GEMA REDAKSI
Perkuatan Posdaya melalui Ekonomi Biru Para pembaca yang budiman,
P
ERINGATAN Ulang Tahun Yayasan Damandiri yang dimulai dengan konsolidasi, seperti halnya pendiriannya semula, pada awal Oktober 2013, telah berlangsung dengan khidmat dan penuh gairah pada tanggal 16 Januari 2014 yang lalu. Tanggal 15 Januari sebagai hari pertama di tahun ke 18 ditandai dengan Konvensi yang diisi dengan beberapa acara konsolidasi yang disatupadukan secara padat. Yang pertama adalah konsolidasi komitmen yang ditandai dengan pemberian penghargaan kepada pimpinan pemerintah daerah, rektor dan LPPM perguruan tinggi, penandatanganan MoU dengan kalangan perbankan, kesepakatan dengan organisasi masyarakat serta penghargaan kepada 18 Posdaya terbaik dari seluruh Indonesia. Konvensi yang meriah itu dilanjutkan dengan Rapat Kerja bersama para LPPM Perguruan Tinggi dari seluruh Indonesia untuk menegaskan sekali lagi tujuan pengembangan Posdaya dan usaha perkuatan di tahun 2014 yang didasari dengan tema yang jelas Perkuatan Posdaya melalui Ekonomi Biru. Seperti diketahui Ekonomi Biru, menurut falsafah yang memberikan istilahnya, Prof Dr Gunter Poli, adalah pengembangan ekonomi tanpa meninggalkan limbah dengan memberikan kepada masyarakat pengembangan kesehatan yang prima, pendidikan yang memungkinkan peningkatan tidak saja kepandaian tetapi juga ketrampilan untuk mengolah sumber daya lokal dan penggunaan kearifan lokal serta perhatian yang sangat tinggi terhadap kelestarian dan pemanfaatan lingkungan. Ekonomi Biru adalah promis pengembangan kemampuan ekonomi hampir tanpa kepandaian dan modal kecuali kemampuan inovatif untuk mengembangan sumber daya lokal dengan kemampuan dan kearifan lokal tanpa meninggalkan limbah tersebut. Dalam proses itulah Yayasan Damandiri akan terus menggulirkan perluasan jangkauan dengan pembentukan Posdaya yang baru, pemberdayaan Posdaya yang ada dengan perkuatan fungsi-fungsi utamanya serta memberikan
kesempatan pelembagaan dan pembudayaan dengan mempercayakan kegiatan dan tujuan pelatihan, studi banding dan semacamnya kepada Posdaya yang sudah maju. Dalam tahun 2014 itu perkuatan Posdaya Dalam bidang Kesehatan akan diisi dengan intensifikasi dalam mencegah kematian Ibu hamil, kesehatan lingkungan serta intensifikasi program KB. Dalam bidang Pendidikan akan diantar keputusan pemerintah untuk mengembangkan PAUD di setiap desa di Indonesia serta ditingkatkan kursus-kursus ketrampilan untuk mengolah sumber daya lokal dengan memanfaatkan kearifan dan tenaga ahli yang tersebar di semua desa dan kecamatan setempat. Pada bidang ekonomi akan ditingkatkan pelatihan, inisiasi dan kalau perlu jaringan permodalan kepada Posdaya yang sudah siap. Perkuatan ekonomi diisi dengan peluncuran Tabungan dan Kredit Tabur Puja dengan menyediakan dana pancingan duakali lipat dibandingkan penyediaan pada tahun 2013 sebanyak Rp 100 milyar menjadi Rp 200 milyar dan kalau perlu ditambah lebih banyak lagi. Penyediaan dana itu dimaksud sebagai pancingan dana yang bisa disediakan fihak ketiga, termasuk dana bank, yang diharapkan akan bisa dikucurkan karena pengalaman di tahun 2013 ternyata berjalan lancar, tidak merugikan bank dan menguntungkan keluarga miskin yang berubah menjadi pengusaha baru dan bebas dari lembah kemiskinan. Semoga tahun 2014 membawa berkah kepada keluarga pra sejahtera dan seluruh rakyat Indonesia.
Rapat kerja bersama para LPPM perguruan tinggi dari seluruh Indonesia untuk menegaskan sekali lagi tujuan pengembangan Posdaya dan usaha perkuatan di tahun 2014. [FOTO: DOK GEMARI]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Drs. Dadi Parmadi, MA Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Hari Setyowanto Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
42
Perkuatan Posdaya Ujung Tombak Kemandirian Tiga puluh ribu Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh Indonesia dikuatkan sebagai ujung tombak pemberdayaan untuk membangun keluarga di pedesaan, utamanya untuk mengentaskan kemiskinan.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
CERITA SAMPUL
45
Drs H Haryadi Suyuti Posdaya dan Segoro Amarto Entaskan Kemiskinan Kota Yogyakarta Sosoknya bersahaja, sumeh dan mudah bergaul dengan berbagai kalangan. Jiwanya begitu merakyat, sehingga tak sulit menemuinya di lapangan. Meski tidak segebyar Jokowi, tapi kebiasaan blusukannya sudah dimuali sejak belum menjadi pejabat pemerintah. Kebiasaan nyambangi dan silahturahmi dengan masyarakat tersebut semakin intens dilakukan sejak menjadi wakil walikota Yogyakarta di era Walikota Herry Zudianto. Sejak dilantik sebagai walikota, program silaturahmi dengan rakyatnya ini pun kini kian intens. “Di Yogyakarta kita mengenal Segoro Amarto sebagai sebuah gerakan masyarakat untuk bersama-sama bergotong royong membangun – semangat agawe majune Yogyakarta. Segoro Amarto ini sangat bermanfaat dipadukan dengan gerakan Pos Pemberdayaan Keluarga yang oleh Prof Haryono Suyono dinamakan dengan Posdaya,” kata Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyudi.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
PENDIDIKAN
50
LAPORAN DAERAH
PWRI Ciptakan Media Harmonisasi Tiga generasi
Universitas Trilogi Lepas 220 Wisudawan Perdana Lulus setelah menempuh pendidikan, berbagai tugas akademik dan ujian di perguruan tinggi merupakan peristiwa yang dinantikan setiap mahasiswa. Kondisi inilah yang dirasakan Ahli Madya, Sarjana dan Magister Manajemen mahasiswa Universitas Trilogi Jakarta. Pada Sabtu pagi 11 Januari 2014 lalu perguruan tinggi yang baru berjalan setahun ini melepas 220 wisudawan dan wisudawati perdananya. Tak heran, bila peristiwa ini menjadi hari bersejarah bagi ratusan keluarga para wisudawan dan wisudawati Universitas Trilogi.
POSDAYA MASYARAKAT
62
7
Posdaya Kusuma Jaya Semarang Menggalang Gotong Royong di Pemukiman Padat Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Pepatah lama ini barangkali cocok untuk menggambarkan Posdaya Kusuma Jaya di RW VI Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang, Jawa Tengah. Aneka ragam program perberdayaan keluarga tercipta di kelurahan yang padat penduduk terletak di Semarang Kota bagian utara ini. Mulai dari bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga bidang lingkungan hidup. Semua kegiatan berjalan dinamis dan diikuti sebagian besar warganya. Terkadang karena saking semangatnya, warga bisa menjalankan dua atau tiga kegiatan sekaligus.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Tuhan sudah menciptakan keberagaman dalam kehidupan, termasuk perbedaan dalam memeluk agama dan keyakinan. Namun perbedaan itu bisa menjadi keindahan, jika kita memiliki cinta untuk menyatukan satu sama lain dalam sebuah perbedaan.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Pemerintah
25
Posdaya Organisasi Sosial
36
Konvensi Posdaya
39
Kolom Khusus
48
Dokter Anda
57
Aneka Peristiwa
58
Forum Kita
60
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Dokumen Pribadi
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
POSDAYA PLAMBOYAN RAIH DAMANDIRI AWARD
P
OSDAYA Plamboyan termasuk penerima Damandiri Award tahun 2014 ini. Cukup pantas jika Posdaya ini mendapat penghargaan itu karena banyak kaum perempuan di Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terentaskan dari kemiskinan. Dan yang menarik mereka pun mendapatkan lima besar dari 18 Posdaya yang tahun ini dijagokan pada Damandiri Award. Paling menarik dari Posdaya Plamboyan yaitu penganan kripik Kadedemes. Makanan ini terbuat dari limbah kulit singkong. Itulah salah satu produk unggulannya. Memang kulit singkong di mana saja selalu terbuang karena tak berguna. Tapi di Posdaya Plamboyan justru menjadi uang karena berhasil dipermak menjadi makanan gurih. Yakni, kulit lapisan berwarna merah muda keputih-putihan itu dijadikan kripik untuk makanan kecil. Singkong yang bagian luarnya tipis dan dibuang, pada lapisan dalam terdapat kulitnya yang bisa diolah dalam bentuk kripik. Setelah kulit lapisan berwarna merah muda keputih-putihan itu dicuci bersih lalu dipotong-potong sekitar 6 cm dan digoreng. Kemudian oleh ibuibu anggota Posdaya Plamboyan dikemas dalam plastik dan dijual. Dengan demikian, Posdaya Plam-
Nani Yulianingsih
boyan merintis pada blue economic atau ekonomi biru. Pasalnya, pohon singkong berhasil diolah semuanya. Daun singkong bisa dimasak sebagai sayur, batangnya menjadi kayu bakar, singkongnya menjadi kripik, dan kulit yang menjadi limbah untuk dibuang justru diolah menjadi kripik. Itu sebabnya, kripik yang dinamakan Kadedemes ini menjadi incame bagi ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan karena mendapatkan uang setelah dipasarkan. Wajar saja jika Ketua Posdaya Plamboyan Nani Yulianingsih, bersyukur atas yang diraihnya. Memang beraneka makanan kecil banyak diproduksi ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan. Dari kripik singkong, kripik terbuat dari terigu, juga terbuat dari kentang, dan masih banyak lagi termasuk Kededemes yang paling
mereka unggulkan karena tidak dibuat oleh Posdaya lain. Selain dipasarkan di sekitar Bandung Barat, produk ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan ini juga sampai keluar kecamatan dan kota. Yang mungkin tak kalah menarik adalah Nani yang menahkodai ibuibu anggota Posdaya Plamboyan mengaku mengenal Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) sejak tahun 2009, dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Dengan arahan dosen pembimbing dari UPI Bandung Dra Katiah, MPd, Posdaya Plamboyan makin melesat maju sesuai mottonya “Menjadikan Posdaya Plamboyan sebagai Nahkoda menuju Sukamaju Mandiri dan Berdedikasi”. Tak kepalang tanggung, ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan pun berhasil menggaet BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Parahyangan. Sekarang dana yang bergulir di ibuibu anggota Posdaya Plamboyan mencapai tiga ratus jutaan rupiah, seperti ditulis Majalah Gemari edisi 156 yang terbit Januari 2014 kemarin. Selamat atas keberhasilan Posdaya Plamboyan tentunya. Semoga hal itu bisa memicu kita berhasil. Jarot Subagyo Desa Clapar Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Kusuma Jaya RW VI, Muktiharjo Kidul, Pedurungan, Semarang
Menggalang Gotong Royong di Pemukiman Padat Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Pepatah lama ini barangkali cocok untuk menggambarkan Posdaya Kusuma Jaya di RW VI Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang, Jawa T engah. Aneka ragam program perberdayaan keluarga tercipta di kelurahan yang padat penduduk terletak di Semarang Kota bagian utara ini. Mulai dari bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga bidang lingkungan hidup. Semua kegiatan berjalan dinamis dan diikuti sebagian besar warganya. Terkadang karena saking semangatnya, warga bisa menjalankan dua atau tiga kegiatan sekaligus.
Kader Posdaya Kusuma Jaya sedang bergiat melaksanakan salah satu keterampilan kreasi kreatif menggunakan bahan baku kain. [FOTO: HARI]
S
EBUT saja untuk kegiatan Pos PAUD Ceria (pendidikan anak usia dini). Sambil mengantar anaknya (atau cucu), ibu-ibu (dan eyang-eyang) disibukkan oleh pelatihan membatik dan membuat hiasan. “Sambil menunggu anaknya sekolah, ibu ibu bisa mengisi waktunya dengan membatik dan membuat hiasan. Produk yang dihasilkan nanti kami pasarkan pada tempat-tempat yang membutuhkan di bawah pendampingan mahasiswa dan dosen IKIP PGRI Semarang,” kata Edy Widiyono. Ada hal yang menarik dalam kegiatan PAUD ini , yaitu bertemunya tiga generasi: generasi muda (anak-anak), generasi tua (orangtua) dan lansia, serta menumbuhkan sikap kegotongroyongan. Hal sederhana ini sesuai dengan Inpres no 3 / 2010 tentang Pem-
bangunan Berkeadilan. Sebagaimana yang sering didengungkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, bahwa pr ogram program sederhana membawa manfaat dan dapat diikuti oleh banyak warga. Programprogram pelatihan ketrampilan untuk keluarga agar makin mampu menggalang kerja sama sesama keluarga dari kampung akan menjadi acuan yang mengena. Keluarga muda bisa mengadakan kerja sama pengelolaan suatu usaha dengan modal gotong royong dan pengerjaan yang juga dilakukan bersama. Kegotong royongan dalam upaya bersama itu harus diikuti dengan mendorong anak-anak, utamanya anak balita dan anak-anak perempuan untuk ikut belajar sejak dini. Karena itu setiap Posdaya harus segera diikuti dengan pendirian tempat untuk Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
7
RektoR IKIP PGRI Semarang Dr Muhdi, SH, MHum.
Anak anak usia dini mengikuti kegiatan PAUD dengan sistem interaksi. [FOTO-FOTO: HARI]
PAUD yang menampung semua anak balita di dalamnya. Perhatian harus diberikan kepada anak-anak balita dari keluarga kurang mampu agar mereka pun dapat menikmati PAUD tersebut dan tidak merasa rendah diri karena tidak bisa berpartisipasi dalam pendidikan saja. Secara tidak langsung program PAUD Ceria ini telah mencerminkan apa yang diinginkan Prof Haryono tentang keluarga sejahtera dan menumbuhkan sikap gotong royong. Selain Pos PAUD, Posdaya Kusuma Jaya di bidang pendidikan juga membentuk RA Karakter (Raudhatul Athfal/TK Agama), Rumah Pintar (Rumpin) Kaloka, Bimbingan Belajar (untuk anak-anak tingkat sekolah dasar dan menengah), TPQ (Taman Pendidikan Qulran), pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak
serta pelatihan kewirausahaan ibu ibu. Di bidang Ekonomi, kegiatan yang sudah dijalankan batik membatik, pembuatan tas souvenir, kerajinan akrilik meliputi taplak meja dan hiasan tutup gelas, pembuatan telur asin, dan krupuk bawang. Pada pembuatan tas souvenir termasuk cukup menonjol mengingat melibatkan banyak orang dan menguntungkan di bidang ekonomi. Kegiatan yang awalnya merupakan usaha keluarga ini, mendapatkan suntikan dana dari Bank Jateng yang bekerja sama dengan Yayasan Damandiri sebesar Rp 2 juta. Dalam waktu singkat, usaha ini berkembang pesat dan berhasil menembus sejumlah intansi pemerintah dan sekolah / perguruan tinggi di Semarang. Di bawah pendampingan tim KKN IKIP PGRI, kini usaha yang dirintis Ny Istikanah ini sudah punya brand “Naila Bag”. Kemudian kegiatan Posdaya di bidang Kesehatan telah membentuk BKB (Bina Keluarga Balita) Mutiara, BKL (Bina Keluarga Mutiara) Mekar Sehat, BKR (Bina Keluarga Remaja) RW VI, dan Posyandu Bina Sehat. Sedangkan di bidang lingkungan hidup program-program kegiatan yang sudah terlaksana meliputi PHBS (perilaku hidup bersih sehat), Pengelolaan sampah (kompos), tanaman toga dan warung hidup. Semua kegiatan pemberdayaan ini berlangsung dan diikuti oleh warga Muktiharjo, khsususnya di RW VI. Posdaya ini kini sedang membangun gedung serbaguna yang sempat dikunjungi oleh Ketua Yayasan Damandiri Haryono Suyono dan Rektor IKIP PGRI Dr Muhdi SH MHum. Andil para Tokoh Tentunya, Posdaya Kusuma Jaya yang dibentuk 3 Oktober 2011 tidak begitu saja meraih sukses. Ada sejumlah tokoh yang berada di balik suksesnya Posdaya penerima Damandiri Award 2014 ini, yaitu Edy Widiyono, Rektor IKIP PGRI Dr Muhdi
8
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
SH Mhum dan Camat Pedurungan Wijaya Trikoranto Drs Edy Widiyono misalnya. Ia merupakan tokoh masyarakat setempat yang juga menjabat Ketua RW VI Muktiharjo. Staf pengajar di SMP Negeri XIII Sampangan Semarang ini sudah dua periode menjabat Ketua RW. Didampingi istri tercinta Dra Puryani, keduanya berhasil menggerakan warganya untuk aktif di kegiatan sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang pemberdayaan keluarga dalam rangka pencapaian target pembangunan milenium (MDGs) 2015. Rektor IKIP PGRI Dr Muhdi, SH, MHum, komitmennya dalam mendukung program pemberdayaan keluarga tidak diragukan. Program pengabdian masyarakat yang digulirkan perguruan tingginya, sejalan dengan Posdaya. “Dengan kehadiran Damandiri, program KKN kami lebih lengkap dan komprehensif. Apalagi KKN Themati dirasa menyentuh langsung masalah kesehatan, pendidikan, ekonomi, kami merasa lebih banyak berbuat. Tidak hanya bantuan teknis, tapi juga bantuan lain yang secara langsung diberikan,” kata alumnus Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto ini didampingi Kepala Pusat KKN IKIPPGRI Drs Sudargo dan Korwil I Jateng (Pantura) Damandiri Dra Wien Sukarsi. Di bawah kepemimpinannya, KKN Tematik mahasiswa IKIP PGRI sudah berhasil membentuk 280 Posdaya yang tersebar di Semarang,Demak, Grobogan, dan Kendal. “Tentu kami bangga, ada salah satu binaan kami ternyata berprestasi dan yang mendapatkan penghargaan secara nasional. Semoga akan muncul lagi ‘Kusuma Jaya Kusuma Jaya’ lain, karena Posdaya itu gerakan masyarakat, sehingga penghargaan (award) merupakan hal yang tak ternilai harganya. Masih banyak sebenarnya kabupaten yang menghadapkan KKN mahasiswa IKIP PGRI untuk melakukan pendampingan, dan kami mengharap kerja sama dengan Damandiri ini terus berkelanjutan,” kata lulusan S3 Program Studi Manajeman Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang punya motto untuk mahasiswanya pr ofesional dan berkarakter ini. Camat Pedurungan Wijaya Trikoranto juga menyambut gembira adanya Damandiri Award. Ia siap membentuk Posdaya di setiap
RW. “Tentu setiap pembentukan Posdaya akan kita dukung, karena hal itu merupakan pemberdayaan masyarakat dan pasti dibutuhkan warga. Camat di sini sifatnya memfasilitasi. Anggaran ada di SKPD. Setiap Musrenbang ada form untuk membantu kegiatan kemasyarakatan, seperti Posdaya, yang kegiatannya salah satunya untuk mengentaskan kemiskinan,” kata Wijaya Trikoranto. NB/HARI
Dra Wien Sukarsi bersama para tokoh yang aktif membangun dan memperkuat Posdaya Kusuma Jaya.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
9
POSDAYA MASYARAKAT
Gelar Pelatihan Ketrampilan di HUT 18 Yayasan Damandiri
Menyuburkan Entreupreneur Posdaya Ada yang menarik pada acara peringatan Ulang Tahun Yayasan Damandiri yang ke-18, tanggal 15 Januari 2014 lalu di Yogyakarta. Panitia HUT seksi bidang pelatihan menggelar pelatihan usaha dengan pelatih yang berasal pelatih khusus maupun dari pengusaha.
Peserta pelatihan pembuatan sosis dari bahan ikan sedang memasak hasil produksinya. [FOTO-FOTO: HARI]
P
ELATIHAN yang digelar di sayap kanan tempat pelaksanaan Konvensi Nasional Posdaya 2014 di Gedung Serbaguna Graha Sabha Pramana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, ini merupakan upaya agar keluarga pra sejahtera yang ada dalam Posdaya dapat belajar ketrampilan untuk memulai usaha. Dengan mengikuti pelatihan serta dilanjutkan pendampingan dimaksudkan untuk pada saatnya keluarga yang mempunyai usaha dalam kegiatan Posdaya dapat mendampingi keluarga pra sejahtera yang akan membuka usaha. Pelatihan ketrampilan yang digelar bagi kader-kader Posdaya yang dilakukan pula oleh kader-kader Posdaya serta beberapa pelatih yang ahli di bidangnya ini merupakan perwujudan dari prinsip-prinsip proses pemberdayaan dalam bidang ekonomi baik yang dikembangkan dengan usaha warung, pemanfaatan pengembangan budidaya rumput laut di daerah air payau di pantai-pantai
10
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
juga pemanfaatan hasil budidaya ikan lele, bandeng, tambak udang sistem Busmetik, yaitu tambak udang dengan lahan terbatas, dengan plastik dan panennya sekitar 100 hari dari saat benur ditabur. Selain itu untuk mempersiapkan tindaklanjut pengolahan hasil lokal jenis pertanian seperti buah hasil penanaman pisang cavendish, singkong dan lainnya sesuai hasil produksi lokal. Gelar pelatihan ini dimotori Ir Anna Murnijati, MMA, Asisten Deputi Direktur Bidang Pengumpulan dan Pemanfaatan Data Yayasan Damandiri. “Ada sekitar 18 macam jenis pelatihan yang digelar, sesuai HUT Damandiri,” ujarnya. Ke delapan belas jenis pelatihan tersebut, di antaranya adalah Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan sistem Bioflock, Pelatihan Budidaya Ikan Gurame, Pelatihan vaksinasi Ikan. Juga ada Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan, Pelatihan Pembuatan Abon dan Kecap Ikan, Pelatihan Pembuatan Bakso, Nuget dan Kaki
Naga Ikan, Pelatihan Pembuatan Kerupuk dan Amplang Ikan, Pelatihan Pengolahan Bandeng cabut Duri, Pelatihan Pembuatan atau Pewarnaan Batik Mangrove, Pelatihan Pembuatan Agar-Agar Kertas dan Pengolahan Minuman Rumput Laut. Selain itu, Pelatihan Kerajinan Kerang, Pelatihan Kerajinan Tas, Dompet Dari Daur Ulang Bungkusan Plastik, Pelatihan Macam–Macam Souvenir Dari Bahan Daur Ulang, Pelatihan Komposting, Pelatihan Estetika Dan Fungsi Pengemasan Produk, Pelatihan Pemahaman Bahan Pengawet Makanan serta Pelatihan Pengolahan Tahu Sehat. Menurutnya, melalui pelatihan ketrampilan tersebut akan memperkuat proses pemberdayaan dalam bidang ekonomi dalam Posdaya, sehingga diharapkan dapat dikembangkan dan disinergikan dengan usaha warung, budidaya rumput laut, budidaya ikan lele, bandeng, tambak udang sistem Busmetik, maupun pengolahan hasil limbah serta hasil budidaya tanaman lokal jenis pertanian seperti pisang cavendish, singkong dan lainnya secara lebih optimal. “Sekaligus memberi kesempatan tumbuh suburnya entreupreneur Posdaya. Sekaligus juga dengan demikian mereka berkesempatan luas bisa menabung bagi setiap keluarga pra sejahtera yang menggeluti usaha itu sekaligus menjadi kesempatan untuk memupuk modal pribadi dan meningkatkan kemampuan untuk mengumpulkan agunan agar di kemudian hari bisa menjadi pengusaha mandiri,” kata Anna Murnijati. Sebagai pengusaha mandiri, kata Asisten Deputi Direktur Bidang Pengumpulan dan Pemanfaatan Data Yayasan Damandiri ini, tentu disertai kemam-
Peserta pelatihan karya kreasi memenuhi ruang pelatihan.
puan secara pribadi mengumpulkan dana tabungan itu, maka keluarga yang bersangkutan bisa masuk dalam kategori yang lebih mampu sehingga dapat mengambil pinjaman lebih dari batas maksimum Tabur Puja, yaitu lebih dari Rp. 2 juta. “Tentu kesempatan ini mendorong setiap keluarga yang menjadi nasabah sekaligus menabung dengan rajin. Dengan bergiat menabung akan menjadi langkah berharga untuk berpikir visioner agar bisa menjadi pengusaha yang lebih besar dengan tanggung jawab yang lebih tinggi,” pungkasnya. HARI
Pelatihan mengolah makanan menjadi bagian tak terpisahkan kader Posdaya.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
11
POSDAYA MASYARAKAT
Dusun Puton, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Bantul
Membawa Puton Dikenal Masyarakat Mancanegara Di balik kesenangan atau kesusahan pasti ada hikmahnya. Bagi masyarakat Pedukuhan Puton di Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, bencana gempa bumi 27 Mei 2006 membawa hikmah melahirkan tekad kebersamaan dan gotongroyong membangun kembali wilayah yang rusak parah.
Posdaya Ontoseno aktif mengadakan forum warga membicakan program pembangunan. [FOTO-FOTO: HARI]
12
S
AAT itu pula, Pemerintah Kabupaten Bantul mencanangkan Bantul Bangkit dan Gerbang Daya Projo Tamansari, masyarakat Puton sepakat membangun kembali sendi-sendi kehidupan setelah melampaui masa rehabilitasi dan rekomendasi gempa yang selesai pada 2008. Sejak saat itulah Bupati Bantul mencanangkan Posdaya di setiap pedukuhan. Dukuh Puton termasuk satu dari 933 Posdaya yang mulai dibangun di Bantul. Kesusahan yang dialami warga Puton akhirnya berubah menjadi sesuatu yang membuahkan kesenangan dan menjadi magnet sehingga berbagai tamu dari dalam dan luar negeri pun akhirnya ingin datang ke Pedukuhan Puton, Bahkan sudah ada tamu dari 39 negara yang berkunjung, belajar dan membeli produk-produk yang dibuat oleh warga Puton. Soraya Isfandiari, istri Kepala Dukuh Puton, yang menjadi motor pemberdayaan di Puton mengakui pada tahap awal, sosialisasi soal Posdaya masih minim, sehingga dia hanya meraba-raba membangun pemberdayaan
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
masyarakat melalui Posdaya Ontoseno. Soraya bersama enam orang warga mempunyai visi yang sama untuk membuat sesuatu kegiatan yang produktif. “Tujuh orang menjadi kekuatan komitmen, membuat kegiatan produktif yang membuat orang betah, nyaman, dan aman, lalu bikin kuliner wisata untuk mengembangkan potensi wisata agar masyarakat mempunyai lingkungan yang sehat dan produktif,” kata Soraya. Begitulah, rencana awal yang disusun Posdaya Ontoseno untuk periode 2009-2014 dengan memfasilitasi pemberdayaan masyarakat di Pedukuhan Puton dengan membangun pondok makan dan kolam pemancingan di petilasan Watu Ngelak di Sungai Opak. Watu Ngelak (bahasa Jawa: batu haus) merupakan salah satu petilasan peninggalan Raja Mataram, Sultan Agung. Ternyata, langkah awal ini mendapat perhatian dari masyarakat Puton dan masyarakat dari luar Pedukuhan Puton. Setelah itu, berbagai program dan kegiatan mengalir dan menghasilkan sesuatu yang positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Puton. Menanam jeruk pecel misalnya. Tahun 2009 itu juga, pertama warga Puton menanam jeruk pecel. Pilihan jeruk pecel karena di pekarangan salah seorang warga tumbuh jeruk pecel yang buahnya bisa menghasilkan rupiah sebagai tambahan penghasilan. Setiap tamu yang datang ke Puton, saat itu diminta menanam jeruk pecel, dan ternyata
para tamu itu tidak keberatan dan justeru merasa senang karena telah berkontribusi dalam menghijaukan Puton yang kondisinya rusak akibat bencana gempa bumi. Kini, konsep pemberdayaan itu melahirkan konsep pemberdayaan terpadu dalam membangun Desa Wisata, Kampung Hijau, dan Kampung Durian. “Pengembangan Kampung Durian ini sudah dimulai, di setiap halaman rumah menanam durian, karena dulu durian lokal di sini bisa berbuah bagus. Itu untuk melestarikan lingkungan dan kelak hasilnya bisa dinikmati oleh warga,” kata Soraya. Posdaya Ontoseno juga telah mempunyai dua koperasi yaitu Koperasi Gakin dan Koperasi Amrih Guyub. Koperasi Gakin khusus untuk mengentaskan keluarga miskin yang dipantau oleh kelompok dasa wisma. Sedangkan Koperasi Amrih Guyub untuk mendukung usaha kecil. Hebatnya Posdaya Ontoseno yang kini didukung oleh 100 kader motivator dari tiap kelompok, tidak ada orang yang sama membidangi lebih dari satu bidang. Kalau dia sudah menjadi kader Posyandu tidak boleh menjadi kader lainnya. “Kalau kegiatannya boleh ikut apa saja, hal ini agar seluruh warga mempunyai partisipasi pada setiap kegiatan,” ujarnya. Energi masyarakat menjadi sangat kuat karena ada kekompakan dan sinergi satu dengan yang lainnya. Sehingga, kini masyarakat menjadi bersemangat untuk saling membantu satu dengan yang lainnya, mulai dari Balita, remaja, hingga lansia, semua mempunyai kegiatan dan silaturahmi yang tidak putus. Daya tarik Padukuhan Puton telah menarik para akademisi, komunitas, sejumlah pemerintah daerah, bahkan masyarakat dari luar negeri pun mau datang ke desa yang jauh dari Kota Yogyakarta itu. Banyaknya pengunjung yang datang itu akhirnya juga membuat Bupati Bantul memberi apresiasi yaitu dengan membangunkan jalan beraspal sepanjang sekitar 3 kilometer dan rencananya akan diperpanjang lagi hingga 6 kilometer pada tahun
2009. Sehingga kini, bus bisa masuk ke Padukuhan Puton. Kunjungan para wisatawan atau pun akademisi yang melakukan penelitian di Puton, telah membawa warna bagi masyarakat desa itu. Karena setiap kunjungan, mereka berharap produk mereka laku terjual. Pengunjung pun banyak yang menanyakan batik yang dulu pernah ada di Puton, sehingga pengrajin batik pun mulai bersemangat memproduksi batik dan dari pihak Kementerian Perindustrian akan membantu memberikan pelatihan. Dampak lainnya, dalam waktu dekat, Dukuh Puton akan mempunyai Perpustakaan Masyarakat yang akan didukung oleh Universitas Gajah Mada. Menurut Soraya, sejumlah mahasiswa pasca sarjana UGM melakukan penelitian Posdaya di Puton, dan Posdaya Ontoseno meminta agar mereka menyumbangkan buku sebelum mereka lulus. Banyaknya tamu yang berkunjung juga mendorong setiap RT menyiapkan jenis kesenian, ada kesenian gejug lesung yaitu musik memakai lesung (untuk menumbuk padi), karawitan, keroncong, hadroh, dan kesenian lainnya. Kini, Posdaya Ontoseno menjadi sarana pembelajaran bagi praktisi dan pemerhati pemberdayaan masyarakat di tingkat akar rumput yang masih terus mengalami proses menuju masyarakat yang mandiri dan dinamis. Sejumlah perguruan tinggi yang merujuk ke Posdaya Ontoseno antara lain Pascasarjana UGM, UKDW, UST, UII, dan perguruan tinggi dari Jepang, Korea Selatan, Filipina, Thailand, Belanda, Canada, Swiss. NB/HARI
Posdaya Oentoseno saat tampil cemerlang dalam final lomba Posdaya tingkat nasional 2014, dan tampil sebagai Juara I.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
13
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Plamboyan, dari Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Upaya Ekonomi Biru, Posdaya Plamboyan Raih Damandiri Award Di Aula Gedung Serbaguna Graha Sabha Pramana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, ketua Posdaya Plamboyan Nani Yulianingsih, 43 tahun, terlihat begitu sumringah. Senyumnya mengembang di antara juru foto dan para wartawan yang meliput Damandiri Award tahun 2014, pada 16 Januari 2014 lalu. Pagi itu ia tampil dan menjadi saksi gegap gempitanya ribuan kader Posdaya, yang mewakili jutaan bahkan puluhan juta kader yang tersebar di 30.000 Posdaya dari seluruh Indonesia.
Kader Posdaya Plamboyan memberikan pelatihan ekonomi produktif tata boga. [FOTO-FOTO: DEDE H]
M
EMANG Posdaya Plamboyan termasuk penerima Damandiri Award tahun 2014 ini. Pantaslah Posdaya ini mendapat penghargaan itu karena banyak kaum perempuan di Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terentaskan dari kemiskinan. Salah satu produk unggulan Posdaya Plamboyan yaitu penganan kripik Kadedemes. Makanan ini terbuat dari limbah kulit singkong yang digarap Nani Yulianingsih bersama kaum ibu dari Posdaya Plamboyan.
14
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
“Alhamdulillah, kami meraih Damandiri Award pak,” kata Nani saat ditemui Dede Haeruddin dari Majalah Gemari di Aula Gedung Serbaguna Graha Sabha Pramana UGM, Yogyakarta. Anda tahu kalau kulit singkong di mana saja selalu terbuang karena tak berguna. Tapi di Posdaya Plamboyan justru menjadi uang karena berhasil dipermak menjadi makanan gurih. Yakni, kulit lapisan berwarna merah muda keputih-putihan itu dijadikan kripik untuk makanan kecil. Singkong yang bagian luarnya tipis dan dibuang, pada lapisan
dalam terdapat kulitnya yang bisa diolah dalam bentuk kripik. Setelah kulit lapisan berwarna merah muda keputih-putihan itu dicuci bersih lalu dipotongpotong sekitar 6 cm dan digoreng. Kemudian oleh ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan dikemas dalam plastik dan dijual. Dengan demikian, Posdaya Plamboyan berupaya merintis pada blue economic atau ekonomi biru. Pasalnya, pohon singkong berhasil diolah semuanya. Daun singkong bisa dimasak sebagai sayur, batangnya menjadi kayu bakar, singkongnya menjadi kripik, dan kulit yang menjadi limbah untuk dibuang justru diolah menjadi kripik. Itu sebabnya, kripik yang dinamakan Kadedemes ini menjadi income bagi ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan karena mendapatkan uang setelah dipasarkan. “Alhamdulillah, sekarang ibu-ibu di sini banyak kegiatan. Seperti bapak lihat sendiri di sini banyak makanan kecil yang menjadi nilai tambah perekonomian ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan,” kata ketua Posdaya Plamboyan Nani Yulianingsih (43), saat memaparkan produk-produk Posdayanya di sekretariatnya, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Memang beraneka makanan kecil banyak diproduksi ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan. Dari kripik singkong, kripik terbuat dari terigu, juga terbuat dari kentang, dan masih banyak lagi termasuk Kadedemes yang paling mereka unggulkan karena tidak dibuat oleh Posdaya lain. Selain dipasarkan di sekitar Bandung Barat, produk ibu-ibu anggota
Posdaya Plamboyan tampil sumringah di final lomba Posdaya tingkat Nasional 2014 di Yogyakarta.
Posdaya Plamboyan ini juga sampai keluar kecamatan dan kota. Kenal Posdaya dari UPI Nani yang menahkodai ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan mengaku mengenal Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) sejak tahun 2009, dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Dengan arahan dosen pembimbing dari UPI Bandung Dra Katiah, MPd, Posdaya Plamboyan makin melesat maju sesuai mottonya “Menjadikan Posdaya Plamboyan sebagai Nahkoda menuju Sukamaju Mandiri dan
Kegiatan forum silahturahmi selalu hidup di Posdaya Plamboyan.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
15
Kader Posdaya Plamboyan ketika tampil menjadi narasumber pada kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di HSC Jakarta.
16
Berdedikasi”. Tak kepalang tanggung, ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan pun berhasil menggaet BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Parahyangan. “Sekarang dana yang bergulir di ibu-ibu anggota Posdaya Plamboyan mencapai tiga ratus jutaan rupiah,” kata Riki Rismawan, Kabag UKM dan Funding BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Parahyangan yang ditemui Gemari di sekretariat Posdaya Plamboyan, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. “Dari 106 jumlah anggota Posdaya Plamboyan semua mendapat pembiayaan ekonomi Posdaya dari BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Parahyangan ini. Kami per kelompok rata-rata lima orang,” kata Nani, ketua Posdaya Plamboyan yang kini aktif memberikan ceramah Posdaya di sejumlah tempat, termasuk pernah pula tampil di Haryono Suyono Center (HSC). Posdaya Plamboyan terbentuk berawal dari pemekaran yang terjadi di Kecamatan Lembang, Desa Kayuambon yang berpisah dari Desa Cibogo. Maka Kampung Sukamaju yang awalnya bernama Kampung Cibuntu terbentuk. Dengan nama kampung yang baru, kata Nani, ada harapan kampung ini tidak buntu atau berakhir. Akan tetapi, menjadi “suka” dan “maju” pada kebaikan. “Niat itu dibuktikan dengan pendirian balai di setiap RW. Demikian pula dengan warga RW 7, 11 dan 13 yang dulu terhimpun dalam RW 7. Untuk menjalankan fungsi keluarga hingga menjadi kelompok
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
masyarakat kecil ini menjadi mandiri. Kebetulan harapan akan sebuah wilayah tingkat keharmonisan, keamanan dan kenyamanan intern dan ekstern bagi warganya ditanggapi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, sebagai salah satu langkah awal dan potensi pendirian Posdaya dengan hubungan simbiosis mutualisme,” ujar Nani antusias, mengenang pendirian Posdaya Plamboyan. Sehingga pada tahun 2009, bekerja sama dari pihak UPI dan para tokoh masyarakat bersama perangkat pemerintahannya, lewat program kerja kampus Kuliah Kerja Nyata (KKN) memproklamirkan keberadaan Posdaya Plamboyan di Kampung Sukamaju RW 7, 11 dan 13. Tak heran bila Posdaya Plamboyan semakin maju sebab Kepala Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Hj Ayi Rohayati pun terus mendukung eksistensi Posdaya ini. “Yang pasti saya mendukung usaha ini karena toh kehadiran Posdaya Plamboyan itu memajukan perekonomian masyarakat di sini,” dalih Hj Ayi Rohayati seraya menambahkan, pihaknya sangat berterima kasih kepada Yayasan Damandiri yang telah membangkitkan kaum ibu di Posdaya Plamboyan terangkat perekonomian mereka sehingga sejahtera. Selain itu, Kades perempuan ini mengucapkan selamat ulang tahun ke-18 kepada Yayasan Damandiri semoga semakin sukses dan jaya. Selain visi Posdaya ini menjadikan Posdaya Plamboyan sebagai nahkoda menuju sukamaju yang mandiri dan berdedikasi, menurut ketua Posdaya Plamboyan pihaknya juga punya sejumlah misi. “Misi kami yaitu, pertama membangun masyarakat mandiri berdedikasi melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kedua, mewujudkan masyarakat mandiri dan berdedikasi dengan pola hidup sehat. Ketiga, membangun masyarakat yang agamis melalui pembekalan spiritual remaja santri. Dan keempat, meningkatkan perekonomian masyarakat,” urai Nani. DH
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Puspa Lestari, RW 07, Pasir Kuda, Kota Bogor, Jabar
Menjadi Daya Tarik Peserta OST Posdaya Pembentukan Posdaya di RW 07 Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat, bermula dari kunjungan P2SDM IPB yaitu Ir Mintarti, MSi yang menyampaikan program Posdaya. “Pada saat itu tidak serta merta kami menerima, kami telaah dulu dan bermusyawarah kepada para Ketua RT. Ada pro dan kontra, Posdaya itu apa, sementara di sini sudah ada kegiatan RW Siaga, Posyandu dan segala macam. Setelah dikaji melalui lokakarya mini dan musyawarah warga bersama para Ketua RT menerima dan siap menjalankan program Posdaya di RW 07,” ungkap Ketua RW 07 Santosa, SE.
Kunjungan peserta OST Posdaya di Koperasi Sauyunan yang dikelola Posdaya Puspa Lestari. [FOTO: SULAEMAN]
S
ETELAH itu P2SDM mengutus tiga orang mahasiswanya selama dua minggu untuk mendampingi para kader untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang berkaitan dengan kesehatan, lingkungan, posyandu, lansia, pendidikan dan semua bidang yang ada dalam Posdaya. Setelah pendampingan mahasiswa selama dua minggu, baru dirasakan betapa penting dan banyak manfaatnya kehadiran Posdaya di RW 07. “Karena kami melihat bukan saja sebagai forum atau wadah komunikasi dari masyarakat atau lembaga-lembaga yang memang sudah ada, tetapi juga merupakan support sistem untuk lebih menggerakkan atau memberdayakan keluarga di lingkungan sebuah RW,” ujar Santosa. “Kami merasakan ketika awal kami datang di sini tentang gotong royong sudah tidak ada
lagi. Dengan adanya Posdaya ini sudah mulai tumbuh lagi kepedulian terhadap masyarakat, keluarga. Di samping itu juga ada pembinaanpembinaan di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan sekalipun ada juga intervensi dari program pemerintah antara lain dari PNPM dan PDMPK untuk sarana dan pra sarana. Tetapi untuk membangun jiwa kegotongroyongan yang merupakan modal sosial bagi masyarakat RW 07 itu dengan adanya support sistem dengan adanya Posdaya,” imbuhnya. Pembentukan Posdaya Puspa Lestari RW 07 Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat dikukuhkan pada tanggal 28 Oktober 2009. Pengukuhan juga dilakukan oleh warga, oleh kader, oleh semua pihak. Setelah pembentukan Posdaya Puspa Lestari, para kader terus melakukan pembinaan-pembinaan yang tentunya belum ada. Di bidang ekonomi misalnya, Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
17
dipandang sangat perlu dan dibutuhkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan adanya Posdaya ini mempercepat proses pembentukan PAUD Bina Lestari. Awal berdirinya PAUD Bina Lestari yang didirikan pada 10 Juni 2010 memiliki jumlah murid sebanyak 65 anak yang semuanya berasal dari RW 07. Dan memasuki tahun ketiga jumlah murid PAUD Bina Lestari sebanyak 42 anak yang berasal tidak hanya dari RW 07 Kelurahan Pasir Kuda, tetapi juga dari kelurahan Kegiatan anak-anak PAUD menyambut tamu pada OST Posdaya.
menghidupkan kembali Koperasi Pemberdayaan Ekonomi Kelurahan (KPEK) Sauyunan yang mati tapi hidup. Dengan Posdaya ini kita hidupkan dan sampai saat ini berkembang cukup bagus berkat partisipasi masyarakat dengan sadar menjadi anggota koperasi. Lainnya melakukan pembinaan-pembinaan di sentra-sentra ekonomi usaha kecil. Di bidang pendidikan, sebelumnya memang sudah ada kegiatan seperti pengajian ibu-ibu dan anak-anak, Taman Pendidikan AlQur’an (TPA). Melalui gagasan masyarakat
Posdaya Puspa Lestari Jadi Tempat OST
P 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
18
OSDAYA Puspa Lestari juga menjadi salah satu tempat studi banding atau Observation Study Tour (OST) Posdaya yang dari berbagai daerah di antaranya: OST Posdaya dari Sawah Lunto dan Padang Pariaman, Sumatera Barat sebanyak 80 orang pada 22 Maret 2010. OST Posdaya dari Yogyakarta sebanyak 63 orang pada 16 Juni 2012. OST Posdaya dari Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) Provinsi Riau sebanyak 70 orang pada 13 Nopember 2012. OST Posdaya dari Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan sebanyak 66 orang pada 11 Desember 2012. Kunjungan dari LSM Cinta Baca (Amerika) sebanyak 12 orang pada 21 Juni 2013. OST Posdaya dari Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 50 orang pada 6 Juli 2013. OST Posdaya dari Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah sebanyak 60 orang pada 2 Oktober 2013. OST Posdaya dari Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) sebanyak 60 orang pada 17 Desember 2013.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
lainnya. Posdaya Puspa Lestari juga membangun kepedulian anggotanya dengan menampung anak-anak disabilitas melalui Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat berbasis Masyarakat (PRSPCBM). Saat ini siswanya sebanyak 14 orang dengan berbagai kondisi, ada yang tuna rungu wicara, tuna ganda dan tuna grahita. Walau baru rintisan, Posdaya Puspa Lestari berharap mudahmudahan ke depan bisa lebih eksis lagi untuk menampung anak-anak disabilitas, walaupun masih memiliki keterbatasan tempat dan tutornya. “Sebetulnya program ini sudah dua tahun berjalan namun karena terkendala belum mendapat SK dari kelurahan dan walikota. Tutornya diambil dari tutor PAUD untuk melatih keterampilan sebanyak empat orang. Kegiatan yang dilaksanakan satu minggu tiga kali yaitu hari senin, rabu dan jum’at,” ujar Sri Mulyati yang merupakan kader Posdaya. Di bidang lingkungan, Posdaya Puspa Lestari baru menangani masalah sampah di lingkungan RW 07. Penanganan masalah sampah ini mulai diefektifkan mulai oktober 2012. “Awalnya kita fokus kepada RW 07 yang terdiri dari 5 RT dan 280 KK. Yang tadinya masyarakat membuang sampah ke sungai, kini sampah yang dikumpulkan oleh petugas diangkut ke tempat penampungan sementara. Ada keinginan sebagai kader Posdaya, dalam mengatasi masalah sampah agar dapat dimanfaatkan sebagai kompos untuk kebun bergizi yang sudah ada di PAUD,” urai Santosa. Di bidang kesehatan, ada Posyandu Balita,
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di Posbindu Lansia, Pos Usaha Kesehatan Kerja, Pos Kawasan Tanpa Rokok Sehat Sejahtera, BKB, BKR dan BKL. Untuk Pos UKK dilaksanakan setiap tanggal 21 setiap bulannya, kebetulan di RW 07 ada pabrik tempe, pabrik kerupuk dan pabrik sepatu. Kita juga punya ambulan RW Siaga dari warga yang mempersilakan kendaraan pribadinya dipakai untuk kegiatan sosial, seperti untuk ibu melahirkan, mengantarkan orang yang sakit dan lain sebagainya. Selain itu, Posdaya Puspa Lestari juga mengembangkan program untuk ibu hamil. “Kita ada tabulin (tabungan ibu bersalin), gunanya pada saat ibu hamil yang mau melahirkan walaupun punya jamkesda kita mempersiapkan dana persalinan. Ada kelas gizi untuk balita, ada juga dana sehat yang bergabung dengan Posyandu yang gunanya untuk subsidi silang. Selain itu juga ada kesehatan gigi yang dilaksanakan dua minggu sekali,” ucap Sri Mulyati. Nama Posdaya “Puspa Lestari” berasal dari nama Posyandu “Puspa” yang ada di RW 07 dan Ketua Posyandunya bernama Titik Tri Lestari. Sebagai penghormatan dan penghargaan atas jasa Titik Tri Lestari dalam pengabdiannya terhadap pembinaan Posyandu, maka nama Lestari menjadi bagian dari nama Posdaya Puspa Lestari. SUL/DH
Para pengurus Posdaya Puspa Lestari yang terus giat mengembangkan program pemberdayaan keluarga di lingkungan RW 07 Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Susunan Pengurus Posdaya Puspa Lestari Ketua Sekretaris Bendahara Bidang Ekonomi Bidang Pendidikan Bidang Kesehatan Bidang Lingkungan
: : : : : : :
Kartono, S ST Abdullah Usman, SH Ellina Sukmarlina Hendra Suhendra, SE Drs Jajat Achmad H. Santosa, SE Budi Mudrika
Seksi-Seksi Seksi Sampah Organik Seksi Sampah Anorganik Ketua Kelompok Wirausaha Ketua PAUD Bina Lestari Ketua Perpustakaan Ketua Posyandu Puspa Ketua Posbindu Lansia Puspa Ketua Pos KTR Sehat Sejahtera Ketua Pos Usaha Kesehatan Kerja
: : : : : : : : :
Suromo Sujali Suratman Titing A,S Sos Yeti Sabaryati Titik Tri Lestari Imas Masriah Santosa, SE Kartono, S ST
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
19
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Bahagia Gelar Baksos ke Pelosok Kampung Meski banyak yang anggota Posdayanya terkena musibah banjir, Posdaya Bahagia justru menggelar bakti sosial membantu keluarga-keluarga korban banjir yang ada di pelosok Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Semua itu dilakukan agar kader-kader Posdaya bisa mencari solusi bila dihadapkan dalam kondisi seperti apapun dan lebih peduli terhadap lingkungan.
Warga korban banjir antusias mendengar arahan Ketua Posdaya Bahagia.. [FOTO-FOTO: DOK]
Kekompakan pengurus Posdaya Bahagia yang selalu terjaga.
20
“J
UJUR, sebenarnya kami juga kebanjiran. Dan banyak air yang masuk ke dalam rumah-rumah anggota Posdaya. Tapi ternyata kami tahu, bahwa banyak yang lebih menderita dari kami, yaitu warga kampung yang ada di pelosok,
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
tapi masih dalam Kecamatan Babelan,” ungkap Isti Bahar, Ketua Posdaya Bahagia. Sumarni Hartono, Wakil Ketua Posdaya Bahagia bersama anggota Posdaya lainnya, punya pengalaman seru saat menyalurkan bantuan ke rumah-rumah penduduk korban banjir ke Kelurahan Kedung Jaya, Kecamatan Babelan. “Tempat yang kami tuju itu lumayan jauh masuk ke pedalaman, di mana banyak dari warga kondisi rumahnya masih tanah. Kaki-kaki mereka terlihat ‘bonyok’ terkena kutu air, karena lebih dari seminggu kerendam air,” ujarnya. Selain kaki-kaki mereka kelamaan terendam di air, warga Kelurahan Kedung Jaya juga banyak yang terserang demam dan flu. “Jadi sebenarnya selain makanan, mereka sangat memerlukan obat-obatan,” tukasnya. Lebih kasihan lagi daerah Buni
Bhakti. Warga korban banjir itu mendirikan tenda dari terpal seadanya di pinggir jalan, bahkan bayi juga di bawa menginap. “Mereka sangat sopan dan menyambut kita dengan suka cita. Berkali-kali mereka mengucapkan terimakasih, meskipun yang kami bawa tidaklah seberapa,” ungkap Isti yang masih ingin mengirimkan obat-obatan dan bantuan alakadarnya tapi terbentur oleh dana yang terbatas. “Kami masih rindu ingin bisa ke sana lagi membawa obat-obatan, tapi ora nduwe (tidak punya). Kami berharap ada pihak yang mau membatu Posdaya untuk baksos dengan mengadakan pengobatan gratis. Insya Allah, imbuhnya” Bagi Isti, tidak susah menggerakkan para kader Posdaya untuk kegiatan baksos. “Kami menginformasikan cuma dalam waktu 4 hari, hanya melalui BB dan FB serta SMS aja. Ternyata respon para temen-teman di Posdaya sangat luar biasa.” Diakuinya, untuk memotivasi mereka melaksanakan baksos agar kader-kader Posdaya itu selain peduli dalam kegiatan pemberdayaan, sekaligus bisa menjadi pemerhati di lingkungannya. Juga bisa mencari solusi dalam kondisi seperti apapun. “Seperti bencana banjir ini, sekecil apapun kita harus berbuat sesuatu membatu meringankan beban saudara-saudara kami yang terkena bencana,” tukasnya. Selain bantuan dari sejumlah RW yang ada di Kelurahan Bahagia, Posdaya Bahagia juga menerima bantuan dari perusahaan Mie Sedap dan PT Unilever. Bantuan yang terkumpul sangat bervariasi, diantaranya 130 dus mie instan,10 dus bubur bayi, pampers, gula, beras, gula, kopi, minyak, terpal, biskuit dan baju layak pakai. Semuanya di salurkan ke dua lokasi, yaitu Kelurahan Kedung Jaya dan Kelurahan Buni Bakti. Dari kedua lokasi tersebut ada kurang lebih 800 KK yang terendam banjir. “Sebelumnya, Posdaya Bahagia juga pernah menggelar kegiatan baksos menyantuni anak yatim. Dan tanggapan dari anggota sangat luar biasa. Mereka bahu membahu mencarikan dan menyediakan mobil, mengumpulkan bantuan,menyediakan rumah untuk dijadikan posko, bahkan jadi sopir hehehehe,” ucap Isti yang terkadang harus menjadi sopir untuk keperluan anggotanya. Hal senada juga ditambahkan Sumarni. “Bapak-bapaknya juga tidak mau ketinggalan lho mbak, mereka membatu sana-sini menga RW wal ibu-ibu ke tempat tujuan.”
Isti Bahar, Penerima Damandiri Award 2014
Kuncinya, keterbukaan dan kebersamaan
S
AAT menerima penghargaan Damandiri Award kategori Tokoh Penggerak Posdaya pada HUT Yayasan Damandiri ke18 di Yogyakarta, Isti Bahar tidak tahu bakal menerima hadiah dalam bentuk lain setibanya di rumah. Akses jalan menuju ke rumah, hampir tertutup oleh banjir. Hal ini pula yang mendasari semangatnya untuk bersama-sama membangun kepedulian terIsti Bahar dan Sumarni hadap korban banjir. “Alhamdulilah, di balik penghargaan ternyata masih banyak tugas-tugas baru yang harus diselesaikan,” cetus Isti yang mengaku merasa sedih, senang dan bangga mendapat predikat Tokoh Penggerak Posdaya terbaik Damandiri Award. “Senang, karena apa yang kami lakukan di apresiasi. Sedih, karena tidak semua kader ikut menyaksikan. Bangga, karena kelompok kita pada saat itu sekaligus mengadakan pelatihan kreasi daur ulang dari sampah,” ungkap Isti yang mengaku tidak tahu bakal mendapat penghargaan semacam ini. “Saya tahunya diundang ke Yogya mengadakan pelatihan bersama teman-teman,” cetusnya. Isti juga menyadari, perjuangannya masih belum seberapa. Masih banyak yang ingin dilakukan, tapi ia optimis bisa berbuat lebih baik lagi. Apalagi ia didukung oleh banyak pihak, baik dari pengurus, kader, para ketua RW dan para tokoh masyarakat. “Selain itu apabila segala sesuatu didasari rasa senang dan ikhlas, maka segala sesuatunya menjadi ringan. Meskipun saya juga merangkap di PKK Jakarta Timur, tapi Alhamdulilah pengurus Posdaya sudah paham siapa berbuat apa,” ungkapnya. Tidak ada kunci khusus untuk mengembangkan Posdaya. “Kami hanya menempatkan diri sebagai teman yang mengajari teman. Dan teman itu mengajari temannya dan seterusnya. Sehingga posisi kami sebagai teman dari teman-teman.” Kuncinya, kata Isti, keterbukaan dan kebersamaan yang selalu dijunjung tinggi dalam membina masyarakat, tidak melakukan intervensi di wilayah kecuali sedikit memberi arahan dan masukan. Selanjutnya mereka sendiri yang melaksanakan dan mengembangkan di wilayahnya masing-masing. “Yang paling membanggakan adalah teman-teman di Bekasi sekarang sudah pintar-pintar, guyub-guyub (kompak), kebersamaannya luar biasa dan kegiatannya makin intens. Dari situlah makin banyak yang ingin bergabung,” ungkapnya. Ia juga berharap ke depannya, semakin banyak pihak yang mau membantu, sehingga dapat membantu program pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat yang di mulai dari Pos Pemberdayaan Keluarga. RW Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
21
POSDAYA MASYARAKAT
HUT Yayasan Damandiri ke-18
Gelar Bazaar dan Pameran Produk Ekonomi Kreatif Posdaya Gedung Serbaguna Graha Sabha Perdana UGM Yogyakarta, pada 16 Januari 2014 lalu nampak gegap gempita kader-kader Posdaya menggelar hasil produk ekonomi kreatifnya. Keriuhan tersebut merupakan bagian dari rangkaian peringatan HUT Yayasan Damandiri ke 18.
Pameran dan bazar banyak menarik pengunjung. [FOTO-FOTO: HARI]
Y
AYASAN Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) secara resmi didirikan oleh empat serangkai, almarhum mantan Presiden Bapak HM Soeharto, Prof Dr Haryono Suyono, Almarhum Sudwikatmono dan almarhum Liem Sioe Liong (Sudono Salim) pada tanggal 15 Januari 1996. Yayasan Damandiri yang tahun ini berusia 18 tahun, tetap konsisten dengan visi dan misi yang diembannya. Yayasan Damandiri mengisi
22
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
pengabdiannya kepada masyarakat berupa upaya pemberdayaan dengan perhatian khusus keluarga miskin, dengan menggugah kepedulian dari keluarga atau lembaga lain yang lebih beruntung/mampu. Gerakan pemberdayaan keluarga itu atau dinamakan Gerakan Masyarakat Mandiri (Gemari) didirikan untuk meneruskan pembangunan yang berkelanjutan dengan mengajak setiap keluarga miskin dengan dukungan keluarga yang lebih beruntung, untuk mengikuti Gerakan Sadar Menabung dan dengan tekun
berlatih keterampilan agar bisa bekerja cerdas dan keras, dengan kemudahan dan dukungan masyarakat luas, diharapkan akan mampu berkembang menjadi keluarga mandiri yang bahagia dan sejahtera. Dalam Peringatan 18 tahun Yayasan Damandiri dengan tema “Peningkatan Dukungan Pengembangan Posdaya melalui Pemberdayaan Ekonomi Keluarga”, rangkaian kegiatan di antaranya adalah melalui Pameran Mitra Kerja dan Bazar Produk Posdaya. “Kegiatan ini bertujuan menginformasi perkembangan Posdaya sebagai media pemberdayaan masyarakat, menginformasi hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh para kader dan anggota Posdaya, serta media partisipasi dan promosi bagi mitra kerja Yayasan Damandiri,” kata Faozan Alfikri, SH, MKM. Asisten Deputi Direktur Bidang Pemberdayaan dan Kewirausahaan Yayasan damandiri ini mengungkapkan, peserta kegiatan bazaar dan pameran produk ekonomi kreatif ini diikuti oleh Posdaya dari
Karya-karya menarik mengisi bazaar dan pameran produk Posdaya.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Kota Yogya, kabupetan Bantul, Sleman, Gunungkidul dan Kulonprogo dengan 5 stand. Berikutnya, Posdaya binaan Universitas
Pameran produk Posdaya Gorontalo Utara ikut meramaikan HUT Damandiri 2014.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
23
Posdaya Kulonprogo menampilkan karya produktifnya yang menarik.
Sebelas Maret Surakarta(UNS) yang datang dari Solo, BoyolaIi, Wonogiri, Karanganyar, Sragen juga dengan 5 stand.
24
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
Lainnya, Posdaya Kabupaten Pacitan, Posdaya Kabupaten Bekasi (Kelurahan Bahagia), Posdaya binaan IPB Bogor, Mitra Kerja Bank UMKM Jatim, Bukopin DIY, Perwakilan BKKBN Provinsi DIY. Adapun materi pameran dan bazaar yang digelar di antaranya, yang diikuti peserta dari Posdaya kabupaten/kota berupa produk berbagai jenis makanan, berbagai jenis minuman, berbagai hasil pertanian (sayur, buah, dan lain-lain), produk kerajinan kreatif serta produk hasil perikanan. Sedangkan pameran, diikuti oleh mitra kerja perbankan dan instansi terkait berupa banner, panel, leaflet, brosur, contoh produk, dan lain-lain yang berupa informasi dan konsultasi tentang kredit Tabur Puja, informasi dan konsultasi tentang Sentra Kulakan Posdaya (Senkudaya), informasi dan konsultasi tentang budidaya Rumput Laut, informasi dan konsultasi tentang produk hasil Pengolahan Ikan, informasi dan konsultasi tentang Kebun Bergizi serta informasi dan konsultasi tentang Bank Sampah. “Stand diberikan gratis disiapkan oleh Panitia beserta perlengkapan meja dan bangku,” ujar Faozan. Dengan digelarnya kegiatan ini diharapkan akan semakin memotivasi, memicu dan macu Posdaya-Posdaya lainnya untuk bergiat melakukan pemberdayaan secara aktif dan produktif seperti yang diinginkan Yayasan Damandiri. HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Para Camat Berbicara Tentang Posdaya Sebagai aparatur pemerintah camat memegang peranan penting di wilayahnya. Ternyata para camat pun menyambut hangat tentang Posdaya. Apa kata para camat pendamping dari Posdaya penerima Damandiri Award 2013, di Daerah Istimewa Yogyakarta? Di bawah ini rangkuman hasil wawancara Hari Setyowanto dari Majalah Gemari. Simak selengkapnya:
C
AMAT Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Drs H Mardjuki mengatakan Posdaya banyak memberi manfaat bagi pembangunan di wilayahnya. Berikut penuturan Drs H Mardjuki: Posdaya Nyata Manfaatnya Saya berterima kasih kepada Yayasan Damandiri yang telah banyak membantu kemajuan masyarakat baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, kewirausahaan maupun lingkungan pemanfaatan lahan pekarangan yang dikembangkan dalam kebun bergizi. Semua dilakukan untuk memajukan bangsa dan negara ini. Upaya yang kami laksanakan sebagai pihak pemerintah kecamatan bersama kelurahan dalam mensukseskan MoU antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Yayasan Damandiri tentang Posdaya yang berbasis RW yang didukung oleh UST Yogyakarta, maka dalam mendukung kegiatan Posdaya di wilayah kami sangat mendukung serta memfasilitasi. Posdaya ini sangat tepat dalam tugasnya melaksanakan Segoro Amarto yang dikukuhkan Walikota Yogyakarta Drs Haryadi Suyuti, yang mengedepankan kebersamaan, goyong royong, kemandirian, kedisiplinan dan juga kepedulian antar sesama. Posdaya ini banyak memberi manfaat bagi pembangunan di wilayah kami. Di antaranya pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan, lingkungan, sosial, keagamaan maupun yang lainnya. Posdaya mampu menguatkan budaya gotong royong dan kepedulian sosial yang lebih baik. Posdaya juga dapat menjadi pemersatu berbagai kegiatan pemberdayaan dari lembaga-lembaga yang sudah ada. Dengan adanya Posdaya seluruh kegiatan bisa disinergikan, sehingga hasilnya nyata dan bisa dinikmati oleh seluruh warga tanpa terkeculi, termasuk keluarga kurang mampu.
“Posdaya mampu merangkul dan merangkum semua kegiatan, dengan sinergi ke- Posdaya melibatkan anak bersamaan dan gotong royong, seluruh ke- usia dini dalam kegiaatan giatan menjadi nyata manfaatnya,” ujar Camat pemberdayaan PAUD. Mardjuki. [FOTO-FOTO: HARI] Posdaya, juga mewujudkan masyarakat yang ayem, tentram, damai, sejahtera, berdaulat. Jika seluruh wilayah mengembangkan Posdaya secara baik, maka negara dan bangsa bisa menjadi lebih baik. Kegiatan Posdaya sangat komplit sehingga bisa dipadukan secara baik dengan inovasi dan gagasan masyarakat, sehingga kebutuhan masyarakat dapat terwujud berkat Posdaya. “Saya sangat berharap ke depan Posdaya terus berkiprah dan sumbangsihnya bersama masyarakat membangun kesejahteraan di wilayah maupun bagi bangsa dan Negara ini”. Selain itu sebagai penguatan pada lembaga Posdaya yang sudah jelas manfaatnya perlu didukung adanya skim kredit tanpa agunan seperti Tabur Puja. Karena dengan penguatan tersebut akan lebih menjadikan Posdaya jauh lebih Drs H Mardjuki mampu memberdayakan yang Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
25
lemah menjadi lebih berdaya. Kita harus khusnudon dan positif thinking terhadap pembangunan yang dilakukan melalui Posdaya. Karena semua demi terwujudnya kesejahteraan demi suksesya pencapaian target pembangunan Millennium Development Goals (MDGs). Untuk itu mari kita semua menguatkan semangat kebersamaan untuk membangun bersama. Drs Suyudi, MM
Drs Suyudi, MM, Camat Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY
Sejahtera Lahir Batin Posdaya berbasis masjid yang digerakkan oleh Masjid Baiturrahman sangat terasa di masyarakat dan mendorong masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. “Ternyata Posdaya berbasis masjid betul-betul bisa dilaksanakan dengan baik, misalnya peternakan, posyandu, semua bisa ditarik ke masjid,” ujarnya. Bahkan saat ini, Posdaya berbasis masjid sudah dikembangkan di berbagai masjid di pedukuhan yang ada di Sukoharjo. Dan sekarang ini sebagai tujuan kegiatan studi banding berbagai perguruan tinggi di Indonesia datang ke Sukoharjo khusus ke Masjid Baiturrahman. Ada juga KKN berbasis masjid, termasuk kunjungan dari berbagai daerah. Banyaknya kunjungan ini, menurut Camat Ngaglik, memotivasi masyarakat terutama yang terlibat langsung, akan menambah ilmu dan wawasan. Beberapa waktu lalu, kunjungan Prof Haryono Suyono dan Mba Titiek Soeharto saat menyampaikan renovasi masjid YAMP, juga memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan masjid sebagai ibadah dan menjalin hubungan sosial kemasyarakatan. “Posdaya berbasis masjid ini dapat memaksimalkan ibadah mahdoh dan ghoiri mahdoh, agar masyarakat sejahtera lahir dan batin, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat,” ujarnya. Manfaat Posdaya berbasis masjid ini sudah bisa dirasakan oleh masyarakat. Fungsi masjid, seperti di zaman Nabi Muhammad SAW, selain menjadi tempat ibadah sholat berjamaah, juga sebagai tempat untuk kegiatan sosial guna meningkatkan kesejahteraan umat. Jadi, masjid mempunyai fungsi Sri Wahyuni SH MHum ganda untuk kemaslahatan umat. 26
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
Jika di zaman nabi ada 10 kegiatan yang bisa dilakukan di masjid, maka di Masjid Baiturrahman ada empat bidang kegiatan yang sudah bisa dilaksanakan, yaitu bidang pendidikan, kesehatan, wirausaha, dan lingkungan. Memang, masjid yang berada di Dusun Klidon, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman hampir tidak pernah sepi dari kegiatan umat. “Pagi ada kegiatan TPA, PAUD, setiap malam ada pengajian, di hari-hari tertentu ada Posyandu, bahkan coffee morning (rapat pagi setelah subuh) pun dilakukan di masjid.”Saya senang masjid menjadi semakin hidup dengan adanya Posdaya, pemberdayaan umat pun semakin maju,” ujarnya. Sri Wahyuni, SH, MHum, Camat Dlanggu, Klaten, Jateng Posdaya Sangat Bermanfaat bagi Masyarakat Posdaya Cahaya bisa berkembang berkat kerja sama seluruh warga. Semua warga mendukung seperti pembuatan criping (makanan dari singkong) semua warga semangat. “Warga desa Gatak semangatnya luar biasa agak berbeda dengan desa lain,” puji ibu camat. Menurut dia karena Ibu Indarsih J Suripto adalah istri dari Bapak Wedana sudah pengalaman sehingga tahu persis kegiatan apa yang dimaui warganya sehingga warga mau mengikuti dan menjadi maju. Desa Gatak adalah juga dikenal dengan Desa Anak artinya banyak sekali kegiatan anak. Dengan berdirinya Posdaya Cahaya yang semakin berkembang ini 20 desa lain telah ikut merintis dan telah terbentuk Posdaya ingin mengikuti jejak sebagaimana Posdaya Cahaya. Yang semula di desa Gatak hanya satu Posdaya kini berkembang menjadi 21 Posdaya. Berkembangnya Posdaya Cahaya dan yang lainnya tidak terlepas dari peran partisipasi semua pihak termasuk Kepala Desa, Camat, Bupati dan Kantor Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana (PP&KB). Kepala Desa Gatak, H Walino pun sangat mendukung kegiatan Posdaya Cahaya. Karena Posdaya yang ada diwilayahnya itu dapat memberikan inspirasi warga masyarakat yang lain untuk berpartisipasi memberdayakan diri dan yang bergabung dalam Posdaya bisa membentuk maupun bergabung dengan Posdaya yang sudah ada. “Posdaya sangat bermanfaat bagi masyarakat utamanya masyarakat kecil yang perlu pertolongan. Posdaya yang menjadi panutan di sini adalah Posdaya Cahaya,” ujanya.
Kegiatan Posdaya ini juga mendapat dukungan dari Pemda Klaten yang sudah pernah mengadakan kerja sama dengan Yayasan Damandiri. Dalam pemberdayaan Kabupaten Klaten dilakukan melalui PPKB dan selama ini sudah ada penempatan dana dari Yayasan Damandiri di Bank BPR Klaten dan sekarang dana itu masih diperuntukkan kegiatan yang sifatnya Posdaya yang ada di masing-masing desa maupun kelurahan. Ia mengucapkan terima kasih kepada Prof Haryono Suyono atas perhatiannya yang tinggi kepada masyarakat Klaten dan ke depan akan terus melakukan proses kerja sama. “Yang jelas Posdaya bagi Kabupaten Klaten besar sekali manfaatnya. Harapan kami ke depan semua unsur di wilayah khususnya pak camat, bu camat dan kepala desa dan kelurahan akan menghidupkan kembali petugas-petugas lapangan untuk membantu masyarakat.. Diakui pada bahwa sejak reformasi dan birokrasi petugas lapangan KB sangat kurang. Saat ini kami sedang mengusulkan kepada pak bupati agar petugas-petugas KB lewat Posdayanya dan lewat gerakan yang ada di masingmasing lingkungan dihidupkan kembali. “Prinsipnya pihak Kabupaten mendukung penuh kegiatan masyarakat yang sifanya pemberdayaan, seperti apa yang dilakukan oleh Ibu Indarsih J Suripto lewat Posdaya Cahaya,” ungkapnya. Suharyanto, SH, MM, Camat Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jatim Demi Hidup Berkecukupan Mengembangkan pemberdayaan keluarga semacam Posdaya Sejahtera RW 06 Dusun Plelen, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan awalnya memang tak mudah. Salah satu kesulitan yang dirasakan Camat Pacitan, Suharyanto, adalah membangkitkan kepercayaan diri masyarakat ekonomi rendah untuk bergabung dengan masyarakat lain yang ingin mengulurkan tangan. “Mungkin karena keterbatasan pemikiran dan ekonomi, mereka merasa sebagai komunitas termajinalkan sehingga malu dan takut bergabung dengan masyarakat lainnya. Padahal mereka inilah yang ingin kita tolong. Intinya butuh kesabaran dan kepedulian,” ujar Suharyanto. Pelan-pelan, tercapai hasil yang membanggakan. Masyarakat berbaur, bergandengan tangan membina kemandirian. “Makanya saya sangat senang dengan
program Posdaya. Karena setiap orang tentu filosofi hidupnya ingin berkecukupan. Mau sekolah ada dana, ekonomi baik, pokoknya mandiri lah. Nah filosofi ini bisa dicapai dengan membangun kepedulian dan saling bekerjasama, gotong royong,” lanjutnya. Sebelum mendukung Posdaya di Pacitan, Suharyanto sudah berkenalan dengan Posdaya sejak masih menjadi Lurah Pucang Sewu. “Pada tahun 2004 keadaan Suharyanto, SH, MM Pacitan belum semaju ini. Makanya begitu Posdaya masuk dengan berbagai bantuan dan kegiatan pemberdayaan, saya sangat menyambut baik. Saya kagum dengan kepedulian Profesor Haryono pada orang tak mampu, sungguh luar biasa,” puji Suharyanto. Ia bercerita, kala itu di wilayahnya PAUD tak bisa dijangkau sembarang masyarakat karena biayanya tak sedikit. “Pada Prof Haryono saya mengatakan butuh sekolah gratis PAUD dan TK. Selain itu makanan tambahan saat acara Posyandu juga kurang. Akhirnya dapat alokasi dana dari beliau, lumayan,” syukurnya. Dulu, menurut beberapa warga, wilayah Plelen, Sidoharjo, Pacitan, Jawa Timur tergolong kumuh, masyarakat pun tak banyak saling berinteraksi dan bergotong royong. Semua berubah sejak kegiatan Posdaya mulai menjalar. Banyak keuntungan dirasa, apalagi oleh kelompok Posdaya Sejahtera. Di forum ini, masyarakat makin sering bersilaturahmi dan bertukar pikiran dengan warga Plelen lainnya. Kerukunan dan suasana dinamis, kental terasa. Ia juga berbangga hati, Posdaya Sejahtera yang dirintis warga setempat, mencuri perhatian banyak kalangan. Bahkan beberapa kelompok dari daerah lain datang berkunjung. Tentang ragam kegiatan Posdaya, banyak yang mereka praktikkan. Mulai dari PAUD, Bina Keluarga Balita, remaja, dan lansia, karang taruna, berbagai kelompok usaha dan industri rumah tangga, kesehatan dan KB, hingga lingkungan hidup dan spiritual. Semuanya membuat suasana kian dinamis memang. Sebut saja karang taruna yang di beberapa daerah lain mungkin tak lagi bergema. Di Plelen, sekelompok pemuda sering berkumpul, entah sekedar bertukar pikiran, meningkatkan pengetahuan seputar teknologi, atau mempraktikkan pembuatan pupuk kompos serta budidaya ikan lele. HARI Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
27
POSDAYA PEMERINTAH
Wakil Walikota Bogor drh Achmad Ru’yat, MSi
Prof Haryono Inspirasi Pembangunan Berkelanjutan Pemerintah Kota Bogor sangat menyambut dengan antusias program Posdaya. Karena memang program ini betul-betul dibutuhkan oleh pemberdayaan masyarakat yang memang menyangkut kebutuhan dasar, masalah pendidikan, kesehatan, lingkungan dan peningkatan perekonomian dalam pengentasan kemiskinan. Ini yang menjadi titik tolak Pemerintah Kota Bogor menyambut baik program Posdaya yang digagas Yayasan Damandiri.
Pengembangan Posdaya di Kota Bogor diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dalam pengentasan kemiskinan. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
W
AKIL Walikota Bogor drh Achmad Ru’yat, MSi sangat mendukung upaya pemberdayaan masyarakat melalui program Posdaya yang sejak tahun 2009 sudah berjalan dengan baik di Kota Bogor. “Saya ucapkan terima kasih kepada Yayasan Damandiri, di bawah kepemimpinan Prof Dr Haryono Suyono yang telah memberikan perhatian dalam pembinaan Posdaya. Dan Pemerintah Kota Bogor memiliki kebijakan, kelembagaan dengan adanya Memorandum of Understanding (MoU) Pemerintah Kota Bogor bersama Yayasan Damandiri dan juga bersama IPB,” ucapnya. Tentu secara bertahap pembinaan Posdaya ini dilakukan di Kota Bogor. Awal adanya Posdaya di Kota Bogor ini pada tahun 2009 dan dikuatkan adanya MoU dengan Yayasan Damandiri tahun 2010. Sekarang sudah ada 68 Posdaya dari 68 kelurahan dan akan bertambah menjadi 70. Selain itu juga sudah 24 Posdaya yang mendapatkan dana hibah stimulan. 28
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
Baik dalam masalah perekonomian, kemudian juga pendidikan, kesehatan juga tentunya masalah lingkungan. Achmad Ru’yat menuturkan bahwa pembinaan Posdaya yang berkembang sangat baik di Kota Bogor juga merupakan sinergi antara Pemda Kota Bogor, perguruan tinggi dalam hal ini P2SDM IPB dan Yayasan Damandiri. “Kami sampaikan terima kasih kepada IPB yang telah melakukan pembinaan dari instruktur-instruktur kampus IPB dan juga keterlibatan mahasiswa IPB dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di wilayah-wilayah Posdaya di kelurahan-kelurahan di Kota Bogor. Dan ini dirasakan manfaatnya sehingga di satu sisi masyarakat juga di bina di program-program pertanian, peternakan, pengolahan sampah menjadi kompos, kemudian bagaimana mereka mengelola pengolahan pasca panen, misalnya pengolahan talas menjadi keripik dan ini menyebabkan nilai tambah dari perekonomian warga di Kota
Bogor,” ujarnya. Achmad Ru’yat yang juga lulusan IPB berharap program Posdaya ini dapat terus dikembangkan karena pemerintah Kota Bogor merasakan adanya manfaat dari program Posdaya yang digagas Prof Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri dan tentu mudah-mudahan ini dapat terus berkelanjutan. “Dan komitmen Kota Bogor dalam pengalokasian APBD sudah kita anggarkan sebagai satu dana stimulan kepada Posdaya, sehingga keterlibatan para mahasiswa dan juga para instruktur dari Kampus IPB dan juga pembinaan dari Yayasan Damandiri dengan Posdaya ini sangat dirasakan manfaatnya,” cetusnya. Lebih lanjut drh Achmad Ru’yat, MSi mengungkapkan, “Dari empat program yang saya lihat sangat menonjol, misalnya program lingkungan, ini sangat sejalan dengan program sustainable development (pembangunan berkelanjutan) yang berbasis lingkungan di mana Kota Bogor memiliki suatu visi sebagai kota jasa yang nyaman. Ini sangat bersinergis kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan pemerintahan amanah,” katanya seraya menambahkan, “Langkah konkrit yang telah dilakukan bahwa Pemerintah Kota Bogor telah mengalokasikan dana stimulan kepada 24 Posdaya dan kita berharap ini dapat terus berkembang.” Demikian pula masalah pengentasan kemiskinan. Tipologi kota tentu akan dihadapkan pada suatu pergerakan suplai demand kegiatan ekonomi dan dengan pembinaan dari Posdaya ini mudah-mudahan kegiatan masyarakat untuk bisa mandiri betul-betul dapat dilakukan. Kemudian juga masalah sanitasi lingkungan ini sangat penting. Mudah-mudahan kerja sama ini dapat terus dilakukan pada masa-masa yang akan datang. Menanggapi ulang tahun Yayasan Damandiri yang ke-18, drh Achmad Ru’yat, MSi mengungkapkan semangatnya terhadap sosok Prof Dr Haryono Suyono. “Saya sangat terinspirasi dengan profil Prof Haryono Suyono. Di usia yang sudah 75 tahun tetapi semangatnya 18 tahun. Oleh karena itu selamat kepada Yayasan Damandiri
Wakil Walikota Bogor drh Ahmad Ru'yat, M.Si sangat mendukung pengembangan program Posdaya di Kota Bogor.
yang telah memasuki usia 18 tahun dan kami terinspirasi dengan semangat Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang memiliki semangat masih menggebu-gebu,” urainya. “Saya ikuti betul bagaimana beliau ketika presentasi dan juga menuangkan gagasangagasan yang sangat inspiring, yang betul-betul visioner, yang mewariskan kepada generasi yang akan datang bahwa pembangunan ini memang diperuntukkan bagi keberlanjutan generasi yang akan datang. Apa yang terjadi pada hari ini merupakan hasil karya para pendahulu kita dan apa yang kita lakukan pada hari ini untuk kita wariskan kepada generasi yang akan datang. Program Posdaya sangat tepat dan mudah-mudahan di ulang tahun yang ke 18 ini merupakan usia yang cukup matang meskipun masih muda tapi sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia khususnya,” ucapnya. SUL/DH
Pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya berjalan dengan baik di Kota Bogor sejak tahun 2009.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
29
POSDAYA PEMERINTAH
Tak Diragukan Lagi Komitmen Bupati Dukung Posdaya KAKB Kulonprogo Dalam menangani kemiskinan Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo, SPOG akan mengeluarkan peraturan daerah yang isinya setiap pegawai negeri berkewajiban mengasuh keluarga miskin yang ada di seluruh Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
dr H Hasto Wardoyo SPOG memberi sambutan dengan optimisme Posdaya bisa membantu mengentaskan kemiskinan di Kulonprogo. [FOTO: HARI]
30
pelaksanaan peringatan Ulang Tahun Yayasan Damandiri ke-18. “Pak Bupati, saya bersama Pak Subiakto Tjakrawerdaja dan pimpinan Yayasan Damandiri sengaja mengajak kedelapan belas Posdaya nominator penerima anugerah penghargaan Damandiri Award yang merupakan utusan dari kabupaten kota mewakili 30 ribu Posdaya yang ada di seluruh Indonesia berikut pendampingnya yang terdiri dari para camat ini ke Kulonprogo untuk melihat langsung bagaimana Bupati Kulonprogo memberikan dukungan UKAN saja keluarga miskin ditang- dan komitmennya terhadap Pos Pemberdagung keluarga mampu tetapi Kulon- yaan Keluarga (Posdaya) sebagai salah satu progo telah mempunyai koperasi pu- upaya membantu mengentaskan kemiskinan sat kulakan dan mempunyai warung. di daerah ini,” papar penggagas Posdaya yang Warung-warung itu dibuat bersama antara juga Ketua Yayasan Damandiri. Mereka, lanjut Haryono, yang ikut ke keluarga miskin dan keluarga kaya dan dijaga Kulonprogo ini telah mengikuti lomba untuk secara bergilir oleh keluarga miskin. “Ini adalah contoh yang ditunjukkan Bu- merebutkan juara lima besar terbaik diajak pati Kulonprogo. Bupati telah bergelut dengan untuk melihat dari dekat Posdaya yang Posdaya dan Posdaya ini akan menyelesaikan berhasil di Kabupaten Kulonprogo. Karena kemiskinan yang ada di Kulonprogo,” kata secara khusus Kulonrogo mengembangkan Prof Dr Haryono Suyono dalam sambutannya keluarga miskin dalam tatanan gotong royong saat berkunjung ke kabupaten paling barat melalui Keluarga Asuh Keluarga Binangun Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini (KAKB) di mana keluarga yang lebih mampu bersama rombongan para nominator ung- mengasuh keluarga kurang mampu untuk gulan 18 Posdaya peserta seleksi penerima dientaskan kemiskinannya melalui proses pemberdayaan. Damandiri Award 2013. Selain itu, sebut Haryono, kedatangan Delapan belas Posdaya yang tersaring dari 30.000 Posdaya di seluruh Indonesia sebagai mereka ke Yogakarta juga karena ingin melihat nominator penerima anugerah penghargaan bahwa di seluruh kabupaten/kota di Damandiri Award tahun 2013 saat ini telah Yogyakarta telah terbentuk Posdaya di seluruh berkumpul di Kota Jogyakarta sebagai tempat desa/kelurahan bahkan dukuh/RW. Mereka
B
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
para juara juga siap saling membagikan pengalamannya kepada teman-teman seluruh Indonesia. Di hadapan para jawara Posdaya berikut para camat pendampingnya ini Prof Haryono pada Bupati Hasto Wardoyo disaksikan Siti Hediati Haryadi Soeharto, putri pendiri Yayasan Damandiri – HM Soeharto serta jajaran pengurus Damandiri dan pimpinan SKPD Kulonprogo mengutarakan rasa kagumnya terhadap konsep KAKB di Kulonprogo. Rombongan diterima Bupati Hasto Wardoyo dan pimpinan SKPD Kabupaten Kulonprogo di aula kantor kabupaten, Rabu ( 15/1) lalu. Haryono pun mengapresiasi bupati yang sejatinya berlatar belakang profesi ahli kandungan yang lebih banyak berkecimpung dengan dunia kebidanan, melahirkan dan dunia ginekolog. Namun saat dipercaya rakyat, ternyata mampu menangani kemiskinan dengan konsep KAKB-nya. Bahkan, Bupati Kulonprogo akan mengeluarkan peraturan daerah yang isinya setiap pegawai negeri berkewajiban mengasuh keluarga miskin yang ada di seluruh Kabupaten Kulonprogo. Bukan saja keluarga miskin ditanggung keluarga mampu tetapi Kulonprogo telah mempunyai koperasi pusat kulakan dan mempunyai warung. Warung-warung itu dibuat bersama antara keluarga miskin dan keluarga kaya dan dijaga secara bergilir oleh keluarga miskin. Dalam menerima tamu ombongan r yang diikuti tidak kurang dari 200 peserta itu dr Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa di Kulonprogo kemiskinan masih cukup tinggi. Kalau di DIY 16 persen, nasional 13 persen, maka di Kulonprogo masih 23 persen. “Kemiskinan 23 persen ini cukup tinggi dibandingkan kabupaten maupun di kota. Hampir seperempat penduduk Kulonprogo ini masih miskin,” katanya. Untuk itu, lanjut Hasto Wardoyo, masyarakat perlu diajari untuk hidup mandiri dan berdikari, orang kaya har us memperhatikan orang miskin. Kalau orang kaya membantu orang miskin maka penanggulangan kemiskinan akan lebih cepat teratasi. Ada sistem pendampingan, yaitu orang kaya mendampingi orang miskin. Sehingga Kulonpro go mempunyai KAKB. Artinya sistem famili ini ada keluarga mampu ber gabung dengan keluarga orang miskin untuk membuat usaha kecil-kecilan yang wajar dan bisa dijalankan. “Kami membuat koperasi sentra kulakan,
selain itu keluarga juga punya warung kecil sebagai jejaring usaha. Kita berusaha agar koperasi itu menjadi soko guru kita dalam bidang ekonomi. Kalau ada barang-barang dari impor sebaiknya ditolak saja,” tegas bupati yang di wilayahnya sudah ada 347 Posdaya, 226 KAKB dan 130 warung KAKB. Sebagai Bupati, Hasto Wardoyo sebagai dokter mengaku terbiasa mendiagnosis dan sebelum ketemu diagnosisnya jangan diobati. “Ini orang miskin sakit panas sering diberi parasetamol semua. Memang sembuh demamnya tetapi hanya sebentar setelah parasetamolnya habis panas lagi. “Padahal orang yang demam itu tidak sama penyebabnya, yang satu demam karena TBC, yang satu demam karena HIV/AID yang satu malaria dan obatnya bedabeda. Mentang-mentang orang miskin digebyah uyah (disama ratakan) semua diberi parasetamol,” kata Bupati Kulonprogo yang mengaku cocok dengan Yayasan Damandiri karena Damandiri selalu bekerja sama dengan perguruan tinggi. Perguruan tinggi itulah tempat bersama untuk menemukan penyebab kemiskinan. Karena itu harus diurai satu persatu. Dalam menangani kemiskinan Kulonprogo punya album kemiskinan. Dengan album itu kemiskinan dapat diketahui berapa jumlah miskin dan bagaimana profil mereka. Waktu melaunching album kemiskinan yang dihadiri penyanyi balada Ebiet G. Ade, banyak yang hadir. Para pengusaha pun menyumbangkan dananya. Dalam waktu dua jam terkumpul dana Rp 250 juta. “Sejak itu kita mendidik pengusaha mau menyumbangkan rejekinya begitu juga PNS mau menyumbangkan rejekinya, sehingga setiap kita bisa menyam bangi fakir miskin. Serta seluruh SKPD setiap minggu melakukan gotong royong untuk
Bupati Kulon Progo dr H Hasto Wardoyo SPOG Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Titiek Soeharto saat melihat aneka produksi hasil anggota Posdaya KAKB Kulon Progo, DIY. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
31
Hasil produksi Posdaya KAKB Kulonprogo mendapat perhatian peserta OST Posdaya Yayasan Damandiri.
32
an Kelompok Tani) diberi merek Kulonprogo kemudian PNS setiap bulan diwajibkan membeli beras itu sedikitnya 10 kg saja,” ujar Hasto. Kulonprogo, kata Hasto Wardoyo, telah menandatangani kerja sama dengan Bulog bahwa raskin yang masuk di Kulonprogo satu bulan 750 ton itu jangan dari Vientam, jangan dari India, jangan dari Thailand tetapi cukup dari Gapoktan Kulonprogo saja. Karena produksi beras Kuloprogo sebanyak 125 ribu ton. Kalau hanya melayani 750 ton saja maka mencukupi. Pada kesempatan tersebut, Bupati Hasto pun berjanji tahun 2014 akan lebih dekat dengan Yayasan Damandiri bagaimenyemangati warga masyarakat termasuk mana Gapoktan di wilayahnya bisa bekerja janda-janda tua untuk bangkit dari kemis- sama dengan Damandiri, utamanya melalui kinan,” tuturnya. Posdaya dan pasar berasnya sudah disiapkan. Hasto juga mengungkapkan, dalam kaitanHasto juga mengatakan Kulonprogo juga nya mengentaskan kemiskinan dilakukan pula memiliki produk unggulan lainnya, yaitu perbaikan rumah yang rusak. Dalam waktu “Gula Semut” dan sudah di launching dengan satu tahun bisa membedah 250 rumah miskin sistem satu perusahaan mengampu satu desa yang menghabiskan dana swadaya yang miskin. Ternyata perusahaan itu senang karena terkumul dari masyarakat sekitar Rp 4 milar. ikut mengentaskan kemiskinan. Tak henti hentinya Hasto mengungkapkan Kepedulian dari BUMD-nya dilakukan dan rasa kebersamaannya dengan Damandiri. menciptakan pekerjaan dengan sistem padat “Kami bersemangat dengan Yayasan Daman- karya. Y ang dulu jalan-jalan desa itu diri karena dapat membentuk Posdaya, diborongkan kepada pihak ketiga. Selanjutnya membentuk KAKB yang diimbangi dengan diubah yang diborongkan diberikan kepada ekonomi kreatif lainnya. Kami menjalankan rakyat dan rakyat yang jadi pemborong lebih amanat ekonomi kerakyatan ini mulai tulus dan ikhlas mengerjakan itu hasilnya membangun koperasi, memanfaatkan sumber- lebih baik. Begitu juga nanti Posdaya juga daya alam, BUMD dihidupkan, menciptakan diarahkan ke produk-produk lokal seperti lapangan pekerjaan dan menyantuni fakir Batik Geblek Renteng. Sebagai pasar anak miskin,” paparnya. sekolah dari SD sampai SMA kalau pakai batik Kami, kata Bupati Hasto Wardoyo, dise- harus batik asli Kulonprogo sendiri yaitu Batik mangati oleh Dr Subiakto Tjakrawerd aja, Geblek Renteng. Jumlah diperlukan untuk Sekretaris Yayasan Damandiri mendirikan pakaian anak SD sampai SMA itu sebanyak koperasi sentra kulakan. Kalau kita mau mem- tidak kurang 80 ribu lembar batik. Begitu juga beli di Kulonprogo, maka belilah air produksi bagi PNS diwaktu berpakaian batik harus Kulonprogo. Kalau mau membeli di Kulon- menggunakan produk sendiri. progo arahannya gampang, hanya membeli Selain itu Hasto juga mengungkapkan, produk Kulonprogo. Ini penting, karena me- aparatnya tidak boleh menerima hadiah dari nurut Hasto, masyarakat walaupun di desa, para pengusaha. Ia juga berjanji akan memgayanya selalu konsumtif mereka sekarang buat Perpu yang isinya bahwa PNS itu akan tidak mau merebus air sendiri tetapi membeli mengapu 4 keluarga miskin, dan disambut air kemasan walaupun miskin. gelak tawa. “Begitu juga menyangkut penggunaan Selanjutnya, dari kantor bupati, rombongberas. Selama ini, orang miskin selalu men- an di antar ke Posdaya Binangun Sejahtera yang dapat beras miskin (raskin) yang mutunya di diketuai Bagyo. Di Posdaya yang ada di bawah. Saya usul kalau beras miskin itu Gunung Gempal RT 24/RW 11 Giripeni, Wates diganti beras daerah sehingga kata-katanya ini, rombongan melihat langsung berbagai menjadi Rasda. Belum lama ini kami telah kegiatan pemberdayaan yang dilakukan para mulai memproduksi dari Gapoktan (Gabung- kader mulai dari balita hingga lansia. HARI
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
POSDAYA PEMERINTAH
Subang Bertekad Entaskan Kemiskinan melalui Posdaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Subang, Jawa Barat berkomitmen untuk melakukan perubahan. Melalui program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang dikembangkannya bertekad untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat Subang. Langkah itu diwujdukan Pemkab Subang dengan menggelar Sosialisasi Posdaya pada Selasa siang 7 Januari 2014 lalu.
U
PAYA Pemkab Subang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya ternyata bukan main-main. Tekadnya langsung direalisasikan dengan melakukan penandatangan MoU antara Pemkab Subang dengan Yayasan Damandiri dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung tentang program peningkatan sumberdaya manusia dan pengembangan pemberdayaan masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Acara yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Subang, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian masyarakat Subang. Bupati Subang H Ojang Sohandi, S,STTP, MSi bersama seluruh jajarannya berjejer di barisan depan. Dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai penggagas Posdaya. Tak heran, bila acara yang
berlangsung di Aula Pemkab Subang, Jl Dewi Sartika No 2 Subang, Jabar ini menjadi makin menarik dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan kekagumannya atas cita-cita dan tekad kuat Bupati Subang guna melakukan perubahan bagi masyarakat Subang. “Meski demikian, Bupati Subang harus menjalin kekuatan dengan seluruh kekuatan yang ada untuk membangun keluarga. Ukurannya bukan dengan uang miliaran rupiah, namun apakah seluruh keluarga Subang sudah tercukupi dan tidak memalukan,” ucap Prof Haryono di hadapan ratusan peserta acara. Sehingga, lanjut Prof Haryono, keluargakeluarga miskin di Subang lebih dominan dalam meningkatkan kesejahteraanya. “Dengan begitu, nantinya rakyat Subang tidak akan malu mengaku sebagai warga Subang,” tukas Prof Haryono. Untuk itu, jelas Prof Haryono, dalam proses
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya di hadapan peserta Sosialisasi Posdaya Kabupaten Subang, Jabar. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
33
POSDAYA PEMERINTAH
jang. “Untuk itu, selain pengembangan ikan dan udang juga akan dikembangkan penanaman rumput laut di air payau di tepi pantai,” imbuhnya seraya menambahkan upaya itu bisa dilakukan oleh masyarakat Subang yang tergabung dalam Posdaya.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyerahkan cinderamata kepada Bupati Subang H Ojang Sohandi, S,STTP, MSi, disaksikan Ketua STKIP Siliwangi Bandung Dr H Haris Hendriana, MPd. [FOTO-FOTO: ADE S]
Peserta tampak antusias mengikuti berlangsungnya acara.
34
pembangunan, perlu adanya kerjasama dari berbagai kalangan, kalangan akademisi, komunitas bisnis dan pemerintah setempat yang pro rakyat. “Semua itu tujuannya untuk meningkatan indek prestasi manusia yang saat ini sedang melorot,” tegasnya. “Langkah Bupati Subang yang kuat ini harus diikuti oleh semua komponen dan rakyat yang penuh disiplin tinggi. Mereka harus bisa mencapai target internasional Millenium Developmen Goals (MDGs). Hal itu seperti ketaqwaan dan budaya lokal, sosial dan ekonomi,” kata Haryono. Diungkap Prof Haryono, Kabupaten Subang yang masih banyak jumlah angka kemiskinannya ini bisa mendirikan Posdaya di setiap desa. “Program tersebut tidak akan menyaingi Posyandu, namun akan mendukung dan menjadi sarana silaturahmi untuk pemberdayaan masyarakat,” cetusnya seraya menambahkan upaya itu kini didukung melalui KKN STKIP sehingga masyarakat desa akan dibantu dalam mengembangkan kewirausahaan. Diakui Prof Haryono, Subang saat ini mempunyai potensi pantai laut yang sangat pan-
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
Program MW3M Dijelaskan Prof Haryono, program Posdaya mengusung misi 3W yang diapit 2M atau MW3M. “M pertama, yaitu Maton, artinya beragama dan berbudaya. W, yang pertama adalah Waras. Artinya yang ada disekitar Posdaya itu waras atau sehat. Kalau Dinas kesehatan datangnya ke klinik atau rumah sakit tetapi kalau Posdaya itu datang ke rumah-rumah penduduk untuk membantu yang sakit atau kurang sehat,” jelasnya. W kedua, lanjutnya adalah Wasis, artinya pandai. “Kalau mau melihat masalah pendidikn jangan melihat sekolah, tetapi lihatlah rumah-rumah miskin, apa masih ada anak keluarga miskin usia sekolah tidak sekolah? Kalau masih ada, secara gotong- royong melalui Podaya, anak tersebut disekolahkan. Sementara bagi desa-desa yang ada masjidnya, ada Posdayanya harus didirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD, red),” imbuh Prof Haryono. W yang ketiga, paparnya adalah Wareg, artinya kenyang dan ini bagian dari pengentasan kemiskinan. “Melalui Posdaya segera dibangun wirausaha, tidak harus yang besarbesar, tetapi mulai dari yang mikro kecil dan bisa menggunakan dana pinjaman dari Tabur Puja ( Tabungan Kredit Pundi Sejahtera, red) tanpa agunan,” jelasnya. Dan M kedua adalah Mapan, ucap Prof Haryono, artinya, rumah rakyat harus layak huni, lingkungan rumahnya sudah ditanami sayuran dan kebun bergizi untuk menambah gizi keluarga. “Posdaya berbasis masjid adalah proses untuk mengembangkan kerja sama dan gotong royong,” pungkasnya. Melalui upaya itu, lanjut Prof Haryono, nantinya masyarakat akan menjadi bertaq-
wa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mencintai budaya, sehat, pintar dan bergizi, serta sejahtera sehingga mampu mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Subang. “Bahkan nantinya masyarakat akan bisa merubah sampah menjadi berkah,” pungkasnya. Hadir pada acara ini Bupati Subang H Ojang Sohandi, S,STTP, MSi, Ketua STKIP Siliwangi Bandung Dr H Haris Hendriana, MPd, KH Olih Komarudin dari Yayasan Kartika Jaya Cabang 19 Siliwangi, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, pimpinan SKPD Pemkab Subang, para camat, para kepala desa, mahasiswa STKIP Siliwangi, para Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) seKabupaten Subang, tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Melakukan perubahan Sedangkan Bupati Subang H Ojang Sohandi, S,STTP, MSi, menyadari tidak ada sebuah daerah yang berubah ke arah yang lebih baik apabila tidak ada komitmen dari daerah itu sendiri. Oleh karena itu, Pemda Subang berkomitmen untuk melakukan perubahan itu. “Karena saya mempunyai cita-cita ke depan bahwa masyarakat Kabupaten Subang harus terlahir sebagai masyarakat yang encer otak yaitu masyarakat yang cerdas. Kedua, kuat akhlak (kemuliaan moralitas, red) . Ketiga bedas taktak (mampu bekerja keras dan cerdas, red) dan keempat masyarakat Subang harus terlahir sebagai masyarakat yang lega leutak (sejahtera, red),” cetus bupati yang baru dilantik 19 Desember 20113 lalu ini semangat. Dengan adanya Posdaya ini, lanjut H Ojang, minimal mampu merubah
Bupati Subang H Ojang Sohandi, S,STTP, MSi saat menyampaikan sambutannya.
mind set (pola pikir, red) masyarakat Subang. “Tidak lagi menjadi kabupaten yang sombong. Sarana sekolah dan masjid bisa dimanfaatkan secara maksimal. Mudah-mudahan dengan adanya Posdaya ini, dari masjid lahir ekonomekonom besar, yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat,” tegas Ojang optimis. ‘Karena sejahtera dan tidak sejahtera masyarakat Kabupaten Subang bukan hanya di pundak aparat pemerintahan saja tetapi di pundak semua masyarakat Subang,” tukas H Ojang Sohandi. ADE S
Prof Dr Haryono Suyono, H Ojang Sohandi, S,STTP, MSi, dan Dr H Haris Hendriana, MPd saat bergambar bersama para mahasiswa STKIP Siliwangi asal Subang.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
35
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Tim Posdaya Bekasi Perlu Arahan Penanganan Banjir Banjir yang melanda sebagian wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat sepanjang Januari 2014 ini telah menyebabkan puluhan rumah rusak dan ratusan hektar sawah terancam gagal panen. Kondisi mencekam ini juga menimpa beberapa rumah pengurus Posdaya yang ada di Kota Bekasi, di antaranya Posdaya Mandiri dan Posdaya Delima Ciketing Udik. Sebagai bentuk kepedulian pada keluarga korban banjir, Ikatan Relawan Seluruh Indonesia (IRSI) dan Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Bekasi ikut menyumbangkan tenaga dan bantuan meringankan beban hidup mereka.
Sekretaris IRSI Kota Bekasi Hidayat Tri (kanan) bersama Wakil Walikota Bekasi Ahmad Syaikhu (tengah) saat mendiskusikan penyaluran bantuan korban banjir. [FOTO-FOTO: RAHMA]
“W
ALAU saya tidak punya data yang akurat, tetapi berdasarkan informasi yang saya terima cukup banyak Posdaya di Kota Bekasi yang menjadi korban banjir tahun ini. Beberapa rumah pengurus Posdaya terkena banjir. Seperti yang dialami oleh Rika Susanti (Ketua Posdaya Mandiri) selama ini tidak pernah kebanjiran, tahun ini air berkunjung sampai setinggi lutut orang dewasa. Begitu juga beberapa rumah pengurus Posdaya Delima di Ciketing Udik terendam banjir yang lebih besar dibanding tahun sebelumnya,” papar Sekretaris Umum IRSI, Hidayat Tri Sutardjo. Ia juga berkeyakinan, masih banyak kantorkantor Podaya, rumah-rumah pengurus Posdaya, dan ruang belajar PAUD yang dikembangkan Posdaya terkena musibah banjir ini. “Mungkin ke depan Tim Penggerak Posdaya Kota Bekasi seharusnya mendata dan memberikan arahan bentuk program penanganan korban banjir yang terarah, sistemik dan berkesinambungan terhadap Posdaya-posdaya yang 36
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
mengalami bencana banjir,” ujar lelaki kelahiran Malang 12 Pebruari 1963 yang juga Inisiator Pengembangan Posdaya dan Sekretaris Tim Penggerak Posdaya Kota Bekasi. Banjir di Kota Bekasi ditengarai oleh apa? Untuk menjawab pertanyaan ini, Tri mencoba menjelaskan dengan membuka kembali lembaran sejarah dan kondisi Kota Bekasi di tahun 1936. “Saya pernah melihat Peta Bekasi tahun 1936 di Perpustakaan Nasional, dalam peta tersebut jelas tergambar bahwa Bekasi dan sekitarnya itu merupakan rawa-rawa semuanya,” jelasnya. Rawa-rawa tersebut, kata Tri, berisi air yang cukup jernih. Dan menurut cerita orang asli Bekasi, dalam rawa-rawa tersebut banyak sekali ikan Gabus, yang memiliki sifat menjernihkan air. Di pinggir-pinggir rawa, banyak sekali pohon durian, yang buahnya ketika itu mencapai delapan kepala manusia. Rasanya sangat manis, namun jika buah durian tersebut dimasukkan dalam saku baju tidak lengket. Durian Pekayon ini sangat disukai oleh Presiden Soekarno, bahkan beliau sering kali membawa tamu nega-
ra ke Bekasi untuk menikmati durian Pekayon yang terkenal ini. Ditambahkannya, kondisi Kota Bekasi di tahun 2014, sangat jauh berbeda. Dulu rawarawa sekarang sudah menjadi tempat hunian semuanya, rawa tinggal beberapa saja yang kondisinya juga memprihatinkan sekali. Rawa-rawa sekarang tinggal menjadi nama kampung, kelurahan dan nama kecamatan saja, seperti rawa semut, rawa tembaga, rawalumbu, rawa bebek, rawa buaya, dan lain-lain. Dengan melihat kondisi Bekasi masa lampau tersebut, dapat tergambar bahwa dulunya Bekasi itu banyak sekali memiliki resapan air yang sangat baik untuk lingkungan sehingga banjir hampir tidak pernah, di samping penyebab lainnya, misalnya jumlah penduduk, drainase perkotaan. Ada 27 titik banjir di Kota Bekasi saat ini. Ini yang menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh masyarakat Kota Bekasi yang harus dibereskan. Menurut Tri, penyebab dari banjir di Kota Bekasi antara lain adalah mampetnya beberapa drainase oleh sampah-sampah, diameter gorong-gorong yang semakin kecil karena setengahnya sudah terisi lumpur dan tidak pernah dibersihkan, banyaknya jalan-jalan wilayah yang dicor, budaya bersih masih belum dilaksanakan dengan baik oleh warga. Banjir di Perumahan Taman Narogong misalnya boleh dikatakan bahwa yang terjadi adalah “air ngantri” sehingga air menggenang karena gorong-gorongnya berdiameter kecil dan tidak berfungsi dengan baik karena setengahnya terisi lumpur padat. IRSI peduli Upaya-upaya yang dilakukan oleh IRSI dan K3S Kota Bekasi selama ini adalah menyelenggarakan gerakan penghijauan kepada warga, gerakan menjaga kebersihan lingkungan, kerja bakti membersihkan saluran drainase lingkungan. Memberikan bantuan sembako, pakaian, selimut, mukena, sarung, air mineral, roti dan makanan siap saji, susu, obat-obatan ketika banjir terjadi dan ketika banjir telah surut kita berbaur dengan warga untuk membersihkan lingkungan secara gotong royong. Ketika musim hujan sudah meningkat intensitasnya dan sebelum banjir terjadi IRSI menyelenggarakan sosialisasi dan simulasi tentang apa saja yang harus dilakukan ketika banjir
melanda dan bagaimana mengevakuasi anakanak dan keluarga lainnya termasuk menyiapkan lokasi pengungsian, menyiapkan dapur umum. Tahun 2013 IRSI Kota Bekasi menyalurkan bantuan ke wilayah Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi berupa 200 paket yang berisi sarung, baju koko, mukena, minyak goreng, gula, beras, mi instan, buku tulis, pensil, penggaris, ballpoint, tas sekolah anak-anak dan 3 (tiga) box besar obatobatan. Tahun ini IRSI (tahap satu) menyalurkan 100 paket bantuan yang berisi beras, mi instan, susu, celana, baju koko, sarung, mukena, gula, selimut di wilayah RT 05/02 Kelurahan Duren Jaya, Kec. Bekasi Timur, Kota Bekasi. Untuk membantu korban banjir di Bekasi, IRSI juga menggandeng Keluarga Alumni UGM, Ikatan Alumni ITB 77, Radio 8 EH 104,4 FM, dan para donatur lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. IRSI sangat berharap kepada Pemerintah agar dapat menangani banjir ini secara komprehensif, terintegratif dan berkelanjutan, karena banjir terjadi hampir setiap tahun dan berkecenderungan meningkat setiap tahunnya. Upaya-upaya pengerukan kali Bekasi dan saluran lainnya harus senantiasa dilakukan, program-program penghijauan hendaknya juga senantiasa digalakkan, revitalisasi situ-situ (danau) yang ada seperti situ Gede yang memiliki luas cukup (10 Ha) tetapi kondisinya sekarang sangat memprihatinkan. “Untuk memperkecil risiko terhadap korban banjir tentunya harus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, mulai dari identifikasi, mengkaji, mempertahankan, mengembalikan dan mengembangkan komunitas terutama menyoal kapasitas sosial, ekonomi, sumberdaya manusia, fisik dan natural,” jelas Sekretaris K3S Kota Bekasi 2005-2010 ini.
Gerak jalan peduli disabilitas diikuti banyak peserta.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
37
Aksi Peduli Banjir yang dilakukan IRSI menyusuri pelosok kampung.
Penanganan korban banjir Ada lima tahapan penanganan korban banjir. Tahap pertama, Identifikasi terhadap bahayabahaya atau ancaman terhadap modal sosial, modal ekonomi, human capital, modal fisik dan modal alam. Tahap kedua adalah kesiapsiagaan yakni upaya-upaya memperkuat modal sosial, modal ekonomi, human capital, modal fisik dan modal alam. Tahap ketiga, Tanggap bencana yakni kegiatan yang terfokus pada upaya menyelamatkan dan mempertahankan, melindungi modal sosial, modal ekonomi, human capital, modal fisik dan modal alam. Tahap keempat, Rehabilitasi dan rekonstruksi yakni kegiatan memulihkan dan meningkatkan modal sosial, modal ekonomi, human capital, modal fisik dan modal alam. Tahap kelima, indikator seperti kapasitas sosial, ekonomi, fisik dan sumber daya manusia dan alam adalah sebagai basis kehidupan dan penghidupan masyarakat, karena itu keberadaannya harus diidentifikasi, dikaji, dipertahankan, dilindungi, diamankan, dikembalikan, dilestarikan dan dirtingkatkan dalam situasi terjadinya banjir ini. “Persoalannya adalah apakah tahapan penanganan bencana banjir itu sudah dilakukan melalui pendekatan yang sistemik dan identifikasi solusi yang multidimensi? Pertanyaan ini harus dijawab oleh semua pihak dan diimplementasi secara terarah, sistematis dan berkesinambungan. Bila tidak akan terjadi pengulangan terus setiap terjadi bencana banjir,” jelasnya. Tanggap bencana dan Peduli disabilitas Upaya-upaya nyata yang dilakukan baik oleh IRSI maupun K3S Kota Bekasi sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana sampai saat ini adalah pembentukan Posko-
38
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
posko dan memberikan bantuan sembako, obat-obatan, air mineral, pakaian, sarung, mukena, selimut di wilayah yang mengalami bencana, seperti tsunami di Aceh, Gempa Yogya dan Tasikmalaya, Erupsi Gunung Merapi, korban banjir baik di wilayak Kota dan Kabupaten Bekasi (rutin setiap tahun). Upaya lain adalah Gerakan Penghijauan melalui kegiatan bidang Lingkungan Hidup di seluruh Posdaya se-Kota Bekasi yang sekarang jumlah sudah mencapai 400-an Posdaya dengan menanam pohon produksi (mangga) dan budidaya sayuran dalam polibag. Pelatihan Manajemen Penanganan Bencana pun perlu dilakukan. Terhadap penyandang disabalitas, IRSI kota Bekasi melakukan dua kegiatan utama, khususnya bagi penyandang Tuna netra se-Kota Bekasi. Pertama, adalah gerakan aksesibilitas melalui kegiatan jalan sehat di waktu car free day, penyandang tuna netra diajak jalan sehat di Jalan Ahmad Yani. Ternyata hasilnya bahwa trotoarnya tidak aksesibilitas bagi penyandang disabailitas (tuna netra), banyak di antara mereka yang menabrak tiang listrik di tengah trotoar, tiang-tiang penyangga billboard dan masih belum terdapat jalur khusus bagi tuna netra. “Hal ini sudah kita sampaikan ke Pemerintah Kota Bekasi melalui surat dan beraudiensi serta talkshow dan liputan media cetak,” cetusnya. Kegiatan kedua, adalah kegiatan Pemberdayaan ekonomi bagi Penyandang Tuna Netra. Sudah hampir dua tahun Koperasi Serba Usaha Tuna Mandiri berdiri, kegiatan rutin setiap bulan adalah memberikan pinjaman modal kepada penyandang tunanetra secara bergilir untuk kemandirian hidupnya. Cita-cita yang dicanangkan Koperasi Tuna Mandiri ini adalah memiliki Ruko tiga lantai di Bekasi, sampai sekarang memiliki anggota sebanyak 98 orang penyandang tuna netra. Di samping itu kegiatan-kegiatan lain seperti Jalan sehat Penyandang Disabilitas dalam rangka Hari Disabilitas Internasional 2013, Pelatihan sulap bagi penyandang tuna netra, lomba catur khusus penyandang tuna netra, dan memfasilitasi/mendampingi tim sepakbola penyandang tuna netra baik Kota maupun Kabupaten Bekasi pada Festival olimpic se- Jawa Barat dan mereka berhasil menjadi juara pertama dan kedua. RW
KONVENSI POSDAYA
Konvensi Nasional Posdaya 2014 dan Damandiri Award 2013
Meneguhkan Posdaya sebagai Ujung Tombak Pengentasan Kemiskinan Damandiri bersama mitra kerjanya di HUT 18 meneguhkan komitmennya menguatkan Posdaya sehingga semakin dapat membantu pemerintah daerah kabupaten/kota mengentaskan kemiskinan di wilayahnya masing-masing.
A
ULA Gedung Serbaguna Graha Sabha Pramana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, pagi itu menjadi saksi gegap gempitanya ribuan kader Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya ), yang mewakili jutaan bahkan puluhan juta kader yang tersebar di 30.000 Posdaya dari seluruh Indonesia. Hingga usia ke-18, tepatnya pada 15 Januari lalu, Yayasan Damandiri tetap komitmen untuk mengupayakan pemberdayaan keluarga melalui gerakan Posdaya bagi keluarga pra-sejahtera. Dalam merealisasikan upaya tersebut, Yayasan Damandiri tidak bisa sendirian sehingga perlu adanya dukungan maupun komitmen bupati atau pun walikota, lembaga perguruan tinggi, maupun lembaga lainnya. Sehingga program pemberdayaan memiliki manfaat banyak bagi masyarakat dan dikembangkan menjadi entreupreneur. Selaras dengan salah satu cita-cita pendidiri Yayasan Damandiri, almarhum mantan Presiden HM Soeharto, lembaga ini terus mengembangkan kegiatan dalam membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Sehingga dalam acara puncak HUT ke-18 Yayasan Damandiri, keinginan terus mengembangkan program ekonomi biru, semakin kuat. Keinginan itu, tertuang jelas dalam sebuah konvensi Posdaya yang digelar di Graha Sabhapramana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, bertajuk “Peningkatan Dukungan Pengembangan Posdaya melalui Pemberdayaan Ekonomi Keluarga”. Acara yang digelar sederhana tetapi hikmat dan cukup marak, tidak hanya dihadiri 18 nominasi Posdaya terbaik selama ini,
namun camat dan bupati/walikota, hadir untuk menerima penghargaan. Sejumlah personal dan lembaga yang aktif mengembangkan pemberdayaan di masyarakat juga diberikan penghargaan. Pimpinan tujuh yayasan yang didirikan Pak Harto, juga nampak ikut menyemarakkan suasana ulang tahun Yayasan Damandiri. Tidak hanya itu saja, lima Posdaya terpilih, juga disertakan dalam lomba cerdas cermat yang disiarkan Gemari Show TVRI yang pengambilan gambarnya dilakukan TVRI Yogyakarta, TVRI Semarang dan TVRI Surabaya. Acara yang diwarnai dengan pameran produk Posdaya, juga diwarnai dengan pemberian beasiswa bagi mahasiswa UGM Yogyakarta, yang berhasil mendirikan Posdaya, saat berKKN di desa. Pemberian beasiswa ini, dilakukan langsung oleh putri Pak Harto, yang sering dikenal dengan sebutan Mbak Titiek Soeharto, didampingi Ketua Yayasan Supersemar Subagyo, SH, Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono, dan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja. Kita targetkan pada 2014, seluruh desa di Indonesia memiliki program pendidikan anak usia dini (PAUD). Saya minta para bupati dan
Prof Dr Haryono Suyono memberikan sambutan yang penuh semangat dan memacu kader Posdaya.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
39
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Pembina Yayasan Supersemar Siti Hediati Hariyadi atau yang akrab disapa Titiek Soeharto saat memotong tumpeng tasyakuran HUT Yayasan Damandiri ke-18 mewarnai acara Konvensi Posdaya. [FOTO: MULYONO]
Bupati dan walikota penerima Damandiri Award 2013 berjajar menjadi bukti komitmen dan dukungannya terhadap Posdaya sebagai program pengentasan kemiskinan di daerahnya.
40
walikota agar memperhatikan bidang pendidikan ini. Pengelola PAUD saya minta untuk mendaftarkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan masing-masing kabupaten/kota,” ujar Haryono Suyono. Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Damandiri, Pr of Dr Haryono Suyono, yang diberi tajuk “Penguatan Fungsi Posdaya Melalui Program Ekonomi Biru” ini, mengajak pimpinan wilayah mengembangkan ekonomi biru, yang dimulai dengan hal-hal yang sederhana. Ada 5 kegiatan utama Posdaya, lanjut Prof Haryono, yang disebut 2 M mengapit 3 W. M pertama adalah Maton, yaitu kegiatan keagamaan dan kegiatan budaya, yang meliputi keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, kegiatan budaya, Pancasila, gotong royong. “Itu M yang pertama,” katanya. Sedangkan W pertama adalah waras, atau sehat. Artinya Posdaya itu harus ada kegiatan dalam bidang kesehatan. “Ukurannya bukan jumlah Posyandunya, bukan berapa jumlah rumah sakitnya, tetapi yang sehat tetap sehat yang sakit selalu dibawa ke tempat kesehatan. Anak-anak dibawa ke Posyandu untuk ditimbang,” papar Haryono. W kedua adalah Wasis, yang artinya pan-
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
dai. “Anak usia sekolah harus sekolah. Utamanya anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yaitu mulai dari Balita sampai ke SMA,” ujar Haryono. Kalau ada anak seusia itu dan anak dari keluarga miskin diusahakan harus sekolah. Kalau perlu di gotong royongkan dengan warga lainnya. W ketiga, terang Prof Haryono, adalah wareg, artinya kenyang. Untuk kenyang tidak boleh miskin. “Posdaya mengirim keluarga-keluarga muda, anak muda untuk melakukan latihan ketrampilan dan bekerja atau berusaha. Sehingga mereka tidak miskin. Posdaya harus mengusahakan agar keluarga miskin dilatih ketrampilan dan bekerja maupun berusaha,” jelas Prof Haryono. Serta M yang terakhir disebut mapan, yang artinya, rumahnya sehat, halamannya jadi kebun bergizi. Kalau panennya banyak diharapkan didirikan bank sayur, bank cabe, bank tomat dan bank jenis sayuran lainnya sehingga hasilnya kalau tidak habis bisa dijual. “Itu semua, adalah sebagai sasaran MDGs,” imbuh Prof Haryono. Pada pidato yang disampaikannya di hadapan 3.000 hadirin, termasuk puluhan bupati/ walikota, camat, ratusan lurah, serta pejabat tinggi kementrian dengan penuh semangat tersebut, Haryono juga mengajak pimpinan wilayah/daerah untuk terus mengembangkan pendidikan teruatama pendidikan anak usia dini. Pendidikan ini, diarahkan agar tidak satu pun anak usia sekolah yang tidak sekolah. “Tahun 2014, kita target seluruh desa di Indonesia, memiliki PAUD,” janji Prof Dr Haryono, yang diamini pimpinan wilayah yang hadir. Kepala BKKBN di era 1980-1990an yang kesuksesan program KB-nya diakui dunia internasional ini, mengingatkan agar pasangan muda memiliki cita-cita memiliki anak dua saja. Pada bidang kesehatan, program yang dikembangkan di tahun politik, cukup sederhana, yaitu, seluruh keluarga memiliki jamban keluarga, agar terhindar dari berbagai penyakit. Pada bidang kewirausahaan, jelas ekonomi biru, menjadi prioritas pengembangan program. Program lain, yang intinya,
dalam mencapai target MDGs, tidak pernah lepas dari bidikan yayasan yang didirikan 18 tahun lalu. Lebih lanjut Haryono Suyono mengatakan, ada empat program intensifikasi yakni penguatan Posdaya, bekerja sama dengan Kementeriaan Kesehatan untuk memperkuat fungsi Posdaya di bidang kesehatan yakni mengendalikan jumlah penduduk dengan menganjurkan pasangan muda punya anak cukup 2 saja. “Kita mengupayakan agar Posdaya bekerja lebih keras untuk mencapai keberhasilan di bidang pendidikan, agar tidak ada anak dari keluarga miskin yang tidak sekolah. Kemudian, meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong agar seluruh keluarga Indonesia miliki jamban, agar terhindar dari penyakit diare, desentri, thypus, hepatitis dan cacingan,” ujarnya. Selain itu, kata Haryono lagi, akan ditargetkan pada 2014, seluruh desa di Indonesia memiliki program pendidikan anak usia dini (PAUD). “Saya minta para bupati dan wali kota agar memperhatikan bidang pendidikan ini. Pengelola PAUD saya minta untuk mendaftarkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan masing-masing kabupaten/kota,” ujar Haryono Suyono. Mantan Menko Kesra ini pun mengingatkan bahwa program yang diluncurkan diutamakan untuk masyarakat miskin. Tujuannnya, tentu agar tidak lagi miskin setelah melalui upaya gotongroyong memberdayakan masyarakat. Cerdas cermat Dalam gelar Konvensi Nasional Posdaya 2014 ini juga berlangsung cerdas cermat diikuti lima Posdaya terbaik hasil seleksi dari 18 Posdaya dari berbagai wilayah di Indonesia. Suasana serius tapi santai mewarnai acara yang dipandu Gina Sonia, master kuis sekaligus presenter TVRI Pusat. Melalui serangkaian pertanyaan dan uji kemampuan serta wawasan, keluarlah sebagai juara I, Posdaya Ontoseno dari Dusun Puton, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Ontoseno tampil sebagai juara setelah mengumpulkan nilai tertingggi (120). Posisi kedua diraih Posdaya Plamboyan dari Dusun Sukamaju RT 02/RW 11, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dengan nilai 100. Posisi ketiga di tempati Posdaya Mandiri Kota Bekasi RW 07, Kelurahan Mustika Sari, Kecamatan
Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. meraih nilai 90. Ketiganya pun, ber hak memperoleh hadiah uang Rp15 juta, Rp12 juta, dan Rp 9 juta. Sedangkan juara harapan satu diraih Posdaya Delima, Dusun Gemawang RW 02, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, harus puas dengan hadiah Rp 6 juta dan juara harapan dua, Posdaya Sauyunan Kampung, Rawakalong RW 08, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mendapat hadiah uang senilai Rp 3 juta. Selain pemberian Damandiri Award kepada Posdaya, diberikan penganugerahan pula kepada bupati/walikota yang dinilai konsisten dalam pengembangan Posdaya di wilayahnya masing-masing melebihi yang dilakukan oleh daerah lainnya. Bupati dan walikota penerima Damandiri Award tersebut terdiri dari Walikota Bekasi, Walikota Bogor, Bupati Kulonprogo, Bupati Pacitan, Bupati Bantul, Bupati Malang dan Bupati Cilacap sebagai penerima Damandiri Award Gold (penerima 3 kali). Sementara Walikota Surabaya, Walikota Yogyakarta, Bupati Solok, Bupati Purbalingga dan Bupati Bangli sebagai penerima Damandiri Award (2 kali). Sedangkan Bupati Gorontalo Utara menerima Damandiri Award yang perdana. Penghargaan Damandiri Award diserahkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof dr Haryono Suyono didampingi Titiek Soeharto. Dalam arena konvensi juga digelar bazar pameran produk ekonomi produktif serta pelatihan ketrampilan yang dilakukan sekaligus juga diperuntukkan bagi kader Posdaya. Secara keseluruhan kegiatan konvensi nasional Posdaya 2014 ini terbilang sukses dan memberikan greget bagi kesinambungan penggiatan Posdaya di seluruh Indonesia yang semakin dirasakan manfaatnya bagi pengentasan kemiskinan. HARI
Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs Triadi P Suparta, MBA dan Pemred Malajah Gemari Drs Dadi Parmadi, MA (berdua dari kanan) hadir dalam Konvensi Nasional Posdaya 2014. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
41
LAPORAN UTAMA
Perkuatan Posdaya Ujung Tombak Kemandirian Tiga puluh ribu Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh Indonesia dikuatkan sebagai ujung tombak pemberdayaan untuk membangun keluarga di pedesaan, utamanya untuk mengentaskan kemiskinan.
Prof Dr Haryono Suyono dan Titik Soeharto melihat karya nyata dan berinteraksi langsung dengan pelaku Posdaya. [FOTO: HARI]
42
U
SAI sudah puncak peringatan Hari Ulang Tahun Yayasan Damandiri ke18 pada 15 Januari lalu yang berlangsung meriah. Kemeriahan tersebut terangkai dalam kegiatan yang digelar sejak 14 – 16 Januari di kota budaya - Yogyakarta dengan kehadiran ribuan kader kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dari seluruh Indonesia. Puncak peringatan yang ditandai dengan acara konvensi Posdaya, sekaligus menguatkan komitmen Posdaya menjadi bagian dari program pengentasan yang dilakukan Damandiri bersama para mitra kerjanya dalam partisipasi aktif menyukseskan millennium development goals (MDGs). Yayasan Dana Sejahtera Mandiri yang dikenal dengan Damandiri merupakan salah satu dari tujuh
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
yayasan yang didirikan oleh Pak Harto (HM Soeharto) sebagai pribadi warga negara. Momen peringatan ke 18 menjadi titik awal penguatan bagi 30.000 Posdaya sekaligus diharapkan terus melanjutkan perjuangan Pak Harto untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia terutama melalui Posdaya. “Posdaya bisa mempercepat program pemerintah untuk menyejahterakan bangsa Indonesia,” kata Siti (Titiek) Hediati Hariyadi Soeharto, salah satu putri pendiri Yayasan Damandiri. Titik Soeharto mengaku merasa bangga dengan Program Posdaya yang disupport oleh Yayasan Damandiri. Titiek berharap semoga program Posdaya bisa mempercepat program pemerintah untuk menyejahterakan bangsa Indonesia. “Saya bangga dengan bapak ibu sekalian yang berjuang dengan Posdaya tanpa pamrih menjadi pengurus Posdaya membangun bangsa ini,” ujarnya. Titiek Soeharto mengatakan Posdaya sudah sesuai dengan cita-cita yang Pak Harto inginkan. “Kami beruntung punya Pak Haryono Suyono sebagai Ketua Yayasan Damandiri secara gegap gempita tidak henti-hentinya terus berjuang supaya Posdaya ini bermasyarakat dan diikuti oleh seluruh Kabupaten/ kota”. Tidak sia-sia apa yang dicita-citakan Pak Harto mendirikan Yayasan Damandiri. Semua kader penuh dedikasi dan semangatnya menggebu semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kami, dan juga bapak pasti bangga,” ujar Titiek. Sementara itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menegaskan, Yayasan Damandiri selaku penggagas dan pendukung utama pengembangan Posdaya pada tahun 2014 ini bertekad untuk melakukan intensifikasi Posdaya guna mempercepat terwujudnya pengentasan kemiskinan dan tercapainya cita-cita pendiri Yayasan Damandiri, mendiang Presiden RI ke-2 HM Soeharto, yakni kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia secara merata. Lebih lanjut Haryono Suyono mengatakan, ada empat program intensifikasi, yakni penguatan Posdaya, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk memperkuat fungsi Posdaya di bidang kesehatan, yakni mengendalikan jumlah penduduk dengan menganjurkan pasangan muda punya anak cukup 2 saja. Kemudian mengupayakan agar Posdaya berkarya lebih keras untuk mencapai keberhasilan di bidang pendidikan, agar tidak ada anak keluarga miskin yang tidak sekolah. Kemudian, meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong agar seluruh keluarga Indonesia memiliki jamban, agar terhindar dari penyakit diare, disentri, tipus, hepatitis, dan cacingan. “Kita targetkan pada 2014 seluruh desa di Indonesia memiliki program pendidikan anak usia dini (PAUD). Saya minta para bupati dan wali kota agar memperhatikan bidang pendidikan. Pengelola PAUD saya minta untuk mendaftarkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan masing-masing kabupaten/ kota,” ujar Haryono Suyono seperti disampaikan dalam sambutan acara Konvensi Posdaya 2014, di Yogyakarta. Ada 5 kegiatan utama Posdaya, lanjut Prof Haryono, yang disebut 2 M mengapit 3 W. M pertama adalah Maton, yaitu kegiatan keagamaan dan kegiatan budaya, yang meliputi keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, kegiatan budaya, Pancasila, gotong royong. “Itu M yang pertama,” katanya. Sedangkan W pertama adalah waras, atau sehat. Artinya Posdaya itu harus ada kegiatan dalam bidang kesehatan. “Ukurannya bukan jumlah Posyandunya, bukan berapa jumlah rumah sakitnya, tetapi yang sehat tetap sehat yang sakit selalu dibawa ke tempat kesehatan. Anak-anak dibawa ke Posyandu untuk ditimbang,” papar Haryono. W kedua adalah Wasis, yang artinya pandai. “Anak usia sekolah harus sekolah. Utamanya anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yaitu mulai dari Balita sampai ke SMA,” ujar Haryono. Kalau ada anak seusia itu dan anak dari keluarga miskin diusahakan harus
sekolah. Kalau perlu di gotong royongkan dengan warga lainnya. W ketiga, terang Prof Haryono, adalah wareg, artinya kenyang. Untuk kenyang tidak boleh miskin. “Posdaya mengirim keluargakeluarga muda, anak muda untuk melakukan latihan ketrampilan dan bekerja atau berusaha. Sehingga mereka tidak miskin. Posdaya harus mengusahakan agar keluarga miskin dilatih ketrampilan dan bekerja maupun berusaha,” jelas Prof Haryono. Serta M yang terakhir disebut mapan, yang artinya, rumahnya sehat, halamannya jadi kebun bergizi. Kalau panennya banyak diharapkan didirikan bank sayur, bank cabe, bank tomat dan bank jenis sayuran lainnya sehingga hasilnya kalau tidak habis bisa dijual. “Itu semua, adalah sebagai sasaran MDGs,” imbuh Prof Haryono. Prof Haryono juga mengatakan bahwa pada Tahun 2014 Damandiri telah menggelar rapat kerja dengan tema “Perkuatan Posdaya Dengan Ekonomi Biru”. Haryono berharap pada tahun 2014 Posdaya akan makin kuat, terutama 18 Posdaya yang menjadi pemenang tahun 2013. Kegiatan perkuatan Posdaya ini dilakukan khususnya bidang kesehatan. Semua Posdaya diharapkan makin memperkuat dan mengisi bidang kesehatan. Dengan demikian, setiap anggota Posdaya diharapkan berumur panjang, tidak boleh mati pada masa Balita, tidak boleh mati muda, tidak boleh mati masih lansia muda (65 Tahun). Tidak boleh hamil terlalu muda, terlalu sering hamil, tidak boleh terlalu cepat hamil, dan tidak boleh hamil pada usia terlalu tua.
Kebersamaan kader Posdaya yang keratif dan mandiri kerap menjadi pusat perhatian peserta OST Posdaya dari berbagai daerah di tanah air. [FOTO: MULYONO]
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
43
“Bagi Posdaya yang belum mempunyai kegiatan ini dianjurkan menolong Posyandu. Supaya tidak berumur pendek harus sehat,” ujar Prof Haryono mengingatkan. Sementara itu, di bidang pendidikan Prof Haryono menambahkan bahwa pemerintah akan membangun PAUD di semua desa. Oleh [FOTO: HARI] karena itu diharap Posdaya pada tahun 2014 akan mulai mengadakan inisiasi membangun PAUD di desa masing-masing, kemudian diserahkan kepada dinas pendidikan di kota atau kabupatennya. Selain itu, sebanyak 18 Posdaya yang terpilih diusahakan akan menerima pelatihpelatih ketrampilan dan usaha. Merekalah yang akan melatih kegiatan usaha kepada masyarakat. Lalu, secara bertahap akan diberikan modal dari bupati/walikota atau modal dari Taburpuja kepada Posdaya yang masingmasing sebesar Rp 2 juta tanpa agunan. Prof Haryono mengatakan akan segera memulai menanam pisang Kavendis di Bandung Barat sebanyak 1.000 batang. Tekad penguatan Posdaya yang dilakukan Damandiri didukung oleh semangat para mitranya, salah satunya Bupati Solok Drs H Syamsu Rahim, MM. Syamsu rahim menyebut, sasaran Posdaya adalah menciptakan keluarga yang sejahtera, meningkatkan kesehatan dan menggerakan ekonomi. Dari sisi ekonomi, menggerakkan masyarakat melalui kegiatan home industri, budidaya ikan dan peternakan. Semakin banyak mendorong Drs H Syamsu Rahim, MM pemberdayaan keluarga, akan
Gelar Konvensi Nasional Posdaya 2014 menjadi tonggak penguatan bagi 30.000 Posdaya di seluruh Indonesia.
44
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
semakin cepat hasilnya terlihat. “Jadi kalau saya di kabupaten Solok, alhamdulillah setiap yang namanya gerakan Posdaya ini kita selalu support,” lanjut Syamsu. Potensi yang dapat dikembangkan bersama Posdaya, di antaranya, pertama, potensi kaum ibu atau sumber daya manusia. Jika dilihat secara keseluruhan, kabupaten Solok tergolong kabupaten yang tertinggal di Sumatra barat. Otomatis sdmnya relatif menengah ke bawah. Melalui Posdaya ini, ibu-ibunya dapat didorong meningkatkan keterampilan mereka. Bagaimana mereka mengelola usaha, mengelola sebuah organisasi. “Saya sangat optimis melalui Posdaya, gerakan PKK untuk pemberdayaan keluarga semakin hari semakin cepat. Kenapa? Walaupun sebagian orangnya itu-itu juga, saya pikir tidak akan saling tarik menarik. Justru Posdaya membantu memberikan pencerahan. Seperti melalui OST ke daerah lain. Yayasan Damandiri memfasilitasi dari mulai transportasi dan penginapannya. Kalau dari pemda mungkin tidak mampu untuk itu. Berarti kader-kader kami yang tergabung dalam Posdaya juga melihat perkembangan di daerah lain. Untuk diadopsi dan dipraktekkan sesuai dengan potensi daerah,” tuturnya. Demikian pula dukungan disampaikan Haryadi Suyuti, Walikota Yogyakarta. “Saya berharap dengan adanya sinergi yang dilakukan semua pihak di Yogyakarta ini dapat membantu mengurangi angka kemiskinan Kota Yogyakarta sekaligus mampu menghasilkan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan atau kendala dalam penanggulangan kemiskinan,” ujarnya. Walikota Yogyakarta meyakini Sinergi Segoro Amarto dan Posdaya diharapkan bisa sedaya nyawiji rila gumreget ambangun diri lan nagari – bersama bersatu ihlas untuk membangun diri dan Negara. Sesuai visi dari Segoro Amarto. “Sehingga dengan adanya sinergi Segoro Amarto dan Posdaya ini akan meningkatkan partispasi masyarakat demi terwujudkannya tujuan kegiatan penanggulangan kemiskinan,” katanya. HARI
CERITA SAMPUL
Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyuti
Posdaya dan Segoro Amarto Entaskan Kemiskinan Kota Yogyakarta Sosoknya bersahaja, sumeh dan mudah bergaul dengan berbagai kalangan. Jiwanya begitu merakyat, sehingga tak sulit menemuinya di lapangan. Meski tidak segebyar Jokowi, tapi kebiasaan blusukannya sudah dimuali sejak belum menjadi pejabat pemerintah. Kebiasaan nyambangi dan silahturahmi dengan masyarakat tersebut semakin intens dilakukan sejak menjadi wakil walikota Yogyakarta di era Walikota Herry Zudianto. Sejak dilantik sebagai walikota, program silaturahmi dengan rakyatnya ini pun kini kian intens.
“D
I Yogyakarta kita mengenal Segoro Amarto sebagai sebuah gerakan masyarakat untuk bersama-sama bergotong royong membangun – semangat agawe majune Yogyakarta. Segoro Amarto ini sangat bermanfaat dipadukan dengan gerakan Pos Pemberdayaan Keluarga yang oleh Prof Haryono Suyono dinamakan dengan Posdaya. Substansi dari gerakan pemberdayaan ini adalah manfaat yang timbul dari masyarakat, ditimbulkan oleh masyarakat, dan bertujuan meningkatkan kualitas demi memajukan masyarakat itu sendiri,” kata Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyudi, usai menerima penghargaan Damandiri Award 2013 di Gedung Serbaguna Graha Sabha Pradana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 16 Januari lalu. Menurutnya, dengan semangat gotong royong, dengan semangat pemberdayaan yang berasal dari model pembangunan button up (dari bawah ke atas), yaitulah semangat dan esensi gerakan dari Posdaya. sinergi gerakan ini akan mempercepat proses pembangunan kita di mana masyarakat memiliki inisiatif bersama-sama pemerintah selaku fasilitator. Sehingga diharapkan hasil percepatan pembangunan bisa dapat dicapai, yang pada akhirnya peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa tercapai dan terwujudkan. “Agar semua yang diharapkan tersebut dapat tercapai, maka perlu dimaksimalkan kebersamaan dan semangat jiwa gotong royongnya. Begitu pun dengan pemberdayaan dan kerja samanya, kepercyaaan satu dengan yang lainnya. karena itu semua merupakan modal untuk percepatan pembangunan,” ujar
putera pertama Dr HC H Zarkowi Soejoeti dan Hj Yayah Maskiyah, yang Sekretaris Jenderal Departemen Agama RI, Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi (1997-1999), juga Duta Besar RI untuk Republik Arab Suriah ini. Pak Walikota Yogya ini menilai bahwa pembangunan sebuah kota ditentukan oleh oleh dua hal,
Drs H Haryadi Suyudi [FOTO: DOKPRI]
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
45
Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyudi bergambar bersama keluarga tercinta. [FOTO: DOKPRI]
46
yaitu kemampuan Sumber Daya Manusia dan kemampuan Sumber Daya Alam. Namun, dalam hal ini kemampuan SDM menjadi penentu sebesar 80 persen, baru 20 persen lainnya ditentukan oleh kemampuan SDAnya. Karena untuk kemajuan Kota Jogja ini saya konsentrasikan pada pembangunan SDM. Dengan harapan SDM yang baik bermula dari Kota Jogja akan mampu membawa kemajuan bagi negara. Walaupun jumlah penduduk miskin di Kota Yogyakarta setiap tahun mengalami penurunan yang signifikan, namun jumlah penduduk miskin di Kota Yogyakarta masih dirasa cukup besar dan masih jauh dari target dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Yogyakarta, yaitu setinggitingginya 3 persen. Salah satu permasalahan serius yang perlu mendapatkan penanganan di Kota Yogyakarta adalah jumlah penduduk miskin yang masih relatif tinggi. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, jumlah penduduk Kota Yogyakarta yang hidup di bawah garis kemiskinan tahun 2012 sebanyak 68.188 jiwa atau 15,94 persen. Dibandingkan tahun 2008, di mana jumlah penduduk miskin di Kota Yogyakarta sebanyak 81.334 jiwa atau 18,31 persen,maka angka kemiskinan Kota Yogyakarta mengalami penurunan sebesar 2,37 persen dan berdasarkan data BPS tahun
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
2011, angka kemiskinan di Kota Yogyakarta di bawah atau lebih rendah dibandingkan angka kemiskinan nasional maupun Propinsi DIY. Walaupun jumlah penduduk miskin di Kota Yogyakarta setiap tahun mengalami penurunan yang signifikan, namun jumlah penduduk miskin di Kota Yogyakarta masih dirasa cukup besar dan masih jauh dari target dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Yogyakarta, yaitu setinggitingginya 3 persen. “Pemerintah Kota Yogyakarta mempunyai komitmen yang kuat dalam menurunkan angka kemiskinan di Kota Yogyakarta, baik itu melalui perumusan program dan kegiatan yang pro poor, pro job dan pro growth maupun melalui pengalokasian anggaran pada program dan kegiatan percepatan penanggulangan kemiskinan di pelbagai SKPD,” ujar mantan Wakil Walikota Yogyakarta di era Walikota Herry Zudianto. Sebagai walikota bersama jajaranya terus memberikan pelayanan publik yang berkualitas di bidang kesehatan, misalnya merupakan salah satu arah kebijakan yang tertuang dalam RPJMD 2012-2016, untuk mencapai hal itu Pemkot Yogyakarta menerapkan strategi mempercepat terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi semua warga. Menurutnya, secara nasional telah diluncurkan gerakan Indonesia Cinta Sehat, guna mempercepat pencapaian sasaran pembangunan kesehatan, utamanya mendorong percepatan pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs). “Sejalan dengan kebijakan dari Pemerintah Pusat, Kota Yogyakarta juga semakin meningkatkan perannya dalam pembangunan di bidang kesehatan”. Sebagai walikota, juga menekankan, dalam sebuah keluarga yang sehat dimana setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, akan ada anak-anak yang tumbuh dengan gizi baik sehingga lebih sehat dan cerdas; ada ibu yang sehat produktif yang akan berperan luas di masyarat; begitu pula seluruh anggota keluarga akan giat bekerja. Dengan begitu pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga. Pemerintah Kota Yogyakarta juga selalu mendorong kegiatan yang akan meningkatkan kegiatan mutu pendidikan, baik di bidang akademis, olahraga, seni maupun budaya. Dengan cara demikian diharapkan akan terjadi perubahan yang positif dalam pembangunan
kualitas sumber daya manusia khususnya generasi muda di Kota Yogyakarta. Sebagai bagian dari upaya Pemerintah Kota untuk lebih memperhatikan pembangunan berwawasan lingkungan juga telah dilakukan beberapa inovasi kreatif salah satu di antaranya melalui pembentukan Bank Sampah dengan konsep from trash to cash, dari sampah menjadi uang. Dan Bank Sampah terbukti sangat efektif dalam solusi untuk mengurangi volume sampah di Kota Yogyakarta. Terbentuknya Bank Sampah merupakan tolak ukur sejauh mana peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah, di samping Bank Sampah merupakan issue utama dalam Program Adipura. “Kepada Direktur Bank Sampah, saya berpesan bahwa apa yang kita lakukan adalah untuk lingkungan, sehingga niat kita mendirikan Bank Sampah tidak sebatas pada orientasi ekonomi, namun tujuan mulia kita adalah mengurangi sampah mengingat keterbatasan lahan untuk pembuatan TPSA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) semakin terbatas,” ujarnya. Haryadi Suyuti lahir di Yogyakarta, 9 Februari 1964 adalah putera pertama dari Dr HC H Zarkowi Soejoeti dan Hj Yayah Maskiyah. Ayahnya pernah menjadi Rektor IAIN Walisongo Semarang, Sekretaris Jenderal Departemen Agama RI, Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi (1997-1999), Duta Besar RI untuk Republik Arab Suriah, dan juga aktif pada organisasi Muhammadiyah. Pemerintah Kota Yogyakarta telah membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) di tingkat Kota Yogyakarta dan di 45 kelurahan dengan tugas melakukan koordinasi dan mengendalikan penanggulangan kemiskinan serta menumbuhkan Gerakan Segoro Amarto (Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta). “Segoro Amarto yaitu suatu gerakan bersama seluruh masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan dengan menanamkan nilai-nilai kemandirian, kedisiplinan, kepedulian dan kebersamaan, salah satu di antaranya dilakukan melalui Posdaya Segoro Amarto,” kata lulusan S1 Fisipol UGM Yogyakarta (1989). Segoro Amarto yang berintikan pada ajakan kemandirian, kedisiplinan, kepedulian dan kebersamaan ini diharapkan bisa mengantarkan warga ke gerbang kehidupan yang lebih baik dan berguna bagi sesama.
Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota (KPK) Yogyakarta pada 2007-2011 ini pun mengungkapkan, inti dari program pemberdayaan masyarakat Segoro Amarto ini memang memerlukan perubahan sikap mental, pertama proses perubahan sikap mental harus tidak bersifat semu agar membuahkan perubahan nyata. Kedua, pimpinan formal dan informal harus memberikan keteladanan. Serta ketiga, kita harus bisa kreatif membangun atas dasar potensi sumberdaya lokal. “Saya berharap dengan adanya sinergi yang dilakukan semua pihak di Yogyakarta ini dapat membantu mengurangi angka kemiskinan Kota Yogyakarta sekaligus mampu menghasilkan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan atau kendala dalam penanggulangan kemiskinan,” ujar suami Hj. Tri Kirana Muslidatun, SPsi yang banyak aktif di berbagai kegiatan sosial dan saat ini dikaruniai 2 orang anak, Karina Arifiani anak pertamanya kuliah di Fak Kedokteran UGM dan anak kedua Kartika Zahra Salsabila bersekolah di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. “Sinergi Segoro Amarto dan Posdaya diharapkan bisa sedaya nyawiji rila gumreget ambangun diri lan nagari – bersama bersatu ihlas untuk membangun diri dan Negara. Sesuai visi dari Segoro Amarto. Sehingga dengan adanya sinergi Segoro Amarto dan Posdaya ini akan meningkatkan partisipasi masyarakat demi terwujudkannya tu juan kegiatan penanggulangan kemiskinan,” kata Walikota Yogyakarta yang satu ini. HARI
Drs H Haryadi Suyudi mendampingi Prof Dr Haryono Suyono dan Mbak Titiek Soeharto melihat langsung kegiatan Posdaya Segoro Amarto. [FOTO: HARI]
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
47
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Tabur Puja Membawa Berkah di Tahun Politik Dalam tahun politik 2014 ini banyak pihak menaburkan berbagai janji dan program kepada rakyat banyak bertujuan menarik simpati agar terpilih menjadi anggota legislatif atau bahkan menjadi Presiden atau Wakil Presiden RI. Yayasan Damandiri melalui mitra kerjanya beberapa Bank, termasuk Bank UMKM di Jawa Timur, Bank BPD dan Bank Bukopin, atau lembaga keuangan seperti koperasi di pedesaan, menawarkan Tabur Puja sebagai upaya membangaun budaya gemar menabung dan mengambil kredit. Kredit tersebut dipergunakan untuk usaha ekonomi mikro dan kecil yang produktif dengan syarat penyegaran persatuan dan kesatuan gotong royong sesama anak bangsa.
Melalui Skim Tabur Puja, beberapa tahun ini sekitar 1,2 juta keluarga telah dibantu menjadi pengusaha baru, disamping keluarga yang sedang berkembang memperluas usahanya. [FOTO: MULYONO]
48
B
UDAYA menabung diperkenalkan sebagai kelanjutan Gerakan Sadar Menabung yang telah lama dimulai untuk membangun anak bangsa yang berpikiran kedepan, berpikiran maju untuk akhirnya menjadi bangsa yang mandiri karena berhasil memupuk modal secara pribadi dan bisa dijadikan umpan untuk mendapatkan “ikan” yang lebih besar. Keluarga yang mempunyai tabungan yang cukup akan bisa mendapatkan kredit dan uang tabungannya akan bisa digunakan untuk agunan, seakan tabungan yang kecil menjadi “umpan” untuk
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
mendapatkan “ikan” atau pinjaman dengan jumlah yang lebih besar dari tabungannya. Pada acara peringatan Ulang Tahun Yayasan Damandiri yang ke 18, tanggal 15 Januari lalu di Yogyakarta, diumumkan bahwa selama beberapa tahun ini telah dapat dibantu sekitar 1,2 juta keluarga menjadi pengusaha baru, di samping keluarga yang sedang berkembang memperluas usahanya. Skim tabungan dan kredit baru, pengganti Takesra Kukesra, dengan nama Tabur Puja, yang membuka kesempatan bagi keluarga pra sejahtera, bergabung keluarga sejahtera, belajar menabung dan mengambil kredit maksimum Rp 2 juta, tanpa agunan. Keluarga yang bersangkutan disyaratkan harus bersahabat dengan tetangganya sesama anggota Posdaya untuk mengembangkan tanggung renteng sesama rekan-rekannya dalam Posdaya yang sama. Para anggota Posdaya yang ingin bergabung dalam kegiatan menabung dapat dengan mudah menghubungi Bank,
di Jawa Timur Bank UMKM, di Yogyakarta Bank BPD dan Bank Bukopin, di Jakarta Koperasi Sudara Indra dan Bank Bukopin, dan dibeberapa daerah lain bisa dengan Bank BPD setempat. Para anggota perlu mengembangkan persatuan dan kesatuan karena kalau kepingin mengambil kredit tidak diharuskan menyetorkan agunan. Para anggota Posdaya cukup menyatakan adanya kerjasama Tanggung Renteng di antara para anggota yang mengambil kredit. Artinya, kalau salah satu nasabah tidak membayar cicilan kredit, maka nasabah rekan tanggung rentengnya membayar lebih dulu dan kemudian diganti oleh nasabah yang terlambat atau yang belum membayar cicilan tersebut. Proses tanggung renteng ini memudahkan setiap keluarga pra sejahtera atau keluarga sejahtera I mendapatkan kredit Tabur Puja. Kredit Tabur Puja dalam jumlah tidak lebih dari Rp 2 juta itu dimaksudkan sebagai modal awal untuk bergerak dalam bidang ekonomi. Kalau cicilannya baik dan lancar, maka di kemudian hari dapat mengambil kredit Pundi dengan jumlah yang lebih besar. Pada saat itu diharapkan sudah mempunyai tabungan yang cukup untuk menjamin agunan bagi kredit dengan jumlah lebih besar. Para anggota Posdaya yang mengambil kredit tidak perlu harus memenuhi syarat bankable, atau layak kredit bank, kecuali sudah bersedia menabung dan dapat memperoleh kepercayaan dari kelompok Posdaya dan membangun kebersamaan untuk bekerja dalam sistem tanggung renteng. Yang diharuskan adalah bahwa setiap anggota yang mengambil kredit perlu segera bekerja cerdas dan keras agar bisa membayar cicilannya secara teratur. Syarat utamanya adalah bahwa keluarga atau perorangan yang akan melakukan pinjaman Tabur Puja pertamatama perlu menjadi anggota Posdaya agar bisa menyegarkan budaya peduli sesama anak bangsa dan melalui budaya gotong royong mampu bekerja sama dengan tetangganya. Seorang calon nasabah perlu menghayati kegiatan seperti pemeliharaan kesehatan yang bersifat preventip, artinya berusaha keras untuk hidup secara teratur, mengutamakan kesehatan dengan baik, kalau belum punya tempat pembuangan kotoran akan berusaha untuk segera memisahkan keuntungannya untuk membuat tempat pembuangan kotoran yang terpisah dengan rumahnya, menyekolahkan anak-anaknya. Kalau ada yang tidak atau belum sekolah, menjadi prioritas pertama untuk dikirim ke sekolah dan akhirnya menjadikan halaman rumahnya Kebun Bergizi agar ada per-
baikan gizi untuk keluarganya. Sebuah keluarga yang mulai Tabur Puja, membuka belajar menabung perlu mewajibkan anak-anaknya sekolah kesempatan bagi keluarga setinggi-tingginya, minimal sampra sejahtera, bergabung pai tamat SMA dan kepadanya keluarga sejahtera, belajar diberikan pelatihan ketrampilan menabung dan mengdi lingkungan Posdaya atau ikut pelatihan ketrampilan yang diambil kredit maksimum adakan di lingkungan desa, siapa Rp 2 juta, tanpa agunan. pun yang menyelenggarakannya. Kalau perlu kelompok PosKeluarga yang daya menyelenggarakan pelabersangkutan disyaratkan tihan ketrampilan. Dengan demiharus bersahabat dengan kian setiap keluarga mengembangkan pemberdayaan keluartetangganya sesama ganya secara tuntas, kedua orang anggota Posdaya untuk tua dan anak-anaknya. Dengan pelatihan ketrammengembangkan pilan itu maka seluruh anggota tanggung renteng sesama keluarganya disiapkan menjadi pengusaha atau pekerja yang rekan-rekannya dalam terampil dan mampu memanfaPosdaya yang sama. atkan kesempatan yang terbuka di desanya. Mampu bekerja apa saja yang bisa menambah penghasilan dan membebaskan keluarga dari lembah kemiskinan dengan bekerja cerdas dan keras, bukan dengan meminta-minta. Dari kalangan lain diharapkan bisa membantu dan peduli terhadap keluarga miskin melalui bantuan yang memancing, misalnya mengajari keluarga melakukan pengembangan kolam lele, kolam ikan yang mudah merawatnya, menanam tanaman Kebun Bergizi, bahkan membuat Bank Sayur di mana sayuran yang ditanam setiap keluarga dapat dikumpulkan setelah tidak habis dimakan sendiri untuk bersama sama dijual ke pasar. Dana hasil penjualan dapat dipergunakan untuk biaya hidup dan biaya sekolah anaknya. Dalam jangka yang lebih lama, di samping ditanam sayur dan buah-buahan, lahan di belakang rumahnya dapat ditanami pohon keras seperti sengon yang dalam lima tahun dapat dijual dengan harga yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan modal awal yang dipergunakannnya. Semua itu merupakan upaya pengembangan ekonomi biru secara sederhana. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
49
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi Lepas 220 Wisudawan Perdana Lulus setelah menempuh pendidikan, berbagai tugas akademik dan ujian di perguruan tinggi merupakan peristiwa yang dinantikan setiap mahasiswa. Kondisi inilah yang dirasakan Ahli Madya, Sarjana dan Magister Manajemen mahasiswa Universitas Trilogi Jakarta. Pada Sabtu pagi 11 Januari 2014 lalu perguruan tinggi yang baru berjalan setahun ini melepas 220 wisudawan dan wisudawati perdananya. Tak heran, bila peristiwa ini menjadi hari bersejarah bagi ratusan keluarga para wisudawan dan wisudawati Universitas Trilogi.
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc saat menyampaikan sambutan di acara Wisuda I Universitas Trilogi Magister Manajemen, Sarjana dan Ahli Madya. [FOTO-FOTO: ADE S]
50
S
EBANYAK 220 wisudawan Wisuda perdana Universitas Trilogi ini terdiri dari beberapa program studi (prodi) di Universitas Trilogi. Jumlah wisudawan program S-1 sebanyak 189 dengan sebaran program studinya Manajemen Reguler 86 orang, Akuntansi Reguler 83 orang, Manajemen Ekstensi delapan orang, dan Akuntansi Ekstensi 12 orang. Sementara itu, untuk program pascasarjana Magister Manajemen berjumlah 28 orang. Dari wisuda perdana perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi, Kemandirian” ini tercatat ada 5118 alumni yang kini telah tersebar di berbagai sektor. Karena asal basis kampus ini adalah bidang ekonomi, maka mayoritas kiprah alumni berada di sektor perbankan. Selain itu ada pula yang berkiprah di pemerintahan, BUMN, sektor swasta, dan entrepreneur. Acara yang diselenggarakan civitas akade-
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
mika Universitas Trilogi ini menarik perhatian berbagai kalangan. Selain dihadiri langsung Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc dan sejumlah petinggi pendiri Universitas Trilogi, pejabat pemerintah, para wisudawan dan para orangtua wisudawan. Tak pelak, acara yang berlangsung di Aula Universitas Trilogi, Jl Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta ini kian menarik dan berkesan. Pada kesempatan itu, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc berharap para wisudawan yang nantinya berkiprah di dunia kariernya masing-masing, terus memberikan pengaruh positif yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. “Jiwa sosial dan upaya memberdayakan masyarakat yang didapatkan dari pengalaman selama beraktivitas di kampus, janganlah sampai terjebak oleh rutinitas pekerjaan yang terlalu berorientasi ke finansial saja, lupa pada hakekat kehidupan dan profesionalitas untuk
kemajuan negara,” imbuh pria kelahiran Garut, Jabar, 16 Maret 1957 ini menekankan. Oleh karena itu, lanjutnya, perspektif kesejahteraan holistik harus menjadi pegangan para wisudawan dan para profesional Indonesia. “Keluarga anda dan kami akan bangga bila kelak nama anda terukir sebagai profesional dan entrepreneur yang berhasil,” ujar Prof Asep bangga. Mengutip pernyataan entrepreneur dunia seperti Steve Jobs, Stay Foolish and Stay Hungry, Prof Asep juga berharap, agar para lulusan kampusnya tidak pernah merasa puas untuk hal yang kaitannya dengan sains dan teknologi. Apalagi alamiah ilmu pengetahuan itu sendiri yang selalu berkembang. Hadir pada acara ini Ketua YPPIJ Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Ketua Yayasan Supersemar Subagyo, SH, Ketua Yayasan Dharmais Maftuh Basyuni, Koordinator Kopertis Wilayah III Prof Dr Ilza Mayuni, mantan Kepala BPS Dr Sugito, MA, Sekretaris Jenderal DNIKS Dr Rohadi Haryanto, Hari Kuntoro Drajad dari Kementerian Pariwisata, para wisudawan, para orantua wisuda dan undangan lainnya. Selain itu, Koordinator Kopertis Wilayah III yang mewakili dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Dr Ilza Mayuni juga berharap, para wisudawan mampu berkontribusi dalam memecahkan berbagai masalah yang ada di masyarakat. “Sebagai saksi dan pelaku sejarah, kehadiran lulusan pertama begitu dinantikan,” ungkapnya.
Prof Dr Asep Saefuddin, MSc memberikan ucapan selamat kepada salah seorang wisudawan Universitas Trilogi.
para tokoh-tokoh, kelompok masyarakat, atau organisasi yang telah memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan masyarakat dan bangsa, baik di bidang Lingkungan, Keluarga, Pendidikan atau Seni. Di antara penerima ‘Trilogi Award’ tersebut adalah Group Band SLANK pada kategori ‘seni kreatif’. Universitas Trilogi yang merupakan pengembangan dari STEKPI, telah berkiprah lebih dari seperempat abad untuk kebangkitan pendidikan di Indonesia. Dalam jangka waktu itu telah banyak alumni dari proses pembelajaran dan tempaan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan kemahasiswaan dari kampus ini. Acara kian menarik dengan sajian vokal grup mahasiswa Universitas Trilogi yang menghibur sekaligus menggugah. Nyayian syair yang syarat nasionalisme membangkitkan semangat para wisudawan dan seluruh hadirin. ADE S
Ratusan peserta dari berbagai kalangan tampak antusias mengikuti berlangsungnnya acara.
Trilogi Award Acara wisuda ini juga diiringi dengan pemberian ‘Trilogi Award’. Anugerah ini merupakan sebagai wujud apresiasi Universitas Trilogi kepada Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
51
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi Tingkatkan Kualitas Pendidikan Kualitas pendidikan yang tinggi selalu menjadi upaya setiap lembaga pendidikan termasuk Universitas Trilogi. Perguruan tinggi yang baru berjalan setahun ini mewujudkannya melalui MoU dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) Republik Indonesia pada Kamis pagi 12 Desember 2013 lalu. Upaya ini diharapkan akan memberi nilai positif yang luas baik Kemenakertrans maupun Universitas Trilogi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” ini.
Menakertrans RI Kabinet Indonesia Bersatu II Drs HA Muhaimin Iskandar, MSi dan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc, saat menandatangani naskah MoU. [FOTO-FOTO: DOK UNTRI]
52
P
RODUKTIVITAS kinerja dan peningkatan layanan memang bagian yang tak terpisahkan. Langkah inilah yang kini terus dilakukan Kemnakertrans yang bersentuhan langsung dengan hajat hidup masyarakat. Upaya ini diharapkan akan memberi nilai positif yang luas. Terutama pada domain kerjanya yaitu transmigrasi dan tenaga kerja Indonesia. Langkah itu diwujudkan Kemnakertrans dengan menggandeng Universitas Trilogi Jakarta melalui sebuah kesepakatan kerja sama. Naskah
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
kerja sama ini langsung ditandatangani Menakertrans Drs HA Muhaimin Iskandar, MSi dan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc. Menurut Muhaimin Iskandar, usaha yang terus menerus sebagai jawaban konkrit atas berbagai masalah ketenagakerjaan dan transmigrasi memang harus selalu dikuatkan. “Berkaca dari pengalaman, maka seharusnya tanggung jawab untuk meningkatan pengabdian melalui layanan terbaik harus semakin baik,” ujar Muhaimin usai penandatangan MoU. “Tentu sejarah menjadi buku tebal pengalaman kita. Kita sebenarnya telah mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pengabdian. Di antaranya adalah pengabdian dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, khususnya dalam bidang tenaga kerja maupun dalam bidang transmigrasi,” ucap Pak Menteri ini. Seremonial penandatanganan MoU yang juga bertepatan dengan peringatan Hari Bakti Transmigrasi ke-63 ini mendapat perhatian serius Muhaimin Iskandar. Pria yang sering disapa Cak Imin ini juga memberikan apresiasi terhadap kesepakatan kerja yang dilakukan bersama Universitas Trilogi. Harapannya melalui kerja sama ini, lebih bisa meningkatkan kinerja
dan produktivitas lembaga yang dipimpinnya dalam kerja nyata untuk pengabdian kepada bangsa. Sementara itu, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc mengungkapkan rasa bangganya terhadap komitmen Kemnakertrans yang terus menerus melakukan perubahan ke arah perbaikan. Termasuk di era kepemimpinan Menterinya yang sekarang. “Kami memberikan rasa bangga atas capaian-capaian kesuksesan yang dilakukan oleh Kemenakertrans, dari dulu sampai sekarang, termasuklah saat kepemimpinan yang sekarang. Gerakan perubahan menuju profesionalisme dari insitusi ini terlihat jelas sekali, termasuklah dalam berbagai pertemuan yang saya ikut di dalamnya. Mereka sepertinya tidak mengenal lelah untuk memberikan yang terbaik,” ujar pria kelahiran Garut, Jabar, 16Maret 1957 ini di hadapa Menteri Kemenakertrans dan civitas akademika Universitas Trilogi. Lanjutnya, Rektor Trilogi yang merupakan guru besar IPB ini juga menjelaskan walaupun secara legal formalnya MoU ditandatangi hari ini. Tapi faktanya secara tidak langsung telah berjalan selama lebih kurang 2,5 tahun. Karena salah satunya melalui perannya sebagai pemikir dalam pengukuran kinerja ketransmigrasian berbasis Balance Scorecard. Sebuah alat yang mampu mengukur secara komprehensif bagaimana organisasinya mencapai kemajuan melalui sasaransasaran strategisnya. Selain peningkatan kualitas kualitas produktivitas kinerja. Ruang lingkup lain dari penandatanganan MoU
Drs HA Muhaimin Iskandar, MSi bergambar bersama Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc, usai menyerahkan cinderamata.
yang berlangsung secara kekeluargaan di aula Kemnakertans itu diantaranya mensinergikan program dan kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, pengetahuan, wawasan, serta keterampilan. Selain mayoritas dihadiri oleh pejabat dan pegawai di lingkungan Kemnakertrans. Dari pihak Universitas Trilogi, selain Rektornya hadir juga diantaranya Dr R Sunu Kanto (Wakil Rektor), Dr Sahnaz Ubud (Ketua Program Magister Manajemen), Dian Ruslan, MM (Ketua Bagian Humas dan Promosi), dan Rizki Kurniawan, M Ds (Ketua Bagian Kerjasama), para karyawan dan undangan lainnya. ADE S
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc, saat memberi sambutannya.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
53
PENDIDIKAN
Wisudawan UST Yogyakarta Dituntut Tumbuhkan Kemandirian Bertepatan Dies ke-58 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, yang berlangsung di Grha Pradipta Jogja Expo Centre (JEC), Jl Janti Gedong Kuning, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Sabtu 30 Nopember 2013 lalu, UST mewisuda 586 wisudawan. Mer eka terdiri atas 484 sarjana strata-1, 100 di antaranya berpredikat cumlaude. Dan 102 sarjana strata–2 dengan 15 di antaranya berpredikat cumlaude. Dengan demikian alumni UST Yogyakarta sejak berdiri 58 tahun lalu sampai dengan Periode I Tahun Ajaran 2013/2014, sebanyak 20. 949 orang.
Para wisudawan memasuki ruang upacara diawali tarian tradisional khas Yogyakarta. [FOTO-FOTO: DANU]
U
NTUK tahun akademik 2013/ 2014, USTYogyakarta memiliki 8.232 mahasiswa tersebar di lima fakultas (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan program studi (prodi) Pendidikan: Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Rupa, Matematika, Fisika, Teknik Mesin, Kesejahteraan Keluarga, Guru Sekolah Dasar, dan Ilmu Pengetahuan Alam; Fakultas Ekonomi dengan prodi Manajemen Akuntansi; Fakultas Pertanian dengan prodi Agroteknologi dan Agribisnis; Fakultas Psikologi dan Fakultas Teknik dengan program studi Teknik Industri dan Teknik Sipil. Sedang jenjang studi S2 meliputi 54
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
Magister Manajemen, Manajemen Pendidikan, Penelitian dan Evaluasi Pendidikan dan Pendidikan bahasa Inggris. Rektor UST Drs H Pardimin, MPd, dalam sambutannya pada acara Wisuda Periode I Tahun Ajaran 2013/2014 menyatakan bahwa, UST ber diri 58 tahun lalu selalu berusaha meningkatkan kualitas akademik dan proses pembelajaran agar lulusannya semakin berperan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Adanya Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), yang dikenal juga dengan National Qualification Framework (NQF) telah menjadi isu besar
bagi dunia pendidikan yang secara bersamasama menyelaraskan elemen dunia pendidikan dengan ketenagakerjaan dan dunia kerja. KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Oleh karenanya, Standar Kompetensi Lulusan UST kini dan yang akan datang selalu diselaraskan dengan kebutuhan users (pengguna lulusan) dengan tetap mengutamakan semangat kemandirian. Sebagai seorang sarjana lulusan UST Yogyakarta harus mampu menunjukkan ciri khasnya yaitu dalam Panca Dharma Tamansiswa bahwa sarjana Tamansiswa mampu menumbuhkan jiwa kemandirian dan kebangsaan baik kepada keluarga maupun lingkungan masyarakat. Wisuda bukanlah akhir dari perjalanan perjuangan intelektual. Justru wisuda merupakan titik awal dari perjuangan yang lebih panjang. “Tuntutan kehidupan, hasrat untuk berkarya dan mengaktualisasikan diri akan menjadi pendorong yang kuat bagi seorang sarjana sehingga dituntut segera mempersiapkan diri dan memanfaatkan kelulusan ini dengan sebaik-baiknya,” tegas Ki Pardimin. Ki Prof Adhi Susanto, MSc, PhD, selaku Ketua Yayasan UST, memberikan ucapan selamat dengan harapan para lulusan segera menyumbangkan karya baktinya kepada masyarakat sesuai bidang ilmu yang dipelajarinya.Penguasaan ilmu bidang teknik, ekonomi dan pertanian diharapkan akan memperkuat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di era globalisasi. Tantangan di bidang psikologi dan kependidikan di masyarakat har us dihadapi
lulusan secara cerdas dengan bekal pendidikan kebangsaan ala Tamansiswa sehingga anak didik terhindar akibat berbagai pengaruh negatif dari dunia luar . Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DIY Dr Ir Bambang Suprijadi, CES, DEA, dalam sambutannya mengharapkan lulusan UST segera berkiprah di masyarakat dengan menciptakan pekerjaan yang sesuai bidang ilmu yang ditekuni selama kuliah, tanpa harus menjadi penambah deretan kelompok penunggu pekerjaan. Sedangkan Ketua Majelis Luhur (ML) Persatuan Tamansiswa Ki Prof Dr Sri Edi Swasono pada kesempatan tersebut secara khusus berpesan agar para wisudawan dan wisudawati sebagai pemuda dan pemudi harapan bangsa, jangan terjebak dengan apa yang sering dikatakan sebagai “bonus demografi” yang terbentang di depan kita. “Bonus demografi” sebagai akibat membesarnya jumlah penduduk “usia produktif” hingga 2030. Membengkaknya “kelas-menengah” yang dibanggakan berbagai kalangan, tidak akan merupakan “bonus” atau “deviden” bila mereka lebih berperilaku konsumtif daripada produktif, lebih menyukai barang-barang impor daripada produk-produk dalam-negeri. Kepekaan anak-anak muda terhadap kebanggaan dan kepentingan nasional pun menipis manakala pendidikan membiarkan “modernisasi” direduksi menjadi “westernisasi”. Tanpa kebangsaan atau nasionalisme, kecerdasan otak tidak menjadi
Rektor UST mewisuda sebanyak 382 orang jenjang sarjana dan pascasarjana pada acara wisuda yang diselenggarakan di Gedung Jogja Expo Center, DIY.
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
55
Para Guru Besar dan Dosen UST di acara Wisuda dan Dies Natalis UST ke-58.
pendorong untuk mengangkat harkat kita dari keterjerumusan sebagai jongos globalisasi. Tanpa nasionalisme atau keIndonesiaan kalian tak akan mampu merasakan bahwa resto, supermarket, mal dan yang serba asing telah melumpuhkan (disempowering) dan memiskinkan (impoverishing) usaha-usaha anak negeri. Bila hal ini benar, perkembangan demografi itu tidak akan menjadi bonus, dan pemuda-pemuda tanpa nasionalisme akan menjadi “musuh” bangsa ini, sebagaimana
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera. 56
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
yang ditakutkan Ki Hadjar Dewantoro. “Saya mengharap kalian tidak termasuk pemuda yang lengah misi, yang plongaplongo tanpa keindonesiaan seperti itu,” tegas Prof Dr Sri Edi Swasono. Ki Drs Hazairin Eko Prasetyo, MS, Wakil Rektor I UST selaku penanggung jawab Wisuda, menjelaskan bahwa tahun akademik 2013/2014, pelayanan bagi mahasiswa terus ditingkatkan. Selain perbaikan fisik kampus maupun kurikulum, dilakukan pula upaya peningkatkan kinerja pamong dan tenaga kependidikan serta tata kelola keuangan. Cerminan usaha tersebut dapat dilihat dengan ditingkatkannya status kelembagaan yang menangani hal-hal penjaminan mutu, yaitu Biro Penjaminan Mutu menjadi Lembaga Penjaminan Mutu serta dibentuk dan ditingkatkannya kinerja Unit Penjaminan Mutu di tiap program studi. Pada 6-8 Nopember 2013 UST telah dikunjungi dan dinilai oleh Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Diharapkan UST semakin dapat meningkatkan Status Akreditasi Institusinya, sehingga menjadi Perguruan Tinggi dengan pelayanan fisik bangunan, tata kelola akademik maupun manajemen keuangan yang baik. Sementara pidato Dies Ke 58 UST Yogyakarta berjudul “Mitigasi Bencana Dalam Kajian Ilmu Mekanika Tanah” disampaikan Ki Drs Hadi Pengestu Rihardjo, ST, MT, Dosen Fakultaseknik T dan Wakil Rektor III UST Yogyakarta. Kajian ini merupakan rangkuman hasil penelitiannya. Sebagai acara puncak, Rektor UST Ki Drs H Pardimin, MPd, didampingi aW kil Rektor I Ki Drs Eko Hazairin, MSi, di hadapan Anggota Senat UST, orang tua wisudawan, dan tamu undangan, mewisuda wisudawan dan memberikan penghargaan kepada wisudawan terbaik mewakili prodi yang didampingi istri/suami/anak/kedua orang tua masing-masing. Danu/HNUR
DOKTER ANDA
Diasuh dr Harun Riyanto*)
Waspadai Radang Amandel
N
AMA saya ibu Gita, umur saya 29 tahun, mempunyai dua orang putra yang sedang lincah lincahnya berusia 7 tahun dan 5 tahun. Sekitar satu minggu yang lalu, anak pertama saya terkena flu, dan saya bawa ke ahli THT yang membuka praktek di dekat rumah. Menurut beliau anak saya terkena flu dan radang amandel sehingga perlu menjalani operasi amandel. Ada beberapa hal yang hendak saya tanyakan pada dokter yaitu: 1. Apakah Amandel berbahaya sehingga perlu segera dioperasi? 2. Apa penyebab adanya penyakit Amandel pada anak dan apa gejala penyakit Amandel? 3. Apa efek samping atau komplikasi penyakit Amandel? Ibu Gita yang baik, sebenarnya Amandel adalah bagian dari daya tahan pertahanan yang disebut kelenjar getah bening, yang bertugas membunuh kuman yang masuk melalui mulut kita bersama enzyme pembunuh kuman yang ada di mulut kita. Kalau kita lihat, jaringan Amandel yang mempunyai daerah mempunyai celah-celah dan ada yang tidak. Fungsi Celah di jaringan Amandel berfungsi menangkap kuman. Pada orang dewasa bila kripti 2 dibuka, akan meliputi area 295 cm2 dimana 45 cm2 meliputi sekitar anak lidah. Dalam celah-celah tersebut, banya terdapat sel makrophag dan sel-sel darah putih yang bertugas menangkap kuman dan membunuh kuman Amandel atau tonsil palatine, dapat mengatasi antigen spesifik terutama terhadap Diphteri, Virus Poliom Kuman Streptococus, Hemofilus Influenza , staphylo cococus dan E Coli sampai suatu tahap tertentu. Bila kuman telah tak bisa diatasi, Amandel akan membesar dan koloni kuman di Amandel terlihat sebagai bercak putih yang terdiri dari banyak kuman. Dalam penelitian, didapatkan, daya Imunologis dari Amandel jauh lebih kuat dan baik dibandingkan dengan zat kekebalan yang dibagian lain dalam tubuh kita, karena zat kekebalan amandel langsung berhubungan dengan dunia luar, sehingga menjadi tempat pertahanan tubuh kita yang pertama kali. Untuk Amandel palatine yang terlihat dari luar mulut , pembesaran Amandel dibagi atas 4 bagian yaitu bila membesar mulai dari dinding tepi Amandel menempel hingga ke anak lidah kita sebut sebagai pembesaran T4, setengah dari pembesaran tersebut dikenal sebagai pembesaran T2. Ini penting sebagai patokan untuk mengobati dan mengoperasi Amandel yang membesar. Sebenarnya terdapat 5 buah Amandel di tenggorokan kita, tetapi hanya 2 buah yang terlihat jelas dari bagian luar. Kalau
kita periksa maka ada 2 buah Amandel terdapat menempel di bagian lidah belakang, 2 buah Amandel disisi kanan kiri (yang kita lihat melalui mulut dan 1 buah Amandel di bagian atas). Keseluruhannya Amandel dikenal sebagai “Pertahanan tubuh Cincin Waldeyer”. Sebetulnya bila cepat diobati, radang amandel dapat disembuhkan dan tidak berbahaya. Namun dari beberapa penelitian didapatkan adanya kasus yang membutuhkan perawatan bahkan operasi bila telah menjadi abses. Gejala untuk setiap orang akan berbeda. Dapat berbeda, namun beberapa gejala yang mungkin timbul seperti rasa nyeri amat sangat di tenggorokan, demam dengan suhu tinggi; Amandel membesar dan menjadi lebih merah, menggigil, terdapat jaringan berwarna kuning/putih yang menempel pada Amandel dan kalau dilepaskan, bisa berdarah/bisa tidak, dapat disertai suara terdengar serak bila terkena pita suara, pembesaran kelenjar getah bening leher, nafas berbau busuk/tak sedap, dapat disertai radang telinga tengah, terutama pada anak kecil. Radang Amandel bila tidak diobati dengan baik, dapat menyebabkan radang jantung, bisul di dalam mulut, hingga kematian akibat tidak ditangani secara tepat. Penatalaksanaan pengobatan secara umum adalah istirahat dan pemberian obat panas, pemberian Antibiotika yang sesuai dengan penyebab Amandel sesuai berat badan, pemberian vitamin dan pemberian obat kumur bila anak sudah bisa berkumur-kumur. Ada pendapat bahwa pemberian obat kumur kurang efektif. Pengaruh suhu obat kumur lebih penting daripada komposisi bahan yang terkandung dalam obat kumur untuk mengurangi keluhan akibat radang. Tindakan operasi hanya dilakukan bila pembesaran tonsik mencapai T3-T4 sehingga menyebabkan anak sulit bernafas, atau pada penyakit Difteri karena kuman Difteri berpotensi menyebabkan radang jantung, atau pada absces (bisul) bernanah di Amandel. Tentu operasi Amandel harus dilakukan oleh dokter Ahli THTdan dokter ahli Anestesi yang profesional dan baik, sehingga mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang dapat timbul dalam operasi mulai dari perdarahan dalam mulut, hingga kematian akibat alergi obat bius. Karena itu diperlukan second opinion (pendapat lain) dari dokter lain sebelum menjalani operasi Amandel. *) Bila anda punya saran atau masalah yang dapat dibahas bersama dalam majalah ini, hubungi kami melalui redaksi Majalah Gemari atau melalui e-mail:
[email protected] 157/Tahun XIV/Oktober XV/Pebruari 2014 2013 Gemari Edisi 153/Tahun
57
ANEKA PERISTIWA
Peraih penghargaan Damandiri Award 2013 tampak sumringah saat bergambar bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja. [FOTO: MULYONO]
Penerima Damandiri Award 2013
P
ADA Ulang Tahun ke-18 Yayasan Damandiri memberikan penghargaan Damandiri Award. Penghargaan diberikan kepada Posdaya dan kepala daerah (bupati/ wali kota), yang dengan nyata memberikan dukungan, arahan, dan bantuan stimulan, sehingga Posdaya di wilayahnya benar-benar aktif menjalankan program seperti pendidikan (pendidikan anak usia dini/ PAUD), kesehatan (penimbangan balita, pemeriksaan kesehatan lansia), dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pemberian penghargaan dilangsungkan di acara Konvensi Nasional Posdaya 2014 di Gedung Serbaguna Graha Sabha Pramana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 16 Januari 2014. Berikut daftar Posdaya nominator penerima Damandiri Award 2013 • Posdaya Delima, RW 02 Dusun Gemawang, Kel. Sinduadi Kec Mlati, Sleman, DIY. • Posdaya Sumber Makmur RW 05 Dsn Celeban, Kel Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DIY. • Posdaya Kusuma Jaya, Jl Sidoluhur 13 No 28 RT07/RW06 Kelurahan Muktiharjo, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, Jateng. • Posdaya Cahaya RW 2 Desa Gatak, Kec. Dlanggu, Kabupaten Klaten, Jateng. • Posdaya Tarusan Jaya, Korong Rimbo Karanggo, Nagari Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. • Posdaya Sejahtera, RW 06 Dusun Plelen, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pacitan, Pacitan, Jatim. • Posdaya Plamboyan, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. • Posdaya Puspa Lestari, RW 0,7 Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. • Posdaya Sauyunan, Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jabar. 58
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
• Posdaya Mandiri, RW 07 Kelurahan Mustika Sari Kecamatan Mustika Jaya Kota Bekasi, Jabar. • Posdaya Masjid Baiturahman, Dusun Klidon, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, DIY. • Posdaya Ontoseno, Dusun Puton, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Bantul, DIY. • Posdaya Ketapang Dama, RW X, Kelurahan Kebonmanis, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Jateng. • Posdaya Kartini, Rw 05 Kelurahan Keranji, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Jabar. • Posdaya Hikmah Sukorejo, RW 03 Kelurahan 8 Ilir, Kec Ilir Timur, Kota Palembang, Sumsel. • Posdaya Galanggang Buek, Taruang-Taruang, Kecamatan IX, Sungai Lasi, Solok, Sumbar. • Posdaya Fatahillah, Dusun Kalipakem Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. • Posdaya Bungur, RW 07 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kebayoran Lama, Jaksel. Daftar Bupati/Walikota penerima Damandiri Award 2013 Penerima Damandiri Award Gold, penerima 3 kali. • Walikota Bekasi • Walikota Bogor • Bupati Kulonprogo • Bupati Pacitan • Bupati Bantul • Bupati Malang • Bupati Cilacap. Penerima Damandiri Award 2 kali. • Walikota Surabaya • Walikota Yogyakarta • Bupati Solok • Bupati Purbalingga • Bupati Bangli Penerima Damandiri Award (1 kali). • Bupati Gorontalo Utara. HARI
BERITA DUKA CITA Innalillaahi wainnaailaihi raajiuun Seluruh Pimpinan, Staf Redaksi dan Karyawan Majalah Gemari mengucapkan belasungkawa atas berpulangnya:
Dr. KH. M. Ahmad Sahal Mahfudz Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Pada 24 Januari 2014 dalam usia 77 tahun
Semoga arwah almarhum diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan serta kekuatan iman dalam menghadapi cobaan ini. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Menari di Hadapan Presiden SBY
B
ISA menari di hadapan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono memang merupakan kebanggaan tersendiri. Seperti dialami Nanda Dhita Permatasari bersama rekan-rekannya dari Duta Seni Krakatau Steel belum lama ini. Bersama enam penari wanita dan juga enam penari pria mereka berhasil memukau Presiden SBY beserta rombongan. Acara yang berlangsung pada 23 Desember 2013 lalu itu begitu meriah karena Nanda bersama teman-temanya menampilkan tari “Bedug” dengan busana yang megah. Duta Seni Krakatau Steel yang dipimpin Wisnu Kuncara ini memang kerap pentas di sejumlah tempat, bahkan sampai ke luar negeri. Dalam peresmian pabrik Posco Krakatau Steel di
Nanda bersama teman-temanya menampilkan tari “Bedug” dengan busana yang megah. [FOTO: DOK]
Gedung Pusat Pelatihan Tari Recreation Centre (RC) presiden didampingi Ibu Ani Yudhoyono juga Wakil Gubernur Banten Rano Karno. “Alhamdulillah bisa tampil di hadapan presiden, rasanya senang banget,” jawab Nanda, siswi kelas XI IPA 3 SMAN-CIL, Cilegon, Banten, ketika ditanya Majalah Gemari tentang kesan-kesannya. DH Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
59
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Mulai Mengerucut Menjadi Titik Tumpu Program pemberdayaan masyarakat sudah lama dilakukan oleh pemerintah, namun masih banyak kalangan yang mempertanyakan dan sampai sejauh mana proses pemberdayaan itu dikembangkan serta seperti apa hasil yang telah dicapai. Banyak orang bicara tentang pemberdayaan, bahkan pemerintah sendiri berusaha membangun sumberdaya manusia melalui proses pemberdayaan. Berbagai kementerian dan lembaga pemerintah dengan gencar menyuarakan pemberdayaan masyarakat dengan gegap gempita dan dengan dukungan dana yang melimpah dipergunakan untuk program pemberdayaan ini.
Komitmen para pimpinan daerah, perguruan tinggi dan pimpinan lembaga keuangan sudah mulai tercurah pada pengembangan dan pengisian Posdaya. Karena mereka yakin, Posdaya mampu membawa rakyat di desa bisa maju dan mandiri. [FOTO: ADE S]
P
ASTI akan mengalami kesulitan apabila pemerintah berjalan sendiri untuk mengatur dan mengurus pemberdayaan masyarakat Indonesia yang saat ini jumlah penduduknya saja telah melebihi angka 250 juta jiwa. Untuk itu perlu adanya persiapan untuk mengembangkan masyarakat sebagai sasaran dari proses pemberdayaan itu sendiri. Masyarakat harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum menerima masukan dan proses pemberdayaan yang akan dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun oleh lembaga-lembaga lainnya. Yang perlu dipersiapkan adalah membentuk dan mengembangkan pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang ada di desa-desa, yang saat ini telah mulai bermunculan. Dengan telah terbentuknya Pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), maka diperlukan 60
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
adanya pengembangan partisipasi masyarakat yang lebih luas dan dikembangkan secara positif. Untuk mengembangkan partisipasi tersebut diperlukan adanya infrastruktur dan dukungan dari berbagai lembaga yang ada, khususnya lembaga di tingkat akar rumput. Perguruan tinggi juga memegang peranan yang sangat penting untuk ikut ambil bagian dalam proses pemberdayaan yang memprioritaskan pada KKN mahasiswa yang terjun ke desa-desa dengan membantu dalam proses secara langsung di lapangan agar terjadi sesuatu yang berkelanjutan. Mahasiswa ini adalah merupakan jembatan atau garda terdepan dalam proses pemberdayaan yang ada di pedesaan. Proses pemberdayaan yang sangat ampuh dan menyentuh masyarakat bisa diperankan oleh para mahasiswa melalui KKN, karena mereka berhu-
bungan langsung pada sasaran yang tepat. Sasaran atau target utama pengentasan kemiskinan sebagian besar adalah mereka yang tinggal di desa-desa dan agak sulit dijangkau oleh program pemerintah secara parsial, hal itu dapat dijangkau oleh mahasiswa yang diterjunkan ke desa-desa melalui KKN dan mereka ini mampu menggerakkan masyarakat desa dan keluarga miskin untuk bangkit menjadi bangsa yang semakin berkembang dan mandiri. Masyarakat miskin perlu didekati dan didorong untuk bangkit dengan cara pemberdayaan, bukan dengan memberikan sesuatu dengan cara charity, tetapi dengan sentuhan yang manusiawi dan dorongan semangat serta sentuhan pelatihan agar mampu bekerja dan menciptakan sesuatu yang lebih bermanfaat dan mampu mandiri. Diperlukan adanya kesabaran dan ketulusan hati dalam melakukan proses pelatihan dan pendampingan yang terus-menerus tanpa henti, sehingga pada akhirnya mereka bisa mampu mandiri dan berkelanjutan. Perhatian yang sungguh-sungguh tanpa ada maksud tersembunyi merupakan kunci keberhasilan dari suatu proses pemberdayaan dan mengajak semua keluarga, khususnya keluarga miskin untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Mahasiswa KKN merupakan bentuk kepedulian yang tinggi terhadap proses pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan, terutama keluarga miskin di desa. Mahasiswa mampu merangsang keluarga di desa untuk bangkit, menghidupkan kembali budaya gotong-royong dan mendorong agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya pembangunan sosial kemasyarakatan. Di sini masyakarat harus pula diperankan, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga diperankan sebagai subyek pembangunan yang handal. Membuat masyarakat lebih berdaya tidaklah semudah membalik telapak tangan, tetapi diperlukan adanya kesabaran, pengertian, ketulusan hati dan yang paling penting membuat mereka bisa memiliki ketrampilan, usaha dan akhirnya bisa tersenyum serta keluarganya lebih bahagia dan sejahtera. Untuk itu mereka harus dituntun, diarahkan agar mereka makin hari makin cerdas dan bisa menyelesaikan kemiskinan untuk diri sendiri dan keluarganya, sehingga pada akhirnya akan ikut serta menyelesaikan target-target MDGs secara lebih berhasil. Bila sampai saat ini Posdaya telah mampu merangsang berbagai lembaga untuk ikut serta berperan menyelesaikan target-target MDGs, hal ini sudah mulai terlihat keterpaduan antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga
keuangan dan lembaga-lembaga lainnya untuk lebih memfokuskan program pengentasan kemiskinan melalui Posdaya. Posdaya sudah menjadi idola para pengambil keputusan, untuk menjadikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan, khusus pembangunan sumber daya manusia di daerahdaerah. Komitmen para pimpinan daerah dan pimpinan perguruan tinggi serta pimpinan lembaga keuangan sudah mulai tercurah pada pengembangan dan pengisian Posdaya. Karena mereka yakin, Posdaya mampu memDr Mulyono D Prawiro bawa rakyat di desa bisa maju dan mandiri. Meskipun pada awalnya Posdaya oleh sebagian kalangan dianggap sesuatu yang melawan arus, menghalangi atau bahkan menjadi saingan pos-pos yang telah ada, tetapi dengan berbagai upaya yang tak kenal lelah, menyakinkan semua pihak, terutama para pimpinan daerah dan pimpinan perguruan tinggi, pada akhirnya Posdaya diterima sebagai konsep jitu dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan yang melibatkan partisipasi banyak kalangan. Posdaya-Posdaya yang berhasil dengan baik diberitakan melalui berbagai media massa nasional dan lokal, sehingga menarik perhatian publik, bahwa Posdaya adalah sesuatu yang perlu mendapat perhatian dan penting. Pemberitaan melalui media massa dilakukan dengan gencar terutama Posdaya-Posdaya yang berhasil, sehingga memicu Posdaya lain untuk ikut mencontoh dan melakukan kegiatan serupa di daerahnya. Dengan munculnya Posdaya-Posdaya tersebut, maka anggapan yang miring tentang Posdaya semakin lama semakin menipis. Menurut pencetus program, Posdaya, Prof Dr Haryono Suyono, saat ini sudah mulai terlihat titik temu yang mengerucut menjadi titik tumpu, ini merupakan munculnya gerakan sosial yang menjadi pedoman dan akan terus digali dan diperluas secara simultan dan berjenjang. Hal ini diperlukan adanya penguatan yang berlipat ganda, biarpun terjadi kontradiksi-kontradiksi, tetapi harus terus dikembangkan dan dihadapi dengan sikap terbuka, positif dan konsisten. Dengan munculnya gerakan sosial ini, semua lapisan masyarakat akan terkena dampaknya dan memicu untuk ikut di dalamnya dan akan terus menjadi gerakan sosial yang berkelanjutan serta menjadi gerakan pemberdayaan di Indonesia yang terus maju dan berkembang. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
61
LAPORAN DAERAH
PWRI Ciptakan Media Harmonisasi Tiga generasi Tuhan sudah menciptakan keberagaman dalam kehidupan, termasuk perbedaan dalam memeluk agama dan keyakinan. Namun perbedaan itu bisa menjadi keindahan, jika kita memiliki cinta untuk menyatukan satu sama lain dalam sebuah perbedaan.
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono memberikan arahan tentang harmoni tiga generasi. [FOTO-FOTO: RAHMA]
D
EMIKIAN antara lain disampaikan Wakil Menteri Agama Prof Dr Nasaruddin Umar dalam perayaan Natal dan Tahun Baru 2014 yang digelar Pengurus Besar Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PB PWRI) di Jakarta pada pertengahan Januari 2014 lalu. “Kita tidak bisa jadi umat yang seragam. Perbedaan itu adalah sunatullah, jadi alangkah indahnya jika perbedaan itu sebagai suatu keindahan, bagaikan pelangi,” ujarnya. Wamenag mengatakan, perayaan natal yang digelar PWRI ini juga dalam suasana perbedaan. Namun, perbedaan ini
62
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
membawa keindahan karena agama di Indonesia selalu bergerak dalam gaya sentripetal (gerakan melingkar mengarah ke pusat – red) dan tidak pernah menekankan bergaya sentrifugal (gerakan melingkat menjauhi pusat – red). “Jadi keberagaman di Indonesia termasuk agama yang berbeda-beda selalu dalam gerakan sentripetal, mengarah ke satu pusat. Ini yang harus dijual ke luar negeri bahwa sampai hari ini Indonesia tetap Indonesia. Yang perlu dibangun adalah menumbuhkan suasana cinta dalam kehidupan bangsa kita,” kata Wamenag. Sementara itu, Ketua Umum PB PWRI,
Prof Dr Haryono Suyono meminta, perayaan natal dan tahun baru ini dapat mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, sekaligus menjadi media harmonisasi tiga generasi. “Anggota PWRI, selain melakukan konsolidasi internal juga membangun kepedulian terhadap lingkungan eksternalnya, anggota PWRI juga harus peduli pada tiga generasi, yaitu dengan sesama lansia, peduli pada generasi muda dan peduli pada generasi balita,” kata Prof Haryono. Menurut Prof Haryono, selepas pensiun sebagai pegawai negeri sipil (PNS) bukan berarti selesai melakukan pegabdian. Saat ini, sudah banyak pensiunan yang masih berkiprah dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. “Oleh karena itu, anggota PWRI agar bergabung pada kegiatan-kegiatan
pemberdayaan di masyarakat. Di situlah para pensiunan anggota PWRI bisa menjadi sesepuh, menjadi penasehat, dan meneruskan apa yang dulu saat bekerja belum sempat dicapai,” ujarnya. RW
Wakil Menteri Agama Prof Dr Nazaruddin Umar saat menyampaikan sambutannya di hadapan anggota PWRI.
Ketua Umum PWRI Prof Dr Haryono Suyono dan Wakil Menteri Agama Prof Dr Nazaruddin Umar bersama Ketua Panitia acara Prof Dr JB Kristiadi (kanan) serta anggota PWRI lainnya saat mengikuti acara. [FOTO: MULYONO]
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
63
LAPORAN DAERAH
Penguatan Komitmen Kepemimpinan BKKBN Stagnasi program kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) selama 10 tahun ini kian memacu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk memperbaiki “rapor merah” yang kini disandangnya. Bagaimana tidak, angka kelahiran rata-rata tetap berada pada level 2,6 dan persoalan fertilitas remaja juga meningkat, dari 35 menjadi 48 kelahiran per 1.000 wanita. Angka-angka ini tentu saja sangat mengkhawatirkan.
Pelantikan tiga pejabat Eselon I BKKBN dapat menjadi tonggak penguatan komitmen pimpinan untuk keberlangsungan program kependudukan dan KB. [FOTO-FOTO: DOK]
64
M
ELIHAT kenyataan ini, Kepala BKKBN Prof dr Fasli Jalal mengakui BKKBN mempunyai PR yang semakin berat. “Banyak hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki rapor merah ini. Sisa waktu yang tersisa ini, dapat menjadi tonggak penguatan komitmen pimpinan di berbagai tingkatan dan memobilisasi sumber daya yang diperlukan untuk keberlangsungan program kependudukan dan KB,” ungkap Fasli Jalal usai melatik tiga pejabat Eselon I BKKBN beberapa waktu lalu di Jakarta. Menurutnya, BKKBN akan fokus pada pemberdayaan pada pasangan usia subur (PUS) muda untuk menjadi cerdas dan mampu menempatkan kontrasepsi sebagai salah satu bagian penataan rencana hidup mereka ke depan. Dengan pemberian informasi kesehatan reproduksi yang benar dan lengkap. Oleh karenanya, kepada tiga pejabat yang baru dilantik yaitu Sekretaris Utama, Ir Ambar Rahayu MNS, Deputi Advokasi Penggerakan dan Informasi, dr Abidinsyah Siregar, dan Deputi Pelatihan Penelitian dan Pengembangan, Dr Sanjoyo, MEc, diharapkan fokus pada enam indikator untuk menghapus “rapor merah” kinerja BKKBN. Salah satu masalah sepele namun berdam-
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
pak besar adalah penyediaan alat dan obat kontrasepsi (alokon). “Selama ini alokon masih dianggap seperti barang biasa, sehingga gudangnya pun sama seperti gudang fisik, bukan gudang farmasi. Gudang alokon yang jumlahnya 500 lebih itu harus direview dan diperbaiki segera,” jelasnya. Alokon, kata Fasli, bukan seperti buku atau barang biasa. Alokon ada yang mengandung hormon jadi harus disimpan dengan tatacara kefarmasian, dengan suhu tertentu. Sebetulnya Standard Operasional Prosedur (SOP) sudah ada tetapi belum semua gudang alokon mematuhinya. Oleh karena itu, gudang alokon harus canggih dan betul-betul dijaga agar kualitasnya tidak berubah. Alokon bisa bertahan selama tiga bulan di gudang provinsi, tiga bulan di gudang kabupaten/kota, dan satu bulan di fasilitas pelayanan KB. Jika kadaluwarsa alokon harus dibuang. “Rantai penyediaan dan pengiriman alokon ini tidak bisa ditawar lagi karena harus memenuhi kebutuhan peserta JKN (jaminan kesehatan nasional), minimal untuk peserta JKN yang sudah ada sekitar 121,4 juta itu,” ujarnya. Perbaiki rapor merah Salah satu masalah mendesak yang harus mendapatkan solusi adalah stagnasi program KB dari berbagai indikator capaian. Dengan demikian ke depan program Kependudukan dan KB semakin bergairah. “Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia atau SDKI pasca otonomi daerah, yaitu tahun 2007 dan 2012 telah menunjukan stagnasi program KB dari beberapa indikator capaian,” kata Sekretaris Utama BKKBN, Ambar Rahayu saat Silaturahmi Biro Hukum, Organisasi dan Humas BKKBN dengan Jurnalis Media Massa di Jakarta, beberapa hari setelah acara pelantikan. Menurut Ambar stagnasi program KB
selama 10 tahun terakhir ini, antara lain meliputi, angka kelahiran rata-rata tetap berada pada level 2.6, angka penggunaan kontrasepsi masih berkisar 57 persen dengan dominasi penggunaan KB jangka pendek, angka unmet need masih tinggi (8.5) dan fertilitas remaja (ASFR 15-19) justru meningkat dari 35 menjadi 48 kelahiran per 1.000 wanita. “Indikator-indikator ini telah membuat jarak yang semakin jauh dari target capaian RPJMN 2010-2014 dan MDGs. SDKI juga
berhasil mendapatkan berbagai informasi mengenai perilaku fertilitas, KB, kesehatan ibu dan anak, kematian ibu dan anak serta pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penyakit infeksi menular lainnya,” jelasnya. Sesuai hasil SDKI 2012, katanya, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 meninggal dunia per 100.000 ibu hamil/ melahirkan. Ini berarti setiap tahun, ada lebih dari 14.000 ibu meninggal karena melahirkan. HNUR/RW
Peresmian Jembatan HM Soeharto -Tien Soeharto ENTERI Koordinator Kesejahteraan Rakyat Dr HR Agung Laksono membunyikan sirine saat peresmian Jembatan Jenderal Besar HM Soeharto - Tien Soeharto di Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo pada 1 Februari 2014 lalu. Jembatan ini menghubungkan jalan Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Acara itu bertepatan dengan peringatan dua tahun pemerintahan Bupati Boalemo Drs H Rum Pagau dan Wakil Bupati Boalemo Lahmudin Hambali. Tampak hadir pada acara ini Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Gubernur Gorontalo Drs H Rusli Habibie, Bupati Boalemo Drs H Rum Pagau dan Perwakilan Keluarga Almarhum HM Soeharto Hj Siti Hediati Hariyadi atau yang dikenal Titiek Soeharto. SUL
M
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014
65
67
Gemari Edisi 156/Tahun XIV/Januari 2014
66
Gemari Edisi 157/Tahun XV/Pebruari 2014