perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA (Studi Eksperimental Kelas V SD Negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh MULYATI S.811108026
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTESI BELAJAR ILMU PNGETAHUAN SOSIAL DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA (Studi Eksperimental Kelas V SD Negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri)
TESIS Oleh MULYATI S.811108026
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sri Anitah,M.Pd.
........................
..............
Pembimbing II
Prof. Dr. Sunardi, M.Sc.
........................
..............
Mengetahui Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. NIP. 196611081990032001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN TESIS PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUN SOSIAL DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA (Studi Eksperimental Kelas V SD Negeri Di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri)
Disusun oleh : MULYATI S.811108026 Telah disetujui dan disahkan oleh tim penguji: Jabatan Ketua
:
Sekretaris : Anggota
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd.
......................
..................
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.
......................
..................
1. Prof. Dr. Sri Anitah, M. Pd.
.......................
..................
2. Prof. Dr. Sunardi, M. Sc.
.......................
..................
:
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Mengetahui, Direktur PPs UNS
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. NIP. 196611081990032001
Prof. Dr.Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 19610717 198601 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: MULYATI
NIM
: S 811108026 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul
PENGARUH
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN
TIPE
JIGSAW
TERHADAP
PRESTASI
BELAJAR
ILMU
PENGETAHUN SOSIAL DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA ( Studi Eksperimental Kelas V SD Negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri), adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Januari,2013
Yang Membuat Pernyataan
MULYATI
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Sesungguhnya
Allah
tidak
mengubah
keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. ar-
)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia Nya yang telah dilimpahkan sehingga penyusunan penelitian Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusun tesis ini akan mendiskripsikan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan Tipe Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahun Sosial Ditinjau Dari Motivasi Siswa ( Studi Eksperimental Kelas V SD Negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri)
rat dalam mencapai derajat Magister
pada Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian penyusunan penelitian Tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus tulusnya kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi,M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk menyusun Tesis. 2. Prof.Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan belajar. 3. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.,selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ijin untuk menyusun Tesis. 4. Prof. Dr. Sri Anitah,M. Pd., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Prof. Dr. Sunardi, M.Sc.,selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, teliti dan memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 6. Rekan-rekan mahasiswa S2 TP atas dukungan dan kebersamaannya . 7. Istri, anak, orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual. Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari masih ada kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga kebaikan Bapak, Ibu mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan menjadikan amal kebaikan yang tidak terputus-putus, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta,
November 2012
MULYATI NIM. S.811108026
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Ibu tercinta 2. Suami tercinta 3. Anakku tersayang 4. Pembaca yang budiman
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Mulyati .S 811108026. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ditinjau dari Motivasi Siswa (Studi Eksperimental Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri ).Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr.Sri Anitah, M.Pd., II: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc. Program Studi Teknologi pendidikan Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Tahun 2012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial , (2) Ada tidaknya pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial , (3) Ada tidaknya interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri di Kecamatan Girimarto,. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Girimarto berjumlah 584 siswa. Teknik penelitian yang digunakan adalah multi stage cluster random sampling. Sampel penelitian yang terpilih adalah SD Negeri I Girimarto sebanyak 30 siswa sebagai sampel eksperimen dan SD Negeri II Girimarto sebanyak 30 siswa sebagai kelompok kontrol.Valididitas butir soal diuji menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Karl Pearson dan uji reliabilitas digunakan rumus KR-20. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji prasyarat dan Analisis Variansi dua jalan. Simpulan : pertama, ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran tipe STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, hal ini dapat diketahui bahwa hasil perolehan Fobs= 63,024 > F0,05 = 4,02, kedua, ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi rendah terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (Fobs = 21,623 > F0,05= 4,02), dan ketiga, ada interaksi pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang dicapai siswa (Fobs = 7,466 > F0,05 = 4.02). Kata Kunci : STAD dan Jigsaw, motivasi belajar, prestasi belajar
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Mulyati. S. 811108026.The Effect of the use of the Cooperative Learning Models of STAD and Jigsaw Types on the Learning Achievement in Social Science Viewed from the Students Motivation (An Experimental Study toward the Student in Grade V of State Primary Schools in Girimarto Sub-district, Wonogiri Regency). Thesis. Principal Advisor: Prof. Dr.Sri Anitah, M.Pd., Coadvisor: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc., the Study Program in Educational Technology,sSebelas Maret University, Surakarta Year 2012. The aim of this research are to know : (1) Whether or not is different effect of cooperative learning models of STAD and Jigsaw types on the students learning achievement in Social Sciences, (2) Whether or not there is different effect between the high learning motivation and the low learning motivation on the students learning achievement is Social Sciences , (3) Whether or not there motivations on the students learning achievement in Social Science. This research used the is experimental method. It was conducted at the State Primary School in Girimarto sub-district. The population of the research included 584 students in Grade V of Primary Schools in Girimarto subdistrict.The samples of the research were teken by using the multi-stage cluster random sampling. The sample consisted of 30 studens of State Primary School I of Girimarto as the expiremental group and 30 students of State Primary School II of Girimarto as the control group. The data of the research were gathered by using questionnaire and test of achievement. Prior to their application, the formula of Product Moment, and their reliability was tested by using KR-20 formula. They were then analyzed by using the pre- requisite test of a two-way analysis of variance. The results of the research are as follows. Firstly, there is a significant different of effect between the use of the learning model of STAD type and that of the learning model of Jigsaw type on t Science as indicated by F obs = 63,024 > F 0,05 = 4,02. Secondly,there is a own by Fobs = 21,623 > F0,05 = 4,02. Finally, there is a significant interaction of effect between the achievement in Social Science as pointed out by F obs =7,466> F0,05=4,02. Keywords:STAD and Jigsaw, learning motivation, and learning achievement.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN
i ii
PENGESAHAN TESIS.............................................................................
iii
PERNYATAAN.........................................................................................
iv
MOTTO .....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR................................................................................
vi
PERSEMBAHAN......................................................................................
viii
ABSTRAK..................................................................................................
ix
ABSTRACT................................................................................................
x
.......
xi
DAFTAR TABEL.......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xviii
BAB I
PENDAHULUAN A.
1
B. Identi
4
C. Pem
5
D. Rumusan
5
E. Tuju
6
F. Manfaat Peneliti ............................................................
6
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
digilib.uns.ac.id
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A.
8 1. Pembel
........
8
2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw....................
24
.........
28
4. Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial..................
36
B. Penelitia
42 .........
D. Hipotesis BAB III
BAB IV
44 47
METODE PENELITIAN A. Tempat d
.........
48
B. Populasi, Sam
.........
49
C. Rancangan dan Variabel Penelitian
........
50
D. Teknik
........
52
E. Teknik Uji Val
........
53
F. Tekn
........
60
A. Deskripsi Data..
........
64
B. Pengujian Prasyarat.
........
79
HASIL PENELITIAN
C. Pengujian Hipotesis............
81
D. Pembahasa
........
86
E. Keterbatasan Penelit
........
90
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan....
..........
92
B. Implikasi Penel
........
93
C. Saran-saran ....................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
96
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sintak Model Pembelajaran ......................................................
13
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian........................................................
48
Tabel 3 Kisi-kisi Prestasi Belajar IPS.....................................................
53
Tabel 4 Desain Faktorial ........................................................................
62
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Secara Keseluruhan........
65
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar siswa kelompok Model pembelajaran kooperatif Tipe STAD ...........................
66
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar siswa kelompok Model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw ...........................
67
Tabel 8 Rangkuman Hasil Analisis Data Skor Prestasi Belajar IPS ......
68
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS Secara Keseluruhan...............................................................................
69
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model 70 Tabel 11 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model Jigsaw.........................................................................................
71
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS bagi siswa Motivasi rendah ......................................................................
73
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS bagi Siswa dengan Motivasi tinggi........................................................................... Tabel 14 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model
commit to user xiv
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STAD pada siswa Motivasi rendah.........................................
75
Tabel 15 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model STAD pada siswa Motivasi Tinggi
76
Tabel 16 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model 77 Tabel 17 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model Jigsaw
78
Tabel 18
79
Tabel 19 Uji Homoginitas
80
Tabel 20 Hasil Uji Analisi
81
Tabel 21 Kesimpulan
84
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Histogram sebaran frekuensi skor motivasi belajar siswa 65 Gambar 2 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Kelompok Model Pembelajaran
66
Gambar 3 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Kelompok Model 67 Gambar 4 Histogram Deskripsi Prestasi belajar IPS secara 69 Gambar 5 Histogram Prestasi b
71
Gambar
72
Gambar 7 Histogram Prestasi belajar IPS siswa dengan Motivasi 73 Gambar 8 Histogram Prestasi belajar IPS siswa dengan Motivasi 74 Gambar 9 Histogram Prestasi Belajar IPS dengan penggunaan Model STAD bagi siswa yang memil
75
Gambar 10 Histogram Prestasi belajar IPS dengan Model STAD 76 Gambar 11 Prestasi belajar IPS dengan Model Jigsaw pada siswa Motivasi rendah ......................................................................
77
Gambar 12 Prestasi Belajar IPS dengan Model Jigsaw pada siswa 78
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
100
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Jigsaw
101
Lampiran 3 Kisi-kisi Angket Motivasi ( Try out)..................................
177
Lampiran 4 Angket Motivasi
178
...........................................................
Lampiran 5 Kisi-Kisi Soa
182
Lampiran 6
183
Lampiran 7 Kisi-kisi angket m
191
Lampiran 8 Angket Motiv
192
Lampiran 9 Kisi-kisi soal tes
.......
196
Lampiran 10 Soal tes Pre
197
Lampiran 11 Tabulasi angket motivasi siswa..........................................
204
Lampiran 12 Reliabilitas angket mot
208
Lampiran 13 Analisis validitas taraf kes
209
Lampiran 14 Perhitungan reliabil
214
Lampiran 15 Data p
215
Lampiran 16 Hasil perhitungaan uji
217
Lampiran 17 Tabulasi hasil penilitian angket motivasi model STAD ..
219
Lampiran 18 Tabulasi hasil penelitian angket motivasi model Jigsaw....
221
Lampiran 19 Tabulasi hasil penelitian tes
223
Lampiran 20 Tabulasi (Jigsaw)
hasil
penelitian
tes
prestasi
belajar
...................................................................
commit to user xvii
225
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 21
227
Lampiran 22
232
Lampiran 23 Rangkuman hasil angket motiv
235
Lampiran 24
236
Lampiran 25 Data hasil tes presta
237
Lampiran 26
238
Lampiran 27 Data motivasi siswa mod
....
Lampiran 28 Lampiran 29
239 240
Tabel persiapan perhitungan statistic untuk Anava dua jalur
242
Lampiran 30 Perhitungan statistic F dalam analis
.
Lampiran 31 Perhitungan uji
243 247
Lampiran 32 Data distribusi frekuensi angket motivasi dan prestasi b
..
commit to user xviii
253
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni 2011: 11). Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Sekolah Dasar (SD) sebagai penggal pertama pendidikan seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya dan mampu memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dasar strategis sejak kelas-kelas awal. Di dalam proses pembelajaran yang saat ini berlangsung, masih banyak ditemukan guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini terjadi karena guru kurang bersedia mempelajari model pembelajaran yang baru. Selain itu guru lebih mengutamakan hasil akhir dan mengabaikan proses pembelajaran yang berkualitas. Dewasa ini model cooperative learning merupakan salah satu terobosan yang dapat digunakan guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam cooperative learning dituntut adanya kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran . Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2001: 12) Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan antara lain : STAD, TGT, Jigsaw, TAI LT dan lain-lain. Untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien dalam setiap materi pelajaran memerlukan metode penyampaian yang tepat. Model pembelajaran hendaknya berprinsip pada belajar aktif sehingga dalam proses belajar mengajar perhatian utama tertuju pada siswa yang belajar. Oleh sebab itu guru harus dapat menggunakan berbagai macam model pembelajaran agar dapat memotivasi berprestasi siswa. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide-ide,
keterampilan,
cara
berfikir,
dan
mengekspresikan
ide.
Model
pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para
guru
dalam
merencanakan
aktifitas
belajar
mengajar (Agus
Suprijono,2011: 46). Motivasi berprestasi terkait erat dengan struktur pembelajaran di kelas. Dalam model pembelajaran kooperatif, penguasaan kompetensi menjadi pengarah kegiatan belajar, motivasi belajar siswa juga pada nilai moral yang erat kaitannya dengan etika (Haris Mudjiman, 2006:83-86). Model yang diharapkan agar siswa mampu menemukan dan memahami materi atau konsep secara cooperative
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
learning dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa adalah pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Divisions (STAD). Model pembelajaran kooperatif
tipe STAD di Sekolah Dasar (SD)
merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran, dan keterampilan untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS. Prestasi belajar dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dipandang sebagai barometer keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran. Prestasi belajar yang baik dapat terwujud apabila siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan
informasi,
ide,
keterampilan,
cara
berfikir,
dan
mengekspresikan idenya. Melihat rata-rata nilai prestasi belajar mata pelajaran IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Girimarto tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2009 nilai rata-rata IPS 63,00; tahun 2010 rata-rata 66,60; dan tahun 2011 ratarata 69,63; ternyata belum maksimal, berarti pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran IPS tersebut di atas belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain motivasi berprestasi siswa yang berbeda dan model pembelajaran yang dipilih oleh guru diprediksi memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa. Untuk itu penelitian ini diajukan dengan mengupayakan kegiatan belajar yang bermakna melalui penggunaan berbagai macam model pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman bagi para
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
guru dan perancang pembelajaran dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar dalam bentuk pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja kelompok, diskusi, dan pemecahan masalah. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ditinjau dari Motivasi Siswa (Studi Eksperimental Kelas V SD Negeri di
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi hal-hal sebagai berikut : 1. Rendahnya prestasi belajar siswa disinyalir merupakan akibat dari rendahnya motivasi siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 2. Dalam
proses pembelajaran guru
kurang mengoptimalkan
pemberian
penguatan dalam rangka membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. 3. Para guru masih belum memahami dan terampil dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran. 4. Guru belum terampil dalam menggunakan dan melakukan modifikasi terhadap berbagai pendekatan pembelajaran. 5. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran.
commit to user 4
tipe STAD dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pembatasan Masalah Permasalahan
yang
dapat
mempengaruhi
prestasi
belajar
Pengetahuan Sosial sangat luas dan kompleks sebagaimana diuraikan
Ilmu dalam
identifikasi masalah. Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan yang paling urgen mempengaruhi prestasi belajar IPS, yaitu model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan motivasi belajar. Agar pembahasan penelitian terfokus dan tidak menimbulkan duplikasi penafsiran ditegaskan sebagai berikut : model pembelajaran yang diangkat dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Jigsaw serta motivasi belajar siswa yang terdiri dari dua kategori yaitu motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah tersaji di atas, masalah rumusan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan model pembelajaran Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan motivasi belajar siswa
rendah terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto?
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Apakah terdapat interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto?
E. Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaan yang telah dirumuskan.Oleh karena itu tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.
Perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan model pembelajaran Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto.
2.
Perbedaan pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan motivasi belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto.
3.
Interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto.
F. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat praktis dan teoritis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Manfaat Teoritis. a.
Sebagai bahan kajian lebih lanjut, dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
b.
Dapat menambah khazanah ilmu tentang pembelajaran kooperatif khususnya jenis model pembelajaran STAD dan Jigsaw.
c.
Dapat menambah pengetahuan tentang motivasi belajar
dan prestasi
belajar siswa khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis a. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. b. Mendorong para siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dalam proses pembelajaran. c. Sebagai masukan bagi guru dan kepala sekolah untuk mengoptimalkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal. d. Kepada sekolah, sebagai masukan dan dapat dikembangkan untuk mata pelajaran lain. e. Sebagai pendorong untuk lebih memanfaatkan pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Model STAD a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pengertian kooperatif dapat diartikan melakukan sesuatu secara bersama dengan saling membantu dan bekerja sama
sebagai sebuah
kelompok. Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (1994:17) didefinisikan sebagai seperangkat peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal dengan tujuan membantu orang belajar. Good & Brophy (1996 : 488) menyatakan bahwa: cooperative learning approaches involve assigning students to small group tasks (where the group members corporate to procedure a single group product) or individual tasks (where the group members help one another to complete individual assignments). (Pendekatan pembelajaran Cooperative melibatkan penugasan siswa pada tugas-tugas kelompok kecil (dimana anggota-anggota kelompok bersama-sama pada prosedur satu hasil kelompok) atau tugas-tugas individu). Slavin (1995: 2) menyatakan: cooperative learningrefers to a variety of teaching methods in which students work in small group to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, students are expected tohelp each other,todiscus and argue with each other,to assess each other
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
current knogledge and fill gaps in each other understanding. (Pembelajaran kooperatif menunjuk pada suatu ragam dari metode-metode pengajaran yang mana siswa bekerja dalam suatu kelompok kecil untuk membantu satu dengan yang lain mempelajari isi akademik. Pada ruang kelas kooperatif, para siswa diharapkan untuk membantu siswa satu dengan lainnya, untuk berdiskusi dan berargumentasi dengan yang lain, untuk menerima aliran pengetahuan siswa satu dengan yang lain dan mengisi kesenjangan pemahaman satu dengan yang lain). Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan
di
John
Hopkins
Universitas
Amerika
Serikat
dengan
menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam (Arindawati, 2004: 83 - 84). Dalam beranggotakan 4
model
pembelajaran
ini,
masing-masing
kelompok
5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri
dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana. Dari pendapat tersebut maka pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai belajar bersama-sama dalam sebuah kelompok belajar dan anggota dalam kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu dari pendekatan teori belajar konstruktivisme, yang didasarkan pada falsafah homo homini socius Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial kelangsungan hidup seseorang memerlukan kerja sama dengan orang lain Pendekatan kooperatif adalah pendekatan yang relatif baru di Indonesia dan
pendekatan
pembelajaran
ini
diharapkan
dapat
dipakai
untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang lebih bervariasi. Pendekatan kooperatif (cooperative approach) pada prinsipnya adalah pembentukan kelompok-kelompok kecil, yang dalam kelompok tersebut terdapat kerjasama antar anggota kelompok dan diskusi kelompok. Pendekatan kooperatif difokuskan pada cara kerja kelompok. Dalam pendekatan kooperatif, kreatifitas individu sangat diperlukan termasük hubungan antar pribadi (Slavin,1995:11-12). Pendekatan ini terdiri dari kelompok-kelompok yang heterogen. Menurut Muslimin Ibrahim, Fida Rachmadiarti, Mohamad Nur, dan Ismono (2000:2) bahwa pendekatan kooperatif mempunyai jangkauan tidak
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya membantu siswa belajar isi akademik dan keterampilan semata. Namun juga melatih siswa dalam meraih tujuan-tujuan hubungan sosial dan kemanusiaan. Pendekatan kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward). Menurut Percival and Ellington (1984: 68) unsur-unsur pokok yang harus tercantum dalam pendekatan kooperatif meliputi: 1) ada ketergantungan positif, yakni agar situasi pembelajaran bersifat kooperatif, siswa harus merasa bahwa mereka secara positif tergantung dengan teman-teman yang lain dalam ke1ompok, 2) pendekatan kooperatif memerlukan interaksi tatap muka diantara siswa, 3) adanya akuntabilitas yang bersifat individu dalam menguasai meteri-materi yang ditugaskan, dan 4) siswa menggunakan keterampilan dalam kelompok kecil dan hubungan interpersonal secara tepat. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen dalam pembelajaran kooperatif ( Nurhadi dkk. 2003 : 60-61) adalah : a. Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran ini guru menciptakan suasana yang mendorong siswa saling membutuhkan sehingga ada ketergantungan positif , membuat siswa saling berinteraksi dan memberikan motivasi untuk meraih belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dicapai melalui : 1) saling ketergantungan pencapaian tujuan, 2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, 3) saling ketergantungan bahan atau sumber, dan 4) saling ketergantungan peran. Ketergantungan keberhasilan kelompok
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Oleh karena itu masingmasing anggota kelompok harus dapat melaksanakan tugas dengan sebaik baiknya. b. Interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka dalam kelompok dapat membuat siswa dan guru saling bertatap muka dan berdialog. c. Akuntabilitas individual Wujud pembelajaran kooperatif adalah belajar kelompok tetapi penilaian dilakukan secara invidual untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi. d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Pada pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti : tenggang rasa, sopan dengan teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis sangat bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi. Keberhasilan suatu
kelompok
juga
tergantung
kesediaan
para anggota untuk
mendengarkan dan kemampuan mengutarakan pendapat. Ada beberapa tahapan
dalam
pendekatan
kooperatif.
Menurut
(Slavin,1995: 112) tahap-tahap dalam pendekatan kooperatif meliputi:1) pemaparan tujuan: guru memaparkan tujuan dari pelajaran dan menata lingkungan belajar, 2) pemaparan informasi: guru memberikan informasi kepada murid dengan cara demontrasi atau teks, 3) mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar: guru menerangkan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantunya agar efisien, 4) membantu
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kerja kelompok: guru membantu kelompok dalam mengerjakan tugasnya, 5) menguji seluruh materi: guru menguji materi pembelajaran atau kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, dan 6) memberikan penilaian: guru memberikan penilaian atas usaha dan prestasi individu serta kelompok. Agus Suprijono ( 2011: 65 ) menyebutkan, sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase, antara lain sebagai berikut : Tabel 1. Sintaks model pembelajaran kooperatif. FASE-FASE Fase 1 : Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. Fase 2 : Present information Menyampaikan informasi Fase 3 : Organize students into learning teams Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
PERILAKU GURU Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar. Mepresentasikan informasi kepada peserta didik secara ferbal. Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Fase 4 : Assist team work and Membantu tim-tim belajar selama students peserta didik mengerjakan tugasnya. Membantu kerja tim dalam belajar Fase 5 : Test on the materials Menguji pengetahuan peserta didik Mengevaluasi mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 : Profide recognition Mempersiapkan cara untuk mengakui Memberikan pengakuan atau usaha dan prestasi individu maupun penghargaan kelompok.
Dalam pendekatan kooperatif guru memberikan materi pelajaran dalam bentuk tugas, kemudian siswa bekerja sama dalam mempelajari, memahami,
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan mengkaji pokok bahasan tertentu dengan langkah siswa membentuk kelompok sendiri dengan anggota 2 sampai 6 anak, kemudian anak memilih pokok bahasan sendiri, lalu melaporkan dan mempresentasikan dalam kelas. Muslimin Ibrahim, Fida Rachmadiarti, Mohamad Nur, dan Ismono (2000 : 6 - 7) mengatakan bahwa pendekatan kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya. b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. d) Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu. Sejalan dengan itu, Slavin (1995:12-13) mengemukakan karakteristik pendekatan kooperatif, yaitu: a) Tujuan kelompok/group goal: semua anggota adalah pemimpin dalam pembelajaran. b) Tanggung jawab individu-individu accountability: penilaian kelompok dan pengkhususan pada tanggung jawab individu. c) Kesempatan yang sama untuk berhasil/Equal Opportunities for success: kontribusi saling memberi di antara siswa dalam kelompok/group. d) Persaingan kelompok/team competition: persaingan yang dapat menumbuhkan motivasi dari kerja sama. e) Pengkhususan tugas/task specialization. dan e) Penyesuaian individu. Pendekatan
kooperatif
menuntut
kerjasama
siswa
dan
saling
ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan penghargaan. Menurut Anita Lie (1999:12), pendekatan kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa dalam tugas yang berstruktur. Ini juga disebut sistem pendekatan kooperatif atau cooperative learning. Dalam sistem pembelajaran ini, guru bertindak sebagai fasilitator untuk mencapai hasil yang maksimal. Menurut Roger dan David Johnson (dalam Agus Suprijono. 2011: 58) ada lima unsur dalam pendekatan kooperatif yang harus diterapkan, antara lain: (a) saling ketergantungan secara positif, (b) tanggung jawab perorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses kelompok. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan secara luas untuk bekerja sama dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun langkah-langkah pendekatan kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) menjelaskan prosedur pembelajaran, (b) memberikan masalah kepada siswa baik bentuknya pertanyaan maupun peryataan, (c) siswa menganalisis dan memberikan penilaian masalah tersebut dalam bentuk pendapat atau kesimpulan, (d) mengambil kesimpulan, dan (e) evaluasi. Setiap pendekatan pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pendekatan kooperatif menurut Sugianto (2009:43-44) adalah: (1) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, (2) siswa belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, dan perilaku sosial, (3) memudahkan siswa melakukan
penyesuaian
sosial,
(4)
memungkinkan
terbentuk
dan
berkembangnya nilai sosial, (5) menghilangkan sikap egois, (6) membangun persahabatan, (7) berbagai keterampilan dapat diajarkan dan dipraktikkan, (8)
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, (9) meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif, (10) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain, dan (11) meningkatkan kegemaran berteman tanpa membedakan kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. Selanjutnya menurut Sri Anitah (2009:3.9) keuntungan pembelajaran kooperatif adalah: (1) meningkatkan hasil belajar pebelajar, (2) meningkatkan hubungan antar kelompok, (3) meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, (4) menumbuhkan belajar berfikir dan memecahkan masalah, (5) memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan, dan (6) meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keuntungan pembelajaran kooperatif adalah: (1) menumbuhkan sikap kooperatif antar sesama, (2) menumbuhkan jiwa kompetitif siswa, (3) menumbuhkan kreativitas siswa, (4) memupuk sikap gotong royong, toleransi, kepekaan sosial, sikap demokratis, saling menghargai, memupuk keterampilan mengadakan interaksi sosia1, dan (5) menumbuhkan rasa tanggung jawab dan keberanian, dan perbedaan dalam proses pembelajaran. Adapun kelemahan pendekatan kooperatif, menurut Sri Anitah (2009:3.9) antara lain: (1) memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja dalam tim, (2) memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim, (3) memerlukan format penilaian yang berbeda, dan (4) butuh
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperatif. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Terdapat tiga tujuan pembelajaran kooperatif yang akan dicapai, yaitu prestasi akademik, penerimaan akan keanekaragaman dan keterampilan sosial (Richard I, Arends, 2005: 54). 1.
Prestasi akademik Pembelajaran kooperatif tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi tetapi juga untuk siswa yang memiliki prestasi belajar rendah.
Semua siswa dalam
kelas
bersama-sama dalam
mengerjakan tugas-tugas akademik, siswa yang berprestasi tinggi dalam kelompok berfungsi sebagai tutor. 2.
Penerimaan akan keanekaragaman Pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda yang berdasarkan pada ras, budaya, kelas sosial, dan tingkat kemampuan. Belajar model kooperatif memberikan kesempatan yang sama untuk semua siswa.
3.
Keterampilan sosial Tujuan
pembelajaran
mengembangkan
kooperatif
keterampilan
yang
siswa
lebih
dalam
penting
bekerja
adalah
sama
dan
berkolaborasi yaitu dengan cara guru menciptakan ketergantungan positif diantara para siswa. Keterampilan ini amat penting untuk memberikan
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bekal hidup bagi siswa di kemudian hari di masyarakat yang heterogen dan bekal bekerja dalam organisasi. Menurut Triyanto (2007 : 42 ) pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa-siswa dengan sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah : a) meningkatan partisipasi siswa, b) memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kemimpinan, dan c) memberikan kesempatan kepada siswa berinteraksi dan belajar bersama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya. Secara singkat tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan pengalaman kepada siswa berinteraksi sosial dengan siswa lain yang berlatar belakang berbeda dengan menumbuhkan sikap saling menghargai, sikap kemimpinan, dan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.
c. Peran guru dalam Pembelajaran Kooperatif Peran guru pada pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran tradisional, guru berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang memberikan informasi kepada siswa dan guru
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menganggap siswa yag baik menyerap informasi yang diberikan tanpa bertanya. Sebaliknya, pada pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator belajar bagi siswa-siswanya. Guru hanya sekedar memberikan informasi yang cukup untuk merangsang pemikiran siswa. Siswa didorong untuk
bertanya,
mengemukakan
pendapat,
mengembangkan
ide,
dan
berargumentasi tentang ide dan pendapatnya.
d. Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pembelajaran Model STAD, Slavin (1995: 71) memberikan batasan sebagai berikut sebagai berikut: Teams are composed of four or five students who represent a crosssection of the class in terms of academic performance, sex, and race of ethnicity. The major function of the tim is to make sure that all team members are learning, and more specifically to prepare its members to do well on the quizzes. After the teacher present the material, the team meets to study worksheets or other material. Most often, the study involve students discussing problems together, comparing answers, and correcting any misconceptions if teammates make mistakes. (Tim disusun atas 4-5 siswa yang merupakan representasi kelas yang variatif dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Fungsi utama tim ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua anggota tim belajar, dan secara khusus untuk mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi, tim bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau materi yang lain. Siswa mendiskusikan masalah bersama, membandingkan jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim membuat kesalahan).
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Cooper, Robinson & McKinne (2005: 34) salah satu teknik cooperative learning sebagai berikut STAD (Students Teams Achievement Division). In this cooperative learning technique, students receive information via lectures, films, readings, and so on, and then receive worksheet to complete in teams of four. The teams formed by the teacher are typically homogeneous, based on prior achievement, race, sex, language background, and other factors determined by instructor. The worksheet may contain case studies, problem to solve, or other tasks. Once all members have agreed that have completed the task and mastered the skills assessed by worksheet, the instructor is called over. In addition to verbally quizzing individual team members on how the worksheet problems were solved, the instructor may give one or all members of the team a quiz that must be completed individually by team members. (STAD (Pembagian Prestasi Kelompok Siswa), pada teknik cooperative learning ini, para siswa menerima informasi melalui kuliah, film, bacaan, dan sebagainya dan kemudian menerima lembar kerja untuk dilengkapi dalam kelompok yang terdiri atas empat anggota. Kelompok-kelompok dibentuk oleh guru secara
heterogen, didasarkan pada latar belakang prestasi, ras, jenis
kelamin, bahasa dan faktor lain yang ditentukan oleh guru. Lembar kerja dapat berisi studi kasus, masalah-masalah untuk dipecahkan, atau tugas-tugas lainnya. Ketika semua anggota telah menyetujui bahwa tugas-tugas telah diselesaikan dan keterampilan telah dikuasai sesuai dengan lembar kerja, maka guru dipanggil. Sebagai tambahan untuk anggota-anggota kelompok secara individu adanya kuis secara verbal pada bagaimana masalah-masalah dalam lembar kerja dapat dipecahkan, guru dapat memberi seorang siswa atau semua anggota dari kelompok sebuah pertanyaan yang harus diselesaikan secara individual oleh anggota- anggota kelompok).
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model pembelajaran yang telah dikembangkan, antara lain STAD ( Student Teams Achievement Divisions).
Hakekat
pembelajaran
kooperatif
model
STAD
yakni
menitikberatkan pada pencapaian kemampuan penguasaan materi pelajaran secara bersama. Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada tutorial sebaya. Semua siswa dalam kelompok saling membantu. STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E Slavin di Universitas John Hopkins AS. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD terbentuk dari lima fase kegiatan, yakni : 1) Presentasi kelas Pada
komponen
mengemukakan
ini,
guru
konsep-konsep,
memberikan
materi
dengan
keterampilan-keterampilan
dengan
menggunakan buku siswa, buku guru, bahan untuk audio visual, dan sebagainya. Guru harus mampu mendesain pembelajaran untuk model pembelajaran kooperatif
STAD yang berbeda ketika guru mengajar
dengan menggunakan pembelajaran tradisional yaitu dengan membuat lembar kegiatan siswa (LKS) untuk masing-masing sub pokok bahasan. 2) Kelompok Belajar Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan jumlah anggota 4/5 orang siswa. Pada pembentukan kelompok, guru harus memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosial, etnik, serta tingkat kemampuan akademik siswa dalam
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keanggotaan kelompok. Dalam hal kemampuan akademik, tiap kelompok terdiri dari satu siswa berkemampuan tinggi, dua orang siswa berkemampuan sedang, dan satu atau dua orang siswa berkemampuan rendah. Fungsi utama kelompok belajar ini, adalah agar siswa belajar dalam kelompoknya serta mempersiapkan anggotanya untuk belajar dengan baik dalam menghadapi tes individu. 3) Diskusi kelas Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban, dan mengoreksi jika ditemukan salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain. Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang penting dalam model pembelajaran kooperatif STAD, karena keberhasilan pembelajaran sangat ditekankan pada para anggota kelompok untuk melakukan hal terbaik dalam kelompoknya, seperti saling memberikan semangat, dukungan, dan penghargaan diri untuk keberhasilan belajar. 4) Evaluasi belajar /Kuis Setelah satu pokok bahasan
guru mempresentasikan materi
pelajaran, kemudian dilakukan evaluasi individu dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan belajar KBM. 5) Skor / Nilai Peningkatan Individu Pemberian evaluasi secara individu mempunyai tujuan untuk membandingkan skor/ nilai yang diperoleh dari tes dengan skor dasar atau awal yang dimiliki siswa sebelumnya.
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001: 17), yaitu : 1) Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: (a)
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
(b) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. (c) Dapat
mengembangkan
bakat
kepemimpinan
dan
mengajarkan
keterampilan berdiskusi. (d) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya. (e) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi. (f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. 2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Kerja kelompok hanya melibatkan siswa yang mampu memimpin dan mengarahkan siswa yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Clarke menjelaskan dasar filosofi dari model pembelajaran Jigsaw (Roland, 1997 : www.fsu.wou.edu) : Across the world, there is growing use of heterogeneous work teams, usually through croaa-role representation, to drow upon resources of varied specialistis within the workplace. Such cross-role teams can create " break the mold" solutions because of synergy that comes from combining a diversity of thingking and perspective. All employees board members, owners, owners and perhaps clients are acknowledged as valued participant in the on going organizational task of finding and solving problems. (Dari dunia nyata manusia telah diajari menggunakan keragaman kelompok seperti melalui permainan Jigsaw. Berbagai keahlian yang dimiliki seseorang mungkin tidak akan menyelesaikan suatu masalah. Dengan demikian menggabungkan keahlian dan informasi yang dimiliki orang dianggap sebagai penyumbang kesuksesan bersama dalam menyelesaikan masalah). Model pembelajaran Jigsaw melibatkan partisipasi aktif individu dan bekerja sama kelompok. Penyusunan pelajaran sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok memiliki informasi yang unik dan pengaruh tertentu. Hasil kelompok tidak lengkap bila tanpa masing-masing kelompok melakukan bagiannya. Hal tersebut diibaratkan sebagai jigsaw puzzle yang tidak lengkap tanpa setiap kepingan digabungkan. (Good & Brophy, 1996: 141) Jigsaw
merupakan salah satu bentuk belajar kooperatif
yang
dikembangkan pertama kali oleh Aronson pada tahun 1971 ( Aronson, 2000, www. Jigsaw.org.) Model pembelajaran ini digunakan untuk mengatasi masalah keragaman yang terdapat di sekolah. Keadaan yang digambarkan oleh
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aronson sebagai akibat kekacauan karena kecurigaan dan persaingan antar siswa yang berbeda ras. Pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw menitikberatkan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa. Setiap siswa dianggap penting karena mereka dianggap mempunyai suatu keahlian khusus. Model seperti akan mengurangi konflik rasial. Langkah-langkah dalam menggunakan model pembelajaran Jigsaw dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) semua siswa dalam kelas dibagi dalam kelompok-kelompok dengan anggota sekitar 5 siswa; 2) setiap kelompok diberi lembar kegiatan berisi pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan jumlah anggota kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok berusaha menjawab satu pertanyaan dan memahaminya betul; 3) anggota kelompok yang sudah menjawab dan memahami, menjelaskan kepada anggota lain dalam satu kelompok yang sama; 4) dirumuskan hasilhasil pemahaman setiap anggota kelompok dan diskusi kelas untuk mendapatkan kesimpulan akhir; dan 5) diberikan tes kooperatif sebagai ulangan harian. Tahapan pelaksanaan pembelajaran Jigsaw meliputi : a) Kelompok kooperatif awal terdiri dari: (1) siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang beranggotakan tiga sampai lima orang, (2) bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan, (3) masing-masing siswa
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam kelompok mendapatkan tugas yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di dalamnya. b) Kelompok ahli, meliputi: (1) setiap siswa mendapat tugas yang telah disepakati atau dipilih, (2) kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki tugas yang sama dalam satu kelompok ahli sesuai dengan tugas yang telah dipersiapkan oleh guru, (3) dalam kelompok ahli ini ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, (4) tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari tugas yang dipahami kepada kelompok kooperatif, (5) guru memantau masing-masing kelompok agar siswa dapat berperan aktif dalam membahas tugasnya, dan nantinya dapat menyampaikan hasilnya kepada anggota kelompok kooperatif. c) Kelompok kooperatif empat serangkai meliputi : (1) siswa kembali ke kelompok awal untuk menginformasikan hasil pembahasan sesuai dengan wacana dan tugas secara bergantian, (2) secara bergantian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pembahasan, (3) klarifikasi dari guru tentang tugas yang dibahas,. d) Tindak lanjut meliputi : (1) tiap kelompok diharapkan dapat melaporkan secara tertulis hasil pembahasan atau diskusi, (2) berikan tugas-tugas untuk pekerjaan rumah, (3) penilaian atau pembahasan tugas-tugas rumah.
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan proses evaluasi dan penilaian model
Jigsaw meliputi
pelaksanaan kuis individual dan nilai perkembangan individu (Kagan, 1985 : 71). Tujuan utama dengan adanya nilai perkembangan individu adalah untuk memberikan hasil akhir yang maksimal pada setiap peserta didik. Nilai perkembangan individual didasarkan pada nilai awal yang didapat dari nilai rata-rata peserta didik pada pelaksanaan tes yang sama. Kelebihan Jigsaw dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain dalam cooperatif learning adalah : a)
Jigsaw lebih meningkatkan pengetahuan umum dan keterampilan dasar siswa yang dapat dideskripsikan sebagai berorientasi produk dan dihitung dengan tes kemampuan standar. Hasilnya berupa kemampuan (Kagan, 1985: 75).
b) Jigsaw
menitikberatkan
pada
penguasaan
materi
meskipun
juga
melibatkan belajar keterampilan interpersonal. c)
Jigsaw menekankan elemen kerjasama dan berbagi (saling tukar pengetahuan). Saling ketergantungan yang sangat positif terjadi dalam kelompok karena pembagian materi belajar ke dalam komponen yang terpisah menjadi bagian yang penting dari model pembelajaran ini, sehingga Jigsaw memberikan kesan yang setara pada semua siswa karena semua siswa
mempunyai peran
yang penting dan
unik dalam
kelompoknya. d) Dalam Jigsaw semua materi dapat terselesaikan dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan model pembelajaran lain.
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kajian Teoritik tentang Motivasi Motivasi dikalangan para ahli mendapat perhatian yang cukup serius, mengingat gerak langkah manusia bertindak sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya motivasi yang dimilikinya. Dengan motivasi yang tinggi dalam belajar maka para siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Untuk itu penulis ingin membeberkan beberapa hal mengenai motivasi tersebut. a. Pengertian motivasi Motif atau dalam bahasa Inggrisnya motif, berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat hubungannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dapat berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Menurut Hamzah B. Uno (2007:2) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Donald
(1957:77)
dalam
Syaiful
Bahri
Djamarah
(2011:148)
motivation is an energy change within the person characteristic by affective arrousal anticipatory goal reaction pengubah di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Motivation
is state of arrousal or excitement that cause people to act sesuatu yang dapat menggerakkan atau merangsang dan menyebabkan seseorang untuk bertindak atau berbuat. Atkinson (1983:314) menyatakan Motivation refers to the factors that energize and direct behaviour
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
(motivasi
digilib.uns.ac.id
mengacu
kepada
faktor-faktor
yang
menggerakkan
dan
mengarahkan tingkah laku). Martin Handoko (2001 : 9) memberikan batasan motivasi sebagai berikut
rdapat di dalam diri
manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah
Dari beberapa pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang
yang
mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan. b.
Motivasi Belajar 1) Pengertian Menurut Hamzah B.Uno ( 2007 : 23 ) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siawa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Beberapa indikator motivasi belajar tersebut yaitu: (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (d) adanya penghargaan dalam belajar; dan (e) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Berdasar pada uraian yang telah dijabarkan di atas
maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar untuk menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. 2) Jenis-jenis motivasi belajar Menurut Nasution (1999 : 54-57 ) motivasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu : (a) Motivasi Instrinsik (b) Motivasi Ekstrinsik Untuk lebih jelasnya mengenai kedua motivasi belajar tersebut, diuraikan sebagai berikut : a) Motivasi Intrinsik Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam individu yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Motivasi instrinsik antara lain adalah sebagai berikut : (1) Cita-cita Siswa yang mempunyai cita-cita yang tinggi biasanya akan mempunyai semangat belajar yang tinggi pula untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Tetapi siswa yang tidak mempunyai cita-cita tinggi maka akan mempunyai semangat belajar yang rendah. (2) Minat Pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat yang melatarbelakanginya. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tercapai. Siswa yang minatnya tinggi dalam belajar maka prestasi belajarnya juga tinggi. b) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik ini antara lain : (1) Memberi angka Angka yang diberikan menggambarkan
hasil prestasi
belajar siswa akan mendorong siswa untuk berusaha dengan sekuat tenaga dalam meraihnya. Meskipun pencapaian angka semata-mata tidak akan memberi hasil belajar yang sejati. (2) Hadiah Hadiah dapat membangkitkan motivasi apabila setiap siswa mempunyai harapan untuk memperolehnya. Tetapi juga dapat
merusak
motivasi
siswa
jika
pemberian
hadiah
menyimpang dari tujuan belajar yang sebenarnya. (3) Saingan (kompetisi) Persaingan
sering mempertinggi hasil belajar, baik
persaingan individual maupun persaingan antar kelompok. Kelemahan dari persaingan ini adalah siswa yang baik prestasinya akan tampil secara terus menerus dan merendahkan harga diri siswa yang lain.
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Hasrat untuk belajar Hasrat belajar yang tumbuh dalam diri siswa akan meningkatkan prestasi belajarnya. Meskipun kuat dan lemahnya hasrat ini bergantung pada macam-macam faktor, antara lain tujuan pelajaran. (5) Ego Involvement (keterlibatan diri) Ego Involvement terjadi apabila siswa merasa penting terhadap tugas yang diembannya, dan menerima sebagai suatu tantangan
dengan
mempertaruhkan
harga
dirinya.
Sebab
kegagalan berarti berkurangnya harga dirinya. Oleh sebab itu siswa akan berusaha dengan segenap tenaganya untuk mencapai hasil yang baik guna menjaga harga dirinya. (6) Sering memberi ulangan Siswa akan lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan dalam waktu singkat. Akan tetapi ulangan ini jangan terlalu sering sebab tidak akan berpengaruh terhadap siswa. Ulangan ini sebaiknya disampaikan kepada siswa beberapa hari sebelum pelaksanaan. (7) Mengetahui hasil Mengetahui grafik kemajuan, mengetahui hasil baik pekerjaan
memperbesar
kegiatan
belajar.
Sukses
dapat
mempertinggi usaha dan minat. Dengan harapan memperoleh
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesuksesan tersebut, maka siswa akan memaksimalkan semua potensi yang dimilikinya. (8) Kerja sama Bersama-sama melakukan suatu tugas, membantu dalam menunaikan suatu tugas, mempertinggi kegiatan belajar. Siswa akan dengan senang hati menyelesaikan tugas yang dihadapinya. (9)
challenging Tugas yang sulit yang mengandung tantangan bagi kesanggupan siswa akan merangsangnya untuk mengeluarkan segenap tenaganya. Tentunya tugas tersebut selalu dalam batas kesanggupan siswa.
(10) Pujian Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan suatu motivasi yang baik pula. Tetapi pujian yang tidak beralasan dan tidak tepa serta terlalu sering diberikan akan hilang artinya. Pujian juga dapat memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga diri anak. (11) Teguran dan kecaman Teguran dan kecaman digunakan untuk memperbaiki siswa yang membuat kesalahan, yang malas dan berkelakuan tidak baik, namun harus digunakan dengan hati-hati dan bijaksana agar tidak merusak harga diri anak.
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(12) Sarkasme dan celaan Sarkasme dan celaan merupakan motivasi negatif yang harus dihindari oleh pendidik, sebab lebih bersifat merusak dari pada membangun. Motivasi ini dilakukan karena pendidik baru mengalami suatu problem yang belum terpecahkan. (13) Hukuman Hukuman biasanya diberikan dalam bentuk hukuman badan, pengasingan dan sebagainya. Hukuman boleh diberikan sebagai jalan pemecahan terakhir apabila cara-cara lain telah ditempuhnya. (14) Standar atau taraf aspirasi Tingkat aspirasi ditentukan oleh tingkat sosial orang tua dalam masyarakat. Taraf itu menentukan tingkat tujuan yang harus dicapai oleh siswa. (15) Suasana yang menyenangkan Siswa harus merasa aman dan senang dalam kelas sebagai anggota yang dihargai dan dihormati. (16) Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa Motivasi selalu mempunyai tujuan yang baik. Dengan demikian maka guru harus berusaha, agar siswa jelas mengetahui tujuan setiap kegiatan. Tujuan yang menarik merupakan motivasi yang terbaik.
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi. Menurut Brown dalam Ali Imron (1996 :88) disebutkan bahwa ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi antara lain : (a) Tertarik pada guru artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh. (b) Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan. (c) Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama pada guru. (d) Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas. (e) Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain. (f) Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri. (g) Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali. (h) Selalu terkontrol oleh lingkungannya. Menurut Sardiman dalam Ali Imron, (1996 : 88), ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi adalah : (a) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama. (b) Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa. (c) Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh. (d) Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar. (e) Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. (f) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(g) Dapat mempertahankan pendapatnya. (h) Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini. (i) Senang mencari dan memecahkan masalah. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi adalah tertarik pada guru, tertarik pada mata pelajaran, aktif dalam aktivitas di kelasnya, tidak mudah putus asa, tidak cepat merasa puas, berpendirian teguh, mempunyai semangat yang tinggi dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. 4. Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pembahasan pada bagian ini meliputi prestasi belajar dan kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial. a.
Pengertian Prestasi Belajar Winkel,W.S. (1996: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sementara itu, Heinich, Smaldino, Russel dan Molenda, (2005 : 6) menyatakan bahwa: Learning is the development of the new knowiedge, skills, or attitude as an individual interact with information and the environment.The learning environment in cludes the physical facilites, the pschological atmosphere, instructional technologi, media, and methods
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Belajar adalah pengembangan dari pengetahuan baru, keterampilan, atau sikap
sebagai hasil interaksi individu dengan informasi dan lingkungan.
Lingkungan pembelajaran meliputi fasilitas fisik suasana psikologi, teknologi, instruksional, media, dan metode). Belajar menurut James O.Whittaker (dalam Syaiful Bahri Djamarah 2011: 12) adalah proses di mana tingkah laku diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan Cronback dalam Syaiful Bahri Djamarah ( 2011:12) Learning is shown by change in behavior as a result of experience perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman ). Menurut Margon (dalam Mulyati 2005:4) bahwa relatively permanent change in behaviour that is a resulet of past ( Belajar adalah proses perubahan perilaku individu yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman). Adapun Winkel W.S (2007 : 59) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan,
yang
menghasilkan
sejumlah
perubahan
dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap, yang bersifat relative konstan dan berbekas. Belajar menurut Oemar Hamalik (2005 : 28) adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sumadi Suryabrata (2006: 28) menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar melibatkan adanya perangsangan melalui suatu perlakuan yang menyebabkan terjadinya tingkah laku, dan bila tingkah laku itu mendapatkan penguatan akan terbentuk tingkah laku yang permanen. Menurut Syaifudin Azwar (2005: 8-9) mengemukakan prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkapkan keberhasilan seseorang dalam belajar. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkapkan performansi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang diajarkan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1998 : 112 ) bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil konkret yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berarti prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Oemar Hamalik (2005 : 27) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu penguasaan hasil pengubahan tingkah laku. Winkel. W.S (2007 : 61) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan baik yang bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, maupun yang bersifat eksternal seperti keterampilan motorik dan keterampilan berbicara bahasa asing. Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1998 : 112) membedakan hasil belajar menjadi 3 aspek yaitu : (1) aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi, (2) aspek afektif
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian / penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup, dan (3) aspek psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang
terbiasa, gerakan yang
kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan motivasi belajar. Achievement is something completed successfully goal reached Prestasi adalah sesuatu yang diselesaikan dengan sukses; dalam mencapai tujuan. (http // thesaurus.reference. com.18 Oktober 2008). Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha maksimal yang dilakukan oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di kelas yang diakhiri dengan tes, berupa kemampuan menguasai dan memahami materi pembelajaran sesuai tujuan. Prestasi belajar siswa diperoleh dengan menggunakan penilaian atau evaluasi. Menurut Crowl, Sally, Podell (1997 : 310) process of making a value judment proses pembuatan keputusan tentang nilai, yang berarti evaluasi digunakan sebagai pijakan guru dalam memutuskan seseorang atau kegiatan itu baik atau buruk, gagal atau berhasil. Menurut Budiyono (2004 : 10) mengutip Popham, menyatakan bahwa penilaian didefinisikan sebagai sebuah usaha formal untuk menentukan kedudukan atau status peserta didik terkait dengan variable pendidikan yang ditentukan. Linn dan Groundlund (2000
Assessment of
student learning requires the use of a number of techniques for measuring
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
achievement. But assessment is more than a collection of techniques. It is a
(Penilaian atas pelajaran siswa memerlukan penggunaan sejumlah teknikteknik untuk mengukur prestasi. Tetapi penilaian lebih dari suatu koleksi teknik-teknik. Penilaian merupakan suatu proses sistematis yang memainkan suatu peran penting di dalam pengajaran yang efektif). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu usaha yang dilakukan guru terhadap pebelajar untuk membuat keputusan tentang prestasi belajar siswa. b.
Kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial Kompetensi merupakan kumpulan serangkaian kecakapan yang harus dikuasai siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam hal ini kompetensi yang tercantum di dalam KTSP. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar yang menitikberatkan pada hubungan antar anggota masyarakat . Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2008:162-163)
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi Warga
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Negara Indonesia (WNI) yang demokratis, bertanggung jawab, dan dapat menjadi warga Negara yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan dalam kehidupan masyarakat global. Mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial dipercaya
mampu
mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman,
dan
kemampuan analisis kondisi sosial masyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Selanjutnya ruang lingkup pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi aspak-aspek sebagai berikut: 1) Manusia, tempat, dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya. 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1.4: Menghargai keragaman suku dan budaya Indonesia.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya variasi pengaruh model pembelajaran dan tingkat intelegensi siswa terhadap prestasi belajar, yaitu: 1.
Agus Sutanto (2007) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Langsung terhadap Kompetensi Fisika ditinjau dari tingkat Kecerdasan Emosional Siswa. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi model pembelajaran PBL dan emosional siswa belajar terhadap Kompetensi Fisika
siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksprimen yaitu dengan membandingkan model pembelajaran Kooperatif dan pembelajaran langsung serta emosional siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi model pembelajaran kooperatif dan emosional siswa
terhadap prestasi belajar Fisika. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan bahwa
pembelajaran langsung dan pembelajaran
kooperatif memberikan efek yang berbeda terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam (Fobs = 15,9054 > 3,09 = Ftab pada taraf sgnifikansi 5%). Dari F.1-.3= 29,0376 > 6,18 = Ftab maka dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran langsung memberikan efek yang berbeda terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. 2.
Cooperative learning dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar dalam upaya meningkatkan keterampilan intelektual siswa dalam mendukung implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Radjiman:
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2006). Terdapat Interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan Cooperative Learning dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (F hitung > F tabel atau 5,89 > 4,02) sehingga hipotesis yang
dikemukakan
teruji
kebenarannya.
Hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan bahwa cooperative learning yang merupakan bagian dari pendekatan CTL mampu mengembangkan semangat kerjasama siswa, kemampuan
menilai
diri,
meningkatkan
keterampilan
intelektual,
meningkatkan minat, motivasi, interaksi, dan komunikasi antar siswa untuk bekerja dalam kelompok pembelajaran. 3.
Sumarmo (2009) Pengaruh Pembelajaran Model STAD dan Motivasi Siswa terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Ngadirojo Tahun Pelajaran 2008/2009. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F observasi = 7,690. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang = 1 dan Dkpenyebut = 56, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,02, karena F observasi > F tabel atau 7,690> 4,02. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model STAD akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, apalagi didukung oleh motivasi belajar yang tinggi. Semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang diraihnya.
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir 1.
Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Belajar adalah proses untuk memperoleh pengetahuan dan adanya perubahan kemampuan yang terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya. Pembelajaran model Jigsaw mengarahkan siswa bekerja secara kelompok yang mengutamakan kerja sama tim yang tergantung pada kemampuan siswa di dalam menerima informasi di kelompok ahli. Kemampuan yang berbeda akan mengakibatkan informasi yang diterima siswa satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Pembelajaran STAD lebih menekankan pada proses sehingga dengan proses yang cukup baik diharapkan hasil yang akan dicapai juga cukup memadai. Pada teknik cooperative learning ini, para siswa menerima informasi melalui bacaan dan sebagainya dan kemudian menerima lembar kerja untuk dilengkapi dalam kelompok yang terdiri atas 4-5 anggota. Kelompok-kelompok yang dibentuk oleh guru, secara tipikal heterogen, didasarkan pada latar belakang prestasi, ras, jenis kelamin, bahasa dan faktor lain yang ditentukan oleh guru. Lembar kerja dapat berisi studi kasus, masalah-masalah untuk dipecahkan, atau tugas-tugas lainnya. Ketika semua anggota telah menyetujui bahwa tugas-tugas telah diselesaikan dan keterampilan telah dikuasai sesuai dengan lembar kerja, maka guru dipanggil. Sebagai tambahan untuk anggota-anggota kelompok secara individu adanya kuis secara verbal pada bagaimana masalah-masalah dalam lembar kerja
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dipecahkan, guru dapat memberi seorang siswa atau semua anggota dari kelompok sebuah pertanyaan yang harus diselesaikan secara individual oleh anggota- anggota kelompok. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang cocok dengan menerapkan model STAD ini mengingat di dalam
materi
mata
pelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
bertujuan
menanamkan konsep IPS dengan bekerja dalam kelompok dan tutor sebaya. Dengan demikian pantas diduga bahwa terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran kooperatif STAD dan pembelajaran model Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang cukup meyakinkan.
2.
Perbedaan pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan motivasi belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Motivasi merupakan salah satu unsur dari dalam individu yang mempengaruhi prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang
yang mendorong individu tersebut untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi sebagai suatu kemampuan di dalam membuat perpaduan atau kombinasi, pengaitan dan penembusan terhadap medan penemuan baru. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung lebih berhasil dalam belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai ciri-ciri: tertarik pada guru, tertarik pada mata pelajaran, aktif dalam aktivitas
commit to user 45
di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelasnya, tidak mudah putus asa, tidak cepat merasa puas, berpendirian teguh, semangat yang tinggi dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dipengaruhi beberapa hal antara lain adalah model pembelajaran yang diterapkan guru. Kepandaian guru di dalam mengemas model pembelajaran dan penyampaian yang menarik serta simpatik merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian diduga siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
3. Interaksi Pengaruh Penggunaan
Model Pembelajaran dan Motivasi
belajar siswa terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Pembelajaran
Kooperatif
Model
STAD
diharapkan
mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa, di mana tinggi rendahnya motivasi belajar akan menentukan prestasi belajar siswa. Siswa yang antusias dalam belajar dan berperan aktif, berinisiatif serta memperhatikan informasi yang disampaikan akan berbeda prestasi belajarnya bila dibandingkan dengan siswa yang antipati dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas. Pantas diduga bahwa dalam pembelajaran model STAD yang diterapkan pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yanag cukup baik dibandingkan siswa yang motivasi belajarnya rendah.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1.
Ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan model pembelajaran Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto.
2.
Ada perbedaan pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan motivasi belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto.
3.
Ada interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Girimarto.
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri, khususnya pada Sekolah Dasar. Jadwal penelitian selengkapnya sebagai berikut. Tabel 2. Jadwal Penelitian Tahun, Bulan No.
4
5
6
7
Kegiatan 1
Tahap persiapan Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Seminar Proposal Permohonan Perijinan
2
Tahap Pelaksanaan Penyusunan Instrumen Uji Coba Instrumen Pelaksanaan Penelitian
3
Tahap Penyelesaian Pengolahan Data Penyusunan Laporan
commit to user 48
8
9
10 11 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Populasi, Sampel,dan Sampling 1. Populasi Penelitian Populasi adalah sekelompok subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1992:40). Menurut (Sutrisno Hadi, 2000:20), populasi adalah seluruh penduduk yang maksudkan untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri di kecamatan Girimarto yang berjumlah 584 siswa yang menempati 35 Sekolah Dasar Negeri yang tergabung dalam 3 gugus. 2. Sampel dan Teknik sampling Menurut Saifudin Azwar (1999:79) yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya. Menurut Hadari Nawawi (1985 :144) sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Menurut Sutrisno Hadi, (2000: 70) sampel adalah sebagian individu yang diselidiki. Cara pengambilan sampel dengan Multi Stage cluster random sampling. Penerapan pengambilan sampling dimulai dari pemilihan gugus, sekolah, dan terakhir penentuan kelas yang akan dijadikan objek penelitian. Dari pengambilan sampel tersebut diperoleh hasil sebagai tempat penelitian gugus Kartini dan untuk try out gugus Sudirman. Sekolah Dasar sebagai tempat penelitian eksperimen SD Negeri I Girimarto dan sebagai kelompok kontrol SD Negeri II Girimarto. Sebagai uji coba instrumen adalah SD Negeri IV Girimarto. Adapun kelas
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang digunakan sebagai tempat penelitian berdasarkan hasil undian adalah kelas V. C. Rancangan dan Variabel Penelitian Penelitian
ini
bersifat eksperimen, karena
hasil
penelitian akan
menegaskan kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel yang akan diteliti, tujuannya terletak pada penemuan fakta-fakta penyebab dan fakta-fakta akibat tentang perbedaan keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif model STAD. Rancangan penelitian ini adalah menggunakan rancangan faktorial dua jalur. Variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai
berikut : 1. Variabel Bebas X 1 : Pendekatan Pembelajaran a. Pembelajaran STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang tersusun atas tim
4-5 siswa yang merupakan representasi kelas yang
variatif dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Fungsi utama tim ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua anggota tim belajar, dan secara khusus untuk mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi, tim bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau materi yang lain. Siswa mendiskusikan masalah bersama, membandingkan jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim membuat kesalahan.
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Model Pembelajaran Jigsaw Model pembelajaran Jigsaw melibatkan partisipasi aktif individu dan bekerja sama kelompok. Penyusunan pelajaran sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok memiliki informasi yang unik dan pengaruh tertentu. Hasil kelompok tidak lengkap bila tanpa masing-masing kelompok melakukan bagiannya. Hal tersebut diibaratkan sebagai jigsaw puzzle yang tidak lengkap tanpa setiap kepingan digabungkan. X2
: Motivasi Siswa Menurut Handoko (2009: 20) motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Berdasarkan pendapat tersebut maka ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah keinginan untuk melaksanakan aktivitas belajar, kekuatan dari dalam diri siswa, keinginan untuk memenuhi kebutuhan, munculnya rasa dan afeksi siswa, adanya tujuan yang ingin dicapai, aktivitas fisik siswa, dan dorongan dari luar diri siswa. 2.
Variabel Terikat : Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Kompetensi merupakan kumpulan serangkaian kecakapan yang harus dikuasai siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam hal ini kompetensi yang tercantum didalam KTSP. Adapun kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1.4 Menghargai keragaman suku dan budaya di Indonesia yang disajikan dalam 4 kali pertemuan dan satu pertemuan untuk tes.
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang menunjang pemecahan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu angket
dan tes. Angket digunakan untuk
mengumpulkan data tentang motivasi dan tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa. Tes dan angket yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah jenis tes obyektif
yang disusun oleh peneliti berdasarkan rancangan pembelajaran dan
kisi-kisi tes. Tes yang berisi perolehan hasil belajar tersebut digunakan untuk mengambil data prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Sebelum tes dan angket digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar dan motivasi siswa
pada
kelompok eksperimen (SDN I Girimarto) dan kelompok kontrol (SDN II Girimarto), tes dan angket ini terlebih dahulu diuji cobakan di Sekolah Dasar Negeri IV Girimarto. (Kisi-kisi dan angket motivasi terdapat pada lampiran 3 - 4). Tes obyektif untuk try out tersebut terdiri dari 50 butir, yang berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan. Setiap nomor diberi skor 1 apabila dijawab benar dan skor 0 jika jawaban salah (lihat lampiran 5). Selanjutnya skor total diperoleh dari skor perolehan dibagi skor maksimal atau jumlah soal (50) kemudian dikalikan 100. ( Lampiran 5 ) Adapun angket motivasi terdiri dari 40 butir item dengan 5 pilihan,dengan pemberian skor 5 apabila dijawab sangat setuju (SS), skor 4 apabila dijawab setuju (S), skor 3 apabila dijawab tidak dapat menentukan atau entah (E), skor 2 apabila dijawab tidak setuju, dan skor 1 apabila dijawab sangat tidak setuju.
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebaliknya untuk item negatif, pemberian skor 5 apabila dijawab sangat tidak setuju (STS), skor 4 apabila dijawab tidak setuju (TS), skor 3 apabila dijawab tidak dapat menentukan atau entah (E), skor 2 apabila dijawab setuju (S), dan skor 1 apabila dijawab sangat setuju (SS). Adapun kisi-kisi soal tes prestasi belajar adalah sebagai berikut: Tabel 3. Kisi-kisi soal prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Kompetensi Dasar :1.4.(Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia). No Indikator Jumlah soal 1 Mengidentifikasi keragaman suku bangsa di Indonesia . 7 2 Menemutunjukkan pada peta tentang persebaran daerah asal 4 suku bangsa di Indonesia. 3 Mengembangkan sikap menghormati keragaman suku 5 bangsa . 4 Mengidentifikasi keragaman budaya yang terdapat di 15 Indonesia (jenis bahasa, rumah adat, senjata tradisional) 5 Menjelaskan bentuk keragaman budaya di Indonesia (jenis 6 tari, lagu daerah, cerita rakyat,seni pertunjukan ) 6 Menjelaskan bentuk keragaman budaya di Indonesia (jenis 3 tari, lagu daerah, cerita rakyat,seni pertunjukan ) 7 Menjelaskan dasar hukum sikap menghormati budaya di 2 Indonesia. 8 Menyebutkan contoh perilaku menghormati dan 8 melestarikan budaya daerah maupun nasional Jumlah butir soal 50
E. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum soal digunakan dalam pengumpulan data, maka instrumen diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Validitas dan reliabilitas dipakai dalam penelitian ini adalah untuk menguji angket dan dokumentasi itu memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas soal.
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Coba Instrumen Tes Dalam uji coba instrumen tes prestasi belajar ini menggunakan instrumen tes yang berjumlah 50 butir soal dengan durasi 90 menit, bentuk soal pilihan ganda. Uji coba instrument tes ini meliputi: a. Uji Validitas Isi Validitas adalah penilaian evaluatif terintegrasi yang dilakukan oleh penilai mengenai seberapa jauh bukti-bukti empirik dan rasional teoritis mendukung ketepatan inferensi dan tindakan berdasar skor tes atau assesment yang lain (Budiyono, 2003: 56). Selanjutnya agar tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Tes harus merupakan sampel yang representatif yang mengukur seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar mengajar. (2) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang telah diajarkan. (3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar. ( Budiyono, 2003 : 58) Suatu instrumen dikatakan valid apabila memenuhi kriteria penelaahan instrumen tes sebagai berikut : (1) Butir tes sesuai dengan kisi-kisi tes. (2) Materi pada butir tes sesuai dengan indikator. (3) Materi pada butir tes sudah pernah dipelajari oleh siswa. (4) Materi butir tes sudah dapat dipahami oleh siswa.
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(5) Materi pada soal tidak memberikan intepretasi ganda. b. Uji validitas butir Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir instrumen yang semua butir harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masingmasing butir tersebut. Konsistensi internal masing-masing butir dapat dilihat pada validitas item soal butir tes prestasi belajar, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi productmoment dari Karl Pearson, sebagai berikut:
NXY
rxy
NX
2
X X
2
Y
NY
2
Y
2
Keterangan: rxy
=
Angka indeks korelasi product moment
N
=
Jumlah peserta tes
X
=
Jumlah seluruh skor x
Y
=
Jumlah seluruh skor y
XY =
Jumlah hasil kali antara skor x dan skor.
Dalam penelitian ini butir instrumen tes prestasi belajar dikatakan valid jika hasil perhitungan > 0,300. Berdasarkan hasil uji validitas maka soal yang tidak valid adalah nomor 1,9,20,22,23,28,40,41.(Lampiran 13)
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Uji Reliabilitas Reliabel artinya dapat dipercaya, suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil relatif tetap. Untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus KR-20 yaitu sebagai berikut: r11
2 xr 1 / 2 .1 / 2 1 r 1 / 21 / 2 (Suharsimi Arikunto, 2006:178)
r11
= Koefisien reliabilitas
r1/21/2
= indeks korelasi antara dua belahan instrument
Soal tes dikatakan reliabel jika r11
diatas 0,700. Berdasarkan hasil
perhitungan reliabilitas diperoleh hasil sebesar 0,816, lebih dari 0,700, dengan demikian item soal tes dikatakan reliabel. (Lampiran 14) d. Uji Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi peserta tes yang menjawab terhadap butir soal tersebut ( Prasetya Irawan, 2001 :174). Tingkat kesukaran dilambangkan dengan P, makin besar nilai P berarti makin besar proporsi yang menjawab terhadap butir soal tersebut maka butir soal semakin mudah. Taraf kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, harganya dicari dengan rumus sebagai berikut: P
B JS
Dimana : P
= indeks kesukaran
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar.
JS
= jumlah peserta tes (Suharsimi Arikunto, 2008: 208) Suatu butir soal disebut mempunyai indeks kesukaran yang memadai
apabila berada pada posisi sedang yaitu antara 0,26
0,75 (Prasetya
Irawan, 2001 :177). Berdasarkan perhitungan maka soal yang tidak memenuhi
taraf
kesukaran
yang
ditetapkan
adalah
soal
nomor
14,19,39, dan 42. (Lampiran 13) e. Uji Daya Pembeda Soal Daya beda butir soal ialah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) diantara para peserta tes (Prasetya Irawan, 2001: 177). Rumus untuk menentukan daya beda butir soal adalah sebagai berikut : D
BA JA
BB JB
Keterangan D
= indeks daya diskriminasi
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah Daya beda yang dianggap masih memadai untuk setiap butir soal ialah apabila sama atau lebih besar dari + 0,25. Berdasarkan hasil
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penghitungan statistik semua mempunyai daya beda yang memadai. Berdasarkan hasil perhitungan soal yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan adalah soal nomor 5,7,9,14,20,22,23,26,28,39,40,41 dan 42. Adapun butir soal yang digunakan untuk tes dalam penelitian adalah butir soal yang memenuhi syarat uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda, sebanyak 35 butir yaitu nomor: 2,3,4,5,7,8,12,13,14,15,16, 17,18,19,21,24,25,26,29,30,31,32,33,34,36,37,38,39,42,43,44,45,47,48,50. 2. Angket Dalam ujicoba instrumen angket ini menggunakan 40 butir pernyataan dengan memilih salah satu dari 5 pernyataan yang ada. a.
Validitas Isi Menurut Budiyono (2003:59) untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, biasanya dilakukan adalah melalui expert judgment ( penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan valid jika kisikisi yang telah dibuat menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur, selanjutnya masing-masing butir tes yang telah disusun relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang telah ditentukan. Sebelum diujicobakan, peneliti meminta dua orang panel untuk menguji validitas angket motivasi siswa yaitu Drs. Suharto,M.Pd. pengawas Kecamatan Girimarto dan Narto, S. Ag. pengawas di UPT
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dinas Pendidikan kecamatan Girimarto yang menguasai bidang ini. Berdasarkan hasil validator bahwa semua indikator telah terwakili. b.
Validitas Butir Angket Validitas item soal angket dihitung dengan menggunakan rumus korelasi productmoment dari Karl Pearson, sebagai berikut:
NXY
rxy NX
2
X X
2
Y
NY
2
Y
2
Keterangan: rxy
= Angka indeks korelasi product moment
N
= Jumlah peserta tes
X
= Jumlah seluruh skor x
Y
= Jumlah seluruh skor y
XY
= Jumlah hasil kali antara skor x dan skor y
Menurut Saefudin Azwar (2006 :153) harga koefisien korelasi untuk penyusunan skala-skala psikologi minimal sama dengan 0,300. Berdasarkan hasil perhitungan statistik angket yang tidak memenuhi persyaratan adalah soal nomor 2,3,8,30,35 dan 37 (Lampiran 11). Dengan demikian terdapat 34 angket motivasi yang digunakan untuk penelitian.(Lampiran 8) c. Reliabilitas Untuk reliabilitas angket menggunakan rumus. Untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus belah dua yaitu sebagai berikut :
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 r1 / 21 / 2 (Suharsimi Arikunto, 2006:178) 1 r1 / 21 / 2
r11 =
keterangan :
r11
= reliabilitas instrumen
r1/21/2 = indeks korelasi antara dua belahan instrument Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan reliabel jika memenuhi kriteria > 0,700. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh angka sebesar 0,948 yang berarti diatas batas ketentuan yang dipersyaratkan.(Lampiran 12)
F. Teknik Analisis Data
1.
Uji Prasyarat a.
Uji Normalitas Pada penelitian ini untuk uji normalitas digunakan adalah Liliefors kosmolgorov smirnov
yang dihitung dengan menggunakan
SPSS Versi 17.0.) b.
Uji Homogenitas Variansi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama. Uji homogenitas variansi dalam penelitian ini menggunakan Uji F, dengan prosedur sebagai berikut: 1) Hipotesis
H0 :
2 1
2 2
..
2 k
(populasi mempunyai variansi yang homogen)
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H1 : paling sedikit satu variansi yang berbeda (bukan populasi homogen). 2) Tingkat signifikansi:
= 0,05
3) Statistik uji x n
x2 S 12
F
F
2
n 1
S12 S22 Variansi besar Variansi kecil
Keputusan uji H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel atau diterima jika Fhitung< Ftabel (Sudjana, 1983:295-297)
2.
Uji Hipotesis Dalam penelitian ini digunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan frekuensi sel tak sama. Langkah-langkah Analisis Variansi Dua Jalan dengan frekuensi sel tak sama adalah sebagai berikut: Xijk =
+
i
+
j
+
ij
+
ijk
dengan: Xijk = pengamatan ke-k di bawah faktor A kategori i dan faktor B kategori j I = 1,2 untuk
i = 1 adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD i = 2 adalah model pembelajaran tipe Jigsaw
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
j = 1, 2 untuk
j = 1 adalah motivasi tinggi j = 2 adalah motivasi rendah
k =
ij ;
nij = cacah pengamatan pada sel
ij
= rerata besar i
= efek faktor A kategori i
j
= efek faktor B kategori j ij
ijk
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j terhadap Xijk = kesalahan eksperimental yang berdistribusi normal
Dalam penelitian apabila terdapat interaksi maka akan dilakukan uji lanjut dengan Scheeffe karena sebaran sampel dalam tiap sel penelitian tidak sama. Hasil belajar kedua kelompok ini dibandingkan dan dilihat bedanya. Beda hasil belajar siswa ditentukan dengan menggunakan rumus statistik. Desain penelitian menggunakan desain faktorial 2 x 2 yang ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 4. Desain Faktorial 2 x 2 Model Pembelajaran (A) Motivasi (B)
STAD (A1)
Jigsaw (A2)
Tinggi (B1)
A1B1
A2B1
Rendah (B2)
A1B2
A2B2
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: A
: Model Pembelajaran
A1
: STAD
A2
: Jigsaw
B
: Motivasi
B1
: Motivasi tinggi
B2
: Motivasi rendah
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Ada tidaknya perbedaan pengaruh penggunan Model STAD dengan Model Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, 2) Ada tidaknya perbedaan pengaruh siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi rendah terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, dan 3) Ada tidaknya Interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan Motivasi siswa terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil populasi seluruh siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kecamatan Girimarto. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri I Girimarto sejumlah 30 siswa sebagai kelompok eksperimen, sebagai kelompok kontrol adalah siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri II Girimarto sejumlah 30 siswa, dan siswa Kelas V SD Negeri IV Girimarto sejumlah 30 siswa sebagai kelompok tempat uji coba instrumen. Sebelum data diolah dengan menggunakan Analisis Dua Jalan, terlebih dahulu penulis jabarkan deskripsi data masing-masing sel, yaitu sebagai berikut .
1.
Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Secara Keseluruha
Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 60 siswa, nilai tertinggi yang dicapai siswa sebesar 151 dan skor terendah 90, serta jumlah
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keseluruhan 7404, mean (X) = 123,4,standar deviasi 13,442. Siswa yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 32 siswa dan siswa yang memiliki motivasi rendah sebanyak 28 siswa. Pengelompokan ini didasarkan pada mean
nilai
angket motivasi dari sejumlah sampel. Siswa yang hasil angketnya di atas mean (123,4) termasuk kelompok motivasi tinggi dan yang kurang dari nilai mean termasuk kelompok motivasi rendah. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa secara Keseluruhan Kelas Interval 90 - 99 100 - 109 110 - 119 120 - 129 130 - 139 140 - 149 150 - 159 Jumlah
Frekuensi 3 3 20 14 15 4 1 60
Frekuensi (%) 5% 5% 33,3% 23,3% 25% 6,7% 1,7% 100%
Histogram 25 20 15 10 5 0 90-99
100-109
110-119
120-129
130-139
140-149
150-159
Gambar 1. Histogram sebaran frekuensi skor motivasi belajar siswa secara keseluruhan.
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Kelompok model pembelajaran kooperatif Tipe STAD Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 30 siswa, nilai tertinggi yang dicapai siswa sebesar 149 dan skor terendah 90, serta jumlah skor keseluruhan 3670, mean (X) = 122,33. Siswa yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 17 siswa dan yang memiliki motivasi rendah sebanyak 13 siswa. Pengelompokan ini didasarkan pada mean nilai angket motivasi dari sejumlah sampel STAD. Siswa yang hasil angketnya di atas mean (122,33) termasuk kelompok motivasi tinggi dan yang kurang dari nilai mean termasuk kelompok motivasi rendah (lampiran 21). Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 6. Distribusi Frekuensi motivasi belajar siswa kelompok model STAD Kelas Interval 90- 99 100-109 110-119 120-129 130-139 140-149 Jumlah
Frekuensi 3 2 7 9 6 3 30
Frekuensi(%) 10% 6,7% 23,3% 30% 20% 10% 100%
Histogram 10 8 6 4
2 0
90-99
100-109
110-119
120-129
130-139
140-149
Gambar 2. Deskripsi Motivasi Belajar Siswa Kelompok Model STAD
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Deskripsi motivasi belajar siswa kelompok Jigsaw. Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 30 siswa, nilai tertinggi yang dicapai siswa sebesar 151,skor terendah 109, dan jumlah skor keseluruhan 3734, mean (X) =124,5, Siswa yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 15 siswa, dan siswa yang memiliki motivasi rendah sebanyak 15 siswa. Pengelompokan ini didasarkan pada mean nilai angket motivasi dari sejumlah sampel Jigsaw. Siswa yang hasil angketnya di atas mean (124,5) termasuk kelompok motivasi tinggi dan yang kurang dari nilai mean termasuk kelompok motivasi rendah (lampiran 21) . Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 7. Distribusi Frekuensi motivasi belajar siswa kelompok Jigsaw. Kelas Interval 109-115 116-122 123-129 130-136 137-143 144-150 151-157 Jumlah
Frekuensi 11 5 3 7 2 1 1 30 Histogram
Frekuensi(%) 36,7% 16,7% 10% 23,3% 6,7% 3,3% 3,3% 100%
8 7 6 5 4 3 2 1
0 116-122
123-129
130-136
137-143
144-150
151-157
Gambar 3. Deskripsi motivasi belajar siswa kelompok Jigsaw.
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 8. Rangkuman Hasil Analisis Data Skor Prestasi Belajar IPS
Sumber Statistik
Motivasi
Total
x
FaktorA(Model Pembelajaran) A1 A2 17 15 1.460 1110
x2
85,88 125.768
74 82.302
80,31 208070
82.140
207524,8
N
x
B1
Faktor B (Motivasi)
x x
m 125.384,8
x2 m x
383,2 13 1007
162 15 1087
545,2 28 2094
x2
77,5 78.199
72,5 79.049
74,79 157.248
78.807,5
156.811,5 436,6
N
x
B2
x x
m 78.042,5
x2 m
156,5
241,5
x
30 2467
30 2197
82,23 203.967
73.23 161.351
N Total
32 2570
x
x
2
x x
x2 m
m 202.861,4
1.105,6
160.886,4 464,6
4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Secara Keseluruhan. Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 60 siswa, nilai tertinggi = 97, skor terendah = 63, dan jumlah skor keseluruhan 4664, mean (X) = 77,73, median (Me) = 77, modus =71, standar deviasi 6,898. Siswa yang mampu mencapai standar ketuntasan minimal sebanyak 56 siswa atau 93,3% dan siswa
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang belum mampu mencapai standar ketuntasan minimal sebanyak 4 siswa atau 6,7% berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sebesar 70. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar IPS secara Keseluruhan Kelas Interval
Frekuensi
Frekuensi(%)
63-67
1
1,7%
68-72
17
28,3%
73-77
18
30%
78-82
8
13,3%
83-87
11
18,3%
88-92
4
6,7%
93-97
1
1,7%
Jumlah
60
100%
Histogram 20 18 16
14 12 10 8
6 4 2 0 63-67
68-72
73-77
78-82
83-87
88-92
93-97
Gambar 4. Histogram Deskripsi Prestasi belajar IPS secara keseluruhan.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penggunaan Model STAD
Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 30 siswa, nilai tertinggi = 97, skor terendah = 71, dan jumlah skor keseluruhan 2467, mean (X) = 82,23, median (Me) = 83, modus = 86, standar deviasi 6192. Siswa yang memiliki motivasi tinggi 17 atau 56,7% dan motivasi rendah 43,3%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 10. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Model STAD Kelas Interval
Frekuensi
Frekuensi(%)
71-74
4
13,3%
75-78
5
16,7%
79-82
5
16,7%
83-86
11
36,7%
87-90
3
10%
91-94
1
3,3%
95-98
1
3,3%
Jumlah
30
100%
Berdasarkan distribusi data di atas maka dapat disajikan dalam grafik histogram sebagai berikut:
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Histogram
12 10 8 6 4
2 0 71-74
75-78
79-82
83-86
87-90
91-94
95-98
Gambar 5. Histogram Prestasi belajar IPS dengan Model STAD
6. Deskripsi Data Prestasi
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
Menggunakan Model Jigsaw Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 30 siswa, nilai tertinggi = 80, skor terendah = 63, jumlah skor keseluruhan =2197,mean (X) = 73,23, median (Me) = 71, Modus 71, standar deviasi3,995. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model Jigsaw Kelas Interval 63-65 66-68 69-71 72-74 75-77 78-80 Jumlah
Frekuensi 1 3 12 4 7 3 30
commit to user 71
Frekuensi(%) 3,33% 10% 40% 13,33% 23,33% 10% 100%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan distribusi data di atas maka dapat disajikan dalam grafik histogram sebagai berikut: Histogram
14 12
10 8 6 4 2 0 63-65
66-68
69-71
72-74
75-77
78-80
Gambar 6. Histogram Prestasi belajar IPS dengan Model Jigsaw
7. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial bagi Siswa dengan Motivasi Rendah Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 28 siswa, nilai tertinggi = 86, skor terendah = 63, jumlah skor keseluruhan 1087, mean (X) = 74,79 , median (Me) = 77, modus = 77, standar deviasi 4,926. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 21. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi dan grafik Histogramnya.
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS bagi Siswa Motivasi Rendah. Kelas Interval 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 Jumlah
Frekuensi 1 4 8 9 5 1 30
Frekuensi(%) 3,6% 14,3% 28,6% 32,1% 17,8% 3,6% 100%
Histogram frekuensi 10 9 8 7 6 5 4 3 2
1 0 63-66
67-70
71-74
75-78
79-82
83-86
skor Gambar 7. Histogram Prestasi belajar IPS siswa Motivasi tinggi.
8. Deskripsi Data Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
bagi siswa
dengan Motivasi tinggi Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 32 siswa, nilai tertinggi = 97, skor terendah = 71, jumlah skor keseluruhan 2570 , mean (X) = 80,31, median (Me) = 80, modus = 86, standar deviasi 7,373. Untuk lebih
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS bagi siswa dengan Motivasi Tinggi Kelas Interval 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 95-98 Jumlah
Frekuensi 11 3 3 10 3 1 1 32
Frekuensi(%) 34,4% 9,4% 9,4% 31,2% 9,4% 3,1% 3,1% 100%
Histogram
12 10
8 6 4 2 0 71-74
75-78
79-82
83-86
87-90
91-94
95-98
Gambar 8. Histogram Prestasi belajar IPS siswa motivasi tinggi
9.
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
dengan
penggunaan Model STAD bagi Siswa yang Memiliki Motivasi Rendah Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 13 siswa, nilai tertinggi = 86, skor terendah =71, jumlah skor keseluruhan =1007, mean (X) =
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77,46 (dibulatkan 77,5), median (Me) = 77, dan modus 77, standar deviasi 4,034. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 14. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model STAD pada siswa Motivasi rendah Kelas Interval 71-73 74-76 77-79 80-82 83-85 86-88 Jumlah
Frekuensi 2 1 5 4 0 1 13
Frekuensi(%) 15,4% 7,7% 38,4% 30,8% 0% 7.7% 100%
Berdasarkan distribusi data di atas maka dapat disajikan daiam grafik histogram sebagai berikut : Histogram
6 5 4 3 2 1 0 71-73
74-76
77-79
80-82
83-85
86-88
Gambar 9. Histogram Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penggunaan Model STAD bagi Siswa yang Memiliki Motivasi Rendah
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Deskripsi Data Prestasi Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial
dengan
penggunaan Model STAD bagi Siswa yang Memiliki Motivasi Tinggi Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 17 siswa, nilai tertinggi = 97, skor terendah = 74, jumlah skor keseluruhan =1460, mean (X) = 85,88 median (Me) = 86, dan modus= 86,standar deviasi = 4,918.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 15. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model STAD pada siswa Motivasi Tinggi Kelas Interval 74-78 79-83 84-88 89-93 94-98 Jumlah
Frekuensi 1 4 7 4 1 30
Frekuensi(%) 5,9% 23,5% 41,2% 23,5% 5,9% 100%
Histogram 8 7 6 5 4 3 2 1 0 74-78
79-83
84-88
89-93
94-98
Gambar 10. Histogram Prestasi belajar IPS dengan model STAD motivasi tinggi
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
11.
digilib.uns.ac.id
Deskripsi Data Prestasi Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
penggunaan Model Jigsaw pada Siswa Memiliki Motivasi Rendah Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 15 siswa, nilai tertinggi = 80, skor terendah = 63, jumlah skor keseluruhan =1087, mean (X) = 72,5, median (Me) = 71, standar deviasi = 4,485. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya. Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model Jigsaw pada siswa Motivasi rendah. Kelas Interval 63-65 66-68 69-71 72-74 75-77 78-81 Jumlah
Frekuensi 1 3 5 1 4 1 15
Frekuensi(%) 6,7% 20% 33.3% 6,7% 26,6% 6,7% 100%
Histogram
6 5 4 3 2 1 0 63-65
66-68
69-71
72-74
75-77
78-81
Gambar 11. Prestasi Belajar IPS dengan Model Jigsaw pada Siswa Motivasi Rendah
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
12.
digilib.uns.ac.id
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penggunaan Model Jigsaw pada Siswa Memiliki Motivasi Tinggi
Dari data penelitian dapat diketahui jumlah responden (N) = 15 siswa, nilai tertinggi =80, skor terendah = 71, jumlah skor keseluruhan =1110, mean (X) = 74, median (Me) = 74, modus = 71, standar deviasi = 3,402. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 21. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi beserta grafik Histogramnya Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar IPS dengan Model Jigsaw pada siswa Motivasi tinggi Kelas Interval 71-72 73-74 75-76 77-78 79-80 Jumlah
Frekuensi 7 3 0 3 2 15
Frekuensi(%) 46,7% 20% 0% 20% 13,3% 100%
Histogram 8
7 6 5 4 3 2 1 0 71-72
Gambar 12. Prestasi
73-74
75-76
Belajar IPS
77-78
dengan
Motivasi Tinggi.
commit to user 78
79-80
Model Jigsaw pada Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pengujian Persyaratan Analisis Dalam penelitian yang menggunakan analisis statistik diperlukan beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Seperti yang telah dikemukakan di muka bahwa penelitian ini adalah penelitian dengan metode eksperimen dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adaiah analisis variansi dua jalan. Uji prasyarat yang digunakan yakni syarat uji normalitas dengan menggunakan Lilliefors Significance Correction dari Kolmogorov-Smirnow dan uji homogenitas variansi dengan uji F (lampiran 22). Hasil Uji Peryaratan dalam analisis ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lilliefors Significance Correction dari Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas dilakukan terhadap data Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penggunaan Model STAD dan Jigsaw. Analisis dibantu dengan program software untuk statistik yaitu SPSS Versi. 17 . Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 18. Uji Normalitas No
Model pembelajaran
P-value
P(a)
Keterangan
1.
Model STAD
0,401
0,050
NORMAL
2.
Model Jigsaw
0,052
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors dapat dilihat bahwa p value > 0,050 sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data prestasi belajar IPS berdistribusi normal.
2. Pengujian Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi yang digunakan adalah dengan menggunakan uji F dengan membandingkan variansi terbesar dengan variansi terkecil dari 4 kelompok data. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh F hitung = 2,051, selanjutnya dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan dk pembilang ( 30 - 1) = 29 dan dk penyebut (30 - 1) = 29 dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 2,48 (F hitung = 2,051 < F tabel = 2,480). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians keempat kelompok sampel tersebut homogen. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 22. Tabel 18. Uji Homogenitas Variansi
Analisis
F hitung
F(0,95;29, 29)
Keterangan
Varians (F)
2,051
2,480
Homogen
G. Uji Kesetaraan atau Keseimbangan Uji kesetaraan bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut seimbang atau mempunyai kemampuan awal yang sama sebelum
eksperimen dilakukan. Data yang digunakan untuk uji
keseimbangan adalah nilai ulangan harian Kompetensi Dasar: Peninggalan Sejarah pada Masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia.
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil uji T untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh perhitungan sebagai berikut : 1.
Pada Equal Variance Assumed F hitung 0,419; p (sig) = 0,520. Oleh karena p> 0,05; maka Ho diterima atau kedua varian berpopulasi sama.
2. Untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata, diperoleh t = 0,739 dan p (sig. 2 tailed) = 0,463. Oleh karena p > 0,05; maka Ho diterima atau kedua rata-rata berpopulasi sama.(Lampiran 16 )
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan dapat teruji kebenarannya atau tidak terbukti. Maka untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik ANAVA dua jalan. Untuk pengujian hasil analisis data yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji Analisis Variansi two way, maka hipotesis yang telah dirumuskan dapat terjawab dalam tabel sebagai berikut: Tabel 20. Hasil Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sumber Variasi
JK
Db
MK
Fo
Ft
Antar A (Model)
1061,509
1
1061,509
63,024
4,02
Antar B (Motivasi)
364,192
1
364,192
21,623
4,02
Interaksi A*B
125,758
1
125,758
7,466
4,02
Dalam (e)
943,2
56
16,843
Total
2.494,659
59
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perhitungan Analisis Variansi dapat dilihat pada lampiran 29 (tabel statistik) dan lampiran 30 (penghitungan statistik uji F). Berdasarkan tabel di atas dapat di interpretasikan hasil sebagai berikut:
1. Pengaruh Model STAD dan Model Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan Model STAD dengan Model Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial digunakan analisis variansi dua jalan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fobservasi = 63,024. Hasil perhitungan ini dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dkpembilang = 1 dan Dkpenyebut = 56, taraf signifikansi 0,05 diperoleh Ftabel= 4,02, karena Fobservasi > Ftabel atau 63,024 > 4,02, sehingga hipotesis yang menyatakan Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan Model STAD dengan Model Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, terbukti kebenarannya. Berdasarkan deskripsi data yang dapat dilihat dalam tabel 29, terlihat bahwa prestasi belajar dengan menggunakan Model STAD ternyata memperoleh hasil yang lebih baik (Mean = 82,23) dibandingkan dengan prestasi belajar dengan menggunakan Model Jigsaw (Mean = 73,23).
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki Motivasi tinggi dengan siswa yang Motivasi rendah terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial digunakan analisis variansi dua jalan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fobservasi = 21,623. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dkpembilang = 1 dan Dkpenyebut = 56, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh Ftabel = 4,02, karena Fobservasi>Ftabel atau 21,623 > 4,02, sehingga hipotesis yang menyatakan Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiki motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi rendah
terhadap prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial, terbukti kebenarannya. Dan berdasarkan deskripsi data yang dapat dilihat dalam tabel 30, terlihat bahwa prestasi belajar bagi siswa dengan Motivasi yang tinggi ternyata memperoleh hasil yang lebih baik (Mean = 80,31) dibandingkan dengan prestasi belajar bagi siswa dengan Motivasi yang rendah (Mean =74,79) 3. Pengaruh Interaksi Model pembelajaran dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan ada interaksi pengaruh antara Model pembelajaran dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, digunakan analisis variansi dua jalan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fobservasi = 7,466. Hasil perhitungan ini kemudian
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dkpembilang = 1 dan Dkpenyebut = 56, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = Ftabel = 4,02, karena Fobservasi > Ftabel atau 7,466 > 4,02, sehingga hipotesis yang menyatakan ada interaksi pengaruh antara pendekatan pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, terbukti kebenarannya. Jika direkapitulasi hasil pengujian hipotesis adaiah sebagai berikut: Tabel 18 Kesimpulan Hasil Penelitian No 1.
Hipotesis Alternatif
F hitung F tabel
Terdapat perbedaan pengaruh yang 63,024
4,02
signifikan antara penggunan Model
Kesimpulan pada a=0,05 H0 ditolak H1 diterima
STAD dengan Model Jigsaw terhadap prestasi
belajar
membuktikan
IPS.
prestasi
Hal
ini
belajar
IPS
model STAD lebih baik dari pada Jigsaw. 2.
Terdapat perbedaan pengaruh yang 21,623
4,02
H0 ditolak H1 diterima
4,02
H0 ditolak H1 diterima
signifikan antara siswa yang memiliki Motivasi tinggi dengan siswa Motivasi rendah terhadap prestasi belajar IPS.Hal ini membuktikan prestasi belajar IPS pada siswa motivasi tinggi lebih baik dari pada siswa motivasi rendah. 3.
Terdapat interaksi pengaruh signifikan 7,466 antara
model
pembelajaran
dan
Motivasi terhadap prestasi belajar
IP
S.
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dapat diketahui adanya interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Selanjutnya dilakukan analisis lanjut dengan menggunakan uji Scheffe. Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada lampiran 31, dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut: a. Terdapat perbedaan mean prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penggunaan Model STAD antara siswa yang memiliki motivasi rendah dan siswa yang memiliki motivasi tinggi. (47,124 > 4,02) b. Terdapat perbedaan mean prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial bagi siswa yang memiliki motivasi rendah antara pembelajaran dengan menggunakan Model STAD dengan pembelajaran dengan menggunakan Model Jigsaw. (10,337 > 4,02) c. Terdapat perbedaan mean prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan Model STAD bagi siswa yang memiliki motivasi rendah dengan menggunakan Model Jigsaw
bagi siswa yang memiliki motivasi
tinggi. ( 5,065 < 4,02) d. Terdapat perbedaan mean prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan Model STAD bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan menggunakan Model Jigsaw bagi siswa yang memiliki motivasi rendah ( 84,700 > 4,02) e. Terdapat perbedaan mean prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan Model STAD bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan Model Jigsaw bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi. (66,773 > 4,02) f. Tidak terdapat perbedaan mean prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan Model Jigsaw antara siswa yang memiliki, motivasi rendah dengan tinggi. (1,002 < 4,02).
C. Pembahasan Hasil Penelitian Secara rinci, pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis alternatif tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Pengaruh
Penerapan
Pembelajaran
dengan
Model
STAD
dan
Pembelajaran dengan Model Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Model pembelajaran merupakan sarana untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Pemanfaatan model disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Ketepatan memilih model pembelajaran menjadi kunci tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Model ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahk
Arindawati, 2004: 83 - 84).
Pembelajaran dengan Model Jigsaw sebenarnya juga cukup menarik bagi siswa dan waktu yang dibutuhkan untuk membahas beberapa topik materi ajar yang ditugaskan dalam kelompok lebih sedikit, karena masing-masing kelompok tim ahli hanya membahas satu topik. Masing-masing siswa dari anggota kelompok ahli mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menguasai topik materi yang menjadi tanggung jawabnya. Akan tetapi proses pembelajaran yang memerlukan pemahaman yang lebih mendalam dari masing-masing tim ahli ini jika kemampuan masing-masiamg individu tidak seimbang
membuat proses
pembelajaran sedikit mengalami hambatan, karena tim ahli ini akan kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan hasil pembahasannya. Keterbatasan ini mengakibatkan materi-materi pembelajaran yang diharapkan untuk dipelajari dan dikuasai oleh siswa secara lebih jelas mengalami kendala. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini dapat dilihat dari ratarata nilai siswa jika menggunakan Model STAD sebesar 82,23, dan jika menggunakan Model Jigsaw sebesar 73,23 Dalam pembelajaran dengan menggunakan Model STAD siswa cukup antusias dalam belajar, aktif, kreatif secara menyeluruh, pemahaman materi pembelajaran cukup mudah dan hasil akhir dalam proses pembelajaran tersebut cukup memuaskan. Selain itu dalam pembelajaran dengan menggunakan Model
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
STAD
guru
digilib.uns.ac.id
tidak
banyak
menambahkan
ulasan-ulasan
tetapi
cukup
memperhatikan apabila ada beberapa hal yang dirasa memerlukan pemahaman lebih lanjut.
2.
Pengaruh Motivasi siswa terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Motivasi merupakan kemampuan untuk menciptakan produk baru. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, imajinatif, bertanggung jawab, dan suka mencoba hal-hal baru. Martin Handoko, (2001 : 9) memberikan batasan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan
Menurut Brown dalam Ali Imron (1996 :88) disebutkan bahwa ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi antara lain : a) Tertarik pada guru artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh. b) Tertarik pada mata pelajaran
yang
diajarkan.
c)
Mempunyai
antusias
yang
tinggi
serta
mengendalikan perhatiannya terutama pada guru. d) Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas. e) Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain. f) Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri. g) Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali. h) Selalu terkontrol oleh lingkungannya. Berdasarkan
ciri-ciri tersebut,
dalam
proses
pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan Sosial siswa yang memiliki motivasi tinggi akan menampakkan
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ciri-ciri tersebut dalam proses pembelajaran. Para siswa yang memiliki motivasi tinggi menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, sering bertanya dan usul tentang pemecahan masalah dan berani berpendapat secara bebas. Siswa yang memiliki motivasi tinggi pada akhir pembelajaran memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki motivasi rendah. Siswa
dengan motivasi rendah dalam belajar hanya semampunya tanpa bersedia menuntut dirinya sendiri untuk bertindak yang berbeda dengan yang lainnya karena kurang berani dalam mengambil resiko. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan merasa tertantang dengan pengetahuan baru, dan hal itu menantang dirinya untuk menunjukkan kemampuannya dalam menghadapinya serta cukup berani dalam mengambil resiko. Siswa yang memiliki motivasi tinggi memandang hasil spekulasinya yang kurang baik pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang cukup baik di masa yang akan datang. Dengan demikian terdapat perbedaan pengaruh antara motivasi tinggi dan motivasi rendah terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di kecamatan Girimarto.
3.
Interaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan Motivasi terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Pemilihan model pembelajaran yang sesuai menjadi kunci utama dalam keberhasilan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini pemilihan model STAD sangat tepat karena sesuai dengan materi pembelajaran tentang keragaman suku dan budaya di Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran ini membutuhkan pemahaman siswa dalm membedakan banyaknya keragaman
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
budaya Indonesia. Penelitian ini membuktikan bahwa pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan didukung oleh motivasi yang tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang cukup baik. Siswa dalam proses pembelajaran tidak berharap atau bergantung pada guru saja, akan tetapi dituntut aktif untuk mampu membawa materi pembelajaran ke dalam lingkungan kelas sehingga para siswa terhindar dari verbalisme. Mengingat tidak semua materi dapat diajarkan di dalam kelas, oleh sebab itu diperlukan pemilihan model yang tepat agar siswa tetap antusias dalam belajar. Pemilihan model pembelajaran yang tepat mampu menumbuhkan motivsi siswa dan akan membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dukungan siswa dalam hal ini, semangat untuk belajar, motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran juga menentukan prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan antusias dalam belajar, berani mencoba hal-hal baru dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa bermotivasi rendah. Hal inilah yang membantu keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Oleh sebab itu perlu ditingkatkan kemampuan guru dalam pemilihan model yang tepat dan peningkatan motivasi siswa dalam membantu proses pembelajaran yang lebih baik di masa yang akan datang.
D. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian sebenarnya telah diupayakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang akurat, dan sesuai dengan harapan.
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun masih terdapat beberapa faktor yang sulit untuk dikendalikan, sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, keterbatasan itu antara lain adalah : 1. Adanya keterbatasan sampel, yang berakibat sampel kecil, dengan sampel yang cukup kecil ada kemungkinan akan mempengaruhi hasil analisis data dan pengambilan keputusan yang kurang tepat. Generalisasi temuan penelitian hanya berlaku secara terbatas, maka diperlukan penelitian lebih lanjut. 2. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen yang menuntut adanya pengendalian terhadap semua variabel penelitian di luar variabel yang telah ditetapkan agar tidak mengganggu perlakuan dalam eksperimen. Ada kecenderungan subjek penelitian untuk berinteraksi di luar penelitian. Hal ini mengakibatkan pengendalian perlakuan yang tertuju kepada siswa menjadi sulit. Selain itu kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya pada motivasi, tanpa mengontrol variabel yang lain, sehingga hasil penelitian dapat saja dipengaruhi oleh variabel lain yang telah ditentukan dalam penetian ini. 3. Waktu penelitian yang relatif singkat, memungkinkan perlakuan yang diberikan belum mencerminkan hasil maksimal dari prestasi belajar yang diharapkan.
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Terdapat
perbedaan
pengaruh
yang
signifikan
antara
pembelajaran
menggunakan Model STAD dengan Model Jigsaw terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam pembelajaran dengan model STAD siswa selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga materi pelajaran akan lebih mudah diterima dan bertahan lama, yang pada giliranya akan mampu meningkatkan prestasi siswa. 2. Terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan menyukai sesuatu yang baru dan menantang, serta akan mencoba sesuatu yang baru tersebut sampai dapat menguasai dengan baik, sehingga akan memunculkan ide-ide yang baru yang dapat mempermudah siswa dalam menerapkan cara belajar yang paling efektif bagi dirinya. 3. Terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan didukung adanya motivasi siswa yang tinggi,sehingga akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi Penelitian Dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan memilih model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan memanfaatkan sumber daya secara maksimal dan mampu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, akan mampu mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa dengan penggunaan Model STAD dan didukung adanya motivasi belajar siswa yang tinggi akan dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Pemilihan model pembelajaran dalam penyampaian pelajaran sangat penting, karena dengan adanya pemilihan model yang tepat yang digunakan oleh guru akan dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh guru, sehingga apa yang disampaikan oleh guru akan dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Penerapan pembelajaran dengan Model STAD memungkinkan siswa lebih banyak mendapatkan pengetahuan dari pada dengan penggunaan Model Jigsaw, karena dalam pembelajaran dengan Model STAD, sebelum pembagian kelompok guru terlebih dahulu melakukan presentasi materi ajar. Dengan demikian siswa dapat terbantu memahami materi pelajaran secara jelas . Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung ingin tahu terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Dengan antusiasme dan inovasi-inovasi yang dilakukan siswa dalam belajar, maka
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan membuat siswa selalu berusaha mencari cara yang mudah dan maksimal dalam mempelajari sesuatu yang baru, sehingga pengetahuan yang diterimanya akan dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Jadi dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan didukung adanya motivasi siswa yang tinggi, akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Peran guru yang sangat penting yaitu cara pemilihan model pembelajaran yang tepat dan mampu menumbuhkan serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, agar prestasi belajar dapat optimal.
C. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Dalam
kegiatan
pembelajaran
guru
hendaknya
menerapkan
model
pembelajaran yang tepat scsuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. b. Guru dapat menggunakan pembelajaran dengan Model STAD sebagai salah satu dalam mengelola pembelajaran, karena dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa Model STAD lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan Model Jigsaw. c. Guru harus selalu memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga siswa akan lebih kreatif dalam belajarnya. Karena dengan motivasi siswa yang tinggi, maka siswa tersebut akan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk dapat
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
mencapai tujuan
digilib.uns.ac.id
pembelajaran dengan sebaik-baiknya sehingga prestasi
belajarnya juga akan optimal.
2. Bagi Siswa a.
Untuk keberhasilan siswa dalam belajar, siswa harus mampu bekerjasama dalam suatu kelompok untuk memecahkan masalah, memiliki rasa ingin ingin tahu yang tinggi, semangat dalam belajar untuk memahami materi pelajaran baru.
b. Siswa untuk selalu berusaha dan merasa terdorong untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, sehingga akan lebih mudah dan menyenangkan dalam belajarnya.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya mampu menyediakan sarana-prasarana pembelajaran yang memadai sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat. b. Sekolah hendaknya mendukung guru untuk menggunakan berbagai macam model pembelajaran dalam mengajar untuk menumbuhkan motivasi siswa, agar prestasi siswa meningkat lebih baik.
commit to user 95