PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) DI DESA WISATA LIMBASARI, KECAMATAN BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Elina Elfianita NIM 12102244013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2016
i
MOTTO “Sukses itu terdiri atas 1 % bakat dan 99 % keringat” (Thomas Alva Edison) “Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh” (Andrew Jackson) “Jangan pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita takkan pernah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal akan hidup ini” (Elina Elfianita)
v
PERSEMBAHAN
Atas karunia Alloh SWT Karya ini akan saya persembahkan untuk : 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan doa – doa yang mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar. 3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan pengalaman yang luar biasa.
vi
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) DI DESA WISATA LIMBASARI KECAMATAN BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGA Oleh Elina Elfianita NIM 12102244013 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) strategi pengembangan pariwisata berbasis Community Based Tourism (CBT) di Desa wisata Limbasari; (2) usaha yang dilakukan oleh pemerintah desa, masyarakat dan kelompok sadar wisata dalam melakukan pengembangan pariwisata berbasis CBT di Desa wisata Limbasari; (3) faktor penghambat dan faktor pendukung dari CBT pada pengembangan wisata di Desa wisata Limbasari. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah Pengelola Kelompok Sadar Wisata, Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa Limbasari. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi, dan penerikan kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk keabsahan data dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai nara sumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Triangulasi metode dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai metode dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Strategi pengembangan pariwisata berbasis CBT di Desa Limbasari yaitu dengan promosi, pembangunan fisik, penerapan sapta pesona wisata, penambahan sarana dan prasarana serta kegiatan – kegiatan kepariwisataan. (2) Usaha – usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Desa, masyarakat dan Kelompok Sadar Wisata dalam Pengembangan Desa Wisata adalah dengan menjadikan Desa Limbasari sebagai Desa Wisata Terpadu, memberikan bentuk – bentuk pelatihan untuk masyarakat dan menerapkan sapta pesona wisata di Desa wisata Limbasari. (3) Faktor penghambat dalam pengembangan desa wisata di Limbasari adalah masyarakat, izin dari perhutani serta persaingan obyek dan daya tarik wisata antar wilayah di Limbasari Kabupaten Purbalingga. (4) Faktor pendukung dalam pengembangan desa wisata adalah SDM, alam, sejarah dan budaya, keuangan, kemitraan, sarana dan prasarana serta transportasi. Kata Kunci : desa wisata, strategi pariwisata.
vii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
Nya,
sehingga penulis dapat
“Pengembangan
Pariwisata
Berbasis
Community Based Tourism (CBT) Di Desa Wisata Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga” Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran didalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd, selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi. 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas
Negeri
Yogyakarta
yang
telah
mendidik
dan
memberikan ilmu pengetahuan. 5. Ibu Halimah selaku Kepala Desa Limbasari yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.
viii
6. Bapak dan Ibu Pengelola Kelompok Sadar Wisata Limbasari serta masyarakat setempat yang telah berkenan membantu dalam penelitian. 7. Bapak, Ibu dan Adikku atas doa, perhatian, kasih sayang dan segala dukungannya. 8. Teman – teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2012 yang memberikan bantuan dan motivasi untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman – teman Kos LISA dan E6’ers yang selalu memberikan dukungan selama mengerjakan skripsi. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu, yang telah membantu dan mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat menjadi amal dan mendapatkan balasan kebaikan dari Alloh SWT dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta pembaca umumnya. Aamiin.
Yogyakarta, April 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii HALAMAN SURAT PERNYATAAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv ABSTRAK ..................................................................................................................vii KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii DAFTAR ISI .............................................................................................................. x DAFTAR TABEL.......................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah............................................................................................. 7 C. Batasan Masalah .................................................................................................. 8 D. Rumusan Masalah ................................................................................................ 9 E. Tujuan Penelitian.................................................................................................. 9 F. Manfaat Penelitian................................................................................................10 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori.....................................................................................................12 1.
Tinjauan Tentang Pengembangan Pariwisata .............................................12
2.
Tinjauan Tentang Desa Wisata .....................................................................16
3.
Tinjauan Tentang Pariwisata Berbasis CBT ................................................21
4.
Tinjauan Tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat ....................................31
B. Penelitian yang relevan ........................................................................................43 C. Kerangka Berpikir ..............................................................................................45 D. Pertanyaan Penelitian ...........................................................................................48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian...........................................................................................49 B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................50 C. Penentuan subyek dan obyek penelitian...............................................................50 x
D. Setting Penelitian ..................................................................................................51 E. Teknik pengumpulan data ...................................................................................52 F. Instrumen penelitian .............................................................................................59 G. Teknik analisis data .............................................................................................59 H. Keabsahan data ....................................................................................................62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian......................................................................65 1. Kondisi Geografi Desa Limbasari ...................................................................65 2. Kondisi Demografis Desa Limbasari...............................................................69 3. Identifikasi Potensi Obyek Wisata ..................................................................72 4. Gambaran Umum Pokdarwis Limbasari .........................................................79 5. Subyek Penelitian ............................................................................................90 B. Deskripsi Data Penelitian .....................................................................................93 1. Strategi – strategi pengembangan Desa wisata ...............................................93 2. Usaha – usaha Pemerintah Desa dan Pokdarwis .......................................... 101 3. Faktor penghambat dan faktor pendukung ................................................. ..115 C. Pembahasan 1. Strategi – strategi pengembangan Desa Wisata ........................................... 119 2. Usaha – usaha Pemerintah Desa dan Pokdarwis .......................................... 126 3. Faktor penghambat dan faktor pendukung ................................................. .. 130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................................................ 134 B. Saran ................................................................................................................. 135 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 138 LAMPIRAN ........................................................................................................... 141
xi
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................59 Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan .....................................69 Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ........................................70 Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Usia.......................................................70 Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan.............................................71
xii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Pemangku Kepentingan Dalam Pengembangan Pariwisata ..........27 Gambar 2. Susunan Kerangka Pikir ................................................................47 Gambar 3. Struktur Organisasi Tata Kerja Pokdarwis....................................84
xiii
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pedoman Observasi ............................................................... 142 Lampiran 2. Pedoman Wawancara ............................................................ 144 Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi .......................................................... 152 Lampiran 4. Reduksi, Display dan Kesimpulan (Pemerintah Desa) ......... 153 Lampiran 5. Reduksi, Display dan Kesimpulan (Pokdarwis) .................... 163 Lampiran 6. Triangulasi Sumber ............................................................... 173 Lampiran 7. Triangulasi Matode ............................................................. 184 Lampiran 8. Catatan Lapangan .................................................................. 192 Lampiran 9. Susunan Pengurus Pokdarwis................................................ 205 Lampiran 10. Dokumentasi Foto................................................................. 206 Lampiran 11. Surat Izin Penelitian............................................................... 211
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi alamnya, serta memiliki berbagai macam ras, suku dan budaya yang berbeda – beda. Masing – masing daerah memiliki potensi alam dan budaya yang beragam sehingga memiliki daya tarik dan keunggulan tersendiri. Dengan adanya potensi alam yang dimiliki tersebut akan menarik banyak wisatawan asing untuk
berkunjung ke Indonesia serta akan memberikan keuntungan
tersendiri bagi negara.
Indonesia memang terkenal dengan potensi
pariwisata nya yang beraneka macam. Mulai dari pantai, danau / sungai, pegunungan, hingga peninggalan – peninggalan bersejarah seperti candi – candi dan masih banyak yang lainnya. Pariwisata saat ini mengalami perkembangan yang begitu pesat. Hal ini ditandai oleh peningkatan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan, dimana jumlah kunjungan wisatawan mancanegara selama tahun 2014 mencapai 9,44 juta kunjungan, naik 7,19 persen dibanding kunjungan selama tahun 2013 (www.bps.go.id), sudah sewajarnya apabila pemerintah mulai menggalakkan program pembangunan pariwisata di berbagai
daerah
sekaligus
menempatkannya
sebagai
pendekatan
pembangunan alternatif (alternative development) yang bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi,
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat serta sebagai solusi dalam mengatasi penggangguran. Semua ini tidak
terlepas dari peran serta masyarakat sebagai salah satu 1
stakeholders pembangunan yang pada prinsipnya memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap pengelolaan pariwisata di daerahnya masing – masing. Keterlibatan peran serta masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata menjadi satu faktor penting, karena masyarakatlah yang memahami dan menguasai wilayahnya. Community based
tourism
adalah pariwisata yang berbasis
komunitas, dimana masyarakat yang memiliki wewenang dan penentu dalam berbagai aspek pembangunan pariwisata itu sendiri. (Rara Sugiarti, 2009 : 20) Masyarakat diposisikan sebagai penentu, serta keterlibatan masyarakat mulai dari proses perencanaan sampai kepada pelaksanaannya. Masyarakat berhak menolak jika ternyata pengembangan yang dilakukan tidaklah sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kenyataannya
dalam
pengembangan
pariwisata
berbasis
Community Based Tourism ini belum optimal dilakukan, karena masih menggunakan pendekatan pembangunan Top – down approach, dimana pendekatan
yang
lebih menitikberatkan pada keseragaman biasanya
diwujudkan dalam bentuk program – program pembangunan masyarakat yang dirancang pada tingkat pusat, kemudian diterapkan di seluruh masyarakat desa yang ada tanpa memerhatikan perbedaan karakteristik masing – masing desa. Pendekatan ini dirasa kurang memberdayakan masyarakat atau komunitas yang ada di desa karena tidak melibatkan masyarakat setempat dalam melakukan managerial wisata, mayarakatlah yang lebih mengerti akan potensi dan sumber daya alam wilayahnya.
2
Purbalingga adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang letaknya dibawah kaki gunung slamet, sehingga memiliki potensi alam seperti air terjun, hulu sungai, tebing dan bukit – bukit yang kini mulai dikembangkan lagi potensinya agar memiliki daya tarik wisatawan lokal maupun asing dengan kebudayaan dan tradisi yang berbeda – beda tiap daerahnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui obyek yang ditawarkan. Semua itu tidak lepas dari peran semua pihak dan yang terpenting adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat dengan tujuan untuk
meningkatkan
pembangunan,
kesejahteraan
masyarakat
serta
mengurangi pengangguran. Strategi dalam pembangunan yang berbasis komunitas merupakan strategi pembangunan masyarakat yang memberi peran dominan kepada masyarakat pada tingkat komunitas untuk mengelola proses pembangunan, khususnya dalam mengontrol dan mengelola sumber daya produktif. (Soetomo, 2010: 79) Dengan demikian, strategi ini mengarah kepada penguatan mekanisme dalam pengelolaan sumber daya agar lebih efektif terutama dalam rangka pemenuhan kebutuhan lokal. Berdasarkan
fakta
dilapangan
strategi pembangunan
berbasis
komunitas masih belum dioptimalkan terutama di Kabupaten Purbalingga, karena
masih
mengunakan
strategi
pembagunan
konvensional yaitu
strategi yang dikatakan ada unsur keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan, tetapi pada umumnya peranan masyarakat terbatas pada keterlibatan
dalam
melaksanakan
3
berbagai
program
yang
sudah
dirumuskan secara terpusat. Oleh sebab itu, keterlibatan seperti ini sebetulnya kurang tepat disebut sebagai partisipasi, tetapi lebih tepat disebut sebagai mobilisasi pembangunan. Berhasil atau tidaknya pembangunan dan pengembangan pariwisata sangat ditentukan oleh adanya dukungan serta partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, pemerintah maupun pihak swasta. Hubungan antara beberapa
pihak
ini sangat menentukan strategi yang tepat dalam
pengembangan pariwisata. Walaupun hal ini sangat penting, hubungan antara pemerintah dengan masyarakat lokal masih dirasa sangat lemah. Karena
masih
menggunakan
pendekatan
sentralisasi.
Tujuan
dari
pendekatan sentralisasi ini adalah agar lebih efisien dalam pelaksanaan karena mementingkan keseragaman serta agar pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan akan dapat terwujud secara lebih cepat, oleh karena pada tingkat
masyarakat lokal persoalannya tinggal pelaksanaan program,
sedang desain dan perencanaan program sudah ada, sehingga tidak harus menunggu perumusannya di setiap komunitas yang berbeda. Paradigma
baru
pembangunan
kepariwisataan
yang
berbasis
komunitas, menuntut perubahan pendekatan pembangunan top down approach yang selama ini mendominasi proses pembangunan menjadi boottom up approach. Pendekatan yang seperti ini sangat sesuai dalam menunjang program pemberdayaan masyarakat dan merupakan hal pokok yang harus dijalankan.
4
Pendekatan
pembangunan
pariwisata
yang
menempatkan
masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari produk wisata dan pemahaman bahwa produk wisata merupakan proses rekayasa sosial masyarakat merupakan esensi dari pembangunan yang berbasis pada komunitas. Pendekatan
yang
berbasis
komunitas
merupakan
salah
satu
pendekatan yang memiliki nilai strategis, yang salah satunya diyakini mampu menciptakan produk wisata yang bercirikan sesuai dengan budaya setempat. Hal ini sebagai modal dasar dalam perencanaan dan pemasaran produk. Sarana dan prasarana yang memadai menjadi faktor yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata, karena akan mempengaruhi tingginya
tingkat
kunjungan
wisatawan.
Tingginya
tingkat
kunjungan
wisatawan akan berdampak pada semakin tingginya pendapatan obyek pariwisata. Sektor pariwisata secara nyata merupakan salah satu industri yang dapat mendatangkan devisa negara serta pendapatan asli daerah (PAD) dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah. Pengembangan pariwisata dapat dikatakan sebagai wujud cita – cita bangsa
Indonesia
melaksanakan
untuk
ketertiban
memajukan dunia
kesejahteraan umum dan ikut
yang
berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Memajukan kesejahteraan umum dalam arti bahwa pariwisata jika dikelola dengan baik maka akan memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat disekitar
5
daerah pariwisata, terutama dari sektor perekonomian. Secara tidak langsung
pariwisata
memberikan
kontribusi
yang
signifikan
kepada
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan juga devisa bagi suatu Negara. Sebagai salah satu dari beberapa daerah yang menjadi destinasi wisata, di Kabupaten Purbalingga memiliki banyak obyek wisata yang perlu dikembangkan guna dijadikan sebagai peluang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Obyek wisata Kabupaten Purbalingga yang berpeluang mendatangkan Pendapatan Asli Daerah salah satunya yaitu Desa Wisata Limbasari. Desa Limbasari berada di kaki barisan bukit Plana. Suasananya sejuk
karena
hutannya
masih
terjaga.
dikembangkan
bernama
Tubing.
Tubing
Salah di
satu desa
wisata Limbasari
yang ini
memanfaatkan arus sungai Tutung Gunung yang jernih dan bebas sari pencemaran. Jernih karena air sungai ini merupakan bagian hulu yang aliran airnya bermuara di sungai Klawing. Di Limbasari juga dapat menikmati keindahan air terjun Patra Wisa. Obyek wisata yang ditawarkan tersebut merupakan aset daerah dan mengharuskan setiap wisatawan membayar retribusi apabila hendak menikmati obyek wisata, sesuai dengan Peraturan Daerah yang ada. Pembangunan pariwisata di Kabupaten Purbalingga belum optimal dilakukan karena masih banyak permasalah dan kekurangan yang menjadi kendala
dalam pengembangan
Purbalingga
dirasa
pariwisata.
belum sepenuhnya
6
Pariwisata
di Kabupaten
diperhatikan oleh pemerintah,
masyarakat maupun pihak swasta. Dilihat dari minimnya sarana dan prasarana penunjang di lokasi wisata, akses ke lokasi wisata yang kurang diperhatikan sehingga berdampak wisatawan baik
pada kurangnya jumlah kunjungan
wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Dengan
demikian community based tourism ini dijadikan sebagai salah satu bentuk paradigma baru pembangunan pariwisata yang mengusung prinsip – prinsip
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable
development)
demi
pencapain masyarakat yang sejahtera. (Nasikun, 2001 : 56) Melihat masyarakat
pentingnya
(community
peranan
pariwisata
development).
dalam
Pariwisata
pembangunan
dianggap
sebagai
strategi yang dapat dijadikan instrumen dalam pemberdayaan masyarakat melalui
pemberian
mengembangkan
peluang
dan
kepada
mengelola
masyarakat pariwisata
setempat
wilayahnya
untuk dengan
pendekatan community based tourism. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
uraian
diatas,
dapat
diidentifikasikan
beberapa
permasalahan sebagai berikut : 1. Pengembangan sektor pariwisata yang berbasis komunitas atau CBT belum optimal dilakukan. 2. Strategi
optimalisasi
sektor
pariwisata
melalui
pengembangan
pariwisata berbasis CBT belum dikembangkan secara optimal di Kabupaten Purbalingga.
7
3. Masyarakat
dan
pemerintah
belum
membangun
sinergis
dalam
pengembangan pariwisata. 4. Implementasi terhadap konsep pariwisata berbasis komunitas dalam membangun kepariwisataan masih belum terlihat. 5. Pariwisata telah menjadi industri yang dapat mendatangkan devisa negara serta pendapatan asli daerah. 6. Masih banyak
permasalahan dalam pengembangan pariwisata di
Purbalingga yang masih perlu dibenahi. 7. Pariwisata
di
Purbalingga
belum
sepenuhnya
diperhatikan
oleh
masyarakat, pihak swasta serta pemerintah. C. Batasan Masalah Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas tidak semuanya dibahas dalam penelitian ini. Dibatasi hanya pada masalah : 1. Strategi pengembangan wisata yang berbasis Community Based Tourism di desa wisata Limbasari. 2. Usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun Kelompok Sadar Wisata dalam melakukan pengembangan pariwisata berbasis CBT di desa wisata Limbasari. 3. Faktor penghambat dan faktor pendukung dari Community Based Tourism pada pengembangan wisata di desa wisata Limbasari.
8
D. Rumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana strategi Community Based Tourism pada pengembangan desa wisata Limbasari? 2. Bagaimana
usaha
yang
dilakukan
oleh
Pemerintah
Desa
dan
Kelompok Sadar Wisata dalam melakukan pengembangan desa wisata Limbasari? 3. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung dari Community Based Tourism pada desa wisata Limbasari? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran yang obyektif dan komprehensif tentang Commnunity Based Tourism pada Pengembangan Desa Wisata Limbasari, ditinjau dari : 1. Mengetahui strategi Community Based Tourism pada pengembangan wisata di desa Limbasari. 2. Mengetahui usaha yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat dalam melakukan pengembangan desa wisata Limbasari berbasis CBT 3. Mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung dari Community Based Tourism pada desa Limbasari.
9
F. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti a. Membantu peneliti untuk mengetahui dan memahami deskripsi pengembang
pariwisata
berbasis
CBT
di
Desa
Limbasari,
Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. b. Memperoleh pengalaman nyata dana mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang garapan PLS serta mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah didapat dibangku perkualiahan. 2. Bagi Warga Masyarakat Desa Limbasari a. Sebagai
referensi
untuk
menambah
wawasan
dalam
upaya
pengembangan pariwisata berbasis CBT. b. Mengetahui strategi – strategi dalam pengembangan pariwisata berbasis CBT. 3. Bagi pemerintah a. Dapat dijadikan landasan dalam penentuan kebijakan mengenai pengembangan pengetahuan
pariwisata pembangunan
berbasis
CBT
manusia
serta
wawasan
melalui
program
pengembangan pariwisata berbasis komunitas atau CBT. 4. Bagi Mahasiswa PLS
10
a. Dapat
dijadikan
pengembangan masyarakat
pemahaman
kegiatan
serta
dan
pembangunan
menambah
wawasan dan
mengenai
pemberdayaan
pemahaman bagi pengembangan
khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang Pendidikan Luar Sekolah
(PLS)
yang
berhubungan
pembangunan.
11
dengan
pendidikan
dan
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Pengembangan Pariwisata a. Pengembangan Pariwisata Menurut Poerwadarminta (2002: 438), pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna. Pengembangan ini harus ada perubahan dari baik menjadi lebih baik dengan dengan strategi – strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan
menurut,
Oka
Yoeti
(2008:
77)
menegaskan
bahwa
pengembangan suatu produk pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan dan menambah jenis produk yang dihasilkan atau pun yang akan dipasarkan. Kesimpulannya, pengembangan disini adalah proses yang telah direncanakan guna adanya suatu perubahan yang sigifikan. Pariwisata pemerintah
untuk
merupakan memperoleh
salah devisa
satu dan
sektor
yang
penghasilan
diandalkan non
migas.
(Candra,2010: 1). Peran pariwisata dalam rangka pembangunan nasional sangat besar, peran tersebut antara lain memperluas dan menciptakan lapangan modal dalam pembangunan baik tingkat lokal, regional, maupun nasional.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara
yang sangat penting dan mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi pembangunan.
12
b. Konsep Pengembangan Pariwisata Dari sudut pandang sosiologi,
kegiatan pariwisata sekurang-
kurangnya mencakup tiga dimensi interaksi, yaitu : kultural, politik, dan bisnis. Dalam dimensi interaksi kultural, kegiatan pariwisata memberi ajang akulturasi budaya berbagai macam etnis dan bangsa.
(Sunyoto
Usman, 2008 : 53). Pariwisata dapat dikatakan sebagai industri bisnis dimana didalamnya terdapat akulturasi budaya masyarakat daerah dengan masyarakat
modern.
Akulturasi
budaya
ini kemudian
menghasilkan
produk budaya yang baru karena adanya inovasi. Menurut Sunyoto Usman (2008 : 54),
dalam dimensi interaksi
politik, kegiatan pariwisata dapat menciptakan dua kemungkinan ekstrem, yaitu : 1) Persahabatan antar etnis dan antar bangsa. Melalui pariwisata, masing – masing etnis dan bangsa dapat mengetahui atau mengenal tabiat, kemauan dan kepentingan etnis dan bangsa lain. Pengetahuan demikian dapat memudahkan pembinaan persahabatan atau memupuk rasa satu sepenanggungan. 2) Bentuk – bentuk penindasan, eksploitasi atau neokolonialisme. Melalui pariwisata dapat tercipta bentuk ketergantungan suatu etnis atau bangsa kepada etnis atau bangsa lain. Misalnya, meningkatnya ketergantungan pendapatan negara sedang berkembang kepada wisatawan dari negara maju. Undang – undang nomor 10 tahun 2009 merupakan dasar hukum pengembangan pariwisata. Pada pasal 6 Undang – undang tersebut dikatakan bahwa Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 (manfaat, kekeluargaan, adil dan
merata,
keseimbangan,
kemandirian,
13
kelestaraian,
partisipatif,
berkelanjutan, demokratis, kesetaraan dan kesatuan) yang diwujudkan melalui
pelaksanaan
rencana
pembangunan
kepariwisataan
dengan
memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Pasal 8 ayat 1 disebutkan bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan pembangunan
kepariwisataan kepariwisataan
yang nasional,
terdiri rencana
atas
rencana
induk
induk
pembangunan
kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan kebupaten/ kota. Ayat 2, Pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka panjang nasional. Pasal 11, Pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untuk
mendukung pembangunan kepariwisataan.
Serta
pasal 12 Undang – undang Nomor 10 tahun 2009 mengenai aspek – aspek penetapan kawasan strategis pariwisata. Menurut Oka Yoeti (2008: 120), pengembangan obyek wisata pada dasarnya mencakup enam hal, yaitu : 1) Pembinaan produk wisata Merupakan usaha meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai unsur produk pariwisata seperti jasa akomodasi, jasa transportasi, jasa hiburan, jasa tour dan travel serta pelayanan di obyek wisata. Pembinaan tersebut dilakukan dengan berbagai kombinasi usaha seperti pendidikan dan latihan
14
pengaturan
dan
pengarahan pemerintah,
pemberian rangsangan arah
tercipta iklim persaingan yang sehat guna mendorong peningkatan mutu produk dan pelayanan. 2) Pembinaan masyarakat wisata Adapun tujuan pembinaan masyarakat pariwisata adalah sebagai berikut : a) Menggalakan pemeliharaan segi – segi positif dari masyarakat yang langsung maupun tidak langsung
yang bermanfaat bagi pengembangan
pariwisata. b) Mengurangi pengaruh buruk akibat dari pengembangan pariwisata c) Pembinaan
kerjasama
baik
berupa
pembinaan
produk
wisata,
pemasaran dan pembinaan masyarakat. 3) Pemasaran terpadu Dalam pemasaran pariwisata digunakan prinsip – prinsip paduan pemasaran tarpadu yamg meliputi : paduan produk yaitu semua unsur produk wisata seperti atraksi seni budaya, hotel dan restoran yang harus ditumbuh kembangkan sehingga mampu bersaing dengan produk wisata lainnya. 4) Paduan penyebaran yaitu pendistribusian wisatawan pada produk wisata yang melibatkan biro perjalanan, penerbangan, angkutan darat dan tour operator. 5) Paduan komunikasi artinya diperlukan komunikasi yang baik sehingga dapat memberikan informasi tentang tersedianya produk yang menarik.
15
6) Paduan pelayanan yaitu jasa pelayanan yang diberikan kepada wisatawan harus baik sehingga produk wisata akan baik pula. Pengembangan
obyek
wisata
yang
telah
disebutkan
diatas
merupakan strategi – strategi dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Strategi – strategi tersebut harus di implementasikan secara optimal dalam mengembangkan pariwisata agar tujuan pengembangan pariwisata dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan harapan. 2. Tinjauan Tentang Desa Wisata a. Definisi Desa Wisata Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tatacara dan tradisi yang berlaku. Sedangkan menurut Ditjen pariwisata mendefinisikan desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan arsitektur bangunan dan tata ruang desa,
serta
komponen
mempunyai kepariwisataan,
potensi
untuk
misalnya
dikembambangkan
atraksi
wisata
berbagai
makanan
dan
minuman, cideramata, penginapan, dan kebutuhan lainnya. Menurut Inskeep (dalam Made Heny, 2013: 131), desa wisata merupakan bentuk pariwisata, yang sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam atau di dekat kehidupan tradisional atau di desa – desa terpencil dan mempelajari kehidupan desa dan lingkungan setempat.
16
Hal – hal yang dapat dicapai dalam proses partisipasi dan terbentuknya desa wisata menurut Timor Mahardika (2001: 25), yaitu meningkatkan kemampuan dan penguatan kelembagaan komunitas lokal melalui proses belajar pengalaman dengan cara melibatkan masyarakat dalam berbagai aspek dari proses pemberdayaan. Langkah dan perananan pemerintah maupun NGO (non goverment organization)menurut Timor Mahardika (2001: 25), dalam pendekatan terbentuknya desa wisata menyangkut tiga hal : 1) Penyadaran
(conscientization),
pemahaman
yang
ditujukan
yaitu untuk
sebuah
proses
membangun
mempengaruhi kesadaran
dan
perilaku dalam bentuk rencana aksi dan implementasinya, sehingga masyarakat paham akan potensi yang mereka miliki untuk membangun desa wisata yang dikelola masyarakat setempat. 2) Pengorganisasian Masyarakat (community organizing), yaitu upaya pemberdayaan kerentaan
masyarakat
dan
memobilisasi
agar
kapasitasnya
masyarakat
memahami
maupun
dalam
dan
sadar
terhadap
kondisi lingkungannya
merespon
permasalahan
serta
maupun
memenuhi kebutuhannya dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Sehingga, peran serta masyarakat dalam pengembangan desa wisata sangat utama dan penting untuk keberlangsungannya. 3) Penghantaran Sumber Daya Manusia , yaitu memberikan pengertian serta arahan kepada masyarakat akan keberadaan potensi yang bisa
17
dimanfaatkan sehingga mampu mengelola sumber daya alam maupun manusia. Pada dasarnya, desa wisata lebih menonjolkan kearifan lokal dan budaya setempat. Disamping itu, pengelolannya dimotori oleh masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi alam, sosial, ekonomi, budaya, sejarah maupun tata ruang yang ada. Kesimpulannya desa wisata adalah desa dengan potensi – potensi yang dimiliki serta dikembangkan oleh masyarakat bersama – sama dengan pemerintah. b. Pengembangan Desa Wisata Pengembangan
desa
wisata
pada
dasarnya
adalah
proses
bagaimana sebuah desa dapat berkembang dan sebagai pusat wisata yang memiliki unsur hiburan dan pendidikan. Menurut Happy Marpaung (2000: 49), Pembangunan sektor pariwisata masyarakat
sangat
potensial sekali untuk
dengan
melibatkan
peran
mewujudkan aktif
kesejahteraan
masyarakat
dalam
pengelolaannya. Pendekatan perencanaan pengembangan desa wisata yang bisa dilakukan adalah community based development. Dimana masyarakat lokal yang
akan
membangun
dan
mengelola
fasilitas
wisata.
Sehingga
masyarakat dapat menerima manfaat ekonomi secara langsung serta masyarakat menjadi lebih mandiri dengan prakarsa sendiri. Kaitannya dengan konsep pengembangan desa wisata, bahwa pengembangan desa wisata sebagai suatu proses yang menekankan cara
18
untuk mengembangkan atau memajukan desa wisata, secara lebih spesifik bahwa pengembangan desa wisata diartikan sebagai usaha – usaha untuk melengkapi dan meningkatkan fasilitas wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Menurut Depbudpar (2009), dalam pengembangan desa wisata ada 6 isu strategis dalam pengembangan Desa Wisata, yaitu : 1) Kewirausahaan masyarakat desa Pentingnya menyiapkan orang – orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan pada tataran desa untuk mengelola subsidi pemerintah, pelatihan, kerjasama dengan pihak luar dan lain – lain untuk mengangkat potensi desa
setempat
sehingga pengembangan desa wisata dapat
berkelanjutan. 2) Skala ekonomi Pengembangan desa wisata tidak mengaburkan ekonomi pedesaan yang sudah berlangsung akan tetapi dapat memberikan nilai tambah manfaat ekonomi bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat. 3) Sumber daya a) Sumber Daya Manusia yang memiliki skill dalam mengelola, dan pelayanan bagi wisatawan yang berkunjung. b) Pentingnya sarana pendukung berupa media informasi yang dapat memberi gambaran keunikan desa. 4) Kelestarian
19
Pentingnya menjaga skala pengembangan yang tidak berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, keunikan dan kekhasan desa. 5) Integrasi dalam Kepariwisataan global Pengembangan Desa Wisata baik atas inisiatif warga masyarakat dan
atau
dorong
Pemerintah
perlu
diintegrasikan
dengan
system
kepariwisataan global terkait dengan pemasaran oleh Tours and travel / tour operator agar memiliki akses dengan pasar wisatawan. 6) Kerangka Kelembagaan Pentingnya kelembagaan yang memadai dalam pengelolaan desa wisata yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat, transparasi dan akuntabilitas dalam rangka menjamin keberlanjutan desa wisata. Menurut (Oka Yoeti, 2008: 177), dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam berbagai pasar, maka harus memiliki tiga syarat, yaitu : a) Daerah tersebut harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”. Dimana tempat tersebut harus ada objek wisata yang berbeda dengan apa yang ada di daerah lain. b) Daerah
tersebut
harus tersedia dengan apa yang disebut sebagai
“something to do”. Dimana di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah berlama – lama di tempat wisata.
20
c) Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut sebagai “something to buy”. Dimana di tempat wisata tersebut harus menyediakan fasilitas untuk wisatawan berbelanja, seperti souvenir serta kerajinan yang khas dari tempat wisata tersebut. Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan sebenarnya hendak mencapai sasaran agar lebih banyak wisatawan yang datang pada suatu daerah, lebih lama tinggal serta lebih banyak mengeluarkan uang di tempat wisata yang dapat meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Syarat – syarat yang telah disebutkan diatas adalah salah satu dari strategi dalam pengembangan pariwisata agar dapat diimplementasikan secara optimal. 3. Tinjauan Tentang Pariwisata Berbasis Community Based Tourism a. Pendekatan Community Based Tourism Menurut Garrod (2001: 4), terdapat dua pendekatan yang berkaitan dengan penerapan prinsip – prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yaitu cenderung dikaitkan dengan faktor perencanaan formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata, sedangkan pendekatan yang kedua cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunan dan perencaan terkendali.
Menurut penjelasan diatas,
kedua pendekatan tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi yang ada di desa wisata tersebut. Salah satu bentuk perencanaan partisipatif dalam pengembangan pariwisata adalah dengan
menerapkan
Community
21
Based
Tourism
(CBT)
sebagai
pendekatan pembangunan. Definisi Community Based Tourism (CBT) menurut I Wayan Pantiyasa (2011: 15), yaitu : 1) Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam menajemen dan pembangunan pariwisata 2) Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha – usaha pariwisata juga mendapat keuntungan 3) Menurut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan. Dengan demikian Community Based Tourism (CBT) merupakan suatu
pendekatan
pembangunan
masyarakat
lokal
dalam
manajemen
dan
pembangunan
pariwisata
bentuk
yang
memberikan pariwisata
menekankan kesempatan
yang
berujung
pada dalam pada
pemberdayaan masyarakat melalui kehidupan yang lebih demokratis, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat. Suansri (2003: 14), mendefinisikan Community Based Tourism (CBT) sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, dan budaya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Community Based Tourism, merupakan alat dari pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan, atau dengan kata lain Community Based Tourism merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. b. Prinsip dasar Community Based Tourism Ada beberapa prinsip dasar Community Based Tourism yang disampaikan oleh Suansri (2003: 12), yaitu : 22
1) Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam pariwisata. 2) Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek 3) Mengembangkan kebanggan komunitas 4) Mengembangkan kualitas hidup komunitas 5) Menjamin keberlangsungan lingkungan 6) Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area 7) Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas 8) Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia 9) Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas 10) Berperan dalam menentukan prosentase pendapatan dalam proyek yang ada di komunitas. Kesepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar dari pembangunan pariwisata agar keberlanjutan terjamin. Prinsip ini lebih memfokuskan pada kepentingan masyarakat lokal serta hubungan yang lebih seimbang antara wisatawan dan masyarakat lokal dalam industri pariwisata. Keseimbangan yang dimaksud adalah dalam hal status
kepemilikan
komunitas,
pembangian
keuntungan
yang
adil,
hubungan faktor budaya yang didasari sikap saling menghargai dan upaya menjaga lingkungan. Sebagai tindak lanjut Suansri (2003: 21 – 22) menyampaikan point-point yang merupakan aspek utama pengembangan Community Based Tourism berupa 5 dimensi, yaitu : 1) Dimensi ekonomi,
dengan indikator berupa adanya dana untuk
pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di tempat pariwisata,
timbulnya
pendapatan
pariwisata.
23
masyarakat
lokal
dari sektor
2) Dimensi
sosial
dengan
indikator
meningkatnya
kualitas
hidup,
peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki – laki perempuan, generasi muda dan tua, membangun penguatan organisasi komunitas. 3) Dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran budaya. 4) Dimensi
lingkungan,
dengan
indikator
mempelajari
lingkungan
pariwisata, mengatur pembuangan sampah, meningkatkan kepedulian akan perlunya konservasi. 5) Dimensi politik, dengan indikator : meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak dalam pengelolaan sumber daya alam Community Based Tourism berkaitan erat dengan adanya partisipasi dari
masyarakat
lokal.
Menurut
Timothy
(1999:
372)
partisipasi
masyarakat dalam pariwisata terdiri dari dua perspektif yaitu dalam partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan dan partisipasi masyarakat lokal berkaitan dengan keuntungan yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata. c. Model dalam Pembangunan Pariwisata Berkaitan dengan Community Based Tourism, Timmoty (1999: 373),
menggagas
Model
normatif
24
partisipasi
dalam
pembangunan
pariwisata yaitu : ada 3 hal pokok dalam perencanaan pariwisata yang partisipatif yaitu : 1) Berkaitan dengan upaya mengikut sertakan anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan, 2) Adanya partisipasi masyarakat lokal untuk menerima manfaat dari kegiatan pariwisata 3) Pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat lokal, yang dikenal dengan nama Albeit Western Perspektif. d. Ciri – ciri Community Based Tourism Ciri – ciri dari Community Based Tourism menurut Nasikun (2001), antara lain : 1) Jenis pariwisata yang bersahabat dengan lingkungan, secara ekologis aman dan tidak menimbulkan banyak dampak negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional yang berskala massif. 2) Pariwisata
berbasis
komunitas
memiliki
peluang
lebih
mampu
mengembangkan obyek – obyek dan atraksi – atraksi wisata berskala kecil, dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas – komunitas dan pengusaha lokal, menimbulkan dampak sosial – kultural yang minim, dan dengan demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima oleh masyarakat. 3) Pariwisata berbasis komunitas ini memberikan peluang yang lebih besar bagi partisipasi komunitas lokal untuk melibatkan diri dalam proses pengambilan keputusan dan dalam menikmati keuntungan
25
perkembangan
industri
pariwisata,
oleh
karena
itu
dapat
memberdayakan masyarakat sekitar desa wisata. 4) Pariwisata berbasis komunitas ini tidak hanya memberikan tekanan pada pentingnya keberlanjutan kultural, akan tetapi secara aktif bahkan berupaya membangkitkan penghormatan para wisatawan pada kebudayaan lokal, antara lain melalui pendidikan dan pengembangan organisasi wisatawan. Ciri-ciri khusus dari Community Based Tourism menurut Hudson (dalam Timothy,1999: 373) adalah berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal yang memiliki ketertarikan/minat, yang memiliki kontrol besar dalam proses sosial untuk mewujudkan kesejahteraan. Menurut Wearing (dalam Made Heny, 2013: 132), masyarakat lokal berperan sebagai tuan rumah dan menjadi pelaku penting dalam pengembangan desa wisata, dalam keseluruhan tahapan mulai tahap perencanaan, pengawasan dan implementasi. Ilustrasi tersebut menegaskan bahwa masyarakat lokal berkedudukan sama penting dengan pemerintah dan
swasta
sebagai
salah
satu
pengembangan pariwisata.
26
pemangku
kepentingan
dalam
Pemerintah (fasilitator dan regulator)
Masyarakat
Swasta
(tuan rumah, pelaksana / subyek
(pelaksana / investor)
Gambar 1 Pemangku Kepentingan Dalam Pengembangan Pariwisata Sumber : Wearing (dalam Made Heny, 2013: 132) Menurut Yaman (dalam I Wayan Pantiyasa, 2011: 21) ada beberapa kunci pengaturan pembangunan pariwisata dengan pendekatan Community Based Tourism yaitu : 1) Adanya dukungan pemerintah CBT membutuhkan dukungan struktur yang multi institusional agar sukses dan berkelanjutan. Pendekatan CBT berorientasi pada manusia yang mendukung pembagian keuntungan dan manfaat yang adil serta mendukung pengentasan kemiskinan dengan mendorong pemerintah dan masyarakat untuk
tetap
menjaga sumber daya alam dan budaya.
Pemerintah akan berfungsi sebagai fasilitator, koordinator atau bahan penasehat sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan.
27
2) Partisipasi dari stakeholder, CBT dideskripsikan sebagai variasi aktivitas yang meningkatkan dukungan yang lebih luas terhadap pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat. CBT secara umum bertujuan untuk penganekaragaman industri. 3) Pembagian
keuntungan
yang
adil.
Tidak
hanya
berkaitan
dengan
keuntungan langsung yang diterima masyarakat yang memiliki usaha di sektor pariwisata tetapi juga keuntungan tidak langsung yang dapat dinikmati masyarakat yang tidak
memiliki usaha.
Keuntungan tidak
langsung yang diterima dari masyarakat dari kegiatan ekowisata jauh lebih luas antara lain berupa proyek pembangunan yang bisa dibiayai dari hasil penerimaan pariwisata. 4) Penggunaan sumber daya lokal secara berkesinambungan. Sumber daya lokal yang ada di sekitar desa wisata harus dikelola dengan benar dan sebagimana mestinya.
Agar sumber daya yang ada menjadi lebih
meningkat nilai, harga dan menjadi alasan mengapa pengunjung ingin datang ke desa wisata tersebut. 5) Penguatan institusi lokal. Pada awalnya peluang usaha pariwisata di daerah
pedesaan
kelembagaan
lokal
sulit
diatur
oleh
dilakukan
lembaga
melalui
yang
pelatihan
ada.
dan
Penguatan
pengembangan
individu dengan keterampilan kerja yang diperlukan (teknik, managerial, komunikasi,
pengalaman
Penguatan
kelembagaan
kewirausahaan, dapat
manajemen komite.
28
dan
berbentuk
pengalaman organisasi). forum,
perwakilan
dan
6) Keterkaitan antara level regional dan nasional. Komunitas lokal seringkali kurang mendapat link langsung dengan pasar nasional atau internasional. e. Strategi – Strategi dalam Pengembangan Pariwisata Menyusun suatu strategi pengembangan desa wisata memerlukan gambaran tentang komponen – komponen yang perlu diperhatikan. Komponen – komponen dalam pengembangan desa wisata menurut I Wayan Pantiyasa (2011: 13) , sebagai berikut : 1) Atraksi dan kegiatan wisata Atraksi wisata ini berupa seni, budaya, hiburan, jasa dan lain – lain yang
merupakan
daya
tarik
wisata.
Atraksi seperti ini biasanya
memberikan ciri khas daerah tersebut yang mendasari minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata. Sedangkan kegiatan wisata adalah apa yang dikerjakan wisatawan ketika datang ke destinasi pariwisata. 2) Akomodasi Akomodasi dalam desa wisata disini adalah tempat tinggal penduduk setempat maupun unit – unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. 3) Unsur institusi atau kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Lembaga pengembangan
dan
masyarakat
pariwisata
harus
kompetensi yang sesuai. 4) Fasilitas pendukung wisata lainnya
29
yang
menjadi
pengelola
memiliki berbagai kemampuan
dalam dan
Pengembangan desa wisata harus memiliki fasilitas – fasilitas pendukung seperti sarana komunikasi. 5) Infrastuktur lainnya Infrastruktur
dalam pengembangan
desa
wisata
yang sangat
agar
memperlancar
penting yaitu seperti sistem drainase. 6) Transportasi Transportasi ini diperuntukkan
wisatawan
akses ke lokasi wisata. 7) Lingkungan Lingkungan
juga
sangat
penting
dan
mempengaruhi
dalam
ketertarikan wisatawan untuk berkunjung 8) Masyarakat Dukungan dari masyarakat setempat sangat besar peranannya seperti dalam menjaga kebersihan lingkungan, keamanan dan kesopanan. f. Pengembangan Komunitas Community Development menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan
kultural komunitas,
mengintegrasikan komunitas
kedalam kehidupan nasioal dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional, dalam konteks hubungan antara negara dengan masyarakat, Community Development mengandung dua
30
proses
yang
berjalan
serentak
namun
kontradiktif
yaitu
proses
memasukkan negara kedalam desa. Sebagaimana yang disampaikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah bersama – sama dengan masyarakat meningkatkan dan mengembangan Dalam
pembangunan
pengembangan
guna mencapai kesejahteraan bersama.
komunitas
disini
yang
lebih
penting
adalah
partisipasi masyarakat dalam proses yang berlangsung. Menurut Conyers (dalam Soetomo 2010: 82), ada tiga kriteria dalam pengertian komunitas, yaitu : a. Pertama, konsep komunitas memiliki komponen – komponen fisik, yang menggambarkan adanya kelompok manusia yang hidup didaerah tertentu dan saling mengadakan interaksi. b. Kedua, anggota – anggota komunitas pada umumnya memiliki beberapa ciri khas yang sama yang menyebabkan timbulnya identifikasi mereka sebagai sebuah kelompok. c. Ketiga, suatu komunitas pada umumnya memiliki keserasian dasar dalam hal perhatian dan aspirasi. 4. Tinjauan Tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat a. Definisi Pendidikan Berbasis Masyarakat Dalam sistem Pendidikan di Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya
pengendalian
diri,
untuk
memiliki
kepribadian,
kekuatan kecerdasan,
spiritual akhlak
keagamaan, mulia,
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Arti pendidikan
menurut
Nazili (2011: 2),
dengan
adanya
perkembangan arti pendidikan yang mengarah kepada pengertian yang 31
lebih lengkap, maka seorang murid akan lebih banyak memahami ilmu pengetahuan dan kehidupan kemasyarakatan maupun lainnya. Berdasarkan arti pendidikan yang diungkapkan oleh Nazili tersebut maka aktivitas pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas saja, namun dapat berlangsung kapan pun, dimana pun dan dengan siapa pun. Hamalik (1999: 3), menjelaskan bahwa pendidikan secara praktis adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan tempat tinggalnya,
dan
dengan
demikian
diharapkan
akan
menumbuhkan
perubahan dalam dirinya yang memungkinkan keberfungsian potensi diri secara maksimal dalam kehidupan bermasyarakat. Nur djazifah (2015: 29), menjelaskan bahwa pendidikan tidak mungkin bisa dipisahkan dari kebudayaan. Pada hakekatnya pendidikan adalah proses pembudayaan, dengan tujuan agar peserta didik kelak dapat hidup layak dan berguna bagi diri dan bagi kehidupan masyarakatnya, sehingga mesti berbasis budaya bangsanya. Masyarakat
dapat
diartikan
sebagai
kelompok
orang
yang
mempunyai identifikasi sendiri yang membedakan dengan kelompok lain, dan hidup di dalam wilayah atau daerah tertentu secara tersendiri. Kelompok ini, baik sempit ataupun luas, mempunyai perasaan akan ada nya persatuan diantara kelompok itu. Masyarakat, mengutip istilah Ki Hajar Dewantara, juga merupakan salah satu dari Tri Pusat Pendidikan, disamping keluarga dan sekolah. Artinya, masyarakat merupakan salah
32
satu yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan dan mewujudkan pendidikan.
Bagi
masyarakat,
pendidikan
sangat
bermanfaat
bagi
kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya, agar masyarakat dapat melanjutkan
eksistensinya,
maka kepada setiap
anggota masyarakat
ditanamkan nilai – nilai, pengetahuan, keterampilan, dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Pada setiap masyarakat mempunyai suatu sistem nilai sendiri yang coraknya berbeda dengan masyarakat lain.
Dalam sistem nilai itu
senantiasa terjalin nilai – nilai kebudayaan nasional dengan nilai – nilai lokal yang unik. Nilai – nilai itu terdapat jenjang prioritas, ada nilai yang dianggap lebih tinggi daripada yang lain, dan dapat berbeda menurut pendirian individu. Perlu diungkapkan bahwa setiap
masyarakat memiliki sistem
kekuasaan. Setiap masyarakat memiliki tokoh atau kelompok berkuasa dalam mengambil keputusan dan melaksanakannya berdasarkan otoritas yang ada padanya. Suatu masyarakat tidak dapat dipahami tanpa mengetahui sumber – sumber kekuasaan di dalamnya. Suatu kekuasaan itu dapat dipegang oleh pemerintah, bank, industri, pengusaha, ketua adat, dan lain sebagainya. Memajukan pendidikan perlu diusahakan bantuan dari mereka yang memegang kekuasaan dalam masyarakat. Menurut Abdullah Idi (2013: 168), pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik – baiknya oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi
33
pendidikan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membangun kreativitas
kemauan, anak
didik
mengembangkan dengan
kemauan,
memberdayakan
mengembangkan semua
komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu / kualitas layanan pendidikan. Pendidikan juga mempersiapkan anak didik untuk mempersiapkan kebahagiaan hidup secara seimbang antara dunia dan akhirat, antara kehidupan pribadi dengan kehidupan kolektif, yakni menjadi masyarakat yang baik dengan mematuhi norma atau aturan berlaku dalam masyarakat serta memiliki peranan dan kontribusi bagi kehidupan masyarakat. Kesimpulan
dari
definisi
pendidikan
tersebut,
maka
pada
prinsipnya pendidikan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan diri sendiri atau orang lain dalam rangka membentuk,
mempersiapkan,
membina dan mengembangkan kemampuan sumber daya yang dimiliki baik yang sifatnya material maupun mental untuk menunjang keberhasilan dalam hidup lingkungan dan masyarakat dimasa sekarang maupun yang akan datang. Menurut Zubaedi (2006: 133), pendidikan berbasis masyarakat adalah sebuah proses yang didesain untuk memperkaya kehidupan individual dan kelompok dengan mengikutsertakan orang – orang dalam wilayah
geografi,
atau berbagi mengenai kepentingan umum,
untuk
mengembangkan dengan sukarela tempat pembelajaran, tindakan dan
34
kesempatan refleksi yang ditentukan oleh pribadi, sosial, ekonomi dan kebutuhan politik mereka. Pendidikan berbasis masyarakat (community based education) merupakan pendidikan sepanjang hayat manusia karena memberikan
peluang
kepada
individu
atau
kelompok
untuk
mengembangakan atau menambahkan ilmu pengetahuannya, baik dari pengalaman diri sendiri maupun pengalaman dari orang lain. Pendidikan berbasis masyarakat ini melibatkan partisipasi dari masyarakat, bentuk dari partisipasi masyarakat disini yaitu kolaborasi antara masyarakat dengan
pemerintah
dalam
hal
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengertian
yang
pengembangan dalam aktivitas pendidikan. Pendidikan beragam,
namun
berbasis
masyarakat
sesungguhnya
memiliki
memiliki esensi
yang
sama,
yaitu
merupakan model pendidikan yang berorientasi pada pengembangan masyarakat (community development), yang memfokuskan pada upaya perekayasaan sosial. Pendidikan berbasis masyarakat menekankan pada pelibatan siswa / peserta didik dalam aktivitas di dalam dan di luar kelas. Selain itu juga menekankan pada pelibatan masyarakat dalam hal perencanaan,
pelaksanaan,
maupun
evaluasi
efektifitas
belajar
dan
pemanfaatan outcome. Menurut Nurhattati (2014: 87), pendidikan berbasis masyarakat berada di masyarakat, untuk menjawab kebutuhan belajar masyarakat, dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di
35
masyarakat, dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar maupun bermasyarakat. Pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk dan menciptakan masyarakat sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya pendidikan, apa yang dicita – citakan masyarakat dapat diwujudkan melalui anak didik sebagai generasi masa depan. Tujuan
pokok
pendidikan
dalam masyarakat menurut Nazili
(2011: 3), ialah membentuk anggota masyarakat menjadi orang – orang yang berpribadi, berperikemanusiaan maupun menjadi anggota masyarakat yang dapat mendidik dirinya sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri, mengurangi beberapa kesulitan atau hambatan perkembangan hidupnya dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup
maupun mengatasi
problematikannya. Sedangkan menurut Zubaedi (2006: 131), pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan yang memberikan jawaban atas kebutuhan
masyarakat.
Kesimpulan
dari
pernyataan
diatas
bahwa
pendidikan berbasis masyarakat itu merupakan kegiatan proses belajar yang sistem pendidikannya senantiasa berbeda atau berubah – ubah, dari satu masyarakat kepada masyarakat lain. Hal itu disebabkan karena, setiap masyarakat memiliki sistem sosial, filsafat dan gaya hidup tertentu yang sesuai dengan tujuan dasar maupun nilai – nilai yang terdapat di masyarakat
tersebut.
Pendidikan ini harus didasarkan pada filsafat
masyarakatnya.
36
b. Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat Secara konseptual menurut Zubaedi (2006: 131), pendidikan berbasis masyarakat adalah model penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat”. Pada konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi aktifnya dalam setiap program pendidikan. Pengertian pendidikan untuk masyarakat artinya masyarakat diikutsertakan dalam semua program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka. Konsep pendidikan berbasis masyarakat merupakan perwujudan demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menjadi sebuah gerakan penyadaran masyarakat untuk terus belajar sepanjang hayat dalam mengisi tantangan kehidupan yang berubah – ubah. Demokrasi dalam bidang pendidikan merupakan suatu keharusan, agar dapat melahirkan manusia – manusia yang berwatak demokratis. Menurut Toto (2005: 327), demokratisasi pendidikan mengandung arti
proses
menuju
demokratisasi
dalam
pendidikan.
Wujud
dari
pendidikan yang demokratisasi ini yaitu melalui pendidikan berbasis masyarakat.
Masyarakat diberikan haknya secara penuh untuk ikut
menentukan dalam kebijakan pendidikan nasional. Pendidikan berbasis masyarakat merupakan pendidikan yang dirancang, dilaksanakan, dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha menjawab tantangan dan peluang yang ada di lingkungan masyarakat tertentu dengan
37
berorientasi pada masa depan. Acuan dalam memahami pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan luar sekolah, karena pendidikan luar sekolah itu bertumpu pada masyarakat. Konsep
demokratisasi
dalam
pengelolaan
pendidikan
yang
dituangkan dalam Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab III tentang prinsip
penyelenggaraan pendidikan (pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan deskriminatif
secara
dengan
demokratis menjunjung
dan tinggi
berkeadilan, hak
asasi
serta
tidak
manusia,
nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa (ayat 1). Perilaku kolektif manusia yang secara alami membentuk jaringan sosial kemasyarakatan merupakan hasil dari proses belajar selama berada dalam interaksi tersebut. Pola hubungan kemasyarakatan inilah yang membentuk norma atau adat istiadat sebagai identitas kolektif yang terus diperbaharui sesuai dengan perkembangan kebudayaan. (Koentjaraningrat 1990:
145).
Akibatnya,
sebuah
masyarakat
akan
secara
alamiah
berhubungan dalam jaringan keterikatan secara demokratis, memberikan pengaruh, mengarahkan dan membagi sumber daya untuk kemajuan dan memberikan rasa solidaritas diantara mereka. Koentjaraningrat
(1990:
146
–
161)
merumuskan
definisi
masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat – istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
38
Pendidikan
berbasis
masyarakat
diartikan
sebagai
bentuk
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Implementasi pendidikan berbasis masyarakat diharapkan setiap anggota masyarakat dapat belajar bersama. Pendidik, dewan pendidikan, pengelola, peserta didik adalah semua anggota masyarakat dari semua generasi. Menurut Zubaedi (2006: 139 – 140), untuk melaksanakan konsep pendidikan berbasis masyarakat setidaknya perlu dipersiapkan lima hal, yaitu : 1) Teknologi yang digunakan hendaknya sesuai dengan kondisi dan situasi nyata yang ada di masyarakat. 2) Adanya lembaga atau wadah yang statusnya jelas dimiliki, dipinjam, dikelola, dan dikembangkan oleh masyarakat. Disini dituntut adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan pendidikan luar sekolah. 3) Program pelajar yang akan dilakukan harus bernilai sosial atau harus bermakna bagi kehidupan peserta didik atau warga belajar. 4) Program belajar harus milik masyarakat, bukan milik instansi pemerintah. 5) Aparat pendidikan luar sekolah tidak menangani sendiri programnya, tetapi melibatkan dengan organisasi masyarakat lainnya. Pendidikan
berbasis
masyarakat
mengharuskan
pelaksanaan
pendidikan berbasis masyarakat tidak jauh dari realitas yang dialami oleh masyarakat, sehingga program pendidikan disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhan riil di masyarakat mulai dari tahapan perencanaan hingga evaluasi. Keterlibatan masyarakat mutlak diperlukan untuk menampung
39
aspirasi yang menjadi kebutuhan dalam menyusun tujuan pendidikan yang diinginkan. Inti dari pendidikan berbasis masyarakat adalah proses kesadaran dari hubungan sosial yang diarahkan untuk pengembangan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan memperhatikan kondisi sosial, politik, lingkungan, ekonomi, dan faktor lainnya. Untuk melaksanakan program
pendidikan
berbasis
masyarakat
perlu
adanya
kesadaran,
kepercayaan dan keterlibatan penuh anggota dengan memperhatikan kebebasan, kemampuan dana, dan ketersediaan untuk mengambil peranan. c. Prinsip – prinsip Pendidikan Berbasis Masyarakat Menurut Galbraith sebagaimana juga dijelaskan oleh Zubaedi (2006: 137
–
138),
keduanya memberikan uraian tentang prinsip
pendidikan berbasis masyarakat sebagai berikut : 1) Self determination (menentukan sendiri) Setiap tanggungjawab
anggota untuk
masyarakat terlibat
dalam
memiliki
hak
menentukan
dan
kebutuhan
masyarakat dan mengenali sumberdaya masyarakat yang dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan. 2) Self help (menolong diri sendiri) Anggota
masyarakat
dilayani
dengan
baik
ketika
kemampuan mereka untuk menolong diri mereka sendiri telah didorong dan dikembangkan. Mereka menjadi bagian dari solusi dan membangun kemandirian lebih baik daripada menggantungkan
40
diri, karena mereka beranggapan bahwa kesejahteraan adalah tanggungjawab mereka sendiri. 3) Leadership development (pengembangan kepemimpinan) Pemimpin
lokal
harus
mendapat
pelatihan
seperti
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan memandirikan kelompok
untuk
mengembangkan
masyarakat
secara
berkesinambungan. 4) Localization (lokalitas) Potensi terbesar untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terjadi ketika masyarakat diberi kesempatan dalam pelayanan, program dan kesempatan untuk terlibat dalam kehidupan di tempat tinggal. 5) Integrated delivery of service (keterpaduan pemberian pelayanan) Setiap organisasi atau agen yang ada dalam masyarakat secara bersama – sama melayani masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 6) Reduce duplication of service (mengurangi duplikasi jasa) Masyarakat perlu mengkoordinasikan secara menyeluruh segala bentuk pelayanan, keuangan dan sumber daya manusia menghindari duplikasi jasa. 7) Accept diversity (menerima keanekaragaman) Menghindari pemisahan atau pengasingan orang – orang disebabkan oleh perbedaan usia, pendapatan, kelas sosial, jenis
41
kelamin,
ras,
etnik,
agama,
yang menyebabkan terhalangnya
pengembangan masyarakat secara optimal. Termasuk perwakilan warga masyarakat seluas mungkin terlibat dalam pengembangan, perencanaan, dan pelaksanaan program pelayanan dan aktifitas – aktifitas kemasyarakatan lainnya. 8) Institusional responsiveness (tanggung jawab kelembagaan) Pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berubah secara terus – menerus adalah sebuah kewajiban dari lembaga publik,
karena
mereka
ada
untuk
melayani orang
banyak
(masyarakat) 9) Lifelong learning (pembelajaran seumur hidup) Peluang untuk belajar secara informal dan formal harus tersedia untuk setiap anggota masyarakat dari berbagai jenis latar belakang. Community based education kini merupakan sebuah gerakan nasional di negara berkembang seperti Indonesia. Community based education diharapkan menjadi salah satu fondasi dalam mewujudkan masyarakat madani.
Dengan sendirinya, manajemen pendidikan yang
berdasarkan pada community based education akan menampilkan wajah lain yang selama ini kita telah mengasingkan lembaga pendidikan dari masyarakat.
Pendidikan
berbasis
masyarakat
diperlukan
dalam
pengembangan pariwisata, karena masyarakatlah yang sangat mengerti akan keadaan dan potensi yang ada di daerahnya, dengan adanya pendidikan berbasis masyarakat maka masyarakat menjadi pengelola
42
pariwisata itu sendiri, dapat mengembangkan pariwisata dengan teknik analisis kekuatan, potensi, kelemahan serta ancaman. B. Penelitian yang Relevan 1.
Penelitian oleh Dhanik Nor Palupi Rorah yang berjudul “Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) di Desa Wisata
Kebonagung
Kecamatan
Imogiri.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa: a. Pengelolaan pariwisata di Desa Kebonagung dilakukan
secara
POKDARWIS.
langsung
Desa
oleh
Wisata
masyarakat
Kebonagung
lokal
telah
melalui
memberikan
kontribusi terhadap peningkatan konservasi sumber daya alam dan budaya, dan kontribusi terhadap peningkatan ekonomi, melalui produk wisata
yang
berorientasi pada
budaya
lokal;
b.
Pada
tahap
pembentukan Desa Wisata Kebonagung masyarakat kurang dilibatkan, tingkat partisipasi yang tergambar adalah Paradigma Penghargaan Semu (Degrees of Tokenism), c. Pada tahap pelaksanaan program desa wisata, secara kuantitas jumlah masyarakat yang berperan aktif dalam pengelolaan desa wisata masih sedikit, tetapi jika dilihat dimensi partisipasinya,
pada
tahap
pelaksanaan
tingkat
partisipasi yang
tergambar adalah tingkat kekuatan masyarakat (citizen power),karena masyarakat
sendiri yang
mengelola
dan memutuskan bagaimana
kegiatan wisata dijalankan. d. Pada tahap evaluasi bentuk partisipasi masyarakat berupa sumbangan kritik dan saran, tingkat partisipasi yang tergambar adalah tingkat degree of tokenism. e. Sikap pro
43
masyarakat ditunjukkan dengan ikut menjaga kebersihan lingkungan, terlibat
dalam
keanggotaan
POKDARWIS
serta
terlibat
dalam
pengelolaan atraksi, fasilitas dan amenitas wisata, sementara kontra yang terjadi di masyarakat antara lain sikap apriori pada awal pengembangan desa wisatadan pengelolaan keuangan yang tidak transparan
sehingga
terjadi
demonstrasi
yang
dilakukan
oleh
masyarakat. Persamaan
dengan
penelitian
ini
adalah
mengkaji mengenai
pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism), sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah mengenai tempat atau lokasi penelitian serta waktu penelitian. 2.
Penelitian
oleh
Abdur
Rohim
yang
berjudul
“Pemberdayaan
Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata”. Hasil penelitian tersebut yaitu ditemukan bahwa adanya desa wisata berawal dari gagasan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, kemudian mendapatkan respon positif dari para penggerak lokal masyarakat. Keberhasilan desa wisata Bejiharjo tidak terlepas dari upaya pemerintah setempat membangun tidur panjang masyarakat untuk menggali potensi wisata, kegigihan penggerak desa wisata yang pantang
menyerah
atas
cercaan
pihak
yang tidak
mendukung,
ditambah pula stimulan dana dari program PNPM Mandiri Pariwisata dan
instansi
lainnya.
Pemberdayaan
masyarakat
melalui
pengembangan desa wisata yang dilakukan oleh pihak pengelola Desa
44
Wisata
Bejiharjo
diterapkan
dalam
bidang
atraksi,
akomodasi,
penyiapan SDM yaitu : a. pertemuan, b. pendampingan, c. bantuan modal, d. pembangunan sarana dan prasarana, e. pembentukan organisasi desa, f. kerja bakti, g. pemasaran. Persamaan dengan penelitian ini yaitu peran dari pemerintah setempat yang ikut berkontribusi dalam pengembangan Desa wisata yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat lokal. Sedangkan, perbedaan dengan penelitian ini yaitu partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Desa wisata, serta lokasi dan waktu penelitian. C. Kerangka Berfikir Alur pemikiran ini berawal dari adanya potensi – potensi pariwisata sebagai daya tarik wisatawan serta ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Desa Wisata Limbasari, oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Desa
Purbalingga
Wisata
mempunyai keinginan
Limbasari sebagai daya tarik
untuk
mengembangkan
wisata di Kabupaten
Purbalingga. Hanya saja belum adanya data yang tercatat dari berapa banyak jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke kawasan Desa Limbasari. Hal ini sulit untuk mengetahui secara pasti berapa banyak jumlah wisatawan yang berkunjung. Untuk mengetahui persoalan tersebut, pemerintah Kabupaten Purbalingga berkeinginan merumuskan beberapa strategi kebijakan dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Limbasari. Dari berbagai macam permasalah yang didapat, secara khusus
45
peneliti ingin menjawab beberapa permasalahan dengan rumusan masalah seperti : 1) Bagaimana strategi Community Based Tourism pada pengembangan desa wisata Limbasari? 2) Bagaimana usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun Kelompok Sadar Wisata dalam melakukan pengembangan desa wisata Limbasari? 3) Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung dari Community Based Tourism pada desa wisata Limbasari? Dari ketiga perumusan masalah diatas akan dikaji dan didasarkan dengan beberapa konsep, teori serta akan dianalisis dengan metode Deskriptif kualitatif .
46
Pariwisata Kabupaten Purbalingga
Desa wisata Limbasari
Strategi – strategi pengembangan pariwisata berbasis Community Based Tourism yang diimplementasikan dalam Desa wisata Limbasari, Purbalingga.
Upaya pemerintah dan masyarakat dalam melakukan pengembangan pariwisata berbasis Community Based Tourism di Desa Wisata Limbasari, Purbalingga.
Teori :
Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata berbasis Community Based Torism di Desa Wisata Limbasari, Purbalingga
Konsep :
1. Pengembangan pariwisata 2. Pariwisata berbasis CBT 3. Pemberdayaan masyarakat
1. Strategi 2. Pariwisata berbasis CBT 3. Daya tarik wisata 4. Kebijakan pemerintah
Hasil
Keterangan : : Pengaruh : Saling mempengaruhi Gambar 2. Susunan Kerangka Pikir.
47
D. Pertanyaan Penelitian Dari kerangka berpikir diatas, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian yang diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ingin diteliti. 1. Bagaimana strategi pengembangan pariwisata berbasis Community Based Tourism ? 2. Bagaimana pengembangan pariwisata berbasis Community Based Tourism ini terimplementasi di masyarakat ? 3. Apa saja upaya yang dilakukan masyarakat
dalam melakukan
oleh pengelola sadar wisata dan pengembangan
pariwisata
berbasis
CBT? 4. Bagaimana peran kepala desa dan perangkat desa terhadap program pengembangan pariwisata berbasis CBT di Desa Limbasari? 5. Faktor – faktor apa saja yang mendukung dalam pengembangan pariwisata berbasis CBT ? 6. Faktor – faktor apa saja yang menghambat dalam pengembangan pariwisata berbasis CBT ?
48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan
oleh
peneliti
dalam
melaksanakan
penelitian
mulai
dari
merumuskan masalah sampai dengan penarikan suatu kesimpulan (Sugiyono, 2009: 1). Pendekatan dalam penelitian menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sifat data yang dikumpulkan adalah berupa data deskriptif. Dalam
penelitian
ini
tidak
mengubah
situasi,
lokasi dan
kondisi
responden. Situasi subyek tidak dikendalikan dan dipengaruhi sehingga tetap berjalan sebagaimana adanya. Pendekatan penelitian kualitatif,
menurut Bogdan dan Taylor dalam
Moleong (2011: 4), penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2011: 8-10), menyebutkan bahwa penelitian kualitatif memiliki lima ciri, yaitu : 1.
Dilaksanakan dengan latar alami, karena merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari peristiwa.
2.
Bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau gambar daripada angka.
3.
Lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk semata.
4.
Dalam menganalisis data cenderung cara induktif.
49
5.
Lebih mementingkan tentang makna (essensial). Dalam penelitian ini semua data yang terkumpul kemudian di analisa dan
diorganisasikan hubunganya untuk menarik kesimpulan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan. Dengan metode deskriptif kualitatif di harapkan mampu mengetahui Pengembangan Pariwisata Berbasis CBT di Desa Limbasari, Kec. Bobotsari, Kab. Purbalingga. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Waktu dalam penelitian ini adalah 3 bulan, dimulai dari tanggal 19 November 2015 hingga 18 Februari 2016. C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian 1. Penentuan Subjek Penelitian Pengambilan sumber data/ subjek penelitian ini menggunakan teknik “purpose sampling”
yaitu pengambilan sumber data/ subjek yang
didasarkan pada pilihan penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purpossive yaitu tergantung pada tujuan fokus suatu saat (Nasution , 2011: 29). Dalam hal ini penentuan sumber/ subjek penelitian berdasarkan atas informasi apa saja yang di butuhkan. Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 54) Purpose Sampling adalah tekhnik
pengambilan sumber data/ subjek penelitian dengan
pertimbangan tertentu. Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya
50
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sumber data sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sumber data/ subjek penelitian lainya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Subjek dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kluser, yaitu : a. Pemerintah 1) Kepala Desa Limbasari. 2) Sekertaris Desa Limbasari. b. Pengelola Wisata 1) Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Limbasari 2) Anggota Kelompok Sadar Wisata Desa Limbasari c. Masyarakat 1) Tokoh masyarakat Desa Limbasari Maksud dari pemilihan ini adalah untuk mendapat sebanyak mungkin informasi dan berbagai macam sumber data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya. 2. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009: 58) mendefinisikan bahwa: “Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan guna tertentu tentang sesuatu hal objektif valid dan realibel tentang sesuatu hal (varian tertentu)”. Dari pengertian diatas, maka objek dari penelitian disini adalah pengembangan pariwisata berbasis Community Based Tourism di Desa
51
Wisata Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. D. Setting Penelitian Latar penelitian ini merupakan Pengembangan Pariwisata Berbasis Community Based Tourism di Desa Wisata Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah di Desa wisata Limbasari, kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Desa limbasari merupakan salah satu obyek wisata di Purbalingga yang menggunakan
pendekatan
berbasis
masyarakat
dalam pengembangan
pariwisata. 2. Lokasi Desa Limbasari mudah dijangkau peneliti sehingga memungkinkan penelitian berjalan lancar. 3. Keterbukaan dari pihak pengelola dan masyarakat setempat sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah. 4. Desa wisata Limbasari merupakan salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Purbalingga yang sedang berkembang dan menjadi perhatian pemerintah setempat karena mengalami perkembang yang cepat. E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu,
sehingga
proses
penelitian
52
dapat
berjalan
lancar.
Teknik
pengumpulan penelitian
data
kualitatif
yang pada
digunakan umumnya
untuk
mengumpulkan
menggunakan
data
teknik
dalam
observasi,
wawancara, dan studi dokumenter, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, serta dokumentasi. Untuk lebih jelasnya mengenai metode pengumpulan data dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Observasi Observasi adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati objek kajian dalam konteksnya. Permasalahan yang harus diamati ketika melakukan pengamatan menurut J.P Spredly seperti di kutip oleh S. Nasution (2011: 88) yaitu sebagai berikut : a. Ruang dalam aspek fisik b. Perilaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi c. Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu d. Obyek, yaitu benda-benda yang berada di tempat itu. e. Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan. f.
Tujuan, yaitu apa yang ingin di capai orang dan makna perbuatan orang
g. Perasaan, yaitu emosi yang dirasakan dan dinyatakan. Pengamatan dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan fisik lingkungan maupun diluar lingkungan itu sendiri. Dengan pengamatan akan diperoleh manfaat seperti dikemukakan oleh Patton yang
53
dikutip oleh Nasution. S (2011: 59), yaitu: a. Dengan berada dalam lapangan akan lebih memahami konteks data dalam keseluruhan situasi. Jadi peneliti dapat memperoleh pandangan holistik. b. Pengamatan langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. c. Peneliti dapat melihat yang kurang atau tidak diamati oleh orang yang telah lama berada dalam lingkungan tersebut, karena telah dianggap bisa dan tidak terungkap dalam wawancara. d. Peneliti dapat mengemukakan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. e. Di lapangan peneliti tidak hanya dapat mengembangkan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi. Misalnya situasi sosial. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap, mendalam dan terperinci. Maka dalam observasi yang dilakukan melalui pengamatan non partisipasi dan pengamatan partisipan terutama pada saat berlangsung kegiatan program. Beberapa alasan mengapa dilakukannya pengamatan dalam penelitian kualitatif, yaitu: a. Didasarkan pada penelitian pengamatan langsung. b. Dapat memungkinkan melihat dan mengamati sendiri secara langsung sehingga dapat mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana terjadi. c. Peneliti dapat mencatat perilaku dan situasi yang berkaitan dengan proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data. d. Mencegah dengan terjadinya bias dilapangan. e. Peneliti mampu memahami dan menggambarkan situasi di dalam kegiatan. f. Dalam kegiatan-kegiatan tertentu, di mana peneliti tidak bisa terjun secara langsung peneliti hanya bisa menggunakan cara observasi. 54
Tekhnik observasi di gunakan untuk memperoleh data mengenai program yang ada,
dimana peneliti melihat/ melakukan pengamatan
langsung jalanya program, meskipun tidak semua program dapat diamati karena beberapa telah dilaksanakan ketika peneliti belum malaksanakan penelitian disana. Selain itu teknik observasi juga digunakan untuk memperoleh data mengenai situasi dalam setiap kegiatan, fasilitas yang ada, dan akses menuju kesana untuk kemudian data yang diperoleh dari observasi ini selanjutnya dituangkan dalam tulisan. 2. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan
dan
yang
diwawancarai yang
memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng, 2011: 186). Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2009: 72) mendefinisikan interview sebagai berikut ” a meeting of two persons to exchange information and idea through questions and
response,
resulting
in
communication
and
joint
constructions of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna suatu topik tertentu. Pada prinsipnya, teknik wawancara adalah teknik penyediaan data dengan cara tanya jawab antara peneliti dan informan secara langsung. Dikatakan secara langsung karena hanya peneliti yang dapat melakukan wawancara. Hal ini perlu digaris bawahi karena apabila wawancara
55
dilakukan orang lain maka informasi yang diperoleh kurang memadai bahkan akan banyak kehilangan konteks. Kemudian informan disini dipahami sebagai orang
yang
memberi informasi kepada
peneliti.
Informasi yang diberikan itu disebut data oleh peneliti. Tujuan wawancara menurut S. Nasution (2011: 73) adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandanganya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak diketahui melalui pengamatanya. Wawancara terbagi dalam tiga macam yaitu wawancara terstruktur (structured interview), wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) dan wawancara campuran (semi structured). Wawancara terstruktur menyangkut pada persiapan peneliti untuk menyusun daftar pertanyaan kepada informan, wawancara tidak terstruktur peneliti justru mempersiapkan pertanyaan pokok saja yang nantinya pada saat berlangsung wawancara berdasar jawaban dari informan tersebut kemudian peneliti mengembangkan pertanyaan yang sifatnya lebih mendalam, sedang wawancara campuran peneliti menanyakan tentang pokok pertanyaan kemudian setelah selesai mulai mengupas setiap pertanyaan secara mendalam. (Sugiyono, 2009: 73-75). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi-structured yang berarti mula-mula wawancara
dilakukan dengan pertanyaan yang terstruktur kemudian
diperdalam dengan pertanyaan lebih lanjut sehingga dapat diperoleh keterangan yang lengkap dan mendalam. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Teknik wawancara tersebut digunakan untuk memperoleh data mengenai Strategi – strategi serta upaya Pemerintah dan Masyarakat
56
dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di desa wisata Limbasari, Kabupaten Purbalingga. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik
(Moleong,
2011:
216).
Dengan
kata
lain,
dokumentasi
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menguraikan atau mempelajari data yang ada terlebih dahulu. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk
tulisan,
foto,
gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009: 82). Teknik dokumentasi telah lama dipergunakan dalam penelitian sebagai sumber data. Karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dimanfaatkan
untuk
mengkaji,
menafsirkan,
bahkan
untuk
meramalkan (Moleong, 2011: 217). Data yang diperoleh dapat berupa catatan tertulis, foto kegiatan, peristiwa maupun wujud karya kegiatan, dokumen pribadi dan/atau dokumen resmi yang tersedia dari sumber informasi. Oleh karena itu penggunaan dokumen merupakan hal yang tidak bisa diabaikan lagi. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai program yang ada, yaitu berupa foto, materi, dan daftar hadir peserta.
57
Selain itu teknik dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data mengenai profil Desa Wisata Limbasari yang berupa foto, gambar, dan buku monografi dan profil Desa Wisata Limbasari. Adapun teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut :
58
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data No.
1.
2.
3.
4.
Aspek
Sumber data
Strategi – strategi dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat
Usaha-usaha yang dilakukan oleh Kepala desa dan perangkat desa, pengelola POKDARWIS Limbasari dalam mengembangkan obyek wisata berbasis masyarakat
Faktor penghambat dalam proses pengembangan pariwisata
Faktor pendorong dalam pengembangan pariwisata
59
Kepala desa Limbasari beserta dengan perangkat desa, Pengelola POKDARWIS desa Limbasari, serta masyarakat desa Limbasari Kepala desa Limbasari beserta dengan perangkat desa, Pengelola POKDARWIS desa Limbasari, serta masyarakat desa Limbasari Kepala desa Limbasari beserta dengan perangkat desa, Pengelola POKDARWIS desa Limbasari, serta masyarakat desa Limbasari Kepala desa Limbasari beserta dengan perangkat desa, Pengelola POKDARWIS desa Limbasari, serta masyarakat desa Limbasari
Teknik Pengumpulan Data Wawancara, Observasi dan dokumentasi
Observasi, Wawancara dan dokumentasi
Observasi, wawancara
Observasi, wawancara
F. Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 59), terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuanya. Dalam penelitian ini instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dikembangkan dengan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. G. Teknik Analisis Data Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi Data Mereduksi
data
berarti
merangkum,
yaitu
proses
pemilihan,
pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi (Sugiyono, 2009: 92). Reduksi data dalam penelitian ini dimaksudkan dengan merangkum data, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis, sehingga data dapat
60
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Selanjutnya membuat abstraksi, abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dan dikumpulkan lebih mudah untuk dikendalikan. 2. Penyajian Data Merupakan hasil dari reduksi data, disajikan dalam laporan secara sistematis yang mudah dibaca atau dipahami baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya dalam konteks sebagai pernyataan. Penyajian data ini dapat dilakukan dengan bentuk table, grafik, phie card, pictogram, dan
sejenisnya
(Sugiyono,
2009: 95).
Sajian data ini merupakan
sekumpulan informan yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat sajian data peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan yang memungkinkan untuk menganalisis dan mengambil tindakan lain berdasarkan pemahaman. 3. Pengambilan atau Penarikan Kesimpulan Kesimpulan yang diverifikasi adalah berupa suatu pengulangan sebagai pemikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti waktu menulis. Temuan yang baru yang sebelumnya belum pernah ada dan berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang
sehingga
setelah
61
diteliti
menjadi
jelas.
Penarikan
kesimpulan
dan
verifikasi
yang
dikemukakan
masih
bersifat
sementara,dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang
mendukung
pada
tahap
pengumpulan
data
berikutnya
(Sugiyono, 2009: 99). Dari keseluruhan data yang telah diperoleh dan dikumpulkan, seleksi mana yang akan ditampilkan, setelah itu baru dilakukan interpretasi data. Intepretasi data berusaha mencari makna dan implikasi yang lebih luas tentang hasil penelitian. Interpretasi data dilakukan dengan mencoba mencari pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil yang di dapatnya dengan membandingkan hasil
analisanya
dengan
kesimpulan
peneliti
lain
dan
dengan
menghubungkan kembali interpretasinya dengan teori. Berdasarkan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu
analisis data secara kualitatif. Analisa data secara kualitatif di gunakan untuk menjaring data tentang strategi dalam pengembangan pariwisata, usaha yang dilakukan serta faktor pendukung dan penghambat dari pengambangan
pariwisata
berbasis
CBT
di Desa Limbasari,
Kec.
Bobotsari, Kab. Purbalingga. H. Keabsahan Data Kredibilitas penelitian kualitatif ini dilakukan melalui trianggulasi. Trianggulasi
merupakan
tekhnik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data-data tersebut (Moleong, 2011: 330).
62
Pendapat lain mengatakan bahwa trianggulasi adalah upaya untuk mengecek kebenaran pada data tertentu dengan data yang diperoleh dari sumber
lain
kebenaran
sehingga tujuan dari trianggulasi adalah mengecek
data
tertentu
dengan
cek
silang
yaitu
dilakukan
suatu dengan
membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain pada berbagai fase dilapangan dengan metode yang lain pula (Nasution, 2011: 115). Keuntungan mempertinggi
penggunaan
validitas,
metode
memberi
trianggulasi
kedalaman
hasil
ini
adalah
penelitian
dapat sebagai
pelengkap apabila data dari sumber pertama masih ada kekurangan (Nasution, 2011: 115-116),untuk memperoleh data yang semakin dipercaya maka data yang
diperoleh
dari
wawancara
juga
dilakukan
pengecekan
melalui
pengamatan, sebaliknya data yang diperoleh dari pengamatan juga dilakukan pengecekan melalui wawancara atau menanyakan kepada responden,untuk membuktikan keabsahan data dalam penalitian ini, teknik yang digunakan hanya terbatas pada teknik pengamatan lapangan dan triangulasi. Dezin (Moleong, 2011: 330-332), membedakan 4 macam triangulasi, yaitu : 1. Triangulasi sumber maksudnya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. 2. Triangulasi metode maksudnya menurut Patton (Moleong, 2011: 331) terdapat dua strategi, yaitu : a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3. Triangulasi peneliti maksudnya memanfaatkan peneliti untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 4. Triangulasi teori maksudnya membandingkan teori yang ditemukan berdasarkan kajian lapangan dengan teori yang telah ditemukan oleh para pakar. 63
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
melakukan
Trianggulasi sumber,
dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda. Dengan demikian tujuan akhir dari trianggulasi adalah dapat membandingkan informasi tentang hal yang sama, yang diperoleh dari beberapa pihak agar ada jaminan kepercayaan data dan menghindari subjektivitas dari peneliti, serta mengcros cek data diluar subjek. Selain itu, peneliti juga menggunakan trianggulasi metode dengan cara: 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, 2) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan tinggi, orang berada, maupun orang pemerintahan, 3) membandingkan
hasil wawancara
berkaitan.
64
dengan
isi suatu
dokumen
yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Geografi Desa Limbasari Desa
Limbasari
berada
diwilayah
Kecamatan
Bobotsari,
Kabupaten Purbalingga. Secara geografis, Desa Limbasari berbatasan langsung dengan Desa Palumbungan di sebalah barat, Desa Pabuaran disebelah timur, Desa Banjarsari di sebalah selatan dan sebalah
utara
perbatasan dengan hutan dan gunung Plana. Hutan disebelah utara desa, merupakan hutan milik perhutani yang banyak ditanami pohon pinus. Hutan ini dimanfaatkan oleh penduduk desa dengan cara ditebang. Penebangan hutan dilakukan penduduk dengan terlebih dahulu meminta izin dari pihak perhutani. Penduduk dapat memanfaatkan lahan hutan dengan bercocok tanam, sementara mereka membiarkan pohon – pohon milik perhutani untuk tetap hidup dan menjaganya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang saling menguntungkan yaitu antara pihak perhutani dengan penduduk. Penduduk mendapatkan hasil dari bercocok tanam, sedangkan perhutani mendapat keuntungan dengan terpeliharanya pohon – pohon
mereka.
Letaknya
yang
berbatasan
langsung
dengan hutan
(gunung), maka jenis tipologi Desa Limbasari dapat dikategorikan menjadi desa sekitar hutan, dan tergolong sebagai daerah pedesaan karena wilayah ini jauh dari perkotaan. Desa Limbasari merupakan desa terluas dengan
luas wilayah
407,97 Ha atau 12,64% dari luas wilayah Kecamatan Bobotsari. Desa 65
Limbasari terletak di sebelah timur gunung Slamet, sekitar 15 Km disebelah utara kota kabupaten atau 5 Km disebelah utara kota kecamatan terdapat tempat padukuhan (wilayah dalam sebuah desa) yaitu, dukuh Limbasari, dukuh Arjosari, dukuh Karang Joho, dan dukuh Sitrondol. Desa Limbasari merupakan salah satu desa yang berada dikawasan kaki gunung Plana Kecamatan Bobotsari. Dari pusat kota Purbalingga membutuhkan waktu 30 menit untuk dapat mencapai desa ini. Desa Limbasari
dilalui
empat
aliran
sungai yaitu
sungai Tuntunggunung,
Blongising, Gadungan dan Sungai Plana. Oleh sebab itu, kawasan ini dapat disebut sebagai daerah delta aliran sungai. Desa Limbasari merupakan daerah delta yang subur, sehingga cocok untuk lahan pertanian. Komoditas utama bidang pertanian adalah padi. Komoditas lain adalah buah – buahan seperti mangga, rambutan, salak, duku, pisang, durian dan nanas. Hasil perkebunan meliputi kelapa, kopi, dan cengkih. Selain itu terdapat juga hasil peternakan seperti sapi, kerbau, ayam, bebek dan kambing. Sementara hasil sumber daya alam dari bahan galian tidak ditemukan. Berdasarkan data sejarah, kawasan Desa Limbasari merupakan situs arkeologi. Banyak penelitian arkeologi dilakukan di daerah ini. Artefak yang berhasil ditemukan antara lain bungkal – bungkal batu rinjani sebagai bahan baku pembuatan beliung, bahan gelang, sisa bahan gelang, fragmen gelang, dan batu pukul. Hasil – hasil penemuan ini tersimpan di Sanggaluri Park, yang dijadikan kawasan wisata Pemerintah
66
Kabupaten Purbalingga. Hasil – hasil penemuan tersebut menunjukkan bahwa Desa Limbasari dulunya merupakan situs perbengkelan yang memproduksi kapak beliung dan gelang. Desa Limbasari termasuk kawasan Karesidenan Banyumas, oleh karena itu dalam keseharian penduduk Desa Limbasari menggunakan dialek Banyumasan atau dalam bahasa kerennya Ngapak. Ciri khas dari dialek
ini adalah pengucapan vokal “o” yang diucapkan “a” dan
pengucapannya mantap, tegas, dan lugas. Status sosial di Desa Limbasari dibedakan menjadi dua, yaitu status
sosial tinggi (kaum priyayi)
dan rendah (wong alit) yang
kebanyakan dilatar belakangi dari pekerjaan. Ada anggapan bahwa pegawai negeri, tokoh agama, dan pemuka masyarakat menempati status sosial tinggi / terhormat di masyarakat. Sebagian besar pegawai negeri di Desa Limbasari mempunyai kedudukan dalam pemerintah desa, misalnya anggota BPD. Sedangkan orang yang dianggap mempunyai status sosial rendah adalah mereka yang bekerja sebagai buruh, penderes gula kelapa, dan pekerjaan – pekerjaan kasar lainnya. Dilihat dari tingkat kesejahteraan, tidak semua yang berstatus sosial tinggi adalah orang kaya. Mereka rata – rata menempati kondisi perekonomian menengah ke atas. Orang yang berstatus sosial rendah biasanya
menempati
perekonomian
menengah
ke
bawah.
Namun
demikian, pada kenyataannya banyak orang yang berstatus sosial rendah memiliki tingkat perekonomian yang tinggi. Biasanya orang – orang ini
67
mempunyai anggota keluarga yang bekerja di kota besar. Hal ini mengakibatkan stratifikasi sosial, priyayi, dan kaum alit sifatnya terbuka. Artinya mobilitas dari wong alit ke dalam golongan priyayi mungkin terjadi. Mata pencaharian utama penduduk Desa Limbasari adalah bertani, yaitu bersawah, berladang, berkebun dan beternak. Berdasarkan data isian potensi desa, dari total penduduk Desa Limbasari. Penyebutan petani dan buruh tani ini didasarkan pada kepemilikan tanah pertanian. Penduduk yang memiliki tanah pertanian dan bekerja dilahan pertaniannya disebut petani. Sedangkan penduduk yang tidak mempunyai tanah pertanian, tetapi bekerja dilahan pertanian disebut buruh tani. Seorang buruh tani adalah orang yang bekerja di sawah mengerjakan tanah orang lain. Pekerjaan yang dilakukan adalah mencangkul, menanam padi, menyiangi rumput dan memanen. Kemunculan buruh tani ini disebabkan oleh sistem pertanian yang berjalan di Desa Limbasari. Seorang petani yang memiliki lahan pertanian luas biasanya membagi tanah garapannya kepada buruh tani dengan sistem bagi hasil. Selain
bertani,
penduduk
Desa
Limbasari
bekerja
sebagai
pedagang, penderes gula kelapa, pegawai negeri, sopir dan “nelayan”, yang dimaksud nelayan disini adalah nelayan yang mencari ikan tawar di sungai, karena Desa Limbasari bukan merupakan daerah pesisir pantai sehingga jauh dari laut. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan
68
bahwa sebagaian besar masyarakat Desa Limbasari masih bergantung pada alam. 2. Kondisi Demografis Desa Limbasari Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Limbasari Menurut Jenis Pekerjaan. No.
Jenis Pekerjaan
Jumlah Jiwa
1.
Petani
247 Jiwa
2.
Tani
464 Jiwa
3.
Buruh / industri
288 Jiwa
4.
Bangunan
232 Jiwa
5.
Pengusaha
12 Jiwa
6.
Pedagang
132 Jiwa
7.
Angkutan
46 Jiwa
8.
PNS
44 Jiwa
9.
ABRI
9 Jiwa
10.
Pensiunan
8 Jiwa
11.
Lainnya
1.096 Jiwa
Jumlah
3.611 Jiwa
Sumber : Data Monografi Desa Limbasari, 2014
69
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Limbasari Menurut Jenis Kelamin No.
Jenis Kelamin
Jumlah Jiwa
1.
Laki – laki
1.811 Orang
2.
Perempuan
1.800 Orang
Jumlah
3.611 Orang
Sumber : Data Monografi Desa Limbasari, 2014 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Limbasari yang berjenis kelamin laki – laki lebih banyak dari yang berjenis kelamin perempuan, yaitu 1.811 jiwa laki – laki dan 1.800 jiwa perempuan. Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Limbasari Menurut Usia No.
Kelompok Usia
Jumlah Penduduk
1.
0 – 5 Tahun
346 Jiwa
2.
6 – 14 Tahun
571 Jiwa
3.
15 – 55 Tahun
2.064 Jiwa
4.
Diatas 55 Tahun
630 Jiwa
Jumlah
3.611 Jiwa
Sumber : Data Monografi Desa Limbasari, 2014 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Limbasari memiliki usia produktif (15 tahun sampai 55 tahun) sebanyak 2.064 orang.
70
Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Limbasari Menurut Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan
Prosentase
1.
Perguruan tinggi
0,64 %
2.
D1 – D3
0,82 %
3.
SMA
10,65 %
4.
SMP
14,30 %
5.
SD
54,48 %
6.
Tdk / Belum Lulus SD
16,47 %
Sumber : Data Monografi Desa Limbasari, 2014 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa prosentase Desa Limbasari yang mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi hanya 0,64% dibandingkan dengan prosentase yang belum lulus SD yakni 16,47%. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa lebih yang tidak atau belum sekolah dasar dari pada yang melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Desa Limbasari memiliki potensi alam yang luar biasa. Tidak seperti umumnya banyak daerah di Kabupaten Purbalingga. Selain potensi alam di Desa Limbasari juga memiliki potensi wisata budaya yaitu legenda “Putri Ayu Limbasari” hingga saat ini makan putri ayu ini masih dilestarikan dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Di Desa Limbasari ini mendapatkan julukan Desa Batik Purbalingga karena di Desa ini lah batik khas Purbalingga di produksi. Menurut Kepala Desa Limbasari yaitu Ibu Halimah, saat ini masih terdapat 400-an pengrajin batik tulis. Sebagian
71
besar pengrajin batik ini adalah perempuan. Potensi cerita legenda “Putri Ayu Limbasari” dan batik Limbasari menjadi potensi unggulan desa ini. Selain potensi lainnya berupa wisata alam dan budaya yang masih sangat perawan. Menurut Kepala Desa Ibu Halimah, saat ini sejumlah lokasi wisata alam dan budaya yang dikelola Pokdarwis Patrawisa masih belum memiliki sarana prasarana yang memadai. Seperti obyek wisata Pertapaan Tunggul Wulung yang berada di puncak Gunung Tukung dan Patrawisa yang berada diantara kaki gunung Tukung dan Gunung Plana, hanya bisa ditepuh dengan berjalan kaki, itupun harus melalui jalan setapak. Kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Limbasari tersebut berpotensi besar menjadi daya tarik wisata, khususnya wisata alam, budaya dan edukatif. Kekayaan ini masih dilengkapi dengan beberapa situs purbakala yang merupakan cagar budaya. Desa ini juga memiliki khasanah seni budaya yang lengkap. Beberapa sentra kerajinan dapat kita temui di Desa ini yang bervariasi semakin mendukung potensi pariwisata di desa ini. 3. Identifikasi Potensi Obyek Wisata di Desa Limbasari 1) Ringkasan Kawasan Desa Limbasari memiliki beberapa potensi obyek wisata yang mampu menarik minat para wisatawan. Potensi – potensi tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
72
Tabel 6. Potensi – potensi yang ada di Desa Wisata Limbasari No. 1.
Jenis Potensi Alam
Obyek Wisata a. Patra wisa b. Bukit plana c. Air terjun Uncang – Uncang d. Air terjun Pengamun - amun e. Bukit bintang f.
Tracking
g. Tubing h. Sungai Wlingi 2.
a. Legenda “Putri Ayu
Budaya
Limbasari” 3.
Pendidikan
a. Gendhis jawi b. Batik tulis c. Kebun belajar d. Peninggalan Sejarah Neolitikum
73
2) Pembahasan a) Tracking Wisata Tracking ini adalah wisata minat khusus yang bekerjasama dengan organisasi Pecinta Alam Kabupaten Purbalingga yaitu FOSIL. Tracking ini biasanya dilakukan dari sore hari / malam hari. Tracking ini memanfaatkan gunung Plana sebagai tempat pendakiannya. b) Tubing River
Tubing
Limbasari
merupakan
wisata
minat
khusus,
mengarungi sungai Tuntung Gunungyang mempunyai aliran sungai jernih dan masih alami dengan menggunakan Donat Boat sehingga mampu memberikan suasana yang segar dan bisa menjadi wahana yang
bisa
memacu
adrenalin
perngunjung.
Wisata
ini
dibuka
pendaftarannya setiap hari dengan ketentuan 2 hari sebelumnya sudah konfirmasi ke Pokdarwis Limbasari. Wisata ini yang paling diminati oleh
pengunjung
karena
wisata
ini
memacu
adrenalin
dengan
mengarungi sungai. Peralatan Tubing seperti : donut boat, pelampung, helmet, protektor, sepatu, guide, makan & snack 1 kali, lokal transport dan free soft copy dokumentasi. Harga dari paket wisata ini adalah Rp 80.000/orang. c) Sungai Wlingi Sungai Wlingi adalah sungai yang dikeramatkan, karena sungai ini tidak pernah surut meski dalam musim kemarau. Menurut warga setempat sungai wlingi ini dulunya adalah tempat mandi putri – putri
74
dari kerjaan, menurut legenda jika meminum air dari sungai akan kenyang terus dan tidak akan merasakan haus, jika kita membasuh muka dengan air yang ada di sungai ini akan membuat awet muda. Legenda atau cerita seperti ini membuat para wisatawan tertarik untuk mengunjunginya. Air yang ada di sungai ini juga tidak pernah keruh atau kotor. d) Legenda “Putri Ayu Limbasari” Berdasarkan hasil observasi ke Desa Limbasari dan wawancara dengan beberapa informan diperoleh informasi bahwa cerita PAL sudah pernah ditulis dan dibukukan. Melalui pegawai pemerintah daerah bernama Momot Prabowo penulis berhasil memperoleh teks tulis PAL. Naskah tersebut tidak diakui sebagai miliknya, melainkan milik seorang pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang telah purna tugas sejak lama bernama Soeritno. Soeritno ini menurut informan sudah tidak diketahui tempat tinggalnya. Teks tulis cerita PAL berbentuk cetakan. Teks ini merupakan hasil penelitian Dinas pendidikan dan kebudayaan di tahun 1987 berjudul Pasang Surut Lereng Timur Laut Gunung Slamet : Kisah Putri Ayu Limbasari. Deskripsi naskah cetak cerita PAL adalah sebagai berikut : : “Pasang Surut Lereng Timur Laut
Judul
Gunung Slamet: Kisah Putri Ayu Limbasari” Jenis naskah
: Cetakan
Bahasa naskah
: Indonesia
75
Tahun penulisan
: 1987
Tempat penulisan
: Bobotsari
Penulis
: Anonim
Pemilik naskah
: Soerito
Bahan naskah
: Kertas
Warna tinta
: Hitam
Kondisi naskah
: Baik dan terbaca, jilidan terlepas
Jumlah halaman
: 68 halaman
Jumlah halaman yang ditulis
: 64 halaman
Jumlah lembar pelindung
:-
Ukuran
: 20, 5 x 16 cm
Penomoran halaman
: Menggunakan angka latin ditegah
atas halaman Warna sampul
: Coklat tua
Jenis huruf
: Ketikan
Ringkasan
:
Syekh
Gandiwesi
yang
berasal
dari
Ngerum
menghadap
Panembahan Senopati di Mataram untuk meminta izin menyebarkan agama Islam di Jawa. Setelah mendapatkan izin, Syekh Gandiwesi mengadakan perjalanan menyebarkan agama Islam dengan ditemani lima
senopati
beserta
prajuritnya.
Masing
–
masing
senopati
mendirikan daerah pemerintaham, dan Syekh Gandiwesi mendirikan padepokan bernama Nimbasari.
76
Sementara itu, Ketut Wlingi dan Patrawisa yang berasal dari Bali, pergi ke Jawa untuk mencari ilmu. Akhirnya mereka tiba di Nimbasari dan berguru di tempat tersebut. Ketut Wlingi dinikahkan dengan Siti Rumbiah, anak Syekh Gandiwesi, sedangkan Patrawisa meninggal ketika membuat saluran air. Perkawinan Ketut Wlingi dan Siti Rumbiah menghasilkan dua orang anak, yaitu Wlingi Kusuma dan adiknya Dyah Wasiati. Ketut Wlingi merupakan anak laki – laki yang mempunyai kesaktian yang mumpuni, sedangkan Dyah Wasiati tumbuh sebagai perepuan yang cantik jelita. Suatu ketika datang empat bupati yang dahulunya adalah para senopati yang mengiring perjalanan Syekh Gandiwesi hendak melamar Dyah Wasiati. Lamaran serentak keempat bupati tersebut membuat Dyah Wasiati menjadi bingung. Melihat kebingungan adiknya Wlingi Kusuma mengadakan sayembara adu kekuatan. Siapa yang dapat mengalahkan dirinya dialah yang berhak mempersunting adiknya. Pada sayembara tersebut Wlingi Kusuma kalah. Kekalahan ini diakibatkan para bupati mengkroyok Wlingi Kusuma dengan jalan memotong – motong tubuh Wlingi Kusuma untuk dikubur secara terpisah.
Kekalahan
Wlingi Kusuma
yang tidak
seharusnya ini
membuat Dyah Wasiati semakin bingung. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari petunjuk Tuhan dengan jalan bertapa didalam tanah, akhirnya Dyah Wasiati meninggal dunia.
77
e) Gendhis Jawi Merupakan sebuah paket wisata mengenal dan belajar langsung cara membuat gula jawa atau sering disebut juga gula merah secara tradisional. Gula jawa merupakan salah satu komoditi unggulan di desa wisata Limbasari, akan tetapi banyak diantara kita yang belum tahu bagaimana cara pembuatan gula jawa tersebut. Melalui paket wisata ini masyarakat Desa Limbasari akan mengenalkan lebih jauh tentang proses pembuatan gula jawa dari mulai memasak sampai menjadi gula jawa yang memakan waktu kurang lebih 4 jam. Fasilitas dalam wisata Gendis jawi ini antara lain : guide, makan 1 kali, tradisional snack, soft copy dokumentasi serta hasil olahan gula jawa, harga paket yang ditawarkan adalah Rp 80.000/ minimal orang 10 f) Batik Tulis Limbasari dikenal dengan batik tulisnya di Kabupaten Purbalingga, dengan adanya batik tulis ini dapat memberdayakan masyarakat sekitar terutama perempuan, karena sebagian besar dari pengrajin batik adalah perempuan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “HM” selaku Kepala Desa Limbasari : “Di Limbasari ini produksi batik tulisnya telah berkembang dengan baik, dan masih terdapat 400 – an pengrajin batik” g) Kebun Belajar Ber cocok tanam Sasaran dari wisata ini adalah anak sekolah dasar, paket wisata ini mengajarkan kepada pengunjung cara bercocok tanam, biasanya media 78
yang digunakan adalah dengan media tanah, tanaman palawija serta buah strawberi. Paket yang ditawarkan ini difasilitasi dengan : guide, alat bercocok tanam, tradisional snack. h) Peninggalan sejarah Neolitikum Di Desa Limbasari ini terdapat situs – situs peninggalan jaman Neolitikum berupa batu – batu dan kapak batu, dengan adanya temuan ini dapat diprediksi bahwa dahulu desa Limbasari ini digunakan sebagai dapur. Peninggalan ini juga masih ada hubungannya dengan Legenda “Putri Ayu Limbasari” 4. Gambaran Umum Kelompok Sadar Wisata Limbasari Desa Limbasari merupakan rintisan desa wisata. Sebelumnya, Desa Limbasari telah terdaftar secara resmi sebagai desa budaya di Kabupaten Purbalingga bersama dengan desa yang lainnya. Saat ini, beberapa potensi wisata telah dikelola secara swadaya oleh masyarakat dengan bimbingan dari Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan setempat. Pada tahun 2013, Desa Limbasari menjadi desa wisata terbaik se Kabupaten Purbalingga, hal ini tentunya berkat kerja keras Kelompok Sadar Wisata Limbasari. Kesadaran atas potensi besar tersebut yang menjadi latar belakang masyarakat dan tokoh setempat untuk memperjuangkan Desa Limbasari menjadi desa wisata, dengan memiliki wisata alam yang sangat baik. Saat ini di Desa Limbasari telah terbentuk kelompok sadar wisata yang menghimpun masyarakat yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengolah dan mengembangkan Desa Limbasari. Pokdarwis tersebut
79
merupakan kelompok masyarakat yang peduli terhadap kemajuan daerah melalui pariwisata. Kelompok Sadar Wisata Limbasari berdiri atau diresmikan pada Tahun 2012. Latar belakang dibentuk Kelompok Sadar Wisata ini adalah potensi alam yang ada di dusun kami, antara lain wisata alam Tubing yang memicu adrenalin dan masih banyak wisata alam, budaya dan pendidikan yang ada di Desa Limbasari ini. Salah satu obyek wisata alam yang sangat digemari oleh wisatawan adalah wisata Tracking dan Tubing. Kegiatan jelajah alam Patrawisa berupa talkshow dan sharing pengalaman dengan penggiat alam senior yang dilaksanakan pada malam hari setelah temu teknik, tracking / jalan kai di Bukit Patrawisa wilayah Kecamatan Bobotsari yang telah ditentukan oleh panitia yang menelusuri sebagian besar medan berupa hutan dan melewati berbgai potensi keindahan alam. Para peserta selain dapat menikmati potensi alam yang indah di Desa Limbasari, juga dapat menikmati wisata budaya dan situs – situs peninggalan jaman Neolitikum. Desa Limbasari juga terdapat pertapaan Tunggul Gunung yang berada di puncak gunung Tukung, air terjun Uncang – uncang dan air terjun Pengamun – amun yang berada di gunung Plana.
Desa
Limbasari juga
dikenal dengan Legenda “Putri Ayu
Limbasari” yang namanya tersohor sampai sekarang dan memiliki budaya maupun kesenian tradisional yang beraneka ragam termasuk kerajinan batiknya. Dengan keterangan sebagai berikut :
80
a. Nama Kelompok
: Kelompok Sadar Wisata Limbasari
b. Alamat
: Desa Limbasari, Bobotsari.
c. Tahun Berdiri
: 20 Mei 2012
d. Kepemilikian Lahan
: Kas Tanah Milik Pemerintah Desa
a. Tujuan Kelompok Sadar Wisata Limbasari Tujuan pembentukan pokdarwis adalah sebagai mitra pemerintah dalam
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
meningkatkan sumber daya manusia, Pesona
(keamanan,
ketertiban,
di
bidangn
pariwisata,
mendorong terwujudnya Sapta
keindahan,
kesejukan,
kebersihan,
keramahtamahan dan kenangan), meningkatkan mutu produk wisata dalam rangka meningkatkan daya saing serta memulihkan pariwisata secara keseluruhan. Adapun
maksud
dan tujuan dari Kelompok
Sadar Wisata
Limbasari, meliputi : 1) Mengembangkan
kelompok
masyarakat
yang
berperan
sebagai
motivator penggerak serta komunikasi dalam upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian masyarakat sekitar destinasi pariwisata serta berperan aktif dalam pengembangan pariwisata. 2) Membangun masyarakat pariwisata yang mandiri berbasis masyarakat serta dapat bersinergi dan bermitra dengan pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan perkembangan kepariwisataan.
81
3) Mengembangkan dan menumbuhkan sikap masyarakat dan dukungan positif masyarakat sebagai tuan rumah melalui perwujudan nilai – nilai sapta pesona 4) Memperkenalkan, melestarikan dan memanfaatkan potensi daya tarik wisata 5) Meningkatkan posisi dan peran masyarakat terhadap pembangunan kepariwisataan. 6) Memberdayakan
masyarakat
melalui
kepariwisataan
menuju
masyarakat yang sejahtera 7) Menambah lapangan kerja ditingkat desa dan mengurangi urbanisasi. Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) sangat berperan dalam membangun bidang pariwisata. Sebagai mitra pemerintah kelompok ini diharapkan mampu mengembangkan pariwisata di Kabupaten Purbalingga khususnya di daerahnya masing – masing dengan menggali potensi – potensi wisata yang dapat dikembangkan, melalui berbagai pembentukan – pembentukan pokdarwis yang di fasilitasi pemerintah daerah, khusunya dalam mengimplementasikan sapta pesona, dengan lingkup kegiatan : 1) Mengembangkan dan melestarikan kegiatan dalam rangka peningkatan, pengetahuan dan wawasan anggota. 2) Peningkatan
keterampilan,
kemampuan
mengelola
kegiatan
kepariwisataan. 3) Mendorong dan memotivasi masyarakat agar menjadi tuan rumah yang baik dan mendukung kepariwisataan.
82
4) Peningkatan kualitas lingkungan melalui sapta pesona 5) Mengumpulkan, mengelola dan memberikan informasi kepariwisataan kepada pengunjung. 6) Memberikan masukan – masukan dan ide kepada pemerintah dalam pengembangan kepariwisataan. b. Kepengurusan Kelompok Sadar Wisata Limbasari Kepengurusan kelompok sadar wisata wisata Limbasari terdiri dari pelindung, penasihat, pemimpin, anggota dan seksi – seksi. Pelindung yaitu unsur pemerintah desa, yaitu kepala desa. Penasihat yaitu kepala dusun. Pimpinan yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekertaris, dan bendahara serta anggota.
83
Pelindung (Kepala Desa)
Penasehat (Kepala Dusun)
Ketua
Wakil Ketua
Sekertaris
Bendahara
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Humas
Usaha
Keseniaan
keamanan
Kebersihan
P3K
Gambar 3. Struktur Organisasi Tata Kerja Kelompok Sadar Wisata Limbasari.
84
Berdasarkan gambar 3 struktur organisasi dan tata kerja kelompok sadar wisata di Desa Wisata Limbasari diatas, dapat dijelaskan bahwa posisi tertinggi sebagai pelindung adalah Kepala Desa Limbasari, sedangkan untuk posisi penasihat adalah kepala dusun, dimana sekertariat Kelompok Sadar Wisata Limbasari berada, sekertariat merupakan tempat kesekertariatan atau tempat pertemuan para anggota, pengurus dan semua yang terlibat serta kegiatan organisasi, dalam hal ini sekertariat kelompok sadar wisata berada di Dusun II yaitu Arjosari. Pemimpin yang terbagi atas ketua, wakil ketua, sekertaris dan bendahara dipilih dari warga masyarakat / tokoh masyarakat yang dianggap mampu untuk mengemban tugas tersebut. Dengan keterangan sebagai berikut : a) Pelindung
: Halimah (Kepala Desa Limbasari)
b) Penasihat
c) Ketua
: Dukuh Arjosari Dukuh Karang Joho Dukuh Sitrondol : Joko Dwi Haryanto Nugroho, S. Hut
d) Sekertaris
: Ivan Sanniako
e) Bendahara
: Waluyo Aji
f) Seksi – seksi
:
(1) Seksi Humas : (a) Suprijadi (b)H. Nurchamim (c) Agus Machi (d)M.A Nawawi (2) Seksi Usaha
:
(a) Haryanto, S.Pd 85
(b) Bangun Supardi (c) Tri Sadio Utomo (d) Sumaryo (3) Seksi Keamanan (a) Muhasin (b) Buang Ramidin (c) Hasanudin (4) Seksi Kesenian (a) Kaswono (b) Harsoyo (c) Wiryanto (5) Seksi Kebersihan (a) Khaerudin (b) Adi Ismanto (c) Muharto (6) Seksi Pemeliharaan (a) Djunaedi (b) Iskandar (7) Seksi PPPK (a) Siti Wuryaningsih (b) Tursiati (c) Solichatun (d) Sulchan Djohari
86
Sedangkan anggota diambil dari masyarakat disekitar Desa Wisata Limbasari.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi
anggota Kelompok Sadar Wisata Limbasari, meliputi : a) Bersifat
sukarela
dan
memiliki
dedikasi dan
komitmen
dalam
pengembangan kepariwisataan. b) Masyarakat yang bertempat tinggal disekitar lokasi daya tarik wisata c) Setuju
dan
menerima
serta
mengamalkan
maksud
dan
tujuan
Kelompok Sadar Wisata Limbasari d) Tunduk kepada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga e) Mengajukan permohonan kepada pengurus f) Bersedia menandatangani perjanjian kerja. c. Kemitraan Kelompok Sadar Wisata Limbasari dalam menjalankan kegiatan tentu tidak terlepas dari hubungan kerjasama dengan pihak atau lembaga lain yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan sektor pariwisata di daerh Desa wisata Limbasari. Selama ini Kelompok Sadar Wisata menjalin hubungan kemitraan dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupetan
Purbalingga,
FOSIL
(Forum
Silaturahmi
Pecinta
Alam
Purbalingga), serta agen Travel Jawa Tengah. d.
Pendanaan Pada awal peresmian Kelompok sadar wisata Limbasari mendapat dana PNPM Mandiri Pariwisata dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga sebesar 70 juta yang turun secara berkala. Dana
87
tersebut digunakan untuk membangun gedung sekertariat, sarana dan prasarana seperti toilet, ruang tunggu wisatawan, tempat penitipan barang, dan alat – alat tubing seperti donut boat, pelampung, helmet, sepatu boat, serta untuk membenahi area tempat pariwisata yang dulunya sebagian masih hutan atau kebun tidak terawat, untuk selanjutnya dana yang diperoleh dari swadaya dan sponsor. e. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Kelompok Sadar Wisata Limbasari meliputi : 1) Gedung sekertariat 2) Transportasi berupa 1 unit mobil pick up 3) Perlengkapan aktivitas wisata, meliputi 200 donut boat, 200 pelampung, 100 helmet, 30 sepatu boat 4) 4 toilet 5) Mushola 6) Home Stay 7) Papan pengumuman 8) 1 unit televisi dan computer 9) Papan nama, papan petunjuk jalan 10) Ruang tunggu 11) Ruang dapur 12) Ruang Pemandu 13) Gudang penyimpanan alat
88
14) Tempat parkir 15) Penerangan / listrik f. Kebijakan Pemerintah 1) Melakukan inovasi atau rekayasa dan pengembangan seluruh aspek kepariwisataan yang berlandaskan pada wisata budaya, wisata bangunan bersejarah, wisata pendidikan, wisata konvensi, wisata minat khusus dan wisata belanja. 2) Mengembangkan dan melastarikan nilai – nilai positif budaya, serta kearifan
lokal,
meningkatkan
fasilitas
untuk
proses
paduan
atau
yang
akan
akulturasi budaya dengan budaya nusantara dan asing. g. Rencana Aksi 1) Optimalisasi
pemasaran
dan
kerjasama
pariwisata
mendatangkan wisatawan ke Desa serta menjadikan Desa Limbasari menjadi Desa terpadu, pemasaran pariwisata yang bertujuan untuk mengenalkan Desa Limbasari sebagai Desa pariwisata yang terpadu. 2) Pengembangan dan peningkatan kualitas dan kuantitas wisata minat khusus sebagai alternative lain bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Limbasari serta dapat menambah daya tarik dan lama tinggal wisatawan di Desa Limbasari. Wisata minat khusus yang dikembangkan antara lain wisata belanja, pendidikan, budaya, sejarah, dll. 3) Pengembangan kawasan wisata beserta potensi yang ada di dalamnya sebagai obyek wisata alternative yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan.
89
4) Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan industri pariwisata sebagai fasilitas yang diberikan kepada wisatawan 5) Peningkatan kualitas dan kuantitas atraksi seni 6) Memperbanyak even – even wisata seni, budaya, ekspo, maupun konvensi berskala lokal, regional, nasional, maupun internasional 7) Pengembangan
dan pembinaan kesenian dan kebudayaan berbasis
masyarakat dan kewilayahan sebagai penyangga utama kepariwisataan di Desa Limbasari 8) Pengembangan dan peningkatan kuantitas serta kualitas fasilitas, sarana prasarana yang menunjang keindahan dan kenyamanan Desa Limbasari 9) Peningkatan kesadaran masyarakat dan seluruh stake holder terhadap persoalan kepariwisataan di Desa Limbasari. 10) Kemudahan aksebilitas bagi siapa pun yang berkunjung ke Desa Limbasari. 5. Subyek Penelitian Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme,
finansial,
dan lainnya. Kontribusi adalah
suatau keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam masyarakat sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari beberapa aspek. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kontribusi dalam penelitian ini adalah sumbangan dan keterlibatan Kelompok Sadar Wisata Limbasari dalam mengembangkan obyek wisata serta Peran Pemerintah desa, dimana hal ini
90
merupakan salah satu upaya memberdayakan masyarakat. Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah pemerintah desa yaitu Kepala Desa, pengelola Pokdarwis, Tokoh masyarakat yaitu kepala dusun dan masyarakat. Berikut disajikan subyek penelitian berdasarkan pengumpulan data : a. Ibu HM Beliau merupakan kepala desa Limbasari yang sangat berperan dalam mengembangkan pariwisata yang ada di desa Limbasari. b. Bapak EP Beliau merupakan salah satu tokoh masyarakat (kepala dusun) yang cukup aktif dalam setiap kegiatan, beliaulah salah satu pendiri Kelompok Sadar Wisata Limbasari. c. Mas AM Beliau merupakan salah satu anak muda dan anggota Kelompok Sadar Wisata Limbasari yang gencar mempromosikan Desa Wisata Limbasari. d. Mas DJ Beliau adalah ketua dari Kelompok Sadar Wisata yang berlatar belakang pendidikan S1 yang bertugas mengontrol seluruh kegiatan pokdarwis dan bertanggung jawab atas semua yang berkaitan dengan kelompok sadar wisata Limbasari. e. Mas BS
91
Beliau dalam kelompok sadar wisata yang berperan di bidang
pemandu,
yang
bertugas
sebagai
guide
bagi
para
pengunjung. f.
Mas IS Beliau merupakan salah satu anggota Kelompok Sadar Wisata Limbasari yang bertugas membantu kelancaran dalam persiapan alat untuk aktivitas wisata.
g. Bapak SL Beliau
merupakan
warga
masyarakat
yang
bertempat
tinggal di Desa Limbasari. Meskipun beliau tidak secara langsung ikut dalam kegiatan aktivitas wisata, akan tetapi beliau sangat mendukung
dan
aktif
dalam
setiap
mengembangkan tempat tinggal mereka. h. Bapak AG Beliau merupakan sekertaris desa Limbasari
92
musyawarah
guna
B. Deskripsi Data Penelitian 1. Strategi – strategi Pengembangan Desa wisata Strategi pengembangan Desa wisata di Desa Limbasari merupakan salah satu langkah untuk menunjukkan kegiatan wisata di Desa Limbasari dan sekaligus usaha untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke Desa Limbasari. Strategi pengembangan pariwisata di Desa Limbasari dapat ditentukan dengan terlebih dahulu mengetahui karakteristik dan potensi – potensi yang dimiliki oleh obyek wisata Desa
Limbasari.
Langkah
–
langkah
yang
dilakukan
dalam
menentukan Strategi – Strategi Pengembangan Desa wisata adalah sebagai berikut : a.
Identifikasi Potensi yang dimiliki Desa Limbasari Berdasarkan rangkuman data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan ketua pokdarwis, anggota pokdarwis, masyarakat dan kepala desa, serta hasil dokumentasi dan observasi yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diketahui potensi – potensi yang dimiliki oleh Desa wisata Limbasari. Potensi tersebut terdiri dari faktor internal serta faktor eksternal. Berikut ini disajikan analisis data dari hasil observasi lapangan : 1) Desa Limbasari yang sangat alami dan sejuk Desa limbasari dikelilingi oleh hutan – hutan serta tepat dibawah kaki gunung yang mengakibatkan Desa Limbasari ini sangat asri dan sejuk. Kawasan disekitar Desa Limbasari masih
93
sangat asri dan hijau. Lahan sawah yang menghampar luas nan hijau, serta pepohonan yang indah menambah panorama yang elok di Desa Limbasari ini. Udara yang sejuk membuat pikiran menjadi rileks dan jernih. 2) Wisata minat khusus Tubing Tubing atau river tubing adalah kegiatan meluncur bebas diatas
permukaan
sungai
yang
berarus
ringan
dengan
menggunakan ban dalam mobil yang terbungkus cover agar lebih aman dan kenyamanan disediakan alas di tengah bolongan ban. Seperti layaknya rafting, peserta juga dilengkapi dengan helmet, pelampung keselamatan dan pelindung kaki. Tubing di Desa Limbasari ini memiliki harga yang terjangkau yaitu Rp 70.000 per orang, sudah mendapatkan fasilitas makan berat dan snack, serta free soft copy photo. 3) Paket wisata Gendhis Jawi Wisata ini adalah wisata edukatif yang menawarkan kepada wisatawan untuk belajar cara membuat gendis jawi dari pembuatan awal hingga terbentuknya gendhis jawi. Paket wisata ini adalah dengan berkelompok yang minimal kelompoknya terdiri dari 10 orang. Harga dari paket wisata ini adalah Rp 80.000 dengan fasilitas alat dan bahan yang sudah disiapkan, makan berat dan snack, gendhis jawi yang telah dibuat, free soft copy dokumentasi photo.
94
4) Kebun belajar Ber cocok tanam Paket wisata ini diperuntukan untuk anak sekolah dasar. Paket wisata ini mengajarkan kepada pengunjung cara bercocok tanam, biasanya media yang digunakan adalah dengan media tanah, tanaman palawija serta buah strawbery. Paket wisata ini memiliki fasilitas pemandu, alan dan bahan yang telah disediakan, serta makan berat dan snack ringan. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
dalam
strategi
dalam
pengembangan di Desa Limbasari meliputi pengidentifikasikan potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari, penetapan tujuan jangka panjang, dan pemilihan strategi. Penerapan strategi mengharuskan pemerintah desa
untuk
menetapkan
tujuan
tahunan,
membuat kebijakan dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi – strategi yang telah dirumusakan dapat dijalankan. penilaian strategi adalah tahap akhir dalam manajeman strategi yang mencakup : a) Peninjauan ulang faktor – faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini b) Pengukuran kinerja c) Pengambilan langkah kolektif Pengembangan pariwisata di Desa Limbasari merupakan salah satu strategi pemerintah desa karena belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam. Oleh karena itu pemerintah desa memiliki tanggung jawab untuk menjadi pelopor pengembangan pariwisata di Desa Limbasari.
95
Langkah selanjutnya dari strategi pengembangan pariwisata di Desa
Limbasari
menurut
Kepala
Desa
Limbasari
yaitu
dengan
pengidentifikasiakan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari. Berdasarkan wawancara dengan Ibu “HM” pengidentifikasikan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Peluang a. Sistem pengembangan pariwisata yang tidak kenal waktu, batas dan wilayah b. Daya tarik wisata yang dikelola dengan baik akan menjadi sumber pendapatan yang tidak ada putusnya c. Daya tarik wisata yang dikembangkan dapat memicu tercapainya kesejahteraan masyarakat 2. Ancaman a. Polusi, khususnya polusi udara yang timbul dari kendaraan bermotor wisatawan dari luar kabupaten Purbalingga. b. Budaya lokal yang dapat bergeser akibat interaksi masyarakat lokal dengan pariwisatawan 3. Kekuatan a. Potensi daya tarik wisata atau obyek pariwisata yang indah b. Masyarakat yang mendukung pengembangan pariwisata c. Pemerintah yang sangat peduli dalam bidang kepariwisataan 4. Kelemahan
96
a. Sumber
daya
manusia
internal
pariwisata
dan
pengelola
pariwisata yang masih belum memenuhi beberapa kualifikasi, misalnya
tingkat
pendidikan,
golongan
atau
pangkat
serta
keterampilan yang didapat dari kursus b. Terbatasnya sarana dan prasarana pariwisata, misalnya akses jalan menuju obyek pariwisata c. Terbatasnya dana Berdasarkan
identifikasi
peluang,
ancaman,
kekuatan
dan
kelemahan internal menunjukkan bahwa peluang, dan kekuatan lebih besar dibandingkan dengan ancaman dan kelemahan yang dimiliki, sehingga Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata Limbasari harus dapat mengoptimalkan pengembangan pariwisata di Desa Limbasari Untuk menentukan strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata setelah dilakukan identifikasi, maka diperlukan cara untuk meminimalisir kelemahan dan ancaman yang ada. Kelemahan dalam pengembanga
pariwisata
adalah
Sumber
Daya
Manusia
internal
pariwisata yang belum memenuhi beberapa kriteria baik secara kualitas maupun kuantitas, terbatasnya sarana dan prasarana pariwisata seperti akses jalan, serta terbatasnya dana. Kelemahan terkait Sumber Daya Manusia internal pariwisata dapat diatasi dengan menyelenggarakan pelatihan, seminar maupun bentuk – bentuk lain yang dapat menambah kapasitas dan pengetahuan terkait pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Dari segi kualitas dari pihak pemerintah desa dapat
97
melakukan
rekruitmen
Sumber
Daya Manusia yang baru dengan
memenuhi standar dan kriteria yang ditetapkan. Salah satu contohnya dengan melakukan rekruitmen SDM pengembangan pariwisata dari lulusan S1
khususnya S1
pariwisata.
Selanjutnya untuk mengatasi
terbatasnya sarana dan prasarana misalnya mengenai akses jalan yang telah dilakukan perbaikan. Akses jalan menuju lokasi wisata mulai diperbaiki untuk memfasilitasi wisatawan. Melalui perbaikan akses jalan diharapkan
wisatawan
dapat
melakukan
perjalanan wisata dengan
nyaman. Selanjutnya tentang terbatasnya dana dari pihak Kabupaten, Kelompok Sadar Wisata telah berusaha menjaring dana serta menjalin kerjasama dengan pihak swasta atau departemen yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata. Ancaman yang diprediksi terjadi dalam pengembangan pariwisata adalah polusi yang datang dari kendaraan wisatawan serta pergeseran budaya lokal kerena interaksi masyarakat dengan wisatawan. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut. Pemerintah desa menghimbau kepada seluruh warga Desa Wisata untuk menjaga pohon – pohon, jangan menebangi pohon apabila pohon belum waktunya untuk ditebang. Dengan terjaganya hutan maka akan meminimalisir terjadinya polusi udara. Sedangkan untuk pergeseran budaya lokal, menurut Kepala Desa Limbasari belum banyak terjadi. Legenda Putri Ayu Limbasari kini juga sudah dibuku kan sehingga masyarakat luar dapat mengetahui dengan membaca
bukunya.
Setelah
98
mengetahui
serta
memenimalisir
kekuarangan dan ancaman yang ada, pengembangan pariwisata di Desa Limbasari dapat lebih fokus pada kekuatan dan peluang yang ada sehingga dapat menerapkan Pengembangan Pariwisata Berbasis CBT. Selanjutnya
penetapan
tujuan
jangka
panjang
merupakan
pengembangan dari fungsi dan tugas pokok pemerintah desa Limbasari yang dibantu oleh Kelompok Sadar Wisata Limbasari. Kelompok Sadar Wisata lebih menggencarkan marketing melalui promosi media cetak maupun media massa tentang obyek wisata yang ada di Desa Limbasari. Pada
akhirnya
pemilihan
strategi pengembangan
wisata
di Desa
Limbasari sebagai obyek wisata adalah berdasarkan daftar prioritas dan penambahan fasilitas. Berdasarkan wawancara kepada Kepala Desa Limbasari, Strategi yang dilakukan dalam mengembangkan pariwisata, yaitu : “Strategi pemerintah desa untuk mengembangkan wisata yang ada di Limbasari dengan menyediakan dan memfasilitasi kelompok sadar wisata mbak, contohnya memberdayakan pemuda Limbasari untuk bergabung dalam pokdarwis dan menyetujui ide – ide dari pokdarwis yang sekiranya dapat mengembangkan Desa, selain itu memberikan dana kepada pokdarwis dari pemerintah kabupaten dalam penyediaan fisik mbak, yang penting ada komunikasi antara pokdarwis dengan pemerintah desa, biar sama – sama tahu, pemerintah desa juga sebagai jembatan antara pokdarwis dengan dinas pariwisata Purbalingga. ” Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata di Limbasari. Kepala Desa harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana. Sarana sesuai dengan namanya
menyediakan
keberhasilan
sebagai
kebutuhan desa
wisata.
99
pokok
yang
Fasilitas
dapat
yang
menentukan
tersedia
dapat
memberikan pelayanan kepada para wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kesimpulan dari seluruh strategi yang telah dijabarkan diatas adalah, pengembangan wisata berbasis masyarakat di Desa Limbasari berdasarkan potensi obyek wisata dan kesiapan masyarakatnya. Strategi yang pertama yaitu merancang berbagai produk wisata seperti misalnya program atau paket – paket wisata dan strategi yang kedua adalah yaitu meningkatkan kemampuan dan keterampilan dan kompetensi masyarakat dalam mengelola wisata,
karena dalam CBT masyarakatlah yang
memiliki peranan utama dalam pengelolaan. Strategi yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Desa yaitu dengan meningkatkan promosi obyek wisata Pemasaran atau promosi dan inovasi kegiatan – kegiatan pariwisata penting untuk dilakukan karena hal tersebut dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Dalam promosi dan inovasi pariwisata harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana
yang
menarik
dalam
mempengaruhi pengunjung untuk
obyek
wisata,
sehingga
mampu
datang. Meningkatkan sarana dan
prasarana serta infrastruktur yang menunjang seperti membangun wahana permainan, outbond, dan fasilitas – fasilitas penunjang lainnya sehingga menarik dan memberik kenyamanan bagi pengunjung. Disamping itu, perbaikan
jalan
yang rusak
dan pelebaran jalan tentunya dapat
memudahkan akses jalan bagi pengunjung.
100
2.
Usaha – Usaha Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi Kelompok Sadar Wisata Limbasari melalui pengembangan pariwisata berbasis CBT meliputi suatu pemikiran atau ide – ide, sehingga muncul beberapa program
yang
menunjang
pengembangan
obyek
wisata
dengan
melibatkan masyarakat setempat. Kelompok sadar wisata Limbasari telah banyak memberikan kontribusi berupa perubahan – perubahan yang ada di Desa Limbasari, misalnya sarana dan prasarana yang memadai standar untuk wilayah kawasan wisata. Beberapa bentuk keterlibatan kelompok sadar wisata dalam pengambangan obyek wisata berupa
penyediaan
fasilitas
akomodasi atau
home
stay
dengan
menggunakan rumah – rumah warga sekitar, penyediaan jasa pemandu wisata
dengan menggunakan warga masyarakat serta penyediaan
konsumsi
wisatawan
dengan
memberikan
kesempatan
warga
masyarakat untuk jualan dilokasi wisata. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme,
finansial,
dan
lainnya.
Kontribusi
adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap
peran dalam masyarakat sehingga
memberikan dampak yang kemudian dinilai dari beberapa aspek. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kontribusi dalam penelitian
101
ini adalah sumbangan dan keterliabatan Kelompok Sadar Wisata Limbasari dalam pengembangan pariwisata. Usaha – usaha pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat lokal
masih
sangat
sedikit,
karena
masyarakat
tidak
memiliki
kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasis
alam
dan
budaya,
sehingga
perlunya
partisipasi
aktif
masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga keamanan, keindahan serta
kebersihan
lingkungan,
memberikan kesan yang baik
bagi
pengunjung dalam rangka mendukung program sapta pesona, serta menanamkan
kesadaran
masyarakat
dalam rangka
pengembangan
obyek wisata. Saat ini Kelompok Sadar Wisata Limbasari yang telah 3 tahun mlibatkan potensi yang ada di kawasan Limbasari, kelompok sadraw
wisata
telah
banyak
mengupayakan
berbagai
program
pengembangan pariwisata dengan melibatkan masyarakat setempat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mas “DJ” yang menjabat sebagai ketua Pokdarwis Limbasari, berikut : “Tujuan dibentuknya kempok sadar wisata di desa Limbasari ini adalah untuk memberikan ide – ide atau pemikiran untuk mengembangkan pariwisata yang ada di desa Limbasari mbak, dan juga untuk mengajak masyarakat untuk terlibat langsung dengan kegiatan yang dilaksanakan, sampai sekarang alhamdulillah masyarakat mendukung, namun tidak semua warga masyarakat mau berkontribusi dalam wisata ini mbak karena kesibukan masing – masing”.
102
Unsur penting dalam pengembangan pariwisata yang berada di kawasan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut. Pengembangan obyek wisata dikawasan
desa
wisata
sebagai
pengejawantahan
dari
konsep
pemberdayaan masyarakat mengandung arti bahwa masyarakat desa memperoleh
manfaat
sebesar
–
besarnya
dalam
pengembangan
pariwisata. Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat diluar aktifitas mereka sehari – hari. Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, namun lebih kepada upaya merubah potensi apa yang ada di desa dan kemudian dikembangkan
dengan
sedemikian
rupa
sehingga
menarik
untuk
dijadikan wisata. Pembangunan fisik yang dilakukan dalam rangka pengembangan
desa
seperti
penambahan
sarana
jalan
setapak,
perbaikan jembatan, penyediaan MCK, penyediaan air bersih dan sanitasi yang lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan dinikmati oleh pengunjung serta memberikan kesan positif kepada Desa Limbasari. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak “EP” selaku kepala dusun, yaitu : “Awal Pokdarwis diresmikan, jujur kami tidak punya apa – apa mbak, ada sekitar 50 orang yang patungan mbak, dan semua warga 103
ditarik iuaran, namun kami kemudian diarahkan untuk membuat proposal bantuan dana ke pemerintah dan mendapatkan bantuan dana sekitar 65 juta, uang itu kami bagi – bagi untuk pengadaan sarana dan prasarana seperti penambahan boat/ban, awalnya kita menggunakan ban bekas mobil, dan uang tersebut kita gunakan juga untuk membuat brosur dan pelatihan untuk kelompok sadar wisata Limbasari” Hal ini juga disampaikan oleh Ibu “HM” selaku Kepala Desa Limbasari : “Jika tidak ada potensi dan kemauan untuk mengambangkannya maka kita tidak bisa makan mbak, penghasilan yang lumayan ya dari wisata ini mbak, dengan bantuan kelompok sadar wisata Limbasari potensi alam, budaya disini jadi dapat dikembangkan sebagai desa wisata dan semakin terkenal di Kabupaten Purbalingga. Jembatan pengayom itu juga baru diresmikan oleh Bupati Purbalingga setahun yang lalu, pembangunan fisik ini sangat membantu dalam pariwisata, akses jalan jadi semakin mudah mbak” Selain itu, beberapa bentuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Pengembangan Pariwisata di Desa Limbasari adalah dengan penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah – rumah penduduk (home stay) dengan kisaran harga Rp 300.000,00 untuk kamar Executive dan Rp 100.000,00 untuk
kamar
biasa.
Penyediaan
kebutuhan
konsumsi
wisatawan,
pemandu wisata, penyediaan transportasi lokal, dan lain – lain. Sesuai dengan
hasil observasi penelitian,
ada
beberapa
homestay
yang
menggunakan rumah warga setempat. Telah banyak kontribusi yang diberikan oleh Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata Limbasari dalam kaitannya mengembangan obyek wisata di kawasan Desa Wisata Limbasari. Pengembangan suatu obyek wisata yang berada dikawasan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan,
104
yang
membutuhkan
kerjasama
dengan
berbagai
komponen
penyelenggara pariwisata yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal ini telah diungkapkan oleh Mas “RM” yang menjabat dalam bagian promosi, yaitu : “Kemitraan wisata disini untuk mempromosikan dan mengembangkan obyek wisata, tentunya dengan bekerja sama dengan Kepala Desa karena yang terpenting adalah persetujuan dari pihak Kepala Desa, kerjasamanya dengan agen Travel yang ada di jawa tengah dan dengan angkutan umum Bobotsari dimana mereka menjual paket dari kami, sedangkan dengan masyarakat kami bekerjasama dengan memberikan kesempatan kepada mereka yang tidak dapat terlibat langsung dengan kegiatan kepariwisataan” Adapun
beberapa
program
yang
telah
dilaksanakan
oleh
Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata Limbasari, meliputi : a. Program Pemerintah Desa 1) Mangerial Organisasi Pelaksanaan program ini secara menyeluruh baik sasaran, metode dan proses melibatkan partisipasi dari masyarakat dan tokoh masyarakat di wilayah sasaran sehingga mendorong dan menumbuhkan
kesadaran
masyarakat
untuk
terlibat
dalam
kegiatan pengelolaan organisasi kelompok sadar wisata. Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam me manage pariwisata serta membekali masyarakat dengan skill keorganisasian. Program ini biasanya dilaksanakan 5 bulan sekali yang dilakukan secara berkala. 2) Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
105
Sasaran dalam pelatihan ini adalah pengelola kelompok sadar wisata Limbasari yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan sebagai masyarakat yang hidup dikawasan wisata. Program pelatihan ini memiliki hasil yang diharapkan / output program meliputi masyarakat mengerti dan menyadari akan tingkat bahaya atau resiko aktivitas wisata yang ada ditengah mereka. b. Program Kelompok Sadar Wisata Limbasari 1) Pelatihan standart operating procedure Pelatihan
ini
melibatkan
masyarakat
khusunya
yaitu
pemuda daerah Limbasari yang tergabung dan terlibat langsung dalam
kegiatan
pariwisata.
Pelatihan
ini
juga
meilbatkan
masyarakat sekitar, serta perwakilan dari tokoh masyarakat yang tinggal dikawasan desa wisata. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan bagaimana memposisikan dan menempatkan diri untuk memulai aktiviatas dikawasan wisata, untuk menjaga kenyamanan pengunjung. 2) Pelatihan bahasa inggris Program ini diberikan atau diperuntukkan untuk anggota kelompok sadar wisata namun tetap melibatkan partisipasi dari masyarakat yang tergabung dalam kelompok
sadar wisata,
masyarakat sekitar, dan tokoh masyarakat setempat. Program ini bekerjasama dengan guru SMA N 1 Bobotsari untuk memberikan
106
pelatihan. Output dari program ini adalah masyarakat dapat berbahasa inggris karena desa Limbasari adalah kawasan desa wisata yang dikunjungi berbagai masyarakat dari luar maupun dalam negeri. 3) Pelatihan Kepemanduan Tujuan pengetahuan
dari
pelatihan
ini
dan
meningkatkan
adalah wawasan
untuk
memberikan
tentang
tatcara,
prosedur serta kiadah – kaidah dalam rangka kepemanduan di dalam kawasan wisata. Program pelatihan ini mempunyai hasil yang
diharapkan
/
output
meliputi,
pemandu wisata yang
memiliki dedikasi dan rasa tanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan pelestarian alam. 4) Rapat rutin akhir bulan Kegiatan ini merupakan media bertemu antara anggota kelompok dengan tokoh – tokoh masyarakat untuk belajar bersama, bertukar informasi, dan berdiskusi evaluasi tentang kegiatan – menuntun
kegiatan mereka selama ini. Diskusi kelompok anggota
untuk
berpartisipasi
aktif
sehingga
memunculkan ide – ide baru untuk kegiatan – kegiatan mereka selanjutnya yang berkitan dengan pengembangan pariwisata. Pengembangan
pariwisata
dituntut
adanya
perubahan
dan
pemberdayaan masyarakat dalam setiap tahapnya. Masyarakat sebagai pemangku dalam pengembangan pariwisata mempunyai peranan penting
107
dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, serta sosial budaya. Masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk berperan dalam penyelenggaraan
kepariwisataan.
Peran
serta
masyarakat
dalam
memelihara sumber daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik wisata. Pariwisata sebagai fenomena ekonomi, akan dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitar obyek wisata. Pariwisata berbasis CBT adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat. Salah satu dampaknya adalah dalam bidang ekonomi. Beberapa pengaruh pengembangan pariwisata berbasis CBT, antara lain : a.
Adanya lapangan kerja Adanya perkembangan aktivitas pariwisata di dalam kawasan desa wisata mengakibatkan perubahan pada tingkat pendapatan masyarakat yang cukup signifikan. Pada kesempatan kerja dan mengalami peningkatan, hal ini karena salah satu dampak dari kegiatan
pariwisata
adalah
mampu
menyediakan
lapangan
pekerjaan baru, dengan membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti : pemandu, dll. Hal ini dapat
108
dilihat bahwa, mulai berkurangnya pengangguran di wilayah Desa Limbasari. b. Adanya sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang memadai demi kemyamanan dan keamanan pengunjung yang secara langsung dan tidak langsung dapat dipergunakan oleh penduduk lokal. Hal ini dapat dilihat dari perubahan fisik yang ada di Desa Limbasari seperti adanya perbaikan
jembatan
pengayom,
jalan
telah
di
aspal serta
penambahan jalan setapak. Sarana MCK yang semakin layak dan bersih agar membuat pengunjung nyaman, dengan adanya manfaat aktivitas pariwisata terhadap kehidupan ekonomi ternyata dapat meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kawasan wisata di Desa Limbasari. c. Pendidikan Pendidikan sebagai media yang ampuh untuk menyiapkan masyarakat untuk melayani dan memenuhi kebutuhan informasi bagi wisatawan, baik informasi mengenai kondisi fisikal daerah maupun kultural yang berkembang di masyarakat. Pendidikan masyarakat yang ditekankan adalah pendidikan dalam memilihara kelestarian obyek dan budaya, agar menjadi aset dan jasa yang bisa dijual. Banyak informasi yang terkandung di lokasi pariwisata tidak dapat dijual karena keterbatasan pendidikan yang dimiliki oleh
masyarakat
pariwisata.
109
Bentuk
pendidikan
yang
dikembangkan adalah pendidikan non formal seperti diberikannya –
pelatihan
pelatihan
untuk
memberikan
pengetahuan
dan
pengelaman kepada masyarakat sekitar. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak “SL”, yaitu : “Masyarakat yang ada di sini perlu dibekali pendidikan, ya biar bisa menjelaskan potensi – potensi yang ada disini mbak dari yang berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sejak tahun 2013 pemerintah desa sudah memfasilitasi dan memberikan pelatihan – pelatihan kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata mbak, masyarakat sangat antusias dan mau berpartisipasi” Hal ini juga disampaikan oleh Mas “DJ” selaku ketua kelompok sadar wisata Limbasari : “Dengan adanya Kelompok Sadar Wisata ini masyarakat mau ikut serta dalam pengembangan pariwisata seperti mengikuti pelatihan – pelatihan, peran kelompok sadar wisata adalah sebagai fasilitator, sebagai obyek dan subyek mbak” Pendidikan berbasis masyarakat di Desa Limbasari berorientasi kepada pengembangan masyarakat dan yang terpenting adalah peran dan keikutsertaan masyarakat dalam setiap kegiatan positif yang ada di Desa Limbasari. d. Keterampilan Keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat sebagai kunci pengembangan adalah
keterampilan
wisatawan,
baik
keterampilan informasi
kepariwisataan.
berupa
dalam
yang
dalam
Keterampilan menyediakan
keterampilan
menyuguhkan
dibutuhkan. 110
yang
dimaksud
berbagai kebutuhan
dalam menerima
berbagai
Keterampilan
atraksi
yang
atau
maupun
dimiliki oleh
masyarakat sangat berkaitan erat dengan kreativitas dan ide – ide atau gagasan yang dimiliki oleh masyarakat, oleh karena itu pembinaan kreativitas harus selalu dikembangkan. Meningkatnya keterampilan masyarakat di Desa Limbasari ini terlihat ketika dengan dibukanya obyek wisata di Desa Limbasari. e. Adat Adat merupakan aset wisata, sehingga adat yang baik perlu terus
dikembangkan
dan
diperkenalkan.
Misalnya,
berbagai
kepercayaan atau upacara yang dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat. Banyak wisatawan yang ingin datang ke suatu lokasi wisata yang hanya tertarik oleh berbagai keunikan adat istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakatnya. Adat biasanya muncul tidak
serta
kehidupan
merta
melainkan
bermasyarakat
merupakan suatu hasil proses
yang
cukup
panjang
sepanjang
kehidupan masyarakat itu sendiri, sehingga mengandung berbagai filosofi hidup dan mengandung nilai – nilai pendidikan yang luar biasa. f.
Aturan dalam bermasyarakat Banyak yang berpendapat jika pada suatu desa ada wisata yang dikembangkan
maka
aturan
bermasyarakat
semakin
rusak.
Pendapat yang seperti ini perlu diluruskan, seharusnya aturan dalam masyarakat dapat dikemas menjadi daya tarik wisata, terkadang aturan dalam bermasyarakat dapat dikemas menjadi
111
daya
tarik
wisata
yang
dapat
menarik
wisatawan
dalam
mempelajari aturan masyarakat yang ada di Desa Limbasari. Aturan yang ada di masyarakat ini juga dapat digunakan sebagai media pendidikan bagi para pengunjung. g. Penampilan masyarakat Penampilan merupakan akumulasi dari berbagai pemahaman dan
pengetahuan
termasuk
keterampilan
yang
dimiliki
oleh
masyarakat, cerminan dari akumulasi tersebut akan nampak berupa penampilan
sikap
dan
aura
jiwa dari masyarakat tersebut.
Penampilan lingkungan yang ada merupakan suatu daya tarik yang tidak kalah penting dalam menarik wisatawan, oleh karena itu lingkungan harus dijaga kelestariannya terutama penampilan yang membuat wisatawan merasa aman dan nyaman. Perubahan – perubahan dalam aspek penampilan, sangat terlihat
jelas
dari kesejateraan
masyarakat
Desa
Limbasari,
khusunya mereka yang terlibat secara langsung dalam kegiatan atau aktivitas wisata. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mas “DJ” selaku Ketua Pokdarwis Limbasari : “Alhamdulillah mbak sekarang yang menjadi anggota dari kelompok sadar wisata di Limbasari ini sudah berseragam, biar terlihat rapi dan indah dipandang oleh pengunjung mbak dan biar semangat” h. Sikap Sikap
sangat penting dalam menghadapi para wisatawan
karena dengan sikap yang baik maka pengunjung akan merasa 112
nyaman dan mau berlama – lama di tempat wisata. Dengan adanya pengembangan
pariwisata
yang
ada
di Desa
Limbasari ini
berpengaruh pada perubahan sikap masyarakat, hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak “SL” : “Pemuda disini dulu banyak yang nongkrong – nongkrong, ada yang suka mabok – mabokan, namun sekarang sudah hilang mbak seiring dengan berkembangnya desa wisata disini mbak” Dalam dunia pariwisata, terlebih dalam pengembangan wisata yang berada di lingkup desa wisata, tentunya sangat lekat dengan campur
tangan
masyarakat.
Pemikiran
masyarakat
dalam
memandang tamu atau pengunjung harus diubah yang tadinya wisatawan sebagai saingan diubah menjadi aset dan sumber kehidupan. Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak “EP” sebagai berikut : “Dari awal saya sudah mengingatkan masyarakat dan anggota kelompok sadar wisata untuk beranggapan bahwa pengunjung yang datang ke desa ini merupakan peluang untuk pemasukan desa, karena dengan adanya pengunjung pendapatan desa meningkat” Masyarakat perlu disadarkan bahwa wisatawan yang datang ke Desa Limbasari adalah untuk berwisata yang akan menambah masukan bagi warga dan akan menciptakan berbagai lapangan pekerjaan.
Perlu
ditanamkan
juga
bahwa
pengunjung
atau
wisatawan merupakan lapangan pekerjaan, sehingga masyarakat mempunyai kewajiban untuk
113
menghormati dan melayani agar
pengunjung menjadi nyaman dan mau berlama – lama di tempat wisata. Hal ini juga diungkapkan oleh Mas “AD” sebagai berikut : “Sejak saya bergabung dalam kelompok sadar wisata Limbasari, saya menganggap akan mengganggu karena berisik, namun setelah saya tahu dari berbagai pelatihan yang diberikan jadi tahu kalau pengunjung akan mambawa keuntungan bagi pokdarwis dan bagi masyarakat setempat” Hal ini dapat dilihat dari sikap masyarakat yang ramah dan menghormati terhadap wisatawan. Mereka merasa tidak terganggu dengan adanya perubahan dimana yang dulunya desa mereka merupakan desa biasa – biasa saja, namun sekarang menjadi desa yang ramai dan banyak tujuan wisata yang ditawarkan.
Usaha – usaha yang dilakukan Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata Limbasari adalah : 1. Melakukan Program – Program yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata seperti program pelatihan yang diadakan oleh Kepala Desa dan Kelompok Sadar Wisata Limbasari. 2. Penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah – rumah masyarakat setempat(home stay) 3. Melibatkan
masyarakat
setempat
dengan
pemandu wisata atau guide. 4. Menerapkan sapta pesona pariwisata 5. Menjaga lingkungan tetap bersih, asri dan indah.
114
menjadikan
6. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta 3. Faktor Penghambat
dan Faktor Pendukung
Pengembangan
Pariwisata a. Faktor Pendukung Dari hasil penelitian terdapat beberapa faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata berbasis CBT, seperti yang disampaikan oleh “DJ” selaku ketua kelompok sadar wisata di Desa Limbasari. “Masyarakat di Desa Limbasari sangat antusias mbak, karena pengembangan pariwisata berbasis CBT ini bermanfaat bagi masa depan mereka. Namun dengan adanya pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ini diharapkan jangan merusak alam karena potensi alam lah yang menjadi simbol di Desa Limbasari ini”. Selain itu,
peneliti juga menemukan faktor pendukung yang
lainnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh “HM” selaku Kepala Desa Limbasari : “Banyak pihak swasta yang mendukung pengembangan pariwisata berbasis CBT ini, seperti sopir angkutan umum Kecamatan Bobotsari karena angkutan besar seperti Bus tidak dapat masuk ke Desa Limbasari karena jalan yang sempit dan berliku, selain itu juga kami mendapatkan bantuan keuangan / PNPM Mandiri Kepariwisataan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Purbalingga. Hal ini dapat meningkatkan sarana dan prasana untuk mendukung Tubing, jembatan yang ada dibawah juga baru diresmikan kemarin mbak oleh Bapak Kento”. Dari pernyataan – pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam pengembangan pariwisata berbasis CBT di Desa Limbasari dapat berjalan dengan baik karena adanya faktor – faktor yang mempengaruhi atau mendukung pengembangan pariwisata di Desa Limbasari, antara lain :
115
1) Faktor masyarakat Usaha pengembangan pariwisata tidak dapat terlepas dari peranan dan partisipasi masyarakat di sekitar obyek wisata. Bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata antara lain dengan menyediakan sarana wisata seperti rumah penginapan, rumah makan serta keramahtamahan serta kesediaan masyarakat untuk menerima wisatawan yang berkunjung ke Desa Limbasari. 2) Faktor keuangan Faktor ini merupakan faktor yang penting dalam pengembangan pariwisata dengan tersedianya dana yang memadai, pengembangan pariwisata tidak dapat dilakukan secara optimal, karena produk – produk wisata pada dasarnya adalah sama dengan produk industri yang harus selalu dikembangkan agar kelangsungannya dapat terjaga. 3) Faktor alam Desa Limbasari memiliki keindahan alam yang indah dan menarik seperti berupa kaki bukit, gunung, air terjun (jurug), sungai, hutan serta iklim yang sejuk. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung karena pada dasarnya pengunjung lebih menyukai wisata yang alami atau back to nature. 4) Faktor sejarah Peninggalan sejarah di suatu daerah dapat menjadi daya tarik yang potensial untuk dikembangkan seperti peninggalan sejarah zaman Neolitikum yang ada di Desa Limbasari berupa batu dan bangunan –
116
bangunan purbakala peninggalan sejarah, di Desa Limbasari juga memiliki legenda yang sangat fenomenal di kalangan masyarakat yaitu Legenda “Putri Ayu Limbasari”, hal ini yang membuat Desa Limbasari terkenal akan potensi wisatanya di Kabupaten Purbalingga. 5) Faktor sumber daya manusia Kualitas
sumber
daya
manusia
terutama
pengelola
pariwisata
merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan pariwisata. Kualitas sumber daya yang baik akan menghasilkan kualitas kinerja yang efektif dan efisien serta terciptanya mutu pelayanan yang baik dalam bidang pariwisata. 6) Kemitraan / kerjasama Kerjasama dengan pihak swasta dapat mengenalkan potensi – potensi yang
dimiliki di Desa
Limbasari yang
mengakibatkan
banyak
pengunjung / masyarakat ingin mengetahui secara langsung wisata apa saja yang ada di Desa Limbasari. 7) Transportasi Jalur
transportasi
yang
mudah
dijangkau
yaitu
ketersediannya
angkutan umum serta kondisi jalan yang baik sehingga memudahkan pengunjung menuju lokasi desa Wisata Limbasari. 8) Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang memadai merupakan faktor penting dalam pengembangan pariwisata karena demi keamanan dan kenyamanan pengunjung.
117
b. Faktor Penghambat Pengembangan pariwisata berbasis CBT di Desa Limbasari juga memiliki faktor penghambat, seperti yang disampaikan oleh “EP” : “Masyarakat senang dengan adanya pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ini, namun tidak semua warga mau ikut andil, katanya yang muda – muda saja yang bergerak biar yang tua – tua mendukung saja”. Disampaikan pula oleh “DJ” : “Kadang ribet mbak kalo harus izin ke pemerintah perhutani, padahal diawal peresmian kelompok sadar wisata di Desa Limbasari katanya, hutan tinggal dipakai saja untuk mengembangkan pariwisata, namun setelah banyak pengunjung ke sini, pihak perhutani meminta jatah kepada kelompok sadar wisata jika tidak diberik maka akan dikenai denda, jadi harus meminta izin jika ada kegiatan di hutan” Dari pernyataan – pernyataan daiatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hambatan – hambatan yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari, antara lain : 1) Faktor masyarakat Masyarakat selain menjadi fakor pendukung juga dapat menjadi faktor penghambat. Hal ini disebabkan karena masyarakat di Desa Limbasari masih belum siap terhadap perubahan yang terjadi dalam dunia pariwisata. Tidak semua masyarakat memiliki tujuan yang sama dalam pengambangan pariwisata serta tidak banyak yang mau berkomitmen dalam upaya pengembangan pariwisata. Persepsi masyarakat
masih
negatif terhadap
bisnis atau industri jasa
pariwisata. Padahal perkembangan di bidang pariwisata tidak dapat
118
terlepas dari jasa hiburan yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan. 2) Faktor Perhutani Faktor perhutani dapat menjadi penghambat karena hutan yang ada di Desa Limbasari merupakan aset milik pemerintah perhutani Kabupaten Purbalingga, semua kegiatan yang berhubungan dengan hutan harus meminta izin terlebih dahulu karena jika tidak maka akan dikenai denda. 3) Persaingan obyek dan daya tarik wisata antar Kabupaten. Kelompok Sadar Wisata Limbasari bersama dengan Pemerintah Desa harus lebih mengoptimalkan potensi – potensi yang ada yang dimiliki oleh Desa Wisata Limbasari, mengingat bertambahnya obyek wisata lain dan bertambahnya persaingan – persaingan antar obyek wisata maka obyek wisata di Desa Limbasari memerlukan inovasi baru untuk berkembang yang lebih baik dan menjalin kerjasama dengan pihak swasta. C. Pembahasan 1. Strategi – Strategi Pengembangan Desa wisata Menurut Suryono (2004: 80) strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan kebijakan pelaksanaan,
penentuan tujuan yang
hendak dicapai, dan penentuan cara – cara atau metode pengginaan sarana dan prasarana. Sedangkan menurut Heri (2011: 23) strategi pengembangan
pariwisata
merupakan
119
berbagai gambaran
strategi
untuk pengembangan potensi pariwisata yang telah diterapkan di Kabupaten Purbalingga khusunya di Desa Wisata Limbasari. strategi tersebut terbentuk dengan memanfaatkan sumber daya, sumber daya manusia dan sarana dan prasarana yang dimiliki untuk melaksanakan pengembangan potensi pariwisata. Perumusan strategi selalu berkaitan dengan potensi yang ada serta sumber daya manusia. Oleh karena itu, strategi juga harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana pariwisata. Ada beberapa kebijaksanaan pengembangan pariwisata yang dikenal
dengan
Sapta
Kebijaksanaan
Pengembangan
Pariwisata.
kebijaksanaan tersebut dapat menjadi strategi dalam penyelenggaraan pengembangan pariwisata, yaitu : 1. Promosi Promosi pada hakikatnya harus melaksanakan upaya pemasaran. Strategi yang telah diterapkan oleh pemerintah desa terkait dengan promosi adalah dengan promosi melalui media cetak maupun media massa serta mengikuti pameran pariwisata di tingkat regional maupun nasional. Ada beberapa sarana lain yang digunakan untuk mengoptimalkan promosi wisata yang ada di Desa Limbasari antara lain malalui duta wisata dan promosi daya tarik wisata berbasis
120
budaya. Untuk duta wisata dapat dilakukan dengan menjadikan pemuda Limbasari yang sedang belajar di luar kota atau daerah sebagai duta wisata yang menjadi agen untuk menyebarluaskan daya tarik wisata kepada masyarakat di daerah lain. Sedangkan untuk promosi
daya
tarik
wisata
berbasis
budaya
adalah
dengan
mengadakan kegiatan kebudayaan di daya tarik wisata tertentu serta dipublikasikan melalui media massa. Salah satu wisata budaya yang ada di Desa Limbasari adalah Legenda Putri Ayu Limbasari. 2. Aksebilitas Aksebilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata. Karena menyangkut pengembangan lintas sektoral. Aksebilitas yang dimaksud adalah akses jalan untuk menuju obyek
wisata
tersebut.
Oleh
karena
itu,
pemerintah
perlu
memperbaiki dan menyediakan akses jalan yang mudah untuk menuju obyek pariwisata. Saat ini penyediaan akses jalan menuju obyek pariwisata telah mengalami perbaikan yang pesat. Seperti jalan menuju ke Sungai Tuntung gunung, perbaikan jembatan Pengayom yang semula hanya jembatan bambu biasa. Perbaikan aksebilitas tersebut adalah salah satu upaya untuk memperbaiki fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan yang berkunjung ke Desa Limbasari. 3. Kawasan pariwisata
121
Kawasan pariwisata dikembangkan dengan menigkatkan peran serta pemerintah,
masyarakat,
swasta
dalam pembangunan.
Hal ini
berkaitan dengan pengembangan sarana dan prasarana seperti akomodasi, restoran, usaha rekreasi, dan hiburan umum, gedung pertemuan, perkemahan, pondok wisata, pusat informasi wisata dan pramuwisata. Pemerintah bersama swasta dan masyarakat sekitar Desa
Limbasari
telah
mencoba
untuk
menyediakan
sarana
akomodasi, restoran, dan pondok wisata di sekitar obyek pariwisata. 4. Produk wisata Produk wisata yang dimaksud adalah keindahan yang ditawarkan oleh potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari. Produk wisata bisa berarti produk – produk unggulan dan khas dari daerah yang dapat ditawarkan di daerah daya tarik wisata. Potensi alam lah yang menjadi unggulan dari Desa Wisata Limbasari. 5. Sumber Daya Manusia Salah satu modal dasar dalam pengembangan pariwisata adalah sumber daya mausia. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah dapat berupa guide yang bertugas untuk memberikan jasa pelayanan pariwisata
dan
juga
masyarakat
sekitar
di Desa
Limbasari.
Wisatawan akan merasa nyaman bersama masyarakat yang ramah terhadap wisatawan. 6. Kampanye Nasional Sadar Wisata
122
Menyikapi tentang kampanye nasional sadar wisata yang turut berperan dalam menegakkan disiplin nasional dan menguatkan jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan kepariwisataan, pemerintah desa telah membentuk Kelompok Sadar Wisata yang terdiri dari masyarakat sekitar Desa Limbasari serta masyarakat yang tergabung dalam
komunitas
pedagang
dan
terlibat
dengan
kegiatan
kepariwisataan. Melalui optimalisasi peran masing – masing pemerintah desa dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari sebagai obyek wisata diharapkan potensi yang telah tercipta dapat menjadi aset untuk mengupayakan
kesejahteraan
masyarakat
dan
mengoptimalkan
pendapatan asli daerah. Peran masing – masing stakeholder harus berjalan dengan seimbang dan harmoni serta tidak saling merugikan. Setiap
kebijakan yang diambil untuk
melakukan pengembangan
wisata harus merata, sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam pengembangan
pariwisata,
meskipun
tetap
ada
daftar
prioritas
pengembangan pariwisata. Berdasarkan
pengamatan
peneliti,
penentuan
strategi
dalam
pengembangan obyek wisata di kawasan Desa Wisata Limbasari sangatlah penting dilakukan, tahapan pengembangan obyek wisata yang ada di sana meliputi : a. Berdasarkan Kekuatan dan peluang yang ada di Desa Limbasari
123
1) Melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Pemerintah untuk mendapatkan bantuan PNPM Mandiri Pariwisata. 2) Secara pro aktif melakukan pendekatan kepada instansi non Pemerintah
maupun
lembaga
mendapat
bimbingan
pendidikan
tentang
pariwisata
peningkatan
untuk
profesional
pengelolaan pariwisata 3) Melibatkan
seluruh
stake
holder
dalam
mengembangakan
pariwisata tentang potensi – potensi Desa Limbasari yang layak dipromosikan menjadi tempat wisata b. Berdasarkan Kekuatan dan ancaman 1) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan dan selalu melakukan evaluasi diri. 2) Mengintensifkan siskamling Desa Limbasari 3) Menjalin komunikasi yang baik dan berkelanjutan dengan wisatawan yang telah berkunjung. c. Berdasarkan kelemahan dan peluang 1) Melakukan strategi promosi yang lebih intensif seperti : membuat blog di internet, membuat brosur dan membuat papan pengenal Desa Wisata Limbasari. 2) Melatihan anggota pokdarwis untuk dapat menangani bagian reservation dan reseption 3) Menambah jalinan kerjasama dengan perusahaan travels agent 4) Mohon bantuan kepada pemerintah untuk mendapatkan dana.
124
d. Berdasarkan kelemahan dan ancaman 1) Melakukan pengelolaan sampah yang baik dan benar 2) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sapta pesona dan Community Based Tourism terutama pentingnya kebersihan lingkungan. e. Dari sisi pengembangan kelembagaan, perencanaan awal yang tepat dalam menentukan usulan program atau kegiatan khususnya pada
kelompok
sadar
wisata
agar
mampu
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui pelaksanaan program pengembangan desa wisata, seperti : pelatihan bagi kelompok sadar wisata Limbasari, pelatihan tata home stay, pembuatan
cideramata,
pelatihan
pemandu
wisata
termasuk
didalamnya keterampilan menjadi instruksi outbound. f.
Dari sisi, pengembangan obyek dan daya tarik wisata, perencanaan awal dari masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi pengunjung serta mampu mendatangkan wisatawan dari beberapa potensi yang dimiliki oleh masyarakat Limbasari, serta perlunya sosialisasi dan instansi terkait dalam rangka menggalakkan sapta pesona dan paket obyek wisata yang berada di kawasan desa wisata terpadu.
g. Dari sisi pengembangan sarana prasarana wisata, perencanaan awal diarahkan ke pengembangan sarana prasarana wisata seperti : alat – alat wisata, sekertariat, serta rumah – rumah yang bernuansa alami
125
pedesaan, oleh karena itu dalam pelaksanaannya perlu menjalin kemitraan dengan pemerintah dan pihak swasta. Strategi yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Desa yaitu dengan meningkatkan promosi obyek wisata Pemasaran atau promosi dan inovasi kegiatan – kegiatan pariwisata penting untuk dilakukan karena hal tersebut dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Dalam promosi dan inovasi pariwisata harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang menarik dalam obyek wisata, sehingga mampu
mempengaruhi
pengunjung
untuk
datang.
Meningkatkan
sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menunjang seperti membangun wahana permainan, outbond, dan fasilitas – fasilitas penunjang lainnya sehingga menarik dan memberik kenyamanan bagi pengunjung. Disamping itu, perbaikan jalan yang rusak dan pelebaran jalan tentunya dapat memudahkan akses jalan bagi pengunjung. 2. Usaha – Usaha Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata dalam Mengembangkan Pariwisata a. Program Pemerintah Desa 1) Mangerial Organisasi Pelaksanaan program ini secara menyeluruh baik sasaran, metode dan proses melibatkan partisipasi dari masyarakat dan tokoh masyarakat
di
wilayah
sasaran
sehingga
mendorong
dan
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan
organisasi kelompok
126
sadar
wisata.
Program ini
bertujuan
untuk
memberikan pengetahuan kepada masyarakat
dalam me manage pariwisata serta membekali masyarakat dengan skill keorganisasian. Program ini biasanya dilaksanakan 5 bulan sekali yang dilakukan secara berkala. 2) Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja Sasaran dalam pelatihan ini adalah pengelola kelompok sadar wisata
Limbasari
yang
bertujuan
untuk
memenuhi
tuntutan
pekerjaan sebagai masyarakat yang hidup dikawasan wisata. Program pelatihan ini memiliki hasil yang diharapkan / output program meliputi masyarakat mengerti dan menyadari akan tingkat bahaya atau resiko aktivitas wisata yang ada ditengah mereka. b. Program Kelompok Sadar Wisata Limbasari 1) Pelatihan standart operating procedure Pelatihan
ini melibatkan
masyarakat
khusunya yaitu pemuda
daerah Limbasari yang tergabung dan terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata.
Pelatihan ini juga meilbatkan masyarakat
sekitar, serta perwakilan dari tokoh masyarakat yang tinggal dikawasan desa wisata. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan
bagaimana
memposisikan
dan
menempatkan diri untuk memulai aktiviatas dikawasan wisata, untuk menjaga kenyamanan pengunjung. 2) Pelatihan bahasa inggris
127
Program ini diberikan atau diperuntukkan untuk anggota kelompok sadar wisata namun tetap melibatkan partisipasi dari masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata, masyarakat sekitar, dan tokoh masyarakat setempat. Program ini bekerjasama dengan guru SMA N 1 Bobotsari untuk memberikan pelatihan. Output dari program ini adalah masyarakat dapat berbahasa inggris karena desa Limbasari adalah kawasan desa wisata yang dikunjungi berbagai masyarakat dari luar maupun dalam negeri. 3) Pelatihan Kepemanduan Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan wawasan tentang tatcara, prosedur serta kiadah – kaidah dalam rangka kepemanduan di dalam kawasan wisata. Program pelatihan ini mempunyai hasil yang diharapkan / output meliputi,
pemandu
wisata
yang
memiliki dedikasi dan rasa
tanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan pelestarian alam. 4) Rapat rutin akhir bulan Kegiatan ini merupakan media bertemu antara anggota kelompok dengan tokoh – tokoh masyarakat untuk belajar bersama, bertukar informasi, dan berdiskusi evaluasi tentang kegiatan – kegiatan mereka selama ini. Diskusi kelompok menuntun anggota untuk berpartisipasi aktif sehingga memunculkan ide – ide baru untuk kegiatan – kegiatan mereka selanjutnya yang berkitan dengan pengembangan pariwisata.
128
Usaha – usaha yang dilakukan Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata Limbasari adalah : 1. Melakukan
–
Program
pengembangan
pariwisata
Program seperti
yang
berkaitan
program
dengan
pelatihan
yang
diadakan oleh Kepala Desa dan Kelompok Sadar Wisata Limbasari. Program – program pelatihan yang telah dilaksanakan di Desa Limbasari antara lain yaitu managerial organisasi, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan standar operasional prosedur
(SOP),
pelatihan
bahasa
inggris,
pelatihan
kepemanduan, rapat rutin akhir bulan. 2. Penyediaan
fasilitas
akomodasi
berupa
rumah
–
rumah
masyarakat setempat(home stay). Penetapan harga home stay tergantung dari permintaan wisatawan, untuk tipe home stay biasa berkisar antara Rp 100.000,00 dan untuk home stay eksklusif berkisar antara Rp 300.000,00. 3. Melibatkan masyarakat setempat dengan menjadikan pemandu wisata atau guide. Pemandu wisata ini diambil dari anggota kelompok sadar wisata Limbasari yang telah memiliki keahlian dalam memandu wisata. 4. Menerapkan sapta pesona pariwisata. Penerapan sapta pesona pariwisata adalah hal yang penting, karena dengan adanya sapta pesona ini wisatawan merasa
129
nyaman dan aman di lokasi wisata karena lingkungan bersih dan sikap masyarakat yang sopan. 5. Menjaga lingkungan tetap bersih, asri dan indah. 6. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta Menjalin hubungan dengan pihak swasta seperti dengan agen travel
jawa
Purbalingga
tengah, dan
sopir
Dinas
angkutan
Budaya,
umum
Pariwisata
Kabupaten
dan Olahraga
Kabupaten Purbalingga. 3.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata Di Desa Limbasari Menurut Nyoman S. Pendit (2002 : 67) mengemukakan bahwa persyaratan yang menjadi faktor penentu pengembangan daerah tujuan wisata yaitu : faktor alam, sosial, budaya, sejarah, agama, fasilitas rekreasi, kesehatan, hiburan, berbelanja, infrastruktur dan fasilitas pangan dan akomodasi.
Berdasarkan
deskripsi permasalah
yang
telah diuraikan
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di Desa Limbasari yaitu : 1. Faktor Pendukung a. Faktor masyarakat Sikap
masyarakat
sangat
berpengaruh
terhadap
keamanan dan
kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Desa Limbasari. sikap tersebut
dapat
ditunjukkan
melalui
sikap
keterbukaan,
keramahtamahan, kejujuran dan sebagainya. Usaha pengembangan
130
pariwisat tidak dapat terlepas dari peranan dan partisipasi masyarakat di sekitar obyek wisata. Bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata antara lain dengan menyediakan sarana wisata seperti rumah penginapan, rumah makan serta keramahtamahan serta
ketersediaan masyarakat untuk
menerima wisatawan yang
berkunjung ke Desa Limbasari. b. Faktor sejarah Adanya peninggalan sejarah pada zaman Neolitikhum di Desa Limbasari
dapat
menjadi
daya
tarik
yang
potensial
untuk
dikembangkan, seperti bebatuan dan kapak batu, legenda putri ayu Limbasari. c. Faktor alam Desa Limbasari memiliki keindahan alam yang indah dan menarik seperti berupa kaki bukit, gunung, air terjun, sungai, hutan serta iklim yang sejuk. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung karena pada dasarnya pengunjung lebih menyukai wisata alami d. Faktor keuangan Faktor ini merupakan faktor yang penting dalam pengembangan pariwisata dengan tersedianya dana yang memadai, pengembangan pariwisata tidak dapat dilakukan secara optimal, karena produk – produk wisata pada dasarnya adalah sama dengan produk industri yang harus selalu dikembangkan agar kelangsungannya dapat terjaga.
131
e. Faktor SDM Kualitas
sumber
daya
manusia
terutama
pengelola
pariwisata
merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan pariwisata. Kualitas sumber daya yang baik akan menghasilkan kualitas kinerja yang efektif dan efisien serta terciptanya mutu pelayanan yang baik dalam bidang pariwisata. f.
Kemitraan / kerjasama Kerjasama dengan pihak swasta dapat mengenalkan potensi – potensi yang
dimiliki di Desa
Limbasari yang
mengakibatkan
banyak
pengunjung / masyarakat ingin mengetahui secara langsung wisata apa saja yang ada di Desa Limbasari. g. Transportasi Jalur
transportasi
yang
mudah
dijangkau
yaitu
ketersediannya
angkutan umum serta kondisi jalan yang baik sehingga memudahkan pengunjung menuju lokasi desa Wisata Limbasari. h. Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang memadai merupakan faktor penting dalam pengembangan pariwisata karena demi keamanan dan kenyamanan pengunjung. 2. Faktor Penghambat a. Faktor Masyarakat Masyarakat selain menjadi fakor pendukung juga dapat menjadi faktor penghambat. Hal ini disebabkan karena masyarakat di Desa Limbasari
132
masih belum siap terhadap perubahan yang terjadi dalam dunia pariwisata. Tidak semua masyarakat memiliki tujuan yang sama dalam pengambangan pariwisata serta tidak berkomitmen
dalam
upaya
pengembangan
banyak yang mau pariwisata.
Persepsi
masyarakat masih negatif terhadap bisnis atau industri jasa pariwisata. Padahal perkembangan di bidang pariwisata tidak dapat terlepas dari jasa hiburan yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan. b. Faktor Perhutani Faktor perhutani dapat menjadi penghambat karena hutan yang ada di Desa
Limbasari
merupakan
aset
milik
pemerintah
perhutani
Kabupaten Purbalingga, semua kegiatan yang berhubungan dengan hutan harus meminta izin terlebih dahulu karena jika tidak maka akan dikenai denda. c. Persaingan obyek dan daya tarik wisata antar Kabupaten. Kelompok Sadar Wisata Limbasari bersama dengan Pemerintah Desa harus lebih mengoptimalkan potensi – potensi yang ada yang dimiliki oleh Desa Wisata Limbasari, mengingat bertambahnya obyek wisata lain dan bertambahnya persaingan – persaingan antar obyek wisata maka obyek wisata di Desa Limbasari memerlukan inovasi baru untuk berkembang yang lebih baik dan menjalin kerjasama dengan pihak swasta.
133
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan baik melalui observasi, wawancara, mapun dokumentasi yang didapat berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Strategi-strategi dalam Pengembangan Pariwisata di Desa Limbasari yaitu: a. Berdasarkan pada potensi yang ada, Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata di Desa Limbasari melakukan upaya pengembangan sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan. Strategi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Desa bersama dengan Kelompok Sadar Wisata Limbasari yaitu dengan pembangunan fisik, penambahan sarana dan prasarana, menerapkan sapta pesona wisata guna menunjang pengambangan
pariwisata
di Desa Limbasari serta meningkatkan
promosi obyek wisata pemasaran atau promosi dan inovasi kegiatankegiatan pariwisata penting untuk dilakukan karena hal tersebut dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Dalam promosi dan inovasi pariwisata didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang menarik
dalam
obyek
wisata,
sehingga
mampu
mempengaruhi
pengunjung untuk datang. Meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menunjang seperti membangun wahana permainan, outbond, dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya sehingga menarik dan memberi kenyamanan bagi pengunjung. Disamping itu, perbaikan jalan 134
yang rusak dan pelebaran jalan tentunya dapat memudahkan akses jalan bagi pengunjung. 2. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata. Upaya
pengembangan
pariwisata
yang
telah
dilakukan
oleh
Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata Limbasari menunjukkan hasil yang positif yaitu menjadikan Desa Limbasari sebagai Desa wisata terpadu, menerapkan sapta pesona pariwisata, memberikan pelatihanpelatihan kepada masyarakat, serta memberikan peluang kerja kepada masyarakat
sekitar
khususnya
bagi
pemuda
Desa
Limbasari.
Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari adalah
dengan
aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang
diadakan oleh pemerintah maupun kelompok sadar wisata Limbasari. pelatihan-pelatihan yang diberikan untuk masyarakat yaitu pelatihan pendidikan berbasis masyarakat dengan menerapkan sapta pesona pariwisata agar pengunjung merasa aman dan nyaman di Desa wisata Limbasari. 3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Pengembangan Pariwisata Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan di Desa Limbasari mengalami
hambatan
dalam
usaha
pengembangannya.
Hambatan-
hambatan tersebut antara lain : faktor masyarakat, faktor perhutani dan faktor persaingan obyek dan daya tarik wisata antar wilayah di Kabupaten
Purbalingga.
Sedangkan
135
faktor
pendukung
dalam
pengembangan pariwisata di Desa Limbasari adalah faktor masyarakat, faktor SDM, faktor alam, faktor sejarah dan budaya, faktor keuangan, faktor kemitraan, faktor sarana dan prasarana, serta faktor transportasi. B. Saran Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan dan implikasi diatas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Desa Limbasari Saat ini telah terjadi perubahan consumerisme behaviours pattern atau pola konsumsi wisatawan. Mereka tidak lagi terfokus hanya ingin santai menikmati obyek wisata, tetapi saat ini pola konsumsi mulai berubah ke jenis yang meskipun tetap santai tetapi dengan selera yang lebih
meningkat
yakni
menikmati produk
atau
kreasi budaya.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah Desa Limbasari harus mampu menyediakan dan mengelola potensi-potensi yang dimiliki seperti potensi alam, kreasi budaya dan peninggalan sejarah. Apabila potensi-potensi tersebut dikembangkan dan dikelola dengan baik maka akan
dapat
memenuhi
kebutuhan
wisatawan
sehingga
jumlah
wisatawan meningkat. 2. Bagi Pengelola Obyek Wisata Salah satu penghambat dalam pengembangan pariwisata adalah kualitas sumber daya manusia atau para pelaku pariwisata, sehingga untuk
mengatasi
permasalah
tersebut
perlu
adanya
peningkatan
kualitas sumber daya manusia dengan menanamkan jiwa enterpleneur
136
dan kompetitif serta peningkatan kemampuan dan keterampilan seperti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan wisata.
137
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Idi. (2013). Sosiologi pendidikan individu, masyarakat, dan pendidikan. Rajawali pers : Jakarta. Candra restu. (2010). Perkembangan desa wisata kembang arum dan dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Donokerto, Kecamatan Turi. Jurnal : hal 1 – 9 (diunduh pada 15 Oktober 2015, pada pukul 20.05 WIB). Depbudpar. (2009). Pengembangan Pariwisata. Rineka Cipta : Jakarta. Ditjen Pariwisata. (1999). Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Jakarta. Garrod, Brian. (2001). Local Partisipasion In The Planning And Management Of Eco Tourism. A Rivised Model Approach, Briston : University Of The West Of England. Happy Marpaung. (2000). Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta. I Wayan Pantiyasa. (2011). Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal. Kota Denpasar. Tidak Diterbitkan (diunduh pada 15 November 2015, pada pukul 15.27 WIB). Koentjaraningrat. (1990). Pengantar ilmu antropologi. Rineka cipta : Jakarta. Made heny urmila d. (2013). Pengembangan desa wisata berbasis partisipasi masyarakat lokal di desa wisata Jatiluwuh Tabanan Bali. Jurnal kawistara vol 3 No. 2 Hal 117 – 226. Moleong Lexy J. (2011). Metodologi penelitian kulaitatif. Remaja Rosdakarya: Bandung. Nasikun. (2001). Model Pariwisata Pedesaan: Pemodelan Pariwisata Pedesaan Untuk Pembangunan Pedesaan Yang Berkelanjutan. Bandung : Istitut Teknologi Bandung. Nasution, S. (2011). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Pt. Bumi Aksara. Nazili shaleh. (2011). Pendidikan dan masyarakat. Sabda media : Yogyakarta.
138
Nur Djazifah, dkk. (2015). Analisis Implementasi Pendidikan Berbasis Budaya Pada Lembaga Pendidikan Nonformal Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Volume 8. (diunduh melalui http://journal.uny.ac.id/index.php/jpip. Pada tanggal 4 april 2016 pukul 16.00 wib) Nurhattati fuad. (2014). Manajemen pendidikan berbasis masyarakat konsep dan strategi inplementasi. Raja Grafindo : Jakarta. Oemar hamalik. (1999). Kurikulum dan pembelajaran. Bumi aksara : Jakarta. Oka A. Yati, (2008). Ekonomi Pariwisata : Introduksi, Informasi Dan Implementasi. Rineka Cipta : Jakarta. Oka A. Yoeti. Peran Industri Pariwisata Dalam Mengentaskan Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Pariwisata Stp Trisakti Vol. 10 (Maret 2006). Poerwadarminta. (2002). Kamus besar bahasa Indonesia. Depdiknas edisi III, Cetakan kedua. Balai Pustaka : Jakarta. Rara Sugiarti. (2009). Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Uns Press : Nasional, 2009. Soetomo. (2010). Strategi – Strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung. Suharsimi, Arikunto. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Praktiknya. Jakarta : Pt Bumi Aksara.
Pendidikan
Kompetensi Dan
Sunyoto Usman. (2008). Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Tilaar. (1999). Pendidikan, kebudayaan, dan masyarakat madani Indonesia. Remaja Rosdakarya : Yogyakarta. Timor mahardika. (2001). Pendidikan politik pembangunan desa. Pustaka utama: Yogyakarta. Toto suharto. (2005). Konsep dasar pendidikan berbasis masyarakat. Jurnal : cakrawala pendidikan Th. XXIV No. 3.
139
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zubaidi. (2006). Yogyakarta.
Pendidikan
berbasis
140
masyarakat.
Pustaka pelajar :
LAMPIRAN
141
Lampiran 1. Pedoman Observasi Penelitian PEDOMAN OBSERVASI PENELITIAN TGL. OBSERVASI
: ….
PUKUL
: ….
TEMPAT OBSERVASI
: ….
Hal 1. Strategi – strategi dalam pengembangan pariwisata.
Obyek Observasi Kepala Desa Limbasari
a. Kewirausahaan masyarakat desa b. Sumber daya c. Kelestarian d. Integrasi dalam kepariwisataan global e. Kegiatan wisata f.
Akomodasi
g. Fasilitas pendukung h. Lingkungan 2. Usaha – usaha yang dilakukan oleh kepala desa, perangkat desa, pengelola
Pemerintah desa Limbasari, Pengelola sadar wisata dan masyarakat
sadar wisata dan masyarakat
142
Deskripsi
desa Limbasari dalam melakukan pengembangan pariwisata. a. Program pemerintah desa b. Program POKDARWIS c. Aktivitas / kegiatan masyarakat 3. Faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata
Pengelola sadar wisata dan masyarakat
a. Lingkungan b. Sumber daya c. Fasilitas / sarana dan prasarana 4. Faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata
Pengelola sadar wisata dan masyarakat
a. Lembaga non formal / pihak swasta b. Partisipasi masyarakat c. Potensi wilayah desa wisata
143
Lampiran 2. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA KEPALA DESA I. IDENTITAS Nama
:
Jabatan
:
Usia
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
(laki – laki/perempuan)
II. PERTANYAAN A. Strategi – Strategi Dalam Pengembangan Pariwisata 1.
Apa saja kewenangan yang dimiliki oleh Kepala desa dan perangkat desa dalam bidang pariwisata di desa Limbasari?
2.
Seperti apa kedudukan, fungsi dan tugas dari kepala desa dan perangkat desa dalam mengembangkan desa Limbasari sebagai obyek wisata?
3. Apa rencana strategi kepala desa dan perangkat desa dalam mengelola dan mengembangkan daerah di Limbasari? 4. Apa
strategi yang
diterapkan
dalam melakukan pengelolaan
pariwisata di desa Limbasari? 5. Bagaimana implementasi rencana strategi di lapangan? 6. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan rencana strategi di lapangan? 7. Apa strategi alternatif yang dipilih dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Limbasari? 8. Apa saja peluang dan ancaman dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Limbasari?
144
9. Apa
saja
yang
menjadi
kekuatan
dan
kelemahan
strategi
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Limbasari? 10. Bagaimana proses penentuan strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang tepat di desa Limbasari? 11. Apa
langkah
pengembangan
yang
ditempuh
pariwisata
agar
dalam
mensinergiskan
memberdayakan
strategi
masyarakat
sekitar? B. Usaha – Usaha Yang Dilakukan 1.
Bagaimana hubungan kepala desa dan perangkat desa dengan pengelola sadar wisata desa Limbasari?
2. Apa peran POKDARWIS desa Limbasari dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat? 3. Langkah apa yang dilakukan oleh Kepala desa dan perangkat desa dalam mengembangkan pariwisata di desa Limbasari menjadi obyek wisata yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah? 4. Adakah lembaga yang berperan dalam pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 5. Apa peran dari lembaga – lembaga tersebut dalam pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 6. Dalam mengoptimalkan PAD dari obyek wisata, apa saja yang telah
dilakukan
dalam
mengembangkan
pariwisata
di
desa
Limbasari? 7. Upaya apa saja yang dilakukan untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat melalui pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 8. Bagaimana
peran
masyarakat
untuk
berpartisipasi
dalam
melakukan pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 9. Adakah kerjasama dengan pihak swasta dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Limbasari? 10. Bagaimana pola kerjasama dengan pihak swasta tersebut? 11. Kapan dimulainya kerjasama dengan pihak swasta tersebut?
145
12. Bagaimana
mekanisme
koordinasi
yang
dilakukan
dalam
pengembangan pariwisata bersama pihak swasta dan masyarakat? C. Faktor Penghambat Dalam Pengembangan Pariwisata 1.
Apa saja faktor penghambat dalam melaksanakan kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat?
2. Apa saja kendala yang muncul dalam kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat? 3. Apa dampak yang terjadi setelah diadakannya kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat? 4. Apakah terdapat efek signifikan dalam kemajuan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Limbasari? 5. Apakah terjadi konflik antara masyarakat dengan pemerintah desa pada saat penetapan desa wisata? D. Faktor Pendukung Dalam Pengembangan Pariwisata 1. Apa saja faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Limbasari? 2.
Bagaimana pendapatan daerah di desa Limbasari tiap tahunnya?
3. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 4. Apa yang membedakan obyek wisata di desa Limbasari dengan obyek wisata yang lain? 5. Apakah
dengan
adanya
pengembangan
pariwisata
berbasis
masyarakat disini memberikan dampak pada masyarakat sekitar?
146
PEDOMAN WAWANCARA PENGELOLA POKDARWIS I. IDENTITAS Nama
:
Jabatan
:
Usia
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
(laki – laki/perempuan)
II. PERTANYAAN A. Strategi – Strategi Dalam Pengembangan Pariwisata 1. Strategi – strategi apa saja untuk mengembangkan pariwisata di Limbasari? 2. Apa saja peluang dan ancaman dalam pengembangan pariwisata di Limbasari? 3. Apa saja kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan pariwisata di Limbasari? 4. Bagaimana kerjasama antara pengelola POKDARWIS dengan kepala desa dan perangkat desa di Limbasari? 5. Apakah ada devisi/bagian khusus yang menangani pengembangan pariwisata di POKDARWIS? 6. Bagaimana
strategi
pengembangan
pariwisata
setelah
diterapkan
dilapangan? 7. Apa perbedaan sebelum dan sesudah setelah strategi pengembangan pariwisata diterapkan? 8. Paket wisata apa saja ditawarkan di desa Limbasari ini? 9. Apa yang menjadi daya tarik wisatawan terhadap obyek wisata di desa Limbasari? 10. Bagaimana pengelolaan obyek wisata di desa Limbasari? 147
B. Usaha – Usaha Yang Dilakukan 1. Bagaimana perencaan program untuk mengembangkan pariwisata di desa Limbasari? 2. Apakah
POKDARWIS
merumuskan
bersama
perencanaan
-
program
sama hingga
dengan tahap
pemerintah merumuskan
evaluasi? 3. Program apa saja yang telah dilakukan oleh POKDARWIS untuk mengebangkan pariwisata di desa Limbasari? 4. Apakah program – program yang diadakan tadi semua berhasil? 5. Jika ada yang tidak berhasil apa kendalanya? 6. Apakah kelompok sadar wisata Limbasari selama ini bekerjasama dengan pihak lain? 7. Ada berapa bidang dalam POKDARWIS di desa Limbasari? 8. Apa tujuan dari bidang – bidang tersebut? 9. Bagaimana proses dari pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Limbasari? 10. Bagaimana
evaluasi
pelaksanaan
dari
pengembangan
pariwisata
berbasis masyarakat di desa Limbasari? C. Faktor Penghambat Dalam Pengembangan Pariwisata 1. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 2. Dalam proses pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, berapa dana yang diperlukan? 3. Darimanakah dana tersebut diperoleh? 4. Bagaiamana pengelolaan dana tersebut? 5. Apakah pemerintah daerah ikut serta dalam mengembangkan pariwisata di desa Limbasari? 6. Apa peran pemerintah daerah tersebut? D. Faktor Pendukung Dalam Pengembangan Pariwisata 1. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 148
2. Fasilitas yang ada untuk proses pengembangan pariwisata di desa Limbasari apa saja dan darimana di perolehnya? 3. Apakah jumlah pengurus di kelompok sadar wisata sudah mencukupi untuk melaksanakan pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 4. Bagaimana lingkungan di desa Limbasari? 5. Apakah
lingkungan
sudah
mendukung
untuk
pariwisata di desa Limbasari? 6. Apa yang menjadi daya tarik di desa wisata Limbasari?
149
mengembangan
PEDOMAN WAWANCARA TOKOH MASYARAKAT I. IDENTITAS Nama
:
Jabatan
:
Usia
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
(laki – laki/perempuan)
II. PERTANYAAN A. Strategi Dalam Pengembangan Pariwisata 1. Bagaimana strategi pengembangan pariwisata yang diterapkan di desa Limbasari? 2. Tanggapan anda, apakah strategi pengembangan yang diterapkan di desa Limbasari sudah sesuai dengan keadaan masyarakat sekitar? 3. Apakah masyarakat diberi kesempatan untuk ikut serta dalam hal manajemen pengembangan pariwisata? 4. Apakah ada manfaat yang dapat diambil setelah adanya pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 5. Menurut anda, apakah ada perubahan jumlah pengunjung setelah strateri pengembangan pariwisata diterapkan di desa Limbasari? B. Usaha Yang Dilakukan 1. Menurut anda, kontribusi apa yang telah diberikan oleh masyarakat sekitar untuk mengembangan pariwisata di desa Limbasari? 2. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di desa Limbasari? 3. Konsep yang seperti apa yang diharapkan dalam pengembangan pariwisata di desa Limbasari?
150
4. Apa peran masyarakat untuk mengembangkan pariwisata di desa Limbasari? 5. Apakah masyarakat selalu dilibatkan dalam program – program yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata di desa Limbasari? C. Faktor Penghambat Dalam Pengembangan Pariwisata 1. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata? 2. Bagaimana tanggapan anda, dengan adanya POKDARWIS di desa Limbasari, cukup bermanfaat atau mengganggu? 3. Apa
dampak
negatif dalam pengembangan
pariwisata di desa
Limbasari? 4. Apakah
pernah
terjadi
perselisihan
antara
masyarakat
dengan
kelompok sadar wisata di desa Limbasari? 5. Adakah pengaruh pengembangan pariwisata bagi masyarakat di desa Limbasari? D. Faktor Pendukung Dalam Pengembangan Pariwisata 1. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata? 2. Apakah anda setuju dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengembangan pariwisata di desa Limbasari? 3. Apa
dampak
positif dalam pengembangan
pariwisata
di desa
Limbasari? 4. Apa yang menjadi ciri khas kebudayaan dari masyarakat desa Limbasari? 5. Apa harapan anda dengan adanya pengembangan pariwisata di Limbasari?
151
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi PEDOMAN DOKUMENTASI 1. Melalui Arsip Tertulis a. Profil desa Limbasari b. Sejarah berdirinya POKDARWIS Limbasari c. Visi dan Misi berdirinya Kelompok Sadar Wisata Limbasari d. Arsip data pengelola Kelompok Sadar Wisata Limbasari e. Program kerja pemerintah desa dalam pengembangan pariwisata f.
Program kerja Kelompok Sadar Wisata Limbasari
2. Melalui Foto a. Fasilitas yang dimiliki Kelompok Sadar Wisata Limbasari b. Pelaksanaan program kerja dan iklim kerja antar personalia Kelompok Sadar Wisata Limbasari c. Pengurus Kelompok Sadar Wisata Limbasari d. Keadaan masyarakat sekitar yang secara tidak langsung bersangkutan dengan Kelompok Sadar Wisata
152
Lampiran 4
REDUKSI, DISPLAY, KESIMPULAN (Pemerintah Desa Limbasari)
No. 1.
Komponen Pertanyaan Reduksi Strategi – strategi Apa rencana strategi dalam Ibu HM : Rencana akan menjadikan dalam pengembangan pengembangan pariwisata di desa Limbasari sebagai Desa wisata pariwisata Desa Limbasari? terpadu yang ada di Kabupaten Purbalingga. Salah satu dengan menjalin kemitraaan kepada pihak swasta. Bapak EP : pengembangan Limbasari itu, dan prasarana kegiatan wisata
Strategi – strategi apa saja yang telah dilakukan untuk mengembangkan pariwisata di Desa Limbasari?
Rencana strategi dalam pariwisata di Desa akan menambah sarana agar dapat menunjang yang ada di sini mbak.
Ibu HM : Strategi pemerintah desa untuk mengembangkan wisata yang ada di Limbasari dengan menyediakan dan memfasilitasi kelompok sadar wisata Limbasari mbak, contohnya memberdayakan pemuda yang ada di 153
Kesimpulan Rencana strategis dalam pengembnagan pariwisata di Desa Limbasari adalah a. Akan menjadikan desa Limbasari sebagai Desa yang Terpadu b. Menjalin kemitraan yang luas c. Menambah sarana dan prasarana d. Promosi lebih luas melalui media cetak dan media digital Strategi – strategi yang telah dilakukan untuk mengembangkan pariwisata di Desa Limbasari : a. Menyediakan
Lampiran 4
Limbasari untuk bergabung dalam kelompok sadar wisata Limbasari. Tugas saya sebagai Kepala Desa disini hanya menyetujui ide – ide dari kelompok sadar wisata yang sekiranya dapat mengembangkan desa, selain itu memberikan dana kepada kelompok sadar wisata dari anggaran desa serta dari Kabupaten Purbalingga dalam pembangunan fisik mbak. Disini yang terpenting yaitu adanya komunikasi antara kelompok sadar wisata dengan pemerintah desa, karena pengelolaan pariwisata itu sepenuhnya oleh kelompok sadar wisata Limbasari. Bp EP : Masyarakat yang ada disini perlu dibekali pendidikan, biar bisa menjelaskan potensi – potensi yang ada disini mbak, contohnya pelatihan berbahasa inggris, pelatihan sapta pesona wisata, pelatihan berbahasa indonesia yang baik dan benar mbak. Sejak tahun 2013 pemerintah desa dan dinbudparpora sudah memfasilitasi dan memberikan pelatihan – pelatihan kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata mbak,
154
b. c. d.
e.
dan memfasilitasi kelompok sadar wisata Penyediaan dana Pengadaan sarana fisik Pengadaan pelatihan – pelatihan bagi masyarakat Mengoptimalkan potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari
Lampiran 4
masyarakat sangat antusias dan mau berpartisipasi. Kemajuan apa yang telah terlihat setelah diterapkan strategi – strategi pengembangan pariwisata?
Bp EP : Adanya akses jalan yang mudah dan perbaikan jembatan pengayom itu mbak sudah bagus, dulunya jembatan bambu. Sarana dan prasarana juga sudah banyak mbak, dulu hanya beberapa saja, sekarang juga sudah ada mobil pick up yang mengantar jemput wisatawan, dulu wisatawan jalan kaki melalui jalan setapak untuk menuju ketempat lokasi. Ibu HM : Kemajuannya banyak mbak, lingkungan disini sudah bersih dan rapi mbak, kerena masyarakat sudah sadar akan sapta pesona wisata, perlengkapan wisata dan paket – paket wisata, adanya home stay, anggota pokdarwis juga semakin bertambah mbak.
2.
Usaha – usaha yang dilakukan Pokdarwis dan Kepala Desa Limbasari
Bagaimana perencanaan program untuk mengembangkan pariwisata di Desa Limbasari?
Ibu HM : Perencanaan yang dimulai dari rapat – rapat untuk menentukan program – program apa saja yang akan dilakukan Bp EP : dilibatkan
155
Biasanya dalam
Kemajuan setelah diterapkannya strategi pengembangan pariwisata : a. Wisatawan semakin bertambah b. Akses jalan yang mudah c. Bertambahnya sarana dan prasarana d. Lingkungan yang bersih, indah, nyaman e. SDM pokdarwis yang berkualitas
Perencanaan program dengan diadakan rapat untuk merumuskan program – program yang akan dilaksanakan kepala dusun dengan melibatkan perumusan tokoh masyarakat desa
Lampiran 4
perencanaan program, kemudian kadus menginfokan kepada masyarakat mbak. Bagaimana pelaksanaan Ibu HM : Pelatihan – pelatihan dan program dalam penyuluhan berjalan dengan baik mbak, pengembangan pariwisata di dilihat dari banyaknya warga yang ikut Desa Limbasari ? berpartisipasi dalam penyuluhan. Bapak EP : Pelaksanaan Program biasanya berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang hendak dicapai mbak. Bagaimana evaluasi program Ibu HM : Jika kegiatan sudah selesai, dalam pengembangan kita jarang mengadakan evaluasi mbak, pariwisata di Desa jika sudah banyak yang datang dan Limbasari? acara sudah sesuai dengan tujuan, ya sudah kita merencakan pelatihan yang lain.
Kontribusi apa yang telah diberikan Kepala Desa, Pokdarwis dan Masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari?
Bp EP : Yang mengadakan evaluasi biasanya hanya pokdarwis saja mbak, saya hanya memberi arahan atau masukan saja Ibu HM : Upaya pemerintah desa hanya memfasilitasi masyarakat dengan bantuan pokdarwis Limbasari mengembangkan pariwisata dengan menggali atau mengangkat potensi – potensi yang ada di Limbasari ini, pelatihan – pelatihan yang diberikan
156
Limbasari. Pelaksanaan program dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan dan keikutsertaan masyarakat Evaluasi program dilaksanakan setelah program berakhir dan yang dievaluasi adalah kekurangannya.
Kontribusi yang diberikan Kepala Desa adalah sebagai fasilitator dan penanggung jawab dalam pelatihan – pelatihan yang telah diberikan
Lampiran 4
juga untuk menyadarkan masyarakat tentang sapta pesona pariwisata mbak. Kontribusi yang telah diberikan pokdarwis Bp EP : Masyarakat paling adalah memberikan partisipasinya, kalo tidak ada partisipasi program – program masyarakat maka program tidak akan kepada masyarakat dan berjalan sesuai tujuan ya tho mbak membuka lapangan kerja untuk pemuda desa Limbasari
Program apa saja yang telah Ibu HM : Banyak mbak, ada pelatihan dilaksanakan oleh Pokdarwis berbahasa inggris dan indonesia, Limbasari? pelatihan standar operasional, pelatihan jadi guide, pelatihan sapta pesona wisata, pelatihan menjaga lingkungan, pelatihan kewirausahaan dan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan mbak. Selain itu ada pertemuan rutin satu bulan sekali, untuk mengevaluasi hasil kegiatan kita selama satu bulan kemarin dan rencana satu bulan kedepan. Bp EP : Kalau saya hanya mengikuti
157
Kontribusi masyarakat adalah partisipasi terhadap program – program wisata Program yang telah dilaksanakan oleh pokdarwis desa Limbasari : a. Pelatihan berbahasa Inggris b. Pelatihan berbahasa Indonesia c. Pelatihan SOP d. Pelatihan Kewirausahaan e. Pelatihan
Lampiran 4
beberapa kali saja pelatihan mbak, hehe. Ya maklum sudah tua.
Program apa saja yang telah Ibu HM : Pelatihan Managerial dilaksanakan oleh Kepala organisasi buat pokdarwis dan pelatihan Desa Limbasari? keselamatan dan kesehatan kerja. Setelah itu pokdarwis yang merencanakan dan melaksanakan program pariwisata. Bp EP : Pelatihan menageman organisasi sama keselamatan kerja mbak. Bagaimana interaksi Ibu HM : Saya lihat baik – baik saja pokdarwis dengan mbak, pokdarwis juga selalu meminta masyarakat dan dengan izin kepada saya jika ingin mengadakan Kepala Desa Limbasari? pelatihan – pelatihan. Dengan adanya pokdarwis masyarakat jadi lebih terbantu, mungkin ada iri sedikit bagi beberapa masyarakat yang tidak bisa bergabung dengan beberapa kegiatan pokdarwis, namanya juga di masyarakat mbak, pasti ada ada pro dan kontra. Bp EP : Hubungan pokdarwis dengan masyarakat harmonis mbak, tidak ada masalah apa pun. Masyarakat juga
158
menjaga lingkungan f. Rapat rutin akhir bulan Program yang telah dilaksanakan oleh Kepala Desa Limbasari : a. Pelatihan managerial organisasi b. Pelatihan keselamatan kerja Interaksi pokdarwis dengan masyarakat dan kepala desa baik dan harmonis dan menjalin komunikasi
Lampiran 4
Apakah masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pariwisata?
3.
Faktor pendukung pengembangan pariwisata
senang dengan adanya pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ini namun, tidak semua warga mau ikut andil katanya yang muda – muda saja yang bergerak sedangkan yang tua hanya mendukung saja. sering Bp EP : Dari awal saya sudah setiap menyampaikan bahwa, desa Limbasari akan diresmikan sebagai Desa Wisata Terpadu, jadi seluruh warga masyarakat harus saling bersinergi mengembangkan desa wisata Limbasari ini, dengan menjaga lingkungan, sopan santun.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata baik dan masyarakat mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata
Ibu HM : Tanpa diminta, masyarakat juga antusias jika ada kegiatan yang berkaitan dengan wisata mbak. Apa saja faktor pendukung Ibu HM : Banyak pihak swasta yang Faktor pendukung dalam dalam pengembangan mendukung pengembangan pariwisata pengembangan pariwisata? berbasis CBT ini , seperti sopir angkot pariwisata : Kecamatan Bobotsari karena angkutan a. Faktor dana besar seperti BUS tidak dapat masuk ke b. Faktor Desa Limbasari karena jalan yang masyarakat sempit dan berliku, selain itu juga kami c. Kemitraan mendapatkan bantuan keuangan atau d. Faktor alam PNPM Mandiri kewirausahaan dari e. Faktor SDM Dinbudparpora Kabupaten Purbalingga. Hal ini dapat meningkatkan sarana dan
159
Lampiran 4
prasarana untuk mendukung minat wisata seperti Tubing, jembatan yang ada juga baru diresmikan kemarin mbak oleh pak Kento.
Apakah dengan adanya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat disini memberikan dampak kepada masyarakat sekitar?
Bp EP : Faktor pendukung seperti potensi alam desa wisata yang melimpah mbak, terus ada legenda putri ayu Limbasari, serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata. Bp EP : Dampak yang dirasa setelah adanya pengembangan desa wisata disini angka buta huruf menurun mbak sekitar 0, 5% mbak, pemuda jadi lebih sopan santun biasanya pemuda disini penampilannya seperti preman. Selain itu masyarakat punya kesempatan kerja contohnya kini usaha batik udah meningkat dan produktif lagi, dulu sempat mati suri mbak. Ibu HM : Masyarakat jadi selalu menjaga sapta pesona pariwisata tanpa disuruh, sudah sadar mbak, Alhamdulillah dengan adanya pengembangan pariwisata disini membawa dampak yang positif bagi
160
Dampak pengembangan pariwisata bagi masyarakat adalah menurunnya angka buta huruf, masyarakat mendapatkan pendidikan, lingkungan yang bersih, dan nyaman
Lampiran 4
Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap program – program yang dilaksanakan oleh pokdarwis Limbasari?
4.
Faktor Penghambat Pengambangan Pariwisata
Faktor – faktor yang menghambat pengembangan pariwisata di Desa Limbasari dan hambatan yang dihadapi oleh pokdarwis?
masyarakat Desa Limbasari Bp EP : Sampai saat ini partisipasi masyarakat bagus mbak, banyak masyarakat yang tertarik dan ikut dalam kegiatan pokdarwis dalam mengembangkan obyek wisata disini, terbukti disetiap bulannya pokdarwis selalu menambah anggota. Banyak anak – anak muda yang dulunya Cuma jadi pengangguran sekarang mereka ikut aktivitas wisata. Ibu HM : Alhamdulillah, banyak yang ikut berpartisipasi dan pada semangat mbak, pelatihan yang dilakukan tidak hanya untuk pokdarwis saja tetapi untuk masyarakat juga, karena masyarakatlah yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata mbak karena menyangkut perubahan diwilayah tho mbak, masyarakat juga harus disiapkan menerima perubahan. Bp EP : Masyarakat senang dengan adanya pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ini, namun tidak semua warga mau ikut andil, katanya yang muda – muda saja yang bergerak biar yang tua – tua yang mendukung
161
Partisipasi masyarakat terhadap program – program yang dilaksanakan oleh pokdarwis itu bagus, anggota pokdarwis semakin bertambah
Faktor penghambat dan hambatan dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari adalah a. Faktor
Lampiran 4
Ibu HM : Kalau saya lihat, sampai saat ini tidak ada hambatan yang cukup berarti mbak, selain disana suasananya sangat hangat atau kekeluargaan, sudah seperti keluarga sendiri, namun kita harus lebih rajin lagi mempromosikan potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari mbak, karena persaingan dengan desa wisata yang lainnya. Strategi untuk menarik wisatawan kembali ke desa Limbasari yaitu dengan tidak menampilkan semua wisata yang ada disini, satu persatu gitu mbak, biar pengunjung ingin kembali ke Desa Limbasari dengan mencoba wisata yang lain.
162
masyarakat b. Faktor perhutani c. Faktor persaingan obyek dan daya tarik wisata antar Kabupaten
Lampiran 5
REDUKSI, DISPLAY, KESIMPULAN (Kelompok Sadar Wisata Limbasari)
No. 1.
Komponen Pertanyaan Reduksi Strategi – strategi Apa rencana strategi dalam Mas DJ : Perencanaan dalam dalam pengembangan pengembangan pariwisata di pengembangan pariwisata yaitu dengan pariwisata Desa Limbasari? melihat peluang – peluang kedepannya serta menjalin kemitraan dengan pihak swasta secara meluas tingkat provinsi Jawa Tengah, agar Desa Limbasari menjadi desa wisata yang selalu diminati oleh masyarakat luas. Mas BS : Rencana strategis untuk mengembangkan pariwisata dengan menambah sarana dan prasarana wisata, apalagi sekarang wisatawan semakin bertambah banyak mbak, serta melakukan promosi lewat internet, sosial media, dan brosur mbak.
Strategi – strategi apa saja yang telah dilakukan untuk mengembangkan pariwisata di Desa Limbasari?
Bp SL : Masyarakat yang ada disini perlu dibekali pendidikan, biar bisa menjelaskan potensi – potensi yang ada disini mbak, contohnya pelatihan berbahasa inggris, pelatihan sapta pesona wisata, pelatihan berbahasa 163
Kesimpulan Rencana strategis dalam pengembnagan pariwisata di Desa Limbasari adalah a. Akan menjadikan desa Limbasari sebagai Desa yang Terpadu b. Menjalin kemitraan yang luas c. Menambah sarana dan prasarana d. Promosi lebih luas melalui media cetak dan media digital Strategi – strategi yang telah dilakukan untuk mengembangkan pariwisata di Desa Limbasari : a. Menyediakan
Lampiran 5
indonesia yang baik dan benar mbak. Sejak tahun 2013 pemerintah desa dan dinbudparpora sudah memfasilitasi dan memberikan pelatihan – pelatihan kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata mbak, masyarakat sangat antusias dan mau berpartisipasi. Mas DJ : Strateginya biar wisatawan selalu datang kembali ke Desa Wisata Limbasari yaitu dengan tidak menyuguhkan semua potensi – potensi yang ada di Limbasari, jadi pertahap dan dioptimalkan. Minat wisata yang sedang kami optimalkan adalah wisata Tubing mbak. Kemajuan apa yang telah Mas DJ : Wisatawan mau datang terlihat setelah diterapkan kembali ke Desa Limbasari dengan strategi – strategi tujuan wisata yang berbeda mbak, SDM pengembangan pariwisata? Kelompok sadar wisata juga semakin berkualitas dalam arti sudah paham dan sadar wisata. Mas IS : Adanya akses jalan yang mudah dan perbaikan jembatan pengayom itu mbak sudah bagus, dulunya jembatan bambu. Sarana dan
164
b. c. d.
e.
dan memfasilitasi kelompok sadar wisata Penyediaan dana Pengadaan sarana fisik Pengadaan pelatihan – pelatihan bagi masyarakat Mengoptimalkan potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari
Kemajuan setelah diterapkannya strategi pengembangan pariwisata : a. Wisatawan semakin bertambah b. Akses jalan yang mudah c. Bertambahnya sarana dan
Lampiran 5
prasarana juga sudah banyak mbak, dulu hanya beberapa saja, sekarang juga sudah ada mobil pick up yang mengantar jemput wisatawan, dulu wisatawan jalan kaki melalui jalan setapak untuk menuju ketempat lokasi.
2.
Mas BS : Kemajuannya banyak mbak, lingkungan disini sudah bersih dan rapi mbak, kerena masyarakat sudah sadar akan sapta pesona wisata, perlengkapan wisata dan paket – paket wisata, adanya home stay, anggota pokdarwis juga semakin bertambah mbak. Usaha – usaha yang Bagaimana perencanaan Mas DJ : Perencanaan kegiatan tersebut dilakukan Pokdarwis program untuk melibatkan seluruh anggota pokdarwis dan Kepala Desa mengembangkan pariwisata mbak, ditambah dengan tokoh – tokoh Limbasari di Desa Limbasari? masyarakat Limbasari yang mendukung seperti pak kadus. Perencanaan ini meliputi bentuk program, tujuan program, sasaran program serta keluaran yang diharapkan dari program tersebut itu apa. Mas BS : Perencanaan yang dimulai dari rapat – rapat untuk menentukan program – program apa saja yang akan dilakukan
165
prasarana d. Lingkungan yang bersih, indah, nyaman e. SDM pokdarwis yang berkualitas
Perencanaan program dengan diadakan rapat untuk merumuskan program – program yang akan dilaksanakan dengan melibatkan tokoh masyarakat desa Limbasari.
Lampiran 5
Bagaimana pelaksanaan program dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ?
Mas DJ : Pelaksanaan program biasanya berjalan sesuai dengan tujuan mbak, masyarakat juga aktif dan mau berpartisipasi.
Pelaksanaan program dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari berjalan dengan baik sesuai Mas BS : Pelatihan – pelatihan dan dengan tujuan dan penyuluhan berjalan dengan baik mbak, keikutsertaan dilihat dari banyaknya warga yang ikut masyarakat berpartisipasi dalam penyuluhan. Bagaimana evaluasi program Mas DJ : Selama ini evaluasi program Evaluasi program dalam pengembangan yang sudah berlangsung kami dilaksanakan setelah pariwisata di Desa laksanakan pada setiap akhir program. program berakhir dan Limbasari? Hal tersebut dilakukan agar setiap yang dievaluasi adalah bidang mengemukakan kekurangan – kekurangannya. kekurangan dalam pelaksanakan program mbak. Mas IS : Evaluasi dilakukan setelah programnya selesai, laporan dari masing – masing seksi setelah itu dievaluasi secara keseluruhan, yang di evaluasi hanya kekurangan – kekurangan nya saja mbak. Kontribusi apa yang telah Mas DJ : Dengan adanya program – Kontribusi yang diberikan Kepala Desa, program yang telah kami laksanakan diberikan Kepala Desa Pokdarwis dan Masyarakat untuk masyarakat serta dengan adalah sebagai fasilitator
166
Lampiran 5
dalam pariwisata Limbasari?
pengembangan persetujuan bu Kades. di Desa Bp AG : Masyarakat paling partisipasinya, kalo tidak ada partisipasi masyarakat maka program tidak akan berjalan sesuai tujuan ya tho mbak
Program apa saja yang telah Mas Dj : Banyak mbak, ada pelatihan dilaksanakan oleh Pokdarwis berbahasa inggris dan indonesia, Limbasari? pelatihan standar operasional, pelatihan jadi guide, pelatihan sapta pesona wisata, pelatihan menjaga lingkungan, pelatihan kewirausahaan dan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan mbak. Selain itu ada pertemuan rutin satu bulan sekali, untuk mengevaluasi hasil kegiatan kita selama satu bulan
167
dan penanggung jawab dalam pelatihan – pelatihan yang telah diberikan Kontribusi yang telah diberikan pokdarwis adalah memberikan program – program kepada masyarakat dan membuka lapangan kerja untuk pemuda desa Limbasari Kontribusi masyarakat adalah partisipasi terhadap program – program wisata Program yang telah dilaksanakan oleh pokdarwis desa Limbasari : a. Pelatihan berbahasa Inggris b. Pelatihan berbahasa Indonesia
Lampiran 5
kemarin dan kedepan.
rencana
satu
bulan
c. Pelatihan SOP d. Pelatihan Kewirausahaan e. Pelatihan menjaga lingkungan f. Rapat rutin akhir bulan
Mas IS : Saya sering ikut mbak dan rajin ikut pelatihan yang diadakan, mulai dari awal adanya sosialisasi tentang pengembangan pariwisata mbak, terus ada pelatihan kepemanduan, keselamatan kerja, menjemen organisasi, pelatihan tata ruang, dan saya juga selalu ikut rapat akhir bulan. Program apa saja yang telah Bp AG : Pelatihan Managerial Program yang telah dilaksanakan oleh Kepala organisasi buat pokdarwis dan pelatihan dilaksanakan oleh Desa Limbasari? keselamatan dan kesehatan kerja. Kepala Desa Limbasari : Setelah itu pokdarwis yang a. Pelatihan merencanakan dan melaksanakan managerial program pariwisata. organisasi b. Pelatihan Mas AM : Meskipun saya tidak menjadi keselamatan pengurus inti dalam pokdarwis tapi saya kerja juga sering diajak ikut pelatihan oleh mas DJ, pelatihan yang diadakan oleh kepala desa itu mbak. Pelatihan menageman organisasi sama keselamatan kerja mbak. Bagaimana interaksi Mas DJ : Ya baiklah mbak, interaksinya Interaksi pokdarwis pokdarwis dengan ya baik dan lancar, Kepala desa juga dengan masyarakat dan masyarakat dan dengan sering bertanya bagaimana keadaan kepala desa baik dan
168
Lampiran 5
Kepala Desa Limbasari?
Apakah masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pariwisata?
pokdarwis desa Limbasari, kalau harmonis dan menjalin dengan masyarakat terkadang ada komunikasi masyarakat yang menggunjing kami di belakang, namun alhamdulillah tidak ada konflik mbak, hanya saja namanya juga di masyarakat ya kadang ada kecemburuan sosial. Bp SL : Interaksinya baik mbak, jika ada program pasti pokdarwis mengomunikasikan dengan masyarakat, meminta dukungan masyarakat, masyarakat juga mau menerimanya. sering Mas DJ : iya mbak, karena kita hidup setiap dilingkungan masyarakat, program – program yang dilaksanakan juga untuk masyarakat, hasilnya juga akan dirasakan sendiri oleh masyarakat.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata baik dan masyarakat mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang Bp SL : Tanpa diminta, masyarakat juga berkaitan dengan antusias jika ada kegiatan yang pariwisata berkaitan dengan wisata mbak. Mas IS : Sejak saya bergabung dalam pokdarwis Limbasari ini, saya menganggap akan menggangu saya kerena berisik, namun setelah saya tahu dari berbagai pelatihan yang diberikan
169
Lampiran 5
3.
Faktor pendukung pengembangan pariwisata
jadi tahu kalau pengunjung akan membawa keuntungan bagi pokdarwis dan masyarakat setempat. Apa saja faktor pendukung Mas DJ : Masyarakat di Desa Limbasari Faktor pendukung dalam dalam pengembangan sangat antusias mbak, karena pengembangan pariwisata? pengembangan pariwisata berbasis CBT pariwisata : ini bermanfaat bagi masa depan mereka, a. Faktor dana namun dengan adanya pengembangan b. Faktor pariwisata di Desa Limbasari ini masyarakat diharapkan jangan merusak alam karena c. Kemitraan potensi alam lah yang menjadi icon atau d. Faktor alam simbol dari desa Limbasari. e. Faktor SDM
Apakah dengan adanya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat disini memberikan dampak kepada masyarakat sekitar?
Mas BS : Faktor pendukung seperti potensi alam desa wisata yang melimpah mbak, terus ada legenda putri ayu Limbasari, serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata. Mas DJ : Jelas ada mbak, sejak pariwisata disini dikembangkan terus, kita gencar mengadakan pelatihan – pelatihan kepada masyarakat seperti pelatihan berbahasa indonesia yang baik dan benar, pelatihan berbahasa inggris dan pelatihan – pelatihan lain, memberikan peluang kerja kepada pemuda mbak karena rata – rata pemuda
170
Dampak pengembangan pariwisata bagi masyarakat adalah menurunnya angka buta huruf, masyarakat mendapatkan pendidikan, lingkungan yang bersih, dan nyaman
Lampiran 5
disini Cuma lulusan SMP / SMA
Bp SL : Masyarakat jadi selalu menjaga sapta pesona pariwisata tanpa disuruh, sudah sadar mbak, Alhamdulillah dengan adanya pengembangan pariwisata disini membawa dampak yang positif bagi masyarakat Desa Limbasari Bagaimana partisipasi Mas BS : Sampai saat ini partisipasi masyarakat terhadap program masyarakat bagus mbak, banyak – program yang dilaksanakan masyarakat yang tertarik dan ikut dalam oleh pokdarwis Limbasari? kegiatan pokdarwis dalam mengembangkan obyek wisata disini, terbukti disetiap bulannya pokdarwis selalu menambah anggota. Banyak anak – anak muda yang dulunya Cuma jadi pengangguran sekarang mereka ikut aktivitas wisata.
4.
Faktor Penghambat Pengambangan Pariwisata
Partisipasi masyarakat terhadap program – program yang dilaksanakan oleh pokdarwis itu bagus, anggota pokdarwis semakin bertambah
Bp SL : Itu pada antusias kok mbak, tapi kalau saya bisa berangkat pelatihan jika acaranya malam, kalau siang saya disawah mbak. hehe Faktor – faktor yang Mas DJ : Kadang ribet mbak, kalo harus Faktor penghambat dan menghambat pengembangan izin ke pemerintah perhutani, padahal hambatan dalam pariwisata di Desa Limbasari diawal peresmian pokdarwis di Desa pengembangan
171
Lampiran 5
dan hambatan yang dihadapi Limbasari katanya, hutan tinggal pariwisata di Desa oleh pokdarwis? dipakai saja untuk mengembangkan Limbasari adalah pariwisata, namun setelah banyak a. Faktor pengunjung kesini, pihak perhutani masyarakat meminta jatah kepada pokdarwis, jika b. Faktor perhutani tidak diberi maka akan dikenai denda, c. Faktor jadi harus meminta izin jika ada persaingan kegiatan di hutan. obyek dan daya tarik wisata antar Mas BS : Kalau saya lihat, sampai saat Kabupaten ini tidak ada hambatan yang cukup berarti mbak, selain disana suasananya sangat hangat atau kekeluargaan, sudah seperti keluarga sendiri, namun kita harus lebih rajin lagi mempromosikan potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari mbak, karena persaingan dengan desa wisata yang lainnya. Strategi untuk menarik wisatawan kembali ke desa Limbasari yaitu dengan tidak menampilkan semua wisata yang ada disini, satu persatu gitu mbak, biar pengunjung ingin kembali ke Desa Limbasari dengan mencoba wisata yang lain.
172
Lampiran 6
TRIANGULASI SUMBER A. Strategi – Strategi dalam Pengembangan Desa Wisata 1. Apa rencana strategi dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari? Pengelola Pokdarwis
Pemerintah Desa
Masyarakat
Kesimpulan
“Perencanaan dalam pengembangan pariwisata yaitu dengan melihat peluang – peluang kedepannya serta menjalin kemitraan dengan pihak swasta secara meluas tingkat provinsi Jawa Tengah, agar Desa Limbasari menjadi desa wisata yang selalu diminati oleh masyarakat luas” “Rencana akan menjadikan desa Limbasari sebagai Desa wisata terpadu yang ada di Kabupaten Purbalingga”
“Rencana strategis untuk mengembangkan pariwisata dengan menambah sarana dan prasarana wisata, apalagi sekarang wisatawan semakin bertambah banyak mbak, serta melakukan promosi lewat internet, sosial media, dan brosur mbak” “Rencana strategis dalam pengembnagan pariwisata di Desa Limbasari adalah akan menjadikan desa Limbasari sebagai Desa yang Terpadu, Menjalin kemitraan yang luas, Menambah sarana dan prasarana, Promosi lebih luas melalui media cetak dan media digital”
2. Strategi – strategi apa saja yang telah mengembangkan pariwisata di Desa Limbasari? Pengelola Pokdarwis
:
173
dilakukan
untuk
“Strateginya biar wisatawan selalu datang kembali ke Desa Wisata Limbasari yaitu dengan tidak menyuguhkan semua potensi – potensi yang ada di Limbasari, jadi
Lampiran 6
Pemerintah Desa
:
Masyarakat
Kesimpulan
:
pertahap dan dioptimalkan. Minat wisata yang sedang kami optimalkan adalah wisata Tubing mbak”. “Strategi pemerintah desa untuk mengembangkan wisata yang ada di Limbasari dengan menyediakan dan memfasilitasi kelompok sadar wisata Limbasari mbak, contohnya memberdayakan pemuda yang ada di Limbasari untuk bergabung dalam kelompok sadar wisata Limbasari. Tugas saya sebagai Kepala Desa disini hanya menyetujui ide – ide dari kelompok sadar wisata yang sekiranya dapat mengembangkan desa, selain itu memberikan dana kepada kelompok sadar wisata dari anggaran desa serta dari Kabupaten Purbalingga dalam pembangunan fisik mbak. Disini yang terpenting yaitu adanya komunikasi antara kelompok sadar wisata dengan pemerintah desa, karena pengelolaan pariwisata itu sepenuhnya oleh kelompok sadar wisata Limbasari”. “Masyarakat yang ada disini perlu dibekali pendidikan, biar bisa menjelaskan potensi – potensi yang ada disini mbak, contohnya pelatihan berbahasa inggris, pelatihan sapta pesona wisata, pelatihan berbahasa indonesia yang baik dan benar mbak. Sejak tahun 2013 pemerintah desa dan dinbudparpora sudah memfasilitasi dan memberikan pelatihan – pelatihan kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata mbak, masyarakat sangat antusias dan mau berpartisipasi” “Strategi – strategi yang telah dilakukan untuk mengembangkan pariwisata di Desa Limbasari:
:
174
Lampiran 6
Menyediakan dan memfasilitasi kelompok sadar wisata, Penyediaan dana, Pengadaan sarana fisik, Pengadaan pelatihan – pelatihan bagi masyarakat” 3. Kemajuan apa yang telah terlihat setelah diterapkan strategi – strategi pengembangan pariwisata? Pengelola Pokdarwis : “Wisatawan mau datang kembali ke Desa Limbasari dengan tujuan wisata yang berbeda mbak, SDM Kelompok sadar wisata juga semakin berkualitas dalam arti sudah paham dan sadar wisata”.
Pemerintah Desa
:
Masyarakat
:
Kesimpulan
:
“Adanya akses jalan yang mudah dan perbaikan jembatan pengayom itu mbak sudah bagus, dulunya jembatan bambu. Sarana dan prasarana juga sudah banyak mbak, dulu hanya beberapa saja, sekarang juga sudah ada mobil pick up yang mengantar jemput wisatawan, dulu wisatawan jalan kaki melalui jalan setapak untuk menuju ketempat lokasi” “Kemajuannya banyak mbak, lingkungan disini sudah bersih dan rapi mbak, kerena masyarakat sudah sadar akan sapta pesona wisata, perlengkapan wisata dan paket – paket wisata, adanya home stay, anggota pokdarwis juga semakin bertambah mbak” “Kemajuan setelah diterapkannya strategi pengembangan pariwisata : Wisatawan semakin bertambah Akses jalan yang mudah Bertambahnya sarana dan prasarana Lingkungan yang bersih, indah, nyaman SDM pokdarwis yang berkualitas”
4. Bagaimana perencanaan program untuk mengembangkan pariwisata di Desa Limbasari? Pengelola Pokdarwis : “Perencanaan kegiatan tersebut melibatkan seluruh anggota pokdarwis mbak, ditambah 175
Lampiran 6
Pemerintah Desa
Masyarakat
Kesimpulan
dengan tokoh – tokoh masyarakat Limbasari yang mendukung seperti pak kadus. Perencanaan ini meliputi bentuk program, tujuan program, sasaran program serta keluaran yang diharapkan dari program tersebut itu apa” : “Biasanya kepala dusun dilibatkan dalam perumusan perencanaan program, kemudian kadus menginfokan kepada masyarakat mbak” : “Perencanaan yang dimulai dari rapat – rapat untuk menentukan program – program apa saja yang akan dilakukan” : “Perencanaan program dengan diadakan rapat untuk merumuskan program – program yang akan dilaksanakan dengan melibatkan tokoh masyarakat desa Limbasari”
5. Bagaimana pelaksanaan program dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ? Pengelola Pokdarwis : “Pelaksanaan program biasanya berjalan sesuai dengan tujuan mbak, masyarakat juga aktif dan mau berpartisipasi” Pemerintah Desa : “Pelatihan – pelatihan dan penyuluhan berjalan dengan baik mbak, dilihat dari banyaknya warga yang ikut berpartisipasi dalam penyuluhan” Masyarakat : “Pelatihan dari bu Kades banyak mbak, dan masyarakat mau mengikuti” Kesimpulan : “Pelaksanaan program dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan dan keikutsertaan masyarakat” 6. Bagaimana evaluasi program dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari? Pengelola Pokdarwis : “Selama ini evaluasi program yang sudah berlangsung kami laksanakan pada setiap akhir program. Hal tersebut dilakukan agar setiap bidang mengemukakan kekurangan – kekurangan dalam pelaksanakan program mbak” Pemerintah Desa : “Yang mengadakan evaluasi biasanya hanya pokdarwis saja mbak, saya hanya memberi 176
Lampiran 6
Masyarakat
:
Kesimpulan
:
arahan atau masukan saja” “Evaluasi dilakukan setelah programnya selesai, laporan dari masing – masing seksi setelah itu dievaluasi secara keseluruhan, yang di evaluasi hanya kekurangan – kekurangan nya saja mbak” “Evaluasi program dilaksanakan setelah program berakhir dan yang dievaluasi adalah kekurangannya”
B. Usaha – Usaha yang Dilakukan Oleh Pemerintah Desa dan Pokdarwis 1. Kontribusi apa yang telah diberikan Kepala Desa, Pokdarwis dan Masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari? Pengelola Pokdarwis : “Dengan adanya program – program yang telah kami laksanakan untuk masyarakat serta dengan persetujuan bu Kades” Pemerintah Desa : “Upaya pemerintah desa hanya memfasilitasi masyarakat dengan bantuan pokdarwis Limbasari mengembangkan pariwisata dengan menggali atau mengangkat potensi – potensi yang ada di Limbasari ini, pelatihan – pelatihan yang diberikan juga untuk menyadarkan masyarakat tentang sapta pesona pariwisata mbak” Masyarakat : “Masyarakat paling partisipasinya, kalo tidak ada partisipasi masyarakat maka program tidak akan berjalan sesuai tujuan ya tho mbak” Kesimpulan : “Kontribusi yang diberikan Kepala Desa adalah sebagai fasilitator dan penanggung jawab dalam pelatihan – pelatihan yang telah diberikan. Kontribusi yang telah diberikan pokdarwis adalah memberikan program – program kepada masyarakat dan membuka lapangan kerja untuk pemuda desa Limbasari” 2. Program apa saja yang telah dilaksanakan oleh Pokdarwis Limbasari? Pengelola Pokdarwis : “Banyak mbak, ada pelatihan berbahasa inggris dan indonesia, pelatihan standar operasional, pelatihan jadi guide, pelatihan sapta pesona wisata, pelatihan 177
Lampiran 6
Pemerintah Desa
Masyarakat
Kesimpulan
menjaga lingkungan, pelatihan kewirausahaan dan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan mbak. Selain itu ada pertemuan rutin satu bulan sekali, untuk mengevaluasi hasil kegiatan kita selama satu bulan kemarin dan rencana satu bulan kedepan” : “Kalau saya hanya mengikuti beberapa kali saja pelatihan mbak, hehe. Ya maklum sudah tua” : “Saya sering ikut mbak dan rajin ikut pelatihan yang diadakan, mulai dari awal adanya sosialisasi tentang pengembangan pariwisata mbak, terus ada pelatihan kepemanduan, keselamatan kerja, menjemen organisasi, pelatihan tata ruang, dan saya juga selalu ikut rapat akhir bulan” : “Program yang telah dilaksanakan oleh pokdarwis desa Limbasari : Pelatihan berbahasa Inggris Pelatihan berbahasa Indonesia Pelatihan SOP Pelatihan Kewirausahaan Pelatihan menjaga lingkungan Rapat rutin akhir bulan”
3. Program apa saja yang telah dilaksanakan oleh Kepala Desa Limbasari? Pengelola Pokdarwis : “Meskipun saya tidak menjadi pengurus inti dalam pokdarwis tapi saya juga sering diajak ikut pelatihan oleh mas DJ, pelatihan yang diadakan oleh kepala desa itu mbak. Pelatihan menageman organisasi sama keselamatan kerja mbak. Masyarakat : “Pelatihan Managerial organisasi buat pokdarwis dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. Setelah itu pokdarwis yang merencanakan dan melaksanakan program pariwisata” Kesimpulan : “Program yang telah dilaksanakan oleh Kepala Desa Limbasari : Pelatihan managerial organisasi Pelatihan keselamatan kerja”
178
Lampiran 6
4. Bagaimana interaksi pokdarwis dengan masyarakat dan dengan Kepala Desa Limbasari? Pengelola Pokdarwis : “Ya baiklah mbak, interaksinya ya baik dan lancar, Kepala desa juga sering bertanya bagaimana keadaan pokdarwis desa Limbasari, kalau dengan masyarakat terkadang ada masyarakat yang menggunjing kami di belakang, namun alhamdulillah tidak ada konflik mbak, hanya saja namanya juga di masyarakat ya kadang ada kecemburuan sosial” Pemerintah Desa : “Saya lihat baik – baik saja mbak, pokdarwis juga selalu meminta izin kepada saya jika ingin mengadakan pelatihan – pelatihan. Dengan adanya pokdarwis masyarakat jadi lebih terbantu, mungkin ada iri sedikit bagi beberapa masyarakat yang tidak bisa bergabung dengan beberapa kegiatan pokdarwis, namanya juga di masyarakat mbak, pasti ada ada pro dan kontra” Masyarakat : “Hubungan pokdarwis dengan masyarakat harmonis mbak, tidak ada masalah apa pun. Masyarakat juga senang dengan adanya pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ini namun, tidak semua warga mau ikut andil katanya yang muda – muda saja yang bergerak sedangkan yang tua hanya mendukung saja” Kesimpulan : “Interaksi pokdarwis dengan masyarakat dan kepala desa baik dan harmonis serta menjalin komunikasi” 5. Apakah masyarakat sering dilibatkan dalam setiap kegiatan pariwisata? Pengelola Pokdarwis : “iya mbak, karena kita hidup dilingkungan masyarakat, program – program yang dilaksanakan juga untuk masyarakat, hasilnya juga akan dirasakan sendiri oleh masyarakat” Pemerintah Desa : “Dari awal saya sudah menyampaikan bahwa, desa Limbasari akan diresmikan sebagai Desa Wisata Terpadu, jadi seluruh warga masyarakat harus saling 179
Lampiran 6
Masyarakat
:
Kesimpulan
:
bersinergi mengembangkan desa wisata Limbasari ini, dengan menjaga lingkungan, sopan santun” “Sejak saya bergabung dalam pokdarwis Limbasari ini, saya menganggap akan menggangu saya kerena berisik, namun setelah saya tahu dari berbagai pelatihan yang diberikan jadi tahu kalau pengunjung akan membawa keuntungan bagi pokdarwis dan masyarakat setempat” “Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata baik dan masyarakat mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata”
C. Faktor Pendukung 1. Apa saja faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata? Pengelola Pokdarwis : “Masyarakat di Desa Limbasari sangat antusias mbak, karena pengembangan pariwisata berbasis CBT ini bermanfaat bagi masa depan mereka, namun dengan adanya pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ini diharapkan jangan merusak alam karena potensi alam lah yang menjadi icon atau simbol dari desa Limbasari” Pemerintah Desa : “Banyak pihak swasta yang mendukung pengembangan pariwisata berbasis CBT ini , seperti sopir angkot Kecamatan Bobotsari karena angkutan besar seperti BUS tidak dapat masuk ke Desa Limbasari karena jalan yang sempit dan berliku, selain itu juga kami mendapatkan bantuan keuangan atau PNPM Mandiri kewirausahaan dari Dinbudparpora Kabupaten Purbalingga. Hal ini dapat meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung minat wisata seperti Tubing, jembatan yang ada juga baru diresmikan kemarin mbak oleh pak Kento” Masyarakat : “Faktor pendukung seperti potensi 180
Lampiran 6
Kesimpulan
:
alam desa wisata yang melimpah mbak, terus ada legenda putri ayu Limbasari, serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata” “Faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata : Faktor dana Faktor masyarakat Kemitraan Faktor alam Faktor SDM”
2. Apakah dengan adanya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat disini memberikan dampak kepada masyarakat sekitar? Pengelola pokdarwis : “Jelas ada mbak, sejak pariwisata disini dikembangkan terus, kita gencar mengadakan pelatihan – pelatihan kepada masyarakat seperti pelatihan berbahasa indonesia yang baik dan benar, pelatihan berbahasa inggris dan pelatihan – pelatihan lain, memberikan peluang kerja kepada pemuda mbak karena rata – rata pemuda disini Cuma lulusan SMP / SMA” Pemerintah Desa : “Dampak yang dirasa setelah adanya pengembangan desa wisata disini angka buta huruf menurun mbak sekitar 0, 5% mbak, pemuda jadi lebih sopan santun biasanya pemuda disini penampilannya seperti preman. Selain itu masyarakat punya kesempatan kerja contohnya kini usaha batik udah meningkat dan produktif lagi, dulu sempat mati suri mbak” Masyarakat : “Masyarakat jadi selalu menjaga sapta pesona pariwisata tanpa disuruh, sudah sadar mbak, Alhamdulillah dengan adanya pengembangan pariwisata disini membawa dampak yang positif bagi masyarakat Desa Limbasari” Kesimpulan : “Dampak pengembangan pariwisata 181
Lampiran 6
bagi masyarakat adalah menurunnya angka buta huruf, masyarakat mendapatkan pendidikan, lingkungan yang bersih, dan nyaman” 3. Bagaimana partisipasi masyarakat terhadap program – program yang dilaksanakan oleh pokdarwis Limbasari? Pengelola Pokdarwis : “Sampai saat ini partisipasi masyarakat bagus mbak, banyak masyarakat yang tertarik dan ikut dalam kegiatan pokdarwis dalam mengembangkan obyek wisata disini, terbukti disetiap bulannya pokdarwis selalu menambah anggota. Banyak anak – anak muda yang dulunya Cuma jadi pengangguran sekarang mereka ikut aktivitas wisata” Pemerintah Desa : “Alhamdulillah, banyak yang ikut berpartisipasi dan pada semangat mbak, pelatihan yang dilakukan tidak hanya untuk pokdarwis saja tetapi untuk masyarakat juga, karena masyarakatlah yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata mbak karena menyangkut perubahan diwilayah tho mbak, masyarakat juga harus disiapkan menerima perubahan” Masyarakat : “Itu pada antusias kok mbak, tapi kalau saya bisa berangkat pelatihan jika acaranya malam, kalau siang saya disawah mbak. Hehe” Kesimpulan : “Partisipasi masyarakat terhadap program – program yang dilaksanakan oleh pokdarwis itu bagus, anggota pokdarwis semakin bertambah” D. Faktor Penghambat 1. Faktor – faktor yang menghambat pengembangan pariwisata di Desa Limbasari dan hambatan yang dihadapi oleh pokdarwis? Pengelola Pokdarwis : “Kadang ribet mbak, kalo harus izin ke pemerintah perhutani, padahal diawal peresmian pokdarwis di Desa 182
Lampiran 6
Pemerintah Desa
:
Masyarakat
:
Kesimpulan
:
183
Limbasari katanya, hutan tinggal dipakai saja untuk mengembangkan pariwisata, namun setelah banyak pengunjung kesini, pihak perhutani meminta jatah kepada pokdarwis, jika tidak diberi maka akan dikenai denda, jadi harus meminta izin jika ada kegiatan di hutan” “Masyarakat senang dengan adanya pengembangan pariwisata di Desa Limbasari ini, namun tidak semua warga mau ikut andil, katanya yang muda – muda saja yang bergerak biar yang tua – tua yang mendukung” “Kalau saya lihat, sampai saat ini tidak ada hambatan yang cukup berarti mbak, selain disana suasananya sangat hangat atau kekeluargaan, sudah seperti keluarga sendiri, namun kita harus lebih rajin lagi mempromosikan potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari mbak, karena persaingan dengan desa wisata yang lainnya. Strategi untuk menarik wisatawan kembali ke desa Limbasari yaitu dengan tidak menampilkan semua wisata yang ada disini, satu persatu gitu mbak, biar pengunjung ingin kembali ke Desa Limbasari dengan mencoba wisata yang lain” “Faktor penghambat dan hambatan dalam pengembangan pariwisata di Desa Limbasari adalah Faktor masyarakat Faktor perhutani Faktor persaingan obyek dan daya tarik wisata antar Kabupaten”
Lampiran 7
TRIANGULASI METODE ASPEK YANG NO.
OBSERVASI
WAWANCARA
DOKUMENTASI
KESIMPULAN
DITELITI 1.
Strategi – strategi
Strategi
–
Pengembangan Pariwisata
pengembangan
strategi Berdasarkan wawancara Foto pariwisata yang dilakukan, strategi
di Desa Wisata Limbasari – yaitu
dengan
strategi
membuat pengembangan
perencanaan
yang pariwisata
didasarkan pada
Limbasari.
yang Pengelola
dilakukan
Desa
peluang, Wisata Limbasari adalah melakukan
Strategi kerjasama dengan pihak oleh swasta,
Pokdarwis, sarana
184
menambahkan dan
strategi pengembangan pariwisata di
di
dan potensi yang ada di dengan Desa
dalam
Strategi –
prasarana
Desa wisata Limbasari yaitu dengan mengembangkan potensi – potensi yang ada di
Lampiran 7
pemerintah
desa
masyarakat
sekitar
dan wisata,
tidak
yaitu mengeksplore
semua
Desa Limbasari, menambahkan
dengan menjaga kebersihan wisata yang ada di Desa
sarana dan
lingkungan, keamanan dan Limbasari, dan menjaga
prasarana
kesopanan dengan kata lain lingkungan
wisata, menjalin
agar
tetap
menerapkan sapta pesona bersih dan asri.
kemitraan
pariwisata agar wisatawan
dengan pihak
merasa
swasta, serta
betah
di
Limbasari,
Desa
pengelola
menerapkan
pokdarwis Limbasari juga
sapta pesona
melakukan
wisata.
dengan
kerjasama angkutan
umum
kecamatan Bobotsari untuk
185
Lampiran 7
mengantarkan
wisatawan
ke tempat wisata, selain itu pemerintah
desa
membuat atau
tanda
arah
Limbasari
sarana
pengenal
menuju disetiap
jalan. jembatan
juga
Desa sudut
Memperbaiki dan dan
menambah prasarana
wisata.
2.
Usaha – usaha yang
Peneliti
dilakukan oleh
usaha yang dilakukan oleh yang
melihat
bahwa Berdasarkan wawancara Foto, proposal
186
dilakukan
oleh kegiatan, brosur
Usaha yang dilakukan untuk
Lampiran 7
Pemerintah Desa dan
Kelompok
Sadar
Wisata peneliti kepada subyek
mengembangkan
Kelompok Sadar Wisata
Limbasari
adalah
dengan penelitian, usaha – usaha
desa wisata yaitu
promosi potensi – potensi yang
dilakukan
yang ada di Desa Limbasari pemerintah
desa
oleh
dengan
dan
melakukan
melalui media sosial, wisata kelompok sadar wisata
promosi melalui
minat
media cetak
khusus
ditawarkan Limbasari
di antara
yang Limbasari Desa dengan lain
adalah memberdayakan
: masyarakat
sekitar
maupun media masa,
Tubing, Tracking, Gendhis dengan berbagai bentuk
mengadakan
Jawi, Bercocok tanam dan jenis
pelatihan untuk
Batik.
Sedangkan
yang
dilakukan
Pemerintah
Desa
pelatihan,
usaha menjalin
serta
kerjasama
oleh dengan pihak swasta dan adalah Dinbudparpora
187
masyarakat serta memperbaiki pembangunan
Lampiran 7
dengan
mengadakan Kabupaten Purbalingga.
fisik yang ada di
pelatihan untuk masyarakat
Desa Limbasari
sekitar.
dan menjalin kerjasama dengan pihak – pihak yang terkait.
3.
Faktor Pendukung
Yang
menjadi
pendukung pengembangan
faktor Berdasarkan wawancara
Foto, Susunan
Faktor
dalam yang dilakukan oleh
pengurus
pendukung
Kelompok Sadar
dalam
Wisata Limbasari
pengembangan
Desa Peneliti kepada Subyek
Wisata di Desa Limbasari Penelitian, yang menjadi adalah banyaknya potensi – faktor pendukung dalam
pariwisata di
potensi yang dimiliki oleh Pengambangan Desa
desa wisata
188
Lampiran 7
Desa
Limbasari,
baik Wisata adalah kekayaan
Limbasari
potensi
alam
maupun alam yang dimiliki oleh
potensi
non
alam. Desa Limbasari seperti
masyarakat,
SDM banyak hutan, tebing,
faktor alam,
wisata sungai dan air terjun dan
faktor budaya
faktor kebudayaan yang
dan sejarah serta
Masyarakat Kelompok juga
dan sadar
menjadi
pendukung,
karena menjadi fenomenal di
masyarakat
menjaga kalangan masyarakat
kebersihan desa, menjaga yaitu dengan adanya keasrian serta masyarakat Legenda Putri Ayu yang
ramah
kepada Limbasari serta
siapapun terutama kepada peninggalan sejarah pengunjung.
Akses
jalan zaman Neolithikum
189
adalah faktor
faktor sarana dan prasarana.
Lampiran 7
yang mudah dijangkau juga berupa batu, dan alat – menjadi faktor pendukung alat dapur dari batu. dalam pengembangan desa wisata di Limbasari. 4.
Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam Menurut pengembangan
subyek Foto
pariwisata penelitian yang menjadi
di Desa Limbasari adalah faktor persaingan wisata
dengan yang
lain
Kabupaten Purbalingga.
desa dalam
penghambat pengembangan
di pariwisata
di
Desa
Faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata di
Limbasari
adalah
perizinan
kepada
Perhutani
Kabupaten
perhutani, faktor
faktor
masyarakat serta
Purbalingga,
190
desa Limbasari yaitu faktor
Lampiran 7
SDM dengan lain
serta
persaingan
obyek yang
wisata
ada
Kabupaten Purbalingga.
di
persaingan obyek dan daya tarik antar wisata yang ada di Kabupaten Purbalingga.
191
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 01
Tanggal
: 17 Desember 2015
Waktu
: 09.00 – 12.00 WIB
Tempat
: Desa Limbasari
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi
:
Pada hari ini peneliti datang ke kantor Kepala Desa Limbasari yang beralamatkan di Desa Limbasari RT 02/RW03 Kec. Bobotsari, Kab. Purbalingga dengan tujuan meminta izin kepada Kepala Desa Limbasari serta mengadakan observasi awal untuk mendapatkan informasi mengenai potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari serta program – program Pemerintah Desa untuk mengembangkan wisata yang ada di Desa Limbasari. Peneliti bertemu dengan Kepala Desa Limbasari yaitu Ibu HM. Banyak informasi yang peneliti dapatkan dari Ibu HM, peneliti juga mendapatkan CP Ketua Kelompok Sadar Wisata Limbasari yaitu Mas DJ karena mas DJ inilah yang sangat paham akan pengelolaan dari Kelompok Sadar Wisata Limbasari. Pukul 10. 30 WIB peneliti menyusuri desa Limbasari dan melihat sekretariat Kelompok Sadar Wisata yang ada di RT 04 / RW 04 Dusun Arjosari. Di sekertariat kelompok sadar wisata, peneliti hanya bertemu dengan beberapa
192
Lampiran 8
anggota kelompok sadar wisata yang sedang bertugas piket dan membersihkan sekretariat. Anggota kelompok sadar wisata Limbasari sangat ramah karena pada saat peneliti datang, mereka langsung menyapa dengan ramah dan sopan. Setelah anggota pokdarwis selesai membersihkan sekretariat, peneliti pun menyapa dan mulai berbincang – bincang dengan Mas IS dan Mas BS mereka adalah anggota dari Kelompok Sadar Wisata Limbasari. Salah satu yang ditanyakan oleh peneliti adalah program – program yang ada di Kelompok Sadar Wisata Limbasari. Setelah lama berbincang – bincang denga anggota Kelompok Sadar Wisata dan setelah dirasa telah cukup banyak mendapatkan informasi yang dibutuhkan, peneliti pun pamit dan menanyakan CP yang dapat dihubungi untuk menindaklanjuti atau menghubungi pihak Kelompok Sadar Wisata ketika nanti akan kesana. Hal ini dilakukan mengingat lokasi yang cukup jauh dari jangkauan peneliti dan tidak sia – sia perjalanan kesana.
193
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 02
Tanggal
: 22 Desember 2015
Waktu
: 08.00 – 10.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Kelompok Sadar Wisata
Kegiatan
: Meminta Izin Penelitian
Deskripsi
:
Peneliti datang ke sekretariat Kelompok Sadar Wisata Limbasari, tujuan kedatangan peneliti adalah untuk berbagi mengenai rencana penelitian. Peneliti bertemu dengan Ketua Kelompok Sadar Wisata Limbasari yaitu mas DJ. Peneliti menjelaskan maksud dari kedatangan peneliti ke sekretariat pokdarwis Limbasari. Peneliti menjaskan mengenai rencana penelitian kepada pokdarwis. Mas DJ memberikan dukungan, karena dengan adanya penelitian tentang pariwisata yang ada
di Limbasari diharapkan akan menambah kepopuleran.
diperbolehkan
melakukan
penelitian
dengan
Peneliti juga
surat izin penelitian menyusul.
Setelah meminta izin peneliti memohon pamit dan menyampaikan akan datang ke lokasi beberapa hari lagi.
194
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 03
Tanggal
: 02 Januari 2016
Waktu
: 09.00 – 13.00 WIB
Tempat
: Desa Limbasari
Kegiatan
: Observasi
Deskripsi
:
Peneliti datang ke lokasi Desa Wisata Limbasari dengan maksud untuk bertemu dengan pengelola dan melihat kondisi lapangan tempat penelitian serta berkenalan dengan seluruh jajaran pengurus dan anggota Kelompok Sadar Wisata yang akan menjadi subyek penelitian. Sebelum datang ke Desa Limbasari peneliti sudah meng SMS Mas DJ selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata Limbasari untuk bertemu disana. Ketika peneliti tiba di lokasi, peneliti disambut ramah oleh anggota Kelompok
Sadar
Wisata
Limbasari
dan
masyarakat
sekitar.
Peneliti
menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya ke Desa Limbasari. Peneliti menjelaskan bahwa peneliti akan melakukan penelitian di Desa Limbasari mengenai “Pengembangan
Pariwisata
Berbasis
CBT”.
Mereka setuju dan
menyambut dengan baik serta bersedia membantu jika diperlukan oleh peneliti. Peneliti melihat – lihat kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata
195
Lampiran 8
Limbasari, seperti menyiapkan peralatan untuk dipakai wisata minat khusus yaitu Tubing, yang akan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB dengan 70 wisatawan yang berasal dari Rembang. Setelah melihat Tubing peneliti berpamitan untuk pulang.
196
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 04
Tanggal
: 10 Januari 2016
Waktu
: 09.00 – 14.00 WIB
Tempat
: Galeri Batik Putri Muning Sari
Kegiatan
: Observasi
Deskripsi
:
Pada hari ini, peneliti datang ke Galeri batik yang ada di dusun Karang Joho, Desa Limbasari. Ketika peneliti tiba di lokasi pengrajin batik menyambut dengan sopan dan baik. Di galeri batik ini peneliti bertemu dengan ibu EM dan Bapak AG. Ibu EM ini adalah penggerak atau pengelola batik tulis yang ada di Desa Limbasari. Pengrajin batik tulis ini, sebagian besar pengrajinnya adalah perempuan. Peneliti melihat proses membatik dan peneliti juga belajar mencoba membatik. Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak AG mengenai potensi – potensi yang ada di Desa Limbasari ini. Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan ibu EM dan Bapak AG peneliti berpamitan untuk pulang.
197
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 05
Tanggal
: 13 Januari 2016
Waktu
: 09.00 – 12.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Kelompok Sadar Wisata
Kegiatan
: Observasi Kegiatan
Deskripsi
:
Pada hari ini, peneliti datang ke sekretariat Kelompok Sadar Wisata Limbasari lagi. Seperti biasanya masyarakat dan pengurus yang ada di sana menyambut peneliti dengan ramah dan sopan. Karena bukan hari libur tidak ada pengunjung
yang
berkunjung
untuk
wisata
minat
khusus.
Peneliti hanya
berbincang – bincang sebentar dengan anggota Kelompok Sadar Wisata mengenai perencanaan atraksi wisata yang akan dilaksanakan pada tanggal 06 februari 2016 di kaki gunung Plana bersama dengan organisasi FOSIL. Setelah itu peneliti memutuskan untuk berpamitan pulang. Peneliti hanya melihat – lihat tempat wisata di Desa Limbasari yang sepi karena bukan hari libur.
198
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 06
Tanggal
: 19 Januari 2016
Waktu
: 10.00 – 14.00 WIB
Tempat
: Kuburan Putri Ayu Limbasari
Kegiatan
: Observasi
Deskripsi
:
Pada hari ini, peneliti datang ke rumah Bapak SL beliau adalah Ketua RT. Peneliti meminta tolong kepada Bapak SL untu menemani peneliti ke kuburan Putri Ayu Limbasari yang dikeramatkan oleh masyarakat Desa Limbasari. Legenda Putri Ayu Limbasari ini juga sudah terkenal di kalangan masyarakat umum. Setelah tiba di kuburan putri ayu Limbasari ini, Bapak SL menceritakan legenda yang sangat fenomenal ini, peneliti menyimak dengan seksama. Menurut Bapak SL ini banyak penelitian mengenai legenda putri ayu Limbasari ini berdasarkan versi yang berbeda – beda namun inti dari ceritanya sama. Setelah dirasa cukup, peneliti dan Bapak SL kembali ke rumah Bapak SL peneliti juga melakukan wawancara terkait dengan program kelompok Sadar Wisata dan keterlibatan masyarakat dalam wisata di Desa Limbasari ini, setelah itu peneliti berpamitan untuk pulang dan mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak SL yang telah bersedia menerima kehadiran peneliti.
199
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 07
Tanggal
: 20 Januari 2016
Waktu
: 09.00 – 15.00 WIB
Tempat
: Kantor Kepala Desa dan Sekretariat Pokdarwis Limbasari
Kegiatan
: Menyerahkan Surat Izin Penelitian
Deskripsi
:
Peneliti datang ke Kantor Kepala Desa Limbasari untuk menyerahkan surat Izin penelitian Kepada Pemerintah Desa Limbasari yang ditujukan kepada Kepala Desa. Setelah surat diterima oleh Ibu HM, peneliti juga meminta izin kepada Ibu HM untuk wawancara mengenai pengembangan pariwisata yang ada di Desa Limbasari ini, namun berhubung Ibu HM sedang ada acara, Ibu HM meminta kepada peneliti untuk datang lagi esok hari di kantornya Ibu HM. Peneliti melanjutkan perjalanan ke sekretariat Kelompok Sadar Wisata untuk menyerahkan surat izin penelitian kepada Mas DJ selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata Limbasari. Ketika peneliti menyerahkan surat izin penelitian tersebut Mas DJ memberikan motivasi kepada peneliti agar dalam pelaksanaan penelitian tidak ada hambatan dan berjalan lancar sesuai rencana. Mas DJ juga bersedia membantu apapun yang peneliti butuhkan. Setelah urusan selesai peneliti pun berpamitan untuk pulang.
200
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 08
Tanggal
: 23 Januari 2016
Waktu
: 13.00 – 15.00 WIB
Tempat
: Kantor Kepala Desa Limbasari
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi
:
Pada hari ini, peneliti datang ke Kantor Kepala Desa Limbasari dengan tujuan akan melakukan wawancara dengan Ibu HM terkait dengan pengembangan pariwisata di Desa Limbasari. Sub yang akan diwawancarai adalah strategi – stretegi yang digunakan serta kontribusi kepala desa. Ibu HM sangat senang apabila desa yang dipimpinnya itu kedatangan seorang yang sedang melakukan penelitian. Setelah peneliti mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan Ibu HM, peneliti berpamitan untuk pulang.
201
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 09
Tanggal
: 24 Januari 2016
Waktu
: 09.00 – 14.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Kelompok Sadar Wisata
Kegiatan
: Wawancara dengan anggota pokdarwis
Deskripsi
:
Pada hari ini, peneliti datang ke sekertariat pokdarwis Limbasari untuk melihat dan mengamati interaksi anggota serta mengadakan wawancara dengan beberapa anggota pokdarwis. Interaksi yang terjalin antar anggota yang satu dengan yang lain terlihat sangat baik, akrab dan harmonis. Peneliti mengadakan wawancara dengan Mas IS
selaku sekertaris
pokdarwis dan Mas BS selaku bidang usaha di pokdarwis. Peneliti melakukan wawancara terkait program – program yang telah dilaksanakan oleh pokdarwis serta kontribusi atau usaha yang diberikan oleh pokdarwis untuk masyarakat sekitar. Setelah peneliti mendapatkan informasi dari hasil wawancara, peneliti berpamitan untuk pulang.
202
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 10
Tanggal
: 2 Februari 2016
Waktu
: 09.00 – 13.00 WIB
Tempat
: Rumah Kepala Dusun Arjosari
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi
:
Pada hari ini, peneliti sudah ada janji dengan Kepala Dusun Arjosari, Desa Limbasari. Peneliti datang ke rumah Bapak EP. Bapak EP ini adalah penasehat dari Kelompok Sadar Wisata Limbasari. Bapak EP juga salah satu pendiri atau pencetus dari Pokdarwis. Peneliti mengadakan wawancara dengan Bapak EP mengenai pengembangan pariwisata yang ada di Desa Limbasari ini dari awal pembentukan Pokdarwis hingga sekarang.
Setelah mendapatkan informasi dari
hasil wawancara, peneliti berpamitan untuk pulang.
203
Lampiran 8
Catatan Lapangan No
: 11
Tanggal
: 04 Februari 2016
Waktu
: 09.00 – 12.00 WIB
Tempat
: Desa Wisata Limbasari
Kegiatan
: Mengambil Dokumentasi di Desa Limbasari
Deskripsi
:
Pada
hari ini,
peneliti kembali mengunjungi Desa Limbasari yang
digunakan sebagai lokasi pelaksanaan wisata. Peneliti bertemu dengan Ibu HM yang sebelumnya sudah pernah diwawancarai oleh peneliti. Pada kesempatan kali ini peneliti datang ke Desa Limbasari tidak untuk melakukan wawancara, namun peneliti melakukan dokumentasi foto. Peneliti memohon izin kepada Ibu HM untuk berkeliling Desa Limbasari dan meminta izin untuk mengambil beberapa gambar tentang Desa Wisata Limbasari. Setelah dirasa cukup mendapatkan dokumentasi yang dibutuhkan, peneliti pulang.
204
Lampiran 9
SUSUNAN PENGURUS POKDARWIS PATRAWISA (Desa Limbasari) Berikut susunan pengurus Pokdarwis yang telah dibentuk oleh Masyarakat Desa Limbasari. 1. Pelindung
: Halimah (Kepala Desa Limbasari)
2. Penasehat
: R. Edi Prasodjo
3. Ketua
: Joko Dwi Haryanto Nugroho, S.Hut
4. Sekertaris
: Ivan Sanniako
5. Bendahara
: Waluyo Aji
6. Seksi – seksi
:
a. Seksi humas
:
1) Suprijadi 2) H. Nurchamim 3) Agus Machi 4) M.A Nawawi b. Seksi Usaha
:
1) Haryanto, S.Pd 2) Bangun Supardi 3) Tri Sadio Utomo 4) Sumaryo c. Keamanan 1) Muhasin
205
Lampiran 9
2) Buang Ramidin 3) Hasanudin d. Seksi Kesenian 1) Kaswono 2) Harsoyo 3) Wiryanto e. Seksi Kebersihan 1) Khaerudin 2) Adi Ismanto 3) Muharto f.
Seksi Pemeliharaan 1) Djunaedi 2) Iskandar
g. Seksi PPPK 1) Siti Wuryaningsih 2) Tursiati 3) Solichatun 4) Sulchan Djohari
206
Lampiran 10
DOKUMENTASI FOTO Gambar 1. Anggota Kelompok Sadar Wisata Limbasari
Gambar 2. Wisata Minat Khusus Tubing
206
Lampiran 10
Gambar 3. Pengrajin Batik Desa Limbasari
Gambar 4. Galeri Batik Muning Sari Desa Limbasari
207
Lampiran 10
Gambar 5. Sungai Wlingi. Sungai yang tak pernah surut dan dikeramatkan.
208
Lampiran 10
Gambar 6. Curug Pengamun – amun
Gambar 7. Pelatihan Kewirausahaan untuk Masyarakat
209
Lampiran 10
Gambar 8. Peresmian Menjadi Desa Wisata Terpadu
Gambar 9. Gapura Desa Wisata Limbasari
210