STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA (DISPORAPAR) KABUPATEN LEBAK DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA PANTAI SAWARNA DI KECAMATAN BAYAH SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh: FAUZI WIJAYA NIM: 6661092753
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG SERANG 2016
Pilihan hidup hari ini cuma dua; Bangun untuk mengejar mimpi atau Kembali tidur untuk melanjutkan mimpi
Skripsi ini saya persembahkan untuk yang mulia Mamah dan Bapak yang tak pernah lelah untuk memberikan waktu, uang, tenaga dan Doa yang tak pernah terputus, serta adik yang telah memberikan dukungan dan Doa, tak lupa untuk orang-orang di sekeliling saya yang selalu menyayangi dan mendukung. “Jazakumullah Khairan Katsiran”
ABSTRAK Fauzi Wijaya. 6661092753. Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan pantai sawarna di Kecamatan Bayah. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si Dosen Pembimbing II: Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si Kata Kunci: Strategi Pengelolaan, Pariwisata, Pantai Sawarna Permasalahan dalam penelitian ini adalah Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah. Tujuan penelitian untuk mengetahui Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threats. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara mendalam. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis data Miles Huberman. Hasil penelitian bahwa strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah belum optimal karena minimnya sumber daya manusia serta latar belakang pendidikan yang tidak sesuai jabatan, minimnya pengawasan ke Pantai Sawarna, minimnya anggaran untuk pengelolaan Pantai Sawarna, rendahnya promosi untuk Pantai Sawarna, terancamnya budaya lokal oleh wisatawan luar. Saran dalam penelitian yaitu mengajukan penambahan pegawai atau staff jurusan ilmu pariwisata, Merealisasikan program pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna, membuat iklan dan informasi publik mengenai pariwisata di Pantai Sawarna, melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan pariwisata dan budaya lokal
ABSTRACT Fauzi Wijaya. 6661092753. Strategy of Department Youth, Sport and Tourism District Lebak of management in Sawarna Beach in the Sub-District Bayah. Departement of Public Adminstration. Faculty of Social and Political Science. The 1st advisor: Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si 2nd advisor : Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si. Keywords: Strategy Management, Tourism, Beach Sawarna The problems of this research is the Strategy Department of Youth Sports and Tourism District Lebak of management in the Sawarna Beach Sub-District Bayah. The research aimed to determine the strategy of Youth Sports and Tourism District Lebak of management in the Sawarna Beach Sub-District Bayah . The theory used in the study Analysis theory is Strength, Weakness, Opportunity, Threats. The method used is a qualitative in-depth observation and interview techniques. Data analysis techniques using data analysis Miles Huberman. The results of the study that the strategy Department of Youth, Sports and Tourism of management in the Sawarna Beach Sub-District Bayah not optimal due to the lack of human resources and educational background are not suitable positions, lack of supervision to the beach Sawarna, lack budgets for management Sawarna Beach, low sale for beach Sawarna, local culture threatened by foreign tourists. Suggestions in the study Asking employees or staff additions tourism science major, realizing the tourism management program in Beach Sawarna, make the advertisement and public information on tourism in Beach Sawarna implement community development activities related to tourism and local culture
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan jalan bagi Peneliti untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Serta Peneliti ucapkan terimakasih kepada Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu membantu dan selalu memberikan dukungan serta doa’nya setiap saat. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelengkapan dalam menempuh ujian sarjana program S-1 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul ”Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah”. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini tidak lepas dari keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang Peneliti miliki. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun Peneliti harapkan dengan senang hati, sehingga dapat bermanfaat dan berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan tugas ini di masa yang akan datang. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan, serta kerendahan hati. Untuk ini Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:
i
1.
Bapak Prof. Dr. H Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2.
Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.
Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4.
Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5.
Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus Dosen Pembimbing I.
6.
Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7.
Bapak Riswanda, Ph.D., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8.
Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya kepada Peneliti dalam melaksanakan penelitian.
9.
Seluruh Dosen pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
ii
telah banyak memberikan pengetahuan kepada Peneliti selama masa perkuliahan. 10. Seluruh Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak membantu dalam hal akademik dan administrasi. 11. Untuk partner terbaik Irma Repliyani, yang banyak memberikan motivasi pada Peneliti, serta kepedulian dan perhatiannya yang tidak tergantikan oleh apapun. 12. Untuk Sahabat-sahabat Peneliti: Ria Purnama, Tb.M.Nashrullah, Sandy Kurniawan, Hijratul Mabruk, Asrti, Subhan Mu’min, Nendi Rinaldi, Tomi Adi Putra, Sagita Wahyu Pratama, Rizki Fani, Johan Septiana, Ikram Wahdi, Abdi Amna, Ilham Nurfallah, M. Anshar, Wahyu Cahya Pratama, Imron Rosyadi, Rendi Purnama, Sapei Abdullah, Umam Mulyana, Nanang S, Ibnu, Roby H yang telah memberikan semangat, mengisi hari-hari dengan penuh canda tawa dan selalu membuat Peneliti rindu saat masa perkuliahan. 13. Untuk teman-teman Ilmu Administrasi Negara angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan untuk Peneliti, selalu kompak dalam setiap suasana. Serta semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu Peneliti ucapakan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada Peneliti mendapat limpahan yang setimpal dari Allah SWT dan
iii
senantiasa skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Peneliti dan umumnya bagi semua pihak.
Akhir kata Peneliti berharap agar skripsi ini dapat membawa kemaslahatan bagi semua umat. Amin Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Serang, Agustus 2016
Fauzi Wijaya
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR .......................................................................................i DAFTAR ISI ......................................................................................................v DAFTAR TABEL..............................................................................................ix DAFTAR GAMBAR .........................................................................................x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................1 1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................17 1.3 Pembatasan Masalah ...............................................................................17 1.4 Perumusan Masalah ................................................................................18 1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................18 1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................19 1.7 Sistematika Penulisan..............................................................................19
v
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ..............................................................................................25 2.1.1 Konsep Organisasi ...............................................................................25 2.1.2 Konsep Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak .................................................................................27 2.1.3 Pengertian Strategi ...............................................................................32 2.1.4 Model-model Strategi ..........................................................................35 2.1.5 Pengertian Pengelolaan (Manajemen)..................................................37 2.1.6 Definisi Manajemen Strategis ..............................................................39 2.1.7 Model Manajemen Strategis ................................................................40 2.1.8 Konsep New Public Management ........................................................54 2.1.9 Pengertian Pariwisata ...........................................................................57 2.1.10 Pengertian Wisatawan ........................................................................60 2.1.11 Jenis-jenis Wisata ...............................................................................61 2.1.12 Klasifikasi Motif dan Unsur Pariwisata .............................................63 2.1.13 Pemasaran Pariwisata .........................................................................65 2.1.14 Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata ...................................68 2.1.15 Model Pengelolaan Pariwisata ...........................................................70 2.1.16 Strategi Promosi .................................................................................72 2.1.17 Analisis SWOT ..................................................................................83 2.1.18 Langkah-langkah Analisis Data dalam Analisis SWOT ....................86
vi
2.2 Penelitian Terdahulu .....................................................................................87 2.3 Kerangka Berfikir..........................................................................................89 2.4 Asumsi Dasar Penelitian ...............................................................................70
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian .............................................................................93 3.2 Fokus Penelitian ......................................................................................95 3.3 Lokasi Penelitian .....................................................................................95 3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................96 3.5 Instrumen Penelitian................................................................................99 3.6 Informan Penelitian .................................................................................100 3.7 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................102 3.8 Teknik Analisis Data ...............................................................................109 3.9 Uji Keabsahan Data.................................................................................112 3.10 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................115
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...........................................................................117 4.1.1 Profil Kabupaten Lebak .......................................................................117 4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Lebak ...................................118 4.1.2 Slogan Kabupaten Lebak .......................................................120 4.1.3 Visi dan Misi Kabupaten Lebak ............................................120 4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
vii
Kabupaten Lebak ................................................................................124 4.2 Deskripsi Data Penelitian ..............................................................................138 4.2.1 Daftar Informan Penelitian ...................................................................141 4.3 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian ...................................................143 4.3.1 Strength (Kekuatan) .............................................................................143 4.3.2 Weakness (Kelemahan) ........................................................................150 4.3.3 Opportunity (Peluang)..........................................................................151 4.3.4 Threats (Ancaman)...............................................................................163 4.4 Pembahasan ...................................................................................................171
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................162 5.2 Saran..............................................................................................................163
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL 1.1 Jumlah Pantai Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2012 ..................................................................................... 6 1.2 Obyek Wisata di Kabupaten Lebak.............................................................. 7 1.3 Jumlah Wisatawan Nusantara ...................................................................... 8 1.4 Daftar Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah 2014 ............................................................................................................. 11 2.1 Matriks SWOT ............................................................................................. 86 3.1 Definisi Operasional Penelitian.................................................................... 98 3.2 Daftar Informan Penelitian........................................................................... 102 3.3 Pedoman Wawancara ................................................................................... 107 3.4 Jadwal Penelitian.......................................................................................... 116 4.1 Daftar Informan............................................................................................ 141 4.2 Data Pegawai Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak Tahun 2016 ..................................................................................................................... 145 3 4.3 Data Pendapatan Asli Daerah Mengenai Retribusi Tempat dan Rekreasi....................................................................................157 4.4 Data Lomba yang Pernah Diikuti Desa Sawarna ..........................................162 4.5 Data Pengunjung Wisatawan Pantai Sawarna Tahun 2014-2015 .................164
ix
DAFTAR GAMBAR 2.1 Model Komperhensif Strategi .................................................................... 44 2.2 Major Advertising Decisions...................................................................... 75 2.3 Bagan Kerangka Berfikir ........................................................................... 90 3.1 Siklus Teknis Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ...................... 112 4.1 Peta Admisistrasi Kabupaten Lebak .......................................................... 118 4.2 Struktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak ....................................................................................... 130 4.3 Potongan Isi Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017 Tentang Pengembangan Kawasan Wisata ....................148 4.4 Salah satu isi dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kab. Lebak dengan Desa Sawarna ................................................................................ 146 4.5 Harga tiket masuk ke Pantai Sawarna ........................................................ 149 4.6 Salah satu Gambar Masterplan zonasi di Pantai Sawarna ........................ 150 4.7 Salah satu isi dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna ................................................... 151 4.8 Surat Perjanjian Kerjasama yang Telah Disepakati ...................................... 151 4.9 Salah satu isi dalam surat kerjasama antara DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna ................................................... 152 4.10 Salah Satu MCK milik masyarakat Desa Sawarna .................................. 156 4.11 Jembatan yang menghubungkan jalan raya dan Jalan menuju Pantai Sawarna ............................................................................. 156 4.12 Bab V mengenai Hak dan Kewajiban dalam Surat Kerjasama .................. 159 4.13 Bab V mengenai Hak dan Kewajiban dalam Surat Kerjasama .................. 159
x
4.14 Lomba Desa Wisata di Pantai Sawarna ..................................................... 161 4.15 Isi Surat Kejasama mengenai Partisipasi masyarakat ................................ 165 4.16 Kegiatan Masyarakat dalam kebersihan Pantai Sawarna Setiap Hari Jumat ...................................................................................... 166 4.17 Kawasan Pariwisata di Kabupaten Lebak .................................................. 167 4.18 Tepi Pantai Sawarna yang dijadikan Lahan Parkir ....................................169 4.19 Sampah yang berserakan di Tepi Pantai Sawarna..................................... 170
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Surat Ijin Penelitian Lampiran Matrix Wawancara Lampiran Member Check Lampiran Dokumentasi Foto Penelitian Lampiran Pamflet Promosi Dinas Lampiran Daftar Pegawai Dinas Lampiran Daftar Pegawai Desa Sawarna Lampiran Perjanjian Kerjasama Lampiran Data Jumlah Wisatawan Nusantara dan Asing Tahun 2013 s.d 2015 Lampiran Daftar Rekapitulasi Setoran PAD tahun 2013 s.d 2015 Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014 Lampiran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Lampiran Rencana Strategis Dinas Tahun 2014-2019 Lampiran Daftar Bimbingan Skripsi Lampiran Riwayat Hidup
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sumber bagi pertumbuhan ekonomi
diberbagai bagian dunia. Namun, pertumbuhan pariwisata internasional yang memberikan harapan bagi banyak negara untuk meningkatkan perekonomian tersebut, perlu diimbangi kebijakan yang mendukung pembangunan pariwisata. UNWTO bersama-sama dengan beberapa negara anggota antara lain Indonesia, Republik Korea, dan Maroko. Mereka berpartisipasi aktif pada Pertemuan Kelompok Ahli Pariwisata Berkelanjutan, dan telah berhasil mendorong PBB untuk menetapkan tahun 2017 sebagai Tahun Pariwisata Berkelanjutan Internasional. Selanjutnya dalam pelaksanaan Tahun Pariwisata Berkelanjutan International diperlukan strategi trobosan.Strategi terobosan pembangunan pariwisata dunia adalah dilakukannya diversifikasi produk, seperti pengembangan jalur-jalur wisata lintas negara dan wilayah yang memiliki kesamaan sejarah dan aktivitas masa lalu, seperti Jalur Sutra (Silk Road) dan Jalur Rempah. Pembangunan konektivitas jalur perjalanan wisata, selain itu pengurangan pajak dan kemudahan visa kunjungan menjadi sangat krusial untuk meningkatkan arus wisatawan dunia.Pengembangan strategi ini dalam produk wisata diharapkan secara praktis akan mendorong percepatan pengembangan pariwisata di kawasan regional, mendorong people-to-people contact dan memperkuat integrasi kawasan. Hal ini di lakukan hampir diberbagai negara, khususnya di negara-
1
2
negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki daya tarik wisata yang tinggi, salah satunya adalah Indonesia (http://www.antaranews.com /berita/437634/indonesia-pimpin-sidang-dewan-eksekutif-un-wto). Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari beberapa pulaupulau besar dan ribuan pulau-pulau kecil. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia bermukim di pulau Jawa. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: pulau Jawa dengan luas 132.107 km², pulau Sumatera dengan luas 473.606 km², pulau Kalimantan dengan luas 539.460 km², pulau Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan pulau Papua luas 421.981 km² (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia). Melihat keadaan geografis pulau-pulaunya seperti itu, baik dari segi sumber daya alam, suku bangsa, budaya, daerah-daerah yang elok, tempat-tempat yang berpotensi menjadi daerah wisata unggulan, dan banyak lagi lainnya. Semua kekayaan dan kekhasan tersebut menjadi satu kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu, Indonesia banyak memiliki tempat-tempat yang berpotensi menjadi objek wisata yang sangat menarik dan unik. Dimana tempat-tempat tersebut menyimpan nilai-nilai sejarah bangsa yang dapat menarik antusias wisatawan asing maupun wisatawan lokal untuk datang mengunjungi tempat tersebut. Contohnya saja, wisata candi-candi yang berada di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan nilai sejarah dan keunikannya kawasan wisata tersebut dapat menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan asing dan wisatawan
3
lokal untuk datang mengunjungi kawasan wisata tersebut. Hal ini dibuktikan dengan Indonesia dikunjungi 5.643.271 wisatawan mancanegara (wisman) selama Januari hingga Agustus 2013 atau meningkat 8,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5.211.704 wisman. Wisman ke Indonesia pada Agustus 2013 naik tajam, dari 634.194 wisman pada Agustus 2012, menjadi 771.009 wisman, atau meningkat 21,57 persen. Tercatat jumlah wisman yang masuk ke Indonesia selama Januari-Agustus 2014 mencapai 5.643.271 wisman, atau meningkat hingga 8,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5.211.704 wisman (http://www.tempo.co/read/news/2014/03/06/2025598 69/Pariwisata-Indonesia-Lampaui-Pertumbuhan-Ekonom). Menilai dari fakta-fakta di atas, sudah menjadi hal mutlak jika Indonesia dinilai sebagai negara yang kaya dan mampu membawa rakyatnya kedalam keadaan sejahtera. Hal ini dapat dilihat dari Pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia. pada akhir tahun 2014 mencapai 9,39 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen. Sedangkan sektor pariwisata menyumbangkan produk domestik bruto mencapai Rp.347 triliun. Bila dibandingkan, angka itu mencapai 23 persen dari total pendapatan negara yang tercantum di APBN Perubahan 2013, yakni Rp.1.502 triliun, Sektor pariwisata juga menempati urutan keempat sebagai penyumbang devisa negara tahun 2013. Dalam daftar peringkat daya saing pariwisata di ASEAN yang dilansir oleh World Economic Forum (2013), posisi Indonesia terus merangkak naik setiap tahunnya. Kini, peringkat daya saing Indonesia berada di urutan ke 70. Pada 2012 ada diurutan 74. Itu ditunjukkan
4
dengan diketoknya beberapa standarisasi usaha wisata oleh pemerintah (http://www.tempo.co/read/news/2014/03/06/202559869/Pariwisata-IndonesiaLampaui-Pertumbuhan-Ekonom). Guna mendongkrak pertumbuhan jumlah wisatawan, pemerintah rajin menggelar sejumlah program promosi. Salah satu program besar itu adalah mengikuti pameran pariwisata di luar negeri seperti di Berlin.Kekuatan industri pariwisata Indonesia yang utama masih pada sumber daya alam dan kekayaan ragam budaya, serta biaya yang relatif murah. Kekuatan industri ini juga diterapkan diberbagai daerah mengingat pentingnya peran sektor pariwisata dalam pembangunan. Pentingnya peranan sektor pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai daerah sudah menjadi tidak diragukan lagi. Banyak daerahdaerah yang menggarap sektor pariwisata dengan serius dan menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan didalam perolehan pendapatan daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan dan keunikannya masing-masing, baik secara keindahan alam maupun kekhasan budaya. Salah satunya adalah dengan menggalakan wisata bahari. Sebagai contoh beberapa objek wisata bahari yang dikelola dengan baik diantaranya, Pantai Kuta - Bali, Taman Laut Bunaken Manado, Pantai Raja Ampat - Papua, Pantai Pangandaran - Jawa Barat, Pantai Sengigi - Lombok, Pantai Parai Tenggiri - Bangka Belitung, Pantai Parangtritis Yogyakarta, dan yang terakhir adalah Pantai Anyer - Banten. Provinsi Banten 8.800,83 km2 dengan populasi penduduk mencapai 10.644.030 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2010. Mayoritas penduduk beragama Islam dengan mata pencaharian dari sektor pertanian, perdagangan,
5
industri dan jasa. Unit pemerintahan dibagi atas 4 kabupaten dan 4 kota : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik sumber daya pariwisata budaya, alam, buatan dan kehidupan masyarakat tradisional (living culture) yang berkembang sebagai destinasi wisata berskala nasional bahkan internasional. Terdapat 34,8% atau sekitar 71 Objek Daya Tarik Wisata merupakan kawasan wisata berskala nasional ataupun international. Pariwisata merupakan sektor yang terus dikembangkan di Indonesia khususnya Banten. Salah satunya yang paling menarik adalah wisata pantai atau wisata Bahari. Provinsi Banten memiliki Pantai di Beberapa Daerahnya seperti Anyer di Cilegon, Pantai Tanjung Lesung di Pandeglang, Pantai Sawarna di Lebak. Di bawah ini akan disajikan total pantai yang tersedia di Provinsi Banten.
6
Tabel 1.1 Jumlah Pantai Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2012 Jumlah Pengelola Terdata
Pantai
Luas Lahan Terdata
Pemerintah
Swasta
Perorangan
Tenaga Kerja Terdata
Lebak
11
10,3 Ha
3
-
-
-
Pandeglang
19
7,8 Ha
6
1
1
63
Serang
36
45,5 Ha
1
1
19
-
Tangerang
7
79,5 Ha
3
1
-
-
Tangerang
-
-
-
-
-
-
Cilegon
10
24,6 Ha
-
2
-
-
Serang
2
-
-
-
-
-
Tangerang Selatan
-
-
-
-
-
-
85
167,7 Ha
13
5
20
63
Kabupaten/Kota Kabupaten:
Kota:
Jumlah
Sumber: Database Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2013 Data di atas menunjukkan kekayaan Provinsi Banten atas pantai yang dapat dimanfaatkan untuk wisata. Jumlah pantai terbanyak ada di Kabupaten Serang sebanyak 36, menyusul Pandeglang dengan total 19, dan diurutan ketiga di Kabupaten Lebak dengan Jumlah Pantai sebanyak 11 Pantai yang mana akan diambil untuk penelitian ini adalah pantai di Kabupaten Lebak. Kabupaten Lebak juga banyak memiliki wisata yang terpendam dan kurang terpublikasikan bahkan masih belum terjamah oleh para wisatawan. Kabupaten Lebak adalah salah satu
7
Kabupaten yang berada di Provinsi Banten yang memiliki banyak daerah wisata seperti: Tabel 1.2 Obyek Wisata di Kabupaten Lebak No
Nama Wisata
Tempat
1
Curug Indihiyang
Warunggunung
2
Arung Jeram
Lebakgedong
3
Goa Sangkir
Bojongmanik
4
Budaya Kaolotan Baduy
Leuwidamar
5
Pemandian Air Panas
Cipanas
6
Pantai Karang Taraje
Bayah
7
Pantai Bagedur
Malingping
8
Pantai Binuangeun
Wanasalam
9
Pantai Cibobos
Panggarangan
10
Pantai Pulau Manuk
Bayah
11
Pantai Sawarna
Bayah
12
Pantai Ciantir
Bayah
13
Budaya Kaolotan/Seren Taun
Cibeber
14
Situs Cibedug
Cikotok
15
Air Panas Senanghati
Malingping
16
Situs Palayangan
Cimarga
17
Kawah Cipanas
Sobang
18
Curug Kanteh
Cilograng
19
Pantai Cihara
Cihara
20
Pantai Talanca
Malingping
21
Pantai Cimandiri
Panggarangan
22
Pantai Tanjung Panto
Wanasalam
23
Pantai Karang Tengah
Wanasalam
Sumber : Profile Potensi Investasi Kabupaten Lebak, 2008
8
Tabel di atas menggunakan data tahun 2008 karena belum ada penambahan destinasi wisata sampai tahun ini. Tabel di atas menunjukan bahwa, Kabupaten Lebak merupakan Kabupaten yang memiliki banyak tempat wisata di Provinsi Banten. Tempat-tempat wisata tersebut tentunya dapat menarik wisatawan, namun yang paling sering menjadi tempat wisata adalah Pantai Karang Taraje, Pantai Pulau Manuk dan Sawarna seperti pada tabel jumlah wisatawan di bawah ini: Tabel 1.3 Jumlah Wisatawan Nusantara No
Tahun
1
2013
Karang Taraje 8.036
2
2014
-
Objek Wisata Pulau Manuk 15.044 515
Sawarna 8.787 10.978
Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2013 Ketiga pantai di atas memiliki keindahan pesona pantai yang hampir sama yaitu, hamparan karang disekitar bibir pantai dan pemandangan pasir putihnya yang masih alami. Namun dari semenjak awal tahun 2011, pantai Sawarnalah yang menjadi favorit wisata para wisatawan. Hal tersebut dikarenakan pantai Sawarna memiliki bentangan bibir pantai yang lebih panjang dari pantai Karang Taraje dan Pulau Manuk, memiliki beberapa goa yang terdapat tidak jauh dari pantai sawarna seperti goa Langir, goa Kombayana, dan goa Lalay. Selain itu di pantai Sawarna ini terdapat dua buah karang yang menyerupai layar dari perahu. Selain itu, ombak yang besar menjadikan pantai Sawarna menjadi salah satu rekomendasi pantai wisata surfing oleh para wisatawan asing yang merasa bosan dengan suasana surfing di pantai Pelabuhan Ratu, nilai tambahnya yaitu pantai yang masih alami dan berdekatan dengan hutan-hutan yang dilindungi Perum
9
Perhutani Kabupaten Lebak dan PTPN VIII disekitar pantai. Tabel di atas menggambarkan peningkatan kunjungan wisatawan terhadap pantai Sawarna dari tahun 2013 sebanyak 8.787 wisatawan, menjadi 2014 yaitu sebanyak wisatawan 10.978. Terjadi peningkatan sekitar 20% jumlah pengunjung atau sebanyak 2.191 wisatawan. Peningkatan kunjungan wisatawan tahun 2014 sangat disayangkan karena tidak dibarengi dengan meningkatnya sarana dan prasarana penunjang wisata di pantai Sawarna. Menurut bapak Agus Fauzi, selaku Kasi Binmas dan Sarana Pariwisata DISPORAPAR Kabupaten Lebak
beliau menuturkan
rendahnya sarana dan prasarana yang ada ditakutkan berdampak kepada rendahnya kunjungan ulang wisatawan yang sudah berkunjung terhadap destinasi pariwisata pantai Sawarna. Diakuinya memang belum ada pengembangan destinasi dan wahana bermain pantai baik itu yang disediakan pemerintah ataupun pihak lainnya. Selain itu belum adanya kesadaran masyarakat dan wisatawan tentang pelestarian budaya lokal Sawarna, dan kreatifitas pengembangan kuliner khas Sawarna, padahal jika itu dilakukan bisa menambah minat wisatawan untuk berkunjung. Sampai saat ini para wisatawan hanya menikmati pantai Sawarna dari sudut keindahan alamiah pantai Sawarna saja. Dalam undang-undang No. 09 tahun 1999 tentang kepariwisataan yang diganti dengan undang-undang No. 10 tahun 2009, tentang pemerintah daerah terdampak pada dimilikinya kewenangan yang lebih besar untuk mengatur daerahnya sendiri dengan modal ekonomi daerah kedudukan sektor pariwisata semakin penting untuk memacu dan mencari sumber-sumber daerah yang dianggap potensial untuk dikembangkan.
10
Dalam menangani hal ini tentunya Pemerintah daerah telah membuat strategi guna membangun Pantai Sawarna menjadi wisata bahari yang terkelola dengan baik, misalnya dalam pengembangan daya tarik wisata tersebut diperlukan adanya dukungan publikasi dan promosi baik ditingkatkan lokal maupun nasional bahkan internasional, sebab keberhasilan pengembangan pariwisata tergantung pada strategi promosi yang dijalankan dan dibutuhkan adanya kegiatan pusat informasi wisata. Selain itu, keberhasilan pengembangan daya tarik wisata sangat tergantung kepada keseriusan pemerintah Kabupaten Lebak dalam mengelola dan memanfaatkan objek-objek wisata tersebut dengan baik. Keseriusan tersebut bisa berupa mulai dari perencanaan, pengembangan dan pengendalian. Dalam perencanaan dan pengembangan Kabupaten Lebak khususnya untuk bagian pariwisata melalu peraturan daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana dan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak tahun 2014 2034 dalam strategi penataan ruang pasal isinya mengenai pengoptimalan dan pengembangan kawasan wisata alam, budaya dan buatan sudah tertera di dalamnya yang dapat dijadikan acuan dalam pembentukan strategi program pengelolaan Pantai Sawarna yang dapat dilihat di pasal 44 mengenai kawasan peruntukan pariwisata dimana didalam pasal 44 tersebut disebutkan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah merupakan Kawasan yang termasuk dalam tata rencana ruang wilayah di Kabupaten Lebak, akan tetapi pada kenyataanya masih dalam bentuk perencanaan saja dan belum direalisasikan dalam bentuk program pengelolaan sehingga Pantai Sawarna belum mendapatkan pengembangan yang
11
optimal dari Kabupaten Lebak khususnya Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Kebijakan
pemerintah
Kabupaten
Lebak
yang
lainnya
untuk
mengembangkan pariwisata adalah dengan dikelolanya kawasan wisata tersebut oleh dinas atau badan yang berbeda, Pantai Karang Taraje terhitung dari 2013 sudah berpindah kewenangan kepada PT. Cemindo Gemilang, pantai Pulau Manuk dikelola oleh Perusahaan Umum Perhutani, dan hanya Pantai Sawarna yang sampai saat ini masih dikelola oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak di Kecamatan Bayah.
Tabel 1.4 Daftar Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah 2014 Retribusi Tempat Rekreasi Realisasi No Target (Rp) dan Olahraga Target (Rp) 1 Sport Centere 63.125.000 63.125.000 2 3 4 5 6 7 8
Pemandian Air Panas Cipanas Pantai Bagedur Pantai Sawarna Wisata Budaya Baduy Pantai Binuangeun Pantai Pulo Manuk Pantai Cibobos
50.000.000 40.000.000 25.000.000 6.000.000 4.500.000 1.000.000 1.000.000
50.000.000 40.000.000 25.000.000 6.000.000 5.000.000 1.000.000 500.000
% 100 100 100 100 100 111,11 100 50
Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2014 Daftar rekapitulasi setoran retribusi di atas menunjukan bahwa kontribusi Pantai Sawarna terhadap PAD Kabupaten Lebak di tahun 2014, 100% terealisasi, menempati urutan ke 4 dari pariwisata yang ada di Kabupaten Lebak. Dengan jumlah perencanaan pencapaian target sebesar Rp.25.000.000, dan terealisasi 100% sebesar Rp.25.000.000. Kebijakan tersebut tentunya dilakukan untuk
12
meningkatkan arus kunjungan dan meningkatkan pendapatan daerah dan tujuan akhir adalah berkontribusi besar dalam PAD. Jika kita kaitkan dengan jumlah wisatawan di atas sebelumnya, pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan mencapai 10.978 dikalikan dengan setoran retribusi yang diatur dalam nota kesepakatan antara Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dengan Kepala Desa Sawarna tentang pengelolaan pantai Sawarna sebesar Rp.3.000, maka setoran retribusi PAD yaitu sebesar Rp.32.934.000. Menurut Ibu Muslihah kepala seksi jasa usaha Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak penetapan target PAD dilihat dari jumlah kunjugan wisata tahun sebelumnya dikalikan dengan tarif setoran yang sudah ditetapkan. Setelah peneliti melakukan hitungan sederhana, ternyata target PAD seharusnya bisa dioptimalkan lagi. Sangat disayangkan, 2 tahun sebelumnya pantai Sawarna belum bisa berkontribusi terhadap PAD, dikarenakan belum terfokusnya pengelolaan pantai di Kecamatan Bayah oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lebak, dikarenakan pada tahun tersebut masih berfokus kepada wisata alam suku Baduy (Agus Fauzi Kasi Binmas dan Sarana Pariwisata DISPORAPAR Kabupaten Lebak). Adapun hasil pengamatan (observation) peneliti di lapangan yang dapat disimpulkan terkait dengan permasalahan pariwisata pantai Sawarna yang difokuskan pada pengelolaan pariwisata pantai Sawarna oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Dalam melakukan pengembangannya belum dilakukan secara optimal. Adapun masalah-masalah yang peneliti temukan
13
di lapangan pada observasi awal terkait Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata diantaranya adalah: Pertama. Belum Optimalnya pemanfaatan potensi wisata Pantai Sawarna Oleh Investor dan Pemerintah. Pantai Sawarna memiliki keunggulan dari sisi penampakan alam yang indah dan terkumpul semua dalam satu lokasi, serta keasrian alam yang masih alami. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tren penurunan jumlah wisatawan yang datang ke Pantai Sawarna. Selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh pengunjung yang datang didominasi oleh warga lokal berdasarkan database Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak tahun 2014, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan terhadap pantai Sawarna dari tahun 2013 sebanyak 20%, namun tidak dibarengi dengan peningkatan pengelolaan destinasi pantai Sawarna. Hal ini menunjukkan belum optimalnya pemanfaatan potensi keunggulan wisata Pantai Sawarna untuk menarik wisatawan. Hal lain juga ditandai dengan wisatawan yang telah datang kurang berminat untuk kembali sehingga sangat diperlukan inovasi baik oleh investor maupun pihak pemerintah agar wisatawan dapat berkunjung kembali Kedua, kurang optimalnya penyediaan fasilitas dan aksesibilitas yang ada di pantai Sawarna masih belum memadai dan belum maksimal. MCK disekitar pantai masih belum dapat dikatakan baik, lalu Kondisi warung-warung di bibir pantai kurang tertata rapi sehingga kondisi tata lokasi pembangunan pantai menjadi semerawut. Selain itu masalah kebersihan juga masih kurang karena banyaknya sampah plastik dan kotor berserakan di Indahnya Pasir Putih Pantai Sawarna yang mencerminkan kurangnya perhatian pengunjung terhadap
14
kebersihan dan peran pemerintah untuk menjaga lingkungan sekitar Pantai. Kondisi demikian akan semakin diperparah bila saat musim liburan tiba di mana lebih banyak pengunjung maka sampah semakin tidak terkontrol. Selain Fasilitas, kurang optimalnya pembangunan akses menuju sawarna. Dari akses yang paling utama hingga akses menuju Pantai. Misalnya Akses jalan Provinsi yang kondisinya semakin lama semakin memburuk dan cenderung tidak ada perubahan jalan berlubang, sempit, dan minim penerangan. Lama tempuh menuju objek wisata sebenarnya kondisional, hal tersebut diakibatkan oleh jalanan yang rusak dan berlubang dikedua jalur tersebut. Akses transportasi menuju objek wisata pantai Sawarna terhenti di terminal Kecamatan Bayah saja. Sedangkan jarak tempuh dari terminal Bayah menuju pantai Sawarna adalah 10 Km. Tidak ada transportasi angkutan umum lanjutan menuju kawasan wisata pantai Sawarna kecuali ojek dan sewa mobil. Hal tersebut sangat menyulitkan para wisatawan yang berkunjung dengan tidak membawa kendaraan pribadi. Keadaan tersebut sering dikeluhkan oleh para wisatawan yang mengakses jalan tersebut, Kesulitan lain adalah Kurangnya penerangan daerah wisata menjadikan ketidak nyamanan wisatawan ketika mereka harus pulang dari pantai menuju tempat dimana mereka menginap ketika malam hari. Selain itu, hal tersebut menjadikan tingkat keamanan wisatawan ketika malam menjadi rawan, walaupun belum pernah ada terjadi tindakan kriminal pada malam hari didaerah objek wisata. Akan tetapi hal tersebut tetap saja menjadikan keamanan objek wisata pantai Sawarna tidak nyaman ketika malam tiba. walaupun pada akhirnya mereka takjub akan pesona panorama pantai Sawarna, hal tersebut pernah dialami oleh Erwin Zanuar seorang
15
wisatawan lokal dari Tangerang yang peneliti temui di lapangan. Sedangkan bila ingin mengunjungi pantai sawarna pengunjung harus kendaraan pribadi atau sewaan, dikarenakan belum adanya kendaraan umum untuk menuju kepantai, adapun untuk menuju wisata-wisata sekitar pantai pengunjung harus menyewa ojek karena tidak selalu dapat diakses dengan mobil Pemerintah memang memberi perhatian, terhadap akses menuju Pantai Sawarna namun belum pada pelaksanaanya, Hal ini tentunya menjadi miris karena infrastrukturmerupakan hal yang seharusnya diprioritaskan utama dalam strategi peningkatan kunjungan wisatawan. Namun ternyata fasilitas dan aksesibilitas menjadi kelemahan dalam straategi pengembangan Pantai Sawarna. Ketiga, Kurang Optimalnya Manajemen Pengelolaan Pantai Sawarna. Hal ini terlihat dari kurang kreatif dan inovatifnya pengembangan strategi yang ada khususnya terkait promosi, hal ini terlihat dalam hal strategi promosi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak hanya melakukan strategi promosi pada event-event tertentu saja baik itu yang diadakan oleh Provinsi maupun Nasional. Blog tentang Sawarna hanya menampilkan empat foto utama sawarna dengan deskripsi seadanya. Selain itu rendahnya tingkat promosi iklan atau bentuk sosialisasi lainnya baik radio ataupun media cetak. Adapun yang lainnya adalah masih minimnya penunjuk arah jalan yang membingungkan untuk pengunjung pemula. Padahal bentuk sosialisasi promosi atau pengenalan destinasi wisata sangat penting guna menarik wisatawan atau setidaknya para calon wisatawan tahu akan pariwisata pantai Sawarna. Masalah lain soal strategi yaitu penggenaan tarif. Untuk memasuki kawasan pantai Sawarna tersebut kita harus
16
membeli sebuah tiket yang tarifnya sudah ditetapkan, untuk perorangan dikenakan biaya sebesar Rp.6.000 sudah termasuk kendaraan roda dua, dan kendaraan roda empat sebesar Rp.10.000 tarif parkir permalam, namun bisa saja berubah tergantung pengelola. Walaupun tarif retribusi tersebut sudah ditetapkan namun kita boleh melakukan negosiasi, biasanya satu motor dengan dua orang penumpang hanya membayar tarif sebesar Rp.6.000, bahkan peneliti melihat pengunjung yang masuk tanpa membayar retribusi, ketika peneliti mencoba bertanya kepada seorang pengunjung yang bernama Anshar, ternyata pengunjung tersebut mengenali petugas penjaga karcis, sehingga tidak dipungut biaya karcis masuk pantai Sawarna. Sedangkan strategi yang lain terkait pengembangan pariwisata dari sisi kelemahan dan kekurangannya belum dioptimalkan dengan baik. Apabila pengelolaan manajemen Pantai Sawarna dikelola dengan tepat tentunya hal ini akan menimbulkan peluang baik untuk kesejahteraan masyarakat dan PAD Lebak pada puncak akhirnya. Keempat, Belum adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar pihak terkait dalam Pengembangan Wisata Pantai Sawarna. Pihak terkait dalam hal ini adalah tentunya Disbudpar Provinsi Banten. Hal ini terlihat masih adanya saling lempar tanggungjawab. Pihak Dinas Kabupaten Lebak melempar tanggungjawab kepada dinas Provinsi, sedangkan Dinas Provinsi melempar kepada dinas pelaksana di Kota dan kabupaten. Hal ini terlihat dalam Rencana Strategis 20122017 yang menetapakan Sawarna sebagai salah satu kawasan prioritas pengembangan kepariwisataan. Namun jika melihat kelapangan belum ada perubahan yang signifikan terkait pengembangan wisata pantai sawarna, terutama
17
dalam hal akses dan infrastruktur. Baik dari sisi Pemerintah Kabupaten maupun Pihak Provinsi. Selain itu sebagai pemilik wilayah Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Lebak belum secara agresif melakukan kerjasama dengan pihak swasta terkait pengelolaan dan belum secara agresif berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, seperti hanya berpangku tangan. Masing-masing dinas memiliki prioritas lainnya. Tentunya hal ini menunjukkan kurang seriusnya pihak dinas dalam pengembangan kawasan wisata Pantai Sawarna yang orang-orang bilang sebagai “The Hidden Paradise” yang nantinya akan menjadi ancaman, atau bahkan mengalami kerusakan yang semakin buruk Inilah yang menjadi latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA
(DISPORAPAR)
KABUPATEN
LEBAK
DALAM
PENGELOLAAN PARIWISATA PANTAI SAWARNA DI KECAMATAN BAYAH”.
1.2
Identifikasi Masalah Dalam bagian ini peneliti akan menuliskan berbagai permasalahan yang ada
pada objek yang akan diteliti seperti yang telah disinggung di dalam latar belakang masalah. Peneliti menyimpulakan ada beberapa masalah manajemen pengelolaan pantai Sawarna diantaranya: 1.
Belum optimalnya pemanfaatan potensi lokasi tujuan wisata pantai Sawarna oleh investor dan pemerintah.
18
2.
Kurang optimalnya penataan bangunan di sekitar bibir pantai dan penyediaan sarana penunjang wisata yang ada di pantai Sawarna.
3.
Kurang optimalnya Manajemen Pengelolaan Pantai Sawarna dibidang promosi.
4.
Belum adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar pihak terkait dalam Pengembangan Wisata Pantai Sawarna.
1.3
Batasan dan Rumusan Masalah 1.3.1 BatasanMasalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini maka peneliti akan membatasi
tentang Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah. 1.3.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah?
1.4
Tujuan penelitian Sesuai dengan masalah yang dihadapi, maka tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui bagaimanaStrategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata
19
(DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoritis 1.
Untuk menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan Ilmu Administrasi Negara khususnya.
2.
Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih mendalam mengenai Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
1.5.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi pemerintah daerah, diharapkan nantinya dapat dijadikan sebuah penilaian yang logis bagi pemerintahan daerah untuk lebih serius lagi menciptakan good governance khususnya tentang mengenai Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
20
2.
Bagi masyarakat, diharapkan nantinya bisa mendapatkan dampak kesejahteraan, kemanfaatan, dan lapangan pekerjaan atas aktifitas-aktifitas wisatawan objek wisata pantai Sawarna.
Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar strata satu dan bertambahnya ilmu pengetahuan berdasarkan fakta-fakta baru yang ada di suatu instansi yang mengenai Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
1.6. Sistematika penulisan BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan permasalah yang akan di teliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari ruang lingkup yang paling umum hingga menukik ke masalah yang lebih spesifik, yang relevan dengan judul skripsi. 1.1 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Maslah 1.1.1 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah akan memperjelas aspek permaslahan yang muncul dan berkaitan dengan variabel yang akan di teliti. Identifikasi masalah dapat diajukan dalam bentuk pernyataan atau pernyataan.
21
1.1.2 Batasan Masalah Batasan masalah akan lebih mempersempit masalah yang akan diteliti, sehingga objek penelitian, subjek penelitian, lokus penelitian, hingga periode penelitian secara jelas termuat. 1.2 Perumusan Masalah Bagian ini peneiti mengidentifikasi masalah secara implisit secara tepat atas aspek yang akan diteliti seperti terdapat dalam latar belakang masalah dan pembatasan masalah. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian akan mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan sebelumnya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian akan menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari diadakannya penelitian ini. 1.5 Sistematika Penulisan Sitematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara singkat dan jelas. BAB II DESKRIPSI TEORI 2.1 Deskripsi Teori Deskripsi teori memuat kajian terhadap sejumlah teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan memperoleh konsep penelitian yang jelas.
22
2.2 Peneliti Terdahulu Peneliti terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan minimal 2 jurnal. 2.3 Kerangka Berpikir Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori. 2.4 Asumsi Dasar penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang ada, yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya. Hipotesis dirumuskan berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini. 3.2 Fokus Penelitian Bagian ini membatasi dan menjelaskan subtansi materi kajian penelitian yang ada dilakukan. 3.3 Lokasi Peneltian Menjelaskan tempat (lokus) penelitian dilakukan. Menjelaskan tempat penelitian, serta alasan memilihannya. 3.4 Varibel Penelitian
23
3.4.1 Definisi Konseptual memberikan penjelasan konsep dari variable yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan. 3.4.2 Definisi Operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam menjabarkan fenomena yang akan diamati. 3.5 Instrumen Penelitian Instrumern penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan. 3.6 Informan Penelitian Informan
penelitian
menjelaskan
tentang
informan
yang
akan
memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. 3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data Menjelaskan tentang teknik analisa beserta rasionalitas yang sesuai dengan sifat data yang diteliti. 3.8 Tempat dan Waktu Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian dilaksanakan. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian Penjelasan mengenai objek penelitian yang meliputi alokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian. 4.2. Dekripsi Data
24
Menjelaskan data penelitian dengan mengunakan teori yang sesuai dengan kondisi di lapangan. 4.3. Deskripsi Data Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mengunakan teknis analisis data kualitatif. 4.4. Pembahasan Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil penelitian. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta asumsi dasar penelitian. 5.2. Saran Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori. DAFTAR PUSTAKA Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Lampiran Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Teori Semua penelitian bersifat ilmiah. Oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Siti Rahayu Haditono (1999) dalam sugiyono (2009: 41), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Oleh sebab itu, pada bab ini meneliti akan memamaparkan teori yang akan dipakai dalam penyelesaian masalah yang ada. Dalam penelitan Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah ini, kajian yang relevan untuk digunakan adalah pendekatan mengenai manajemen strategis. Dimana dalam mengelola pariwisata pantai Sawarna dibutuhkan strategi yang baik yang mampu di Implementasikan oleh pihak yang bertanggungjawab untuk mengemban tugas-tugas tersebut dalam hal ini yaitu Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dibidang Pariwisata. 2.1.1 Konsep Organisai Perkataan organisasi berasal dari istilah Yunani organon dan istilah Latin organum yang berarti alat, bagian, anggota atau badan.Dalam literatur dewasa ini, arti organisasi beraneka ragam, tergantung dari sudut mana ahli yang bersangkutan melihatnya.
25
26
Mooney dalam Manullang (2005:59) mengatakan, organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sedang Chester I. Barnard memberi pengertian bahwa organisai sebagai suatu sistem dari aktivitas kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih. Organisai yang terbesar dimana pun sudah barang tentu organisasi publik yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara. Oleh karena itu, organisasi publik mempunyai kewenangan yang absah (terligitimasi) dibidang politik, administrasi, pemerintahan dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warganya serta melayani kebutuhan. Sebaliknya, berhak pula memungut pajak untuk pendanaan dan menjatuhkan sebagai sanksi penegakan peraturan. Seiring
berjalannya
waktu,
organisasi
mengalami
perubahan
paradigma. Perubahan paradigma dalam organisasi ini dapat dilihat dari kacamata yang lain, yaitu yang diwarnai oleh paradigma organisasi dan oleh post birokrasi. Jadi, organisasi publik sering kita lihat pada bentuk organisasi instansi pemerintah yang juga dikenal sebagai birokrasi pemerintah. Istilah birokrasi ini di berikan kepada instansi pemerintah karena pada awalnya tipe organisasi yang ideal (yang disebut birokrasi dan orang-orang yang disebut birokrat ini) merupakan bentuk yang sebagian besar diterima dan diterapkan oleh instansi pemerintah. Dari pembahasan mengenai konsep organisasi dan manajemen publik di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah wadah atau tempat untuk saling bekerja secara bersama-sama untuk mencapai
27
sebuah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun manajemen publik merupakan, organisasi pemerintah yang mengatur sumber daya yang ada agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tidak didasarkan pada profit, dalam hal ini pemerintah sebagai penyedia kebutuhan publik.
2.1.2 Konsep Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak Perencanaan strategi merupakan suatu keinginan yang berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan, potensi (kekuatan), peluang, kelemahan, dan hambatan yang ada atau mungkin yang timbul. Proses ini sendiri merupakan suatu rencana strategis instansi pemerintah yang setidaknya memuat visi, misi, tujuan dan sasaran strategi dan kebijakan program. Visi berkaitan dengan pandangan kedepan menyangkut kemana arah dan tujuan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam berkarya melaksanakan pembangunan daerah agar tetap eksis, inovatif, produktif, berdaya guna, dan bertanggungjawab sesuai bidangnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan visi adalah sebagai berikut: 1. Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah organisasi. 2. Memberikan arah yang jelas. 3. Mampu mempersatukan berbagai gagasan strategis organisasi.
28
4. Memiliki orientasi terhadap masa depan organisasi. 5. Mampu menumbuhkan komitmen dalam lingkungan organisasi. 6. Mampu menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi. Berdasarkan analisa potensi, peluang, kelemahan dan hambatan yang dihadapi Kabupaten Lebak telah menetapkan visi “Menuju Kabupaten Lebak yang Maju, Berdaya Saing dan Religius melalui Pemanpaatan Pembangunan Perdesaan dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan”. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi Kabupaten Lebak yang akan dilaksanakan bersama dunia usaha dan masyarakat adalah: 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan inovatif, 2. Meningkatkan
tata
kelola
pemerintahan
yang berorientasi
pelayanan publik, 3. Meningkatkan perekonomian yang kokoh berbasis ekonomi kerakyatan, 4. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur strategis wilayah, 5. Menjaga keseimbangan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan, 6. Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah. Visi dan misi di atas tersebut, sangatlah relevan dan realistis tetapi pasti akan mengalami tantangan/hambatan. Oleh karena itu dibutuhkan konsistensi semua stekholder, dan dibutuhkan upaya kerja keras dalam mempersiapkan segenap SDM (perangkat) dan Infrastruktur penunjangnya.
29
Dengan merujuk dari Rencana Strategis Kabupaten Lebak dan tercapainya visi dan misi tersebut di atas maka Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata sebagai salah satu pelaksana pemerintah daerah sesuai bidangnya perlu menetapkan visi dan misi sebagai arah atau acuan kebijakan dinas dalam mencapai tujuan untuk 5 (lima) tahun kedepan. Visi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak disusun berdasarkan kondisi subyektif dan dilandasi pimikiran dan perkembangan kondisi dan tantangan dimasa yang akan datang. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam hubungan ini mempunyai tanggungjawab. Untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam bidang kepemudaan, keolahragaan, seni budaya, dan pariwisata secara terus menerus atau kesinambungan. Dengan demikian maka visi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak adalah “Terwujudnya Lembaga Terdepan dalam Meningkatkan Peran Pemuda, Prestasi Olahraga dan Pariwisata yang Berdaya Saing Berbasis Pengembangan Wilayah”. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata menetapkan misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung operasional kelembagaan, 2. Meningkatkan pembinaan dan peranan kepemudaan, sekaligus pengembangan potensi SDM pemuda dalam kreatifitas lokal secara verkesinambungan,
30
3. Meningkatkan
pembinaan
dan
pengembangan
olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi menuju industrialisasi olahraga kompetitif, 4. Menigkatkan dan mengembangkan potensi pariwisata berbasis kreatifitas lokal, 5. Meingkatkan dan mengembangkan objek-objek wisata. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran serta menerapkan strategi dalam pelaksanaan kegiatan bidan Pemuda Olahraga dan Pariwisata tahun 2014-2019 adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan pembangunan peningkatan sarana dan prasarana. 2. Membangun dan mengembangkan kerjasama antar instansi dan organisasi dalam pengembangan bidang Pemuda Olahraga dan Pariwisata. 3. Memadukan
dan
merumuskan
kebijakan,
perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan dengan instansi terkait. 4. Menjalin kemitraan dengan instansi/lembaga/organisasi dan dunia usaha dalam pengembangan bidang Pemuda Olahraga dan Pariwisata. 5. Menyusun dan melaksanakan standarisasi pelayanan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata dalam bentuk standar pelayanan minimal dan teknis pelaksanaannya.
31
6. Mendayagunakan website sebagai media sosialisasi dan promosi untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. 7. Menanamkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya bidang Kepemudaan Olahraga dan Kepariwisataan. 8. Menyusun dan melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi program kegiatan secara akurat, transparan dan akuntabel. 9. Mendorong dan menciptakan aspek kewirausahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan bidangnya. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut di atas Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata menetapkan strategi sebagai berikut: 1. Melibatkan berbagi instansi pemerintah yang terkait dalam perumusan kebijakan bidan Pemuda Olahraga dan Pariwisata. 2. Mengharapkan unsur pemerintah daerah tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa/Kelurahan melakukan sinkronisasi berbagai kebijakan bidan Pemuda Olahraga dan Pariwisata. 3. Membangun
dan
mengengbangkan
kerjasama
antar
instansi/lembaga/organisasi dalam mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana. 4. Meningkatkan
saling
pengertian
dalam
merencanakan,
melaksanakan, pemonitoran dan pengevaluasian program kegiatan pembinaan dan pengembangan masyarakat olahraga, seni budaya dan masyarakat pariwisata.
32
5. Melakukan sosialisasi dan promosi bidang promosi bidang Pemuda Olahraga dan Pariwisata kepada instansi terkait dan dunia usaha secara sistematis dan berkelanjutan. 6. Menyusun dan menetapkan peraturan dan ketentuan tentang peran dan tanggungjawabnya dalam pembinaan dan pengembangan bidang Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam bentuk MOU atau sejenisnya. 7. Melakukan pendataan, inventarisasi, identifikasi, interpretasi dan pemetaan berbagai kegiatan dibidang Pemuda Olahraga dan Pariwisata.
2.1.3 Pengertian Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategeia (stratos : militer, dan ag : pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal, dimana jenderal tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat memenangkan perang. Strategi merupakan cara terbaik yang dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain
itu,
strategi
mempengaruhi
perkembangan
jangka
panjang
perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan, dan karenanya beroientasi ke
masa
yang
akan
datang.
Strategi
mempunyai
konsekuensi
multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan, baik
33
faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan (David, 2010:21). Definisi
strategi
lainnya
secara
umum
diungkapkan
oleh
Mangkuprawira (2004: 14), ia mengemukan strategi didefinisikan sebagai cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini mengindikasikan adanya penggunaan strategi didalam sebuah organisasi, tidak saja organisasi swasta yang dalam penggunaan strateginya untuk dapat memperoleh profit. Definisi Mangkuprawira memberikan gambaran kepada kita, bahwa strategi merupakan upaya mengerjakan sesuatu oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Penggunaan strategi didalam organisasi publikpun sangat dibutuhkan, tetapi di dalam organisasi publik strategi dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Artinya dalam perkembangan saat ini, strategi tidak saja diadopsi oleh organisasi swasta saja tetapi dalam organisasi publik pun strategi tetap digunakan. Sementara menurut Chandler dalam Rangkuti (2005:3) menyebutkan: ”Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya yang disusun”. Secara sederhana, pengertian di atas menjelaskan bahwa strategi adalah alat keberhasilan sebuah tujuan kegiatan yang dipengaruhi oleh konsep yang dipergunakan.
34
Menurut tokoh lain yaitu Andrew dalam Rangkuti (2005:4) menjelaskan bahwa: ”Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholder, seperti manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung ataupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan”. Pengertian di atas menjelaskan bahwa, strategi adalah kekuatan yang mempengaruhi resiko-resiko yang ditanggung oleh sebuah organisasi dalam menjalankan kegiatannya. Ada lagi menurut Dirgantoro (2001:4) yang menjelaskan bahwa: ”Strategi adalah hal menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang tentang sumber daya didalam bisnisan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk dapat membantu memenangkan persaingan di dalam pasar”. Dari pengertian di atas, menjelaskan bahwa strategi adalah sebuah alur dalam menjalankan sebuah kegiatan yang berdasarkan kepada arahanarahan yang ditentukan sebelumnya guna mencapai sebuah tujuan. Pendapat lain menyebutkan bahwa manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. (Hunger dan Wheelen, 2003:4). Pengertian di atas menggambarkan bahwa, kinerja jangka panjang sebuah perusahaan dipengaruhi oleh sebuah kebijakan manajerial. Jadi berdasarkan definisi-definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa strategi merupakan suatu rencana permanen atau cara terbaik dan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk sebuah kegiatan didalamnya termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan untuk
35
memperoleh suatu keberhasilan keputusan yang terencana, baik itu jangka panjang ataupun jangka pendek. Tujuannya adalah agar sebuah keputusan itu dapat mencapai suatu obyek yang telah ditetapkan.
2.1.4 Model-model Strategi Strategi
Porter
menyiratkan
susunan
organisasi,
prosedur
pengendalian, dan sistem intensif yang berbeda. Semakin besar perusahaaan semakin besar akses pada sumber daya, pada umumnya bersaing dengan dasar keunggulan biaya dan/atau diferensiasi, sedangkan perusahaan yang lebih kecil sering bersaing dengan dasar focus. 1) Strategi Keunggulan Biaya Alasan utama untuk menjalankan strategi integrasi kedepan, ke belakang, dan horizontal adalah memperoleh manfaat unggulan dalam biaya. Tetapi keunggulan biaya pada umumnya harus dilakukan dalam gabungan dengan diferensiasi. Sejumlah elemen biaya mempengaruhi daya tarik relatif dari strategi umum, termasuk pencapaian skala ekonomis atau disekonomi, pengaruh kurva dan pengalaman, presentase pencapaian pemanfaatan kapasitas, dan hubungan dengan pemasok dan distributor. Elemen biaya lain yang harus dipertimbangkan adalah memilih di antara strategi alternatif termasuk potensi untuk berbagai biaya dan pengetahuan dalam organisasi, biaya litbang yang berkaitan dengan pengembangan atau produk baru atau modifikasi produk
36
lama, biaya tenaga kerja, tingkat pajak, biaya energi, dan biaya pengangkutan. 2) Strategi Diferensiasi Strategi
diferensiasi
menawarkan
beberapa
tingkat
perbedaan. Diferensiasi tidak menjamin keunggulan bersaing, terutama bila standar cukup memadai dalam memenuhi kebutuhan pelanggan atau kalau pesaing dapat dengan cepat meniru. Diferensiasi yang sukses dapat berarti fleksibilitas produk yang lebih besar, kompatibilitas yang lebih besar, biaya lebih rendah, pelayanan lebih baik, pemeliharaan, lebih nyaman, atau lebih menonjol. Pengembangan produk merupakan contoh dari strategi yang menawarkan keunggulan diferensiasi. 3) Strategi Fokus Strategi fokus yang sukses tergantung pada segmen industri artinya ukuran yang memadai, mempunyai potensi pertumbuhan yang baik, dan hal ini tidak amat menentukan bagi sukses pesaing utama
yang
lain.
Strategi
seperti
penetrasi
pasar
dan
pengembangan pasar menawarkan banyak keunggulan untuk focus. Perusahaan dari ukuran sedang sampai besar secara efektif dapat menerapkan strategi dengan dasar fokus hanya dalam kaitan dengan dasar dierensiasi atau keunggulan biaya. Karena hanya satu perusahaan yang dapat membedakan diri dengan biaya
37
terendah, perusahaan yang lain dalam industri tersebut harus menemukan cara lain untuk membedakan produk mereka. (David, 2004:62-63). Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi yang diungkapkan Porter menyiratkan susunan organisasi, prosedur pengendalian, dan sistem intensif yang berbeda, yang mana satu sama lainnya saling berhubungan. Beliau juga menyebutkan bahwa semakin besar perusahaaan semakin besar pula akses pada sumber daya, pada umumnya bersaing dengan dasar keunggulan biaya dan menawarkan beberapa tingkat perbedaan, sedangkan perusahaan yang lebih kecil sering bersaing dengan dasar yang tergantung pada segmen industri.
2.1.5 Pengertian Pengelolaan (Manajemen) Menurut Leiper (1990:256 dalam Pitana, 2009:80), pengelolaan (manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsifungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Planing (perencanaan), Directing (mengarahkan), Organizing (termasuk Coordinating) Controlling (pengawasan).
Leiper (1990:256 dalam Pitana, 2009:80) menekankan bahwa koordinasi merupakan fungsi utama dan terpenting yang harus dipisahkan dan memerlukan pembahasan tersendiri. Fungsi koordinasi merujuk kepada
38
fungsi seorang manajer untuk menerjemahkan sebuah informasi, seperti perencanaan dan pengawasan, dan mengaplikasikan informasi tersebut secara sistematis ke dalam kegiatan pengarahan (directing), perencanaan (planing), dan dan pengawasan (controling). Manajemen yang baik dan efektif memerlukan penguasaan atas orangorang yang akan dikelola. Di tingkat individual, orang akan mulai mengastur hidupnya begitu ia bisa mandiri. Ditingkat sosial, subjek manajemen adalah organisasi dan kumpulan organisasi. Seorang manajer dapat mengelola input, proses, dan output dari sistem organisasinya namun tidak dapat mengelola dan mengontrol faktor-faktor yang berada di luar organisasi, meski faktor-faktor tersebut ikut menentukan bagaimana organisasi tersebut berjalan. Jadi cakupan dan limit dari manajemen tergantung pada sistem organisasi di mana kekuasaan manajerial diaplikasikan. Pada uraian di atas menjelaskan bahwa definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaa hal ini disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama yaitu pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu.
39
2.1.6 Definisi Manajemen Strategis Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruhn jajaran didalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Berikut ini adalah pengertian manajemen strategis menurut beberapa ahli : Menurut Nawawi (2003:53) ”Perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organsasi”. Berdasarkan teori di atas, manajemen strategi adalah sebuah rencana manajerial yang bersifat menyeluruh, sebagai arahan untuk mencapai sebuah tujuan secara optimal. Menurut R. David (2004:5) ”Manajemen Startegi adalah Seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan, pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objeknya. Oleh karena itu manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk lebih proaktif ketimbang reaktif dalam membentuk masa depan sendiri, hal itu memungkinkan suatu organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi (ketimbang hanya memberi respon terhadap) aktifitas dan dengan demikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri”.
40
Dari pengertian di atas, manajemen strategi merupakan sebuah pola kebijakan yang memberikan pengaruh besar bukan hanya sampai tujuannya tercapai saja, memberikan pengaruh juga setelah tujuan tersebut tercapai. Menurut Hunger dan Wheelen (2003:4) Manajemen strategi adalah ”Serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang”. Berdasarkan
definisi-definisi
di
atas
maka
peneliti
dapat
menyimpulkan bahwa manajemen strategis merupakan usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada didalam suatu perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen strategis dikatakan efektif apabila memberi tahu seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis,kemajuan kearah pencapaian sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk. Komunikasi merupakan kunci keberhasilan manajemen strategis.
2.1.7 Konsep Manajemen Strategis Dan Pengimplementasiannya Di Pemerintah Daerah Efektivitas penerapan manajemen strategis pada suatu organisasi dipengaruhi oleh konteks yang melingkupi organisasi tersebut. Konteks yang melingkupi organisasi pemerintah daerah sangat berhubungan dengan ketidakpastian lingkungan (lingkungan yang berubah-ubah) yang diciptakan
41
oleh lembaga pengawasan yang sarat akan muatan politik dan memiliki berbagai kepentingan. Oleh karena itu, penerapan manajemen strategis harus dilaksanakan secara seksama. Konsep mengenai manajemen strategis harus dirumuskan secara jelas dan tahap pengimplementasiannya juga harus dijelaskan agar rencana strategis yang sudah disusun dapat tercapai. Manajemen
strategis
dalam
pemerintah
daerah
harus
mempertimbangkan berbagai faktor, baik itu faktor yang mendukung maupun yang menghambat kinerja manajemen publik. Proses manajemen strategis (strategic-management process) terdiri atas tiga tahap: 2.1.7.1
Formulasi Strategi Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan
misi,
mengidentifikasi
peluang
dan
ancaman
eksternal
pemerintah daerah, menentukan kekuatan dan kelemahan internal,
menetapkan
tujuan
jangka
panjang
(misalnya
RPJP/Rencana Pembangunana Jangka Panjang), merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Isu formulasi strategi di pemerintah daerah biasanya mencakup pembangunan apa yang akan dilaksanakan, bagaimana mengalokasi sumber daya, apakah harus bekerjasama dengan organisasi privat dalam pelaksanaannya, seberapa besar politik mempengaruhi. Keputusan formulasi strategi mengikat pemerintah daerah terhadap barang dan jasa publik, sumber daya, dan teknologi yang spesifik untuk periode waktu yang
42
panjang. Manajer strategik (pemerintah daerah) harus memiliki sudut pandang terbaik dalam memahami secara penuh pengaruh keputusan formulasi strategi. Manajer menempatkan
strategik sumber
memiliki daya
yang
wewenang
untuk
dibutuhkan
untuk
implementasi strategi. Salah satu metode untuk menentukan strategi adalah dengan analisis SWOT yang menganalisis faktor internal dan memperhitungkan faktor eksternal organisasi. Analisis SWOT merupakan salah satu alat manajemen strategis untuk menentukan kekuatan dan kelemahan (faktor internal) serta kesempatan dan ancaman (faktor eksternal) dalam organisasi. Analisis SWOT diperlukan dalam organisasi pemerintah daerah untuk menentukan strategi terbaik agar mencapai tujuan organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif. 2.1.7.2
Implementasi Strategi Implementasi strategi mensyaratkan pemerintah daerah
untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur
organisasi
yang
efektif,
mengembangkan
dan
memberdayakan sistem informasi, menghubungkan kinerja
43
pegawai dengan kinerja organisasi, dan menyiapkan anggaran. Proses penyiapan anggaran (penganggaran) dipemerintah daerah merupakan proses yang paling dominan dan sarat muatan politik. Implementasi strategi seringkali disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan pemerintah untuk memotivasi pegawai. 2.1.7.3
Evaluasi Strategi Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen
strategis. Pemerintah daerah sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Evaluasi strategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi tersebut. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, mengambil tindakan korektif. Untuk
mendorong
pencapain
strategi
yang
telah
diformulasikan sebaiknya diterapkan sistem penilaian kinerja di organisasi pemerintah daerah dengan menerapkan mekanisme penghargaan dan sanksi.
44
Gambar 2.1 Model Komperhensif Strategis
Menjalankan audit eksternal
Mengembang kan Visi dan Misi
Menetapkan
Merumuskan, evaluasi, dan memilih strategi
tujuan jangka
panjang
Implementasi, Strategi-Isu Manajemen
Implementasi Strategi-Isu pemasaran, keuangan, akuntansi, penelitian, pengembangan, SDM
Mengukur kinerja Dan
Mengevaluasi
Kinerja
Menjalankan audit Internal
FORMULASI STRATEGI
IMPLEMENTASI STRATEGI
EVALUASI STRATEGI
Sumber: David (2005:19)
1.
Pengembangan Visi dan Misi Organisasi Banyak pernyataan
organisasi visi
(vision
sekarang
mengembangkan
statement).
Mengembangkan
pernyataan visi sering dianggap sebagai tahap pertama dalam
perencanaan
strategis,
bahkan
mendahului
pembuatan pernyataan misi. Pernyataan misi adalah
45
pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu organisasi dengan organisasi sejenis lainnya. Pernyataan misi yang jelas menggambarkan nilai dan prioritas dari suatu organisasi. Mengembangkan pernyataan misi mengharuskan penyusun strategi untuk
berpikir
tentang sifat dan cakupan operasi saat ini dan mengevaluasi potensi ketertarikan atas pasar dan aktivitas di masa depan. Pernyataan misi secara kasar menggambarkan arah masa depan suatu organisasi. King dan Cleland dalam David (2005),
merekomendasikan
organisasi
untuk
mengembangkan pernyataan misi yang tertulis karena untuk memastikan tujuan dasar organisasi, untuk memberikan basis atau standar untuk mengalokasikan sumber daya organisasi, untuk menciptakan kondisi atau iklim organisasi yang umum, untuk menjadi titik utama bagi individu dalam mengidentifikasi tujuan dan arah organisasi, serta mencegah individu yang tidak sejalan untuk partisipasi lebih jauh dalam
aktivitas
penerjemahan
organisasi,
tujuan
menjadi
untuk
memfasilitasi
struktur
kerja
yang
melibatkan penugasan hingga elemen tanggung jawab dalam organisasi, dan untuk memberikan tujuan dasar organisasi dan kemudian untuk menerjemahkan tujuan dasar ini menjadi tujuan dalam bentuk sedemikian rupa
46
sehingga parameter waktu, biaya dan kinerja dapat dievaluasi dan dikontrol. Karena pernyataan misi sering kali menjadi bagian yang paling kelihatan dan dilihat publik dalam proses manajemen strategis, adalah penting untuk memasukkan semua komponen penting ini (David, 2005): pelanggan, produk
atau
jasa,
pasar,
teknologi,
perhatian
(keberlangsungan, pertumbuhan dan profitabilitas), filosofi, konsep diri, perhatian akan citra publik, dan perhatian akan pegawai. Oleh karena itu selain menetapkan pernyataan visi, pemerintah daerah harus juga menetapkan misi dengan memasukkan komponen-komponen tersebut. Pemerintah daerah harus menyadari bahwa konsumen pemerintah daerah adalah masyarakat daerah tersebut, sehingga pemerintah daerah harus dapat menyediakan barang dan jasa publik untuk kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Pemerintah daerah harus dapat melayani seluruh lapisan masyarakat yang ada di daerahnya, tanpa terkecuali. Teknologi yang digunakan oleh pemerintah daerah harus terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi saat ini. Pemerintah daerah harus memiliki komitmen untuk bertumbuh dan memiliki kondisi keuangan yang baik,
47
artinya pengeluaran-pengeluaran yang digunakan untuk pembangunan atau belanja publik yang dilakukan sebaiknya tidak melebihi pendapatan asli daerah tersebut sehingga tidak perlu melakukan pinjaman. Etika dan nilai-nilai organisasi harus dijunjung tinggi oleh seluruh lapisan pegawai yang ada di pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus
memiliki
ciri
khusus/keunggulan
yang
dapat
mendatangkan pendapatan daerah (misalnya: pertambangan, tempat wisata, perkebunan, dan sebagainya). Pemerintah daerah
harus
transparan
dan
harus
dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada publik. Para pegawai
yang bekerja dipemerintahan daerah harus
mendapatkan
perhatian
yang
layak
sehingga
dapat
memberikan kinerja yang optimal. 2. Menjalankan Audit Eksternal Dan Audit Internal Tujuan audit eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Organisasi harus dapat merespon secara agresif maupun defensif terhadap faktor-faktor tersebut dengan memformulasikan strategi yang mengambil keuntungan dari peluang eksternal atau yang meminimalkan pengaruh dari ancaman potensial.
48
Peluang dan ancaman eksternal mengacu pada ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, teknologi dan kejadian yang secara signifikan dapat menguntungkan atau membahayakan pemerintah daerah di masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar berada di luar kendali organisasi sehingga disebut eksternal. Untuk alasan tersebut, identifikasi, monitor, dan evaluasi peluang dan ancaman eksternal adalah penting untuk keberhasilan. Analisis lingkungan perlu dilakukan di pemerintah daerah baik di lingkungan tugas maupun lingkungan secara umum, sehingga apabila terjadi perubahan pemerintah dapat segera merespon dengan tepat. Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, karena tidak ada organisasi yang sama kuatnya
atau
lemahnya
Kekuatan/kelemahan
internal,
dalam
semua
digabungkan
area. dengan
peluang/ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan. Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Kekuatan dan kelemahan
49
internal mencakup semua unsur organisasional yang ada di pemerintah daerah seperti: struktur organisasi, budaya organisasi, dan sumber daya. 3. Penetapan Tujuan Jangka Panjang Tujuan jangka panjang menunjukkan hasil yang diharapkan dengan menjalankan strategi tertentu. Strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Jangka waktu untuk tujuan dan strategi harus konsisten. Tujuan harus bersifat kuantitatif, terukur, realistis, dapat dimengerti, menantang, hierarkis, dapat dicapai, dan selaras antar unit organisasi. Masing-masing tujuan harus diasosiasikan dengan kerangka waktu. Tujuan yang ditetapkan secara jelas menawarkan banyak keuntungan, memberikan arah, memungkinkan sinergi, membantu dalam evaluasi, menetapkan prioritas, menurunkan
ketidakpastian,
meminimalkan
konflik,
menciptakan energi, dan membantu dalam alokasi sumber daya dan desain pekerjaan. Tujuan dari organisasi pemerintah daerah harus dibuat secara jelas dan realistis mengenai apa yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah tersebut. Kemudian tujuan-tujuan tersebut dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Misaln ya di organisasi pemerintah daerah
50
biasanya perencanaan pembangunan dibuat tujuannya dan mencakup jangka waktunya, seperti tujuan RPJP dan RPJM. Pasal 150 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pemerintah daerah wajib men yusun Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) sebagai acuan kebijakan pembangunan daerah dalam kurun waktu 20 tahun. RPJPD merupakan suatu dokumen daerah,
perencanaan sebagai
pembangunan
acuan
dalam
jangka
penyusunan
panjang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk setiap kurun waktu 5 tahun. 4. Merumuskan, Mengevaluasi Dan Memilih Strategi Analisis
dan
pilihan
strategis
mencoba
untuk
menentukan alternatif tindakan yang dapat memungkinkan organisasi mencapai misi dan tujuannya dengan cara yang terbaik. Alternatif strategi tidak datang dari antah-berantah, alternatif strategi diturunkan dari visi, misi, tujuan, audit eksternal, dan audit internal organisasi; alternatif strategi konsisten dengan, atau dibangun di atas, strategi masa lalu yang telah berhasil dijalankan (David, 2005). Mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif strategi harus
melibatkan
banyak
pihak
yang
sebelumnya
mengembangkan pernyataan visi dan misi organisasi,
51
menjalankan audit ekternal, dan menjalankan audit internal. Semua yang berpartisipasi dalam aktivitas analisis dan pilihan strategi harus memiliki informasi audit internal dan eksternal. Informasi ini nantinya digabungkan dengan pernyataan misi organisasi. RPJPD merupakan produk dari strategi yang melibatkan banyak pihak dan bersifat makro yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang daerah, dimana proses penyusunannya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan. 5. Implementansi Strategi Perumusan strategi yang sukses tidak menjamin implementasi
strategi
yang
sukses.
David
(2005)
memformulasikan perbedaan antara perumusan strategi dan implementasi
strategi
yaitu,
perumusan
strategi
memosisikan
kekuatan
sebelum
dilakukan
tindakan,
implementasi strategi adalah mengelola kekuatan yang mengelola
semua
hal
selama
tindakan
dijalankan,
perumusan strategi berfokus pada efektivitas, implementasi strategi
berfokus pada efisiensi,
perumusan
strategi
terutama adalah proses intelektual, implementasi strategi terutama adalah proses operasional, perumusan strategi membutuhkan keahlian intuitif dan analisis yang baik,
52
implementasi strategi membutuhkan motivasi khusus dan keahlian
kepemimpinan,
dan
perumusan
strategi
membutuhkan koordinasi di antara beberapa individu implementasi strategi membutuhkan koordinasi di antara banyak individu. Konsep dan alat perumusan strategi tidak berbeda secara signifikan antara organisasi kecil, besar, organisasi profit maupun organisasi nirlaba. Namun, implementasi strategi berbeda secara signifikan berdasarkan tipe dan ukuran organisasi. Pemerintah dan pegawai di pemerintah daerah harus berpartisipasi dalam keputusan implementasi strategi. Komitmen pribadi para penyusun strategi sangat diperlukan pada tahap implementasi. Peluang dan ancaman eksternal yang utama harus dianalisis dengan jelas. 6. Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja Evaluasi strategi meliputi tiga aktivitas dasar (David, 2005),
yaitu,
memeriksa
dasar
strategi
organisasi,
membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil aktual, dan mengambil tindakan koreksi untuk memastikan kinerja sejalan dengan rencana. Umpan balik yang memadai dan tepat waktu adalah dasar bagi evaluasi strategi yang efektif. Evaluasi strategi sama pentingnya dengan informasi yang mendasari operasinya. Evaluasi strategi sangat penting
53
untuk memastikan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. David (2005) membagi kerangka kerja evaluasi strategi ke dalam tiga aktivitas, yaitu: 1)
Menelaah Berdasarkan Strategi Menelaah prinsip
dasar
dilakukan
strategi
dengan
organisasi
melakukan
dapat
monitoring
secara terus menerus terhadap peluang dan ancaman
eksternal
serta
kekuatan
dan
kelemahan internal yang mewakili prinsip dasar strategi yang sedang dipakai untuk mewaspadai perubahan. 2)
Mengukur Kinerja Organisasi Aktivitas ini berguna untuk membandingkan antara hasil yang
diharapkan
dengan
hasil
yang
sesungguhnya, menyelidiki deviasi dalam rencana, mengevaluasi kinerja individu, dan menilai perkembangan yang terjadi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Baik tujuan jangka panjang maupun tujuan tahunan dapat dipakai dalam proses ini. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah
diverifikasi.
Kegagalan
mencapai
kemajuan yang diharapkan melalui pencapaian
54
tujuan jangka panjang atau tahunan memberi sinyal diperlukann ya tindakan koreksi. 3)
Mengambil evaluasi mengambil
Tindakan strategi
Korektif
yang
tindakan
Aktivitas
terakhir korektif
yaitu dengan
melakukan perubahan untuk memosisikan kembali pemerintah daerah ke tempat yang lebih baik di masa depan. Contoh perubahan yang mungkin dibutuhkan adalah memperbaiki struktur organisasi, mengganti satu atau dua individu
yang
penting,
merevisi
visi
pemerintah daerah, membuat atau merevisi tujuan,
membuat
kebijakan
baru,
mengalokasikan sumber daya secara berbeda.
2.1.8 Konsep New Public Management Tema pokok dalam New Public Management antara lain bagaimana menggunakan mekanisme pasar dan terminology di sektor publik. Bahwa dalam melakukan hubungan antara instansi-intansi pemerintah dengan pelanggannya dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang dilakukan oleh mereka dunia pasar (market place). Di dalam konsep New Public Management semua pimpinan (manager) didorong untuk menemukan cara-cara baru dan inovatif untuk memperoleh hasil yang maksimal atau
55
melakukan privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintahan. Mereka tidak lagi memimpin dengan cara-cara melakukan semuanya sampai jenis pekerjaan yang kecil-kecil. Mereka tidak lagi melakukan “rowing” menyapu bersih semua pekerjaan. Melainkan mereka melakukan “steering” membatasi terhadap pekerjaan atau fungsi mengendalikan, memipin dan mengarahkan yang strategis saja. Dengan demikian, kunci daripada New Public Management adalah sangat menitikberatkan pada mekanisme pasar dalam mengarahkan program-program publik. Pengaturan seperti ini termasuk upaya melakukan kompetisi di dalam instansi pemerintah dan unit-unit lintas batas bagi sektor organisasi yang berorientasi profit maupun nonprofit. Konsep New Public Management ini dapat dipandang sebagai suatu konsep baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan konsep seperti inilah maka Christopher Hood dari London School of Economics mengatakan bahwa New Public Management mengubah cara-cara dan model birokrasi publik yang tradisional ke arah cara-cara dan model bisnis privat dan perkembangan pasar. Cara-cara ligitimasi birokrasi publik untuk menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak lagi dipraktikan oleh New Public Management dalam birokrasi pemerintah. Untuk lebih mewujudkan konsep New Public Management dalam birokrasi
publik, maka
diupayakan
agar
para
pemimpin
birokrasi
meningkatkan produktivitas dan menentukan alternatif cara-cara pelayan publik berdasarkan perspektif ekonomi. Mereka didorong untuk memperbaiki
56
dan mewujudkan akuntabilitas publik kepada pelanggan, meningkatkan kinerja, restrukturisasi lembaga birokrasi publik, merumuskan kembali misi organisasi, melakukan streamlining proses dan prosedur birokrasi, dan melakukan desentralisasi proses pengambilan kebijakan (Miftah Thoha, 2008:75). Vigoda dan Keban dalam Pasolong (2007:34), mengungkapkan bahwa ada 7 (tujuh) prinsip-prinsip New Public Management, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pemanfaatan manajemen professional dalam sektor publik, Penggunaan indikator kinerja, Penekanan yang lebih besar pada kontrol output, Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil, Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi, Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen, Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan sumber daya. New Public Management ini telah mengalami berbagai perubahan orientasi menurut Ferlie, Ashbuerner, Filzgerald dan Pettgrew dalam Pasolong (2007:35), yaitu:
1. 2.
3. 4.
Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja, Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakan penyederhanaan struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas kepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat, Orientasi In Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optimal dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai yang hendak dicapai organisasi publik, memberikan perhatian yang lebih besar kepada aspirasi, kebutuhan dan partisipasi “user” dan warga masyarakat, memberikan otoritas yang lebih tinggi kepada pejabat yang dipilih masyarakat, termasuk wakil-wakil mereka, menekankan “social learning” dalam pemberian pelayanan publik dan penekanan pada evaluasi kinerja secara berkesinambungan, partisipasi masyarakat dan akuntabilitas.
57
Dari uraian-uraian di atas, New public management secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk memperbaiki efisiensi, efektivitas, dan kinerja pelayanan publik dan birokrasi modern.
Dalam
penelitian ini kaitannya dengan New Public Managemen,t prespektif yang dapat diambil adalah strategi sektor swasta yang diharapkan dapat diadopsi oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan pariwisata pantai Sawarna di Kecamatan Bayah.
2.1.9 Pengertian Pariwisata Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional layaknya pengertian wisatawan. Tidak bisa dihindari bahwa beberapa pengertian pariwisata dipakai oleh para praktisi dengan tujuan dan prespektif yang berbeda sesuai tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, beberapa ahli mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: “Tourism comprises the ideas and opinions people hold which shape their decions about going on trips, about where to go (and where not to go) and what to do or not to do, about how to relate to other tourists, locals adn service personnel. And it is all the behavioural
58
manifestations of those ideas and opinions” (Richardson & Flicker, 2004:6 dalam Pitana, 2009:45).
“Tourism comprises the activities of persons, travelling to and staying in place outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes” (Richardson dan Flucker, 2007:4 dalam Pitana, 2009:46). Definisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli, hal yang memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga bisa ditemui pada berbagai disiplin ilmu lain. Meskipun ada variasi batasan, ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut: 1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antara dua atau lebih lokalitas. 2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencapai nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat tujuan. 3. Tourist, yaitu bagiandari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi. Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut: 1) Menurut Yoeti, pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
59
tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (businness) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan beraneka ragam (Yoeti,1996:118). 2) Menurut Hunzieker dan K. Krapf, pariwisata dapat didefinisikan sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebakan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh (Pendit,2006:35). 3) Menurut World Tourism Organization (WTO), pariwisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal disuatu tempat diluar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya (Kaseke,1999:23). 4) Tiga unsur pariwisata yaitu: 4.1). Manusia (men), adalah orang yang melakukan perjalanan wisata. 4.2).
Ruang (space), adalah daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.
4.3).
Waktu (time), adalah waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah wisata.
60
4.4).
Pariwisata adalah suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian meliputi tempat tinggal orang-orang dalam suatu negara itu sendiri, sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami dimana ia memperoleh pekerjaan tetap (Salah Wahab, 2000:40).
Dari berbagai pendapat tersebut tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk semntara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan tersebut, guna bertamasya dan berekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi wisata di tempat lain.
2.1.10 Pengertian Wisatawan Pengunjung dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu wisatawan dan ekskursionis. Menurut PATA (pacific Area Travel), wisatawan ialah orangorang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu Negara yang bukan merupakan negara dimana biasanya tinggal, yang meliputi: 1)
Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure), untuk keperluan pribadi, kesehatan dan sebagainya,
2)
Orang
yang
mengadakan
perjalanan
untuk
menghadiri
pertemuan, konferensi, musyawarah,atau didalam hubungan
61
sebagai utusan berbagai badan/organisasi (ilmu pengetahuan administrasi, diplomatik, olahraga, keagamaan dan sebagainya) 3)
Orang yang mengadakan perjalanan bisnis,
4)
Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), kalau ia tinggal kurang dari 24 jam. Pada uraian di atas menjelaskan bahwa, wisatawan adalah orang
yang melakukan perjalanan untuk rekreasi atau sedang dalam kegiatankegiatan organisasi.
2.1.11
Jenis-jenis Wisata
Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: 1.
Wisata Alam, yang terdiri dari: 1) Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana, akomodasi, makan dan minum. 2) Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik. 3) Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup
62
binatang
(margasatwa)
yang
langka,
serta
tumbuh-
tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain. 4) Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negerinegeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. 5) Wisata
Agro,
merupakan
jenis
wisata
yang
mengorganisasikan perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya. 2.
Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari: 1) Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya tarik wisata utama di banyak negara. 2) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada temanya, antara lain
63
museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun dengan tema khusus lainnya.
Pada uraian di atas menjelaskan bahwa, jenis-jenis wisata dibedakan menjadi dua, yaitu wisata alam dan wisata social-budaya. Perbedaanya yaitu, wisata alam menyangkut semua lingkungan hidup dan terbangun dari alam itu sendiri salah satu contohnya yaitu pantai, sedangkan wisata sosialbudaya yaitu wisata yang tercipta karena adanya peninggalan-peninggalan kehidupan purbakala.
2.1.12
Klasifikasi Motif dan Unsur Pariwisata 1.
Motif Pariwisata Tidak ada kepastian bahwa hal-hal yang dapat diduga dapat
menjadi motif wisata atau terungkap dalam penelitian-penelitian motivasi wisata (motivation research) tersebut telah meliputi semua kemungkinan motif perjalanan wisata. Pada hakikatnya motif orang untuk mengadakan motif wisata tersebut tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Menurut Macintos yang dikutip Yoeti (1996:85). Motif-motif wisata yang dapat diduga dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1)
Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan
badaniah
seperti
olahraga,
istirahat,
64
kesehatan, dan sebagainya. 2)
Motif Budaya, motif tersebut lebih memperhatikan motif wisatawan bukan atraksinya. Hal tersebut terlihat dari motif wisatawan yang datang ke tempat wisata lebih memilih untuk mempelajari, sekedar mengenal, atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain daripada menikmati atraksi yang dapat berupa pemandangan alam atau flora dan fauna.
3)
Motif Interpersonal, merupakan motif yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, berkenalan dengan orang-orang tertentu atau sekedar melihat tokoh-tokoh terkenal.
4)
Motif Status atau Prestise, merupakan motif yang berhubungan dengan gengsi atau status seseorang. Maksudnya ada suatu anggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi suatu tempat tertentu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak pernah berkunjung ke tempat tersebut.
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut.
65
2.1.13 Pemasaran Pariwisata Harus dipahami bahwa jika kita membahas soal produk pariwisata maka kita juga membahas produk yang berhubungan erat dengan hospitality dan leisure. Hal ini juga berarti penyediaan layanan produk yang mempunyai karakteristik spesifikasi yang berbeda dengan produk umumnya yang bisa kita temui di pasaran. Pemahaman akan kompleksitas sifat layanan produkn pariwisata merupakan prasyarat esensial untuk mencapai pemasaran yang berhasil. Sebagai salah satu produk layanan atau jasa, pariwisata mempunyai beberapa dimensi yang sangat berbeda dengan dimensi produk umum yang kita temui di pasaran sehari-hari, yaitu sebagai berikut: 1. Intangibility Produk jasa/layanan berarti produk yang ditawarkan tidak berbentuk seperti barang nyata yang bisa kita temui dalam pengertian produk yang bisa dilihat dan dipajang di pasar, toko, atau tempat penjualan lainnya. Salah satu solusi untuk membantu pemasaran produk jasa pariwisata adalah denganmembuat, brosur, video, dan berbagai sarana informasi mengenai jenis produk pariwisata yang ditawarkan guna meningkatkan tangibility produk tersebut. Pemasaran pariwisata harus mampu menyediakan branding yang jelas dan terkelola dengan baik atas produk pariwisata. Wujud
66
dari produk pariwisata umumnya ada dalam bentuk calon konsumen. 2. Perishability Produk jasa/layanan pariwisata tidak seperti barang-barang pabrik, tidak dapat disimpan untuk dijual dikemudian hari. Hal seperti ini menyebabkan industri pariwisata memiliki risiko yang cukup
tinggi.
Pemasar
dalam
industri
pariwisata
harus
mengkombinasikan beragam kebijakan harga dan promosi dalam usaha menjual produk dalam masa sepi (off-season) dan membuat sinkronisasi yang lebih baik antara penawaran dengan permintaan pasar. Sebaliknya,sering terjadi pada saat peak-season, industri pariwisata kesulitan memenuhi permintaan pasar dan mengenakan harga yang jauh lebih tinggi atau menggunakan sistem antri sebagai mekanisme kontrol. Namun untuk di saat sepi diperlukan kreativitas pemasaran yang lebih baik. Untuk mengantisipasi sifat produk yang perishability ini diperlukan usaha pemasar untuk membuat pemasaran produk dan mengelola permintaan pasar yang lembut dengan melakukan bauran pemasaran. Perlu juga menggunakan
sistem
reservasi
terkomputerisasi
untuk
meramalkan dan menyusun strategi pemasaran jika permontaan ada di bawah rata-rata.
67
3. Inseparability Produk jasa/pelayanan seperti pariwisata biasanya merupakan produk yang dibentuk dari berbagai produk pendukung yang terpisah-pisah. Misalnya, mulai dari tour dan travel, hotel, restoran, dan sebagainya. Hal yang demikian mengandung risiko, sebab setiap produk pendukung digerakan oleh organisasi yang berbeda dan juga memiliki standar kualitas pelayanan yang berbeda.Variasi muncul karena sifat produk pariwisata yang terpisah-pisah. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat program penjaminan mutu, mengingat produk jasa pariwisata menyangkut hubungan interpersonal di mana performance karyawan atau penyedia layanan secara lanagsung berhubungan dan menetukan tingkat kepusan dan pengalaman konsumen. Penjaminan mutu mendaji sangat penting sebagai dasar perencanaan
keunggulan
kompetitif
dengan
pesaing
dan
mengontrol standar pelayanan dari karyawan saat melayani konsumen. Untuk menekan masalah yang timbul akibat sifat produk yang terpisah-pisah ini adalahnmelakukan pelatihan yang intensif terhadap semua karyaawan perusahaan disemua lini. Jadi uraian di atas menjelaskan bahwa pariwisata sebagai salah satu produk pelayanan khusus, mencakup beberapa hal spesifikasi yang harus dipahami dengan baik jika suatu usaha pariwisata mau memaksimalkan
68
potensinya untuk sukses. 2.1.14 Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata Menurut Dowling dan Fennel (2003:2 dalam Pitana 2009:81) pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Pembangunan dan pengembangan pariwisataharuslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan. 2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata. 3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal. 4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal. 5. Memberikan dukungan dam legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun
disisi
lain
mampu
meningkatkan
pendapatan
masyarakat. Di samping itu, pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsipprinsip keseimbangan antar berbagai elemen yang saling berinteraksi dan mempengaruhi. Secara lebih detail, Liu (1994:6 dalam Pitana 2009:84)
69
menyatakan bahwa pengelolaan pariwisata dapat berperan strategis untuk fungsi-fungsi berikut: 1. Perlindungan terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Pariwisata, jika dikelola dengan baik, mampu menyediakan solusi ekonomi untuk proteksi sumber daya alam dan lingkungan. 2. Keberlanjutan ekonomi. Pengembangan
pariwisatamampu
menyediakan
keuntungan
ekonomi bagi lapisan masyarakat bawah yang umumnya berada di kawasan pedesaan sehingga diharapkan mampu meniptakan pendistribusian pendapatan dan sumber daya ekonomi yang lebih baik. 3. Peningkatan integritas budaya. Aspek ekologi dalam pariwisata menyiratkan sebuah hubungan timbal balik antara wisatawan dan komunitas lokal yang melibatkan dialog budaya yang berdasarkan penghormatan terhadap eksistensi dan integritas masing-masing. Jika elemen integritas budaya ini hilang maka dapat dipastikan sebaik apapun kawaasan wisata yang dibangun maka lambat laun akan ditinggalkan. 4. Nilai pendidikan dan pembelajaran. Keberlanjutan dan kelestarian sebuah kawasan wisata tergantung kepada bagaimana membangkitkan pemahaman dan kepedulian
70
semua pemangku kepentingan terhadap pentingnya kontribusi, eksistensi, dan perlindungan terhadap sumber daya pendukung pariwisata. Pemahaman dan kepedulian ini hanya bisa dicapai melalui proses penanaman tata nilai (value) dan norma (norm) melalui proses dan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, pengelolaan pariwisata haruslah mengacu kepada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekan nilai-nilai kelestaraian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan
menikmati
kegiatan
wisatanya
serta
bermanfaat
bagi
kesejahteraan komunitas lokal.
2.1.15 Model Pengelolaan Pariwisata Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsipprinsip pengelolaan yang diuraikan sebelumnya, Metode pengelolaan pariwisata mencakup beberapa kegiatan berikut (Richardson dan Flucker, 2004: 183 dalam Pitana, 2009: 88): 1. Pengonsultasin dengan semua pemangku kepentingan. Hal ini dapat dilakukan dengan beragam cara, seperti melalui pertemuan formal dan terstruktur dengan pelaku industry pariwista, dengan dewan pariwisata, konsultan public dalam subjek tertentu, penjajakan dan survai, konsultasi kebijakan dengan beragam kelompok kepentingan, dan melalui interaksi
71
antara departemen pemerintah terkait dengan berbagai pihak sesuai subjek yang ditentukan. 2. Pengidentifikasi isu. Isu pariwisata akan semakin beragam seiring dengan meningkatnya skala kegiatan yang dilakukan. Isu-isu yang mungkin muncul dalam kegiatan pariwisata, misalnya penyebaran dan ketimpangan pendapatan antar wilayah: pembangunan infrastruktur termasuk transportasi, akomodasi, dan atraksi; investasi, termasuk akses kepada modal dan investasi asing; kompetisi
internasional
dan
pemantauan
pasar,
promosi
pariwisata: riset dan statistik pariwisata; pendidikan dan pelatihan pariwisata; dampak pariwisata; regulasi pemerintah, pajak, hubungan industrial, dan; kebutuhan pengembangan sector pariwisata minat khusus. 3. Penyusunan kebijakan Kebijakan yang disusun mungkin akan berdampak langsung maupun tidak langsung dengan pariwisata. Kebijakan ini akan menjadi tuntunan baagi pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan pariwisata. 4. Pembentukn dan pendanaan agen dengan tugas khusus Agen ini bertujuan menghasilkan rencana strategis sebagai panduan dalam pemasaran dan pengembangan fisik di daerah tujuan wisata.Agen ini juga bertugs melakukan riset pasar,
72
pemasaran daerah tujuan wisata, dan mendorong pembangunan fasilitas dan perusahaan pariwisata. 5. Penyediaan fasilitas dan operasi Hal ini terutama berkaitan dengan situasi di mana [elaku usaha
tidak
mampu
menyediakan
fasilits
secara
mandiri.Pemerintah berperan dalam member modal usaha, pemberian subsidi kepada fasilitas dan pelayanan yang vital tetapi tidak mampu membiayai dirinya sendiri tetapi dalam jangka panjang menjadi penentu keberhasilan pembangunan pariwisata. 6. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat Hal ini merupakan peran yang sulit tetapi akan menjadi salah satu peran yang sangat penting dalam era di mana isu lingkungan dan konservasi sumber daya menjadi penting. Dengan demikian, uraian diatas menjelaskan bahwa diperlukan suatu metode pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen pariwisata.
2.1.16 Strategi Promosi 2.1.16.1 Strategi Promosi Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, apabila konsumen belum pernah mendengarkannya dan tidak yakin
73
bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.
Menurut Sutisna (2001:267), menyatakan bahwa: “Promosi adalah usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar”. Menurut Buchari Alma (2002:135), mengemukakan bahwa: “Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa”. Dari definisi para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa promosi merupakan alat komunikasi dan penyampaian pesan yang dilakukan baik oleh perusahaan maupun perantara dengan tujuan memberikan informasi mengenai produk, harga, dan tempat. Informasi
itu
bersifat
memberitahukan,
membujuk
dan
mengingatkan kembali kepada konsumen, atau para perantara. Dalam promosi ini, juga terdapat kombinasi dari beberapa unsur yang dapat mendukung jalannya sebuah promosi tersebut yang biasa disebut dengan bauran promosi.
2.1.16.2 Bentuk-Bentuk Bauran Promosi Bauran Promosi merupakan salah satu bagian dari proses kegiatan komunikasi karena dengan adanya promosi dapat
74
memberikan informasi dan menyampaikan pesan kepada konsumen tentang keberadaan suatu produk yang dapat memudahkan kebutuhannya yaitu meliputi bentuk produk, kegunaan produk, mutu produk, harga serta tempat dimana produk tersebut dapat dibeli oleh konsumen. oleh karena itu kegiatan promosi sangat penting dalam manajemen pemasaran. Bauran Promosi mempunyai empat macam kegiatan yang disebut bauran komunikasi pemasaran atau bauran promosi. Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo (2002 : 376) bauran promosi tersebut terdiri dari : 1.
Pengiklanan (Advertising) Pengiklanan adalah setiap bentuk yang mendapat imbalan dari presentasi tidak langsung dan promosi ide-ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran. Advertising merupakan salah satu komponen utama yang digunakan oleh perusahaan untuk mengarahkan komunikasi yang meyakinkan kepada sasaran pembeli atau masyarakat. Pada meningkatkan
prinsipnya reaksi
advertising komponen
bertujuan potensial
perusahaan dan produk yang ditawarkan.
untuk terhadap
75
Gambar 2.2 Major Advertising Decisions
Messege Decisions Objectives Setting
Advertising Evaluation
Budget Decisions Media Decisions
(Sumber : Kotler dan Armstrong, 2006:437)
Dari gambar di atas dijelaskan bahwa, manajemen pemasaran harus membuat empat keputusan penting ketika mengembangkan program promosi, yaitu; setting advertising objectives, setting the advertising budget, developing advertising
strategy
(message
decisions
and
media
decisions), dan evaluating advertising campaigns. 1) Menetapkan Tujuan Iklan (Setting Advertising Objectives) Langkah pertama yaitu menetapkan tujuan sebuah iklan. Tujuannya berdasarkan kepada sasaran pasar, positioning, dan bauran pemasaran, yang mendefinisikan tugas yang harus dilakukan
76
iklan, yang sudah ditetapkan dalam sebuah program. Iklan yang bersifat informatif digunakan untuk memperkenalkan sebuah kategori produk baru. Iklan yang bersifat persuasif digunakan untuk meningkatkan
persaingan,
dengan
cara
membandingkan objek promosi. Iklan Promosi yang
bersifat
pengingat
digunakan
untuk
membantu mempertahankan hubungan pelanggan dan mempertahankan pelanggan berpikir tentang produk. 2) Menetapkan
Anggaran
Iklan
(Setting
the
Advertising Budget) Anggaran dan sumber daya lain yang dialokasikan untuk sebuah program iklan dinilai sebagai sebuah investasi. Untuk mengoptimalkan iklan sebagai investasi, seorang manajer harus bergantung kepada sejumlah besar penilaian beserta analisis yang lebih kuantitatif ketika menetapkan
anggaran,
yaitu
dengan
cara
menentukan hubungan belanja promosi dengan dampaknya, dan menentukan media iklan yang akan digunakan.
77
3) Mengembangkan
Strategi
Iklan
(Developing
Advertising Strategy) Strategi dalam membuat iklan terdiri dari dua elemen utama yaitu, menciptakan pesan iklan dan memilih media iklan. Mengintegrasikan ide kreatif bentuk iklan dengan penempatan media sangat penting, hal ini mengharmonisasikan antara pesan yang
disampaikan
dengan
media
yang
menghantarkan. Menciptakan pesan iklan yang efektif yaitu dengan cara; menetapkan pesan umum yang akan dikomunikasikan kepada konsumen sebagai daya tarik iklan, mengembangkan konsep kreatif dalam cara yang berbeda dan mudah diingat dengan karakteristik (berbeda, berarti, berformat). 4) Mengevaluasi
Efektivitas
iklan
(Evaluating
Advertising Effectiveness) Tujuan evaluasi yaitu untuk melihat sejauh mana pengaruh komunikasi, keuntungan, dan perencanaan promosi ulang. Dari uraian di atas periklanan (Advertising) merupakan salah satu media reaksi komponen potensial terhadap perusahaan dan produk yang ditawarkan sebagai alat komunikasi.
78
2. Penjualan Tatap Muka (Personal selling) Personal selling adalah interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembali dengan tujuan melakukan penjualan, atau presentasi lisan dalam pembicaraan dengan salah satu atau lebih calon pembeli untuk tujuan melakukan penjualan. Jelasnya, personal selling adalah dialog orang dengan orang secara
tatap muka
langsung,
yang tujuannya
mempengaruhi pembeli untuk menerima pandangan atau meyakinkan calon pembeli untuk mengambil tindakan berupa pembelian produk, jasa atau ide. 3. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Prmosi penjualan merupakan Intensif Jangka pendek untuk mendorong pembelian maupun penjualan sesuatu produk atau jasa. Dan merupakan salah satu dari 4 alat penting yang digunakan oleh perusahaan untuk mendorong pembelian yang lebih cepat dan atau lebih besar akan barang dan jasa oleh pelanggan atau saluran perdagangan. Sales promotion merupakan salah satu yang serba guna di antara sarana promosi lainnya karena sales promotion mempunyai sifat-sifat seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2000 : 727). Sebagai berikut :
79
1) Komunikasi (communicate) Alat-alat promosi itu mendapat perhatian dan biasanya
memberikan
informasi
yang
dapat
membawa konsumen untuk membeli produk itu. 2) Intensif (incentive) Alat-alat promosi itu memberi dorongan, bujukan atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen. beberapa alat sales promotion dapat memberikan kesan bahwa si penjual sangat ingin menjual barang tertentu. Jika hal tersebut digunakan terlalu sering
atau
kurang
hati-hati,
maka
dapat
menimbulkan kesan seolah-olah merek tersebut kurang laku/bernilai atau harganya terlalu mahal. 3)
Undangan (invitation) Alat-alat promosi ini mancakup konsep undangan yang khusus agar dapat melakukan transaksi pada waktu sekarang.
Sifat-sifat di atas dapat memberikan gambaran, bahwa sales promotion dapat mendesak calon pembeli. Disamping itu juga dapat menimbulkan kecurigaan pembeli atas produk yang ditawarkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus diatur hanya dilakukan sewaktu-waktu saja atau yang sifatnya tidak rutin.
80
4. Hubungan
Masyarakat
dan
Publisitas
(Public
Relation/Publicity) Public Relations (PR) atau yang lebih dikenal dengan istilah Hubungan Masyarakat (Humas) diartikan sebagai profesi yang berhubungan dengan masyarakat dengan sekelompok individu yang berjumlah banyak. Seorang Public Relations harus mampu menciptakan opini publik untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hubungannya dengan masyarakat, public relations harus bisa membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dengan masyarakatnya, serta memperoleh kepercayaan dan goodwill dari mereka. Jadi, definisi Public Relation (PR) adalah seseorang yang profesional dalam bidangnya untuk menciptakan opini publik, kepercayaan, dan goodwill serta penetapan kebijaksanaan dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat
dan secara terus menerus guna
membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dengan masyarakatnya karena public relation merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:117), ”Public Relations (hubungan masyarakat) ialah membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan
81
menangani atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian tidak menyenangkan.” Menurut Cutlip et al (2007:5), ”Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang punya kepentingan publik, serta merencanakan dan melaksanakan program aksi rangka mendapatkan pemahaman dan penerimanaan publik.” Jadi berdasarkan definisi-definisi tersebut terdapat beberapa inti dari public relations yakni suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesuatu badan dan publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan tersebut. Adapun program tersebut di antaranya berita atau informasi
mengenai
produk,
jasa
atau
ide
yang
dipublisitaskan atas nama sponsor tetapi tidak di bayar oleh sponsor. Dengan
demikian
publicity
adalah
kegiatan
promosional yang tidak memerlukan biaya atau gratis. Mengenai pengertian publisitas menurut Philip Kotler (2001:799) mengemukakan, bahwa publisitas merupakan: “Suatu dorongan terhadap permintaan yang bersifat tidak pribadi terhadap produk, jasa, atau unit usaha dengan cara menyajikan secara langsung baik melalui radio, televisi, atau di pentas yang tidak dibayar oleh sponsor”.
82
Sedangkan ahli lain menyatakan, bahwa publisitas sebagai “Sejumlah informasi tentang seseorang, barangbarang, atau organisasi yang disebarluaskan ke masyrakat melalui media tanpa dipungut atau tanpa pengawasan dari sponsor (Basu swastha, 2000:273). Dari
sejumlah pendapat
ahli
tersebut
di
atas,
dapat
dikemukakan bahwa publisitas merupakan informasi-informasi yang disebarluaskan mengenai produk, jasa, unit usaha atau organisasi yang ditujukan pada konsumen atau masyarakat luas melalui suatu media dalam bentuk berita yang tidak dibayar oleh sponsor. Jadi sebernanya bentuk penyajian publisitas hampir sama dengan advertising, hanya saja dalam setiap penayajian advertising di suatu media, perusahaan harus mengeluarkan biaya, sehingga untuk penyajian publicity perusahaan tidak mengeluarkan biaya. Publisitas mempunyai potensi yang besar dalam meningkatkan penjualan. Karena publisitas biasanya lebih banyak dibaca dan dipercaya daripada advertising, juga karena sifat-sifat publicity itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2002 : 727) : 1)
Kredibilitas yang tinggi Yaitu artikel atau berita nampak lebih otentik dan mempunyai kredibilitas bagi pembaca dibandingkan iklan.
2)
Tidak terlihat sebagai promosi (off-guards) Yaitu hubungan masyarakat dapat mencapai banyak calon pembali yang ingin menghindari tenaga penjual dan
83
iklan. Pesan ini berhubungan dengan pembeli melalui berita daripada komunikasi penjual langsung. 3)
Dramatisasi Yaitu hubungan masyarakat mempunyai semacam iklan, suatu poetnsi untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk.
Jadi berdasarkan uraian di atas, publisitas yaitu kegiatan menempatkan berita mengenai produk, organisasi atau perusahaan di media massa. Publisitas merupakan sebuah keuntungan, karena dalam pelaksanaanya tidak dibayar.
2.1.17 Analisis SWOT Analisis SWOT menurut Rangkuti (2005:19) adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan (Opportunities), dan yang menjadi ancaman (Treaths) sebuah organisasi. Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan. Menurut Kamus Wikipedia: “Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari kekuatan/strengths, kelemahan/weaknesses, kesempatan/opportunities, dan ancaman/threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
84
ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut”. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu: 1 Strengths (kekuatan) Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. 2. Weakness (kelemahan) Merupakan
kondisi
kelemahan
yang
terdapat
dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. 3. Opportunities (peluang) Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. 4. Threats (ancaman) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Setelah dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan
85
pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunities dan Threats. Setelah itu melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. Selain pemilihan alternatif analisis SWOT juga bisa digunakan untuk melakukan perbaikan dan improvisasi. Dengan mengetahui kelebihan (Strength dan Opportunities) dan kelemahan kita (Weakness dan Threats), maka kita melakukan strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu strateginya dengan meningkatkan Strength dan Opportunities atau melakukan strategi yang lain yaitu mengurangi Weakness dan Threats. Analisis ini didasarkan pada logika bahwa strategi yanng dipilih adalah Strategi yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang Peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT paling umum digunakan sebagai kerangka logis yang mengarahkan pembahasan dan refleksi mengenai situasi dan alternatif dasar suatu perusahaan. Analisis ini sering kali dilakukan sebagai rangkaian dari diskusi kelompok manajerial. Apa yang dipandang oleh seorang manajer sebagai peluang, mungkin dianggap sebagai ancaman oleh yang lain. Demikian pula halnya kekuatan bagi seorang manajer mungkin merupakan kelemahan bagi yang lain. Kerangka SWOT menyediakan dasar yang terorganisasi untuk diskusi awal.
86
Tabel 2.1 Matriks SWOT FAKTOR INTERNAL
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
Tuliskan peluang
Tuliskan Kelemahan
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Tuliskan Peluang
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
THREATS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
FAKTOR EKSTERNAL
Tuliskan ancaman
Gunakan kekuatan Untuk menghindari ancaman Sumber ( David 2004 : 186 )
Minimalkan kelemahan dan hindari ancaman
2.1.19 Langkah- langkah Analisis Data dalam Analisis SWOT Langkah penelitian ini akan menerangkan bagaimana analisis dilakukan, mulai dari data mentah yang ada sampai pada hasil penelitian yang dicapai. Dalam penelitian ini, langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut: 1. Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal organisasi, peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal organisasi. Pengklasifikasian ini akan menghasilkan tabel informasi SWOT.
87
2. Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal organisasi Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness). 3. Dari hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan menjadi keputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih biasanya hasil yang paling memungkinkan (paling positif) dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. (David, 2004:188)
2.2
Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini dicantumkan beberapa
hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti, diantaranya: 2.2.1
Penelitian (skripsi) FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang dilakukan oleh Mita Fitriani 2011, dengan judul Strategi Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang. Pada penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada faktorfaktor yang memepengaruhi strategi analisis (SWOT) menurut teori Hunger. Faktor-faktor tersebut adalah strengths, weaknesses, opportunities, threats. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman.
88
Hasil penelitian menunjukan bahwa Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan pariwisata pantai lontar indah di Kabupaten Serang cukup baik tapi masih belum maksimal. Pelaksanaan strategi yang belum maksimal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain adalah disebabkan karena pengelolaan pariwisata pantai lontar indah di Kabupaten Serang belum dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak lain. Faktor- faktor internal yang memepengaruhi antara lain tidak adanya program dalam upaya pengembangan periwisata berkelanjutan, kurangnya pegawai yang baik dalam kualitas maupun kuantitas yang berbasis kepariwisataan, tidak adanya sarana informasi seperti website untuk mempromosikan objek wisata dan hubungan kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Serang dengan masyrakat sadar pariwisata (DARWIS) masih belum terjalin dengan baik. 2.2.2
Penelitian (skripsi) FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dilakukan oleh Kartika Widyasmi Tahun 2012, dengan judul Strategi pengelolaan Pariwisata
Bahari di Kecamatan Bayah Kabupaten
Lebak. Pada penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada faktor-faktor yang memepengaruhi strategi analisis (SWOT) menurut teori Hunger. Faktor-faktor tersebut adalah strengths, weaknesses, opportunities, threats. Teknik pengumpulan data yang
89
digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis kekuatan internal menujukan pariwisata bahari di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak memiliki potensi alam yang baik, udara yang masih segar, lingkungan yang asri dan nyaman, memiliki pemandangan yang eksotis, masyarakat disekitar pantai yang rama. Sedangkan kelemahannya sember daya manusia yang belum memadai, akses jalan dan transportasi menuju pantai sulit, system promosi yang kurang baik serta tidak adanya wahana permainan. Analisis lingkungan eksternal menunjukan bahwa pariwisata bahari memiliki peluang bekerjasama dengan pihak swasta, menjadi tempat pariwisata berskala nasional, salah satu icon pariwisata Provinsi Banten, serta pertambahan wisata yang berkunjung. Dengan ancaman yang ada yaitu kualitas dan kuantitas pesaing lebih baik, segmen promosi pesaing lebih baik serta akses jalan dan transportasi pesaing lebih baik. 2.2.3
Penelitian yang lainnya yang memiliki fokus yang sama (mengkaji tentang pariwisata alternatif) dilakukan oleh Wijaya pada tahun 2008, dengan judul ”Strategi Pengembangan Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem”. Penelitian ini dikembangkan karena adanya kejenuhan terhadap jenis kepariwisataan yang selama ini telah dikembangkan, yaitu pariwisata
90
massal, yang merusak lingkungan dan juga sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengantisipasi dampak negatif dari pariwisata massal, maka dikembangkanlah pariwisata alternatif, yakni pariwisata pedesaan. Penelitian ini berlokasi di Desa Tenganan Pegringsingan. Adapun potensi wisata yang dimiliki adalah panorama persawahan, bangunan bersejarah, suasana perkampungan, perumahan penduduk, kesenian tradisional, sistem kelembagaan dan sistem sosial kemasyarakatan. Adapun hasil penelitiannya adalah dikembangkannya jenis wisata agro dan juga wisata budaya.
2.3
Kerangka Berfikir Kerangka berfikir menggambarkan alur fikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori untuk memberikan penjelasan, maka berdasarkan judul penelitian tersebut maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dengan indikator teori yang digunakan yaitu teori Strategi dari Rangkuti (2005 : 19) Dalam penelitian ini dimana peneliti membahas tentang bagaimanakah Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak Dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah. Maka untuk mempermudah memahami alur berfikir peneliti menggambarkan kerangka berfikirnya sebagai berikut:
91
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah Permasalahan: 1. Belum Optimalnya pemanfaatan potensi wisata Pantai Sawarna oleh Investor dan Pemerintah. 2. Kurang Optimalnya Penyediaan Fasilitas dan aksesibilitas yang ada di Pantai Sawarna. 3. Kurang Optimalnya Manajemen Pengelolaan Pantai Sawarna bidang promosi. 4. Belum adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar pihak terkait dalam Pengembangan Wisata Pantai Sawarna.
Konsep Strategi Menurut Rangkuti (2005 : 19) 1.Strengths (Kekuatan) 2. Weakness (Kelemahan) 3. Opportunities (Peluang) 4. Threats (Ancaman)
Pengelolaan Pariwisata yang Optimal
92
2.4
Asumsi Dasar Penelitian Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan terhadap objek penelitian
ini, maka peneliti membuat suatu kerangka pemikiran sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dengan menggunakan Teori Analisis SWOT dengan lebih mengukur adalah Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) serta Treats (tantangan) hal ini berasumsi menjadi pedoman dalam menyelesaikan skripsi terutama pada hasil penelitian. Melalui tahap awal penelitian maka peneliti berasumsi bahwa Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah belum berjalan dengan baik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Metodologi berhubungan dengan cara (metode). Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam arti umum dan awam, metodologi bisa digunakan dalam konteks apa saja, misalnya: berpikir, metodologi penelitian atau metodologi pengajaran. Menurut Irawan (2005:42) metodologi adalah: “totalitas cara untuk meneliti dan menemukan kebenaran. Disebut totalitas cara sebab metodologi tidak hanya mengacu pada metode penelitian tetapi juga paradigma, pola pikir, metode pengumpulan dan analisis data sampai dengan metode penafsiran temuan penelitian itu sendiri”. Dalam penelitian sosial masalah penelitian, tema, topik dan judul penelitian berbeda secara kuantitatif maupun kualitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi di permukaan. Akan tetapi, masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tidak terbatas. Dalam penelitian mengenai Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
93
94
dalam Moleong (2006:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Selanjutnya menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Berdasarkan
definisi-definisi
tersebut,
Moleong
dalam
bukunya
“Metodologi Penelitian Kualitatif” (2006:6) mensintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Marshall dalam Sugiyono (2009:63) mendefinisikan kualitatif sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Selanjutnya, Sugiyono (2009:8) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang
95
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah atau natural setting sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, data yang dihasilkan berbentuk kata, kalimat untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti dalam hal ini adalah Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
3.2 Fokus Penelitian Agar penelitian lebih terstruktur dan sistematis, maka ruang lingkup penelitian difokuskan Pada Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
3.3 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berlokasi di Kabupaten Lebak, khususnya pertama di Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak, di
96
Bidang Pariwisata, dan pariwisata pantainya adalah Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah. Alasan mengapa peneliti memilih pantai Sawarna, karena pantai Sawarna merupakan tujuan destinasi wisata pantai unggulan di Kabupaten Lebak khususnya di Kecamatan Bayah, maka dari itu peneliti meneliti tentang Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah, agar mengetahui bagaimana strategi dalam pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
3.4. Variabel Penelitian 3.4.1. Definisi Konsep Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Analisis SWOT David Hunger, yang terdiri dari: 1. Strengths (Kekuatan) 2. Weaknes (Kelemahan) 3. Opurtunities (Peluang) 4. Threats (Tantangan) Indikator Strategi Analisis SWOT yang disebutkan di atas, dinilai dan dianggap lebih rasional dan tepat untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada pada Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.
97
3.4.1. Definisi Operasional Pada penelitian Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah, teori yang digunakan adalah teori Analisis SWOT, berikut rincian dari dimensi dan indikator yang digunakan pada Tabel 3.1 di bawah ini:
98
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Dimensi
Indikator
Strenghths (Kekuatan)
Pertanyaan Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang? Kekuatan-kekuatan apa sajakah yang dimiliki Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata pantai Sawarna
Strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah
Weaknes (Kelemahan)
Kelemahan apakah yang menjadi kendala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna? Adakah evaluasi dalam mengatasi kelemahan Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna? Sarana dan prasarana menuju obyek wisata kurang diperhatikan, dengan tidak adanya penunjuk jalan dan publikasi, bagaimana tindakan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam mengatasinya? Bagaimana peluang Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan pariwisata pantai sawarna?
Opurtunities (Peluang)
Seberapa besar kontribusi pengelolaan pariwisata pantai sawarna terhadap PAD Kabupaten Lebak? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peluang dari pariwisata pantai sawarna dapat berkembang dan bermanfaat untuk peningkatan PAD Kabupaten Lebak?
99
Strategi apa yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk menarik investor guna perkembangan pariwisata pantai sawarna ? Apa yang menjadi ancaman atau tantangan perkembangan pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Threats (Tantangan) Strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Sumber: Peneliti, 2015
3.5
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009:224), peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Peneliti sebagai alat yang peka dan dapat berkreasi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Jadi, untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh dan ia dapat menafsirkannya. Hanya manusia sebagai instrumen, responden yang aneh dan menyimpang diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
100
Hal ini sejalan dengan pendapat Irawan, bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti itu sendiri (Irawan, 2005:17). Pendapat yang sama juga dikatakan Moleong (2006:19), bahwa pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian adalah peneliti itu sendiri dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi dalam rangka mempermudah proses pengumpulan dan analaisis data. Sehingga peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam rangka memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam. Jadi, berdasarkan pendapat para ahli mengenai instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif dapat disimpulkan bahwa yang menjadi instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri karena peneliti yang mengetahui fokus permasalahan yang terjadi pada lokus penelitian yang diteliti oleh peneliti.
3.6 Informan Penelitian Di dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrument kunci yang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Untuk itu peneliti secara individu akan turun ketengah-tengah masyarakat guna memperoleh data dari informan. Informan diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian dimana dipilih secara Purposive sampling (sampel bertujuan) merupakan penetapan informan dengan berdasarkan informasi yang dibutuhkan, artinya teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Informen
101
tersebut ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informasi sesuai fokus masalah penelitian (Moleong, 2006 : 217). Di sini peneliti memilih informan yaitu dari Unsur Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, Unsur Pemerintah Kecamatan Bayah, unsur Desa Sawarna, dan unsur Asosiasi Pemilik Home Stay Pantai Sawarna. Adapun tabel instrumennya sebagai berikut:
102
Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian Kode Informan I1 I1-1 I1-2 I1-3 I1-4
I1-5 I1-6 I2 I2-1 I2-2 I3 I3-1 I3-2 I3-3
Informan
Keterangan
Pemerintah: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 1. Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 2. Sub Bagian Program Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 3. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 4. Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 5. Kepala Seksi Usaha dan Jasa Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak 6. Kepala Seksi Sarana dan Bimbingan Masyarakat Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 1. Kepala Seksi Pengembangan Objek Wisata
Key Informan
2. Pelaksana Subag Evaluasi dan Pelaporan Program Aparatur Desa Sawarna 1. Kepala Desa Sawarna 2. Sekdes Sawarna
Secondary Informan
Secondary Informan
3. Petugas Desa Penjaga Karcis
I4 I4-1
Asosiasi Pemilik Home Stay Pantai Sawarna 1. Ketua Paguyuban
I5
Wisatawan
Secondary Informan Secondary Informan
(Sumber: Peneliti 2015) 3.7
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
103
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan, oleh karena itu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 3.7.1 Sumber Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui: 1.
Pengamatan/Observasi Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan langsung terhadap objek-objek yang diteliti, kemudian dari pengamatan tersebut melakukan pencatatan data-data yang diperoleh yang berkaitan dengan aktivitas penelitian. Selain itu observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Konsep yang dikemukakan oleh Faisal dalam Sugiyono (2009:226) yang mengklasifikasikan observasi sebagai berikut: 1) Observasi berpartisipasi (participant observation) 2) Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and convert observation), dan 3) Observasi yang tidak terstuktur (unstructured observation) Jadi berdasarkan pengklasifikasian observasi di atas, observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-
104
terangan, dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga pihak-pihak yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Dan juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi sumber data penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat, lengkap, tajam dan terpercaya. 2.
Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2008:180). Sedangkan menurut Bungin dalam Satori dan Komariah (2001:88) wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu
merupakan
suatu
pembantu
utama
dari
metode
utama
(pengamatan). Selain itu pengertian lain dari wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee)
yang
memberikan
jawaban
atas
pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
105
motivasi,
tuntutan,
kepedulian,
dan
lain-lain
kebulatan,
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan
untuk
dialami
pada
masa
yang
akan
datang,
memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang akan dikembangkan oleh sipeneliti sebagai pengecekan anggota. Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang pengumpulan data yang didasarkan percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Wawancara dilakukan dengan cara mendapat berbagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian, wawancara dilakukan pada informan yang dianggap menguasai penelitian. Adapun yang digunakan adalah wawancara terstruktur yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.
106
2) Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai. 3) Menentukan strategi dan taktik berwawancara. 4) Mempersiapkan pencatat data wawancara. Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur, selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat. Pada
penelitian ini,
peneliti
telah menyusun
pedoman
wawancara yang isinya mengenai hal-hal yang nantinya akan dipertanyakan kepada para informan untuk mendapatkan informasi yang akurat. Adapun secara garis besar, pedoman wawancara yang digunakan untuk memperoleh informasi, yaitu sebagai berikut:
107
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara No
Indikator
Pertanyaan Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang?
1
Stengths (Kekuatan)
Kekuatan-kekuatan apa sajakah yang dimiliki Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata pantai Sawarna? Kelemahan apakah yang menjadi kendala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna?
2
Weakness (Kelemhan)
3
Sarana dan prasarana menuju obyek wisata kurang diperhatikan, dengan tidak adanya penunjuk jalan dan publikasi, bagaimana tindakan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam mengatasinya?
I1.1, I1.3, I1.4, I1.5, I1.6, I3.1 I3.2, I4-1, I5
Seberapa besar kontribusi pengelolaan pariwisata pantai sawarna terhadap PAD Kabupaten Lebak?
Strategi apa yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk menarik investor guna perkembangan pariwisata pantai sawarna ? Threats (Tantangan)
I1.1, I1.3 I3.1 I3.2, I4-1, I5 I1.1, I1.2, I1.3
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peluang dari pariwisata pantai sawarna dapat berkembang dan bermanfaat untuk peningkatan PAD Kabupaten Lebak?
4
I1.1, I1.3 I3.1 I3.2
Adakah evaluasi dalam mengatasi kelemahan Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna?
Bagaimana peluang Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Opurtunity (Peluang)
Kode Informan I1.1, I1.2, I1.3, I2-1, I2-2, I3.1 I3.2, I4-1 I1.1, I1.3, I1.5
Apa yang menjadi ancaman atau tantangan perkembangan pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Sumber : Hasil Peneliti, 2015
I1.1, I1.3, I1.5, I1.6, I3.1 I3.2 I1.1, I1.2, I1.5, I1.6, I3.1 I3.2, I4-1 I1.1, I1.2, I1.3, I1.5, I1.6 I1.1, I1.2, I1.3, I1.5, I1.6, I2-1, I2-2, I3.1 I3.2, I4-1 I1.1, I1.2, I1.3, I3.1 I3.2, I4-1, I5 I1.1, I1.2, I1.3
108
3.7.2 Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh melalui kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti. 1.
Studi kepustakaan Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books maupun jurnal ilmiah.
2.
Studi dokumentasi Studi dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber dari dokumen yang resmi dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, khususnya dalam melakukan wawancara adalah: 1.
Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data
2.
Handphone recorder: untuk merekam semua percakapan karena jika hanya menggunakan buku catatan, peneliti sulit untuk mendapatkan informasi yang telah diberikan oleh informan.
3.
Handphone camera: untuk memotret/mengambil gambar semua kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keabsahan dari suatu penelitian.
Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari
109
informan penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui wawancara (interview). Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung berasal dari informan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui data-data dan dokumen-dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti. Data-data tersebut merupakan data yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
3.8
Teknik Analisis Data Proses analisa data dilakukan secara terus menerus sejak awal data
dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk memberikan makna terhadap data yang telah disimpulkan, dilakukan analisis data dan interpretasi. Mengingat ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, maka analisis dilakukan sejak data pertama sampai penelitian berakhir. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisa data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu. Dalam menganalisis selama dilapangan
peneliti
menggunakan
model
Miles
dan
Huberman
yang
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Proses datanya mencakup: 3.8.1 Data Collection (Pengumpulan Data) Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal
110
yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan. 3.8.2 Data Reduction (Reduksi data) Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Prastowo, 2011: 242). Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data dengan demikian
merupakan
suatu
bentuk
analisis
yang
menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Prastowo, 2011:243). Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang terlihat aneh, asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola, justru inilah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. 3.8.3 Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah matriks, grafik, jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya
111
dirancang untuk menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk yang padu (Prastowo, 2011:244). Kemudian penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 3.8.4 Conclusion Drawing / Verification (Penarikan Kesimpulan) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sementara itu, dalam penjelasan Sugiyono (Prastowo, 2011:250) kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kita kembali ke lapangan mengumpulkan data, kesimpulan yang kita kemukakan adalah kesimpulan yang terpercaya. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah pada penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
112
Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
Data Colection
Data Display
Data Reduction
Conclution Drawing & Verifying
( Sumber : Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2011:247 )
3.9 Uji Keabsahan Data Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: 1) Mendemonstrasikan nilai yang benar, 2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. (Moleong, 2006:320) isu dasar dari hubungan keabsahan data pada dasarnya adalah sederhana. Bagaimana peneliti membujuk agar pesertanya (termasuk dirinya) bahwa temuan-temuan penelitian dapat dipercaya. Untuk menguji keabsahan data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota (member check).
113
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan teknik triangulasi dan pengecekan anggota (member check). 3.9.1 Triangulasi Moleong (2006 :330) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (Prastowo, 2011 :269) membedakan teknik ini menjadi 5 macam yaitu : 1. Triangulasi sumber yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa
sumber.
Triangulasi
dengan
sumber
berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 2. Triangulasi teknik yaitu suatu tekhnik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. 3. Triangulasi waktu yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau tekhnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
114
4. Triangulasi penyidik, suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara memanfaatkan pengamat lain untuk pengecekan derajat kepercayaan data. 5. Triangulasi teori, suatu tekhnik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan penelitian. Adapun untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini dilakukan melalui teknik Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik Menurut Moleong (2005: 330) hal tersebut dapat tercapai dengan cara: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yan dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneliti dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa, kalangan yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang pemerintahan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
115
3.9.2 Member Check Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan membercheck dalam Moleong (2005: 276).
3.10 Tempat dan Waktu Penelitian 3.10.1 Tempat Penelitian Adapun dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata (DISPORAPAR) Kabupaten Lebak. 3.10.2
Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan berapa lama akan dilakukan (Sugiyono, 2011:286). Berikut ini merupakan jadwal penelitian ini di gambarkan dalam timetable adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian Tahun 2016
Tahun 2015 No
Kegiatan
Bulan April
1
Pengajuan judul
2
Observasi Awal
3
Bimbingan BAB I
4
Bimbingan BAB II
5
Bimbingan BAB III
6
Seminar Proposal Penelitian
7
Revisi Proposal Penelitian
8
ACC Lapangan
9
Sidang Skripsi
10
Revisi Skripsi
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
Sumber: Peneliti 2015
116
Des
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
Agust
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Deskripsi Obyek Penelitianran 4.1.1
Profil Kabupaten Lebak KabupatenLebak adalahsebuah Kabupaten di Provinsi Banten, In
donesia. Ibu kotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten Lebak terdiri dari 28 Kecamatan, 340 Desa, dan 5 Kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki luas wilayah 3.044,72 Km2, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 645.711 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 613.604 jiwa, jumlah keseluruhannya adalah 1.259.315 jiwa. Pada 15 Januari 2014 melalui pemilihan kepala daerah langsung, dilantiklah Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lebak. Bupati dan Wakil Bupati Lebak terpilih yakni Iti Octavia Jayabaya dan Ade Sumardi dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lebak periode 2014-2019 oleh Wakil Gubernur (Wagub) Banten Rano Karno, di Pendopo Kabupaten Lebak. Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lebak, dilakukan dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Lebak yang dipimpin Ketua DPRD Lebak, Ade Suryana. Dalam pelantikan itu, dihadiri Ketua Umum PPP Suryadarma Ali, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banten Aeng Haerudin, Kapolda Banten Brigjen M. Zulkarnaen, Walikota Tangerang Arif S Wismansyah, serta tamu undangan lainnya. Pelantikan Iti Octavia Jayabaya dan Ade Sumardi ini berdasarkan
117
118
Keputusan Menteri Dalam Negeri (mendagri) No. 131-36-225 tentang Pengangkatan Bupati Lebak dan Keputusan Mendagri No. 132-226-225 tentang Pengangkatan Wakil Bupati Lebak dengan masa jabatan 5 tahun sejak pelantikan dilaksanakan. 4.1.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Lebak Didalam kondisi umum, Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten yang terluas di Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak merupakan daerah kabupaten berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Kabupaten Lebak terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha (3.044,72 Km²) yang terdiri dari 28 Kecamatan dengan 340 desa dan 5 kelurahan. Kecamatan paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Cibeber dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Kalanganyar. Luas laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Lebak seluas 588.745 km, dengan panjang pantai 91,42 km. Jumlah penduduk 1.233.905 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 638.669 jiwa dan perempuan sebanyak 595.236 jiwa. Secara geografis Kabupaten Lebak terletak antara 105º 25 106º 30 Bujur Timur dan 6º18’ 7º00’ Lintang Selatan. Luas lahan yang dimiliki Kabupaten Lebak adalah 66,477,56 ha, terdiri dari perkebunan rakyat seluas 50,645,45ha, perkebunan besar Negara 8,879,5ha dan perkebunan besar swasta seluas 6,952,61 ha. Daerah Kabupaten Lebak berada pada topografi kasar berupa perbuktian dan
119
pengunungan dengan ketinggian antara 200-2000 meter dpal, pada daerah bagian timur ketinggian 500-2000 meter dpal dengan puncak gunung sanggabuana dan gunung Halimun. Tingkat kemiringan lereng > 25% kearah utara, jenis tanah merupakan tanah latosol. Daerah ini berada pada DAS Cibaliung-Cibareno. Gambar 4.1 Peta Administrsi Kabupaten Lebak
120
4.1.1.2 Slogan Kabupaten Lebak (Iman, Aman, Uman, Amin) 1. 2. 3. 4.
Iman berarti keyakinan yang teguh kepada Tuhan YangMaha Esa, menurut perintah dengan penuhrasa tanggung jawab. Aman berarti tiada gangguan dan tak sudi mengganggu,tentram, damai, sauyunan, sehat lahir bathin. Uman berarti milik teratur, tanah subur, rakyat makmur,dagang untung, tani berbukti (mukti). Amin Berarti ibadah dan do'a kepada Tuhan Yang Maha Esaatas pemberiannya yang telah dilimpahkankepada daerah dan rakyat Lebak. Semua itu diharapkan dapat mewujudkan Lebak
sebagai daerah yang kondusif dalam berinvestasi untuk percepatan pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat berlandaskan iman dan taqwa. 4.1.1.3 Visi dan Misi Kabupaten Lebak 2014-2019 1. Visi “Menuju Kabupaten Lebak yang Maju dan Berdaya saing melalui Pemantapan
Pembangunan
Perdesaan
dan
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan” 2. Misi 1) Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Produktif, Kreatif dan Inovatif Tujuan: 1.
Meningkatkan kualitas pelayanan dasar,
2.
Membangun
sumber
daya
manusia
yang
menguasai IPTEK, kompetitif dengan tetap
121
mempertahan
ciri
masyarakat
yang
santun
berbudaya. Sasaran: 1.
Meningkatnya
aksesibilitas
dan
kualitas
pendidikan yang terjangkau dan merata, 2.
Meningkatnya
akses
dan
kualitas
layanan
kesehatan yang terjangkau dan merata, 3.
Meningkatnya daya saing sumber daya manusia,
4.
Meningkatnya
peran
pemuda
dan
prestasi
olahraga, 5.
Terpelihara dan termanfaatkanya benda cagar budaya dan nilai-nilai budaya local,
6.
Meningkatnya kualitas dan kuantitas layanan perpustakaan.
2) Meningkatkan Tata Kelola Pemerintah yang baik berorientasi Pelayanan Publik Tujuan : Meningkatan
kualitas
penyelenggaraan
pemerintahan yang efektif, efisien dan transparan Sasaran : Meningkatnya
kinerja
pemerintahan daerah
penyelenggaraan
122
3) Meningkatkan perekonomian yang kokoh berbasis ekonomi kerakyatan Tujuan: Meningkatkan
Perekonomian
Masyarakat
Berbasis Ekonomi Kerakyatan Sasaran: 1.
Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Investasi,
2.
Meningkatnya Ketahanan pangan daerah,
3.
Meningkatnya hasil produksi perkebunan dan kehutanan,
4.
Tumbuhnya industri pariwisata unggulan daerah.
4) Meningkatkan Ketersediaan Infrastruktur Strategis Wilayah yang berkualitas Tujuan: 1.
Meningkatkan
Ketersediaan
dan
kualitas
Ketersediaan
dan
kualitas
infrastruktur, 2.
Meningkatkan
infrastruktur Transportasi. Sasaran: 1.
Meningkatnya kinerja penanganan jalan dan jembatan,
2.
Meningkatnya kinerja layanan jaringan irigasi dan ketersediaan air baku serta partisipasi masyarakat,
123
3.
Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar masyarakat,
4.
Meningkatnya kualitas perumahan permukiman,
5.
Meningkatnya pemenuhan listrik masyarakat,
6.
Meningkatnya kualitas prasarana dan fasilitas LLAJ,
7.
Meningkatnya sarana dan prasarana perhubungan.
5) Menjaga
Keseimbangan
Lingkungan
dan
pembangunan yang berkelanjutan Tujuan: 1. Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup, 2. Meningkatkan
ketangguhan
dalam
penanggulangan bencana. Sasaran: 1.
Meningkatnya rehabilitasi lahan,
2.
Meningkatnya fungsi daerah tangkapan air,
3.
Terjaganya tingkat cemaran sungai, udara dan air tanah di bawah ambang batas,
4.
Meningkatnya kuantitas pengelolaan sampah dan limbah,
5.
Pengendalian dan pemanfaatan ruang,
6.
Meningkatnya
kualitas
penanggulangan bencana.
penyelenggaraan
124
6) Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah Tujuan: Meningkatkan stabilitas keamanan dan ketertiban di daerah Sasaran: 1.
Meningkatnya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat,
2.
Meningkatnya kualitas kehidupan beragama di masyarakat.
Dalam
penelitian
tentang
Strategi
pengelolaan
pariwisata pantai Sawarna ini dibawah tanggungjawab dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak yang peneliti khususkan lokasi penelitiannya di pantai Sawarna.
4.1.2
Gambaran Umum Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2007, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata.
125
Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata, melaksanakan urusan pemuda, olahraga dan pariwisata berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan yang diserahkan kpada Pemerihtah Daerah. Visi dinas Pemuda Olahraga dan PariwisataKabupaten Lebak disusun berdasarkan kondisi obyektif dan dilandasi pemikiran dan perkembangan kondisi dan tantangan dimasa yang akan datang. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam hubungan ini mempunyai tanggung jawab.Untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam bidang kepemudaan, keolahragaan, seni
budaya
dan pariwisata
secara terus menerus atau
kesinambungan. Dengan demikian maka visi dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak adalah “ Terwujudnya Lembaga Terdapan dalam Meningkatkan Peran Pemuda, Prestasi Olahraga dan Potensi Pariwisata yang berdaya saing Berbasis Pengembangan Wilayah”. Untuk mewujudkan visi tersebut din atas, maka dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata menetapkan Misi sebagai pernyataan Komprehensip pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Misi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:
126
1.
Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung Operasional kelembagaan.
2.
Meningkatkan
Pembinaan
dan
Peranan
Kepemudaan, Sekaligus pengembangan potensi SDM
pemuda
dalam
kreatifitas local
secara
berkesinambungan, 3.
Meningkatkan
Pembinaan
dan
Pengembangan
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi
menuju Industrialisasi
Olahraga
yang
Kompetitif. 4.
Meningkatkan
dan
Mengembangkan
Potensi
Pariwisata berbasis Kreatifitas lokal. 5.
Meningkatkan dan Mengembangkan Objek-objek Wisata.
Untuk mencapai misi yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan
faktor-faktor
penentu
keberhasilan,
maka
disusunlah tujuan Dinas pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak yaitu: 1.
Meningkatkan Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang dalam mendukung kegiatan
2.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas Organisasi Kepemudaan
127
3.
Mendorong terciptanya prestasi pemuda di segala bidang
4.
Mendorong dan menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan olahraga.
5.
Mempercepat proses perkembangan olahraga di Kabupaten Lebak.
6.
Kesiapan Produk pariwisata berupa obyek dan daya tarik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata buatan untuk layak di jual.
Daritujuan tersebut diatas, maka sasaran Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak adalah : 1.
Meningkatnya Sarana dan prasarana menunjang kegiatan.
2.
Meningkatkan kualitas maupun kuantitas organisasi kepemudaan.
3.
Meningkatkan Prestasi kepemudaan di segala bidang
4.
Terciptanya Iklim Kondusif bagi perkembangan olahraga di Kabupaten Lebak
5.
Meningkatkan Efektifitas kegiatan Olahraga.
6.
Meningkatnya jumlah Obyek Wisata
7.
Meningkatnya Promosi / Pemasaran Seni Budaya baik dalam Maupun Luar Negeri
128
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata mempunyai fungsi: 1.
Perumusah kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan pemuda, olahraga dan pariwisata sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh bupati.
2.
Pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan serta evaluasi pelaksanaan tugasdi bidang pemuda, olahraga dan pariwisata.
3.
Pelaksanaan tugas teknis operasional di bidang pemuda,
olahraga
dan
pariwisata
dalam
pengkoordinasian hubungan antar lembaga daerah yang meliputi promosi daerah, pemberdayaan dan pengembangan kepemudaan, olahraga, budaya dan pariwisata yang meliputi objek, sarana dan bina masyarakat pemudan dan olahraga, masyarakat wisata, rekreasi dan hiburan umum, akomodasi dan rumah makan serta seni budaya yang mencakup kesenian, sejarah dan nilai-nilai tradisional serta permuseuman dan kepurbakalaan. 4.
Penyelenggaraan
pelayanan
teknis
administrasi
kesekretariatan yang meliputi urusan perencanaan dan pelaporan, kepegawaian dan urusan umum.
129
5.
Pelaksanaan penggalian potensi pemuda, olahraga dan
pariwisata
sebagai
komoditi
penunjang
Pendapatan Asli Daerah (PAD). 6.
Penyelenggaraan
perjanjian
atau
persetujuan
internasional atas nama daerah di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata sesuai kebijakan bupati. 7.
Penyelenggaraan dan pengawasan standar pelayanan minimal dan kerjasama di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata.
8.
Pelaksanaan pembinaan terhadap sumber daya manusia di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata.
9.
Pelaksanaan promosi daerah dan pengembangan kepariwisataan.
10.
Pelaksanaan pengaturan inventarisasi kelompok olahraga dan obyek wisata.
11.
Pelaksanaan pemungutan retribusi di Gelanggang Event Olahraga, kawasan budaya dan obyek wisata.
12.
Pembinaan pemuda di bidang kewirausahaan.
13.
Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Struktur organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahuN
130
2007, tentang uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak terdiri dari: 1.
Kepala Dinas
2.
Bagian Tata Usaha / Sekretaris: 1) Sub Bagian Umum, 2) Sub Bagian Keunangan, 3) Sub Bagian Program.
3.
Bidang Pemuda: 1) Seksi Pembinaan Kepemudaan, 2) Seksi Kelembagaan Kepemudaan, 3) Seksi Diklat Kepemudaan.
4.
Bidang Olahraga: 1) Seksi Pembinaan Keolahragaan, 2) Seksi Diklat Keolahragaan, 3) Seksi Sarana dan Prasarana Keolahragaan.
5.
Bidang Pariwisata: 1) Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata, 2) Seksi Jasa dan Usaha Pariwisata, 3) Seksi Sarana dan Bimbingan Masyarakat Wisata.
6.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD):
7.
Kelompok Jabatan Fungsional.
131
Struktur organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar 4.2 Stuktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak Kepala Dinas
Sekretariat
Kelompok Jabatan Fungsional
Sub Bagian Umum
Sub Bagian Keuangan
Bidang Pemuda
Bidang Olahraga
Bidang Pariwisata
Seksi Pembina Kepemudaa n
Seksi Pembinaan Keolahraga an
Seksi Promosi & Pengembangan Pariwisata
Seksi Kelembagaa n Kepemudaa n
Seksi Diklat Olahraga
Seksi Usaha & Jasa Pariwisata
Seksi Diklat Kepemudaa n
Seksi Sarana & Prasarana Keolahraga an
Seksi Sarana & Bimbingan Masy. Wisata
UPTD
Sub Bagian Program
132
1.
Kepala Dinas Kepala
dinas
mempunyai
tugas
memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan Dinas dalam melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang pemuda,
olahraga
dan
pariwisata
serta
tugas
pembantuan yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Kepala Dinas mempunyai fungsi : 1) Penegkajian, perencanaan perumusan kebijakan di bidang pemuda, olahraga dan pariwisata, 2) Pembuatan
program
kerja
dalam
rangka
pelaksanaan kegiatan tugasnya, 3) Pelaksanaan hubungan kerjasama dengan semua instansi, baik pemerintah maupun swasta serta untuk kepentingan pelaksanaan tugas di bawah koordinasi Bupati, 4) Pengkoordinasian dan pengendalian semua kegiatan Dinas, 5) Pemberian informasi kepada masyarakat yang berhubungan dengan bidang tugas Dinas, 6) Pembinaan dan peningkatan terus menerus kemampuan berprestasi para pegawai dalam lingkungan Dinas,
133
7) Pemberian informasi, saran dan pertimbangan mengenai
bidang
kepemudaan,
olahraga,
apriwisata kepada Bupati sebagai bahan untuk menentukan kebijakan atau membuat keputusan, 8) Membangun dan mengerjakan serta memelihara sarana dan prasarana sesuai dengan bidang tugsanya, 9) Pertanggungjawaban tugas Kepala Dinas secara teknis administratif kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. 2.
Sekretariat Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada
Kepala
Dinas
serta
mempunyai
tugas
melaksanakan pengelolaan urusan perencanaan dan pelaporan, urusan umum, urusan kepegawaian dan urusan keuangan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bagian Tata Usaha mempunyai tugas : 1) Pelaksanaan pengelolaan urusan keuangan, 2) Pelaksanaan pengelolaan urusan umum dan perlengkapan, 3) Pelaksanaan pengelolaan urusan kepegawaian,
134
4) Pelaksanaan pengelolaan penyusunan program kegiatan Dinas, 5) Pelaksanaan evaluasi
dan pelaporan hasil
pelaksanaan tugas Dinas. 3. Sub Bagian Umum Sub
Bagian
Umum
mempunyai
tugas
melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat, kearsipan, pengadaan, rumah tangga, administrasi perjalanan dinas, perlengkapan dan pemeliharaan kantor,
dan
inventarisasinya
pengelolaan
administrasi
serta
melaksanakan
kepegawaian
dan
mempunyai
tugas
ketatalaksanaan. 4. Sub Bagian Keuangan Sub
Bagian
Keuangan
melaksanakan penyiapan bahan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Dinas serta pengelolaan administrasi keuangan. 5. Sub Bagian Program Sub
Bagian
Program
mempunyai
tugas
mengumpulkan dan mengolah data sebagai bahan penyusunan
rencana
dan
program
kerja
Dinas,
melaksanakan evaluasi serta menyusu laporan hasil kegiatan.
135
6. Bidang Pemuda Bidang Pemuda dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala
Dinas
Serta
mempunyai
tugas
melaksanakan pembinaan kepemudaan, kelembagaan kepemudaan dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepemudaan. Bidang pemuda membawahi: 1) Seksi
kelembagaan
kepemudaan,
yang
mempunyai tugas melaksanakan pemberian izin organisasi
kepemudaan,
merencanakan
dan
menyusun kebutuhan sarana dan prasarana organisasi kepemudaan, memberikan pengarahan terhadap
organisasi
menetapkan
kepemudaan,
standarisasi
dan
pedoman
penyelenggaraan organisasi kepemudaan. 2) Seksi diklat kepemudaan, yang mempunyai tugas mengumpulkan data dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis, menyelenggarakan pendidikan
dan
pelatihan,
pelatihan dan wawasan pemuda.
mengembangkan
136
7. Bidang Olahraga Bidang olahraga dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan tanggungjawab kepada
Kepala
Dinas
serta
mempunyai
tugas
melaksanakan pembinaan keolahragaan, ,elaksanakan pendidikan dan pelatihan keolahragaan serta menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana olahraga. Bidang Olahraga membawahi: 1) Seksi pembinaan keolahragaan, yang mempunyai tugas
menyusun
rencana
pembinaan
dan
pengembangan keolahragaan, menyelenggarakan seleksi prestasi para atlet, dan membina serta mengembangkan kegiatan olahraga. 2) Seksi diklat keolahragaan, yang mempunyai tugas memberikan pengarahan terhadap organisasi penyelenggara olahraga, membina bakat dan prestasi
para
atlet,
dan
mengembangkan
pendidikan dan pelatihan bagi pelatih, wasit, atlet dan penilik olahraga. 3) Seksi sarana dan prasarana olahraga, mempunyai tugas mengumpulkan dan mengolah data sarana dan prasarana olahraga, menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana keolahragaan,
137
dan melaksanakan pengadaan sarana dan prasarna keolahragaan. 8. Bidang Pariwisata Bidang pariwisata dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada
Kepala
Dinas
setra
mempunyai
tugas
melaksanakan promosi dan pengembangan jasa dan pelayanan kepariwisataan, usaha, sarana dan industri wisata, akomodasi, rekreasi dan hiburan umum, rumah makan, obyek wisata dan aneka wisata serta pembinaan masyarakat wisata. Fungsi bidang pariwisata adalah, sebagai
pelaksana
promosi
dan
pengembangan
kepariwisataan, pengembangan jasa pelayanan dan kepariwisataan, penyelenggaraan usaha sarana dan prasarana industri wisata serta membina masyarakat wisata, dan penyelenggaraan pembinaan masyarakat wisata. Bidang pariwisata membawahi: 1) Seksi promosi dan pengembangan pariwisata, mempunyai
tugas
melaksanakan
kegiatan
promosi dan pengembangan kepariwisataan. 2) Seksi usaha dan jasa pariwisata, mempunyai tugas melaksanakan bimbingan terhadap industri
138
kepariwisataan
serta
meningkatkan
dan
mengembangkan jasa pelayanan kepariwisataan. 3) Seksi sarana dan bimbingan masyarakat wisata, mempunyai
tugas
melaksanakan
kegiatan
pengembangan usaha sarana dan industri wisata, akomodasi dan hiburan umum, rumah makan, obyek wisata serta membimbing dan membina masyarakat wisata.
4.2
Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil
penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah.Peneliti menggunakan teori analisis SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran atasmanajemen strategi yaitu strength, weakness, opportunity dan threat. Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses analisis data, wawancara dan observasi. Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara serta data manajemen strategi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak merupakan sumber utama dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian.
139
Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan adalah catatan berupa catatan lapangan peneliti, seperti dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan baik dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebakyang merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah. Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 (Tiga) sebelumnya, bahwa dalam prosesnya analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan olehDalam menganalisis selama dilapangan peneliti menggunakan model Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Pada tahap ini dibutuhkan alatalat pendukung seperti tape recorder, kamera, dan lain-lain. Yang dicatat adalah data apa adanya (verbatim), tidak diperkenankan untuk mencampur adukkan pikiran, pendapat, maupun sikap dari peneliti itu sendiri. Transkrip data, pada tahap ini catatan hasil wawancara dirubah kebentuk tertulis seperti apa adanya (verbatim), bukan hasil pemikiran maupun pendapat pribadi peneliti.Pembuatan koding, pada tahap ini membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskip. Baca pelan-pelan dengan sangat teliti, sehingga menemukan hal-hal penting yang perlu dicatat dengan mengambil kata kuncinya, data kata kunci ini kemudian
140
diberi kode. Kategorisasi data, pada tahap ini peneliti mulai “menyederhanakan” data dengan cara “mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan “kategori”. Penyimpulan sementara, membuat penyimpulan sementara berdasarkan data yang ada tanpa memberi penafsiran dari pikiran penulis/peneliti.kesimpulan ini 100% harus berdasarkan data. Jika ingin memberi penafsiran dari pikiran sendiri maka tuliskan pada bagian akhir kesimpulan sementara yang disebut dengan Observer’s Comments (OC). Triangulasi, temuan yang dihasilkan dicek ulang derajat keshahihan dan keandalannya dengan menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memperpanjang masa penelitian dengan menggunakan teknik triangulasi. Sederhananya teknik triangulasi bertujuan untuk meperkuat temuan-temuan, adalah proses check dan recheck antara satu sumber data dengan sumber data lainnya. Penyimpulan akhir, apabila temuan yang dihasilkan dari penelitian dapat terjamin validitas dan reliabilitasnya barulah kemudian membuat penyimpulan akhir. Peneliti juga melakukan triangulasi sehingga data yang diperoleh mencapai titik
jenuh.
Teknik
pengumpulan
data
dengan
triangulasi
data
yaitu
menggabungkan teknik pengumpulan data interview (wawancara), teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lokus penelitian (observasi) dan teknik pengumpulan data dokumentasi serta dilengkapi dengan catatan lapangan yang kemudian diberi kode. Triangulasi yang digunakan oleh peneliti yaitu triangulasi sumber, yaitu melakukan wawancara kepada sumber yang berbeda hingga hasil dari wawancara tersebut mencapai titik jenuh, atau hasil
141
wawancara yang di dapat dari beberapa sumber tersebut mendapat jawaban yang hampir sama atau bahkan sama. 4.2.1 Daftar Informan Penelitian Dalam Penelitian Kualitatif, pengambilan sampel sumber data berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian. Menurut Bungin dalam Penelitian Kualitatif (2009:76-77) menjelaskan objek dan informan penelitian kualitatif adalah menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitiannya. Jadi, objek penelitianya yaitu Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah dan informan penelitianya diperoleh dengan cara teknik pengambilan sumber data yang sering digunakan pada penelitian
kualitatif
adalah
Purposive.
Purposive
adalah
teknik
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu atau paling menguasai obyek/situasi sosial yang diteliti. Dengan demikian key person ini adalah tokoh formal dan tokoh informal di penelitian Strategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah. Maka dalam penelitian
142
ini yang akan menjadi informan peneliti adalah semua konstituen yang terlibat langsung dalamStrategi Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna Di Kecamatan Bayah. Yang menjadi informan kunci (key informan) Dalam penelitian ini adalah: Tabel 4.1 Daftar Informan No
Informan
Nama
Kepala Bidang Pariwisata Dinas 1
Pemuda Olah Raga dan
Oktavianto Arief Ahmad, S.IP., M.Si
Pariwisata
Keterangan Key Informan
Kepala Seksi Promosi dan 2
Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan
Dharman Noviadi, S.Kom
Key Informan
Pariwisata 3
Lili Suheli
Sekretaris Desa Sawarna Kepala Seksi Pengem bangan Objek
4
Wisata Dinas Kebudayaan dan
Ahmad Budiman, SE
Pariwisata Provinsi Banten
Key Informan Secondary Informan
Pelaksana Subag Evaluasi dan 5
Pelaporan Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Anwar
Secondary Informan
Provinsi Banten 6
Ketua Paguyuban
7
Wisatawan
Bapak Endan, S.Pd
Secondary Informan
Bapak Zafran
Secondary
Ibu Andini
Informan
Sumber : Peneliti, 2016
143
4.3
Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan suatu data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu menggunakan teori Analisis SWOT menurut Rangkuti (2005:19) adalah suatu cara menganalisis faktorfaktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktorfaktor internal dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan (Opportunities), dan yang menjadi ancaman (Treaths) sebuah organisasi. Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan. 4.3.1
Strength (Kekuatan) Dalam hal kekuatan yang dimaksud merupakan kondisi kekuatan
yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Gambar 4.3 Potongan Isi Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017 Tentang Pengembangan Kawasan Wisata
144
Kekuatan yang dimiliki Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sangatlah kokoh, selain didukung dengan Rencana Strategis 2012-2017 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yang menetapakan Sawarna sebagai salah satu kawasan prioritas pengembangan kepariwisataan. Hal tersebut diakui oleh Bapak Anwar selaku Pelaksana Subag Evaluasi dan Pelaporan Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, beliau mengatakan bahwa: “Program pengembangan sebenarnya sudah diatur dalam Rentra Disbudpar Provinsi Banten Tahun 2012-2017, namun kewenangan sepenuhnya dilimpahkan kepada Pemda yaitu DISPORAPAR Kabupaten Lebak untuk mengelola pariwisata pantainya sendiri” Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Ahmad Budiman selaku Kepala Seksi Pengembangan Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi, Banten mengatakan bahwa: “Pantai Sawarna adalah salah satu kawasan prioritas pengembangan kepariwisataan Provinsi Banten, namun dalam pelaksanaan kewenangannya DISPORAPAR Kota atau Kabupatenlah yang memiliki kewenangan untuk mengelolanya adalah Pemerintah Provinsi hanya melakukan pengawasan saja.” Dari wawancara di atas bahwa kewenangan sepenuhnya untuk mengatur dan mengelola pariswisata pantai Sawarna dilimpahkan kepada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dengan acuan rencana strategis yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Bila dilihat dari struktur organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dapat diketahui bahwa pegawai pelaksana di dinas tidak sesuai dengan tupoksi yang ada karena latarbelakang pendidikan tidak sesuai
145
dengan posisi jabatan dan sesuai dengan data pegawai yang diperoleh tahun 2016, seperti berikut: Tabel 4.2 Data Pegawai Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kab. Lebak Tahun 2016 No
NAMA
PANGKAT GOL IV/c
JABATAN NAMA Kepala Dinas
PENDIDIKAN NAMA S1-Universitas Terbuka
CATATAN MUTASI TAHUN
1
Drs. Hayat Syahida
2
Wawan Herawan, S.E, M.M
IV/b
Sekretaris Dinas
S2-STIE LATANSA MASIRO RANGKAS BITUNG
2013
3
Dani Wardani, S.Pd.
IV/a
Kabid Olahraga
S1-STKIP PGRI Sukabuni
2006
4
Sambas Hidayat, S.Pd. Drs. Ali Rahmat, M.M
IV/a
Pelaksana
2001
IV/a
Kasubag Umum
S1-Untirta Serang S2-STIE IPWIJA Jakarta
6
Drs. Mandat Sukana
IV/a
Kabid Pemuda
S1-UNTIRTA Serang
7
Eti Suhaeti
III/d
Kasubag Keuangan
SMEAN I Rangkasbitung
1977
8
Drs. Suhaeli
III/d
S1-IKIP NEGERI BANDUNG
1989
9
Agus Fauzi
III/d
Kasi Pembinaan Olahraga Kasi Sarana prasarana Olahraga
STM Pandeglang
1983
10
Alex N.
III/d
Kasubag
S1- STIAMI
2002
5
2003
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4.
Camat Kec. Wanasalam Camat Kec. Cibeber Camat Kec. Gunung Kancana Camat Kec. Cibadak Kabag Humas Setda Lebak Asda III Pemda Lebak Kadisporapar Lebak Kasubsi Penyuluhan.Disbun.Lebak KAUR Kepeg. Disbun Lebak Plt.Kasi Perenc.Dispenda Lebak. Kasaubid belanja oper.non pegawai DPKAD 5. Camat kec curugbitung 6. Sekretaris BKD 7. Kabang keuangan setda lebak 1.guru SMPN 1 pada dekdikbud lebak 2kepala sekolah .SMPN 1 Muncang 3.kepala sekolah SMPN 4 sajira 4.kasi keolahragaan dispora lebak 5.kabid disporapar lebak
1. Guru SD Parungsari II Sajira 2. Pelaksana Disporapar Lebak 1. Ajun PKB BKKBN Lebak 2. Kasi Pemerintahan Kec. Cigemblong 3. Kasi Tramtib Kec. Cipanas 4. Kasi Kesos Kec. Cibadak 5. KUPT Peternakan Distanak Lebak 6. Kasubag Umum Disporapar Lebak 1. Ajun PKB BKKBN 2. PPLKB BKKBN Lebak 3. Kasi PMKR BKKBN Lebak 4. Kasi Partifasi Pria BKKBN Lebak 5. Kasi Jaminan Pelayan BP2KBMPD 6. Kabid KBKR P2KB Lebak 7. Kabid Pemuda Disporapar Lebak 1. KAUR ADM Kec. Sajira 2. KAUR Pelaporan Kew.Gn. Madur 3. Kasi Kesos Kecamatan Bayah 4. Kasi Teknik Fungs. Kntr Diklat Lebak 5. Kasubag Umum Inkosbudpar Lebak 6. Kasubag Keuangan DisporaparLebak 1 .PAMONG belajar SKB.Lebak 2 .Kasi kepembinaan olahraga DisporaPar Lebak 1. Kasubsi Angk.Sampah Dinas Kebers. 2. Kasi Angkutan Sampah Dinas Kebers. 3. Kasi Binmaspar. Inkosbudpar Lebak 4. Kasi Sarpras Olahraga Disporapar 1. Kasi Pembangunan Kel.Cijoropasir
146
Darenoh, S.Sos.
11
Muslimah
III/d
12
Iswanto, B.Sc.
III/d
13
Yati Rohayati
III/d
14
Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si.
III/d
Program
Jakarta
Kasi Promosi dan Jasa Usaha Pariwisata Kasi Diklat Keolahragaan
SMEAN I Rangkasbitung
1980
D3-UPN Jakarta
1986
Kasi Diklat Kepemudaan Kabid Pariwisata
SMEAN I Rangkasbitung S2
1980
2. 3. 4. 5. 6.
Kasi PMD Kec. Cirinten Kasi Pemerintahan Kec. Cijaku Kasi Kesos Kec. Curugbitung Kasi Ekbang Kec. Cibadak Kaubag Program Disporapar
1. 2.
Kasubsi Bina Penka Deppen Kasi Jasa Usaha Disporapar Lebak
1. 2. 3. 4. 1. 2.
Subag Umum Kasi Kesos Kec. Bojong Manik Kasi Budaya DISPORABUDPAR Kasi Diklat Keolahragaan Kasubag Keuangan Kec. Kal.Anyar Kasi Diklat Kepemudaan Disporapar
1. 2.
Pelaksana pada Kec. Cibadak KASI PADA Bappeda Kabid Pemuda Disporapar Kabid pada BKD Lebak Kabid Pariwisata Disporapar Lebak
3. 4. 15
H. Nursaman
III/c
SMEAN I Rangkasbitung
1982
SMAN I Rangkasbitung
1990
III/b
Kasi Pembinaan Pemuda Kasi Kelembagaan Pemuda Pelaksana
16
Wahyudin
III/c
17
Susi Rosmawati, S.Sos. Lia Maulana
S1-STISIP Setia Budhi RKSBTG
2012
III/b
Pelaksana
1990
Dharman, S.Kom
III/b
Nevi Pahlevi, S.E, M.E
III/b
S2-Universitas Indonesia
2011
III/b
S1-STISP Setia Budhi Rksbtg
2011
III/a
Pelaksana
2012
1 .Pelaksana pada pelaksana lebak
II/d
Pelaksana
S1-STISIP Setia Budhi Rksbtg SLTA Paket C
2010
1.
24
Rahmat Muharam, S.Sos Titin Mulyati, S.Sos. Hari Sapta Irawan Oni Sahroni
Kasi Promosi dan Pengemb.Pari wisata Kasi Binmas dan Pengemb. Pariwisata Pelaksana
SMA Persamaan UNIKOM
19
20
I/c
CPNS
1985
25
Aceng Sayuti
I/a
CPNS
MTs Syehk Mubarok Cisoka SDN 05
18
21
22 23
2006
1 .Pelaksana pada diporapar lebak
1. 1 2 1 2 3
Kasi kelembagaan pemuda . Pelaksana pada dindik lebak .Pelaksana pada disporapar lebak .Pelaksana pada inkondukstar lebak .Pelaksana pada disporapar lebak .Pasih promosi parawisata disporapar lebak
1. Pelaksana pada BABPDA lebak 2 .Pelaksana pada disporapar lebak
1985
1 .Pelaksana pada disporapar lebak
Pelaksana pada disporapar lebak
1 .Pelaksana pada dispora lebak
1 .Pelaksana pada dispora lebak
Sumber : Peneliti, Tahun 2016 Sesuai dengan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan di DISPORAPAR Kab. Lebak dan ini dapat mempengaruhi
147
proses pengelolaan Pantai Sawarna, hal ini diakui oleh Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP., M.Si, beliau mengatakan bahwa : “Sumber daya manusia di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata masih minim dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, terkait SDM yang tidak sesuai dengan jabatan. Tidak adanya sarjana kepariwisataan yang mumpuni untuk menjalankan semua kegiatan kepariwisataan. “ Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa penujang utama dalam pelaksanaan manajemen strategi adalah sumber daya manusia (SDM) khususnya pegawai Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata. Akan tetapi minimnya SDM membuat pelaksanaan strategi tidak optimal, seperti yang dikatakan oleh Bapak Dharman selakuKepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, beliau mengatakan bahwa : “Pelaksanaan pengelolaan pariwisata belum optimal karena masih kurang sumber daya manusia dengan latarbelakang pendidikan kepariwisataan walaupun tingkat pendidikan yang sudah tinggi yaitu S1 akan tetapi kurang optimal bila tidak sesuai dengan jurusannya. Kalau sesuai dengan jurusan kan enak dapat berkontribusi lebih dan kita semua dapat ilmu mengenai pariwisata dan mengelola pariwisata lebih optimal sesuai dengan teori pariwisata.” Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa pendidikan sesuai jabatan sangat dibutuhkan agar kinerja Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata lebih optimal.Dalam hal pengelolaan pantai sawarna di Kecamatan Bayah oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata belum optimal karena masih tumpang tindihnya wewenang pengelolaan pantai pariwisata antara Desa Sawarna dengan DISPORAPAR Kabupaten Lebak
148
yang menimbulkan lempar tanggungjawab dalam pengelolaan pantai sawarna hal ini dibenarkan oleh Bapak Dharman SelakuKepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, beliau mengatakan bahwa : “Sebenarnya dalam hal pengelolaan masih dilaksanakan oleh pihak Desa Sawarna dari mulai retribusi karcis masuk, homestay, dan lain lain. Sehingga untuk tahun ini ada PAD yang masuk dari pantai sawarna namun minus sampai 18 juta rupiah.” Dari wawancara di atas dapat di ketahui belum optimalnya pengelolaan pantai sawarna karena masih belum jelasnya wewenang antar pihak stakeholder yang terkait dengan pengelolaan pantai sawarna. seperti yang terdapat dalam surat kerjasama antara DISPORAPAR Kab. Lebak dengan Desa Sawarna, seperti berikut : Gambar 4.4 Salah satu isi dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna
149
Gambar 4.5 Harga tiket masuk ke Pantai Sawarna.
Seperti yang diketahui dari data dan gambar yang di atas bahwa sudah jelas pembagian kerja dari pihak DISPORAPAR Kab. Lebak dengan Desa Sawarna namun dalam hal konsep pengelolaan ataupun program masih dalam rencana seperti yang dikatakan oleh Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selakuKepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, beliau mengatakan bahwa : “Pada tahun 2015 sudah dibuat dokumen perencanaan berupa master plan zonasi Sawarna, yang dibagi kedalam 3 zonasi yaitu, zonasi pantai, zonasi ruang publik, dan zonasi tanjung layar. Selain itu strategi lainnya yaitu dengan mengenal lebih dekat destinasi wisata melalui pendataan potensi-potensi wisata, jadi ketika sudah diketahui ada berapa jumlah potensi barulah dibuat pedoman. Tidak ada Strategi khusus hanya saja terfokus kepada perencanaan.” Dari wawancara di atas dalam hal pengelolaan masih berupa perencanaan yang berbentuk masterplan, dimana untuk memudahkan DISPORAPAR menggali potensi yang ada di Pantai Sawarna dan data mengenai master plan.
150
Gambar 4.6 Salah satu Gambar Masterplan zonasi di Pantai Sawarna
Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa masterplan guna mempermudah proses pengelolaan Pantai Sawarna dan juga sebagai data pendukung dalam membuat program pengelolaan di Pantai Sawarna. 4.3.2
Weakness (Kelemahan) Dalam hal mengenai weakness merupakan kondisi kelemahan yang
terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.Dari Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata selain mengelola adalagi tugas dari DISPORAPAR yaitu pengawasan, dimana pengawasan sangat dibutuhkan dalam pengelolaan pariwisata agar dapat mengetahui proses strategi berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan atau tidak dan dapat mengetahui bila terjadi penyimpangan oleh pihak-pihak lain yang justru akan merugikan baik untuk DISPORAPAR, Desa Sawarna dan masyarakat umum serta wisatawan yang berkunjung,
151
Gambar 4.7 Salah satu isi dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kab. Lebak dengan Desa Sawarna
Sesuaidengan gambar di atas dapat diketahui dalam pengawasan yang ditunjuk yaitu DISPORAPAR Kab. Lebak , akan tetapi dalam kenyataanya pengawasan dari pihak DISPORAPAR masih belum optimal karena tumpang tindihnya wewenang tanggung jawab dengan Desa Sawarna yang dianggap sebagai pengelola pantai sawarna sementara sesuai dengan surat kerjasama yang telah disepakati .
Gambar 4.8 Surat Perjanjian Kerjasama yang telah disepakati
Maka sesuai dengan surat kerja sama di atas dan juga pembagian monitor dan pengawasan yang ada dalam surat tersebut dapat diketahui terjadinya
152
pelimpahan wewenang, Sehingga pengawasan dari DISPORAPAR Kabupaten Lebak hanya berupa laporan dari aparat Desa Sawarna ataupun Wisatawan yang berkunjung saja. Hal ini disampaikan pula oleh Bapak Dharman Noviadi, S.Kom Selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, beliau mengatakan bahwa: “Dalam tahap pengelolaan diurus oleh Desa Sawarna, maka pengawasan langsung dilaksanakan oleh aparat Desa Sawarna dan Masyarakat Desa Sawarna. Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata sifatnya hanya berupa laporan saja bila terjadi penyimpangan baik dari segi pengelolaan pantai maupun pelayanan yang ada.” Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa minimnya pengawasan dari Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata karena belum jelasnya wewenang pengelolaan pantai sawarna. Gambar 4.9 Salah satu isi dalam surat kerjasama antara DISPORAPAR Kabuaten Lebak dengan Desa Sawarna
Dapat diketahui dari salah satu isi surat kerjasama yang ada di atas bahwa sudah jelas pembagian ruang lingkup untuk Desa Sawarna. Hal ini pula dibenarkan oleh pihak Desa Sawarna yaitu Bapak Lili Suheli selaku
153
Sekretaris Desa Sawarna, beliau mengatakan bahwa : “Kami selaku aparat Desa Sawarna yang mengelola untuk sekarang ini juga berfungsi sebagai pengawas juga, dibantu oleh pemuda Desa Sawarnaserta paguyuban yang ada. Bila terjadinya masalah di lapangan maka kami siap menindaklanjuti” Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengawasan tetap dilakukan oleh pihak Desa Sawarna selaku pengelola Pantai Sawarna. Selain itu sebenarnya banyak hal yang harus dioptimalkan dalam pengelolaan pantai Sawarna di Kecamatan Bayah karena potensi yang ada di pantai sawarna belum dikelola dengan baik dan benar oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pemuda seperti retribusi parkir yang masih belum terkoordinasi dengan baik oleh pihak desa atau masyarakat dengan pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak sehingga sebenarnya dapat untuk menunjang Pendapatan asli daerah, seperti yang disampaikan oleh Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP., M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, beliau mengatakan bahwa : “ Untuk PAD tahun ini sudah disalurkan ke Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dari pihak Desa Sawarna selaku pengelola Pantai Sawarna, sehingga karena anggaran yang diterima dari keuntungan pantai sawarna langsung dikelola oleh pihak Desa Sawarna.” Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata bukan pengelola pendapatan atau keuntungan yang di dapat oleh pantai sawarna karena yang mengelola pendapatan anggaran adalah pihak Desa Sawarna. maka Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak hanya sebagai penerima laporan data anggaran yang didapat oleh pantai sawarna dari Desa Sawarna dan
154
mengecek serta mengevaluasi laporan tersebut karena untuk laporan ke Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Provinsi Banten sesuai dengan data realisasi PAD. Padahal anggaran yang tidak dikelola dengan baik akan berbanding lurus dengan sarana dan prasarana yang ada di Pantai Sawarna, dan ini yang terjadi di Pantai Sawarna minimnya fasilitas umum seperti tempat mandi umum, atau MCK untuk para wisatawan serta lahan parkir yang minim serta tidak dikelola oleh pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, karena untuk sementara ini seperti yang bisa dilihat bahwa masih dikelola oleh masyarakat umum yang sengaja membangun fasilitas pemandian umum serta parkir di lahan pribadi masyarakat. Sehingga baik dari pihak Desa bahkan DISPORAPAR tidak diorganisir secara baik. Sehingga menjadi keuntungan pribadi oleh masyarakat umum dan mengurangi tingkat anggaran yang akan didapat. Seperti yang dikatakan oleh pihak Desa Sawarna yaitu Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna, beliau mengatakan bahwa : “ Selama ini pengelolaan fasilitas umum seperti tempat pemandian dan toilet masih di kelola oleh pihak masyarakat karena dibangun dilahan pribadi atau lahan milik masyarakat. Khusus untuk pantai sawarna sangat minim fasilitas terbeut karena kontur lahan yang menyulitkan untuk pembangunan fasilitas tersebut” Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemerintah baik itu DISPORAPAR
Kabupaten
Lebak
dan
Desa
Sawarna
belum
berkoordinasi dengan masyarakat agar dapat diberdayakan sehingga dapat meningatkan kualitas taraf hidup masyarakat Desa Sawarna secara
155
merata tidak hanya yang memiliki lahan saja namun yang tidak meiliki lahan juga dapat diberdayakan. Selain itu fasilitas yang minim bukan hanya mengenai tempat pemandian dan lahan parkir akan tetapi jalan menuju pantai sawarna turut andil dalam peningkatan jumlah pengunjung wisatawan ke pantai sawarna di Kecamatan Bayah karena belum adanya petunjuk jalan serta lampu penerangan jalan saat malam hari menyulitkan para wisatawan melakukan perjalanan menuju pantai sawarna di Kecamatan Bayah. Bentuk koordinasi yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak kurang berjalan begitu baik dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, selain dari pemusatan pembangunan wisata yang difoukskan di kawasan Tanjung Layar pemerintah Kabupatennyapun tidak optimal dalam berkoordinasi, seperti yang dikatakan Bapak Ahmad Budiawan, SE Selaku Kepala Seksi Pengembangan Objek Wisata: “Koordinasi secara intens belum terjalin guna pengembangan destinasi wisata pantai Sawarna, hanya setiap acara festival tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi selalu diundang untuk menghadiri acara tersebut”. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Anwar: “Setiap tahun Kami selalu diundang untuk menghadiri acara tahunan yang diadakan DISPORAPAR Kabupaten Lebak sebagai tamu undangan saja, hal tersebut dikarenakan memang kewenangan sepenuhnya berada di DISPORAPAR tersebut. Bentuk koordinasi baik itu pembagunan dan pengembagan belum terjalin”. Wawancara di atas dapat diketahui belum adanya kerjasama dan
156
koordinasi yang baik antar pihak terkait dalam Pengembangan Wisata Pantai Sawarna. Pihak terkait dalam hal ini adalah tentunya Disbudpar Provinsi Banten. Hal ini terlihat masih adanya saling lempar tanggungjawab. Pihak Dinas Kabupaten Lebak melempar tanggungjawab kepada dinas Provinsi, sedangkan Dinas Provinsi melempar kepada dinas pelaksana di Kota dan kabupaten. Gambar 4.10 Salah Satu Mck Milik Masyarakat Desa Sawarna
Gambar 4.11 Jembatan Yang Menghubungkan Jalan Raya Dan Jalan Menuju Pantai Sawarna
Dapat dilihat dari dua gambar di atas bahwa sarana dan prasaran yang belum optimal masih dielola langsung oleh masyarakat, hal ini
157
dibenarkan oleh ibu Andini Selaku wisatawan, beliau mengatakan bahwa: “ Sangat sulit menuju ke pantai sawarna karena tidak adanya petunjuk jalan serta jalan yang rusak dan juga jembatan yang kecil jadi kita kebanyakan bertanya ke orang yang ada dipinggir jalan serta kalau malam hari tidak berani kalau lewat sana karena gelap tidak ada penerangan jalan.” Dari wawancara di atas dapat diketahui infrastruktur menuju pantai sawarna masih buruk sehingga kebanyakan para wisatawan hanya melakukan perjalanan di siang hari saja sampai soe hari karena ketika malam tidak adanya penerangan jalan kalaupun terpaksa pulang malam wisatawan lebih memilih untuk menginap di tempat penginapan yang terdapat di Desa Sawarna namun malam hari tidak berjalan atau melihat pemandangan
pantai
sawarna
dikarenakan
minimnya
fasilitas
penerangan. Tabel 4.3 Data Pendapatan Asli Daerah Mengenai Retribusi Tempat Dan Rekreasi Olah Raga Retribusi Tempat Rekreasi Pantai Sawarna
Target
Realisasi 2015
(Rp)
(Rp)
50.000.000
32.000.000
Sisa Target (Rp) 18.000.000
Sumber : DISPORAPAR, tahun 2015 Dapat diketahui bahwa anggaran yang didapat berasalkan dari retribusi Pantai Sawarna masih belum optimal dan jauh dari target yang telah di tetapkan dan belum mendapatkan bantuan dari pihak Provinsi karena belum adanya pengajuan program pengelolaan pantai sawarna.
158
Hal ini pun disampaikan oleh Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, beliau mengatakan bahwa : “ Anggaran yang minim salah satu penyebab minimnya pula sarana dan prasaran penunjang pariwisata di pantai sawarna, namun kami sudah mengajukan proposal anggaran karena Pantai Sawarna juga sudah ditunjuk sebagai salah satu pantai yang sedang diberdayakan sesuai dengan Rencana Strategi Provinsi Banten tahun 2012-2017” Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa kurangnya fungsi pengelolaan dari DISPORAPAR berpengaruh terhadap sarana dan prasarana di Pantai Sawarna Kecamatan Bayah.
4.3.3
Opportunity (Peluang ) Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Maka bila dilihat dari kompetitor itu sendiri sebenarnya untuk Pantai Sawarna di Desa Sawarna memang khusus menjadi salah satu ikon pantai yang terkenal di Kabupaten Lebak khususnya, sehingga sebenarnya tidak sulit untuk mempromosikan Pantai Sawarna karena salah satu pula pantai yang belum terjamah oleh Pemerintah masih asri dan alami namun untuk sekarang ini semakin populernya pantai sawarna maka dibutuhkan peningkatan di berbagai bidang yang lebih kompeten lagi sehingga dapat meningkatkan sumber daya yang ada di sekitar pantai sawarna lebih optimal serta potensi alam
159
yang lainpun ikut tergali, dan itu sudah tertera dalam surat kerjasama yang telah disepakati oleh DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna, Gambar 4.12 Bab V mengenai Hak dan Kewajiban dalam Surat Kerjasama
Gambar 4.13 Bab V mengenai Hak dan Kewajiban dalam Surat Kerjasama
Hal ini dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak selain dari pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak, Kecamatan Bayah, Desa Sawarna
160
maupun Masyarakat di sekitar pantai sawarna selain itu para investor yang berminat untuk membantu pendanaan dalam peningkatan sumber daya yang ada di pantai sawarna sangat dibutuhkan karena bilah berharap dari Pemerintah Provinsi Banten sangat susah karena belum terprioritasnya Pantai Sawarna sebagai pusat pariwisata karena minimnya fasilitas yang ada. Akan tetapi kontur pantai sawarna yang langsung berhubungan dengan pantai selatan jawa menyebabkan ombak yang selalu pasang sehingga menyulitkan untuk pembangunan fasilitas seperti hotel atau gedung lainnya. Hal ini pula yang membuat para investor harus berpikir ulang untuk menanamkan dananya di pantai sawarna seperti yang dikatakan oleh Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Beliau mengatakan bahwa : “Promosi yang dilakukan masih belum optimal karena terhalang dana, namun sampai saat ini banyak investor yang sudah datang untuk membicarakan tentang pembangunan pantai Sawarna, hanya saja selalu tidak ada kabar kembali.” Dari wawancara di atas dapat diketahui investor ada yang mau menanamkan dana atau menginvestasikan dana ataupun bangunan namun belum ada tindak lanjut lagi tanpa alasan apapun. Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna, beliau mengatakan bahwa : “Dengan menyempurnakan sarana-prasarana yang ada, melengkapi fasilitas-fasilitas wisata, ini akan mendorong para investor datang ke Desa Wisata Sawarna untuk sama-sama membangun serta menyempurnakan fasilitas pariwisata. Menjalin
161
komunikasi secara terus-menerus dengan pihak manapun untuk ikut mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna.” Dari wawancara di atas dapat dimpulkan bahwa sarana dan prasarana masih menjadi salah satu penyebab belum adanya investor yang masuk untuk memberikan investasi dana. Selain itu rendahnya promosi yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata kurang inovatif dan kreatif menyebabkan masih banyak yang belum mengetahui akan keindahan Pantai Sawarna di Kabupaten Lebak dan masih berfokus dengan Seba Baduy karena Pantai Sawarna masih berfokus dalam penggarapan PAD dan kesejahteraan masyarakatnya saja. Gambar 4.14 Lomba Desa Wisata di Pantai Sawarna
Dari gambar di atas merupakan salah satu promosi yang dilakukan oleh pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna guna meningkatkan PAD dan juga wisatawan yang hadir Seperti yang dikatakan oleh Bapak Dharman Noviadi, S.Kom Selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan PariwisataBeliau mengatakan bahwa :
162
“ Untuk Pantai Sawarna masih kurang anggaran karena belum adanya sponsor baru rencana lomba-lomba dan yang berkaitan dengan budaya event tingkat nasional karena untuk saat ini tidak hanya Sawarna namun lebih fokus ke Seba Baduy, Ada beberapa trik untuk mempromosikan Sawarna, selain promosi konfensional (festival dan pameran) dan promosi lainnya berupa media online, hanya saja sampai saat ini masih ikut kepada website wonderful indonesia, belum memiliki website sendiri. Peluang yang ingin dikejar adalah menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara agar perputaran uang yang terjadi semakin besar, untuk long stay mencapai bulanan di Sawarna. Berbeda dengan wisatawan nusantara yang hanya datang kemudian pulang dalam waktu yang hanya sebentar. Siklus wisata Musiman wisatawan mancanegara menjadikan peluang tersendiri, dimana semua wisatawan mancanegara akan berkumpul pada bulan Maret untuk mengejar ombak yang besar.” Dari wawancara di atas bahwa anggaran masih jadi penghalang mempromosikan pantai sawarna sehingga hanya di event tertentu dapat mempromosikan dimana event tersebut terjadi saat ombak besar pada bulan maret menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan promosi untuk pantai sawarna di Kecamatan Bayah.
No 1 2
Tabel 4.4 Data Lomba yang Pernah Diikuti Lomba Lomba Pokdarwis Tingkat Propinsi Peringkat I Tahun Lomba Desa Wisata Tingkat Nasional Peringkat Ke 7 Tahun
Tahun 2015 2014
Dari pernyataan di atas bahwa melalui lomba merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guna mempromosikan Pantai Sawarna. hal ini dibenarkan oleh Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna, beliau mengatakan bahwa: “Seiring dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan yang datang ke Desa Wisata Sawarna disamping semakin mendesaknya penataan obyek wisata Sawarna, ditambah permohonan dari kami selaku pengelola wisata dalam hal ini Pemerintah Desa Sawarna
163
akhirnya memunculkan rencana penataan terutama di lokasi Pantai Ciantir. Kegiatan penataan tersebut mulai dilaksanakan secara menyeluruh, seperti Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata sedang membangun saung pemantau keamanan pantai (Lifeguard) dan juga fasilitas lainnya. Juga Dinas-dinas lainnya yang sama-sama membangun fasilitas penunjang pariwisata di Desa Wisata Sawarna. Bentuk lainnya adalah dengan ditambahnya program-program kegiatan seperti pelatihan kerajinan, menggandeng unsur lain diluar pemerintahan untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan, pemasaran pariwisata, eventevent seperti pameran, promosi lainnya. Itulah salah satu bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Porapar dalam malakukan strategi pengembangan pariwisata. Hal yang linnya dengan mengikuti event-event besar seperti mengirim Desa Wisata Sawarna untuk mengikuti Lomba Desa Wisata pada tahun 2014 dan mendapatkan peringkat ke-VII Nasional, Juara ke-I Lomba POKDARWIS tk Propinsi tahun 2015.” Dari wawancara di atas bahwa Pantai Sawarna memiliki beberapa prestasi yang di dapat hal ini merupakan strategi untuk mendapatkan daya tarik dari investor. Melalui lomba yang diikuti diharapkan mendapatkan investasi dana dan modal oleh investor yang datang sehingga dapat membantu pengelolaan yang ada di Pantai Sawarna. 4.3.4
Threats ( Ancaman) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Ancaman yang didapat untuk pengelolaan pariwisata Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah lebih berfokus dengan kearifan budaya yang ada karena banyaknya wisatawan yang datang bukan dari domestik saja namun dari luar negeri yang apabila dari masyarakat dan pemerintah di Kecamatan Bayah tidak perhatian maka akan terjadi penggerusan nilai-nilai budaya yang ada di Kecamatan Bayah khussunya di Pantai Sawarna di Desa Sawarna. apabila kurang siapnya pemerintah dan masyarakat dapat menimbulkan masalah
164
sosial yang ada di kawasan tersebut dan dapat melanggar norma-norma ada ketimuran yang kita jaga dan kita miliki sebagai umat beragama karena para wisatawan bukan hanya ingin berlibur saja, dan tidak mengetahui motif selain itu Tabel 4.5 Data Pengunjung wisatawan Pantai Sawarna Tahun 2014-2015 No.
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember JUMLAH
SAWARNA 2014 824 828 816 823 821 811 2819 802 405 1033 525 471 10.978
SAWARNA 2015 8.000 1.300 1.150 818 1.200 1.100 1.131 900 982 512 531 80 17.704
Sumber : Peneliti, tahun 2016 Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa terjadinya jumlah kenaikan di tahun 2015, data para pengunjung wisatawan dari data yang didapat dari DISPORAPAR Kabupaten Lebak (dalam lampiran). Maka harus ada aturan ketat dari pengelola dalam hal ini Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dan Aparat Desa Sawarna, seperti yang disampaikan oleh Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna, beliau mengatakan bahwa: “Yang menjadi ancaman nomor satu adalah lunturnya kebiasaan masyarakat, pergaulan, kehidupan bermasyarakatnya, karena masuknya budaya/kebiasaan dari banyaknya wisatawan yang masuk ke Sawarna. Hal ini menjadi bahan pemikiran bagi
165
Pemerintah Desa Sawarna untuk mempertahankan apapun yang biasanya ada di Desa entah itu kehidupan masyarakat, normanorma dan lain-lain untuk tidak dengan mudah merubah itu semua. Sehingga strategi Pemerintah Desa Sawarna menggandeng semua komponen terutama unsur pendidikan, pengajian untuk lebih intensif dalam memberikan pembelajaran akhlak terutama bagi usia-usia dini dan juga pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan kepedulian pantai sawarna.” Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa menurut Bapak Lili Suheli budaya luar yang dibawa oleh wisatawan merupakan salah satu ancaman untuk kearifan budaya yang ada di Desa Sawarna sehingga mampu mencoreng keindahan pariwisata Pantai Sawarna apabila terjadi hal yang menyimpang dan tidak sesuai dengan norma-norma yang di di Negara kita serta kepedulian masyaraat akan keindahan pantai sawarna yang harus tetap dijaga. Maka dibutuhkan pemberdayaan masyarakat yang telah ada di dalam surat kerja sama DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna tahun 2015, seperti dibawah ini : Gambar 4.15 Isi Surat Kejasama Mengenai Partisipasi Masyarakat
Bila dilihat dari isi surat kerjasama tersebut maka dapat diketahui bahwa
tujuan
dari
kerjasama
ini
yaitu
salah
satunya
untuk
166
mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan dan kepedulian pariwisata yang ada di Pantai Sawarna, seperti yang diperlihatkan dalam gambar di bawah ini, Gambar 4.16 Kegiatan Masyarakat dalam Kebersihan Pantai Sawarna Setiap Hari Jumat
Namun bagi pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak yang menjadi ancaman yaitu bagaimana bisa fokus dalam setiap pengelolaan di pantai sawarna karena semakin banyaknya destinasi wisata yang ada bermunculan untuk mengembangkannya semua secara optimal, seperti yang terdapat dalam Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2014 Kabupaten Lebak tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak tahun 2014-2034, bahwa jelas tertera kawasan wisata yang banyak serta sumber daya manusia menjadi ancaman tersendiri untuk DISPORAPAR Kabupaten Lebak.
167
Gambar 4.17 Kawasan Pariwisata di Kabupaten Lebak
Hal ini diperkuat seperti yang dikatakan oleh Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP., M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda
168
Olah Raga dan Pariwisata Beliau mengatakan bahwa : “Objek destinasi wisata yang sangat banyak,bagaimana caranya mengelola destinasi wisata di Kabupaten Lebak menjadi tantangan sendiri dinas untuk mengembangkannya.memfokuskan kepada beberapa destinasi wisata terlebih dahulu.” Dari wawancara di atas dapat diketahui ancaman datang dari pengelolaan pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata itu sendiri, karena
pengelolaan
dari
banyaknya
destinasi
wisata
yang
ada
mengharuskan pihak DISPORAPAR lebih fokus dan dapat memilah mana yang harus di prioritaskan Serta selain ancaman dari DISPORAPAR Kabupaten Lebak adalagi ancaman yang dapat merusak lingkungan dan ekosistem alam yaitu kebiasaan membuang sampah sembarangan , mencoret-coret fasilitas dan juga lahan parkir yang semrawut atau berantakan yang ada menimbulkan tidak enak dipandang serta pengelolaan yang minim itu juga dapat menyebabkan merusak sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui karena wisata alam merupakan bukan sumber daya alam yang dapat didaur ulang sehingga membutuhkan kerjasama antar stakeholder terkait dalam mengelola pantai sawarna tetap asri untuk menjaga itu semua masyarakat juga ikut campur dalam hal ini karena berhubungan langsung dengan pantai sawarna.
169
Gambar 4.18 Tepi Pantai Sawarna yang Dijadikan Lahan Parkir
Hal ini menjadi keluhan wisatawan yang berkunjung ke Pantai sawarna seperti yang dikatakan salah satu wisatawan yang datang Bapak Zafran beliau mengatakan bahwa : “ Banyak sampah apalagi kalau musim liburan, sampah ada dimana-mana selain bau yang tidak sedap juga membuat pantai menjadi kotor terus tidak ada tempat khusus buat sampah. Jadi tidak enak dilihat dan juga minimnya lahan parkir padahal sudah bayar tiket parkir tapi tidak ada lahannya” Dari wawancara di atas bahwa masyarakat yang juga sebagai wisatawan mengatakan kurangnya fasilitas yang ada menyebabkan wisatawan membuang sampah sembarangan dan kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan juga yang ada menimbulkan masalah di pantai sawarna.
170
Gambar 4.19 Sampah yang Berserakan di Tepi Pantai Sawarna
Bila hal ini terus berlanjut dan tidak ada kesadaran dari masyarakat, dinas terkait dan juga khususnya wisatawan yang berkunjun maka justru dapat menimbulkan ancaman tersendiri bagi kelestari alam yang ada di Pantai Sawaarna, hal ini juga disampaikan oleh Bapak Endan selaku ketua paguyuban Home Stay Sawarna, beliau mengatakan bahwa : “ Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan tiap wiatawan yang datang menimbulkan ancaman karena merusak ekosistem yang ada di pantai dan membuat pantai menjadi keruh dan kotor karena sampah yang di buang oleh wisatawan secara sembarangan” Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa tiap pengelolaan untuk pantai sawarna adalah kewajiban bersama seluruh stakeholder yang terkait juga wisatawan yang harus mengingat pentingnya kebersihan lingkungan agar tercipta pesona wisata alam yang tetap asri dan terjaga.
171
4.1 Pembahasan Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas fokus penelitian, dengan menggunakan teori Analisis SWOT mengenai manajemen strategi terdapat empat variabel yaitu Strength, Weakness, Opportunity dan Threats dari strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah. Hal ini terlihat pada point pertama yaitu strength atau kekuatan dimana untuk pariwisata di Kecamatan Bayah sangat banyak destinasi yang dapat dikunjungi salah satunya Pantai Sawarna yang ada di Desa Sawarna. Kekuatan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sudah diatur dalam Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2012-2017 yang menetapakan Sawarna sebagai salah satu kawasan prioritas pengembangan kepariwisataan dan peraturan daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana dan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak tahun 2014 - 2034 dalam strategi penataan ruang pasal isinya mengenai pengoptimalan dan pengembangan kawasan wisata. Banyak potensi alam yang dapat digali oleh pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata apabila strategi dalam pengelolaannya baik dan benar akan tetapi pada kenyataanya sumber daya manusia yang sangat penting untuk melaksanakan pengelolaan sangat minim baik dari jumlah SDM maupun latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan jabatan dengan minimnya pendidikan jurusan ilmu pariwisata sehingga masih banyak pegawai DISPORAPAR Kabupaten Lebak belum mengerti mengenai pengelolaan
172
pariwisata. Ini menyulitkan melakukan pengelolaan di Pantai Sawarna apabila yang mengelolanya saja tidak mengerti, padahal itu semua proses pengelolaan sudah ada dalam perencanaan rencana strategi Provinsi Banten 2012-2017 dan juga master plan DISPORAPAR Kabupaten Lebak dalam rangka meningkatkan potensi yang ada di Pantai Sawarna melalui data yang didapat untuk menggali potensi alam lainnya yang ada di Pantai Sawarna dan juga belum terealisasinya program pengelolaan pariwisata Pantai Sawarna oleh DISPORAPAR Kabupaten Lebak sehingga dalam pelaksanaan yang ada di Pantai Sawarna masih berupa kebutuhan yang disesuaikan dengan keadaan dan juga sesuai laporan aparat Desa Sawarna, Masyarakat dan Wisatawan. Point kedua yaitu mengenai Weakness atau kelemahan, sebenarnya kelemahan yang ada di DISPORAPAR Kabupaten Lebak dalam mengelola Pantai Sawarna sangat banyak dan belum optimal karena masih tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab antara Desa Sawarna dengan DISPORAPAR Kabupaten Lebak, dalam hal pengelolaan di limpahkan langsung ke Desa Sawarna namun karena hal tersebut pula pendapatan asli daerah untuk tahun ini masuk ke DISPORAPAR namun minus hingga 10 Juta Rupiah sehingga dikelola oleh pihak desa namun untuk mendapatkan data anggaran secara spesifik tidak didapat oleh peneliti karena kurang transparan dari pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak akan tetapi pada kenyataanya, masih masyarakat yang mengelola karena sarana dan prasarana yang ada seperti pemandian umum dan lahan parkir masih menggunakan lahan pribadi masyarakat sekitar Pantai Sawarna. serta rendahnya pengawasan dari
173
DISPORAPAR Kabupaten Lebak menimbulkan banyaknya penyimpangan seperti terkait anggaran yang tidak diketahui berapa jumlahnya. Sehingga seharusnya anggaran yang ada dapat di optimalkan untuk proses pengelolaan Pantai Sawarna, dan ini juga menyebabkan minimnya anggaran untuk pemeliharaan dan pengelolaan pantai sawarna. Selanjutnya point yang ketiga menganai opportunity atau peluang dimana dapat kita ketahui peluang yang didapat sangatlah banyak namun ini semua saling berkaitan antar pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak dengan Desa Sawarna untuk membangun pantai sawarna yang lebih baik lagi, melalui jalur investasi yang didapat dari para investor yang mau menanamkan modalnya akan tetapi karena sarana dan prasarana yang tidak menunjang inilah yang membuat belum ada investor yang mau kalaupun ada hanya sebatas pengajuan saja namun tidak ada kelanjutannya. Selain itu minimnya informasi mengenai pantai Sawarna serta promosi yang kurang menyebabkan banyaknya investor yang belum mengetahui peluang bisnis yang ada di pantai sawarna serta belum meningkatnya wisatawan yang berasal dari luar negeri ini semua terjadi karena kurang inovatif dan kreatif dari pihak DISPORAPAR Kabupaten Lebak selaku pengelola pantai sawarna, selain itu pula kontur pantai sawarna yang berhadapan langsung dengan pantai selatan yang berombak besar menyulitkan adanya proses pembangunan yang signifikan. Point selanjutnya yang terkahir yaitu threats atau ancaman, dalam mengelola pariwisata bukan saja ada ancaman dari pihak pengelola itu sendiri seperti tidak mampunya mengelola potensi yang ada yang menyebakan
174
turunnya minat wisatawan untuk datang ke pantai sawarna serta pengawasan yang rendah menimbulkan kerusakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui yang dilakukan oleh wisatawan itu sendiri yang belum peka atau sadar lingkungan. Sehingga pantai menjadi kotor dan tidak sedap dipandang. Selain itu tergerusnya kebudayaan daerah dan masyarakat yang ada karena prilaku dari para wisatawan yang tidak mengetahui norma-norma yang ada di Negara Indonesia. Sehingga lama kelamaan akan merusak kearifan budaya yang ada di sekitar lingkungan Pantai Sawarna dan juga masih rendahnya pengawasan langsung Desa Sawarna mengenai prilaku para wisatawan yang tidak sadar akan kebersihan lingkungan selain itu juga tidak adanya pemberitahuan informasi mengenai larangan apa saja yang tidak boleh dilaukan di Pantai Sawarna menambah minimnya kesadaran para wisatawan serta kurangnya perhatian baik dari DISPORAPAR Kabupaten Lebak dan Desa Sawarna terkait pemberdayaan masyarakat mengenai pariwisata dan budaya lokal sehingga apabila masyarakat yang diberdayakan memahami makna pariwisata serta budaya local maka mampu mengembangkan kualitas masyarakat serta kesejahteraan dalam arti nilai ekonomi atau perdagangan . Dalam pengelolaan Pantai Sawarna oleh DISPORAPAR Kabupaten Lebak bila dilihat dengan menggunakan teori New Public Management maka tidak mampu menjawab karena dalam teori tersebut terdapat 7 prinsip diantaranya sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Pemanfaatan manajemen professional dalam sektor publik, Penggunaan indikator kinerja, Penekanan yang lebih besar pada kontrol output, Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil,
175
5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi, 6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen, 7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan sumber daya. Bila dilihat dari ketujuh prinsip tersebut maka tidak satupun yang digunakan oleh pihak Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata karena masih minimnya segala hal-hal yang terkait dengan ketujuh prinsip tersebut. Proses pengelolaan masih menggunakan sesuai dengan kebutuhan yang ada dilapangan dan belum ada rencana yang secara structural dalam proses pengambilan kepurtusan strategi perencanaan sehingga masih disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan Desa Sawarna serta laporan dari aparat atau pihak pelaksana pengelola pantai sawarna. Maka berdasakan hasil wawancara dan penelitian yang dilakukan bahwa strategi pengelolaan Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak di Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah belum berjalan secara optimal masih banyak yang perlu diperbaiki dalam proses pelaksanaanya, karena dari tiap indikator yang ditentukan banyak proses pelaksanaan yang belum dijalankan dengan optimal.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka penyimpulan akhir tentang Strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dalm pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah dikatakan masih belum berjalan secara optimal. Pengelolaan yang belum optimal ini disebabkan karena masih terdapat beberapa masalah yaitu: Dalam aspek Strength atau kekuatan yaitu minimnya sumber daya manusia yang belum cukup untuk melaksanakan pengelolaan Pantai Sawarna serta tidak didukung dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni karena tidak sesuai jabatan. Kaitannya dengan weakness atau kelemahan yaitu rendahnya pengawasan dari Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dalam mengelola pantai sawarna sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan dan merusak lingkungan pantai sawarna. Dalam hal opportunitty, belum mampu meningkatkan peluang dalam sektor investasi menyebabkan pantai sawarna berkembang lambat karena rendahnya pembangunan infrastruktur. Kurang inovatif dan kreatif Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata membuat minimnya promosi dan sosialisasi pantai sawarna. Dalam hal Threats atau ancaman, rendahnya pengawasan dan sadar wisata yang menimbulkan kerusakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
176
177
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa rekomendasi yaitu: 1. Mengajukan penambahan pegawai atau staff jurusan ilmu pariwisata di Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak. 2. Merealisasikan program pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sesuai dengan Rencana Strategi Provinsi Banten 2012-2017. 3. Membuat iklan dan informasi publik mengenai pariwisata di Pantai Sawarna oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dan bekerjasama dengan Pemerintahan Provinsi Banten. 4. Melaksanakan kegiatan sosialisasi yang berkaitan dengan sadar wisata secara berkala oleh Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dan Aparat Desa Sawarna.
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku : Basu Swastha, 2000, Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan. Modern. Jakarta: Liberty. Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, 2002. Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty Buchari Alma, 2002. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: ALFABETA. Cutlip, Scott, M., et al, 2007. Effective Public Relations, Ed. 9 cet.2, Jakarta: Kencana David, Fred R. 2004. Manajemen Strategi: Konsep. Jakarta: Penerbit Pt. Indeks Kelompok Gramedia. ____________. 2005. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta : Salemba Empat ____________. 2010. Manajemen Strategi: Konsep (Edisi 12). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Stratejik : Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Grasindo. Dunn. N. William. 2003. Analisis Kebijaksanaan Publik : Kerangka Analisis dan Prosedur Perumusan masalah. Hanindita. Yogyakarta. Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Andi. Irawan, Prasetya. 2005. Metodelogi Penelitian Administrasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Kotler Philip, 2000. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium. Jakarta: Prehallindo. ___________,
2001.
Manajemen
Pemasaran
:
Analisis,
Perencanaan,
Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo ___________ dan Kevin Lane Keller, 2008. Manajemen Pemasaran, Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mangkuprawira, Sjafri. 2004. Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia. M.Manullang, 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Gajah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta. Moleong, lexy. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. _______________. 2006. Metodologi Penelitian Kualitati : Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Stratejik Organisasi Non Profit Di Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nazir, Mohammad.1999. Metode Penelitiaan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pasolong, Harbani.2007.Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Pendit, Nyoman. 2006. Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit PT. Pradnya Paramita. Pitana, I Gede., dan Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakata : Ar-Ruzz Media Group. Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Satori, Djaman dan Komariah, Aan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sutisna, 2001. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung: Rosda Karya Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana
Wheelen, Thomas L. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Yoeti, Oka A. 1996. Guiding System : Suatu Pengantar Praktis. Jakarta: Penerbit PT. Pradnya Paramita. ____________, 2001. Ilmu Pariwisata : Sejarah, Perkembangan, dan Prospeknya. Jakarta: Penerbit PT. Pertja
Sumber Lain: Data Wisatawan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2012 Katalog BPS RI:2013 Perda nomor 8 tahun 2010 Kabupaten Lebak Profile Potensi Investasi Kabupaten Lebak, 2008 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah Web: http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
Matrix Wawancara Informan
Status Informan
I1-2
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si,
Strength Apa yang menjadi penghalang dalam pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna ? “Sumber daya manusia di Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata masih minim dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, terkait SDM yang tidak sesuai dengan jabatan. Tidak adanya sarjana kepariwisataan yang mumpuni untuk menjalankan semua kegiatan kepariwisataan. “ Apa yang menjadi penghalang dalam pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna ?
I1-4
I1-4
I1-2
Bapak Dharman selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata,
Bapak Dharman Selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si,
“Pelaksanaan pengelolaan pariwisata belum optimal karena masih kurang sumber daya manusia dengan latarbelakang pendidikan kepariwisataan walaupun tingkat pendidikan yang sudah tinggi yaitu S1 akan tetapi kurang optimal bila tidak sesuai dengan jurusannya. Kalau sesuai dengan jurusan kan enak dapat berkontribusi lebih dan kita semua dapat ilmu mengenai pariwisata dan mengelola pariwisata lebih optimal sesuai dengan teori pariwisata.” Bagaimana pengelolaan pantai sawarna yang ada sekarang ? “Sebenarnya dalam hal pengelolaan masih dilaksanakan oleh pihak Desa Sawarna dari mulai retribusi karcis masuk, homestay, dan lain lain. Sehingga untuk tahun ini PAD yang masuk dari pantai sawarna minus sampai 10 juta Rupiah.” Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang? “Pada tahun 2015 sudah dibuat dokumen perencanaan berupa master plan zonasi Sawarna, yang dibagi kedalam 3 zonasi yaitu, zonasi pantai, zonasi ruang publik, dan zonasi tanjung layar. Selain itu strategi lainnya yaitu dengan mengenal lebih dekat destinasi wisata melalui pendataan potensi-potensi wisata, jadi
ketika sudah diketahui ada berapa jumlah potensi barulah dibuat pedoman. Tidak ada Strategi khusus hanya saja terfokus kepada perencanaan.” Informan
I1-4
Status Informan Bapak Dharman Noviadi, S.Kom Selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata,
Weakness Apa yang menjadi hambatan dalam proses pengelolaan Pantai Sawarna? “Dalam tahap pengelolaan diurus oleh Desa Sawarna, maka pengawasan langsung dilaksanakan oleh aparat Desa Sawarna dan Masyarakat Desa Sawarna. Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata sifatnya hanya berupa laporan saja bila terjadi penyimpangan baik dari segi pengelolaan pantai maupun pelayanan yang ada.” Apakah benar desa Sawarna yang mengelola Pantai Sawarna saat ini ?
I2-2
I1-2
I2-2
Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna
Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna,
“Kami selaku aparat Desa Sawarna yang mengelola untuk sekarang ini juga berfungsi sebagai pengawas juga, dibantu oleh pemuda Desa Sawarnaserta paguyuban yang ada. Bila terjadinya masalah di lapangan maka kami siap menindaklanjuti”
Bagaimana anggaran yang didapatkan dari pengelolaan pantai sawarna oleh pihak Desa Sawarna ? “ Untuk PAD tahun ini disalurkan namun minus sampai 10 juta rupiah dari tahun sebelumnya ke Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dari pihak DesaSawarna selaku pengelola Pantai Sawarna, sehingga karena anggaran yang diterima dari keuntungan pantai sawarna langsung dikelola oleh pihak Desa Sawarna.” Bagaimana proses pengelolaan yang dilakukanoleh piha Desa Sawarna ? “ Selama ini pengelolaan fsilitas umum seperti tempat pemandian dan toilet masih di kelola oleh pihak masyarakat karena dibangun dilahan pribadi atau
lahan milik masyarakat. Khusus untuk pantai sawarna sangat minim fasilitas terbeut karena kontur lahan yang menyulitkan untuk pembangunan fasilitas tersebut”
Bagaimana menurut ibu mengenai pengelolaan pantai sawarna saat ini? I4-2
ibu Andini Selaku wisatawan
“ Sangat sulit menuju ke pantai sawarna karena tidak adanya petunjuk jalan serta jalan yang rusak jadi kita kebanyakan bertanya ke orang yang ada dipinggir jalan serta kalau malam hari tidak berani kalau lewat sana karena gelap tidak ada penerangan jalan.” Apa yang menjadi penyebab terhambatnya sarana dan prasarana yang ada di pantai sawarna ?
I1-2
Informan
I1-2
Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Status Informan Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
“ Anggaran yang minim salah satu penyebab minimnya pula sarana dan prasaran penunjang pariwisata di pantai sawarna, namun kami sudah mengajukan proposal anggaran karena Pantai Sawarna juga sudah ditunjuk sebagai salah satu pantai yang sedang diberdayakan sesuai dengan Rencana Strategi Provinsi Banten tahun 2012-2017” Opportunity Apakah tidak ada investor yang ingin menanamkan modal di pantai sawarna? “Namun sampai saat ini banyak investor yang sudah datang untuk membicarakan tentang pembangunan pantai Sawarna, hanya saja selalu tidak ada kabar kembali.” Apa solusi dari permasalahan anggaran yang ada dalam proses pengelolaan di pantai sawarna serta menarik para investor agar mau menanamkan modalnya di sini?
I2-2
Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna
“Dengan menyempurnakan sarana-prasarana yang ada, melengkapi fasilitas-fasilitas wisata, ini akan mendorong para investor datang ke Desa Wisata Sawarna untuk sama-sama membangun serta menyempurnakan fasilitas pariwisata. Menjalin komunikasi secara terus-menerus dengan pihak manapun untuk ikut mengembangkan pariwisata di
Desa Sawarna.” Apa saja Kabupaten sawarna?
I1-4
Bapak Dharman Noviadi, S.Kom Selaku Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
yang dilakukan oleh DISPORAPAR Lebak untuk mempromosikan pantai
“ Untuk Pantai Sawarna masih kurang anggaran karena belum adanya sponsor baru rencana lombalomba dan yang berkaitan dengan budaya event tingkat nasional karena untuk saat ini tidak hanya Sawarna namun lebih fokus ke Seba Baduy, Ada beberapa trik untuk mempromosikan Sawarna, selain promosi konfensional (festival dan pameran) dan promosi lainnya berupa media online, hanya saja sampai saat ini masih ikut kepada website wonderful indonesia, belum memiliki website sendiri. Peluang yang ingin dikejar adalah menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara agar perputaran uang yang terjadi semakin besar, untuk long stay mencapai bulanan di Sawarna. Berbeda dengan wisatawan nusantara yang hanya datang kemudian pulang dalam waktu yang hanya sebentar. Siklus wisata Musiman wisatawan mancanegara menjadikan peluang tersendiri, dimana semua wisatawan mancanegara akan berkumpul pada bulan Maret untuk mengejar ombak yang besar.” Apa saja yang dilakukan oleh mempromosikan pantai sawarna?
I2-2
Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna
Desa
Sawarna
“Seiring dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan yang datang ke Desa Wisata Sawarna disamping semakin mendesaknya penataan obyek wisata Sawarna, ditambah permohonan dari kami selaku pengelola wisata dalam hal ini Pemerintah Desa Sawarna akhirnya memunculkan rencana penataan terutama di lokasi Pantai Ciantir. Kegiatan penataan tersebut mulai dilaksanakan secara menyeluruh, seperti Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata sedang membangun saung pemantau keamanan pantai (Lifeguard) dan juga fasilitas lainnya. Juga Dinasdinas lainnya yang sama-sama membangun fasilitas penunjang pariwisata di Desa Wisata Sawarna. Bentuk lainnya adalah dengan ditambahnya program-program kegiatan seperti pelatihan kerajinan, menggandeng
unsur lain diluar pemerintahan untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan, pemasaran pariwisata, event-event seperti pameran, promosi lainnya. Itulah salah satu bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Porapar dalam malakukan strategi pengembangan pariwisata. Hal yang linnya dengan mengikuti event-event besar seperti mengirim Desa Wisata Sawarna untuk mengikuti Lomba Desa Wisata pada tahun 2014 dan mendapatkan peringkat ke-VII Nasional, Peringkat ke IV Nasional Lomba POKDARWIS Tk. Nasional tahun 2013, Juara ke-I Lomba POKDARWIS tk Propinsi tahun 2015.” informan
I2-2
Status Informan
Bapak Lili Suheli selaku Sekretaris Desa Sawarna,
Threaths Apa yang menjadi ancaman dalam proses pengelolaan pantai sawarna? “Yang menjadi ancaman nomor satu adalah lunturnya kebiasaan masyarakat, pergaulan, kehidupan bermasyarakatnya, karena masuknya budaya/kebiasaan dari banyaknya wisatawan yang masuk ke Sawarna. Hal ini menjadi bahan pemikiran bagi Pemerintah Desa Sawarna untuk mempertahankan apapun yang biasanya ada di Desa entah itu kehidupan masyarakat, normanorma dan lain-lain untuk tidak dengan mudah merubah itu semua. Sehingga strategi Pemerintah Desa Sawarna menggandeng semua komponen terutama unsur pendidikan, pengajian untuk lebih intensif dalam memberikan pembelajaran akhlak terutama bagi usiausia dini.”
Bagaimana mengelola destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lebak?
I1-2
Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
“Objek destinasi wisata yang sangat banyak,bagaimana caranya mengelola destinasi wisata di Kabupaten Lebak menjadi tantangan sendiri dinas untuk mengembangkannya. memfokuskan kepada beberapa destinasi wisata terlebih dahulu.”
Bapak Zafran selau
Bagaimana pengelolaan yang ada di pntai sawarna?
wisatawan
“ Banyak sampah apalagi kalau musim liburan, sampah ada dimana-mana selain bau yang tidak sedap juga membuat pantai menjadi kotor terus tidak ada tempat khusus buat sampah. Jadi tidak enak dilihat”
Apa yang menjadi ancaman dalam pengelolaan pantai sawarna?
I3-1
Bapak Endan selaku ketua paguyuban Home Stay Sawarna
“ Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan tiap wiatawan yang datang menimbulkan ancaman karena merusak ekosistem yang ada di pantai dan membuat pantai menjadi keruh dan kotor karena sampah yang di buang oleh wisatawan secara sembarangan”
MEMBER CHECK Nama
: Oktavianto Arief Ahmad, S.IP, M.Si,
Jabatan
: Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Hari, tanggal wawancara
: Senin, 12 Juli 2016
Waktu wawancara
: 12.24 WIB
Lokasi wawancara
: Kantor Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
Hasil wawancara
:
1. Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang? Jawaban: Pada tahun 2015 sudah dibuat dokumen perencanaan berupa master plan zonasi Sawarna, yang dibagi kedalam 3 zonasi yaitu, zonasi pantai, zonasi ruang publik, dan zonasi tanjung layar. Selain itu strategi lainnya yaitu dengan mengenal lebih dekat destinasi wisata melalui pendataan potensi-potensi wisata, jadi ketika sudah diketahui ada berapa jumlah potensi barulah dibuat pedoman. Tidak ada Strategi khusus hanya saja terfokus kepada perencanaan. 2. Kekuatan-kekuatan apa sajakah yang dimiliki Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak untuk pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Jawaban: Banyaknya lahan Potensi yang akan bisa dikembangkan, selain itu kekuatan yang utama adalah master plan yang sudah dibuat
3. Kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata pantai Sawarna?
Jawaban: Kekuatan pantai Sawarna itu sendiri dari panorama alamnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang. 4. Kelemahan apakah yang menjadi kendala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna? Jawaban: yang disarakan saat ini kelemahan Dinas yaitu terkait SDM yang tidak sesuai dengan jabatan. Tidak adanya sarjana kepariwisataan yang mrmpuni untuk menjalankan semua kegiatan kepariwisataan. 5. Adakah evaluasi dalam mengatasi kelemahan Pengelolaan Pariwisata Pantai Sawarna?
Jawaban: Evaluasi yang saat ini dijalankan hanya terfokus kepada evaluasi program saja. 6. Sarana dan prasarana menuju obyek wisata kurang diperhatikan, dengan tidak adanya
penunjuk jalan dan publikasi, bagaimana tindakan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam mengembangkan strategi promosi? Jawaban: Ada beberapa trik untuk mempromosikan Sawarna, selain promosi konfensional (festival dan pameran) dan promosi lainnya berupa media online, hanya saja sampai saat ini masih ikut kepada website wonderful indonesia, belum memiliki website sendiri. 7. Bagaimana peluang Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam
pengelolaan pariwisata pantai sawarna? Jawaban: Peluang yang ingin dikejar adalah menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara agar perputaran uang yang terjadi semakin besar, untuk long stay mencapai bulanan di Sawarna. Berbeda dengan wisatawan nusantara yang hanya datang kemudian pulang dalam waktu yang hanya sebentar. Siklus wisata Musiman wisatawan
mancanegara menjadikan peluang tersendiri, dimana semua wisatawan mancanegara akan berkumpul pada bulan Maret untuk mengejar ombak yang besar. 8. Bagaimana anggaran yang didapatkan dari pengelolaan pantai sawarna oleh pihak Desa Sawarna ? Jawaban: Untuk PAD tahun ini sudah disalurkan ke Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dari pihak Desa Sawarna selaku pengelola Pantai Sawarna, sehingga karena anggaran yang diterima dari keuntungan pantai sawarna langsung dikelola oleh pihak Desa Sawarna.” 9. Bagaimana mengelola destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lebak? Jawaban: Objek destinasi wisata yang sangat banyak,bagaimana caranya mengelola destinasi wisata di Kabupaten Lebak menjadi tantangan sendiri dinas untuk mengembangkannya. memfokuskan kepada beberapa destinasi wisata terlebih dahulu.”
MEMBER CHECK Nama
: Dharman Noviadi, S.Kom
Jabatan
: Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata
Hari, tanggal wawancara
: Senin, 12 Juli 2016
Waktu wawancara
: 13.48 WIB
Lokasi wawancara
: Kantor Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
Hasil wawancara
:
1. Apa yang menjadi penghalang dalam pengelolaan pariwisata di Pantai Sawarna ? Jawaban: Pelaksanaan pengelolaan pariwisata belum optimal karena masih kurang sumber daya manusia dengan latarbelakang pendidikan kepariwisataan walaupun tingkat pendidikan yang sudah tinggi yaitu S1 akan tetapi kurang optimal bila tidak sesuai dengan jurusannya. Kalau sesuai dengan jurusan kan enak dapat berkontribusi lebih dan kita semua dapat ilmu mengenai pariwisata dan mengelola pariwisata lebih optimal sesuai dengan teori pariwisata.” 2. Bagaimana pengelolaan pantai sawarna yang ada sekarang ? Jawaban: Sebenarnya dalam hal pengelolaan masih dilaksanakan oleh pihak Desa Sawarna dari mulai retribusi karcis masuk, homestay, dan lain lain. Sehingga untuk tahun ini tPAD yang masuk dari pantai sawarna terjadinya penurunan sebesar 10 juta rupiah.” 3. Apa yang menjadi hambatan dalam proses pengelolaan Pantai Sawarna? Jawaban: Dalam tahap pengelolaan diurus oleh Desa Sawarna, maka pengawasan langsung dilaksanakan oleh aparat Desa Sawarna dan Masyarakat Desa Sawarna. Dinas
Pemuda Olah Raga dan Pariwisata sifatnya hanya berupa laporan saja bila terjadi penyimpangan baik dari segi pengelolaan pantai maupun pelayanan yang ada.” 4. Apa saja yang dilakukan oleh DISPORAPAR Kabupaten Lebak untuk mempromosikan pantai sawarna? Jawaban: Untuk Pantai Sawarna masih kurang anggaran karena belum adanya sponsor baru rencana lomba-lomba dan yang berkaitan dengan budaya event tingkat nasional karena untuk saat ini tidak hanya Sawarna namun lebih fokus ke Seba Baduy, Ada beberapa trik untuk mempromosikan Sawarna, selain promosi konfensional (festival dan pameran) dan promosi lainnya berupa media online, hanya saja sampai saat ini masih ikut kepada website wonderful indonesia, belum memiliki website sendiri. Peluang yang ingin dikejar adalah menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara agar perputaran uang yang terjadi semakin besar, untuk long stay mencapai bulanan di Sawarna. Berbeda dengan wisatawan nusantara yang hanya datang kemudian pulang dalam waktu yang hanya sebentar. Siklus wisata Musiman wisatawan mancanegara menjadikan peluang tersendiri, dimana semua wisatawan mancanegara akan berkumpul pada bulan Maret untuk mengejar ombak yang besar.”
MEMBER CHECK Nama
: Lili Suheli
Jabatan
: Sekretaris Desa Sawarna
Hari, tanggal wawancara
: Sabtu, 25 Juni 2016
Waktu wawancara
: 10.00 Wib
Lokasi wawancara
: Kantor Desa Sawarna
Hasil wawancara
:
1. Strategi apakah yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak agar Pariwisata Pantai Sawarna semakin berkembang? Jawaban : Seiring dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan yang datang ke Desa Wisata Sawarna disamping semakin mendesaknya penataan obyek wisata Sawarna, ditambah permohonan dari kami selaku pengelola wisata dalam hal ini Pemerintah Desa Sawarna akhirnya memunculkan rencana penataan terutama di lokasi Pantai Ciantir. Kegiatan penataan tersebut mulai dilaksanakan secara menyeluruh, seperti Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata sedang membangun saung pemantau keamanan pantai (Lifeguard) dan juga fasilitas lainnya. Juga Dinas-dinas lainnya yang sama-sama membangun fasilitas penunjang pariwisata di Desa Wisata Sawarna. Bentuk lainnya adalah dengan ditambahnya program-program kegiatan seperti pelatihan kerajinan, menggandeng unsur lain diluar pemerintahan untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan, pemasaran pariwisata, event-event seperti pameran, promosi lainnya. Itulah salah satu bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Porapar dalam malakukan strategi pengembangan pariwisata. Hal yang linnya dengan mengikuti event-event besar seperti mengirim Desa Wisata Sawarna untuk mengikuti Lomba Desa Wisata pada tahun
2014 dan mendapatkan peringkat ke-VII Nasional, Peringkat ke IV Nasional Lomba POKDARWIS Tk. Nasional tahun 2013, Juara ke-I Lomba POKDARWIS tk Propinsi tahun 2015. 2. Seberapa besar kontribusi pengelolaan pariwisata pantai sawarna terhadap PAD
Kabupaten Lebak? Jawaban : Semenjak Desa Wisata Sawarna banyak dikunjungi wisatawan baik domestic ataupun mancanegara dalam kurun waktu 2010 s.d. sekarang Pemerintah Desa Sawarna selaku pengelola wisata sudah memberikan sumbang sih pemasukan Pendapatan Asli Daerah dari Bidang Pariwisata selama 2 (dua) tahun berjalan yaitu mulai tahun 2013 s.d 2015. Tetapi tahun sekarang untuk sementara tidak dilaksanakan karena Pemerintah Kabupaten Lebak akan melaksanakan penataan secara menyeluruh terutama lokasi Pantai Ciantir. 3. Strategi apa yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak
untuk menarik investor guna perkembangan pariwisata pantai sawarna ? Jawaban : Yang jelas dengan menyempurnakan sarana-prasarana yang ada, melengkapi fasilitas-fasilitas wisata, ini akan mendorong para investor datang ke Desa Wisata Sawarna untuk sama-sama membangun serta menyempurnakan fasilitas pariwisata. Menjalin komunikasi secara terus-menerus dengan pihak manapun untuk ikut mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna. 4. Apa yang menjadi ancaman atau tantangan perkembangan pengelolaan pariwisata pantai
sawarna? Jawaban : Yang menjadi ancaman nomor satu adalah lunturnya kebiasaan masyarakat, pergaulan, kehidupan bermasyarakatnya, karena masuknya budaya/kebiasaan dari
banyaknya wisatawan yang masuk ke Sawarna. Hal ini menjadi bahan pemikiran bagi Pemerintah Desa Sawarna untuk mempertahankan apapun yang biasanya ada di Desa entah itu kehidupan masyarakat, norma-norma dan lain-lain untuk tidak dengan mudah merubah itu semua. Sehingga strategi Pemerintah Desa Sawarna menggandeng semua komponen terutama unsur pendidikan, pengajian untuk lebih intensif dalam memberikan pembelajaran akhlak terutama bagi usia-usia dini. 5. Apakah benar desa Sawarna yang mengelola Pantai Sawarna saat ini ? Jawaban: Kami selaku aparat Desa Sawarna yang mengelola untuk sekarang ini juga berfungsi sebagai pengawas juga, dibantu oleh pemuda Desa Sawarnaserta paguyuban yang ada. Bila terjadinya masalah di lapangan maka kami siap menindaklanjuti” 6. Bagaimana proses pengelolaan yang dilakukanoleh piha Desa Sawarna ? Jawaban: Selama ini pengelolaan fsilitas umum seperti tempat pemandian dan toilet masih di kelola oleh pihak masyarakat karena dibangun dilahan pribadi atau lahan milik masyarakat. Khusus untuk pantai sawarna sangat minim fasilitas terbeut karena kontur lahan yang menyulitkan untuk pembangunan fasilitas tersebut 7. Apa solusi dari permasalahan anggaran yang ada dalam proses pengelolaan di pantai sawarna serta menarik para investor agar mau menanamkan modalnya di sini? Jawaban: Dengan menyempurnakan sarana-prasarana yang ada, melengkapi fasilitasfasilitas wisata, ini akan mendorong para investor datang ke Desa Wisata Sawarna untuk sama-sama membangun serta menyempurnakan fasilitas pariwisata. Menjalin komunikasi secara terus-menerus dengan pihak manapun untuk ikut mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna.”
Wawancara bersama Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, Bapak Oktavianto Arief Ahmad, S.IP., M.Si. (21 Juni 2016, pukul 12.24 WIB)
Wawancara bersama Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata, Bapak Dharman Noviadi, S.Kom. (21 Juni 2016, pukul 13.48 WIB)
Wawancara bersama Sekertaris Desa Sawarna Bapak Lili Suheli. (12 Juli 2016, pukul 14.28 WIB)
Wawancara bersama Zafran wisatawan pantai Sawarna. (11 Juli 2016, pukul 14.55 WIB)
Ibu Andini wisatawan pantai Sawarna. (12 Juli 2016, pukul 10.55 WIB)
Bapak Endan Ketua Asosiasi Home Stay pantai Sawarna. (13 Juli 2016, pukul 15.55 WIB)
Wawancara bersama Bapak Ahmad Budiman, S.E Kepala Seksi Pengembangan Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (30 Agustus 2016, Pukul 13.45 WIB)
Wawancara bersama Bapak Anwar Pelaksana Subag Evalusai dan Pelaporan Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (18 Agustus 2016, Pukul 09.35 WIB)
Ibu muslimah sedang merapihkan berkas pekerjaannya, walaupun beliau hanya lulusan SMEAN 1 Rangkasbitung namun jabatannya di Dinas Pemuda Olahraga Dan Pariwisata Sebagai Kepala Seksi Jasa Usaha Pariwisata.
Kondisi dari kejauhan sarana toilet umum pantai Sawarna.
Toilet umum pantai Sawarna yang terletak di kawasan pantai pasir putih.
Perahu karet dibiarkan begitu saja di kawasan pantai pasir putih.
Seorang wisatawan yang sedang membeli karcis kepada petugas penjaga karcin pantai Sawarna. (11 Juli 2016, pukul 09.26 WIB)
Plang harga tiket masuk kawasan wisata pantai Sawarna.
Akses utama wisatawan pantai Sawarna melewati jembatan gantung. (11 Juli 2016, pukul 10.15 WIB)
Kondisi antrian wisatawan yag bergantian untuk melewati jembatan gantung yang menjadi akses utama menuju pantai Sawarna. (11 Juli 2016, pukul 10.21 WIB)
Kondisi antrian wisatawan yag bergantian untuk melewati jembatan gantung yang menjadi akses utama menuju pantai Sawarna. (11 Juli 2016, pukul 10.21 WIB)
Pamflet Promosi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tentang Pengenalan Pariwisata Pantai Sawarna
RIWAYAT HIDUP
1. Biodata Mahasiswa Nama
: Fauzi Wijaya
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, tanggal lahir
: Serang, 8 Februari 1991
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Kampung Ciwaru RT.01 RW.01, Desa Bayah Barat, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten
No. Hp
: 0838 1375 8909
Email
:
[email protected]
2. Riwayat Pendidikan 1) 1998-2003
: SD Negeri Bayah Barat IV
2) 2003-2006
: SMP Negeri 1 Bayah
3) 2006-2009
: SMA Negeri 1 Bayah
4) 2009-2016
: Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa
3. Pengalaman Organisasi 1) Ketua OSIS SMP Negeri 1 Bayah Periode 2004/2005 2) Ketua OSIS SMA Negeri 1 Bayah Periode 2007/2008 3) Anggota Seksi Kerohanian Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa Periode 2010/2011