
demokratis
Keberadaan
perundingan.
IMT
berhasil
menurunkan
kekerasan secara drastis. Sementara, BDA cukup berhasil
bisa
sebuah
solusi
dihasilkan
politik melalui
KEMEROSOTAN PERUNDINGAN
menjalankan mandatnya
Pelajaran terpenting bisa diambil dari
melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi
dinamika konflik dan perdamaian selama ini
komunitas, meskipun untuk BLMI baru
adalah bahwa terdapat kecenderungan ketika
diaktifkan kemudian dibawah pemerintahan
proses perundingan mengalami penurunan,
Presiden
maka hal itu segera disusul meningkatnya
Aquino
Jr.
Namun,
untuk
pelaksanaan kesepakatan ketiga, tentang
ketegangan,
ancestral domain, menemui kendala politik
Mindanao sehingga menimbulkan masalah
karena tidak didukung Senat dan Kongres,
keamanan manusia. Di masa pemerintahan
hingga akhirnya setelah melalui perdebatan
Estrada,
politik
mengalami
dicabut
karena
dinilai
tidak
polarisasi,dan
misalnya,
setelah
kemerosotan
konflik
di
perundingan
dan
kemudian
diikuti dengan keputusan ―perang total‖
konstitusional. Penolakan
itu
terhadap MILF pada tahun 2000, hal itu
membuat situasi Mindanao kembali bergolak
mengakibatkan kekerasan dan menimbulkan
dan pertempuran antara tentara pemerintah
korban sipil. Diperkirakan, akibat dari
Filipina dan MILF kembali pecah. Situasi
kebijakan ―perang total‖ tersebut sekitar satu
krisis itu kemudian berhenti setelah Presiden
juta orang menjadi pengungsi (PHSR,
baru
UNDP 2005: 4).
terpilih
ancestral
Aquino
Jr.
domain
mengadakan
217 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Kasus serupa terjadi pada tahun 2003 ketika
Presiden
Arroyo
kebijakan
penyerangan
―Buliok‖,
yang
mengeluarkan terhadap
dari
288
peristiwa
pada
awal
pemerintahannya menjadi hampir nol persen
kamp
di akhir pemerintahan. Level nol persen itu
hampir
berlangsung hingga pemerintahan Presiden
setengah juta orang mengungsi. Pertempuran
Ramos yang memanfaatkan momen untuk
bersenjata terjadi lagi setelah ancestral
perbaikan kondisi di Mindanao itu dengan
domain ditolak pemerintah Manila yang
melancarkan kebijakan desentralisasi politik
mengakibatkan kurang lebih 700.000 orang
dan otonomi lebih besar.
mengakibatkan
menjadi pengungsi dan sekitar 500 orang
Namun,
sebaliknya, Estrada
jumlah
selama
meninggal, disertai kerusakan serius sarana
pemerintahan
peristiwa
publik, seperti rumah tinggal, sekolahan,
kekerasan meningkat mencapai titik 114
sawah, ladang, perkebunan dan lainnya
sesudah ia mengeluarkan keputusan ―perang
(PHSR, UNDP 2005: 4).
total‖ terhadap MILF pada tahun 2000. Hal
Kecenderungan ini juga dapat dilihat
itu berlangsung terus meningkat hingga
pada potret besar kecenderungan dinamika
mencapai titik tertinggi pada level 316
konflik
Mindanao.
peristiwa pada tahun 2008, setelah Presiden
Dilihat dari jumlah peristiwa kekerasan
Arroyo mengeluarkan keputusan ―perang
terjadi, jumlah korban kekerasan menurun
total‖ terhadap MILF sesudah ancestral
drastis keika proses perundingan kembali
domain ditolak Senat and Kongres (PHSR,
menemukan momentum politik (PHSR,
UNDP 2005: 3-5).
dan perdamaian di
UNDP 2005). Keputusan Presiden Corazon Aquino
untuk
memperluas
otonomi
Mindanao, misalnya, menurunkan kekerasan
Sebaliknya, arah berbeda terjadi ketika proses perundingan menguat dan mendapatkan
momentum
politik.
218 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Berlanjutnya membuka
proses
perundingan
peluang
bagi
telah
kebanyakan
antara
pemberontakan
―Rido‖,
namun
dengan
dampak
dari
konflik konflik
pengungsi untuk kembali ke tempat asal
komunal itu tidak ada bedanya dengan
melalui berbagai pelayanan penanganan
konflik
kemanusiaan
perdamaian
dengan pemerintah. Misalnya, pertikaian
komunitas. Pemberlakuan kembali gencatan
antara pemimpin komunal di Datu Piang,
senjata dengan MILF pada pertengahan
Maguindanao, pada bulan Agustus 2011,
tahun 2003, dengan pengawasan IMT,
terkait sengketa lahan antara komandan
misalnya, dan berlanjutnya situasi relatif
tentara Abunawas (pengikut Kato) dan
damai
telah
komandan tentara Azmi dari MILF, telah
memungkinkan ribuan orang kembali ke
mengakibatkan 14 tentara sipil bersenjata
tempat asal mereka (PHSR, UNDP 2005: 5-
meninggal dan lebih dari 3500 penduduk
6).
mengungsi (Mindanao Cross
pada
dan
program
tahun
2004,
Namun, dengan gencatan senjata itu
bersenjata
antara
pemberontak
20 Agusus
2011).
bukan berarti rakyat Mindanao terbebas dari
Kemerosotan
proses
perundingan
ketakutan, kerentanan dan kekerasan. Begitu
disusul dengan meningkatnya ketegangan
proses
dan
perundingan
berlanjut,
dan
konflik
merupakan
faktor
utama
pendekatan militer surut ke belakang, atau
terjadinya ketidakamanan manusia yang
menyimpan energi mereka, konflik dalam
semakin meningkat. Konflik yang berlarut-
bentuk lain antar pemimpin komunitas
larut dan proses perundingan yang terus
bersenjata, atau ―Rido‖, justru meningkat,
merosot menyebabkan konflik berulang.
mengambil kesempatan situasi lemahnya
Dalam
negara. Meski tidak ada kaitan langsung
kebijakan, yaitu antara pendekatan militer,
situasi
demikian,
tiga
posisi
219 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pasifikasi dan mobilisasi, dan kelembagaan
SPCDC,
politik itu menciptakan dinamika konflik dan
masyarakat sipil serta agensi pembangunan,
perdamaian tersendiri. Pendekatan militer
sangat strategis untuk mendorong proses
cenderung menciptakan polarisasi konflik
perdamaian. Sebagai lembaga dihasilkan
semakin menguat. Sementara, pendekatan
dari
pasifikasi
lembaga perantara, mereka dapat menjadi
dan
demobilisasi
cenderung
menciptakan fragmentasi sipil (Oquist 2002,
proses
perdamaian
manusia,
harus
didorong
BDA
dan
perundingan
organisasi
dan
sebagai
jembatan perdamaian.
Abinales 2004). Untuk mencegah dampak ketidakamanan
IMT,
Pemerintah pusat dalam menjalankan
konsolidasi
kebijakan
di
komunitas melalui perantara pemerintah
tingkat
selalu
menjangkau
nasional. Pembukaan kembali dialog politik
otonom
antara
hubungan dengan elit lokal dan masyarakat
pemerintah
Aquino
Jr
dengan
dan
ingin
membangun
pemimpin MILF baru-baru ini, misalnya,
sipil.
membuat pendekatan kelembagaan politik
pemberontak juga berupaya membangun
kembali menguat dalam proses perundingan.
kedekatan
PENANGANAN KEAMANAN
masyarakat sipil dan komunitas untuk
MANUSIA
mendapatkan
Menciptakan
keamanan
manusia
Demikian
politik.
pula,
kedekatan
hubungan
pemerintah
dengan
dukungan
Selain
itu,
organisasi
dan
legitimasi
untuk
mencapai
membutuhkan kerjasama berbagai pihak,
komunitas
khususnya kelompok-kelompok strategis di
agensi pembangunan dalam menjalankannya
Mindanao.
selalu
Dalam
hal
ini,
keberadaan
dalam
dan
melalui
memberikan
perantara
atau
bantuan,
dengan
lembaga pasca-konflik dan lembaga sipil,
sepengetahuan atau persetujuan pemerintah
seperti pemerintahan otonomi Mindanao,
atau pemberontak di wilayah mereka. Dalam
220 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
potensinya sebagai lembaga mediasi itu,
pembangunan dan demokratisasi (Boutros
kolaborasi diantara lembaga dan agensi itu
Gali 1996).
sangat
strategis
mendorong
proses
perdamaian.
Pemerintah
otonomi
Mindanao,
misalnya, telah memberikan banyak bantuan
Namun
demkian,
terdapat
kemanusiaan dan pembangunan, khususnya
banyak kendala dihadapi lembaga-lembaga
dalam situasi krisis. Program Pamana,
tersebut
proses
misalnya, merupakan program kemanusiaan
mereka,
terbesar dilakukan (Mindanao Cross 20
dalam
perdamaian.
juga
mendorong
Kebanyakan
dari
sayangnya, dalam melakukan intervensi
Agustus
kemanusiaan
September
pendekatan
masih satu
menggunakan dimensi.
Belum
menggunakan pendekatan terpadu
Oktober
2011,
Mindanao
Cross
24
Manila
Bulettin
29
program
ini
2011, 2011).
Namun,
yang
seringkali menemui banyak kendala untuk
memadukan intervensi kemanusiaan dengan
memasuki wilayah diduduki MILF. Selain
pembangunan
itu, dalam melaksanakan program, seringkali
perdamaian.
Kebanyakan
hanya bekerja di sekitar konflik, atau hanya
menemui
dalam wilayah konflik, dan bukan mengena
pertentangan antar warga komunitas terkait
pada konflik itu sendiri (Gaigals dan
penempatan pengungsi. Misalnya, timbul
Leonhartd 2001). Kecuali beberapa lembaga,
persoalan,
seperti BDA, Katuntaya Foundation dan
dikembalikan
CBCS (Consortium of the Bangsamoro Civil
diduduki MILF, ataukah ditempatkan di
Society), kebanyakan lembaga masyarakat
tempat
sipil
ditempatkan di tempat lain, sementara MILF
tidak
menggunakan
terpadu,memadukan
pendekatan perdamaian,
penolakan
apakah
lain.
ke
dan
bahkan
pengungsi
daerah
Pemerintah
asalnya
harus yang
mendukung
meminta dikembalikan ke daerah asal.
221 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Selain
itu,
yang
Karena itu, mereka mudah akses untuk
memiliki akses luas terhadap komunitas
masuk ke dalam komunitas, baik yang
adalah
CSFI
dikontrol oleh pemerintah maupun MILF
(Community Services and Family Initiative),
(wawancara dengan kepala BDA 25 Agustus
misalnya,
2011).
agensi
lembaga
lain
pembangunan.
memiliki
banyak
program
kemanusiaan dan pembangunan komunitas
Selain itu, terdapat pula lembaga-
dibantu lembaga internasional, seperti Bank
lembaga lain yang memiliki akses luas ke
Dunia dan UNDP, dengan melibatkan
komunitas dan memiliki pendekatan terpadu
banyak pemangku, baik dari komunitas,
intervensi kemanusiaan dan pembangunan
kalangan pemberontak maupun pemerintah.
perdamaian, yaitu Katuntaya Foundation
Namun, program mereka kebanyakan belum
(KFI) dan CBCS. Didirikan oleh konsorsium
memadukan
lembaga swadaya masyarakat
Mindanao,
KFI
melakukan
program
kemanusiaan
dan
pembangunan perdamaian. Lembaga menjadi
lain
pendorong
sangat
berpotensi
serentak
pengorganisasian komunitas untuk kerja
adalah
kemanusiaan, pembangunan komunitas dan
lembaga pasca-konflik, seperti SPCDC, IMT
perdamaian (wawancara dengan kepala KFI
dan BDA, yang dibentuk sebagai hasil
19 Oktober 2011). Selain itu, bekerjasama
perjanjian damai Tripoli I dan II, dan secara
dengan CBCS mereka melakukan diplomasi
khusus memang memiliki mandat untuk itu.
perdamaian
Sebagai
perjanjian
pemerintahan di Manila dan pemimpin
damai, mereka mendapat dukungan dari
MILF dan MNLF untuk mencari solusi
berbagai
pemerintah,
politik (wawancara dengan kepala CBCS
pemberontak maupun warga komunitas.
yang juga sekaligus pengelola KFI 19
lembaga
pihak,
perdamaian
secara
dihasilkan
baik
tingkat
tinggi
dengan
222 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Oktober
2011).
inklusif,
mereka
Karena
sifatnya
bekerjasama
yang
LEMBAGA PASCA KONFLIK
dengan
Sejak
ancestral
domain
ditolak
lembaga pasca-konflik seperti IMT dan
pemerintah, proses perdamaian di Mindanao
BDA, dan didukung banyak pihak, baik
relatif terhenti. Namun, proses perdamaian
kalangan pemerintah otonomi, pemimpin
kemudian mendapatkan momentum politik
MILF,
yang
MNLF,
pemimpin
komunitas,
baru
sejak
Presiden
kembali
proses
Aquino
Jr
pemimpin agama, pemimpin adat, dan
membuka
organisasi masyarakat sipil dan organisasi
dengan pemimpin MILF pada tanggal 4
berbasis komunitas.
Agustus
2011.
Proses
perundingan
perdamaian
itu
Kelima lembaga mediasi tersebut
sekarang berlangsung dalam konteks politik
menunjukkan keberadaan lembaga lokal
khusus, yaitu dilakukan pemerintah dan
berpotensi
perdamaian.
MILF yang sekarang relatif lebih terbuka
membantu
dan didukung masyarakat sipil. Karena
terhadap
sifatnya demikian, maka hal itu membuka
Kerjasama
mendorong diantara
mereka
dalam
memberikan
dukungan
proses
perdamaian.
Terlebih
kerjasama
peluang dicapainya kesepakatan politik.
lembaga pasca-konflik, seperti IMT dan
Selain itu, juga terdapat banyak
BDA, dan CBCS yang memiliki kedekatan
kendala untuk mencapai negosiasi politik
dan banyak pendukung dari berbagai pihak,
itu. Terutama, karena masih tingginya
dengan agenda perdamaian dan diplomasi
pertentangan pendapat, khususnya antara
politik tingkat tinggi. Sebagai lembaga
pendekatan militer dan solusi politik baik di
mediasi, mereka bisa diharapkan mendorong
dalam pemerintah maupun di kubu MILF.
proses perundingan untuk mencapai solusi
Masih
politik.
menggunakan pendekatan militer, dibanding
banyak
pemimpin
yang
masih
223 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
melakukan transformasi dari pendekatan
tetap berunding masih tetap berlangsung
militer ke solusi politik. Hal itu menjadi
karena kedua belah pihak masih sepakat
tantangan dan kendala tersendiri untuk
dengan prinsip dan etik perdamaian untuk
mencapai solusi politik.
mencapai solusi politik (Arguillas 2011,
Masalah lain yang masih menganjal
Coronel-Ferrer 2011).
adalah tingginya ketegangan dan debat antara
delegasi
pihak
proses perundingan mengalami kemerosotan
pemerintah dan MILF. Seperti berlangsung
hal itu kemudian disusul dengan konflik
dalam proses perundingan di Kuala Lumpur
meningkat. Hal itu juga terjadi dalam proses
akhir-akhir
pemerintah
perundingan terakhir di Kuala Lumpur.
Malaysia, terjadi debat antara delegasi
Ketika proses perundingan berjalan alot dan
pemerintah dan MILF tentang proposal
berlarut-latut tidak mencapai kesepakatan
―sub-state” atau pembentukan negara kecil
berarti, konflik di Mindanao meningkat,
otonom di Mindanao di bawah negara
seperti terjadi dalam kasus kontak senjata di
Filipina yang diajukan MILF. Proposal itu
Al-Barka dan Payao, Zambuanga, Sibugay,
ditolak
dengan
provinsi Basilan baru-baru ini. Konflik itu
mengajukan proposal baru paket otonomi
menimbulkan korban 19 tentara Filipina
terpadu untuk Mindanao. Proposal paket
meninggal dan ribuan orang mengungsi (The
otonomi terpadu itu kemudian ditolak MILF.
Inquirer 26 Oktober 2011, The Philippine
Maka,
posisi
Star 29 Oktober 2011). Peristiwa itu
―penolakan atas penolakan‖ sehingga saling
mendorong pendekatan militer maju ke
merugikan kedua belah pihak dan juga
depan, dan akhirnya memaksa Presiden
proses perundingan. Namun, kemauan untuk
Aquino
ini,
perundingan
difasilitasi
pemerintah
berlangsunglah
di
Seperti terjadi di masa lalu, ketika
Manila
kemudian
Jr
mengeluarkan
keputusan
224 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
―keadilan total‖ (all-out justice), yang
depan harus mampu menyajikan pilihan-
kemudian sedikit banyak meredakan konflik
pilihan solusi politik demokratik untuk
sedang
berlangsungnya transformasi konflik.
berlangsung.
keputusan
―perang
pemerintahan
Berbeda total‖
dari
sebelumnya
dengan kepala
Disini,
imajinasi
demokratik
ketika
barangkali bisa membantu untuk memvisi ke
menghadapi konflik meningkat, keputusan
depan mencapai kemungkinan tercapainya
―keadilan
mengedepankan
solusi politik demokratik di Mindanao.
penegakan hukum dan tertib sipil daripada
Melalui imajinasi demokrasi itu, bisa dilihat
perang.
kemungkinan skenario transformasi konflik
total‖
lebih
Mindanao saat ini membutuhkan
ke
depan,
bagaimana
melakukan
proses perdamaian yang visioner ke depan
transformasi pemberontakan organisasi baru
untuk mengatasi kemerosotan perundingan
pasca-konflik
dan menemukan solusi politik. Sepanjang
memperjuangkan kepentingan mereka secara
keamanan
manusia
kepedulian
politik, entah dalam bentuk partai politik
bersama,
maka
penguatan
proses
atau lainnya, dalam kerangka bekerjanya
dicapai
dengan
perundingan
bisa
menjadi
mengendepankan proses perundingan baru
yang
demokratis,
politik demokrasi. Imajinasi
demokrasi
bisa
yang lebih visioner ke depan. Tetapi, karena
membantu
dalam konteks Mindanao keamanan manusia
menemukan jalan demoktais untuk mencapai
hanya
berlangsung
perdamaian. Selain, di satu sisi, keberadaan
konsolidasi politik, demiliterisasi politik dan
lembaga pasca-konflik, IMT, BDA, BLMI,
demobilisasi pemberontakan, maka proses
perlu semakin diberdayakan, di sisi lain
perdamaian yang baru lebih visioner ke
bagaimana ke depan melakukan transformasi
bisa
diraih
jika
pihak-pihak
ini
berkonflik
225 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pemberontakan menjadi organisasi pasca-
dipertanyakan haknya dalam berpendapat,
konflik yang baru dalam kerangka politik
karena keberadaanya diakui secara sah dari
demokrasi menjadi tantangan utama dalam
demokrasi (Mouffe 2005). Melalui imajinasi
proses perundingan (Kovacs 2008).
demokrasi
seperti
itu,
perdamaian
di
Skenario ini sangat menjanjikan bagi
Mindanao diharapkan bisa dicapai dengan
terciptanya perdamaian di Mindanao. Hanya
menjadikan demokrasi sebagai landasan etik
saja, hambatan utama terletak pada masih
politik, dengan keyakinan bahwa tidak ada
kuatnya
menggunakan
konflik yang tidak bisa diatasi ketika
pendekatan militer dalam menyelesaikan
kemanan manusia menjadi tujuan utama dan
konflik
demokrasi dijadikan jalan menuju kesana.
konservatisme
daripada
memenangkan
hati
pemberontakdan warga masyarakat melalui
TRANSGRESI KONFLIK SABAH
negosiasi politik. Selain itu, tantangan juga
Sementara proses perundingan terus
barangkali datang dari mereka-mereka yang
berlangsung antara pemerintah Filipina dan
belum bisa menerima sepenuhnya solusi
MILF, dan bahkan semakin mendekati
politik
Belum
kenyataan menuju tercapainya perdamaian,--
mempercayai bahwa transformasi konflik
ketika dalam sejarah pertama kali sekitar
bisa dilakukan dengan mengubah hubungan
100 pemimpin MILF
antagonistik, atau menjadikan pihak lawan
Presiden Aquino di Istana Malacanang--,
sebagai
tiba-tiba
sebagai
musuh
jalan
terbaik.
(enemy)
yang
harus
kasus
bertemu
peristiwa
dengan
Sabah-Sulu
dienyahkan, menuju hubungan agonistis,
mencuat ke permukaan. Sejumlah pengikut
dimana pihak musuh dipandang sebagai
Sultan Sulu, Abdullah Kiram III, dari
lawan (adversary), yaitu mereka dilawan
Kepulauan Sulu, Filipina Selatan, dengan
pendapatnya
membawa senjata memasuki wilayah Sabah,
tetapi
tidak
pernah
226 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Malaysia, mengklaim bahwa wilayah Sabah
hubungan
merupakan bagian dari Kesultanan Sulu dan
sejarah, budaya, sosial ekonomi, tidak
mereka
Malaysia
mudah begitu saja dibatasi oleh batas-batas
mengembalikan ke pangkuan Kesultanan
wilayah negara, sehingga membutuhkan
Sulu.
penanganan tersendiri.
meminta
Klaim
pemerintah
itu
saja
tempat
tinggal,
ditolak
Sebagian lain melihat, bahwa kasus
pemerintah Malaysia, dimana wilayah Sabah
itu merupakan percikan pertikaian politik
selama ini telah menjadi bagian dari wilayah
ditengah
dalam
Malaysia.
Pemilu, bulan April 2013. Menurut versi ini,
Pemerintah Malaysia memberikan ultimatum
peristiwa itu, terjadi karena provokasi politik
kepada para ―penyusup‖ itu untuk keluar
terhadap Sultan Sulu untuk mengklaim
dari wilayah Sabah kembali ke Kepulauan
Sabah,
Sulu. Sementara, ―pengklaim sejarah‖ dari
pemerintahan
pengikut Kesultanan Sulu itu menolak
Sebagian lain lagi melihat, dari sisi yang
ultimatum itu, sehingga tidak terhindarkan
lebih luas, bahwa peristiwa itu merupakan
terjadi kekerasan bersenjata di Sabah.
sabotase
juridiksi
tentu
emosional,
kedaulatan
Berbagai spekulasi muncul terkait
Malaysia
sebagai
berlangsung
sedang
upaya berkuasa
proses antara
menghadapi
mendelegitimasi di
Malaysia.
perdamaian
sedang
pemerintah
Filipina
peristiwa itu. Sebagian melihat, bahwa kasus
dengan MILF, yang difasilitasi pemerintah
itu
tak
Malaysia, yang bersumber dari situasi terkini
terhindarkan antara cara pandang kedaulatan
konflik di Laut Cina Selatan yang semakin
dan cara pandang komunitas. Bahwa ikatan
memanas. Dalam versi ini, ketegangan di
hubungan
Laut Cina Selatan ikut memicu terjadinya
merupakan
pergerakan
akibat
saling manusia
benturan
ketergantungan karena
dan
kedekatan
peristiwa Sabah.
227 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Spekulasi itu mungkin saja benar
wilayah
seringkali
muncul
karena
terkait peristiwa Sabah-Sulu, meski pada
romantisme sejarah masa lalu yang didorong
level
karena krisis posisi atau krisis identitas.
konteks.
spekulasi
itu
serius
dan
Persoalan ini menjadi semakin jelas
mengabaikan fakta empiris yang lain yang
ketika kita letakkan dalam konteks dinamika
telah ada selama ini; mengapa klaim sejarah
konflik dan perdamaian serta perubahan-
atas wilayah Sabah itu tiba-tiba muncul
perubahan terkini berlangsung di Mindanao,
sekarang
khususnya
mengandung
Namun, kelemahan
dilakukan
Sultan
Sulu
dan
terkait
proses
perundingan
pengikutnya setelah sekian lama menerima
pemerintah Filipina dan MILF, difasilitasi
Sabah
pemerintah
sebagai
bagian
dari
Malaysia?
Malaysia,
sebagaimana
Apakah ada sesuatu perubahan tertentu atau
dipaparkan di atas. Penulis berpendapat,
krisis politik terjadi di Kepulauan Sulu
persoalan ini merupakan bagian dari apa
sehingga klaim atas Sabah muncul?
yang disebut persoalan ―intra-state spill
Pertanyaan
ini
diajukan
karena
overed‖,
yaitu
limpahan
ekses
atau
Kepulauan Sulu selama ini menjadi bagian
transgresi konflik domestik/ intra-negara ke
tidak
negara sekitar.
terpisahkan
dari
proses
politik
berlangsung di Mindanao. Namun, selama
Transgresi konflik itu berlangsung
ini keberadaan Sultan Sulu, dan juga
karena dua sebab. Pertama, dislokasi politik
pengikut MNLF yang berada di Sulu, relatif
atau krisis posisi dan identitas terjadi di
terabaikan tidak dilibatkan dalam proses
Kepulauan Sulu terkait proses perundingan
perundingan antara pemerintah Filipina dan
berlangsung antara pemerintah Filipina dan
MILF. Sementara, di sisi lain, pergerakan
MILF di Mindanao. Kedua, bangkitnya
politik atau klaim historis atas sesuatu
romantisme sejarah di masa lalu dan
228 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pergerakan politik terkait krisis posisi dan
Dislokasi politik dan krisis identitas
identitas terjadi dimana kepulauan Sulu dan
itu kemudian membangkitkan romantisme
Sultan Sulu serta pengikutnya terpinggirkan
sejarah dan kejayaan masa lalu, terkait
dari proses perundingan di Mindanao dan
kebesaran Kesultanan Sulu. Di tengah krisis
transgresi konflik ke Sabah terjadi karena
yang sedang terjadi, muncul kemudian
Sabah di masa lalu merupakan bagian dari
fantasi tentang kekuasaan menyatu antara
Kesultanan Sulu.
Sultan dan rakyat atau pengikutnya dan
Dislokasi politik, krisis posisi dan
kemudian mencari bentuk organ politiknya
krisis identitas terjadi karena selama ini
yang
Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu dan
penempatan
pengikutnya
terpingirkan
Sabah yang dulu menjadi bagian dari
perundingan
di
menimbulkan
dari
Mindanao,
proses sehingga
ketidaknyamanan
baru,
melakukan atas
wilayahnya
penguatan termasuk
wilayah Kesultanan Sulu.
dan
Interpretasi
semacam
itu,
selain
ketidakpastian akan masa depan Sulu.
kontekstual berdasar dinamika politik di
Kesepakatan pemerintah Filipina dan MILF,
Kepulauan Sulu dan proses perundingan
yang difasilitasi pemerintah Malaysia, yang
damai berlangsung di
secara langsung memperkuat posisi MILF di
memberikan tempat secara objektif kaitan
wilayah Mindanao dan Kepulauan Sulu,
antara subjek politik dan institusi politik. Di
mengancam
dan
tengah dislokasi politik, krisis posisi dan
pengikutnya karena selama ini tidak menjadi
krisis identitas sedang berlangsung, subyek
bagian dan tidak mendapatkan penguatan
politik berusaha mencari identitas politiknya
posisi dari proses perundingan.
yang
posisi
Sultan
Sulu
baru,
dengan
Mindanao, juga
membangkitkan
romantisme lama, tumbuh fantasi politik
229 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
baru untuk mengembalikan kejayaan politik
Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu serta
masa lalu, dengan segala akibat ditimbulkan
pengikutnya sebagai bagian dari proses
terjadinya pergerakan politik dan transgresi
perundingan,
konflik ke Sabah.
mendapatkan posisi politik semakin kuat.
Fantasi politik dan transgresi konflik
Masalahnya,
sehingga
proses
Kepulauan
perundingan
Sulu
yang
ke Sabah itu jelas tidak realistis, karena
semula difasilitasi pemerintah Malaysia itu
berbenturan
sekarang ini terhenti akibat terjadi peristiwa
dengan
realitas
politik
kedaulatan negara dimana Sabah kini telah
Sabah.
menjadi bagian dari Malaysia, sehingga
keterlibatan komunitas ASEAN dan Asia
menimbulkan pertumpahan darah. Namun,
sebagai
interpretasi
diperlukan
implikasi
semacam selain
membawa
ketiga
untuk
dukungan
dan
menjadi
sangat
mendorong
proses
perundingan, dengan menjadikan pemecahan
berusaha
masalah Sabah-Sulu dan penguatan posisi
menemukan sumber persoalan pada subjek
politik kepulauan Sulu sebagai salah satu
politik dan bagaimana mengatasinya melalui
agenda dalam proses perundingan.
institusi politik.
PENUTUP
persoalan,
lebih
pihak
itu,
dalam
memahami
bahwa
itu
Karena
juga
Krisis di Sulu dan tragedi di Sabah itu
mendorong
untuk
mengatasi kemerosotan proses perundingan
penguatan
damai agar tidak menimbulkan dampak
proses perundingan di Mindanao, antara
meningkatnya konflik dan ketidakamanan
pemerintah
faksi-faksi
manusia. Berdasarkan penelitian dilakukan
pergerakan politik di Mindanao, MILF,
di Mindanao dan Kepulauan Sulu, paparan
MNLF, dengan melibatkan kepentingan
ini
memberi
berbagai
dukungan
Filipina
pihak
Paparan ini menekankan pentingnya
terhadap
dengan
menekankan
pentingnya
proses
230 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
perundingan damai yang visioner ke depan
dihasilkan perjanjian damai disini sangat
untuk menemukan solusi politik secara
ditekankan
demokratis terhadap konflik berlangsung di
perundingan untuk mencapai solusi politik.
untuk
mendorong
proses
Filipina Selatan. Dinamika konflik dan perdamaian di
Lemahnya
proses
perundingan
Mindanao selama menunjukkan kaitan erat
sedang berlangsung di Mindanao tidak
antara proses perundingan dan dinamika
hanya berakibat pada dinamika konflik di
konflik. Ketika proses perundingan menguat,
Mindanao yang semakin meningkat. Tetapi,
maka
mengalami
juga krisis politik terjadi di Kepulauan Sulu,
penurunan. Sebaliknya, kemerosotan proses
ketika Kepulauan Sulu dan Sultan Sulu serta
perundingan mendorong dinamika konflik
pengikutnya
meningkat sehingga terjadi kekerasan yang
perdamaian antara pemerintah Filipina dan
mengakibatkan
MILF.
konflik
kemudian
ketidakamanan
manusia
terpinggirkan
Hal
itu
mendorong
semakin meningkat. Dalam konteks konflik
transgresi
yang
sehingga terjadi krisis Sabah-Sulu.
sudah
perdamaian
begitu yang
akut
dan
proses
berlarut-larut,
proses
konflik
dari
Proses
ke
terjadinya
wilayah
perundingan
proses
Sabah,
antara
perundingan di sini tidak harus diartikan
pemerintah Filipina dan MILF selama ini
secara terbatas sebagai reaksi sesaat atas
difasilitasi
konflik yang sedang terjadi, melainkan lebih
Sehingga, ketika terjadi krisis Sabah-Sulu
luas dari itu harus ditempatkan sebagai
perundingan itu mengalami kemandegan.
bagian dari upaya pencegahan konflik dan
Karena itu, penguatan proses perundingan
ketidakamanan manusia. Peran lembaga-
antara pemerintah Filipina dengan faksi-
lembaga pasca-konflik sebagai lembaga
faksi pergerakan politik di Filipina Selatan
oleh
pemerintah
Malaysia.
231 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
harus
dilakukan
melibatkan
dalam proses perundingan yang akan datang
dukungan peran pihak ketiga lainnya dari
penting untuk memasukkan masalah krisis
komunitas
politik di kepulauan Sulu dan krisis Sabah-
ASEAN
dengan
dan
Asia.
Selain
menekankan pentingnya proses perundingan
Sulu
yang visioner untuk mencari solusi politik
perundingan.
secara demokratis, seperti disebutkan di atas,
sebagai
bagian
dari
agenda
232 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA Abinales, Patricio O., Making Mindanao, Cotabato and Davao in the Formation of the Philippine Nation-State., Manila: Ateneo De Manila Press, 2004. Arguilles, Carolyn O., ―The GPH and MILF Peace Panel‘s Proposals: Their 11-points Summaries‖, August 23, 2011. Boutros-Boutros Gali, An Agenda for Peace., New York, 1996. Brillantes, Alex. B., ―Institutional and Politico-Administrative Responses on Armed Conflict‖, A background paper, the Philippine Human development Report, Manila, 2005. Coronel-Ferrer, Miriam, ―The Philippine State and Moro Resistance: Dynamics of A Persistent Conflict‖, in Kamarulzaman Askandar and Ayesah Abubakar (ed), The Mindanao Conflict, SECSN, Penang, 2005. Coronel-Ferrer, Miriam, ―A Comprehensive Package for Autonomy‖, Philippine Daily Inquirer, August 29, 2011. Gaigals, Cynthia and Manuela Leonhartd, ―Conflict-Sensitive Approach to Development: A Review of Practices‖, London: International Alert, 2001. ICG, ―The Philippine, the Collapse of Peace in Mindanao‖, Asia Briefing No. 83, 23 October, 2008. ICG, ―The Philippine, Back to the Table, Warily, in Mindanao‖, Asia Briefing No. 119, 24 March, 2011. Mouffe, Chantal, On the Political., London: Routledge, 2005. Oquist, Paul, ―Mindanao and Beyond, Competing Policies, Protracted Conflict and Human Security. 5th Peace Assessment Mission,‖ Philippine Report, UNDP, Manila, 2002. PHSR, UNDP, ―Human Development Report,‖ The Philippine, UNDP, Manila, 2005. Santos, Soliman M., ―Evolution of the Armed Conflict on the Moro Fronts‖, A background paper, the Philippine Human Development Report, Manila, 2005. Soderberg, Mimmi Kovac, ―When Rebels Change Their Stripes; Armed Insurgency in Post-War Politics, in Anna K. Jarstad and Timoty D. Sisk (ed), From War to Peace, Dilema of Peacebuilding. Cambridge, Cambridge University Press, 2008.
233 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
“SABAH” DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL: MILIK FILIPINA ATAU MALAYSIA? Rina Shahriyani Shahrullah Universitas Internasional Batam
[email protected]
Abstract: „Sabah‟ in the Perspective of International Law: Belong to the Philippines or to Malaysia? This writing is an attempt to understand the Sabah case based on the perspective of International Law. The disputes over claims of certain areas among members of ASEAN seem to be continued. After the case of Sipadan dan Ligitan which involved Indonesia and Malaysi, followed by the case of Batu Puteth (Pedra Branca) between Singapore and Malaysia, the case of Sabah betwen the Philippines and Malaysia came to the surface. This issue has to be included as an important agenda for ASEAN because ASEAN should play important role as a mediator to resolve disputes among its members. Unfortunately, thus far ASEAN has not played signifinact role in resolving the Sipadan-Ligitan case and the Batu Puteh (Pedra Branca) case which led to the trial of the cases by the International Court of Justice. Has the Sabah case to be ended in ICJ? Keywords: Sabah, dispute, international law, ASEAN Abstrak: „Sabah‟ Dalam Perspektif Hukum International: Milik Filipina Atau Malaysia? Tulisan ini mencoba untuk memahami kasus Sabah berdasarkan perspektif Hukum International. Persoalan klaim atas wilayah di antara negara-negara Asean tampaknya tidak akan berakhir. Setelah kasus Sipadan dan Ligitan yang melibatkan Indonesia dan Malaysia dilanjutkan dengan kasus Batu Puteh (Pedra Branca) antara Singapura dan Malaysia, kasus Sabah antara Filipina dan Malaysia mencuat kepermukaan. Apakah persoalan klaim atas wilayah akan menjadi sandungan bagi Asean Community? Persoalan ini haruslah menjadi suatu agenda penting bagi Asean karena Asean dapat berperan penting sebagai penengah dalam sengketa-sengketa yang melibatkan negara anggotanya. Namun, sangat disayangkan, Asean tidak dapat berperang besar dalam menangani kasus Sipadan-Ligitan dan Kasus Batu Puteh (Pedra Branca) sehingga kedua kasus ini harus ditangani oleh Mahkamah International (ICJ). Apakah kasus Sabah juga pada akhirnya harus berakhir di tangan ICJ? Kata kunci: Sabah, pertikaian, hukum internasional, ASEAN
234 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
bersenjata yang berasal dari Kesultanan Sulu
PENDAHULUAN Persoalan klaim terhadap wilayah
di Filipina Selatan ke Sabah. Sultan Jamalul
nampaknya akan tetap menjadi perseteruan
Kiram III dari Kesultanan Sulu menuntut
di antara negara-negara ASEAN. Pada tahun
Malaysia mengembalikan Sabah ke dalam
2002,
dan
wilayah Filipina. Tuntutan dari Sultan
Malaysia terhadap Pulau Sipadan dan Pulau
Jamalul Kiram III dari Kesultanan Sulu
Ligitan telah diputuskan oleh Mahkamah
merupakan bukti bahwa klaim atas wilayah
Internasional (International Court of Justice/
Sabah antara Filipina dan Malaysia belum
ICJ). Dalam kasus Sipadan-Ligitan, ICJ
―selesai‖ (Jawa Pos National Network 20
memutuskan bahwa Malaysia yang berhak
Maret 2013).
persoalan
klaim
Indonesia
atas wilayah Pulau Sipadan dan Pulau
Sengketa
antara
Filipina
dan
Ligitan. Pada tahun 2008, ICJ dalam kasus
Malaysia terhadap Sabah merupakan suatu
Batu Puteh (Pedra Branca) yang melibatkan
kajian yang sangat menarik dalam hukum
Singapura dan Malaysia memutuskan bahwa
internasional. Meskipun kasus ini belum
kepemilikan
(Pedra
diajukan ke ICJ oleh kedua negara yang
Branca) berada di tangan Singapura. Pada
bersengketa, kasus ini dapat dianalisis
tahun 2013, sengketa wilayah antara negara
dengan menggunakan pendekatan hukum
anggota ASEAN kembali mencuat. Kali ini
internasional
klaim diajukan oleh Filipina dan Malaysia
Filipina atau Malaysia yang berhak atas
terhadap wilayah Sabah. Masalah Sabah
wilayah Sabah. Dalam mengkaji kasus ini,
mencuat kepermukaan dan menjadi topic
kasus Sipadan-Ligitan dan kasus Batu Puteh
pemberitaan di media massa di Filipina dan
(Pedra
Malaysia,
perbandingan untuk mengetahui pendekatan
Pulau
setelah
Batu
Puteh
masuknya
kelompok
untuk
Branca)
mengetahui
dapat
dijadikan
apakah
suatu
235 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
yang mungkin digunakan oleh ICJ dalam
Charter of the United Nations,Declaration
memutu kasus Sabah tersebut.
on
PENYELESAIAN
SENGKETA
Principles
of
International
Law
concerning Friendly Relations and Co-
INTERNASIONAL
operation among States in accordance with
Penyelesaian sengketa internasional umum
the Charter of the United Nations,The
dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu:
Manila
a. Penyelesaian sengketa secara damai
Settlement
Metode penyelesaian sengketa ini
Declaration of
on
the
International
damai
dengan
bawah ini (Mauna 2005, 1994):
kesepakatan
untuk
menemukan suatu solusi yang bersahabat. Penyelesaian sengketa secara damai
Disputes.
Penyelesaian sengketa internasional secara
dilakukan oleh para pihak yang bersengketa melakukan
Peaceful
menggunakan
1. Prinsip
bahwa
prinsip-prinsip
negara
tidak
di
akan
menggunakan kekerasan yang bersifat
pada mulanya tercantum pada The Hague
mengancam
Convention for the Pacific Settlement of
kebebasan politik suatu negara, atau
International Disputes yang ditandatangani
menggunakan cara-cara lainnya yang
pada tanggal 18 Oktober 1907 di Den Haag,
tidak
Belanda.12
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);
Metode
penyelesaian
secara
damai selanjutnya dicantumkan juga pada berbagai dokumen internasional, antara lain: 12
Article 1 of 1907 The Hague Convention for the Pacific Settlement of International Disputes: ‘With a view to obviating as far as possible recourse to force in the relations between States, the Contracting Powers agree to use their best efforts to ensure the pacific settlement of international differences’.
2. Prinsip
sesuai
integritas
dengan
non-intervensi
teritorial
atau
tujuan-tujuan
dalam
urusan
dalam negeri dan luar negeri suatu negara; 3. Prinsip persamaan hak dan menentukan nasib sendiri bagi setiap bangsa; 4. Prinsip persamaan kedaulatan negara;
236 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
5. Prinsip hukum internasional mengenai
konflik
kemerdekaan, kedaulatan danintegritas
retorasi
teritorial suatu negara;
pembalasan
6. Prinsip itikad baik dalam hubungan internasional;
Penyelesaian sengketa secara damai dibedakan atas penyelesaian sengketa secara yang
terdiri
dari
non-perang
(retorsion),
seperti
tindakan-tindakan
(reprisals),
blokade
secara
damai (pacific blockade), dan intervensi (intervention)
7. Prinsip keadilan dan hukum internasional.
politik
bersenjata
(judicial
settlement)
(‗Inspirasi Hukum, http://inspirasihukum. blogspot.com/2011/04/penyelesaian-sengketa internasional.html).
perundingan
Terkait sengketa antara Malaysia dan
(negotiation), jasa-jasa baik (good-offices),
Filipina dalam kasus Sabah, kedua negara
penyelidikan
penengahan
sebaiknya menyelesaikan sengketa tersebut
(mediation) dan konsiliasi (conciliation)
secara damai. Malaysia dapat melakukan
serta penyelesaian sengketa secara hukum
perundingan (negotiation) yang melibatkan
yang meliputi arbitrase (arbitration) dan
pihak Kesultanan Sulu dan Pemerintah
penyelesaian
Filipina. Namun, nampaknya perundingan
(inquiry),
hukum
(judicial
settlement)(―inspirasi(‗InspirasiHukum:http:/
antara
/inspirasihukum.blogspot.com/2011/04/peny
kebuntuan (deadlock), terlebih lagi dengan
elesaian-sengketa internasional.html.)
adanya pernyataan dari Juru Bicara Presiden
b. Penyelesaian sengketa secara paksa atau
Filipina
dengan kekerasan
kedua
Lacierda
negara
Benigno
telah
Aquino
mengalami
III,
Edwin
yang menyatakan, ―Presiden
Metode penyelesaian sengketa ini
Aquino telah menugaskan Sekretaris Negara
dilakukan oleh para pihak yang bersengketa
Paquito Ochoa Jr, Menteri Luar Negeri
melalui kekerasan melalui perang dan
Albert del Rosario, Menteri Hukum Leila de
237 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Lima untuk mempelajari sengketa Sabah‖.
mempunyai dua opsi, yaitu ―menang atau
Bila mereka menemukan dasar yang kuat
kalah‖.
atas klaim Sulu ke Sabah, maka masalah ini
Sebelum kasus Sabah diajukan ke
ke Mahkamah Internasional (ICJ) (Philstar
ICJ, baik Malaysia maupun Filipina dapat
20 Maret 2013).
menggunakan metode ―jasa-jasa baik (good-
Penyelesaian secara hukum (judicial
offices) maupun penengahan (mediation)”
settlement) melalui Mahkamah Internasional
dengan
(International
ICJ)
sebagai organisasi regional di Asia Tenggara
dianggap oleh Juru Bicara Presiden Filipina
yang anggotanya termasuk Malaysia dan
Benigno Aquino III, Edwin Lacierda sebagai
Filipina dapat menjembatani dialog antara
solusi yang menguntungkan kedua belah
kedua negara. Namun, pertanyaan lain yang
pihak (“win-win solution”) serta merupakan
muncul,
salah satu cara untuk meredam konflik
menangani
antara kedua negara. Pertanyaannya adalah
Meskipun
apakah penyelesaian secara hukum akan
dalam kasus Sabah, ASEAN harus tetap
menghasilkan “win-win solution”. Istilah
bersikap ekstra ―hati-hati‖ agar pendekatan
“win-win
ASEAN terhadap kasus sengketa wilayah
Court
solution”
of
sama
Justice/
sekali
tidak
melibatkan
sejauh
ASEAN.
mana
kasus
ASEAN
sensitif
keterlibatan
tetap dalam ranah ―netral‖.
Sebaliknya, cara penyelesaian ini hanya
PENYELESAIAN
mengenal kata “win or lose”. Seandainya
INTERNASIONAL
pihak Filipina tetap bersikukuh mengajukan
MAHKAMAH
kasus Sabah ke ICJ, pihak Filipina hanya
(INTERNATIONAL
dapat
seperti
ASEAN
dikenal dalam penyelesaian secara hukum.
JUSTICE/ ICJ)
ASEAN
ini.
penting
SENGKETA MELALUI INTERNASIONAL COURT
OF
238 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Mahkamah (International
Court
Internasional of
Justice/
ICJ)
merupakan badan PBB yang berkedudukan
anggota
dari
Statuta
Mahkamah
Internasional dan anggota PBB. b. Ratione Materiae
di Den Haag (Belanda) yang dibentuk pada
Terkait
tahun 1945. ICJ merupakan penerus dari
internasional
Permanent Court of International Justice
diajukan ke ICJ. Berdasarkan Pasal 36 (1)
(PCIJ) yang dahulu didirikan oleh Liga
Statuta Mahkamah Internasional, ICJ
Bangsa-Bangsa (LBB) pada tahun 1921.
menerima semua perkara yang diajukan
Kewenangan ICJ diatur dalam Bab II Statuta
pihak-pihak yang bersengketa (negara)
Mahkamah
kepada ICJ sepanjang sengketa tersebut
Internasional
(ICJ
Statute).
jenis
sengketa
apa
dengan
saja
Kewenangan tersebut terbagi atas:
terkait
piagam
a. Ratione Personae
perjanjian-perjanjian
dan
hukum
yang
PBB
dapat
atau
konvensi-
Terkait subyek hukum internasional mana
konvensi internasional yang berlaku.
saja yang dapat mengajukan perkara ke
Pasal
ICJ. Hanya negara yang mempunyai
Internasional tidak membedakan antara
akses
sengketa
sengketa hukum dan politik. Namun
internasional untuk diputuskan oleh ICJ,
dalam praktiknya, ICJ selalu menolak
sehingga subyek hukum internasional
memeriksa perkara-perkara yang tidak
lainnya seperti organisasi internasional
bersifat hukum.
mengajukan
suatu
36
(1)
Statuta
Mahkamah
maupun individu tidak dapat menjadi
Filipina maupun Malaysia sebagai
pihak dalam persidangan ICJ. Selain itu,
negara yang berdaulat telah memenuhi unsur
ICJ hanya terbuka bagi negara-negara
ratione personae, sehingga kedua negara dapat beracara di ICJ. Namun, sebelum
239 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
beracara di ICJ kedua negara wajib untuk
dalam Pasal 94 Piagam PBB (Charter of the
membuat suatu Perjanjian Khusus (Special
United Nations):
Agreement) tentang penundukan (Consent to
a. Tiap-tiap negara anggota PBB harus
be Bound) kepada juridiksi ICJ. Penundukan
melaksanakan keputusan Mahkamah
ini didasarkan pada prinsip kedaulatan
Internasional dalam sengketa.
negara
(State
Soverignty).
aspek
ratione
materiae,
Berdasarkan kasus
Sabah
b. Jika negara yang bersengketa tidak melaksanakan
kewajiban-kewajiban
merupakan suatu sengketa wilayah yang
yang dibebankan oleh Mahkamah
digolongkan ke dalam kategori sengketa
Internasional kepadanya, negara pihak
hukum, sehingga secara substansi kasus ini
lain dapat mengajukan persoalannya
masuk dalam kewenangan ICJ. Sehingga,
kepada Dewan Keamanan (Security
apabila Filipina dan Malaysia sepakat untuk
Council). Jika dianggap perlu, Dewan
mengajukan kasus Sabah ke ICJ, sangat
Keamanan
kecil
rekomendasi-rekomendasi
kemungkinan
ICJ
akan menolak
dapat
membuat atau
menyidangkan kasus tersebut. Seandainya
memutuskan tindakan-tindakan yang
kasus Sabah disidangkan oleh ICJ dan ICJ
akan
telah mengeluarkan suatu putusan, maka
tersebut dilaksanakan.
diambil
supaya
keputusan
pihak yang dikalahkan wajib untuk tunduk
KLAIM
dan menjalankan putusan tersebut. Dengan
CLAIM) DAN PENGUASAAN EFEKTIF
kata lain, putusan yang dikeluarkan oleh ICJ
(EFFECTIVE OCCUPATION)
SEJARAH
(HISTORICAL
terkait kasus Sabah mempunyai kekuatan
Klaim atas wilayah dapat dibagi
mengikat bagi para pihak yang bersengketa
menjadi 9 (sembilan) kategori. Kategori
(Filipina dan Malaysia). Hal ini ditegaskan
tersebut juga diterapkan oleh ICJ dalam
240 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menentukan negara mana yang berhak atas
lamanya suatu negara memiliki wilayah
wilayah yang dipersengketakan. Kesembilan
yang dipersengketakan(length of possession)
kategori tersebut didasarkan atas: perjanjian
(Burghardt
(treaties), (economy), efektif
1973).
(geography),ekonomi
sejarah
budaya
(culture),penguasaan
berdasarkan budaya (cultural claim). Klaim
occupation),
sejarah
erat
berdasarkan
geografi
(effective
berkaitan
Klaim
dengan
klaim
berdasarkan sejarah semakin kuat apabila
(history), uti possidetis, elitism, dan ideology
rakyat
(ideology) (Burghardt 1973). Namun, dari
dipersengketakan
kesembilan kategori tersebut, ICJ umumnya
kedekatan budaya dari satu negara yang
menerapkan penguasaan efektif dari wilayah
bersengketa (Sumner 2004, 1779, 1786).
yang dipersengketakan (effective occupation
yang
menempati dapat
Penggunaaan
daerah
yang
membuktikan
klaim
sejarah
of the disputed territory), hak sejarah, uti
(historical claim) atas Sabah yang mungkin
possidetis,
dan
dikemukakan oleh pihak Filipina didasarkan
keseragaman budaya (cultural homogeneity)
pada Konstitusi Filipina tahun 1935 yang
dalam mengkaji negara mana yang berhak
menyatakan bahwa wilayah nasional Filipina
atas wilayah yang dipersengketakan.
antara lain, "semua daerah lain yang
geografi,
penjanjian
Dalam kasus Sabah, baik pihak
termasuk ke Filipina atas dasar hak sejarah
Filipina maupun pihak Malaysia nampaknya
atau tuntutan hukum". Berdasarkan klaim
akan mendasarkan klaim mereka pada klaim
sejarah, Filipina dapat menyatakan bahwa
sejarah (historical claim). Klaim sejarah
pada tahun 1944-1945 peta Filipina telah
didasarkan pada negara mana yang pertama
menampilkan Sabah dianeksasi ke Filipina.
kali
Peta
memiliki
wilayah
yang
dipersengketakan (first possession) atau
tersebut
menggambarkan
wilayah
Filipina sebelum masuknya Inggris dan
241 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sebelum aneksasi secara illegal oleh Kuala
tahun 1963 bersama-sama dengan
Lumpur di Semenanjung Malaya pada tahun
Singapura, Sarawak dan negara bagian
1963. Pihak Filipina dapat berargumentasi
Malaya. Pada tahun 2004, Kedutaan
bahwa Sabah masih dikendalikan oleh
Besar Malaysia di
Perusahaan Borneo Utara (North Borneo
membayar penyerahan/ uang sewa
Chartered Company (NBCC) sampai dengan
sebesar US$ 1.500 per tahun (sekitar
1946. Sampai saat itu, hak kedaulatan atas
6.300 ringgit Malaysia) kepada ahli
Sabah tetap berada pada Kesultanan Sulu
waris Kesultanan Sulu.
dan Borneo Utara (Viva News 20 April 2013).
Filipina telah
c. Pada tahun 1906 dan 1920 Amerika Serikat secara resmi mengingatkan
Argumentasi diajukan
lain
Filipina
yang
dengan
dapat
Britania Raya bahwa Sabah masih
menggunakan
menjadi bagian dari Kesultanan Sulu.
klaim sejarah atas Sabah antara lain: a. Kesultanan merupakan
Sulu bagian
yang
Spanyol tidak pernah memperoleh
sekarang
integral
kedaulatan atas Borneo Utara untuk
dari
mentransfer semua klaim kedaulatan
Filipina hanya menyewakan Sabah
atas Borneo Utara ke Inggris pada
kepada Perusahaan Borneo Utara pada
Protokol Madrid tahun 1885.
tahun 1878. Kedaulatan Kesultanan Sulu
atas
Sabah
tidak
pernah
dilepaskan. b. Tahun
1878
Sama halnya dengan Filipina, pihak Malaysia pun dapat mengajukan sanggahan (counter argument) terhadap argumentasi
pembayaran
sewa
Filipina dengan menggunakan klaim sejarah
dilanjutkan sampai kemerdekaan dan
(historical claim). Sanggahan yang dapat
pembentukan Federasi Malaysia pada
diajukan oleh pihak Malaysia antara lain:
242 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
a. Kesultanan
Sulu
dianggap
telah
c. Pada
16
September
1963
sesuai
berakhir sejak Sultan Jamalul Kiram II
dengan Resolusi 1514 Majelis Umum
menandatangani Perjanjian Carpenter
PBB. Dalam proses dekolonialisasi,
pada tanggal 22 Maret 1915, yang
Singapura, Sarawak, dan Borneo Utara
menyerahkan segala kuasa politik
(Sabah)
Sultan Sulu kepada Amerika Serikat.
bagian
Kesultanan Sulu telah menjadi bagian
bernama Malaysia.
dari Filipina (modern). Kesultanan
berubah dari
menjadi
federasi
baru
negara yang
d. Sekretaris Jenderal PBB, U Thant
Sulu bukan suatu negara sehingga
melaporkan
tidak memiliki dasar hukum untuk
penduduk Sabah "ingin mengakhiri
mengklaim Sabah.
status ketergantungan mereka dan
b. Pada 1885, Inggris, Spanyol, dan Jerman,
menandatangani
Protokol
pada
1963
bahwa
merealisasikan kemerdekaan mereka melalui
penyekutuan
yang
dipilih
Madrid yang mengakui kedaulatan
secara bebas dengan bangsa lain dalam
Spanyol
kawasan mereka".
di
Pengakuan pelepasan
Kepulauan ini
ditukar
Spanyol
Sulu. dengan
klaim
sejarah
yang
segala
dikemukakan kedua belah pihak tidak
klaimnya di Borneo Utara atau Sabah
menemukan titik temu karena perbedaan
untuk mendukung Ingris. Pada 1888,
pandangan
Sabah
mempertimbangkan kategori ―penguasaan
resmi
atas
Ketika
menjadi
protektorat
dan interpretasi,
(effective
ICJ
occupation)‖
dapat
untuk
Inggris--yang kemudian menduduki
efektif
Malaysia sebagai jajahan.
menentukan negara mana yang berhak atas
243 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
suatu
wilayah
yang
sedang
dipersengketakan.
mengingat Filipina baik secara de facto
Penguasaan occupation)
argumentasi berdasarkan penguasaan efektif,
efektif
(effective
didasarkan
penerapan
maupun de jure tidak melakukan tindakan apapun di wilayah Sabah.
kekuasaan administrasi pada suatu wilayah
REFLEKSI KASUS SIPADAN-LIGITAN
sengketa (uncontested administration of the
DAN KASUS BATU PUTEH (PEDRA
land and its resident population) (Shaw
BRANCA)
1982: 82). Para ahli hukum internasional
Kasus
Sabah
yang
melibatkan
bahkan mengangap bahwa ―penguasaaan
Filipina dan Malaysia, sedikit banyaknya
efektif merupakan suatu klaim wilayah yang
mengingatkan pada kasus Sipadan-Ligitan
kuat‖ (Blum 1965). Dalam kasus Sabah,
yang melibatkan Indonesia-Malaysia serta
pihak
kasus Batu Puteh (Pedra Branca) yang
Malaysia
dapat
mengajukan
argumentasi
bahwa
Malaysia
telah
mengambil
tanggung
jawab
untuk
kasus tersebut menarik untuk dibahas untuk
mengembangkan prasarana untuk fasilitas
membandingkannya dengan kasus Sabah.
para penduduk Sabah sejak 1963 tanpa
Kasus Sipadan-Ligitan telah diputuskan oleh
bantahan
ICJ pada tanggal 17 Desember 2002 dimana
Kesultanan
Sulu
maupun
melibatkan
Singapura-Malaysia.
Pemerintah Filipina. Selain itu, secara de
Malaysia
merupakan
pihak
facto dan de jure, Sabah telah menjadi
memenangkan sengketa tersebut.
Kedua
yang
bagian dari Malaysia pada tanggal 16
Secara singkat kasus Sipadan-Ligitan
September 1963 berdasarkan Resolusi 1514
bermula ketika Delegasi Indonesia dan
Majelis
Filipina
Malaysia mengadakan pertemuan untuk
nampaknya akan kesulitan untuk membuat
menetapkan batas landas kontinen antara
Umum
PBB.
Pihak
244 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
kedua negara di Kuala Lumpur pada tanggal
adanya status quo terhadap kedua pulau
22
tersebut berarti kedua pulau tersebut tidak
September
pembicaraan Sulawesi,
1969.
landas kedua
Pada
kontinen delegasi
waktu di
Laut
sama-sama
boleh
ditempati,
diduduki
maupun
dimanfaatkan baik oleh Indonesia maupun
mengklaim Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan
Malaysia.
sebagai miliknya. Baik Indonesia maupun
Malaysia mengambil langkah-langkah secara
Malaysia
dalam
unilateral dengan menerbitkan peta-peta
mengklaim Pulau Sipadan dan Ligitan.
yang menunjukkan kedua pulau sebagai
Kelemahan Indonesia adalah kedua pulau
bagian dari Malaysia. Selain itu, Malaysia
tersebut tidak tercantum dalam Peraturan
memberikan sejumlah izin kepada sejumlah
Pemerintah
perusahaan
memiliki
kelemahan
Pengganti
Undang-Undang
Namun,
sejak
swastanya
tahun
1979
untuk
(Perpu) No. 4 tahun 1960 tentang Perairan
menyelenggarakan kegiatan pariwisata di
Indonesia (Mauna 2005: 280). Kelemahan
Pulau Sipadan dan mendirikan instalansi-
Malaysia adalah peta yang diterbitkan oleh
instalansi listrik di pulau tersebut. Pada
Malaysia hingga tahun 1970-an tidak pernah
tanggal 31 Mei 1997 kedua negara sepakat
mencantumkan kedua pulau tersebut.
untuk mengajukan kasus Sipadan-Ligitan ke
Sehubungan dengan adanya klaim
ICJ.
Indonesia dan Malaysia atas Pulau Sipadan
Dalam kasus Sipadan-Ligitan, baik
dan Pulau Ligitan, maka Indonesia dan
Indonesia maupun Malaysia menggunakan
Malaysia pada tanggal 22 September 1969
klaim
menyetujui Memorandum of Understanding
membuktikan
(MOU) untuk menetapkan Pulau Sipadan
masing-masing negara tersebut atas Pulau
dan Pulau Ligitan dalam status quo. Dengan
Sipadan dan Pulau Ligitan. ICJ menolak
sejarah
(historical kepada
ICJ
claim) untuk kepemilikan
245 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
argumentasi kedua negara yang didasarkan
allocation line dan berlanjut terus ke arah
atas klaim sejarah (historical claim) dengan
timur hingga menyentuh kedua pulau
alasan:
sengketa juga tidak dapat diterima oleh
a. ICJ
menolak
argumentasi
Malaysia
ICJ. Selain itu, Peraturan Pemerintah
bahwa kedua pulau sengketa pernah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 4
menjadi
yang
tahun 1960 tentang Perairan Indonesia
diperoleh Malaysia berdasarkan kontrak
juga tidak memasukkan Sipadan-Ligitan
pengelolaan privat Sultan Sulu dengan
ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Dent-Overbeck/
Republik Indonesia.
bagian
Malaysia.
dari
wilayah
BNBC/
ICJ
juga
Inggris/ menolak
ICJ
lebih
tertarik
untuk
penguasaan
efektif
argumentasitasi Malaysia bahwa kedua
mempergunakan
pulau termasuk dalam wilayah Sulu/
(effective occupation) dalam menentukan
Spanyol/ AS/ Inggris yang kemudian
apakah Indonesia dan Malaysia yang berhak
diserahkan kepada Malaysia berdasarkan
atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Kedua
terori rantai kepemilikan (Chain of Title
negara mengajukan argumentasi berdasarkan
Theory).
penguasaan efektif (effective occupation)
b. ICJ
menolak
argumentasi
Indonesia
sebagai berikut:
bahwa kedua pulau sengketa merupakan
a. Indonesia menyatakan bahwa di Pulau
wilayah berada di bawah kekuasaan
Sipadan dan Pulau Ligitan telah menjadi
Belanda berdasarkan penafsiran atas pasal
tempat
IV Konvensi 1891. Penafsiran Indonesia
Indonesia.
terhadap garis batas 4° 10′ LU yang
kegiatan tersebut bukan bagian dari
memotong
pelaksanaan suatu perundang-undangan
Pulau
Sebatik
sebagai
kegiatan ICJ
perikanan
nelayan
berpendapat
bahwa
246 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Indonesia
atau
di
bawah
otoritas
Pulau Sipadan sebagai cagar burung pada
Pemerintah Indonesia. Oleh karena itu
tahun 1933, dan pembangunan dan
ICJ
kegiatan
pemeliharaan mercusuar sejak tahun 1962
perikanan nelayan Indonesia tidak bisa
di Pulau Sipadan dan di Pulau Ligitan
dijadikan dasar sebagai adanya effective
pada tahun 1963.
occupation.
menerima argumentasi dan bukti-bukti
menyimpulkan
ICJ
bahwa
menegaskan
bahwa
kegiatan individu tidak dapat dianggap
yang
penguasaan efektif, jika kegiatan tersebut
berpendapat bahwa fungsi legislatif atas
tidak berdasarkan pada peraturan resmi
kedua pulau tersebut oleh Inggris yang
atau otoritas pemerintah.
kemudian
b. Malaysia
mengajukan
argumentasi
berdasarkan pengusaan efektif (effective occupation) dengan mengajukan bukti-
diajukan
Nampaknya ICJ
oleh
Malaysia
diteruskan
pada
dan
Malaysia
termasuk dalam kategori penguasaan efektif (effective occupation). Jika dianalisis, nampak bahwa kasus
bukti bahwa sejak tahun 1917 telah
Sipadan-Ligitan
dilakukan fungsi legislatif atas kedua
persamaan dengan kasus Sabah, antara lain:
pulau
yang
a. Negara–negara yang bersengketa dalam
pada Malaysia.
kasus Sabah (Filipina dan Malaysia),
Contohnya, pengutipan pajak terhadap
serta Indonesia dan Malaysia dalam kasus
kegiatan
Sipadan
tersebut
oleh
kemudian diteruskan
penangkapan
Inggris
penyu
dan
mempunyai
dan
Ligitan
pengumpulan telur penyu sejak 1917;
argumentasi
penyelesaian sengketa dalam kegiatan
(historical claim).
pengumpulan
telur
penyu
di
pada
beberapa
mendasarkan
klaim
sejarah
Pulau
b. Penguasaan efektif (effective occupation)
Sipadan pada tahun 1930-an; penetapan
digunakan oleh Indonesia dan Malaysia
247 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dalam kasus Sipadan-Ligitan. Dalam
South Ledge dalam gugatannya pada bulan
kasus Sabah, Malaysia kemungkinan
Februari 1993. Setelah melalui serangkaian
besar menggunakan pengusaan efektif
negosiasi bilateral antara tahun 1993 dan
untuk memenangkan kasus Sabah.
tahun 1994 yang tidak membuahkan hasil,
Selain kasus Sipadan-Ligitan, kasus
kedua negara sepakat untuk menyerahkan
Batu Puteh (Pedra Branca) juga memiliki
sengketa atas ketiga pulau karang tersebut
kemiripan dengan kasus Sabah. Kasus Batu
kepada Mahkamah Internasional (ICJ) pada
Puteh (Pedra Branca) bermula ketika pada
tanggal 24 Juli 2003.
tahun 1979 ketika Pemerintah Malaysia
Dalam kasus Batu Puteh (Pedra
menerbitkan sebuah peta untuk ―Wilayah
Branca),
Perairan
mengajukan argumentasi berdasarkan klaim
dan
Batas
Landas
Kontinen
Malaysia
maupun
Singapura
Malaysia‖ dengan memasukkan Pulau Batu
sejarah (historical claim)sebagai berikut:
Puteh
a. Pulau
(Pedra
Branca)
kedaulatan Malaysia.
dalam
wilayah
Batu
Puteh
(Pedra
Branca)
Malaysia menyebut
merupakan bagian dari Kerajaan Johor
pulau yang dipersengketakan sebagai ‗Pulau
(Koran Tempo 26 Mei 2008) dan nelayan
Batu
Malaysia
Puteh‘,
sedangkan
Singapura
menyebutnya dengan nama ‗Pedra Branca‘.
telah
melakukan
kegiatan
perikanan di wilayah tersebut.
Pada tanggal 15 Februari 1980 Singapura
b. Singapura membenarkan klaim sejarah
menolak klaim Malaysia atas Pulau Pedra
Malaysia bahwa pada mulanya Pulau
Branca dan meminta Malaysia mengakui
Batu
kedaulatan Singapura atas pulau tersebut.
Kesultanan
Singapura kemudian memperluas klaimnya
sepucuk surat yang dikirim oleh Pejabat
dengan memasukkan Middle Rocks dan
Puteh
(Pedra Johor,
Branca)
namun
milik
kemudian
248 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sekretaris Negara Johor tidak mengklaim
2008 memutuskan bahwa kepemilikan Pulau
kepemilikan atas pulau tersebut.
Batu Puteh (Pedra Branca) berada di tangan
ICJ menolak argumentasi Malaysia yang
berdasarkan
dan
Terdapat beberapa persamaan antara
menerima argumentasi Singapura. Selain
kasus Batu Puteh (Pedra Branca) dengan
klaim sejarah, Singapura juga memperkuat
kasus Sabah, di antaranya:
klaimnya atas Pulau Batu Puteh (Pedra
a. Pihak yang bersengketa (Singapura dan
Branca) dengan menggunakan argumentasi
Malaysia) pada kasus Batu Puteh (Pedra
berdasarkan ―penguasaan efektif (effective
Branca) keduanya mengajukan klaim
occupation)‖. Singapura menyatakan bahwa
sejarah
pada tahun 1851 ketika Inggris masih
pembenaran atas klaim mereka.Dalam
berkuasa di Pulau Batu Puteh (Pedra Branca)
kasus Sabah, pihak bersengketa (Filipina
telah dibangun Mercusuar Horsburgh oleh
dan Malaysia) juga menggunakan klaim
Singapura. Malaysia menolak argumentasi
sejarah
Singapura
membuktikan bahwa kedua negara berhak
dengan
klaim
sejarah
Singapura.
menyatakan
bahwa
pendirian mercusuar di pulau tersebut adalah atas ijin dari Malaysia (Kesultanan Johor)
(historical
claim)
(historical
sebagai
claim)untuk
atas kepemilikan Sabah. b. Singapura dalam kasus Batu Puteh (Pedra menggunakan
―penguasaan
sebagai pemilik pulau tersebut. Dalam kasus
Branca)
ini ICJ menerima argumentasi Singapura
efektif (effective occupation)” sebagai
yang didasarkan pada ―penguasaan efektif
penguatan
(effective occupation)” yang dibuktikan
melakukan klaim terhadap Pulau Batu
dengan pembangunan Mercusuar Horsburgh
Puteh (Pedra Branca). Penguasaan efektif
oleh Singapura. ICJ pada tanggal 23 Mei
(effective occupation) kemungkinan besar
argumentasinya
dalam
249 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
akan digunakan oleh Malaysia dalam
Internasional (ICJ).Apakah kasus Sabah juga
membuktikan klaimnya atas Sabah.
pada akhirnya harus berakhir di tangan ICJ? Pertanyaan yang mendasar adalah
PENUTUP Persoalan klaim atas wilayah di
seandainya kasus Sabah antara Filipina dan
antara negara-negara ASEAN tampaknya
Malaysia harus diajukan ke ICJ, pihak mana
tidak akan berakhir. Setelah kasus Sipadan-
yang
Ligitan yang melibatkan Indonesia dan
Berdasarkan pendekatan dari dua kasus
Malaysia dilanjutkan dengan kasus Batu
terdahulu (kasus Sipadan-Ligitan dan kasus
Puteh (Pedra Branca) antara Singapura dan
Batu Puteh/ Pedra Branca) yang diputuskan
Malaysia, kasus Sabah antara Filipina dan
oleh ICJ, nampaknya ICJ akan menekankan
Malaysia mencuat kepermukaan. Apakah
pada
persoalan klaim atas wilayah akan menjadi
penguasaan
sandungan
Community?
seandainya klaim sejarah (historical claim)
Persoalan ini haruslah menjadi suatu agenda
dari kedua pihak yang bersengketa sangat
penting bagi ASEAN karena ASEAN dapat
sulit untuk dibuktikan secara hukum.
bagi
ASEAN
akan
dimenangkan
pendekatan efektif
yang
oleh
ICJ?
menggunakan
(effective
control)
berperan penting sebagai penengah dalam
Berdasarkan kasus Sipadan-Ligitan,
sengketa-sengketa yang melibatkan negara
kasus Batu Puteh (Pedra Branca) dan saat ini
anggotanya. Namun sangat disayangkan,
kasus
ASEAN tidak dapat berperan besar dalam
pembelajaran penting bagi negara-negara
menengahi kasus Sipadan-Ligitan dan kasus
ASEAN khususnya negara yang mempunyai
Batu Puteh (Pedra Branca) sehingga kedua
wilayah yang luas seperti Indonesia antara
kasus ini harus ditangani oleh Mahkamah
lain:
Sabah,
terdapat
beberapa
250 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
a.
Perlunya
untuk
kembali
penguatan
atas
klaim
dengan seksama semua wilayahnya
berdasarkan
termasuk
(effective occupation)”.
pulau-pulau
kemudian
b.
mendata
terdepannya,
menuangkannya
dalam
c.
―penguasaan
wilayah efektif
Mendekatkan rakyat di pulau-pulau
dokumen hukum serta memberlakukan
terdepan secara budaya dan emosional
hukum nasional atas wilayah tersebut.
dengan wilayah induk (main territory),
Hal ini sangat penting sebagai bukti dari
sehingga dukungan dari rakyat dapat
―penguasaan
diperoleh apabila timbul sengketa klaim
efektif
(effective
occupation)”.
atas
Memperhatikan pulau-pulau terdepan
emosional dan keseragaman budaya
yang berbatasan dengan negara tetangga
(cultural homogeneity) merupakan salah
melalui
dan
satu kategori yang dapat digunakan
prasarana yang dibutuhkan oleh rakyat
dalam membuktikan klaim atas suatu
setempat.
wilayah.
pembangunan
Hal
ini
sarana
dapat
dijadikan
suatu
wilayah.
Kedekatan
251 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal Blum, Y. Z., Historic Titles in International Law, Dordrecht: M.Nijhoff, 1965 Burghardt, A., ―The Bases of Territorial Claims,‖ Geographical Rev, 63, 1973 Mauna, B., Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam era Dinamika Global. Bandung: Almuni, 2005 Shaw, M. N., ―Territory in International Law,‖ NETH. Y.B. INT‟L L., 13, 61, 1982 Sumner,B.T., ―Territorial Disputes at the International Court of Justice,‖ Duke Law Journal, 53, 2004 Koran dan Internet Inspirasi Hukum. Retrieved 26 April 2013 from http://inspirasihukum.blogspot.com/2011/04/penyelesaian-sengketa internasional.html Jawa
Pos National Network, 20 Maret 2013. Retrieved 26 April 2013 fromhttp://www.jpnn.com/read/2013/03/20/163520/Perang-Sabah-dan-Perang-PolitikDalam-Negeri-Malaysia-
Koran Tempo, ―Singapura dapat pulau, Malaysia karang‖, 26 Mei 2008.Retrieved 26 April 2013 fromhttp://koran.tempo.co/kanal/2008/05/27/11/Internasional Philstar, 20 Maret 2013 Viva
News, 20 April 2013.Retrieved 26 April 2013 fromhttp://dunia.news.viva.co.id/news/read/391441-kenapa-kesultanan-filipina-ngototrebut-sabah-dari-malaysia
252 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
THE TEACHING OF LANGUAGE Suhartina. R STKIP – YAPIM Maros Email:
[email protected]
Abstract: The Teaching of Language In general, language teaching shifted from old method to modern one. The old method tended to place more emphasis on the mastery of the rules of language or grammar rather than to the function of language as the primary means of communication for mankind. The implications of the method and / or the old approach was the birth of a second language learner or a foreign language that is very capable in using the rules of the language but lacking even incompetent in terms of communicating using the language. This reality motivated language teaching experts to switch to a more functional approach thus was born the so-called communicative approach, the approach in language teaching that requires students to use the language to the maximum during the learning process, although the rules of the language tend to 'negligible'. Real form of the communicative approach is the interaction established during the learning process by using the language being studied. The interaction was not only between teachers and students (two way communication) but also between teachers and students and among students (multi-directional). Only the implementation of this approach is not without drawbacks, namely the birth of language learners who are able to communicate verbally very eloquent invitation but is hampered when dealing with tasks that require them created especially writing scholarly writings. Both of the above realities spawned the emergence approach called integrated approach, namely the teaching of grammar rules of a language by using the language communicatively - interactive during the learning process. Although this approach is also not free from the possibility of the birth of various constraints, such as the design of instructional materials that require special expertise and impeccable, setting and classroom management is also one of the considerations that can not be ruled out. Key words: Teaching English, communicative interactions.
253 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Abstrak: Pengajaran Bahasa Secara umum pengajaran bahasa bergeser dari metode lama ke metode modern. Metode lama cenderung lebih menekankan pada penguasaan aturan-aturan bahasa atau grammar daripada ke fungsi bahasa sebagai alat komunikasi utama bagi umat manusia. Implikasi dari metode dan/atau pendekatan lama tersebut adalah lahirnya pelajar bahasa kedua atau bahasa asing yang sangat mumpuni dalam menggunakan aturan-aturan bahasa tetapi kurang bahkan tidak cakap dalam hal berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tersebut. Realitas ini memotivasi para pakar pengajaran bahasa untuk beralih ke pendekatan yang lebih fungsional sehingga lahirlah apa yang dinamakan pendekatan komunikatif, yaitu pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menuntut pelajar menggunakan bahasa tersebut secara maksimal selama proses pembelajaran, meskipun kaidah-kaidah bahasa cenderung ‗diabaikan‘. Wujud nyata pendekatan komunikatif tersebut adalah interaksi yang terbangun selama PBM dengan menggunakan bahasa yang sedang dipelajari. Interaksi itu bukan hanya antara guru dengan pelajar (komunikasi dua arah) tetapi juga antara guru dan pelajar serta antara sesama pelajar (multi arah). Hanya saja implementasi pendekatan ini bukan tanpa kelemahan, yakni lahirnya pelajar bahasa yang mampu berkomunikasi secara lisan dangan sangat fasih tetapi terkendala ketika berhadapan dengan tugas-tugas yang menuntut mereka menciptakan tulisan terutama tulisan-tulisan ilmiah. Kedua realitas di atas melahirkan munculnya pendekatan yang dinamakan pendekatan terintegrasi, yakni pengajaran tata aturan bahasa dengan menggunakan bahasa itu secara komunikatif – interaktif selama berlangsungnya PBM. Meskipun pendekatan ini juga tidak terlepas dari kemungkinan lahirnya berbagai kendala, seperti perancangan bahan ajar yang menuntut keahlian khusus dan sempurna, pengaturan dan pengelolaan kelas juga menjadi salah satu pertimbangan yang tidak dapat dikesampingkan. Key words : Pengajaran Bahasa, Interaksi komunikatif.
254 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
THE TEACHING OF LANGUAGE
stages of language learning, but make only
In general, the teaching of language
very limited use of mere stimulus-response
especially in terms of approaches, methods,
situations. According to Wallwork (1980:
as
teaching
149) such teaching techniques are based on
implemented during the face to face
the belief that foreign languages are best
interaction
whether
taught through active speech, taught in a
between teacher and students or among
carefully selected and graded progression of
students themselves, most are discussed in
structures, but always set in as realistic
English and the references of most language
situation as possible. Such a method is a
teachings are the teaching of English
combination of the oral, structural, and
whether
situational approaches which is popularly
well
as
in
techniques
the
American
of
classroom,
or
British
English
especially in relation to the fact that English
known as the grammar-translation method.
has being regarded world language by most
Childern taught through grammar-
people in the reality of the cosmos. Due to
translation method (GTM) usually learn the
this reality, the discussion of this writing
rules of the grammar, including numbers of
will also much be influenced by the teaching
paradigms, and have to translate into and
of English whether as a second or foreign
from written forms of the foreign language.
language. This is because, books, papers,
Through GTM, oral work may play a minor
and other references available are mostly
role, being allotted say, 10 or 15 percent or
written in the language.
less marks in some terminal examination,
In
the
past,
foreign
language
and attention paid to it will reflect this
teaching techniques tend to recognize the
proportion. Materials for translation usually
element of habit formation at the earlier
came from a very limited range of registers,
255 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
the bulk of it most probably being of a
to this notion, many people will say that the
literary nature. In modern teaching of
nearer
language, such translation is likely to come
approach to the way in which the mother
at some point much nearer the end of the
tongue is acquired, the more effective it is
course, and instruction in translaltion is
likely to be.
foreign
language
teaching
can
likely to be regarded as a separate activity
By the structural approach is meant
from that of learning to use the language
that the patterns of the language being taught
creatively.
are carefully analysed, selected and graded,
By
oral
approach
(aural-oral
and are then taught methodically. To some
approach) is meant that these skills are
extent, of course, this is a counsel of
taught first; listening then speaking. Reading
perfection if not impossibility. To analyse,
and writing in the foreign language come
select and grade the structures of a language
later, even considerably later. To this extent,
presupposes an adequate description of that
speech is a more complete expression of
language.
language than writing. That is to say, anyone
Wallwork (1980: 150) that it is not yet
who can speak a language fluently will have
available in full measure for any language.
less trouble, it is believed, in learning to read
Nevertheless, it is not necessary to await
and write it, than will a person who has to
such
learn to speak a language which he has first
example, English sentence patterns for the
mastered in print or written only. It also
purpose of teaching English abroad were
accords with the way in which the mother
made as early as 1934 by Palmer, and more
tongue or native language is learnt, where
recently by Fries and Hornby.
speech certainly comes before writing. Due
full
Unfortunately,
description.
as
stated
Inventories,
by
for
256 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Most of modern language courses
materials all in English, except on some
now produced, including audio-visual or
items that cannot be grasped by students
audio-lingual courses, claim to use ‗graded
without explaining them in their native
structure‘, although the principles on which
language. Wehantouw (1988: 3) outlines that
the grading is done may be very different
at the Senior High Schools as well as at the
from one course to another. But they have in
Institutes of Higher Learning, the language
common the approach which selects a
of instruction in the teaching of English is
particular gramatical pattern – which is then
recommended English in conformity with
presented, and drilled, until the learner is
the principle ―one learn to use/speak a
thought to have absorbed the pattern.
foreign language by using/speaking it‖. As a
Special to Indonesia, the teaching of
matter of fact as stated by Wehantouw
English and other foreign languages in
(1988: 1) in the teaching of English as a
general which are also taught whether
foreign language, teachers often resort to
optionally or convulsarily, including at the
using Bahasa Indonesia to facilitate its
university level, these four language skills
teaching and learning. Consequently, the
cannot be gained simultaneously, depend
objectives to achieve as assigned by the
and determined by certain factors such as
CBC are mostly result in failure rather than
learning habits, experiences, and teaching
in the opposite.
techniques implemented by teachers in the
Another phenomenon related to the
classroom. Techniques of teaching English
teaching of English in Indonesia as a foreign
suggested Indonesian English teachers as
language is the mastery imbalance between
indicated
Based
one skill and another, mainly between the
Competence (CBC) to deliver learning
mastery of grammatical rules of English at
in
the
Curriculum
257 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
one side and the speaking proficiency at
learners learned much about English, not the
another. There are students who are able to
English language itself functionally. Lado
comprehend and implement the grammatical
(1988: 102) states that native speakers use
rules of the English language but are not
functional grammar whether or not they can
adequately smart in speaking. Some are
state the rules or describe the patterns they
completely fluent in speaking but drop
use, and many second language students can
deeply when asked to create writing
explain the grammar of the second language
especially scientific ones. Some others, even
even though they are not able to use it
though not great in number are lack on the
functionally. This fact is the basis of the
two aspects mentioned previously. This
linguistic approach dictum to ―teach the
notion seems to be closely related to the
language, not about the language,‖ meaning
English teaching approaches, methods, as
to teach functional rather than reflective
well as teaching techniques implemented in
grammar.
the past.
It was just later on, the orientation of
It has been generally known that in
teaching English departed from the old
the past as outlined above, the teaching of
approaches focusing on the teaching of
English as well as other foreign languages
grammar to new approaches stressing on the
tended to be of grammar oriented through
communicative function. These phenomena
which learners learned rules much more than
can
the function of the English language.
approaches as well as teaching methods
Consequently, the learners became smart in
emerged in the past compared with those of
the grammatical rules of the English but less
today which are mostly communicative
of fluency in speaking. In other words,
oriented. Grammar Translation Method, is
be
proved
through
the
teaching
258 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
one of the teaching approach stressing on
rationalist. Other methods coming later are
grammar mastery. Lado (1998: 12) asserts
(the grammar translation method, (b) the
that an activity characteristic of the T-G
direct method, (c) the reform method, (d) the
approach is the translation of sentences into
audiolingual method, (e) the audiovisual
the foreign language. The objective of the
method,
activity is not to produce good translation or
audiovisual method.
and
(f)
the
structure
global
develop translation skills as practiced by
These phenomena have actually been
professionals, but to learn grammar. The
realized by Indonesian experts on teaching
Pragmatic and Communicative approaches
foreign as well as second languages, but as
such Communicative Language Teaching
previously stated the realization of the
and Interactive Teaching, on the other hand
consciousness
tend to be functional oriented through which
expectation of many Indonesian people.
students
actively
According to Manurung (2006: 193) the
communicate using the language being
most popular issues related to the teaching of
learned during the process of learning.
English in Indonesian universities is the low
are
required
to
is
still
far
from
the
Els (1984: 146-156) describes the
competency of the gradation in the four
development of methods implemented in
skills of English language. Grow in Noni
teaching English as a foreign language,
(2003) theorizes that is basically initiated by
namely (a) formal vs functional methods, (b)
the failure of teaching at the Senior High
formalists
integrated
School focusing more deeply on the
methods, (d) analytic vs synthetic, (e) direct
grammatical and reading comprehension
vs indirect, (f) mechanistic vs mentalistic,
aspects than on the communicative function
(g) inductive vs deductive, (h) empiricist vs
of the language. Zain (2006) in one of his
vs
activists,
(c)
259 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
research found that in general university
on
language
teaching
in
Indonesia,
students find difficulties in terms of applying
especially English as the first foreign
interrogatives expressions both in and
language. In line with teachers‘ role in the
outside the classroom. Much foreign language teaching
teaching of any language, Christopher N.
has in the past been concerned only with the
Candlin and Neil Mercer in (E-Book) state
language of literature. Wallwork (1980: 151)
that where ever they are and whatever they
states that there are many reasons why this
are teaching, teachers in schools and other
should be changing, among others are (1) the
educational institutions are likely to face
war in many parts of the world that has
some similar practical tasks. They have to
given a great impetus to the learning of other
organize activities to occupy classes of
languages for practical purposes; (2) people
disparate individuals, learners who may vary
travel more freely and feel the need for a
considerably in their aims, abilities and
mastery of language in registers other than
motivations. They have to control unruly
the literary; (3) businessmen are increasingly
behaviour. They are expected to teach a
conscious of the need for what might be
specific curriculum, a body of knowledge
called
The
and skills which their students would not
tremendeus growth that has taken place in
normally encounter in their out-of-school
the teaching of English in many parts of the
lives. And they have to monitor and assess
world, where the status of English as a worl
the educational progress the students make.
language has stimulated demand for the
All these aspects of teachers‘ responsibilities
teaching of English for a variety of purposes,
are reflected in their use of language as the
has also been very influential in its effects
principal tool of their responsibilities.
‗day-to-day‘
language.
260 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
A teacher as stated by Amin (2005:
various modes of teaching delivery that can
8) is person charged with the responsibilities
encourage students to practice and use the
of helping others to team and to behave in
target language they are learning. In other
new and different ways. In line with Amin‘s
words, the modes of deliveries should
definition, a teacher as stated by Anderson
correspond the learners‘ preferences on the
and Burns (1989: 1) is (a) a person
teaching.
employed in an official capacity for the
However, many teachers are not fully
purposes of guiding and directing the
aware if their students do not prefer their
learning experiences of pupils or students in
teaching modes. The primary roles of
an educational institution, whether public or
teachers are instructional and managerial.
private, (b) a person who because of rich or
Learners, too, have reciprocal managerial
unusual experience or education or in a
and learning roles (Wright, 1988: 125). In
given field is able to contribute to the growth
conjunction with this notion, Underwood
and development of other persons who come
(1989: 22) asserts that success breeds
in contact with him, (c) a person who has
success, and students who feel they are
completed a professional curriculum in a
succeeding will be encouraged to go on
teacher education institution and whose
trying. Teachers‘ job in this is to provide
training has been recognized by the award of
experiences and activities in which students
an appropriate teaching certificate, and (d) a
can be successful. Wright (1990: 2) asserts
person who instruct others. Ideally, the
that it is not enough for students to have a
teacher should possess adequate competence
competent ability in a language if they
in delivering his/her teaching. In this sense,
cannot develop a conversation or discussion.
he/she should be able to offer and perform
In this sense, language teachers have a role
261 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
as communication teachers and, indeed, as
class. Teachers should know their students‘
teachers in the broadest sense. Hamachek in
interaction mode preferences. It should be
al-Adabi (volume 5, 2010: 182) outlines four
well known that some students prefer to
dimensions of teachers‘ effectivenees in
learn individually, some others prefer to
teaching, namely; (1) effective teachers have
work with a partner or in a small group. Any
a
of the interaction modes can best facilitate
sense
of
humor,
fair,
empathetic,
democratic, and able to relate easily and
the
students
naturally to students on either a one-to-one
objectives if the learning environment suits
or a group basis, (2) effective teachers have
the
knowledge of subject matter and related
teachers should devote their attention to
areas, (3) effective teachers see themselves
organize their class in such a way so as to
as identified with others, and (4) effective
promote better development of the students‘
teachers have positive views of others
target language. In other words, teachers
students, colleagues, and administrators.
should vary their teaching delivery so as to
students‘
to
achieve
preferences.
the
learning
Above
all,
Jester and Miller in Noni (2003) state
accommodate their students‘ learning style.
that it is of important factor that teachers be
As a result, the learning environment can be
aware of the nature of their students‘
in all students‘ favor, even though they have
learning style. Once the teachers know their
different styles. In line with the above
students‘ learning style, they could match it
notions, Anderson and Burns (1989: 8)
with the instructional environment of the
assert that it is the teaching, not the teacher,
class. It is then expected that the teachers
that is the key to the learning of students.
find ways to adapt their teaching with the
That is, it is not what teachers are like but
style to ensure their students‘ success in the
what they do in interacting with their
262 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
students that determines what students learn
systematically. Others claim the opposite
and how they feel about the learning and
that the absence of the systematic approach
about themselves.
to teaching about language has contributed
In relation to the teaching of English
to
continued
in Indonesia, it has been generally known
linguistically
that there are two main problems which are
students.
disadvantage
for
already
marginalized
groups
of
now still being debated, that is, the teaching
However, the teaching of this subject
English or any language and the teaching
is still dominated by the Teacher Centered-
about English or about any language. The
Approach.
first refers to the teaching of language as a
English grammar is still being debated
medium of communication or language
among linguists up to these recent days.
function, whereas the second refers to the
Some experts such as Terry (1988: 42) and
rules of language. But the problem of
Wu (2007: 6) consider the need for teaching
teaching English grammar goes beyond
grammar explicitly. On the other hand,
teachers‘ confidence in their own knowledge
Krashen
about language as a source. Many teachers,
communicative ability is the ultimate goal of
as stated by Macken-Horarik (Australian
learning any language. Krashen makes the
Journal of Language and Literacy, Feb.
function of the language as the initial focus
2011: 12) are unsure about the role of
which emphasizes fluency as being than
grammar in English teaching itself. Some
accuracy. Littlewood (1983) pays attention
argue that while grammar has always been
to the functional aspects as well as the
part of core business in English, it should be
structural aspects of language which become
taught at the point of need rather than
the purpose of communication. He starts by
Therefore,
(1983:
the
74)
teaching
states
of
that
263 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
understanding the structure in the context
learning practices that apply to learners from
that begins with controlled exercises until it
the age of two to twenty one or twenty five,
reaches natural communication activities.
learners in preschool through secondary or
These two diverse points of view can
post secondary school. Iwon (1992 in Sturn
be bridged by promoting learning English
and Bogner (International Journal of Science
grammar communicatively in order to
Education,
achieve the goal of language learning by the
achievement scores for students in learner-
learners with fluency and accuracy on the
centered lessons compared with teacher
one hand, and having English grammatical
centered lessons. Beside cognitive effects,
knowledge on the other. In addition to this
many studies also demonstrate affective
notion, it is perceived that teaching through
outcomes
Teacher-Centered Approach may provide
environment. Additionally, social skills and
learners
grammar
social competences were more easily trained
little
in student-oriented lessons than cooperative
with
knowledge
good but
English contributes
2008:
of
942)
found
student-oriented
learning
communication skill to the learners. In
learning
contrast to this notion, Sturn and Bogner
approaches give learners a central focus and
(International Journal of Science Education,
thus are the acting force. Nevertheless, many
2008: 941) states that student-centered
comparison
studies
teaching at school is very often given
versus
student-oriented
priority by teachers in contrast to more
environments have produced controversial
teacher-centered lessons. McCombs and
results
Whisler (1997: 4) state that child or student
explanation of effects of different learning
centered refers to the use of schooling and
environment.
higher
with
no
of
Student-oriented
teacher-centered
consistency
learning
in
the
264 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
environments with regard to achievement
academic and general purposes that are
and motivation scores.
designed to strengthen the four major skills,
The
theoretical
for
i.e., listening, speaking, reading, and writing
interactive learning as stated by Brown
an integrated technique seems to be the
(2001: 48) lies in what Long (1988, 1993)
best option. This is in line with Rasyid‘s
describes as the interaction hypothesis of
notion (1992: 19) that integrating skills in
second language acquisition, going beyond
English language teaching (ELT) is a must,
Krashen‘s concept of comprehensible input.
that is, if the purpose of the ELT is to enable
Long and others point out the importance of
students to use the language in real life
input and output or receptive and productive
communication where more than one skill in
skills in the development of language. As
involved at a time. Integrated manner of
learners interact with other through oral and
teaching is believed to be an activity which
written
communication
may provide class with various interactions,
abilities are enhanced. Vygotsky (1978)
not only one way (from teacher to students)
perceives that social interaction, mainly in
or two way interaction (from teacher to
terms of language learning, is the primary
students and vice versa) but multiple ways as
source
well, that is, interaction among students in
discourse,
of
their
developing
foundation
cognition
and
behavior. In conjunction with the objectives of teaching English in Indonesia both for
the class.
265 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
REFERENCES
Amin, Radhiah Mardhiah. 2005. The Preferred Combination of Classroom Interactions Patterns in English Language Teaching by the English Education Students of FPBS UNM. Graduate Program , State University of Makassar. Anderson, Lorin W. & Burns, Robert B. 1989. Research in Classrooms: The Study of Teachers, Teaching,and Instruction. Oxford: Pergamon Press. Brown, Douglas H. 2001. Teaching by Principles: an Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Longman. Candlin, Christopher N. (ed.). 1983. The Communicative Teaching of English; Principles and Exercise Typology. Essex: Longman. Fries, Charles C. 1945. Teaching and Learning English as a Foreign Language. Ann Arbor: University of Michigan Press. Hamacheck. 2010. Jurnal: Al Adabi. Ilmu Bahasa dan Kesusastraan; Vol V Edisi ke 3 Nopember. Bahasa dan Kebudayaan. Krashen, Steven D. 1983. Principles and Practice in Second Language Acquisition. London: Prentice Hall International English Language Teaching. Lado, Robert. 1988. Teaching English Across Cultures: an Introduction for Teachers of English to S peakers of Other Languages. New York: McGraw-Hill. Long, Michael., and Richards, Jack C. 1988. Methodology in TESOL: a Book of Reading. Newbury House, New York. Mc. Combs, Barbara L & Jo Sue Whisler. 1997. The Learner-Centered Classroom and School. Jossey-Blass Publishers. San Fransisco. Macken, Horaric, et al. 2011. Australian Jurnal of Language and Literacy Vol.34 No.1; A Gramatic „Good Enough‟ for School English in the 21st Century: Four Challenges in Realising the Potential Manurung, Konder. 2006. Budaya Belajar Mandiri dan Pembelajaran Bahasa Inggris. Linguistik Indonesia 24/2, 193-200. Noni, Nurdin. 2004. A Hybrid of Face to Face Teaching and Computer Assisted Language Learning (CALL) to Improve Students‟ English Achievements Based on Individual Learning Differences. (Unpublished Disertation). Post Graduate Studies Programme. Hasanuddin University.
266 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Palmer, F. R. 1976. Semantics: A new outline. Cambridge: Cambridge University Press Rasyid, Muhammad Amin. 1992. Developing Communicative Competence Through Topic of Interest and Learning Styles Using the Integrated Skills Approach. (Unpublished Disertation). Pascasarjana UNHAS. Sturm, Heike & Franz X. Bogner. 2008. International Journal of Science Education, Vol. 30 no.7; Student Oriented Versus Teacher Centred: The Effect of Learning at Work stations About Birds and Bird Flight on Cognitive Achievement and Motivation. Wehantouw, O.J. 1988. The Native Language in The Teaching of English as a Foreign Language. Badan Penerbit IKIP Ujung Pandang. Wright, Andrew. 1990. Pictures for Language Learning. Cambridge: Cambridge University Press Wright, Tony. (1988). Roles of Teachers and Learners. In C N Candlin and H G Widdowson, Language Teaching: A Scheme for Teacher Education. Oxford: Oxford University Press. Vygotsky, Lev. 1978. Thought and Language. Cambridge: The MIT Press.
267 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
CORRELATION BETWEEN LEARNING STYLES AND STUDENTS‟ ACADEMIC ACHIEVEMENT IN SPEAKING SKILL IN ENGLISH DEPARTMENT AT HASANUDDIN UNIVERSITY
Zul Astri English Language Study Program Postgraduate Program Hasanuddin University Email:
[email protected]
Between Learning Styles And Students‟ Academic Achievement In Speaking Skill In English Department At Hasanuddin University Abstract: Correlation
Students are individuals with individual needs, interests and methods of processing information. This research aims to elaborate the correlation between learning styles and students‘ academic achievement in speaking skill and explains how well the teaching material and classroom activities fulfill the needs of students with different learning styles. The respondents of this study are 30 students of English Department students of academic year 2009/2010. The researcher conducted One-Group Pretest-Posttest design where there is only one group experiment that is given pre-test and post-test. In gathering the data, questionnaire, classroom observation, pre, and post tests are applied. Questionnaire is to know their basic learning style in general. Next, classroom observation is to see and find out students‘ attitude, classroom activities and classroom participations. Pre-test is to see their basic speaking skill before the class started and they are given learning activities. In addition, post-test is to measure students‘ speaking skill after they are given learning activities by teacher. The result of the research shows that 36, 8 % visual learners can improve their skill after learning activities are given. Moreover, auditory learners are clearly seen that they are sophisticated speakers and listeners so in this speaking class they can show their ability and it is proved from the data that 83, 3 % auditory learners have increased speaking skill. Furthermore, the learning activities also appropriate for tactile and visual- auditory learners because 100 % of tactile and visual auditory learners can improve their speaking skill after learning activities are conducted in the classroom. Keywords: Learning style, Material, and English Speaking Skill.
268 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Abstrak: Korelasi Antara Gaya Belajar Dan Prestasi Akademik Mahasiswa Dalam Keterampilan Berbicara Di Jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin Siswa adalah individu yang memiliki kebutuhan individu, memiliki minat dan cara tersendiri dalam memproses informasi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan hubungan antara gaya belajar dan prestasi akademik mahasiswa dalam keterampilan berbicara dan untuk menjelaskan seberapa baik materi pengajaran dan aktivitas kelas memenuhi kebutuhan mahasiswa dengan gaya belajar yang berbeda. Responden pada penelitian ini adalah 30 mahasiswa sastra Inggris tahun akademik 2009/2010. Peneliti melakukan desain One-Group Pretest-Posttest dimana hanya ada satu kelompok eksperimen diberi pre-tes dan pos-tes. Dalam pengumpulan data, kuesioner, observasi kelas, pre dan post test diterapkan. Kuesioner diterapkan untuk mengetahui dasar gaya belajar mereka secara umum. Selanjutnya, observasi kelas adalah untuk melihat serta mengetahui sikap siswa, kegiatan kelas dan partisipasi kelas. Pre-test untuk melihat kemampuan dasar berbicara sebelum kelas dimulai dan sebelum mereka diberikan aktivitas belajar. Selain itu, post-test untuk mengukur kemampuan berbicara mahasiswa setelah mereka diberikan aktivitas belajar oleh dosen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 36, 8% pembelajar visual dapat meningkatkan keterampilan berbicara mereka setelah aktivitas-aktivitas belajar diberikan. Selain itu, jelas terlihat bahwa pembelajar Auditori adalah pembicara dan pendengar yang hebat sehingga dalam kelas ―Speaking‖ ini mereka dapat memperlihatkan kemampuan mereka dan hal ini terbukti dari data yang menunjukkan bahwa 83, 3% pembelajar Auditori memiliki kemampuan keterampilan berbicara yang meningkat. Lebih lanjut, aktivitas belajar yang diberikan juga cocok untuk pembelajar Tactile dan Visual-Auditori karena 100% dari kedua pembelajar tersebut dapat meningkatkan keterampilan berbicara mereka setelah aktivitasaktivitas belajar dilaksanakan di ruang kelas. Kata Kunci: Gaya Belajar, Materi, dan Keterampilan berbicara bahasa Inggris.
269 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
provide a good learning condition to
INTRODUCTION Students
are
individuals
with
motivate the learning process and at the end
individual needs, interests and methods of
it will improve the students‘ achievement.
processing
&
Gilakjani & Ahmadi (2011) supported that
Hernacki, 2004). Some learner variables in
analyzing one‘s own particular learning style
language learning such as motivation, age,
can be very helpful and beneficial to the
learning
students to make them more focused on
information
style,
(Deporter
personality,
gender,
strategies, metacognitive, autonomy, beliefs,
attentive learners.
culture and aptitude (Griffiths, 2008) cannot
In this research, researcher tries to
be avoided as natural factors by teachers.
find out the correlation between learning
Teachers may possibly consider these
styles and speaking skills in English. English
variables as references to present the
is very important to be mastered by all
materials to students so that knowledge,
people to express their ideas and feeling in
skills, and attitudes can be accepted well.
order to communicate with other people
Learning style is one of students‘
using oral or written form. Students as
different characteristics that has not been
second language learners and university
paid more attention yet. Most of teachers use
level are required not only to be able to
their own teaching style to teach their
listen, write, and read but also to speak.
students rather than considering the students‘
Speaking ability is an ability to explore the
learning styles. In this matter, teaching
words in utterance to communicate with
material can be included as a factor which
other people to carry out a conversation.
influences students‘ performance. In fact, the
Speaking English is one of important things
students will learn effectively if teachers
that we really need in this global era. If we
270 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
can speak English meaning that we can
Despite Husain‘s claim that there is no
communicate with all people all over the
significant difference in students‘ academic
world. Therefore, the researcher tries to
achievement for all groups of learning style,
focus on Speaking Skills. In addition, as
a study on the relation between learning
what the researcher has got in some
styles
references that the characteristics of those
secondary school students conducted by
three learning styles (visual, auditory and
Vaishnav (2013) reveals otherwise. The
tactile) are different from speaking. Based
kinesthetic learning style is found to be more
on all of explanation above about the
prevalent than visual and auditory learning
important of speaking skill and types of
styles among secondary school students. The
learning styles, the researcher conducts
findings also show that the main effects of
research to see the correlation between
the three variables - visual, auditory and
learning styles and academic achievement in
kinesthetic are significant on academic
speaking skill in English Department at
achievement.
Hasanuddin University.
and
academic
achievement
of
Rasyid (1992) investigates the match
There have been some studies that
and
mismatch
between
the
teachers‘
applied method. One of them is Husain
teaching styles and students‘ learning styles.
(1999), conducts a study which focused on
Teaching and learning activity will be more
students‘ learning and personality styles in
effective by using Integrated Skills approach
second
their
in the foreign language of instructional
relation to students‘ academic achievement
program that is possibly changing the
and found that all groups have no significant
students‘ learning styles from the previously
differences in their achievement (post-test).
preferred to dispreferred one. The different
language
acquisition
and
271 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
between Rasyid and researcher is in the
the correlation between learning styles and
focus of research. Rasyid focuses his
students‘ academic achievement in speaking
research in
skill.
which
is
communication competence divided
in
two
kinds
of
competence, oral and written English Skills.
RESEARCH METHODOLOGY Research Design
In this research, researcher focuses in speaking skill. Dunn and Dunn (1978) in De Porter
This
research
applies
pre-
experimental design to investigate the correlation between learning styles and
and Hernacki (2004) claims that by learning
students‘
style identification, students can identify
speaking English of fourth semester students
their preferred learning styles, but they also
in
get score higher on tests, have better
University.
attitudes, and be more efficient if they are
experiment involved in this research so there
taught in such a way to which they are easy
is no control group.
to relate. The different between Dunn and
Procedures of Data Collection
English
academic
achievements
Department There
is
at
in
Hasanuddin
only one
group
Dunn and researcher is also in the focus of
The instruments used in this study are
research. Dunn and Dunn make a general
questionnaire, classroom observation and
conclusion for all of skills and researcher
speaking test. The questionnaire consisting
only focuses in speaking skill.
of 24 items of questions from Barsch‘s LSI
The researcher can conclude that the
is used to identify the students‘ learning
difference between this research and the
styles. It is categorized into 5 scales: always,
previous researches is in the focus of
usually, sometimes, seldom and never. The
researcher namely the researcher examines
classroom observation is used to find out the
272 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
classroom
activities
and
students‘
(Sudjana, 1992) as cited in
participation toward the given material. The
Sirajuddin (2010)
last instrument, speaking test, which consists
Then, students are grouped based on
of pre-test which is intended to see the
their preferred learning style and their result
students‘ prior knowledge in speaking
of their pre-test and post test in speaking
English and post-test which is aimed to see
English. The researcher describes the match
students‘
between
speaking
ability
after
they
students‘
learning
styles
and
experience the given material.
students‘ speaking skill after experiencing
Data Analysis
the material given.
Data are analyzed chronologically as
These data on students‘ learning
follows. First, data from questionnaire is
style, classroom observation and speaking
analyzed by tabulating the students learning
test are triangulated to see how effective the
style results and differentiating them based
material for different learning styles in the
on their preferred learning style. The
classroom. Firstly, the researcher matches
Learning Style inventory is calculated into
the score of speaking test with the data in the
number to find out students learning style
classroom observation. This is to see
percentage using the following formula;
whether
P= f x 100 %
students
who
experienced
an
increase in speaking test are really active or
N
just being passive in the classroom. Then,
Where:
students‘ learning style data, the result of
P = Percentage of data
speaking test and the classroom observation
Fq = Number of Frequency
data are integrated before to find out whether
N = Total Sample
273 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
the material works effectively to which
However, for
the learners
who have
kinds of learning style in speaking class.
combination learning styles, only visual
RESEARCH FINDINGS
auditory learners who show their speaking
The description of collected data
skill improvement. All (2) visual-auditory
through questionnaire find out the students‘
learners (100 %) can increase their speaking
learning styles from 30 students; there are 19
skill after learning activities given. The rest
visual learners (63.33 %), 6 auditory learners
of learner cannot show their improvement
(20 %), 1 kinesthetic learner (3.33 %), 2
those three learning activities are given (see
visual auditory learners (6.67 %), 1 visual-
table 2)
kinesthetic learner (3.33 %) and 1 visual-
DISCUSSION
auditory-kinesthetic learner (3.33 %). There
Regarding the domain of style
are 86.67 % students had tendency to be
inventory this study reveals that respondents
single learning style learners and 13.33 %
taking part in the study are mostly inclined
students had tendency to be combination
towards being visual and auditory learning
learning style learners.
styles while kinesthetic and the three
The finding also reveals that after
combination learning styles are only a few.
giving materials (see table 1) some students
The process of identifying learning
shows speaking improvement. There are 7
styles in this study indicates that teachers
out of 19 visual learners (36, 8%) and there
become
are 5 out of 6 auditory learners (83, 3%) who
identifying students in the classroom so that
showing
learning
the teacher provides materials using methods
activities given. In addition, all (1) tactile
that can cover all learning styles in the
learner (100%) also shows his improvement.
classroom. For this current study, basically
improvement
after
aware
of
the
importance
of
274 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
the teacher who taught the participant using
that academic achievement of students can
some materials from the textbook has not
be better than the results of this study.
been fully aware of the importance of identifying students' learning styles.
Knowledge
of
an
individual's
learning style is also very important for
As we know, the class has students
students. The individuals should know their
with diverse learning styles. Knowing from
own
beginning
of
characteristics this style has and they should
identifying learning styles, the teacher may
thereby behave according to this style. In
ask students who have visual learning style
this way, the individual can acquire the
to sit in the front row of seat or in some front
constantly changing and increasing amount
corner of the class so they can clearly see
of information without the assistance of
when teacher explains material so they can
others. However, in this study, the students
be free from visual obstruction. Researcher
are not aware of their learning style and how
does not adjust the seating of students
they should act with knowledge of the
because the school is state school and
learning styles. This may be important for
researcher found the class naturally and
future researchers who want to conduct the
where the researcher in this case simply
same study, in which they should consider to
acted as an observer rather than as the
provide knowledge about the importance of
experimenter. To a certain extent, this makes
knowing
some visual learners got visual obstruction
because when the individual knows his/her
and it is one of the limitations of this study.
learning style, s/he will integrate it in the
For further research, the class should be set
process of learning so s/he will learn more
about
the
importance
based on the learning styles of students so
learning
the
styles
individual
are
and
learning
what
style
275 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
easily and fast and will hopefully be
preferences are not identified. They know
successful (Gilakjani, 2012).
what they want to learn and ―how.‖ This
It is clear that, learning style
awareness will modify their perspectives on
identification will be useful for both of
learning something new (Fidan, 1986) in
students and teacher. Teacher will prepare
Gilakjani (2012).
material based on students‘ learning style in
Based on the data, the finding of this
the classroom so the method given can cover
study reveals that after giving materials
all of styles in the classroom as stated by
some
Renou (2008) that it seems reasonable if
improvement. Researcher can state that the
teachers teach in the three sensory modes—
theory of De porter and Hernacki (2004) can
auditory, visual and tactile that would help
be seen in this research. Visual learner
students to retain and retrieve more far
cannot show their performance based on
information than they would if teachers
material given in speaking class because
exposed them to only one sensory mode of
only 36, 8 % learners who can improve their
learning. Students‘ preferred learning styles
skill but auditory learners is clearly seen that
can help or hinder the success and have
they are sophisticated speaker and listener so
positive
academic
in this speaking class they can show their
performance. Moreover, students who aware
ability and it is proved from the data that 83,
of their learning style will search answer to
3 % auditory learners have an increased
the problem and benefit from their unique
speaking skill. It means that the materials
performance
their
which are given by the teacher are
learning style. Those learners will recognize
appropriate with auditory learners. They
their goals, unlike those whose learning style
learn
effect
and
on
their
preferences
in
students
best
showed
through
verbal
speaking
lectures,
276 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
discussions and listening to what others have
the materials given because he can show his
said.
improvement in post-test after learning
Auditory
learners
interpret
the
underlying meanings of speech through
activities are given.
listening to tone of voice, pitch, speed and
CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS
other nuances. Moreover, the materials also
The researcher finds that there is a
appropriate for visual auditory learners
positive correlation between learning style to
because 100 % visual auditory learners can
students‘ academic achievement in speaking
improve their speaking skill after materials
skill based on Theory of De Porter and
are given. There some advantages of visual
Hernacky and the result of the research that
auditory learner. The combination of their
can be seen by using pre-test and post test
learning style can make them learn by using
after learning activities are given. Moreover,
the two learning styles. They can follow the
the study also reveals that based on the
lectures well by using their visual sensory
material given, 83, 3 % of auditory learners
and auditory sensory. They will learn best as
have
the way of visual learner like learn from
measurement
visual
diagrams,
addition, tactile and visual auditory learners
overhead
(100 %) also have good scores from
transparencies, videos, flipcharts or hand-
speaking measurement after materials given.
outs and learn best as the way of auditory
Visual
learners like they learn best through verbal
performance based on material given in
lectures, discussions and listening to what
speaking class because only 36, 8 % learners
others have said. In addition, the only one
who can improve their skill but auditory
tactile learner also can adapt himself with
learners is clearly seen that they are
displays
illustrated
text
including: books,
good
scores which
learners
do
from is
not
speaking
conducted.
show
In
their
277 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sophisticated speaker and listener so in this
Based on the result of this research,
speaking class they can show their ability
the teacher is expected to be aware of
and it is proved from the data that 83, 3 %
students‘ different learning styles which are
auditory learners can improve their scores
particularly important in second or foreign
after post-test conducted. Moreover, the
language acquisition, and to identify these as
materials are also appropriate for tactile and
early as possible before starting teaching in
visual auditory learners because 100 % of
the classroom. Then, teacher is expected to
tactile and visual-auditory learners can
provide various teaching material that can
improve their post-test scores after materials
suit all students‘ learning styles and fulfill
are given.
students‘ needs.
278 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
BIBLIOGRAPHY Deporter, Bobbi and Hernacki Mike. (2004). Quantum Learning. Bandung: Mizan Pustaka. Gilakjani, Abbas. (2012). Visual, Auditory, Kinesthetic Learning Styles and Their Impacts on English Language Teaching. Journal of studies in Education. ISSN 2162-6952 2012, Vol.2, No.1. Gilakjani & Ahmadi. (2011). The Effect of Visual, Auditory, and Kinesthetic Learning Styles on Language Teaching. International Conference On Social Science and Humanity. IPEDR Vol.5. Griffiths Carol. (2008). Lesson from Good Language Learner. Cambridge: Cambridge University Press. Husain, Djamiah. (1999). Learning and Language Acquisition . Unpublished
Personality Styles in Second Thesis. Hasanuddin University
Heaton,J.B. 1988. Writing English Language Test. London : Longman Rasyid, Muhammad Amin. 1992. Developing Communicative Competence through Topic of Interest and Learning Styles Using the Integrated Skills Approach. Makassar: Pascasarjana UNHAS. Renou, Janet. 2008. A Study of Perceptual Learning Styles and Achievement in a Universitylevel Foreign Language Course. In the internet th http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet15/mcloughlin.html retrived on 27 November 2009. Mayagüez; Universidad Puerto Rico.. Sirajuddin, Andi. (2010). Improving speaking ability by using Total Physical Response Strategy at SMA Negeri 1 Samarinda. Unpublished Thesis. Hasanuddin University. Vaishnav, Rajshree. (2013). Learning Style and Academic Achievement of Secondary School Students. Voice of research Vol. 1 Issue 4, March 2013.
279 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Table 1
Materials and Learning Activities Hot seat brief personal opinion
Persuasive Group Presentation on “ Visiting Places”
Making Group Discussion
15 minutes spontaneous
Group work presentation
personal opinion talk
4-5 people
Given topic
10-15 minutes
Group discussion
4-5 people
10-15 minutes
Table 2 Student Individual Test Performance Speaking measurement by J.B. Heaton (1988) Subjects‟ code
Types of Learner
Pre-Test
Post-Test
S1
Visual
2(Enough)
3 (Fair)
S2
Visual
4(Good)
4 (Good)
S3
Visual
4(Good)
4 (Good)
S4
Visual
5(Very Good)
6(Excellent)
S5
Auditory
3(Fair)
3(Fair)
S6
Visual Auditory
3(Fair)
4(Good)
S7
Auditory
3(Fair)
4(Good)
S8
Visual-AuditoryTactile
2(Enough)
2(Enough)
S9
Auditory
4(Good)
5(Very Good)
S10
Visual
3(Fair)
3(Fair)
280 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
S11
Auditory
3(Fair)
4(Good)
S12
Visual
3(Fair)
4(Good)
S13
Visual
4(Good)
4(Good)
S14
Tactile
3(Fair)
4(Good)
S15
Visual
3(Fair)
3(Fair)
S16
Visual
3(Fair)
3(Fair)
S17
Visual
3(Fair)
4(Good)
S18
Visual
3(Fair)
4(Good)
S19
Visual
2(Enough)
3(Fair)
S20
Auditory
3(Fair)
4(Good)
S21
Visual
4(Good)
5(Very Good)
S22
Visual Auditory
2(Enough)
3(Fair)
S23
Auditory
4(Good)
5(Very Good)
S24
Visual
3(Fair)
3(Fair)
S25
Visual
3(Fair)
3(Fair)
S26
Auditory
3(Fair)
3(Fair)
S27
Visual Tactile
3(Fair)
3(Fair)
S28
Visual
3(Fair)
3(Fair)
S29
Visual
3(Fair)
3(Fair)
S30
Visual
3(Fair)
3(Fair)
Note: a. 6 = Excellent b. 5 = Very Good c. 4 = Good d. 3 = Fair e. 2 = Enough f. 1 = Poor
281 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
EXPLICIT AND IMPLICIT MEANINGS IN ELONG „BUANG TASSANRA MUA‟ Sudarmin Harun Faculty of Cultural Sciences The University of Hasanuddin, Makassar
[email protected] Abstract : Explicit And Implicit Meanings In Elong „Buang Tassanra Mua‟ This writing aims to transfer Buginese Elong ‗song‘ into English and to reveal the meanings that contained in buginese traditional song entitles Buang Tassanra Mua ‗Fall down but Safe‘. This song is very interesting to be analyzed and to reveal deeply either its explicit or implicit meanings because it has many meanings that must be known not only buginese but also the other ethnics in Indonesia and abroad, even also all generations outside or at schools and university. By revealing the meanings explicitly or implicitly of the song, a person could aware that the ancestor‘s advices are very important to implement in his/her daily life. All generations should know, keep, and put them in their mind in order to become a guidance to do good things and to avoid to do bad actions such as breaking the buginese ade ‗customs‘, bicara ‗laws‘, rapang ‗ruls‘ and wari‟ ‗etics‘. The objective of Elong ‗song‘ is as not only a medium of entertainment solely but it could also be a medium of conveying some advices and it could be a medium of teaching language and lingua franca as well as teaching literature. Lectures and teachers have a must to transfer the buginese songs into English with the goal the foreigners could read and know the buginese local language and literature, especially buginese pappaseng ‗local wisdom‘ that contained in this song – buginese language and literature. Key words: Buginese Elong, language, and literature. Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mentransfer Elong Ugi ke Bahasa Inggris dan menyingkap makna yang terkandung dalam lagu tradisi orang bugis yang berjudul Buang Tassanra Mua. Lagu ini sangat menarik untuk dianalizah dan diungkap secara mendalam maknya baik yang tersurat maupun yang tersirat karena lagu tersebut memiliki banyak makna yang harus diketahui bukan hanya orang bugis akan tetapi juga suku-suku lainnya yang ada di Indonesia dan luar negeri, begitu pulah semua generasi yang ada di luar atau di dalam sekolah dan universitas. Dengan menyingkap makna lagu secara tersurat atau tesirat, seseorang dapat menyadari bahwa nasehatnasehat leluhur sangat penting untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Semua generasi seharusnya mengetahui, menyimpang, dan menaruh dalam ingatannya agar
282 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
supaya menjadi petunjuk untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat seperti melanggar adat-istiadat, bicara, rapang, dan wari suku bugis. Tujuan lagu ‗Elong‘ bukan hanya sebagai media hiburan semata akan tetapi dapat juga menjadi media untuk menyampaikan nasehat dan dapat menjadi media pembelajaran bahasa dan lingua franca beserta pembelajaran sastra. Dosen dan guru memiliki keharusan mentransfer lagu-lagu bugis ke dalam Bahasa Inggris dengan tujuan orang asing dapat membaca dan mengetahui bahasa dan sastra bugis, terutama pesan-pesan atau kearifan lokal suku bugis yang terkandung dalam lagu tersebut-bahasa dan sastra bugis. Kata kunci: Elong, bahasa, dan sastra bugis. White‘ using galigo-pattern that has eight,
INTRODUCTION Three years ago, exactly in 2012, I
seven, and six syllables for each verse while
did a research about Kecapi Songs ‗lute
Buang Tassanra Mua ‗Fall down but Safe‘
songs‘ in Sidrap Regency, South Sulawesi,
using non-galigo like a traditional poetry
Indonesia. This regency is situated near
pattern uses pun in each verse. Pun is the
Danau Sidenreng and Danau Tempē ‗Lake
humorous use of words that are formed or
of
Sidenreng
and
Lake
of
Tempē‟
sounded alike.
approximately 200 kilometers away from
Buang Tassanra Mua is a product of
Makassar and 50 kilometers away from the
culture. Putra (2001: 24) emphasizes that
municipality of Pare-pare. This regency is
there
the regency where kecapi and the kecapi-
language and culture and summarized as
songs were born between 1930s and 1940s
follows: language that is used by a
(Harun, 2012). At the early period, the song
community is the reflection of the culture of
is a traditional one using ‗Galigo-pattern‟ or
the community; language is part of the
‗None-galigo‟. Galigo Period is VII and X
culture; and language is the condition of the
Century (Huzain, 2009:22) In the location of
culture. Christomy (2003: ix) formulates that
the research, I found Putē Sassā ‗Pure
language is a system of arbitrary vocal
are
three
relationships
between
283 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
symbols by which members of a social
The theme of this song is advice. Therefore,
group cooperate and interact.
this traditional song functions not only to
Buang Tassanra Mua consists of
entertain but also imply five local wisdoms
Elong Pappaseng in Buginese literature.
as mentioned above. This song has four
This song does not apply Galigo pattern but
stanzas. Each stanza has certain significance;
it applies non-galigo pattern. Among the
it can be seen through the song lyrics and
poetic/traditional Buginese songs, this song
translation.
has five ―pappaseng”, the deepest ones. The
FINDINGS
explicit local wisdoms of the song are: (1) aja‟
nacaccaki
ade‟
aja‟to
Buang Tassanra Mua
natunaiki‟
Fall Down but Safe
bicara; (2) aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to nicawaiki‟
wari‟;
pannennungeng
(3) toi
alitutui rapangnge;
warie (4)
Hasan Pulu 1. tabe taengkalingai # tabe
+
ta
+
engkaliŋa +
ulawengngi mammekkoe salakai mettee; and
excuse
p1pl
listen
(5) mette‟kki‟ nasitinaja, tongeppi naripuada
excuse me and listen to
(the translation, see the next page!). If these
2. adanna toriolota
―pappaseng‖ are implemented in the daily
# ada
life of someone ―buang tassanra mua, mau
utterance p3pl
mali rappe mua”. Metaphorically, it means
our ancestor‟s message
that although someone got or fallen into an
3. aja‟ nacaccaki ade‟
accident he/she will be safe. For the
# aja‘
complete meanings, look at the next lyrics of
+
the song and the translation.
+ na
+ adə‘ #
+ to
na
person
+
+ riolo past
cacca
i# imp
+
ta #
p1pl pos
+
ki
284 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
neg
pref
dislike
p1pl hon
# rapaŋ
+
e
rule
the customs dislike you 4. natunaiki‟ bicara +
degrade
p1pl hon
ki
+
bicara # laws
na
pref
obeyed
9. ulawengngi mammekkoe
+
+
# ulawəŋ
5. aja‟ naujaki rapang # aja‘ +
pref
the rule must be obeyed constantly
the laws degrade you
i
+
ma
+
məkko
+ e#
uja
+
ki
+
rapaŋ #
gold
dem
pref
silent
def
neg
pref
ridicule
p1pl hon
be silent is the best
rule
10. salakai mette‟e
the rule does not ridicule you
# salaka
6. nicawaiki‟ wari‟ +
cawai
pref
+
ki
laugh
p1pl hon
+
wari # ethic
ri prep
+
+
mətte +
e#
talk
def
dem
to talk is better 11. mettekki‟ nasitinaja # mətte
7. wari‟ riyalitutui +
+ i
silver
the ethic laughs you
ethic
+
constantly
# natunai
# wari
ri
panənnuŋəŋ #
customs
# ni
+
+
ki
+
na
+
sitinaja # yalitutu
+ i#
kept well
imp
the ethic must be kept well 8. rapangnge ripannennungeng
talk
p2pl hon
pref
properly
talk only properly! 12. tongeppi naripuada # toŋəp true
+
i dem
+
naripu pref
+
ada # say
285 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
song that has deep meanings. This song is
say only the true!
talking about ancestor‘s messages. Among
13. rekkua taengkalingai ta
# rekkua + if
+
p1pl
eŋkaliŋa listen to
+
i# def
The title of this traditional song is
14. paseng toriolota
advice
+
to
This traditional song instructs the audiences to say only the right utterance.
if you listen to
# pasəŋ
of them are customs, laws, rules, and ethics.
+
person
riolo past
+
ta #
Buang Tassanra Mua „Fall Down but Safe‘.
p1pl hon
This title is a symbol and metaphor. A
our ancestor‟s advice
symbol refers to a convention that means
15. buang tassanra mua
although someone gets a problem, of course,
fall down stumble over still
later there will be a solution or he/she will be
although you are fallen down, you are still
safe. It is a metaphor of its theme, namely: a
safe
metaphor of safety.
16. mau mali rappe mua
Lyrics (1), (2), (3), and (4) have two
when wash away wash ashore still
cultural symbols. They are ―ade‘‖ and
when you wash away, you are eventually
―bicara‖. Lyrics (1) and (2) warn the
safe
audiences to listen carefully to the ancestor‘s
DISCUSSION
message. Lyrics (3) and (4) advice the
Buang Tassanra Mua is an advice
audience, using polite sentence or honorific
song. It refers to a local wisdom of Buginese
utterance, by saying ―aja‟ nacaccaki ade‟
that warns the audiences to implement those
natunaiki bicara”. ―ade‘ is a symbol of rule
five messages or local wisdoms. This song
of life, customs and traditions. ―Bicara” is a
consists of ―Elong maliung bettuanna‖ the
286 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
symbol of laws, laws of life. Buginese must
symbol that means be silent is the best. Gold
understand and obey them.
is adornment goods that have the best
Lyrics (5), (6), (7), and (8) have two
quality, everyone likes it. Therefore, the
cultural symbols. They are ―rapang‖ and
morpheme ―mammekkoe” is associated with
―wari‘‖. Lyrics (5) and (6) are advice that
the quality of gold. In lyric (10) ―Salaka‖ is
addressed to the audience; the utterance is
a
―aja‟ naujaki rapang nicawaiki wari‟”. It
symbolizes the better attitude or behavior of
means, the rule ridicules you and the ethic
someone. The phrase ―salakai mette‟e” is
laughs you. Lyric (7) and (8) are symbols;
also a symbol that means talking is also
because the word ―wari” in lyric (7)
better if what we will convey is true. This is
conventionally means ―ethic‖ and the word
a metaphor because the word ―salakai”
―rapangnge” in lyric (8) conventionally
means silver. Silver quality is one level
means ―rule‖. Therefore, these lyrics also
under gold quality. Both of them are
advise us that the ethic must be kept well
adornment goods, which have different
and the rule must be obeyed constantly.
quality. So the morpheme ―mette‟e” is also
cultural
symbol
that
conventionally
Lyrics (9), (10), (11), and (12) have
associated with the quality of silver. In lyric
two cultural symbols. They are ―ulaweng‖
(11) ―mettekki nasitinaja” and in lyric (12)
and ―salaka‖. Let us elaborate one by one
―tongeppi naripuada” are both local wisdom
based upon the message or advice of the
that mean talking only needed and tell only
ancestor. In lyric (9) ―ulaweng” is a cultural
the right. Both lyrics are symbols because
symbol that conventionally symbolizes the
lyrics (11) and (12) are advice addressed to
best attitude or behavior of someone. The
audiences by using honorific utterance
phrase ―ulawengngi mammekkoe” is a
287 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
saying
―mettekki
nasitinaja
tongeppi
naripuada”. It means do not tell lies.
Buang Tassanra Mua is Buginese traditional song. This song is full of
In lyrics (13), (14), (15), and (16)
significance
have two cultural symbols. They are
symbolized
―tassanra”
lyrics
Symbols that found in this song are
contain Buginese ancestral message. The
―ulaweng‖–gold and ―salaka‖ –silver. These
repetition of word ―mua‖ in this last stanza
symbols are not only become the symbols at
clearly suggests the audiences to listen or to
all but also the cultural symbols of Buginese
implement the ancestor‘s pappaseng. If you
that have profuse meanings.
and
―rappe‖.
These
The
obey it, you will be safe. Euphemism is used to imply the message
politely
as
meanings, by
which
conventional
local
wisdom
in
are
symbols.
―Buang
Tassanra Mua” is in the context of advice
―ulawengngi
for the audiences of a ceremony in order that
mammekkoe” means be silent is the best.
they are safe in undertaking his/her daily
The impolite utterance is ―aja‟ mu kapau-
works or position in the office. The explicit
pau” means do not talk too much in false
local wisdom ―pappaseng‖ that contained in
utterance (lying).
this song are: (1) aja‟ nacaccaki ade‟ aja‟to
The next is also euphemism is used
natunaiki bicara; (2) aja‟ naujaki‟ rapang
to imply the message politely like ―Mettekki
aja‟to nicawaiki‟ wari‟; (3) alitutui warie
nasitinaja
pannennungeng
tongeppi
naripuada”
means
toi
rapangnge;
(4)
talking only needed, tell only the right. The
ulawengngi mammekkoe salakai mette‟e;
impolite utterance is ―aja‟ mabbelle” in
and
Buginese means do not tell a lie!
naripuada,
(5)
mettekki if
these
nasitinaja
tongeppi
―pappaseng‖
are
implemented in the daily life of someone,
288 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Insya Allah–God willing, ―Buang tassanra
“mettekki‟ nasitinaja tongeppi naripuada”
mua Mau mali rappe mua”. Metaphorically,
stated in symbol that means ―talking only
it means that although someone gets or falls
needed and telling only the right!‖ The
into an accident he/she will be safe.
author quotes these local wisdoms from
Furthermore, “pappaseng” that contained in
Lontara Pappaseng (Pulu in Berbagai
this song is euphemism with the aim to
Kumpulan lagu Bugis, 2009: 40).
emphasize the meaning of song politely to
Besides explicit pappaseng in this
the audiences: (1) “aja‟ nacaccaki ade‟
song, it also has implicit pappaseng. Those
aja‟to natunaiki‟ bicara” stated in symbol
are ―don‘t ever act against bicara-adat-law,
that means ―don‘t violate the rule and
rapang-rule, and wari-ethic. Obey the rule,
ethic!‖; (2) “aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to
adat-law, and ethic constantly! Say the right
nicawaiki‟ wari‟” stated in symbol that
is right, false is false! If you obeyed them,
means ―don‘t violate the customs and the
whatever happened to you, you will be safe.‖
laws!‖; (3) “alitutui warie pannennungeng
That is Buginese‘s ancestral local wisdom. It
toi rapangng” stated in symbol that means
can be an obstacle and eradication all
the ethic must be kept well and the rule must
negative actions by the implementation of
be obeyed constantly; (4) “ulawengngi
rule, adat-law, and ethic. There is no
mammekkoe salakai mette‟e” stated in
exception. All people are equal before the
symbol that means ―be silent is the best!‖, if
laws.
we don‘t know the problem or what we will
Ironically,
in
Buginese
regions,
say is not true, ―salakai mette‟e” means
Buginese has ―pappaseng” but it is ignored.
talking is better if we know well the problem
It is proved, graft and falsehood still
or what we will say is true. Moreover, (5)
occurred everywhere and some of the actors
289 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
are Buginese. Let us build our nation and
true-person if he/she is ―malempu or jujur‖.
country by the virtue of local wisdom. Let us
Its
create a civilized, prosperous, safe, and
rightness. ―Kebenaran‖ is something that
peaceful
has high value and quality in society. Its
society;
South
Sulawesi
in
icon
(similarity)
(causal)
is
particular and Indonesia in general. Let us
index
obey ade‟ ‗custom‘, opposing it the risk is
―Kejujuran‖ is caused by the rightness and
epalumpangi tanah ‗thrown out‘ of the
reflected by the true remarks and deeds of
country by Ade‟ Holders.
someone. Its symbol (convention or rule of
METAFORICAL SYMBOLS FOUND
agreement)
is
is
―kebenaran”–
―jujur‖–honest.
―kejujuran‖–honesty.
“Ulaweng” is a cultural symbol of
Therefore, ―ulaweng‖ as Buginese cultural
Sidrap Buginese that has a significant
symbol, is a metaphor or symbol of
meaning of life of Buginese in conveying the
“kejujuran”–honesty. In philosophy of life
true utterance. ―Ulaweng” is a sign. Its
of Buginese, if someone does not know the
ground of idea or concept is a metaphor of
rightness of something, it is better to be quiet
“ulawengngi mammekoe‖–be silent is the
―ulawengngi mamekkoe‖ as the object, the
best. It is based on the value of gold. Gold is
concept, and idea of poetic song (symbol),
finery or thing that has high quality in the
―true is true‖ and ―false is false‖.
life of people, so, ―mammekkoe‖ is an
“Salaka” is a cultural symbol of
analogy of ―ulaweng‖. The ground functions
Sidrap Buginese that has a significant
refer to the object, which creates the best
meaning of life of Buginese in conveying the
attitude and the character building of
true utterance. ―Salaka” is a sign. Its ground
Buginese as a powerful life principle and
of idea or concept is a metaphor of “salakai
philosophy of life of Buginese. He/she is a
mette‟e‖–talk only properly and say only the
290 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
truth. It is based on the value of silver. Silver
life of Buginese, if someone does not know
is finery or thing that has higher quality than
the rightness of something, it is better to be
others do in the life of people, so, ―mette‟e‖
quiet, as a poetical and aesthetical concept
is an analogy of ―salaka‖. The ground
of, ―ulawengngi mamekkoe salakai mette‟e”
functions refer to the object, which creates
as the object and the concept of poetical
better attitude than others and the character
song (symbol), ―conveying the true is true‖.
building of Buginese as a powerful life
MESSAGES
principle and philosophy of life of Buginese.
Based on the results of findings and
He/she is a true-person if he/she said ―the
discussion, Elong Buang Tassanra Mua has
true is true and the false is false.. Its icon
two messages. They are: (1) it is better to
(similarity)
―kebenaran”–rightness.
avoid bad-action, like tell a lie, steal,
―Kebenaran‖ is something that has higher
damage, deceive, lazy, do not do his/her
value and quality than others do in society.
duty well, do graft or corruption; and (2) it is
Its index (causal) is ―jujur demi kebenaran‖–
better to do good-action, like be honest,
conveying the rightness. ―Kejujuran‖ is
diligent for working, charity, and so on. If
caused by the rightness and reflected by the
someone does these messages and does not
true remarks and deeds of someone. Its
ignore them of course the customs, ade‘,
symbol (convention or rule of agreement) is
rules, and ethics do not punish him/her. In
―kejujuran‖–honesty. Therefore, ―salakai
buginese, if someone breaks the customs and
mette‟e‖–to talk is better if we know the true
culture the communities and Ade‘-holders
of something, ―salaka‖ as Buginese cultural
will punish him/her.
is
symbol is a metaphor or symbol of “adatongeng”–true utterance. In philosophy of
291 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
CONCLUSION
mua, mau mali rappe mua”.
1. Buang Tassanra Mua consists of Elong
Metaphorically, it means that although
Pappaseng in Buginese literature. This
someone got or fallen into an accident
song does not apply Galigo pattern but it
he/she will be safe.
applies non-galigo pattern. 2. This traditional Elong ‗Song‘ has five ―pappaseng”, ‗local wisdom‘. 3. The explicit and implicit meanings of the
5. In philosophy of life of Buginese, if someone does not know the rightness of something, it is better to be quiet ―ulawengngi mamekkoe‖ as the object,
song become ―pappaseng‖ are:
the concept, and idea of poetic song
(a) aja‟ nacaccaki ade‟ aja‟to natunaiki‟
(symbol), ―true is true‖ and ―false is
bicara, (b) aja‟ naujaki‟ rapang aja‟to nicawaiki‟ wari‟, (c) alitutui warie pannennungeng toi rapangnge, (d) ulawengngi mammekkoe salakai mettee, and (e) mette‟kki‟ nasitinaja, tongeppi naripuada. 4. If these ―pappaseng‖ are implemented in the daily life of someone ―buang tassanra
false‖. 6. In philosophy of life of Buginese, if someone does not know the rightness of something, it is better to be quiet, as a poetical and aesthetical concept of, ―ulawengngi mamekkoe salakai mette‟e” as the object and the concept of poetical song (symbol), ―conveying the true is true‖. 7. The message of this Elong is: do goodactions and don‘t do (avoid) bad-actions.
292 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
REFERENCES Berbagai Pencipta Lagu Bugis. 2009. Kumpulan Lagu-Lagu Bugis. Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten Sidenreng Rappang Propinsi Sul-Sel. Christomy dan Yuwono. 2003. Semiotika Budaya. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyrakat Universitas Indonesia. Depok Jakarta. Harun, Sudarmin. 2012. Cultural Values in Balinese Traditional.Dissertatio. Makassar. Pascasarjana Unhas. Huzain, M. and Rajab, H. 2009. Ade‟ Sipakatau Menyelamatkan Generas Bangsa Ardana Media, Yogyakarta. Putra Heddy Shri Ahimsa. 2001. Strukturalisme Levy Strauss Mitos dan Kary Sastra. Galang Press, Yogyakarta.
293 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
THE SOCIAL CRITICISM OF INDIAN IN THE NOVEL THE PEARL BY JOHN STEINBECK Abbas A Lecturer of Cultural Studies, Hasanuddin University Email:
[email protected] Abstract: The Social Criticism Of Indian In The Novel The Pearl By John Steinbeck The Social Criticism of Indian in the Novel The Pearl by John Steinbeck is concerned with social criticism on the disruption of the Indians‘ life in Southern America 1940s. They were found to have been unjustly treated and pressed by the European immigrants. This writing addresses criticisms on the social inequalities that emerge as a result of the presence of the immigrants. It is an attempt to address the Indians‘ struggle against the existing immigrants to overcome the economics of social conditions. Data were mainly obtained from related references as the secondary data and the novel The Pearl as its primary data. Other supporting documents were also taken to base the analysis. In doing so, the Structural Genetics approach that is the combination between fictional intrinsic elements such as the plot, character, setting, theme and the external aspect such as the author‘s social background and social reality of people was used. The result of this writing appears that the appearances of structural elements in the novel The Pearl depict the social, political, and economical conditions of Southern America in Mexico. John Steinbeck as the novel‘s author seemed to suggest the awakening of the Indians‘ struggle against social disruption due to the emergence of European immigrants. He insisted the Indians on organizing their struggle for better life. Key Words: Social criticism, Inequalities, Indians‟ struggle, Structural Genetic Approach Abstrak: Kritik Sosial Orang-Orang Indian dalam Novel The Pearl Karya John Steinbeck Kritik sosial orang-orang Indian pada novel The Pearl karya John Steinbeck merupakan kritik sosial terhadap penderitaan orang-orang Indian di Amerika Selatan sekitar tahun 1940an. Mereka diperlakukan tidak adil dan ditekan oleh orang-orang imigran Eropah. Tulisan ini mengkritik ketidakadilan sosial yangditimubklan oleh kehadiran para imigran. Hal ini mendorong orangorang Indian bangkit berjuang melawan kesewenang-wenangan para imigran guna memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi mereka. Data utama ditekankan pada berbagai referensi relevan yang dijadikan sebagai sumber data sekunder dan novel The Pearl merupakan data primer. Selain itu juga sejumlah dokumen digunakan guna mendukung analisis ini. Dalam analisis ini turut digunakan Pendekatan Strukturalisme Genetik yang memadukan antara unsur-unsur intrinsik sastra, diantaranya plot,
294 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
tokoh, setting, dan tema dengan aspek-aspek ekstrinsik seperti latar belakang sosial pengarang dan realitas sosial masyarakat. Tulisan ini menunjukkan bahwa kehadiran unsur-unsur struktural pada novel The Pearl menggambarkan kondisi perekonomian di Amerika Selatan, khususnya di Meksiko. John Steinbeck selaku penulis novel ini nampaknya turut mendorong kebangkitan perjuangan orangorang Indian melawan kesewenang-wenangan para imigran Eropah. Dia menghimbau agar orangorang Indian menata perjuangannya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Kata Kunci: Kritik sosial, Ketidakadilan, Perjuangan orang-orang Indian, Pendekatan Strukturalisme Genetik masyarakat tertentu dan dalam kurun waktu
PENDAHULUAN Kritik sosial dalam kajian ilmu sastra
tertentu. The Pearl sebagai novel yang
antara lain merupakan sorotan terhadap
dipengaruhi oleh setting Amerika wilayah
realita
kehidupan
selatan sangat jelas merefleksikan kondisi
masyarakat. Pengarang sebagai bagian dari
orang-orang di wilayah tersebut. Orang-
interaksi masyarakat tidak bisa melepaskan
orang Indian yang miskin dan terbelakang
dirinya dari realita sosial dalam membuat
tidak memperoleh perhatian sebagaimana
sebuah
mestinya sehingga menderita di tanah airnya
yang
karya
terjadi
dalam
sastra.
John
Steinbeck
misalnya, dalam novel The Pearl yang
sendiri.
Mereka
dipandang
dikarang sekitar tahun 1945 merefleksikan
kelompok strata sosial bawah yang tidak
kondisi sosial orang-orang Indian di wilayah
memperoleh
Amerika Selatan yang masih dipelakukan
diperlakukan tidak adil dari kelompok
tidak adil oleh orang-orang kulit putih
masyarakat lainnya sebagaimana termuat
turunan imigran Eropah.
dalam kutipan novel tersebut: ”The doctor
kesejahteraan
sebagai
malah
Karya sastra sebagai produk sosial
never comes to the cluster of brush houses.
terkait dengan keadaan dan kondisi di
He could do to take are of rich people who
sekitarnya
sebagai
refleksi
kehidupan
295 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
lived in the stone and plaster houses of the
sebagaimana terefleksi dalam novel The
town” (1962:9).
Pearl, maka penulis menganalisis kritik
Keadaan sosial orang-orang Indian
sosial dalam karya sastra tersebut dengan
direfleksikan oleh sejumlah tokoh fiksi
menggunakan Pendekatan Strukturalisme
seperti Kino, Juana Tomas, Coyotito, dan
Genetik. Suatu teori pengkajian sastra yang
lain-lain.
menekankan keterkaitan antara karya sastra,
John
Steinbeck
menempatkan
tokoh-tokoh ini bukan sekedar individu fiksi
pengarang, dan realitas masyarakat.
belaka, tetapi memuat kenyataan sosial
TEORI PENDEKATAN
masyarakat tertentu di Amerika wilayah
STRUKTURALISME GENETIK
selatan hingga tahun 1940-an. Pengarang dengan
cermat
memaparkan
keinginan
Strukturalisme Genetik lahir sebagai reaksi terhadap pendekatan sastra yang telah
orang-orang Indian sebagaimana terungkap
berkembang
dari penuturan tokoh fiksi Kino, ”My son
Strukturalisme Murni. Teori Strukturalisme
will read and open books, and my son will
Genetik dicetuskan pertama kali oleh ahli
write and will know writing. And myson will
sastra Perancis bernama Lucian Goldman
make numbers, and these things will make
yang pandangan dasarnya adalah karya
numbers, and these things will make us free
sastra bukan sesuatu yang berdiri sendiri,
...” (1962:33).
melainkan ada unsur masyarakat yang
Dengan menelaah keadaan orangorang
Indian
yang
terbelakang
dan
sebelumnya,
melatarbelakanginya
sehingga
yakni
tinjauan
sosiologis perlu dilibatkan dalam pengkajian
diperlakukan tidak semestinya, kemudian
karya
sastra.
Iswanto
mengomentari
dari keadaan ini timbul perjuangan untuk
pandangan ini bahwa, ”Jika karya sastra
mengubah nasib mereka menjadi lebih baik
hanya dipahami dari unsur intrinsiknya
296 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
saja, maka karya sastra dianggap lepas dari
sekitarnya yang dituangkan ke dalam bentuk
konteks
pada
karya sastra. Memang karya sastra bukan
melainkan
merupakan rangkaian peristiwa nyata secara
selalu berkaitan dengan masyarakat dan
langsung dalam masyarakat sebab lahir dari
sejarah yang melingkupi penciptaan sastra”
sebuah
(1994:80).
perumpamaan dari kondisi yang sedang
sosialnya.
hakekeatnya tidak
Pandangan
Padahal demikian,
Goldman
imajinasi,
tetapi
memuat
merupakan
berlangsung. Melalui tokoh-tokoh fiksi,
upaya memadukan antara unsur struktural
seorang pengarang berupaya menyuarakan
(aspek-aspek intrinsik) dan unsur sosiologis
kelompok
(aspek-aspek
teori
meskipun karya itu fiksi, tetapi mewakili
Strukturalisme Genetik, Goldman antara lain
keterkaitan dengan kelompok masyarakat di
mengatakan:
mana
‖Pandangan dunia yang ditampilkan pengarang lewat problematic hero merupakan suatu struktur global yang bermakna. Pandangan dunia ini bukan semata-mata fakta empiris yang bersifat langsung, tetapi merupakan suatu gagasan, aspirasi, dan perasaan yang dapat mempersatukan kelompok sosial masyarakat. Pandangan dunia ini memeperoleh bentuk kongkret di dalam karya sastra. Pandangan dunia bukan fakta. Pandangan dunia tidak memiliki eksistensi obyektif, tetapi merupakan ekspresi teoritis dari kondisi dan kepentingan suatu golongan masyarakat tertentu‖ (Damono, 1979: 5).
genetiknya.
ekstrinsik).
Dalam
masyarakat
karya
itu Guerin
tertentu.
dilahirkan dalam
Jadi
sebagai Genetic
Approaches mengungkapkan, ”We might call the aproach genetic because it is the word sometimes use when a work is considered in terms of its ”origin”. We could find the term appropriate in studying the growth and development of the work, its genesis, as form its source” (1979:278). Konsep Strukturalisme Genetik yang
Seorang pengarang mewakili sejumlah diterapkan dalam tulisan ini mengacu pada harapan
dan
keinginan
masyarakat
di perangkat Laure dan Swinge yang diurai dari
297 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pemikiran Goldman (Iswanto, 1994:84).
Keadaan masyarakat dihadirkan sebagai
Konsep ini terurai dalam bagan berikut:
kondisi
ekstrinsik
yang
mempengaruhi
muatan karya sastra tersebut. Pada akhirnya diperoleh gambaran mengenai kenyataan yang diemban oleh karya sastra itu. PEMBAHASAN Hasil
analisis
keterkaitan
antara
aspek struktural, pengarang, dan realita sosial masyarakat pada novel The Pearl Karya sastra sebagaimana perangkat
dibahas lebih lanjut dengan menggunakan
di atas mula-mula diteliti aspek intrinsiknya.
kaidah-kaidah Teori Strukturalisme Genetik.
Keseluruhan aspek intrinsik dianggap satu
DESKRIPSI STRUKTUR NOVEL THE
jalinan yang saling terkait guna memperoleh
PEARL
makna pada diri karya sastra itu sendiri.
Tokoh utama adalah sepasang suami
Selanjutnya, latar belakang pengarang dikaji
istri dari keluarga orang Indian, yakni Kino
sebagai bagian dalam kelompok sosial
dan Juana serta puteranya Coyotito, yang
tertentu. Kehidupan dan sikap pengarang
sekaligus
dianggap mewakili masyarakat di mana ia
Mereka didukung oleh tokoh pembantu yang
berada.
sebagai
juga merupakan saudara dan ipar Kino,
perantara antara karya sastra dengan realitas
yakni Juan Tomas dan Apolonia. Pemeran
masyarakat. Langkah berikutnya adalah
tokoh antagonis adalah seorang dokter
menganalisis
keturunan imigran Perancis yang dikenal
Pengarang
aspek
dianggap
sosiologis
yang
mengkondisikan saat karya sastra itu ditulis.
menempati
dengan panggilan Doctor.
peran
antagonis.
298 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Alur cerita atau plot berlangsung
houses came a sound so soft that it might
secara konvensional, artinya cerita tersusun
have been simply a thought, a little furtive
secara kronologis menurut hubungan sebab
movement, a touch of a foot on earth, the
akibat dari awal hingga akhir cerita yang
almost
meliputi eksposisi, komplikasi, klimaks,
breathing” (TP, 1962:48).
resolusi,
dan
konklusi.
inaudible
purr
of
controlled
Eksposisi
Tahap Klimaks terjadi pada saat
menggambarkan sekelompok orang Indian
rumah Kino dibakar dan dirinya berhasil
di daerah pemukiman kumuh sekitar pantai
membunuh salah seorang yang hendak
Tanjung
mencuri
California
yang hidup
dalam
mutiaranya.
Teror
ini
tidak
keadaan sangat miskin dan hidupnya sangat
menyurutkan semangat Kino yang bersikeras
jauh berbeda dengan orang-orang kulit putih
ingin mewujudkan impiannya menjadi orang
di kota yang hidup sejahtera. Suatu ketika
kaya
dokter menolak mengobati seorang bayi
puteranya kelak dan mengubah orang-orang
bernama Coyotito karena alasan berasal dari
Indian menjadi sejahtera. Dia memutuskan
keluarga
membawa keluarganya secara sembunyi-
Indian
miskin.
Cerita
mulai
yang
sembunyi
menemukan sebuah mutiara Pearl bernilai
mencari pembeli mutiara, ”To north,‟said
tinggi.
Kino. I have heard there are cities in the
menawarkan Coyotito
saat
itu
jasanya
dengan
dokter
ingin
maksud
datang
mengobati licik
wilayah
menyekolahkan
meningkat ke tahap Komplikasi ketika Kino
Sejak
ke
mampu
utara
sekaligus
north” (TP, 1962:86).
ingin
Kepergian Kino berserta keluarganya
memiliki mutiara tersebut. Sejak saat itu
ke
utara
teror yang menimpa keluarga Kino terus
bersenapan
berlangsung, ”Then from the corner of the
mutiaranya.
ternyata
dibuntuti
3
orang
yang
hendak
merampas
Kino
berhasil
membunuh
299 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
ketiganya sekaligus mengantar cerita pada
memprihatinkan. Latar ini mengacu pada
tahap Resolusi, namun pada saat bersamaan
beberapa tempat yang muncul dalam cerita,
Coyotito
tempat
diantaranya Kota La Paz, Kota Loreto, Santa
persembunyian dalam pangkuan ibunya,
Rosalina, Virgin Station, dan United States.
Juana. Akhirnya Konklusi cerita yang
James D. Hart memperkuat penelusuran latar
menentukan nasib akhir semua tokoh utama
ini dengan mengatakan, ”... marine research
berlangsung
Juana
in the Gulf of California and containing
kampung
Steinbeck‟s reflection on life; and The Pearl
halamannya dalam keadaan menyedihkan,
(1945) a short parable about a Mexican
namun semua orang di La Paz senantiasa
fisherman
mengenang
(1986:382).
juga
memutuskan
meninggal
ketika
di
Kino
kembali
kegigihan
dan
ke
keluarga
ini,
”Everyone in La Paz remembers the return the family” (TP, 1962:114).
finds
a
great
pearl”
Menelusuri sikap dokter turunan imigran
Latar fisik berlangsung di sebuah
who
Indian
Perancis yang
terhadap
diskriminatif,
orang-orang lalu
Kino
daratan yang mencolok ke selatan berupa
berjuang menebus perlakukan dokter ini.
tanjung yang dinamakan Tanjung California.
Selanjutnya dia ingin mewujudkan sejumlah
Tanjung ini merupakan wilayah perbatasan
harapan mulia memperbaiki nasib orang
antara selatan Amerika Serikat dengan utara
Indian melalui pendidikan, kesejahteraan,
Meksiko yang dikelilingi oleh Samudera
dan keadilan, serta mengacu pada pandangan
Pasifik. Wilayah ini merupakan daerah
Robert
pesisir yang banyak dihuni oleh orang-orang
mengatakan,
Indian yang bermata pencaharian sebagai
significant stories, his beautiful short novel
nelayan
The Pearl (1945), an allegorical story in
dengan
tingkat
kesejahteraan
Carlsen ”Of
(1985:604-605) Steinbeck‟s
yang other
300 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
which the Mexican hero, Kino, and his
dia menghabiskan masa mudanya sebelum
wife...,” maka penulis menyimpulkan tema
berkelana ke Eropah dan kembali ke
cerita fiksi ini adalah Perjuangan orang-
California.
orang Indian dalam menuntut perbaikan
Setting
nasib dan persamaan hak dari orang-orang
umumnya
kulit putih.
Tanjung
LATAR
BELAKANG
DAN
kehidupan
berkisar California
di
Steinbeck
sekitar
yang
wilayah
membentang
sekitar 50 mil dari selatan ke utara dan 30 mil dari timur ke barat. Wilayah ini berada
PANDANGAN JOHN STEINBECK John Steinbeck merupakan nama
di antara darerah barat daya Amerika Serikat
kakek dan nenek dari pihak ayahnya dimana
dengan
kakeknya bernama John dan neneknya
Steinbeck banyak mengetahui kondisi sosial
bernama Grossteinbeck. Keluarga dari pihak
di daerah tersebut. Dia prihatin menyaksikan
ayahnya berasal dari Jerman turunan Yahudi
orang-orang Indian tersingkir ke daerah-
Yerusalem yang datang ke daratan Amerika
daerah
sekitar pertengahan abad ke-19. Ibunya yang
tindakan
bernama
merampas tanah mereka, lalu membangun
Olive
Hemilton
berasal
dari
Meksiko
kumuh para
utara
pinggiran imigran
Irlandia Utara yang merupakan keluarga taat
tambang-tambang emas
beragama.
atasnya.
Keluarga
Hemilton
tiba
di
bagian
kota Eropah
dan
Keprihatinan
barat.
karena yang
pabrik
di
Steinbeck
Amerika sekitar tahun 1850. John Steinbeck
diungkapkan melalaui penuturan Michael
dilahirkan di sebuah kota kecil, Salinas
Pearson (1994:306) berikut:
Tanjung California pada tahun 1902. Kota
‖Di barat timbul kepanikan ketika para imigran berbondong-bondong memenuhi jalan raya. Para putera daerah (pribumi) ketakutan tanah milik mereka menyusut, orang-orang yang sampai saat itu tidak
Salinas merupakan daerah penyangga antara Meksiko dengan Amerika Serikat di mana
301 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
pernah lapar menatap mata mereka yang lapar. Orang-orang yang saat itu tidak pernah menginginkan sesuatu terlalu banyak melihat gelora keinginan di mata para pendatang. Dan penduduk kota itu dan orang-orang pinggir kota yang lembut berkumpul untuk mempertahankan diri mereka sendiri; dan mereka menentramkan hati sendiri bahwa mereka orang baik dan para pendatang yang menyerbu itu jahat...‖
menyoroti masalah sosial guna perbaikan nasib kehidupan orang-orang Indian. Melalui imajinasinya terungkap dunia sosial yang nyata sehingga dirinya dikategorikan sebagai satu diantara sekian penulis realis dan romantis Amerika. Penghujung tahun 1968
Menyaksikan
kemewahan
para
tepatnya
tanggal
30
Desember,
John
turunan imigran yang hampir melupakan
Steinbeck terkena serangan jantung dan
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta asal-
dimakamkan di kota kelahirannya, Salinas
usulnya, maka Steinbeck memilih hidup
dengan meninggalkan dua orang putera,
sederhana.
yakni Tom dan John.
Menurutnya
bahwa
harta
kekayaan dan penghargaan hanya akan
KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT
membelenggu kebebasan sosialnya. Bahkan
AMERIKA DI WILAYAH SELATAN
ketika menerima Hadiah Nobel Bidang
Babak awal kolonialisasi di daratan
Kesusastraan tahun 1962, dia dengan rendah
Amerika
hati antara lain berujar, ”Di dalam hatiku
Colombus membawa petualang Spanyol
terbersit keraguan bahwa aku lebih patut
mendarat di San Salvador tahun 1492. Satu
mendapat
persatu
Hadiah
Nobel
ini
daripada
dimulai
suku
di
ketika
Christopher
Amerika
Selatan
kalangan sastrawan lainnya yang kuhormati
ditaklukkan, yakni Suku Astek dan Maya
dan memang terhormat...” (1994:335).
tahun 1519, Suku Indian tahun 1522, dan
John Steinbeck sebagaimana diakui
Suku Inca tahun 1533. Hingga tahun 1600,
oleh James D. Hart (1986:383) bahwa dia
Spanyol telah memiliki daerah koloni yang
adalah
terbentang dari Chili di selatan membujur
salah
seorang
sastrawan
yang
302 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
hingga Meksiko di utara dengan pusat
Guadelupe di Vera Cruz tanggal 2 Pebruari
pemerintahan kolonial berada di Meksiko
1848. Adapun New Meksiko diserahkan
City dan Lima Peru. Petualangan Spanyol
kepada
berakhir setelah beberapa koloni di Amerika
konsekuensi
Selatan menyatakan kemerdekaan melalui
Carranza dalam konflik politik tahun 1914.
perjuangan yang dipelopori oleh orang-
Wilayah California yang meliputi Tanjung
orang Indian dan turunan hybrid Indian-
California dengan Kota La Paz menjadi
Spanyol, diantaranya Koloni Cili tanggal 12
setting utama novel The Pearl yang ditulis
Pebruari 1818, Venezuela tahun 1819, Peru
tahun 1945.
tanggal 28 Juli 1821, Guatemala tanggal 15
Amerika dari
Hingga
tahun
Serikat
sebagai
kekalahan
Presiden
1940-an
sektor
September 1821, dan Meksiko tanggal 10
pertanian dan perkebunan belum mampu
Oktober 1824.
mengubah kehidupan orang-orang Indian
Wilayah teritorial Meksiko ketika
menjadi lebih baik malah 74 juta hektar
merdeka meliputi perbatasan Guatemala di
tanah petani di wilayah California, Texas,
selatan, Samudera Pasifik di sebelah barat,
dan
Samudera Atlantik di timur, di utara meliputi
pemerintah
wilayah California, New Mexico, dan Texas
kemudian
dimana ketiga wilayah ini berbatasan dengan
kompensasi tahun 1940. Sebanyak 2 juta
–
orang Indian yang telah kehilangan tanah
Amerika Serikat tahun 1845 hingga 1848
kemudian mengadu nasib pada industri-
memaksa Meksiko menyerahkan wilayahnya
industri batu bara dan gas di kota-kota.
yang meliputi Texas dan California kepada
Mereka tinggal pada gubuk dengan tingkat
Amerika Serikat melalui perjanjian Treaty of
kesejahteraan yang jauh dari memadai.
Amerika
Serikat.
Perang
Meksiko
New
Mexico Amerika ditebus
diambil Serikat, dengan
alih
oleh
meskipun pembayaran
303 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sebagaimana mereka yang hidup sebagai
sebagai kelompok masyarakat yang kasar,
buruh industri, orang Indian di daerah pesisir
kolot, terpencar, memiliki heterogenitas
California yang hidup dari sektor perikanan
tinggi, dan masih didominasi oleh pikiran
keadaannya juga tidak lebih baik. Keadaan
mistik. Hal ini didukung oleh pernyataan
ini berimbas pada kehilangan akses mereka
Dana Gardner Munro yang antara lain
pada sektor pendidikan dimana pendidikan
mengemukakan, ”The problem was more
didominasi oleh orang-orang kaya dan
difficult because so large a part of the rural
terpusat di daerah perkotaan. Keadaan makin
population
diperparah ketika pemerintah setempat sejak
communities speaking a great number of
tahun 1917 mengambil alih pelaksanaan
differentIndian languages” (1950:425).
pendidikan dengan memungut keuntungan sebesar-besarnya. Orang-orang
lives
Dalam
in
small,
isolated
perkembangannya,
orang-
orang Indian cenderung mengisolasi diri ke Indian
merupakan
daerah-daerah
pinggiran
mempertahankan
diperkirakan mencapai 70 %, sedangkan
dipegang teguh. Mereka ingin hidup dalam
turunan imigran Eropah hanya berkisar 15
kebersamaan, tenang, dan tenteram yang
%, dan sisanya adalah orang-orang Negro
bebeda dengan para turunan imigran di kota
dan etnis lainnya. Meskipun mayoritas,
yang
kehidupan mereka masih terbelakang dan
individualistik, dan materialis. Demikianlah
miskin
imigran
mereka berada dalam suatu dilema antara
Eropah yang minoritas. Hambatan utama
keinginan untuk memperbaiki hidupnya
mengubah kehidupan orang-orang Indian
yang
menjadi lebih baik karena mereka dipandang
keterbelakangan, dan ketertindasan, ataukah
turunan
memperebutkan
bebas
dari
hidup
untuk
penduduk mayoritas di wilayah selatan yang
dibandingkan
nlai-nilai
kota
yang
kekuasaan,
kemiskinan,
304 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
terus mengisolasi diri dengan memandang kota sebagai tempat para penindas, penipu, dan perampok. SITUASI INDIAN
SOSIAL DI
ORANG-ORANG
AMERIKA
SELATAN
‖They came to the place where the brush houses stoppped and the city of stone and palster began, the city of harsh outer walls and inner cool gardens where a little water palyed and the bougenvillae crusted the walls with purple and brick-red and white. They heard from the secret gardens the singing of caged birds and heard the splash of cooling water on hot flagstone‖ (TP, 1962:10-11).
YANG TEREFLEKSI DALAM NOVEL Reformasi
THE PEARL Permasalahan sosial dalam novel The
pemerintah
guna
memperbaiki kondisi orang-orang Indian
Pearl secara umum merupakan suatu kondisi
dititikberatkan
yang tercipta melalui proses perjalanan
pertanian,
sejarah yang cukup lama ketika Spanyol
perikanan belum tersentuh. Kondisi ini
mulai menancapkan kolonialisasi di kawasan
membuat mereka yang tinggal di Tanjung
Amerika Selatan. Sekelompok orang Indian
California
yang bermukim di daerah kumuh merupakan
berjuang guna memperbaiki kondisinya
refleksi kesenjangan antara mereka dengan
dimana tujuan awal mereka adalah perbaikan
para keturunan imigran di kota. Di dalam
di sektor ekonomi sebagaimana dicita-
kota berkumpul orang-orang berpendidikan,
citakan tokoh fiksi Kino dan Juana (TP,
kaya, dan berkedudukan, sedangkan di
1962:20).
pinggiran kota bermukim sekelompok orang
kesejahteraan bisa diperbaiki, maka tujuan
miskin,
lainnya
tidak
berpendidikan,
dan
dan
pada
sektor
perkebunan,
sebagai
sedangkan
nelayan
Mereka
seperti
industri,
senantiasa
percaya
pendidikan
terbelakang. Gambaran kehidupan mereka
dipenuhi
sehingga
mereka
yang di kota terungkap dalam novel sebagai
menjadi
kelompok
berikut:
terbelakang dan tertindas.
kalau
juga
bisa
bukan
lagi
masyarakat
yang
305 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Konflik politik yang berkepanjangan
mengadu nasib bekerja pada pembangunan
di Meksiko membuat orang-orang Indian di
infrastruktur seperti rel kereta api, gedung-
Tanjung California ragu perjuangannya bisa
gediung, dan lain-lain. Memasuki tahun
berhasil sehingga mereka lebih menaruh
1942, mereka kehilangan pekerjaan karena
harapan pada Amerika Serikat di utara.
pembangunan
Kebijakan Presiden Amerika Franklin D.
sebagai imbas dari keterlibatan Amerika
Roosevelt tahun 1940 yang mengganti rugi
Serikat dalam Perang Dunia II. Ketika novel
tanah
berita
ini ditulis, negara-negara Amerika Latin
menggembirakan. Orang-orang Indian di
mengalami krisis ekonomi sebagai imbas
Tanjung California seperti Kino dan Juana
dari akhir Perang Dunia tahun 1945, orang-
mengimpikan kota-kota besar di wilayah
orang Indian kembali ke Tanjung California
utara sebagai tempat memperbaiki nasibya
dalam keadaan menyedihkan yang juga
seperti Kota San Francisco, Los Angelos,
direfleksikan oleh Kino dan Juana ketika
Virgins City, dan lain-lain (TP, 1962:89-90).
kembali ke pemukiman kumuhnya brush
Kegigihan perjuangan orang-orang
houses, ”Her face was hard and lined and
Indian yang dikenal sebagai semangat
leathery with fatigue and with the tightness
Mexican Hero pada akhirnya mendorong
with which she fought fatigue. And her eyes
mereka memasuki daerah-daerah utara yang
stared inward on herdelf...Kino‟s lip where
merupakan
selatan
thin and his jaw tight, and people say that he
Amerika Serikat untuk mencari penghidupan
carried fear with him that he was as
yang lebih baik. Pada tahun 1940 tercatat
dangerous as a rising storm” (1962:116).
Indian
merupakan
kawasan
suatu
wilayah
infrastruktur
dihentikan
sekitar 100.000 orang Meksiko memasuki
Demikianlah berangkat dari kondisi
wilayah selatan Amerika Serikat untuk
sosial orang-orang Indian lalu mereka
306 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
bangkit memperjuangkan nasibnya, mekipun
Kondisi sosial orang-orang Indian
pada akhirnya gagal mewujudkan cita-sita
yang memprihatinkan merupakan imbas dari
dan
refleksi
produk kolonialisasi bangsa Eropah sejak
kehidupan yang melatari penciptaan novel
abad ke-16. Hal ini berlanjut hingga bangsa-
The
Untuk
bangsa di selatan Amerika memperoleh
menyelamatkan nasib orang-orang Indian
kemerdekaan karena selalu diliputi oleh
ini, maka Pemerintah Amerika Serikat
kekacauan politik yang berimbas pada krisis
sesudah Perang Dunia II mengizinkan masuk
ekonomi dan diskriminasi antara turunan
ke wilayah California dan New Meksiko
imigran
untuk menggarap tanah di sana sebagai
Orang-orang
petani penggarap yang berstatus sebagai
berjuang guna memperbaiki keadaannya
peminjam lahan.
yang dikenal sebagai semangat Mexican
PENUTUP
Hero. Novel The Pearl yang dikarang John
impiannya,
Pearl
merupakan
tahun
1945.
Unsur struktural novel The Pearl
dengan
Steinbeck
orang-orang
Indian
tahun
1945
merefleksikan
kesenjangan
orang-orang Indian di wilayah selatan
Indian yang tinggal di pinggiran kota dengan
Amerika Serikat, khususnya di Tanjung
turunan imigran yang bermukim di kota.
California yang dulunya merupakan daerah
Pesan umum yang termuat pada novel ini
Meksiko.
Strukturalisme
adalah perjuangan orang-orang Indian dalam
Genetik yang berupaya mengaitkan karya
menuntut perbaikan nasib dan persamaan
sastra dengan realita sosial masyarakat
hak dengan orang-orang turunan imigran
digunakan guna mengungkap realitas sosial
Eropah.
orang-orang Indian dalam novel The Pearl.
antara
bangkit
memiliki keterkaitan dengan kondisi sosial
Pendekatan
sosial
kemudian
pribumi.
orang-orang
307 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA D. Hart, James. 1986. The Concise Oxford Companion To American Literature. New York: Oxford University Press. G. Robert, Carlsen. 1979. American Literature, A Chronological Approach. New York: McGraw-Hill. Goldman, Lucian. 1964. Towards A Sociology of The Novel. Dialihbahasakan oleh Roman Selden. New York: Longman. Guerin, Wilfred L, et al. 1979. A Handbook of Critical Approaches To Literature. New York: Harper & Row Publisher. Munro, Dana Gardner. 1950. The Latin American Republics A History. New York: AppletonCentury-Crofts. Pearson, Michael. 1994. Tempat-Tempat Imajiner. Perlawatan ke Dunia Sastra Amerika. Dialihbahasakan oleh Sori Siregar dkk. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Staf Pengajar UGM, IKIP Negeri Yokyakarta, et al. 1994. Teori Penelitian Sastra. Yokyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia. Steinbeck, John. 1962. The Pearl (18th Printing). New York: Bantam Book.
308 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
SEMIOTIKA IKLAN “KEKHAWATIRAN”: SOLUSI KELUAR DARI MASALAH KEHIDUPAN Muhammad Hasyim Program Studi Sastra Prancis FIB Universitas Hasanuddin Makassar
[email protected]
Abstrak: Semiotika Iklan Kekhawatiran: Solusi keluar dari Masalah Kehidupan Seringkali orang membeli suatu produk hanya khawatir. Karena khawatir tulang akan keropos di usia muda (khususnya perempuan), maka orang mengkonsumsi susu tinggi kalsium; karena khawatir badan gemuk karena lemak menumpuk, maka orang memberli susu diet, teh pelangsing (sleaming tea), dsb. Atas dasar fenomena tersebut, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi makna ‗kekhawatiran‘ pada produk komersial dalam media iklan. ‗Kekhawatiran‘ dipandang sebagi tanda, yang direpresentasikan dalam bahasa verbal dan nonverbal (gambar video), yang kemudian makna kekhawatiran ditransferkan ke dalam iklan-iklan komersial. Tulisan ini menggunaan tinjauan semiotika sebagai metode untuk menganalisis makna kekhawatiran sebagai realitas tanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna kekhawatiran yang dilakukan oleh pengiklan merupakan cara persuasif untuk menggiring konsumen agar menggunakan produk yang dipromosikan, sehingga fungsi iklan yang dilakukan oleh produsen tidak menekankan pada fungsi atau kegunaan produk tetapi fungsi sosial (kekhawatiran). Media iklan memanfaatkan kelemahan manusia, dengan menjual tanda ―kekhawatiran‖, dan membeli produk adalah solusi untuk keluar dari kekhawatiran. Key words: semiotika, iklan, kekhawatiran, fungsi sosial iklan Abstract: Advertising Semiotic of Worried: Problem Solving of Life Often people buy a product just worried. Fearing that the bone loss at a young age (especially women), people consume high-calcium milk; for fear of body fat because fat accumulates, then people buy milk diet, slimming tea (tea sleaming), etc. On the basis of this phenomenon, this paper aims to analyze the construction of the meaning of 'concern' at the commercial products into advertising media. 'Concern' is seen as a sign, which is represented in the verbal and nonverbal language (video), which are then transferred into the meaning of concern commercial advertisements. This paper uses a review of semiotics as a method to analyze the meaning of a concern as the reality of the sign. The results showed that the meaning of concern made by advertisers is persuasive way to lead consumers to use the product being promoted, so that the function of advertising done by the manufacturer does not emphasize on functionality or usability of the product but a social function (concerns). Television advertising medium utilizing human weaknesses, by selling a "concern", and buy products is the solution to get out of a concern. Keywords: semiotics, advertising, anxiety, social functioning ad
309 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
tersimpan dalam memori dan menjadi apa
A. PENDAHULUAN Setiap harinya, kita diserbu oleh
yang
disebut
jutaan informasi setiap menitnya. Pesan itu
(perbendaharaan
bisa datang dari mana saja, media massa
produk).
‗stock
of
pengetahuan
knowledge tentang
pada umumnya menjadi rujukan utama
Di dalam era globalisasi informasi
informasi. Salah satu bentuk pesan itu adalah
melalui teknologi media sekarang ini, iklan
iklan dengan bentuk yang bervariasi mulai
berperan besar dalam membentuk budaya
dari iklan cetak, iklan televisi, iklan luar
citra dan budaya cita rasa, melalui gempuran
ruang hingga iklan internet.
iklan yang menawarkan gaya hidup (life
Serbuan informasi periklanan tanpa
style) (Chaney, 2011: 19). Iklan memainkan
mengenal waktu dan ruang, membuat kita
peran untuk mengkonstruksi makna dengan
tidak dapat terhindar dari
memasukkan nilai pada suatu produk. Iklan
produk-produk (surat
kabar,
melalui majalah,
penawaran
berbagai televisi,
media
mengatur,
mengorganisir,
dan
dan
mengendalikan makna ke dalam tanda-tanda
sebagainya) dan tanpa kita sadari, kita telah
yang dapat dimasukkan ke dalam produk.
bergantung pada produk-produk tertentu dan
Dengan cara ini, iklan merupakan sistem
secara rutin digunakan atau dikonsumsi
produksi tanda komoditas (produk) yang
setiap saat.
Tanpa kita ingin menonton
dirancang untuk memberikan nilai dengan
televisi, membaca surat kabar dan menjelahi
melakukan diferensiasi makna yang sesuai
internet, iklan masih tampak di depan mata
dengan masing-masing produk.
kita, Dengan sendirinya iklan-iklan produk
Fungsi iklan adalah menjual sesuatu
yang dipromosikan dari berbagai media yang
(produk)
kepada
kita,
dengan
kita saksikan akan masuk di kepala kita dan
mempromosikan manfaat produk. Namun,
310 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
fungsi lainnya adalah menjual gagasan
atau strategi persuasi untuk meyakinkan
kepada
konsumen dengan menghilangkan keraguan-
kita,
yaitu
selera,
kebutuhan,
harapan, dan solusi, di mana gagasan
keraguan
tersebut menjadi sistem referen produk.
dipromosikan. Maka, dalam melakukan
Penggunaan bahasa verbal dan nonverbal
strateginya, pengiklan tidak hanya sekadar
untuk
persuasif
menjual manfaat sebuah produk, tetapi lebih
mendorong dan mempengaruhi sikap, dan
dari itu, iklan menjual sesuatu yang lain,
perilaku gaya hidup dengan tanpa disadari
yaitu sebuah sistem ide (gagasan), sebagai
menganjurkan bagaimana kita memuaskan
suatu cara
dorongan dan aspirasi melalui kegiatan
produk
konsumsi. Strategi persuasi yang diciptakan
Baudrillard,
oleh pengiklan adalah bagaimana manusia
makna tertentu atas
dikaitkan dengan produk yang memiliki
dibentuk:”Si nous consommons le produit
kekuatan ideologis, sebagai sesuatu yang
dans le produit, nous consommons son sens
bermakna dan berharga dalam kehidupan
dans la publicité (ketika kita mengkonsumsi
manusia. Iklan bekerja untuk menghidupkan
produk sebagai produk,
nilai guna (use value) benda-benda material
mengonsumsi
(produk) dengan memberikan makna-makna
1968:
yang manusiawi.
dimaksud
membuat
pesan
Perkembangan
yang
periklanan
tentang
produk
yang
mengkonstruksi realitas atas
yang
dipromosikan.
iklan
menciptakan
tidak
makna-
realitas produk yang
maka kita telah
maknanya
252).
Menurut
melalui
Konsumsi lain
makna
adalah
iklan, yang adanya
televisi
pandagan-pandangan umum yang diciptakan
dewasa ini, kegiatan maju dan pesatnya
pengiklan. Myers mengemukakan bahwa
persaingan tak terelakkan sehingga produsen
iklan tidak sekadar membentuk merek dan
sebagai pengiklan melakukan berbagai cara
menginformasikan manfaat produk, tetapi
311 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sebuah produk harus bermakna sesuatu
kekhawatiran
(2012: 85). Penekanan dalam iklan adalah
bentuk bahasa verbal danverbal (gambar).
bagaimana produk merupakan segala sesuatu
Misalnya, orang-orang akan menghindari
yang
dan mencela karena tidak menggunakan
dipandang
sebagai
tanda
yang
bermakna bagi kita. Satu
hal
dapat
disampaikan
dalam
deodoran tertentu; seorang perempuan muda yang
dilakukan
oleh
kurang percaya diri karena kultinya tidak
pengiklan dewasa ini adalah bagaimana
putih berkilau, tidak mau bergail karena
iklan memanfaatkan konsep ‗kekhawatiran‘,
badannya kurus, tidak langsing, dsb.
yang merupakan salah satu karakter atau sifat
yang
dimiliki
manusia
Dalam kamus KBBI, kata khawatir
dalam
berarti: takut (gelisah, cemas) terhadap suatu
mempromosikan produk komersial melalui
hal yg belum diketahui dengan pasti.
media iklan. Iklan mencoba menghubungkan
Kemudian makna kata kekhawatiran adalah
produk diiklankan dengan karakter atau sifat
perasaan khawatir; kecemasan. Misalnya
manusia, perasaan khawatir dan kemudian
dalam kalimat: timbul kekhawatiran dalam
pun memberikan solusi untuk keluar dari
dirinya, kalau-kalau ia tidak lulus ujian
masalah kehidupan (kekhawatiran). Media
(http://kbbi.web.id/khawatir).
iklan menyampaikan wacana yang membuat
Craske dalam Indriarto (2012: 18)
orang cemas, khawatir, sedih, takut dan
memandang kekhawatiran sebagai bagian
ketidakpastian.
dari proses seseorang dalam menghadapi
Rasa kekhawatiran digunakan dalam iklan
untuk
memotivasi
khalayak,
ancaman dari luar dan terkait dengan respon fight or flight.
Dalam kondisi
melibatkan mereka dengan pesan sehingga
ancaman
mendorong diterimanya pesan.
khawatir sehingga ia melakukan persiapan
Wacana
potensial,
seseorang
adanya merasa
312 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dan
menyiapkan
sesuatu
(topik) dengan sesuatu yang lain melalui
mengantisipasi segala ancaman yang akan
perbandingan dan/atau persamaan. Cara
terjadi.
kerja metafora adalah menghubungkan dua Dalam
segala
semiotika
metafora,
tanda.
Tanda pertama berfungsi sebagai
kekhawatiran merupakan proses semiotik
sumber (topik) dan tanda kedua berfungsi
dengan menghubungkan dua tanda, di mana
sebagai
tanda pertama sesuatu yang dirujuk dan
keduanya
memberikan solusi atas tanda kedua yang
(grounds).
bermakna kekhawatiran. Semiotika metafora mengkaji
dengan
sasaran
(kendaraan).
menghasilkan
makna
Relasi baru
Topik adalah makna metaforis yang
membandingkan
atau
dimaksudkan penulis, bukan makna harfiah.
dua
yang
Kendaraan (vehicle) adalah kata atau frase
menekankan makna tanda yang satu lebih
yang memiliki makna metaforis. Grounds
baik daripada tanda kedua, tanda pertama
adalah hubungan antara makna harfiah
memberikan
dengan makna metaforis. Melalui grounds
menghubungkan
solusi
untuk
tanda
keluar
dari
masalah (tanda kedua).
dapat diketahui makna apa yang ingin
Tulisan ini akan menganalisis secara
disampaikan dan prototipe seperti apa yang
semiotik metafora ‗kekhawatiran‘ dalam
ingin dialihkan ke topic, terkait dengan
media iklan (cetak). Iklan yang akan dikaji
makna harfiah dari vehicle atau metaforanya
adalah produk kesehatan, kecantikan dan
(Danesi, 2010: 59).
asuransi. B. METAFORA KONSEPTUAL
Pada dasarnya pembentukan makna metafora diambil dari tanda verbal yang
Secara semiologis, metafora adalah
sudah ada di masyarakat, yang kemudian
cara mengkonsepsualisasikan suatu tanda
tanda tersebut yang dapat berupa nilai-nilai
313 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sosial/budaya ditransferkan ke tanda yang
Ranah sumber lebih bersifat konkret,
menjadi target (sasaran) yang mengahasilkan
sedangkan ranah sasaran bersifat abstrak.
makna baru. Dengan demikian metafora
Metafora mengorganisasi hubungan antar
adalah proses semiologis dalam membentuk
objek
tanda mitos.
mengenai objek tertentu melalui pemahaman
dan
menciptakan
pemahaman
Seperti yang dijelaskan oleh Lakoff
mengenai objek lain. Dengan kata lain,
dan Johnson (1980:3) bahwa, ―...metaphor is
ranah sumber (source domain) digunakan
pervasive in everday life, not just in
manusia untuk memahami konsep abstrak
language but in thought and action. Our
dalam ranah sasaran (target domain).
ordinary conceptual system, in terms of which
we
both
think
and
act,
is
Selanjutnya, menyatakan
Lakoff
bahwa
“The
dan
Johnson
essence
of
fundamentally methaporical in nature”.
metaphor is understanding and experiencing
Lakoff dan Johnson memberikan isitiah
one kind of thing in terms of another” (1980:
metafora konseptual.
5). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
Dalam metafora konseptual dari
dikatakan bahwa seseorang dapat memahami
Lakoff dan Johnson, terdapat dua ranah
sesuatu hal melalui proses pemahamannya
konseptual, yaitu ranah sumber dan ranah
akan hal lain yang telah dikenal dan
sasaran. Ranah sumber digunakan manusia
dipahami sebelummya. Pendapat tentang
untuk memahami konsep abstrak dalam
Lakoff
ranah sasaran. Ranah sumber umumnya
metafora bukan sekadar dalam kata-kata
berupa hal-hal yang biasa ditemukan dalam
yang kita gunakan tetapi lebih dari itu,
kehidupan sehari-hari.
bahwa ini merupakan fakta bahwa proses
ini
mengisyarakatkan
bahwa
berpikir manusia dan sistem pemahamannya
314 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
sebagian adalah metaforis. Lebih lanjut, Lakoff dan Johnson
mengatakan bahwa
metafora meruapakn hal umum dalam kehidupan sehari-sehari, tidak hanya dalam
Dengan demikian, metafora merupakan sesuatu tanda yang dibentuk dari tanda yang kompleks, yang dapat membentuk struktur: Tanda1 + Tanda2 = Metafora
bahasa, melainkan juga dalam pemikiran dan
Tanda pertama dibentuk dari relasi
tindakan. Jadi, kita dapat mengetahui cara
penanda dan petanda. Secara terpisah, tanda
berpikir dan tindakan seseorang melalui
kedua juga dibentuk dari relasi penanda
metofora yang digunakan.
petanda.
Sebagaimana
telah
dikemukakan
Relasi
dua
tanda
tersebut
menciptakan tanda (makna baru).
tadi, secara semiotik metafora dibangun atas
C. IKLAN AIR MINUM “AQUA” VERSI
dua tanda sebagai referen, yang saling
„ADA AQUA‟
berhubungan satu sama lain. Tanda pertama disebut
topic
dari
metafora
tersebut.
Iklan air minum kemasa merek ―Aqua‖
dengan
versih
―Ada
Aqua‖
Kemudian tanda kedua merupakan sarana
menyampaikan pesan kekhawatiran kepada
dari metafora tersebut, yang dipilih untuk
manusia bahwa kekurangan cairan (air
menyatakan
minum) dapat menurunkan konsentrasi dan
sesuatu
sebagai
topik.
Hubungan di antara kedua tanda tersebut
produktivitas.
menciptakan tanda
(makna baru), yang
kesadaran kepada kita pentingnya minum
disebut dengan dasar yang memiliki makna
Aqua untuk meningkatkan konsentrasi dan
lebih dari sekadar gabungan sederhana tanda
produktivitas.
pertama (topik) dan tanda kedua (sarana) atau target.
Iklan
Aqua
memberikan
Iklan Aqua mengisahkan seorang perempuan mendapat tugas dari majikannya untuk presentasi. Lalu, seorang teman kerja
315 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menawarkan Aqua untuk diminum sebelum melakukan presentasi. Namun, perempuan tersebut menolak tawarannya dengan alas an belum berangkat
haus.
Perempuan,
menujut
ruang
kemudian majikannya.
Seorang teman kerja menawarkan Aqua sebelum perempuan tersebut melakukan presentasi.
Ruangan itu berdinding dan menggunakan pintu kaca sehingga tampak terlihat dengan jalan jika seseorang hendak masuk ke ruang majikan tersebut. Ketika perempuan tersebut masuk, dia lupa bahwa pintu itu dibuka
Namun Dia menolak karena belum haus.
dengan cara digeser. Seorang ibu di dalam ruangan
(mungkin
Majikan/Manager)
memberikan kode bahwa pintu itu harus digeser. Namun, perempuan muda tidak memahami maksud kose tersebut. Sang ibu datang untuk membukakan pintu sambil berkata
dengan
nada
kesal,‖pintunya
Perempuan muda itu lupa bahwa pintu itu dibuka dengan cara digeser. Kemudian Seorang ibu memberikan kode bahwa pintu dibuka dengan cara digeser
digeser!‖. Lalu, perempuan itu langsung mengingat Aqua dan secara spontan dia berkata: ―Ada Aqua‖.
Karena perempuan muda tidak mengerti maksud kode yang diberikan dari dalam
316 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
ruang. Seorang ibu membukakan pintu dengan mengatakan: „Pintunya digeser‟
satunya
adalah
ajang
dikusi
tentang
pentingnya minum Aqua untuk mencegah dehidrasi ringan yang dapat menurunkan produktivitas
dan
konsentrasi,
yang
merupakan hasil penelitan yang dilakukan tim Kemudian, tampak pesan kekhawatiran pada iklan Aqua: „kurang minum menurunkan konsentrasi dan fokus‟
peneliti
Penelitian
dari
THIRST:
Perusahaan
Aqua:
1
orang
dari
2
Indonesia mengalami dehidrasi ringan yang dapat menurunkan produktivitas. Kegiatan diksusi sebagai bentuk promosi Aqua telah dilakukan pada tanggal 23 Mei 2014. Perempuan ini langsung mengingat Aqua yang dapat meningkatkan konsentrasi dan focus dengan mengatakan: “ada aqua‟.
Media breifing atau lebih tepatnya diskusi ini mengambil tema pentingnya mengetahui gejala dan dampak dehidras ringan sebab masalah dehidrasi ini masih kerap
diabaikan
oleh
sebagian
besar
masyarakat Indonesia. Dalam diskusi ini Tagline iklan: ―Ada Aqua‖ Dalam mengkampanye Aqua dengan pesan
kurang
minum
menurunkan
dibahas
hasil penelitian yang dilakukan
Danone AQUA dengan tiga universitas ternama yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB),
konsentrasi dan focus, Perusahaan Aqua
Universitas Hasanudin,
dan Universitas
melakukan berbagai kegiatan promosi. Salah
Airlangga yaitu The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) tahun 2010
317 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
mengungkapkan bahwa 46,1% subyek yang
(objek),
produk
Aqua
yang
diteliti mengalami kurang air atau dehidrasi
meningkatkan
ringan. Kejadian ini lebih tinggi pada remaja
dibandingkan dengan orang yang tidak
(49,5%) dibanding pada orang dewasa
minum Aqua yang menyebabkan penurunan
produktifitas
dapat yang
(42,5%). Faktor terjadinya dehidrasi ringan ini adalah ketidaktahuan dan kesulitan akses secara fisik dan ekonomi dalam memperoleh air minum. THIRST dilakukan dengan pemeriksaan berat jenis urin (urine specific gravity) terhadap 1200 sampel di Jakarta, Lembang, Surabaya, Malang, Makassar, dan
konsentrasi dan focus. Tagline ‗Ada Aqua‘
Malino.
sebagaimana yang ditanyakan langsung oleh
D. METAHORA KONSEPTUAL
perempuan menjadi sistem referen bahwa
„KEKHAWATIRAN‟ IKLAN AIR
Aqua
MINUM „AQUA‟
menurunnya konsentrasi dan focus.
memberikan
solusi
masalah
adalah
Metafora konseptual ‗kekhawatiran‘
menghubungkan dua tanda, sebagai sumber
yang disampaikan pada iklan Aqua adalah
atau topik dan sarana atau kendaraan yang
bahwa bahwa orang yang tidak minum
menghasilkan makna baru. Metafora adalah
‗Aqua‘, tidak memiliki konsentrasi dan
proses semiologis dalam membentuk tanda
focus yang bagus daripada yang minum
(makna baru).
Aqua. Iklann tersebut memberikan pesan
Cara
kerja
Metafora ‗kekhawatiran‘
metafora
dengan adalah
benda
konsep konsumsi
untuk
menghilangkan
rasa
khawatir
menurunnya produktivitas dalam bekerja
318 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
(menurunnya
konstenstrasi
dan
focus),
dengan mengkonsumsi air minum kemasan ‗Aqua‘.
tanpa ada tindakan tak aka nada artinya. Sejatinya, kecintaan suami bukan hanya dalam bentuk apresiasi yang diberikan, tapi bagaimana bertanggung jawab dan melindingi pasangan dan keluarganya.
Iklan tersebut memperlihatkan orang yang tidak minum Aqua yang menyebabkan konsentrasi menurun, seorang perempuan muda yang akan melakukan konsentrasi, dan seorang
lelaki
muda,
yang
selalu
menyiapkan Aqua dalam melakukan setiap aktifitvasnya
dengan
tujuan
mencegah
menurunnya konsentrasi. E. IKLAN ASURANSI ZURICH Teks Iklan Zurich: Apakah Bukti Cinta Abadimu? Banyak bukti cinta abadi di dunia, salah satunya adalah kecintaan Raja Shah Jahan di Agra India yang membangung Taj Mahal, makam yang sangat megah berlapis emas yang didedikasikan untuk Mumtaz Mahal, nama kecil Arjumand Bano Begum, istri dari Shah Jahan. Sebelum meninggal, sang istri meminta Shah untuk membuatkan makam terindah sebagai bukti cinta abadinya. Sebagai seorang suami bagaimana Anda membuktikan cinta pada istri dan keluarga? Cinta itu tak harus selalu diucapkan tapi dibuktikan dengan perbuatan. Perkataan
Untuk memastikan bahwa orang yang dicintai tetap aman dan terlindungi masa depannya, hal yang bida dilakukan seorang suami melindungi mereka dengan asuransi. Asuransi bukan hanya surat cinta terindah dan hadiah yang terbaik bagi keluarga, tapi juga bukti cinta secara nyata untuk orangorang yang anda sayangi. Asuransi bisa memberikan perlindungan menyeluruh dari risiko-risiko yang mungkin terjadi, kematian, sakit, kecelakaan dan musibah lainnya. Jika hal yang tidak diinginkan terjadi, maka asuransi akan menjaga orang-orang yang dicintai agar tercukupi kebutuhan hidupnya. Seyogyanya memilih polis asuransi jiwa disesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kecermatan dalam memilih jenis polis asuransi akan menentukan maksimalnya proteksi yang didapat di kemudia hari. Zurich Life mengerti betul kebutuhan Anda dan keluarga. Maka dari itu, Zurich menghadirkan asuransi jiwa yang memberikan perlindungan lengkap yang komprehensif dengan manfaat yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan di setiap tahapan kehidupan Anda. Mulailah renakan hidup Anda dan keluarga untuk mempunyai masa depan yang cerah.
319 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
(Sumber: Majalah November 2014: 6)
Marketing,
Edisi
mengubungkan dua tanda, yaitu tanda pertama Makam megah Taj Mahal sebagai
F. METAFORAN
KONSEPTUAL
KEKHAWATIRAN
PADA
IKLAN
cinta
sebagai
cara
menghilangkan
‗kekhawatiran‘ akan masa depan keluarga
ASURANSI ZURICH Metafora
symbol dan Produk asuransi dengan simbol
dengan
konsep
dengan membeli produk asuransi Zurich.
‗kekhawatiran‘ dalam iklan asuransi Zurich adalah produk asuransi Zurich dihubungkan dengan dengan Makam megah Taj Mahal yang dibangun oleh Shah sebagai bentuk kecintaannya pada istrinya. Iklan Zuric menjual konsep ‗cinta‘ sebagai cara untuk menghilangkan
kekhawatiran
akan
kecerahan masa depan orang dan keluarga
G. KESIMPULAN Adalah sifatnya ada di mana-mana
yang dicintai. Makam Taj Mahal adalah symbol kecintaan Raja kepada istri. Kemudian, konsep metaforis ini dihubungkan dengan produk asuransi sebagai bentuk kecintaan seorang suami demi masa depan keluarganya kelak.
Iklan
kekhawatiran
Zurich
dengan
dilakukan
metafora dengan
iklan
telah
menjadi
bagian
budaya
kehidupan sehari-hari manusia, sehingga melalui
struktur-struktur
makna
yang
terbangun iklan telah menjadi pedoman dan tuntunan bagi manusia dalam mendapatkan informasi terhadap produk-produk yang dibutuhkan dan diinginkan. Itu lah mengapa di samping iklan menjuak produk-produk
320 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
komersil, kepada
iklan sebagai tanda menjual kita
sesuatu
yang
lain,
atau karaktar manusia tersebut dengan menggunakan produk. iklan menyuguhi kita
‗kekhawatiran‘ salah satu sifat atau karakter
sebuah
yang
dipertukarkan
dimiliki.
Iklan
memanfaatkan
struktur
makna dengan
dimana
kita
produk-produk
kekurangan manusia, yaitu karakter-karakter
tersebut: sifat kekhawatiran ditukar dengan
manusia pada umumnya, yang kemudian
produk. Dengan demikian iklan menciptakan
memberikan solusi untuk mengatasi sifat
pandangan-pandangan umum di masyarakat.
321 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Althusser, Louis. 2008. Tentang Ideologi: Strukturalisme Marxis, Psikoanalisis, Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Barker, Chris. 2005. Cultural Studies. Theory and Practice. London: Sage Publication. Barthes, Roland. 1957. Mythologies. Paris: Editions de Suil. ________. 1968. Elements of Semiology. New York: Hill and Wang ________. 1976. The Pleasure of the Text. London: Jonathan Cape _______. 1977. Image Music Text. (Essays selected and translated by Stepehen Heath). London: Fontana Press Baudrillard, Jean P. 1968. Le Système des objets. Paris: Gallimard. _______. 2001. Simulacra and Simulations. Selected Writing (Editor: Mrks Poster). California: Standford University Press. ________. 2004. Masyarakat Konsumsi. (Diterjemahkan oleh Wahyunto). Yogayakarta: Kreasi Wacana Berger, Peter L. and Thomas Luckmann, The Social Construction of Reality A Treatise in the Sociology of Knowledge, (New York: 1966) Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Chaney, David.2011. Lifestyles, Sebuah Pengantar Konrehensif (Diterjemahkan oleh Nuraeni). Yogyakarta: Jalasutra. Danesi, Marcel. 2004. Messages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Communication Theory. Canada: Canadian Scholars‘ Press Inc. _____. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. (Diterjemahkan oleh A. Gunawan Admiranto). Jakarta: Jalasutra. Eagleton, Erry. 1991. Ideology An Introduction. New York: Verso. Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics (Advances in Semiotics). Bloomington: Indiana University Press.
322 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Engels Frederick. 2007. Tentang Das Kapital Marx (ebook). Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge. _________, 1990. Cultural and Coomunication Studies. London: Routledge. Hall. Stuart. 1993. Encoding, Decoding dalam ‗The Cultural Studies Reader‘. Simon During (ed.). New York: Routledge. Hasyim,Muhammad. 2008. Seksualitas dalam Iklan Media Televisi. ‗Tesis‘. Universitas Hasanuddin Makassar. Hasyim, Muhammad. 2014. Konstruksi Mitos dan Ideologi dalam Iklan Komersial Televisi, Suatu Tinjauan Semiologi. ‗Disertasi‘. Universitas Hasanuddin Makassar. Hoed, Benny. 2011. Semiotik dan Dinamika Kehidupan Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu Indriarto, Fidelis. 2012. Worry Marketing. Strategi Pemasaran berbasis Kekhawatiran. Yogyakarta: Jalasutra. Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media. Yogyakarta: Jalasutra. Kramsch, Claire. 2009. Language and Culture. New York: Oxford University Press. McLuhan, Marshall. 1964. Understanding Media. The Extension of Man. London: Routledge & Kegan Paul. Morissan. 2008. Media Penyiaran. Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Perkasa. Noth, W. 1990. Handbook of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press. Peirce, Charle Sander. 1966. Philosophical Writings of Peirce. (Justus Buchler., Ed.) New York: Dover Publications. Piliang, Yasraf Amir. 2010. Semiotika dan Hipersemiotika. Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung: Matahari
323 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
_______, 2010. Dunia yang Dilipat. Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Matahari. Roman, Jacobson. 1980. The Framework of Language. Michigan Studies in the Humanities. Saussure, Ferdinand de. 1967. Cours de Linguistique Générale. Paris: Payot Sebeok, Thomas A. 1994. An Introduction to Semiotics. Canada: Toronto Univerity Press. Schutz, Alfred & Luckmann, Thomas. 1993. The structure of the life – world. New York: Northwestern University press Sebeok, Thomas A. 1994. An Introduction to Semiotics. Canada: Toronto Univerity Press. Shäffner, Christina (ed). 1996. Discourse and Ideology. Great Britain: Short Run Press. Storey, John. 2004. Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap Konseptual Cultural Studies. Yogyakarta: Qalam. Sudaryat, Yayat.2009. Makna dalam Wacana. Bandung: CV Yrama Widya. Sunardi, ST. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Bukubaik. Thwaites, Tony, Davis, Lloyd & Warwick Mules. 2002. Introducing Cultural and Media Studies: A Semiotic Approach. Canada: Palgrav Macmillan Publisher. Walton, Paul & Davis, Howard. 2010. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta: Jalasutra. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Williamson, Judith. 1978. Decoding Advertisements. Amerika: Marion Boyars Publishers Inc. Internet: http://www.blogdokter.net/2014/06/16/mari-mencegah-dehidrasi-ringan-bersama-aqua/ https://www.youtube.com/watch?v=ZQu_dHyp6oI Majalah: Marketing, edisi November 2014. Jakarta: Info Caha Hero.
324 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
KAJIAN KRITIK TERHADAP NOVEL “THE SATANIC VERSES” KARYA SALMAN RUSHDI Najamuddin H.Abd. Safa Jurusan Sastra Asia Barat Email:
[email protected] Abstract: Critical Review on
Novel "The Satanic Verses" by Salman Rushdie
This article studies the novel "The Satanic Verves" by Salman Rushdie. The approach used in this study is literary criticism in general and Islamic literary in particular. In studies, the writer describes contents and purpose of the novel. Actually, Islam accepts all forms of art and literature to advance human life, to strengthen the Islamic faith, and consequently to support the true methodology of the art. Based on these methodologies and principles, this novel cannot be considered as a literary, since the novel only insults Islam and its followers, even contempt followers of other religions and mankind as a whole Keywords: Abstrak: Kajian Kritik Terhadap Novel “The Satanic Verses” Karya Salman Rushdi Makalah ini mengkaji novel ―The Satanic Verves‖ karya Salman Rushdi dengan pendekatan kritik sastra pada umummnya dan sastra Islam pada khususnya. Dengan kajian seperti ini penulis dapat memberikan gambaran mengenai isi dan tujuan novel tersebut ditulis oleh penulisnya. Islam menerima segala bentuk seni dan sastra yang bertujuan memajukan kehidupan manusia, mengokohkan aqidah Islam dan konsekwen terhadap manhaj seni yang benar. Berdasarkan prinsip tersebut, maka novel ini tidak akan dianggap sebagai karya sastra sebenarnya, karena isinya hanya penghinaan terhadap Islam dan umatnya, bahkan penghinaan terhadap penganut agama-agama lain dan umat manusia secara keseluruhan. Kata Kunci:
suatu hukum atau penilaian dari aspek kajian
PENDAHULUAN Memahami suatu karya sastra dengan pembacaan secara sepintas
lalu, suatu
sastra, karena untuk menilai karya sastra seseorang
penyair
atau
novalis,
tidak
perkara yang tidak mudah. Apatah lagi kalau
mungkin dan tidak wajar kecuali dengan
pembacaan itu bertujuan untuk memberikan
kaedah dan tolak ukur dari cabang sastra
325 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
yang dihasilkan itu sendiri, seperti seorang
waqi‟y yang kemungkinan akan terjadi dan
novalis menulis sebuah kisah atau roman
dari dasar inilah kita harus menilai dan
yang menggambarkan adanya makhluk ajaib
mengkajinya.
yang akan menilai dan mengukurnya dengan
Dalam makalah ini penulis akan
ukuran kenyataan ilmiah yang obyektif,
mencoba mengkaji novel ―The Satanic
karena
Verves‖ karya Salman Rushdi
hingga
sekarang
belum
ada
dengan
penemuan dan kajian ilmiah atau hasil missi
pendekatan kritik sastra pada umummnya
angkasa luar yang memastikan adanya
dan sastra Islam pada khususnya. Mudah-
makhluk ajaib yang hidup di alam ini.
mudahan dengan kajian seperti ini penulis
Kalau kita memberikan hukum atau
dapat memberikan gambaran atau bayangan
penialian ketidakbenaran isi karya sastra itu,
mengenai isi dan tujuan novel tersebut
maka kita mengevaluasi karya sastra tersebut
ditulis oleh penulisnya.
dari luar, maksudnya dengan kenyataan
SELAYANG
ilmiah, bukan dari aspek sastra. Penilaian
PRIBADI SALMAN RUSDHI
seperti ini merupakan kajian yang tidak wajar, karena penulis karya sastra tersebut ia menulisnya Khayali
berdasarkan
Ilmiyah‘(Qisas
dengan
‗Kisah
al-Khayali
Salaman
PANDANG
Rusdhi
TENTANG
dilahirkan
di
Bombay pada bulan Juni 1947. Ayahnya bernama Anis Rushdi berkebangsaan India,
al-
dia berasal dari Khasmir, seorang pengusaha
„Ilmiyah). Semua karya sastra tidak tertakluk
yang kaya. Bahasa yang dipakai di kalangan
kepada alam kenyataan (‗Adil Darwish 1989
keluarganya adalah bahasa Inggris dan
: 168). Jadi kisah yang berdasarkan al-
bahasa Urdu. Pada mulanya dia penganut
khayali al-„ilmi bukanlah waqi‟y, akan tetapi
agama Islam, kemudian menjadi murtad.
dia adalah khaya>ly yang diumpamakan
Anis
Rushdi
sejak
kanak-kanaknya
326 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dipengaruhi perasaan kebencian terhadap
Diantara yang berhijrah ke London ialah
Islam, Nabi Muhammad saw dan ragu
keluarga Salman Rushdi, walaupun ia baru
terhadap kebenaran al-Qur‟an al-Karim.
berusia 13 tahun. Kemudian di London ia
Hal ini tidak mengherankan, karena
melanjutkan sekolahnya di sekolah Rajbi,
Anis Rushdi petama-tama dia menuntut ilmu
selanjutnya ke Universiti Camridge dalam
di
bidang sejarah pada tahun 1965-1968 (al-
sekolah
missionaris.
Inilah
yang
menjadikan perasaan kebencian pada diri
Madrasi 1409 : 95).
Salman Rushdi ikut tumbuh juga. Sejak kanak-kanak
ia
diliputi
Setalah
menamatkan
pendidikan
lumut-lumut
tingginya ia bekerja di Televisi Pakistan
zandaqah yang ditanamkan dalam hatinya
hingga dihentikan dari jawatannya, karena
oleh ayahnya, disamping pelajaran yang
kritikan dan penghinaannya terdap Islam.
diperolehnya dari sekolah menumbuhkan
Setelah itu ia kembali ke London dengan
kekejian
perasaan yang hina dan kecewa. Dengan
kemuakannya
Demikianlah
keadaan
terhadap Salman
Islam. Rushdi
pemecatannya
itu,
maka
kebenciannya
semasa kecilnya, si ayah di rumah dan guru
terhadap Islam semakin memuncak. Selepas
di
berlomba
itu ia kembali menetap di London dengan
membentuk pribadi Salman Rusdhi menjadi
menekuni pekerjaan penulisan novel dan
zindik antarbangsa.
bejaya menerbitkan lima buah novelnya
sekolah,
kedua-duanya
Setelah terjadi perang antara India
yaitu:
dengan Pakistan, maka India mengalami
1. Grimus (1975)
krisis ekomoni menyebabkan ramai orang
2. Midnights Children (1981)
India berpindah ke luar negeri mencari
3. Shame (1983)
pekerjaan dan kehidupan yang senang.
4. Jaguar Smile, Dan
327 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
5. The Satanic Verses (1988)
kreatifiti sastra yang sebenarnya. Dengan
Keberhasilannya
dasar itu Salman Rushdi menulis novelnya
dalam
penulisan
novel diperoleh setelah kawin dua kali,
itu
pertama
menghilangkan
dengan
perempuan
Inggris
dalam
uslub
yang
perbedaan
seakan-akan antara
karya
―Clarisma Loward‖ dan yang kedua seorang
novel dengan karya sejarah (al-Madrasi 1409
penulis
: 87).
novel
berkebangsaan
Amerika
bernama ―Maria Wignez‖ (al-Fasi 1997 : 22-
Gaya penceritaan Salman Rusdhi
23).
ialah dengan menggunakan gaya surrealism
SINOPSIS ISI NOVEL “ THE SATANIC
dimana ia memberi nama kepada tokoh-
VERSES” KARYA SALMAN RUSHDI
tokoh atau sesuatu yang diceritakan dalam
Besar duaan kita bahwa dengan
novelnya
dengan
nama-nama
yang
membaca saja judul novel ― The Satanic
meragukan,
Verses‖ sudah boleh memberikan gambar
menentu dan tidak memberikan kepastian.
mengenai isi novel ini, walaupun isi yang
Olehnya itu Salman Rushdi diselimuti
terkadang di dalamnya lebih kejam daripada
perasaan keragu-raguan. Disamping itu juga
judulnya. Salma Rushdi menulis novelnya
dia
ini terdiri daripada 547 halaman dan 250
ungkapan bahasa Arab, bahasa India dan
ribu perkataan, diterbitkan oleh ―Penguin
bahasa Inggris kolokial yang kadang-kadang
Viking‖ dengan menggunakan pendekatan
dalam bentuk bahasa yang menyakiti dan
al-waqi‟iyyah
al-usthuriyyah
(Mugic
Realisme) dimana ia mencampurkan antara unsur imaginasi dengan unsur realiti tanpa didasari suatu pikiran, pengetahuan dan
banyak
alur
penceritaannya
mempergunakan
tidak
ungkapan-
menjijikkan. Tokoh utama dalam novel “The Satanic Verses”terdiri dari : 1)
Gibreel Farishta
328 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
2)
Saladin Chamcha, dan
3)
Mahound.
Peristiwa yang dicerminkan dalam novel ini dimulai dengan pertemuan antara
Perkataan Mahound sinonim dengan
Gibreel Farishta dengan Saladin Chamcha
perkataan Iblis yang digunakan
Salman
dengan penerbangan salah satu kapal terbang
Rushdi
kepada
milik Air India yang mengalami tragedi
seorang nabi di salah satu kota di padang
pembajakan dan peristiwa pembajakan ini
pasir yang dia namakan ―Jahiliyah‖ dan
diakhiri dengan diledakkannya oleh si
menurut dia perkataan ini merupakan tempat
pembajak di atas kanal Inggris dan seluruh
para pedagang.
penumpangnya menjadi korban. Sedangkan
untuk
mengisyaratkan
Sedangkan
tokoh-tokoh
kedua
Gibreel dan Saladin dibangkitkan kembali
(pembantu) dalam novel ini terdiri dari
dengan
jalan
beberapa orang antara lain:
(reincarnation).
tanasukhi
Selanjutnya
al-arwah
1)
Salman
2)
Khalid
menggambarkan
3)
Bilal
jasmani yang terjadi pada diri Gibreel dan
4)
Abu Simbel
Saladin.
5)
Ismail
mengherankan
6)
Hagar
memancarkan sinar disekeliling kepalanya.
7)
Hindon
Sedangkan Saladin melihat ada tanduk yang
8)
Nasrin
tumbuh
9)
Bilal
belakangnya dan seluruh badannya penuh
10)
Aishah
dengan rambut yang tebal, melihat dirinya
Gibreel
novel perubahan
rohani
melihat dengan
dikepalanya,
seperti seekor kambing liar.
ini
hal nur
ekor
dan
yang yang
dibagian
329 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Salman Rushdi dalam novelnya ini
umat Islam dengan menggunakan perkataan-
menceritakan juga mimpi Gibreel yang
perkataan yang paling rendah dan hina
melihat
yang
terhadap nabi Ibrahim a.s, Nabi Ismail a.s,
memasuki salah satu kota yang terletak di
Nabi Muhammad saw, malaikat, beberapa
tengah-tengah padang pasir, nama kota itu
sahabat r.a dan istri-istri Rasulullah saw (al-
ialah ―Jahiliyah‖ di mana kota ini penuh
Fasi 1997 : 27-28).
dengan
kelahiran
agama
kerusakan,
Islam
karena
banyaknya
Salman Rushdi mengecam
Nabi
pencuri dan wanita-wanita pelacur dan
Muhammad saw dengan berbagai tuduhan
penyembahan berhala yang menarik para
dan makian yang keji bodoh. Cemuhan itu
pedagang untuk datang ke kota ini. Di kota
diungkapkan
ini susah mendapatkan air dan penjual air
menitiskan dendam dan dengki yang hitam,
karena kota ini berada di daerah padang
karena penanya dicelupkan dalam tinta
pasir.
kebatilan, Setalah Gibreel menjelma menjadi
malaikat
Gibreel,
permulaan
dia
datangnya
menggunakan
menceritakan
dakwah
dengan
kesesatan
kata-kata
cerita
ajaib
yang
dan
kepalsuan. Lalu ia mencampur-adukkan zaman jahiliyah dengan zaman kenabian. Ia
dengan
mengumpat para sahabat nabi sebagai
yang
pemabuk dan penagih minuman keras di
ungkapan-ungkapan
menyakiti dan dalam keadaan ragu dengan
zaman jahiliyah (al-Fasi 1997 : 35).
bentuk
KAJIAN KRITIK TERHADAP NOVEL
pertanyaan
secara
berterusan
mengenai masa depan dakwah tersebut. Satanic
Untuk mengadakan analisis atau
Verses” berisikan peryataan-peryataan yang
kajian kritik terhadap suatu karya sastra
menyerang semua yang dipandang suci oleh
yang berbentuk novel, maka kita harus
Sebenarnya
novel
“The
“THE SATANIC VERSE”
330 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
meninjau aspek unsur-unsur yang harus
Tema menentukan segala sesuatu dalam
dipenuhi suatu karya novel atau roman.
cerita, itulah arahnya atau maksud dan
Ketut Ginarsa dalam bukunya ―Struktul
tujuannya.
Novel dan Sastra Bali Modern‖ (1985: XI)
bahwa setiap cerita yang baik dibentuk oleh
menyebutkan bahwa unsur-unsur struktur
tema yang menentukan arah. Tema yang
yang harus dipenuhi sebuah karya novel atau
menentukan arah ini memilih dan mengatur
cerpen ialah tema, alur, penokohan, latar,
semua unsur yang dimasukkan
teknik, dan gaya bahasa.
cerita, misalnya tokoh-tokohnya, aksinya,
Selanjutnya,
beliau
berkata
ke dalam
Dalam pendahuluan makalah ini
pemecahan konfliknya yang oleh pengarang
penulis telah kemukakan bahwa untuk
digunakan untuk menghidupkan jalan cerita
menilai sebuah hasil karya sastra seorang
(Ketut Ginarsa 1895: 10).
penyair atau novelis tidak mungkin dan tidak
Dalam novel “The Sanatic Verses”
wajar kecuali dengan kaedah dan tolak ukur
karya Salman Rushdi kita tidak dapat
dari cabang sastra yang dihasilkan, maka
mengambil suatu tema yang jelas. Walau
dalam makalah ini penulis akan mengadakan
bagaimanapun banyak penulis menjelaskan
kajian kritik sastra terhadap novel “The
dalam tema yang sebenarnya dalam novel
Sanatic Verses” karya Salman Rushdi
tersebut. Penulis yang dimaksud antara lain
berdasarkan unsur-unsur struktur novel yang
Dr. Syamsuddin al-Fasi dalam bukunya
telah disebutkan diatas. Unsur-unsur yang
“Jawapan Sanatic Verses”, Prof. Dr. Ala‘ul
dimaksud ialah:
Deen Kharrufah dalam bukunya “The
TEMA
Judgment of Islam Crimes of Salman
Tema ialah makna karya sastra
Rushdi”, Hadi al-Madrasi dalam bukunya “
secara keseluruhan (Ketut Ginarsa 1895: 9).
al-Raddu „Ala al-Ayati al-Shaitaniyah”,
331 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
‗Adil Darwish dalam bukunya “al-Ayatu al-
imigran yang berasal dari India ke London,
Shaitaniyah Baina al-Qalami Wa al-Saifi”
mengenai cinta dan kematian, London dan
dan
Bombay.
Ahmad
Deedat
dalam
bukunya
Selanjutnya
ia
mengatakan
“Shaitaniyah al-Ayati al-Shaitaniyah Wa
novelnya tidak membincangkan seorang
Kaifa Khada‟a Salman Rushdi al-Garba”.
nabi yang bernama Muhammad. Peristiwa
Mereka sepakat bahwa tema novel “The
yang dibincangkan dalam novelnya adalah
Sanatic Verses” karya Salman Rusdhi ialah
pandangan
―
Islam,
seseorang yang berusaha mengemukakan
Kristian, dan Yahudi‖. Ahmad Deedat
pandangan mengenai munculnya seorang
(1990: 90) menambahkan bahwa novel
nabi dan kelahiran sebuah agama dan
tersebut penghinaan juga terhadap agama
pandangan
hindu, orang-orang berkulit hitam, orang-
seorang atheis ( al-Madrasi 1409: 97).
orang berkulit putih dan terhadap umat
ALUR
Penghinaan
terhadap
agama
manusia secara keseluruhan.
imaginasi
ini
Pengarang
dalam
merupakan
imaginasi
pandangan
mengkomunikasikan
Akan tetapi penjelasan mengenai
sesuatu dengan tokoh-tokohnya. Tokoh-
tema di atas dibantu oleh Salman Rusdhi
tokoh ini melaksanakan peran masing-
sendiri dalam suratnya yang dikirim ke
masing sehingga timbul situasi konflik yang
Perdana
India
setelah
beliau
dinamakan alur. Adanya alur disebabkan
novel
―The
Sanatic
oleh terbenturnya kekuatan-kekuatan yang
Verses‖. Dalam suratnya Salaman Rushdi
terjadi karena adanya problem yang perlu
antara lain mengatakan bahwa novelnya itu
diselesaikan ( Ketut Ginarsa 1985: 11).
tidak berbicara tentang agama Islam, akan
Didalam
tetapi ia berbicara mengenai orang-orang
ketegangan. Menurut Resenthal dalam Ketut
melarang
Menteri beredar
alur
terdapat
konflik
dan
332 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Ginarsa (1985: 11) ada tiga macam konflik
sejarah atau dengan kata lain memalsukan
yaitu:
sejarah. Menurut ‗Aidil Darwish (1989 :
a. Antara manusia dengan kekuatan alam atau masyarakat.
dengan konflik antara al-Sideq al-Fanny
b. Antara individu yang satu dan individu lainnya. c. Antara
168) seorang novelis sering dihadapkan
(kebenaran seni) dengan al-Sideq al-Waqi‟y al-Tarikhy (kebenaran kenyataan sejarah).
kekuatan-kekuatan
yang
bergumul di dalam individu.
Salman Rushdi sendiri menyatakan bahwa segala peristiwa yang diceritakan dalam
Dalam novel “The Satanic Verses”
novelnya itu hanyalah berdasarkan kepada
Salman Rushdi dapat mengkomunikasikan
pandangan imaginasi dari seseorang yang
beberapa konflik melalui tokoh-tokoh yang
berimaginasi (al-Madrasi 1409 : 97).
dipilih dalam novelnya itu, sepert konflik
PENOKOHAN
yang terjadi pada diri Gibreel Farishta,
Dalam sebuah novel atau cerpen
Saladin Chamcha. Begitu juga Salman
karakter berfungsi memberikan substansi
Rushdi dapat mengkomunikasikan beberapa
pada
konflik pada tokoh-tokoh kedua (pembantu)
merupakan ukuran tentang berhasil atau
dalam
tidaknya
novelnya,
seperti
konflik
yang
fiksi.
Penilaian
pengarang
terhadap
mengisi
cerita
cerita
dialami Nabi Ibrahim a.s dengan Istrinya
dengan
Hajar dan anaknya.
menggambarkan manusia sebenarnya supaya
Konflik-konflik yang dikemukakan Salman Rushdi dengan novelnya itu hanya berdasarkan
khayalan
belaka
yang
pembaca dapat mengalami ide dan emosi (Ketut Ginarsa 1985: 12).
dan
bertentangan dengan kenyataan-kenyataan
karakter-karakter
itu
Kalau tukang sulap dapat membuat orang
yang
ada
seolah-olah
lenyap.
333 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Sebaliknya, seorang pengarang dia dapat
Dengan demikian, maka timbullah respon
membuat orang yang tidak ada menjadi ada.
dan reaksi yang menentang penceritaan
Disinilah letak kemampuan pokok dasar
dalam novelnya. Ini disalah satu segi
penulis,
membuktikan
yaitu
kemampuan
meyakinkan
pembaca bahwa tokoh khayalan
dalam
meyakinkan pembaca.
ceritanya merupakan tokoh hidup yang dapat dipahami, dihayati, dan masuk akal.
ketidakmampuannya
Sebagai contoh kepalsuan sejarah yang dikemukakan Salman Rushdi dalam
Dalam membaca dan mengkaji novel
novelnya, dia berpendapat bahwa di kota
“The Sanatic Verses”dapat kita melihat
Jahiliyah ada seorang pedagang muncul
kemampuan Salman Rushdi membentuk
sebagai nabi bernama Mahound, dialah
karakter-karakter, sama halnya
mendirikan suatu agama terbesar di dunia.
sebagai
tokoh utama maupun tokoh pembantu untuk
Dalam novelnya ia berkata:
meyakinkan pembaca kepada ide yang ingin
“ In This city, the businessman-turnedprophet, Mahound is founding one of the world‟s great religions” (Rushdi 1988 : 95).
dikomunikasikan. Akan tetapi, kalau kita melihat dari aspek lain, Salman Rushdi tidak
Perkataan ―Mohound‖ dalam kutipan berjaya dalam pemilihan karakter-karakter tersebut
dimaksudkan
dengan
Nabi
atau penokohan dalam novelnya itu, karena Muhammad
saw.
Sedangkan
―Mohound‖
sinonim
perkataan
ia memilih tokoh-tokoh yang cukup terkenal dengan
perkataan
dan masyhur dalam sejarah, kemudian ―Iblis‖ dan istilah inilah yang digunakan memaparkan peranan setiap tokoh yang para
missionaris
kristiani
pada
abad
bertentangan dengan kenyataan sejarah, pertengahan untuk menunjukkan kepada bahkan nampak ada usaha yang sengaja oleh Rasulullah saw. Salman Rushdi untuk memalsukan sejarah.
334 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Dalam novel “The Sanatic Verses” Salaman
LATAR Latar memberikan penjelasan tentang
Rushdi memilih kapal terbang, Bombany,
tempat dan waktu terjadinya aksi. Dalam
London,
kota
Jahiliyah
yang
berada
cerita tokoh-tokonya mungkin bertindak di
ditengah-tengah
padang
pasir,
zaman
dalam kamar, diantara perabot, di jalan, pada
jahiliyah, waktu berlalu, sekarang, waktu
waktu siang atau malam, dalam keadaan
dalam khayalan sebagai latar ceritanya.
panas atau dingin. Penjelasan mengenai
TEKNIK DAN GAYA BAHASA
segala aksi yang dilakukan para tokoh ini
Menurut Rosenthal dalam Ketut
dapt dinamakan latar ( Ketut Ginarsa 1985 :
Ginarsa (1985 : 17 ) gaya bahasa ialah
16).
hubungan antara penguasaan bentuk pada Kedudukan latar penting karena ia
menentukan
aksi
menunjukkan
hubungan
lingkungannya.
tokoh-tokoh.
yang
dimiliki
pengarang.
Sedangkan
tokoh
dengan
Daiches dalam Ketut Ginarsa ( 1895 : 17 )
Kadang-kadang
suasana
mengatakan gaya bahasa adalah susunan
latar cerita atau
kata yang merupakan ciri khas seseorang
dipergunakan sebagai lingkungan
Latar
satu pihak dengan isi intelektual dan emosi
fisik
di
tempat
kejadian
penulis. Susunan kata ini ada yang kolokial,
berlangsung dapat pula dipakai sebagai latar
resmi, singkat, panjang lebar, berwarna,
cerita. Latar dapat berupa tempat yang diam
lancar, sopan dan kedaerahan.
atau bergerak.
Secara umum teknik dan gaya bahasa
Novel yang baik ialah novel yang mempunyai
mampu
novelnya itu adalah teknik dan gaya bahasa
pembaca
yang kurang jelas dan susah dipaham.
sebagai hal yang nyata atau masuk akal.
Apakah ia menulis novelnya dengan tujuan
memberikan
latar,
dimana
keyakinan
ia
yang digunakan Salman Rushdi dalam
bagi
335 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
menghasilkan karya sastra saja? Atau ada
banyak menggunakan ungkapan-ungkapan
tujuan tertentu, seperti untuk menghina umat
bahasa Arab, India dan bahasa Inggris
Islam atau ada tujuan lain?.
kolokial, yang kadang-kadang dalam bentuk
“The
Novel
Sanatic
Verses”
merupakan karya sastra yang berdasarkan
menyakiti dan menjijikkan. Ungkapan
yang
menyakiti
dan
fantasi dan khayal (‗Aidil Darwisy 1989 :
menjijikkan dapat kita lihat dalam novelnya
28). Sedangkan al-Madrasi (1409 : 87)
halaman 461, dia mengatakan “ Negger eat
mengatakan
menulis
white man‟s shit “(orang Negro memakan
novelnya dengan pendekatan al-Waqi‟iyyah
kotoran orang putih). Sedangkan Ahmad
al-Usturiyyah
legendaris)
Deedat ( 1990 : 20 ) mengatakan Salman
dimana dia mencampurkan antara unsur
Rushdi telah belajar dari guru-gurunya di
khayal
London The Art of Staccato Sentences atau
Salman
dengan
Rushdi
(kenyataan
unsur
kenyataan
tanpa
didasari suatu bentuk pikiran, ilmu dan
Fann al-Jumal
kreativitas karya sastra yang benar, sehingga
menyusun ayat), sehingga dia mempunyai
uslubnya tidak dapat membedakan antara
kemampuan menyusun
novel dengan sejarah. Selanjutnya beliau
dengan mengandung beberapa makna atau
mengatakan gaya bahasa Salman Rushdi
pengertian. Akan tetapi dengan memiliki
adalah surrealism, dia tidak memberikan
kemampuan seperti itu menyebabkan banyak
nama sebenarnya yang seharusnya diberi
perkataan-perkataan
nama, akan tetapi memberi nama lain.
yang tidak sopan dipergunakan dalam
Diskriftif bagi Salman Rushdi tidak tetap,
novelnya.
sehingga diselimuti perasaan keragu-raguan dalam penceritaannya. Di samping itu juga
al-Tarakumiyyah
dan
suatu
(seni
kalimat
kalimat-kalimat
336 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
NOVEL“THE MENURUT
SANATIC PERSPEKTIF
VERSES”
menghasilkan karya sastra. Allah SWT
SASTRA
berfirman dalam surah al-Taubah ayat 105 :
ISLAM Salah satu bentuk aktivitas manusia yang mendapat perhatian besar dalam Islam ialah al-„Amalu al-Ibda‟iyu(karya sastra), karena wujud bentuk aktivitas ini tidak secara spontan, akan tetapi berdasarkan atas dua unsur asasi yaitu unsur irada ( kemauan)
Wa quli ‘maluu fasayallaahu ‘amalakum wa rasuuluhuu wa al-mu’minuuna, wa saturadduuna ilaa ‘aalimi al-gaibi wa alsyahaadati fayunabbiukum bimaa kuntum ta’maluun. (Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan).
dan unsur al-wa‟yu (kesadaran). Kalau wujud krativitas sastra itu berdasarkan atas kedua unsur tersebut, maka ia harus tertakluk kepada taujih ( arahan ) Islam agar supaya ia dapat berjalan dan berkembang dengan benar. Dengan demkian, akan teralisasi keharmonisasian dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan masyarakat (Ahmad 1991: 30-31). Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian dan arahan kepada seluruh bentuk aktivitas manusia, termasuk aktivitas dalam
Selanjutnya Al-Qur‘an memberikan arahan khusus dalam usaha menghasilkan karya sastra, terutamanya karya sastra puisi. Dalam surah Al-Syu‘araa ayat 224 – 227 Allah SWT berfirman: Wa al-syu‟araau yattabi‟uhumu alghaawuun, alam tara annahum fii kulli waadin yahiimun, wa annahum yaquuluuna maa laa yaf‟aluun, illa al-laziina aamanuu wa „amiluu al-shalihaati wa zakaruu allaaha katsiran wan tasharuu min ba‟di maa dhulimuu wa saya‟lamu al-laziina dhalamuu ayya munqalabin yangqalibuun. (Dan penyiar-penyiar itu diikuti oleh orangorang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiaptiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak
337 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
mengerjakannya. Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali ).
Bahkan
sebahagian
hadits
mengandung anjuran Rasulullah saw untuk menghasilkan karya sastra, terutama karya puisi, antara lain hadits yang diriwayatkan ‗Ammar bin Yasir dalam Ahmad Mohd. Ali
Islam mempunyai sikap yang jelas (1991: 33 ) : terhadap seni pada umumnya dan sastra pada khusunya. Islam tidak menolak segala bentuk karya sastra kecuali terdapat padanya kejahatan
atau
ia
mengajak
kepada
kejahatan. Rasulullah saw mencelah syair yang membangkitkan fitnah dan iri hati atau karya
sastra
yang
mengajak
kepada
Lamma hajaanaa al-musyrikuun, qaala lanaa rasuulullahi shallalaahu alaihi wa sallama: quuluu lahum kamaa yaquuluuna lakum. (Taakkala orang-orang musyrikin mencacimaki kita. Rasulullah saw berkata kepada kita : Katakanlah kepada mereka sebagaimana mereka mengatakan kepada kalian). Maksudnya kalau orang-orang musyrikin menghija‘ kalian dengan syairnya, maka hija‘lah juga mereka melalui syair.
kejahatan, cacimakian, mengabaikan agama. Demikian Sebaliknya,
beliau
menghormati
sikap
Islam,
tidak
dan membiarkan
aktivitas
dalam
bidang
mengagumi karya sastra yang baik atau syair kreativitas sastra berjalan dan berkembang yang indah, mengandung
didikan akhlak, tanpa ada arahan dan panduan agar supaya ia
mengajak kepada sifat-sifat yang mulia dan akan menjadi salah satu bentuk amal saleh mengandung
hikmah
dan
mau‘idhah. yang akan diberi pahala oleh Allah SWT.
Rasulullah saw bersabda: Islam akan menerima segala bentuk seni dan Inna mina al-syi‟ri lahikmah
( sastra yang mempunyai tujuan ( al-adab al-
Sesungguhnya
sebahagian
dari
syiar hadif
)yang
akan
berkhidmad
untuk
mengandung hikmah). memajukan
kehidupan
manusia,
338 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
mengokohkan aqidah agama Islam dan
dikalangan umat Islam yang setia terhadap
konsekwen terhadap manhaj seni yang benar
agamanya. Sistem yang ditempuh Salman
( al-‗Uwaishik 1970 : 110 ). Jadi sastra Islam
Rushdi dalam membangkitkan kemarahan
yang sebenarnya yaitu sastra yang tetap
umat
memelihara dan berpegang kepada prinsip-
menyebabkan buku yang tidak ada nilainya
prinsip yang telah disebutkan di atas.
sampai kepada senarai buku yang terjual
Islam,
itulah
sebenarnya
yang
Kalau prinsip-prinsip tersebut kita
banyak di dunia. Akan tetapi menurut saya
jadikan sebagai tolak ukur dalam mengkaji
cara seperti ini adalah cara yang paling hina
novel “The Sanatic Verses” karya Salaman
untuk mencapai matlamat tersebut dan
Rushdi, maka novel ini tidak akan dianggap
Salman Rushdi adalah orang intihazi yang
sebagai karya sastra sebenarnya, karena
paling berbahaya‖ (Ahmad Deedat 1990 :
kandungan novel tersebut hanya penghinaan
24).
kepada agama Islam dan umatnya, bahkan
KESIMPULAN
penghinaan kepada penganut agama-agama
Berdasarkan uraian di atas dapat
lain dan umat manusia secara keseluruhan.
diambil kesimpulan sebagai berikut:
Olehnya itu, Roald Dahl (Seorang penilis
1. Salman
Rushdi
menggambarkan
Inggris terkenal) menyatakan pendapatnya
kehidupan seorang kanak-kanak dari
mengenai novel “The Sanatic Verses”pada 1
negara-negara
Mac 1989 sebagai berikut : ― Sesungguhnya
mengalami penderitaan dan penghinaan
Salaman Rushdi lebih tahu mengenai agama
dari pihak penjajah. Dia salah seorang
Islam dan penganutnya. Seharusnya dia
dari Imigran yang hidup di tengah-
mengerti betul perasaan yang menyala-nyala
tengah masyarakat Inggris yang tidak
yang
dihiraukan,
akan
ditimbulkan
novelnya
itu
yang
bahkan
terjajah
terbuang
dan
dari
339 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
masyarakat disebabkan oleh faktor kulit,
hubungan dengan timur. Kemudian dia
asal
berusaha mengikuti dan meniru cara
dan
kewarganegaraannya
yang
berbeda dengan orang tempatan. Oleh karena dia tidak mempelajari budaya bangsanya,
meninggalkan
kampung
hidup barat. 4. Salman Rushdi mengalami keanehan pikiran,
disamping
dia
mengalami
halaman, keluarga dan agamanya, maka
keanehan aqidah, seperti keberaniannya
dia
mengartikan perkataan dan ayat-ayat
selamanya
berusaha
melakukan
sesuatu yang membolehkan dia akan
yang
diterima oleh masyarakat barat.
mengartikan
2. Salman Rushdi dia hidup dalam keadaan penuh kontroversial dalam dirinya yang kadangkala diungkapkan dalam bentuk surrealism atau melalui aqidah tanasukh, karena
dia
menganggap
bahwa
kegoncangan yang dialami bersumber dari asal dan keturunannya. Disamping itu,
dia
menganggap
bahwa
Islam
merupakan dugaan yang harus dijauhkan dari dirinya dengan cara apapun yang memungkinkan. 3. Salman Rushdi sebagai orang timur, maka dia berusaha meninggalkan segala yang berbau timur atau yang mempunyai
bukan
artinya, perkataan
seumpamanya ―
al-hijaab
"(menutup aurat) dengan ― bait
al-
di‟aarah ― ( tempat pelacuran ) dan lainlainnya. Dia juga sengaja mencari-cari riwayat sejarah yang tidak benar. 5. Berdasarkan
masalah-masalah
yang
disebutkan di atas, maka Salman Rusdhi merupakan
orang
(menggunakan
yang
kesempatan
intihaazi untuk
memperoleh keuntungan), seperti dia menulis novel-novelnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari penjualan karya
tulisnya
dan
agar
didengar
suaranya di tengah-tengah orang banyak
340 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
dan dapat dikenal, sekalipun dengan
yang sebenarnya menurut perspektif
jalan mengorbankan orang lain, karena
karya Islam, karena novel tersebut tidak
dengan jalan seperti itu dapat dibaca
konsekwen dengan manhaj seni yang
tulisannya atau diletakkan potonya di
benar dan tidak mempunyai
media massa.
untuk
6. Novel “The Sanatic Verses” suatu karya tulis yang tidak mempunyai nilai sastra
memberikan
pelayanan
didikan kepada umat manusia.
tujuan dan
341 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA ‗Aly,Ah}mad Muh}ammad. 1991. Al-Adab al-Isla>mi> D}aru>rah. al-T{ab‘ah al-U>la>. AlQa>hirah: Da>r al-S}ah}wah. Appignanesi, Lisa and Sara Maitland. 1989. The Rushdi File. First Pubblished. Britain : Fourt Estate Limited. al-Busta>ni>, Mah}mu>d. 1409. al-Isla>m wa al-Fann. al-T{ab‘ah al-U>la>.Mashhad (I>ra>n): Majma‘ al-Buh}u>ts al-Isla>miyyah. Bu>rzuwaynah, ‗Abd al-H}ami>d. 1990. Naz}riyyat al-Adab fi> D}aui al-Isla>m (al-Qism alAwwal Al-Naz}riyyah al-„Ammah li al-Adab) . al-T{ab‘ah al-U>>
n (alUrdun): Da>r al-Bashi>r. -----------------, ‗Abd al-H}ami>d. 1990. Naz}riyyat al-Adab fi> D}aui al-Isla>m (al-Qism alTsa>lits Al-Adab wa al-Madha>hib al-Adabiyyah) . al-T{ab‘ah al-U>>n (alUrdun): Da>r al-Bashi>r. Darwi>sh, ‗A>dil wa ‗Ima>d ‗Abd al-Ra>ziq. 1989 . al-A>ya>t al-Shayt}a>niyyah bayn alQalam wa al-Sayf. Bari>t}a>niyya> : Great Britain. De>da>t, Ah}mad. 1990. Shayt}a>niyyat al-A>ya>t al-Shayt}a>niyyah wa Kayfa Khada‟a Salma>n Rushdi> al-„Arab. Naqalahu> ila> al-‗Arabiyyah wa Qaddama lahu> ‗Aly alJauhari> al-Qa>hirah: Da>r al-Fad}i>lah . al-Fasi, Syamsuddin. 1997. Jawapan „Satanic Verses‟. Terj. Drs. Ahmad Rafaal bin Ayudin. Edisi Semakan. Kuala Lumpur : Penerbitan Ar-Ramadhan. al-Ha>shimi>, Muh}ammad ‗A al-Adab al-Isla>mi> : Taja>rub wa Mawa>qif . al-T{ab‘ah al-U>>r al-Qalam.
H}ija>zi>, Muh}ammad ‗Abd al-Wa>h}id. 1984. Al-Ih}sa>s bi al-Jama>l fi> D}au alQur‟a>n al-Kari>m. Silsilah Shahriyyah Tas}duru ‗An Kita>b al-Hila>l. alQa>hirah: Da>r Hila>l. Ketut Ginarsa, dkk. 1985. Struktur Novel dan Cerpen Sastra Bali Modern. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Khali>l, ‗Ima>duddi>n . 1987 . Madkhal Ila> Naz}riyyat al-Adab al-Islami> . al-T{ab‘ah alU>>t: Muassasat al-Risa>lah.
342 JURNAL ILMU BUDAYA Volumen 2, Nomor 1, Juni 2014
Kharroufah, Ala‘ul Deen. t.t. The Judgment Of Islam On The Crimes Of Salman Rushdi. Kuala Lumpur : Percetakan Sentosa. al-Madrisi>, Ha>di> . 1409 . al-Radd „ala> al-A>ya>t al-Shait}a>niyyah. al-T{ab‘ah alU>> . Mashhad (Ira>n) : Majma‘ al-Buhu>ts al-Isla>miyyah. Mustafa Haji Daud. 1992. Tamadun Islam. Cet. 1. Kuala Lumpur : Percetakan Sumber. Lubis, Haji Muhammad Bukhari. 1997. Kesusasteraan Islam Sehimpun Bahan Rujukan. Bandar Baru Bangi : Taj Fikriyah Reprints. Teeuw, A. 1995. Sastera dan Ilmu Sastera : Pengantar Teori Sastera. Cet. 1. Kuala Terengganu : Percetakan Yayasan Islam Terengganu. Tulaymah, ‗Abd al-Mun‘im. 1979. Muqaddimah fi> Naz}riyyat al-Adab . al-T}ab‘ah alTsa>niyah. Bayru>t: Da>r al-‗Audah. Rushdi, Salman. 1988. The Satanic Verses. U.S.A : Viking Penguin Inc. Sa>‘i>, Ah}mad Bassa>m. 1985. al-Wa>qi‟iyyah al-Isla>miyyah fi> al-Adab wa al-Naqd. alT{ab‘ah al-U>>r al-Mana>r. Salla>m, Muhammad Zaglu>l. 1972 . Dira>sah fi> al-Qissah al-„Arabiyyah al-H{adi>tsah : Usu>luha>, Ittija>ha>tiha>, A‟la>muha> . al-Iskandariyyah : Manshaat al-Ma‘a>rif. al-Qard}a>wi>, Yu>suf . 1996 . al-Isla>m wa al-Fann . T}ab‘ah al-Furqa>n al-U>la> . ‗Amma>n (al-Urdun) : Da>r al-Rurqa>n. Qulaylah, ‗Abduh ‗Abd al-‗Az z. 1972. Al-Naqd al-Adabī fī al-„Aşr al-Mamlūkī. al-T{ab‘ah alU>> . al-Qa>hirah: Maktabah al-Anjlu> al-Mis}riyyah. al-‗Uwayshiq, ‗Abdullah H}amd . 1970. al-Adab fi> Khidmat al-H}aya>t wa al-Aqi>dah. alT{ab‘ah al-U>> .Bayru>t: Da>r al-‗Arabiyyah. Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur‘an. 1988 : Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Kuala Lumpur : Penerbit Pustaka Antara.
PETUNJUK BAGI PENULIS 1. Naskah yang dikirimkan belum pernah diterbitkan oleh media cetak lain dibuktikan dengan surat pernyataan dari penulis. 2. Tulisan berupa hasil penelitian (lapangan atau kepustakaan), gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori. 3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau dalam bahasa Prancis. Naskah diserahkan dalam bentuk cetak dan maupun file softcopy dengan jumlah maksimal 20 halaman kuarto termasuk tabel, gambar, dan daftar pustaka. Huruf Times New Roman ukuran 12 point, ketikan spasi tunggal dengan margin atas dan bawah 3 cm serta margin kiri dan kanan 2,5 cm. 4. Sistematika penulisan disusun dengan urutan sebagai berikut: a) Judul dituliskan dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau bahasa Prancis . b) Nama lengkap penulis dengan institusi asal penulis dan alamat lengkap (termasuk e-mail) penulis untuk korespondensi. c) Abstrak dituliskan dalam bahasa Perancis atau Inggris dan bahasa Indonesia yang memuat secara ringkas tujuan, metode penelitian, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan. Abstrak dibuat dalam alinea tersendiri dan jumlah maksimum sebanyak 150 kata. Dilengkapi dengan kata kunci atau key words dengan jumlah maksimum lima kata. d) Pendahuluan memuat latar belakang pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, serta ulasan penelitian sebelumnya, dipaparkan secara terintegrasi dalam paragraf-paragraf dengan panjang 15-20% total panjang artikel. e) Metode Penelitian mengandung sistematika penelitian yang mencakup metode dan prosedur penelitian. Pada kajian yang bersifat konseptual, bagian metode dapat ditiadakan bila dianggap perlu. Bagian ini panjangnya 10-15% dari total panjang artikel. f) Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yang dapat dilengkapi dengan ilustrasi berupa tabel, grafik, gambar dan foto (jika perlu). g) Kesimpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian atau berupa intisari hasil pembahasan dan disajikan dalam bentuk paragraf. h) Daftar Pustaka. Daftar pustaka hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yang dirujuk harus tercantum dalam daftar pustaka. 5. Sumber rujukan minimal 80% berupa pustaka terbitan 10 tahun terakhir. 6. Sitasi kepustakaan dilakukan dengan sistem nama tahun, contoh: ... (Andre Maures 2007) Menurut Husen (2008), ... Menurut Vigostky dalam Reigosa & Jimenez-Aleixander (2008) Dimungkinkan pula menggunakan sistem catatan akhir (endnote) dengan diberi angka untuk memberi penjelasan tambahan. 7. Pustaka disusun secara alfabetis dan kronologis. Buku : Hoed, Beny. 2006. Penerjemahan dan kebudayaan. Jakarta : Pustaka Jaya Buku kumpulan Artikel : Finegan, E. Dan J.Rickford (eds.).2004. Language in the USA. Cambridge : Cambridge Uiversity Press. Artikel dalam Kumpulan artikel Zuengler, J. & Cole K. (2005). “Language socialization and second language learner“. Dalam E. Hinkel (ed.) Handbook of research in second language teaching and learning (h.301-316). Mahwah, NJ : Lawrence Erlbaum Associates Artikel dalam jurnal dan majalah : Banús, E. 2007. Intercultural Dialogue: A Chalenge for the European Union at the Begining of the 21st Century. Jurnal Kajian Wilayah Eropa, vol.VIII, No.3 (22-35) Karya terjemahan : Rahimi, Atiq. 2008. Batu Kesabaran – Singge Sabur. (Feybe I. Mokoginta-penerj). Yogyakarta : Jalasutra. (Buku asli Singué Sabour – Pierre de Patience). Dokumen Resmi : Division des Politiques Linguistiques, Conseil de l’Europe. 2001 Cadre Européen commun de référence pour les langues (CECR). Paris : Didier. Situs Internet: Sieber, Tina. 2009. 15 Popular codes for smiley faces and their meaning. http://www.makeusof.com/tag/15 popularcodes-for-smiles-faces &their-meaning. diunduh pada tanggal 2 Oktober 2011 jam 19.59. 8. Dalam hal tata nama (nomenklatur) dan tata istilah, penulis harus mengikuti cara penulisan yang baku untuk bidang keilmuan masing-masing.