TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Namun saat ini adolescence memiliki arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock 1999). Mendukung pandangan ini, Santrock (2003); Papalia, Olds dan Feldman (1998) menjelaskan bahwa remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja diawali dengan pubertas, yaitu proses perubahan fisik yang ditandai dengan kematangan seksual, kognisi dan psikososial yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Monks, Knoers dan Haditono (1991)
mengemukakan bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status sebagai anakanak. Sementara itu menurut Piaget dalam Hurlock (1999) secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak merasa memiliki tingkatan hak yang sama dengan orang dewasa, mengalami transformasi intelektual yang memungkinkan mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa yang menjadi ciri khas umum dari periode perkembangan ini. Transformasi intelektual ini memungkinkan remaja tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam komunitas dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costanzo dalam Ali dan Asrori, 2010). Ali dan Asrori (2010) menyebutkan bahwa remaja memiliki karakteristik sifat kegelisahan, kebingungan karena terjadi suatu pertentangan, keinginan untuk mengkhayal dan aktivitas berkelompok. Menurut pandangan Erikson dalam Santrock(2003) remaja berada pada tahap pencarian identitas (identity versus identity confusion) dimana remaja mengalami identity confusion (kebimbangan identitas) sehingga mampu menyebabkan penarikan diri individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga. Selain pesatnya laju pertumbuhan dan kematangan seksual, remaja banyak mempertanyakan dan mencari jawaban akan berbagai hal yang berhubungan dengan identitas dirinya. Ketidakmampuan remaja pada masa ini untuk mengintegrasikan identifikasi dirinya sejak masa kanak-kanak menimbulkan ketidakmampuan untuk memilih identitas diri dan ketidakmampuan membuat komitmen (Sunarti, 2004). Menurut Santrock (2003)
8
remaja dihadapkan dengan banyak peran baru dan status dewasa baik pekerjaan maupun asmara sehingga orang tua seharusnya memberikan kesempatan pada remaja untuk mengeksplorasi peran yang berbeda agar dapat menemukan suatu cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam hidupnya. Hurlock (1999) mengungkapkan bahwa lazimnya masa remaja dimulai pada saat anak mencapai kematangan seksual dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum. Hurlock menyimpulkan dari hasil penelitian terdapat perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai pada diri remaja pada awal dan akhir masa remaja. Oleh karena itu secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Pembatas kedua masa ini kira-kira terletak di usia tujuh belas tahun, di mana rata-rata remaja memasuki sekolah menengah atas.Awal masa remaja dimulai sekitar usia 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 sampai 18 tahun. Tetapi, Monks, Knoers, Haditono (1992) mengklasifikasikan batasan usia remaja ke dalam empat fase perkembangan yakni masa pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18 tahun) dan remaja lanjut (18-21 tahun). Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan didefinisikan sebagai tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan
menimbulkan
melaksanakan
fase
tugas-tugas
bahagia
dan
berikutnya.
membawa Akan
tetapi
keberhasilan kalau
gagal
dalam akan
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya (Hurlock, 1999; Havighurst, 1953 dalam Duvall, 1971). Jika dasar kepribadian terbentuk serasi dan terpadu sejak awal dan seterusnya pada setiap tahap perkembangan, maka dapat diharapkan lebih terjamin tidak akan menimbulkan kesulitan atau masalah ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya (Gunarsa & Gunarsa, 2008). Tugas
perkembangan
masa
remaja
difokuskan
pada
upaya
meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. (Ali dan Asrori, 2010). Semua tugas dan perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Menurut Hurlock (1999) hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk
9
menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, yang diharapkan remaja awal akan meletakkan dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. Soesilowindradini (1990) salah satu poin ciri masa remaja awal (13-17 tahun) adalah memiliki masalah yang berhubungan dengan keadaan jasmaninya, kebebasannya, nilai-nilai yang dianutnya, peranan pria dan wanita dewasa, lawan jenis, masyarakat dan kemampuan mengerjakan sesuatu yang terkadang sukar untuk diselesaikan karena menganggap orangtua dan guru terlalu tua untuk mengerti pikiran dan perasaannya. Ali dan Asrori (2010) juga menyebutkan karena kurang baiknya penguasaan tugas-tugas perkembangan menimbulkan tidak sedikitnya remaja yang berperilaku antisosial maupun asusila dewasa ini. Menjadi tugas remaja untuk mengatasi masalah tersebut agar menimbulkan kebahagian pelaksanaan tugas perkembangan selanjutnya. Ali dan Asrori (2010) menyimpulkan tugas berkembangan remaja yang amat penting adalah mampu menerima keadaan dirinya, memahami peran seks/jenis kelamin, mengembangkan kemandirian, mengembangkan tanggung jawab
pribadi
dan
sosial,
menginternalisasikan
nilai-nilai
moral,
dan
merencanakan masa depan. Sementara itu, Conger (1991) merumuskan tugas perkembangan remaja secara umum menjadi empat poin yang terdiri dari: 1) Menghilangkan ketergantungan pada orang tua, 2) Menyesuaikan diri terhadap kematangan sosial, 3) Membentuk hubungan kooperatif dan dapat bekerja sama dengan teman sebaya tanpa didominasi oleh mereka, dan 4) Menetapkan dan menyiapkan diri bagi rencana yang akan datang Havighurst (1953) yang diacu dalam Hurlock (1999) merumuskan tugastugas perkembangan remaja yaitu : 1) Mencapai suatu hubungan yang baru dan lebih matang antara lawan jenis yang seusia; 2) Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminine; 3) Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya lebih efektif; 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab; 5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya; 6) Mempersiapkan karir ekonomi; 7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga; 8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi. Seiring dengan pendapat Havighurst, Duvall (1971) menjelaskan delapan poin tugas perkembangan remaja sebagai bagian tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja yaitu: 1. Menerima perubahan tubuh dan belajar menggunakannya dengan efektif
10
2. Mencapai kepuasan dan penerimaan sosial sebagai peran feminin atau maskulin 3. Menemukan diri sendiri sebagai bagian dari generasinya dan mempelajari hubungan yang lebih matang dengan teman seusia 4. Mencapai kemandirian emosi dari orang tua dan orang dewasa lain 5. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan dan kemandirian ekonomi 6. Menyiapkan kehidupan dalam pernikahan dan membangaun keluarga 7. Mengembangkan
keterampilan intelektual
dan
kepekaan sosial
yang
diperlukan untuk kompetensi kewarganegaraan 8. Mengembangkan suatu filsafat hidup yang sesuai dengan masa kini. Duvall (1971) mengklasifikasikan tugas perkembangan remaja dalam berbagai kategori perilaku menurut fase perkembangannya yaitu fase early adolescence dan fase late adolescence yang secara rinci di sajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Tugas perkembangan remaja menurut fase perkembangan Kategori Pola kebergantungankebebasan (sosial) Pola memberimenerima afeksi (emosi-sosial) Menjalin hubungan untuk memperluas grupsosial (sosial) Membangun keyakinan (moral)
Mempelajari peran psiko-sosiobiologikal seks
Menerima perubahan tubuh
Fase Perkembangan Early Adolescence Late Adolescence Menetapkan diri sebagai Menetakan diri sendiri seorang yang mandiri dari sebagai individu yang orang tua dalam seluruh area mandiri dengan perilaku kedewasaan Menerima seseorang sebagai Membangun ikatan seseorang yang berharga dan afeksional yang kuat dengan dicintai calon pasangan Menyesuaiakan untuk Adopsi pola sosial orang tua merubah cara bergaul dalam mempelajari pergaulan Mempelajari kontradiksi dalam etika moral, ketidaksesuaian antara prinsip dan praktik, serta menangani masalah dengan tanggung jawab Memperkuat identifikasi seks Mengeksplorasi dari lawan jenis dan kemungkinan untuk mempelajari peran dalan memperoleh pasangan hubungan heteroseksual masa depan dan memperoleh hasrat Memilih pekerjaan Menyiapkan untuk menerima peranan individu di masa depan sebagai seorang warga yang bertanggung jawab dalam komunitas yang lebih besar Reorganisasi perubahan Mempelajari bagaimana penampilan yang signifikan mengatur keinginan seksual
11
Tabel 1. Lanjutan tugas perkembangan remaja menurut fase perkembangan Kategori Mengatur perubahan tubuh dan mempelajari pola gerak baru (fisik) Membangun sistem symbol dan kemampuan konseptual (kognitif) Hubungan dengan kosmos (spiritual)
Fase Perkembangan Early Adolescence Late Adolescence Mengontrol dan menggunakan tubuh yang baru
Menggunakan bahasa untuk menegaskan dan menjelaskan konsep yang kompleks Merubah cara berpikir dari kongkret menuju abstrak dan lebih partikular
Mencapai level pemahaman yang tinggi
Memformulasikan kepercayaan dan sistem nilai
Menurut Hurlock (1999), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan
tugas-tugas
perkembangan.
Faktor
yang
dapat
membantu
penguasaan tugas perkembangan diantaranya adalah tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan, kesempatan dan bimbingan untuk mempelajari tugas perkembangan, motivasi, kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh, tingkat kecerdasan yang tinggi serta kreativitas. Sementara itu, ketidakberadaan faktor pendukung penguasaan tugas perkembangan akan menghalangi remaja untuk menguasainya. Mendukung pendapat Hurlock, Ali dan Asrori (2010) menyebutkan bahwa tugas perkembangan fase remaja ini berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, salah satu kemampuan kognitif yang dimiliki remaja adalah kemampuan kreatif. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja Sejalan dengan model fungsi keluarga McMaster, the procces of family functioning, dikembangkan dari teori sistem yang menjelaskan bahwa fungsi keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar seperti makan dan rumah, tugas krisis seperti cara keluarga dalam menangani masalah, dan tugas perkembangan yang terjadi selama tahap perkembangan hidup keluarga. Model proses keberfungsian keluarga mengidentifikasi tujuh objek yang dapat menunjukkan berhasilnya keluarga dalam menyelesaikan tugas dasar, krisis, dan perkembangan. Tujuh objek tersebut adalah penyelesaian tugas, peran yang jelas, komunikasi, interkasi langsung dalam keluarga, keterlibatan, pengawasan, serta nilai dan norma (Trangkasombat 2006).
12
Duvall (1971) menyebutkan model siklus hidup keluarga merupakan cetak biru peran dan tugas keluarga yang senantiasa mengalami pergerakan melewati tiap tahap perkembangan keluarga, hal ini berarti transisi keluarga dari tahap ke tahap terdapat tanda-tanda yang dapat diprediksi secara normal. Keluarga dengan anak usia remaja dimulai ketika anak pertama berumur 13 tahun hingga 18 tahun dan berakhir sampai anak tersebut menikah, bekerja atau wajib militer, sebagai seorang dewasa muda(Olson & DeFrain, dalam Walcheski & Bredehoft, 2003; Duvall ,1971). Masa remaja adalah masa penuh tekanan untuk individu maupun keluarga dimana keduanya
dituntut menyesuaikan diri terhadap perubahan
besar individu dan sistem keluarga. Fase ini keluarga dengan anak remaja menghadapi kesulitan masalah finansial, masalah intra-family, work-family, dan transisi serta pergerakan anggota keluarga yang masuk-keluar dalam unit keluarga yang
sudah dapat
di
prediksi. Ini
merupakan
tahap paling
menegangkan dari sikus hidup keluarga. (Duvall, 1971;Mc Cubbin et al, 1988). Pernyataan ini didukung hasil penelitian yang menyebutkan bahwa ketika anak memasuki masa remaja, mayoritas (60%) keluarga merasa renggang dan terpisah. Hal ini bukan hanya ekspektasi melainkan kenyataan karena remaja mulai mengembangkan autonominya (Day et al, 1995). Duvall
(1971) menjabarkan tahapan kritis tugas perkembangan
keluarga-anak usia remaja yakni: 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan betanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda yang mulai memiliki otonomi; 2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga; 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua; 4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan bagi anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang keluarga. Hal ini berarti keempat tugas tersebut merupakan tugas penting yang perlu dipenuhi oleh keluarga dengan anak usia remaja. Sementara itu, tugas perkembangan keluarga dalam Duvall
Miller
(1985)
dibagi
menjadi
beberapa
kategori
yakni:
tugas
perkembangan secara umum, tugas perkembangan terkait perannya sebagai orang tua, suami-istri, pengelola rumah tangga dan individu dewasa. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja secara umum meliputi: 1) Menyediakan fasilitas untuk individu yang berbeda dan kebutuhan anggota keluarga; 2) Bertanggung jawab terhadap sistem keuangan keluarga; 3) Menetapkan pembagian tanggung jawab dalam keluarga; 4) Membangun
13
kembali hubungan pernikahan yang saling memuaskan; 5) Mempererat jarak komunikasi dalam keluarga; 6) memperbaiki hubungan dengan saudara, teman dan kerabat; 7) Memperluas cakrawala dari remaja dan orang tua; 8) Merumuskan filsafat hidup yang bisa diterapkan dalam keluarga (Duvall & Miller 1985). Sementara itu, Gunarsa dan Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa orangtua memiliki peran penting untuk mempersiapkan anak memasuki usia remaja dalam hal : 1.
Pertumbuhan fisik anak
Memberikan perlakuan pengasuhan yang baik,lingkungan sehat, pengetahuan praktis mengenai kadar gizi, pengetahuan kebutuhan dasar dan minimal (istirahat,bermain, belajar,) sesuai kebutuhan pribadi patokan umum dan masa perkembangan anak serta memberikan aturan sesuai dengan kondisi anak. 2.
Perkembangan sosial anak
Orangtua harus mengerti bahwa pergaulan sebagai kebutuhan, tak terkecuali bagi remaja. Bergaul dengan teman sebaya yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu orang tua perlu memperhatikan siapa atau dengan kelompok mana anak boleh, dianjurkan atau menghindari. 3. Perkembangan mental Memperbaiki proses komunikasi verbal orang tua dengan anak, berbicara sambil membimbing, penyediaan sarana dan fasilitas sesuai kebutuhan anak. 4. Perkembangan spiritual Membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan ajaran agama, mengikutsertakan dalam kegiatan keagamaan serta menciptakan suasana keluarga yang harmonis. Kemudian, memberikan pengertian nilai dan norma hukum seperti pelanggaran, tata tertib, penyesuaian diri 5. Mengembangkan minat dan bakat anak Memberi kesempatan untuk berkembang, kerjasama orang tua - keluarga besarsekolah dengan mendorong anak memiliki kegiatan lain yang produktif selain belajar. Ali dan Asrori (2010) berpendapat bahwa amat penting bagi remaja diberikan bimbingan agar keingintahuan yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif.
KERANGKA BERPIKIR Keluarga sebagai suatu sistem, memiliki tugas yang kontinyu dalam setiap tahapan siklus kehidupannya. Dimulai dari keluarga pengantin baru sampai dengan keluarga-orang tua usia lanjut, masing-masing memiliki tugas perkembangan yang spesifik. Untuk dapat siap dan sukses menjalankan tugas perkembangan
selanjutnya,
maka
keluarga
perlu
memenuhi
tugas
perkembangan saat ini. Keluarga dengan anak usia remaja sebagai tahapan penuh ancaman memerlukan kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan drastis dalam keluarga terutama dimulainya otonomi dan kebebasan diri remaja. Hal ini sering kali menimbulkan konflik yang tidak dapat dihindari bagi keluarga yang memasuki tahap ini. Karakteristik diri remaja serta karakteristik sosial ekonomi keluarga menjadi input bagi keluarga dan individu remaja untuk dapat memenuhi tugas perkembangannya. Seperti hasil penelitian sebelumnya mengenai karakteristik sosial ekonomi; ditemukan dalam penelitian Simons (1994)
bahwa tekanan
ekonomi dan kekerasan pengasuhan berpengaruh signifikan positif
terhadap
perilaku antisosial remaja. Sedangkan pengaruh tekanan ekonomi dan kekerasan
pengasuhan
memberikan
efek
signifikan
negatif
terhadap
kesejahteraan psikologis anak. Schoon dkk (2002) dalam Santrock (2007) menemukan resiko yang lebih besar bagi perkembangan terjadi dengan kesulitan sosial ekonomi yang berkelanjutan dan berakumulasi disepanjang masa kanakkanak dan remaja. Hal ini menunjukkan faktor sosial ekonomi keluarga menjadi penting diidentifikasi untuk dianalisis terhadap output pencapaian tugas perkembangan remaja. Karakteristik usia, jenis kelamin perlu diamati untuk melihat perbedaan tingkat pencapaian tugas perkembangan remaja. Sementara prestasi, dijadikan acuan bahwa remaja mengetahui identitas diri dan memiliki motivasi untuk mencapainya. Menurut Erikson dalam Santrock (2003) remaja yang memiliki perkembangan normal mencari identitas dirinya dengan mencoba berbagai peran dalam masyarakat, termasuk mengembangkan minat dan bakatnya. Diharapkan bahwa remaja yang berprestasi, mengetahui dan mengembangkan minat-bakatnya akan memiliki tingkat pencapaian tugas perkembangan yang lebih baik. Oleh karena itu karakteristik diri remaja perlu diidentifikasi agar dapat menganalisis hubungannya dengan output yang dihasilkan.
16
Duvall dan Miller (1985) mengklasifikasikan tugas perkembangan keluarga menjadi tugas perkembangan umum, tugas perkembangan keluarga terkait peran ayah ibu,,peran pengelola rumah tangga, peran suami-istri dan individu dewasa. Dalam pembagian peran tersebut, orang tua dalam keluarga memiliki berbagai tugas yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi orang tua yang demokratis serta penuh kasih sayang, membagi tugas rumah tangga secara adil dan memiliki hubungan suami-istri yang harmonis. Ketika semua tugas perkembangan dapat dipenuhi maka peluang memperoleh output yang berkualitas pun akan semakin besar, dalam hal ini tercapaianya tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan remaja menurut Duvall terdiri dari beberapa indikator menyangkut penerimaan perubahan biologis pencapaian kepuasan dan penerimaan peran sosial, hubungan yang matang dengan sebaya, kemandirian
emosi,
persiapan
kemandirian
ekonomi,
pengembangan
kemampuan intelektual dan kepedulian sosial serta pengembangan filosofi hidup. Terpenuhinya tugas perkembangan keluarga diasumsikan memberikan pengaruh terhadap tingkat pencapaian tugas perkembangan remaja. Kemudian menjadi bekal bagi kesuksesan pencapaian tugas perkembangan keluarga pada tahapan siklus hidup selanjutnya. Gambar 1 menjelaskan kerangka berpikir meliputi input, proses dan output penelitian.
17