ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN-POSDAYA
ALMIRA DEVINA WAHYU PUTRI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREENPOSDAYA” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016 Almira Devina Wahyu Putri NIM I34120132
ABSTRAK ALMIRA DEVINA WAHYU PUTRI. Analisis Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Green-Posdaya. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN dan HANA INDRIANA. Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan di Indonesia, pengimplementasian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility atau CSR) pun turut meningkat. Dalam menjalankan suatu program CSR, dibutuhkan partisipasi dari masyarakat guna mendukung kesuksesan program, keberlanjutan perusahaan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Penelitian tentang opini implementasi program CSR diperlukan guna mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam program tersebut. Penelitian ini dilakukan guna menganalisis opini masyarakat mengenai implementasi CSR terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green-Posdaya, sehingga dapat memberikan pengetahuan yang utuh tentang CSR itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode sensus dan analisis deskriptif dengan tabulasi silang serta uji korelasi Rank Spearman sebagai dasar analisis hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara dua variabel yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat. Masyarakat yang memiliki penilaian bahwa implementasi CSR Holcim berada pada tahap good corporate citizenship, cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi (citizen power) pada program Green-Posdaya. Kata kunci: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, implementasi, partisipasi masyarakat
ABSTRACT ALMIRA DEVINA WAHYU PUTRI. Analysis of The Implementation of Corporate Social Responsibility and The Participation Level of Community on Green-Posdaya Program. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN and HANA INDRIANA. Along with the increasing number of companies in Indonesia, the implementation of CSR (Corporate Social Responsibility) are also increasing. In running a CSR program, it required the participation of community to support the program, to sustain the company, as well as to improving the welfare of the community. Research about the opinions about the implementation of CSR program becomes necessary to determine the level of community participation. This study was conducted to analyze community’s opinion about the implementation of CSR towards the participation level of community in Green-Posdaya program, in order to provide complete knowledge about CSR itself. This study used a census methods and descriptive analysis with cross tabulation and correlation test Rank Spearman. The results of this study indicate that there is a weak-positive correlation between the two variables which discussed in this study, those are the opinions about the implementation of CSR and the level of community participation. Community who have an opinion that the implementation of CSR at the stage of good corporate citizenship, tend to have high levels of participation (citizen power) in Green-Posdaya program. Keywords: Corporate Social Responsibility, implementation, community participation
ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN-POSDAYA
ALMIRA DEVINA WAHYU PSUTRI I34120132
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan atas rakhmat Allah SWT, yang masih memberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani serta waktu yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Green-Posdaya” dengan tepat waktu. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena atas dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS dan Ibu Hana Indriana, SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang tua tercinta, Bapak Wahyu S. Widodo dan Ibu Keri Setyawati, serta adik-adik tersayang, Amelia Nadiah dan Aramadhea Latifah, yang telah mendoakan dan senantiasa memberikan dukungan serta kasih sayang hingga saya mampu seperti sekarang ini. Tidak lupa terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat tercinta Riza Ryanda, Hana Hilaly, Tazkiyah Syakira, Nadya Apriella, Inez Kania, Andi Putri, Meliani Rosalina; teman-teman satu lorong, Deani, Wulan, Amel, Mita, dan Fike; temanteman satu bimbingan, Wide dan Manik; teman-teman “SUB”; teman-teman “Namolova”; teman-teman KKDC; keluarga BEM FEMA IPB; keluarga Paguyuban KSE IPB; keluarga BISMA Batch 7; keluarga besar “Circus Brotherhood”; serta keluarga besar SKPM 49 atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. Terakhir, terima kasih banyak kepada Alvian Rizky yang telah senantiasa memberikan semangat juga doa dan menemani penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua banyak pihak dan memberikan sumbangsih dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2016 Almira Devina Wahyu Putri
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xiii xv
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
4
Tujuan Penelitian
4
Kegunaan Penulisan
4
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
7 7
Corporate Social Responsibility (CSR)
7
Opini
9
Partisipasi
10
Implementasi CSR dan Partisipasi Masyarakat
13
Kerangka Pemikiran
14
Hipotesis
15
PENDEKATAN LAPANG
17
Metode Penelitian
17
Jenis dan Sumber Data
18
Lokasi dan Waktu
18
Teknik Pengumpulan Data
19
Teknik Penentuan Responden dan Informan
19
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
20
Definisi Operasional
20
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Profil Desa
25 25
Kondisi Wilayah dan Geografis
25
Kondisi Demografi dan Kependudukan
25
Kondisi Sosial dan Budaya
28
Profil PT Holcim Indonesia Tbk
28
Profil Perusahaan
28
CSR Perusahaan
29
Green-Posdaya
31
OPINI IMPLEMENTASI CSR
37
Motivasi
37
Misi
38
Pengelolaan
39
Pengorganisasian
39
Penerima Manfaat
40
Kontribusi
41
Inspirasi
42
Ikhtisar
42
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
43
Tahap Perencanaan
43
Tahap Pelaksanaan
47
Tahap Menikmati Hasil
50
Tahap Evaluasi
53
Ikhtisar
55
HUBUNGAN IMPLEMENTASI CSR PT HOLCIM DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
57
SIMPULAN DAN SARAN
61
Simpulan
61
Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
67
RIWAYAT HIDUP
83
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
18
19
Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial perusahaan 8 Definisi operasional opini implementasi CSR 21 Definis operasional tingkat partisipasi 23 Jumlah penduduk Desa Kembangkuning menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2015 26 Jumlah dan persentase penduduk Desa Kembang Kuning yang termasuk dalam kategori usia angkatan kerja didasarkan pada jenis pekerjaan tahun 2015 27 Jumlah dan persentase penduduk Desa Kembang Kuning yang telah tamat atau lulus sekolah didasarkan pada tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh tahun 2015 27 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin tahun 2016 34 Jumlah dan persentase responden menurut umur tahun 2016 34 Jumlah dan persentase responden menurut jabatan dalam Green-Posdaya tahun 2016 35 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap motivasi perusahaan 38 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap misi perusahaan 39 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pengelolaan program Green-Posdaya 39 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pengorganisasian CSR oleh perusahaan 40 Jumlah dan persentase responden menurut penerima manfaat program Green-Posdaya 41 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap kontribusi dalam program Green-Posdaya 41 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap inspirasi perusahaan 42 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari penyampaian permasalahan yang dihadapi masyarakat 44 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari pemberian usulan kegiatan 45 Jumlah dan persentase reponden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari penyusunan kepengurusan 45
20 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari mengajak warga untuk bergabung 46 21 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari penyusunan jadwal pertemuan rutin 46 22 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari kepemilikan peran dalam penyusunan kegiatan 48 23 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai pemberian sumbangan makanan saat pertemuan rutin 48 24 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari pemberian sumbangan minuman saat pertemuan rutin 49 25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari pemberian bantuan berupa uang 49 26 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari pemberian bantuan berupa tenaga 50 27 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil program Green-Posdaya yang dinilai dari pemanfaatan sarana 51 28 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil program Green-Posdaya yang dinilai dari pemanfaatan prasarana 52 29 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil program Green-Posdaya yang dinilai dari keuntungan dana atau pemasukan tambahan 52 30 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi program Green-Posdaya yang dinilai dari penyampaian kendala atau kesulitan yang dihadapi 54 31 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi program Green-Posdaya yang dinilai dari penyampaian kritik atas program 54 32 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi program Green-Posdaya yang dinilai dari penyampaian saran atas kegiatan, kepengurusan, dan program 55 33 Jumlah dan persentase responden menurut tahap implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat 57
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nested circle of sustainability model 9 Tangga partisipasi 11 Kerangka pemikiran 15 Persentase responden menurut opini mengenai tingkat implementasi program Green-Posdaya 37 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada program Green-Posdaya 43 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya 44 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya 47 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap 51 menikmati hasil program Green-Posdaya Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi program Green-Posdaya 53
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peta Desa Kembang Kuning Hasil uji validitas dan reliabilitas Panduan wawancara mendalam Jadwal pelaksanaan penelitian 2016 Daftar responden Hasil uji korelasi dan tabulasi silang SPSS Hasil uji normalitas Dokumentasi Tulisan tematik
67 68 69 73 74 75 76 77 78
PENDAHULUAN
Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah. Indonesia menjadi suatu kawasan tujuan dibangunnya banyak perusahaan atau perseroan terbatas. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS1, diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan jumlah perusahaan di Indonesia sejak tahun 2010-2014 ialah sebesar 0,42 persen, dimana 84 persen dari total jumlah perusahaan berada di Pulau Jawa dan sisanya berada di luar Jawa, yakni sebesar 16 persen. Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan di Indonesia, penerapan tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal sebagai CSR (Corporate Social Responsibility) pun turut meningkat. Dalam menjalankan suatu program CSR, sebuah perusahaan harus didasarkan pada prinsip Triple Bottom Line, yaitu profit (keuntungan/ laba), people (sosial/ masyarakat), serta planet (lingkungan)2. Berkaitan dengan hal tersebut, pelaksanaan CSR tidak semata-mata dianggap sebagai tanggung jawab saja, tetapi juga sebagai sebuah keharusan. Oleh karenanya, perusahaan tidak bisa hanya mementingkan masalah laba, namun harus pula memikirkan dan memiliki kesadaran sosial serta lingkungan. Mengenai CSR, pemerintah telah mengaturnya dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu pada pasal 74 ayat (1) yang berbunyi, “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012. Seperti yang terdapat pada penjelasan pasal 2, yakni “setiap perusahaan secara moral mempunyai komitmen untuk mendukung terjalinnya hubungan yang serasi, simbang, dan sesuai antara perusahaan dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”. Penyusunan kedua peraturan perundang-undangan tersebut bertujuan agar perusahaan memiliki komitmen untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Marnelly (2012) bahwa “program CSR berkaitan erat dengan tujuan mencapai kegiatan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic activity)”, namun tujuan tersebut dianggap belum tercapai. Hal ini ditunjukkan dengan masih terjadinya ketimpangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)3 di Indonesia. Seperti halnya yang terjadi di Pulau Jawa, dimana pada tahun 2014 Provinsi DKI Jakarta, menempati peringkat pertama dengan nilai IPM sebesar 78.39, sedangkan Provinsi Jawa Berat, menempati peringkat ke-12 dengan perolehan nilai IPM sebesar 68.80, yakni selisih sebesar 9.59 (BPS 2015). CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian 1
Badan Pusat Statistik, http://bps.go.id/ Dikenal juga sebagai konsep 3P yang diperkenalkan oleh John Elkington (1997). 3 IPM mengukur capaian pembangunan manusia melalui pendekatan tiga dimensi dasar, yakni umur panjang dan sehat, pengetahuan, serta kehidupan yang layak. 2
2 perusahaan kepada masyarakat sekitar (Anatan 2010). Untuk itu, dalam menjalankan program CSR, dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak guna mendukung kesuksesan program, keberlanjutan perusahaan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat akan meningkat seiring semakin tinggi tingkat partisipasi peserta dalam penyelenggaraan program CSR (Rosyida dan Nasdian 2011). Seiring maraknya komitmen untuk melaksanakan CSR, maka untuk mewujudkannya diperlukan komitmen dunia usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus diubah, dari aktivitas yang hanya berupa hibah sosial menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat (Ambadar 2008). Namun, realitas di lapang, mayoritas perusahaan hanya melakukan hibah sosial maupun hibah pembangunan dalam pelaksanaan program. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat tiga karakteristik CSR yang dapat menjadi acuan untuk mengetahui kebijakan dan pelaksanaan program CSR yang dijalankan suatu perusahaan yang erat hubungannya dengan partisipasi masyarakat (Saidi 2003). PT Holcim Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan multinasional (Multi National Corporation atau MNC) yang bergerak di sektor industri semen. PT Holcim Indonesia Tbk tercatat sebagai perusahaan yang tumbuh pesat seiring pertumbuhan pasar perumahan, fasilitas umum, dan infrastruktur. Salah satu pabrik yang dimiliki PT Holcim Indonesia Tbk terletak di Narogong, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. PT Holcim pabrik Narogong telah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana yang diwajibkan oleh pemerintah, salah satunya ialah program Green-Posdaya yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, termasuk di Desa Kembang Kuning (Lampiran 1). Pengembangan Green-Posdaya adalah komitmen PT Holcim Indonesia Tbk yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Pemerintah Kabupaten Bogor, dan Yayasan Damandiri. Komitmen dari keempat pihak ini ialah untuk mengangkat kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Klapanunggal, umumnya bagi seluruh masyarakat Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukan bahwa dalam pelaksanaan suatu program CSR dibutuhkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak, khususnya masyarakat. Masyarakat ialah pihak yang terlibat atau berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan perusahaan (Gunawan 2010). Muljono dan Saharuddin (2015) menjelaskan mengenai Green-Posdaya sebagai berikut. “Green-Posdaya menjadi wadah bersatunya masyarakat dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang umumnya lemah yang bertujuan melahirkan gagasan dan mengorganisasikan potensi yang ada secara bersama-sama guna mengatasi masalah masing-masing juga masalah bersama yang dihadapi komunitas.” Dalam melaksanakan fungsinya, kegiatan yang dirancang dalam GreenPosdaya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat serta anggotanya untuk melaksanakannya dan mendapatkan manfaat dari kegiatankegiatan tersebut (Muljono dan Saharuddin 2015). Oleh karenanya, kesuksesan Green-Posdaya ditentukan oleh kemauan masyarakat untuk maju, bukan oleh besar
3 kecilnya dana atau banyak sedikitnya inventaris barang. Efektivitas atau kesuskesan suatu program CSR didasarkan pada kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat dan diimbangi oleh peran dari masyarakat itu sendiri, sehingga program memberikan dampak positif bagi masyarakat (dalam hal ini seluruh pemangku kepentingan yang terkait) (Supriadinata 2013). Latar belakang pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh PT Holcim Indonesia Tbk adalah terkait masalah ketimpangan pembangunan yang masih terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Masalah tersebut salah satunya disebabkan oleh implementasi CSR yang masih belum sama atau belum merata. Sebagai contoh, dari 279 kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh berbagai perusahaan (baik MNC, perusahaan nasional maupun perusahaan lokal di Indonesia), hampir 81 persennya dilaksanaan secara insidental atau untuk momentum tertentu dan sisanya dilaksanakan secara rutin. Sedangkan untuk sektor yang menjadi sasaran dari CSR perusahaan yang terbesar ialah dalam bidang pelayanan sosial, yakni sekitar 34 persen dan disusul dalam bidang pendidikan sebesar 25 persen. Selain perbedaan bentuk pelaksanaan atau sumbangan dan sektor atau bidang yang menjadi sasaran kedermawanan sosial perusahaan, lokasi atau cakupan kegiatan CSR masingmasing perusahaan pun berbeda. Dari total 279 kegiatan, 51 persen di antaranya berlokasi atau dilakukan di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan hanya sekitar 21,5 persen yang cakupannya adalah pulau Jawa4. Dalam upaya membantu pemerintah guna mengatasi masalah ketimpangan pembangunan seperti yang dijelaskan di atas, maka PT Holcim pabrik Narogong mendirikan Green-Posdaya. CSR (dalam hal ini Green-Posdaya) ialah suatu program yang direncanakan dan diimplementasikan perusahaan sesuai kebutuhan masyarakat dan sebagai salah satu cara guna menyelesaikan masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar (Supriadinata 2013). Untuk itu, seluruh kegiatan dalam Green-Posdaya yang telah dirintis oleh PT Holcim Indonesia Tbk ini perlu terus dikembangkan dengan menggunakan kekuatan yang ada pada masyarakat serta dengan memerhatikan potensi mitra, di luar masyarakat binaan. Atas dasar fakta ilmiah dan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumya, muncul suatu ketertarikan untuk mengkaji lebih jauh tentang opini masyarakat mengenai implementasi program CSR. Untuk itu, penelitian ini dilakukan guna mengetahui opini implementasi CSR dikaitkan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green-Posdaya, sehingga dapat memberikan pengetahuan yang utuh tentang CSR itu sendiri. Studi mengenai CSR yang dikaitkan dengan partisipasi masyarakat dirasa menjadi penting untuk dilakukan. Tanpa partisipasi suatu program CSR tidak akan berhasil, khususnya program yang berbasis pemberdayaan masyarakat (Irawan 2013). Dalam hal yang sama, konsep CSR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi yang selanjutnya mendukung terciptanya pemberdayaan masyarakat (Wahyuningrum et al. 2014). Oleh sebab itu, diperlukan sebuah kajian yang menjelaskan hubungan opini masyarakat mengenai implementasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green-Posdaya.
4
Hasil survai kedermawanan social perusahaan yang dilakukan oleh Zaidi (2003) dan dituliskan dalam bukunya yang berjudul “Sumbangan Sosial Perusahaan”.
4 Masalah Penelitian Menurut John Elkington (1997), “keberlanjutan suatu perusahaan didasari oleh 3P (Profit, People and Planet)”. Untuk itu, selain mengejar keuntungan (profit) perusahaan harus memperhatikan dan terlibat langsung dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat (people) serta turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Kenyataan di lapang, masih terdapat perbedaan pandangan mengenai implementasi tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini terkait motivasi, misi, pengelolaan, pengorganisasian, dan kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan, serta kalangan penerima manfaat juga inspirasi perusahaan itu sendiri. Pada sebagian besar kalangan, CSR masih dianggap sebagai kegiatan kedermawanan sosial perushaaan tanpa adanya sifat keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, perlu diketahui: bagaimana opini masyarakat mengenai tingkat implementasi program Green-Posdaya yang dijalankan PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal? Program tanggung jawab sosial perusahaan tidak akan terwujud tanpa adanya partisipasi dari masyarakat sekitar. Hal ini menjadi salah satu indikator untuk melihat kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Perusahaan perlu membuat kebijakan akan program tanggung jawab sosial yang mendukung munculnya partisipasi masyarakat, agar tercipta keseimbangan dalam penerimaan manfaat sebagai dampak dijalankannya suatu program. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dianalisis: bagaimana partisipasi masyarakat dalam program Green-Posdaya yang dijalankan PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal?
Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini ialah untuk menganalisis opini masyarakat mengenai tingkat implementasi CSR terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green-Posdaya. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian, yakni : 1. Menganalisis opini masyarakat mengenai tingkat implementasi program Green-Posdaya yang dijalankan PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal. 2. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam program Green-Posdaya yang dijalankan PT Holcim Indonesia Tbk di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal.
Kegunaan Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah tanggung jawab sosial perusahaan. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak, sebagai berikut :
5 1. Akademisi Bagi akademisi, penelitian ini menjadi proses pembelajaran dalam memahami fenomena sosial di lapangan. Selain itu, diharapkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dari perkembangan fenomena sosial mengenai analisis implementasi CSR terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh masalah pemberdayaan masyarakat. 2. Pemerintah Bagi pemerintah, penelitian ini diharpkan dapat memberikan masukan dalam penyusunan pedoman maupun kebijakan mengenai implementasi program CSR yang wajib dilaksankan oleh perusahaan. 3. Perusahaan Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dalam menganalisis bagaimana seharusnya tanggung jawab sosial diimplementasikan dalam upaya menciptakan partisipasi masyarakat, memberdayakan masyarakat, dan demi meningkatkan citra perusahaan itu sendiri. Terutama dalam usaha-usaha pembangunan, baik ditingkat nasional, regional, dan pedesaan yang semakin meningkat dewasa ini. 4. Masyarakat Bagi masyarakat khususnya pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai analisis implementasi CSR terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program.
6
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka Corporate Social Responsibility (CSR) Konsep dan Definisi CSR Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal sebagai CSR (Corporate Social Responsibility) adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan agar dapat dikenal oleh masyarakat, sehingga tercipta hubungan yang harmonis, meningkatkan citra perusahaan, dan output yang paling penting ialah meningkatnya kesejahteraan masyarakat (Mulyadi et al. 2012). Keterlibatan individu di dalam dan stakeholder di luar perusahaan, membuat perusahaan bertanggung jawab secara internal bagi kelangsungan usahanya serta memiliki tanggung jawab sosial pada publik. CSR merupakan suatu kegiatan yang difokuskan untuk pemberdayaan ekonomi lokal yang secara langsung maupun tidak langsung, membawa dampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat (Rosyida dan Nasdian 2011). Program CSR ialah bentuk komitmen perusahaan dalam bertindak dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi dan sosial seluruh stakeholder, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan lingkungan hidup (Nurjanah et al. 2013). Oleh sebab itu, implementasi program CSR dapat membawa manfaat, tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga masyarakat sekitar. Ambadar (2008) mendefinisikan “CSR sebagai fungsi yang sangat penting dalam mengembangkan lingkungan sosial perusahaan, sehingga perkembangan masyarakat akan seiring dengan perkembangan perusahaan”. Sebuah perusahaan wajib memiliki kepedulian sosial dan lingkungan, agar perusahaan tidak memperoleh gangguan yang berarti, dan mengharumkan nama perusahaan di mata masyarakat/ negara. Hal tersebut mengakibatkan pola hubungan yang tercipta antara stakeholder dan perusahaan dapat berjalan harmonis, sinergis dan tidak banyak konflik kepentingan yang terjadi (Partini 2013). Partini pun menambahkan apabila perusahaan sering melakukan mediasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai program yang akan diselenggarakannya, maka akan semakin kecil kemungkinan munculnya konflik kepentingan antar stakeholder. Lebih lanjut, CSR merupakan suatu kegiatan yang dirancang perusahaan untuk memberdayakan masyarakat melalui pembinaan serta dengan memanfaatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (Irawan 2013; Ariefianto 2015). Selain itu, program CSR merupakan suatu kegiatan yang diimplementasikan guna meningkatkan laba perusahaan serta membantu perusahaan tumbuh dan berkembang (Irwanto 2010). Dari dua definisi tersebut, diketahui bahwa manfaat dari pelaksanaan program CSR ini seharusnya dapat dirasakan, baik oleh masyarakat luas maupun oleh perusahaan itu sendiri. Implementasi CSR Suatu perusahaan perlu menyadari bahwa tiap perusahaan yang hadir di tengah komunitas tertentu, akan menjadi bagian dari lingkungan sosial tertentu (Soemanto 2007). Oleh sebab itu, perusahaan seharusnya memahami dan tidak cukup hanya mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara
8 mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi dan budaya terhadap orang di sekelilingnya. Hingga saat ini, sebagian besar donasi perusahaan di Indonesia hanya sebatas dalam bentuk hibah, seperti operasi katarak maupun beasiswa, namun dengan hanya melakukan hal tersebut perusahaan tidak akan dapat menciptakan keberdayaan masyarakat. Apabila kegiatan hibah sepeti itu dilakukan secara terus menerus, maka akan timbul ketergantungan masyarakat pada belas-kasihan pihak lain (Mardikanto 2014). Oleh sebab itu, kontribusi perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami transformasi, dari yang hanya bersifat hibah ke arah yang menciptakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Guna mewujudkan cita-cita tersebut, Saidi (2003) menjelaskan mengenai tahapan kedermawanan sosial (CSR), seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial perusahaan Tahapan
Charity
Philanthropy
Motivasi
Agama, tradisi, Norma, etika, dan adaptasi hukum universal
Misi
Mengatasi masalah sesaat
Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Pengorganisasian Kepanitiaan Pengelolaan
Penerima Manfaat Kontribusi
Orang miskin
Inspirasi
Kewajiban
Hibah sosial
Mencari dan mengatasi akar masalah Terencana, terorganisir dan terprogram
Good Corporate Citizenship Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Memberikan kontribusi kepada masyarakat Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan
Yayasan/ dana abadi/ profesionalitas Masyarakat luas
Keterlibatan, baik dana maupun sumber daya lain Masyarakat luas dan perusahaan Hibah pembangunan Hibah sosial dan pembangunan serta keterlibatan sosial Kepentingan bersama
Sumber: Saidi (2003).
Dari Tabel 1 diketahui bahwa terdapat tiga tahapan kedermawanan sosial perusahaan (CSR), dimulai dari Charity, selanjutnya Philanthropy, dan yang paling tinggi ialah Good Corporate Citizenship. Dari tiap tahapan ini, Saidi melihat atau membandingkannya dari tujuh karakteristik, seperti motivasi, misi, pengelolaan pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi, dan inspirasi. Pelaksanaan program CSR haruslah berfokus pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, perhatian pada ketiga aspek dikenal sebagai konsep Triple Bottom
9 Line yang diperkenalkan oleh Jhon Elkingkton (1997). Hal ini sesuai dengan pendapat Ambadar (2008). “Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan triple bottom line, yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup, demi terwujudnya pembangunan yang sustainable (berkelanjutan)”. Berbeda dengan Elkington, Park (2011) berpendapat bahwa terdapat tumpang tindih pada pendekatan triple bottom line. Faktanya ekonomi, sosial, dan lingkungan bukan tiga hal yang dapat disamakan, namun berfungsi sebagai “telur bersarang”. Park memaknainya sebagai sebuah lingkaran dengan aspek ekonomi menjadi bagian terdalam dan aspek sosial berada di aras tengah, sedangkan aspek lingkungan menjadi lingkaran terluarnya. Salah satu model pengembangan keberlanjutan yang diungkap Thatcher (2014) adalah nested circle of sustainability (Gambar 1). Model tersebut menunjukkan hubungan antara dimensi yang berbeda dengan satu oval menjadi pusat oval yang lain, yang secara keseluruhan mengkapsulkan oval yang tepat.
Gambar 1 Nested circle of sustainability model Sumber: Thatcher (2014)
Opini Opini berasal dari bahasa latin, yakni opinari yang berarti berpikir atau menduga. Lebih lanjut lagi, opini adalah dugaan, perkiraan, harapan, dan pilihan (Kasali 2000). Masyarakat merupakan pihak yang keberadaannya paling dekat dengan perusahaan, memiliki suatu pendapat (opini) yang akan berpengaruh bagi perusahaan itu sendiri. Opini dapat dinyatakan secara lisan, baik terbuka maupun tidak langsung, dan dapat juga dinyatakan melalui perilaku, sikap, bahasa tubuh maupun secara tertulis. Opini masyarakat sendiri berhubungan erat dengan sikap manusia, yaitu sikap secara pribadi seseorang maupun sebagai anggota suatu
10 kelompok (Soemirat dan Ardianto 2003). Sementara itu, Fitriah (2011) mengtakan bahwa opini masyarakat ialah kumpulan pendapat individu dari pengungkapan kolektif yang memengaruhi masyarakat terhadap isu yang sama dalam proses personal, sosial, dan politik sehingga membentuk persatuan pendapat dan sikap. Bagi perusahaan, opini masyarakat menjadi penting guna melakukan perbaikan dan pengembangan serta menjadikan unggulan juga mampu bersaing (Novianti 2010). Oleh karena itu, perusahaan tidak bisa hanya memperdulikan opini positif saja, namun juga harus memperhatikan opini negatif yang berkembang di masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik. Banyak perusahaan yang sangat sensitif menghadapi masyarakat yang kritis (Soemirat dan Ardianto 2003). Hal tersebut menunjukkan perlu adanya pemberian perhatian yang cukup terhadap opini masyarakat guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak. Partisipasi Dalam menjalankan suatu program CSR maka perusahaan membutuhkan partisipasi dari masyarakat. Tidak hanya itu, salah satu indikator terciptanya pemberdayaan dalam masyarakat pun ialah melalui partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Dalam pelaksanakaan suatu program CSR, inisiatif perusahaan saja tidaklah cukup, akan lebih baik jika didukung oleh respon dan parisipasi masyarakat secara penuh (Irawan 2013). Partisipasi menurut Uphoff, Cohen dan Goldsmith (1977) dibagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut : 1. Tahap pengambilan keputusan atau perencanaan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah pada perencanaan suatu kegiatan atau program. 2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, sumbangan materi, serta tindakan sebagai anggota program. 3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, yang artinya program tersebut berhasil mengenai sasaran. 4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.
11
8. Kontrol Warga 7. Delegasi Kekuasaan
Citizen Power
6. Kemitraan 5. Pendamaian Tokenism
4. Konsultasi 3. Informasi 2. Terapi
Nonparticipation
1. Manipulasi Gambar 2 Tangga partisipasi Sumber: Arstein (1969)
Secara umum, istilah partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu kegiatan atau program. Merujuk Dusseldrop (1981) yang dirujuk oleh Mardikanto (2010) partisipasi dapat diidentifikasikan dalam beragam bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, diantaranya: 1. Menjadi anggota kelompok masyarakat. 2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok. 3. Melibatkan diri dalam kegiatan organisasi untuk menggerakan partisipasi masyarakat lain. 4. Menggerakan sumber daya mayarakat. 5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. 6. Memanfaatkan hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakat. Peran serta tertinggi adalah peran serta yang yang benar-benar memberikan otoritas pada komunitas atau masyarakat (Arstein 1969). Hal tersebut dituangkannya pada ladder of citizen participation atau tangga partisipasi masyarakat, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Pada gambar tersebut diketahui bahwa tiap tingkatan kesertaan dapat diidentifikasi, mulai dari non-participation (tanpa partisipasi) sampai citizen power (pelimpahan kekuasaan). Pada tingkat nonparticipation, inisiatif pembangunan bukan untuk memberdayakan partisipan program, tetapi betujuan agar pemegang kekuasan dapat ‘mendidik’ komunitas. Selanjutnya pada tingkat tokenism, komunitas mulai bisa menyuarakan pendapatnya dan memperoleh informasi terkait, tetapi tidak ada jaminan pendapat komunitas tersebut akan diakomodasi atau dapat dikatakan bahwa keputusan tetaplah berada di tangan pemegang kekuasaan. Terakhir, tingkat citizen power, dimana komunitas dapat bernegosiasi dan terlibat langsung dalam pengambilan keputusan (pengambilan keputusan dan pengelolaan sepenuhnya dipegang komunitas).
12 Merujuk pada Arstein (1969) bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dan masyarakat selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Manipulation (manipulasi): atas nama partisipasi, masyarakat ditempatkan sebagai “stempel karet” dalam komite penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata serta mendapatkan dukungan atas suatu program. Pada tingkatan ini terjadi penyelewengan makna dari partisipasi sebagai alat publikasi oleh penguasa. 2. Therapy (terapi): pada tahap ini, para pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa (psikiater). Mereka memandang bahwa masyarakat yang tidak berdaya sebagai penyakit jiwa (mental). Pada asumsi ini dengan berpura-pura masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, mereka menganggap bahwa masyarakat sebagai orang yang membutuhkan pengobatan. Tahap terapi ini, berfokus pada penyembuhan penyakit, namun tidak berorientasi pada penemuan penyebab dari suatu penyakit. 3. Informing (informasi): tahap ini pemegang kekuasaan memberikan informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan dapat menjadi langkah pertama yang paling penting menuju pelaksanaan partisipasi masyarakat, namun seringkali pemberian informasi bersifat satu arah dengan tidak adanya saluran umpan balik dan kekuatan untuk negosiasi. Dalam kondisi tersebut, terutama ketika informasi diberikan pada tahap akhir perencanaan, masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dalam bentuk media berita, pamflet, poster, dan tanggapan terhadap pertanyaan. 4. Consultation (konsultasi): meminta pendapat masyarakat merupakan salah satu jalan untuk menuju partisipasi penuh. Pada tahap konsultasi ini merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Hal yang sering dilakukan pada tahapan ini adalah jajak pendapat, temu warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi saran dari masyarakat, maka kegiatan ini hanya partisipasi palsu. Masyarakat dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi mereka diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan kuisoner yang diisi olehnya. Dengan hal tersebut, pemegang kekuasaan telah memiliki bukti atas keterlibatan masyarakat. 5. Placation (pendamaian): pada tahap ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak ada jaminan akan diperhatikan. Masyarakat diperbolehkan untuk memberikan usulan rencana namun pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Strateginya dengan cara memasukkan masyarakat miskin yang layak dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak bertanggung jawab dan pemegang kekuasaan memiliki kekuasaan dominan, maka masyarakat akan mudah diakali. 6. Partnership (kemitraan): tahapan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat bersama-sama untuk memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak ada perubahan yang sepihak. Kemitraan dapat berjalan efektif jika dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin
13 bertanggung jawab, masyarakat mampu secara finansial untuk membayar honor bagi pemimpinnya. 7. Delegated power (delegasi kekuasaan): negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah dapat mengakibatkan dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Masyarakat menduduki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya akan tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar. 8. Citizen control (kontrol warga): pada tingkatan ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila pihak ketiga yang mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga. Tingkat partisipasi dianalisis untuk melihat bagaimana keterlibatan stakeholders dalam suatu kegiatan atau program (Suciari 2013). Hal ini mencakup perusahaan, pemerintah daerah, dan khususnya masyarakat sekitar. Semakin rendah implementasi program, maka semakin rendah tingkat partisipasi stakeholders dalam program tersebut (Suciari 2013). Partisipasi berbagai pihak diharapkan dapat membantu keberhasilan program yang dikelola oleh perusahaan (Semesta 2014). Partisipasi tersebut bisa dalam bentuk keterlibatan maupun kerjasama dari seluruh stakeholders, dimana masing-masing stakeholders perlu menjalankan peran sesuai dengan tupoksinya. Melalui hubungan kemitraan yang baik, maka tingkat partisipasi stakeholders akan baik pula, sehingga akan tercipta bentuk kemitraan kolaboratif (Semesta 2014). Menurut hasil penelitian Semesta (2014), diketahui bahwa tingkat partisipasi stakeholder yang tinggi mencerminkan bentuk pola kemitraan atau kerja sama yang sudah kolaboratif. Opini Implementasi CSR dan Partisipasi Masyarakat Suatu program CSR, tidak hanya menuntut untuk dilibatkannya peserta program saja, tetapi juga membutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat sekitar perusahaan. Partisipasi merupakan suatu konsep yang sangat menentukan keberhasilan program CSR, khususnya program yang berbasis pemberdayaan masyarakat (Irawan 2013). Dalam implementasi suatu program, keberhasilan maupun kegagalan dari program tersebut tergantung pada pengelolaannya (Semesta 2014). Kunci keberhasilan pengimplementasian program berbasis kerja sama antara perusahaan dengan masyarakat ialah komitmen bersama yang harmonis dan kolaborasi yang serasi, serta koordinasi yang baik dengan prinsip saling percaya satu sama lain (Ambadar 2008). Diperlukan implementasi program yang sesuai dalam pemberdayaan masyarakat sehingga tercipta kemandirian dan partisipasi (Suciari 2013). Dengan partisipasi, CSR yang dilaksanakan akan lebih berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan dasar yang sesungguhnya dari masyarakat setempat. Oleh sebab itu, partisipasi sangatlah penting tidak hanya demi keberhasilan program, tetapi juga demi keberdayaan masyarakat sekitar perusahaan.
14 Masyarakat adalah pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya mereka memengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh perusahaan, dalam hal ini terkait program CSR (Saidi 2003). Selanjutnya Gunawan (2010) mengatakan bahwa “semakin terpenuhi informasi yang dibutuhkan stakeholders perihal program CSR, maka akan semakin besar dukungan mereka untuk perusahaan dalam program tersebut”. Di samping itu, semakin besar peran dan dukungan stakeholders —dalam hal ini masyarakat— pada program CSR, maka akan semakin baik citra perusahaan tersebut (Gunawan 2010). Jadi, dalam implementasi suatu program CSR harus ada partisipasi dari masyarakat, guna menciptakan dampak positif bagi semua pihak. Kerangka Pemikiran Tujuan dari pengimplementasian program CSR, di antaranya untuk memperoleh keuntungan, mewujudkan keberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, serta menjaga kelestarian lingkungan sekitar perusahaan. Hal ini berkaitan dengan prinsip Triple Bottom Line yang erat hubungannya dengan upaya mengembangkan dan memberdayakan masyarakat. Pengimplementasian program CSR sendiri, dapat dilihat dari karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial menurut Saidi (2003), di antaranya motivasi, misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi, dan inspirasi. Karakteristik kedermawanan sosial ini membantu untuk mengetahui berada pada tahapan mana program CSR yang dijalankan dengan dihubungkan pada kebijakan perusahaan. Program CSR yang baik, tak hanya sebatas menjadikan CSR sebagai strategi perusahaan, namun bagaimana program CSR perusahaan yang diimplementasikan dapat tepat sasaran sesuai dengan kondisi, potensi serta kebutuhan masyarakat, khususnya yang terkena dampak langsung dari operasi perusahaan. Banyak perusahaan yang sangat sensitif menghadapi masyarakat yang kritis (Soemirat dan Ardianto 2003). Hal tersebut menunjukkan perlu adanya pemberian perhatian yang cukup terhadap opini masyarakat guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak. Untuk itu, opini masyarakat mengenai implementasi program CSR perlu dianalisis dan selanjutnya dihubungkan dengan analisis mengenai partisipasi dari masyarakat terkait dalam program tersebut, sehingga manfaat yang dirasakan seluruh pihak dapat maksimal.
15
Opini Implementasi CSR
Motivasi Misi Pengelolaan Pengorganisasian Penerima manfaat Kontribusi Inspirasi
Tingkat Partisipasi
Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan Tahap Menikmati Hasil Tahap Evaluasi
Keterangan : hubungan Gambar 3 Kerangka pemikiran Program CSR tidak dapat berjalan tanpa adanya partisipasi dari masyarakat sekitar perusahaan. Partisipasi masyarakat dalam program CSR diukur melalui tahapan partisipasi Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1977), yaitu tahap pengambilan keputusan atau perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Tahapan partisipasi tersebut dicapai dengan diukur melalui delapan tangga partisipasi yang dikemukakan oleh Arnstein (1969) yang selanjutnya dikategorikan dalam tiga tingkatan, yakni non-participation (manipulasi dan terapi), tokenism (informasi, konsultasi dan pendamaian) serta citizen power (kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol masyarakat). Dengan menggunakan perpaduan tahapan partisipasi Uphoff, Cohen, dan Goldsmith dengan delapan tangga partisipasi Arnstein, dapat diukur sampai pada tahap mana masyarakat berpartisipasi dalam program Green-Posdaya.
Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka serta kerangka pemikiran yang telah diajukan di atas, maka hipotesis dalam penelitian yang dapat dirumuskan ialah diduga, opini mengenai implementasi CSR berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat.
16
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Penelitian eksplanatori adalah penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antar variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi 2012). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dengan didukung oleh data kualitatif, yakni melalui instrumen kuesioner yang diajukan kepada responden dan panduan wawancara mendalam yang diajukan kepada informan. Singarimbun dan Effendi (2012) menjelaskan bahwa, “pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatankegiatan yang sedang berjalan”. Sebelum ke lokasi penelitian, terlebih dulu dilakukan uji coba validitas dan reliabilitas sebanyak sepuluh kuesioner yang telah dibuat. Uji validitas ialah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat yang digunakan sesuai dengan ukuran dari apa yang ingin diukur, sedangkan uji reliabilitas merupakan uji yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan apabila digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten (Singarimbun dan Effensi 2012). Berdasarkan uji validitas diketahui terdapat sepuluh pertanyaan (alat) yang kurang sesuai (tidak valid) dengan ukuran dari apa yang ingin diukur, sehingga dilakukan perbaikan dengan mengubah kalimat pertanyaan pada kesepuluh alat tersebut (Lampiran 2). Sementara itu, dalam uji reliabilitas terdapat aturan dalam penentuan nilai alpha yang dibagi menjadi empat kategori, yaitu jika nilai alpha lebih besar dari 0.90 maka reliabilitas dinyatakan sempurna, jika nilai alpha lebih besar dari 0.70 dan lebih kecil dari 0.90 maka reliabilitas dinyatakan tinggi, jika nilai alpha lebih besar dari 0.50 dan lebih kecil dari 0.70 maka reliabilitas dinyatakan moderat, serta jika nilai alpha lebih kecil dari 0.50 maka reliabilitas dinyatakan rendah. Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan diperoleh Cronbach’s Alpha sebesar 0.799, artinya kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi (Lampiran 2). Selanjutnya, untuk data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara mendalam kepada informan serta catatan harian yang peneliti tulis selama di lapang. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendukung dan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai implementasi CSR PT Holcim pabrik Narogong dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green-Posdaya. Penelitian ini bersifat deskriptif yang digunakan untuk memperkuat hasil yang di dapatkan dari penelitian eksplanatori. Selain itu penelitian deskriptif berguna untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian. Tahapan kegiatan penelitian saat di lapang meliputi : 1. Melakukan uji coba kuesioner di dusun lain yang memiliki karakteristik atau struktur sosial yang tidak jauh berbeda dengan Kampung Tegal (Dusun III).
18 2. Melakukan wawancara mendalam dengan metode partisipatif yang melibatkan informan dan beberapa responden untuk menganalisis implementasi CSR, khususnya program Green-Posdaya. 3. Memperbaiki kuesioner dengan beracuan pada hasil yang telah diperoleh saat uji coba dan wawancara mendalam. 4. Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden dan wawancara mendalam kepada informan untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan implementasi CSR PT Holcim pabrik Narogong dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Green-Posdaya. 5. Melakukan studi literatur dan analisis dokumen milik PT Holcim pabrik Narogong dan pemerintah Desa Kembang Kuning untuk mendukung data yang telah diperoleh sebelumnya.
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasan (2002) mengatakan bahwa, “data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya”. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya, dengan menggunakan panduan wawancara mendalam (Lampiran 3) dan kuesioner. Adapun data sekunder ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan 2002). Data sekunder yag dikumpulkan berupa data yang berkaitan dengan lokasi penelitian, yaitu profil desa, data demografi desa, dokumen perusahaan terkait CSR, dan data dari Badan Pusat Statistika, serta studi literatur bahan pustaka yang terkait dengan topik penelitian juga dilakukan untuk memperkuat hasil analisis penelitian.
Lokasi dan Waktu Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetapan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan lokasi tersebut telah memenuhi kriteria yang dibutuhkan, seperti: 1. PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam, sehingga sangat relevan untuk mengkaji pelaksanaan CSR 2. Desa Kembang Kuning merupakan desa binaan yang mengimplementasikan program CSR PT Holcim, dan terletak dalam ring 1 perusahaan. 3. Green-Posdaya yang terdapat di Desa Kembang Kuning merupakan salah satu Green-Posdaya yang paling aktif dan berkembang. Proses penelitian dimulai dari pembuatan proposal penelitian pada bulan Januari 2016, penelitian ini dilakukan di lapang selama empat minggu, yakni sejak bulan Maret–April 2016 (Lampiran 4). Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi, penyusunan proposal penelitian, kolokium, dan perbaikan proposal penelitian, selanjutnya dilakukan pengujian kuesioner, pengambilan data lapangan,
19 pengolahan dan analisis data, penyusunan skripsi, uji petik, sidang skripsi, serta perbaikan skripsi.
Teknik Pengumpulan Data Data primer di lapangan dikumpukan dengan menggunakan teknik wawancara. Teknik ini digunakan guna memperoleh informasi, baik dari responden maupun informan. Pada responden teknik ini digunakan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan wawancara. Kuesioner sebagai alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diujikan terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa baik hasil pengukuran di lapangan, dilihat dari validitas dan reliabilitas (Singarimbun dan Efendi 1989). Selain kuesioner, dilakukan pula wawancara mendalam serta Focus Group Discussion (FGD) pada informan dan responden tertentu yang memiliki informasi lebih mengenai pengalamannya terkait program CSR PT Holcim pabrik Narogong. Adapun pada informan, wawancara dilakukan secara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Wawancara mendalam dan FGD dilakukan guna mencari informasi-informasi tambahan yang dianggap penting dan relevan oleh penulis untuk menyempurnakan data. Informasi yang didapatkan dari responden selanjutnya diolah secara kuantitatif. Data yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif diperoleh berdasarkan jawaban responden atas jenis pertanyaan terbuka dalam kuesioner, hasil wawancara mendalam dengan informan, dan cerita-cerita yang dituturkan, baik oleh responden maupun informan, terangkum dalam catatan lapang.
Teknik Penentuan Responden dan Informan Subyek dalam penelitian ini dibedakan menjadi responden dan informan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta program Green-Posdaya PT Holcim Indonesia Tbk di Kampung Tegal, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Unit analisis yang digunakan ialah individu. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh peserta yang aktif mengikuti program Green-Posdaya. Penentuan responden dilakukan melalui metode sensus berdasarkan dengan jumlah peserta program yang diketahui setelah penjajakan, yaitu sebanyak 32 orang (Lampiran 5). Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menentukan orang-orang tertentu yang mengetahui mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, khususnya program Green-Posdaya di lokasi penelitian. Informan kunci yang dipilih ialah pihak PT Holcim Indonesia Tbk yang menangani bidang CSR dan tokoh masyarakat Kampung Tegal, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.
20 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh secara kuantitatif melalui kuesioner diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013 dan SPSS for Windows 21.0. Tahap pertama dilakukan pengkodean data dengan memberikan simbol-simbol angka pada jawaban tertentu. Setelah pengkodean data, dilakukan perhitungan persentase jawaban responden dalam bentuk gambar dan grafik, untuk melihat data awal responden pada masing-masing variabel secara tunggal, dengan Microsoft Excel 2013. Selanjutnya, SPSS for Windows 21.0 digunakan untuk mengukur data kuantitatif yang diperoleh dengan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang, dan uji korelasi. Uji korelasi Rank Spearman merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengukur eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal, yaitu implementasi CSR dengan tingkat partisipasi dalam program GreenPosdaya (Lampiran 6). Selain itu, dilakukan pula uji normalitas untuk mengetahui sebaran data (Lampiran 7) Terakhir, dilakukan analisis data kualitatif sebagai pendukung hasil data kuantitatif dengan mereduksi hasil wawancara mendalam dengan para responden dan informan yang didokumentasikan (Lampiran 8) dan dituliskan dalam catatan lapang menjadi tulisan tematik (Lampiran 9). Analisis data kualitatif diuraikan secara deskriptif maupun tabel sebagai upaya untuk mempertajam hasil penelitian mengenai opini implementasi program CSR dan tingkat partisipasi masyarakat.
Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah opini implementasi CSR dan tingkat partisipasi. Berikut penjabaran definisi operasional dari masing-masing variabel. 1. Opini implementasi CSR adalah pendapat masyarakat mengenai bentuk pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh perusahaan yang erat kaitannya dengan kebijakan perusahaan mengenai CSR itu sendiri. Penilaian terhadap opini implementasi CSR dilihat berdasarkan karakteristik kedermawanan sosial, yakni sebagai berikut:
21
Tabel 2 Definisi operasional opini implementasi CSR No.
Variabel
1.
Motivasi
2.
Misi
3.
Pengelolaan
4.
Pengorganisasian
Definisi Operasional
Indikator
Alasan yang mendorong a. Rendah, jika motivasi perusahaan adalah menyesuaikan diri perusahaan membuat dan perusahaan dengan masyarakat sekitar (adaptasi) (Skor 1) menjalankan suatu program CSR. b. Sedang, jika motivasi perusahaan adalah mematuhi undangundang dan peraturan pemerintah (hukum) (Skor 2) c. Tinggi, jika motivasi perusahaan adalah mengatasi dan menyelesaikan perbedaaan dengan melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat (rekonsiliasi dengan keterlibatan sosial) (Skor 3) Sesuatu yang harus dicapai dan a. Rendah, jika misi perusahaan adalah sekedar mengatasi erat kaitannya dengan tujuan masalah yang tengah dihadapi warga desa setempat (untuk perusahaan menjalankan suatu sesaat) (Skor 1) program CSR. b. Sedang, jika misi perusahaan adalah mencari akar permasalahan dan mengatasinya hingga tuntas (Skor 2) c. Tinggi, jika misi perusahaan adalah memberikan kontribusi atau terlibat langsung dalam setiap kegiatan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat (Skor 3) Proses yang dilakukan perusahaan a. Rendah, jika bentuk pengelolaan perusahaan adalah mengatasi untuk mengatur pelaksanaan suatu masalah pada waktu tertentu (untuk sesaat) (Skor 1) program CSR b. Sedang, jika bentuk pengelolaan perusahaan adalah telah direncanakan sedemikian rupa sebelumnya (Skor 2) c. Tinggi, jika bentuk pengelolaan perusahaan adalah tersusun secara rapi dan dituliskan dalam kebijakan perusahaan (Skor 3) Cara yang disusun perusahaan a. Rendah, jika bentuk pengorganisasian perusahaan adalah untuk melaksanakan program membentuk kepanitiaan untuk suatu kegiatan tertentu (Skor 1) CSR. b. Sedang, jika bentuk pengorganisasian perusahaan adalah pemberian sumbangan melalui atau kepada suatu yayasan khusus (Skor 2)
Skala Pengukuran Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
22
5.
Penerima manfaat
Pihak yang merasakan atau menerima manfaat dari dilaksanakannya suatu program CSR oleh perusahaan.
6.
Kontribusi
Sumbangan yang diberikan perusahaan sebagai dampak dijalankannya program CSR.
7.
Inspirasi
Ide yang mendasari perusahaan membuat dan menjalankan program CSR.
c. Tinggi, jika bentuk pengorganisasian perusahaan adalah melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat, baik berupa dana maupun sumber daya lainnya (Skor 3) a. Rendah, jika penerima manfaat dari program adalah warga kurang mampu (miskin) saja (Skor 1) b. Sedang, jika penerima manfaat dari program adalah seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan (masyarakat luas) (Skor 2) c. Tinggi, jika penerima manfaat dari program adalah seluruh masyarakat dan perusahaan itu sendiri (Skor 3) a. Rendah, jika kontribusi perusahaan adalah berupa sumbangan sosial saja (misal: pelatihan/ imunisasi/ bantuan bencana alam) (Skor 1) b. Sedang, jika kontribusi perusahaan adalah berupa sumbangan pembangunan saja (misal: pembangunan sarana umum/ pemberian beasiswa) (Skor 2) c. Tinggi, jika kontribusi perusahaan adalah berupa sumbangan sosial dan pembangunan, serta keterlibatan dalam kegiatan masyarakat (Skor 3) a. Rendah, jika inspirasi perusahaan adalah kewajiban semata (Skor 1) b. Sedang, jika inspirasi perusahaan adalah kewajiban dan kepentingan masyarakat (Skor 2) c. Tinggi, jika inspirasi perusahaan adalah kepentingan bersama (perusahaan, pemerintah, dan masyarakat) (Skor 3)
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Penilaian terhadap opini implementasi program CSR dilakukan dengan menjumlahkan skor dari tiap karakteristik. Terdiri atas kategori : a. Rendah atau charity (Skor ≤ 14) b. Sedang atau philantrophy (Skor = 15) c. Tinggi atau good corporate citizenship (Skor ≥ 16)
23
2. Tingkat Partisipasi adalah tingkat keikutsertaan atau keterlibatan langsung masyarakat dan pihak-pihak lain yang terlibat pada program Green-Posdaya dalam tiap tahapan Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1977), yakni perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evalusi yang dilihat dari penilaian masyarakat. Tiap tahapan dicapai dengan delapan tangga partisipasi Arnstein (1969) yang selanjutnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu non-participation yang tergolong rendah, tokenism yang tergolong sedang, dan citizen power yang tergolong tinggi. Penilaian terhadap tingkat partisipasi ialah, sebagai berikut : Tabel 3 Definis operasional tingkat partisipasi No.
1.
2.
3.
Variabel Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Menikmati Hasil
Definisi Operasional
Indikator
Kehadiran dan keikutsertaan masyarakat dalam penyusunan rencana program maupun kegiatan posdaya. Tahap ini meliputi menyampaikan permasalahan yang dihadapi warga, mengusulkan kegiatan, mengemukakan pendapat dalam rapat penyusunan struktur, mengajak warga lain untuk bergabung dalam kepengurusan, serta menyusun jadwal pertemuan rutin. Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan program posdaya. Tahap ini meliputi memiliki peran dalam penyusunan kegiatan, menyumbangkan makanan dan minuman saat pertemuan rutin, serta menyumbangkan uang dan tenaga dalam kegiatan bersama.
a. Rendah, jika responden menjawab tidak ikut
Skala Pengukuran Ordinal
berpartisipasi (non-participation) (Skor ≤ 10)
b. Sedang, jika responden menjawab berpartisipasi namun masih ada campur tangan stakeholder lain (tokenism) (Skor = 11) c. Tinggi, jika responden menjawab berpartisipasi penuh tanpa dibatasi oleh stakeholder lain (citizen power) (Skor ≥ 12)
a. Rendah, jika responden menjawab tidak ikut
berpartisipasi (non-participation) (Skor ≤ 11) b. Sedang, jika responden menjawab berpartisipasi namun masih ada campur tangan stakeholder lain (tokenism) (Skor = 12) c. Tinggi, jika responden menjawab berpartisipasi penuh tanpa dibatasi oleh stakeholder lain (citizen power) (Skor ≥ 13) Keikutsertaan masyarakat dalam merasakan a. Rendah, jika responden menjawab tidak ikut manfaat dan menikmati hasil dari kegiatan berpartisipasi (non-participation) (Skor ≤ 6) program posdaya. Tahap ini meliputi
Ordinal
Ordinal
24
4.
Tahap Evaluasi
memanfaatkan sarana dan prasarana, serta b. Sedang, jika responden menjawab memperoleh keuntungan dana atau berpartisipasi namun masih ada campur tangan pemasukan. stakeholder lain (tokenism) (Skor = 7) c. Tinggi, jika responden menjawab berpartisipasi penuh tanpa dibatasi oleh stakeholder lain (citizen power) (Skor ≥ 8) Keikutsertaan masyarakat dalam a. Rendah, jika responden menjawab tidak ikut mengevaluasi program dan memantau setiap berpartisipasi (non-participation) (Skor ≤ 6) kegiatan posdaya. Tahap ini meliputi b. Sedang, jika responden menjawab menyampaikan kendala yang dihadapi, serta berpartisipasi namun masih ada campur tangan menyampaikan kritik dan saran. stakeholder lain (tokenism) (Skor = 7) c. Tinggi, jika responden menjawab berpartisipasi penuh tanpa dibatasi oleh stakeholder lain (citizen power) (Skor ≥ 8)
Penilaian terhadap tingkat partisipasi dilakukan dengan menjumlahkan skor dari tiap tahapan. Terdiri atas kategori : a. Rendah atau nonarticipation (Skor ≤ 34) b. Sedang atau tokenism (Skor 35-39) c. Tinggi atau citizen power (Skor ≥ 40)
Ordinal
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Profil Desa Kondisi Wilayah dan Geografis Desa Kembang Kuning terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 546,7 ha dan ketinggian sekitar 200 m dpl. Desa Kembang Kuning merupakan desa dengan status ring satu, artinya Desa Kembang Kuning dinilai sebagai salah satu desa yang paling merasakan dampak beroperasinya pabrik HIL karena letak desa yang berdekatan dengan pabrik HIL. Berdasarkan Data Potensi Desa 2015, secara administratif desa ini dibagi ke dalam tiga dusun, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal. Selain dibagi atas tiga dusun, Desa Kembang Kuning juga terbagi atas 7 Rukun Warga (RW) dan 25 Rukun Tetangga (RT). Batas-batas wilayah Desa Kembang Kuning adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cicadas dan Desa Wanaherang; 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Klapanunggal; 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nambo; 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri. Desa Kembang Kuning terletak dan dilalui oleh jalan utama yang menghubungkan desa dengan daerah lainnya, sehingga mudah diakses. Akses Desa Kembang Kuning dengan pusat pertumbuhan wilayah menjadi lebih mudah berkat adanya jalan utama. Secara detail, jarak tempuh dari ibukota kecamatan 0,5 km, dari ibukota kabupaten 17 km, dari ibukota provinsi 150 km, dan jarak tempuh dari ibukota negara 70 km. Kondisi Demografi dan Kependudukan Berdasarkan data potensi Desa Kembang Kuning pada November 2015, jumlah total penduduk di desa ini sebanyak 13.446 jiwa yang terdiri dari 3.827 KK. Jumlah total penduduk tersebut terbagi atas 6.599 jiwa penduduk laki-laki serta 6.847 jiwa penduduk perempuan. Mengenai keadaan penduduk menurut jenis kelamin yang selanjutnya digolongkan berdasarkan umur, dapat dilihat pada Tabel 4.
26 Tabel 4 Jumlah penduduk Desa Kembangkuning menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2015 No.
Kelompok umur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 40-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70+ Total
Jumlah Jiwa
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
682 659 657 644 585 591 573 472 398 346 387 363 242
679 687 689 678 557 579 583 499 478 466 379 397 228
1361 1346 1344 1322 1142 1170 1106 971 876 812 766 760 470
6.599
6.847
13.446
Sumber: Data potensi Desa Kembangkuning tahun 2015
Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki dengan selisih 248 orang. Selain itu, diketahui bahwa jumlah total penduduk terbanyak berada pada kelompok umur 0-4 tahun, yakni sebanyak 1.361 orang dan jumlah penduduk paling sedikit berada pada kelompok umur 70 tahun ke atas, yakni sebanyak 470 orang. Berdasarkan mata pencaharian, mayoritas penduduk Desa Kembang Kuning bekerja sebagai pegawai swasta, yakni sebanyak 2.520 orang dan buruh pabrik sebanyak 1.870 orang. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyaknya pabrik yang berada di Desa Kembang Kuning dan sekitarnya. Pabrik-pabrik ini yang kemudian menjadi sasaran oleh penduduk usia produktif untuk bekerja. Selain itu, tidak lagi tersedianya lahan pertanian menjadi alasan jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani sangatlah sedikit (0,61%), sehingga penduduk yang semula bekerja sebagai petani beralih menjadi pekerja swasta dan buruh pabrik. Selain itu, berdasarkan data potensi desa tahun 2015, terdapat 0,11 persen dari total penduduk desa bekerja yang bermatapencaharian sebagai TNI/ POLRI. Secara lengkap jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.
27 Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Kembang Kuning yang termasuk dalam kategori usia angkatan kerja didasarkan pada jenis pekerjaan tahun 2015 No.
Jenis Pekerjaan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Petani Pedagang Pegawai Negeri TNI/ POLRI Pensiun/ Purnawirawan Pegawai Swasta Buruh Pabrik Pengrajin Tukang Bangunan Penjahut Tukang Las Tukang Ojek Bengkel Supir Angkutan Lain-lain
Jumlah (orang) 35 520 25 6 10 2.520 1.870 20 50 10 20 202 9 200 205
Total
5.702
Persentase (%) 0,61 9,12 0,44 0,11 0,18 44,20 32,80 0,35 0,88 0,18 0,35 3,54 0,16 3,51 3,60 100,00
Sumber: Data potensi Desa Kembangkuning tahun 2015
Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas penduduk Desa Kembang Kuning adalah tamat SLTA/ sederajat, yakni sebanyak 5.940 orang. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat penyerapan tenaga kerja pada pabrik-pabrik yang menyaratkan pendidikan minimal setara D3 atau sarjana muda. Adapun jumlah penduduk Desa Kembang Kuning berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk Desa Kembang Kuning yang telah tamat atau lulus sekolah didasarkan pada tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh tahun 2015 No.
Tingkat Pendidikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tidak Tamat SD/ Sederajat Tamat SD/ Sederajat Tamat SLTP/ Sederajat Tamat SLTA/ Sederajat Tamat Akademi/ Sarjana Muda Tamat Perguruan Tinggi/ S1 Tamat Perguruan Tinggi/ S2
Jumlah (orang)
Total
Persentase (%)
571 910 3.250 5.940 684 548 10
4,79 7,64 27,28 49,86 5,74 4,60 0,08
11.913
100,00
Sumber: Data potensi Desa Kembangkuning tahun 2015
Adanya kewajiban belajar 12 tahun dari pemerintah, mendorong penduduk untuk terus mengenyam bangku pendidikan hingga tamat SLTA/ sederajat. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya persentase penduduk yang berada pada
28 tingkatan tersebut, yakni sebesar 49,86 persen (Tabel 6). Akan tetapi jumlah penduduk yang menempuh pendidikan tinggi, baik S1 maupun S2, di Desa Kembang Kuning terbilang rendah (4,68%). Faktor ekonomi dan letak perguruan tinggi yang berada cukup jauh di luar desa, membuat mayoritas penduduk yang tamat SLTA/ sederajat memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya dan memilih untuk langsung bekerja. Kondisi Sosial dan Budaya Keberadaan industri-industri yang ada di Desa Kembang Kuning turut berkontribusi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat. Perubahan yang paling mendasar adalah pada konversi lahan, dimana lahan-lahan produktif untuk pertanian beralih fungsi menjadi kawasan industri. Kondisi ini kemudian menyebabkan kondisi masyarakat berubah seiring berubahnya perubahan sistem pelapisan masyarakat. Semula orang dinilai berada di lapisan atas dengan didasarkan atas kepemilikan lahan, namun kini berubah, misalnya menjadi atas kepemilikan barang berharga, pendidikan, maupun pekerjaan. Sistem pelapisan sosial yang sejak awal sampai sekarang tidak berubah ialah pelapisan masyarakat yang didasarkan atas karakteristik ketokohannya. Pada pelapisan ini dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk. Pertama, ketokohan formal yang digambarkan dalam struktur perangkat desa, dimana lapisan atas merupakan orang-orang yang memiliki jabatan di kantor desa maupun kelurahan, lapisan tengah digambarkan pada perangkat atau aparat desa yang berada di bawahnya (misal Kepala Dusun, Ketua RT/RW), sedangkan lapisan bawah digambarkan masyarakat desa. Kedua, ketokohan informal yang digambarkan menurut keberpengaruhannya di masyarakat, seperti tokoh agama. Sebagian besar penduduk Desa Kembang Kuning merupakan penduduk asli dan hanya terdapat beberapa penduduk yang merupakan pendatang, sehingga mayoritas penduduk adalah Suku Sunda, dengan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia. Selain itu, bila dilihat menurut agama yang dianut, hampir semua (99%) penduduk Desa kembang Kuning menganut ajaran agama Islam. Hal ini diperkuat dengan adanya lembaga pendidikan Islam di desa ini, seperti TK Al-Qur’an, Madrasah Ibtida’iyah, pondok pesantren, serta majelis taqlim.
Profil PT Holcim Indonesia Tbk Profil Perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan semen terbesar ketiga dilihat dari penjualan dan pangsa pasar di Indonesia dengan usaha inti yang terintegrasi dari semen, agregat, beton-jadi, aspal, dan layanan terkait. Saham Holcim Indonesia 80,65 persen dipegang oleh Holderfin B.V. dan 19,35 persen lainnya dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Holcim Indonesia (HIL) adalah bagian dari Holcim Group yang berkedudukan di Swiss dan merupakan anggota aktif dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI) serta World Business Council for Sustainable Development (WBCSD). Saat ini, HIL telah mengakuisisi strategis untuk menjadi bagian dari grup usaha global LafargeHolcim. Hal tersebut berawal dari peleburan dua
29 perusahaan besar, yakni PT Lafarge Cement Indonesia dan PT Holcim Indonesia Tbk pada Februari 2016. Holcim berfokus pada sektor industri bahan bangunan dan menyediakan solusi yang mengandalkan produk inovatif, dengan strategi usaha yang bertumpu pada pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut tercermin dalam visi dan misi perusahaan. Adapun visi HIL ialah menjadi perusahaan yang terdepan dengan kinerja terbaik dalam industri bahan bangunan di Indonesia. Sementara itu, misi HIL berkembang dengan (1) kesehatan dan keselamatan kerja, yakni memastikan nihil bahaya dalam setiap kegiatan operasional dan bisnis; (2) pelanggan, yakni bermitra dengan para pelanggan untuk mewujudkan solusi-solusi berbeda dan inovatif; (3) karyawan, yakni mengembangkan sumber daya manusia yang berkinerja tinggi melalui lingkungan kerja yang beragam dan melibatkan setiap individu di dalamnya; serta (4) pemangku kepentingan, yakni menciptakan nilai yang sama dan solusi-solusi yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan. Sebelum menjadi PT Holcim Indonesia Tbk, perusahaan ini pertama kali berdiri dengan nama PT Semen Cibinong (PTSC) tepatnya pada tahun 1971. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan semen swasta pertama yang beroperasi di Indonesia dengan produk andalannya, yakni semen kujang. Meskipun perusahaan didirikan pada tahun 1971, PTSC baru mulai beroperasi pada tahun 1975 dan pada tahun 1977 sahamnya dicatatakan di Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya, pada tahun 1993 terjadi pengambilalihan saham oleh PT Semen Nusantara Cilacap yang kemudian diikuti pembelian 100 persen saham oleh PT Semen Dwima Agung pada tahun 1995. Lalu, di tahun 2001 perusahaan ini menjadi bagian dari Holcim Group dengan mayoritas pemegang sahan adalah Holcim Ltd. Pada akhirnya, perusahaan resmi berganti nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk pada 1 Januari 2006. PT Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan pertama di Grup Holcim Asia Pasifik yang memperoleh akreditasi ISO5 14001, yakni sertifikasi internasional di bidang sistem manajemen lingkungan. Saat ini, HIL telah mengoperasikan empat pabrik semen, di antaranya: (1) Narogong, Jawa Barat; (2) Cilacap, Jawa Tengah; (3) Tuban, Jawa Timur; dan (4) Lhoknga, Aceh. Selain keempat pabrik, HIL memiliki satu fasilitas penggilingan semen di Ciwandan, Jawa Barat serta terdapat entitas anak yang mengoperasikan beberapa tambang agregat terbesar di Indonesia dan jaringan unit produksi siap-pakai, yakni Holcim Beton. Total kapasitas produksi semen HIL dan entitas anak mencapai 15 juta ton per tahun dengan jumlah total karyawan 2.546 orang. Berdasarkan laporan yang diperoleh hingga akhir tahun 2014, jaringan perusahaan HIL mencakup sekitar 8.000 peritel atau toko bahan bangunan dan 166 gerai Solusi Rumah. CSR Perusahaan Sesuai visi dan misi perusahaan, PT Holcim Indonesia Tbk berupaya mempromosikan dan menambah sebanyak mungkin produk maupun layanan inovatif yang dapat menjamin keberlanjutan. Di samping itu, HIL berupaya untuk ikut meningkatkan investasi di Indonesia, khususnya di sektor pembangunan prasarana dan sumber daya alam yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi, peningkatan taraf hidup masyarakat, serta pengelolaan lingkungan dengan penuh tanggung jawab. Kinerja perusahaan akan diukur dengan konsep True Value yang 5
International Standard Operation. Dikeluarkan oleh Sociate Generate de Surveillance (SGS).
30 didasarkan pada: aspek ekonomi, yakni keuntungan bagi pemegang saham dan mencipatakan lapangan kerja; aspek pengelolaan lingkungan, yakni pelestarian dan pendauran ulang sumber daya; serta sisi nilai, berbagi manfaat bersama warga sekitar. Sebagai penjabaran pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), maka salah satu landasan usaha PT Holcim Indonesia Tbk adalah tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Prinsip yang dikembangkan tidak hanya sekedar kedermawanan, namun bagaiman menumbuhkan inisiatif, partisipatif, serta keswadayaan pada masyarakat serta stakeholders terkait. Selain itu, dalam penerapan strategi usaha, CSR memiliki andil yang tidak kalah pentingnya dengan agenda lainnya. CSR melihat kinerja perusahaan dari sisi ekonomi dan dari sisi kinerja perusahaan yang menyangkut urusan kemasyarakatan dan lingkungan hidup. Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian yang mengurus program CSR HIL adalah divisi community relation. Divisi ini, kini berada di bawah tanggung jawab CEO Office Director. Berikut beberapa kegiatan divisi community relation yang meliputi dari lima bidang, di antaranya : 1. Pengembangan Masyarakat Pada dasarnya kegiatan dalam bidang ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keberlanjutan, khususnya dengan pengembangan wirausaha. Kegiatan-kegiatan tersebut, seperti peternakan terpadu guna memaksimalkan keuntungan yang diperoleh peternak dengan membangun fasilitas penggemukan ternak untuk kelompok tani setempat dan pemanfaatan kotoran hewan untuk dijadikan pupuk dan bahan pembuatan biogas untuk keperluan memasak; Posdaya atau Pos Pemberdayaan Warga yang telah dibina selama kurang lebih 7 tahun oleh Pabrik Cilacap dan dirasakan manfaatnya oleh warga sekitar dari kegiatan peternakan, pengolahan pangan dan penjualan pangan olahan, kredit mikro, pendidikan, perpustakaan, dan klinik kesehatan; Usaha Mikro dan Mobilitas Ritel; Budidaya tanaman hortikultura; Lembaga Kredit Mikro yang bertujuan memudahkan masyarakat serta usaha kecil untuk mendapatkan kredit; Bank Sampah yang bertujuan menyadarkan masyarakat akan lingkungan bersih dan mendapatkan manfaat dari nilai sampah yang dihasilkan dengan mendaur ulang sampah menjadi kerajinan tangan yang dapat menguntungkan; Green-Posdaya yang dikembangkan di lima desa sekitar Pabrik Narogong dengan fokus pembinaan, yakni budidaya tanaman obat, bank sampah, pendidikan anak usia dini, pengolahan air bersih, kredit mikro, serta peternakan lele. 2. Lingkungan & Infrastruktur Beberapa kegiatan yang telah dilakukan, yakni perbaikan dan pemugaran sarana ibadah; penggalian sumur, terkait penyediaan sarana air umum; pembangunan sarana kebersihan, seperti toilet dan septic tank; serta pengerasan ruas jalan. 3. Pendidikan Salah satu kegiatan di bidang pendidikan ialah program pendidikan kejuruan berbasis usaha atau Enterprise-Based Vocational Education (EVE). Program tersebut ditujukan untuk meningkatkan taraf pendidikan sekaligus menggalakkan keinginan belajar anak-anak di daerah. Setelah
31 menyelesaikan program, para siswa lulusan EVE akan ditarik untuk bekerja di Holcim dan berkesempatan untuk mengemban diploma Teknik Industri di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Selain EVE, pada bidang pendidikan terdapat beberapa kegiatan lainnya, seperti Gerakan Holcim Orang Tua Asuh (GHOTA) yang bertujuan untuk membantu anak-anak yatim dari keluarga tidak mampu agar dapat melanjutkan pendidikan; English for Fun, yakni kursus bahasa Ingrris untuk anak-anak warga sekitar perusahaan; Komik Petualangan Hijau yang mengajarkan siswa-siswi sekolah dasar untuk senantiasa menjaga lingkungan hidup di sekitarnya; dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dilakukan dengan pengadaan delapan sekolah PAUD yang tersebar di desa-desa sekitar perusahaan serta dengan memberikan pelatihan intensif dan komperhensif bagi ibu-ibu yang akan dijadikan kader. 4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kegiatan yang dilaksanakan, di antaranya pemeriksaan rutin dan dukungan medis yang diberikan dalam bentuk penyuluhan seputar kesehatan, imunisasi, dan upaya pencegahan penyakit serta pembuatan buku Panduan bagi Perusahaan Pengangkut Limbah B3 dan buku Panduan Pekerja Kontraktro Geocycle. Seluruh kegiatan tersebut diberikan kepada seluruh karywan Holcim dan masyarakat sekitar. 5. Hak Asasi Manusia Tujuan dari kegiatan di bidang Hak Asasi Manusia (HAM) ini pada dasarnya untuk evaluasi diri dengan melibatkan tokoh masyarakat, aparat pemerintah daerah, serta karyawan dan tokoh serikat pekerja guna menyampaikan pandangan dan pendapat mereka tentang Holcim dan HAM. Adapun khusus untuk Pabrik Narogong, desa yang menjadi mitra perusahaan dalam kegiatan yang dilakukan community relation terdiri dari tiga ring. Pada ring satu terdiri dari Desa Nambo, Desa Klapanunggal, dan desa kembang Kuning, selanjutnya pada ring dua terdapat Desa Bantarjati, Desa Cikahuripan, dan Desa Lulut, sedangkan pada ring tiga melingkupi Desa Leuwi Karet, Desa Bojong, dan Desa Linggarmukti. Pembagian daerah menjadi beberapa ring ini, didasarkan pada kedekatan wilayah desa dengan lingkungan perusahaan. Green-Posdaya Pendirian program Green-Posdaya merupakan hasil kerja sama antara PT Holcim Indonesia Tbk dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Pemerintah Kabupaten Bogor. Melalui program ini, diharapkan tercipta kegiatan dan tersalur pengetahuan yang mampu membangun kemandirian masyarakat. Filosofi kerja pengurus Green-Posdaya bersifat sukarela, sehingga kesuksesan Green-Posdaya ditentukan oleh kemauan masyarakat untuk maju. Kegiatan yang dilakukan dalam Green-Posdaya mengandalkan niat kuat semua elemen masyarakat untuk maju bersama, dengan mengembangkan ide dari dalam masyarakat. PT Holcim Indonesia Tbk sebagai mitra program pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Klapanunggal telah meletakan dasar-dasar kebersamaan dalam masyarakat melalui pembentukan kelompok binaan. Program pemberdayaan masyarakat yang diusung oleh HIL, salah satunya dilakukan dengan membentuk
32 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Hijau, atau lebih dikenal dengan GreenPosdaya, di lima desa mitra CSR HIL pabrik Narogong. Kelima desa tersebut, di antaranya Desa Klapanunggal Desa Nambo, Desa Bantarjati, Desa Lulut, dan Desa Kembang Kuning. Khusus kampung Tegal di Desa Kembang Kuning (Lampiran 8, Foto 5), Pos Pemberdayaan Keluarga Hijau Melati, atau yang biasa disebut Green-Posdaya Melati, awalnya terbentuk dari inisiatif PT Holcim Indonesia Tbk melalui Divisi Community Relation. Pendirian Green-Posdaya Melati bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat Kampung Tegal, Desa Kembang Kuning. PT Holcim pabrik Narogong meresmikan Green-Posdaya Melati ini pada 20 Juni 2013. Kegiatan yang dijalankan di Green-Posdaya Melati dibagi menjadi 4 bidang, dimana di masing-masing bidang tiap koordinator dan beberapa perwakilan warga atau peserta program lainnya terlebih dulu diberikan penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta keterampilan. Adapun keempat bidang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kesehatan Kegiatan yang dilakukan ialah menjalankan posyandu (pos pelayanan terpadu) bagi bayi dan balita di Kampung Tegal. Posyandu dilaksanakan secara rutin di minggu kedua atau ketiga tiap bulannya. Koordinator bidang kesehatan Green-Posdaya Melati di sini menjabat sekaligus sebagai kader posyandu, sedangkan anggota Green-Posdaya yang lain bertugas sesuai kebutuhan yang telah ditentukan sebelumnya oleh kader, seperti menimbang, pemberian vitamin, dan lain-lain. 2. Pendidikan Kegiatan yang dilakukan ialah menjalankan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Sama halnya dengan bidang kesehatan, koordinator untuk bidang pendidikan ialah orang yang menjabat sebagai guru di PAUD tersebut. Sarana dan prasarana PAUD sendiri merupakan hasil pemberian dari PT Holcim pabrik Narogong, sedangkan untuk materi ajar dan kurikulum PAUD mengikuti ketentuan pemerintah. PAUD Melati ini aktif mengadakan kegiatan belajar mengajar tiap hari Senin, Rabu, dan Jumat (tiga kali dalam seminggu) untuk anak-anak Kampung Tegal dengan rentang usia 2 sampai 4 tahun (Lampiran 8, Foto 6) . 3. Lingkungan Kegiatan yang dilakukan ialah bank sampah dan kerajian hasil daur ulang sampah. Peserta untuk kedua kegiatan tersebut adalah seluruh anggota Green-Posdaya Melati yang mayoritas merupakan ibu rumah tangga. Kegiatan bank sampah ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan, dimulai dari pemilahan sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masing-masing peserta. Lalu, sampah organik diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik dipisah lagi berdasarkan jenisnya. Selanjutnya, sampah anorganik yang berjenis plastik diolah menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual, seperti tas, dompet, tempat pensil, dan sebagainya. Terakhir, dilakukan pemasaran terhadap produk hasil daur ulang sampah tersebut ke berbagai kalangan yang tinggal di Desa Kembang Kuning dan sekitarnya yang dibantu oleh pihak Holcim, salah satunya dengan memasarkan di Galeri Sampireun milik Holcim. Selama pelaksanaan kegiatan, pihak Holcim dan
33 IPB rutin melakukan pendampingan juga pengontrolan kepada warga untuk melihat perkembangan di lapang. 4. Ekonomi Kegiatan yang dilakukan ialah budidaya ikan lele dan pembuatan minuman jamu sinom. Untuk budidaya ikan lele baru dilakukan di dua lokasi, yakni di dua rumah warga Kampung Tegal yang merupakan peserta Green-Posdaya Melati. Para peserta program bertanggung jawab untuk pembelian bibit lele, pengadaan lahan, pemberian pakan, dan pengecekan rutin tiap harinya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, serta memasarkan lele yang telah siap panen ke berbagai daerah. Bibit lele diperoleh warga dari beberapa daerah sekitar Kecamatan Klapanunggal dengan terlebih dulu dilakukan survey untuk mendapatkan bibit terbaik, sedangkan peralatan yang dibutuhkan, seperti kolam, aerator atau blower (untuk suplai oksigen), saringan, dan timbangan disediakan oleh PT Holcim pabrik Narogong (Lampiran 8, Foto 7). Untuk pembuatan minuman jamu sinom sendiri seluruhnya dikerjakan oleh peserta program, mulai dari pembelian alat dan bahan hingga pengemasan dan pelabelan (Lampiran 8, Foto 8). Sama halnya dengan bidang lingkungan, di kedua kegiatan pada bidang ekonomi ini, rutin dilakukan pendampingan dan pengontrolan oleh pihak Holcim dan IPB kepada warga tiap bulannya. Berdasarkan hasil wawancara di lapang, diperoleh sedikitnya tiga karakteristik responden yang merupakan peserta aktif program Green-Posdaya Melati yang diimplementasikan oleh CSR PT Holcim Indonesia Tbk di Kampung Tegal, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Berikut disajikan karakteristik responden yang dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur, dan jabatan responden dalam Green-Posdaya. Jenis Kelamin Jumlah responden yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 orang laki-laki dan 19 orang perempuan (Tabel 7). Informasi yang diperoleh dari beberapa responden menyebutkan bahwa secara umum jumlah penduduk yang aktif menjadi peserta program Green-Posdaya didominasi oleh perempuan, yakni sebesar 78.1 persen. Hal tersebut disebabkan mayoritas perempuan yang aktif dalam Green-Posdaya adalah ibu rumah tangga yang pada hakikatnya senantiasa di rumah dan lebih banyak memiliki waktu luang untuk terlibat dalam berbagai kegiatan. Sementara itu, mayoritas laki-laki di Kampung Tegal bekerja di luar desa, sehingga tidak banyak penduduk laki-laki yang dapat terlibat aktif dalam kegiatan maupun kepengurusan Green-Posdaya. “Yang gabung posdaya mah banyakan perempuan, soalnya yang laki kan pada kerja di luar jadi ya rada susah juga mau ikutan. Paling kalo ada kegiatan pas hari Sabtu atau Minggu baru tuh banyak bapak-bapak yang ikut, soalnya libur kan…” (TR, staf comrel)
34 Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin tahun 2016 No. 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
7 19
21.9 78.1
32
100.0
Umur Pada penelitian ini, karakteristik umur responden dibagi menjadi dua kategori, yaitu umur muda dan umur tua. Kategori tersebut diperoleh dari sebaran umur yang didapat melalui pertanyaan kuesioner kepada responden, kemudian dilihat median atau nilai tengahnya. Dari sebaran tersebut diperoleh nilai umur median, yaitu 43 tahun. Artinya, kategori umur muda merupakan kategori responden dengan umur yang kurang dari sama dengan 43 tahun, sedangkan kategori umur tua merupakan responden dengan umur lebih dari 43 tahun. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut umur tahun 2016 No. 1. 2.
Umur Muda (≤ 43 tahun) Tua (> 43 tahun) Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
17 15
53.1 46.9
32
100.0
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebaran responden penelitian tidak terlampau berbeda dari segi umur. Terdapat 56.3 persen responden dengan kategori umur muda dan 43.7 persen responden dengan kategori umur tua. Persentase tersebut memperlihatkan bahwa keikutsertaan dan keaktifan dalam Green-Posdaya tidak terlalu berbeda bagi penduduk dengan umur tua maupun umur muda. Hal tersebut dikarenakan tidak ada batasan umur, baik minimal maupun maksimal, untuk dapat berpartisipasi, baik sebagai pengurus maupun angoota Green-Posdaya. Jabatan dalam Green-Posdaya Kondisi sebaran responden berdasarkan jabatan yang didudukinya dalam Green-Posdaya menunjukkan kecenderungan yang cukup berbeda. Dapat dilihat pada Tabel 9, sebesar 37.5 persen responden merupakan pengurus dari GreenPosdaya, sementara hampir dua kali lipat (62.5 %) responden lainnya hanya sebagai anggota. Hal tersebut terjadi karena kedua belas orang pengurus ini sudah aktif berpartisipasi, sejak awal pembentukkan Green-Posdaya.
35 Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut jabatan dalam Green-Posdaya tahun 2016 No. 1. 2.
Jabatan dalam Green-Posdaya Pengurus Anggota Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
12 20
37.5 62.5
32
100.0
Pengurus Green-Posdaya dipilih berdasarkan keputusan bersama dan ada pula yang memang ditunjuk untuk menjadi pengurus, baik oleh pihak perusahaan maupun pemerintah desa, karena dianggap memumpuni. “kalo pengurus mah dipilihnya dari hasil musyawarah neng, misalkan ada yang mau gitu ya nanti dia ngajuin diri terus diomongin bareng-bareng. Tapi ada juga sih yang ditunjuk sama perusahaan atau bu kades…” (NMW, 43 tahun)
36
OPINI IMPLEMENTASI CSR
Analisis opini implementasi CSR digunakan untuk melihat berada pada tingkat mana CSR HIL dalam menjalankan program Green-Posdaya menurut opini masyarakat. Tingkat implementasi CSR diukur dengan menggunakan pertanyaanpertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Kuesioner diberikan kepada 32 warga Desa Kembang Kuning yang mengikuti Green-Posdaya, baik sebagai pengurus maupun anggota. Berdasarkan data yang diperoleh di lapang mengenai penilaian masyarakat terhadap implementasi CSR HIL, maka dapat dikatakan CSR HIL termasuk ke dalam tingkatan Good Corporate Citizenship. Berikut sebaran penilaian responden mengenai implementasi program Green-Posdaya PT Holcim Indonesia Tbk (Gambar 4).
25%
Charity 47%
Philantrophy Good Corporate Citizenship 28%
Gambar 4 Persentase responden menurut opini mengenai tingkat implementasi program Green-Posdaya Gambar 4 menunjukkan sebanyak 47 persen responden menilai CSR HIL berada pada tingkat Good Corporate Citizenship. Responden menilai demikian berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada tujuh karakteristik tahapan CSR yang selanjutnya mampu menjelaskan pengimplementasian CSR yang dijalankan oleh HIL, khususnya pada program Green-Posdaya. Karakteristik tahapan CSR tersebut, di antaranya motivasi, misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi, dan inspirasi.
Motivasi Motivasi merupakan alasan yang mendorong perusahaan untuk membuat dan menjalankan suatu program CSR. Dorongan tersebut dapat berupa penyesuaian diri (adaptasi), mematuhi perutaran dan nilai yang berlaku (hukum dan norma, maupun usaha perusahaan untuk mengatasi dan menyelesaikan perbedaan dengan melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat (rekonsiliasi dengan keterlibatan sosial).
38
Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap motivasi perusahaan No. 1. 2. 3.
Motivasi Adaptasi, agama, tradisi Hukum universal, norma, etika Rekonsiliasi dengan keterlibatan sosial Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
13 7
40.6 21.9
12
37.5
32
100.0
Data pada Tabel 10 memperlihatkan sebanyak 40.6 persen responden menjawab dorongan perusahaan menjalankan program Green-Posdaya ialah menyesuaikan diri dengan adaptasi. Meskipun begitu, sebanyak 37.5 persen responden menilai motivasi perusahaan menjalankan program Green-Posdaya adalah karena upaya rekonsiliasi. Presentase tersebut memperlihatkan bahwa kehadiran HIL dan adanya program Green-Posdaya di tengah masyarakat sebagai bentuk penyesuaian diri, tidak jauh berbeda dengan usaha perusahaan untuk mengatasi dan menyelesaikan perbedaan. Hal ini dikarenakan mayoritas responden menilai bentuk penyesuaian diri yang dilakukan perusahaan ialah dengan cara melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat. Oleh sebab itu, mayoritas responden yang menilai motivasi perusahaan sebagai adaptasi maupun rekonsiliasi memilih untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan perusahaan.
Misi Misi merupakan sesuatu yang ingin dicapai dan erat kaitannya dengan landasan perusahaan menjalankan suatu program CSR. Kondisi sebaran jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap misi menunjukkan ketimpangan. Jumlah responden yang menilai bahwa landasan perusahaan adalah memberikan kontribusi kepada masyarakat menunjukkan persentase yang jauh lebih besar dibandingkan dengan mengatasi masalah sesaat. Mayoritas responden (62.5%) menilai bahwa dijalankannya Green-Posdaya ialah berlandaskan pada memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan terlibat dalam kegiatan maupun permasalahan yang dihadapi masyarakat (Tabel 11). Hal tersebut dikarenakan responden menilai perusahaan banyak terlibat langsung dalam berbagai kegiatan masyarakat, sekalipun kegiatan itu tidak berkaitan dengan program Green-Posdaya. Oleh sebab itu, banyak responden yang menilai demikian memilih untuk berpartisipasi aktif dalam Green-Posdaya sebagai bentuk timbal balik. “Ya kalo menurut saya mah, tujuan Holcim bikin posdaya, biar bisa ikut dan ngasih bantuan ke warga sini, neng. Holcim juga sering dateng di acara yang di luar posdaya, kaya kerja bakti mingguan sama karnaval anak-anak, makanya saya jadi tertarik juga buat ikut posdaya, kan jadi timbal balik gitu…” (AHS, 41 tahun)
39
Tabel 11 No. 1. 2. 3.
Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap misi perusahaan Misi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
9
28.1
3
9.4
20
62.5
32
100.0
Mengatasi masalah sesaat Mencari dan mengatasi akar masalah Memberikan kontribusi kepada masyarakat Total
Pengelolaan Pengelolaan merupakan suatu proses yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan program CSR. Pengelolan ini dapat diterapkan dengan mengatasi masalah sesaat, telah direncanakan sedemikian rupa sebelumnya, maupun disusun dan dituliskan secara rapi (terinternalisasi) dalam kebijakan perusahaan. Berdasarkan data yang diperoleh, pada karakteristik pengelolaan terdapat kecenderungan yang tidak jauh. Sebanyak 46.9 persen responden menilai bahwa pengelolaan program Green-Posdaya adalah terencana, terorganisir, dan terprogram (Tabel 12). Hal ini terlihat dari penilaian responden yang menyadari bahwa program Green-Posdaya telah berjalan dengan rutin, tidak hanya berupa bantuan pada saat tertentu saja. Oleh sebab itu, beberapa penduduk memilih untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan Green-Posdaya guna mencari kesibukan serta menambah pengalaman. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pengelolaan program Green-Posdaya No.
Pengelolaan
1.
Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Terencana, terorganisir, terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan
2. 3.
Jumlah (orang)
Persentase (%)
7
21.9
15
46.9
10
31.3
32
100.0
Total
Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan langkah-langkah atau cara yang diisusun perusahaan untuk mengatur jalannya CSR. Langkah-langkah tersebut dapat berupa pembentukan panitia untuk suatu kegiatan tertentu (kepanitiaan), pemberian bantuan melalui yayasan tertentu atau atas dasar profesionalitas, maupun
40 melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat, baik berupa dana maupun sumberdaya lainnya. Tabel 13 No. 1. 2. 3.
Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pengorganisasian CSR oleh perusahaan Pengorganisasian
Jumlah (orang)
Persentase (%)
9
28.1
2
2.3
21
65.6
32
100.0
Kepanitiaan Yayasan/ dana abadi/ profesionalitas Keterlibatan, baik dana maupun sumber daya lain Total
Perihal langkah-langkah menjalankan program Green-Posdaya, penilaian responden memperlihatkan sebaran yang cukup timpang. Sebanyak 65.6 persen responden menilai bahwa pengorganisasian CSR oleh HIL lebih ke arah keterlibatan, baik berupa dana maupun sumber daya lain, sedangkan sebanyak 6.3 persen responden yang menilai bahwa pengorganisasian CSR oleh HIL ialah berupa pemberian sumbangan melalui suatu yayasan (Tabel 13). Responden yang menilai pengorganisasian lebih ke arah keterlibatan berpendapat bahwa perusahaan secara rutin terlibat dalam program Green-Posdaya. Selain itu, responden menilai bahwa para petugas CSR pun rutin hadir dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan masyarakat. Oleh karenanya, sebagian besar responden yang menilai demikian memilih untuk berpartisipasi aktif dalam Green-Posdaya.
Penerima Manfaat Penerima manfaat merupakan orang atau pihak yang merasakan dan menerima manfaat dari dijalankannya suatu program CSR. Kondisi sebaran jumlah dan persentase responden menurut penerima manfaat tidak terlalu berbeda. Pada karakteristik ini, diketahui bahwa sebanyak 37.5 persen responden menilai bahwa yang merasakan manfaat dari dijalankannya program Green-Posdaya ialah masyarakat luas (Tabel 14). Masyarakat luas artinya tidak hanya segelintir orang yang menjadi penerima manfaat, namun bukan juga berarti dirasakan oleh semua pihak. Artinya, menurut sebagaian responden dampak dari dijalankannya program Green-Posdaya dirasakan oleh seluruh masyarakat Desa Kembang Kuning. Hal tersebut dikarenakan sebagian responden menilai bahwa kegiatan-kegiatan yang dijalankan tidak ditujukan untuk kalangan tertentu saja (misal masyarakat kurang mampu/ miskin saja), tetapi tidak pula berdampak kepada pihak perusahaan sendiri. “Yang ngerasain manfaat dari adanya posdaya ya masyarakat desa neng, bukan cuma warga kurang mampu aja gitu. Kaya bank sampah sama pelatihan pengolahan makanan kan semua bisa ikut, semua bisa dapet manfaatnya jadinya…” (YNT, 48 tahun)
41
Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut penerima manfaat program Green-Posdaya No. 1. 2. 3.
Penerima Manfaat
Jumlah (orang)
Persentase (%)
11 12 9
34.4 37.5 28.1
32
100.0
Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan Total
Kontribusi Kontribusi merupakan sumbangan atau hibah yang diberikan perusahaan sebagai dampak dijalankannya program CSR. Sumbangan ini dapat berupa pelatihan, imuniasi, maupun bantuan bencana alam (hibah sosial); pembangunan maupun perbaikan sarana umum (hibah pembangunan); atau gabungan dari hibah sosial dan pembangunan, serta ditambah adanya keterlibatan dalam kegiatan masyarakat. Pada karakteristik ini, sebanyak 71.9 persen responden telah merasakan bahwa tidak hanya bantuan sosial saja, seperti pelatihan ataupun bantuan pembangunan saja, seperti perbaikan sarana prasarana saja yang diberikan oleh HIL (Tabel 15). Di samping itu, responden menyadari bahwa tidak hanya gabungan kedua sumbangan tersebut yang diterima masyarakat, namun HIL sering kali terlibat dalam berbagai kegiatan masyarakat. Oleh sebab itu, banyak responden yang menilai demikian memilih untuk berpartisipasi aktif dalam Green-Posdaya sebagai bentuk timbal balik. Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap kontribusi dalam program Green-Posdaya No. 1. 2. 3.
Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah sosial dan pembangunan serta keterlibatan sosial Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
4 5
12.5 15.6
23
71.9
32
100.0
Responden yang menilai kontribusi perusahaan dalam program GreenPosdaya sebagai hibah sosial saja maupun hibah pembangunan saja cenderung disebabkan ketidakaktifan mereka dalam kegiatan-kegiatan Green-Posdaya. Berdasarkan paparan jawaban dari beberapa responden, diketahui bahwa hal tersebut karena menurut mereka, pihak perusahaan kurang berbaur dengan seluruh lapisan masyarakat dan kegiatan yang dijalankan hanya ditujukan untuk kalangan tertentu saja.
42 Inspirasi Penilaian masyarakat mengenai keenam karakteristik tahapan CSR sebelumnya juga didukung oleh data mengenai inspirasi perusahaan menjalankan program Green-Posdaya. Inspirasi merupakan ide yang mendasari perusahaan atau pedoman perusahaan dalam menjalankan program CSR. Hal yang menginspirasi perusahaan dalam menjalankan suatu program dapat didasari akan kewajiban semata, karena kewajiban namun dengan mempertimbangkan kepentingan bersama, maupun karena semata-mata kepentingan bersama. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap inspirasi perusahaan No. 1. 2.
3.
Inspirasi Kewajiban Menjalankan kewajiban dengan mempertimbangkan kepentingan bersama Kepentingan bersama Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
8
25.0
17
53.1
7
21.9
32
100.0
Pada Tabel 16 diketahui bahwa dari keseluruhan responden, sebanyak 53.1 persen menilai bahwa perusahaan menjalankan program Green-Posdaya karena menjalankan kewajiban namun dengan mempertimbangkan kepentingan bersama. Hal tersebut terjadi karena menurut penilaian responden, program Green-Posdaya yang dijalankan HIL seimbang antara didasari dengan kewajiban dan kepentingan bersama. Sementara itu, sebanyak 25 persen responden menilai bahwa perusahaan menjalankan program Green-Posdaya hanya karena kewajiban semata.
Ikhtisar Berdasarkan opini responden terhadap ketujuh karakteristik tahapan CSR, implementasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk, khususnya pada program GreenPosdaya, termasuk ke dalam tahapan Good Corporate Citizenship. Program GreenPosdaya yang dijalankan oleh HIL dinilai sudah cukup memberdayakan masyarakat. Walau demikian, tidak sedikit masyarakat yang masih menganggap bahwa sumbangan yang diberikan, dinilai belum merata dan kurang berkelanjutan. Program Green-Posdaya yang dijalankan CSR HIL bersifat gabungan dari charity dan philantrophy, sehingga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Keterlibatan pihak perusahaan dalam berbagai kegiatan masyarakat yang juga akhirnya mendorong masyarakat untuk melakukan timbal balik dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan pada program Green-Posdaya. Program yang bersifat pemberdayaan dinilai sudah cukup maksimal karena, baik anggota maupun pengurus, yang merupakan peserta yang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut mampu melanjutkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh pada saat pelatihan. Akan tetapi, terdapat sebagian kecil responden yang tidak melanjutkan ilmu dan kegiatan hasil pelatihan ke dalam kehidupan sehari-hari.
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
Analisis tingkat partisipasi masyarakat bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat berpartisipasi dalam program Green-Posdaya berdasarkan penilaian responden. Tingkat partisipasi masyarakat diukur dengan keterlibatan masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi yang merujuk pada tahapan partisipasi Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1977). Selanjutnya di tiap tahapan, peneliti mengolaborasikannya dengan tangga partisipasi menurut Arnstein (1969) yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu nonparticipation, tokenism, dan citizen power.
25% 41%
Non-participation Tokenism Citizen Power 34%
Gambar 5 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada program Green-Posdaya Gambar 5 menunjukkan sebanyak 41 persen responden menilai partisipasi masyarakat berada pada tingkat citizen power. Artinya, dari seluruh tahapan, sebagian besar responden menilai bahwa masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang ada pada program Green-Posdaya tanpa dibatasi oleh pihak perusahaan, pemerintah desa, maupun pihak IPB. Data tersebut diukur berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang mengarah kepada tiga tingkat partisipasi Arnstein (1969).
Tahap Perencanaan Tahap perencanaan adalah kehadiran dan keikutsertaan responden dalam penyusunan rencana program maupun kegiatan posdaya. Tahap ini meliputi menyampaikan permasalahan yang dihadapi warga, mengusulkan kegiatan, mengemukakan pendapat dalam rapat penyusunan struktur, mengajak warga lain untuk bergabung dalam kepengurusan, serta menyusun jadwal pertemuan rutin. Selanjutnya responden diberikan lima pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban, dimana pengukuran dari tiap pertanyaan menunjukkan tingkat partisipasi Arnstein (1969). Sebaran tingkat partisipasi dari tahap pelaksanaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 6.
44
31%
Non-participation 50%
Tokenism Citizen Power 19%
Gambar 6 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya Pada gambar 6 diketahui setengah dari responden (50%) menilai warga memiliki kesempatan untuk berpartisipasi pada berbagai kegiatan di tahap perencanaan program Green-Posdaya tanpa dibatasi oleh pihak lainnya (citizen power). Artinya, masyarakat hadir dan terlibat langsung atau aktif dalam penyampaian permasalahan, pemberian usulan kegiatan, penyampaian pendapat dalam penyusunan kepengurusan, mengajak warga untuk bergabung, serta dalam penyusunan jadwal pertemuan rutin. Walau demikian, terdapat 31 persen responden yang menilai bahwa partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan berada pada tingkat non-participation. Sebagian kecil warga merasa tidak berpartisipasi dan tidak terlibat dalam berbagai kegiatan karena menurut mereka pada tahap ini stakeholder lain yang lebih memegang andil atau mengurus semuanya. Selanjutnya penilaian responden mengenai tingkat partipasi masyarakat pada tahap perencanaan berdasarkan tiap pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut: Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari penyampaian permasalahan yang dihadapi masyarakat No. 1. 2. 3.
Tahap Perencanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
10 16 6
31.2 50.0 18.8
Total
32
100.0
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang atau 50 persen responden menilai saat penyampaian permasalahan yang dihadapi masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat adalah tokenism. Responden yang hadir dapat menyampaikan pendapatnya mengenai permasalahan yang dihadapi masyarakat, namun terbatas. Hal tersebut dikarenakan pihak perusahaan dan pemerintah desa mendominasi atau lebih banyak menyampaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, saat sebelum didirikannya Green-Posdaya di Kampung Tegal. Selain
45 itu, pengambilan keputusan terkait permasalah.an apa saja yang dihadapi masyarakat juga dilakukan oleh pihak perusahaan dan pemerintah desa. Hal tersebut sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk kampung Tegal sebagai berikut: “Pas awal dibentuk iya tuh neng ada diskusi gitu bahas masalahmasalah warga sama masalah kampung sini. Ya warga sih bisa ngasih pendapat, tapi banyakan mah disampein orang desa sama orang holcimnya, terus keputusan akhirnya juga mereka deh yang nentuin…” (AHS, 41 tahun) Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari pemberian usulan kegiatan No. 1. 2. 3.
Tahap Perencanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
12 14 6
37.5 43.7 18.8
Total
32
100.0
Penilaian responden mengenai partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan juga didukung oleh informasi mengenai kegiatan pemberian usulan kegiatan. Sebanyak 43.7 persen responden menilai saat memberikan usulan kegiatan, partisipasi masyrakat berada pada tingkat tokenism (Tabel 18). Hal tersebut dikarenakan adanya pembatasan pendapat kepada warga yang hadir dan keputusan mengenai usulan kegiatan diambil oleh pihak perusahaan dan IPB. Sementara itu, sebanyak 37.5 persen responden merasa tidak terlibat dalam kegiatan penyusunan kegiatan ini dengan alasan semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam program Green-Posdaya adalah murni usulan perusahaan dan IPB. Selanjutnya, Tabel 19 menunjukkan jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat yang dilihat dari penyusunan kepengurusan: Tabel 19 Jumlah dan persentase reponden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari penyusunan kepengurusan No. 1. 2. 3.
Tahap Perencanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
2 11 19
6.2 34.4 59.4
Total
32
100.0
Berdasarkan penilaian responden terkait penyusunan kepengurusan, sebanyak 59.4 persen responden menilai kepengurusan Green-Posdaya murni disusun oleh masyarakat atau berada pada tingkat citizen power (Tabel 19).
46 Responden hadir dan terlibat langsung atau aktif dalam penyusunan kepengurusan, tanpa ada pembatasan dari pihak lain. Hal tersebut dikarenakan, menurut beberapa responden pada penyusunan kepungurusan Green-Posdaya, pihak perusahaan, pemerintah desa, maupun IPB cenderung melimpahkan dan mempercayakannya kepada warga. Meskipun begitu, terdapat sebanyak 34.4 persen responden yang menilai bahwa dalam penyusunan kepengurusan masih terdapat campur tangan dari stakeholder lain. Selanjutnya, mengenai jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat terkait ajakan untuk bergabung dengan Green-Posdaya disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari mengajak warga untuk bergabung No. 1. 2. 3.
Tahap Perencanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
0 4 28
0.0 12.5 87.5
Total
32
100.0
Pada Tabel 20 diketahui bahwa hampir seluruh responden (87.5%) menilai saat mengajak warga untuk bergabung, baik dalam kegiatan maupun kepengurusan, partisipasi masyarakat berada pada tingkat citizen power. Hal tersebut dikarenakan mengajak warga untuk bergabung merupakan tanggung jawab penuh responden dan tidak ada campur tangan maupun pembatasan dari pihak lain. Responden dapat mengajak siapa saja dan sebanyak apapun warga untuk bergabung dalam GreenPosdaya. Hal tersebut sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk Kampung Tegal sebagai berikut: “Kalo buat ngajak warga lainnya (untuk gabung di posdaya) mah itu tanggung jawab kita-kita (warga). Dari holcim, ipb, sama desa nyerahin semuanya ke kita, jadi ya bebas aja gitu mau ngajak siapa dan berapa orang…” (AMN, 35 tahun) Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari penyusunan jadwal pertemuan rutin No. 1. 2. 3.
Tahap Perencanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non participation Tokenism Citizen power
3 8 21
9.4 25.0 65.6
Total
32
100.0
Terakhir, penilaian responden mengenai partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan juga didukung oleh informasi mengenai kegiatan penyusunan jadwal
47 pertemuan rutin. Sebanyak 65.6 persen responden menilai saat penyusunan jadwal pertemuan rutin, tingkat partisipasi responden adalah citizen power (Tabel 21). Responden hadir dan terlibat langsung atau aktif dalam penyusunan kepengurusan, tanpa ada pembatasan dari pihak lain. Hal tersebut dikarenakan pihak perusahaan, pemerintah desa, dan pihak IPB telah memberikan tanggung jawab atas penyusunan jadwal pertemuan rutin kepada warga. Walau demikian, beberapa responden, menilai bahwa dalam penyusunan jadwal pertemuan rutin mereka dapat memberikan usulan namun ada pembatasan oleh pihak perusahaan dan IPB (tokenism).
Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan keikutsertaan dan keterlibatan responden dalam pelaksanaan kegiatan program posdaya. Tahap ini meliputi memiliki peran dalam penyususnan kegiatan, menyumbangkan makanan dan minuman saat pertemuan rutin, serta menyumbangkan uang dan tenaga dalam kegiatan bersama. Selanjutnya responden diberikan lima pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban, dimana pengukuran dari tiap pertanyaan menunjukkan tingkat partisipasi Arnstein (1969). Sebaran tingkat partisipasi dari tahap pelaksanaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 7.
37%
41%
Non-participation Tokenism Citizen Power
22%
Gambar 7 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya Gambar 7 menunjukkan bahwa sebanyak 41 persen responden menilai pada tahap pelaksanaan partisipasi masyarakat berada pada tingkat citizen power. Artinya, masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi pada berbagai kegiatan di tahap pelaksanaan program Green-Posdaya tanpa dibatasi oleh pihak perusahaan, pemerintah desa, maupun pihak IPB. Masyarakat yang hadir diberikan kesempatan oleh pihak-pihak tersebut untuk terlibat langsung dan aktif dalam penyusunan kegiatan, pemberian sumbangan makanan dan minuman, serta pemberian bantuan berupa uang dan tenaga. Walau demikian, sebanyak 37 persen responden menilai bahwa kegiatan pada tahap pelaksanaan lebih didominasi oleh stakeholder lain, sehingga warga tidak dapat aktif dan berpartisipasi dengan baik.
48 Selanjutnya penilaian responden mengenai tingkat partipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan berdasarkan tiap pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut: Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari kepemilikan peran dalam penyusunan kegiatan No. 1. 2. 3.
Tahap Pelaksanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
10 15 7
31.2 46.9 21.9
Total
32
100.0
Pada Tabel 22 diketahui bahwa sebanyak 46.9 persen responden menilai saat penyusunan kegiatan, partisipasi masyarakat berada pada tingkat tokenism. Responden yang hadir memiliki peran dalam penyusunan kegiatan-kegiatan GreenPosdaya, namun dibatasi. Hal tersebut dikarenakan dalam penyusunan kegiatan pihak perusahaan dan IPB lebih memegang peran dan keputusan pun berada di tangan mereka. Sementara itu, sebanyak 31.2 persen responden menilai warga sama sekali tidak memiliki peran dalam penyusunan kegiatan karena semuanya diambil alih oleh pihak perusahaan dan IPB. Selanjutnya, mengenai jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat terkait pemberian sumbangan makanan saat pertemuan rutin, disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai pemberian sumbangan makanan saat pertemuan rutin No. 1. 2. 3.
Tahap Pelaksanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
0 10 22
0.0 31.2 68.8
Total
32
100.0
Tabel 23 menunjukkan bahwa mayoritas responden, yakni sebanyak 68.8 persen menilai dalam memberikan sumbangan makanan pada saat pertemuan rutin, tingkat partisipasi masyarakat adalah citizen power. Semua makanan yang disuguhkan saat pertemuan rutin, disumbangkan dan disiapkan oleh masyarakat tanpa ada campur tangan pihak lain. Hal tersebut disebabkan, menurut beberapa responden pihak perusahaan, pemerintah desa, dan pihak IPB memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada warga untuk menyumbangkan makanan saat pertemuan rutin sesuai kemampuan dan kebutuhan warga sendiri. Hal tersebut sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk Kampung Tegal sebagai berikut: “Ya tiap pertemuan rutin makanan sama minuman itu warga sendiri yang nyiapin neng. Semisal diundang, holcim atau pemerintah desa
49 atau IPB mah tinggal dateng aja jadinya gitu, gak ada yang ngasih atau bawain makanan sama minuman…” (TSY, 41 tahun) Tabel 24 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari pemberian sumbangan minuman saat pertemuan rutin No. 1. 2. 3.
Tahap Pelaksanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
0 10 22
0.0 31.2 68.8
Total
32
100.0
Selain makanan, penilaian responden mengenai partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan juga didukung oleh informasi mengenai pemberian sumbangan minuman saat pertemuan rutin. Mayoritas responden (68.8%) dalam penelitian ini menilai terkait pemberian sumbangan minuman pada saat pertemuan rutin, partisipasi masyarakat berada pada tingkat citizen power (Tabel 24). Sama halnya dengan pemberian sumbangan makanan, responden menilai bahwa pihak perusahaan, pemerintah desa, dan pihak IPB memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada warga untuk menyumbangkan minuman saat pertemuan rutin. Minuman yang disuguhkan tidak ditentukan jumlahnya dan macamnya, hal itu cenderung disesuaikan dengan kemampuan peserta Green-Posdaya sendiri dan kebutuhan saat pertemuan. Sementara itu, sebanyak 31.2 persen responden lainnya menilai bahwa terkait pemberian sumbangan minuman saat pertemuan rutin, masih ada campur tangan atau sebagian besar disumbangkan oleh pemerintah desa (tokenism). Selanjutnya, Tabel 25 menunjukkan jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat yang dilihat dari pemberian bantuan berupa uang. Tabel 25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari pemberian bantuan berupa uang No. 1. 2. 3.
Tahap Pelaksanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
18 10 4
56.3 31.3 12.5
Total
32
100.0
Berdasarkan penilaian responden terkait pemberian bantuan berupa uang, sebanyak 56.3 persen responden menilai bahwa partisipasi masyarakat berada pada tingkat non-participation (Tabel 25). Responden menilai warga tidak ikut serta dalam memberikan bantuan berupa uang. Hal tersebut dikarenakan pihak lain, yakni pihak perusahaan dan pemerintah desa yang bertanggung jawab atau memegang kuasa penuh atas dana yang dibutuhkan dalam Green-Posdaya. Meskipun begitu, terdapat sebanyak 31.3 persen responden yang menilai bahwa
50 warga dapat ikut berpartisipasi memberikan bantuan berupa dana untuk suatu kegiatan, namun tetap mayoritas dana yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan. Selanjutnya, mengenai jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat terkait pemberian bantuan berupa tenaga, disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan program Green-Posdaya yang dinilai dari pemberian bantuan berupa tenaga No. 1. 2. 3.
Tahap Pelaksanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non participation Tokenism Citizen power
0 8 24
0.0 25.0 75.0
Total
32
100.0
Berbeda dengan bantuan berupa dana, pada Tabel 26 diketahui bahwa hampir seluruh responden, yakni sebanyak 75 persen, menilai bahwa terkait bantuan berupa tenaga, partisipasi masyarakat berada pada tingkat citizen power. Masyarakat terlibat langsung dan aktif dalam pemberian bantuan berupa tenaga, tanpa ada pembatasan dari pihak lain. Hal tersebut dikarenakan, baik pihak perusahaan, pemerintah desa, maupun pihak IPB, memberikan tanggung jawab kepada masyarakat untuk saling bergotong royong menjalankan kegiatan-kegiatan Green-Posdaya. Meskipun begitu, tidak jarang pihak-pihak tersebut hadir dan ikut membantu dan bekerja sama dengan masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk Kampung Tegal sebagai berikut: “Sama kaya nyumbang makanan sama minuman sih neng. Pas kegiatan sih biasanya warga semua yang turun tangan langsung neng, soalnya kan tanggung jawab kita bareng-bareng. Tapi kadang-kadang holcim, pemerintah desa, sama IPB suka dateng terus ikut bantu kok…” (YNT, 48 tahun)
Tahap Menikmati Hasil Tahap menikmati hasil merupakan keikutsertaan responden dalam merasakan manfaat dan menikmati hasil dari kegiatan program posdaya. Tahap ini meliputi memanfaatkan sarana dan prasarana, serta memperoleh keuntungan dana atau pemasukan. Selanjutnya responden diberikan tiga pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban, dimana pengukuran dari tiap pertanyaan menunjukkan tingkat partisipasi Arnstein (1969). Sebaran tingkat partisipasi dari tahap menikmati hasil secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 8.
51
34%
Non-participation
53%
Tokenism Citizen Power 13%
Gambar 8 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil program Green-Posdaya Pada Gambar 8 diketahui bahwa sebanyak 53 persen responden menilai warga memiliki kesempatan untuk berpartisipasi pada berbagai kegiatan di tahap menikmati hasil dari dilaksanakannya program Green-Posdaya, tanpa dibatasi oleh pihak lainnya, sehingga dapat dikatakan berada pada tingkat citizen power. Artinya, masyarakat aktif atau dapat memanfaatkan langsung sarana dan prasarana yang ada serta menerima keuntungan atau pemasukan tambahan dari kegiatan-kegiatan di Green-Posdaya. Walau demikian, terdapat 34 persen responden yang menilai bahwa partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil berada pada tingkat nonparticipation. Beberapa responden merasa tidak bisa merasakan langsung manfaat dari dilaksanakannya program Green-Posdaya karena keputusan dan kebermanfaatan seluruhnya dinikmati oleh pihak perusahaan dan pemerintah desa. Selanjutnya penilaian responden mengenai tingkat partipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil berdasarkan tiap pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut: Tabel 27 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil program Green-Posdaya yang dinilai dari pemanfaatan sarana No. 1. 2. 3.
Tahap Menikmati Hasill
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
2 12 18
6.2 37.5 56.3
Total
32
100.0
Tabel 27 menunjukkan bahwa sebanyak 56.3 persen responden menilai dalam memanfaatkan sarana Green-Posdaya, tingkat partisipasi responden adalah citizen power. Warga memegang mayoritas pengambilan keputusan dalam menikmati hasil dari adanya sarana karena tidak ada pembatasan dari pihak lainnya, baik perusahaan, pemerintah desa, maupun IPB, sehingga menjadi tanggung jawab warga seutuhnya. Sarana yang dimaksud, seperti timbangan sampah, mesin jahit,
52 meja, kursi, dan papan tulis. Selanjutnya, mengenai jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat terkait pemanfaatan prasarana, disajikan pada Tabel 28. Tabel 28 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil program Green-Posdaya yang dinilai dari pemanfaatan prasarana No. 1. 2. 3.
Tahap Menikmati Hasil
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
3 11 18
9.4 34.3 56.3
Total
32
100.0
Berdasarkan penilaian responden terkait pemanfaatan prasaran, sebagian besar responden (56.3%) menilai bahwa partisipasi masyarakat berada pada tingkat citizen power (Tabel 28). Sama halnya dengan pemanfaatan sarana, warga tidak dibatasi oleh pihak lainnya, sehingga warga memegang mayoritas pengambilan keputusan terkait menikmati hasil dari adanya prasarana Green-Posdaya. Hal tersebut dikarenakan, baik pihak perusahaan, pemerintah desa, maupun IPB, memberikan tanggung jawab dan kepercayaan untuk menggunakan sekaligus menjaga prasarana yang tersedia di Green-Posdaya. Prasarana tersebut di antaranya, seperti sekretariat Green-Posdaya Melati, ruang kelas PAUD, dan kolam budidaya ikan lele. Selanjutnya, Tabel 29 menunjukkan jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat yang dilihat dari keuntungan dana atau pemasukan tambahan. Tabel 29 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil program Green-Posdaya yang dinilai dari keuntungan dana atau pemasukan tambahan No. 1. 2. 3.
Tahap Menikmati Hasil
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
10 3 19
31.2 9.4 59.4
Total
32
100.0
Penilaian responden mengenai partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil juga didukung oleh informasi mengenai keuntungan dana atau pemasukan tambahan yang diperoleh responden sebagai dampak dijalankannya GreenPosdaya. Sebesar 59.4 persen responden menilai dalam menikmati keuntungan dana atau pemasukan tambahan, partisipasi masyarakat berada pada tingkat citizen power (Tabel 29). Responden dapat merasakan secara langsung keuntungan dana dari dilaksanakannya program Green-Posdaya, tanpa ada campur tangan atau pembatasan dari pihak lain. Hal tersebut dikarenakan menurut beberapa responden, terkait keuntungan dana, pihak perusahaan, pemerintah desa, dan IPB menyerahkan sepenuhnya keputusan dan tanggung jawab kepada warga.
53
“Pemasukan sih ada neng, kaya dari bank sampah misalnya gitu, tapi ya gak banyak. Cuma keuntungan itu bener-bener buat warga lagi sih, gak ada tuh diambil sama holcim atau desa. Paling kadangkadang keuntungan atau pemasukan yang didapet, dipake buat kegiatan warga sih neng…” (RHM, 57 tahun) Walau demikian, tidak sedikit warga yang merasa bahwa dirinya sama sekali tidak menerima pemasukan tambahan dari kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti (non-participation). “Boro-boro neng, saya mah gak pernah ngerasain tuh dapet pemasukan tambahan yang berupa uang gitu ya dari ikut kegiatan posdaya. Ya mungkin gara-gara jarang ikutan juga kali. Tapi kalo misalkan tambahan ilmu mah ya dapet…” (AMN, 35 tahun)
Tahap Evaluasi Tahap evaluasi merupakan keikutsertaan responden dalam mengevaluasi program dan memantau setiap kegiatan posdaya. Tahap ini meliputi menyampaikan kendala yang dihadapi, serta menyampaikan kritik dan saran. Selanjutnya responden diberikan tiga pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban, dimana pengukuran dari tiap pertanyaan menunjukkan tingkat partisipasi Arnstein (1969). Sebaran tingkat partisipasi dari tahap evaluasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 9.
34% 44%
Non-participation Tokenism Citizen Power
22%
Gambar 9 Persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi program Green-Posdaya Gambar 9 menunjukkan bahwa sebanyak 44 persen responden menilai pada tahap evaluasi, partisipasi masyarakat berada pad tingkat citizen power. Artinya, masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi pada berbagai kegiatan di tahap evaluasi program Green-Posdaya, tanpa dibatasi oleh pihak lainnya. Hal ini dikarenakan, masyarakat dapat berpartisipasi langsung dalam menyampaikan kendala yang dihadapi serta kritik dan saran atas program Green-Posdaya. Walau
54 demikian, terdapat 34 persen responden yang menilai bahwa warga tidak bisa berpartisipasi pada tahap evaluasi program dikarenakan semua kendala, kritik, dan saran sepenuhnya disampaikan oleh pihak perusahaan, pemerintah desa, serta IPB. Selanjutnya penilaian responden mengenai tingkat partipasi masyarakat pada tahap evaluasi berdasarkan tiap pertanyaan yang diajukan ialah sebagai berikut: Tabel 30 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi program Green-Posdaya yang dinilai dari penyampaian kendala atau kesulitan yang dihadapi No. 1. 2. 3.
Tahap Evaluasi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
1 11 20
3.1 34.4 62.5
Total
32
100.0
Pada Tabel 30 diketahui bahwa mayoritas responden (62.5%) menilai bahwa saat penyampaian kendala, partisipasi masyarakat berada pada tingkat citizen power. Pihak perusahaan, pemerintah desa, dan pihak IPB, memberikan kesempatan penuh kepada warga untuk menyampaikan kendala yang mereka hadapi selama ini. Hal tersebut dikarenakan, selama berlangsungnya kegiatan, warga merupakan pihak yang menjalankan dan merasakan langsung dampak serta kesulitan-kesulitan apa saja dari adanya kegiatan dan program Green-Posdaya di desa mereka. Sementara itu, sebanyak 34.4 persen responden menilai, warga dapat menyampaikan kendala yang dihadapinya namun pengambilan keputusan tetap berada di tangan perusahaan dan pemerintah desa. Selanjutnya, mengenai jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat terkait penyampaian kritik atas program, disajikan pada Tabel 31. Tabel 31 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi program Green-Posdaya yang dinilai dari penyampaian kritik atas program No. 1. 2. 3.
Tahap Evaluasi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
6 11 15
18.8 34.3 46.9
Total
32
100.0
Berdasarkan penilaian responden terkait penyampaian kritik atas program, sebesar 46.9 persen responden menilai dalam menyampaikan kritik, tingkat partisipasi masyarakat adalah citizen power (Tabel 31). Sama halnya dengan penyampaian kendala, warga diberikan kesempatan penuh untuk menyampaikan kritik atas keseluruhan pelaksanaan program Green-Posdaya oleh pihak lain. Hal tersebut dikarenakan, baik pihak perusahaan, pemerintah desa, maupun IPB, memberikan kepercayaan kepada warga untuk membuat kesimpulan dan keputusan
55 mengenai kritik atas program Green-Posdaya yang mereka jalankan. Walau demikian, terdapat 34.3 persen responden yang menilai bahwa warga dapat menyampaikan kritik namun dibatasi atau pengambilan keputusan tetap berada di tangan perusahaan dan pemerintah desa (tokenism). Selanjutnya, Tabel 32 menunjukkan jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat yang dilihat dari penyampaian saran atas kegiatan, kepengurusan, dan program. Tabel 32 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi program Green-Posdaya yang dinilai dari penyampaian saran atas kegiatan, kepengurusan, dan program No. 1. 2. 3.
Tahap Evaluasi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Non-participation Tokenism Citizen power
5 14 13
15.6 43.8 40.6
Total
32
100.0
Penilaian responden mengenai partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi juga didukung oleh informasi mengenai penyampaian saran atas kegiatan, kepengurusan, dan program. Sebesar 43.8 persen responden menilai saat menyampaikan saran, partisipasi masyarakat berada pada tingkat tokenism (Tabel 32). Sedikit berbeda dengan penyampaian kritik, responden menilai dalam penyampaian saran warga yang hadir dapat menyampaikan masukan atas kegiatan, kepengurusan, serta program Green-Posdaya yang telah mereka jalani, namun terbatas. Hal tersebut disebabkan, pihak perusahaan dan IPB lebih mendominasi dan keputusan pun berada di tangan mereka. Saran-saran ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk keseluruhan program Green-Posdaya Melati ke depannya, agar berjalan lebih baik lagi dari sebelumnya. “Iya neng, beberapa warga ada kok yang ngasih saran buat kemajuan posdaya kedepannya gimana, tapi gak banyak sih, soalnya kan kita sendiri belum begitu ngerti juga kan, jadi ya paling banyakan saran dari IPB sama Holcim…” (NMW, 43 tahun) “Saat evaluasi, baik pemerintah desa maupun warga diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran, namun secara keseluruhan saran lebih banyak diberikan oleh pihak Holcim dan IPB selaku pihak yang saya rasa memang lebih paham terkait penyelenggaraan program yang baik dan benar…” (NNG, Kepala Desa Kembang Kuning)
Ikhtisar Berdasarkan penilaian responden terhadap empat tahapan partisipasi dalam, partisipasi masyarakat pada program Green-Posdaya berada pada tingkat citizen power. Masyarakat dinilai telah terlibat langsung dan diberikan kesempatan penuh
56 untuk mengambil keputusan oleh pihak lainnya di berbagai kesempatan. Selain itu, menurut hasil wawancara diketahui pula bahwa pihak perusahaan, pemerintah desa, dan IPB tidak selalu terlibat bersamaan dalam tiap kegiatan. Hal ini mungkin disebabkan karena kesibukan dan kepentingan masing-masing pihak yang berbedabeda. Akan tetapi, jika lebih dispesifikkan, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat Kampung Tegal pada Green-Posdaya Melati baru berada pada tingkat kemitraan (partnership). Hal ini disebabkan kesempatan (kekuasaan) yang dimiliki masyarakat diberikan melalui negosiasi terlebih dulu antara pihak CSR perusahaan selaku pemegang kekuasaan dan masyarakat, sehingga diperoleh kesepakatan untuk memikul tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu, walau masyarakat memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan, namun masih ada campur tangan dari perusahaan. Seperti halnya dalam pengajuan suatu kegiatan, masyarakat dapat menyampaikan ide serta masukannya kepada pihak perusahaan dan keputusan akhirnya diperoleh dari hasil negosiasi kedua belah pihak. Bagi responden yang sudah biasa berinteraksi dengan pihak perusahaan dan pihak IPB mengaku bahwa mereka dapat dengan bebas memberikan usulan kepada kedua belah pihak, namun usulan tersebut tidak selalu dapat dipenuhi tetapi selalu didengarkan dan dipertimbangkan oleh keduanya. Walau demikian, tidak sedikit masyarakat yang masih merasa tidak dapat berpartisipasi langsung dalam tiap kegiatan Green-Posdaya karena adanya pembatasan atau dominasi, baik dari pihak perusahaan, pemerintah desa, maupun pihak IPB. Masyarakat yang merasa demikian, umumnya disebabkan ketidakatifan mereka dalam kegiatan-kegiatan Green-Posdaya.
HUBUNGAN IMPLEMENTASI CSR PT HOLCIM DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel utama, yakni implementasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk dan tingkat partisipasi masyarakat. Implementasi CSR HIL yang bersifat Good Corporate Citizenship akan diuji untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dengan partisipasi masyarakat yang berada pada tingkat Citizen Power. Hubungan antara implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat diuji menggunakan tabulasi silang yang didukung dengan data hasil uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui seberapa kuat hubungan kedua variabel tersebut. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan koefisien korelasi yang diinterpretasikan. Berikut tabulasi silang antara implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33 Jumlah dan persentase responden menurut tahap implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat Tingkat Partisipasi Masyarakat No.
1. 2. 3.
Tahap Implementasi CSR
Charity Philantrophy Good Corporate Citizenship
Nonparticipation
Tokenism
Citizen Power
Total
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
5 1
62.5 11.1
2 4
25.0 44.4
1 4
12.5 44.4
8 9
100.0 100.0
2
13.3
5
33.3
8
53.3
15
100.0
%
Berdasarkan Tabel 33 diketahui bahwa terdapat hubungan antara implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat. Berdasarkan data tersebut terlihat dalam kolom citizen power pada tingkat partisipasi masyarakat mengalami peningkatan, yaitu 12.5 persen, 44.4 persen, dan 53.3 persen terhadap peningkatan implementasi CSR. Responden yang menilai bahwa CSR HIL bersifat charity, mayoritas (62.5%) memiliki partisipasi yang rendah (non-participation), sedangkan responden yang menilai CSR HIL bersifat philantrophy dan berada pada tingkat non-participation adalah sebesar 11.1 persen. Selanjutnya terdapat persentase yang sama, yakni sebesar 44.4 persen masing-masing pada tingkat partisipasi tokenism dan citizen power. Sementara itu, masyarakat yang menilai CSR HIL bersifat good corporate citizenship memiliki tingkat partisipasi yang sudah mencapai tingkat citizen power, yakni sebesar 53.3 persen. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan tingkat partisipasi lainnya pada tahap implementasi CSR yang sama, dengan masing-masing persentase sebesar 13.3 persen dan 33.3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi implementasi CSR maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara implementasi CSR dengan tingkat partisipasi masyarakat pada program Green-
58 Posdaya PT Holcim Indonesia Tbk. Hal ini ditunjukkan dari nilai signifikasi sebesar 0.033 atau dengan kata lain memiliki signifikasi 3.3 persen dengan selang kepercayaan 96.7 persen. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar kurang dari 0.05 atau 5 persen yang artinya selang kepercayaan sebesar 95 persen. Hasil uji korelasi pada variabel implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat menunjukkan Correlation Coefficient sebesar +0.379, maka diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara kedua variabel (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan penilaian responden terhadap tingkat partisipasi yang tinggi tidak selalu diikuti dengan tahap implementasi CSR. Seperti yang terjadi pada responden RHM yang menilai tingkat partisipasi tinggi, namun memiliki penilaian yang rendah untuk tahap implementasi CSR yang dijalankan oleh CSR PT Holcim Indonesia Tbk. Hal tersebut disebabkan oleh keaktifan RHM dalam Green-Posdaya, namun pemahaman dan informasi yang dimilikinya mengenai CSR HIL sangatlah minim. “Saya sering kok ikut kegiatan dari posdaya, kaya bank sampah, lele, sinom juga, tapi saya mah gak ngerti deh kalo masalah ini (implementasi CSR). Paling ya cuma tau aja kalo ada acara dari holcim atau misal ada orang holcim dateng gitu…” (RHM, 57 tahun) Hal ini juga menunjukkan bahwa tahap implementasi CSR tidak selalu menjadi faktor utama penentu partisipasi masyarakat (hubungan positif yang lemah). Terciptanya partisipasi masyarakat dalam suatu program kemungkinan dipengaruhi pula oleh faktor lainnya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, masyarakat cenderung tidak terlalu memperhatikan dan dekat dengan pihak CSR Holcim, hanya pengurus saja yang akrab dan sering berkomunikasi satu sama lain. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada tingkat pemahaman mengenai pengimplementasian CSR, khususnya program Green-Posdaya yang dijalankan oleh Holcim. Oleh sebab itu, banyak anggota yang aktif berpartisipasi dalam program tanpa memikirkan lebih lanjut mengenai apa itu CSR dan bagaimana pengimplementasiannya. Walau demikian, tidak sedikit dari mereka yang menilai bahwa implementasi CSR Holcim itu tinggi. Selain masyarakat, terdapat pihak-pihak lain yang terlibat dalam GreenPosdaya, seperti pemerintah desa dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, warga menilai bahwa keterlibatan pihak pemerintah desa lebih banyak di awal (tahap perencanaan) dan akhir (tahap evaluasi) program saja. Hal tersebut disebabkan kesibukan atau adanya urusan lain yang harus diselesaikan oleh pemerintah desa, sehingga mereka jarang terlihat dan berpartisipasi dalam kegiatan Green-Posdaya. Selain itu, pihak IPB yang juga merupakan pihak yang terlibat dalam program, dinilai warga tidak banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan Green-Posdaya. Menurut warga IPB lebih sebagai pendamping yang tugasnya memberikan ide maupun saran terkait kegiatan dan melakukan pemantauan yang seringkali dilakukan dari jauh dan pada waktu-waktu yang tidak menentu.
59 “Dari keseluruhan sih, menurut saya paling banyak terlibat posdaya ya warga sini neng. Kalo desa paling pas awal sama akhir seringnya, kalo IPB ya kadang kadang sih dateng terus ikutan tapi ya gak nentu waktunya, kadang juga IPB cuma mantau aja via telpon atau SMS, dan kalo perusahaan sendiri ya emang lebih sering terlibat neng dibanding pemerintah sama IPB ya…” (NMW, 43 tahun)
Ikhtisar Uji korelasi Rank Spearman dan pengolahan data dengan tabulasi silang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu opini implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara opini implementasi CSR dengan tingkat partisipasi masyarakat pada program Green-Posdaya. Nilai signifikasinya adalah 0.033 dengan koefisien korelasi sebesar +0.379. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan dan koefisien korelasinya menunjukkan terdapat hubungan positif meskipun lemah. Penilaian responden terhadap tingkat partisipasi yang tinggi tidak selalu diikuti dengan tahap implementasi CSR. Hal ini menunjukkan bahwa tahap implementasi CSR tidak selalu menjadi faktor utama penentu partisipasi masyarakat. Terciptanya partisipasi masyarakat dalam suatu program kemungkinan dipengaruhi pula oleh faktor lainnya, seperti adanya urusan dan kesibukan lain, keinginan pribadi, kewaspadaan terhadap orang luar, dan lain-lain. Selain itu, banyak anggota yang aktif berpartisipasi dalam program tanpa memikirkan lebih lanjut mengenai apa itu CSR dan bagaimana pengimplementasiannya. Walau demikian, tidak sedikit dari mereka yang menilai bahwa implementasi CSR Holcim itu tinggi. Di samping itu, jika lebih dispesifikkan, berdasarkan hasil uji korelasi SPSS Rank Spearman diketahui bahwa dari empat tahapan partisipasi, hanya pada dua tahapan saja yang dinyatakan terdapat hubungan dengan opini implementasi CSR, yakni pada tahap pelaksanaan dan tahap menikmati hasil. Hal ini juga dapat menjadi penyebab lemahnya hubungan antara variabel yang yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu opini implementasi CSR dan tingkat partisipasi masyarakat.
60
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan opini responden terhadap ketujuh karakteristik tahapan CSR, implementasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk, khususnya pada program Green-Posdaya, termasuk ke dalam tahapan good corporate citizenship. Program Green-Posdaya yang dijalankan oleh HIL dinilai sudah cukup memberdayakan masyarakat dan telah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat secara langsung. Walau demikian, tidak sedikit masyarakat yang masih menganggap bahwa sumbangan yang diberikan, dinilai belum merata dan kurang berkelanjutan. Selain itu, berdasarkan penilaian responden terhadap empat tahapan partisipasi, partisipasi masyarakat pada program Green-Posdaya sudah berada pada tingkat citizen power. Masyarakat dinilai telah terlibat langsung dan diberikan kesempatan penuh untuk mengambil keputusan di berbagai kegiatan Green-Posdaya oleh pihak-pihak lain yang terlibat dalam program tersebut. Di samping itu, menurut hasil wawancara diketahui pula bahwa pihak-pihak lain, seperti perusahaan, pemerintah desa, dan IPB tidak selalu terlibat dalam tiap kegiatan Green-Posdaya. Hal ini mungkin disebabkan karena kesibukan dan kepentingan masing-masing pihak yang berbeda-beda. Hasil uji statistik menunjukkan opini masyarakat mengenai implementasi CSR yang sudah berada pada tahap good corporate citizenship berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat pada program Green-Posdaya. Masyarakat yang memiliki penilaian bahwa implementasi CSR HIL berada pada tahap good corporate citizenship, cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi (citizen power) pada program Green-Posdaya. Meskipun begitu, hal ini tidak berlaku untuk semua responden. Masyarakat yang menilai implementasi CSR HIL masih berada pada tahap charity, memilih untuk tidak berpartisipasi atau tingkat partisipasinya rendah dalam program Green-Posdaya. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini, yakni diduga, opini mengenai implementasi CSR berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat terbukti.
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang bisa dijadikan masukan dan bahan pertimbangan oleh pihak-pihak yang terkait. Saran tersebut antara lain adalah: 1. Selain masyarakat, dalam pengimplementasian program Green-Posdaya terdapat pihak-pihak lain yang terlibat, seperti pemerintah desa dan pemerintah kabupaten. Oleh sebab itu, perlu ada kerjasama yang baik antara pemerintah desa, pemerintah kabupaten, serta pihak CSR perusahaan guna terciptanya kesepahaman antara semua pihak mengenai program Green-Posdaya tersebut. Kerjasama dan kesepahaman tersebut diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dari pemerintah desa dan pemerintah kabupaten dalam berbagai kegiatan pada program, sehingga pada akhirnya memotivasi masyarakat luas untuk turut berpartisipasi pula
62 dalam program Green-Posdaya yang dijalankan PT Holcim pabrik Narogong. 2. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini tergolong baru karena data yang diperoleh menunjukkan hasil yang tinggi pada kedua variabel, dimana sebelumnya belum pernah ada penelitian yang menunjukkan hasil yang tinggi, baik pada variabel implementasi CSR maupun varibael tingkat partisipasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perbandingan secara menyeluruh mengenai program-program CSR yang dijalankan oleh PT Holcim Indonesia Tbk, khusunya pabrik Narogong, untuk mengetahui perbedaan kebijakan dan/atau penerapan dari masing-masing program. Perbandingan tersebut diharapkan pula dapat menunjukkan keunggulan serta kekurangan tiap program, sehingga pada akhirnya diperoleh standar kebijakan dan/atau penerapan program CSR yang tepat dan sesuai. 3. Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan, baik dalam tingkat partisipasi masyarakat maupun opini masyarakat mengenai implementasi CSR. Oleh karenanya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor apa saja yang memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu program CSR. Selain itu, perlu dilakukan penelitian yang melihat sekaligus mengukur implementasi CSR dari beberapa program atau dari beberapa perusahaan berdasarkan kebijakan yang diterapkan masingmasing program atau perusahaan, sehingga diharapkan dapat diketahui dan diperoleh penjelasan secara utuh mengenai pengkategorian tinggisedang-rendah (tahapan) implementasi CSR.
DAFTAR PUSTAKA Ambadar J. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta (ID) : PT Elex Media Komputindo. Anatan L. 2010. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktik di Indonesia. Jurnal Manajemen [Internet]. [Diunduh pada 20 September 2015]. Vol. 8 (2): hal 1-11. Tersedia pada: http://majour.maranatha.edu%2Findex.php%2Fjurnalmanajemen%2Farticle%2Fview%2F220%2Fpdf&usg=AFQjCNEkWOCY XBbwk5z04vzEaMsD_6WB8Q&sig2=tzGLBwVXiki9eOkhNMNKSA&c ad=rja Ariefianto L. 2015. Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Semen Indonesia Tbk dan Dampaknya Terhadap Keberdayaan Masyarakat. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran [Internet]. [Diunduh pada 15 September 2015]. Vol. 4 (2): hal 115–134. Tersedia pada: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/view/1556/1272 Arnstein SR. 1969. A Ladder of Citizen Participation. AIP Journal [Internet]. [Diunduh pada 19 Januari 2016]. Vol 35 (4): 216-224. Tersedia pada: https://www.planning.org/pas/memo/2007/mar/pdf/JAPA35No4.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Perusahaan Industri Besar Sedang Menurut SubSektor (2 digit KBLI), 2000-2014 [Internet]. [Diunduh pada 7 Februari 2016]. Tersedia pada: http://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/896 ________________________ 2015. Indeks Pembangunan Manusia, 2010-2014 (Metode Terbaru) [Internet]. [Diunduh pada 20 Februari 2016]. Tersedia pada: http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1796 Fitriah M. 2011. Opini Publik Tentang Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya [tesis]. [internet]. [Diunduh pada 27 Juli 2016]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52507/2011mfi.pdf ?sequence=1&isAllowed=y Gunawan J. 2010. Perception of Important in Corporate Social Disclosure: Evidance from Indonesia. Social Responsibility Journal [Internet]. [Diunduh pada 21 September 2015]. Vol. 6 (1): hal 62–71. Tesedia pada: http://dx.doi.org/10.1108/17471111011024559 Hasan M I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Irawan EP. 2013. Program Corporate Social Responsibility Berbasis Pemberdayaan Masyararakat. Jurnal (tanpa nama) [Internet]. [Diunduh pada 13 Oktober 2015]. (tidak ada volume). Tersedia pada: http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/pustaka_unpad_program_corporate_social_respo nsibility.pdf Irwanto AK, Prabowo A. 2010. Kajian Evektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) Yayasan Unilever Indonesia. Jurnal Manajemen [Internet]. [Diunduh pada 20 Oktober 2015]. Vol. 1 (1): hal 99–110. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/32583/4jurnal%20p%20kohar.pdf?sequence=1&isAllowed=y
64 Kasali R. 2000. Manajemen Publik Relations. Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta (ID): PT. Pustaka Utama Grafiti Mardikanto T. 2010. Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta (ID): UNS Press. ___________ 2014. Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Korporasi). Bandung (ID): Alfabeta. Marnelly TR. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR) : Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis [Internet]. [Diunduh pada 27 September 2015]. Vol. 2 (2): hal 49–59. Tersedia pada: http://ejournal.unri.ac.id Muljono P, Saharuddin. 2015. Pengembangan Program Green-Posdaya dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat [Internet]. [Diunduh pada 19 Januari 2016]. Vol. 1 (1): hal 1-7. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jagrokreatif/article/download/10157/7911 Mulyadi D, Hersona S, May LD. 2012. Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT.Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya bagi Masyarakat. Jurnal Manajemen [Internet]. [Diunduh pada 13 Oktober 2015]. Vol. 9 (4): hal 900–919. Tersedia pada: http://jurnal.feunsika.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/ANALISISPELAKSANAAN-CORPORATE-SOCIAL-RESPONSIBILITY-CSR.pdf Novianti N. 2010. Strategi Public Relations dalam mempertahankan eksistensi corporate image melalui opini publik (Studi kasus PT Indocement Tunggal Pralarsa Tbk.) [skripsi]. [internet]. [Diunduh pada 27 Juli 2016]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27293/I10nno.pdf? sequence=12 Nurjanah, Salam NE, Azwa R. 2013. Pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Membangun Citra Perusahaan. Jurnal Ilmu Komunikasi [Internet]. [Diunduh pada 20 Oktober 2015]. Vol. 2 (2): hal 1–82. Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=291445&val=2292&t itle=PENGELOLAAN%20CORPORATE%20SOCIAL%20RESPONSIBI LITY%20%28CSR%29%20DALAM%20MEMBANGUN%20CITRA%2 0PERUSAHAAN [PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Park C. 2011. Exploring a Flawed Paradigm. [internet]. [Diunduh pada 30 Mei 2016]. Tersedia pada: bit.ly/vb81GS Partini. 2013. CSR dan Pemberdayaan Masyarakat (Studi Implementasi CSRPTBA di Muara Enim, Sumatera Selatan). Jurnal Manusia dan Lingkungan [Internet]. [Diunduh pada 13 Oktober 2015]. Vol. 20 (1): hal 84-99. Tersedia pada: http://pslh.ugm.ac.id/id/wp-content/uploads/20.1-8.-CSRPartini.pdf Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Pedesaan. Jurnal Sodality [Internet].
65 [Diunduh pada 15 September 2015]. Vol. 5 (1): hal 51-70. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47386 Saidi Z, dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan. Jakarta (ID): Piramedia. Semesta MRW. 2014. Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal [skripsi]. [internet]. [Diunduh pada 12 Februari 2016]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74123/I14mrw.pdf? sequence=1&isAllowed=y Singarimbun M dan Effendi S. 2012. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. Soemanto B. 2007. Sustainable Corporation: Implikasi Hubungan Harmonis Perusahaan dan Masyarakat. Gresik (ID): PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Soemirat dan Ardianto. 2003. Dasar-dasar Public Relations. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya Suciari G. 2013. Analisis Implementasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Partisipasi Stakeholder di Desa Cicadas, Kabupaten Bogor [skripsi]. [internet]. [Diunduh pada 12 Februari 2016]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/66041/I13gsu.pdf?s equence=1&isAllowed=y Supriadinata W. 2013. Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Perusahaan. Studi Kasus PT. PERTAMINA (Persero) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende. Calypra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya [Internet]. [Diunduh pada 25 September 2015]. Vol. 2 (1). Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119337&val=5455 Thatcher A. 2014. Theoretical Definitions and Models of Sustainable Development that Apply to Human Factors and Ergonomics [Internet]. [Diunduh pada 30 Mei 2016]. Tersedia pada: http://proceedings.dtu.dk/fedora/repository/dtu:2471/OBJ/x152.747752.pdf [UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Uphoff NT, Cohen JM, dan Goldsmith AA. 1977. Rural Development Committee: Feasibility and Application of Rural Development Participation: A. Stateof-the-Arth Paper. New York (US): Cornell University. Wahyuningrum Y, Noor I, Wachid A. 2014. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Penigkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan). Jurnal Administrasi Publik [Internet]. [Diunduh pada 20 Oktober 2015]. Vol. 1 (5): hal 109–115. Tersedia pada: http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view /340
66
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Desa Kembang Kuning
Lokasi penelitian : Green-Posdaya Melati Kampung Tegal (Dusun III)
Legenda : : PT Holcim Indonesia Tbk (pabrik Narogong) : Kantor Kecamatan Klapanunggal : Satelit Palapa (PT Telkom) : Rawa Jejed : Polsek Klapanunggal : Kantor Desa Kembang Kuning : Jl. Raya Narogong (Jalan Utama)
68 Lampiran 2 Hasil uji validitas dan reliabilitas Validitas Uji validitas dilakukan pada 23 pertanyaan, di luar pertanyaan mengenai karakteristik responden. Sampel yang diuji adalah 10 orang (n=10) dengan α = 5%. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Pertanyaan Motivasi Misi Pengelolaan Pengorganisasian Penerima Manfaat Kontribusi Inspirasi Tahap Perencanaan A Tahap Perencanaan B Tahap Perencanaan C Tahap Perencanaan D Tahap Perencanaan E Tahap Pelaksanaan A Tahap Pelaksanaan B Tahap Pelaksanaan C Tahap Pelaksanaan D Tahap Pelaksanaan E Tahap Menikmati Hasil A Tahap Menikmati Hasil B Tahap Menikmati Hasil C Tahap Evaluasi A Tahap Evaluasi B Tahap Evaluasi C
r hitung .169 .939 .767 -.224 .734 .368 .939 .155 .767 . . .876 .691 -.116 -.116 -.810 .039 .733 .733 .884 .718 .906 .599
r tabel 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707
Berdasarkan hasil uji validitas pertanyaan yang dinyatakan valid adalah pertanyaan yang nilai r hitung > r tabel, yakni pertanyaan nomor 2, 3, 5, 7, 9, 12, 18, 19, 20, 21, dan 22 (11 pertanyaan). Pada pertanyaan nomor 10 dan 11 tidak diketahui nilai r hitungnya karena kesepuluh sampel memberikan jawaban yang konsisten. Terakhir, pada pertanyaan nomor 1, 4, 6, 8, 13, 14, 15, 16, 17, dan 23 (10 pertanyaan) menunjukkan bahwa nilai r hitung < r tabel, sehingga pertanyaan dinyatakan tidak valid. Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha .799
23
69 Lampiran 3 Panduan wawancara mendalam PANDUAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN-POSDAYA Informan : Staf Departemen Community Relation PT Holcim Indonesia Tbk Hari, tanggal Lokasi wawancara Nama Jabatan
: : : :
I. PERTANYAAN UMUM 1. Bagaimana sejarah dan latar belakang perusahaan memulai pelaksanaan CSR? Sejak kapan CSR mulai diselenggarakan? 2. Bagaimana kebijakan perusahaan terhadap CSR? Siapa yang merumuskan? 3. Apa definisi CSR menurut perusahaan? 4. Siapa sasaran utama dan penerima manfaat dari pelaksanaan CSR perusahaan? 5. Apa yang mendasari (inspirasi) atau motivasi perusahaan melaksankan CSR? 6. Bagaimana pengelolaan dan pengorganisasian yang dipilih perusahaan dalam melaksanakan CSR? 7. Apa bentuk, jenis, dan program CSR yang selama ini dilaksankan perusahaan? 8. Apa program CSR yang dilaksanakan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya? 9. Apa masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan CSR? Sampai sejauh mana? 10. Seberapa penting peran masyarakat dan pihak-pihak tersebut dalam pelaksanaan CSR? 11. Apa dampak yang dirasakan perusahaan setelah melaksanakan CSR? 12. Apa kendala yang dihadapi perusahaan dalam pelaksanaan CSR? 13. Bagaimana cara perusahaan mengevaluasi dan menilai keberhasilan program CSR yang dilaksanakan? II. PERTANYAAN KHUSUS 1. Apa yang mendasari dibuatnya program Green-Posdaya? 2. Siapa yang menginisiasi program Green-Posdaya? 3. Bagaimana tahapan perencanaan dalam pembuatan program ini? Sejak kapan atau sudah berapa lama? 4. Desa mana saja yang merupakan binaan perusahaan dan menimplementasikan program Green-Posdaya? Mengapa? 5. Siapa saja stakeholder yang terkait dalam program Green-Posdaya? Mengapa?
70 6. Bagaimana cara menjalin kerja sama dengan para stakeholder dalam program Green-Posdaya? 7. Sejauh mana keterlibatan dan keikutsertaan stakeholder dalam program ini? 8. Apa peran dan bagaimana kontribusi masing-masing stakeholder dalam program ini? 9. Apakah setiap stakeholder telah menjalankan perannya dengan baik? 10. Apa manfaat yang diterima oleh masing-masing stakeholder dalam program ini? 11. Bagaimana mekanisme implementasi program Green-Posdaya? 12. Bagaimana perekrutan para pengurus dalam program Green-Posdaya? 13. Apa ada persiapan khusus bagi para pengurus program Green-Posdaya? 14. Apa yang dilakukan perusahaan untuk mensosialisasikan program GreenPosdaya? 15. Bagaimana tingkat partisipasi dan antusias masyarakat dalam program Green-Posdaya? Adakah data-data yang menunjang hal tersebut? 16. Sejauh ini, apa dampak yang diterima masyarakat dan desa sekitar dari implementasi program Green-Posdaya? 17. Apa masalah yang dihadapi atau dikendala yang dirasakan pada saat penyelenggaraan program Green-Posdaya? 18. Bagaimana cara menyelesaikan masalah atau kendala tersebut? 19. Apa harapan perusahaan terhadap program Green-Posdaya?
71 PANDUAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN-POSDAYA Informan : Peserta Green-Posdaya Hari, tanggal Lokasi wawancara Nama Jabatan
: : : :
1. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bergabung dalam program CSR PT Holcim Indonesia Tbk, khususnya Green-Posdaya? 2. Bagaimana awal mulanya anda mengetahui akan keberadaan program CSR ini? 3. Bagaimana anda turut serta dalam program Green-Posdaya? Inisiatif sendiri, diajak, karena memiliki pengalaman atau lainnya? Sejak kapan anda bergabung? 4. Menurut anda, bagaimana program Green-Posdaya sejak anda bergabung? 5. Sejauh ini, apa dampak yang diterima masyarakat sekitar dari implementasi program Green-Posdaya? 6. Berapa banyak masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam program GreenPosdaya? 7. Apa PT Holcim Indonesia Tbk melakukan survai sebelum mengimplementasikan program Green-Posdaya? Bagaimana prosesnya? 8. Bagaimana peran serta PT Holcim Indonesia Tbk dalam implementasi program Green-Posdaya? 9. Adakah pihak lain yang terlibat dan/atau bekerja sama dalam implementasi program Green-Posdaya? 10. Apa peran dan bagaimana kontribusi masing-masing pihak dalam program ini? 11. Apakah setiap pihak yang terlibat telah menjalankan perannya dengan baik? 12. Apa manfaat yang diterima oleh masing-masing pihak dalam program ini? 13. Adakah masalah yang dihadapi atau kendala yang dirasakan selama menjalankan program Green-Posdaya? 14. Bagaimana cara menyelesaikan masalah atau kendala tersebut? 15. Apa saran dan harapan anda, yang seharusnya dilakukan PT Holcim Indonesia Tbk dalam implementasi program Green-Posdaya?
72 PANDUAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GREEN-POSDAYA Informan : Pemerintah desa/ kelurahan Hari, tanggal Lokasi wawancara Nama Jabatan
: : : :
1. Bagaimana latar belakang terbentuknya program Green-Posdaya? 2. Bagaimana tahapan perencanaan dalam pembuatan program ini? Sejak kapan atau sudah berapa lama? 3. Bagaimana peran serta PT Holcim Indonesia Tbk dalam implementasi program Green-Posdaya? 4. Adakah pihak lain yang terlibat dan/atau bekerja sama dalam implementasi program Green-Posdaya? 5. Apa peran dan bagaimana kontribusi masing-masing pihak dalam program ini? 6. Apakah setiap pihak yang terlibat telah menjalankan perannya dengan baik? 7. Apa manfaat yang diterima oleh masing-masing pihak dalam program ini? 8. Menurut anda, bagaimana program Green-Posdaya sejak pertama kali dibentuk? 9. Sejauh ini, apa dampak yang diterima desa dari implementasi program GreenPosdaya? 10. Adakah masalah yand dihadapi atau kendala yang dirasakan selama dijalankannya program Green-Posdaya? 11. Bagaimana cara menyelesaikan masalah atau kendala tersebut? 12. Apa saran yang seharusnya dilakukan PT Holcim Indonesia Tbk dalam implementasi program Green-Posdaya? 13. Apa harapan anda dari program Green-Posdaya?
73
Lampiran 4 Jadwal pelaksanaan penelitian 2016
Kegiatan
Jan 3
Penyusunan proposal penelitian Kolokium Perbaikan proposal Uji validitas & reliabilitas Pengambilan data lapang Pengolahan data dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji substansi Sidang skripsi Perbaikan skripsi
4
Februari 1
2
3
Maret 4
1
2
3
April 4
1
2
3
Mei 4
1
2
3
Juni 4
1
2
3
Juli 4
1
2
3
Agu 4
1
2
74
Lampiran 5 Daftar responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Nama NMW ASL IMS EKR AMN STW AHS DRS UMM OMS RMN MID KNH RHM OKM TIB PDS SRY SMY MLD TSY RNA SRY YNT OJJ ENN ENH NHM EMM ADD HMH LMN
Usia 43 tahun 46 tahun 41 tahun 30 tahun 35 tahun 40 tahun 41 tahun 60 tahun 65 tahun 68 tahun 54 tahun 38 tahun 41 tahun 57 tahun 61 tahun 20 tahun 20 tahun 49 tahun 33 tahun 36 tahun 41 tahun 39 tahun 50 tahun 48 tahun 50 tahun 49 tahun 63 tahun 45 tahun 36 tahun 38 tahun 58 tahun 40 tahun
Alamat RT 20 RT 21 RT 22 RT 21 RT 24 RT 20 RT 20 RT 22 RT 22 RT 22 RT 22 RT 19 RT 24 RT 20 RT 22 RT 20 RT 22 RT 20 RT 21 RT 24 RT 20 RT 20 RT 23 RT 23 RT 20 RT 19 RT 19 RT 21 RT 20 RT 21 RT 19 RT 19
75 Lampiran 6 Hasil uji korelasi dan tabulasi silang SPSS
Correlations
CSR
Partisipasi
CSR
Masyarakat
1.000
.379*
.
.033
32
32
Correlation Coefficient
.379*
1.000
Sig. (2-tailed)
.033
.
32
32
Correlation Coefficient Implementasi
Implementasi
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Partisipasi Masyarakat
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
TAHAP IMPLEMENTASI * TINGKAT PARTISIPASI Crosstabulation TINGKAT PARTISIPASI
Total
MASYARAKAT "RENDAH" "SEDANG" "TINGGI" Count "RENDAH"
% within
5
2
62.5%
25.0%
1
4
11.1%
44.4%
2
5
13.3%
33.3%
8
11
25.0%
34.4%
1
8
12.5% 100.0%
TINGKAT IMPLEMENTASI Count
4
9
TAHAP IMPLEMENTASI
"SEDANG"
% within
44.4% 100.0%
TINGKAT
CSR
IMPLEMENTASI Count "TINGGI"
% within
8
15
53.3% 100.0%
TINGKAT IMPLEMENTASI Count Total
% within TINGKAT IMPLEMENTASI
13
32
40.6% 100.0%
76 Lampiran 7 Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal
32 Parametersa,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 5.37893793
Absolute
.093
Positive
.093
Negative
-.084
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
.093 .200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Dari tabel di atas, diketahui nilai signifikansi adalah 0.200, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 5% atau 0.05, sehingga dapat disimpulkan data yang diuji terdistribusi normal.
77
Lampiran 8 Dokumentasi
Foto 1 Wawancara dengan responden
Foto 2 Wawancara dengan responden
Foto 3 Wawancara dengan responden
Foto 4 Wawancara dengan responden
Foto 5 Kantor Desa Kembang Kuning
Foto 6 PAUD Green-Posdaya Melati
Foto 7 Kolam Budidaya Ikan Lele
Foto 8 Contoh Produk Green-Posdaya
78
Lampiran 9 Tulisan tematik Tahapan Implementasi CSR Tahapan implementasi CSR merupakan penilaian masyarakat mengenai cara perusahaan dalam menjalankan suatu program CSR yang dilihat dari tujuh karakteristik tahapan kedermawanan sosial perusahaan, di antaranya motivasi, misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi, dan inspirasi. Hasil survai dan wawancara dengan responden maupun informan menunjukkan bahwa pengimplementasian program Green-Podaya yang dijalankan oleh CSR PT Holcim Indonesia Tbk pabrik Narogong telah berada pada tahap good corporate citizenship. Keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan masyarakat (termasuk kegiatan yang di luar program Green-Posdaya) merupakan salah satu faktor yang mendorong masyarakat Kampung Tegal, Desa Kembang Kuning untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Green-Posdaya Melati. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh responden sebagai berikut: Dari awal dibentuk sih Holcim udah nunjukkin niat yang baik neng buat deket sama warga sama buat terlibat di kegiatan kampung sini. Warga istilahnya kepancing juga gitu buat ikutan posdaya, biar nambah kesibukan juga kan, soalnya ibu-ibu disini mah banyakan ibu rumah tangga neng, jadi ya hampir selalu di rumah dan kerjanya cuma gitu gitu aja kan, jadi ya lebih punya waktu lah buat ikutan posdaya. (NMW, 43 tahun) Ya kalo menurut saya mah, tujuan Holcim bikin posdaya, biar bisa ikut dan ngasih bantuan ke warga sini, neng. Holcim juga sering dateng di acara yang di luar posdaya, kaya kerja bakti mingguan sama karnaval anak-anak, makanya saya jadi tertarik juga buat ikut posdaya, kan jadi timbal balik gitu. (AHS, 41 tahun) Selain karena keterlibatan, beberapa warga menilai bahwa program GreenPosdaya yang dijalankan oleh Holcim sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan warga serta bersifat berkelanjutan (rutin), sehingga warga memilih untuk berpartisipasi dalam Green-Posdaya. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh responden dan informan sebagai berikut: Kalo kata saya, mereka (orang-orang Holcim) itu baik dan program sama kegiatan yang diadain disini juga sesuai sama kemampuan dan kebutuhan warga dan itu termasuk rutin menurut saya, jadi ya respon saya positif lah sama mereka, kalo lagi gak ada acara lain saya pasti dateng (ke kegiatan posdaya) neng. (YNT, 48 tahun) Dari yang saya lihat sih, dari pertama orang Holcim ke sini, mereka punya niat yang baik dan program yang dibuat juga bagus. Buktinya sampe sekarang masih lanjut dan tetep rajin ke sini, ikut kegiatan, bantu warga. (AGS, staf Desa Kembang Kuning) Green-Posdaya Berdasarkan penuturan dari Kepala Desa Kembang Kuning, diketahui bahwa Green-Posdaya didirikan sejak tahun 2013 di tiga kampung yang ada di desa tersebut. Tiap kampung terdapat satu Green-Posdaya, namun yang masih aktif dan bertahan hingga saat ini hanya di satu kampung saja, yakni Kampung Tegal dengan Green-Posdaya yang bernama Melati. Hal ini disebabkan keaktifan dan keterbukaan warga Kampung Tegal dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh
79
Holcim. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kepala Desa Kembang Kuning sebagai berikut: Pertama kali berdiri (Green-Posdaya) itu tahun 2013 neng. Didiriin di semua dusun (kampung) di desa sini, masing-masing dusun satu posdaya, jadi ya di desa sini totalnya ada tiga posdaya. Tapi sampai sekarang cuma yang di Dusun 3 atau di Kampung Tegal aja yang masih aktif, yang lainnya udah pada gak jalan, soalnya pada males, pada punya kesibukan masing-masing dan kalo menurut mereka mah mendingan kerja, dapet uang daripada ikut gituan (posdaya). (NNG, Kepala Desa Kembang Kuning) Kondisi penduduk Kampung Tegal yang mayoritas adalah perempuan dan berstatus ibu rumah tangga, menyebabkan mayoritas warga yang terlibat dalam Green-Posdaya sebagian besar adalah perempuan. Hal tersebut diutarakan oleh responden dan informan sebagai berikut: Yang gabung posdaya mah banyakan perempuan, soalnya yang laki kan pada kerja di luar jadi ya rada susah juga mau ikutan. Paling kalo ada kegiatan pas hari Sabtu atau Minggu baru tuh banyak bapak-bapak yang ikut, soalnya libur kan. (TR, staf comrel) Dari awal dibentuk sih Holcim udah nunjukkin niat yang baik neng buat deket sama warga sama buat terlibat di kegiatan kampung sini. Warga istilahnya kepancing juga gitu buat ikutan posdaya, biar nambah kesibukan juga kan, soalnya ibu-ibu disini mah banyakan ibu rumah tangga neng, jadi ya hampir selalu di rumah dan kerjanya cuma gitu gitu aja kan, jadi ya lebih punya waktu lah buat ikutan posdaya. (NMW, 43 tahun) Stakeholders Berdasarkan penuturan dari salah seorang staf divisi community relation (comrel) yang bertugas untuk melakukan pendampingan kepada warga Kampung Tegal, Desa Kembang Kuning, terdapat sedikitnya empat pihak yang terlibat dalam jalannya Green-Posdaya, yakni pemerintah desa, IPB, dan warga serta perusahaan sendiri. Keempat pihak tersebut memiliki tugas dan bagiannya masing-masing, namun tidak melulu seperti itu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan staf comrel sebagai berikut: Ya pada dasarnya ada empat stakeholders terkait Green-Posdaya ini, mulai dari warga, pemerintah desa, IPB, dan Holcim sendiri. Dari tiap stakeholders itu sebenernya ada tugas dan bagiannya masing-masing, tapi ya itu fleksibel sih, gak harus terus-terusan begitu. (TR, staf comrel) Pernyataan tersebut pun didukung oleh penuturan responden dan informan sebagai berikut: Dari keseluruhan sih, menurut saya paling banyak terlibat posdaya ya warga sini neng. Kalo desa paling pas awal sama akhir seringnya, kalo IPB ya kadang kadang sih dateng terus ikutan tapi ya gak nentu waktunya, kadang juga IPB cuma mantau aja via telpon atau SMS, dan kalo perusahaan sendiri ya emang lebih sering terlibat neng dibanding pemerintah sama IPB ya. (TSY, 41 tahun) Kalo sepengetahuan saya, pihak yang terlibat di posdaya itu ya perusahaan, IPB, warga, sama kami (pemerintah desa). Karena emang dari pertama kali cuma mereka doang yang sering dateng dan paling kelihatan pas ada acara posdaya. (AGS, staf Desa Kembang Kuning)
80
Tingkat Partisipasi Stakeholders Tingkat partisipasi stakeholders merupakan penilaian masyarakat mengenai partisipasi seluruh pihak yang terlibat dalam program dan kegiatan Green-Posdaya yang didasarkan pada empat tahapan partisipasi, mulai dari tahap perencanaa, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Selanjutnya, dari keempat tahapan tersebut digolongkan kembali menjadi tiga tingkatan partisipasi, yakni nonparticipation, tokenism, dan citizen power. Hasil survai dan wawancara dengan responden maupun informan menunjukkan bahwa partisipasi stakeholders dalam program Green-Podaya yang dijalankan oleh CSR PT Holcim Indonesia Tbk pabrik Narogong telah berada pada tingkat citizen power. Sebagian besar warga Kampung Tegal, Desa Kembang Kuning menilai bahwa di hampir semua kegiatan Green-Posdaya pengambilan keputusan dan pengelolaan sepenuhnya berada di tangan warga. Hal tersebut disebabkan pihakpihak lain yang terlibat dalam Green-Posdaya telah menyerahkan dan mempercayakannya kepada warga. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh responden sebagai berikut: Dari keseluruhan sih, menurut saya paling banyak terlibat posdaya ya warga sini neng. Kalo desa paling pas awal sama akhir seringnya, kalo IPB ya kadang kadang sih dateng terus ikutan tapi ya gak nentu waktunya, kadang juga IPB cuma mantau aja via telpon atau SMS, dan kalo perusahaan sendiri ya emang lebih sering terlibat neng dibanding pemerintah sama IPB ya. (NMW, 43 tahun) Kalo buat ngajak warga lainnya (untuk gabung di posdaya) mah itu tanggung jawab kita-kita (warga). Dari Holcim, IPB, sama desa nyerahin semuanya ke warga, jadi ya bebas aja gitu mau ngajak siapa dan berapa orang. Gak ada syaratnya juga kok buat siapa-siapanya yang diajak. (AMN, 35 tahun) Ya tiap pertemuan rutin makanan sama minuman itu warga sendiri yang nyiapin neng. Semisal diundang, Holcim atau pemerintah desa atau IPB mah tinggal dateng aja jadinya gitu, gak ada yang ngasih atau bawain makanan sama minuman. Paling ya kadang-kadang kalo pas lagi acara gede tuh baru Holcim sama desa nyumbang makanan atau minuman dan itu biasanya juga kalo warga duluan yang ngajuin (minta bantuan makanan atau minuman) ke mereka. (TSY, 41 tahun) Sama kaya nyumbang makanan sama minuman sih neng. Pas kegiatan sih biasanya warga semua yang turun tangan langsung neng (nyumbang tenaga), soalnya kan tanggung jawab kita bareng-bareng. Tapi kadang-kadang Holcim, pemerintah desa, sama IPB suka dateng terus ikut bantu kok. (YNT, 48 tahun) Pemasukan sih ada neng, kaya dari bank sampah misal, tapi ya gak banyak. Cuma keuntungan itu bener-bener buat warga lagi sih, gak ada tuh diambil sama Holcim atau desa. Paling kadang-kadang keuntungan atau pemasukan yang didapet, dipake buat kegiatan warga aja gitu neng, kaya buat beli barang kebutuhan posdaya misal. (RHM, 57 tahun) Walau demikian, terdapat beberapa responden yang menilai bahwa keikutsertaannya di beberapa kegiatan Green-Posdaya masih dibatasi atau ada campur tangan dari pihak lain yang terlibat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan beberapa responden dan informan sebagai berikut: Pas awal dibentuk iya tuh neng ada diskusi gitu bahas masalah-masalah warga sama masalah kampung sini. Ya warga sih bisa ngasih pendapat, tapi
81
banyakan mah disampein orang desa sama orang holcimnya, terus keputusan akhirnya juga mereka deh yang nentuin. (AHS, 41 tahun) Iya neng, beberapa warga ada kok yang ngasih saran buat kemajuan posdaya kedepannya gimana, tapi gak banyak sih, soalnya kan kita sendiri belum begitu ngerti juga kan, jadi ya paling banyakan saran dari IPB sama Holcim. (NMW, 43 tahun) Pernyataan tersebut pun didukung oleh penuturan beberapa informan sebagai berikut: Saat evaluasi, baik pemerintah desa maupun warga diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran, namun secara keseluruhan saran lebih banyak diberikan oleh pihak Holcim dan IPB selaku pihak yang saya rasa memang lebih paham terkait penyelenggaraan program yang baik dan benar. (NNG, Kepala Desa Kembang Kuning)
82
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Almira Devina Wahyu Putri dilahirkan di Bekasi pada tanggal 13 Januari 1995. Penulis merupakan putri pertama dari pasangan Wahyu Samio Widodo dan Keri Setyawati. Sebelum diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis menjalani pendidikan formal di SDN Jatiasih 8 pada tahun 2001-2006, lalu SMP HUTAMA tahun 2006-2009, dan SMA Negeri 5 Bekasi pada tahun 2009-2012. Pada Juli 2012, penulis terdaftar di IPB sebagai mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur ujian tulis. Penulis aktif mengikuti organisasi semenjak duduk di bangku SMA dan pada masa perkuliahan penulis aktif sebagai staf biro Relasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEMA IPB periode 2013-2014 serta sekretaris divisi Pengabdian Masyarakat Paguyuban Beaswan Karya Salemba Empat (KSE) IPB pada periode yang sama. Lalu pada periode selanjutnya, yakni 2014-2015, penulis aktif sebagai sekretaris biro Internal BEM FEMA IPB dan kepala divisi Pengabdian Masyarakat Paguyuban Beaswan KSE IPB serta berkesempatan untuk mengikuti pelatihan softskill Beasiswa Indofood Sukses Makmur batch 7, hasil kerjasama antara PT Indofood dengan Yayasan KSE. Selain itu, penulis memiliki pengalaman kerja sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis tahun ajaran 2016.
84