Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013
ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN • Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014. • Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan • • • • •
ke Profesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014 Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau Tahun 2014 Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Kesembuhan pada Pasien dengan Stroke Di RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2013 Pengaruh Buncis terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014 Pengaruh Penyuluhan dengan Media Flipchart Terhadap Pengatahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Program Eliminasi Filariasis Di RT 01 Rw 01 Kelurahan Tanjung Uban Selatan Kabupaten Bintan
Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2013
PENELITIAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas Di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014
HAL 309-322
(Nur Meity Sulistia Ayu)
Faktor –Faktor Yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan Keprofesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014
323-335
(Heri Priatna, Lili Sartika, Komala Sari)
Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014.
336-342
(Endang Abdullah, Lidia Wati, Komala Sari)
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau Tahun 2014
343-352
(Soni Hendra Sitindaon, Meily Nirnasari, Umu Fadhilah, Ikha Rahardiantini)
Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Dengan Stroke Di RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2013
353-361
(Joko Purnomo)
Pengaruh Buncis Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia Anggota Prolanis Dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014
362-371
(Fitri Susilawati, Hotmaria Julia Dolok Saribu, Yunita)
Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Flipchart Terhadap Pengatahuan Dan Sikap Masyarakat Dalam Program Eliminasi Filariasis Di Rt 01 Rw 01 Kelurahan Tanjung Uban Selatan Kabupaten Bintan (Nidia Rahmayanti, Yunita, Dian Tri Raharjo)
372-380
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli Penanggung Jawab : Heri Priatna Penasehat : Nur meity Sulistia Ayu Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Rian Yuliana Bendahara : Ria Muazizah Penyunting Pelaksana : Wasis Pujiati Liza Wati Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu Linda Widiastuti Pelaksana Tata Usaha: Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah Distribusi dan Pemasaran : Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri
Alamat Redaksi: STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan. Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya. Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian. Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Juli 2013 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Drs.Heri Priatna, SStFT,SKM, MM
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BREAST CARE TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI RUMAH BERSALIN KASIH MURNI TANJUNGPINANG TAHUN 2014 Nur Meity Sulistia Ayu1
ABSTRAK Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah yang mengandung kebutuhan energi dan zat yang sangat baik bagi bayi. Kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni tahun 2014. Jenis penelitian Quasi eksperimen dengan pre and post test without control dan sampel dengan teknik accidental sampling berjumlah 20 orang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 16 orang (80%). Perilaku pencegahan bendungan ASI sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku baik sebanyak 12 orang (60%). Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ρ = 0,005 (ρ < α = 0,05) yang menyimpulkan pendidikan kesehatan tentang breast care berpengaruh terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas. Penelitian ini merekomendasikan agar pendidikan kesehatan mengenai breast care menjadi intervensi mandiri perawat yang harus diberikan pada ibu nifas guna mencegah terjadinya bendungan ASI. Kata kunci
: Pendidikan kesehatan, Breast care, Perilaku ibu nifas, Pencegahan bendungan ASI
ABSTRACT Mother milk (ASI) is a natural nutrition which contain energy’s necessity and good substance for baby. Baby’s new born death (under age 28 days) in Indonesia can prohibit with ASI’s giving at the first hour after born. The purpose of this research is to knowing the effect of health education about breast care in behavior of ASI’s dam prevention for postpartum in Kasih Murni’s maternity home Tanjungpinang year 2014. The kind of this research is Quasy’s experiment with pre and post test without control and 20 postpartums which using accidental’s sampling technique. The hypotheses’s test has used is Wilcoxon’s test. The result of this research is behavior of ASI’s dam prevention before health education has given from most of respondent that had behavior less of 8 peoples (80%). The behavior of ASI’s dam prevention after gives health education get most of respondent that had good behavior about 6 peoples (60%). Wilcoxon test showed that ρ = 0.005 (ρ <α = 0.05), which concluded health education about breast care prevention dams affect the behavior of breastfeeding on postpartum mothers. This study recommends that health education about breast care nurses become independent intervention should be given to mothers to prevent post-partum breastfeeding dam. Key words : Health education, breast care, postpartum’s behavior, ASI’s dam
309
Organisasi
LATAR BELAKANG Air susu ibu (ASI) merupakan
World
kesehatan
Health
sedunia
Organization (WHO)
mengandung
menyatakan pemberian ASI ekslusif
kebutuhan energi dan zat yang sangat
hingga usia enam bulan bisa mencegah
baik
kematian lebih dari 200 ribu bayi setiap
nutrisi
alamiah
bagi
yang
bayi.
ASI
makanan
satu-satunya
sempurna
untuk
kembang
merupakan paling
tahun. Data menunjukkan dari 10 anak
tumbuh
di dunia hanya 4 anak yang saat ini
yang
menjamin
bayi,
menunjang
memperoleh
ASI
ekslusif.
Menurut
perkembangan kognitif, emosi, spiritual
penelitian WHO menunjukkan banyak
yang baik, dan memperkuat ikatan batin
perempuan
antara ibu dan anak. Pemberian ASI
memberikan
selama
susu
enam
bulan
pertama
tanpa
putus ASI
formula
asa
dalam
dan
menggunakan
sebagai
penggantinya.
diberikan makanan pendamping apapun
Penelitian ini juga menunjukkan hanya
disebut ASI ekslusif. Pemberian
ASI
1 dari 5 negara di dunia yang benar-
ekslusif serta proses menyusui yang
benar menerapkan aturan pemberian
benar merupakan sarana yang dapat
ASI ekslusif. WHO menyatakan jika
diandalkan untuk membangun sumber
setiap
daya manusia yang berkualitas. Terkait
peraturan pemberian ASI selama enam
dengan hal ini, ada suatu hal yang
bulan
sangat disayangkan, yakni rendahnya
menyelamatkan 220 nyawa bayi setiap
pemahaman
tahunnya.
ibu,
keluarga
dan
bayi.
pemberian
Akibatnya ASI
secara optimal.
tidak
program berlangsung
mampu
pertama, maka
Menurut
masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi
negara
menerapkan
akan
dapat
Soetjiningsih dalam
Rosmha (2013), berdasarkan
Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006 dan 2007 lebih dari
310
95% ibu pernah menyusui bayinya,
Kesehatan dan kemauan ibu untuk
tetapi ibu yang menyusui dalam satu
menyusui bayinya setelah persalinan
jam pertama cenderung menurun yaitu
dapat mempengaruhi cakupan
hanya 8% pada tahun 2006 dan 3,7%
secara
pada tahun 2007. Ditegaskan oleh dr.
mengalami
Utami Roesli
menyusui, sehingga menghambat proses
bahwa
sekitar
21.000
optimal. Ada sebagian masalah
dalam
ASI ibu proses
kematian bayi baru lahir (usia di bawah
menyusui. Salah
28 hari) di Indonesia dapat dicegah
proses
melalui pemberian ASI pada satu jam
pembengkakan payudara disertai rasa
pertama setelah lahir. Riset kesehatan
nyeri dikarenakan saluran ASI yang
dasar (Riskesdas) menunjukkan cakupan
tersumbat. ASI tidak dikeluarkan dan
ASI pada bayi di Indonesia hanya 42%.
tidak disusui oleh bayi mengakibatkan
Angka ini jelas berada di bawah target
payudara mengalami
WHO yang mewajibkan cakupan ASI
Setelah muncul masalah tersebut, ibu
hingga 50%. Data Riskesdas pada tahun
tidak mengetahui jelas tentang kondisi
2007 menunjukkan kenaikan yaitu 32%,
serta apa yang harus mereka lakukan.
menyusui
Berdasarkan
tetapi tetap saja cakupan ASI tahun ini
satu masalah dalam yaitu
terjadinya
bendungan ASI.
penelitian Ratna
Kenaikan
Murniati tahun 2012, masalah bendungan
cakupan ASI pertahun hanya berkisar
ASI di Indonesia paling banyak terjadi
2% dan angka kelahiran di Indonesia
pada
mencapai 4,7 juta jiwa pertahun, maka
keluarga dan pekerjaan yang membuat
bayi yang memperoleh ASI selama 6
ibu
bulan hingga 2 tahun tidak mencapai
bayinya. ASI yang tersimpan penuh di
dua juta jiwa.
payudara
akan
bendungan.
Data
masih
memprihatinkan.
311
ibu-ibu
tidak
pekerja. Kesibukan
memberikan
ASI
pada
mengakibatkan di
salah
satu
Semarang
Berdasarkan data dari Puskesmas
menunjukkan dari 157 orang terdapat
Batu X Tanjungpinang, jumlah ibu nifas
45 orang (28,6%) kasus ibu menyusui
tahun 2013 di Kelurahan Pinang Kencana
dengan
ini
yaitu 597 orang dan dari data tersebut,
masih
relatif
termasuk di dalamnya 279 orang ibu nifas
ibu
untuk
terbanyak berasal dari RB (Rumah
mencegah
Bersalin) Kasih Murni Tanjungpinang.
puskesmas
daerah
bendungan
ASI.
disebabkan
karena
rendahnya
kesadaran
memberikan terjadinya
ASI
dan
masalah
Hal
dalam
proses
peneliti pada bulan Februari 2014, peneliti
menyusui. Pada upaya
masa
untuk
bendungan ASI. diketahui
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh
yaitu
nifas
dibutuhkan
melakukan wawancara terbuka pada ibu
masalah
yang bersalin di RB Kasih Murni
mencegah Upaya
perlu
Tanjungpinang. Peneliti menggunakan 20
melakukan
orang ibu nifas sebagai responden. Hasil
yang
dengan
care).
dari 20 orang responden, didapatkan 14
payudara selain
orang ibu yang menyusui mengalami
berguna untuk mencegah masalah dalam
bendungan ASI dan tidak melakukan
proses menyusui, juga berguna untuk
pencegahan sebelumnya dengan perilaku
menjaga
perawatan
perawatan
payudara
Melakukan perawatan
kesehatan
(breast
dan
keindahan
payudara
(breast
care).
payudara ibu. Hasil penelitian Ratna
Sebagian dari responden mengatakan
Murniati tahun 2012 menyatakan bahwa
kurang
ibu nifas melakukan praktik breast care
pendidikan kesehatan tentang perawatan
dengan
payudara
tidak
baik
sebanyak
21
mendapatkan
sesudah
informasi
bersalin
atau
untuk
responden (65,6%). Ibu nifas yang
mencegah terjadinya bendungan ASI.
melakukan praktik breast care dengan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
baik sebanyak 11 responden (34,4%).
peneliti terhadap pihak RB Kasih Murni,
312
ada beberapa ibu nifas yang berkunjung dengan keluhan nyeri payudara saat
BAHAN
DAN
METODE
PENELITIAN
menyusui. Desain penelitian adalah model Menurut Prawirohardjo (2007) atau metode yang digunakan peneliti faktor penyebab masalah dalam proses untuk melakukan suatu penelitian yang menyusui termasuk di dalamnya adalah memberikan tingkat
pendidikan
dan
arah
terhadap
jalannya
kurangnya penelitian. Desain penelitian ditetapkan
informasi kesehatan tentang perawatan berdasarkan payudara.
Pemberian
tujuan
dan
hipotesis
pendidikan penelitian. Penelitian ini menggunakan
kesehatan ditujukan pada ibu nifas. jenis penelitian Quasi eksperimen dengan Informasi ini berguna untuk memotivasi desain penelitian pre and post test without ibu
melakukan
perawatan
payudara control. Desain penelitian ini tidak
sendiri setelah persalinan. Pendidikan menggunakan kelompok kontrol, peneliti kesehatan yang diberikan yaitu tentang hanya melakukan intervensi pada satu teknik breast care yang baik, mencegah kelompok saja. Efektifitas perlakuan terjadinya
bendungan
ASI, cara dinilai dengan cara membandingkan nilai
menyusui yang benar, dan hal-hal lain post test dengan pre test. yang erat hubungannya dengan proses Populasi ibu nifas tahun 2013 di menyusui.
Berdasarkan
uraian RB Kasih Murni berjumlah 279 orang.
permasalahan di atas, peneliti tertarik Teknik sampling yang digunakan pada untuk melakukan penelitian mengenai penelitian “Pengaruh
Pendidikan
ini
adalah
dengan
Kesehatan menggunakan teknik accidental sampling
tentang Breast Care terhadap Perilaku yaitu dengan sampel pada penelitian ini Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu berjumlah 20 orang responden ibu nifas. Nifas di RB Kasih Murni tahun 2014.
313
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan
Cronbach. Instrumen disebut reliable
pada Oktober 2013 s/d April 2014.
apabila didapatkan nilai alfa (α) ˃ 0,60
Pada setiap responden diberikan
(Dempsey, 2002). Peneliti melakukan uji
intervensi berupa pendidikan kesehatan
reliabilitas kuesioner dan hasil nilai α
melalui ceramah, leaflet dan alat peraga.
(0,733).
Alat yang digunakan dalam pengumpulan
Peneliti menggunakan pemberian
data adalah kuesioner yang memuat 11
kode pada data untuk memudahkan
pertanyaan terstruktur untuk menilai
pengelompokan dan klasifikasi. Hasil
perilaku ibu nifas. Penilaian kuesioner
jawaban dengan menggunakan kode yaitu
dengan jawaban yang benar diberi nilai 1
kode 3 masuk dalam kategori perilaku
(satu) dan jawaban yang salah diberi nilai
baik (≥75%), kode 2 yaitu kategori cukup
0 (nol). Kuesioner memuat pertanyaan
(50 – 75%), dan kode 1 yaitu kategori
yang berisikan tentang perilaku ibu dalam
kurang (≤50%).
melakukan
perawatan
melakukan
payudara
pengosongan
dan
payudara
dengan benar.
HASIL PENELITIAN A. Hasil Analisis Univariat Setelah data diolah dan dilakukan
Peneliti melakukan uji validitas dengan 20 pertanyaan yang diberikan
analisa
kepada 20 responden ibu nifas di wilayah
distribusi perilaku pencegahan bendungan
Kelurahan Pinang Kencana dan diperoleh
ASI
11 pertanyaan yang valid. Jadi jumlah
kesehatan tentang breast care pada ibu
pertanyaan yang akan digunakan dalam
nifas, dapat dilihat seperti pada tabel 1
penelitian ini adalah 11 pertanyaan
berikut ini :
dengan nilai r hitung ˃ r tabel 0,361. Uji reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha
314
univariat
dengan
untuk
pemberian
mengetahui
pendidikan
Tabel 1
memiliki perilaku baik yaitu 12 orang
Distribusi Frekuensi Responden dengan
(60%).
Perilaku Pencegahan Bendungan ASI Sebelum
B. Hasil Analisis Bivariat
dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di RB Kasih Murni
Analisa bivariat untuk menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan
Tanjungpinang Tahun 2014
tentang breast care (variabel independen) Perilaku
Pre test
Post test
terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas (variabel dependen).
Pencegahan No Bendungan
F
%
F
%
Pada analisis ini dilakukan uji kenormalan data dengan melihat hasil test of normality
ASI 1
Kurang
16
80
2
10
Shapiro-wilk
2
Cukup
4
20
6
30
kemaknaan untuk kedua kelompok data pre
3
Baik
0
0
12
60
test 0,000 dan post test 0,002 maka data
10
100
10
100
tidak berdistribusi normal (ρ < 0,05).
Jumlah
diperoleh
hasil
nilai
Analisis pengaruh pendidikan kesehatan distribusi
tentang breast care terhadap perilaku
frekuensi perilaku pencegahan bendungan
pencegahan bendungan ASI dapat dilihat
ASI
pada tabel 2 berikut ini :
Berdasarkan
sebelum
Tabel
1
diberikan
pendidikan
kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 16 orang (80%), sedangkan perilaku
pencegahan
bendungan
ASI
sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan
sebagian
besar
responden
Berdasarkan Tabel 2 analisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian
besar
responden
memiliki
perilaku kurang sebanyak 16 orang 315
(80%), sedangkan sesudah diberikan pendidikan
hasil
dari
penelitian
didapatkan
menunjukkan bahwa 80% perilaku pada
memiliki
ibu nifas untuk melakukan pencegahan
perilaku baik yaitu 12 orang (60%). Hasil
bendungan ASI termasuk dalam kategori
statistik yang telah dilakukan dengan
kurang.
sebagian
kesehatan
Berdasarkan
besar
responden
menggunakan uji Wilcoxon dan diperoleh nilai kemaknaan dengan nilai ρ = 0,005.
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
Tabel 2
aktivitas yang dapat diamati langsung
Analisis Pengaruh Sebelum dan Sesudah
maupun yang tidak dapat diamati oleh
Pendidikan Kesehatan tentang Breast Care
pihak luar. Aktivitas manusia yang timbul
terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu Nifas di RB Kasih Murni
juga dapat dipengaruhi adanya stimulus atau rangsangan, baik dalam dirinya
Tanjungpinang Tahun 2014
sendiri (internal) maupun dari luar Perilaku Pencegahan Jumlah
individu (eksternal).
Bendungan ASI
Pendidikan Kesehatan
Kurang
Cukup
Menurut peneliti, perilaku pencegahan Baik
bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu F 1
8
6
0
Pre test
F
1 4
20
2
0
0
1 6
6
30
0
1 10
2
0
nifas tersebut dapat dibentuk ke arah yang
10 00
1 Post test
%
00
lebih
baik
dengan
cara
pemberian
pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas bahwa
Statistik ( ρv )
0,005
stimulus
untuk
mengubah
perilaku
manusia menjadi perilaku yang baik juga dapat dirangsang oleh faktor eksternal. PEMBAHASAN
Pemberian pendidikan kesehatan adalah termasuk salah satu cara stimulus yang
A. Analisis Univariat 316
berasal dari luar individu. Kesimpulan
yaitu sikap ibu yang telah menyadari akan
dalam penelitian ini bahwa perubahan
pentingnya
perilaku yang dilakukan oleh ibu nifas ke
pencegahan sejak dini untuk menghindari
arah yang lebih baik masih dapat
dari masalah-masalah kesehatan yang ada
dipengaruhi dengan cara memberikan
selama proses menyusui. Ibu yang telah
informasi kesehatan.
mendapatkan pendidikan kesehatan yang
melakukan
perilaku
Berdasarkan hasil dari penelitian
baik, akan merespon dirinya sendiri untuk
menunjukkan 60% perilaku pencegahan
menerapkan perilaku kesehatan ke arah
bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu
yang lebih baik lagi. Menurut
nifas termasuk dalam kategori baik. Pada
Nursalam
(2008),
tahap evaluasi, peneliti juga melakukan
pendidikan kesehatan adalah suatu proses
wawancara kepada responden bahwa
yang direncanakan dengan sadar untuk
perubahan perilaku yang terjadi pada ibu
menciptakan
nifas ini karena adanya penambahan
individu untuk senantiasa belajar. Hal ini
informasi kesehatan yang lebih baik.
menjadikan suatu proses perkembangan
peluang
bagi
individu-
Hasil penelitian ini didukung oleh
atau perubahan ke arah yang lebih tahu
teori Green dalam Noorkasiani (2009),
dan lebih baik. Pemberian pendidikan
bahwa
kesehatan
bentuk
perubahan
perilaku
juga
bertujuan
untuk
faktor
membangun kesadaran individu untuk
pendukung yaitu pendidikan kesehatan.
senantiasa berperilaku hidup sehat. Pada
Pemberian informasi kesehatan yang baik
hakikatnya pendidikan kesehatan adalah
akan menghasilkan perubahan perilaku
sebagai salah satu bentuk pemecahan
yang
masalah
dipengaruhi
positif
Perubahan
oleh
salah
dari perilaku
satu
diri
seseorang.
juga
dapat
dipengaruhi oleh salah satu faktor lain
kesehatan,
meningkatkan
kemampuan atau perilaku individu untuk mencapai
317
kesehatan
optimal,
dan
pendidikan kesehatan merupakan peran
ibu yang lebih baik dalam pencegahan
yang harus dilaksanakan dalam setiap
bendungan ASI.
pemberian asuhan kepada individu atau B. Analisis Bivariat
masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan sesudah
Metode pemberian pendidikan kesehatan
yang
perorangan perubahan
diberikan
secara
efektif
dalam
sangat
perilaku,
responden
memperhatikan penuh saat diberikan informasi
kesehatan.
Pendidikan
diberikan dengan cara bimbingan dan responden
bersifat
kooperatif.
Penggunaan media pendidikan kesehatan yaitu leaflet dapat berpengaruh pada ibu nifas, leaflet dapat mereka gunakan sebagai pengingat pesan dan panduan
diberikan pendidikan kesehatan, perilaku ibu nifas dalam pencegahan bendungan ASI mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku ibu nifas dapat dilihat dari hasil kategori perilaku kurang
mendapatkan Setelah
penelitian
di
atas
jelas
menunjukkan bahwa setelah ibu nifas mendapatkan tentang
sebelum
informasi
kesehatan.
mendapatkan
informasi
kategori baik yaitu sebanyak 60% dan kategori kurang yaitu 10%. Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon dengan menggunakan perangkat lunak SPSS dilihat hasil ρ = 0,005 yang mana ρ
diperoleh. Hasil
80%
kesehatan, perilaku ibu nifas dalam
untuk mempraktekkan perilaku yang sehat dari informasi kesehatan yang telah
sebanyak
breast
pendidikan care,
kesehatan
maka
sudah
berpengaruh terhadap perubahan perilaku
< 0,05 dinyatakan Ho ditolak, maka ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan menurut Green dalam Noorkasiani (2009) bahwa bentuk perilaku individu dapat 318
dipengaruhi (enabling
oleh
faktor
factors)
pendukung
yaitu
dengan
Bentuk perubahan perilaku menurut dalam
Notoatmodjo
penelitian
ini
penelitian
pemberian pendidikan kesehatan.
WHO
breast care. Kesimpulannya bahwa hasil
(2007)
meliputi ketersediaan individu untuk
didukung
Ratna
juga
Murniati
oleh yaitu
perubahan perilaku seseorang ke arah yang positif juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu nifas.
berubah (readiness to change) yaitu setiap
Pada
individu atas kesadaran dirinya sendiri
melakukan
bersedia untuk berubah atau berperilaku
kesehatan tentang pentingnya perilaku
yang lebih baik dari sebelumnya setelah
breast care yang juga dapat menambah
mendapatkan
pengetahuan
informasi
yang
penelitian
saat ini, peneliti
pemberian
ibu
pendidikan
nifas,
sehingga
berhubungan dengan kesehatan dirinya.
menimbulkan kesadaran pada ibu nifas
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah
untuk melakukan perilaku breast care
perilaku atau usaha-usaha seseorang
dengan baik dan ibu lebih termotivasi
untuk
dalam melakukan perilaku hidup sehat.
memelihara
atau
menjaga
kesehatan dirinya agar tidak sakit, oleh sebab itu diperlukannya upaya perilaku
KESIMPULAN DAN SARAN
pencegahan penyakit (preventive) yang penting dilakukan oleh setiap individu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ratna Murniati (2012) bahwa adanya hubungan pengetahuan ibu nifas tentang melakukan
bendungan praktik
ASI
Perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 8 orang (80%).
dengan
pencegahan
bendungan ASI atau melakukan perilaku
Perilaku pencegahan bendungan ASI sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden 319
memiliki perilaku baik sebanyak 6 orang
kesehatan khususnya tentang perilaku
(60%).
pencegahan bendungan ASI.
Ada pengaruh pendidikan kesehatan
Pada ibu setelah bersalin diharapkan
tentang breast care terhadap perilaku
mampu melakukan breast care secara
pencegahan bendungan ASI pada ibu
mandiri dan melakukannya dengan rutin
nifas.
minimal satu kali sehari. Peran keluarga
Hasil penelitian ini dapat digunakan
juga sangat penting dalam memberikan
dalam
dukungan dan motivasi pada ibu untuk
keperawatan,
selalu menjaga keadaan payudara tetap
khususnya di keperawatan maternitas.
bersih dan sehat selama pross menyusui.
Diharapkan bagi mahasiswa/i dengan
Perilaku breast care yang baik akan
adanya
dapat
mencegah terjadinya bendungan ASI,
digunakan sebagai referensi dan acuan
membuat kondisi payudara yang sehat
pembelajaran
tugas
dan memperlancar produksi ASI yang
perkuliahan tentang pendidikan kesehatan
baik sehingga terpenuhinya asupan ASI
dan perilaku pencegahan bendungan ASI
bagi bayi.
sebagai
pembelajaran
pengembangan
ilmu
hasil
penelitian
dalam
ini
membuat
Dengan adanya hasil penelitian ini,
pada ibu nifas. Diharapkan bagi bidan atau perawat dapat
mensosialisasikan
pemberian
diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian yang
informasi atau penyuluhan kesehatan
lebih
pada ibu nifas dan hasil penelitian ini
melakukan penelitian metode eksperimen
dapat dijadikan masukan serta menambah
murni
pengetahuan
Murni
lainnya yang dapat berpengaruh dalam
masalah
mencegah atau mengatasi terjadinya
Tanjungpinang
di
RB
Kasih
tentang
320
mendalam
lagi
menggunakan
atau
variabel
dengan
bebas
bendungan ASI pada ibu nifas dalam
Machfoeds, Ircham. (2007). Pendidikan
proses menyusui.
Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan.Yogyakarta:Fitramaya .
KEPUSTAKAAN Arifin,
zaenal.
(2008).
Dasar-Dasar
Penelitian Karya
Ilmiah.
Mochtar.
(2010).
Sinopsis
Obstetri,
Fisiologi, Patologi.
Jakarta: GRASINDO
Jakarta:
EGC. Murniati,
Ratna.
(2012).
Hubungan
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2009). Pengetahuan Ibu Nifas tentang Statistik untuk Kedokteran dan Bendungan ASI dengan Praktik Kesehatan:
Edisi 4.
Jakarta: Pencegahan
Bendungan
ASI
Salemba Medika (Breast Care). Danuatmaja, Bonny. (2003). 40 Hari
Semarang:
UNIMUS.
Pasca- Persalinan. Jakarta: Puspa Noorkasiani.
(2009).
Sosiologi
Swara. Keperawatan. Jakarta: EGC Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset
Dharma,
Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan
Keperawatan: Buku Ajar dan
Teori dan
Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC
Rineka Cipta.
Kelana Metodologi
Kusuma
dan Ilmu
Perilaku.
Jakarta:
Rineka Cipta.
(Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan
Jakarta:
. (2007). Promosi Kesehatan
(2011).
Penelitian
Keperawatan
Aplikasi.
Nursalam.
(2008).
Pendidikan
dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Hasil Penelitian). Jakarta: CV.
Medika.
Trans Info Media. 321
. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan
Edisi
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi
3.
(2009).
Buku
Jakarta:
EGC.
Jakarta: Salemba Medika. Prawirohardjo.
Ners.
Acuan
Wati, Lidia. (2014). Panduan Penyusunan
nasional Pelayanan Kesehatan
Metodologi Riset keperawatan.
Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Tanjungpinang: STIKES
PT Bina Pustaka.
Tuah.
Rosmha. (2013). Cakupan ASI 42 Persen, Ibu Menyusui
Wulanda,
Butuh
Dukungan.
Febri.
Hang
(2011).
Biologi
Reproduksi. Jakarta:
Salemba
Medika.
http://health.kompas.com/read/20 Wulandari,
Eni.
(2012).
Tingkat
13/ 12/21/0917496. Diakses: 25 Pengetahuan Ibu Nifas tentang Januari
2014. Bendungan ASI.
STIKES Kusuma Husada.
Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas.
Jakarta:
Surakarta:
1
Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M.
Salemba Medika. Kep, CWT : Dosen STIKES Hang Suherni,
Hesty
&
Anita.
(2009). Tuah Tanjungpinang.
Perawatan Masa
Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya. Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan
kebidanan
Pada
Ibu
Nifas. Yogyakarta: CV. ANDI. Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi 1. Yogyakarta: CV. ANDI 322
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI MAHASISWA S1 TINGKAT IV UNTUK MELANJUTKAN KEPROFESI NERS DI STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2014 Heri Priatna ¹, Lili Sartika ², Komala Sari ³
ABSTRAK Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional menjadi professional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan termasuk dalam pelayanan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan atau desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilakukan pada bulan September – November 2014. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara cita-cita dan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,011 dan ada hubungan antara kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,031. Kata kunci
: Motivasi, Mahasiswa, Profesi Ners
ABSTRACT Nursing profession in Indonesia has developed so rapidly. This development impacts of the changing nature of nursing services of a professional vocational services rests on the mastery of science in nursing, including nursing services. It is a challenge for the nursing profession in developing professionalism at the same time must provide a quality service. This study aims to determine and identify the Factors Associate With Student Motivation Level IV S1 for profession Nursing Continuing To In STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research uses descriptive analytic study design, the approach or cross-sectional design. The population in this study were all students of nursing level IV S1 Hang Tuah STIKES Tanjungpinang totaling 32 people. The research was conducted in September – November 2014 using the research instrument in the form of a questionnaire with 32 statements and analyzes the result of this study conducted univariate and bivariate. Based on the results showed that tthere is a relationship between the ideals and motivations of student S1 level IV with a velue of p value = 0,011, there is no relationship between the ability of learnes with student motivation S1 level IV with a value of p value = 0,031. Key words : Motivation, Students, Nurses Profession
323
karena
PENDAHULUAN Dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan,
langkah
awal
yang
perlu
keberhasilan
pengembangan
keperawatan di Indonesia di masa mendatang sangat
bergantung
pada
penataan
dan
ditempuh adalah dengan melakukan penataan
pengembangan pendidikan tinggi keperawatan
pendidikan
(Nursalam, 2008).
keperawatan
dan
memberikan
kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan
Hal ini merupakan tantangan bagi profesi
pendidikan yang lebih tinggi. Pengembangan
keparawatan
sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat
profesionlisme yang sejalan dengan pelayanan
penting dan berperan dalam pengembangan
yang berkualitas. Profesi keperawatan di
pelayanan
mengembangkan
keperawatan
professional,
Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan
teknologi
keperawatan,
Negara barat, dimana baru Sembilan tahun
pengembangan pembinaan
dalam
kehidupan
keprofesian,
dan
terakhir ini di Indonesia baru menghasilkan
pendidikan keperawatan berkelanjutan yang
Sarjana Keperawatan yang professional ( Putri,
dicapai melalui lulusan dengan kemampuan
HT & Fanani, A. 2010).
professional.
Pada saat ini berbagai upaya
untuk
mengembangkan
lebih
keperawatan
Lulusan
pendidikan keperawatan salah satu yang
S1
diperlukan adalah adanya motivasi. Menurut
Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan
Suciati dan Prasetya (2001) dalam Nursalam
kejenjang Profesi Ners keperawatan. Dalam hal
(2008),
ini dibutuhkan suatu penataan yang mendasar
mempengaruhi motivasi belajar diantaranya
dari S1 Keperawatan kepeningkatan status
adalah cita-cita/aspirasi, kemampuan peserta
Program Profesi Ners Keperawatan dengan
didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan
lebih menekankan pada upaya meningkatkan
belajar,
kualitas
pembelajaran, serta upaya pengajar dalam
sebagai
professional.
pendidikan
Selama proses untuk dapat meningkatkan
lulusan. Pendidikan keperawatan sarana
mencapai
profesionalisme
pengelolaan
pendidikan
beberapa
unsur-unsur
unsur
dinamis
yang
dalam
membelajarkan peserta didik.
keperawatan harus terus dipacu. Kepedulian terhadap
adapun
Kenyataan di Indonesia, sebagian besar
tinggi
tingkat pendidikan keperawatan masih rendah.
mempunyai alasan yang cukup mendasar
Diakui oleh DIRJEN Bina Upaya Kesehatan 324
(BUK) bahwa, sebagian besar atau 80 persen
Dengan fenomena di atas, peneliti tertarik
perawat yang bekerja di rumah sakit vertikal,
untuk meneliti tentang faktor – faktor yang
berpendidikan Diploma III (D3), Diploma IV
berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1
0,5 persen, Sarjana Strata Satu Keperawatan 1
tingkat IV untuk melanjutkan Profesi Ners
persen, Ners 11 persen, dan Sarjana Strata Dua
keperawatan
0,4
Tanjungpinang tahun 2014.
persen.
Sedangkan
perawat
yang
di
STIKES
Hang
Tuah
berpendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) sebanyak 7 persen (DEPKES, 2011). Dari data pendahuluan yang didapat pada
BAHAN
DAN
METODA
PENELITIAN
bagian kemahasiswaan STIKES Hang Tuah
Penelitian ini merupakan penelitian Non-
Tanjungpinang diketahui untuk lulusan tahun
Eksperimen karena tidak ada intervensi dari
2012-2013 dengan jumlah 66 lulusan, hanya 14
peneliti dan menggunakan desain penelitian
(21,21%) lulusan yang melanjutkan ke Ners.
deskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan
lulusan 2013-2014 hanya 31 orang (67,39 %)
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Cross
dari 46 mahasiswa yang melanjutkan langsung
Sectional,
ke Ners.
menekankan waktu pengukuran / observasi data
Dari data tersebut memang terlihat adanya peningkatan
jumlah
mahasiswa
melanjutkan
ketingkat
Ners
STIKES
tahun
2015,
keperawatan,
pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut
Hang
mayoritas
ini
kali pada satu saat dan dinilai secara simultan
Tuah
Tanjungpinang. Sedangkan diharapkan pada akhir
penelitian
variable independen dan dependen hanya satu
(Nursalam,2008).
tidak tertarik untuk melanjutkan ke Ners di
dalam
yang
namun masih terdapat juga mahasiswa yang
Keperawatan
dimana
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september-November tahun 2014 di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
pendidikan
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
perawat yang ada di rumah sakit sudah
adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah
memenuhi kriteria minimal sebagai perawat
teknik penentuan sampel bila semua anggota
profesional (S1/Ners) (Nursalam, 2007).
populasi digunakan sebagai sampel (Setiadi, 2007). Berarti dalam penelitian ini sampel yang 325
diambil adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV
Dalam penelitian ini untuk variable
Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014
independen digunakan skala likert yang telah
yang berjumlah 32 orang.
dimodifikasi, yaitu menghilangkan pilihan
Di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
ragu-ragu sehingga subjek akan memilih
terdapat 2 jenjang pendidikan yaitu D3
jawaban yang pasti kearah yang sesuai atau
keperawatan dan S1 keperawatan. Untuk D3
tidak sesuai dengan dirinya. Kuesioner terdiri
keperawatan
dari 3 item tentang cita-cita dan Aspirasi,
dengan
masa
pendidikan
akademik selama 3 tahun, dengan jumlah 6
kemampuan
kelas, untuk tingkat 1, 2 kelas, tingkat 2 : 2
Kemudia ke tiga indikator tersebut dijabarkan
kelas, dan tingkat 3 : 2 kelas. Sedangkan untuk
kedalam 32 pernyataan. Pengisian kuesioner
S1 keperawatan masa pendidikan akademiknya
oleh responden dilakukan dengan tekhnik
lebih lama yaitu selama 4 tahun, dan ditambah
check-list .
1 tahun profesi (Ners). Jumlah kelas sebanyak 5 kelas, untuk tingkat 1, 2, dan 3 hanya 1 kelas,
peserta
didik
dan
motivasi.
HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat
dan tingkat 4 sebanyak 2 kelas. Dari sekian
Merupakan analisa yang dilakukan pada tiap
banyak jumlah kelas dan mahasiswa hanya
variable dalam hasil penelitian. Pada umumnya
mahasiswa/i S1 keperawatan tingkat IV yang
analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan
menjadi responden dalam penelitian ini dan
presentasi tiap variable yang disajikan dalam
keseluruhannya memenuhi criteria inklusi.
bentuk tabel sebagai
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
1.
menggunakan metoda observasi partisipasif
berikut :
Karakteristik responden berdasarkan usia.
berupa metoda kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan
Tabel 1. Distribusi kelompok berdasarkan
/ pernyataan tertulis dengan beberapa pilihan
umur responden
jawaban kepada responden. Jenis kuesioner
mur
Frekuensi
%
adalah kuesioner tertutup dan langsung, dimana
19 - 21
26
81,25 %
responden diminta memilih jawaban yang
22 - 24
5
15,62 %
sesuai dengan keadaan dirinya sendiri. 326
25 - 30
1
3,13%
Jumlah
32
100 %
Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Cita-cita, IPK dan Motivasi
Cita-cita
Frekuensi
%
Ada
12
37,5%
besar usia responden yang berusia 19-21
Tidak Ada
20
62,5%
tahun sebanyak 26 responden (81,25%), 5
IPK
orang berusia antara 22-24 tahun (15,62%),
Tinggi
19
59,4%
dan I orang responden berusia 25-30 tahun
Rendah
13
40,6%
Tinggi
16
50%
Rendah
16
50%
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
Motivasi
(3,13%).
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan tebel3 diatas diketahui bahwa Tabel 2. Distribusi kelompok
cita sebanyak 20 orang (62,5%) dan hanya
berdasarkan jenis kelamin
Umur
sebagian besar responden tidak memiliki cita-
Frekuensi
%
sebanyak 12 orang (37,5%) yang memiliki cita-
Laki-laki
7
21,86 %
cita, sedangkan responden yang memiliki nilai
perempuan
25
78,14 %
IPK yang tinggi sebanyak 19 orang (59,4%)
Jumlah
32
100 %
dari 32 orang dengan sebagian besar responden yaitu 16 orang (50%) dari 32 orang memiliki
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 25
motivasi yang tinggi. B.
Analisis Bivariat Analisis
orang (78,14%) dan laki-laki sebanyak 5 orang
bivariat
dilakukan
untuk
mengetahui hubungan dan besarnya nilai odds
(21,86%).
ratio antara faktor-faktor risiko (variable 3. Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan cita-cita, IPK dan motivasi.
independen)
dengan
motivasi
(variable
dependen), dengan tingkat kemaknaan 95%. Ada atau tidaknya hubungan antara factor 327
independent dengan motivasi ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.
Cita-cita
Motivasi
dan
Mahasiswa S1
Aspirasi
tingkat IV
1. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi dengan
untuk
Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk
melanjutkan ke
melanjutkan ke Profesi Ners
di STIKES
bahwa responden
hasil
penelitian
Rend
dijumpai
( 43,8%) memiliki
F %
F %
F
%
Tidak
1
43,
6 18,
2
100
motivasi yang rendah, responden yang ada cita-
Ada
4
8%
8%
0
%
cita sebanyak 2 responden (6,2%) memiliki
Ada
2
6,2
1 31,
1
100
%
0 2%
2
%
1
50
1 50
3
100
6
%
6 %
2
%
motivasi yang rendah dan responden yang tidak ada cita-cita sebanyak 6 responden (18,8%)
Jumlah
memiliki motivasi yang tinggi, responden yang
6,533
ada cita-cita sebanyak 10 responden (31,2%)
2. Hubungan Kemampuan Peserta Didik
memiliki motovasi yang tinggi. Oleh karena
dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV
nilai р<0,05 (0,011<0,05)
maka dapat
untuk melanjutkan ke Profesi Ners di
disimpulkan bahwa ada hubungan antara cita-
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun
cita dan aspirasi dengan motivasi Mahasiswa S1
2014
tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di
Berdasarkan hasil penelitian dijumpai
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun
bahwa responden yang memiliki kemampuan
2014.
peserta didik (IPK) yang rendah sebanyak 10
Tabel 4. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners
di STIKES
responden ( 31,2%) memiliki motivasi yang rendah, responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi sebanyak 6
HangTuah Tanjungpinang tahun 2014
responden ( 18,8%) memiliki motivasi yang rendah 328
dan
responden
P Value
Tinggi
ah
yang tidak ada cita-cita
sebanyak 14 responden
X2
Profesi Ners
Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. Berdasarkan
Jumlah
yang
memiliki
0,011
kemampuan peserta didik (IPK) yang rendah memiliki
Berdasarkan perhitungan pada table
motivasi yang tinggi, responden yang memiliki
diatas diperoleh hasil pengolahan data dengan
kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi
menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2
sebanyak 13 responden ( 40,6%)
= 4,644 dan р value = 0,031.
sebanyak 3 responden ( 9,4%)
memiliki
nilai
motivasi yang tinggi.
dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang
karena
р<0,05 (0,031<0,05) maka dapat
disimpulkan Tabel 5. Hubungan Kemampuan Peserta Didik
Oleh
bahwa
ada hubungan
kemampuan peserta didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi
Ners
di
STIKES
Hang
Tuah
Tanjungpinang Tahun 2014.
Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.
PEMBAHASAN Kemam
Motivasi
puan
Mahasiswa S1
Peserta
tingkat IV
Jumla
Didik
untuk
h
(IPK)
1.
sebagian besar responden memiliki cita-cita 2
X
P Value
Jumlah
dengan jumlah 12 orang dari 32 orang. Banyaknya jumlah responden yang memiliki
Tinggi
cita dikaitkan dengan umur responden yang
h
Tinggi
responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Profesi Ners
Rendah
frekuensi
berdasarkan cita-cita dan aspirasi
melanjutkan ke
Renda
Distribusi
F
sebagian besar berumur 19-21 tahun. Dimana
%
F
%
F
%
1
31,
3
9,4
1
10
4,6
0
2%
%
3
0%
64
6
18,
1
40,
1
10
8%
3
6%
9
0%
1
50
1
50
3
10
6
%
6
%
2
0
rentang usia tersebut masuk dalam rentang usia
%
0,031
remaja yang produktif dan masih memiliki motivasi yang tinggi. Masa remaja adalah suatu stadium dalam siklus perkembangan anak. Rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 21 tahun, dimana pada masa remaja ini, merupakan masa pencarian dan penjelajahan jati diri seseorang, 329
termasuk dalam menentukan masa depan
psikomotor yang juga dapat memperkuat
melalui pendidikannya (Djamarah, 2008),
motivasi dalam belajar untuk mencapai IPK
Remaja
dan
kehidupan
pendidikan
yang tinggi (Nursalam, 2008).
merupakan masa yang paling indah dalam
Selain itu menurut Djamarah (2008), kuat
realitas sosial. Dan bagi remaja mereka merasa
lemahnya motivasi belajar seseorang turut
sangat beruntung dengan kehidupan mereka
mempengaruhi keberhasilan belajar terutama
yang masih dapat melanjutkan kejenjang yang
prestasi/nilai yang didapat. Karena itu motivasi
lebih tinggi, untuk mencapai cita-cita mereka.
belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal
Adanya cita-cita inilah yang menjadi faktor
dari dalam diri seperti cita-cita, karena akan
pendorong yang menambah semangat serta
meningkatkan prestasi belajar seseorang.
memperkuat motivasi seseorang, karena dengan terwujudnya cita-cita yang diharapkan maka
3. Distribusi
akan terwujud pula aktualisasi diri seseorang
frekuensi
responden
berdasarkan motivasi
(Nursalam, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden didapatkan data sebagian besar 2.
Distribusi
frekuensi
responden responden memiliki motivasi yang tinggi yaitu
berdasarkan kemampuan peserta didik sebanyak 16 orang (50%). Pada penelitian ini kemampuan
Dalam kehidupan masyarakat usia masih
peserta didik responden dilihat dari nilai IPK.
dijadikan tolak ukur dalam menentukan tingkat
Sebagian besar responden memiliki IPK yang
motivasi yang dimilliki untuk terus belajar dan
tinggi dengan jumlah 19 orang (59,4%) dari 32
mengembangkan
orang. Hal ini juga dikaitkan dengan umur
pertumbuhan
responden yang masih dalam tahap remaja,
kematangan emosional, intelektual dan sosial.
dimana dalam usia remaja ini saat-saat
Hal ini juga dikaitkan dengan usia responden,
penentuan masa depan. Dan potensi yang
dimana sebagian besar responden masih dalam
dimiliki
tahap remaja yaitu 19-21 tahun.
juga
banyak,
termasuk
dalam
intelektual atau intelegensi, serta kemampuan 330
diri
fungsi
karena
ditunjang
tubuh optimal
serta
Maulana (2003) bagi orang yang sudah tua
Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke
cenderung memiliki motivasi yang rendah
Profesi Ners
untuk belajar dan mengembangkan diri.
Tanjungpinang tahun 2014.
di STIKES Hang Tuah
Hal ini membuktikan bahwa cita-cita dan
4. Hubungan cita-cita dan aspirasi dengan motivasi mahasiswa S1 melanjutkan ke
aspirasi
merupakan
faktor
yang
dapat
profesi Ners di Stikes Hang Tuah
menambah semangat sekaligus memberikan
Tanjungpinang
tujuan yang jelas dalam belajar, sehingga akan memperkuat motivasi belajar. Karena cita-cita
Dari
hasil
penelitian
yang
telah merupakan faktor yang bersumber dari dalam
dilakukan menunjukkan bahwa responden yang diri seseorang yang akan membuat seseorang tidak memiliki/tidak ada cita-cita dan aspirasi melakukan upaya lebih banyak. Dan dengan yaitu sebanyak 20 orang yang terdiri dari 14 tercapainya cita-cita maka akan terwujud orang (43,8%) yang motivasinya rendah dan 6 aktualisasi diri seseorang. orang
(18,8%)
yang
motivasinya
tinggi.
Sedangkan untuk responden yang memiliki/ada 5. Hubungan kemampuan peserta didik cita-cita dan aspirasi yaitu sebanyak 12 orang dengan
motivasi
mahasiswa
S1
yang tediri dari 2 orang (6,2%) yang melanjutkan ke profesi Ners di Stikes motivasinya rendah dan sebagian besar dengan Hang Tuah Tanjungpinang jumlah10 orang (31,2%) yang motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa responden
Hasil analisa data dengan uji statistik
yang memiliki/ada cita-cita dan aspirasi,
chi-quadrat didapatkan р value = 0,031. Hal ini
motivasinya lebih tinggi dari pada responden
menunjukkan bahwa р < 0,05 (0,031<0,05)
yang tidak memiliki/tidak ada cita-cita.
berarti H 0 ditolak sehingga terdapat hubungan
Hasil pengolahan data menggunakan uji chi-
antara kemampuan peserta didik dengan
square diperoleh nilai X2=6,533dan р value =
Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk
0,011. Oleh karena nilai р<0,05 (0,011<0,05)
melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Tuah Tanjungpinang.
cita-cita
dan
aspirasi
dengan
Motivasi 331
Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi
dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut
tingkat kemampuan peserta didik maka akan
:
semakin
1. Sebagian besar responden tidak
memperkuat
motivasi
untuk
memiliki
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi.
cita-cita, dengan jumlah 20 orang (62,5%)
Dan didapatkan data bahwa responden dengan
dari32 orang.
kemampuan peserta didik yang
rendah
2.
Sebagian besar responden memiliki nilai
berjumlah 13 orang, yang terdiri dari 10 orang
IPK yang tinggi dengan jumlah 19 orang
(31,2%) memiliki motivasi rendah dan 3 orang
(59,4%) dari 32 orang.
(9,4%) memiliki motivasi tinggi. Sedangkan
3. Ada hubungan antara cita-cita dan aspirasi
responden dengan kemampuan peserta didik
dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV
yang
untuk melanjutkan ke Profesi Ners
tinggi,
dibandingkan
jumlahnya dengan
lebih
banyak
responden
yang
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun
kemampuan peserta didiknya rendah, yaitu 19 orang, yang terdiri dari 6 orang (18,8%)
di
2014. dengan nilai p value = 0,011. 4.
Ada hubungan antara kemampuan peserta
motivasinya rendah dan 13 orang (40,6%)
didik dengan motivasi mahasiswa S1
motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat
tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi
bahwa responden yang kemampuan peserta
Ners
didiknya (IPK) rendah, tidak memiliki motivasi
Tanjungpinang tahun 2014, dengan nilai p
yang tinggi. Berbeda halnya dengan responden
value = 0,031.
di
STIKES
yang kemampuan peserta didiknya tinggi (IPK)
Saran
akan memiliki motivasi yang tinggi pula.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Hang
Tuah
Dengan adanya hasil penelitian ini, Simpulan diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk Berdasarkan hasil penelitian yang telah
mengadakan penelitian yang lebih mendalam
dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa tingkat
mengenai faktor-faktor lain yang kemungkinan
IV Prodi S1 keperawatan STIKES Hang Tuah
berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1
Tanjungpinang pada bulan September 2014,
tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 332
2014, agar nantinya hasil penelitian tersebut
DAFTAR PUSTAKA
dapat diajukan sebagai saran bagi pihak institusi DEPKES.2011. Perawat Mendominasi Tenaga untuk meningkatkan kualitas baik dari segi tim Kesehatan.
http://manajemen-rs.net
/index.
option=
pengajar maupun peserta didik itu sendiri. php?
com_content
Bagi Lokasi Penelitian/Institusi &view=article&id=185:perawatDari hasil penelitian ada beberapa saran mendominasi-tenagayang
peneliti
ajukan
untuk
lokasi kesehatan&catid=51:berita&Itemid=95.
penelitian/pihak institusi : Diakses tanggal 23 Oktober 2011. Jam : Telah
terbukti
bahwa
cita-cita 13.20
berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan keProfesi Ners di Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun Jakarta : Rineka Cipta 2014. yang memiliki cita-cita cenderung motivasinya tinggi, sehingga
d iharapkan Kurniawan, A. 2009.BelajarMudah SPSS untuk
agar pihak institusi bisa lebih memberikan Pemula.Yogyakarta : Media Kom dukungan, motivasi, dan perhatian yang lebih bagi mahasiswa yang benar-benar memilikicitaKusnanto.2004. Pengantar Profesi & Praktik cita untuk menjadi perawat yang profesional Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya, seperti memberikan reward pada mahasiswa Marziati.2009. Motivasi Mahasiswa Akademi yang berprestasi disetiap semesternya, karena Keperawatan Pemerintah Kabupaten hal itu akan menambah semangat, dan motivasi Aceh
Selatan
untuk
Melanjutkan
para mahasiswa dalam mencapai prestasi dan Pendidikan
ke
Tingkat
Sarjana
cita-citanya sebagai seorang perawat yang Keperawatan.
Skripsi
Fakultas
professional dengan melanjutkan pendidikan Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
333
Maulana,
I.
2003.
Faktor-faktor
yang
Suara, dkk. 2007. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : TIM
Berhubungan dengan Motivasi Perawat untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang
Pendidikan
Keperawatan. Fakultas
Suarli,
FK-STIKES
Kedokteran
Universitas
&
Bahtiar,
Y.
Manajemen
Keperawatan. Jakarta :Erlangga
Tinggi
Skripsi
S
Sumantri. 2002. Tantangan Pengembangan Tenaga
Airlangga, Banjarmasin.
Kesehatan
Masa
Depan.
Majalah Bina Diknakes. Edisi 42.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Syarifudin. 2010. Panduan TA Keperawatan
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
dan
Kebidanan
dengan
SPSS.
Yogyakarta : Grafindo Litera Media. Nurhidayah,
R.E.
2011.
Pendidikan
Uno,
Keperawatan. Medan : USU Pers
H.B.
2010.
Teori
Motivasi
&
Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara Wati, L, dkk. 2011. Buku Panduan Penyusunan
Nursalam & Efendi. 2008. Pendidikan Dalam Proposal dan Skripsi. Tanjungpinang : Keperawatan. Jakarta : Slameba Medika STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan WR. 2011. Pendidikan Dalam Keperawatan. Metodologi
Penelitian
Ilmu http:
//dhanwaode.
Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salmeba wordpress.com/2011/01/26/pendidikanMedika. dalam-keperawatan /. Diakses tanggal 12 Putri, H.T & Fanani, A. 2010. Etika profesi Keperawatan.
Yogyakarta
:
Desember 2011. Jam : 13.30 Wuryanto,
CiptaPustaka
E.
2007.
Menata
Pendidikan
Perawat. http:// www. Suara merdeka. com/ harian 0707/16/opi05.html. Diakses
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar tanggal 13 Desember 2011.Jam : 11.53
Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : GrahaIlmu
334
1.
Dosen Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul Jakarta / Ketua Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.
2.
Dosen Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.
3.
Dosen Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.
335
PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN NYERI KASUS LOW BACK PAIN PADA LANSIA DIRUMAH BAHAGIA BINTAN KELURAHAN KAWAL TAHUN 2014. Endang Abdullah1, Lidia Wati2, Komala Sari3
ABSTRAK Perubahan patologis usia Lanjut pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome atau Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pengobatan Nyeri Punggung Bawah pada lansia tersebut bisa secara Farmakologis dan Non Farmakologis. Pengobatan secara Farmakologis pada lansia biasa digunakan Ibuprofen. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres panas terhadap penurunan Nyeri Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal. Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen). Pada penelitian ini menggunakan Rancangan “Pretest and Posttest Non equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok perlakuan atau eksprimen, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding. populasi yang menderita nyeri punggung bawah peneliti hanya mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke atas. Dengan sampel 20 lansia. instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scal, juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden. Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney hasil p-value = 0,04 yang mana p-value< 0,05 dinyatakan Ho ditolak Maka Ada pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain Pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014. Saran agar menggunakan kompres panas dalam menurunkan low back pain pada lansia Kata kunci
: low back pain, Kompres panas, Lansia
ABSTRACT Advanced age pathological changes in Musculoskeletal System, namely Pain in the Lower Back and waist can occur in all age groups, but the cause is different. In the younger age groups, the cause is more likely to result in the connective tissue diseases such as Reiter's Syndrome or Ankylosing Spondylitis manifesting as pain Low Back Pain and sacroiliac joints. Lower Back Pain Treatment in the elderly can be Pharmacological and NonPharmacological. Pharmacological treatment in the elderly commonly used Ibuprofen. Objectives to be achieved from this study was to determine the effect of a hot compress to the decline Pain Low Back Pain in the Elderly at Home Happy Bintan Village Guard. This research uses experimental research design Semu (Quasi experiment). In this study, using the Draft "pretest and posttest Non-equivalent Control Group". In this study samples was determined using simple random sampling method, which is divided into two groups. The first group is no treatment or the experimental group, while the other group was the control group for comparison. population who suffer from lower back pain researchers only take elderly people aged 50 years and over. With a sample of 20 elderly. research instrument is a measuring instrument used to collect data in the form of sheets of observation and interviews to assess the extent to which respondents felt the pain scale. This study uses observation sheets Numerical Rating scal, also using hot water, bladder, and a small towel compress to give effect to the respondent. Test Statistics "unpaired t test" is the Mann-Whitney test results p-value = 0.04 where p-value <0.05 Ho rejected Then There's stated influences Hot Compress Case Against Pain Decrease Low Back Pain At Happy At home Elderly Bintan the Village Guard 2014. Suggestions to use hot compresses in reducing low back pain in the elderly Key words : low back pain, hot compress, Elderly
336
Nyeri Punggung Bawah (Low Back
PENDAHULUAN Perubahan patologis usia Lanjut pada
Pain) Merupakan 10 besar penyakit rawat jalan
Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada
di
Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul
Tanjungpinang, dan penderita Low Back Pain
pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya
yang didata oleh Dinas Kesehatan pada tahun
berbeda-beda. Pada kelompok usia muda,
2014 mulai dari bulan May 2014, hingga
penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit
Agustus 2014. Dari data tersebut persentase
pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome
setiap bulan nya penderita Low Back Pain pada
atau
yang
bulan May 2014 berkisar 6,58%, pada bulan
bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan
Juni 2014 berkisar 7,034 %, pada bulan Juli
Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pada kelompok usia
2014 berkisar 7,95 %, dan pada bulan Agustus
pertengahan, penyebab Nyeri Leher dan
2014 berkisar 9,80%. Dari data yang didapatkan
Punggung
umumnya
dari
dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
Myofascial
Pain
Nyeri
penderita Low Back Pain penyakit rawat jalan
Posttraumatic. Pada kelompok Usia Lanjut,
di Rumah Sakit Umum Daerah Menurut Jenis
penyebab tersering dari Nyeri Leher dan
Kelamin nya yang paling banyak menderita
Punggung dapat berupa PSD (Penyakit Sendi
Low Back Painyaitu pada lansia perempuan
Degenerative), fraktur osteoporosis, ataupun
(Provinsi Kepulauan Riau, 2013).
Ankylosing
Spondylitis
bersumber
Syndrome
dan
Spinal Stenosis (Padila, 2013).
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Kota
Pengobatan Farmakologis yg lansia
Nyeri Punggung Bawah (Low Back
dapatkan saat nyeri muncul yaitu berupa obat
Pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai.
Anti Nyeri berupa Ibuprofen untuk menurunkan
Di Amerika Serikat lebih dari 80% jumlah
rasa nyeri klien Low Back Pain. Hasil observasi
penduduk pernah mengeluh Low Back Pain dan
yang didapatkan pada salah satu lansia yang
di Indonesia diperkirakan jumlahnya lebih
menderita nyeri punggung bawah atau nyeri
banyak lagi. Sehubungan dengan berbagai
disekitar pinggang bawah, lansia tersebut
proses Degeneratif, persentase Nyeri Pinggang
mengatakan sulit tidur malam dikarenakan
Bawah
nyeri dan juga sulit melakukan aktivitas seperti
meningkat
seiring
bertambahnya usia (Rahmawati, 2008).
dengan
sholat 5 waktu, berdiri berjalan dan aktivitas 337
lainnya. Dan lansia tersebut mengatakan hanya
orang Lansia dari populasi yang menderita
menggunakan obat gosok balsem yang dioles
nyeri
disekitar punggung bawah yang nyeri atau pada
mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke
saat nyeri, namun nyeri tersebut masih
atas.. Sampel yang digunakan dalam penelitian
dirasakannya dan belum hilang.
ini adalah 20 lansia yang menderita Low Back
punggung
bawah
peneliti
hanya
Pain atau Nyeri Punggung Bawah di Rumah METODE PENELITIAN
Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014. Instrumen penelitian adalah alat-alat
Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen) karena eksprimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena
variabel-variabel
yang
seharusnya
dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau
Rancangan
penelitian “Pretest
ini
and
menggunakan Posttest
Non
equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel
ditentukan
dengan
menggunakan
metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok
perlakuan
atau
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi
sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Pada
yang akan digunakan untuk pengumpulan data.
eksprimen,
sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding. Populasi pada penelitian ini yaitu lansia yang menderita Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah di wilayah Panti Werda
Numerical Rating Scale dengan rentang Tidak Nyeri = 0, Nyeri Ringan = 1-3, Nyeri Sedang = 4-7, Nyeri Berat = 8-10. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden. Analisa
Bivariat
pada
penelitian
ini
menggunakan SPSS Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney (Uji Parametrik) karena syarat uji parametrik yaitu skala pengukuran variabel (variabel numerik), distribusi data normal, dan varians data.
Kelurahan Bintan Kawal, dengan jumlah 40
338
Sebelum
HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat
dan
Sesudah
dilakukan
Kompres Panas pada Nyeri Kasus Low
a. Karakteristik Responden Berdasarkan
Back Pain.
Umur Tabel 6.2
Pada bagian ini akan digambarkan hasil
Nilai Pretest dan Posttest (Kelompok
penelitian mengenai usia berdasarkan hasil dari
Eksperimen) Nyeri Kasus Low Back Pain pada
data sekunder pada golongan lansia, fase pre
Lansia Dipanti Werdha Rumah Bahagia Bintan
senium (55-65 tahun), fase senium 65 tahun
Kelurahan Kawal Tahun 2014
keatas. No Skala Nyeri
Tabel 6.1
Pretest Eksperimen n % 0 0
Distribusi Frekuensi Usia Responden berdasarkan umur pada Lansia di Panti Werdha Rumah Bahagia Bintan Kelurahan
1 2
Umur Responden 55-65 tahun 65 tahun keatas Total
2 3
Kawal Tahun 2014
No
1
Jumlah Responden 16 4
Presentase (%) 80 20
20
100
Berdasarkan Tabel 6.1, menunjukan jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 20 orang lansia, sebagian besar responden dengan usia 55-65 tahun (Fase Presenium) yaitu sebanyak 16 orang lansia dengan persentase 80%, sedangkan untukusia 65 tahun keatas (Fase Senium) yaitu sebanyak 4 orang lansia dengan persentase 20%.
4
0 Tidak Nyeri 1-3 Nyeri Ringan 4-7 Nyeri Sedang 8-10 Nyeri Berat Total
Kelompok
2
20
4
40
6
60
5
50
2
20
1
10
10
10
Berdasarkan Tabel 6.2, pada nilai Pretest kelompok eksperimen sebanyak 6 orang lansia
mengalami
nyeri
sedang
dengan
persentase 60%, dan nyeri berat sebanyak 2 orang
lansia
dengan
persentase
20%.
Sedangkan pada nilai Posttest kelompok eksperimen
sebanyak
10
orang
lansia
mengalami nyeri sedang dengan persentase 50% dan nyeri ringan sebanyak 4 orang lansia dengan persentase 40%.
b. Distribusi Nilai Pretest dan Nilai Posttest
Posttest Eksperimen n % 0 0
c. Distribusi Nilai Pretest dan Nilai
Eksperimen
Postest Kelompok Kontrol Sebelum 339
Berdasarkan hasil analisa Bivariat
dan Sesudah dilakukan Kompres Panas pada Nyeri Kasus Low Back Pain.
dapat
Tabel 6.3
Eksperimen
Distribusi Nilai Pretest dan Postest (Kelompok Kontrol) Nyeri Kasus
diketahui
Low Back Pain pada
Lansia di Panti Werdha Rumah Bahagia Bintan
bahwa
nilai
dan nilai PostTest
PostTest Kelompok
Kontrol, pada Lansia di Panti Werdha Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal, setelah dilakukan Uji Statistik Parametrik “Uji t tidak
Kelurahan Kawal Tahun 2014
berpasangan”. Diperoleh (p-value= 0,04), Ho ditolak Bila p-value< (0,05) maka Ho ditolak. No
1 2 3 4
Skala Nyeri
Pretest Kelompok Kontrol n % 0 0
0 Tidak Nyeri 1-3 Nyeri Ringan 50 4-7 Nyeri Sedang 40 8-10 Nyeri Berat 10 Total
Post test Kelompok Kontrol n % 0
5
5 50
4
4 40
1
1 10
10
10
Pretest kelompok kontrol sebanyak 4 orang mengalami
nyeri
sedang
dengan
persentase 40%, dan nyeri berat sebanyak 1 orang
lansia
dengan
Dari
0
Berdasarkan Tabel 6.3, pada nilai
lansia
PEMBAHASAN
persentase
10%.
Sedangkan pada nilai Posttest kelompok
berat
sebanyak
persentase 10%.
1
orang
lansia
dengan
tabel
6.1
dapat
diketahui karakteristik responden berdasarkan usia yang terbagi menjadi dua bagian. Menurut Masdani dalam Nugroho (2009), menyatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, lanjut usia dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Fase Presenium (55-65 tahun) dan Fase Senium ( 65 tahun keatas), pada bagian ini hasil penelitian mengenai usia responden berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari data sekunder. Dari
kontrol sebanyaK 4 orang lansia mengalami nyeri sedang dengan persentase 40%, dan nyeri
keterangan
keterangan
tabel
6.2
dapat
diketahui penurunan intensitas Skala Nyeri kasus Low Back Pain yang dapat dilihat pada nilai Pretest kelompok eskperimen. Dimana ada 6 orang lansia mengalami nyeri sedang. Nyeri
2. Bivariat
sedang adalah secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, 340
dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
mengalami nyeri ringan dengan persentase 40%
perintah dengan baik (Tamsuri, 2006).
dan nyeri sedang 5 orang lansia dengan
Dari
keterangan
tabel
6.3
dapat
persentase 50%.
diketahui tidak ada penurunan Intensitas Skala
Tindakan ini mengalihkan nyeri secara
Nyeri kasus Low Back Pain yang dapat dilihat
efektif, tindakan ini mengalihkan perhatian
pada nilai Pretest kelompok kontrol. Dimana
klien sehingga klien berfokus pada stimulus
ada 4 orang lansia mengalami Nyeri Sedang.
taktil dan mengabaikan sensasi nyeri, yang pada
Nyeri sedang adalah secara objektif klien
akhirnya dapat menurunkan persepsi nyeri.
mendesis, menyeringai, dapat menunjukan
Stimulasi
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
meningkatkan
mengikuti perintah dengan baik (Tamsuri,
memblok
2006).
menstimulasi serabut saraf berdiameter besar
kulit
juga pelepasan
transmisi
dipercaya
dapat
endorfin
yang
stimulasi
nyeri,
Berdasarkan hasil analisis “uji t tidak
A-Beta sehingga menurunkan transmisi implus
berpasangan” dengan menggunakan perangkat
nyeri melalui serabut kecil.A-Delta dan serabut
lunak SPSS dilihat hasil p-value = 0,04 yang
saraf C.
mana p-value< 0,05 dinyatakan Ho ditolak.
Kompres panas dengan menggunakan
Maka Ada pengaruh Kompres Panas Terhadap
buli-buli panas selain menurunkan sensasi nyeri
Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain Pada
juga dapat meningkatkan proses penyembuhan
Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan
jaringan
Kawal Tahun 2014.
Penggunaan panas pada buli-buli tersebut selain
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati
(2008),
menunjukan
yang
mengalami
kerusakan.
memberi efek mengatasi atau menghilangkan
bahwa
sensasi nyeri, teknik ini juga memberikan reaksi
terdapat penurunan skala intensitas nyeri
fisiologis antara lain meningkatkan respons
setelah diberikan perlakuan berupa kompres
inflamasi, meningkatkan aliran darah dalam
hangat terhadap penurunan nyeri kasus Low
jaringan, penggunaan kompres panas (buli-buli
Back Pain, dalam penelitian ini responden
panas) sebaiknya dilakukan pada Nyeri kasus
diberikan kompres hangat sebanyak 10 orang
Low Back Pain atau nyeri disekitar pinggang
lansia, setelah perlakuan pada 4 orang lansia
bawah Punggung(Tamsuri, 2006). 341
PantiAnugrah. (2014). Data Jumlah Lansia
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya penurunan Intensitas Skala Nyeri pada
Dan Penderita LowBackPain Puskesmas Bintan Kawal. (2014). Pasien Low
kelompok eksperimen (kelompok Intervensi) dimana Ho ditolak. Artinya bahwa Ada
Back Pain Pengobatan Rawat Jalan Rahmawati, Soemantri & Yuswanto (2008).
Pengaruh Pemberian Kompres Panas terhadap
Pengaruh Kompres Hangat terhadap
Penurunan Skala Nyeri Kasus Low Back Pain
Penurunan Intensitas Nyeri Pinggang
pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan
Bawah (Low Back Pain) pada Lansia.
Kelurahan Kawal Tahun 2014.
Jurnal Ners vol. 1
SARAN
Rumah Bahagia Bintan. (2014). Data Jumlah
Saran agar menggunakan kompres Lansia dan Penderita Low Back Pain panas dalam menurunkan low back pain pada Syarifudin. (2010). Panduan TA Keperawatan lansia Dan
Dahlan. (2010). Statistik untuk Kedokteran dan
Metodologi
SPSS.
Tamsuri. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan
Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika (2011).
dengan
Yogyakarta : Grafindo Latera Media
DAFTAR PUSTAKA
Dharma.
Kebidanan
Penelitian
Nyeri. Jakarta : EGC Tamsuri, (2007). Tanda-Tanda Vital Suhu
Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta : TIM
Tubuh. Jakarta : EGC
Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan 1. Jakarta : Rineka
1 Endang Abdullah : Dosen STIKES Hang
Cipta
Tuah Tanjungpinang.
Nursalam (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
2 Lidia Wati : Dosen STIKES Hang Tuah
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Tanjungpinang. 3 Komala Sari : Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Padila.
(2013).
Buku
Ajar
Keperawatan
Gerontik. Yogyakarta : NUMED
342
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT MEMBACA MAHASISWA KESEHATAN TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU TAHUN 2014 Soni Hendra Sitindaon1, Meily Nirnasari2, Umu Fadhilah3, Ikha Rahardiantini4 ABSTRAK Minat membaca adalah salah satu bentuk kegiatan untuk memperkaya pengetahuan serta memperluas wawasan sehingga dapat menambah pengetahuan seseorang. Minat membaca generasi muda yang ada di Provinsi Kepri masih sangat kurang. Menurut data Badan Perpustakaan Arsip Daerah (BPAD) Kepri tahun 2009, jumlah pengunjung hanya 32.280 orang saja atau sekitar 2.640 orang perbulan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau. Desain Penelitian menggunakan studi Crossectional. Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kesehatan di Tanjungpinangyang berjumlah 770 orang, data yang digunakan dalah data primer. Analisis yang digunakan adalah Chi Square dengan minat membaca sebagai variabel dependen dan variabel independennya adalah: pengetahuan, ketersediaan buku, fasilitas dan motivasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa minat baca mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang sebagian besar masih rendah sekitar 50,2%. Idealnya dalam institusi Pendidikan Tinggi, mahasiswa lebih banyak waktunya dihabiskan di perpustakaan dengan membaca, sehingga akan memiliki wawasan yang luas. Kata Kunci : Minat membaca, Pengetahuan, Ketersediaan Buku, Ketersediaan Fasilitas, Motivasi
Salah satu penyebab rendahnya mutu
PENDAHULUAN Menurut UU no 43 tahun 2007 tentang
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya
perpustakaan disebutkan bahwa perpustakaan
minat baca masyarakat. Minat untuk membaca
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis,
di Indonesia masih tergolong rendah, ini
karya cetak atau karya rekam secara profesional
didasarkan pada data yang dikeluarkan oleh
dengan sistem yang baku guna memenuhi
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, bahwa
kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,
masyarakat kita belum menjadikan kegiatan
informasi
pemustaka.
membaca sebagai sumber utama mendapatkan
menyediakan
informasi. Orang lebih memilih menonton TV
koleksi yang sanggup menjadi daya tarik para
(85,9%) atau mendengarkan radio (40,3%)
pembaca itu sendiri. Ini merupakan tugas dari
dibandingkan dengan membaca koran (23,5%).
dan
Perpustakaan
rekreasi harus
para
mampu
pustakawan untuk mampu memberdayakan
Idealnya
perpustakaan
dapat
perpustakaan agar mampu berperan dalam
menyediakan
dunia pendidikan (UUD RI, 2007).
mahasiswa dengan segala fasilitas penunjang 343
referensi
yang
dibutuhkan
yang
diperlukan.
Akan
tetapi
pada
tempat baca seharusnya didesain semenarik
kenyataannya banyak perpustakaan belum
mungkin, supaya pengguna
mampu menyediakannya. Banyak hal yang
dan betah berlama-lama diperpustakaan. Selain
menyebabkan kondisi seperti itu, salah satunya
itu
adalah karena anggaran yang disediakan oleh
pustakawan yang profesional sehingga mampu
pemerintah untuk pembelian
menarik para pengguna untuk datang ke
buku
dan
makalah ilmiah masih kurang. Hasil survey
perpustakaan
harus
merasa nyaman
didukung
oleh
perpustakaan (Kompas, 2002). Minat baca generasi muda yang ada di
salah satu perpustakaan menunjukkan bahwa kebutuhan buku wajib mahasiswa hanya bisa
Provinsi
disediakan sebesar 20% dari total kebutuhan.
Padahal untuk mendorong minat baca tersebut,
Belum lagi bicara soal fasilitas lainnya seperti
pihak Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
kursi baca dan meja baca yang kurang
terus berupaya menambah jumlah perpustakaan
menyenangkan,
termasuk
ruangan
yang
kurang
Kepulauan
Riau
meningkatkan
masih
status
kurang.
kantor
representatif, jam pelayanan yang sangat
Perpustakaan menjadi Badan Perpustakaan dan
terbatas dan lain-lain (Baderi, 2005).
Arsip Daerah (BPAD). Saat ini persediaan buku
Menurut data International Association
di Badan Perpustakaan Arsip Daerah (BPAD)
For Evaluation Of Educational (IEA), (1992)
Kepulauan Riau berjumlah 55.896 yang terdiri
melakukan riset tentang kemampuan membaca
dari 10.313 judul buku dan 88 judul buku anak-
murid-murid sekolah dasar (SD) kelas IV di 30
anak. Kepala Badan Perpustakaan Arsip Daerah
negara.
(BPAD)
Kesimpulan
dari
riset
tersebut
Kepulauan
Riau
Husein
status
kantor
menyebutkan bahwa Indonesia menempati
mengatakan
urutan ke-29. Angka-angka itu menggambarkan
perpustakaan tersebut tidak diiringi dengan
betapa rendahnya minat baca di Indonesia.
peningkatan jumlah pengunjung perpustakaan.
Berbagai faktor yang menyebabkan kondisi
Jumlah ini masih kecil dibandingkan dengan
tersebut, antara lain: faktor harga buku yang
peningkatan jumlah penduduk. Sepanjang
tidak terjangkau, kurang tersedia tempat
tahun
membaca
padatnya
Perpustakaan Arsip Daerah (BPAD) Kepulauan
kurikulum. Perpustakaan sebagai salah satu
Riau baru 32.280 orang atau sekitar 2.640 orang
yang
nyaman
dan
344
2009
peningkatan
Amir
jumlah
pengunjung
Badan
per bulan, dibanding dengan jumlah anggota
membaca dan kurangnya sarana atau fasilitas
tetap yang membaca di luar perpustakaan
perpustakaan.
sebanyak 2.500 orang per hari maka jumlah
Melihat kondisi tersebut diatas peneliti
pengunjung di Badan Perpustakaan Arsip
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Daerah (BPAD) Kepulauan Riau hanya sekitar
faktor-faktor yang berhubungan dengan minat
70 – 100 persen. Menurut Amir Husein, jika
membaca mahasiswa pada lingkup yang lebih
jumlah penduduk Kota Tanjungpinang 180 ribu
besar, yakni seluruh mahasiswa kesehatan yang
orang dan 60 persennya datang berkunjung ke
ada di Tanjungpinang Tahun 2014.
Badan Perpustakaan Arsip Daerah (BPAD), maka angka tersebut sudah sama dengan jumlah pembaca di negara tetangga. Karena itu, pihaknya
berupaya
memberikan
BAHAN
DAN
METODE
PENELITIAN
waktu
Desain Penelitian menggunakan studi
membaca 6 hari dalam seminggu hingga pukul
Crossectional. Populasi di dalam penelitian ini
21.00 WIB (Detik kepri.com, 2010).
adalah
Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukan
bahwa
angka
seluruh
mahasiswa
kesehatan
di
Tanjungpinangyang berjumlah 770 orang, data
kunjungan
yang digunakan dalah data primer. Analisis
mahasiswa di perpustakaan Stikes Hang Tuah
yang digunakan adalah Chi Square dengan
Tanjungpinang pada tahun 2013 sebanyak
minat membaca sebagai variabel dependen dan
3.219, jadi rata-rata kunjungan perbulan adalah
variabel independennya adalah: pengetahuan,
268 kunjungan atau rata-rata 11 kunjungan
ketersediaan buku, fasilitas dan motivasi.
mahasiswa perhari dari total 406 jumlah
Penelitian ini dilaksanakan dengan
mahasiswa. Dari studi pendahuluan dengan
melakukan
wawancara
wawancara dan observasi yang dilakukan
responden
yang
terhadap 15 mahasiswa mahasiswa Kesehatan
Poltekes Kemenkes Tanjungpinang, AKBID
Stikes Hang Tuah Tanjungpinang yang diambil
Anugrah Bintan, dan STIKES Hang Tuah
secara acak, mahasiswa mengatakan bahwa
Tanjungpinang yang terpilih sebagai sampel.
kurangnya minat membaca disebabkan adanya beberapa faktor, antara lain kurangnya motivasi 345
langsung
merupakan
dengan
mahasiswa
HASIL PENELITIAN
Lengkap
A. Analisis Univariat
1125
Tidak Lengkap
102
55.1
Analisis univariat bertujuan untuk
44.9
memberikan gambaran distribusi frekuensi
4.
Fasilitas
masing-masing variabel yang diteliti. Data
Perpustakaan
seluruh
Lengkap
variabel
dalam
bentuk
kategori,
sehingga hasil analisis yang ditampilkan dalam
1125 102
53.7
Tidak Lengkap
46.3
bentuk proporsi. Untuk
mengetahui
gambaran
5.
Motivasi Membaca
distribusi frekuensi minat baca mahasiswa
Tinggi
Stikes Hang Tuah dapat dilihat pada tabel
Rendah
1125 102
57.3
5.1berikut :
42.7 Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Faktor –Faktor Yang
Pada tabel 5.1 terlihat bahwa minat
Berhubungan Dengan Minat Membaca
baca
mahasiswa
Kesehatan
Kota
Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang
Tanjungpinang mayoritas responden 114 (50,2) Kepulauan Riau Tahun 2014
tidak memiliki minat membaca di perpustakaan. Untuk N
Distribusi
o
Frekuensi Faktor
faktor
pengetahuan
NN sebagian
besar
responden
133
(58,6%)
persen responden memiliki pengetahuan baik.
Minat Membaca Untuk faktor kesedian buku diatas 1.
Minat Membaca terlihat bahwa sebagian besar 125 (55,4%) 1=Minat
113
49.8 responden mengatakan bahwa perpustakaan
2=Tidak minat
114
50.2 mahasiswa Kesehatan Kota Tanjungpinang
2.
Pengetahuan memiliki fasilitas lengkap. Baik
133
58.6 Untuk motivasi membaca, sebagian
Buruk
94
41.4 besar responden 125 (57,3%) memiliki motivasi
3.
Ketersediaan Buku tinggi. 346
B.
Pada tabel 5.2 menunjukkan minat
Analisis Bivariat dilihat
membaca responden tentang ketersediaan buku
hubungan antara faktor: pengetahuan, motivasi,
didapatkan nilai r = 0,369 dengan p value 0,000
ketersediaan fasilitas dan ketersediaan buku
yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
dengan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada
Pada
analisis
minat
bivariat
ini
membaca
mahasiswa
korelasi yang signifikan antara minat membaca
Tanjungpinang
mahasiswa dengan ketersediaan buku. Hasil analisis Bivariat selengkapnya Pada tabel 5.2 menunjukkan minat dapat dilihat pada tabel 5.2 membaca responden tentang
Tabel 5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Minat
ketersediaan
fasilitas didapatkan nilai r = 0,482 dengan p
Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang
value 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha
Tahun 2014
(0,05). Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada korelasi yang signifikan antara minat
Variabel
Koefesien
Independen
Korelasi
p value
membaca mahasiswa dengan
ketersediaan
fasilitas. Pada tabel 5.2 menunjukkan minat
Pengetahuan
0,352
0,000
Ketersediaan buku
0,369
0,000
membaca
Faktor Fasilitas
0,482
0,000
didapatkan nilai r = 0,280 dengan p value 0,000
Faktor Motivasi
0,280
0,000
yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
responden
tentang
motivasi
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada Pada tabel 5.2 menunjukkan minat membaca
responden
tentang
Faktor
korelasi yang signifikan antara minat membaca mahasiswa dengan motivasi.
pengetahuan didapatkan nilai r = 0,352 dengan p value 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha
PEMBAHASAN
(0,05). Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini
A. Analisis Univariat
ada korelasi yang signifikan antara minat
1. Minat Berdasarkan hasil penelitian tentang
membaca mahasiswa dengan pengetahuan. minat 347
baca
mahasiswa
kesehatan
Tanjungpinang mahasiswa
tahun
2014
STIKES
khususnya
Hang
Tuah
mahasiswa
STIKES
Hang
Tuah
Tanjungpinang, Poltekes dan Akademi Bidan
Tanjungpinang, Poltekes dan Akademi Bidan
Anugrah
Anugrah
bahwa
pengetahuan mahasiswa bertambah baik yang
mahasiswa tidak berminat untuk membaca di
berminat membaca di perpustakaan. Menurut
perpustakaan. Menurut (perpustakaan nasional
(Notoatmodjo, 2003) menyatakan pengetahuan
RI, 2008) menyatakan bahwa minat baca
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
setelah
faktor diantaranya motivasi, yang tumbuh
terhadap suatu objek tertentu.
Bintan,
diperoleh
hasil
Bintan,
orang
diperoleh
hasil
melakukan
bahwa
penginderaan
karena adanya keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu yang mendorong serta
3. Ketersediaan Buku
menunjang kegiatan minat pembelajaran. Menurut
L.Green
bahwa
Berdasarkan hasil penelitian tentang minat
ketersediaan buku yang ada di perpustakaan,
membaca seseorang itu dapat dipengaruhi oleh
diperoleh hasil bahwa ketersediaan buku di
faktor perilaku dan non perilaku. Faktor
perpustakaan
Mahasiswa
perilaku meliputi : faktor predisposisi yang
Tanjungpinang
Tahun
mencakup pengetahuan dan sikap terhadap
perpustakaan
minat baca, faktor pendukung mencakup
Tanjungpinang, Poltekes dan Akademi Bidan
ketersediaan buku serta fasilitas perpustakaan
Anugrah Bintan sudah lengkap. Menurut
dan faktor penguat meliputi perilaku petugas.
L.Green ketersediaan sumber buku adalah
Sedangkan faktor non perilaku merupakan
tersedia atau tidak tersedianya buku yang
faktor diluar perilaku seseorang yang tidak
dibutuhkan maupun jumlah buku.
Kesehatan
2014
STIKES
Hang
meliputi Tuah
dapat dikendalikan. 4. Ketersediaan Fasilitas 2. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Berdasarkan hasil penelitian tentang minat
baca
Tanjungpinang
mahasiswa tahun
2014
ketersediaan
fasilitas
di
perpustakaan
kesehatan
mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Tahun
khususnya
2014 yang meliputi perpustakaan STIKES 348
Hang Tuah Tanjungpinang, Poltekes dan
1. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
akademi Bidan Anugrah Bintan Di peroleh hasil
Dengan Minat Membaca Di Perpustakaan
bahwa fasilitas di perpustakaan lengkap.
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun
Menurut L.Green untuk mewujudkan sikap
2014.
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
Hubungan faktor ketersediaan minat
faktor pendukung, atau suatu kondisi yang
baca mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang
memungkinkan, antara lain fasilitas. Faktor ini
menurut S. Sutarno ketika kita menganalisis
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
dan mengkaji pendapat atau pernyataan yang
tidak tersediannya fasilitas-fasilitas atau sarana
menyebutkan
yang merupakan sumber daya untuk menunjang
membaca mahasiswa masih rendah.
minat baca.
bahwa
minat
dan
budaya
Perpustakaan merupakan sarana yang sangat vital untuk mengantar mahasiswa
5. Motivasi Membaca
menjadi profesional, sebagai media yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian tentang
menghubungkan segala peristiwa pada masa
motivasi membaca di perpustakaan. Mahasiswa
lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
kesehatan Tanjungpinang Tahun 2014 yang
Keberadaan perpustakaan sangat diperlukan
meliputi perpustakaan STIKES Hang Tuah
karena
Tanjungpinang, Poltekes dan Akademi Bidan
memberikan
Anugrah Bintan, di peroleh hasil bahwa
mahasiswa, khususnya minat mahasiswa dalam
motivasi membaca mahasiswa tinggi. Menurut
membaca
(Sarwono,
tersebut.
2000)
dikemukakan
bahwa
perpustakaan segala
semestinya
dapat
kebutuhan
minat
koleksi-koleksi
perpustakaan
perbuatan atau perilaku individu manusia
Minat baca merupakan suatu rasa lebih
ditentukan oleh faktor-faktor didalam diri yaitu
suka dan rasa ketertarikan pada membaca tanpa
faktor pribadi dan faktor lingkungan individu
ada yang menyuruh. Minat baca pada dasarnya
yang bersangkutan.
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
B. Analisis Bivariat
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat baca. 349
Minat membaca merupakan salah satu
KESIMPULAN
karakter yang harus dibentuk dalam diri
Dari
hasil
penelitian
yang
telah
mahasiswa karena bagaimanapun kegiatan
dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal
membaca merupakan bagian. Penting dalam
sebagai berikut :
belajar. Berdasarkan hal tersebut maka Stikes
1. Bahwa
faktor-faktor
yang
Hang Tuah harus memberikan kesempatan
mempengaruhi minat membaca mahasiswa
yang seluas-luasnya kepada para mahasiswa
kesehatan
untuk mencari bahan-bahan bacaan yang
pengetahuan, ketersediaan buku dan fasilitas
berkualitas guna mengembangkan penguasaan
serta motivasi mahasiswa.
materi
guna
mahasiswa.
meningkatkan Keaktifan
pengetahuan
membaca
akan
Tanjungpinang
meliputi
minat,
2. Berdasarkan hasil penelitian tentang minat
membaca
mahasiswa
kesehatan
membantu mahasiswa dalam cara dan metode
Tanjungpinang
belajar yang efektif dan efisien, baik dengan
mahasiswa
berkelompok maupun secara individu.
Tanjungpinang, Poltekes dan Akademi Bidan
Hasil penelitian menunjukan bahwa minat
STIKES
Bintan,
diperoleh
khususnya
Hang
hasil
Tuah
bahwa
kesadaran mahasiswa untuk membaca di
Tanjungpinang sebagian besar masih rendah
perpustakaan masih sangat rendah sekitar
sekitar
institusi
50,2%. Idealnya dalam institusi Pendidikan
Pendidikan Tinggi, mahasiswa lebih banyak
Tinggi, mahasiswa lebih banyak waktunya
waktunya dihabiskan di perpustakaan dengan
dihabiskan di perpustakaan dengan membaca,
membaca, sehingga akan memiliki wawasan
sehingga akan memiliki wawasan yang luas.
50,2%.
luas.
mahasiswa
2014
Kesehatan
yang
baca
Anugrah
tahun
Idealnya
Pada
dalam
akhirnya
setelah
menyelesaikan studinya akan menjadi kaum
DAFTAR PUSTAKA
intelektual
Abdul Rahman. (2006). Peranan Teknologi
dan
professional
yang
dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Informasi
yang setinggi-tingginya.
Kegemaran Masyarakat.
dalam Membaca Jurnal
Meningkatkan dan
Pustakawan
Indonesia Volume 6, No.1.2006. 350
Menulis
Deni Kurniadi. (2008). Strategi Meningkatkan Minat
Baca
Optimalisasi
Masyarakat Peran
__________. (2005). Metodologi Pendidikan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Melalui
Perpustakaan,
___________.(2005), Pendidikan dan Perilaku
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Hageman,
Gisela.2000.
Motivasi
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Untuk
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Pembinaan Organisasi. Jakarta: Pustaka
Metodelogi
Binaman Pressindo.
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
http://makalah2002.wordpress.com/2009/02/19
.
Penelitian
Ilmu
.(2003). Teori-Teori Belajar
/hubungan-motivasi-belajar-dengan-
dan Model-Model Pembelajaran Untuk
minat-baca-siswa-smp (02/02/2012: 6.25
Peningkatan Minat Siswa. Jakarta: Ditjen
PM).
DIKTI.
.http://kompas2002.wordpress.com/2009/02/19 /rendahnya-dengan-
Perpustakaan Nasional RI. (2008). Undang-
minat-baca-
Undang Republik Indonesia Nomor 43
mahasiswa (16/02/2012: 8.30 PM).
Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta : Salemba Raya.
.http://detikkepri.com2010.wordpress.com/200 9/02/19/rendahnya- dengan-minat-baca-
Sardiman.
(2011).
Belajar
mahasiswa (16/02/2012: 8.30 PM).
Mengajar.
danMotivasi
Jakarta:
Raja
Grafinda Persada.
Hidayat, Alimul, Aziz. (2008), Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa data.
Interaksi
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Jakarta : Salemba Medika. Kurniawati. (2007). Peran Perpustakaan dalam
Singarimbun. (2012). Pengembangan Koleksi.
Meningkatkan Minat Baca Masyarakat:
Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip
Survei pada Perpustakaan Umum Kota
Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Jakarta
Selatan.
Berkala
Ilmu
Slameto, 2005. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Perpustakaan dan Informasi, Volume 3,
Mempengaruhi. Jakarta: Penerbit Renika
No.7.2007.
Cipta.
Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan
Sugiyanto.
Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta.
(2008).
Pengantar
Ilmu
Perpustakaan, Pengembangan Koleksi 351
dan Layanan Perpustakaan. Jakarta :
SPSS. Yogyakarta : Grafindo Litera
Perpustakaan Nasional RI.
Media.
2009/02/19/hubungan-motivasi-belajar-
Syamsul Bahri. (2008). Kebujakan Nasional
dengan-minat-baca-siswa-smp
Pengembangan
(02/02/2012: 6.25 PM).
Perpustakaan Nasional RI
.http://kompas2002.wordpress.com/2009/02/19 /rendahnya-dengan-
Minat
Baca.
Winardi. (2001). Motivasi dan Pemotivasian
minat-baca-
Dalam Manajemen. Jakarta : Raja
mahasiswa (16/02/2012: 8.30 PM).
Grafindo Persada.
.http://detikkepri.com2010.wordpress.com/200 9/02/19/rendahnya- dengan-minat-bacamahasiswa (16/02/2012: 8.30 PM).
1. Soni Hendra Sitindaon, S.Kep, Ns : Dosen
Hidayat, Alimul, Aziz. (2008), Penelitian
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Prodi
Keperawatan dan Teknik Analisa data. Jakarta : Salemba Medika.
DIII Keperawatan. 2. Meily Nirnasari, S.Kep, Ns : Dosen STIKES
Kurniawati. (2007). Peran Perpustakaan dalam
Hang Tuah Tanjungpinang Prodi DIII Keperawatan.
Meningkatkan Minat Baca Masyarakat: Survei pada Perpustakaan Umum Kota Jakarta
Selatan.
Berkala
3. Umu Fadhilah, S.Pd : Dosen STIKES Hang
Ilmu
Tuah
Perpustakaan dan Informasi, Volume 3, No.7.2007.
DIII
4. Ikha Rahardiantini, S.Si, Apt : Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Prodi
Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta.
DIII Keperawatan.
__________. (2005). Metodologi Pendidikan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ___________.(2005), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. B.
Prodi
Keperawatan.
Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan
Syarifudin,
Tanjungpinang
(2010),
Panduan
TA
Keperawatan dan Kebidanan dengan 352
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP MOTIVASI KESEMBUHAN PADA PASIEN DENGAN STROKE DI RSUD KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2013 Joko Purnomo
ABSTRAK Stroke merupakan penyebab kematian yang utama di RS. Pada umumnya seseorang penderita stroke sumbatan akan dirawat kurang lebih 7-10 hari. Pasien dengan stroke hemoragik biasanya dirawat lebih lama, yaitu antara 14-21 hari. Hal ini tentu saja sangat bergantung pada perubahan kondisi pasien. Perawatan dan proses pengobatan yang terlalu lama menimbulkan efek psikologis yang berkepanjangan yaitu berhubungan dengan motivasi. Motivasi menjadi penting agar semangat pasien untuk sembuh bertambah dan dorongan atau keyakinan dalam diri pasien tentang sehat segera tercapai melalui dukungan sosial oleh keluarga dan orang terdekat. Menindaklanjuti hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi kesembuhan pada pasien dengan stroke. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Experimen dengan menggunakan rancangan Non Equivalent Control Group. Subjek penelitian ini sebanyak 8 orang yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 4 orang kelompok eksperimen dan 4 orang kelompok kontrol. Yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juni-10 Juli 2013. Analisis data menggunakan uji statistik Wilcoxon Test dengan taraf signifikan 0,05. Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh dukungan sosial , dimana didapat nilai ρ dari kelompok yang diberikan dukungan sosial = 0,046(< 0,05), sedangkan pada kelompok kontrol didapat nilai ρ = 0,317 (> 0,05). Kesimpulan dukungan sosial merupakan support atau dukungan yang diberikan untuk memberi semangat pada pasien agar motivasi kesembuhan pasien stroke dapat terwujud selama berada dirumah sakit. Kata kunci Pustaka
: Dukungan Sosial, Stroke, Motivasi Kesembuhan, : 18 Buku (2005-2012)
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam
PENDAHULUAN Manusia dilahirkan dengan beribu-ribu
dan luar individu.
sel dan setiap sel akan berganti/regenerasi
Salah
satu
contoh
penyakit
yang
sampai tua. Semakin tua umur seseorang maka
menyerang otak adalah stroke, Stroke akan
akan
berkurangnya
menyebabkan terhambat atau terhentinya aliran
kemampuan sel untuk regenerasi, yang terjadi
darah ke otak maka akan kelumpuhan pada
imun seseorang pun melemah dan penyakit
saraf di otak. Menurut WHO (1988, dalam
akan menerpa tubuh. Menurut Roy dalam
Junaidi, 2011), stroke is a rapidly developing
(Nursalam, 2003) sakit adalah suatu kondisi
clinical sign of focal or global disturbance of
ketidakmampuan individu untuk beradaptasi
serebral function with symptoms lasting 24
semakin
lemah
atau
hours or longer, or leading to death with no 353
apparent cause other than vasicular sign.
Di Indonesia sendiri diperkirakan terjadi sekitar
Menurut
adalah
800-1000 kasus stroke setiap tahun. Di
gangguan fungsional otak akut fokal maupun
Indonesia data nasional stroke menunjukkan
global akibat terhambatnya aliran darah karena
angka kematian tertinggi 15,4% sebagai
pendarahan ataupun sumbatan dengan gejala
penyebabnya (Junaidi, 2011). Meski angka
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang
kejadian
dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat
mengalami peningkatan yang cukup tinggi,
atau kematian (Junaidi, 2011).
namun
(Junaidi,
2011)
Stroke
Tahun 1988 stroke merupakan penyebab
terhadap
stroke
di
nampaknya penyakit
Indonesia
perhatian yang
cenderung
pemerintah
terkait
dengan
utama kecacatan dan penyebab kematian nomor
degeneratif di luar penyakit menular masih
dua di dunia dengan lebih dari 5,1 juta angka
kurang. Peran masyarakat seperti Yastroki
kematian. Perbandingan angka kematian itu
(yayasan stroke indonesia) sangat diperlukan
dinegara berkembang dengan negara maju
dalam menanggulangi atau menekan semakin
adalah lima banding satu. Juga tercatat lebih
tingginya kasus stroke di Indonesia (yastroki,
dari 15 juta orang menderita stroke nonfatal
2003). Rumah sakit umum daerah (RSUD)
(Junaidi, 2011)
Tanjungpinang adalah rumah sakit yang
Menurut Riset kesehatan dasar 2007, di
mencatat
jumlah
angka
kejadian
stroke
Amerika serikat stroke menempati urutan
terbanyak, Tercatat pada tahun 2012 jumlah
ketiga penyebab kematian setelah penyakit
pasien stroke sebanyak 79 orang. Keadaan ini
jantung
menunjukkan masih besarnya prevalensi pasien
dan
kanker.
Dan
di
Amerika
diperkirakan setiap tahunnya masih terjadi
dengan stroke yang terjadi selama tahun 2012.
sekitar 500.000 pasien stroke baru dan sekitar
Perawatan dan proses pengobatan yang
150.000 meninggal berkenaan dengan stroke
terlalu lama menimbulkan efek psikologis yang
(Misbach, 2011).
berkepanjangan yaitu berhubungan dengan
Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang
akan
meninggal
karena
motivasi. Motivasi yang bervariasi sesuai
stroke
dengan beragam penyakit yang di alami pasien.
peningkatan tertinggi akan terjadi di negara
Motivasi menjadi penting agar semangat pasien
berkembang, terutama di wilayah Asia Pasifik.
untuk sembuh bertambah dan dorongan atau 354
keyakinan dalam diri pasien tentang sehat
Berdasarkan data diatas maka peneliti
segera tercapai. Menurut (Makmun, 2003)
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau
pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi
daya atau suatu keadaan yang kompleks dan
kesembuhan pada pasien dengan stroke.
kesiapsediaan dari dalam individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
maupun tidak disadari.
Penelitian ini menggunakan desain
Dapat
disimpulkan
bahwa
motivasi
penelitian eksperimen semu (quasi experimen)
adalah hal yang yang mendasari seseorang
dengan
untuk melakukan suatu perbuatan atau bisa juga
equivalent control group.
berupa dorongan yang memicu terjadinya
menggunakan
rancangan
non
Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD
perbuatan tersebut, motif tersebut bisa muncul
Kota
dari dalam diri pasien dan bisa dari luar melalui
penelitian ini menggunakan Lembar observasi.
interaksi dengan orang lain.
dimana observasi dilakukan kepada pasien
Menurut
Salovely
(1989,
dalam
Nursalam, 2008) dukungan sosial adalah segi
adanya
ukur
dalam
jumlah penjenguk perhari. Penelitian
ini
dilakukan
selama
1
perasaan,
minggu, sebelum penelitian dimulai jumlah
memberi nasehat, atau informasi, pemberian
pengunjung di observasi selama 3 hari.
bantuan material.
Kemudian dilakukan pengecekan dukungan
Menurut
ungkapan
Alat
dengan stroke selama 3 hari untuk mengetahui
fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong
Tanjungpinang.
Gottlieb
(1983,
dalam
sosial dan motivasi kesembuhan pasien dengan
Nursalam, 2008) dukungan sosial terdiri atas
stroke dengan kuesioner. Setelah itu diberi
informasi atau nasehat verbal dan non verbal,
dukungan sosial kepada pasien dari berbagai
bantuan nyata atau tindakan yang diberikan
pihak seperti keluarga, tetangga dll.
oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat
Diakhir pekan dilakukan pengecekan ulang untuk mengetahui hasil akhir (post test).
emosional atau efek prilaku bagi pihak penerima. 355
HASIL
PENELITIAN
DAN
berjumlah 2 orang (50%) dan perempuan 2 orang (50%). Dan mayoritas pasien berusia >70
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini membahas tentang
tahun berjumlah 2 orang (50%).
karakteristik usia responden, jenis kelamin, Tabel 2
distribusi frekuensi, sebelum dan sesudah diberi dukungan
sosial
dan
perbedaan
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
pada
dan Usia Pasien Dengan Stroke Di RSUD Kota
pemeriksaan awal dan akhir serta pengaruh
Tanjungpinang Tahun 2013 (Kelompok
antara
variabal
yang
berpasangan
pada Kontrol)
kelompok eksperimen dan kontrol. Kategori
Frekuensi
Persentase %
Laki-laki
1
25
Perempuan
3
75
Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin dan Usia Pasien dengan Stroke Di
Jenis Kelamin
RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2013 (Kelompok Eksperimen)
Kategori
Frekuensi
Persentase % Usia
45-59
Jenis
Laki-laki
2
50
Tahun
Kelamin
Perempuan
2
50
60-69
1
25
1
25
Tahun Usia
45-59 Tahun
1
25
>70 Tahun
2
50
60-69 Tahun
1
25
Total
4
100
>70Tahun
2
50
Berdasarkan tabel diatas mayoritas jenis kelamin adalah laki-laki dengan jumlah 3 orang
Total
4
100
(75%). Dan mayoritas usia >70 tahun terdapat 2 orang (50%).
Berdasarkan tabel diatas bahwa jenis kelamin memiliki jumlah yang sama. Laki-laki 356
Tabel 3
responden yang memiliki motivasi tingkat
Perbedaan Distribusi frekuensi Tingkat
tinggi (0%), sedangkan pada pemeriksaan akhir
Motivasi Penderita Stroke pada
(post test) terdapat 3 responden dengan hasil
Pemeriksaan awal (pre test) dan
pengukuran tingkat motivasi berada pada
pemeriksaan akhir (post test) di RSUD Kota
tingkat sedang (75%), dan 1 responden dengan Tanjungpinang Tahun 2013 (Responden
tingkat motivasi berada di tingkat tinggi (25%), kontrol)
dan tidak ada responden yang memiliki motivasi tingkat rendah (0%). Tingkat
Sebelum
Setelah
Motivasi
Terapi
Terapi
Tabel 4 Perbedaan Distribusi frekuensi Tingkat
F %
Pemeriksaan awal (pre test) dan pemeriksaan
0 0%
0
akhir (post test) di RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2013 (Responden kontrol)
0% 1
Rendah 0-35 25%
2 50%
3 75%
Tingkat Motivasi
4 100%
tabel
Sebelum
Setelah
Terapi
Terapi
2 50%
Jumlah
Berdasarkan
Motivasi Penderita Stroke pada
%
Tinggi 71-100 Sedang 36-70
F
F 4
100%
diatas
diketahui
%
F
%
Tinggi 71-100
0
0%
0
0%
Sedang 36-70
1
25%
2
50%
Rendah 0-35
3
75%
2
50%
4
100%
4
100%
Jumlah
perbedaan distribusi tingkat motivasi kelompok eksperimen pada pemeriksaan awal (pre test) dan pemeriksaan akhir (post test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test) pada tingkat rendah terdapat 3 responden (75%), tingkat Sedang terdapat 1 responden (25%) dan tidak ada
Berdasarkan
tabel
diatas
diketahui
perbedaan distribusi tingkat motivasi kelompok kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan pemeriksaan akhir (post test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test) pada tingkat rendah 357
terdapat 3 responden (75%), tingkat sedang
Rendah
terdapat 1 responden (25%) dan tidak ada
0-35
3
0
75%
0%
responden yang memiliki motivasi tingkat tinggi (0%), sedangkan pada pemeriksaan akhir
Jumlah
4
100%
4
(post test) terdapat 2 responden dengan hasil pengukuran
100%
tingkat motivasi berada pada
tingkat rendah (50%), 2 responden dengan tingkat motivasi berada di tingkat Sedang (50%) dan tidak ada responden yang memiliki motivasi tingkat Tinggi (0%).
diketahui
Berdasarkan
tabel
diatas
tingkat
mobilisasi
dapat
kelompok
eksperimen pada pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test) terdapat 3 responden (75%) dengan hasil pengukuran tingkat motivasi
Tabel 5
berada di tingkat rendah, dan 1 responden
Analisis Pengaruh Dukungan Sosial
(25%) berada pada tingkat sedang dan tidak ada Terhadap Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Dengan Stroke di RSUD Kota
responden (0%) berada di tingkat tinggi, sedangkan pada pemeriksaan akhir (post test)
Tanjungpinang
terdapat 3 responden (75%) berada pada tingkat
Tahun 2013 (Responden eksperimen)
sedang, dan sisanya 1 responden (25%) berada Tingkat Motivasi
Sebelum Terapi F
%
Setelah
pada tingkat tinggi dan tidak ada responden
Terapi
(0%) berada pada tingkat Rendah, kemudian
Statistik
didapat hasil uji statistik kemaknaan dengan nilai ρ Value= 0,046
F
% Tabel 6
ρ
Analisis Pengaruh Dukungan Sosial
Tinggi
0
0%
1 Terhadap Motivasi Kesembuhan
71-100
1
25%
0,046 Pada Pasien Dengan Stroke di RSUD Kota
Sedang 36-70
25%
3
Tanjungpinang
75%
Tahun 2013 (Responden kontrol)
358
Tingkat
Sebelum
Setelah
Motivasi Terapi %
F
Tinggi
0
0
71-100
0% 0,317
36-70 Rendah 0-35 Jumlah
disimpulkan bahwa adanya perbedaan tingkat
Statistik
F
Sedang
nilai ρ Value = 0,317 Dari hasil penelitian dapat
Terapi
%
ρ
motivasi terhadap kelompok eksperimen pada
0%
pemeriksaan awal (pre test) dan pemeriksaan akhir (post test), dan tidak adanya perbedaan
1
2
50%
tingkat motivasi terhadap kelompok kontrol
25%
2
50%
pada
pemeriksaan
awal
(pre
test)
dan
3
pemeriksaan akhir (post test), yang telah
75%
dibuktikan dengan menggunakan uji statistik
4
4
100%
Wilcoxon Test dimana didapat nilai ρ Value pada kelompok eksperimen lebih kecil (<) dari
100%
0,05 dan nilai ρ Value pada kelompok kontrol
diketahui
Berdasarkan
tabel
diatas
tingkat
mobilisasi
dapat
kelompok
eksperimen pada pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post test), yaitu pada pemeriksaan
lebih besar (>) dari 0,05, maka dengan Ha diterima yang artinya ada pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi kesembuhan pada pasien dengan stroke dan Ho ditolak.
awal (pre test) terdapat 3 responden (75%) KESIMPULAN
dengan hasil pengukuran tingkat motivasi
Pemberian dukungan sosial pada pasien
berada di tingkat rendah, dan 1 responden (25%) berada pada tingkat sedang dan tidak ada responden (0%) berada di tingkat tinggi, sedangkan pada pemeriksaan akhir (post test) terdapat 2 responden (50%) berada pada tingkat rendah, dan sisanya 2 responden (50%) berada pada tingkat sedang dan tidak ada responden (0%) berada pada tingkat tinggi, kemudian didapat hasil uji statistik kemaknaan dengan
dengan stroke menunjukkan adanya pengaruh terhadap motivasi kesembuhan pada pasien dengan stroke, yaitu dapat dilihat dalam analisa uji kemaknaan yang menunjukkan adanya pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi kesembuhan. Motivasi pada pasien dengan stroke
mengalami
peningkatan,
hal
ini
dibuktikan dari hasil pengukuran motivasi pada responden 359
eksperimen
yang
diberikan
dukungan sosial dan responden kontrol yang
dengan hasil pengukuran tingkat motivasi
tidak diberikan dukungan sosial. Pengukuran
berada di tingkat sedang, dan 1 orang responden
dilakukan sebelum dan sesudah terapi, dimana
(25%) mengalami peningkatan dari tingkat
didapat hasil sebagai berikut :
Rendah ke tingkat Sedang.
Pada pengukuran awal (pre test)
Terdapat perbedaan tingkat motivasi
terhadap responden eksperimen dari 4 orang
pada responden eksperimen dan responden
responden (100%) terdapat 3 orang responden
kontrol yang menunjukkan bahwa responden
(75%)
tingkat
eksperimen mengalami perubahan pada tingkat
motivasi berada di tingkat Rendah dan sisanya
motivasi pada pemeriksaan akhir (post test), ini
1 orang responden (25%) dengan hasil
menunjukkan
pengukuran tingkat motivasi berada di tingkat
dukungan
Sedang. Pada pengukuran akhir (post test)
kesembuhan.
dengan
hasil
pengukuran
bahwa
sosial
adanya
pengaruh
terhadap
motivasi
terhadap responden eksperimen terdapat 3 orang
responden
(75%)
dengan
hasil
pengukuran tingkat motivasi berada di tingkat
KEPUSTAKAAN BPS. (2011). Kurang lebih 15 juta orang di
Sedang, dan sisanya 1 orang (20%) dengan
seluruh
tingkat motivasi ditingkat Tinggi.
http://www.bps.go.id. Diakses : 7
Pada pengukurana awal (pre test) terhadap responden kontrol dari 4 orang
dunia
terserang
stroke.
april 2013 Depkes. (2007). Stroke merupakan kematian
responden (100%), terdapat 3 orang (75%)
yang
utama
di
RS.
dengan hasil pengukuran tingkat motivasi
http://www.depkes.go.id. Diakses :
berada pada tingkat Rendah dan sisanya 1 orang
7 april 2013
responden (25%) dengan hasil pengukuran
Dharma, k. (2011). Metodologi Penelitian
tingkat motivasi berada di tingkat Sedang. Pada
Keperawatan
pengukuran akhir (post test) tidak terdapat
Melaksanakan Hasil Penelitian.
perbedaan tingkat motivasi yaitu 2 orang (50%)
Jakarta : trans Info Media.
dengan hasil pengukuran tingkat motivasi di
Effendi et all. (2012). Pengantar Psikologi.
tingkat Rendah dan 1 orang responden (25%)
Bandung : Angkasa 360
Panduan
Hidayat,
A.
(2008).
Metode
penelitiann
Pinzon et all. (2010). Awas Stroke Pengertian,
keperawatan dan teknik analisa. Jakarta.
Gejala, Tindakan, Perawatan,
Salemba medika.
Pencegahan. Yogyakarta : Penerbit
Hidayat, D.R. (2009). Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan : Ilmu
Andi. Putra,
B.
Prilaku Manusia. Jakarta : Trans
I.
(2011).
Stroke
Waspadai
Hubungan
Napza Di Rehabilitasi Mental Health Care.
Andi.
Antara
Pengguna Madani
Skripsi
tidak
diterbitkan. Jakarta. UIN. Hal : 27-
J.
(2011).
Stroke
Diagnostik,
Aspek
Patofisiologi,
30. Setiawati et all. (2008). Proses
Manajemen. Jakarta : FKUI. Notoatmodjo,
(2011).
Untuk Sembuh Pada
Ancamannya. Yogyakarta : Penerbit
Misbach,
S.
Dukungan Sosial Dengan Motivasi
Info Media. Junaidi,
dan
S.
Penelitian
(2010).
dan Pendidikan Kesehatan. Jakarta :
Metodologi
Kesehatan.
Jakarta
:
Trans Info Media. Sutanto. (2010). Cegah dan tangkal penyakit
Rineka Cipta.
modern Hipertensi, Stroke, Jantung,
_____________ (2005). Promosi Dan Aplikasi. Jakarta :
Pembelajaran
Kesehatan
Kolesterol, dan
Rineka Cipta.
Nursalam. (2010). Konsep dan Penerapan
Diabetes.
Yogyakarta : Penerbit Andi Wati,
L.
(2013).
Panduan
Penyusunan
Metodologi Penelitian Keperawatan
Metodologi
Pedoman Skripsi,
Tanjungpinang : STIKES Hang
Tesis
dan
instrumen, Penelitian Keperawatan.
Perhatian
pemerintah stroke.
www.yastroki.or.id. Diakses :
Keperawatan Pada Pasien terinfeksi :
(2003). terhadap
Nursalam dan Kurniawati. (2008). Asuhan
Hiv/Aids. Jakarta
Keperawatan.
Tuah Tanjungpinang. Hal 1-61. Yastoki.
Jakarta : Salemba Medika.
Riset
april 2013
Salemba
Medika.
361
10
PENGARUH BUNCIS TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA ANGGOTA PROLANIS DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI PUSKESMAS BATU X TANJUNGPINANG TAHUN 2014 Fitri Susilawati1, Hotmaria Julia Dolok Saribu2, Yunita3
ABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal. Berdasarkan WHO baru-baru ini menyebutkan bahwa di seluruh dunia kurang lebih 3 juta orang meninggal dikaitkan dengan DM. Indonesia menduduki ranking ke 4 terbesar di dunia. Hampir 99% penderita DM di puskesmas adalah lansia. Melihat permasalahan tersebut harus ada upaya penanggulangan yaitu dengan menggunakan buncis yang mengandung B-siterol dan Sigmasterol sebagai pendongrak produksi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh buncis terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus tipe II di puskesmas batu X Tanjungpinang tahun 2014. Metode yang digunakan yaitu pra eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest Posttest. Populasi dan sampel berjumlah 11 orang karena menggunakan teknik totaly sampling. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan p value diperoleh adalah 0,03 < 0,05 , maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang bermakna antara buncis terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia anggota Prolanis dengan DM tipe II di wilayah Puskesmas Batu X Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang bermakna antara buncis terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia anggota Prolanis dengan DM tipe II di wilayah Puskesmas Batu X Kota Tanjungpinang. Hendaknya buncis bisa menjadi pilihan dalam menurunkan kadar gula darah, sehingga menjadi solusi dalam penerapan praktek mandiri perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan.. Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Buncis, Lansia
PENDAHULUAN
bersama DM, asalkan mau patuh dan kontrol
Salah satu penyakit kronis yang sering
teratur (Adam, 2005). Menurut hasil survey
diderita oleh lansia yaitu Diabetes melitus.
WHO, Indonesia menduduki ranking ke 4
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit
terbesar di dunia. Masih ada badan atau
kronis yang mengancam kehidupan saat ini,
organisasi lain yang juga melakukan survey
bahkan dimungkinkan untuk saat yang akan
tentang jumlah penderita diabetes di suatu
datang. Disebut mengancam karena sekali
negara yaitu International Diabetes Federation
terdiagnosa DM, maka seumur hidup akan
(IDF) yang disponsori oleh World Diabetes
bergelut dengannya. Meskipun penyakit kronis
(Executive summary, second edition), Indonesia
ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dinyatakan menduduki ranking ke 3 terbesar di
dikendalikan. Penderita mampu hidup sehat
dunia. Pada tahun 2003 Indonesia masih 362
menduduki ranking ke 5 di bawah Amerika,
jumlah pasien DM terbesar dibandingkan
tetapi pada tahun 2005 Indonesia naik ke atas
dengan 2 puskesmas lainnya. Jumlah penderita
menjadi ranking ke 3 dengan penduduk
DM di puskesmas Batu X dari Januari hingga
penderita diabetes terbesar, bahkan menggeser
Agustus 2014 ada 91 kasus penderita DM.
Rusia yang sebelumnya pada tahun 2003
Hampir 99% penderita DM di puskesmas
menduduki ranking ke 3 (Anonim, 2008).
adalah lansia mulai dari 45 hingga 70 tahun
Data yang didapat dari Riset Kesehatan
lebih. Sedangkan dari anggota Prolanis hingga
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menyebutkan
April 2014 didapati jumlah lansia yang
bahwa proporsi penyebab kematian pada
menderita DM tipe II ada 11 orang. Hal ini
kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan DM
membuktikan bahwa mayoritas penderita DM
menduduki ranking ke-2, yaitu sebesar 14,7 %.
adalah mereka yang berusia lanjut (lansia).
Di pedesaan DM menduduki ranking ke-6
Manfaat dari kandungan buncis telah
dengan jumlah proporsi kematian sebesar 5,8%.
terbukti dalam penelitian, Yayuk (2003)
Prevalensi
berdasarkan
menggunakan tikus putih sebagai binatang
pemeriksaan hasil gula dasar pada penduduk
percobaan. Tikus putih berusia tiga bulan itu
berumur di atas 15 tahun di perkotaan mencapai
oleh Yayuk diberi perlakuan induksidiabetes.
5,7 %. Hingga kini, masih tersisa 12 provinsi
Artinya, "dengan sengaja" si tikus putih dibuat
yang memiliki tingkat prevalensi di atas
mengidap diabetes melitus. Sebelum diinjeksi
pevalensi nasional (Susanto, 2009).
dengan diabetes, tikus tersebut telah diberi
nasional
DM
Berdasarkan data yang diperoleh dari
ekstrak buncis. Ternyata dalam waktu 30 menit
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, jumlah
setelah "dengan sengaja" dibuat menderita
penderita DM sepanjang tahun 2013 yang
diabetes,
tercatat di seluruh puskesmas yang ada di
percobaan kembali normal, tanpa mengalami
Tanjungpinang berjumlah 566 orang. Dari studi
penurunan pada tingkat hipoglikemik (di bawah
pendahuluan yang dilakukan di 3 puskesmas
kadar gula normal).
tekanan
gula
darah
tikus-tikus
yang ada di Tanjungpinang yaitu: puskesmas
Berdasar analisis Yayuk, di dalam
Sei Jang, puskemas Pancur dan puskesmas Batu
buncis terkandung zat yang dinamakan B-
X, didapati bahwa Puskesmas Batu X memiliki
sitosterol dan stigmasterol. Kedua zat inilah 363
yang mampu meningkatkan produksi insulin. Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan
HASIL PENELITIAN
secara alamiah oleh tubuh kita dari organ tubuh
A. Analisis Univariat
yang dinamakan pankreas. Insulin berfungsi
Analisis data dilakukan dengan uji
untuk menurunkan kadargula dalam darah.
univariat. Analisis data yang didapatkan dari
Seseorang mengalami diabetes mellitus bila
responden meliputi umur dan jenis kelamin.
pankreas hanya sedikit menghasilkan insulin atau tidak mampu memproduksi sama sekali.
1. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Usia
Ternyata dua zat tadi yaitu B-sitosterol dan
Penelitian
ini
dilaksanakan
pada
stigmasterol mampu merangsang pancreas
tanggal 11 hingga 18 Desember 2014 di
untuk
Puskesmas Batu X Tanjungpinang. Responden
meningkatkan
produksi
insulinnya
(Yayuk, 2003).
dalam penelitian ini adalah lansia anggota
Penelitian
untuk
Prolanis yang berusia 48 sampai dengan 71
terhadap
tahun yang mengalami Diabetes Mellitus tipe II
penurunan kadar gula darah pada lansia anggota
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Batu X
Prolanis dengan Diabetes Mellitus tipe II di
Tanjungpinang dengan jumlah sampel 11 orang
puskesmas batu X Tanjungpinang tahun 2014.
yang diambil secara tidak acak.
mengetahui
ini
pengaruh
bertujuan buncis
Tabel 1 Karakteristik Responden
BAHAN
DAN
Berdasarkan Usia
METODE No
PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain
One
Group
Pretest
Posttest.
91%
1
9%
(45-59th) Usia lanjut
diberikan intervensi setelah itu diberikan dilakukan
10 (middle age)
pertama (pretest) terlebih dahulu sebelum
kemudian
%
pertengahan
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
intervensi
N
Usia
penelitian pra eksperimental dengan rancangan penelitian
Kategori
(elderly) (60-
posttest
74th)
(pengamatan akhir) (Hidayat, 2008). 364
11
100%
kadar gula darah). Sebelum itu dilakukan analisis kadar gula darah sebelum dan setelah
Jumlah Berdasarkan tabel 1, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya kelompok umur
pemberian buncis serta penurunan kadar gula darah, seperti pada tabel ini:
responden adalah kelompok usia pertengahan (middle age) (45-59th) sebanyak 10 orang
1. Distribusi Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis dengan DM Tipe II
(91%).
Di Wilayah Puskesmas Batu X Kota 2. Karakteristik
Responden
Tanjungpinang Sebelum diberikan Buncis
Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis
Tabel 2 Karakteristik Responden Jenis
dengan DM Tipe II sebelum diberikan buncis
Kelamin
No
Kategori
N
%
(Pre Test) Di Wilayah Puskesmas Batu X Kota Tanjungpinang
1
Laki-laki
2
18,2
2
Perempuan
9
81,8
Kadar Gula Darah No
Jumlah
11
100%
1
Kategori
Hipoglikemia
N
%
0
0
dapat
2
Normal
0
0
disimpulkan bahwa kelompok jenis kelamin
3
Hiperglikemia
11
100
Berdasarkan
tabel
5.2,
11
responden sebagian besar adalah perempuan
100%
Jumlah
sebanyak 9 orang (81,8%).
Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan B.
bahwa secara keseluruhan responden yaitu 11
Analisis Bivariat
Analisa
bivariat
dilakukan
untuk
orang (100%) menderita hiperglikemia.
melihat pengaruh antara variabel independen
2. Distribusi Kadar Gula Darah pada
(buncis) pada variabel dependen (penurunan
Lansia Anggota Prolanis dengan DM Tipe II 365
Di Wilayah Puskesmas Batu X Kota
konsumsi
buncis,
selanjutnya
dilakukan
Tanjungpinang Setelah diberikan Buncis
pengolahan data kadar gula darah pre test dan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kadar
post test pada penderita DM tipe II dengan
Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis
menggunakan uji Wilcoxon. Berikut ini hasil
dengan DM Tipe II setelah diberikan buncis
penelitian yang telah dilakukan:
(Post Test) Di Wilayah Puskesmas Batu X Kota
Tabel 5 Analisis Konsumsi Buncis terhadap
Tanjungpinang
Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia
Kadar Gula
Anggota Prolanis dengan DM tipe II di wilayah
Darah No
Puskesmas Batu X kota Tanjungpinang
Kategori N
Sebelum
%
No
Setelah
ρ
Kriteria F
%
F
(%)
1
Hipoglikemia
0
0
1
Hipoglikemia
0
0
0
0
2
Normal
6
54,5
2
Normal
0
0
6
54,5
3
Hiperglikemia
5
45,5
3
Hiperglikemia
11 100
5
45,5
11 100
11
100
11
Jumlah
100%
* α = 0,05
Jumlah
Tabel 5 analisis konsumsi buncis
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden dengan
terhadap penurunan kadar gula darah
gula darah normal berjumlah 6 orang (54,5%),
lansia anggota Prolanis dengan DM tipe II di
sedangkan responden yang masih hiperglikemia
wilayah Puskesmas Batu X kota Tanjungpinang
berjumlah 5 orang (45,5%).
menunjukkan
bahwa
dari
11
pada
responden,
Darah
sebelum diberikan buncis seluruh respoden
Setelah diberikan Buncis pada Lansia
(100%) menderita hiperglikemia, sedangkan
Anggota Prolanis dengan DM Tipe II Di
setelah mengkonsumsi buncis jumlah penderita
Wilayah
hiperglikemia turun menjadi 5 orang (45%) dan
3. Pengaruh
Kadar
Puskesmas
Gula
Batu
X
Kota
Tanjungpinang Setelah mengetahui kadar gula darah
responden yang lain kadar gula darah menjadi normal sebanyak 6 orang (54,5%).
sebelum (pre test) dan setelah (post test) 366
0,03
Hasil penelitian dengan uji Wilcoxon
peningkatan gula darah yang tinggi yaitu gula
dapat dilihat nilai p value diperoleh adalah 0,03.
darah puasa 100-125 mg/dl dan 2 jam sesudah
Kesimpulan adalah 0,03 < 0,05 maka Ho
makan 145-180 mg/dl (Prawiro 2009). Selain
ditolak, artinya ada pengaruh buncis terhadap
itu pada penderita DM tipe 2 yang lebih tua (di
kadar gula darah pada lansia Anggota Prolanis
atas 55 tahun) perubahan glukosa darah yang
dengan DM tipe II di wilayah Puskesmas Batu
ditimbulkan oleh aktivitas fisik tidak sama
X Kota Tanjungpinang.
dengan mereka yang usianya lebih muda sehingga diperlukan waktu beradaptasi yang lebih lama.
PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
1. Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian yang
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan oleh peneliti disimpulkan bahwa
didapatkan oleh peneliti disimpulkan bahwa
kelompok jenis kelamin responden sebagian
hampir seluruhnya kelompok umur responden
besar adalah perempuan sebanyak 9 orang
adalah kelompok usia pertengahan (middle age)
(81,8%). Hubungan lansung antara jenis
(45-59th) sebanyak 10 orang (91%). Menurut
kelamin perempuan dengan penyakit Diabetes
Price (2006), seseorang yang mempunyai resiko
Mellitus belum dapat dipastikan, namun diduga
tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus
berasal dari obesitas atau kegemukan. Pada
adalah usia diatas 45 tahun. Pada orang-orang
orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot
yang berumur fungsi organ tubuh semakin
menurun sehingga dapat memicu munculnya
menurun, hal ini diakibatkan aktivitas sel beta
Diabetes Mellitus (Price, 2006).
pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi
Kurangnya aktivitas fisik merupakan
berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan
faktor risiko utama terjadinya DM tipe II,
menurun sehingga tidak menerima insulin.
sedangkan kegemukan atau obesitas merupakan
Sedangkan DM tipe II biasa terjadi
faktor
risiko
terpenting untuk terjadinya
pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya
diabetes.
terjadi setelah usia 30 tahun (Soegondo 2008).
memperbaiki sensitivitas insulin (menurunkan
Pada
resistensi insulin), memodifikasi abnormalitas
usia
diatas
65
tahun,
memiliki
367
Aktivitas
fisik
diketahui
dapat
lemak (menurunkan total lemak dan massa
gula normal, sedangkan 5 responden lainnya
lemak) dan hipertensi.
masih hiperglikemia. Pemantauan kadar gula darah. Dalam
A. Kadar Gula Darah Pre Test
Nabyl (2009), pemantauan status metabolik
Berdasarkan hasil penelitian yang
penyandang DM merupakan hal yang sangat
didapatkan oleh peneliti diketahui bahwa secara
penting. Hasil pemantauan tersebut digunakan
keseluruhan responden yaitu 11 orang (100%)
untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai
menderita
pedoman penyesuaian diet, latihan jasmani, dan
hiperglikemia.
Hiperglikemia
merupakan kadar gula darah yang melebihi dari
obat-obatan
normal. Kadar gula darah sewaktu yang berada
(glukosa) darah senormal mungkin, serta
dalam rentang normal adalah antara 110-200
terhindar dari berbagai komplikasi.
mg/dl (Nabyl, 2009). Adapun
untuk
mencapai
kadar
gula
Edukasi merupakan bagian integral faktor-faktor
yang
asuhan
perawatan
DM.
edukasi
adalah
mempengaruhi kadar gula darah naik menurut
pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
Price (2006), yaitu: seseorang yang mempunyai
dan keterampilan pada pengelolaan DM yang
resiko tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus
diberikan kepada setiap penderita DM. Selain
adalah usia diatas 45 tahun, obesitas atau
kepada penderita DM, edukasi juga diberikan
kegemukan, pola makan, riwayat Diabetes
kepada
Mellitus
masyarakat yang beresiko tinggi dan pihak
pada
keluarga
dan
kurangnya
berolahraga atau beraktivitas. B.
anggota
keluarganya,
kelompok
perencana kebijakan kesehatan (Shahab, 2006). Melalui edukasi, penderita diabetes
Kadar Gula Darah Post Test
Berdasarkan hasil penelitian yang
(diabetisi) bisa mengetahui dan mengerti
didapatkan oleh peneliti disimpulkan bahwa
tentang apa itu diabetes, masalah apa yang
kadar gula darah responden yang berjumlah 11
harus dihadapi, mengapa penyakit ini perlu
orang
dikendalikan
keseluruhan
adalah
hiperglikemia,
secepatnya,
dan
seterusnya.
setelah diberikan buncis secara keseluruhan
Apabila penderita mempunyai pengetahuan
mengalami penurunan. Dari semua yang
yang
mengalami penurunan, ada 6 orang yang kadar
diharapkan mengubah perilaku (life style) yang 368
cukup
tentang
DM,
selanjutnya
kemudian
dapat
mengendalikan
kondisi
penyakitnya (Soegondo, 2008). Dalam edukasi
kepatuhan responden dalam melakukan terapi mnegkonsumsi buncis apakah rutin atau tidak.
ini ditekankan bahwa hal yang terpenting dalam
Hasil yang diperoleh dari pengolahan
pengendalian diabetes adalah perubahan pola
data didapat hasil 0,03 (ρ<0,05). Hal ini
makan dan aktifitas fisik (olah raga), inilah
menunjukkan bahwa ada pengaruh konsumsi
yang disebut dengan perubahan gaya hidup (life
buncis terhadap kadar gula darah pada lansia
style) (Kariadi, 2009).
dengan DM tipe II di wilayah Puskesmas Batu
C. Pengaruh Kadar Gula Darah
X Tanjungpinang. Dari penjelasan diatas dapat
pada Lansia dengan DM Tipe II Sebelum
disimpulkan bahwa ada pengaruh buncis
dan Sesudah diberikan Buncis Di Wilayah
terhadap penurunan kadar gula darah. Buncis
Puskesmas Batu X Kota Tanjungpinang.
berkhasiat
sebagai
Berdasarkan hasil penelitian yang
antihiperglikemik, yakni zat yang mampu
didapatkan oleh peneliti sebelum pemberian
mencegah kenaikan kadar glukosa dalam darah.
buncis secara keseluruhan responden yaitu 11
Buncis sangat cocok dikonsumsi oleh penderita
orang (100%) menderita hiperglikemia. Setelah
diabetes. Zat B-siterol dan Sigmasterol ini
diberikan buncis secara keseluruhan mengalami
terdapat
penurunan. Dari semua yang mengalami
kandungan buncis. Banyak penelitian yang
penurunan, ada 6 orang (54,5%) dengan kadar
telah membuktikan efek antihiperglikemik pada
gula normal, sedangkan 5 orang (45,5%)
buncis salah satunya Yayuk (2003), dengan
lainnya
judul
masih
hiperglikemia,
hal
ini
dalam
lemak
penelitian
yang
ada
“Mekanisme
dalam
Aktivitas
dikarenakan karena kadar gula darah yang
Antihiperglikemik Ekstrak Buncis pada Tikus
terlalu tinggi. Selain itu banyak faktor yang
Diabetes dan Identifikasi Komponen Aktif”,
menyebabkan kadar gula darh pada lansia tidak
hasilnya yaitu
turun antara lain : pengelolahan diet yang tidak
terhadap penurunan gula darah pada tikus
benar, dalam hal ini walaupun terapi dilakukan
diabetes.
namun pola makan tidak dijaga akan membawa
ada pengaruh ekstrak buncis
Penelitian
Askandar
(1993)
hasil yang tidak baik. Stress juga dapat
menunjukkan
membuat kadar gula darah tidak turun serta
sebanyak 600 gram/hari dalam diet selama 7 369
bahwa
penambahan
buncis
hari menunjukkan terjadinya penurunan kadar
normal, sedangkan responden yang masih
glukosa darah sehingga 14% pada penderita
hiperglikemia berjumlah 5 orang (45,5).
diabetes (Rizki, Farah. 2013).
4. Hasil uji Wilcoxon dapat dilihat nilai p value diperoleh adalah 0,03. Kesimpulan
KESIMPULAN
adalah ada pengaruh buncis terhadap penurunan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
kadar gula darah pada lansia dengan DM tipe II
pengaruh buncis terhadap penurunan kadar gula
di
darah pada lansia anggota Prolanis dengan DM
Tanjungpinang tahun 2014.
wilayah
Puskesmas
Batu
X
Kota
tipe II di wilayah Puskesmas Batu X Tanjungpinang tahun 2014, dapat disimpulkan
DAFTAR PUSTAKA
bahwa konsumsi buncis memberi pengaruh
Adam, J.M.F. 2005. Komplikasi Kronik
pada penurunan kadar gula darah. Hal ini
Diabetik Masalah Utama Penderita Diabetes
dibuktikan sebagai berikut:
dan Upaya Pencegahan. Bidang Ilmu Penyakit
1. Hampir seluruhnya kelompok umur responden adalah kelompok usia pertengahan
Dalam
Fakultas
Kedokteran.
Universitas
Hasanudin.
(middle age) (45-59th) sebanyak 10 orang
Anonim. 2008. Diabetes Indonesia Ranking ke
(91%). Dan kelompok jenis kelamin responden
3 di Dunia. 2008. http://indodiabetes.com. Diakses
sebagian besar adalah perempuan sebanyak 9
tanggal 29 September 2014 Kariadi, S. H. 2009. Diabetes? Siapa
orang (81,8%). 2. Kadar
gula
darah
sebelum
Takut:
Panduan
Lengkap
Diabetes,
mengkonsumsi buncis yaitu semua responden
Keluarganya dan Profesional Medik. Bandung:
sebanyak
PT.Mizan Pustaka
11
orang
(100%)
menderita
Price, A.S. 2006. Patofisiologi Konsep
hiperglikemia. 3. Kadar
gula
darah
setelah
mengkonsumsi buncis secara keseluruhan
Klinis Proses-proses Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahn U. Jakarta : EGC
mengalami penurunan namun hanya 6 orang
Re Nabyl. 2009. Cara Mencegah dan
responden (54,5%) dengan kadar gula darah
Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Aulia Publising. 370
Rizki, Farh. 2013. The Miracle of Vegetable. Jakarta: AgroMedia Pustaka Santoso, Mardi. 2010. Senam Diabetes Indonesia Seri 5. Yayasan Diabetes Indonesia : Jakarta. Shahab, Alwi. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Universitas Indonesia Soegondo
Sidartawan
ddk.
2009.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Yayuk. (2008). Mekanisme Aktivitas Antihiperglikemik Ekstrak Buncis pada Tikus Diabetes dan Identifikasi Komponen Aktif. Bogor. IPB (Bogor Agricultural University).
1. Fitri Susilawati : Mahasiswi STIKES Hang Tuah Tanjungpinang 2. Hotmaria
Julia
Dolok
Saribu,Ners.M.Kep : STIKES Hang Tuah Tanjungpinang 3. Yunita, Ners : Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
371
PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MEDIA FLIPCHART TERHADAP PENGATAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DALAM PROGRAM ELIMINASI FILARIASIS DI RT 01 RW 01 KELURAHAN TANJUNG UBAN SELATAN KABUPATEN BINTAN Nidia Rahmayanti1 , Yunita2, Dian Tri Raharjo3
ABSTRAK Penyakit Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penyuluhan dengan media flipchart terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat dalam pengobatan massal eliminasi filariasis. Jenis penelitian ini adalah penelitian praeksperimen dengan pendekatan one group pretest posttest dengan jumlah sampel 31 orang. Hasil yang diperoleh yaitu terdapat pengaruh penyuluhan dengan media flipchart tentang penyakit filariasis terhadap pengetahuan masyarakat yaitu sebesar 93,55% dengan pengetahuan baik dan 74,20% masyarakat yang memiliki sikap sangat baik. Analisis bivariat menyatakan ada pengaruh sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang filariasis terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat (ρ<0,05). Disarankan kepada petugas Puskesmas untuk melakukan penyuluhan dan seminar tentang filariasis kepada masyarakat.
Kata Kunci : Penyuluhan Media Flipchart Filariasis, Pengetahuan, Sikap
ABSTRACT Filariasis disease is a chronic infectious disease caused by infection with the filarial worm that attacks the lymph nodes and channels. The purpose of this study is to determine whether there is influence of counseling with flipchart media influence on the knowledge and attitudes of society in achieving the target of elimination of filariasis mass treatment of this. This research is a research approach praeksperimen with one group pretest posttest with total sample 31 people. The result is there are significant counseling with flipchart media influence on the knowledge society filariasis is equal to 93.55 % with 74.20 % and a good knowledge of the people who have a very good attitude. Bivariate analyzes indicate no influence before and after given educate more people abaout filariasis on knowledge and attitudes of society. It is expected that the health center staff to do counseling and seminars on filariasis to the public.
Keyword : Counseling Flipchart Media Filariasis , Knowledge , Attitude
372
menetap berupa pembesaran kaki, lengan,
PENDAHULUAN Terdapat 17 macam penyakit tropis
payudara dan alat kelamin, baik pada laki-
di dunia yang membutuhkan perhatian, salah
laki maupun perempuan (DIRJEN PP&PL
satu yang menjadi perhatian dunia adalah
2006).
penyakit
kaki gajah.
2004,
Sejak tahun 1975, Indonesia telah
diperkirakan 1/5 penduduk dunia atau 1,1
melakukan program pemberantasan penyakit
milyar penduduk
di 83 negara berisiko
Kaki Gajah di daerah endemis. Namun
terinfeksi filariasis, terutama di daerah tropis
karena luasnya daerah yang endemis dan
dan
terbatasnya dana dan sarana maka tidak
beberapa
2005).
Pada
daerah
Menurut
tahun
subtropis
WHO,
(Depkes,
urutan
Negara
banyak
yang
dapat
dilakukan
untuk
dengan kasus Filariasis terbanyak adalah Asia
mengurangi angka kesakitan dan kecacatan
Selatan
Afrika,
yang disebabkan oleh penyakit tersebut. Di
Pasifik dan Amerika, serta diikuti oleh
Indonesia sepakat untuk melakukan program
Thailand dan Indonesia (Asia Tenggara).
eliminasi
(India
Terdapat
dan
Bangladesh),
sedikitnya
34
penyakit
kaki
gajah
yang
infeksi
dilaksanakan secara bertahap diawali pada
penyakit menular yang banyak ditemukan di
tahun 2002, dan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, diantaranya adalah penyakit yang
Indonesia
ditularkan
penyakit
melalui vektor nyamuk
Filariasis
(Soedarto,
(penyakit
kaki gajah)
yakni
1990). Filariasis adalah
telah kaki
menetapkan
gajah
sebagai
eliminasi salah
satu
program prioritas (DIRJEN PP & PL, 2003).
penyakit
Strategi
yang
diterapkan
dalam
filariasis
adalah
menular menahun yang disebabkan oleh
program
cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk
memutuskan mata rantai penularan dengan
Mansonia,
Armigeres.
pengobatan massal di daerah endemis serta
Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar
upaya pencegahan dan membatasi kecacatan
getah bening dengan manifestasi klinik akut
melalui
berupa demam berulang, peradangan saluran
filariasis. Kemudian untuk monitoring dan
dan saluran kelenjar
evaluasi, dilakukan
Anopheles,
stadium lanjut
Culex,
getah bening. Pada
dapat menimbulkan cacat
cakupan 373
eliminasi
penatalaksanaan
pengobatan
kasus
perhitungan massal
klinis
terhadap (DEPKES,
2005).
Pada
tahun
2006
dari
262
atau kaki gajah, 80% masyarakat hanya
pengobatan
mengetahui efek samping dari meminum
massal filariasis di 54 kota/kabupaten pada
obat saja secara umum sehingga membuat
daerah endemis.
mereka takut untuk minum obat dalam
kota/kabupaten telah terlaksana
Pada
tahun
2012
di
Provinsi
pengobatan
filariasis
tersebut.
Menurut
Kepulauan Riau telah di temukan 87 kasus
peneliti untuk merubah pengetahuan dan
filariasis
kabupaten/kota. (DINKES
sikap masyarakat tersebut dapat dilakukan
Provinsi KEPRI). Di Kabupaten Bintan,
melalui kegiatan promosi kesehatan yaitu
pengobatan massal filariasis telah dilakukan
dengan
diseluruh
Puskesmas
media flipchart tentang penyakit filariasis
Kabupaten Bintan pada tahun 2013 ini. Salah
dan program filariasis, sehingga peneliti
satu wilayah kerja Puskesmas yang angka
tertarik
realisasi minum obatnya terendah adalah
penyuluhan kesehatan dengan media flipchart
Puskesmas Tanjung Uban dengan persentase
terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat
hanya 42,22% atau dalam arti lain, ada lebih
dalam program eliminasi filariasis. Flipchart
dari
(lembar balik) adalah media penyampaian
di
7
wilayah
setengah
jumlah
9.133
kerja
penduduk orang
di
sasaran
dengan
wilayah
kerja
Puskesmas Tanjung Uban tidak meminum
pesan
Hal ini
penghambat
dapat
dalam
menjadi
keberhasilan
penyuluhan
untuk meneliti
atau
tentang
dengan
pengaruh
informasi-informasi
kesehatan
dalam bentuk lembar balik.
obat pada pengobatan massal filariasis tahun 2013.
diberikannya
BAHAN
faktor
PENELITIAN
program
Desain
DAN
METODE
penelitian adalah
bentuk
eliminasi filariasis di Indonesia, khususnya
rancangan yang digunakan dalam melakukan
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Uban.
prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Jenis
Berdasarkan studi pendahuluan yang
penelitian ini menggunakan desain penelitian
telah dilakukan kepada 15 orang masyarakat
praeksperimen dengan pendekatan one group
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Uban,
pretest
masih ada 70% masyarakat yang belum
Rancangan ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui tentang apa itu penyakit filariasis
pengaruh penyuluhan dengan media flipchart 374
posttest
(Notoatmodjo,2010).
terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat dalam program eliminasi filariasis. Penelitian
ini
dimana
Pengetah
Sebelum
Sesu
uan
dah
kelompok
Frek
eksperimen tersebut diberi intervensi yang
uensi
diawali dengan pengukuran sebelum pemberian
Baik
16
(%)
Freku
(posttest).
Jumlah
(%)
pv
93,5
0,000
ensi 51,6%
29
intervensi (pretest) dan setelah pemberian intervensi
Signifikansi
5%
responden Kurang
15
48,4%
2
6,45
sebanyak 31 orang. Pedoman etika penelitian % yang digunakan yaitu anonymity, beneficence & maleficence, respect for human dignity dan
Jumlah
31
100%
31
100 %
justice (Burn & Grove,2009). Analisa data menggunakan univariat dan bivariat yaitu uji Wilcoxon test. Pengolahan data meliputi langkah-langkah editing, coding, processing dan cleaning.
Tabel 1 analisis pengaruh penyuluhan dengan media flipchart terhadap pengetahuan pada masyarakat yang tidak minum obat di RT.01 RW.01 Kelurahan Tanjung Uban
HASIL Analisis Dengan
Media
Selatan tahun 2014 menunjukkan bahwa 16 Pengaruh Flipchart
Penyuluhan terhadap
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dalam Program Eliminasi Filariasis. Tabel 1
orang (51,6%) yang berpengetahuan baik sebelum diberikan penyuluhan dengan media flipchart mengalami peningkatan menjadi 29 orang (93,55%) setelah diberikan penyuluhan dengan media flipchart dan 15 orang (48,4%)
Analisis Pengaruh Penyuluhan Dengan Media
responden
yang
pengetahuannya
kurang
Flipchart terhadap Pengetahuan Masyarakat
tentang penyakit filariasis sebelum diberikan dalam Program Eliminasi Filariasis di RT.01 RW.01 Kelurahan Tanjung Uban Selatan tahun 2014
penyuluhan
dengan
mengalami
penurunan
375
media menjadi
flipchart 2
orang
(6,45%) setelah diberikan penyuluhan dengan
Jumlah
31
100%
31
media flipchart.
100 %
Hasil Wilcoxon test dapat dilihat dari uji statistik yang diperoleh adalah 0,000. Tabel 2 analisis pengaruh penyuluhan Kesimpulannya karena uji statistik 0,000< dengan media
flipchart terhadap
sikap
0,05 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh masyarakat
dalam
program
eliminasi
penyuluhan dengan media flipchart terhadap filariasis di RT.01 RW.01 Kelurahan Tanjung pengetahuan
masyarakat
dalam
program Uban
eliminasi
filariasis
di
Selatan
tahun
2014 menunjukkan
RT.01 RW.01 bahwa 12 orang (38,7%) yang memiliki
Kelurahan Tanjung Uban Selatan tahun2014. sikap
sangat
baik
sebelum
diberikan
dengan
media
flipchart
Tabel 2
penyuluhan Analisis Pengaruh Penyuluhan dengan Media
mengalami peningkatan menjadi 23 orang
flipchart terhadap Sikap Masyarakat dalam
(74,20%)
Program Eliminasi Filariasis di RT.01 RW.01
sesudah
dengan media
Kelurahan Tanjung Uban Selatan tahun 2014
diberikan
flipchart
dan
penyuluhan 10
orang
(32,25%) responden yang memiliki sikap Sikap
Sebelum Freku
Sesudah (%)
ensi Sangat
12
Freku
Signifikansi (%)
p
ensi 38,7%
23
baik
tidak
penyuluhan
baik dengan
sebelum
diberikan
media
flipchart
mengalami penurunan menjadi tidak ada
v
setelah diberikan penyuluhan dengan media
74,20 %
yang
,000
flipchart. Hasil Wilcoxon test dapat dilihat dari
Baik
9
29,05
8
25,80 uji statistik yang diperoleh adalah 0,000.
%
% Kesimpulannya karena uji statistik 0,000 <
Tidak
10
baik Sangat
32,25
0
0%
% 0
0%
0,05 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh penyuluhan dengan media flipchart terhadap
0
0%
sikap masyarakat dalam program eliminasi
tidak baik 376
filariasis di RT.01 RW.01 Kelurahan Tanjung
Kusumawardani (2009) di Depok
Uban Selatan tahun 2014.
“Gambaran Faktor-Faktor Predisposisi dan
PEMBAHASAN Pengaruh media
flipchart
masyarakat filariasis
penyuluhan terhadap
dalam
dengan
pengetahuan
program
di RT.01 RW.01
eliminasi Kelurahan
Praktik
Minum
Obat
Massal
Filariasis di
pada 7
tentang
Pengobatan
RW
Kelurahan
Baktijaya” yang menyatakan bahwa proporsi praktik minum obat pada responden dengan tingkat pengetahuan “baik” tentang filariasis (94%) lebih tinggi bila
Tanjung Uban Selatan Hasil yang diperoleh dari pengolahan
dibandingkan dengan proporsipraktik minum
data adalah 0,000 (ρ < 0,05), ini menunjukkan
obat
bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan
pengetahuan “kurang baik” (82,4%). Dan
media
pengetahuan
proporsi praktik minum obat pada kelompok
masyarakat tentang penyakit filariasis dan
tingkat pendidikan ≥ SMA/sederajat (90%)
juga program eliminasi filariasis.
lebih
flipchart terhadap
Penyuluhan
kesehatan
adalah
pada
tinggi
responden
bila
dengan
dibandingkan
tingkat
proporsi
praktik minum obat pada kelompok tingkat
penambahan pengetahuan dan kemampuan
pendidikan
seseorang melalui tehnik praktek belajar atau
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa untuk
instruksi
atau
mendapatkan partisipasi aktif dari masyarakat
secara
dalam pengobatan msssal filariasis, maka
masyarakat
diperlukan pengetahuan yang “baik” tentang
untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai
filariasis dimasyarakat, salah satunya dengan
tujuan
(Depkes, 2002).
penginformasian tentang filariasis, baik dari
Penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh
media maupun penyuluhan secara langsung
peneliti
kepada masyarakat.
dengan
mempengaruhi individu,
tujuan
perilaku
kelompok
hidup
adalah
mengubah manusia
maupun
sehat
dalam
bentuk
metode
ceramah sehingga cocok untuk sasaran yang
<
Pengaruh
SMA/sederajat
penyuluhan
(74%).
dengan
memiliki pendidikan rendah ataupun tinggi.
media flipchart terhadap sikap masyarakat
Penelitian ini juga memiliki hasil yang sama
dalam
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh 377
program
eliminasi
filariasis
di
RT.01 RW.01 Kelurahan Tanjung Uban
1. Masyarakat yang memiliki pengetahuan
Selatan
kurang
Hasil yang diperoleh dari pengolahan data
program filariasis
adalah 0,000 (ρ <0,05), ini menunjukkan
penyuluhan dengan media flipchart (pre
bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan
test) adalah 15 orang (48,4%). Dan setelah
media flipchart tentang filariasis dan program
diberikan
eliminasi filariasis terhadap perubahan sikap
flipchart (post
masyarakat
filariasis terjadi peningkatan pengetahuan
di
RT.01
RW.01
Kelurahan
Tanjung Uban Selatan tahun 2014.
tentang
penyakit
sebelum
penyuluhan
masyarakat
filariasis
diberikan
dengan media
test) tentang
yaitu
dan
menjadi
penyakit
29
orang
(93,55%). Penyuluhan
kesehatan
adalah 2. Masyarakat yang memiliki sikap tidak baik
gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan tentang yang
berlandaskan
prinsip-prinsip
penyakit
diberikan untuk
mencapai
suatu
keadaan,
filariasis
sebelum
belajar penyuluhan
dengan media
dimana flipchart
(pre
test)
adalah
10
orang
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat (32,25%), dan yang memiliki sikap sangat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu baik
yaitu
12
orang
(38,7%). Setelah
penyuluhan
dengan media
bagaimana caranya dan melakukan apa yang diberikan bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara
kelompok
pertolongan
dengan
(Effendy,
flipchart
(post
test) tentang
penyakit
filariasis
dan
programnya
terjadi
meminta
2003).
Dalam peningkatan atau perubahan kearah sikap
penyuluhan
kesehatan metode
penyuluhan yang sangat baik yaitu 23 orang (74,20%).
digunakan untuk membina perilaku baru atau 3. Penyuluhan dengan media flipchart tentang seseorang yang telah mulai tertarik pada penyakit filariasis dan programnya sangat suatu perubahan perilaku atau inovasi. berpengaruh
terhadap
pengetahuan
dan
PENUTUP sikap
masyarakat
di
RT.01
RW.01
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah Kelurahan Tanjung Uban Selatan tahun dilakukan pada 31 responden maka peneliti 2014. dapat menarik kesimpulan bahwa : 378
Hidayat, Aziz, (2007): Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Arikunto,
Suharsimi,
(2006):
Prosedur Jakarta : Salemba Medika
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Irianto, Kus, (2009): Parasitologi Berbagai Jakarta : Rineka Cipta Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Dharma, Kusuma Kelana, (2011): Metodologi Manusia
untuk
Paramedis
dan
Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Nonmedis. Bandung : Yrama Widya Info Media Kusumawardani, Dewi, (2009): Gambaran Dirjen PP dan PL, (2002): Desaku Bebas Faktor-faktor Predisposisi dan praktik Penyakit Kaki Gajah (Filariasis). Jakarta Minum Obat pada Pengobatan Massal : DEPKES Filariasis di 7 RW Kelurahan BaktiJaya : Buku 1 Pedoman Depoktahun
2009.
(online)
Program Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digit (Filariasis) di Indonesia. PEMPROV al/126492-S-5718Gambaran%20faktorRIAU Fulltext.pdf) dikutip pada tanggal 10 : Buku 4 Pedoman Oktober 2013 Pengobatan MasaalPenyakit Kaki Gajah Mahfoedz I, Eko S, (2007): Pendidikan (Filariasis). PEMPROV RIAU Kesehatan (2012):
Bagian
dari
Promosi
Pedoman Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya
Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Mubarak WI, dkk, (2007): Promosi Kesehatan; Pengobatan
Filariasis.
Jakarta
: Sebuah
Pengantar
Proses
Belajar
Kemenkes RI Mengajar
dalam
Pendidikan.
Effendi, Nursalam, (2008): Pendidikan Dalam Yogyakarta: Garaha Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo, (2010): Metodologi Gandahusada,
Srisasi,
dkk,
(2006): Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Cipta Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas : Ilmu Perilaku Indonesia Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 379
Onggowaluyo, Samidjo Jangkung, (2002): Parasitologi Medik I (Helmintologi). Jakarta : EGC Saryono,
(2009):
Kesehatan
Metedologi Penuntun
Penelitian
Praktis
Bagi
Pemula. Jogjakarta : Mitra Cendikia Setiawati S, Dermawan AC, (2008): Proses Pembelajaran
dalam
Pendidikan
Kesehatan. Jakarta: Trans Informasi Media Suliha,
UHA,
dkk,
(2002):
Pendidikan
Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC 1
. Nidia Rahmayanti : Mahasiswa STIKes Hang Tuah
Tanjungpinang
Prodi
S1
Keperawatan 2
. Yunita, S.Kep,Ns : Dosen STIKes Hang Tuah Tanjungpinang
3
. Dian Tri Raharjo, S.Kep,Ns : Dosen STIKes Hang Tuah Tanjungpinang
380
PEDOMAN BAGI PENULIS
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Umum Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.
Petunjuk Penulisan 1.
Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas : : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian. Pendahuluan : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara Metodologi pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang disajikan dalam tabel atau gambar. : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil Hasil tersebut dengan penelitian lain. Dan Pembahasan : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil Daftar Pustaka tersebut dengan penelitian lain. 2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk). 3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang. 4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea. 5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah. 6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di lampiri referensi. 7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Novia, 2009:12). 8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association). 9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. 10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII, Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah di sertai tanda tangan penulis.
KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN
Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor /bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal keperawatan STIKES Hang Tuah. Jenis Artikel Penelitian Ulasan artikel Ringkasan
Laporan kasus Penelitian klinis Tinjauan pustaka Lembar Metodologi Halaman Judul Judul Artikel Nama lengkap penulis Tingkat pendidikan penulis Asal institusi penulis Alamat lengkap penulis Abstrak Abstrak dalam Bahasa Indonesia Abstrak dalam Bahasa Inggris Kata kunci dalam Bahasa Indonesia Kata kunci dalam Bahasa Inggris Teks Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan Pendahuluan Bahan dan Cara Hasil Diskusi Kesimpulan Kepustakaan Gambar dan Tabel Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar
…
Nama dan alamat untuk percetakan ulang ………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Soft Copy Penulis menjamin bahwa: Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublikasikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis Tanda tangan penulis utama:
……………………………….
Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Nama Alamat
:……………………………………………………………………………………… Mahasiswa Individu Instansi :………………………………………………....................................................................... …………………………………………………………………............................... Telp: …………………………………………………..............................................
Akan berlangganan Jurnal Keperawatan, Vol..............: No:……………………..s/d…………………………………… Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening No……………….., Bank……………a/n………………………………………….. Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang: Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau Telp / fax (0771) 316516 Pelanggan
Tgl. Pesanan :…………………….
…………………..