4
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Menurut
WHO,
remaja
adalah
suatu
masa
pertumbuhan
dan
perkembangan saat 1) individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda
seksual
sekundernya
sampai
ia
mencapai
kematangan seksual; 2) individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi
dari
anak-anak
menjadi
dewasa;
3)
terjadi
peralihan
dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri. Putra umumnya mengalami kematangan lebih lambat daripada putri, sehingga putra mengalami periode masa awal remaja yang lebih singkat. Akibatnya, seringkali putra tampak kurang matang untuk usianya dibandingkan putri (Fatimah 2006). Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Kebiasaan makan dan minum pada remaja dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal memilih jenis makanan (Mann & Steward 2007). Masa remaja dimulai antara usia 9 hingga 10 tahun dan berakhir pada usia sekitar 18 tahun (Arisman 2004). Menurut Depkes (2005), masa remaja dibedakan dalam tiga tahap, yaitu masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun), dan masa remaja akhir (17-19 tahun). Remaja memerlukan zat gizi lebih tinggi daripada kelompok usia lainnya. Kebutuhan energi, protein, vitamin, dan mineral meningkat untuk mengkompensasi pertumbuhan tubuh yang pesat pada berat dan tinggi badan. Pada umumnya remaja mengkonsumsi banyak makanan kaya karbohidrat dan rendah kandungan protein sebagai pemenuhan akan nafsu makan yang ikut meningkat akibat peningkatan kebutuhan gizi (Eastwood 2003). Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Besar keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran pangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982). Sementara itu,
5
menurut Suhardjo (1989), jumlah anggota keluarga mempunyai andil dalam permasalahan gizi. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang jumlahnya banyak akan berusaha membagi makanan yang terbatas sehingga makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Pendidikan Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi (Rahmawati 2006). Tingkat pendidikan yang semakin tinggi mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang. Ayah sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu pendidikan yang tinggi. Pendidikan ayah mempengaruhi perkembangan anak dalam pengasuhan yang diberikan. Pengetahuan dan tingkat pendidikan formal serta keikutsertaan dalam pendidikan non formal dari orang tua sangat penting dalam menentukan status kesehatan dan status gizi keluarga (Suhardjo 1989). Tingkat pendidikan terakhir ibu siswa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Pendapatan Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga juga tergantung pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya (Susanti 1999). Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik (Suhardjo 1989). Tingginya tingkat pendapatan cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan. Secara teoritis terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan jumlah permintaan pangan. Makin tinggi tingkat pendapatan akan semakin tinggi daya beli keluarga terhadap pangan, sehingga akan membawa pengaruh terhadap semakin beragam dan banyaknya pangan yang dikonsumsi (Soekirman 1994).
6
Food Recall Metode ini mencatat mengenai jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi pada waktu yang lalu (biasanya “recall” 24 jam). Pengukuran konsumsi pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam ukuran rumah tangga (URT), setelah itu baru dikonversikan kedalam satuan berat. Agar diperoleh hasil yang teliti maka perlu dilatih sebelumnya mengenai penggunaan URT dan mengkonversikannya ke satuan berat (Hardinsyah et al. 2002). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal dua kali recall 24 jam tanpa berturut-turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar mengenai intake harian individu. Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu (Gibson 2005). Metode recall mencatat mengenai jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi pada waktu yang lalu. Pengukuran konsumsi biasanya diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam URT, setelah itu baru dikonversikan ke dalam satuan berat. Metode recall ini murah dan tidak memakan waktu banyak. Kekurangan metode ini yaitu data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat seseorang dan tergantung dari keahlian tenaga pencatatan dalam mengkonversikan URT kedalam satuan berat serta adanya variasi URT antar daerah, dan variasi interpretasi besarnya ukuran antar responden (besar, sedang, kecil) (Kusharto & Sa’adiyyah 2008). Food Frequency Questionnaire (FFQ) Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun. Kuesioner FFQ mempunyai dua komponen utama, yaitu daftar pangan dan frekuensi penggunaan pangan (Supariasa 2002). Kelebihan metode ini yaitu relatif murah, dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan latihan khusus, dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dengan kebiasaan makan. Kekurangan metode ini yaitu tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari, sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data, cukup menjemukan bagi pewawancara, perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner, responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi (Supariasa 2002). Penggunaan metode frekuensi
7
pangan bertujuan untuk memperoleh data konsumsi pangan secara kualitatif dan informasi deskriptif tentang pola konsumsi. Asupan Energi dan Protein Energi Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Persagi 2009). Tingkat kecukupan adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Energi dalam pangan merupakan hasil pembakaran dari zat gizi makro karbohidrat, lemak, protein, sedangkan secara kualitatif mutu pangan dapat diperkirakan dari besarnya sumbangan protein terhadap nilai energinya. Pemberian atau penyediaan makanan bergizi keluarga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan ataupun pendapatan keluarga, selain itu ada beberapa hal yang akan berpengaruh, diantaranya adalah kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi, pantangan-pantangan yang secara tradisional masih berlaku, keengganan untuk mengkonsumsi bahan makanan murah walaupun mereka mengetahui bahwa banyak mengandung zat gizi (Kartasapoetra & Marsetyo 2003). Manusia
membutuhkan
makanan
untuk
kelangsungan
hidupnya.
Makanan merupakan sumber energi untuk menunjang semua kegiatan atau aktivitas manusia. Agar energinya tercukupi diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup ke dalam tubuh. Manusia yang kurang makanan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan fisik atau daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Seseorang tidak dapat menghasilkan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kekurangan gizi khususnya energi (Budiyanto 2002). Protein Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan jaringan, baik jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan. Karena itu protein disebut unsur pembangun. Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel jaringan tubuh. Protein juga merupakan prekursor untuk neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Fungsi
8
otak yang baik tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi. Neurotransmitter catecholaimes dibentuk dari asam amino penting: Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting untuk perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu menyerap informasi di otak. Sumber protein antara lain seperti ikan, susu, daging, telur dan kacang-kacangan (Sediaoetama 2010). Protein sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan, pengganti sel tubuh yang rusak, dan sebagai katalisator. Fungsi khas protein yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2002). Fungsi khas protein inilah yang menyebabkan protein sangat dibutuhkan oleh remaja. Hal ini karena remaja merupakan kelompok yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan zat gizi yang relatif besar jumlahnya dan bila dikonsumsi tidak seimbang maka dapat menimbulkan masalah gizi (Khomsan 2002). Nilai gizi protein dapat diartikan sebagai kemampuan suatu protein untuk dapat dimanfaatkan oleh tubuh sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein tubuh. Terdapat dua faktor yang menentukan nilai gizi suatu protein, yaitu daya cerna dan kandungan asam amino esensialnya. Protein yang mudah dicerna oleh enzim-enzim pencernaan serta mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap serta dalam jumlah yang seimbang merupakan protein yang bernilai gizi tinggi. Umumnya protein hewani merupakan protein yang bernilai gizi tinggi, kecuali gelatin. Protein nabati umumnya daya cernanya lebih rendah dan kekurangan salah satu asam amino esensial. Kekurangan konsumsi protein banyak terjadi dikalangan bayi dan anak-anak kecil, terutama akibat dari kemiskinan. Hal ini tidak saja menyebabkan pertumbuhan terhambat, tetapi juga perkembangan
otaknya,
sehingga
akan
berakibat
pada
terbentuknya
sumberdaya manusia dengan kualitas rendah (Muchtadi 2002). Walaupun fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bilamana tubuh kekurangan zat energi fungsi protein untuk menghasilkan energi atau untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Bila glukosa atau asam lemak dalam tubuh terbatas, sel terpaksa menggunakan protein untuk membentuk glukosa dan energi. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi sel-sel otak dan sistem saraf. Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi
9
sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein. Hemoglobin akan membawa oksigen ke otak, sehingga otak dapat berfikir lebih baik, jika protein yang masuk ke dalam tubuh kurang dapat menyebabkan daya ingat atau konsentrasi belajar menurun sehingga menyebabkan prestasi belajar juga menurun, tetapi apabila protein yang masuk cukup dapat menyebabkan prestasi belajar menjadi baik (Almatsier 2004). Status Gizi Status gizi menurut Riyadi (2001) yaitu keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Status gizi (nutrition status) menurut Supariasa (2002) didefinisikan sebagai ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Status gizi seseorang atau sekelompok orang dapat digunakan untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan. Konsumsi pangan salah satunya dipengaruhi oleh akses terhadap pangan, akses terhadap pangan ditentukan oleh tingkat pendapatan seseorang (Riyadi 2001). Status gizi rendah disebabkan kurang asupan makanan. Makanan hanya mampu bertahan dalam lambung 6-8 jam, setelah itu lambung kosong karena sari-sari makanan telah diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh, maka untuk memenuhi kebutuhannya akan terjadi pemecahan glikogen, sehingga terjadi deplesi jaringan yang kemudian menyebabkan perubahan biokimia, perubahan fungsional, dan perubahan anatomis tubuh. Jika hal tersebut berlangsung lama akan menyebabkan glukosa darah ke otak berkurang sehingga tidak konsentrasi dalam belajar dan daya ingat rendah sehingga prestasi belajar pun rendah (Soekirman 2002). Berdasarkan hasil penelitian Maryam (2001), terdapat hubungan yang positif antara kondisi status gizi dan kesehatan dengan prestasi belajar. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
10
biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa 2002). Menurut WHO (2007), pengukuran status gizi pada anak usia 5-19 tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB, akan tetapi menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U Variabel Kategori <-3 Sangat Kurus -3 ≤ z ≤ -2 Kurus -2 ≤ z ≤ +1 Normal +1 ≤ z ≤ +2 Gemuk Z > +2 Obese Sumber : WHO 2007 Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh serta mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002). Pencapaian prestasi sekolah anak sangat berhubungan dengan perkembangan fisik dan aktifitasnya. Anak yang mendapat kesempatan untuk melatih fisiknya akan lebih memiliki kemampuan dalam aspek mental intelektual dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan kesempatan untuk melatih fisiknya (Friedman & Clark dalam Kusumaningrum 2006). Aktifitas fisik selain membuat sehat juga mampu berpengaruh pada pencapaian hasil belajar yang lebih baik. Anak-anak yang tetap aktif secara fisik memiliki kebiasaan tidur yang lebih baik, selain itu mereka juga mampu menangani tantangan fisik dan emosional seperti berlari atau belajar untuk menghadapi ujian jauh lebih baik dibandingkan anak-anak yang inaktif. Ada beberapa manfaat akademis dari kelas pendidikan jasmani atau anak yang terlibat aktivitas fisik dalam waktu istirahat selama di sekolah. Beberapa peneliti menunjukkan
adanya
pengaruh
positif
dari
aktivitas
jasmani
terhadap
peningkatan kemampuan kognitif siswa dan juga dapat meningkatkan rentan perhatian mereka. Hal ini dapat menghasilkan performa yang lebih baik secara
11
keseluruhan dibidang akademik. Aktivitas fisik yang teratur berhubungan dengan peningkatan kognitif pelakunya. Seseorang yang melakukan aktivitas jasmani yang teratur ternyata menunjukkan hasil IQ yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas fisik dapat berpengaruh langsung terhadap fungsi kognitif seseorang, seperti meningkatkan fungsi cerebrovaskular serta frekuensinya (Masrun & Martaniyah 1973). Prestasi Belajar Belajar adalah proses yang aktif untuk menentukan atau memperoleh kemajuan dalam perkembangan intelektual, hal ini dilakukan karena adanya dorongan yang timbul dari dirinya sendiri. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal (Ahmadi & Supriyono 2004). Prestasi belajar merupakan salah satu ukuran tingkat intelegensi. Prestasi belajar merupakan output sekolah yang sangat penting dan merupakan alat ukur kemampuan kognitif siswa. Prestasi belajar menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (Hawadi 2001). Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kecerdasan kognitif atau yang sering disebut dengan IQ secara umum diketahui sebagai prediktor utama dalam keberhasilan siswa di sekolah (Atkinson 2000). Kebiasaan disiplin diri dan disiplin waktu mendukung kelancaran perkembangan kognitif dan prestasi di sekolah (Gunarsa & Gunarsa 2006). Skor prestasi belajar merupakan hasil yang diwujudkan dalam bentuk angka (Soemantri 1978 dalam Agustina 2003). Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap pencapaian prestasi seseorang. Motivasi berprestasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berprestasi yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam bertindak untuk mencapai prestasi (MC Clelland 1976 dalam Setiawati 2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dan terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis, sebagai contoh yaitu faktor kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, bakat. Faktor internal dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya adalah kondisi
12
kesehatan fisik yang sehat dan segar, namun demikian dalam menjaga kesehatan fisik ada beberapa hal yang sangat diperlukan diantaranya adalah makan dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan, olahraga dan istirahat yang cukup. Faktor psikologis yang mempengaruhi diantaranya adalah intelegensi, kemauan, bakat, daya ingat (Ahmadi & Supriyono 2004). Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan
belajar
seseorang.
Seseorang
yang
mempunyai
intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor. Sebaliknya, seseorang yang intelegensinya tidak seberapa tinggi atau sedang, mungkin saja mencapai prestasi belajar tinggi jika proses belajarnya ditunjang dengan berbagai faktor lain yang memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan bahwa kemauan merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya. Bagaimanapun baiknya proses belajar yang dilakukan seseorang hasilnya akan kurang memuaskan jika orang orang tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras. Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Kegagalan dalam belajar yang sering terjadi sehubungan dengan bakat justru disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam suatu bidang. Daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Daya ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Sesuai dengan tahap-tahapnya, daya ingat mempunyai sifat-sifat diantaranya adalah sifat cepat atau lambat yang menunjukkan lamanya waktu untuk memasukkan kesan kedalam pikiran, sifat setia yaitu kesan-kesan yang masuk dapat disimpan sama persis dengan objek yang sebenarnya, sifat tahan lama yang berarti kesankesan yang masuk dapat disimpan dalam waktu yang lama atau tidak mudah lupa, sifat luas yaitu dapat menyimpan kesan dalam jumlah yang banyak, sifat siap yang berarti dapat mengeluarkan kembali kesan-kesan yang telah tersimpan didalam pikiran, baik secara lisan maupun secara tertulis, kemampuan
13
mengingat ini dipengaruhi pula oleh daya jiwa yang lain diantaranya adalah kemauan dan daya konsentrasi. Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan dan segenap panca indera ke satu objek didalam satu aktivitas (Ahmadi & Supriyono 2004). Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor ini meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan faktor waktu. Faktor lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang. Kondisi lingkungan keluarga yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang diantaranya adalah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang besar dari orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya (Ahmadi & Supriyono 2004). Menurut Thantowi (1991), prestasi dipengaruhi oleh kecerdasan (IQ), hereditas (faktor keturunan), faktor lingkungan keluarga, dan gizi. Pengukuran Prestasi Belajar Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolahsekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata (1998 : 296) bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar muridmuridnya selama masa tertentu. Menurut Rina (2008) dalam Masruroh (2011) menyatakan bahwa prestasi belajar anak dapat diukur melalui skor prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Tingkat Kecerdasan Kognitif (IQ) Pengetahuan mengenai intelektual siswa akan membantu pengajar menentukan apakah siswa mampu mengikuti pengajaran yang diberikan serta meramalkan keberhasilan atau kegagalannya setelah mengikuti pengajaran tersebut. Walaupun demikian, prestasi tidak hanya dipengaruhi oleh intelegensi,
14
faktor-faktor lain seperti motivasi, sikap, kesehatan fisik mental, kepribadian, dan ketekunan juga penting untuk dipertimbangkan sebagai faktor yang turut mempengaruhi prestasi (Ahmadi & Supriyono 2004). Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk mencapai prestasi yang tinggi (Hawadi 2001). Menurut Gani (1984) dalam Agustina (2003), cara mengukur kecerdasan dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung dapat dilakukan dengan psikotes yang menghasilkan ukuran taraf kecerdasan (IQ). Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan memantau prestasi akademik para siswa. Berhasil tidaknya pertumbuhan dan perkembangan seseorang tidak bisa lepas dari sinergi antara faktor gizi, kesehatan, intelektual, emosional, spiritual secara sinergis. Taraf kecerdasan adalah skor yang diperoleh dari tes intelegensi. Kecerdasan ini diatur oleh bagian korteks otak yang dapat memberikan kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi (Boeree 2003). Fatimah (2006) menyatakan bahwa tingkat intelegensi (IQ) seseorang mempengaruhi kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif
adalah
kemampuan
yang
berkaitan
dengan
penguasaan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kecerdasan kognitif pada umumnya tercermin dalam angka rapor. Akan tetapi angka rapor tidak selalu disebabkan oleh kecerdasan kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan, sekolah, hasrat belajar anak, dan kreatifitas. Hubungan antara kecerdasan dengan nilai kemampuan kognitif berkorelasi nyata positif. Semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang, semakin tinggi pula tingkat kemampuan kognitifnya. Menurut Boeree (2003), taraf kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: 1) faktor genetik, kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Ayah ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas, 2) faktor gizi, gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat hamil dan pada waktu bayi, dimana sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi saat pertumbuhan dapat berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal, hal ini dapat berpengaruh terhadap kerja otak di kemudian hari, 3) faktor lingkungan, kekurangan rangsangan intelektual pada masa bayi dan balita dapat
15
menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Menurut Mc Wayne (2004), anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang rendah akan mengalami resiko tertundanya perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tumbuh dengan penghasilan yang tinggi. Macam-Macam Kecerdasan Kecerdasan terbagi menjadi delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis (Gardner dalam Armstrong 2002). Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Kecerdasan linguistik bermanfaat untuk berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini adalah guru, presenter TV, penulis, dan lain-lain. Kecerdasan Logika-Matematika Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah angka atau kemahiran menggunakan logika. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini antara lain akuntan pajak, ahli matematika, dan lain-lain. Kecerdasan Spasial Kecerdasan
spasial
melibatkan
kemampuan
seseorang
untuk
memvisualisasikan gambar di dalam kepala atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini adalah arsitek, pematung atau pemahat, designer, dan lain-lain. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Kecerdasan ini adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan. Jenis pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini adalah atlet, penari, aktor, ahli bedah, dan lain-lain. Kecerdasan Musikal Kecerdasan ini melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Jenis pekerjaan yang mengutamakan kecerdasan ini antara lain penyanyi, pianis, teknisi suara, tukang stem piano, dan lain-lain.
16
Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak hal, misalnya kemampuan berempati, kemampuan berteman, dan lain-lain. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini adalah pemimpin, guru, konselor, dan lain-lain. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan ini adalah kecerdasan memahami diri sendiri. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini adalah wirausaha, terapis, dan lain-lain. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan ini melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. Pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini adalah ahli biologi, dokter hewan, dan lain-lain.