Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
PENGARUH SOSIALISASI CUCI TANGAN LIMA MOMEN TERHADAP KEPATUHAN CUCI TANGAN PADA PERAWAT DI BANGSAL PUNOKAWAN, PRINGGODANI DAN IGD RSU RAJAWALI CITRA BANTUL YOGYAKARTA Hapipul Fahri1, Listyana Natalia Retnaningsih2, A.M sofyan3 INTISARI Latar belakang: Patient safety adalah suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. Kepatuhan cuci tangan pada perawat sering kali berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Hasi studi pendahuluan di RSU Rajawali Citra Bantul bahwa masih rendahnya perilaku cuci tangan terutama pada momen 1 dan momen 5. Tujuan penelitian: Mengetahui adanya pengaruh sosialisasi cuci tangan lima momen terhadap kepatuhan cuci tangan pada perawat di bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra Bantul. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan Pra Eksperimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian ini adalah perawat di Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra Bantul. Teknik sampling menggunakan total sampling dengan sampel 23 responden. Instrument pengumpulan data mengunakan lembar observasi. Analisa data penelitian menggunakan Paired T Test. Hasil: Ada pengaruh sosialisasi cuci tangan lima momen terhadap kepatuhan cuci tangan pada perawat di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra Bantul, Yogyakarta ditunjukan dengan hasil uji Paired T Test diperoleh p Value sebesar 0.000 (p<0,05). Rata-rata nilai tingkat kepatuhan perawat cuci tangan lima momen sebelum sosialisasi adalah 12.48 dan rata-rata setelah sosialisasi adalah 23.35. Kesimpulan: Ada pengaruh sosialisasi cuci tangan lima momen terhadap kepatuhan cuci tangan pada perawat di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra Bantul, Yogyakarta. Kata kunci: Sosialisasi, Cuci tangan lima momen, Kepatuhan ____________________ 1 Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 3 Manajement Keperawatan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
THE INFLUENCE OF FIVE-MOMENT HANDWASHING SOCIALIZATION TO HAND-WASHING OBSERVANCE AMONG NURSES AT PUNOKAWANPRINGGONDANI AND EMERGENCY WARDS OF RAJAWALI CITRA PUBLIC HOSPITAL, BANTUL YOGYAKARTA Hapipul Fahri1, Listyana Natalia Retnaningsih2, Abdul Muid Sofyan3 ABSTRACT Background: Patient safety is a health-worker’s attempt in providing safe health service for the patients. Nurses’ observance of hand-washing is often based on the feeling of being obliged and not based on the understanding of its necessity. It might be also because of the need for maintaining food relation with the change agents, the authoritative persons who have introduced the change. A preliminary study at Rajawali Citra Public Hospital, Bantul, revealed the low practice of hand-washing, particularly for moment 1 and moment 5. Research Objective: This research was aimed at identifying the influence of five-moment hand-washing socialization to the hand-washing observance among nurses at Punokawan, Pringgondani and Emergency Wards of Rajawali Citra Public Hospital, Bantul, Yogyakarta Research Method: This research was a pre-experimental study with a one-group pretest-posttest design. The population consisted of nurses at Punokawan, Pringgondani and Emergency Wards of Rajawali Citra Public
83
Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Hospital, Bantul. It employed a total sampling technique with 23 respondents. The data collection instrument consisted ofan observation sheet. The data were analyzed with the paired T-test. Research Result: This research found that the influence of the socialization of five-moment hand-washing among the nurses at Punokawan, Pringgondani and Emergency Wards of Rajawali Citra Public Hospital, Bantul, Yogyakarta. The paired T-test yielded a p-value of 0.000 (p < 0.05). The nurses’ average observance value before the socialization of five-moment hand-washing was 12.48 while after the socialization it increased to 23.35. Conclusion: The socialization of five-moment hand-washing among the nurses at Punokawan, Pringgondani and Emergency Wards of Rajawali Citra Public Hospital, Bantul, Yogyakarta influenced their hand-washing observance. Keywords: socialization, five-moment hand-washing, observance ____________________________________________________________________ 1 S1 (Undergraduate) Nursing Student of Yogyakarta Respati University 2 Lecturer of the S1 (Undergraduate) Nursing Study Program, Yogyakarta Respati University 3 Nursing Department Officer of Panembahan Senapati Regional Public Hospital, Bantul,Yogyakarta dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam
PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) sebagai
perawatan
organisasi
kewaspadaan
dan
mengkampanyekan program keselamatan pasien
nosokomial
adalah
salah satunya adalah menurunkan resiko infeksi
kebersihan
tangan
yang
benar
dan
nosokomial. Patient safety adalah suatu upaya dari
mengimplementasikan
secara
efektif².
Riset
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi nasional
kesehatan yang aman untuk pasien.1 Infeksi yang
proporsi perilaku cuci tangan secara benar sebesar
muncul setelah 72 jam seseorang dirawat di rumah
47,0 persen
sakit dan mulai menunjukan suatu gejala selama
Sumatera
seseorang itu dirawat atau setelah dirawat disebut
Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara
infeksi nosokomial.2
(32,9%) dan Aceh (33,6%). Berdasarkan analisis
induk
kesehatan
dunia
telah
pasien. Salah satu komponen standar menurunkan
menggunakan
dan lima provinsi Barat
kecenderungan
WHO sebagai suatu organisasi pada tahun
usaha
(29,0%),
rata-rata
infeksi panduan
terendah adalah Papua (29,5%),
nasional
proporsi
2009 mencetuskan global patient safety challenge
penduduk umur ≥10 tahun berperilaku cuci tangan
dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan
dengan benar meningkat tahun 2007 (23,2%)
inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk
menjadi 47,0 persen pada tahun 2013.3
petugas kesehatan dengan My five moments for hand
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
hygiene adalah melakukan cuci tangan sebelum
dilakukan di RSU Rajawali Citra pada tanggal 24
bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan
dan 28 Oktober 2014. Setelah dilakukan observasi
prosedur bersih atau steril, setelah bersentuhan
pada 10 perawat dengan hasil adalah pada momen 1
dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi, setelah
dari 10 perawat belum ada yang melakukan cuci
bersentuhan dengan pasien dan setelah bersentuhan
tangan, momen 2 dari 10 perawat hanya 3 perawat
dengan lingkungan sekitar pasien.1
yang melakukan cuci tangan, momen 3 dari 10
Kepatuhan cuci tangan menjadi salah satu
perawat hanya 5 perawat melakukan cuci tangan,
langkah yang efektif untuk memutuskan rantai
momen 4 dari 10 perawat hanya 4 perawat
transmisi infeksi, sehingga insidensi nosokomial
melakukan cuci tangan dan momen 5 hanya 3
dapat berkurang. Pencegahan
pengendalian
perawat melakukan cuci tangan. Peneliti juga
mutlak harus dilakukan oleh perawat,
mengamati enam langkah cuci tangan standar WHO
infeksi
dan
84
Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
dimana dari 10 perawat yang diamati ada satu
dan masa kerja perawat yang diperoleh dari bagian
perawat yang ditemukan cuci tangannya tidak sesuai
diklat rumah sakit.
dengan enam langkah yang distandari oleh WHO.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
Berdasarkan uraian tersebut tujuan peneliti adalah
adalah lembar observasi, leaflet, SAP Sosialisasi
untuk mengetahui pengaruh sosialisasi cuci tangan
cuci tangan, gambar cuci tangan lima momen, gamar
lima momen terhadap kepatuhan cuci tangan pada
cuci tangan enam langkah benar dimana semua
perawat di bangsal Punokawan, Pringgodani dan
instrument sudah di uji validitas expert dengan hasil
IGD RSU Rajawali Citra Bantul Yogyakarta.
rata-rata nilai 93 sehingga instrumen penelitian ini
METODE PENELITIAN
layak digunakan dalam penelitian ini. Penelitian
Metode penelitian ini adalaha Pra Eksperimental
dilakukan
dengan rancangan One Group Pretest-Posttest
sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi terhadap
Design.4 Rancangan penelitian ini menggunakan
kepatuhan cuci tangan pada lima momen pada
One
tidak
perawat di setiap shif. Lembar observasi terdiri dari
menggunakan kelompok pembanding (kontrol).5
5 item yang diobservasi dalam 3 kali pengamatan
Penelitian ini dilakukan pada perawat di bangsal
dan pengisiannya/penilaian dengan skor yaitu:
Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali
perawat melakukan cuci tangan pada 5 momen
Citra Bantul Yogyakarta
sejak tanggal 25-31
dengan cuci tangan 6 benar mendapat 2 poin,
Desember 2014. Populasi dalam penelitian ini
perawat melakukan cuci tangan pada 5 momen tapi
adalah perawat di Punokawan, Pringgodani dan IGD
tidak cuci tangan dengan 6 benar mendapat 1 poin
RSU Rajawali Citra Bantul yang berjumlah 23
dan tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen
perawat. Teknik sampling menggunakan total
mendapat
sampling yaitu mengambil semua populasi secara
kepatuhan perawat melakukan cuci tangan pada lima
keseluruhan sehingga jumlah sampel penelitian ini
momen dalam 3 kali melakukan tindakan kepada
23 responden dengan kriteria inkulsi dan ekslusi:
pasien. Pengukuran tingkat kepatuhan berdasarkan
a.
b.
Group
Pretest-Posttest
dengan
dengan
nilai
observasi
nol.
secara
Peneliti
langsung
mengobservasi
Kriteria Inklusi
skala interval dengan penilaian tingakat kepatuhan
Perawat mau mengikuti sosialisasi atau mau
perawat berdasarkan skor yang didapat dari skor 0-
menjadi responden
30, sehingga penilaian tingkat kepatuhan hanya
Kriteria Eksklusi
berdasarkan skor dari hasil pengamatan pada lembar observasi.
Perawat yang sedang cuti dan Perawat yang
Analisa
sedang melanjutkan studi
univariat
digunakan
untuk
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel
medeskripsikan setiap variabel sedang kan analisa
bebas (independen) yaitu sosialisasi cuci tangan lima
bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
momen, sedangkan variabel terikat (dependen) yaitu
masing-masing
kepatuhan cuci tangan pada perawat. Jenis data yang
menggunakan uji Paired T Test yaitu teknik statistik
digunakan untuk tingkat kepatuhan adalah data
untuk mengaetahui pengaruh sosialisasi cuci tangan
primer meliputi tingkat kepatuhan sebelum dan
lima momen terhadap kepatuhan cuci tangan pada
sesudah sosialisasi, sedangkan data
perawat.5
sekunder
variabel.
meliputi identitas responden yaitu nama, usia, jenis
HASIL PENELITIAN
kelamin, serta jumlah perawat, tingkat pendidikan
Gambaran Lokasi Penelitian
85
Analisa
bivariat
Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum
Berdasarkan tabel 1. didapat data dari 23 responden
Rajawali Citra Bantul Yogyakarta. RSU Rajawali
perawat di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan
Citra berdiri sejak tanggal 20 Februari 2008 dengan
IGD RSU Rajawali Citra berdasarkan umur
ijin 503/400/2008 dan No. IMB: 650.999/2006,
responden umur <25 dan umur 26-30 tahun adalah
dengan
dusun
paling banyak dengan masing-masing 10 responden
Bantul.
(43.5%) dimana semua responden berjenis kelamin
merupakan
perempuan. Berdasarkan lama bekerja paling banyak
konversi/pengembangan dari klinik dan rumah
responden bekerja dibawah 5 tahun sebanyak 15
bersalin. Dari klinik ini berkembang menjadi sebuah
responden (65.2%) dan tingkat pendidikan mayoritas
Rumah Sakit Umum swasta dengan tipe kelas “D”.6
D3 sebanyak 22 responden (95.7%).
Gambaran
Kepatuhan Cuci Tangan Lima Momen Sebelum Sosialisasi Tabel 2. Frekuensi Skor Kepatuhan Sebelum Sosialisasi di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra 2014
lokasi
Banjardadap, Rumah
jalan
Pleret
Potorono, sakit
cuci
Km.2,5
Banguntapan,
ini
tangan
perawat
di
Bangsal
Punokawan, Pringgodani dan IGD bahwa peneliti mengamati cuci tangan dari beberapa perawat sebelum dilakukan sosialisasi ditemui perawat masih salah dalam melakukan cuci tangan enam langkah
Skor Kepatuhan
f
%
benar padahal pihak rumah sakit sudah menyediakan gambar cuci tangan yang 12 langkah di setiap
Skor kepatuhan 0-10 Skor kepatuhan 11-20 Skor kepatuhan 21-30
6 17 0
26,1 73.9 0
wastafel. Terkait prilaku cuci tangan perawat pada
Total
23
100
lima momen dari ketiga
bangsal bahwa peneliti
Tabel 2. menginformasikan bahwa dari 23 responden didapatkan skor kepatuhan sebelum sosialisasi paling banyak berada pada rentang Skor kepatuhan 11-20 sebanyak 17 responden (73,9%)
menemukan hampir semua perawat tidak melakukan cuci tangan pada momen 1 dan momen 5.
Tabel 3. Gambaran Responden Sebelum Sosialisasi di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra 2014.
Hasil Penelitian Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra 2014 Karakteristik f % Responden Umur Umur <25 Tahun 10 43.5 Umur 26-30 Tahun 10 43.5 Umur >31 Tahun 3 13.0 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Lama Bekerja <5 tahun >6 tahun Pendidikan Terakhir D3 S1 Total
23 0
100 0
15 8
65.2 34.8
22 1
95.7 4.3
23
100
n
Min
Max
Mean
Nilai 23 7 20 12.48 Kepatuhan Sumber: Data Primer diolah 2015
S.D 3.177
Tabel 3. menginformasikan bahwa dari 23 responden didapatkan nilai minimal kepatuhan sebelum sosialisasi cuci tangan lima momen adalah 7, nilai maksimal 20, dan rata-rata sebesar 12.48. Kepatuhan Cuci Tangan Lima Momen Setelah Sosialisasi Tabel 4. Frekuensi Skor Kepatuhan Setelah Sosialisasi di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra 2014 Skor Kepatuhan Skor kepatuhan 0-10 Skor kepatuhan 11-20 Skor kepatuhan 21-30 Total Sumber: Data Primer diolah 2015
Sumber: Data Sekunder diolah 2015
86
f 0 7 16
F 0 30.4 69.0
23
100
Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
Tabel 4. menginformasikan bahwa dari 23 responden didapatkan skor kepatuhan setelah sosialisasi paling banyak berada pada rentang Skor kepatuhan 21-30 sebanyak 16 responden (69,0%). Tabel 5. Gambaran Responden Setelah Sosialisasi di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra 2014
ISSN : 2088 - 8872
responden.
Menurut
Evin
dalam
Rikayanti
menjelaskan bahwa umur berpengaruh terhadap pola pikir seseorang dan pola fikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang.7 Kepatuhan dalam hal ini adalah kepatuhan akan cuci tangan sebagaimana menurut Nurbaeti kepatuhan adalah suatu prilaku manusia
n
Min
Max
Mean
S.D
yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan
Nilai 23 18 28 Kepatuhan Sumber: Data Primer diolah 2015
23.35
3.185
disiplin.8 Berdasarkan
jenis
kelamin
responden
dalam penelitian ini didapat data semua responden
Tabel 5. menginformasikan bahwa dari 23 responden didapatkan nilai minimal kepatuhan setelah sosialisasi cuci tangan lima momen adalah 18, nilai maksimal 28, dan rata-rata sebesar 23.35.
berjenis
kelamin
perempuan.
Jenis
kelamin
seseorang sangat menentukan bagaimana sesorang menyelesaikan masalah, dimana dalam penelitian ini
Pengaruh Sosialisasi Cuci Tangan Lima Momen Terhadap Kepatuhan Cuci Tangan Pada Perawat Tabel 6. Hasil Uji Paired T Test Kepatuhan Sebelum dan Kepatuhan Sesudah Sosialisasi di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra 2014
yang menjadi masalah adalah kepatuhan dalam cuci tangan lima momen. Sehingga tingkat kepatuhan seorang perempuan akan berbeda dengan laki-laki jika
diberikan
perlakuan.
Pendapat
tersebut
didukung Robbin dalam Rulis bahwa penelitian psikologi menunjukan wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif serta kemungkinan lebih besar dari wanita untuk memiliki harapan atau keberhasilan namun perbedaanperbedaan itu tidak besar.9 Berdasarkan
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.6 diketahui
pendidikan
data
yang
bahwa rata-rata skor kepatuhan sebelum sosialisasi
diperoleh dari 23 responden yang paling banyak
adalah 12.48 dan rata-rata skor kepatuhan setelah
menempuh pendidikan D3 sebanyak 22 responden
sosialisasi adalah 23.35. Hasil uji Paired T Test
dan pendidikan sarjana hanya satu responden.
diperoleh p Value sebesar 0.000 (p<0,05) maka
Pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan formal
hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh signifikan
bagi perawat,
sosialisasi cuci tangan lima momen terhadap
terpenting dalam pembentukan karakter individu,
kepatuhan cuci tangan pada perawat di Bangsal
semakin tinggi pendidikan maka karakter positif
Punokawan, Pringgodani dan IGD RSU Rajawali
akan semakin meningkat, sehingga nilai-nilai
Citra Bantul Yogyakarta.
intelektual semakin
merupakan
salah
satu bagian
dikedepankan dalam proses
penyelesaian masalah. Pendapat tersebut didukung oleh Feure Stein dalam Niven menjelaskan bahwa
PEMBAHASAN
pendidikan
Berdasarkan karakteristik respoden menurut umur
seseorang
dapat
meningkatkan
kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut
menunjukan jumlah responden pada umur paling
merupakan pendidikan aktif seperti penggunaan
banyak adalah umur <25 tahun sebanyak 10 responden dan umur 26-30 tahun sebanyak 10
87
Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
buku-buku dan kaset oleh seseorang secara mandiri.
Hasil
10
penelitian
menginformasikan
ini
bahwa
pada
dari
tabel
23
4.
responden
Masa kerja merupakan salah satu faktor
didapatkan skor kepatuhan setelah sosialisasi paling
yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang.
banyak berada pada rentang Skor kepatuhan 21-30
Berdasarkan masa kerja data diperoleh dari 23
sebanyak 16 responden (69,0%). Hasil tersebut
responden paling banyak lama bekerja <5 tahun
menujukan peningkatan skor kepatuhan dimana skor
sebanyak 15 responden. Nurbaeti mengemukakan
kepatuhan sebelum sosialisasi berada pada rentang
kepatuhan dapat dipengaruhi faktor internal dan
skor 11-20 sebanyak 17 responden (73,9%)
eksternal, sperti usia, pendidikan, pengetahuan dan
sedangkan setelah dilakukan sosialisasi cuci tangan
masa kerja. Pendapat tersebut diperkuat Robbin
berada pada rentang skor kepatuhan 21-30 sebanyak
dalam Rulis senioritas sebagai masa kerja seseorang
16 responden (69,0%). Perubahan rentang skor
pada pekerjaan tertentu, bahwa ada hubungan positif
kepatuhan sebelum dan setelah sosialisasi sesuai
antara senioritas denga produktifitas pekerjaan.9
dengan pendapat Jamaludin, dalam penelitiannya
Penelitian
ini
menunjukan
nilai/skor
bahwa proses sosialisasi berdampak positif terhadap
kepatuhan sebelum sosialisasi dari 23 responden
kepatuhan cuci tangan dan program sosialisasi dapat
didapatkan nilai
meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan cuci
minimal
kepatuhan sebelum
sosialisasi cuci tangan lima momen adalah 7 dan
tangan 5 momen pada
para perawat. Sosialisasi
nilai kepatuhan maksimal 20 dengan kepatuhan
dalam hal bisa diartikan pemberian pengetahuan atau
sebelum sosialisasi rata-rata sebesar 12,48. Hal ini
pendidika dengan maksud peningkatan kepatuhan
berarti bahwa kepatuhan perawat untuk melakukan
cuci tangan sebagaimana penelitian yang dilakukan
cuci tangan pada lima momen masih rendah dilihat
oleh Saragih dan Rumapea dengan hasil penelitian
dari nilai rata-rata pada tabel 2. yang tidak mencapai
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
setengah dari nilai total yaitu 15 dari 30 nilai
antara tingkat pengetahuan mengenai cuci tangan
tertinggi dalam tiga kali pengamatan dari masing-
dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan (p
masing momen. Kesadaran perawat akan cuci tangan
=0,02).12
seharusnya sejalan dengan pengetahuan dan tingkat
Hasil uji Paired T Test menunjukan bahwa
pendidikan, bahwa diketahui mayoritas pendidikan
besar nilai t = 22.264 dan peroleh nilai p Value
dari responden adalah D3 dan pengetahuan perawat
sebesar
akan cuci tangan merupakan pengetahuan yang
perbedaan sebelum dan sesudah sosialisasi cuci
paling awal diajarkan sebagai seorang perawat. Hasil
tangan lima momen dan simpangan bakunya adalah
itu juga sesuai dengan penelitian Inayatun yang
10.87±3.185,
meneliti tentang pengetahuan perawat cuci tangan
peningkatan nilai kepatuhan sebelum dan sesudah
dengan perilaku dimana hasil penelitian jumlah
sosialisasi sebesar 10.87. Selain itu didapat pada
responden
tingkat
nilai CI 95% sebesar 9.85-11.88. ini berarti bahwa
pengetahuan paling banyak terdapat pada kategori
dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% perawat
kurang baik, sebanyak 55 orang (70,5%). Sedangkan
yang
untuk perilaku cuci tangan
jumlah
peningkatan kepatuhan sebesar 9.85 sampai dengan
responden terbanyak terdapat pada kategori buruk,
11.88 dari sebelum diberikan sosialisasi cuci tangan
sebanyak 46 orang (59%).11
lima momen pada perawat di Bangsal Punokawan,
sebanyak
78
menunjukan
dengan
0.000
(p<0,05).
yang
diberikan
Sedangkan
berarti
sosialisasi
bahwa
akan
rata-rata
rata-rata
mengalami
Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra Bantul
88
Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Yogyakarta. Sosialisasi sebagai bentuk belajar
<25 tahun dan umur 26-30 tahun, semua
perawat terkait mencuci tangan pakai sabun yang
responden berjenis kelamin perempuan, lama
dapat
bekerja responden paling banyak kurang dari 5
berlangsung
melalui
media
Program
sosialisasi dapat meningkatkan pengetahuan dan
tahun,
kepatuhan cuci tangan 5 momen pada para perawat
keperawatan.
yang di Bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD. Jamaludin
dalam
penelitiannya
2.
membuktikan
sosialisasi
yaitu
sebelum
3.
hanya sekitar 80% perawat yang
bahwa
proses
Rata-rata tingkat kepatuhan perawat cuci tangan
Rata-rata tingkat kepatuhan perawat cuci tangan
dengan nilai rata-rata sebesar 23.35. 4.
sosialisasi
berdampak positif terhadap kepatuhan cuci tangan.
D3
lima momen setelah dilakukan sosialisasi
dan setelah sosialisasi meningkat menjadi 100%. Hal menunjukankan
mayoritas
dengan nilai rata-rata sebesar 12.48.
mengetahui kepentingan dan prosedur cuci tangan
ini
pendidikan
lima momen sebelum dilakukan sosialisasi
peningkatan kepatuhan cuci tangan ini sesuai dengan peningkatan pengetahuan,
dan
Terdapat pengaruh sosialisasi cuci tangan lima momen terhadap tingkat kepatuhan cuci tangan
12
pada
Kepatuhan perawat dalam hal ini juga tidak
perawat
di
bangsal
Punokawan,
Pringgodani dan IGD RSU Rajawali Citra.
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
Saran
kepatuhan/ketaatan itu sendiri terhadap suatu aturan
1.
Bagi RSU Rajawali Citra
yang telah ditetapkan. Petugas kesehatan termasuk
Mengacu pada UU Rumah sakit No. 44 tahun
di dalamnya perawat terkadang tidak menaati
2009 BAB VIII Pasal 29 ayat 1 yang berbunyi
terhadap nasehat dan peraturan dalam memberikan
setiap rumah sakit mempunyai kewajiban:
asuhan keperawatan yang baik untuk kepentingan
memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
pasien.
bermutu,
Sesuai
dengan
pendapat
Nurbaeti
antidiskriminasi,
mengemukakan kepatuhan dapat dipengaruhi faktor
mengutamakan
internal dan eksternal, seperti usia, pendidikan,
standar
9
kepentingan
pelayanan
sehingga hendaknya
dan
efektif
pasien
sesuai
pihak
RSU
pengetahuan dan masa kerja. Niven menjelaskan
Rajawali
Citra
bahwa seseorang mungkin tidak mematuhi tujuan
sosialisasi
sebagai
atau mungkin melupakan begitu saja atau salah
meningkatkan kepatuhan cuci tangan pada
mengerti instruksi yang diberikan.
10
Maka proses
dan
diperlukan
juga
sarana
untuk
perawat sehingga terwujudnya patient safety.
soialisasi dan review secara berulang harus dilakukan
suatu
menjadikan
2.
Perawat RSU Rajawali Citra
pengawasan
Bagi perawat diharapakan selalu menaati aturan
dikarenakan seseorang patuh terhadap aturan dengan
yang telah ditetapkan dari WHO dan pihak
keadaan terpakas. Kurangnya kepatuhan perawat
rumah sakit baik cuci tangan lima momen dan
dalam menerapkan asuhan keperawatan akan
enam langkah benar sebagai upaya dalam
berakibat pada mutu asuhan itu sendiri.
13
memberikan pelayanan yang aman untuk perawat sendiri dan untuk pasien. Adanya UU
KESIMPULAN DAN SARAN
Keperawatan No. 38 tahun 2014 menuntut
Kesimpulan
perawat untuk meberikan pelayanan profesional
1.
agar terhindar dari tuntutan hukum.
Karakteristik responden di bangsal Punokawan, Pringgodani dan IGD dapat dijelaskan sebagai
3.
berikut : umur responden paling banyak adalah
Institusi
pendidikan
Yogyakarta
89
Universitas
Respati
Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
Bagi Institusi pendidikan Universitas Respati Yogyakarta diharapkan menambah literatur terkait cuci tangan sehingga mahasiswa lebih mudah mendapatkan informasi yang lebih banyak. 4.
Peneliti selanjutnya Bagi peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dari penelitia ini dengan menambah
jumlah
sampel,
menggunakan
11
Inayatur, Rabbani S. 2013. Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku Cuci Tangan Petugas Kesehatan Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Blu Rsup Prof Dr Rd Kandou Manado. Skripsi: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 12 Saragih & Rumapea.2012. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.Fakultas Ilmu Keperawatan. Available.http://uda.ac.id/jurnal/files/7 .pdf Diakses 23 Januari 2015 13 Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Renika Cipta
kelompok kontrol, modifikasi alat ukur atau mengunakan alat ukur yang berbeda dan mengendalikan
faktor-faktor
perancu
ISSN : 2088 - 8872
agar
mengurangi bias. Selain itu diharapkan ada penelitian lanjutan terkait pengaruh monitoring terhadap kepatuhan cuci tangan lima momen.
DAFTAR PUSTAKA 1
WHO. 2009. Hand Hygiene: Why, How & When?. A world alliance for sufer health care 2 Jamaludidin J., Sugeng S. & Wahyu I, dan Sondang M. 2012. Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan Intensif. Majalah Kedokteran Terapi Intensif.; 2(3): 125 -129. 3 RISKESDAS. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS). 2013. Jakarta: Departemen Ke sehatan RI 4 Setiadi. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika 5 Notoatmodjo, S . 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta 6 RSU Rajawali Citra. 2012. Gambaran Umum Rumah Sakit Rajawali Citra. Bantul: Diklat Rumah Sakit 7 Rikayanti, Kadek Herna. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Memcuci Tangan Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Bandung 2013. Community Health.; 1(2): 21-31. 8 Nurbaeti. 2004. Ilmu Perilaku dan Tingkat Kepatuhan. http://www.alnurses.com Diakses 2110-2014 9 Rulis, Ayu S. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan SOP Pemasanagnan Katteter Uretra Di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul. Skripsi S1 Progras Studi Ilmu Keperawatan Univesitas Respati Yogyakarta 10 Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC
90
Vol. II Nomor 2 September 2015 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872