STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH KABUPATEN LEBAK SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh : Yunita NIM. 666111063
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, Oktober 2015
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: Yunita
NIM
: 6661110637
Tempat tanggal lahir : Tangerang, 5 Juni 1993 Program Studi
: Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak” adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang,
Oktober 2015
Yunita NIM. 6661110637
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya… (QS. Al Baqarah: 286) Katakanlah kamu bisa dan itu sudah setengah jalan keberhasilan (Theodore Rosevelt)
“Ku persembahkan hasil karya kecilku Perjuanganku dan jawaban atas doaku selama ini Untuk Ayah dan Ibu tercinta Kakakku dan Adikku tersayang Serta teman-temanku yang selalu setia menemaniku dikala suka maupun duka”
ABSTRAK
Yunita. NIM. 6661110637. Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Dr. Ayuning Budiati, MPPM; Dosen Pembimbing II, Dr. Dirlanudin, M.Si Desa Sawarna memiliki daya tarik yang khas berupa keunikan fisik lingkungan alam pedesaan, kekayaan alam pesona wisata maupun kehidupan sosial masyarakatnya yang dikemas secara alami dan menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan. Dalam mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna terdapat masalah yang menghambat pelaksanaan pengembangan wisata diantaranya adalah belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata, kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah, belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat, kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang tepat dalam pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada analisis SWOT yang dikemukakan oleh Hunger dan Wheleen dalam penentuan alternatif strategi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan Pariwisata Desa Sawarna adalah Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk meningkatkan daya tarik wisata, Strategi menyusun pemodelan kawasan desa Sawarna yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan, strategi meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam membangun pariwisata di Desa Sawarna, dan strategi penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna. Kata Kunci : Strategi, Pengembangan Parwisata, Sawarna
ABSTRACT
Yunita. NIM. 6661110637. Tourism Development Strategy in the Sawarna Village, Bayah Subdistrict, Lebak. Public Administration Department. Social and Politic Faculty. Sultan Ageng Tirtayasa University. First Advisor, Dr. Ayuning Budiati, S.IP. MPPM.; Second Advisor, Dr. Dirlanudin, M.Si. Sawarna Tourism Village has a peculiar fascination such as the physical uniqueness of the natural environment of rural, and the social life of rural community which is packaged in natural and attractive so that attraction can increase the tourist visit. There are problems hindering the implementation of the tourism development in Sawarna Village, among which are not optimal provision of facilities and infrastructure at tourist sites, lack of coordination between manager of Sawarna Village and Local Government, the empowerment of community-based tourism operators are still not optimal, and lack of opportunities for Sawarna’s local communities to market handicraft and culinary in the tourism site. The goal of this research is to analyze the appropriate strategy in the tourism development in Sawarna Village. The method used in this research is qualitative with descriptive approach. This research use a theory base on the SWOT analysis presented by Hunger and Wheelen in determining strategic alternatives. The result of this research showed that the appropriate strategy to be applied in the Tourism Development in Sawarma Village is to explore the potential of natural and artificial tourism original made from Sawarna Village to increase the attractiveness of tourism, enhance the capacity and role of the community in the tourism development, draw up regional modeling of Sawarna Village which is based to tourism development sustainable/environmentally friendly, increase the capacity and role of the community in developing tourism in the Sawarna Village, and strengthening the awareness of local communities in tourism development in the Sawarna Village. Keyword : Strategy, Tourism Development, Sawarna
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya pula, maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu “Strategi Pengembangan Pariwisata Di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak” Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, sebagai berikut: 1.
Prof. Dr. Ir. Soleh Hidayat, M.Sc sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng Tirayasa.
2.
Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.
Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4.
Mia Dwiana, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
i
5.
Gandung Ismanto, S.Sos, MM sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6.
Rahmawati, S.Sos, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7.
Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8.
Dr. Ayuning Budiati, MPPM sebagai pembimbing I yang sudah banyak sekali memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta sarannya yang sangat membantu peneliti sejak awal hingga penelitian yang peneliti susun ini selesai dengan sebaik-baiknya.
9.
Dr. Dirlanudin, M.Si sebagai Pembimbing II yang membantu dan memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga akhir.
10.
Listyaningsih, M.Si sebagai Dosen
Pembimbing
Akademik
yang
memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan. 11. Hasuri, M.Si sebagai penguji I siding skripsi penelitian yang telah memberikan masukkan demi kesempurnaan penelitian yang dilakukan peneliti, 12.
Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
ii
13.
Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materil serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak-anaknya di masa depan. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan kalian.
14.
Kakakku (Kurnia Sepyanti) dan Adikku (Anita Fridayanti) yang selalu sabar, baik, dan memberikan semangat selama ini.
15.
Sahabat seperjuangan Diana Pusvita dan Lilla Mujiani yang selalu setia menemani sejak awal masuk di Kelas C Program Studi Ilmu Administrasi Negara 2011 hingga penyelesaian skripsi.
16.
Teman-teman khusunya kelas C Program Studi Ilmu Administrasi Negara 2011 Firstyana, Nita, Desy Hartining, Seli, Dhani, Roy, Dedi, Gema, Ari, Risda, dan lainnya yang tidak sempat disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk dukungan dan doanya selama ini.
17.
Inge, Mia, Sughron Jazila, dan Nindi yang sudah membantu untuk menemani selama penelitian skripsi ini.
18.
Keluarga BEM FISIP UNTIRTA 2014 yang sudah memberikan warna dan dukungan selama berada di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
19.
Keluarga HIMANE 2012 dan HIMANE 2013 yang sudah memeberikan warna dan pendewasaan selama berorganisasi di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
20.
Reifky Syahmi Kusuma, Genta Noer Kahar, dan Alfin Nugroho sebagai sahabat setia yang selalu ada dan membantu selama ini meskipun berbeda kampus dan berjalan jauh untuk menemani penelitian skripsi.
iii
21.
Keluarga Bams Kost Renita, Siska, Anggi, Kekey, Lape, dan Lia yang selalu setia menemani selama di Serang dan memberi dukungan serta doa untuk penyelesaian skripsi.
22.
Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluru informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan
selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Serang, 26 Oktober 2015
Yunita NIM. 6661110637
iv
DAFTAR ISI Halaman LEMBAT PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2
Identifikasi Masalah ................................................................................. 17
1.3
Batasan Masalah....................................................................................... 17
1.4
Rumusan Masalah .................................................................................... 17
1.5
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 18
1.6
Manfaat Penelitian ................................................................................... 18
1.7
Sistematika Penulisan ............................................................................. 19
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN 2.1
Landasan Teori ......................................................................................... 24 2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik ................................................... 24 2.1.1.1 Proses Manajemen Strategi ............................................... 26 2.1.1.2 Pengertian Strategi ............................................................ 30 2.1.1.3 Metode Perumusan Strategi .............................................. 32 2.1.2 Konsep Pariwisata ......................................................................... 33 2.1.2.1 Pengertian Pariwisata ........................................................ 33 2.1.2.2 Pengembangan Pariwisata ................................................. 36 2.1.2.3 Pengelolaan Pariwisata ...................................................... 37 2.1.2.4 Pariwisata Perdesaan ......................................................... 39 2.1.2.5 Desa Wisata ....................................................................... 40 2.1.2.6 Pengembangan Desa Wisata ............................................. 45 2.1.2.7 Tujuan dan Sasaran Desa Wisata ...................................... 48 2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pengembangan Pariwisata 49 2.1.3.1 Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat ......................................................................... 51 2.1.4 Analisis SWOT .............................................................................. 53
2.2
Penelitian Terdahulu ............................................................................... 56
2.3
Kerangka Pemeikiran Penelitian ............................................................. 61
2.4
Asumsi Dasar .......................................................................................... 64
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 65
3.2
Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ............................................................ 66
3.3
Lokasi Penelitian ..................................................................................... 66
3.4
Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 66
3.5
Instrumen Penelitian ................................................................................ 70
3.6
Informan Penelitian ................................................................................. 72
3.7
Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 73
3.8
Uji Kreadibilitas Data ............................................................................. 75
3.9
Jadwal Penelitian ..................................................................................... 77
BAB IV 4.1
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 78 4.1.1 Keadaan Wilayah Desa Sawarna Kec. Bayah Kab. Lebak ............. 78 4.1.2 Visi dan Misi Desa Sawarna .......................................................... 79 4.1.3 Keadaan Penduduk Desa Sawarna ................................................. 80 4.1.4 Potensi Wisata Sawarna ................................................................. 82 4.1.5 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Desa Sawarna .................... 86 4.1.6 Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa Sawarna dibidang Pariwisata ....................................................................................... 89 4.1.7 Program Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Banten ............. 89
4.2
Deskripsi Data ......................................................................................... 91 4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 91 4.2.2 Data Informan Peneliti ................................................................... 94
vii
4.3
Pembahasan ............................................................................................. 96 4.3.1 Strengths ......................................................................................... 96 4.3.1 Weaknesses ................................................................................... 105 4.3.2 Opportunities ............................................................................... 114 4.3.3 Threats ......................................................................................... 123 4.3.5 Analisis Faktor Internal ................................................................ 128 4.3.6 Analisis Faktor Eksternal ............................................................. 130 4.3.7 Matriks Analisis SWOT ............................................................... 135
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan ........................................................................................... 141
5.2
Saran ...................................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman 1.1
Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2010-2014 ................... 2
1.2
Desa Wisata di Provinsi Banten Tahun 2013 ........................................... 6
1.3
Potensi Ekonomi yang Paling Menonjol dan Sudah diberdayakan di Kecamatan Bayah tahun 2013 ................................................................... 8
1.4
Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang berkunjung ke Desa Sawarna Tahun 2014 ................................................................... 9
1.5
Daya Tarik Sawarna Lebak ..................................................................... 10
1.6
Penetapan Kawasan Strategis di Kawasan Kabupaten Lebak ................. 14
1.7
Sarana dan Prasarana di Lokasi Wisata Desa Sawarna ........................... 15
2.1
Matriks TOWS ........................................................................................ 56
3.1
Informan Penelitian ................................................................................. 72
3.2
Jadwal Penelitian ..................................................................................... 77
4.1
Data Penduduk Desa Sawarna Kec. Bayah Kab. Lebak ......................... 80
4.2
Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sawarna ............. 81
4.3
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian ......................................... 82
4.4
Potensi Desa Wisata Sawarna ................................................................. 87
4.5
Informan Penelitian ................................................................................. 95
4.6
Potensi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sawarna ............................ 98
4.7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) Desa Sawarna Kecamatan Bayah Tahun 2013-2016 ..................................... 103
4.8
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ............................................ 134
4.9
Matriks SWOT ..................................................................................... 135
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman 2.1 Model Manajemen Komperehensif .......................................................... 29 2.2 Alur Kerangka Berpikir ............................................................................ 63 3.1 Analisis Data Model Interaktir ................................................................. 73 4.1 Analisis SWOT ....................................................................................... 136
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II
Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN III
Pedoman Wawancara
LAMPIRAN IV
Membercheck
LAMPIRAN V
Matriks Wawancara
LAMPIRAN VI
Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN VII
Data Pendukung Penelitian
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama dalam kegiatan sosial dan ekonomi, dalam menghadapi tantangan dan peluang telah dilakukan perubahan peran pemerintah dibidang kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu berperan sebagai pelaksana pembangunan, saat ini lebih difokuskan hanya kepada tugas-tugas pemerintahan terutama sebagai fasilitator agar kegiatan pariwisata yang dilkukan dapat berkembang dengan pesat. Permasalahan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama, namun pada pelaksanannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan pada masyarakat umumnya juga belum optimal. Partisipasi masyarakat yang menjadi sumber penting dalam pembangunan juga sudah mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyuluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Indonesia memiliki kekayaan budaya dan alam yang indah. Indonesia juga menyediakan tempat-tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi, sekedar berekreasi atau untuk mempelajari tempat yang indah dan penuh budaya. Tempat-tempat yang menarik di Indonesia mampu menarik semua wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk datang dan berwisata. Kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa Negara menagalami kenaikan setiap
1
2
tahunnya dengan kedatangan tamu mancanegara, seperti yang terlihat pada tabel perkembangan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2010-2014. Tabel 1.1 Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2010-2014 Tahun
Wisatawan Mancanegara Jumlah
Ratarata Lama Pertumbuhan Tinggal (hari) (%)
Rata-rata Pengeluaran Per Orang (USD) Per Per Hari Kunjungan
Penerimaan Devisa
2010
7,002,944
10.74
8.04
135.01
1,085.75
Jumlah (juta USD) 7,603.45
2011
7,649,731
9.24
7.84
142.69
1,118.26
8,554.39
12.51
2012
8,004,462
5.16
7.70
147.22
1,133.81
9,120.85
6.62
2013
8,802,129
9.42
7.65
149.31
1,142.24
10,054.15
10.23
2014
9,435,411
7.19
7.66
154.42
1,183.43
11,166.13
11.06
(Sumber : Pusdatin Kemenprekraf & BPS Tahun 2014) Berdasarkan di atas bahwa terdapat jutaan wisatawan mancanegara yang berwisata ke Indonesia dan semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi di sektor pariwisata. Menurut data dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Tahun 2010-2025 dari Kementrian memiliki
Kepariwisataan
dan
Ekonomi
Kreatif,
Indonesia
222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50
Destinasi Pariwisata Nasional, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan pariwisata untuk menyumbang devisa Negara.
Pertumbuhan (%) 20.73
3
Pembangunan kawasan wisata atau destinasi wisata menurut Undangundang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan meliputi Industri Pariwisata, Destinasi Pariwisata, Pemasaran, Kelembagaan Pariwisata. Pembangunan dan pengembangan destinasi wisata kini menjadi prioritas pembangunan guna mendatangkan kembali wisatawan yang telah berkunjung, dan semakin menarik minat wisatawan yang belum berkunjung. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional Tahun pembangunan
kepariwisatan
2010-2025
mengatakan
bahwa
visi
adalah terwujudnya pariwisata berkelas dunia,
berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat, jadi dalam pembangunan kepariwisataan bertjuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup
besar
sebagai
pengembangan
modal
dasar
pembangunan
dan
perkembangan kepariwisataan. Modal dasar tersebut, apabila dikelola dan direncanakan dengan baik dan terarah akan mempunyai peranan yang besar dalam menunjang pencapaian nasional, yakni meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas, dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata. Usaha pemberdayaan masyarakat, terutama
dalam
kaitannya
dengan
kepariwisataan
adalah
dengan
diimplementasikannya konsep pariwisata kerakyatan secara nyata di masyarakat.
4
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dunia pariwisata. Berbagai program dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk meningkatkan daya saing pariwisata di Indonesia. Kemajuan pariwisata harus diimbangi dengan kemajuan perekonomian masyarakat. Pemberdayaan menjadi tolak ukur keberhasilan pariwisata Indonesia, jadi perlunya peningkatan pariwisata dengan berbasis masyarakat. Strategi untuk mengembangkan pariwisata dengan meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan cara meningkatkan kemajuan Desa Wisata. Berdasarkan UU No. 9 Tahun 2009, menyerahkan sebagaian urusan di bidang penyelenggaraan pariwisata kepada pemerintah daerah. Penyerahan sebagian urusan pariwisata kepada pemerintah daerah tersebut diperluas dengan keberadaan UU No. 32 tahun 2004 mengenai Otonomi Daerah. Bergulirnya otonomi daerah, memungkinkan setiap daerah untuk memilih sektor yang menjadi andalan sesuai dengan potensi yang dimilikidan kebutuhan masyarakat, jika pariwisata menjadi pilihan sektor andalan dalam pembangunan suatu wilayah, maka wilayah tersebut harus memiliki berbagai keunikan karakteristik untuk pengembangan perekonomian, sekaligus mampu meberdayakan masyarakat luas, baik pelaku maupun penikmat dari pengembangan pariwisata. Provinsi Banten memiliki potensi objek pariwisata yang besar. Pola pengembangan pariwisata Provinsi Banten berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2005 membagi tiga kawasan pariwisata yaitu: (1) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) A terdiri dari Kab/Kota Tangerang, Pantai Utara, dan Kota Serang; (2) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) B terdiri
5
dari Kota Cilegon, Pantai barat, dan Ujung Kulon; (3) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) C terdiri dari Banten Tengah, dan Pantai Selatan. Awal mula adanya Desa Wisata di Provinsi Banten karena adanya program PNPM Mandiri Pariwisata yang memberikan stimulun untuk desa yang memiliki potensi wisata di daerahnya untuk di kembangkan dengan sentuhan langsung masyarakat sekitar melalui desa wisata, oleh sebab itu dinamakanlah Desa Wisata untuk desa-desa yang memiliki potensi wisata. Sejak tahun 2009, Pemerintah Provinsi Banten telah mendapat alokasi dana untuk kegiatan PNPM Mandiri Bidang Pariwisata, sampai dengan tahun anggaran 2014 jumlah desa yang telah mendapat alokasi anggaran dari PNPM Mandiri Bidang Pariwisata adalah sebanyak 21 desa. Desa Wisata yang ada di Provinsi Banten dari tahun 2009 sampai dengan 2013 berbeda mendapat jumlah anggaran dana bantuannya, ada yang sudah mendapat tiga kali, dua kali, dan satu kali sesuai dengan potensi sumber daya manusianya di desa dalam kemandirian mengembangkan desa wisata. Desa wisata tersebut memiliki potensi daerah wisata yang berbeda-beda ada yang termasuk desa wisata berkarakteristik alam, sejarah, ataupun budaya. Seperti pada pesebaran desa wisata yanga ada di Provinsi Banten dapat dilihat dari tabel berikut :
6
Tabel 1.2 Desa Wisata di Provinsi Banten Tahun 2013 Kota/Kabupaten Kabupaten Lebak
Kecamatan Kelurahan/Desa Kec. Leuwidamar Kec. Bayah Kec. Wanasalam Kec. Cibeber Kec. Malimping Kota Serang Kec. Kasemen Kec. Walantaka Kabupaten Serang Kec. Cinangka
Kabupaten Pandeglang
s
Kec. Padarincang Kec. Keramatwatu Kec. Bandung Kec. Jiput
Kec. Labuan Kec. Panimbang Kec. Kadu Hejo Kec. Cipeucang Kec. Mandalawangi Kec. Pulo Sari (Sumber : Database Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten 2013) Provinsi Banten memiliki potensi pariwisata dan kebudayaan yang banyak dan indah. Potensi wisata di Provinsi Banten yang menarik minat wisatawan diantaranya adalah pada wisata bahari (Pantai Anyer, Tanjung Lesung, Pantai Carita, Pulau Umang, Pantai Sawarna, Pulau Peucang, Pulau Burung), ekowisata (Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung dan Pulau Krakatau), dan wisata religi (Masjid Agung Banten, Batu Al Quran, dan Makam-makam Kesultanan Banten).
7
Selain itu, Provinsi Banten juga memiliki tempat wisata sejarah yang sangat terkenal di seluruh Indonesia yaitu Cagar Budaya Banten Lama. potensi pariwisata dan kebudayaan yang banyak menjadikan kesempatan bagi Provinsi Banten untuk mengembangkan desa wisata dengan meningkatkan kemandirian masyarakat lokal dalam membantu mengembangakan pariwisata di wilayahnya. Pada tahun 2014, Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten masuk menjadi nominasi penghargaan Desa Wisata Nasional Terbaik dari 10 besar Desa Wisata yang ada di Indonesia, Desa Sawarna mendapat peringkat ke-7 terbaik se-Nasional. Desa wisata yang masuk dalam 10 besar adalah dari Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten, Desa Gampong Punge Balang Kecamatan Jaya Baru Cut Kota Banda Aceh, Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, Desa Kalibiru Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo DIY, Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah, Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Provinis jawa Tengah, Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY, Desa Panglipurna Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Bali, Desa bagak Sahwa Kecamatan Singkawang Timur Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat, dan Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Jawa Timur. Penghargaan tersebut diberikan pada desa-desa penerima bantuan PNPM Mandiri Pariwisata dan unsur penilaiannya mencakup tranasparansi keuangan dan seberapa besar pemanfaatan dana serta monitoring langsung ke Desa Wisata tersebut. Pada tahun 27 September bertepatan dengan hari Pariwisata Dunia maka
8
dinyatakan Desa Wisata Terbaik diraih oleh 1) Desa Dieng Kulon Banjarnegara, Jawa Tengah yang pada tahun 2012 meraih penghargaan harapan desa wisata. 2) Desa Panglipurna Kabupaten Bangli, Bali. Dan pada posisi 3) Desa Gubug Klakah, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kecamatan Bayah memiliki potensi ekonomi dari masing-masing desa sesuai dengan potensi yang ada di daerahnya yang dapat dikembangkan dan diberdayakan, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.3 Potensi Ekonomi yang Paling Menonjol dan Sudah diberdayakan di Kecamatan Bayah tahun 2013 Potensi Ekonomi No Desa 1 2 3 1 Bayah Barat Perdagangan Jasa Perikanan Laut 2 Damarsari Perkebunan Pariwisata Perikanan Laut 3 Sawarna Pariwisata Perikanan Laut Industri Kerajinan 4 Cidikit Pertanian Industri Gula Aren Peternakan 5 Bayah Timur Pertanian Perdagangan Pertambangan 6 Cimancak Pertanian Pengolahan Biji Perdagangan Emas 7 Sukawan Pertanian Pertambangan Perdagangan 8 Pasirgombong Pertanian Pertambangan Penggalian Ziolit Emas 9 Cisuren Pertanian Pengolahan Biji Peternakan Emas 10 Pamubulan Pertanian Galian Batu Kapur Perkebunan Karet 11 Sawarna timur Pertanian Industri Sale Pisang Industri Mabel (Sumber: Kecamatan Bayah Dalam Angka tahun 2014 – BPS Provinsi Banten) Potensi ekonomi utama Desa Sawarna ialah pariwisata, berbeda dengan desa lainnya yang menjadi potensi ekonomi utama di daerahnya. Hal tersebut
9
memberikan
dampak
kepada
masyarakat
lokal
dengan
menambah
perekonomiannya melalui pariwisata. Tabel 1.4 Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang berkunjung ke Desa Sawarna Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara Januari 824 10 Februari 828 6 Maret 816 10 April 823 10 Mei 821 6 Juni 811 10 Juli 2.819 20 Agustus 802 32 September 405 25 Oktober 1.033 30 November 525 9 Desember 471 3 Jumlah 10.978 171 (Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak,
2014) Desa Sawarna memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga Sawarna merupakan kunjungan wisata terbanyak yang di datangkan wisatwan Nusantara maupun Mancanegara. Desa Sawarna mempunyai kesempatan yang besar sebagai salah satu Desa Wisata yang terpilih menjadi Desa Wisata terbaik di tahun 2014, hal tersebut menjadi alasan peneliti untuk meneliti pengembangan Desa Wisata Sawarna dengan menganalisis strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengembangannya sehingga dapat menjadi salah satu desa wisata terbaik se-Nasional yang mendapat peringkat ke-7 terbaik
10
se-Nasional dan mendorong pengelola untuk meningkatkan kualitas pelayanan desa wisata sebagai daya tarik wisata dengan masyarakat sebagai subjek yang dapat memberdayakan diri sendiri dan mengentaskan kemiskinan di desa. Kebijakan pemerintah Kabupaten Lebak untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan telah dimulai sejak awal pembangunan jangka panjang tahap kesatu, tetapi baru dikembangkan pada awal tahun 1990-an. Tabel 1.5 Daya Tarik Sawarna Lebak No 1
2
Daya Tarik Alam Daya Tarik Utama
Obyek Wisata Keterangan a. Surfing b. Pantai Sawarna c. Pulau Tanjung layar d. Pantai Pasir Putih Ciantir e. Gua Lalay Daya Tarik a. Gua Pangir Pendukung b. Pemancingan c. Pantai Muara Sawarna d. Pantai Lagon Pari e. Karang taraje f. Karang Bokor (Sumber : Profil Desa Wisata tahun 2014) Desa Sawarna merupakan salah satu desa di Kecamatan bayah, Kabupaten
Lebak yang memiliki panorama alam yang masih asli, sehingga dapat memanjakan mata dan memuaskan hati bagi para wisatawan yang datang. Obyek wisata pantai yang ada di Desa Sawarna yaitu Pantai Ciantir Sawarna dan Pantai Pulo Manuk, di sisi timur juga terdapat Pantai Legon Pari. Pantai yang ada di Desa Sawarna secara karakteristik sama dengan pantai lainnya, namun yang membedakan pantai yang ada di Desa Sawarna adalah memiliki pantai yang
11
panjang dengan pasir putih yang landai, karang-karang yang indah dan gelombang ombak yang cukup tinggi. Di pantai ini pun terdapat sebuah karang kembar yang menjulang berbentuk kerucut karena ratusan tahun lalu yaitu tanjung layar yang merupakan ciri khas dari wisata Desa Sawarna. Area wisata pantai ini masih terbilang sangat minim dalam fasilitas yang diantaranya, hanya ada satu pos yang berjaga di pantai, dan belum ada tempat penyewaan seperti alat untuk wisata airnya, meskipun ada itu hanya satu tempat yang menyewakan alat tersebut, kemudian akses jalan yang menuju wisata pantai ini masih terbilang cukup jauh dan jalan yang masih rusak, untuk melalui pantai ini harus melewati sebuah jembatan bambu yang keamanannya sangat tidak mendukung. Desa Sawarna juga memiliki keindahan alam yang tidak kalah indahnya dari pantai. Di Desa Sawarna terdapat beberapa goa yang terkenal diantaranya adalah Goa Lalay dan Goa Kalelawar yang dihuni oleh ratusan bahkan ribuan kalelawar, dan didalam goa pun dapat disaksikan berbagai kehidupan satwa dan jernihnya air yang mengalir menyusuri goa. Selanjutnya yaitu terdapat juga Goa Langir, yang menurut cerita goa ini adalah menjadi salah satu tempat peristirahatan Jepang, dan ada juga Goa Lawuk yaitu goa yang memiliki berbagai macam stalaktit dan stalagmit yang beraneka ragam bentuk, serta ada juga Goa Harta Karun, menurut cerita Goa ini tempat penyimpanan harta yang dimiliki oleh tentara Jepang. Desa Sawarna memiliki Wisata Budaya yang berlimpah. Kesenian yang ada di Desa Sawarna yaitu Pencak Silat, Seni Tari, dan sejumlah budaya yang ada di Banten seperti halnya kesenian Dongdang juga terdapat di desa ini. Desa
12
Sawarna juga memiliki Kerajinan Tangan yang dikukir dengan kayu mahoni, sudah dikenal dan banyak menerima pesanan dari berbagai wisatawan lokal dan Mancanegara. Kerajinan tangan masyarakat Desa Sawarna yang berupa Gitar, menjadi daya tarik lain para wisatawan yang berkunjung ke desa ini karena keindahan ornamen ukirannya dan memiliki kualitas suara yang baik. Situs sejarah yang dimiliki oleh Desa Sawarna adalah Tapak Sikabayan dan makam orang Belanda yang bernama Jhon Louis Van Goh. Ia adalah orang pertama yang membuka lahan perkebunan kelapa di Sawarna saat pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1907. Tapak Sikabayan adalah sebuah karang yang mirip dengan kaki manusia berusia besar. Karang ini menarik karena cerita rakyat yang mengiringnya. Dalam cerita, Si Kabayan adalah salah satu tokoh yang memiliki karakteristik dalam masyarakat Sunda, yang pernah bertapa di karang tersebut. Desa Sawarna juga memiliki wisata religius salah satunya yaitu Makam Mbah Tumengguk Sawarna, beliau adalah salah seorang leluhur yang mengabdikan hidupnya untuk Desa Sawarna. Desa Sawarna memiliki wisata kuliner, yaitu dengan terdapat industri rumah tangga pengolahan gula merah yang terdapat dari kelapa sawit yang dicampur dengan buah cokelat. Kemudian minuman dari buah mahoni dan juga terdapat Sale Pisang yang dikelola secara tradisi tanpa bahan pengawet yang bisa bertahan lama. Desa Sawarna juga terdapat potensi pendukung yaitu juga menyediakan fasilitas homestay yang terdapat disekeliling pantai yang berada dalam pemukiman masyarakat. Di Desa Sawarna tidak terdapat penginapan berupa hotel
13
karena mengambil konsep wisatawan berbaur dengan masyarakat lokal secara langsung dengan masyarakat menyewakan rumahnya untuk penginapan. Semua inilah yang menjadikan Desa Sawarna sebagai salah satu Desa Wisata di Lebak. Untuk Memberi lapangan pekerjaan pada masyarakat lokal dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan desa wisata maka membutuhkan strategi yang tepat. Strategi merupakan penentuan cara yang harus dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam jangka waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dan pengelolaan objek pariwisata di Kabupaten Lebak masih mengandalkan pada instansi pemerintah dan swasta, yang tentunya manfaat ekonomi lebih banyak dinikmati oleh pemerintah pusat danswasta, sedangkan kondisi masyarakat sekitar objek wisata sendiri yang masih minus dari segi ekonominya dan perlu ditingkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini terjadi karena pemerintah masih menganggap kesiapan sumber daya manusia masyarakat lokal belum mampu mengelola wisata alam secara mandiri dan professional, sehingga pemberdayaan masyarakat lokal terkesan masih bersifat kurang tercukupi. Kecamatan
Bayah
merupakan
kawasan
strategis
pariwisata
dan
berwirausaha di Kabupaten Lebak, sehingga Desa Sawarna sebagai salah satu Desa di Kabupaten Lebak menjadi salah satu desa yang dikembangkan menjadi Desa Wisata oleh Kementrian Pariwisata. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
14
Tabel 1.6 Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Lebak No.
Kawasan Strategis
Fungsi Pengembangan
Kriteria Kawasan
Kawasan Bayah dan Sekitarnya
Perdagangan dan jasa skala kabupaten Pariwisata
Kawasan yang didorong perkembangannya
2.
Kawasan Masyarakat Adat Baduy
Sosial Budaya Pariwisata
Kawasan yang dikendalikan perkembangannya
3.
Kawasan Kaolotan Banten Kidul
Sosial Budaya Pariwsata
Kawasan yang dikendalikan perkembangannya
1.
(Sumber : RTRW Kab. Lebak 2013-2033)
Arah Penanganan Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan tingkat kabupaten Meningkatkan aksesibikitas dan sarana penunjang perekonomian, wisata dan kegiatan tambang Mengembangkan potensi wisata yang ada di desa Menjaga kelestarian sosial dan budaya masyarakat adat baduy Pengembangan pariwisata lokal Menjaga kelestarian sosial dan budaya masyarakat adat baduy Pengembangan pariwisata lokal
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal pada lokasi penelitian, ada beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, diantaranya adalah : Pertama, belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata. Desa Sawarna hanya memiliki satu pos penjaga pantai yang berada di Pantai Ciantir atau Pasir Putih, pos penjaga pantai tersebut hanya dijaga oleh penjaga pantai pada saat musim liburan saja. Di sekitar lokasi obyek wisata
15
juga tidak terdapat toilet umum, yang ada hanya toilet yang disewakan oleh pemilik warung disekitar pantai dan juga kurangnya tempat pembuangan sampah. Tabel 1.7 Sarana Dan Parasarana di Lokasi Wisata Desa Sawarna SARANA DAN PRASARANA DI LOKASI WISATA DESA SAWARNA 1
Penginapan/homestay
Ada 59 Penginapan (Homestay)
2
Warung Makan
20 Warung Makan
3
Kamar Mandi dan WC
20 MCK (tidak umum)
4
Air Bersih
Tersedia
5
Listrik
Tersedia
6
Tempat Sampah
Minim
7
Toko Cinderamata
Belum Tersedia
8
Jaringan Telepon
Tersedia (telkomsel, Indosat, dan Xl Indo)
9
Bank dan Money Changer
Tidak ada
10
Kantor Pos
Tidak Ada
11
Panggung Hiburan
Belum Ada
12
Fasilitas Pendukung yang
Sarana alat Surfing
Lain 13
Pos Penjaga Pantai
1 di Pantai Ciantir
(Sumber : Peneliti, 2015) Kedua, kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah dalam pertemuan baik secara formal maupun informal dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna, sehingga pelaksanaan kegiatan kurang efektif. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Suhanda S.IP sebagai Kepala Desa Sawarna yang menyatakan bahwa masih kurang komunikasi dan koordinasi dengan Disporapar Kab. Lebak terkait pembangunan pariwisata (wawancara, 20
16
Agustus 2015). Pengembangan Desa Sawarna lebih banyak dibantu dari APBD Provinsi. Desa Sawarna merupakan icon pariwisata di Provinsi Banten saat ini karena potensi wisatanya yang besar, tetapi kurang respon dari Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sebagai pemegang kewenangan pengembangan pariwisata di wilayahnya. Ketiga, belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat. Pembinaan yang didapatkan masyarakat sebagai pengelola pariwisata langsung di daerahnya adalah hanya satu kali dalam setahun. Seperti yang di sampaikan oleh bapak Zaenal Mustofa S.Pd yaitu sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan masyarakat (LPM) Desa Sawarna yang menyatakan bahwa pembinaan yang didapatkan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak hanya sekali saja, melainkan yang sering mengadakan pembinaan atau pelatihanpelatihan adalah dari Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (wawancara, 20 Agustus 2015). Keempat, kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Salah satu kemajuan dari pariwisata kerakyatan adalah masyarakat lokal mampu memberdayakan dirinya sendiri melalui kemampuannya dengan memanfaatkan peluang obyek wisata yang ada disekitarnya. Seperti observasi yang ditemukan oleh peneliti bahwa tidak ada hasil karya masyarakat lokal Desa Sawarna yang di pasarkan di lokasi utama obyek wisata Desa Sawarna, yang hanya ada penjual pakaian yang bertuliskan Sawarna yang berasal dari luar Desa Sawarna bahkan tidak berdomisili di Provinsi Banten dan bukan hasil karya masyarakat lokal Desa
17
Sawarna. Desa Sawarna memiliki daya ketrampilan masyarakat yang tinggi, tetapi belum dapat dikembangkan oleh Pemerintah Daerah. 1.2 Identifikasi Masalah Merujuk pada latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan latar belakang di atas yang terdiri: 1. Belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata. 2. Kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah. 3. Belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat. 4. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. 1.3
Batasan Masalah Batasan Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yang diteliti yaitu
pada Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. 1.4
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang diuraikan
sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan, Bagaimanakah strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak?
18
1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Operasional Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai strategi yang sebaiknya dilakukakan untuk mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna. 1.5.2 Tujuan Fungsional Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, baik bagi Pemerintah Daerah Kab. Lebak, Pemerintah Desa Sawarna, Masyarakat Desa Sawarna, dan Wisatawan. 1.5.3 Tujuan Individual Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 1.6
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secara teoritis. 1.6.1
Manfaat Praktis Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut. a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai cara pengembangan pariwisata yang ada di Desa Sawarna.
19
b.
Bagi pembaca, Penelitian ini dapat menjadi promosi Pariwisata di
Desa Sawarna yang memilikiki obyek wisata yang berlimpah untuk dijadikan lokasi wisata unggulan di Provinsi Banten . 1.6.2 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap
pengembangan Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam Pembangunan Daerah, Pembangunan Masyarakat, dan Pemberdayaan Masyarakat melalui Pariwisata Pedesaan. 1.7
Sistematika Tulisan Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka penelitian ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan sesuai petunjuk penulisian penelitian dari perguruan tinggi tempat penulis belajar, dengan ketentuan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga menukik ke arah yang paling spesifik dan relevan dengan judul. Materi dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian dari yang sudah ada sebelumnya, hasil pengamatan dan wawancara terkait. Latar belakang masalah perlu diuraikan secara aktual dan logis.
20
1.2 Identifikasi Masalah Menjelaskan identifikasi peneliti terhadap permasalahan yang muncul dari uraian pada latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dapat diajukan dalam bentuk pernyataan. 1.3 Batasan Masalah Menjelaskan keterbatasan kemapuan dan kemapuan berfikir peneliti terhadap permasalahan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah. 1.4 Rumusan Masalah Dari sejumlah masalah hasil identifikasi peneliti di atas, ditetapkan masalah yang paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian. Pembatasan masalah mencakup fokus dan lokus penelitian, termasuk di dalamnya membuat batasan definisi konsep dan operasional yang digunakan dalam penelitian. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan tujuan penelitian sejalan dengan isi dari tujuan penelitian. 1.6 Manfaat penelitian Menguraikan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis pada pengembangan ilmu pengetahuan dari hasil penelitian. 1.7 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah dipahami maka tugas Metode Penelitian Administrasi ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan sesuai petunjuk dari perguruan tinggi dimana
21
penulis belajar. BAB II Tinjauan Pustaka dan Asumsi Dasar 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan dengan permasalahan yang variabel penelitian sehingga akan memperoleh konsep penelitian yang jelas. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang referensi penelitian yang sudah ada sebelumnya untuk memberi gambaran pada peneliti tentang penelitiannya. 2.3 Kerangka Pemikiran penelitian Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikiran peneliti serta kaitan antar teori yang diteliti. 2.4 Asumsi Dasar Asumsi dasar menjelaskan tentang perkiraan awal peneliti terhadap suatu masalah atau kajian yang diteliti. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti, peneliti menggunakan presentase dalam asumsi dasar. BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian. 3.2 Ruang Lingkup/Fokus penelitian Menjelaskan tentang fokus yang diteliti oleh peneliti.
22
3.3 Lokasi Penelitian Tempat penelitian dilakukan sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan. 3.4 Teknik Pengumulan Data Menjelaskan tentang teknik dalam mendapatkan atau mengumpulkan data. Disini teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi 3.5. Instrumen Penelitian Menjelaskan tentang instrumen penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang dipakai adalah peneliti itu sendiri. 3.6 Informan Penelitian Informan penelitian menjelaskan informan penelitian yang mana yang memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan. 3.7 teknik Pengolahan dan Analisa Data Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai dengan sifat data yang diteliti. 3.8 Uji Keabsahan Data Menjelaskan pernyataan tentang pengujian keabsahan data. Pada penelitian ini lebih menekankan pada aspek realibilitas yang berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. 3.9 Jadwal penelitian Menjelaskan tentang waktu penelitian dari pelaksanaan penelitian sampai penelitian tersebut berakhir.
23
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ` penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi alokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungungan dengan obyek penelitian. 4.2 Deskripsi Data Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisa data yang relevan. 4.3 Temuan Lapangan Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. 4.4 Pembahasan Merupakan pembahasan lebih lanjut dari lebih rinci terhadap hasil penelitian. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta asumsi dasar penelitian. 5.2 Saran Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1
Landasan Teori Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, yang akan dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi Negara untuk mendukung masalah penelitian diantaranya yaitu: Manajemen Strategi, Analisis SWOT, Pengembangan Pariwisata, dan Pembangunan Masyarakat dibidang Pariwisata, serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan kajian dalam penelitian ini. 2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik Manajemen stratejik merupakan suatu proses yang dinamik karena berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan. Salah satu alasan utamanya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh satu organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah. Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah
24
25
organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya semakin lama semakin tinggi. Manajemen stratejik berhubungan dengan proses memilih strategi dan kebijakan dalam rangka upaya memaksimali sasaran-sasaran organisasi yang bersangkutan. Manajemen stratejik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan timbulnya perumusan sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaransasaran strategitersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total. Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and Robbins, 2011:5). Selanjutnya pendapat yang tidak jauh berbeda dari Hunger dan Wheelen yang memeberikan definisi Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis
meliputi
pengamatan
lingkungan,
perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian (Hunger, David. J & Thomas L. Wheelen, 2003 : 4). Ditambah lagi pendapat dari Hadari Nawawi (2000:148) yang memberikan definisi manajemen strategik sebagai proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.
26
Pendapat lain yaitu Menurut Fred R. David (2010:5) “Manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplemenatsikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”. Bernard Marr (2006) mengajukan 10 prinsip penerapan manajemen strategis yang baik yaitu : 1. Kejelasan strategi 2. Pengumpulan indikator kinerja yang tepat 3. Pelaksanaan analisis manajemen kinerja 4. Penciptaan budaya belajar yang positif 5. Perolehan kepercayaan internal 6. Penjajaran/pengarahan organisasi 7. Perbaruan system terus-menerus 8. Komunikasi dan pelaporan yang baik 9. Implementasi software pendukung 10. Dedikasi sumber daya dan waktu 2.1.1.1
Proses Manajemen Strategi Pada proses manajemen strategis organisasi dituntut untuk terus-menerus
memonitori peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga organisasi dapat melakukan perubahan tepat waktu. Agar organisasi dapat terus bertahan dan berkembang semua organisasi harus mampu mengenali dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Proses manajemen strategi bertujuan
27
memungkinkan organisasi menyesuaikan diri secaraefektif untuk berubah dalam jangka panjang. Hunger dan Wheelen (2003:9) menyebutkan bahwa dalam proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar yaitu: 1. Pengamatan lingkungan 2. Perumusan strategi 3. Implementasi strategi 4. Evaluasi dan pengendalian. Sementara itu proses manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson (2011:20), mengandung Sembilan tugas penting, yaitu: 1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud keberadaan (purpose), filosofi (phylosophy), dan tujuan (goal). 2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern dan kapabilitasnya. 3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun faktor-faktor konstektual umum. 4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdayanya dengan lingkungan ekstern. 5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan. 6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
28
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih. 8. Mengimplementasikan pilihan strategic dengan mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, SDM, struktur, teknologi, dan system imbalan. 9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang. Proses manajemen strategis dapat dengan cukup mudah dipelajari dan diaplikasikan dengan menggunakan sebuah model. Fred R. David (2010:21) mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, menerapkan, dan menilai strategis. Mengidentifiksi visi, misi, tujuan, dan strategi yang dimiliki suatu organisasi saat ini merupakan titik mula yang logis untuk manajemen strategis sebab situasi dan kondisi perusahaan saat ini mungkin menghalangi strategi tertentu dan bahkan mendikte langkah aksi khusus (David, R. Fred. 2010:21). Menurut Fred R. David Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu : 1.
Perumusan strategi a.
Pengembangan Pernyataan Visi dan Misi
b.
Penilaian Eksternal (kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan)
2.
c.
Penilaian Internal (Pandangan Berbasis Sumber Daya)
d.
Analisa dan Pilihan Strategi
Penerapan Strategi
29
3.
a.
Penetapan tujuan tahunan
b.
Pembuatan kebijakan
c.
Memotivasi karyawan
d.
Alokasi sumber daya
e.
Struktur organisasional yang efektif
f.
Pemasaran
g.
Penyiapan anggaran
h.
Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi
Pengevaluasian Strategis a.
Pengkajian Ulang
b.
Pengevaluasian
c.
Pengendalian Strategis Gambar 2.1 Model Manajemen Komprehensif
Menjalankan Audit Ekternal
Mengembang kan pernyataan visi dan misi
Menetapkan tujuan jangka panjang
Menciptakan, mengevaluasi , dan memilih strategi
Mengimple mentasikan Strategi – Isu-isu Manajemen
Menjalankan Audit Internal
Perumusan Strategi
Sumber: David, R. Fred. (2010:21)
Penerapan Strategi
Mengimplem entasikan strategi – Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang, dan isu SIM
Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
Penilaian Strategi
30
Penerapan proses manajemen strategis umumnya lebih formal di organisasi-organisasi yang lebih besar dan mapan. Formalitas disini merujuk pada partisipan, tanggung jawab, otoritas, tugas, dan pendekatan yang ditetapkan. Bisnis yang lebih kecil cenderung lebih tidak formal. Organisasi – organisasi yang bersaing dalam lingkungan yang kompleks dan senantiasa berubah dengan cepat, seperti organisasi yang bergerak pada bidang teknologi, cenderung lebih formal dalam perencanaan strategis mereka. Organisasi yang memiliki banyak divisi, produk, pasar, dan teknologi juga cenderung lebih formal dalam mengaplikasikan konsep manajemen strategis. Formalitas yang lebih besar dalam menerapkan proses manajemen strategis umumnya secara positif terkait dengan biaya, cakupan, akurasi, dan keberhasilan rencana di semua jenis dan ukuran organisasi. 2.1.1.2 Pengertian Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategia (stratos : militer, dan ag : pemimpin)
yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral,
dimana jendral tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi merupakan cara terbaik yang dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu pula bahwa strategi adalah suatu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh organisasi dalam mencapai tujuannya dalam menentukan persaingan dengan para kompetitornya. Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebuut dapat dicapai. Sedangkan
31
secara khusus strategi merupakan tidakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus. Strategi menurut J.L Thompson (dalam Oliver, 2007: 2) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Strategi merupakan cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungan yang pasti dihadapi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Fred R. David (2010) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian strategi merupakan pola umum yang terdiri dari tahapan untuk mencapai tujuan yang dimulai dari cara pelaksanaan dan langkah sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan untuk pembuatan
32
tujuan tidak terlepas dari strategi. Agar semua perencanaan dari suatu kegiatan tercapai dengan baik, tentunya harus sesuai dengan strategi yangtelah tersusun dengan baik. Oleh karena itu, perlu ditetapkan kriteria strategi dalam mencapai suatu tujuan yaitu: a. Strategi pemberdayaan masyarakat b. Strategi peningkatan kapasitas sumber daya c. Strategi perlindungan sosial d. Strategi peningkatan kualitas lingkungan 2.1.1.3
Metode Perumusan Strategi Dalam perumusan strategi yang terpenting adalah bagaimana pemilikan
suatu strategi dilakukan menurut William R. King proses pemilikan strategi dilakukan berdasarkan : a. Pengembangan strategi (strategic development) b. Penyempurnaan (refinement) c. Evaluasi Pengembangan strategi meliputi pencairan strategi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Penyempurnaan strategi merupakan elaborasi strategi-strategi yang ditentukan apakah dapat dianggap memungkinkan untuk mewujudkan tujuan yang memiliki aspek-aspek tertentu. Evaluasi strategi dimaksudkan suatu pertimbangan terhadap berbagai strategi yang telah dipilih, dikembangkan dan disempurnakan untuk memastikan alternatif mana yang paling sesuai untuk dapat digunakan sebagai upaya dalam mencapai tujuan yang ditentukan.
33
Perumusan strategi antara lain dapat didasarkan atas hasil analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats analysis) sebagaimana dilakukan pada waktu mengadakan premises perencanaan yang lazimnya juga disebut situation audit dengan memanfaatkan kekuatan dan kesempatan tertungkap. Dalam pengadaan premises melalui analisis SWOT dapat terungkap data strategis yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan. Faktor-faktor tersebut berasal dari keadaan ekstern, dan prakiraan keadaan (ekstern dan intern) serta disebut sebagai profil keuntungan strategis (kekuatan dan kelemahan) serta profil kesempatan dan tantangan lingkungan (kesempatan dan tantangan). 2.1.2 2.1.2.1
Konsep Pariwisata Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah semua proses yang ditimbulkan oleh arus perjalanan
lalu lintas orang-orang dari luar ke suatu Negara atau daerah dan segala sesuatu yang terkait dengan proses terebut seperti makan/minum, transportasi, akomodasi, dan objek atau hiburan (Viloletta Simatupang, 2009:24). Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2012:7). Mcintosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata adalah “... a composite of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation, accommodation, eating and dringking establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”. WTO dalam (Muljadi A.J 2012:9) mendefinisikan pariwisata sebagai
34
“the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business and other purposes”. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan pemerinth daerah (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, ayat 3). Sedangkan definisi Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, Ayat 1). Menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan Diarta, 2009:46) mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan mengandung beberapa unsur pokok yaitu : 1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain. 2. Adanya unsur “tinggal sementara” ditempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya; dan 3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan ditempat yang dituju. Dari penjelasan tentang pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan sekaligus kegiatan wisata yang menguntungkan berbagai pihak baik pengunjung
35
atau wisatawan, warga setempat dan pemerintah. Namun dari beberapa definisi diatas terlihat bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila dikelola secara maksimal baik oleh pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan wisatawan. Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka ragam atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka ragam pemakaian jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa hotel, jasa makan/minum, jasa angkutan dan lain-lain. 2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor – sektor ekonomi yang lain “saling ketergantungan” dengan gambaran yang jelas seperti beberapa contoh pertanyaan sebagai berikut. 1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan dampak produksi di segala sektor? 2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada peningkatan jumlah impor? 3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada kesempatan lapangan kerja? 4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pajak? 3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi berpengaruh secara signifikan, sebab: 1) Pengeluaran wisatawan dapat digolongkan menjadi tiga golongan
36
yaitu : a. Transportasi; b. Akomodasi, makan, dan minum c. Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah devisa Negara. (Muljadi, 2012:119-120) Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yangdijabarkan Muljadi bahwa pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang terpenting adalah menambah devisa Negara. 2.1.2.2 Pengembangan Pariwisata Strategi
pengembangan
pariwisata
menurut
Rangkuti
(2002:
3)
sebagaimana mengutip Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas sumber daya. Selanjutnya menurut Marpaung (2007 : 19) : “Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata”. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadi pengalaman yang unik daritempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan
37
pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada. 2.1.2.3 Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan atau manajemen berasal
dari
bahasa
Inggris
yaitu
“management”. Manajemen adalah konsep perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Yohanes Yahya. 2006:1). Menurut Leiper dalam Pitana (2009:80) pengelolaan (manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Ahli manajemen mengemukakan sudut pandang yang hamper sama mengenai urutan fungsi manajemen, misalnya fungsi-fungsi manajemen menurut George Terry yang biasa di singkat POAC yaitu Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian)
Actuating
Controlling
(penggerakkan),
(pengawasan). Henri Fayol mengurutkan lima fungsi manajemen yang dikenal dengan
singkatan
POCCC,
yaitu
planning
(perencanaan),
Organizing
(pengorganisasian), Commanding (perintah), Cordinating (pengkoordinasian), Controlling (pengawasan). Luther M Guillick mengurutkan enam fungsi manajemen dengan singkatan POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting). Pengelolaan
pariwisata
haruslah
mengacu
pada
prinsip-prinsip
pengelolaan yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan alam,
38
komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox dalam Pitana dan Diarta (2009:81), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut : a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan. b. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata. c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal. d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan pengembangan lingkungan lokal. e. Memberikan
dukungan
dan
legitimasi
pada
pembangunan
dan
pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan atau mengehentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melalmpaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan masayarakat. Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsipprinsip pengelolaan dalam uraian sebelumnya, diperlukan suatu metode pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen pariwisata.
39
Metode pengelolaan pariwisata menurut WTO dalam Pitana dan Diarta (2009:88) mencakup beberapa kegiatan berikut : a. Pengkonsultasian dengan semua pemangku kepentingan b. Pengidentifikasian isu yang mungkin muncul dalam kegiatan pariwisata c. Penyusunan kebijakan d. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus e. Penyediaan fasilitas dan operasi f. Penyediaan kebijakan fiskal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif g. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat
2.1.2.4 Pariwisata Perdesaan Menurut
Undang-Undang
RI
Nomor
10
tahun
2009
tentang
Kepariwisataan yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berdasarkan pada definisi tersebut maka dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan definisi atau konsep tentang pariwisata perdesaan. Banyak konsep atau definisi tentang Pariwisata Perdesaan. Pengertian atau definisi tersebut dapat berdasarkan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan tradisi yang ada di desa tersebut (Hadwijoyo, Suryo Sakti, 2012:67). Apabila berdasarkan pada fasilitas yang disediakan, pariwisata perdesaan dapat dilihat sebagai suatu pemukiman dengan
40
fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntunan wisatawan dalam menikmati, mengenal dan menghayati kekhasan desa dengan segala daya tariknya dan tuntutan kegiatan hidup bermasyarakat. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan perspektif masyarakatnya, pariwisata perdesaan merupakan suatu bentuk pariwisata dengan tujuan kepada obyek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, alam dan budayanya sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan asing khususnya. Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai obyek sekaligus juga sebagai subyek dari kepariwisataan. Sebagai suatu obyek maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktifitas kepariwisataan, dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Menurut Soebagyo (1991) dalam Suryo Sakti Hadwijoyo, (2012:67) Peran aktif dari masyarakat sangat menentukan dalam kelangsungan kegiatan pariwisata perdesaan. 2.1.2.5 Desa Wisata Desa Wisata pada dasarnya merupakan bagian dari suistainable tourism. Model pariwisata ini memiliki pemanfaatan lingkungan sosial, pelestarian kebudayaan masyarakat serta memiliki semangat pemberdayaan komunitas lokal. Secara sosiologis, bentuk desa wisata lebih meletakkan masyarakat sebagai subyek itu sendiri. Hal ini popular dengan model community based tourism.
41
Terdapat banyak konsep mengenai desa wisata, pada pengertian tersebut mengacu fasilitas yang disediakan pada kegiatan yang dilakukan atau pada budaya dan kehidupan masyarakat setempat. Menurut Demartoto (2009: 124) “Bila dilihat dari fasilitas yang disediakan, desa wisata bisa dilihat sebagai suatu pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan : (a) tuntutan wisatawan untuk menikmati, mengenal dan menghayati/mempelajari kekhasan desa dengan segala daya tariknya, (b) tuntutan kegiatan hidup kemasyarakatan (kegiatan hunian, interaksi sosial, kegaiatan adat setempat dan sebagainya), sehingga dapat terwujud suatu lingkungan yang harmonis yaitu rekreatif dan terpadu dengan lingkungannya. Dilihat dari perspektif lingkungan masyarakat, pariwisata pedesaan merupakan bentuk pariwisata dengan obyek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, panorama alamnya, dan budayanya sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan. Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah sebagai obyek sekaligus sebagai subyek. Sebagai suatu obyek maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa kehidupan pedesaan merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktifitas kepariwisataan, dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan terebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung”. Dari pernyataan diatas desa wisata merupakan pedesaan yang memiliki karakteristik pariwisata dengan obyek daya tarik berupa kehidupan desa yang membawa wisatawan merasakan kembali ke alam (back to nature). Masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata merupakan peran utama karena masyarakatlah
sebagai
penyelenggara
wilayahnya dan membangun
dan
pengelola
kepariwisataan
di
pendapatan perekonomian dari kunjungan
wisatawan. Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodisi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan
42
masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Suatu desa wisata memiliki daya tarik yang khas (dapat berupa keunikan fisik lingkungan alam pedesaan, maupun kehidupan sosial masyarakatnya) yang dikemas secara alami dan menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan ke desa tersebut (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011 : 1). Pengertian diatas hampir sama dengan 2 (dua) konsep penting dalam komponen desa wista menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:69), yaitu : (1) Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. (2) Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegarasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa, membatik dan lain sebagainya yang lebih spesifik. Pengembangan strategi pariwisata yang berdasar pada keunikan dan ciri khas suatu daerah merupakan elemen yang dapat menjamin keunggulan bersaing suatu proyek pariwisata pedesaan. Dalam hal ini pembinaan yang berkelanjutan sangat diperlukan sehingga membawa pada isu mengenai keikut sertaan masyarakat dalam memberdayakan potensi sosial budaya yang ada akan lebih efektif karena pembangunan desa wisata yang berkelanjutan tidak akan berkembang dalam situasi dimana penduduk setempat merasa dieksploitasi dan terancam oleh kegiatan pariwisata tersebut. Menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:67) Pembangunan desa wisata bertujuan untuk :
43
1) Mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan dengan menyediakan obyek wisata alternatif. 2) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa wisata. 3) Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk desa, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat
desa.
Dengan
demikian
akan
terjadi
pemerataan
pembangunan ekonomi desa. 4) Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik, agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (Ruralisasi). 5) Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di desanya, sehingga mengurangi urbanisasi. 6) Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumi dengan penduduk pribumi. 7) Memperkokoh persatuan bangsa, sehingga bisa mengatasi disintegrasi. Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) Memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) Menguntungkan masyarakat setempat, (3) Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) Melibatkan masyarakat setempat, (5) Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya seperti antara lain :
44
1. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata. 2. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya. 3. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata. 4. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat. Selanjutnya, prinsip dasar dari pengembangan desa wisata menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (2014), yaitu : 1. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan didalam atau dekat dengan desa 2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerjasama atau individu yang memiliki 3. Pengmbangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut.
45
2.1.2.6 Pengembangan Desa Wisata Menurut Julisetiono (2007), Konsep Desa Wisata, meliputi: (a) berawal dari masyarakat, (b) memiliki muatan lokal, (c) memiliki komitmen bersama masyarakat, (d) memiliki kelembagaan, (e) adanya keterlibatan anggota masyarakat, (f) adanya pendampingan dan pembinaan, (g) adanya motivasi, (h) adanya kemitraan, (i) adanya forum komunikasi, dan (j) adanya studi orientasi. Mengacu
pada
konsep-konsep
pengembangan
desa
wisata
dari
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2001), maka pola pengembangan desa wisata diharapkan memuat prinsip-prinsip sebagai berikut : a) Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat Suatu desa yang tata cara dan adat istiadatnya masih mendominasi pola kehidupan masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai atraksi wisata harus disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya. b) Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti penambahan sarana jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan senitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan dinikmati wisatawan.
46
c) Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian Arsitektur bangunan, pola landscape serta material yang digunakan dalam pembangunan haruslah menonjolkan ciri khas desa, mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah setempat. d) Memberdayakan masyarakat desa wisata Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut. Pengembangan desa wisata sebagai pengejawantahan dari konsep Pariwisata Inti Rakyat mengandung arti bahwa masyarakat desa memperoleh manfaat sebesar-besarnya dalam pengembangan pariwisata. Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat diluar aktifitas sehari-hari. e) Memperhatikan daya dukung dan berwawasan lingkungan Prinsip-prinsip
pariwisata
yang
berkelanjutan
harus
mendasari
pengembangan desa wisata. Pengembangan yang melampaui daya dukung akan menimbulkan dampak yang besar tidak hanya pada lingkungan alam tetapi juga pada kehidupan sosial budaya masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi daya tarik desa tersebut. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat tersebut adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumahrumah penduduk (homestay), penyediaan kebutuhan konsumsi wisatawan, penyediaan transportasi lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain.
47
Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan, yang membutuhkan kerjasama dengan berbagai komponen penyelenggaraan pariwisata yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait dengan pengembangan desa wisata dan usulan penetapan forum komunikasi desa wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antara masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia usaha/swasta. Instansi terkait khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu lebih mengintensifkan pembinaan secara berskala setiap bulan sekali dan memfasilitasi pertemuan bagi forum komunikasi desa wisata agar benar-benar dapat memeberikan manfaat dalam rangka koordinasi bersama dan ajang berbagi pengalaman dari masingmasiang desa wisatanya. Pada level Dunia Usaha/Swasta, keterlibatan masyarakat khususnya generasi muda dalam kegiatan yang ebrsifat teknis, seperti menjadi instruktur atau pemandu kegiatan outbound perlu mendapat perhatian yang serius. Investor sebaiknya tidak hanya bergerak sebatas menanamkan modal dalam pengembangan infrastruktur pariwisata tapi perlu bekerjasama dengan masyarakat dalam rangka penguatan modal usaha mereka guna mendukung kegiatan investasi pariwisata. Pada level masyarakat, partisipasi elemen penting dalam perumusan rencana pembangunan agar mampu meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap hasil pembangunan pariwisata berbasis masyarakat.
48
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pengembangan desa wisata sebagai produk wisata baru sangat diengaruhi oleh aspek kelembagaan, obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan prasarana wisata. Hal ini disebabkan ketiga aspek pengembangan
desa
wisata
tersebut
memiliki
peranan
penting
dalam
meningkatkan pelayanan dan kualitas produk wisata. Penentuan strategi dalam pengembangan desa wisata sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan model pengembangan desa wisata sebagai rekomendasi tindak lanjut dari perencanaan wilayah pengembangan desa wisata. 2.1.2.7
Tujuan dan Sasaran Pengembangan Desa Wisata Tujuan Tujuan pengembangan kawasan desa wisata adalah:
1. Mengenali jenis wisata yang sesuai dan melengkapi gaya hidup yang disukai penduduk setempat. 2. Memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pengelolaan lingkungannya. 3. Mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam pembuatan keputusan tentang bentuk peristiwa yang memanfaatkan kawasan lingkungannya, dan agar mereka mendapat jaminan memperoleh bagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata. 4. Mendorong kewirausahaan masyarakat setempat. 5. Mengembangkan produk wisata desa.
49
Sasaran Sasaran pengembangan kawasan desa wisata adalah: 1. Tersusunnya pemodelan kawasan desa wisata yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan. 2. Memudahkan pembangunan dengan mengidentifikasi dan menganalisis potensi yang ada, menentukan pola penataan lanskap kawasan tapak, serta membuat kemungkinan alternatif pengembangannya. 3. Terwujudnya penataan desa wisata yang berdasarkan kepada penerapan sistem zonasi yang berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga keselamatan pengunjung. 4. Terwujudnya kawasan desa wisata yang berlandaskan pola kampung dan arsitektur bangunan rumah tradisional. 5. Terwujudnya kemampuan masyarakat setempat untuk memelihara, menggali, mengembangkan keanekaragaman seni budaya, masyarakat, yang berguna bagi kelengkapan atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung dan tersedianya makanan khas daerah dari bahan bahan mentah yang ada di desa. 2.1.3
Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pengembangan Pariwisata Paradigma baru dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia adalah
paradigma pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat menjadi pusat atau titik tekan pembangunan (people centered development). Pendekatan ini menyadari pentingnya
kapasitas
masyarakat
untuk
meningkatkan
kemampuan
dan
kemandirian dalam mengelola sumber daya serta memenuhi kebutuhannya.
50
pemberdayaan merupakan istilah dari empowerment atau penguatan yang berarti pemberian kekuatan pada masyarakat untuk mengatur kehidupannya sendiri. Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Loekman Soetisno adalah sebagai berikut : “Pemberdayaan masyarakat (empowement) yang dimaksud bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarakat diberi hak mengelola sumber daya alam yang mereka miliki dan menggunakannya untuk pembangunan masyarakat”. (Anggito Abimanyu, 2000:136) Usaha memberdayakan masyarakat desa serta menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan menjadi fenomena yang semakin kompleks, pembangunan pedesaan dalam perkembangannya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan produksi pertanian. Pembangunan pedesaan juga tidak hanya mencakup implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencakupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya dengan spektrum kegaiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural yang membuat hidup sengsara. Karena itu, ruang lingkup pembangunan pedesaan sebenernya sangat luas, implikasi sosial dan politiknya juga tidak sederhana. Secara teoritis, interaksi antar instansi di tingkat lokal dalam kaitannya dengan perencanaan dan implementasi program-program pengembangan industri pariwisata dapat digambarkan dalam dua macam struktur, yaitu: (1) rangkaian antarorganisasi (inter-organizational set), dan (2) jaringan antarorganiasasi (inter-
51
organizational network). (Dr.Sunyoto Usman, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, 2013. hlm 56). 2.1.3.1 Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat Konep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat untuk pertama kalinya dipopulerkan oleh Murphy (Hadwijoyo, Suryo Sakti, 2012:83). Menurut Murphy dalam Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:83), produk pariwisata secara lokal diartikulasikan dan dikonsumsi, produk wisata dan konsumennya harus visible bagi penduduk lokal yang seringkali sangat sadar terhadap dampak turisme. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal, sebagai bagian dari produk turisme, selain itu, dari pihak industri juga harus melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Sebab, masyarakat lokal-lah yang harus menanggung dampak kumulatif dari perembangan wisata dan mereka butuh untuk memiliki input yang lebih besar, sebagaimana masyarakat dikemas dan dijual sebagi produk pariwisata. Namun demikian, sebagaimana lazimnya sebuah kajian akademis, Getz dan Jamal (1994) mengkritik model Murphy, menurut Getz dan Jamal (1994), model yang dikemukakakan oleh Murphy tersebut tidak menawarkan blueprint untuk mengimplementasikannya dalam bentuk konkret, sehingga dalam implementasinya masih mendapatkan masalah (Hadwijoyo, Suryo Sakti, 2012:87). D’Amore dalam buku Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:88) memberikan guidelines model bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, yakni : 1) Mengidentifikasi prioritas pembangunan yang dilakukan penduduk lokal
52
2) Mempromosikan dan mendorong penduduk lokal 3) Pelibatan penduduk lokal dalam industri 4) Investasi modal lokal atau wirausaha sangat dibutuhkan 5) Partisipasi penduduk dalam event-event dan kegiatan yang luas 6) Produk wisata untuk menggambarkan indentitas lokal 7) Mengatasi problem-problem yang muncul sebelum pengembangan yang lebih jauh Poin-poin diatas merupakan ringkasan dari community approach. Masyarakat lokal harus “dilibatkan”, sehingga mereka tidak hanya dapat menikmati keuntungan pariwisata dan selanjutnya mendukung pengembangan pariwisata yang mana masyarakat dapat memberikan pelajaran dan menjelaskan secara lebih rinci mengenai sejarah dan keunikan yang dimiliki. Menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:88) agar pelaksanaan Community Based Tourism dapat berhasil dengan baik, terdapat elemen-elemen yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Sumberdaya alam dan budaya 2) Organisasi-organisasi masyarakat 3) Manajemen 4) Pembelajaran (Learning) Pariwisata perdesaan meruapakan suatu bentuk pariwisata yang bertumpu pada obyek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki cirri-ciri khusus dalam masyarakatnya, panorama alamnya, maupun budayanya, sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan. Kehidupan desa
53
sebagai tujuan desa wisata adalah desa sebagai obyek sekaligus subyek dari kepariwisataan. 2.1.4 Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis organisasi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baika akan memaksimalkan kekuatan dan peluang organisasi serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain dari strategi yang berhasil (Pearce and Robinson, 2011:200). Dari bahasan analisis SWOT, maka peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari hasil analisis eksternal,
bersama dengan
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan
organisasi dari hasil analisis internal akan menjadi masukan dalam menyusun analisis SWOT. (Strengths) kekuatan merupakan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh suatu organisasi yang meliputi ketrampilan, produk , atau sebagainya dalam mencapai tujuan organisasi. (Weaknesses) kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu organisasi seperti keterbatasan dalam hal sumber, ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. (Threats) ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang
54
tidak menguntungkan, sedangkan (Opportunities) peluang merupakan sebagian situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi. Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis lingkungan eksternal dan internal organisasi, maka perusahaan tentunya memikirkan bagaimana organisasi menggunakan analisis SWOT dalam menuangkan strategi yang akan dilakukan. Dalam penyusunan strategi, organisasi tidak selalu harus mengejar semua peluang yang ada, tetapi perusahaan dapat membangun suatu keuntungan kompetitif dengan mencocokkan kekuatannya dengan peluang masa depan
yang
akan
dikejar.
Untuk
dapat
membangun
strategi
yang
mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks. TOWS Matriks (TOWS hanya kebalikan atau kata lain dalam ungkapan SWOT) mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari organisasi, sehingga hasil yang diperoleh dapat digambarkan melalui empat set alternatif strategi (Wheelen and Hunger, 2012:230). Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang – Ancaman (StrenghtWeaknesses-Opportunities-Threats – SWOT ) adalah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO (Kekuatan-Peluang), Strategi WO (Kelemahan-Peluang), Strategi ST (Kekuatan-Ancaman), dan Strategi WT (Kelemahan-Ancaman). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik – dan tidak ada satu pun paduan yang paling benar (David .R. Fred, 2010:327)
55
Strategi SO (SO Strategies) memanfaatkan kekuatan internal organisasi untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan Strategi SO. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka organisasi akan berusaha untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang. Strategi WO (WO Strategies) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut. Strategi ST (ST Strategies) menggunakan kekuatan sebuah organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung didalam lingkungan eksternal. Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya,
56
perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi. Pada tabel berikut dapat menjelaskan TOWS Matriks secara singkat: Tabel 2.1 Matriks TOWS Faktor-faktor Internal
Faktor-faktor Eksternal Peluang (O) Daftarkan 5-10 kekuatan Eksternal disini Ancaman (T) Daftarkan 5-10 kekuatan Eksternal disini
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Daftarkan 5-10 kekuatan Internal disini
Daftarkan 5-10 kekuatan Internal disini
Strategi S-O Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi S-T Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi W-O Buat strategi disini yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan Strategi W-T Buat strategi disini yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Hunger and Wheelen, (2003:231)
1) S-O strategi
: Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang 2) W-O strategi :
Memanfaatkan
peluang
untung
mengatasi
kelemahan 3) S-T strategi
: Menggunakan kekuatan untuk mengatasi/mengurangi dampak dari ancaman
4) W-T strategi : Menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar tidak rentan terhadap ancaman.
57
Dari hasil kompetisi diatas akan diperoleh banyak kemungkinan strategi yang dapat dilakukan organisasi. Tetapi, organisasi harus berani memilih beberapa strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar bagi kemajuan organisasi. Organisasi harus mempertimbangkan pemilihan strategi yang sesuai dengan nilainilai perusahaan dan tanggung jawab organisasi terhadap lingkungan sekitar (social responsibility). Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas maka akan diperoleh strategi yang diterima oleh anggota masyarakat. 2.2
Penelitian Terdahulu Pertama, daalam melakukan penelitian “Strategi Dinas Pemuda Olahraga
dan Pariwisata dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Sawarna”. Peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik berupa skripsi maupun tesis, yang terkait dengan tema yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian pertama yaitu diambil dari skripsi yang berjudul “Pengembangan Desa Wisata Bejihjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul” yang dilakukan oleh Ian Puji Priyono pada Tahun 2014, Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik, Universitas Gajah Mada (UGM). Penelitian ini disajikan dengan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan peran dari tiap-tiap aktor yang terlibat sehingga membuat Desa Bejiharjo dapat berkembang seperti sekarang ini, dan menyajikan dalam bentuk tulisan yang bersifat kulitatif deskriptif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Goa Pindul daripada Desa Wisata Bejiharjo itu sendiri. Dengan memanfaatan kondisi tersebut pihak pengelolapun
58
memanfaatkannya. Hal tersebut dapat dilihat dari pengembangan fasilitas dan kegiatan wisata yang masih berpusat di Goa Pindul. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya pihak pengelola memiliki cara bagaimana mengembalikan konsep desa wisata pada Desa Bejiharjo. Salah satunya yaitu dengan merevitaslisasi daya tarik lainnya sebagai alternatif jika wisatawan bosan dengan atraksi yang ditawarkan oleh Goa Pindul. Terutama daya tarik budaya yang merupakan jalan hidup masyarakat Desa Bejiharjo. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penulis melakukan penelitian dengan obyek pengembangan desa wisata. Dengan melihat obyek yang sama maka dapat menjadi kajian bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana cara pengembangan desa wisata yang baik. Perbedaan penelitian ini yaitu lokus dan fokus. Pada fokusnya peneliti lebih melihat pengembangan desa wisata berbasis masyarakat, bagaimana strategi desa wisata memberdayakan masyarakat lokal bukan hanya mempromosikan obyek wisata yang ada di wilayahnya saja. Pada lokusnya peneliti mangambil di Desa Banten, Kota Serang yang menjadi salah satu destinasi pariwisata di Provinsi Banten. Kedua, pada penelitian skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Desa Wisata Pancoh Sebagai Desa Ekowisata Di Kabupaten Sleman” oleh Dea Eka Marshita Tahun 2014 Universitas gadjah Mada (UGM). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) potensi wisata di Desa Wisata Pancoh dan (2) strategi pengembangan Desa Wisata Pancoh sebagai desa ekowisata di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menentukan potensi wisata yang layak dikembangkan di Desa Wisata Pancoh dan strategi pengembangannya
59
dengan menyeseuaikan konseo ekowisata. Penelitian ini merupakan penelitian kualitataif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui analisis SWOT yang sebelumnya masing-masisng faktornya telah dievaluasi IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary). Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Desa Wisata Pancoh memeiliki potensi berbasis alam yang hasrus dikembangkan dengan konsep ekowisata karena memiliki kondisi alam khas lereng Gunung Merapi, yang harus dijaga dan dilestarikan. Selain potensi alam, Desa WIsata Pancoh juga memiliki potensi budaya dan sejarah yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata. (2) Faktorfaktor
internal
dan
faktor
eksternal
memiliki
pengaruh
besar
untuk
mengembangkan Desa Wisata Pancoh. (3) Evaluasi melalui IFAS dan EFAS membuktikan bahwa Desa Wisata Pancoh memiliki kesempatan untuk berkembang. Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu obyek yang sama mendeskripsikan
strategi
pengembangan
desa
wisata,
sehingga
dapat
memeberikan gambaran kepada penulis dalam mengembangkan penelitiannya. Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu penulis membuat fokus penelitiannya yaitu pada pengembangan desa wisata berbasis masyarakat (community based tourism), jadi mendeskripsikan peran masyarkat lokal dalam mengembangkan desa wisata.
60
Ketiga, pada penelitian skripsi yang berjudul “Strategi Pengelolaan Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang” yang dilakukan oleh Mita Fitriani pada tahun 2011 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan pariwisata dalam mengelola Pariwisata pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi analisis SWOT menurut teori Hunger. Faktor-faktor tersebut adalah Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan teknik analisa interaktif Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang Cukup baik tetapi masih belum maksimal. Pelaksanaan strategi yang belum maksimal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal antara lain adalah disebabkan karena pengelolaan pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang sampai dengan penelitia ini masih pasif, belum dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak lain, dimana pihak lain dimaksud tersebut tidak berbentuk badan hokum melainkan diserahkan kepada individu (perseorangan) dan pihak swasta. Faktor-faktor internal yang mempengaruhinya antara lain: satu tidak adanya program dalam upaya perkembangan pariwisata berkelanjutan. Kedua kurangnya
61
pegawai baik dalam kualitas maupun kuantitas yang berbasis kepariwisataan. Ketiga tidak adanya sarana Informasi seperti website untuk mempromosikan obyek wisata. keempat hubungan kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Serang dengan masyarakat sadar pariwisata (DARWIS) masih belum terjalin dengan baik karena tidak diadakannya pertemuan baik yang bersifat formal maupun informal. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan analisis SWOT dalam menjabarkan pilihan strateginya. Sehingga membantu peneliti dalam memaparkan pengamatannya dengan dipaparkan menggunakan analisis SWOT. Perbedaan penelitian ini adalah ruanglingkup penelitian ini adalah pada masyarakat lokal sebagi pelaksana langsung desa wisata dalam mengembangkan masyarakat dan fokusnya ialah desa wisata bukan obyek wisata. 2.3
Kerangka Pemikiran Penelitian Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka merupakan
pemikiran penjelasan
yang membuahkan sementara
terhadap
hipotesis. gejala
Kerangka pemikiran yang
menjadi
objek
permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian. Kerangka berfikir dari penelitian ini adalah tentang strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna. Latar belakang dari penelitian ini yaitu besarnya permasalahan pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, dan kemiskinan pada masyarakat yang tinggal disekitar obyek wisata. Masyarakat banyak yang
62
tidak merasakan manfaat dari obyek wisata yang ada diwilayahnya oleh sebab itu dibentuklah desa wisata yaitu pengembangan pariwisata pedesaan dengan memberikan pemberdayaan kepada masyarakat lokal. Identifikasi masalahnya antara lain yaitu belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata, kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah, belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat, dan kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan untuk pengembangan pariwisata di Desa Sawarna maka peneliti menggunakan teknik Analisis SWOT. Adapun Teknik Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam mengoptimalkan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor internal akan menentukan aspek-aspek yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal akan menentukan aspek-aspek yang menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (threaths) dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi
yang dapat dijalankan dalam
pengembangan desa wisata berbasis masyarakat. Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir penulis dalam penelitian ini dapat dilihat gambar dibawah ini :
63
Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir Input : 1.
Belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata.
2.
Kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah.
3.
Belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat.
4.
Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata.
Proses : Analisis SWOT
Feedback : Memberi lapangan pekerjaan pada masyarakat lokal dan dapat meningkatkan masyarakat pengembangan
kesejahteraan melalui pariwisata
1) Strengths 2) Weaknesses 3) Opportunities 4) Threats (Wheleen dan Hunger, 2003 : 195)
perdesaan Output : Diperoleh
Gambaran
Umum dan pilihan strategi yang
tepat
pengembangan di Desa Sawarna
dalam Pariwisata
64
2.4
Asumsi Dasar Penelitian Berdasarkan asumsi dasar pemikiran yang dipaparkan serta observasi awal
yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa penelitian mengenai strategi pengembangan desa wisata di Desa Sawarna masih belum efektif dan belum memiliki pemilihan strategi yang tepat dalam mencapai keberhasilannya. Hal ini dilihat berdasarkan dengan masaih adanya permasalahan – permasalahan yang timbul dalam strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan penelitan adalah seperangkat asumsi yang saling berkolerasi
satu dengan yang lain mengenai fenomena alam semesta. Metode penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengukur dan melakukan analisis data sehingga dapat menjawab masalah-masalah dalam penelitian. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifkualitatif yaitu penelitian tentang data yang ditentukan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat wawancara antara peneliti dan informan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dalam kondisi yang alamiah atau natural setting, peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi yang wajar. Dalam melakukan penelitiannya, peneliti merupakan alat utama dalam pengumpulan data karena penelitilah yang langsung terjun kelapangan mencari data dengan wawancara secara mendalam. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti. Orang yang diteliti dipandang sebagai partisipan, konsultan atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan penelitiannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna. Informasi yang digali lewat wawancara mendalam terhadap informan (Pemerintah Daerah, Kepala Desa, dan 65
66
Pengelola Desa Wisata/Masyarakat Lokal). Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas subjektif kesejahteraan masyarakat Desa Sawarna dengan pengembangan desa wisata dalam pemberdayaan masyarakat. Proses observasi dan wawancara bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Dari observasi dan wawancara diharapkan mampu menggali permasalahan yang ada di dalam Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, guna mengetahui strategi apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Pariwisata Sawarna di mata Nasional bahkan Internasional serta dalam menyejahterahkan masyarakat lokal melalui bantuan pemberdayaan masyarakat. 3.2
Ruang Lingkup/Fokus Penelitian Ruang
lingkup
atau
fokus
penelitian
ini
adalah
pada
Strategi
Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak dengan memberdayakan masyarakat lokal Desa Sawarna. 3.3
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sawarna. Penentuan lokasi penelitian di
Desa Sawarna karena Desa Sawarna merupakan Desa Wisata yang mendapat peringkat terbaik ke-7 se-Nasional dan Sawarna sudah menjadi pariwisata berskala Nasional.. 3.4
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
67
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:63). Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut. 3.4.1
Sumber data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya
dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui: 1. Observasi Sedangkan observasi menurut Moloeng (2007) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Menurutnya, observasi diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan cara yang tidak berperan serta. Observasi berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Namun observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan. Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai ialah observasi tanpa berperan serta atau di sebut observasi tidak berstruktur dengan mengamati dari jauh. Peneliti hanya sebagai pengamat saja tanpa menjadi anggota resmi organisasi yang diteliti.
68
2.
Wawancara Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewancara dan informan. Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Dalam
penelitian
ini
wawancara
dipergunakan
untuk
mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait penelitian, dalam rangka memperoleh informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan metode wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat
dan
memberi
informasi
mengenai
startegi
pengembangan desa wisata. Sebagaimana yang disarankan oleh (Esterberg:
2002)
dalam
Sugiyono
(2008:73)
peneliti
akan
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan oleh informan (Esterberg: 2002) dalam Sugiyono (2008:73)
69
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut: a.
Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.
b.
Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.
c.
Menentukan strategi dan taktik berwawancara.
d.
Mempersiapkan pencatat data wawancara. Peneliti menyusun pedoman wawancara mengenai hal-hal yang
nantinya menjadi acuan dalam wawancara kepada informan untuk mendapatkan informasi yang akurat. Secara garis besar pedoman wawancara yang digunakan untuk memperoleh informasi. 3.4.2
Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui
kegiatan studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti. 1. Studi Kepustakaan Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books maupun jurnal ilmiah. 2. Dokumentasi Menurut Guba dan Lincolin (1981) dalam Moleong (2007:161) dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari record yang
70
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyelidik. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan-catatan,
peraturan,
kebijakan,
laporan-laporan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:82). Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari informan penelitian yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari informan yaitu melalui data-data dan dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti. 3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (human instrument) karena peneliti adalah manusia dan hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant observation (Moleong, 2007:9). Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan
71
teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:59). Jadi, peneliti mempunyai peran yang sangat penting dalam penentuan sukses atau tidaknya suatu penelitian dengan kesiapan peneliti dalam terjun langsung ke lapangan. Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan, oleh sebab itu untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan untuk mewawancarai informan dan handphone. Handphone digunakan untuk merekam wawancara dengan informan. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan melalui peralatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data. Dalam mencari sumber data, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap narasumber (informan) yang bersangkutan dengan fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Selain wawancara mendalam, sumber data dalam penelitian ini juga di dapat dari hasil observasi, dimana sumber data dari hasil wawancara dan observasi merupakan sumber data primer. Selain itu, sumber data yang lainnya juga didapat dari hasil dokumentasi dan studi literatur/pustaka sebagai sumber data sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna.
72
3.6 Informan Penelitian Penentuan informan peneliti dilakukan dengan menggunakan tehnik snowball. Peneliti pada mulanya menelusuri informan dari berbagai status yang terlibat dalam Strategi Pengembangan Desa Wisata di Desa Sawarna, informan yang memiliki kaya informasi dipilih dan sub-subunit dipilih untuk mengkasi kajian yang lebih dalam. Penentuan informan ini dengan memilih narasumber yang terjun langsung dalam Pengelolaan Desa Wisata dan diberi kode dalam tabel berikut : Tabel 3.1 Informan Penelitian No
Kategori Informan
1
Pengelola Desa Wisata Sawarna
2
Instansi
3
Masyarakat
(Sumber: Peneliti, 2015)
Informan a. b. c.
Kepala Desa Sawarna Sekretaris Desa Sawarna Ketua POKDARWIS Desa Sawarna a. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sawarna a. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak b. Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak c. Seksi Usaha dan Jasa Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak d. Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Provinsi Pariwisata dan Kebudayaan Banten a. Masyarakat Lokal b. Wisatawan
Kode Informan (I)
73
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan data, memilih-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2012:88). Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan
selama
proses
penelitian
dilaksanakan.
Data
diperoleh,
kemudian
dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif dari Miles & Huberman, seperti pada gambar dibawah ini: Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif Pengumpulan Data Reduksi Data
Penyajian Data Penarikan Kesimpulan
(Sumber : Sugiyono, 2012:88)
74
1. Pengumpulan Data Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan. 2. Reduksi Data Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian di reduksi, di rangkum, dan kemudian dipilih hal yang pokok, di fokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar diberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara. 3. Penyajian Data Penyajian
data
(display
data)
dimaksudkan
agar
lebih
mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilihpilih dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesusai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras
75
dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. 4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan mencatat keteraturan pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistensi peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 3.8 Uji Kreadibilitas Data Uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2009:121). Pada penelitian ini, dalam menguji kreadibilitas data peneliti melakukan triangulasi dan member check untuk member kepercayaan terhadap penelitiannya.
76
1. Triangulasi Menurut
Moloeng
(2007:330),
triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Terdapat 3 macam teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, observasi tidak langsung, dan dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut di ambil benang merah yang menghubungkan diantara keduanya. 2. Member Check Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
77
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2009:129). 3.9 Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Tabel 3.2 Jadwal Penelitian No
Waktu Pelaksanaan Kegiatan
2014 Nov
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Pengumuman Judul Observasi Awal Penyusunan Proposal Bimbingan dan Perbaikan Proposal Seminar Proposal Perbaikan proposal Proses Pencarian Data di Lapangan Pengolahan Data di Lapangan Penyusunan Laporan Penelitian dan Bimbingan Sidang Skripsi (Sumber, Peneliti 2015)
Des
2015 Jan Feb
Mar
Apr
Mei Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum Desa Sawarna. Hal tersebut akan dijelaskan dibawah ini: 4.1.1 Keadaan Wilayah Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Luas wilayah Desa Sawarna adalah 1.700 ha yang terdiri dari 10 (sepuluh) RW dan 30 (Tiga Puluh) RT. Letak ketinggiannya adalah 2 s/d 90 M diatas Permukaan Laut (Mdpl) dan mempunyai curah hujan rata-rata 1200 MM / tahun. Desa Sawarna terdiri dari dataran rendah seluas 800 Ha dan perbukitan / pegunungan seluas 700 Ha. Desa Sawarna dapat ditempuh melalui jalan darat dari Ibukota Banten yaitu Serang sekitar 6 jam. Batas wilayah Desa Sawarna adalah sebagai berikut : -
Sebelah utara berbatasan dengan
: Desa Lebak Tipar
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan
: Lautan Indonesia
-
Sebelah Barat berbatasan dengan
: Desa Darmasari
-
Sebelah Timur berbatasan dengan
: Desa Sawarna Timur
Desa Sawarna memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.331 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki : 2.210 dan penduduk perempuan sebanyak 2.121 jiwa, jumlah kepala keluarga (KK) 1.207 KK dan kepadatan penduduk ± 10 orang
78
79
/
. Keadaan alam dan pola pengguanaan tanah di Desa Sawarna adalah
sebagai berikut : a. Pemukiman
: 102 Ha
b. Sawah
: 234 Ha
c. Ladang / Tegalan
: 520 Ha
d. Perkebunan PTPN VIII
: 54 Ha
e. Perkebunan Rakyat
: 100 Ha
f. Kehutanan
: 300 Ha
g. Kuburan
: 5 Ha
h. Lapangan Olah Raga
: 2.5 Ha
i. Perikanan
: 4 Ha
j. Lain-lain
: 179 Ha
4.1.2 Visi dan Misi Desa Wisata Sawarna Visi Desa Sawarna “Menjadikan Desa Sawarna sebagai Desa Wisata yang mandiri, maju serta didukung dengan kelestarian budaya dan alam guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak merubah adat istiadat serta budaya setempat”. Misi Desa Sawarna 1. Membangun Desa Sawarna guna menyongsong pengembangan Desa Wisata yang lebih maju, terarah serta tidak merubah tatanan budaya serta kearifan lokal
80
2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mengembangkan ekonomi kreatif di segala bidang kegiatan dengan membentuk lembaga-lembaga masyarakat 3. Membuka peluang investasi seluas-luasnya demi kemajuan pariwisata Desa Sawarna 4. Melaksanakan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Desa Sawarna 5. Meningkatkan budi pekerti masyarakat dengan berbasis keagamaan 4.1.3
Keadaan Penduduk Desa Sawarna Desa Sawarna memiliki Jumlah Penduduk : 4028 Jiwa yang terdiri dari
Penduduk Laki-laki : 2043 dan Penduduk Perempuan :1985 Jiwa, dengan Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1058 KK dan Kepadatan kependuduk-+ 10 orang / KM 2. Tabel 4.1 Data Penduduk Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Golongan Umur 1-5 Tahun 6- 10 Tahun 11-15 Tahun 16-20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun 41-45 Tahun 46-50 Tahun 51-55 Tahun 56-59 Tahun
Jumlah 733 Orang 650 Orang 569 Orang 680 Orang 652 Orang 746 Orang 449 Orang 472 Orang 281 Orang 245 Orang 237 Orang 200 Orang
Sumber : Profil Desa Sawarna 2014
Tingkat Pendidikan sangat berpengaruh bagi kebutuhan hidup masyarakat, dengan pendidikan yang tinggi maka masyarakat dapat memajukan perekonomian
81
keluarganya. Berikut dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sawarna. Tabel 4.2 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sawarna No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tingkat Pendidikan Belum Sekolah Usia 7 – 45 tahun tidak pernah sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat D-1 D-2 D-3 S-1 S-2 S-3 Sumber: Profil Desa Sawarna 2014
Jumlah 763 Orang 5 Orang 10 Orang 1058 Orang 2890 Orang 876 Orang 28 Orang 39 Orang 11 Orang 37 Orang 4 Orang -
Keterangan
Dari data diatas dapat dilihat masih banyak masyarakat yang belum sekolah bahkan putus sekolah. Di Desa Sawarna tingkat pendidikan terbanyak adalah yang tamat SLTP. Hal tersebut menjelaskan perlu adanya pemberdayaan masyarakat Desa Sawarna untuk memajukan perekonomian keluarga dan dapat memenuhi keberlangsungan hidupnya. Dari data yang ditemukan banyak yang memilihi untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikan karena tidak ada biaya, dan untuk masyarakat yang tidak mempunyai usaha sendiri dan ketrampilan memilih bekerja sebagai buruh atau petani.
82
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mata Pencharian Petani Buruh Tani Buruh/Swasta Pegawai Negeri Pengrajin Pedagang Peternak Nelayan Montir Dokter
Jumlah 790 Orang 479 Orang 563 Orang 64 Orang 215 Orang 206 Orang 15 Orang 179 Orang 5 Orang -
Sumber: Profil Desa Sawarna 2014 Penduduk Desa Sawarna memiliki mata pencharian yang beranekaragam, karena Desa Sawarna masih terapat lahan pertanian yang luas maka domisili penduduk Desa Sawarna bermata pencharian Petani dan Buruh Tani. Potensi pariwisata kini sudah berkembang dan masuk ke Desa Sawarna oleh sebab itu menjadi sebuah peluang untuk penduduk Desa Sawarna dalam meningkatkan perekonomian dan kehidupan mereka dengan memanfaatkan pariwisata yang ada.
4.1.4. Potensi Wisata di Desa Sawarna Desa Sawarna adalah sebuah desa wisata yang berlokasi di kabupaten Lebak, Banten. Desa Sawarna mulai menjadi bahan pembicaraan pada tahun 2000an ketika mulai ramai diekspos melalui media eletronik. Desa Sawarna juga memiliki keistimewaan yang lain, yaitu memiliki banyak tempat wisata dengan jarak yang berdekatan sehingga dalam satu kali jalan akan dapat menikmati obyek wisata yang lain sekaligus. Desa Sawarna terletak di wilayah Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak dan merupakan Desa disekitar Hutan dan Desa Pesisir Pantai
83
yang merupakan Desa Wisata Binaan dengan memiliki beberapa Potensi Sumber Daya Alam yang sangat potensial. Jenis wisata yang dapat dinikmati wisatawan di Desa Sawarna dalah wisata alam dan juga kerajinan karena memang alam disekitar lokasi ini masih jarang tersentuh gangguan manusia sehingga masih sangat indah dan menarik untuk dilihat. Daya tarik wisata di Desa Sawarna antara lain adalah sebagai berikut : A. Daya Tarik Wisata Alam 1. Potensi Obyek Wisata Bahari a.
Pantai Ciantir
b.
Pantai Pulo Manuk
c.
Pantai Legon Pari
d.
Karang Tanjung Layar
e.
Pantai Karang Bokor
f.
Pantai Karang Taraje
2. Potensi Obyek Wisata Goa / Goa Wisata a.
Goa Langir (Pinggir Pantai)
b.
Goa Lalay
c.
Goa Sikadir
d.
Goa Camaul
e.
Goa Harta Karun
f.
Seribu Candi
3. Potensi Obyek Wisata Ziarah a.
Obyek Wisata Ziarah Jhon Louis Van Goh.
84
b.
Obyek Wisata Ziarah Tumenggung
4. Potensi Obyek Wisata Hutan Lindung dan Hutan Produksi 5. Potensi Sumber Daya Alam lainnya, diantaranya : Kandungan Batu Bara, Pasir Kuarsa, Batu Kapur, Batu Kaca, dll. B. Daya tarik Wisata Budaya dan Kerajinan 1. Seni Budaya a. Dongdang b. Pencak silat c. Upacara Adat d. Kesenian Sunda lainnya 2. Seni Kerajinan a. Kerajinan Seni Ukir b. Kerajinan Membuat Gitar c. Kerajinan Makanan Ringan d. Kerajinan Pisang Sale 3. Seni Kerajinan Pantai Ciantir atau Pantai Pasir Putih adalah sebuah pantai yang terdapat di Desa Sawarna yang menjadi daya tarik Desa Sawarna, Pantai Ciantir adalah sebuah pantai yang menghadap ke Samudera Hindia, sehingga mempunyai ombak yang khas pantai selatan yaitu berombak besar dan kuat, menjadikannya sebagai salah satu tempat selancar (surfing) terfavorit bagi wisatawan mancanegara. Pantai Ciantir atau Pantai Pasir Putih atau biasa dikenal dengan wisatawan Pantai Sawarna ini memiliki panjang sekitar 65 KM, dengan air laut yang jernih,
85
pasir yang putih, berbukit hijau, dihiasi karang, dan tidak terlalu ramai pengunjung adalah pantai yang paling indah di Banten. Desa Sawarna yang berjarak sekitar 150KM dan menghabiskan waktu sekitar 4 jam dari Kota Rangkasbitung banyak didatangi wisatawan yang berasal dari Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. Desa Sawarna dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jika menggunakan kendaraan pribadi dari Jakarta, maka rute yang akan ditempuh yaitu: 1. Jalur Timur
: Tol Jagorawi, Ciawi, Cibadak, Pelabuhan Ratu,
Sawarna 2. Jalur Barat
: Tol Merak, Serang Timur, Pandeglang, Malimping,
Bayah, Sawarna Perjalanan menuju Desa Sawarna juga dapat melalui jalur Rangkasbitung yang melewati Pandeglang Gunung Kencana, dari Jakarta menuju Desa Sawarna dapat melalui jalur Rangkasbitung dengan melewati Gunung Kencana, kondisi jalan Gunung Kencana lumayan hancur sehingga dapat menghabiskan waktu sekitar 7-8 jam menuju Desa Sawarna dengan menggunakan kendaraan pribadi. Perjalanan menuju Desa Sawarna cukup lama jika ditempuh melalui kendaraan bermotor dari Kota Serang dapat menghabiskan waktu sekitar 5 jam dikarenakan jalan di Kecamatan Bayah menuju Desa Sawarna sedang dalam perbaikan sehingga berdebu dan hancur. Jika ingin menggunakan kendaraan umum dapat menaiki bus jurusan Pelabuhan Ratu dari terminal bus setempat, kemudian dari
86
Pelabuhan Ratu dapat melanjutkan kea rah Sawarna dengan menggunakan elef. Kendaraan umum menuju Desa Sawarna hanya sampai jam 5 sore saja. Efek dari adanya wisata di Desa Sawarna memberikan tambahan serta meningkatkan penghasilan bagi masyarakat terutama yang berada di Desa tetangga sebagai desa yang paling dekat dengan Desa Sawarna. Perkembangan kepariwisataan desa yang signifikan akan mendukung pariwisata yang ada, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan produktifitas home industry meupun kerajinan sehingga secara otomatis akan mengurangi kemiskinan. 4.1.5 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Desa Sawarna Sarana prasarana yang ada di Desa Sawarna adalah : 1.
Tersedianya homestay (penginapan) serta rumah-rumah penduduk yang disewakan untuk menginap.
2.
Sarana jembatan gantung akses penyebrangan menuju kawasan wisata Pantai Tanjung Layar dan Pantai Legon pari.
3.
Sarana akses jalan tonblok menuju kawasan wisata.
4.
Sarana transportasi ojek wisata.
5.
MCK dan ruangan ganti di lokasi obyek wisata yang disewakan warga.
6.
Warung-warung wisata untuk jajanan.
7.
Guide (pemandu) Wisata jika dibutuhkan.
87
Tabel 4.4 Potensi Desa Wisata Sawarna INFORMASI UMUM Nama Desa/Kelurahan/Kampung Kecamatan/Distrik Kabupaten/Kota Provinsi Kategori Desa
A. DAYA TARIK ALAM Daya Tarik Utama Daya Tarik Pendukung B. DAYA TARIK BUDAYA Daya Tarik Utama Daya Tarik Pendukung C. DAYA TARIK BUATAN Daya Tarik Utama Daya Tarik Pendukung D. AKSESIBILITAS Cara pencapaian menuju desa/kelurahan/kampung dari kota/pusat pelayanan terdekat Kualitas jalan menuju desa/kelurahan/kampung Kualitas jalan di dalam desa/kelurahan/kampung Ketersediaan model transportasi Waktu tempuh Ketersediaan rambu-rambu/ petunjuk arah Ketersediaan BPW (Biro Perjalanan Wisata) yang telah menjual paket
DESKRIPSI Sawarna Bayah Lebak Banten Desa Wisata Desa di sekitar Daya Tarik Wisata / Berbasis Industri Kreatif Desa Pendukung Usaha Pariwisata / Kemitraan dengan Usaha Pariwisata Obyek Wisata Pantai Tanjung Layar dan Pasir Putih Obyek Wisata Goa Lalay dan Pantai Legon Pari Kesenian Upacara Adat dan Kesenian Dondang Upacara Ruat Laut Seni Kerajinan Cinderamata Makanan Khas Sawarna Dengan Kendaraan Umum (mobil PS) dan Ojek Jalan beraspal Layak untuk dilewati Tersedia Ojek Wisata untuk menuju kawasan wisata 7-8 Jam dari Jakarta Tersedia Belum Tersedia
88
wisata ke desa/kelurahan/kampung tersebut E. SARANA DAN PRASARANA Penginapan/homestay Warung Makan Kamar Mandi dan WC Air Bersih Listrik Tempat Parkir Tempat Sampah Toko Cinderamata Jaringan Telepon Bank dan Money Changer Kantor Pos Panggung Hiburan Fasilitas Pendukung yang Lain F. ASPEK PASAR Besarnya jumlah wisatawan yang berkunjung: Lokal/Nusantara dan Mancanegara G. INVESTASI Investasi/partisipasi masyarakat yang telah ada Para pihak yang berperan dalam investasi Para pihak yang berkaitan dengan struktur bagi hasil dalam pengelolaan H. KELEMBAGAAN DAN SDM BIDANG PARIWISATA Pengelolaan Desa Wisata Ketersediaan Struktur Lembaga Pengelola Ketersediaan Pemandu Wisata Pelibatan Masyarakat Sekitar PERMASALAHAN Permasalahan mendasar yang perlu diperhatikan dan perlu segera ditangani
Ada 59 Penginapan (Homestay) 20 Warung Makan 20 MCK Tersedia Tersedia Belum Tersedia dengan Rapi Minim Belum Tesedia Tersedia (telkomsel, Indosat, dan XlIndo) Tidak Ada Tidak Ada Belum Ada Sarana Alat Surfing 20.000/Tahun
Swadaya masyarakat untuk perbaikan jalan wisata Pemerintah Desa PAD Kepada Pemerintah Kabupaten Lebak
Pemerintah Desa Sawarna TPK Pariwisata Tersedia (guide Sawarna) terbatas Tersedia Penataan lingkungan sekitar objek wisata perlu ditingkatkan agar menambah daya tarik keasrian sebuah
89
desa, sehingga Desa Sawarna sebagai Desa Wisata benar-benar menjadi tujuan wisata unggulan. Permasalahan jangka panjang yang Pengelolaan sampah, baik dari mungkin muncul masyarakat ataupun dari tempat lokasi wisata itu sendiri. (Sumber : Proposal Bantuan Desa Wisata Sawarna Tahun 2014) 4.1.6 Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa Sawarna di Bidang Pariwisata Penduduk Desa Sawarna umumnya beraktifitas dalam bidang pariwisata sebagai pelaku wisata diantaranya : a. Pemilik penginapan 56 orang b. Pemilik warung makan 20 orang c. Pemilik warung jajanan di pantai 120 orang d. Pengrajin cinderamata 10 orang e. Pengrajin makanan khas 10 orang f. Pemandu wisata / guide 5 orang g. Ojek Wisata 100 orang 4.1.7
Program Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Banten
1. Mengembangkan strategi pasar, promosi dan branding a.
Menggalakan promosi desa wisata melalui media eletronik maupun media online, secara berkesinambungan;
b.
Promosi melalui pameran-pameran pembangunan secara berskala baik di tingkat Regional, Nasional maupun Internasional;
c.
Ditawarkan ke media-media eletronik yang memperkenalkan daya tarik wisata suatu wilayah/desa dan memperkenalkan khazanah budaya-budaya masyarakat Indonesia.
90
2. Mengembangkan moda transportasi a. Mengadakan moda transportasi umum yang menuju lokasi desa wisata; b.
Membangun shelter-shelter moda transportasi umum di Ibukota Provinsi, Kabupaten/Kota.
3. Pembangunan PSD Perkim desa wisata yang padu serasi a. Meningkatkan jalan lingkungan dan jalan poros desa; b. Membangun sarana dan prasarana persampahan (bak-bak sampah terpilah, sarana 3R); c. Membangun sarana air bersih; d. Membangun saluran-saluran guna mengantisipasi daerah genangan air; e. Meningkatkan fungsi irigasi perdesaan; f. Membangun rumah-rumah warga, melalui fasilitas KPR perumahan swadaya bagi masyarakat desa yang mampu , dan program bedah rumah bagi masyarakat desa Pra KS. 4. Pembentukan koperasi desa wisata a. Mendorong pertumbuhan usaha masyarakat; b. Memasarkan komuditas dan produk-produk olahan masyarakat; c. Mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan. 5. Penyusunan pembangunan Investasi Desa Wisata Ramah Lingkungan a. Menyusun dokumen pengpembangunan desa yang berkesinambungan dan berkelanjutan berdasarkan hasil Musrenbangdes; b. Mengusulkan program-program pembangunan masyarakat secara berskala dan sesuai dengan aspirasi masyarakat;
91
c. Mengusulkan program pembangunan yang tetap memperhatikan kearifan lokal. 6. Pengembangan kapasitas SDM lokal menjadi SDM terampil a. Mengadakan pelatihan-pelatihan pemandu wisata; b. Mengadakan pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas hasil kerajinan masyarakat; c. Mengadakan pelatihan-pelatihan pemasaran produk-produk kreatif yang dihasilkan oleh masyarakat. 4.2
Deskripsi Data
4.2.1
Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian ini, penelitian mengenai strategi pengembangan pariwisata Desa Sawarna, peneliti menggunakan analisis SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran yang berguna atas komponenkomponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi untuk menjamin dapat berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang efektif mencakup hubungan yang konsisten yang terdiri dari faktor-faktor strategis yaitu strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah organisasi. Langkah penentuan strategi ini yaitu; pertama, peneliti menentukan faktor-faktor yang termasuk dalam strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah organisasi pengelola Desa Sawarna. Kedua, peneliti mencocokan peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi tertentu dengan
92
kekuatan dan kelemahan internalnya dalam Matriks SWOT (dikenal juga dengan TOWS), untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis. Analisis internal diperlukan dalam menyusun strategi untuk memaksimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan. Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Kata-kata dan tindakan informan merupakan sumber utama penelitian. Sumber data dari informan dicatat dengan menggunakan alat tulis dan direkam melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber data sekunder yang didapatkan peneliti berupa dokumentasi seperti dokumen-dokumen Profil Desa Sawarna, pengembangan pariwisata Desa Sawarna, dan PNPM Mandiri Pariwisata sebagai bantuan Desa Wisata Sawarna yang merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana fotofoto terebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan desa wisata. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dilakukan reduksi data untuk mendapatkan tema dan polanya serta diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan
kategorisasi.
Dalam
menyusun
jawaban
penelitian,
untuk
93
mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu : a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan. b. Kode
,
,
,
, dan seterusnya menunjukkan daftar urutan pertanyaan.
c. Kode I menunjukkan informan. d. Kode
,
,
,
menunjukkan daftar urutan informan dari kategori
Pengelola Desa Sawarna e. Kode
,
,
,
, menunjukkan daftar urutan informan dari kategori
Instansi yang terdiri dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak dan Pemerintah Provinsi di bidang kepariwisataan f. Kode
,
menunjukkan daftar urutan informan kategori masyarakat
yaitu dari masyarakat lokal dan wisatawan. g. Kode P menunjukkan Peneliti Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data, dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Data-data tersebut kemudian dipilih-pilih dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesusai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data telah dilakukan
94
peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh. 4.2.2 Data Informan Penelitian Pada penelitian ini, mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orangorang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator, pelaksana langsung pariwisata di sawarna, serta pihak lainnya yang terlibat dalam pengembangan wisata sawarna. Pelaksana langsung desa wisata yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa Sawarna, Sekertaris Desa Wisata Sawarna (Fasilitator Desa Sawarna), Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Sawarna, dan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Pemerintah Daerah yang terkait dalam penelitian ini sebagai informan adalah Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak Bidang Pariwisata yaitu terdiri dari Kepala Bidang Pariwisata, Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata, Kepala Seksi Jasa dan Usaha Pariwisata. Masyarakat lokal yang menjadi informan adalah masyarakat yang mendukung kegiatan pariwisata yaitu kelompok kegiatan kerajinan dan kelompok kuliner, kelompok homestay, dan masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar obyek wisata, serta wisatawan yang berkunjung ke Desa
95
Sawarna. Adapun informan-informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tebel berikut ini. Tabel 4.5 Informan Penelitian No
Informan
1 2
Suhanda, S.IP Lili Suheli
3
Ndan Nuradi
4 5 6 7 8
9
Status Informan (SI) Kepala Desa Sawarna Sekretaris Desa Sawarna
Ketua Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Sawarna Zaenal Mustofa, Ketua Lembaga S.Pd Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sawarna Drs. Oman Kepala Bidang Pariwisata Nurohman, Disporapar Kab. Lebak M.Si Sri Wahyuni Kepala Seksi Promosi Pariwisata Disporapar Kab.Lebak Muslimah Kepala Seksi Usaha dan Jasa Disporapar Kab. Lebak A. Sapta Kepala Bidang Gumelar, S.Sos, Pengembangan Destinasi MM Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Danu Miharja Pembuat Kuliner Khas Desa Sawarna yaitu Pisang Sale
Jenis Kelamin
Usia
Laki-laki Laki-laki
45 40
Laki-laki
40
Laki-laki
38
Laki-laki
48
Perempuan
52
Perempuan
54
Laki-laki
56
Laki-laki
63
10
H. Abad. S
Pengrajin Ukiran Kayu
Laki-laki
54
11
Iqbal Taufiq
Pengrajin Ukiran Kayu
Laki-laki
26
12
Ade
Pengrajin Gitar
Laki-laki
40
13
Nina Mulyati
Pengelola Homestay
Perempuan
32
14
Reifky Syahmi
Wisatawan
Laki-laki
22
(Sumber, Peneliti 2015)
Kode Informan (I)
96
4.3 Pembahasan Pembahasan dan analisa dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunkaan yaitu analisis SWOT. Dimana dalam analisis SWOT dapat menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna Analisis SWOT membantu memilih strategi alternatif untuk mengembangkan Pariwisata di Sawarna. 4.3.1
Strengths (kekuatan) Stengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal-hal positif yang menjadi kekuatan dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari luar, strengths biasanya berisi manfaat organisasi, anggaran organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM), kemampuan teknologi. Tujuan dari penilaian kekuatan dalam organisasi ialah untuk melihat keunggulan dari suatu organisasi agar dapat mengurangi kelemahan dan menutupi ancaman agar dapat mencapai tujuan organisasi tersebut. Struktur Perekonomian Kabupaten Lebak, sektor usaha jasa pariwisata dari perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2008 mencapai angka sebesar Rp. 856.074.000.000.-. PDRB Kabupaten Lebak hingga saat ini masih didominasi Sektor Pertanian. Kontribusi retribusi dari sektor objek wisata pada tahun 2008 hanya memberikan kontribusi sebesar Rp. 50.000.000.- , dan pada tahun 2013 sebesar Rp 160.000.000,- antara lain dari Pantai Karang Taraje, pemandian Tirta
97
Buana Lebak, Gor Ona, Pantai Bagedur, Pantai Binuangeun, Pantai Cibobos dan Pantai Pulau Manuk. Melalui penataan dan pengembangan pariwisata di dalam upaya meningkatkan sekaligus menciptakan rasa aman bagi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara berkunjung ke objek – objek wisata, alam, pantai dan wisata budaya di Kabupaten Lebak. Pariwisata
Kabupaten Lebak
secara
terus menerus melaksanakan
pengembangan dan menggali potensi wisata dengan pengembangan destinasi objek wisata merupakan langkah–langkah yang ditempuh, agar dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah sehingga kelangsungan pembangunan dibidang kepariwisataan terus berjalan sesuai dengan tuntutan pembangunan daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Desa Sawarna memiliki potensi alam yang sangat indah yaitu dapat dilihat dari wisata alamnya yang berupa pantai, goa, perbukitan, dan persawahan. Suasana nyaman dan nmasih nuansa pedesaan membuat daya tarik tersendiri untuk wisatawan kota yang berkunjung untuk menikmati suasana yang berbeda dari perkotaan. Seperti yang disampaikan oleh
sebagai berikut :
“Sawarna punya potensi alam yang sangat indah yang sekarang kita manfaatkan jadi daya tarik pariwisata buat ningkatin ekonomi masyarakat yang ada disini. Potensi wisata alam jadi andalan kita sekarang kaya banyak wisatawan yang dateng berkunjung ke pantai pasir putih karena ngerasa masih asri dan nyaman banget belum terlalu ramai”. (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35) Potensi alam yang indah di Desa Sawarna menjadi daya tarik utama wisatawan untuk datang berkunjung dan meningkatkan perekonomian masyarakat
98
sekitar yang berpenghasilan di bidang jasa atau usaha di sekitar lokasi wisata di Desa Sawarna. Tabel 4.6 Potensi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sawarna No
Jenis ODTW
1
Pantai
Nama ODTW Ciantir/Pasir Putih
Karakteristik Pasir Putih, sebagian kecil karang, landai, ombak sedang – besar
Pulo Manuk
Pasir Putih, Ombak Besar – Sedang
Tanjung Layar
Pasir Putih, karang-karang, dua karang besar, icon Sawarna
Karang Taraje
Karang-karang, pepohonan perdu
Legon pari
Pasir putih, sebagian kecil karang, ombak sedang – besar, sunrise yang indah
Karang Bokor
Ombak yang besar – sedang, karang besar
2
Goa
Langir
Dipinggir pantai
Lalay
Stalakmit, goa horizontal, kondisi yang lembap
Sikadir
Goa horizontal
Camaul
Goa horizontal
Harta Karun
Goa horizontal, mulut goa yang lebar,
kondisi
yang
lembap,
terdapat aliran air Seribu Candi
Bentuk stalakmit, goa horizontal, mulut goa yang lebar, panjang goa ± 30 m.
(Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2014)
99
Program pengembangan pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata kabupaten Lebak yaitu : 1. Pembinaan Kesenian Daerah (sebagai penunjang pemasaran Pariwisata). 2. Promosi Pariwisata tingkat Propinsi dan Nasional 3. Pembangunan WC, Ruang mandi dan Pagar ODTW Air Panas Cipanas 4. Pengadaan Sarana Penyelamat Pantai berupa 2 set Perahu Karet berikut kelengkapannya peruntukan ODTW Sawarna dan Bagedur 5. Diklat Resque Beach yang diikuti oleh ODTW Sawarna dan Bagedur. 6. Pengadaan homestay di Sawarna 7. Pemilihan Saija dan Adinda Pengembangan Wisata Sawarna yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan pariwisata Kabupaten Lebak, seperti yang disampaikan
adalah sebagai
berikut : “Buat ngembangin Desa Wisata Sawarna kita bangun sarana dan prasarana yang ada di sekitar obyek wisata utama kaya homestay dan tempat kuliner, tempat kontrol penjaga pantai, perbaikan jalan menuju tempat wisata, dan pelatihan-pelatihan penjaga pantai, kuliner, cinderamata. Buat ngembangin wisata Sawarna kita juga engga sendiri kita juga di bantu Provinsi dan Desa.” (wawancara di Ruang Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab. Lebak, tanggal 3 September 2015 pukul 11.10 WIB) Peran Pemerintah Daerah membantu untuk mengembangkan wisata Sawarna dengan membantu pengadaan sarana dan prasarana untuk menggali potensi wisata alam di Sawarna. Lingkungan di Desa Sawarna yang asri dan nyaman menjadi kekuatan bagi pariwisata yang ada di Sawarna untuk menarik perhatian kunjungan
100
wisatawan. Pemerintah Daerah membantu mengembangkan wisata Sawarna guna memberikan dampak kenyamanan bagi wisatawan dengan memanfaatkan keasrian lokal dan tidak merusaknya. Seperti yang disampaikan oleh
sebagai berikut :
“Sawarna sekarang menjadi pariwisata andalan di Lebak bahkan di Indonesia saat ini. Potensi alam yang sangat eksotis dan susasana desa yang masih asri dan nyaman menjadi salah satu alasan Sawarna banyak dinikmati wisatawan. Kita meningkatkan sarana dan prasarana di lokasi wisata yang tersebar di Sawarna untuk menggali potensi wisata Sawarna”. (wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB) Seperti yang disampaikan
yang menyatakan bahwa Desa Sawarna
memiliki suasana yang asri dan nyaman sehingga menjadi kekuatan desa untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan
keunikan
peninggalan
budaya
dan
keunikan
lingkungan.
Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna sangat menjaga keaslian dan keunikan lingkungannya, sehingga pembangunan pariwisata tidak merusak kebudayaan dan keaslian lingkungan di Sawarna. Masyarakat Desa Sawarna memiliki sikap yang ramah dengan wisatawan. Salah satu karakteristik pariwisata ialah memiliki sikap masyarakat yang ramah karena masyarakat lokal yang menerima dan melayani wisatawan yang datang berkunjung sehingga dapat membuat wisatawan nyaman datang untuk berwisata. Salah satu implementasi konsep desa wisata di Desa Sawarna ini adalah dengan adanya homestay yang berasal dari rumah warga, wisatawan dapat menginap di rumah warga yang disewakan sehingga dapat tinggal bersama warga desa dan
101
dapat memberi pengetahuan yang luas mengenai kebiasaan dan kehidupan masyarakat Desa Sawarna. Seperti yang disampaikan oleh
sebagai berikut :
“Warga sini sudah terbiasa dengan kedatangan wisatawan sekarang dan mereka juga nyambut wisatawan yang dateng kesini dengan ramah, karena mereka tau dengan datengnya wisatwan itu dapat memberikan penghasilan buat mereka”. (Wawancara di pos retribusi menuju pasir putih, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 14.30 WIB) Berdasarkan pernyataan oleh
bahwa masyarakat Desa Sawarna sudah
bisa menerima kehadiran wisatawan dengan baik dan ramah karena dengan meningkatnya
wisatawan
yang
berkunjung
maka
dapat
meningkatkan
perekonomian mereka. Pemilik Homestay atau penginapan yang ada di Desa Sawarna adalah masyarakat lokal sendiri. Masyarakat lokal memanfaatkan pariwisata yang ada dengan membangun usaha dan jasa disekitar lokasi obyek wisata untuk meningkatkan perekonomian mereka. Partisipasi masyarakat yang tinggi membuat pengembangan wisata Sawarna semakin maju karena salah satu prinsip pengembangan pariwisata pedesaan adalah melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata di wilayahnya. Partisipasi
masyarakat
lokal
menjadikan
sasaran
utama
dari
pengembangan desa wisata, dengan adanya partisipasi yang tinggi dari masyarakat lokal maka desa wisata akan berjalan sesuai dengan kearifan lokal dan budaya tanpa harus merubah struktur desa atau daya tarik utama desa. Tingkat parstisipasi yang tinggi dari masyarakat lokal Desa Sawarna menjadi sebuah peluang yang besar dalam pengembangan Desa Wisata, seperti yang disampaikan , yang menyatakan sebagai berikut :
102
“Pariwisata di Desa Sawarna ini sangat memberikan dampak positif untuk warga desa, apalagi setelah ditetapkan sebagai desa wisata.Warga sini sangat memberikan respon positif, banyak warga sini yang mencari nafkah dari pariwisata. Kaya warga sini yang rumahnya deket pantai gitu dia bikin homestay atau rumah mereka dijadiin penginapan, juga banyak warung-warung yang ada di pinggir pantai, terus juga ada yang bekerja lewat pemberian jasa kaya jadi tukang ojek atau guide. Sekarang mah banyak warga sini yang terlibat di bidang pariwisata dan malahan bisa jadi penghasilan pokok mereka ya dari situ” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35). Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna mendapat respon positif dari masyarakat desa. Partisipasi masyarakat Desa Sawarna yang tinggi menjadikan peluang yang besar dalam pengembangan Desa Sawarna. Karena salah satu sasaran dari pengembangan desa wisata adalah terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan maupun pengembangan desa wisata. Seperti yang disampaikan
yang
menyatakan sebagai berikut : “Kita senang sekarang Sawarna sudah ngembangin pariwisata soalnya emang disini kan potensi wisatanya emang tinggi banget bukan cuman dari pantai tapi juga ada goa terus juga ada wisata sejarahnya malahan. Saya setuju banget dengan Sawarna dijadiin Desa Wisata beratikan desa ini udah jadiin pariwisata sebagai prioritas buat nambak penghasilan kita warga sini. Saya disini sekarang mencari nafkah ya lewat homestay, saya sengaja bangun homestay di deket pantai sini soalnya saya tau sekarang udah banyak banget orang yang tau tentang Sawarna dan pengen dateng kesini, banyak wisatawan yang dateng kesini setiap hari liburan bukan dari wisatawan yang dari Jakarta aja tapi juga banyak yang dari luar negeri. Kalau kata orang bule mah disini ombaknya bagus jadi mereka tertarik buat surfing.” (Wawancara di homestay yang terletak di dekat Pantai Pasir Putih, tanggal 30 Agustus 2015 pukul 14.15 WIB) Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa pariwisata di Desa
Sawarna sudah menjadi penghasilan utama mereka, sehingga masyarakat Desa
103
Sawarna pun memberikan partisipasi yang tinggi dalam pengembangan desa wisata. Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan. Masyarakat Desa Wisata Sawarna memberikan usaha taupun jasa pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung untuk merasakan kenyamanan berwisata ke Sawarna. Tabel 4.7 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Des) DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH TAHUN 2013 - 2016 Bidang / Jenis Kegiatan No Sarana dan Prasarana 1 3 1 Pengerasan Jl.Lingkungan 2 Rehab Jembatan Semi Permanen 3 Pembangunan sarana air bersih 4 Pemansangan Bronjong 5 Pemasangan Bronjong 6 Rabat beton Jl. Lingkungan 7 Rabat beton Jl.Lingkungan 8 Irigasi 9 10 11 12 13 14
Irigasi Rehab Jembatan Gantung Rehab Jembatan Gantung Paving Blok Jln.Wisata Telford Jl. Poros Dusun Telford Jl. Poros Dusun
Kp.
Sasaran/ Mamfaat
Waktu pelaksanaan
Biaya dan sumber biaya Jml (Rp)
sumber
6 Sangko – Cisujen CikaungCibeas Mata air ciwedus Leles
13 Masy Petani
14 2013
15 20.000.000
Masy Desa
2013
50.000.000
Masy Petani
2013
250.000.000
16 APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya PNPM
Masy Desa
2014
265.000.000
PNPM
Cikaung
Masy Desa
2014
350.000.000
Tari Kolot
2013
10.000.000
2013
10.000.000
Cipanas
Masy Lingkungan Masy Lingkungan Masy petani
2014
87.000.000
Cibarengkok Leles
Masy Petani Masy Desa
2014 2013
189.000.000 30.000.000
Cikaung
Masy Desa
2013
120.000.000
Cikaung
Masy Desa
2013
450.000.000
Tari Kolot
Masy Desa
2013
20.000.000
Cihaseum
Masy Petani
2013
10.000.000
APBD dan Swadaya APBD san APBDES APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya PNPM APBD dan Swadya APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya APBD
Cihaseum
104
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Telford Jl. Ke Legon Pari Rehab Goronggorong Telford Jl. Lingkungan Rabat Beton Jl. Lingkungan Telford Jl. Lingkungan Pembangunan sekretariat RT/RW Penataan Objek Wisata Goa Langir Penataan Objek Wisata Goa Lalay Penataan Objek Wisata Ziarah Penataan Wisata Ciantir-Tj. Layar Pembangunan jembatan Permanen Penataan Lapangan Olah Raga Pembangunan Gedung serba guna
Leles
Masy Petani
2013
25.000.000
Cibarengkok
Masy.Lingku ngan Masy.Lindku ngan Masy.Lingku ngan
2013
12.500.000
2014
10.000.000
2014
35.000.000
May.Petani
2014
25.000.000
Menyebar
Pewlayanan Masyarakat
2013-2016
60.000.000
APBDEs dan Swadaya
Cihaeum
Wisatawan dan Masy Desa
2014
75.000.000
APBD dan Swadaya
Cipanas
Petani dan Wisatawan
2013
25.000.000
APBD dan Swadaya
Cihaseum
Masy.Desa
2015
36.000.000
APBD
2013
95.000.000
APBD
2013
960.000.000
APBD I
Masy Desa
2013
30.000.000
APBD dan swadaya
Msy. Desa
2015
97.000.000
APBD dan APBDES
Kp.Baru Cibeascisujen Sangkocibarengkok
Cikaung Pantai Ciantir Gempol dan Cibeas Gempol
Masy. Desa dan Wisatawan Masy. Desa dan Wisatawan
APBD dan Swadaya APBD dan APBDES APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya
(Sumber : RPJMDes Desa Sawarna Tahun 2013-2016) Pengelolaan pariwisata Desa Sawarna seutuhnya dipegang langusng oleh Pengelola Desa Sawarna yaitu Kepala Desa dan aparaturnya dengan dibantu oleh Pemerintah Daerah untuk mengembangkan pariwisata Desa Sawarna. Tidak ada pihak swasta yang ikut terlibat dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata di Desa Sawarna. Hal terebut menjadi kekuatan bagi Desa Sawarna karena dapat mengelola dan memanfaatkan pengembangan pariwisata dengan baik dan leluasa tanpa adanya campur tangan pihak swasta.
105
Dana pembangunan Desa Sawarna berasal dari dana APBD Provinsi, APBD Kabupaten, APBD Desa dan swadaya masyarakat dengan tujuan membangun Desa Sawarna baik dalam bidang Sarana dan Prasarana, Pendidikan, Kesehatan, maupun Sosial dan Budaya. Pembangunan desa dilakukan dengan melihat prioritas yang dibutuhkan untuk masyarakat desa dan pengembangan pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. 4.3.2 Weaknesses (Kelemahan) Kelemahan merupakan kondisi kekurangan yang terdapat didalam organisasi. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi. Kelemahan Desa Sawarna dilihat dari kekurangan yang ada dalam Pengelolaan dan Pengembangan Desa Sawarna yang dapat menghambat pengembangan pariwisata. Pengadaan sarana dan prasarana di obyek wisata merupakan kegiatan Dinas pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak yang tertuang dalam Rencana Strategi (Renstra) tahun 2014-2018. Dalam pelaksanaannya belum optimal yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengadaan sarana dan parasarana di obyek tujuan daerah wisata. Seperti yang disampaikan oleh
sebagai berikut :
“Bantuan pengadaan sarana dan prasarana yang didapat disini dari Dinas Lebak belum maksimal kalau kata saya. Wc umum gratis belum ada, tempat sampah juga cuman ada di beberapa titik doang. Bantuan yang ada baru ada homestay yang katanya lagi masa pembangunan terus juga tempat pemantau penjaga pantai yang bisa ade liat di pinggir pantai. Kalau bantuan sarana dan prasarana disini juga didapat dari Provinsi terus juga ada dari swadaya masyarakat sekalian masyarakat juga berjualan disana. Kalau kondisi jalan menuju tempat wisata Alhamdulillah udah rapi
106
dan bagus jalannya.” (wawancara di rumah pribadi pak Sekertaris Desa, tanggal 15 September 2015 pukul 22.30 WIB) Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa kurangnya pengadaan
sarana dan prasarana penunjang wisata Sawarna. Sarana dan prasarana pengunjang wisata Sawarna yang kurang diantaranya adalah tidak adanya WC umum gratis untuk pengunjung, lahan parkir yang kurang, tidak adanya Musolah, dan tempat sampah yang minim disekitar lokasi wisata. Selanjutnya pendapat yang disampaikan dari
adalah sebagai berikut :
“Untuk pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan rencana Strategi tahun 2014-2018 kita adain pemberian homestay untuk kawasan wisata sawarna, pos pengawas pantai bagedur dan sawarna, ada juga pengadaan tempat sampah. Kita si belom bisa ngasih pembangunan sarana di obyek wisata yang ada di Lebak dengan maksimal balik lagi dana anggaran yang dikit yang kita punya.” (wawancara di Ruangan Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 1 September 2015 pukul 11.20 WIB) Berdasarkan hasil wawancara dengan
, Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak belum maksimal dalam pengadaan sarana dan parasarana untuk daerah obyek wisata ataupun desa wisata dikarenakan anggaran dana yang terbatas. Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti penambahan sarana jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan senitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan dinikmati wisatawan.
107
Promosi pariwisata menjadi langkah utama keberhasilan suatu obyek wisata yang ada di suatu daerah. Promosi yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak menjadi program prioritas yang saat ini dilakukan dalam pengembangan pariwisata di Lebak. Seperti yang disampaikan oleh
yang menyatakan sebagai berikut :
“Sekarang kita lagi gentar untuk melakukan promosi pariwisata Lebak soalnya salah satu cara pariwisata tetap berkembanga ya dengan terus melakukan promosi. Promosi yang dilakukan kita itu dengan melakukan pameran di tingkat Provinsi atau Nasional kaya acara MTQ di tingkat Provinsi tanggal 13 maret 2015, pameran di JCC tingkat Nasional tanggal 14-17 maret 2015, dan pameran di ITEC Bandung tanggal 20-23 September 2015. Kita juga ada pemilihan Seja Adinda buat mewakili Lebak untuk promosiin pariwisata atau kebudayaan disini. Ohiya kita juga promosi lewat website buat yang pengen tau tentang apa aja si yang ada di Lebak, obyek apa aja yang bisa didatengin nah tinggal online juga bisa, tapi yang ngelola website parwisata di Lebak bukan kita soalnya kita masih kurang orang yang berkemampuan mengelola IT. Kalau buat kawasan wisata Sawarna itu juga kita terus promosiin apalagi sekarang emang lagi buming yah banyak wisatwan yang pada pengen berkunjung kesana. Ya kita promosiin sawarna juga sama kaya tempat wisata lainnya.” (wawancara di Ruangan Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 1 September 2015 pukul 11.20 WIB) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
, promosi yang
dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata di Kabupaten Lebak yaitu dengan cara mengikuti pameran di tingkat Provinsi atau Nasional, Pemilihan Seja Adinda yang mempromosikan kekayaan kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Lebak keliling Nusantara. Promosi yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam fokus mengembangkan pariwisata Sawarna masih kurang. Tidak adanya promosi pada media elteronik seperti via website resmi
108
yang dikelola Pemerintah Daerah dan juga pengelola Desa Sawarna menjadi kelemahan Desa Sawarna pada sistem pemasaran melalui promosi. Promosi Desa Wisata Sawarna melalui media eletronik dikelola langsung oleh pengelola Desa Sawarna, tetapi ketidakmampuan Pengelola Desa menjadikan promosi tidak berjalan dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh
yang
menyaakan sebagai berikut : “Untuk promosi pariwisata di Sawarna ya kita lewat acara-acara yang biasanya di undang oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat, terus juga ada lewat website walaupun masih standar soalnya dikita belum banyak ngerti gimana cara menggunakan media eletronik. Ohiya tapi ade juga bisa lihat sendiri kalo buka di internet klikaja kata Sawarna pasti banyak yang muncul soalnya kaya wisatawan yang datang berkunjung mereka suka banyak bikin tulisan gitu di internet tentang perjalanannya ke Sawarna dan ada apa aja tempat wisata di Sawarna yang wajib di kunjungin.” (wawancara di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35). Berdasarakan hasil wawancara dengan dilakukan
pengelola
Desa
Sawarna
terkait
, bahwa promosi yang pengembangan
pariwisata
diwilayahnya yaitu dengan cara mengikuti undangan acara kepariwisataan yang daiadakan Pemerintah Daerah ataupun Pemerintah Pusat, tetapi masih terdapat kendala pada promosi melalui media eletronik karena keterbatasan kemampuan sumber daya manusianya. Pengelola pariwisata langsung adalah masyarakat yang tinggal di obyek wisata yang bertugas sebagai pelaksana perkembangan pariwisata yang ada didaerahnya dengan berpedoman pada kebijakan yang dibuat pemerintah daerah. Koordinasi antar/lintas instansi yang optimal membuat pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan efektif. Permasalahan yang dihadapi adalah belum
109
optimalnya koordinasi antar Pemerintah Daerah dengan pengelola pariwisata. Seperti yang disampaikan oleh
sebagai Kepala Desa Sawarna adalah sebagai
berikut : “Dinas Pariwisata Lebak sih jarang kesini, yang sering biasanya dari provinsi. Buat pembangunan Desa Wisata Sawarna ini kita masih kurang koordinasi sama Dinas Pariwisata Lebak. Kaya buat program pembangunan jalan yg ke pasir putih gitu aja Dinas Pariwisata Lebak engga banyak terlibat.Tapi kita setiap tiga bulan sekali melaporin kunjungan wisatawan yang datang dan mengasih retribusi pengunjung yang dateng ke obyek wisata yang ada disini setiap bulannya.” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35). Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa koordinasi yang
dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dengan pengelola Desa Wisata Sawarna belum optimal. Hal ini yang menjadi kelemahan bagi pelaksanakan pengembangan pariwisata. Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait dengan pengembangan pariwisata dan usulan penetapan forum komunikasi obyek wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antara masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia usaha/swasta. Instansi terkait khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu lebih mengintensifkan pembinaan secara berskala setiap bulan sekali dan memfasilitasi pertemuan bagi forum komunikasi desa wisata agar benar-benar dapat memberikan manfaat dalam rangka koordinasi bersama dan ajang berbagi pengalaman dari masing-masiang desa wisatanya. Pengembangan pariwisata tidak lepas dari orang-orang yang terlibat sebagai pengelola wisata baik yang berasal dari masyarakat lokal atau aparatur
110
daerah. Salah satu mengembangkan pariwisata yang ada di daerah ialah dengan memberikan pembinaan langsung dan pelatihan ketrampilan bagi masyarakat lokal yang terlibat kedalam pengembangan pariwisata. Pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak belum melaksanakan pembinaan dan pelatihan bagi pegawainya ataupun pengelola wisata dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh
, adalah sebagai berikut :
“Kalau pembinaan kita pernah ada dari Dinas Pariwisata Lebak, tapi cuman sekali dalam setahun itu juga bahkan setahun kita engga ada kegiatan dari Dinas Pariwisata Lebak. Nah malahan kita lebih sering pembinaannya dapat dari Provinsi, kaya pembinaan pengelolaan pariwisata gitu terus juga yang ini bisa jadi desa wisata terbaik sebenernya lebih diurus sama Provinsi, kalau dari Dinas Lebak mah cuman sesekali aja gitu. Dinas Pariwisata Lebak pernah ngadain pelatihan kuliner lagi itu di rangkas dan ada perwakilan kita yang ikut terus juga kemarin baru-baru ini ada pelatihan keamanan pantai.Tapi kalo menurut saya masih kurang pembinaan dan pelatihan yang diberikan Dinas Pariwisata Lebak, jadi kita disini mencoba memaksimalkan masyarakat yang pernah ikut pembinaan gitu buat ngebantu masyarakat lain yang kurang paham tentang pariwisata. Menurut saya perlu banget adain pelatihan ketrampilan gitu di masyarakat sini soalnya kan kalo di lihat konep desa wisata itu masyarakat lokal bisa ngejual keunikan dari desanya, langkahnya itu ngebangun ketrampilan masyarakat sini supaya bisa bikin kerajinan atau kuliner Sawarna supaya bisa jadi daya tarik sendiri buat wisatawan yang datang.” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35). Berdasarkan hasil wawancara dengan
menyatakan bahwa kurangnya
pembinaan dan pelatihan yang didapatkan pengelola Wisata Sawarna dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Pembinaan dan pelatihan lebih banyak didapatkan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten. Perlunya pembinaan yang didapatkan pengelola pariwisata agar pengelola pariwisata di lapangan dapat membantu mengembangkan desa wisata dengan
111
baik, selanjutnya pelatihan ketrampilan untuk masyarakat lokal diharapkan masyarakat lokal dapat merasakan dampak positif dari pembangunan pariwisata di
daerahnya
sehingga
bisa
merasakan
manfaatnya
bersama
dan
menyejahterahkan kehidupan mereka. Pembinaan dan pelatihan yang belum optimal dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak disebabkan minimnya anggaran. Seperti yang disampaikan oleh
yang menyatakan sebagai berikut :
“Cara kita ngembangin desa wisata di Sawarna dengan ngasih pembinaan buat orang desanya yang terlibat dalam mengelola desa wisata, terus juga ngadain pelatihan kaya pelatihan kuliner yang beberapa bulan lalu yang kita adain disini di rangkas buat perwakilan pengelola pariwisata yang ada di obyek wisata tersebut. Kendala kita sekarang kita engga bisa ngadain pelatihan secara berskala soalnya dana kita yang hanya sedikit. Jadi palingan yang ngadain pelatihan gitu ya dibantu dari Provinsi. Kalo pelatihan buat pegawai yang ada disini biasanya kita ikut pelatihan yang diadain provinsi, jarang kita ngadain pelatihan sendiri buat pegawai yang ada disini ya itu tadi karena terbenturnya dana”. (wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB) Berdasarkan hasil wawancara dengan
, bahwa Dinas Pemuda Olahraga
dan Pariwisata belum optimal dalam pemberian pembinaan dan pelatihan bagi pengelola pariwisata yang ada di obyek wisata ataupun pengelola wisata Sawarna dan juga belum optimal dalam pemberian pelatihan ketrampilan bagi masyarakat lokal yang berada di sekitar obyek wisata. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata juga belum mampu memberikan pelatihan untuk pengembangan kemampuan pegawai dikarenakan minimnya anggaran. Pelatihan yang didapatkan pegawai hanya berasal dari Pusat ataupun Provinsi.
112
Desa Sawarna memiliki kerajinan dan kuliner asli dari masyarakat setempat yang dapat dikembangkan dan dapat dijadikan buah tangan untuk wisatawan yang berkunjung, tetapi sayangnya di Desa Sawarna ini belum ada tempat untuk masayarakat lokal memasarkan hasil karya kerajinan dan kuliner asli mereka. Seperti yang disampaikan
sebagai berikut :
“Kita disini memproduksi pisang sale doang, pisang sale ini makanan khas sini, kita udah pernah pamerkan di tingkat provinsi. Kita engga ngejual di deket pantai soalnya belum ada tempat, kalau ada kita pengen banget malahan, biar wisatawan yang datang ke Sawarna tahu kalau ada makanan khas sini dan bisa jadi oleh-oleh buat mereka. Kita memproduksi kalau ada pemesanan dan pengiriman barang aja ke kota. Saya sih kurang tahu kenapa belum ada tempat yang dijadiin sebagai pusat oleholeh disini. Padahal kalau ada tempat pusat oleh-oleh disini kan bisa nambah perekonomian warga sini kaya yang tadinya diem aja di rumah bisa ikut kerja buat ngebantuin memproduksi soalnya kan pasti dibutuhin pisang yang banyak, apalagi kalau liburan panjang rame pengunjung wisata yang datang”. (Wawancara dirumah produksi pisang sale di Kp. Cibeas, tanggal 16 September 2015 pukul 08.40 WIB) Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa masyarakat lokal belum
mendapatkan kesempatan untuk menjualkan hasil produksinya sebagai kuliner khas Desa Sawarna ke wisatawan yang berkunjung ke Sawarna. Masyarakat sangat berharap untuk adanya tempat penjualan hasil karya masyarakat Desa Sawarna sebagai oleh-oleh untuk wisatawan. Belum tersedianya fasilitas pemasaran hasil karya Desa Sawarna yang berupa kerajinan dan kuliner menjadi suatu ancaman dalam mengembangkan Desa Wisata Sawarna untuk memberdayakan masyarakat lokal. Tanggapan yang disampaikan
adalah sebagai berikut : “Untuk saat ini kita memang belum ada tempat untuk berjualan kerajinan dan kuliner Khas Sawarna kaya ukiran kayu, gitar,
113
pisang sale, dan lainnya. Tapi kalo ade ke pantai juga udah bisa beli oleh-oleh ada yang jual pakaian yang tulisan Sawarna disana. Bener sih emang harus ada kaya oleh-oleh yang berasal dari warga sini juga biar bisa nambah penghasilan mereka, soalnya kalo yang jual pakaian di pantai itu bukan produksi dari kita tapi dari Bandung.”(Wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35) Berdasarkan hasil wawancara
bahwa untuk saat ini belum ada fasilitas
penunjang hasil karya masyarakat asli Desa Sawarna dalam memasarkan hasil karya mereka, yang saat ini dapat dilihat di lokasi obyek wisata adalah berasal dari pihak swasta atau bukan produksi masyarakat Desa Sawarna. Pendapat yang sama disampaikan
adalah sebagai berikut :
“Rencana kita akan buka galeri di depan sini, karena ini kan didepan jalan ya semoga saja ramai pembeli. Sebetulnya saya juga sangat sayangin engga ada tempat buat orang kita memasarkan hasil karya tangan sendiri, padahalkan punya nilai jual sendiri pastinya di mata wisatawan.Disini itu ada tempat pembuatan gitar yang udah terkenal kemana-mana, tapi sayangnya emang disini itu SDM nya belum pada siap untuk ngembangin usahanya di bidang pariwisata, jadi butuh kerja sama dan pembangunan ketrampilan masyarakat sini agar sadar wisata.” (wawancara di Rumah Ketua LPM Desa Sawarna Kp. Cibeas RT01/RW01, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 13.40) Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) Desa Sawarna berencana untuk membangun fasilitas pemasaran produk asli masyarakat Desa Sawarna, dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan masyarakat dapat terberdaya melalui pengembangan pariwisata secara bersama.
114
4.3.3
Opportunities Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa yang akan
datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, adalah SKPD yang baru dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2007, yang dikepalai seorang Kepala Dinas yang bertanggungjawab kepada Bupati dan pelaksana kebijakan pemerintah Kabupaten Lebak dibidang Kepemudaan Keolahragaan Kebudayaan dan Kepariwisataan. Sebagai Lembaga teknis yang mengemban tugas dalam meningkatkan kualitas kepemudaan keolahragaan kebudayaan dan kepariwisataan serta kehidupan masyarakat yang beriman, bertaqwa dan berbudaya untuk mewujudkan daya saing investasi berbasis sumber daya menuju keunggulan yang kompetitif dengan memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, industri dan pelayanan masyarakat. Melalui penataan dan pengembangan pariwisata di dalam upaya meningkatkan sekaligus menciptakan rasa aman bagi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara berkunjung ke objek – objek wisata, alam, pantai dan wisata budaya di Kabupaten Lebak.Pariwisata Kabupaten Lebak secara terus menerus melaksanakan pengembangan dan
menggalian potensi wisata
dengan pengembangan destinasi objek wisata merupakan langkah–langkah yang ditempuh, agar dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah sehingga kelangsungan pembangunan dibidang kepariwisataan terus berjalan sesuai dengan
115
tuntutan pembangunan daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi obyek wisata di Kabupaten Lebak terdiri dari obyek wisata bahari, obyek wisata budaya, obyek wisata air panas, obyek wisata air terjun, obyek wisata sejarah, obyek wisata minat khusus, dan obyek wisata buatan, selain itu juga ada potensi Obyek Wisata Batu Nasional. Potensi obyek wisata Kabupaten Lebak antara lain sebagai berikut : 1. Potensi Obyek Wisata Pantai, meliputi: a. Karang Nengah Binuangeun Wanasalam b. Tanjung Panto Binuangeun Wanasalam c. Bagedur Sukamanah Malimping d. Talanca Cilangkahan Malimping e. Cihara Panggarangan f. Cimandiri Panggarangan g. Cibobos Karang Songsong h. Pelabuhan lelang Bayah Panggarangan i. Karang Taraje Bayah j. Pulo Manuk Bayah k. Ciantir Sawarna Bayah 2. Potensi Obyek Wisata Budaya, meliputi: a. Budaya Baduy Leuwidamar b. Budaya Kaolotan Cisungsang Cibeber c. Budaya Kaolotan Citorek Cibeber
116
d. Budaya Kaolotan Cibedug Cibeber e. Budaya Kaolotan Ciherang Cibeber f. Budaya Kaolotan Ciusul Cibeber g. Budaya Kaolotan Cisitu Cibeber h. Budaya Kaolotan Cisitu Cibeber i. Budaya Kaolotan Guradog Sajira 3. Potensi Obyek Wisata Air Panas, meliputi : a. Air Panas Cipanas b. Air Panas Citando Senang Hati Malimping c. Air Panas Cikawah Sobang 4. Potensi Obyek Wisata Curug/Air Terjun, meliputi : a. Kanteh Cikatomas Cilograng b. Sata Cimanyangray Gunung Kencana c. Sukadaya Cikulur d. Parigi Bojong Manik e. Kebo Boalang Malimping f. Indihiyang Warung Gunung g. Ciarnisah Citorek Cibeber h. Ciarnisah Citorek Cibeber i. Cibangkit Sobang j. Cikeris Cipanas 5. Potensi Obyek Wisata Sejarah, meliputi : a. Situs Sibedug Cibeber b. Situs Kosala Cipanas
117
c. Musium Multatuli Rangkasbitung 6. Potensi Obyek Wisata Minat Khusus, meliputi : a. Goa-goa alam ± 20 buah tersebar b. Ekowisata/Geologi bekas Aneka Tambang Cikotok Cibeber c. Arung Jeram Ciberang Desa Banjar Irigasi kec. Lebak Gedong d. Berburu babi di Gunung Gede dan sekitarnya Panggarangan 7. Potensi Obyek Wisata Buatan, meliputi : a. Ranca Lentah Indah Rangkasbitung b. Situ Palayangan Cimarga c. Kolam Renang Jujuluk Rangkasbitung d. Kolam Renang Tirta Sari Komplek Pendidikan Rangkasbitung e. Kolam Renang Bay Pas Rangkasbitung f. Bendungan Cijoro Rangkasbitung Banyaknya potensi obyek wisata yang ada di Kabupaten lebak menjadi sebuah peluang yang besar untuk Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam mengembangkan pariwisata di daerahnya. Desa wisata menjadi sebuah peluang besar bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar obyek wisata untuk merasakan manfaatnya melalui pemberdayaan masyarakat sekitar dibidang usaha pariwisata. Sawarna merupakan obyek wisata berskala Nasional, Sawarna mampu bersaing dengan obyek wisata di Indonesia dengan menampilkan keindahahan dan potensi alamnya yang baik. Keunggulan dari Sawarna adalah memiliki wisata bahari yang sangat eksotis yang tidak kalah indah dengan Bali, wisata bahari Sawarna terdiri dari keindahan pantai pasir putih yang masih asri dan memberikan
118
suasana yang sangat tenang dan nyaman karena tidak teralalu banyak wisatawan yang berkunjung kesini, selanjutnya keindahan wisata baharinya dapat dilihat dari karang-karang besar yang ada di pinggir pantai yang terbentuk sangat indah dan disambut dengan ombak besar, serta ombak besar yang ada di Sawarna juga biasa dimanfaatkan oleh wisatawan mancanegara untuk berolahraga air yaitu selancar (surfing). Desa Sawarna merupakan Desa Wisata yang ada di Kabupaten Lebak, Desa Sawarna disebut sebagai Desa Wisata dikarenakan Desa Sawarna menjadi salah satu penerima bantuan PNPM Mandiri Pariwisata pada tahun 2014 dari Kementrian Pariwisisata. Desa Sawarna mendapatkan penghargaan Desa Wisata terbaik ke-7 se-Nasional, Desa Sawarna mampu bersaing dengan desa wisata lainnya di Indonesia yang lebih dulu maju dan berkembang. Hal tersebut menjadi peluang yang sangat besar bagi pengembangan Desa Wisata Sawarna. Seperti yang disampaikan oleh
sebagai Kepala Desa Sawarna dan juga Pengelola
Wisata Desa Sawarna, menyatakan sebagai berikut : “Alhamdulillah Desa Sawarna dapat peringkat ke-7 Desa Wisata terbaik se-Nasional, bisa dilihat penghargaannya ada di ruangan staff desa kita pajang disana.Penilaian yang dilalui kita itu cukup panjang sampe bisa dapat peringkat Ke-7 se-Nasional. Penilaiannya itu dari peninjauan langsung tim juri yang berasal dari Bali Jogja, Uji kelayakan desa, system pengelolaan desa wisata, kebijakan desa wisata, potensi wisata desa, kebersihan dan kemanan. Kita ngelaporin Desa Wisata Sawarna pure apa adanya dengan kondisi yang ada mungkin itu yang jadi nilai positif dewan juri. Kita kan disini juga ada kelompok masyarakat yang jadi penunjang desa wisata kaya ada kelompok kesenian, kerajinan, kuliner, dan homestay yang semua berasal dari warga asli sini semua”. (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).
119
Berdasarkan hasil wawancara dengan
, Desa Sawarna dapat menjadi
Desa Wisata terbaik se-Nasional dengan peringkat ke-7 karena laporan pengelola desa yang apa adanya sesuai dengan kondisi desa yang ada. Desa Sawarna merupakan Desa yang baru mengembangkan pariwisata sebagai potensi utama mereka pada tahun 2011. Obyek wisata yang berlimpah di Desa Sawarna menjadi peluang Desa Sawarna untuk menggali pariwisata yang ada disana. Seperti yang disampaikan oleh
sebagai berikut : “Sekarang Desa Sawarna lagi berkembang di bidang pariwisatanya, bukan cuman dari wisata baharinya tapi juga dari wisata alamnya yang ada banyak goa, terus juga ada wisata sejarahnya, dan ada juga kerajinan dan kuliner khas Desa Sawarna sebagai daya tarik wisata. Kita sangat mendukung dengan kemajuan Sawarna saat ini, apalagi kemarin baru aja Sawarna dinilai jadi Desa Wisata Terbaik se-Nasional, yang pasti itu jadi nilai positif banget buat kami untuk terus mempromosikan pariwisata yang ada di Lebak ini.” (wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB) Bedasarkan hasil wawancara dengan
, Perkembangan pariwisata Desa
Sawarna saat ini sangat baik dan menghasilkan kemajuan. Kemajuan Desa Wisata Sawarna ini sangat memberikan dampak positif bagi Kabupaten Lebak yaitu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Setiap sebulan sekali Desa Sawarna melaporakan kunjungan wisatawan yang datang dan memberikan retribusi parkir di lokasi obyek wisata. Seperti yang disampaikan oleh
, yang
menyatakan sebagai berikut : “Setiap sebulan sekali kita melaporkan jumlah wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke lokasi wisata di Desa Sawarna.Kita juga menarik uang retribusi untuk pengunjung yang
120
datang sebesar Rp 5.000.Uang retribusi nanti yang kami tarik dari wisatawan itu buat Pemerintah Daerah sebesar Rp2.500 dan sisanya buat pembangunan kesejahteraan warga Sawarna.Uang yang kita kasih ke Pemerintah Daerah itu untuk peningkatan PAD yang nantinya juga kembali lagi untuk masyarakat. (wawancara di rumah pribadi pak Sekertaris Desa, tanggal 15 September 2015 pukul 22.30 WIB) Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa Desa Sawarna memiliki
kesempatan untuk meningkatkan PAD di Kabupaten Lebak melalui potensi pariwisata yang nantinya untuk pembangunan daerah. Berdasrkan wawancara yang dilakukan dengan
adalah sebagai berikut :
“Laporan kunjungan wisatawan yang datang ke Sawarna setiap bulannya itu untuk meningkatkan PAD yang nantinya buat pembangunan daerah juga.Dinas hanya mengambil Rp 2.500 saja dari harga tiket masukyang dijual di kawasan Sawarna, karena itu udah ada kebijakan dalam Perda.” (wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB) Berdasarkan hasil wawancara
bahwa laporan kunjungan wisatawan
yang datang ke obyek wisata di Desa Sawarna setiap bulannya itu untuk peningkatan PAD Kabupaten lebak. Seperti yang tertera pada Perdfa No 8 taun 2010 yang menyatakan hanya menarik retribusi sebesar Rp 2.500 untuk diserahkan ke Pemerintah Daerah. Peraturan harga tiket kunjungan wisata sepenuhnya diatur oleh pengelola wisata di Desa Sawarna. Pengembangan wisata Sawarna merupakan bagian dari penyelenggaraan pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan, yang membutuhkan kerjasama dengan berbagai komponen penyelenggaraan pariwisata yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat tersebut adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-rumah penduduk
121
(homestay), penyediaan kebutuhan konsumsi wisatawan, penyediaan transportasi lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain. Desa Sawarna selain memberikan potensi wisata alamnya yang sangat mempesona, juga memberikan karya dari masyarakat lokalnya seperti adanya kesenian, kerajinan, dan kuliner. Desa Sawarna juga mengembangkan budaya dan kesenian yang ada untuk menarik minat wisatawan agar
Sawarna mampu
berdaya saing dengan pariwisata lainnya. Seperti yang disampaikan
adalah
sebagai berikut : “Pariwisata Desa Sawarna bukan cuman dari obyek wisata alamya aja disini, tapi juga ada wisata budayanya, kerajinan asli orang sini itu ada ukiran kayu buat pajangan terus juga pembuat gitar yang udah terkenal dimana-mana, kuliner asli sini juga ada kaya pisang sale ada itu yang bikin orang sini, terus juga ada wisata sejarahnya makam mbah Sawarna. Kemarin 17 Agustus kalo ade kesini kita ada acara kesenian dan budaya disini kaya ada dongdang dari setiap kampung, ada juga tari langseran, terus juga ada kreasi baju adat. Banyak banget warga sini yang ikut terlibat, saya harapkan juga kesenian disini semakin berkembang buat narik minat wisatawan.” (wawancara di Rumah Ketua Pokdarwis Kp. Cibeas, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 14.30) Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa Desa Sawarna juga
memiliki kekayaan budaya, sejarah, kerajinan, dan kuliner yang didalamnya banyak masyarakat yang terlibat untuk mengembangkan dan melestarikannya. Masyarakat Desa Sawarna kini terberdaya dengan adanya pengembangan pariwisata. Masyarakat yang memiliki usaha pendukung pariwisata mendapatkan bantuan berupa pelatihan-pelatihan ketrampilan dan pengadaan fasilitas pendukung kegiatannya. Dengan adanya bantuan yang diberikan Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah diharapkan kesejahteraan masyarakat meningkat dan adanya pemeratan ekonomi.
122
Pengembangan Wisata Sawarna sangat memberikan manfaat untuk masyarakat Desa Sawarna, seperti yang disampaikan
adalah sebagai berikut :
“Perkembangan pariwisata di Sawarna tentu memberikan banyak manfaat buat warga sini kaya warung nasi jadi laku, homestay penuh, rumah penduduk jadi penginapan, banyak yang nyari nafkah jadi tukang ojek, jadi guide, terus juga manfaat lainnya adanya pendapatan yang rata untuk masyarakat, memberikan motivasi pendidikan, juga ningkatin budaya sendiri seni budaya daerah kaya pencak silat, debus, angklung, qasidah. Ya dampak positifnya itu banyak kaya kesadaran masyarakat tentang kebersihan dan keamanan jadi tinggi, terus juga ningkatin kesejahteraan masyarakat kaya pembangunan rumah, mereka pada punya WC sendiri, terus juga angka putus sekolah berkurang, tapi ya namanya pembangunan mah pasti ada positif dan negatifnya. Dampak negatifnya itu budaya luar jadi mempengaruhi budaya sini, tapi untungnya wisatawan rata-rata masih bisa hormati budaya sini, terus juga anak-anak karena udah kenal uang mereka jadi males buat sekolah.” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35) Pernyataan selanjutnya juga disampaikan
, sebagai berikut :
“Banyak warga sini yang nyari nafkah lewat pariwisata yang berkembang sekarang kaya banyak yang buka warung makan, buka penginapan di sekitar obyek wisata, terus juga banyak yang jadi ojek buat nganterin wisatawan ke tempat wisata yang ingin dikunjungin. Sekrang mah masyarkat udah pada pinter buat nyari uangnya lewat wisatawan yang berkunjung”. (Wawancara di rumah pribadi pak Sekertaris Desa, tanggal 15 September 2015 pukul 22.30 WIB) Manfaat pengembangan pariwisata di Desa Sawarna bagi masyarakat desa adalah usaha kegiatan pariwisata masyarakat lokal meningkat seperti warung nasi yang ada di sekitar obyek wisata meningkat pendapatannya, homestay jadi penuh karena banyaknya wisatawan yang berkunjung bahkan wargapun banyak yang menjadikan rumahnya sebagai tempat penginapan wisatawan seperti konsep desa wisata yaitu masyarakat lokal sebagai subyek bagi wisata dengan memberikan pelayanan bagi wisatawan, manfaat selanjutnya adanya pemerataan yang rata
123
untuk masyarakat jadi masyarakat miskin yang ada disini yang tidak memiliki usaha di bidang pariwisata juga merasakan manfaatnya lewat dana retribusi wisata yang nantinya di kelola oleh desa untuk diberikan kepada masyarakat Desa Sawarna, serta manfaat selanjutnya ialah memberikan motivasi yang tinggi bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai pariwisata. 4.3.4
Threats Threats Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi itu sendiri.Kondisi yang terjadi merupakan ancaman dari luar organisasi itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengembangan pariwisata juga memiliki hambatan dari eksternal atau luar organisasi, akibatnya banyak kegiatan yang tidak berjalan efektif dikarenakan faktor eksternal. Seperti yang disampaikan
yang menyatakan sebagai berikut
: “Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan disini itu karena kebijakan yang berubah-ubah jadi pelaksanaan kegiatan engga bisa berjalan baik gitu. Jadinya suka ada program kerja yang engga berkelanjutan gitu, kalo kaya misalnya ada program pelatihan setiap tahunnya karena minimnya anggaran makanya kebijakannya diubah terus jadinya engga setiap tahun pelatihan diadain, padahal kan pelatihan itu penting buat ningkatin kinerja pegawai disini. Terus juga ada beberapa program pengembangan pariwisata yang engga berkelanjutan, kaya ditahun sekarang kita belum bisa nambah desa menjadi desa wisata yang ada di Lebak.”. (Wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB)
124
Berdasarkan hasil wawancara
bahwa kebijakan yang berubah-ubah
menjadi suatu ancaman untuk pelaksanaan kegiatan, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak berjalan dengan efektif. Program kegiatan yang tidak berkelanjutan juga menjadi suatu ancaman bagi pengembangan pariwisata sehingga pengelola harus memanfaatkan dana yang ada kemarin untuk pengembangannya ditahun sekarang ini agar terus maju dan tidak mengandalkan pemerintah daerah. Seperti yang disampaikan
adalah sebagai berikut :
“Ancaman yang sekarang kita hadapin adalah daya dukung program pemerintah yang tidak berkelanjutan, kaya dana PNPM Mandiri Pariwisata kan yang dikhususinbuat pembangunan desa wisata sekarang udah engga dapat lagi jadi desa sendiri yang perlu kerja keras buat mempertahanin pariwisata dan mengembanginnya, tapi buat ngembanginnya kita juga masih didukung sama pemerintah daerah ko. Pemerintah daerah tidak melepas tangan saja.” (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35) Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa ancaman dalam
pengembangan Desa Sawarna saat ini adalah daya dukung program pemerintah yang tidak berkelanjutan. Hal tersebut membuat pengelola Desa Sawarna bersikap mandiri dan bekerja keras untuk mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna.Daya dukung program pemerintah yang sudah tidak berkelanjutan lagi seperti bantuan dari Kementrian Pariwisata melalui PNPM Mandiri Pariwisata. Pengembangan pariwisata di Desa sawarna sekarang jadi tanggung jawab bersama yaitu masyarakat Desa Sawarna, Kepala Desa Sawarna, dan Pemerintah Daerah. Kendala yang dihadapin dalam pengembangan pariwisata juga ialah masayarakat Desa Sawarna yang belum siap dalam pembangunan pariwisata. Kemampuan masyarakat yang terbatas tentang pengelolaan pariwisata Desa
125
Sawarna mejadikan kesulitan tersendiri bagi Pemerintah Daerah atau Pengelola Desa Sawarna dalam memberdayakan masyarakat Desa Sawarna, dari sekian banyak masyarakat yang memanfaatkan pariwisata Desa Sawarna sebagai peningkatan perekonomian mereka juga banyak yang belum merasakan manfaatnya karena mereka yang belum memiliki kemampuan dan kesiapan dalam pembangunan Desa Wisata Sawarna. Seperti yang disampaikan
adalah sebagai berikut :
“Masyarakat sini sagat mendukung dengan pembangunan pariwisata, tapi masih ada beberapa orang yang belum siap dalam pembangunan pariwisata. Ini disebabkan mereka yang tidak memiliki kemampuan di bidang pariwisata dan lebih memilih bekerja sebagai petani dari pada di bidang pariwisata. Kaya pengrajin gitar disini mereka hanya menjual gitarnya keluar kota saja, engga manfaatin wisatawan yang datang kesini, mereka juga berproduksi kalau ada pesanan aja karena terbatasnya modal.” (Wawancara di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 12.48 WIB) Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa masyarakat Desa
Sawarna masih ada yang belum siap dalam pembangunan pariwisata, karena keterbatasannya kemampuan mereka dan mereka lebih memilih mencari penghasilan
di
bidanglain
yang
lebih
menjanjikan
untuk
peningkatan
perekonomiannya. Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna selain memberikan dampak positif dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat sekitar juga terdapat dampak negatif yaitu dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung baik dari wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara dapat membawa budaya buruk yang dapat mempengaruhi masyarakat Desa Sawarna. Seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :
126
“Dampak negatif buat warga sini si itu budaya dari luar yang bisa mempengaruhi orang sini, apalagi buat para remaja-remaja kita. Engga sedikit wisatawan yang dateng kesini membawa perilaku buruk kaya minum-miuman, terus yang bule juga ada yang memakai bikini. Mungkin kalau di Bali atau di tempat wisata lainnya tidak ada yang melarang, tapi kalau disinikan warga kita tidak banyak yang terbiasa berkelakuan gitu jadi ya buat perhatian banget dan aneh, jadi kalo bisa saya harapkan wisatawan yang datang apat menghormati budaya kami disini dan jangan membawa dampak negatif, makanya kita kan adain satuan keamatan dan ketertiban di setiap titik lokasi wisata.” (Wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35) Seperti hasil wawancara dengan
bahwa budaya asing dari wisatawan
dapat mempengaruhi budaya masyarakat Desa Sawarna. Untuk meminimalisir dampak negatif tersebut pengelola desa membuat pos ketertiban dan keamanan di setiap lokasi obyek wisata, dengan adanya pos ketertiban dan keamanan juga dapat memberikan kenyamanan untuk wisatawan yang berkunjung. Salah satu kriteria pengembangan wilayah dalam pengembangan desa wisata adalah kemudahan aksesibilitas. Aksesibilitas menuju Desa Sawarna cukup sulit karena kontruksi jalan yang hancur dan sedang dalam perbaikan, serta angkutan umum yang jarang hingga lokasi obyek wisata yang ada di Desa Wisata. Seperti yang disampaikan
adalah sebagai berikut :
“saya kesini naek motor dari tangerang, kesan saya selama perjalanan menuju ke Sawarna cukup melelahkan ternyata, bukan cuman jaraknya saja yang jauh tapi juga kondisi jalan yang lagi ada perbaikan jadi debu dimana-mana dan kalo naek angkutan umum ke Sawarna juga kayanya sulit soalnya jarang angkutan umum yang lewat kesini, palingan juga ada angkutan umum yang banyak sampai bayah doang. Kalau udah jalan ke Sawarnanya mah sepi cuman ada kendaraan pribadi kalau ga kendaraan proyek yang saya banyak temuin.Buat jalan di sekitar obyek wisata sudah cukup rapi cuman saja perlu kemudahan akses untuk menuju kesana.” (wawancara di pantai pasir putih, tanggal 30 Agustus 2015 pukul 15.10 WIB)
127
Berdasarkan hasil wawancara dengan
bahwa kemudahan akses
angkutan umum menuju Desa Sawarna perlu di optimalkan lagi dan dibutuhkan keamanan di sekitar jalanan menuju Desa Sawarna karena kondisi desa yang relatif sepi. Desa Sawarna bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk terus melakukan perbaikan jalan menuju Desa Sawarna dan menuju lokasi obyek wisata Desa Sawarna, masyarakat juga dilibatkan untuk ikut kerja sama membangun akses jalan menuju lokasi obyek wisata. Pembangunan pabrik-pabrik besar menambahkan suatu ancaman dari pengembangan wisata di Sawarna seperti jalan menuju Desa Sawarna yang rusak dan berdebu. Hal tersebut dikarenakan adanya pembangunan pabrik-pabrik dan juga adanya pembangunan pelabuhan yang sekarang menjadi pengganggu bagi wisatawan dalam perjalanan menuju Desa Sawarna. Jalan menuju Sawarna kini semakin berubah, semakin banyak pihak swasta yang memanfaatkan lahan dan kekayaan di Bayah dengan merusak lingkungan sekitar lokasi tujuan wisata Sawarna. Meskipun kini Sawarna masih mampu bertahan dengan menahan pihak swasta untuk ikut terlibat dalam pembangunan pariwisata di Desa Sawarna. Tetapi akses jalan menuju Desa Sawarna kini sudah tercemari oleh polusi pabrik dari pihak swasta sehingga menjadi ancaman dalam pengembangan pariwisata Sawarna.
128
4.3.5 Analisis Faktor Internal Strengths (Kekuatan) 1. Potensi Alam yang Indah Desa Sawarna memiliki potensi alam yang sangat indah yaitu dapat dilihat dari wisata alamnya yang berupa pantai, goa, perbukitan, dan persawahan. Potensi alam yang indah menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan kota yang berkunjung untuk menikmati suasana yang berbeda dari perkotaan. 2. Lingkungan yang asri dan nyaman Desa Sawarna memiliki suasana yang asri dan nyaman sehingga menjadi kekuatan desa untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung. Pembangunan dan pengembangan pariwisata didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan. 3. Sikap masyarakat disekitar lokasi wisata yang ramah Masyarakat Desa Sawarna memiliki sikap yang ramah dengan wisatawan. Salah satu karakteristik pariwisata ialah memiliki sikap masyarakat yang ramah karena masyarakat lokal yang menerima dan melayani wisatawan yang datang berkunjung sehingga dapat membuat wisatawan nyaman datang untuk berwisata. 4. Partisipasi masyarakat yang tinggi Warga Desa Sawarna memanfaatkan pembangunan wisata yang ada disekitarnya dengan membangun usaha dan jasa disekitar lokasi obyek wisata Sawarna untuk meningkatkan perekonomian mereka. Partisipasi
129
masyarakat yang tinggi membuat pengembangan wisata Sawarna semakin maju karena salah satu prinsip pengembangan pariwisata pedesaan adalah melibatkan
masyarakat
lokal
dalam
pembangunan
pariwisata
di
wilayahnya. 5. Mampu memanajemen pengembangan wisata Sawarna dengan baik Desa Sawarna dapat mengelola dan memanfaatkan pengembangan pariwisata dengan baik dan leluasa tanpa adanya campur tangan pihak swasta, karena tidak adanya pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan pariwisata sehingga pengelolaan seutuhnya dipegang oleh pengelola Desa Sawarna dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Weaknesses (Kelemahan) 1. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana wisata Sawarna Sarana dan prasarana
pengunjang wisata Sawarna yang kurang
diantaranya adalah tidak adanya WC umum gratis untuk pengunjung, lahan parkir yang kurang, tidak adanya Musolah, dan tempat sampah yang minim disekitar lokasi wisata. 2. Sistem promosi yang masih kurang Tidak adanya promosi pada media elteronik seperti via website resmi yang dikelola Pemerintah Daerah dan juga pengelola Desa Sawarna menjadi kelemahan Desa Sawarna pada sistem pemasaran melalui promosi. 3. Kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait
130
dengan pengembangan pariwisata dan usulan penetapan forum komunikasi obyek wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antara masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia usaha/swasta 4. Belum optimalnya pemberdayaan bagi masyarakat Masyarakat Desa Sawarna kurang mendapatkan pemberdayaan berupa pembinaan dan pelatihandalam pengembangan pariwisata. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat lokal dalam membantu pengembangan wisata Sawarna melalui ketrampilan. 5. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal dalam memasarkan hasil karyanya Belum adanya tempat penjualan hasil karya masyarakat Desa Sawarna sebagai oleh-oleh untuk wisatawan. Belum tersedianya fasilitas pemasaran hasil karya Desa Sawarna yang berupa kerajinan dan kuliner membuat masyarakat lokal memproduksi karyanya ke kota tanpa harus memasarkan di tempat obyek wisata utama Sawarna.
4.3.6
Analisis Faktor Eksternal
Opprtunities (peluang) 1. Tempat Pariwisata berskala Nasional Sawarna merupakan obyek wisata berskala Nasional, Sawarna mampu bersaing dengan obyek wisata di Indonesia dengan menampilkan keindahahan dan potensi alamnya yang baik. Keunggulan dari Sawarna
131
adalah memiliki wisata bahari yang sangat eksotis yang tidak kalah indah dengan Bali. 2. Icon Pariwisata Provinsi Banten Sawarna kini menjadi icon wisata di Provinsi Banten, pantai di Banten bukan hanya ada Pantai anyer saja tetapi juga ada Pantai di Desa Sawarna yang memiliki ombak besar dan masih asri. Sawarna terkenal dengan dua karang besarnya yang ada di pantai Tanjung Layar. 3. Desa Sawarna menjadi desa wisata terbaik peringkat ke-7 se-Nasional Desa Sawarna mendapat penghargaan sebagai Desa Wisata terbaik peringkat ke-7 se-Nasional di tahun 2014. Desa Sawarna menjadi Desa Wisata terbaik menjadi sebuah peluang promosi yang besar terhadap pengembangan pariwisata, karena saat ini Sawarna menjadiicon pariwisata di Banten. 4. Meningkatkan PAD Kabupaten Lebak Potensi pariwisata di Kabupaten Lebak menjadi peningkatan PAD di Kabupaten Labak. Perkembangan pariwisata yang ada memberikan dampak positif pada Kabupaten Lebak dengan meningkatnya PAD Kabupaten Lebak.Kemajuan pariwisata Sawarna sangat mempengaruhi peningkatan PAD Kabupaten Lebak. 5. Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat lokal Dengan adanya pariwisata di Desa Sawarna sanat memberikan dampak positif untuk masyarakat lokal yaitu usaha kegiatan pariwisata masyarakat lokal meningkat dan pemerataan yang rata untuk masyarakat.
132
Threats (Ancaman) 1. Daya dukung program pengembangan tidak berkelanjutan Program kegiatan yang tidak berkelanjutan juga menjadi suatu hambatan bagi
pengembangan
pariwisata sehingga pengelola wisata harus
memanfaatkan dana yang ada kemarin untuk pengembangannya ditahun sekarang ini agar terus maju dan tidak mengandalkan pemerintah daerah. 2. Ketidaksiapan
sebagian
masayarakat
Desa
Sawarna
terhadap
pembangunan pariwisata Kendala yang dihadapin dalam pengembangan pariwisata juga ialah masayarakat Desa Sawarna yang belum siap dalam pembangunan pariwisata. Kemampuan masyarakat yang terbatas tentang pengelolaan pariwisata Desa Sawarna mejadikan kesulitan tersendiri bagi Pemerintah Daerah atau Pengelola Desa Sawarna dalam memberdayakan masyarakat Desa Sawarna, dari sekian banyak masyarakat yang memanfaatkan pariwisata Desa Sawarna sebagai peningkatan perekonomian mereka juga banyak yang belum merasakan manfaatnya karena mereka yang belum memiliki kemampuan dan kesiapan dalam pembangunan Desa Wisata Sawarna. 3. Budaya asing mempengaruhi budaya masyarakat lokal Budaya asing dari wisatawan dapat mempengaruhi budaya masyarakat Desa Sawarna. Untuk meminimalisir dampak negatif tersebut pengelola desa membuat pos ketertiban dan keamanan di setiap lokasi obyek wisata,
133
dengan adanya pos ketertiban dan keamanan juga dapat memberikan kenyamanan untuk wisatawan yang berkunjung. 4. Pembangunan Pabrik-pabrik di sekitar Desa Sawarna Pembangunan pabrik-pabrik besar menambahkan suatu ancaman dari pengembangan wisata di Sawarna seperti jalan menuju Desa Sawarna yang rusak dan berdebu. Hal tersebut dikarenakan adanya pembangunan pabrikpabrik dan juga adanya pembangunan pelabuhan yang sekarang menjadi pengganggu bagi wisatawan dalam perjalanan menuju Desa Sawarna. 5. Aksesibilitas Desa Sawarna yang belum optimal Akses angkutan umum menuju Desa Sawarna perlu di optimalkan lagi dan dibutuhkan keamanan di sekitar jalanan menuju Desa Sawarna karena kondisi desa yang relatif sepi. Desa Sawarna bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk terus melakukan perbaikan jalan menuju Desa Sawarna dan menuju lokasi obyek wisata Desa Sawarna, masyarakat juga dilibatkan untuk ikut kerja sama membangun akses jalan menuju lokasi obyek wisata.
134
NO. S1 S2 S3 S4 S5
NO. O1
O2
O3
O4 O5
Tabel 4.8 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal FAKTOR INTERNAL STRENGTHS WEAKNESSES Potensi Alam yang Indah W1 Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana wisata Sawarna Lingkungan yang asri dan W2 Sistem promosi yang masih nyaman kurang Sikap masyarakat disekitar W3 Kurangnya koordinasi dengan lokasi wisata yang ramah Pemerintah Daerah Partisipasi masyarakat yang W4 Belum optimalnya tinggi pemberdayaan bagi masyarakat Mampu memanajemen W5 Kurangnya kesempatan bagi pengembangan wisata masyarakat lokal dalam Sawarna dengan baik memasarkan hasil karyanya FAKTOR EKSTERNAL OPPORTUNITIES THREATS Tempat Pariwisata berskala T1 Daya dukung program Nasional pengembangan tidak berkelanjutan Icon Pariwisata Provinsi T2 Ketidaksiapan sebagian Banten masayarakat Desa Sawarna terhadap pembangunan pariwisata Desa Sawarna menjadi desa T3 Budaya asing mempengaruhi wisata terbaik peringkat ke-7 budaya masyarakat lokal se-Nasional Meningkatkan PAD T4 Pembangunan Pabrik-pabrik di Kabupaten Lebak sekitar Desa Sawarna Meningkatkan kesejahteraan T5 Aksesibilitas Desa Sawarna Masyarakat lokal yang belum optimal
135
4.3.7 Matriks Analisis SWOT Tabel 4.9 Matriks SWOT Faktor Internal
a. b. c. d. e.
Strengths (S) Potensi Alam yang Indah Lingkungan yang asri dan nyaman Sikap masyarakat disekitar lokasi wisata yang ramah Partisipasi masyarakat yang tinggi Mampu memanajemen pengembangan wisata Sawarna dengan baik
Faktor Eksternal Opportunities (O) Strategi SO a. Tempat Pariwisata a. Menggali potensi wisata berskala Nasional alam dan buatan Desa b. Icon Pariwisata Sawarna untuk Provinsi Banten meningkatkan daya tarik c. Desa Sawarna wisata menjadi desa wisata b. Melakukan promosi terbaik peringkat ke-7 pariwisata Sawarna se-Nasional melalui media d. Meningkatkan PAD eletronik/pameran Kabupaten Lebak c. Meningkatkan e. Meningkatkan dukungan masyarakat kesejahteraan dalam membantu Masyarakat lokal penataan obyek wisata d. Meningkatkan kualitas manajemen pengembangan pariwisata Sawarna e. Memaksimalkan pengembangan Desa Sawarna dalam mengingkatkan PAD Kabupaten Lebak
a. b. c. d. e.
a.
b.
c. d.
Weaknesses (W) Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana wisata Sawarna Sistem promosi yang masih kurang Kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah Belum optimalnya pemberdayaan bagi masyarakat Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal dalam memasarkan hasil karyanya Strategi WO Membangun koordinasi dan komunikasi yang baik antar pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah Menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan Desa Sawarna Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan Memasarkan produk olahan masyarakat di lokal di lokasi wisata
136
Threats (Ancaman) a. Daya dukung program pengembangan tidak berkelanjutan b. Ketidaksiapan sebagian masayarakat Desa Sawarna terhadap pembangunan pariwisata c. Budaya asing mempengaruhi budaya masyarakat lokal d. Pembangunan Pabrikpabrik di sekitar Desa Sawarna e. Aksesibilitas Desa Sawarna yang belum optimal
Strategi ST a. Memotivasi kelompok kegiatan usaha pariwisata masyarakat sebagai pendukung wisata Sawarna b. Mengadakan moda transportasi umum yang menuju lokasi Desa Sawarna c. Mengoptimalkan aksesibilitas menuju Desa Sawarna dan lokasi obyek wisata d. Meredam pembangunan pabrik-pabrik disekitar Sawarna
Strategi WT a. Meningkatkan pengadaan fasilitas usaha masayarat Desa Sawarna b. Meningkatkan pemahaman, dukungan, dan prioritas masyarakat lokal c. Mengadakan sosialisasi secara berskala kepada masyarakat lokal untuk membangun pola pikir dan kesadaran masyarakat d. Mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pada masyarakat lokal Desa Sawarna e. Memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung wisata di Desa Sawarna
Gambar 4.1 Analisis SWOT Berbagai Peluang 3. Mendukung strategi turnaround
1. Mendukung strategi agresif
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal
4. Mendukung strategi defensif
2. Mendukung strategi diversifikasi
Berbagai Ancaman (Sumber : Rangkuti, 2005:20)
137
Penjelasan Diagram Silang Analisis SWOT : 1. Kuadran I : Mendukung Strategi SO Merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena organisasi memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna berdasarkan strategi SO (Strengths – Opportunities) yang dapat dilakukan diantaranya : Menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk meningkatkan daya tarik wisata, menggali potensi wisata dengan membangun potensi wisata alam dan buatan dengan cara penataan obyek wisata dan pemberdayaan masyakat dalam mengembangkan wisata buatan seperti mengembangkan kegiatan usaha kerajinan, kuliner, dan kesenian. Melakukan promosi pariwisata Sawarna melalui media eletronik/pameran, melakukan promosi Wisata Sawarna melalui media eletronik dan pameran tingkat Provinsi dan Nasional dan secara berkesinambungan dengan memperkenalkan daya tarik wisata, dengan adanya promosi yang kuat dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung dan memberikan informasi mengenai pengembangan Desa
Sawarna. Meningkatkan
dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek wisata, dukungan masyarakat berupa kerja sama dan gotong royong dalam pembangunan pariwisata
Desa
Sawarna.
Meningkatkan
kualitas
manajemen
pengembangan pariwisata Sawarna. Memaksimalkan pengembangan Desa Sawarna dalam mengingkatkan PAD Kabupaten Lebak, memberikan
138
kenyamanan agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan PAD melalui retribusi tiket masuk obyek wisata di Desa Sawarna. 2. Kuadran II : Mendukung Strategi ST Meskipun menghadapi ancaman, organisasi ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diverifikasi (produk/pasar). Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, strategi ST (Strengths – Thretas) yang dapat dilakukan diantaranya : Memotivasi kelompok kegiatan usaha pariwisata masyarakat sebagai pendukung wisata Sawarna, dengan cara memberikan modal atau kebutuhan perlengkapan dalam penunjang usaha pariwisata masyarakat. Mengadakan moda tranportasi umum yang menuju lokasi desa wisata, kemudahan aksesibilitas menuju Desa Sawarna menjadikan peluang bagi peningkatan kunjungan wisatawan.
Mengoptimalkan
aksesibilitas menuju Desa Sawarna dan lokasi obyek wisata. Meredam pembangunan
pabrik-pabrik
disekitar
Sawarna,
dengan
membuat
kesepakatan dengan pihak swasta untuk tidak mengganggu pengembangan wisata di sekitar Sawarna dengan adanya pembangunan pabrik-pabrik diluar Desa Sawarna. 3. Kuadran III : Mendukung Strategi WO Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak organisasi menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Berdasarkan
139
hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, strategi WO (Weakneses – Opportunities) yang dapat dilakukan diantaranya : Membangun koordinasi dan komunikasi yang baik antar pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah, Koordinasi dan komunikasi dilakukan secara berskala terkait perkembangan Wisata Sawarna, melakukan pertemuan baik secara formal maupun non formal. Menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan Wisata Sawarna, Menguatkan kelembagaan masyarakat dengan yang berperan dalam pengembangan Desa Wisata yaitu Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), kelompok usaha kerajinan, dan kelompok usaha kuliner. Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan, masyarakat menjadi subjek dalam pembangunan ekonomi dengan memberdayakan dirinya sendiri melalui pemberian jasa dan usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka. Memasarkan produk olahan masyarakat di lokal di lokasi wisata, dengan cara memberikan fasilitas produksi dan penjualan produk olahan masyarakat lokal agar tidak kalah bersaing dengan pesaing dari luar. 4. Kuadran IV : Mendukung Strategi WT Organisasi berada dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan, menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Organisasi harus melakukan strategi bertahan (defensive) agar organisasi tetap eksis, dengan
140
melakukan berbagai pembenahan internal guna mengahadapi ancaman yang akan datang. Contoh strategi defensive : manager mengurangi hutang dengan menjual salah satu divisi mengurangi biaya operasi dengan mengurangi pegawai (rasionalisasi). Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara bahwa strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, strategi WT (Weaknesses – Threats) yang harus dilakukan diantaranya : Meningkatkan pengadaan fasilitas usaha masayarat Desa Sawarna, pengadaan fasilitas berupa pengadaan perlengkapan keperluan penunjang kegiatan usaha pariwisata dan fasilitas produksinya seperti pengadaan kios-kios. Meningkatkan pemahaman, dukungan, dan prioritas masyarakat lokal, dengan melakukan pertemuan secara berskala dengan masyarakat guna memberikan informasi kepada masyarakat lokal Desa Sawarna. Mengadakan sosialisasi secara berskala kepada masyarakat lokal untuk membangun pola pikir dan kesadaran masyarakat. Mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pada masyarakat lokal Desa Sawarna, pelatihan ketrampilan yang diberikan berupa pelatihan pemandu wisata, pelatihan penjaga pantai, pelatihan kerajinan,
pelatihan
kuliner,
dan
pelatihan
pengelolaan
desa.
Memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung wisata di Desa Sawarna, dengan memberikan sarana dan prasarana berupa toilet umum, homestay layak pakai, kios-kios souvenir atau pusat oleh-oleh, tempat sampah, perbaikan jalan dan jembatan.
BAB V KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai strategi pengembangan pariwisata di Desa
Sawarna yang di dalamnya menggunakan teknik analisis SWOT yang menyatakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan organisasi guna mencapai tujuannya. Berdasarkan hasil analisa dan perumusan strategi yang telah dilakukan, maka alternatif yang dapat dijadikan rumusan strategi dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna adalah sebagai berikut : a. Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk meningkatkan daya tarik wisata. Program yang yang dapat dikembangkan pada wisata Sawarna adalah melakukan promosi melalui media online atau pameran di
tingkat
Provinsi,
Nasional,
dan
Internasional.
Meningkatkan dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek wisata, dukungan masyarakat berupa kerja sama dan gotong royong dalam pembangunan manajemen
pariwisata pengembangan
Desa
Sawarna.
pariwisata
Meningkatkan
Sawarna.
kualitas
Memaksimalkan
pengembangan Desa Sawarna dalam mengingkatkan PAD Kabupaten Lebak, memberikan kenyamanan agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan PAD melalui retribusi tiket masuk obyek wisata di Desa Sawarna.
141
142
b. Strategi menyusun pemodelan kawasan desa Sawarna yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan. Program yang dapat dikembangkan adalah Memotivasi kelompok kegiatan usaha pariwisata lokal dengan memberikan permodalan dan fasilitas untuk membangun wisata Sawarna yang mendasari kearifan lokal, mengadakan moda transportasi umum seperti pengadaan angkutan umum menuju Desa Sawarna dan ojek sebagai alat transportasi wisatawan. Mengoptimalkan aksesibilitas menuju Desa Sawarna dan lokasi obyek wisata Sawarna dengan memperbaiki akses jalan menuju Desa Sawarna dan memberikan keamanan
dan
kenyamanan pembangunan
ketertiban
dan
kepada
kemudahan
pabrik-pabrik
wisatawan
menuju
disekitar
untuk
memberikan
lokasi
wisata,
meredam
Sawarna
dengan
membuat
kesepakatan dengan pihak swasta untuk tidak mengganggu pengembangan wisata di sekitar Sawarna dengan adanya pembangunan pabrik-pabrik diluar Desa Sawarna. c. Strategi meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam membangun pariwisata di Desa Sawarna. Program yang dapat dikembangkan adalah komunikasi secara berskala dengan pengelola Desa Wisata Sawarna dan masyarakat lokal baik secara formal maupun informal, meningkatkan hubungan kelembagaan masyarakat yaitu Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), kelompok kerajinan, kelomopok kuliner, dan pengelola homestay, mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan, memasarkan
143
produk olahan masyarakat lokal melalui pameran atau membuka galeri di sekitar obyek wisata Desa Sawarna. d. Strategi penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna. Program yang dapat dikembangakan adalah meningkatkan pemahaman masyarakat melalui sosialisasi secara berskala, mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pada masyarakat lokal Desa Sawarna berupa pelatihan pemandu wisata, pelatihan penjaga pantai, pelatihan kerajinan, pelatihan kuliner, dan pelatihan pengelolaan Pariwisata. Meningkatkan pengadaan sarana dan prasarana pariwisata berupa toilet umum, lahan parkir, tempat peribadatan, dan tempat pembuangan sampah, serta fasilitas usaha masyarakat desa yaitu dengan pembangunan kios-kios dan rumah produksi untuk kegiatan usaha masyarakat lokal.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di
Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, maka peneliti mencoba memberikan saran dari hasil penelitiannya agar dapat membantu dalam melaksanakan pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna, adalah sebagai berikut : 1. Pemeliharaan lingkungan disekitar lokasi wisata di Sawarna sebaiknya dilakukan secara rutin, sehingga pantai akan terlihat lebih bersih, asri, dan nyaman.
144
2. Perlunya pengoptimalan pengadaan sarana dan prasarana di lokasi wisata Desa Sawarna berupa toilet umum, lahan parkir, tempat peribadatan, dan tempat pembuangan sampah. 3. Memaksimalkan aksesibilitas dan akomodasi di sekitar Desa Sawarna maupun di Desa Sawarna untuk menarik perhatian kunjungan wisatawan dan wisatawan dapat berkunjung dengan nyaman dan memberikan kesan baik. 4. Perlunya
Pemberdayaan
masyaraakat
di
Desa
Sawarna
guna
mengembangkan sama-sama pariwisata Desa Sawarana, pemberdayaan yang dapat dilakukan yaitu melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata seperti meningkatkan kemampuan masyarakat lokal dengan cara mengadakan pelatihan ketrampilan usaha dan jasa serta menyediakan sarana dan prasarana untuk penunjang kegiatan usaha masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Abimanyu, A. 2000. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Rakyat. Yogyakarta: PAU-SE UGM David, R. F. 2010. Strategic Management. Jakarta: Selemba Empat Demartoto, A. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Sebelas Maret University Press, Surakarta Hadiwijoyo, S.S. 2012. Perencanaan Pariwisata Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu
Perdesaan
Berbasis
Handoko, T. H. 2001. Manajemen. Yogyakarta: PT BPFC Hunger, J. D & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi. Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. DIA FISIP UI. Depok J.A. Muljadi. 2012. Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Marr, B (2006). Strategic Performance Management: Laveraging an Measuring Your Intangible Value Drivers. Berlington USA: Elsevier Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, H. 2000. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit di Bidang Pemerintah dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Pearch, A. J and Robinson, B. Richard. 2011. Manajemen Strategi – Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat Pitana, I. G dan I Ketut S. Dinarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Bumi Aksara : Jakarta
xii
Robbins, S. P. & Coulter, M. 2009. Manajemen Eight Edition. Jakarta: PT. Indeks Sammeng, A. M. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka Siagian, P. S. 2007. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Simatupang, V. 2009. Pengantar Hukum Kepariwisataan Indonesia. Bandung : PT. Alumni Soedjadi. 1995, O&M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, Gunung Agung : Jakarta Soeharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : PT. Refika Adifana Soetomo. 2012, Pembangunan Masyrakat, Pustaka Pelajar : Yogyakarta Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta: Bandung _______. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta _______. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tripomo, T dan Udin. 2005. Manajemen Strategis. Bandung: Rekayasa Sains Oliver, S. 2007. Strategic Public Relations. Jakarta : Erlangga Usman, S. 2012, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar : Yogyakarta Yoeti, O. A. 2000. Ilmu Pariwisata: Sejarah, Perkembangan, dan Prospeknyaa. Jakarta: PT. Pertja Yohanes, Y. 2006. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graaha Ilmu Dokumen : Desa Sawarna. 2014. Proposal Bantuan Desa Wisata Sawarna Tahun 2014. Kabupaten Lebak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata. 2014. Rencana Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak tahun 2014-2018. Kabupaten Lebak
xiii
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2013. Database Kebudayaan dan Pariwisata. Serang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2014. Profil Desa Wisata. Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2013. Rencana Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2014-2018. Banten Dirjen Pengembangan Destinasi pariwisata. 2011. Petunjuk Teknis Operasional (PTO) Pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata. Jakarta: Dirjen Pengembangan Destinasi pariwisata Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang PEDOMAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA. 2011 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Sumber Lain : Darmawan, D. R. 2015. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata Berbasis Ekowisata Sidoakur di Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial – UNY Dzakwan, M. 2013. Prinsip dan Langkah Manajemen Strategik. Melalui,
. Tanggal akses 13/01/2015 Fitriani, M. 2011. Strtategi Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang. Serang : Ilmu Administrasi Negara FISIP - UNTIRTA Kurniawati, S. 2013. Manajemen Strategi Sektor Publik : Rumusan Teori dan Model. Melalui, . Tanggal akses [16/01/2015] Priyono, I. P. 2014. Pengembangan Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul. Yogyakarta : Jurusan Kebijakan Publik dan Manajemen Publik FISIP – UGM
xiv
Rorah, D. N. P. 2012. Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) di Desa Wisata Kebonagung. Yogyakarta : Jurusan Ilmu administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial – UNY Saktiawan, F. Y. 2010. Pentingnya Membangun Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata. Melalui, . Tanggal akses [24/04/2015] Yanto, A. 2013. Manajemen Strategi Bagi Organisasi Non Profit. Melalui, <ariyantoyanto93.blogspot.com/2013/02/manajemen-strategi-bagiorganisasi-non.html?m=1>. Tanggal askes [16/01/2015]
xv
PEDOMAN WAWANCARA STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH KABUPATEN LEBAK No 1
Faktor Kekuatan
Analisis Faktor Internal Indikator Pernyataan Sumber Daya Manusia
a. Bagaimana tingkat pendidikan pegawai Disporapar Kab. Lebak? b. Bagaimana pemahaman tugas pokok dan fungsi pegawai Disporapar Kab. Lebak? c. Adakah pelatihan yang didapatkan pegawai dan pengelola pariwisata?
Kode Informan , ,
,
,
, , , , ,
, , , , ,
d. Pelatihan apa saja yang didapatkan pegawai dan pengelola pariwisata?
, , , , ,
, , , , ,
Anggaran
Bagaimana anggaran untuk pengembangan pariwisata?
,
,
Pemasaran
a. Bagaimana pemasaran yang dilakukan dalam mengembangkan Desa Wisata Sawarna? b. Promosi apa yang dilakukan?
,
,
, ,
,
, ,
, ,
Bagaimana potensi alam dan buatan yang
dimiliki Desa Wisata Sawarna? 2
Weaknesses
Kelemahan Sumber Daya Manusia Kelemahan anggaran Kelemahan pemasaran Kelemahan sarana dan prasarana
3
Opportunities
Lingkungan
Sosial
Kebijakan Pemerintah
Prestasi
Bagaimana dengan ketidakpahaman SDM Disporapar tentang Desa Wisata? Bagaimana kekurangan anggaran pariwisata? Promosi apa yang belum dapat dikembangkan?
, ,
, ,
,
,
,
, ,
,
, ,
, ,
Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pengembangan pariwisata di Desa Sawarna? a. Bagaimana hubungan dengan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna?
, , , ,
, , ,
, ,
,
b. Sejauhmana tingkat partisipasi/dukungan masyarakat?
, , , ,
, ,
Dukungan apa yang diberikan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengembangan Desa Wisata? a. Prestasi apa yang di dapatkan Desa Wisata Sawarna?
, ,
,
,
, ,
Bagaimana pengadaan sarana dan prasarana di Desa Wisata Sawarna? Analisis Faktor Eksternal
,
,
4
Threats
Kebijakan Pemerintah Masalah Sosial
Pasar
(Sumber : peneliti, 2015)
b. Keunggulan apa yang dimiliki Desa Wisata Sawarna dibandingkan dengan yang lain?
, , , , , ,
, , , , , ,
Bagaimana dengan kebijakan pemerintah yang tidak berkelanjutan? Dampak apa yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata di Desa Sawarna?
, ,
,
, , , , ,
, , , ,
, , , ,
, , , ,
Bagaimana dengan kurangnya fasilitas pemasaran hasil karya masyarakat lokal?
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun pedoman wawancara seperti dibawah ini. Informan : 1. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 2. Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 3. Kepala Seksi Usaha dan Jasa Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 4. Seksi Sarana dan Bimbingan Masyarakat Wisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak Pedoman Wawancara
1. Strengths a. Bagaimana kemampuan SDM bidang Pariwisata di Disporapar Kab. Lebak dalam pengembangan pariwisata? b. Bagaimana pemahaman SDM bidang Pariwisata di Disporapar Kab. Lebak tentang desa wisata? c. Bagaimana anggaran dalam program pengembangan pariwisata? d. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pengembangan pariwisata di Desa Wisata Sawarna? e. Bagaimana promosi yang dilakuakan Dinas dalam pengembangan pariwisata Desa Wisata Sawarna? f. Bagaimana Sarana dan Prasarana pendukung pariwisata di Desa Wisata Sawarna? g. Program apa yang dikembangkan Dinas dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Sawarna? h. Kekuatan apa yang dimiliki dinas dalam pengembangan pariwisata? 2. Weaknesses a. Kelemahan apa yang dimiliki Dinas dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna? b. Pelatihan apa yang diadakan Dinas untuk meningkatkan kemampuan pengelola pariwisata? c. Bagaimana pengelolaan anggaran pengembangan pariwisata di Desa Wisata Sawarna?
d. Kendala apa yang dimiliki Dinas dalam mempromosikan pariwisata khususnya Desa Wisata Sawarna? e. Bagaimana dengan fasilitas pendukung pariwisata di Desa Wisata Sawarna? 3. Opportunities a. Bagaimana potensi alam yang dimiliki Desa Wisata Sawarna? b. Bagaimana keunikan/atraksi yang dimiliki Desa Wisata Sawarna? c. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Sawarna? d. Bagaimana
hubungan
dengan
masyarakat
dalam
pengembangan
pariwisata di Desa Sawarna? e. Sejauhmana tingkat partisipasi/dukungan dari masyarakat? f. Kebijakan apa yang diberikan Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk pengembangan Desa Wisata Sawarna? g. Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pengembangan pariwisata di Desa Sawarna? 4. Threats a. Bagaimana dukungan Pemerintah yang tidak berkelanjutan? b. Ancaman apa yang didapatkan terkait pengembangan DesaWisata Sawarna? c. Bagaimana dengan persaingan dalam mempromosikan Desa Wisata Sawarna?
d. Bagaimana dengan daya dukung masyarakat yang kurang? e. Bagaimana cara mengatasi ancaman dalam pengambangan Desa Wisata Sawarna? f. Strategi apa yang dilakukan untuk memanfaatkan peluang dan meredam ancaman?
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun pedoman wawancara seperti dibawah ini. Informan : a. Kepala Desa Sawarna b. Ketua PORDAKWIS (Kelompok Sadar Wisata) Desa Sawarna c. Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Desa Sawarna Pedoman Wawancara 1. Strengths a. Bagaimana peran Disporapar Kab. Lebak dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna? b. Program apa saja yang didapatkan dari Disporapar Kab. Lebak dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna?
c. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pengembangan pariwisata di Desa Wisata Sawarna? d. Bagaimana promosi yang dilakuakan Dinas dalam pengembangan pariwisata Desa Wisata Sawarna? e. Bagaimana Sarana dan Prasarana pendukung pariwisata di Desa Wisata Sawarna? 2. Weaknesses a. Pelatihan atau pembinaan apa saja yang didapatkan pengelola Desa Sawarna terkait pengembangan Desa Wisata Sawarna dari Disporapar Kab. Lebak? b. Fasilitas apa saja yang didapatkan Desa Sawarna dalam pengembangan desa wisata dari Disporapar Kab. lebak? bagaimana kondisinya? c. Bagaimana koordinasi dari Disporapar dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna? 3. Opportunities a. Potensi alam apa yang dimiliki Desa Wisata Sawarna? b. Bagaimana keunikan/atraksi yang dimiliki Desa Wisata Sawarna? c. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Sawarna? d. Bagaimana
partisipasi
masyarakat
lokal
pengembangan Desanya sebagai Desa Wisata?
Desa
Sawarna
terkait
e. Dukungan apa yang didapat dari Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk pengembangan Desa Wisata Sawarna? f. Program apa yang dilakukan Pemerintah Desa dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna? g. Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pariwisata di Desa Sawarna? h. Prestasi apa yang didapatkan Desa Sawarna terkait pengembangan pariwisata? 4. Threats a. Bagaimana dengan kebijakan Pemerintah yang tidak berlanjutan? b. Ancaman apa yang didapatkan terkait menghambat pengembangan Desa Wisata Sawarna? c. Cara apa yang dilakukan untuk meminimalisir ancaman yang datang dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna?
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun pedoman wawancara seperti dibawah ini. Informan : a. Masyarakat Desa Sawarna b. Wisatawan Pedoman Wawancara 1. Strengths a. Program bantuan Disporapar apa yang didapatkan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna? b. Sarana dan Prasarana apa saja yang sudah ada di Desa Sawarna sebagai pendukung pariwisata? 2. Weaknesses
a. Apakah pernah mendapatkan pembinaan atau pelatihan dari Disporapar kab. Lebak? b. Fasilitas pariwisata apa yang tidak ada atau kondisi tidak baik di Desa Wisata Sawarna? c. Bagaimanakah pengelolaan pariwisata yang didapatkan di Desa Wisata Sawarna? 3. Opportunities a. Dukungan apa yang diberikan untuk pengembangan Desa Wisata Sawarna? b. Potensi pariwisata apa yang diunggulkan oleh masyarakat Desa Sawarna? c. Manfaat apa yang didapatkan dari pengembangan Desa Wisata Sawarna? d. Dapat informasi dari mana tentang Desa Wisata Sawarna? e. Daya tarik apa yang dimiliki Desa Wisata Sawarna? f. Bagaimana
sikap
masyarakat
Desa
Sawarna
apa
didapatkan
dalam
menyambut
wisatawan? 4. Threats a. Dampak
negatif
yang
masyarakat
lokal
dari
pengembangan pariwisata di Desa Sawarna? b. Ancaman
apa
yang
pengembangannya?
didapatkan
Desa
Wisata
Sawarna
dalam
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Des) DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH TAHUN 2013 - 2016 Desa Kecamatan Kabupaten N o 1
1
: Sawarna : Bayah : Lebak Bidang / Jenis Kegiatan
Bidang 2
Jenis 3
Sarana dan Prasarana Pengerasan Jl.Lingkungan Rehab Jembatan Semi Permanen Pembangunan sarana air bersih Pemansangan Bronjong Pemasangan Bronjong Rabat beton Jl. Lingkungan Rabat beton Jl.Lingkungan Irigasi Irigasi Rehab Jembatan Gantung Rehab Jembatan Gantung Paving Blok Jln.Wisata Telford Jl. Poros Dusun Telford Jl. Poros Dusun Telford Jl. Ke Legon Pari Rehab Gorong-gorong Telford Jl. Lingkungan Rabat Beton Jl. Lingkungan Telford Jl. Lingkungan Pembangunan sekretariat RT/RW Penataan Objek Wisata Goa Langir Penataan Objek Wisata Goa Lalay Penataan Objek Wisata Ziarah
Lokasi Kp.
Sifat RW
B
Sangko – Cisujen
03
√
Cikaung-Cibeas
04
Mata air ciwedus Leles Cikaung Tari Kolot Cihaseum Cipanas Cibarengkok Leles Cikaung Cikaung Tari Kolot Cihaseum Leles Cibarengkok Kp.Baru Cibeas-cisujen Sangkocibarengkok
02 05 04 02 03 10 08 05 04 04 02 03 05 08 06 01
6
RT 7
8
9
L
11
Waktu pelaksanaan
12
13
14
Biaya dan sumber biaya Jml (Rp)
sumber
15
16
Masy Petani
2013
20.000.000
APBD dan Swadaya
Masy Desa
2013
50.000.000
APBD dan Swadaya
v
1.5x40 m
v v
v
300 m 100 m 150 m 2 x 1000 m 2 x 1000 m 800 m 3000 m 60 m 60 m 2 x 3000 m 2 x 3000 m 2 x 1000 m 2 x 2000 m 6 unit 2 x 500 m 2. x 1500 m
Masy Petani Masy Desa Masy Desa Masy Lingkungan Masy Lingkungan Masy petani Masy Petani Masy Desa Masy Desa Masy Desa Masy Desa Masy Petani Masy Petani Masy.Lingkungan Masy.Lindkungan Masy.Lingkungan
2013 2014 2014 2013 2013 2014 2014 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014
250.000.000 265.000.000 350.000.000 10.000.000 10.000.000 87.000.000 189.000.000 30.000.000 120.000.000 450.000.000 20.000.000 10.000.000 25.000.000 12.500.000 10.000.000 35.000.000
PNPM PNPM APBD dan Swadaya APBD san APBDES APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya PNPM APBD dan Swadya APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya APBD APBD dan Swadaya APBD dan APBDES APBD dan Swadaya APBD dan Swadaya
v
2 x 2500 m
May.Petani
2014
25.000.000
APBD dan Swadaya
2013-2016
60.000.000
APBDEs dan Swadaya
2014
75.000.000
APBD dan Swadaya
2013
25.000.000
APBD dan Swadaya
2015
36.000.000
APBD
v v v
v v v v v v
v
10 Unit
Cihaeum
03
v
Cipanas
10
v
Cihaseum
03
v
Sasaran/ mamfaat
2 x 2000 m
v v v v
08
Menyebar
R
10
volume
1000 m
200x150m
Pewlayanan Masyarakat Wisatawan dan Masy Desa Petani dan Wisatawan Masy.Desa
ket 17
1
2
3 Penataan Wisata Layar Pembangunan Permanen
2
3
4
6 Ciantir-Tj. jembatan
7
Cikaung Pantai Ciantir
9
10
11
12
13 Masy. Desa dan Wisatawan Masy. Desa dan Wisatawan
14
15
16
2013
95.000.000
APBD
2013
960.000.000
APBD I
04
v
2000m
02
04
√
2.5x 60 m
01
01
v
75x120m
Masy Desa
2013
30.000.000
APBD dan swadaya
Msy. Desa
2015
97.000.000
APBD dan APBDES
Penataan Lapangan Olah Raga
Gempol Cibeas
Pembangunan Gedung serba guna
Gempol
01
06
v
15x20m
Cikaung
01
04
v
3 Unit
Masy.Lingkungan
2014
30.000.000
APBD dan Swadaya
Pembangunan MCK Penbangunan MCK Pembangunan MCK Pembangunan MCK Pembanguan MCK Pembangunan MCK Pembangunan MCK Pembangunan MCK Pem.Pembuangan ampah Pembangunan Pem. Sampah Pem.Pembuangan sampah Pem.Pembuangan sampah
Cihaseum Cihaseum Mulyasari Sangko Cicayur Cisujen Cisujen Kp.Baru Cihaseum Cihaseum tarikolot Cibeas
01 02 03 04 03 03 04 03 01 02 01 01
03 03 03 02 02 01 01 06 03 03 02 01
v v v v v v v v v v v v
3 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit 1 unit 2 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2013 2014 2014
30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 10.000.000 25.000.000 25.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
PNPM PNPM PNPM PNPM ABPD dan APBDES APBD APBD dan Swadaya APBD dan Swadaa APBD dan Swadaya ASPBD dan APBDES APBD dansaawadaya APBD
Pembangunan Pos Yandu
Menyebar 10 RW
v
10 unit
2016
100.000.000
APBD dan Swadaya
Pembenahan air
Meyebar 10 RW
Masy.Lingkungan Masy.Lingkungan Masy.LIngkungan Masy.Lingkungan Masy.Lingkungan Masy.Lingkungan Masy.Lingkungan Masy.Petani Kesehatan.Ling Kesehatan.Ling Kes.Lingkungan Kes.Lingkungan Pelyanan Kesehatan Masyarakat Kesehatan Lingkunagan
2015
120.000.000
APBD
Peningkatan SDM Peningkatan ADM Peningkatan Budi Pekrti/Akhlak Peningkatan SDM Peningkatan SDM
2015
146.000.000
PNPM
2013
146.000.000
PNPM
2015
165.000.000
PNPM
2014 2015
450.000.000 175.000.000
APBD PNPM
KESEHATAN Pembangunan MCk
Sanitasi/saluran
PENDIDIKAN Pembangunan PAUD
dan
8
v
1000m
Kp.Baru
03
06
v
3 unit
Pembangunan PAUD
Gempol I
01
6
v
3 unit
Pembangunan MDA
Kp.Baru
03
06
v
3 unit
Pembangunan SMA Pembangunan PAUD
Kp. Mulyasari Tarikolot
03 01
03 02
v v
6 unit 3 unit
EKONOMI
17
1
2
7
8
9
12
13
14
15
16
Pembangunan pasar Desa
3 Gempol
6
02
08
V
15 unit
2015
195.000.000
APBD dan swadaya
Pembangunan kios Wisata
Ciantir
01
04
v
20 unit
2015
267.000.000
APBD dan Swadaya
Bantuan Modal Pengrajin mebeler
Menyebar 10 RW
V
10 kelompok
2015
150.000.000
APBD
Karang Desa
v
12 orang
2015
85.000.000
APBD
2014
60.000.000
APBD
v
10 orang
Mempermudah consume dan produsen Peningkatan ekonomi masy Meningkatkan kwuwalitas dan produksi Peningkatan Keahlian Epektipitas penanggulanagn/ penyelamatan
v
10 Kelompok
UKM
2013
100.000.000
PNPM
Pengembangan Seni Budaya Pelestarian Budaya Pemberedayaan Generasi Muda Masyarakat Miskin Karang Taruna lebih terakomodir Motivasi olah ragawan Pelestarian Budaya
2015
185.000.000
APBD dan Swadaya
2015
25.000.000
APBD dan APBDES
2015
15.000.000
APBD
2015
250.000.000
APBD
2015
15.000.000
APBD dan APBDES
2013
5.000.000
APBDES dan swadaya
2013
25.000.000
APBD dan APBDes
Pendidikan Aklakul Karimah Pengajian ibu-ibu
2015
125.000.000
APBD I APBD dan swadaya
2015
20.000.000
APBD dan APBDES
usaha
Pelatihan Ukiran Cendra mata Bantuan Peralatan Pemantau Pantai / GUIDE Simpan (SPP)
5
Pinjam
Perempuan
S0SIAL DAN BUDAYA Pembangunan Gedung Kesenian Penyediaan seperangkat alat Degung Seperangkat sound system Pembangunan Kumuh
Runah
Pembangunan Sekretariat Karang Taruna Rehab Lapang Volly
Tauna
Ciantir
01
04
Menyebar 10 RW
gempol
01
06
v
Karang taruns
v
Menyebar 10 RW
v
Kp.Baru
01
06
03
06
Penyediaan seperangkat alat musik calung 6
KEAGAMAAN Pembangunan Ponpes Salafi Pembangunan Majes ta’lim
11
v
Desa Sawarna
Gempol
10
12x16 m
1 unit 1 unit
100 Unit
v
I unit v
v
1 unit
cikaung
01
04
v
15x16m
Cisujen
03
01
v
1 unit
17
1
7
2
3
6
7
8
9
10
11
12
Bantuan peralatan sholat/sajadah
Meyebar 10 RW
Rehab Majelis ta’lim
Leles
01
05
Pembangunan Majelis ta’lim Pembangunan Gedung Tsanawiyah
Cihaseum
03
03
v
10x12m
Gempol II
03
09
v
4 unit
V
2 Kelompok
PERTANIAN Modal Usaha Tani
Desa Sawarna
01
05
v
200 unit
v
12x10m
Pembangunan jalan Usaha Tani
leles
Pembangunan Bendungan irigasi Pertanian
Ciwedus
Peremajaan pohon Kelapa
DEsa Sawarna
V
50 Ha
Bantyuan Hand Traktor
Desa Sawarna
V
2 Unit
Pembangunan bendungan irigasi Perluasan lahan Pesawahan
Cibeas-cihaseum
01
V
I unit
Blok. Cibarengkok
0102
Semenisasi/ rehab jalan Lingkungan
Gempol II
0103 05
09
V
7 KM
V
1 Unit
V
2 Ha
V
400 M
13 Peningkatan ibadah Kegiatan Keagamaan Kegiatan Keagamaan Pengembangan keagamaan
Peningkatan kesejahteaan petani Kelancaran Transportasi Pertanian Peningkatan Produksi pertanian Pemanpaatan Lahan Kosong Kelancaran Pengolahan lahan Pertanian Peningkatan Produksi Peningkatan kesejahteraan petani Kelancaran transportasi
14
15
16
2015
10.000.000
APBD dan APBDES
2012
15.000.000
Swadaya
2015
26.000.000
Swadaya dan APBDES
2015
125.000.000
APBD
20013-2014
100.000.000
APBN
2013
250.000.000
APBN & Swadaya
2014
200.000.000
APBD Prov & Swadaya
2013
30.000.000
APBD Kab & Swadaya
2013
30.000.000
APBD Prov.
2014
70.000.000
APBD Kab & Swadaya
2015
20.000.000
APBD & Swadaya
2013
10.000.000
APBD &APB-Des & Swadaya
Sawarna 17 Januari 2013 Kepala Desa Sawarna
SUHANDA, S.IP.
17
I. REKAPITULASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (RKP-DESA) BERDASARKAN RKP-DESA TAHUN 2015 DESA
:
SAWANA
KECAMATAN
:
BAYAH
KABUPATEN
:
LEBAK
PROVINSI
:
BANTEN
No
Jenis Kegiatan
Tujuan Kegiatan
Lokasi (RW/RT, Kampung, Dusun, dll.)
Sasaran
Target
1
2
3
4
5
Jalur Akses Menuju Lokasi Wisata dan Perkampungan
Jembatan Kp. Cibeas RW. 001 menuju Kp. Cikaung RW. 04
Masyarakat Wisman
I
APBD Provinsi :
1
Pembangunan Jembatan Gantung
II
APBD Kabupaten :
1
Pemeliharaan Sawarna - Ciawi
berkalajalan
Pemeliharaan Berkala dan Peningkatan Jalan kabupaten Jalur Akses Menuju Lokasi Wisata dan Perkampungan
Sifat
Waktu Pelaksanaa n
Rp
Sumber
11
12
13
Biaya
Penanggung Jawab
B
L
R
P
6
7
8
9
1 0
dan
Penyempurnaan jalan akses wisata
V
2015
1.000.000.000
APBD Prop
Timlak
Ds. Sawarna
Sebagai akses jalan umum
Penyempurnaan jalan umum
V
2015
1.500.000.000
APBD Kab.
Timlak
Ciroyom Wilayah RW. 02
Masy.Desa Wisatawan
Mempermudah tempat kegiatan
V
2015
1.150.000.000
APBD Kab
Timlak
V
2015
9.000.000
APBD Kab.
Timlak
dan
14
2
Pembangunan Jembatan Permanen
3
Pemeliharaan rutin jaringan irigasi
Penguatan sarana
Ciburial Ds. Sawarna
Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi
4
Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Penguatan sarana
Cibarengkok Sawarna
Ds.
Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi
V
Pebruari ‘2015
40.000.000
APBD Kab.
Kel. P3A
5
Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Penguatan sarana
LebakJati Sawarna
Ds.
Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi
V
Pebruari ‘2015
40.000.000
APBD Kab.
Kel. P3A
6
Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Penguatan sarana
Cihaseum Sawarna
Ds.
Menyempurnakan saluran air
Menstabilkan jaringan irigasi
V
Pebruari ‘2015
40.000.000
APBD Kab.
Kel. P3A
7
Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Penguatan sarana
Cikaung Ds. Sawarna
Menstabilkan jaringan irigasi
V
Pebruari ‘2015
40.000.000
APBD Kab.
Kel. P3A
8
Padat Karya
Penguatan sarana
Ds. Sawarna
2015
114.131.000
APBD Kab
Timlak
9
Lanjutan Rehabilitasi Pustu
Penguatan sarana
Ds. Sawarna
Menyempurnakan saluran air Memperbaiki Jalan lingkungan yang sdh rusak. Penyempurnaan fasilitas
2015
7.692.900
APBD Kab.
Timlak
V Melengkapi bangunan yang belum selesai
V
Ket
Mengetahui, Kepala Desa Sawarna
Sawarna, 01 Januari 2015 Ketua LPM
SUHANDA, S.IP.
ZAENAL MUSTHOFA, S.Pd.
PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK KECAMATAN BAYAH
DESA SAWARNA Jalan Raya sawarna Nomor : 28 Sawarna 42393
KEPUTUSAN KEPALA DESA SAWARNA Nomor :141/Kep.01/D.2012/VI/2013 Tentang PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA DIWILAYAH PEMERINTAH DESA SAWARNA
Menimbang
KEPALA DESA SAWARNA : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta dalam rangka penertiban Perangkat Desa perlu diadakan perubahan / penggantian perangkat Desa. b. Bahwa untuk dimaksud diatas hurup (a) perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa Sawarna.
Mengingat
: 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Desa; 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Propinsi Banten; 3. Peraturan Daerah Kab. LebakNomor 29 Tahun 2000 Tentang Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Kab. Lebak Nomor 24 Seri D).
Memperhatikan
:
Menetapkan PERTAMA
: :
KEDUA
:
Mengangkat perangkat desa yang nama-namanya tercantum pada lajur (5) dan dalam jabatan sebagaimana tercantum pada lajur (6) lampiran surat keputusan ini.
KETIGA
:
Petikan surat keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan.
KEEMPAT
:
Surat keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perubahan dan atau perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan.
Hasil Keputusan Rapat Kepala Desa Sawarna bersama seluruh aparatur pemerintahan Desa pada tanggal 12 Juni 2013 MEMUTUSKAN Memberhentikan dengan hormat perangkat desa yang nama-namanya tersebut pada lajur (2) lampiran surat keputusan ini dari jabatannya sebagaimana tersebut pada lajur (30) disertai ucapan terima kasih dan penghargaan atas bantuan pemikiran dan tenaga yang telah disumbangkan kepada Negara, daerah dan desa selama pengabdiannya.
Ditetapkan di Pada tanggal
: Sawarna : 12 Juni 2013
Menyetujui, Ketua BPD Desa Sawarna
KEPALA DESA SAWARNA
KUKUN KURNIA
SUHANDA, S.IP.
LAMPIRAN
MEMBERHENTIKAN NAMA
NO 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 12.
2 LILI SUHELI IDA YUNINGSIH, S.Pd.I YUDI HERMAWAN HOLISOH YAYAT SUPRIATNA HASBULLOH FITRI ANDRIANI INTAN SRI MUSTIKA YADI NURYADIN DASEP
: Surat Keputusan Kepala Desa Sawarna Nomor : 141/Kep.01/D.2012/VI/2013 Tanggal : 12 Juni 2013 Perihal Pemberhentian dan Pengangkatan Perangkat Desa Di Wilayah Pemerintah Desa Sawarna MENGANGKAT
JABATAN
NO
3 KAUR PEMERINTAHAN KAUR KESRA KAUR TRANTIB KAUR KEUANGAN KAUR EKBANG KAUR UMUM STAF KAUR PEMERINTAHAN STAF KAUR PEMERINTAHAN STAF KAUR UMUM STAF KAUR TRANTIB
4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
NAMA 5 LILI SUHELI YUDI HERMAWAN HASBULOH HOLISOH YAYAT SUPRIATNA PENTUS RUHEDIN, S.KOM INTAN SRI MUSTIKA MISPALUDIN KHOLID YADI NURYADIN
JABATAN 6 SEKRETARIS DESA SAWARNA KAUR PEMERINTAHAN & TRANTIB KAUR KESRA & EKBANG KAUR UMUM & KEUANGAN STAF EKBANG DAN KESRA STAF UMUM STAF KEUANGAN STAF PEMERINTAHAN STAF TRANTIB STAF TRANTIB STAF UMUM
Sawarna, 12 Juni 2013 Kepala Desa Sawarna
SUHANDA, S.IP.
DENAH OBYEK WISATA
GOA LANGIR BEACH
U
DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH KABUPATEN LEBAK
GINA RICKI
CARIANG
1 CIHASEUM
KAMPUNG TUMENGGUN G
HULA-HULA TUMENGGUNG
MUARA CISAWARNA KAMPUNG CIHASEUM
LAPANGAN SEPAK BOLA
KAMPUNG TARI KOLOT
CIANTIR BEACH
KAMPUNG CIBEAS
Akses Menuju Pantai Ciantir
CLARA BATARA
KAMPUNG WISATA CIKAUNG KANTOR DESA SAWARN A
KETERANGAN : ANGSANA ANDRA AURA
GOA LALAY
CLARA II JAVA BEACH KANG HENDI ANDREW NIKEN MILLANG BATARA II WIDI I
Daftar Riwayat Hidup
DATA DIRI Nama Tempat dan Tanggal Lahir Alamat
: Yunita
Jenis Kelamin
: Tangerang, 5 Juni 1993 : Jalan Makmur V, Blok N6 No 9 RT/RW 09/008, Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang-Banten (15148) : Perempuan
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Agama
: Islam
Hobby
: Travelling
KONTAK No. Kontak/HP
: 083813722983
E-mail
: [email protected]
Perguruan Tinggi
: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Fakultas
: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan
: Ilmu Administrasi Negara
NIM
: 6661110637
Riwayat Pendidikan Tahun
Jenjang Pendidikan
Nama Institusi Pendidikan
Sedang di tempuh
Strata 1 (S1)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2008 – 2011
Sekolah Menengah Atas
SMAN 9 Kota Tangerang
2005 – 2008
Sekolah Menengah Pertama
SMPN 18 Kota Tangerang
1999 – 2005
Sekolah Dasar
SDN 3 Cipondoh
1998 – 1999
Taman Kanak-Kanak
TK Assalam
Organisasi Tahun
Jenis / Nama Organisasi
2012
HIMANE
2012
Administrator Muda Indonesia (ADMI)
2013
HIMANE
2014
BEM FISIP UNTIRTA