PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA WISATA DI DESA LIMBASARI, KECAMATAN BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Aris Tri Cahyo Purnomo NIM 10102241009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER 2015
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Berani bermimpi tentang sukses berarti sudah memegang kunci kesuksesan, selanjutnya hanya tinggal berusaha mencari lubang kuncinya untuk membuka gerbang kesuksesan (John Savique Capone)”.
"Harga
kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan/diperbuatnya" (Ali Bin Abi Thalib)
v
PERSEMBAHAN
Atas karunia Allah SWT, Saya persembahkan karya ini untuk: 1. Ayah dan Ibu yang telah mendukung tanpa pamrih, dan mendoakan atas keberhasilanku 2. Almamater tercinta
vi
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA WISATA DI DESA LIMBASARI, KECAMATAN BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGA Oleh Aris Tri Cahyo Purnomo NIM 10102241009 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata; (2) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata, dan; (3) Faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Sekretaris BAPPEDA, Perangkat Desa, dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data dikumpulkan dengan teknik pengamatan (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi yang digunakan untuk menjelaskan keabsahan data yaitu dengan sumber data. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata: a) Survei Lapangan, masyarakat memberikan informasi tentang keadaan dan potensi desa; b) Rencana Tapak (site plan), dalam (FGD) masyarakat menyumbang ide-ide dan pemikiran, bagi perencana untuk membuat desain pemetaan desa wisata, dan ikut andil dalam memutuskan rencana pembangunan desa; c) Anggaran dan sumber anggaran, masyarakat tidak berpartisipasi dalam pembuatan rancangan anggaran; d) Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM), perencanaan sumber daya manusia yang digunakan untuk pengelola desa wisata (Pokdarwis) dilakukan dengan musyawarah. Analisis tingkat partisipasi termasuk dalam Consultation. (2) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat yaitu berupa non fisik: kehadiran dan pemikiran yaitu a) informasi tentang potensi dan keadaan desa; b) masukan pembuatan tempat untuk penerima tamu dan pembuatan kantor Pokdarwis; c) masukan perbaikan infrastruktur; d) saran pembuatan tempat parkir; e) saran pembuatan gazebo untuk tempat istirahat dan; f) pembuatan MCK. (3) Faktor pendukung dan penghambat, faktor pendukung: a) faktor internal: semangat dan keinginan dari diri sendiri, Pemerintah Desa sebagai pendorong masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan pertemuan b) faktor eksternal: peran Pemerintah Daerah sebagai fasilitator, serta. Faktor penghambat: proses sosialisasi yang belum optimal, kesibukan tiap masyarakat berbeda-beda, kesadaran masyarakat terhadap perencanaan pembangunan desa wisata masih relatif kurang, dan sebagian masyarakat belum begitu paham terhadap desa wisata) Kata kunci : partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan, desa wisata vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi dapat berjalan dengan baik 2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kemudahan dalam proses pengajuan dan penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Drs. Hiryanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing saya selama penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan. 5. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan mendukung saya dalam menyusun tugas akhir. 6. Kepala Desa Limbasari, serta masyarakat desa Limbasari atas ijin dan bantuannya untukmengadakan penelitian viii
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ..........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iv
HALAMAN MOTO ........................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABLE ...........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................
9
C. Pembatasan Masalah ................................................................................
9
D. Rumusan Masalah ....................................................................................
10
E. Tujuan Penelitian .....................................................................................
10
F.
11
Manfaat Penelitian ..................................................................................
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ............................................................................................. 12 1. Pembangunan ......................................................................................... 12 a. Konsep Pembangunan ..................................................................
12
b. Perencanaan Pembangunan ..........................................................
13
c. Pengertian Pembangunan Desa ....................................................
15
d. Ciri-Ciri Prinsip Pembangunan Desa ...........................................
17
e. Perencanaan Pembangunan Desa .................................................
19
2. Partisipasi Masyarakat ........................................................................
20
a. Pengertian Masyarakat .................................................................
20
b. Pengertian Partisipasi ...................................................................
21
c. Tangga Partisipasi ........................................................................
24
d. Bentuk-Bentuk Partisipasi ...........................................................
27
e. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi .......................................
33
3. Desa Wisata ........................................................................................
34
B. Penelitian Relevan ....................................................................................
45
C. Kerangka Berfikir .....................................................................................
47
D. Pertanyaan Penelitian ...............................................................................
51
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ..............................................................................
52
B. Subjek Penelitian .....................................................................................
52
C. Setting Penelitian .....................................................................................
53
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................
54
E. Instrumen Penelitian ................................................................................
56
F. Teknik Analisis Data ................................................................................
58
G. Keabsahan Data ........................................................................................
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................
61
a. Letak Geografis Desa Limbasari .......................................................
61
b. Potensi Unggulan Desa Limbasari Bidang Pariwisata .......................
63
xi
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................... 67 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata 67 a. Survei Lapangan ..........................................................................
67
b. Penyusunan Rencana Tapak (site plan) ........................................
70
c. Penyusunan Anggaran dan Sumber Anggaran .............................
80
d. Perencanaan Sumber Daya Manusia ............................................
83
2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata ................................................................
85
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata ........................................... a. Faktor Pendukung ........................................................................
88 88
b. Faktor Penghambat ......................................................................
91
C. Pembahasan ..............................................................................................
93
1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata 93 a. Survei Lapangan ............................................................................
94
b. Penyusunan Rencana Tapak (site plan) ........................................
95
c. Penyusunan Anggaran dan Sumber Anggaran ..............................
98
d. Perencanaan Sumber Daya Manusia .............................................
99
e. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata .................................................................................... 100 2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata ................................................................ 101 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata ............................................ 103 a. Faktor Pendukung ........................................................................ 103 b. Faktor Penghambat ...................................................................... 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 106 B. Saran .................................................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 111 LAMPIRAN .................................................................................................... 115
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga ..............................
57
Tabel 2. Data Peruntukan Tanah Desa Limbasari .........................................
62
Tabel 3. Display, Reduksi, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga ..... 128
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Kerangka Berfikir...........................................................................
xiv
50
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1. Pedoman Observasi .................................................................... 116 Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ............................................................... 117 Lampiran 3. Pedoman Wawancara Untuk Sekretaris BAPPEDA .................. 118 Lampiran 4. Pedoman Wawancara Untuk Perangkat Desa ............................ 120 Lampiran 5. Pedoman Wawancara Untuk Tokoh Masyarakat ....................... 124 Lampiran 6. Display, Reduksi, Kesimpulan ................................................... 128 Lampiran 7. Catatan Lapangan ....................................................................... 141 Lampiran 8. Susunan Pokdarwis Patrawisa .................................................... 149 Lampiran 8. Foto Dokumentasi ....................................................................... 151 Lampiran 9. Surat Penelitian ........................................................................... 158
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki nilai lebih dan menjadi daya tarik tersendiri terhadap orang lain. Daya tarik tersebut merupakan hal yang memerlukan
pengelolaan
dalam
pengembangan
yang
berkala
dan
berkelanjutan, karena dari hal yang sederhana tersebut masyarakat dapat mengambil manfaat. Demikian pula halnya dengan pariwisata di Indonesia yang memiliki banyak sekali kekayaan hayati dan non hayati sehingga mampu menambah pendapatan daerah serta mensejahterakan masyarakat. Pengembangan pariwisata perlu adanya partisipasi seluruh elemen masyarakat baik masyarakat lokal ataupun masyakarakat umum.
Hal ini
tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional Tahun 2010 – 2025, yang menyebutkan “Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.” Pada hakikatnya tujuan kepariwisataan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pasal 4 adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2) meningkatkan kesejahteraan rakyat, 3) Menghapus kemiskinan, 4) Mengatasi pengangguran, 5) Melestarikan alam, lingkungan, sumber daya, 6) 1
Memajukan kebudayaan, 7) Mengangkat citra bangsa, 8) Memupuk rasa cinta tanah air, 9) Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan 10) Mempercepat persahabatan antarbangsa. Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan yang jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat diberdayakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang kepariwisataan tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha (swasta), tokoh adat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri. Lebih penting lagi adalah adanya keterlibatan masyarakat lokal sebagai salah satu faktor keberhasilan pengembangan pariwisata. Dalam pembangunan pariwisata tanpa melibatkan masyarakat,
hanya akan melahirkan produk-produk wisata yang kurang
berarti bagi masyarakat dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Partisipasi
masyarakat
menjadi
kata
kunci
pada
setiap
program
pengembangan pariwisata, seolah-olah menjadi label baru yang harus melekat pada setiap rumusan kebijakan dan proyek pengembangan pariwisata. Memudahkan pengembangan pariwisata nasional, maka pemerintah mengambil langkah strategis dengan menyerahkan pembinaanya kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota agar lebih memudahkan pengembangan dan koordinasi pembangunan daerah. Pemerintah daerah maupun lembagalembaga swasta telah berusaha membangun area rekreasi semampu mungkin 2
dengan memanfaatkan lahan, didukung oleh daya dan dana yang ada untuk penyaluran kebutuhan akan rekreasi tersebut. Terdapat 3 komponen penting yang menggerakkan sistem pariwisata, yakni masyarakat, swasta dan pemerintah. Semua komponen tersebut harus berjalan secara beriringan sehingga perlu koordinasi yang baik dalam mengembangkan pariwisata di suatu tempat. Ketika salah satu komponen bergerak sendirian, maka hasil yang di dapat tidak optimal dan tidak sesuai target yang diinginkan (Pitanam dan Gayatri. 2005: 96-97). Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah. Musyawarah dilakukan dalam rangka peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program pembangunan yang telah disusun. Keterlibatan warga dalam pengembangan desa wisata menjadi hal yang krusial, sebab dari merekalah akan diketahui dan dipahami sejauh mana potensi wilayahnya. Selain itu, keterlibatan ini sangat penting untuk mendapatkan dukungan dan memastikan bahwa hal yang akan diperoleh berkaitan dengan kebutuhan dan keuntungan warga setempat. Akhirnya, peran warga dalam pembangunan pariwisata sangat mendesak untuk dikembangkan dan ditempatkan sebagai bagian yang terintegrasi. Partisipasi 3
masyarakat hakekatnya bukan semata mendorong terjadinya proses penguatan kapasitas masyarakat lokal, namun dapat berlaku sebagai sebuah mekanisme guna meningkatan pemberdayaan bagi warga untuk terlibat dalam pembangunan secara bersama. Dalam konteks pembangunan pariwisata, tampaknya partisipasi masyarakat penting untuk terus didorong guna mendistribusi keuntungan-keuntungan dari kegiatan kepariwisataan yang berlangsung kepada masyarakat secara langsung. Semangat desentralisasi dan pemberian kewenangan penuh bagi warga untuk mengelola pariwisata di daerahnya merupakan hal mutlak untuk terwujudnya pariwisata berbasis komunitas. Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan ”keterlibatan suatu pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain”. partisipasi merupakan sebuah
proses
dimana
masyarakat
sebagai
stakeholders,
terlibat
mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masingmasing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya. Masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada
4
di desa wisatanya. Sehingga sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pariwisata akan membawa tuntutan bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi yang sama dari stakeholders terkait, dan memberikan ruang yang seluasluasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan desa wisata. Pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan tersebut sejalan dengan pendapat Conyers (1991:154-155) yang lebih lanjut mengemukakan 3 alasan utama tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan mempunyai sifat sangat penting : 1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat. 2. Masyarakat
akan
lebih
mempercayai
program
kegiatan
pembangunan apabila mereka dilibatkan dalam persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program kegiatan tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program kegiatan tersebut. 3. Mendorong partisipasi umum karena akan timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan.
5
Salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Purbalingga adalah Desa Limbasari yang tepatnya berada pada daerah Kecamatan Bobotsari. Desa Limbasari berada di kaki barisan bukit Plana. Suasanya sejuk karena hutannya masih terjaga. Untuk mencapai desa ini, dapat ditempuh dengan kendaraan kecil sejauh kurang lebih 17 kilometer ke arah Utara dari kota Purbalingga. Bus ukuran besar belum bisa mencapai desa ini. Desa Limbasari memiliki beberapa daya pikat bagi wisatawan untuk dikunjungi dan menjadi obyek wisata. Di desa Limbasari sudah terkenal dengan istilah desa Inggris Limbasari. Di desa ini telah mengembangkan satu metode pembelajaran yang praktis, unik dan
menyenangkan yang
memungkinkan seseorang mampu berbicara Bahasa Inggris dalam waktu yang relatif singkat. Metode ini telah dikembangkan sejak tahun 2007 dan telah dilakukan pengujian dalam kelompok-kelompok kecil pada lembaga pendidikan
non
formal
dan
hasilnya
sangat
memuaskan
(http://www.desainggris.com/). Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Patrawisa Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari, Kab. Purbalingga mulai mengembangkan wisata adrenalin bernama tubing, yaitu menyusuri sungai dengan ban karet.Tubing di Desa Limbasari, memanfaatkan arus Sungai Tutung Gunung yang jernih dan bebas dari pencemaran. Jernih karena air sungai ini merupakan bagian hulu yang aliran airnya bermuara di Sungai Klawing. Di Limbasari ini, para wisatawan
bisa
menikmati
keindahan
(www.tempo.co.id). 6
air
terjun
Patra
Wisa
Arus sungai untuk tubing cukup deras sehingga bisa memacu adrenalin. Namun, tubing hanya menjadi bagian dari wisata di desa Limbasari, karena ketika musim kemarau aktifitas tubing tidak bisa dilakukan akibat air sungai surut. Aktifitas wisata lain yang akan dijual desa Limbasari yaitu sebagai pusat kerajinan batik tradisional. Di desa Limbasari masih terdapat kurang lebih 100 perajin batik tulis (http://banyumasnews.com/). Aktifitas wisata yang dijual di desa Limbasari yaitu melakukan Hill Trekking, melakukan pendakian ke bukit untuk melihat pemandangan alam dari atas bukit di desa limbasari.Ada juga Galeri Batik Puteri Muning Sari, yang digunakan sebagai tempat untuk memajang batik tulis asli Limbasari juga sebagai tempat produksi. Menurut Yoeti (1996: 177-178) bahwa pengembangan suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial maka harus memenuhi 3 syarat, yaitu: 1.
Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai : “something to see”,artinya di tempat tersebut harus ada obyek wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.
2.
Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to do” artinya di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka tinggal lebih lama di tempat itu.
3.
Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to buy” artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas7
fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata agar lebih banyak wisatawan datang pada suatu daerah dan lebih lama tinggal. Dalam pembangunan diperlukan perencanaan yang matang untuk mewujudkannya. Salah satunya yaitu pembangunan desa wisata di desa Limbasari. Masalah yang didapat peneliti melakukan wawancara dengan Ketua Pokdarwis diperoleh sebagai berikut, bahwa perencanaan kurang optimal, itu diakibatkan oleh kurang pahamnya sebagian masyarakat Limbasari terhadap desa wisata kata ketua Pokdarwis Mas ‘DJ’. Selain itu juga Ketua Pokdarwis menyatakan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang beranggapan dalam melakukan perencanaan pembangunan hanya dijalankan oleh Pemerintah saja dan mereka beranggapan itu proyek milik Pemerintah Daerah, sehingga mengakibatkan kurang partisipasinya masyarakat. Belum semua masyarakat Limbasari tahu tentang konsep desa wisata. Selain itu juga masih kurang adanya fasilitas infrastruktur di desa Limbasari untuk menjadi fasilitas desa wisata. Hal itulah yang melatar belakangi penelitian mengenai “Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata di Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga”.
8
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurang adanya fasilitas infrastruktur di desa Limbasari, Bobotsari, Purbalingga. 2. Masih kurangnya sarana yang dimiliki Pokdarwis untuk mendukung kegiatan wisata. 3. Perlu pengembangan aktifitas masyarakat desa Limbasari sebagai desa wisata. 4. Kurang upaya pemerintah desa dalam membangun desa Limbasari sebagai desa wisata. 5. Belum semua masyarakat Limbasari tahu tentang konsep desa wisata. 6. Kurangnya kesadaran masyarakat Limbasari terhadap potensi yang dimiliki sehingga perkembangan pariwisata belum optimal. 7. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam merencanakan pembangunan desa wisata Limbasari. C. Pembatasan Masalah Mengingat begitu banyaknya masalah yang terjadi, agar penelitian ini lebih terfokus dan dapat terselesaikan dengan tuntas maka permasalahannya dibatasi pada partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga.
9
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari, Kec.Bobotsari, Purbalingga?
2.
Bagaimana bentuk – bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan
desa
wisata
di
desaLimbasari,
Kec.Bobotsari,
Purbalingga? 3.
Apa faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan
desa
wisata
di
desa
Limbasari,
Kec.Bobotsari, Purbalingga? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.
Mendeskripsikan
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
pembangunan desa wisata di desa Limbasari, Kec. Bobotsari, Purbalingga. 2.
Mendeskripsikan bentuk – bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan
desa
wisata
di
desa
Limbasari,
Kec.Bobotsari, Purbalingga. 3.
Mendeskripsikan
faktor
pendukung
dan
penghambat
partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari,Kec. Bobotsari, Kab.Purbalingga. 10
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun penelitian atau karya ilmiah sehingga dapat diperoleh manfaat yang telah diambil dari kegiatan penelitian. 2. Bagi pemerintah, sebagai masukan untuk mendorong perkembangan industri pariwisata agar bisa memberikan contoh untuk desa-desa yang berpotensi untuk berkembang menjadi sebuah desa wisata 3. Bagi masyarakat, sebagai wacana agar memahami potensi yang dimiliki oleh desanya sehingga desa-desa di wilayah Kabupaten Purbalingga bisa berkembang menjadi sebuah desa wisata.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Pembangunan a. Konsep Pembangunan Istilah pembangunan juga menunjukan hasil proses pembangunan itu sendiri. Secara etimologi, pembangunan berasal dari kata bangun,di awalan “pe “ dan akhiran “ an “, guna menunjukan perihal orang membangun,
atau
perihal
bagaimana
pekerjaan
membangun
itu
dilaksanakan. Kata bangun setidak-tidaknya mengandung tiga artibangun dalam arti sadar atau siuman, kedua, berarti bentuk, ketiga, bangun berarti kata kerja, membangun berarti mendirikan. Dilihat dari segi ini, konsep, pembangunan meliputi ketiga arti tersebut. Konsep itu menunjukan pembangunan sebagai : 1) Masukan, kesadaran kondisi mutlak bagi berhasilnya perjuangan bangsa. 2) Proses, yaitu membangun atau mendirikan berbagai kebutuhan bardasarkan nasional. 3) Keluaran, yaitu berbagai bentuk bangun sebagai hasil perjuangan, baik fisik maupun non fisik (Taliziduhu Ndraha, 1987:1-2). Bintoro (1990:59) yang menyebutkan bahwa pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Menurut Sondang P. Siagian (1991:28) mengemukakan pendapatnya mengenai pembangunan itu adalah suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
12
dilakukan oleh suatu bangsa secara sadar, Negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Berdasarkan berbagai definisi yang di kemukakan di atas, maka dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
pembangunan
ditujukan
untuk
meningkatkan kemampuan, kebersamaan, kesempatan, kemandirian dan saling
ketergantungan
masyarakat,
yang
pada
akhirnya
untuk
meningkatkan kesejateraan masyarakat itu sendiri. b. Perencanaan Pembangunan Pengertian perencanaan pembangunan dapat dilihat berdasarkan unsur-unsur yang membentuknya yaitu: perencanaan dan pembangunan. Menurut Suryo Sakti Hadiwijoyo (2012 : 7) bahwa teori perencanaan yang ideal adalah yang tidak hanya mampu mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan
masyarakat
tetapi
juga
mampu
memadukan
berbagai
kepentingan yang terlibat. Perencanaan menurut Terry (dalam Malayu Hasibuan, 1993:95) adalah
memilih
dan
menghubungkan
fakta dan
membuat
serta
menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pengertian pembangunan menurut Sondang P. Siagian (1991:32) adalah suatu usulan atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. 13
Perencanaan menurut Lembaga Administrasi Negara (dalam Riyadi dan Bratakusumah, 2004: 4) bahwa perencanaan merupakan memilih prioritas dan cara atau alternatif untuk mencapai tujuan, pengalokasian sumber daya, bertujuan mencapai tujuan, berhubungan dengan masa depan, serta kegiatan yang terus menerus. Pendapat ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Conyers (1991: 3) bahwa planning atau perencanaan adalah sebagai: “suatu proses yang terus menerus yang melibatkan
keputusan-keputusan,
alternatif-alternatif
atau
pilihan,
mengenai cara-cara alternatif penggunaan sumber-sumber daya, dengan tujuan menghasilkan sasaran-sasaran spesifik untuk waktu yang akan datang”. Lebih lanjut Riyadi dan Bratakusumah (2004: 6) mengemukakan bahwa perencanaan pembangunan merupakan suatu tahapan awal proses pembangunan. Sebagai tahapan awal, maka perencanaan pembangunan merupakan
pedoman/acuan/dasar
bagi
pelaksanaan
kegiatan
pembangunan. Karena itu perencanaan pembangunan hendaknya bersifat implementatif (dapat melaksanakan) dan aplikatif (dapat diterapkan), serta perlu disusun dalam suatu perencanaan strategis dalam arti tidak terlalu mengatur, penting, mendesak dan mampu menyentuh kehidupan masyarakat luas, sekaligus mampu mengantisipasi tuntutan perubahan baik internal maupun eksternal, serta disusun berdasarkan fakta riil di lapangan. Untuk mendapatkan hasil perencanaan pembangunan daerah yang baik, tepat waktu, tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna, 14
dibutuhkan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan, karena masyarakat sebagai salah satu unsur dalam pembangunan. Tentunya mereka dapat mengetahui sekaligus memahami apa yang ada di wilayahnya, disamping itu dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, pemerintah telah memberikan kepercayaan kepada masyarakatnya. Sehingga mereka dapat merasa ikut bertanggung jawab dan merasa memiliki program-program pembangunan yang jelas akan sangat menguntungkan bagi pelaksanaannya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembangunan adalah sebagai alat merencanakan untuk masa yang akan datang, untuk melakukan perubahan yang lebih baik dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam pelaksaan perencaan tersebut. c. Pengertian Pembangunan Desa Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dalam serangkaian kegiatan untuk mencapai suatu perubahan dari keadaan yang buruk menuju ke keadaan yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat tertentu di suatu Negara. Sondang P. Siagian, (1991:21) mendefinisikan pembangunan adalah suatu usaha atau serangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintahan dalam usaha pembinaan bangsa. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam konsep pembangunan terdapat dua syarat yang harus dipenuhi yakni: harus ada usaha yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintahnya, dilaksanakan secara sadar, 15
terarah dan berkesinambungan agar tujuan dari pembangunan itu dapat tercapai. Dari beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan tersebut, bahwa pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam suasana kehidupan yang penuh harmonis. Dalam pembangunan, peran serta seluruh lapisan masyarakat selaku pelaku pembangunan dan pemerintah selaku pengayom, Pembina dan pengarah sangat diperlukan. Antara masyarakat dan pemerintah harus berjalan seiring, saling mengisi, melengkapi dalam satu kesatuan gerak pembangunan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pembangunan harus menyangkut semua pihak yaitu dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, pembangunan yang pertama harus di bina dan dikembangkan pembangunan
adalah desa,
pembangunan Daeng
desa.
Sudirwo,
Berkenaan
(1985:63)
dengan
mendefinisikan
pembangunan desa sebagai berikut: Pembangunan desa adalah proses perubahan yang terus menerus dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat beserta pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin, mateeri dan spiritual berdasarkan pancasila yang berlangsung di desa. Soewignjo (1985:24) mengemukakan pembangunan desa yaitu perencanaan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Sementara Taliziduhu Ndraha (1985:71) mengemukakan bahwa pembangunan desa merupakan setiap
pembangunan
yang
didalam
berpartisipasi aktif. 16
prosesnya
masyarakat
harus
Menurut Undang – Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, bahwa: Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Berdasarkan definisi di atas mengisyaratkan dengan jelas bahwa keikutsertaan masyarakat dalam proses penentuan pembangunan di desanya yang dapat mendorong mereka untuk menyumbang pikir, kegiatan dan lainnya agar tercapai tujuan masyarakat dengan cara mendiskusikan, menentukan keinginan, merencanakan dan mengerjakan secara bersamasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan berbasis partisipasi masyarakat. Melalui pembangunan desa diupayakan agar masyarakat memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan. d. Ciri – Ciri dan Prinsip Pembangunan Desa Pembangunan desa dengan berbagai masalahnya merupakan pembangunan yang berlangsung menyentuh kepentingan bersama. Dengan demikian desa merupakan titik sentral dari pembangunan nasional Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan desa tidak mungkin bisa dilaksanakan oleh satu pihak saja, tetapi harus melalui koordinasi dengan pihak
lain
baik
dengan
pemerintah
maupun
masyarakat
secara
keseluruhan. Dalam merealisasikan pembangunan desa agar sesuai dengan apa yang diharapkan perlu memperhatikan beberapa pendekatan dengan ciri-ciri khusus yang sekaligus merupakan identitas pembangunan desa itu 17
sendiri, seperti yang dikemukakan dari C.S.T Kansil, (1983:251) tentang ciri-ciri dan prinsip dalam pembangunan desa yaitu: 1. Komprehensif multi sektoral yang meliputi berbagai aspek, baik kesejahteraan maupun aspek keamanan dengan mekanisme dan sistem pelaksanaan yang terpadu antar berbagai kegiatan pemerintaha dan masyarakat. 2. Perpaduan sasaran sektoral dengan regional dengan kebutuhan essensial kegiatan masyarakat. 3. Pemerataan dan penyebarluasan pembangunan keseluruhan pedesaan termasuk desa-desa di wilayah kelurahan. 4. Satu kesatuan pola dengan pembangunan nasional dan regional dan daerah pedesaan dan daerah perkotaan serta antara daerah pengembangan wilayah sedang dan kecil. 5. Menggerakan partisipasi, prakaras dan swadaya gotong royong masyarakat serta mendinamisir unsur-unsur kepribadian dengan teknologi tepat waktu. Jadi di dalam merealisasikan pembangunan desa itu harus meliputi berbagai aspek, jangan dari satu aspek saja, agar pembangunan desa itu dapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Kegiatan – kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat dilanjutkan dan dikembangkan ke seluruh pelosok daerah, untuk seluruh lapisan masyarakat. pembangunan itu pada dasarnya adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat seharusnya diajak untuk menentukan visi pembangunan masa depan yang akan diwujudkan. Masa depan merupakan impian tentang keadaan masa depan yang lebih baik dan lebih mudah dalam arti tercapainya tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Jadi, pembangunan desa itu harus meliputi berbagai aspek kehidupan dan penghidupan artinya harus melibatkan semua komponen yaitu dari pihak masyarakat dan pemerintah, dan harus langsung secara terus menerus demi tercapainya kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang 18
e. Perencanaan Pembangunan Desa Menurut Undang – Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, bahwa Pembangunan Desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan pembangunan desa merupakan suatu panduan atau model penggalian potensi dan gagasan pembangunan desa yang menitik beratkan pada peranserta masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan. Konsep ini dilandasi oleh nilai-nilai dan semangat gotong royong yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia. Gotong royong bertumpu pada keyakinan bahwa setiap warga mempunyai hak untuk memutuskan dan merencanakan apa yang terbaik bagi diri dan lingkungan serta cara terbaik dalam upaya mewujudkannya. Menurut Wahjudin Sumpeno (2004:32) bahwa secara garis besar perencanaan desa mengandung pengertian sebagai berikut : a. Perencanaan sebagai serangkaian kegiatan analisis mulai dari indentifikasi kebutuhan masyarakat hingga penetapan program pembangunan. b. Perencanaan pembangunan lingkungan; semua program peningkatan kesejahteraan, ketentraman, kemakmuran dan perdamaian masyarakat di lingkungan pemukiman dari tingkat RT/RW, dusun dan desa c. Perencanaan pembangunan bertumpu pada masalah, kebutuhan, aspirasi, dan sumber daya masyarakat setempat d. Perencanaan desa menjadi wujud nyata peran serta masyarakat dalam membangun masa depan e. Perencanaan yang menghasilkan program pembangunan yang diharapkan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, dan perdamaian.
19
2. Partisipasi Masyarakat a. Pengertian Masyarakat Dalam arti sempit masyarakat merupakan sekelompok manusia yang dibatasi aspek-aspek tertentu umpamanya: territorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Maka ada masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Minang, dan sebagainya. Masyarakat berasal dari bahasa latin socius yang berarti kawan. Menurut Koentjaraningrat (2002:146) masyarakat adalah sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Menurut Mac Iver dalam Hartono dan Arnicun (2004:89) bahwa: Masyarakat adalah satu sistem daripada cara kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringanjaringan dari relasi sosial itulah yang dinamakan masyarakat. Menurut Hassan Shandily (1983:47) yaitu masyarakat merupakan golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Menurut Soleman (1984:12) masyarakat dalam pengertian sosiologi tidak hanya dipandang sebagi suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan atas individu-individu semata, namun masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup dan juga merupakan sebuah sistem yang
20
terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang mana memiliki ciri-ciri pokok yaitu : 1) Manusia hidup bersama 2) Bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama 3) Memiliki kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam jangka waktu yang relatif lama di wilayah tertentu yang mempunyai adat istiadat yang bersifat kontinyu, dan mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. b. Pengertian Partisipasi Menurut Mubyanto (1997:35) mendefinisikan partisipasi sebagai kesedian untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan sendiri. Mardijono (2008:19) mengemukakan partisipasi diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan, baik dalam bentuk pernyataan
maupun
merupakan
kegiatan.
keikutsertaan
Lebih
masyarakat
lanjut
dijelaskan
dalam
partisipasi
program-program
pembangunan. Menurut Dr. Made Pidarta dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2011:50) partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang 21
dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimiliki (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan. Menurut Theodorson dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato
(2012:81)
menyatakan
bahwa
partisipasi
merupakan
keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Keikutsertaan tersebut, dilakukan sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain. Purnamasari
(2008:51-52),
menyatakan
bahwa
perencanaan
pembangunan tanpa memperhatikan partisipasi masyarakat akan menjadi perencanaan di atas kertas. Berdasarkan pandangannya, partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari 2 hal, yaitu: 1) Partisipasi dalam perencanaan Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah program-program pembangunan yang telah direncanakan bersama, sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindari pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya keputusan bersama. Disini dapat ditambahkan bahwa partisipasi secara langsung dalam perencanaan hanya dapat dilaksanakan dalam masyarakat kecil, 22
sedangkan untuk masyarakat yang besar sukar dilakukan. Namun dapat dilakukan dengan sistem perwakilan. Masalah yang perlu dikaji adalah apakah yang duduk dalam perwakilan benar-benar mewakili masyarakat. 2) Partisipasi dalam pelaksanaan Segi positif dari Partisipasi dalam pelaksanaan adalah bahwa bagian terbesar dari program (penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah kecenderungan
menjadikan
pembangunan,
dimana
warga
warga
negara
hanya
sebagai
dijadikan
obyek
pelaksana
pembangunan tanpa didorong untuk mengerti dan menyadari permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa ditimbulkan keinginan untuk mengatasi masalah. Sehingga warga masyarakat tidak secara emosional terlibat dalam program, yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari. Pendekatan
partisipatif
dalam
perencanaan
pembangunan
menjadikan masyarakat tidak hanya dianggap sebagai objek dari pembangunan semata, tetapi juga sebagai subjek dalam pembangunan. Pembangunan
yang
berorientasi
pada
masyarakat
berarti
hasil
pembangunan yang akan dicapai akan bermanfaat dan berguna bagi masyarakat, selain itu juga resiko akan ditanggung pula oleh masyarakat.
23
Partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting, menurut Diana Conyers (1991:154-155) adalah sebagai berikut : 1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. 2) Masyarakat akan mempercayai proyek maupun program pembangunan jika ikut dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan, karena mereka lebih mengetahui tentang proyek atau program tersebut sehingga mereka merasa memiliki terhadap program atau proyek tersebut. 3) Adanya partisipasi umum, karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri, mereka mempunyai hak untuk turut ‘urung rembug’. Jadi, partisipasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang memperlihatkan keikutsertaannya dalam suatu program atau kegiatan, dan dalam kegiatan tersebut seseorang atau kelompok mengambil bagian dari kegiatan tersebut, di luar pekerjaan dan profesinya sendiri, keterlibaan tersebut berupa mental dan emosi serta fisik dalam melakukan segal kemampuan yang dimiliki. c. Tangga Partisipasi Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan kebijakan merupakan suatu hak dari masyarakat. Partisipasinya masyarakat dalam pembuatan kebijakan mengakibatkan terjalinnya sinergi antara warga, pemerintah, dan pihak swasta untuk melakukan perencanaan pembangunan. Dalam partisipasi masyarakat hubungannya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan, itu menunjukan tetang aktivitas masyarakat dalam kegiatan tersebut. 24
Menurut Shery Arstein dalam Siti Irene Astuti D, (2011:64), bahwa peran serta masyarakat dalam perencanaan dapat dibedakaan ke dalam anak tangga sebagai berikut : KLASIFIKASI
URAIAN
TINGKATAN
1. Citizen Power
Pada tahap ini sudah terjadi pembagian hak, tanggung jawab, dan wewenang antara masyarakat dengan pemerintah dalam pengambilan keputusan
Kontrol masyarakat (citizen control) Pelimpahan kekuasaan (delegated control) Kemitraan (partnership)
2. Tokenism
Hanya sekadar fomalitas yang memungkinkan masyarakat mendengarkan dan memiliki hak dan memberikan suara, tetapi pendapat mereka belum menjadi bahan dalam pengambilan keputusan
Penetraman (placation) Konsultasi (consultation) Informasi (information)
3. Non Participation
Masyarakat menjadi objek
25
hanya Terapi (therapy) Manipulasi (manipulation)
Selain itu menurut Peter Oakley dalam Siti Irene Astuti D (2011:65), menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat ke dalam tujuh tingkatan partisipasi yaitu sebagai berikut : Tingkatan
Deskripsi
Manipulation
Tingkat paling rendah mendekati situasi tidak ada partisipasi, cenderung berbentuk indoktrinasi
Consultation
Stakeholder mempunyai peluang untuk memberikan saran akan digunakan seperti yang mereka harapankan
Consensusbuilding
Pada tingkat ini stakeholder berinteraksi untuk saling memahami dan dalam posisi saling bernegosiasi, toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahan yang sering terjadii adalah individu-individu dan kelompok masih cenderung diam atau setuju bersifat pasif
Desicionmaking
Konsensus terjadi didasarkan pada keputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggung jawab untuk menghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan derajat perbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok
Risk-taking
Proses yang berlangsung dan berkembang tidak hanya sekadar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibat dari hasil yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Pada tahap ini semua orang memikirkan risiko yang diharapkan dari hasil keputusan. Karenanya, akuntabilitas merupakan basis penting.
Partnership
Memerlukan kerja secara equal menuju hasil yang mutual. Equal tidak hanya sekadar dalam bentuk struktur dan fungsi tetapi dalam tanggung jawab.
Selfmanagement
Puncak dari partisipasi masyarakat. Stakeholder berinteraksi dalam proses saling belajar (learning process) untuk mengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.
26
Berdasarkan teori para ahli diatas tentang anak tangga partisipasi di atas maka dapat diketahui bahwa partisipasi yang dapat menggerakan dinamika masyarakat untuk suatu kegiatan adalah tangga partisipasi citizen power dan self-management. Dalam tangga citizen power terdapat demokrasi, dengan adanya pembagian hak, tanggung jawab, dan wewenang antara masyarakat dengan pemerintah dalam pengambilan keputusan. Sendangkan untuk self-management menunjukan stakeholder saling berinteraksi dalam proses saling belajar, untuk mengoptimalkan hasil yang diharapkan. d. Bentuk – Bentuk Partisipasi Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi benda, partisipasi tenaga, partisipasi buah pikiran dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Dusseldorp dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2012:84) mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa: 1) Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat; 2) Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok; 3) Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan partisipasi masyarakat lain; 4) Menggerakkan sumberdaya masyarakat; 5) Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusam; 6) Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.
27
Bentuk partisipasi
yang diberikan masyarakat dalam tahap
pembangunan ada beberapa bentuk. Menurut Ericson (dalam Slamet, 2004:89) bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap yaitu : 1) Partisipasi di dalam tahap perencanaan (Ide planing stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitiaan
dan
anggaran
pada
suatu
kegiatan/proyek.
Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran dan kritik melalui pertemuan – pertemuan yang diadakan. 2) Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adala pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Masyarakat di sini dapat memberikan tenaga, uang, ataupun material/barang serta ide – ide sebagai salah satu wujud partisipasinya pada pekerjaan tersebut. 3) Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Pertisipasi masyarakat pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk megoperaikan dan memelihara proyek yang telah dibangun.
28
Menurut Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2011:61) bahwa partisipasi masyarakat dibedakan ke dalam empat jenis, yaitu: 1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan Partisipasi ini bersifat sangant penting karena pengambilan keputusan
merupakan
suatu
proses
pemilihan
alternatif
berdasarkan pertimbangan yang menyeluruh dan bersama. Dibutuhkan
kesepatakan
dan
suara
mufakat
karena
bagaimanapun juga kegiatan terselenggara demi kepentingan bersama. Wujud partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini bermacam-macam, seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan. 2) Partisipasi dalam pelaksanaan Ini adalah jenis partisipasi yang menjadi salah satu unsur dalam penentu keberhasilan program itu sendiri. Ruang lingkup partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dan dana, kegiatan administratif dan koordinasi serta penjabaran program. 3) Partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan Partisipasi ini terkati dengan kualitas dan kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang dicapai 4) Partisipasi dalam evaluasi 29
Partisipasi
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
bagaimana
pelaksanaan program berjalan, apakah sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum tercapai. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : 1) Partisipasi dalam perencanaan pembangunan Dalam tahap ini, masyarakat dilibatkan dalam proses perencaaan. Proses
perencaan
tersebut
lebih
menuju
pada
tujuan
pembangunan, dan membuat penyusunan rencana pembangunan. Dalam hal ini bentuk partisipasi masyarakat yaitu memberikan usulan, saran, diskusi, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan. 2) Partisipasi dalam pelaksaan pembangunan Dalam tahap pelaksaan pembangunan, masyarakat dilibatkan agar menggerakan sumber daya dan dana dalam pelaksaan pembangunan. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksaaan pembangunan yaitu memberikan tenaga, uang, ide-ide sebagai wujud partisipasi pada pekerjaan tersebut, masyarakat ikut dalam kegiatan administratif, dan koordinasi serta penjabaran program. 3) Partisipasi dalam pemanfaatan pembangunan Pada
tahap
pemanfaatan
pembangunan,
masyarakat
berpartisipasi terkait dengan hasil dari pelaksanaan berupa 30
kualitas dan kuantiatas yang telah dicapai. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan yaitu berupa tenaga dan uang, yang digunakan untuk memelihara proyek yang telah dicapai. 4) Partisipasi dalam evaluasi pembangunan Dalam
tahap
evaluasi,
masyarakat
berpartisipasi
untuk
mengevaluasi hasil dari pelaksaan pembangunan, apakah telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Menurut Effendi dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2011:58) bahwa bentuk partisipasi terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan di masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Dalam partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa di mana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri. Menurut Raharjo dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2012:87) mengemukakan adanya tiga variasi bentuk partisipasi, yaitu : 1) Partisipasi terbatas, yaitu partisipasi yang dilaksanakan dengan kegiatan tertentu saja bertujuan untuk tercapainya pembangunan, tetapi untuk kegiatan tertentu yang dianggap menimbulkan kerawanan bagi stabilitas nasional dan kalangan pembangunan sulit diatasi. 2) Partisipasi penuh (full scale participation), artinya partisipasi secara keseluruhan dalam segala aspek kegiatan pembangunan. 31
3) Mobilisasi tanpa partisipasi, artinya partisipasi yang dibangkitkan oleh pemerintah, tetapi dalam pelaksanaan masyarakat sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengajukan kesempatan untuk mempengaruhi jalannya kebijakan pemerintah. Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro Santoro (1988:16) bahwa bentuk partisipasi meliputi : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Pikiran Tenaga Pikiran dan tenaga Keahlian Barang Uang
Bentuk – bentuk partisipasi masyarakat menurut Permen Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, adalah sebagai berikut : 1) Tenaga kerja, yaitu kontribusi masyarakat sebagai pekerja di dalam proses penataan lingkungan/kawasan. 2) Sebagai inisiator program, yaitu masyarakat mengajukan usulan awal mengenai kemungkinan penataan bangunan dan lingkungan setempat 3) Berbagi biaya, yaitu masyarakat berbagi tanggung jawab terhadap pembiayaan kegiatan penataan. 4) Berdasarkan kontrak, yaitu masyarakat terikat kontrak untuk melaksanakan suatu/seluruh program kegiatan penataan. 5) Pengambilan keputusan pada seluruh proses, yaitu melibatkan masyarakat di dalam proses pengambilan keputusan sejak awal proyek, sehingga hasilnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Berdasarkan bentuk-bentuk partisipasi yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi itu dilakukan oleh seseorang atas kesadaran orang tersebut untuk ikut melakukan kegiatan, wujud partisipasi
dapat
berupa
menyumbang pemikiran,
32
saran,
ide-ide,
tanggapan, juga memberikan penolakan, selain itu juga berupa materi, pikiran dan tenaga saat pelaksaan program, serta uang atau financial. e. Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Dalam suatu kegiatan ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, sifat-sifat faktor tersebut dapat mendukung keberhasilan suatu program namun dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Seseorang akan berpartisipasi terhadap sesuatu yang mana dalam hal ini dikonotasikan sebagai suatu perwujudan perilaku seseorang terhadap seuatu objek kegiatan. Menurut Herbert dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2011:56) bahwa “respons aktor baik langsung maupun tidak, selalu didasarkan atas penilaian atau pemaknaan setiap objek tindakan”. Dalam prinsip partisipasi menurut Dawam Raharjo (1989:23) terdapat tiga unsur penting yaitu: kesadaran, kemampuan dan kesempatan. Kesadaran adalah sumber motivasi, tapi motivasi itu perlu didukung dengan kemampuan. Dimaksud dengan kemampuan disini adalah kemampuan berorganisasi, kemampuan managemen dan kemampuan teknis. Berbekal kepada hal itulah maka kelompok bisa mencari kesempatan. Kesempatan disini bukanlah semata – mata kesempatan yang berasal dari luar atau dari atas, melainkan kesempatan yang diciptakan sendiri. Dasar utamanya adalah gagasan yang rasional praktis. Langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan sumber – sumber atau faktor – 33
faktor produksi yang sebenarnya sudah banyak tersedia dimasyarakat. Dari prinsip itulah partisipasi dapat berjalan dilingkup masyarakat. Dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat tidak hanya faktor pendukung ada juga faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat. Menurut Siti Irene Astuti (2011:57) bahwa faktor yang dapat menghambat atau menjadi ancaman terhadap partisipasi masyarakat adalah: 1) Sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan di tingkat anggota masyarakat; 2) Aspek-aspek tipologi (pembuktian dan jurang); 3) Geografis (pulau-pulau kecil yang tersebat letaknya); 4) Demografis (jumlah penduduk); 5) Ekonomi (desa miskin/tertinggal). 3. Desa Wisata Desa wisata adalah pengembangan suatu wilayah desa yang pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada tetapi lebih cenderung kepada penggalian potensi desa dengan memanfaatkan kemampuan unsur – unsur yang ada dalam desa (mewakili dan dioperasikan oleh penduduk desa) yang berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala kecil menjadi rangkaian aktivitas, serta mampu menyediakan dan memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata baik aspek daya tarik maupun sebagai fasilitas pendukunnya (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman 2007:7) Desa wisata merupakan suatu bentuk lingkungan permukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntunan wisatawan di dalam menikmati, mengenal, dan menghayati/mempelajari kekhasan desa dengan segala daya tariknya sesuai pula dengan tuntunan kegiatan hidup 34
masyarakatnya (mencakup kegiatan, hunian, interaksi sosial, kegiatan adat setempat dan sebagainya), sehingga terwujudnya suatu lingkungan yang harmonis, rekreatif, terpadu dengan lingkungannya (Ikaputra, 1985 dalam Chafid Fandeli, 2002) Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Permen Kebudayaan dan Pariwisata No. KM. 18/HM/MKP/2011 Tentang Pedoman Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata) Selain itu desa wisata dapat pula diartikan sebagai pengembangan suatu wilayah/desa dengan memanfaatkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat desa yang berfungsi sebagai atribut produk wisata, menjadi suatu rangkaian aktivitas pariwisata yang terpadu dan memiliki tema.(Majalah Info Pariwisata Edisi XII Tahun 2000) Desa wisata dapat diartikan sebagai tempat atau daerah yang memiliki potensi wisata yang digunakan sebagai produk, memiliki pelaku wisata, fasilitas wisata yang berupa akomodasi dan layanan lainnya sehingga menjadikan daerah tersebut sebagai tempat tujuan wisata.
35
Pada desa wisata ada 2 komponen utama, yaitu: a. Akomodasi, yaitu sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. b. Atraksi, yaitu sebuah kehidupan keseharian penduduk setempat beserta
setting
fisik
lokasi
desa
yang
memungkinkan
berinteraksinya wisatawan sebagai partisipasi aktif, seperti kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik. Sedangkan Edward Inskeep berpendapat bahwa: village tourism where small groups of tourist stay in or near traditional, often remote villages and learn about village life and local environtments (wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam/dekat dengan suasana tradisional sering di desa-desa yang terpencil
dan
belajar
tentang
kehidupan
pedesaan
dan
lingkungan setempat) (Edward. 2000: 166). Selain berbagai keunikan, kawasan desa wisata juga dipersyaratkan memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas-fasilitas yang seyogyanya ada di suatu kawasan desa wisata antara lain: sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan akomodasi. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana penginapan
36
berupa pondok-pondok wisata (home stay) sehingga para pengunjung dapat merasakan suasana pedesaan yang masih asli. Menurut Suryo Sakti Hadiwijoyo (2012:69) bahwa penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratanpersyaratan, persyaratan desa wisata tersebut telah ditentukan yaitu sebagai berikut: 1) Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. 2) Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan local, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.M 3) Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. 4) Keamanan di desa tersebut terjamin. 5) Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. 6) Beriklim sejuk atau dingin. 7) Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Menurut Inskeep (1991) dalam Suryo Sakti Hadiwijoyo (2012:59) komponen dasar pengembangan pariwisata di dalamproses perencanaan adalah : 1) Atraksi wisata dan aktivitasnya, 2) Fasilitas akomodasi 3) Fasilitas wisatawan lainnya dan jasa seperti : operasi perjalanan wisata, tourism information, restoran, retail shopping, bank, money changer, medical care, public safety dan pelayanan pos. 4) Fasilitas dan pelayanan transportasi 5) Infrastruktur lainnya meliputi persediaan air, listrik, pembuangan limbah dantelekomunikasi. 6) Elemen kelembagaan yang meliputi program pemasaran, pendidikan dan pelatihan, perundang-undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor swasta,organisasi 37
struktural private dan public serta program sosial ekonomi danlingkungan. Menurut Suryo Sakti Hadiwijoyo (2012:69) pembangunan desa wisata ini memiliki tujuan-tujuan tertentu, yaitu : 1) Mendukung program pemerintah dalam pembangunan dalam pembangunan kepariwisataan dengan menyediakan obyek wisata alternatif. 2) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar destinasi wisata. 3) Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk desa, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi pemertaan pembangunan ekonomi di desa. 4) Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik, agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (ruralisasi). 5) Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di desanya, sehingga mengurangi urbanisasi. 6) Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumi dengan penduduk pribumi. 7) Memperkokoh persatuan bangsa, sehingga bisa mengatasi disintegrasi Dalam strategi pembangunan desa wisata yang diperlukan yaitu melibatkan peran serta masyarakat menurut Ahisa Putra, dkk, (2000) dalam Chafid Fandeli, (2002:24) dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Menginformasikan kepada penduduk setempat tentang apa yang akan terjadi bila pariwisata pedesaan masuk ke desa mereka. 2) Menjaga dialog dengan penduduk 3) Menghargai pendapat dan melibatkan masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan. 4) Meningkatkan pemahaman akan hakekat pariwisata dan dampaknya. 5) Mendorong hubungan antara wisatawan dan pendudukan setempat. 6) Melindungi masyarakat lokal dari melimpahnya kegiatan pariwisata. 38
Pembangunan
pariwisata
akan
berhasil
dengan
melakukan
pembangunan yang berkelanjutan dan didukung oleh lingkungan masyarakat di lokasi pariwisata tersebut, seperti dalam Agenda – 21, tt dalam Chafid Fandeli (2002:32) bahwa pembangunan berkelanjutan sebagai proses pembangunan yang dilakukan tanpa merusak atau mengurangi
nilai
sumber
daya
yang
ada
dan
pembangunan
kepariwisataan yang berhasil bila pembangunan tersebut didukung oleh masyarakat di mana pariwisata itu berlangsung. Menurut Soetarso Priasukmana dan R. Mohamad Mulyadin (2001:39), bahwa perencanaan pembangunan desa wisata terdiri dari : 1) 2) 3) 4)
Survei lapangan Penyusunan rencana tapak Penyusunan anggaran dan sumber anggaran Perencanaan SDM
1.1 Survei Lapangan Dalam survei lapangan data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan untuk melakukan analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Dari hasil pendataan ini akan diperoleh identifikasi kawasan dari segi fisik, sosial, budaya, dan ekonomi, serta identifikasi atas kondisi di wilayah sekitarnya yang berpengaruh pada kawasan perencanaan. Data dalam survei lapangan meliputi: peta (peta regional, peta kota, dan
peta
kawasan
perencanaan
dengan
skala
1:1.000
serta
memperlihatkan kondisi topografis/garis kontur), foto – foto (foto udara/citra satelit dan foto – foto kondisi kawasan perencanaan, peraturan 39
dan rencana – rencana terkait, sejarah dan signifikansi historis kawasan, kondisi, sosial-budaya, kependudukan, pertumbuhan ekonomi, kondisi fisik dan lingkungan, kepemilikan lahan, prasarana dan fasilitas, data lain yang
relevan
(https://sites.google.com/site/rtbl2013/gambaran-umum-
kegiatan-rtbl-2013-1 , diakses 20 Agustus 2015) Sedangkan dalam https://www.academia.edu/ diakses 24 Agustus 2015, bahwa survei lapangan meliputi : a) Pengecekan dan membuat catatan – catatan di peta atau dibuat secara khusus, tentang kondisi/keadaan lingkungan alami dan lingkungan binaan yang meliputi prasarana dasar dan sarana lainnya. Pada kegiatan ini akan melibatkan warga dalam menilai keadaan lingkungannya. b) Melakukan rekaman visualisasi lapangan dan pemahaman lapangan, sebagai bagian dari perjalanan survei untuk mendukung/memperkuat hasil kajian lapangan yang berupa data atau informasi lainnya. c) Wawancara/interview untuk memperoleh gambaran keadaan/kondisi kawasan yang lebih terinci dari stakeholder setempat d) Pelaksanaan survei khusus, meliputi: lotting di setiap kegiatan wilayah yang mempunyai karakter khusus atau menarik e) Informasi lainnya berupa kebijaksanaan daerah, kondisi sosial dan budaya setempat Survei lapangan dan observasi lapangan menurut Niken Wirasanti dan Agustin Surachman (2003 : 7 – 8) meliputi : a) Pengumpulan data sekunder yang meliputi kondisi demografi, kondisi sosial ekonomi dan kondisi sosial budaya dan instansi – instansi yang bersangkutan, serta mengumpulkan berbagai informasi mengenai rencana – rencana pengembangan dari instansi – instansi tersebut, khususnya yang berkaitan dengan proses dan hasil akhir master plan. b) Pengumpulan data primer dari lapangan melalui perekaman data fisik lapangan secara langsung maupun dengan wawancara. Data primer ini antara lain berupa kondisi fisik tata ruang (penggunaan tanah, keadaan bangunan, keadaan saranaprasarana, keadaan lalu lintas dan kondisi lingkungan), serta kondisi geografi. Sesuai dengan tugas perencanaan ini, data 40
primer ini sifatnya lebih sebagai konrol terhadap ketersediaan data sekunder. c) Berdasarkan data dan berbagai informasi yang telah dikumpulkan berupa kondisi tata ruang dan kondisi geografi dari tahap sebelumnya, kemudian dilakukan pekerjaan analisis untuk keseluruhan permasalahan perencanaan. Selanjutnya dilakukan identifikasi potensi dan permasalahan dengan penekanan lebih pada analisis perencanaan Berdasarkan diatas maka survei lapangan merupakan tahap persiapan dengan melakukan pengumpulan data – data yang diperlukan untuk rencana kedepannya, data tersebut berupa sekunder dan primer. Data
sekunder yaitu pengumpulan kondisi demografi dan kondisi
lingkungan serta sarana dan prasarana di lokasi tersebut, data itu diperoleh dengan melibatkan warga sekitar. Sedangkan data primer diperoleh dengan melakukan wawancara atau melakukan diskusi dengan stakeholders setempat untuk memperoleh gambaran keadaan/kondisi kawasan yang lebih terinci. 1.2 Penyusunan Rencana Tapak Dalam pembangunan desa wisata diperlukan rencana tapak yang berarti penataan wilayah sesuai dengan fungsinya. Menurut Djoko Dwiyanto dan Gunung Radjiman (1999 : 7) bahwa rencana tapak adalah gambaran tentang penggunaan tata ruang suatu wilayah untuk kepentingan tertentu dalam bentuk tata letak komponen – komponen fungsionalnya. Dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 15 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Tapak (Site Plan) bahwa, rencana tapak (site Plan) adalah gambaran/peta rencana peletakan 41
bangunan/kavling dengan segala unsur penunjangnya dalam skala batas – batas luas lahan tertentu. Menurut Djoko Dwiyanto dan Gunugn Radjiman (1999) bahwa penyusunan rencana tapak meliputi : a) Peyusunan rencana tapak (site plan) yang berupa arahan geometrik tata letak bangunan dan bukan bangunan dalam setiap blok penggunaan di dalam lingkungan kawasan perencanaan. b) Pra rencana pola dan pra kontruski jaringan jalan yang mencakup arahan geometrik pra detail kerekayasaan yang dirinci untuk setiap jenis dan kelas jalan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi eksisting kawasan. c) Perencanaan bentuk dan pra kontruksi jaringan utilitas yang bersifat pra detail, kerekayasaan jaringna air bersih, jaringan pembuangan air kotor, jaringan listrik dan telepon. d) Pra rencana bentuk dan pra kontruksi bangunan gedung yang bersifat pra detail kerekayasaan bangunan gedung bagi setiap blok peruntukan yang digambarkan secara terinci bagi setiap bangunan terpilih. e) Pra rencana bentuk dan pra kontruksi bangunan bukan gedung yang bersifat pra detail kerekayasaan bangunan bukan gedung untuk setiap blok peruntukan yang digambarkan secara terperinci bagi setiap bangunan terpilih. 42
f) Rencana indikasi proyek mencakup arahan pelaksanaan bagi pembangunan prasarana dan sarana digambarkan secara terinci mengenai besaran proyek dan pada setiap blok peruntukkan lahan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa rencana tapak
merupakan
proses
kegiatan
perencanaan
dengan
melakukan penataan lingkungan buatan manusia dan lingkungan alam sesuai dengan fungsinya dan sesuai dengan batas – batas luas lahan tertentu
agar dapat menunjang kegiatan manusia dengan membuat
desain. 1.3 Penyusunan Anggaran dan Sumber Anggaran Menurut Munandar (1985 : 1), pengertian anggaran yaitu Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secaa sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu. Sedangkan pengertian anggaran menurut Nafarin (2007:9) adalah sebagai berikut, anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Tujuan disusunya anggaran, menurut Nafarin (2007:31) adalah : a) Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana b) Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan. c) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana sehingga dapat memudahkan pengawasan. 43
d) Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal. e) Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat f) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat diketahui bahwa anggaran merupakan suatu rencana menajemen mengenai perolehan dan penggunaan sumber – sumber daya perusahaan yang dinyatakan secara formal dan terperinci dalam bentuk kuantitatif pada suatu periode terentu. 1.4 Perencanaan Sumber Daya Manusia Organisasi akan bisa berjalan bila ada sumber daya manusia, maka dalam organisasi diperlukan adanya perencanaan sumber daya manusia. Perencanaan SDM merupakan kegiatan penentuan jumlah dan jenis SDM yang diperlukan oleh suatu organisasi untuk masa yang akan datang (Irawan,2000). Perencanaan sumber daya manusia (SDM), Mody dan Noe (1995) dalam dan Donni Juni Priansa (2011:45) mendefinsikan perencanaan (SDM) sebagai proses yang secara sistematis mengkaji keadaan SDM untuk memastikan bahwa jumlah dan kualitas dengan ketrampilan yang tepat, akan tersedia pada saat mereka dibutuhkan. Jackson dan Schuler (1990) dalam Jeffrey Pfeffer (2008:58), perencanaan sumber daya manusia yang tepat membutuhkan langkah – langkah tertentu berkaitan dengan aktivitas perencanaan sumber daya manusia menuju organisasi modern. Langkah – langkah tersebut meliputi: 44
a) Pengumpulan dan analisis data untuk meramalkan permintaan maupun
persediaan
sumber
daya
manusia
yang
diekspektasikan bagi perencanaan bisnis masa depan. b) Mengembangkan tujuan perencanaan sumber daya manusia c) Merancang dan mengimplementasikan program-program yang dapat memudahkan organisasi untuk pencapaian tujuan perencanaan sumber daya manusia. d) Mengawasi dan mengevaluasi program – program yang berjalan. Berdasarkan teori para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan sumber daya manusia (SDM) merupakan kegiatan menentukan jumlah dan jenis SDM yang diperlukan bagi organisasi, dalam menentukan diperlukan analisis agar jumlah dan kualitas yang diperlukan itu tepat bagi suatu organisasi. B. Penelitian Relevan Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah : 1. “Partisipasi Masyarakat dalam PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Perkotaan Di Desa Kalitirto, Brebah Sleman Yogyakarta oleh Sheila Oksapariana Jurusan Pendidikan Sosiologi menggunakan bentuk penelitian kualitatif. Teknik analisis data menggunakan 4 teknik yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Tujuan diadakan penelitian ini untuk 45
mengetahui ragam partisipasi yang diberikan oleh masyarakat Desa Kalitirto dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yang sedang berlangsung di desa mereka. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Kalitirto dilaksanakan melalui beberapa tahapan sedangkan untuk jenis bantuannya terbagi mejadi 3 macam antara lain bidang fisik lingkungan, sosial, ekonomi. Partisipasi yang diberikan oleh warga Desa Kalitirto terbagi menjadi tiga unsur yaitu PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan), Relawan, dan Warga sebagai penerima manfaat. Berdasarkan penelitian Sheila dapat diketahui bahwa terdapat persamaan dengan penelitian ini yaitu mengkaji mengenai partisipasi masyarakat. Perbedaan terletak pada fokus kajiannya, penelitian Sheila fokus pada partisipasi masyarakat dalam program pemerintah, sedangkan penelitian ini
menfokuskan
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
pembangunan desa wisata 2. “Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi” Oleh Irma Purnamasari (2008) dalam
penelitiannya
yang bertujuan
menggabarkan
dan
menganalisis: 1) Proses perencanaan pembangunan di Cibadak Kabupaten Sukabumi, 2) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian tersebut yaitu : 46
a. Proses perencanaan pembangunan masih belum dilaksanakan dengan baik di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, dimana a) beberapa tahapan proses perencanaan pembangunan di masing – masing desa belum dilaksanakan, diantaranya tahapan persiapan dan tahapan pembahasan kegiatan/penetapan prioritas kegiatan yang akan disampaikan ke tingkat musrenbang Kecamatan seperti Kelurahan Cibadak, Desa Pamuruyan, Desa Sukasima, dan Desa Warnajati; b) Di tingkat Musrenbang Kecamatan beberapa tahapan proses perencanaan pembangunan belum dilaksanakan, terutama pada tahapan di masyarakat belum dilibatkan memutuskan prioritas kegiatan yang akan diajukan di tingkat Kabupaten. b. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi masih rendah. Untuk itu perlu penyempurnaan tahapan pelaksanaan perencanaan partisipatif,
mengoptimalkan
kegiatan
identifikasi
masalah
dan
kebutuhan masyarakat, dan perlu peningkatanan pemahaman perangkat desa/kecamatan, unsur pembangunan dan unsur masyarakat mengenai perencanaan pembangunan C. Kerangka Berpikir Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) merupakan jenis pariwisata alternatif yang banyak dikembangkan pemerintah dan masyarakat. Desa wisata adalah salah satu bentuk pariwisata berbasis masyarakat. Seiring dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah 47
memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengelola potensi pariwisata di daerahnya demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Desa Limbasari merupakan salah satu desa di Kabupaten Purbalingga yang masih dalam tahap perencanaan untuk ditetapkan sebagai desa wisata. Perencanaan desa wisata Limbasari dilakukan secara langsung oleh masyarakat melalui Pokdarwis Patrawisa bersama dengan Pemerintah Daerah serta organisasi yang terkait. Namun dalam perkembangannya masih terdapat permasalahan terkait dengan partisipasi masyarakat, masih kurangnya kesadaran masyarakat Limbasari terhadap potensi yang dimiliki sehingga perkembangan pariwisata belum optimal, belum semua masyarakat Limbasari tahu tentang konsep desa wisata, dan perlunya pengembangan aktifitas masyarakat desa Limbasari sebagai desa wisata. Secara sederhana desa wisata merupakan suatu wilayah yang memiliki komponen kepariwisataan yaitu atraksi, akomodasi, dan kebutuhan wisata lainnya. Suatu pembangunan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan diperlukan perencanaan yang matang sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan pembangunan tersebut tidak lepas dari peran serta dari masyarakat sendiri. Salah satunya di Desa Limbasari yang mempunyai berbagai potensi yang cukup bagus untuk dijadikan desa wisata, sehingga diperlukan perencanaan yang matang dan diperlukan juga partisipasi masyarakat. Desa Limbasari mempunyai cukup potensi untuk dijadikan desa wisata, karena untuk menjadi desa wisata diperlukan atraksi dan akomodasi, potensi 48
alam dan atraksi yang ada di Limbasari antara lain yaitu, keindahan alam di Patrawisa, kegiatan rekreasi berupa tubing, industri batik tulis, industri gula jawa, air terjun uncang – uncang dan lainnya, selian itu untuk menjadikan desa wisata juga diperlukan akomodasi. Akomodasi diperlukan bagi wisatawan yang berkunjung di desa Limbasari. Di desa Limbasari telah ada warga yang bersedia untuk menyediakan homestay bagi wisatawan yang datang dan ingin menginap di desa tersebut. Perencanaan merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam pelaksanaan pembangunan, sebab dengan perencanaan yang tepat maka tujuan pembangunan dapat tercapai. Sedangkan dalam perencanaan diperlukan adanya partisipasi masyarakat, karena akan memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat selain itu juga masyarakat dapat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya. Sehingga dapat diketahui bahwa peran pemerintah
saja dalam
pembangunan
tidak
cukup
guna mencapai
pembangunan desa wisata yang diharapkan, tetapi peran aktif masyarakat yang berada di desa bersangkutan sangat diperlukan dalam usaha tersebut. Perencanaan tersebut perlu adanya partisipasi masyarakat sebagai informan serta subjek dalam proses perencanaan tersebut.
49
Potensi wilayah
Fisik Ekonomi Sosial Budaya
Perencanaan Pembangunan Desa Wisata
Survei Lapangan
Penyusunan Rencana Tapak
Penyusunan Anggaran dan Sumber
Partisipasi Masyarakat
Fakor Pendorong
Faktor Penghambat
Gambar . 1 Kerangka Berfikir
50
Perencanaan SDM
D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah : 1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan desa wisata ? a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam survei lapangan? b. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana tapak ? c. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran dan sumber pembangunan desa wisata ? d. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan sumber daya manusia (SDM) ? 2. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata ? 3. Apa faktor pendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata ? 4. Apa faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata ?
51
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti
mampu
menghasilkan
data
yang
bersifat
deskriptif untuk
mengungkapkan proses terjadinya di lapangan. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6) Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud mendeskripsikan dan menguraikan mengenai proses partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angkaangka. Dalam penelitian ini diharapkan akan diketahui mengenai proses partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata.
B. Subjek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (1990:119) bahwa subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sentral karena pada subjek penelitian 52
itulah data tentang kategori yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data dapat berupa orang, benda gerak, atau proses tertentu. Patton (dalam Poerwandari, 2005) menerangkan bahwa pedoman pengambilan subjek pada penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik penentuan subjek dengan kriteria tertentu (purposive), bahwa purposive adalah di mana pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan pertimbangan tertentu, seperti orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Dalam teknik purposive ini peneliti memilih subjek tidak dengan acak melaikan disengaja, yang artinya bahwa peneliti mengambil subjek yang benar –benar sesuai dengan penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah Sekretaris BAPPEDA yang dianggap tahu tentang jalannya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata diharapkan mampu memberikan informasi, 2 Perangkat Desa yang ikut serta dalam jalannya proses perencanaan dan diharapkan mampu memberikan informasi yang banyak untuk data penelitian, dan 5 Tokoh Masyarakat yang juga berpartisipasi dalam proses perencanaan desa wisata di Desa Limbasari. C. Setting Penelitian Lokasi penelitian adalah objek di mana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan
53
tidak terlalu luas. Lokasi penelitian ini berada di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Alasan meneliti di Desa Limbasari yaitu : 1. Karena adanya proses perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari . 2. Selain itu dilihat dari sisi keterbukaan dari pihak desa maupun masyarakat
sehingga
memungkinkan
lancarnya
dalam
memperoleh informasi atau data yang berkaitan dengan penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengamatan (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Beberapa teknik pengumpulan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Wawancara Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara semi struktur, jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Teknik wawancara dilakukan untuk menggali informasi atau data tentang partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa
54
wisata di desa Limbasari. Wawancara ini digunakan kepada subjek penelitian yang telah dijelaskan di atas. 2.
Pengamatan (observasi ) Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki (Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2007:80). Pengamatan ini berfungsi untuk menambah data yang belum diperoleh melalui wawancara dari para informan. Melalui pengamatan dapat menghindari adanya informan semu yang muncul dari penelitian. Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan observasi non partisipasi. Menurut Sugiyono (2011: 204) dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Observasi non partisipan yang dimaksud peneliti adalah peneliti tidak ikut dalam proses kegiatan yang terjadi di masyarakat, dan secara terpisah peneliti berkedudukan selaku pengamat. Dalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun langsung ke lapangan. Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan kegiatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari, menyangkut aktifitas para masyarakat.
3.
Dokumentasi Menurut Sugiyono (2011: 329) dokumen adalah catatan peristiwa yang telah lampau yang berbentuk gambar, tulisan maupun karya tulis 55
yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Dokumen merupakan pelengkap dari teknik wawancara dan observasi yang digunakan dalam sebuah penelitian. Hasil penelitian akan lebih dipercaya apabila didukung dengan dokumen-dokumen yang mendukung informasi melalui teknik wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumentasi, berupa fotofoto kegiatan, data profil desa Limbasari dan catatan-catatan kegiatan dan berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai pendukung hasil penelitian. Dokumentasi digunakan sebagai pelengkap data hasil observasi dan wawancara E. Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2011:305), terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitan yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus diuji seberapa jauh ia paham tentang objek yang akan diteliti dan seberapa siap ia terjun ke lapangan. Peneliti sebagi instrumen utama, adapun alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat fotografi, recorder, dokumen – dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian dan alat bantu lainnya.
56
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga No Aspek 1.
2.
3.
3.
Sumber Data
Identifikasi Potensi Desa 1. Kepala Desa Limbasari Limbasari 2. Kepala Pokdarwis Patrawisa Aspek Partisipasi 1. Perangkat Desa Masyarakat Dalam Limbasari Perencanaan 2. Pengurus Pokdarwis Patrawisa Pembangunan Desa Wisata di Desa 3. Tokoh Masyarakat 4. Sekretaris Limbasari, meliputi : BAPPEDA a. Survei Lapangan b. Penyusunan Rencana Tapak c. Penyusunan Anggaran dan Sumber d. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) Aspek Bentuk 1. Perangkat Desa Partisipasi Masyarakat Limbasari Dalam Perencanaan 2. Pengurus Pokdarwis Pembangunan Desa Patrawisa Wisata di Desa 3. Tokoh Masyarakat 4. Sekretaris Limbasari BAPPEDA Aspek Faktor Pendorong 1. Perangkat Desa dan Penghambat Limbasari Parisipasi Masyarakat 2. PengurusPokdarwis Dalam Perencanaan Patrawisa Pembangunan Desa 3. Tokoh Masyarakat Wisata di Desa 4. Sekretaris BAPPEDA Limbasari
57
Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi 1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi
1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi
1. 2. 3.
Observasi Wawancara Dokumentasi
F. Teknik Analisis Data Menurut Sudarwan Danim (2002:209-210) analisis data merupakan proses deskripsi dan penyusunan transkrip interview serta material lain yang telah terkumpul dengan maksud agar peneliti dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah ditemukan atau didapatkan dari lapangan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu sebagai berikut : 1. Reduksi data Reduksi
data
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
merangkum data, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis, sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat dilihat di halaman lampiran yaitu halaman 124. 2. Penyajian data Membuat display data (penyajian data), agar dapat melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dengan lebih mudah. Sajian data ini merupakan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan 58
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat dilihat di halaman lampiran yaitu halaman 124 3. Penarikan kesimpulan Kesimpulan data yaitu mengambil kesimpulan berdasarkan pengolahan data yang telah diuraikan dan telah diinterprestasikan, sehingga menghasilkan kesimpulan sesuai yang diharapkan. Dalam tahap ini, peneliti melakukan pemaknaan dari penyajian data yang telah berupa narasi sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari. penarikan kesimpulan dapat dilihat di halaman lampiran yaitu halaman 124 G. Keabsahan Data Keabsahan data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik trianggulasi. Menurut Lexy J (2007:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut dengan tujuan mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan. Penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dengan menggunakan sumber yang berbeda, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda. Dengan demikian trianggulasi data dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dari sumber BAPPEDA, perangkat desa, dan tokoh masyarakat di 59
Desa Limbasari. Tujuan akhir dari trianggulasi adalah dapat membandingkan informasi tentang hal yang sama, yang diperoleh dari beberapa pihak agar ada jaminan kepercayaan data dan menghindar subjektivitas dari peneliti, serta melakukan cross-check data dengan sumber yang berbeda
60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Limbasari 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Desa Limbasari Secara geografis, desa Limbasari termasuk bagian dari wilayah Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Desa limbasari berbatasan dengan beberapa daerah yang masih termasuk dalam wilayah kecamatan Bobotsari. Batas-batas wilayah desa Limbasari secara administratif sebagai berikut : Sebelah utara
: Hutan negara
Sebelah timur
: Desa Ponjen dan Desa Buara
Sebelah selatan
: Desa Banjarsari
Sebelah barat
: Desa Palumbungan Wetan
Desa Limbasari termasuk wilayah yang masih asri. Hal ini tidak lepas dari letak desa Limbasari yang memiliki jarak 5 km dari ibu kota kecamatan dan 15 km dari ibukota kabupaten. Desa Limbasari mulai dikenal oleh masyarakat sekitar maupun wilayah di luar desa. Pemandangan alam yang dimiliki oleh desa Limbasari menarik para wisatawan untuk berkumjung dan menikmati pemandangan yang ada di desa Limbasari. Desa Limbasari mempunyai luas wilayah 321.179 Ha yang secara administratif terbagi dalam 3 dusun yaitu dusun Limbasari, Arjosari, dan 61
Karangjoho, 6 RW dan 25 RT. Terdapat banyak lokasi penting yang ada di desa Limbasari. Beberapa lahan di desa tersebut sebagian besar digunakan masyarakat untuk lahan mata pencaharian. Dilihat dari pemanfaatan lahan digunakan untuk pemukiman seluas 61,180 Ha (28%), tegalan 72,823 Ha (33%), sawah 70,481 Ha (32%), sedangkan sisanya terdiri dari perkebunan, tegalan, lahan usaha perikanan dan lain – lain seluas 16,693 Ha (7%). Tabel 2. Data Peruntukan Tanah Desa Limbasari PERUNTUKAN
LUAS (Ha)
Pemukiman
61,180
Tegalan
72,823
Sawah
70,481
Lainnya
16,693
Sumber : Data Geografi Desa Limbasari
Pemanfaatan lahan di desa Limbasari yang digunakan sebagai lahan mata pencaharian tidak jauh berbeda dengan masyarakat petani pada umumnya. Lahan persawahan digunakan masyarakat untuk bertani dan ada pula yang digunakan untuk kolam perikanan. Alam desa Limbasari terdiri atas, pegunungan, sawah, tegal, sungai, dan pemukiman penduduk. Pada daerah pegunungan banyak terdapat tanaman cengkeh, kelapa dan buah – buahan yang sering dimanfaatkan masyarakat sebagai perkebunan sedangkan daerah persawahan yang ada di desa Limbasari digunakan oleh masyarakat untuk bercocok tanam.
62
Selain itu, sawah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pembuatan kolam ikan. Daerah sungai di desa Limbasari digunakan masyarakat sebagai pengairan sawah untuk membantu pertanian warga masyarakat. Sekarang sungai di desa Limbasari sedang ada program pengembangan sebagai kegiatan tubing. b. Potensi Unggulan Desa Limbasari Bidang Pariwisata Desa limbasari terletak di kaki Gunung Plana daerah perbukitan. Sekitar 15 km dari ibu kota Kabupaten Purbalingga. Desa Limbasari berbatasan dengan hutan pinus sehingga memiliki panorama alam yang sangat indah dan udara segar serta sejuk. Desa Limbasari juga memiliki beberapa potensi obyek wisata alam, wisata budaya dan lainnya, sebagai berikut : 1) Legenda Putri Ayu Limbasari Di desa Limbasari juga terkenal Legenda Putri Ayu Limbasari yang tersohor sampai sekarang. Putri Ayu Limbasari merupakan seorang wanita cantik jelita yang bernama Sri Wasiati, anak dari hasil pernikahan Ketut Wlingi dan Siti Rumbiah. Dari kecantikan
Sri
Wasiati
itu
banyak
orang
yang
ingin
meminangnya, termasuk beberapa orang Adipati. Seperti yang diucapkan oleh bapak “EP” selaku perangkat desa, mengenai Legenda Putri Ayu Limbasari yaitu : “gini mas dulu ada seorang wanita yang bernama Sri Wasiati, saat sudah dewasa dia menjadi kembang desa, di 63
desa ini pada dahulunya. Saat dewasa banyak yang ingin meminangnya mas, termasuk para adipati mas,.(hasil wawancara tanggal 16 April 2015)” 2) Potensi Sektor Pertanian Desa Limbasari merupakan desa yang didominasi oleh masyarakat yang pencahariannya sebagai petani. Lahan pertanian di Limbasari relatif subur, sehingga lahan 70ha dipakai oleh para masyarakat Limbasari untuk dijadikan sebagai pertanian atau persawahan. Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh masyarakat ini menjadi salah satu kegiatan wisata di Desa Limbasari nantinya. Wisatawan akan diajak untuk melakukan aktivitas yang sama dengan para petani seperti membajak sawah, persemaian dan menanam padi. Berdasarkan aktivitas petani itu maka mempunyai daya tarik bagi wisatawan untuk berwisata di Limbasari, bagi mereka yang sudah jarang melihat aktivitas di sawah untuk bertani. 3) Potensi Batik Tulis Limbasari juga merupakan desa para pembatik tradisional yang mempunyai corak khas Limbasari. Industri batik tulis di Limbasari telah ada sejak lama. Sampai sekarang masih ada yang menjalankan batik tulis, dan itu menjadi salah satu potensi daya tarik wisata bagi wisatawan untuk mencoba membuat batik tulis di Limbasari.
64
Seperti yang dikatakan oleh bapak “MM” selaku tokoh masyarakat bahwa : “disini ada usaha batik tulis...disini terkenalnya batik tulis itu, jumlah pembatik disini kurang lebihnya 150-an .... paling rame di limbasari ya itu batik tulis, promosi pertama untuk potensi desa disini ya batik itu ... sebelum mengarah ke desa wisata pertama ya sudah ada batik tulis, sebelum aku lahir di sini sudah ada batik tulis mas, itu turun temurun dari nenek moyang mas, itu kualitas dulu lebih dari pada sekarang” (Hasil wawancara tanggal 30 April 2015) Seperti yang dikatakan oleh bapak “MO” selaku tokoh masyarakat desa Limbasari, yaitu : “Potensi desa sini sebenarnya banyak mas, cuma masyarakat sini belum bisa memanfaatkan potensi itu mas. Salah satunya batik tulis yang sudah lama di desa Limbasari ini, sampai sekarang masih bisa bertahan mas.” (Hasil wawancara tanggal 28 April 2015) Di Limbasari juga terdapat galeri batik yang diberi nama Galeri Batik Puteri Muning Sari, yang digunakan sebagai tempat untuk memajang batik tulis asli Limbasari juga sebagai tempat produksi. 4) Potensi Alam dan Rekreasi (tubing) Potensi obyek wisata yang ada di limbasari yaitu Pertapaan Tunggul Wulung yang berada di puncak Gunung Tukung, air terjun Uncang – Uncang yang berada di Gunung Plana. Bendungan Patrawisa dan aliran sungai Tuntung Gunung dan anak sungainya yaitu sungai wlingi yang mengalir di antara Gunung Plana dan Gunung Tukung. Serta rekreasi aktivitas di sungai yang disebut tubing. 65
5) Potensi Industri Gula Jawa Di desa Limbasari juga terdapat industri gula jawa yang dijalankan oleh beberapa warga di sana. Gula jawa menjadi potensi wisata bagi masyarakat, karena bisa manfaatkan untuk mengajak wisatawan belajar cara membuat gula jawa yang benar. Seperti yang diuatarakan oleh bapak “MM” selaku tokoh masyarakat yaitu : “selain usaha batik yang menjadi potensi desa disini ya usaha gula jawa mas .... usaha gula juga pernah dikunjungi wisatawan tapi gak sering mas biasanya dari wisatawan lokal yang kepengin ngerti pembikinan gula jawa ya kita arahkan ke lokasi usaha gula jawa itu mas” (Hasil wawancara tanggal 30 April 2015) Sehingga selain industri batik tulis, industri gula jawa bisa dijadikan sebagai paket wisata bagi wisatawan nantinya. Wisatawan bisa belajar cara membuat gula jawa secara tradisional yang dilakukan oleh warga desa Limbasari. 6) Desa Inggris Potensi desa wisata cukup besar untuk menarik minat para wisatawan, karena adanya tempat belajar yang dijadikan untuk belajar bahasa inggris bagi para wisatawan yang datang. Desa Inggris ini merupakan program laboratorium untuk menunjang desa wisata. Jadi masyarakat ataupun wisatawan yang ingin belajar bahasa Inggris, akan disuguhi ruang pembelajaran alam terbuka.
66
Metode
pembelajaran
bahasa
Inggris
di
Limbasari
menggunakan metode belajar alamiah dan menyenangkan yang memungkinkan peserta memiliki motivasi tinggi untuk bisa berbicara bahasa Inggris. Orientasi pembelajarannya dengan menggunakan metode flash card,metode listening first, dan metode outdoor.
Seperti penuturan ibu “H” selaku Kepala Desa, sebagai berikut : “sesuai namanya, pengunjung di kawasan ini harus fasih berbahasa inggris. Jika yang belum lancar, pengunjung bisa belajar bersama dengan fasilitator yang disediakan. Desa ini merupakan program laboratorium untuk menunjang desa wisata. Jadi masyarakat ataupun wisatawan yang ingin belajar bahasa Inggris, akan disuguhi ruang pembelajaran alam terbuka,” (Hasil wawancara tanggal 6 April 2015) . B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata Konsep Desa Wisata Limbasari adalah konsep perencanaan desa terpadu,
dengan
wisata
alam
dan
suasana
pedesaan
dengan
keramahtamahan dan seni budaya penduduk desa. Oleh karena itu diperlukan suatu kesepahaman dari seluruh penduduk dan institusi terkait dalam melaksanakan program-program pembangunan untuk melestarikan keaslian lingkungan dan seni budaya masyarakat. Berikut deskripsi hasil penelitian partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata : a. Survei Lapangan
67
Survei lapangan merupakan tahap awal penarikan data yang diperlukan untuk melakukan analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Dalam tahap survei lapangan, data yang dikumpulkan berupa informasi wilayah perencanaan, yaitu berupa peta wilayah desa, data demografi, serta informasi keadaan lingkungan yang diberikan oleh masyarakat sekitar. Survei lapangan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan desa Limbasari secara fisik mau non fisik. Dalam survei lapangan ini perangkat desa memberikan data tentang keadaan desa limbasari, data itu berupa data geografis, data demografis masyarakat Limbasari, serta data kondisi infrastruktur dalam berbagai aspek saat perencaan tersebut. Selain itu juga diadakan forum untuk memberikan informasi tentang potensi dan masalah yang ada di desa Limbasari. Dalam forum tersebut masyarakat memberikan informasi tentang potensi yang bisa dijadikan kegiatan wisata nantinya, selain itu juga masyarakat memberikan informasi tentang permasalahan dalam aspek infrastruktur maupun aspek sumber daya manusia di desa Limbasari. Seperti yang dikatakan
“H” selaku Kepala Desa Limbasari
tentang survei lapangan yang pernah dilakukan di desa limbasari sebagai berikut: “iya mas dulu pernah dilakukan survei sama BAPPEDA dalam survei itu ya memberikan data tentang keadaan desa limbasari saat ini, kaya data peta, data penduduk, sama data kondisi infrastruktur di sini, juga melihat lingkungan di limbasari (hasil wawancara tanggal 6 April 2015)
68
Seperti bapak “DJ” selaku tokoh masyarakat (Ketua Pokdarwis) yaitu : “iya, dulu pernah ada survei dari pihak BAPPEDA untuk mengetahui potensi desa sini mas, mereka ya melihat lingkungan desa limbasari, juga mengadakan forum gitu mas jadi masyarakat memberi masukan tentang keadaan alam di desa sini sama budaya yang ada di sini” (hasil wawancara tanggal 14 April 2015).
Sama halnya bapak “IS” selaku tokoh masyarakat, sebagai berikut : “kalo survei dulu pernah mas, BAPPEDA datang ke sini ya lihat lingkungan di sini, terus mengadakan forum. Masyarakat sini ikut forum itu, ya memberikan pendapat tentang keadaan desa limbasari mas.” (hasil wawancara tanggal 22 April 2015) Diperkuat juga dengan pernyataan bapak “UF” selaku Sekretaris BAPPEDA : “survei lapangan yang dilakukan pihak BAPPEDA bersama masyarakat Limbasari dilaksanakan dengan mengadakan forum di Balai Desa, di dalam forum masyarakat limbasari memberikan informasi tentang keadaan yang ada di sana salah satunya sarana dan prasana dan juga memberi tahu potensi yang ada di desa mereka” (hasil wawancara tanggal 8 Oktober 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa survei lapangan dilakukan di desa limbasari untuk mengetahui tentang keadaan geografis, demografis, dan kondisi infrastruktur di desa limbasari serta untuk mengetahui potensi yang terdapat di desa limbasari. Dalam survei tersebut dilakukan dengan mengelilingi lingkungan desa limbasari bersama tokoh masyarakat yang diundang 69
oleh perangkat desa serta mengadakan forum bersama dengan tokoh masyarakat juga. Dalam forum yang diadakan untuk mengetahui keadaan desa tersebut tokoh masyarakat ikut berpartisipasi untuk memberikan pendapat dan informasi tentang keadaan Limbasari tentang infrastruktur, serta sosial budaya di desa tersebut. Dalam forum tersebut selain menginformasikan tentang kondisi infrastruktur, dan sosial budaya, masyarakat juga mengutarakan potensi yang perlu dikembangkan untuk menjadi desa wisata yaitu seperti potensi batik tulis, galeri batik, potensi industri gula jawa, potensi rekreasi alam (tubing), potensi alam (air terjun), keindahan alam di Patrawisa, serta Legenda Putri Ayu Limbasari. b. Penyusunan Rencana Tapak (site plan) Dalam pembangunan desa wisata diperlukan rencana tapak (site plan), yang berarti penataan gambaran/pemetaan rencana peletakan bangunan
sesuai
dengan
batas-batas
lahan
tertentu.
Konsep
perencanaan tapak atau site plan yang dilakukan di desa Limbasari yaitu konsep perencanaan desa terpadu sesuai dengan dokumen RTBL yang telah dihasilkan melalui FGD yang dilakukan bersama masyarakat. Perencanaan tapak sebagai bagian dari upaya penataan fungsi dan fisik kawasan rencana, itu dilakukan bersama masyarakat dan semua stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya. Rencana tapak digunakan untuk menata fungsi fisik buatan manusia dan 70
lingkungan alam, dalam hal ini diperlukan pembagian kawasan sesuai dengan fungsi dari alam dan dibuat lingkungan fisik buatan manusia sebagai penunjang kegiatan manusia. Dalam penyusunan rencana tapak, BAPPEDA bersama dengan masyarakat Limbasari melaksanakan focus group discussion (FGD). Dalam FGD tersebut masyarakat berpartisipasi memberikan informasi berupa permasalahan yang ada di desa serta memberikan aspirasinya tentang ide – ide yang diingikan oleh masyarakat Limbasari. Tetapi tidak semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam FGD tersebut, yang hadir dalam FGD tersebut hanya perangkat desa, pokdarwis, dan tokoh masyarakat yang diundang oleh perangkat desa. Dalam tahap penyusunan rencana tapak relatif memberikan kontribusi karena tokoh masyarakat, pokdarwis, dan perangkat desa dianggap mampu meyampaikan aspirasi yang disuarakan dari masyarakat umum. Hal tersebut
diperkuat dengan pernyataan salah satu informan, bapak
“DJ” selaku tokoh masyarakat (Ketua Pokdarwis) : “ya biasanya yang datang di FGD itu mereka yang diundang...setelah udah ada sesi tanya jawab mereka pasti akan menanyakan, bahkan disitu pasti ada semacam diskusi gitu lah ada tanya jawab.....jadi disitu masyarakat memberi pendapat dan saran mereka” (hasil wawancara tanggal 14 April 2015) Pernyataan tersebut diperkuat oleh pertanyaan ibu “H” selaku Kepala Desa Limbasari : “partisipasi masyarakat dalam FGD ya perwakilan warga masyarakat terus RT, RW, kita undang untuk musyawarah, karena mereka juga sebagai masyarakat, jadi apa yang 71
diharapkan masyarakat mereka juga tahu. Didalam musyawarah para perwakilan mengeluarkan pendapat sama masukan tentang ide-ide mereka”(hasil wawancara tanggal 6 April 2015) Seperti yang diutarakan oleh bapak “UF” selaku Sekretaris BAPPEDA : “FGD yang dilaksanakan saat itu dihadiri oleh para masyarakat limbasari, mereka hadir juga memberikan pendapat dan masukan bagi kami, ѐѐѐ jadi keputusan dilakukan bersama masyarakat tidak hanya pada pemerintah saja” (hasil wawancara tanggal 8 Oktober 2015) Berdasarkan wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Limbasari yang berpartisipasi dalam focus group discussion (FGD) hanya mereka yang diundang oleh pihak perangkat desa untuk mewakili aspirasi dari masyarakat Limbasari. Dalam focus group discussion (FGD) mereka memberikan masukan dan ide – ide serta ikut andil dalam pengambilan keputusan. FGD tersebut telah menghasilkan pemetaan kawasan yang digunakan sebagai fasilitas wisata dan perlu adanya pengembangan seperti dalam (Laporan Akhir Penyusunan RTBL Desa Wisata Limbasari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga). Kawasan tersebut terbagi menjadi 5 kawasan yaitu sebagai berikut : 1. Kawasan pariwisata berbasis perikanan Berdasarkan potensi banyaknya kolam ikan milik desa, dan didukung ketersediaaan pasokan air sepanjang tahun, serta lokasinya yang cukup strategis maka potensi perikanan akan dikembangkan sebagai kawasan mina wisata dan paket 72
wisata di desa Limbasari. Pada lokasi tersebut selain dijadikan kawasan mina wisata juga akan dibangun Griya Wisata
Limbasari
yang
menjadi
Zona
Penerimaan
Wisatawan yang baru datang ke Desa Limbasari. Di kawasan tersebut direncanakan dibangun Kantor Pokdarwis sekaligus
ruang
informasi,
warung
makan,
tempat
pemancingan, fasilitas MCK, dan area parkir bagi para pengunjungm dan fasilitas pendukung lainnya. 2. Kawasan pariwisata pertanian organik Budidaya padi sawah menjadi pokok dalam kehidupan petani, tetapi dalam pengembangannya terutama kegiatan pemupukan masih relatif menggunakan bahan pupuk kimia. Bahan organik yang bersifat lokal keberadaanya berlimbah, tetapi belum dimanfaatkan untuk budidaya padi sawah. Dalam hal desa wisata, kegiatan pertanian organik menjadi paket wisata bagi wisatawan yang ingin ikut kegiatan bertani padi di sawah bersama para petani di Desa Limbasari. 3. Kawasan pariwisata berbasis alam a. Kawasan pariwisata berbasis sungai (tubing) Kawasan pariwisata berbasis sungai (tubing) dilakukan di sungai Tungtung Gunung di Desa Limbasari. Dalam kawasan tersebut akan dikembangkan sebagai wisata berbasis sungai yaitu dengan mengembangkan aktivitas 73
wisata seperti river tubing dan susur sungai. Lokasi yang direncanakan adalah dengan memanfaatkan aliran sungai Tuntung Gunung yang berada di sebelah timur Desa Limbasari. Titik awalnya dari bawah jembatan Tuntung Gunung, kemudian berakhir di tepi sungai di wilayah Dusun 1. Arah pengembangan kawasan wisata berbasis sungai ini berupa peningkatan fasilitas sarana dan prasana yang dibutuhkan berupa peralatan untuk kegiatan tubing serta masih memerlukan tambahan pemandu terutama saat jumlah pengunjungnnya banyak. b. Kawasan pariwisata berbasis air terjun (Patrawisa) Kawasan pariwisata berbasis air terjun di desa Limbasari yaitu dengan berwisata mengunjungi air terjun uncang – uncang. Letaknya bukan di wilayah desa Limbasari tetapi berada di wilayah Perhutani. Akses menuju lokasi masih berupa jalan setapak (tanah), wisatawan dapat ke sana dengan cara jalan kaki. Untuk pengembangannya adalah dengan memperbaiki jalan akses menuju ke lokasi dan membuat gazebo untuk istirahat pengunjung di lokasi curug agar pengunjung dapat mencapai lokasi dengan mudah dan dapat merasakan kenyamanan saat menikmati keindahan Curug Uncang – Uncang. 4. Kawasan pariwisata berbasis aktivitas khusus 74
a. Sentra batik limbasari Salah satu kegiatan masyarakat Desa Limbasari adalah membuat kerajinan batik. Arah pengembangan yang dilakukan untuk kedepannya yaitu menjadikan kegiatan membatik sebagai bagian dari paket wisata, dengan cara wisatawan dapat diajak belajar tentang cara membatik melakukan aktivitas membatik dan kemudian membeli produk batik limbasari. b. Sentra seni budaya karangjoho Seni budaya yang ada di Dusun Karangjoho adalah seni kuda lumping (ebeg) dengan anggota sekitar kurang lebih 25 orang. Pelakunya adalah warga dusun Karangjoho Desa Limbasari yang selama ini hanya melakukan pentas seni kuda lumping ketika pelatihan dan
saat
diundang
(ditanggap)
oleh
orang.
Pengembangan sentra seni budaya di Dusun Karangjoho diarahkan kepada kesiapan pelaku seni budaya yang ada, agar dapat selalu siap untuk pentas saat wisatawan datang dan dapat beraktivitas secara periodik. Dalam hal ini diperlukan fasilitas sarana pendukung pentas seperti seragam, alat pertunjukan, sound system dan secara fisik ikut membantu pembangunan Sanggar Seni Budaya Karangjoho sebagai sarana latihan, sarana pertunjukan 75
kecil,
tempat
koordinasi
anggota
dan
tempat
penyimpanan perlengkapan. Sarana dan prasarana tersebut sebagai bagian dari rencana kedepanan untuk melaksanakan seni budaya Karangjoho di kegiatan desa wisata. c. Desa Inggris Desa inggris ini adalah konsep pengembangan kapasits masyarakat yang diarahakan kepada aplikasi bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, harapannya dapat menjadi guide bagi wisatawan mancanegara yang datang ke Desa Limbasari. Selain itu komunitas Desa Inggris Limbasari juga bagian dari pembelajaran bahasa Inggris yang dapat diikuti oleh siapapun tanpa harus berasal dari Desa Limbasari. Arah pengembangannya adalah menjadi bagian dari paket wisata edukasi yang sangat berguna bagi masyarakat umum khususnya siswa sekolah yang ikut paket kursus bahasa Inggris di Desa Limbasari. d. Sentra gula organik Arjosari Industri pengrajin gula kelapa menjadi salah satu potensi di desa Limbasari. Arah pengembangannya adalah menjadikan kegiatan membuat gula sebagi paket wisata pendukung yang dapat dilihat dan dikerjakan oleh wisatawan. Rencana gula kelapa yang dihasilkan adalah 76
gula kelapa organik, agar dapat dijual kepada wisatawan. Sentra Gula organik ada di Dusun Arjosari, lokasi pembuatan gula bergabung dengan rumah tinggal pengrajin sehingga jika ingin melihat proses pembuatan maka wisatawan harus menuju ke Dusun Arjosari dan kemudian bertemu dengan para pengrajin yang ada di situ. e. Makam Putri Ayu Limbasari Di desa Limbasari terdapat makam legenda Putri Ayu Limbasari. Konon ceritanya merupakan bagian dari sejarah penamaan desa. Lokasinya berada di Dusun I Desa Limbasari, dekat dengan Lokasi Galeri Batik. Kondisi makam masih alami dan belum dapat sentuhan apapun secara fisik. Arah pengembangan ke depan adalah membuat jalan akses ke makam, sehingga peziarah yang datang dapat dengan nyaman menuju lokasi. 5. Kawasan homestay Di desa Limbasari juga terdapat homestay (pondokan) yang disewakan kepada wisatan dengan tarif Rp. 250.000,- per kamar/hari. Homestay tersebut berlokasi di Galeri Batik yang menjadi tempat untuk memajangkan hasil batik tulis Limbasari yang dijual, selain itu juga sebagia homestay bagi 77
wisatawan. Pemilik Galeri batik tersebut merupakan salah satu warga di Desa Limbasari, pengembangan ke depan bertambahnya homestay yang disediakan oleh masyarakat Limbasari. Selain menghasilkan kawasan sebagai fasilitas wisata yang perlu dikembangkan, juga dihasilkan Rencana Pembangunan Prasarana dan Sarana Publik dalam (Laporan Akhir Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Desa Wisata Limbasari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga), yang berupa kebijakan pengembangan jaringan jalan desa yang diarahkan pada : 1. Meningkatkan aksesbilitas ke seluruh wilayah desa dan menembus keterisolasian hingga ke wilayah dusun dan lahan pertanian. 2. Menciptakan keterpaduan yang maksimal antar berbagai moda transportasi wilayah desa hingga ke dusun. 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi jaringan jalan, dengan strategi pengembangan; (melakukan pelebaran jalan menuju Desa Limbasari, Pembuatan
papan
petunjuk
dan
rambu
jalan
serta
pemasangan lampu jalan) Untuk
meningkatkan
aksesbilitas
dan
bisa
menembus
keterisolasian maka direncakan untuk membuat jalan aspal menuju curug uncang – uncang agar mempermudah bagi wisatawan yang 78
ingin berkunjung ke sana, karena jalan menuju curug uncang – uncang masih berupa jalan tanah dan cukup berbahaya bagi para wisatawan yang ingin ke sana. Itu diperkuat dengan pernyataan “EP” selaku perangkat desa, sebagai berikut : “untuk akses ke curug uncang – uncang perlu diperbaiki mas, karena di sana licin dan jalannya tanah sehingga berbahaya bagi wisatawan, jadi rencananya mau dibuat aspal kalo ngga ya disetapak mas” (hasil wawancara tanggal 16 April 2015) Kegiatan FGD yang dilaksanakan bersama dengan pihak BAPPEDA, menghasilkan 11 program rencana pengembangan terpadu desa limbasari, itu diperkuat dengan pernyataan ibu “H” selaku Kepala Desa, sebagai berikut : “fgd menghasilkan 11 rencana untuk mengembangkan desa limbasari, 11 rencana tersebut seperti di RTBL itu mas”(hasil wawancara tanggal 6 April 2015) Pernyataan bapak “EP” selaku perangkat desa tentang hasil 11 program : “setelah diketahui potensi desa dilirik oleh pemda, yaitu salah satunya 11 item yang merupakan hasil dari FGD, program dari masyarakat limbasari bersama dengan pemda”(hasil wawancara tanggal 16 April 2015) Berikut 11 program yang dihasilkan oleh FGD : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Program Intensifikasi Pertanian Program Pengembangan Pariwisata Program Intensifikasi Kolam Untuk Minawisata Program Pengembangan Kerajinan Batik Program Pengembangan Industri Gula Kelapa Program Penyehatan Lingkungan Permukiman Program Pengembangan Perumahan 79
8. Program Tata Hijau Lingkungan 9. Program Keamanan Lingkungan 10. Program Pengembangan Budidaya Perikanan 11. Program Pengembangan Peternakan Dalam FGD juga dihasilkan rencana pengembangan fisik yang nantinya dijadikan fasilitas wisata, yaitu berupa rencana dibangun tempat untuk penerimaan wisata dengan sebutan griya wisata limbasari, rencana dibangun sentra di kawasan yang terpilih, rencana penataan jalan utama desa limbasari, rencana dibangun aula batik desa limbasari di galeri batik, serta tempat dermaga untuk kegiatan tubing. Untuk rencana pengembangan fisik dapat dilihat di halaman lampiran Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat di FGD untuk ikut dalam proses rencana penyusunan tapak itu merupakan sebagian masyarakat yang diundang oleh perangkat desa untuk mewakili masyarakat Limbasari. Dalam prosesnya, masyarakat telah ikut andil dalam memberikan pemikiran, ide-ide, dan masukan bagi perencana, selain itu juga dalam proses perencanaan tersebut telah menghasilkan 1 Dokumen RTBL yang nantinya digunakan sebagai acuan untuk pembangunan desa wisata mendatang, isi dari RTBL telah dijelaskan diatas. c. Penyusunan Anggaran dan Sumber Anggaran Dalam perencanaan selain merencanakan tujuan ke depan juga diperlukan penyusunan anggaran dan sumber anggaran yang digunakan untuk melaksanakan rencana yang telah diperoleh. Dalam melaksanakan penyususunan anggaran dan sumber anggaran untuk 80
perencanaan desa wisata di Limbasari dilakukan oleh Pemerintah Daerah (BAPPEDA). Sehingga penganggaran hanya dilakukan oleh pihak
Pemerintah
tanpa
melibatkan
masyarakat
untuk
ikut
berkontribusi dalam penganggaran dana tersebut. Hal tersebut disampaikan oleh bapak “MM” selaku tokoh masyarakat, bahwa : “Dalam musyawarah masyarakat ikut, tokoh – tokoh ikut memberikan masukan, tapi untuk menganggarkan kan dari BAPPEDA sendiri, karena BAPPEDA yang menjadikan Limbasari menjadi desa wisata, jadi BAPPEDA yang merencakan sama yang menganggarkan tapi koordinasi dengan sini (Hasil wawancara 30 April 2015)” Seperti yang dikatakan “DJ” selaku tokoh masyarakat (Ketua Pokdarwis) mengenai penyusunan anggaran: “sudah ada penyusunan anggarannya, tapi itu dilakukan oleh BAPPEDA bersama Tim Penyusunnya, jadi masyarakat hanya sebatas diberitahu gitu mas. kemarin setelah terbentukanya rancangan anggaran, BAPPEDA melakukan sosialisasi Limbasari sini mas. (Hasil wawancara tanggal 14 April 2015) Pernyataan bapak “IS” selaku tokoh masyarakat, mengenai penganggaran : “untuk penganggaran masyarakat tidak ikut....masyarakat cuma ikut dalam ide-ide yang sifatnya umum tentang keadaan limbasari....jadi disini masyarakat hanya urun perencanaan untuk penganggaran atau pendanaan itu bagian dari BAPPEDA”(hasil wawancara tanggal 22 April 2015) Dalam penyusunan anggaran hanya dilakukan oleh pihak BAPPEDA tanpa melibatkan masyarakat, tetapi juga dilakukan sosialisasi tentang rancangan anggaran yang dihasilkan oleh BAPPEDA, seperti yang diutarakan oleh ibu “H” selaku Kepala Desa: 81
“untuk rancangan anggaran dibuat sama BAPPEDA, tapi juga disosialisasikan sama masyarakat limbasari, kaya kemarin pas bulan oktober itu pernah sosialisasi tentang susunan anggaran untuk desa wisata sini”(hasil wawancara tanggal 6 April 2015) Seperti yang diutarakan oleh bapak “UF” selaku Sekretaris BAPPEDA bahwa : “untuk rancangan anggaran dibuat oleh kami, tetapi tidak langsung disetuju ѐѐѐ setelah rancangan anggaran sudah jadi kami melakukan sosialisasi pada masyarakat Limbasari agar mereka tahu jumlah anggaran yang diperlukan untuk pembangun ke depannya mas” (hasil wawancara tanggal 8 Oktober 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan penganggaran dan sumber anggaran hanya dilakukan oleh pihak
BAPPEDA
sedangkan
masyarakat
Limbasari
tidak
berkontribusi untuk berpartisipasi dalam penyusunan rancangan anggaran pembangunan desa wisata. Walaupun masyarakat tidak berkontribusi tetapi dalam penyusunan anggaran mereka mengetahui rancangan anggaran yang telah dibuat oleh pihak BAPPEDA melalui sosialisasi yang dilakukan oleh BAPPEDA mengenai rancangan anggaran desa wisata Limbasari. Bukan
berarti
masyarakat
Limbasari
tidak
melakukan
penganggaran untuk mengembangkan desa mereka. Mereka juga melakukan penganggaran untuk keperluan sarana yang dibutuhkan saat ini seperti peralatan untuk tubing (kegiatan menyusuri sungai), karena kegiatan tubing sedang ramai dikunjungi wisatawan sehingga mereka mengajukan anggaran dan sarana untuk beli peralatan tubing. 82
Seperti yang diucapkan bapak “AD” selaku tokoh masyarakat, bahwa : “kemarin waktu tubing itu ѐѐ kan apa pokdarwis mengajukan proposal sama BAPPEDA ternyata diterima dan ada yang cair, jadi untuk beli alat – alat tubing itu mas”(hasil wawancara tanggal 8 Mei 2015) Pernyataan bapak “DJ” selaku tokoh masyarakat (Ketua Pokdarwis) yaitu : “menyangkut pendanaan pokdarwis baru sebatas memfasilitasi dalam bentuk proposal, ya pengajuan – pengajuan ke pemerintah, alhamdulillah kemarin pas pengajuan untuk peralatan tubing diterima, jadi sekarang peralatan tubing sudah banyak tidak kaya dulu lagi”(hasil wawancara tanggal 14 April 2015) Diperkuat pernyataan bapak “IS” selaku tokoh masyarakat di Desa Limbasari: “selama ini iuran untuk desa wisata belum ada di sini, tapi ada inisitif dari Pokdarwis untuk mengajukan proposal ke BAPPEDA untuk peralatan tubing itu (hasil wawancara tanggal 22 April 2015” Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pokdarwis bersama masyarakat berinisiatif untuk melakukan pengajuan pendanaan menyangkut sarana yang diperlukan untuk kegiatan wisata di desa mereka, sehingga mereka aktif dan sadar terhadap kegiatan wisata yang ada di sana. d. Perencanaan Sumber Daya Manusia Suatu kelembagaan diperlukan perencanaan sumber daya manusia (SDM) untuk menjalankan lembaga tersebut. Diperlukan analisis yang tepat untuk memilih sumber daya manusia untuk 83
menjalankan lembaga atau Pokdarwis supaya tidak jalan ditempat. Sehingga diperlukan kesadaran untuk menjalankan lembaga tersebut. Pokdarwis di Desa Limbasari telah terbentuk dan itu dilaksanakan perangkat desa bermusyawarah bersama masyarakat. Pokdarwis Patrawisa Desa Limbasari telah mengalami perubahan dari periode pertama dan yang baru sekarang yaitu yang kedua. Seperti yang katakan oleh ibu “H” selaku Kepala Desa, mengenai pembentukan pokdarwis di Limbasari: “kalo tentang sumber daya manusia untuk mengelola desa wisata dilakukan melalui musyawarah warga tahun 2012 yang dihadiri para perangkat tokoh masyarakat desa limbasari disepakati rencana pembangunan desa limbasari sebagai desa wisata. Kesepatakan ini ditindaklanjuti dengan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis ) Patrawisa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa Limbasari Nomor 1 Tahun 2013 Tanggal 21 Maret 2013. Untuk kepengurusan telah mengalami perubahan, bulan kemarin masyarakat bersama perangkat desa bermusyawarah untuk melakukan perubahan kepengurusan” (hasil wawancara tanggal 6 April 2015)
Seperti yang diucapkan “DJ” selaku tokoh masyarakat (Ketua Podarwis) bahwa : “iya di sini dulu pembentukan Pokdarwis bersama masyarakat, kebetulan di sini baru kemarin penggantian pengurus lagi ya, karena pengurus yang lama itu jalan ditempat, makanya kemarin 3 minggu yang lalu lah ѐѐѐ perubahan susunan pengurus, harapan lagi masih bisa melakukan perubah lebih baik dari yang kemarin”(hasil wawancara tanggal 14 April 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan sumber daya manusia (SDM), untuk menentukan 84
sumber daya manusia yang mengelola desa wisata dilakukan musyawarah antara perangkat desa bersama dengan masyarakat. Dalam musyawarah tersebut ada sebagain masyarakat datang ke tempat pertemuan untuk berpartisipasi dan sadar untuk ikut mengelola desa wisata, sehingga perencanaan sumber daya manusia (SDM) Pokdarwis
Patrawisa
Desa
Limbasari
dilaksanakan
melalui
musyawarah desa. 2. Bentuk – Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata Bentuk partisipasi masyarakat desa Limbasari khususnya dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu hadir dalam kegiatan musyawarah atau FGD yang dilakukan bersama dengan Pemda dan saling memberikan masukan dan informasi saat musyawarah tersebut, dan elemen lainnya yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan desa wisata. Selain itu juga masyarakat berpartisipasi untuk melakukan kerja bakti dan gotong royong untuk menjadikan desa Limbasari menjadi desa yang bersih dan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang di desa Limbasari. Seperti yang diungkapkan oleh bapak “DJ” selaku tokoh masyarakat (Ketua Pokdarwis) bahwa : “ya biasanya yang datang di fgd itu mereka yang diundang... setelah udah ada sesi tanya jawab mereka pasti akan menanyakan – menanyakan, bahkan disitu pasti ada semacam diskusi gitu lah ada tanya jawab, di sesi tanya jawab itu masyarakat yang ikut FGD memberikan masukan – masukan (Hasil wawancara tanggal 14 April 2015)
85
Selain itu juga diungkapkan oleh ibu “H” selaku Kepala Desa, sebagai berikut : “partisipasi masyarakat berupa pemberdayaan masyarakat dengan mengundang mereka untuk ikut dalam musyawarah supaya memberikan aspirasi mereka, selain itu mereka juga bekerja bakti dan gotong royong, agar menjadikan desa limbasari bersih dan menjadi daya tarik bagi wisatawan” (Hasil wawancara tanggal 6 April 2015)” Keterangan tersebut juga diperkuat oleh bapak “IS” selaku tokoh masyarakat yaitu sebagai berikut : “dalam FGD itu masyarakat ikut serta dan lembaga – lembaga desa, di FGD itu masyarakat saling memberikan masukan mas, ya kaya masukan perbaikan jalan sama meminta sarana untuk kegiatan wisata” (Hasil wawancara 22 April 2015)” Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa bentuk partisipasi masyarakat desa Limbasari khususnnya dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu kehadiran dalam kegiatan musyawarah atau FGD, memberikan sumbangan pemikiran, dan memberikan sumbangan tenaga dalam kegiatan kerja bakti atau gotong royong di desa Limbasari. Sumbangan pemikiran yang diberikan oleh masyarakat Limbasari saat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu menyangkut pengembangan desa Limbasari, seperti yang diucapkan oleh bapak “UF” selaku Sekretaris BAPPEDA : “saat FGD kemarin masyarakat limbasari hadir, ya memberikan masukan gitu mas tentang keadaan limbasari sama potensi yang ada di sana, selain itu juga kaya memberi masukan untuk tempat penerima tamu, terus kantor 86
pokdarwis ѐѐѐ kantor pokdarwis kan sementara sekarang masih di rumah ketua pokdarwis jadi memang diperlukan agar tidak kelihatan pribadi mas, selain itu juga mereka meminta untuk perbaikan jalan ke curug uncang-uncang yang jalanya masih tanah dan licin bila ujan jadi bisa berbahaya bagi wisatawan yang ke sana” (hasil wawancata tanggal 8 Oktober 2015) Seperti yang diutarakan oleh bapak “EP” selaku perangkat desa Limbasari : “partisipasi masyarakat ya berupa masukan-masukan ya mas, contohnya memberikan ide membuat kantor pokdarwis, tempat untuk parkir bagi yang berwisata ke limbasari, terus di dusun karangjoho kan ada ebeg itu mas lah untuk melestarikannya kami dari masyarakat limbasari mengajukan untuk dijadikan paket wisata nantinya.....itu ya baru rencana bismillah ke depannya bisa tercapai mas”(hasil wawancara tanggal 16 April 2015) Diperkuat oleh pernyataan bapak “AD” selaku tokoh masyarakat desa Limbasari : “Partisipasi masyarakatѐѐѐ dalam musyawarah ya mengeluarkan pendapat mas, contohnya ѐѐѐ ya minta perbaikan jalan ke curug mas, terus minta pembuatan sarana untuk kegiatan wisata kaya gazebo buat duduk wisatawan yang datang, terus tempat parkir ya mas, di sini belum ada tempat parkir buat wisatawan yang datang ke sini jadi sementara parkir di depan rumah ketua pokdarwis, di sini juga diperlukan MCK buat tamu yang datang mas”(hasil wawancara tanggal 8 Mei 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat Limbasari dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu berupa kehadiran dalam pertemuan, memberikan informasi tentang keadaan dan potensi desa, selain itu juga memberikan sumbangan pemikiran dan masukan. Sumbangan pemikiran dan masukan tersebut berupa tempat untuk penerima tamu (wisatawan), kantor 87
administrasi Pokdarwis, perbaikan infrastruktur sebagai sarana wisata salah satunya jalan ke curug uncang-uncang, meminta pembuatan tempat parkir untuk wisatawan, juga memberikan masukan untuk pembuatan gazebo bagi wisatawan agar bisa beristirahat, dan pembuatan MCK untuk wisatawan. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata Dalam pembangunan perlu dilibatkannya masyarakat, tetapi tidak mudah untuk menghidupkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, sehingga membutuhkan dorongan dari berbagai pihak untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, salah satunya dalam perencanaan pembangunan desa wisata. Meski partisipasi bukan satusatunya kunci keberhasilan dari pencapaian tujuan suatu kegiatan masyarakat bersama dengan pihak lain, tetapi partisipasi mempunyai peran yang penting dalam langkah untuk mencapai tujuan. Berikut faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata : a.
Faktor Pendukung Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Limbasari dapat berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan rencana untuk pengembangan desa
88
kedepannya berupa fisik maupun non fisik, itu berhasil karena adanya faktor pendukung. Faktor pendukungnya antara lain dari semangat dan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi yaitu dibuktikan dengan adanya bentuk Pokdarwis Patrawisa yang merupakan hasil musyawarah antara Pemerintah Desa bersama dengan masyarakat. Kepengurusan Pokdarwis tersebut adalah warga dari desa Limbasari itu. Seperti yang dikatakan ibu “H” selaku Kepala Desa bahwa “Keinginan dari masyarakat untuk mendukung mas, ya semangat dari masyarakat itu sendiri mas, salah satunya kaya pembentukan Pokdarwis itu semangat dari masyarakat Limbasari mas.” (Hasil wawancara tanggal 6 April 2015) Sama halnya dengan yang disampaikan bapak “MM” yang memiliki semangat dari dalam diri sendiri untuk mengikuti kegiatan perencanaan tersebut : “dari diri saya sendiri mas, karena adanya keinginan untuk merubah desa menjadi lebih baik dan bisa mensejahterahkan masyarakat mas”(hasil wawancara tanggal 30 April 2015) Selain dukungan dari diri sendiri, dukungan dari Pemerintah juga menjadi faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata. Di sini peran Pemerintah sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Salah satunya dalam kegiatan FGD (Focus
Group
Discussion)
yang
dilakukan
bersama
dengan
Pemerintah Daerah, dalam FGD tersebut telah diperoleh beberapa 89
hasil seperti yang telah dijelaskan di atas tadi di sub judul rencana tapak. Dalam FGD tersebut Pemerintah memfasilitasi berupa sarana dan prasarana untuk bermusyawarah, selain itu Pemerintah juga mendatangkan para ahli dalam bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata untuk memberikan masukan kepada masyarakat. Sehingga dapat mendukung masyarakat untuk berpartisipasi Seperti yang diutarakan oleh bapak “UF” selaku Sekretaris BAPPEDA : “yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan tersebut salah satunya dari pihak Pemerintah, karena dalam perencanaan tersebut Pemerintah membawa beberapa para ahli antara lain ahli bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata sehingga menjadi pendorong bagi masyarakat untuk ikut FGD tersebut untuk bertanya terhadap kepada para ahli” (hasil wawancara tanggal 8 Oktober 2015) Diperkuat oleh penyataan bapak “MO” selaku tokoh masyarakat yaitu : “untuk yang mendukung ya baru dari Pemda ya mas, untuk dari Pokdarwis juga belum optimal jadi baru Pemerintah Desa memberi arahan”(hasil wawancara tanggal 28 April 2015) Selain itu juga ada pendukung masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan yaitu Pemerintah Desa. Seperti yang diutarakan oleh bapak “IS” selaku tokoh masyarakat, bahwa menjadi faktor pendorong partisipasi masyarakat yaitu : “pendorong untuk masyarakat berpartisipasi sementara dari pemerintah desa, pemerintah desa memotivasi masyarakat 90
untuk turut serta dalam pertemuan-pertemuan mas,”(hasil wawancara tanggal 22 April 2015) Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata adalah : -
Adanya semangat dan keinginan dari sebagian masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan desa wisata.
-
Peran pemerintah sebagian fasilitator dalan kegiatan perencanaan.
-
Pemerintah Desa sebagai pendorong masyarakat untuk turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan pertemuanpertemuan.
b. Fakor Penghambat Selain faktor pendukung, dalam suatu kegiatan pasti terdapat faktor penghambat yang harus diperhatikan agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Berikut faktor penghambat yang terjadi pada partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari. Faktor penghambat yang diutarakan oleh bapak “MO” selaku tokoh masyarakat yaitu sebagai berikut: “mungkin yang menjadi masalah itu salah satunya sosialisasinya yang masih kurang mas, sosialisasinya itu baru dari pak dukuh ke tetangga, sedangkan dari pokdarwisnya sama balai desa terjun ke masyarakatnya itu masih kurang”(hasil wawancara tanggal 28 April 2015)
91
Hal serupa juga disampaikan oleh bapak “H” selaku Kepala Desa di desa Limbasari, sebagai berikut : “yang pertama intinya sosialisasi yang dilakukan pokdarwis kurang optimal tentang desa wisata di limbasari, jadi baru sedikit masyarakat yang ikut di FGD kemarin”(hasil wawancara tanggal 6 April 2015) Itu juga diperkuat oleh pernyataan bapak “MM” selaku tokoh masyarakat di desa Limbasari yaitu sebagai berikut : “untuk sosialisasi dari pihak pokdarwis sama kelurahan itu masih kurang mas, yang paling kalo kumpul-kumpul saja gak langsung dari pokdarwis mas” (hasil wawancara tanggal 30 April 2015) Selain itu yang menjadi penghambatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari yaitu kesibukan dari masyarakat, diperjelas oleh bapak “AD” selaku tokoh masyarakat yaitu sebagai berikut : “hambatan ya mungkin kesibukan masyarakat sini ya mas, tiap masyarakat kan punya kesibukan sendiri – sendiri, jadi pas kegiatan FGD kemarin itu yang datang paling mereka yang gak sibuk dan mau meluangkan waktu buat ikut FGD”(hasil wawancara tanggal 8 Mei 2015) Hambatan lainnya juga diutarakan oleh bapak “IS” selaku tokoh masyarakat, yaitu sebagai berikut : “eee.... kendalanya, ya tidak semua orang sadar lah ya .... kaya undangan untuk ikut musyawarah, ya tidak semua masyarakat mau lah ya, kaya kemprong gitu acuh tak acuh mas .... jadi masyarakat yang mau ikut ya yang mereka sadar terhadap kemajuan desa mas, selain kesadaran juga SDM.nya, jadi kalo menyangkut dengan pembangunan untuk memajukan desa ya orang – orang tertentu mas.” (Hasil wawancara tanggal 22 April 2015)
92
Diperkuat
oleh
pernyataan
bapak
“DJ”
selaku
tokoh
masyarakat (Ketua Pokdarwis) yaitu : “kendalanya ya... ѐѐ..... ya kendalanya salah satunya SDM,nya ya ... karena belum paham betul...karena ini juga mau merintis ya mas, sejak dulu belum ada pembahasan tentang desa wisata di Limbasari mas” (hasil wawancara tanggal 14 April 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari adalah : -
Proses sosialisasi yang belum optimal oleh pihak Pokdarwis sebagai pengelola desa wisata
-
Kesibukan setiap masyarakat yang berbeda-beda
-
Kesadaran
masyarakat
terhadap
perencanaan
pembangunan desa wisata masih relatif kurang. -
Sumber daya manusia (masyarakat belum begitu paham terhadap desa wisata)
C. Pembahasan 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Rencana Penyusunan Pembangunan Desa Wisata Suatu pembangunan diperlukan perencanaan, menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004:6) mengemukakan bahwa perencanaan pembangunan merupakan suatu tahapan awal proses pembangunan. Sebagai tahapan awal, maka perencanaan pembangunan merupakan kegiatan membuat pedoman/acuan/dasar bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan. Mardijono 93
(2008:19) mengemukakan partisipasi diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan, baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Dalam tahap perencanaan sebagi pembuatan pedoman/acuan bagi
pelaksanaan
kegiatan
pembangunan
dibutuhkan
keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan pembangunan, karena masyarakat sebagai salah satu unsur dalam pembangunan. Tentunya mereka dapat mengetahui sekaligus memahami apa yang ada di wilayahnya. Berikut partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari : a. Survei Lapangan Dalam proses perencanaan pembangunan dilakukan survei lapangan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi wilayah yang akan direncakan untuk melaksankan pembangunan. menurut Niken Wirasanti dan Agustin Surachman (2003 : 7 – 8) bahwa survei lapangan meliputi : d) Pengumpulan data sekunder yang meliputi kondisi demografi, kondisi sosial ekonomi dan kondisi sosial budaya dan instansi – instansi yang bersangkutan, serta mengumpulkan berbagai informasi mengenai rencana – rencana pengembangan dari instansi – instansi tersebut, khususnya yang berkaitan dengan proses dan hasil akhir master plan. e) Pengumpulan data primer dari lapangan melalui perekaman data fisik lapangan secara langsung maupun dengan wawancara. Data primer ini antara lain berupa kondisi fisik tata ruang (penggunaan tanah, keadaan bangunan, keadaan sarana-prasarana, keadaan lalu lintas dan kondisi lingkungan), serta kondisi geografi. Sesuai dengan tugas perencanaan ini, data primer ini sifatnya lebih sebagai konrol terhadap ketersediaan data sekunder. 94
f) Berdasarkan data dan berbagai informasi yang telah dikumpulkan berupa kondisi tata ruang dan kondisi geografi dari tahap sebelumnya, kemudian dilakukan pekerjaan analisis untuk keseluruhan permasalahan perencanaan. Selanjutnya dilakukan identifikasi potensi dan permasalahan dengan penekanan lebih pada analisis perencanaan
Dalam proses survei lapangan menyangkut dengan rencana pembangunan desa wisata di Limbasari, di sana telah sesuai dengan teori dari Niken Wirasanti dan Agustin Surachman (2003 : 7 – 8). Bahwa dalam proses survei tersebut, perangkat desa mengeluarkan data tentang demografis desa Limbasari yang merupakan data sekunder dari survei lapangan tersebut. Sedangkan untuk data primer, dilakukan dengan data geografis, kondisi infrastruktur, serta informasi dari masyarakat yang diundangan oleh perangkat desa dan informasi tersebut tentang keadaan dan potensi yang ada di desa Limbasari serta permasalahan yang ada di sana. Sehingga dalam survei lapangan tersebut sebagian masyarakat yang diundang oleh perangkat desa telah berpartisipasi di forum dengan memberikan informasi tentang keadaan desa Limbasari serta potensi yang ada di sana. b. Penyusunan Rencana Tapak (site plan) Pelaksanaan penyusunan rencana tapak (site plan) dalam perencanaan
pembangunan
desa
wisata
di
desa
Limbasari
dilaksanakan dengan mengadakan focus group discussion (FGD) yang dilaksanakan bersama dengan BAPPEDA. Dalam FGD tersebut telah menghasilkan beberapa rencana yaitu rencana pembagian kawasan 95
sesuai dengan fungsinya, rencana pembangunan sarana dan prasarana publik, rencana pengembangan fisik, dan 11 program pengembangan desa.
Dalam
pelaksanakan
FGD
tersebut
masyarakat
ikut
berpartisipasi dengan memberikan pemikiran, ide – ide, dan masukan bagi perencana Dalam penyusunan rencana tapak telah sesuai dengan teori Djoko Dwiyanto dan Gunung Radjiman (1999 : 7) bahwa rencana tapak adalah gambaran tentang penggunaan tata ruang suatu wilayah untuk kepentingan tertentu dalam bentuk tata letak komponen – komponen fungsionalnya. Dalam pembagian kawasan yang dihasilkan dalam FGD tersebut telah sesuai dengan fungsinya dan terbagi dengan 5 kawasan yaitu : 1.
Kawasan pariwisata berbasis perikanan
2.
Kawasan pariwisata pertanian organik
3.
Kawasan pariwisata berbasis alam
4.
a.
Kawasan pariwisata berbasis sungai (tubing)
b.
Kawasan pariwisata berbasis air terjun (Patrawisa)
Kawasan pariwisata berbasis aktivitas khusus a.
Sentra batik limbasari
b.
Sentra seni budaya karangjoho
c.
Desa Inggris
d.
Sentra gula organik Arjosari
e.
Makam Putri Ayu Limbasari 96
5.
Kawasan homestay (lihat di lampiran)
Hasil dari pemikiran serta masukan dari masyarakat Limbasari dibuatkanlah desain untuk pembangunan desa oleh pihak BAPPEDA. Dalam proses FGD, masyarakat berpartisipasi hanya sebatas memberikan masukan, ide-ide, bagi perencana. Sedangkan untuk pembuatan desain kawasan (site plan) dibuat oleh pihak BAPPEDA bersama pihak terkait. Soewignjo (1985:24) mengemukakan pembangunan desa yaitu perencanaan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dalam prosesnya pembangunan desa dilakukan tahap awal yaitu perencanaan. Dalam perencanaan dilakukan rencana tapak (site plan) yang digunakan sebagai desain pembangunan ke depan. Perencanaan pembangunan yang dilakukan di Desa Limbasari yang bertujuan untuk membangun desa wisata telah sesuai dengan teori dari Soewignjo (1985:24) Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa proses perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Limbasari melibatkan masyarakat sebagai subjek sekaligus sebagai informan dalam proses perencaaan pembangunan desa wisata. Dalam proses rencana tapak (site plane), dilakukan pembagian kawasan dan pengembangan sarana dan prasana sebagai penunjang kegiatan wisata, pengembangan sarana dan prasana tidak lepas dari masukan dan pemikiran masyarakat desa Limbasari.
97
c. Penyusunan Anggaran dan Sumber Anggaran Penyusunan anggaran dan sumber anggaran merupakan rencana ke depan menyangkut dana yang akan digunakan, dan dinyatakan dalam bentuk kuantitatif berupa satuan uang. Menurut Nafarin (2000:9) adalah sebagai berikut, anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Hal itu menunjukan bahwa anggaran merupakan dana yang direncanakan
untuk
mejalankan
rencana
yang
telah
disusun
sebelumnya. Ericson (dalam Slamet, 2004:89) memaparkan bahwa partisipasi pada tahap perencanaan maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitiaan dan anggaran pada suatu kegiatan/proyek. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan penyusunan anggaran dan sumber anggaran, tidak adanya pelibatan masyarakat dalam proses tersebut. Sehingga dalam penyusunan anggaran hanya dari pihak BAPPEDA saja. Tetapi bukan berarti masyarakat tidak mengetahui terhadap rancangan susunan anggaran yang telah dibuat oleh BAPPEDA, mereka pun tahu dengan disosialisasikannya rancangan anggaran tersebut kepada masyarakat Limbasari.
98
Setelah disosialisasikannya rancangan anggaran pembangunan desa wisata Limbasari bukan berarti masyarakat Limbasari tinggal menunggu keluarnya dana untuk pembangunan tersebu. Tetapi mereka juga berinisiatif dengan membuat proposal dan diajukan kepada pihak BAPPEDA untuk kebutuhan sarana yang diperlukan untuk saat ini. Dalam pengajuan proposal tersebut juga akhirnya diterima dan telah dijadikan untuk membeli peralatan kegiatan tubing yang sedang ramai dikunjungi wisatawan. d. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam organisasi diperlukan sumber daya manusia, agar organisasi tersebut bisa jalan. Maka untuk penentuan sumber daya manusia tersebut diperlukan adanya perencanaan sumber daya manusia (SDM). Menurut Irawan (2000) bahwa perencanaan sumber daya manusia merupakan kegiatan penentuan jumlah dan jenis SDM yang diperlukan oleh suatu organisasi untuk masa yang akan datang. Hal tersebut menunjukkan bahwa perencanaan sumber daya manusia dilakukan untuk menentukan jumlah dan jenis SDM yang diperlukan dalam lembaga Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Sadar wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu medorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwista, melalui perwujudan sapta pesona unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan unsur kenangan. 99
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perencanaan sumber daya manusia untuk penentuan kepengurusan Pokdarwis di desa Limbasari menyangkut dengan desa wisata dilakukan dengan musyawarah antara perangkat desa bersama dengan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam musyawarah tersebut yaitu hadir dalam pertemuan, ikut mengajukan saran – saran tentang kepengurusan Pokdarwis dan ikut berpartisipasi dalam keanggoraan pengurus Pokdarwis. e. Analisis
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Perencanaan
Pembangunan Desa Wisata Tahap
Deskripsi
Tingkat Partisipasi
Survei Lapangan
Dalam proses survei lapangan masyarakat berpartisipasi dengan hadir dalam forum dan dalam prosesnya, hanya sebagian masyarakat yang memberikan informasi tentang potensi dan keadaan desa.
Tingkat partisipasi saat tahap survei lapangan, termasuk ke dalam tangga partisipasi Consultation. Menurut Peter Oakley dalam Siti Irene A.D (2011:65), bahwa tingkat consultation yaitu stakeholder mempunyai peluang untuk memberikan saran akan digunakan seperti yang mereka harapkan. Dalam hal ini masyarakat hanya memberikan saran, dan mengharapkan informasi yang mereka berikan akan digunakan.
Penyusunan Rencana Tapak/site plan
Dalam proses penyusunan rencana tapak/site plan masyarakat Limbasari memberikan saran dan ide, di sini mereka berdiskusi dalam FGD untuk pembangunan desa wisata ke depannya dengan menghasilkan rencana kawasan serta pembangunan desa ke depannya nanti. Dalam proses FGD tersebut, hanya orangorang itu saja yang memberikan masukan, sedangkan anggota lainnya lebih terlihat pasif dan 100
Tingkat partisipasi saat penyusunan rencana tapak/site plan, termasuk ke dalam tangga partisipasi consensus-building. Menurut Peter Oakley dalam Siti Irene A.D (2011:65), bahwa tingkat consensusbuilding yaitu stakeholder berinteraksi untuk saling memahami dan dalam posisi saling bernegosiasi, toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahan yang sering terjadi adalah individuindividu dan kelompok masih cenderung diam atau setuju bersifat pasif. Dalam hal
mendengarkan saja.
ini, masyarakat hadir dan hanya sebagian kecil yang ikut berdiskusi sedangkan yang lain cenderung diam dan setuju.
Penyusunan Dalam perancangan anggaran untuk Anggaran dan pembangunan desa wisata, Sumber Anggaran masyarakat tidak berpartisipasi tetapi hanya sebatas mendapat sosialisasi rancangan anggaran dari tim perencana. Sehingga dalam hal ini masyarakat Limbasari hanya memperoleh informasi anggaran saja.
Tingkat partisipasi saat penyusunan anggaran termasuk dalam tangga manipulation. Menurut Peter Oakley dalam Siti Irene A.D (2011:65) bahwa tingkat manipulation yaitu tingkat paling rendah mendekati situasi tidak ada partisipasi, cenderung berbentuk indoktrinasi. Dalam hal ini masyarakat dijadikan objek untuk sosialisasi rancangan anggaran pembangunan desa wisata.
Perencanaan Dalam proses perencanaan sumber Sumber Daya daya manusia dilakukan dengan Manusia musyawarah, di dalam musyawarah dilakukan penentuan pengurus Pokdarwis. Penentuan tersebut sebagian memberikan saran tetapi mereka lebih cenderung hadir dan setuju.
Tingkat partisipasi saat perencanaan sumber daya manusia termasuk dalam tangga consultation. Dalam hal ini sebagian masyarakat memberikan saran dan mengharapkan saran tersebut digunakan untuk penentuan pengurus Pokdarwis.
Dalam penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa tangga partisipasi masyarakat desa Limbasari dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu dalam tingkat consultation, yang berarti hanya sebagian kecil saja masyarakat yang hadir dan memberikan saran dan pemikiran mereka dalam FGD yang telah dilaksanakan. 2. Bentuk – Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata Partisipasi yang dilakukan masyarakat desa Limbasari dalam perencanaan pembangunan desa wisata lebih pada aspek non fisik, karena dalam perencanaan lebih berkontribusi untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pengambilan keputusan yang menyangkut dengan tujuan 101
rencana. Bentuk partisipasi itu dilakukan atas kesadaran seseorang untuk ikut melakukan kegiatan. Dalam proses perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari yang diadakan dengan melaksanakan musyawarah atau FGD bersama masyarakat desa, bentuk partisipasi yang diberikan yaitu berupa non fisik : 1. Kehadiran 2. Penyumbangan pemikiran dan masukan a. Non Fisik 1) Informasi tentang potensi dan keadaan di desa Limbasari. b. Fisik 1) Masukan untuk pembuatan tempat penerima tamu (wisatawan), dan kantor administrasi Pokdarwis 2) Masukan perbaikan infrastruktur sebagai sarana wisata salah satunya jalan ke curug uncang-uncang 3) Saran pembuatan tempat parkir untuk wisatawan 4) Memberikan masukan untuk pembuatan gazebo bagi wisatawan agar bisa beristirahat, dan 5) Saran pembuatan MCK untuk wisatawan. Bentuk partisipasi masyarakat tersebut sesuai dengan teori Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene A.D (2011:61) yang menyatakan pengambilan keputusan bermacam-macam, seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pikiran, dan tanggapan. Dalam hal tersebut bentuk partisipasi yang telah 102
dijelaskan di atas merupakan sumbangan pemikiran yang dalam tahapnya merupakan tahap perencanaan dalam pengambilan keputusan. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata a. Faktor Pendukung Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi adanya tiga faktor utama yang mendukungnya, yaitu (1) kesadaran, (2) kemampuan, dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi (Dawam Raharjo, 1989:23). Dalam hal ini semangat dan kesadaran dari masyarakat menjadi faktor yang utama untuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan masyarakat. Selain faktor pendukung ada juga faktor penghambat yang mengganggu partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, menurut Siti Irene Astuti (2011:57) bahwa faktor yang dapat menghambat atau menjadi ancaman terhadap partisipasi masyarakat adalah:1) Sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan di tingkat anggota masyarakat; 2) Aspek-aspek tipologi (pembuktian dan jurang); 3) Geografis (pulau-pulau kecil yang tersebat letaknya); 4) Demografis (jumlah penduduk); 5) Ekonomi (desa miskin/tertinggal). Faktor penghambat tersebut menjadi sumber ancaman bagi partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga perlu solusi untuk menanggulangi faktor penghambat tersebut.
103
Berdasarkan hasil dari pengamatan dan wawancara dengan masyarakat, faktor pendukung paritisipasi masyarakat dalam perencananan pembangunan desa wisata adalah : 1) Faktor Internal a. Adanya semangat dan keinginan dari sebagian masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan desa wisata Semangat dan keinginan sebagian dari masyarakat untuk mengembangkan desa mereka menjadi desa wisata salah satunya dengan terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Patrawisa yang di dalamnya beranggotakan warga Limbasari. Terbentuknya Pokdarwis maka dapat mendorong masyarakat untuk ikut aktif berpartisipasi dalam perencanaan, salah satunya warga yang ikut dalam proses perencanaan merupakan anggota pokdarwis dan merupakan warga Limbasari. 2) Faktor Eksternal a. Peran pemerintah daerah sebagai fasilitator dalam kegiatan perencanaan Peran
Pemerintah
Daerah
sebagai
fasilitator
yang
melakukan pengarahan dan memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat untuk kegiatan wisata di Limbasari. Selain itu Pemerintah daerah juga memfasilitasi berupa sarana dan prasarana untuk bermusyawarah bersama masyarakat, dalam musyawarah perencanaan tersebut Pemerintah Daerah juga 104
mendatangkan para ahli
dalam bidang pertanian, perkebunan,
pariwisata dan lainnya untuk memberikan masukan kepada masyarakat. Sehingga dapat menimbulkan semangat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. b. Pemerintah Desa sebagai pendorong masyarakat untuk turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan pertemuan-pertemuan Di sini pemerintah desa mempunyai peran yang penting untuk mendorong partisipasi masyarakat. Salah satunya dengan mengundang masyarakat untuk ikut dalam kegiatan pertemuan atau FGD yang dilakukan untuk perencanaan pembangunan desa wisata. b. Faktor Penghambat Berdasarkan hasil dari pengamatan dan wawancara dengan masyarakat,
faktor
pendukung
paritisipasi
masyarakat
dalam
perencananan pembangunan desa wisata adalah : 1) Proses sosialisasi yang belum optimal oleh pihak Pokdarwis sebagai pengelola desa wisata 2) Kesibukan setiap masyarakat yang berbeda-beda 3) Kesadaran masyarakat terhadap perencanaan pembangunan desa wisata masih relatif kurang. 4) Sumber daya manusia (masyarakat belum begitu paham terhadap desa wisata)
105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : A. Proses partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Tahap survei lapangan Survei
lapangan
yang
dilakukan
dalam
perencanaan
pembangunan desa wisata dilaksanakan dengan mengadakan forum yang diadakan di Balai Desa Limbasari. Sebagian dari masyarakat yang diundang oleh Perangkat Desa datang untuk berpartisipasi dalam forum tersebut dan memberikan informasi tentang keadaaan desa saat ini serta potensi yang dimiliki desa. Dalam tahap survei lapangan, tangga partisipasi masyarakat termasuk dalam tingkat consultation. b. Tahap rencana tapak (site plan) Dalam rencana tapak (site plan), sebagian dari masyarakat yang diundang oleh Perangkat Desa hadir dan berpartisipasi dalam focus group discussion (FGD). Dalam hal ini, masyarakat hadir dan hanya sebagian kecil yang ikut berdiskusi sedangkan yang lain cenderung diam dan setuju. Sebagian masyarakat yang aktif yaitu memberikan masukan sumbangan ide-ide, pemikiran dan 106
masukan bagi perencana untuk membuat desain pemetaan desa wisata, dan masyarakat juga memutuskan rencana pembangunan desa ke depannya. Dalam focus group discussion (FGD) telah menghasilkan 1 dokumen RTBL yang digunakan sebagai acuan untuk rencana pembangunan desa wisata di desa Limbasari ke depannya. Dalam tahap rencana tapak/site plan, tangga partisipasi masyarakat termasuk dalam tingkat consensus-building. c. Tahap penganggaran dan sumber anggaran Dalam
proses
penganggaran
masyarakat
Limbasari
tidak
berpartisipasi dalam pembuatan rancangan anggaran, tetapi masyarakat Limbasari hanya berpartisipasi dalam sosialisasi rancangan anggaran yang telah dibuat oleh Tim Perencana. Dalam tahap penganggaran dan sumber anggaran, tangga partisipasi masyarakat termasuk dalam tingkat manipulation. d. Tahap perencanaan sumber daya manusia (SDM) Dalam tahap ini hanya masyarakat dan perangkat desa yang melakukan
musyawarah
untuk
penentuan
Kepengurusan
Pengelola Desa Wisata (Pokdarwis). Dalam musyawarah tersebut sebagian masyarakat memberikan saran dalam penentunan pengurus Pokdarwis dan menjadi anggota Pokdarwis. Dalam tahap perencanaan sumber daya manusia (SDM),
107
Analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari termasuk dalam tangga partisipasi masyarakat dalam tingkat consultation. B. Bentuk-bentuk
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
pembangunan desa wisata yaitu sebagai berikut : Bentuk partisipasi masyarakat desa Limbasari khususnya dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu berupa non fisik : 3. Kehadiran 4. Penyumbangan pemikiran dan masukan c. Non Fisik 1) Informasi tentang potensi dan keadaan di desa Limbasari d. Fisik 1) Masukan untuk pembuatan tempat penerima tamu (wisatawan), dan masukan untuk kantor administrasi Pokdarwis 2) Masukan perbaikan infrastruktur sebagai sarana wisata salah satunya jalan ke curug uncang-uncang 3) Saran pembuatan tempat parkir untuk wisatawan 4) Memberikan masukan untuk pembuatan gazebo bagi wisatawan agar bisa beristirahat, dan 5) Saran pembuatan MCK untuk wisatawan.
108
C. Faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu sebagai berikut : a. Faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata : 1.
Faktor Internal a.
Adanya
semangat
dan
keinginan
dari
sebagain
masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan desa wisata b.
Pemerintah Desa sebagai pendorong masyarakat untuk turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan pertemuanpertemuan
2.
Faktor Eksternal a) Peran pemerintah daerah sebagai fasilitator dalam kegiatan perencanaan
b. Faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata : 1. Proses sosialisasi yang belum optimal oleh pihak Pokdarwis sebagai pengelola desa wisata 2. Kesibukan setiap masyarakat yang berbeda-beda 3. Kesadaran masyarakat terhadap perencanaan pembangunan desa wisata masih relatif kurang. 4. Sumber daya manusia (sebagian masyarakat belum begitu paham terhadap desa wisata) 109
B. Saran Setelah melakukan penelitian terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasar, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1.
Dalam perencanaan pembangunan diharapkan partisipasi dari seluruh golongan masyarakat dari petani, wiraswasta maupun PNS lebih ditingkatkan, karena pembangunan ini adalah dari, oleh dan untuk masyarakat.
2.
Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat menyadarkan dan memberikan pemahaman tentang desa wisata.
3.
Perlu
diadakan
pembinaan
terhadap
masyarakat,
agar
dapat
terwujudnya Sapta Pesona 4.
Menghadirkan praktisi kepada masyarakat desa Limbasari, untuk memberikan pemahaman tentang konsep desa wisata yang baik dan benar.
110
DAFTAR PUSTAKA Aris Andrianto. (2014). Purbalingga Kenalkan Wisata Tubing. Diakses dari http://www.tempo.co/read/news/2014/02/10/243552601/PurbalinggaKenalkan-Wisata-Tubing Pada tanggal 10 Oktober 2014. Jam 13.00 WIB. Bintoro Tjokroamidjojo. (1990). Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. Chafid Fandeli, dkk. (2002). Pengembangan Kawasan Pedesaan Sebagai Obyek Wisata (Identifikasi Potensi dan Perencanaan Model Pariwisata Pedesaan Sekitar Gunung Merapi. Laporan Penelitian. Lemlit UGM. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM. Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Conyers, Diana. (1991), Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga Suatu Pengantar, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. C.S.T Kansil. (1983). Desa Kita Dalam Peraturan Tata Pembangunan Desa. Jakarta: Ghalia Nasional. Daeng
Sudirwo. (1985). Pokok-pokok Pemerintahan Pemerintahan Desa. Bandung: Aksara.
di
Daerah
dan
Dawam Raharjo. (1989). Metode Pelibatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaaan. makalah Diskusi Periodik di PSPP Lemlit UNS. Surakarta 21 Oktober 1989. Denny Heriyanto. ( ____ ). Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Sei Carang – Senggarang Koridir II (Jembatan Terusan Senggaran). Diakses dari https://www.academia.edu/5166330/Rencana_Tata_Bangunan_dan_Lingk ungan_RTBL_Jalan_Sei_CarangSenggarang_Koridor_II_Jembatan_Terusan_Senggarang_. Pada tanggal 24 Agustus 2015. Jam 10.00 WIB. Dewina, ( _ ). Desa Inggris Limbasari Uji Cobakan Metodenya di SD N 1 Limbasari. Diakses dari http://www.desainggris.com/ . Pada Tanggal 10 Oktober 2014. Jam 16.00 WIB. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman. 2007. Profil Desa Wisata Sleman. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman. Djoko Dwiyanto dan Gunung Radjiman. (1999). Penyusunan Rencana Tapak Desa Wisata Tradisional Karangbanjar Kecamaatan Bojongsari 111
Kabupaten Purbalingga. Yogyakarta: Lembaga Masyarakat Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Pengabdian
Pada
Hartono dan Arnicun Aziz. (2004). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hassan Shadily. (1983). Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara. Irawan. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi. Irma
Purnamasari. Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Program Pascasarjana Universitas Diponeoro, Semarang.
Jeffrey Pfeffer, dkk. (2008). Paradigma Bagu Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi ke 2. Yogyakarta: Amara Books. Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Malayu Hasibuan. (1993). Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: CV. Haju Masagung. Mardijono. (2008). Persepsi dan Partisipasi Nelayan terhadap Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Kota Batam. Program Pasca Sarjana Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro, Semarang. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mubyarto. (1997). Ekonomi Pancasila Lintas Pemikiran. Yogyakarta: Aditya Media. Munandar. (1985). Budgeting, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Nafarin. (2007). Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. Niken Wirasanti dan Agustin Surachman. (2003). Penyusunan Master Plan Obyek Wisata Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri. Laporan Penelitian Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat UGM. Yogyakarta: Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat UGM. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 15 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Tapak (Site Plan). Permen Kebudayaan dan Pariwisata No. KM. 18/HM/MKP/2011 Tentang Pedoman Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata. Permen Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. 112
Riyadi dan Bratakusumah. (2004). Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sastropoetro Santoro. (1988). Partisipasi dan Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. Siti Irene Astuti Dwiningrum. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slamet. (2004). Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partsipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Soetarso Priasukmana dan R. Mohamad Mulyadin. 2001. Pembangunan Desa Wisata: Pelaksanaan Undang –Undang Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi Vol.2 No.1. Hlm. 37-44. Soewignjo. (1985). Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-Sumber Pendapatan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soleman B. Taneko. (1984). Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Rajawali. Sondang P. Siagia. (1991). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarwan Danim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1990). Prosesdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suryo Sakti Hadiwijoyo. (2012). Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat ; Sebuah Pendekatan Konsep. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suwatno dan Donni Juni Priansa. (2011). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Taliziduhu Ndraha. (1985). Pembangunan Desa dan Administrasi Pemerintah Desa. Jakarta: Yayasan Karya Dharma. Taliziduhu Ndraha. (1987). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Karya Dharma. Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato. (2012). Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: CV ALFABETA Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 113
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Wahjudin Sumpeno. (2004). Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh: READ. Yit
BNC. Wisata Desa Limbasari Mulai Bergeliat. Diakses dari .http://banyumasnews.com/77967/wisata-desa-limbasari-mulai-bergeliat/. Pada tanggal 10 Oktober 2014. Jam 14.00 WIB.
_________. (2013). RTBL 2013 Wilayah II Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Diakses dari https://sites.google.com/site/rtbl2013/gambaranumum-kegiatan-rtbl-2013-1. Pada tanggal 20 Agustus 2015. Jam 14.00 WIB. _________. ( 2011). Izin Rencana Tapak. Diakses http://bekasikota.go.id/read/109/izin-rencana-tapak---site-plan--. tanggal 25 Agustus 2015. Jam 19.00 WIB.
114
dari Pada
115
Lampiran 1 LEMBAR PEDOMAN OBERVASI
Hari/tanggal : Waktu
:
Lokasi
:
No Aspek yang diamati
Deskripsi
1
Lokasi
2
Keadaan Desa
3
Potensi Desa
4
Pelaksanaan Kegiatan
5
Interaksi Dengan Masyarakat Sekitar
116
Lampiran 2 LEMBAR PEDOMAN DOKUMENTASI
1.
Melalui Dokumen Tertulis a. Profil Desa Limbasari b. Laporan Akhir Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) c. Arsip data pengurus Pokdarwis
2.
Melalui Foto a. Potensi desa Limbasari b. Fasilitas yang dimiliki Pokdarwis c. Kegiatan perencanaan desa wisata di desa Limbasari
117
Lampiran 3 LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SEKRETARIS BAPPEDA
I.
II.
Identitas diri : a.
Nama
:
b.
Jabatan
:
c.
Usia
:
d.
Agama
:
e.
Pekerjaan
:
f.
Alamat
:
g.
Pendidikan terakhir
:
(laki-laki/perempuan)
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata : a.
Bagaimana jalannya perencanaan desa wisata yang akan dirintis di Desa Limbasari ?
b.
Apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam perencanaan tersebut ?
c.
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam tahap survey lapangan yang diadakan di desa Limbasari ?
d.
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam rencana tapak (site plan) dalam perencanaan desa wisata di desa Limbasari ?
e.
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam tahap penganggaran ?
118
f.
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan sumber daya manusia sebagai pengelola desa wisata ?
g.
Apa bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata di desa limbasai ?
h.
Apa faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata ?
119
Lampiran 4 LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMERINTAH DESA DI KAWASAN DESA LIMBASARI I.
II.
Identitas diri masyarakat a.
Nama
:
b.
Jabatan
:
c.
Usia
:
d.
Agama
:
e.
Pekerjaan
:
f.
Alamat
:
g.
Pendidikan terakhir
:
(laki-laki/perempuan)
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Survey Lapangan Dalam Rencana Pembangunan Desa Wisata a.
Bagaimana respon pemerintah desa mengenai kebijakan tentang desa wisata bagi desa limbasari ?
b.
Bagaimana respon pemerintah desa saat diajak untuk berpartisipasi mengenai survey lapangan ?
c.
Apakah
masyarakat
mau
ikut
serta dalam
kegiatan
survey
lapangan/observasi yang dilakukan oleh tim perencana desa wisata ? d.
Apa saja yang dilakukan partisipasi perangkat desa dan masyarakat dalam tahap survey lapangan ?
120
e.
Bagaimanakah cara berkoordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat untuk menggalang partisipasi aktif warga masyarakat ?
III.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Penyusunan Rencana Tapak Dalam Rencana Pembangunan Desa Wisata a. Apakah pemerintah desa melakukan penyusunan rencana tapak dalam rencana pembangunan desa wisata ? b. Bagaimanakah proses penyusunan rencana tapak yang dilakukan pemerintah desa dan pihak yang terkait dalam rencana pembangunan desa wisata ? c. Bagaimana respon perangkat desa dan masyarakat mengenai rencana tapak bagi desa wisata ? d. Apakah banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam rencana tapak yang diadakan oleh Tim Penyusun RTBL ? e. Apa saja yang dihasilkan dari rencana tapak yang diharapakan bisa terlaksana dikemudian hari ?
IV.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Sumber Pendanaan Dalam Rencana Pembangunan Desa Wisata a.
Apakah pemerintah desa melakukan penyusunan anggaran dalam rencana pembangunan desa wisata?
b.
Bagaimanakah
proses
penyusunan
anggaran
yang
dilakukan
pemerintah desa dan pihak terkait dalam mengumpulkan dana dan sumber pembangunan desa wisata?
121
c.
Apakah ada penggalangan dana ataupun pengusahaan dana dari pihak luar desa yang diupayakan oleh pemerintah desa?
d.
Penggalangan dana dalam bentuk apa saja yang telah diperoleh pemerintah desa untuk membangun desa wisata?
e.
Berapa anggaran yang disusun secara bersama untuk membangun desa wisata ?
f.
Bagaimanakah partisipasi anggota pemerintah desa Limbasari untuk memperoleh dana dari pihak luar pemerintah desa maupun kabupaten?
V.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Rencana Pembangunan Desa Wisata a. Apakah diadakan perencanaan sumber daya manusia (SDM) dalam rencana pembangunan desa wisata ? b. Bagaimana proses perencanaan SDM yang dijalankan oleh pemerintah desa dengan pihak terkait, apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses tersebut ? c. Apa yang dihasilkan dari perencanaan sumber daya manusia (SDM) yang telah dilakukan antara perangkat desa dengan pihak terkait dalam rencana pembangunan desa ?
VI.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Bentuk Partisipasi a.
Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh anggota pemerintah desa Limbasari untuk mendukung kegiatan dalam pembangunan desa wisata?
122
b.
Apakah ada kegiatan/event yang dilakukan pemerintah desa dalam mengundang masyarakat umum untuk pengenalan dan pengembangan desa wisata (event pertunjukan seni budaya) ?
c.
Bagaimanakah partisipasi anggota pemerintah desa desa Limbasari dalam mempersiapkan kegiatan di pembangunan desa wisata ?
d.
Apakah
ada
partisipasi
pemerintah
desa
Limbasari
untuk
mempromosikan desa wisata kepada khalayak ramai ? e.
Apa
saja
partisipasi
pemerintah
desa
Limbasari
untuk
mempromosikan desa wisata? VII.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Faktor Pendorong Partisipasi a.
Apa sajakah motivasi pemerintah desa Limbasari dalam berpartisipasi untuk pembangunan desa wisata?
b.
Siapa sajakah yang memberikan dukungan diluar pemerintah desa limbasari?
c.
Bagaimanakah bentuk kerja sama yang dilakukan pemerintah desa limbasari dengan pemberi dukungan?
VIII. Pertanyaan Penelitian Mengenati Faktor Penghambat Partisipasi a. Apa sajakah yang menjadi kendala pemerintah desa berpartisipasi dalam pembangunan desa wisata? b. Bagaimanakah pemerintah desa mengurangi adanya kemunculan kendala itu lagi? c. Bagaimanakah solusi yang dilakukan pemerintah desa terhadap
kendala-kendala pembangunan desa ? 123
Lampiran 5 LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA UNTUK TOKOH MASYARAKAT DI KAWASAN DESA LIMBASARI I.
II.
Identitas diri masyarakat a.
Nama
:
b.
Jabatan
:
c.
Usia
:
d.
Agama
:
e.
Pekerjaan
:
f.
Alamar
:
g.
Pendidikan terakhir
:
(laki-laki/perempuan)
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Survei Lapangan Dalam Rencana Pembangunan Desa Wisata a.
Bagaimana respon masyarakat mengenai kebijakan tentang desa wisata bagi desa limbasari ?
b.
Bagaimana ketersediaan masyarakat untuk berpartisipasi survei lapangan dalam rencana pembangunan desa wisata ?
c.
Apakah
masyarakat
mau
ikut
serta
dalam
kegiatan
survei
lapangan/observasi yang dilakukan oleh tim perencana desa wisata ? d.
Apa saja yang dilakukan partisipasi masyarakat dalam tahap survei lapangan ?
124
e.
Bagaimanakah cara berkoordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat untuk menggalang partisipasi aktif warga masyarakat ?
III.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Penyusunan Rencana Tapak Dalam Rencana Pembangunan Desa Wisata a.
Bagaimana respon masyarakat mengenai rencana tapak bagi desa wisata ?
b.
Bagaimana ketersediaan masyarakat untuk berpartisipasi menyusun rencana pembangunan desa wisata ?
c.
Apakah masyarakat ikut melakukan penyusunan rencana tapak dalam rencana pembangunan desa wisata ?
d.
Bagaimanakah proses penyusunan rencana tapak yang dilakukan masyarakat bersama dengan pihak yang terkait dalam rencana pembangunan desa wisata ?
e.
Apakah banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam rencana tapak yang diadakan oleh Tim Penyusun RTBL ?
f.
Apa saja yang dihasilkan dari rencana tapak yang diharapakan bisa terlaksana dikemudian hari ?
IV.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Sumber Pendanaan Dalam Rencana Pembangunan Desa Wisata a.
Apakah masyarakat melakukan iuran sukarela untuk menyusun anggaran dalam pembangunan desa wisata?
b.
Bagaimanakah proses iuran yang dilakukan masyarakat dalam mengumpulkan dana dan sumber pembangunan desa wisata? 125
c.
Apakah ada penggalangan dana ataupun pengusahaan dana dari pihak luar desa?
d.
Bagaimanakah respon masyarakat dalam berupaya untuk menggali dana dari berbagai sumber?
g.
Penggalangan dana dalam bentuk apa saja yang telah diperoleh masyarakat untuk membangun desa wisata?
h.
Berapa anggaran yang disusun secara bersama untuk membangun desa wisata ?
i.
Bagaimanakah partisipasi masyarakat untuk memperoleh dana dari pihak pemerintah desa maupun kabupaten?
V.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Rencana Pembangunan Desa Wisata a. Apakah diadakan perencanaan sumber daya manusia (SDM) dalam rencana pembangunan desa wisata ? c.
Bagaimana proses perencanaan SDM, apakah masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses tersebut ?
d.
Apa yang dihasilkan dari perencanaan sumber daya manusia (SDM) yang telah dilakukan antara tokoh masyarakat bersama pihak terkait dalam rencana pembangunan desa ?
VI.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Bentuk Partisipasi a.
Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung kegiatan dalam pembangunan desa wisata?
126
b.
Apakah ada kegiatan/event yang mengundang masyarakat dalam pengenalan dan pengembangan desa wisata (event pertunjukan seni budaya)?
c.
Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam mempersiapkan kegiatan di pembangunan desa wisata?
d.
Apakah ada partisipasi masyarakat untuk mempromosikan desa wisata kepada khalayak ramai?
VII.
Pertanyaan Penelitian Mengenai Faktor Pendorong Partisipasi a.
Apa sajakah motivasi masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembangunan desa wisata?
b.
Siapa sajakah yang memberikan dukungan diluar masyarakat desa limbasari?
c.
Bagaimanakah bentuk kerja sama yang dilakukan pihak desa dengan pemberi dukungan?
VIII. Pertanyaan Penelitian Mengenati Faktor Penghambat Partisipasi a. Apa sajakah yang menjadi kendala masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan desa wisata? b. Bagaimanakah masyarakat mengurangi adanya kemunculan kendala itu lagi? c. Bagaimanakah solusi yang dilakukan masyarakat terhadap kendalakendala pembangunan desa wisata?
127
Lampiran 6 Display, Reduksi dan Kesimpulan Hasil Wawancara Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga No Subjek
Pertanyaan
1.
Bagaimana respon masyarakat Untuk perencanaan desa wisata, di sini masyarakat terhadap penyusunan perencanaan mendukung mas desa wisata ? Masyarakat desa sini siap ya mas dan sangat mendukung dengan rencana desa wisata itu, mungkin dengan dibentuknya kepengurusan Pokdarwis ini masyarakat lebih semangat dan sangat mendukung
MM MO
Jawaban
Kesimpulan
IS
Respon masyarakat terkait dengan partisipasi dalam musyawarah itu, kan yang datang perwakilan masyarakat yang secara ..ee.. perwakilan itu kan mewakili seluruh pendapat masyarakat, ya responnya baik, mendukung rencana pemerintah desa sama pemerintah kabupaten untuk menjadikan Limbasari sebagai desa wisata
H
Untuk perangkat desa dan masyarakat di sini ya mendukung dengan adanya perencanaan desa wisata, kemarin pas ada pembentukan pokdarwis itu mendukung
EP
Mendukung dan ikut berpartisipasi 128
Respon dari masyarakat Limbasari menyangkut dengan adanya perencanaan desa wisata yaitu baik dan mendukung, dan telah ada pembentukan Pokdarwis di Limbasari
No Subjek DJ
AD UF
2
MM MO
Pertanyaan
Jawaban
Kesimpulan
Bagaimana respon masyarakat Menyangkut dengan perencanaan desa wisata di sini ya Respon dari masyarakat Limbasari terhadap penyusunan alhamdulillah kemarin masyarakat juga seneng lah menyangkut dengan adanya perencanaan desa wisata yaitu baik dan perencanaan desa wisata ? dengan adanya desa wisata gitu mas mendukung, dan telah ada Responnya baik mas, mendukung sekali, selain itu juga pembentukan Pokdarwis di Limbasari sudah ada pembentukan Pokdarwis di sini Untuk responnya mendukung mas, karena masyarakat juga menerima wisatawan yang datang ke sana. Tapi ya mungkin ada beberapa lah ya ada yang gak suka Bagaimana proses partisipasi Ya masyarakat ikut berpartisipasi dalam FGD kemarin masyarakat dalam perencanaan itu, memberikan masukan gitu mas desa wisata ? Iya ikut datang sama ikut mengeluarkan pendapat masing – masing
H
Untuk partisipasi, tokoh masyarakat yang diundang datang dan memberikan pendapat dalam musyawarah atau FGD kemarin mas
UF
Kemarin dibuat FGD ya mas bersama dengan masyarakat Limbasari, dalam fgd masyarakat ikut berdiskusi untuk merintis desa wisata di desa mereka mas 129
Perencanaan dilaksanakan dengan mengadakan FGD, dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan desa wisata dilakukan dengan datang dalam musyawarah serta memberikan pendapat dan masukan.
No
Subjek
Pertanyaan
3
IS
Bagaimana masyarakat lapangan ?
Jawaban
Kesimpulan
partisipasi kalo survei dulu pernah mas, BAPPEDA datang ke sini dalam survei ya lihat lingkungan di sini, terus mengadakan forum. Masyarakat sini ikut forum itu, ya memberikan pendapat tentang keadaan desa limbasari mas
H
iya mas dulu pernah dilakukan survei sama BAPPEDA bersama dinas pariwisata, dalam survei itu ya memberikan data tentang keadaan desa limbasari saat ini, kaya data peta, data penduduk, sama data kondisi infrastruktur di sini, juga melihat lingkungan di limbasari
DJ
iya, dulu pernah ada survei dari pihak BAPPEDA untuk mengetahui potensi desa sini mas, mereka ya melihat lingkungan desa limbasari, juga mengadakan forum gitu mas jadi masyarakat memberi masukan tentang keadaan alam di desa sini sama budaya yang ada di sini
UF
Survei lapangan yang dilakukan pihak BAPPEDA bersama masyarakat Limbasari dilaksanakan dengan mengadakan forum di Balai Desa, di dalam forum masyarakat limbasari memberikan informasi tentang keadaan yang ada di sana salah satunya sarana dan prasana dan juga memberi tahu potensi yang ada di desa mereka
130
Survei lapangan pernah dilakukan di desa Limbasari untuk mengetahui potensi desa di sana, dalam survei tersebut dilakukan pihak BAPPEDA dengan mengadakan forum. Dalam forum tersebut masyarakat berpartisipasi memberikan informasi keadaan desa Limbasari serta potensi yang dimiliki desa Limbasari
No
Subjek Pertanyaan
4
MO
Bagaimana menyelaraskan pendapat ya pendapat dari masyarakat diberikan ke bilamana tidak ada yang sependapat ? BAPPEDA sama yang terkait...lah BAPPEDA juga memberikan masukan ke masyarakat, ya saling ngisi-ngisini mas
AD
Jika ada perbedaan pendapat maka..ee...contohnya dia punya pendapat A yang ini B yang akhirnya dijadikan satu yang jadi C gitu, dimusyawarahkan
5
DJ
H
UF
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam rencana tapak (site plan) menyangkut dengan rencana desa wisata ?
Jawaban
Kesimpulan
ya biasanya yang datang di FGD itu mereka yang diundang...setelah udah ada sesi tanya jawab mereka pasti akan menanyakan, bahkan disitu pasti ada semacam diskusi gitu lah ada tanya jawab.....jadi disitu masyarakat memberi pendapat dan saran mereka
Untuk menyelaraskan pendapat maka dimusyawarahkan dan saling memberikan masukan satu sama lain, sampai saling sependapat.
masyarakat desa Limbasari yang berpartisipasi dalam focus group discussion (FGD) hanya mereka yang diundang oleh pihak perangkat desa untuk mewakili aspirasi dari masyarakat Limbasari. Dalam focus group discussion (FGD) mereka memberikan partisipasi masyarakat dalam FGD ya perwakilan masukan dan ide – ide serta ikut andil warga masyarakat terus RT, RW, kita undang dalam pengambilan keputusan. untuk musyawarah, karena mereka juga sebagai masyarakat, jadi apa yang diharapkan masyarakat mereka juga tahu. Didalam musyawarah para perwakilan mengeluarkan pendapat dan ide-ide mereka FGD yang dilaksanakan saat itu dihadiri oleh para masyarakat limbasari, mereka hadir juga memberikan pendapat dan masukan bagi kami, 131
ѐѐѐ jadi keputusan dilakukan bersama masyarakat tidak hanya pada pemerintah saja No
Subjek Pertanyaan
6
H EP
UF
Apa yang dihasilkan perencanaan tersebut ?
Jawaban
Kesimpulan
dalam FGD yang dilakukan kemarin menghasilkan 11 Dalam FGD telah menghasilkan dokumen RTBL yang didalamnya berisi rencana, itu dapat dilihat di RTBL mas tentang rencana pembangunan desa Dalam FGD kemarin kurang lebih dilakukan 7 wisata di Limbasari, salah satunya 11 kali menghasilkan beberapa rencana ke depannya program rencana pengembangan desa ya, salah satunya 11 program rencana tentang pengembangan desa, masih banyak lagi mas bisa dilihat di RTBL saja Hasil dari FGD itu 1 dokumen perencanaan desa terpadu, ya dokumen RTBL itu mas sebagai acuan untuk pembangunan di desa Limbasari ke depannya
132
No
Subjek Pertanyaan
7
MM
Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan anggaran dan sumber anggaran yang dilakukan untuk pembangunan desa wisata ?
Jawaban
Kesimpulan
Dalam musyawarah masyarakat ikut, tokoh – tokoh ikut memberikan masukan, tapi untuk menganggarkan kan dari BAPPEDA sendiri, karena BAPPEDA yang menjadikan Limbasari menjadi desa wisata, jadi BAPPEDA yang merencakan sama yang menganggarkan tapi koordinasi dengan sini
Dalam proses penyusunan anggaran dilakukan oleh pihak BAPPEDA, setelah dihasilkan rancangan anggaran disosialisasikan oleh pihak BAPPEDA kepada masyarakat Limbasari dan masyarakat hadir dalam sosialisasi rancangan anggaran tersebut
IS
untuk penganggaran masyarakat tidak ikut....masyarakat cuma ikut dalam ide-ide yang sifatnya umum tentang keadaan limbasari....jadi disini masyarakat hanya urun perencanaan untuk penganggaran atau pendanaan itu bagian dari BAPPEDA
H
untuk rancangan anggaran dibuat sama BAPPEDA, tapi juga disosialisasikan sama masyarakat limbasari sini, kaya kemarin pas bulan oktober itu pernah sosialisasi tentang susunan anggaran untuk desa wisata sini
DJ
sudah ada penyusunan anggarannya, tapi itu dilakukan oleh BAPPEDA bersama Tim Penyusunnya, jadi masyarakat hanya sebatas diberitahu gitu mas. kemarin setelah 133
terbentukanya rancangan anggaran, BAPPEDA melakukan sosialisasi ke masyarakat Limbasari sini mas
No
8
Subjek Pertanyaan
Jawaban
Kesimpulan
UF
Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan anggaran dan sumber anggaran yang dilakukan untuk pembangunan desa wisata ?
“untuk rancangan anggaran dibuat oleh kami, tetapi tidak langsung disetuju ѐѐѐ setelah rancangan anggaran sudah jadi kami melakukan sosialisasi pada masyarakat Limbasari agar mereka tahu jumlah anggaran yang diperlukan untuk pembangunan ke depannya mas
Dalam proses penyusunan anggaran dilakukan oleh pihak BAPPEDA, setelah dihasilkan rancangan anggaran disosialisasikan oleh pihak BAPPEDA kepada masyarakat Limbasari dan masyarakat hadir dalam sosialisasi rancangan anggaran tersebut
DJ
Apa anggaran hanya menunggu dari Pendaan dari pokdarwis baru sebatas Pemerintah saja dan masyarakat tidak memfasilitasi dalam bentuk proposal, ya pengajuan – pengajuan ke pemerintah, aktif untuk mencari anggaran ? alhamdulillah kemarin pas pengajuan untuk peralatan tubing diterima, jadi sekarang peralatan tubing sudah banyak tidak kaya dulu lagi
Dalam anggaran pokdarwis bersama masyarakat melakukan pengajuan proposal kepada Pemerintah untuk pembelian sarana yang butuhkan saat itu juga untuk kegiatan wisata.
AD
kemarin waktu tubing itu kanѐѐ apa pokdarwis mengajukan proposal sama BAPPEDA ternyata diterima dan ada yang cair, jadi untuk beli alat – alat tubing itu mas, karena BAPPEDA sendiri 134
waktu di sini belum ada alat-alat itu IS
Selama ini iuran untuk desa wisata belum ada di sini, tapi ada inisitif dari Pokdarwis untuk mengajukan proposal ke BAPPEDA untuk peralatan tubing itu,
No
Subjek Pertanyaan
Jawaban
Kesimpulan
9
H
Kalo tentang sumber daya manusia untuk mengelola desa wisata dilakukan melalui musyawarah warga tahun 2012 yang dihadiri para perangkat tokoh masyarakat desa limbasari disepakati rencana pembangunan desa limbasari sebagai desa wisata. Kesepatakan itu ditindaklanjuti dengan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis ) Patrawisa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa Limbasari Nomor 1 Tahun 2013 Tanggal 21 Maret 2013. Untuk kepengurusan telah mengalami perubahan, bulan kemarin masyarakat bersama perangkat desa bermusyawarah untuk melakukan perubahan kepengurusan
Proses perencanaan sumber daya manusia (SDM) sebagai pengelola desa wisata atau Pokdarwis dilakukan melalui musyawarah yang dihadiri oleh masyarakat Limbasari untuk menjadi anggota pokdarwis.
DJ
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan sumber daya (SDM) menyangkut dengan pembentukan pokdarwis ?
iya di sini dulu pembentukan Pokdarwis bersama masyarakat, kebetulan di sini baru kemarin penggantian pengurus lagi ya, karena pengurus 135
yang lama itu jalan ditempat, makanya kemarin 3 minggu yang lalu lah ѐѐѐ perubahan susunan pengurus, harapan lagi masih bisa melakukan perubah lebih baik dari yang kemarin
No
Subjek Pertanyaan
Jawaban
Kesimpulan
10
IS
Bentuk partisipasi masyarakat dalam dalam FGD itu masyarakat ikut serta dan lembaga perencanaan itu seperti apa dan – lembaga desa, di FGD itu masyarakat saling memberikan masukan mas, ya kaya masukan bagaimana ? perbaikan jalan sama meminta sarana untuk kegiatan wisata
H
partisipasi masyarakat berupa pemberdayaan masyarakat dengan mengundang mereka untuk ikut dalam musyawarah supaya memberikan aspirasi mereka, selain itu mereka juga bekerja bakti dan gotong royong, agar menjadikan desa limbasari bersih dan menjadi daya tarik bagi wisatawan
DJ
ya biasanya yang datang di fgd itu mereka yang diundang... setelah udah ada sesi tanya jawab mereka pasti akan menanyakan – menanyakan, bahkan disitu pasti ada semacam diskusi gitu lah ada tanya jawab, di sesi tanya jawab itu masyarakat yang ikut FGD memberikan masukan 136
Dalam perencanaan pembanguna desa wisata, masyarakat berpartisipasi dalam bentuk kehadiran di pertemuan FGD, dan memberi sumbangan pemikiran dan masukan, sumbangan tersebut berupa tempat untuk penerima tamu (wisatawan), kantor adminirasi Pokdarwis, perbaikan infrastruktur sebagai sarana wisata salah satunya jalan ke curug uncang-uncang, meminta pembuatan tempat parkir untuk wisatawan, mengajukan kesenian dusun karangjoho yaitu ebeg untuk dijadikan paket wisata, juga memberikan masukan untuk pembuatan gazebo bagi wisatawan agar bisa beristirahat, dan pembuatan MCK untuk wisatawan.
– masukan UF
saat FGD kemarin masyarakat limbasari hadir, ya memberikan masukan gitu mas tentang keadaan limbasari sama potensi yang ada di sana, selain itu juga kaya memberi masukan untuk tempat penerima tamu, terus kantor pokdarwis ѐѐѐ kantor pokdarwis kan sementara sekarang masih di rumah ketua pokdarwis jadi memang diperlukan agar tidak kelihatan pribadi mas, selain itu juga mereka meminta untuk perbaikan jalan ke curug uncang-uncang yang jalanya masih tanah dan licin bila ujan jadi bisa berbahaya bagi wisatawan yang ke sana
EP
partisipasi masyarakat ya berupa masukanmasukan ya mas, contohnya memberikan ide membuat kantor pokdarwis, tempat untuk parkir bagi yang berwisata ke limbasari, terus di dusun karangjoho kan ada ebeg itu mas lah untuk melestarikannya kami dari masyarakat limbasari mengajukan untuk dijadikan paket wisata nantinya.....itu ya baru rencana bismillah ke depannya bisa tercapai mas
AD
Partisipasi masyarakatѐѐѐ dalam musyawarah ya mengeluarkan pendapat mas, contohnya ya ѐѐѐ minta perbaikan jalan ke curug mas, terus minta pembuatan sarana untuk kegiatan wisata 137
kaya gazebo buat duduk wisatawan yang datang, terus tempat parkir ya mas, di sini belum ada tempat parkir buat wisatawan yang datang ke sini jadi sementara parkir di depan rumah ketua pokdarwis, di sini juga diperlukan MCK buat tamu yang datang mas No
Subjek Pertanyaan
11
H
Bagaimana partisipasi perencanaan wisata ?
Jawaban faktor pendukung Keinginan dari masyarakat untuk mendukung masyarakat dalam mas, ya semangat dari masyarakat itu sendiri mas, pembangunan desa salah satunya kaya pembentukan Pokdarwis itu semangat dari masyarakat Limbasari mas
IS
pendorong untuk masyarakat berpartisipasi sementara dari pemerintah desa, pemerintah desa memotivasi masyarakat untuk turut serta dalam pertemuan-pertemuan mas
MM
dari diri saya sendiri mas, karena adanya keinginan untuk merubah desa menjadi lebih baik dan bisa mensejahterahkan masyarakat mas
MO
untuk yang mendukung ya baru dari Pemda ya mas, untuk dari Pokdarwis juga belum optimal jadi baru Pemerintah Desa memberi arahan
UF
yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan tersebut salah satunya dari pihak Pemerintah, karena dalam perencanaan 138
Kesimpulan Faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam perecanaan pembangunan desa wisata yaitu adanya semangat dan keinginan dari sebagian masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan desa wisata, peran pemerintah sebagian fasilitator dalan kegiatan perencanaan, Pemerintah Desa sebagai pendorong masyarakat untuk turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan pertemuan-pertemuan.
tersebut Pemerintah membawa beberapa para ahli antara lain ahli bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata sehingga menjadi pendorong bagi masyarakat untuk ikut FGD tersebut untuk bertanya terhadap kepada para ahli
No
Subjek Pertanyaan
12
MO
Bagaimana partisipasi perencanaan wisata ?
Jawaban
Kesimpulan
faktor penghambat mungkin yang menjadi masalah itu salah satunya masyarakat dalam sosialisasinya yang masih kurang mas, pembangunan desa sosialisasinya itu baru dari pak dukuh ke tetangga, sedangkan dari pokdarwisnya sama balai desa terjun ke masyarakatnya itu masih kurang
H
yang pertama intinya sosialisasi yang dilakukan pokdarwis kurang optimal tentang desa wisata di limbasari, jadi baru sedikit masyarakat yang ikut di FGD kemarin
MM
untuk sosialisasi dari pihak pokdarwis sama kelurahan itu masih kurang mas, yang paling kalo kumpul-kumpul saja gak langsung dari pokdarwis mas
AD
hambatan ya mungkin kesibukan masyarakat sini ya mas, tiap masyarakat kan punya kesibukan sendiri – sendiri, jadi pas kegiatan FGD kemarin 139
faktor penghambat yang ada didalam kegiatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata yaitu proses sosialisasi yang belum optimal oleh pihak Pokdarwis sebagai pengelola desa wisata, kesibukan setiap masyarakat yang berbeda-beda, kesadaran masyarakat terhadap perencanaan pembangunan desa wisata masih relatif kurang, dan sumber daya manusia (masyarakat belum begitu paham terhadap desa wisata
itu yang datang paling mereka yang gak sibuk dan mau meluangkan waktu buat ikut FGD IS
eee.... kendalanya, ya tidak semua orang sadar lah ya .... kaya undangan untuk ikut musyawarah, ya tidak semua masyarakat mau lah ya, kaya kemprong gitu acuh tak acuh mas .... jadi masyarakat yang mau ikut ya yang mereka sadar terhadap kemajuan desa mas, selain kesadaran juga SDM.nya, jadi kalo menyangkut dengan pembangunan untuk memajukan desa ya orang – orang tertentu mas
DJ
kendalanya ya... ѐѐ..... ya kendalanya salah satunya SDM,nya ya ... karena belum paham betul...karena ini juga mau merintis ya mas, sejak dulu belum ada pembahasan tentang desa wisata di Limbasari mas
140
Lampiran 7 Catatan Lapangan I
Tanggal
: 6 April 2015
Waktu
: 10.00 WIB - 12.00 WIB
Tempat
: Kelurahan Desa Limbasari
Kegiatan
: Observasi awal
Deskripsi
:
Pada hari senin tanggal 6 April 2015 peneliti datang ke Kantor Kelurahan Desa Limbasari memberikan surat izin penelitian kepada ibu “H” selaku kepala Desa di Desa Limbasari . Peneliti menjelaskan bagaimana yang akan dilakukan peneliti dan berapa lama penelitian berlangsung. Peneliti dan ibu “H” selanjutnya berbincang mengenai kondisi di Desa Limbasari yang rencana akan dijadikan desa wisata. Beliau memberikan penjelasan tentang potensi pariwisata dan sarana pariwisata yang terdapat Desa Limbasari. Kemudian setelah menjelaskan potensi yang ada di Desa Limbasari, ibu “H” mempersilakan peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Limbasari sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh peneliti, guna mendapatkan data penelitian.
142
Catatan Lapangan II
Tanggal
: 14 April 2015
Waktu
: 10.30 WIB – 12.00 WIB
Tempat
: Dusun Limbasari RT04/04, Desa Limbasari
Kegiatan
: Bertemu dengan Bapak “DJ” untuk melakukan wawancara.
Deskripsi
:
Pada hari Rabu 14 April 2015, peneliti datang ke rumah bapak “DJ” selaku ketua Pokdarwis di Desa Limbasari. Peneliti berbincang dengan bapak “DJ” mengenai proses perencaan pembangunan desa wisata yang terjadi di Limbasari. Pak “DJ” becerita dimulai dari sebelum direncakannya desa Limbasari menjadi desa wisata hingga tahap proses perencanaan pembangunan desa wisata yang dilakukan di Limbasari hingga sekarang yang masih dalam proses perencanaan tersebut. Kemudian peneliti melihat kondisi fasilitas yang ada di Pokdarwis, yang digunakan untuk kegiatan wisata salah satunya tubing. Setelah berbincang – bincang dengan bapak “DJ”, peneliti berpamitan untuk pulang.
143
Catatan Lapangan III
Tanggal
: 16 April 2015
Waktu
: 11.00 WIB – 13.00 WIB
Tempat
: Kantor Kelurahan Limbasari
Kegiatan
: Bertemu dengan Bapak “EP” untuk melakukan wawancara.
Deskripsi
:
Pada hari Rabu 16 April 2015, peneliti datang ke Kantor Kelurahan Desa Limbasari dan bertemu dengan bapak “EP” selaku Sekdes yang ikut dalam melakukan perencanaan pembangunan desa wisata di Limbasari itu. Peneliti berbincang dengan bapak “EP” mengenai proses perencanaan pembangunan desa wisaata yang telah berjalan di Limbasari. Peneliti meminta bapak “EP” untuk menunjukkan hasil dari perencaan itu yaitu berupa program – program yang direncanakan untuk mengembangkan desa tersebut. Setelah lama berbincang dengan bapak “EP” peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan pulang.
144
Catatan Lapangan IV Tanggal
: 22 April 2015
Waktu
: 10.00 WIB - 12.00 WIB
Tempat
: Di Dusun Karangjoho RT02/05, Desa Limbasari
Kegiatan
: Bertemu dengan bapak “IS” untuk melakukan wawancara
Deskripsi
:
Pada hari rabu 22 April 2015, peneliti datang ke rumah bapak “IS” selaku warga yang ikut serta dalam proses perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari. Peneliti berbincang dengan bapak “IS” menyangkut kegiatan perencanaan pembangunan desa wisata yang sedang terjadi di desa mereka. Pak “IS” menceritakan proses yang telah dilakukan oleh para warga dan pemerintah desa terhadap perencanaan yang telah dilakukan bersama. Selain itu dia juga menceritakan FGD yang pernah terjadi bersama dengan BAPPEDA menyangkut desa wisata tersebut. Dalam FGD tersebut telah memperoleh beberapa program rencana yang akan dilakukan beberapa tahun ke depan yang berhubungan dengan pengembangan desa dan desa wisata itu. Setelah berbincang – bincang dengan bapak “IS” dan merasa cukup dengan informasi yang diberikan peneliti berpamitan untuk pulang.
145
Catatan Lapangan V Tanggal
: 28 April 2015
Waktu
: 09.00 WIB - 10.30 WIB
Tempat
: Desa Limbasari, RT04/03
Kegiatan
: Bertemu dengan bapak “MO” untuk melakukan wawancara
Deskripsi
:
Peneliti datang ke rumah bapak “MO” yang beralamatkan di Desa Limbasari RT04/03, pada hari selasa, tanggal 28 April 2015 untuk melakukan wawancara mengenai perencanaan pembangunan desa wisata yang sedang terjadi di desa mereka. Bapak “MO” selaku warga yang ikut saat proses perencanaan pembangunan desa wisata yang pernah dilakukan di Balai Desa dan FGD yang dilakukan bersama dengan BAPPEDA. Dia menceritakan jalannya proses perencanaan tersebut. Selain itu bapak “MO” juga menceritakan potensi wisata yang ada di desa limbasari untuk dijadikan desa wisata. Setelah lama berbincang dengan bapak “MO”, peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan pulang.
146
Catatan Lapangan VI Tanggal
: 30 April 2015
Waktu
: 09.00 WIB - 10.30 WIB
Tempat
: Desa Limbasari, RT03/02
Kegiatan
: Bertemu dengan bapak “MM” untuk melakukan wawancara
Deskripsi
:
Pada hari kamis, 30 April 2015, peneliti datang ke rumah bapak “MM” selaku warga yang ikut serta dalam proses perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari. Peneliti berbincang dengan bapak “MM” mengenai proses kegiatan perencanaan pembangunan desa wisata yang berjalan di desa mereka. Bapak “MM” menjelaskan kegiatan tersebut, dari dimulainya desa limbasari akan di jadikan desa wisata. Peneliti juga mempertanyakan potensi warga mengenai pariwisata yang ada di limbasari, dan bapak “MM” menjelaskannya, selain itu juga menjelaskan mengenai sumber pendanaan yang ada. Setelah peneliti merasa cukup, peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan pulang.
147
Catatan Lapangan VII Tanggal
: 8 Mei 2015
Waktu
: 09.00 WIB - 10.30 WIB
Tempat
: Desa Limbasari, RT03/02
Kegiatan
: Bertemu dengan bapak “AD” untuk melakukan wawancara
Deskripsi
:
Pada hari rabu 22 April 2015, peneliti datang ke rumah bapak “AD” selaku tokoh masyarakat yang menjadi anggota Pokdarwis dan ikut serta dalam proses perencanaan pembangunan desa wisata di desa Limbasari. Peneliti berbincang dengan bapak “AD” menyangkut kegiatan perencanaan pembangunan desa wisata yang sedang terjadi di desa mereka. Dalam perbincangan tersebut bapak “AD” menceritakan jalannya fgd yang pernah dilakukan di Limbasari. setelah berbincang – binvnag dengan bapak “AD” dan merasa cukup dengan data yang diperoleh peneliti berpamitan untuk pulang
148
Catatan Lapangan VIII
Tanggal
: 8 Oktober 2015
Waktu
: 11.30 WIB – 12.00 WIB
Tempat
: BAPPEDA
Kegiatan
: Bertemu dengan Bapak “UF” untuk melakukan wawancara.
Deskripsi
:
Pada hari Rabu 20 Mei 2015, peneliti datang ke BAPPEDA dan masuk ke ruang Sekretaris BAPPEDA. Peneliti berbincang dengan bapak “UF” mengenai jalannya perencanaan desa wisata yang dilakukan di Limbasari. Dimulai dengan bapak “UF” bercerita tentang kebijakan pemerintah untuk menjadikan desa Limbasari menjadi desa wisata, kemudian melakukan wawancara tentang proses partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa wisata dan bapak “UF” memberi penjelasan mengenai hasil dari perencanaan tersebut yatiu berupa dokumen RTBL yang digunakan untuk pembangunan di desa limbasari ke depannya. Setelah peneliti merasa cukup dengan data yang diperoleh peneliti berpamitan untuk pulang.
149
Lampiran 8 SUSUNAN PENGURUS POKDARWIS PATRAWISA (DESA LIMBASARI)
Berikut susunan pengurus Pokdarwis yang telah dibentuk oleh masyarakat desa Limbasari : Pelindung
: Halimah ( kades)
Penasehat
: R. Edi Prasojo
Ketua
: Joko Dwi Haryanto Nugroho S. Hut
Sekretaris
: Ivan Sanniako
Bendahara
: Waluyo Aji
Seksi – seksi
: c. Seksi Humas: 1) Suprijadi 2) H. Nurchamim 3) Agus machi 4) MA. Nawawi d. Seksi Usaha 1) Haryanto, S.Pd 2) Bangun Supardi 3) Tri sadio utomo 4) Sumaryo e. Seksi keamanan 150
1) Muhasin 2) Buang ramidin 3) Hasanudin f. Seksi kesenian : 1) Kaswono 2) Harsoyo 3) Wiryanto g. Seksi kebersihan : 1) Khaerudin 2) Adi Ismanto 3) Muharto h. Seksi pemeliharaan : 1) Djunedi 2) Iskandar i. Seksi PPPK: 1) Siti wuryaningsih 2) Tursiati 3) Solichatun 4) Sulchan Djohari
151
Lampiran 9
DOKUMEN FOTO DAN DOKUMEN LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) DESA WISATA LIMBASARI KECAMATAN BOBOTSARI KABUPATEN PURBALINGGA
Pertanian Di Desa Limbasari
Galeri Batik di Desa Limbasari
152
Industri Gula Jawa di Desa Limbasari
Makam Putri Ayu Limbasari
Industri Batik Tulis di Desa Limbasari
Kegiatan Rekreasi di Sungai (Tubing) di Desa Limbasari 153
Jaket Pelampung yang didapat Pokdarwis setelah mengajukan Proposal ke BAPPEDA
154
Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan di Balai Desa Limbasari
155
Peta Zona Rencana Pengembangan Potensi di desa Limbasari (RTBL Desa Wisata Limbasari) 156
Rencana Pengembangan Kawasan Terpilih / Rencana Pengembangan Fisik (RTBL Desa Wisata Limbasari)
157
Rencana Bentuk dan Desain Bangunan Penerima Tamu / Griya Wisata Limbasari (RTBL Desa Wisata Limbasari)
158
Rencana Pemasangan Tugu Masuk ke Desa Wisata Limbasari (RTBL Desa Wisata Limbasari)
159
Perspektif Rencana Penataan Utama Desa Limbasari (RTBL Desa Wisata Limbasari)
160
Pola Penggunaan Lahan Desa Limbasari
7%
28%
Permukiman Tegalan
32%
Sawah
33% 161
Lainnya
162
163
164
165
166
167
168
169