4
TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Pubertas Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut Biro Pusat Statistik (2006), remaja merupakan kelompok usia dengan jumlah terbesar dalam struktur penduduk, yaitu 38.5 % dari penduduk Indonesia. Jumlah remaja dari penduduk Jawa Tengah sebesar 43 % dan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 51.5 %. Data penduduk Kabupaten Sragen pada semester pertama tahun 2006 terdiri dari 861.989 jiwa, 49.43 % berjenis kelamin laki-laki. Persentase penduduk yang berusia 5 – 19 tahun adalah 24.37 % (66.55 % usia SD, 18.55 % usia SLTP, 12.49 % usia SLTA). Data-data tersebut akan terus berubah dengan pesat seiring dengan bertambahnya waktu. Masa remaja ini merupakan periode transisi dari masa anakanak ke masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya maturasi seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Pembahasan soal remaja seringkali mengggunakan istilah pubertas. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi pesat dari masa anak-anak ke masa dewasa, teutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih 2004 ). Pubertas adalah reaktifasi sistem syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara drastis. Pubertas merupakan kejadian berdurasi pendek (beberapa hari atau minggu) yang terjadi ketika fase juvenile berakhir (Bogin 1999). Pubertas merupakan proses di mana seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya mampu bereproduksi (Heffner & Schust 2006). Menurut Neinstein (2002), dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual semua remaja akan melewati tahapan berikut : Remaja awal/dini (Early adolescence) usia 10 – 13 tahun, Remaja pertengahan (Middle adolescence) usia 14 – 17 tahun, remaja lanjut (Late adolescence) usia 18 – 21 tahun.
4
5
Pubertas pada laki-laki Pada anak laki-laki, pubertas sebagian besar merupakan respon tubuh terhadap kerja androgen yang meluas, yang disekresi oleh testis yang baru aktif di bawah pengaruh gonadotropin yang disekresi oleh hipofisis anterior. Awal mula pubertas ditandai oleh meningkatnya ukuran testis dan skrotum. Pembesaran ukuran kulit skrotum dan testis tidak kentara, pertama terlihat rata-rata pada usia 11,5 tahun, antara usia 9 dan 14 tahun ( Rosen 2004). Ciri-ciri seksual sekunder lain secara progresif akan tampak dalam 2 – 2.5 tahun kemudian. Sekitar 5 % dari total androgen yang bersirkulasi pada laki-laki bertanggung jawab dalam memulai pertumbuhan rambut pubis dan rambut aksila. Rambut wajah yang tampak paling akhir, belum tumbuh sempurna sampai usia 20 – 25 tahunan dalam proses biologis pubertas (Heffner & Schust 2006; Muir 2006).
Karakteristik Seks Primer Karaktaristik seks primer adalah tanda-tanda yang berkaitan dengan system reproduksi: perkembangan vas deferens dan duktus-duktus lain, perkembangan struktur reproduksi eksternal (penis dan skrotum), dan produksi sperma (Campbell et al. 2004). Karena itu kadang-kadang sekitar usia 12 tahun, pada remaja laki-laki ditandai dengan keluarnya air mani pertama (spermarke) biasanya pada malam hari (mimpi basah / wet dream / nocturnal emission). Kebanyakan anak laki-laki pengalaman mimpi basah terjadi sesaat selama pubertas dan juga terjadi setelah setelah dewasa ( Janssen 2007). Tidak terlalu mudah untuk menentukan kapan spermarke dicapai oleh anak laki-laki. Menurut Guizar-Vazquez et al. (1992) spermarke rata-rata berlangsung pada usia 13.4 ± 1.01 tahun. Demikian juga menurut Shemesh et al. (1995) pada anak laki-laki sekolah di Israel diperoleh rata-rata kumulatif usia spermarke pada usia 13 tahun. Kejadian spermarke umumnya dihubungkan dengan karakteristik seks primer dan sekunder, seperti genital eksternal (penis dan testis) dan rambut pubis.
5
6
Karakteristik Seks Sekunder Karakteristik seks sekunder adalah ciri yang tidak secara langsung berkaitan dengan system reproduksi, yang meliputi perubahan suara menjadi berat, persebaran rambut di muka dan di pubis, dan pertumbuhan otot ( androgen merangsang sintesis protein). Hormon dari pituitary anterior dan hypothalamus mengontrol sekresi androgen maupun produksi sperma oleh testis (Campbell et al. 2004). Timbulnya karakteristik seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari aktifitas gonad. Karaktreistik ini dibagi dalam beberapa tahap yang berurutan, oleh Marshall and Tanner (1970) disebut sebagai Tingkatan Maturasi Seksual (TMS) atau Sexual Maturity Rating (SMR).
Tingkatan Maturasi Seksual Laki-laki Marshall dan Tanner (1970), membuat klasifikasi Tingkatan Maturasi Seksual (TMS) remaja menjadi 5 stadium, yaitu TMS 1 sampai TMS 5. Pembagian tersebut berdasarkan perkembangan genital dan rambut pubis. Gambaran pertumbuhan remaja memperlihatkan hubungan yang erat dengan tingkat maturasi seksualnya. TMS 1 dan TMS 2 merupakan masa remaja awal, TMS 3 dan 4 masa remaja menengah, dan TMS 5 adalah masa remaja lanjut/dewasa dan maturitas seksual penuh. Pertumbuhan organ seksual laki-laki stadium Genital 2 (G2) terjadi ratarata pada usia 11,6 tahun (9,5 – 13,5 tahun). Pembesaran testis sebagai tanda pubertas pertama terjadi pada 98% laki-laki. Ejakulasi pertama terjadi pada TMS 3 (Rosen 2004). Menurut Kulin & Muller (1996), laki-laki yang memiliki perkembangan genital (kelamin) pada pubertas pertengahan, mulai dari belum memiliki rambut pubis sampai ukuran bentuk dewasa adalah merupakan tingkatan yang normal. Tahap perkembangan genital (kelamin) secara umum cenderung lebih cepat dari pada tahap perkembangan rambut pubis.
6
7
Karakteristik Seks Sekunder Yang Lain Menurut Malina et al. (2004), dalam beberapa keadaan, pemeriksaan perkembangan genital dan rambut pubis dianggap tidak praktis. Oleh karena itu beberapa indikator maturasi yang kadang-kadang digunakan antara lain; 1. Rambut ketiak (Axillary hair) Rambut ketiak sering dinilai pada skala tiga-tahap: 1 = belum ada; 2 = tumbuh tipis; 3 = distribusi dewasa. Jika axillary hair dicukur, pola persebarannya masih dapat diketahui. 2. Perubahan suara (Voice change) Pada anak laki-laki juga merupakan karakteristik seksual sekunder yang lain. Hal tersebut dapat dinilai dalam skala tiga-tahap : 1 = tidak ada perubahan (kanak-kanak, prapubertal); 2 = tanda-tanda berubah tetapi tidak berubah sepenuhnya (dengan kata lain, suatu perubahan yang jelas pola titinada suara); 3 = perubahan suara jelas atau karakteristik dewasa. Pada beberapa hal, digunakan skala dua-tahap : suara tidak berubah dan suara berubah. 3. Rambut Wajah (Facial hair) Pada anak laki-laki dapat juga dinilai. Suatu skala empat-tahap yang sering digunakan : 1 = tidak ada sama sekali, hanya rambut halus; 2 = pertambahan pada panjang dengan pigmentasi rambut pada sudut-sudut di bibir atas, yang mana menyebar ketengah untuk menyempurnakan kumis; 3 = rambut pada bagian pipi yang atas dan pada garis tengah tepat dibawah bibir bawah; dan 4 = rambut pada pinggir bawah dari dagu.
Rambut ketiak, perubahan suara dan rambut wajah belum digunakan dalam kajian kematangan selama masa remaja sesering indikator maturasi seksual, karena kejadiannya cenderung lebih lambat pada rentetan perubahan yang terjadi selama pubertas.
7
8
Fisiologi Maturasi Seksual Laki-laki Pubertas
terjadi
karena
adanya
perubahan-perubahan
regulasi
neuroendokrin berupa perubahan-perubahan regulasi pada gonadotropin, growth hormon dan seks steroid. Sehingga perubahan ini akan menyebabkan terjadinya pacu tumbuh, munculnya tanda-tanda seks sekunder dan perubahan psikisosial. Secara normal munculnya tanda-tanda pubertas pada laki-laki umur 9 tahun – 14 tahun. Bila sebelum waktunya sudah muncul tanda-tanda pubertas disebut pubertas dini, bila setelah umur tersebut belum muncul disebut pubertas terlambat (Wheeler 1991). .
Hipotalamus mengeluarkan hormon yang bersifat mengatur sekresi
hormon yang dikeluarkan oleh hipofise, seperti hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang dikeluarkan oleh hipotalamus mengatur sekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) yang dikeluarkan oleh hipofise anterior. Hormon FSH yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan sel gonad, sedangkan hormon LH berfungsi merangsang fungsi kelenjar gonad untuk mengeluarkan hormon seks seperti hormon testoteron dan hormon estradiol (Soetjiningsih 2004). Amplitudo dan frekuensi dari sekresi GnRH mempengaruhi jumlah gonadotropin yang diproduksi untuk merangsang gonad selama pubertas. Pada saat pubertas peningkatan kadar FSH akan memacu berkembangnya sel leydig pada testis dan sel granulose pada ovarium dan dilanjutkan dengan sekresi LH yang meningkat serta merangsang pengeluaran testoteron oleh sel leydig serta pengeluaran estrogen oleh sel granulose. Peningkatan kadar gonadotropin yaitu FSH dan LH akan mematangkan sel leydig dan mengeluarkan hormon testoteron pada laki-laki serta hormon estrogen pada perempuan sebelum menstruasi. Selanjutnya
merangsang
pertumbuhan
tanda-tanda
seks
sekunder
serta
menyiapkan proses fertilisasi (Rosen 2004). Pertambahan ukuran testis dan penis yang terlihat selama prapubertas dan pubertas merupakan hasil dari perkembangan tubulus seminiferus dibawah efek stimulasi FSH. Volume testis bertambah sepanjang pubertas hingga Tahap Tanner G4 ketika diameter longitudinal 5.0 + 0.5 cm atau Volume 17.6 + 4.0 ml tercapai. Puncak pulsatif sekresi LH menginduksikan differesiasi sel interstitial ke dalam 8
9
sekresi testoteron sel leydig, yang mana dalam keadaan aktif mendesak control feed back negatif pada sekresi LH. Sebagai kelanjutan pubertas, spermatogenesis dimulai dan kemudian didukung oleh FSH dan oleh testoteron yang diproduksi oleh sel leydig dibawah control LH ( Wheeler 1991).
Pertumbuhan Badan Laki-laki Menurut Bogin (1999), pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler yang tampak secara fisik dan dapat diukur dengan menggunakan satuan panjang atau satuan berat. Bahu yang lebih lebar, pinggul yang lebih sempit, kaki yang lebih panjang, dan ekstremitas atas yang relatif lebih panjang adalah dimorfisme yang khas pada remaja laki-laki. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh hormon androgen (Soetjiningsih 2004). Lonjakan pertumbuhan terjadi berkaitan dengan pubertas. Lonjakan ini disebabkan oleh sekresi hormon gonadotropin yang meningkatkan produksi hormon
kelamin
steroid,
selanjutnya
meningkatkan
produksi
hormon
pertumbuhan. Menurut Neinstein (2002), maturasi tulang dipengaruhi
oleh
hormon thyroid, adrenal, androgen, dan gonadal seks steroid. Kelebihan sekresi hormon-hormon ini mengakibatkan maturasi tulang yang cepat, dan waktu pubertas, sedangkan kekurangan mengakibatkan pubertas terlambat. Pada masa pubertas, hormon seks steroid dan hormon pertumbuhan berperan pada pacu tumbuh pubertas.
Puncak Kecepatan Tumbuh (Peak Height Velocity) Pada akhir dari pacu tumbuh adalah penutupan epifisis yang disebabkan oleh kerja hormon seks steroid. Selama pubertas laju tinggi meningkat dan mencapai puncak laju tumbuh selama remaja. Awal peningkatan kecepatan pertumbuhan kira-kira usia 11 tahun pada laki-laki dan usia 9 tahun pada perempuan tetapi diakui secara luas bervariasi dari individu satu dan lainnya. Lonjakan pertumbuhan tinggi badan terjadi rata-rata pada usia 13.5 tahun untuk anak laki-laki dan usia 11.5 tahun untuk anak perempuan Kenaikan berat badan selama pubertas sekitar 50 % dari berat dewasa ideal. Saat mulainya akselerasi
9
10
kenaikan berat badan dan puncak kecepatan berat badan (peak weight velocity), sangat bervariasi. Selama pubertas semua otot mengalami pertumbuhan, otot skeletal perannya membentuk penampilan fisik luar, terutama pada laki-laki. Pada mulanya otot tumbuh menjadi besar dengan bertambahnya volume serat otot, kemudian baru terjadi penambahan kekuatan otot sekitar satu tahun kemudian, karena pengaruh hormon androgen pada struktur protein dan aktifitas enzimatik (Bogin 1999). Walaupun penambahan kekuatan otot terjadinya pada pubertas akhir, tetapi kekuatan otot terus bertambah pada laki-laki, terutama dengan latihan/olah raga, mencapai maksimum sekitar usia 25 tahun. Karena androgen memegang peranan utama dalam kekuatan otot, maka meningkatnya kekuatan otot berhubungan erat dengan tahap maturasi seksual (Soetjiningsih 2004).
Pertumbuhan Jaringan Lemak Selain otot-otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran bentuk tubuh seseorang. Banyak dan besarnya lemak menentukan gemuk atau kurusnya seseorang. Selama masa pubertas terjadi perubahan jumlah jaringan lemak tubuh baik pada remaja laki-laki maupun perempuan. Terdapat dimorfisme seksual, juga terdapat perbedaan deposisi dan kehilangan lemak di berbagai bagian tubuh. Jaringan lemak sub-kutan didaerah anggota gerak (yang diukur sebagai tebal lemak sub-kutan di trisep, biseps, dan paha), terus bertambah tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat pada kedua jenis kelamin pada masa sebelum terjadi lonjakan pertumbuhan tinggi. Penimbunan jaringan lemak subkutan di daerah truncal
(yang diukur sebagai tebal lemak
subkutan di daerah subscapular,
suprailiacal atau abdomen), relatif konstan pada masa sebelum lonjakan (Neinstein 2002). Menurut Puspita (2004) pada usia 5 sampai 15 tahun, pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki dan perempuan melaju secara konstan sampai usia 12 tahun dengan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 6,14 cm/tahun terjadi menjelang umur 15 tahun. Setelah itu anak laki-laki mengalami peningkatan pertumbuhan sementara anak perempuan melambat. Putra (2006) menuliskan tinggi badan remaja laki-laki Bogor mengalami peningkatan dari usia 15 hingga 18 tahun. 10
11
Tinggi badan maksimum laki-laki dan remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 18 tahun yaitu sebesar 169.27 cm pada remaja laki-laki Bogor dan 156.74 cm pada remaja perempuan Bogor. Pada anak laki-laki usia 4 sampai usia 14 tahun di Purwakarta menurut Miharja (2008), lonjakan berat badan terjadi pada usia 11 tahun sebesar 3.05 kg/thn. Laju pertumbuhan berta badan terus meningkat sampai usia 13 tahun dan melambat setelahnya. Lonjakan tinggi badan terjadi pada usia 12 tahun sebesar 55.99 mm/thn. Anak laki-laki terus mengalami pertumbuhan tinggi badan hingga usia 14 tahun. Pacu tinggi badan dimulai sekitar setahun setelah pembesaran testis dan mencapai puncak kecepatan tinggi ( peak heigh velocity ) pada tahun berikutnya bila pertumbuhan penis mencapai maksimum dan rambut pubis pada stadium 3–4 (Soetjiningsih 2004)
Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Persentase Lemak Tubuh (PLT) Nilai pertumbuhan berat dan tinggi badan berpengaruh pada besar tubuh yang selanjutnya dapat diukur dengan perhitungan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) (Neinstein 2002). IMT merupakan suatu rumus matematika dimana berat badan seseorang (dalam kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam m2). IMT orang dewasa lebih berhubungan dengan lemak tubuh dibandingkan dengan indikator lainnya untuk tinggi badan dan berat badan. Lemak tubuh anak-anak sejalan dengan pertumbuhannya berubah dari tahun ke tahun. Interpretasi IMT tergantung kepada usia anak. Selain itu, lemak tubuh anak perempuan dan anak laki-laki berbeda. Persentase Lemak Tubuh (PLT) adalah perbandingan berat lemak tubuh dibandingkan dengan total berat penyusun tubuh lainnya (lemak, otot, tulang, air). Remaja laki-laki pada saat menjelang pubertas mengalami kehilangan lemak terutama pada anggota gerak dan truncal. Kehilangan lemak terjadi selama pacu tumbuh tinggi badan karena lemak diubah menjadi energi untuk pembentukan otot, tulang dan kardiovaskular (Bogin 1999). Menurut Miharja (2008), pada anak laki-laki di Kabupaten Purwakarta terjadi penurunan lemak tubuh terus menerus sampai usia 14 tahun. 11
12
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Maturasi Pubertas terjadi secara bervariasi karena adanya pengaruh dari faktorfaktor tertentu. Menurut Bogin (1999), faktor-faktor yang memepengaruhi variasi terjadinya pubertas adalah faktor genetik (gen dan hormon) dan lingkungan (nutrisi/gizi, migrasi/urbanisasi, sosial ekonomi, mobilitas masyarakat). Anak cenderung menyerupai orang tua mereka didalam tinggi badan, proporsi tubuh, komposisi tubuh, dan kecepatan perkembangan. Kesamaan-kesamaan ini menggambarkan pengaruh dari gen orang tua kepada keturunannya. Hormon tubuh yang mempengaruhi pertumbuhan, seperti growth hormone, thyroxine, insulin, dan corticosteroids (mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan), leptin
(mengubah komposisi tubuh), dan parathyroid hormone, 1,25-dihydrokxy-vitamin D, and calcitonin (berdampak pada mineralisasi tulang) (Bogin 1999 ; Neinstein 2002). Pertumbuhan dan nutrisi sangat erat hubungannya. Dalam pertumbuhan manusia terjadi multiplikasi dari sel atau bertambah besarnya ukuran bergantung pada suplai makanan / nutrisi yang memadai. Kelas sosial dan status sosial ekonomi sangat kuat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologi manusia (Bogin 1999)
12