TINGKAT PARTISIPASI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM BIDANG EKONOMI PROGRAM POSDAYA (Kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor)
DEWI KURNIAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya (Kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, April 2010
Dewi Kurniawati NIM I351080031
ABSTRACT DEWI KURNIAWATI. 2010. Levels of Participation and Community Independence in the Economic Field of “Posdaya” Program ( The case of Bina Sejahtera Posdaya, Pasir Mulya Village, Bogor City). Supervised by PUDJI MULJONO and AMIRUDDIN SALEH. Posdaya program is a service institution on family empowerment provided for community to reach welfare through integrated eight family functions. This study aims to analyze both internal and external factors dealing with participation and independence and the relation between community’s participation and independence in the economic view upon “posdaya” program of Bina Sejahtera Posdaya. The study used explanatory research designs involving 87 respondents; namely, the community becoming the members and participants of posdaya. The technique used to determine the samples was simple random sampling, while the method to gather data was by survey. Data were then analyzed by applying descriptive statistics including frequency, percentile, score mean, score total, and cross tabulation. Meanwhile, to test the correlation, Tau B- Kendall with the help of SPSS version 17 was used. It was found that community’s participation in economic view was significantly low in the aspects of planning, implementing, and evaluating the results, whereas the aspect of enjoying the result fell into the low level. Conversely, the independency on mental attitude belonged to the high level. Furthermore, the internal factors that showed an obviously positive correlation with participation were formal education, family income, and cosmopolitans, whereas the external factors comprised the support for family, the roles of both key persons and assistance. Moreover, the external factors which were positively correlated with independence were family support and the roles of the key persons and assistance. Likewise, the significantly positive correlation was found in the level of participation and independence of the community in the economic view of posdaya program. Keywords: participation, self reliance, community, posdaya
RINGKASAN DEWI KURNIAWATI. 2010. Tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya (Kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor). Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan AMIRUDDIN SALEH. Pada penutupan Kongres Pembangunan Manusia Indonesia tahun 2006 di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat mengkhawatirkan pertumbuhan penduduk yang meningkat melebihi angka pertumbuhan 1,3 persen setahunnya. Dalam hal ini Yayasan Damandiri mengajak beberapa perguruan tinggi melalui Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) salah satu perguruan tinggi tersebut adalah Institut Pertanian Bogor yang sedang melaksanakan program pembangunan sumberdaya manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Salah satu programnya yaitu pembentukkan posdaya tahun 2006. Program posdaya adalah suatu wadah layanan pemberdayaan keluarga oleh satuan tugas (satgas) kepada masyarakat dalam rangka menuju kesejahteraan melalui delapan fungsi keluarga secara terpadu. Salah satu wilayah Kota Bogor yang mendapatkan kesempatan melaksanakan program percontohan Institut Pertanian Bogor dalam rangka peningkatan Indeks Pembangunan Manusia adalah Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Fokus penelitian ini mengarah pada bidang ekonomi/kewirausahaan.. Oleh karena itu, dalam program posdaya diperlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat di sini harus sebagai subyek pembangunan yang perlu proses belajar untuk memperbaiki kehidupannya, memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut sehingga dapat mengatasi kesulitan hidup dan akhirnya masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian dimaksudkan adalah kemampuan mengetahui kekuatan dan kelemahan-kelemahan serta dapat menggunakannya secara maksimal. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan ekternal yang berhubungan dengan partisipasi serta kemandirian, dan menganalisis hubungan partisipasi dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 27 Januari 2010 sampai 27 Februari 2010 di Kampung Bojong Menteng RW 02 mulai RT 01, RT 02 dan RT 03 Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. Rancangan penelitian adalah explanatory research design yaitu penelitian yang menjelaskan partisipasi dan kemandirian masyarakat, serta menganalisis hubungan antara peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Sampel penelitian sebanyak 87 responden yaitu masyarakat yang menjadi anggota dan pengurus/kader posdaya. Teknik penentuan sampel dengan acak sederhana (simple random sampling). Metode pengumpulan data menggunakan survei dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan informasi melalui wawancara mendalam. Analisis data menggunakan statistik deskriptif berupa frekuensi, persentil, rataan skor, total rataan skor dan tabulasi silang. Sedangkan untuk menguji korelasi menggunakan uji korelasi Tau B- Kendall dengan bantuan SPSS versi 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal responden menunjukkan bahwa umumnya berumur muda akhir (17–35 tahun), berpendidikan menengah (SMA), berpendapatan sedang (Rp 620.000,00 hingga Rp 1.500.000,00/bulan), jumlah tanggungan keluarga sedang (4-5 orang), pengalaman berwirausaha sedang (4-7 tahun), motivasi berwirausaha rendah dan kekosmopolitan kategori sedang. Adapun deskripsi faktor eksternal adalah sarana produksi kategori rendah, dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping kategori sedang. Partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya sangat rendah pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan sedangkan aspek menikmati hasil tergolong rendah. Tingkat kemandirian baik kemandirian intelektualitas, sosial, material dan pengembangan diri masyarakat kategori rendah. Sedangkan kemandirian sikap mental tergolong tinggi. Hubungan faktor internal yang berhubungan nyata positif dengan partisipasi adalah pendidikan formal, pendapatan keluarga dan kekosmopolitan. Sedangkan faktor eksternal yang berhubungan nyata positif dengan partisipasi dalam bidang ekonomi program posdaya adalah dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan pendamping. Faktor internal yang berhubungan nyata positif dengan kemandirian adalah pendidikan formal, pendapatan, motivasi berwirausaha dan kekosmopolitan. Faktor ekternal yang berhubungan nyata positif dengan kemandirian adalah dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan pendamping. Faktor eksternal jauh lebih berpengaruh dengan faktor internal baik pada tingkat partisipasinya dan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi posdaya. Masyarakat dalam bidang ekonomi posdaya selalu tergantung pada faktor eksternal.Hubungan sangat nyata positif juga tedapat pada tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. Faktor eksternal jauh lebih berpengaruh dengan faktor internal baik pada tingkat partisipasinya dan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi posdaya. Masyarakat dalam bidang ekonomi posdaya selalu tergantung pada faktor eksternal.
ABSTRACT DEWI KURNIAWATI. 2010. Tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya (Kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor). Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan AMIRUDDIN SALEH. Penelitian ini secara umum, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat partisipasi berhubungan dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya (Kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Ciomas Kota Bogor). Adapun tujuan secara khusus adalah mengetahui sejauh mana tingkat partisipasi, sejauh mana kemandirian, sejauh mana faktor internal dan ekternal berhubungan dengan partisipasi serta kemandirian dan menganalisis hubungan partisipasi dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Sampel penelitian sebanyak 87 responden yaitu masyarakat yang menjadi anggota dan kader posdaya. Teknik penentuan sampel dengan acak sederhana. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan statistic non parametric untuk menguji keeratan menggunakan Tau B- Kendall dengan bantuan SPSS versi 17. Hubungan sangat nyata antara factor internal dengan partisipasi adalah pendidikan formal, pendapatan keluarga dan kekosmopolitan. Faktor eksternal yang berhubungan sangat nyata dengan partisipasi adalah dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan pendamping. Faktor internal yang berhubungan sangat nyata dengan kemandiran adalah pendidikan formal, pendapatan keluarga, motivasi berwirausaha dan kekosmopolitan. Faktor ekternal yang berhubungan sangat nyata dengan kemandirian adalah dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan pendamping. Untuk partisipasi berhubungan sangat nyata dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya.
Kata kunci: partisipasi, kemandirian, masyarakat dan posdaya
TINGKAT PARTISIPASI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM BIDANG EKONOMI PROGRAM POSDAYA (Kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor)
DEWI KURNIAWATI
Usulan Penelitian Sebagai Salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian dalam rangka penyusunan tesis untuk memperolah gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA
Judul Tesis
: Tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya (Kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor) Nama : Dewi Kurniawati NIM : I 351080031 Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Pudji Muljono, M.Si Ketua
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Tanggal Ujian: 26 April 2010
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro,MS
Tanggal Lulus:
©Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini tentang posdaya, dengan judul Tingkat Partisipasi dan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya (Kasus Posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor) dapat terselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si selaku Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS. selaku Komisi Pembimbing atas saran dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini. Beserta para staf pengajar dan staf administrasi di lingkungan Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Fakultas Ekologi Manusia Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada: 1. Ayah (alm), ibuku, kedua mertuaku, suami dan anakku tercinta, kakak dan adikku, serta seluruh keluargaku yang berada di Jember dan Ngawi atas semua doa, spirit dan kasih sayangnya. 2. Direktur Politeknik Negeri Jember atas kepercayaan memberikan Beasiswa PHK-BI serta para rekan-rekan di lingkungan Politeknik Negeri Jember khususnya Program Studi Managemen Agroindustri Jurusan Managemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember atas spirit dan doanya selama ini. 3. Rekan-rekan mahasiswa PPN angkatan 2008 atas kerjasamanya selama perkuliahan, seluruh mahasiswa baik S2 dan S3 PPN IPB, teman-teman kostku dan keluarga ibu kostku yang selalu memberikan suasana kekeluargaan, persaudaraan dan kebersamaan kita selama ini. 4. Seluruh warga di lingkungan Kelurahan Pasir Mulya RW 02 Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor atas informasi dan rasa kekeluargaan. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, April 2010 Dewi Kurniawati
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 13 Januari 1979, sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Walikun (Alm) dan Ibu Sumarti. Lulus SD Negeri Widodaren VI Ngawi, SMP Negeri I Widodaren Ngawi dan SMAN I Widodaren Ngawi. Selanjutnya melanjutkan ke Perguruan Tinggi Universitas Brawijaya Malang Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan Ilmu Administrasi Niaga yang lulus Tahun 2002. Pada tahun 2003 penulis menikah dengan Iwan Sulistyohadi. Tahun 2004 dikarunia satu putra bernama Moh. Bintang Dewandaru yang sekarang berumur lima setengah tahun. Pada tahun 2005 penulis mengikuti ujian CPNS di lingkungan Politeknik Negeri Jember. Alhamdullilah langsung diterima menjadi staf pengajar di Jurusan Managemen Agribisnis Program Studi Managemen Agroindustri. Pada tahun 2006 mengikuti pelatihan prajabatan dan selanjutnya melakukan TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI.
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL…………………………………………………………..
xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………........
xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….........
xv
PENDAHULUAN………………………………………………………… Latar Belakang…………………………………………………. ….. Perumusan Masalah…………………………………………………. Tujuan Penelitian……………………………………………………. Manfaat Penelitian…………………………………………………..
1 1 6 8 9
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….... Pengertian Partisipasi………………………………………………… Jenis dan Macam Partisipasi dalam Pembangunan…………………… Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi………………… Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Program Posdaya Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)……………………………… Tujuan Pengembangan Posdaya……………………………………… Sasaran dan Jenis Kegiatan…………………………………………... Jenis dan Pengembangan Posdaya ................................................. ….. Kemandirian ................................................................................... ….. Kemandirian Masyarakat dalam Program Posdaya ....................... ….. Pembangunan Ekonomi Lokal ....................................................... …..
10 10 11 13 17 24 25 25 26 28 30 31
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN…………. Kerangka Pemikiran............................................................................. Hipotesis Penelitian .............................................................................
34 34 37
METODE PENELITIAN.............................................................................. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... Populasi dan Sampel ............................................................................ Rancangan Penelitian ........................................................................... Data dan Instrumentasi ........................................................................ Definisi Operasional ............................................................................ Validitas Instrumen .............................................................................. Reliabilitas Instrumen .......................................................................... Pengumpulan Data ............................................................................... Analisis Data ........................................................................................
38 38 38 38 39 39 42 43 43 44
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... Keadaan Geografi Kelurahan Pasir Mulya .......................................... Keadaan Ekonomi dan Sosial Kelurahan Pasir Mulya ........................ Profil Posdaya Bina Sejahtera.............................................................. Faktor Internal Responden ................................................................... Faktor Eksternal Responden ................................................................ Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program
45 45 46 48 56 62
Posdaya ................................................................................................ Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya . Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya .......................................... Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya .......................................... Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya ..................................................... Hubungan Faktor Eksternal dengan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya ..................................................... Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya .....................................................
71 77 85 88 91 95 97
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... Kesimpulan .......................................................................................... Saran ....................................................................................................
102 102 102
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
104
LAMPIRAN ..................................................................................................
109
xiii
DAFTAR TABEL Halaman 1
Perbandingan pembangunan ekonomi lokal dan pembangunan terpusat serta kaitannya dengan kebijakan sektor publik .............................. ….
32
Nama kelompok, jumlah populasi dan sampel bidang ekonomi posdaya Bina Sejahtera .......................................................................................
38
3
Peubah, definisi operasional dan kategori .............................................
40
4
Luas wilayah berdasarkan penggunaa lahan .........................................
45
5
Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian ...............................
46
6
Keadaan penduduk berdasarkan penerima bantuan pemerintah ...........
46
7
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan RW 02 ...................
47
8
Deskripsi faktor internal responden.......................................................
56
9
Deskripsi faktor eksternal responden ....................................................
62
2
10 Tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya berdasarkan rataan skor .........................................................................
71
11 Kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya berdasarkan rataan skor .........................................................................
78
12 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat .........
85
13 Hubungan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat .......
88
14 Hubungan faktor internal dengan kemandirian masyarakat ..................
91
15 Hubungan faktor eksternal dengan kemandirian masyarakat ................
95
16 Hubungan tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat ............
98
17 Perbandingan Gakin, BLT dan Raskin tahun 2008 dan 2009 ..............
101
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Kerangka pemikiran………………………………………………..
36
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Lokasi penelitian…………………………………………………
110
2
Hasil uji validitas instrumen………………………………………
111
3
Hasil uji reliabilitas instrumen……………………………………
113
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup kesejahteraan manusia baik individu maupun seluruh warga masyarakat. Pembangunan bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja sebagai pemegang kebijakan tetapi tanggungjawab semua pihak. Pembangunan bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat kota tetapi juga diperuntukkan masyarakat pedesaan. Pelaksana pembangunan suatu wilayah adalah kewajiban masyarakat di wilayah tersebut, karena masyarakat mengetahui kebutuhan utama yang harus segera dipenuhi terlebih dahulu sesuai skala prioritas dan tidak menutup kemungkinan dibutuhkan peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan penyedia
sumberdaya
material/non-material
dalam
pembangunan.
Inti
pembangunan adalah suatu proses perubahan masyarakat lokal yang lebih baik bagi seluruh masyarakat dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Pembangunan bukan hanya mengarah pada infrastruktur saja tetapi juga mengarah pada pembangunan manusia Indonesia yang paling penting. Jelaslah bahwa pembangunan yang harus dilaksanakan adalah pembangunan manusia Indonesia dan untuk keuntungan manusia Indonesia seluruhnya. Pembangunan millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang direncanakan PBB dengan prioritas pengentasan kemiskinan yaitu menetapkan proporsi penduduk miskin pada tahun 2015 diturunkan menjadi setengahnya atau delapan koma dua persen dari jumlah penduduk. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pembangunan millenium di Indonesia atau MDGs terdapat pada UU No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) tahun 2005 sampai 2025 menargetkan proporsi penduduk miskin tidak lebih dari lima persen. Penutupan Kongres Pembangunan Manusia Indonesia tahun 2006 di Jakarta, presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat mengkhawatirkan pertumbuhan penduduk yang meningkat melebihi angka pertumbuhan satu koma tiga persen setahunnya. Hal itu mendorong presiden
Susilo Bambang Yudhoyono agar program KB
direvitalisasi dan dikembangkan seperti di masa-masa yang lalu salah satunya dengah revitalisasi Posyandu. Kongres tersebut merupakan komitmen pemerintah dalam pembangunan manusia di Indonesia.
2
Revitalisasi atau penyegaran posyandu diperlukan ketika di masyarakat muncul gejala terjadinya gizi buruk, tumbuhnya penyakit polio serta penyakit menular lainnya. Banyak pihak mengaitkan kejadian tersebut sebagai akibat makin menurunnya intensitas pembinaan dan kegiatan posyandu. Asumsi lain beranggapan bahwa makin kompleksnya masalah yang dihadapi keluarga di Indonesia. Kenyataan di lapangan kondisi keluarga belum berkembang dengan baik untuk mampu menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhan sendiri secara mandiri. Pembangunan menjadi efektif apabila ditopang keterlibatan masyarakat. Keluarga adalah lembaga utama, yang terdekat dan paling akrab dengan setiap anggotanya. Keluarga merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat. Keluarga yang bermutu dan kuat akan menjadi wahana pembangunan bangsa yang efektif. Oleh karenanya diperlukan dukungan pemberdayaan, pelayanan paripurna dan dinamis agar setiap keluarga dapat melaksanakan fungsi-fungsi utamanya dengan baik untuk membangun seluruh anggotanya. Apabila seluruh keluarga dapat membangun anak-anaknya dengan baik, maka seluruh anak bangsa akan dapat dikembangkan menjadi sumberdaya manusia yang beriman, bermutu, handal dan sanggup membangun negeri dan bangsanya dengan baik. Kondisi keluarga merupakan cermin kekuatan masyarakat, bangsa dan negara. Menurut data BPS (2009) jumlah keluarga miskin keluarga miskin Indonesia telah mencapai 32,53 juta. Menanggapi ajakan presiden Susilo Bambang Yudhoyono maka Yayasan Damandiri yang sejak didirikan pada tahun 1996 selalu menjalin kerja sama kemitraan dengan pemerintah dan berbagai lembaga kemasyarakatan untuk menyukseskan pengentasan kemiskinan serta pembangunan manusia dengan mengembangkan program untuk membangun penduduk melalui pemberdayaan keluarga. Yayasan Damandiri yang bermitra dengan beberapa perguruan tinggi melalui Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) salah satunya yaitu LPPM IPB serta ketua LPPM di 10 Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta dan Yayasan Indra sedang melaksanakan program pembangunan sumberdaya manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
3
Salah satu programnya yaitu pembentukkan forum pemberdayaan keluarga yang dikenal posdaya yang didirikan pada tahun 2006. Selanjutnya pada tahun 2007 diumumkan sebagai gerakan 1.000 posdaya. Pada tahun 2009 jumlah posdaya di Indonesia sudah mencapai sekitar 6.000 posdaya. Pada awal pembentukkan posdaya dilakukan melalui tahapan yang bersifat bottom-up artinya posdaya dibentuk oleh masyarakat dan keluarga. Pembentukkan posdaya membutuhkan komitmen dari para tokoh masyarakat, ibu-ibu dan para pemuda lapisan bawah untuk memberdayakan dirinya serta peran pemerintah daerah beserta jajarannya sangat dibutuhkan. Atas dasar hal tersebut maka kesadaran, peranserta dan swadaya masyarakat perlu ditingkatkan agar partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dirasakan sebagai kewajiban bersama. Program posdaya adalah suatu wadah layanan pemberdayaan keluarga oleh satuan tugas (satgas) kepada masyarakat dalam rangka menuju kesejahteraan melalui delapan fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya dalam anggota keluarga diharapkan menghidupkan kembali budaya gotong-royong dengan bersama-sama melakukan kegiatan pemberdayaan keluarga terutama untuk memperluas cakupan dan mutu pendidikan, memperbaiki akses terhadap pelayanan kesehatan dan pengembangan wirausaha/ekonomi. Program posdaya ini merupakan program kegotong-royongan dalam memecahkan setiap permasalahan. Sasaran program posdaya adalah keluarga miskin. Jumlah penduduk miskin Kota Bogor telah mencapai 165.689 jiwa. Salah satu wilayah Kota Bogor yang mendapatkan kesempatan melaksanakan program percontohan Institut Pertanian Bogor dalam rangka peningkatan Indeks Pembangunan Manusia adalah Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. Secara de facto yaitu tanggal 27 Mei 2007 kelurahan ini menyelenggarakan program posdaya di lingkungannya. Kelurahan Pasir Mulya menjadi salah satu pelaksana program posdaya karena daerah miskin perkotaan dan siap mempraktekkan program tersebut di lingkungannya. Penyebab lain adalah posdaya Bina Sejahtera merupakan salah satu posdaya yang sudah maju dan bahkan posdaya teladan. Program posdaya di Kelurahan Pasir Mulya ini mencakup empat bidang yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi dan bidang lingkungan. Bidang pendidikan melalui pendidikan anak usia dini (Paud) dan perpustakaan
4
keliling; bidang kesehatan melalui posyandu anak, posyandu lansia dan penyuluhan kesehatan bagi ibu-ibu; dalam bidang ekonomi melalui lembaga keuangan mikro, melalui kelompok keterampilan wanita, melalui kelompok usahatani dan melalui kelompok usaha pengolahan limbah keluarga, tetapi kelompok pengolahan limbah keluarga belum berjalan. Fokus penelitian ini mengarah pada bidang ekonomi/kewirausahaan karena bidang ekonomi merupakan program yang baru di masyarakat berkaitan dengan program posdaya. Bidang
ekonomi
merupakan
program
memecahkan
kesulitan
ekonomi
masyarakat, dengan menggunakan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal sehingga pendapatan masyarakat meningkat yang akhirnya kesejahteraan ekonomi tercapai. Program posdaya diperlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi
masyarakat
merupakan
prasyarat
penting
keberhasilan
suatu
pembangunan. Partisipasi ini dapat diartikan sebagai proses keterlibatan seluruh masyarakat lokal yaitu masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pasir Mulya baik masyarakat kelas tinggi, menengah dan rendah dalam program pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar dapat meningkatkan potensi diri dan mampu meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu cara agar masyarakat berpartisipasi dalam program tersebut yaitu program harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Keikutsertaan masyarakat dalam program posdaya harus dapat menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging), sehingga program tersebut menjadi berkelanjutan. Partisipasi ini bukan pengerahan tenaga masyarakat untuk melaksanakan kegiatan pembangunan tetapi mengajak masyarakat untuk mau menyumbangkan pikiran, ide dan kreativitasnya. Masyarakat di sini jangan sebagai obyek pembangunan sehingga menjadi tergantung dan tidak mandiri. Melainkan harus sebagai subyek pembangunan yang perlu proses belajar untuk memperbaiki kehidupannya, memiliki kemampuan dan keterampilan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut sehingga dapat mengatasi kesulitan hidup dan akhirnya masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian dimaksudkan adalah kemampuan mengetahui kekuatan dan kelemahan-kelemahan serta dapat menggunakannya secara maksimal.
5
Berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi dalam posdaya yaitu umur merupakan lamanya seseorang hidup; pendidikan formal merupakan pendidikan semasa hidupnya; pengalaman berwirausaha merupakan interaksi yang dialami seseorang selama hidupnya dengan lingkungannya
sehingga
mendapatkan
pengetahuan,
keterampilan
dan
pemahaman berkaitan kewirausahaan; pendapatan perbulan merupakan nilai penerimaan keluarga berupa uang perbulan, tanggungan keluarga merupakan jumlah tanggungan dalam keluarga tersebut; motivasi berwirausaha merupakan faktor-faktor
yang
mendorong
seseorang
untuk
melakukan
kegiatan
kewirausahaan dan sifat kekosmopolitan merupakan sifat keterbukaan masyarakat berkaitan dengan informasi. Partisipasi masyarakat terjadi apabila pelaku atau pelaksana program pembangunan adalah orang-orang, organisasi atau lembaga yang telah mereka percaya berintegritas, serta apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan. Mengingat pentingnya partisipasi dalam pembangunan maka diperlukan faktor pendorong dari luar masyarakat demi keberlanjutan pembangunan tersebut. Faktor eksternal tersebut adalah mengenai adanya sarana produksi dalam kegiatan yang berkaitan peralatan-peralatan, bahan dan modal dalam kegiatan, adanya dukungan keluarga baik berasal dari suami-istri dan anak, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping berfungsi sebagai pemberi informasi, pemberi motivasi, penggerak dan pembimbing masyarakat ke arah pembangunan serta fasilitator. Partisipasi di sini baik dari perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi pembangunan. Adanya partisipasi dalam pembangunan dari seluruh masyarakat maka masyarakat lebih berdaya dan tangguh dalam mengatasi problematika kehidupan sehingga kemandirian masyarakat dapat terwujud. Kemandirian terwujud apabila didukung jiwa-jiwa yang mandiri pula. Tidak dapat disangkal bahwa partisipasi masyarakat dan kemandirian merupakan faktor yang menentukan dalam pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6
Kesejahteraan adalah terciptanya suatu keadaan yang harmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta kebutuhan sosial bagi anggota masyarakat tanpa menjalani hambatan-hambatan yang serius di dalam lingkungan masyarakat sehingga standar kehidupan masyarakat dapat terwujud. Partisipasi dan kemandirian merupakan faktor terpenting dalam pemberdayaan masyarakat. Kemandirian di sini meliputi kemandiran intelektualitas, kemandirian sikap mental, kemandirian sosial, kemandirian material dan kemandirian pengembangan diri. Menurut Kartasasmita (1995) bahwa pembangunan memang dapat juga berjalan dengan mengandalkan kekuatan yang ada pada pemerintah, namun hasilnya tidak akan sama jika dibandingkan dengan pembangunan yang mendapat dukungan dan partisipasi rakyat. Secara eksplisit dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Indonesia disebutkan bahwa partisipasi aktif segenap lapisan masyarakat dalam pembangunan harus makin meluas dan merata. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi posdaya. Perumusan Masalah Posdaya merupakan forum komunikasi, silaturahmi, advokasi, penerangan dan pendidikan sekaligus wadah kegiatan penguatan fungsi keluarga secara terpadu. Keluarga merupakan sistem sosial terkecil di masyarakat harus dibina terlebih dahulu sehingga keluarga tersebut mampu mengatasi problematika hidupnya berkenaan dengan ekonomi
maupun non-ekonomi. Keluarga yang
bermutu dan baik akan melahirkan generasi muda yang bermutu dan handal. Seluruh keluarga dapat membangun anak-anaknya dengan baik, maka seluruh anak bangsa dapat dikembangkan menjadi sumberdaya manusia yang beriman, bermutu, handal, sanggup membangun negara dan bangsanya dengan baik. Secara ringkas tujuan program posdaya adalah menyegarkan modal sosial seperti hidup gotong-royong dalam masyarakat untuk membantu pemberdayaan keluarga; ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil dan memberi kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Partisipasi masyarakat dalam program posdaya merupakan
7
bentuk keterlibatan masyarakat secara langsung dalam program tersebut. Jadi dalam pembangunan, masyarakat diletakkan sebagai subyek pembangunan sehingga masyarakat menjadi tidak tergantungan pada pihak lain sehingga dapat menjadikan masyarakat mandiri. Kemandirian masyarakat semakin tinggi apabila didukung oleh individu-individu yang mandiri. Mandiri di sini bukan berarti tidak butuh bantuan pihak lain, tetapi mampu menggunakan potensi yang dimiliki dan mampu menggunakan secara maksimal. Partisipasi dan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi: antara lain faktor internal responden (umur, pendidikan formal, pendapatan, tanggungan keluarga, pengalaman berwirausaha, motivasi berwirausaha dan sifat kekosmopolitan) dan dukungan faktor eksternal masyarakat baik berupa tersedianya sarana produksi, dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping sehingga dapat menumbuhkan kemandirian. Berkaitan dengan partisipasi di sini meliputi partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam pemanfaatan hasil dan evaluasi dari program posdaya. Adanya partisipasi dalam pembangunan, maka kemandirian dalam program pembangunan dapat terwujud. Kemandirian di sini
meliputi
kemandirian
intelektualitas
berkaitan
dengan
kemandirian
memanfaatkan waktu, kemandirian menentukan jenis dan mengatur kegiatan, kemandirian menentukan peralatan, kemandirian pengambilan keputusan dan kemandirian pemecahan masalah; kemandirian sikap mental berkaitan dengan kemandirian percaya pada kemampuannya atau percaya pada sumberdaya sendiri, kemampuan menumbuhkan rasa menyukai, menumbuhkan rasa tekun, pantang menyerah dan tanggungjawab; kemandirian sosial berkaitan kemandirian dalam bekerjasama antara sesama anggota, kerjasama di luar kelompoknya demi keberlangsungan kegiatan yang dijalankan; kemandirian material berkaitan kemandirian keperluan yang diperlukan dalam kegiatan dan menggunakan secara maksimal sumberdaya baik modal, bahan-bahan maupun peralatan yang dimilikinya; dan kemandirian pengembangan diri berkaitan dengan kemampuan untuk memanfaatkan dan berbagi berbagai informasi yang ada, kemampuan memanfaatkan
tenaga
pendampingan,
kemampuan
memanfaatkan
dan
8
mempraktekkan pelatihan yang pernah diikuti dan kemampuan berbagi ilmu dengan orang lain/kelompok lain. Berkaitan hal itu, maka dirasa perlu mengkaji mengenai tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. Bidang ekonomi adalah suatu bidang yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: 1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor? 2. Bagaimana kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor? 3. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor? 4. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang berhubungan dengan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor? 5. Apakah tingkat partisipasi masyarakat berhubungan dengan
kemandirian
masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini mengungkap mengenai faktor individu berkaitan dengan tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya untuk peningkatan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat maka salah satu hakikat tujuan dari pembangunan milenium tercapai yaitu menanggulangi kemiskinan sehingga pada akhirnya tercapai pembangunan manusia seutuhnya. Berkenaaan dengan hal itu, maka tujuan penelitian yang berkaitan dengan tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya, adalah sebagai berikut:
9
1. untuk mengkaji tingkat partisipasi masyarakat dalam
bidang ekonomi
program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. 2. untuk mengkaji kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Pasir Mulya Kota Bogor. 3. untuk menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. 4. untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. 5. untuk menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. Manfaat Penelitian Fokus penelitian ini pada tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam program posdaya bidang ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait yang berkenaan dengan pembangunan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Secara spesifik manfaat penelitian ini berguna bagi pihak–pihak terkait dalam hal: 1. Sebagai bahan acuan pemikiran untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat lokal. 2. Sebagai bahan acuan pemikiran bagi penentu kebijakan dalam program pembangunan harus senantiasa memperhatikan kebutuhan baik real needs dan felt needs dari masyarakat setempat. 3. Sebagai bahan pertimbangan bahwa dalam semua program pembangunan harus adanya kerjasama antara pemerintah maupun pihak swasta demi keberlangsungan program tersebut.
10
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Partisipasi Partisipasi erat hubungannya dengan kegiatan pembangunan, namun tidak berarti bahwa partisipasi hanya sebatas keikutsertaan masyarakat dalam kegiatankegiatan pelaksanaan pembangunan. Swasono (1995) menyatakan bahwa partisipasi tidaklah hanya pada tahap pelaksanaan pembangunan saja, tetapi meliputi seluruh spektrum pembangunan tersebut yang dimulai dari tahap menggagas rencana kegiatan hingga memberikan umpan balik terhadap gagasan rencana yang telah dilaksanakan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Slamet (2003) adalah ikutsertanya masyarakat dalam perencanaan pembangunan, ikutserta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, ikutserta memanfaatkan dan menikmati hasilhasil pembangunan. Menurut Sumodiningrat (2000) menyatakan bahwa partisipasi adalah kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak program atau proyek pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah. Menurut Tjokroamidjojo (1991) terdapat dua cara yang dapat ditempuh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan yaitu (1)
memobilisasikan
kegiatan-kegiatan
masyarakat
yang
serasi
untuk
kepentingan-kepentingan pencapain tujuan pembangunan dan (2) meningkatkan oto-aktivitas, swadaya dan swakarya masyarakat sendiri sehingga masyarakat menjadi dewasa untuk dapat ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan. Partisipasi bukanlah keikutsertaan kelompok status sosial ekonomi tinggi sebagai perencana
dan kelompok ekonomi
rendah
sebagai
pelaksana
kegiatan
pembangunan, namun mengandung arti agar keikutsertaan seluruh anggota masyarakat melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan tugas yang diembannya. Berdasarkan pengertian di atas maka jelaslah bahwa peranserta masyarakat menjadi demikian penting di dalam setiap bentuk kegiatan pembangunan. Dukungan masyarakat yang saling berinteraksi senantiasa memberikan harapan ke arah berhasilnya suatu kegiatan.
11
Jenis dan Macam Partisipasi dalam Pembangunan Partisipasi merupakan masukan dalam proses pembangunan dan sekaligus juga keluaran atau sasaran dari pelaksanaan pembangunan. Dalam kenyataannya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat bersifat vertikal dan dapat pula bersifat horizontal. Rahardjo (1985) menyatakan partisipasi vertikal berlangsung apabila masyarakat berperanserta dalam suatu program tersebut berasal dari atas yang lebih dikenal top-down, sedangkan masyarakat posisinya di bawah atau sebagai bawahan. Sedangkan partisipasi horizontal apabila masyarakat mampu berprakarsa dalam kegiatan-kegiatan pembangunan atau dikenal dengan bottomup. Menurut Wang (1981) berpendapat bahwa partisipasi dilakukan oleh orang secara pribadi atau melalui kelompok-kelompok yang didorong oleh keinginan untuk menyumbangkan tenaga atau sarana-sarana lainnya kepada suatu lembaga yang mengatur kehidupan mereka. Adapun jenis partisipasi ada tiga yaitu (1) partisipasi sukarela (voluntary participation), (2) partisipasi adanya dorongan (induced participation) dan (3) partisipasi dengan tekanan (forced participation). Partisipasi sukarela adalah partisipasi yang berasal dari inisiatif dan prakarsa masyarakat sendiri, partisipasi dengan dorongan adalah partisipasi masyarakat setelah memperoleh arahan/ide dari pihak lain dan partisipasi dengan tekanan adalah partisipasi karena adanya paksaan dari pihak lain. Menurut Slamet (2003) macam-macam partisipasi dalam pembangunan dibagi menjadi lima, di antaranya adalah: 1) Ikut memberikan input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasil. 2) Ikut memberi input dan menikmati hasilnya. 3) Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung. 4) Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5) Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya. Menurut Yadov (1980) membagi jenis partisipasi sebagai berikut: “…… people involvement has to be understood in the following foursense, participation in decision making, participation in implementation of development
12
programs and projects, participation in monitoring and evaluation of development programmes and projects and participation in sharing the benefit of development.” Menurut Cohen dan Uphoff (1977) membedakan partisipasi dalam empat tahapan, yaitu (1) partisipasi dalam pembuatan keputusan, kebijakan, perencanaan pembangunan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan, (3) partisipasi dalam memanfaatkan pembangunan atau menggunakan hasil pembangunan, (4) mengevaluasi dan mengawasi pembangunan. Krisnamurthi (2002) menyatakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan seperti: (1) partisipasi di dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi di dalam pelaksanaan dalam bentuk sumbangan sumberdaya maupun keterlibatan dan kerjasama di dalam organisasi dan kegiatan-kegiatan, (3) partisipasi atau berbagi dalam keuntungan dari program dan (4) partisipasi di dalam mengevaluasi program. Menurut Krisnamurthi (2002) dimensi partisipasi terdiri: apa/what, siapa/who dan bagaimana/how saling terkait satu dengan yang lain. Partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan/perencanaan dibedakan dalam tiga kegiatan yaitu: (1) pada saat penentuan keputusan awal mengenai proyek dengan memperhatikan keperluan dan prioritas proyek atau kegiatan apa yang akan dikerjakan; (2) ikutserta secara terus-menerus dalam setiap proses pengambilan keputusan; (3) ikutserta dalam merumuskan keputusan mengenai rencana kerja. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan dibedakan dalam tiga kegiatan yakni: (1) sumbangan sumberdaya, berupa tenaga dengan ikut bekerja dalam program, sumbangan materi dan atau informasi, (2) terlibat dalam kegiatan administrasi dan koordinasi, serta (3) ikutserta sebagai peserta dari program yang ada. Partisipasi dalam tahap menikmati manfaat mencakup menurut Cohen dan Uphoff (1977) terdiri: (1) keuntungan materi berupa meningkatnya pendapatan dan konsumsi, baik dalam bentuk jumlah maupun distribusinya yang merata, (2) keuntungan sosial antara lain meningkatnya pendidikan dan terberantasnya buta huruf, (3) keuntungan perorangan antara lain berupa kemantapan status sosial seseorang serta meningkatnya kekuasaan politik. Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan bahwa partisipasi seseorang di dalam masyarakat dalam pembangunan dapat dilakukan pada semua aspek dari suatu tahap kegiatan perencanaan pembangunan, tahap pelaksanaan, tahap
13
pemanfaatan hasil yang dicapai dari suatu pelaksanaan kegiatan pembangunan dan tahap evaluasi. Kegiatan pembangunan jika masyarakat sejak awal dilibatkan secara penuh dalam suatu kegiatan maka dengan sendirinya akan timbul rasa memiliki dan tanggungjawab moral terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan. Semakin cerdas kehidupan masyarakat maka semakin tinggi partisipasinya dalam pembangunan. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Menurut Slamet (2003) ada tiga faktor yang berhubungan atau mendukung partisipasi yaitu: (1) kemauan, (2) kemampuan dan (3) kesempatan. Keberadaan kemauan, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor seputar kehidupan manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, terutama faktor-faktor psikologis individu (needs, harapan, motif, reward), terpaan informasi, pendidikan (formal dan nonformal), keterampilan, kondisi permodalan yang dimiliki, teknologi (sarana dan prasarana), kelembagaan (formal dan informal, kepemimpinan (formal dan informal) dan struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal (norma, tradisi dan adat istiadat) serta pengaturan dan pelayanan pemerintah. 1) Kemauan Partisipasi Faktor partisipasi bersumber pada faktor psikologis individu yang menyangkut emosi dan perasaan yang melekat pada diri manusia. Faktor-faktor yang menyangkut emosi dan perasaan ini sangat kompleks sifatnya, sulit diamati, dan diketahui dengan pasti, dan tidak mudah dikomunikasikan akan tetapi selalu ada pada setiap individu dan merupakan motor pengerak perilaku manusia. Teori adopsi yang dikemukakan oleh Rogers (2003) memberi wawasan bahwa adopsi inovasi oleh seseorang diawali oleh awareness stage (tahap sadar) dan interest stage (tahap minat) dan kondisi pada tahap-tahap awal ini sangat menentukan proses adopsi inovasi pada tahap selanjutnya. Pada tahap menaruh minat terhadap inovasi (pembangunan) aktivitas mental yang utama adalah fungsi afeksi, perasaan atau emosi. Pada tahap ini seseorang lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi dan dalam proses ini seseorang akan mengembangkan sikap berkenaan atau tidak berkenaan terhadap inovasi tersebut. Kalau yang
14
terbentuk sikap berkenaan, maka kemauan berpartisipasi telah timbul dalam diri seseorang. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang merupakan salah satu aspek dari basic needs (kebutuhan dasar manusia) merupakan faktor pendorong timbulnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan pertanian. Menurut Maslow kebutuhan manusia bersifat hirarki: basic needs, security needs, social needs, self esteem needs dan self actualization needs. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan sumber motivasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Faktor lain yang berperan dalam menggerakkan kemauan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan adalah informasi. Informasi mempunyai arti sangat penting bagi komponen utama pembangunan. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya bagi unsur kemauan adalah peran tokoh masyarakat. Menurut Slamet (1989) peran tokoh masyarakat, yaitu: sebagai contact person yang akan berfungsi sebagai pintu masuknya inovasi dari luar, (2) sebagai pemberi restu atau legitimasi, (3) sebagai penjual inovasi ke dalam masyarakat, dan (4) sebagai komunikator atau desiminator yang akan mengajak lebih banyak lagi warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Keberhasilan pemimpin lokal tidak hanya ditentukan oleh kepandaian dalam berbicara, pendidikan yang tinggi dan atribut kepemimpinan yang dimilikinya, tetapi ditentukan juga oleh kepercayaan untuk menentukan kebijaksanaan dan kekuasaan yang luas dari masyarakat. Tiga aspek yang harus diperhatikan pemimpin lokal agar dapat melakukan perannya dengan baik, yaitu: (1) pekerjaan, (2) menjaga hubungan baik dengan masyarakat, (3) harus dapat membina dan mengembangkan secara memuaskan. Aspek pekerjaan pemimpin harus: (a) mendapat kepercayaan dari masyarakat, (b) mengetahui dengan baik kondisi daerahnya, (c) menemukan pengetahuan-pengetahuan baru, (d) selalu belajar dan mencoba kepada hal-hal yang baru, (e) mengembangkan keterampilan dan menerapkan metode yang efektif dalam bekerja, (f) jujur dan berbagi tanggung jawab, (g) memecahkan masalah secara bersama-sama dengan masyarakatnya. Pemimpin yang harus menjaga hubungan baik dengan masyarakat, yang harus dilakukan adalah: (a) berhubungan secara langsung
15
dengan anggota masyarakat, (b) peduli kepada masing-masing anggota, (c) berinisiatif untuk melakukan kegiatan, baik yang berasal dari dirinya maupun dari anggotanya, (d) menjadi pemandu bukan menggurui, (e) selalu ingat bahwa kepemimpinan itu untuk mencapai tujuan bersama dalam masyarakat dan (f) mengetahui bahwa kepuasan anggota adalah hal yang terpenting dari pada keberhasilan yang dicapai. Pemimpin harus dapat melakukan pembinaan dan mengembangkan anggota adalah: (a) mengetahui bahwa mengerjakan sesuatu memerlukan pemikiran dan harus dihargai sebagai prestasi, (b) selalu berimprovisasi, (c) selalu belajar berbicara, merencanakan, berpikir dan mengelola sesuatu dengan baik, (d) berusaha menyukai semua anggota dan bekerjasama dengan mereka, (e) mengembangkan pola pikir positif dan konstruktif, (f) membicarakan sesuatu yang serius, tetapi dilakukan dengan santun dan santai, (g) selalu ingat bahwa manusia adalah tempat salah. 2) Kemampuan Partisipasi Tingkat kemampuan partisipasi masyarakat tergantung pada banyak faktor, utamanya faktor pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal, keterampilan, pengalaman dan ketersediaan permodalan. Pendidikan akan tercermin pada tingkat pengetahuan, sikap mental dan keterampilan. Kemampuan permodalan akan tercermin pada pendapatan rumahtangga dan bantuan dana yang diperolehnya, sedangkan pengalaman adalah tercermin lamanya berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang telah berlangsung. Masyarakat sebagai manusia yang rasional sebelum memutuskan untuk berpartisipasi dalam pembangunan didahului oleh masa belajar, dan menilai manakala partisipasi itu mendatangkan manfaat baginya. Jika bermanfaat akan berpartisipasi dan sebaliknya tidak bermanfaat mereka tidak bergerak untuk berpartisipasi. Kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan harus didahului oleh proses belajar untuk memperoleh dan memahami informasi, kemudian memproses menjadi pengetahuan tentang adanya kesempatankesempatan bagi dirinya, melatih dirinya agar mampu berbuat dan termotivasi agar benar-benar bertindak.
16
3) Kesempatan Partisipasi Kesempatan masyarakat untuk berpatisipasi dalam proses pembangunan dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi, terutama faktor ketersediaan sarana dan prasarana fisik yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pembangunan, kelembagaan yang mengatur interaksi warga dalam proses pembangunan, birokrasi yang mengatur rambu-rambu serta menyediakan kemudahan-kemudahan dan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, serta faktor sosial budaya masyarakat yang akan sangat menentukan corak perilaku masyarakat dalam proses pembangunan. Menurut Slamet (2003) menyatakan bahwa partisipasi rakyat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja rakyat secara sukarela, tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya rakyat untuk mau memanfaatkan kesempatan memperbaiki kualitas hidup sendiri. Hasil penelitian Muatip et al. (2008) menyatakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah yang terdiri dari sarana, prasarana dan informasi, kelembagaan peternak, kelembagaan penyuluh, kelembagaan sosial dan kebijakan pemerintah. Cartwright dan Zander (1968) menyatakan dalam menyoroti keberhasilan suatu kelompok tani untuk mencapai tujuannya, perlu diperhatikan adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dalam dikatakan sebagai kedinamisan kelompok yang diharapkan mampu mempengaruhi keberhasilan dari suatu kelompok dalam mencapai tujuannya, sedangkan faktor dari luar: (1) partisipasi anggota, (2) peranan penyuluh, (3) keadaan lingkungan fisik dan (4) keadaan lingkungan sosial dan budaya. Menurut Goldsmith dan Blustain dalam Ndraha (1990) syarat keberhasilan partisipasi mencakup: 1)
Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
2)
Adanya motivasi dari pimpinan masyarakat
3)
Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal
4)
Proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Marzali (2003) mengemukakan bahwa ada tiga prinsip dasar dalam
menumbuhkan partisipasi masyarakat desa agar ikut dalam pembangunan dapat dilakukan dengan cara:
17
1) Learning process (learning by doing), dimana proses kegiatan dengan melakukan aktivitas proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat. 2) Institutional development, melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial yang ada dalam masyarakat. Institusi atau pranata sosial masyarakat merupakan daya tampung dan daya dukung sosial. 3) Participatory, cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat menggali kebutuhan yang ada didalam masyarakat. Kristanto (1993) dalam Indrawati et al. (2003) mengatakan bahwa partisipasi petani dalam kegiatan konservasi tanah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karakteristik petani (umur, pendidikan, status sosial, pengalaman, pendapatan di dalam dan di luar usahatani, sumber informasi berupa penyuluhan, percontohan, media bacaan dan elektronika serta pemuka masyarakat, dan tipe ajakan yang bersumber dari perorangan, kelompok, pemerintah). Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Program Posdaya Partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya berhubungan dengan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal terdiri dari umur, tingkat pendidikan formal, pendapatan, jumlah anggota keluarga, pengalaman berwirausaha, motivasi berwirausaha dan kekosmopolitan. Adapun faktor eksternal terdiri dari sarana produksi, dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendampingan. Faktor Internal 1) Umur Umur individu akan dipengaruhi pertumbuhan baik aspek biologis maupun psikis. Pertumbuhan psikis akan nampak pada kematangan aspek kejiwaan (kedewasaan). Hasil penelitian Nurmalia dan Lumintang (2006) menyatakan umur yang produktif mempengaruhi kemampuan dalam melakukan kegiatan usaha pengolahan ikan asin. Menurut hasil penelitian Lestari et al. (2001) menunjukkan bahwa umur mempunyai hubungan negatif nyata terhadap tingkat adopsi Teknologi Sapta Usaha Pertanian, yang berarti semakin tua umur maka petani semakin lambat/rendah tingkat adopsinya.
18
Umur juga berkorelasi dengan tingkat penerimaan suatu inovasi atau teknologi baru. Robbins (2007) mengatakan bahwa para pekerja yang sudah tua cenderung kurang luwes dan menolak teknologi baru. Selanjutnya dijelaskan bahwa umur juga berkolerasi dengan produktivitas. Produktivitas akan merosot dengan semakin bertambahnya usia seseorang. Keterampilan individu terutama menyangkut kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun seiring berjalannya waktu dan kurangnya rangsangan intelektualitas, semua berkontribusi terhadap menurunnya produktivitas. 2) Pendidikan formal Pendidikan sebagai suatu proses yang berpengaruh pada pembentukkan sikap (termasuk persepsi) karena pendidikan meletakkan dasar pengetahuan dan konsep moral dalam diri individu. Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas pengetahuannya. Menurut Slamet (2003) pendidikan adalah usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka cakrawala/pikiran dan dalam menerima hal-hal baru dan bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Berdasarkan penyelenggaraan pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Hasil penelitian Herawati dan Pulungan (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula partisipasinya dalam mengajukan saran. Berdasarkan penjelasan di atas maka tingkat pendidikan formal baik dari dalam penelitian ini merupakan tingkat pendidikan formal yang diterima semasa hidup baik dari pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. 3) Pendapatan Pendapatan hasil penelitian Herawati dan Pulungan (2006) menyatakan berhubungan sangat nyata dengan partisipasi kontaktani. Sebab salah satu syarat kontaktani adalah mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi dan membaik sehingga dengan tingkat sosial tersebut mereka akan bekerja lebih baik. Pada tingkat partisipasi, pendapatan menunjukkan keterkaitan hubungan yang sangat nyata.
19
4) Jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah orang yang tinggal dalam satu keluarga dan secara langsung menjadi tanggungan kepala keluarga, ataupun yang berada di luar rumah akan tetapi kehidupan masih merupakan tanggung jawab kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan kemampuan keluarga akan penyediaan tenaga kerja. Hasil penelitian Batoa et al. (2008) jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi petani dalam berusahatani rumput laut. 5) Pengalaman berwirausaha Menurut Suparno (2001) pengalaman dapat mengembangkan kompetensi seseorang. Syahyuti (2006) kewirausahaan adalah kemampuan untuk melihat dan menilai peluang-peluang bisnis, kemampuan mengoptimalkan sumberdaya yang dikuasai serta mengambil tindakan untuk mencapai tujuan bisnis. Hasil penelitian Herawati dan Pulungan (2006) menyatakan pengalaman berhubungan secara nyata dengan tingkat partisipasi dalam kehadiran dan diterimanya saran serta berhubungan sangat nyata dengan pengajuan saran. Hasil penelitian Nurmalia dan Lumintang (2006) semakin lama pengalaman usaha wanita pengolah ikan maka semakin tinggi pula kebutuhan hidupnya. 6) Motivasi berwirausaha Motivasi terdiri atas kata ‘motif’ yang berarti dorongan dan ‘asi’ berarti usaha. Motivasi menurut Padmowihardjo (1994) adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Daya atau kekuatan tersebut dapat berupa pemenuhan akan kebutuhan biologis, seperti kebutuhan makan, istirahat atau kebutuhan untuk berkuasa. Tingkah laku manusia disebabkan oleh adanya kebutuhan dan ditambah dengan adanya dorongan tertentu. Adanya kebutuhan dan dorongan ini seseorang akan merasa siap untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Jika keadaan siap mengarah kepada suatu kegiatan konkrit disebut sebagai motif. Selanjutnya usaha untuk menggiatkan motif-motif tersebut menjadi tingkah laku konkrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi
20
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi terdiri dari dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri
seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri seseorang sehingga melakukan sesuatu hal. Motivasi seseorang akan muncul jika ia memiliki keinginan. Keinginan tersebut muncul melalui proses yang diterima seseorang dan dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan. Segala sesuatu yang diperoleh seseorang akan diberi arti menurut minat dan keinginannya. Motivasi yang demikian bersumber pada faktor psikologis manusia yang menyangkut emosi dan perasaan. Hasil penelitian Batoa et al. (2008) menyatakan motivasi berhubungan dengan melakukan usahatani rumput laut. 7) Kekosmopolitan Rogers (2003) menyatakan sifat kekosmopolit individu dicirikan oleh sejumlah atribut yang membedakan mereka dari orang lain dalam komunitasnya, yaitu memiliki status sosial yang lebih tinggi, partisipasi sosial yang tinggi, lebih banyak berhubungan dengan pihak luar, lebih banyak menggunakan media massa dan memiliki hubungan lebih banyak dengan orang lain maupun lembaga yang berada di luar komunitasnya, misal banyaknya interaksi dengan penyuluh dan interaksi dengan tokoh masyarakat. Sistem sosial suatu masyarakat yang bersifat kosmopolitan akan cepat mengalami perubahan karena mereka sering berhubungan atau berusaha mencari informasi yang mereka butuhkan. Hasil penelitian Herawati dan Pulungan (2006) menyebutkan bahwa kekosmopolitan seseorang mempengaruhi tingkat partisipasi dalam kontaktani. Faktor Eksternal 1) Sarana produksi Menurut Mosher (1987) sarana dan prasarana produksi merupakan salah faktor pelancar dalam pembangunan pertanian. Menurut Muatip (2008) ketersediaan sarana dan prasarana menimbulkan semangat peternak untuk belajar dengan cara mencari informasi kepada sumber-sumber informasi yang dapat diakses. Menurut Rukka (2003) sarana produksi yang tersedia dalam jumlah,
21
mutu, harga dan waktu yang tepat dalam memberikan pelayanan kepada petani akan sangat menunjang keberhasilan usahatani. 2) Dukungan keluarga Dukungan keluarga dalam setiap kegiatan diperlukan sekali. Keluarga di sini adalah keluarga inti yaitu suami, istri dan anak-anak. Menurut Munandar (1985) keluarga sebagai kelompok primer yang terikat oleh hubungan intim yang mempunyai fungsi-fungsi yaitu: (1) pemberi afeksi, dukungan dan persahabatan, (2) memproduksi dan membesarkan anak, (3) meneruskan norma-norma kebudayaan, agama dan moral pada yang muda, (4) mengembangkan kepribadian, (5) membagi dan melaksanakan tugas-tugas di dalam keluarga maupun di luar keluarga. Keluarga inti tidak hanya mempunyai hak dan kewajiban di dalam keluarga tersebut, tetapi juga di luarnya. Individu-individu dalam keluarga tidak hanya merupakan salah satu anggota keluarga tetapi juga mengambil bagian dari kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat. 3) Peran tokoh masyarakat Rogers dan Shoemaker (1995) mengatakan bahwa tokoh masyarakat adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain secara informal. Seorang tokoh masyarakat dalam bersikap dan bertingkah laku tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem nilai budaya masyarakat, norma-norma yang ada, kepercayaan yang ada dalam masyarakat serta status dan perannya dalam masyarakat tersebut. Tokoh masyarakat menurut Slamet (1989) merupakan unsur penting dalam pembangunan, karena dapat memerankan beberapa peranan penting, yaitu: (1) sebagai contact person yang akan berfungsi sebagai pintu masuknya inovasi dari luar, (2) sebagai pemberi restu atau legitimasi, (3) sebagai penjual inovasi ke dalam masyarakat, dan (4) sebagai komunikator ataupun diseminator yang akan mengajak lebih banyak lagi warga untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Syamsu et al. (1991) mengemukakan bahwa ada empat ciri peran yang dapat dilakukan oleh seorang tokoh masyarakat dalam menentukan pelaksanaan keberhasilan pembangunan yaitu: (1) peran yang diperlukan untuk kelangsungan pembangunan, (2) peran yang belum dilakukan pihak lain dalam suatu desa, (3) peran yang akan dilakukan telah diketahui tetapi ada tenaga pelaksana, (4) peran
22
tersebut dapat dilakukan oleh seseorang. Berdasarkan ciri-ciri peran di atas, maka seorang tokoh masyarakat harus dapat berperan sebagai: (1) pemberi informasi, (2) pemberi motivasi, (3) pelancar proses difusi, (4) penghubung antar sistem, (5) penggerak dan pembimbing masyarakat ke arah pembangunan. 4) Peran pendamping Menurut Atmodjo (2001) penyuluhan partisipatif dalam kehutanan menitikberatkan perhatian pada upaya penguatan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat tani di dalam sekitar kawasan hutan, sehingga mereka mampu menjadi pelaku dan penggerak utama dalam pembangunan kehutanan. Penyuluhan partisipatif pada dasarnya sejalan dengan proses pendampingan yang saat ini sering digunakan oleh kalangan lembaga swadaya masyarakat. Menyangkut program pendampingan bagi petani, Sumodiningrat (2000) berpendapat bahwa program pendampingan bisa dianggap serupa dengan program penyuluhan. Menurut Hubeis (1992) menyatakan pendamping merupakan satu dari empat peran yang dilakukan oleh penyuluh pembangunan. Peran penyuluh pembangunan menurut Hubeis et al. (1994) antara lain: (1) katalis, (2) penemu solusi, (3) perantara dan (4) pendamping. Prinsip dalam pendampingan menurut P3AE UI (2000) ialah (1) menumbuhkan kemandirian masyarakat, (2) menumbuhkan kesadaran bersama masyarakat tentang persoalan yang mereka hadapi; mengembangkan pikiran kritis dan jernih serta mengambil keputusan berdasarkan musyawarah; dan (3) mengembangkan ketulusan dan keikhlasan dalam menyelesaikan konflik. Dengan demikian prinsip penyuluhan partisipatif sama dengan proses pendampingan. Tonny (2003) mengemukakan bahwa ada tiga pendekatan pendampingan yang bisa diaplikasikan dalam kegiatan pendampingan di atas, yaitu: (1) Pendekatan menolong diri sendiri (self help) Dalam hal ini pendamping hanyalah fasilitator, sedangkan anggota komunitas berperan dalam (a) memutuskan apa yang menjadi kebutuhannya; (b) bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut dan (c) mengerjakan sendiri.
23
(2) Pendekatan teknik (technical assistance) Pada pendekatan ini pendamping seolah-olah ditugasi masyarakat untuk mengembangkan sikap rasionalitas mereka yang mencakup pengembangan individu, kelompok, organisasi dan kelembagaan. (3) Pendekatan konflik (technical conflict) Dalam pendekatan ini menekankan pada usaha-usaha untuk menyadarkan masyarakat bahwa apa yang baik dilakukan oleh orang lain adalah baik juga untuk dilakukannya. Menurut Adi (2003), ada tujuh peran yang dilakukan oleh pendamping dalam pemberdayaan masyarakat: (1) Pemercepat perubahan Peran mempercepat perubahan dalam masyarakat memiliki empat fungsi utama yang harus dilakukan yaitu (a) membantu masyarakat untuk menyadari akan kondisi dan potensi yang dimiliki, (b) menumbuh-kembangkan organisasi dan lembaga lokal, (c) mengembangkan interaksi sosial di antara warga komunitas, dan (4) memfasilitasi suatu perencanaan pembangunan masyarakat yang efektif. (2) Perantara Peran pendamping sebagai seorang perantara yaitu mengarahkan untuk menjalin kemitraan dengan pihak ketiga di luar kelompok. (3) Pendidik Sebagai pendidik, pendamping untuk menyampaikan informasi merupakan keterampilan utama yang dimiliki selain berpengetahuan dan berpengalaman. (4) Tenaga ahli Peran yang diharapkan dari tenaga ahli adalah mampu memberikan masukan berupa gagasan dan saran bagi kelompok yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan disesuaikan dengan kondisi mereka. (5) Perencana sosial Tugas dari peran perencana sosial adalah mengumpulkan, mengidentifikasi yang ada di dalam komunitas, menganalisis serta menyusun pemecahan masalah.
24
(6) Advokat Peran yang melakukan tindakan-tindakan persuasif kepada pihak-pihak di luar komunitas untuk mendukung dan mencapai tujuan yang diharapkan. (7) Aktivis Peran yang melakukan perubahan kelembagaan yang mendasar yaitu pengalihan sumberdaya atau kekuasaan kepada kelompok yang kurang beruntung. Selain itu juga mendorong masyarakat untuk mengorganisir diri. Peran pendamping di posdaya menurut Suyono (2007) terdiri: (1) Dalam pengembangan posdaya peran petugas di tingkat kecamatan dan desa yang perlu berperan yaitu dari unsur pemberdayaan masyarakat, KB dengan perangkat PLKB dan kesehatan dengan perangkat dokter di puskesmas dan bidan yang ada di pedesaan. Untuk lembaga masyarakat adalah organisasi sosial dan kemasyarakatan terutama PKK dengan semua pokjanya. (2) Unsur pemerintah daerah, khususnya pada tingkat kecamatan, camat dan jajarannya diharapkan membantu unsur-unsur pembangunan lain untuk memungkinkan posdaya menjadi wahana untuk melaksanakan program pemberdayaan yang paripurna agar setiap keluarga bisa melaksanakan delapan fungsi utamanya dengan baik. (3) Perguruan tinggi dan sekolah merupakan lembaga atau wahana untuk memimpin masa depan baik dalam masyarakat dalam hal belajar-mengajar. Perguruan tinggi dan sekolah sebaiknya mengirim siswa-siswanya ke posdaya untuk memperkenalkan dan memberikan kesempatan siswa untuk dekat dengan masyarakat. Peran perguruan tinggi dan sekolah memberikan bimbingan dan tuntutan mengenai permasalahan dalam kegiatan yang dilakukan masyarakat. Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Posdaya menurut Suyono (2007) merupakan forum komunikasi, silaturahmi, advokasi, penerangan dan pendidikan sekaligus wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya juga bisa menjadi wadah pelayanan keluarga terpadu, yaitu pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai bidang, utamanya kesehatan, pendidikan dan wirausaha/ekonomi agar keluarga bisa tumbuh mandiri di desanya.
25
Program advokasi dan pemberdayaan pembangunan yang ditawarkan dalam posdaya adalah program-program yang mendukung penyegaran fungsifungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi/wirausaha dan fungsi lingkungan. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Tujuan Pengembangan Posdaya Pengembangan posdaya menurut Suyono (2007) ditujukan untuk tercapainya hal-hal sebagai berikut: (1) dihidupkan dukungan sosial budaya atau sosial kapital seperti hidup gotong-royong dalam masyarakat untuk merangsang keluarga lain membantu pemberdayaan secara terpadu atau bersama-sama memecahkan kehidupan yang kompleks, melalui wadah atau forum yang memberikan kesempatan para keluarga untuk saling asah, asih dan asuh dalam memenuhi kebutuhan
membangun
keluarga bahagia dan sejahtera (2)
terpeliharanya infrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid, yaitu keluarga yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial, sehingga tercipta suatu kehidupan yang rukun damai dan memiliki dinamika yang tinggi (3) terbentuknya lembaga sosial dengan keanggotaan dan partisipasi keluarga di desa atau kelurahan yang dinamis dan menjadi wadah atau wahana partisipasi sosial, sehingga para keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan. Sasaran dan Jenis Kegiatan Sesuai dengan delapan fungsi keluarga, sasaran kegiatan yang ditujukan adalah upaya bersama agar setiap kelurga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Sasaran utama diarahkan kepada empat prioritas utama, yakni komitmen pimpinan kepada tingkat desa, kecamatan dan kabupaten; bidang keluarga berencana dan kesehatan; bidang pendidikan; dan bidang wirausaha. Tujuannya adalah menjadikan posdaya sebagai wahana bersama untuk membantu pemberdayaan keluarga yang memungkinkan setiap keluarga bisa saling belajar
26
dari keluarga lain sehingga makin mampu menjadi subyek untuk secara mandiri membangun anggota keluarganya. Sasaran posdaya menurut Suyono (2007) secara terperinci adalah sebagai berikut: (1) Peningkatan komitmen para pimpinan • Para kepala desa dan aparatnya diharapkan dapat memberikan perhatian dan bantuan pembentukkan posdaya di desanya. • Para camat, bupati dan walikota serta tim PKK dapat membantu dan mendampingi pengembangan posdaya sebelum masyarakat sendiri mampu mengelola posdaya. (2) Pemberdayaan pada bidang KB-kesehatan: • Ibu muda, ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui. • Ibu muda dengan anak-anak di bawah usia 15 tahun. • Bayi (0-1) tahun. • Anak balita (1-5) tahun. (3) Pemberdayaan bidang pendidikan: • Inventarisasi anak-anak usia 0-15 tahun yang belum sekolah. • Mengusahakan sekolah di desa untuk menerima anak-anak tersebut sekolah. • Mengembangkan kemungkinan kursus-kursus keterampilan untuk anak putus sekolah. (4) Pemberdayaan bidang wirausaha/ekonomi: • Mengadakan inventarisasi keluarga dengan anak balita atau keluarga yang mempunyai anak di bawah usia 15 tahun. • Menjajagi kerjasama dengan bank yang ada di desa atau kecamatan dan mempunyai jaringan ke desa. Jenis dan Pengembangan Posdaya Salah satu cara agar program-program posdaya yang dikembangkan dalam berbagai bidang berjalan kontinyu dan berkelanjutan yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok demi menampung kegiatan yang ada. Kelompok-kelompok tersebut antara lain:
27
(1)
Bina Keluarga Balita (BKB) Kelompok BKB ini umumnya terdiri dari keluarga muda dengan anggota yang mempunyai anak balita atau anak batita. Orang tua dalam posdaya dapat disiapkan untuk menyegarkan kembali gerakan Bina Keluarga Balita (BKB) sebagai gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk memelihara kesehatan, hantaran tumbuh-kembang anaknya, deteksi dini kelainan atau kecacatan dan akhirnya menyiapkan anak balita siap sekolah bersama anak-anak lainnya misalnya mengembangkan pendidikan anak usia dini (Paud) yang dikelola oleh masyarakat dan tenaga muda yang ada dikampungnya.
(2)
Bina Keluarga Remaja (BKR) Bina Keluarga Remaja (BKR) ini diusahakan pemberdayaan untuk keluarga yang mempunyai anak remaja dengan meningkatkan kesadaran dengan anak remaja bahwa mereka adalah bibit unggul yang harus dipersiapkan menjadi kekuatan pembangunan yang bermoral dan bermutu.
(3) Bina Keluarga Dewasa (BKD) Bina Keluarga Dewasa (BKD) adalah upaya kelompok untuk meningkatkan lebih lanjut penyadaran keluarga yang mempunyai anak dewasa. Dengan tujuan anak-anak mereka yang sudah dewasa perlu terus diarahkan menjadi SDM yang handal, memiliki moral yang tetap terjaga dan terus membina kualitasnya. (4) Lansia (BKL) Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah keluarga yang mempunyai anggota yang masih aktif, remaja yang mulai kerja dan memberi harapan indah untuk kakek dan neneknya. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamik agar lansia yang tertinggal dalam rumahnya bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan berguna. (5)
Bina Keluarga Cacat (BKC) Bina Keluarga Cacat (BKC) adalah sekompok keluarga yang tidak saja mempunyai keterbatasan karena menyandang cacat fisik, termasuk juga
28
keluarga-keluarga yang dianggap miskin dan memerlukan bantuan fasilitasi dalam mengembangkan kemampuannya. (6) Bina Keluarga Ekonomi (BKE) Kelompok dari berbagai kelompok umur bisa saja bergabung bersama untuk mengembangkan
kewirausahaan
dengan
partisipasi
yang
tinggi.
Kebersamaan tersebut dikembangkan dengan mengacu kepada kerjasama antara keluarga mampu dan keluarga yang lebih mampu. Usaha bersama dapat dikembangkan dengan cara koperasi atau dengan mengembangkan kebersamaan dalam usaha ekonomi produktif. Dalam
bidang
ekonomi
posdaya Bina Sejahtera ada beberapa kelompok yaitu kelompok lembaga keuangan mikro posdaya (LKM-P) yang menganut sistem syariah. Prinsip syariah di sini mengandung arti bahwa peminjam maupun yang menabung tidak dikenakan bunga. Kelompok kedua adalah kelompok keterampilan wanita dimana anggota dari kelompok tersebut seluruh wanita yang ada di lingkungan RW 02 dan ada kelompok laki-laki di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. Kelompok ketiga adalah kelompok usahatani dimana anggotanya para laki-laki yang ada di lingkungan RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. Kemandirian Kemandirian diterjemahkan dari kata autonomy. Sejarah autonomy ini berasal dari akar Bahasa Yunani autos dan nomos (self law atau rule). Kata autos yang bermakna self dapat merujuk pada self-determonation, self-government, dan independence. Kata nomos merujuk pada law, convention, usage atau custom. Sumardjo (1999), mengacu pada konsep filsafat moral autonomy dari Kant, otonomi moral adalah kehendak manusia untuk bertindak dari prinsip yang diyakininya sendiri; bebas dari kehendak orang lain, berhak untuk mengikuti kemauannya sendiri. Senada juga disampaikan oleh Steinberg (2001) kemandirian adalah keadaan dimana seseorang individu memiliki kemampuan untuk menentukan keinginannya, mampu mengatasi tekanan sosial untuk berpikir dan berbuat dengan cara tertentu dan tidak berpengaruh oleh pandangan orang terhadap dirinya. Menurut Steinberg
(2001) pribadi yang mandiri adalah pribadi yang
menguasai dan mengatur dirinya sendiri. Masyarakat mandiri dalam era globalisasi
29
akan dapat tercapai jika didukung oleh transformasi sosial-budaya menuju masyarakat modern. Kartasasmita (1995) menyatakan kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan yang meliputi hak setiap bangsa untuk menentukan hidupnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Menurut Soesarsono dan Sarma (2004) kemandirian seseorang ditentukan oleh tingkat kepercayaan dirinya atas apa yang harus dihadapi. Menurut Hubeis (1992) kemandirian adalah perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan terbaik. Rahardjo (1985) mengartikan kemandirian sebagai upaya seseorang yang didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri dan pada sumberdaya yang dimiliki sebagai semangat swadaya. Ismawan dan Budi (2005) kemandirian (keswadayaan) adalah kondisi dimana manusia memiliki sejumlah kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri; mampu menghitung kesempatan-kesempatan dan ancaman yang ada di lingkungan sekitar; dan kemampuan untuk memilih berbagai alternatif yang tersedia agar dapat dipakai untuk melangsungkan kehidupan yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka kemandirian diartikan perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik. Kemandirian untuk mampu bekerja akan sulit dilakukan jika tidak terbiasa belajar, berlatih dan kerja mandiri yang akan memberikan pengalaman sukses. Elemen Kemandirian Menurut BPSK, PKM dan LPM Unibraw (2001), kemandirian mencakup empat elemen pokok yaitu kemandirian material, kemandirian intelektual, kemandirian sikap dan kemandirian manajemen. Adapun penjelasan dari masing-masing elemen di atas sebagai berikut: (1) Kemandirian material Kemandirian material adalah kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar serta cadangan dana mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu krisis.
30
(2) Kemandirian intelektual Kemandirian intelektual adalah pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih halus muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu. (3) Kemandirian sikap Kemandirian sikap yaitu kemampuan otonom dalam menyikapi setiap seluruh permasalahan yang muncul dalam kaitan dengan kehidupan. Kemampuan otonom menentukan sikap ini merupakan “sintesa” dari kesadaran diri, inisiatif, motivasi dan kepercayaan diri pengambilan keputusan untuk bertindak dan sejauh mana kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. (4) Kemandirian manajemen Kemandirian manajemen adalah kemampuan otonom untuk membina diri dan menjadi serta mengelola kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan usahatani petani. Menurut Havighurst (1972) menerangkan bahwa kemandirian terdiri beberapa aspek, yaitu: (1) Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang lain. (2) Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantung kebutuhan ekonomi pada orang lain. (3) Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. (4) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Kemandirian Masyarakat dalam Program Posdaya Kemandirian masyarakat dalam program posdaya adalah perwujudan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan secara optimal kapasitas dirinya dan kapasitas sumberdaya lainnya dalam program posdaya, sesuai kesadaran, kemampuan berbuat baiknya (mengatur diri sendiri) dan diyakini manfaat dalam
31
rangka kesejahteraan hidupnya. Kemandirian di sini meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Masyarakat yang mandiri dicirikan dengan masyarakat intelektual, sikap mental, manajemen, material, sosial dan pembinaan diri. Masyarakat mandiri diharapkan dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan baik ekonomi (pendapatan) dan sosial. Kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya meliputi: (1) Kemandirian
intelektualitas
adalah
kemampuan
berkaitan
dengan
kemandirian memanfaatkan waktu, kemampuan menentukan dan mengatur kegiatan, kemampuan menentukan jenis peralatan, kemandirian pengambilan keputusan dan kemandirian pemecahan masalah. (2) Kemandirian sikap mental berkaitan dengan kemandirian sikap percaya pada kemampuan sumberdaya yang dimiliki, kemampuan menumbuhkan rasa menyukai, menumbuhkan rasa tekun, pantang menyerah dan rasa tanggungjawab. (3) Kemandirian sosial berkaitan kemandirian dalam bekerjasama antara sesama anggota, kerjasama di luar kelompoknya demi keberlangsungan kegiatan yang dijalankan. (4) Kemandirian material berkaitan kemandirian keperluan yang dibutuhkan dalam kegiatan dan menggunakan secara maksimal sumberdaya baik modal, bahan-bahan maupun peralatan yang dimilikinya. (5) Kemandirian pengembangan diri berkaitan dengan kemampuan untuk memanfaatkan berbagai informasi yang ada, kemampuan memanfaatkan tenaga pendampingan dan tokoh masyarakat, kemampuan menggunakan dan mempraktekkan pelatihan yang pernah diikuti dan kemampuan berbagi ilmu dengan orang lain/kelompok lain. Pembangunan Ekonomi Lokal Menurut Krisnamurthi (2002) pembangunan ekonomi lokal adalah suatu proses pembangunan yang dilaksanakan di tingkat lokal untuk kepentingan masyarakat lokal dan dilakukan terutama oleh anggota masyarakat itu sendiri. Pembangunan lokal yang dilakukan mencakup formulasi institusi baru dalam menangani pembangunan, peningkatan kapasitas kesempatan kerja lokal untuk
32
menghasilkan produk yang lebih baik, melakukan identitas pasar baru, transfer pengetahuan dan mengembangkan lembaga usaha baru. Perbandingan antara pembangunan ekonomi lokal dengan pembangunan terpusat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan pembangunan ekonomi lokal dan pembangunan terpusat serta kaitannya dengan kebijakan sektor publik Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Terpusat
Sektor publik bertanggungjawab memberikan arahan bagi investasi swasta sehingga dapat mendorong perkembangan ekonomi yang diharapkan. Sektor publik ditujukan untuk menciptakan manfaat langsung kepada kelompok masyarakat yang paling membutuhkan. Sumberdaya sektor publik merupakan sarana untuk memastikan agar perkembangan ekonomi yang spesifik dapat dicapai. Target kegiatan publik diarahkan langsung kepada kelompok tertentu yang membutuhkan. Target kegiatan publik adalah kegiatan yang dimiliki masyarakat lokal. Desentralisasi lokasi kegiatan.
Sektor publik bertanggungjawab untuk menciptakan lingkungan ekonomi sosial yang kondusif bagi investasi swasta. Sektor publik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan dan ekspansi pengeluaran publik. Sumberdaya publik menjadi sarana untuk mengakomodasi kepentingan sektor swasta. Target kegiatan pada pertumbuhan sektoral.
Target kegiatan sepenuhnya mengikuti kriteria efisiensi. Lokasi kegiatan dipilih paling ekonomis, dengan dukungan sarana yang paling baik. Penciptaan kesempatan kerja sesuai Menekankan pada kompetisi kebutuhan tenaga kerja lokal. kesempatan kerja berdasarkan keahlian. Menurut Krisnamurthi (2002) dalam mewujudkan pembangunan lokal dapat dipadukan bentuk strategi dasar yaitu: (1) Strategi pembangunan lokalitas yaitu pembangunan atau meningkatkan mutu berbagai infrastruktur lokal yang dibutuhkan oleh masyarakat lokal seperti jalan, drainase, air bersih dan telepon. (2) Strategi pembangunan usaha yaitu dengan memberikan dorongan bagi perkembangan kegiatan usaha/bisnis seperti melalui pelayanan usaha kepada bisnis kecil, penyediaan dan aksesibilitas teknologi, pengembangan lembaga pembiayaan dalam bentuk modal dan penyediaan informasi bisnis.
33
(3) Strategi pengembangan sumberdaya manusia yaitu mendekatkan antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja terutama dalam hal keterampilan dan keahlian, seperti melalui pelatihan yang spesifik, penempatan tenaga terarah dan program kesempatan kerja lokal. (4) Strategi pengembangan kesempatan kerja berbasis masyarakat yaitu mempromosikan pengembangan kegiatan ekonomi di tingkat rukun tetangga melalui pengembangan kegiatan organisasi masyarakat dan koperasi. Pembangunan ekonomi lokal yang dipadukan dengan strategi dasar di atas maka dapat: (1) Membangun kesempatan kerja berkualitas bagi penduduk lokal. (2) Mencapai stabilitas ekonomi lokal terutama dengan mengembangkan kemampuan masyarakat lokal untuk secara mandiri memenuhi kebutuhan bagi pengembangan usahanya. (3) Membangun basis kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja yang beragam. Menurut LP-IPB dalam Muljono et al. (2010) kelembagaan ekonomi lokal meliputi: (1) Lembaga usaha produktif yang erat kaitannya terhadap teknologi produksi, komoditas unggulan lokal dan sumberdaya manusia (2) Lembaga distribusi/pemasaran yang erat kaitannya terhadap infrastruktur, sarana distribusi dan kemitraan usaha. (3) Lembaga pembiayaan usaha/keuangan yang erat kaitannya terhadap lembaga perbankan dan lembaga penjamin kredit. (4) Lembaga keswadayaan masyarakat erat kaitannya terhadap tingkat partisipasi serta keuntungan bisnis yang diterima oleh partisipasi dalam lembaga keswadayaan masyarakat. Menurut Supriyanto dan Subejo (2004) mengidentifikasi bahwa beberapa institusi lokal tradisional terkait dengan ekonomi/pasar yang sebenarnya sudah mulai dikembangkan oleh masyarakat secara swadaya (self organizing). Munculnya kelompok simpan-pinjam tradisional (arisan) merupakan sumber permodalan lokal antar petani merupakan salah satu wujud pemberdayaan petani secara internal bahkan keberhasilan, peranan dan kontribusinya dalam pembangunan pedesaan telah diakui oleh Bank Dunia (World Bank).
34
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Pemikiran Program Posdaya merupakan forum komunikasi, silaturrahmi, advokasi, penerangan dan pendidikan sekaligus wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Tujuannya adalah menjadikan program posdaya sebagai wahana bersama untuk membantu pemberdayaan keluarga yang memungkinkan setiap keluarga bisa saling belajar dari keluarga lain sehingga makin mampu menjadi subyek untuk secara mandiri membangun anggota keluarganya. Kegiatan tersebut harus melibatkan partisipasi masyarakat dengan lembaga sosial terkecilnya
adalah
keluarga
yang
merupakan
elemen
penting
dalam
pembangunan. Jenis partisipasi yang dapat dilakukan oleh anggota dalam masyarakat adalah (1) partisipasi dalam tahap perencanaan, (2) partisipasi dalam tahap pelaksanaan, (3) partisipasi dalam menikmati hasil dan (4) partisipasi dalam evaluasi. Semua kegiatan tersebut bukan berlangsung pada kegiatan awal saja namun dapat dilakukan pada pertengahan maupun akhir kegiatan. Kemampuan dapat diartikan sebagai penguasaan sejumlah pengetahuan dan keterampilan tertentu dalam bidang tertentu sehingga berpeluang ikut berpartisipasi dalam posdaya. Kemampuan berpartisipasi diduga berkaitan dengan umur, pendidikan formal, pendapatan, tanggungan keluarga dan pengalaman berwirausaha. Kemauan berhubungan dengan aspek mental yang merupakan sesuatu yang mendalam pada diri seseorang. Kemauan merupakan keputusan sikap seseorang terhadap suatu konsep atau situasi. Kemauan berpartisipasi diduga berkaitan yang bersifat intrinsik dengan: motivasi berwirausaha dan sifat kekosmopolitan. Sedangkan kemauan ekstrinsik adalah adanya peran tokoh masyarakat dan peran pendamping. Kesempatan menunjukkan adanya situasi yang memungkinkan seseorang untuk berpartisipasi, yang diciptakan melalui kondisi yang ada. Adapun faktor ini meliputi sarana produksi dalam berpartisipasi, misal tempat kegiatan, peralatan yang dibutuhkan, dan dukungan keluarga. Suatu program khususnya program
35
pembangunan tanpa adanya peranserta atau partisipasi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung dapat dipastikan suatu program pembangunan tidak akan berhasil atau tidak tercapai tujuannya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui beberapa aspek faktor internal individu yang mempengaruhi untuk berpartisipasi adalah umur, pendidikan formal, pendapatan, tanggungan keluarga, pengalaman berwirausaha, motivasi berwirausaha dan kekosmopolitan. Faktor eksternalnya adalah sarana produksi, dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping. Faktor individu dalam bermasyarakat maka akan berhubungan dengan partisipasinya. Partisipasi dalam hal ini
mulai partisipasi perencanaan meliputi ikut dalam
perencanaan obyek, ikut dalam perencanaan penyediaan tempat, ikut dalam menyediakan peralatan dan perlengkapan, serta ikut dalam menyediakan modal; partisipasi kedua adalah partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan meliputi ikut melaksanakan kegiatan seperti ikut dalam pelaksanaan obyek kegiatan, ikut dalam pelaksanaan penyediaan tempat kegiatan, ikut penyediaan modal dan persiapan peralatan; partisipasi ketiga yaitu partisipasi dalam hal menikmati hasil meliputi kegiatan partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan; keempat adalah partisipasi dalam evaluasi meliputi identifikasi kendala dalam kegiatan serta
memberi
masukan dan saran. Adanya partisipasi dari masyarakat maka masyarakat dapat berdaya dan mandiri. Kemandirian di sini berupa kemandirian intelektualitas, kemandirian sikap mental, kemandirian sosial, kemandirian material dan kemandirian pengembangan diri.
Kemandirian intelektualitas adalah kemampuan berkaitan
dengan memanfaatkan waktu, kemampuan menentukan dan mengatur kegiatan, kemampuan menentukan jenis peralatan, kemampuan pengambilan keputusan dan kemandirian pemecahan masalah. Kemandirian sikap mental berkaitan dengan kemampuan percaya pada sumberdaya sendiri, kemampuan menumbuhkan rasa menyukai, kemampuan rasa tekun dan pantang menyerah dan kemampuan bertanggungjawab. Kemandirian sosial berkaitan kemampuan dalam bekerjasama antara sesama anggota, kerjasama di luar kelompoknya demi keberlangsungan kegiatan yang dijalankan. Kemandirian material berkaitan kemandirian keperluan yang diperlukan dalam kegiatan dan menggunakan secara maksimal sumberdaya
36
baik modal, bahan-bahan maupun peralatan yang dimilikinya. Kemandirian pengembangan diri berkaitan dengan kemampuan untuk memanfaatkan dan berbagi informasi, kemampuan memanfaatkan tenaga pendampingan dan tokoh masyarakat, kemampuan menggunakan dan mempraktekkan pelatihan yang pernah diikuti dan kemampuan berbagi ilmu dengan orang lain/kelompok lain. Kerangka pemikiran untuk dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Faktor Internal Umur (X1) Pendidikan formal (X2) Pendapatan (X3) Tanggungan keluarga (X4) Pengalaman berwirausaha (X5) Motivasi berwirausaha(X6) Kekosmopolitan (X7)
H3 H1
Tingkat Partisipasi (Y1): • Perencanaan • Pelaksanaan • Menikmati hasil • Evaluasi
Faktor Eksternal Sarana produksi (X8) Dukungan keluarga (X9) Peran tokoh masyarakat (X10) Peran pendamping (X11)
H5
Kemandirian masyarakat bidang ekonomi (Y2): • Kemandirian intelektualitas • Kemandirian sikap mental • Kemandirian sosial • Kemandirian material • HKemandirian pengembangan 3 diri
H H2 H4
Gambar 1. Kerangka pemikiran
37
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada, maka disusunlah hipotesis penelitian sebagai berikut: H1
Terdapat hubungan yang nyata positif antara faktor internal pendidikan
formal,
pendapatan,
tanggungan
keluarga,
(umur,
pengalaman
berwirausaha, motivasi berwirausaha dan kekosmopolitan) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. H2
Terdapat hubungan yang nyata positif antara faktor eksternal (sarana produksi, dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya.
H3
Terdapat hubungan yang nyata positif antara faktor internal (umur, pendidikan
formal,
berwirausaha,
pendapatan,
motivasi
tanggungan
berwirausaha
dan
keluarga,
pengalaman
kekosmopolitan)
dengan
kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. H4
Terdapat hubungan yang nyata positif antara faktor eksternal (sarana produksi, dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping) dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya.
H5
Terdapat hubungan yang nyata positif antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya.
38
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Bojong Menteng RW.02 yang terdiri dari RT 01, RT 02 dan RT 03 Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan kelurahan yang mendapatkan kesempatan pertama kali untuk menerapkan pilot project IPB dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Bogor. Waktu penelitian dilakukan satu bulan yaitu pada bulan Tgl 27 Januari sampai 27 Februari 2010. Seteleh ke lapang maka dilakukan penyusunan laporan penelitian. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah masyarakat yang merupakan pengurus dan anggota dalam program posdaya di Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Populasi posdaya bidang ekonomi 133 orang. Teknik penentuan sampel dengan sampel acak sederhana (simple random sampling) menggunakan Rumus Slovin dalam Sevilla et al. (1993) dibuat 65 persen dari populasi. Penggunaan 65%
dalam penentuan sampel supaya sampel yang
diambil bisa mewakili dari populasi yaitu 87 responden. Adapun jumlah populasi dan sampel dapat disajikan dalam Tabel 2 berikut: Tabel 2. Nama kelompok, jumlah populasi dan sampel bidang ekonomi posdaya Bina Sejahtera No 1
Nama Kelompok
Jumlah populasi (orang) 65
Kelompok lembaga keuangan mikro posdya (LKM-P) Kelompok ketrampilan 58 2 wanita Kelompok usahatani 10 3 Total 133 Sumber: Laporan Tahunan posdaya Bina Sejahtera 2008
Jumlah sampel (orang) 42 38 7 87
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian berbentuk explanatory research design, yaitu penelitian yang menjelaskan partisipasi dan kemandirian masyarakat, serta menganalisis hubungan antara peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Peubah bebasnya adalah faktor internal dan eksternal sedangkan peubah terikatnya adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program
39 posdaya. Sedangkan peubah terikat kedua yaitu kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. Metode pengumpulan data menggunakan survei dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan informasi melalui wawancara mendalam. Data dan Instrumentasi Data Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data yang dikumpulkan sebagai berikut: (1) Data primer, adalah data yang diambil langsung dari responden melalui alat bantu kuesioner, wawancara mendalam dan observasi secara langsung. Data tersebut berkaitan dengan data faktor internal dan eksternal; tingkat partisipasi serta kemandirian masyarakatnya dalam bidang ekonomi program posdaya. (2) Data sekunder, adalah data yang diambil dari pihak lain, misal instansi atau lembaga terkait misalnya kantor desa serta hasil penelitian relevan yang telah dipublikasikan. Data ini meliputi gambaran keadaan umum/kondisi geografis, demografi dan data yang berhubungan dengan program posdaya di desa tersebut. Instrumentasi Instrumentasi merupakan alat ukur untuk mengumpulkan data. Instrumentasi dalam penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner tertutup berupa daftar pertanyaan yang berhubungan dengan peubah dalam penelitian. Kuesioner tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pertama berisikan item-item pertanyaan/ pernyataan mengenai faktor internal dan eksternal responden; bagian kedua berisikan item-item pernyataan mengenai tingkat partisipasi dalam bidang ekonomi dan bagian terakhir berisikan item-item pernyataan mengenai kemandirian dalam bidang ekonomi. Definisi Operasional Dalam penelitian untuk mempermudah pemahaman terhadap konsep yang diteliti maka diperlukan definisi operasional. Definisi operasional juga disajikan pengukuran terhadap peubah dengan jelas. Definisi operasional dapat dilihat Tabel 3 sebagai berikut:
40 Tabel 3 Peubah, definisi operasional dan kategori Peubah (1)
Definisi operasional (2)
Kategori (3)
Faktor Internal Umur (X1)
Pendidikan formal (X2)
Pendapatan perbulan (X3) Tanggungan keluarga (X4)
Pengalaman berwirausaha (X5) Motivasi berwirausaha (X6)
Sifat kekosmopolit (X7)
Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun yang dihitung dari hari kelahiran sampai penelitian di lakukan dan di bulatkan ke hari ulang tahun terdekat. Pengukuran dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori. Tingkat Pendidikan adalah jenjang sekolah formal terakhir yang pernah di ikuti responden sampai saat penelitian di lakukan dihitung dalam satuan tahun. Pengukuran dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pendapatan adalah besarnya pendapatan bersih yang diterima keluarga dalam satu bulan terakhir yang di nyatakan dalam rupiah. Pengukuran dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden baik yang tinggal dalam satu rumah maupun tidak dalam satu rumah dalam satuan orang sampai saat penelitian di lakukan dalam satuan orang. Pengukuran dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pengalaman berwirausaha adalah lamanya responden terlibat dalam kegiatan kewirausahaan sebelum atau selama hidupnya dengan satuan tahun. Pengukuran dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori. Seberapa besar dorongan yang dipunyai responden baik berasal dalam diri dan luar diri berkaitan dengan kegiatan kewirausahaan baik dorongan untuk meningkatkan pendapatan, pengetahuan, pengalaman, mengisi waktu luang, mengikuti jejak teman, dorongan tokoh masyarakat, dorongan saudara, dorongan tetangga sampai penelitian dilakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori. Tingkat keterbukaan responden dalam bidang ekonomi/kewirausahaan berkaitan hubungan dengan orang lain yaitu frekuensi responden berinteraksi dengan berkunjung keluar desa, konsultasi dengan pendamping, konsultasi dengan tokoh masyarakat, tukar-menukar informasi, mencari informasi melalui radio, televisi atau media cetak dalam 1 bulan terakhir saat penelitian di lakukan dengan satuan kali. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori.
Dewasa awal Dewasa akhir Tua
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Sedikit Sedang Banyak
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Rendah Sedang Tinggi
41 (1)
(2)
Faktor ekternal Sarana produksi (X8)
Tingkat ketersediaan jumlah dan jenis peralatan serta kualitasnya, ketersediaan kondisi dan letak lokasi kegiatan, ketersediaan bahan baku, kualitas dan kuantitasnya, ketersediaan modal dan kemanfaatan, akses jalan dalam kegiatan bidang ekonomi/kewirausahaan sampai penelitian dilakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. Dukungan Tindakan keluarga kepada responden terhadap keluarga (X9) kegiatan ekonomi/kewirausahaan antara lain menganjurkan untuk terlibat, membatasi aktivitas, membantu setiap kegiatan yang dilakukan dan memberikan nasehat masalah dalam kegiatan anggota keluarga sampai penelitian di lakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. Peran tokoh Bentuk peran seseorang yang mempunyai kemampuan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat masyarakat berkaitan pemberi berbagai informasi, pemberi (X10) motivasi dan pengerak dan pemberi bimbingan berkaitan kegiatan ekonomi /kewirausahan sampai penelitian di lakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. Bentuk peran seseorang baik atas nama individu Peran maupun kelompok berkaitan dengan kemampuan pendamping pemercepat perubahan, perantara, pendidik, tenaga (X11) ahli, perencana sosial dan advokat dalam masyarakat berkaitan dengan kegiatan ekonomi /kewirausahaan sampai penelitian di lakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. Tingkat partisipasi (Y1) 1. Perencanaan Tingkat keikut-sertaan responden baik dari perencanaan obyek kegiatan, tempat kegiatan, waktu, modal dan perencanaan peralatan yang digunakan dalam kegiatan sampai penelitian berlangsung. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. 2. Pelaksanaan Tingkat keikut-sertaan responden baik dari persiapan penentuan obyek kegiatan, persiapan lokasi kegiatan, penyediaan modal kegiatan dan penyediaan sarana produksi dalam kegiatan bidang ekonomi/kewirausahaan sampai penelitian dilakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. 3.Pemanfaatan Tingkat keikutsertaan dalam hal menikmati hasil hasil dalam bidang ekonomi/kewirausahaan sampai penelitian dilakukan. Pengukuran skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori.
(3) Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
42 (1) 4. Evaluasi
Kemandirian (Y2) 1. Intelektualitas
2. Sikap mental
3. Sosial
4. Material
5. Pengembangan diri
(2) Tingkat keikutsertaan dalam mengevaluasi berupa mengidentifikasi kendala dan memberikan solusi permasalahan bidang ekonomi/kewirausahaan sampai penelitian dilakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori.
(3) Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Tingkat kemampuan berkaitan dengan memanfaatkan waktu, memanfaatkan jenis kegiatan dan kemampuan mengatasi masalah kegiatan bidang ekonomi/ kewirausahaan sampai penelitian di lakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. Tingkat kemampuan berkaitan dengan percaya pada diri sendiri, menumbuhkan rasa menyukai, rasa tekun dan pantang menyerah serta menumbuhkan rasa bertanggungjawab kegiatan bidang ekonomi sampai penelitian dilakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. Tingkat kemampuan berkaitan dalam menjalin kerjasama dengan anggota dalam kelompok dan anggota lain di luar kelompok, kemampuan menerima pendapat dan kemampuan membantu orang lain dalam kegiatan ekonomi/ kewirausahaan sampai penelitian di lakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori.
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Tingkat kemampuan berkaitan penyediaan dan menggunakan peralatan dan menyediakan dan menggunakan modal dan penyediaan bahan-bahan kegiatan bidang ekonomi/kewirausahaan sampai penelitian dilakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori. Tingkat kemampuan berkaitan dengan memanfaatan informasi, memanfaatan tenaga pendamping dan tokoh masyarakat, memanfaatkan dan mempraktekkan pelatihan dan berbagi ilmu ke orang lain sampai penelitian dilakukan. Pengukuran dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi empat kategori.
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat tinggi
Validitas Instrumen Validitas menurut Singarimbun dan Effendi (2006) menunjukkan sejauh mana suatu alat itu mengukur apa yang ingin diukur. Cara yang digunakan untuk menguji validitas instrumen penelitian pengukuran dalam penelitian ini digunakan validitas konstruk, yaitu menyusun tolak ukur operasional dari kerangka suatu konsep dengan
43
cara pemahaman atau logika berpikir atas dasar pengetahuan ilmiah dan isi kuesioner disesuaiakan dengan konsep dan teori yang telah dikemukan para ahli. Langkah selanjutnya mengadakan konsultasi kepada berbagai pihak khususnya dosen pembimbing. Jika r Product Moment hitung berada di atas angka kritik rtabel pada taraf 5% (0,05) yaitu 0,374 maka pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dianggap memiliki kesahihan (Singarimbun & Effendi 2006). Langkah dalam menentukan instrumen maka terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen pada anggota masyarakat yang mempunyai karakteristik relatif sama dengan objek penelitian. Uji kuesioner ini dilaksanakan pada posdaya Kenanga Desa Giri Mulya, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor pada 15 responden dan posdaya Mandiri Terpadu Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor pada 15 responden yang mempunyai karakteristik relatif sama dengan objek penelitian. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menurut Singarimbun dan Effendi (2006) menyatakan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil ujicoba tersebut dites dengan uji Cronbach-alpa untuk mengetahui keterandalan instrumen atas kuesioner yang telah disusun. Selanjutnya apabila masih ada yang belum sesuai, dilakukan perbaikan atau penyempurnaan kuesioner sampai memiliki tingkat keterandalan yang dapat diterima. Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item-item dengan menggunakan Cronbach-alpha dengan bantuan SPSS 17.0. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila alat ukur mempunyai sifat kekonsistenan, kestabilan dan ketepatan jika alat tersebut digunakan berulang kali terhadap suatu gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda. Pengujian reliabilitas terhadap 30 responden nilai koefisien reliabilitas Cronbach-alpha (rα) untuk tingkat partisipasi sebesar 0,826 dan kemandirian sebesar 0,802. Berdasarkan nilai koefisien reliabilitas dalam item-item instrumen kedua bagian tersebut sudah reliabel. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang merupakan kader dan anggota dalam bidang ekonomi program posdaya Bina Sejahtera Kampung Bojong Menteng RW.02 yang terdiri dari RT 01, RT 02 dan RT 03 Kelurahan Pasir Mulya,
44 Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data tersebut dengan cara mengajukan butir-butir pertanyaan kepada responden dengan teknik wawancara dengan bantuan kuesioner, observasi lapang dan pengumpulan dari berbagai pihak-pihak terkait di antaranya: tokoh masyarakat, pendamping dan kelurahan setempat. Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan ditabulasi sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan dan analisis data statistik deskriptif berupa frekuensi, persentil, rataan skor, total skor dan tabulasi silang. Secara kuantitatif untuk menguji hipotesis yaitu statistik inferensial digunakan uji korelasi Tau B-Kendall. Analisis Tau B-Kendall digunakan untuk menguji signifikansi antara peubah bebas dan peubah tidak bebas. Skor yang diperoleh melalui uji dengan menggunakan skala Likert. Dalam pengolahan data selanjutnya dengan menggunakan bantuan perangkat komputer program SPSS versi 17. Rumus uji Tau B-Kendall menurut Agresti dan Finlay (1999) sebagai berikut ini:
τ =
K- D
b
n ( n – n) – Tx 2
Keterangan:
τ
b
K D n Tx Ty
= = = = = =
n (n – n) -- Ty 2
Nilai korelasi Konkordan Discordan Banyaknya pasangan data Banyaknya pasangan seri pada peubah X Banyaknya pasangan seri pada peubah Y
45
45
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaaan Geografis Kelurahan Pasir Mulya Secara geografis, Kelurahan Pasir Mulya terletak enam kilometer dari ibu Kota Kota Bogor dengan ditempuh sekitar 30 menit dari Kota Bogor. Kelurahan Pasir Mulya adalah kelurahan yang berada ditengah Kota Bogor. Letak Kelurahan Pasir Mulya berjarak 180 kilometer dari ibukota propinsi. Pasir Mulya merupakan bagian dari Desa Pasir Kuda Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Selanjutnya Pasir Mulya sejak tahun 1984 dimekarkan menjadi Desa Pasir Kuda, Desa Pasir Laja dan Desa Pasir Mulya. Desa Pasir Mulya merupakan bagian wilayah Kota Bogor dan sejak tahun 2000 menjadi Kelurahan Pasir Mulya dengan luas wilayah 42,9 ha. Keberadaan Kelurahan Pasir Mulya letaknya sangat strategis sehingga aksesibilitas baik transportasi dan komunikasi sangat mendukung. Batas-batas wilayah dari Kelurahan Pasir Mulya yang digunakan untuk pemukiman mempunyai batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Gunung Batu, sebelah selatan berbatasan wilayah Kelurahan Pasir Kuda, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Laja dan Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciomas Rahayu Kabupaten Bogor. Berdasarkan monografi, topografi Kelurahan Pasir Mulya merupakan daerah dataran rendah. Curah hujan berkisar antara 4.000 mm/tahun sampai dengan 4.500 mm/tahun dengan suhu berkisar antara 28o–31oC. Tingkat kemiringan tanahnya adalah 180oC dengan struktur tanah yang hitam. Luas wilayah Kelurahan Pasir Mulya secara keseluruhan adalah 38,364 ha yang terbagi dalam beberapa fungsi. Hal tersebut dapat dilihat Tabel 4 berikut. Tabel 4 Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan No 1 2 3 4 5 6
Penggunaan lahan Pemukiman Kuburan Pekarangan Taman Perkantoran Prasarana umum lainnya
Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pasir Mulya 2009
Luas (ha) 37 ha 0,2 ha 0,6 ha 0,15 ha 0,135 ha 0,279 ha
46
Keadaan Ekonomi dan Sosial Kelurahan Pasir Mulya Keadaan Ekonomi Berdasarkan luas wilayah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Kelurahan Pasir Mulya tidak ada lahan untuk bercocok tanam misalnya sawah, atau tegalan. Potensi monografi masyarakat berhubungan dengan mata pencaharian penduduknya maka dapat dibagi mata pencaharian menjadi dua yaitu bekerja dan tidak bekerja. Tabel 5 Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian No 1 2 3
RT 01 02 03 Total
Bekerja 27 55 73 155
Tidak Bekerja 10 14 27 51
Sumber: Laporan Tahunan RW 02 Kelurahan Pasir Mulya 2009
Keadaaan penduduk Kelurahan Pasir Mulya pada RT 01, RT 02 dan RT 03 dilihat dari mata pencaharian lebih banyak yang bekerja yaitu 155 orang dan yang tidak bekerja 51 orang. Banyaknya penduduk yang bekerja karena letak kelurahan tersebut dengan kota. Pekerjaan sektor formal penduduk RW 02 tersebut seperti pegawai negeri sipil dan karyawan perusahaan swasta/perusahaan daerah; sedangkan sektor informal misalnya wiraswasta, pertukangan, pensiunan dan jasa/lainnya. Keadaan penduduk dilihat dari yang bekerja dan tidak bekerja maka berdampak pada banyaknya penerima bantuan pemerintah. Hal itu berhubungan dengan keadaan ekonomi atau pendapatan pada RW 02. Kelurahan Pasir Mulya bisa disebut kantong kemiskinan perkotaan. Menurut data RW 02 penduduk yang menerima bantuan pemerintah program pemerintah sebelum adanya posdaya dapat dilihat Tabel 6. Tabel 6 Keadaan penduduk berdasarkan penerima bantuan pemerintah RT BLT 01 02 03 Total
18 22 25 65
Keluarga Penerima Bantuan Jamkesmas Raskin Anak BUMIL Kompor sekolah gas RT 15 14 1 1 17 22 31 3 1 71 28 45 0 2 86 65 90 4 4 174
Sumber: Laporan Tahunan RW 02 Kelurahan Pasir Mulya 2009
Kompor gas UKM 5 13 8 26
47
Keterangan: BLT Jamkesmas Raskin BUMIL
: Bantual Langsung Tunai : Jaminan Kesehatan Masyarakat : Beras Miskin : Ibu Hamil
Penduduk RW 02 sebagian bekerja di sektor informal yang digolongkan dalam kelas menengah ke bawah. Kondisi tersebut berhubungan dengan pendidikan yang dipunyai oleh para penduduk. Pendidikan yang tidak cukup layak sehingga penduduk tersebut mempunyai posisi tawar yang rendah. Pendidikan merupakan salah satu essential dalam meningkatkan kualitas hidup. Tingkat pendidikan berhubungan dengan keadaan ekonomi suatu masyarakat. Kondisi penduduk dilihat dari tingkat pendidikan pada RW 02 Kelurahan Pasir Mulya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan RW 02 No RT 1. 2. 3.
01 02 03 Total
Tidak tamat SD (orang) 0 3 0 3
SD (orang) 7 16 21 44
SLTP SLTA (orang) (orang) 4 13 18 35
PT (orang)
18 30 47 95
8 7 14 29
Jumlah (orang) 37 69 100 206
Persentase (%) 17,96 33,50 48,54 100,00
Sumber: Laporan Tahunan RW 02 Kelurahan Pasir Mulya 2009
Keadaan Sosial Keadaan sosial berhubungan dengan adat istiadat, norma-norma atau peraturan yang menjadi patokan dalam lingkungan pergaulan maupun lingkungan agama. Hal itu berhubungan dengan pembuatan keputusan terhadap semua permasalahan yang terjadi. Semua permasalahan dikonsultasikan kepada salah satu peran yang dominan dalam tempat tersebut. Peran yang jadikan panutan dalam menyelesaikan permasalahan adalah peran tokoh agama. Tokoh agama sangat berperan dalam kehidupan warga setempat. Tokoh agama menjadi penting karena mempunyai kematangan emosi, kematangan spiritual dan kemantangan berpikir yang baik. Cara berkomunikasi para tokoh agama melalui komunikasi massa maupun komunikasi interpersonal baik forum formal maupun non formal misalnya pengajian bapak-bapak, pengajian ibu dan pengajian umum. Peringkat kedua diduduki oleh tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat ini meliputi ketua RW, ketua RT dan para
48
individu yang mempunyai posisi penting dalam lingkungan tersebut. Tentu saja orang-orang berperan sebagai tokoh masyarakat karena mempunyai pendidikan termasuk pengetahuan dan pengalaman lebih baik dan mempunyai kecukupan ekonomi dan akses lainnya yang baik dari pada warga lainnya. Posisi ketiga diduduki oleh warga yang mempunyai kondisi yang kurang baik umumnya kekurangan baik dalam hal pendidikan, kesehatan dan ekonominya. Posisi ketiga ini banyak diduduki kaum marginal, misalnya para buruh, pedagang kecil dan sejenisnya. Profil Posdaya Bina Sejahtera Posdaya Bina Sejahtera berlokasi di RW 02 Kampung Bojong Menteng Kelurahan Pasir Mulya Kota Bogor. Lingkup RW 02 terdiri RT 01, RT 02 dan RT 03. Awal pembentukan posdaya Bina Sejahtera yaitu pada tanggal 1 Mei 2007 dimana Kelurahan Pasir Mulya khususnya RW 02 terpilih menjadi posdaya binaan P2SDM-LPPM IPB bersama Yayasan Damandiri. Kelurahan Pasir Mulya terpilih menyelenggarakan program posdaya karena daerah tersebut masuk kriteria keluarga miskin yang digunakan oleh posdaya. Kriteria keluarga miskin menurut masyarakat yaitu warga penerima bantuan gakin misalnya BLT, Jamkesmas dan Raskin. Menurut data yang diperolah jumlah Kepala Keluarga (KK) Kelurahan Pasir Mulya sebelum ada program posdaya yaitu 236 KK yang terdiri penerima BLT sebanyak 65 KK, penerima Jamkesmas sebanyak 65 KK dan penerima Raskin sebanyak 90 KK. Kriteria yang digunakan posdaya dalam menyatakan kemiskinan adalah pendapatan yang didapat tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya seharihari, bekerja serabutan/kuli panggul, lantai rumah dari tanah, pekerjaan tidak tentu, luas rumah tidak layak/kebutuhan minimal (8 m2/kepala), pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, tidak mempuyai aset ekonomis, tidak bisa menyekolahkan anaknya dan rumah semi permanaen. Kondisi riil warga RW 02 dengan melihat kriteria dari program posdaya yaitu kebanyakan bekerja di sektor informal bahkan ada yang tidak bekerja, tidak mempunyai aset ekonomi, akses pendidikan yang kurang dan luas rumah yang kurang 8 dari m2/kepala). Kriteria kemiskinan yang digunakan posdaya dalam menentukan wilayah melaksanakan program posdaya, ada kriteria lain yaitu masyarakat yang menjadi
49
sasaran merespons dan menerima program tersebut. Awal penawaran program posdaya ke daerah-daerah dengan pendekatan kepada tokoh masyarakat yang merupakan juru kunci dalam masyarakat tersebut. Tokoh masyarakat menerima maka langkah selanjutnya mengadakan pendataan potensi lokal yang menjadi sasaran yang dikenal dengan Focussed Group Discussion (FGD). Langkah selanjutnya pada tanggal 08 Mei 2007 P2SDM-LPPM IPB bersama Yayasan Damandiri menyelenggarakan lokakarya mini posdaya. Lokakarya mini bertujuan untuk sosialisasi program kepada masyarakat luas. Lokakarya tersebut dihadiri para pejabat P2SDM-IPB dan Yayasan Damandiri serta para masyarakat Kelurahan tersebut. Masyarakat yang datang mulai dari kepala Kelurahan Pasir Mulya, para tokoh masyarakat, tokoh agama, serta warga Kelurahan Pasir Mulya. Lokakarya tersebut menghasilkan dua keputusan, yaitu: a. Terpilihlah Kelurahan pasir mulya sebagai posdaya percontahan binaan P2SDM-LPPM IPB dengan Yayasan Damandiri. b. Terbentuklah tim kerja kepengurusan posdaya dengan nama posdaya Bina Sejahtera. Keputusan
tersebut diperkuat pada tanggal 27 Mei 2007 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala Kelurahan Pasir Mulya dengan No. 147/08-PM dikukuhkan secara de facto sebagai kelurahan yang menyelenggaran program posdaya. Surat keputusan tersebut juga berisikan mengenai tim-tim kerja posdaya Bina Sejahtera. Dalam surat keputusan tersebut ditetapkan ketua posdaya Bina Sejahtera yaitu Asep Hilmansyah dengan beberapa pengurus lainnya yang berasal dari penunjukkan dari kelurahan setempat. Pada awal penyelenggaraan posdaya Bina Sejahtera tim kerja sangat sulit menjalankan tugas-tugasnya. Karena para pengurus dalam posdaya Bina Sejahtera adalah orang-orang yang berasal dari luar masyarakat setempat, selain itu para pengurus sulit menentukan waktu mereka untuk menjalankan tugasnya. Melihat kondisi seperti itu maka ketua posdaya Bina Sejahtera yaitu pak Asep Hilmansyah melakukan perombakan dalam kepengurusan posdaya. Perombakan tersebut juga mendapat persetujuan dari kepala kelurahan setempat. Tepatnya tanggal 1 Maret 2008 diselenggarakan rapat khusus pembentukkan pokja untuk melaksanakan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam posdaya Bina Sejahtera.
50
Rapat khusus tersebut kepengurusan posdaya Bina Sejahtera berasal dari masyarakat setempat. Warga yang hadir dalam rapat pembentukan pengurus adalah para kader dan anggota penggerak PKK, tokoh masyarakat dan beberapa tokoh pemuda. Posdaya merupakan salah satu pemberdayaan keluarga dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Konsep bidang kegiatan yang diusung program posdaya yaitu menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan program pemberdayaan yang sudah ada dalam masyarakat yang sudah ditinggalkan, menjalin kegiatan-kegiatan yang telah ada dengan lebih ditingkatkan kuantitas serta kualitasnya, menumbuhkan kegiatan-kegiatan yang belum ada di masyarakat tersebut dan menjahit kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang telah ada di lingkungan masyarakat. Berdasarkan prinsip tersebut maka kepengurusan posdaya harus berasal dari masyarakat setempat karena merekalah yang akan menjadi subyek dari pembangunan bukan menjadi obyek pembangunan yang hanya melihat kegiatan pembangunan tanpa ada keterlibatan dalam pembangunan. Penunjukkan kepengurusan berdasarkan hasil musyawarah seluruh warga RW 02 Kelurahan Pasir Mulya. Susunan kepengurusan posdaya Bina Sejahtera khususnya bidang ekonomi sebagai berikut: 1. Koordinator
: Asep Hilmansyah, SP
Sekretaris I
: Endang Wildan
Sekretaris II
: M. Saepudin
Bendahara
: Dedi Munadi, SP.d
2. Ketua Bidang ekonomi: Abdul Hamid 3. Sub-bidang ekonomi beserta kepengurusannya: a) Lembaga Keuangan Mikro Posdaya (LKM-P)“ Bina Usaha Mandiri “ dengan manager Hanny dan kasir Upi. b) Kelompok Keterampilan Wanita (KWT) terdiri dari: KWT “ Mawar “ RT.01 dengan ketua Mulyani KWT Dahlia (RT 02) dengan ketua Khoeriyah KWT Anggrek (RW 03) dengan ketua Iis Sriwahyuni
51
Masing-masing ketua dibantu oleh bendahara, sekretaris serta ada beberapa seksi baik seksi perlengkapan, seksi kerajinan dan seksi pengolahan makanan. c) Kelompok Usaha Tani “ Bina Tani Mandiri Sauyunan“ Ketua
: Abdul Hamid
Bendahara
: Zamrizal
Sekretaris
: Riki
Seksi Saprodi
: Endang
Seksi pemasaran
: Sidiq
Seksi Alsin
: Iim RN
Posdaya Bina Sejahtera untuk mengetahui kemajuan dan kemampuan menyelesaikan permasalahan masing-masing bidang kegiatan yang ada, maka mengadakan evaluasi setiap tiga bulanan pada hari sabtu atau minggu jatuh pada minggu ke 1V bulan tersebut. Masing-masing bidang kegiatan melaporkan kemajuannya dan segala permasalahan kepada koordinator posdaya. Selanjutnya sekretaris posdaya membuat laporan kemajuan masing-masing bidang kegiatan yang ada. Bidang ekonomi terdiri dari beberapa subbidang, adapaun kegiatankegiatan yang dilakukan sebagai berikut: a. Lembaga Keuangan Mikro Posdaya (LKM-P) LKM-P merupakan salah satu lembaga keuangan yang modalnya berasal dari warga RW O2 baik dari anggota masyarakat dan para tokoh masyarakatnya. Untuk LKM-P kegiatan operasionalnya dimulai sejak bulan Agustus 2008. Jumlah anggota selama tahun 2008 sekitar 60 orang. Pada awal beroperasinya LKM-P ini saldo pada kas sebesar Rp 91.000,00. Selanjutnya ada bantuan dari Yayasan Damandiri melalui P2SDM IPB sebesar Rp 800.000,00, ditambah bantuan modal pengurus P2SDM IPB sebesar Rp 300.000,00. Kas lain LKM-P diperoleh melalui swadaya warga RW 02 dengan membuka
bentuk-bentuk
simpanan.
Bentuk-bentuk
simpanan
yang
dikembangkan yaitu simpanan pokok minimal sekitar Rp 10.000,00/tahun yang dapat dicicil selama 10 bulan dan simpanan wajib sebesar Rp 1.000,00/bulan bagi anggota. Simpanan sukarela adalah simpanan sesuai
52
dengan kemampuan dan tujuan anggota sendiri, tidak diwajibkan baik besar maupun waktu menyimpannya. Simpanan yang terakhir adalah simpanan khusus ditujukan untuk tujuan tertentu misalnya tabungan hari raya, biaya sekolah, untuk beli hewan qurban dan lain-lain. Simpanan pokok dan wajib tidak boleh diambil selama masih menjadi anggota, kecuali anggota yang bersangkutan mengajukan keluar dari LKM-P, sedangkan simpanan sukarela dan khusus dapat diambil kapan saja dengan catatan anggota membuat permohonan pengambilan satu hari sebelumnya. Pada dasarnya LKM-P membantu warga yang kekurangan modal usaha, dimana warga yang mampu ikut dalam penyimpanan dan warga tidak mampu melakukan penyimpanan dan juga melakukan peminjaman. Jadi prinsip sosial dalam LKM-P ini diterapkan. Pada awal penarikan simpanan setiap kepala keluarga diberi kartu kuning sebagai kartu tanda simpanan oleh petugas LKM-P. Petugas tersebut melakukan penarikan setiap bulan sekali ke rumah-rumah warga RW 02. Pembayaran simpanan bisa dibayarkan setiap bulan atau setiap saat oleh warga. Bagi warga yang telah satu tahun pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib diperbolehkan meminjam uang. Sistem peminjaman dilakukan secara bergulir artinya warga yang melakukan peminjaman diberi tenggang waktu peminjaman yang telah ditentukan oleh pengurus LKM-P. Sistem bergulir dilakukan dalam LKM-P karena minimnya saldo yang ada. Bagi warga yang melakukan peminjaman diberi kartu putih lagi sebagai bukti penyetoran piutang. Warga yang berminat memimjam bisa langsung ke rumah petugas LKM-P. Akhir bulan Januari 2009 saldo yang ada sebesar Rp 767.000,00 dan jumlah piutang sebesar Rp 1.800.000,00. Piutang tersebut dipinjamkan ke 15-20 warga. Ketentuan besarnya peminjaman pada LKM-P yaitu peminjaman sebesar Rp 50.000,00 sampai Rp 100.000,00 jangka waktu peminjaman hanya satu bulan saja, untuk peminjaman sebesar Rp 100.000,00 sampai Rp 250.000,00 jangka waktu peminjaman selama tiga bulan. Selain itu peminjaman diberikan kepada warga yang mempunyai usaha. dan keperluan berobat. Kriteria peminjaman LKM-P tersebut maka banyak warga yang mencoba melakukan kegiatan wirausahaan kecil-kecilan misalnya membuka toko kelontong, warung jajan, penjual
53
makanan dan minuman keliling, usaha kerajinan. Tetapi mulai awal tahun 2009 banyak warga yang tidak aktif lagi melakukan penyimpanan. Jumlah warga yang masih aktif pada awal januari 2009 yaitu sekitar 45-50 orang. Hal itu karena petugas LKM-P tidak rutin setiap bulan melakukan penagihan simpanan. Hal itu yang menjadi kendala minat menabung warga turun. Keberadaan LKM-P menumbuhkan jiwa-jiwa kewirausahaan juga meminimkan warga untuk tidak pinjam di bank keliling atau renternir yang marak di desa maupun kota pinggiran. Adanya LKM-P bukan hanya membantu warga untuk berwirausahaan tetapi membantu bidang-bidang posdaya lainnya misalnya bidang pendidikan yaitu Paud posdaya. Paud meminjam dana dari LKM-P untuk pembelian seragam siswa-siswi Paud posdaya. b.
Kelompok Wanita Terampil (KWT) Keberadaan LKM-P di lingkungan RW 02 berdampak pada tumbuhnya jiwa-jiwa berwirausaha. Selanjutnya tumbuhlah kelompokkelompok wanita terampil. Kelompok-kelompok wanita terampil di lingkungan RW 02 beranggotakan para ibu-ibu maupun remaja putri. Kelompok keterampilan wanita ini dibentuk pada akhir tahun 2008. Anggota kelompok wanita ini yang aktif memproduksi makanan dan keterampilan hanya beberapa orang saja. Kelompok-kelompok tersebut bukan hanya memproduksi makanan dan minuman tetapi juga keterampilan-keterampilan wanita. Macam usaha-usaha makanan dan minuman yang sudah berjalan antara lain keripik singkong, rempeyek kacang maupun rebon, jus jambu biji merah, telur asin, masakan, manisan pala. Area pemasaran makanan kecil selain jus jambu merah dan telur asin tersebut hanya warga sekitar RW 02 saja. Hal itu karena produksi olahan makanan tersebut tidak kontinyu. Untuk olahan jus jambu merah dan telur asin sudah produksi setiap hari dengan area pemasaran sampai ke desa lain yaitu Pasir Kuda dan sekolah-sekolah sekitarnya. Usaha
keterampilan
wanita
yang
sedang
digalakkan
adalah
keterampilan sulam baju, sulaman hiasan dinding dan membuat bunga dari kertas. Keterampilan sulam baju area pemasaran tidak mengalami kesulitan
54
karena keterampilan sulam tersebut sudah ada yang menampung. Warga di lingkungan RW 02 hanya melakukan penyulaman saja mengenai bahanbahan sulaman berasal dari PT. Azka. Sulaman hiasan dinding dilakukan satu atau dua orang saja yang tidak kontinyu karena kendalanya area pemasaran. Kerajinan sepatu dan sandal kulit merupakan home industry yang sudah ada sejak tahun 2005. Kerajinan tersebut dimasukan dalam usaha keterampilan dalam posdaya karena letak dari home industry berada di lingkungan RW 02. Selain itu home industry tersebut juga menyerap tenaga kerja borongan yang berasal dari lingkungan sekitar. Peran posdaya dalam home industry ini sebagai perantara pemasaran dengan instansi-instansi pemerintah yang ada. Posdaya juga bekerjasama dengan program lainnya seperti program BKM (Badan Kesejahteraan Masyarakat) wilayah desa setempat. Contoh pada bulan Februari 2009 BKM desa mengadakan pelatihan dimana anggota yang ikut pelatihan kebanyakan para pengurus posdaya. Selanjutnya minggu berikutnya warga yang ikut mengadakan pelatihan yang diperuntukkan para ibu-ibu dan remaja putri yaitu kegiatan membuat telur asin dan nugget. Kerjasama BKM dan posdaya dalam mengadakan pelatihan yaitu (1) membuat makanan yaitu cimpeda, rolade. (2) pelatihan pembuatan dari keset dari bahan kain bekas. Keterampilan keset ini skalanya home industry dengan area pemasaran daerah Tajur. Pembuatan keset dari bahan kain tidak berjalan lama hanya bertahan dua bulan. Kendala berhentinya pembuatan tersebut adalah kekurangan mesin jahit, kekurangan sumberdaya manusia yang tekun dan terampil serta upah yang minim yaitu hanya Rp 3.000,00 perhari. Kendala tersebut yang menyebabkan usaha tersebut berhenti. Pelatihan lain di lingkungan RW 02 demi meningkatkan keterampilan warganya yaitu pelatihan menjahit, memotong rambut dan merias pengantin. Pembekalan keterampilan kepada warga RW 02 bertujuan untuk meningkatkan keterampilan warganya sehingga para ibu-ibu dan remaja putri yang mempunyai bakat dan ketekunan sehingga pada akhirnya dapat meningkat penghasilan.
55
Pada awal tahun 2009 ada pelatihan perbengkelan yang mengadakan adalah P2KP bekerjasama dengan posdaya. Berangkat dari pelatihan itulan maka pada pertengahan 2009 muncullah kelompok keterampilan yang beranggota bapak-bapak yang memproduksi becak mini. Kelompok becak mini tersebut sudah berkembang terus, bahkan sekarang sudah memproduksi tujuh becak. Becak-becak tersebut disewakan kepada warga lingkunganRW 02 maupun lingkungan RW lain. Lagi-lagi kendalanya keterbatasan modal dan sumberdaya manusia yang tekun, sehingga becak tersebut tidak berproduksi kembali. Semua produksi makanan, minuman dan keterampilan tersebut selalu ada kalau ada pameran di area lingkungan RW 02. Semua modal dan peralatan yang digunakan untuk berproduksi adalah milik perseorangan warga RW 02 yang tergabung dalam posdaya. c. Kelompok Usahatani Ramah lingkungan Usahatani ramah lingkungan adalah usahatani yang dilakukan tanpa menggunakan pestisida maupun pupuk kimia sehingga produksi yang diperoleh merupanan tanaman sehat untuk dikonsumsi tanpa kandungan residu bahan kimia. Kelompok usahatani ini mayoritas beranggotakan bapakbapak dan para pemuda yang tergabung dalam karang taruna. Hasil produksi usahatani posdaya pada akhir tahun 2008 ini antara lain: bibit jamur tiram dan jamur tiram, bibit sayur-sayuran dan buah pala. Bibit sayur-sayuran seperti salada, kangkung darat, cesin, pakcoy, cabe rawit dan cabe kriting diberikan cuma-cuma kepada warga dengan maksud memotivasi warga untuk melakukan usaha tani dipekarangan rumahnya. Bibit jamur tiram sendiri area pemasarannya sudah sampai ke daerah lain. Produksi jamur tiram hanya menjual apabila ada pesanan saja. Hal itu di lakukan karena keterbatasan modal yang dimiliki dan bibitnya belum begitu dikenal masyarakat. Oleh karena itu kelompok usahatani bersedia menjadi fasilitator pelatihan dalam hal pembibitan jamur tiram. Posdaya lain yang sudah menjadi anggota pelatihan posdaya Bina Sejahtera dan sekaligus area pemasaran bibit jamur tiram dalah posdaya area Cigombong, Paya kumbu, kelompok tani daerah Blitar dan Majalengka. Usaha lainya misalnya sayursayuran misalnya cabe, kacang panjang, kangkung, tomat, cesin dan lainnya
56
belum diperjualbelikan karena skalanya masih kecil. Hasil usahatani seperti sayur-sayuran hanya dibagikan secara cuma-cuma oleh pengurus bidang usahatani. Hasil olahan buah pala sudah diproduksi untuk manisan pala yang diperjualbelikan disekitar lingkungan RW 02. Kelompok usahatani pada pertengahan tahun 2009 telah membudidaya bibit ikan lele dan ikan lele untuk konsumsi dan budidaya ikan cupang. Area pemasaran bibit ikan lele dan lele serta ikan cupang dipasarkan ke pasar langsung. Luas lahan yang digunakan untuk usaha tani seluas 800 m2. Semua modal dan peralatan serta lahan adalah milik perseorangan yang tergabung dalam kegiatan posdaya. Modal usahatani dari swadaya warga juga ada dana stimulan dari P2SDM IPB sebesar Rp 600.000,00 yang digunakan untuk demplot. Faktor Internal Responden Faktor internal masyarakat dalam penelitian ini adalah (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pendapatan perbulan, (4) tangungan keluarga, (5) pengalaman berwirausaha, (6) motivasi berwirausaha dan (7) kekosmopolitan. Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan teknik analisis deskriptif. Analisis deskriptif menggambarkan faktor internal dan eksternal responden tersaji pada Tabel 8. Tabel 8 Deskripsi faktor internal responden Faktor internal Umur Pendidikan formal Pendapatan perbulan Tanggungan keluarga Pengalaman berwirausaha
Kategori Dewasa awal (17 - 35 tahun) Dewasa akhir (36 - 44 tahun) Tua ( 46 - 77 tahun) Rendah (SD-SMP) Sedang (SMA) Tinggi (PT) Rendah(Rp100.000,00-Rp 600.000,00) Sedang (Rp 620.000,00 – Rp 1.500.000,00) Tinggi (Rp 2000.000,00-Rp 4.000.000,00) Sedikit (1- 3 orang) Sedang (4 -5 orang) Banyak 6-7 orang) Rendah (0-3 tahun) Sedang (4-7 tahun) Tinggi (8-16 tahun)
Jumlah Persentase (orang) (%) 29 33,33 30 34,48 28 32,19 30 34,48 45 51,72 12 13,80 32 36,78 36 41,38 19 21,84 29 33,33 56 64,37 2 2,30 29 33,33 32 36,78 26 29,89
57
Faktor internal Motivasi berwirausaha Kekosmopolitan
Kategori
Jumlah Persentase (orang) (%) 37 42,52 25 28,74 25 28,74 29 33,33 30 34,48 28 32,19
Rendah ( skor 10-16) Sedang (skor 17-18) Tinggi (skor 19-28) Rendah (skor 8-11) Sedang ( skor 12-16) Tinggi (skor 17-28)
n= 87
Umur Berdasarkan data hasil penelitian yang disajikan Tabel 8 di atas maka ratarata umur responden dalam penelitian adalah kisaran antara 36 sampai 44tahun berjumlah 30 orang dengan proporsi 34,48 persen. Umur kisaran tersebut digolongkan dalam umur dewasa akhir. Menurut Robbins (2007) menyatakan semakin tua tenaga kerja maka produktivitas akan menurun. Keadaan ini menunjukkan bahwa umur responden dalam bidang ekonomi tergolong produktif. Artinya responden mempunyai kemampuan motorik dan psikomotorik yang masih kuat sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan dan dapat berperanserta dalam segala kegiatan-kegiatan khususnya pembangunan. Pendidikan formal Pendidikan formal berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dibangku sekolah formal. Berdasarkan Tabel 8 yang disajikan di atas maka rata-rata responden berpendidikan tergolong sedang yaitu SMA dengan proporsi 45 orang atau 51,7 persen. Pendidikan SMA yang ditempuh sampai umur 18 tahun tentu menghasilkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kehidupan yang berguna sehingga dapat menumbuhkan cara berpikir
dan
cara
membuat
keputusan
terbuka.
Banyaknya
responden
berpendidikan SMA karena mereka sudah sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan dan akses jalan ke sekolah sangat mudah dan cepat. Menurut penelitian Herawati dan Pulungan (2006) menyatakan semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula partisipasi seseorang dalam mengajukan saran. Pendidikan formal yang tergolong cukup dapat mengetahui kebutuhan dirinya dan menentukan prioritas mana yang harus didahulukan termasuk berpartisipasi dalam pembangunan khususnya posdaya yang dapat secara tidak langsung atau lambat laun meningkatkan kesejahteraan individu
58
maupun masyarakat sekitarnya. Semakin cukup
pendidikan seseorang maka
mereka mau dan mampu menerima hal-hal baru. Pendapatan Pendapatan ini berkaitan dengan sejumlah penerimaan berupa uang baik penerimaan rutin (tetap) dan penerimaan tidak rutin yang berasal dari suami dan istri setiap bulan. Berdasarkan data hasil penelitian mengenai pendapatan responden sebanyak 46 orang kategori sedang dengan proporsi 41,38 persen. Rata-rata pendapatan responden yaitu Rp 620.000,00 sampai Rp 1.500.000,00 perbulan. UMR Kota Bogor sebesar Rp 873.231,00 perbulan atau Rp 29.108,00 perhari. Ukuran UMR Kota Bogor tersebut berdasarkan standart hidup. Tingkat pendapatan menggambarkan kesejahteraan masyarakat yang dikaitkan dengan tingkat memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Jadi pendapatan masyarakat tersebut berpendapatan lebih dari Rp 20.000 perhari. Menurut World Bank berkaitan dengan pendapatan yang dijadikan kriteria kemiskinan bahwa apabila pendapatan masyarakat kurang US $2 per hari atau Rp 20.000,00/hari tergolong miskin dan kurang US $1 per hari atau kurang Rp 10.000,00/hari maka disebut miskin sekali. Pendapatan yang tergolong sedang berkaitan dengan pekerjaan mereka dimana dominasi pekerjaan masyarakatnya di sektor informal seperti wiraswasta, pedagang kelontong, pertukangan, buruh dan jasa/lainnya. Salah satu ciri bermata pencaharian di sektor informal adalah pendapatan setiap bulan yang selalu fluktuatif. Pekerjaan di sektor informal juga merupakan salah satu ciri negara berkembang. Keadaan ini menunjukkan bahwa pendapatan perbulan yang diperoleh dapat berperanserta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan khususnya program posdaya dalam bidang ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Tanggungan keluarga Tanggungan
keluarga
merupakan
jumlah
orang
yang
menjadi
tanggungjawab keluarga berkaitan dengan biaya hidup. Menurut data hasil penelitian rata-rata jumlah tanggungan responden sebanyak 56 orang yang tergolong sedang atau proporsinya 64,37 persen dengan tanggungan keluarga empat sampai lima orang. Hal itu berkorelasi dengan umur sebagian responden yang termasuk dewasa akhir yang sudah lama berumahtangga.
59
Tanggungan keluarga berkaitan dengan tenaga yang disumbangkan untuk membantu dalam kegiatan sehari-hari misalnya membantu membersihkan rumah, atau ikut pekerjaan rumah tangga lainnya. Sebagian besar anak-anak responden masih di bangku sekolah. Korelasi Tanggungan yang tergolong sedang dapat berperanserta pada kegiatan-kegiatan pembangunan khususnya bidang ekonomi program posdaya. Pengalamanan berwirausaha Pengalaman berwirausaha merupakan akumulasi pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh berkaitan kemampuan melihat dan menilai peluangpeluang bisnis, kemampuan mengoptimalkan sumberdaya yang dikuasai serta mengambil tindakan untuk mencapai tujuan bisnis. Berdasarkan data hasil penelitian responden sebanyak 32 orang masuk kategori sedang dengan proporsi 36,78 persen. Masuk kategori sedang karena sebagian besar pengalaman berwirausaha kisaran empat sampai tujuh tahun. Hal itu menunjukkan bahwa responden cukup lama menggeluti kegiatan kewirausahaan sehingga responden memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam kewirausahaannya. Penyebab sedangnya pengalaman berwirausaha yaitu (1) belum bisa mengoptimalkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, (2) keterbatasan modal yang berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh serta akses yang kurang dalam peminjaman modal dan (3) terbiasa bekerja dengan diperintah. Rata-rata pengalaman berwirausaha mereka yaitu berdagang sembako kecilkecilan; berjualan makanan dan minuman ringan; berjualan masakan; berjualan bakso; mengkreditkan barang-barang rumahtangga; menyulam baju; dan buruh kerajinan sepatu dan sandal. Hubungan kegiatan bidang ekonomi posdaya dengan pengalaman berwirausaha yaitu masyarakat bisa berkontribusi yang diwujudkan dalam karya-karya baik barang olahan maupun barang kerajinan demi kemajuan posdaya di lingkungannya dan demi peningkatan pendapatan. Motivasi berwirausaha Motivasi berwirausaha merupakan dorongan yang timbul dalam diri responden baik berasal dari dalam diri atau luar diri responden untuk melakukan kegiatan bisnis. Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa responden sebanyak 37 orang atau proporsi 42,52 persen termasuk kategori rendah. Motivasi
60
internal responden untuk berwirausaha antara lain untuk menambah pendapatan, menambah pengetahuan, menambah pengalaman dan ingin memanfaatkan waktu luang. Motivasi internal bisa berhubungan dengan pendapatan responden, dimana sebagian besar responden berpenghasilan sedang. Adanya posdaya di lingkungan mereka maka tergerak/terdorong untuk menambah pendapatan dengan cara ikut berperanserta dalam kegiatan-kegiatan kewirausahaan. Motivasi internal juga berhubungan dengan pendidikan formal yang dimiliki responden, dimana sebagian besar responden berpendidikan SMA yang terbuka terhadap kegiatankegiatan yang ada di lingkungannya. Motivasi ekternal responden terdiri dari mengikuti jejak teman, ajakan tetangga, ajakan saudara dan ajakan tokoh masyarakat. Motivasi ekternal ini juga berhubungan dengan umur responden yang tergolong sedang atau umur produktif yang selalu ingin mencoba-coba dan mudah terpengaruh pada hal-hal baru serta ingin berkarya lebih banyak. Responden tersebut sebagian besar mempunyai hubungan kekerabatan dan kekeluargaan yang erat. Saudara satu mengajak saudara lainnya untuk ikut dalam kegiatan pembangunan khususnya kegiatan di posdaya. Motivasi yang lebih berperan adalah ajakan tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat di sini terdiri ketua RW, ketua RT, koordinator dan para pengurus posdaya yang sangat berperan dalam memotivasi para warganya untuk mengikuti program posdaya bidang ekonomi. Dalam kegiatan formal misalnya rapat-rapat; dan kegiatan informal misalnya pada saat berpapasan dengan masyarakat, pada saat ngobrol-ngobrol di saung, pada saat acara kondangan, waktu kerja bakti bahkan tokoh masyarakat hanya mampir bertamu sebentar ke rumah warga. Kekosmopolitan Kekosmopolitan merupakan sifat keterbukaan responden dan frekuensi untuk mendapatkan berbagai informasi berhubungan dengan bidang ekonomi berupa berpergian ke luar desa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, informasi berasal dari pendamping, informasi dari tokoh masyarakat, informasi dari orang lain dalam desa, informasi dari radio, informasi dari televisi dan informasi dari majalah, buku atau sejenisnya. Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian responden yaitu 30 orang atau proporsi 34,48 persen masuk kategori sedang dengan skor 12 sampai 16.
61
Sebagian besar responden yaitu 30 responden orang mencari informasi bidang ekonomi kepada tokoh masyarakat. Informasi tokoh masyarakat banyak digunakan karena keberadaan tokoh masyarakat yang dekat dan mudah dengan masyarakat, sehingga tidak usah mengeluarkan ongkos untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Posisi kedua dalam menggali informasi diduduki oleh orang lain dalam satu desa saling berbagi informasi dengan orang lain dalam desa tersebut. Informasi masyarakat didapat mengikuti pelatihan dibidang ekonomi baik yang diadakan lingkungan tersebut maupun di luar lingkungan tersebut. Pelatihan yang pernah ada di lingkungan tersebut misalnya pelatihan pembuatan masakan, makanan, pelatihan menjahit, pelatihan rias pengantin, pelatihan bengkel, pelatihan pembuatan keset. Peserta pelatihan dibatasi hanya lima sampai sepuluh orang setiap RT, karena kendalanya dana dan tempat yang tidak mencukupi. Peminat pelatihan juga sedikit karena informasinya adanya pelatihan tidak terbuka. Pelatihan yang diadakan di luar lingkungan tersebut kebanyakan dari pengurus posdaya. Hal itu menyebabkan banyak masyarakat mencari informasi bertanya kepada orang yang pernah mengikuti pelatihan. Hal itu karena hubungan kekerabatan dan kekeluargaan yang erat dan akrab. Jadi mereka dengan mudah mendapatkan/bertukar menukar informasi dengan orang lain. Hal itu karena sifat masyarakat menengah ke bawah bahwa hubungan antar masyarakat sangat harmonis dan erat. Kemudahan informasi yang lain didapatkan dari media elektronik yaitu televisi. Warga lingkungan tersebut lebih banyak melihat televisi pada stasiun El-Shinta yang sering menayangkan acara kewirausahaan tepatnya hari sabtu. Media televisi menjadi pilihan karena murah dan mudah terjangkau oleh semua warga. Konsultasi dengan pendamping
tergolong rendah karena
warga kesulitan untuk menyesuiakan waktu bertemu dengan pendamping. Media radio kurang diminati karena media ini sudah jarang dimiliki oleh sebagian responden. Media cetak seperti surat kabar, majalah dan sejenisnya kurang diminati karena warga tidak mampu membeli dan minat membaca warga juga kurang. Sebetulnya dalam posdaya ada kegiatan pustaka keliling. Perpustakaan keliling tersebut menyediakan peminjaman buku pelajaran sekolah, novel, cerita daerah, sejarah, pertanian, keterampilan dan lain-lain. Jenis buku yang tersedia
62
adalah majalah pertanian dan majalah berbahasa Sunda. Berhubung koleksi perpustakaan keliling masih minim, baik jenis dan kuantitasnya sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan berbagai informasi khususnya berkaitan dengan kewirausahaan. Koleksi-koleksi perpustakaan berasal dari bantuan SMA Rimba serta para donatur buku. Berdasarkan ciri tersebut maka masyarakat di lingkungan RW 02 mempunyai kekosmopolitan sedang. Menurut Rogers dan Shoemaker (1995) kekosmopolitan pada diri seseorang apabila orang tersebut mencari berbagai informasi dari segala sumber informasi baik informasi dari dalam lingkungan maupun luar lingkungan dan sebaliknya. Faktor Eksternal Responden Faktor eksternal dalam penelitian ini meliputi (1) sarana produksi, (2) dukungan keluarga, (3)
peran tokoh masyarakat dan (4) peran pendamping.
Adapun deskripsi faktor eksternal responden dapat dilihat Tabel 10. Tabel 9 Deskripsi faktor ekternal responden Faktor eksternal Sarana produksi Dukungan keluarga Peran tokoh masyarakat Peran pendamping Total rataan skor
Rataan skor * 2,50 2,64 2,82 2,81 2,69
Keterangan:*1-1,75= sangat rendah; 1,76-2,51= rendah; 2,52-3,27= tinggi; 3,28-4,00= sangat tinggi
Sarana produksi Ketersediaan
sarana
produksi
berhubungan
dengan
persediaan
peralatan/perlengkapan, tempat kegiatan, persediaan bahan-bahan untuk kegiatan berwirausaha yang dilihat dari kuantitas, jenis dan kualitasnya serta ketersediaan modal, kondisi jalan dan akses transportasi menuju tempat kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana produksi termasuk kategori rendah dengan rataan skor 2,50. Artinya ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan untuk kegiatan ekonomi dalam posdaya belum memadai. Peralatan/perlengakan dalam kegiatan yang tersedia yaitu buku besar laporan keuangan, alat tulis-menulis, kalkulator, kartu setoran dan
kartu
peminjaman. Tempat kegiatan LKM-P masih menggunakan rumah pengurus LKM-P. Peralatan/perlengkapan yang masih kurang adalah box penyimpan uang
63
LKM-P. Hal itu diperlukan agar uang yang terkumpul di LKM-P biar tidak bercampur dengan uang lain. Perlunya loker khusus untuk menyimpan berkasberkas berkaitan dengan kegiatan LKM-P. Modal atau dana dari LKM-P berasal dari swadaya warga setempat dan ada dana stimulan dari P2SDM IPB. Kegiatan lainnya misalnya adanya kunjungan peralatan misalnya meja, kursi dan lainnya disediakan SMA Rimba. Ketersediaan
peralatan/perlengkapan
dalam
kegiatan
kelompok
keterampilan wanita masih menggunakan milik pribadi anggota kelompok tersebut. Hal itu karena usaha tersebut masih dikelola perseorangan. Produk kelompok tersebut sementara ini masih berupa masakan-masakan, makanan dan minuman kecil. Produk keterampilan misalnya sulam baju baik baju muslim anak, baju muslim wanita dan baju koko laki-laki sudah diusahakan secara kelompok kecil yang beranggotakan empat orang wanita. Hasil produk kerajinan sepatu/sandal dan becak mini, peralatan dimilik perorangan. Modal untuk pembuatan becak mini sebesar Rp 250.000,00 sampai Rp 300.000,00. Peralatan dan bahan becak mini terdiri besi tua, las dan sejenisnya. Pengerjaan becak mini hanya dibutuhkan satu tenaga pembantu, itupun kalau ada pesanan becak mini. Modal dan peralatan dalam menghasilkan produk dan masih menggunakan modal dan peralatan perseorangan karena hasil penjualan produk tersebut dinikmati oleh personel tersebut. Peralatan/perlengkapan
dalam
kegiatan
kelompok
usahatani
juga
menggunakan milik pribadi anggota kelompok tersebut. Peralatan/perlengkapan yang diperlukan usahatani sayur-sayuran adalah cangkul, sabit, linggis, bibit, dan lainnya. Modal yang dikeluarkan untuk usahatani tersebut sekali panen kira-kira Rp 20.000,00 sampai Rp 30.000,00. Minimnya modal tersebut karena produk usahatani masih minim jenis dan kuantitasnya, serta keterbatasan lahan usahatani. Selain itu hasil usahatani tidak menggunakan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida. Luas lahan yang digunakan usahatani yaitu 800 m2 yang sebagian besar luas lahan tersebut untuk usahatani sayur-sayuran dan sisanya untuk kumbung jamur tiram, kolam percontohan ikan lele dan ikan cupang. Lahan yang digunakan usahatani tersebut karena melihat lahan tidur dan lahan itu milik salah satu warga.
64
Peralatan/perlengkapan bibit jamur tiram yaitu bahan untuk membuat kumbung jamur, media tanam jamur tiram, selang, sprayer, skop, ember, steamer, kompor gas, plastik. Biaya setiap produksi sampai panen sebesar Rp 4.570.500,00 dengan jangka waktu lima bulan. Sekali produksi jamur tiram mampu menghasilkan bibit 900 kg dengan harga Rp 7.000,00 perunit. Modal usahatani jamur tiram berasal dari kelompok kecil yaitu sebanyak tiga sampai empat orang. Terpilihnya usahatani jamur tiram dalam kegiatan posdaya karena usahatani jamur tiram tersebut peluang usaha yang menjanjikan, permintaan pasar masih tinggi dan harga jual yang stabil. Hal lain yang menjadi pertimbangan usahatani jamur tiram adalah tersedianya tenaga ahli di bidang budidaya jamur tiram. Pemasaran bibit jamur tiram hanya memenuhi pesanan saja yaitu posdaya Pasir Kuda dan daerah Payah Kumbu. Usahatani ikan lele peralatan/perlengkapan yang dibutuhkan yaitu bak penampungan, kolam beton, pompa air, ember karet, lamit, indukan lele, telur bebek, cacing tubifex dan pellet halus. Usahatani awal budidaya ikan lele menghabiskan biaya Rp 5.535.000,00. Biaya yang dikeluarkan setiap kali produksi hanya Rp 350.000,00 dengan jangka waktu setiap bulan. Modal usahatani ikan lele sebagian besar berasal dari bantuan kelurahan setempat dan ditambah swadaya anggota kelompok tersebut. Target area pemasaran ikan lele ke lingkungan setempat, pedagang sayur keliling, rumah makan dan warung tegal sekitar lingkungan setempat serta pasar tradisional Bogor. Pemasaran sementara ini baru lingkungan RW 02 setempat dan rumah makan sekitarnya. Usahatani ikan cupang peralatan/perlengkapan lebih sederhana dari pada budidaya ikan lele. Peralatan/perlengkapan yang dibutuhkan yaitu bak penampungan, plastik, cacing tubifex dan lamit. Modal yang dibutuhkan budidaya ikan cupang sekitar Rp 75.000,00 – Rp 100.000,00. Letak lokasi usahatani ini sangat strategis karena berada di lingkungan tempat tinggal warga setempat yaitu di lingkungan RT 03. Akses jalan menuju lokasi hanya dapat ditempuh dengan roda dua. Kondisi jalan menuju ke tempat lokasi sudah beraspal kasar, sehingga membuat warga nyaman dan mudah ikut dalam kegiatan usahatani tersebut. Lokasi usahatani juga ada saung kecil yang memuat kira-kira sembilan sampai sepuluh orang dewasa.
65
Dukungan keluarga Keluarga sangat
berperan penting dalam hal mengijinkan anggota
keluarga untuk berperanserta dalam kegiatan pembangunan khususnya posdaya. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan rataan skor 2,64 dengan kategori tinggi. Hal itu diartikan anggota keluarga mendukung anggota keluarganya untuk berperanserta dalam kegiatan posdaya. Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dengan memberi kesempatan dan membatasi waktu anggota keluarga untuk beraktivitas dalam kegiatan posdaya, membantu anggota keluarga apabila ada tugas dalam kegiatan posdaya dan membantu memberi saran apabila ada kesulitan dalam kegiatan posdaya. Hal itu bersesuai fungsi keluarga, yang menurut Munandar (1985) salah satunya membagi dan melaksanakan tugas-tugas di dalam keluarga maupun di luar keluarga. Keluarga mendukung anggota keluarga berperanserta dalam posdaya karena waktu kegiatan posdaya sangat fleksibel. Waktu yang fleksibel dalam kegiatan bidang ekonomi posdaya sehingga tidak menggangu aktivitas masyarakat dalam keluarga. Kegiatan posdaya menurut anggota keluarga dapat menambah pengetahuan, pengalaman, bisa menambah pendapatan dan mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Peran tokoh masyarakat Hal ini peran tokoh masyarakat sebagai (1) pemberi informasi, (2) pelancar proses difusi (3) pemberi motivasi, (4) penghubung antar sistem, (5) penggerak dan pembimbing masyarakat ke arah pembangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat kategori tinggi dengan rataan skor 2,82. Peran tokoh masyarakat menurut responden sudah berperan tinggi dalam kehidupan masyarakat. Tokoh masyarakat yang dimaksud adalah ketua/wakil ketua RW, tokoh agama, ketua/wakil ketua RT. Selanjunya para tokoh masyarakat mengadakan penunjukkan koordinator posdaya. Penunjukkan koordinator agar tidak
overlapping
tugas
pada
satu
orang
saja
sekaligus
tugas
dan
tanggungjawabnya yang berbeda pula dengan tugas lainnya. Koordinator posdaya ini disebut tokoh masyarakat.
66
Berkaitan peran tokoh masyarakat dalam hal pemberi informasi ditunjukkan bahwa tokoh masyarakat merupakan orang pertama yang memberi informasi mengenai posdaya. Penyampaian informasi oleh tokoh masyarakat melalui komunikasi massa dan interpersonal baik melalui kegiatan formal maupun nonformal. Pertama-tama tokoh masyarakat menyampaikan informasi kepada para pengurus-pengurus RW/RT selanjutnya masing-masing ketua RT menyampaikan program posdaya kepada anggota keluarganya dan kerabatnya selanjutnya warganya. Hasil wawancara dengan responden didapatkan bahwa hampir semua responden mengetahui adanya posdaya dari ketua RT dan koordinator posdaya. Peran kedua yaitu sebagai pelancar difusi dalam hal ini bentuknya berupa memberikan penjelasan mengenai manfaat program posdaya khususnya bidang ekonomi. Misalnya dengan ikut posdaya bidang ekonomi dapat meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan pendapatan. Kegiatan-kegiatan dalam posdaya banyak yang bisa diikuti oleh warga baik remaja maupun para orang tua. Hal itu disebabkan kegiatan posdaya berasal dari potensi lokal dari lingkungan tersebut. Potensi lokal lingkungan tersebut adalah sebagian warganya bermata pencaharian sektor informal bahkan banyak yang menganggur, banyak warga yang membutuhkan dana untuk mengembangan usahanya dan banyaknya lahan tidur yang tidak difungsikan. Peran ketiga tokoh masyarakat yaitu pemberi motivasi berupa para tokoh masyarakat pertama-tama memberi contoh kepada warganya untuk berperanserta, misalnya dengan ikut menabung dalam LKM-P, selanjutnya memfungsikan lahan tidur yang kebetulan milik salah satu kerabat tokoh masyarakat untuk difungsikan sebagai lahan percobaan usahatani, membuat makanan/minuman atas nama kegiatan posdaya dan memberi bibit jamur tiram secara gratis ke beberapa warga lingkungan tersebut. Pembagian bibit gratis tersebut bertujuan agar tumbuh jiwajiwa kewirausahaan dalam jiwa-jiwa para warga di lingkungan RW 02. Pertama yang di lakukan oleh tokoh masyarakat mengajak dan mendorong anggota keluarganya dulu baru para warga yang merupakan tetangganya. Selanjutnya para tetangga tersebut mengajak saudara maupun kerabat dekatnya dalam lingkungan tersebut.
67
Peran keempat tokoh masyarakat selanjutnya adalah penghubung antar sistem. Hal ini berupa tokoh masyarakat berperan dalam pembentukan kelompokkelompok beserta anggota baru. Pembentukan kelompok ini dengan maksud untuk menjembatani warga yang mempunyai potensi dengan warga yang tidak mempunyai potensi untuk dijadikan satu kelompok. Hal itu dengan maksud pembagian pengetahuan dan pengalaman ke warga-warga lainnya. Pembagian kelompok tersebut juga berdasarkan jarak domisili dan RT antar warga. Peran terakhir tokoh masyarakat yaitu penggerak dan pembimbing masyarakat untuk ikut dalam pembangunan. Hal itu berupa tokoh masyarakat mengatur
kegiatan
yang
dilakukan
dan
terlibat
dalam
menyelesaikan
permasalahan yang terjadi dalam kegiatan posdaya bidang ekonomi. Ukuran keberhasilan pemimpin lokal
atau disebut tokoh masyarakat tidak hanya
ditentukan oleh kepandaian dalam berbicara, pendidikan yang tinggi dan atribut kepemimpinan yang dimilikinya, tetapi ditentukan juga oleh kepercayaan untuk menentukan kebijaksanaan dan kekuasaan yang luas dari masyarakat. Peran Pendamping Menurut Hubeis (1992) pendamping merupakan satu dari empat peran yang dilakukan oleh penyuluh pembangunan. Penyuluhan menurut Asngari (2008) adalah kegiatan mendidik orang dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai yang direncanakan yakni menjadi orang modern. Hal itu merupakan usaha memberdayakan potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri. Peran penyuluh pembangunan menurut Hubeis et al. (1994) antara lain: (1) katalis, (2) penemu solusi, (3) perantara dan (4) pendamping. Jadi sebagai penyuluh pembangunan harus berperan netral dengan mendukung dan penggerak kegiatan yang dilakukan klien, serta mendampingi masyarakat sampai masyarakat bisa dilepaskan. Salah satu falsafah penyuluhan yang terkenal yaitu falsafah bekerja bersama dengan menggunakan falsafah Ki Hadjar Dewantoro ”hing madya mangun karsa”. Artinya pendamping bekerjasama dengan klien agar klien aktif berprakarsa (dalam proses belajar) mengembangkan usaha bagi dirinya khususnya dalam hal ini aktif dalam kegiatan pembangunan. Falsafah ”tut wuri handayani’ artinya melepaskan masyarakat yang sudah dibina apabila mereka sudah mampu memberdayakan dirinya sendiri.
68
Peran pendamping ini, menurut Adi (2003) yaitu (1) pemercepat perubahan, (2) perantara, (3) pendidik, (4) tenaga ahli, (5) perencana sosial, (6) advokat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pendamping termasuk kategori tinggi dengan rataan skor 2,81. Artinya peran pendamping menurut responden mempunyai peran baik. Peran pendamping sebagai pemercepat perubahan berupa pendamping berkontribusi memberikan penjelasan mengenai manfaat posdaya bidang ekonomi posdaya kepada warga dan memberikan informasi mengenai kegiatan posdaya. Bentuk peran pendamping misalnya para pendamping yaitu pengurus P2SDM IPB melakukan identifikasi mengenai kondisi dan potensi daerah miskin perkotaan yang menjadi sasaran program posdaya dengan bantuan para unsur pemerintah desa melalui sosialisasi ke kantor-kantor pemerintah desa yang diwakili oleh para camat beserta jajarannya. Langkah selanjutnya para kepala kecamatan mensosialisasikan kepada kelurahan. Para kepala desa mensosialisasikan kepada para ketua/wakil ketua RW untuk disosialisasikan kepada para ketua RT. Khusus lingkungan RW 02 yang terdiri RT 01, 02 dan 03 menerima program posdaya untuk diaplikasikan di lingkungan RW 02. Menangapi respon masyarakat lingkungan RW 02 maka kepala desa melaporkan hal tersebut kepada kepala kecamatan setempat untuk ditindaklanjuti ke P2SDM IPB. Langkah P2SDM IPB dalam merespon masyarakat di lingkungan RW 02 dengan mengadakan pertemuan dengan para unsur pemimpin desa, para tokoh masyarakat dan kepengurusan lembaga sosial yang ada di lingkungan tersebut untuk mengetahui potensi dan kondisi lingkungan tersebut atau disebut FGD. Langkah terakhir dengan
mengadakan
mini
lokakarya.
Mini
lokakarya
bertujuan
untuk
mensosialisasikan program posdaya ke masyarakat luas di lingkungan RW 02. Peran pendamping ini terdiri dari perguruan tinggi yang diwakili oleh P2SDM IPB; para unsur pemerintah daerah baik tingkat kecamatan, kelurahan beserta jajarannya; dan para pengurus organisasi kemasyarakatan terutama PKK dan pokjanya. Peran kedua pendamping yaitu perantara berupa pendamping menjadi penghubung antar anggota dalam posdaya. Pendamping di sini menjadi penghubung apabila ada anggota belum kenal menjadi kenal, penghubung antara
69
yang sudah kenal menjadi lebih kenal lagi dan penghubung antara pengurus posdaya dengan warga sekitar. Hal yang diupayakan yaitu memperkenalkan pengurus posdaya. Bentuk pendamping lainnya yaitu memperkenalkan anggota posdaya satu dengan anggota posdaya daerah lainnya melalui pertemuanpertemua rapat kerja program posdaya. Hal itu di lakukan agar para daerah yang mengaplikasikan program posdaya bisa gotong-royong dan bantu-membantu untuk memajukan program posdaya melalui berbagi pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki masing-masing daerah pelaksana program posdaya. Misalnya posdaya Bina Sejahtera pernah memberikan pelatihan kepada posdaya lain misalnya posdaya Pasir Kuda dan posdaya Payah Kumbu dalam usahatani jamur tiram, posdaya Bina Sejahtera pernah mengikuti pelatihan pupuk kompos di posdaya Mandiri Terpadu Desa Cikarawang Kabupaten Bogor. Peran ketiga pendamping yaitu pendidik berupa memberikan keterampilan dan pengetahuan dibutuhkan dalam pengembangan dalam bidang ekonomi posdaya. Keterampilan ini berupa mengadakan pelatihan kecil yang warga yang tergabung dalam posdaya. Misalnya pelatihan membuat telur asin dan es yoghurt yang mengadakan P2SDM IPB dengan pendampingnya yaitu mahasiswa IPB, membantu pengurus LKM-P membuat laporan keuangan dan membantu dalam pembuatan proposal. Pendamping dari unsur pemerintah desa melalui BKM kelurahan yaitu mengadakan pelatihan bersama P2SDM IPB misalnya pembuatan nugget, pelatihan tata rias pengantin, pelatihan menjahit dan pelatihan perbengkelan. Salah keahlian yang dimiliki pendamping sebagai pendidik adalah mahir dalam berkomunikasi dengan baik dan jelas. Ternyata pendamping dalam berkomunikasi menggunakan pendekatan kelompok dengan metode pertemuan yang berupa diskusi kelompok dan metode anjangsana. Peran keempat pendamping yaitu tenaga ahli. Bentuk peran pendamping dengan menumbuhkan potensi-potensi lokal yang mereka miliki guna berkarya dalam kegiatan posdaya. Hal ini terlihat pada saat awal inovasi posdaya pendamping melakukan FGD di lingkungan tersebut. Peran kelima pendamping yaitu perencana sosial. Hal ini berupa mengidentifikasi permasalahan dan membantu memecahkan permasalahan dalam bidang ekonomi misalnya kadang-kadang mengikuti kegiatan evaluasi posdaya
70
Bina Sejahtera yang di adakan tiga bulan sekali. Pendamping di sini mencoba membuka kran komunikasi dan wawasan pengetahuan/pengalaman antar pengurus posdaya agar dapat memecahkan permasalahan sendiri. Misalnya mengatasi masalah pendanaan dalam kegiatan maka pendamping (unsur pemerintah daerah, P2SDM) memberikan solusi permasalahan berupa memberikan dana stimulan kepada masyarakat guna pembiayaan bidang ekonomi dalam program posdaya dan ikut dalam salah satu bidang ekonomi misalnya LKM-P (melakukan penyimpanan uang). Hal itu dilakukan pendamping agar para masyarakat tergerak untuk bersukarela menyumbangkan dana agar kegiatan tetap berjalan secara kontinyu. Hal itu sesuai dengan falsafah ”Ki Hajar Dewantoro” yang berbunyi hing ngarso sung tulodho artinya pendamping memberikan contoh terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat. Peran keenam pendamping yaitu advokat. Hal ini berupa mendamaikan permasalahan dan menjadi penghubung dengan pihak luar komunitas. Hal ini berupa pendamping mengajak dan memberi informasi mengenai pelatihan-pelatihan yang bisa menunjang kegiatan bidang ekonomi dan pendamping membantu mempromosikan produk unggulan posdaya tersebut berupa kerajinan sandal ke luar komunitas. Pendamping dalam posdaya ini terdiri (1) kecamatan/desa setempat di sini diwakili kepala desa beserta jajarannya serta lembaga pemberdayaan desa setempat dengan frekuensi berkunjung tidak tentu waktunya dan (2) perguruan tinggi di sini diwakili
P2SDM IPB dengan mengirim pendamping posdaya
dengan frekuensi minimal satu bulan sekali berkunjung ke masyarakat binaan posdaya, serta perguruan tinggi mengirim mahasiswa untuk dekat dengan masyarakat, misalnya go field yang dilakukan selama satu bulan, mahasisiwa yang mengadakan penelitian. Para siswa SMA Rimba yang senantiasa setiap minggu menggunakan kebun percobaan pertanian dalam mata pelajaran biologinya. Hal itu juga membantu masyarakat terbuka informasinya mengenai pengetahuanpengetahuan yang sedang berkembang. Pendamping ini berasal dari luar komunitas tersebut (outsider people) yang berusaha menyadarkan masalah dan kebutuhan masyarakat sampai terjadi kemandirian dalam mengatasi masalah di lingkungannya.sehingga masyarakat merasakan bahwa pendamping benar-benar memperhatikan masalah yang dihadapi masyarakat bukan hanya memasukan
71
suatu program ke dalam lingkungannya. Langkah selanjutnya para pendamping melepaskan masyarakat dengan tetap mengadakan pengawasan saja. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya Partisipasi di sini adalah keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam posdaya bidang ekonomi baik mulai perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan terakhir mengevaluasi. Menurut Slamet (2003) partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan adalah ikutsertanya masyarakat dalam perencanaan pembangunan, ikut dalam pelaksanaan pembangunan, dan ikutserta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Adapun hasil analisis tentang tingkat partisipasi masyarakat pada bidang ekonomi posdaya tersaji dalam Tabel 10. Tabel 10 Tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya berdasarkan rataan skor Partisipasi Perencanaan Pelaksanaan Menikmati hasil Evaluasi Total rataan skor
Rataan skor * 1,74 1,70 1,93 1,52 1,72
Keterangan:*1-1,75= sangat rendah; 1,76-2,51= rendah; 2,52-3,27= tinggi; 3,28-4,00= sangat tinggi
Hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 10 dapat diartikan bahwa partisipasi masyarakat baik mulai perencanaan (rataan skor 1,74), pelaksanaan (rataan skor 1,70) dan mengevaluasi (rataan skor 1,52) pada bidang ekonomi program posdaya kategori sangat rendah dengan total rataan skor sebesar 1,72. Artinya masyarakat wilayah belum semuanya ikutserta dalam kegiatan posdaya. Penyebab partisipasi masyarakat kurang dalam kegiatan ekonomi posdaya karena (1) penilaian yang keliru terhadap program posdaya bidang ekonomi, (2) program posdaya merupakan program baru berkembang di wilayah tersebut yaitu kurang lebih dua tahun baru berjalan secara intensif, (3) masyarakat belum bisa merasakan manfaat secara signifikan khususnya peningkatan pendapatan. Partisipasi dalam aspek menikmati hasil menunjukkan peningkatan dengan rataan
72
skor sebesar 1,93 kategori rendah. Hal itu menunjukkan masyarakat sedikit merasakan manfaat adanya kegiatan bidang ekonomi dalam program posdaya. Partisipasi dalam Perencanaan Bidang Ekonomi Program Posdaya Partisipasi pertama yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi posdaya adalah perencanaan. Perencanaan ini diartikan suatu kegiatan untuk merancang, menentukan dan menyusun kegiatan yang akan dilakukan. Aspek perencanan ini yang dilakukan meliputi: penentuan kegiatan, penentuan lokasi kegiatan, penentuan waktu kegiatan, penentuan modal kegiatan dan penentuan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan. Berdasarkan hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 10 didapatkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan kegiatan bidang ekonomi tergolong sangat rendah dengan rataan skor sebesar 1,74. Pada saat penentuan kegiatan misalnya rapat-rapat yang hadir kebanyakan yaitu para tokoh masyarakat yang terdiri ketua RW, ketua/wakil ketua RT beserta sanak suadaranya, pengurus RW/RT dan orang-orang yang dekat para tokoh masyarakat. Pada saat penentuan kegiatan, lokasi, waktu, modal dan peralatan kegiatan kebanyakan yang berkontribusi para tokoh masyarakat dan pengurus posdaya. Sedangkan masyarakat yang hadir lainnya diam saja karena saran dan ide sebagian besar didominasi para tokoh masyarakat. Menurut informasi beberapa tokoh masyarakat yang dilibatkan hanya tokoh masyarakat karena masyarakat sekitar dirasa belum mampu menentukan kebutuhan dan potensi lokal yang mereka miliki, sehingga cukup perwakilan dari lingkungan domisili saja. Hal itu dilakukan oleh para tokoh masyarakat agar efektif dan efisiensi dalam penentuan kegiatan. Selanjutnya masyarakat sekitar tinggal melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan tersebut. Hasil wawancara mendalam dengan masyarakat yaitu adanya perasaan sungkan/tidak enak hati apabila hadir dalam rapat tersebut karena tidak diundang secara formal dan informal. Apabila diundang masyarakat sebetulnya lebih merasa senang bila undangan itu secara lisan karena masyarakat merasa dihargai dan hadir. Para warga yang hadir dalam rapat menyampaikan hasil rapat ke warga lingkungan sekitar. Masyarakat tidak diberi kesempatan untuk ikutserta dalam
73
perencanaan kegiatan, padahal syarat tumbuhnya partisipasi menurut Slamet (2003) adalah adanya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi. Partisipasi dalam Pelaksanaan Bidang Ekonomi Program Posdaya Partisipasi kedua dalam kegiatan ini adalah pelaksanaan kegiatan bidang ekonomi program posdaya. Pelaksanaan dalam hal ini diartikan suatu kegiatan yang ikut menyumbangkan tenaga, modal maupun peralatan yang diperlukan dalam kegiatan. Aspek pelaksanaan kegiatan ini meliputi partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan meliputi ikut melaksanakan kegiatan, seperti ikut dalam pelaksanaan obyek kegiatan, ikut dalam pelaksanaan penyediaan tempat kegiatan, ikut penyediaan modal dan persiapan peralatan. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10 didapatkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan bidang ekonomi rataan skor sebesar 1,70 kategori sangat rendah. Sangat rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan bidang ekonomi karena masyarakat tidak diikutkan dalam perencanaan kegiatan, masyarakat tidak digerakkan secara langsung untuk ikutserta dalam pelaksanaan kegiatan. Sosialisasi setiap kegiatan selalu mendadak sehingga masyarakat banyak yang tidak siapa atau mempunyai kesempatan untuk berkontribusi dalam kegiatan. Sebagian besar masyarakat pada saat kegiatan misalnya
ada
pameran,
kunjungan
tamu
baik
dalam
maupun
luar
komunitas/daerah serta kunjungan para pendamping (P2SDM, unsur pemerintah desa, mahasiswa) hanya menyumbangkan tenaga saja. Kegiatan LKM-P tidak memerlukan tenaga banyak dalam melaksanakan kegiatan, cukup masyarakat menyumbangkan modal untuk kelompok tersebut. Pelaksana kelompok keterampilan wanita hanya dilakukan oleh para pengurus dan anggotanya posdaya saja. Misalnya ibu-ibu yang membuat masakan berarti mempersiapkan masakan saja. Ibu-ibu membuat kerajinan sulam hanya mempersiapkan kerajinan sulamnya saja. Kelompok usahatani yang melaksanakan hanya para pengurus dan anggotanya posdaya saja. Kontribusi modal, peralatan kegiatan yang menyediakan hanya orang-orang tertentu saja, misalnya para tokoh masyarakat dan para anggota kelompok tersebut. Masyarakat lain tidak banyak berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan.
74
Peranserta masyarakat dalam kegiatan jangan hanya sebagai tenaga saja atau dalam pelaksanaan saja tetapi harus dikembangkan menjadi peranserta lebih aktif dan kreatif dalam perencanaan kegiatan sehingga menjadikan masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dalam kehidupan. Masyarakat harus diikutsertakan sejak awal kegiatan, sehingga masyarakat tersebut akan merasa memiliki kegiatan tersebut dan akhirnya tumbuh rasa tanggungjawab, sehingga tujuan dari pembangunan akan tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan dan kemauan masyarakat yang masih rendah. Seperti yang dikemukan oleh Slamet (2003) bahwa dalam melaksanakan pembangunan harus disertai kesempatan dan kemauan dari pelaksana pembangunan. Menikmati Hasil Bidang Ekonomi Program Posdaya Partisipasi ketiga dalam kegiatan ini adalah menikmati hasil kegiatan. Menikmati hasil kegiatan ini diartikan suatu kegiatan yang mau menggunakan atau memanfaatkan hasil-hasil dari kegiatan sampai memasarkan hasil yang dilakukan. Menikmati hasil ini meliputi menikmati hasil LKM-P, menikmati hasil usahatani dan menikmati hasil olahan baik keterampilan maupun masakan. Berdasarkan hasil penelitian rataa skor sebesar 1,93. Skor tersebut termasuk kategori rendah. Hasil kegiatan masing-masing sub-bidang ekonomi adalah bidang LKM-P hasil yang bisa dinikmati yaitu masyarakat dapat melakukan penyimpanan uang baik dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan simpanan khusus. Masing-masing simpanan tersebut mempunyai nilai dan fungsi yang berbeda-beda pula. Responden sebanyak 87 orang yang didapatkan bahwa 34 responden tinggi atau sering melakukan penyimpanan di LKM-P. Sedangkan 16 responden lainnya menyatakan sangat tinggi atau selalu melakukan penyimpanan dan peminjaman. Sisanya menyatakan rendah/jarang melakukan penyimpanan di LKM-P. Ada beberapa alasan masyarakat antusias dalam penyimpanan LKM-P karena (1) ingin membantu masyarakat lain yang membutuhkan dana untuk modal usaha (2) supaya bisa meminjam uang apabila membutuhkan dana untuk modal usaha maupun kebutuhan sehari-hari dan (3) hanya ikut-ikutan saja dari pada punya uang lebih tidak dimanfaatkan.
75
Berkaitan dengan peminjaman dalam LKM-P didapatkan bahwa 16 anggota LKM-P sudah pernah melakukan peminjaman di LKM-P. Rata-rata peminjaman tersebut mulai dari pinjaman Rp 100.000,00 sampai Rp 250.000,00. Alasan peminjaman tersebut mulai dari modal usaha kecil-kecilan, biaya anak sekolah, pembayaran listrik, keperluan pengobatan dan konsumsi. Walaupun syarat peminjaman di LKM-P hanya untuk usaha, keperluan pengobatan dan sekolah tapi dalam pelaksanaan ada warga melakukan peminjaman untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari diperbolehkan asalkan orang tersebut jujur dan punyai penghasilan tetap. Pengesahan peminjaman untuk konsumsi oleh pengurus LKM-P karena pada prinsipnya LKM-P membantu orang yang kekurangan dan rasa kekeluargaan yang kuat para warganya. Peminat peminjam LKM-P sedikit karena keterbatasan dana di LKM-P sehingga perlunya adanya giliran dari warga untuk melakukan peminjaman. Jangka waktu peminjaman untuk Rp 100.000,00 sebulan setelah peminjaman harus mengembalikan tetapi peminjaman lebih Rp 100.000,00 pengembalian pinjaman sampai tiga bulan dan ditambah jasa sesuai kemampuan dan keiklasan peminjam. Hasil olahan kelompok keterampilan yang terdiri dari pembelian hasil produk keterampilan wanita berupa masakan, makanan ringan dan minuman banyak yang membeli. Hal itu karena hasil olahan atas nama kelompok keterampilan tersebut makanan sehari-hari, harganya yang terjangkau dan kondisi makanan dan minuman yang fresh. Hasil olahan tersebut produksinya setiap hari. Aktivitas penjualan hasil olahan atas nama kelompok keterampilan tersebut hanya orang-orang tertentu saja, misalnya pedagang keliling, dititipkan ke warungwarung kecil dan dijual di rumah saja. Kalau ada kunjungan dan pameran ada petugas sendiri yang menjualkan produk olahan atas nama kelompok keterampilan wanita. Penjualan di sini juga meliputi menawarkan hasil olahan ke warga lain yang belum mengetahui dan menikmati hasil olahan produk keterampilan wanita. Promosi produk olahan kelompok hanya dari mulut ke mulut atau getok tular saja. Hasil keterampilan wanita yaitu sulaman baju muslim perempuan maupun baju koko anak dan laki-laki dewasa dipasarkan ke PT Azka. Daya beli baju sulaman di lingkungan RW 02 sangat minim karena harganya yang mahal rata-rata kisaran Rp110.000,00 dan baju sulaman reject rata-rata harganya Rp 65.000,00.
76
Hasil kelompok usahatani produk-produknya misalnya sayur-sayuran belum dijual belikan karena hasil panennya masih sedikit. Hasil sayur-sayuran hanya dikonsumsi secara gratis oleh warga tersebut. Hasil lainnya misalnya bibit jamur merang sudah dijualbelikan ke luar daerah. Tetapi hasil bibit jamur merang dahulu pernah dibagikan ke warga setempat secara gratis . Hal itu dilakukan untuk memotivasi warga untuk berwirausaha jamur. Pada panen pertama budidaya jamur tiram sudah pernah dijualbelikan ke warga lingkungan setempat. Harga jualnya satu plastik ukuran 1/2 kg dengan harga Rp 2.500,00 sampai Rp 3.000,00. Pada saat jamur tiram dijualbelikan peminatnya banyak. Hal itu dilakukan supaya masyarakat kalau butuh jamur tidak perlu jauh-jauh membeli di pasar atau supermarket, cukup di kebun percobaan posdaya saja. Tetapi budidaya jamur tiram orientasinya bibit karena penjualan bibit jamur tiram resikonya tidak banyak daripada menjual jamur tiramnya yang resiko kerugian besar dan peminatnya hanya orang-orang tertentu saja. Masyarakat akan berpartisipasi dalam kegiatan apabila memperoleh khususnya peningkatan pendapatan. Hal tersebut sesuai pendapat dari Goldsmith dan Blustain dalam Winarto (2003) yang menyatakan bahwa masyarakat akan berpartisipasi jika kegiatan tersebut memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan atau manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat khususnya peningkatan kesejahteraan mereka. Partisipasi dalam Evaluasi Bidang Ekonomi Program Posdaya Partisipasi terakhir dalam kegiatan ini adalah mengevaluasi kegiatankegiatan yang terdiri laporan kegiatan dan penyelesaian permasalahan kegiatan. Evaluas-evaluasi yang dilakukan dalam bidang ekonomi ini meliputi evaluasi pada kegiatan LKM-P, evaluasi pada kegiatan kelompok keterampilan wanita dan evaluasi pada kegiatan usahatani. Menurut Mardikanto (1993), evaluasi merupakan suatu kegiatan terencana dan sistematis meliputi: (a) pengamatan untuk mengumpulkan data/fakta, (b) penggunaan pedoman yang telah ditetapkan, (c) pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman yang telah ditetapkan terlebih dahulu Berdasarkan analisis data hasil penelitian didapatkan bahwa rataan skor evaluasi pada bidang ekonomi posdaya sebesar 1,52. Skor tersebut tergolong
77
kategori sangat rendah. Rendahnya partisipasi warga dalam kegiatan evaluasi karena (1) warga yang diikutkan dalam kegiatan evaluasi hanya para pengurus posdaya, (2) warga merasa tidak diberi kesempatan untuk menghadiri setiap rapatrapat yang diadakan dalam posdaya. Menurut tokoh masyarakat yang diikutkan hanya para pengurus karena efisiensi dan efektivitas kegiatan yang dilakukan. Kegiatan evaluasi dalam program posdaya diadakan setiap tiga bulan sekali. Hal itu dilakukan agar tidak membuat pengurus bosan berpartisipasi dalam program posdaya. Penyebab kebosanan-kebosanan dalam kegiatan akan membuat produktivitas menurun. Pelaksanaan evaluasi dengan cara setiap perwakilan subbidang maupun bidang melaporkan kemajuannya dan permasalahannya. Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya Kemandirian
menurut
Ismawan
dan
Budi
(2005)
kemandirian
(keswadayaan) adalah kondisi dimana manusia memiliki sejumlah kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri, serta mampu menghitung kesempatan-kesempatan dan ancaman yang ada di lingkungan sekitar, maupun kemampuan untuk memilih berbagai alternatif yang tersedia agar dapat dipakai untuk melangsungkan kehidupan yang berkelanjutan. Kemandirian adalah perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik. Kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya ini meliputi kemandirian intelektualitas, kemandirian sikap mental, kemandirian sosial, kemandirian material dan kemandirian pengembangan diri. Adapun hasil analisis data hasil penelitian kemandirian masyarakat pada bidang ekonomi posdaya dapat dilihat Tabel 11.
78
Tabel 11 Kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya berdasarkan rataan skor Kemandirian Rataan skor* 2,25 Kemandirian intelektualitas 2,57 Kemandirian sikap mental 2,48 Kemandirian sosial 1,81 Kemandirian material 2,21 Kemandirian pengembangan diri Total rataan skor 2,26 Keterangan: *1-1,75= sangat rendah; 1,76-2,51= rendah; 2,52-3,27= tinggi; 3,28-4,00= sangat tinggi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemandirian masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi program posdaya termasuk kategori rendah dengan total rataan skor hasil penelitian sebesar 2,26. Artinya masyarakat wilayah tersebut belum memanfaatkan potensi yang dimiliknya dan belum bisa meminimkan kekurangan yang dimiliki sehingga masyarakat belum terbebas segala bentuk dari penindasan. Hal itu sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) dalam Asngari (2008) bahwa mandiri adalah kondisi seseorang atau kelompok yang mampu menentukan nasib dan kehidupannya serta terbebas dari segala bentuk subordinasi/penindasan orang lain dan sebaliknya. Penyebab rendahnya kemandirian karena (1) partisipasi yang rendah dalam pembangunan. Sebenarnya dalam partisipasi terjadi proses belajar yang panjang tetapi masyarakat tidak menyadari hal itu. (2) Faktor-faktor internal yang dimiliki masyarakat yang rendah pula mengakibatkan rendah pula kemandiriannya. Hal itu sesuai pendapat Sumardjo (2008) dalam Asngari (2008) bahwa masyarakat dikatakan mandiri manakala memiliki kemampuan internal yang tinggi pula. Kemandirian Intelektualitas Kemandirian intelektualitas di sini adalah kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang ditujukan dalam hal mengatasi permasalahan yang dihadapi meliputi kemampuan dalam memanfaatkan waktu, kemampuan menentukan dan mengatur kegiatan, kemampuan menentukan jenis peralatan, kemandirian pengambilan keputusan dan kemandirian pemecahan masalah. Berdasarkan
hasil
penelitian
tentang
kemandirian
intelektualitas
masyarakat tergolong rendah dengan rataan skor 2,25. Artinya masyarakat belum mempunyai kemandirian intelektualitas, karena intelektualitas berkaitan aspek
79
pengetahuan. Aspek pengetahuan berkaitan dengan cara berpikir dan cara pandang khususnya terhadap hal-hal yang baru. Berkaitan dengan kemampuan memanfaatan waktu di sini maksudnya masyarakat mampu mengelola dan mengatur waktu yang dipunyai untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam bidang ekonomi sehingga kegiatan yang diikuti tidak menganggu waktu dalam tugas-tugas domestik dari masyarakat tersebut. Tetapi kenyataan di lapang menunjukkan bahwa masyarakat kurang bisa memanfaatkan waktu untuk berperanserta dalam bidang ekonomi program posdaya. Masyarakat sebagian besar menghabiskan hal-hal yang tidak bermanfaat, misalnya banyak nongrong bareng-bareng membicarakan hal-hal sepele atau dikenal dengan istilah ngrumpi. Berkenaan dengan kemampuan menentukan dan mengatur kegiatan maksudnya masyarakat mampu menentukan kegiatan yang hendak dilakukan dan bagaimana cara kerja dalam melakukan kegiatan. Kenyataan di lapang didapatkan hanya sebagian kecil masyarakat yang bisa menentukan dan mengatur kegiatan. Sebagian masyarakat tersebut adalah para tokoh masyarakat beserta para pengurusnya yang sering bertukar pikiran demi memajukan kegiatan dalam bidang ekonomi posdaya. Kemampuan menentukan peralatan maksudnya masyarakat mampu menentukan jenis peralatan yang digunakan untuk melakukan jenis-jenis kegiatan yang sedang dilakukan. Hal menyangkut pengalaman dalam melakukan kegiatan khususnya kegiatan kewirausahaan/bidang ekonomi. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa masyarakat sebenarnya mempunyai pengalaman dalam kewirausahaan berhubung tidak diberi kesempatan untuk berperanserta maka pengalaman masyarakat kandas. Kemampuan pengambilan keputusan dan kemampuan pemecahan masalah berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman juga. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa semua pengambilan keputusan dan pemecahan masalah terletak di tangan para tokoh masyarakat. Setiap permasalahan yang terjadi diserahkan pada tokoh masyarakat walaupun sebetulnya pengambilan keputusan dan pemecahan masalah berdasarkan musyarawah mufakat. Seperti pendapat
80
Rogers (2003) bahwa tokoh masyarakat adalah seseorang yang relative sering mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang yang dalam sistem sosialnya. Pemberdayaan dalam lingkungan ini kurang sebab didominasi oleh orangorang yang berperan dalam masyarakat sehingga kemandirian dalam inteletualitas menjadi rendah. Sebetulnya dalam menumbuhkan kemandirian masyarakat dengan cara masyarakat diberikan kesempatan untuk menyadari kebutuhan, menggali potensi dan menggunakan potensi masyarakat itu sendiri atau tanpa didominasi/intervensi lokal. Sehingga muncullah peranserta masyarakat dalam bidang ekonomi posdaya khususnya kemandirian intelektulitas yang berkaitan dengan daya pikir dan cara pandang masyarakat. Kemampuan sikap mental Kemandirian sikap mental adalah kemampuan otonom menentukan sikap ini merupakan “sintesa” dari kesadaran diri, inisiatif, motivasi, kepercayaan diri pengambilan keputusan untuk bertindak dan sejauh mana kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. Tingkat kemampuan berkaitan dengan percaya pada diri sendiri/orang lain, menumbuhkan rasa menyukai, rasa tekun dan pantang menyerah serta menumbuhkan rasa bertanggungjawab pada kegiatan bidang ekonomi program posdaya. Berdasarkan hasil penelitian tentang kemandirian sikap mental masyarakat dengan rataan skor 2,57 kategori tinggi. Artinya masyarakat mempunyai sikap mental yang baik. Baiknya sikap mental masyarakat karena sebetulnya masyarakat mempunyai kemampuan dalam kegiatan kewirausahaan, hal itu bisa dilihat dari umur responden. Umur responden sebagian besar tergolong sedang atau umur dewasa akhir. Umur yang dewasa berkorelasi dengan kepribadian. Konsep kedewasaan (maturity) menurut pendapat Susanto (2006) berhubungan dengan konsep kepribadian (personality). Ciri-ciri kepribadian seseorang yang dewasa/matang adalah (1) ia mampu berpikir positif terhadap orang lain, (2) bersikap peka terhadap kesulitan orang lain, (3) memiliki rasa percaya diri (PD) tinggi dan mempunyai rasa empati yang tinggi. Salah satu kenyataan di lapang bisa digambarkan bahwa masyarakat percaya pada keputusan tokoh masyarakat dalam penyelesaian masalah dalam kegiatan untuk kepentingan masyarakat luas. Hal menumbuhkan rasa menyukai kegiatan terlihat dari kemauan masyarakat
81
terlibat dalam kegiatan bidang ekonomi posdaya salah satunya dalam LKM-P. Data tahun 2008 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 60 orang melakukan penyimpanan dalam dalam waktu dua tahun. Selain itu pada kelompok usahatani terlihat bahwa kelompok tersebut selalu ingin mengembangkan usahatani. Misalnya tahun 2010 kelompok tersebut menambah jenis usahanya dengan usaha bibit ikan, ikan lele dan ikan cupang. Jumlah anggota kelompok usahatani mengalami peningkatan yang dahulu 10 orang sekarang 13 orang. Kelompok keterampilan wanita khususnya kelompok kerajinan sulaman setiap anggota perminggu mengalami peningkatan penyelesaian sulaman tersebut yang dahulu satu orang hanya menyelesaikan dua sampai tiga potong baju perminggu, mulai tahun 2009 satu minggu mampu menyelesaikan empat sampai lima potong baju sulaman perminggu. Bila dilihat kemampuan bertanggungjawab dalam bidang ekonomi masyarakat yang sebagian besar masyarakat menjadi pengurus dan anggota sudah bertanggungjawab. Hal itu terlihat apabila ada kegiatan (pameran, kunjungan dari luar daerah, kegiatan rutin posdaya) masyarakat melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan menjalankan tanpa ada terpaksa. Bila dilihat ketekunan masyarakat belum dikatakan tekun dalam melakukan kegiatan karena masyarakat berkeinginan segala kegiatan yang dilakukan langsung berpengaruh pada peningkatan pendapatan. Kemandirian sikap mental para pengurus dan anggota posdaya bidang ekonomi terbentuk karena karakter kepribadian dan kondisi lingkungan sekitarnya. Kemandirian Sosial Kemandirian sosial adalah kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Menurut Susanto (2006) kemampuan sosial ditandai perilaku interaksi sosial yang positif dan negative dengan orang-orang lain yang berinteraksi. Kemandirian sosial ini terdiri menjalin kerjasama dengan anggota dalam
kelompok dan
anggota lain di luar kelompok, kemampuan menerima pendapat dan kemampuan membantu orang lain dalam kegiatan ekonomi program posdaya. Berdasarkan analisis data hasil penelitian bahwa kemandirian sosial masyarakat mempunyai skor 2,48 dengan kategori rendah. Artinya kemandirian masyarakat dalam interaksi sosial kurang baik. Kemampuan dalam menjalin
82
kerjasama dan membantu dengan orang lain dalam melakukan kegiatan bidang ekonomi cukup baik, hal itu disebabkan masyarakat menganut sifat gotongroyong dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Sifat kegotong-royongan masih membudaya karena masyarakat masih mempunyai hubungan kekerabatan yang kuat. Hal itu tercermin pada saat anggota masyarakat mengalami kesulitan keuangan maka warga lainnya membantu secara sukarela walaupun yang disumbangkan hanya tenaga saja. Contohnya yaitu pada saat warga lain mengalami kesulitan keuangan maka warga yang mampu (kaya) menyisihkan uangnya untuk ditabung dalam LKM-P. Kemampuan dalam hal menerima pendapat/saran dari orang lain tergolong cukup baik. Hal itu tercermin pada saat ada pengurus/anggota posdaya yang mengajukan saran/pendapat dalam diskusi maka pengurus/anggota lain menghargai saran/pendapat tersebut. Seadainya saran/pendapat memberikan kemajuan bagi kegiatan posdaya maka pendapat tersebut diterima melalui musyarakat mufakat. Adanya forum formal (rapat) membawa perubahan psikomotorik (keterampilan) dan perubahan pengetahuan (kognitif) khususnya perubahan dalam hal mampu mengemukan pendapat/saran ke forum formal (rapat) dan perubahan pola pikir positif masyarakat adanya program posdaya dalam lingkungannya. Banyak masyarakat yang tidak bisa mengemukan pendapat/saran atau saran dari orang lain tetapi adanya program posdaya membuat masyarakat berlatih dan belajar untuk mengemukan pendapat/saran serta kritik ke forum formal (rapat). Tetapi banyak juga masyarakat yang mengemukan pendapat/saran dalam forum in-formal saja karena takut salah dalam mengemukan pendapat. Masyarakat yang belum bisa mengemukan pendapat/saran ke dalam forum formal sebagian besar didominasi masyarakat yang jarang aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya. Kemandirian Material
Kemandirian
material
adalah
kemampaun
untuk
memenuhi
dan
menggunakan kebutuhan secara maksimal sumberdaya baik modal, bahan maupun peralatan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian kemandirian material masyarakat mempunyai rataan skor 1,81 termasuk kategori rendah. Artinya kemampuan masyarakat berkaitan dengan sumberdaya modal, bahan dan peralatan masih kurang memadai.
83
Hal itu dikarenakan bahwa pemenuhan kebutuhan baik modal, bahan dan peralatan dalam melakukan kegiatan ekonomi posdaya hanya dipenuhi oleh orang-orang tertentu saja atau sebagian besar dipenuhi oleh para tokoh masyarakat serta pengurus posdaya. Misal dalam kegiatan kelompok usahatani yang menyumbangkan modal, peralatan dan bahan-bahan hanya beberapa orang saja (tiga sampai empat orang) yang terdaftar sebagai pengurus posdaya, sedangkan anggota lainnya hanya menyumbangkan tenaga saja. Lahan usahatani seluas 800 m2 menggunakan lahan perorangan yang menjadi anggota kelompok usahatani, kegiatan bidang pendidikan misalnya Paud menggunakan rumah pribadi untuk kegiatan pendidikan, peralatan kursi, meja untuk kegiatan lainnya (pameran, kunjungan, pelatihan) menggunakan fasilitas SMA Rimba. Sumberdaya modal pada kelompok LKM-P didominasi sebagian besar anggota posdaya yang mempunyai kemampuan dalam finansialnya, dan sisa anggota LKM-P berasal dari warga yang kekurangan modal dalam usaha dengan maksud apabila kekurangan modal usaha maka dapat melakukan peminjaman modal dalam LKM-P. Tempat kegiatan LKM-P masih berada di rumah pengurus LKM-P, hal karena aktivitas simpan-pinjam dalam LKM-P waktunya fleksibel. Sumberdaya peralatan dalam LKM-P berasal dari kas LKM-P yang diambil dari simpanan warga dan dana stimulan dari ketua koordinator posdaya serta salah satu pendamping posdaya (P2SDM IPB). Kebutuhan modal untuk kelompok keterampilan wanita berasal dari masing-masing anggota kelompok keterampilan tersebut, baik berasal dari hasil peminjaman dari LKM-P maupun modal sendiri (tidak pinjam). Peralatan dan bahan-bahan berasal dari masing-masing anggota kelompok keterampilan tersebut. Sebagian kecil kelompok keterampilan tersebut misalnya home industry sepatu/sandal, dan pembuatan becak mini kebutuhan modalnya tidak tergantung pada peminjaman LKM-P karena jumlah kas masih terbatas (minim). Hal yang dilakukan anggota kelompok tersebut dengan melakukan peminjaman ke koperasi atau bank daerah setempat. Kemandirian pengembangan diri Kemandirian pengembangan diri adalah kemampuan memanfaatkan berbagai informasi yang ada, kemampuan memanfaatkan informasi tokoh
84
masyarakat dan pendamping, kemampuan menggunakan dan mempraktekkan pelatihan yang pernah diikuti dan kemampuan berbagi ilmu dengan orang lain/kelompok lain. Berdasarkan hasil penelitian kemandirian pengembangan diri masyarakat mempunyai rataan skor 2,21 dengan kategori rendah. Artinya kemampuan masyarakat dalam pengembangan diri kurang baik. Berkaitan dengan kemampuan memanfaatkan informasi berkaitan bidang ekonomi masyarakat kurang bisa memanfaatkan informasi tersebut. Hal itu dikarenakan informasi mengenai kegiatan-kegiatan ekonomi masih sedikit dan mereka belum mengetahui bahwa informasi-informasi yang terdiri pengetahuan dan pengalaman berguna dalam kehidupannya. Masyarakat lingkungan RW 02 ini belum bisa mengetahui kebutuhan dan masalah yang dihadapi. Berkaitan dengan berbagi informasi masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan ekonomi sudah baik karena masyarakat banyak melakukan interaksi dengan orang lain sehingga segala bentuk informasi mudah cepat tersebar ke semua masyarakat. Berkaitan dengan memanfaatkan tenaga pendamping sebagai sumber informasi
hanya
sebagian
kecil
masyarakat
bisa
menggunakan
tenaga
pendamping. Pendamping di sini misalnya perguruan tinggi melalui LPPM IPB, serta mahasiswa yang melakukan pendampingan serta para siswa-siswi yang melakukan praktek di kebun percobaan. Antusias masyarakat kecil karena masyarakat belum mengetahui peran pendamping bagi masyarakat dan frekuensi berkunjungnya pendamping rendah. Pemanfaatan tenaga tokoh masyarakat sebagai sumber informasi, bahwa masyarakat sebagian besar sudah bisa memanfaatkan informasi dari para tokoh masyarakat. Hal itu karena intensitas bertemu dengan tokoh masyarakat sering, tokoh masyarakat sangat terbuka terhadap masyarakat sehingga masyarakat tidak takut/sungkan terhadap tokoh masyarakat dan pendekatan yang digunakan tokoh masyarakat bervariasi mulai pendekatan kelompok maupun individu. Pelatihan kewirausahaan hanya sebagian kecil masyarakat yang pernah mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut. Sehingga menyebabkan hanya sebagian kecil masyarakat yang mampu mempraktekkan pelatihan yang pernah diikuti. Pelatihan yang pernah diikuti kebanyakan pelatihan membuat makanan misalnya telur asin, es yoghort, nugget, cimpeda, dan pelatihan menjahir, sulam, merias
85
pengantin, perbengkelan dan pembuatan kompos. Pelatihan usahatani posdaya khususnya jamur tiram ini sebagai fasilitator. Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya Analisis hubungan antara faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya adalah untuk melihat sejauh mana faktor internal berhubungan nyata positif dengan partisipasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata (p<0,05) dan sangat nyata (p<0,1) dengan uji Tau B-Kendall didapatkan beberapa indikator yang berhubungan antara faktor internal dengan partisipasi masyarakat. Adapun hasil analisis dapat dilihat Tabel 12. Tabel 12 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat Faktor internal Umur Pendidikan formal Pendapatan perbulan Tanggungan keluarga Pengalaman berwirausaha Motivasi berwirausaha Kekosmopolitan
Partisipasi (τb) Pelaksanaan Menikmati Evaluasi hasil -0,036 -0,047 -0,081 -0,090 0,226** 0,259** 0,176* 0,387** 0,241** 0,223** 0,242** 0,380** -0,049 -0,099 -0,066 -0,041 0,094 -0,013 0,033 0,069 0,082 0,162 0,136 0,052 0,593** 0,522** 0,420** 0,628**
Perencanaan
Keterangan: * korelasi nyata pada p < 0,05, τb = koefisien τau-B Kendall
** korelasi sangat nyata pada p< 0,01
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka umur berhubungan negatif walaupun tidak nyata (p>0,05) dengan partisipasi dalam bidang ekonomi. Artinya umur sebagaian responden masuk kategori sedang maka partisipasinya dalam bidang ekonomi program posdaya rendah baik dalam perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan mengevaluasi kegiatan. Hal itu disebabkan (1) semasa hidupnya masyarakat tidak menggunakan umur yang dimiliki untuk berpartisipasi dalam bidang ekonomi posdaya karena masyarakat disibukkan mencari penghasilan (bekerja) dan (2) masyarakat belum menyadari dan belum bisa mengubah kebutuhan nyata (real needs) menjadi kebutuhan dirasakan (felt needs) bahwa kegiatan ekonomi bisa meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat. Berkaitan dengan pendidikan formal berhubungan sangat nyata positif (p<0,01) dengan partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi
86
kegiatan bidang ekonomi. Hubungan nyata positif (<0,05) terdapat pada pendidikan formal dengan partisipasi dalam menikmati hasil. Partisipasi di sini mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan tahap mengevaluasi kegiatan. Pendidikan formal menunjukkan tingkat intelegensi seseorang yang berhubungan dengan daya pikir. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendidikan seseorang maka keterbukaan akan informasi-informasi baru serta kegiatankegiatan yang bermanfaat diterima. Hasil penelitian Malta (2008) mengemukakan pendidikan formal mampu memberikan pengalaman kepada seseorang melalui proses belajar, namun pendidikan yang relevan dengan bidang pekerjaanlah yang lebih menentukan kompetensi bekerja seseorang. Dalam penelitian ini sebagian besar responden yaitu sebanyak 45 orang (51,72 persen) berpendidikan formal SMA. Menurut penelitian Herawati dan Pulungan (2006) menyatakan semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula partisipasi seseorang dalam mengajukan saran. Hubungan sangat nyata positif (p<0,01) juga terlihat pada pendapatan perbulan dengan partisipasi dalam bidang ekonomi. Hal itu berkaitan dengan sejumlah pendapatan/bulan yang diterima anggota keluarga untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga. Artinya semakin tinggi pendapatan/bulan keluarga maka partisipasinya akan semakin tinggi pula. Sebab dalam kegiatan ekonomi selain diperlukan pengalaman berwirausahaan untuk berkecimbung bidang ekonomi juga diperlukan pendapatan yang berguna untuk pembiayaanpembiayaan baik pembelian peralatan maupun modal usaha yang diperlukan dalam melakukan kegiatan bidang ekonomi. Hasil penelitian Herawati dan Pulungan (2006) menyatakan tingkat pendapatan sangat berhubungan nyata dengan partisipasi kontaktani. Berkaitan dengan tanggungan keluarga didapatkan tanggungan keluarga hubungan negatif walaupun tidak nyata (p>0,05) dengan partisipasi dalam bidang ekonomi. Artinya tanggungan keluarga cukup (sedang) tidak mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bidang ekonomi program posdaya. Hal itu karena anggota keluarga yang menjadi tanggungan tidak sebagai tenaga kerja dalam keluarga yang berfungsi membantu aktivitas kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga yang terdiri
87
anak-anak yang masih dibangku sekolah dan sebagian anggota keluarga lainnya umurnya sudah tua. Hal itulah yang menyebabkan anggota keluarga tidak berikutserta dalam kegiatan ekonomi program posdaya. Hubungan
tidak
nyata
(p>0,05)
juga
terjadi
pada
pengalaman
berwirausaha dengan partisipasi dalam kegiatan ekonomi. Artinya partisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan mengevaluasi kegiatan tidak tergantung pada pengalaman berwirausaha dalam kegiatan bidang ekonomi program posdaya. Hal itu disebabkan pengalaman wirausaha yang dipunyai masyarakat tidak digunakan atau kurang terdorong dalam berpartisipasi dalam kegiatan bidang ekonomi karena masyarakat menganggap bidang ekonomi posdaya hanya membuang-buang waktu saja dan tidak secara signifikan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Tetapi ada sebagaian kecil responden menggunakan pengalaman kewirausahaan digunakan atau terdorong untuk mempraktekkan lagi pengalaman tersebut dalam kegiatan bidang ekonomi posdaya karena merasakan manfaatnya khususnya peningkatan pendapatan dengan adanya kegiatan ekonomi program posdaya di lingkungannya. Penyebab lain pengalaman berwirausaha tidak dipraktekkan dalam bidang ekonomi posdaya karena takut akan kegagalan waktu masa lalu dan kekurangan modal usaha. Menurut Mardikanto (1993) bahwa pengalaman masa lalu akan mempengaruhi kecenderungan petani untuk merasa memerlukan dan siap menerima pengetahuan baru. Motivasi berwirausaha menurut hasil penelitian tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan partisipasi baik perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan mengevaluasi kegiatan. Artinya motivasi tergolong rendah maka partisipasinya rendah pula dalam bidang ekonomi program posdaya. Penyebab motivasi tidak berhubungan nyata karena masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bidang ekonomi motivasinya berasal dari luar (motivasi ekstrinsik). Masyarakat yang berpartisipasi bukan terdorong oleh diri masyarakat sendiri tetapi terdorong dari luar dirinya. Menurut Asngari (2001) mengemukakan klien (sasaran) memiliki tekat tinggi karena motivasi intrinsiknya yang kuat untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu berprestasi sehingga meningkatkan kualitas dan mewujudkan dirinya untuk mencapai tujuannya dan sebaliknya.
88
Berkaitan
dengan
kekosmopolitan
maka
didapatkan
bahwa
kekosmopolitan berhubungan sangat nyata positif (p<0,01) dengan partisipasi masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan bidang ekonomi. Artinya semakin tinggi kekosmopolitan atau sifat keterbukaan masyarakat terhadap informasi maka semakin tinggi pula dalam berpartisipasi misalnya masyarakat sering bertukar informasi dengan orang lain, sering berhubungan dengan tokoh masyarakat atau sering bermanfaatkan media massa sebagai sumber informasi maka akan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk beraktivitas lebih banyak dalam kegiatan-kegiatan bidang ekonomi posdaya. Hal itu didukung Herawati dan Pulungan (2006) semakin tinggi tingkat kekosmopolitan kontaktani maka semakin meningkatkan usahataninya. Berdasarkan Tabel 12 di atas terlihat bahwa hubungan sangat nyata positif (p<0,01) faktor internal dengan partisipasi terdapat pada
pendidikan formal,
pendapatan/bulan dan kekosmopolitan. Hal itu artinya hipotesis pertama (H1) yaitu terdapat hubungan nyata positif faktor internal dengan partisipasi diterima. Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya Analisis hubungan antara faktor ekternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya adalah untuk melihat sejauh mana faktor ekternal berhubungan nyata positif dengan partisipasi. Berdasarkan analisis dengan uji Tau B-Kendall didapatkan beberapa indikator yang berhubungan nyata positif (p<0,05) dan sangat nyata positif (p<0,01) antara faktor eksternal dengan partisipasi masyarakat. Hasil analisis tersaji pada Tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13 Hubungan faktor ekternal dengan tingkat partisipasi masyarakat Faktor eksternal Sarana produksi Dukungan keluarga Tokoh masyarakat Peran pendamping
Partisipasi (τb) Perencanaan Pelaksanaan Menikmati hasil -0,083 -0,028 -0,202* 0,371** 0,151 0,282** 0,260** 0,264** 0,283** 0,296** 0,371** 0,427**
Keterangan: * korelasi nyata pada p<0,05, τb = koefisien τau -B Kendall
Evaluasi -0,073 0,225* 0,284** 0,231**
** korelasi sangat nyata 0,01 pada p<0,01
89
Berdasarkan hasil penelitian Tabel 13 di atas maka ketersediaan sarana produksi tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan partisipasi baik aspek perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan dalam bidang ekonomi program posdaya. Artinya kurangnya sarana produksi maka partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan tinggi. Sedangkan partisipasi dalam aspek menikmati hasil berhubungan nyata (p<0,05) cenderung negatif mengindikasikan kurangnya sarana produksi maka partisipasi masyarakat cukup tinggi. Hal itu karena sarana produksi dipenuhi oleh para tokoh masyarakat dan para pengurus posdaya bidang ekonomi. Menurut Muatip et al. (2008) semakin baik prasarana dan sarana yang ada menyebabkan semakin menimbulkan semangat peternak untuk belajar. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan sarana produksi karena masyarakat merasa bahwa penyedia sarana produksi menjadi tanggungjawab tokoh masyarakat dan pengurus posdaya saja dan penyebab lain yaitu ketidakmampuan masyarakat dalam penyedian sarana produksi, misal peralatan usahatani, peralatan kelompok LKM-P dan peralatan lainnnya (meja, kursi, tenda) berasal pinjaman SMA Rimba. Berhubungan sangat nyata positif (p<0,01) terjadi pada dukungan keluarga dalam berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bidang ekonomi. Artinya dukungan keluarga yang tinggi akan mendorong keluarga lain untuk berpartisipasi baik dalam perencanaan, menikmati hasil dan mengevaluasi. Hal itu disebabkan kelurga mengetahui manfaat apabila anggota keluarga berpartisipasi dalam kegiatan. Bentuk dukungan keluarga seperti memberikan peluang waktu bagi anggota keluarga untuk beraktivitas di luar rumah, keluarga memberikan bantuan penyelesaian masalah yang dialami oleh anggota, memberikan penjelasan positifnya mengikuti kegiatan bidang ekonomi yang dilakukan oleh anggota keluarga lain. Partisipasi dalam pelaksanaan dengan dukungan keluarga tidak berhubungan nyata. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan waktu yang diberikan keluarga. Dukungan keluarga tersebut sesuai dengan peran keluarga menurut Ramdhani dan Sumardjo (2006) bahwa peran keluarga sebagai penyedia fasilitas, pembimbing, pendidik dan keteladanan. Hubungan sangat nyata positif (p<0,01) juga terjadi pada peran tokoh masyarakat dengan partisipasi masayarakat dalam kegiatan bidang ekonomi
90
program posdaya. Artinya peran tokoh masyarakat atau keberadaan tokoh masyarakat bisa mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Hal itu disebabkan intensitas pertemuan masyarakat dengan tokoh masyarakat yang sering, sosok tokoh masyarakat yang peduli kepada masyarakat, tokoh masyarakat memberikan tauladan setiap kegiatan yang ada dimasyarakat dan tidak menjaga jarak dengan masyarakat. Perilaku tokoh masyarakat tidak lepas dari peran tokoh masyarakat yaitu informator, motivator dan penggerak dan pembimbing masyarakat. Hubungan sangat nyata positif (p<0,01) juga terjadi pada peran pendamping dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi program posdaya. Artinya peran pendamping tinggi atau rendah mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi baik aspek perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Bentuk-bentuk peran pendamping seperti menyadarkan masyarakat akan kebutuhan nyata (real needs) menjadi kebutuhan yang dirasakan (felt needs). Hal itu dilakukan pada saat sosialisasi awal kegiatan yang akan dilakukan. Aplikasi peran selanjutnya terkadang hadir dan menyumbangkan ide, bertukar menukar pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat yang sehingga bisa membuka wawasan masyarakat serta ikut menjadi anggota salah satu kelompok misalnya menjadi anggota di LKM-P, ikut membeli hasil olahan dan ikut menjembati pemasaran salah satu produk masyarakat setempat dan memberikan stimulan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam bidang ekonomi posdaya. Peran pendamping ini disebut change agent. Jadi di sini peran pendamping menyadarkan kebutuhan dan permasalahan masyarakat dengan tidak menggurui tetapi seolah-olah berguru atau sebagai subyek belajar sehingga antara masyarakat dengan pendamping duduk bersama-sama dalam proses pembelajaran tersebut sampai masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengatasi problematika dalam hidup. Langkah selanjutnya pendamping melepaskan masyarakat karena sudah mandiri. Frekuensi pendamping posdaya dalam setiap kegiatan bidang ekonomi posdaya rendah karena terbatasnya jumlah pendamping posdaya dan terbatasnya waktu. Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sangat nyata positif (p<0,01) faktor ekternal dengan partisipasi terdapat pada dukungan keluarga, perantokoh masyarakat dan peran pendamping. Hipotesis kedua (H2)
91
mengenai hubungan nyata positif (p<0,05) antara faktor eksternal di atas dengan partisipasi diterima. Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya Analisis hubungan antara faktor internal dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya adalah untuk melihat sejauh mana faktor internal berhubungan nyata positif dengan kemandirian. Berdasarkan analisis dengan uji Tau B-Kendall didapatkan beberapa indikator yang berhubungan nyata positif (p<0,05) dan sangat nyata (p<0,01) antara faktor internal dengan kemandirian masyarakat. Hasil penelitian dapat dilihat Tabel 14. Tabel 14 Hubungan faktor internal dengan kemandirian masyarakat Faktor internal Umur Pendidikan formal Pendapatan perbulan Tanggungan keluarga Pengalaman berwirausaha Motivasi berwirausaha Kekosmopolitan
Kemandirian (τb) IntelekSikap Sosial tualitas mental -0,087 -0,038 -0,098 0,274 ** 0,280 * 0,262** 0,254 ** 0,254** 0,309** -0,091 -0,072 -0,085 0,071 0,083 0,086
Material Pengembangan diri 0,116 -0,158* 0,229** 0,296** 0,316** 0,310** 0,110 -0,110 0,035 0,069
0,161* 0,558*
0,096 0,567**
0,075 0,585**
Keterangan: * korelasi nyata pada p< 0,05, τb = koefisien τau-B Kendall
0,079 0,425**
0,069 0,634**
** korelasi sangat nyata pada p<0,01
Berdasarkan analisis data hasil penelitian di atas maka umur tidak berhubungan nyata (p>0,05) bernilai negatif dengan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya. Artinya umur responden sedang tidak mampu menumbuhkan kemandirian yang tinggi baik kemandirian intelektualitas, kemandirian sikap mental, sosial, material. Umur responden sebagian besar responden tergolong umur dewasA akhir. Menurut Riyanto et al. (2009). mengemukan bahwa setiap umur berhubungan dengan tugas-tugas pengembangan dalam hidupnya. Masyarakat yang menjadi responden sebagian besar tergolong umur muda akhir yang mempunyai tugas pengembangan meliputi kemampuan membantu dan membimbing anak remaja, memperoleh tanggungjawab sosial yang lebih besar, memperoleh dan menjaga kepuasan kinerja dalam pekerjaan dan membangun aktivitas-aktivitas di waktu senggang. Tetapi teori tersebut bertolak
92
belakang dengan di lapangan. Umur berhubungan nyata (p<0,05) namun negatif artinya umur dewasa akhir tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam pengembangan diri. Hal itu karena mereka disibukkan dengan urusan mencari uang sehingga tidak ada waktu untuk menerima tanggungjawab sosial yang lebih besar. Pendidikan formal menunjukkan hubungan sangat nyata positif (p<0,01) dengan kemandirian masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi. Hal ini menunjukkan pendidikan formal yang diikuti responden dapat menciptakan kemandirian masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi. Menurut data yang diperoleh pendidikan formal responden sebagian besar adalah SMA dengan kategori sedang. Berbekal pendidikan tersebut maka para repsonden dapat mengenali potensi dan kekurangan dan juga mengggunakan potensi yang dimilikinya. Misalnya responden dapat menentukan kegiatan yang akan dilakukan dan dapat mengaturnya karena sudah mempunyai kemampuan berpikir yang cukup bagus. Tingkat pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi seseorang yang berhubungan dengan daya berpikir. Pendidikan bukan hanya memberikan peningkatan perkembangan motorik saja tetapi juga perkembangan kognitif dan perkembangan sosial dan moralnya. Hasil penelitian Herman et al. (2008) dikemukan
bahwa
pendidikan
formal
responden
berpengaruh
terhadap
kemandirian usahatani petani sayuran. Hubungan sangat nyata positif (p<0,01) juga terjadi pada pendapatan perbulan keluarga dengan kemandirian masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi. Hal itu menggambarkan bahwa pendapatan yang diterima keluarga responden dapat menciptakan kemandirian masyarakat sebab segala kegiatan yang dilakukan memerlukan uang baik untuk pembelian peralatan/perlengkapan, bahan-bahan dan modal usaha dalam melakukan aktivitasnya. Data di lapang menujukkan bahwa sebagian responden masuk kategori berpendapatan sedang. Tetapi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program posdaya pendanaan hanya didominasi responden yang mempunyai pendapatan tinggi yaitu para tokoh masyarakat beserta pengurus posdaya. Sebetulnya masyarakat sudah mempunyai kesadaran (awareness) bahwa dibutuhkan uang dalam melakukan kegiatan bidang ekonomi. Masyarakat tersebut hanya berpartisipasi pada bidang-bidang ekonomi
93
tertentu misalnya hanya bidang LKM-P dengan cara melakukan penyimpanan dengan menggunakan uang mereka sendiri sehingga bisa menumbuhkan kemandirian khususnya dalam bidang LKM-P yang dananya sebagian dari swadaya masyarakat setempat Berkaitan dengan tanggung keluarga tidak berhubungan nyata (p>0,05) negatif dengan kemandirian dalam kegiatan bidang ekonomi posdaya. Artinya jumlah keluarga sedang tidak berhubungan seseorang untuk kemandirian baik dalam aspek kemandirian intelektulitas, sikap mental, sosial, dan pengembangan diri. Artinya anggota keluarga yang diasumsikan dapat menyumbangkan tenaga kerja
untuk
membantu
melakukan
kegiatan-kegiatan
ekonomi
tidak
menumbuhkan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya. Hal itu disebabkan anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga sebagian besar masih duduk di bangku sekolah dan sebagian kecil berumur tua sehingga anggota keluarga tersebut tidak memungkinkan meningkatnya dalam kemampuan berpikir, kemampuan mental, kemampuan sosial dan kemampuan pengembangan diri karena kesibukan dan kurang matangnya fisik dan nonfisik anggota keluarga. Tanggungan keluarga berhubungan tidak nyata (p>0,05) dengan kemandirian material.
Artinya
tanggungan
keluarga
sedang
seharusnya
mempunyai
kemandirian material yang sedang pula. Begitu juga dengan pengalaman berwirausaha berhubungan (p<0,05) namun cenderung lemah dengan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya. Artinya kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya tidak
tergantung
pada pengalaman berwirausaha.
Kemandirian
merupakan kemampuan mengenali dan mengali potensi-potensi yang dimiliki kemudian mengaplikasikan dalam kegiatan ekonomi. Pengalaman disini maksudnya pengalaman kesuksesan atau kerugian dalam berwirausaha dapat tidak menyebabkan seseorang untuk melanjutkan terhadap pilihan untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan dalam bidang ekonomi. Penyebab lain kurang pengalaman tidak berhubungan nyata dengan kemandirian adalah kurangnya pengembangan sumberdaya yang dimiliki atau kurangnya perawatan potensi seseorang sehingga menyebabkan unskill dan kurangya akses ekonomi.
94
Berkaitan motivasi berwirausaha yang mempunyai hubungan nyata positif (p<0,05) terdapat pada kemandirian intelektualitas saja artinya motivasi tinggi akan menciptakan kemandirian intelektualitas yang tinggi pula. Hubungan dengan kemandirian yang lain berhubungan positif tetapi cenderung lemah. Hal itu diartikan semakin tinggi atau rendah motivasi berwirausaha maka tidak dapat meningkatkan kemandirian baik sikap mental, sosial, material dan pengembangan diri seseorang dalam kegiatan-kegiatan bidang ekonomi. Penyebab motivasi berhubungan namun cenderung lemah dengan kemandirian karena sebagian besar motivasi berwirausaha responden didominasi motivasi eksternal atau motivasi dari luar dirinya yaitu ajakan dari tokoh masyarakat dan ajakan teman. Sedangkan kemandirian adalah kondisi seseorang yang mampu mengali dan mengenali potensi-potensi yang dimiliki, sedangkan masyarakat tersebut tidak bisa mengali dan mengetahui potensi sehingga untuk menumbuhkan motivasipun dalam dirinya tidak bisa. Hubungan nyata positif (p<0,05) terdapat pada kekosmopolitan dengan kemandirian baik kemandirian intelektualitas, sedangkan hubungan sangat nyata positif (p<0,01) terdapat pada sikap mental, sosial, material dan pengembangan diri. Artinya semakin kosmopolit atau sifat keterbukaan masyarakat maka semakin tinggi pula kemandirian masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi. Semakin banyak informasi diterima masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan kewirausahaan/ekonomi maka semakin meningkatkan kemandirian masyarakat untuk mencari informasi yang berupa pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan kewirausahaan/ekonomi. Pencarian informasi tersebut bisa melalui konsultasi kepada tokoh masyarakat, kepada para orang lain, melalui media massa berupa melihat televisi atau membaca majalah/koran dan sejenisnya. Selain itu pencarian informasi melalui berpergian ke luar daerah untuk mencari informasi berkaitan kegiatan kewirausahaa/ekonomi yang digelutinya. Sifat kosmopolit tersebut berakibat pada peningkatan kemampuan seseorang sehingga memudahkan mereka menentukan kegiatan ekonomi yang menguntungkan dirinya dan menimbulkan kemandirian pada dirinya melalui proses belajar dalam pencarian informasi tersebut.
95
Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal, pendapatan perbulan dan kekosmopolitan berhubungan sangat nyata positif (p<0,01) dengan kemandirian dalam kegiatan bidang ekonomi program posdaya. Hal itu menunjukkan hipotesis (H3) yang menyatakan terdapat hubungan sangat nyata positif antara faktor internal dengan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya diterima. Hubungan Faktor Eksternal dengan Kemandirian masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya Analisis hubungan faktor eksternal dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya adalah melihat sejauh mana faktor eksternal berhubungan nyata positif dengan kemandirian. Berdasarkan analisis dengan uji Tau B-Kendall didapatkan beberapa indikator yang berhubungan sangat nyata positif (p<0,01) antara faktor eksternal dengan kemandirian. Hasil penelitian dapat dilihat Tabel 15. Tabel 15 Hubungan faktor ekternal dengan kemandirian masyarakat Faktor eksternal
Sarana produksi Dukungan keluarga Peran Tokoh masyarakat Peran pendamping
Kemandirian (τb) Intelektualitas -0,121 0,232** 0,223**
Sikap mental -0,075 0,245** 0,225**
Sosial 0,033 0,069 0,230**
Material Pengem. diri -0,088 -0,084 0,329** 0,243** 0,088 0,212**
0,345**
0,249**
0,109
0,378**
Keterangan: ** korelasi sangat nyata pada p<0,01
0,302**
τb = koefisien τau -B Kendall
Berdasarkan analisis data hasil penelitian ketersediaan sarana produksi tidak berhubungan nyata (p>0,05) namun negatif dengan kemandirian intelektualitas, sikap mental, material dan pengembangan diri. Artinya kemandirian masyarakat tidak tergantung pada ketersediaan sarana produksi yang ada dalam kegiatan bidang ekonomi. Ketersediaan sarana produksi ini meliputi (1) ketersediaan peralatan baik kualitas, jenis dan kuantitasnya (2) ketersediaan bahan baku baik kualitas, kuantitas dan jenisnya, (3) ketersediaan modal dilihat dari besarnya, (4) kesediaan dan kelayakan lokasi sebagai tempat kegiatan dan (5) akses jalan menuju lokasi kegiatan. Sarana produksi tidak berhubungan sangat nyata positif (p>0,01) dengan kemandirian (intelektualitas, sikap mental, material dan pengembangan diri) karena ketersediaan sarana dicukupi oleh para tokoh
96
masyarakat dan para pengurus posdaya. Tidak berhubungan nyata positif (p>0,01) antara sarana produksi dengan kemandirian sosial. Artinya sarana produksi kurang maka kemandirian sosial masyarakat juga kurang karena kegiatan bidang ekonomi psodaya menganut prinsip gotong-royong dalam kegiatannya. Hubungan sangat nyata positif (p<0,01) terdapat dukungan keluarga dengan kemandirian masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi. Artinya semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi pula kemandirian masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi program posdaya baik kemandirian intelektualitas, kemandirian sikap mental, kemandirian material dan kemandirian pengembangan diri. Aspek kemandirian sosial berhubungan (p>0,01) namun cenderung lemah terhadap dukungan keluarga. Artinya dukungan keluarga tinggi maka kemandirian sosial anggota posdaya akan tinggi juga. Bentuk-bentuk dukungan keluarga mulai dari memberikan kesempatan waktu anggota keluarga untuk mengikuti kegiatan dalam posdaya, membantu penyelesaian permasalahan yang dialami dan mengiklaskan anggota keluarga mengeluarkan uang untuk berperanserta dalam kegiatan. Bentuk-bentuk dukungan tersebut tidak lepas dari peran keluarga menurut Ramdhani dan Sumardjo (2006) bahwa peran keluarga sebagai penyedia fasilitas, pembimbing, pendidik dan keteladanan. Hubungan sangat nyata positif (p<0,01) terdapat pula pada peran tokoh masyarakat dengan kemandirian masyarakat dalam kegiatan bidang ekonomi. Artinya semakin tinggi peran tokoh masyarakat maka semakin tinggi pula kemandirian masyarakat dalam kemandirian intektualitas, kemandirian sikap mental, kemandirian sosial dan kemandirian pengembangan diri. Aspek kemandirian material berhubungan tidak nyata positif (p>0,01) dengan peran tokoh masyarakat. Artinya tokoh masyarakat kurang berperan menumbuhkan kemandirian material masyarakat karena kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu. Sehingga kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan ekonomi hanya dipenuhi oleh para tokoh masyarakat dan beberapa pengurus posdaya. Bentuk-bentuk peran tokoh masyarakat yaitu sebagai motivator, fasilitator dan stimulator berdampak pada kemandirian masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1995) mengatakan bahwa tokoh masyarakat adalah orang-orang yang
97
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain secara informal. Hubungan sangat nyata (p<0,01) juga terdapat pada peran pendamping dengan kemandirian intelektualitas, sikap mental, material dan pengembangan diri. Artinya tinggi peran pendamping maka semakin tinggi pula kemandirian masyarakat
pada
kegiatan
bidang
ekonomi.
Jadi
pendamping
mampu
menumbuhkan dan mengatur kegiatan yang ada dimasyarakat, pendamping mampu
menumbuhkan
sikap
percaya
pada
potensi-potensi
masyarakat,
pendamping mampu menumbuhkan semangat (spirit) untuk melakukan kegiatan, pendamping mampu tekun, bertanggungjawab kepada masyarakat, pendamping mampu mengerakkan masyarakat untuk swadaya dalam penyediaan peralatan dan modal serta menumbuhkan pengembangan dalam diri masyarakat. Sedangkan pendamping belum dapat menumbuhkan kemandiran sosial masyarakat setempat karena pendamping berasal dari luar komunitas masyarakat setempat. Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sangat nyata positif (p<0,01) antara faktor eksternal yaitu dukungan keluarga, tokoh masyarakat dan peran pendamping dengan kemandirian dalam kegiatan bidang ekonomi. Hal itu menunjukkan hipotesis (H4) yang menyatakan terdapat hubungan sangat nyata positif (p<0,01) antara faktor eksternal dengan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya diterima. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Ekonomi Program Posdaya Analisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya adalah untuk melihat sejauh mana tingkat partisipasi berhubungan sangat
nyata positif (p<0,01) dengan
kemandirian. Berdasarkan analisis dengan uji Tau B-Kendall didapatkan beberapa indikator yang berhubungan antara partisipasi dengan kemandirian masyarakat. Adapun hasil analisis dapat dilihat Tabel 16.
98
Tabel 16
Hubungan tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat Kemandirian (τb)
Partisipasi
Perencanaan Pelaksanaan Menikmati hasil Mengevaluasi
Intelektualitas 0,703** 0,677** 0,461** 0,684**
Sikap mental 0,640** 0,625** 0,443** 0,654**
Keterangan: ** korelasi sangat nyata pada p<0,01
Sosial 0,541** 0,515** 0,311** 0,597**
Material Pengem. Diri 0,658** 0,693** 0,600** 0,618** 0,518** 0,477** 0,659** 0,673**
τb = koefisien τau -B Kendall
Berdasarkan hasil analisis Tabel 16 di atas dapat bahwa terdapat hubungan
yang sangat nyata positif (p<0,01) antara partisipasi baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan mengevaluasi terhadap kemandirian mulai kemandirian intelektulitas, kemandirian sikap mental, kemandirian sosial, kemandirian material dan kemandirian pengembangan diri. Artinya semakin tinggi tingkat partisipasi maka akan semakin tinggi pula kemandirian masyarakat mengikuti kegiatan dalam bidang ekonomi program posdaya. Jadi hipotesis (H5) mengenai terdapat hubungan sangat nyata positif (p<0,01) antara partisipasi dengan kemandirian dapat diterima. Partisipasi baik mulai perencanaan, pelaksanaan dan menikmati hasil dan mengevaluasi terjadi proses belajar sehingga menumbuhkan kemandirian. Hal tersebut sesuai pendapat Tjitropranoto (2005) menyatakan proses pembelajaran akan membuat manusia bertumbuh dan berkembang sehingga menjadi dewasa dan mandiri. Terjadi proses belajar pada masyarakat yang berpartisipasi karena dalam partisipasi diperlukan beberapa sumberdaya alam, sumberdaya keuangan, sumberdaya teknologi dan sumberdaya manusia. Selanjutnya bagaimana cara memanfaatkan berbagai sumberdaya dan didukung berbagai informasi. Kemudian kegiatan menilai mengenai manfaat kegiatan tersebut dan akhir diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan pembangunan khususnya kegiatan bidang ekonomi posdaya. Akhirnya memunculkan suatu kekuatan (power) pada diri seseorang yang menggunakan sumberdaya secara maksimal kemudian masyarakat mempunyai daya tawar yang tinggi berkat menggunakan dan mengelola sumberdaya tersebut. Menurut Slamet (2003) mengemukan bahwa syarat terjadinya partisipasi itu didasarkan pada (1) Kemauan, faktor ini merupakan sesuatu yang mendalam
99
pada diri seseorang yang menyangkut emosi dan perasaaan. Faktor ini sesuai dengan teori adopsi yang dikemukan Rogers dan Shoemaker (1995) dimulai tahap sadar (awareness) dan minat (interest) dan selanjutnya tahap pengambilan keputusan. Faktor ini ditunjukkan misalnya masyarakat mau menghadiri pertemuan-pertemuan formal (rapat) maupun informal (pameran, kunjungan dari posdaya lain) pada saat sosialisasi awal program dan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Hal itu pertanda masyarakat yang mau terbuka terhadap kegiatankegiatan yang baru. Masyarakat mempunyai kemauan untuk berperanserta karena kegiatan tersebut mampu memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan dasar (basic needs) walaupun kegiatan tersebut tidak secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya kemauan berasal dari diri masyarakat tetapi juga didorong kemauan dari tokoh masyarakat mau menerima kegiatan dalam program posdaya untuk diaplikasikan dalam masyarakat. (2) Kemampuan, berasal dari individu yang berkaitan dengan intelegensi, sikap mental, pengalaman yang tercermin pada mampu mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman yang dimiliki pada kegiatan bidang ekonomi posdaya. (3) Kesempatan, berkaitan faktor yang berasal dari luar individu. Kesempatan pertama adanya sarana produksi misalnya peralatan/perlengkapan kegiatan, bahan baku, lokasi kegiatan, akses jalan yang layak, permodalan dan kondisi lokasi kegiatan. Kesempatan kedua yaitu dukungan keluarga dalam bentuk mengijinkan anggota keluarga untuk menghadiri rapat dan membantu kegiatan-kegiatan dan membantu permasalahan dalam kegiatan yang diikuti anggota keluarga. Semakin tinggi partisipasi maka akan semakin tinggi pula kemandirian. Kemandirian akan tercipta apabila didukung jiwa-jiwa mandiri. Kemandirian intelektualitas yang tercermin dapat mengatur waktu dalam kegiatan, mengatur kegiatan dan mampu menentukan peralatan serta mampu menyelesaikan permasalahan. Misalnya kegiatan usahatani, dimana masyarakat yang ikut berperanserta mengatur waktu mereka sendiri supaya tidak berbenturan dengan kegiatan yang lain, bisa dilakukan pagi hari mulai jam sembilan pagi sampai siang hari. Waktu kegiatan tidak mengikat anggota sesuai kesepakatan bersama. Kemandirian sikap mental yang ditunjukkan keberanian melakukan kegiatan dan bertanggungjawab, serta mampunyai rasa percaya diri. Sedangkan kemandirian
100
sosial ditunjukkan keberanian mengemukkan pendapat baik dalam kegiatan formal (dalam rapat) dan kegiatan nonformal (kegiatan sehari-hari) dan mau menerima/memberikan kesempatan orang lain untuk berpendapat. Kemandirian material ditunjukkan menyumbangkan modal dan meminjamkan peralatan yang diperlukan serta mampu mengelola dan menggunakan sumberdaya tersebut. Sedangkan kemandirian pengembangan diri tercermin mau memanfaatkan berbagai informasi baik informas dari pelatihan, tokoh masyarakat dan pendamping kemudian mau membagikan kepada orang lain. Bentuk partisipasi masyarakat misalnya penyumbangkan pikiran, dukungan aktif melakukan penyimpanan dan penyetoran rutin pada kegiatan LKM-P, penyumbangkan tenaga, peralatan dan sedikit modal dan mau membeli hasil-hasil produk olahan. Adanya partisipasi masyarakat maka ketergantungan daripihak lain diminimkan sehingga menumbuhkan kemandirian. Berdasarkan hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa partispasi dan kemandirian mempunyai hubungan sangat nyata positif (p<0,01). Partisipasi dan kemandirian merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat, dalam hal ini pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sangat nyata positif (p<0,01) antara partisipasi baik perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan mengevaluasi kegiatan dengan kemandirian baik kemandirian intelektualitas, sikap mental, sosial, materialitas dan pengembangan diri. Hal itu menunjukkan hipotesis (H5) yang menyatakan terdapat hubungan nyata positif antara partisipasi dengan kemandirian dalam bidang ekonomi program posdaya diterima. Pemberdayaan di atas sesuai dengan tujuan penyuluhan pembangunan yang dikemukan oleh Asngari (2001) bahwa mengubah perilaku klien yang meliputi pengetahuan (kognitif), sikap mental (afektif) dan keterampilan (psikomotori) yang semua diwujudkan mau dan mampu menerima kegiatan dalam bidang ekonomi sehingga meningkatkan pendapatan dan jangka panjangnya tercapai kesejahteraan masyarakat secara luas. Adanya kegiatan ekonomi program posdaya dapat menurunkan angka Keluarga miskin (Gakin), Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Beras miskin
101
(Raskin) Kelurahan Pasir Mulya di lingkungan RW 02. Perbandingan tersebut tersaji pada Tabel 17 berikut. Tabel 17 Perbandingan Gakin, BLT dan Raskin tahun 2008 dan 2009 RT RT 01 RT 02 RT 03 Total
Tahun 2008 Gakin BLT Raskin 23 18 14 21 22 31 26 25 45 70 65 90
Gakin 21 18 24 63
Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Pasir Mulya 2009
Tahun 2009 BLT 16 19 22 57
Raskin 12 21 40 77
102
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1. Partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya sangat rendah dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, sedangkan aspek menikmati hasil kegiatan kategori rendah. Hal itu karena masyarakat sedikit merasakan manfaat adanya kegiatan ekonomi program posdaya. 2. Kemandirian masyarakat mulai kemandirian intelektualitas, sosial, material dan pengembangan diri tergolong rendah. Hal itu menunjukkan masyarakat belum tumbuh kemandirian dalam jiwa atau spirit kewirausahaannya. Sedangkan kemandirian sikap mental tergolong tinggi. Sangat rendahnya khususnya kemandirian material berkaitan dengan sarana produksi karena semua peralatan, modal dan bahan-bahan usaha disediakan oleh para tokoh masyarakat beserta para pengurus posdaya. 3. Faktor eksternal jauh lebih
berpengaruh pada tingkat partisipasi dan
kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. Sedangkan faktor internalnya kurang berpengaruh pada tingkat dan partisipasi masyarakat dalam bidang ekonomi program posdaya. 4. Jadi masyarakat selalu tergantung pada faktor eksternal khususnya dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping. 5. Tingkat partisipasi berhubungan sangat nyata positif dengan kemandirian masyarakat bidang ekonomi program posdaya.
Saran 1. Perlu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil kegiatan dan evaluasi kegiatan dengan cara melibatkan seluruh eleman masyarakat dalam kegiatan sehingga masyarakat merasa memiliki dan bertangungjawab terhadap kegiatan bidang ekonomi posdaya. 2. Perlu meningkatkan lebih kemandirian dalam aspek sarana produksi agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan secara berkelanjutan.
103
3. Aspek dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping perlu dipertahankan atau ditingkatkan agar tujuan pembangunan dapat tercapai seperti menambah intensitas waktu pendampingan, menambah pelatihan yang berkenaan dengan kegiatan kewirausahaan dan memberikan akses pemasaran hasil-hasil olahan masyarakat peserta posdaya bidang ekonomi.
104
DAFTAR PUSTAKA Adi IR. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta: LPFE Universitas Indonesia. Agresti A. Finlay B. 1999. Metode Statistik untuk Ilmu-ilmu Sosial. [penerjemah B. Sumantri]. Bogor: Jurusan Statistik FMIPA IPB. Asngari P. 2001. ”Peranan Agen pembaruan/Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis.” Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. .
2008. Pentingnya Memahami Falsafah Penyuluhan Pembangunah dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat., Dalam Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang Bermartabat. [penyunting: Ida Yustina dn Adjat Sudrajat]. Medan: Pustaka Bangsa Press.
Atmodjo HSW. 2001. Penyuluhan Partisipatif (Paradigma Baru Pengembangan Penyuluhan Kehutanan). Jakarta: Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Batoa H, Jahi A, Susanto D, 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kompetensi Petani Rumput Laut di Kabupaten Konawe Prop. Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan. Bogor: Maret. Vol.4 No 1 BPS [Badan Pusat Statistik] 2009. Data kemiskinan Indonesia. Jakarta: http://www.antara.co.id/berita/1246449169/bps-penduduk-miskin Indonesia [diakses 10 juni 2009]. BPSK [Badan Pengembangan Sumberdaya Koperasi] PKM, LPM Brawijaya. 2001. Model Konsep Pengembangan Masyarakat yang Berorientasi Pemberdayaan. [Makalah Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat]. BPSK, PKM dan LPM Unibraw. Cartwright D, Zander A. 1968. Group Dynamics Research and Theory. New York: Harper Row Publisher. Cohen JM, Uphof. 1977. Rural Development Participation: Concept and Measures for Project Design Implementation and Evaluation. University NewYork: Rural Develompent Monograph No. 2. Dipublikasi oleh the Rural Development Committee Center for International Studies Cornell. Havighurst RJ. 1972. Development Task and Education. Third Edition. Paris: David Mc Kay Company, Inc.
105
Hubeis AVS. 1992. Strategi Penyuluhan Pertanian sebagai Salah Satu Upaya Menswadayakan Masyarakat Petani-Nelayan. Makalah Seminar Sehari dalam Rangka Ulang tahun ke-V Perhiptani. Jakarta: Perhiptani. Hubeis AVS, Tjitropranoto P, Ruwiyanto. 1994. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad XX1. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Herawati, Pulungan I. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Kontaktani dalam Perencanaan Program Penyuluhan Pembangunan. Jurnal Penyuluhan. Bogor: September. Vol.2. No.2. Herman, Sumardjo, Asngari P, Tjitropranoto P, Susanto D. 2008. Kapasitas Petani dalam Mewujudkan Keberhasilan Usaha Pertanian: Kasus Petani Sayuran di Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Bogor: Jurnal Penyuluhan. Maret. Vol.4 No.1 Indrawati D, Irawan E, Haryanti N, Yuliantoro D. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah (RLKT). Jurnal Pengelolaan DAS Kajian Finansial Usaha Tani. Januari.Vol. IX, 1. Ismawan, Bambang, Budi A, Setyo. 2005. Pemberdayaan Petani, Sebuah Agenda yang Mendesak. Dalam Menumbuhkan Ide dan Pemikiran Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis, 60 Tahun Bungaran Saragih, ed. Bayu Krisnamurthi, 78-89. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, IPB. Kartasasmita G. 1995. Pembangunan Menuju Bangsa yang Mandiri. Sebuah Tinjauan Mengenai Berbagai Paradigma, Problematika dan Peran Birokrasi Dalam Pembangunan. Pidato Penerimaan Penganugrahan Gelar Doktor Honoris Causa. Yogyakarta: Ilmu Administrasi Pembangunan UGM. Kelurahan Pasir Mulya. 2009. Laporan Tahunan Kelurahan Pasir Mulya. Kota Bogor: Bogor. Krisnamurthi B. 2002. Strategi Pembangunan Ekonomi Rakyat. Bogor: Pusat Studi Pembangunan. IPB. Lestari S, Mindarti S, Ratnada M, Hardi, Gufroni LM. 2001. Manajemen dan Komunikasi Penyuluhan. Yogyakarta: Universitas Gajahmada Press. Malta. 2008. Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.
106
Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Marzali A. 2003. Menatap Desa Hutan di Luar Jawa, Jakarta: Media Indonesia. Mosher AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasaguna. Muatip K, Sugihen B, Susanto D, Asngari SP. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah. Bogor: Jurnal Penyuluhan. Bogor: Maret. Vol. 4 No. 1. Muljono P, Dewi P, Bachtiar Y, Mintarti, Asikin, Warcito, Haryono, Syafi’i. 2010. Profil 50 Posdaya Binaan IPB. Bogor: Yayasan Damandiri. Munandar USC. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia Suatu Tinjuan Psikologis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Nurmalia N, Lumintang R. 2006. Pembinaan Wanita Pengolah Ikan Asin Di Pesisir Muara Angke Jakarta Utara. Jurnal Penyuluhan. Bogor: September. Vol.2. No.2. Ndraha T. 1990. Pembangunan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. [P3AE-UI]. 2000. Program Pengkajian dan Pengembangan Antropologi Ekologi Mendampingi Masyarakat Kampung Menyelenggarakan Tertib Pengelolaan Kawasan Hutan. Prosiding Pelatihan Gunung Betung Lambung. Jakarta: Universitas Indonesia. Posdaya Bina Sejahtera. 2008. Laporan Tahunan Posdaya Bina Sejahtera Pasir Mulya. Kota Bogor: Sekretariat Posdaya Bina Sejahtera Rahardjo D. 1985. Keswadayaan dalam Pembangunan Sosial Ekonomi. [Diedit, S. Wirosardjono] Jakarta: LP3ES. Ramdhani M, Sumardjo. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Proses Belajar dan Tingkat Kecakapan Hidup Remaja. Jurnal Penyuluhan. Bogor: September. Vol.2. No.2. Riyanto A, Fauzi A, Manoppo C. 2009. Tugas-tugas Pengembangan dalam Pendekatan Pendidikan Orang Dewasa Memahami Orang Dewasa dana Cara Orang Dewasa Belajar.[editor Toha R dan Asmoro H] Jakarta: Golden Media. Robbins SP. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks. Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovations. Fifty Edition. New York: The Free Press. dan Shoemaker FF. 1995. Communication of Innovations: A Cross Cultural Approach. 3rd.New York: Free Press
107
Rukka H. 2003. Motivasi Petani dalam Menerapkan Usahatani Padi Organik. [tesis] Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Sevilla CG, Jesus AO, Twila GP, Bella PR, Gabriel GU. 1993. Pengantar Metoda Penelitian. Terjemahan Alimudin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Press Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Supriyanto, Subejo. 2004. Makalah Semiloka Pengembangan Masyarakat Mandiri Pascasarjana IPB, Bogor 12 Agustus 2004. Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani (Kasus di Provinsi Jawa Barat). [disertasi] Bogor: Program Pascasarjana IPB. . 2008. Penyuluhan Pembangunan Pilar Pendukung Kemajuan dan Kemandirian Masyarakat., Dalam Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang Bermartabat. [penyunting: Ida Yustina dn Adjat Sudrajat]. Medan: Pustaka Bangsa Press. Sumodiningrat G. 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Susanto D. 2006. Proses Belajar dan Kedewasaaan. Jurnal Penyuluhan. Bogor: September. Vol.2. No.2. Suparno S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Suyono H. 2007. Buku Pedoman Pembentukan dan Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Jakarta: Damandiri. Soesarsono, Sarma M. 2004. Sekilas kewirausahaan: Tantangan Mandiri Bogor: Kantor Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan IPB. Slamet M. 1989. Mencari Strategi Penyuluhan Koperasi Sebagai Upaya Pelestarian Swasembada Pangan. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2003. Pemberdayaan Masyarakat dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan, [penyunting: Ida Yustina dan Adja Sudrajat] Bogor: IPB Press. Steinberg. 2001. Adolescence. Fifty Edition. New York: McGraw Hill Higher Swasono. 1995. Perencanaan Partisipatory dan Emansipasi. Jakarta: Majalah Prisma No. 3. Edisi Ulang Tahun.
108
Syahyuti. 2006. Konsep Penting dalam Penbangunan Pedesaan dan Pertanian Penjelasan tentang Konsep, Istilah, Teori dan Indikator serta Variabel. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Syamsu S, Yusril M, Suwarto FX. 1991. Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan [Suatu Pengantar]. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Tonny. FN. 2003. Pengembangan Masyarakat. Bogor: Departement Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB Tjitropranoto P. 2005. Konsep Pemahaman Diri. Potensi/Kesiapan Diri, dan Pengenalan Inovasi. Jurnal Penyuluhan. Bogor: September. Vol. 1 No. 1. Tjokroamidjojo. 1991. Pengantar Pembangunan dalam Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Penerbit Pustaka Press. Wang I. 1981. Management of Rural Change in Korea. Sequl: University Press. Winarto H. 2003. ”Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Agroforestry.” [tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Yadov, RP. 1980. People”s Participation. Focus on Mobilization of the Rural Poor. New Delhi: In Asian dan Pasific Development Internastional Bangkok. Concept Publishing.
109
109
LAMPIRAN
110 110
Lampiran 1. Lokasi penelitian
111
Lampiran 2. Hasil uji validitas instrumen Variabel Partisipasi (Y1) No
Item
Nilai r
Keterangan
No
Item
Nilai r
Keterangan
1
Per.1
0,447
Valid
15
Man.5
0,451
Valid
2
Per.2
0,390
Valid
16
Man.6
0,482
Valid
3
Per.3
0,389
Valid
17
Man.7
0,370
Tidak valid
4
Per.4
0,007
Tidak Valid
18
Man.8
0,462
Valid
5
Per.5
0,388
Valid
19
Man.9
0,430
Valid
6
Per.6
0,380
Valid
20
Man.10
0,393
Valid
7
Pelk.1
0,401
Valid
21
Man.11
0,435
Valid
8
Pelk.2
0,454
Valid
22
Ev.1
0,390
Valid
9
Pelk.3
0,396
Valid
23
Ev.2
0,421
Valid
10
Pelk.4
0,089
Tidak Valid
24
Ev.3
0,401
Valid
11
Man.1
0,560
Valid
25
Ev.4
0,382
Valid
12
Man.2
0,490
Valid
26
Ev.5
0,300
Tidak valid
13
Man.3
0,230
Tidak valid
27
Ev.6
0,239
Tidak Valid
14
Man.4
0,377
Valid
Nilai r
Keterangan
n = 30 Variabel Kemandirian (Y2) No
Item
Nilai r
Keterangan
No
Item
1
Int.1
0,350
Valid
16
Sos.3
0,389
Valid
2
Int.2
0,379
Valid
17
Sos.4
-,0400
Valid
3
Int.3
-0,390
Valid
18
Sos.5
0,390
Valid
4
Int.4
0,386
Valid
19
Sos.6
0,421
Valid
5
Int.5
0,403
Valid
20
Mat.1
0,387
Valid
6
Int.6
0,378
Valid
21
Mat.2
0,402
Valid
7
Int.7
0,394
Valid
22
Mat.3
0,089
Tidak valid
8
Int.8
0,421
Valid
23
Mat.4
0,251
Tidak valid
9
SM.1
0,330
Tidak valid
24
Mat.5
0,430
Valid
10
SM.2
0,387
Valid
25
Mat.6
0,379
Valid
11
SM.3
0,245
Tidak valid
26
Pd.1
0,399
Valid
112
No
Item
Nilai r
12
SM.4
0,389
13
SM.5
14 15 n = 30
Keterangan
No
Item
Nilai r
Keterangan
Valid
27
Pd.2
0,395
Valid
0,393
Valid
28
Pd.3
0,412
Valid
Sos.1
0,401
Valid
29
Pd.4
0,378
Valid
Sos.2
0,390
Valid
113
Lampiran 3. Hasil uji reliabilitas instrumen Partisipasi (Y1) Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .826 27 Kemandirian (Y2) Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .802 29
115
Lampiran 4. Rencana biaya No 1 2
3
4
Jenis pengeluaran
Volume kegiatan
Peralatan: Pembelian ATK 1 paket Perjalanan: Transport ke tempat penelitian 1 x 30 hari Supervisi 2 x 2 kali Seminar Konsumsi 2 x 20 orang Biaya penyelenggaraan 2 kali Lain-lain: Dokumentasi 1 paket Pembuatan laporan 1 paket Pengadaan laporan 10 eks Biaya surat menyurat 1 paket Total pengeluaran
Satuan biaya (Rp)
Jumlah (Rp)
400.000
400.000
10.000 500.000
300. 000 2.000.000
7.000 100.000 200.000 350.000 70.000 100.000
280.000 200.000 200.000 350.000 700.000 100.000 4.530.000
116
1. Identitas Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar
: Dewi Kurniawati, S.Sos
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. Tempat dan Tanggal Lahir
: Ngawi, 13 Januari 1979
d. Status Perkawinan
: Kawin
e. Alamat Kantor dan No.Telp. : Politeknik Negeri Jember Jalan Mastrip Kotak Pos 164 Jember No. Telp. (0331) 333532-333534 l. Alamat Rumah dan No. Telp : Perum.Tegalbesar 2, Blok U7, Jember (0331) 323891, Hp. 085 258 259 268 2. Pendidikan a. Sekolah Dasar (SD)
: SDN 6 Widodaren, Ngawi Lulus tahun 1991
b. Sekolah Menengah Pertama : SMPN I Widodaren, Ngawi Lulus tahun 1994 c. Sekolah Menengah Umum :
SMAN I Widodaren, Ngawi Lulus tahun 1997
d. Perguruan Tinggi (S-1)
:
Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan Administrasi Niaga, Universitas Brawijaya, Malang Lulus tahun 2002
e. Pascasarjana (S-2)
: Sedang
studi
di
Program
Penyuluhan Pembangunan IPB
studi