Volume 4, Nomor 2, Tahun 2014
ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN • Pengaruh Senam Kaki Terhadap Tingkat Peripheral Arterial Disease Pada Klien DM Tipe 2 di •
• • • • •
RSAL dr. Midiyato S dan RSUD kota Tanjungpinang Intervensi Kombinasi Positional Release Technique Dan Penerapan Microwave Diathermy Sama Dengan Myofascial Release Technique Dan Penerapan Microwaves Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Pada Kasus Myofascial Syndrome Gastrocnemius Di RSUD Jendral Ahmad Yani Analisis Hubungan Tekanan Darah Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Rumah Bahagia Bintan Pengaruh Air Rebusan Buah Pare Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis Pengaruh Kompres Air Hangat Dan Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia Di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang Efektifitas Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia Di Rumah Bahagia Bintan
Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2014
PENELITIAN Pengaruh Senam Kaki Terhadap Tingkat Peripheral Arterial Disease Pada Klien DM Tipe 2 di RSAL dr. Midiyato S dan RSUD kota Tanjungpinang
HAL 514 - 526
(Linda Widiastuti)
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique Dan Penerapan Microwave Diathermy Sama Dengan Myofascial Release Technique Dan Penerapan Microwaves Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Pada Kasus Myofascial Syndrome Gastrocnemius Di RSUD Jendral Ahmad Yani
527 - 539
(Yudistira E)
Analisis Hubungan Tekanan Darah Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Rumah Bahagia Bintan
540 - 547
(Ernawati, Safra Ria Kurniati, Mawar Eka Putri)
Pengaruh Air Rebusan Buah Pare Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang
548 - 557
(Harpen Suryadi, Lidia Wati, Safra Ria Kurniati)
Pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis
558 - 574
(Meily Nirna Sari, Joni, Mira Anggun, M.Hafiz)
Pengaruh Kompres Air Hangat Dan Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia Di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang
575 - 585
(Deasy Dondaria Lumbagaol, Raden Doni, Saidah Maisyarah, Suraidah)
Efektifitas Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia Di Rumah Bahagia Bintan (Endang Abdullah)
586 - 595
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli Penanggung Jawab : Heri Priatna Penasehat : Nur meity Sulistia Ayu Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Rian Yuliana Bendahara : Ria Muazizah Penyunting Pelaksana : Wasis Pujiati Liza Wati Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu Linda Widiastuti Pelaksana Tata Usaha: Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah Distribusi dan Pemasaran : Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri
Alamat Redaksi: STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan. Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya. Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian. Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Juli 2014 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Drs. Heri Priatna, SStFT,SKM, MM
PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP TINGKAT PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE PADA KLIEN DM TIPE 2 DI RSAL DR. MIDIYATO S DAN RSUD KOTA TANJUNGPINANG Linda Widiastuti1
ABSTRAK Prevalensi DM tipe 2 meningkat 40% dari tahun 2012-2013 di Tanjung Pinang. Diabetes Mellitus merupakan suatu kelainan metabolik yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya Peripheral Arterial Disease (PAD) dengan pemeriksaan hasil akle brachial index (ABI) ≤0,90. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh intervensi senam kaki terhadap tingkat PAD pada klien DM tipe 2. Desain penelitian kuantitatif kuasi eksperimen pre-post test design melibatkan 66 responden terbagi 2 kelompok yaitu 1 kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing 33 responden. Hasil penelitian mayoritas responden berusia 60-74tahun(51%), perempuan(79%), tidak merokok(80%), hipertensi atau riwayat hipertensi(60%), lama menderita DM lebih dari 10 tahun(51%), mengikuti kegiatan senam diabetes (71%). Setelah intervensi selama empat minggu, hasil uji hubungan didapatkan ada hubungan yang signifikan usia (p=0,000), riwayat merokok (p=0,000), dan lama menderita DM (p=0,028) dengan tingkat PAD. Hasil uji beda berpasangan didapatkan ada perbedaan yang signifikan tingkat PAD sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok senam kaki (p=0,000). Hasil uji regresi logistik ordinal menunjukkan bahwa senam kaki memberikan pengaruh paling kuat terhadap tingkat PAD senam kaki (p=0,033) dengan kontribusi sebesar 20,6%. Kesimpulan penelitian bahwa senam kaki berpengaruh terhadap tingkat PAD klien DM tipe 2. Penelitian ini merekomendasikan perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan faktor resiko lain yang mempengaruhi PAD seperti kadar kolesterol, kreatinin serum dan HbA1c. Prosedur pemeriksaan ABI dan penggunaan intervensi senam kaki sebagai intervensi mandiri perawat dalam asuhan keperawatan pasien DM tipe 2. Kata kunci
: senam kaki, Peripheral Arterial Disease, DM tipe 2
ABSTRACT Type 2 Diabetes Mellitus (DM) prevalence grows 40% from 2012-2013 in Tanjung Pinang. Type 2 DM is a metabolism disorders that can cause any chronic complications, such as Peripheral Arterial Disease (PAD) by examination of the results ankle brachial index (ABI) ≤ 0,90. This research aimed the effectiveness of leg exercises to PAD on type 2 DM client. The research method was quasi experimental quantitative with pre-test and post-test study involves 66 respondents divided into 2 groups: one intervention groups and one control group each of 33 respondents. The Results, the majority of respondents aged 60-74 years (51%), women (79%), never smokers (80%), hypertension or a history of hypertension (60%), suffering from diabetes more than 10 years (51%), follow exercises for diabetes (71%). After four weeks of intervention, the test results significant relationship of age (p=0,000), history of smoking (p=0,000), and suffering from diabetes (p=0,028) on the rate PAD. Significant difference in the rate of PAD before and after the intervention on the one groups: leg exercises (p = 0.000). The ordinal logistic regression test results point out that leg exercises has the strongest effect on the rate PAD (p = 0.033) with a contribution of 20.6%. The conclusion of this research is leg exercises the effectiveness to PAD on type 2 DM client. The recommends research further needs associated with other risk factors that affect PAD such as cholesterol levels, serum creatinine and HbA1c. ABI procedures inspection and the use of leg exercises as an independent nursing intervention in the nursing treatment of type 2 DM patients. Key words : leg exercises, peripheral arterial disease, type 2 Diabetes
514
Pendahuluan Diabetes
orang (peningkatan 23%) dari tahun
Melitus
(DM)
disebut
sebelumnya.
sebagai the great imitator karena penyakit
Insiden DM mengalami peningkatan
ini dapat mengenai semua organ tubuh (PB
dari tahun ke tahun. Dan keadaan ini akan
PAPDI, 2013). DM merupakan kelompok
berdampak terhadap komplikasi dari DM
penyakit metabolik dengan karakteristik
salah satunya adalah Peripheral Arterial
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
Disease
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
aterosklerosis akibat penebalan membran
(ADA, 2013).
basal pembuluh darah besar dan kecil pada
Berdasarkan
yaitu
terbentuknya
International
aliran darah arteri perifer di ektermitas
Diabetes Federation (IDF) (2014) pasien
bawah. Faktor resiko PAD pada penderita
DM
mengalami
DM tipe 2 meningkat seiring dengan
peningkatan sebesar 34% yaitu dari 285 juta
bertambahnya usia, jenis kelamin, lama
(6,4% dari populasi dunia) tahun 2010
menderita DM, riwayat hipertensi, aktifitas
menjadi 382 juta (8,3% dari populasi dunia)
fisik yang rendah dan riwayat merokok
tahun 2013. Data WHO tahun 2013, jumlah
serta hiperkolesterolnemia.
di
data
(PAD)
seluruh
dunia
penderita DM di Indonesia dari 7 juta tahun
Prevalensi PAD meningkat pada usia
2009 menjadi 8,5 juta (peningkatan 21%)
lebih dari 70 tahun atau lebih tua, usia 50-
tahun 2013 (IDF, 2014).
69 tahun dengan riwayat DM atau merokok
Laporan RISKESDAS tahun 2013 menyebutkan
terjadi
peningkatan
dan usia kurang dari 49 tahun dengan DM yang disertai dengan salah satu faktor
prevalensi pada penderita DM 1,1% pada
resiko
tambahan
tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013,
hipertensi atau kadar kolesterol yang tinggi
dengan jumlah penderita DM di Kepulauan
(Ishida et all, 2012).
Riau sebesar 1,3% dari seluruh jumlah
PAD
penderita DM di Indonesia (Depkes, 2013).
terjadinya
Di
kota
Tanjungpinang,
seperti
merupakan ulkus,
merokok,
faktor
resiko
gangren,
dan
jumlah
penyembuhan luka yang lambat akibat
penderita DM berdasarkan data Dinkes
sirkulasi darah yang tidak lancar pada
Kota Tanjungpinang naik dari 398 orang
ekstermitas
tahun 2012 menjadi 560 orang (peningkatan
amputasi ektermitas bawah pada penderita
40%) tahun 2013 (Dinkes Kepri, 2013).
DM (ADA, 2006). Gejala PAD dapat
Data rekam medis penderita DM tahun
dinilai dengan pemeriksaan hasil akle
2014, kunjungan rawat jalan di RSAL dan
brachial index (ABI) ≤ 0,90.
RSUD kota Tanjungpinang sebesar 452 515
yang
dapat
menyebabkan
Latihan fisik atau olahraga yang
kelompok perlakuan untuk mengetahui
direkomendasikan adalah senam kaki DM.
pengaruh acupressure, senam kaki, dan
Senam
gabungan acupressure dengan senam kaki
kaki
memperbaiki
DM
dapat
sirkulasi
membantu darah
dan
terhadap
memperkuat otot-otot kecil kaki dan
disease.
tingkat
peripheral
arterial
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
Penelitian ini menggunakan metode
(deformitas), dan mengatasi keterbatasan
simple random sampling sebanyak 66
gerak sendi (Soegondo, 2013).
responden terbagi 2 kelompok yaitu 1
Penderita DM tipe 2 sering tidak
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menyadari bahwa mereka terkena PAD
masing-masing 33 responden. Responden
karena ketidaktahuan akan tanda dan gejala
dipilih berdasarkan kriteria laki-laki dan
dari
dapat
perempuan yang berusia lebih dari 40
dilakukan dengan meningkatkan self care
tahun, DM tipe 2 yang mempunyai nilai
pada penderita DM. Teori self care Orem
ABI; ≥ 0,41 ABI ≤ 0,90 (PAD ringan-
bertujuan
sedang), tidak ada luka diabetes di
PAD.
Pencegahan
untuk
melatih
PAD
kemandirian
pasien dalam melakukan perawatan diri guna
mempertahankan
ektermitas kaki.
kesehatannya
Peneliti
melakukan
analisis
uji
(Tomey & Alligood, 2010). Pasien harus
hubungan, uji beda berpasangan, uji beda
mampu mengatur dirinya secara mandiri
independen pada masing-masing kelompok
sehubungan
dan uji pengaruh. Peneliti melakukan
dengan
kondisi
sakitnya
dengan cara mengenal tanda dan gejala,
pengukuran
faktor resiko terjadinya PAD dan cara
dopller untuk uji ABI sebelum dan sesudah
penanganan
intervensi.
pencegahan
dari
PAD.
menggunakan
Responden
vascullar
melakukan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
intervensi di ruang khusus tindakan yang
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
telah disiapkan oleh tempat penelitian
dengan judul “Pengaruh senam kaki
maupun dirumah masing-masing selama
terhadap tingkat peripheral arterial disease
empat minggu. Pada prosedur senam kaki
pada klien DM tipe 2 di RSAL dan RSUD
responden melakukan gerakan kaki secara
kota Tanjungpinang”.
bergantian (8 gerakan senam kaki) selama 15-30 menit
Metode Penelitian
setiap tiga
seminggu.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan
rancangan
kuasi
Hasil Penelitian
eksperimen pre-post test design pada tiga 516
kali
dalam
Tidak ada Riwayat
Data diolah dengan uji univariat, bivariat dan multivariat
24
37
43
63
6
9
Pre Hipertensi
15
23
Hipertensi (stage I)
35
53
Hipertensi (stage II)
10
15
Hipertensi Ada
Riwayat
1) Uji Univariat Hipertensi
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden.
No
Karakteristik
n
% Hipertensi
1
Usia Normal
2
36 – 45 tahun
5
8
46 – 55 tahun
23
34
56 – 65 tahun
38
58
Jenis kelamin
5
Lama menderita DM
Laki – laki
12
18
˂ 10 tahun
39
59
Perempuan
54
82
˃ 10 tahun
27
41
Tidak Senam Diabetes
19
29
Senam Diabetes
47
71
66
100
3
6
Riwayat Merokok
Senam Diabetes
Tidak Merokok
54
82
Merokok
3
5
1-10batang/hari
1
1
11-20batang/hari
1
1
Total
Berdasarkan Tabel 1, diketahui 21-30batang/hari
1
1
˃ 30batang/hari
0
0
9
11
Mantan Merokok 4 Riwayat Hipertensi
karakteristik mayoritas responden: rentang usia 56-65 tahun 38 (58%), jenis kelamin perempuan 54 (82%), riwayat tidak merokok 54 (82%), riwayat hipertensi 43 (63%), lama menderita DM kurang dari 10 tahun 39 (59%), mengikuti kegiatan senam diabetes 47 (71%). 517
Kelompok
p value
2) Uji Bivariat Senam kaki
Tabel 2. Hasil Uji Hubungan Karakteristik
0,000
Responden dengan Tingkat PAD
Tingkat Karakteristik Responden
Usia
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan nilai
PAD
p <0,005 pada kelompok. Ini menunjukkan
p value
bahwa secara statistik ada perbedaan
0,000
tingkat
PAD
sebelum
dan
sesudah
intervensi pada kelompok senam kaki. Jenis Kelamin
0,705 Tabel 4. Hasil Uji Beda Independen
Riwayat Merokok Hipertensi Atau Riwayat
0,000
Kelompok
p value
0,487
Hipertensi
Senam kaki dengan Kontrol
Lama Menderita DM
0,028
Senam Diabetes
0,724
Berdasarkan Tabel 4., diketahui tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap
Berdasarkan Tabel 2. diketahui ada hubungan yang signifikan usia, riwayat merokok, dan lama menderita DM dengan
0,133
tingkat
PAD
antar
kelompok intervensi senam kaki dengan kelompok kontrol (p=0,133).
tingkat PAD dengan nilai p value < 0,05. Tidak ada hubungan yang signifikan jenis
3) Uji Multivariat Tabel 5. Uji Pseudo R-Square Antar Kelompok
kelamin, hipertensi atau riwayat hipertensi,
Intervensi
dan senam diabetes dengan tingkat PAD
Cox and
dengan nilai p value >0,05.
Kelompok Intervensi Snell Senam kaki
Tabel 3. Hasil Uji Beda Berpasangan Tingkat PAD
0,206
Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Perlakuan
Berdasarkan Tabel 5, disimpulkan bahwa kelompok memberikan kontribusi paling besar terhadap variabel dependen adalah kelompok intervensi senam kaki 518
sebesar 20,6%. Artinya senam kaki secara
dari arteri merupakan organ yang aktif
simultan memberikan kontribusi terhadap
secara biologi, oleh karena kemampuannya
tingkat PAD.
dalam memproduksi zat vasodilator yang dinamakan endothelium derived relaxing
Tabel 6. Perbandingan Besar Pengaruh Setiap
factors (EDRF) yang dikenal juga sebagai
Intervensi Terhadap PAD.
Nitric Oxide (NO). NO adalah stimulus
Hasil Variabel
yang
p Parameters
Independen Estimates -0,698
0,033
nilai p < 0,05 pada kelompok sehingga statistik
ada
pengaruh
vasodilatasi
dan
modulasi interaksi leukosit dan dinding pembuluh darah dan lebih jauh NO membatasi
Berdasarkan Tabel 6, didapatkan
secara
dari
mengurangi terjadinya peradangan melalui value
Senam Kaki
penting
yang
signifikan pada kelompok senam kaki terhadap tingkat PAD (p=0,033).
migrasi
dan
proliferasi
vascular smooth muscle cell (VSMC) serta membatasi aktivasi dari sel pembeku darah. Disfungsi
endotel
pada
pasien
DM
berhubungan dengan resistensi insulin, menunjukkan
peranannya
sebagai
penyebab awal perkembangan terjadinya Pembahasan
aterosklerosis
Senam kaki dipilih sebagai salah satu intervensi dalam penelitian ini karena
(early
atherosclerotic
cardiovascular disease) (Beckman et al., 2012).
berdasarkan kajian ilmiah, pasien DM tipe
Senam kaki sebagai salah satu
2 beresiko empat kali terjadinya PAD.
intervensi dalam penelitian ini bertujuan
Menurut Hamburg (2011), menyatakan
untuk meningkatan sirkulasi darah di kaki
bahwa PAD pada pasien DM tipe 2
untuk
merupakan
komplikasi
Berdasarkan tinjauan kepustakaan yang
makrovaskular di pembuluh darah tungkai
disampaikan oleh Ernawati (2013) senam
bawah. Hasil study oleh Wuang Li (2011)
kaki
di Wuhan Central China, menyatakan
sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot
bahwa prevalensi terjadinya PAD pada
kecil
pasien DM tipe 2 sebesar 24,1% (484/2010
kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
pasien) dengan nilai ABI ≤ 0,90.
meningkatkan kekuatan otot betis, otot
salah
satu
Hiperglikemi pada pasien DM dapat mengakibatkan
disfungsi
endotel
mencegah
dapat
kaki
terjadinya
membantu
dan
PAD.
memperbaiki
mencegah terjadinya
paha, dan juga mengatasi keterbatasan
di
pergerakan sendi (Ernawati, 2013). Menurut
pembuluh darah arteri. Lapisan sel endotel
Paul (2014) menyatakan bahwa senam kaki 519
sebagai salah satu latihan fisik merupakan
oleh Tzu Chi Nursing Journal (2007)
strategi tindakan intervensi yang efektif
bahwa self care sangat penting dilakukan
untuk mencegah PAD. Terbukti secara
oleh pasien DM tipe 2 untuk mencegah
signifikan pada penelitian Harefa (2011)
terjadinya PAD dan komplikasi lain yang
terhadap 29 pasien DM tipe 2 di RSU
lebih parah.
Dr.Pirngadi
Medan,
hasil
penelitian
Peneliti menggunakan edukasi dan
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
motivasi, merupakan komponen utama
senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki
model
dengan nilai p value = 0,000 (<0,05).
kemampuan adaptasi responden terhadap
Mayoritas responden pada penelitian ini,
menyatakan
selama
peneliti
Orem’s
yang
effektif
dalam
pencegahan PAD. Tingkat kemandirian tersebut
akan
menurunkan
menyatakan senang mendapatkan pelatihan
ketergantungan
tentang senam kaki, mau dan akan
pasien (self care deficit Orem) guna
melaksanakan senam kaki 3 kali dalam
mempertahankan kesehatannya (Tomey &
seminggu,
Alligood, 2010).
responden
menyadari
dalam
tingkat
perawatan
diri
pentingnya melaksanakan senam kaki untuk mencegah PAD ditandai keluhan nyeri dan kram pada kaki sudah berkurang.
Daftar Pustaka American
College
of
Cardiology
Selama mengikuti senam kaki selama
Foundation/American
Heart
empat minggu responden sangat antusias,
Association (ACCF/AHA). (2011).
perhatian dan aktif dan mampu melakukan
Pocket guideline: management of
senam kaki secara mandiri.
patient with peripheral artery disease
Pencegahan PAD dapat dilakukan
(lower extrimity, renal, mesenteric
dengan meningkatkan self care pada
and abdominal aortic). Am Coll
penderita DM. Aplikasi teori self care Orem
Cardiol.
bermanfaat bagi penderita DM dibuktikan
ADA. (2013). Diagnosis and Classification
oleh Svartholm (2010), menyatakan bahwa
of Diabetes Mellitus. Care Diabetes
self care pada pasien DM tipe 2 merupakan
Journals.http://care.diabetesjournals.
faktor penting melatih kemampuan mandiri
org/content/36/Supplement_1/S67.fu
pasien pada kepatuhan pemantauan glukosa
ll.pdf+html. Diakses pada tanggal 22
darah mandiri, nutrisi, aktifitas fisik dan
Oktober 2014.
pengobatan. Jika penderita tidak konsisten
Antonio, et all. (2009). Penyakit arteri
dalam penatalaksanaan diabetes, akan
perifer dalam ilmu penyakit dalam.
muncul berbagai komplikasi. Didukung 520
Edisi
ke-5.
Jakarta:
Interna
Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes
Publishing;
DP (eds). Braunwald's Heart Disease
Al-Shaer et all. (2006). Effect of aging and
Textbook
of
Cardiovascular
atherosclerosis on endothelial and
Medicine, 9th
ed.
Diakses
vascular smooth muscle function in
tanggal 10 Januari 2015.
humans. Int J Cardiol. Diakses pada
A
Black,.
tanggal 22 Desember 2014.
Arterial
(2009).
Medical-Surgical
Nursing: Clinical Management for
Ahmed, et all. (2012). Frequency of Peripheral
J.
pada
Disease
Positive
in
Diabetic Patients by Ankle Brachial
Outcomes.
Singapure:
Saunders Elsevier. Castro Sa´nchez et all (2013). A Program of
Index. Asstt. Prof. of Medicine
3
Hospital, Karachi. Original Article.
Improves Peripheral Arterial Disease
http://www.medforum.pk/index.php/
in Diabetes Type 2 Patients A
article-database/articles/
Randomized
Diakses
pada tanggal 26 Juli 2015.
Physical
Therapy
Modalities
Controlled
Trial.
Journal of Cardiovascular Nursing.
Ashok Khurana et all. (2013). Peripheral
Diakses pada tanggal 20 Juli 2015.
vascular disease – a silent assassin: Its
CDC. (2012). Peripheral Arterial Disease in
rising trend in Punjab. Journal,
the Legs. National Center for Chronic
Indian Academy of Clinical Medicine
Disease
l Vol. 14, No. 2 l April-June, 2013.
Promotion. www.cdc.gov. Diakses
Diakses pada tanggal 20 Juli 2015.
pada tanggal 20 Juli 2015.
Annelies, et
all. (2006).
Age-related
Christensen,
Prevention
P.
and
(2009).
Proses
Aplikasi
Model
differences in invasive treatment of
Keperawatan:
peripheral arterial disease. Journal of
Konseptual. Jakarta: EGC.
Psychosomatic Research 61 (2006)
Donnell,
et
all.
Health
(2011).
Optimal
739– 745. Diakses pada tanggal 14
Management of Peripheral Arterial
Juli 2015.
Disease for the Non-Specialist. The
ASH. (2014). Smoking and peripheral
Ulster
Medical
arterial disease (PAD). ASH Research
www.ums.ac.uk.
Report. Diakses pada tanggal 14 Juli
tanggal 17 Juli 2015.
2015.
pada
Dahlan Sopiyudin (2010). Besar Sampel
Beckman et all. (2012). Diabetes Mellitus, the
Diakses
Journal.
Metabolic
Syndrome,
dan
Cara
Pengambilan
Sampel
and
Dalam Penelitian Kedokteran dan
Atherosclerotic Vascular Disease. In:
Kesehatan Edisi 3 Seri Evidence 521
Based Medicine 2. Jakarta. Salemba
Permanente.http://www.measureuppr
medika
essuredown.com/HCProf/Webinars/0
Depkes.
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas) (2013). Data Statistik Penderita Diabetes Melitus
32113.pdf Ernawati.
di
(2013).
Keperawatan
Penatalaksanaan Diabetes
Melitus
Indonesia. Jakarta. Diakses pada
Terpadu Dengan Penerapan Teori
tanggal 22 Oktober 2014.
Keperawatan Self Care Orem. Mitra
Dachun Xu. Jue Li. Liling Zou et all.
Wacana Media. Jakarta.
(2010). Sensitivity And Specificity
Egogrova N, Ageliki GV, Jacquelyn Q,
Of The Ankle–Brachial Index To
Stephanie G, Alan M, Michael M, et
Diagnose Peripheral Artery Disease:
al. (2010). Analysis of gender-related
A
Review.
differences
Diakses
peripheral arterial disease. J Vasc
Structured
http://vmj.sagepub.com.
pada tanggal 10 Januari 2015.
Melitus
Mencapai
21,3
Di
Indonesia
Juta
lower
Surg. Diakses pada
Depkes. (2009). Tahun 2030 Prevalensi Diabetes
in
extremity
tanggal 22
Desember 2014. Galvani. (2014). Pengaruh Foot Massage
Orang.
dengan
Rendam
Air
Hangat
Http://www.depkes.go.id/article/print
Terhadap Nilai ABI pada Pasien DM
/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-
Tipe 2 di Puskesmas Kota Medan.
melitus-di-indonesia-mencapai-213-
Tesis. Program Studi Magister Ilmu
juta-orang.html. Diakses pada tanggal
Keperawatan. STIK Sint Carolus.
22 Oktober 2014.
Jakarta.
Dinkes Kepri. (2013). Data penderita Diabetes
di
Kepulauan
Harefa. (2011). Pengaruh Senam Kaki
Riau.
Terhadap Sirkulasi Darah Kaki Pada
Tanjungpinang.
Pasien Diabetes Melitus Di Ruang
Darmilis, et all. (2013). Efektifitas Terapi Acupressure
Pada
telapak
Penyakit Dalam Rsu Dr. Pirngadi
Kaki
Medan Tahun 2011. Tesis. Program
Terhadap Sensitivitas Kaki Pada
Studi Magister Ilmu Keperawatan.
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
USU Medan.
RSUD Pekanbaru. Emil Thattassery . (2013). Hypertension
Hiatt
WR.
(2012).
Atherosclerotic
Guidelines and Adherence. Division
peripheral arterial disease. Crager
of Cardiology Chief of Medical
MA and Joseph L. Vascular disease
Specialties, Baltimore Mid-Atlantic
of 522
the Extrimities. In: editors.
Harrison’s principles of internal
to nephrology clinic. Original Article.
medicine, vol.2. 18th ed. New York:
Division of Nephrology, Department
mcgraw-Hill Companies.
of Medicine, King Saud University Riyadh, Saudi Arabia
Harvard Women’s Health Watch. (2012). Peripheral
artery
disease.
Juliani. (2010). Pengaruh Senam Kaki
www.health.harvard.edu/womenextr
Terhadap
Peningkatan
a. Diakses pada tanggal 20 Juli 2015.
darah Kaki pada Pasien Diabetes
Hamburg M Naomi, Gary J Balady. (2011).
Melitus Di RSUP Haji Adam Malik
Exercise Rehabilitation in Peripheral
Medan.
Artery Disease Functional Impact and
Magister Ilmu Keperawatan. USU
Mechanisms of Benefits. Department
Medan.
of Medicine, Boston. Circulation
Tesis.
Sirkulasi
Program
Studi
Jin Ke, et all (2009). Acupressure Therapy
http://circ.ahajournals.org.
Inhibits the Development of Diabetic
Diakses pada tanggal 22 Desember
Complications in Chinese Patients
2014.
with Type 2 Diabetes. The Journal of
AHA.
Alternative
IWGDF (International Working Group on
and
Complementary
The Diabetic Foot).(2014). Diagnosis
Medicine. Volume: 15 Issue 9:
and
of
PAD.
September 16, 2009. Department of
Diakses
pada
Pathophysiology, Wenzhou Medical
treatment
http://iwgdf.org.
College, Zhejiang, China
tanggal 22 Oktober 2014.
JOWNC (Journal Wound Ostomy and IDF.
(2014).
Atlas
Continence Nurses Society). (2012).
Diabetes.
http://www.idf.org.atlasdiabetes.
Ankle
Brachial
Index
Diakses pada tanggal 22 Oktober
Reference Guide For Clinicians.
2014.
http://jownc.org.
Diakses
Quick
pada
tanggal 31 Oktober 2014.
Ishida Akio et all. (2012). Age- and sexrelated effects on ankle–brachial
Ke Ji et all. (2009). Acupressure Therapy
index in a screened cohort of
Inhibits the Development of Diabetic
Japanese: the Okinawa Peripheral
Complications in Chinese Patients
Arterial Disease Study (OPADS).
with Type 2 Diabetes. Journal of
Diakses pada tanggal 20 Juli 2015.
Alternative
complications
Complementary
Medicine.
Jamal et all (2009). Microvascular and macrovascular
and
http://online.liebertpub.com/doi/abs/
in
diabetic nephropathy patients referred 523
10.1089/acm. Diakses pada tanggal
Polit & Beck. (2012). Nursing Research:
20 Juli 2015 Lisa
Smith.
(2012).
Principles Identifying
and
Cardiovascular
disease
Method.
Ed
9.
Philadelphia: LipponcottWilliams &
managing peripheral arterial disease Nursing Practice. Research review.
and
Wilkins PB PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis
Nursing
Penyakit Dalam Indonesia). (2013).
Times 23.10.12 / Vol 108 No 43 /
Mengenal
Diabetes
Melitus.
www.nursingtimes.net
http://www.pbpapdi.org.
Diakses
Moosa et all (2013). Peripheral arterial disease in diabetic Jordanian patients
pada tanggal 26 Oktober 2014 Perkeni
(Perkumpulan
Endokrinologi
and the agreement between ankle
Indonesia).
(2011).
Konsensus
brachial index and toe brachial index.
Pengelolaan
dan
Pencegahan
The British Journal of Diabetes &
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia
Vascular Disease. 13(1) 37–42
Tahun
Menkes RI. (2007). Acupressure sebagai
http.www.perkeni.net.Diakses
terapi komplementer yang secara legal tercantum dalam permenkes RI
Paul D Loprinzi & Kalen Abbott. (2014). Association Of Diabetic Peripheral
NHLBI. (2004). The Seventh Report of the National
pada
tanggal 22 Oktober 2014.
nomer 1109/Menkes/Per/2007.
Joint
2011.
Committee
Arterial Disease
on
Measured
And
Physical
ObjectiveActivity:
Prevention, Detection, Evaluation,
NHANES 2003-2004. Journal of
and
Diabetes & Metabolic Disorders.
Treatment
Pressure.
of
National
High
Blood
Institutes
of
http://www.jdmdonline.com/conten
Health National Heart, Lung, and
t/13/1/63. Diakses pada tanggal 19
Blood
Januari 2015.
Institute.
http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/g
Susilo
&
Aima
Havidz.
(2014).
uidelines/jnc7full.pdf. Diakses pada
Biostatistika Lanjut dan Aplikasi
tanggal 22 Oktober 2014.
Riset. Jakarta: TIM.
Priyatno (2012). Pengaruh Senam Kaki Terhadap
Sensitivitas
dan
Perifer Pada Populasi Penyakit DM
Kadar Gula Darah Pada Aggregat
di Puskesmas Kota Medan. Tesis.
Lansia DM di Magelang. Tesis.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Program
Fakultas Kedokteran USU Medan.
Studi
Kaki
Sihombing (2010). Prevalensi Penyakit
Magister
Ilmu
Keperawatan. UI Depok. 524
Sheung Yap (2014). Relationship Between Peripheral
Artery
Disease
Sukanta Putu Oka. (2008). Pijat Akupresur
And
Combined Albuminuria And Low
untuk Kesehatan. Jakarta: EGC Suzuki,
et
all.
(2010).
Estimated Glomerular Filtration Rate
Acupressure
on
Among Elderly Patients With Type 2
Ischemia.
Original
Diabetes Mellitus. Original Article.
Department
Diabetes
Saitama
&
Vascular
Disease
Research 2014, Vol 11(1) 41–47.
of
Effects
Lower
Limb Article.
Plastic
Medical
of
Surgery,
University
of
Yamanashi. Jepang.
Svartholm. (2010). Self care activities of
Susilo Putro. (2014). Panduan Gabungan
patients with Diabetes Mellitus Type
Akupressure dan Reflexiologi Upaya
2 in Ho Chi Minh City. Thesis, 15
Penyembuhan
ECTS credits. Department of Public
Katolik. Kalangan Sendiri. Jakarta
Health and Caring sciences. Section
(2013).
Wanita
Sukanta Putu Oka. (2008). Terapi pijat
of Caring Sciences. Soegondo.
Alternatif.
tangan. Jakarta: Penebar Plus. Penatalaksanaan
Tomey, A.M & Alligood, M.R. (2010).
Diabetes Melitus Terpadu Ed.2,
Nursing Theorists and Their Work.
panduan
Six Edition. St.Louis, Mosby.
penataksanaan
diabetes
melitus bagi dokter dan edukator. CV
Tzu
Chi
Nursing Journal. (2007).
Aksara Buana bekerja sama dengan
Applying Orem’s Theory to the
Lipid
Care of a Diabetes Patient with a
RSCM-FKUI,
Departemen
Kesehatan RI FKUI.
Foot Ulcer. YongKang Veterans
Sheung Yap, et all. (2014). Relationship
Hospita. Supervisor of Nurse
between peripheral artery disease and
Department,
combined
Veterans
albuminuria
and
low
YongKang Hospital.
estimated glomerular filtration rate
http://www.nurseyongkang.org.
among elderly patients with type 2
Diakses pada tanggal 16 Januari
diabetes mellitus. Original Article
2015.
Diabetes
&
Vascular
Disease
Vavra
AK
and
Melina
RK. (2009).
Research. Diakses pada tanggal 24
Women
Juli 2015.
disease. Women’s Health.
Sastroasmoro Sudigdo &Ismael (2010).
and
peripheral Arterial
Villablanca AC, Muthuvel J, Carole B.
Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
(2010). Atherosclerosis and
Klinis Edisi Ke-3. Jakarta. Sagung
hormone: current concept. Clinical
seto
Science. 525
sex
Wuang Li, Du Fan, Mao Hong, Wang HongXiang
And
Zhao
Shi.
hypertension among han chinese.
(2011).
Journal Vas Surg.
Prevalence and related risk factors of peripheral arterial disease in elderly
1
Linda Widiastuti, S.Kep, Ns, M.Kep :
patients with type 2 diabetes in
Dosen
Wuhan,
Tanjungpinang.
Central
China.
Chinese
Medical Journal. Wang JC and Martin B. (2012). Aging and atherosclerosis: functional
mechanism,
consenquences
and
potential therapeutics for cellular senescene. Circulation Research. Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses pada tanggal 13 November 2014 dari http://senamkaki.com. Xiangfeng Li, et all. (2007). Effects of acupressure on lower limb blood flow for the treatment of peripheal arterial occlusive
diseases.
Division
of
vascular surgery, departement of surgery, Tokyo Japan. Yu Ji Hee, et all. (2011). The Prevalence of Peripheal Arterial Diseas Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in Korean. Articlen Diabetes Metab Journal. http://dx.doi.org/10.4093/dmj.2011.3 5.5.543. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2014. Yang, XM, Sun K, Wei LZ, Zhang W, Hai YW, Rui TH. (2007). Prevalence and risk factors for peripheral arterial disease
in
the
patients
with
526
STIKES
Hang
Tuah
INTERVENSI KOMBINASI POSITIONAL RELEASE TECHNIQUE DAN PENERAPAN MICROWAVE DIATHERMY SAMA DENGAN MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE DAN PENERAPAN MICROWAVES DIATHERMY DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT PADA KASUS MYOFASCIAL SYNDROME GASTROCNEMIUS DI RSUD JENDRAL AHMAD YANI Yudistira E 1
ABSTRAK Latar belakang: Aktifitas dengan intensitas tinggi seperti lari dapat menimbulkan cidera pada jaringan, baik itu cidera berat dan cidera ringan, cidera ringan pada ekstremitas bawah sering di jumpai nyeri pada daerah betis hal tersebut berindikasi patologi myofascial syndrome M. Gastrocnemius, penanganan yang dapat dilakukan oleh fisioterapi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara memberikan Positional release technique, Myofascial release technique dan Microwave diathermy. Tujuan : 1) Untuk mengetahui intervensi Positional release technique dan penerapan Microwave diathermy dapat meningkatkan fleksibilitas otot pada Myofascial syndrome Gastrocnemius. 2) Untuk mengetahui intervensi Myofacial release technique dan penerapan Microwave diathermy dapat meningkatkan fleksibilitas otot pada Myofascial syndrome Gastrocnemius. 3) Untuk mengetahui Intervensi Positional release technique dan penerapan Microwave diathermy lebih baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot daripada Myofascial release technique dan penerapan Microwave diathermy kasus myofascial syndrome gastrocnemius.Metode : Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Pre dan Post Test Control group Design. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien fisioterapi di RS U Ahmad Yani, Kondisi sampel diambil berdasarkan dengan prosedur assesment serta kriteria insklusif dan ekslusif. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. Teknik pengelompokan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Kelompok perlakuan 1 berjumlah 14 orang dengan pemberian positional release technique dan microwave diathermy. Kelompok perlakuan 2 berjumlah 14 orang dengan myofascial release technique dan microwave diathermy.Hasil : Pada kelompok perlakuan I menggunakan uji wilcoxon rank test hasil nilai P adalah 0,016 dimana P< α (0,05) ho ditolak sehinga positional release techique dan microwave diathermy dapat meningkatkan fleksibilitas otot. Uji T Test Related pada kelompok perlakuan II menggunakan uji t-test related hasil nilai P adalah 0,001 dimana P< α (0,05) ho ditolak sehingga myofascial release technique dan microwave diathrmy dapat meningkatkan fleksibiltas otot. Pada uji Mann whintey U test hasil P adalah 0,31 dimana P > α (0,05) ho dierima, Dapat disimpulkan bahwa Intervensi kombinasi Positional release technique dan penerapan Microwave Diathermy sama dengan Myofascial release technique dan penerapan Microwave Diathermy dalam meningkatkan fleksibilitas otot Kata kunci
: positional release technique, myofascial release technique, microwave diathermy
527
Pendahuluan
teknologi yang sangat pesat dan hal ini
Myofascial syndrome merupakan salah
membuat para remaja putri dapat dengan
satu gangguan otot yang kerap terjadi,
mudah
kondisi ini menimbulkan nyeri pada titik-
mendapatkan sesuatu sehingga hal ini
titik
tersebut
membuat gaya hidup para remaja putri
menimbulkan
menjadi cenderung malas. Pandean (2013)
keterbatasan fungsi gerak, penurunan
menyatakan batasan usia remaja akhir
aktifitas
menurut Depkes RI (2009)adalah 17-25
otot
terlokalisasi,
tertentu,
nyeri
terkadang
fungsional,
seringkali
nyeri
mengakibatkan gangguan suasana hati
dan
cepat
apabila
ingin
tahun.
(mood) akibat rasa nyeri di bagian tersebut.
Sindroma myofasial memiliki prevalensi
Rasa sakit otot lokal, otot yang mengalami
tinggi di antara pasien umum penduduk,
rasa
berkepanjangan
mulai dari 30% di klinik kedokteran
memungkinkan untuk menghasilkan titik
internal untuk lebih 83% di klinik khusus
pemicu
manajemen nyeri di Amerika Serikat.
sakit
dan
yang
kemudian
menghasilkan
tanda-tanda klinis pada nyeri myofascial. Sindroma myofasial didiagnosis dengan
Nyeri
muskuloskeletal
penyebab
merupakan
meningkatnya
kecacatan,
adanya nyeri pada sekumpulan grup otot
mempengaruhi sekitar 10% dari populasi
atau adanya trigger point (titik nyeri) yang
umum di AS (Stein, et al, 2002)
memprovokasi nyeri tersebut. Seperti teori
Pada otot gastrocnemius sering
yang di kemukakan oleh Whyte Ferguson
terjadi
myofascial pain dihasilkan oleh memicu
kelemahan dari otot tersebut, postur tubuh
titik sensitif, terdapat tautband di otot atau
yang tidak baik biasanya karena pemakaian
fasia yang biasanya menyebabkan nyeri,
sepatu yang ber-hak tinggi, alignment
nyeri tekan, gerak terbatas, dan seringkali
tubuh yang tidak simetris, kerja otot yang
bereaksi seketika ketika dilakukan palpasi
lama
(Ferguson, 2012). Gejala tambahan yang
bersepeda, faktor stress, pengulangan
digunakan untuk mendiagnosa Sindroma
gerak yang berlebihan dan terus menerus
myofasial termasuk gangguan lingkup
(repetitive motions) dan gangguan pada
gerak, kelemahan otot dan gangguan tidur.
sendi, dengan contoh, ketika berjalan
Tidak hanya pada lansia, penurunan
memerlukan kinerja dan koordinasi pada
aktivitas fisik juga terjadi pada remaja
otot otot tungkai bawah, seperti hamstring,
khususnya pada wanita. Selain terkait
quadriceps, soelus dan gastrocnemius.
dengan usia, penurunan aktivitas fisik juga bisa
disebabkan
karena
kemajuan
sindroma
seperti
Tidak
myofasial
berjalan
seperti
berdiri
quadricep
akibat
lama
dan
hamstring sebagai motor penggerak besar 528
pada saat berjalan dan lari, otot soleus dan
posisi dimana pasien merasakan posisi
gastrocnemius lebih ke arah stabilitas
yang paling nyaman sehingga nyeri terasa
ketika berjalan dan berlari, karena kerja
paling minimal kemudian pada tautband
gastrocnemius
ankle,
berikan tekanan (compression) dengan ibu
dimana
jari dengan intensitas sedang kemudian
stabilitas
sebagai
ankle
dan
flexor knee,
gastrocnemius harus menjaga kestabilan
lakukan rilis.
gerak pada knee dengan otot antagonis dari
Positional
release
technique
ke empat otot quadriceps, dan kestabilan
merupakan tindakan yang berlandaskan
ankle dengan otot-otot antagonis ekstensor
mekanisme dari muscle spindle yaitu
ankle dan tibialis anterior.
kaitannya dengan mekanisme reflek dari
Penanganan
yang umum
diberikan
otot, dengan tujuan membantu normalkan
dalam masalah sindroma myofasial adalah
reflek spindle dan mengurangi ketegangan
melepaskan adhesi, management nyeri,
otot. Tehnik ini bekerja untuk mengurangi
meningkatkan ROM dengan peningkatan
hiperaktifitas dari reflek myotatik dan
fleksibilitas otot yang terkena, menambah
mengurangi impuls saraf aferen berlebih
kekuatan dan endurance otot.
yang mengakibatkan rasa nyeri sehingga
Fisioterapi dapat memberikan berbagai
mengurangi
macam intervensi untuk mengembalikan
ketegangan lokal, meningkatkan lingkup
fungsional dari otot gastrocnemius, manual
gerak, membantu menormalkansirkulasi
terapi
berupa macam-macam release
darah melancarkan saluran limfa, dan
technique dapat di berikan pada kasus
meningkatkan potensi biomekanik yang
myofascial syndrome, seperti positional
normal. (Kumaresan, 2012)
release technique dan myofascial release
nyeri,
Myofacial
pengurangan
release
technique
technique merupakan tehnik merilis atau
mengacu pada teknik massage berfungsi
melepaskan perlekatan yang ada di kasus
untuk peregangan fasia dan melepaskan
sindroma myofasial, kemudian di tambah
ikatan antara fasia dan integumen, otot,
dengan
tulang,
modalitas
fisioterapi
yaitu
Microwave Diathermy. Positional release technique adalah
dengan
tujuan
untuk
menghilangkan nyeri, meningkatkan ROM dan keseimbangan tubuh (Shah,2012).
teknik untuk meredakan ketegangan otot
Tujuan dari myofascial release
dan menangani rasa nyeri gerak. Pierce
adalah untuk melepaskan perlengketan
meyatakan bahwa PRT didasarkan pada
dalam lapisan dalam dari fasia. Hal ini
prinsip "positional release" di mana
dihasilkan
fisioterapi menggerakan otot dan sendi ke
(streching) komponen otot fasia yang 529
dengan
cara
meregangan
terjadi abnormal crosslink, dan mengubah
ekstensibilitas jaringan kolagen, maka hal
viskositas
ini dapat membantu sebelum melakukan
unsur
fasia.Hasil
yang
diharapkan dari tehnik ini secara langsung dapat
menurunkan
meningkatkan
kinerja,
keluhan
latihan atau treathment.
nyeri,
meningkatkan
Metode Penelitian
fleksibilitas dan lingkup gerak sendi, memperbaiki postur tubuh yang salah. Microwave
yang
Eksperimental.
digunakan
Dalam
yaitu
penelitian
ini
(MWD)
menggunakan pendekatan Pre dan Post
adalah bentuk radiasi elektromagnetik,
Test Control group Design. Pada penelitian
terletak
gelombang
ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
pendek dan gelombang infra merah dalam
kelompok 1 (positional release technique
spektrum elektromagnetik, pada dunia
dan microwave diathermy) dan kelompok
ilmiah dan medic frekuensi yang di pakai
2 (myofascial release technique dan
dan di setujui berada di kisaran 915 sampai
microwave diathermy).
antara
Diathermy
Rancangan
spektrum
2,456 MHz, dengan gelombang panjang dari 12 sampai 33 cm. (Delisa, 2005)
Penelitian dilakukan selama 2 minggu. Setiap
minggu
diberikan
treatment
Efek yang terjadi adalah kenaikan
sebanyak 3 kali. Peningkatan fleksibilitas
temperatur, yaitu berpengaruh terhadap
ankle diukur dengan menggunakan ankle
jaringan yang bersifat isolator, konduktor,
dorsoflexion test pada saat sebelum
dan jaringan elektrolit. Pada jaringan yang
penelitian
bersifat isolator panas dapat timbul akibat
penelitian.
discplacment current karena dipengaruhi
dimulai
dan
pada
akhir
Pengukuran denyut nadi dilakukan
oleh electron yang kuat, sedangkan pada
setiap
kali
pertemuan,
sebelum
dan
jaringan yang bersifat konduktor panas
sesudah latihan diberikan. Nilai denyut
terjadi akibat rotasi dipole karena ion-ion
nadi yang dijadikan acuan pertama adalah
bersifat lebih mobile
denyut nadi setelah latihan pertemuan
Pada jaringan ikat terjadi perbaikan
pertama yang kemudian dibandingkan
sirkulasi pada jaringa tersebut, dimana
dengan nilai denyut nadi setelah latihan
terjadi peningkatan kadar air dan GAG
pada pertemuan terakhir penelitian.
pada matriks sehingga viskositas matriks
Teknik
jaringan menurun dan mobilitas kolagen
digunakan
meningkat yang akan meningkatkan daya
menggunakan
regang jaringan. Karena sifat panas yang
terdiri dar pasien fisioterapi yang berada di
dihasilkan
RSU Ahmad Yani Kota Metro, Lampung
dapat
meningkatkan
530
pengambilan pada rumus
sampel
yang
penelitian
ini
Slovin.
Sample
dan berdasarkan penghitungan didapatkan
d. Subyek menderita luka bakar
jumlah sampel penelitian adalah 14 orang.
dan luka terbuka.
Sampel penelitian dilakukan seleksi dengan
menggunakan
fisioterapi
berdasarkan patologi
terdiagnosa
dan
e. Subyek
assessment
ditambah
dengan
nyeri
yang
disebabkan karena myofascial
yang
syndrome
beberapa
gastrocnemius,
namun disertai penyakit lain.
kriteria. Adapun kriteria sampel penelitian yang akan diambil oleh peneliti adalah
Hasil dan Pembahasan
sebagai berikut:
1.
Deskripsi data Dari hasil pelatihan pada kelompok 1
1. Kriteria Inklusif Kriteria
dan kelompok 2, peneliti memberikan
penerimaan
dalam
deskripsi
atau
gambaran
sampel
pengambilan sample adalah
mengenai karakteristik sampel dalam
a. Pria dan wanita yang mengalami
kelompok tersebut. Deskripsi sampel
gangguan
nyeri
pada
dibuat
gastrocnemius b. Pasien
yang
bentuk
distribusi
frekuensi dan juga gambaran berupa berusia
20-30
grafik. Adapun karakteristik sampel
tahun.
yang dideskripsikan antara lain :
c. Subyek positif menderita nyeri akibat
dalam
myofascial
a. Karakteristik
syndrome
berdasarkan jenis
kelamin
gastrocnemius yang telah dipilih
Tabel 1
berdasarkan prosedur assesment
Karakteristik Berdasarkan jenis kelamin
fisioterapi yang telah ditetapkan. d. Subjek bersedia bekerjasama dan mengikuti program terapi sebanyak 6 kali
2. Kriteria
Penolakan
(exclusive
criteria) a. Subyek dengan fraktur pada lower extremity. b. Subyek penderita athroscopy lutut.
Berdasarkan karakteristik
sampel
data
tabel
menurut
1 jenis
kelamin. Pada kelompok perlakuan I sampel laki-laki berjumlah 3 (48%) dan sampel perempuan berjumlah 4 orang
c. Subyek dengan kanker kulit. 531
(52%) dengan jumlah keseluruhan sampel 7 orang (100%) sedangkan Pada kelompok perlakuan II sampel laki-laki sampel lakilaki berjumlah 3 (48%) dan sampel perempuan berjumlah 4 orang (52%)
Grafik 2
dengan jumlah keseluruhan sampel 7 orang
Karakteristik Berdasarkan Usia
Karakteristik Berdasarkan Indeks masa tubuh
(100%).
Tabel 3 Karakteristik berdasarkan indeks masa tubuh
Grafik 1 Karakteristik Berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan tabel 3 Karekteristik
b. Karakteristik berdasarkan usia Tabel 2
sampel
berdasarkan
indeks
masa
tubuh
Karakteristik usia
menunjukan bahwa indeks normal menempati perolehan paling banyak dengan 6 orang sampel (85 %) pada perlakuan I dan 4 orang sampel (60 %) pada perlakuan II.
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sampel pada kelompok perlakuan I Grafik 3
terdiri 5 sampel berusia 21-25 tahun (71%) dan
Karakteristik berdasarkan indeks masa tubuh
2 sample yang berusia 26-30 tahun (29%). Sedangkan pada kelompok perlakuan II terdiri
c.
dari 6 sample berusia antara 16-20 Tahun
Karakteristik
sampel
kesukaan olahraga
(85%), 1 sampel berusia 21-25 (15%).
532
berdasarkan
Tabel 4
Tabel 6
Karakteristik berdasarkan jenis olahraga
Kelompok Perlakuan II
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat kelompok perlakuan II dengan jumlah sampel 7 orang, mean nilai fleksibilitas otot gastrocnemius sebelum intervensi adalah 7.14 dengan standar Grafik 4
deviasi 0.690 dan mean nilai fleksibilitas
Karakteristik berdasarkan jenis olah raga
otot gastrocnemius sesudah intervensi adalah 11.14 dengan standar deviasi 0.900. 2.
Hasil pengukuran perlakuan a. Kelompok Perlakuan I dan II
b.
Selisih kedua perlakuan
Tabel 5 Kelompok Perlakuan I
Grafik 5
Berdasarkan tabel di atas dapat
Perbandingan perlakuan I dan II
dilihat kelompok perlakuan I dengan jumlah sampel 7 orang, mean nilai
Peningkatan nilai fleksibilitas otot
fleksibilitas otot gastrocnemius sebelum intervensi adalah 6.43 dengan standar
gastrocnemius
deviasi 0.535 dan mean nilai fleksibilitas
menunjukan perubahan yang signifikan.
otot gastrocnemius sesudah intervensi
Pada tabel 4.5 dan 4.8 kelompok perlakuan
adalah 10.14 dengan standar deviasi 0.690.
I menghitung selisih rata-rata pada awal 533
pada
kedua
perlakuan
pengukuran hingga pada akhir pengukuran
sebelum kelompok perlakuan I nilai
memiliki angka 3.71 dengan standar
p<0,05) maka hasil dari sebelum kelompok
deviasi 0.758. Sedangkan pada kelompok
perlakuan I terdistribusi tidak normal.
perlakuan II memiliki selisih rata-rata
Sedangkan
pengukuran sebelum dan setelah yaitu 4.14
kelompok perlakuan II didapatkan nilai
dengan standar deviasi 0.690. dilihat dari
p>0,05 yang berarti terdistribusi normal.
rata-rata
kelopok
perlakuan
I
pada
sebelum
intervensi
dan
perlakuan II tidak ada perbedaan signifikan
b. Uji Homogenitas
antara keduanya.
Untuk
mengetahui
homogenitas sample antara kelompok 3.
Uji Persyaratan analisis
perlakuan I dan kelompok perlakuan II, maka peneliti menggunakan Levene’s
a. Uji Normalitas Uji
normalitas
digunakan
test. Berikut hasil perhitungan uji
sebagai awal perhitungan untuk
homogenitas dengan menggunakan
mengetahui sampel terdistribusi
Levene’s test dari data peningkatan
normal,
nilai fleksibilitas kelompok perlakuan I
uji
ini
normalitas
pada
penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dikatakan
test.
normal
dan II. Tabel 8
Dimana jika
Uji homogenitas
data
didapatkan nilai p>nilai α = 0,05, sedangkan Ho ditolak bila nilai p< nilai α = 0,05.
Berdasarkan hasil perhitungan uji Tabel 7
Uji normalitas
homogenitas
dengan
menggunakan
Levene’s test dari data peningkatan nilai fleksibilitas kelompok perlakuan I dan II di peroleh nilai p=0.803, dimana p>0,05 dapat di simpulkan bahwa kedua data tersebut homogen. Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan dengan menggunakan perangkat
4. Uji Hipotesis
lunak komputer SPSS versi 16.0, pada
a. Uji Hipotesis I
sebelum intervensi kelompok perlakuan I
Pada
dengan nilai p=0.001 dan sebelum latihan
kelompok
perlakuan
I
menggunakan wilcoxon rank test,
kelompok perlakuan II p=0.099. Maka 534
Tabel 9
untuk menguji signifikansi dua sampel
Uji hipotesis II
yang saling berpasangan (related) kriteria penerimaan yang ditetapkan adalah Ho diterima bila nilai p > nilai α (0,05).
Rata-rata pada nilai fleksibilitas Tabel 8
sebelum
Uji
diberikan
intervensi
pada
kelompok perlakuan I adalah 7.14 dengan standar deviasi 0.690, sedangakan setelah di
lakukan
intervensi
rata-rata
nilai
stabilitas berubah menjadi 11.14 dengan Hipotesis I
standar deviasi 0.900, dengan rata-rata selisih adalah 4.14 standar deviasi 0.690. Rata-rata pada nilai fleksibilitas otot
sebelum
diberikan
intervensi
adalah 6.43 dengan standar deviasi 0.535, sedangakan setelah di lakukan intervensi rata-rata nilai fleksibilitas berubah menjadi 10.14 dengan standar
Berdasarkan hasil t-test Related. adalah p=0.001 dimana p<0.05, hal ini berarti Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa Myofascial
release
Microwave
technique
Diathermy
dan dapat
meningkatkan fleksibiltas otot.
deviasi 0.690, dengan rata-rata selisih adalah 3.71 standar deviasi 0.758.
c. Uji Hipotesis III
Berdasarkan hasil wilcoxon rank test
Untuk
adalah p=0.016 dimana p<0.05, hal ini
menguji
signifikan
komparatif dua sampel yang tidak
berarti Ho ditolak, sehingga dapat
berpasangan pada kelompok perlakuan
disimpulkan bahwa Positional release
I dan kelompok perlakuan II dengan
technique dan Microwave Diathermy
mann whitney test. Dengan penguji
dapat meningkatkan fleksibiltas otot.
hipotesa Ho diterima bila nilai p>nilai α=0,05, sedangkan Ho ditolak bila p<
b. Uji Hipotesis II
nilai α=0,05.
Pada kelompok perlakuan II
Tabel 10
menggunakan t test related, untuk
Uji hipotesis III
menguji signifikansi dua sampel yang saling berpasangan (related) kriteria penerimaan yang ditetapkan adalah Ho diterima bila nilai p > nilai α (0,05). 535
Kelompok perlakuan II rata-rata 4.14 dengan stándar deviasi 0.690. Setelah
patologi
myofascial
gastrocnemius, hal ini di perkuat dalam man
teori fleksibilitas bahwa pada perempuan
whitney u test, maka hasil yang didapat
fleksibilitas otot lebih buruk di bandingkan
adalah p=0.318 dimana p>0,05, dengan
laki-laki sehingga rentan bermasalah pada
demikian ho diterima dan ha ditolak yang
otot.
berarti
diuji
ditemukan
dengan
Intervensi kombinasi Positional
release
technique
dan
penerapan
Kemudian pada disribusi sampel menurut
usia,
ditemukan
kondisi
Microwave Diathermy tidak lebih baik
myofascial terdapat antara usia 21-25
dalam meningkatkan fleksibilitas otot
tahun lebih banyak daripada usia 26-30, hal
daripada Myofascial release technique dan
ini di karenakan usia 21-25 tahun memiiki
penerapan Microwave Diathermy kasus
jumlah
Myofascial Syndrome Gastrocnemius
distribusi sampel menurut indeks masa
Dilihat perbedaan selisih rata-rata yang signifikan antara perlakuan I adalah 3.71
aktivitas
tubuh
yang
hasil
tinggi.
menyatakan
Pada
tidak
mempengaruhi kondisi patologi ini.
dengan stándar deviasi 0,758 dan
Hasil
yang telah didapatkan
perlakuan II adalah 4.14 dengan stándar
peneliti dalam penelitian ini adalah tidak
deviasi
ada
0.690,
membuktikan
bahwa
perbedaan
signifikan
Intervensi kombinasi Positional release
peningkatan
technique
gastrocnemius pada kelompok perlakuan I
dan
penerapan
Diathermy
sama
Myofascial
release
Microwave
baiknya technique
dengan dan
yang
nilai
antara
diberikan
Release
fleksibilitas
Intervensi
Technique
dan
otot
Positional penerapan
penerapan Microwave Diathermy dalam
Microwave Diathermy dan kelompok
meningkatkan fleksibilitas otot.
perlakuan II yang diberikan intervensi
Berdasarkan hasil penelitian yang
Myofascial
Release
Technique
dan
telah dilakukan pada 14 orang sampel yang
penerapan Microwave Diathermy. Dimana
terbagi kedalam dua kelompok yaitu
telah didapatkan hasil bahwa kelompok
kelompok perlakuan I dan kelompok
perlakuan I tidak lebih baik daripada
perlakuan
kelompok
II
dengan
masing-masing
perlakuan
berjumlah 7 orang sampel. Distribusi
peningkatan
sampel yang di dapatkan pada populasi
gastrocnemius.
II
fleksibilitas
terhadap otot
pasien yang berada pada RSUD. Jend.
Hal ini terjadi karena keduanya
Ahmad Yani diperoleh perbandingan jenis
merupakan intervensi release namun hanya
kelamin
teori dasar penerapan yang berbeda,
perempuan
lebih
banyak
536
release yang di berikan pada daerah
modalitas microwave diathermy, pada
tautband memiliki efek yang hampir sama
perlakuan II yang menggunakan MRT
karena sebelumnya pada kedua perlakuan
bahwa
di
peningkatan
berikan
penerapan
microwave
memiliki
selisih
rata-rata
fleksibilitas
otot
diathermy yang merupakan modalitas
gastrocnemius sedikit lebih tinggi karena
dengan efek dapat meningkatkan panas
efek streching yang di berikan pada kondisi
pada jaringan tubuh.
otot
yan
rileks
dengan
ketegangan
Kondisi tersebut meningkatkan
berkurang akibat MWD sedangkan pada
aliran darah di sekitar jaringan yang
perlakuan I tidak ada sama sekali streching.
terpapar oleh gelombangnya. Terjadinya perubahan panas yang sifatnya lokal
Kesimpulan
jaringan, yang meningkatkan metabolisme
Berdasarkan hasil penelitian dan
jaringan lokal, meningkatkan vasomotion
pembahasan maka kesimpulan yang dapat
sehingga timbul homeostatik lokal yang
diambil
akhirnya menimbulkan vasodilatasi.
Positional
Perubahan panas secara general
adalah
penerapan
intervensi
Release
kombinasi
Technique
Microwave
dan
Diathermy
yang menaikkan temperatur pada daerah
meningkatkan fleksibilitas otot
lokal. Untuk meningkatkan elastisitas
Myofacial
jaringan ikat karena terjadi perbaikan
intervensi kombinasi Myofsacial Release
sirkulasi pada jaringan tersebut. Hal ini
Technique dan penerapan Microwave
menyebabkan daerah patologi dengan
Diathermy meningkatkan fleksibilitas otot
adanya
myofascial
kasus Myofacial syndrome gastrocnemius,
syndrome mengalami vasodilatasi terlebih
intervensi kombinasi Positional Release
dahulu kemudian otot sekitar telah terjadi
Technique dan penerapan Microwave
fase
ketegangan
Diathermy
sama
berkurang, peneliti menganalisis bahwa hal
Myofascial
Release
ini lah yang menyebabkan perbandingan
penerapan Microwave Diathermy dalam
antara teori muscle spindle yang ada pada
meningkatkan fleksibilitas otot pada kasus
positional release technique serta teori
Myofascial syndrome gastrocnemius.
taut
rileksasi
band
pada
sehingga
syndrome
kasus
gastrocnemius,
baiknya
dengan
Technique
dan
release dengan streching pada myofascial release technique seakan akan memiliki
Daftar Pustaka
efek yang sama pada penelitian ini.
A
Kumaresan,
GDeepthi
Vaiyapuri
Di tambah dengan kondisi otot
Anandh . S,Prathap, “Effectiveness
telah rileks dan elastis karena efek
OfPositional Release Therapy In 537
Treatment
Of
International
Trapezitis”, Journal
and Manipulative Therapy, Maney
of
Pharmacutical Sciences and Health
Publishing, America, 2006 Evelyn
Care, Chennai,2012 Bennett,
Robert,
Syndromes Evaluation”,Best
PT
2006
Their
Practice
&
Faiz Omar dan David Moffat, “At a Glande Anatomi”, Erlangga, Jakarta, 2004 Ferguson Whyte, and Robert Garwin, “Clinical Mastery in the treatment
Borg-Stein J, Simons DG, “Focused Review: Myofascial Pain”,
of Myofascial Pain”, Lippincott
The
Williams
American Academy of Physical Medicine
and
Hwang,“Basic
Wilkins,
Gerald J. Tortora, “Principle of anatomy and physiology”, John Wiley &
Bobath
Course”, Universitas Indonusa Esa
Sons, inc, 2006 Joel A. DeLisa. Bruce M, Gans Nicholas E. Wals, “Physical Medicine and
Unggul, Jakarta, 2006 “Ligament
&
Maryland,2004
Rehabilitation,America, 2002
and
Nurses”,
for
and
Clinical
Physiology
and
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Science University,Portland, 2007
Frank,
“Anatomy
“MyofascialPain
Rheumatology,Oregon Health and
C.B
Pearce,
Physiology
Research
Byong-yong
C.
Structure,
Function”,
Rehabilitation:
Principles
and
Practice”, Lippincott Williams &
J
Musculoskel Neuron Interact, 2004
Wilkins,Philadelphia, 2005
David J. Alvarez, Pamela G. Rockwell,
Lewis Mock, “Clinical Mastery in the
“Trigger Points: Diagnosis and
Treatment Myofascial Pain”, 2005
Management”, Am Fam Physician,
Lucy Whyte Ferguson, DC, and Ben Daitz, MD, “Myofascial Pain: A Manual
Michigan, 2002 Dhadwal N. Hangan, Zeman R. Li J,
Medicine Approach to Diagnosis
“Tolerability and Efficacy of LongTerm Lidocaine Trigger Point
and Treatment”, 2012 MCPT, Mellbourne College Professional “Myofascial
Injections in Patients with Chronic
Therapy,
Myofascial Pain”, Departement of
Technique”,
Neuorology, New York, 2013
Australia,2006
Dommerholt
J. Bron C. Fransen J,
Peraturan
“Myofascial Trigger Point: An
Mentri
Release
Mellbourne,
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor8 Tahun 2013
Evidence”, The Journal of Manual 538
Pamela
K. Levangie,Cyntia C. Norkin,
“Joint Structure and Function: A Comprehensive Analysis”, Fifth editon, 2011 Qader, Ari R., MBChB, FICMS, and Shaxawan DPRS,
SAEB, “The
MBChB,
Gastrocnemius
Muscle Flap Used
as Cover for
Exposed Upper Tibia”, 2010 Sthephen
Fallon
MIAPT
and,
MARGARET
WALSH
(BSc.)
MIAPT,
“Positional
Release
Technique;A valid technique for use
by
Physical
Therapy
Practitioners”, IPTAS Conference, 2012 Tudor O., Bompa, “Training for young champion”, 2000
539
ANALISIS HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA DI RUMAH BAHAGIA BINTAN TAHUN 2015 Retno Setiowati1
ABSTRAK Menurut UU Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia yang mengalami penuaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis yang bisa mempengaruhi status kesehatannya. Salah satunya adalah perubahan tekanan darah yang bisa berpengaruh terhadap perfusi jaringan otak maupun organ lain yang bisa mempengaruhi keseimbangan lansia sehingga meningkatkan risiko jatuh. Jatuh pada lansia memiliki dampak yang cukup serius dikarenakan lansia mengalami proses penuaan sehingga kemampuan jaringan untuk menyembuhkan dirinya menurun dibandingkan dengan orang dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tekanan darah dengan risiko jatuh pada lansia di Rumah Bahagia Bintan. peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa teknik pengumpulan data dengan mengukur tekanan darah responden untuk variabel tekanan darah dan menyebarkan kuesioner untuk variabel risiko jatuh. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan 37 orang sebagai responden dari total lansia 42 orang dimana 5 lansia tidak dapat diwawancarai karena keterbatasan kemampuan berkomunikasi dan status mental. Hasil yang didapatkan dari uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov Swirnov nilai asymp. Sig 0.000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tekanan darah dengan risiko jatuh pada lansia di Rumah Bahagia Bintan. Kata kunci
: Tekanan darah, jatuh, lansia
ABSTRACT According to Law of the Republic of Indonesia Number 13 of 1998 on the welfare of the elderly, said the elderly are a person who has attained the age 60 years and older. Elderly who have aging that result in changes both physically and psychologically that could affect their health status. One is a change in blood pressure that can affect the brain tissue perfusion and other organs that could affect the balance of the elderly thus increasing the risk of falls. Falls in the elderly have fairly serious impact because the elderly are aging so that the network's ability to heal itself declined compared with adults. The purpose of this study was to determine the relationship of blood pressure with the risk of falls in the elderly in Rumah Bahagia Bintan. Researchers use data collection tools such as data collection techniques by measuring the blood pressure of respondents to variable blood pressure and distributing questionnaires to a variable risk of falling. In this study, researchers set 37 as the respondents of the total elderly 42 where five elderly can not be interviewed due to the limited ability to communicate and mental status. Results obtained from statistical test by using the Kolmogorov Swirnov asymp value. Sig 0000 is smaller than the value α = 0:05 so that Ho is rejected, it means that there is a relationship between blood pressure with the risk of falls in the elderly in Rumah Bahagia Bintan.
Key words : Blood pressure , falls , elderly
PENDAHULUAN Lansia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan jumlah setiap tahunnya. Fenomena tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah lansia dari tahun ke tahun
dan
perbandingannya
dengan
kelahiran
di
mempengaruhi Population
negara-negara hal
tersebut.
Reference
Bureau
tertentu Menurut (2011),
jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas diperkirakan berjumlah 2,5 kali lipat dari populasi berusia 0-4 tahun pada tahun 2050.
kelompok usia lain. Rendahnya angka 540
Kelompok
usia
di
atas
65
tahun
sebesar 57%, dan di atas 75 tahun sebesar
diperkirakan meningkat dari 601 juta pada
63.8% (Riskesdas, 2013 dalam Pusat Data
tahun 2015 menjadi 714 juta pada tahun
dan Informasi Kementerian Kesehatan,
2020. Pada tahun 2050 jumlah lansia
2014).
diperkirakan mencapai 1.5 milyar jiwa atau
Tekanan darah merupakan tekanan di
16% dari total populasi yang hanya berkisar
dalam pembuluh darah ketika jantung
5% di tahun 1950.
memompakan keseluruh tubuh. Pada lansia
Indonesia
juga
mencatat
adanya
sistem
kardiovaskuler
mengalami
peningkatan jumlah penduduk usia lanjut.
perubahan seperti arteri yang kehilangan
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun
elastisitasnya
2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu
peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah
18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk).
(Tortora & Anagnostakos, 1990 dalam
Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut
Watson, 2003).
usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa
sering terjadi pada lansia terkait dengan
dan
tekanan darah adalah hipertensi sehingga
diperkirakan
pada
tahun
2025,
yang bisa menyebabkan
Salah satu masalah yang
jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa
memperbesar risiko jatuh.
Lebih dari
(Departemen Kesehatan, 2015).
separuh lansia yang pernah jatuh, sebagian
Lansia merupakan kelompok usia yang
besar terjadi di kamar tidur dan kamar
memiliki risiko tinggi untuk mengalami
mandi. Lansia jatuh saat ia berpindah tanpa
masalah
Health
pengawasan. Terdapat hubungan yang
telah
signifikan antara jatuh dan diagnosa medis,
kesehatan.
Organization
(WHO)
mengidentifikasikan kelompok
World
lansia
masyarakat
yang
sebagai
seperti
mudah
kardiovaskuler,
terserang kemunduran fisik dan mental (Watson,
2003).
satu
neurologis, dan
penyakit
masalah saluran
pernafasan (Watson, 2003).
masalah
Setiap tahunnya sekitar 30% lansia yang
kesehatan yang paling sering dialami lansia
tinggal di komunitas mengalami jatuh.
adalah hipertensi. Di Indonesia hipertensi
Insiden jatuh di setiap tahunnya di antara
merupakan salah satu masalah kesehatan
lansia yang tinggal di komunitas meningkat
utama dan penyebab pertama masalah
dari 25% pada usia 70 tahun menjadi 35%
kesehatan pada lansia, diikuti oleh arthritis,
tahun setelah berusia lebih dari 75 tahun
stroke, PPOK (Penyakit Paru Obstruksif
(Commodore, 1995 dalam Stanley & Beare,
Kronis,
Mellitus).
2007). Pengobatan telah didokumentasikan
Prevalensi menurut umur 55-64 tahun
dengan baik sebagai faktor yang turut
sebesar 45, 9%, kelompok usia 65-74 tahun
berperan dalam terjadinya jatuh. Banyak
dan
Salah
penyakit
DM(Diabetes
541
jenis obat-obatan yang dapat memengaruhi
variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
tekanan darah atau dapat menyebabkan rasa
mempengaruhi variabel tersebut sehingga
pusing.
antihipertensi,
tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel
antipsikotik,
dan Wallen, 2008). Dalam rancangan ini
antidepresan atau trisiklik, beberapa beta
peneliti menganalisis hubungan antara
blocker, sedatif dan hipnotik, serta obat
variabel
hipoglikemik dapat menurunkan tekanan
dengan variabel dependen (risiko jatuh)
darah (Stanley & Beare, 2007).
pada
Obat-obatan
vasodilator,
diuretik,
Selain lansia yang tinggal di komunitas,
independen
responden
(tekanan
dalam
waktu
darah)
yang
bersamaan.
lansia yang tinggal di institusi perawatan
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah
lansia seperti Panti Wredha juga berisiko
Bahagia Bintan. Kegiatan penelitian ini
mengalami jatuh. Rumah Bahagia Kawal
dimulai dari pembuatan proposal riset
merupakan institusi perawatan lansia di
sampai seminar hasil, yaitu dari bulan
Kepulauan Riau dengan jumlah lansia
Maret sampai dengan Juli 2015. Populasi
mencapai 43 orang.
Dari wawancara
merupakan keseluruhan objek penelitian
dengan petugas panti didapatkan data
atau objek yang diteliti (Notoadmojo,
bahwa 3 lansia mengalami jatuh dalam 3
2005). Pada penelitian ini, yang menjadi
bulan terakhir.
populasinya adalah seluruh lansia di Rumah
Berdasarkan fakta-fakta yang telah
Bahagia Bintan.
dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk
Sampel
merupakan sebagian yang
menganalisis hubungan tekanan darah
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dengan risiko jatuh pada lansia di Rumah
dan dianggap mewakili seluruh populasi
Bahagia Bintan tahun 2015.
(Notoatmodjo, 2005). Teknik pengambilan sampel
METODE PENELITIAN
yang
dilakukan
adalah
total
sampling, dimana keseluruhan populasi
Desain penelitian merupakan rencana
diambil
sebagai
responden.
Dalam
penelitian yang disusun sedemikian rupa
penelitian ini, peneliti menetapkan 37 orang
sehingga dapat menuntun peneliti untuk
sebagai responden dari total lansia 42 orang
dapat
dimana 5 lansia tidak dapat diwawancarai
memperoleh
pertanyaan
peneliti
jawaban
terhadap
(Sastroasmoro
&
Ismael, 2002). Penelitian ini merupakan
karena
keterbatasan
kemampuan
berkomunikasi dan status mental.
penelitiandengan metode korelasi yaitu
Untuk melakukan pengumpulan data,
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
peneliti menggunakan alat pengumpulan
hubungan dan tingkat hubungan antara dua
data berupa teknik pengumpulan data 542
dengan mengukur tekanan darah responden
Berdasarkan
untuk
dan
penelitian yang dilakukan pada
menyebarkan kuesioner untuk variabel
responden, maka didapatkan data
risiko jatuh.
mengenai tekanan darah responden
variabel
tekanan
darah
Kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner Risiko Jatuh MORSE. Prosedur
pengumpulan
data
pelaksanaan
hasil
sebagai berikut :
yang
Tabel 1
peneliti lakukan pada saat pelaksanaan
Distribusi tekanan darah lansia di Rumah Bahagia
penelitian adalah setelah peneliti diberikan
Bintan Tahun 2015
izin melakukan penelitian mulai bulan April Tekanan darah
sampai dengan Juli 2015 di Rumah Bahagia Bintan Kepulauan Riau, peneliti melakukan pengecekan terhadap responden.
Proses
Frekuensi
Persentase
Normal
6
16.2
Hipertensi
31
83.8
Total
37
100.0
pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran langsung tekanan darah lansia dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa
sebagian
besar
responden
mengalami hipertensi yaitu sebesar 83.8%. HASIL PENELITIAN
b. Distribusi frekuensi risiko jatuh
Pada bagian ini akan disajikan hasil dari
pada lansia di Rumah Bahagia
penelitian tentang “Analisis hubungan
Bintan
tekanan darah dengan risiko jatuh pada Tabel 2
lansia di Rumah Bahagia Bintan Tahun
Distribusi frekuensi risiko jatuh pada lansia di
2015” yang telah dilaksanakan pada bulan
Rumah Bahagia Bintan
Maret s/d Juli 2015.
Risiko Jatuh
1. Analisis Univariat
Tidak Ada
Frekuensi
Persentase
5
13.5
Risiko Rendah
25
67.6
Risiko Tinggi
7
18.9
Total
37
100.0
Analisis univariat pada penelitian ini
Risiko
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi tekanan darah dan risiko jatuh pada lansia. a. Distribusi
frekuensi
tekanan
darah pada lansia di Rumah Bahagia Bintan
543
Berdasarkan tabel di atas, sebagian
Total
25
57
3
besar responden memiliki risiko rendah
7
yaitu sebesar 67.6%. 2. Analisis Bivariat
13.
67.6
18.9
100.0
5%
%
%
%
0.000
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Berdasarkan
Swirnov sebagai uji alternatif jika tidak
tabel
di
atas
memenuhi syarat uji Chi Square untuk
didapatkan hasil uji statistik dengan
menganalisis hubungan antara dua
menggunakan uji Kolmogorov Swirnov
variabel.
nilai asymp. Sig 0.000 yang lebih kecil dari nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak, Tabel 3
artinya ada hubungan antara tekanan
Hubungan Tekanan Darah dengan Risiko Jatuh Pada
darah dengan risiko jatuh pada lansia di
Lansia di Rumah Bahagia Bintan Tahun 2015
Risiko Jatuh
Total
Rumah Bahagia Bintan.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Asymp.
1. Tekanan darah
Sig Tid
Risik
Risik
ak
o
o
ada
Rend
Ting
risi
ah
gi
Berdasarkan
hasil
penelitian
terhadap 37 responden didapatkan bahwa
sebagian
besar
responden
mengalami hipertensi yaitu sebesar 83,8%. Hasil ini sejalan dengan teori
ko
yang menyatakan bahwa lansia berisiko
Teka
No
5
1
0
nan
rm
83.
16.7
.0%
Darah
al
3%
%
Hi
0
24
6
mengalami perubahan
100.0
fisiologis
dikarenakan terkait
faktor
penuaan dimana elastisitas pembuluh
% 7
darah menurun.
3
pe
hipertensi
1
2. Risiko Jatuh r ten si
.0%
77.4
22.6
100.
%
%
0%
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 37 responden didapatkan bahwa sebagian besar lansia memiliki risiko jatuh dengan kategori risiko rendah yaitu sebesar 67,6%. Banyak 544
faktor
yang
menyebabkan
terjadinya peningkatan risiko jatuh pada
SARAN
lansia yaitu kelemahan otot, tekanan darah,
Berdasarkan temuan dan kelemahan
gangguan penglihatan, penggunaan obat-
dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang
obatan tertentu, dan usia.
peneliti sarankan untuk menjadi kajian lebih lanjut yaitu sebaiknya harus pada
Hubungan antara tekanan darah dengan
lansia yang belum mengalami gangguan
risiko jatuh pada lansia.
pada
sistem
pendengaran
Berdasarkan hasil penelitian pada 37
mengingat
responden dengan uji Kolmogorov Swirnov
Diharapkan pada lansia yang masih efektif
didapatkan hasil ada hubungan antara
untuk berkomunikasi.
riwayat
dan
sulit
penyakitnya.
tekanan darah dengan risiko jatuh pada lansia. Peningkatan tekanan darah dikaitkan
DAFTAR PUSTAKA
dengan kemampuan perfusi ke jaringan-
Acap, S, Demirbuken, I, Alqun, C, dkk
jaringan tubuh termasuk otak sebagai pusat
(2015).Is hypertension a risk factor
kontrol kesadaran dan keseimbangan.
for poor balance control in elderly adults?Accessed on March 25, 2015
KESIMPULAN
from
Kesimpulan yang dapat diambil dari
http://www.ncbI.nlm.nih.gov/
pmc /articles/PMC4395739/
penelitian ini adalah Lansia dengan tekanan darah yang lebih tinggi dan arteri yang lebih
Black, J..M & Hawks, J.H (2009). Medical
kaku kurang mampu mentranspor oksigen
surgical
nursing
:
clinical
dan glukosa ke otak pada periode nafas
management for positives outcome.
berat. Lansia dengan aliran darah 20% lebih
Singapore : Elsevier
rendah memiliki risiko jatuh 70% lebih besar dibandingkan lansia dengan aliran
Bowman, T.S, Gaziano, J.M, & Buring, J.E
darah yang baik. Penataksanaan hipertensi,
dkk. (2007). A prospective study of
termasuk penanganan dengan menurunkan
cigarette smoking and risk of incident
kadar
hypertension in women.
kolesterol
bisa
membantu
meningkatkan aliran darah ke otak, yang dalam hal ini akan membantu menurunkan
Fuller, G.F. (2000). Falls in the elderly.
risiko jatuh pada lansia
Accessed on June 1, 2015 from http://www.aafp.org/afp/2000/0401/p 2159.html
545
Hausdorff, J., Herman, T., & Baltadjieva,
SKAH_PUBLIKASI.pdf
R., dkk. (2006). Balance and Gait in Older
Adults
With
pada
tanggal 25 Juni 2015.
Systemic
Hypertension, AmericanJournal Of
Oparil, S. (2006).Hypertension in the
Cardiology . Accessed on June 1,
Elderly: Optimizing Management in
2015 from http://www.ncbi.nlm.nih
the
.gov/pubmed/12615286
http://www.medscape.org/viewarticle
Real
World.Diakses
di
/527792 pada tanggal 24 Juni 2015. Lemon, P & Burke, K (2004). Medical Surgical Nursing : critical thinking in
Pietrangelo, A. (2014). The Side Effects
client care. New Jersey : Pearson
OfHigh Blood PressureOn The Body.
Education Inc.
Accessed on July 2nd, 2015 from http://www.healthline.com/health/hig
McKnights’s. (2010). Study uncovers link
h-blood-pressure-
between elderly falls, and high blood
hypertension/effect-on-body.
pressure, altered blood flow in brain. Diakses di http://www.mcknights.
Ravindran, R.M & Kutty, V. R. (2015).
com/news/study-uncovers-link
Risk Factors for Fall-Related Injuries
between-elderly-falls-and-high-
Leading to Hospitalization Among
blood-pressure-altered-blood-flow-
Community-Dwelling Older Persons.
in-brain/article/170483/ pada tanggal
Asia Pac J Public Health January
25 Juni 2015.
2016 vol. 28 no. 1 suppl 70S-76S. Accessed on March 15, 2015 from
NIH Senior Health. (2013). Falls and Older Adults.
Diakses
http://aph.sagepub.com/content/28/1_
di
suppl/70S.full
http://nihseniorhealth.gov/falls/aboutf alls/01.html pada tanggal 24 Juni
Stanley, M & Beare, P.G (2007). Buku ajar
2015.
keperawatan gerontik edisi 2. Jakarta : EGC
Novianti, S. (2014). Hubungan kekuatan otot
quadriceps
femoris
dengan
Smeltzer, S.C, Bare, B.G, Hinkle, J.L,
risikojatuh pada lansia. Diakses di
Cheever K.H, (2012). Brunner and
http://eprints.ums.ac.id/30791/12/NA
Suddarth’s Textbook of
medical
surgical nursing. Singapore : Elsevier 546
Tinetti, M.E. (2014). Antihypertensive Medications and Serious Fall Injuries in a Nationally Representative Sample of Older Adults. Accessed on July, 2015 frommhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/p mc/articles/PMC4136657/
Watson, R. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta : EGC
1. Dosen
STIKES
Hang
Tuah
Tanjungpinang
547
PENGARUH AIR REBUSAN BUAH PARE TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG Harpen Suryadi1, Lidia Wati2, Safra Ria Kurniati3
ABSTRAK Penderita DM biasanya tidak menyadari penyakitnya. Biasanya mereka baru menyadari setelah terjadinya komplikasi sehingga DM sering disebut sebagai “silent killer”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh air rebusan buah pare terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan pre and post test without control. Jumlah populasi sebanyak 424 orang dan sampel yang dipilih 10 orang menggunakan purposive sampling dengan kadar gula darah >200 mg/dL. Analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2,191 dengan signifikansi 0,028 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh air rebusan buah pare terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Kata kunci: Air Rebusan Buah Pare, Kadar Gula Darah, DM tipe 2
ABSTRACT Patients DM usually not aware the sick. They realized after the occurrence of complication so that DM is often called a silent killer. Objective of this study is to know the effect of balsampear boiled water to decrease blood sugar levels in patient with DM type 2 in the working area of Tanjungpinang public health center in 2013. This study is a quasy experiment with pre and post test without control design. Total population is 424 people and samples were choosen by using purposive sampling with blood sugar >200 mg/dL. Analysis of data using a wilcoxon test with significance level 0,05. Based on analysis resulting z observation -2,191 with significance of 0,028 < 0,05. These data show there is influence of balsampear boiled water to decrease blood sugar levels in patient with DM type 2. Keywords: Balsempear Boiled Water, blood sugar levels, Diabetes Mellitus
berubah menjadi masalah kesehatan
PENDAHULUAN Semakin hari ilmu pengetahuan dan
terkait gaya hidup: pola makan yang tidak
teknologi semakin maju dan berkembang ke
seimbang, merokok, olah raga, aktifitas
arah
seksual,
kehidupan
yang
lebih
modern,
lingkungan
dan
pekerjaan.
sehingga diikuti pula oleh perubahan pola
Penyakit-penyakit itu kebanyakan muncul
dan gaya hidup manusia. Perubahan gaya
saat usia dewasa, pertengahan 30 – 40
hidup tersebut ternyata diikuti dengan
tahun, meski risiko munculnya penyakit itu
munculnya
sudah ada sejak usia remaja.
permasalahan
yang
tidak
sedikit. Jika masa lalu masalah kesehatan
Penyakit-penyakit terkait gaya
banyak terkait dengan higienitas atau
hidup dampaknya sangat bermakna bagi
kebersihan dan infeksi, maka sekarang ini
kehidupan seseorang dan keluarganya. Beberapa penyakit berakibat fatal seperti penyakit jantung dan stroke. Beberapa 548
penyakit seperti penyakit ginjal, kanker dan
glukosa. Glukosa akan diserap oleh usus
Diabetes Mellitus berdampak menimbulkan
dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
permasalahan kronis dan berkepanjangan,
pembuluh
pengobatan yang rumit dan mahal sehingga
mengalami diabetes, kadar gula di dalam
memunculkan beban sosial ekonomi.
darahnya meningkat bahkan melebihi batas
Diabetes Mellitus berasal dari
darah.
Pada
orang
yang
normal oleh orang sehat lainnya.
bahasa Yunani diabainein yang berarti “tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang
Adapun jenis dari DM yaitu:
berarti “rasa manis”. Penyakit ini kemudian
a. Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin
dikenal sebagai kencing manis.
Dependent Diabetes Mellitus / IDDM /
Darmono (2007) menyatakan
tergantung insulin)
bahwa Diabetes Mellitus (DM) merupakan
DM tipe 1 juga disebut sebagai
suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
diabetes anak-anak. Ciri-cirinya adalah
kadar glukosa darah melebihi normal dan
hilangnya sel beta penghasil insulin
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
sehingga terjadi kekurangan insulin pada
dan
oleh
tubuh. Ini dapat dialami anak-anak
kekurangan hormon insulin secara relatif
maupun dewasa. Diabetes ini sulit
maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak
dicegah,
terkendali
dapat
metabolik
akut
vaskuler
jangka
protein
yang
disebabkan
penderitanya
terjadi
komplikasi
memiliki kesehatan dan berat badan
maupun
komplikasi
yang baik saat penyakit ini mulai
panjang,
baik
diderita. Selain itu, sensitivitas maupun
mikroangiopati maupun makroangiopati. Penyakit
kebanyakan
Mellitus
normal. Penyebab terbanyak dari tipe ini
adalah golongan penyakit kronis yang
adalah kesalahan reaksi autoimunitas
ditandai dengan peningkatan kadar gula
yang menghancurkan sel β pankreas.
dalam
darah
Diabetes
respon tubuh terhadap insulin umumnya
sebagai
akibat
adanya
Gejala
biasanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh,
secara
dimana organ pankreas tidak mampu
perjalanannya sangat progresif. Jika
memproduksi insulin sesuai kebutuhan
tidak diawasi dapat berkembang menjadi
tubuh. Diabetes Mellitus adalah penyakit
ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosis
dimana penderitanya mengalami gangguan
ditegakkan, pasien biasanya memiliki
dalam mengubah makanan menjadi energi.
berat badan yang rendah, hasil tes
Setelah makan, makanan diubah menjadi
deteksi antibodi islet hanya bernilai
gula yang juga sering disebut sebagai 549
mendadak,
berat
muncul dan
sekitar 50 – 80% dan kadar gula darah
pemberian
puasa >140 mg/dL.
(antidiabetik oral/ADO), namun jika
b. Diabetes Mellitus tipe 2 (Non-Insulin
glukosa
obat
darah
tetap
Dependent Diabetes Mellitus / NIDDM /
diberikan insulin.
tidak tergantung insulin). Diabetes ini
c. DM tipe 3
hipoglisemik
tinggi
dapat
terjadi karena kombinasi dari kecatatan
Diabetes jenis ini dulu sering
dalam produksi insulin dan resistensi
disebut diabetes sekunder atau DM tipe
terhadap insulin atau berkurangnya
lain. Etiologi DM jenis ini adalah:
sensitivitas
yang
1) Penyakit pada pankreas yang merusak
melibatkan reseptor insulin di membran
sel β seperti hemokromatosis, fibrosis
sel.
kistik.
terhadap
insulin
Tahap awal abnormalitas yang paling
2)Sindrom hormonal yang mengganggu
utama adalah berkurangnya sensitifitas
sekresi dan atau menghambat kerja
terhadap insulin, yang ditandai dengan
insulin
meningkatnya
feokromositoma
kadar
insulin
dalam
darah. Pada tahap ini, hiperglikemia
anti
meningkatkan insulin
atau
akromegali, dan
cushing
sindrom.
dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat
seperti
3) Obat-obat yang mengganggu sekresi
diabetes
sehingga
insulin
sensitifitas
terhadap
menghambat kerja insulin (estrogen
mengurangi
produksi
dan glukokortikoid).
glukosa.
(fenitoin,
dilantin)
atau
4) Kondisi tertentu yang jarang terjadi
Gejala muncul perlahan-lahan dan
seperti kelainan pada reseptor insulin.
biasanya ringan (kadang-kadang bahkan belum menampakkan gejala selama
5) Sindrom genetik. d. Gestasional diabetes mellitus GDM terjadi sekitar 2 – 5% dari
bertahun-tahun). Progresivitasnya gejala berjalan lambat. Koma hiperosmolar
semua
dapat terjadi pada kasus-kasus berat.
menyebabkan
Namun,
sekali
kehamilan termasuk macrosomia, janin
muncul kecuali kasus yang disertai stres
mengalami kecacatan dan menderita
atau infeksi. Kadar insulin menurun
penyakit jantung sejak lahir.
ketoasidosis
jarang
(tetapi tidak sampai nol) atau bahkan
kehamilan.
Diabetes
GDM
permasalahan
jenis
ini
bisa dengan
biasanya
tinggi atau mungkin juga insulin bekerja
muncul pada kehamilan trimester kedua
tidak efektif. Pengendaliannya tidak
dan ketiga. Kategori ini mencakup DM
hanya berupa diet dan olah raga atau
yang 550
terdiagnosis
ketika
hamil
(sebelumnya tidak diketahui). Wanita
juta orang, jumlah tersebut menempati
yang
telah
urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan
mengidap DM, kemudian hamil, tidak
urutan pertama adalah India (31,4 juta),
termasuk ke dalam kategori ini.
China (20,8) dan Amerika Serikat (17,7
sebelumnya
diketahui
e. Diabetes Mellitus terkait malnutri-
juta).
si (DMMal)
Diperkirakan
jumlah
Diabetes Mellitus di
Kategori
ini
Indonesia
akan
oleh
meningkat pada tahun 2030 yaitu 21,3 juta
WHO karena kasusnya banyak sekali
jiwa. Jumlah penderita Diabetes Mellitus
ditemukan di negara-negara sedang
tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia
berkembang, terutama di wilayah tropis.
tercatat 175,4 juta orang dan diperkirakan
Diabetes
biasanya
tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang.
menampakkan gejala pada usia muda,
Tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan
antara 10 – 40 tahun (lazimnya di bawah
tahun 2030 menjadi 366 juta orang.
jenis
diusulkan
penderita
ini
30 tahun). Sebagian pasien mengalami
Ketika kadar gula darah sangat
nyeri perut yang menjalar ke daerah
tinggi, maka pasien akan buang air kecil
punggung (pola jalaran nyeri ini mirip
terus menerus, haus dan merasa tidak sehat.
dengan pola jalaran akibat pankreatitis)
Namun pasien yang memiliki gejala ini
Jumlah penderita Diabetes Mellitus
tidaklah banyak. Ini sebabnya Diabetes
di dunia dari tahun ke tahun mengalami
Mellitus sering disebut sebagai “silent
peningkatan, hal ini berkaitan dengan
killer”.
jumlah populasi yang meningkat, life
Diabetes mellitus (DM) yang tidak
expectancy bertambah, urbanisasi yang
terkontrol akan menyebabkan kelainan
merubah pola hidup tradisional ke pola
pada
hidup
obesitas
pembuluh darah (aterosklerotik), mata
meningkat dan kegiatan fisik kurang.
(diabetik retinophaty), ginjal (diebetik
Diabetes Mellitus perlu diamati kerena sifat
nephropathy), saraf (diabetik neuropathy),
penyakit yang kronik progresif, jumlah
kerusakan pada sistem saraf otonom,
penderita semakin meningkat dan banyak
hilangnya rasa pada kulit dan luka yang
dampak negatif yang ditimbulkan.
sulit sembuh dan terjadinya gangguan
modern,
Survei
prevalensi
yang
dilakukan
oleh
berbagai
organ
tubuh
seperti
leukosit sehingga mudah terinfeksi.
organisasi kesehatan dunia atau World
Gejala
yang
paling
sering
Health Organization (WHO) menyatakan
diderita oleh seorang penderita diabetes
bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus
(diabetesi) adalah:
di Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 8,4
a. Polydipsia atau banyak minum. 551
Penderita diabetes akan sering
8) Prurita vulvae atau gatal pada alat
merasa haus.
kelamin wanita.
b. Polyuria atau banyak buang air kecil. Frekuensi buang air kecil akan meningkat membuat
dari para
sebelumnya penderita
dan
diabetes
menjadi tidak nyaman. Ciri khas dari penyakit ini adalah penderita diabetes lebih banyak mengeluarkan urine pada malam hari.
Nafsu makan pasien meningkat seiring dengan kondisi sel dalam tubuh yang kekurangan pasokan gula. d. Penurunan berat badan secara drastis. dari
tinggi juga dapat menyebabkan gangguan kesadaran hingga mengalami koma (coma diabetikum). Langkah awal yang harus dilakukan pada pengelolaan DM berupa upaya perubahan pola hidup atau upaya non farmakologik, seperti mengatur makanan
c. Polyphagia atau banyak makan.
Kebanyakan
Kondisi gula darah yang sangat
penderita
diabetes akan mengalami penurunan berat badan dan sering kali tidak disadari. Untuk itu, sebaiknya memang melakukan penimbangan berat badan secara rutin.
dan latihan jasmani atau berolahraga. Jika dengan upaya seperti ini gula darah penderita belum juga menurun, barulah diupayakan dengan pemberian obat-obatan tertentu. Berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, sebagian penderita DM beralih menggunakan cara herbal. Salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah pare.
Selain gejala tersebut, orang yang mengalami
diabetes
juga
biasanya
mengeluhkan: 1) Lemah, mudah lelah. 2) Gatal. 3) Kesemutan atau mati rasa, perasaan tebal-tebal pada tangan, kaki dan bagian tubuh lain. 4) Luka yang lama sembuhnya. 5) Mudah mengalami infeksi terutama pada kulit. 6) Mata kabur 7) Disfungsi ereksi pada pria.
BAHAN
DAN
METODE
PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian
eksperimental
semu
(quasy
experiment), yaitu penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subjek
dengan
pembanding
atau
tanpa
kelompok
namun
tidak
dilakukan
randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok perlakuan atau kontrol. Jenis design yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre and post test 552
without control (kontrol diri sendiri), yaitu
sampai menjadi satu gelas (1 gelas ± 200 cc)
peneliti hanya melakukan intervensi pada
. Panaskan dengan api kecil selama 15
satu kelompok tanpa pembanding. Model
sampai 30 menit. Biarkan dingin kemudian
rancangan ini adalah dengan melakukan
disaring. Hasil saringan diminum setiap
dua
hari.
kali
observasi
yaitu
sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen.
Sebaiknya kompor yang digunakan
Jumlah sampel yang digunakan
adalah kompor minyak tanah, atau bisa
sebanyak 10 orang yang dilakukan pre test,
dengan menggunakan kompor gas tetapi
perlakuan dan post test. Responden berada
besarnya api harus tetap terjaga (kecil)
di wilayah Puskesmas Tanjungpinang yang
sehingga lamanya waktu merebus (15 - 30
menderita diabetes mellitus (DM) tipe 2
menit) dan hasil akhir air rebusan adalah
dengan usia 25 – 80 tahun, penderita dengan
sesuai ketentuan (± 200 cc). Selama proses
kadar gula darah >200 mg/dL, penderita
perebusan, wadah dalam keadaan tertutup.
yang bersedia menghentikan obat diabetik
Bagian dari pare yang berkhasiat
oral (ODO), maupun obat diabetik injeksi,
untuk menurunkan kadar gula darah adalah
penderita
buah serta bijinya, sehingga buah dan biji
DM
memahami
tipe
2
pertanyaan
yang dan
mampu bersedia
direbus secara bersamaan.
mengikuti prosedur terapi, penderita DM
Jalannya penelitian ini berupa
tipe 2 yang bersedia mematuhi diet DM,
pengumpulan data kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 yang hanya bersedia
penderita DM tipe 2 sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas fisik ringan (activity
dilakukan terapi air rebusan buah pare.
daily living/ADL), responden bersedia
Setiap responden dilakukan pemeriksaan
untuk dijadikan subjek penelitian, serta
kadar gula darah 2 kali sehari dengan
responden tidak mempunyai gangguan baik
interval waktu pre dan post yaitu 6 jam, dan
fisik maupun mental sehingga bisa untuk
dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
diwawancarai dan dilakukan pengambilan
Adapun kadar gula darah yang diberikan air
sampel darah.
rebusan buah pare adalah responden yang
Alat yang dibutuhkan adalah air rebusan
buah
cara
Uji kemaknaan yang digunakan
pengelolaannya yaitu sebagai berikut: buah
adalah uji wilcoxon test karena skala yang
pare yang sudah dicuci bersih, ambil 200
digunakan
gram, belah menjadi empat bagian lalu iris
(kategorik), uji yang digunakan adalah non
tipis-tipis
dengan
parametrik yang membedakan 2 mean yang
menggunakan air matang, dari tiga gelas air
berpasangan (pre dan post test) yang
±
pare.
1
cm.
Adapun
mengalami hiperglikemia (>200 mg/dl).
Rebus
553
adalah
nominal-ordinal
menghasilkan ρ, dengan α= 0,05. Selain itu
201
juga disebabkan oleh jumlah sampel yang
Hiper
159
Normal
Keterangan: Hiper = Hiperglikemia
kecil (10 sampel) sehingga distribusi data tidak normal. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengukuran
HASIL Sebelum penelitian, responden telah
kadar gula darah sebelum diberikan air
menyetujui inform consent. Responden
rebusan buah pare dapat disimpulkan
yang dipilih telah sesuai dengan kriteria
bahwa
inklusi
ini
mengalami hiperglikemia (>200 mg/dl).
dilakukan di rumah responden masing-
Hiperglikemia merupakan kadar gula darah
masing. Hasil pengukuran kadar gula darah
yang melebihi dari normal. Kadar gula
pada responden dapat dilihat pada Tabel 1.
darah sewaktu yang berada dalam rentang
dan
eksklusi.
Penelitian
secara
keseluruhan
responden
normal adalah antara 100 – 199 mg/dl Kadar gula darah responden (10
Tabel 1. Perbandingan Kadar Gula Darah Pre dan Post Test pada Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2013
orang)
yang
(hipeglikemia),
pada setelah
awalnya
tinggi
diberikan
air
Kadar
Kadar
rebusan buah pare sebagian besar (80% / 8
Gula
Gula
orang) mengalami penurunan, sedangkan
Darah
Kategori
Darah
Pre Test
Pre Test
(mg/dL)
(mg/dL)
Kategori
20% atau 2 orang mengalami kenaikan dari kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan buah pare. Dari 8 responden yang mengalami penurunan, 4 (empat) responden
455
Hiper
309
Hiper
dengan kadar gula darah normal, sedangkan
377
Hiper
351
Hiper
4 (empat) responden masih hiperglikemia.
216
Hiper
220
Hiper
316
Hiper
181
Normal
230
Hiper
138
Normal
antara pre dan post test. Peningkatan kadar
271
Hiper
254
Hiper
gula darah bukanlah disebabkan oleh air
266
Hiper
312
Hiper
rebusan buah pare, tapi bisa disebabkan
350
Hiper
198
Normal
Walaupun telah diberikan air rebusan buah pare, 2 responden (20%) mengalami peningkatan kadar gula darah
oleh pengaturan diet pasien yang tidak sesuai
380
Hiper
267
Hiper
Mellitus. 554
dengan
pengelolaan
Diabetes
Pengelolaan DM terdiri dari 4 pilar
yaitu
penyuluhan
Ditujukan
pada
diabetesi
kesehatan,
terutama pasien yang baru. Materi
perencanaan makan (diet), latihan fisik
yang dijelaskan meliputi pengertian
(olah
Diabetes
raga),
dan
pengobatan
atau
Mellitus,
gejala,
farmakologis. 4 pilar pengelolaan DM ini
penatalaksanaan Diabetes Mellitus,
merupakan satu kesatuan, antara pilar yang
mengenal dan mencegah komplikasi
satu dengan pilar yang lain tidak dapat
akut dan kronik, perawatan dan
dipisahkan.
pemeliharaan kaki dan lain-lain.
Tujuan pengelolaan Diabetes
c. Pencegahan tersier
Mellitus adalah: a.
Tujuan
Ditujukan jangka
pendek
yaitu
pada
diabetesi
lanjut dan materi yang diberikan
menghilangkan gejala / keluhan dan
meliputi:
cara
mempertahankan rasa nyaman dan
pencegahan komplikasi dan upaya
tercapainya target pengendalian darah.
untuk rehabilitasi.
b. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah
2. Diet diabetes mellitus
komplikasi, mikroangiopati dengan
(perencanaan makan)
tujuan menurunkan mortalitas dan
Tujuan
perawatan
diet
pada
dan
diabetes
morbiditas.
mellitus adalah mempertahankan atau
Prinsip pengelolaan Diabetes Mellitus
mencapai
berat
badan
ideal,
meliputi:
mempertahankan kadar glukosa darah
1. Penyuluhan kesehatan.
mendekati
Tujuan
penyuluhan
meningkatkan pengetahuan
yaitu
normal,
mencegah
komplikasi akut dam kronis serta
diabetesi
meningkatkan kualitas hidup.
tentang penyakit dan pengelolaannya
Penderita diabetes mellitus di
dengan tujuan dapat merawat sendiri
dalam
sehingga
memperhatikan (3 J) yaitu:
mampu
mempertahankan
hidup dan mencegah komplikasi lebih
melaksanakan
a.
Jumlah
diet
harus
kalori
yang
lanjut. Penyuluhan ini meliputi:
dibutuhkan.
a. Pencegahan primer
b.Jadwal makan yang harus diikuti.
Ditujukan untuk kelompok
c.Jenis
resiko tinggi yakni mereka yang belum
pernah
menderita,
makanan
yang
harus
makanan
yang
diperhatikan.
tetapi
Komposisi
berpotensi untuk menderita DM.
dianjurkan adalah makanan dengan
b. Pencegahan sekunder
komposisi 555
seimbang
yaitu
yang
mengandung
karbohidrat
(45-60%),
cucurbitacin dapat menurunkan gula darah.
protein (10-15%), lemak (20-25%),
Charantin dan momordicin yang dapat
garam (≤3000mg atau 6-7 g perhari) dan
meningkatkan
serat (±25g perhari).
meningkatkan sensitifitas insulin.
sekresi
insulin
dan
3. Latihan fisik (olah raga) Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan
insulin,
Hasil penelitian menunjukkan
memperbaiki
bahwa kadar gula darah responden yang
aliran darah, merangsang pembentukan
minum air rebusan buah pare terjadi
glikogen baru dan mencegah komplikasi
penurunan.
lebih lanjut.
diperoleh dari pengolahan data, dari 10
mencegah
kepekaan
PENUTUP
kegemukan,
4. Pengobatan (farmakologis) Jika
Hasil
perhitungan
yang
responden menunjukkan bahwa hasil uji
penderita
diabetes
(diabetesi) telah menerapkan pengaturan
Wilcoxon dapat dilihat nilai ρ diperoleh adalah 0,028.
makanan dan kegiatan jasmani yang teratur namun pengendalian kadar gula darah
belum
DAFTAR PUSTAKA
tercapai
maka
pemberian
obat
Andrianto, T.T, (2011): Ampuhnya Terapi
meliputi obat hipoglikemi oral (OHO)
Herbal Berantas Berbagai Penyakit
dan insulin.
Berat. Yogyakarta, Najah
dipertimbangkan
Arisman,
(2013):
Obesitas,
Diabetes
Berkaitan dengan penggunaan
Mellitus & Dislipidemia: Konsep,
obat-obatan, sebagian penderita DM beralih
Teori, dan Penanganan Aplikatif.
menggunakan cara Salah satu tanaman
Jakarta, EGC
herbal
yang
dapat
digunakan
untuk
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
menurunkan kadar glukosa darah adalah
&
pare. Pare (momordica charantia L)
Tanjungpinang, Badan Pusat Statistik
mengandung
Kota
flavonoid,
glikosida
Penanaman
Modal
Tanjungpinang,
Kota
(2011):
cucurbitacin, charantin dan momordin
Tanjungpinang Dalam Angka 2011.
(Sari, 2012: 100). Flavonoid, berfungsi
Tanjungpinang
meningkatkan metabolisme dan imunitas
Dahlan, M.S, (2009): Statistik untuk
tubuh, membantu mengobati komplikasi
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta,
diabetes, menurunkan kadar gula darah dan
Salemba Medika
kadar
lipid
dalam
darah.
Glikosida 556
Dharma,
K.K,
(2011):
Metodologi
Moore, M.C, (2012): Buku Pedoman Terapi
Penelitian Keperawatan: Pedoman
Diet dan Nutrisi. Jakarta, Hipokrates
Melaksanakan
dan
Menerapkan
Notoatmodjo,
S,
Hasil Penelitian. Jakarta, Trans Info
Penelitian
Media
Rineka Cipta
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang,
Ode,
Profil 2012
Profil 2012
(2012):
Jakarta,
Konsep
Yogyakarta,
Dasar Nuha
Medika Priyatno, D, (2011): Buku Saku Analisis
Gibney, M.J, dkk, (2009): Gizi Kesehatan
Statistik Data dengan SPSS. Jakarta,
Masyarakat. Jakarta, EGC
MediaKom
Hananta, I.P.Y, (2011): Deteksi Dini dan Pencegahan
Diabetes
Rizki, F, (2013): The Miracle of Vegetable.
Melitus.
Yogyakarta, MedPress
Jakarta, AgroMedia Pustaka Sari, R.N, (2012): Diabetes Mellitus:
Hasdianah, (2012): Mengenal Diabetes
Dilengkapi
Mellitus pada Orang Tua dan Anakdengan
Solusi
Herbal.
Senam
DM.
Sunarjono, H, (2013): Bertanam 36 Jenis Sayur. Jakarta, Penebar Swadaya
Khomsan, A, (2009): Rahasia Sehat dengan Berkhasiat.
dengan
Yogyakarta, Nuha Medika
Yogyakarta, Nuha Medika
Makanan
Metodologi
Kesehatan.
Keperawatan.
Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau,
Anak
S.L,
(2012):
Sunaryati, S.S, (2011): 14 Penyakit Paling
Jakarta,
Sering
Kompas
Menyerang
dan
Sangat
Mematikan. Yogyakarta, FlashBooks
Kurniali, P.C, (2013): Hidup Bersama Diabetes: Mengaktifkan Kekuatan Kecerdasan
Ragawi
Mengontrol
Diabetes
untuk
1
. H. Harpen Suryadi : Mahasiswa STIKes
dan
Hang Tuah Tanjungpinang Prodi S1
Komplikasinya. Jakarta, Gramedia
Londong, D, (2011): Dasar Penentuan Jumlah
Keperawatan. 2
. Lidia Wati, S.Kep., Ns : Ketua Prodi S1
Sampel.
Keperawatan STIKes Hang Tuah
http://dedylondong.blogspot.com.
Tanjungpinang.
Diakses: 7 November 2013 Mansjoer, A, dkk, (1999): Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta,
3
. Safra Ria Kurniati, S.Kep.Ns : Dosen
Media
STIKes Hang Tuah Tanjungpinang.
Aesculapius 557
PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SELEDRI TERHADAP TEKANAN DARAH TINGGI PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPUNG BUGIS Meily Nirna Sari1, Joni2, Mira Anggun3, M.Hafiz4 ABSTRAK Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dengan tensi (tekanan darah) melebihi batas normal. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan rancangan yang digunakan adalah rancangan One Group Pretest – Postest Design tanpa adanya kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan – perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (postest), populasi seluruh penderita hipertensi yang mengalami hipertensi sesuai dengan kriteria dari WHO di wilayah Kampung Bugis yang berjumlah 188 penderita, sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 72 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan spignomanometer air raksa dan stetoskop. Kemudian data dianalisis menggunakan uji t-test. Uji analisis menunjukkan bahwa nilai p value 0,000 < (α=0,05) , sehingga ada pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis. Pemberian rekomendasi rebusan seledri juga dapat digunakan sebagai terapi pendamping atau terapi pelengkap pada pengobatan farmakologis hipertensi. Kata Kunci : Air rebusan daun seledri, tekanan darah tinggi.
PENDAHULUAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dengan tensi (tekanan darah) melebihi batas normal. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan
angka
kesakitan
yang
tinggi. Hipertensi diderita sekitar 25% dari populasi di Amerika Serikat. Prevalensi hipertensi
meningkat
seiring
dengan
pertambahan usia (McCowman, 2007). Data dari WHO menunjukkan penderita hipertensi
di
beberapa
negara
yaitu
Hongkong 7,5% , Singapura 14, Korea 10,55%, Filipina 14,4%, Kanada 14,9%, USA 15% (kulit putih) serta 27% (kulit hitam). Beberapa penyakit degeneratif juga mengalami peningkatan seperti jantung dan hipertensi
(Bappenas,
Noviensyah (2013).
2007)
dalam
Hasil
Riset
(Riskesdas) prevalensi
tahun
Kesehatan 2013
hipertensi
Dasar
menunjukkan
pada
penduduk
berusia 18 tahun ke atas di Indonesia sebesar 25,8%. Indonesia memiliki angka yang cukup tinggi, yaitu 15%. Data dari 320 juta penduduk Indonesia terkena hipertensi (Prasetyaningrum, 2013). Dinas Kesehatan Kota
Tanjungpinang
yang
berbasis
puskesmas sekota Tanjungpinang pada tahun 2013. Tahun 2013 hipertensi masih menduduki
peringkat
pertama
untuk
penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh penduduk Tanjungpinang dengan jumlah mencapai 1659 orang. Data bulanan kesakitan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang tahun 2013 (Januari s/d Mei 2013)
memperlihatkan
Puskesmas
Kampung Bugis menduduki peringkat 558
pertama dengan jumlah kejadian 677
yaitu memperbanyak air seni sehingga
kejadian
di
volume darah berkurang (Soeryoko, 2010).
kejadian
Alasan peneliti mengapa mengambil
hipertensi yang terjadi di Puskesmas
penderita wanita Hipertensi adalah karena
Kampung Bugis 339 kasus terjadi pada
dari Data Dinas Kesehatan Tanjungpinang
Perempuan, dan 278 kasus terjadi pada laki-
tahun
laki.
hipertensi di wilayah Kampung Bugis
dari
tujuh
puskesmas
Tanjungpinang.
Dari
677
2013
terdapat
data
penderita
Menurut Susilo dan Wulandari (2011)
sebanyak 667, kasus yang terjadi pada
Penyakit tekanan darah tinggi merupakan
wanita sebanyak 339 kasus sedangkan pada
penyakit yang cukup ditakuti masyarakat.
kasus yang terjadi pada laki-laki sebanyak
Penyakit yang bisa timbul akibat tekanan
278 kasus. Sehingga peneliti tertarik
darah tinggi antara lain:stroke, infark
melakukan penelitian pada penderita wanita
miokardium, gagal jantung, ensefalopati.
pada umur 45-90 tahun.
Tekanan darah tinggi dapat diobati dengan
BAHAN DAN METODE
terapi farmakologis beberapa jenis obat
Penelitian ini menggunakan desain
antihipertensi yang beredar di pasaran
Quasi Experiment dengan rancangan yang
dengan mekanisme yang berlainan dalam
digunakan adalah rancangan One Group
menurunkan tekanan darah sedangkan
Pretest – Postest Design tanpa adanya
terapi non farmakologis, yaitu terapi herbal
kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan
Seledri (Apium Graveolens L), Timun,
observasi
Mahkota
memungkinkan peneliti dapat menguji
Dewa,
Belimbing dan
lain
(pretest)
yang
perubahan – perubahan yang terjadi setelah
sebagainya. Seledri
pertama
(Apium
Graveolens
L)
adanya eksperimen (postest). Instrumen
untuk
penelitian ini menggunakan cheklist. .
mengatasi hipertensi. Beberapa kandungan
Pengamat tinggal memberikan tanda check
seledri yang berperan penting menurunkan
(
tekanan darah, antara lain magnesium dan
adanya gejala/ciri dari sasaran pengamatan.
pthalides, apigenin kalium dan asparagin.
(Notoatmodjo 2002, h. 99). Sedangkan
Magnesium
berperan
untuk mendapatkan hasil tekanan darah
melenturkan pembuluh darah. Apigenin
peneliti menggunakan spignomanometer air
berfungsi untuk mencegah penyempitan
raksa dan stetoskop untuk mengukurnya.
pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.
Seledri sebanyak 16 tangkai di rebus
Kalium dan asparagin bersifat diuretik,
dengan 400 ml air hingga menjadi 300 ml
merupakan jenis terapi
dan
herbal
pthalides
) pada daftar tersebut yang menunjukan
air. Air rebusan seledri tersebut diminum 559
untuk satu hari yaitu 150 ml untuk pagi dan 150 ml untuk sore. HASIL PENELITIAN Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin No.
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persen
1
Perempuan
35
53.8
2
Laki-laki
30
46.2
65
100
Total
Tabel
diatas
menunjukkan
bahwa
sebanyak 53,8% dan sebagian kecil berjenis
distribusi penderita hipertensi sebagian
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 46,2%.
besar berjenis kelamin perempuan yaitu
No.
Umur
Frekuensi
Persen
16
24.6
32
49.2
17
26.2
35-43
1.
tahun 44-52
2.
tahun 53-62
3.
tahun
Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur dan sebagian kecil berusia 35-43 tahun Tabel diatas menunjukkan bahwa dari
yaitu sebanyak 24,6%.
total 65 penderita hipertensi sebagian besar berusia 44-52 tahun yaitu sebanyak 49,2% Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Berat Badan No.
1.
2.
Berat Badan 4558 Kg 5972 Kg
Frekuensi
Persen
Mean
46
70.8
55.85
17
26.2
560
73-
3.
86 Kg
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari
total
65
penderita
hipertensi
mempunyai berat badan rata-rata 55,85 Kg,
2
3.1
memiliki berat badan antara 45-58 Kg dan sebagian kecil 3,1% memiliki berat badan antara 73-86 Kg.
sebagian besar penderita hipertensi 70,8% Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Tinggi Badan
Tinggi Badan
N
Mean
Median
STD
Min
Max
65
162.62
165.00
7.432
150
178
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari total 65 penderita hipertensi mempunyai
tinggi badan terendah 150 cm dan tertinggi 178 cm.
tinggi badan rata-rata 162,62 cm dengan Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sebelum Diberikan Rebusan Seledri Tekanan
N
Mean
Median
Sd
Min
Max
Sistol
65
181.92
180.00
18.471
140
220
Diastol
65
99.62
100.00
11.295
80
130
Darah
561
S
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari
istol
total 65 penderita hipertensi mempunyai
6 5
iastol
6 5
1
1
40.46 40.00 3.542
D
tekanan darah sistol rata-rata 181,92 mmHg
1
8
3.00
8
0.00
1
20
70
7
.896
7 0
5
dengan tekanan darah sistol terendah 140 mmHg.
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari
Sedangkan untuk tekanan darah diastol
total 65 penderita hipertensi mempunyai
mempunyai rata-rata 99,62 mmHg dengan
tekanan darah sistol rata-rata 140,46 mmHg
tekanan darah diastol terendah 80 mmHg
dengan tekanan darah sistol terendah 120
dan tertinggi 130 mmHg.
mmHg
mmHg
dan
tertinggi
220
dan
tertinggi
170
mmHg.
Sedangkan untuk tekanan darah diastol Karakteristik Penderita Hipertensi
mempunyai rata-rata 83 mmHg dengan
Berdasarkan Tekanan Darah Setelah
tekanan darah diastol terendah 70 mmHg
Diberikan Rebusan Seledri
dan tertinggi 95 mmHg.
T ekanan
N ean
Darah
M
M
edian
S d
M
in
M
ax
Analisis Perbedaan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Sebelum Dan Sesudah Diberikan Rebusan Seledri Di Kelurahan Kampung Bugis Variab el Sistol pre-post
N
Mean
STD
SE
t
6
41.46
17.29
2.14
19.33
5
2
2
5
1
P.Valu e 0.000
penurunan tekanan darah sistol pada Pada tabel diatas dijelaskan rata-rata penurunan tekanan darah sistol pada penderita hipertensi sebesar 41,462 mmHg dapat
disimpulkan
perbedaan
yang
bahwa
terdapat
bermakna
rata-rata
penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan rebusan seledri dengan p.value 0,000 <>
562
1
9
Analisis Perbedaan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Sebelum Dan Sesudah Diberikan Rebusan Seledri Berdasarkan Tekanan Darah Diastol Variab el Diastol pre-post
P.Valu
N
Mean
STD
SE
t
6
16.61
11.69
1.45
11.45
6
1
5
5
e 0.000
3
yang menderita hipertensi. Pada tabel diatas menunjukan rata-rata
ditinjau
penurunan tekanan darah diastol pada
perbandingan
perempuan
penderita hipertensi sebesar 16,615 mmHg
dan
orang yang berusia 25 tahun ke atas
sebelum dan sesudah diberikan rebusan
menunjukkkan bahwa 27% laki-laki
seledri dengan p.value 0,000
dan 29% wanita menderita hipertensi (Akhmad
PEMBAHASAN
2010).
Armilawaty Hipertensi
Menurut
(2007)
penyakit
hipertensi cenderung lebih tinggi
Berdasarkan Data Demografi
pada
a. Jenis Kelamin
jenis
kelamin
perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Hal
Berdasarkan
hasil
penelitian
ini dikarenakan pada perempuan
diketahui bahwa sebagian besar
meningkat
penderita hipertensi 53,8% berjenis
perempuan
kecil 46,2% berjenis kelamin laki-
lebih tekanan
dengan
masa
premenopause
cenderung memiliki tekanan darah
laki. kelamin
seiring
bertambahnya usia yang mana pada
kelamin perempuan dan sebagian
mempengaruhi
ternyata
Rumah Tangga / SKRT (2004), pada
darah diastol pada penderita hipertensi
Jenis
pria,
hipertensi. Dari Survey Kesehatan
bermakna rata-rata penurunan tekanan
Penderita
antara
perempuan lebih banyak menderita
dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang
1. Karakteristik
Bila
ternyata
tinggi
daripada
laki-laki,
penyebabnya sebelum menopause
darah
wanita
seseorang, pada data yang didapat
penyakit
perempuan lebih banyak menderita
relatife
kardiovaskuler
hormon estrogen.
hipertensi yaitu 53,8%, sedangkan
b. Umur
pada laki-laki data didapat 46,2% 563
terlindungi
dari oleh
Berdasarkan
hasil
penelitian
70,8% memiliki berat badan antara
diketahui bahwa sebagian besar
45-58 Kg dan sebagian kecil 3,1%
penderita hipertensi 49,2% berumur
memiliki berat badan antara 73-86
antara 44 – 52 tahun dan sebagian
Kg. Indeks Massa Tubuh dari rata-
kecil 24,6% berumur antara 53-62
rata berat badan (kg) dibagi rata-rata
tahun.
kuadrat tinggi badan (m) yaitu 21,28
Bertambahnya
umur
Kg/m2.
dapat
meningkatkan kejadian hipertensi.
Menurut Artika (2009) orang
Pada data didapat sebagian besar
yang memiliki berat badan di atas 30
penderita hipertensi berumur antara
persen berat badan ideal, memiliki
44-52 tahun yaitu sebanyak 49,2%.
kemungkinan lebih besar menderita
Dengan bertambahnya umur, risiko
tekanan darah tinggi. Menurut Yessi
terkena hipertensi menjadi lebih
(2009) kegemukan dimana berat
besar. Pada umumnya tekanan darah
badan mencapai indeks massa tubuh
akan
dengan
> 27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat
bertambahnya umur terutama setelah
tinggi badan (m) merupakan salah
40 tahun. Prevalensi hipertensi di
satu faktor risiko terhadap timbulnya
Indonesia pada golongan umur di
hipertensi. Kelebihan berat badan
bawah umur 40 tahun masih berada
akan memaksa jantung bekerja lebih
di bawah 10%, tetapi di atas 50 tahun
keras. Curah jantung dan sirkulasi
angka
meningkat
volume darah penderita hipertensi
mencapai 20-30%. (Soendoro 2007).
yang obesitas lebih tinggi dari
meningkat
tersebut
terus
Menurut Elisa, Nunung & Uken
penderita
(2009, h. 3) semakin bertambahnya
obesitas.
usia
tekanan
darah
hipertensi
yang
tidak
cenderung
Menurut Elisa, Nunung & Uken
meningkat, hal ini disebabkan karena
(2009, h. 3) kelebihan berat badan
hilangnya elastisitas jaringan dan
(overweight) terkait dengan level
arterisklerosis pada orang tua serta
insulin
pelebaran pembuluh darah.
mengakibatkan
c. Berat Badan
meningkat.
Berdasarkan hasil dari penelitian diketahui
yang
bahwa
rata-rata
berlebih
berat
tinggi
yang
tekanan
darah
Berat atau
berpengaruh
badan
yang
obesitas
yang
terhadap
badan penderita hipertensi 55,85 kg,
hipertensi.
sebagian besar penderita hipertensi
berlebihan akan membuat seseorang 564
Berat
terjadinya
badan
yang
susah
2.
bergerak
bebas.
Hasil Uji t dependent (paired t
Jantung harus bekerja lebih keras
test) menunjukan ada perbedaa
untuk memompa darah agar dapat
rata-rata pre dan post pada tekanan
menggerakan beban berlebihan dari
sistolik sebesar 41,462 mmHg, t
tubuh tersebut, sehinga orang yang
hitung (19,331) > t table (2,000)
mengalami obesitas lebih mudah
dan pv (0,000) < α (0,05). Dan
untuk menderita penyakit hipertensi
terdapat perbedaan rata-rata pre
(Sustrani, Alam & Hadibroto 2005,
dan post pada tekanan diastolik
hh30 - 31).
sebesar 16,615 mmHg, t hitung
Pengaruh Seledri
dengan
Pemberian Terhadap
Rebusan
(11,453) > t able (2,000) dan pv (0,000) < α (0,05).
Penurunan
Tekanan Darah Sistol Dan Diastol
Seledri atau celery ( Apium
Tekanan darah pada penderita
graveolens ) merupakan salah satu
hipertensi
sebelum
diberikan
dari jenis terapi herbal untuk
rebusan seledri memiliki rata-rata
menangani penyakit hipertensi.
tekanan darah sistolik sebesar
Unsur-unsur yang terdapat dalam
181,92 mmHg yang menurut Joint
seledri yang dapat menurunkan
National Comite (JNC) termasuk
tekanan darah adalah flavanoid,
dalam kategori hipertensi derajat 3
apigenin, vitamin C, fitosterol dan
atau hipertensi berat dan untuk
vitamin K yang dapat berperan
diastoliknya adalah 99,62 mmHg
dalam
metabolisme
gula
termasuk
(mengatur kadar gula
darah),
dalam
kategori
hipertensi
derajat
satu
atau
metabolisme lemak, efek diuretik
hipertensi
ringan.
Sedangkan
dan mempertahankan elastisitas
tekanan darah pada penderita
pembuluh
hipertensi
diberikan
demikian rebusan seledri memiliki
rebusan seledri memiliki rata-rata
peranan mekanisme penurunan
tekanan darah sistolik sebesar
takanan darah.
140,46 mmHg termasuk dalam
Rebusan
setelah
darah.
Dengan
seledri
dalam
tekanan
darah
kategori hipertensi derajat 1 atau
menurunkan
hipertensi
mempunyai 4 mekanisme kerja
ringan
dan
untuk
diastoliknya adalah 83 mmHg
yaitu
termasuk dalam kategori normal.
metabolisme gula, metabolisme lemak, 565
dengan
efek
cara
membantu
diuretik
dan
mempertahankan
elastisitas
Flavonoid berperan sebagai zat
pembuluh darah. Dalam hal ini
yang
vitamin C, fisterol dan berperan
metabolisme lemak. Flavonoid
sebagai zat yang dapat membantu
dapat bertindak sebagai quencer
proses metabolisme gula. Vitamin
atau penstabil oksigen singlet.
C berperan penting melalui proses
Salah
metabolisme kolesterol, karena
berkhasiat
dalam
quercetin.
proses
kolesterol
metabolisme
vitamin
C
dapat
dapat
satu
flavonoid
seperti
adalah
Senyawa
ini
beraktivitas sebagai antioksidan dengan
dibuang
menyumbangkan
empedu
bentuk
dan
yang
itu
meningkat laju kolesterol yang dalam
membantu
asam
melepaskan
atau
ion
hidrogen
mengatur
kepada radikal bebas peroksi agar
metabolisme kolestreol. Vitamin C
menjadi lebih stabil. Aktivitas
juga dapat meningkatkan kadar
tersebut
HDL
oksidasi kolesterol jahat (LDL)
dan
pencahar
berfungsi
sebagai
sehingga
dapat
meningkatkan
menghalangi
yang
reaksi
menyebabkan
darah
pembuangan
mengental, sehingga mencegah
kotoran (Kusuma 2010). Fitosterol
pengendapan lemak pada dinding
adalah sterol yang terdapat dalam
pembuluh darah (Jupiter 2008).
tanaman dan mempunyai struktur
Vitamin K berpotensi mencegah
mirip kolesterol. Secara alami
penyakit serius seperti penyakit
fitosterol
di
jantung dan stroke karena efeknya
dalam sayuran, kacang-kacangan,
mengurangi pengerasan pembuluh
gandum.
Fitosterol
dapat
darah oleh faktor-faktor seperti
membantu
menurunkan
kadar
timbunan plak kalsium (Astawan
kolesterol
dengan
cara
dapat
ditemukan
menghambat
2010).
penyerapan
Apiin berperan sebagai zat yang
sehingga
dapat membantu proses diuretik.
membantu menurunkan jumlah
Cara kerjanya yaitu membantu
kolesterol yang memasuki aliran
ginjal
darah. Sehingga fitosterol dapat
cairan dan garam dari dalam tubuh,
membantu
sehingga
kolesterol
tekanan
di
usus
untuk darah
menurunkan dikutip
dari
mengeluarkan
kelebihan
berkurangnya
cairan
dalam darah akan menurunkan
(Grandfa 2007).
tekanan darah (Masteryen 2009). 566
Vitamin
K
dan
apigenin
dibagi kuadrat tinggi badan (m)
berperan sebagai zat yang dapat
merupakan salah satu faktor risiko
membantu peningkatan elastisitas
terhadap
pembuluh
darah.
Kelebihan
berpotensi
mencegah
Vitamin
K
timbulnya berat
hipertensi.
badan
akan
penyakit
memaksa jantung bekerja lebih
serius seperti penyakit jantung dan
keras. Curah jantung dan sirkulasi
stroke karena efeknya mengurangi
volume darah penderita hipertensi
pengerasan pembuluh darah oleh
yang obesitas lebih tinggi dari
faktor-faktor seperti timbunan plak
penderita hipertensi yang tidak
kalsium
obesitas.
(Astawan
2010).
Sedangkan apigenin yang terdapat
Jenis
di seledri sangat bermanfaat untuk
mempengaruhi
mencegah penyempitan pembuluh
seseorang, pada data yang didapat
darah dan tekanan darah tinggi
perempuan
(Seledri
menderita hipertensi yaitu 53,8%,
Penyedap
yang
Berkhasiat 2010).
kelamin
sangat
tekanan
lebih
darah
banyak
sedangkan pada laki-laki data
Faktor risiko hipertensi dibagi
didapat 46,2% yang menderita
menjadi dua yaitu dapat dikontrol
hipertensi.
Bila
dan tidak dapat dikontrol. Faktor
perbandingan antara perempuan
risiko yang dapat dikontrol yaitu
dan pria, ternyata perempuan lebih
obesitas,
kurang
olahraga,
banyak menderita hipertensi. Dari
merokok,
menderita
diabetes
Survey Kesehatan Rumah Tangga
mellitus,
menkonsumsi
garam
/ SKRT (2004), pada orang yang
berlebih, minum alkohol, diet,
berusia
minum kopi, pil KB dan stress.
menunjukkkan bahwa 27% laki-
Sedangkan faktor risiko yang tidak
laki dan 29% wanita menderita
dapat dikontrol yaitu Umur, jenis
hipertensi (Akhmad 2010). Hal ini
kelamin, dan genetik.
dikarenakan
pada
meningkat
seiring
Obesitas
merupakan
salah
25
tahun
ditinjau
ke
atas
perempuan dengan
satu faktor risiko hipertensi yang
bertambahnya usia yang mana
dapat dikontrol. Menurut Yessi
pada
(2009) kegemukan dimana berat
premenopause
badan mencapai indeks massa
memiliki tekanan darah lebih
tubuh > 27 (berat badan (kg)
tinggi 567
perempuan
daripada
masa cenderung
laki-laki
penyebabnya sebelum menopause,
jantung, penyakit ginjal, kelenjar
wanita relatife terlindungi dari
adrenal, dan sistem saraf simpatis,
penyakit
oleh
obesitas, tekanan psikologis, stres,
(Armilawaty
dan ketegangan bisa menyebabkan
hormon
kardiovaskuler estrogen
2007).
hipertensi (Marzuky 2009).
Bertambahnya umur dapat
Penanganan
hipertensi
meningkatkan kejadian hipertensi.
menurut Lenny (2008), secara
Pada data didapat sebagian besar
garis besar dibagi menjadi 2 jenis
penderita
yaitu penanganan dengan obat-
hipertensi
berumur
antara 44-52 tahun yaitu sebanyak
obatan
49,2%.
penanganan
Dengan
bertambahnya
(farmakologi) non
dan
obat
(non
umur, risiko terkena hipertensi
farmakologis). Penanganan secara
menjadi
Pada
farmakologis yaitu terdiri atas
umumnya tekanan darah akan
pemberian obat yang bersifat
meningkat dengan bertambahnya
diuretik, simpatetik, betabloker,
umur terutama setelah 40 tahun.
dan
Prevalensi hipertensi di Indonesia
memperhatikan
pada golongan umur di bawah
mekanisme
kerja
umur 40 tahun masih berada di
kepatuhan.
Penanganan
bawah 10%, tetapi di atas 50 tahun
farmakologis
angka tersebut terus meningkat
penurunan berat badan, olah raga
mencapai
(Soendoro
secara teratur, diet rendah lemak &
2007). Hal ini disebabkan karena
garam, dan terapi komplementer
hilangnya elastisitas jaringan dan
(Marlia 2009).
lebih
besar.
20-30%.
arterisklerosis pada orang tua serta
vasodilator
non
Nunung & Uken 2009, h. 3).
menyembuhkan
Penyebab penyakit hipertensi
dan
yaitu
tingkat non-
meliputi
farmakologis
hipertensi
dalam penyakit
yaitu
terapi
diantaranya
komplementer.
aterosklerosis (penebalan dinding
komplementer
arteri
pengobatan alamiah diantaranya
hilangnya
umum
tempat,
Salah satu dari penanganan
pelebaran pembuluh darah (Elisa,
secara
dengan
yang
menyebabkan
elastisitas
pembuluh
Terapi bersifat
terapi
adalah dengan terapi herbal, terapi
darah), keturunan, bertambahnya
nutrisi,
jumlah darah yang dipompa ke
meditasi, terapi tawa, akupuntur, 568
relaksasi
progresif,
akupresur, bach
aromaterapi,
flower
refleksologi
terapi
remedy, (Sustrani,
responden untuk mengkonsumsi
dan
rebusan
Alam,
seledri.
Pendapat
ini
sesuai dengan Mitchell (dalam
Hadibroto 2005, h. 74-105). Jenis
Winardi
2002)
yang
obat yang digunakan dalam terapi
mengemukakan bahwa motivasi
herbal yaitu seledri atau celery (
mewakili proses psikologikal yang
Apium graveolens ), bawang putih
menyebabkan
atau garlic (Allium Sativum),
diarahkannya
bawang merah atau onion (Allium
persistensi kegiatan sukarela yang
cepa),
diarahkan ke tujuan tertentu.
timbulnya, dan
terjadinya
tomat
(Lyocopercison
lycopersicum),
semangka
Faktor perancu yang tidak dapat
(Citrullus
(Sustrani,
dikontrol oleh peneliti adalah pola
Alam, Hadibroto 2005, h. 74-105).
makan dan psikis masing-masing
Pengaruh pemberian rebusan
responden, karena keterbatasan
vulgaris).
seledri dalam penelitian ini juga
peneliti
didukung oleh beberapa faktor
mengontrolnya
yang
tapi
sehingga hasil penelitian kurang
dapat
baik apakah penurunan tekanan
mempengaruhi pengaruh rebusan
darah disebabkan oleh pemberian
seledri dalam menurunkan tekanan
rebusan seledri atau oleh faktor
darah, yaitu faktor internal dan
lain.
tidak
diteliti
dimungkinkan
yang
sulit satu
untuk
per
satu,
eksternal. Faktor internal atau
Pada penelitian ini, peneliti
faktor dari dalam diri individu
memilih responden dan kemudian
dimungkinkan dapat memberikan
diukur tekanan darahnya, setelah
pengaruh
penderita
pemberian
rebusan
hipertensi
bersedia
seledri. Yang mencakup faktor
menjadi responden maka diberikan
internal adalah keadaan fisik dan
rebusan seledri sebanyak 2 kali
psikis individu (Puspa 2009).
sehari
Faktor intenal terkait keadaan
Peneliti juga minta bantuan 2
pskis adalah motivasi responden
orang teman untuk membantu
untuk
melakukan
mengkonsumsi
seledri.
Yang
motivasi
yang
meningkatkan
rebusan
selama
satu
penelitian
minggu.
karena
dimungkinkan
keterbatasan peneliti dan waktu
tinggi
dapat
penelitian. Sebelum datang ke
keinginan
responden peneliti memberikan 569
penjelasan
tentang
kriteria
berusia 44-52 tahun dan sebagian kecil
responden yang dipilih dan cara
24,6%
berusia
memberikan terapi rebusan seledri
Karakteristik berat badan sebagian
kepada 2 orang teman tersebut.
besar
penderita
35-43
hipertensi
tahun.
70,8%
Faktor eksternal atau faktor dari
memiliki berat badan 45-58 Kg dan
luar individu juga dimungkinkan
sebagian kecil 3,1% memiliki berat
dapat mempengaruhi pemberian
badan 73-86 Kg. Karakteristik tinggi
rebusan seledri. Faktor eksternal
badan penderita hipertensi rata – rata
tersebut adalah segala hal yang
adalah 162,62 cm, nilai tengah 165 cm,
berada diluar individu misalnya
standar deviasi 7,432, tinggi minimal
adalah kesibukan masing-masing
150 cm dan tinggi maximal 178 cm.
individu
atau
yang
2. Tekanan darah sistolik pada penderita
bekerja. Aktifitas diluar rumah
hipertensi sebelum pemberian rebusan
dapat mengakibatkan kurangnya
seledri
atau
mmHg, nilai tengah 180 mmHg, standar
tidak
individu
sesuai
jadwal
mengkonsumsi rebusan seledri.
rata-ratanya
adalah
181,92
deviasi 18,471, tekanan darah minimal
Faktor eksternal lainnya adalah
140 mmHg, tekanan darah maksimal
pengunaan rebusan seledri yang
220 mmHg. Tekanan darah diastolik
memiliki rasa pahit. Tidak semua
pada
responden menyukai rasa pahit.
pemberian rebusan seledri rata-ratanya
Untuk mengantisipasinya rebusan
adalah 99,62 mmHg, nilai tengah 100
seledri tersebut diberikan pada saat
mmHg, standar deviasi 11,295, tekanan
masih hangat.
darah minimal 80 mmHg, tekanan darah
penderita
hipertensi
sebelum
maksimal 130 mmHg. KESIMPULAN Dari
hasil
3. Tekanan darah sistolik pada penderita penelitian
yang
telah
hipertensi sesudah pemberian rebusan
dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal
seledri
sebagai berikut :
mmHg, nilai tengah 140 mmHg, standar
1. Karakteristik jenis kelamin sebagian
deviasi 13.542, tekanan darah minimal
besar berjenis
penderita kelamin
hipertensi perempuan
rata-ratanya
adalah
140,46
53,8%
120 mmHg, tekanan darah maksimal
dan
170 mmHg. Tekanan darah diastolik
sebagian kecil 46,2% berjenis kelamin
pada
laki-laki. Karakteristik umur sebagian
pemberian rebusan seledri rata – ratanya
besar
adalah 83 mmHg, nilai tengah 80
penderita
hipertensi
49,2% 570
penderita
hipertensi
sesudah
mmHg, standar deviasi 7.896, tekanan
Brownson, Ross C dkk. 1993. Chronic
darah minimal 70 mmHg, tekanan darah
Disease Epidemiology And Control.
maksimal 95 mmHg.
American
4. Ada perbedaan rata-rata pre dan post
Public
Health
Association, Washington : ix + 337
pada tekanan sistolik sebesar 41,462
hlm
mmHg, t hitung (19,331) > t table (2,000) dengan demikian Ho ditolak
Brown,
M.J
and
Haydock,
S.
atau ada perbedaan yang bermakna
“Pathoetiology, Epidemiology and
antara tekanan darah sistolik pre dan
Diagnosis
post pemberian rebusan seledri dengan
Drugs.59.2(2000):1-12.
of
Hypertension”.
pv (0,000) < α (0,05). Sedangkan perbedaan rata-rata pre dan post pada tekanan
diastolik
sebesar
Darmodjo, R.B. dan Hadi Martono, Ilmu
16,615
Kesehatan Usia Lanjut Dalam Buku
mmHg, t hitung (11,453) > t table
Ajar Geriatri, Fakultas Kedokteran
(2,000) dengan demikian Ho ditolak
Universitas
atau ada perbedaan yang bermakna
2000.
Indonesia,
Jakarta,
antara tekanan darah sistolik pre dan post pemberian rebusan seledri dengan
Depkes
pv (0,000) < α (0,05).
RI.
2006.
Penemuan Penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman dan
Teknis
Tatalaksana
Hipertensi.
Depkes,
Jakarta : iii + 32 hlm.
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular : Solusi Pencegahan dari
Aspek
Lingkungan.
Perilaku Elex
Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans
dan
Epidemiologi Penyakit Jantung dan
Media
Pembuluh Darah. Depkes, Jakarta :
Komputindo, Jakarta : vii +168 hlm.
Ayu,2008.
Faktor
Risiko
Terjadinya
ii + 52 hlm.
Hull, Alison. 1996. Penyakit Jantung,
Hipertensi. http://www.mailarchive.
Hipertensi
dan
Nutrisi.
Sinar
com/
[email protected]
Grafika Offset, Jakarta : v + 85 hlm.
m/msg00321.html. Akses 20 Maret 2008.
Kalavathy, M.C., Thankappan, K.R., Sarma P.S.,
Vasan,
R.S.
”Prevalence,
Awareness, Treatment and Control 571
of Hypertension In An Elderly Community
Based
Sample
In
Kerala, India.” National Medicine
Moerdowo. Hipertensi
1984.
Masalah
/ Tekanan Darah Tinggi.
Bhratara Karya
Journal of India. 13.1 (2000) : 9-15.
Aksara, Jakarta : iii + 162 hlm.
Kaplan & Stamler. 1983. Prevention of
Mackenna, B.R. dan Callender, R. 1990.
Coronary Heart Disease : Practical
Illustrated Physiology Fifth Edition.
Management of The Risk Factors.
Edinburg : Churchill Livingstone.
WB Saunders Company, USA : iii + MacMahon, S. “Blood Pressure, Stroke and
219 hlm.
Coronary Heart Disease. Part 1. Kannel, WB. 1990. Hypertension and The
Prolonged
Different
in
Risk of Cardiovascular Disease,
Pressure
dalam
Brenner
Observational Studies Corrected for
Hypertension-
Regression Dilution Bias”. Lancet.
:
Laragh
dan
(eds).1990. pathophysiology,
diagnosis,
and
:
Blood
Prospective
335 (1990) : 765-774
management, Vol.1. Raven Press, New York : 101-6.
Murti, Bhisma. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gajah Mada
Kanarek, Robin B & Robin MarksKaufman.
1991.
Nutrition
University Press, Yogyakarta : v +
and
317 hlm.
Behavior : New Perspectives. Van Nostrand Reinhold, New York : ix +
Ridwan,2008.
301 hlm.
Hipertensi
Risikonya
Dan
Dalam
Faktor Kajian
Epidemiologi. Kimberly A.J. ,2011Facts and Statistics On High
Blood
http://ridwanamiruddin.wordpress.c
Pressure.
om/2007/12/08/hipertensi-dan-
http://www.cdc.gov/
faktorrisikonya-
bloodpressure/facts.htm.
epidemiologi/.
Law, M. “Salt, Blood Pressure and
dalam-kajian-
Sidabutar RP dan Wiguno. 1990. Hipertensi
Cardiovascular Risk”. Journal of
Esensial
Cardiovascular Risk. 7.1(2000):5-8.
Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 572
Dalam Ilmu Penyakit
Tahun 2002. Skripsi. FKM UI Soeryoko,2010. Hipertensi : Faktor Risiko dan
Depok : x + 78 hlm.
Penatalaksanaannya.
http://www.pjnhk.go.id/content/vie
Purwanti, Sri. 2005. Hubungan Antara
w/788/31/.
Indeks Massa Tubuh dan Pola Hidup
Susalit,
E.
1991.
Hipertensi.
Dengan
Kelurahan
Pendidikan Dokter Uji Diri IDI.
Tahun
Hipertensi
Abadi
2001
Di
Jaya
Depok
(Analisis
Data
Sekunder Faktor Risiko PTM). Soeharto, Iman. 2000. Pencegahan dan Penyembuhan Koroner
Penyakit
:
Skripsi. FKM UI, Depok : vii + 43
Jantung
Panduan
hlm.
Bagi
Masyarakat Umum. PT. Gramedia
Wahyuni, Inge. 2000. Faktor-faktor Yang
Pustaka Utama, Jakarta : ix + 283
Berhubungan
hlm.
Hipertensi Pada Kelompok Lansia Di
Setiawan, Zamhir. 2006. Karakteristik Sosiodemografi
Sebagai
Dengan
Kecamatan
Kejadian
Ciwidey
Kab.Bandung Tahun 1997 (Analisis
Faktor
Data Sekunder). Skripsi. FKM UI,
Risiko Hipertensi Studi Ekologi Di
Depok : viii + 83 hlm.
Pulau Jawa Tahun 2004. Tesis. FKM UI, Depok
Timmreck, Thomas C. 2001. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Penerbit
Siburian,
Imelda.
2004.
Gambaran
Buku Kedokteran EGC, Jakarta : v
Kejadian Hipertensi dan Faktor-
+ 480 hlm.
faktor Yang Berhubungan Tahun 2001 (Analisis Data Sekunder SKRT
Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel
2001). Skripsi. FKM UI Depok :
Dalam Penelitian Kesehatan. Gajah
i+71 hlm.
Mada University Press, Yogyakarta : ix + 259 hlm.
Sanusi, Annisa. 2003. Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan
Kejadian
Nurparida, Lia. 2004. Hubungan Antara
Hipertensi Pada Pasien Lansia
Pola Makan, Gaya Hidup dan
Rawat Jalan Di Poliklinik Geriatri
Status Gizi Dengan Hipertensi Pada
RSUPN
Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik
Cipto
Mangunkusumo 573
Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
Tahun
2004. Skripsi. FKM UI, Depok : vii + 75 hlm.
574
PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP NYERI ARTRITIS REUMATOID PADA LANSIA DI POSYANDU BATU 10 TANJUNGPINANG TAHUN 2014 Deasy Dondaria Lumbagaol1, Raden Doni2, Saidah Maisyarah3, Suraidah4
ABSTRAK Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Semakin bertambahnya umur manusia, maka akan terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan- perubahan, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan sexual. Namun yang paling sering terjadi dan yang paling menonjol pada diri lansia adalah pada perubahan fisiknya. sebagian besar dari lansia mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, yang menyebabkan nyeri sendi, seperti atritis rheumatoid. Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, yang terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah di sekitarnya. Dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Kompres Air Hangat Dan Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri Atritis Rheumatoid Pada Lansia Di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang Tahun 2014. Desain Penelitian menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami nyeri Artritis Reumatoid di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang dengan jumlah 220 orang dan sampel 22 orang. Analisis yang digunakan adalah uji paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan ρ value 0,000 (ρ < nilai α) sehingga (Ha Diterima) yang artinya ada pengaruh kompres air hangat dan kompres hangat jahe terhadap penurunan nyeri Artritis Reumatoid pada lansia di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang tahun 2015. Kata Kunci :
PENDAHULUAN
2025 diperkirakan akan mencapai 1,2
Menua atau menjadi tua adalah
milyar (Nugroho, 2012).
suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
tua
jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5
merupakan proses alamiah, yang berarti
juta orang (Pujiastuti, 2003, dalam Izza,
seseorang
tahap
2013). Indonesia termasuk negara yang
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua
memasuki era penduduk berstruktur lanjut
(Nugroho, 2012).
usia (aging structured population) karena
Di
manusia.
telah
dunia,
Menjadi
Di Indonesia, pada tahun 2015
melalui
2015
mempunyai jumlah penduduk dengan usia
diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut
60 tahun ke atas sekitar 7,18% (Efendi,
ada 500 juta dengan rata-rata usia 60 tahun
2013). Peningkatan jumlah penduduk lansia
(Nugroho,
ini antara lain disebabkan karena tingkat
2012).
pada
tiga
Pada
tahun
tahun
2020
diprediksi jumlah lansia sebesar 11,34%
sosial
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun
meningkat, kemajuan di bidang pelayanan
(Sudoyo, dkk, 2009). Sedangkan pada tahun 575
ekonomi
masyarakat
yang
kesehatan,
dan
tingkat
pengetahuan
masyarakat yang meningkat (Efendi, 2013). Semakin
bertambahnya
umur
muncul rasa tidak nyaman untuk disentuh, muncul
pembengkakan,
kekakuan,
dan
peradangan,
pembatasan
gerakan.
gangguan
sistem
manusia, maka akan terjadi proses penuaan
Penyakit-penyakit
secara degeneratif yang akan berdampak
muskuloskeletal yang menyebabkan nyeri
pada perubahan - perubahan, tidak hanya
sendi antara lain: Osteoatritis, Arthritis
perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
Gout,
perasaan, sosial, dan sexual. Namun yang
Infeksi (Anies, 2006, dalam Izza, 2013).
Arthritis
Rheumatoid,
Arthritis
paling sering terjadi dan yang paling
Artritis adalah peradangan dari
menonjol pada diri lansia adalah pada
suatu sendi (Sibuea, 2009). Penderita secara
perubahan fisiknya. Lansia akan mengalami
berangsur-angsur merasakan nyeri dan
perubahan pada sistem tubuh, seperti sistem
kekakuan pada tangan dan jari-jari, sendi-
pengindraan,
sistem
sendi bengkak tetapi tidak merah. Secara
perkemihan, sistem reproduksi, sistem
berangsur-angsur tulang rawan dari sendi-
pencernaan,
sendi
sistem
saraf,
sistem
respirasi,
sistem
hancur
dan
mengakibatkan
kardiovaskuler, dan yang paling sering
deformitas. Pada sendi-sendi lain juga akan
adalah
terkena, terutama sendi-sendi besar seperti
perubahan
pada
sistem
muskuloskeletal (Izza, 2013). Pada
sendi lutut (Sibuea ddk, 2009).
lansia
sistem
Artritis
Reumatoid
merupakan
muskuloskeletal akan mengalami beberapa
penyakit reumatik yang paling sering
perubahan seperti perubahan pada jaringan
terjadi,
penghubung
pengaruh
(kolagen
dan
elastin),
tetapi
perubahan
pada
fisiologis,
individu,
berkurangnya kemampuan kartilago untuk
penatalaksanaan
beregenerasi, kepadatan tulang berkurang,
dikenal baik oleh praktisi selain tim
perubahan
reumatologi (Kneale, 2011).
struktur
otot,
dan
terjadi
penurunan elastisitas sendi (Anies, 2006, dalam
Izza,
2013).
Hal
penderita
kurang
Artritis
yang
Reumatoid di dunia saat ini telah mencapai
menyebabkan sebagian besar dari lansia
angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6
mengalami
sistem
penduduk bumi menderita penyakit Artritis
muskuloskeletal, yang menyebabkan nyeri
Reumatoid (WHO 2010). Di Indonesia
sendi. Nyeri sendi adalah tanda atau gejala
prevalensi kasus Artritis Reumatoid pada
yang mengganggu bagian persendian, nyeri
tahun 2014 berkisar 0,1% sampai 0,3%
sendi akan mengganggu kinerja bagian
sementara di Amerika mencapai 3%
tubuh. Pada nyeri sendi biasanya akan
(Nainggolan, 2009, dalam susanti, 2014).
gangguan
ini
Jumlah
penyakitnya
dan
576
Perbandingan pasien wanita tiga kali lebih
relaksasi, dan kompres (Potter dan Perry,
banyak dari pria. Diperkirakan angka ini
2006, dalam Izza, 2013).
terus meningkat hingga tahun 2025 dengan
Pemberian kompres air hangat
indikasi lebih dari 25% akan mengalami
adalah intervensi keperawatan yang sudah
kelumpuhan (Zen, 2010, dalam Susanti,
lama di aplikasikan oleh perawat. Kompres
2013).
air hangat dianjurkan untuk menurunkan Data yang diperoleh di Dinkes
nyeri karena dapat meredakan nyeri,
Provinsi kepulauan Riau Tahun 2013,
meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan
angka kejadian penyakit Artritis Reumatoid
sirkulasi,
di Kepri sebanyak 4.941 jiwa. Berdasarkan
psikologis, dan memberi rasa nyaman,
data yang diperoleh di Dinkes Kota
bekerja sebagai counteriritan (Koizier &
Tanjungpinang, lansia yang mengalami
Erb, 2009, dalam Izza, 2013), dan kompres
Artritis Reumatoid sebanyak 305 jiwa.
jahe merupakan tindakan yang sering kali
Berdasarkan hasil data yang diperoleh,
digunakan sebagai obat nyeri persendian
angka kejadian tertinggi di Tanjungpinang
karena kandungan gingerol dan rasa hangat
adalah di Puskesmas Batu 10 sebanyak 220
yang ditimbulkannya membuat pembuluh
lansia yang mengalami penyakit Artritis
darah terbuka dan memperlancar sirkulasi
Reumatoid pada tahun 2013.
darah, sehingga suplai makanan dan
Terapi farmakologi yaitu tindakan pemberian obat sebagai penurun
nyeri.
Biasanya dengan pemberian obat-obat
meningkatkan
relaksasi
oksigen lebih baik dan nyeri
sendi
berkurang (Utami & Puspaningtyas, 2013, dalam Izza 2013).
analgesik seperti Pemberian obat anti
Berdasarkan latar belakang dan
inflamasi nonsteroid (OAINS), contoh:
hasil penelitian yang terkait diatas, bahwa
aspirin dan ibuprofen. Penggunaan obat-
di Tanjungpinang memiliki peningkatan
obatan analgesik memiliki dampak buruk
angka kejadian Artritis Reumatoid serta
seperti rasa yang tidak nyaman pada saluran
belum ada penelitian yang membandingkan
cerna, mual, diare, perdarahan tukak, dapat
kompres air hangat dan kompres hangat
juga mengakibatkan kerusakan pada ginjal,
jahe
dan gangguan kardiovaskuler (Sukandar
Reumatoid di Tanjungpinang. Untuk itu
dkk, 2009, dalam Izza, 2013). Adapun
peneliti
terapi
dengan
tentang Pengaruh Kompres Air Hangat dan
bimbingan antisipasi, distraksi, stimulus
Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri
kutaneus, terapi es dan panas, hipnosis,
Artritis Reumatoid pada lansia di Posyandu
nonfarmakologi
yaitu
dalam
penurunan
tertarik
nyeri
melakukan
Artritis
penelitian
Batu 10 Tanjungpinang tahun 2014 577
BAHAN
DAN
METODE
Tabel 4.2
PENELITIAN
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
Desain
Penelitian
menggunakan
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
rancangan penelitian eksperimen semu (quasi
experiment).
Populasi
Kompres Air Hangat Pada Lansia Di
pada
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang
penelitian ini adalah seluruh lansia yang
Skala Nyeri
Pre-test
mengalami nyeri Artritis Reumatoid di
n
%
n
%
Tidak nyeri
0
0
0
0
Ringan
1
9,1
9
81,8
Sedang
9
81,8
2
18,2
Berat
1
9,1
0
0
0
0
0
0
11
100
11
100
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang dengan jumlah 220 orang dan sampel 22 orang. Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Posyandu batu 10 yang terpilih sebagai sampel. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat
terkontrol
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan
atau
Post-test
Berat tidak
mendeskripsikan
terkontrol
karakteristik setiap variabel penelitian.
Total
Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsi variabel
Tabel
penurunan nyeri artritis reumatoid sebelum
4.2,
menggambarkan
dan setelah diberikan perlakuan kompres air
mayoritas responden sebelum diberikan
hangat dan kompres hangat jahe pada lansia
perlakuan kompres air hangat mengalami
di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang.
tingkat nyeri sedang sebanyak 9 (81,8%)
gambaran
responden. Sesudah diberikan perlakuan
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Sebelum
dengan kompres air hangat, responden
Dan Sesudah Dilakukan Kompres Hangat
yang mengalami nyeri sedang menjadi 2
dan Kompres Hangat Jahe Pada Lansia Di
(18,2%) responden.
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang dapat
2.
Untuk
mengetahui
dilihat pada table berikut : 1.
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Nyeri
Kompres Hangat Jahe Pada Lansia Di
Dan Sesudah Dilakukan
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang
Distribusi Sebelum
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
Frekuensi
Skala
tahun 2014
Kompres Air Hangat Pada Lansia Di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang
Tabel 4.3
Tahun 2014 578
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
kompres air hangat dan kompres hangat
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
jahe terhadap nyeri Artritis Reumatoid.
Kompres Hangat Jahe Pada Lansia Di
Hasil analisis Bivariat selengkapnya dapat
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang Tahun
dilihat pada tabel di bawah
2014 Skala Nyeri
1. Analisis Uji Pengaruh Kompres Air
Pre-test
Hangat dan Kompres Hangat Jahe
Post-test
n
%
n
%
Tidak nyeri
0
0
3
27,3
Ringan
0
0
8
72,7
Sedang
6
54,
0
0
0
0
Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid pada Lansia
5
terkontrol Berat tidak
45,
0
0
0
11
10
11
100
Hangat dan Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid pada Lansia di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang Tahun 2015
0
Tabel
4.3,
10
Analisis Uji Pengaruh Kompres Air
terkontrol Total
Batu
Tabel 4.4
5 0
Posyandu
Tanjungpinang Tahun 2014
5 Berat
di
menggambarkan
mayoritas responden sebelum diberikan perlakuan kompres hangat jahe mengalami tingkat nyeri sedang sebanyak 6 (54,5%) responden. Sesudah diberikan perlakuan dengan kompres hangat jahe, responden yang mengalami nyeri sedang menjadi 0%. B. Analisis Bivariat Analisa bivariat adalah uji statistik yang berguna untuk menguji kedua mean antara sampel yang berhubungan adalah dengan menggunakan uji beda dependen. Uji yang digunakan adalah Uji Paired T Test untuk mengetahui adanya pengaruh 579
Eksperimen
n
Rerata ± S.D
IK 95%
ρ value
2,909 ± 1,446
3,881 - 1,938
0,000
5,364 ± 1,433
6,327 - 4,401
0,000
Perbedaan rerata ± S.D
Sebelum kompres
11
5,18 ± 1,168
air hangat Sesudah kompres
11
2,27 ± 1,191
11
6,55 ± 1,128
air hangat Sebelum kompres hangat jahe Sesudah kompres
11
1,18 ±0,982
hangat jahe
Tabel 4.4 Berdasarkan nilai ratarata
sebelum
dilakukan
intervensi
kompres air hangat yaitu 5,18 (nyeri sedang) dan turun menjadi 2,27 (nyeri ringan)
setelah
diberikan
perlakuan
PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Skala Nyeri Sebelum Dan Setelah Dilakukan Kompres Air Hangat Pada
kompres air hangat. Sedangkan nilai ratarata
sebelum
dilakukan
Lansia
intervensi
Berdasarkan
sedang) dan turun menjadi 1,18 (nyeri setelah
diberikan
responden berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan lembar observasi.
artinya ada pengaruh kompres air hangat
Setelah dilakukan pemberian kompres
terhadap
air hangat sebagian besar 9 (81,8%)
penurunan nyeri Artritis Reumatoid pada lansia
di
Posyandu
Batu
penelitian,
nyeri sedang sebanyak 9 (81,8%)
nilai α) sehingga (Ha Diterima) yang
jahe
hasil
sebagian besar responden mengalami
lansia menunjukkan ρ value 0,000 (ρ <
hangat
10
air hangat terdapat 11 responden, dimana
air hangat dan kompres hangat jahe pada
kompres
Batu
sebelum dilakukan pemberian kompres
perlakuan
kompres hangat jahe. Diketahui kompres
dan
Posyandu
Tanjungpinang Tahun 2014
kompres hangat jahe yaitu 6,55 (nyeri
ringan)
Di
responden mengalami penurunan nyeri
10
menjadi
Tanjungpinang tahun 2014.
ringan
pengukuran
dengan
lembar observasi. 580
berdasarkan
hasil
menggunakan
Menurut Kozier dan Erb (2009), Secara
konduksi
dimana
hangat jahe sebagian besar 8 (72,7%)
terjadi
responden mengalami penurunan nyeri
pemindahan sensasi hangat dari waslap
menjadi
hangat ke dalam tubuh sehingga akan
pengukuran
menyebabkan pelebaran pembuluh darah
lembar observasi.
(vasodilatasi), sehingga akan terjadi
tahap
dengan
hasil
menggunakan
kompres jahe menurunkan nyeri sendi
nyeri,
pada tahap transduksi, dimana pada
kompres air hangat menurunkan nyeri
tahapan ini jahe memiliki kandungan
sendi melalui tahap transmisi, dimana
gingerol
pada tahapan ini sensasi hangat pada
siklooksigenase yang bisa menghambat
kompres
terbentuknya
air
fisiologis
berdasarkan
Pada tahapan fisiologis nyeri,
penurunan ketegangan otot (Izza 2013). Pada
ringan
hangat
menghambat
yang
mengandung
prostaglandin
pengeluaran mediator inflamasi seperti
mediator
sitokinin proinflamasi, kemokin, yang
penurunan nyeri sendi. Sehingga jahe
dapat menurunkan sensivitas nociceptor
dapat digunakan sebagai salah satu
sehingga akan meningkatkan ambang
alternatif pengobatan non farmakologis
rasa nyeri sehingga terjadilah penurunan
untuk menurunkan nyeri sendi (Izza,
nyeri (Izza, 2013).
2013).
Penatalaksanaan artritis reumatoid
nyeri,
sebagai
Menurut
sehingga
terjadi
Budhawar
(2006)
menggunakan kompres air hangat ini
melulurkan rimpang jahe yang telah
merupakan
dalam
dipanaskan dan dihaluskan saat timbul
penanganan nyeri, salah satunya nyeri
nyeri sendi, dapat mengurangi nyeri
Artritis Reumatoid .
sendi tanpa efek samping karena tidak
2. Skala Nyeri Sebelum Dan Setelah
mengandung
suatu
alternatif
bahan
kimia
dengan
Dilakukan Kompres Hangat Jahe
khasiat dan manfaatnya telah diakui oleh
Pada Lansia Di Posyandu Batu 10
peneliti. Penggunaan jahe sebagai lulur
Tanjungpinang tahun 2015
dapat menghilangkan rasa nyeri dan
Hasil
penelitian
sebelum
menaikkan sirkulasi darah yang akan
dilakukan pemberian kompres hangat
mengurangi
jahe terdapat 11 responden dimana 6
(Potter & Perry, 2006, dalam Izza, 2013).
(54,5%) responden mengalami nyeri
udem
Kompres
(pembengkakan)
jahe
berfungsi
sedang berdasarkan hasil pengukuran
menurunkan nyeri dengan menggunakan
dengan menggunakan lembar observasi.
efek
Setelah dilakukan pemberian kompres
farmakologi dari jahe. Efek panas pada 581
panas
yang
merupakan
efek
jahe ini yang dapat menyebabkan
Pada kelompok kompres hangat
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah
jahe, sebagian besar lansia mengalami
sehingga
nyeri
akan
menyebabkan
sedang
6
(54,5%)
sebelum
peningkatan pada sirkulasi darah dan
diberikan kompres hangat jahe. Setelah
menyebabkan penurunan nyeri dengan
diberikan perlakuan kompres hangat
menyingkirkan produk-produk inflamasi
jahe, responden yang mengalami nyeri
seperti
dan
ringan mengalami penurunan nyeri
prostaglandin yang menimbulkan nyeri
menjadi tidak nyeri. Hal ini dibuktikan
lokal. Panas akan merangsang serat saraf
dengan analisis uji Paired T test dengan
yang
sehingga
hasil ρ value 0,000 (ρ < nilai α), sehingga
transmisi implus nyeri ke medula
Ha Diterima. Pada kelompok kompres
spinalis dan otak dapat dihambat (Price
hangat jahe memiliki nilai rata-rata
and Wilson, 2005)
dengan hasil 5,364.
bradikinin,
menutup
histamin,
gerbang
Penatalaksanaan artritis reumatoid
Pada kelompok kompres air
menggunakan kompres hangat jahe juga
hangat,
sesuai
dengan
hasil
dari
merupakan salah satu alternatif dalam
penelitian sebelumnya yang dilakukan
penanganan nyeri.
oleh Wulan (2013), menunjukkan ada
B. Analisa Bivariat
pengaruh terapi kompres air hangat
3. Pengaruh Kompres Air Hangat dan
terhadap penurunan skala nyeri pada
Kompres Hangat Jahe Terhadap
wanita
lanjut
usia
dengan
Nyeri Artritis Reumatoid pada Lansia
significancy 0,000 (p<0,05).
nilai
Pada kelompok kompres air
Penelitian ini sesuai dengan teori
hangat, sebagian besar lansia mengalami
menurut Izza (2013) tentang kompres air
nyeri sedang yaitu sebanyak 9 (81,8%)
hangat, yang mengatakan pada tahap
responden sebelum diberikan kompres
fisiologis nyeri, kompres air hangat
air hangat dan mengalami penurunan
menurunkan nyeri sendi melalui tahap
nyeri menjadi ringan setelah diberikan
transmisi, dimana pada tahapan ini
perlakuan kompres air hangat. Hal ini
sensasi hangat pada kompres air hangat
dibuktikan dengan analisis uji Paired T
menghambat
test dengan hasil ρ value 0,000 (ρ < nilai
inflamasi seperti sitokinin proinflamasi,
α), sehingga Ha Diterima. Dimana pada
kemokin,
kelompok kompres air hangat memiliki
sensivitas nociceptor sehingga akan
nilai rata-rata 2,909.
meningkatkan
pengeluaran
yang
dapat
ambang
mediator
menurunkan
rasa
nyeri
sehingga terjadilah penurunan nyeri. 582
Sedangkan
pada
kelompok
mengalami penurunan. Kompres air
kompres hangat jahe, sesuai dengan hasil
hangat
dari
yang
merupakan tindakan alternatif tanpa
dilakukan oleh Izza (2013) menunjukkan
menggunakan bahan kimiawi yang dapat
hasil p value 0,000 dimana lebih kecil
mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh
dari 0,05 yang bermakna terdapat
lansia dengan artritis reumatoid.
penelitian
sebelumnya
dan
kompres
hangat
jahe
pengaruh yang signifikan pemberian kompres air hangat dan kompres jahe
KESIMPULAN
terhadap penurunan skala nyeri sendi
A. Kesimpulan
pada lansia, dan perbedaan penurunan
Berdasarkan hasil penelitian yang
skala nyeri sendi adalah 1,12. Izza
dilakukan tentang “Pengaruh Kompres
menyimpulkan bahwa kompres jahe
Air Hangat dan Kompres Hangat Jahe
lebih efektif dalam mengurangi nyeri
Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid pada
sendi pada lansia dibandingkan kompres
Lansia
air hangat.
Tanjungpinang Tahun 2014”
Penelitian ini sesuai dengan teori
di
Posyandu
Batu
10 maka
ditarik kesimpulkan bahwa:
menurut Izza (2013), yang mengatakan
1. Sebagian besar lansia mengalami
pada tahap fisiologis nyeri, kompres jahe
nyeri sedang sebelum dilakukan
menurunkan nyeri sendi pada tahap
kompres air hangat dan mengalami
transduksi, dimana pada tahapan ini jahe
penurunan nyeri
memiliki kandungan gingerol yang
setelah dilakukan kompres air hangat.
mengandung siklooksigenase yang bisa
2. Nyeri
Artritis
menjadi
Reumatoid
ringan
sebelum
menghambat terbentuknya prostaglandin
dilakukan kompres hangat jahe sebagian
sebagai mediator nyeri, sehingga terjadi
besar berada pada skala nyeri sedang,
penurunan nyeri sendi. Sehingga jahe
setelah
dapat digunakan sebagai salah satu
kompres hangat jahe sebagian besar
alternatif pengobatan non farmakologis
lansia
untuk menurunkan nyeri sendi.
menjadi ringan.
diberikan perlakuan berupa
mengalami
penurunan
nyeri
Dari hasil penelitian yang sesuai
3. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
dengan penelitian terkait dan juga teori
pengaruh antara kompres air hangat dan
dapat disimpulkan bahwa setelah diberi
pemberian kompres hangat jahe terhadap
perlakuan berupa kompres air hangat dan
nyeri Artritis Reumatoid pada lansia di
kompres hangat jahe, nyeri artritis
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang. Hal
reumatoid yang dialami oleh lansia
ini dibuktikan oleh hasil ρ value 0,000 (ρ 583
< nilai α) baik pada kelompok kompres
Dahlan, Sopiyudin.(2009). Statistik Untuk
air hangat maupun pada kelompok
Kedokteran Kesehatan. Jakarta :
kompres
Rineka Cipta
hangat
jahe,
maka
keputusannya Ha Diterima yang artinya
Dharma,
Kelana
Kusuma.
(2011).
terdapat pengaruh yang signifikan antara
Metodologi
pemberian kompres air hangat dan
Keperawatan. Jakarta : CV.
kompres hangat jahe. Dimana terdapat
Trans Info Media
perbedaan diantara kedua kelompok
Efendi,
Ferry.
Penelitian
(2013).
Keperawatan
pada kelompok kompres air hangat
Kesehatan Komunitas. Jakarta :
memiliki nilai rata-rata 2,909 sedangkan
Salemba Media
pada kelompok kompres hangat jahe
Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut
memiliki nilai rata-rata dengan hasil
Usia. Jakarta : CV Trans Info
5,364. Hal ini menunjukkan bahwa
Media
kompres hangat jahe lebih efektif dalam menurunkan
skala
nyeri
Hariana, Arief. (2013). Tumbuhan Obat &
Artritis
Khasiatnya. Jakarta : Penebar
Reumatoid.
Swadaya Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Praktik. Jakarta
Kedua. Jakarta : Salemba Medika Indriana, Yeniar. (2012). Gerontologi & Progeria. Yogyakarta : Pustaka
: Rineka Cipta Lilik
Ma’rifatul.
Keperawatan
Lanjut
Pelajar
(2011). Usia.
Izza,
Dengan
Dalam
Kompres
Dingin
(2014).
Perbedaan
Air Hangat Dan Pemberian
Bernedeta S, Gallerina. (2015). Studi Nafas
Syarifatul.
Efektifitas Pemberian Kompres
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Komparatif
dan
Tekhnik Analisa Data Cetakan
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,
Keperawatan
Kompres
Jahe
Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi
Dibandingkan Kompres Hangat Terhadap nyeri Artritis Rematoid Pada Lansia di Puskesmas Bt.10
Sosial
Wening
Ungaran
: STIKES Ngundi
Waluyo Ungaran
Tahun 2015. Tanjungpinang : STIKES HANG TUAH 584
Wardoyo
Kneale, Julia D. (2011). Keperawatan
Meilani,
Stockslanger, Jaime L & Schaeffer, Liz.
Ortopedik & Trauma. Jakarta :
(2007).
EGC
Keperawatan Geriatrik. Jakarta :
Reni.
(2015).
Perbandingan
Efektifitas Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin
apenurunan
Asuhan
Sudoyo, dkk. (2009). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V. Jakarta : Internal
Nyeri
Disminore Pada Remaja Putri Di
Saku
EGC
Terhadap
Skala
Buku
Publishing Susanti, Devi. (2014). Pengaruh Kompres
SMA 3 TPI. Tanjungpinang :
Hangat
Jahe
STIKES HANG TUAH
Penurunan
Terhadap
Nyeri
Artritis
Mubin, A.Halim. (2013). Panduan Praktisi
Rematoid pada Lansia Di Panti
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Tresna Werdha Kasih Sayang
EGC
Ibu Batu Sangkar. Sumatera
Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2010).
Metodologi Kesehatan.
Barat
Penelitian Jakarta
:
Muhammadiyah Tamsuri, Anas. (2007). Konsep Dan
Rineka Cipta
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :
Nugroho, Wahyudi. (2012). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik Edisi. 3.
:Universitas
EGC Wulan, Rifda Angelina.(2015). Pengaruh
Jakarta : EGC
Terapi
Kompres
Air
Hangat
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian
Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Pada Wanita Lanjut Usia Di Panti
Salema Medika
Tresna Werda Mulia Dharma
Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin.
Kabupaten Kubu Raya. Pontianak
(2005). Buku Ajar Fundamental
: Universitas Tanjungpura
Keperawatan. Jakarta : EGC Price, Sylvia A, & Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit, volume 2. Jakarta : EGC. Sibuea, dkk. (2009). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Rineka Cipta
585
EFEKTIFITAS RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI RUMAH BAHAGIA BINTAN Endang Abdullah1
ABSTRAK Penderita DM biasanya tidak menyadari penyakitnya. Biasanya mereka baru menyadari setelah terjadinya komplikasi sehingga DM sering disebut sebagai “silent killer”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh air rebusan buah pare terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan pre and post test without control. Jumlah populasi sebanyak 424 orang dan sampel yang dipilih 10 orang menggunakan purposive sampling dengan kadar gula darah >200 mg/dL. Analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2,191 dengan signifikansi 0,028 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh air rebusan buah pare terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Kata kunci: Air Rebusan Buah Pare, Kadar Gula Darah, DM tipe 2
ABSTRACT Patients DM usually not aware the sick. They realized after the occurrence of complication so that DM is often called a silent killer. Objective of this study is to know the effect of balsampear boiled water to decrease blood sugar levels in patient with DM type 2 in the working area of Tanjungpinang public health center in 2013. This study is a quasy experiment with pre and post test without control design. Total population is 424 people and samples were choosen by using purposive sampling with blood sugar >200 mg/dL. Analysis of data using a wilcoxon test with significance level 0,05. Based on analysis resulting z observation -2,191 with significance of 0,028 < 0,05. These data show there is influence of balsampear boiled water to decrease blood sugar levels in patient with DM type 2. Keywords: Balsempear Boiled Water, blood sugar levels, Diabetes Mellitus
PENDAHULUAN Semakin hari ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan berkembang ke arah
kehidupan
yang
lebih
modern,
sehingga diikuti pula oleh perubahan pola dan gaya hidup manusia. Perubahan gaya
seimbang, merokok, olah raga, aktifitas seksual,
permasalahan
yang
tidak
sedikit. Jika masa lalu masalah kesehatan banyak terkait dengan higienitas atau kebersihan dan infeksi, maka sekarang ini
dan
pekerjaan.
Penyakit-penyakit itu kebanyakan muncul saat usia dewasa, pertengahan 30 – 40 tahun, meski risiko munculnya penyakit itu sudah ada sejak usia remaja.
hidup tersebut ternyata diikuti dengan munculnya
lingkungan
Penyakit-penyakit terkait gaya hidup dampaknya sangat bermakna bagi kehidupan seseorang dan keluarganya. Beberapa penyakit berakibat fatal seperti penyakit jantung dan stroke. Beberapa penyakit seperti penyakit ginjal, kanker dan
berubah menjadi masalah kesehatan
Diabetes Mellitus berdampak menimbulkan
terkait gaya hidup: pola makan yang tidak 586
permasalahan kronis dan berkepanjangan,
pembuluh
pengobatan yang rumit dan mahal sehingga
mengalami diabetes, kadar gula di dalam
memunculkan beban sosial ekonomi.
darahnya meningkat bahkan melebihi batas
Diabetes Mellitus berasal dari
darah.
Pada
orang
yang
normal oleh orang sehat lainnya.
bahasa Yunani diabainein yang berarti “tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang
Adapun jenis dari DM yaitu:
berarti “rasa manis”. Penyakit ini kemudian
a. Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin
dikenal sebagai kencing manis.
Dependent Diabetes Mellitus / IDDM /
Darmono (2007) menyatakan
tergantung insulin)
bahwa Diabetes Mellitus (DM) merupakan
DM tipe 1 juga disebut sebagai
suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
diabetes anak-anak. Ciri-cirinya adalah
kadar glukosa darah melebihi normal dan
hilangnya sel beta penghasil insulin
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
sehingga terjadi kekurangan insulin pada
dan
oleh
tubuh. Ini dapat dialami anak-anak
kekurangan hormon insulin secara relatif
maupun dewasa. Diabetes ini sulit
maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak
dicegah,
terkendali
dapat
metabolik
akut
vaskuler
jangka
protein
yang
disebabkan
penderitanya
terjadi
komplikasi
memiliki kesehatan dan berat badan
maupun
komplikasi
yang baik saat penyakit ini mulai
panjang,
baik
diderita. Selain itu, sensitivitas maupun
mikroangiopati maupun makroangiopati. Penyakit
kebanyakan
Mellitus
normal. Penyebab terbanyak dari tipe ini
adalah golongan penyakit kronis yang
adalah kesalahan reaksi autoimunitas
ditandai dengan peningkatan kadar gula
yang menghancurkan sel β pankreas.
dalam
darah
Diabetes
respon tubuh terhadap insulin umumnya
sebagai
akibat
adanya
Gejala
biasanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh,
secara
dimana organ pankreas tidak mampu
perjalanannya sangat progresif. Jika
memproduksi insulin sesuai kebutuhan
tidak diawasi dapat berkembang menjadi
tubuh. Diabetes Mellitus adalah penyakit
ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosis
dimana penderitanya mengalami gangguan
ditegakkan, pasien biasanya memiliki
dalam mengubah makanan menjadi energi.
berat badan yang rendah, hasil tes
Setelah makan, makanan diubah menjadi
deteksi antibodi islet hanya bernilai
gula yang juga sering disebut sebagai
sekitar 50 – 80% dan kadar gula darah
glukosa. Glukosa akan diserap oleh usus
puasa >140 mg/dL.
dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui 587
mendadak,
berat
muncul dan
b. Diabetes Mellitus tipe 2 (Non-Insulin
glukosa
darah
tetap
Dependent Diabetes Mellitus / NIDDM /
diberikan insulin.
tidak tergantung insulin). Diabetes ini
c. DM tipe 3
tinggi
dapat
terjadi karena kombinasi dari kecatatan
Diabetes jenis ini dulu sering
dalam produksi insulin dan resistensi
disebut diabetes sekunder atau DM tipe
terhadap insulin atau berkurangnya
lain. Etiologi DM jenis ini adalah:
sensitivitas
yang
1) Penyakit pada pankreas yang merusak
melibatkan reseptor insulin di membran
sel β seperti hemokromatosis, fibrosis
sel.
kistik.
terhadap
insulin
Tahap awal abnormalitas yang paling
2)Sindrom hormonal yang mengganggu
utama adalah berkurangnya sensitifitas
sekresi dan atau menghambat kerja
terhadap insulin, yang ditandai dengan
insulin
meningkatnya
feokromositoma
kadar
insulin
dalam
darah. Pada tahap ini, hiperglikemia
anti
meningkatkan insulin
atau
akromegali, dan
cushing
sindrom.
dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat
seperti
3) Obat-obat yang mengganggu sekresi
diabetes
sehingga
insulin
sensitifitas
terhadap
menghambat kerja insulin (estrogen
mengurangi
produksi
dan glukokortikoid).
glukosa.
(fenitoin,
dilantin)
atau
4) Kondisi tertentu yang jarang terjadi
Gejala muncul perlahan-lahan dan
seperti kelainan pada reseptor insulin.
biasanya ringan (kadang-kadang bahkan belum menampakkan gejala selama
5) Sindrom genetik. d. Gestasional diabetes mellitus GDM terjadi sekitar 2 – 5% dari
bertahun-tahun). Progresivitasnya gejala berjalan lambat. Koma hiperosmolar
semua
dapat terjadi pada kasus-kasus berat.
menyebabkan
Namun,
sekali
kehamilan termasuk macrosomia, janin
muncul kecuali kasus yang disertai stres
mengalami kecacatan dan menderita
atau infeksi. Kadar insulin menurun
penyakit jantung sejak lahir.
ketoasidosis
jarang
(tetapi tidak sampai nol) atau bahkan
kehamilan.
Diabetes
GDM
permasalahan
jenis
ini
bisa dengan
biasanya
tinggi atau mungkin juga insulin bekerja
muncul pada kehamilan trimester kedua
tidak efektif. Pengendaliannya tidak
dan ketiga. Kategori ini mencakup DM
hanya berupa diet dan olah raga atau
yang
pemberian
(sebelumnya tidak diketahui). Wanita
obat
hipoglisemik
(antidiabetik oral/ADO), namun jika
yang 588
terdiagnosis
sebelumnya
ketika
diketahui
hamil
telah
mengidap DM, kemudian hamil, tidak
urutan pertama adalah India (31,4 juta),
termasuk ke dalam kategori ini.
China (20,8) dan Amerika Serikat (17,7
e. Diabetes Mellitus terkait malnutri-
juta).
si (DMMal)
Diperkirakan
jumlah
Diabetes Mellitus di
Kategori
ini
Indonesia
akan
oleh
meningkat pada tahun 2030 yaitu 21,3 juta
WHO karena kasusnya banyak sekali
jiwa. Jumlah penderita Diabetes Mellitus
ditemukan di negara-negara sedang
tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia
berkembang, terutama di wilayah tropis.
tercatat 175,4 juta orang dan diperkirakan
Diabetes
biasanya
tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang.
menampakkan gejala pada usia muda,
Tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan
antara 10 – 40 tahun (lazimnya di bawah
tahun 2030 menjadi 366 juta orang.
jenis
diusulkan
penderita
ini
30 tahun). Sebagian pasien mengalami
Ketika kadar gula darah sangat
nyeri perut yang menjalar ke daerah
tinggi, maka pasien akan buang air kecil
punggung (pola jalaran nyeri ini mirip
terus menerus, haus dan merasa tidak sehat.
dengan pola jalaran akibat pankreatitis)
Namun pasien yang memiliki gejala ini
Jumlah penderita Diabetes Mellitus
tidaklah banyak. Ini sebabnya Diabetes
di dunia dari tahun ke tahun mengalami
Mellitus sering disebut sebagai “silent
peningkatan, hal ini berkaitan dengan
killer”.
jumlah populasi yang meningkat, life
Diabetes mellitus (DM) yang tidak
expectancy bertambah, urbanisasi yang
terkontrol akan menyebabkan kelainan
merubah pola hidup tradisional ke pola
pada
hidup
obesitas
pembuluh darah (aterosklerotik), mata
meningkat dan kegiatan fisik kurang.
(diabetik retinophaty), ginjal (diebetik
Diabetes Mellitus perlu diamati kerena sifat
nephropathy), saraf (diabetik neuropathy),
penyakit yang kronik progresif, jumlah
kerusakan pada sistem saraf otonom,
penderita semakin meningkat dan banyak
hilangnya rasa pada kulit dan luka yang
dampak negatif yang ditimbulkan.
sulit sembuh dan terjadinya gangguan
modern,
Survei
prevalensi
yang
dilakukan
oleh
berbagai
organ
tubuh
seperti
leukosit sehingga mudah terinfeksi.
organisasi kesehatan dunia atau World
Gejala
yang
paling
sering
Health Organization (WHO) menyatakan
diderita oleh seorang penderita diabetes
bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus
(diabetesi) adalah:
di Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 8,4
a. Polydipsia atau banyak minum.
juta orang, jumlah tersebut menempati
Penderita diabetes akan sering
urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan
merasa haus. 589
b. Polyuria atau banyak buang air kecil.
Kondisi gula darah yang sangat
Frekuensi buang air kecil akan meningkat membuat
dari para
sebelumnya penderita
dan
diabetes
tinggi juga dapat menyebabkan gangguan kesadaran hingga mengalami koma (coma diabetikum).
menjadi tidak nyaman. Ciri khas dari
Langkah awal yang harus dilakukan
penyakit ini adalah penderita diabetes
pada pengelolaan DM berupa upaya
lebih banyak mengeluarkan urine pada
perubahan pola hidup atau upaya non
malam hari.
farmakologik, seperti mengatur makanan
c. Polyphagia atau banyak makan.
dan latihan jasmani atau berolahraga. Jika
Nafsu makan pasien meningkat
dengan upaya seperti ini gula darah
seiring dengan kondisi sel dalam tubuh
penderita belum juga menurun, barulah
yang kekurangan pasokan gula.
diupayakan dengan pemberian obat-obatan
d. Penurunan berat badan secara drastis. Kebanyakan
dari
tertentu. Berkaitan dengan penggunaan
penderita
obat-obatan, sebagian penderita DM beralih
diabetes akan mengalami penurunan
menggunakan cara herbal. Salah satu
berat badan dan sering kali tidak
tanaman herbal yang dapat digunakan untuk
disadari. Untuk itu, sebaiknya memang
menurunkan kadar glukosa darah adalah
melakukan penimbangan berat badan
pare.
secara rutin. Selain gejala tersebut, orang yang mengalami
diabetes
juga
biasanya
BAHAN
DAN
METODE
PENELITIAN
mengeluhkan:
Penelitian ini menggunakan desain
9) Lemah, mudah lelah.
penelitian
10) Gatal.
experiment), yaitu penelitian yang menguji
11) Kesemutan atau mati rasa, perasaan
coba suatu intervensi pada sekelompok
tebal-tebal pada tangan, kaki dan
subjek
bagian tubuh lain.
pembanding
eksperimental
dengan
semu
(quasy
atau
tanpa
kelompok
namun
tidak
dilakukan
12) Luka yang lama sembuhnya.
randomisasi untuk memasukkan subjek ke
13) Mudah mengalami infeksi terutama
dalam kelompok perlakuan atau kontrol.
pada kulit.
Jenis design yang digunakan dalam
14) Mata kabur
penelitian ini adalah pre and post test
15) Disfungsi ereksi pada pria.
without control (kontrol diri sendiri), yaitu
16) Prurita vulvae atau gatal pada alat
peneliti hanya melakukan intervensi pada
kelamin wanita.
satu kelompok tanpa pembanding. Model 590
rancangan ini adalah dengan melakukan
disaring. Hasil saringan diminum setiap
dua
hari.
kali
observasi
yaitu
sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen.
Sebaiknya kompor yang digunakan
Jumlah sampel yang digunakan
adalah kompor minyak tanah, atau bisa
sebanyak 10 orang yang dilakukan pre test,
dengan menggunakan kompor gas tetapi
perlakuan dan post test. Responden berada
besarnya api harus tetap terjaga (kecil)
di wilayah Puskesmas Tanjungpinang yang
sehingga lamanya waktu merebus (15 - 30
menderita diabetes mellitus (DM) tipe 2
menit) dan hasil akhir air rebusan adalah
dengan usia 25 – 80 tahun, penderita dengan
sesuai ketentuan (± 200 cc). Selama proses
kadar gula darah >200 mg/dL, penderita
perebusan, wadah dalam keadaan tertutup.
yang bersedia menghentikan obat diabetik
Bagian dari pare yang berkhasiat
oral (ODO), maupun obat diabetik injeksi,
untuk menurunkan kadar gula darah adalah
penderita
buah serta bijinya, sehingga buah dan biji
DM
memahami
tipe
2
pertanyaan
yang dan
mampu bersedia
direbus secara bersamaan.
mengikuti prosedur terapi, penderita DM
Jalannya penelitian ini berupa
tipe 2 yang bersedia mematuhi diet DM,
pengumpulan data kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 yang hanya bersedia
penderita DM tipe 2 sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas fisik ringan (activity
dilakukan terapi air rebusan buah pare.
daily living/ADL), responden bersedia
Setiap responden dilakukan pemeriksaan
untuk dijadikan subjek penelitian, serta
kadar gula darah 2 kali sehari dengan
responden tidak mempunyai gangguan baik
interval waktu pre dan post yaitu 6 jam, dan
fisik maupun mental sehingga bisa untuk
dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
diwawancarai dan dilakukan pengambilan
Adapun kadar gula darah yang diberikan air
sampel darah.
rebusan buah pare adalah responden yang
Alat yang dibutuhkan adalah air rebusan
buah
cara
Uji kemaknaan yang digunakan
pengelolaannya yaitu sebagai berikut: buah
adalah uji wilcoxon test karena skala yang
pare yang sudah dicuci bersih, ambil 200
digunakan
gram, belah menjadi empat bagian lalu iris
(kategorik), uji yang digunakan adalah non
tipis-tipis
dengan
parametrik yang membedakan 2 mean yang
menggunakan air matang, dari tiga gelas air
berpasangan (pre dan post test) yang
sampai menjadi satu gelas (1 gelas ± 200 cc)
menghasilkan ρ, dengan α= 0,05. Selain itu
. Panaskan dengan api kecil selama 15
juga disebabkan oleh jumlah sampel yang
±
pare.
1
cm.
Adapun
mengalami hiperglikemia (>200 mg/dl).
Rebus
sampai 30 menit. Biarkan dingin kemudian 591
adalah
nominal-ordinal
kecil (10 sampel) sehingga distribusi data
PEMBAHASAN
tidak normal.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah sebelum diberikan air
HASIL
rebusan buah pare dapat disimpulkan
Sebelum penelitian, responden telah
bahwa
secara
keseluruhan
responden
menyetujui inform consent. Responden
mengalami hiperglikemia (>200 mg/dl).
yang dipilih telah sesuai dengan kriteria
Hiperglikemia merupakan kadar gula darah
inklusi
ini
yang melebihi dari normal. Kadar gula
dilakukan di rumah responden masing-
darah sewaktu yang berada dalam rentang
masing. Hasil pengukuran kadar gula darah
normal adalah antara 100 – 199 mg/dl
dan
eksklusi.
Penelitian
pada responden dapat dilihat pada Tabel 1.
Kadar gula darah responden (10 orang)
Tabel 1. Perbandingan Kadar Gula Darah Pre dan Post Test pada Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2013
Kadar
Kadar
Gula
Gula
yang
(hipeglikemia),
pada
awalnya
setelah
tinggi
diberikan
air
rebusan buah pare sebagian besar (80% / 8 orang) mengalami penurunan, sedangkan 20% atau 2 orang mengalami kenaikan dari
Darah
Kategori
Darah
Pre Test
Pre Test
(mg/dL)
(mg/dL)
kadar gula darah sebelum diberikan air Kategori
rebusan buah pare. Dari 8 responden yang mengalami penurunan, 4 (empat) responden dengan kadar gula darah normal, sedangkan 4 (empat) responden masih hiperglikemia.
455
Hiper
309
Hiper
377
Hiper
351
Hiper
rebusan buah pare, 2 responden (20%)
216
Hiper
220
Hiper
mengalami peningkatan kadar gula darah
316
Hiper
181
Normal
antara pre dan post test. Peningkatan kadar
230
Hiper
138
Normal
271
Hiper
254
Hiper
266
Hiper
312
Hiper
350
Hiper
198
Normal
380
Hiper
267
Hiper
201
Hiper
159
Normal
Walaupun telah diberikan air
gula darah bukanlah disebabkan oleh air rebusan buah pare, tapi bisa disebabkan oleh pengaturan diet pasien yang tidak sesuai
pengelolaan
Diabetes
Mellitus. Pengelolaan DM terdiri dari 4 pilar
Keterangan: Hiper = Hiperglikemia
dengan
yaitu
penyuluhan
kesehatan,
perencanaan makan (diet), latihan fisik (olah 592
raga),
dan
pengobatan
atau
farmakologis. 4 pilar pengelolaan DM ini
penatalaksanaan Diabetes Mellitus,
merupakan satu kesatuan, antara pilar yang
mengenal dan mencegah komplikasi
satu dengan pilar yang lain tidak dapat
akut dan kronik, perawatan dan
dipisahkan.
pemeliharaan kaki dan lain-lain.
Tujuan pengelolaan Diabetes
c. Pencegahan tersier
Mellitus adalah: a.
Tujuan
Ditujukan jangka
pendek
yaitu
pada
diabetesi
lanjut dan materi yang diberikan
menghilangkan gejala / keluhan dan
meliputi:
cara
mempertahankan rasa nyaman dan
pencegahan komplikasi dan upaya
tercapainya target pengendalian darah.
untuk rehabilitasi.
b. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah
2. Diet diabetes mellitus
komplikasi, mikroangiopati dengan
(perencanaan makan)
tujuan menurunkan mortalitas dan
Tujuan
perawatan
diet
pada
dan
diabetes
morbiditas.
mellitus adalah mempertahankan atau
Prinsip pengelolaan Diabetes Mellitus
mencapai
berat
badan
ideal,
meliputi:
mempertahankan kadar glukosa darah
1. Penyuluhan kesehatan.
mendekati
Tujuan
penyuluhan
meningkatkan pengetahuan
yaitu
normal,
mencegah
komplikasi akut dam kronis serta
diabetesi
meningkatkan kualitas hidup.
tentang penyakit dan pengelolaannya
Penderita diabetes mellitus di
dengan tujuan dapat merawat sendiri
dalam
sehingga
memperhatikan (3 J) yaitu:
mampu
mempertahankan
hidup dan mencegah komplikasi lebih
melaksanakan
a.
Jumlah
diet
harus
kalori
yang
lanjut. Penyuluhan ini meliputi:
dibutuhkan.
a. Pencegahan primer
b.Jadwal makan yang harus diikuti.
Ditujukan untuk kelompok
c.Jenis
resiko tinggi yakni mereka yang belum
pernah
menderita,
tetapi
Komposisi
harus
makanan
yang
dianjurkan adalah makanan dengan
b. Pencegahan sekunder pada
yang
diperhatikan.
berpotensi untuk menderita DM.
Ditujukan
makanan
komposisi diabetesi
mengandung
seimbang
yaitu
karbohidrat
yang
(45-60%),
terutama pasien yang baru. Materi
protein (10-15%), lemak (20-25%),
yang dijelaskan meliputi pengertian
garam (≤3000mg atau 6-7 g perhari) dan
Diabetes
serat (±25g perhari).
Mellitus,
gejala, 593
3. Latihan fisik (olah raga)
PENUTUP
Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan mencegah
kepekaan
kegemukan,
Hasil penelitian menunjukkan
insulin,
bahwa kadar gula darah responden yang
memperbaiki
minum air rebusan buah pare terjadi
aliran darah, merangsang pembentukan
penurunan.
glikogen baru dan mencegah komplikasi
diperoleh dari pengolahan data, dari 10
lebih lanjut.
responden menunjukkan bahwa hasil uji
perhitungan
yang
Wilcoxon dapat dilihat nilai ρ diperoleh
4. Pengobatan (farmakologis) Jika
Hasil
penderita
diabetes
adalah 0,028.
(diabetesi) telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang
DAFTAR PUSTAKA
teratur namun pengendalian kadar gula darah
belum
dipertimbangkan
tercapai
maka
Andrianto, T.T, (2011): Ampuhnya Terapi
pemberian
obat
Herbal Berantas Berbagai Penyakit
meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) dan insulin.
Berat. Yogyakarta, Najah Arisman,
(2013):
Obesitas,
Diabetes
Mellitus & Dislipidemia: Konsep, Berkaitan dengan penggunaan
Teori, dan Penanganan Aplikatif.
obat-obatan, sebagian penderita DM beralih menggunakan cara Salah satu tanaman herbal
yang
dapat
digunakan
Jakarta, EGC Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
untuk
&
Penanaman
Modal
Kota
menurunkan kadar glukosa darah adalah
Tanjungpinang, Badan Pusat Statistik
pare. Pare (momordica charantia L)
Kota
mengandung
Tanjungpinang Dalam Angka 2011.
flavonoid,
glikosida
cucurbitacin, charantin dan momordin
Tanjungpinang,
(2011):
Tanjungpinang
(Sari, 2012: 100). Flavonoid, berfungsi
Dahlan, M.S, (2009): Statistik untuk
meningkatkan metabolisme dan imunitas
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta,
tubuh, membantu mengobati komplikasi
Salemba Medika
diabetes, menurunkan kadar gula darah dan kadar
lipid
dalam
darah.
Dharma,
Glikosida
K.K,
(2011):
Metodologi
Penelitian Keperawatan: Pedoman
cucurbitacin dapat menurunkan gula darah.
Melaksanakan
Charantin dan momordicin yang dapat
Hasil Penelitian. Jakarta, Trans Info
meningkatkan
Media
sekresi
insulin
dan
meningkatkan sensitifitas insulin. 594
dan
Menerapkan
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang,
Ode,
Profil 2012
Profil 2012
Konsep
Yogyakarta,
Dasar Nuha
Medika Priyatno, D, (2011): Buku Saku Analisis
Gibney, M.J, dkk, (2009): Gizi Kesehatan
Statistik Data dengan SPSS. Jakarta,
Masyarakat. Jakarta, EGC
MediaKom
Hananta, I.P.Y, (2011): Deteksi Dini dan Pencegahan
Diabetes
Rizki, F, (2013): The Miracle of Vegetable.
Melitus.
Yogyakarta, MedPress
Jakarta, AgroMedia Pustaka Sari, R.N, (2012): Diabetes Mellitus:
Hasdianah, (2012): Mengenal Diabetes
Dilengkapi
Mellitus pada Orang Tua dan Anakdengan
Solusi
Herbal.
Senam
DM.
Sunarjono, H, (2013): Bertanam 36 Jenis Sayur. Jakarta, Penebar Swadaya
Khomsan, A, (2009): Rahasia Sehat dengan Berkhasiat.
dengan
Yogyakarta, Nuha Medika
Yogyakarta, Nuha Medika
Makanan
(2012):
Keperawatan.
Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau,
Anak
S.L,
Sunaryati, S.S, (2011): 14 Penyakit Paling
Jakarta,
Sering
Kompas
Menyerang
dan
Sangat
Mematikan. Yogyakarta, FlashBooks
Kurniali, P.C, (2013): Hidup Bersama Diabetes: Mengaktifkan Kekuatan Kecerdasan
Ragawi
untuk
Mengontrol
Diabetes
1.
dan
Komplikasinya. Jakarta, Gramedia
.
Sampel.
http://dedylondong.blogspot.com. Diakses: 7 November 2013 Mansjoer, A, dkk, (1999): Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta,
Media
Aesculapius Moore, M.C, (2012): Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta, Hipokrates Notoatmodjo,
S,
Penelitian
(2012): Kesehatan.
STIKes
Tanjungpinang.
Londong, D, (2011): Dasar Penentuan Jumlah
Dosen
Metodologi Jakarta,
Rineka Cipta 595
Hang
Tuah
PEDOMAN BAGI PENULIS JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Umum Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.
Petunjuk Penulisan 1.
Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas : : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian. Pendahuluan : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara Metodologi pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang disajikan dalam tabel atau gambar. : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil Hasil tersebut dengan penelitian lain. Dan Pembahasan : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil Daftar Pustaka tersebut dengan penelitian lain. 2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk). 3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang. 4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea. 5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah. 6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di lampiri referensi. 7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Novia, 2009:12). 8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association). 9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. 10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII, Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah di sertai tanda tangan penulis.
KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor /bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal keperawatan STIKES Hang Tuah. Jenis Artikel Penelitian Ulasan artikel Ringkasan
Laporan kasus Penelitian klinis Tinjauan pustaka Lembar Metodologi Halaman Judul Judul Artikel Nama lengkap penulis Tingkat pendidikan penulis Asal institusi penulis Alamat lengkap penulis Abstrak Abstrak dalam Bahasa Indonesia Abstrak dalam Bahasa Inggris Kata kunci dalam Bahasa Indonesia Kata kunci dalam Bahasa Inggris Teks Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan Pendahuluan Bahan dan Cara Hasil Diskusi Kesimpulan Kepustakaan Gambar dan Tabel Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar
…
Nama dan alamat untuk percetakan ulang ………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Soft Copy Penulis menjamin bahwa: Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublikasikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis Tanda tangan penulis utama:
……………………………….
Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Nama Alamat
:……………………………………………………………………………………… Mahasiswa Individu Instansi :………………………………………………....................................................................... …………………………………………………………………............................... Telp: …………………………………………………..............................................
Akan berlangganan Jurnal Keperawatan, Vol..............: No:……………………..s/d…………………………………… Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening No……………….., Bank……………a/n………………………………………….. Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang: Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau Telp / fax (0771) 316516 Pelanggan
Tgl. Pesanan :…………………….
…………………..