perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh : EMY ROSYIDA S 991102010 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
TESIS
Oleh :
Emy Rosyida S 991102010
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing 1
Prof. Dr.Sigit Santoso, M.Pd NIP.19500930 197603 1 004
....................
.......2012
Pembimbing 2
Dr. Hery Sawiji, M.Pd NIP. 19610518 198903 1 001
....................
......2012
Komisi Pembimbing
Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal ....... ......... 2012 Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Program Pasca Sarjana UNS
Prof. Dr. Trisno Martono NIP. 19510331 197603 1 003 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 TESIS Oleh :
Emy Rosyida S 991102010 Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. Trisno Martono NIP. 19510331 197603 1 003
....................
.......2012
Dr. Djoko Santosa, TH, M.Pd NIP. 19540203 198103 1 002
....................
........2012
Prof. Dr.Sigit Santoso, M.Pd NIP.19500930 197603 1 004
...................
........2012
Dr. Hery Sawiji, M.Pd NIP. 19610518 198903 1 001
..................
.......2012
Sekretaris Anggota Penguji
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal ....... ......... 2012 Direktur Program Pascasarjana UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yusuf, M.S Prof. Dr. Trisno Martono NIP. 196107171986011001commit to user NIP. 19510331 197603 1 003
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORGANISASI DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul : “ IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
NUMBERED
HEADS
TOGETHER
(NHT)
TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI PONOROGO
BELAJARSISWA TAHUN
KELAS
PELAJARAN
X
SMA
2011/2012”
NEGERI itu
1
adalah
karyamenelitian saya sendirian bebas plagiat, serta tidak terdapatkarya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuandalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas no. 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian ataukeseluruhan isi Tesis padajurnal atau forum ilmiahlain harus seijin dan menyatakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnyasatu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis lain, maka Prodi Ekonomi PPS UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ekonomi PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini,maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarata, 6 Juli 2012 Mahasiswa
Emy Rosyida S 991102010 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tulisan ini kupersembahkan untuk orang-orang yang selalu aku sayangi: Suami (Sunaryo, S.Sos, M.Si) dan anak-anakku (Ailsa, Amrul), I love you all Ibu (Hj. Siti Fathonah, S.Pd) dan semua keluarga yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan kasih sayang.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Menjadi sukses adalah baik Menjadi bahagia lebih baik Hidup sehat adalah penting Hidup berkah lebih penting
(Penulis)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala inayah dan hidayah-Nya, sehingga tesis dengan judul ”Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 ini dapat selesai. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan dan bimbingan beliau dalam penyusunan tesis, yaitu kepada beliau : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Yusuf M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku dekan FKIP yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan dalam penyusunan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. Trisno Martono M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin dalam penyusunan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd selaku pembimbing 1 dan Bapak Dr. Hery Sawiji, M.Pd selaku pembimbing 2 yang telah memberikan banyak pengarahan dan bimbingan. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana yang dengan kebesaran hati dan senantiasa membagi ilmu dalam penulisan tesis ini. 6. Bapak, Ibu dan keluarga yang senantiasa mendoakan, memberi dorongan, kasih sayang tiada henti dan doa restu. 7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang senantiasa saling memberi dorongan semangat selama penulisan tesis ini. 8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung demi selesainya tesis ini. Saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk perbaikan kualitas penulisan dan pengembangan penelitian di Indonesia pada umumnya.
Surakarta, 16 Juli 2012
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Emy Rosyida. 2012. S991102010 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/201. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd Pembimbing II: Dr. Hery Sawiji, M.Pd. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui perbedaan prestasi belajar ekonomi materi konsumsi dan investasi antara siswa yang diberi model pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberi model pembelajaran ceramah, 2) Mengetahui perbedaan prestasi belajar ekonomi antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi rendah, 3) Mengetahui perbedaan peningkatan nilai pretest dan posttest antara siswa yang diberi model pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberi model pembelajaran ceramah. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2011/2012, dari populasi tersebut diambil 64 siswa sebagai sampel, yang terdiri dari 32 siswa sebagi kelompok eksperimen diberi pembelajaran model kooperatif Numbered Heads Together dan 32 siswa sebagai kelompok kontrol diberi pembelajaran model ceramah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data dengan metode tes untuk data prestasi belajar, dan metode angket untuk motivasi belajar. Uji hipotesis menggunakan Analis varian dua jalan sel tidak sama dengan bantuan software Minitab 15. Hasil analisis data penelitian adalah 1) Terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi materi konsumsi dan investasi antara siswa yang diberi model pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberi model pembelajaran ceramah, 2) Terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi rendah, 3) Terdapat perbedaan peningkatan nilai pretest dan posttest antara siswa yang diberi model pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberi model pembelajaran ceramah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif dibanding dengan pembelajaran model ceramah, dan dapat membangkitkan minat siswa dalam mempelajari ekonomi. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa prestasi belajar ekonomi dapat ditingkatkan melalui motivasi dan ketepatan dalam pemilihan model pembelajaran. Kata kunci: Numbered Heads Together (NHT), motivasi belajar, konsumsi dan investasi, prestasi belajar. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Emy Rosyida. 2012. S991102010 The Implementation of Cooperative Learning Model Numbered Heads Together (NHT) Toward Learning Achievement on Economic Viewed from the Students’ Learning Motivation of the X Grade of SMAN 1 Ponorogo of 2011/2012 Academic Year. TESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Sigit Santoso M.Pd, II: Dr. Hery Sawiji, M.Pd. Program Study of Economics Education, Post-graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. ABSTRACT This research with the objectives of: 1) Knowing the difference learning achievement on economics with the material of Consumption and Investment among students who were cooperative NHT learning from students who were given a lecture learning, 2) Knowing the difference in learning achievement between students who have higher learning motivation from the students who have low motivation, 3) Knowing the difference in the increasing pretest and posttest scores between the students who were cooperative NHT learning from students who were given a lecture learning. This research applied the experimental research method. Its population was all of the students of the X Grade of State Senior High School 1 Ponorogo of 2011/2012 Academic Year. The writer took only 64 students, out of all the population mentioned above, as the sample, which consisted of 32 students as the experimental group which were taught by applying a model of cooperative learning: Numbered Heads Together and 32 students as a control group which was taught by applying a lecture learning model. Sampling was done by random sampling technique. Data collection techniques were methods of testing for learning achievement data, and questionnaire method for learning motivation data. The hypothesis examination was done by applying two-way-variant analysis with different cells with the help of Minitab 15 software . The results of the data analysis are as follows: 1) There is a significant difference of learning achievement on economics with the material of Consumption and Investment among students who were Cooperative NHT learning from students who were given a lecture learning, 2) There is a significant difference of learning achievement between students who have higher learning motivation from the students who have low motivation, 3) There is a significant difference of the increasing pretest and posttest scores between the students who were cooperative NHT learning from students who were given a lecture learning. The results showed that the implementation of cooperative Numbered Heads Together learning is more effective than lecture teaching models, and can arouse students' interest in studying economics. The conclusion of the results of this study is that the learning achievement on economics can be improved through motivation and accuracy in the selection of learning models. Key words:
Numbered Heads Together, learning motivation, consumption and investment, learning achievement. commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................
v
HALAMAN MOTTO............................................................................
vi
KATA PENGANTAR...........................................................................
vii
ABSTRAK.............................................................................................
ix
ABSTRACT............................................................................................
x
DAFTAR ISI.........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................
1
B. Identifikasi Masalah........................................................
9
C. Pembatasan Masalah.......................................................
10
D. Perumusan Masalah........................................................
11
E. Tujuan Penelitian............................................................
12
F. Manfaat Penelitian.......................................................... commit to user
12
xi
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 2
digilib.uns.ac.id
TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran..........................................
13
2. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ............................
20
3. Pembelajaran Kooperatif ..........................................
22
4. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads
BAB III
Together (NHT)........................................................
30
5. Model Pembelajaran Ceramah..................................
33
6. Motivasi Belajar........................................................
40
7. Prestasi Belajar..........................................................
45
8. Hakekat Ekonomi .....................................................
51
9. Materi Pembelajaran Ekonomi..................................
53
B. Penelitian yang Relevan.................................................
68
C. Kerangka Berpikir...........................................................
73
D. Hipotesis.........................................................................
77
METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian..........................................
78
B. Jenis Penelitian ...............................................................
79
C. Populasi dan Sampel .....................................................
81
D. Prosedur Penelitian.........................................................
82
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................
88
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .....................
89
G. Uji Validitasdan Reliabilitas .......................................... commit to user
94
xii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
H. Teknik Analisa Data........................................................
100
I. Pengujian Hipotesis........................................................
103
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data.................................................................
105
B. Uji Persyaratan Analisis..................................................
121
C. Hasil Penelitian ..............................................................
122
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.....................................
127
E. Keterbatasan Penelitian...................................................
131
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan.....................................................................
133
B. Implikasi.........................................................................
134
C. Saran...............................................................................
135
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
137
LAMPIRAN ...........................................................................................
140
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kelas X Kompetensi Konsumsi dan Investasi .......................................................
5
Tabel 2.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................
78
Tabel 3.
Desain Penelitian ..................................................................
79
Tabel 4.
Desain Analisis Penelitian ...................................................
80
Tabel 5.
Kisi-Kisi Soal Prestasi Belajar Ekonomi Kompetensi Dasar Konsumsi dan Investasi........................................................
91
Tabel 6.
Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Ekonomi........................
92
Tabel 7.
Skor Penilaian Angket Motivasi Belajar...............................
93
Tabel 8.
Klasifikasi Daya Pembeda Soal............................................
98
Tabel 9.
Hasil Uji Taraf Pembeda Tes Prestasi Belajar......................
98
Tabel 10.
Klasifikasi Indeks Kesukaran................................................
99
Tabel 11.
Hasil Uji Taraf Kesukaran Tes Prestasi Belajar....................
100
Tabel 12.
Hasil Uji-t Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
101
Tabel 13.
Kegiatan Pembelajaran.........................................................
107
Tabel 14.
Distribusi data Pretest Siswa................................................
108
Tabel 15.
Distribusi Frekuensi Pretest Siswa Kelompok Eksperimen
Tabel 16.
(NHT) dan Kelompok Kontrol (Ceramah)............................
108
Hasil Posttest Siswa..............................................................
110
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 17.
digilib.uns.ac.id
Distribusi Frekuensi Posttest
Kelompok Eksperimen
(NHT) dan Kelompok Kontrol (Ceramah)........................... Tabel 18.
Prestasi
Belajar
dan
Motivasi
Belajar
111
Dengan
Pembelajaran Metode Koopertaf Tipe NHT dan Metode Ceramah................................................................................ Tabel 19.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Metode NHT...................
Tabel 20.
113
114
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Metode Ceramah.............
114
Tabel 21.
Pretest dan Posttest Siswa....................................................
117
Tabel 22.
Distribusi Frekunsi Pretest dan Posttest Siswa pada Pembelajaran Metode NHT dan Metode ceramah................
117
Tabel 23.
Selisih Nilai Pretest dan Posttest Siswa................................
119
Tabel 24.
Distribusi Frekuensi selisih Pretest dan Posttest Siswa pada Pembelajaran Metode NHT dan Metode Ceramah.......
119
Tabel 25.
Rata-rata Prestasi Belajar Masing-masing Kelompok..........
120
Tabel 26.
Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar...........................
121
Tabel 27.
Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif.....................
122
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1.
Hirarki Kebutuhan dari Maslow...........................................
35
Gambar 2.
Piramid Kebutuhan Dasar Insani menurut Maslow..............
35
Gambar 3.
Kurva Fungsi Konsumsi.......................................................
59
Gambar 4.
Kurva Fungsi Tabungan........................................................
62
Gambar 5.
Kurva Permintaan Investasi Agregat ...................................
65
Gambar 6.
Skema Kerangka Berpikir tentang Penerapan Metode NHT dan Ceramah....................................................................,,....
Gambar 7.
Histogram Pretest pada Pembelajaran Metode Kooperatif Tipe NHT dan Metode Ceramah..........................................
Gambar 8.
109
Histogram Posttest pada Kelompok Eksperimen (NHT) dan Kelompok Kontrol (Ceramah)........................................
Gambar 9.
76
111
Histogram Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Metode Kooperatif Tipe NHT........................
115
Gambar 10. Histogram Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Metode Ceramah............................................
115
Gambar 11. Histogram Pretest dan Posttest pada Pembelajaran Metode NHT dan Ceramah................................................................
118
Gambar 12. Histogram Selisih Pretest - Posttest Pembelajaran Metode Kooperatif Tipe NHT dan Ceramah.......................... commit to user
xvi
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar13.
Uji Lanjut Model Pembelajaran NHT dan Ceramah...........
124
Gambar 14.
Uji Lanjut Motivasi Belajar Siswa......................................
125
Gambar 15.
Uji Lanjut Selisih Nilai Pretest dan Postest Siswa.............
126
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Biodata..................................................................................
140
Lampiran 2.
Silabus...................................................................................
141
Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran NHT............................
143
Lampiran 4.
Soal Tes Prestasi Belajar.......................................................
158
Lampiran 5.
Angket Motivasi Berprestasi.................................................
164
Lampiran 6.
Hasil Try Out Tes Prestasi....................................................
168
Lampiran 7.
Hasil Try Out Angket Motivasi Berprestasi.........................
175
Lampiran 8.
Data Induk Nilai Siswa Kelompok Eksperimen (NHT).......
184
Lampiran 9.
Data Induk Nilai Siswa Kelompok Kontrol Ceramah) ........
185
Lampiran 10.
Data Induk Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol (Ceramah).............................................
186
Lampiran 11.
Uji Homogenitas...................................................................
187
Lampiran 12.
Hasil Uji Normalitas.............................................................
189
Lampiran 13.
Observasi Kegiatan guru.......................................................
192
Lampiran 14.
Observasi Aktivitas siswa ....................................................
198
Lampiran 15.
Dokumentasi Penelitian .......................................................
203
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Nama: Emy Rosyida NIM : S 991102010 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka say bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarata, Juni 2012 Mahasiswa
EMY ROSYIDA S 991102010
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSEMBAHAN
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing di segala bidang, terutama di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sumber daya yang
berkualitas akan memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan pembangunan bangsa. Maka perlu disiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, termasuk juga sikap mental yang baik. Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting karena merupakan salah satu wahana yang dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka sudah selayaknya jika sektor
pendidikan
menjadi
prioritas
utama
yang
harus
diperjuangkan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan, yang akhirnya dapat mendukung pembangunan nasional. Sumber daya manusia yang berkualitas juga akan mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk kemajuan bangsa dan negara. Hal itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 disebutkan bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal tersebut terkandung makna bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi-potensi manusia Indonesia pada umumnya, dan siswa pada khususnya. Diharapkan dengan pengembangan potensi tersebut akan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada prinsipnya tujuan pendidikan
nasional
adalah
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
melalui
pengembangan kemampuan dan pembentukan karakter serta peradaban bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Perlu ditelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan khususnya mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang erat oleh sekolah-sekolah. Ada persepsi umum yang menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatanmuatan informasi dan pengetahuan. Guru dipandang siswa sebagai yang maha tahu dan sumber informasi, sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk menggalai kemampuannya sendiri. Tampaknya perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses pembelajaran. Proses belajar tidak harus berasal dari guru, siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur (cooperatif learning), sehingga dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram mengadakan pembenahan diri diberbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi, serta kualitas pembelajaran secara utuh. Untuk mendukung kualitas pembelajaran maka seorang guru harus memiliki dan menerapkan strategi tertentu supaya siswa dapat belajar secara efektif. Proses pembelajaran yang efektif menekankan pada pemberdayaan siswa, belajar hidup bersama, dan belajar menjadi diri sendiri. Kemampuan guru untuk menarik minat belajar siswa merupakan tahap awal proses belajar yang bermakna. Kualitas guru salah satunya ditentukan oleh kemampuannya mengajar yang mampu menghubungkan materi yang diajarkan dengan minat dan kebutuhan siswa.
Kemampuan
mengajar
merupakan
pekerjaan
profesional
yang
membutuhkan pendidikan dan pelatihan, oleh karena itu seorang guru perlu menguasai berbagai kemampuan mengajar. Semua kemampuan tersebut perlu diintegrasikan menjadi satu wawasan yang utuh ketika seorang guru mengajar di kelas, dan mampu mengatasi permasalahan di saat proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara maksimal. Hal ini bisa saja dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya pengelolaan pengajaran dan mengusai tehnik-tehnik dan berbagai model pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kecenderungan sistem pendidikan di Sekolah adalah pembelajaran tradisional terpusat pada guru (teacher centered), sehingga pengajaran terkesan hanya satu arah. “Pada commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran tradisional, pendidikan terpusat pada guru, peran guru sangat dominan. Para siswa percaya kepada guru-guru mereka untuk memutuskan apa, kapan, dan bagaimana proses pembelajaran” (Mai Neo, 2004:171-190). Sangat disayangkan sekali jika siswa tidak aktif dan hanya mendengarkan keterangan guru saja, siswa tidak secara mandiri menggali informasi dan pengetahuannya sendiri, sehingga kurang bermakna bagi siswa. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan, alasan yang utama adalah kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Banyak siswa yang tidak senang disuruh bekerja sama dengan orang lain, karena akan kehilangan karakteristik atau keunikan pribadinya, dan sering terjadi siswa yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah siswa yang lebih mampu. Penelitian yang telah dilakukan oleh A’yun (2010:2)
mengungkapkan
bahwa “kurang aktifnya peserta didik kelas X SMAN 1 Ponorogo pada tahun ajaran 2010-2011
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran,
menyebabkan
kompetensi yang dikuasai peserta didik tidak sesuai yang diharapkan guru, hal ini disebabkan dominasi guru lebih besar dibanding keaktifan siswa, metode ceramah dan tugas yang diberikan belum sepenuhnya mengatasi kesulitan siswa”. Berdasarkan observasi atau studi pendahuluan, bahwa penguasaan materi-materi ekonomi kelas X masih rendah, karena materi ekonomi dianggap kurang menarik dan kurang mendukung untuk memilih jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Terutama Hasil belajar materi ekonomi pada kompetensi konsumsi dan investasi siswa kelas X SMAN 1 Ponorogo masih jauh dari yang diharapkan. Rendahnya commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mutu hasil belajar ekonomi tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian kompetensi konsumsi dan investasi kelas X. Dari jumlah 9 kelas X yang nilai rata-rata ulangan harian untuk kompetensi konsumsi dan investasi tahun pelajaran 2009/2010 dan 2010/2011 masih jauh dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) yaitu 73 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kelas X pada Kompetensi Konsumsi dan Investasi. No.
Kelas
Nilai Ulangan Kompetensi Konsumsi dan Investasi TP 2009/2010
TP 2010/2011
1
X1
71,15
70,86
2
X2
66,80
71,45
3
X3
70,95
68,75
4
X4
70,25
70,20
5
X5
67,80
69,45
6
X6
69,60
67,75
7
X7
69,65
71,86
8
X8
68,45
69,80
9
X9
73,95
66,75
Sumber: Daftar nilai kelas X SMA Negeri 1 Ponorogo TP. 2009/2010 dan TP. 2010/2011.
Analisis sementara rendahnya nilai ekonomi siswa karena terlalu monotonya pelaksanaan proses pembelajaran, peran guru lebih dominan sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa juga kurang termotivasi untuk belajar, dan kemampuan berinteraksi antar siswa masih kurang, serta minat belajar dan rasa ingin tahu siswa juga rendah. Kemampuan pemahaman siswa dalam menerima materi konsumsi dan investasi perlu ditingkatkan, keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapat perlu commit to user dilatih sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Salah satunya melalui penerapan
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model belajar yang melibatkan pembentukan kelompok yang bertujuan pencapaian hasil belajar, penerimaan keberagaman dan keterampilan sosial yang tercipta dalam kerjasama dengan tujuan agar siswa dapat lebih terbiasa bekerjasama dan belajar berkelompok dalam rangka memecahkan suatu masalah. Mai Neo (2004:171) “Pada pembelajaran kooperatf, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah atau untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru”. Pembelajaran kooperatif cenderung lebih efektif karena siswa aktif terlibat dalam berbagai ide dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Pembelajaran tidak hanya bersifat intelektual, melainkan juga bersifat emosional, adanya kegembiraan selama proses pembelajaran dapat mempertinggi hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang efektif menekankan pada pemberdayaan peserta didik, belajar hidup bersama, dan belajar menjadi diri sendiri. Kemampuan guru untuk menarik minat belajar peserta didiknya merupakan tahap awal proses belajar
yang
bermakna.
Kualitas
guru salah
satunya ditentukan
oleh
kemampuannya mengajar yang mampu menghubungkan materi yang diajarkan dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Kemampuan mengajar merupakan pekerjaan profesional yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan, oleh karena itu seorang guru perlu menguasai berbagai kemampuan mengajar. Semua kemampuan tersebut perlu diintegrasikan menjadi satu wawasan yang utuh ketika seorang guru mengajar di kelas, dan mampu mengatasi permasalahan di saat proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara maksimal. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori belajar konstruktivisme, di mana siswa secara aktif membangun pengetahuannya dan dapat menemukan sendiri konsep-konsep pengetahuan yang sulit dan mentransformasi informasi yang kompleks, mengecek informasi yang baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centre). Model pembelajaran ini
melibatkan pembentukan
kelompok yang bertujuan pencapai hasil belajar, penerimaan keberagaman dan keterampilan sosial yang tercipta dalam kerjasama agar siswa dapat lebih terbiasa bekerjasama dan belajar berkelompok dalam memecahkan suatu masalah. Model pembelajaran untuk
memahami materi konsumsi dan investasi maka dipilih
model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Metode pembelajaran kooperatif “Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu metode pengelompokan siswa, setiap siswa dalam kelompok diberi nomor, lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan masing-masing kelompok, kemudian guru memanggil salah satu nomor untuk melaporkan hasil kerja sama mereka” Anita Lie (2010:60). Penerapan metode ini siswa diharapkan dapat bekerja sama dengan anggota kelompok lainya, dan diharapkan juga semua siswa memiliki kesiapan untuk menerangkan hasil diskusi dan menjawab pertanyaanpertanyaan dari guru karena semua siswa kesempatan yang sama untuk ditunjuk. Jadi, semua siswa akan berusaha memahami materi dan mempersiapkan diri agar bisa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, serta mampu menjawab commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
pertanyaan-pertanyaan dari guru. Selain itu, dengan metode ini juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri, jiwa tanggung jawab dalam diri setiap siswa khususnya sebagai anggota kelompok. Beberapa faktor internal siswa yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran koopertif Numbered Heads Together (NHT), antara lain : motivasi belajar siswa, minat belajar siswa, kemampuan awal siswa, kreativitas siswa, dan gaya belajar siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif khususnya pada materi konsumsi dan investasi perlu memperhatikan motivasi belajar siswa karena dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Seperti yang dikemukakan oleh Chotimah dan Dwitasari (2009:1) “belajar melibatkan pembentukan ‘makna’ oleh peserta didik dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar”. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa dalam jalur formal. Guru dalam menjalankan fungsinya, diantaranya berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan kreatif, dinamis, dialogis, dan memberikan motivasi kepada seluruh siswa dalam membangun gagasan, prakarsa, dan tanggung jawab siswa untuk belajar agar dapat berprestasi. Motivasi belajar merupakan pilar yang ikut menentukan keberhasilan proses belajar. Motivasi merupakan landasan yang kuat untuk belajar, anak yang mempunyai motivasi besar terhadap kegiatan belajar akan tekun dan berusaha keras untuk belajar, sedang anak yang kurang memiliki motivasi dalam belajar tidak akan antusias dalam belajar, sering membuat commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kegaduhan dalam kelas, pesimis, dan bisa sering membolos.
Hal ini akan
teraplikasikan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang menurun atau prestasi yang rendah. Sering terjadi, siswa tidak dapat berprestasi dengan maksimal bukan disebabkan kemampuan yang rendah tetapi karena tidak adanya motivasi, sehingga ia tidak menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya. Hasil penelitian terdahulu di SMA Negeri 1 Ponorogo oleh A’yun (2010) membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih efektif dibandingkan dengan tipe Make A Match (MAM), motivasi berprestasi tinggi lebih baik dari pada motivasi berprestasi rendah.
Untuk
mengembangkan penelitian, maka penulis ingin meneliti tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe lain terhadap prestasi belajar dengan menetapkan judul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Together (NHT)
Tipe Numbered Heads
Terhadap Prestasi belajar Ekonomi Ditinjau dari Motivasi
Belajar Siswa Kelas X SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru masih meminimalkan peran aktif siswa sehingga masih terpusat pada guru (theacher centered)? 2. Apakah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, guru memilih model pembelajaran yang kurang tepat? commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Apakah kebanyakan guru merasa khawatir akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup untuk bekerja sama di dalam kelas? 4. Apakah Metode pembelajaran yang diterapkan kurang
memperhatikan
kesempatan pada siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif? 5. Apakah siswa beranggapan bahwa siswa yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah siswa yang lebih mampu jika disuruh belajar berkelompok? 6. Apakah kemampuan berinteraksi antar siswa pada saat proses pembelajaran masih rendah? 7. Apakah mata pelajaran ekonomi
masih dianggap
membosankan atau
kurang menarik shingga prestasinya di bawah KKM? 8. Apakah faktor internal dan eksternal siswa belum diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran?
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian bisa lebih fokus, maka permasalahan perlu diadakan penyederhanaan, akan tetapi tidak mengurangi sifat ilmiah suatu pembahasan. Terdapat dua hal yang akan dikaji, yaitu model pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai sasaran sesuai yang diinginkan, penulis melakukan pembatasan masalah pada:
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Subyek penelitian Subyek yang akan diteliti adalah siswa Kelas X SMAN 1 Ponorogo Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Obyek penelitian a. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah Numbered Heads Together (NHT). b. Faktor internal siswa yang diteliti adalah motivasi dibatasi pada motivasi belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran ekonomi di sekolah,
kategori tinggi dan rendah. c. Prestasi belajar
adalah hasil belajar ekonomi
siswa yang diperoleh
melalui postets pada kompetensi dasar konsumsi dan investasi yang dicapai pada akhir penelitian.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT)
dengan siswa yang diberi model pembelajaran ceramah. 2. Apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar ekonomi antara siswa yang
mempunyai motivasi tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi rendah.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Apakah terdapat perbedaan peningkatan nilai pretest dan postest antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang diberi model pembelajaran ceramah.
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.
Perbedaan prestasi belajar ekonomi antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan
siswa yang diberi model pembelajaran ceramah. 2.
Perbedaan prestasi belajar ekonomi antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi rendah.
3.
Perbedaan peningkatan nilai pretest dan postest antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT)
dengan siswa yang diberi model pembelajaran ceramah.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam proses belajar dan mengajar. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1.
Secara teoretis, Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah khasanah referensi ilmu pengetahuan khususnya dunia pendidikan, sehingga dapat memperluas commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wawasan guru dan penerapanya di masyarakat. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS). 2.
Secara praktis, a. Bagi guru Penelitian
ini
dilakukan
dengan
harapan,
guru-guru
menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariasi, seperti
dapat tipe
Numbered Heads Together (NHT) sebagai alternatif model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran. b. Bagi peserta didik Penelitian ini diharapkan peserta didik dapat termotivasi untuk belajar mengubah sikap/perilaku peserta didik dalam kegiatan belajarnya, dan agar tercipta kebiasaan-kebiasaan positif seperti keaktifan dalam pembelajaran, belajar bersosialisasi, mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain,
percaya diri, bertanggung jawab terhadap
pembelajaran, dan berpikir kritis. c. Bagi sekolah Hasil penelitian ini akan diberikan kepada pihak SMA Negeri 1 Ponorogo sebagai bahan referensi sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk perbaikan pembelajaran, dan peningkatan desain pembelajaran sesuai dengan harapan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di SMA Negeri 1 Ponorogo. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Belajar merupakan komponen yang sangat vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:13) “Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor”. Jadi belajar menyangkut perubahan dalam individu, sehingga belajar membutuhkan waktu tertentu, untuk mengukur apakah belajar dapat berhasil atau tidak dengan cara mengamati perilaku individu sebelum dan sesudah diberi suatu perlakuan atau pengalaman tertentu. Jika ada perubahan perilaku, maka individu itu telah belajar. Dimyati & Mudjiono (2009:7) berpendapat bahwa “Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi jika siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya”. Proses pembelajaran tidak dapat lepas dari lingkungan sekitarnya, seperti keadaan alam, benda-benda, makhluk hidup, atau hal-hal lain yang dijadikan sebagai sumber belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut commit to user
14
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Apakah hal-hal diluar siswa yang menyebabkan belajar juga sukar ditentukan? Untuk lebih memahami pengertian belajar berikut ini dikemukakan secara ringkas pengertian dan makna belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan psikolog. a. Belajar menurut Skinner B.F. Skinner dalam Syaiful Sagala (2007:14) berpandangan bahwa “belajar ditemukan
hal-hal
berikut:
(1)
kesempatan
terjadinya
peristiwa
yang
menimbulkan respons belajar; (2) respon si pebelajar, dan (3) konsekuensi yang bersifat menggunakan respons tersebut.” Belajar adalah suatu perilaku yang menimbulkan respons bagi pebelajar. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya jika tidak belajar maka responsnya akan menurun. Pembelajaran model kooperatif Numbered Heads Together (NHT), Guru dapat menyusun program pembelajaran dengan memperhatikan pembentukan tingkah laku, mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah ditentukan. b. Belajar menurut Robert M. Gagne Belajar menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (2007:17) terdiri dari tiga komponen penting yaitu, kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Komponen esensial belajar dan pembelajaran menurut Gagne adalah “(1) belajar merupakan interaksi antara ‘keadaan internal dan proses kognitif siswa’ dengan ‘stimulus dari lingkungan’, (2) Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar”. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor interen dan ekstern. Faktor intern dalam diri siswa antara lain motivasi belajar, kemampuan awal, kreatifitas, commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
intelegensi, gaya belajar, dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern antara lain metode pembelajaran yang digunakan guru, interaksi sosial siswa, sarana prasarana sekolah, dan lain-lain. Kaitan antara teori belajar Gagne dengan penelitian ini adalah teori belajar Gagne menitikberatkan pada pemrosesan informasi, sehingga terjadinya interaksi dengan lingkungan. Model pembelajaran kooperatif dengan Numbered Heads Together (NHT) dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan konsep pada kompetensi konsumsi dan investasi, yang dapat menumbuhkan kemampuan bekerja sama, percakapan intelektual dan kemampuan kognitif siswa. Prosesproses pada model pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk berinteraksi sosial, mampu mengungkapkan pendapat, memberikan alternatif solusi yang mengedepankan aspek kognitif. c. Belajar menurut Jean Piaget Menurut Piaget dalam
Syaiuful Sagala (2007:24)
belajar adalah
“pengetahuan dibentuk oleh individu itu sendiri, sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan”. Melalui interaksi lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Proses belajar tidak lepas dengan faktor lingkungan, antara individu dan lingkungan atau sosial terjadi saling interaksi. Tingkah laku individu dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada lingkungan, sebaliknya lingkungan dapat pula menimbulkan perubahan-perubahan pada diri individu. Pengetahaun dibangun dalam pikiran, setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Belajar pengetahuan meliputi tiga fase, yaitu: (1) eksplorasi: siswa mempelajari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
dengan bimbingan, (2) pengenalan konsep: siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala, (3) aplikasi konsep: siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lebih lanjut. Lebih lanjut Piaget membagi tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam proses belajar menjadi empat tahap yaitu:(1) sensori motor (usia 0-2 tahun), selama periode ini anak mengatur alam dengan inderainderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan; (2) pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi matematik seperti menambah, mengurangi dan lain sebagainya; (3) operasional kongkrit (usia 7-11 tahun), tahap ini merupakan tahap permulaan anak mulai berfikir secara rasional akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak; (4) operasional formal (usia 11dewasa), anak pada periode ini tidak perlu berfikir dengan pertolongan bendabenda atau peristiwa peristiwa konkret dan sudah mempunyai kemampuan berfikir abstrak (Syaiful Sagala, 2007: 27). Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together NHT melatih siswa untuk berfikir abstrak. Siswa SMA kelas X menurut teori ini termasuk kelompok tahap operasional formal. Tahap operasional formal merupakan tahap final perkembangan kognitif. Pada tahap operasional formal (11- dewasa), anak telah mengembangkan kemampuan sendiri dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan menganalisa masalah, mengambil kesimpulan dan menggali jalan fikirannya sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian sebagai berikut: (1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mana perubahan itu dapat menjadi lebih baik atau sebaliknya, jika tidak belajarakan menurun; (2) belajar merupakan perubahan yang dialami oleh siswa itu sendiri melalui latihan atau pengalaman; (3) belajar menitikberatkan pada pemrosesan informasi dan terjadi interaksi dengan lingkungan sehingga akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya untuk memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. b. Pembelajaran Syaiful Sagala (2007:61) mengemukakan bahwa “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebgai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Sering dikatakan bahwa mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa, peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi saja, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang dalam mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimilki oleh siswa, seperti: latar belakang sosial ekonomi, motivasi, tingkat kecerdasan, dan sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama dalam pembelajaran. Winkel
dalam Dimyati & Mudjiono (2009:5) mengemukakan bahwa
“Peran guru dalam pembelajaran adalah membuat desain instruksional, menyelenggarakan
kegiatan
belajar mengajar, commit to user
bertindak
belajar
atau
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar sehingga diharapkan dapat berprestasi”. Menurut Arends (2004: 26) “A model is more than a specific method or strategy. It is overall plan or pattern for helping students to learn specific kinds of knowledge, attitudes, or skills”. Model pembelajaran lebih dari metode atau stategi tertentu, model pembelajaran merupakaan keseluruhan rencana atau pola untuk membantu siswa dalam belajar ilmu pengetahuan, kecerdasan atau kemampuan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu makna bahwa pembelajaran merupakan komunikasi dua arah yaitu antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Pembelajaran merupakan interaksi sistematis antara peserta didik dengan pendidik yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua potensi
siswa
pembelajaran,
untuk
menguasai
kemampuan
kompetensi
mental
semakin
yang
diharapkan.
meningkat,
sesuai
Melalui dengan
perkembangan siswa sehingga ia menjadi utuh dan mandiri. Untuk mencapai semua itu dibutuhkan model pembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran merupakan rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran dan
memberikan
melaksanakan
petunjuk
pembelajaran.
kepada Model
pengajar
dalam
pembelajaran
merencanakan merupakan
dan
kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tujuan Belajar dan Pembelajaran Menurut Dimyati & Mudjiono (2009:17) “Belajar merupakan hal yang kompleks yang dapat dipandang dari dua sebyek, yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses dan dari segi guru, belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal”. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa: “Hubungan tujuan pembelajaran, proses belajar, dan hal-hal yang terjadi pada siswa dalam rangka menuju kemandirian terjadi sebagai berikut: (1) guru membuat desain instruksional memandang siswa sebagai partner, (2) siswa mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran, (3) guru merumuskan tujuan pembelajaran dan sasaran belajar bagi siswa, (4) kegiatan belajar mengajar menggunakan bahan belajar seperti bidang studi, (5) guru meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, (6) perilaku siswa merupakan hasil proses belajar, (7) hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang diperoleh dari evaluasi guru, (8) setelah siswa lulus, berkat hasil belajar siswa menyusun program belajar sendiri”. (Dimyati & Mudjiono, 2009:19) Perilaku belajar mengajar merupakan respons siswa terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya
dengan
desain
instruksional
guru,
yang
meliputi
desain
instruksional khusus dan sasaran belajar. Siswa adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tantang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti
belajar baginya. Siswa didorong oleh
keingintahuan atau kebutuhannya. Ia belajar dengan penuh semangat agar tujuan untuk belajar lanjut atau untuk mencari pekerjaan di kemudian hari dapat tercapai. Hal ini menunjukan bahwa tujuan belajar, untuk memenuhi kebutuhan di kemudian hari, sangat penting bagi siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
Jadi, dapat diambil makna bahwa dengan belajar dan pembelajaran siswa ingin mencapai tujuan tertentu, salah satunya meraih prestasi. Selain itu dengan pembelajaran akan meningkatkan kemampuan secara keseluruhan sehingga siswa dapat mencapai tingkat kemandirian. Bersumber dari masih kuatnya paradigma lama dalam pembelajaran mengakibatkan kurang tepatnya pemilihan metode atau strategi pembelajaran. Anita Lie (2002: 2-6) menyatakan bahwa “Pada dunia pendidikan, paradigma lama pembelajaran bersumber pada teori tabula rasa John Locke yang mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah seperti kertas kosong yang bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya”. Berdasarkan teori ini, paradigma lama pembelajaran adalah paradigma mengajar yang diibaratkan seperti mengisi kertas kosong dengan coretan-coretan. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Paradigma lama yang tidak mendorong keaktifan siswa atau siswa dalam belajar tidak dapat dipertahankan lagi. Terjadinya proses pembelajaran, yang harus aktif adalah siswa karena merekalah yang paling bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran dan yang akan menerima akibat langsung dari proses pembelajaran. Paradigma baru pembelajaran adalah paradigma belajar. Melalui paradigma baru tersebut pendidik perlu menyusun kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pikiran: (1) pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa; guru harus menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar yang anantinya akan dikembangkan lebih lanjut. (2) siswa membangun commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetahuan secara aktif melalui suatu proses belajar yang mereka lakukan sendiri bukan sesuatu yang dilakukan oleh guru terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan secara pasif dari guru. Siswa mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasikan masukan pengetahuan baru. (3) guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan pembelajaran harus lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Setiap siswa memiliki potensi dan kompetensi yang dapat ditingkatkan
melalui
usaha
pembelajaran.
Tujuan
pendidikan
adalah
mengembangkan potensi sampai setinggi yang mampu diraih siswa. (4) pendidikan merupakan interaksi pribadi di antara para siswa dan antara guru dengan siswa. Kegiatan pendidikan merupakan proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi, siswa membangun sendiri pengertian dan pengetahuan secara bersama-sama. 3. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Slavin (2005:8) berpendapat bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru”. Menurut Johnson & Johnson dalam Anita Lie (2010:18) “Sistem pengajaran cooperatif learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Terdapat lima unsur pokok yang termasuk dalam struktur ini, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keahlian bekerja sama, dan evaluasi proses kelompok”. Pembelajaran kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan prestasi peserta didik. Kinerja kelompok pada umumnya secara kulitatif dan kuantitatif lebih unggul dari pada kinerja rata-rata individual. Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada
struktur
dorongan
atau
tugas
yang
bersifat
kooperatif
sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif diantara anggota kelompok. Arends (1997:114) mengemukakan “The cooperative leaning model requires student cooperation and independence in its task, goal and reward struktures”. (Model pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa kerjasama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan). Pada buku yang sama Arends menyebutkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain: “(1) Students work coopertively in teams to master academic materials, (2) Teams are made up of high, average and low achievers, (3) Whenever posssible, teams includea racial, cultural and sexual mix of students, (4) Reward systems are group arriented rather than individually oriented. Ciri-ciri tersebut dapat diartikan bahwa: (1) Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, (2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) Jika dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jenis kelamin yang berbeda pula, dan (4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Pembelajaran kooperatif mempunya tiga tujuan penting yaitu (1) Hasil belajar akademik (academic achievement), pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit, (2) Penerimaan terhadap keragaman (acceptance of diversity), model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-teman yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial. (3) Pengembangan ketrampilan sosial (sosial skill development), ketrampilan sosial meliputi: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. Sesuai dengan falsafah dari Anita Lie (2010:28) “Yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam dunia pendidikan adalah falsafah homo homini socius menekankan pembelajaran bahwa manusia adalah makhluk sosial”. Menurut Hamdani (2011:31) “Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik yang heterogen dalam tugas-tugas terstruktur”. Kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku, dengan tujuan melatih siswa untuk menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar belakang, dan pola pikirnya. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan kelompok siswa pada model pembelajaran kooperatif, meliputi: (1) adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberi motivasi sehingga ada interaksi promotif; (2) adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pembelajaran tiap anggota kelompok; (3) kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan; (4) pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir, untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok; (5) keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja, gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengolah konflik secara langsung dapat diajarkan; (6) pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan interfensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok; (7) guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar; (8) penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Karakteristik pembelajaran kooperatif meliputi: siswa bekerja dalam kelompok untuk menguasai materi akademis, anggota-anggota dalam kelompok terdiri dari yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, dan istem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Sanjaya dalam Chotimah dan Dwitasari (2009:3) berpendapat bahwa: “Terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang seyogyanya terdapat dalam strategi pembelajaran kooperatif: (1) Forming (pembentukan) yaitu ketrampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok danmembentuk sikap yang sesuai dengan norma, (2) Functioning (pengaturan) yaitu ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok, (3) Formatting (perumusan) yaitu ketrampilanyang diperlukan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat pemahaman dari materi yang diberikan, (4) Fermenting (penyerapan) yaitu ketrampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif mencari lebih banyak informasi, dan mengomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan” Bertolak dari uraian di atas, maka dapat diperoleh suatu makna bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk kepada pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif identik dengan pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang diberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi lembar kegiatan sesuai dengan tugas yang direncanakan dalam pembelajaran untuk mencapai ketuntasan. Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali dan membangun pengetahuannya melalui kerjasama antar siwa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
Terdapat beberapa dampak instruksional sebagai kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menentukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain, (2) mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain, (3) dapat membantu peserta didik untuk respect terhadap orang lain dan menyadari segala keterbatasanya serta menerima segala perbedaan, (4) membantu memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, (5) meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial termasuk mengembangkan rasa harga diri dan hubungan interpersonal yang positif, (6) digunakan untuk menguji ide dan pemahamnnya sendiri, menerima umpan balik. Peserta didik dapat berpraktek menyelesaikan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya, (7) melibatkan kemampuan peserta didik untuk menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata/riil (8) meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Selain kelebihan, terdapat juga keterbatasan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya: (1) butuh waktu yang relatif lama, bagi peserta didik yang dianggap memiliki kelebihan, akan merasa terhambat oleh peserta didik yang`dianggap kurang memiliki kemampuan, sehingga akan mengganggu kerjasama dalam kelompok, (2) karena siswa saling membelajarkan, maka jika tanpa peer teaching yang efektif, akibatnya tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, (3) penilaian utama adalah hasil kerja kelompok meskipun terdapat juga penilain proses secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
individu, (4) selain peserta didik belajar bekerja sama, juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai hal tersebut bukan pekerjaan yang mudah. Seorang guru harus mampu meminimalkan dampak negatif tersebut, misalnya dengan cara meyakinkan siswa betapa pentingnya hidup dalam kebersamaan dan saling bekerja sama, serta selalu memberikan motivasi belajar untuk meraih prestasi. Seperti kata pepatah “semua jadi bisa karena terbiasa” agar dapat mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan di era globalisasi ini. b. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mempunyai prinsip dasar yang tidak berubah, meskipun demikian ada empat variasi dari model koopertaif, yaitu: 1) Student Teams Achievement Devision (STAD) Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin et al di Universitas John Hopkin dalam Hamdani (2011:35) “Model STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru mengacu pada belajar kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang secara heterogen, dan menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan menggunakan presentasi verbal atau teks”. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan pemeblajaran untuk menuntaskan materi pelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain. Secara individual setiap minggu siwa diberi kuis dan kemudian diberi skor untuk perkembangan pemahaman materi. 2) Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson et commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
al di universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin et al, di Universitas John Hopkin dalam Hamdani (2011:37)
“Model jigsaw siswa dibagi menjadi
kelompok yang terdiri dari 4-6 anggota secra heterogen, dan mereka saling ketergantungan positif serta bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari”. Kelompok dalam model pembelajaran ini terdiri dari kelompok asal (kelompok induk siswa merupakan gabungan dari beberapa ahli) dan kelompok ahli (kelompok siswa yang terdiri atas anggota kelompok asal yang berbeda, yang ditugaskan untuk memepelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya, kemudian menjelaskan kepada anggota kelompok asal). Kunci model jigsaw adalah adanya interdependensi setiap siswa kepada anggota tim yang memberikan informasi, sehingga ia mampu mengerjakan tugas dengan baik. 3) Investigasi Kelompok Model ini pertama kali diterapkan oleh Herbert Thelan, kemudian diperluas oleh Sharan et al dari universita Tel Aviv dalam Muslimin Ibrahim (2000:23) “Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan. Pada model ini siswa terlibat dalam perencanaan, baik yang dipelajari maupun hasil penyelidikan, sehingga memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih terpusat pada guru”. Guru membagi kelas menjadi kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa yang heterogen. Pada beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
sama dalam topik tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki, mereka mempertimbangkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas. 4) Pendekatan Struktural Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan, et al. Pendekatan Strukturan memiliki banyak kesamaan dengan model lain, hanya saia pada model ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu, yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur petugas yang dikembangkan oleh Kagan dalam Muslimin Ibrahim (2000:25) struktur yang dimaksud adalah “Alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih bercirikan penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual”. Pada model ini ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan materi dan ada struktur untuk mengajar keterampilan sosial dan keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah Think Pair Share (TPS) dan Numbered Heads Together (NHT), yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan materi atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi tertentu. 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Menurut Spencer Kagan dalam Chotimah & Dwitasri (2009:191) “Numbered Heads Together merupakan suatu strategi pembelajaran dengan cara setiap peserta didik diberi nomor, kemudian dibuat kelompok. Selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik karena guru tidak memberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
pertanyaan langsung kepada seluruh siswa”. Strategi pembelajaran ini mengedepankan kepada aktifitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari beberapa sumber belajar yang akhirnya untuk dipresentasikan di depan kelas. Diantara model-model pembelajaran kooperatif yang paling banyak digunakan adalah model yang dikembangkan dan diteliti oleh David dan Roger Johnson et al di University of Minnesota. Metode mereka menekankan pada empat unsur , yaitu: (1) interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompokkelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang, (2) interdependensi positif: Para siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan kelompok, (3) tanggung jawab individual: Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya, (4) kemampuankemampuan interpersonal dan kelompok kecil: Para siswa diajari mengenal sarana-sarana yang efektif untuk bekerjasama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka. Spencer Kagan dalam Muslimin Ibrahin et al, (2000:28) pada Strategi NHT terjadi proses: a.
b. c.
“Penomoran (numbering): Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 - 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga setiap peserta didik dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah posisi kelompok, menyusun materi pembelajaran, mempresentasikan, dan mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Pengajuan pertanyaan (questioning): Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk didiskusikan. Berpikir bersama (head together): Guru meminta peserta didik untuk berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap commit to user orang mengetahui jawaban tersebut.
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Menjawab (answering): Guru menyebut satu nomor dan peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari setiap kelompok mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas”.
Model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
merupakan pendekatan
pembelajaran yang diadapatasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajaranya membangun kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Pada penelitian ini langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut: a.
Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan heterogen
b.
Siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor yang berbeda
c.
Guru membagi tugas atau soal
d.
Siswa mengerjakan soal yang sesuai dengan nomor yang dimiliki
e.
Siswa dalam kelompok, mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
setiap
anggota
kelompok
dapat
mengerjakan
atau
mengetahui jawabanya. f.
Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang terpanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
g.
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil tugas kelompoknya
h.
Siswa yang lain menanggapi
i.
Guru memanggil nomor siswa lain, sampai dengan seluruh tugas atau soal terpresentasikan.
j.
Guru membantu siswa membuat kesimpulan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5.
33 digilib.uns.ac.id
Model Pembelajaran Ceramah Pembelajaran ceramah merupakan pembelajaran yang paling sering
dilakukan saat proses pembelajaran dan masih menjadi pilihan beberapa guru saat proses pembelajaran. Pembelajaran ceramah sering disebut pembelajaran konvensional sama artinya dengan tradisional. Tradisional identik dengan sikap, cara berpikir dan cara bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang secara turun-temurun. Oleh karena itu metode
pembelajaran
konvensional disebut juga metode pembelajaran tradisional. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009 : 77) “Metode pembelajaran konvensional adalah suatu metode mengajar yang telah lama dan biasa digunakan oleh guru, misalnya dengan metode ceramah”. Pada metode konvensional guru cenderung mendominasi dan memegang peran utama dalam menentukan isi pembelajaran sehingga mengakibatkan siswa hanya pasif, mudah jenuh, kurang inisiatif sangat bergantung pada guru dan tidak melatih siswa mandiri dalam belajar. Pembelajaran ceramah merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dimulai dengan penyajian konsep yang dipelajari, pemberian contoh, tanya jawab sampai akhirnya guru merasa yakin apa yang disampaikannya dapat dimengerti oleh siswa, sehingga tidak ada partisipasi siswa dalam pemebelajaran.
Nurhaeni
(2011) mengemukakan bahwa, “Tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) siswa kurang memiliki kemampuan merumuskan gagasan sendiri; (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain; dan (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain”. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bertolak dari permasalah di atas, jika pembelajaran menggunakan metode ceramah maka siswa cenderung tidak aktif, akibatnya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran perlu dibangkitkan agar pembelajaran dapat berjalan efektif, terarah, dan mendapatkan hasil
belajar
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran
yang
mengembangkan diskusi dan kerja kelompok mampu memberikan aktivitas lebih banyak pada siswa. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif, akan berhasil apabila masing-masing siswa telah menguasai keterampilan kooperatif merupakan aktivitas belajar, sehingga perlu mengalihkan model belajar ceramah menuju model belajar kooperatif yang berlandaskan asumsi pengetahuan di bangun di dalam pikiran siswa yang akan lebih meningkatkan partisipasi siswa, toleransi siswa, dan kerja sama membangun konsep dari masing-masing anggota kelompok. 6.
Motivasi Belajar
A. Teori Motivasi a. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) Teori motivasi kebutuhan dikembangkan oleh Abraham H. Maslow yang dikutip oleh Siagian (2003:15) pada intinya berkisar tentang: “Manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1)
kebutuhan fisiologis (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbolsimbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.” commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lebih lanjut Hirarki kebutuhan dilukiskan Maslow dalam Ismail Nawawi (2010:212), sebagai berikut: Tinggi
Aktualisasi Diri Penghargaan Sosial
Kekuatan Kebutuhan
Keamanan Fisik
Rendah Gambar 1. Hirarki Kebutuhan dari Maslow Sumber: Ismail Nawawi, 2010:212 Berdasarkan gambar di atas, kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling kuat diantara yang lain. Ketika kebutuhan fisik telah terpenuhi, maka seseorang akan beralih kebutuhan berikutnya, sampai semua keinginan mampu dicapainya. Hirarki kebutuhan Maslow menurut Hamzah B. Uno (2006:41) merupakan teori kebutuhan dasar insani (Basic Human Needs Theory). Kebutuhan yang lebih atas, tidak akan muncul sebelum secara minimal kebutuhan yang berada di bawahnya sudah tercukupi, seperti digambarkan dalam diagram berikut: Self Actualisation (Aktualisasi Diri) Esteem (Penghargaan) Belonging (Cnita Kasih) Safety (Rasa Aman) Phisiologocal (Kebutuhan Fisiologis) Gambar 2. Piramid kebutuhan dasar insani menurut maslow Sumber : Stephen P.Robbins, 1996:214 commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan teori tersebut bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, bekerja sama, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan kebutuhan diri sendiri). b. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor) Ilmuwan yang telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi adalah Frederick Herzberg, teorinya yang dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori Herzberg dalam Ismail Nawawi (2010:217) yang dimaksud “faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan faktorfaktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang”. Faktor motivasional yang dimaksud, antara lain
pekerjaan seseorang,
keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, kebijakan organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik. c.
Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG) Teori Alderfer dalam Ismail Nawawi (2010:220) dikenal dengan akronim
“ERG”. Akronim “ERG” dalam teori Alderfer yaitu: E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. (1) secara konseptual terdapat persamaan antara teori yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hirarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hirarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow; (2) teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Teori ini lebih menekankan bahwa : (1) makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; (2) kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan; (3) sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar. Pandangan ini didasarkan pada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang mungkin dicapainya. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Teori McClelland (Teori Motivasi Berprestasi) McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa manusia pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprstasi di atas kemampuan orang lain. David C. McClelland sebagaimana dikutip oleh Ismail Nawawi (2010:222) merumuskan bahwa: “Seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk kekuasaan”. Ada beberapa karakteristik orang-orang yang berprestasi tinggi (high achievers) antara lain : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktorfaktor lain, seperti kemujuran misalnya; (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah; dan 4) menyatu dengan tugas sampai ia benar-benar berhasil secara gemilang. e. Teoi Motivasi ARCS Model motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidance, dan Satisfaction) yang dikembangkan oleh John Keller (Rahayu, 2010) ini berisi 4 (empat) kategori motivasional, yang harus diperhatikan guru ataupun motivator lain untuk membangkitkan rasa ingin tahu bagi siswa. Pemberian motivasi pada saat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
pembelajaran akan membantu siswa lebih fokus dalam belajarnya. Menurut Rahayu (2010:86-94) ada empat kondisi motivasi menurut model ARCS, yaitu: 1) Perhatian (Attention) Pemberian motivasi dari guru kepada siswa bertujuan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, rangsangan ini diharapkan mampu memberikan perhatian yang akan terpelihara selama berlangsungnya proses pembelajaran. Beberapa strategi untuk bisa menumbuhkan perhatian siswa, diantaranya: menggunakan strategi belajar yang bervariasi, menggunakan media belajar yang efektif, menggunakan fakta yang terkait dengan materi pembelajaran untuk mempermudah siswa memahami konsep yang dipelajari, menggunakan teknik bertanya untuk menimbulkan keingintahuan, metode belajar dan sumber belajar yang bervariasi. 2) Relevansi (Relevance) Pembelajaran akan bermakna apabila yang dipelajari mempunyai manfaat, terkait dengan pengalaman siswa, dan memenuhi kebutuhan siswa untuk kehidupan di jamannya. Strategi yang dapat menggambarkan relevansi dalam pembelajaran antara lain: menyampaikan kepada siswa hal apa yang bisa mereka lakukan setelah mempelajari materi ini, menjelaskan manfaat pengetahuan atau ketrampilan yang akan dipelajari, memberikan contoh atau latihan yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa. 3) Kepercayaan Diri (Confidance) Motivasi dapat menghasilkan kesungguhan, ketekunan, dan kepercayaan diri dalam meraih keberhasilan. Beberapa cara untuk menumbuhkan rasa percaya diri, antara lain: menyusun pembelajaran agar mudah dipahami siswa, kontrol commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
belajar pada diri siswa, mengatakan keberhasilan siswa, dan memberikan umpan balik yang konstruktif berupa pujian, anggukan ataupun acungan jempol pada hasil kerja siswa. 4) Kepuasan (Satisfaction) Bila peserta didik berhasil mencapai tujuan maka akan timbul rasa puas, kondisi seperti ini hendaknya guru memberikan penguatan bisa berupa pujian ataupun memberi kesempatan berkreasi. Strategi untuk meningkatkan kepuasan siswa dalam pembelajaran bisa melalui : pujian secara verbal, mempraktikan, membantu temannya, membandingkan dengan presentasi sebelumnya. 6.
Motivasi Belajar Menurut Ngalim Purwanto (2010:71) “Motivasi adalah ‘pendorongan’ suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”. Sardiman A.M (2011:75) berpendapat bahwa “Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu”. Biggs & Telfer dalam Dimyati dan Mudjiono, (2009:32) juga berpendapat bahwa “Motivasi dalam belajar dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu: (1) motivasi instrumental: siswa belajar karena didorong`oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman, (2) motivasi sosial: siswa belajar untuk mengerjakan tugas, ketrlibatan tugas menonjol, (3) motivasi berprestasi: belajar untuk meraih prestasi, dan (4) motivasi intrinsik: belajar karena keinginanya sendiri. Motivasi instrumental dan motivasi sosial merupakan motivasi eksternal atau dari luar individu, sedangkan motivasi berprestasi dan motivasi intrinsik merupakan motivasi internal yaitu motivasiyang muncul dari dalam individu” commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lebih lanjut ia membedakan motivasi sebagai berikut: “Motivasi belajar meliputi dua jenis, yaitu (1) motivasi belajar tinggi, dan (2) motivasi belajar rendah” Biggs & Telfer dalam (Dimyati & Mudjiono, 2009:32). Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih berkeinginan meraih keberhasilan. Siswa tersebut lebih merasa terlibat dalam tugas-tugas, dan tidak menyukai kegagalan. Guru dalam hal ini harus menyalurkan semangat kerja keras siswa. Sebaliknya, siswa yang bermotivasi belajar rendah umumnya lebih suka pasrah, mudah menyerah. Guru harus mempertinggi motifasi belajar pada siswa tersebut, guru diharapkan mampu berkreasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Syaiful
Djamarah
(2002:62)
berpendapat
bahwa
“Motivasi
dapat
menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan”. Semakin besar motivasinya akan semakin besar meraih kesuksesan, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya dalam belajar, sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil suatu makna bahwa Motivasi merupakan faktor penentu, dan berfungsi menimbulkan, mendasari, serta mengarahkan dalam pembelajaran.
Motivasi siswa dapat timbul dari dalam
individu (internal) dan dari luar individu (eksternal) Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita. Selain orang tua, guru berperan membangkitkan motivasi belajar commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa sehingga ia mau dan merasa senang mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran. Prinsip motivasi dalam belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:119-121), antara lain: 1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk melakukan belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai tataran motivasi jika belum menunjukkan aktivitas yang nyata. Motivasi yang ada dalam diri seseorang akan memudahkan untuk melakukan suatu aktivitas seperti belajar; 2) Motivasi Instrinsik Lebih Utama daripada Motivasi Ekstrinsik. Siswa yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat. Dia belajar bukan karena ingin mendapat nilai yang tinggi, pujian orang lain, atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan untuk siswa yang malas belajar supaya tergerak hatinya untuk rajin belajar; 3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman. Setiap orang pada prinsipnya senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun. Memuji orang lain berarti memberi penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya, tetapi pujian yang diucap tidak asal ucap, commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan memberi pujian bisa bermakna mengejek; 4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar. Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh siswa adalah keinginnanya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Jadi belajar adalah keharusan bagi siswa. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada siswa. Siswa merasa berguna, dikagumi oleh gurunya maupun orang lain. Guru yang berpengalaman akan cukup bijak memanfaatkan kebutuhan siswa, sehingga dapat memancing semangat belajar siswa agar menjadi anak yang gemar belajar; 5) Motivasi dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya sekarang, tetapi juga di masa yang akan datang. 6) Motivasi Melahirkan Prestasi dalam Belajar Berbagai
hasil
penelitian
selalu
menyimpulkan
bahwa
motivasi
mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar siswa. Motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Orang tua dan guru mempunyai peranan yang paling berpengaruh dalam rangka memotivasi belajar siswa. Kerja sama antara kedua komponen ini akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang bisa menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
tujuan yang baik maka pola kerja sama antara ke duanya harus dirancang sedemikian rupa. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua dan guru harus teridentifikasi dengan jelas. Karena dengan memahami kekuatan dan kelemahan guru dan orang tua akan dapat membuat rancangan yang tepat untuk menumbuhkan motivasi anak. Guru mempunyai sikap peduli terhadap kebutuhan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa, paham dengan apa yang diajarkannya dan komunikatif dengan siswa bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting untuk bekal mereka di kehidupan mendatang. Ia memberikan teladan yang dapat menjadi inspirasi bagi siswanya. Guru yang berkualitas dan bisa memotivasi siswa adalah guru yang mengetahui dan mampu melakukan peranannya serta memliki kompetensi dalam pembelajaran. Beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan belajar siswa di kelas menurut Syaiful Djamarah (2002:125), sebagai berikut: 1) memberi angka Angka yang dimaksud adalah simbol nilai dari hasil aktivitas belajar siswa. Angka yang diberikan guru kepada setiap siswa sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh, bukan karena belas kasihan. Angka tersebut merupakan motivasi yang dapat memberi rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasi mereka di masa mendatang; 2) hadiah Hadiah dapat diberikan kepada siswa yang berprestasi tinggi, rangking satu, dua atau tiga dari siswa lainnya, dengan cara seperti itu siswa akan termotivasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang telah dicapai. Hadiah dalam pembelajaran bisa berupa ucapan pujian, pemberian kesempatan mendemonstrasikan, menjadi tutor teman maupun pemberian nilai; 3) kompetisi Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar bergairah belajar. Guru bisa membentuk anak didik ke dalam kelompok-kelompok belajar di kelas, bila iklim belajar kondusif maka setiap anak didik terlihat dalam kerja kelompok. Selanjutnya setiap individu nampak melibatkan diri mereka masing-masing ke dalam aktivitas belajar; 4) memberi ulangan Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi. Siswa biasanya akan mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Ulangan juga merupakan saat yang diharapkan oleh siswa untuk bisa mengetahui tingkat kemampuan pengetahuan, dan ketrampilan yang diperoleh setelah belajar; 5) mengetahui hasilnya Mengetahui hasil ulangan akan bisa menumbuhkan minat belajar sebagai hasil belajarnya, siswa menyadari betapa besarnya nilai sebuah prestasi belajar yang akan meningkatkan intensitas belajarnya. Setiap hasil prestasi belajar siswa hendaknya ditunjukkan hasilnya kepada siswa, sebagai umpan balik agar siswa dapat mempertahankan atau meningkatkan prestasinya. 7. Prestasi Belajar Setiap kegiatan akan selalu ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Seringkali pula, orang-orang yang melakukan kegiatan tersebut, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
berkeinginan untuk mengetahui baik atau buruk kegiatan yang dilakukannya. Siswa dan guru merupakan orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran, untuk itu seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui atau mengevaluasi hasil belajar. Selama proses belajar tentu ada yang berhasil, sukses, dan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan. Ukuran keberhasilan dalam proses belajar diberikan istilah prestasi belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:3) “Hasil belajar peserta didik merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.
Siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Kegiatan belajar merupakan faktor penting dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Nasution (1996:17) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
Prestasi belajar dikatakan dapat tercapai apabila memenuhi tiga aspek yakni: aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memeperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar ekonomi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan yang menyatakan berapa besar nilai yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi ekonomi yang mencakup aspek kognitif setelah diadakan tes prestasi belajar ekonomi. Suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik, di atas KKM. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dan mempunyai ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh Bloom dalam Dimyati & Mudjiono (2009:201), berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuian dan commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi, serta pengembangan ketrampilan intelektual. Taksonomi atau penggolangan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) tingkatan, yakni: a. Pengetahuan (knowledge) Tingkatan ini berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari sesuatu, mengingat kembali fakta-fakta yang sederhana. Pengetahuan berhubungan dengan mengingat pada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya. b. Pemahaman (comprehention) Tingkatan ini berupa kemampuan memahami, menjelaskan, meringkas pengertian tentang sesuatu yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya, selain itu siswa juga diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhanadiantara fakta-fakta atau konsep. c. Penerapan/Penggunaan (aplication); Tingkatan ini merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret dan situasi baru. Siswa dituntut
memiliki
kemampuan
untuk
menyeleksi
atau
memilih
generalisasi/abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar d. Menentukan hubungan (analysis) Analisis adalah kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen, sehingga susunannya dapat dimengerti. Tingkatan ini merupakan kemampuan menjabarakan isi pelajaran ke bagian-bagian yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
menjadi unsur pokok. Untuk analisis, siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar. e. Mengorganisasikan (syntesis) Tingkatan ini merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru, kemudian membuat kesimpulan. Siswa juga dituntuk untuk mampu menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, dan merumuskan suatu pola baru`berdasarkan berbagai informasi dan fakta. f. Menilai (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan membuat penialian terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu. Evaluasi, berarti siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus atau masalah. Tujuan penilaian ranah afektif berhubungan dengan hirarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah afektif sebagai berikut: a. Menerima (Receiving) Merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rangsangan secara pasif yang meningkat secara lebih aktif. Menerima, berarti siswa diminta untuk menunjukkan kesadaran, kesediaan untuk menerima. b. Partisipasi (Participation) Menunjukan partisipasi aktif ada kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas, mengikuti diskusi, atau menolong orang lain. Keaktifan ini dinyatakan dalam bentuk memberi sesuatu rangsangan yang disajikan. Untuk merespon, commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa diminta untuk menunjukkan persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam berpartisipasi. c. Menentukan Penilaian (Valuing) Hal ini berkaitan dengan penerimaan niali tertentu pada diri individu. Penilaian ini meliputi kemampuan memberikan penilaian terhadap sesatu untuk membawa diri sesuai dengan penilain tersebut. Seperti, menunjukkan kepercayaan pada sesuatu, apresiasi terhadap sesuatu,sikap ilmiah,kesungguhan kerja untuk melukakan sesutu peningkatan. Siswa dituntut untuk menunjukkan penerimaan terhadap nilai, kesukaran terhadap nilai, dan keterkaitan terhadap nilai. d. Mengorganisasi (Organization) Mengorganisasikan berkaitan dengan penerimaan nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu nilai yang lebih tinggi seperti memahami, menerima kelebihan dan kekurangan serta menyadari peranan perencanaan dalam pemecahan masalah. Untuk kemampuan mengorganisasi ini, siswa dituntut untuk mengorganisasikan nilai-nilai ke suatu organisasi yang lebih besar. e. Karakterisasi (Characterization) Pada taraf ini individu sudah memiliki sistem nilai, selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai tertentu, seperti obyektif terhadap segala hal. Kemampuan ini juga untuk mengkonseptualisasikan masing-masing nilai pada waktu merespons, dengan cara mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu. Siswa diminta untuk menunjukkan kemampuanya dalam menjelaskan, memberikan batasan, dan mempertimbangkan nilai-nilai yang direspons.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan. Ranah psikomotorik meliputi: (1) gerakan tubuh yang mencolok; (2) ketepatan gerak yang dikoordinasikan; (3) perangkat komunikasi non verbal; (4) kemampuan berbicara. 8.
Hakekat Ekonomi Manusia dan ekonomi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
dengan memperhatikan di lingkungan sekitar, setiap pagi banyak orang yang melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Jika kita membaca koran dipagi hari atau melihat berita di televisi, pasti kita akan menemukan begitu banyaknya masalah ekonomi yang sedang dihadapi suatu negara. Sebagai contoh, penurunan tingkat suku bunga, investasi, perdagangan bebas, inflasi, dan sebagainya. Tentu tidak semua masalah yang dihadapi dunia ini adalah masalah ekonomi. Tetapi masalah non ekonomi tersebut juga memiliki sebuah dimensi ekonomi. Tehnologi penyemaian awan untuk menghasilkan hujan, misalnya. Tehnologi ini adalah salah satu keberhasilan di bidang ilmu dan tehnologi. Meskipun demikian, hujan buatan ini akan mengatasi kekeringan yang melanda suatu daerah dan menghidupkan kembali sektor pertanian di daerah tersebut. Jadi sebenarnya apakah pengertian dari ekonomi dan apakah yang menyebabkan munculnya ekonomi? Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Setiap manusia membutuhkan makanan, minuman, pakaian, hiburan, dan lain commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagainya. Semua kebutuhan ini digunakan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun, tidak semua kebutuhan manusia dapat dipenuhi. Hal ini terjadi karena sifat manusia yang tidak akan pernah puas akan segala sesuatu yang dimilikinya, dan sumber daya yang ada tidak akan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan manusia tersebut. Keterbatasan sumber daya inilah yang kemudian dikenal sebagai kelangkaan, menuntut manusia untuk mengatasi masalah tersebut agar segala kebutuhannya dapat tetap terpenuhi. Cara-cara manusia dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan itulah yang akhirnya memunculkan sebuah ilmu baru, yang bernama ilmu ekonomi. Ekonomi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan sosial, pada hakekatnya adalah kumpulan pengetahuan, cara berfikir dan pengamatan. Ekonomi juga merupakan ilmu pengetahuan sosial yang selalu berkembang, hal ini berarti bahwa dalam pembelajaran ekonomi, agar diperoleh hasil belajar yang optimal, siswa seharusnya dilibatkan secara fisik dan mental dalam pengamatan dan penecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget dalam Syaiful sagala (2007:25) bahwa “Perkembangan intelek dan konsepsinya tentang hakekat kecerdasan individu tumbuh dan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya”. Proses pembelajaran ekonomi, interaksi dengan obyek-obyek konkrit dan diskusi yang baik akan mampu mendorong perkembangan kognitif dan kemampuan berpikir operasional sehingga mampu menampilkan hasil belajar ekonomi yang lebih tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Ekonomi dalam hal ini konsumsi dan investasi mempelajari banyak hal tentang tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok, dalam menggunakan komoditas berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Membahas konsumsi sangat penting untuk analisis ekonomi baik jangka panjang maupun jangka pendek suatu negara. Secara agregat, konsumsi merupakan penjumlahan dari pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada dalam suatu perekonomian. Total pengeluaran dari suatu perekonomian, dapat diketahui beberapa masalah penting yang muncul dalam perekonomian, seperti pemerataan pendapatan, efisiensi penggunaan sumber daya dalam suatu perekonomian, dan masalah-masalah lainya. Jadi, dapat dianalisis dan ditentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ekonomi merupakan ilmu yang paling mendasar, produk dan proses yang tak terpisahkan. Produk berupa fakta, konsep, prinsip, atau hukum dan proses berupa langkahlangkah yang harus ditempuh dalam memperoleh pengetahuan. 9.
Materi Pembelajaran Ekonomi
A. Konsumsi a.
Teori Konsumsi Sejumlah teori konsumsi perlu dipelajari agar dapat mengikuti perkembangan
tepri-teori ekonomi selanjutnya. Teori konsumsi yang dikenal luas antara lain: 1) J. M. Keynes John Meynard Keynes (tokoh pemikir ekonomi modern dan keuangan Inggris) yang sangat terkenal dalam membangun dasar-dasar teori ekonomi makro. Menurut Soediyono (1997:148) Keynes berpendapat dalam teorinya, commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Keynesian
Consumption
Function,
bahwa
yang
menentukan
besarnya
pengeluaran rumah tangga saat ini, baik perorangan maupun keseluruhan, adalah pendapatan (pendapatan disposable) saat ini”. Diasumsikan, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung pada tingkat pendapatan. Terdapat konsumsi yang memang harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol, inilah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Pendapatan dapat digunakan untuk keperluan konsumsi dan sebagian lagi ditabung secara matematis, hal ini dapat ditulis sebagai berikut: Y=C+S Y= pendapatan C= Konsumsi S = Tabungan 2) James Duesenberry Menurut James Duesenberry dalam Soediyono (1997:163) “Pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terumtama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya”. Apabila pendapatan berkurang, konsumsi tidak akan banyak mengurangi kebutuhan konsumsi, untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi dengan cara mengurangi besarnya saving. Kalau pendapatan bertambah lagi, konsumsinya juga akan bertambah dan tidak akan menambah saving. Setelah puncak pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
3) Franco Modigliani Modigliani berpendapat dalam Soediyono (1997:154) bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup, oleh karena itu ia membuat hipotesis tentang berapa banyak jumlah yang dikonsumsi seseorang tergantung pada tingkat pendapatan yang berubah secara teratur (reguler pattern) sepanjang kehidupan seseorang, begitu juga dengan tabungan akan mengikuti pendapatan tersebut. Hal ini disebut modigliani sebagai life-cycle hypotesis. Model siklus hidup membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode sebagai berikut: (1) periode belum produktif, berlangsung sejak manusia lahir, bersekolah, dan pertama kali bekerja, biasanya berkisar usia 0-20 tahun. Pada periode ini biasanya manusia belum memiliki pendapatan sehingga untuk memenuhi konsumsinya masih mendapat bantuan dari keluarga; (2) periode produktif, berlangsung antara usia 20-60 tahun, selama periode ini manusia mulai dapat meraih penghasilan yang meningkat, sehingga sudah dapat memenuhi kebutuhan konsumsinya sendiri; (3) periode tidak produktif lagi, berlangsung di atas umur 60 tahun. Pertimbangannya mereka sudah terlalu tua untuk memperoleh penghasilan. 4) Milton Friedman Menurut Hipotesis Milton Friedman dalam Soediyono, (1997:159) mengemukakan bahwa “Konsumsi tergantung dari pendapatan permanen seseorang”, hal ini berarti bahwa tingkat pendapatan rata-rata yang diharapkan akan diperoleh bukan jangka pendek tetapi dalam jangka panjang. Sumber pendapatan ini berasal dari pendapatan baik upah atau gaji maupun non upah, seperti uang sewa, pendapatan bunga, komisi dan sebagainya. Konsumsi commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permanen seseorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya atau pendapatan mereka yang bersangkutan. Berdasarkan teori-teori di atas dapat diambil makna bahwa konsumsi merupakan kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai guna barang dan jasa. Secara umum, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi konsumsi pemerintahan dan konsumsi rumah tangga. Namun, dalam pembahasan kali kali ini lebih menekankan pada konsumsi rumah tangga, dengan alasan sebagai berikut: (1) konsumsi rumah tangga memiliki porsi lebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah; (2) konsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi. (3) perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan. Kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1) Tingkat pendapatan rumah tangga Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan disposable yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan setelah dikurangi pajak penghasilan. Tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh pada pola konsumsinya. Jika tingkat pendapatannya tinggi, seseorang dapat mengkonsumsi barang dana jasa dalam jumlah besar, dan jika tingkat pendapatan rendah kegiatan konsumsinya menjadi terbatas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
2) Kekayaan rumah tangga Kekayaan adalah keseluruhan harta benda yang dimiliki oleh rumah tangga atas kegiatan ekonomi yang dilakukannya. Kekayaan juga berpengaruh terhadap pola konsumsi rumah tangga karena dapat menambah tingkat pendapatan. 3) Tingkat suku bunga bank Jika suku bunga naik, konsumsi secara kredit semakin mahal sehingga rumah tangga lebih memilih menunda konsumsinya. Rumah tangga lebih memilih untuk menabung sebagian pendapatannya di bank karena secara ekonomis lebih menguntungkan. 4) Perkiraan mengenai kondisi perekonomian pada masa depan, Keadaan perekonomian pada masa depan berperan besar terhadap pola konsumsi rumah tangga. Ketika tingkat harga diperkirakan naik pada masa akan datang, rumah tangga akan meningkatkan konsumsinya saat ini. Kegiatan ini diharapkan bisa menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang. 5) Perubahan demografi Demografi berkaitan dengan jumlah dan komposisi penduduk. Jumlah penduduk yang terus bertambah akan berdampak pada peningkatan konsumsi barang dan jasa. Selain itu, komposisi penduduk seperti usia, jenis kelamin, dan tingkat pendididkan juga berpengaruh terhadap kegiatan konsumsi. Semakin besar jumlah penduduk usia produktif, semakin besar tingkat konsumsinya. 6) Tingkat harga barang konsumsi. Tingkat harga barang konsumsi berperan besar terhadap daya beli rumah tangga. Ketika tingkat harga barang tetap, kenaikan pendapatan akan commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan pendapatan riil, sehingga daya beli rumah tangga bertambah. Akan tetapi, ketika tingkat harga barang naik akan menyebabkan pendapatan riil menurun, sehingga daya beli rumah tangga menjadi turun. Selain faktor-faktor tersebut, konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh faktor selera (cita rasa) rumah tangga terhadap barang dan jasa, tingkat pendididkan, lingkungan sosial budaya, dan keuntungan atau kerugian modal atas kegiatan envestasi. Berkaitan dengan kegiatan konsumsi, seseorang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga perlu tindakan ekonomi secara rasional. b. Perhitungan Fungsi Konsumsi Pengeluaran untuk konsumsi saat ini (current disposable income) berkaitan dengan tingkat pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar konsumsi masyarakat. Hubungan antara konsumsi dan pendapatan dinyatakan dalam bentuk fungsi konsumsi, yaitu fungsi yang menggambarkan tingkat konsumsi pada tiaptiap tingkat pendapatan sektor rumah tangga. Secara matematis: Yd = C + S, dimana Yd adalah disposable income, yaitu pendapatan yang siap dibelanjakan setelah dikurangi pajak (Y – T). Dalam perekonomian dimana tidak ada campur tangan pemerintah, maka Yd = Y, sehingga: Y=C+S
S=Y–C
Fungsi konsumsi dapat dirumuskan sebagai berikut C = a + bY Keterangan : C
= Konsumsi seluruh rumah tangga
a
= konsumsi otonom (besarnya konsumsi ketika pendapatan nol)
b
= kecenderungan mengkonsumsi marginal
Y
= Pendapatan disposibel commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fungsi konsumsi dapat dijelaskan melalui kurva berikut: C Y=C E
C – a = bY
C
Y Y Gambar 3. Kurva fungsi konsumsi a. Terdapat sumbu tegak (tingkat konsumsi dan sumbu datar (pendapatan) b. Memiliki slope atau kemiringan positif, jika pendapatan naik maka tingkat konsumsi juga naik c. Kurva konsumsi memotong sumbu C di atas nol. Meskipun tidak mempunyai pendapatan tetap akan mengkonsumsi, maka akan menarik dana tabungan atau pinjam bank. Jika tingkat pendapatan bertambah, tingkat konsumsi akan bertambah pula. Angka yang menunjukan besarnya tambahan konsumsi akibat perubahan pendapatan disebut kecenderungan mengkonsumsi marginal Marginal Propensity to Consume (MPC). ∆
MPC = ∆
Keterangan:
MPC= Marginal Propensity to Consume ΔC = perubahan konsumsi ΔY = Perubahan pendapatan
Besarnya tambahan tingkat konsumsi tidak lebih besar dari pada tingkat commit to user kenaikan pendapatan. Oleh karena itu, angka MPC juga tidak lebih besar dari 1.
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Angka MPC juga tidak negatif, karena manusia tidak mungkin hidup dibawah batas konsumsi minimal. Selain MPC, ada pula konsep kecenderungan mengkonsumssi rata-rata atau Average Propensity To Consume ( APC). APC merupakan perbandingan antar konsumsi total dengan pendapatan disposable total. Besarnya APC dirumuskan sebagai berikut: APC = Keterangan:
APC= Average Propensity To Consume C = konsumsi total Y – pendapatan disposable total
c. Tabungan Tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan atau dikeluarkan untuk konsumsi. Tabungan dalam perekonomian suatu negara berasal dari dana simpanan pemerintah, rumah tangga, swasta (dunia usaha) domestik dan tabungan asing. Faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan. 1) Tingkat pendapatan Tingkat pendapatan berperan besar terhadap pengambilan keputusan dalam menabung. Jika tingkat pendapatan tinggi, seseorang memiliki kemampuan menabung relatif besar. Bahkan pada golongan masyarakat berpendapatan tinggi nilai tabungannya melebihi konsumsinya. 2) Keinginan untuk menabung Keinginan untuk menabung ( Marginal Propensity To Save / MPS) adalah kecenderungan marginal untuk menabung yang menunjukkan besarnya tambahan commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendapatan yang akan ditabung. Jika tingkat pendapatan yang diterima semakin besar masyarakat akan berkeinginan menabung yang lebih besar pula. 3) Tingkat suku bunga bank Jika sektor perbankan menetapkan tingkat suku bunga tinggi, semakin besar tingkat tabungan masyarakat. Kegiatan menabung di bank dianggap lebih menguntungkan secara ekonomis dari pada untuk investasi. 4) Tingkat kepercayaan terhadap bank Tingkat
kepercayaan
masyarakat
terhadap
bank
dipengaruhi
oleh
kinerjanya. Jika bank memiliki kinerja yang sehat dan akuntabel masyarakat semakin percaya pada bank tersebut. Masyarakat percaya bahwa bank mampu memberikan jaminan keamanan atas tabungannya. Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan diantara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut. Fungsi tabungan dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = C + S, dimana: S = Y- C S = Y – (a+bY) S = -a + (1 – b )Y Keterangan : C
= konsumsi
S
= tabungan
A
= tabungan otonom
b
= MPC (Marginal Propencity to Consume)
(1 – b) = marginal propensity to save commit to user Y = Pendapatan Nasional
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fungsi tabungan dapat dijelaskan melalui kurva yang memiliki karakteristik sebagai berikut: C C = f(y) a S= f(y) M
Y
-a Gambar 4. Kurva Fungsi Tabungan a.
Memiliki slope/kemiringan positif, jika pendapatan naik maka tingkat tabungan juga naik
b.
Titik –a menunjukan besarnya tabungan yang bernilai negatif, karena tingkat konsumsi yang berlaku merupakan konsumsi otonom.
c.
Titik M tampak garis S = 0, seluruh pendapatan habis untuk konsumsi Pada fungsi tabungan juga dikenal istilah Marginal Propencity to Save
(MPS) yaitu kenaikan tambahan pendapatan yang akan ditabung akibat kenaikan pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi, maka dapat dirumuskan MPC + MPS = 1. Konsep lain yang terdapat dalam fungsi tabungan adalah Average Propensity to Save (APS) atau kecenderungan menabung rata-rata. APS adalah perbandingan antara tabungan total dan pendapatan total. APS dapat dirumuskan sebagai berikut:
APS =
Keterangan: APS= Average Propensity tocommit Save to user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
S = tabungan total Y = pendapatan total B. Investasi a.
Pengertian Investasi Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal yang dilakukan oleh
perusahaan. Investasi dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu: (1) investasi riil, investasi terhadap barang modal seperti untuk pembelian pabrik,mesin-mesin, peralatan produksi, atau gedung yang baru; (2) investasi persediaan, yaitu investasi dalam bentuk persediaan baik bahan baku produksi maupun barang jadi yang digunakan sebagai cadangan, dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan di masa mendatang; (3) investasi residensial, yaitu investasi dalam bentuk tempat tinggal, seperti rumah, kantor,dan apartemen. Jumlah dari ketiga jenis investasi di atas dinamakan investasi bruto, antara lain meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi dikurangi dengan depresiasi, maka hasilnya adalah investasi neto. Faktor-faktor yang memperngaruhi investasi 1) Tingkat suku bunga Tingkat suku bunga riil adalah suku bunga nominal dikurangi angka laju inflasi. Jika tingkat suku bunga tinggi pengeluaran investasi semakin rendah. Hal ini disebabkan investor memilin menyimpan uangnya di bank karen dianggap lebih menguntungkan dari pada dikeluarkan untuk berinvestasi. 2) Perkiraan keuntungan yang akan diperoleh Perkiraan tentang perekonomian tentang masa depan akan memberikan commit to user gambaran jenis investasi yang memiliki prospek yang menguntungkan. Jenis
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
investasi tersebut diperkirakan akan memberikan keuntungan bagi penanaman modal. Jika investor memperkirakan perusahaanya dapat memberikan keuntungan besar, jumlah investasi yang ditanamkan akan bertambah. 3) Biaya operasional barang modal Biaya operasional barang modal meliputi biaya pengoperasian dan pemeliharaan. Besarnya kedua biaya tersebut akan berpengaruh terhadap pengeluaran investasi. Jika biaya operasional terlalu besar, maka pengeluaran investasi akan dikurangi karena biaya ini karena berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang akan diterima. 4) Kemajuan teknologi Semakin maju perkembangna teknologi, semakin banyak kegiatan inovasi yang dilakukan pengusaha. Untuk melakukan inovasi, pengusaha membutuhkan barang modal baru. Jika semakin banyak inovasi yang dilakukan pengusaha, semakin tinggi tingkat investasi yang tercapai. Sementara itu, pemanfaatan teknologi juga berperan dalam mengefisiensikan biaya produksi, hal ini akan berdampak pada tingkat keuntungan yang diperoleh pengusaha. 5) Stok barang modal yang tersedia Ketersediaan barang modal yang masih besar menyebabkan pengusaha menunda kegiatan investasi. Hal ini agar pengeluaran investasi atas barang modal menjadi efisien. Oleh karena itu, pengusaha akan memaksimalkan pemanfatan barang modal, seperti mesin dan peralatan lainnya dalam proses produksi.
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Tingkat pendapatan nasional Jika pendapatan masyarakat semakin tinggi, maka tingkat pendapatan nasional juga
tinggi. Selanjutnya, pendapatan msyarakat yang tinggi dapat
meningkatkan permintaan barang dan jasa. Akibatnya, keuntungan yang diperoleh perusahaan semakin bertambah. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk menambah pengeluaran investasi. Jadi, pendapatan nasional yang semakin bertambah tinggi akan menyebabkan bertambahnya investasi. 7) Keutungan yang diperoleh perusahaan Tabungan merupakan dana yang dihasilkan dari keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan. Jika keuntungan perusahaan semakin besar, keuntungan yang disimpan juga relatif besar. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memlakukan perluasan usaha atau meningkatkan investasi atas usaha baru. b. Fungsi permintaan investasi Pengeluaran investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya tingkat suku bunga. Hal ini menimbulkan hubungan terbalik antara investasi dengan tingkat suku bunga yaitu I = I (i). Dapat digambarkan dalam fungsi permintaan investasi sebagai berikut: I (tingkat suku bunga)
I = I (i) Investasi (Rp) Gambar 5. Kurva permintaan investasi agregat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
Kurva tersebut menggambarkan berbagai volume atau besarnya investasi yang dilakukan suatu perusahaan pada berbagai tingkat suku bunga. Kurva investasi agregat adalah penjumlahan dari kurva-kurva investasi perusahaan secara individual. Kurva permintaan investasi memiliki kemiringan negatif (berbanding terbalik) antara investasi dan tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga tinggi, permintaan investasi semakin, kecil begitu juga sebaliknya. c.
Investasi Otonom (Autonomous Investment) Menurut Suherman Rosyidi (2005:188) mengemukakan bahwa “Investasi
otonom adalah investasi yang tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan dalam pendapatan nasional, tetapi dapat bergeser ke atas atau ke bawah karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor di luar pendapatan”. Jadi, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan, tetapi dapat dipengaruhi faktor-faktor lain, seperti: kemajuan teknologi, kebijakan pemerintah, dan tingkat suku bunga. Akibat dari perubahan suku bunga kepada investasi digambarkan oleh kurva l1 dan l2. Apabila suku bunga adalah ro jumlah investasi lo. Misalkan suku bunga turun ke r2, maka mengakibatkan pertambahan investasi menjadi l2, sebaliknya apabila suku bunga naik menjadi rl, maka akan mengakibatkan investasi turun, yaitu menjadi l1. C. Hubungan antara Pendapatan Nasional, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi. Dilihat dari segi sumbernya, konsep pendapatan nsional terdiri atas pendapatan untukkonsumsi dan tabungan bagi Rumah Tangga Konsumsi (RTK). commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara itu, konsep pendapatan nasional bagi Rumah Tangga Produksi (RTP) terdiri atas pendapatan untuk konsumsi dan investasi. Hubungan antara pendapatan nasional, konsumsi, tabungan, dan investasi dapat dirumuskan Y=C+S untuk RTK, dan Y=C+I untuk RTP. Jika kedua rumus tersebut disubstitusikan, maka akan terbentuk pendapatan nasional ekuilibrium, yaitu pendapatan nasional yang tidak ada kekuatan ekonomi untuk mengubahnya. Pendapatan nasional dalam keadaan ekuilibrium, jika memenuhi persyaratan Y = C + S, Y = C + I, dan S = I. Hal ini berarti bahwa tingkat tabungan (S) sama dengan investasi (I). Dari persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: S=I Y–C=I Y – (a+bY) = I Y – a – bY = I Y - bY = a + I Y=
1 = (a + I) 1−b
Efek multiplier merupakan bertambahnya kegiatan produksi (ekonomi) sebagai akibat bertambahnya konsumsi dan tabungan. Bertambahnyakonsumsi akn berakibat meningkatnya produksi dan kesempatan kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Konsep multiplier dirumuskan sebagai berikut: k =
atau k =
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan 1.
Sayyidah Qurrota A’yun (2010) dengan judul “Pembelajaran Fisika Model Think pair Share (TPS) dan Model Make A Match (MAM) Ditiinjau Dari Kemampuan Awal dan Motivasi Berprestasi” (Studi Kasus Pada Materi Hukum Gravitasi Newton Kelas XI IPA Semester 1 SMAN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011). Dengan kesimpulan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar IPA, model pembelajaran TPS lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran TPS dan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi lebih baik dibandingkan dengan motivasi berprestasi rendah. Pada tesis yang dilakukan peneliti sekarang ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian tersebut, dilakukan di tempat yang sama, yaitu di SMA Negeri 1 Ponorogo, tetapi dengan model kooperatif yang berbeda, yaitu dengan tipe Numbered heads together (NHT) dengan tinjauan yang sama, yaitu motivasi siswa untuk meningkatkan prestasi.
2. Setyanto (2011), berjudul
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) dengan Tugas Menulis Jurnal Belajar untuk Meningkatkan Motivasi, Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 1 Blitar. Kesimpulannya adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tugas menulis jurnal belajar
dapat
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa,
meningkatkan
keterampilan metakognitif siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan model yang sama yaitu NHT, tetapi mempunyai perbedaan yang lebih fokus pada motivasi siswa. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Ika Rahmawati ( 2010) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Numbered Head Together (NHT) dan Think pair Share (TPS) ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran IPA pada Materi Sistem Pencernaan Kelas VIII Semester 1 SMPN 1 Juwiring Tahun Ajaran 2009/2010)”. Dengan kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA, model pembelajaran
NHT lebih efektif dibandingkan dengan model
pembelajaran TPS dan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan meraih prestasi lebih baik. Penelitian yang peneliti lakukan lebih fokus pada metode NHT saja dengan tinjauan yang sama yaitu motivasi belajar. 4.
Margiyati (2009) berjudul “Keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas XI Jurusan Mesin, Listrik, Elektro, dan Bangunan SMK Negeri Kabupaten Madiun”. Kesimpulan penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dengan menggunakan TTW lebih baik daripada menggunakan konvensional dan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan meraih prestasi lebih baik. Pada tesis yang dilakukan peneliti sekarang menggunakan model kooperatif tipe Numbered heads together (NHT) dengan tinjauan yang sama dengan tujuan untuk meneliti penerapan variasi model kooperatif yang lain, sehingga diharapkan bisa lebih meningkatkan prestasi belajar siswa dan sebagai acuan guru dalam memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakter materi dan kondisi siswa. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Hari Wahyono (2011) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Koopertaif NHT Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Konsep Matriks”. Kesimpulan penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi matriks mengalami peningkatan setelah dilaksanankan pembelajaran model NHT. Hampir sama dengan yang peneliti lakukan, yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan perbedaanya peneliti mengembangkan dengan materi yang berbeda
6. Paivi Tynjala
(1999) dengan judul “Towards expert knowledge? A
comparison between a constructivist and a learning environment in the university traditional” (Merujuk ahli pengetahuan? Sebuah perbandingan lingkungan belajar antara konstruktivis dan tradisional di universitas). Tujuan utama dari penelitian adalah untuk membandingkan hasil belajar mahasiswa yang mempelajari materi dengan pembelajaran konstruktivisme dengan para siswa yang memperlajari materi dengan tradisional (ceramah). Hasilnya pembelajaran klonstruktivisme lebih baik daripada pembelajaran ceramah, Kesamaan dalam penelitian ini adalah untuk membandingkan prestasi belajar antara konstruktivisme dengan tradisional (ceramah), tetapi lebih lanjut peneliti
menggunakan tinjauan yang berbeda yaitu motivasi bukan
lingkungan belajar. 7.
Eija Kimonena, Raimo Nevalainen (2005) yang berjudul “Active learning in the process of educational change.” (Belajar aktif merupakan
proses
perubahan dalam pendidikan). Penelitian ini merupakan studi kasus dengan penelitian kualitatif untuk menggambarkan sekolah pedesaan kecil di commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Finlandia yang menerapkan belajar aktif, dalam kaitannya dengan enam aspek: penetapan tujuan, struktur tugas, mengakses informasi, pengolahan pembelajaran, memanfaatkan hasil belajar, dan prosedur penilaian. Penelitian ini lebih menekankan pada proses pembelajaran transformatif guru di sekolah, murid diijinkan untuk mengatur kegiatan mereka sendiri untuk mencapai tujuan dan untuk meraih prestasinya. Dengan dmikian siswa memiliki peran aktif untuk belajar baik secara individu maupun kelompok yang memilik tanggung jawab utama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Penelitian ini mempunyai kesamaan untuk mengukur prestasi yaitu dengan melibatkan siswa secara maksimal baik secara individu maupun kelompok dan lebih lanjut peneliti menggunanakan penelitian kantitatif. 8.
Marcia W. Keyser (2000) yang berjudul “Active learning and cooperative learning: understanding the difference and using both styles effectively” (Belajar aktif dan pembelajaran kooperatif: perbedaan dan penerapan antara belajar aktif dan pembelajaran koopertif). Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah : Belajar aktif adalah salah satu model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memanfaatkan perpustakaan baik di SMA maupun di Perguruan Tingggi. Mempunyai persamaan yaitu: untuk meneliti prestasi belajar dengan pembelajaran kooperatif meskipun peneliti sekarang lebih fokus pada tipe NHT, tetapi berbeda tinjauan yaitu pemanfaatan perpustakaan untuk belajar aktif dan pembelajaran kooperatif. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9.
N.A.Nik Azlina, (2010) yang berjudul “CETLs: Supporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Throught the Use of Think-PairShare Techniques” (Meningkatkan kerjasama siswa dan guru dengan menerapkan metode pembelajaran TPS) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik yang digunakan untuk meningkatkan kolaborasi antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran seperti TPS. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kolaborasi antara siswa dan guru seperti model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan denganyang peneliti lakukan adalah model pembelajaran yang diterapkan yaitu peneliti menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
10. Achuonye Keziah A. (2010) yang berjudul “A comparative study of problembased and lecturebased learning in secondary school students’motivation to learn science” (Perbandingan pembelajaran antara berbasis masalah dan pembelajaran ceramah ditinjau dari
motivasi belajar siswa pada sekolah
menengah). Penelitian ini menunjukan bahwa pembelajaran berbasis masalah lebih meningkatkan motivasi siswa untuk belajar biologi daripada pembelajaran ceramah, khususnya siswa laki-laki lebih bertanggung jawab dibanding siswa perempuan. Kesamaan dengan penelitian ini adalah pada motivasi sedangkan perbedaannya adalah pada metode pembelajaran dan pada materinya.
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan dari kajian yang diuraikan di atas, bahwa keberhasilan sebuah proses belajar mengajar ditentukan dari prestasi belajar siswa. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: i. Perbedaan prestasi belajar ekonomi antara siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran ceramah. Kegiatan pembelajaran di sekolah dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila menggunakan model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran ekonomi disekolah biasanya dilakukan secara tradisional yang umumnya menggunakan metode ceramah. Pembelajaran metode ceramah guru cenderung mendominasi dan memegang peran utama dalam menentukan isi pembelajaran sehingga mengakibatkan siswa hanya pasif, mudah jenuh, kurang inisiatif sangat bergantung pada guru dan tidak melatih siswa mandiri dalam belajar. Situasi proses pembelajaran seperti ini menjadi kurang bersemangat, siswa kurang aktif bahkan mengantuk, karena siswa hanya mendengarkan saja sehingga terkesan membosankan. Bertolak dari hal tersebut perlu adanya model pembelajaran yang menarik, yang bisa mengkaitkan materi dengan realita yang dialami oleh siswa, dan dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar. Diantara model-model pembelajaran yang menarik salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Model Pembelajaran kooperatif merupakan istilah umum dalam desain pembelajaran yang menekankan pada perkembangan kelompok dan interaksi antar commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa. Model pembelajaran kooperatif reward diberikan kepada kelompok, bukan individu yang berprestasi, dimana prestasi kelompok menjadi tanggung jawab seluruh anggota kelompok tanpa kecuali. Persaingan menjadi sarana yang efektif dan tidak berbahaya dalam memotifasi siswa untuk melakukan yang terbaik, asalkan persaingan tersebut diatur dengan baik. Hal ini menjadi penting jika para siswa berasal dari latar belakang budaya, strata sosial dan tingkat kemampuan akademik yang tidak sama atau heterogen dan multikultural. Sebagaimana model pembelajaran kooperatif
lainnya, model kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) memiliki kelebihan dalam meningkatkan: diantaranya prestasi akademik, toleransi, dan ketrampilan sosial. Model kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah suatu model pengelompokan siswa, setiap siswa dalam kelompok diberi nomor lalu guru memberikan tugas untuk dikerjakan masing–masing kelompok dan kemudian guru memanggil salah satu nomor untuk melaporkan hasil kerja sama mereka. Berdasarkan uraian di atas, diduga model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ceramah, sehingga prestasi belajar ekonomi dapat meningkat. 2. Perbedaan
prestasi belajar ekonomi antara siswa yang mempunyai
motivasi tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi rendah. Pada dasarnya untuk dapat menyerap materi dengan baik diperlukan motivasi belajar siswa agar dapat lebih memahami materi. Motivasi belajar siswa merupakan dorongan atau sikap yang membangun siswa untuk berbuat, commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menentukan arah dan menerima semangat dalam meraih prestasi belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan sendirinya atau tumbuh karena faktor dari luar siswa. Motivasi belajar siswa yang satu dengan yang lain berbeda-beda, maka motivasi guru sangatlah penting untuk meningkatkan minat belajar siswa agar dapat berprestasi. Tinggi rendahnya minat siswa untuk belajar akan menentukan seberapa besar kemauan siswa untuk belajar dan berprestasi. Masalah yang sering timbul adalah rendahnya motivasi belajar yang penyebabnya sangat beragam, sehingga akan membuat siswa tidak aktif, malas, gairah belajar menurun, dan pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebaliknya siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, siswa selalu aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, rajin, gairah belajar meningkat, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Terdapat
dugaan
kuat
bahwa
rendahnya
motivasi
belajar
akan
mengakibatkan prestasi belajar menurun, dan tingginya motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar. 3. Perbedaan peningkatan nilai dari pretest ke posttest antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan penerapan model ceramah. Proses pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe (Numbered Heads Together) NHT dalam mata pelajaran ekonomi akan mampu mengatasi masalah-masalah yang ada, karena dengan metode ini siswa dilatih belajar aktif dan bekerja sama dengan temannya dalam satu kelompok commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk memahami materi ekonomi. Penerapan metode NHT ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri, jiwa tanggung jawab dalam diri setiap siswa khususnya sebagai anggota kelompok. Semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk ditunjuk, sehingga semua siswa akan berusaha memahami materi dan mempersiapkan diri agar bisa menerangkan hasil diskusi, serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Dengan demikian akan dapat menumbuhkan bahkan dapat meningkatkan inisiatif belajar siswa. Diduga terdapat perbedaan peningkatan nilai dari pretest dan posttest antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan penerapan model ceramah. Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Kelompok Eksperimen
Pretest
Motivasi Belajar Siswa Tinggi dan Rendah
Siswa Metode NHT
Siswa
Kelompok Kontrol
Motivasi Belajar Siswa Tinggi dan Rendah
Prestasi Belajar (posttest)
Pretest Metode Ceramah
Gambar 6. Skema kerangka berpikir tentang penerapan metode NHT dan ceramah commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi antara siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran ceramah.
2.
Terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi rendah.
3.
Terdapat perbedaan peningkatan nilai dari
pretest ke postest antara
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan penerapan model ceramah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dipakai penelitian adalah SMAN 1 Ponorogo yang beralamat di Jalan Budi Utomo No. 1 Ponorogo. Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pertimbangan yang
digunakan untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 1 Ponorogo yaitu: 1. Prestasi belajar siswa yang rendah atau dibawah KKM khususnya materi konsumsi dan investasi 2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Pelaksanaan penelitian direncanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan Juli 2012, jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
Bulan
Kegiatan
Pebru
Maret
April
Mei
1
Pengajuan judul
x
2
Penyusunan Proposal
x
3
Perijinan
x
4
Penyusunan instrumen
x
5
Uji coba instrumen
x
6
Analisis instrumen
x
7
Pemberian angket motivasi
x
8
Pelaksanaan penelitian
x
9
Tes prestasi belajar
x
10
Analisis data, pelaporan
x
11
Ujian dan revisi
commit to user
78
Juni
Juli
x
x
x x x
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Jenis Penelitian Rancangan penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencari penyelesaian masalah dari kajian teori, pengujian teori untuk mendapatkan suatu tujuan. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi-ecperimental reseach)), sebab dalam penelitian ini menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang terbentuk secara acak (random). Rancangan penelitian yang digunakan, adalah Randomized Groups, Pretest-Posttest Design yang secara prosedural mengikuti pola seperti yang ditunjukkan dalam tabel 3. Tabel 3. Desain Penelitian Pretest
Variabel Independen
Posttest
(R) E
Y1
X
Y1
(R) C
Y1
-
Y2
Kelompok
(sumber: Sigit Santoso, 2010:39) Keterangan E : Kelompok eksperimen C : Kelompok kontrol Y1, Y1
: Pretest
Y2, Y2
: Posttest
X : Model pembelajaran kooperatif Numbered heads Together (NHT) - : Tidak diberi perlakuan (model pembelajaran ceramah) Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengajar pada kelompok eksperimen dengan membandingkan prestasi belajar dari kelompok eksperimen Numbered yang dikenakan tipe pembelajaran commit to user Heads Together (NHT) dengan
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelompok kontrol yang dikenakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yakni: variabel bebas yaitu Model pembelajaran kooperatif (Numbered Heads Together) NHT, Variabel moderator yaitu motivasi belajar, dan variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa. Berdasarkan masalah yang dirumuskan dan desain penelitian yang terbentuk adalah desain faktorial 2x2, maka rancangan analisisnya adalah ANAVA dua jalan (Two Way Anova), seperti dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 4. Desain Analisis Penelitian Motivasi Belajar Siswa Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (a1) Konvensional - Ceramah (a2)
Tinggi (b1)
Rendah (b2)
a1b1
a1b2
a2b1
a2b2
Keterangan: a1b1 : Prestasi belajar ekonomi dengan model pembelajaran kooperatif NHT motivasi belajar tinggi. a1b2 : Prestasi belajar ekonomi dengan model pembelajaran kooperatif NHT motivasi belajar rendah. a2b1 : Prestasi belajar ekonomi dengan metode ceramah (tidak diberi perlakuan) motivasi belajar tinggi. a2b2 : Prestasi belajar ekonomi dengan metode ceramah (tidak diberi perlakuan) motivasi belajar rendah. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian, populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Ponorogo semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012, yang berjumlah 291 siswa. 2.
Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (2002:117), “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Peneliti tidak melakukan penelitian terhadap semua siswa yang ada dalam populasi , tetapi dari populasi penelitian yang berjumlah 291 siswa diambil secara random berjumlah 64 siswa. 3. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling, yaitu sampel yang diambil secara acak. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:120) “Apabila populasi kurang dari 100 lebih baik dijadikan sampel semua, jika populasi lebih dari 100, maka besarnya sampel diambil antara 10 - 15% atau 20 sampai 25%”. Sampel yang dipilih bukan sekelompok individu yang berdiri sendiri melainkan individu yang bersama-sama dalam satu tempat dengan mempunyai persamaan ciri yang ada hubungannya dengan variabel penelitian. Langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut: 1.
Menentukan 2 kelompok secara random yang akan dijadikan obyek penelitian di SMA Negeri 1 Ponorogo dengan cara undian. Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah 32 siswa, dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 32 siswa. commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Berdasarkan pengambilan secara random, diperoleh 1 kelompok sebagai kelompok eksperimen model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan 1 kelompok sebagai kelompok kontrol, tidak diberi perlakuan
D. Prosedur Penelitian Berdasarkan rancangan desain penelitian, tahapan penelitian eksperimen model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Tahap Pra Eksperimen Tahap pra eksperimen penting dilakukan agar pelaksanaan ekperimen dapat
berjalan lancar, adapun yang harus dilakukan oleh peneliti adalah: a. Melakukan observasi terhadap obyek penelitian b. Menentukan populasi dan sampel penelitian c. Melakukan uji coba soal tes prestasi belajar dan angket motivasi belajar d. Pengolahan data uji coba soal prestasi dan angket motivasi belajar siswa e. Melakukan pretes dan pengambilan data angket motivasi belajar siswa 2.
Tahap Eksperimen Tahap pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai kelompok eksperimen adalah: a)
Persiapan Pembelajaran Persiapan pembelajaran yang dilakukan guru adalah dengan membuat
Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) sebanyak 5 kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk pretest dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang materi konsumsi dan investasi, tiga pertemuan berikutnya untuk pelaksanaan pembelajaran, dan pertemuan kelima untuk postest. b) Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran dengan model koopertaif tipe Numbered Heads Together (NHT) dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu: Pertemuan 1 Standar Kompetensi : Memahami konsumsi dan investasi Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
Indikator
:
1. Mampu mendefinisikan pengertian konsumsi dan tabungan 2. Mampu menyebutkan faktor yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan 3. Mampu menghitung secara matematis fungsi konsumsi dan fungsi tabungan 4. Mampu menggambar kurva konsumsi dan kurva tabungan Langkah-Langkah Pembelajaran 1) Kegiatan Awal /Apersepsi ( 10 menit) a. Guru memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan “apa yang akan dilakukan para pelaku ekonomi untuk memanfaatkan pendapatannya?” b. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu, “konsumsi” c. Guru menginformasikan indikator yang harus dicapai dalam belajar d. Guru menginformasikan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT e. Guru mengeksplorasi kemampuan prasyarat siswa melalui pertanyaan “Bagaimanakah kaitanya konsumsi dengan pendapatan” 2) Kegiatan Inti (70 menit)
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Guru memberikan penjelasan singkat tentang konsumsi dan tabungan b. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4 orang, dan setiap kelompok diberi nomor 1- 4. c. Guru mengajukan pertanyaan atau memberi tugas materi konsumsi (tugas terlampir) kepada siswa, untuk dikerjakan oleh masing-masing anggota, sesuai dengan nomornya. d. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan soalnya masing-masing, kemudian menyatukan pendapat, dan memastikan bahwa semua anggota menguasai jawaban pertanyaan atau tugas dari guru e. Guru memanggil salah satu nomor, kemudian siswa yang nomornya sesuai, mengacungkan tangannya untuk mepresentasikan kepada semua siswa, untuk mewakili kelompoknya. f. Teman yang lain menanggapi, kemudian dilanjutkan guru menunjuk nomor yang lain, sampai materi terselesaikan. 3) Penutup (10 menit) a. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan b. Guru memberi apresiasi positif pada kelompok yang mempunyai jawaban benar dan kinerja bagus Pertemuan 2 Standar Kompetensi : Memahami konsumsi dan investasi Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan kurva permintaan investasi
Indikator
:
1. Mampu mengidentifikasi pengelompokan investasi secara makro commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi investasi 3. Mampu menggunakan fungsi investasi secara matematis 4. Mampu menggambar kurva fungsi permintaan investasi Langkah-Langkah Pembelajaran: 1). Kegiatan Awal /Apersepsi ( 10 menit) a. Guru memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan “Pernahkan kalian melakukan investasi?” b. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu, “investasi” c. Guru menginformasikan indikator yang harus dicapai dalam belajar d. Guru menginformasikan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT e. Guru mengeksplorasi kemampuan prasyarat siswa melalui pertanyaan “Bagaimanakah kaitanya investasi dengan pendapatan” 2) Kegiatan Inti (70 menit) a. Guru memberikan penjelasan singkat mengenai investasi b. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4 orang, dan setiap kelompok diberi nomor 1- 4. c. Guru mengajukan pertanyaan atau memberi tugas materi konsumsi (tugas terlampir) kepada siswa, untuk dikerjakan oleh masing-masing anggota, sesuai dengan nomornya. d. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan soalnya masing-masing, kemudian menyatukan pendapat, dan memastikan bahwa semua anggota menguasai jawaban pertanyaan atau tugas dari guru commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Guru memanggil salah satu nomor, kemudian siswa yang nomornya sesuai, mengacungkan tangannya untuk mepresentasikan kepada semua siswa, untuk mewakili kelompoknya. f. Teman yang lain menanggapi, kemudian dilanjutkan guru menunjuk nomor yang lain, sampai materi terselesaikan. 3) Penutup (10 menit) a. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan b. Guru memberi apresiasi positif pada kelompok yang mempunyai jawaban benar dan kinerja bagus Pertemuan 3 Standar Kompetensi : Memahami konsumsi dan investasi Kompetensi Dasar
: Mendeskripsikan pendapatan nasional ekuilibrium
Indikator : a. Mampu mendeskripsikan hubungan antara konsumsi, investasi, dan pendapatan nasional. b. Mampu
menghitung
secara
matematis
fungsi
pendapatan
nasional
ekuilibrium Langkah-Langkah Pembelajaran 1) Kegiatan Awal /Apersepsi ( 10 menit) a. Guru memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan “apa tujuan melakukan investasi?” b. Guru menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu, “pendapatan nasional ekuilibrium”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
c. Guru menginformasikan indikator yang harus dicapai dalam belajar d. Guru menginformasikan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT e. Guru mengeksplorasi kemampuan prasyarat siswa melalui pertanyaan “apakah investasi tergantung dengan pendapatan” 2) Kegiatan Inti (70 menit) a. Guru memberikan penjelasan singkat pendapatan nasional ekuilibrium b. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4 orang, dan setiap kelompok diberi nomor 1- 4. c. Guru mengajukan pertanyaan atau memberi tugas materi konsumsi (tugas terlampir) kepada siswa, untuk dikerjakan oleh masing-masing anggota, sesuai dengan nomornya. d. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan soalnya masing-masing, kemudian menyatukan pendapat, dan memastikan bahwa semua anggota menguasai jawaban pertanyaan atau tugas dari guru e. Guru memanggil salah satu nomor, kemudian siswa yang nomornya sesuai, mengacungkan tangannya untuk mepresentasikan kepada semua siswa, untuk mewakili kelompoknya. f. Teman yang lain menanggapi, kemudian dilanjutkan guru menunjuk nomor yang lain, sampai materi terselesaikan. 3) Penutup (10 menit) a. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan b. Guru memberi apresiasi positif pada kelompok yang mempunyai jawaban benar dan kinerja bagus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
88 digilib.uns.ac.id
Tahap Pasca Eksperimen Langkah akhir setelah kelas eskperimen diberi pembelajaran dengan metode
kooperatif tipe NHT dan kelas kontrol diberi pembelajaran dengan metode ceramah pada kompetensi konsumsi dan investasi diberi posttest, dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang telah tercapai . 2.
Tahap Pengujian Eksperimen Mengadakan uji statistik yang sesuai terhadap data yang diperoleh dari
eksperimen tersebut.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan 1 variabel terikat yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Variabel Bebas (X1): Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT Definisi Operasional : Model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran secara terstruktur sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapai serta terjadi interaksi baik siswa dengan guru atau siswa dengan siswa. Model Pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT), siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3 sampai 4 siswa secara heterogen.
2.
Variabel Bebas (X2) : Motivasi belajar Definisi Operasional : Motivasi belajar adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan dan mengarahkan seseorang dalam mencapai prestasi. Skala pengukuran : skala ordinal skor angket motivasi belajar siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
3. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Belajar Definisi operasional: Prestasi belajar merupakan hasil belajar dari proses belajar yang dilakukan siswa selama kegiatan belajar mengajar dan dinyatakan dengan angka. Skala pengukuran : skala interval nilai skor tes dalam bentuk pilihan ganda dengan memberikan skor1 untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1.
Teknik Pengambilan Data Sesuai dengan kerangka berpikir di atas, teknik pengambilan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Tes Suharsimi Arikunto (2002: 127) menyatakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Pretest untuk mendapatkan data kemampuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki sebelum memperoleh kemampuan (pengetahuan) baru yang lebih tinggi. Tes ini pada kelas eksperimen diberikan sebelum siswa memperoleh model pembelajaran kooperatif NHT, sedangkan untuk kelas kontrol di awal model pembelajaran ceramah. Posttest merupakan tes prestasi belajar yang digunakan untuk mendapatkan data atau nilai prestasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi, tes prestasi belajar siswa berjumlah 30 soal dan berbentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. commit to user Test ini untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa pada kompetensi konsumsi
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan investasi. Soal pretest yang digunakan sama dengan soal posttest. Data hasil belajar siswa selanjutnya di uji dengan uji T, dan hasilnya dibandingkan antara prestasi belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. b. Metode Angket Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128), “Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui”. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi belajar siswa. Bentuk angket yang dipakai adalah angket langsung dan tertutup. Angket ini diberikan sebelum memperoleh pembelajaran kooperatif tipe NHT dan ceramah. Angket motivasi belajar berisi 40 butir soal dengan 5 alternatif jawaban. Skala pengukuran angket yang digunakan adalah skala Likert. 2.
Instrumen Penelitian Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid
dan reliabel, sehingga akan menghasilkan data yang benar sehingga kesimpulan penelitian sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan dan dapat dipercaya. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk tes obyektif dengan lima alternatif jawaban untuk memperoleh data tentang prestasi belajar ekonomi, dan angket motivasi belajar siswa untuk memperoleh data tentang motivasi belajar ekonomi siswa. commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah instrumen penelitian selesai disusun, dilakukan uji validitas isi dan selanjutnya diuji cobakan terlebih dahulu sebelum dikenakan pada sampel penelitian. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik. Instrumen dalam penelitian meliputi: 1.
Tes Obyektif Tes obyektif disusun dalam bentuk soal obyektif
berjumlah 30 soal
berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut: Tabel 5. Kisi-Kisi Soal Prestasi Belajar Ekonomi Kompetensi Dasar : Konsumsi dan Investasi
INDIKATOR C1 C2 2,3 Mengidentifikasi faktor-faktor 1 yang mempengaruhi konsumsi Menghitung besarnya 4 konsumsi berdasarkan fungsi matematika dan menggambar grafiknya 10 Siswa dapat memahami 9 Konsumsi dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari 15,16, Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan Menggunakan fungsi tabungan dan menggambar grafiknya Siswa dapat menganalisis fungsi tabungan dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari Siswa dapat menjelaskan 23, 24 definisi investasi 25,26, Menjelaskan faktor-faktor 27,28 yang mempengaruhi investasi 31 Siswa dapat memahami commit to user
C3
C4
5,6,7, 8
11,12, 13
Jumlah 3 5
14
6
2 17,18 20,21, 22
19
3 2
3 29,30
6
32,33
3
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Investasi dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari Siswa dapat menghitung besarnya investasi Siswa dapat menganalisis fungsi investasi dan menggambar grafiknya. Mendiskripsikan hubungan 36 antara pendapatan nasional, konsumsi, tabungan, dan investasi Jumlah 6
34
1
35
1
37,38, 39
13
18
40
5
3
40
Angket Motivasi Belajar Angket motivasi belajar disusun dalam bentuk pernyataan
berjumlah 40
pernyataan berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut: Tabel 6. Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Ekonomi Indikator Kebutuhan berprestasi (needs achievement)
Kemampuan (Ability)
Perhatian (Attention)
Deskriptor
Pernyataan
Jumlah
+
-
5
9
2
2
7
2
8
3
2
4. Mengikuti pelajaran materi konsumsi dan investasi
1
10
2
5. Mengerjakan tugas materi konsumsi dan investasi 6. Interaksi dengan guru dan siswa lain
6
14
2
39
11
2
6. Memiliki kecepatan memahami konsumsi dan investasi 7. Minat membaca buku pelajaran
21
24
2
29
31
2
8. Partisipasi dalam pembelajaran
28
32
2
9. Pengakuan dalam pembelajaran commit to user
37
12
2
1. Memiliki catatan materi konsumsi dan investasi 2. Usaha memahami materi konsumsi dan investasi 3. Memiliki literatur ekonomi
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Relefan (Relevance) Percaya Diri (Confidence)
10. Yakin akan bermanfaat
17
30
2
7. Keyakinan atas kegiatan belajar kelompok 11. Diskusi materi konsumsi dan investasi 12. Melakukan pembelajaran kelompok.
16
38
2
40
13
2
27
19
2
15
4
2
33
35
2
15. Saling menghargai, Tanggung jawab, dan Kejujuran 16. Kepedulian terhadap teman
18
25
2
26
23
2
17. Komitmen terhadap tugas-tugas
36
34
2
18. Keyakinan atas keberhasilan siswa.
22
20
2
JUMLAH
20
20
40
13. Menunjukkan materi pelajaran yang dirasa sulit. 14. Kekuatan dan kelemahan siswa. Kepuasan (Satisfaction)
Pemberian skor untuk item pernyataan positif dan pernyataan negatif dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Skor Penilaian Angket Motivasi Belajar
Sangat Setuju
Skor Pernyataan Positif 5
Skor Pernyataan Negatif 1
S
Setuju
4
2
N
Netral
3
3
TS
Tidak Setuju
2
4
STS
Sangat Tidak Setuju
1
5
Jawaban
Keterangan
SS
Hasil rerata motivasi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya di uji menggunakan uji T untuk mengetahui
perbedaan prestasi
belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa di kelas eksperimen dengan kelas kontrol. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum eksperimen dilaksanakan perlu terlegih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan derajat kesukaran dari tes tersebut. Instrumen yang diujicobakan ada dua jenis, yaitu: instrumen prestasi belajar dan instrumen motivasi belajar. 1.
Uji validitas Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas
konstruksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah: membuat kisi-kisi butir soal, menyusun soal-soal, kemudian menelaah butir soal. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Dalam hal ini pakar (yang sering disebut subject-metter experts), menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan kisi-kisi yang ditentukan. Langkah berikutnya yaitu para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan kisi-kisi yang ditentukan. Langkah-langkah memvalidasi isi butir soal menurut Budiyono (2003:59) adalah penilai menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi atau substansi yang akan diukur. Untuk mengetahui kevalidan instrumen dalam penelitian ini digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson (Budiyono (2003: 65) : commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Σ
=
Σ
−(Σ )(Σ )
(Σ ) [ Σ
= koefisien korelasi suatu item = skor item tertentu = skor total = jumlah subyek
− (Σ ) ]
Hasil yang diperoleh dari perhitungan, dikonsultasikan dengan tabel harga
kritik r product moment, sehingga dapat diketahui kriteria item. Kriteria item dinyatakan valid, apabila : valid dan
≤
atau
≥
(Suharsimi Arikunto, 1998:366)
, atau
≥ 0,361 item pernyataan disebut
≥ 0,361, item pernyataan disebut tidak valid.
Pada penelitian ini terdapat 40 soal tes prestasi belajar yang diujicobakan. Setelah diolah terdapat 30 soal yang valid dan 10 soal yang tidak valid yaitu nomor 1,10,11,14,22,25,28,32,37, dan 39. Soal prestasi yang digunakan adalah soal yangvalis saja berjumlah 30 soal, dan soal yang tidak vaslid tidak dipakai karena sudah mewakili semua indikator. Sedangkan untuk angket motivasi berprestasi dari 40 butir item yang diujicobakan diperoleh 39 butir pernyataan yang valid dan pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan nomor
dan 23,
namun di perbaiki. Angket motivasi berprestasi diambil 40 butir pernyataan dengan pertimbangan sudah mewakili semua indikator. 2. Uji Reliabilitas Menurut Suharsini
Arikunto (1997:170), reliabilitas adalah sesuatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Sehingga reliabilitas berhubungan dengan commit to user kepercayaan. Suatu tes mempunyai tingkat kepercayaan tinggi apabila tes tersebut
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat memberikan hasil yang tetap. Menurut Budiyono (2003:65) suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu berlainan. 1) Reliabilitas instrumen Angket Instrumen angket dikatakan valid jika kisi-kisi yang dibuat telah menunjukkan bahwa masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan, selanjutnya kisi-kisi telah mewakili isi/substansi yang akan diukur. Untuk mengukur indeks relialibilitas seluruh pernyataan angket digunakan rumus alpha, yang dinyatakan dengan persamaan :
Keterangan:
=
−1
Σ 1−
= koefisien reliabilitas instrumen = jumlah butir soal instrumen Σ
= jumlah variansi skor dari tiap-tiap butir soal = variansi total (Budiyono, 2003 : 70)
2) Reliabilitas tes prestasi Untuk menghitung reliabilitas tes prestasi belajar berupa soal obyektif dengan skor 1 jika siswa menjawab benar dan skor 0 jika menjawab salah. Tingkat commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
reliabilitasnya menggunakan rumus Kuderr Richardson (KR-20), yang dinyatakan dengan persamaan : Keterangan :
=
−
= koefisien reliabilitas tes = jumlah butir soal = indeks kesukaran = 1 −
= variansi soal
Hasil yang diperoleh dengan perhitungan, dikonsultasikan dengan tabel product moment dengan taraf signifikansi 5%,
maka diperoleh hasil dengan
kriteria sebagai berikut : 1. Jika harga 2. Jika harga
≥ ≤
maka keputusannya butir soal dikatakan reliable. maka keputusannya butir soal dikatakan tidak reliable.
Hasil perhitungan nilai reliabilitas instrumen akan reliabel jika indeks reliabilitasnya ≥ 0,7 (Budiyono, 2003: 72). Berdasarkan uji coba instrumen yang diujikan maka tes kognitif diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,863 dan angket motivasi belajar diperoleh hasil reliabelitas sebesar 0,908. Hasil tersebut menunjukkan baik tes kognitif maupun angket motivasi belajar mempunyai reliabelitas yang tinggi 3.
Daya Pembeda Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana butir soal mampu
membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu. Seluruh peserta dibedakan menjadi dua kelompok yaitu atas dan bawah. Siswa-siswa yang tergolong kelompok commit to user atas adalah siswa-siswa yang
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki skor tinggi, sedangkan siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah adalah siswa-siswa yang memiliki skor rendah. Untuk mengetahui daya pembeda dari masing-masing item soal digunakan rumus : I Keterangan:
= Indeks daya pembeda
=
= Jumlah kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
= Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas = Jumlah siswa yang tergolong kelompok bawah
Indeks Diskriminasi soal dapat diklasifikasikan, sebagai berikut : Tabel 8. Klasifikasi Daya Pembeda Soal ID – ID 0,80 – 1,00 0,21 – 0,79 negatif – 0,2
Kualifikasi Sangat Beda Beda Kurang Beda (Sumarna Surapranata, 2009: 31 - 47)
Berdasarkan hasil uji coba instrument tes prestasi belajar ekonomi aspek kognitif dapat diketahui besarnya indeks diskriminasi masing-masing item soal. Dari uji taraf pembeda soal tes pestasi belajar ekonomi diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 9. Hasil Uji Taraf Pembeda Tes Prestasi Belajar ID – ID
Kualifikasi
No Soal
0,80 – 1,00
Sangat Beda
2,3,4,5,6,7,8,9,12,13,15,16,17,18,19,
0,21 – 0,79
Beda
20,21,23,24,25,26,27,28,29,30,31,33, 34,35,36,38,39,40
negatif – 0,2
Kurang Beda
1,10,11,14,22,32,37 commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Uji Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran memadai
dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan
jawaban benar. Untuk mengukur Indeks
kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan :
=
×
= Indeks kesukaran = Banyaknya siswa yang menjawab dengan benar = Jumlah seluruh peserta tes = Skor maksimal Menurut ketentuan indeks kesukaran dibuat klasifikasi sebagai berikut: Tabel 10. Klasifikasi Indeks Kesukaran Nilai p
< 0,3
0,3 ≤ p P
> 0,7
Kualifikasi Sukar
≤ 0,7
Sedang Mudah (Sumarna Surapranata, 2009 : 12- 21)
Berdasarkan hasil uji coba instrument tes prestasi belajar ekonomi aspek kognitif dapat diketahui besarnya indeks kesukaran masing-masing item soal. Dari uji taraf pembeda soal tes prestasi belajar ekonomi diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut:
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Hasil Uji Taraf Kesukaran Tes Prestasi Belajar Kriteria Mudah
Jumlah Item Soal 2
Sedang
28
Nomor Soal 9,13 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,14,15,16,17,18,1 9,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
Sukar
0
-
H. Teknik Analisa Data Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis variansi dua jalan (two-way anava) dengan taraf signifikansi 5%. Sebelum dilakukan analisis data dengan variansi dua jalan, diperlukan uji keseimbangan dan uji pra-syarat. a. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Untuk menguji keseimbangan atau kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok digunakan uji-t dua pihak dengan menggunakan data nilai pretest yang dilakukan sebelum pembelajaran. Hipotesis yang diajukan adalah: Ho:
Kemampuan awal siswa kelompok eksperimen tidak berbeda dengan kemampuan awal siswa kelompok kontrol
H1:
Kemampuan awal siswa kelompok eksperimen berbeda kemampuan awal siswa kelompok kontrol commit to user
dengan
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk perhitungan uji-t dalam penelitian ini menggunakan bantuan software MINITAB 15 dengan keputusan jika P-valaue > 0,05 maka Ho diterima artinya kemampuan awal siswa kelompok eksperimen tidak berbeda dengan kemampuan awal siswa kelompok kontrol. Hasil analisis uji-t nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap sebagai berikut: Two-sample T for PRESTASI METODE pretesNHT pretesCERAMAH
N 32 32
Mean 5.979 5.844
StDev 0.776 0.645
SE Mean 0.14 0.11
Difference = mu (pretesCERAMAH) - mu (pretesNHT) Estimate for difference: -0.135 95% CI for difference: (-0.492, 0.221) T-Test of difference = 0(vs not =):T-Value = -0.76 P-Value = 0.451 DF = 59
Hasil uji-t antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara ringkas ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 12. Hasil Uji-t Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok NHT Ceramah
N 32 32
Mean 5,975 5,844
SD 0,776 0,645
p-value 0,451
Berdasarkan hasil uji-t di atas diperoleh nilai t amatan = 0,76 dengan p=
,
= 0,2255. Tampak bahwa p-value > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis Ho : diterima artinya antara kelompok eksperimendan kelompok kontrol mempunyai kemampuan yang sama dalam pelajaran ekonomi. commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Uji Prasyarat Analisis Sebagai uji prasyarat analisi dilakukan uji normalitas dan homogenitas,
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama . a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. 1). Prosedur penentuan Hipotesis : : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. 2). Statistik Uji Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan– Joiners. Uji normalitas variabel terikat prestasi belajar aspek kognitif dan aspek afektif dengan menggunakan uji Ryan joiners (RJ). Ketentuan pengambilan kesimpulan . Ho ditolak ketika P-value>0,05. Tingkat signifikansi ( α) = 0,05 b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dihgunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. 1). Prosedur Penentuan Hipotesis : : Sampel berasal dari variansi populasi yang tidak homogen : Sampel berasal dari variansi populasi yang homogen.
2). Statistik Uji
2,303
X2 =
[Σ fj.logMSerr - Σfj.logSj2]
C commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ketentuan pengambilan keputusan , Ho ditolak ketika P-value < 0,05 selain itu H1 diterima dengan tingkat signifikansi (α) = 0,05.
I.
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom dan kombinasi efek kolom terhadap variabel terikat, hipotesis dalam penelitian ini dianalisa dengan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji perbedaan implementasi variabel bebas terhadap variabel terikat, perbedaan dua variabel bebas terhadap variabel terikat. a. Anava Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : : Tidak terdapat perbedaan
1)
belajar ekonomi kompetensi
konsumsi dan investasi antara penerapan model pembelajaran NHT dan ceramah. : Terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi kompetensi konsumsi dan
2)
3)
prestasi
investasi antara penerapan model pembelajaran NHT dan ceramah. : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi pada kompetensi konsumsi dan investasi antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah
4)
: Terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi
pada kompetensi
konsumsi dan investasi antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5)
: Tidak terdapat perbedaan peningkatan nilai pretest dan postest antara penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads
Together (NHT) dengan penerapan model ceramah. 6)
: Terdapat perbedaan peningkatan nilai pretest dan postest antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan penerapan model ceramah ceramah.
b. Statistik Uji Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan pengambilan kesimpulan −
ditolak jika
−
< dan
diterima jika
.≥ Tingkat signifikasi ( )yang digunakan 0,05.
c. Uji Lanjut Anava
Setelah dilakukan uji anava maka tahapan selanjutnya adalah uji lanjut anava untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara rerata sampel yang berupa uji komparasi ganda dengan uji t untuk menentukan perlakuan yang paling baik antara dua perlakuan, kemudian perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program excel, MINITAB 15,0, atau SPSS 15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Umum a. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Ponorogo SMA Negeri 1 Ponorogo terletak di jalan Budi Utomo Nomor 1 Ponorogo, merupakan SMA tertua di Ponorogo yang didirikan tahun 1960. Awal berdirinya sekolah ini belum memiliki gedung sendiri yang menetap dan memadai, masih berpindah-pindah dari gedung yang satu ke gedung yang lain. Mulai menetap pada tahun 1983, yaitu di Desa Ronowijayan jalan Abiyoso yang sekarang menjadi jalan Budi Utomo Nomor 1 Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo dengan luas tanah 21.110 m2 bernomor sertifikat B.2914305 dan IMB nomor 1262 Tahun 2005. Sejak Tahun 2005 telah terakkreditasi dengan nilai A, dan Tahun 2006 termasuk SKM/SSN (Sekolah Katagori Mandiri/Sekolah Standart Nasional). SMA Negeri 1 Ponorogo sekarang mempunyai 27 kelas, meliputi 9 kelas X, 9 kelas XI, dan 9 kelas XII. Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar selain dilengkapi 7 ruang laboratorium ( kimia, fisika, biologi, IPS , bahasa , dan 2 ruang komputer) juga tersedia berbagai ruang ekstrakurikuler, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang UKS, ruang seni, serta tempat dan sarana ibadah. Dengan keadaan sekolah yang semakin memadai tersebut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dengan banyaknya alumni SMA Negeri 1 Ponorogo yang memasuki perguruan tinggi negeri. Siswa SMA Negeri 1 Ponorogo selain commit to user
105
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meraih berbagai kejuaraan tingkat nasional, juga pernah meraih Juara 2 tingkat internasional di Ukraina Tahun 2009, dan pada tahun 2010 sukses mengikuti pertukaran pelajar di Texas Amerika Serikat. b. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ponorogo Visi: Terwujudnya lulusan yang intelek, cerdas, agamis, berbudaya, dan berprestasi tingkat internasional Misi: a) Mengembangkan lingkungan pendidikan yang efektif, higienis, dan demokratis b) Mengembangkan
kecerdasan
intelektual
sebagai
bekal
memasuki
pendidikan tinggi. c) Mengembangkan kultur inovatif, kreatif, dan produktif untuk membentuk yang memiliki etos kerja, berprestasi di bidang akademik dan non akademik. d) Mengembangkan
nilai-nilai
luhur
guna
membangun
ketahanan
budaya,cinta tanah air dan bangsa. 2. Deskripsi Data Khusus a. Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan observasi, pretest, angket motivasi, eksperimen model pembelajaran, dan posttest. Waktu pelaksanaan penelitian eksperimen model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pengambilan data dapat dilihat dalam tabel berikut: commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 13. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Waktu Pelaksanaan
1. Pretest
Kamis, 10 Mei 2012
2. Pertemuan 1
Senin, 14 Mei 2012
Materi: Konsumsi dan tabungan 3. Pertemuan 2
Rabu, 16 Mei 2012
Materi : Investasi 4. Pertemuan 3 a. Hubungan antara konsumsi, investasi, dan
Senin, 21 Mei 2012
pendapatan nasional. b. Fungsi pendapatan nasional ekuilibrium 5. Posttest
Rabu, 23 Mei 2012
b. Deskripsi Data Penelitian Data dalam penelitian ini meliputi, prestasi belajar, pretest dan motivasi belajar. Berikut ini diberikan uraian tentang data-data hasil penelitian yang diolah dengan bantuan program Software MINITAB 15 diperoleh data sebagai berikut: 1) Data Pretest Siswa Pada penelitian ini pretest diberikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing siswa. Variable Prestasi
Metode Count N N* CumN Percent CumPct Mean SE Mean Ceramah 32 32 0 32 50 50 5.844 0.114 NHT 32 32 0 64 50 100 5.979 0.137
Variable Prestasi
Metode Ceramah NHT
TrMean StDev 5.821 0.645 5.976 0.776
Variable Prestasi
Metode Ceramah NHT
Q1 5.417 5.333
Variance CoefVar Sum Minimum 0.416 11.03 187.000 4.667 0.602 12.97 191.333 4.333
Median Q3 Maximum Range 5.667 6.250 7.333 2.667 5.667 6.667 7.333 3.000
commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data pretest pada kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah) dapat ditunjukkan pada table berikut: Tabel 14. Distribusi data Pretest Siswa Metode NHT N = 32 SD = 0,776 = 5,979 Σx = 191,333 MIN = 4,333 MAX = 7,333
Metode Ceramah N = 32 SD = 0,645 = 5,844 Σx = 187,000 MIN = 4,667 MAX = 7,333
Berdasarkan tabel 14 di atas menunjukkan bahwa rerata pretest pada pembelajaran metode kooperatif tipe NHT adalah 5,979; sedangkan pada metode ceramah rerata pretest adalah 5,844. Terlihat bahwa kelompok eksperimen (NHT) memiliki rerata yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (ceramah) dan mempunyai nilai maximum yang sama yaitu 7,33 dan Distribusi frekuensi pretest siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 15. Distribusi Frekuensi Pretest Siswa Kelompok Eksperimen (NHT) dan Kelompok Kontrol (Ceramah) Metode Ceramah Niai interval 4,625 – 4,875 4,875 – 5,125 5,125 – 5,375 5,375 – 5,625 5,625 – 5,875 5,875 – 6,125 6,125 – 6,375 6,375 – 6,625 6,625 – 6,875 6,875 – 7,125 7,125 – 7,375
Fre kuensi 2 2 4 0 10 6 3 0 3 0 2 32
Metode Koopertif Tipe NHT
Frek. Niai interval Relatif 6,25% 4,875 – 5,125 6,25% 5,125 – 5,375 12,50% 5,375 – 5,625 0,000% 5,625 – 5,875 31,25% 5,875 – 6,125 18,75% 6,125 – 6,375 9,375% 6,375 – 6,625 0,000% 6,625 – 6,875 9,325% 6,875 – 7,125 0.000% 7,125 – 7,375 9,325% commit to user 100%
Fre kuensi 1 0 3 6 7 1 4 6 1 3
Frek. Relatif 3,125% 9,375% 0,000% 18,75% 21,075% 3,125% 12,50% 18,75% 3,125% 9,375%
32
100%
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain dalam bentuk tabel, untuk memperjelas distribusi pretest siswa digambarkan pada Grafik Histogram sebagai berikut:
Histogram (with Normal Curve) of PRESTASI by METODE 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 pretesCERAMAH
pretesNHT
10
pretesNHT Mean 5.979 StDev 0.7757 N 32
8
Frequency
pretesCERAMAH Mean 5.844 StDev 0.6447 N 32
6 4 2 0
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5
PRESTASI Panel variable: METODE
Gambar 7. Histogram Pretest pada pembelajaran metode kooperatif tipe NHT dan metode ceramah Tabel 15 dan gambar 7 memberikan informasi bahwa siswa kelompok kontrol (ceramah) frekuensi terbesar ada 10 siswa, dengan rentang nilai antara 5,625 hingga 5,825. Dimana rerata pretest sebesar 5,979 terletak di atas rentang tersebut, dan frekuensi terendah berada pada rentang 4,625 – 4,875 yaitu sebanyak 2 siswa. Sedangkan siswa kelompok eksperimen (NHT) frekuensi terbesar ada 7 siswa dengan rentang nilai 5,875 – 6,125. Dimana rerata pretest sebesar 5,844 terletak di bawah rentang tersebut, dan frekuensi terendah berada pada rentang 4,875 – 5,125 yaitu sebanyak 1 siswa.
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Data Posttest Siswa Dalam penelitian ini prestasi belajar ekonomi pada ranah kognitif (kemampuan dalam mengerjakan soal-soal tes pada materi konsumsi dan investasi) diperoleh data sebagai berikut : Descriptive Statistics: Prestasi Belajar (Posttest) Variable Metode
Count N
Prestasi NHT Ceramah Variable Metode
32 32
N*
CumN Percent CumPct
32 0 32 0
32 64
TrMean
StDev
Prestasi NHT Ceramah
7.917 6.917
0.937 0.703
Variable Metode Prestasi NHT Ceramah
Median 8.000 7.000
50 50
50 100
Variance CoefVar
0.878 0.494
11.87 10.23
Mean
SE Mean
7.896 6.865 Sum
252.667 219.667
0.166 0.124
Minimum
5.667 5.000
Q1
7.000 6.667
Q3 Maximum Range 8.667 9.333 3.667 7.333 8.000 3.000
Data posttest pada pembelajaran metode kooperatif tipe NHT dan metode ceramah dapat ditunjukkan pada table berikut: Tabel 16. Hasil Posttest Siswa Metode NHT N = 32 SD = 0,937 = 7,896 = 252,667 ∑ MIN = 5,667 MAX = 9,333
Metode Ceramah N = 32 SD = 0,703 = 6,865 = 219,667 ∑ MIN = 5,000 MAX = 6,667
Berdasarkan tabel 16 di atas menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen (NHT) dengan jumlah siswa 32 diperoleh nilai minimum 5,667 nilai maksimum 9,33 dengan rata-rata 7,896 dan standar deviasi 0,937 sedangkan pada kelompok kontrol (ceramah) dengan jumlah siswa 32 diperoleh nilai minimum commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5,00 nilai maksimum 6,667 dengan rata-rata 6,865 dan standar deviasi 0,703. Distribusi frekuensi prestasi siswa dapat ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 17. Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen (NHT) dan Kelompok Kontrol (Ceramah) Metode NHT Fre kuensi 1 0 3 5 5 4 9 3 2 32
Niai interval 5,25 – 5,75 5,75 – 6,25 6,25 – 6,75 6,75 – 7,25 7,25 – 7,75 7,75 – 8,25 8,25 – 8,75 8,75 – 9,25 9,25 – 9,75
Metode Ceramah
Frek. Relatif
Niai interval
3,125% 0,000% 9,375% 15,625% 15,625% 12,50% 28,125% 9,375% 6,25% 100%
4,75 – 5,25 5,25 – 5,75 5,75 – 6,25 6,25 – 6,75 6,75 – 7,25 7,25 – 7,75 7,75 – 8,25 8,25 – 8,75 8,75 – 9,25
Fre kuensi 1 2 1 10 6 11 1 0 0 32
Frek. Relatif 3,125% 6,250% 3,125% 31,25% 18,75% 34,375% 3,125% 0,00% 0,00% 100%
Grafik Histogram prestasi belajar pada kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah) ditunjukkan pada gambar berikut: His togram (w ith N ormal Cur v e) of P r estas i by M etode 5 poste sC RM
12
7
8
postesNHT
10 Frequency
6
9
10 p o stesC RM M ean 6.865 S tD ev 0.7026 N 32 p o stesN H T M ean 7.896 S tD ev 0.9369 N 32
8 6 4 2 0
5
6
7
8
9
10 Pre s t a s i
Panel variable: M etode
Gambar 8. Histogram Posttest pada kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok commit to user kontrol (ceramah)
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 17 dan gambar 8 memberikan informasi bahwa kelompok eksperimen (NHT) frekuensi terbesar ada 9 siswa, dengan rentang nilai antara 8,25 – 8,75. Dimana rerata posttest sebesar 7,896 terletak di bawah rentang tersebut, dan frekuensi terendah berada pada rentang 5,25 – 5,75 ada 1 siswa, rentang tertinggi 9,25 – 9,75 terdapat 2 orang. Sedangkan kelompok kontrol (ceramah) frekuensi terbesar ada 11 siswa dengan rentang nilai 7,25 – 7,75. Dimana rerata posttest sebesar 6,865 terletak di bawah rentang tersebut, dan frekuensi terendah berada pada rentang 4,75 – 5,25 yaitu ada 1 siswa, rentang tertinggi hanya 7,75 – 8,25 terdapat 1 siswa. 3) Data Motivasi Siswa Data motivasi belajar siswa diperoleh dari pengisian angket motivasi belajar yang diberikan kepada siswa sebagai responden. Motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah. Motivasi belajar siswa dikategorikan tinggi jika skor motivasi belajar lebih tinggi atau sama dengan ratarata skor motivasi belajar kelompok (means), dan dikategorikan motivasi belajar rendah jika skor motivasi belajar kurang dari rata-rata skor motivasi belajar kelompok (means).
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Variable motivasi Count N N* CumN Percent CumPct Mean SE Mean Prestasi Rendah 15 15 0 15 46.875 46.875 7.067 0.146 Tinggi 17 17 0 32 53.125 100.000 8.627 0.110 Variable motivasi TrMean Prestasi Rendah 7.103 Tinggi 8.644 Variable motivasi Prestasi Rendah Tinggi
StDev Variance CoefVar Sum Minimum Q1 0.566 0.321 8.01 106.000 5.667 6.667 0.455 0.207 5.27 146.667 7.667 8.333
Median Q3 Maximum Range 7.000 7.333 commit 8.000to user 2.333 8.667 9.000 9.333 1.667
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran Metode Ceramah
Variable motivasi Count N N* CumN Percent CumPct Mean Prestasi Rendah 15 15 0 15 46.875 46.875 6.867 Tinggi 17 17 0 32 53.125 100.000 6.863
SE Mean 0.181 0.176
Variable motivasi Prestasi Rendah Tinggi
TrMean StDev Variance CoefVar Sum Minimum Q1 6.897 0.699 0.489 10.18 103.000 5.333 6.333 6.933 0.727 0.529 10.59 116.667 5.000 6.667
Variable motivasi Prestasi Rendah Tinggi
Median Q3 Maximum Range 7.000 7.333 8.000 2.667 7.000 7.333 7.667 2.667
Data prestasi belajar dan motivasi belajar siswa dengan penerapan Metode Pembelajaran kooperatif tipe NHT dan Metode Ceramah dapat ditunjukkan pada table berikut: Tabel 18. Prestasi Belajar dan Motivasi Belajar Dengan Pembelajaran Metode Koopertafi Tipe NHT dan Metode Ceramah
Tinggi Motivasi Belajar Rendah
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Ceramah NHT N N = 17 = 17 = 147,67 = 116,67 ∑ ∑ = 0,45 = 0,73 SD SD = 8,63 = 6,86 N = 15 = 15 N = 106 = 103 ∑ ∑ = 0,56 = 0,69 SD SD = 7,07 = 6,89
NHT dan Ceramah N = 34 ∑ = 264,34 SD = 1,18 = 7,75 N = 30 ∑ = 209 SD = 1,25 = 6,98
Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen (NHT) dengan motivasi belajar rendah jumlah siswa 15 diperoleh nilai minimum 5,667 nilai maksimum 8,00 dengan rata-rata 7,067 dan motivasi belajar tinggi jumlah siswa 17 diperoleh nilai minimum 7,667 nilai maksimum 9,333 dengan rata-rata 8,267; sedangkan pada kelompok kontrol (ceramah) dengan motivasi belajar commit to user rendah jumlah siswa 15 diperoleh nilai minimum 5,333 nilai maksimum 8,00
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan rata-rata 6,867 dan motivasi belajar tinggi jumlah siswa 17 diperoleh nilai minimum 5,000 nilai maksimum 7,667 dengan rata-rata 6,863. Dengan demikian siswa yang mempunyai motivasi tinggi cenderung mempunyai prestasi tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara lebih detail distribusi frekuensi prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah) dapat ditunjukkan pada Tabel 19 dan 20 berikut: Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Metode NHT Motivasi Rendah Niai Fre Frek. interval kuensi Relatif 5,25 – 5,75 1 6,667% 5,75 – 6,25 0 0,000% 6,25 – 6,75 3 20% 6,75 – 7,25 5 33,33% 7,25 – 7,75 4 26,67% 7,75 – 8,25 2 13,33% 15 100%
Motivasi Tinggi Niai Fre Frek. interval kuensi Relatif 6,75 - 7,25 0 0,00% 7,25 – 7,75 1 5,88% 7,75 – 8,25 2 11,76% 8,25 – 8,75 9 52,94% 8,75 – 9,25 3 17,65% 9,25 – 9,75 2 11,76% 17 100%
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Metode Ceramah Motivasi Rendah Motivasi Tinggi Niai Fre Frek. Niai Fre Frek. interval kuensi Relatif interval kuensi Relatif 5,00 – 5,40 1 6,667% 5,00 – 5,40 2 11,76% 5,80 – 6,20 1 6,667% 5,80 – 6,20 0 0,00% 6,20 – 6,60 2 13,33% 6,20 – 6,60 0 0,00% 6,60 – 7,00 3 20% 6,60 – 7,00 5 29,42% 7,00 – 7,40 5 33,33% 7,00 – 7,40 8 47,06% 7,40 – 7,80 2 13,33% 7,40 – 7,80 2 11,76% 7,80 – 8,20 1 6,667% 7,80 – 8,20 0 0,00% 15 100% 17 100% commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selanjutnya, untuk memperjelas dapat digambarkan pada Grafik Histogram berikut: His togr a m (w ith N or ma l C ur v e ) of P r es tas i by motiv a si M etode = pr o_eks 6
7
re n d ah
8
9
t in g g i
ren d ah M ean 7.067 S tD ev 0.5662 N 15
9 8
tin g g i M ean 8.627 S tD ev 0.4546 N 17
Frequency
7 6 5 4 3 2 1 0
6
7
8
9
Pr e s t a s i Pa nel varia ble: m otivasi
Gambar 9. Histogram prestasi belajar dengan motivasi belajar pada pembelajaran metode kooperatif tipe NHT
Histogram (with N ormal Curve) of Prestasi by motivasi Metode = pro_kont 4 .8 re ndah
9
5 .6
6 .4
7 .2
8 .0
t inggi
8
Frequency
7
tin g g i M ean 6.863 S tDev 0.7270 N 17
6 5 4 3 2 1 0
ren d ah M ean 6.867 S tDev 0.6992 N 15
4 .8
5 .6
6 .4
7 .2
8 .0
Prestasi Panel variable: m otivasi
Gambar 10. Histogram prestasi belajar dengan motivasi belajar pada Pembelajaran Metode Ceramah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
Tabel 19,20 dan gambar 9,10 memberikan informasi bahwa siswa kelompok eksperimen (NHT) untuk motivasi rendah frekuensi terbesar ada 5 siswa, dengan rentang nilai antara 6,75 – 7,25. Dimana rerata sebesar 7,067 terletak diantara rentang tersebut, dan frekuensi terendah berada pada rentang 5,25 – 5,75 yaitu ada 1 siswa; untuk motivasi tinggi frekuensi terbesar ada 9 siswa, dengan rentang nilai antara 8,25 – 8,75. Dimana rerata sebesar 8,627 terletak diantara rentang tersebut, dan frekuensi terendah berada pada rentang 7,25 – 7,75 yaitu ada 1 siswa. Sedangkan siswa kelompok kontrol (ceramah) untuk motivasi rendah frekuensi terbesar ada 5 siswa, dengan rentang nilai antara 7,00 – 7,40. Dimana rerata sebesar 6,867 terletak di bawah rentang tersebut, dan frekuensi terendah berada pada rentang 5,00 – 5,40 yaitu ada 1 siswa; untuk motivasi tinggi frekuensi terbesar ada 8 siswa, dengan rentang nilai antara 7,00 – 7,40. Dimana rerata sebesar 6,863 terletak di bawah rentang tersebut, dan frekuensi terendah berada pada rentang 5,00 – 5,40 yaitu ada 2 siswa. 4). Data Pretest dan Posttes Siswa Data pretest pada penelitian ini dilakukan sebelum penerapan pembelajaran baik metode koopertif tipe NHT maupun ceramah, sedangkan posttest dilakukan setelah penerapan pembelajaran baik kelompok eksperimen (NHT) maupun kelompok kontrol (ceramah). Descriptive Statistics: PRESTASI Variable Metode N N* Mean SE Mean StDev Minimum Q1 Median 0.129 1.036 5.000 6.667 7.333 Prestasi posttest 64 0 7.370 prettes 64 0 5.9323 0.0916 0.7327 4.3333 5.3333 5.6667 Variable Metode Q3 Maximum 9.333 commit to user Prestasi posttest 8.000 pretes 6.5833 7.3333
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data pretest dan postest secara keseluruhan dapat ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 21. Pretest dan Posttest Siswa N SD MIN MAX
Pretest = 64 = 0,7327 = 5,93 = 4,33 = 7,33
N SD MIN MAX
Posttest = 64 = 1,036 = 7,370 = 5,00 = 9,333
Berdasarkan tabel 21 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan pada posttest dengan jumlah siswa 64 diperoleh nilai rata-rata 7,370 dan sedangkan pada pretest dengan jumlah siswa 64 diperoleh nilai rata-rata 5,93. Terlihat bahwa ada peningkatan dari rerata kedua tes tersebut, dimana rerata posttest meningkat 2,44 dari pretes. Distribusi frekuensi pretest dan postest siswa dapat ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 22 Distribusi Frekunsi Pretest dan Posttest Siswa pada Pembelajaran Metode NHT dan Metode ceramah Nilai Pretest Niai interval 4,25 – 4,75 4,75 – 5,25 5,25 – 5,75 5,75 – 6,25 6,25 – 6,75 6,75 – 7,25 7,25 – 7,75 7,75 – 8,25 8,25 – 8,75 8,75 – 9,25
Fre kuensi 3 5 27 6 16 1 6 0 0 0 64
Nilai Posttest Frek. Relatif 4,69% 7,81% 42,19% 9,38% 25% 1,56% 9,38% 0,00% 0,00% 0,00% 100%
Niai interval 4,75 - 5,25 5,25 – 5,75 5,75 – 6,25 6,25 – 6,75 6,75 – 7,25 7,25 – 7,75 7,75 – 8,25 8,25 – 8,75 8,75 – 9,25 9,2,5 – 9,75
commit to user
Fre kuensi 1 4 1 15 10 12 6 9 4 2 64
Frek. Relatif 1,56% 6,25% 1,56% 23,44% 15,63% 18,75% 9,38% 14,06% 6,25% 3,13% 100%
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk memperjelas dapat digambarkan pada Grafik Histogram berikut: H is to g r a m ( w ith N o r m a l C u r v e ) o f P R E S T A S I b y M E T O D E 5 p o s te s
30
6
7 p r e te s
Frequency
25
8
9 p o ste s M ean 7.3 7 0 S tD e v 1.0 3 6 N 64 p r e te s M ean 5.9 3 2 S tD e v 0 .73 2 7 N 64
20 15 10 5 0
5
6
7
8
9 P R ES TA S I
P a n e l v a r ia b le : M E T O D E
Gambar 11. Histogram Pretest dan Posttest pada Pembelajaran Metode NHT dan Ceramah Tabel 22 dan gambar 11 memberikan informasi bahwa nilai posttest siswa frekuensi terbesar ada 15 siswa, dengan rentang nilai antara 6,25 – 6,75 atau 23,44%. Sedangkan nilai pretest siswa frekuensi terbesar ada 27 siswa dengan rentang nilai 5,25 – 5,75 atau 42,19%. Untuk memperjelas data di atas, dapat dilihat perbedaan selisih pretest dan posttest siswa pada kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah). Variable Prestasi
Metode Count N N* CumN Percent CumPct Mean SE Mean TrMean slsNHT 32 32 0 64 50 100 1.917 0.207 1.905 slsCrm 32 32 0 32 50 50 1.021 0.118 1.000
Variable Prestasi
Metode slsNHT slsCrm
StDev Variance CoefVar Sum Minimum Q1 Median 1.170 1.369 61.05 61.333 0.000 1.083 1.667 0.666 0.444 65.27 32.667 0.000 0.667 1.000
Variable Prestasi
Metode slsNHT slsCrm
Q3 Maximum Range 2.667 4.333 4.333 1.333 2.333 2.333
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data pretest dan postest secara keseluruhan dapat ditunjukkan pada table berikut: Tabel 23. Selisih Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelompok NHT N = 32 SD = 1,170 = 1,917 MIN = 0,000 MAX = 4,333
Kelompok Ceramah N = 32 SD = 0,666 = 1,021 MIN = 0,000 MAX = 2,333
Berdasarkan tabel 23 di atas menunjukkan bahwa selisih pretest dan posttest pada kelompok ekperimen (NHT) dengan jumlah siswa 32 diperoleh selisih nilai rata-rata 1,917; sedangkan selisih pretest dan posttest pada kelompok kontrol (ceramah) dengan jumlah siswa 32 diperoleh selisih nilai rata-rata 1,021. Distribusi frekuensi peningkatan nilai pretest - posttest siswa dapat ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 24. Distribusi Frekunsi selisih nilai Pretest - Posttest Siswa pada Pembelajaran Metode NHT dan Metode Ceramah Metode Ceramah Niai interval 0,00 – 0,25 0,25 – 0,75 0,75 – 1,25 1,25 – 1,75 1,75 – 2,25 2,25 – 2,75
Fre kuensi 3 12 4 8 3 2
Frek. Relatif 9,34% 40,63% 12,50% 25% 9,34% 6,25%
32
100%
Metode Kooperatif NHT Niai interval 0,00 – 0,25 0,25 – 0,75 0,75 – 1,25 1,25 – 1,75 1,75 – 2,25 2,25 – 2,75 2,75 – 3,25 3,25 – 3,75 3,75 – 4,25
Fre kuensi 2 4 2 9 3 5 1 5 1 32
Frek. Relatif 6,25% 12,5% 6,25% 28,13% 9,34% 15,63% 3,13% 15,63% 3,13% 100%
Selanjutnya, untuk memperjelas dapat digambarkan pada Grafik Histogram commit to user berikut:
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H i s to g r a m o f P R E S T A S I b y M E T O D E 0 s ls n C r m
1
2
3
4
s ls n N HT
12
Frequency
10 8 6 4 2 0
0
1
2
3
4 PR ES TA S I
P a n e l va r ia b le : M E T O DE
Gambar 12. Histogram Selisih Pretest dan Posttest pada Pembelajaran Metode Koopertaif Tipe NHT dan Ceramah Tabel 24 dan gambar 12 memberikan informasi bahwa selisih nilai pretestposttest kelompok eksperimen frekuensi rentang di atas 2,25 terdapat 12 siswa dan selisih tertinggi 4,25. Sedangkan selisih nilai pretest-posttest kelompok kontrol frekuensi rentang di atas 2,25 terdapat 5 siswa dan selisih tertinggi hanya 2,75. Hasil perhitungan rerata dari masing-masing kelompok dapat ditunjukan pada table berikut: Tabel 25. Rata-rata Prestasi Belajar Masing-masing Kelompok No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok Pretest kelompok Eksperimen (NHT) Pretest kelompok kontrol (ceramah) Motivasi belajar tinggi kelompok Eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah) Motivasi belajar rendah kelompok Eksperimen (NHT)dan kelompok kontrol (ceramah) Posttest kelompok Eksperimen (NHT) Posttest kelompok kontrol (ceramah) Peningkatan pretest-posttest NHT Peningkatan pretest-posttest Ceramah commit to user
Nilai rata-Rata 5,98 5,84 7,75 6,98 7,89 6,87 1,917 1,021
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Uji Persyaratan Analisis 1.
Uji Normalitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dengan bantuan program Shoftware MINITAB 15. Diperoleh keputusan Ho ditolak jika sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau P-value ≥ dari α = 0,05 maka Ho ditolak. a.
Hasil uji normalitas prestasi belajar dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 26. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar No
1 2 3 4 5 6
2.
Uji Normalitas (Ryan-Joiner) Alpha=0,05
Metode kooperatif - NHT Metode Ceramah Motivasi Belajar tinggi Motivasi Belajar rendah Selisih pretest dan Posttest kelompok NHT Selisih pretest dan posttest kelompok ceramah
P-v
Keputusan
Kesimpulan
>0,100 >0,050 >0,100 >0,100
Ho : ditolak Ho : ditolak Ho : ditolak Ho : ditolak
Normal Normal Normal Normal
>0,100
Ho : ditolak
Normal
>0,100
Ho : ditolak
Normal
Uji Homogenitas. Uji Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen ataαu tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan program MINITAB 15 dengan Test for Equal Variances for nilai kognitif dengan hipotesis Ho: sampel berasal dari populasi yang tidak homogen H1: sampel berasal dari populasi yang homogen commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika P-value ≥ dari α = 0,05 maka Ho ditolak dan jika Ho < 0,05 maka Ho diterima. Kesimpulan hasil uji homogenitas dapat dilihat pada berikut: Tabel 27. Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif No 1 2 3
Faktor Metode Pembelajaran Motivasi Belajar Selisih Pretest dan Posttest
P-v 0,114 0,026 0,264 0,473 0,805 0,786
Jenis Test F-Test Levene’s F-Test Levene’s F-Test Levene’s
Keputusan Ho
Kesimpulan
Ho : ditolak Ho : ditolak Ho : ditolak Ho : ditolak Ho : ditolak Ho : ditolak
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua p-value yang dihasilkan ≥ α = 0,05 yang berarti sampel berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Penelitian 1. Uji Anava Setelah pengujian prasyarat terpenuhi maka pengujian selanjutnya adalah pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah) ditinjau dari motivasi belajar siswa. Data-data yang diperoleh dari penelitian berupa data pretest,
posttest dan motivasi belajar siswa dianalisis
dengan Anava dua jalan (2x2) dengan isi sel tidak sama menggunakan bantuan software MINITAB 15 dengan taraf signifikan 0,05. Kriteria uji yang ditetapkan adalah jika nilai signifikan P-value < α (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini disajikan hasil uji Anava : Factor Metode motivasi
Type fixed fixed
Levels 2 2
Values post_NHT, Post_Ceramah rendah,tinggi
Analysis of Variance for Prestasi, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Metode 1 17.016 17.016 17.016 31.59 0.000 motivasi 1 9.657 9.657 9.657 17.93 0.000 Error 61 32.853 32.853 0.539 Total 63 59.526 S = 0.733876 R-Sq = 44.81% R-Sq(adj) = 43.00%
Factor METODE motivasi
Type fixed fixed
Levels 2 2
Values slsnCrm, slsnNHT rendah, tinggi
Analysis of Variance for PRESTASI, using Adjusted SS for Tests Source DF METODE 1 Error 61 Total 63 S = 0.858409
Seq SS Adj SS Adj MS F 12.840 12.840 12.840 17.43 44.949 44.949 0.737 69.049 R-Sq = 34.90% R-Sq(adj) = 32.77%
P 0.000
Berdasarkan analisis variansi dua jalan di atas dapat dirangkum sebagai berikut : a. Hipotesis Pertama P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian Ho1 ditolak dan H11 diterima. Artinya terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi kompetensi konsumsi dan investasi antara implementasi model pembelajaran NHT dan Ceramah. b. Hipotesis Kedua P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian Ho2 ditolak dan H12 diterima. Artinya terdapat perbedaan prestasi belajar ekonomi kompetensi konsumsi dan investasi antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah.
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Hipotesis Ketiga P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian Ho3 ditolak dan H13 diterima. Artinya terdapat perbedaan selisih pretest dan posttest ekonomi pada kompetensi konsumsi dan investasi antara model pembelajaran NHT dan ceramah 2. Uji Lanjut Anava Setelah dilakukan uji analisis variansi, maka tahap selanjutnya adalah dilakukan uji lanjut anava terhadap hasil pengujian dengan Ho ditolak. Uji lanjut bertujuan untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih berpengaruh. Berdasarkan hasil uji anava, maka hipotesis yang perlu dilakukan adalah Hipotesis pertama, hipotesis kedua, dan hipotesis ketiga. a. Model Pembelajaran NHT dan Ceramah Gambar 13. Uji Lanjut Model Pembelajaran NHT dan Ceramah O ne-W ay N or mal AN O M for P restas i A lpha = 0.05 8 .0
Mean
7 .8 7 .6
7 .5 8 7
7 .4
7 .3 8 0
7 .2
7 .1 7 3
7 .0 6 .8 6 .6 p o st e sCRM
p o st e sNHT M et o d e
Dari Grafik rata-rata (mean) pada gambar 13 di atas terlihat bahwa kelompok eksperimen (NHT) berada pada posisi atas dibanding kelompok kontrol (ceramah). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen (NHT) lebih baik commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibanding dengan kelompok kontrol (ceramah), dimana kelompok eksperimen (NHT) memiliki nilai rata-rata 7,90 di atas nilai rata-rata gabungan kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol
(ceramah). (Garis warna hijau)
sedangkan kelompok kontrol (ceramah) memiliki nilai rata-rata 6,86 di bawah nilai rata-rata gabungan. antara kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah) tidak bersinggungan sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. b. Motivasi Belajar Siswa Gambar 14. Uji Lanjut Motivasi Belajar Siswa O ne-Way N ormal AN O M for Prestasi Alpha = 0.05
Mean
7.8
7.6
7 .62 2
7.4
7 .38 0
7.2 7 .13 9 7.0
re nd ah
t ing g i mo t ivasi
Dari Grafik rata-rata (mean) pada gambar 14 di atas terlihat bahwa prestasi siswa pada motivasi belajar tinggi berada pada posisi atas dibanding motivasi belajar rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, dimana kelompok eksperimen (NHT) memiliki nilai rata-rata 7,627 commit di atasto user nilai rata-rata gabungan kelompok
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah). (Garis warna hijau) sedangkan kelompok ceramah memiliki nilai rata-rata 6,867 di bawah nilai ratarata gabungan. Antara kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah) tidak bersinggungan sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. c. Selisih Nilai Pretest dan Postest
Gambar 15. Uji Lanjut Selisih Nilai Pretest dan Postest Siswa O n e -W a y N o r m a l A N O M fo r P R E S T A S I A lp h a = 0 .0 5
2 .0 1 .8 1 .7 0 7
Mean
1 .6 1 .4 6 9 1 .4 1 .2 3 1
1 .2 1 .0
slsn C rm
slsn N H T M ET O D E
Dari Grafik rata-rata (mean) pada gambar 15 di atas terlihat bahwa selisih nilai pretest dan posttest pada kelompok eksperimen (NHT) berada pada posisi atas dibanding peningkatan pretest dan posttest pada kelompok kontrol (ceramah). Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelompok eksperimen (NHT) mempunyai peningkatan nilai yang lebih baik dibanding dengan siswa pada kelompok kontrol (ceramah), dimana kelompok eksperimen (NHT) memiliki nilai peningkatan sebesar 1,92 di atas nilai rata-rata gabungan kelompok eksperimen (NHT) dan kelompok kontrol (ceramah). (Garis warna hijau) sedangkan kelompok kontrol commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(ceramah) memiliki peningkatan sebesar 1,02 di bawah nilai rata-rata gabungan. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran dengan metode NHT lebih efektif dibanding dengan pembelajaran metode ceramah.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1.
Hipotesis Pertama P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian Ho1 ditolak dan H11 diterima.
Artinya terdapat perbedaan penggunaan model pembelajaran NHT dan Ceramah terhadap prestasi belajar ekonomi pada materi Konsumsi dan Investasi. Hal ini sesuai dengan teori yang telah diungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dua model pembelajaran yang karakteristiknya berbeda akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar. Dua metode pembelajaran yang berbeda tentunya akan memberi pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar siswa. Rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan metode NHT = 7,896 sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan metode ceramah = 6,865. Melihat rerata prestasi belajar, siswa yang menggunakan pembelajaran NHT mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada yang menggunakan ceramah. Hal ini dikarenakan model NHT memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain (Muslimin Ibrahim, dkk, 2000:26). Struktur ini commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual. Dari hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa rerata hasil prestasi kognitif siswa yang dikenakan perlakuan dengan metode koopertif tipe NHT lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode ceramah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa metode koopertif tipe NHT lebih terstruktur dan terarah. Siswa dapat melakukan pembelajaran secara aktif langkah demi langkah sehingga dapat menekan tingkat kesalahan siswa dalam melakukan kegiatan ekplorasi penguasaan konsep. Guru hanya menyampaikan inti dari materi secara singkat, sedangkan problem atau masalah dan langkah - langkah proses pemecahan masalah didiskusikan oleh siswa secara berkelompok, siswa lebih leluasa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa yang di ajar menggunakan model pembelajaran NHT mempunyai labih banyak waktu dan lebih berkonsentrasi dalam mengerjakan soal-soal latihan baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan pada kelas yang di ajar menggunakan metode ceramah, sedangkan pada metode ceramah siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dan cenderung bekerja secara individu pada waktu mengerjakan soal-soal latihan sehingga kreatifitas siswa berkurang. Dari hasil analisis data dan hasil analisis pembelajaran yang berlangsung selama penelitian menunjukan
bahwa prestasi belajar siswa yang mendapat
pembelajaran dengan metode koopertif tipe NHT lebih baik dari pada kelompok siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode ceramah pada materi konsumsi dan investasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
129 digilib.uns.ac.id
Hipotesis Kedua P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian Ho2 ditolak dan H12 diterima.
Artinya ada perbedaan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi pada materi Konsumsi danInvestasi. Dalam pembelajaran, motivasi belajar adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai pelajaran yang diikutinya dan meraih prestasi setinggi-tingginya pada materi tersebut. Tanpa motivasi belajar, siswa tidak akan tertarik dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi belajar yang tinggi siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi belajar yang tinggi siswa akan berupaya sekuatkuatnya dan dengan menempuh berbagai strategi positif untuk mencapai keberhasilan dalam belajar, sebagaimana yang telah dibahas dalam kajian teori tentang motivasi belajar. Hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi pada materi Konsumsi dan Investasi. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Rerata hasil prestasi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi 7,75 dan motivasi belajar rendah
6,98. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa
motivasi belajar dapat menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar, serta menentukan ketekunan belajar. Seorang siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan selalu berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik. Sehingga sangat mungkin jika siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
130 digilib.uns.ac.id
yang memiliki motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi yang lebih baik pula dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Meskipun demikian, tidak semua siswa yang memperoleh prestasi belajar tinggi juga memiliki motivasi belajar yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, ada siswa sebagian siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi namun pretasi belajar rendah. Hal ini dimungkinkan karena terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya ada atau tidaknya hasrat dan keinginan berhasil, ada atau tidaknya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, ada atau tidaknya harapan dan cita-cita masa depan, ada atau tidaknya penghargaan dalam belajar, ada atau tidaknya kegiatan menarik dalam belajar, serta ada atau tidaknya lingkungan belajar yang kondusif. Dari hasil analisis data dan hasil analisis pembelajaran yang berlangsung selama penelitian menunjukan bahwa motivasi belajar siswa yang tinggi akan memperoleh prestasi lebih baik dari pada motivasi belajar siswa yang rendah pada materi konsumsi dan investasi 3.
Hipotesis Ketiga P-value (0,000) < α (0,05) dengan demikian Ho3 diterima dan H13 ditolak.
Artinya terdapat perbedaan selisih nilai pretest dan posttest antara model pembelajaran NHT dan Ceramah pada kompetensi Konsumsi dan Investasi. Adanya perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hipotesis pertama, pembelajaran ekonomi menggunakan metode NHT lebih baik daripada menggunakan metode ceramah terhadap prestasi belajar. Pada pembelajaran commit to user ekonomi pada materi konsumsi dan investasi dengan menggunakan metode NHT
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peningkatan nilai dari pretest ke posttest lebih tinggi yaitu 1,92 dibandingkan dengan peningkatan nilai dari pretest ke postest yaitu 1,02 pada metode ceramah. Hal ini terjadi karena adanya penerapan metode pembelajaran yang berbeda, dengan metode NHT siswa lebih banyak diberi waktu untuk menggali kemampuan sendiri sesaui dengan kreatifitas siswa dan saling membelajarkan antar siswa, sehingga jumlah siswa yang memahami materi semakin meningkat. Berbeda dengan metode ceramah, siswa cenderung tidak aktif dan cenderung individu, sehingga siswa yang memahami materi tergantung dengan individu masing-masing siswa. Berdasarkan hasil analisis data dan hasil analisis pembelajaran yang berlangsung selama penelitian menunjukan bahwa peningkatan nilai dari pretest ke posttest pada kelompok siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode koopertif tipe NHT lebih baik daripada peningkatan nilai dari pretest ke posttest kelompok siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode ceramah pada materi konsumsi dan investasi.
E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh mungkin belum memenuhi harapan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang membatasi hasil penelitian ini, antara lain :
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Pembelajaran model kooperatif tipe Numbered Heads Together masih di anggap hal baru baik oleh guru maupun siswa sehingga proses belajar mengajar yang terjadi kurang maksimal. 2. Efektivitas pembelajaran masih kurang karena membutuhkan waktu yang cukup lama, dan sedikit ada kegaduhan sehingga butuh kesabaran guru untuk mengatasinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan Bab IV, maka dapat disimpulan sebagai berikut : 1.
Hasil pengujian hipotesis diperoleh harga P-value = 0,000 karena P-value < 0,05 maka keputusan ujinya H01 di tolak dan H11 di terima sehingga ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode kooperatif tipe NHT dan metode ceramah terhadap prestasi belajar ekonomi pada materi Konsumsi dan Investasi, di mana siswa yang di beri perlakuan menggunakan metode kooperatif tipe NHT memiliki rerata prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang di beri perlakuan menggunakan metode ceramah dengan rerata 7,90 untuk metode kooperatif tipe NHT dan 6,86 untuk metode Ceramah
2. Hasil pengujian hipotesis diperoleh harga P-value = 0,000, karena P-value < 0,05 maka keputusan ujinya H02 di tolak dan H12 di terima sehingga ada pengaruh motivasi belajar (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar ekonomi pada materi konsumsi daninvestasi di mana rerata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi rendah dengan rerata 7,63 untuk siswa yang memiliki motivasi tinggi dan 6,87 untuk siswa yang memiliki motivasi rendah. 3. Hasil pengujian hipotesis di peroleh harga P-value = 0,000, karena P-value < 0,05 maka keputusan ujinya H03 di tolak dan H13 di terima sehingga ada perbedaan peningkatan dari pretest ke posttest (NHT dan ceramah) belajar commit to user
133
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ekonomi, di mana siswa pada kelompok eksperimen (NHT) memiliki nilai peningkatan 1,92 dan 1,02 pada siswa kelompok kontrol (ceramah).
B. Implikasi Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang di peroleh, penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut : 1.
Implikasi teoritis a. Memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa b. Metode pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan
2. Implikasi praktis a. Untuk mendapat prestasi yang lebih baik pada materi konsumsi dan investasi, model pembelajaran yang tepat digunakan adalah model Numbered Heads Together (NHT) karena dengan menggunakan model ini siswa diberi kesempatan bekerja secara individu dan kelompok. Selain itu siswa lebih aktif, kreatif, terampil, obyektif dan kritis dalam memecahkan masalah. b. Untuk pembelajaran pada materi konsumsi dan investasi dengan model Numbered Heads Together (NHT) guru perlu memperhatikan pretest sebagai kemampuan awal siswa.
commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Untuk pembelajaran pada materi Hukum Gravitasi Newton dengan model Numbered Heads Together (NHT) guru perlu memperhatikan motivasi belajar siswa.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang di peroleh, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut : 1.
Kepada Kepala Sekolah Sebaiknya selaku kepala sekolah melakukan supervisi secara kontinyu dan memotivasi guru agar pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya monoton metode ceramah.
2.
Kepada Komite Sekolah Berhubungan dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwa begitu pentingnya metode pembelajaran yang berfariatif terutama penerapan metode kooperatif, maka disarankan untuk penambahan sarana dan prasarana sekolah seperti LCD pada kelas XII, kalau perlu setiap guru diberi laptop secara bertahap.
3.
Kepada guru a. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain: media pembelajaran, penguasaan materi commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang akan disampaikan, dan pembagian kelompok secara heterogen sehingga terjadi interaksi siswa diantara kelompoknya. b. Diperlukan keahlian untuk membangkitkan motivasi berlajar ekonomi, seperti memberikan pujian dan reward kepada siswa yang berprestasi tinggi, dan memberikan semangat untuk terus belajar kepada siswa yang berprestasi rendah. 4.
Kepada peneliti lain a. Sebagai
acuan
untuk
penelitian
yang
sejenis
dengan
metode
pembelajaran dan mata pelajaran yang berbeda, kompetensi dasar yang lain serta mungkin dapat dikembangkan untuk beberapa sekolah. b. Pengukuran motivasi belajar tidak hanya terbatas kategori tinggi dan rendah, diharapkan adanya motivasi belajar siswa yang kategori sedang. c. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan variabel bebas yang lain, seperti: gaya belajar, tingkat intelegensi, kreatifitas, dan sebagainya. 5. Kepada Siswa a.
Setiap siswa mempunyai motivasi belajar yang tidak sama dan masingmasing dapat dikembangkan, karena dengan motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar.
b.
Sebaiknya siswa didalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih mandiri dan tanggung jawab.
c.
Sebaiknya siswa sebelum melakukan kegiatan penbelajaran benar-benar memahami tujuan dari pembelajaran. commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management, Central Conectiout State University. The McGraw-Hill Companies Inc. _______2007. Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Terjemahan Helly Prayitno, S. Dan Sri Mulyantini, S. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, Suharsimi 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta A’yun, S. 20010. Pembelajaran Fisika Model Think pairShare (TPS) dan Model Make A Match (MAM) Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Motivasi Berprestasi. Tesis S2 Pendidikan Sain UNS. Surakarta (Unpublished) Budiyono, 2003. Metodologi Penelitian Pengajaran matematika. Surakarta: UNS Press ________, 2009. Statsitik Untuk Penelitian. Surakarta Press Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi. Dimyati & Mudjiono, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Eija Kimonena, Raimo Nevalainen, 2005. “Active learning in the process of educational change” Department of Teacher Education, University of Jyva¨skyla¨, P.O. Box 35, FIN-40351 Jyva¨skyla¨, Finland; University Teacher Training School, University of Jyva¨skyla¨, P.O. Box 35, FIN40351 Jyva¨skyla¨ www.elsevier.com/locate/tate diakses tanggal 9 April 2012. Hamdani. 2011. Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Hamzah B. Uno, 2006. Teori Motivasi & Pengukuranya. Jakarta: bumi Akasara Husnul Chotimah & Yuyun Dwitasari. 2009. Strategi-Strategi Pembelajaran. Malang: Surya Pena Gemilang Ibrahim Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
138 digilib.uns.ac.id
Keziah A. Achuonye. (2010) yang berjudul “A comparative study of problembased and lecturebased learning in secondary school students’motivation to learn science” International Journal of Science and Technology Education Research Vol. 1(6), pp. 126 - 131, November 2010 Available online http://www.academicjournals.org/IJSTER Keller, J. 2000. How Tointegrate Learner Motivation Planning Into Lesson Planning: the ARCS Model Approach http://mailer.fsu.edu /~jkeller/Articles/Keller%202000%20ARCS%20Lesson%20Planning.Pdf. Florida: Florida State university. Diakses 25 Nopember 2011 Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo. Marcia W. Keyser, 2000. “Active learning and cooperative learning: understanding the difference and using both styles effectively” Research Strategies 17(35±44). James C. Jernigan Library, Texas A&M UniversityKingsville, Kingsville; TX, USA. E-mail address:
[email protected] (M.W. Keyser). N. A. Nik Azlina, (2010) yang berjudul “CETLs: Supporting Collaborative Activities Among Students and Teachers Throught the Use of Think-PairShare Techniques” IJCSI Internasional J. of Computer Science Issues, Vol 7, Issue 5. ISSN (online) 1694-0814. www.IJCSI.org Nawawi, Ismail. 2010, Perilaku Organisasi, Surabaya: Mitra Media Nusantara. Neo, M. 2004. Cooperativ Learning on The Web: A group based, student centred learning experiencein the Malaysian classroom. J. Of educational Technology,20(2):171-190, http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet20/neo.html, diakses 27 Pebruari 2012 Ngalim Purwanto, M. 1986, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Karya Nurhaeni, Yani. 2011. Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas XI SMP 43. Jurnal Penelitian Pendidikan, vol. 12, No.1, http://jurnal.upi.edu/file/7-YANI.pdf, diakses 10 Maret 2012. Paivi Tynjala,1999. Towards expert knowledge? A comparison between a constructivist and a traditional learning environment in the university: International Journal of Educational Research 31 (1999) 357}442 University of Jyvaskyla , Institute for Educational Research, P.O. Box 35 (Freda), 40351 Jyvaskyla, Finland. www.elsevier.com/locate/ijedures diakses tanggal 9 April 2012 commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rahmawati, Ika. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Numbered Heads Together(NHT) dan Think Pair Share(TPS) ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Gaya Belajar Siswa. Tesis S2 Pendidikan Sain UNS. Surakarta (Unpublished) Slavin R.E, 2005. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media Sadono Sukirno, 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Rajagrafindo Persada Sardiman A.M, 2011. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada Sigit Santoso, 2011. Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press Soediyono R, 1997. Ekonomi Makro: Analisa IS-LM dan permintaan-Penawaran Agregatif. Yogyakarta: Liberty Sudjana, Nana dan Ibrahim, 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensindo Suherman Rosyidi, 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: PT Rajagrafindo Sumarna Surapranata, 2009. Analisis, Validitas Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Bineka Cipta Syaiful Sagala, 2007. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sugiyanto, 2007. Modul: Pendidikan Dan Latihan profesi Guru (PLPG). ModelModel Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Percetakan UNS Suke Silverius, 1991. Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo Yulian H, dkk, 2005. Akuntansi Untuk SMA kelas 2, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Wahyono, Hari. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT untuk Meningkatkan Prestasi Belajar konsep Matriks. Jurnal Riset Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. III (605-610) Winardi, 1988. Pengantar Ilmu Ekonomi, Bandung: Tarsito. commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user