Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014
ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN • Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase Intention Diruang • •
• • • •
Rawat Inap Rsud Kota Tpi Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015 Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada Hanya Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical Pada Mechanical Neck Pain Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2014 Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2014
PENELITIAN
HAL
Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase Intention Diruang Rawat Inap Rsud Kota Tpi
408 -
(Liza Wati, Ernawati, Meily Nirna Sari)
Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015
404-418
(Nur Meity Sulistia Ayu)
Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada Hanya Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical Pada Mechanical Neck Pain
419-436
(Sudaryanto)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat
437-449
(Wasis Pujiati, Ernawati, Daratullaila)
Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang
450-466
(Zurrahman, Lidia Wati, Komala Sari)
Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2014
467-478
(Urai Muhamad Bawadi, Soni Hendra Sitindaon, Komalasari)
Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang (Ivana Arleni, Nur Meity, Zakiah Rahman)
479-488
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli Penanggung Jawab : Heri Priatna Penasehat : Nur meity Sulistia Ayu Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Rian Yuliana Bendahara : Ria Muazizah Penyunting Pelaksana : Wasis Pujiati Liza Wati Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu Linda Widiastuti Pelaksana Tata Usaha: Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah Distribusi dan Pemasaran : Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri
Alamat Redaksi: STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan. Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya. Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian. Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Januari 2014 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Drs. Heri Priatna, SStFT,SKM, MM
HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SWITCHING BARRIER DENGAN REPURCHASE INTENTION DIRUANG RAWAT INAP RSUD KOTA TPI Liza Wati1, Ernawati2, Meily Nirna Sari3
ABSTRAK Pertumbuhan dan perubahan lingkungan eksternal menyebabkan persaingan terhadap mutu pelayanan antara rumah sakit secara global. Meningkatnya sosial ekonomi, pendidikan, perkembangan pola penyakit, teknologi kesehatan, dan trend berobat keluar negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi rumah sakit dalam mempertahankan pasiennya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Karakteristik Responden dan Switching Barrier dengan repurchase intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015. Desain penelitian korelasional. Sampel 66 responden dengan propporsional random sampling. Alat ukur kuesioner dengan 43 pertanyaan. Analisis data univariat, korelasi Spearman dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi karakteristik responden yaitu jarak (p=0,001), biaya pengobatan (p=0,000) dan pengalaman rawatan (p=0,000) dengan repurchase intention. Terdapat korelasi switching barrier dengan repurchase intention yaitu dimensi Alternative of attractiveness (p=0,001) dan interpersonal relathionship (p=0,000) dimana korelasi yang paling kuat adalah pada dimensi interpersonal relathionship dengan nilai koefesien korelasi r = 0,500. Rekomendasi bagi manajemen keperawatan harus inovatif mengembangkan strategi switching barrier yang sudah seperti peningkatan hubungan perawat pasien, caring perawat dan responsif perawat terhadap pasien. Kata kunci Daftar Pustaka
: Switching barrier, pelayanan keperawatan, repurchase intention pasien : (1987- 2014)
Pertumbuhan dan perubahan eksternal
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
rumah sakit meningkatkan persaingan antara Rumah sakit adalah bagian integral dari rumah sakit dengan memberikan pelayanan suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan berkualitas. Meningkatnya sosial ekonomi, fungsi
menyediakan
pelayanan
paripurna pendidikan,
perkembangan
pola penyakit,
(komprehensif) (WHO,2010), penyembuhan teknologi kesehatan, dan trend berobat keluar penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi (preventif) kepada masyarakat (Ahira, 2012). rumah sakit dalam mempertahankan pasiennya. Investasi
pada rumah sakit dalam beberapa Tuntutan inilah yang mendorong manajemen
tahun
terakhir
ini
banyak
diminati. rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
Pertumbuhan rumah sakit sejak tahun 2008 – pelayanannya (Trisnantoro, 2005). 2010 cendrung meningkat dengan rata-rata Peningkatan
kualitas
akan
pertumbuhan per tahun sekitar 1,14%. meningkatkan minat penggunaan jasa kembali
408
oleh pasien (repurchase intention). Menurut
menjadi faktor penting bagi loyalitas konsumen
Soderlund dan Ohman, 2003., Hicks, dkk ,
(Aydin dan Ozer, 2005). Menurut Bloemer et al
(2005) minat menggunakan jasa kembali
(1998) dalam industri yang dikategorikan
(repurchase
Intention)
merupakan
sikap
memiliki switching
bagaimana
seseorang
akan
konsumennya akan kurang loyal dibanding
berperilaku (loyal) dimasa yang akan datang
industri jasa dengan switching barrier yang
dan
tinggi.
mengenai
komitmen
tersebut
muncul
setelah
konsumen melakukan pembelian jasa dan
Strategi
barrier
rumah
yang rendah
sakit
untuk
timbul karena kesan positif terhadap jasa yang
meningkatkan switching barrier dari segi
didapat.
jumlah dan mutu pelayanan pada ruang Upaya mempertahankan pasien lebih
perawatan perlu ditingkatkan lagi untuk tahun
efesien dan efektif dibanding mendapatkan
2015. Laporan RSUD Kota Tanjungpinang
pasien baru (Hasan, 2008; Lele dan Sheth,
Tahun 2012-2013 terjadi penurunan kunjungan
1995). Banyak perusahaan kehilangan 25 %
pasien baru dan pasien lama dan diikuti juga
langganan
penurunan
mereka
setiap
tahun,
dengan
kinerja
pelayanan
kesehatan.
perkiraan biaya mencapai $2 hingga $4 miliar
Berdasarkan kinerja rawat inap dari tahun 2008
dan
dapat
– 2013 yaitu BOR rata-rata 66,5 % (cendrung
menelan biaya lima kali lipat lebih besar
menurun). Pelayanan keperawatan yang belum
dibandingkan
dan
sesuai dengan standar pelayanan minimal
mempertahankan pelanggan lama (Kotler &
(SPM), tindakan keperawatan yang dilakukan
Keller, 2009). Sejumlah faktor berperan dalam
belum sesuai dengan standar operasional
masalah minat pelanggan selain faktor kualitas
prosedur,
layanan,
oleh
melaksanakan tindakan keperawatan belum
karakteristik pelanggan, nilai pelanggan, dan
sesuai dengan SAK. Adanya rumah sakit
hambatan pindah (switching barrier) (Budi
pemerintah yang mulai dibangun, rumah sakit
Suharjo dalam Palupi, 2006). Perubahan
swasta dan klinik-klinik pengobatan, serta trend
teknologi
masyarakat berobat keluar negeri ini menjadi
mengakuisisi
yaitu
dan
pelanggan
baru
memuaskan
dipengaruhi
strategi
juga
diferensiasi
dari
perusahaan menyebabkan switching barrier 409
kepatuhan
perawat
dalam
ancaman minat pasien berobat di RSUD Kota Tanjungpinang.
Variabel dependen adalah repurchase intention
(7
item
pernyataan),
variabel
independen adalah karakteristik responden dan BAHAN DAN METODE
switching barrier (36 item pernyataan).
Desain Penelitian Rancangan untuk
penelitian
menganalisis
korelasional.
hubungan,
HASIL PENELITIAN
kekuatan
Analisis Univariat
hubungan, arah hubungan atau prediksi besaran
Karakteristik Responden
perubahan yang terjadi pada variabel terikat jika variabel
bebas
berubah
Tabel 5.1 .1 Distribusi Frekuensi
(Dharma,2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Karakteristik Responden di Ruang Rawat Inap
hubungan antara karakteristik responden dan
RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)
switching barrier dengan repurchase intention Karakteristik
diruang rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang.
f
%
31
47,0
26
39,4
9
13,6
Responden Umur
Waktu dan Tempat Penelitian
Dewasa Awal (
Penelitian dilakukan diruang rawat inap RSUD
Kota
Tanjungpinang
yaitu
18-40 tahun)
:
Dewasa Madya (
Bougenville, Teratai, Dahlia, dan Anggrek. Waktu penelitian
41-60 tahun)
pada bulan April s/d Juli
Dewasa Akhir ( >
2015.
60 tahun )
Populasi dan Sampel
Jenis Kelamin
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang.
Laki - laki
32
48,5
Sampel 66 orang pasien dengan teknik proporsi
Perempuan
34
51,5
46
69,7
Pendidikan
random sampling.
Rendah Variabel 410
(SD
-
SMP )
Repurchase intention Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Repurchase
Tinggi ( SMA - PT 20
30,3 intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota
)
Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)
Pekerjaan Bekerja
51
77,3
Tidak bekerja
15
22,7
Jarak tempat tinggal Dekat ( < 5 KM )
36
54,5
Jauh (> 5 KM )
30
45,5
Sumber
No
Kategori
f
%
1.
Minat
38
57,6
2.
Kurang minat
28
42,4
66
100
biaya
pengobatan Asuransi
55
83,3
Berdasarkan tabel 5.1.2 Berdasarkan
Pribadi
11
16,7
tabel didapatkan sebagian besar pasien yang cendrung
Pengalaman rawatan 40
minat
menggunakan
kembali
60,6 pelayanan keperawatan yaitu sebanyak 40
Pernah 26
39,4 orang (60,6 %).
Tidak pernah 66
Switching
100
Barrier
dan
dimensi
Switching Barrier Berdasarkan tabel 5.1.1 dapat diketahui
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Responden
bahwa responden terbanyak berasal dari
Berdasarkan Switching Barrier Ruang Rawat
kelompok umur dewasa awal (47 %), jenis
Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015
kelamin perempuan
(n=66)
(51,7%), berpendidikan
tinggi ( 69,7 %), dan bekerja
(77,3 %).
Berdasarkan jarak tempat tinggal sebagian besar responden didapatkan tinggal dekat dari rumah
sakit
(54,5%),
pada
umumnya
menggunakan asuransi (83,3 %) dan lebih dari separuh pernah dirawat (60,6 %). 411
Tabel 5.2.1 Hubungan karakteristik responden dan Switching barrier dengan Repurchase
Berdasarkan tabel didapatkan sebagian Kategori
F
%
intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)
Switching cost Tinggi
33
50,0
Rendah
33
50,0
Variabel Independen
r
p value
Alternative
of
Karakteristik
attractiveness
responden
Tinggi
36
54,5
Umur
0,153
0,221
Rendah
30
45,5
Jenis Kelamin
0,097
0,440
Pendidikan
0,234
0,058
Pekerjaan
0,338
0,120
Jarak tempat tinggal
0,386
0,001
Sumber
0,466
0,000
Interpersonal relationship Baik
40
60,6
Kurang baik
26
39,4
biaya
Servive recovery pengobatan Baik Kurang Baik
46 20
69,7
Pengalaman rawatan
0,500
0,000
30,3
Switching Barrier
0,509
0,000
Switching cost
0,184
0,139
of 0,386
0,001
0,500
0,000
0,234
0,058
Switching barrier Tinggi
36
54,5
Rendah
30
45,5
66
100
Alternative attractiveness Interpersonal relationship
besar switching cost tinggi (50%), Alternative Servive recovery
of attractiveness tinggi (54,5%),, interpersonal relathionsip baik (60,6%), service recovery baik (69,7%) dan switching barrier (54,5%). Analisis Korelasi Bivariat
Pada
tinggi
tabel
5.2.2
didapatkan
karakteristik umur (p value = 0,221), jenis kelamin (p value = 0,440), pendidikan (p value 412
= 0,058) dan pekerjaan (p value = 0,120) artinya
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada
tidak ada korelasi yang signifikan dengan
korelasi yang signifikan antara pengalaman
repurchase intention.
rawatan dengan repurchase intention, kekuatan
Pada
tabel
5.2.1
menunjukkan
hubungan yang kuat dan arah hubungan positif
koefesien korelasi jarak dengan repurchase
artinya semakin sering dirawat repurchase
intention pasien didapatkan nilai r = 0,386
intention tinggi.
dengan p value 0,000 (p value < 0,05).
Menunjukkan
koefesien
korelasi
Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan
Switching barrier dengan repurchase intention
antara jarak dengan repurchase intention
pasien didapatkan nilai r = 0,509 dengan p value
dengan kekuatan hubungan cukup dan arah
0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
hubungan positif yang artinya semakin dekat
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada
jarak pasien di RSUD Kota Tanjungpinang
korelasi yang signifikan antara switching
memiliki repurchase intention yang tinggi.
barrier dengan repurchase intention dengan
Pada
tabel
5.2.1
menunjukkan
kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan
koefesien korelasi sumber biaya dengan
positif yang artinya semakin tinggi switching
repurchase intention pasien didapatkan nilai r =
barrier di RSUD Kota Tanjungpinang maka
0,466 dengan p value 0,000 (p value < 0,05).
semakin tinggi repurchase intention
Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan antara
sumber
didapatkan
untuk
mengetahui hubungan Switching cost dengan
intention dengan kekuatan hubungan cukup dan
repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184
arah hubungan positif yang artinya pasien yang
dengan p value = 0,139 yang lebih besar dari
menggunakan
Kota
nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
Tanjungpinang memiliki repurchase intention
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
yang tinggi.
Switching cost dengan repurchase intention.
asuransi
tabel
dengan
analisis
repurchase
Pada
biaya
Hasil
di
5.2.1
RSUD
menunjukkan
Hasil
analisis
Alternative
untuk
koefesien korelasi pengalaman rawatan dengan
mengetahui
repurchase intention pasien didapatkan nilai r =
attractiveness dengan repurchase intention
0,500 dengan p value 0,000 (p value0,05).
pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value 413
hubungan
didapatkan
of
= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
antara service recovery dengan repurchase
korelasi yang signifikan antara Alternative of
intention .
attractiveness dengan repurchase intention
PEMBAHASAN
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
Hubungan
kekuatan hubungan yang kuat dan arah
Karakteristik
Pasien
dengan Repurchase Intention
hubungan positif yang artinya semakin baik
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
Alternative of attractiveness maka semakin
bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
tinggi repurchase intention
repurchase intention. Sejalan dengan penelitian Munawaroh tentang analisis karakteristik dan
Hasil mengetahui relationship
analisis
didapatkan
hubungan dengan
untuk
kepuasan responden dengan loyalitas bahwa
interpersonal
tidak ada hubungan umur dengan kesetian
repurchase
intention
dalam penggunaan pelayanan kesehatan dengan
pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value
p value= 0,43. Dalam penelitian ini sebagian
= 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
besar responden
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
dewasa awal (18 – 40 tahun ).
korelasi yang signifikan antara interpersonal relationship
dengan
repurchase
berada pada rentang usia
Laporan survei kesehatan rumah tangga
intention
(SKRT) tahun 2001 menyatakan 39 %
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
penduduk yang mengalami disabilitas atau
kekuatan hubungan yang kuat
dan arah
gangguan fungsi tubuh, 30 % diantaranya pada
hubungan positif yang artinya semakin baik
golongan umur di bawah 35 tahun, meningkat
interpersonal
dengan bertambahnya umur & mencapai 80 %
relationship
semakin
tinggi
repurchase intention. Hasil
analisis
pada golongan umur 65 tahun keatas. Dengan didapatkan
untuk
hasil laporan SKRT ini dapat disimpulkan
mengetahui hubungan service recovery dengan
bahwa semakin meningkat usia, semakin besar
repurchase intention pasien diperoleh nilai r =
pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan,
0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih besar
sehingga kemungkinan untuk pemanfaatan
dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit akan 414
tinggi dan hal ini dapat mencerminkan loyalitas
terjadi karena distribusi jenis kelamin pada
apabila
penelitian ini homogen pada jenis kelamin pria,
pemanfaatan
tersebut
dilakukan
terhadap rumah sakit yang sama.
sehingga bias dalam informasi yang dihasilkan
Hasil penelitian ini menyatakah bahwa
mungkin saja terjadi.
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
Hasil
penelitian
bahwa
responden. Penelitian ini sama juga dengan
pendidikan
hasil penelitian Munawaroh bahwa tidak ada
Penelitian
hubungan jenis kelamin dengan loyalitas atau
Munawaroh
bahwa
tidak
minat
pendidikan
dengan
loyalitas
pelayanan
kesehatan
terdapat
menunjukkan
minat penggunaan pelayanan kembali oleh
menggunakan
tidak
ini
dengan ini
juga
hubungan
repurchase didukung ada
antara intentio.
peneliyian hubungan pasien
(p
kembali (p value=0,964). Pada penelitian ini
value=0,964). Hal ini dapat disebabkan oleh
sebagian besar perempuan sebagai ibu rumah
kemungkinan pasien datang kembali berobat ke
tangga yang bukan pengambil keputusan,
RSUD Kota Tanjungpinang karena pengaruh
sehingga dimana mereka mencari dan memilih
sumber
rumah
pengalaman dirawat sebelumnya.
sakit
sebagai
tempat
pelayanan
tergantung dari suami atau yang berperan sebagai pengambil keputusan.
biaya
pengobatan,
jarak
dan
Berbeda dengan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
Chandra (2010) dalam penelitiannya
Harun dan Yusrizal (2001), yang mengatakan
menyetujui tidak adanya perbedaan antara
bahwa pendidikan memiliki hubungan dengan
pasien dengan jenis kelamin wanita atau pria
loyalitas pelanggan. Sehubungan dengan ini,
terhadap perilaku loyal pasien tersebut. Namun
Setiawan (2011) menjelaskan bahwa salah satu
Kotler & Keller (2009) menyatakan konsumsi
faktor yang memegang peranan di dalam
dan selera seseorang dibentuk oleh jenis
pembentukan perilaku adalah faktor intern,
kelamin dan Supriyanto dan Ernawaty (2010)
seperti kecerdasan atau pengetahuan, dan
juga menyatakan ada perbedaan tertentu antara
kecerdasan atau pengetahuan tersebut dapat
wanita dan laki-laki, misalnya dalam perbedaan
diasah melalui pendidikan.
kebutuhan, keinginan dan harapan. Perbedaan pendapat ini dengan hasil penelitian mungkin
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa tidak adanya hubungan antara pekerjaan 415
pasien terhadap minat penggunaan kembali pelayanan
keperawatan
Kota
bagi pencari pelayanan kesehatan karena jarak
Tanjungpinang. Pasien yang bekerja atau tidak
yang dekat akan mempengaruhi bagi pencari
bekerja lebih banyak menggunakan kartu BPJS
pelayanan kesehatan untuk berkunjung. Suatu
sementara RSUD Kota menjadi salah satu
studi mengatakan bahwa alasan yang penting
tempat rujukan pasien untuk berobat. Berbeda
untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat
dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Harun
dengan lokasi. Keputusan untuk memanfaatkan
dan Yusrizal (2001), yang mengatakan bahwa
pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari
pekerjaan memiliki hubungan dengan loyalitas
kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang
pelanggan.
dirasakan, karena untuk konsumsi pelayanan
Hasil
penelitian
di
ini
RSUD
Lokasi adalah yang paling diperhatikan
menunjukkan
kesehatan. Konsumen sering tergantung kepada
bahwa terdapat hubungan antara jarak tempat
informasi
tinggal pasien dengan repurchase intention,
pelayanan
semakin dekat jarak tempat tinggal pasien dari
profesinya.Faktor-faktor lain yang berpengaruh
RSUD Kota Tanjungpinang maka pasien akan
antara lain pendapatan, harga, lokasi, dan mutu
cenderung menggunakan kembali pelayanan
pelayanan (Mills, 1990).
keperawatan. Hasil penelitian sejalan dengan
yang
disediakan
kesehatan
Hasil
penelitian
oleh
institusi
ditambah
dengan
ini
menunjukkan
penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal
bahwa terdapat hubungan antara sumber biaya
(2001), yang menyatakan bahwa jarak tempat
pengobatan
tinggal pasien dengan rumah sakit memiliki
dimana responden dengan sumber biaya
hubungan
pelanggan.
pengobatan asuransi cenderung menggunakan
Kemudian Guswan (2009) dalam penelitiannya
kembali pelayanan keperawatan di RSUD Kota
tentang loyalitas pasien di RS Gigi Mulut
Tanjungpinang. Hasil penelitian ini juga dapat
Pendidikan Universitas Trisakti Tahun 2009,
dipengaruhi oleh mayoritas responden yang
juga menyatakan adanya pengaruh yang
bekerja
signifikan antara jarak tempat tinggal pasien
menggunakan sumber biaya pengobatan dari
dengan loyalitas.
asuransi atau perusahaan tempat mereka
dengan
loyalitas
dengan
sebagai
repurchase
karyawan
intention,
swasta
dan
bekerja yang telah menjalin kerjasama dengan 416
RSUD yang ada di kota Tanjungpinang seperti
rumah
RSUD Provinsi, RSAL Dr. Midiyato,S dan
sebelumnya.
Karena
termasuk RSUD Kota Tanjungpinang.
merupakan
penyebab
Hasil
penelitian
sejalan
sakit
yang
pernah faktor
digunakan pengalaman
perubahan
dalam
dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Pengalaman
penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal
yang menyenangkan selama dirawat di rumah
(2001), yang mengatakan bahwa penanggung
sakit mempunyai efek yang bermakna pada
biaya memiliki hubungan dengan minats
persepsi pasien terhadap mutu.
pelanggan. Kemudian Guswan (2009) dalam
Rangkuti (2006), bahwa kebutuhan
penelitiannya tentang loyalitas pasien di RS
merupakan
Gigi Mulut Pendidikan Universitas Trisakti
pelanggan melakukan pembelian, sedangkan
Tahun 2009, juga menyatakan adanya pengaruh
sikap
yang
kemampuan atribut suatu produk atau merk
signifikan
antara
sumber
biaya
pengobatan dengan loyalitas. Berdasarkan
tujuan
adalah
yang
evaluasi
menggerakkan
pelanggan
atas
alternative dalam memenuhi kebutuhan itu, rawatan
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
diketahui bahwa sebagian besar responden
kebutuhan mempengaruhi sikap dan sikap
(60,6 %)
pernah dirawat di RSUD Kota
mempengaruhi perilaku pembelian. Setiap
Tanjungpinang sebelumnya, nilai p value 0,142
pasien sebagai pelanggan akan mempunyai
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan
respon terhadap evaluasi yang dirasakan antara
antara
repurchase
harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang
intention. Namun sikap positif pasien terbentuk
dirasakan saat dirawat. Dan mereka akan
melalui pengalaman yang diperoleh selama
membandingkan
menerima pelayanan,
untuk
diharapkan
membentuk pasien yang setia maka rumah
(performa).
sakit
lama
harus
pengalaman
rawatan
dengan
sehingga
berusaha
antara
(expectation)
layanan dan
yang kinerja
sebaik-baiknya
Harapan yang dimaksud berasal dari
memberikan pelayanan berkualitas yang sesuai
banyak faktor (Zeithaml et al., 1996) seperti
harapan pasien. Pasien yang sebagian besar
past experience merupakan tingkat pengalaman
mempunyai sikap loyal dari pengalaman
masa lalu yang dialami oleh seseorang
dirawat juga mempunyai perbadingan antara
konsumen dapat mempengaruhi tingkat harapan 417
konsumen tersebut. Selain itu What of mouth
pengeluaran untuk memperoleh barang dan jasa
communication yaitu apa yang didengar dari
tersebut dan ada kecendrungan dilakukan secara
konsumen lain yang telah menikmati kualitas
berkala.
pelayanan
yang
diberikan
perusahaan,
Hal
tersebut
memperkuat
secara
merupakan faktor potensial mempengaruhi
empirik teori yang menyatakan bahwa loyalitas
harapan konsumen.
pelanggan dipengaruhi oleh hambatan pindah
Hubungan Switching Barrier dengan Repurchase Intention Hasil
seperti yang dikemukakan oleh Bansal dan Taylor dalam Ranaweera dan Prabhu (2003)
penelitian
menunjukkan
serta Keaveney (1995). Rahadian (2006) dalam
koefesien korelasi Switching barrier dengan
penelitiannya tentang loyalitas pelanggan juga
repurchase intention pasien didapatkan nilai r =
memperkuat
hasil
0,509 dengan p value 0,000 yang lebih kecil
menyatakan
bahwa
hambatan
pindah
dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan yang
mempunyai
pengaruh
terhadap
loyalitas
diperoleh dari hasil ini ada korelasi yang
pelanggan. Kemudian Fornell (1992) juga
signifikan antara Switching barrier dengan
menyatakan semakin besar rintangan untuk
repurchase
berpindah akan membuat pelanggan menjadi
intention
dengan
kekuatan
hubungan kuat dan arah hubungan positif yang
penelitian
ini,
yang
loyal.
artinya semakin tinggi switching barrier di
Minat
(
merupakan
mengenai
bagaimana
RSUD Kota Tanjungpinang maka semakin
pernyataan
tinggi repurchase intention.
seseorang akan berperilaku dimasa yang akan
Minat konsumen membeli ulang adalah
sikap
intention)
datang (Soderlund dan Ohman, 2003). Minat
salah satu keberhasilan dari suatu perusahaan,
membeli
terutama
merupakan suatu komitmen konsumen yang
perusahaan
jasa
(Butcher,2005).
ulang
)
terbentuk
ulang merupakan keputusan konsumen untuk
pembelian suatu produk atau jasa. Komitmen ini
melakukan pembelian kembali suatu produk
timbul karena kesan positif konsumen terhadap
atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh
suatu merek dan konsumen merasa puas
dari
terhadap pembelian tersebut (Hick,dkk,2005).
yang
sama,
melakukan
418
konsumen
Intention
Menurut Hellier,dkk (2003) minat membeli
perusahaan
setelah
(Repurchase
melakukan
Dengan pengalaman yang konsumen peroleh
seperti yang dikatakan Mowen & Minor (2002)
dari suatu produk dan jasa tertentu maka akan
disebut sebagai resiko.
menimbulkan kesan positif terhadap produk tersebut
dan
konsumen
akan
melakukan
pembelian ulang (Hellier,dkk,2003).
menghalangi konsumen untuk berpindah dari produk atau jasa perusahaan saat ini kepada
Hubungan Switching Cost dengan Repurchase Intention Hasil
Switching cost adalah biaya yang
produk atau jasa competitor (Lovelock dan Wright, 2005). Artinya ketika suatu hubungan
analisis
didapatkan
untuk
ditetapkan, satu pihak akan bergantung kepada
mengetahui hubungan Switching cost dengan
pihak lain. Salah satu yang menyebabkan
repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184
switching cost tinggi adalah baiknya kualitas
dengan p value = 0,139 yang lebih kecil dari
pelayanan. Pasien akan merasa rugi saat harus
nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
berpindah berobat ke rumah sakit lain yang
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
pelayanannya tidak berkualitas. Dalam hal rugi
Switching cost dengan repurchase intention
atau tidak dalam masalah kesehatan pasti setiap
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang.
orang tidak mau mengambil resiko. Mereka akan
Biaya perpindahan merupakan biaya
mencari rumah sakit yang menurut mereka
pemutusan hubungan dalam sudut pandang
memenuhi harapan. Kualitas meliputi setiap
ekspektasi terhadap semua kerugian akibat
aspek dari suatu perusahaan dan sesungguhnya
mengentikan hubungan atau berpindah ke
merupakan suatu pengalaman emosional bagi
alternative
Biaya
pelanggan. Pelanggan ingin merasa senang
perpindahan merupakan salah satu faktor yang
dengan pembelian mereka, merasa bahwa
mendorong apakah konsumen tetap termotivasi
mereka telah mendapatkan nilai terbaik dan
untuk mempertahankan suatu pilihan atau
ingin memastikan bahwa uang mereka telah
berpindah ke alternative lain. Ketika pembeli
dibelanjakan dengan baik, dan mereka merasa
mempertimbangkan
bangga akan hubungan mereka dengan sebuah
lain
(
Harsono,2005).
alternatif
lain
dari
penggunaan selama ini maka salah satu yang
perusahaan yang bercitra mutu tinggi.
dipertimbangkan adalah implikasi biaya atau
Hubungan
Alternative
attractiveness dengan repurchase intention 419
of
Hasil mengetahui
analisis
didapatkan
hubungan
Alternative
untuk of
meliputi kepercayaan terhadap penyakit, dokter dan petugas kesehatan terutama perawat.
attractiveness dengan repurchase intention
Faktor need atau kebutuhan terhadap
pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value
pelayanan yang berkualitas tak dapat diabaikan
= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
untuk menilai daya tarik pasien terhadap
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
penggunaan rumah sakit yang ada di kota
korelasi yang signifikan antara Alternative of
Tanjungpinang. RSUD Kota Tanjungpinang
attractiveness dengan repurchase intention
merupakan salah satu rumah sakit rujukan di
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
kepulauan riau dan letaknya dekat dengan
kekuatan hubungan cukup kuat dan arah
pelabuhan. Sehingga memudahkan transportasi
hubungan positif yang artinya semakin baik
dan evakuasi pasien dari berbagai pulau dan
Alternative of attractiveness maka semakin
kepri. Tarif atau biaya, fasilitas dan pelayanan
tinggi repurchase intention.
personil merupakan faktor need dari penggunaan
Daya tarik alternatif mengacu pada reputasi, gambaran alternatif dan kualitas dari
pelayanan kesehatan selain lokasi, informasi dan kecepatan layanan yang ada.
persaingan yang ada dipasar. Seberapa banyak sesuatu yang lebih buruk atau lebih baik dalam berbagai konsumen
dimensi
atau
akan
produk
suatu
Hubungan Interpersonal Relationship dengan Repurchase Intention
alternative
(Julander
Hasil
analisis
didapatkan
hubungan
untuk
dan
mengetahui
Soderlund, 2003). Daya tarik berorientasi pada
relationship
persepsi pelanggan mengenai alternative pilihan
pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value
dari persaingan yang ada di pasar. Konsumen
= 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
membandingkan persepsi jumlah resiko yang
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
muncul dalam keputusan pembelian dengan
korelasi yang signifikan antara interpersonal
kriteria kepribadian mereka tentang seberapa
relationship
besar resiko. Kepercayaan pasien terhadap
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
pelayanan keperawatan yang ada di rumah sakit
kekuatan hubungan yang kuat
dengan
dengan
interpersonal
repurchase
repurchase
intention
intention
dan arah
hubungan positif yang artinya semakin baik 420
interpersonal
relationship
semakin
tinggi
repurchase intention
manivestasi diri sebagai perusahaan yang peduli, dapat
dipercaya,
akrab
dan
komunikatif
Hubungan interpersonal mengacu pada
(Gremler, 1995 dalam Lupiyoadi dan A.
hubungan yang dijalin antara pelanggan dan
Hamdani, 2006:198). Oleh karena itu, investasi
karyawan maupun hubungan antara sesama
hubungan khusus membantu meningkatkan
pelanggan
ketergantungan
(Jones,dkk,2000).
Hubungan
pelanggan
dan
menekan
interpersonal mengacu pada kekuatan pribadi
hambatan pindah (Jones, Mothersbaugh, dan
dikembangkan antara pelanggan dan karyawan
Betty, 2000 dalam Lupiyoadi dan A. Hamdani,
mereka
2006).
(Julander,2003).
Hubungan
interpersonal penting dalam memberikan status
Hubungan Service Recovery dengan
yang tinggi dari interaksi yang dibangun.
Repurchase Intention
Individu lebih mungkin untuk berhubungan
Hasil
analisis
didapatkan
untuk
dengan kelompok yang mempunyai hubungan
mengetahui hubungan service recovery dengan
kuat.
repurchase intention pasien diperoleh nilai r = Pelanggan dapat memperoleh manfaat
0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih kecil
psikososial dari hubungan dengan karyawan
dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
atau supplier maupun hubungan dengansesama
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
pelanggannya (Jones,dkk,2000). Ulaga dan
antara service recovery dengan repurchase
Edgert (2005) menyebutkan bahwa manfaat
intention pasien di RSUD Kota Tanjungpinang.
sosial merupakan bagian dari keseluruhan
Pemulihan layanan adalah berbagai hal
manfaat
yang
diterima
pelanggan
dalam
yang dilakukan perusahaan setelah terjadi suatu
pertukaran untuk harga yang dibayarkan. Jika
kegagalan jasa dalam pelayanan. Pemulihan
hubungan cukup kuat, maka kemungkinan
layanan terjadi ketika adanya keluhan pelayanan
pelanggan untuk tetap mengkonsumsi produk
dari pelanggan yang tidak puas akan layanan
juga tinggi, hal ini dapat dibangun melalui
dari perusahaan tersebut. Menurut Lovelock dan
interaksi antara pelanggan dan supplier saat
Wright (2007) service recovery adalah upaya
transaksi. Hubungan antar personal berarti
sistematis oleh perusahaan setelah kegagalan
hubungan psikologis dan sosial yang merupakan
jasa untuk memperbaiki suatu masalah dan 421
mempertahankan kehendak baik pelanggan.
menentukan aspek interpersonal dari kualitas,
Pemulihan layanan adalah salah satu determinan
kepuasan pasien merupakan indikator dari
signifikan kepuasan dan loyalitas pelanggan
perawatan, pengkomunikasian ke penyedia
yang tidak puas melalui kebijakan pemulihan
layanan berkaitan dengan kebutuhan dan
jasa yang efektif (Tjiptono,2007).
harapan pasien telah dipenuhi. Jadi fokus
Setiap organisasai yang berorientasi
perhatian pasien dalam pelayanan keperawatan
pada pelanggan memberikan kesempatan yang
adalah apa yang mereka rasakan sesuai dengan
luas
untuk
yang mereka harapkan. Tidak banyak pasien
menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan
memikirkan bagaimana upaya rumah sakit
mereka. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
untuk memulihkan layanan karena yang bisa
cara meletakkan kotak saran di koridor,
dirasakannya
menyediakan kartu komentar untuk diisi pasien
keperawatan saat dirawat saja. Jasa adalah
yang akan keluar, dan mempekerjakan staf
setiap tindakan atau perbuatan yang dapat
khusus untuk menangani keluhan pasien. Dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,
juga menyediakan hot lines bagi pelanggan
yang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan tidak
dengan gratis, juga dapat menambah web pages
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi
dan e-mail untuk melaksanakan komunikasi
jasa bisa berhubungan dengan produk fisik
dua arah. Informasi tersebut merupakan sumber
maupun tidak (Philip Kotler,1994).
kepeda
para
pelanggannya
gagasan yang baik yang meyakinkan pelayanan
adalah
kepuasan
pelayanan
SIMPULAN DAN SARAN
kesehatan dapat bertindak dengan cepat dalam
1. Simpulan
rangka menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
Para manajer menggunakan kepuasan
disimpulkan sebagai berikut : responden
sebagai variable yang sangat penting untuk
terbanyak berasal dari kelompok umur dewasa
mengukur pemasaran pelayanan perawatan
awal (47 %), jenis kelamin perempuan
kesehatan dengan kebiasaan atau perilaku
(51,7%), berpendidikan tinggi (69,7%), dan
pembelian
bekerja
berulang-ulang
(minat
untuk
(77,3%). Berdasarkan jarak tempat
kembali) yang menghasilkan ukuran kepuasan
tinggal sebagian besar responden didapatkan
maximal. Karena nilai dan harapan pasien
tinggal dekat dari rumah sakit (54,5%), pada 422
umumnya menggunakan asuransi (83,3 %) dan
pasien yang dinilai memiliki pengaruh
lebih dari separuh pernah dirawat (60,6 %).
paling besar dalam aspek switching
Sebagian besar switching cost tinggi (50%),
barrier terhadap minat pasien
Alternative of attractiveness tinggi (54,5%),,
penelitian ini.
interpersonal
relathionsip
baik
(60,6%),
dalam
b. Aspek dari switching barrier yang
service recovery baik (69,7%) dan switching
terkait
barrier tinggi (54,5%).
keperawatan yang perlu ditingkatkan
minat
dengan
kualitas
pelayanan
Sebagian besar pasien yang cendrung
adalah pemahaman perawat tentang
menggunakan
manajemen mutu serta aplikasi dalam
kembali
pelayanan
keperawatan yaitu sebanyak 40 orang (60,6 %).
manejemen
ruangan
mengelola
pelayanan
dalam
rangka
keperawatan
Berdasarkan analisis didapatkan ada
beserta ruang rawat yang berorientasi
korelasi antara jarak, sumber biaya dan
pada kebutuhan pasien, dengan metode
pengalaman
penugasan yang efektif maka kebutuhan
rawatan
dengan
Repurchase
Intention. Terdapat korelasi antara Alternative
pasien akan lebih terpenuhi.
of attractiveness dan interpersonal relationship
c. Melakukan evaluasi secara berkala
dengan Repurchase Intention dimana korelasi
sesuai standar yang ditetapkan rumah
yang
sakit
paling
kuat
adalah
interpersonal
mengenai
interpersonal
relationship.
relationship yaitu hubungan perawat
2. Saran
pasien dalam pelayanan keperawatan
Bagi Manajemen Keperawatan di RSUD
dan melakukan sistem keluhan dan saran
Kota Tanjungpinang
dengan customer care secara rutin
a. Untuk menjaga minat responden yang
dengan memberikan kesempatan seluas
sudah
baik
terhadap
pelayanan
luasnya pada pasien untuk memberikan
keperawatan, perlu dilakukan upaya
saran, pendapat dan keluhan. Media
peningkatan Switching Barrier secara
yang dapat digunakan meliputi kotak
terus menerus terutama dalam dimensi
saran
Interpersonal
komentar yang dapat diisi langsung.
relationship
terhadap 423
dengan
menyedikan
kartu
Bagi peneliti selanjutnya
Azwar, A, (1996), Pengantar Administrasi
Penelitian ini digunakan sebagai dasar
Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta
penelitian berikutnya dengan menggunakan
Asmuji (2012). Manajeman Keperawatan:
variabel lain yang berhubungan dengan
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta,Ar-
minat pasien seperti word of smooth, minat
Ruzz Media
mereferensikan, nilai pelangga, kepuasan
Baroroh (2010). Bloemer. J., Ko de.R., Pascal
pasien, citra rumah sakit dan-lain sebagainya
.P, (1998). Investigating Drivers of
dengan
Bank
repurchase
intention
pasien.
dapat
lebih
Pengumpulan
data
dikembangkan
dengan
Loyalty:
The
Complex
Relationship Between Image, Service
menggunakan
Quality,
and
Satisfaction,
kuesioner dan wawancara mendalam serta
International
dengan rancangan penelitian yang berbeda
Marketing, Vol 16, Issue 7 Date.
agar data atau informasi yang didapatkan
Journal
of
Bank
Borg and Gall. (1989). Educational Research,
dapat lebih akurat dan mendalam.
New York :Pinancing. Washington: The Word Bank
DAFTAR PUSTAKA Baloglu, S. (2002). “Dimensions of Customer Ahira, A. (2012) Rumah Sakit - Sejarah dan Loyalty”, Jenis-jenis
Rumah
European
Journal
of
Sakit Marketing, page 1372-1388.
http://www.anneahira.com/rumahBungin, H.M. (2009). Metodologi Penelitian sakit-20850.htm Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Andreassen, T. W. and Bodil, L. 1998. The dan Kebijakan Publik Serta Ilmu – Impact of Corporate Image on Quality, Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Penerbit customer Satisfaction and Loyalty for Kencana Customers with Varying degrees of Budiastuti. (2002). Kepuasan Pasien Terhadap Service
Expertise.
International Pelayanan
Journal
of
Service
Rumah
Sakit.
Diakses
Industry November
2009
dari
Management vol.9 No.1: 7-23. http://www.\kepuasan-pasienterhadap-pelayanan 424
rumahsakit
«
ArtikelPsikologiKlinisPerkembangand
Perilaku Konsumen, edisi pertama,
anSosial.htm
cetakan keempat, BPFE, Yogyakarta
Cronin, J., Michael G. B. & Thomas M. (2000).
Ferdinand, A. (2006), Metode Penelitian
“Assesing The Effects of Quality,
Mannajemen, Edisi Kedua, Penerbit:
Value, and Customer Satisfaction on
Badan
Con-sumer Behavioral Intentions in
Diponegoro, Semarang .
Service Envi-ronment”, Journal of
Penerbit
Universitas
Gillies. (1996). Manajemen Keperawatan: Suatu
Retailing, page 193-218. Dahlan,M.S. (2009) Statistik untuk kedokteran
pendekatan
sistem.
Penerjemah:
Sukmana,
(Edisi
2).
Dika
dan
dan kesehatan : deskriptif, bivariat,
Sukmana Widya. Philadelphia: WB
dan multivariat, dilengkapi dengan
Saunders. (Sumber asli diterbitkan
menggunakan SPSS, Jakarta : Salemba
1994)
Medika.
Griffin,
Destiana. (2006). Pengaruh Kualitas Pelayanan
J.
(2005).
Customer
Menumbuhkan & Mempertahankan
Terhadap Loyalitas Pelanggan PT. POS
Kesetiaan
INDONESIA (Persero) Kantor Pos
Erlangga, Jakarta
Tasikmalaya. Fakultas
Tesis.
Ekonomi
Tasikmalaya. Program
Loyalty:
Pelanggan.
Penerbit
Goetsch, D.L & Davis, S, (1994). Introduction to
Studi
Total Quality, Quality, Productivity,
Manajemen.
Competitiveness, Englewood Cliffs,
Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Tahun 2007.
NJ, Prentice Hall International Inc Guntur, M dan Bambang,S. (2001). Analisis
http://www.litbang.depkes.go.id/.
Service Quality Terhadap Kepuasan
Dharma, K.K (2011), Metode Penelitian
Pelanggan pada PDAM Kota Surakarta
Keperawatan: Panduan Melaksanakan
Universitas Muhammadiyah. Surakarta
dan menerapkan Hasil Penelitian,
Gunawan.A. ( 2013). Komunikasi Interpersonal
Jakarta, TIM Dharmestha,
S
dan Fasilitas Kesehatan: Pengaruhnya
dan
Manajemen
Hani
Pemasaran
H.,
(2008),
Terhadap Kepercayaan, Loyalitas dan
: Analisa 425
WOM Rumah Sakit. Jurnal bisnis
Jacobalis, S (1989). Menjaga Mutu Pelayanan
manajeme.
Rumah Sakit. Citra Windu Satria,
Gunawan, Ketut. (2009). Kualitas Layanan dan
Jakarta
Loyalitas Pasien (Studi pada Rumah
Jackovist, D.S., (1999), Ambulatory Patient
Sakit Umum Swasta di Kota Singaraja–
Satisfaction : A Systematic Approach
Bali). Jurnal ekonomi
to
Collecting
and
Reporting
Information, Journal for Healthcare Haryono, E, Hari, K. & M. Syafril, N. (2006). Hubungan Persepsi terhadap Kualitas Pelayanan dengan Minat Pemanfaatan Pelayanan Rawat Inap Puskesmas
Quality, November / December Jane et al. (2011). How satisfaction modifies the strength of the influence of perceived service quality on behavioral intentions. Journal Leadership in Health Services 24.2 : 91-105. Kotler,P., dan Keller,L., (2008), Manajemen
dan Balai Pengobatan Swasta di Pemasaran, edisi ketigabelas, jilid I Kabupaten
Tapanuli
Tengah, dan II, terjemahan Hendra Teguh,
Working
Paper
Series
No.4, Penerbit : Prenhalindo, Jakarta
Universitas Gadjah Mada. Kotle,P. (2009). Manajemen Pemasara.,Edisi Hasan Ali, (2008), Marketing, cetakan pertama, 13. Jakarta : Erlangga Penerbit : Buku Kita, Yogyakarta Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran, Hutton, J. D and Lynne, R. 1995. Healthscapes: Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: PT The Role of Facility and Physical Prenhalindo. Environment on Consumer Attitudes, Kotler, P. (1994), Marketing Management ; Satisfaction, Quality assessments, and Analysis, Planning, Implementation Behaviors. Health Care Management and
Control
(8th
ed),
Edition,
Englewood
Review 20: 48-60. International Imbalo S. Pohan. (2007). Jaminan Mutu Cliffs, Prentice Hall, New Jersey. Layanan
Kesehatan.
Cetakan
I, Kozier, B et. al. (2009). Fundamentals of
Jakarta :EGC nursing,
426
concept,
process,
and
practice. New Jersey, U.S.A : Multi
Munijaya, I.G.( 2004). Manajemen Kesehatan.
Media.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,
Leboeuf, M. (1992). Memenangkan dan Memelihara
Pelanggan.Jakarta
:
EGC M.Zid .(2013). Berobat keluar negeri tetap
Pustaka Tangga
trend. Kliping Pusat Komunikasi
Lele, M.M, dan Sheth. (1995). Pelanggan
Setjen Kementerian Kesehatan RI.
Kunci Keberhasilan. Jakarta, Mitra
Jakarta : Kompas 7 Maret 2013 edisi
Utama .
pagi hal : 13
Leebov, W & Scott, G .(1994). Service Quality Improvement
:
The
Mabow,
Customer
Satisfaction Strategy for Health
(2009).
Minat
Pembeli
Dalam
Psikologi Marquis,
B.L.
&
Huston,
C.J.
Care. American Hospital Publishing
Kepemimpinan
Inc,USA.
Keperawatan: Teori dan Aplikasi.
Lestari, dkk (2000) Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien Di Rumah
Nguyen, N and Gaston L. 2002. Contact Personnel, Physical Environment and
Lim, C.P and Nelson K.H.Tang.2000. A Study Patients
Expectation
Manajemen
Edisi keempat. Jakarta: EGC.
Sakit Pku Muhammadiyah Bantul
of
dan
(2010).
Perceived
and
Corporate
Image
of
Intangible Services by New Clients.
Satisfaction in Singapore Hospital
International
International. Journal of Health Care
Industry Management 13: 242-262.
Quality Assurance 13 No.7: 290-299.
Pemasaran.
for
Jakarta:
Service
paramedics:
language
and
interpretation; Scand J Trauma Resusc
Salemba Empat Lovelock, C and Wright, L. (2005). Principles of Service Marketing and Managemen. Mardalis.A.( 2005). Meraih Loyalitas
of
Nordby, H (2004); Communicative challenges
Lupiyoadi, R dan A. Hamdani. (2013). Manajemen
Journal
Emerg Med 12; 178-181 Nursalam.
(2011).
Keperawatan.edisi Salemba Medika.
Pelanggan. Jakarta : Balai Pustaka
427
Manajemen 3.
Jakarta
:
Oliver, R.L. (1998). Whence Customer Loyalty ?,
Journal
Of
Facilities; Vikalpa, Vol. 24, No. 4,
Marketing.
October- December 59-76 Singer et al
http://www.jstor.org/pss/1252099 Profil Rumah Sakit
Umum Daerah Kota
(2009) Shamdasani, P.N. & A.A. Balakrisnan (2000);
Tanjungpinang Tahun 2013 Profil Rumah Sakit
Determinants of Relationship Quality
Umum Daerah Kota
and Loyalty in Personalized Services;
Tanjungpinang Tahun 2013
Asia Pacific Journal of Management,
Pavarini, P, S. Sanders & M. Lindsay (2012);
17 (3), 399-422.
Health Care Reform Going Forward:
Stewart, AL,et al,(2013) AE 12 ISSN: 2302 -
What’s the Impact on Providers?
4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013
Becker’s Hospital Review, December.
Journal
Peters, J. H, (1999). Service Management, Jakarta, Trisakti University Jakarta
of
Business
an
Entrepreneurship Subihaini.
2002.
“Analisis
Konsekuensi
Peters, Thomas J & Waterman, Robert
Keperilakuan Kualitas layanan: Suatu
H, 1984, In Search of Excellence :
Penelitian Empiris.” USAHAWAN
Lessons from America’s Best-Run
No. 02 Thn XXXI Februari 2002 : 29-
Companies, New York : Harper &
37.
Row, Pub.
Suhanura,
Reichheld, F. F. (2001). Loyalty rules !.
Loyalitas
Kebidanan
dan
2008, Thesis. FKM UI. Suharno.M.
Yogyakarta
dan
Dimensi
Setiawan, S.( 2011). Loyalitas Pelanggan Jasa.
Tangibel
IPB Press, Bogor.
Shihab.(2012).
Pengaruh
Reliabilitas,
Dimensi
dan
Dimensi
Empati
Terhadap Loyalitas Pasien (Studi
Sharma, R.D. & Hardeep,C (1999); A Study of Satisfaction
Poli
Analisis
Kandungan Rumah Sakit Asri Tahun
Sangadji,E.M dan Sopiah (2013) perilaku
Patient
(2008).
Pelanggan
Harvard Business School Press, US.
konsumen pendekatan praktis. ANDI
A.
in
Kasus:
Outdoor
Pasien
Rawat
Jalan
RS
MRCCC Siloam Semanggi). Jurnal
Services of Private Health Care 428
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya
Tjiptono, F.(2001). Perspektif Manajemen dan
Vol.10 No.19 Juni 2012
Pemasaran Kontemporer, Penerbit
Sulni,dkk, (2013) . Hubungan Mutu Pelayanan
Andi, Jogyakarta.
Kesehatan Dengan Loyalitas Pasien
------------------. (2007). Manajemen Jasa.
Di Puskesmas Baranti Kabupaten
Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Sidrap Tahun 2013. Jurnal fakultas
Tjiptono,F dan Gregorius,C, (2005), Service
kesehatan
masyarakat Universitas
Quality & Satisfaction, edisi pertama,
Hasanudin Supramono
Desain
Thomas, R.K. (2005). Marketing Health
Proposal Penelitian Studi Pemasaran.
Service. Health Administration Press,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Chicago.
Supriyanto,
dan
cetakan pertama, Andi, Yogyakarta
S
Haryanto.(2003).
dan
Ernawaty.
(2010).
Trarintya,MAP. (2011). Pengaruh kualitas
Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.
pelayanan terhadap kepuasan dan
ANDI, Yogyakarta.
word of mouth ( studi kasus pasien
Swansburg. (2000). Pengantar kepemimpinan dan
managemen
rawat jalan di wing amerta rsup
keperawatan.
sanglah denpasar ). Tesis Program
Jakarta: EGC Sarwono,J
(2006).
Pasca Sarjana universitas udayana Metode
Penelitian
Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta;
denpasar. (Tidak dipublikasikan) Trisnantoro,L.
Graha Ilmu, 2006, Hal. 111) – SP Sabihaini. (2002). “Analisis Konsekuensi Keperilakuan
Kualitas
(2005).
Aspek
stretegis
manajemen rumah sakit Ulfa,R.
Layanan:
(2011). Pasien,
Hubungan Kualitas
Karakteristik Layanan
dan
Suatu Kajian Empirik”, Usahawan,
Hambatan Pindah dengan Loyalitas
hal: 29-36.
Pasien di Instalasi Rawat Jalan
Tjiptono, F. (1999). Prinsip-prinsip Total Quality
Service,
Penerbit Andi.
Rumah Sakit Tugu ibu Depok.(tidak
Yogyakarta:
dipublikasikan) Westbrook,
R.A.
"Product/Consumption-Based 429
(1987),
Affective
Responses
and
Post-
Expectations, The free press, New
Purchase Processes," Journal of
york.
Marketing Research, 24 (August), 1
pp. 258-270.
Liza Wati, S.Kep, Ns, M.Kep : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Watzlawick, P, J.B. Bavelas & D.D. Jackson (2011);
Pragmatics
Communication:
A
of
Human
study
2
Ernawati, S.Psi, M.Si : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. 3
of
Meily Nirnasari, S.Kep, Ns : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. interactional patterns, pathologies, and paradoxes; jurnal of W.W. Norton & Company Winardi. 1991. Marketing dan Perilaku Konsumen, Penerbit Mandar Maju, Bandung. Wloszczak, S, Anna, M.J. Jarost & M. Goniewicz
(2013);
communication
Professional
competences
of
paramedicspractical and educational perspectives; Annals of Agricultural and Environmental Medicine, Vol 20, No 2, 366–372 Zolnierek, K.B.H. & M.R. Dimatteo (2009); Physician
Communication
and
Patient Adherence to Treatment: A Metaanalysis; Medical Care, August; 47 (8): 826-834. Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., Berry, L.L., (1990), Delivering Quality Service : Balancing Customer Perception and 430
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2015 Nur Meity Sulistia Ayu1
ABSTRAK Mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan kemampuan individu dalam pembelajaran dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar mahaiswa yang dikenal dengan metode pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre test post test without control design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI), sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 semester 2 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang TA 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling sebanyak 36 responden. Uji paired sample t-test dengan p-value ≤ 0,05 menunjukkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran ATI (p-value = 0,000 < 0,05) terhadap peningkatan motivasi belajar ilmu keperawatan dasar mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015. Sedangkan hasil uji multivariat melalui uji one way anova untuk data pre-test, post-test dengan p value 0,05 menunjukkan bahwa kelompok kemampuan yang memiliki peningkatan motivasi belajar paling baik dibandingkan kelompok kemampuan lainnya adalah kelompok kemampuan tinggi dan rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran ATI berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan kelompok kemampuan yang memiliki peningkatan motivasi paling baik adalah kelompok tinggi dan rendah. Kata kunci
: Aptitude treatment interaction (ATI), motivasi belajar, mahasiswa
ABSTRACT Accommodate and appreciate individual differences in learning ability required a learning model that can enhance learning motivation mahaiswa known methods of learning aptitude treatment interaction (ATI). This study aimed to determine the effect of learning model aptitude treatment interaction (ATI) to increase student motivation to learn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research is a quasi-experimental design with pre test post test without control design. The independent variables in this study is a model of learning aptitude treatment interaction (ATI), while the dependent variable is the motivation to learn. The population in this study were all students of STIKES Hang Tuah Tanjungpinang of Academic Year 2014/2015. Consecutive sampling was used for 36 respondent. Paired samples t-test with a p-value ≤ 0.05 indicates that there is influence learning methods ATI (p-value = 0.000 <0.05) increased learning motivation. While the results of multivariate analysis through one way aNOVA test 0.05 indicates that group has an increased ability to learn best motivation than among other capabilities are high and low ability groups. The study concluded that the learning method ATI affect the increased motivation to learn and the ability to have an increased motivation is best high and low groups. Key words : Aptitude treatment interaction (ATI), motivation to learn, students
431
PENDAHULUAN
127 negara di dunia. Penurunan peringkat ini
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat
menjadi cerminan bahwa kualitas pendidikan di
penting bagi manusia. Sehingga di Indonesia,
Indonesia
pendidikan
(Kompas, 2011).
diatur
dalam
Undang-Undang
harus
lebih
ditingkatkan
lagi
tersendiri mengenai sistem pendidikan Nasional
Sesuai dengan masalah pendidikan tersebut
yang berbunyi : "Pendidikan Nasional berfungsi
serta memperhatikan isu dan tantangan masa
mengembangkan kemampuan dan membentuk
kini serta kecenderungan di masa depan, maka
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
dalam rangka mencerdaskan dalam kehidupan
daya
bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan
pendidikan yang unggul. Pendidikan yang
potensi peserta didik agar menjadi manusia
unggul yang dimaksud yaitu pendidikan yang
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
dapat mengembangkan potensi dan kapasitas
Yang Maha Esa, yang berakhlak mulia, sehat,
peserta didik secara optimal.
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara
yang
demokratis
serta
manusia
Beberapa
(SDM),
saat
perlu
yang
diciptakan
lalu,
kurikulum
pendidikan 2013 secara resmi disosialisaikan
bertanggung jawab (UUSPN No. 20 tahun
dan
2003).
Indonesia. Termasuk kurikulum 2013, dalam 10
Meninjau realitas saat ini, pendidikan di
akan
tahun
diimplementasikan
terakhir,
kurikulum
ke
seluruh
pendidikan
di
Indonesia berada dibawah standar pendidikan
Indonesia berganti sebanyak 3 kali. Pertama,
internasional. Berdasarkan data laporan dalam
tahun
Education For All (EFA) Global Monitoring
Kompetensi)
Report 2011 yang dikeluarkan PBB bidang
pendidikan, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan, UNESCO, menunjukkan bahwa
Pendidikan) pada tahun 2006. Yang menjadi
indeks pembangunan pendidikan (Education
alasan pergantian KTSP ke Kurikulum 2013
Development Index/EDI) Indonesia menurut
menurut kementrian pendidikan adalah karena
data tahun 2008 adalah 0,934. Indeks ini
tuntutan zaman.
2004
KBK
(Kurikulum
digunakan
sebagai
Berbasis acuan
mengantarkan peringkat Indonesia dalam hal
Karena zaman berubah, maka kurikulum
pendidikan menurun dari 65 menjadi 69 dari
harus lebih berbasis pada penguatan penalaran, 432
bukan lagi hafalan semata. Hal ini mengacu
dan model kelompok. Penerapan belajar tuntas
pada survei Trends in International Math and
dalam KBK dapat menggunakan dengan teknik
Science oleh Global Institute pada tahun 2007
model
yang menyimpulkan hanya 5 persen siswa
interaction (ATI) (Nurdin, 2005).
Indonesia yang mampu mengerjakan soal
pembelajaran
Banyak
aptitude
peneliti
yang
treatment
mencoba
berkategori tinggi yang memerlukan penalaran
mendiskripsikan dan menghubungkan gaya
dan
dapat
belajar. Diantara penelitian yang mengangkat
mengerjakan soal berkategori rendah yang
tema gaya belajar seperti; penelitian Adel, et.al.
hanya memerlukan hafalan (Rianto, 2013).
(2003)
78
persen
Meskipun
siswa
sejak
DEPDIKNAS
Indonesia
2004
telah
yang
yang
bermaksud
membandingkan
lalu
kecenderungan gaya belajar menemukan bahwa
mendeklarasikan
mahasiswa program studi akuntansi cenderung
diberlakukannya pendidikan KBK diseluruh
memiliki
lembaga pendidikan di Indonesia, namun model
dibandingkan
pembelajaran
yang
manajemen dan mahasiswa bisnis, sehingga
sekolah
ini
saat
diterapkan
mahasiswa
yang program
berbeda studi
perbedaan gaya belajar tersebut mempengaruhi
berbentuk pembelajaran biasa yang bersifat
strategi dosen pengampu dalam menyajikan
konvensional.
penelitian
mata kuliah. Menurut penelitian Pujiningsih
pembelajaran
(2007) preferensi gaya belajar mahasiswa yang
konvensional belum mampu menjadikan semua
bermaksud mengidentifikasi kecenderungan
mahasiswa dikelas bisa menguasai kompetensi
gaya belajar dan perbedaan gaya belajar. Hasil
minimal yang telah ditetapkan.
penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak
Berbagai bahwa
umumnya
belajar
masih
menyatakan
pada
disekolah-
gaya
hasil
model
Dalam mengimplementasi KBK, kegiatan
adanya
perbedaan
gaya
belajar
diantara
pembelajaran harus berpusat pada mahasiswa,
mahasiswa ketiga prodi tersebut menunjukkan
berlangsung
mendidik,
kecenderungan gaya belajar yang sama yaitu
menyenangkan dan menantang dengan berbasis
perceptive dan reflector. Penelitian tersebut
prinsip pedagogis dan andragogis.Dalam KBK
tidak menghubungkan kecenderungan gaya
itu terdapat belajar tuntas, dalam belajar tuntas
belajar terhadap hasil belajar.
dalam
suasana
itu terdapat dua model yakni : model individual 433
Namun penelitian sebagaimana diuraikan diatas, cenderung hanya menganggap gaya
yang memotivasi mahasiswa belajar (Makmun, 2012).
belajar sebagai suatu proses penerimaan
Menyamaratakan pembelajaran bagi
pembelajaran saja tanpa adanya tindak lanjut.
semua kelompok kemampuan mahasiswadirasa
Begitu
tidaklah
juga
dengan
penelitian
yang
adil,
karena
semestinya
setiap
menghubungkan gaya belajar dengan variabel
kelompok kemampuan mendapatkanlayanan
lain. Kita tahu bahwa gaya belajar merupakan
pembelajaran yang berbeda sesuai dengan
cara yang dianggap paling efektif dalam
kemampuan masing-masing(Nurdin, 2005).
menerima dan memperoses informasi yang
Aptitude Treatment Interaction (ATI) mengarah
bersifat individual dan psikologis sehingga
pada bagaimana interaksi atau hubungan antara
dalam pengkajian gaya belajar tidak cukup
bakat dengan perlakuan pada masing-masing
dengan angket yang memuat indikator sifat-
mahasiswa karena kemampuan awal atau bakat
sifat individu yang selanjutnya dikaitkan
mahasiswa
dengan gaya belajar.
karakteristik mahasiswa tersebut. Oleh karena
(aptitude)
mencerminkan
Setiap individu memiliki cara sendiri yang
itu, perlu diberikan perlakuan (treatment) yang
dianggap paling mudah dalam belajar. Ada juga
sesuai dengan karakteristiknya agar proses
pengaruh motivasi pada belajar sebagaimana
pembelajaran mencapai keberhasilan. Sehingga
menurut (Makmun, 2012) motivasi timbul dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
berkembang dengan jalan datang dari dalam diri
menuntut kemampuan setiap individu sesuai
individu itu sendiri (intrinsik) dan datang dari
pendidikan yang dijalani dapat termotivasi dan
lingkungan
motif
tercapai visi dan misi pendidikan saat ini
tumbuh dan berkembangnya motivasi dibagi
(Nurdin, 2005). Sedangkan Kurikulum yang
atas motif
diterapkan
(ekstrinsik)
sedangkan
primer dan motif skunder.
di
STIKES berbasis
Hang
Tuah
Berkenaan dengan itu maka diperlukan suatu
Tanjungpinang
konsep dasar yang berkaitan dengan bagaimana
dilaksanakan
cara terbaik yang dapat diterapkan untuk
menunjukkan bahwa suatu indikasi perlunya
membelajarkan siswa dan faktor pendukung
perkembangan
pada
kompetensi
tahun
pendidikan
ini.
dari
baru
Dan
ini
sistem
pembelajarannya. Sistem KBK yang diterapkan 434
di
STIKES
Hang
banyak
rata dibawah standar dengan 4 mahasiswa
menggunakan metode ceramah dan diskusi
kurang dari sebagian (57%) tidak memuaskan
yang kadang menyamaratakan kemampuan
dan 3 mahasiswa kurang dari sebagian (43%).
mahasiswa untuk dituntut dapat memahami
Hasil wawancara pada mahasiswa tersebut yang
pembelajaran serta bersifat aplikatif. Hal ini
dikategorikan rendah ini didapatkan bahwa
tentunya kurang adil bagi kelompok mahasiswa
mereka tidak bisa mengikuti cara belajar teman-
yang memiliki kemampuan yang rendah
temannya, dan terkadang malu untuk bergabung
dibandingkan kemampuan diatasnya. Oleh
seakan mereka tidak bisa. Sehingga mereka
karena itu, pendidikan dengan sistem KBK ini
terbiasa mempelajari sendiri namun tidak
perlu didukung dengan suatu metode yang
sepaham dengan kemampuan diatas mereka.
memperhatikan
Tuah
keragaman
masih
kemampuan
Dari uraian di atas, penulis tertarik,
individu, dimana hal ini masih dalam lingkup
berinisiatif,
KBK
penelitian untuk mengetahui pengaruh metode
dengan
pembagian
kelompok
dan
perlakuan yang berbeda tiap kelompok.
dan
akhirnya
mengadakan
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
Berdasarkan hasil wawancara kepada
(ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar
19 orang responden mahasiswa program studi
STIKES Hang TuahTanjungpinang tahun 2015.
S-1
keperawatan
STIKES
Hang
Tuah
Tanjungpinang Semester II didapatkan bahwa
BAHAN
DAN
METODE
PENELITIAN
pada umumnya (100%) mengatakan metode
Desain penelitian yang digunakan pada
pembelajaran ATI ini belum pernah diterapkan
penelitian ini adalah Quasy Experiment Design,
di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang dan
pre and post test without control group design.
mereka juga belum pernah mendengar istilah
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
metode pembelajaran ATI. Dan mengatakan
mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
bahwa sistem pengajaran di STIKES Hang
dengan metode consecutive sampling pada 36
Tuah didominasi dengan ceramah konvensional
responden. Penelitian ini dilaksanakan selama 6
dan penugasan jika pengajar berhalangan untuk
bulan pada bulan Oktober 2014 s/d April 2015.
hadir. Dari 19 mahasiswa yang diwawancarai terdapat 7 mahasiswa yang memiliki nilai rata435
HASIL PENELITIAN
kelompok tinggi hanya didapatkan kurang dari
1. Karakteristik Responden Berdasarkan
sebagianyaitu 6 orang responden (17%).
Kelompok Kemampuan (Aptitude). Berdasarkan nilai
2. Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan
aptitude testing
Pembelajaran Dengan Metode ATI.
dengan caramenginventarisasi hasil belajar
Dari hasil penelitian yang dilakukan
seluruh siswa di kelas. Hal ini dilakukan
didapati hasil distribusi sebagai berikut :
dengan cara mengujisiswa dengan soal
Tabel 2
pengetahuan
satu
tingkat
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
dibawah
Motivasi Sebelum Diberikan Pembelajaran ATI
pengetahuan mereka saat ini.
Tahun 2015
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan KelompokKemampauan (Aptitude)
MOTIVASI NO
KRITERIA
Tahun 2015
NO
KELOMPOK
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Tinggi
6
17%
2
Sedang
16
44%
3
Rendah
14
39%
TOTAL
36
100%
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Baik
18
50%
2
Tidak Baik
18
50%
TOTAL
36
100%
Berdasarkan
tabel
2
di
atas,
karakteristik responden berdasarkan tingkat motivasi memiliki jumlah responden yang sama
Berdasarkan tabel 1 diatas, karakteristik responden berdasarkan kemampuan kurang dari sebagian yaitu 16 orang responden (44%) memiliki karakteristik
kemampuan responden
lebih dari sebagian yaitu 18 responden (50%) memiliki tingkat motivasi baik dan tidak baik sebelum diberikan pembelajaran ATI. Tabel 3
sedang.Sementara berdasarkan
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan Pembelajaran ATI
kemampuan rendahdidapatkan kurang dari Tahun 2015
sebagian yaitu 14 orang responden (39%) dan
436
MOTIVASI NO
KRITERIA FREKUENSI
PERSENTASE
1
Baik
30
83%
2
Tidak Baik
6
17%
TOTAL
36
100%
3. Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan Pembelajaran Dengan Metode ATI.
MOTIVASI NO
Berdasarkan tabel 3 di atas, karakteristik
APTITUDE
BAIK
TIDAK BAIK
F
%
F
%
1
Tinggi
6
33%
0
0%
motivasi,
2
Sedang
10
56%
6
33%
sebagian besar yaitu 30 responden (83%)
3
Rendah
2
11%
12
67%
TOTAL
18
100%
18
100%
responden
berdasarkan
tingkat
memiliki tingkat motivasi baik sedangkan karakteristik responden berdasarkan tingkat motivasi
kurang
dari
sebagian
yaitu
6
Berdasarkan tabel 4 di atas, karakteristik
responden (17%) memiliki tingkat motivasi
responden berdasarkan kemampuan (aptitude)
tidak baik setelah diberikan pembelajaran ATI.
dan
4.
Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan
pembelajaran ATI lebih dari sebagian yaitu 12
Pembelajaran Dengan Metode ATI
responden (67%) memiliki tingkat motivasi
Berdasarkan Kelompok Kemampuan
tidak baik dan kurang dari sebagian yaitu 2
(Aptitude) Peserta Didik.
responden 11%) memiliki tingkat motivasi baik
tingkat
motivasi
sebelum
diberikan
pada kelompok rendah. Sementarakurang dari Tabel 4 Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok
sebagian yaitu 6 responden (33%) memiliki tingkat motivasi tidak baik pada kelompok sedang dan lebih dari sebagian yaitu 10
Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik
responden (56%) memiliki tingkat motivasi Tahun 2015
baik pada kelompok sedang.
437
5.
Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan
tingkat motivasi tidak baik dan kurang dari
Pembelajaran Dengan Metode ATI
sebagian yaitu 12 responden (33%) memiliki
Berdasarkan Kelompok Kemampuan
tingkat motivasi baik pada kelompok sedang.
(Aptitude) Peserta Didik.
Analisis
bivariat
pada
penelitian
ini
Tabel 5
menggunakan uji Paired Sample T-Test yang
Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan
termasuk ke dalam uji statistik parametrik. Pada
Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok
statistik
Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik
parametrik,
datanya
berdistribusi
normal dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
Tahun 2015
0,000 lebih kecil dari nilai ρ= 0,05 dan variasi
MOTIVASI datanya homogen. TIDAK NO
Tabel 6
APTITUDE BAIK
BAIK
Tingkat Motivasi Sebelum dan Sesudah
F
%
F
%
Diberikan Pembelajaran ATI Peserta DidikTahun 2015
1
Tinggi
6
17%
0
0%
2
Sedang
12
33%
2
6%
3
Rendah
12
33%
4
11%
TOTAL
30
83%
6
17%
Variabel Mean
Berdasarkan karakteristik
tabel
responden
5
di
atas,
Min
Maks ρvalue
SD Motivasi
Pretest
3.7
0.3
3.7
4.2
Posttest
4.4
0.5
3.8
5.0
0.000
berdasarkan
kemampuan (aptitude) dan tingkat motivasi sesudah diberikan pembelajaran ATI kurang dari sebagian yaitu 4 responden (11%)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
memiliki tingkat motivasi tidak baik dan kurang
untuk motivasi sebelum pembelajaran ATI,
dari sebagian yaitu 12 responden (33%)
peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-
memiliki
pada
rata 3,7. Sedangkan setelah pembelajaran ATI,
kemampuan rendah. Sementara kurang dari
peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-
sebagian yaitu 2 responden (6%) memiliki
rata 4,4. Terlihat bahwa probabilitas atau ρ
tingkat
motivasi
baik
438
value 0,000. Karena 0,000 < 0,05, maka H0
value, sebesar 0.001 < 0.05. Hal ini berarti H 0
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa motivasi
ditolak,
sebelum
kelompok mempunyai rata-rata yang berbeda.
dan sesudah pembelajaran
ATI
kesimpulannya
terdapat
bahwa
perbedaan
berbeda secara nyata.Atau, pembelajaran ATI
Artinya
tersebut efektif dalam peningkatan motivasi
motivasi belajar yang signifikan peserta didik
belajar secara bermakna.
kemampuan tinggi, sedang dan rendah sebelum
peningkatan
Analisis multivariat dalam penelitian ini
dilakukan perlakuan dengan peserta didik
menggunakan ujiOne Way Anova dimana uji
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah setelah
tersebut digunakan untuk mengetahui ada
dilakukan perlakuan metode pembelajaran ATI.
tidaknya perbedaan rata-rata antara
Tabel 8
tiga
variabel bebas (independent) yang dalam hal ini
Hasil Uji Post Hoc Data Normal Gain Angket
adalah metode pembelajaran ATI yang dibagi
Motivasi Belajar Per Kelompok Kemampuan
menjadi tiga kelompok kemampuan dengan satu variabel terikat (dependent) sebagai
MEAN NO
ρvalue
KLP DIF
motivasi belajar. Tabel 7
1
Motivasi Belajar Per Kelompok Kemampuan
2
ρ MEAN SD MIN
0.8*
0.002
RENDAH
0.3
0.372
TINGGI
-0.8*
0.002
RENDAH
-0.5*
0.004
TINGGI
-0.31
0.372
0.5*
0.004
SEDANG
MOTIVASI KLP
SEDANG TINGGI
Hasil Uji ANOVA Data Normal Gain Angket
NO
semua
3
RENDAH SEDANG
MAX value
Untuk melihat kelompok mana yang lebih
1
TINGGI
0.9
0.1
0.9
1.0
baik
2
SEDANG
0.2
0.3
0.1
0.8 0.001
keperawatan dasar, maka harus dilanjutkan
3
RENDAH
0.7
0.4
0.2
0.9
dengan uji Post Hoc.
TOTAL
1.8
0.8
1.22
2.76
Berdasarkan tabel 7 dari hasil pengujian diperoleh output yang menunjukkan bahwa ρ 439
peningkatan
motivasi
belajar
ilmu
Dengan melihat ada tidaknya tanda * pada kolom Mean Difference, terlihat
berhubungan
hasrat,
keinginan,
dorongan dan tujuan (Notoatmodjo, 2010).
bahwa:
Motivasi juga merupakan keseluruhan
1) Mean dari kelompok sedang berbeda secara nyata dengan kelompok tinggi dan rendah 2) Mean dari kelompok rendah berbeda secara nyata dengan kelompok sedang
nyata dengan kelompok sedang. tabel
Post
Hoc
memperlihatkan bahwa
daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan
3) Mean dari kelompok tinggi berbeda secara
Dari
dengan
memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat
Testdi
atas
tercapai (Haryanto, 2010)
kelompok yang
Pendapat lain menurut John Elder dalam
menunjukan adanya perbedaan rata-rata
Notoatmodjo (2010) mendefinisikan motivasi
motivasi belajar paling dominan (ditandai
sebagai
dengan tanda bintang "*") adalah Kelompok
lingkungan sehingga dapat meningkatkan,
tinggi, sedang dan rendah.
menurunkan atau mempertahankan perilaku.
PEMBAHASAN
:
interaksi
antara
perilaku
dan
Definisi ini lebih menekankan pada hal-hal
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum
yang
dapat
diobservasi
dari
proses
dilakukan pembelajaran Aptitude Treatment
motivasi.Sedangkan secara psikologi, berarti
Interaction (ATI)lebih dari sebagian yaitu
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
18orang responden (50%) memiliki tingkat
kelompok orang tergerak melakukan sesuatu
motivasi tidak baik dan baik yang berdasarkan
karena
hasil pengukuran dengan menggunakan lembar
dikehendakinya,
observasi dan kuesionerAttention, Confident,
dengan perbuatannya.
Relevance, Satisfaction (ACRS).
ingin
mencapai atau
tujuan
mendapat
yang
kepuasan
Seseorang mendapat dorongan untuk
Motivasi secara umum mengacu pada
melakukan suatu aktivitas didasari atas adanya
adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan
bioghenic theoriesdan
kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu,
Bioghenic theories yang menyangkut proses
dalam
biologis lebih menekankan pada mekanisme
mempelajari
motivasi
kita
akan
440
sociogenic theories.
pembawaan biologis. Sedang yang sociogenic
pembelajaran
theories lebih menekankan adanya pengaruh
motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang
kebudayaan
Tuah Tanjungpinang Tahun 2015.
atau
kehidupan
masyarakat
(Haryanto, 2010).
ATI
terhadap
peningkatan
Hal ini berkelanjutan juga dengan hasil
Dengan demikian, dapatlah ditegaskan
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
bahwa motivasi, akan selalu terkait dengan soal
Agustina (2010) yang melakukan penelitian
kebutuhan. Sebab kebutuhan seseorang akan
berjudul hubungan minat dan motivasi menjadi
terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada
perawat
sesuatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut timbul
mahasiswa program studi DIII keperawatan
karena adanya keadaan yang tidak seimbang,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi
tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut
Husada
suatu kepuasan.Hal ini menunjukkan bahwa
dianalisis dengan derajat kemaknaan α =
kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah-
0,01,ada hubungan yang signifikan antara minat
ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu
dengan prestasi belajar karena diperoleh r
sendiri.
hitung > r tabel yaitu 0,764 >0,159 (ρ= 0.0002) Perlu ditegaskan,
dengan
prestasi
Tulungagung
Tahun
belajar
2010,
pada
data
bahwa motivasi
ada hubungan yang signifikan antara motivasi
tujuan.
Dengan
dengan prestasi belajar karena diperoleh r
demikian, motivasi mempengaruhi adanya
hitung > r tabel yaitu 0,632 > 0,159 (ρ= 0.0003)
kegiatan. Sehubung dengan hal tersebut ada tiga
ada hubungan yang signifikan antara minat dan
fungsi motivasi yaitu mendorong manusia
motivasi secara bersama – sama dengan prestasi
untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan
belajar dengan nilai F hitung > dari F tabel yaitu
menyeleksi perbuatan (Sardiman, 2011).
103,58> 4,78.
bertalian
dengan
suatu
Responden yang memiliki tingkat Berdasarkan hasil penelitian, terdapat motivasi
tidak
baik
disebabkan
karena
adanya pengaruh antara metode pembelajaran kurangnya motivasi didalam dirinya atau ATI dengan peningkatan motivasi belajar. motivasi intrinsik yang merupakan produk dari Dimana Ho ditolak yang berarti adanya pemikiran, harapan dan tujuan seseorang. pengaruh yang bermakna antara metode Menurut Nurdin (2005) “Model pembelajaran 441
Aptitude-treatment Interaction (ATI) adalah
sesudah pembelajaran ATI berbeda secara
suatu konsep atau pendekatan yang memiliki
nyata.Atau, pembelajaran ATI tersebut efektif
sejumlahstrategi pembelajaran (treatment) yang
dalam peningkatan motivasi belajar secara
efektif digunakan individu tertentu sesuai
bermakna.
dengan kemampuan masing-masing”. PENUTUP (2005)
Nurdin
menyatakan
“Model A. Kesimpulan
pembelajaran Aptitude-Treatment Interaction Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : (ATI)
bertujuan
untuk
menciptakan
dan 1. Karakteristik
responden
berdasarkan
mengembangkan suatu model pembelajaran kemampuankurang dari sebagian yaitu yang betul-betul peduli dan memperhatikan 16orang keterkaitan
antara
kemampuan
responden
(44%)
memiliki
(aptitude) kemampuan
sedang.
Sementara
karakteristik
responden
berdasarkan
seseorang dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan model pembelajaran kemampuan kurang dari sebagian yaitu 14 (treatment)”. Untuk mencapai tujuan tersebut orang
responden
(39%)
memiliki
model pembelajaran ATI berupaya menemukan kemampuan rendah
dan kurang dari
dan memilih sejumlah pendekatan, metode atau sebagianyaitu 6 orang responden (17%) cara, strategi yang akan digunakan sebagai memiliki kemampuan tinggi. perlakuan
(treatment)
yang
tepat,
yaitu 2. Karakteristik
responden
berdasarkan
perlakuan yang sesuai dengan perbedaan tingkat motivasi sebagian besar yaitu 30 kemampuan siswa. responden (83%) memiliki tingkat motivasi Oleh
sebab
itu,
motivasi
sebelum baik sedangkan karakteristik responden
pembelajaran ATI, peserta didik mempunyai berdasarkan tingkat motivasikurang dari nilai motivasi rata-rata 3,7306. Sedangkan sebagian yaitu 6 responden (17%) memiliki setelah pembelajaran
ATI,
peserta didik tingkat
mempunyai
nilai
motivasi
motivasi
tidak
baik
setelah
rata-rata diberikan pembelajaran ATI.
4,3661dengan probabilitas atau p value 0,000. 3. Pada Karena 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak. Dapat
kelompok
pembelajaran
disimpulkan bahwa motivasi sebelum dan 442
ATI,
setelah
dilakukan
hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
sedang dan rendah sebelum diberikan
Pembelajaran dengan Metode Aptitude
perlakuan dengan kelompok kemampuan
Treatment Interaction (ATI) Terhadap
yang sudah diberikan perlakuan.
Peningkatan Motivasi Belajar Mahasiswa B. Saran STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Hal 1. Karena telah terbukti terdapat pengaruh ini dibuktikan oleh hasil ρ value= 0,000, metode
pembelajaran
ATI
terhadap
yang mana lebih kecil nilainya dari 0,05, peningkatan
motivasi
belajar
maka
maka keputusannya Ho Ditolak yang diharapkan kepada tenaga pendidik dan artinya ada pengaruh yang bermakna antara tenaga kependidikan maupun pembaca metode
pembelajaran
ATI
terhadap dapat menggunakan metode pembelajaran
peningkatan motivasi belajar STIKES ATI yang memperhatikan keseragaman Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015. kemampuan individu dalam meningkatkan 4. Hasil uji statistik dengan uji One Waymotivasi belajar peserta didik selain ANOVA
berdasarkan
kelompok pembelajaran konvesional.
kemampuan peserta didik bahwa semua 2. Selain kelompok
mempunyai
rata-rata
sasarannya
kepada
individu
yang diharapkan
Dinas
Pendidikan
dan
berbeda. Artinya terdapat peningkatan Kebudayaan
(DIKBUD)
dapat
motivasi belajar yang signifikan antara mengembangkan
informasi
mengenai
peserta didik kemampuan tinggi, sedang pembelajaran dengan metode Aptitude dan rendah sebelum dilakukan perlakuan Trearment
Interaction
(ATI)
sebagai
dengan peserta didik kemampuan tinggi, metode pembelajaran dalam meningkatkan sedang, dan rendah setelah dilakukan motivasi belajar peserta didik, sehingga perlakuan metode pembelajaran ATI. Hal peserta didik berpacu dalam meningkatkan ini dibuktikan oleh hasil ρ value = 0.001, kemampuan individu untuk menunjang yang mana lebih kecil nilainya dari 0.05, dunia pendidikan maka keputusannya Ho Diterima yang 3. Diharapkan bagi peneliti lain agar terus berarti ada perbedaan rata-rata terhadap mengembangkan semua
kelompok
kemampuan
tinggi, 443
penelitian
tentang
penggunaan metode pembelajaran ATI
Education
terhadap peningkatan motivasi belajar
Standford
dengan
membandingkan
metode
pembelajaran
penggunaan lain
Univercity
Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodologi
dalam
Penelitian Keperawatan. Jakarta :
meningkatkan motivasi belajar.
Trans Info Media
KEPUSTAKAAN
Djamarah, B, S, (2010). Strategi Belajar
Agustiana, Sri, (2010). Hubungan Minat dan
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Motivasi menjadi Perawat dengan
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi
Prestasi Belajar pada Mahasiswa
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Program Studi D III Keperawatan di
Cipta
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan
Hutama Abdi Husada Tulungagung.
Metodologi
Skripsi
Keperawatan.
tidak
diterbitkan
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi Husada Tulungagung. Arikunto,
Suharsimi,
(2010).
PD,
(2013).
Penelitian Edisi
1.
Ilmu Jakarta
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Manajemen
Keperawatan :
Efektivitas
Pendekatan Praktis.
Jakarta : Salemba.
Metode
Pembelajaran
Aptitude
Treatment
Interaction
(ATI)
Terhadap
Oemar
Hamalik.
2003.
Proses
belajar
Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara. Rianto, (2013). Perubahan Kurikulum menjadi
Peningkatan Pemahaman Konsep dan
Kurikulum
Motivasi Belajar Matematika Peserta
http://www.kurikulumindonesia.com/
Didik.
Diakses: 20 April 2014.
Cronbach, L. J., Snow, R.1969. Final Report
(2nded.). Jakarta : Kencana.
Ability as a Function of Intructional California:
School
2013.
Santrock, J.W. (2008). Educational psychology,
Individual Differences in Learning
Variables.
:
Salemba Medika
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Astuti,
Stanford
of
444
Sardiman, AM. (2011). Interaksi dan Motivasi
Winkel. W. S. (2007). Psikologi Pengajaran.
Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Yogyakarta : Media Abadi Woolfolk, Anita. 2004. Educational
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor – Faktor
Psychology (Ninth Edition). Boston:
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Allyn and Bacon Woolfolk, Anita. 2009. Educational
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan:
Psychology: Active Learning Edition
Teori dan Praktek (Edisi Kedelapan).
(Edisi Sepuluh). Yogyakarta : Pustaka
Jakarta: PT Indeks
Pelajar
Sutikno, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar. 1
Bandung : PT. Refika Aditama Syafruddin, N, (2005). Model Pembelajaran yang
Memperhatikan
Individu Berbasis
Siswa
Keragaman
Dalam
Kompetensi.
M. Kep, CWT : Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Kurikulum Ciputat
:
Quantum Teaching Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya UNPAD. Diskusi Edufest 2011 Tentang Kritisi Mutu
Pendidikan.
Artikel
Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns,
:
http://www.unpad.ac.id/archives/4623 3. Diakses : 10 Januari 2014 Wati, Lidya, (2013). Panduan Penyusunan Metodologi Riset Keperawatan. Skripsi Tidak Diterbitkan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tanjungpinang
445
PEMBERIAN TEKNIK MULLIGAN DAN SOFT TISSUE MOBILIZATION LEBIH BAIK DARIPADA HANYA SOFT TISSUE MOBILIZATION DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI EKSTENSI, ROTASI, LATERAL FLEKSI CERVICAL PADA MECHANICAL NECK PAIN Sudaryanto Jl. Bendungan Bili-Bili No. 1 Karunrung (Akper Tidung), Makassar, Sulawesi Selatan Fisioterapis-Poltekkes Negeri Makasar
[email protected] ABSTRAK Latar belakang: Mechanical neck pain merupakan kasus yang memiliki prevalensi yang sama tingginya dengan low back pain, dan banyak dijumpai di berbagai lahan praktek fisioterapi. Kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization merupakan salah satu teknik manual terapi yang sangat efektif dan efisien di dalam menangani kasus mechanical neck pain namun masih sangat jarang digunakan oleh fisioterapis di lahan praktek. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antara teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya Soft Tissue Mobilization terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain. Metode: Desain penelitian ini adalah pre test – post test control group design dengan menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok kontrol yang diberikan intervensi Soft Tissue Mobilization dan kelompok perlakuan yang diberikan kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah goniometer, dimana goniometer digunakan untuk mengukur lingkup gerak ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical baik sebelum intervensi maupun sesudah intervensi. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel yaitu 16 orang pada kelompok kontrol dan 16 orang pada kelompok perlakuan. Sampel pada kelompok kontrol memiliki usia rata-rata sebesar 35,69 dengan laki-laki sebanyak 7 orang (43,8%) dan perempuan sebanyak 9 orang (56,2%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 12 orang (75%) dan keterbatasan kiri sebanyak 4 orang (25%). Sedangkan pada kelompok perlakuan memiliki usia rata-rata sebesar 35,94 dengan laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) dan perempuan sebanyak 6 orang (37,5%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 11 orang (62,5%) dan keterbatasan kiri sebanyak 5 orang (31,2%). Hasil: Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji independent sampel ttest menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok kontrol dan rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok perlakuan, dengan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang lebih besar secara signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue Mobilization pada mechanical neck pain. Kesimpulan: Dengan demikian dapat ditarik simpulan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada hanya Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain. Kata kunci
: mechanical neck pain, teknik mulligan, soft tissue mobilization
ABSTRACT Background: Mechanical neck pain has the same high prevalence with low back pain, and commonly found in many of physiotherapy practice. Combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization are one of manual therapy technique highly effective and efficient to care the case of mechanical neck pain but still very rarely used by physiotherapist in fields of practice. Objective: This study aimed to know the effectiveness between Mulligan technique – Soft Tissue Mobilization and only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion extension, rotation and side flexion cervical on the mechanical neck pain. Method: The study design was a pre test – post test control group design using two group of samples are control groups that given intervention Soft Tissue Mobilization and treatment groups that given a combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization. Measuring instrument used for data collection was goniometer, that the goniometer was used to measure the range of motion extension, rotation and lateral flexion of the cervical either before the intervention and after the intervention. Sample of this study was 32 people who divided into 2 groups of samples were 16 people
446
in the control group and 16 people in the treatment group. Samples in the control group had a mean age of 35,69 with male of 7 people (43,8%) and female of 9 people (56,2%) as well as limitations of the right direction were 12 people (75%) and left direction were 4 people (25%). Whereas in the treatment group had e mean age of 35,94 with male of 10 people (62,5%) and female of 6 people (37,5%) as well as limitations of the right direction were 11 people (62,5%) and left direction were 5 people (31,2%). Result: The results of hypothesis testing using independent sampel t-test showed a significant difference between the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral flexion of the control groups and the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral flexion of the treatment groups, with value p < 0,05. It is suggests that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization resulting increase range of motion extension, rotation, and side flexion of the cervical that significantly greater than only Soft Tissue Mobilization on the mechanical neck pain. Conclusion: Thus, it can be concluded that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization better than only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion extension, rotation, and side flexion cervical on the mechanical neck pain.
Key words : mechanical neck pain, mulligan technique, soft tissue mobilization
spesific neck pain yang biasa dinamakan secara
PENDAHULUAN Secara
mekanikal,
cervical
spine
sederhana dengan istilah “mechanical neck
merupakan regio yang paling mobile dan pain”. Mechanical neck pain mencakup kondisi memiliki peluang terjadinya perubahan beban minor strain/sprain pada otot dan ligamen serta mekanikal kaitannya dengan perubahan posisi disfungsi facet joint. Kebiasaan postur yang kepala dan perubahan postur cervicothoracal. jelek
merupakan
faktor
kontribusi
dari
Perubahan biomekanik cervical spine dapat mechanical neck pain. mempengaruhi struktur cervical spine dimana Dalam penelitian epidemiologi, insiden cervical spine menerima beban kepala dengan mechanical neck pain paling banyak dialami distribusi yang tidak merata, dan hal ini lebih
populasi usia 18 – 30 tahun sampai usia
banyak mempengaruhi lower cervical karena pertengahan. Mechanical neck pain merupakan lower cervical menjadi paling besar menerima problem
klinis
yang
signifikan
dengan
beban akibat perubahan biomekanik tersebut. prevalensi yang sama tinggi dengan prevalensi Keadaan ini dapat memicu terjadinya nyeri low back pain. Suatu evidence synthesis di tengkuk. Amerika Serikat menunjukkan bahwa penderita Nyeri tengkuk merupakan kondisi yang mechanical neck pain yang melapor sendiri umum terjadi dimana sekitar 60% orang di pada populasi umum berkisar antara 146 dan dunia dapat mengalami nyeri tengkuk pada 213 per 1000 pasien per tahun. Hasil penelitian setiap waktu dalam kehidupannya. Tipe nyeri multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah tengkuk yang paling sering terjadi adalah nonsakit di Indonesia diperoleh prevalensi nyeri 447
leher disertai dengan nyeri kepala sebesar 24%
penelitian menunjukkan hubungan yang sangat
dari populasi umum.
kuat antara mechanical neck pain dengan
Mechanical neck pain, secara khas
pekerjaan dalam postur statik seperti pengetik,
digambarkan sebagai nyeri lokal atau non-
penjahit, pengrajin. Kerja yang berat, kerja
radikular
nyeri
yang berulang, gaya dan fleksi leher yang statik
meningkat saat terjadi gerakan pada cervical.
dalam posisi duduk, semuanya berhubungan
Suatu
dan
dengan kejadian mechanical neck pain.7 Posisi
pemeriksaan fisik yang teliti dapat membantu
duduk dengan postur yang jelek merupakan
jika
nyeri tengkuk tergolong ke dalam
posisi yang paling sering menyebabkan stress
mechanical neck pain dengan memperhatikan
postural pada cervical, dimana sering terjadi
ada tidaknya tanda-tanda atau gejala-gejala
duduk dengan kepala dalam posisi protrude.
pain
riwayat
dengan
penyakit
intensitas
yang
jelas
patologi major seperti fraktur, myelopathy,
Sumber gejala dari mechanical neck
neoplasma, atau penyakit sistemik, dan ada
pain khususnya berasal dari zygapophyseal
tidaknya
joint atau uncovertebral joint pada cervical, dan
tanda-tanda
neurologis
(refleks
tendon, gangguan sensorik/motorik).
umumnya menyebabkan keterbatasan gerak ke
Mechanical neck pain merupakan nyeri
segala arah terutama gerak rotasi, lateral fleksi
leher yang tidak beradiasi ke lengan atau upper
dan ekstensi cervical.9 Hilangnya lingkup gerak
extremitas, dimana nyeri tejadi pada area leher,
cervical pada mechanical neck pain sangat
occipital, dan punggung bagian atas. Sesuai
berhubungan dengan nyeri yang diikuti oleh
dengan namanya “mechanical” maka kondisi
minor positional fault pada facet joint dan
ini sangat berhubungan dengan mekanik
muscle
gerakan.
paravertebralis cervical, levator scapulae, dan
Mechanical
neck
pain
sering
guarding/splinting
pada
otot-otot
upper trapezius.
berhubungan dengan kebiasaan postur yang
Beberapa intervensi dapat diterima
jelek terutama dalam aktivitas pekerjaan.
sebagai
Pekerjaan yang secara fisik menuntut postur
mechanical neck pain seperti traksi, latihan
statik yang repetitif memberikan peluang
aktif dan pasif, ultrasound, transcutaneous
terjadinya mechanical neck pain. Beberapa
electrical nerve stimulation (TENS), edukasi 448
standar
penatalaksanaan
untuk
pasien, dan obat-obatan antiinflamasi non-
Metode Muscle Energy memiliki aplikasi yang
steroid, tetapi bukti penelitian yang substansial
ditujukan pada normalisasi struktur-struktur
menyangkut
jaringan lunak seperti otot-otot yang memendek
Manual
efektifitasnya
terapi
dan/atau
masih mobilisasi
kurang. spine
(tension/hipertonus),
namun
secara
tidak
umumnya digunakan dalam penatalaksanaan
langsung memberikan implikasi pada sendi
mechanical neck pain. Beberapa penelitian
yang berkaitan dengan otot yang memendek,
menunjukkan bahwa penggunaan manual terapi
sehingga metode ini dapat juga digunakan
spine pada cervical spine merupakan intervensi
untuk membantu memperbaiki mobilitas sendi
yang efektif dan efisiensi biaya pengobatan
melalui efeknya pada jaringan lunak yang
untuk pasien-pasien mechanical neck pain.
disfungsi.
Meskipun demikian, beberapa pengamatan
Myofascial
Release
Technique
peneliti di beberapa Rumah Sakit dan lahan
merupakan salah satu metode Soft tissue
praktek (klinik mandiri) daerah Denpasar masih
mobilization yang memfokuskan pada jaringan
jarang sekali menggunakan intervensi manual
lunak yaitu fascia dan otot, berperan untuk
terapi spine.
memberikan regangan atau elongasi pada
Manual terapi spine memiliki beberapa metode,
antara
lain
adalah
Soft
Tissue
struktur otot dan fascia dengan tujuan akhir adalah mengembalikan kualitas cairan atau
Mobilization dan teknik Mulligan. Soft tissue
lubrikasi
pada jaringan fascia,
mobilitas
mobilization merupakan salah satu metode
jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi
manual terapi yang efektif untuk kasus-kasus
normal.
vertebra khususnya mechanical neck pain.
Kedua metode Soft tissue mobilization
Muscle Energy Technique merupakan salah
di atas sangat berperan di dalam menurunkan
satu metode Soft tissue mobilization yang biasa
ketegangan otot dan taut band yang akhirnya
dikenal sebagai metode manipulasi osteopathic
berimplikasi pada peningkatan lingkup gerak
soft tissue yang menggabungkan arah dan
sendi cervical. Penelitian Nayak (2012), dengan
kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi
topik “Combined Effect of Myofascial Release
isometrik, yang didesain untuk memperbaiki
And Muscle Energy Technique In Subjects With
fungsi muskuloskeletal dan menurunkan nyeri.
Mechanical Neck Pain” menunjukkan adanya 449
penurunan nyeri dan perbaikan lingkup gerak
A Randomised Controlled Trial” menunjukkan
sendi cervical yang bermakna pada pasien-
hasil adanya perbaikan lingkup gerak cervical
pasien mechanical neck pain.
dan penurunan nyeri yang signifikan pada
Problem
keterbatasan
gerak
yang
pasien-pasien
mechanical
neck
pain.
ditimbulkan oleh zygapophyseal joint (facet
Berdasarkan hal tersebut di atas yang didukung
joint) tidak dapat secara efektif dan efisien
dengan hasil penelitian sebelumnya maka
diatasi oleh Soft Tissue Mobilization karena
peneliti mencoba mengambil topik tentang
target jaringan dari metode ini adalah jaringan
“Pemberian teknik Mulligan dan Soft Tissue
lunak di sekitar sendi, meskipun memiliki
Mobilization lebih baik daripada Soft Tissue
dampak secara tidak langsung pada facet joint.
Mobilization dalam meningkatkan lingkup
Penambahan teknik Mulligan pada intervensi
gerak sendi cervical pada mechanical neck
soft tissue mobilization dapat menghasilkan
pain”.
peningkatan lingkup gerak sendi cervical yang lebih efektif dan efisien dimana problem sendi
Metode Penelitian
akan terlepas secara maksimal. Secara khas,
Ruang Lingkup Penelitian
konsep Mulligan adalah mobilisasi spine dalam
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklnik
posisi weight bearing dan arah mobilisasi
Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital, Jalan
paralel terhadap bidang gerak facet spinal.
Tantular
Passive
yang
dilaksanakan selama 12 minggu mulai tanggal
(Natural
1 April sampai tanggal 22 Juni 2013. Jenis
Apophyseal Glides) dan sustained mobilization
penelitian ini adalah penelitian eksperimen
dengan
dinamakan
dengan pre test – post test control group design.
Natural Apophyseal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Glides) merupakan teknik utama dari konsep
efektifitas dari penambahan teknik Mulligan
pengobatan pada spine.
pada intervensi soft tissue mobilization terhadap
oscillatory
dinamakan
mobilization
dengan
gerakan
“NAGs”
aktif
“SNAGs” (Sustained
yang
Penelitian Kumar et al. (2011), dengan topik “Efficacy of Mulligan Concept (NAGs) on
No.
6
Renon
Denpasar,
yang
peningkatan lingkup gerak sendi cervical pada mechanical neck pain.
Pain at available end range in Cervical Spine:
Populasi dan Sampel 450
Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah pasien yang datang berkunjung di
3 kali seminggu dengan interval waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali terapi.
Poliklinik Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital
Kelompok perlakuan
dengan keluhan nyeri dan kaku pada leher
Kelompok
selama
penelitian
berlangsung.
perlakuan
diberikan
Sampel
intervensi teknik Mulligan dan soft tissue
penelitian adalah sejumlah sampel yang diambil
mobilization. Penambahan teknik Mulligan
dari populasi terjangkau dan sesuai dengan
dilakukan 6 kali repetisi dengan 2 set latihan
kriteria inklusi dalam pengambilan sampel.
setiap kali kunjungan, frekuensi terapi 3 kali
Berdasarkan hasil rumus Pocock diperoleh
seminggu dengan interval waktu 1 hari, jumlah
jumlah sampel sebanyak 17 orang (16,8
terapi sebanyak 4 kali setiap sampel.
dibulatkan menjadi 17) pada setiap kelompok sampel sehingga total sampel sebanyak 34
Cara Pengumpulan Data
orang. Namun selama penelitian berlangsung,
Sebelum diberikan intervensi pertama
terdapat 1 orang yang drop out pada kelompok
maka sampel terlebih dahulu diukur lingkup
kontrol dan 1 orang yang drop out pada
gerak sendi cervical-nya yang meliputi lingkup
kelompok perlakuan, sehingga jumlah sampel
gerak ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi dengan
pada setiap kelompok adalah 16 orang dan total
menggunakan
sampel sebanyak 32 orang.
intervensi keempat yaitu sesudah intervensi
goniometer.
Pada
akhir
Kelompok kontrol
dilakukan kembali pengukuran lingkup gerak
Kelompok kontrol diberikan intervensi
sendi
soft tissue mobilization, terdiri atas Muscle
sebanyak 3 kali repetisi setiap kali kunjungan,
dengan
menggunakan
goniometer yang sama.
Energy Technique (MET) dan Myofascial Release Technique (MRT). MET dilakukan
cervical
Prosedur pengukuran lingkup gerak sendi cervical: 1. Pengukuran LGS ekstensi cervical
frekuensi terapi 3 kali seminggu dengan interval
a. Center
fulcrum
waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali
diletakkan
terapi. MRT dilakukan 30 kali stroking pada
meatus.
jaringan lunak setiap kali kunjungan, frekuensi 451
pada
dari
goniometer
external
auditory
b. Lengan proksimal goniometer harus
a. Center
tegak lurus atau paralel dengan lantai.
fulcrum
dari
goniometer
diletakkan diatas processus spinosus
c. Lengan distal goniometer harus segaris
vertebra C7.
dengan base of the nares.
b. Lengan proksimal harus segaris dengan
d. Selama pengukuran, lengan proksimal
vertebra thoracal sehingga tegak lurus
goniometer dipertahankan tetap tegak
dengan lantai.
lurus dengan lantai sedangkan lengan
c. Lengan distal harus segaris dengan
distal tetap dipertahankan mengikuti
midline
gerakan dan segaris dengan base of the
menggunakan occipital protube-rance
nares.
external.
2. Pengukuran LGS rotasi cervical a. Center
fulcrum
dari
dorsal
kepala,
patokan
d. Selama pengukuran, lengan proksimal
goniometer
dipertahankan tetap segaris dengan
diletakkan diatas pusat os cranial dari
vertebra thoracal sedangkan lengan
kepala
distal tetap dipertahankan mengikuti
b. Lengan proksimal harus paralel dengan
gerakan dan segaris dengan occipital
garis imajinasi antara kedua processus
protuberance external.
acromion.
Analisis data
c. Lengan distal harus segaris dengan ujung hidung. d. Selama pengukuran, lengan proksimal dipertahankan tetap paralel dengan
Dalam menganalisis data penelitian yang
telah
diperoleh,
maka
peneliti
menggunakan beberapa uji statistik sebagai berikut:
garis imajinasi antara kedua processus
1. Uji statistik deskriptif, untuk memaparkan
acromion sedangkan lengan distal tetap
karakteristik sampel berdasarkan usia,
dipertahankan mengikuti gerakan dan
jenis kelamin dan arah keterbatasan gerak.
segaris dengan ujung hidung.
2. Uji Persyaratan Analisis, menggunakan uji
3. Pengukuran LGS lateral fleksi cervical
Shapiro Wilk untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal (p>0,05) atau tidak berdistribusi normal (p<0,05), dan 452
menggunakan uji Levene’s test untuk
Karakteristik
mengetahui apakah sampel homogen
sampel
(p>0,05) atau sampel tidak homogen
Umur
(p<0,05).
(tahun)
3. Uji analisis komparatif, menggunakan uji
(%)
Kontrol
Perlakuan
16
35,69±7,
35,94±6,
525
952
J.K :
statistik parametrik atau non-parametrik.
Laki – laki
7 (43,8)
-
-
Hasil uji persyaratan analisis menunjukkan
Perempuan
9 (56,2)
-
-
data berdistribusi normal maka digunakan
A.K :
uji statistik parametrik yaitu uji paired
Kanan
12 (75)
-
-
Kiri
4 (25)
-
-
sample t dan uji independent sample t. 4. Uji paired sample t digunakan untuk menganalisis data pre test dan post test
Keterangan :
pada setiap kelompok sampel dengan
J.K = jenis kelamin
hipotesis statistik yaitu taraf signifikansi
A.K = arah keterbatasan
95% (nilai p < 0,05). (5) Uji independent
Tabel di atas menunjukkan nilai rerata
sample t digunakan untuk menganalisis
dan
data post test antara kelompok kontrol dan
karakteristik
kelompok perlakuan dengan tujuan untuk
diperoleh nilai 35,69 ± 7,525 tahun untuk
membuktikan efektifitas dari penambahan
kelompok kontrol dan diperoleh nilai 35,94 ±
teknik Mulligan, dengan hipotesis statistik
6,952 tahun untuk kelompok perlakuan. Hal ini
yaitu taraf signifikansi 95% (nilai p <
menunjukkan bahwa rata-rata sampel tergolong
0,05).
ke dalam usia dewasa baik pada kelompok
Hasil dan Pembahasan
persentase
kontrol
sampel
sampel.
maupun
Dilihat
berdasarkan dari
kelompok
umur
perlakuan.
Tabel 1
Kemudian, dilihat dari jenis kelamin pada
Rerata dan Persentase Sampel
kelompok kontrol diperoleh sampel laki-laki
berdasarkan karakteristik Sampel
n
Rerata ± SB
sebanyak 7 perempuan
orang (43,8%) dan sampel sebanyak
9
orang
(56,2%).
Sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh 453
sampel laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%)
Tabel di atas menunjukkan nilai rerata
dan sampel perempuan sebanyak 6 orang
sampel berdasarkan nilai LGS pre test, post test
(37,5%). Dilihat dari arah keterbatasan, pada
dan selisih. Pada kelompok kontrol, dilihat dari
kelompok
bahwa
LGS ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar
keterbatasan kearah kanan sebanyak 12 orang
53,31o ± 5,606 dan rerata post test sebesar
(75%) dan keterbatasan kearah kiri sebanyak 4
67,25o ± 4,041 dengan selisih rerata sebesar
orang (25%). Sedangkan pada kelompok
13,94o ± 4,419. Dilihat dari LGS rotasi,
perlakuan diperoleh data bahwa keterbatasan
diperoleh rerata pre test sebesar 56,69 o ± 3,478
kearah kanan sebanyak 11 orang (68,8%) dan
dan rerata post test sebesar 69,25o ± 2,176
keterbatasan kearah kiri sebanyak 5 orang
dengan selisih rerata sebesar 12,56o ± 3,366.
(31,2%).
Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi
kontrol
diperoleh
data
diperoleh rerata pre test sebesar 32,50 o ± 2,066
Klp sampel
Tabel 2
dan rerata post test sebesar 42,38o ± 2,527
Rerata LGS (derajat) berdasarkan nilai
dengan selisih rerata sebesar 9,88o ± 1,544.
pre test, post test dan selisih
Pada kelompok perlakuan, dilihat dari LGS
Rerata LGS dan Simpang Baku Pre test
Post test
Selisih
Ekstensi : Kontrol
ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar 49,12 o ± 6,386 dan rerata post test sebesar 71,19 o ± 4,651 dengan selisih rerata sebesar 22,06 o ±
53,31±5,606 67,25±4,041 13,94±4,419
5,483. Dilihat dari LGS rotasi, diperoleh rerata
Perlakuan 49,12±6,386 71,19±4,651 22,06±5,483
pre test sebesar 56,00o ± 3,882 dan rerata post
Rotasi :
test sebesar 72,94o ± 2,265 dengan selisih rerata
Kontrol
56,69±3,478 69,25±2,176 12,56±3,366
sebesar 16,94o ± 3,872. Kemudian, dilihat dari
Perlakuan 56,00±3,882 72,94±2,265 16,94±3,872
LGS lateral fleksi diperoleh rerata pre test
Lat.fleksi
sebesar 32,44o ± 2,128 dan rerata post test
Kontrol
32,50±2,066 42,38±2,527
9,88±1,544
Perlakuan 32,44±2,128 45,13±1,455 12,69±2,243
sebesar 45,13o ± 1,455 dengan selisih rerata sebesar 12,69o ± 2,243. Uji
Normalitas
Homogenitas Varian 454
Data
dan
Tabel 3
Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah
Uji normalitas data dan homogenitas varian
intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
Kelompok data
p uji normalitas
Homogenitas
kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu
(Shapiro Wilk)
dengan
nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
Levene’s test
berdistribusi normal. Dilihat dari LGS rotasi,
Kontrol
Perlakua
hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol
n
sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
Ekstensi : Sebelum
0,248
0,375
0,447
Sesudah
0,158
0,480
0,502
kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji
Rotasi :
Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah
Sebelum
0,580
0,542
0,485
intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
Sesudah
0,093
0,069
0,876
kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
Lat.fleksi : berdistribusi normal. Dilihat dari LGS lateral Sebelum
0,055
0,521
0,451
Sesudah
0,129
0,254
0,010
fleksi, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan
pada
kelompok
perlakuan
sebelum
intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini Tabel di atas menunjukkan hasil uji menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. normalitas dengan Shapiro-Wilk test dan uji Kemudian,
hasil
uji
Shapiro-Wilk
pada
homogenitas varian dengan Levene’s test. kelompok kontrol sesudah intervensi yaitu nilai Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh hasil uji p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sesudah Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu Berdasarkan uji homogenitas dengan nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data Levene’s test diperoleh data untuk LGS ekstensi berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang 455
berarti data bersifat homogen dan sesudah
Kelompok
intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data
data
bersifat homogen. Dilihat dari LGS rotasi, hasil
Ekstensi :
uji Levene’s test sebelum intervensi yaitu nilai
Sebelum
Sesudah
p
Rerata
53,31
67,25
0,0001
p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen dan
SB
5,606
4,041
sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang
Rotasi :
berarti data bersifat homogen. Dilihat dari LGS
Rerata
55,75
69,25
lateral fleksi, hasil uji Levene’s test sebelum
SB
3,022
2,176
intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data
Lat.fleksi :
bersifat homogen dan sesudah intervensi yaitu
Rerata
32,19
42,38
nilai p < 0,05 yang berarti data tidak bersifat
SB
2,455
2,527
0,0001
0,0001
homogen. Melihat
keseluruhan
hasil
uji
Tabel
diatas
menunjukkan
hasil
persyaratan analisis diatas maka peneliti dapat
pengujian hipotesis menggunakan uji paired
mengambil keputusan untuk menggunakan uji
sample t untuk kelompok kontrol. Dilihat dari
statistik parametrik (uji paired sample t) untuk
LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang
masing-masing kelompok sampel (kontrol dan
berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
perlakuan) dan uji statistik parametrik (uji
ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah
independent sample t) untuk membuktikan
intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh
efektifitas antara kedua kelompok sampel,
nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan
sebagai pilihan pengujian statistik
rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari
Uji sebelum
Beda
dan
Rerata
sesudah
LGS
cervical
intervensi
pada
LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
lateral fleksi yang bermakna sebelum dan
Tabel 4
sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa
Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan
intervensi Soft Tissue Mobilization dapat
sesudah intervensi pada kelompok kontrol
memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi 456
dan lateral fleksi cervical yang bermakna pada
LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang
kondisi mechanical neck pain.
berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
Tabel 5
lateral fleksi yang bermakna sebelum dan
Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan
sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa
sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
intervensi teknik Mulligan dan Soft Tissue
Kelompok Sebelum Sesudah
Mobilization dapat memberikan peningkatan
p
data
LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical
Ekstensi :
yang bermakna pada kondisi mechanical neck
Rerata
49,12
71,19
SB
6,386
4,651
0,0001
pain. Uji
Rotasi :
Beda
Rerata
LGS
cervical
sesudah intervensi antara kelompok kontrol
Rerata
54,94
72,69
SB
3,623
2,358
0,0001
dan kelompok perlakuan
Lat.fleksi :
Tabel 6
Rerata
30,94
45,00
SB
2,144
1,549
0,0001
Uji beda rerata LGS (derajat) sesudah intervensi antara kontrol dan perlakuan
Kelompok Tabel
diatas
menunjukkan
hasil
Kontrol
Perlakuan
p
0,016
data
pengujian hipotesis menggunakan uji paired
Ekstensi :
sample t untuk kelompok perlakuan. Dilihat
Rerata
67,25
71,19
dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang
SB
4,041
4,651
berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
Rotasi :
ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah
Rerata
69,25
72,69
intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh
SB
2,176
2,358
nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan
Lat.fleksi
rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum
:
42,38
45,00
dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari 457
0,0001
0,002
Rerata
2,527
1,549
Mobilization lebih baik daripada hanya Soft
SB
Tissue
Mobilization
dalam
meningkatkan
lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan Tabel diatas menunjukkan hasil uji independent sample t untuk pengujian hipotesis
lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain”.
diatas, mulai dari LGS ekstensi, rotasi dan Efek teknik Mulligan dan Soft Tissue
lateral fleksi. Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada
Mobilization
serta
hanya
Soft
perbedaan rerata sesudah intervensi LGS
Mobilization terhadap peningkatan LGS
ekstensi yang bermakna antara kelompok
ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada
kontrol dan kelompok perlakuan. Dilihat dari
mechanical neck pain Mechanical neck pain
LGS rotasi diperoleh nilai nilai p < 0,05 yang
tissue
merupakan
berarti bahwa ada perbedaan rerata sesudah
kondisi kronik nyeri leher yang melibatkan lesi
intervensi LGS rotasi yang bermakna antara
facet joint cervical dan muscle spasm atau
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
muscle tightness disekitar leher, sehingga
Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi
kondisi ini menyebabkan keterbatasan gerak
diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada
pada cervical terutama gerak ekstensi, rotasi
perbedaan rerata sesudah intervensi LGS lateral
dan lateral fleksi cervical.
fleksi yang bermakna antara kelompok kontrol
Problem keterbatasan gerak ekstensi,
dan kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan
rotasi dan lateral fleksi umumnya ditemukan
bahwa Teknik Mulligan dan Soft Tissue
oleh peneliti pada setiap sampel, dan rasa nyeri
Mobilization
umumnya
menghasilkan
peningkatan
dirasakan
pada
akhir
lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan
keterbatasannya. Berdasarkan pengamatan dan
lateral fleksi cervical yang lebih besar secara
penulusuran peneliti dari hasil pemeriksaan
signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue
menunjukkan bahwa problem keterbatasan
Mobilization pada mechanical neck pain. Hasil
ekstensi umumnya disebabkan oleh lesi facet
pengujian hipotesis diatas telah membuktikan
joint cervical, sedangkan problem keterbatasan
bahwa “Teknik Mulligan dan Soft Tissue
rotasi dan lateral fleksi umumnya disebabkan 458
oleh muscle spasm atau muscle tightness pada
(Chaitow, 2006). Adanya penurunan tonus otot
otot-otot leher terutama splenius capitis,
yang dihasilkan oleh Muscle Energy Technique
semispinalis cervicis dan upper trapezius.
dapat
Soft
restriktif
sehingga akan terjadi peningkatan lingkup
memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi
gerak sendi. Disamping itu, efek elongasi
dan lateral fleksi cervical yang bermakna,
serabut otot yang dihasilkan oleh Myofascial
dimana peningkatan LGS cervical dihasilkan
Release Technique juga dapat mengaktivasi
oleh adanya efek post isometric relaxasi (PIR)
golgi
dan reciprocal inhibition (RI) serta efek
musculotendinogen junction. Menurut Kisner
elongasi serabut otot. Efek PIR dan RI
and Colby (2007), adanya stretch pada serabut
dihasilkan oleh intervensi Muscle Energy
otot akan mengaktivasi GTO, dimana aktivitas
Technique, sedangkan efek elongasi serabut
GTO akan menghasilkan efek inhibitory pada
otot dihasilkan oleh intervensi Myofascial
level
Release Technique. Menurut Chaitow (2006),
khususnya jika gaya stretch dipertahankan
efek PIR dan RI dapat menghasilkan refleks
dalam
relaksasi dan perubahan otot terhadap toleransi
komponen kontraktile otot oleh GTO dapat
stretch, karena Efek PIR dapat mengaktivasi
memberikan
golgi tendon organ (GTO) pada otot yang
relaksasi
bersangkutan dimana GTO memiliki sifat
terjadinya peningkatan lingkup gerak sendi.
yang
Mobilization
penghambat
dapat
inhibitor
Tissue
mengeliminir
dapat
tendon
otot
mempengaruhi
organ
yang
waktu
mengalami
yang
lama.
kontribusi
otot
(GTO)
sehingga
pada
ketegangan
Inhibisi
terhadap
dari
refleks
memungkinkan
Menurut Mulligan, lesi pada facet joint
sekumpulan motor neuron sehingga efek
cervical
tersebut dapat menyebabkan penurunan tonus
positional fault didalam permukaan facet joint
atau ketegangan otot. Kemudian, efek RI yang
sehingga terjadi keterbatasan gerak fisiologis
dihasilkan oleh MET dengan mengaktivasi
pada cervical. Minor positional fault atau minor
kontraksi otot antagonist (otot yang sehat) dapat
subluksasi tersebut dapat dikoreksi dengan
menginhibisi
yang
teknik Mulligan. Secara khas, teknik Mulligan
spasme/tightness sehingga akan menunjukkan
adalah mengombinasikan mobilisasi gerak
penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi
asesori dengan gerak fisiologis secara aktif
tonus
otot
agonis
459
umumnya
menyebabkan
minor
dan/atau pasif, dimana mobilisasi gerak asesoris
Mobilization. Hal ini disebabkan karena teknik
selalu diaplikasikan pada sudut perpendicular
Mulligan dapat mengoreksi adanya faulty minor
atau paralel terhadap bidang facet joint (bidang
positional dari facet joint. Menurut Exelby
pengobatan Kaltenborn).14 Teknik SNAGs yang
(2002), keterbatasan gerak cervical dapat
merupakan salah satu metode Mulligan dapat
disebabkan oleh adanya kesalahan kecil dari
mengembalikan
fault
posisi permukaan sendi facet atau dapat
permukaan sendi facet dan mengembalikan
dikatakan terjadi minor subluksasi didalam
keluasan gerak asesoris sendi facet sehingga
sendi facet. Aplikasi teknik SNAGs yang
efek tersebut dapat mengembalikan kebebasan
berulang dan kontinyu dapat mengoreksi
gerak fisiologis pada cervical. Aplikasi teknik
adanya minor subluksasi didalam sendi facet
SNAGs dapat dengan mudah diterapkan pada
sehingga terjadi keluasan gerak asesoris sendi
regio cervical karena adanya efek sebelumnya
facet yang akhirnya terjadi peningkatan lingkup
dari
yang
gerak sendi cervical yang cepat dan bebas nyeri.
menghasilkan penurunan tonus atau ketegangan
Pemberian Soft Tissue Mobilization sebelum
otot regio cervical. Hal ini dapat memberikan
aplikasi
kontribusi yang besar terhadap peningkatan
manfaatnya didalam memfasilitasi prosedur dan
lingkup gerak sendi cervical.
efek dari teknik SNAGs, hal ini karena
Soft
minor
Tissue
positional
Mobilization
teknik
SNAGs
sangat
besar
intervensi Soft Tissue Mobilization dapat Efektifitas antara teknik Mulligan
memberikan penurunan tonus otot-otot leher
dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya
secara
Soft
terhadap
pelaksanaan teknik SNAGs dan menghasilkan
peningkatan LGS ekstensi, rotasi, lateral
efek yang lebih besar yaitu peningkatan lingkup
fleksi cervical pada mechanical neck pain
gerak sendi cervical dan bebas nyeri.
Tissue
Mobilization
Penambahan teknik Mulligan pada
peningkatan
LGS
sehingga
memudahkan
Kesimpulan
intervensi Soft Tissue Mobilization dapat menghasilkan
signifikan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan
ekstensi,
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
rotasi, dan lateral fleksi yang lebih besar secara
“Teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization
signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue
lebih 460
baik
daripada
hanya
Soft
Tissue
Mobilization dalam meningkatkan lingkup
mechanical neck pain in a military
gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral
aviator”, The Journal of the Canadian
fleksi cervical pada mechanical neck pain”.
Chiropractic Association, Vol. 8: 676–
Daftar Pustaka
680, 2004
Chaitow, L, “Muscle Energy Technique. Third Edition”,
Churchill
Kenny, T., Kenny, B, “Non-spesific Neck
Livingstone,
Pain”,
Edinburgh, 2006
Conesa,
Available
www.patient.co.uk/
De-las-Penas, C.F., del-Cerro, L.P., Blanco, C.R.,
2010.
A.G.,
Page,
from
health/non-
specific-neck-pain, diakses tanggal 12
J.C.,
Desember 2012.
Miangolarra, “Changes in Neck Pain
Kisner, C., Colby, L.A, “Therapeutic Exercise
and Active Range of Motion After A
Foundations And Techniques”, Fifth
Single Thoracic Spine Manipulation in
Edition,
Subjects Presenting with Mechanical
Philadelphia, 2007
Neck Pain : A Case Series”, Journal of Manipulative
and
F.A.
Davis
Company,
Kumar, D., Sandhu, J.S., Broota, A, “Efficacy
Physiological
of Mulligan Concept (NAGs) on Pain at
Therapeutics, Vol 30: Number 4, 2007
available end range in Cervical Spine:
Donatelli, R.A., Wooden, M.J, “Orthopaedic
Randomised
Controlled
Trial”,
Edition”,
Indian Journal of Physiotherapy and
Churchill Livingstone, New York, 2001
Occupational Therapy, Vol 5: 154-158,
Pysical
Therapy.
Third
A
Exelby, L, “The eMulligan concept: Its
2011
application in the management of
Makofsky, H.W, “Spinal Manual Therapy”,
spinal conditions”, Manual Therapy,
Slack Incorporated, USA, 2010 McKenzie, R., Kubey, C, “7 Steps To A Pain-
Vol 7: 64-70, 2002 Grant, K.E., Riggs, A, “Myofascial Release”,
Free Life”, Penguin Group Inc, New
Wiley Interscience, New York, 2009 Green, B.N., Dunn, A.S., Pearce, S.M., Johnson, management
C.D,
“Conservative
of
uncomplicated
York, 2000 McKenzie, R., May, S, “The Cervical & Thoracic Spine Mechanical Diagnosis
461
& Therapy”, Volume One, Spinal
Neck Pain : A Randomized Clinical
Publications, New Zealand, 2008
Trial”, SPINE, Vol 33: Number 22:
Nayak, S.K, “Combined Effect of Myofascial
2371–2378, 2008
Release And Muscle Energy Technique In Subjects With Mechanical Neck Pain”,
dissertation,
University
Of
Rajiv
Health
Gandhi Sciences
Karnataka, Bangalore, 2012 Sjahrir, “Nyeri Leher dan Nyeri Kepala”, tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004 Steve, “Mechanical Neck Pain is also cal led Axial Neck Pain”, 2005. Available from www.necksolutions.com/mechanicalneck-pain.html, diakses tanggal 12 Desember 2012 Touche, R.L., de-las-Penas, C.F., Carnero, J.F., Parreno, S.D., Alemany, A.P., Nielsen, L.A,
“Bilateral
Mechanical-Pain
Sensitivity Over the Trigeminal Region in Patients With Chronic Mechanical Neck Pain”, The Journal of Pain, Vol 11: No 3, 256-263, 2010 Walker, M.J., Boyles, R.E., Young, B.A., Strunce, J.B., Garber, M.B, “The Effectiveness
of
Manual
Physical
Therapy and Exercise for Mechanical 462
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDN 011 KELAS V DAN VI TANJUNGPINANG BARAT Wasis Pujiati1, Ernawati2, Daratullaila3
ABSTRAK Menarche menjadi tanda seorang remaja putri sudah memasuki tahap kedewasaan khususnya organ tubuh sistem reproduksi merupakan masa penting dalam siklus kehidupan perempuan. Kecemasan menghadapi menarche dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang menstruasi dan pendidikan kesehatan dari orang tua yang kurang.Pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan menghadapi menarche. Berdasarkan uji stastistik menggunakan uji wilcoson pada kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa hasil p value=0,000 dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna antara pendidikan kesehatan tentang menstruasi dalam penurunan kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang Barat. Kata kunci: Menarche, Kecemasan, Pendidikan kesehatan
penduduk dunia dari remaja berumur 10-19
PENDAHULUAN Remaja merupakan tahapan antara fase
tahun.Sekitar sembilan ratus juta berada di
anak dan dewasa yang ditandai dengan
negara sedang berkembang. Sementara di
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan
Indonesia dari hasil sensus penduduk, dari total
emosi. Dari beberapa literature usia remaja
237,6 juta jiwa penduduk Indonesia 26,67%
antara 12-24 tahun dan 15-24 tahun (WHO,
yaitu 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja,
2007 cit Efendi dan Makhfudli, 2009). Masa
49,30% dari total remaja tersebut berjenis
remaja merupakan masa peralihan antara masa
kelamin
anak-anak, dimulai saat terjadinya kematangan
memiliki populasi remaja usia 10-14 tahun
seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun
sebanyak 82.050 jiwa, untuk remaja putri
sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang
berjumlah 39.821 jiwa (Safitri et al., 2013).
dewasa
2004).Data
Pada tahun 2013 terdapat jumlah remaja pada
demografi menunjukkan bahwa penduduk
usia 10-14 tahun sebanyak 170.056 orang atau
dunia jumlah populasi remaja merupakan
8,0% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun
populasi yang besar. Menurut World Health
139.143 orang atau 6,5%. Sedangkan untuk
Organization (WHO) sekitar seperlima dari
wilayah Kota Tanjungpinang berdasarkan data
muda
(Soetjiningsih,
463
perempuan.
Wilayah
Pekanbaru
yang diperoleh dari Dinas Kependudukan Kota
menarche dapat terjadi karena kurangnya
Tanjungpinang tahun 2015 terdapat jumlah
informasi tentang menstruasi dan pendidikan
remaja pada usia 10-14 tahun 22.687 orang,
dari orang tua yang kurang. Orang tua
untuk remaja putri berjumlah 10.943 orang atau
menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang
48% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun
tabu untuk dibicarakan dan berfikir bahwa anak
sebanyak 19.187 orang, untuk remaja putri
akan tahu dengan sendirinya, kondisi ini akan
sebanyak 9.375 orang atau 49% (Dinas
menimbulkan kecemasan pada anak tersebut.
Kependudukan Kota Tanjungpinang).
Hal yang harus dilakukan untuk mengurangi
Menarche yang menjadi tanda seorang remaja
putri
sudah
memasuki
kecemasan tersebut salah satunya adalah
tahap
dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri
kedewasaan khususnya organ tubuh sistem
tentang menstruasi sejak dini dengan cara
reproduksi
pemberian informasi kesehatan reproduksi
merupakan
dalamsiklus
masa
kehidupan
penting perempuan
remaja
melalui
pendidikan
kesehatan
(Soetjiningsih, 2004).Masa ini juga menjadi
khususnya tentang menstruasi (Proverawati,
pertanda berbagai perubahan yang terjadi dalam
2009).
siklus kehidupan seorang anak. Perubahan tidak
Pendidikan
kesehatan
merupakan
hanya terbatas pada aspek fisik tetapi juga
kegiatan untuk membantu individu, kelompok
meliputi
dan
perubahan
dalam
status
sosial,
masyarakat
dalam
meningkatkan
psikologis, ekonomi, bahkan juga spiritual
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
(Triyanto, 2013). Kecemasan adalah rasa
mencapai
khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.
(Triwibowo et al., 2013). Pendidikan kesehatan
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar
tentang reproduksi remaja khususnya tentang
untuk menggerakkan tingkah laku baik tingkah
menstruasi merupakan masalah penting yang
laku normal maupun tingkah laku yang
perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.
menyimpang, yang terganggu dan kedua-
Apabila kecemasan tidak dapat diatasi, disini
duanya merupakan pernyataan, penampilan dari
peran dari orang tua sangat penting dimana baik
pertahanan terhadap kecemasan (Gunarso,
orang tua ataupun remaja putri itu sendiri harus
2003).
lebih terbuka tentang masalah kesehatan
Kecemasan
dalam
menghadapi
464
hidup
sehat
secara
optimal
terutama kesehatan reproduksi (Proverawati,
Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi
2009). Orang tua berusaha menjalin komunikasi
SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang
dengan anak sehingga setiap permasalahan
Barat”.
yang terjadi, dapat diketahui termasuk pada saat
Tinjauan Pustaka
anak mendapatkan menstruasi pertama kali (menarche).
Sebaiknya,
orang
tua
dapat
Kesehatan
reproduksi
merupakan
bagian kesehatan yang sangat penting yang
menempatkan diri sebagai teman curhat,
kurang
sehingga akan menjadi orang pertama yang
biasanya pertama kali mengalami menstruasi
mendengar
(menarche) pada umur 12-16 tahun (Kusmiran,
segala
permasalahan
anaknya
(Somendawai, 2010).
mendapat
perhatian.Pada
wanita
2012). Usia 12-16 termasuk fase remaja awal,
Berdasarkan studi pendahuluan di SDN
dimana fase ini terdapat pada usia Sekolah
011 Tanjungpinang Barat kepada 20 siswi kelas
Dasar. Perubahan fisik yang cepat di masa
V dan VI
didapatkan 9 siswi (40%) telah
pubertas terjadi beriringan dengan emosi yang
mengalami menstruasi, dan 11 siswi (60%)
tidak stabil dan pertumbuhan psikis pada
belum mengalami menstruasi mengatakan
remaja. Hal tersebut dapat menimbulkan
merasa takut saat menghadapi menstruasi. Dari
perasaan
9
menstruasi
ketakutan dan kecemasan.Remaja putri akan
mengatakan timbul perasaan takut karena tidak
kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang
mendapatkan pengetahuan tentang menstruasi
pertama (menarche) jika sebelumnya ia belum
sebelumnya. Sedangkan, 11 siswi yang belum
pernah mengetahui atau membicarakannya
mengalami
cemas.
dengan teman sebaya maupun ibu mereka.
Berdasarkan wawancara dari ke empat SD
Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi
tersebut, SDN 011 paling banyak mengalami
pada remaja putri akan berdampak terhadap
kecemasan dalam menghadapimenarche.
kesiapan
dalam
Sebelum
menghadapi
siswi
yang
mengalami
menstruasi
merasa
Berdasarkan data yang diperoleh diatas,
bingung,
berbagai
pertanyaan,
menghadapi menstruasi
menarche. pertama
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
(menarche) kesiapan mental sangat diperlukan
tentang
karena akan timbul perasaan cemas dan takut
Tentang
“Pengaruh Menstruasi
Pendidikan Terhadap
Kesehatan Tingkat
(Proverawati, 2009). 465
Usia remaja sering dicirikan sebagai
di SDN 011 Tanjungpinang Barat dan aktif
masa pubertas. pubertas dapat diartikan sebagai
mengikuti belajar mengajar
tahap ketika seorang remaja memasuki masa
2) Siswi yang belum mengalami menarche
kematangan seksual dan mulai berfungsi organ-
Pada penelitian ini sampel di bagi
organ reproduksi (Khuzaiyah, 2015). Ciri-ciri
menjadi
pubertas pada laki-laki antara lain pertumbuhan
eksperimen dan kelompok kontrol, dimana
bulu-bulu badan dan suara berubah menjadi
terdiri dari 32 orang kelompok eksperimen dan
lebih dalam. Sedangkan ciri-ciri pubertas pada
32 orang kelompok kontrol. Dalam pembagian
perempuan, antara lain pertumbuhan payudara
kelompok ini peneliti menggunakan teknik
dan kedatangan menstruasi yang pertama yang
pengambilan sampel yang digunakan adalah
disebut dengan menarche (Khuzaiyah, 2015).
sistematik random sampling. Pemilihan sampel
Metode Penelitian
dua
kelompok
yaitu
kelompok
menggunakan nama abjad siswi kelas V dan VI
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
(enam), dimana untuk nama abjad bernomor
kuantitatif dengan menggunakan rancangan
ganjil, siswi di tempatkan pada kelompok
penelitian eksperimen semu (quasi experiment).
eksperimen dan untuk nama abjad bernomor
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
genap dimasukkan ke dalam kelompok kontrol.
siswi kelas V dan VI (enam) di SDN 011
Responden dengan 2 kelompok eksperimen dan
Tanjungpinang Barat dengan jumlah 64 orang
kontrol sesuai dengan kriteria inklusi dan
yang terdiri dari 4 kelas. Sampel yang
bersedia menjadi responden, melakukan pretest
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
pada kedua kelompok selama 15 menit dengan
siswi SDN 011 Tanjungpinang Barat kelas V
menggunakan
dan VI (enam) yang belum mengalami
pendidikan
kesehatan
kepada
kelompok
menstruasi (menarche). Jumlah sampel dalam
eksperimen
dengan
metode
ceramah
penelitian ini adalah 64 siswi. Sebagai berikut:
menggunakan media film dan leaflet selama 30
Kriteria Inklusi
menit,
1) Responden terdaftar sebagai siswi kelas V
kelompok kontrol, melakukan posttest pada
dan
kelompok eksperimen dan kontrol selama 15
VI
(enam)
menit. 466
dan
kuesioner,
memberikan
Sebelum
memberikan
leaflet
dilakukan
kepada
pendidikan
kesehatan
responden
dibagi
menjadi
2
dengan beberapa pilihan jawaban kepada
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
responden. Dalam penelitian ini alat ukur yang
kontrol.Masing-masing kelompok terdiri dari
digunakan untuk mengumpulkan data berupa
30 orang.Peneliti melakukan penelitian dengan
instrument HARS (Hamilton Anxiety Rating
menggunakan kuesioner dan peneliti juga
Scale).
membuat jadwal penyampaian pendidikan Hasil Penelitian dan pembahasan kesehatan tentang menstruasi dengan metode 1. ceramah
kepada
Analisis
Uji
Pengaruh
Pendidikan
kelompok Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap
eksperimen.Sebelum
diberikan
pendidikan Tingkat
Kecemasan
Menghadapi
kesehatan, peneliti melakukan pretest atau tes Menarche Pada Kelompok Eksperimen. awal pada kelompok eksperimen dan kontrol
Tabel 1. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan
dalam waktu 15 menit, kemudian setelah itu
Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap
peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang
menstruasi
kepada
Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche
kelompok
Pada Kelompok Eksperimen
eksperimen dengan metode ceramah dengan
Tingkat
Pre
menggunakan LCD dan leaflet dilakukan satu
Kecemasan
Test
Test
(n=30)
(n=30)
kali pertemuan dalam waktu 30 menit kepada
(%)
Post
(%)
value
responden. Pada kelompok kontrol diberikan
Ringan
1
3,1
3
9,4
leaflet kepada responden. Selanjutnya setelah
Sedang
6
18,75
14
43,8
diberikan
kepada
Berat
17
53,1
15
46,9
kelompok eksperimen dan pemberian leaflet
Berat
8
25
0
0
kepada kelompok kontrol dilakukan posttest
Sekali
pendidikan
kesehatan
atautes akhir pada kelompok eksperimen dan kontrol dalam waktu 15 menit.Instrument yang
Tabel
1
menunjukkan
bahwa
digunakan pada penelitian ini adalah dengan
mayoritas
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan
eksperimen sebelum diberikan pendidikan
metode
cara
kesehatan tingkat kecemasan sebanyak 17
tertulis
responden (53,1%) mengalami kecemasan
pengumpulan
memberikan
data
dengan
pertanyaan/pernyataan
467
responden
pada
P
kelompok
0,000
berat.
Sesudah
diberikan
pendidikan
Berat
kesehatan tingkat kecemasan berat yang
1
3,1
0
0
Sekali
dialami oleh responden menurun sebanyak 15 responden (46,9%). Hasil p value = 0,000 (p
Tabel
2
menunjukkan
bahwa
value< α= 0,05) tingkat kecemasan, dapat
mayoritas responden pada kelompok kontrol
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
tingkat kecemasan sebanyak 17 responden
ada
(53,1%) mengalami kecemasan sedang. Sama
pengaruh
yang
bermakna
antara
pendidikan kesehatan tentang menstruasi
sebelum
terhadap tingkat kecemasan menghadapi
perlakuan
menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan VI
meningkat menjadi 17 responden (53,1%)
Tanjungpinang Barat.
mengalami kecemasan berat. Hasil p value=
Menstruasi
Terhadap
sesudah
tingkat
tanpa
diberikan
kecemasan
responden
0,487 (p value>α= 0,05) tingkat kecemasan,
2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
dan
Tingkat
dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak
Kecemasan Menghadapi Menarche Pada
yang artinya tidak ada pengaruh yang
Kelompok Kontrol.
bermakna tentang
antara
pendidikan
menstruasi
kesehatan
terhadap
tingkat
Tabel 2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan
kecemasan menghadapi menarche pada siswi
Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap
SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang
Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche
Barat.
Pada Kelompok Kontrol
Pembahasan 1.
Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi Menarche Sebelum Diberikan Pendidikan
Tingkat
Pre
(%)
Post
Kecemasan
Test
Test
(n=30)
(n=30)
(%)
P Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen. value Menstruasi
merupakan
siklus
masa subur telah dimulai dan terjadi saat Ringan
2
6,3
1
3,1
Sedang
17
53,1
14
43,8 0,487
Berat
12
37,5
17
53,1
lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk kumpulan darah (Pudiastuti, 2012). Walaupun menstruasi 468
adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh
menyatakan bahwa pengetahuan adalah
setiap perempuan normal hal ini akan
hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
menjadi masalah apabila remaja putri belum
seseorang terhadap objek melalui indera
pernah mengetahui tentang menstruasi.
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi
sebagainya).Dengan sendirinya, pada waktu
pada remaja putri akan berdampak terhadap
penginderaan
kesiapan dan mengalami kecemasan dalam
pengetahuan tersebut sangat mempengaruhi
menghadapi menarche (Proverawati, 2009).
persepsi individu terhadap objek.
sampai
menghasilkan
Berdasarkan teori Pieter et al
2. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi
(2011), menyatakan bahwa kecemasan
Menarche Sesudah Diberikan Pendidikan
merupakan pengalaman emosi dan suatu
Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen.
anggapan tanpa ada objek yang spesifik
Dalam penelitian ini dapat
sehingga orang merasakan suatu perasaan
dilihat bahwa sesudah siswi SDN 011
yang was-was (khawatir) seperti ada sesuatu
Tanjungpinang Baratdiberikan pendidikan
yang buruk akan terjadi dan pada umumnya
kesehatan tentang menstruasi ternyata ada
disertai gejala otonomik yang berlangsung
pengaruh
beberapa waktu.
kecemasan kearah yang lebih baik, yang
Hasil
penelitian
terhadap
penurunan
tingkat
menunjukkan
awalnya sebelum diberikan pendidikan
bahwa tingkat kecemasan siswi SDN 011
kesehatan responden mengalami kecemasan
Tanjungpinang Barat sebelum diberikan
berat sekali sebanyak 8 responden (25%)
pendidikan
besar
dan kecemasan berat sebanyak 17 responden
memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak
(53,1%) dan sesudah diberikan pendidikan
17 responden (53,1%) dan kecemasan berat
kesehatan, kecemasan berat sekali yang
sekali sebanyak 8 responden (25%) hal ini
dialami oleh responden menjadi kecemasan
disebabkan karena ketidaktahuan responden
berat sebanyak 0 responden (0%) dan terjadi
mengenai apa itu menstruasi dan cemas
peningkatan
menghadapi menarche. Hal ini sesuai
mengalami kecemasan sedang sebanyak 6
dengan teori Notoatmodjo (2010), yang
responden (18,75%) meningkat menjadi 14
kesehatan
sebagian
469
yang
awalnya
responden
responden (43,%) dan kecemasan ringan
Tanjungpinang
sebanyak 1 responden (3,1%) meningkat
pretest pada kelompok kontrol sebagian
menjadi 3 responden (9,4%).
besar memiliki tingkat kecemasan sedang
Pada menggunakan
penelitian metode
Baratsetelah
dilakukan
ini
peneliti
sebanyak 17 responden (53,1%), kecemasan
ceramah
dalam
berat sebanyak 12 responden (37,5%)dan
memberikan pendidikan kesehatan tentang
kecemasan
berat
menstruasi. Menurut teori Widyanto (2014),
responden
(3,1%).
metode ceramah merupakan penyampaian
kecemasan menghadapi menarche pada
pesan/informasi secara verbal atau lisan
awal
yang meliputi tanya jawab, dan memberikan
sebagian
gambar salah satunya dengan menggunakan
kelompok eksperimen maupun kelompok
media film sebagai alat dalam memberikan
kontrol memiliki tingkat kecemasan dalam
pendidikan kesehatan tentang menstruasi.
kategori sedang dan berat. Kondisi ini
3. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi
menunjukkan bahwa sebagian besar siswi
Menarche
Sebelum
Diberikan
besar
sebanyak
Distribusi
(pretest)
1
tingkat
menunjukkan
responden
baik
pada
memiliki perasaan cemas akan datangnya
Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Kontrol.
penelitian
sekali
menstruasi pertama (menarche). 4.
Menurut teori Proverawati (2009),
Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi Menarche
Sesudah
Diberikan
yang menyatakan bahwa perasaan bingung,
Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok
cemas, gelisah, dan tidak nyaman selalu
Kontrol.
menyelimuti perasaan seorang wanita yang
Menurut Pieter et al (2011), tingkat
mengalami menstruasi pertama (menarche).
kecemasan atau ansietas terdapat empat
Namun hal ini akan semakin parah apabila
tingkatan yaitu ringan, sedang, berat, berat
pengetahuan remaja mengenai menstruasi
sekali (panik). Dari hasil penelitian setelah
ini sangat kurang dan pendidikan dari orang
dilakukan posttest pada kelompok kontrol
tua
penelitian
didapatkan bahwa jumlah responden yang
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan
mengalami cemas ringan sebanyak 2
siswi
responden
yang
SDN
kurang.
011
Hasil
kelas
V
dan
VI 470
(6,3%),
cemas
sedang
17
responden
(53,1%),
cemas
berat
12
Kecemasan Pada Siswi SDN 011 Kelas
responden (37,5%). Dalam hal ini bahwa
V dan VI Tanjungpinang Barat.
tingkat kecemasan pada kelompok kontrol
Pada penelitian ini responden dibagi
tidak mengalami perubahan kearah yang
menjadi 2
lebih baik.Hal ini dibuktikan dari hasil yang
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada
didapat yaitu pada tingkat kecemasan
kelompok eksperimen didapatkan bahwa
sebelum dan sesudah tanpa diberikan
tingkat
perlakuan pendidikan kesehatan tentang
Tanjungpinang Barat mengalami penurunan
menstruasi. Didapatkan pretest kelompok
yang
kontrol 2 responden (6,3%) yang mengalami
eksperimen diberikan pendidikan kesehatan
cemas ringan dan cemas berat sebanyak 12
tentang menstruasi menggunakan media
responden
pada
visual yang singkat yang mudah dimengerti
posttest responden yang mengalami cemas
oleh responden. Dari hasil penelitian pada
ringan menurun menjadi 1 responden (3,1%)
kelompok eksperimen didapatkan hasil p
dan
value=0,000
17
(37,5%),
responden
selanjutnya
yang
mengalami
peningkatan menjadi cemas berat (53,1%).
kelompok yaitu kelompok
kecemasan
lebih
baik
(p
siswi
SDN
karena
011
kelompok
value<α=0,05)
dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
Meningkatnya tingkat kecemasan
ada
pengaruh
yang
bermakna
antara
siswi pada kelompok kontrol tersebut
pendidikan kesehatan tentang menstruasi
disebabkan dari lingkungan sekolah maupun
terhadap tingkat kecemasan menghadapi
di lingkungan keluarga itu sendiri karena
menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan
remaja putri tidak diberikan atau penjelasan
VI Tanjungpinang Barat.
mengenai
menstruasi
disekolah
belum
Hal
ini
sesuai
dengan
teori
pernah diadakan penyuluhan kesehatan atau
Widyanto (2014), yang menyatakan bahwa
pun materi pelajaran mengenai kesehatan
pendidikan kesehatan merupakan proses
reproduksi.
mekanisme dan interaksi yang terjadi
5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
terhadap perubahan kemampuan (perilaku)
Menstruasi
Terhadap
Tingkat
pada diri subjek tersebut sehingga hasil yang diharapkan dapat merubah perilaku maupun 471
persepsi
dari
subjek
Dalam
gagal ditolak yang artinya tidak ada
penelitian Perestroika (2011), mengatakan
pengaruh yang bermakna antara pendidikan
bahwa pemberian pendidikan kesehatan
kesehatan
reproduksi remaja
khususnya tentang
tingkat kecemasan menghadapi menarche
menstruasi
diberikan
pada siswi SDN 011 kelas V dan VI
dapat
belajar.
melalui
penyuluhan, sehingga kecemasan remaja
kontrol
Pada hasil penelitian oleh Fajria menyimpulkan
terhadap
Dalam penelitian ini kelompok
atau bahkan tidak ada.
yang
menstruasi
Tanjungpinang Barat
putri terhadap menarche dapat berkurang
(2010),
tentang
tidak
pendidikan
adanya
diberikan
perlakuan
kesehatan
tentang
menstruasi.Selain itu, informasi yang masih
pengaruh pengetahuan menstruasi terhadap
kurang
kecemasan menghadapi menstruasi pada
menstruasi serta pendidikan pada responden
siswi kelas V dan VI SDN Ardimulyo 3
yang
Singosari tahun 2010. Dengan hasil p
mempengaruhi pengetahuan dan emosional
value=0,000.
mereka dan mudah mengalami kecemasan.
Dengan demikian maka
khususnya
masih
pendidikan kesehatan tentang menstruasi
Kecemasan
terbukti
ketidaktahuan
bahwa
signifikan
ada
terhadap
pengaruh
tingkat
tersebut
dasar
tentang
sehingga
disebabkan
remaja
putri
oleh tentang
tingkat
perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi
kecemasan menghadapi menarche pada
saat remaja sehingga menstruasi dianggap
siswi
sebagai hal yang tidak baik.
SDN
011
penurunan
yang
kesehatan
Kelas
V
dan
VI
Tanjungpinang Barat mengenai menstruasi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Sedangkan pada kelompok kontrol
Fajria (2010), yang mengatakan bahwa
disimpulkan
pendidikan
dapat
bahwa
tidak
ada
kesehatan
adalah
suatu
perubahan pada tingkat kecemasan kearah
pendidikan yang dilakukan dengan cara
yang lebih baik pada pretest dan posttest.
menyebarkan pesan menanamkan keyakinan
Hal ini terbukti dengan didapatkannya hasil
sehingga sadar, tahu, dan mengerti, tetapi
p value=0,487 (p value>α=0,05) tingkat
juga mau serta bisa melakukan suatu
kecemasan, dapat disimpulkan bahwa Ho
tindakan yang ada hubungannya dengan 472
kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang
kesehatan
menarche bertujuan untuk memberikan
reproduksi ke berbagai sekolah, terutama pada
informasi
tentang
sekolah dasar (SD) dimana pada tingkat ini
pengertian, tanda dan gejala menarche.
remaja akan menghadapi masa pubertas. kepada
Dengan
tersebut
remaja putri dapat membicarakan atau lebih
tentang
terbuka tentang kesehatan reproduksi kepada
menarche meningkat dan dapat mengurangi
orang tua, agar mendapatkan informasi yang
kecemasan yang dialami oleh siswi. Dalam
tepat.
kepada
siswi
pemberian
diharapkan
SD
informasi
pengetahuan
siswi
hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
pendidikan
kesehatan
tentang
khususnya
tentang
Daftar Pustaka Abrahams, Peter. (2010). Panduan Kesehatan
menstruasi sangat bermanfaat dan berguna
Dalam
jika diberikan kepada remaja putri untuk
Karisma Publishing Group
dapat
meningkatkan
pengetahuan
kesehatan
Kehamilan.
Tangerang:
dan
American Academy of Child and Adolescent’s
menurunkan tingkat kecemasan remaja putri
Facts for Families.(2008). Stage of
mengenai
Adolescent Development.
menstruasi
karena
dapat
mempengaruhi persepsi remaja putri untuk
Anwar, M. B, A., & Prabowo, P. (2011).Ilmu
menghadapi menarche.
Kandungan Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Dharma, Kelana Kusuma, (2011).Metodologi
Kesimpulan dan Saran Penelitian
Keperawatan
(Panduan
Ada pengaruh yang bermakna antara Melaksanakan dan Menerapkan Hasil pendidikan
kesehatan
tentang
menstruasi
tingkat
kecemasan
Penelitian). Jakarta: Trans Info Media terhadap
penurunan
Dinas Kependudukan Kota Tanjungpinang menghadapi menarche pada siswi SDN 011 2015 kelas
V
dan
VI
Tanjungpinang
Barat Efendi, F., Makhfudli.(2009). Keperawatan
dinyatakan dengan
hasil p value= 0,000 (p Kesehatan
Komunitas
(teori
dan
value<α=0,05). Untuk itu kepada pihak terkait praktik dalam keperawatan).Jakarta: Diharapkan dapat memberikan pendidikan Salemba Medika. 473
Efendi,
Ferry
&
Makhfudli.
(2013).
Laila, Nur Najmi. (2011). Buku Pintar
Keperawatan Kesehatan Komunitas
Menstruasi
(Teori
Keluhannya). Yogyakarta: Buku Biru
dan
Praktik
Keperawatan).
dalam
Jakarta:
Salemba
(Solusi
Atasi
Segala
Lowdermilk, Perry, Cashion. (2013). Buku
Medika
Keperawatan Maternitas (Edisi 8),
Ersiana.(2014). Hubungan Obesitas Dengan
Alih Bahasa dr. Felici Sidartha dan dr.
Gangguan Siklus Menstruasi Pada
Anesia Tania. Jakarta : Salemba
Remaja Di SMK Mahardika Dabo
Medika
Singkep.
Tanjungpinang:
STIKES
Naviati, Elsa. (2011). Hubungan Dukungan
Hang Tuah Fajria.(2010).
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
Pengaruh
Menstruasi
Pengetahuan
Terhadap
Orang Tua di Ruang Rawat Anak.
Kecemasan
Depok: Universitas Indonesia
Menghadapi Menstruasi Pada Siswi
Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan
Kelas V Dan VI SDN Ardimulyo 3
Teori dan Aplikasinya.Jakarta : Rineka
Singosari.
Cipta
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian
Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data.
Jakarta:
Salemba
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, (2013).Metodologi Penelitian Ilmu
Medika
Keperawatan:
Khuzaiyah, Siti. (2015). The Secret Of Teens Guide Book For Teen Mengatasi Masa
Pendekatan
Praktis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Perestroika, Grhasta Dian.(2011). Pengaruh
Pubertas Seksualitas dan Pergaulan.
Penyuluhan
Menstruasi
Terhadap
Yogyakarta: Andi Publisher
kecemasan
Menghadapi
Menarche
Kusmiran, Eny, (2012). Kesehatan Reproduksi
Pada Remaja Putri Kelas VII SMPN 2
Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Punggelan Banjarnegara. Surakarta:
Medika
Universitas Sebelas Maret Surakarta Pertiwi, A. (2014). Hubungan antara usia menarche dan depresi pada remaja 474
dengan mengontrol pengaruh variabel
Soetjiningsih.(2004).
perancu lainnya. Surakarta Pieter,
Herri
Z.
J.B.,
&
Remaja
Saragih,
M.
Tumbuh
Dan
Kembang
Permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto.
(2011).Pengantar Psikopatologi untuk Somendawai.(2010). Panik Saat Puber? Say Keperawatan. Jakarta: Kencana No!!. Jakarta: PT. Dian Rakyat Priyono, Dewi. (2010). Paham Analisis Statistik Syarifudin.(2010). Panduan TA Keperawatan Data
dengan
SPSS.
Yogyakarta: Dan
Kebidanan
Dengan
SPSS.
MediaKom Yogyakarta: Grafindo Litera Media Proverawati,
Atikah.
(2009).
Menarche Triwibowo,
Cecep
&
Pusphandani,
M.
(Menstruasi Pertama Penuh Makna). (2013).Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta: Nuha Medika Yogyakarta: Nuha Media Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). 3 Fase Penting Videbeck, Sheila L. (2012). Buku Ajar Pada Wanita. Jakarta: Gramedia Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Rifrianti, Destri. (2013). Tingkat Kecemasan Widyanto,
Faisalado
Candra.
(2014).
Komunitas
dengan
Siswi Kelas VII Dalam Menghadapi Keperawatan Menarche Di SMP Warga Surakarta. Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha Surakarta: STIKES Kusuma Husada Medika Surakarta Safitri, Arneliwati, Erwin. (2013). Analisis Indikator
Gaya
Hidup
Yang
Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri. Pekanbaru: Universitas Riau Siswosudarmo, R., Emilia, O. (2008). Obstetri fisiologi.
Bagian
Obstetri
dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM. Pustaka Cendikia Press: Yogyakarta.
475
PENGARUH REBUSAN BELIMBING WULUH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA CAMAR PUSKESMAS SEI JANG TANJUNGPINANG Zurrahman¹, Lidia Wati², Komala Sari³
ABSTRAK Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut DEPKES hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis. Di KEPRI khususnya di Tanjungpinang hipertensi merupakan penyakit terbesar ke-2. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh rebusan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap penurunan tekanan darah, dengan metode Quasi Experimen menggunakan rancangan Non Equivalent Control Group. Sample dalam penelitian ini sebanyak 18 responden wanita yang dibagi menjadi dua kelompok: 9 responden eksperimen dan 9 responden kontrol. Rebusan belimbing wuluh diberikan 1kali sehari sebanyak 200 ml selama 7 hari. Hasil yang diperoleh menunjukan adanya pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah, dengan menggunakan uji Wilcoxon Test .menunjukan nilai 𝜌 responden eksperimen = 0,025 (< 0,05), nilai 𝜌 responden kontrol = 0,317 (> 0,05). Disimpulkan bahwa rebusan belimbing wuluh berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Kata Kunci : Rebusan Belimbing Wuluh, Tekanan Darah Tinggi.
ABSTRACT Hypertension is increase in systolic blood pressure 140 mm Hg or diastolic blood pressure of 90 mmHg . According the Department of Health hypertension is a leading cause of death after stroke and tuberculosis 3 . In KEPRI especially Tanjungpinang hypertension is a disease of the 2nd largest . This study aims to determine the effect of stew starfruit ( Averrhoa bilimbi ) to decrease blood pressure , with Quasi Experiment method using a design Non Equivalent Control Group. Samples in this study were 18 female respondents divided into two groups : 9 respondents experimental and 9 respondents control . Starfruit decoction is given once a day as much as 2oo ml for 7 days. The results obtained show the influence of starfruit stew to decrease blood pressure , using the Wilcoxon test . Shows the experimental value of ρ = 0.025 respondents ( < 0.05 ) , the value ρ = 0.317 control respondents ( > 0.05 ) . It was concluded that the decoction starfruit effect on blood pressure reduction Keywords : Stew starfruit , High Blood Pressure
PENDAHULUAN Hipertensi atau yang lebih dikenal
dari140/90
mmHg
dinyatakan
hipertensi,
batasan tersebut untuk orang dewasa diatas 18 dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu tahun (Adib dalam Ramadi, 2012). keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan Hipertensi
merupakan
penyebab
darah diatas ambang batas normal yaitu 120/80 kematian
nomor
3
setelah
stroke
dan
mmHg. Menurut World Health Organization tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari
(WHO), batas tekanan darah yang masih populasi kematian pada semua umur di dianggap normal adalah kurang dari 130/85 Indonesia. Hal itu disampaikan Menkes dr. mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih 476
Endang R. Sedyaningsih, Dr. PH, ketika
psikologis,
membuka The 4th
menyebabkan hipertensi (Tambayong, 2000).
Scientific
Meeting
on
Hypertension pada hari ini, Sabtu, 13 Februari 2010 di Jakarta (DEPKES, 2010).
stress
ketegangan
bisa
Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian
Pada umumnya peningkatan tekanan
dan
serius
penanggulangan
dalam
pencegahan
penyakit
tidak
dan
menular
darah (hipertensi) terjadi seiring bertambahnya
termasuk hipertensi. Hal ini dapat dilihat
umur terutama setelah umur 40 tahun (Depkes,
dengan dibentuknya Direktorat Pengendalian
2006). Sejalan dengan proses pertambahan
Penyakit Tidak Menular berdasarkan Peraturan
umur, resiko seseorang terkena penyakit
Menteri
kardiovaskuler meningkat. Hal ini dikarenakan
2005 dalam melaksanakan pencegahan dan
efisiensi sistem kardiovaskuler mengalami
penanggulangan
penurunan
yang
pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes
berhubungan dengan fungsi sistem tersebut
mellitus dan penyakit metabolik, kanker,
(Pattel dalam Kartikawati, 2008). Survei
penyakit kronik dan penyakit generatif lainnya
epidemiologi
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.
dan
merupakan
masalah-masalah
menunjukan satu
dari
bahwa
prediktor
umur terkuat
Dalam
Kesehatan
No.
penyakit
pencegahan
dan
1575
jantung
Tahun
dan
penanggulangan
terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk
hipertensi berbagai upaya telah dilakukan, yaitu
hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi
penyusunan
berkembang setelah umur mencapai 45 tahun
pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian
(Black dalam Kartikawati, (2008).
hipertensi. Pencegahan dan penanggulangan
Penyebab penyakit hipertensi secara
berbagai
kebijakan
berupa
hipertensi sesuai dengan kemajuan teknologi
umum diantaranya aterosklerosis (penebalan
dan
dinding arteri yang menyebabkan hilangnya
specific). Memperkuat logistik dan distribusi
elastisitas
keturunan,
untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung
bertambahnya jumlah darah yang dipompa
dan pembuluh darah termasuk hipertens.
kejantung, penyakit ginjal, kelenjer adrenal dan
Meningkatkan surveilans epidemiologi dan
sistem
sistem
pembuluh
saraf
simpatis,
darah),
obesitas,
tekanan
kondisi
informasi
daerah
(local
pengendalian
area
hipertensi.
Mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan 477
serta memperkuat jejaring serta monitoring dan
Jawa dan Bali sebesar 22,24% dan Sumatra
evaluasi pelaksanaan (DEPKES, 2010).
sebesar 9,17%.
Penyakit hipertensi tahun demi tahun
Berdasarkan
data
dari
penelitian
terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di
terdahulu pada tahun 2012, di dapatkan data
Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu
dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
milyar orang didunia atau satu dari empat orang
yang berbasis puskesmas sentinel pada tahun
dewasa menderita penyakit ini.
2009-2010 terjadi penurunan signifikan. Pada
Bahkan,
diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
tahun
2009
penderita
hipertensi
masih
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun
menduduki peringkat pertama untuk penyakit
2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa
tidak menular yang banyak diderita oleh
dihampir semua Negara mengalami penyakit
penduduk Kepulauan Riau dengan persentase
hipertensi, dan sekitar 50-60%
penduduk
64%. Namun data pada 2010 terjadi penurunan
dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas
jumlah persentase dimana untuk tahun 2010
utama yang status kesehatannya akan menjadi
menjadi 54,7% (P2PL, Dinkes Provinsi KEPRI,
lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya
2010). Menurut data IPKM DINKES Provinsi
(Adib dalam Ramadi, 2012).
Kepri
tahun 2010, Kota Tanjungpinang
Di Amerika, prevalensi tahun 2005
menduduki peringkat pertama dengan jumlah
adalah 21,7%. Prevalensi di Vietnam pada
13,04%, Kabupaten Lingga kedua denga
tahun 2004 mencapai 34,5%. Thailand (1989)
persentase 10,04%, dan peringkat terakhir Kota
17%. Malaysia (1996) 29, 9 %. Filipina (1993)
Batam dengan 5,47% (DINKES KEPRI dalam
22%, dan Singapura (2004) 24,9% (Dinkes
Hidayatullah, 2012).
Kota Semarang, 2007) Berdasarkan analisis prevalensi yang
Berdasarkan peneliti
dari
data
Dinas
yang
didapatkan
Kesehatan
Kota
dilakukan oleh Puslitbang dan Kebijakan
Tanjungpinang pada tahun 2011 hipertensi
Kesehatan (2008), hasilnya menunjukan bahwa
menduduki peringkat kedua dari daftar penyakit
34,9% penduduk Indonesia terkena hipertensi.
paling sering terjadi dengan jumlah kejadian
Prevalensi terbesar terdapat propinsi Kepulauan
11.448 kejadian. Pada tahun 2012 terjadi
Riau sebesar 45,0%. Papua sebesar 24,7%.
penurunan jumlah kejadian menjadi 8.718 478
kejadian, namun hipertensi masih menduduki
dimasyarakat
peringkat kedua dari daftar penyakit paling
menurunkan efek lebih lanjut, seperti penyakit
sering terjadi di Kota Tanjungpinang. Menurut
jantung koroner, karena hipertensi merupakan
data bulanan kesakitan Dinas Kesehatan Kota
faktor resiko penting penyebab penyakit
Tanjungpinang tahun 2012, Puskesmas Sei jang
jantung koroner. Tujuan pengobatan hipertensi
menduduki peringkat pertama dengan jumlah
saat ini adalah untuk menurunkan tekanan
kejadian
Puskesmas
darah, juga ditujukan untuk menurunkan
Tanjungpinang kedua dengan jumlah kejadian
komplikasi kardiovaskuler. Menurut konsensus
1.389 kejadian. dan Puskesmas Kampung Bugis
JNCV12
menduduki peringkat ketiga dengan jumlah
didahulukan, jika gagal penderita hipertensi
kejadian 639 kejadian. Dari 1.769 kejadian
harus menelan obat-obatan farmakologi seumur
hipertensi yang terjadi di Puskesmas Sei Jang
hidup (Penerbit Buku Kompas, 2006)
1.769
kejadian,
1.479 kasus terjadi pada usia 45 tahun ke atas,
dengan
pengobatan
Salah
satu
benar
non
dari
dapat
farmakologik
penanganan
dan 290 kasus terjadi pada usia di bawah 45
nonfarmakologis
tahun. (DINKES Kota Tanjungpinang, 2012).
penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer.
Berdasarkan data yang didapat peniliti
Terapi
dalam
akan
komplementer
menyembuhkan
bersifat
terapi
dari Puskesmas Sei Jang Kota Tanjugpinang
pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan
dari tujuh posyandu lansia yang berada di
terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,
wilayah kerja Puskesmas Seijang, posyandu
meditasi, terapi tawa, akupuntur, aroma terapi
lansia “Camar” yang memilki jumlah penderita
dan
hipertensi terbanyak yaitu 24 orang, posyandu
digunakan oleh masyarakat dalam menangani
lansia “Ananda” di peringkat kedua dengan 12
penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek
orang dan posyandu lansia “Asoka” diperingkat
samping
ketiga
Hidayatullah, 2012).
dengan
delapan
orang
penderita.
(Puskesmas Sei Jang, 2012). Beberapa
penelitian
refleksologi.
yang
Terapi
sedikit
herbal
(Sustrani
banyak
dalam
Banyak tumbuh-tumbuhan yang dapat di
Indonesia
digunakan
untuk
terapi
herbal
dalam
menjelaskan prevalensi hipertensi berkisar
pengobatan hipertensi, diantaranya adalah
antara 17-22 persen, jadi mengobati hipertensi
bawang putih, seledri, bunga rosella, belimbing 479
wuluh dan daun alpukat. Bawang putih dan seledri kurang disukai oleh masyarakat karena
BAHAN
DAN
METODE
PENELITIAN
rasanya yang kurang enak untuk dijadikan obat. Sedangkan bunga rosella dan belimbing wuluh
Desain : Desain penelitian yang
memiliki rasa asam yang pada umumnya
digunkan adalah Quasy Exsperiment dengan
kurang disukai oleh masyarakat. Daun alpukat
rancangan penelitian Non Equivalent Control
memiliki rasa yang sedikit pahit jika diseduh
Group.
(Rachdian dalam Hidayatullah, 2012). Namun
Tempat dan Waktu : Penelitian ini dilakukan
Belimbing Wuluh jika di konsumsi dalam
pada minggu ketiga bulan Juni tahun 2013
bentuk air rebusan dapat mengurangi rasa asam
selama satu minggu yaitu dari tanggal 17
yang dikandungnya.
sampai dengan tanggal 23, dan dilaksanakan di
Yuni Herlinawati (2006), mengatakan
Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang
dibalik rasanya yang asam, Belimbing Wuluh
Kota Tanjungpinang.
memiliki khasiat kesehatan luar biasa, penyakit
Sampel : Sampel yang digunakan diambil
yang bisa diatasi oleh Belimbing Wuluh
menggunakan
meliputi diabetes mellitus, rematik, hipertensi,
dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang
gondongan,
penurunan
dengan rincian 10 orang sebagai kelompok
kolesterol, pencegahan kanker dan pelancar
eksperimen dan 10 orang sebagai kelompok
pencernaan.
kontrol.
cacar
air,
Kandungan
wasir,
kalium
membuat
tehnik
Keseluruhan
Purposive
sampel
Sampling
merupakan
Belimbing Wuluh menstabilkan tekanan darah.
penderita hipertensi yang berada di wilayah
Berdasarkan uraian di atas peneliti
kerja posyandu lansia camar puskesmas sei jang
tertarik untuk melakukan penelitian secara
tanjungpinang,
langsung untuk mengetahui pengaruh rebusan
perempuan dan yang menderita hipertensi
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap
ringan, sedang dan berat.
penurunan tekanan darah pada penderita
Alat ukur : Alat ukur pada penelitian ini yaitu
hipertensi di wilayah kerja Posyandu Lansia
sphygmomanometer dan lembar obserbvasi.
Camar
Sphygmomanometer adalah alat mekanik yang
Puskesamas
Tanjungpinang.
Sei
Jang
Kota
yang
berjenis
kelamin
digunkan untuk mengukur tekanan darah. 480
Tekanan responden pada kelompok eksperimen
No
diukur sebelum dan sesudah diberikan rebusan
1
Kategori
• 45-59
satu
(Middle Age)
sedangkan
tekanan
darah
Tahun
responden pada kelompok kontrol diukur tanpa
• 60-69
pemberian perlakuan kemudian hasilnya dicatat
(Elderly)
pada lembar obserbvasi.
• >70 Tahun (Old)
Prosedur : Responden dibagi menjadi dua
Tahun
Jumlah
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
(%)
4
44,4%
5
55,6%
0
0%
9
100%
Usia :
belimbing wuluh setiap dua hari sekali selama minggu,
F
2
Derajat Hipertensi :
kelopok kontrol. Kelompok eksperimen diberi
• Ringan
4
44,4%
perlakuan berupa terapi rebusan belimbing
• Sedang
4
44,4%
wuluh 1 kali sehari (per 200ml) selama
• Berat
1
11,2%
9
100%
seminggu
dimana
sebelum
dan
sesudah
Jumlah
perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah rseponden. Sedangkan pada kelompok kontrol
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
hanya dilakukan pengukuran tekanan darah saja
karakteristik responden kelompok eksperimen
tanpa perlakuan berupa pemberian terapi
sebagian besar berusia 45-59 tahun (Middle
rebusan belimbing wuluh.
Age) sebanyak empat orang (44,5%), dan sebagian besar responden menderita hipertensi
Karakteristik Responden
sedang sebanyak lima orang (55,6%).
Merupakan ciri-ciri dari responden yang
Tabel
terdapat didalam penelitian ini yang meliputi
Karakteristik
No 1
Kategori
1.
Karakteristik
Kelompok
(Middle Age)
Eksperimen
481
F
(%)
4
44,4%
5
55,6%
0
0%
Usia : • 45-59
berikut: Tabel
Kelompok
Kontrol
usia dan derajat hipertensi yang diderita. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel
2.
Tahun
• 60-69
akhir (post test) yang dilakukan uji kemaknaan
Tahun
menggunakan uji Mann-Whitney.
(Elderly) • >70
Tahun (Old)
Jumlah 2
9
Tabel 3. Analisa Perbedaan Tekanan
100%
Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Derajat Hipertensi : • Ringan
4
44,4%
• Sedang
4
44,4%
• Berat
1
11,2%
9
100%
Jumlah
Kontrol pada Pengukuran Awal (Pre Test)
Tekanan
Kelompok
Kelompok
Stati
darah
Eksperime
Kontrol
stik
n F
%
F
%
𝝆
0
0%
0
0%
0,80
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Normal karakteristik responden kelompok
control Tinggi
4
sebagian besar berumur 60-69 tahun sebanyak lima orang (55,6%), dan sebagian besar Hipertens responden
menderita
hipertensi
4
44,4%
4
44,4%
5
55,6%
4
44,4%
ringan i Ringan
sebanyak empat orang (44,4%) dan menderita hipertensi sedang sebanyak empat orang Hipertens (44,4%). i Sedang 1 HASIL Hipertens
0
0%
9
100%
11,2%
Analisa Perbedaan Tekanan Darah i Berat Dalam analisa ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan distribusi eksperimen
tekanan
darah
pada
dan
kelompok
Jumlah
9
100%
kelompok
kontrol
Pada tabel di atas dapat diketahui
pada
pemeriksaan awal (pre test) dan pemeriksaan
sebagian
besar
tekanan
darah
kelompok
eksperimen pada pemeriksaan awal (pre test) adalah hipertensi sedang sebanyak lima orang 482
(55,6%), sedangkan sebagian besar tekanan
Berdasarkan table di atas dapat diketahui
darah kelompok kontrol pada pemeriksaan awal
sebagian
besar
tekanan
(pre test) adalah hipertensi ringan sebanyak
eksperimen pada pemeriksaan akhir (post test)
empat orang (44,4%) dan hipetensi berat
adalah hipertensi ringan yaitu sebanyak enam
sebanyak empat orang (44,4%), kemudian
orang (66,7%), sedangkan sebagian besar
didapat hasil uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,804.
tekanan
darah
darah
kelompok
kelompok
kontrol
pada
Tabel 4. Analisa Perbedaan Tekanan
pemeriksaan akhir (post test) adalah hipertensi
Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok
ringan sebanyak lima orang (55,6%), kemudian
Kontrol pada Pengukuran Akhir (Post Test)
didapat uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,203.
Tekanan
Kelompok
Kelompok
Stati
darah
Eksperime
Kontrol
stik
Analisa
Rebusan
Belimbing Wuluh
n
Normal
Pengaruh
Dalam analisa ini bertujuan untuk
F
%
F
%
𝝆
1
11,1%
0
0%
0,20
belimbing
3
terhadap
Tinggi
menterhui ada atau tidak pengaruh rebusan wuluh
(variabel
penurunan
tekanan
independen) darah
pada
penderita hipertensi (variabel dependen) yang Hipertensi
6
66,7%
5
55,6%
Ringan
Hipertensi
dilakukan uji kemaknaan menggunakan uji Wilcoxon Test.
2
22,2%
3
33,3%
Sedang
Tabel 5. Analisis Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada kelompok eksperimen
Hipertensi
0
0%
1
11,1%
Berat Jumlah
9
100%
9
100%
Tekanan
Sebelum
Setelah
Stati
darah
Terapi
Terapi
stik
F
483
%
F
%
𝝆
Normal
0
0%
1
11,1%
Tinggi
0,04
Tekanan
Sebelum
Setelah
Stati
darah
Terapi
Terapi
stik
6
Hipertensi
4
44,4%
6
66,7%
Ringan
Normal
F
%
F
%
𝝆
0
0%
0
0%
0,31
Tinggi
Hipertensi
5
55,6%
2
22,2%
Sedang
Hiperten
7
4
44,4%
5
55,6%
4
44,4%
3
33,3%
1
11,2%
1
11,1%
9
100%
9
100%
si Ringan
Hipertensi
0
0%
0
0%
Berat
Hiperten si Sedang
Jumlah
9
100%
9
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
Hiperten
tekanan darah kelompok eksperimen pada
si Berat
pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post
Jumlah
test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test) terdapat empat orang (44,4%) yang menderita
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
hipertensi ringan dan lima orang (55,6%) yang
tekanan
menderita hipertensi sedang, sedangkan pada
pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post
pemeriksaan akhir (post test) terdapat satu
test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test)
orang (11,1%) memiliki tekanan darah normal
terdapat empat orang (44,4%) yang menderita
tinggi,
hipertensi
enam
orang
(66,7%)
menderita
darah
kelompok
ringan,
empat
kontrol
orang
pada
(44,4%)
hipertensi ringan dan dua orang (22,2%)
menderita hipertensi sedang dan satu orang
menderita hipertensi sedang, kemudian didapat
(11,2%) menderita hipertensi berat, sedangkan
hasil uji statistik dengan nilai 𝜌 = 0,046.
pada pemeriksaan akhir (post test) terdapat lima
Tabel 6. Analisis Pengaruh Rebusan
orang (55,6%) menderita hipertensi ringan, tiga
Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan
orang (33,3%) hipertensi sedang, dan satu orang
Darah pada Kelompok Kontrol
(11,2%) menderita hipertensi berat, kemudian 484
didapat hasil uji statistik kemaknaan dengan
Analisa Perbedaan Tekanan Darah
nilai 𝜌 = 0,317.
Pada tabel 3 dapat diketahui hasil analisa
PEMBAHASAN
perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen
Karakteristik Responden
dan kelompok kontrol pada pemeriksaan awal
Responden pada penelitian ini termasuk
(pre test) yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu =
dalam batasan usia pertengahan (middle age =
0,804, membuktikan tidak terdapat perbedaan
45-59 tahun), lanjut usia (elderly = 60-69
yang signifikan tekanan darah kelompok
tahun), dan usia lanjut tua (old = >70 tahun)
eksperimen dan kontrol pada pemeriksaan awal
karna pada batasan usia tersebut seseorang
(pre test).
sangat rentan untuk terkena penyakit hipertensi.
Pada tabel 4 dapat diketahui hasil analisa
Pada umumnya peningkatan tekanan darah
perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen
(hipertensi) terjadi seiring bertambahnya umur
dan kontrol pada pemeriksaan akhir (post test)
terutama setelah umur 40 tahun (Depkes, 2006).
yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu = 0,203,
Sejalan dengan proses pertambahan umur,
membuktikan tidak terdapat perbedaan yang
resiko
signifikan terhadap tekanan darah kelompok
seseorang
terkena
penyakit
kardiovaskuler meningkat, hal ini dikarenakan
eksperimen
efisiensi sistem kardiovaskuler mengalami
pemeriksaan akhir (post test).
penurunan
dan
masalah-masalah
dan
kelompok
kontrol
pada
yang
Berdasarkan keterangan dari tabel 3 dan
berhubungan dengan fungsi sistem tersebut
4 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
(Pattel dalam Kartikawati, 2008).
perbedaan yang signifikan terhadap tekanan
Berdasarkan keterangan tabel 1 dan 2
darah kelompok eksperimen dan kelompok
menunjukan adanya kesesuaian dengan survei
kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan
epidemiologi yang menunjukan bahwa umur
pemeriksaan
merupakan
terdapatnya hasil
satu
dari
prediktor
terkuat
akhir
(post
test)
.
Tidak
perbedaan tekanan darah
terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk
yang besar (signifikan) dapat dikaitkan dengan
hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi
teori yang mengatakan bahwa terapi herbal
berkembang setelah umur mencapai 45 tahun
akan memberikan efek atau manfaat yang besar
(Black dalam Kartikawati, 2008).
jika diberikan dalam jangka waktu yang 485
panjang panjang (Astawan dalam Hidayatullah,
tekanan
2012).
kelompok eksperimen pada pemeriksaan awal Analisa
Pengaruh
Rebusan
Belimbing Wuluh
darah
yang
signifikan
terhadap
(pre test) dan pemeriksaan akhir (post test), dan tidak ada perbedaan tekanan darah yang
Pada tabel 5 dapat diketahui hasil analisa
signifikan terhadap kelompok kontrol pada
pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap
pemeriksan awal (pre test) dan pemeriksaan
penurunan tekanan darah pada penderita
akhir (post test), yang telah dibuktikan dengan
hipertensi
menggunakan uji statistik Wilcoxon Test
di
Posyandu
Lansia
Camar
𝜌 pada kelompok
Puskesmas Sei Jang terhadap responden
dimana didapat nilai
kelompok
yang
eksperimen lebih kecil (<) dari 0,05 dan nilai
diberikan terapi rebusan belimbing wuluh) yang
lebih 𝜌 pada kelompok kontrol lebih besar (>)
didapat nilai 𝜌 < 0,05 yaitu = 0,046,
dari 0,05, hasil ini sesuai dengan teori yang
membuktikan adanya perbedaan tekanan darah
mengatakan bahwa penderita penyakit darah
yang signifikan pada pemeriksaan awal (pre
tinggi pada umumnya kekurangan kalium,
test) dan pemeriksan akhir (post test).
potassium, dan kalsium. Oleh karena itu,
eksperimen
(responden
Pada tabel 6 dapat diketahui analisa
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap
yang mengandung kalium, potasium, dan
penurunan tekanan darah pada penderita
kalsium
hipertensi
Camar
belimbing wuluh merupakan cara yang tepat
Puskesmas Sei Jang pada responden kontrol
untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Nisa
(responden yang tidak diberikan terapi rebusan
2012).
di
Posyandu
Lansia
seperti
yang
tekandung
dalam
belimbing wuluh) yang didapat nilai 𝜌 > 0,05 yaitu = 0,317 yang membuktikan bahwa tidak adanya
perbedaan
tekanan
darah
Keterbatasa Penelitian
yang
Dalam penelitian ini peneliti menemukan
signifakan pada pemeriksaan awal (pre test) dan
berbagai macam bentuk keterbatasan ketika
pemeriksaan akhir (post test).
melakukan
penelitian,
sehingga
dengan
Berdasarkan keterangan dari tabel 5 dan
berbagai keterbatasan tersebut menjadikan
6 dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan
penelitian ini tidak mendapatkan hasil yang 486
maksimal. Adapun keterbatasan tersebut adalah
Kesimpulan
sebagai berikut:
Pemberian terapi rebusan belimbing
1. Dalam penelitian ini objek yang digunakan
wuluh pada penderita hipertensi menunjukan
sebagai sampel adalah manusia sehingga
adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan
sangat sulit untuk melakukan kontrol yang
darah pada penderita hipertensi, yaitu dapat
ketat terhadap faktor-faktor yang dapat
dilihat dalam analisa uji kemaknaan yang
meningkatkan tekanan darah khususnya
menunjukan
faktor pola makan.
belimbimg
adanya wuluh
pengaruh terhadap
rebusan
menurunkan
2. Penelitian ini merupakan penelitian herbal
tekanan darah. Tekanan darah pada responden
atau alami yaitu salah satu cara mengontrol
yang menderita hipertensi ringan, sedang, dan
tekanan darah tanpa mengunakan obat-
berat mengalami penurunan. Hal ini di buktikan
obatan kimia, selain tidak memiliki efek
dari hasil pengukuran tekanan darah responden
samping yang besar pengobatan herbal
eksperimen yang diberikan terapi rebusan
merupakan pengobatan yang dapat member
belimbing wuluh dan responden kontrol yang
efek yang besar dalam waktu yang lama,
tidak diberikan terapi rebusan belimbing wuluh.
maka dalam penelitian ini kurang lamanya
Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah
waktu pemberian terapi sehingga tidak
terapi, dimana didapat hasil sebagai berikut:
menimbulkan efek yang begitu besar.
a. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap
3. Pada penelitian ini desain penelitian yang
responden eksperimen dari sembilan orang
digunakan kurang tepat karna itu terdapat
(100%) responden terdapat empat orang
beberapa kerancuan dari hasil penelitian ini.
(44,4%) yang menderita hipertensi ringan
4. Pada penelitian tidak dilakukannya validitas
dan lima orang (55,6%) yang menderita
alat yang digunakan (sphygmomanometer)
hipertensi sedang. Pada pengukuran akhir
sehingga dapat memunculkan keraguan
(post test) terhadap responden eksperimen
pada akurasi alat ketika digunakan pada saat
terjadi penurunan tekanan darah, yaitu
melakukan pengukuran.
dimana penderita hiperte si ringan menjadi enam orang (66,7%), hipertensi sedang
PENUTUP
turun menjadi dua orang (22,2%) 487
dan
terdapat satu orang (11,1%) memiliki
d. Berdasarkan analisa perbedaan tekanan
tekanan darah normal tinggi.
darah kelompok eksperimen dan kelompok
b. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap
kontrol dengan menggunakan uji statistic 𝜌
responden kontrol dari sembilan orang
Mann-Whitney
(100%) responden terdapat empat orang
pemeriksaan awal (pre test) = 0,804 (> 0,05)
(44,4%) yang menderita hipertensi ringan,
dan nilai 𝜌 pada pemeriksaan akhir (post
empat orang (44,4%) yang menderita
test) = 0,203, hal ini menunjukkan tidak
hipertensi sedang dan terdapat satu orang
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
(11,2%) yang menderita hipertensi berat.
tekanan darah kelompok eksperimen dan
Pada pengukuran akhir (post test) tidak
kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan
terdapat perbedaan tekanan darah yang
pemeriksaan akhir (post test)
didapat
nilai
pada
berarti yaitu yang menderita hipertensi Saran ringan
menjadi
lima
orang
(55,6%), a. Diharapkan masyarakat lebih memberikan
hipertensi sedang menjadi tiga orang perhatian yang serius terhadap pengobatan (33,3%), dan hipertensi berat masih satu herbal dalam mengontrol tekanan darah orang (11,1%). pada
penderita
hipertensi.
Pengobatan
c. Pada analisa pengaruh rebusan belimbing herbal seperti rebusan belimbing wuluh wuluh terhadap penurunan tekanan darah selain mudah didapat dan tidak memberikan dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon efek samping yang berbahaya juga tergolong Test didapat nilai 𝜌
pada kelompok ekonomis
(murah).
Dengan
penderita
hipertensi
dapat
demikian
eksperimen = 0,046 (< 0,05) dan nilai 𝜌 pada mengontrol
kelompok kontrol = 0,317 (> 0,05), hal tekanan menunjukkan
bahwa
berdasarkan
darahnya
tanpa
harus
uji mengkonsumsi obat-obatan yang pastinya
statistik bahwa terdapat pengaruh rebusan akan memberikan efek samping yang kurang belimbing
wuluh
terhadap
penurunan baik bila dikonsumsi secara terus-menerus.
tekanan darah pada penderita hipertensi di b. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang dapat Tanjungpinang. 488
ikut
berperan
dalam
mensosialisasikan
atau
memberikan
http://www.depkes.go.id. Di akses: 5 April
pengetahuan kepada masyarakat untuk lebih
2013.
mengenal
dalam
Freyanti, Veni Aznur. (2012). Faktor-Faktor
terhadap
Yang Berhubungan Dengan Kunjungan
obat-obatan
mengontrol
tekanan
herbal darah
penderita hipertensi. c. Diharapkan penelitian
Lansia Ke Posyandu Lansia Di Wilayah
adanya yang
pengembangan
serupa
Kerja
Puskesmas
Sei
Jang
Kota
mengenai
Tanjungpinang Tahun 2012. Skripsi
pengobatan herbal dari jenis dan desain yang
Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.
berbeda serta waktu penelitian yang lebih
hal: 10-37
lama untuk dapat melihat pengaruh secara
Guyton, Arthur C, (1990). Fisiologi Manusia
signifikan sehingga akan terus didapat hasil
dan
penelitian yang lebih baik.
Jakarta: EGC, hal:
d. Karna sudah terdapat beberapa penelitian pengobatan
herbal
dalam
peneliti
berharap
pengembangan
penelitian
membanding
keefektifan
3.
Swadaya, hal: 36-38. Herlinawati, Yuni , (2006). Terapi Jus Untuk
adanya
dalam
Edisi
Khasiatnya, Seri 1 .Depok: Penebar
hipertensi seperti jus timun, air putih, pisang
maka
Penyakit
Hariana, Arief, (2004). Tumbuhan Obat &
mengontrol
dan termasuk rebusan belimbing wuluh,
Mekanisme
Kolesterol Plus Ramuan Herbal. Jakarta:
hal
Puspa Swara, hal: 61.
terhadap
Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008). Metode
penurunan tekanan darah dari beberapa
Penelitian Keperawatan dan Tehnik
pengobatan herbal di atas.
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. hal: 76.
DAFTAR PUSTAKA Hidayatullah, M Redha. (2012). Pengaruh Jus Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodelogi Timun Terhadap Penurunan Tekanan Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info Darah Pada Penderita Hipertensi Di Media: Jakarta Timur. hal: 197-204 Wilayah Kerja Puskesmas Panncur. Depkes. (2010). Hipertensi Penyebab Skripsi Kematian
Nomor
Tiga.
489
Tidak
diterbitkan.
Tanjungpinang. STIKES Hang Tuah.
Purwaningsih,
Hal: 9 dan 39-45
Eko,
(2007).
Multiguna
Belimbing Wuluh. Jakarta: Ganeca Exact,
Kusnul, Zauhani & Munir, Zainal (2012). Efek Pemberian Jus Mentimun Terhadap
Hal: 1-3. Ramadi, Afdhal, (2012). Perbedaan Pengaruh
Penurunan Tekanan Darah. Skripsi
Pemberian
Seduhan
Daun
Alpukat
Tidak diterbitkan. Stikes Bahrul Ulum.
(PerseagratissimaGaerth)
Hal:
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Terhadap
Lathifah, Qurrotu A, (2008). Uji Efektifitas
Laki-Laki Yang Perokok Dengan Bukan
Ekstrak Kasar Senyawa Anti Bakteri
Perokok Di Wilayah Kerja Puskesma
Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa
Padang Pasir Kota Padang Tahun 2012.
Bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut.
Skripsi
Skripsi Tidak diterbitkan. Fakultas Sains
Keperawatan
dan TeknologiI. Universitas Islam Negeri
Diakses 5 Maret 2013. Hal: 1-2
(UIN) Malang. Diakses 5 Maret 2013.
diterbitkan. Universitas
Fakultas Andalas.
Riyanto, (2009). Pengolahan dan Analisi Data
Hal: 20-24.
Kesehatan. Yogjakarta: Ruha Medika,
M. Wijoyo, Padmiarso, (2011).
Rahasia
Penyembuhan Hipertensi Secara Alami.
hal: Sari, Wening, et al, (2008). Care youself,
Bogor: Bee Media AGRO, Hal: 9-19. Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi Penelitian
Tidak
Kesehatan.
Jakarta:
hepatitis. Jakarta: Penebar Plus+, hal: 74. Shinta, (2012). Hubungan Peran Keluarga
PT.
Dalam Perawatan Kesehatan Lansia
Rineka Cipta, hal:
Dengan
Kejadian
Hipertensi
Di
Penerbit Buku Kompas, (2006). Rahasia Sehat
Puskesmas Sei Jang Tahun 2012. Skripsi
dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta:
Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.
PT. Kompas Media Nusantara, hal: 199-
hal:
200.
Smeltzer & Bare, (2001). Buku Asuhan
Permadi, Adi, (2006). Tanaman Obat Pelancar
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Air Seni. Jakarta: Penebar Sebaya, hal:
Jakarta: EGC, hal:
24. 490
Soenanto, Hardi, (2009). 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam urat, dan Obesitas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hal: 52-53. Sutanto, (2010). Cekal (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: CV. Andi Offset, hal: 1-34. Syarifudin, (2010). Panduan TA Keperawatan dan
Kebidanan
dengan
SPSS.
Yogyakarta: Grafindo Litera Media, hal: Stanley, Mickey & Beare, Gauntlett Patricia, (2002).
Buku
Ajar
Keperawatan
Gerontik Edisi 2. Jakarta; EGC. hal: 11. Wati, Lidia, (2013). Panduan Penyusunan Metodologi
Riset
Keperawatan.
Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah Tanjungpinang, hal:1-61. Widharto, (2009). Bahaya Hipertensi. Klaten: PT Sunda Kelapa Pustaka, hal: 3-36.
1
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
3
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
491
PENGARUH AIR REBUSAN LIDAH BUAYA TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI JANG TANJUNGPINANG TAHUN 2014 Urai Muhamad Bawadi1, Soni Hendra Sitindaon2, Komalasari3
ABSTRAK Diabetes Mellitus berasal dari kata Yunani diabainein yang berarti “tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang berarti “rasa manis”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air rebusan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode Pra eksperimen dan jenis pendekatan yang digunakan adalah one group pretest postest tanpa kelompok kontrol. Jumlah populasi sebanyak 1393 orang penderita Diabetes Mellitus dan sampel dengan teknik Purposive Sampling berjumlah 12 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Wilcoxon. Hasil Penelitian yang diperoleh yaitu kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan lidah buaya didapatkan semua responden kadar gula darah >200mg/dL sebanyak 12 orang (100%). Kadar gula darah sesudah diberikan air rebusan lidah buaya didapatkan sebagian besar responden kadar gula darah <150mg/dL sebanyak 6 orang (50%).
Kata Kunci : Lidah buaya, Diabetes Mellitus
ABSTRACT Diabetes Mellitus comes from the Greek diabainein which means "hit" or "fountain ", mellitus which means "sweet taste ". The aim of this research is to find out the influence decoction aloe vera to experienced the blood sugar at patients with diabetes mellitus in the Community Health Center Sei Jang in 2014. Types of research that is quantitative research with the method Pre experiments and type of approach that is used is one group pretest postest without controls. Number of population as many as 1393 people with Diabetes Mellitus and samples with Purposive sampling techniques %12 people. Instruments that used is sheets observation. Hypothesis test is trial Wilcoxon. Results of research, the blood sugar level before given decoction aloe vera obtained all respondents blood sugar level >200mg/dl as many as 12 people (100%). Blood sugar level after given decoction aloe vera found most respondents blood sugar level <150mg/dl as much as 6 people (50%). Keyword : Sweet Star Fruit and, Cucumber Therapy, The Decrease Blood Pressure of Hypertensive
PENDAHULUAN Berkembangnya suatu negara menjadi
additive (bahan tambahan makanan) dalam makanan ataupun bahan baku makanan maka
salah satu faktor permasalahan
baru semakin tinggi pula penyakit-penyakit yang
terutama permasalahan tentang gaya hidup ditimbulkan
sebagai
akibat
kurang
masyarakat di dunia. Dengan meningkatnya seimbangnya pola hidup dan pola makan yang beban
kerja dilakukan. Salah satu penyakit yang disebabkan
masyarakat khususnya masyarakat perkotaan, oleh buruknya pola hidup dan pola makan ini serta semakin tinggi penggunaan bahan-bahan 492
adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus
Meksiko 10,6 juta jiwa, dan Indonesia dengan
(DM) adalah hiperglikemia kronik disertai
jumlah penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa,
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
saat ini Indonesia menempati peringkat ketujuh
hormonal
berbagai
dalam daftar negara dengan penderita DM
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
terbanyak di dunia, lebih buruk dibanding tahun lalu
pembuluh darah, disertai lesi pada membran
dimana Indonesia berada pada peringkat kesepuluh.
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati
elektron (Mansjoer, 2001).
urutan
yang
Ketua
menimbulkan
Umum
Persatuan
Diabetes
ke-7
penyebab
kematian
dunia.
Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan
Indonesia (PERSADIA, 2013) Prof. Sidartawan
pada tahun
Soegondo menjelaskan, jika tidak diintervensi
2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi)
dengan baik DM menimbulkan komplikasi dan
sebanyak 21,3 juta jiwa (Depkes, 2010).
mengakibatkan kecacatan, bahkan kematian. Di
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
antaranya luka yang sulit sembuh, bahkan bisa
2013
terjadi pembusukan pada kaki dan berakibat
meningkat.
diamputasi. Juga menyebabkan kebutaan dan
meningkatnya
katarak
penyumbatan
kegemukan yang juga terus meningkat yaitu
pembuluh darah jantung yang mengakibatkan
dari 18,8% tahun 2007 menjadi 26.6% di 2013.
penyakit jantung koroner. Terjadi gangguan
Obesitas pada perempuan cenderung lebih
saraf berupa kesemutan, baal, stroke, dan
tinggi
impotensi (Sukmasari, 2014).
meningkat dari 14,8% (2007) menjadi 32,9%
dini,
gagal
Studi terbaru
ginjal,
dari
menunjukan Ini
tren
penderita
DM
dengan
juga
obesitas
atau
seiring proporsi
dibanding
laki-laki.
Perempuan
International
(2013), sedangkan laki-laki hanya 13,9%
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012
menjadi 19,7%. Kenaikan DM pun lebih tinggi
mengatakan penderita DM di seluruh dunia
pada perempuan yaitu 7,7% sedangkan laki-laki
mencapai 371 juta orang. Posisi pertama adalah
5,6%.
Cina dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak
( Depkes, 2013). Angka
kejadian
DM
di
provinsi
63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa,
Kepulauan Riau pada tahun 2011 menduduki
Brasil 13,4 juta jiwa, Rusia 12,7 juta jiwa,
posisi ke 3 dengan jumlah angka kejadian 493
mencapai 2121, setelah Hipertensi dan Asma.
jumlah kunjungan sebanyak 1393 (DINKES
Berikut
Kota Tanjungpinang, 2013).
prevalensi
kabupaten/kota
data
DM
setiap :
Beberapa upaya untuk penyembuhan
Lingga 62 kasus, Natuna 230 kasus, Karimun
dilakukan, mulai dari penanganan secara medis,
489
dan
pengaturan pola makan dan perbaikan pola
Tanjungpinang 1649 kasus (Dinkes Provinsi
hidup dengan olahraga yang teratur, akupuntur,
Kepri, 2011).
ataupun dengan penggunaan tanaman obat-
kasus,
berdasarkan
di
Bintan
337
kunjungan
kasus,
Angka penderita DM di Tanjungpinang
obatan yang lebih dikenal dengan pengobatan
setiap tahunnya meningkat dari tahun 2012
herbal. Penggunaan tanaman herbal di percaya
hingga tahun 2013. Penderita DM pada tahun
dapat memperbaiki kondisi pasien DM dengan
2012 mencapai angka 1.785 orang, sementara
konsumsi herbal yang teratur dibantu dengan
jumlah penderita DM pada tahun 2013
pola makan dan pola hidup yang teratur juga
meningkat sebanyak 1904 orang (106%)
(Suryo, 2010).
penderita dan jumlah keseluruhan penderita
Sifat
pengobatan
herbal
adalah
pada tahun 2013 mencapai 3689. Berikut
memperbaiki sistem tubuh yang rusak, yang
Prevalensi angka kunjungan penderita DM
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan,
tahun 2013 di setiap Puskesmas di kota
maka kesembuhan suatu penyakit termasuk DM
Tanjungpinang : Puskesmas Mekar Baru
bukanlah hal yang tidak masuk akal. Saat ini
terdapat 150 kunjungan, Puskesmas Kampung
sudah banyak tanaman bermanfaat untuk
Bugis 232 kunjungan, Puskesmas Melayu Kota
melawan DM. Khasiat anti diabetik pada
Piring 294 kunjungan, Puskesmas Batu 10
tanaman tersebut telah dibuktikan secara ilmiah
sebanyak 371 kunjungan, Puskesmas Sei Jang
maupun
1393
Puskesmas
digunakan sebagai sediaan untuk mengobati
Tanjungpinang Kota 1249 kunjungan. Dari data
DM mulai fase penurunan kadar gula darah,
tersebut diketahui angka kunjungan tertinggi
pengganti insulin,
pada penderita DM di Kota Tanjungpinang
gangren yang biasanya diderita oleh penderita
terdapat pada Puskesmas Sei Jang dengan
DM ataupun untuk
kunjungan,
dan
pangkreas 494
empiris.
Beberapa
herbal
penyembuh
luka
yang
atau
memperbaiki fungsi
diantaranya
adalah
mimba,
lidah
buaya,
bradykininase, aloctin A. Aloe-emodin dan
ciplukan, daun sendok, tapak liman, mengkudu,
rhein, serta polifenol berkhasiat sebagai laksatif
buncis, pare, bungur, duwet, kacang panjang,
(pencahar/ urus-urus). Polisakarida sebagai
taoge, sambiloto, daun anting-anting, dan
penyembuh luka dan dapat mengurangi reaksi
beberapa tanaman lainnya (Suryo, 2010).
peradangan (Putra, 2013)
Salah satu tanaman herbal yang sangat
Kandungan
dari
lidah
buaya
yang
bermanfaat dan berkhasiat dalam menurunkan
dianggap mampu menurunkan kadar gula darah
kadar gula darah pada penderita DM dan
adalah kromium, inositol, vitamin A, dan getah
komplikasinya adalah lidah buaya atau Aloe
kering
Vera.
hypoglycemic (Jatnika & Saptoningsih, 2009). Lidah buaya menurut sejarahnya di bawa
lidah
buaya
yang
Berdasarkan uraian peneliti
tertarik
mengandung
permasalahan untuk
di
ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17.
atas,
melakukan
Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas
penelitian mengenai “ Apakah Ada Pengaruh
sebagai tanaman hias,
ramuan obat-obat
Air Rebusan Lidah Buaya terhadap Penurunan
tradisional, dan bahan kecantikan. Budidaya
Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes
komersial dan perluasan penggunaan untuk
Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang
bahan baku produk minuman dimulai pada
tahun 2014?”
tahun 900-an, ditandai dengan dibukanya lahan BAHAN
DAN
METODE
lidah buaya di Kalimantan Barat tepatnya di PENELITIAN kota Pontianak. Beberapa daerah lainnya seperti Desain penelitian adalah model atau Palembang, Malang, dan Jawa Barat juga metode memiliki
lahan
perkebunan
lidah
yang
digunakan
peneliti
untuk
buaya melakukan suatu penelitian yang memberikan
(Kristianto,2005). arah terhadap jalannya penelitian. Desain Berdasarkan hasil penelitian, lidah buaya mngandung
bahan
kimia
seperti
aloin,
penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian.
barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin,
Penelitian ini menggunakan metode
aloesin, rhein, homonatolin, aloidoside A, B;
penitian pra-eksperimen dengan rancangan one
495
group pretest posttest yaitu rancangan tanpa
lainnya. Alat pengumpulan data menggunakan
kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah
lembar observasi yang di dapatkan dari hasil
dilakukan observasi pertama (Pretest) yang
pengecekkan Glukometer.
memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang
terjadi
setelah
adanya
eksperimen
(Notoatmojo, 2010).
HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat
Populasi penderita Diabetes Mellitus di
Merupakan analisa yang dilakukan pada
Wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014
tiap variabel dalam hasil penelitian. Pada
berjumlah 1393 orang. Teknik sampling yang
umumnya analisa ini hanya menghasilkan
digunakan pada penelitian ini adalah dengan
distribusi dan presentasi tiap variabel yang
menggunakan teknik purposive sampling yaitu
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
dengan sampel pada penelitian ini berjumlah 12
1. Data gula darah sewaktu sebelum perlakuan
orang responden penderita Diabetes Mellitus. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Mei
Tabel 1. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu
sampai 10 Juni tahun 2014. Tempat penelitian
Sebelum Perlakuan Pada Penderita Diabetes
ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
Jang Tanjungpinang. Pemilihan responden berdasarkan kriteria
No Responden
Jumlah GDS
01
255 mg/dl
02
482 mg/dl
03
317 mg/dl
04
414 mg/dl
05
303 mg/dl
06
452 mg/dl
07
386 mg/dl
inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Pada setiap responden diberikan perlakuan berupa air rebusan lidah buaya yang diminum pagi dan sore hari sebanyak 300 ml selama 14 hari secara teratur tanpa putus dan di cek nilai gula darah sewaktu sebelum diberikan minum air rebusan, hari ke tujuh dan hari ke lima belas, jika responden tidak minum secara teratur maka responden tersebut harus mengulang dari awal atau
mengganti
dengan
responden
yang 496
08
253 mg/dl
09
465 mg/dl
10
378 mg/dl
11
237 mg/dl
12
04
169 mg/dl
05
144 mg/dl
06
207 mg/dl
07
132 mg/dl
08
87 mg/dl
09
210 mg/dl
10
153 mg/dl
11
92 mg/dl
12
138 mg/dl
349 mg/dl
Berdasarkan
tabel
1
diatas
dapat
diketahui bahwa dari 12 orang penderita Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah
Dari tabel 2 diatas, diketahui bahwa dari
sewaktu sebelum diberikan perlakuan diatas
12 orang penderita diabetes mellitus, dengan
normal (70-140 mg/dl). Kadar gula darah
kadar gula darah sewaktu sesudah diberikan
sewaktu paling tinggi dari data tersebut adalah
perlakuan. Kadar gula darah tertinggi yaitu
responden nomor 02 yaitu 482 mg/dl dan yang
pada nomor responden 02 (219 mg/dl) dan
paling rendah adalah responden nomor 11 yaitu
kadar gula darah terendah yaitu pada nomor 08
237 mg/dl.
(87 mg/dl).
2. Data gula darah sewaktu sesudah perlakuan
B. Hasil Analisis Bivariat Untuk melihat hubungan antara variabel
Tabel 2. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu
dependen (kadar gula darah pada penderita
Sesudah Perlakuan Pada Penderita Diabetes
diabetes mellitus) dan variabel independen (air
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
No Responden
Jumlah GDS
rebusan
lidah
menggunakan
buaya). Uji
Uji
Wilcoxon
kemaknaan Test,
untuk
mengetahui nilai rata-rata antar satu kelompok
01
125 mg/dl
dengan kelompok lain, dimana antara suatu
02
219 mg/dl
kelompok lain tidak saling berhubungan yang
03
137 mg/dl
menghasilkan ρ, dengan α = 0,05.
497
Berdasarkan data dari tabel 2 dan 3,
06
452 mg/dl
dilakukan analisa data dengan menggunakan Uji Wilcoxon Test yang merupakan uji beda dua
07
386 mg/dl
sampel berpasangan. Berikut ini dalam tabel 5.5 hasil penelitian yang telah dilakukan :
08
253 mg/dl
09
465 mg/dl
Tabel 3. Distribusi adar Gula Darah
10
Sewaktu Sebelum Perlakuan Pada Penderita
378 mg/dl
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
11
Sei Jang
237 mg/dl
12 No
Jumlah
Jumlah
Rentang
P
Reponden
GDS
GDS
Penuruna
Value
Pretest
Posttest
n
255 mg/dl
125
130
mg/dl
mg/dl
219
263
mg/dl
mg/dl
137
180
mg/dl
mg/dl
169
245 mgdl
01
02
03
04
482 mg/dl
317 mg/dl
414 mg/dl
303 mg/dl
245
mg/dl
mg/dl
132
254
mg/dl
mg/dl
287
166
mg/dl
mg/dl
210
255
mg/dl
mg/dl
153
225
mg/dl
mg/dl
92
145
mg/dl
mg/dl
138
211
mg/dl
mg/dl
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat terjadi
penurunan dari rentang GDS yang sebelumnya responden
merupakan
penderita
diabetes
mellitus yang kadar gula darah diatas normal yaitu > 140 mg/dl setelah pemberian air rebusan lidah buaya. Saat ini terdapat 6 orang dari responden mengalami penurunan mencapai kadar gula darah normal yaitu berkisar antara 70 – 140 mg/dl dan pada responden yang lain
mg/dl 05
349 mg/dl
207
mengalami penurunan yang sangat drastis,
144
159
mg/dl
mg/dl
sebanyak 2 kali lipat seperti yang terjadi pada 0,002
responden 02, 04, 06, 09, 10, 12. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon Test diperoleh ρ value 0,002 <
498
0,05, dengan demikian Ho ditolak. Maka dapat
Pada nomor responden 01 jumlah GDS
disimpulkan ada pengaruh air rebusan lidah
255 mg/dl, responden 02 jumlah GDS 482
buaya terhadap penurunan kadar gula darah
mg/dl, responden 03 jumlah GDS 317 mg/dl,
pada penderita diabetes mellitus di wilayah
responden 04
jumlah GDS 414
mg/dl,
kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014.
responden 05
jumlah GDS 303
mg/dl,
responden 06
jumlah GDS 452
mg/dl,
Setelah dilakukan penelitian awal pada
responden 07
jumlah GDS 386
mg/dl,
penderita Diabetes Mellitus di Wilayah kerja
responden 08
jumlah GDS 253
mg/dl,
Puskesmas Sei Jang terdapat 1393 jumlah
responden 09
jumlah GDS 465
mg/dl,
kunjungan penderita Diabetes Mellitus. Dalam
responden 10
jumlah GDS 378
mg/dl,
penelitian ini peneliti mengambil sampel
responden 11
jumlah GDS 237
mg/dl,
sebanyak 12 orang yang berusia 45 – 65 tahun
responden 12 jumlah GDS 349 mg/dl.
PEMBAHASAN
sebagai
kelompok
eksperimen
dengan
Saat dilakukan pemberian terapi air
menggunakan desain one group pretest-postest,
rebusan lidah buaya secara rutin pagi dan sore,
yaitu menjadikan perbandingan awal (pretest)
dilakukan pengecekkan gula darah untuk
sebagai acuan perubahan setelah dilakukan
melihat sudah sampai sejauh mana penurunan
penelitian (posttest).
kadar gula darah, di hari ke 4 dan ke 8 yang
Sebelum memberikan terapi air rebusan
bertujuan untuk mengurangi resiko yang
lidah buaya peneliti melakukan pengecekkan
mungkin terjadi seperti penurunan kadar gula
awal, ditemukan hasil kadar gula darah
darah yang berlebihan, dan dapat menyebabkan
responden secara keseluruhan berada di atas
hipoglikemia sehingga terjadi ketidaksadaran
nilai normal yaitu >140 mg/dl. Menurut ADA
diri, mual dan muntah-muntah.
(2009) terlepas dari waktu setelah makan, kadar
Pada pengecekkan terakhir hari ke 15
gula darah sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
terjadi penurunan kadar gula darah, dari 12
atau lebih tinggi menunjukkan diabetes,
responden yang telah berhasil mengalami
terutama bila digabungkan dengan salah satu
penurunan
yang
tanda dan gejala diabetes, seperti sering kencing
responden
dari
dan haus yang ekstrim.
penurunannya mencapai angka normal yaitu 70 499
diharapkan, 12
didapati
responden
6
yang
– 140 mg/ dl. Pada nomor responden 01 jumlah
Dari distribusi sebelum dan sesudah
GDS 255 menjadi 125 mg/dl, responden 02
pemberian air rebusan lidah buaya dapat dilihat
jumlah GDS 482 menjadi 219 mg/dl, responden
perbedaan penurunan yang signifikan hal ini
03 jumlah GDS 317 menjadi 137 mg/dl,
sesuai dengan teori yang dijelaskan dalam buku
responden 04 jumlah GDS 414 menjadi 169
Wijoyo (2012) bahwa lidah buaya merupakan
mg/dl, responden 05 jumlah GDS 303 menjadi
obat tradisional dalam mengobati diabetes
144 mg/dl, responden 06 jumlah GDS 452
mellitus. Sedangkan menurut Duke (2002)
menjadi 207 mg/dl, responden 07 jumlah GDS
kandungan yang dimiliki lidah buaya yaitu
386 menjadi 132 mg/dl, responden 08 jumlah
saponin yang bersifat anti bakteri dan jamur
GDS 253 menjadi 87 mg/dl, responden 09
serta mengurangi penyerapan glukosa pada
jumlah GDS 465 menjadi 210 mg/dl, responden
tubuh, flavonoid untuk meningkatkan produksi
10 jumlah GDS 378 menjadi 153 mg/dl,
insulin dan meregenerasi pulau Langerhans
responden 11 jumlah GDS 237 menjadi 92
Pankreas terutama sel β, polifenol sebagai anti
mg/dl, responden 12 jumlah GDS 349 menjadi
histamine atau anti alergi.
138 mg/dl. Berdasarkan
KESIMPULAN DAN SARAN tabel
5.5
di
uji
Pemberian air rebusan lidah buaya
menggunakan uji Wilcoxon Test didapatkan
terhadap
penderita
hasil yang sangat baik dengan jumlah ρ Value
mendapatkan hasil yang diharapkan, dimana
adalah 0.02, jika ρ lebih kecil maka Ho ditolak.
telah terjadi penurunan kadar gula darah,
Dengan demikian ada pengaruh air rebusan
sehingga ada pengaruh dari air rebusan lidah
lidah buaya terhadap penurunan kadar gula
buaya. Dari 12 responden yang telah berhasil
darah pada penderita diabetes mellitus di
mengalami
wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014.
didapati 6 responden dari 12 responden yang
penurunan
diabetes
yang
mellitus
diharapkan,
Hasil penelitian di atas sejalan dengan
penurunannya mencapai angka normal yaitu 70
penilitian yang telah dilakukan oleh Mustofa
– 140 mg/dl dan 6 orang responden berhasil
(2012) dan Endang (2006) bahwa lidah buaya
mengalami
berpengaruh untuk menurunkan kadar gula
meskipun tidak mencapai angka normal.
darah.
Namun penelitian ini telah mencapai hasil yang 500
penurunan
kadar
gula
darah
diharapkan serta maksimal karena air rebusan
Perlu dikembangkan penelitian yang
lidah buaya telah mampu menurunkan kadar
serupa untuk mengetahui dosis pasti untuk
gula darah pada 12 responden. Hal ini dapat di
menentukan
buktikan berdasarkan hasil penelitian :
diberikan untuk pasien dengan jumlah kadar
1. Sebelum diberikan air rebusan lidah buaya
gula darah yang berbeda untuk mencapai hasil
terdapat jumlah kadar gula darah yang
dosis
yang
KEPUSTAKAAN Andrianto, Tuhana Taufiq, (2011). Ampuhnya
2. Setelah diberikan air rebusan lidah buaya
Terapi Herbal Berantas Berbagai
terjadi penurunan pada penderita kadar gula darah tinggi, berkisar antara 87 mg/dl
Penyakit Berat. Yogyakarta: Najah. Anonim, (2001). Plant Remidies Aloe Vera
hingga 219 mg/dl dari 12 orang responden. 3.
besar
yang optimal.
tinggi berkisar antara 237 mg/dl hingga 482 mg/dl dari 12 orang responden.
seberapa
Research.
Ada pengaruh air rebusan lidah buaya
www.internethealthlibrary.com.
terhadap penurunan kadar gula darah pada 12 orang responden penderita diabete
Di
akses: 13 Maret 2014. Chan, Arifin, (2013). Pengaruh Air Rebusan
mellitus dengan ρ Value 0,005.
Buah
Mahkota
Dewa
Terhadap
Untuk masyarakat diharapkan mampu
Penurunan Kadar Gula Darah pada
memahami fungsi Toga, khususnya tanaman
Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah
lidah buaya yang sebenarnya terdapat banyak di
Kerja
sekitar
Tahun 2013. Skripsi Tidak diterbitkan.
lingkungan
masyarakat
dengan
demikian angka penderita DM akan menurun jika masyarakat tahu cara pengolahannya. Diharapkan
adanya
Puskesmas
Tanjungpinang
Tanjungpinang. STIKES Hangtuah. Depkes. (2013). Wanita Lebih cenderung
sosialisasi
Diabetes
Dibanding
Pria.
penggunaan Toga khususnya tanaman lidah
www.depkes.go.id. Di akses: 16 Maret
buaya yang berguna menurunkan kadar gula
2014.
darah pada penderita diabetes mellitus pada saat
DetikHealth, (2014). Waspada Sering Lapar,
Keperawatan Komunitas.
Haus, dan Pipis Bisa jadi Gejala
501
Diabetes. www.detik.com. Di akses: 10
Misnadiarly,
maret 2014.
(2006).
Gangren,
Dharma, Kelana Kusama, (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV.
Diabetes
Ulcer,
Infeksi.
Mellitus Jakarta:
Pustaka Populer Obor. Ningsih, Widarti, (2012). Pengaruh Senam
Trans Info Media.
Diabetes Mellitus (DM) Terhadap
Djubaedah, E. (2003). Pengolahan lidah buaya
Penurunan Kadar Glukosa Darah pada
dalam sirup. Pra-Forum Apre2siasi dan
Penderita
Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar
PERSADIA
Industri Agro, Bogor.
Tanjungpinang Tahun 2012. Skripsi
Duke, (2002). Plant Contituent and Biological
Tidak
Effect Databases : Chemicals and their Biological Activities in : Aloe vera
DM
Tipe
II
Cabang
diterbitkan:
di
Unit Kota
Tanjungpinang.
STIKES Hangtuah. Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi
(L).www.ars-grin.gov/cgi-
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
bin/duke/farmacy-scroll3.pl. Di akses:
Cipta.
15 Maret 2014.
Oci, Yonita .M, (2013). Khasiat Sakti Tanaman
Furnawanthi, Irni, (2002). Khasiat dan Manfaat
Obat untuk Diabetes. Jakarta: Dunia
Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Sehat. Putra, Winkanda Satria, (2013). Sehat dengan
Jatnika, Ajat & Saptoningsih. (2009). 1001
Herbal tanpa Dokter. Yogyakarta:
Obat Herbal, cet. 1. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Citra Media. Riyanto, Agus, (2011). Aplikasi Metodologi
Kristianto, Yohanes, (2005). Olahan Lidah Buaya,
Cet.1.
Surabaya:
Penelitian
Trubus
Agrisarana.
Kesehatan.
Yogyakarta:
Nuha Medika. Saraswati, Sylvia, (2009). Diet Sehat Untuk
Mansjoer, Arif, dkk, (2001). Kapita Selekta
Penyakit
Asamurat
Diabetes
Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta:
Hipertensi Dan Stroke. Yogyakarta: A
Media Aesculapius.
Plus.
502
Sari, Kumala Ruma, O.L, (2006). Pemanfaatan Obat
Tradisional
Pertimbangan
Dengan
Manfaat
dan
Keamanannya. Jurnal Ilmu Farmasi vol. III, no. 1 (hal. 1) Sunaryati, Sinta Septi, (2011). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks. Suryo,
Joko,
(2010).
Penyembuh
Rahasia
Diabetes
Herbal
Edisi
2.
Yogyakarta: B First. Wati, Lidia, (2014). Panduan Penyusunan Metodologi
Riset
Keperawatan.Tanjungpinang: STIKES Hang Tuah.
Wijoyo, Padmiarso M, (2012). Cara Tuntas Menyembuhkan Herbal.
Diabetes
dengan
Jakarta:
Pustaka
Agro
STIKES
Hang
Tuah
Indonesia
1.
Mahasiswa
Tanjungpinang Prodi S1 Keperawatan. 2.
Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
3.
Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
503
PENGARUH JUS TOMAT PLUM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA POSYANDU LANSIA CAMAR TANJUNGPINANG Ivana Arleni 1, Nur Meity 2, Zakiah Rahman3
ABSTRAK Hipertensi tidak dapat diremehkan, karena dampaknya dapat mengancam keselamatan jiwa. Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium dalam 100 gram tomat adalah 360 mg. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan non equivalent control group. Jumlah populasi sebanyak 20 orang dan sampel dipilih 10 orang menggunakan purposive sampling dengan tekanan darah 140-160 mmHg. Analisis data menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2.000 dengan signifikansi 0,046 < 0,05. Data ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Disarankan agar penggunaan jus tomat plum dapat lebih dikenalkan lagi kepada penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang.
Kata Kunci : Jus Tomat plum, Penurunan Tekanan Darah, Hipertensi
ABSTRACT Hypertension can not be underestimated, because the impact can be life threatening. Tomato is a food ingredient with high folic acid, vitamin c, and potassium. The potassium content in 100 gram tomato is 360 mg. Objective this studi is to know the effect of tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension at working area of Camar elderly service post Tanjungpinang. This studi is an quasi experiment with non equivalent control group design. Total Population is 20 people, and sample choise 10 people use purposive sampling with blood pressure 140-160 mmHg. Analysis of data using a wilcoxon test with significance level 0,05. Based on analysis resulting z observation -2.000 with significance of 0,046 < 0,05. These data show there is influence of tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension. It is recommended to use more tomato juice was introduced again to the patient with hypertension at working area Camar elderly service Post Tanjungpinang. Keyword : Plum Tomato Juice, Blood Pressure, Hypertension
PENDAHULUAN Hipertensi tidak dapat diremehkan.
dapat menyebabkan kematian yang utama di negara-negara
maju
maupun
negara
Penyakit kardiovaskuler ini perlu mendapat berkembang. perhatian yang serius karena dampaknya WHO
(2010)
menyebutkan
bahwa
membahayakan kesalamatan jiwa. Hipertensi berdasarkan Data Global Status Report on yang tidak tertangani dengan baik dapat Noncommunicable Disesases, 40 % negara berujung pada kematian. Oleh karena itu ekonomi
berkembang
memiliki
penderita
hipertensi menjadi masalah kesehatan global hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 yang memerlukan perhatian khusus karena 504
%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak
gaya hidup masyarakat seperti merokok,
penderita
%.
konsumsi alkohol yang berlebih, makanan
Sementara kawasan Amerika menempati posisi
tinggi kadar lemak, asupan natrium yang tinggi,
buncit dengan 35 %. Di kawasan Asia
kurangnya asupan kalium dan serat. Selain
Tenggara sendiri, 36 % orang dewasa
mengkonsumsi obat-obatan, penyakit darah
menderita
menurut
tinggi juga dapat di obati secara herbal, dimana
Khancit (perwakilan WHO untuk Indonesia)
yang dibutuhkan adalah buah-buahan, sayur-
pada tahun 2011 mencatat ada satu miliar
sayuran, daun-daunan, dan akar-akaran yang
orang yang terkena hipertensi
mengandung kalium, potassium, dan kalsium.
hipertensi
hipertensi.
sebanyak
Kemudian
46
Penderita hipertensi di Indonesia sendiri
Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam
prevalensinya terus terjadi peningkatan. Hasil
folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
kalium dalam 100 gram tomat adalah 360 mg.
pada tahun 2004 27,5 % tercatat menderita
Kalium dapat menurunkan tekanan darah
hipertensi. Selanjutnya hasil Riset Kesehatan
dengan mengurangi natrium dalam urine dan
Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan Badan
air dengan cara yang sama seperti deuretic.
Penelitian
dan
Kesehatan
Hasil penelitian tahun 2004 pada pasien
menunjukkan
hipertensi rawat jalan di Bandung menunjukkan
prevelensi hipertensi secara nasional mencapai
penurunan tekanan sistolik 10,28 mmHg dan
31,7%. Diperkirakan meningkat lagi menjadi
diastolik 3,49 mmHg dengan melakukan
37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada
intervensi menggunakan jus tomat yang terbuat
tahun 2025. Data Kementrian Kesehatan RI
dari 150 gram tomat buah dan 5 gram gula pasir
menunjukkan pada tahun 2009 prevalensi
dengan lama intervensi 2 hari berturut-turut
hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat
(Gunawan IZ et al, 2005). Sementara itu,
menjadi 34,1% pada tahun 2010.
penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan
(Balitbangkes)
Tekanan
Pengembangan tahun
darah
2007
sangat
bervariasi
Ningsih (2010) menunjukkan hasil bahwa
tergantung pada keadaan, akan meningkat saat
pemberian 200 ml jus tomat (lycopersium
aktivitas fisik, emosi, dan stres, dan turun
commune) sebanyak satu kali dalam sehari
selama tidur. Hipertensi juga berkaitan dengan
selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan 505
tekanan darah sistolik sebesar 11.76 mmHg
METODE
(84%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8.82
Desain penelitian yang digunakan pada
mmHg (96%) pada wanita postmenopause
penelitian
ini
berupa
desain
penelitian
hipertensif.
kuantitatif yang berbentuk eksperimen semu (
Pada tahun 2011 jumlah penderita
quasi eksperiment ) dimana desain penelitian ini
hipertensi di wilayah Provinsi Kepri yakni
merupakan suatu metode penelitian yang
sebanyak, Bintan 13%, Karimun 12%, Lingga
menguji coba suatu intervensi pada sekelompok
6%,
dan
subjek dengan atau kelompok pembanding
Tanjungpinang memiliki penderita hipertensi
namun tidak dilakukan randomisasi untuk
sebanyak
memasukkan
Batam
47%.
7%,
Natuna
Berdasarkan
15%
data
dinas
kesehatan kota Tanjungpinang pada tahun
subjek
kedalam
kelompok
perlakuan atau kontrol ( Dharma, 2011).
2012, hipertensi menempati urutan kedua dalam
Rancangan penelitian ini menggunakan
daftar 10 penyakit terbesar yang ada di wilayah
rancangan non equivalent control group yaitu
kerja puskesmas diantaranya puskesmas KM.
dalam rancangan ini, pengelompokan anggota
10 sebanyak 11%, puskesmas Kp. Bugis 13%,
sampel
puskesmas Mekar Baru 3%, Puskesmas Kota
kelompok kontrol tidak dilakukan secara
Piring 10 %, Puskesmas Pancur 28% dan
random atau acak ( Notoatmodjo, 2010).
puskesmas Sei jang memiliki jumlah warga terbanyak yang menderita hipertensi yaitu
pada
kelompok
Populasi,
sampel
eksperimen
dan
dan
teknik
sampling
sebesar 35%. Sedangkan, data penderita
Populasi dalam penilitian ini mencakup
hipertensi di puskesmas Sei Jang tahun 2013
semua Lansia yang terdaftar di posyandu lansia
periode bulan Januari yakni sebanyak 154
CAMAR Tanjungpinang, yang berjumlah 20
orang, terdiri dari 64 orang laki-laki dan 90
lansia.
orang perempuan. Berdasarkan penjelasan
Pemilihan sempel menggunakan tehnik
diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
purposive sampling yang merupakan pemilihan
penelitian tentang “ Pengaruh Jus Tomat Plum
sampel yang di kehendaki peneliti sehingga
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
sempel tersebut dapat mewakili karakteristik
Penderita Hipertensi”.
populasi yang telah dikenal sebelumnya 506
(Notoatmodjo, 2010). Sampel berjumlah 10,
diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut
dimana 5 sampel sebagai kelompok eksperimen
dapat dilihat bahwa sebelum diberi terapi jus
dan 5 orang sebagai kelompok kontrol.
tomat plum dari 5 orang responden seluruhnya menderita hipertensi katagori tinggi.
HASIL Penelitian
tentang
“Pengaruh
Jus
Tabel 2
Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan
Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus
Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah
Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja
Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun 2013 “ telah dilaksanakan pada tanggal
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun 2013
24 Juni 2013 sampai dengan 30 Juni 2013 di wilayah
kerja
posyandu
lansia
No
Kriteria
F
%
1
normal
0
0
2
tinggi
5
5
5
50%
camar
Tanjungpinang tahun 2013. A. Analisa Univariat Jumlah keseluruhan Tabel 1 Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus
Pada
Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja
mengenai
tabel 2 menunjukkan data tekanan
darah
pada
penderita
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun
hipertensi pada kelompok kontrol saat pretest.
2013
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada saat dilakukan pre test dari 5 orang responden
No
Kriteria
F
%
seluruhnya menderita hipertensi katagori tinggi.
1
normal
0
0
Tabel 3
2
tinggi
5
50
Distribusi Tekanan Darah Post Test Terapi Jus
5
50%
Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi
Jumlah keseluruhan
Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan data
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun 2013
mengenai
tekanan
darah
pada
penderita
hipertensi pada kelompok eksperimen pretest 507
No
Kriteria
F
%
dilakukan post test dari 5 orang responden 40%
1
normal
4
40
menderita hipertensi tinggi.
2
tinggi
1
10
Jumlah
5
50%
B. Analisa Bivariat Tabel 5 Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum
keseluruhan
TerhadapTekanan Darah Pada Penderita
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan data
Hipertensi Kelompok eksperimen Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
mengenai
tekanan
darah
pada
penderita Tahun 2013
hipertensi pada kelompok eksperimen posttest diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut No
dapat dilihat bahwa setelah diberi terapi jus
Pre
Post
test
test
statistik
Kriteria
tomat plum dari 5 orang responden sebagian 1
normal
0
4
2
tinggi
5
1
0,046
besar mengalami penurunan tekanan darah. Tabel 4 Distribusi Tekanan Darah Post Test Pada
Hasil perhitungan yang diperoleh dari
Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol Di
pengolahan data dari 5 orang responden
Wilayah KerjaPosyandu Lansia Camar
menunjukkan bahwa hasil uji wilcoxon dapat
Tanjungpinang Tahun 2013
dilihat nilai p value yang diperoleh adalah No
Kriteria
F
%
0,046. Keputusannya adalah jika p ≤ 0,05 maka
1
normal
1
10
Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
2
tinggi
4
40
ditolak artinya ada pengaruh pemberian jus
Jumlah keseluruhan
5
50%
tomat plum terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Pada tabel 4 menunjukkan data mengenai
posyandu lansia camar Tanjungpinang. Tabel 6
tekanan darah pada penderita hipertensi pada
Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum
kelompok kontrol saat post test. Dari tabel
TerhadapTekanan Darah Pada Penderita
tersebut
dapat
dilihat
bahwa
pada
saat 508
Hipertensi Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja
responden mengalami hipertensi katagori tinggi
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun
(≥140 mmHg).
2013
No
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Pre
Post
test
test
statistik
Kriteria
1
normal
0
1
2
tinggi
5
4
berarti ada tekanan tinggi di dalam pembuluh darah arteri. Tekanan darah dikatakan normal
0,317
pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg disebut prehipertensi. Lebih dari 140/90 mmHg
Hasil perhitungan pengolahan data dari
sudah tergolong hipertensi.
5 orang responden menunjukkan bahwa hasil
Menurut Najammudin (2010) gangguan
uji wilcoxon dapat dilihat nilai p value yang
kardiovaskuler sangat dipengaruhi juga dengan
diperoleh adalah 0,317. Keputusannya adalah
proses menua. Hal ini pada akhirnya juga akan
jika p > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hal ini
menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung.
menunjukkan bahwa Ho gagal ditolak artinya
perubahan-perubahan normal pada jantung
tidak ada pengaruh pemberian jus tomat plum
meliputi kekuatan otot jantung berkurang,
terhadap
pada
elastisitas dinding pembuluh darah berkurang
penderita hipertensi kelompok kontrol di
dan kemampuan memompa dari jantung harus
wilayah
bekerja lebih keras sehingga terjadi hipertensi.
penurunan
kerja
tekanan
posyandu
darah
lansia
camar
Tanjungpinang. PEMBAHASAN
B. Tekanan Darah Kelompok Eksperimen Setelah Diberi Terapi Jus Tomat Plum
A. Tekanan Darah Pre Test Pada Penderita
Tekanan darah responden yang awalnya
Hipertensi Kelompok Eksperimen dan
dengan katagori tinggi, setelah diberi terapi jus
Kelompok Kontrol
tomat sebagian besar mengalami penurunan
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan
tekanan
darah
menjadi
katagori
rendah
darah sebelum diberi terapi jus tomat plum pada
(normal). Dapat disimpulkan bahwa terapi jus
penderita hipertensi kelompok eksperimen dan
tomat plum yang diberikan memberi pengaruh
kontrol dapat disimpulkan bahwa keseluruhan
terhadap penurunan tekanan darah.
509
Tomat dapat menurunkan tekanan darah tinggi
secara
alami
karena
normal dengan melakukan berbagai macam
mengandung
cara. Contohnya, dengan mengonsumsi obat-
magnesium dan kalsium yang tinggi. Selain itu,
obatan yang diresepkan dokter, dengan cara
tomat juga merupakan sumber likopen handal
mengonsumsi buah-buhan dan sayuran yang
yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan
dapat menurunkan tekanan darah, menerapkan
darah. Likopen adalah karotenoid yang tidak
pola pikir seimbang, menerapkan pola hidup
memiliki efektivitas sebagai pro vitamin A,
sehat dan lain-lain (Nisa, 2012).
tetapi memiliki khasiat lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Pigmen merah-jingga ini
D. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap
merupakan antioksidan yang sangat baik untuk
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
melindungi sel dari radikal bebas yang larut
Hipertensi Kelompok Eksperimen Di
dalam lemak, termasuk peroksida lipid yang
Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar
menyebabkan kerusakan arteri sehingga dapat
Tanjungpinang Tahun 2013
mencegah hipertensi (Sutomo, 2009).
Hasil yang diperoleh dari pengolahan
C. Tekanan Darah Post Test Pada Penderita
data didapat hasil 0,046 (p < 0,05), ini
Hipertensi Kelompok Kontrol
menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
Tekanan darah pada penderita hipertensi
jus tomat plum terhadap penurunan tekanan
kelompok kontrol saat pos test mayoritas masih
darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
bertekanan darah katagori tinggi, dikarenakan
posyandu lansia camar Tanjungpinang tahun
pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan.
2013.
Pengobatan pada penderita hipertensi
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
memang dilakukan secara teratur dan diberikan
ada pengaruh positif pemberian jus tomat plum
selama hidupnya. Bila tidak diobati, dalam
terhadap penurunan tekanan darah. Tomat yang
jangka waktu yang lama bisa mengakibatkan
diberikan untuk terapi adalah tomat jenis plum.
komplikasi atau sakit yang lebih parah
Tomat plum dipilih karena umumnya tomat
(Sudarmoko, 2010).
jenis ini dipakai untuk tumisan dan masakan
Penderita penyakit darah tinggi dapat
yang membutuhkan waktu memasak yang
menurunkan tekanan darahnya pada keadaaan
relatif lama seperti membuat saos tomat dan 510
diolah sebagai jus tomat. Jus tomat yang diberikan
yaitu
sebanyak
200ml dengan
kekentalan 60% selama 7 hari sekali satu kali.
Penelitian serupa juga dilakukan di Wonorejo. Penelitian ini dilakukan selama 2 hari dan responden diukur tekanan darahnya 5
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa
menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30, 60,
Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam
90 menit setelah konsumsi jus tomat. Hasil uji
folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium
analisa statistik menunjukkan ada pengaruh
dalam 100 gram tomat adalah 360 mg. Kalium
pemberian jus tomat terhadap penurunan
dapat menurunkan tekanan darah dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik dan
mengurangi natrium dalam urine dan air dengan
penurunan terbesar pada 30 menit setelah
cara yang sama seperti deuretic ( Nisa, 2012).
pemberian jus tomat (Raharjo, 2007).
Hasil penelitian ini didukung oleh
E. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap
penelitian lainnya seperti penelitian pada tahun
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
2004 pada pasien hipertensi rawat jalan di
Hipertensi Kelompok kontrol Di Wilayah
Bandung menunjukkan penurunan tekanan
Kerja Posyandu Lansia Camar
sistolik 10,28 mmHg dan diastolik 3,49 mmHg
Tanjungpinang Tahun 2013
dengan melakukan intervensi menggunakan jus
Hasil yang diperoleh dari pengolahan
tomat yang terbuat dari 150 gram tomat buah
data kelompok kontrol didapat hasil 0,317 (p <
dan 5 gram gula pasir dengan lama intervensi 2
0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada
hari berturut-turut (Gunawan IZ et al, 2005).
pengaruh pemberian jus tomat plum terhadap
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh
penurunan tekanan darah pada penderita
Lestari dan Ningsih (2010) menunjukkan hasil
hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia
bahwa
tomat
camar Tanjungpinang tahun 2013. Tidak
(lycopersium commune) sebanyak satu kali
adanya pengaruh pemberian jus tomat plum
dalam sehari selama 7 hari berpengaruh
terhadap
terhadap penurunan tekanan darah sistolik
penderita
sebesar 11.76 mmHg (84%) dan tekanan darah
dikarenakan pada kelompok ini tidak diberikan
diastolik sebesar 8.82 mmHg (96%) pada
perlakuan (terapi jus tomat plum) kelompok ini
wanita postmenopause hipertensif.
hanya sebagai pembanding.
pemberian
200
ml
jus
511
penurunan hipertensi
tekanan
darah
kelompok
pada kontrol
KESIMPULAN DAN SARAN
Dahlan M Sopiyudin, (2009). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh
Jakarta : Salemba Medika
jus tomat terhadap penurunan tekanan darah dapat disimpulkan bahwa mayoritas penderita
Dharma
kelana
kusama,
(2011).
hipertensi yang ada di wilayah kerja posyandu
Metodologi
lansia camar mengalami penurunan tekanan
Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
darah setelah diberi terapi selama 7 hari sekali. Maka disarankan jus tomat plum dapat lebih dikenalkan
sebagai
obat
Dr. Setiawan Dalimarta. (2005). Atlas
nonfarmakologis
Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3.
dalam pengobatan tekanan darah tinggi.
Jakarta: Puspa Swara Gray Huan H, Dawkind Keith D, Simpson
DAFTAR PUSTAKA
Iain A, & Morgan Jhon M. (2005).
Anjdati Soeria, (2013). 101 Resep Ampuh
Lecture Notes Kardiologi. Jakarta :
Sembuhkan Asam Urat, Hipertensi
Erlangga
dan Obesitas. Yogjakarta: Aroska
Anne Selby, (2005). Makanan Berkhasiat :
Intan Nisa, (2012). Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi.
25 Makanan Bergizi Super untuk
Jakarta: Dunia Sehat
Kesehatan Prima. Jakarta: Erlangga
Apriany Rista Emiria Afrida, Tatik Mulyati
Julianti D.E , S.P, Nunung Nurjanah, S.P, & Soetrisno Uken S.S, PhD. (2005).
(2012). Asupan Protein, Lemak
Bebas Hipertensi dengan Terapi
Jenuh, Natrium, Serat dan IMT
Jus. Jakarta: Puspa Swara
Terkait dengan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi.
Penelitian
Jurnal
of
Nutrition College vol. 1, no. 1 (hal
Lestari
A.P,
Rahayuningsih
(2012).
Pengaruh Pemberian Jus Tomat
700-714)
(Lycopersicum commune) terhadap Tekanan
Budi Sutomo, (2009). Menu Sehat Penakluk Hipertensi.
Jakarta:
Darah
Wanita
Postmenopause Hipertensif. Jurnal
Demedia
of Nutrition College vol. 1, no. 1
Pustaka
(hal 26-37)
512
Lidia Wati, S.Kep, Ns, Soni Hendra S.Kep,
3
Ns, & Nur Meity S.A, S.Kep, Ns,
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
M.Kep, CWT (2013). Panduan Penyusunan
Metodologi
Keperawatan.
Riset
Tanjungpinang.
Stikes Hang Tuah.
Lingga
Lanny
Phd,
(2012).
Bebas
Hipertensi tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka
Muhammad Najamuddin, (2010). 100 Tanya-Jawab Kesehatan Harian untuk Lansia. Yogjakarta. Tunas Publishing
Notoatmodjo Soekidjo, (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Rineka Cipta
Potter A. Patricia, RN, BSN, MSN & Perry Griffin Anne, RN, BSN, MSN, Edp, (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC
1
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
513
PEDOMAN BAGI PENULIS JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Umum Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.
Petunjuk Penulisan 1.
Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas : : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian. Pendahuluan : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara Metodologi pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang disajikan dalam tabel atau gambar. : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil Hasil tersebut dengan penelitian lain. Dan Pembahasan : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil Daftar Pustaka tersebut dengan penelitian lain. 2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk). 3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang. 4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea. 5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah. 6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di lampiri referensi. 7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Novia, 2009:12). 8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association). 9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. 10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII, Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah di sertai tanda tangan penulis.
KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor /bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal keperawatan STIKES Hang Tuah. Jenis Artikel Penelitian Ulasan artikel Ringkasan
Laporan kasus Penelitian klinis Tinjauan pustaka Lembar Metodologi Halaman Judul Judul Artikel Nama lengkap penulis Tingkat pendidikan penulis Asal institusi penulis Alamat lengkap penulis Abstrak Abstrak dalam Bahasa Indonesia Abstrak dalam Bahasa Inggris Kata kunci dalam Bahasa Indonesia Kata kunci dalam Bahasa Inggris Teks Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan Pendahuluan Bahan dan Cara Hasil Diskusi Kesimpulan Kepustakaan Gambar dan Tabel Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar
…
Nama dan alamat untuk percetakan ulang ………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Soft Copy Penulis menjamin bahwa: Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublikasikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis Tanda tangan penulis utama:
……………………………….
Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Nama Alamat
:……………………………………………………………………………………… Mahasiswa Individu Instansi :………………………………………………....................................................................... …………………………………………………………………............................... Telp: …………………………………………………..............................................
Akan berlangganan Jurnal Keperawatan, Vol..............: No:……………………..s/d…………………………………… Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening No……………….., Bank……………a/n………………………………………….. Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang: Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau Telp / fax (0771) 316516 Pelanggan
Tgl. Pesanan :…………………….
…………………..