Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
EFEKTIFITAS TERAPI KOGNITIF DAN LOGOTERAPI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HDR SITUASIONAL DAN KETIDAKBERDAYAAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP STRES ADAPTASI STUART DI RSUP PERSAHABATAN, JAKARTA Wahyu Rochdiat M1 Budi Anna Keliat2 Ice Yulia W3 Email :
[email protected] Abstrak Klien dengan penyakit fisik yang dirawat di rumah sakit umum memiliki risiko untuk mengalami masalah psikososial HDR situasional dan ketidakberdayaan. Harga diri rendah situasional adalah perkembangan dari persepsi yang negatif dari berharganya diri dalam merespon situasi terkini, sedangkan ketidakberdayaan diartikan sebagai persepsi kurangnya kontrol atas situasi saat ini. Liaison nurse dan perawat ruangan bekerja sama memberikan asuhan keperawatan yang berkelanjutan pada klien HDR situasional dan ketidakberdayaan dengan menggunakan Konsep Stres Adaptasi Stuart dan Consultation Liaison Mental Health Nurse (CLMHN). Setiap kelompok klien mendapatkan tiga paket tindakan keperawatan. Paket tindakan pertama adalah tindakan keperawatan generalis ditambah terapi kognitif, paket kedua terdiri dari tindakan keperawatan generalis dan logoterapi, sedangkan paket terakhir merupakan kombinasi tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan logoterapi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa paket tindakan ketiga paling efektif pada 41 klien serta dapat meningkatkan kemampuan klien dan keluarga dalam mengatasi masalah. Rekomendasi dari laporan ini adalah penggunaan terapi kognitif dan logoterapi dapat menjadi standar terapi spesialis keperawatan jiwa pada klien HDR situasional dan ketidakberdayaan. Kata kunci : Terapi Kognitif, Logoterapi, Harga Diri Rendah Situasional, Ketidakberdayaan, Konsep Stres Adaptasi Stuart, Consultation Liaison Mental Health Nurse Abstract Client with physical disease who’s nursed at general hospital had risk of having situasional low self esteem and powerlessness. Situasional low self esteem is development of a negative perception of self-worth in response to current situation, while powerlesness is perception of a perceived lack of control over of current situation. Liaison and general nurse working together to give continous nursing care to client with situational low self esteem and powerlessness using Stuart Stres Adaptation and Consultation Liaison Mental Health Nurse (CLMHN) concept. Each gorup of client has been given three therapy package. First package are general and cognitive therapy, second package are general and logo therapy, while the third are consists of general, cognitive and logo thearpy. The results showed that the third package of therapy had most effective at 41 clients and also could improve the ability of client and family to overcome the problem. Based on the result, it’s important to recommended that cognitive and logo therapy can be made standard of therapy of nursing specialist to client with situational low self esteem and powerlessness. Key Words : Cognitive therapy, Logo therapy, Situational low self esteem, Powerlesness, Stuart Stres-Adaptation, Consultation Liaison Mental Health Nurse maka kondisi psikologis dan sosial dapat
PENDAHULUAN
terganggu. Seseorang yang menderita penyakit
Manusia merupakan mahluk yang holistik. Setiap
fisik sering disertai dengan gangguan psikososial
individu
(fisik),
dan hal ini merupakan masalah yang serius dalam
psikologis (emosi) dan sosial dimana semua aspek
perawatan kesehatan karena akan mengganggu
tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam
proses penyembuhan penyakit (Kongable, 2007
menentukan status kesehatan individu. Hal ini
dalam Keltner, 2010). Masalah psikososial yang
memiliki
aspek
biologis
berarti bila keadaan fisik dari individu terganggu,
71
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
terjadi pada individu dengan penyakit fisik dapat
klien. Kerja sama tersebut membutuhkan suatu
bermacam-macam jenisnya.
proses manajemen keperawatan jiwa. Proses
World Health Organization (WHO) memaparkan
manajemen tersebut menggunakan Model Praktik
secara rinci tentang prevalensi terjadinya depresi
Keperawatan Profesional (MPKP) dengan empat
pada klien dengan penyakit fisik. Tuberculosis
pilar profesional untuk melaksanakannya (Keliat,
(TBC) menempati peringkat pertama dengan
2010). Pada pilar IV terintegrasi konsep CLMHN
prevalensi depresi pada penderitanya sebanyak
dimana
46%, diikuti dengan HIV/AIDS (44%), kanker
keperawatan.
(33%), stroke (30%) dan DM sebesar 27% (WHO,
Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh Liaison
2003). Prevalensi tersebut tidak jauh berbeda
nurse menggunakan konsep Stres Adaptasi Stuart.
dengan kondisi yang ada di Indonesia seperti yang
Klien yang dirawat di rumah sakit umum
dipaparkan oleh Departemen Kesehatan RI
melakukan adaptasi atau berespon terhadap
melakukan riset kesehatan dasar. Riset kesehatan
stresor presipitasi yang dihadapi. Respon terhadap
dasar (Riskesdas) dari Departemen Kesehatan
stresor menunjukkan tanda dan gejala masalah
Republik Indonesia (Depkes RI) menunjukkan
psikososial. Kemampuan untuk beradaptasi klien
bahwa prevalensi terjadinya gangguan mental
dipengaruhi oleh kondisi masa lalu klien (stresor
emosional pada penduduk usia lebih dari 15 tahun
predisposisi)
di Indonesia sebesar 11,6%.
presipitasi dan kemampuan yang dimiliki oleh
Klien yang memiliki penyakit fisik mengalami
klien untuk melakukan pemecahan masalah
masalah psikososial yang akan menghambat
(sumber koping). Kedua hal ini menentukan usaha
proses kesembuhannya. Hal ini patut menjadi
untuk memecahkan masalah yang dipakai oleh
perhatian bagi perawat yang bekerja di rumah
klien (Stuart, 2009).
Liaison
nurse
sebelum
melakukan
mengalami
asuhan
stresor
sakit umum untuk melakukan asuhan keperawatan secara holistik. Penatalaksanaan proses asuhan
BAHAN DAN METODE
keperawatan yang berlangsung secara terus
Penulis sebagai calon spesialis keperawatan jiwa
menerus dan holistik selama klien dirawat di
telah menerapkan konsep Stres Adaptasi Stuart
rumah sakit umum dapat dilakukan dengan
dan Liaison nurse saat melakukan praktek
menggunakan
pelayanan
residensi selama sembilan minggu di Ruang
keperawatan jiwa di rumah sakit umum yang
Dahlia Atas dan Soka Atas RSUP Persahabatan
terintegrasi dengan konsep Consultation Liaison
dari tanggal 20 Februari sampai 20 April 2012.
Mental Health Nursing (CLMHN). Liaison nurse
Konsep Liaison nurse digunakan penulis untuk
merupakan perawat dengan keahlian (spesialisasi)
melakukan asuhan keperawatan psikososial pada
di bidang keperawatan jiwa yang memfokuskan
klien dengan penyakit fisik dan juga untuk melatih
perawatan pada klien yang dirawat di rumah sakit
perawat ruangan dalam melakukan manajemen
umum.
keperawatan
Liaison nurse bekerja sama dengan perawat
penatalaksanaan proses keperawatan yang holistik
ruangan dan tenaga kesehatan lain dalam merawat
dan terus menerus.
manajemen
72
sehingga
menghasilkan
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Penyakit fisik yang paling banyak terjadi pada
HDR situasional dan ketidakberdayaan pada klien
klien kelolaan adalah DM, PPOK dan TB Paru.
sebagian besar mengalami penurunan. Selain itu,
Diabetes melitus dan PPOK merupakan contoh
kemampuan klien dan keluarga untuk mengatasi
penyakit kronis sedangkan TB Paru bila tidak
HDR
mendapatkan terapi pengobatan yang tepat akan
mengalami
menjadi penyakit yang susah disembuhkan.
belakang yang telah diuraikan, penulis bermaksud
Kedua hal ini menurut Ford dkk (2004) dapat
untuk melaporkan manajemen kasus spesialis
menyebabkan gangguan mood seperti depresi.
keperawatan jiwa pada klien dengan HDR
Depresi merupakan salah satu jenis gangguan jiwa
situasional
yang ditandai dengan adanya afek depresif,
menggunakan terapi kognitif dan logoterapi di
kehilangan
Ruang Dahlia Atas dan Soka Atas RSUP
minat,
berkurangnya
energi,
menurunnya aktivitas, konsentrasi berkurang,
situasional
dan
peningkatan.
dan
ketidakberdayaan Berdasarkan
ketidakberdayaan
latar
dengan
Persahabatan.
harga diri berkurang, adanya gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, serta tidur dan makan
HASIL
yang terganggu (Maslim, 2002). Dari tanda dan
1. Hasil Manajemen Pelayanan Keperawatan
gejala tersebut, diagnosis keperawatan yang
Jiwa di Ruang Dahlia Atas dan Soka Atas
mungkin muncul pada klien depresi adalah harga
RSUP Persahabatan
diri
rendah
dan
Penulis selama melakukan praktik residensi juga
ketidakberdayaan. Hal ini terlihat pada hasil
melakukan pelatihan MPKP kepada perawat
praktik residensi bahwa sebesar
41 orang
ruangan sebanyak lima orang di masing-masing
mengalami ketidakberdayaan dan 41 orang juga
ruangan sehingga diharapkan pelaksanaan asuhan
mengalami HDR situasional. Penulis sebagai
keperawatan psikososial tidak hanya dilakukan
perawat
ruangan
saat penulis praktik tetapi juga dilakukan secara
keperawatan
berkelanjutan. Pelatihan dilakukan pada beberapa
generalis dan terapi spesialis untuk mengatasi
kegiatan empat pilar profesional MPKP antara
kedua diagnosis keperawatan tersebut.
lain pembuatan rencana harian, alokasi klien,
Tindakan keperawatan generalis dilakukan oleh
operan, pre conference, post conference, dan
penulis dengan bantuan perawat ruangan pada
patient care delivery.
semua klien yang terdiagnosis memiliki HDR
Hasil dari pelatihan pada pembuatan rencana
situasional dan ketidakberdayaan, sedangkan
harian adalah perawat di kedua ruangan masih
terapi spesialis dilakukan oleh penulis sebagai
belum membuat rencana harian sesuai standar
Liaison nurse. Terapi spesialis yang dilakukan
setiap hari. Rencana harian yang dibuat pun masih
oleh penulis pada klien dengan HDR situasional
belum mengikuti format yang sudah dibuat.
dan ketidakberdayaan antara lain terapi kognitif
Perawat ruangan masih perlu diingatkan untuk
dan logoterapi.
membuat rencana harian yang sesuai dengan
Hasil dari terapi yang dilakukan pada klien
standar. Hal ini membuat asuhan keperawatan
kemudian
Liaison
(HDR)
bersama
melakukan
situasional
perawat
tindakan
kelolaan menunjukkan bahwa tanda dan gejala
73
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Liaison nurse terhadap klien HDR situasional dan
keperawatan ansietas, gangguan citra tubuh, HDR
ketidakberdayaan belum terorganisir.
situasional, ketidakberdayaan dan keputusasaan
Kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah
meningkat setelah dilatih oleh penulis, namun
melatih perawat ruangan untuk membuat alokasi
dirasakan belum membudaya selama 9 minggu
klien dengan menggunakan format yang sudah
penulis praktik residensi dengan alasan beban
baku. Hasilnya adalah pembuatan alokasi klien
kerja yang tinggi antara kegiatan manajerial
masih
ini
dengan asuhan keperawatan. Hal ini akhirnya
dikarenakan belum sadarnya perawat tentang
membuat klien tidak dirawat secara holistik
pentingnya alokasi klien. Perawat di kedua
khususnya pada klien HDR situasional dan
ruangan memiliki masalah yang sama dimana
ketidakberdayaan.
perawat sulit melakukan alokasi klien karena
2. Hasil Asuhan Keperawatan pada Klien
jumlah
belum
bisa
perawat
dibudayakan.
yang
sangat
Hal
kurang
bila
HDR Situasional dan Ketidakberdayaan
dibandingkan dengan jumlah klien.
Persentase terbesar rentang usia klien kelolaan
Hasil pelatihan kegiatan operan dari penulis
adalah pada usia dewasa (21-60 tahun) sebesar
menunjukkan bahwa operan di kedua ruangan
78%. Proporsi jenis kelamin klien didominasi
sudah mulai membudaya dan mendekati standar.
jenis kelamin laki-laki (65,9%) dan sebanyak 20
Operan
diagnosis
orang (48,8%) klien tidak memiliki pekerjaan.
keperawatan dan tindakan keperawatan yang akan
Persentase terbanyak pendidikan klien adalah
dilakukan di shift berikutnya. Hal ini tentunya
SMA (29,3%) sedangkan sebanyak 30 orang klien
mempermudah Liaison nurse untuk mengoperkan
(73,1%) memiliki status pernikahan menikah.
hasil asuhan keperawatan kepada klien HDR
Stresor predisposisi biologi yang dominan dengan
situasional dan ketidakberdayaan serta tindak
persentase lebih dari 50% adalah riwayat
lanjutnya di shift berikutnya.
menderita penyakit kronis (70,7%), riwayat
Penulis kemudian melakukan tindakan pelatihan
rumah sakit berulang (68,3%) dan riwayat putus
dan role model pelaksanaan pre conference dan
obat (64,3%). Stresor predisposisi psikologis yang
post conference di kedua ruangan. Hasilnya
paling dominan adalah kesedihan klien yang
adalah kegiatan pre conference sudah membudaya
berkepanjangan sehubungan dengan penyakit
dilakukan tetapi kegiatan post conference belum
yang tidak sembuh-sembuh (95,1%) sedangkan
dapat dilakukan. Kondisi ini membuat hasil
stresor predisposisi sosial yang paling sering
tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan di
disampaikan oleh klien kepada penulis sebagai
sepanjang shift tidak dapat terevaluasi dengan
Liaison nurse adalah status ekonomi yang rendah
baik.
(61%).
sudah
memasukkan
Stresor presipitasi biologis yang paling sering Hasil pelatihan dan pendampingan pada kegiatan
dikeluhkan oleh klien kepada penulis adalah
patient care delivery perawat di kedua ruangan
adanya
menunjukkan
hasil
asuhan
penyakitnya (97,5%). Stresor psikologis yang
keperawatan
psikososial
diagnosis
paling banyak dirasakan oleh klien adalah
bahwa
kualitas untuk
74
kondisi
tubuh
sehubungan
dengan
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
kecemasan tentang biaya rawat di rumah sakit.
sebanyak 26 klien dari 41 klien (63,4%),
Sebanyak 32 klien mengeluhkan kecemasan
sedangkan respon afektif yang selalu dirasakan
tentang
biaya
rawat
yang
harus
oleh klien adalah adanya perasaan sedih dan tidak
ancaman
yang
berdaya sehubungan dengan perawatan yang
membutuhkan energi yang besar (78%). Stresor
harus dia terima (75,6%). Respon perilaku yang
sosial yang sering dirasakan adalah pengalaman
paling sering ditampakkan adalah kurangnya
hospitalisasi yaitu sebanyak 20 klien (48,8%).
terlibat dalam aktivitas perawatan
Asal stresor yang paling banyak adalah berasal
sedangkan respon sosial yang paling dominan
dari dalam diri sendiri (100%). Waktu terjadinya
adalah kurang berinteraksi dengan klien lain (25
stresor yang paling banyak dinyatakan oleh klien
orang atau 60,9%).
adalah
(56,1%),
Untuk kemampuan mengatasi masalah pada klien
sedangkan jumlah stresor yang paling banyak
dan keluarga menunjukkan bahwa baik klien
dirasakan oleh klien adalah 3 stresor (48,7%).
HDR situasional maupun ketidakberdayaan tidak
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sebanyak
satupun
31 klien mengalami HDR situasional. Respon
mengatasi masalah. Kemampuan keluarga yang
kognitif klien HDR situasional terbanyak adalah
paling banyak ditunjukkan oleh keluarga adalah
pikiran bahwa dirinya tidak berguna atau tidak
kemampuan menggunakan pelayanan kesehatan.
berharga semenjak sakit dan pikiran bahwa
Penulis menemukan diagnosis DM, TB Paru dan
dirinya tidak pantas mendapatkan penyakitnya
PPOK sebagai diagnosis medis yang paling
(75,6%). Respon fisiologis yang paling sering
banyak di Ruang Dahlia Atas dan Soka Atas.
dirasakan oleh klien adalah gangguan pola makan
Empat puluh satu klien yang menderita DM, TB
(63,4%), sedangkan respon afektif yang paling
paru dan PPOK ada sepuluh klien yang memiliki
dominan berupa rasa malu yang dialami oleh 31
diagnosis keperawatan HDR situasional saja.
klien (75,6%). Respon perilaku klien yang paling
Sepuluh klien lainnya ditemukan mengalami
banyak berupa kontak mata yang kurang dialami
masalah ketidakberdayaan saja saat dirawat di
31 klien (75,6%), sedangkan respon sosial yang
Ruang Dahlia Atas dan Soka Atas RSUP
paling banyak ditunjukkan oleh klien adalah
Persahabatan, sedangkan sebanyak 21 klien
kurang berinteraksi dengan klien lain (68,3%).
mengalami tidak hanya HDR situasional tetapi
Hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa
juga ketidakberdayaan.
sebanyak 31 klien mengalami HDR situasional.
Klien kelolaan dibagi menjadi tiga kelompok
Respon
yang
kecil oleh penulis. Ketiga kelompok klien tersebut
ditunjukkan 31 klien (75,6%) adalah sulit
adalah: kelompok klien yang memiliki diagnosis
mengambil keputusan, berpikir bahwa dirinya
keperawatan HDR situasional saja, kelompok
lemah dan berpikir bahwa tindakan keperawatan
klien yang memiliki diagnosis keperawatan
yang dilakukan tidak atau sedikit bermanfaat.
ketidakberdayaan saja dan kelompok klien dengan
Respon fisiologis yang paling sering dikeluhkan
diagnosis keperawatan HDR situasional dan
ditanggungnya
antara
inap
sebagai
waktu
kognitif
1-6
terhadap
bulan
stresor
oleh klien adalah gangguan pola makan, yaitu
75
klien
yang
memiliki
(75,6%)
kemampuan
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ketidakberdayaan.
Masing-masing
kelompok
ISSN : 1907 - 3887
generalis (klien dan keluarga) dan logoterapi.
akan mendapat paket tindakan keperawatan.
Paket
Paket tindakan keperawatan pertama adalah
tindakan
tindakan
dan
keluarga), terapi kognitif dan logoterapi. Tabel 1
keluarga) dan terapi kognitif. Paket tindakan
menunjukkan distribusi penatalaksanaan paket
keperawatan kedua adalah tindakan keperawatan
terapi terhadap ketiga kelompok.
keperawatan
generalis
(klien
tindakan
keperawatan
keperawatan
ketiga
generalis
adalah
(klien
dan
Tabel 1. Distribusi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Klien HDR situasional dan ketidakberdayaan Di Ruang Dahlia Atas dan Soka Atas RSUP Persahabatan Periode 20 Februari - 20 April Tahun 2012 (n=41) Diagnosis Keperawatan a. HDR Situasional (Kelompok 1) b. Ketidakberdayaan (Kelompok 2) a. HDR Situasional dan Ketidakberdayaan (Kelompok 3) Jumlah Total Klien Sumber: data primer
Generalis + T.Kognitif (Paket 1) 4 3
Generalis + Logo (Paket 2) 2 4
Generalis + T. Kognitif + Logo (Paket 3) 4 3
5
5
11
21
12
11
18
41
Jumlah 10 10
Evaluasi keperawatan dilakukan pada semua
Tabel 3 memperlihatkan distribusi rata-rata
kelompok
masing-masing
kriteria evaluasi pada kelompok klien yang
mendapatkan tiga paket terapi, sehingga
memiliki diagnosis ketidakberdayaan saja
penulis melakukan evaluasi seluruhnya pada
setelah mendapat ketiga paket tindakan,
sembilan
Kesembilan
sedangkan tabel 4 menunjukkan distribusi
kelompok kecil tersebut dievaluasi dengan
rata-rata kriteria evaluasi pada kelompok
membandingkan tanda gejala sebelum dan
klien
sesudah
situasional dan ketidakberdayaan setelah
klien
yang
kelompok
dilakukan
kecil.
paket
keperawatan. Selain itu, dilakukan
dengan
tindakan
evaluasi juga
dilakukan
membandingkan
paket
tindakan
keperawatan. Tabel 2 menunjukkan distribusi rata-rata kriteria evaluasi pada kelompok klien
yang
memiliki
diagnosis
memiliki
diagnosis
mendapat ketiga paket tindakan.
kemampuan klien dan keluarga sebelum dan sesudah
yang
HDR
situasional saja setelah mendapat ketiga paket tindakan.
76
HDR
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Tabel 2. Distribusi Rata-Rata Kriteria Evaluasi pada Kelompok Klien dengan HDR Situasional Setelah Mendapatkan Paket Tindakan Keperawatan di Ruang Dahlia Atas dan Soka Atas RSUP Persahabatan Periode 20 Februari – 20 April 2012 N o
Kriteria Evaluasi Respon terhadap Stresor Kognitif Fisiologis Afektif Perilaku Sosial Kemampuan Mengatasi Masalah Kemampuan Klien Kemampuan Keluarga Sumber: data primer
1 2 3 4 5 1 2
Kelompok 1 pre post % %
Kelompok 2 pre post % %
Kelompok 3 pre post % %
100 100 100 92 75
0 33 25 17 8
100 100 100 83 50
33 33 25 50 17
100 100 100 100 92
0 8 0 8 8
16 21
100 89
0 14
50 72
0 7
100 82
Tabel 3. Distribusi Rata-Rata Kriteria Evaluasi pada Kelompok Klien dengan Ketidakberdayaan Setelah Mendapatkan Paket Tindakan Keperawatan di Ruang Dahlia Atas dan Soka Atas RSUP Persahabatan Periode 20 Februari – 20 April 2012 N o
Kriteria Evaluasi Respon terhadap Stresor Kognitif Fisiologis Afektif Perilaku Sosial Kemampuan Mengatasi Masalah Kemampuan Klien Kemampuan Keluarga Sumber: data primer
1 2 3 4 5 1 2
Kelompok 1 pre post % %
Kelompok 2 pre post % %
Kelompok 3 pre post % %
100 100 100 78 78
22 0 16 11 22
100 100 100 50 58
8 17 38 17 22
100 100 100 78 89
0 22 0 0 0
0 11
47 78
5 21
90 88
0 22
100 94
Tabel 4. Distribusi Rata-Rata Kriteria Evaluasi pada Kelompok Klien dengan HDR Situasional dan Ketidakberdayaan Setelah Mendapatkan Paket Tindakan Keperawatan di Ruang Dahlia Atas dan Soka Atas RSUP Persahabatan Periode 20 Februari – 20 April 2012 N o
Kriteria Evaluasi Respon terhadap Stresor Kognitif Fisiologis Afektif Perilaku Sosial Kemampuan Mengatasi Masalah Kemampuan Klien Kemampuan Keluarga Sumber: data primer
1 2 3 4 5 1 2
Hasil
evaluasi
pada
Kelompok 3 pre post % %
96 67 100 85 67
36 20 20 15 7
96 60 100 85 53
24 7 10 10 7
94 67 100 93 52
0 9 11 9 9
4 9
56 58
3 9
75 71
0 9
90 74
keperawatan paket tiga menunjukkan hasil yang
situasional menunjukkan bahwa terapi kognitif
paling besar dalam penurunan rata-rata respon pada
mampu menurunkan respon kognitif pada klien,
klien
sedangkan
meningkatkan rata-rata kemampuan klien dan
keseluruhan
klien
Kelompok 2 pre post % %
HDR
secara
kelompok
Kelompok 1 pre post % %
tindakan
77
HDR
situasional
begitu
pula
dalam
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
keluarga dalam mengatasi masalah. Pada kelompok
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
klien yang memiliki diagnosis ketidakberdayaan
diperparah dengan kondisi sakit kronis dan
saja dan kelompok klien dengan dua diagnosis yaitu
perawatan jangka panjang pada klien DM, TB paru
HDR
ketidakberdayaan,
dan PPOK yang tentu saja membutuhkan biaya yang
bahwa
sangat besar sehingga menyebabkan klien menjadi
situasional
menunjukkan
hasil
dan evaluasi
tindakan
keperawatan paket tiga menghasilkan penurunan
tidak berdaya.
rata-rata
rata-rata
Tingkat pendidikan klien didominasi pendidikan
kemampuan yang paling besar dibandingkan paket
menengah ke bawah. Kelompok orang yang diukur
satu dan paket dua.
berdasarkan stratifikasi sosialnya seperti jenjang
respon
dan
peningkatan
pendidikan memiliki korelasi yang positif untuk
PEMBAHASAN
mengalami masalah psikososial (Stuart, 2009).
Usia klien yang dikelola oleh penulis selama praktik
Standar yang ditetapkan oleh kelompok sosial
residensi didominasi oleh klien dengan usia dewasa
mungkin terlalu tinggi bagi kebanyakan klien yang
(21-60 tahun). Tugas perkembangan pada usia ini
penulis rawat, apalagi klien hidup di ibu kota dengan
adalah
tuntutan
mencapai
intimasi
dan
generativitas
pendidikan
yang
tinggi.
Hal
ini
(Ericksson, 1973 dalam Fontaine, 2009). Kondisi-
menyebabkan klien mengalami gangguan pada ideal
kondisi yang dihadapi oleh klien dengan DM, TB
dirinya yang akan menuntunnya pada jatuhnya
Paru dan PPOK seperti waktu perawatan yang lama
harga diri yang dia miliki. Penyakit kronis yang
dan
dimiliki semakin menambah hambatan untuk
komplikasi
yang
dihadapi
oleh
klien
menyebabkan klien pada usia dewasa gagal
mencapai
mencapai
ketidakberdayaan.
tugas
perkembangannya
sehingga
ideal
dirinya
sehingga
terjadilah
berisiko mengalami masalah psikososial seperti
Klien sebagian besar telah menikah. Hal ini ternyata
harga diri yang rendah dan merasa tidak berdaya
menyebabkan
dengan kondisi fisiknya.
ketidakberdayaan pada klien dengan penyakit fisik.
Jenis kelamin laki-laki mendominasi prosentase
Kondisi tersebut dapat terjadi karena kombinasi
klien kelolaan. Laki-laki terbiasa berperan sebagai
antara penyakit fisik yang dimiliki oleh klien dan
seorang yang dominan dan sebagai pengambil
status pernikahannya merupakan suatu kejadian
keputusan dalam keluarga, masyarakat maupun
yang
lingkungan sosialnya (Townsend, 2009). Kondisi
Pernikahan berarti klien memiliki pasangan dan
sakit akibat penyakit kronis dan penyakit yang
mempunyai anak. Keadaan ini menghasilkan
memiliki waktu terapi jangka panjang seperti DM,
tuntutan yang cukup besar bagi klien untuk
TB dan PPOK dapat menyebabkan penurunan
memenuhi tuntutan tersebut. Penyakit kronis dan
kemampuan
dalam
perawatan jangka panjang menghalangi klien untuk
mengambil keputusan dan mengurangi perannya
memenuhi tuntutan dari pasangan dan dari anaknya
secara sosial. Hal ini membuat klien merasakan
sehingga konsep diri klien menjadi terganggu.
harga diri rendah dan ketidakberdayaan.
Klien dengan penyakit fisik membawa stresor
Ketiadaan pekerjaan yang dialami sebagian besar
predisposisi jauh sebelum dia dibawa ke rumah sakit
klien menyebabkan klien merasa tergantung kepada
umum. Stresor predisposisi memperbesar risiko bagi
orang lain karena dia tidak punya uang yang cukup
klien dengan penyakit fisik untuk mengalami
kemampuan
laki-laki
78
HDR
menyebabkan
stres
situasional
(Fontaine,
dan
2009).
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
masalah psikososial ketika klien menjalani rawat
Masalah
inap (Stuart, 2009). Stresor predisposisi yang
ketidakberdayaan muncul pada klien dengan
dibahas dalam laporan ini ternyata
mampu
penyakit fisik karena klien berespon terhadap stresor
menjadikan 41 klien klien kelolaan penulis
presipitasi dengan cara yang salah dan klien tidak
mengalami HDR situasional dan ketidakberdayaan.
memiliki kemampuan untuk mempertahankan harga
Stresor presipitasi merupakan suatu kejadian yang
diri
dianggap sebagai ancaman yang besar bagi klien
lingkungannya. Selain itu, kemampuan keluarga
sehingga
dan
sebagai pemberi dukungan sosial pada klien juga
memunculkan masalah psikososial HDR situasional
kurang optimal (Stuart, 2009; Townsend, 2009;
dan ketidakberdayaan (Stuart, 2009; Townsend,
Videbeck, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian
2009). Saat klien dibawa ke rumah sakit umum, baik
Smith (2003), bahwa sebesar 20-50% klien yang
di unit pelayanan gawat darurat maupun poliklinik,
dirawat inap di rumah sakit umum menunjukkan
klien sejatinya sedang mengalami stresor presipitasi.
masalah psikiatrik.
Selain itu, klien juga kemungkinan mendapat stresor
Roberts
presipitasi yang baru berupa pemasangan alat medis,
menjelaskan bahwa salah satu peran Liaison nurse
hasil lab yang abnormal, kondisi hospitalisasi dan
adalah sebagai pendidik bagi perawat ruangan
biaya perawatan. Keadaan ini patut menjadi
dalam merawat klien dengan penyakit fisik yang
perhatian bagi perawat di poliklinik dan unit gawat
memiliki
darurat, bahkan penting bagi Liaison nurse untuk
berperan sebagai Liaison nurse telah melatih 5
segera mengkaji klien di unit ini. Johnston (2008)
perawat
menjelaskan bahwa semakin cepat Liaison nurse
melakukan asuhan keperawatan holistik pada klien.
bertemu dan mengkaji klien di setting rumah sakit,
Penulis juga melakukan pelatihan kegiatan MPKP
maka lama rawat dan kemungkinan muncul masalah
kepada
psikososial yang berat dapat dikurangi sebanyak
bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan
47%.
keperawatan yang holistik pada klien kelolaan.
Laporan ini membahas masalah psikososial HDR
Proses asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
situasional dan Ketidakberdayaan yang terjadi pada
penetapan diagnosis, perencanaan, implementasi
klien DM, TB paru, dan PPOK yang menjalani
dan evaluasi. Liaison nurse dan perawat ruangan
rawat inap di ruang Dahlia Atas dan Soka Atas
bersama-sama
RSUP Persahabatan. Penyakit-penyakit tersebut
presipitasi dan stresor predisposisi klien saat klien
telah
masuk ke ruangan (Sharrock, dkk., 2006). Setelah
dapat
diteliti
menyebabkan
dapat
stres
menimbulkan
masalah
psikososial
yang
positif
(1997)
situasional
dan
dan
masalah
di
HDR
kontrol
Sharrock,
psikososial.
masing-masing
perawat
ruangan.
melakukan
terhadap
dkk
(2006)
Penulis
ruangan
Pelatihan
pengkajian
keperawatan
yang
untuk
tersebut
stresor
psikososial bagi penderitanya. Solowiecyzk (2010)
menegakkan
menyatakan bahwa penderita DM sangat rentan
situasional dan ketidakberdayaan, Liaison nurse
mengalami depresi dimana gangguan konsep diri
menetapkan rencana dan dikomunikasikan kepada
dan ketidakberdayaan menjadi bagian dari depresi
perawat. Liaison nurse dan perawat ruangan
tersebut. Naidoo (2010) dan McNab (2010)
bersama-sama melakukan tindakan keperawatan
mengungkapkan bahwa penderita TB paru dan
sesuai perannya.
PPOK mengalami perasaan tidak berdaya dan harga
Perawat ruangan melakukan tindakan keperawatan
diri yang rendah.
generalis, sedangkan Liaison nurse melakukan
79
diagnosis
dan
HDR
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
tindakan keperawatan generalis dan terapi spesialis
penyakit fisik yang diderita. Paket terapi yang
yaitu terapi kognitif dan logoterapi. Ada tiga
dilakukan baik oleh perawat ruangan dan terapi
kelompok yang mendapatkan tiga paket tindakan
spesialis juga ditujukan untuk
keperawatan. Semua paket tindakan keperawatan
kemampuan klien dan keluarga. Peningkatan yang
dijaga
asuhan
paling besar ternyata ditunjukkan pada kelompok
keperawatan dapat tercapai bila ada komunikasi
klien yang mendapatkan tindakan keperawatan
antara perawat di tiap shift selama 24 jam. Oleh
generalis, terapi kognitif dan logoterapi.
kontinuitasnya.
Kontinuitas
meningkatkan
karena itu, diperlukan pelaksanaan pilar profesional dari MPKP jiwa yang telah dilatih oleh Liaison
KESIMPULAN DAN SARAN
nurse.
Seluruh kelompok klien dan mendapatkan tiga paket
Perawat ruangan yang telah dilatih menunjukkan
terapi secara tuntas. Paket pertama adalah tindakan
bahwa mereka mampu menjaga kontinuitas asuhan
keperawatan generalis dan terapi kognitif, paket
dengan melakukan operan sesuai standar. Selain
kedua terdiri dari tindakan keperawatan generalis
menjaga kontinuitas asuhan melalui tindakan
dan logoterapi, sedangkan paket ketiga terdiri dari
operan, perawat ruangan juga harus membuat
tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan
rencana harian. Dengan adanya rencana harian yang
logoterapi.
benar
sudah
Terapi kognitif paling efektif untuk menghilangkan
direncanakan liaison nurse dapat dilakukan di setiap
respon kognitif/pikiran negatif pada klien HDR
shift.
situasional.
Tindakan keperawatan berfungsi untuk menurunkan
logoterapi paling efektif untuk menurunkan tanda
respon HDR situasional dan ketidakberdayaan klien
gejala HDR situasional dan Ketidakberdayaan di
serta
semua kelompok.
diharapkan
di
waktu
paket
yang
terapi
sama
yang
meningkatkan
Kombinasi
terapi
kognitif
dan
kemampuan klien dan keluarga untuk memecahkan
Kombinasi terapi kognitif dan logoterapi paling
masalah. Hasil evaluasi dari paket tindakan
efektif untuk meningkatkan kemampuan klien dan
keperawatan di semua kelompok, didapatkan hasil
keluarga untuk mengatasi masalah pada semua
bahwa berdasarkan jumlah tanda gejala dan
kelompok klien. Penerapan manajemen kasus dan
kemampuan
tindakan
pelayanan keperawatan pada klien HDR situasional
keperawatan tiga memiliki efek yang lebih besar
dan ketidakberdayaan yang diberikan terapi kognitif
dalam menurunkan tanda gejala secara keseluruhan.
dan logoterapi menggunakan pendekatan teori stres
Selain itu, tindakan keperwatan paket tiga juga
adaptasi Stuart memberikan dampak yang efektif
mampu meningkatkan kemampuan klien dan
mengatasi HDR situasional dan ketidakberdayaan.
keluarga mengatasi masalah di semua kelompok.
Saran bagi profesi keperawatan spesialis jiwa antara
Adaptasi klien dengan penyakit fisik terhadap
lain: Penggunaan terapi kognitif sebagai terapi
stresor predisposisi dan presipitasi dipengaruhi oleh
spesialis keperawatan jiwa untuk menghilangkan
kemampuan klien dan keluarga mengatasi masalah
respon kognitif pada klien HDR situasional,
HDR situasional dan ketidakberdayaan (Stuart,
penggunaan terapi kombinasi berupa terapi kognitif
2009).
ini
dan logoterapi untuk mengatasi masalah HDR
dan
situasional dan ketidakberdayaan pada klien yang
ketidakberdayaan dalam mengatasi dampak dari
dirawat di rumah sakit umum. Laporan ini juga
setelah
Kemampuan
membantu
klien
mendapatkan
klien HDR
dan
keluarga
situasional
80
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
dapat menjadi data dasar untuk dilakukan riset
bagi klien secara optimal untuk meningkatkan
tentang efektifitas penerapan manajemen kasus pada
kualitas hidup klien.
klien HDR situasional dan ketidakberdayaan yang KEPUSTAKAAN
diberikan terapi kognitif dan logoterapi dengan
Depkes RI. (2008). Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Fontaine, KL. (2009). Mental health nursing sixth edition. New Jersey: Prentice Hall. Ford, J. D., Trestman R. L., Steinberg, K., Tennen, H., & Allen, S. (2004). Prospective association of anxiety, depressive, and addictive disorders with high utilization of primary, specialty and emergency medical care. Social Science & Medicine, 58(11), 2145–2148. Johnston, ML. (2008). An examination of the services provided by psychiatric consultation liaison nurses in a general hospital. Journal of psychiatric and mental health nursing, 2008,15,500-507. Keliat. (2010). Modul model praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP) jiwa. Jakarta: WHOFIK UI. Keltner, NL. (2010). Psychiatric nursing 6th edition. Evolve learning system: USA Naidoo, P., Mwaba, K. (2010). Helplessness, depression and social support among people being treated for tuberculosis in south africa. Social behavior and personality journal, 2010, 38(10), 1323-1334. Roberts, D. (1997). Liaison mental health nursing: Origins, definition and prospects. Journal of andvanced nursing, 1997, 25, 101-108 Sharrock, J. (2006). The mental health nurse: A valuable addition to the consultation-liaison team. International journal of mental health nursing (2006) 15, 35-43. Solowiejczyk, J. (2010), Diabetes and depression: some thoughts to think about. Diabetes spectrum, 23 (1), 11-15, http://spectrum.diabetesjournal.org/content/23/1 /11.full. Stuart. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing (9th edition). St Louis: Mosby. Townsend, M.C., (2009). Psychiatric mental health nursing : concepts of care in evidence based practice pliladephia : Davis Company. Videbeck, S.L. (2001). Psychiatric mental health nursing (2nd ed). Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins. WHO. (2003). The world health report 2003shaping the future. http://who.int/whr/2003/en
menggunakan pendekatan teori Stres Adaptasi Stuart.
Perawat
spesialis
jiwa
diharapkan
menyelenggarakan pelaksanaan Liaison nurse di semua unit pelayanan rumah sakit umum, terkhusus di unit gawat darurat, poliklinik dan unit rawat inap. Bagi RSUP Persahabatan, penulis menyarankan untuk
meningkatkan
dan
mempertahankan
pelaksanaan MPKP di ruang Dahlia Atas dan Soka Atas, memfasilitasi sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pelayanan keperawatan jiwa termasuk menyediakan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) perawat di rumah sakit umum dalam melakukan asuhan keperawatan psikososial. Selain itu, rumah sakit diharapkan dapat memfasilitasi perawat rumah sakit yang sudah berpengalaman untuk mengikuti pelatihan pemberian asuhan keperawatan psikososial sehingga dapat menjadi role model bagi pelaksanaan asuhan keperawatan yang holistik dan mendukung adanya penerapan pelayanan keperawatan jiwa di rumah sakit umum yang
bersifat
spesialistik
melalui
program
perencanaan dan pengusulan pengembangan tenaga perawat spesialis jiwa melalui pendidikan formal. Bagi klien dan keluarga diharapkan mampu mempertahankan hasil pelaksanaan terapi yang telah dicapai dan menjadikannya sebagai kemampuan yang membudaya.Klien dengan HDR situasional dan Ketidakberdayaan diharapkan tetap melakukan latihan menggunakan buku kerja atau buku harian yang dimiliki. Terakhir, keluarga diharapkan mampu
menerapkan
ketrampilan
yang
telah
diajarkan sehingga dapat menjadi social support
81
Vol XI Nomor 1 Januari 2016 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
82