Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG KARIES GIGI DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA KELAS 3 DAN KELAS 4 SDN CATURTUNGGAL 4 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2013 RELATIONSHIP OF STUDENTS’ LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT DENTAL CARIES AND TOOTH BRUSHING HABITS WITH DENTAL CARIES EXPERIENCE ON GRADE 3 AND GRADE 4 STUDENTS SDN CATURTUNGGAL 4 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA YEAR 2013 Naomi Nisari Rosdewi 1 INTI SARI Latar Belakang : Kesehatan gigi dan mulut masih merupakan hal yang perlu diperhatikan, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita 90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita oleh penduduk Indonesia ialah yang berkaitan dengan masalah kebersihan mulut. Penyakit gigi dan mulut tersebut adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi. Sumber kedua penyakit tersebut adalah diabaikannya kebersihan gigi dan mulut sehingga terjadilah akumulasi plak. Tujuan Penelitian : Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang karies gigi dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada Siswa Kelas 3 dan Kelas 4 SDN Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode penelitian cross sectional adalah suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen). Hasil Penelitian : Sebagian besar yaitu 90 (69,2%) mempunyai pengetahuan cukup, pada kebiasaan menggosok gigi sebagian besar yaitu 81 (62,3%) mempunyai kebiasaan menggosok gigi tidak baik, untuk kejadian karies gigi sebagian besar yaitu 102 (78,5%) mengalami karies gigi. Hasil analisis tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi hasil uji Chi Square diketahui nilai pvalue sebesar 0,000, nilai p < 0,05 (p = 0,000< 0,05). Hasil analisis kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi hasil uji Chi Square diketahui nilai pvalue sebesar 0,000, nilai p < 0,05 (p = 0,000< 0,05). Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan tentang karies gigi dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi. Kata Kunci : Pengetahuan, kebiasaan menggosok gigi, karies gigi, siswa. 1
Dosen Universitas Respati Yogyakarta
ABSTRACT Background: Dental and oral health is still a thing to note, it is seen that oral disease still affects 90 % of Indonesia's population. Oral disease that affects many of Indonesia's population is related to oral hygiene problems. Those dental and oral diseasesare diseases of the tissues supporting the teeth and dental caries. The second source of the disease is the neglect of dental and oral hygiene and become involved in the accumulation of plaque. Objective: In general, this study aims to determine the relationship of students’ level of knowledge about dental caries and tooth brushing habits with dental caries experience on grade 3 and grade 4 students SDNCatur Tunggal 4 DepokSleman Yogyakarta.
59
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Methods: This research is an analytic descriptive study with cross sectional approach. The cross sectional of research methodis a study that studied the relationship between risk factors (independent) with effect factor (dependent). Results: Most of the students that is 90 (69.2%) have sufficient knowledge, to the tooth brushing habits, most of those that is 81 (62.3 %) had a habit that not goodin tooth brushing, for most of the dental caries incidence that is 102 (78.5 %) experienced dental caries. Results of the chi square test for association between the level of knowledge of the incidence ofdental caries obtained p-value of 0.000, p-value < 0.05 (p = 0,000 < 0,05).Results of the chi square test for association between tooth brushing habits indental caries experience obtained p-value of 0.000, p-value < 0.05 (p = 0,000 < 0,05 ). Conclusion: There is a significant relationship between the level of knowledge about dental caries and tooth brushing habits with dental caries experience. Keywords: Knowledge, tooth brushing habits, dental caries, students. 1
Lecturer of Yogyakarta RespatiUniversity
Centers
PENDAHULUAN
of
Disease
Control
and
Prevention)
Kesehatan gigi dan mulut masih merupakan
pertahunnya kurang lebih ada 500 juta kunjungan ke
hal yang perlu diperhatikan, hal ini terlihat bahwa
dokter gigi. Kebanyakan 50% adalah anak usia
penyakit gigi dan mulut masih diderita 90%
sekolah yaitu kelompok kelas tiga sekolah dasar dan
penduduk Indonesia.Penyakit gigi dan mulut yang
sisanya kelompok usia 17 tahun (Zaviera, 2008).
banyak diderita oleh penduduk Indonesia ialah yang
Menurut Sriyono (2009), karies gigi dan
berkaitan dengan masalah kebersihan mulut.Penyakit
penyakit periodontal merupakan dua penyakit utama
gigi dan mulut tersebut adalah penyakit jaringan
yang menyerang penduduk dunia.Masalah kesehatan
penyangga gigi dan karies gigi.Sumber kedua
gigi dan mulut di Indonesia masih merupakan hal
penyakit tersebut adalah diabaikannya kebersihan
yang harus ditanggapi dan ditangani dengan serius.
gigi dan mulut sehingga terjadilah akumulasi plak
Hal ini terjadi karena prevalensi karies gigi dan
(Astoeti, dkk. 2003).
penyakit periodontal masih tinggi yaitu 80-90% pada
Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang
anak dibawah umur 18 tahun cenderung meningkat
masuknya makanan yang diperlukan untuk kesehatan
dari 69,74% pada tahun 1978 menjadi 76,92% pada
anak, tetapi dapat masuk juga bakteri dan virus
tahun
melalui makanan dan minuman ke dalam rongga
(performance treatment index) menurun pada tahun
mulut.Bakteri dan virus dapat menempel pada
1994/1995. Keadaan ini masih jauh dari target
mainan anak, lantai yang kotor atau tangan anak yang
nasional tahun 2000 yaitu 50% (Depkes RI, 2000). Di
kurang bersih.Lewat percikan ludah juga dapat
Indonesia, karies gigi menyerang 90,90% penduduk
menularkan bakteri dan virus yang berada di udara
dengan DMF sebesar 6,44%. Dari hasil survei yang
(airborne infection). Oleh karena itu, penting
dilakukan oleh direktorat kesehatan gigi tahun 1994-
menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sejak usia
1995 pada anak usia 12 tahun, angka prevalensi
dini (bayi dan balita) serta menjaga kebersihan
karies gigi di daerah Yogyakarta sebesar 55,88%
lingkungan (Sariningsih, 2012).
dengan DMF-T rata-rata sebesar 1,38%. (Depkes RI,
1995.
Angka
penambalan
gigi
tetap
pusat
2000). Pola makanan merupakan salah satu penyebab
pencegahan dan kontrol penyakit (CDC = The
terjadinya karies gigi.Hal ini dikarenakan adanya
Di
Amerika
Serikat,
berdasarkan
60
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
kenaikan konsumsi makanan akibat globalisasi pada
makan.Mengatasi karies gigi dapat dilakukan dengan
makanan tersebut ditandai dengan adanya bermacam-
berbagai cara antara lain pengendalian plak, aplikasi
macam jenis makanan dan minuman yang menjadi
flour, perawatan maupun perbaikan pola makan.
substrat bagi mikroba plak.Pola makan dapat
Peran serta orang tua sangat dibutuhkan dalam
mencakup
perbaikan pola makan anak (Riani, dkk, 2005).
NO
1 2 3 4 5
dari
bahan
makanan,
kebiasaan
Tabel 1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Di Provinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2009. Kabupaten UKGS (Promotif Dan Preventif) Jumlah Murid SD/MI Murid SD/MI Murid SD Diperiksa Jumlah % Perlu Jumlah % Perawatan Mendapat Mendapat Perawatan Perawatan Kulon Progo 7.341 6.540 89.09 4.954 4954 100 Bantul 19.454 15.494 79.64 11.208 11208 100 Gunung Kidul 57.110 57.110 100 9.136 7,033 76.98 Sleman 15.740 5.925 37.64 5.925 4933 83.26 Yogyakarta 6.277 6.277 100 1.883 1,345 71.43 Sumber: profil kabupaten sleman tahun 2010. dan kelas.Distribusi frekuensi karakteristik responden
METODE PENELITIAN
dapat dilihat pada tabel 1.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
analitik.
Deskriptif
penelitian yang bertujuan
analitik
adalah
melakukan deskripsi
mengenai fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor resiko maupun efek atau hasil yang
2008).
Dengan
menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen)
dengan
faktor
%
Kelompok Umur (Tahun) 8-9 10 – 11
64 66
49.2 50.8
130
100.0
60 70 130
46.2 53.8 100.0
66 64 130
50.8 49.2 100.0
Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Kelas Kelas 3 Kelas 4 Total Sumber : Data Primer 2013
berupaya untuk mencari hubungan antara variabel (Sastroasmoro,
Tabel 1. Karakteristik responden Karakteristik n
efek(dependen),
(Riyanto, 2011), dengan tujuan mengukur hubungan antara tingkat pengetahuan siswa tentang karies gigi dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian
Berdasarkan
Tabel
1
diketahui
karies gigi Siswa Kelas 3 dan Kelas 4 SDN
berdasarkan umur lebih dari separuh responden
Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta pada satu
yaitu 66 siswa (50,8%) berumur 10-11 tahun,
saat atau waktu tertentu.
berdasarkan
jenis kelamin lebih dari separuh
yaitu 70 (53,8%) responden berjenis kelamin
HASIL PENELITIAN
perempuan. Berdasarkan kelas lebih dari separuh
1. Karakteristik Responden
yaitu 66 (50,8%) responden dari kelas 3. 2. Analisis univariat Hubungan Pengetahuan tentang Karies Gigi dengan Kejadian Karies Gigi.
Karakteristik responden dalam penelitian ini dibedakan menurut kelompok umur, jenis kelamin
61
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa
Karies Gigi % N TidakKaries Gigi 28 21,5 Karies Gigi 102 78,5 Total 130 100,0 Distribusi frekuensi mengenai pengetahuan responden
tentang
karies
gigi,
sebagian
besar
yaitu
90
responden
(69,2%)
mempunyai pengetahuan cukup, pada kebiasaan menggosok gigi sebagian besar yaitu 81 responden (62,3%) mempunyai kebiasaan menggosok gigi tidak
kebiasaan
baik. Untuk kejadian karies gigi sebagian besar yaitu
menggosok gigi dan karies gigi dapat dilihat pada
102 responden (78,5%) mengalami karies gigi.
tabel 2.
3. Analisi bivariat
Tabel 2.Pengetahuan Responden tentang karies gigi. Pengetahuan N % Baik 40 30.8 Cukup 90 69.2 Total 130 100.0 Kebiasaan Menggosok Gigi Baik 49 37,7 TidakBaik 81 62,3 Total 130 100,0
Pengetahuan Tentang Karies Gigi
Gigi dengan Kejadian Karies Gigi. Hasil analisis hubungan pengetahuan tentang karies gigi dengan kejadian karies gigi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Karies Gigi dengan Kejadian Karies Gigi.
Kejadian Karies Gigi TidakKaries Total
Karies n 81 21 102
Cukup Baik Jumlah
a. Hubungan Pengetahuan tentang Karies
% 63,2 16,2 78,5
n 9 19 27
% 6,9 14,6 20,8
n 90 40 130
p-value
% 69,2 0,000 30,8 100
X2
23,044
OR
8,143
Dari tabel 3 diketahui dari 90
Sleman Yogyakarta. Hasil uji statistik juga
responden yang mempunyai pengetahuan cukup
menunjukkan bahwa OR > 1 (OR = 8,143) yang
ada 81 responden mengalami karies gigi dan 9
berarti
responden yang tidak karies gigi. dari 40
pengetahuan cukup berisiko mengalami kejadian
responden yang mempunyai pengetahuan baik
karies gigi 8,143 kali lebih besar daripada
ada 21 responden yang karies gigi dan 19
responden yang mempunyai pengetahuan baik.
responden yang tidak karies gigi.
Nilai Confident Interval diketahui tidak melewati
Berdasarkan
mempunyai
diketahui nilai pvalue sebesar 0,000, nilai p <
sehingga dapat diartikan secara statistik ada
0,05 (p = 0,000< 0,05) dan nilai X2 hitung
hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian
sebesar 23,044 > 3,841 (X2 hitung > X2 tabel),
karies gigi.
sehingga
b. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi
yang
Chi
yang
angka 1 (Lower = 3,222 Upper = 20,577)
hubungan
uji
responden
Square
dapat
hasil
bahwa
dinyatakan
bahwa
terdapat
signifikan
antara
tingkat
dengan Kejadian Karies Gigi.
pengetahuan dengan kejadian karies gigi Siswa Kelas 3 dan Kelas 4 SDN Caturtunggal 4 Depok
62
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Tabel 4. Hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi Kejadian Karies Gigi Kebiasaan Karies Menggosok Gigi n % Tidak Baik 75 57,5 Baik 27 20,8 Jumlah 102 78,5
Tidak Karies n 6 22 27
% 4,6 16,9 20,8
Dari tabel 4 diketahui dari 81
Total n 81 49 130
X2
OR
25,393
10,185
p-value
% 62,3 37,7 100
0,000
1. Karakteristik responden
responden yang kebiasaan menggosok gigi
Karakteristik
responden
berdasarkan
tidak baik ada 75 responden yang karies gigi,
kelompok umur sebagian besar yaitu 66
dan 6 responden yang tidak karies gigi. Dari
responden (50,8%) adalah responden yang
49 responden yang kebiasaan menggosok gigi
berumur 10-11 tahun, sedangkan kelompok
baik ada 27 responden yang karies gigi, dan
umur paling sedikit yaitu 64 responden
22 yang tidak karies gigi.
(49,2%) adalah responden yang berumur 8-9
Berdasarkan hasil uji Chi Square
tahun. Jenis kelamin responden sebagian besar
diketahui nilai pvalue sebesar 0,000, nilai p <
yaitu
0,05 (p = 0,000< 0,05) dan nilai X2 hitung
perempuan, sedangkan jenis kelamin laki-laki
sebesar 25.393> 3,841 (X2 hitung > X2 tabel).
yaitu 60 responden (46,2%) merupakan jenis
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
kelamin paling sedikit. Responden terbanyak
secara
yang
berasal dari kelas 3 yaitu sebanyak 66
signifikan antara kebiasaan menggosok gigi
responden (50,8%) sedangkan dari kelas 4
dengan kejadian karies gigi Siswa Kelas 3 dan
terdapat 64 responden (49,2%).
statistik
terdapat
hubungan
Kelas 4 SDN Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta.
Hasil
uji
statistik
70
juga
adalah
pengetahuan karena kemampuan mental yang diperlukan
yang
untuk
menyesuaikan
gigi
baik
mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari,
berisiko mengalami kejadian karies gigi
penalaran analog, berpikir kreatif, mencapai
10.185 kali lebih besar dari pada responden
puncaknya usia dua puluh tahun (Wawan dan
yang mempunyai kebiasaan menggosok gigi
Dewi, 2010 cit Notoatmodjo 2003).
tidak
baik. Nilai Confident Interval diketahui tidak
Menurut
Jovina
situasi
(2010)
baru,
dan
yang
menggosok
dari
mempelajari
responden
mempunyai
bahwa
(53,8%)
Umur berpengaruh dalam meningkatkan
menunjukkan bahwa OR > 1 (OR = 10.185) berarti
responden
seperti
peningkatan
melewati angka 1 (Lower = 3.731Upper =
kejadian kerusakan gigi atau status karies gigi
27.802) sehingga dapat diartikan bahwa
sangat erat kaitannya dengan bertambahnya
memang benar kebiasaan menggosok gigi
umur seseorang. Pengaruh umur terhadap
yang tidak baik merupakan faktor yang
status karies gigi disebabkan oleh beberapa
berhubungan dengan kejadian karies gigi.
hal yaitu berkurangnya produksi air ludah pada usia lanjut dan lebih lama terpapar
PEMBAHASAN
makanan dan minuman manis dalam proses
63
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
pengunyahan
yang
dapat
ISSN : 1907 - 3887
menyebabkan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
kerusakan gigi semakin banyak dan semakin
diketahui bahwa sebagian besar yaitu 81
parah.
responden (62,3%) mempunyai kebiasaan Menurut Prasetyo (2010) anak-anak
menggosok gigi tidak baik dan terdapat 49
mudah mengalami karies gigi yang dapat
responden
menyebabkan rasa
anak
kebiasaan menggosok gigi baik. Menyikat gigi
menjadi malas makan dan akhirnya dapat
merupakan tindakan mekanis yang dilanjutkan
mengalami kekurangan gizi. Karies gigi
untuk
disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam
makanan, mencegah terjadinya akumulasi plak
yang saling berhubungan, faktor luar antara
di daerah gigi dan gusi serta berfungsi
lain kebiasaan pemeliharaan kesehatan gigi,
memijat gusi (Sriyoni, 2009).
sakit,
sehingga
usia, jenis kelamin, suku bangsa, letak
sampai
Sebagian besar responden mempunyai
gigi
dari
sisa-sisa
bersih
dan
plak
juga
hilang
sempurna.Kemiringan bulu sikat gigi sebesar
menunjukkan
450 pada daerah kantong gusu bertujuan untuk
bahwa responden belum sepenuhnya mengerti
membantu bulu sikat gigi masuk ke dalam
mengenai
atau
kantong gusu sehingga pembersihan gusi dan
kognitif merupakan domain yang sangat
gigi lebih maksimal.Setelah menyikat gigi,
penting dalam membentuk tindakan seseorang
sikat juga lidah karena permukaan lidah rata
(overt behavior) (Wawan dan Dewi, 2010 cit
sehingga bisa menyimpan sisa-sisa makanan
Notoatmodjo
yang
karies
ini
membersihkan
mempunyai
betul adalah menyikat semua permukaan gigi
2. Pengetahuan tentang karies gigi
cukup.Hal
yang
Pada dasarnya bersikat gigi yang
geografis, dan tingkat pengetahuan.
pengetahuan
(37,7%)
gigi.Pengetahuan
2003).
Pengetahuan
adalah
menimbulkan
bau
mulut.Berkumur
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
sekali saja untuk membantu flour yang
orang melakukan penginderaan terhadap suatu
terdapat pada pasta gigi tetapi tertinggal lebih
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
lama di dalam gigi dan rongga mulut
panca indra manusia yakni indra penglihatan,
(Machfoedz, 2008).
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar
pengetahuan
Frekuensi menyikat gigi yang baik
manusia
adalah minimal 2 (dua) kali sehari, 30 menit
diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan &
setelah
Dewi, 2010 cit Notoatmodjo, 2003).
menjelang tidur.Menyikat gigi segera setelah
Menurut Prasetyo (2010) tingkat
makan
sarapan
pagi
ternyata
dan
tidak
terbukti
hari
100%
pengetahuan merupakan faktor luar yang
tepat.Berbagai
mempengaruhi kejadian karies gigi.Semakin
bahwa
baik tingkat pengetahuannya maka semakin
menyantap makanan mengandung karbohidrat
kecil kemungkinan terjadinya karies gigi.
(mengandung gula) merupakan saat yang
masa
penelitian
malam
20-30
memperlihatkan
menit
setelah
kita
sangat rentan untuk terjadinya kerusakan gigi.
3. Kebiasaan Menggosok Gigi
Penyikatan gigi pada saat derajat keasaman
64
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
dalam mulut dalam tingkat kritis, ini akan
Pengetahuan atau kognitif merupakan
menambah kerusakan permukaan gigi. Jadi
domain yang sangat penting bagi terbentuknya
jangan menyikat gigi segera setelah makan
tindakan seseorang. Perilaku yang didasari
tetapi harus di tunggu sampai lewat masa
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
penting sesudah makan, yaitu sekitar setengah
pada perilaku yang tidak didasari oleh
jam sesudah makan (Triyani, 2009).
pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
4. Karies Gigi. Hasil penelitian sebagian besar yaitu
sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
102 responden mengalami karies gigi.Hal ini
bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya
menunjukkan bahwa hampir semua responden
bila tidak didasari oleh pengetahuan dan
mengalami
kesadaran
kejadian
karies
gigi.
Karies
merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi
lama
dengan Kejadian Karies Gigi.
suatu karbohidrat yang dapat diragikan. adanya
berlangsung
6. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi
disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam
adalah
akan
(Notoatmodjo, 2010).
yaitu email, dentin dan sementum yang
Tandanya
tidak
Hasil
penelitian
menunjukkan
demineralisasi
terdapat hubungan yang signifikan antara
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian
kerusakan bahan organiknya.Akibatnya terjadi
karies gigi Siswa Kelas 3 dan Kelas 4 SD
invasi bakteri dan kematian pulpa serta
Negeri
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks
Yogyakarta.Responden
yang dapat menyebabkan nyeri.Pada stadium
menggosok
yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan
mengalami kejadian karies gigi 10.185 kali
(Kidd, E dan Bechal, S. 2009).
lebih
Caturtunggal
besar
gigi
dari
4
yang
tidak
pada
Depok
Sleman
mempunyai
baik
berisiko
responden
yang
mempunyai kebiasaan menggosok gigi baik.
5. Hubungan Pengetahuan tentang Karies
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Gigi dengan Kejadian Karies Gigi. Berdasarkan hasil penelitian dapat
dari Jovina (2010) yang menyatakan bahwa
diketahui terdapat hubungan yang signifikan
pada responden yang mempunyai kebiasaan
antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
menyikat gigi hanya setelah makan pagi,
karies gigi Siswa Kelas 3 dan Kelas 4 SD
paling berisiko untuk terjadinya kerusakan
Negeri
Sleman
gigi yaitu 1,4 kali dibanding dengan orang
Yogyakarta.Hasil penelitian ini sejalan dengan
yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi dua
penelitian
kali sehari.
Caturtunggal
dari
4
Elyana
Depok
(2009)
yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
Menurut
Prasetyowati
(2002)
bermakna antara pengetahuan dengan kejadian
pemeliharaan kesehatan gigi dapat dilakukan
karies gigipada siswaSDN 011 Tanah Grogot
dengan menghindari perlekatan sisa makanan
Kalimantan Timur.
yang menempel pada gigi, sehingga gigi selalu dalam keadaan bersih.Hal ini dapat dilakukan
65
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
dengan menyikat gigi secara teratur, teliti dan
Menyusun kebijakan dalam meningkatkan
tekun.Untuk mencegah kerusakan gigi pada
kesehatan gigi pada anak sekolah seperti
anak sangat perlu dilakukan pemeliharaan gigi
edukasi pencegahan karies gigi kepada siswa.
sedini mungkin.
2. Bagi Puskesmas dan Kader Kesehatan di
Menurut Jovina (2010) pengaruh
Kabupaten Sleman
terbesar terjadinya kerusakan gigi adalah bila
Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada
seseorang hanya menyikat gigi sesudah makan
anak sekolah terutama mengenai pencegahan
pagi, karena tidak dapat menjaga kebersihan
karies gigi.
gigi dan mulut sepanjang hari. Jika sisa
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
makanan menempel pada permukaan gigi
Mengadakan penelitian lanjutan mengenai
lebih banyak dan lebih lama, mikroorganisme
karies gigi dengan mempertimbangkan faktor-
akan merubah sisa makanan menjadi asam
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
yang dapat merusak email.
ini serta melakukan observasi kebiasaan menggosok gigi siswa.
KESIMPULAN 1. Sebagian
besar
Dan melakukan penelitian pada kelas 1 dan 2 responden
mempunyai
karena pada kelas 3 dan 4 siswa sudah
pengetahuan cukup tentang karies gigi. 2. Sebagian
besar
responden
mengalami karies gigi.
mempunyai
kebiasaan menggosok gigi tidak baik.
KEPUSTAKAAN
3. Sebagian besar responden mengalami karies
Astoeti, TE., dkk. 2003. “Pengaruh Tingkat
gigi.
Pengetahuan terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara
Murid-Murid Sekolah Dasar Negeri DKI Jakarta”.
tingkat pengetahuan dengan kejadian karies
Dentika Denta Journal. Vol.8/No.2/Des.2003.
gigi Siswa Kelas 3 dan Kelas 4 SDN
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.
Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta P
Depkes R.I., 2000. Pedoman Pelaksanaan Usaha
Value = 0,000.
Kesehatan Sekolah, Jakarta.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara
Machfoedz, I. 2008. Menjaga Kesehatan Gigi dan
kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian
Mulut Anak-Anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta:
karies gigi Siswa Kelas 3 dan Kelas 4 SDN
Fitrama.
Caturtunggal 4 Depok Sleman Yogyakarta P
Notoatmodjo,
Value = 0,000.
S.
2002.
Metode
Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyo, K. “Hubungan Tingkat Pengetahuan
SARAN
dan Frekuensi Konsumsi
1. Bagi SDN Catur tunggal 4 Depok Sleman
Kejadian Karies Gigi di SDN Geluran III
Yogyakarta
Kecamatan
Taman
Kariogenik terhadap
Kabupaten
Sidoarjo.Tesis.Kesehatan Masyarakat. FK.
66
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Sariningsih, E. 2012.Merawat Gigi Anak Sejak Usia
Dini..PT.
Alex
Media
Komputindo
Kelompok. Jakarta: Gramedia. Sriyono, N. 2009.Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Medika
Fakultas
Ilmu
Kedokteran
UGM
67
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
