PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DAN TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT (Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
MONA EL SAHAWI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata dan Tingkat Taraf Hidup Masyarakat” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Mona El Sahawi NIM. I3420032
ABSTRAK MONA EL SAHAWI. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata dan Taraf Hidup Masyarakat TITIK SUMARTI. Pengembangan desa wisata berbasis lokal memerlukan partisipasi masyarakat untuk mengembangkan desanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata, menganalisis hubungan faktor eksternal dan internal terhadap tingkat partisipasi, menganalisis taraf hidup masyarakat, menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat taraf hidup masyarakat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode survey yang didukung data kualitatif. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 50 responden, merupakan anggota dan pengurus Desa Wisata Pasir Eurih. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan memiliki hubungan sedang dan signifikan terhadap tingkat partisipasi. Metode pelaksanaan kegiatan menunjukkan hubungan yang sangat kuat dan signifikan dengan tingkat partisipasi. Tingkat usia, lama menetap, dan jumlah anggota keluarga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan tingkat partisipasi. Kemudian tingkat partisipasi menunjukkan hubungan yang lemah tidak signifikan terhadap tingkat taraf hidup masyarakat. Kata Kunci: partisipasi, faktor internal, faktor eksternal, taraf hidup MONA EL SAHAWI. Community Participation in the Development of Tourism Village and Society Standard of Living. Supervised by TITIK SUMARTI. ABSTRACT The development of tourism village requires community participation to develop their own village. The aims of this study are to analyzed community participation in the development of tourism village, to analyzed external and internal factors with community participation level, to analyzed community standard of living, to analyzed the relation between community participation levels with community standard of living level. This research was a quantitative research with survey method, supported by qualitative data. The number of samples in this study was 50 respondents, which cosists of the member and all participants in Pasir Eurih Tourism Village. The results showed that education level has medium correlation and significant relation to participation level. The activities implementation method shows a very strong correlation and significant relation to participation level. Age, long settled, and amount of family member showed no significant relation with participation level. Then, participation level showed a weak correlation and no significant relation with community standard of living level. Keywords: participation, internal factor, external factor, standard of living
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DAN TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT (Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor)
MONA EL SAHAWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata dan Tingkat Taraf Hidup Masyarakat” dapat diselesaikan. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal masyarakat dengan partisipasi dalam pengembangan desa wisata dan tingkat taraf hidup masyarakat pada tahun 2016. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Titik Sumarti MC, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga khususnya Ibu Diah Shadiah dan Hamid El Sahawi atas doa dan dukungan selama proses penulisan proposal skripsi. Kepada teman-teman seluruh SKPM 49 khususnya Dikna, Ando, Wide, Rizky, Vanya, Citra, dan semuanya atas keceriaan dan dukungan yang selalu diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi, dan juga bermanfaat bagi pembaca lain. Bogor, Juni 2016
Mona El Sahawi NIM. I34120032
vii
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
x xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Kegunaan Penelitian
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
6 6
Konsep Partisipasi Masyarakat
6
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
9
Konsep Desa Wisata
10
Konsep Taraf Hidup Masyarakat
12
Hipotesis Penelitian
15
Definisi Operasional
16
PENDEKATAN LAPANG
25
Metode Penelitian
25
Lokasi dan Waktu Penelitian
25
Teknik Penentuan Responden dan Informan
25
Teknik Pengumpulan Data
26
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
27
PROFIL KOMUNITAS DESA PASIR EURIH
28
Kondisi Geografis
28
Kondisi Demografi
28
Atraksi dan Mata Pencaharian
29
Akomodasi Sarana Dan Prasarana
32
Gambaran Sosial dan Profil Desa Wisata Pasir Eurih
33
Karakteristik Responden Peserta Program Desa Wisata
33
Usia
34
Tingkat Pendidikan
35
ix
Lama Menetap
36
Jumlah Anggota Keluarga
36
Ikhtisar
38
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA
39
Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pengambilan keputusan
40
Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan
42
Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi
43
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Menikmati Hasil
44
HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
45
Hubungan Tingkat Usia dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
45
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
46
Hubungan Lama Menetap dengan Tingkat Partisipasi
47
Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat Partisipasi
49
HUBUNGAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT 50 TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT
52
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT
55
Ikhtisar
57
PENUTUP
58
Simpulan
58
Saran
58
DAFTAR PUSTAKA
60
LAMPIRAN
65
x
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Definisi operasional faktor internal (karakteristik individu) peserta desa wisata 16 Definisi operasional faktor eksternal peserta desa wisata 18 Definisi partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata 19 Definisi taraf hidup masyarakat 21 Uji statistik reabilitas 27 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan kelompok usia Desa Pasir Eurih tahun 2014 29 Jumlah sarana dan prasarana Desa Pasir Eurih tahun 2014 32 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden tahun 2016 39 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap pengambilan keputusan tahun 2016 41 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap pelaksanaan tahun 2016 42 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap evaluasi tahun 2016 43 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap menikmati hasil tahun 2016 44 Hubungan tingkat usia dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 45 Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 47 Hubungan lama menetap dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 48 Hubungan jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 49 Hubungan metode pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 51 Jumlah dan frekuensi pendapatan rata-rata responden per bulan tahun 2016 53 Jumlah dan frekuensi pengeluaran rata-rata responden per bulan tahun 2016 53 Jumlah dan frekuensi tingkat taraf hidup responden tahun 2016 54 Hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata dengan tingkat taraf hidup masyarakat tahun 2016 55
xi
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Kerangka pemikiran 15 Persentase mata pencaharian masyarakat Desa Pasir Eurih 2014 Error! Bookmark not defined. Denah lokasi dan pemetaan kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih tahun 2016 31 Persentase usia responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 34 Persentase tingkat pendidikan responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 35 Persentase lama menetap responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 36 Persentase jumlah anggota keluarga responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 37 DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7
Peta Lokasi Desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Format kerangka sampling Kuesioner penelitian Pedoman wawancara mendalam Hasil uji statistik Dokumentasi penelitian Riwayat hidup
65 66 68 76 77 84 86
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat baik di tingkat lokal maupun global. Di Indonesia, industri pariwisata mengalami perkembangan pesat. Kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional sebesar 4,0 persen, devisa yang dihasilkan mencapai 11,17 juta US$, dan menyerap tenaga kerja pariwisata sebanyak 10,32 juta orang, sedangkan kondisi mikro jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 9,44 juta wisman dan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 251,20 juta perjalanan pada tahun 2014. Daya saing pariwisata Indonesia menurut WEF (World Economic Forum) berada di ranking 70 dunia. Pencapaian angka ekonomi kreatif pada tahun 2014 juga menjadi pijakan dalam menetapkan target ekonomi kreatif pada tahun tahun 2019. Pencapaian ekonomi kreatif secara makro pada tahun 2014 antara lain: kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 7,06 persen, penciptaan lapangan kerja sebanyak 12,30 juta orang, dan kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar 5,9 persen (Kemenpar 2014). Selain itu, hasil data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pariwisata menduduki peringkat empat sebagai penyumbang devisa terbesar di Indonesia dengan jumlah 10 054, dan urutan pertama adalah oil and gas (32,633 juta US$), kemudian ada coal (24,501 juta US$), crude palm oil (15,839 juta US$).1 Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program Visit Indonesia sebagai upaya mempromosikan tujuan pariwisata di Indonesia kepada wisatawan mancanegara maupun lokal pada tahun 2007. Kebijakan mengenai kepariwisataan itulah yang membuat pengembangan desa-desa wisata di Indonesia mulai bermunculan. Berdasarkan data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sampai tahun 2012 di Indonesia terdapat 978 desa wisata. Jumlah ini meningkat tajam dibanding tahun 2009 yang hanya tercatat 144 desa untuk tujuan pariwisata. Kebijakan pembangunan kepariwisataan yang dijalankan pemerintah diarahkan pada pengembangan pariwisata sebagai sektor andalan dan unggulan dalam arti luas agar mampu menjadi salah satu penghasil devisa, mendorong ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian rakyat, memperluas lapangan pekerjaan, dan kesempatan berusaha serta meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memelihara kepribadian bangsa, nilainilai agama serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup2. Prinsip kepariwisataan yang terkandung dalam Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan adalah memberdayakan masyarakat setempat dimana masyarakat berhak berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan dan berkewajiban menjaga dan melestarikan daya tarik wisata, serta membantu terciptanya suasana aman, tertib, bersih, berperilaku santun, dan menjaga kelestarian lingkungan destinasi pariwisata. Keikutsertaan masyarakat juga 1
http://print.kompas.com/baca/2015/06/16/Pariwisata-Ditargetkan-Sumbang-Devisa-Terbesar [diakses pada 2 februari 2016] 2 http://journal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Pembangunan/article/view/48. [diakses pada 24 Oktober 2015]
2
dijelaskan secara eksplisit dijelaskan dalam UU RI No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan yang menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di tingkat lokal memiliki kesempatan yang sama dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Potensi daya tarik wisata baik yang bernuansa alam maupun budaya pada umumnya berada di pedesaan, seiring dengan keberadaan masyarakat Indonesia yang sebagian besar berada di pedesaan. Oleh karena itu, berbagai potensi daya tarik wisata dikembangkan agar masyarakat mendapat manfaat sebesar-besarnya terkait potensi desa yang ada dengan menjadikannya kawasan desa wisata, karena wisatawan dalam perjalanan wisatanya membutuhkan berbagai kebutuhan baik barang maupun jasa. Masyarakat di pedesaan yang telah merasakan manfaat dari kunjungan wisatawan ke daerahnya, tentu akan berusaha menjaga lingkungan untuk tetap lestari bahkan meningkat kualitasnya. Lingkungan alam dan budaya yang rusak tentu akan menyebabkan wilayah desa wisata tersebut tidak akan lagi diminati oleh wisatawan. Hal itu tentunya akan berdampak pada berkurangnya pendapatan mereka. Dengan demikian, melalui pengembangan desa wisata, lingkungan alam dan budaya setempat akan terjaga kelestarian dan kualitasnya, karena masyarakat akan berusaha menjaga dan memelihara lingkungannya untuk tetap lestari bahkan meningkat kualitasnya (Soekarya 2011). Keppres Nomor. 38 Tahun 2005 mengamanatkan sektor kelembagaan sebagai penggagas pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan (community-based ecotourism development) agar bisa memperluas tujuan dan mendapatkan dampak konservasi yang lebih besar dengan cara mengoptimalkan peran dan kerja sama dengan stakeholders yang lain. Seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan secara global, maka dibidang pariwisata terjadi pula kecenderungan perubahan dari pariwisata yang eksploitatif ke arah pariwisata yang berkelanjutan. Ekowisata merupakan pariwisata alternatif yang timbul sebagai konsekuensi dari ketidakpuasan terhadap bentuk pariwisata yang kurang memperhatikan dampak sosial dan ekologis, dan lebih mementingkan keuntungan ekonomi dan kenyamanan manusia semata (Nugraheni 2002). Disamping itu pengembangan desa wisata menjadi relevan seiring terjadinya pergeseran model pembangunan pariwisata yang lebih memperhatikan aspek sosial dan ekologis serta pembangunan ekonomi kerakyatan masyarakat pedesaan. Seperti dilaporkan oleh World Tourism Organization (WTO) pada tahun 1995 menunjukkan bahwa telah muncul perkembangan wisata alternatif yang dipandang lebih menghargai lingkungan alam dan penghargaan kepada kebudayaan.3 Inskeep (1991) mengatakan bahwa desa wisata merupakan bentuk pariwisata, yang sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam atau di dekat kehidupan tradisional atau di desa-desa terpencil dan mempelajari kehidupan desa dan lingkungan setempat. Nuryanti (1992) mendefinisikan desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Pengembangan desa wisata didasarkan pada 3
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_209132.pdf. [Diakses pada 24 Oktober 2015]
3
pemenuhan kepuasaan wisatawan yang tidak hanya didapat dari fasilitas modern pariwisata tetapi juga interaksi dengan lingkungan dan komunitas lokal yang memiliki kekhasan tersendiri. Pengelolaan desa wisata yang berbasis lokal memerlukan kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk senantiasa berinovasi dan kreatif dalam mengembangkan wilayah desanya yang dijadikan sebagai desa wisata. Dalam hal ini, salah satu prinsip Community Development adalah partisipasi. Menurut Cohen dan Uphoff (1980) dalam Nasdian (2014) peran atau partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat bisa dilihat mulai dari tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Selain itu aspek akan syarat-syarat tumbuhnya partisipasi dalam masyarakat juga menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan seperti adanya kesempatan, kemampuan dan kemauan (Slamet 2003). Desa Wisata Pasir Eurih adalah salah satu desa wisata yang berada di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Desa Wisata Pasir Eurih menekankan pada wisata agroekoedukasi, sentral kerajinan, dan wisata budaya yang dikembangkan oleh masyarakat melalui pembinaan yang diberikan oleh pemerintah. Pekerjaan sehari-hari masyarakat dalam bidang pembuatan sandal dan sepatu menjadi salah satu atraksi yang dikembangkan. Hal tersebut dikembangkan dengan potensi-potensi yang ada menjadi bermanfaat serta lebih meningkatkan kelestarian dan kecintaan terhadap lingkungan alam, adat dan budaya baik untuk masyarakat sekitar maupun yang berkunjung ke Desa Wisata Pasir Eurih. Oleh karena itu, Desa Wisata Pasir Eurih menekankan budaya keseharian masyarakat yang hidup di wilayah pedesaan sebagai suguhan utama kegiatan wisata bagi wisatawan. Penyelenggaraan pariwisata bagi masyarakat khususnya di wilayah pedesaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan merupakan hal yang sangat penting. Hal tersebut terbukti dengan adanya data angka kemiskinan di Kabupaten Bogor cenderung menurun secara melambat selama beberapa tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan, strategi penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal. Data BPS pada 2014 menyebutkan angka kemiskinan di Kabupaten Bogor masih 9,11 persen dari 5,3 juta penduduk Kabupaten Bogor. Persentase ini menurun dari capaian tahun sebelumnya 9,54 persen. Jumlah penduduk miskin di Bumi Tegar Beriman sebenarnya sempat menyentuh angka 8,83 persen di 20124. Namun, seiring dengan garis kemiskinan yang naik, BPS pada tahun 2014 menyebutkan angka kemiskinan di wilayah Kabupaten Bogor sebesar 9,11 persen. Diperlukan akselerasi penurunan kemiskinan sebesar 2,11 persen agar mencapai angka lima persen pada 2018 mendatang5. Pengembangan wisata pedesaan dan desa wisata dianggap membuka peluang kunjungan, meminimalkan gelombang urbanisasi dan menciptakan aktifitas ekonomi di pedesaan sehingga akan dapat menjadi instrumen yang efektif dalam mendorong pengembangan bidang sosial budaya dan ekonomi masyarakat pedesaan khususnya di bidang kepariwisataan melalui pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk partisipasi. Disisi lain melalui kegiatan wisata 4
http://jabar.pojoksatu.id/bogor/2015/11/26/haduh-penurunan-kemiskinan-di-kabupaten-bogor-lambat/ (Diakses pada 16 Maret 2016) 5 http://megapolitan.antaranews.com/berita/17188/pemkab-bogor-komitmen-turunkan-angka-kemiskinan (Diakses pada 16 Maret 2016)
4
dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan karena dianggap bisa memberikan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengembangan kemampuan berusaha yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan data yang menunjukkan persentase jumlah penduduk miskin khususnya di Kabupaten Bogor yang masih tinggi meskipun mengalami penurunan. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji hubungan partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat. Perumusan Masalah Partisipasi berkaitan dengan distribusi kekuasaan dalam masyarakat, hal tersebut memungkinkan kelompok untuk menentukan kebutuhan yang akan dipenuhi melalui distribusi sumber daya (Curtis et al. 1987) dalam Nasdian (2014). Menurut Cohen dan Uphoff (1980) dalam Nasdian (2014) peran atau partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat bisa dilihat mulai dari tahap pengambilan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil, evaluasi. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata? Orientasi pembangunan kepariwisataan perlu menempatkan fakta di atas sebagai pertimbangan pokok dalam menumbuhkembangkan kapasitas dan kapabilitas pada masyarakat (Beeton 2006). Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan pelayanan sekaligus merealisasikan peran sentral masyarakat dalam aktivitas pembangunan kepariwisataan sesuai dengan harapan dan kemampuan yang dimiliki. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis apa saja faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat? Melalui pengembangan Desa Wisata, masyarakat di pedesaan, khususnya yang memiliki potensi daya tarik berupa alam maupun budaya, diberi wawasan mengenai kepariwisataan, diberi kemampuan untuk mengambil manfaat dari keberadaan potensi dan daya tarik desanya. Namun, berdasarkan data yang diperoleh dari BPS (2013) pada jumlah penduduk miskin di pedesaan khususnya wilayah Jawa Barat mencapai 1,7 juta jiwa dari keseluruhan penduduk miskin di pedesaan Indonesia yang mencapai lebih dari 17 juta jiwa. Hal ini menunjukkan angka kemiskinan yang tinggi pada komunitas pedesaan, sementara begitu banyak program yang telah dijalankan untuk mengentaskan kemiskinan baik yang dilakukan pemerintah ataupun perusahaan (swasta). Sehingga penting untuk dianalisis bagaimana taraf hidup masyarakat di desa wisata? Pariwisata adalah suatu kegiatan yang memiliki dampak dinamis yang luas dimana berbagai usaha dapat tercipta melalui kegiatan pariwisata. Komponen utama dalam kegiatan pariwisata adalah daya tarik wisata yang didukung oleh komponen lainnya, antara lain; transportasi, akomodasi, restoran, atraksi budaya dan cenderamata. Wisata dapat memberikan kehidupan yang standart pada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Pengembangan wisata pedesaan dan desa wisata dianggap membuka peluang kunjungan, meminimalkan gelombang urbanisasi dan menciptakan aktifitas ekonomi di pedesaan sehingga akan dapat menjadi instrumen yang efektif dalam
5
mendorong pengembangan bidang sosial budaya dan ekonomi masyarakat pedesaan khususnya di bidang kepariwisataan melalui pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk partisipasi. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis bagaimana hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat taraf hidup masyarakat? Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata dan Tingkat Taraf Hidup Masyarakat” dan secara khusus bertujuan untuk: 1. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. 2. Menganalisis hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. 3. Menganalisis hubungan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. 4. Menganalisis taraf hidup masyarakat di desa wisata 5. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata dengan tingkat taraf hidup masyarakat.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan pengembangan desa wisata, khususnya kepada: 1. Bagi masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai partisipasi dalam pegembangan desa wisata dalam upaya peningkatan taraf hidup berdasarkan ekonomi lokal. 2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan mengenai pengembangan desa wisata yang lebih baik bagi masyarakat. 3. Bagi swasta, diharapkan memberikan masukan sebagai data untuk landasan pengembangan desa wisata yang baik dan sesuai kebutuhan masyarakat, serta pentingnya melibatkan masyarakat.
6
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Partisipasi Masyarakat Makna partisipasi menurut Arnstein (1969) adalah sebagai kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengatasi persoalannya pada masa kini guna mencapai kehidupan yang lebih baik pada masa mendatang. Dijelaskan bahwa partisipasi merupakan redistribusi kekuatan, yang memungkinkan kaum terpinggirkan secara ekonomi dan politik untuk dilibatkan dalam perencanaan pembangunan masa depan. Makna partisipasi yang mengacu pada pendapat Arnstein adalah kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengatasi persoalannya pada masa kini guna mencapai kehidupan yang lebih baik pada masa mendatang. Adapun Cohen dan Uphoff (1980) dalam Nasdian (2014) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Proses perencanaan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan dalam perencanaan yang dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini, padahal dalam proses perencanaan, keputusan yang dihasilkan sangat bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian. Apabila masyarakat diikutsertakan sebagai subyek dan mampu mengambil keputusan mandiri maka akan lebih baik untuk keberlanjutan programnya. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya. Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut, seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia dan tidak berkelanjutan. 3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil-tidak berhasil, dan efektiftidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih
7
memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar. Apabila evaluasi dilakukan oleh pihak lain hal ini tentunya menunjukkan belum munculnya partisipasi dari masyarakat sendiri. 4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki. Partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu Mardikanto (2003). Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Pemikiran tentang partisipasi masyarakat juga diutarakan oleh Slamet (2003), menurut beliau makna partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan baik dari tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, juga ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Penekanannya disini bahwa partisipasi dalam pembangunan bukan hanya berarti ikut menyumbangkan sesuatu input ke dalam proses pembangunan, tetapi termasuk ikut memanfaatkan dan menikmati hasil- hasil pembangunan. Sehingga dapat dikatakan keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat, baik dalam menyumbangkan masukan maupun dalam menikmati hasilnya. Berdasarkan definisi atau pengertian tentang partisipasi dalam pembangunan seperti diuraikan diatas, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis: 1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya 2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya. 3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara lansung. 4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya. Kemungkinan adanya jenis partisipasi yang lain masih ada, tetapi seperti halnya dengan jenis ke-5, partisipasi semacam itu tidak dikehendaki oleh masyarakat,
8
karena tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil pembangunan berarti pula bahwa masyarakat tidak naik tingkat hidup atau tingkat kesejahteraannya (Slamet 2003). Partisipasi secara umum dapat dimaknai sebagai hak warga masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada setiap tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Masyarakat bukanlah sekedar penerima manfaat atau objek belaka, melainkan sebagai subjek pembangunan. Pandangan ini serupa dengan Abe (2002) yang berpendapat bahwa partisipasi masyarakat merupakan hak, bukan kewajiban. Orientasi pembangunan kepariwisataan perlu menempatkan fakta di atas sebagai pertimbangan pokok dalam menumbuhkembangkan kapasitas dan kapabilitas pada masyarakat (Beeton 2006). Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan pelayanan sekaligus merealisasikan peran sentral masyarakat dalam aktivitas pembangunan kepariwisataan sesuai dengan harapan dan kemampuan yang dimiliki. Partisipasi intinya adalah sikap sukarela dari masyarakat untuk membantu keberhasilan program pembangunan. Selain itu, partisipasi juga dapat dimaknai sebagai bentuk keterlibatan mental sekaligus emosional seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk ikut serta menyumbangkan kemampuan dalam mencapai tujuan kelompok dan ikut bertanggung jawab atas tujuan kelompok, termasuk pelaksanaan program-program tersebut. Pelibatan ini membuat masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap proses keberlanjutan program pembangunan. Pendekatan partisipatif yang dilaksanakan diharapkan akan memberikan ruang bagi perkembangan aktivitas yang berorientasi kompetisi dan tanggung jawab sosial oleh anggota komunitas itu sendiri. Pentingnya partisipasi dalam pembangunan memberikan arti bahwa segala hal yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan ekonomi, seperti menarik investor luar, maka harus melibatkan warga (Bryson 1995). Adiyoso (2009) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat merupakan komponen terpenting dalam upaya pertumbuhan kemandirian dan proses pemberdayaan. Pengabaian partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata menjadi awal dari kegagalan tujuan pengembangan desa wisata (Nasikun 1997). Menurut Timothy (1999) ada dua perspektif dalam melihat partisipasi masyarakat dalam pariwisata. Kedua perspektif tersebut adalah (1) partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan, dan (2) berkaitan dengan manfaat yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata. Timothy menekankan perlunya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dengan mengakomodasi keinginan dan tujuan masyarakat lokal dalam pembangunan serta kemampuannya dalam menyerap manfaat pariwisata. Masyarakat yang berada di wilayah pengembangan harus didorong untuk mengidentifikasi tujuannya sendiri dan mengarahkan pembangunan pariwisata untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal. Selain mengikutsertakan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan, Timothy memandang pentingnya mengikutsertakan pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, swasta, dan anggota masyarakat lainnya untuk turut ambil bagian dalam pengambilan keputusan dan melihat pentingnya pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, terutama dalam
9
menerima manfaat pariwisata. Dengan demikian, perencanaan pembangunan pariwisata harus mengakomodasi keinginan dan kemampuan masyarakat lokal untuk berpartisipasi serta memperoleh nilai manfaat yang maksimal dari pembangunan pariwisata. Partisipasi masyarakat lokal sangat dibutuhkan dalam pengembangan desa wisata karena masyarakat lokal sebagai pemilik sumber daya pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Perencanaan dan pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat secara optimal melalui musyawarah dan mufakat setempat (Dalimunthe 2007). Bentuk Partisipasi masyarakat meliputi enam kriteria, yakni: 1. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait lain dalam proses perencanaan dan pengembangan ekowisata. 2. Membuka kesempatan dan mengoptimalkan peluang bagi masyarakat untuk mendapat keuntungan dan berperan aktif dalam kegiatan ekowisata. 3. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dampak negatif yang ditimbulkan. 4. Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. 5. Mengutamakan peningkatan ekonomi lokal dan menekan tingkat pendapatan (leakage) serendah-rendahnya, dan 6. Meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi partisipasi dari masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut (Pangestu 1995) adalah sebagai berikut: faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Menurut Ajiswarman (1996), semakin besar jumlah anggota keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain, yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama menetap. Semakin lama menetap di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal. Adapun usia yang berpengaruh, hal tersebut karena semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya (Tamarli 1994). Oleh karena itu, semakin muda usia seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Sama halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin tua usia seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima halhal yang sifatnya baru.
10
Adapun faktor eksternal yaitu metode pelaksanaan kegiatan, metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang (Arifah 2002). Hal tersebut dapat menumbuhkan hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Kemudian bila didukung dengan pelaksanaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi yang kondusif untuk berpartisipasi. Kondisi-kondisi tersebut menurut Nasdian (2002) antara lain: 1. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka memandang penting issueissue atau aktivitas tertentu. 2. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu. 3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi dan didukung dalam partisipasinya. Selain faktor eksternal dan internal, faktor penghambat selanjutnya menjadi salah satu hal yang biasa dihadapi dalam pelaksanaan sebuah kegiatan yang membutuhkan partisipasi masyarakat di dalamnya. Faktor penghambat Tosun (2000) telah membagi hambatan partisipasi mayarakat kedalam tiga bagian hambatan operasional, hambatan struktural dan, hambatan budaya/cultural. Pada penelitian sebelumnya Mustapha et al. (2013) telah mengkatagorikan ketiga tipe hambatan. 1. Tipe hambatan operational seperti: keengganan pemegang saham terhadap berbagi kekuasaan, sentralisasi administrasi publik, dan kurangnya informasi. 2. Tipe Hambatan structural yaitu: Dominasi Elite, Kurangnya sumber daya keuangan, Sikap profesional, dan Kurangnya hukum yang sesuai sistem. 3. Tipe hambatan cultural yaitu: Terbatasnya kemampuan masyarakat orang miskin, apatis, dan rendahnya tingkat kesadaran di komunitas lokal. Konsep Desa Wisata Inskeep (1991) mengatakan bahwa desa wisata merupakan bentuk pariwisata, yang sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam atau di dekat kehidupan tradisional atau di desa-desa terpencil dan mempelajari kehidupan desa dan lingkungan setempat. Nuryanti (1992) mendefinisikan desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Ditegaskan pula bahwa komponen terpenting dalam desa wisata, adalah 1. Akomodasi, yakni sebagian dari tempat tinggal penduduk setempat dan unit-unit yang berkembang sesuai dengan tempat tinggal penduduk, dan 2. Atraksi, yakni seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta latar fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipan aktif, seperti kursus tari, bahasa, lukis, dan hal-hal lain yang spesifik.
11
3. Fasilitas pendukung, yakni sarana yang mampu memudahkan kegiatan wisata yang dilaksanakan, seperti WC umum, toilet, tempat parkir. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata membuat suatu program yang bernama Pariwisata Inti Rakyat (PIR) atau dengan istilah lainnya yaitu community-based tourism. Menurut PIR, desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya. Berdasarkan pengembangan pariwisata dan kualitas dari objek dan daya tarik wisata yang dijadikan sebagai kriteria utama, pariwisata berbasis masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi 7 sebagaimana terdapat dalam Development of Community Based Tourism: Final Report 2003 (Purnamasari 2011) yaitu: 1. Basic Visitor facilities. Tipe ini terdiri atas fasilitas pariwisata yang sangat mendasar seperti akomodasi home stay dan restoran yang melayani pengunjung. Tipe ini biasanya diperuntukkan bagi desa yang terletak di rute yang menuju objek dan daya tarik wisata. Tipe ini tidak melibatkan organisasi kemasyarakatan dan pada tipe ini, manfaat ekonomi yang diterima masyarakat lokal masih sedikit. 2. Basic visitor facilities plus tourism theme. Pada tipe ini, biasanya disediakan fasilitas dasar dengan tema tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengunjung, misalnya dengan menetapkan tema pertanian organik atau wisata alam. Tipe pengembangan pariwisata ini masih berskala kecil dan biasanya merupakan inisiatif dari pengusaha lokal. 3. Handicraft Villages. Pengembangan tipe ini biasanya dilakukan pada desadesa yang berfungsi sebagai pusat lokasi produksi dan penjualan barang hasil kerajinan, dan juga merupakan desa yang masih kurang atau bahkan tidak memiliki atraksi lainnya. Pengelolaannya cenderung berdasarkan pada ikatan keluarga atau kelompok dan menggunakan tenaga kerja lokal. 4. Hotels and Villages Communities. Masyarakat di daerah ini berada di sekitar hotel atau resort yang pembangunannya terintegrasi. Masyarakat mendapat manfaat langsung dan tidak langsung dari pengembangan pariwisata tipe ini. Manfaat yang dapat langsung dirasakan masyarakat yaitu terbukanya lapangan pekerjaan dan pelatihan baik di hotel maupun di pusat penjualan barang produksi kerajinan, sedangkan manfaat lainnya adalah pembangunan infrastruktur berupa jalan, pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, dll. 5. Traditional Tourism Villages. Pengembangan pariwisata tipe ini menonjolkan budaya dan adat istiadat perdesaan, gaya hidup masyarakat, dan arsitektur tradisional yang dikemas dalam lingkungan yang menarik. 6. Community Close To primary Tourism Attraction. Daya tarik dari desa ini adalah atraksi wisata alam dan buatan yang dipadukan sehingga menarik wisatawan dan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat. 7. Integrated and Organized Community Based Tourism. Tipe ini terorganisasi dan terintegrasi dengan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
12
Adapun karakteristik pariwisata berbasis masyarakat yang diterapkan “Saint Lucida Heritage” antara lain: melibatkan perencanaan partisipatif dalam setiap tahapan, menciptakan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat lokal, mendukung lembaga masyarakat, mendorong kohesi sosial, menciptakan kebanggaan masyarakat, meningkatkan pengembangan individu dalam mengurangi aliran desa-kota, meningkatkan nilai tambah untuk budaya dan tradisi lokal, menyediakan keuntungan infrastruktur, menciptakan kesempatan dan pekerjaan dengan kegiatan ekonomi baru, tidak mengubah kegiatan ekonomi yang sudah ada, menciptakan hubungan ekonomi antar sektor, menyediakan pasar untuk promosi barang dan jasa, berkontribusi untuk pembangunan yang seimbang; memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, tetapi tidak mengeksploitasi, memperkecil dampak lingkungan, mendorong masyarakat agar tidak konsumtif dalam menggunakan sumber daya (Purnamasari 2011). Kaitannya dengan konsep pengembangan desa wisata, Pearce (1995) mengartikan pengembangan desa wisata sebagai suatu proses yang menekankan cara untuk mengembangkan atau memajukan desa wisata. Secara lebih spesifik, pengembangan desa wisata diartikan sebagai usaha-usaha untuk melengkapi dan meningkatkan fasilitas wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Selain itu, komponen penting yang perlu ada dalam pengembangan desa wisata itu sendiri adalah partisipasi masyarakat lokal, sistem norma setempat, sistem adat setempat, budaya setempat (Dewi 2013). Berdasarkan agenda WTO (2000) untuk pariwisata berkelanjutan, terlihat bahwa pariwisata berbasis masyarakat fokus pada dampak sosial-budaya. Prinsip penerapan pariwisata berbasis masyarakat adalah sebagai berikut: small scale, tahapan dimulai dari lapis paling bawah, menekankan pada pemenuhan basic needs dan self reliance; proses pengambilan keputusan dilakukan oleh masyarakat dan otoritas tertinggi ada di tangan masyarakat lokal, memegang prinsip-prinsip kesamaan sekaligus perbedaan dan ketimpangan, optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal, tidak mengabaikan identitas masyarakat lokal, menekankan pada human capital bukan financial capital, dan menekankan pada manfaat dan distribusi produksi bukan akumulasi modal/capital Purnamasari (2011). Pengembangan desa wisata di Indonesia lebih banyak difasilitasi negara, sedangkan masyarakat cenderung pasif. Bottom up planning memaksa komunitas lokal untuk berpikir dan bergerak guna merancang dan memutuskan pola pembangunan pariwisata yang memihak kepentingan komunal. Mubyarto (1988) menegaskan bahwa partisipasi merupakan kesediaan membantu berhasilnya program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti harus mengorbankan kepentingan sendiri. Konsep Taraf Hidup Masyarakat Menurut BPS (2007) taraf hidup merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Taraf hidup berdasarkan BPS (2007) yaitu variabel kemiskinan meliputi: pendapatan, status rumah, jenis dinding, jenis lantai, fasilitas MCK, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, pengeluaran konsumsi per bulan, akses kesehatan, akses pendidikan, aset kepemilikan. Hasil dari pengukuran indikator tingkat taraf hidup masyarakat dapat menunjukkan pengaruh partisipasi masyarakat terhadap tingkat taraf hidupnya.
13
Beberapa indikator taraf hidup hanya melihat taraf hidup masyarakat sesuai dengan keadaan sekitar. Keberhasilan pengembangan desa wisata memiliki dampak penting terhadap taraf hidup masyarakat, karena melalui kegiatan wisata yang dikembangkan di wilayah tersebut menyebabkan peningkatan ekonomi yang selanjutnya dapat berpengaruh pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke desa wisata tentu akan berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat pedesaan (Soekarya 2011). Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak positif yang muncul dari adanya dampak ekonomi dapat bersifat langsung. Selain dampak positif langsung yang muncul, ada dampak lain yang akan timbul, seperti dampak tidak langsung. Dampak tidak langsung berupa aktivitas ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak lanjutan. Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran wisatawan untuk akomodasi, konsumsi (baik konsumsi dari rumah maupun di lokasi wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata, pembelian cinderamata, serta pengeluaran lainnya.
14
Kerangka Pemikiran Partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pengembangan desa wisata. Ukuran partisipasi masyarakat dapat dilihat melalui keikutsertaan masyarakat dalam tahapan partisipasi seperti yang dikemukankan oleh Cohen dan Uphoff (1980) dalam Nasdian (2014) yaitu pengambilan keputusan, pengelolaan, evaluasi, dan menikmati hasil. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut (Pangestu 1995) adalah sebagai berikut: faktor internal, yaitu karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup usia, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Usia berpengaruh terhadap tingkat partisipasi karena semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya (Tamarli 1994). Oleh karena itu, semakin muda usia seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Sama halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin tua usia seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima halhal yang sifatnya baru. Jumlah angota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Menurut Ajiswarman (1996), semakin besar jumlah anggota keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain, yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama menetap. Semakin lama menetap di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal. Adapun faktor eksternal yaitu meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelaksanaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Faktor eksternal tersebut yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang (Arifah 2002). Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui tingkat taraf hidup masyarakat sebagai salah satu dampak dari pengembangan desa wisata. Apabila tingkat taraf hidup meningkat, menurut Radyati (2008) kinerja ekonomi dapat memberikan hasil dan manfaat pada aspek sosial dan lingkungan. Sehingga apabila tingkat taraf hidup masyarakat sudah baik sebagai salah satu indikator perekonomian, pengembangan desa wisata akan secara otomatis menimbulkan dampak positif bagi aspek kehidupan lainnya. Oleh karena itu, meneliti tingkat taraf hidup masyarakat sebagai hasil dari pengembangan desa wisata sangat
15
penting untuk dilakukan. Tingkat taraf hidup dapat dicapai dengan adanya pemberdayaan ekonomi lokal yang sangat mempengaruhi kemandirian masyarakat. Pemberdayaan erat kaitannya dengan suatu bentuk kesadaran dari seluruh stakeholders dalam menjalankan peranannya, khususnya masyarakat. Faktor Internal (Karakteristik Individu): Tingkat Taraf Hidup Masyarakat BPS (2007)
Tingkat Usia Tingkat pendidikan Lama menetap Jumlah Anggota Keluarga
Tingkat partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1980) 1. Tahap pengambilan keputusan 2. Tahap pelaksanaan 3. Tahap evaluasi 4. Tahap menikmati hasil
Faktor Eksternal: Metode Pelaksanaan Kegiatan
Keterangan Berhubungan
Pendapatan Pengeluaran Luas dinding Jenis lantai terluar Sumber air Status rumah Bahan bakar memasak Akses kesehatan Akses pendidikan Aset kepemilikan Fasilitas Penerangan Rumah Tangga Fasilitas MCK
: Gambar 1 Kerangka pemikiran
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tingkat usia berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Tingkat pendidikan berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Lama menetap berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Jumlah anggota keluarga berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Metode pelaksanaan kegiatan berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Tingkat partisipasi masyarakat berhubungan nyata dengan tingkat taraf hidup masyarakat dalam pengembangan desa wisata.
16
Definisi Operasional Untuk mempermudah pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka penting untuk merumuskan definisi operasional sebagai berikut: 1. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi individu dalam membentuk persepsi, seperti umur, tingkat pendidikan, lama menetap, dan jumlah anggota keluarga (Pangestu 1995). Tabel 1 Definisi operasional faktor internal (karakteristik individu) peserta desa wisata No Variabel Definisi Indikator Jenis Operasional Data 1 Tingkat Lama waktu hidup Kategori tingkat usia Ordinal usia responden dari sejak responden lahir sampai pada dikategorikan sebagai saat diwawancarai, berikut: diukur dalam jumlah Tua ( > 52 tahun) tahun berdasarkan Dewasa Tua (42 – sebaran rata-rata 51 tahun) responden yang Dewasa Muda (24 ditemui di lapang, – 41 tahun) dimana responden Masing-masing sudah bekerja dan pertanyaan akan tidak dibatasi untuk dinilai berdasarkan pria maupun wanita ketentuan sebagai berikut: Tua = 1 Dewasa Tua = 2 Dewasa Muda = 3 2 Tingkat Jenjang pendidikan Kategori tingkat Ordinal pendidikan terakhir yang pendidikan responden berhasil ditamatkan dikategorikan sebagai oleh responden, berikut: diukur berdasarkan Tamat SMA jenjang pendidikan Sederajat = Tinggi formal rata- rata Tamat SMP responden. Sederajat = Sedang Tamat SD Sederajat = Rendah Masing-masing pertanyaan akan dinilai berdasarkan ketentuan berikut: Rendah = 1 Sedang = 2 Tinggi = 3
17
3
Lama menetap
Lama waktu tinggal responden di lokasi penelitian sampai saat responden diwawancarai. Lama atau barunya waktu tinggal diukur berdasarkan jumlah tahun rata-rata lama menetap responden
Kategori lama Ordinal menetap responden dikategorikan sebagai berikut: 14 – 35 tahun = Baru 36 - 47 tahun = Sedang ≥48 tahun = Lama Masing-masing pertanyaan akan dinilai berdasarkan ketentuan sebagai berikut: Baru =1 Sedang = 2 Lama = 3
4
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga adalah mereka yang hidup satu atap dan satu dapur, atau satu dapur lain atap. Termasuk didalamnya adalah suami, istri, anakanak, anggota keluarga lainnya ataupun bukan keluarga tetapi menjadi tanggungan responden. Diukur dengan jumlah jiwa dan dengan dasar acuan standard BKKBN yaitu dua anak cukup.
Kategori jumlah Ordinal anggota keluarga responden dikategorikan sebagai berikut: ≤ 2 orang = Sedikit 3 orang – 4 orang = Sedang >4 orang = Banyak Masing-masing pertanyaan akan dinilai berdasarkan ketentuan sebagai berikut: Banyak = 1 Sedang = 2 Sedikit = 3
2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu atau lingkungan yang berhubungan dengan seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu program. Faktor eksternal meliputi metode pelayanan pelaksanaan kegiatan (Arifah 2002).
18
Tabel 2 Definisi operasional faktor eksternal peserta desa wisata No Variabel Definisi Indikator Jenis Data Operasional 1 Metode Metode kegiatan Metode kegiatan Ordinal Pelaksanaan adalah pandangan sendiri diukur dengan Kegiatan responden penyampaikan mengenai informasi tentang bagaimana cara pengembangan desa penyampaian wisata berupa (1) informasi dan sosialisasi yang pendampingan yang dilakukan oleh pihak dilakukan oleh perangkat desa, atau pihak Dinas stakeholder lainnya. Pariwisata, Pihak (2) pendampingan Pengurus Desa yang dilakukan oleh wisata, dan pendamping, atau pelatihan untuk stakeholder lainnya, penunjang serta pelatihan SDM pengembangan desa yang dilaksanakan. wisata yang Masing-masing dilaksanakan dalam pertanyaan akan kegiatan dinilai berdasarkan pengembangan desa ketentuan sebagai wisata berikut: Skor 9 – 13 = Rendah Skor 14 – 15 = Sedang Skor 16 – 18 = Tinggi Masing-masing pertanyaan akan dinilai berdasarkan ketentuan sebagai berikut: Rendah = 1 Sedang = 2 Tinggi = 3
19
Tingkat Partisipasi Tingkat partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan anggota dalam semua tahapan kegiatan kelompok yang meliputi tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi Cohen dan Uphoff (1980) dalam Nasdian (2014). Berdasarkan masing-masing kategori tersebut, maka dapat dikategorikan total skor dari seluruh pertanyaan tingkat partisipasi yaitu: Rendah : Jika total skor seluruh indikator berjumlah 15 – 20 Sedang : Jika total skor seluruh indikator berjumlah 21 – 23 Tinggi : Jika total skor seluruh indikator berjumlah 24 – 30 Tabel 3 Definisi partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata No Variabel Definisi Indikator Jenis data Operasional 1 Tahap Keterlibatan Diukur berdasarkan Ordinal pengambilan responden jumlah kehadiran dan keputusan dalam rapat dan keaktifan peserta selama proses proses perencanaan perencanaan kegiatan. Aspek atau kehadiran dilihat pengambilan berdasarkan jumlah keputusan kehadiran peserta pada dalam rapat-rapat yang pengembangan diadakan selama proses desa wisata, perencanaan kegiatan, baik bersifat intensitas rapat akan teknis maupun diketahui di lapangan. non-teknis. Adapun aspek keaktifan dalam rapat akan dilihat melalui keaktifan peserta dalam bertanya, memberikan usulan, dan diterima atau tidaknya usulan. Masing-masing pertanyaan akan dinilai berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 3-4 = skor 1 (rendah) 5-6 = skor 2 (tinggi) 2 Partisipasi pada Keikutsertaan Diukur dengan melihat Ordinal tahap masyarakat keaktifan dalam pelaksanaan dalam kepengurusan, dan pengembangan keaktifan dalam desa wisata. kegiatan pengembangan desa wisata, serta pelatihan yang mendukung
20
kegiatan pelaksanaan kegiatan dalam desa wisata. Masing-masing pertanyaan akan dinilai berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 7- 9 = skor 1 (rendah) 10-11=skor 2 (sedang) 12–14 = skor 3 (tinggi) 3 Partisipasi pada Tahap tahap menikmati menikmati hasil hasil yaitu keikutsertaan responden dalam merasakan manfaat dari pengembangan desa wisata.
Partisipasi pada tahap Ordinal menikmati hasil diukur dari manfaat yang didapat oleh responden dari adanya kegiatan, berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan dampak positif lainnya yang dirasakan oleh masyarakat. Masingmasing pertanyaan akan dinilai berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 2 = skor 1 (rendah) 3-4 = skor 2 (tinggi) 4 Partisipasi pada Keikutsertaan Masing-masing Ordinal tahap evaluasi masyarakat pertanyaan Partisipasi dalam diukur dengan mengevaluasi memberikan saran dan kekurangan kritik, kehadiran dalam atau kesalahan rapat evaluasi, membuat pelaksanaan laporan secara lisan dan pengembangan tulisan. Masing- masing desa wisata. pertanyaan akan dinilai berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 3-4 = skor 1 (rendah) 5-6 = skor 2 (tinggi) Tingkat Taraf Hidup Tingkat taraf hidup diukur dengan menggunakan indikator BPS (2007), dengan total skor dari seluruh pertanyaan yaitu: a. Tinggi :Jika total skor dua belas indikator berjumlah 34 - 40 b. Sedang :Jika skor total dua belas indikator berjumlah 32 - 33 c. Rendah :Jika skor total dua belas indikator berjumlah 27 - 31
21
Tabel 4 Definisi taraf hidup masyarakat No Variabel Definisi Operasional 1
Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh oleh responden yang merupakan pemasukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Pendapatan dihitung perbulan, sesuai dengan data ratarata yang diperoleh dari responden dalam menentukan pendapatan besar dan kecil per-hari yang diakumulasikan menjadi pendapatan perbulan berdasarkan Potensi Desa Pasir Eurih (2015). Pengeluaran adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari untuk kebutuhan pangan dan non pangan.
2.
Pengeluaran
3
Luas dinding
4
Jenis lantai Jenis lantai terluas terluar merupakan jenis pijakan dari ruangan terluas yang berada dirumah responden
Luas dinding merupakan indikator tingkat taraf hidup masyarakat khususnya melihat fasilitas tempat tinggal.
Indikator Rendah : x - ½ sd (skor 1) Sedang : x – ½ sd x + ½ sd (skor 2) Tinggi : x+½ sd (skor 3)
Jenis data Ordinal
Ordinal Rendah : x - ½ sd (skor 1) Sedang : x – ½ sd x + ½ sd (skor 2) Tinggi : x+½ sd (skor 3) Rendah : rumbia, Ordinal bambu (skor 1) Sedang : kayu, tembok bata (skor 2) Tinggi : tembok beton (skor 3) Rendah : tanah, Ordinal bambu, bilik (skor 1) Sedang : kayu/papan, semen (skor 2) Tinggi : keramik (skor 3)
22
5
Sumber air
Perolehan sumber air untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis
6
Status rumah
Status kepemilikan bangunan tempat tinggal responden
7
Akses terhadap layanan kesehatan
Kemampuan rumah tangga responden untuk mendapatkan layanan atau menggunakan fasilitas kesehatan
Ordinal Rendah : mata air dan lainnya (skor 1) Sedang : Sumur (skor 2) Tinggi : PAM (skor 3) Ordinal Rendah : menumpang (skor 1) Sedang : sewa/kontrak (skor 2) Tinggi : milik pribadi (skor 3) a. Tempat berobat Ordinal Rendah : Tidak berobat (minum obat dan istirahat), dukun, pengobatan alternatif (skor 1) Sedang : puskesmas, dokter praktek (skor 2) Tinggi : rumah sakit (skor 3) b. Sumber biaya berobat Rendah : sumbangan, pinjaman (skor 1) Sedang : bantuan/progra m pemerintah (skor 2) Tinggi : pribadi (skor 3)
23
8
Akses terhadap pendidikan
Kemampuan dalam menyekolahkan anggota keluarga melalui jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
9
Bahan bakar Jenis bahan bakar yang untuk digunakan untuk memasak keperluan memasak
10
Aset kepemilikan
Kepemilikan barang/aset dan kepemilikan berupa jumlah barang berharga responden
a. Sumber biaya Ordinal pendidikan Rendah : sumbangan,p injaman (skor 1) Sedang : bantuan/prog ram pemerintah (skor 2) Tinggi : pribadi (skor 3) b. pendidikan terakhir dari kebanyakan anggota keluarga responden Rendah : SD sederajat,SMP sederajat (skor 1) Sedang : SMA sederajat (skor 2) Tinggi : Dploma, S1, S2, S3 (skor 3) Ordinal Rendah : Kayu bakar (skor 1) Sedang : Minyak tanah (skor 2) Tinggi : Gas (skor 3) Ordinal Rendah: menumpang/sewa / kontrak dan memiliki kurang dari lima jenis barang elektronik (skor 1)
Sedang:
24
11
Penerangan untuk fasilitas rumah
Penerangan untuk fasilitas rumah , sumber energi yang digunakan untuk menunjang penerangan dalam mendukung aktivitas sehari-hari
12
Fasilitas MCK
Jenis fasilitas yang dimiliki rumah tangga responden yang digunakan untuk aktivitas mandi, mencuci, dan buang air besar
memiliki rumah, kendaraan, dan barang elektronik sejumlah lima jenis barang (skor 2) Tinggi: memiliki rumah, tanah, kendaraan dan lebih dari lima jenis (skor 3) Rendah : obor, Ordinal senter/petromak (skor 1) Sedang : Listrik non PLN, Listrik PLN (bersama tetangga) (skor 2) Tinggi : Listrik PLN (skor 3) Rendah : umum Ordinal (skor 1) Sedang : sendiri tanpa septic tank (skor 2) Tinggi : sendiri dengan septic tank (skor 3)
25
PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata dan tingkat taraf hidup masyarakat ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif untuk memperkaya data dan informasi yang diperoleh. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner melalui metode survei. Sementara itu data kualitatif dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan. Informasi yang diperoleh dari data kualitatif ini digunakan untuk mendukung dan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai faktor internal dan faktor eksternal masyarakat Desa Wisata Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, dengan tingkat partisipasi dalam pengembangan desa wisata, serta hubungannya dengan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini bersifat deskriptif yang digunakan untuk memperkuat hasil yang di dapatkan dari penelitian eksplanatori. Selain itu penelitian deskriptif berguna untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini diadakan di Desa Wisata Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive,) dengan berbagai pertimbangan, yakni diantaranya: 1. Terdapat keanggotaan yang jelas, yakni masyarakat yang tergabung dalam desa wisata sudah terdata cukup baik. 2. Wilayah tersebut dijadikan desa wisata karena Desa Pasir Eurih menyimpan aneka wisata mulai dari wisata budaya, wisata edukasi pertanian, wisata kuliner, dan kesenian tradisional. 3. Potensi wisata yang dimiliki oleh desa Pasir Eurih yang memiliki nilai jual yang bersaing dalam hal adat, budaya, keindahan alam dan potensi-potensi karya pengrajin yang ada di desa tersebut. Disamping itu lokasi yang berdekatan dengan Kampung Budaya Sunda membuat akses Desa Wisata Pasir Eurih untuk didatangi pengunjung sangat tinggi. 4. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung perkembangan ekonomi masyarakat Desa Pasir Eurih yang digagas berdasarkan potensi budaya, potensi sentra kerajianan, serta potensi alam. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu kurang lebih enam bulan terhitung mulai dari penyusunan proposal skripsi, tahap perbaikan laporan penelitian, hingga tahap akhir yaitu uji petik skripsi yakni pada bulan Januari - Juni 2016. Teknik Penentuan Responden dan Informan Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Populasi penelitian adalah masyarakat Desa Wisata Pasir Eurih. Populasi sampling pada penelitian berjumlah 73 yang tersebar di beberapa RW, yaitu RW 2, RW 4, RW 5, RW 6, RW 7, RW 8, RW 9, RW 10, RW 11, RW 13. Kemudian dari populasi sampling diambil sejumlah responden. Responden dipilih dengan menerapkan
26
teknik simple random sampling yang artinya daftar kerangka sampling sudah tersedia menggunakan Rand Beetween dalam aplikasi Microsoft Excel 2007. Selain itu, teknik dipilih karena masyarakat yang ikut serta mayoritas adalah pengrajin sepatu sehingga dapat dikatakan homogen. Banyaknya responden ditentukan berdasarkan hasil perhitungan rumus slovin yaitu
Keterangan: N: jumlah populasi n: jumlah sample
e: batas toleransi kesalahan (eror tolerance)
Berdasarkan rumus slovin tersebut, maka banyaknya responden dalam penelitian sebanyak 42 responden, namun untuk mengantisipasi error maka banyaknya responden menjadi 50 responden. Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat karena jawabannya dianggap dapat mewakili pihak lainnya dan responden hanya memberikan informasi terkait dengan dirinya. Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Selanjutnya penetapan informan dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) kepada pengurus dan tokoh masyarakat yang mengetahui dengan jelas mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih serta taraf hidup masyarakatnya, dan responden yang dinaikan statusnya menjadi informan. Pihak-pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah ketua Desa Wisata, ketua bidang pengrajin sandal/sepatu, sekretaris, ketua bidang sejarah dan situs, ketua bidang keamanan, bendahara, dan pemandu. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dari responden yaitu anggota dan pengurus dari Desa Wisata Pasir Eurih. Pengumpulan data primer didukung dengan kuesioner yang dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden serta ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan observasi (pengamatan langsung) yang dilakukan oleh peneliti di Desa Wisata Pasir Eurih. Wawancara mendalam dengan pengurus dari Desa Wisata dan perangkat desa setempat. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor desa, catatan harian hasil wawancara terbuka kepada informan dengan mengunakan panduan pertanyaan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen pihak-pihak terkait dan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal penelitian, skripsi, dan internet. Selanjutnya data sekunder tersebut disajikan dalam bentuk grafik dan narasi. Untuk menguatkan kuesioner sebagai salah satu instrumen maka dilakukan uji reliabilitas. Dari uji tersebut maka diperoleh cronbach alpha sebagai berikut:
27
Tabel 5 Uji statistik reabilitas Cronbach’s Alpha 0.763
N of items 42
Aturan dalam penentuan nilai alpha yaitu jika nilai alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna, jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.90, maka reliabilitas tinggi, jika nilai alpha 0.70 < alpha < 0.5 maka reliabilitas moderat, dan jika nilai alpha <0.5 maka reliabilitas rendah. Tabel hasil uji reliabililitas pada kuesioner penelitian ini menunjukkan angka 0.763 artinya kuesioner memiliki reliabilitas kuat. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu selaku anggota dari desa wisata. Setelah seluruh data terkumpul dilakukan pengolahan data secara kuantitatif, yaitu menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang, dan teknik uji korelasi. Data tersebut diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 21.0. Hubungan antara faktor internal, eksternal dan tingkat partisipasi, serta tingkat partisipasi dengan tingkat taraf hidup diuji menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk mengukur hubungan antar dua variabel berskala ordinal. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Reduksi data dilakukan menurut data kualitatif yang diperoleh. Kedua ialah penyajian data berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi.Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan, dan dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian ada akhirnya dituliskan dalam laporan skripsi.
28
PROFIL KOMUNITAS DESA PASIR EURIH Kondisi Geografis Desa Pasir Eurih terletak di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Pasir Eurih termasuk ke dalam kawasan dengan iklim tropis basah dengan jumlah curah hujan rata-rata 3.500 - 4.500 mm/tahun atau 223 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 284 hari. Desa Pasir Eurih secara umum merupakan dataran tinggi yang berada di ketinggian antara 500 m sampai 700 m di atas permukaan laut, dengan komposisi tanah datar 70 persen dan tanah berbukit 30 persen. Sekitar 132 606 ha merupakan tanah sawah dengan irigasi teknis dan 5.614 ha tanah sawah dengan tadah hujan. Lahan pertanian bukan sawah yang diperuntukan untuk ladang sekitar 25 717 ha, kebun campur 44 449 ha, tanah semak belukar atau tepi sungai 5 632 ha, dan tanah pemukiman dan lainnya sekitar 6.613 ha. Desa Pasir Eurih memiliki luas sekitar 285 606 ha dengan luas tanah kas desa sekitar 1.2 ha. Luas wilayah yang cukup luas dimanfaatkan masyarakat untuk dikembangkan sebagai kegiatan wisata bertemakan agroedukasi, seperti tanam padi, mencari ikan, dan lain sebagainya. Desa Pasir Eurih merupakan daerah dengan sumber daya air yang melimpah karena berada di kaki Gunung Salak serta dilalui oleh aliran sungai Ciapus, sungai Cipamali, dan sungai Cinadita. Sumber air yang digunakan oleh masyarakat setempat berasal dari dua sumber yaitu cinyusu (mata air) dan walungan (air sungai) dengan kualitas dan kuantitas air yang sangat baik. Potensi tersebut dijadikan sebagai salah satu objek wisata Desa Wisata Pasir Eurih, seperti curug nangka. Sebagian besar jenis tanah yang ada di Desa Pasir Eurih adalah Latosol. Keberadaan tanah Latosol di Desa Pasir Eurih menjadikan wilayah tersebut memiliki produksi pertanian yang baik. Dengan kondisi tersebut banyak dari masyarakat yang memanfaatkan lahannya untuk bercocok tanam seperti menanam padi dengan sistem sawah irigasi, palawija dan tanaman perkebunan. Padi merupakan hasil utama pertanian yang merupakan bahan pangan utama serta menjadi bahan utama dalam upacara Seren Taun (Sedekah Guru Bumi) yang biasa dilakukan setiap selesai panen raya atau tepat pada tanggal 1 Muharam. Wilayah yang berada di kaki gunung salak pun menjadi daya tarik wisata tersendiri, disamping letak wilayah yang tidak terlalu jauh dari perkotaan.Jarak dari ibu kota negara dengan Desa Pasir Eurih sekitar 65 km, jarak dari pusat kota Bogor 10 km dan jarak dari pusat Kabupaten Bogor 30 km. Batas-batas administratif pemerintah Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Desa Parakan b. Sebelah Selatan : Desa Tamansari c. Sebelah Timur : Desa Sirnagalih d. Sebelah Barat : Desa Sukaresmi Kondisi Demografi Menurut data kependudukan Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa Pasir Eurih pada tahun 2014 sebanyak 13 396 jiwa yang terdiri dari 52.05 persen laki-laki dan 47.97 persen perempuan atau sekitar 6 972 jiwa penduduk laki-laki, dan 6 424
29
jiwa penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 3 545 KK. Berdasarkan tabel 6 ditunjukkan kelompok usia masyarakat Desa Pasir Eurih. Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan kelompok usia Desa Pasir Eurih tahun 2014 Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase Non produktif muda (<18 tahun) 4 010 29.93 Produktif (19 - 64) 8 904 66.47 Non produktif tua (>64) 482 3.6 Jumlah 13 396 100.0 Sumber: Data Profil Desa Pasir Eurih 2014 Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 13 396 penduduk sebanyak 8 904 (66.47 persen) penduduk termasuk kedalam kelompok usia produktif. Sebanyak 4 010 penduduk usia non produktif muda adalah balita dan pelajar, sedangkan 482 penduduk usia non produktif tua adalah jompo yang sudah pensiun dan tidak memiliki pendapatan. Potensi jumlah masyarakat yang tergolong dalam usia produktif dapat dimanfaatkan sebagai pendukung pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih, Dimana masyarakat yang tergolong usia produktif dapat memberikankan pemikiran kritis serta sumbangan lainnya berupa dorongan untuk berpartisipasi bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi karena masih muda dan mobilitasnya tinggi. Atraksi dan Mata Pencaharian Jenis mata pencaharian di Desa Pasir Eurih yaitu, tukang ojek, pensiunan, pengrajin sepatu, pertukangan, buruh, sopir, Pegawai Negeri Sipil, karyawan sepatu, TNI/POLRI, pedagang, petani, dan wiraswasta. Persentase jenis mata pencaharian Desa Pasir Eurih berdasarkan data profil desa tahun 2014 dapat dilihat secara keseluruhan pada Gambar 2. Karyawan sepatu/sandal Petani Pengrajin sepatu/sandal Buruh Pedagang Pertukangan Wiraswasta PNS Tukang Ojek Sopir Pensiunan TNI/POLRI 0.00%
5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00%
Gambar 2 Persentase mata pencaharian masyarakat Desa Pasir Eurih 2014
30
Berdasarkan Gambar 2, penduduk Desa Pasir Eurih yang bekerja pada tahun 2014 berjumlah 3027 jiwa, dominan bekerja sebagai karyawan sepatu sebesar 22 persen angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan mata pencaharian petani yaitu 20.2 persen. Terdapat banyak masyarakat yang membuka bengkel sebagai pengrajin sandal dan sepatu. Para pengrajin itu ada yang memang membuka bengkel untuk keuntungan sendiri yang kemudian di jual di pasar atau pusat grosir, ada juga yang hanya mengerjakan beberapa kerajinan dalam jumlah kecil dan dijual pada penampung yang akan mendistribusikannya ke pasar-pasar, pusat grosir, atau pun toko. Atraksi merupakan seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta latar fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipan aktif. Kebanyakan dari masyarakat Desa Pasir Eurih merupakan penrajin sehingga Desa Wisata Pasir Eurih memanfaatkan hal tersebut, dimana pembuatan sepatu dijadikan sebagai salah satu atraksi yang diberikan kepada wisatawan yang biasa datang ke Desa Wisata Pasir Eurih. Selain itu, Desa Pasir Eurih memiliki kondisi topografi yang datar sampai berbukit sehingga sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Hal ini terbukti dengan pemanfaatan lahan yang sebagaian besar dijadikan lahan pertanian oleh petani. Terdapat beberapa paket atraksi yang diberikan kepada wisatawan dan sudah disebarkan luaskan melalui web dari Desa Wisata Pasir Eurih sendiri. Paket atraksi wisata tersebut terdiri dari 1. “Paket Mulih Kalembur”, dengan fasilitas yang disediakan yaitu snack dan minuman khas, pengenalan sejarah Kampung Sindangbarang dan Desa Wisata Pasir Eurih, tracking ke situs purbakala, belajar membajak sawah dan memandikan kerbau, praktek menanam padi, pengenalan alat masak tradisional, permainan “lembur” (engrang dan bakiak), kunjungan kepengrajin sepatu/sandal/sangkar burung, “marak lauk” (menangkap ikan dikolam), pertunjukan kesenian (reog/ jaipong/ calung). 2. “Paket Sono Kalembur”, dengan fasilitas yang disediakan yaitu snack dan minuman khas, membuat layang-layang dan lukisan dari batang pohon pisang, keliling kampung sambil melihat pengrajin sepatu/sandal, berkunjung ke pembenihan ikan, menangkap ikan di kolam. 3. “Paket Sawengi di Lembur”,dengan fasilitas yang diberikan yaitu snack dan minuman khas, pengenalan sejarah Kampung Sindangbarang dan Desa Wisata Pasir Eurih, akomodasi penginapan di homestay, tracking ke situs purbakala, berkunjung ke pengrajin sepatu dan sandal, kunjungan ke pengrajin sangkar burung, kunjungan ke tempat kerajinan makanan, praktek menanam padi, praktek pembenihan ikan lele dan memberi pakan, mencari belut di sawah, menangkap ikan di kolam, bermain ke sungai ciapus, pertunjukan kesenian (reog/calung/tari jaipong), berdialog dengan tokoh masyarakat, 3 kali makan secara parasmanan ( malam, siang, dan pagi ) di homestay.
31
1 2
3
Keterangan: : Titik pertemuan pertama 1 2 3
: Titik pertemuan kedua : Titik pertemuan ketiga
Gambar 3 Denah lokasi dan pemetaan kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih tahun 2016
32
Track yang dilalui untuk masing-masing paket yang disediakan pun sama, dimana meeting point yaitu di RW 08 dimana kegiatan utama dilakukan di wilayah ini termasuk diantaranya untuk penyambutan dan pemberian snack, kegiatan agroedukasi, kegiatan kunjungan kepada pengrajin sepatu dan sandal, kegiatan kunjungan ke pengrajin kuliner tradisonal, pertunjukkan tradisional, homestay. Kemudian ke RW 04 dan RW 05 untuk mengunjungi situs purbakala. Wilayah RW 04 dan RW 05 merupakan meeting point terakhir karena akses jalan menuju ke Bogor Kota lebih dekat dan terdapat angkutan umum yang memudahkan transportasi pulang. Akomodasi Sarana Dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat penting untuk kelancaran kegiatan dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun wisata. Hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat desa, sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik akan berdampak positif bagi kelancaran kegiatan tersebut. Semua sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah sarana dan prasarana Desa Pasir Eurih tahun 2014 No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1 Pemandian Umum 7 2 Lapangan Sepak Bola 2 3 Lapangan Badminton 1 4 SD 3 5 MI 1 6 Pondok Pesantren 2 7 Puskesmas pembantu 1 8 Posyandu 14 9 Masjid 15 10 Surau/Langgar 20 11 Homestay 54 12 Kolam pembenihan 8 ikan 13 Alat kesenian 3 set tradisional sunda Sumber : Data Profil Desa Pasir Eurih tahun 2014 Berdasarkan tabel diatas, akomodasi, sarana dan parasarana penunjang kegiatan wisata sudah cukup baik tersedia. Desa Wisata Pasir Eurih sendiri sedang berencana untuk membangun galeri yang nantinya akan menjadi pusat berkumpulnya para wisatawan serta pusat informasi utama. Namun hal tersebut masih mengalami penundaan karena masalah dana yang dibutuhkan cukup besar dan belum ada bantuan dana dari pihak manapun. Sarana dan prasarana desa lainnya di Desa Pasir Eurih meliputi jalan desa. Kondisi jalan desa menuju ke Desa Wisata Pasir Eurih yang pusatnya berada di wilayah RW 08 mengalami kerusakan sepanjang 2 km. Keadaan tersebut mengakibatkan mobilitas masuk dan keluar desa terkadang tersendat jika melewati jalan yang rusak-rusak berat. Kemudian akses kendaraan umum tidak sampai ke wilayah RW 08. Sehingga
33
wisatawan yang tidak memiliki kendaraan pribadi kesulitan mencapai wilayah tersebut karena cukup jauh dari jalur utama adanya kendaraan umum. Gambaran Sosial dan Profil Desa Wisata Pasir Eurih Desa wisata Pasir Eurih sendiri terletak di daerah tujuan wisata kaki Gunung Salak yang lokasinya berada sebelah Selatan Bogor, desa ini masuk dalam zona pengembangan wisata Taman Sari yang meliputi Pura Bali Gunung Salak, Air Terjun Curug Nangka, Bumi Perkemahan Sukamantri, Agrowisata Ulat Sutra, Jamur, Markisa, Desa Wisata Taman Sari, Desa Wisata Sukajadi, Desa Wisata Tenjolaya, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan tidak jauh dari pusat Kota Bogor. Menyajikan keunikan budaya masa pajajaran dipadu dengan pusat kerajinan alas kaki dan kesenian tradisional. Desa Wisata Pasir Eurih termasuk dalam Handicraft Villages, dimana pengembangan tipe ini biasanya dilakukan pada desa-desa yang berfungsi sebagai pusat lokasi produksi dan penjualan barang hasil kerajinan, dan juga merupakan desa yang masih kurang atau bahkan tidak memiliki atraksi lainnya. Pengelolaannya cenderung berdasarkan pada ikatan keluarga atau kelompok dan menggunakan tenaga kerja lokal. Mayoritas masyarakat sendiri Desa Wisata Pasir Eurih adalah masyarakat sunda. Karakteristik masyarakat Jawa Barat sangat beragam meski secara umum sering disebut sebagai masyarakat Sunda. Seiring dengan perkembangan zaman, keanekaragaman masyarakat Jawa Barat semakin bertambah, tidak hanya dari dimensi kultural namun juga dimensi identitas (ras, etnisitas, agama). Dalam kondisi seperti inilah konsep multikulturalisme memperoleh relevansinya. Wacana multikulturalisme menjadi relevan manakala berhadapan dengan realitas kehidupan sosial di Jawa Barat yang semakin hari semakin kosmopolis. Jawa Barat tidak sekedar menjadi milik etnik Sunda semata, tapi juga menjadi tanah tempat bermukim dan berkarya berbagai etnik bahkan bangsa. Sementara secara politik, karakter budaya politik Sunda cenderung menempatkan elit secara dominan dalam pengambilan keputusan, sementara karakter masyarakat Sunda kendati menunjukkan ciri masyarakat yang egaliter (sederajat), namun secara kultural masyarakat Sunda cenderung menunjukkan partisipasi politik yang individualistis. Kondisi tersebut memberi peluang kepada pemegang otoritas politik untuk tidak memedulikan kepentingan politik mayoritas masyarakat. Dalam batas tertentu, masyarakat Sunda memang memperlihatkan ciri egaliter tetapi dalam egaliterianisme ini justru muncul sifat-sifat individualistis dalam persoalan yang menyangkut kepentingan pribadi. Dalam kondisi demikian, apatisme atau ketidakacuhan politik kerap tampak ke permukaan. Kondisi ini semakin memperlebar peluang pemegang otoritas politik untuk mengesampingkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya perbedaan kepentingan antara otoritas desa dengan otoritas desa wisata. Tidak ada kerjasama baik yang terjalin antara kedua belah pihak terkait pengembangan desa wisata. Karakteristik Responden Peserta Program Desa Wisata Responden penelitian terdiri dari masyarakat yang ikut serta sebagai peserta maupun pengurus Desa Wisata Pasir Eurih. Terdapat sekitar 73 orang masyarakat yang ikut serta dalam kepengurusan dan keanggotaan di Desa Wisata
34
Pasir Eurih yang tersebar ke beberapa RW yang ada di Desa Pasir Eurih, yaitu RW 2 , RW 4, RW 5, RW 6. RW 7, RW 8, RW 9, RW 10, RW 13, dan RW 14. Seluruh masyarakat yang tergabung dalam Desa Wisata tersebut dijadikan kerangka sampling dan selanjutnya sejumlah 50 orang responden dipilih secara acak sederhana untuk diwawancarai menggunakan kuesioner. Usia Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa selang umur responden berkisar antara 24 - 65 tahun. Usia responden paling muda 24 tahun dan responden paling tua berusia 65 tahun. Peneliti mengkategorikan umur kedalam tiga kategori dewasa muda dengan rentang usia 24 – 41 tahun, dewasa tua dengan rentang usia 42 – 51 tahun, dan tua dengan rentang usia lebih dari 52 tahun. Pengkategorian tersebut didasarkan pada penghitungan standar deviasi dari keseluruhan umur responden yang ikut serta dalam pegembangan desa wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata termasuk dalam kategori usia dewasa tua.
Gambar 4 Persentase usia responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Dari hasil perhitungan, jumlah persentase responden terbanyak yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata dikategorikan dewasa tua, dengan jumlah persentase 36 persen atau 18 orang dari jumlah total keseluruhan 50 orang responden. Kemudian responden yang dikategorikan dewasa muda dan tua memiliki persentase jumlah yang sama yaitu 32 persen atau masing-masing kategori 16 orang. Data menyebutkan bahwa usia yang paling banyak ikut serta dalam pengembangan desa wisata yaitu yang ada pada rentang usia dewasa tua dan dewasa muda, hal tersebut menunjukan bahwa responden pada usia produktif banyak yang berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata.
35
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah lama pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden. Sebaran tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh responden pada penelitian ini adalah tamat SD, tamat SMP, tamat SMA/STM dan sarjana. Pendidikan yang dimiliki oleh anggota masyarakat akan mempengaruhi cara mereka berpikir. Pendidikan dapat diperoleh dari pendidikan formal melalui bangku sekolah dan pendidikan informal misalnya melalui kursus-kursus atau pelatihan. Kebanyakan penduduk Desa Pasir Eurih hanya mengikuti sekolahsekolah formal saja, hal ini dikarenakan sekolah formal lebih familiar didapati ketimbang sekolah informal. Berdasarkan data tingkat pendidikan warga Desa Pasir Eurih sebagian besar tamat SD sebanyak 5,897 orang, kemudian SMA sebanyak 2,314 orang, tamat SMP sebanyak 2181 orang, tamat D2 sebanyak 121 orang, D3 sebanyak 86 orang, S1 sebanyak 188, S2 sebanyak 19 orang, dan S3 sebanyak 2 orang.
Gambar 5 Persentase tingkat pendidikan responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Dari hasil perhitungan data, mayoritas responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata yaitu berpendidikan akhir rendah dengan jumlah 46 persen atau sejumlah 23 orang dari total 50 responden. Kemudian responden yang berpendidikan akhir tinggi berjumlah 34 persen atau sejumlah 17 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang ikut serta masih rendah, dengan pendidikan akhir SD sederajat. Kondisi demikian merupakan kendala bagi perkembangan kepariwisataan di kawasan tersebut, karena peran serta dari masyarakat sangat berpengaruh bagi terciptanya kondisi pariwisata yang ideal. Dengan kondisi masyarakat yang berpendidikan rendah dikhawatirkan tidak akan mampu menyesuaikan dengan kondisi wisatawan yang berpendidikan ratarata lebih tinggi. Sehingga efektivitas dan efisiensi komunikasi antara wisatawan dan penduduk setempat sulit tercapai. Dengan demikian upaya pihak pengelola untuk memberdayakan masyarakat setempat dengan melakukan pendidikan dan
36
pelatihan sangat dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang prima bagi pengunjung. Lama Menetap Lamanya seseorang menetap dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan mempengaruhi partisipasi seseorang. Semakin lama seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan akan semakin besar. Lama atau barunya waktu tinggal diukur berdasarkan jumlah tahun rata-rata lama menetap responden. Dimana kurang dari 14 – 35 tahun dikategorikan baru tinggal di wilayah Desa Pasir Eurih, rentang waktu 36 - 47 tahun dikategorikan sedang dan lebih dari 48 tahun dikategorikan lama.
Gambar 6 Persentase lama menetap responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Berdasarkan pengolahan data, persentase lama menetap responden di Desa Pasir Eurih mayoritas lama menetapnya dikategorikan sedang dengan jumlah 36 persen atau 18 orang dari 50 responden, dan responden yang lama menetapnya dikategorikan lama jumlah 36 persen yaitu 18 orang. Responden yang dikategori baru menetap berjumlah 28 persen atau 14 orang dari total keseluruhan 50 reponden. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga adalah mereka yang hidup satu atap dan satu dapur, atau satu dapur lain atap. Termasuk didalamnya adalah suami/istri, anak-anak, anggota keluarga lainnya ataupun bukan keluarga tetapi menjadi tanggungan responden. Diukur dengan jumlah jiwa dan dengan dasar acuan standard BKKBN yaitu dua
37
anak cukup, dimana 2 orang kurang dikategorikan memiliki anggota keluarga yang sedikit, 3 orang – 4 orang dikategorikan sedang, dan lebih dari 4 dikategorikan banyak.
Gambar 7 Persentase jumlah anggota keluarga responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Berdasarkan data yang didapatkan dari responden, mayoritas responden yang ikut serta dalam desa wisata memiliki jumlah anggota keluarga yang dikategorikan sedang sebanyak 48 persen atau sekitar 24 orang dari total 50 responden. Kemudian 34 persen atau berjumlah 17 orang memiliki jumlah tanggungan 2 orang dan dikategorikan sedang. Responden yang memiliki jumlah angggota keluarga lebih dari 4 atau dikategorikan banyak berjumlah 18 persen atau 9 orang dari keseluruhan total 50 responden.
38
Ikhtisar Desa Pasir Eurih merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari empat dusun, 14 rukun warga (RW). Dusun 1 meliputi RW 1-5, dusun 2 meliputi RW 6,8,9, dusun 3 meliputi RW 7,13,12 dan dusun 4 meliputi RW 10,11,14. Jika dilihat dari jarak antara kota atau kabupaten Bogor, Desa Pasir Eurih lebih dekat dengan Kota Bogor. Kepadatan penduduknya 39 jiwa/ha dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Penduduk Desa Pasir Eurih yang bekerja pada tahun 2014 berjumlah 3027 jiwa, mayoritas bekerja sebagai karyawan sepatu. Usia responden paling banyak yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata berada pada rentang usia 42 – 51 tahun yang dikategorikan dewasa tua, dengan jumlah total 18 orang atau 36 persen dari jumlah total keseluruhan 50 orang responden. Dari hasil perhitungan data, mayoritas responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata yaitu berpendidikan akhir SD dengan jumlah 46 persen atau 23 orang dari jumlah total 50 responden. Berdasarkan pengolahan data, persentase lama menetap responden di Desa Pasir Eurih mayoritas dalam rentang waktu 36 - 47 tahun yang dikategorikan sedang dengan jumlah 36 persen atau, dan lebih dari 48 tahun dikategorikan lama dengan jumlah 36 persen atau 18 orang responden. Kemudian mayoritas responden yang ikut serta dalam desa wisata yaitu memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 3 – 4 orang yang dikategorikan sedang sebanyak 48 persen atau 24 orang.
39
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA Cohen dan uphoff membagi partisipasi ke dalam empat tahap, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap menikmati hasil. Terkait dengan kegiatan wisata, para pengurus yang awalnya sudah terbentuk mencari masyarakat yang bersedia menyediakan atraksi untuk ikut dalam pelaksanaan kegiatan desa wisata seperti mereka yang bekerja sebagai pembuat sepatu, makanan tradisional, petani, dan masyarakat lainnya yang bersedia menjadi pemandu wisata. Desa Wisata Pasir Eurih menentukan paket wisata untuk mempermudah wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Wisata Pasir Eurih. Penentuan paket tersebut dilaksanakan secara musyawarah dan dibantu oleh fasilitator dari pihak Dinas Pariwisata, dengan paket mulih ka lembur, paket sono ka lembur, paket sawengi di lembur. Banyak kegiatan diluar kegiatan wisata yang melibatkan masyarakat untuk meningkatkan keterampilan seiring dengan dibentuknya desa wisata. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh berbagai pihak baik dari pihak desa wisata sendiri, maupun dari pihak Dinas Pariwisata, pihak Universitas, atau pihak pemerintah kabupaten untuk mengadakan berbagai pelatihan serta rapat untuk pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih. Responden yang ikut serta dalam kegiatan pengembangan desa wisata adalah biasanya sudah terbiasa aktif dalam berbagai kegiatan di desa baik itu sebagai RT, RW, mantan RT, mantan RW, mantan pegawai desa, pegawai desa, aktif sebagai kader KB, Posyandu ataupun mereka yang dulu sempat bekerja di Kampung Budaya Sunda Sindang Barang. Hal ini seperti yang dituturkan oleh informan, sebagai berikut: “…Kebanyakan yang aktif mah emang udah biasa jadi RT lah seengganya, kalau masalah aktif semua apa engga mah pengurus sama anggota juga kalau ada rapat biasanya engga semua ikut, paling beberapa orang aja sih yang selalu hadir sama rajin ngomongnya. Kalau mau mengumpulkan semua agak sulit karena harus diimingi dulu, kaya waktu itu ada bohlam gratis pada ikut deh semua…”- Bapak DS, 56 tahun. Tabel 8 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden tahun 2016 Tingkat Partisipasi Σ 20 Rendah 10 Sedang 20 Tinggi 50 Total
% 40.0 20.0 40.0 100.0
Berdasarkan tabel 8, sebanyak 40 persen responden menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masih rendah, dan 40 persen menunjukkan bahwa tingkat partisipasi responden tinggi. Berdasarkan pengamatan di lapangan tidak ada kegiatan rapat yang rutin yang dilaksanakan, sehingga seluruh masyarakat khususnya responden yang ikut serta dalam kegiatan desa wisata kebanyakan tidak mengetahui akan perkembangan terkait desa wisata yang ada. Selain itu, fasilitas penunjang kegiatan wisata seperti galeri, saung, fasilitas jalan dan
40
wilayah persawahan yang akan digunakan untuk kegiatan bertani masih menunggu adanya aliran dana yang akan diturunkan pada bulan agustus seusai lebaran, karena rencana awal pencairan dana pada bulan Januari tidak turun dari pihak Kabupaten Bogor. Namun, apabila ada kegiatan dan membutuhkan kumpul rapat, kebanyakan responden antusias akan kegiatan yang akan dilaksanakan. Umumnya kegiatan rapat akan rutin dilaksanakan apabila musim libur tiba, atau ketika wisatawan akan datang. Wisatawan yang hadir pun biasanya pada waktu tertentu saja, misalnya pada waktu libur sekolah, atau libur lebaran. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan sebagai berikut: “…Kegiatan rapat mah engga rutin neng, paling kalau ada Dinas Pariwisata yang mau memberikan bantuan, masukan, dan melihat perkembangan desa wisata, sama anak sekolahan yang datang pas musim libur…”-Ibu N, 42 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, perbandingan tingkat partisipasi masyarakat antara yang tinggi dan rendah sama yaitu 40 persen, hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat dalam pengembangan desa wisata karena keterlibatan dari awal pengambilan keputusan pun tidak diikuti secara rutin karena tidak adanya akses masyarakat untuk berpartisipasi. Selain itu, terdapat bias dalam pelibatan anggota oleh para pengurus. Pihak-pihak yang masih memiliki ikatan keluarga dengan ketua desa wisata lebih banyak dilibatkan untuk mengikuti berbagai kegiatan, seperti pelatihan. Disamping itu, apabila ada informasi dan ada kegiatan wisata yang akan dilaksanakan tidak semua anggota mengetahui, berdasarkan pengamatan di lapang, ketua desa wisata sendiri menunjuk langsung siapa saja yang bisa ikut serta. Pelaksanaan pengembangan desa wisata baru terlihat berjalan pada tahun 2016 meskipun sudah dicanangkan dari tahun 2011 membuat masyarakat yang terlibat dalam pengembangan desa wisata masih terbatas karena kegiatannya pun belum terjadwal dengan baik. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan sebagai berikut: “…Kurangnya kepercayaan akan satu sama lain juga menjadi penghambat masyarakat untuk ikut partisipasi, terutama karena memang informasi tidak disampaikan secara menyeluruh karena rapat yang diadakan terbatas kalau ada kegiatan saja, kalaupun ada rapat yang ikut itu-itu saja. Selain itu, masyarakat juga masih bingung akan bedanya desa wisata sama kampung budaya, jadi sering tertukar. Terus masih kuat sih neng kekelaurgaan dalam pengurus teh…”Bapak Y, 24 tahun. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pengambilan keputusan Tahap pengambilan keputusan yaitu keikutsertaan masyarakat dalam rapat pengambilan keputusan yang dilaksanakan baik oleh pihak Dinas Pariwisata, oleh pengurus dan anggota Desa Wisata Pasir Eurih, maupun oleh pihak perangkat desa. Manfaat keikutsertaan serta pengambilan keputusan terkait kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan, keaktifan dalam bertanya dan memberikan usulan terkait pengembangan wisata pun disertakan dalam tahap pengambilan keputusan ini.
41
Tabel 9 Jumlah dan frekuensi responden pengambilan keputusan tahun 2016 No. Tahap Pengambilan Keputusan 1. Rendah 2. Tinggi Total
pada tingkat partisipasi tahap Σ 22 28 50
% 44,0 56,0 100,0
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam tahap pengambilan keputusan yaitu sebanyak 56 persen. Seringkali dalam tahap pengambilan keputusan terkait pengembangan desa wisata banyak melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Hal tersebut membuat masyarakat khususnya mereka yang terlibat dalam desa wisata menunjukan antusias yang tinggi karena segala keputusan difasilitasi oleh pihak pemangku kepentingan yang terlibat. Pihak-pihak tersebut biasanya berasal dari Dinas Pariwisata, Universitas, desa wisata lainnya, Bappeda, dan Pihak Pemerintah Kecamatan. Semua stakeholders tersebut biasanya membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan wisata, seperti yang saat ini gencar dilakukan yaitu pembangunan galeri yang nantinya akan menunjang kegiatan wisata pengunjung. Musrenbang umumnya menjadi salah satu wadah bagi masyarakat dan stakeholder lainnya untuk musyawarah terkait pelaksanaan pengembangan desa wisata dan merumuskan berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan desa wisata, seperti yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2015 bertempat di saung Desa Wisata Pasir Eurih. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan sebagai berikut: “…Segala sesuatu terkait dengan desa wisata kami musyawarahkan bersama dengan pengurus, masyarakat, dan tokoh-tokoh masyarakat pun biasanya diundang. Terlebih dari pihak Dinas Pariwisata sering sekali datang untuk melihat proses perkembangan, dan musyawarah juga sering dilaksanakan terkait berbagai hal yang memerlukan kebersamaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan bersama, khususnya terkait sarana dan parasarana yang menunjang kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih. Soalnya kalau berhubungan dengan uang jadi harus ikut semua…”Ibu M, 42 tahun. Namun disisi lain, tabel 9 menunjukkan bahwa masih banyak responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah dalam tahap pengambilan keputusan. Hal tersebut karena berdasarkan hasil observasi, proses pengambilan keputusan umumnya dilakukan oleh susunan inti kepengurusan, sangat jarang diketahui dan dikerjakan bersama oleh para anggota. Disamping itu keterbatasan dalam memperoleh kekuasaan untuk mengambil keputusan diserahkan kepada pihak pengurus inti dan stakeholder lainnya, terkait persetujuan anggaran dana, informasi kegiatan apa saja yang dilaksanakan, pelatihan dan lain sebagainya. Masyarakat umumnya tidak terlalu banyak dilibatkan dalam proses ini.
42
“…Kalau masalah anggaran dana sama tamu yang datang biasanya Pak Deden yang ngurus, soalnya hubungan langsung sama dinas. Kalau anggota yang lain mah biasanya nunggu aja ada kabar atau gimana kalau ada pelatihan juga biasanya ditanya dulu siapa yang bisa ikut…”Pak S, 58 tahun. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan yaitu keikutsertaan masyarakat Desa Pasir Eurih dalam pengembangan desa wisata dilihat dari kehadiran dalam rapat yang dilaksanakan, keikutsertaan dalam kepengurusan, keikutsertaan dalam memberikan atraksi dan akomodasi kepada para wisatawan, keikutsertaan dalam pelatihan yang membantu meningkatkan keterampilan dalam melayani dan mengembangkan desa wisata. Kegiatan sehari-hari masyarakat merupakan hal yang ditonjolkan untuk menjadi atraksi wisata Desa Wisata Pasir Eurih. Masyarakat Desa Pasir Eurih sendiri mayoritas bekerja dalam sektor home industry pengrajin sepatu, sehingga tidak aneh jika hampir seluruh rumah memiliki bengkel yang biasa digunakan untuk pembuatan sepatu. Selain itu, masyarakat juga banyak yang mengembangkan kuliner tradisional sunda, seperti jahe mix, teng-teng, rengginang, papais, sistik, dodol, manisan pala, dan lain sebagainya6. Kegiatan pembuatan sepatu dan kuliner khas dijadikan atraksi untuk wisatawan yang datang ke Desa Wisata Pasir Eurih, sehingga para wisatawan mengetahui cara pembuatannya. Wisatawan banyak yang membeli produk yang dibuat oleh masyarakat dan juga menjadi langganan dengan memesan dari jauh-jauh hari untuk kegiatan tertentu. Potensi alam, budaya, dan sejarah yang dimiliki Desa Pasir Eurih banyak yang dijadikan sebagai atraksi wisata, seperti situs Taman Sribagenda, dan potensi pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat untuk menjadi kegiatan agroedukasi. Kegiatan agroedukasi tersebut mencakup, tanam padi, membajak sawah, panen padi, pembibitan ikan, dan perkebunan. Tabel 10 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap pelaksanaan tahun 2016 No. Tahap Pelaksanaan Σ % 1. Rendah 31 62.0 2 Sedang 16 32.0 3. Tinggi 3 6.0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 10 sebanyak 62 persen masyarakat memiliki partisipasi yang rendah pada tahap pelaksanaan. Hal tersebut karena meskipun banyak dari masyarakat yang ditunjuk untuk ikut serta sebagai bagian dari desa wisata baik itu penyediaan homestay, atau penyedian atraksi lainnya, masih banyak anggota desa wisata yang kurang percaya akan satu sama lain terutama kepada pengurus. Berdasarkan observasi di lapangan biasanya pihak-pihak yang rumahnya 6
teng-teng (makanan tradisional dari beras yang diberi gula), rengginang (makanan tradisional dari beras ketan dikukus yang kemudian dijemur agar bisa digoreng), papais (makanan tradisional yang berasal dari tepung beras yang dibungkus daun pisang).
43
dijadikan homestay, atau yang mendapatkan kunjungan dari wisatawan untuk melihat pembuatan sepatu dan kuliner tradisional adalah anggota atau pengurus tertentu saja. Sehingga tidak semua anggota kebagian kedatangan wisatawan, hal tesebut menimbulkan kecemburuan dan ketidakpercayaan. Disisi lain, hal tersebut terjadi karena banyak dari anggota yang ketika ada wisatawan, fasilitas rumahnya tidak siap untuk melayani para wisatwan yang datang. Kemudian karena wisatawan yang datang terbatas pada waktu tertentu menimbulkan kebingungan di masyarakat apakah desa wisata masih berjalan atau tidak, disamping fasilitas penunjang desa wisata pun belum siap. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan dan responden sebagai berikut: “…Kadang-kadang tamu datang mendadak terus mau nginep, jadi biasanya harus cepet milih rumah yang ada kamar kosongnya. Jadi engga semua anggota desa wisata kebagian dijadikan homestay, wisatawan pun yang datang engga ada setiap hari…”Bapak D, 56 tahun “…Saya teh berasa udah ga ikutan aja da teh sebenernya di desa wisata, soalnya juga ga pernah dilibatkan lagi, kalau ada wisatawan juga paling ke rumah yang deket-deket aja, terus saya pikir sih ini the kaya mandeg gitu ya teh, gatau sih emang jarang ada informasi…” Ibu NK, 28 tahun. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi mencakup kehadiran masyarakat dalam rapat evaluasi dan penilaian baik itu secara lisan maupun tulisan. Masyarakat khususnya anggota dan pengurus umumnya memberikan penilaian terkait kegiatan yang dilaksanakan berupa masukan, kritik, ataupun saran. Evaluasi memerlukan pengetahuan peserta program dari awal program berjalan hingga program sedang atau telah selesai dilaksanakan. Tabel 11 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap evaluasi tahun 2016 No. Tahap Evaluasi Σ % 1. Rendah 21 42.0 2. Tinggi 29 58.0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 11, partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi menunjukan bahwa 58 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap evaluasi. Berdasarkan observasi, meskipun tidak ada rapat yang secara khusus diadakan setiap minggu untuk mengevaluasi kegiatan, tetapi biasanya anggota dan pengurus dalam menyampaikan evaluasinya terhadap kegiatan yang sedang berjalan dan akan berjalan umumnya disampaikan dalam obrolan biasa. Biasanya yang rajin menyampaikan pendapatnya terkait desa wisata anatar satu sama lain diluar forum adalah yang memiliki yang masih memiliki hubungan keluarga. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh salah satu responden yaitu:
44
“…Biasanya kalau ada apa-apa Pak Deden sama anggota lain suka kumpulnya di rumah ibu, kebetulan pak Iwan juga kan anak ibu, sama Pak Deden juga masih keluarga. Bukannya apa-apa neng disini mah masyarakatnya juga euweuh kahayang, jadi ga nyambung kalau diajak ngomong soal desa wisata teh, makanya yang enak diajak ngobrol mah ya yang emang udah kenal…” Ibu EK, 63 tahun. Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Menikmati Hasil Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yaitu pengetahuan, keterampilan, dan dampak positif yang ada dengan berkembangnya desa wisata. Selain dari segi ekonomi, dengan adanya desa wisata kegiatan pelatihan adalah kegiatan yang sering mengikutsertakan masyarakat untuk menunjang pelatihan SDM dalam pengembangan desa wisata. Kegiatan umumnya dilaksanakan oleh pihak-pihak dari Dinas Pariwisata, Bappeda, dan paguyuban desa wisata di Jawa Barat. Tabel 12 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap menikmati hasil tahun 2016 No. Tahap Menikmati Hasil Σ % 1. Rendah 12 34.0 2. Tinggi 33 66.0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 12, tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil menunjukkan bahwa 66 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap menikmati hasil. Berdasarkan observasi, melalui berbagai pelatihan yang diikuti, masyarakat semakin mampu dalam menangani wisatawan yang berkunjung. Kemudian masyarakat semakin terbuka untuk berkomunikasi satu sama lainnya terkait kegiatan pelatihan apa saja yang dilaksanakan dengan pihak yang tidak mengikuti pelatihan. Selain itu, masyarakat semakin senang dengan banyak pihak yang biasa datang ke desa mereka, baik itu dari pihak Dinas Pariwisata, pihak Universitas, atau wisatawan. Namun disisi lain berdasarkan observasi dan penuturan beberapa responden, banyak dari masyarakat yang menjadi pengrajin sepatu membuang limbah pembuatan sepatu secara sembarangan bahkan ada yang membakarnya. Hal tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap kegiatan wisata yang dilaksanakan di wilayah Desa Pasir Eurih apabila kebiasaan tersebut terus berlangsung akan mencemari lingkungan dan udara.
45
HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT Makmur (2005) menyebutkan bahwa kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Partisipasi dapat distimulus atau digerakkan melalui berbagai upaya baik secara internal maupun eksternal sehingga diharapkan partisipasi yang dibangun dapat terus berkembang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yakni faktor internal dan aktor eksternal. Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut (Pangestu 1995) adalah sebagai berikut: faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. Jumlah beban keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Menurut Ajiswarman (1996), semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain, yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama menetap. Hubungan Tingkat Usia dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Usia merupakan jumlah tahun hidup seseorang yang diukur dalam satuan tahun yang dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan kehari ulang tahun terdekat. Klausmeier dalam Hardjono (2000) menyatakan bahwa usia seseorang dapat menunjukkan kematangan emosional, kecermatan, kematangan dan kemampuan berpikir secara empiris. Berdasarkan hasil perhitungan persentase usia masyarakat pada gambar 2, jumlah persentase responden terbanyak yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata berada pada rentang usia 42 – 51 tahun atau dewasa, dengan jumlah total 18 orang atau 36 persen dari jumlah total keseluruhan 50 orang responden. Tabel 13 Hubungan tingkat usia dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Tingkat Partisipasi Masyarakat Tingkat Usia Total Rendah Sedang Tinggi Σ % Σ % Σ % Σ % Tua 7 43.8 5 31.2 4 25.0 16 100 Dewasa Tua 7 38.9 3 16.7 8 44.4 18 100 Dewasa Muda 6 37.5 2 12.5 8 50.0 16 100 Berdasarkan tabel 13 terdapat kecenderungan bahwa semakin muda usia responden semakin tinggi tingkat partisipasinya. Responden yang berusia dewasa
46
muda menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi yaitu sebanyak 50 persen, dan responden yang berusia dewasa menunjukkan partisipasi tinggi sebanyak 44.4 persen. Resonden yang berusia tua menunjukkan partisipasi yang rendah yaitu sebanyak 43.8 persen. Hal tersebut disebabkan karena semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya (Tamarli 1994). Oleh karena itu, semakin muda usia seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Sama halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin tua usia seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Peneliti melakukan uji statistik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.140 yang menunjukkan hubungan yang lemah. Jadi hubungan antara tingkat usia dan tingkat partisipasi masyarakat memiliki hubungan yang lemah. Nilai sig. 0.167, berarti lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat usia dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih masih sebatas dalam waktu tertentu saja, kegiatan yang sering dilaksanakan yaitu pelatihan dan tidak semua anggota bisa ikut serta karena umunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Mayoritas responden yang ikut serta khusunya pelatihan yaitu responden yang berusia dewasa tua dan tua, karena memiliki waktu luang yang lebih banyak. Disamping itu anggota yang memegang peranan penting dalam kepengurusan desa wisata seperti ketua dan wakilnya sudah berusia tua. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan informan, yaitu: “…Kebanyakan yang jadi pengurus teh yang udah biasa jadi RT, RW, atau pegawai desa, sama pegawai KBS dulu…”Bapak S, 58 tahun. “…Yang muda memang punya semangat dalam ngembangin desa, tapi karena kesibukan masing-masing jadi susah meluangkan waktunya, apalagi saya kan punya usaha sendiri, kan kalau ditinggal pelatihan seminggu berabe…”Bapak Y, 24 tahun. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti responden pada saat penelitian dilakukan. Sebaran tingkat pendidikan mulai dari tamat SD hingga tamat perguruan tinggi. Dari hasil perhitungan data, frekuensi terbesar responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata yaitu berpendidikan akhir SD dengan jumlah 46 persen.
47
Tabel 14 Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Tingkat Tingkat Partisipasi Masyarakat Total Pendidikan Rendah Sedang Tinggi Σ % Σ % Σ % Σ % SD Sederajat 13 56.5 5 21.7 5 21.7 23 100 SMP Sederajat 5 50.0 1 10.0 4 40.0 10 100 SMA 2 11.8 4 23.5 11 64.7 17 100 Sederajat Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 14 terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan responden dengan tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD, memiliki tingkat partisipasi yang rendah pula yaitu sebesar 56.5 persen. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dengan jumlah 64.7 persen. Hal tersebut dikarenakan latar belakang pendidikan responden berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap mental responden dalam pengembangan desa wisata. Peneliti melakukan uji statistik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.425 berarti berada pada 0.30 sampai 0.49 artinya : hubungan moderat. Jadi hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat pada pengembangan desa wisata memiliki hubungan yang sedang. Nilai sig. 0.001, berarti lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal tersebut didukung dengan hasil pengamatan di lapang, dimana responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam berkontribusi terhadap pengembangan desa wisata. Tingkat pendidikan tertinggi diantara responden yaitu seorang dosen lulusan S2, yang dijjadikan sebagai penasehat sekaligus biasa membawa pihak universitas untuk mengadakan penelitian atau sosialisasi di Desa Wisata Pasir Eurih. Disamping itu mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi umumnya membantu anggota lainnya yang lulusan SD atau tidak tamat dengan pendampingan antara sesama anggota. Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan yaitu: “…Banyakan anggota teh lulusan SD, tapi kan yang lulusan SMA, sama D1 juga ada yang jadi anggota, biasanya teh saling ngebimbing aja, jadi yang lulusan SD juga bisa belajar otodidak lah dalam berorganisasi mah, da sebelumnya juga uda biasa jadi RT atau RW, atuh neng da lulusan SD dulu beda sama sekarang….” Ibu M, 42 tahun. Hubungan Lama Menetap dengan Tingkat Partisipasi Lamanya seseorang menetap dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan mempengaruhi
48
partisipasi seseorang. Semakin lama seseorang menetap dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan akan semakin besar. Lama atau barunya waktu tinggal diukur berdasarkan jumlah tahun rata-rata lama menetap responden. Jumlah responden dengan persentase lama menetap sedang dan lama di Desa Pasir Eurih berjumlah sama, masing-masing yaitu 36 persen. Tabel 15 Hubungan lama menetap dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Lama Menetap
Baru Sedang Lama
Tingkat Partisipasi Masyarakat Rendah Σ % 6 42.9 5 27.8 9 50.0
Sedang Σ % 4 28.6 3 16.7 3 16.7
Tinggi Σ % 4 28.6 10 55.6 6 33.3
Total Σ 14 18 18
% 100 100 100
Tabel 15 menggambarkan tidak ada hubungan antara lama menetap dengan tingkat partisipasi karena ketika waktu menetap responden lama, tingkat partisipasi menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah yaitu sebesar 50 persen. Kemudian ketika waktu menetap responden lama tingkat partisipasi tinggi hanya sebesar 33.3 persen. Jumlah tersebut lebih kecil dari tingkat partisipasi masyarakat dengan lama menetap yang dikategorikan sedang yaitu sebesar 55.6 persen. Hal tersebut juga didukung dengan hasil uji korelasi spearman yang menunjukkan hubungan yang bertolak belakang. Berdasarkan uji statistik Rank Spearman, hasil menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0.036 yang menunjukkan hubungan yang bertolak belakang. Nilai sig. 0.401 berarti lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara lama menetap dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hasil uji menjelaskan bahwa belum tentu responden yang sudah menetap lama di Desa Pasir Eurih memiliki partisipasi yang tinggi dalam pengembangan desa wisata. Hal itu disebabkan karena hingga saat ini kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih masih terbatas pada waktu tertentu saja. Semua anggota yang terlibat dalam desa wisata sendiri belum merasakan bagaimana menangani wisatawan. Disamping itu, kurangnya kerja sama antara pihak desa Pasir Eurih dan Desa Wisata dalam sosialisasi terkait pengembangan desa wisata, apa sebenarnya itu desa wisata, serta manfaat dari desa wisata itu apa, menjadikan banyak masyarakat kurang mengerti dengan desa wisata itu sendiri. Kemudian sumbangan materi untuk pembangunan fasilitas penunjang desa wisata, dan materi berupa sumbangan pemikiran dan waktu untuk mendorong masyarakat berpartisipasi dalam mengembangkan kegiatan wisata masih minim. Berbagai pelatihan yang dilaksanakan umumnya melibatkan para pengurus saja dan pihak yang sama secara berturut-turut, hal tersebut disebabkan karena kesibukan dari masing-masing anggota yang tidak bisa ikut serta dalam pelatihan dengan jangka waktu cukup lama. Hal tersebut berujung pada kurangnya minat responden khususnya warga asli yang sudah menetap di Desa Pasir Eurih sejak lama untuk ikut serta dalam kepengurusan, karena menganggap Desa Wisata sudah tidak berjalan lagi karena kegiatan wisatanya jarang. Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan yaitu:
49
“…Orang desa jarang ngadain rapat atau musyawarah gitu, jadi ga ada tempat buat masyarakat tau tentang perkembangan informasi yang jelas, pas rapat sama kecamatan juga ga pada dateng…”Pak D, 56 tahun. “…Banyak masyarakat disini masih bingung bedanya desa wisata sama KBS, emang paling wisatawan yang datang pas libur sekolah doing ya neng, terus kurang ada informasi dari pengurus juga sama pemerintah desa, jadi masyarakat juga ga pada tau, paling yang ikut mah itu-itu aja…”Pak UA, 47 tahun. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat Partisipasi Jumlah anggota keluarga adalah mereka yang hidup satu atap dan satu dapur, atau satu dapur lain atap. Termasuk didalamnya adalah suami, istri, anakanak, anggota keluarga lainnya ataupun bukan keluarga tetapi menjadi tanggungan responden. Diukur dengan jumlah jiwa dan dengan dasar acuan standard BKKBN yaitu dua anak cukup. Frekuensi terbesar responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata yaitu yang memiliki jumlah anggota keluarga sedang sebanyak 48 persen. Tabel 16 Hubungan jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Tingkat Beban Keluarga Banyak Sedang Sedikit
Tingkat Partisipasi Masyarakat Rendah Σ % 4 44.4 9 37.5 7 41.2
Σ 1 7 2
Sedang % 11.1 29.2 11.8
Tinggi Σ % 4 44.4 8 33.3 8 47.1
Total Σ 9 24 17
% 100 100 100
Tabel 16 menggambarkan tidak adanya hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari responden yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak memiliki jumlah persentase tingkat partisipasi yang rendah dan tinggi yang sama yaitu 44.4 persen, sehingga responden dengan jumlah anggota keluarga banyak pun memiliki tingkat partisipasi yang cukup tinggi. Kemudian responden dengan jumlah anggota keluarga yang sedikit juga menunjukkan tingkat partisipasi rendah cukup besar yaitu 41.2 persen. Peneliti melakukan uji statistic Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.035 yang menunjukkan hubungan yang kurang berarti. Nilai sig. 0.406, berarti lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena meskipun responden memiliki jumlah tanggungan yang banyak, hal tersebut tidak membatasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata. Desa wisata dijadikan masyarakat khususnya responden sebagai sarana untuk
50
peningkatan ekonomi dan menyalurkan pemikiran. Disamping itu berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilaksanakan, kebanyakan dari responden yang memiliki tanggungan banyak, anak-anaknya sudah bekerja meskipun masih tinggal dalam satu rumah. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan responden dan informan yaitu: “…Bapak mah di rumah teh ada 8 orang, tapi kan ada yang udah kerja jadi bantu-bantuin dikit lah…” Pak AA, 65 tahun. “…Alhamdulilah ya semenjak ada desa wisata sering ada pelatihan, jadi nambah ilmu ke saya nya juga, terus kadang-kadang suka ada yang nginep ke rumah juga terus dimintain masak, ya alhamdulilah neng…”Ibu M, 42 tahun. “…Ibu udah lama bikin jahe mix karena dulu sering ikut pelatihan dari ibu dosen, terus waktu itu diajakin dan ada pendataan buat masyarakat yang bikin makanan-makanan tradisional gitu, alhamduliah sekarang teh jahe mix jadi welcome drinknya desa wisata, bapak kan udah pensiun jadi alhamdulilah lah neng bantubantu ekonomi keluarga….”Ibu IY, 47 tahun. HUBUNGAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT Metode partisipasi harus menggunakan metode formal dan informal. Secara formal adalah melalui pertemuan masyarakat, diskusi dan presentase lewat lembaga formal di wilayah tersebut. Secara informal melalui diskusi tatap muka antar individu, dari rumah ke rumah, dan keterlibatan dalam kegiatan sosial dan produktif dalam masyarakat seperti pesta panen, dan lain sebagainya. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah metode pelaksanaan kegiatan (Arifah 2002). Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Metode kegiatan yang aktif melibatkan masyarakat dan mendukung peranan masyarakat dalam pembangunan yang dilaksanakan dapat meningkatkan partisipasi mayarakat yang terlibat. Disamping itu melalui komunikasi yang terciptakan mendorong hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, sehingga sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Faktor ekternal sendiri meliputi kegiatan para stakeholder yaitu perangkat desa, fasilitator, pemerintah daerah, pihak universitas aktif dalam memberikan sosialisasi, pengarahan, dan bimbingan evaluasi kepada masyarakat terkait berbagai kegiatan mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi upaya pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih. Melalui hal tersebut masyarakat bisa mendapatkan banyak informasi terkait pengembangan desa wisata. Informasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kelompok. Jika masyarakat tidak mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan akan berakibat anggota masyarakat tidak mengetahui apa yang akan
51
dilakukan. Informasi tentang manfaat serta tujuan dibentuknya desa wisata, pentingnya keikutsertaan seluruh masyarakat, peraturan terkait pembentukan desa wisata, kegiatan apa saja yang bisa dikembangkan untuk menarik minat wisatawan, potensi apa saja yang dimiliki oleh desa wisata, apa saja yang harus disiapkan pada saat wisatawan datang. Sumber informasi tersebut disosialisasikan oleh pihak stakeholder baik itu pihak Dinas Pariwisata, pihak perangkat desa, ataupun oleh pengurus desa wisata kepada anggota dan masyarakat lain yang belum bergabung. Hal tersebut berujung pada seberapa besar warga masyarakat mendapatkan informasi mengenai pengembangan desa wisata yang dilaksanakan. Menurut Holil (1980) ada 4 poin yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari lingkungan, yaitu: 1. komunikasi yang intensif antar sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di masyarakat dengan sistem diluarnya. 2. iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, naik dalam kehidupan keluarga, pergaulan, permaianan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang menguntungkan serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat. 3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial. 4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan didalam keluarga masyarakat atau lingkungan politik, sosial, budaya yang memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa, gagasan perseorangan atau kelompok. Melalui sosialisasi terkait pengembangan desa wisata dapat menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat. Sosialisasi pada masyarakat membantu untuk meningkatkan pengertian masyarakat dan pihak lainnya yang terlibat dalam pengembangan desa wisata. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibat dalam program. Kemudian warga dapat berkumpul lebih awal untuk meyumbangkan prakarsa atau ide-ide. Hasil tabulasi silang menunjukkan hubungan positif antara metode pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi. Tabel 17 Hubungan metode pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016 Metode Pelaksanaan Kegiatan Rendah Sedang Tinggi
Tingkat Partisipasi Masyarakat Rendah Σ % 12 92.3 5 50.0 3 11.1
Sedang Σ % 1 7.7 4 40.0 5 18.5
Tinggi Σ % 0 0.0 1 10.0 19 70.4
Total Σ 13 10 27
% 100 100 100
Berdasarkan tabel 17 menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi atau bagus metode pelaksanaan kegiatan maka semakin tinggi pula tingkat partispasi masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari metode pelaksanaan kegiatan
52
yang rendah, maka partisipasi masyarakat pun rendah yaitu sebesar 92.3 persen. Ketika metode pelaksanaan kegiatan tinggi, maka tingkat partisipasinya pun tinggi yaitu sebesar 70.4 persen. Hal tersebut juga didukung dengan hasil uji korelasi menggunakan Rank Spearman. Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman, hasil menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.744, berarti hubungan sangat kuat. Jadi hubungan tingkat metode pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata memilki hubungan yang sangat kuat. Nilai sig. 0.000, berarti lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara metode pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Hal tersebut juga didukung dari kondisi di lapangan dimana responden yang kurang mendapatkan informasi dari berbagai stakeholder cenderung memiliki tingkat partisipasi yang rendah dengan dibuktikan dari ketidakhadirannya dalam rapat yang diselenggarakan. Sebaliknya responden yang sering ikut serta dalam rapat dan pelatihan, serta mendapatkan pendampingan menunjukkan partisipasi yang tinggi, dan menjadi pengurus desa wisata. TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT Menurut BPS (2007) taraf hidup merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Taraf hidup berdasarkan Badan Pusat Statistik (2007) yaitu variabel kemiskinan meliputi: pendapatan, status rumah, jenis dinding, jenis lantai, fasilitas MCK, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, pengeluaran konsumsi per bulan, akses kesehatan, akses pendidikan, aset kepemilikan. Hasil dari pengukuran indikator tingkat taraf hidup masyarakat dapat menunjukkan pengaruh partisipasi masyarakat terhadap tingkat taraf hidupnya. Beberapa indikator taraf hidup hanya melihat taraf hidup masyarakat sesuai dengan keadaan sekitar. Keberhasilan pengembangan desa wisata memiliki dampak penting dalam peningkatan taraf hidup, karena melalui kegiatan wisata yang dikembangkan di wilayah tersebut menyebabkan peningkatan ekonomi yang selanjutnya dapat berpengaruh pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke desa wisata tentu akan berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat pedesaan (Soekarya 2011). Pendapatan masyarakat sebagai salah satu indikator taraf hidup masyarakat dihitung berdasarkan rata-rata dan standar deviasi jumlah pendapatan responden selama satu bulan. Pendapatan yang paling kecil berada dibawah Rp 1744 058, dan pendapatan tinggi berada dalam kisaran lebih dari Rp 3 457 942. Berdasarkan tabel 18 pendapatan rata-rata responden per bulan sebanyak 44 persen dikategorikan sedang sisanya sebanyak 32 persen dikategorikan rendah, dan 24 persen dikategorikan tinggi. Mayoritas responden yang ikut serta adalah mereka yang bekerja di home industry yaitu pembuat sepatu dan sandal, kerajinan kuliner, petani, dan pelaku kesenian. Setiap kunjungan wisatawan, baik pemandu dan para pengrajin yang dikunjungi mendapatkan uang dan banyak dari para wisatawan yang membeli produk yang dibuat oleh para pengrajin.
53
Tabel 18 Jumlah dan frekuensi pendapatan rata-rata responden per bulan tahun 2016 Pendapatan rata-rata Σ % Rendah 16 32.0 22 44.0 Sedang 12 24.0 Tinggi 50 100.0 Total Berbeda halnya dengan pendapatan, pengeluaran juga digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur taraf hidup masyarakat. Pengeluaran dihitung secara terperinci melihat kebutuhan yang biasanya dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, mencakup biaya pangan, bahan bakar, transportasi, biaya pendidikan, listrik, dan pakaian. Jumlah keseluruhan pengeluaran tersebut dikonversikan kedalam satu bulan karena banyak dari responden yang bingung menentukan beberapa indikator pengeluaran dalam bulan, dan hasilnya di rataratakan dan dicari standar deviasinya. Berdasarkan tabel 19 sebanyak 46 persen responden dinyatakan memiliki pengeluaran yang sedang, sisanya sebanyak 32 persen berpengeluaran rendah, dan 22 persen berpengeluaran tinggi. Tabel 19 Jumlah dan frekuensi pengeluaran rata-rata responden per bulan tahun 2016 Pengeluaran rata-rata Σ % Rendah 16 32.0 23 46.0 Sedang 11 22.0 Tinggi 50 100.0 Total Rumah yang ditinggali oleh responden belum cukup menggambarkan taraf hidup masyarakat, hal ini disebabkan hampir seluruh masyarakat memiliki rumah yang cukup baik dengan mayoritas dinding berbahan tembok bata. Selain itu jenis lantai terluas bangunan rumah masyarakat rata-rata telah berbahan keramik, meskipun masih ada sebagian dari masyarakat yang lantai rumahnya berupa bata tanpa polesan keramik, namun dari keseluruhan responden tidak ada yang lantainya berupa tanah ataupun bilik. Mayoritas masyarakat mengandalkan sumur sebagai sumber air, adapun yang menggunakan mata air sebagai sumber air, namun meskipun mengandalkan mata air, tetapi beberapa responden tetap memiliki sumur atau menggunakan air PAM sebagai sumber air. Mayoritas responden pun memiliki kamar mandi dengan fasilitas septic tank di dalam kamar mandinya. Indikator lain seperti status kepemilikan rumah, mayoritas merupakan milik pribadi, adapun yang menyatakan masih menumpang karena responden belum menikah dan masih berusia muda atau rumah tersebut merupakan miliki orang tua dari responden. Tempat berobat yang dituju mayoritas oleh masyarakat adalah puskesmas, namun apabila penyakit yang diderita serius kebanyakan akan beralih ke rumah sakit. Terkait sumber biaya pengobatan penelitian menunjukkan bahwa masyarakat harus menggunakan biaya sendiri untuk berobat, namun adapula yang sudah menggunakan BPJS karena banyak pihak-pihak yang
54
memfasilitasi masyarakat untuk membuat asuransi kesehatan. Jenjang pendidikan terakhir di keluarga mayoritas merupakan lulusan SMA, namun adapun yang lulusan sarjana, biaya pendidikan pun diakui masyarakat merupakan biaya pribadi tanpa bantuan beasiswa. Jenis bahan bakar yang umumnya digunakan masyarakat adalah gas, dimana gas tersebut lebih mudah dijangkau dan murah untuk keperluan memasak dan usaha sehari-hari. Sumber penerangan masyarakat mayoritas menggunakan listrik PLN dan listrik pulsa. Terkait dengan asset kepemilikian, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih menunjukkan asset kepemilikian yang rendah, dimana indikator asset kepemilikan sendiri dibagi kedalam beberapa indikator, yaitu perabotan, kendaraan, dan kepemilikan tanah. Hal tersebut berupa TV, Radio, kulkas, kipas angin, computer, hand phone, laptop, mesin cuci gerobak, sepeda, motor dan mobil. Tabel 20 Jumlah dan frekuensi tingkat taraf hidup responden tahun 2016 Tingkat Taraf Hidup Σ Rendah 13 10 Sedang 27 Tinggi 50 Total
% 26.0 20.0 54.0 100.0
Berdasarkan tabel 20, sebanyak 26 persen tingkat taraf hidup responden tergolong rendah dan 54 persen tingkat taraf hidupnya tinggi. Masyarakat dengan tingkat taraf hidup yang tinggi umumnya memiliki pendapatan di atas rata-rata, pengeluaran yang tidak melebihi pendapatan, fasilitas rumah dan MCK memadai, tingkat pendidikan tinggi, dan aset kepemilikan cukup banyak dari mulai alat eletronik televisi, handphone, laptop, mesin cuci, sepeda motor, mobil, dan kepemilikan tanah yang cukup luas. Sedangkan masyarakat dengan tingkat taraf hidup rendah umumnya banyak yang memiliki pendapatan di atas rata-rata tetapi alokasi pengeluaran melebihi pendapatan, tingkat pendidikan rendah, aset kepemilikan yang umumnya dimiliki hanya televisi dan handphone. Melalui kegiatan pengembangan desa wisata, masyarakat seharusnya mendapat keuntungan lebih karena atraksi wisata yang disajikan kepada para wisatawan adalah kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Pasir Eurih. Meskipun kegiatan sehari-hari masyarakat merupakan kegiatan yang menjadi atraksi dalam kegiatan wisata, hal tersebut dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang masih rendah dan sedang. Disamping itu karena sistem pemesanan sepatu dan sandal yang mengharuskan para pengrajin membuat sepatu dan sandal sesuai dengan bahan yang diberikan oleh penjual utama, maka masyarakat yang menjadi pengrajin sepatu tidak bisa menambah pendapatannya. Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan dan responden yaitu: “…Kegiatan desa wisata belum berjalan secara rutin setiap hari ada wisatawan, karena memang fasilitasnya belum ada dan dananya belum turun untuk membangunnya. Kegiatan wisatawan teh menjadi ajang masyarakat buat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan selain buat ke ekonomi juga, karena bagi mereka para pengrajin
55
sepatu yang mau ikut serta di desa wisata ya harus aktif juga ikut pelatihan…” Ibu AL, 39 tahun. “…Sekarang mah peminat sepatu teh udah berkurang neng, jadi orderan dari bos juga dikurangin. Biasanya semua bahan dari bos, kita tinggal kuli bikin aja, dari satu kodi paling dapet 20 rebu yang kuli mah…”Ibu U, 51 tahun. HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT Wisata dapat memberikan kehidupan yang standart pada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Pengembangan wisata pedesaan dan desa wisata dianggap membuka peluang kunjungan, meminimalkan gelombang urbanisasi dan menciptakan aktifitas ekonomi di pedesaan sehingga akan dapat menjadi instrumen yang efektif dalam mendorong pengembangan bidang sosial budaya dan ekonomi masyarakat pedesaan khususnya di bidang kepariwisataan melalui pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk partisipasi. Tabel 21 menjelaskan hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat taraf hidup masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Tabel 21 Hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata dengan tingkat taraf hidup masyarakat tahun 2016 Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi
Tingkat Taraf Hidup Rendah Σ % 7 35.0 3 30.0 3 15.0
Sedang Σ % 4 20.0 1 10.0 5 25.0
Tinggi Σ % 9 45.0 6 60.0 12 60.0
Total Σ 20 10 20
% 100 100 100
Tabel 21 menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat partisipasi masyrakat dengan tingkat taraf hidup masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah, tingkat taraf hidupnya pun cenderung tinggi yaitu 45 persen. Peneliti melakukan uji statistic Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut. Hasil menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.174 berarti berada pada 0.10 sampai 0.29 artinya hubungan lemah. Jadi hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat taraf hidup masyarakat pada pengembangan desa wisata memiliki hubungan yang lemah. Nilai sig. 0.113, berarti lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat taraf hidup masyarakat. Hal tersebut karena berdasarkan observasi di lapang, terdapat polarisasi dimana kegiatan pengembangan desa wisata lebih mengikutsertakan masyarakat yang sudah memiliki tingkat taraf hidup yang tinggi. Sedangkan masyarakat yang memiliki taraf hidup yang rendah dan tidak memiliki ikatan keluarga atau
56
kekerabatan cenderung tidak memiliki akses untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan desa wisata karena informasi terkait kegiatan wisata tidak tersampaikan dengan baik. Kegiatan wisata utama yang dijadikan atraksi bagi wisatawan yang berkunjung ke desa wisata adalah kegiatan pembuatan sepatu, pembuatan makanan tradisional, dan kegiatan agroedukasi. Mengingat kegiatan wisata masih terbatas pelaksanaannya pada waktu tertentu saja, dan anggota yang dilibatkan pun terbatas. Hal tersebut berdampak pada tidak semua anggota dapat ikut serta dalam memandu wisatawan ataupun kegiatan usahanya dikunjungi wisatawan. Disamping itu karena atraksi wisata yang disajikan merupakan kegiatan seharihari masyarakat, maka tidak ada wisatawan pun tidak berpengaruh secara langsung terhadap menurunnya pendapatan masyarakat. Berdasarkan observasi saat ini para pengrajin sepatu berkurang pesanannya karena keuntungan penjualan berkurang. Disamping itu bahan sudah disiapkan dari pemborong, para pengrajin hanya bertugas untuk membuat seberapa banyak sesuai dengan bahan yang diberikan. Hal tersebut membuat para pengrajin sepatu tidak bisa menyiasati agar keuntungan bertambah. Kemudian bagi para pengrajin kuliner tradisional, belum ada bantuan modal untuk mengembangakn usaha yang dimiliki. Banyak dari para pengrajin kuliner tradisional yang menerapkan sistem bayar terlebih dahulu kemudian baru dibuatkan produknya karena kekurangan modal.
57
Ikhtisar Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Wisata Pasir Eurih, dari faktor internal, yang terdiri dari tingkat usia, tingkat pendidikan, lama menetap, dan jumlah beban keluarga. Tingkat pendidikan menunjukkan hubungan yang moderat dan siginifikan dengat tingkat partisipasi dengan nilai koefisien korelasi 0.425 dan nilai sig. 0.002. Kemudian hubungan tingkat usia dengan tingkat partisipasi menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak siginifikan dengan nilai koefisien korelasi 0.140 dan sig 0.167. Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi pun menunjukkan hubungan yang kurang berarti dan tidak signifikan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.035 dan nilai sig. 0.406. Kemudian hubungan antara lama menetap dengan tingkat partisipasi menunjukkan hubungan yang bertolak belakang nilai koefisien korelasi sebesar -0.036 dan nilai sig. 0.401 Faktor eksternal yaitu metode pelaksanaan kegiatan menunjukkan adanya hubungan sangat kuat dan signifikan antara faktor eksternal dan tingkat partisipasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.744 dan nilai sig. 0.000. Hal tersebut membuktikan bahwa dengan adanya sosialisasi, pelatihan dan pendampingan berhubungan lurus dengan tingkat partisipasi, artinya apabila tingkat metode pelaksanaan tinggi, maka tingkat partisipasi pun tinggi. Sebanyak 26 persen tingkat taraf hidup responden tergolong rendah dan 54 persen tingkat taraf hidupnya tinggi. Masyarakat dengan tingkat taraf hidup yang tinggi umumnya memiliki pendapatan di atas rata-rata, pengeluaran yang tidak melebihi pendapatan, fasilitas rumah dan MCK yang memadai, tingkat pendidikan yang tinggi, dan aset kepemilikan yang cukup banyak dari mulai alat eletronik televisi, handphone, laptop, mesin cuci, sepeda motor, mobil, dan kepemilikan tanah yang cukup luas. Sedangkan masyarakat dengan tingkat taraf hidup yang rendah umumnya banyak yang memiliki pendapatan di atas rata-rata tetapi alokasi pengeluaran melebihi pendapatan, kemudian mayoritas yang memiliki taraf hidup rendah menunjukkan tingkat pendidikan yang rendah, kemudian asset kepemilikan yang umumnya rata-rata dimiliki hanya televisi dan handphone. Hubungan antara tingkat partisipasi dan tingkat taraf hidup masyarakat menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak signifikan, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.174 dan nilai sig. 0.113. Hal tersebut karena berdasarkan observasi di lapang, terdapat polarisasi dimana kegiatan pengembangan desa wisata lebih mengikutsertakan masyarakat yang sudah memiliki tingkat taraf hidup yang tinggi. Sedangkan masyarakat yang memiliki taraf hidup yang rendah dan tidak memiliki ikatan keluarga atau kekerabatan cenderung tidak memiliki banyak akses untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan desa wisata karena informasi terkait kegiatan wisata tidak tersampaikan dengan baik.
58
PENUTUP
1. 2.
3.
4.
5.
Simpulan Sebanyak 40 persen responden memiliki tingkat partisipasi rendah, dan 40 persen responden memiliki tingkat partisipasi tinggi. Adanya hubungan yang sedang dan siginifikan antara tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi dengan nilai koefisien korelasi 0.425 dan nilai sig. 0.001 Adanya hubungan sangat kuat dan signifikan antara faktor eksternal yaitu metode pelaksanaan kegiatan dan tingkat partisipasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.744 dan nilai sig. 0.000. Sebagian (54 persen) responden memiliki tingkat taraf hidup tinggi. Masyarakat dengan tingkat taraf hidup tinggi berciri: memiliki pendapatan di atas rata-rata, pengeluaran tidak melebihi pendapatan, fasilitas rumah dan MCK memadai, tingkat pendidikan tinggi, dan aset kepemilikan cukup banyak dari mulai alat eletronik televisi, handphone, laptop, mesin cuci, sepeda motor, mobil, dan kepemilikan tanah yang cukup luas. Sedangkan masyarakat dengan tingkat taraf hidup yang rendah berciri: memiliki pendapatan di atas rata-rata tetapi alokasi pengeluaran melebihi pendapatan, tingkat pendidikan rendah, aset kepemilikan yang rata-rata dimiliki hanya televisi dan handphone. Hubungan antara tingkat partisipasi dan tingkat taraf hidup masyarakat menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak signifikan, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.174 dan nilai sig. 0.113.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan masukan dan saran diantara sebagai berikut: 1. Perlunya advokasi terhadap pemerintahan desa untuk mendukung kegiatan pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih dan mendukung masyarakat untuk berpartisipasi. 2. Pengurus perlu melibatkan seluruh anggota dalam setiap kegiatan pengembangan desa wisata agar informasi dapat tersampaikan kepada seluruh anggota. 3. Pendampingan dari Dinas Pariwisata terhadap seluruh anggota dengan metode praktek langsung untuk meningkatkan kapasitas semua anggota, terutama dalam manajemen organisasi, penanganan wisatawan, dan usaha kreatif. 4. Masyarakat yang berusia muda dan berpendidikan tinggi didorong untuk menciptakan peluang usaha di Desa Pasir Eurih. 5. Semakin terpenuhinya kebutuhan hidup merupakan salah satu faktor pendukung yang dapat meningkatkan partisipasi seluruh anggota Desa Wisata. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat partisipasi berhubungan lemah dengan tingkat taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya pemerataan akses berpartisipasi dalam pelaksanaan pengembangan desa wisata. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penjadwalan penyediaan homestay yang dibutuhkan oleh wisatawan, agar semua anggota dapat menyewakan rumahnya, penjadwalan secara teratur kunjungan ke
59
pengrajin sepatu dan sandal, dan juga pengarjin kuliner tradisional, serta penjadwalan pemandu yang memandu wisatawan. 6. Masyarakat dapat membuat cinderamata dari limbah sepatu dan membuka toko mandiri milik bersama yang menjual produk kreasi masyarakat sebagai variasi kegiatan yang disuguhkan pada wisatawan. 7. Bagi penelitian selanjutnya, agar menambahkan variabel jejaring untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abe A. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif. Solo [ID]: Pondok Edukasi. Adiyoso W. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta [ID]: ITS Press. Ajiswarman. 1996. Partisipasi Perantau Minang dalam Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus: Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Arifah N. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) (Studi Kasus di Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Arnstein SR. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American Planning Association, Volume 35 (4). [internet]. [dikutip 26 Februari 2016] . Dapat diunduh di http://www.planning.org/pas/memo/2007/mar/pdf/JAPA35No4.pdf Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta [ID]: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Beeton S. 2006. Community Development through Tourism. [internet]. [dikutip 26 Februari 2016] . Dapat diunduh di https://www.researchgate.net/publication/247230851_Community_Develo pment_through_Tourism_S_Beeton_Landlinks_Press_Collingwood_Austr alia_2006_246_pp_4995_ISBN0-643-06962-3 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia Tahun 2006. Jakarta [ID]: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi, 2013-2015. [internet]. [dikutip 16 Maret 2016] Dapat diunduh di: http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1119 Bryson J. M. 2004. Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations: A Guide to Strengthening and Sustaining Organizational Achievement. . [internet]. [dikutip 2 Maret 2016] Dapat diunduh di: https://yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F21000984%2F499952250%2Fna me%2FBryson__2004__Strategic_planning_for_public_and_nonprofit_or ganizations__a_guide_to_strengthening_a&usg=AFQjCNE7Ksgv3V9v8A qMtz2HWk7umVq2g&sig2=HiA5b0dZkV01owlEhuFjJQ
61
Dalimunthe N. 2007. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan potensi wisata bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. [tesis]. [internet]. [dikutip 12 Oktober 2015]. Medan [ID]: Universitas Sumatera Utara 142 Hal. Dapat diunduh di: repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7119/1/08E00254.pdf Dewi Made HU, Fandeli Chafid, Baiquni M. 2013. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. [Jurnal KAWISTARA: Vol 3 N0 2]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Yogyakarta [ID]: UGM. Dapat diunduh di: http://jurnal.ugm.ac.id/kawistara/article/download/3976/3251 Dritasto A, Anggraeni AA. 2013. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Pulau Tidung. [Jurnal Online Institut Teknologi Nasional: Vol 10 No 20]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Bandung [ID]: Itenas. Dapat diunduh di: http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaloka/article/view/102 Hardjono. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat (Kasus di Kelurahan Jatitahayu, Kecaatan Pondok Gede, Kota Bekasi). [Tesis]. Bogor [ID]. Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Herawati T. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Dan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pengembangan Desa Wisata Di Depok. [Jurnal Ekonomi dan Bisnis: Vol 10 No 2]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Jakarta [ID]: PNJ. Dapat diunduh di: http://jurnalpnj.com/index.php/ekbis/article/view/412. Hijriati E, Mardiana R. 2014. Pengaruh Ekowisata Berbasis Masyarakat Terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi di Kampung Batusuhunan, Sukabumi. [Jurnal: Vol 2 No 3]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Bogor [ID]: IPB. Dapat diunduh di: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/9422 Holil S. 1980. Partisipasi sosial dalam usaha kesejahteraan sosial. Bandung [ID]: Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Imran AN. 2012. Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal dalam Pemanfaatan potensi Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata di Kawah Cibuni. [Jurnal: Vol 23 No 2]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Bandung [ID]: ITB. Dapat diunduh di: http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wpcontent/uploads/2014/02/03-Jurnal-6-Andelisa.pdf Inskeep E. 1991. Tourism Planning, and Integrated and Sustainable Development Approach. [Internet]. [dikutip tanggal 7 November 2015]. Dapat diunduh di: http://www.intechopen.com/download/pdf/35710.
62
Kemenpar. 2014. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata 2014. [internet]. [dikutip tanggal 2 Februari 2016]. Dapat diunduh di: http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/LAPORAN%20KINERJA%20KE MENTERIAN%20PARIWISATA%20TAHUN%202014%20v4.pdf [Keppres] Keputusan Presiden Nomor. 38 Tahun 2005 Makmur S. 2005. Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) (Kasus Desa Lok Gabang, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor Mardikanto T. 2003. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta[ID]: UNS PRESS. Marpaung H. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung[ID]: Alfabeta Mubyarto. 1988. Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila. Jakarta[ID]: LP3ES. Murdiyanto E. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Karanggeneng, Purwobinangun, Pakem, Sleman. [Jurnal: Vol 7 No 2]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Yogyakarta [ID]: UNS. Dapat diunduh di: http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/04Eko-Murdiyanto-Partisipasi-Masyarakat-Dalam-Pengembangan-DesaWisata-Karanggeneng-Purwobinangun-Pakem-Sleman.pdf. Murray R and Lappin B. W. 1967. Community Organization: Theory, Principles and Practice, 2nd Eds. New York: Harper and Row Publisher. Mustapha NA, Azman I , Ibrahim Y. 2013. Barriers To Community Participation In Tourism Development In Island Destination; Tioman Island. [Journal of Tourism, Hospitality & Culinary Arts: Vol 5 No 1]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Malaysia. Dapat diunduh di: [http://www.jthca.org/Download/pdf/V5%20IS1/chap%205.pdf Nasdian FT. 2002. Materi Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta [ID]: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nasikun. 1997. Model Pariwisata Pedesaan: Pemodelan Pariwisata Pedesaan untuk Pembangunan Pedesaan yang Berkelanjutan. Bandung[ID]: Institut Teknologi Bandung. Nugraheni, Endang. 2002. Sistem Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun). [Tesis]. Bogor [ID]: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nuryanti W. 1999. Heritage, Tourism and Local Communities. Yogyakarta [ID]: UGM Press.
63
Pangestu MHT. 1995. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Perhutanan Sosial (Studi Kasus: KPH Cianjur, Jawa Barat). [Tesis]. Bogor [ID]: Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor. Pearce D. 1995. Tourism a Community Approach. 2nd: Harlow Longman. Purnamasari AM. 2011. Pengembangan Masyarakat Untuk Pariwisata Di Kampung Wisata Toddabojo Provinsi Sulawesi Selatan. [Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota: Vol 22 No 1]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Yogyakarta [ID]: UNY. Dapat diunduh di: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808675/Jurnal-Kepatihan.pdf. Radyati MN. 2008. CSR Untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jakarta [ID]: Indonesia Business Links Raharjana, DT. 2012. Membangun pariwisata bersama rakyat: Kajian partisipasi lokal dalam membangun Desa wisata di dieng plateau. [Jurnal Kawistara: Vol 2 No 3]. [Internet].[dikutip tanggal 14 Desember 2015]. Yogyakarta [ID]: UGM. Dapat diunduh di: http://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/view/3935/3216 Razzaq Abdul RA, Hadi MY, Zaid Mohamad, Hamzah Amran, Khalifah Zainab, Mohamad NH. 2011. Local Community Participation in Homestay Program Development in Malaysia. [Journal Of Modern Accounting and Auditing: Vol 7 No 12]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Dapat diunduh di: http://www.davidpublishing.com/davidpublishing/Upfile/2/29/2012/201202 2905846383.pdf Silaen, S. B. J. 1998. Partisipasi Anggota Kelompok Masyarakat Desa Tertinggal pada Kegiatan Proyek Inpres Desa Tertinggal (IDT). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor Singarimbun M , Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: PT Pustaka LP3ES Indonesia. Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor [ID]: IPB Press. Soekarya T. 2011. Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengembangan Desa Wisata. Jakarta [ID]: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Sugiarto E. 2007. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Pembangunan. [Internet. [diunduh 2013 Juni 12]. 4(2). Dapat diunduh di http://agribisnisfpumjurnal.wordpress.com/vol-4-no-1/ Syafi’I M, Suwandono D. 2015. Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT) Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. [Jurnal Ruang: Vol 1 No 2]. [Internet]. [ dikutip tanggal 12 Oktober 2015]. Semarang [ID]: Undip. Dapat diunduh di: http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/ruang/article/view/85
64
Tamarli. 1994. Partisipasi Petani dalam Penyuluhan dan Penerapan Program Supra Insus. [tesis]. Program Pascasarjana. Bogor[ID]: Institut Pertanian Bogor Timothy, D. J. 1999. Participatory Planning a View of Tourism in Indonesia dalam Annals of Research. [Jurnal: Vol 26 No 2]. [Internet]. [dikutip tanggal 12 Oktober 2015]. Dapat diunduh di: http://www.publishingindia.com/GetBrochure.aspx?query=UERGQnJvY2h 1cmVzfC80MjYucGRmfC80MjYucGRm. Tjokroamidjodjo. 1996. Perencanaan Pembangunan. Jakarta [ID]: Gunung Agung Tosun, C. (2000). Limits to Community Participation in the Tourism Development Process in Developing Countries. [Internet] Tourism Management, 21, 613-633. ]. [dikutip tanggal 12 Oktober 2015]. Dapat diunduh di: http://www.ingentaconnect.com/content/els/02615177/2000/00000021/0000 0006/art00009 [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta. World Tourism Organization. 2000. WTO News Issue 2. Madrid. Yoeti OA. 2008 Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung [ID]: Angkasa.
65
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Lokasi Desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor
Sumber: Profil Desa Pasir Eurih tahun 2014
66
Lampiran 2 Format kerangka sampling No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Deden Mulyadi Elah Encem Masta Sidik Wahyudin Akbar Dudi Saripudin Ojon Juanda Dede Supriatna Wangsa Agus Ulih Ata Amat Adeh Lina Anam Amir Amen Soma Ulan Iyom Edi Maryadi Lilih Suqiya Sukmini Yana Mariah Rohim Ida Yani Iis Yuyum Maryana Nuryanah Entin Usup Enay Warsih Solmi Jihan Feris
Alamat Kp. Sindang Barang RT 01 RW 04 Kp. Sindang Barang RT 01 RW 04 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 03 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 02 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 01 RW 04 Kp. Sindang Barang RT 01 RW 04 Kp. Sindang Barang RT 01 RW 04 Kp. Sindang Barang RT 03 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 02 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 02 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 03 RW 02 Kp. Sindang Barang RT 02 RW 05 Kp. Dukuh Menteng RT 04 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 04 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 02 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 02 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 04 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 05 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 05 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 04 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 02 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 04 RW 08 Kp. Pasir Eurih RT 04 RW 13 Kp. Dukuh Menteng RT 04 RW 08 Kp. Pasir Eurih RT 01 RW 10 Kp. Pasir Eurih RT 01 RW 10 Kp. Pasir Eurih RT 03 RW 14 Kp. Pasir Eurih RT 01 RW 13 Kp. Pasir Eurih RT 01 RW 13 Kp. Pasir Eurih RT 01 RW 07 Kp. Pasir Eurih RT 01 RW 07 Kp. Kabandungan RT 01 RW 06 Kp. Dukuh Menteng RT 01 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 03 RW 08
67
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73
Didi Ade Koniah Yurni Ujang Ahmad Gandi Sarah Amid Nita Kurniasih Surya Dayat Cecep Setiawan Yuyun Ida Aep Saepudin Ace Nurdin Dinar Elis Kurniasih Iwan Emay Iyad Juki Nia Ikah Oon Mamah Wacih Roni Misja Asep Acim Ika Sapna Idris Djaya Adang Munawar Adih
Kp. Dukuh Menteng RT 02 RW 08 Kp. Pasir Eurih RT 01 RW 13 Kp. Dukuh Menteng RT 02 RW 08 Kp. Kabandungan RT 01 RW 06 Kp. Kabandungan RT 01 RW 06 Kp. Pasir Eurih RT 01 RW 13 Kp. Kabandungan RT 01 RW 06 Kp. Kabandungan RT 02 RW 06 Kp. Kabandungan RT 02 RW 06 Kp. Kabandungan RT 02 RW 06 Kp. Kabandungan RT 02 RW 06 Kp. Kabandungan RT 02 RW 06 Kp. Kabandungan RT 02 RW 06 Kp. Sindang Barang RT 02 RW 04 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 05 Kp. Sindang Barang RT 01 RW 04 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 04 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 04 Kp. Pasir Eurih RT 02 RW 14 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 04 Kp. Batu Karut RT 02 RW 09 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 04 Kp. Pasir Eurih RT 02 RW 07 Kp. Pasir Eurih RT 02 RW 07 Kp. Pasir Eurih RT 03 RW 07 Kp. Dukuh Menteng RT 02 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 03 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 04 RW 08 Kp. Pasir Eurih RT 04 RW 13 Kp. Dukuh Menteng RT 02 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 05 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 03 RW 08 Kp. Dukuh Menteng RT 02 RW 08 Kp. Batu Karut RT 02 RW 09 Kp. Sindang Barang RT 04 RW 04 Kp. Dukuh Menteng RT 04 RW 08
68
Lampiran 3 Kuesioner penelitian No.Responden:______ Tanggal:_____ DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DAN TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT
I.
IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :_______________________________________ 2. Alamat :_______________________________________ 3. HP/Telpon :_______________________________________ 4. Jenis Kelamin :_______________________________________ 5. Mata Pencaharian :______________________________________
II.
KARAKTERISTIK RESPONDEN (FAKTOR INTERNAL) 6. Usia :______________________________________ 7. Pendidikan akhir : SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat Lainnya: 8. Lama Menetap :______________________________________ 9. Jumlah Keluarga :______________________________________
III.
FAKTOR EKSTERNAL Metode Pelaksanaan Kegiatan 10. Apakah perangkat desa memberikan sosialisasi terkait pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, berapa kali kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh pihak kepala desa/perangkat desa lainnya? a. > 2 kali (lebih dari dua kali) b.≤ 2 kali (kurang dari dua kali)
69
11. Apakah perangkat desa memberikan pengarahan kepada masyarakat terkait kekurangan dalam pelaksanaan pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, kapan perangkat desa memberikan pengarahan kepada masyarakat terkait kekurangan dalam pelaksanaan pengembangan desa wisata? a. Pada saat awal perencanaan pengembangan desa wisata, pada saat pelaksanaan pengembangan desa wisata, dan pada saat kegiatan evaluasi. b. Pada saat pelaksanaan pengembangan desa wisata, dan pada saat kegiatan evaluasi. c. Pada saat pelaksanaan saja 12. Apakah tim fasilitator memberikan sosialisasi terkait pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, berapa kali kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh tim fasilitator/pendamping? a. > 2 kali (lebih dari dua kali) b. ≤ 2 kali (kurang dari dua kali) 13. Apakah manfaat keikutsertaan masyarakat dijelaskan dalam sosialisasi oleh stakeholder (perangkat desa, pendamping, atau pihak lainnya)? a. Ya b. Tidak 14. Apakah sosialisasi terkait desa wisata pernah dilakukan oleh stakeholder lainnya? a. Ya b. Tidak Jika ya, siapa saja stakeholder yang terlibat? 15. Apakah pendamping hadir mendampingi masyarakat dalam kegiatan perencanaan pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, berapa kali kegiatan pendampingan dilaksanakan? a. > 4 kali b. ≤ 4 kali 16. Apakah pendamping hadir mendampingi masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak
70
17. Apakah pendamping memberikan pengarahan terkait kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak 18. Apakah pelatihan SDM untuk pengembangan desa wisata dilaksanakan? a. Ya b. Tidak Jika ya, kegiatan pelatihan apa saja yang pernah dilaksanakan dan pernah anda ikuti?
IV.
PARTISIPASI Tahap Perencanaan 19. Apakah anda pernah hadir dalam rapat perencanaan kegiatan pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, berapa kali anda hadir dalam rapat perencanaan tersebut? a. > 2 kali (lebih dari dua kali) b. ≤ 2 kali (kurang dari dua kali) 20. Apakah anda bertanya terkait manfaat yang didapat dengan dibentuknya desa wisata? a. Ya b. Tidak 21. Apakah yang anda memberikan usulan terkait kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, apakah? a. Memberikan usulan/pendapat, pendapat/usul diterima b. Hanya memberikan usulan. Tahap Pelaksanaan 22. Apakah anda ikut dalam kepengurusan pengembangan Desa Wisata di Pasir Eurih? a. Ya b. Tidak 23. Apakah anda menyediakan homestay bagi wisatawan yang datang ke Desa Wisata di Pasir Eurih? a. Ya b. Tidak
71
Jika ya, berapa kamar yang disewakan dan fasilitas apa yang didapat oleh wisatawan? 24. Apakah anda memproduksi makanan/kuliner tradisional? a. Ya b. Tidak Jika ya, apakah anda menjualnya ke wisatawan dan memperlihatkan cara membuatnya? 25. Apakah anda merupakan pengusaha kerajinan sepatu? a. Ya b. Tidak Jika ya, apakah anda menjualnya ke wisatawan dan memperlihatkan cara pembuatannya? 26. Apakah anda ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan agroedukasi di Desa Wisata di Pasir Eurih? a. Ya b. Tidak 27. Apakah anda ikut serta dalam pementasan seni tradisonal bagi wisatwan yang datang? a. Ya b. Tidak Jika ya, atraksi apa yang ditampilkan? 28. Apakah pelatihan pelaksanaan kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih dilaksanakan? a. Ya b. Tidak Jika ya, sebutkan pelatihan yang anda ikuti? Tahap evaluasi 29. Apakah anda ikut serta dalam rapat evaluasi pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih? a. Ya b. Tidak Jika ya, berapa kali anada mengikuti rapat evaluasi tersebut? a. > 2 kali b. ≤ 2 kali 30. Apakah anda ikut menilai/mengevaluasi pelaksanaan pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih? a. Ya b. Tidak
72
Jika ya, bagaimana cara anda mengemukakan pendapat terkait penilaian pelaksanaan Pengembangan Desa Wisata? a. Secara Lisan, dan Laporan tulisan b. Memberikan penilaian secara lisan saja c. Memberikan penilaian dengan laporan tertulis saja Tahap Menikmati Hasil 31. Apakah anda mendapatkan pengetahuan dengan mengikuti kegiatan pengembangan desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, sebutkan 32. Apakah anda mendapatkan keterampilan baru dengan mengikuti kegiatan pengmbangan desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, sebutkan 33. Apakah ada dampak positif bagi anda dengan dibentuknya desa wisata? a. Ya b. Tidak Jika ya, sebutkan V.
TARAF HIDUP MASYARAKAT Kondisi Taraf Hidup Masyarakat 34. Berapa rata-rata jumlah pendapatan Bapak/Ibu setiap bulannya? Jawab : Hasil pendapatan yang di peroleh dapat bapak/ibu digunakan untuk? a. Makan sehari-hari b. Makan sehari-hari, keperluan pendidikan, tabungan c. Makan sehari-hari, keperluan pendidikan, tabungan, belanja pakaian 35 1.
Pengeluaran konsumsi per bulan Rupiah (pangan dan non pangan) Konsumsi Pangan: Beras Sayur Buah Telur Ikan Daging Makanan dan Minuman instan
73
2. Pulsa (Sarana Komunikasi) 3. Bahan bakar memasak 4. Pendidikan 5. Transportasi 6. Listrik 7. Pakaian Total 36. Apa jenis dinding rumah yang Bapak/Ibu tempati saat ini? a. Rumbia, bambu b. Kayu, tembok bata c. Tembok beton d. Lainnya...... 37. Apa jenis lantai yang rumah Bapak/Ibu tempati saat ini? a. Tanah, bambu, bilik b. Kayu/papan, semen c. Keramik d. Lainnya...... 38. Dari mana sumber air bersih yang bapak/ibu gunakan untuk keperluan sehari-hari? a. Mata air b. Sumur c. PAM d. Lainnya..... 39. Apa status kepemilikan rumah Bapak/Ibu saat ini? a. Menumpang b. Sewa/kontrak c. Milik pribadi 40. Dimana biasanya Bapak/Ibu berobat ketika sedang sakit? a. Minum obat dan istirahat, dukun, pengobatan alternatif b. Puskesmas, dokter praktek c. Rumah sakit 41. Dari mana sumber biaya pengobatan yang Bapak/Ibu gunakan? a. Sumbangan, pinjaman b. Bantuan/program pemerintah c. Pribadi d. Lainnya.......
74
42. Apa jenjang pendidikan terakhir di keluarga Bapak/Ibu ? a. SD/sederajat, SMP/Sederajat b. SMA/sederajat c. Diploma, S1, S2, S3 43. Darimana sumber biaya pendidikan yang Bapak/Ibu gunakan? a. Sumbangan, pinjaman b. Bantuan/program pemerintah c. Pribadi 44. Apa jenis bahan bakar yang Bapak/Ibu gunakan untuk memasak? a. Kayu bakar b. minyak tanah c. Gas d. Lainnya..... 45.
Berapa banyak Bapak/Ibu dan anggota rumah tangga Bapak/Ibu memiliki aset berikut yang diperoleh dari pendapatan? Indikator
1.
2.
3.
Perabotan a. Televisi b. Radio c. Kulkas d. Kipas angin e. Komputer f. Telepon g. Hand Phone h. Laptop i. Mesin cuci Kendaraan a. Gerobak b. Sepeda c. Motor d. Mobil e. Tidak punya Tanah a. < 0,25 ha b. 0,25 ha-0,5 ha c. > 0,5 ha d. Tidak punya
Jumlah (unit)
75
46. Apa jenis sumber penerangan yang Bapak/Ibu gunakan? a. Obor, senter/petromak b. Listrik non PLN c. Listrik PLN d. Lainnya..... 47. Dimana Bapak/Ibu mandi dan buang air besar sehari-hari? a. Kamar mandi umum b. Kamar mandi sendiri tanpa septic tank c. Kamar mandi sendiri dengan saptic tank d. Lainnya.....
76
Lampiran 4 Pedoman wawancara mendalam Pedoman Wawancara Mendalam Informan Hari/tanggal : Nama : Usia : Alamat : No. Telepon/HP : Pertanyaan : 1. Apa latar belakang dibentuknya Desa Wisata Pasir Eurih? 2. Apakah visi misi dari pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih? 3. Apa peranan anda dalam pengembangan desa wisata? 4. Menurut anda, bagamaina pelaksanaan pengembangan Desa Wisata di pasir Eurih? 5. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata? 6. Bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat terhadap perubahan taraf hidup masyarakat? 7. Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat? 8. Apa saja perubahan yang dialami setelah adanya desa wisata? 9. Apa saja target dalam pelaksanaan pengembangan desa wisata? 10. Menurut anda apakah target sudah tercapai? 11. Apa saja upaya yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata? 12. Bagaimana mensosialisasikan adanya pengembangan desa wisata? 13. Bagaimana menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi? 14. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan pengembangan desa wisata?
77
Lampiran 5 Hasil uji statistik
Descriptive Statistics N
Minimu Maximu m m
Usia Valid N (listwise)
50
24
65
Mean 46.62
Std. Deviation 11.216
50 Descriptive Statistics N
Lama Tinggal Valid N (listwise)
Minimu Maximu m m 50
14
65
Mean 41.50
Std. Deviation 12.547
50 Descriptive Statistics N
Pendapatan Valid N (listwise)
Minimu Maxim Mean Std. m um Deviation 975000 2601000. 1713883.5 50 800000 0 00 84 50 Descriptive Statistics
N
Pengeluaran Valid N (listwise)
Minimu Maximu m m
Mean
Std. Deviation 2157136.0 1188040.9 50 565000 5680000 0 61 50 Descriptive Statistics N
Tingkat Taraf Hidup Valid N (listwise)
Minimu Maximu m m 50
27
40
Descriptive Statistics 50
Mean
33.60
Std. Deviation 2.857
78
N Tingkat Partisipasi Valid N (listwise)
Minimu Maximu m m 50
15
30
Mean
Std. Deviation
22.04
4.120
50 Descriptive Statistics N
Faktor eksternal Valid N (listwise)
Minimu Maximu m m 50
9
18
Mean
Std. Deviation
15.10
3.086
50
Usia * kelas_partispasi Crosstabulation
tua
Count % within Usia
Count Usia Dewasa % within Usia Count Muda % within Usia Count Total % within Usia
kelas_partisipasi 1 2 3 7 5
Total 4
16
43.8%
31.2%
25.0%
100.0%
7
3
8
18
38.9%
16.7%
44.4%
100.0%
6
2
8
16
37.5%
12.5%
50.0%
100.0%
20
10
20
50
40.0%
20.0%
40.0%
100.0%
79
Correlations Usia
Usia Spearman's rho Kelas Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Kelas Partisipasi
1.000
.140
. 50
.167 50
.140
1.000
.167 50
. 50
Pendidikan akhir * Kelas Partisipasi Crosstabulation Kelas Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Count 13 5 5 SD Sederajat % within Pendidikan 56.5% 21.7% 21.7% akhir Pendidi SMP kan Sederajat akhir SMA Sederajat
Total
Count % within Pendidikan akhir Count % within Pendidikan akhir Count % within Pendidikan akhir
Total 23 100.0%
5
1
4
10
50.0%
10.0%
40.0%
100.0%
2
4
11
17
11.8%
23.5%
64.7%
100.0%
20
10
20
50
40.0%
20.0%
40.0%
100.0%
80
Pendidikan akhir Correlation Coefficient Pendidikan akhir Sig. (1-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Kelas Partisipasi Sig. (1-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Lama Menetap
Total
Kelas Partisipasi
1.000
.425**
. 50
.001 50
.425**
1.000
.001 50
. 50
Lama Menetap * Kelas Partisipasi Crosstabulation Kelas Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Count 6 4 4 Baru % within Lama 42.9% 28.6% 28.6% Menetap Count 5 3 10 Sedang % within Lama 27.8% 16.7% 55.6% Menetap Count 9 3 6 Lama % within Lama 50.0% 16.7% 33.3% Menetap Count 20 10 20 % within Lama 40.0% 20.0% 40.0% Menetap
Total 14 100.0% 18 100.0% 18 100.0% 50 100.0%
81
Lama Menetap
Lama Menetap Spearman's rho Kelas Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Jumlah Anggota Keluarga Correlation Jumlah anggotaCoefficient Keluarga Sig. (1-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Kelas Partisipasi Sig. (1-tailed) N
Kelas Partisipasi
1.000
-.036
. 50
.401 50
-.036
1.000
.401 50
. 50
Kelas Partisipasi
1.000
.035
. 50
.406 50
.035
1.000
.406 50
. 50
82
Faktor Eksternal
Total
Faktor Eksternal * Kelas Partisipasi Crosstabulation Kelas Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Count 12 1 0 Rendah % within Faktor 92.3% 7.7% 0.0% Eksternal Count 5 4 1 Sedang % within Faktor 50.0% 40.0% 10.0% Eksternal Count 3 5 19 Tinggi % within Faktor 11.1% 18.5% 70.4% Eksternal Count 20 10 20 % within Faktor 40.0% 20.0% 40.0% Eksternal
Total 13 100.0% 10 100.0% 27 100.0% 50 100.0%
Correlations Faktor Eksternal Correlation Coefficient Faktor Eksternal Sig. (1-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Kelas Partisipasi Sig. (1-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Kelas Partisipasi
1.000
.744**
. 50
.000 50
.744**
1.000
.000 50
. 50
83
Kelas_partisipasi * Kelas_Taraf_Hidup Crosstabulation Kelas_Taraf_Hidup Rendah Sedang Tinggi Count 7 4 9 Rendah % within 35.0% 20.0% 45.0% Kelas_partisipasi Count 3 1 6 Kelas_partisipas Sedang % within i 30.0% 10.0% 60.0% Kelas_partisipasi Tinggi
Total
Count % within Kelas_partisipasi Count % within Kelas_partisipasi
Total 20 100.0% 10 100.0%
3
5
12
20
15.0%
25.0%
60.0%
100.0%
13
10
27
50
26.0%
20.0%
54.0%
100.0%
Correlations Kelas Partisipasi Correlation Coefficient Kelas Partisipasi Sig. (1-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Kelas Taraf hidup Sig. (1-tailed) N
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .763
Kelas Taraf hidup
1.000
.174
. 50
.113 50
.174
1.000
.113 50
. 50
42
84
Lampiran 6 Dokumentasi penelitian
Sumber
Penunjuk Jalan Desa Wisata Pasir Eurih
Produk Jahe Mix
Wawancara dengan pengrajin sepatu
Wawancara dengan pengrajin kuliner tradisional
: Dokumentasi pribadi tahun 2016
85
Dokumentasi tur wisata
Situs Taman Sri Bagenda
Homestay
Dokumentasi persawahan
Kolam penjernihan ikan lele
Kegiatan menanam padi
Sumber: Dokumentasi kegiatan wisata Desa Wisata Pasir Eurih 2016
86
RIWAYAT HIDUP Mona El Sahawi dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 27 Juli 1995 yang merupakan anak tunggal dari pasangan Hamid El Shahawi dan Diah Shadiah. Menempuh pendidikan formal di TK Budiarti pada tahun 1999-2001, SDN Pasirhalang 1 pada tahun 2001-2007, SMP Negeri 1 Sukaraja pada tahun 20072010, SMA Negeri 1 Sukabumi pada tahun 2010-2012. Dari SMP hingga SMA penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi di Kota Sukabumi. Pada tahun 2012, penulis dinyatakan lulus seleksi perguruan tinggi negeri melalui jalur undangan di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama penulis menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam perkuliahan, berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi. Dibeberapa kesempatan penulis pernah di amanahkan untuk menjadi public relation dan staff sponshorship dalam kegiatan SJ Fest pada tahun 2014 dan 2015 dan sekarang merupakan anggota dari staff Taman Baca Sanggar Juara. Selain itu penulis juga aktif sebagai ketua divisi marketing Majalah Komunitas Fema tahun 2014-2015.