perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN BLORA
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: SRI PERTIWI S.850809218
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN BLORA
Disusun oleh: SRI PERTIWI S 850809218
Telah Disetujui Tim Pembimbing
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
1. ……………
…………
2. ……………
…………
NIP. 19530915 197903 1 003
2. Drs. Suyono, M.Si. NIP. 19500301 197603 1 002
Mengetahui: Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN BLORA
Disusun oleh: SRI PERTIWI S 850809218 Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal: ... Maret 2011
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1002
..................................
Sekretaris
: Dr. Riyadi, M.Si. NIP. 19670116 199402 1001
..................................
Anggota Penguji
: 1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. NIP. 19530915 197903 1 003
.................................
2. Drs. Suyono, M.Si. NIP. 19500301 197603 1 002
.................................
Surakarta, ... Maret 2011 Mengetahui Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D NIP.19570820 198503 1004
commit to user
iii
Dr. Mardiyana, M.Si NIP.19660225 199302 1002
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: SRI PERTIWI
NIM
: S850809218
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN BLORA adalah betul–betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarta,
Maret 2011
Yang membuat pernyataan
SRI PERTIWI
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
1. Jika suatu pekerjaan dapat dikerjakan pada hari ini, janganlah ditunda hingga hari esok. 2. Kehilangan yang paling besar adalah kehilangan keyakinan terhadap diri sendiri.
(Sri Pertiwi)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada: 1. Bapak Suwarno, Suamiku yang tercinta. 2. Ibu Sunarmi, Orang tuaku yang kuhormati. 3. Ibu Simah, Mertuaku yang kuhormati. 4. Bapak Parto, Mertuaku yang kuhormati. 5. Tutut Putri Gatot Suwarno, Mokti Wijaya Nagara dan Gradieni Sigmawarni Pertiwi, anak–anakku yang ku sayangi. 6. Rekan-rekanku Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana UNS. 7. Rekan–rekan guru Matematika SMP se Kabupaten Blora khususnya guru Matematika SMP 2 Blora, SMP 3 Cepu dan SMP 1 Jiken. 8. Almamater. 9. Pembaca yang budiman.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunianya kepada kita bersama dan khususnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi–tingginya dan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada: 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas–luasnya untuk menyelesaikan tesis ini. 2. Dr. Mardiyana, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan petunjuk bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 4. Drs. Suyono, M.Si Pembimbing II dalam penyusunan
tesis ini yang telah
memberikan petunjuk bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 6. Bupati Kabupaten Blora yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Kepala SMP 2 Blora yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 9. Kepala SMP
3 Cepu yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai
kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 10. Kepala SMP 1 Jiken yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. 11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya Tesis ini. Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai sebagai suatu amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala. Surakarta, Maret 2011 Penulis Sri Pertiwi
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ...................................................................................................................... i PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................................ii PENGESAHAN TESIS ........................................................................................... iii PERNYATAAN....................................................................................................... iv MOTTO ....................................................................................................................v PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .............................................................................................vii DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv ABSTRAK .............................................................................................................. xvi ABSTRACT ............................................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1 B. Identifikasi Masalah .............................................................................4 C. Pemilihan Masalah ...............................................................................5 D. Pembatasan Masalah ............................................................................6 E. Perumusan Masalah .............................................................................8 F. Tujuan Penelitian .................................................................................9 G. Manfaat Penelitian ..............................................................................10 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................................11 A. Kajian Teori ........................................................................................11 1. Pengertian Belajar ...........................................................................11 2. Model Pembelajaran Kooperatif .....................................................15 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............................................21 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) ..24 5. Perbedaan model pembelajaran TGT dengan
commit to user
ix
Jigsaw ...............30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Prestasi Belajar Matematika............................................................31 7. Motivasi Belajar Matematika ..........................................................34 8. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................37 B. Kerangka Berpikir ...............................................................................40 C. Hipotesis Penelitian.............................................................................43 BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................................45 A. Jenis Penelitian ....................................................................................45 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................45 C. Rancangan Penelitian ..........................................................................46 D. Populasi dan Sampel ...........................................................................47 1. Populasi ..........................................................................................47 2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................47 E. Variabel Penelitian ..............................................................................48 1. Variabel Bebas ................................................................................48 2. Variabel Terikat ..............................................................................50 F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................51 1. Metode Dokumentasi ......................................................................51 2. Metode Tes ......................................................................................52 3. Metode Angket ................................................................................52 G. Instrumen Penelitian ...........................................................................53 H. Teknik Analisis Data ...........................................................................60 1. Uji Prasarat ......................................................................................60 2. Uji Keseimbangan ...........................................................................62 3. Uji Hipotesis ...................................................................................64 4. Uji Komparasi Ganda......................................................................69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................71 A. Data Hasil Uji Coba Instrumen ...........................................................71 1. Soal Tes Prestasi Belajar .................................................................71 2. Soal Angket Motivasi Belajar .........................................................73 B. Penyajian Data Hasil Penelitian ..........................................................74 1. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa.........................................74
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Skor Angket Motivasi Belajar Siswa ..............................................75 C. Hasil Analisis Data..............................................................................76 1. Kemampuan Awal ...........................................................................76 2. Analisis Variansi .............................................................................78 3.Uji Anava .........................................................................................80 4. Uji Komparasi Ganda......................................................................82 D. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................83 E. Keterbatasan Penelitian ......................................................................91 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................92 A. Kesimpulan .........................................................................................92 B. Implikasi..............................................................................................93 C. Saran....................................................................................................94 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................97
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Kooperatif ................................................................ 20 Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok ...................... 30 Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran TGT dengan Jigsaw.............................. 30 Tabel 3.1 Waktu Penelitian ...................................................................................... 46 Tabel 3.2 Desain faktorial Penelitian ....................................................................... 46 Tabel 3.4 Kriteria penilaian Angket ......................................................................... 53 Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua jalan ................................................. 69 Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika............................................ 75 Tabel 4.2 Hasil Pengelompokan Motivasi Belajar Siswa ........................................ 76 Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Kemampuan Siswa ............................................ 77 Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ............................. 77 Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ......................... 78 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar ................................................... 79 Tabel 4.7 Uji Homogenitas pada Masing-masing Kelompok ................................ 80 Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan .............................................. 81 Tabel 4.9 Rataan masing-masing sel dari data hasil penelitian ............................. 82 Tabel 4.10 Uji Scheffe Komparasi Antar Kolom ................................................... 82
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Ilustrasi Hubungan antara Tim Heterogen dan Meja Homogen .........26
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Data nilai rata-rata UNAS matematika SMP Kabupaten Blora tahun 2010 ....100 2. Silabus ...............................................................................................................103 3. RPP Teorema Pythagoras..................................................................................107 4. LKS dan Materi Teorema Pythagoras ..............................................................189 5. Kartu soal ..........................................................................................................207 6. Lembar Ahli ......................................................................................................213 7. Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Kemampuan awal ..............................222 8. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika .............228 9. Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika..........238 10. Uji Keseimbangan Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika .......241 11. Validitas Butir Soal Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba .....................244 12. Kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba .......................................246 13. Instrument Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ....................................248 14. Data Siswa Uji Coba, kelompok eksperimen 1 dan 2 .......................................257 15. Analisis DP dan TK Soal Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba .............264 16. Analisis Reliabilitas Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba .....................266 17. Validitas Angket Motivasi Belajar Uji Coba ....................................................268 18. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika Uji Coba .................................270 19. Instrument Angket Motivasi Belajar Uji Coba .................................................271 20. Uji Reliabilitas dan Konsistensi Angket Motivasi Belajar ...............................283 21. Kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika .......................................................287 22. Instrument Test Prestasi Belajar Matematika ...................................................289 23. Kisi-kisi Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ...................................296 24. Instrument Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ................................297 25. Data Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Berbagai Kategori Motivasi Belajar Eksperimen 1 ........................................................................................307 26. Data Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Berbagai Kategori Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen 2 ......................................................................310
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27. Data Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Berbagai Kategori Motivasi Belajar ...............................................................................................................313 28. Komputasi Statistik Diskriptif Data Prestasi Belajar Matematika ...................330 29. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Dengan TGT ...................................................................................................................333 30. Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperuimen Dengan JIGSAW ............................................................................................................337 31. Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi Rendah ..............................................................................................................341 32. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi Sedang ...............................................................................................................344 33. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi Tinggi ................................................................................................................348 34. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Dengan TGT Dan Jigsaw ........................................................................................................352 35. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika untuk Motivasi Berprestasi Tinggi, Sedang dan Rendah ...........................................................................................355 36. Uji Anava ..........................................................................................................358 37. Uji komparasi lanjutan ......................................................................................362 38. Surat Keterangan Penelitian ..............................................................................365 39. Dokumentasi kegiatan penelitian ......................................................................368
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sri Pertiwi, S850809218. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Blora. Tesis. Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc dan Pembimbing II: Drs. Suyono, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. (3) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 2×3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Blora. Sampel penelitian ini diperoleh dengan gabungan Stratified Random Sampling dan Cluster Random Sampling. Banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 1 (penyajian materi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT) sebanyak 83 siswa, sedangkan banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 2 (penyajian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw) sebanyak 84 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, angket motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar matematika berupa tes pilihan ganda. Analisis instrumen tes menggunakan validitas isi oleh expert judgment dan reliabilitas tes menggunakan uji KR–20, sedangkan analisis butir tes dengan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. Analisis instrumen angket menggunakan validitas isi oleh expert judgment dan reliabilitas angket menggunakan Cronbach Alpha, sedangkan analisis butir angket menggunakan uji konsistensi internal.
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama dan dilanjutkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelum data dianalisis dengan uji anava terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah (3) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar matematika siswa. Diperoleh sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah; Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Kata kunci: TGT, Jigsaw, Prestasi Belajar Matematika dan Motivasi belajar siswa.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Sri Pertiwi, S850809218. The effectiveness of Cooperative Learning Model by Team Games Tournament (TGT) and Jigsaw Type in the Student Learning Mathematics Achievement of Learning Motivation Junior High School Students Blora Regency. Thesis. Principal Advisor: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., And Coadvisor: Drs. Suyono, M.Si. Surakarta: Mathematics Education Study Program Postgraduate Program of Sebelas Maret University in Surakarta, 2011. The aims of this research are to know: (1) Which gives the student learning achievement is better than mathematics cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) type or Jigsaw type. (2) Which gives the student learning achievement is better than who have high of learning motivation or who have middle and low of learning motivation. Which gives the student learning achievement is better than who have high of learning motivation or who have middle and low of learning motivation. (3) Is better than using of mathematics cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) type or Jigsaw type to give the student learning achievement for student have high, middle and low of learning motivation. Is better than using of mathematics cooperative learning model by Team Games Tournament (TGT) type to give the student learning achievement for student have high or middle and low of learning motivation, students have middle of learning motivation who are their the student learning achievement is better than low of learning motivation. Is better than using of mathematics cooperative learning model by Jigsaw type to give the student learning achievement for student have high or middle and low of learning motivation, students have middle of learning motivation who are their the student learning achievement is better than low of learning motivation. This research is a quasi experiment with 2×3 factorial design. The research was conducted in June 2010 to December 2010 with a population of state junior high school students grade VIII in Blora. This sample obtained by the combination of Stratified Random Sampling and Cluster Random Sampling. The number of respondent in this research was 83 students as the first experimental group (using cooperative learning method by TGT). Meanwhile, the number of Respondent in this research was 84 students as the second experimental group (using cooperative learning method by jigsaw). Collecting data is done with students' learning motivation questionnaire, review school documents and math achievement test. Instrument analysis test used is content validity test by expert’s judgment and reliability test used is KR-20; while analysis of test points used is differential force and difficult level test. Instrument analysis of questioner used content validity by expert’s judgment and reliability of questioner used Cronbach Alpha; while analysis of questioner points used internal consistency. Data analysis technique used in this research is two ways variant analysis (ANAVA) with not same cell and then double compression test with method of Scheffe. Before data analyzed by ANAVA test, prerequisite test is performed
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
previously, they are normality test with Lilliefors method and homogeneity test with using Bartlett test. The conclusion of this research are: (1) Mathematics learning achievement of the student whose cooperative learning model of TGT type is the same as the using of cooperative learning method of Jigsaw type. (2) Mathematics learning achievement of the student whose high motivation is better than mathematics learning achievement of student whose is middle and low motivation. Mathematics learning achievement of the students whose middle learning of motivation is better than mathematics learning achievement with low learning of motivation. (3) No interaction between using cooperative learning model TGT and Jigsaw type also the learning motivation. Got the following: Using cooperative learning model TGT type gives mathematics learning achievement is same as the using of cooperative learning model Jigsaw type for student who has high, middle and low learning of motivation; Using cooperative learning model TGT type gives mathematics learning achievement of the students who has high learning of motivation is better than the student who has middle and low learning of motivation, the student who has middle learning of motivation is better than the student who has low learning of motivation; Using cooperative learning model jigsaw type gives mathematics learning achievement of the students who has high learning of motivation is better than the student who has middle and low learning of motivation, the student who has middle learning of motivation is better than the student who has low learning of motivation. Keyword: TGT, Jigsaw, Mathematics Learning Achievement, and student learning of motivation.
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang berhasilnya guru dalam pembelajaran dengan metode diskusi. Pelaksanaan diskusi kelompok yang sering dilakukan, justru kurang diminati siswa. Siswa pandai cenderung mendominasi kelompok belajarnya karena merasa dirinya lebih dari temannya dan tidak mempercayai teman sekelompoknya. Mereka dapat pula bersikap sebaliknya, pasif dan apatis sebagai akibat merasa dirugikan dalam diskusi kelompok karena mereka akan bekerja keras untuk kelompoknya sementara siswa yang kurang pandai akan ikut memperoleh hasil kerja kerasnya. Jika dilihat dari siswa yang kurang pandai, mereka cenderung merasa tersisihkan, rendah diri, dan pasif, karena seringkali pendapat-pendapat mereka kurang mendapat respon dari siswasiswa yang lebih pandai. Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya model pembelajaran kooperatif
yang tepat dengan sistem penilaian mengacu pada
kinerja kelompok dan kinerja individu dalam kontribusinya terhadap kinerja kelompok. Perlu pula pemberian keleluasaan interaksi antara pendidik dengan siswa maupun siswa dengan siswa selama proses belajar mengajar. Interaksi berdampak positif dapat memberi motivasi dan mutualitas kepada siswa untuk mengikuti proses belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada pendidikan formal. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika merupakan akar dari semua ilmu. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa masih sangat rendah dibandingkan dengan prestasi mata pelajaran lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan pemerintah kabupaten Blora dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan khususnya mata pelajaran matematika. Namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya hasil pendidikan matematika dengan ditunjukkan adanya kenyataan, sebagai berikut: 1. Prestasi siswa SMP negeri se-kabupaten Blora untuk mata pelajaran matematika dalam UN tahun 2009 dan 2010 menempati urutan 3 di bawah mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA. 2. Nilai UN mata pelajaran matematika SMP dua tahun terakhir mengalami penurunan, hal ini ditunjukkan pada 2009 nilai rata-rata matematika kurang dari 6,00 nilai terendah 3,25 dan nilai tertinggi 10,00 sedangkan tahun 2010 nilai rata-rata matematika
kurang dari 6,00 nilai terendah 2,50 dan nilai
tertinggi 10,00 ( Sumber Diknas Kabupaten Blora ). 3. Siswa yang tidak lulus pada Ujian Nasional (UN) khususnya kabupaten Blora 2 tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang signifikan yaitu pada tahun 2009 adalah 7,2% terdapat mata pelajaran matematika yang belum tercapai batas minimal kelulusan paling banyak dibandingkan dua mata pelajaran yang lainnya yaitu Bahasa Indonesia dan IPA, pada tahun 2010 adalah 11,48%,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
terdapat mata pelajaran matematika yang belum tercapai batas minimal kelulusan paling banyak dibandingkan tiga mata pelajaran yang lainnya yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA (Sumber Diknas Kabupaten Blora). Hal tersebut di atas antara lain disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar yang selama ini yang dilakukan adalah dengan membiarkan siswa belajar secara pasif, mereka hanya dibiarkan menerima materi pelajaran tanpa diperhatikan daya kreatifnya. Konsekuensinya adalah siswa lebih dituntut untuk
belajar hafalan, sehingga informasi bahan pelajaran yang sampai ke
memori siswa tidak mampu bertahan lama atau mudah terlupakan. Ini akan menimbulkan dampak buruk pada siswa, mereka tidak bisa atau sulit menerapkan beberapa konsep dan rumus untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk memecahkan persoalan tersebut adalah dengan mengubah cara belajar siswa dengan memberikan suasana belajar yang baru yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat mengurangi kejenuhan belajar pada siswa. Pembelajaran lebih menekankan pada pendekatan kontekstual, yang mana matematika bersifat abstrak
itu dapat
disajikan dalam bentuk kontekstual, sehingga siswa dapat memahami konsep dengan mudah dan menyenangkan. Yang perlu diperhatikan di sini bahwa siswa diberi keleluasaan dalam belajar dalam arti siswa bisa menempatkan posisi belajar sesuai yang mereka inginkan tanpa ada penekanan dari guru. Diciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman, motivasi juga mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapainya tujuan. Bagi siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga akan dapat meningkatkan prestasi belajar. B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini adalah: 1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada kemungkinan disebabkan pola belajar mengajar yang selama ini dilakukan pendidik adalah cara belajar siswa rutinitas, yang tidak ada kreativitasnya sehingga proses pembelajaran cenderung membosankan. Terkait dengan hal ini muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu mengenai pengaruh pola belajar mengajar terhadap prestasi belajar matematika. 2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan kurang optimalnya usaha yang dilakukan siswa untuk belajar matematika. Terkait dengan hal ini muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu mengenai pengaruh besarnya usaha yang dilakukan siswa untuk belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika. 3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa mungkin karena siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar sehingga perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
dilakukan penelitian, apakah tinggi rendahnya motivasi belajar akan berpengaruh terhadap prestasi belajar belajar matematika. 4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan masalah tersebut dapat dilakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw pada prestasi belajar siswa. 5. Rendahnya hasil belajar matematika mungkin karena sarana dan prasarana yang kurang. Terkait dengan masalah tersebut dapat dilakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh sarana dan prasarana belajar terhadap prestasi belajar matematika.
C. Pemilihan Masalah Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak masalah dalam waktu yang sama. Berdasarkan identifikasi masalah peneliti akan melakukan penelitian dengan masalah sebagai berikut: 1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa mungkin karena siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar sehingga perlu dilakukan penelitian, apakah tinggi rendahnya motivasi belajar akan berpengaruh terhadap prestasi belajar belajar matematika. 2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
masalah tersebut perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw pada prestasi belajar siswa.
D. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan dilaksanaknnya penelitian, maka peneliti perlu memberikan batasan-batasan permasalahan sebagai berikut: 1. Siswa yang diteliti adalah siswa-siswa SMP Negeri kelas VIII di Kabupaten Blora tahun pelajaran 2010/2011. 2. Materi pembelajaran matematika yang diteliti difokuskan pada pembelajaran matematika pada standar kompetensi
tentang menggunakan teorema
Pythagoras dalam pemecahan masalah. Materi ini dipilih untuk penelitian karena waktu penelitian disesuaikan dengan program semester yang telah peneliti susun yang bertepatan dengan materi tersebut, dan materi ini menarik karena selain mengandung beberapa konsep yang dapat diterapkan ke materi lain atau dalam pemecahan masalah tetapi juga memerlukan daya kreativitas untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan teorema Pythagoras, misalkan diterapkan pada permasalahan garis singgung antara dua lingkaran, hubungan apotema dan tali busur lingkaran, dan sebagainya. 3. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika dibatasi pada faktor motivasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
4. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) dan
Jigsaw. Model ini dipilih dengan asumsi bahwa: a. Pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) mempunyai karakteristik yaitu pelaksanaannya melalui suatu turnamen dan langkahlangkahnya mudah sehingga menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran. Siswa bergerak dalam sebuah kegiatan kompetitif, mereka berdiskusi dan berpikir secara kelompok. Siswa berpeluang untuk meraih kemenangan dalam kompetitif secara positif, sehingga mereka termotivasi untuk belajar matematika. b. Model pembelajaran kooperatif jigsaw mempunyai karakteristik yaitu siswa dikelompokkan
kedalam kelompok belajar yang heterogen. Materi
pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dengan anggota lainnya dari kelompok itu mengenali latihan yang diberikan itu. Para siswa bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok lain yang mempelajari topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan hasil diskusinya pada teman–teman di kelompoknya. siswa aktif dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga siswa mudah untuk mengingat materi tersebut. 5. Prestasi belajar matematika dibatasi pada prestasi belajar matematika pada materi teorema Pythagoras Kelas VIII SMP semester satu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
E. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games
Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? 2. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang motivasi belajar rendah? 3. a. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah? b. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
c. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah?
F. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games
Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. 3. a. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. b. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. c. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
G. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian adalah: 1. Memberikan
informasi kepada
guru
matematika
tentang model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar matematika. 2. Memberi contoh dan acuan bagi guru lain untuk mencoba model ini atau termotivasi untuk mencoba menciptakan model pembelajaran yang baru. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian pendidikan matematika selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Abdul Hadis (2008:60) bahwa perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi pesera didik dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru disebut belajar. Pengertian belajar secara psikologis, juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut
Agus
Suprijono
(2010:39)
bahwa
kontruktivisme
beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan pengetahuan. Kontruktivisme menekankan pada belajar autentik bukan artifisial. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Kontruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses
sosial
atau
belajar
kolaboratif
dan
kooperatif.
Pembelajaran
kontruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Menurut Depdiknas (2005:3) pada teori Piaget, Piaget menjelaskan bahwa manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan
kepribadian,
perkembangan
sosio-emosional,
dan
perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung kepada seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada tiga aspek perkembangan intelektual yaitu: a. Struktur atau skemata merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. b. Isi merupakan pola perilaku khas anak yang tercermin pada responnya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi. c. Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuankemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk meng-organisasi proses-proses pisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan. Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara beradaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
dihadapi dalam lingkungannya. Sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya. Bagi guru matematika, teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan menggunakan
teori
itu
akan
bisa
mengetahui
adanya
tahap-tahap
perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-anak di kelas atau di sekolahnya. Guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alatalat peraga, dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.
Menurut Agus Suprijono (2010:163) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Seseorang dikatakan belajar matematika jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, misalnya dari tidak tahu matematika menjadi tahu tentang matematika dan mampu menerapkan dalam diri kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana dikemukakan oleh Pape (2004:52) bahwa: Mathematics educators have been called to teach mathematics through problem solving (National Council of Teachers of Mathematics [NCTM], 1989, 2000). As stated in Priciples and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000): “Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also a major means of doing so ... By learning problem solving in mathematics, student should acquire ways of thinking, habits of persistence and curiosity, and confidence in unfamiliar situations ...”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru matematika hendaknya menerapkan model pemecahan masalah, seperti yang telah ada dalam prinsip dan standar matematika di sekolah. Pemecahan masalah bukan hanya untuk metode dalam pembelajaran matematika tetapi juga sebagai cara dan tindakan sehingga dengan belajar pemecahan masalah pada matematika maka siswa dapat memperoleh cara berpikir, kebiasaan, ketekunan, rasa ingin tahu dan percaya diri dalam situasi yang baru. Menurut Ngalim Purwanto (2010:84) bahwa adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan
suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam
pengertian,
pemecahan
suatu
masalah/berpikir,
ketrampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar
adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, menemukan struktur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
pemikiran secara umum dan interaksi dengan objek yang dipelajari secara nyata dengan menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar. 2. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Depdiknas (2005:3) model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik.
Menurut Agus Suprijono (2010:46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Maull and Berry (2001:78) bahwa: Developing modelling skill should be an important part of an undergraduate degree programme but it often over looked as course concentrate on teaching mathematical knowledge and skill and introducing standar models. The modelling process is often characterised as a cyclic process in which one start with a”real problem set in words” Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan model bisa menjadi bagian penting pada program yang disetujui tetapi itu sering keliru seperti program di sekolah pada pengetahuan dan kemampuan
pengajaran
matematika. Proses model adalah sering dikhususkan seperti proses pada permasalahan nyata.
Menurut
Depdiknas
(2005:14)
bahwa
pembelajaran
kooperatif
merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:
a. Meningkatkan hasil akademik yang mana siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu. b. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
a. Bertujuan menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk mempelajari materi dan menyelesaikan masalah pada materi yang dibahas. b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa yaitu kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Menurut Agus Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kelompok di sini merupakan kelompok siswa yang ada interaksi. Setiap anggota kelompok berinteraksi berdasarkan peran-perannya sebagaimana norma yang mengatur perilaku anggota kelompok. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan:
a. ”Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. b. Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
Menurut Slavin (2010:103) pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda. Model-model pembelajaran kooperatif secara khusus bertujuan menggunakan kekuatan dari sekolah yang menghapuskan perbedaan kehadiran para siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda untuk meningkatkan hubungan antar kelompok. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil yang memperhatikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007:36) bahwa: Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both and instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah berdasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran adalah paling efektif yang mana siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas belajar. Pembelajaran kooperatif telah digunakan sebagai model pembelajaran pada berbagai jenis tingkat pendidikan dan berbagai jenis mata pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Setiap anggota dalam satu kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya. b. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. c. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. d. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. e. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan
siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Pahyono (2004:2) bahwa model pembelajaran Cooperative Learning (CL) dengan berbagai tipe dikembangkan berlandaskan teori belajar Constructivism (Konstruktivisme). Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis) pendekatan konsep dalam
pembelajaran. Pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak datang sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, melainkan manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi
makna melalui pengalaman nyata. Fakta adalah suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
konvensi yang merupakan suatu cara khas untuk menyajikan ide-ide matematika dalam bentuk kata atau simbol. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi atau penggolongan. Model CL juga dapat memberikan pengalaman belajar dan kecakapan hidup (life skill), karena terbukti mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa
secara
individu dan membangun kerjasama antar anggota dalam kelompok.
Table 2.1 Fase pembelajaran kooperatif Fase
Keterangan
Tingkah Laku Guru
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
Memperhatikan penjelasan guru
Menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi melalui penjelasan, demonstrasi atau buku bacaan
Memperhatikan informasi yang disampaikan guru, melalui demonstrasi atau menyimak buku
3
Mengorgisasikan siswa dalam kelompok belajar
Guru membentuk kelompok secara heterogen
Membentuk kelompok sesuai dengan model yang diterapkan
Guru membimbing kelompok belajar sesuai tugas dengan tugas siswa
Bekerja secara kelompok
4
Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Evaluasi
Guru meminta siswa dalam kelompok maupun klasikal untuk mempresentasikan hasil diskusi belajarnya
Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok maupun secara
Memberikan penghargaan
Pemberian penghargaan bagi individu maupun kelompok
Mendapatkan penguatan materi pelajaran dan menerima penghargaan bagi individu maupun kelompok
1
2
5
6
commit to user
Tingkah Laku Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Berdasarkan
pembahasan
di
atas
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa dalam kelompok kecil
untuk mencapai tujuan
pembelajaran. 3. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa dikelompokkan ke dalam kelompok belajar yang heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dengan anggota lainnya dari kelompok itu mengenali latihan yang diberikan itu. Para siswa bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok lain yang
mempelajari
topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan yang ia telah pelajari dan didiskusikan pada teman–teman kelompoknya. Setelah itu seluruh siswa diberi kuis secara individual tentang materi belajar yang sudah dipelajari. Skor pemerolehan dari kuis tersebut digunakan untuk menentukan skor kelompoknya disamping sebagai skor individu. Menurut Slavin (2010:103) bahwa model pembelajaran kooperatif Jigsaw
siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama dengan latar
belakang yang berbeda. Tiap anggota kelompok ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu. Setelah mempelajari materi tertentu, para ahli dari kelompok yang mendiskusikan topik
yang sedang
bertemu
untuk
mereka bahas, lalu mereka kembali
commit to user
berbeda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
kepada kelompok untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu kelompok. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik, skor yang diperoleh merupakan skor individu dan kemudian dijumlahkan dengan skor anggota lainnya dalam satu kelompok sehingga menjadi skor kelompok. Menurut Agus Suprijono (2010:89) bahwa pembelajaran dengan penerapan model Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang dibahas oleh guru. Selanjutnya kelas dibagi menjadi kelompok kecil sebagai kelompok asal. Guru membagikan materi kepada tiap-tiap anggota kelompok siswa. Setiap anggota dalam kelompok itu bertanggung jawab atas materi yang berbeda. Berikutnya membentuk expert teams (kelompok ahli) untuk diskusi tentang topik yang sama dan kemudian mereka kembali ke kelompok asal untuk mepresentasikan hasil diskusinya di expert teams (kelompok ahli). Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Menurut Pahyono (2004:6) bahwa pembagian kelompok berdasarkan kriteria prestasi individu, gender, etnik dan ras. Kelompok Expert, jumlahnya disesuaikan dengan pokok bahasan materi yang dipelajari. Jika suatu topik/ pokok materi terdiri 4 sub pokok materi, maka terdapat 4 kelompok expert. Masing-masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah kelompok belajar siswa. Contoh: Suatu kelas terdiri dari 40 siswa, maka dapat dibentuk menjadi 10 kelompok asal (Kelompok 1, 2, 3,…, 10). Tiap kelompok asal terdiri dari 4 orang siswa, dengan menerima soal dengan topik yang berbeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
satu dengan yang lainnya. Kelompok expert beranggotakan 10 orang siswa dengan satu topik yang sama. Langkah-langkah tipe Jigsaw terdiri 5 fase yaitu: Fase 1: Reading Guru
mengingatkan
materi
sebelumnya,
menyampaikan
tujuan
pembelajaran, pemberian motivasi, penjelasan pokok materi berikut contoh menyelesaikan masalah sesuai materi tersebut. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan awal siswa dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras. Setelah kelompok belajar terbentuk sebagai kelompok asal, tiap siswa diberi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk dipelajari dan didiskusikan bersama dalam kelompok. Langkah selanjutnya siswa diberi lembar ahli untuk didiskusikan di kelompok ahli atau expert. Masingmasing siswa membentuk expert sesuai topik di lembar ahli. Fase 2: Expert Group Discussions Di dalam kelompok expert, siswa berdiskusi membahas dan memecahkan masalah atau soal yang terdapat dalamlembar ahli. Setelah diskusi kelompok expert selesai, semua anggota kelompok expert kembali ke kelompok belajar semula. Fase 3: Team reports Siswa yang ditunjuk sebagai wakil kelompok belajar di kelompok expert menjelaskan kepada teman-temannya sekelompok. Demikian juga teman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
dari expert yang lain menjelaskan kepada teman-teman sekelompok tentang apa yang dibahas dan dikerjakan selama di dalam kelompok expert. Pada saat diskusi expert inilah, guru dapat memberikan bimbingan, validasi materi dan jawaban siswa dari masing-masing expert. Fase 4: Assessment Guru mengadakan kuis yang harus dikerjakan oleh siswa secara individual. Hasilnya berupa nilai individu dan masing-masing nilai prestasi belajar matematika yang diperolehnya kemudian sebagai dasar nilai kelompok. Fase 5: Team recognition Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai awal (base score) siswa dengan nilai hasil kuis secara individual. Kemudian nilai semua siswa anggota masing-masing kelompok dijumlahkan dan dirata-rata sebagai nilai kelompok. 4. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) Team Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan model pembelajaran pertama dari Jhons Hopkins. Model ini menggunakan turnamen untuk menggantikan kuis, di mana siswa memainkan game di meja turnamen dengan anggota tim yang lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
siswa yang berprestasi tinggi bermain dengan siswa yang berprestasi tinggi dan yang berprestasi rendah bermain dengan siswa yang prestasi rendah juga. keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dan menentukan skor bagi kelompoknya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menambahkan dimensi kegembiraan bagi siswa yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan
saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama sewaktu
siswa
sedang
lain, tetapi
bermain dalam game, temannya tidak boleh
membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Menurut Slavin (2010:166) bahwa game terdiri atas pertanyaanpertanyaan yang
kontennya relevan yang dirancang
untuk
menguji
pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaannya kerja Tim. Game tersebut dimainkan di atas meja turnamen dengan tiga siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masingmasing. Menurut Slavin (2010:166) turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen, tiga siswa yang berprestasi tinggi sebelumnya untuk di tempatkan pada meja turnamen 1, tiga siswa berikutnya pada meja turnamen 2,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dan seterusnya. Setelah turnamen pertama selesai, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja turnamen akan naik tingkat ke meja turnamen berikutnya yang lebih tinggi. Siswa dengan skor tertinggi kedua tetap tinggal di meja yang sama dan yang memperoleh skor terendah diturunkan tingkatnya ke meja turnamen yang lebih rendah, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya. Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen dijelaskan pada gambar berikut:
TIM A
A-1
A-2
A-3
A-4 Rendah
Tinggi Sedang Sedang
Meja Turnamen 2
Meja Turnamen 1
Meja Turnamen 3
TIM C
TIM B
A-1
Meja Turnamen 4
A-2
A-3
Tinggi Sedang Sedang
A-4 Rendah
A‐1
A‐2
A‐3 A‐4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Gambar 2.1 Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen Menurut Pahyono (2004:6) bahwa model pembelajaran kooperatif melalui suatu turnamen, lebih banyak dipilih karena memberikan tantangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
yang menarik bagi siswa dalam bentuk permainan dan cara melakukannya relatif lebih mudah dibanding Jigsaw. Setiap siswa berperan sesuai dengan kemampuannya dan menentukan peringkat kelompoknya. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe (TGT), sebagai berikut: Fase 1: Penjelasan guru (Teacher presentation). Penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, penjelasan materi dan pembagikan LKS ke setiap siswa. Pembagian kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 4–5 orang, tiap siswa diberi nomor dada dari 1, 2, 3, 4, 5. Fase 2: Menempatkan para siswa ke dalam Tim. Penyediaan lembar penempatan meja turnamen berdasarkan peringkat pada ulangan sebelumnya. Jika jumlah siswa habis dibagi 3, semua meja turnamen akan mempunyai 3 peserta. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi tiga, satu atau dua dari meja turnamen, akan beranggotakan 4 orang. Penentuan nomor meja ini hanya untuk diketahui oleh guru dengan nomor meja dalam urutan yang acak, supaya para siswa tidak tahu bagaimana cara penyusunan penempatan meja tersebut. Fase 3: Belajar Tim (Team study). Setelah siswa menerima LKS dari guru, mereka bekerjasama, diskusi dan menjawab soal-soal pada LKS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Fase 4: Bimbingan kelompok/kelas (Scafolding). Guru membimbing kerja kelompok maupun secara klasikal. Fase 5: Tournament (Quizzes) Kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan kemampuan homogen dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu bernomor dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. b. Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca pertama, permainan berlangsung sesuai waktu dimulai dari pembaca pertama. c. Pembaca pertama mengambil kartu bernomor dan menjawab sesuai kartu tersebut pada lembar permainan. d. Peserta di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang untuk memberikan jawaban berbeda, dengan kompensasi untuk berhati-hati dalam menantang karena jika jawabannya salah maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya. Penantang II boleh menantang jika penantang I melewatinya. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati maka penantang kedua membacakan jawabannya dan bagi yang jawaban benar akan menyimpan kartu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
e. Permainan berlanjut hingga periode kelas berakhir atau kotaknya telah kosong. f. Masing-masing peserta mencatat skor pada lembar skor permainan. g. Jika waktu yang tersedia masih ada maka dilanjutkan game kedua. h. Selanjutnya siswa dengan skor tertinggi bergeser ke meja turnamen yang lebih tinggi grade-nya, urutan kedua tetap di tempat dan ketiga bergeser ke meja turnamen dengan grade lebih rendah. Fase 6: Validation Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis dan memberi kesempatan untuk tanya jawab bagi siswa yang belum memahami soal yang menjadi tanggung jawabnya. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Fase 7: Penghargaan kelompok (Team recognition). Penentuan skor tim dan dari skor yang diperoleh masing-masing kelompok maka selanjutnya adalah pemberian penghargaan lainnya. Fase 8: Menentukan skor Tim Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok, kemudian diadakan rekapitulasi nilai dengan penjumlahan skor anggota dan dirata-rata untuk diperoleh skor kelompok, sehingga bisa ditentukan kelompok mana yang menjadi pemenangnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok. NO
PEROLEHAN SKOR RATA-RATA
PREDIKAT
1
85 atau lebih
Super Team
2
75 – 84
Great Team
3
65 - 74
Good Team
5. Perbedaan model pembelajaran TGT dengan Jigsaw Perbedaan antara kelompok belajar dalam Tabel berikut ini: Tabel 2.3 Perbedaan Model pembelajaran TGT dengan Jigsaw NO 1
2
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Kepemimpinan bersama. Saling
ketergantungan
Tidak ada pemimpin yang Tidak ada saling ketergantungan.
positif.
3
4
5
Seluruh anggota kelompok
Tidak semua anggota kelompok
bertanggungjawa terhadap hasil
bertanggung jawab terhadap hasil
belajar.
belajar.
Menekankan pada tugas dan
Menekankan pada tugas individu dan
hubungan kooperatif.
kelompok.
Guru sebagai fasilitator.
Guru membimbing secara klasikal maupun individual.
6
Skor yang diperoleh adalah hasil
Skor yang diperoleh secara individu
skor kelompok.
dan kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
6. Prestasi Belajar Matematika Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:723) diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan untuk penyelesaian masalah mengenai bilangan. Sedangkan
menurut
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan,
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:3) matematika dalam GBPP adalah matematika sekolah dengan pengertian bahwa materi dan pola pikirnya telah dipilih dan disesuaikan dengan proses perkembangan kemampuan siswa. Walaupun objek matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari objek yang kongkrit. Demikian pula pola pikir matematika adalah deduktif dan konsisten atau deduktif aksiomatis. Selain itu matematika sekolah juga disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika menurut Marsigit (2002:2) adalah sebagai berikut: a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan. b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan. c. Matematika adalah kegiatan problem solving. d. Matematika adalah alat untuk komunikasi.
Menurut Karp (2008:42) bahwa: The analysis of what teachers consider beautiful in mathematics is important not only for a better understanding of teacher’s mentality: it also directs our attantion to very practical issues. The formation of the aesthetic perception of mathematics proves impossible when one or another section must be taught and studied too quickly, superficily, and be relying on mindless, rote memorization of rules. The fact that for many teachers the
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
beautiful lies outside the bounds of ordinary program is, surely, an alarm signal. It is an important challenge for the mathematical community to reorganize the ordinary course in mathematics so as to make the teachers see the bauty in it. Then the student has the chance to see it there as well. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang cantik, dimana harus dikuasai oleh guru matematika untuk ditransferkan ke siswa dengan cara yang indah. Dalam menyelesaikan permasalahan matematika perlu cara khusus. Pada kenyataannya bahwa beberapa guru tidak memanfaatkan keindahan matematika tetapi mereka dibatasi oleh kurikulum yang harus dicapai. Ini sebuah perubahan penting bagi masyarakat matematika untuk memberikan masukan ke lembaga pendidikan agar membuat guru matematika mau melihat keindahan matematika. Harapannya siswa dapat juga menyaksikan keindahan itu sehingga mereka tertarik belajar matematika. Begitu pula menurut Ernest (2008:6) bahwa: Routine mathematical activity typically involves relatively simple initial texts and deployment of restricted transformation rules in the production of sequences of text. Less routine or creative mathematical activities, such as problem solving, applications, or investigational work, tipically involve more complex task formulations and require some novelty and insight in selecting which transformations to apply and which elements to apply them to, the producing the sequence. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rutinitas kegiatan matematika relatif sederhana dalam susunan aturan. Kurangnya rutinitas atau kreatifitas dalam kegiatan matematika seperti halnya pada pemecahan masalah, penerapan atau unjuk kerja, hal ini merupakan tugas yang lebih komplek dengan perubahan, penerapan dalam susunan aturan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Menurut Agus Suprijono (2010:5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai
melalui
penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan
yang
dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai–nilai kecakapan.
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek–aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama proses pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
matematika yang di tunjukkan dengan hasil yang berupa nilai dan perubahan motivasi belajar matematika.
7. Motivasi Belajar matematika Menurut Abdul Hadis (2008:29) bahwa motif/motivasi secara umum diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan. Menurut Agus Suprijono (2009:163) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi belajar siswa ada dua macam yaitu yang berasal dari dalam (instrinsik) misalnya keinginan untuk mencapai cita-citanya dan yang berasal dari luar (ekstrinsik) misalnya adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif yang menyenangkan dan membuat siswa mudah belajar. Menurut Slavin (2010:34) bahwa ada dua teori dalam pembelajaran koperatif yaitu motivasi dan teori kognitif. Pada teori motivasi pembelajaran koperatif terutama menfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
siswa bekerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa akan termotivasi untuk belajar baik dalam kelompok atau secara termotivasi untuk belajar baik dalam kelompok atau secara individu. Jika ada penghargaan dari guru bila berhasil dalam belajarnya. Ciri–ciri Motivasi Belajar Siswa adalah sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus untuk waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi. d. Ingin mendalami bahan/ bidang pengetahuan yang diberikan di kelas. e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya). f. Menunjukkan minat terhadap masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangungan agama, politik, korupsi, keadilan dan sebagainya). g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat. h. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan pendapat tersebut). i. Cepat bosan dengan tugas rutin. j. Mengejar tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk sesuatu yang ingin dicapai kemudian). Membangkitkan motivasi pada diri siswa bukanlah hal yang mudah dilakukan. Perlu mengenal diri siswa lebih lanjut dan mencari informasi tentang keinginan siswa tersebut, sehingga kita dapat memotivasi mereka. Ada beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
a. Pemberian penghargaan secara verbal. b. Memberikan pujian terhadap siswa yang memperoleh peningkatan prestasi belajar selain menyenangkan siswa juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara guru dan siswa sehingga merupakan suatu penghargaan. c. Pemberian nilai. Memberi nilai dengan disertai ulasan berupa pujian dan koreksi menggambarkan hasil belajar siswa juga merupakan cara efektif menumbuhkan motivasi siswa. d. Pemberian perhatian secara positif. e. Dalam pembelajaran matematika guru berperan sebagai fasilitator dengan memberi pengarahan, bimbingan dan petunjuk sehingga anak merasa diperhatikan, sehingga
siswa juga akan termotivasi untuk mengerjakan
tugas dengan baik. f. Pemberian ulangan harian terstruktur. Ulangan harian hendaknya diberikan minimal setelah satu kompetensi dasar selesai dan sebelum pelaksanaan ulangan supaya ada pemberitahuan kepada siswa sehingga mereka bisa mempersiapkan diri dengan baik, dan diadakan remidi bagi siswa yang belum tuntas dan pengayaan bagi siswa yang sudah tuntas. g. Pemberian teguran atau nasehat. Bagi siswa yang telah dan sedang melakukan kesalahan atau berkelakukan kurang baik, tidak perlu langsung dimarahi atau diberi hukuman, sebaiknya mereka diberi teguran atau nasehat untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi. Mereka perlu ditegur dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
sopan, bijaksana dan hati–hati agar tidak menyinggung perasaan dan harga diri siswa. Menurut Ngalim Purwanto (2010:103) bahwa motif merupakan pendorong bagi suatu organisma untuk melakukan sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Jadi motivasi belajar matematika adalah keinginan yang ada pada diri siswa untuk mau belajar matematika dalam rangka mencapai prestasi belajar matematika yang lebih baik. Sebagai indikatornya adalah suasana kelas, harapan orang tua, penghargaan, kritik membangun ganjaran, kebutuhan pelajaran matematika keinginan belajar matematika, ketertarikan terhadap pelajaran matematika, minat belajar matematika, cita–cita masa depan yang menyangkut pelajaran matematika. 8. Hasil Penelitian yang Relevan Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran matematika, seperti yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Terdapat 4 penelitian yang relevan, yaitu: a. Eko Budianto (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams games Tournament (TGT) pada Pokok Bahasan persamaan Kuadrat Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Kelas X SMA di Kabupaten Ngawi. Persamaan antara penelitian Eko Budianto dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT). Perbedaannya pada penelitian Eko ditinjau dari minat belajar peserta didik sedangkan pada penelitian ini ditinjau dari motivasi belajar. Hasil penelitiannya adalah prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe ekspositori, terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, pada masing-masing kategori minat belajar terdapat perbedaan dengan model kooperatif tipe TGT dengan ekspositori. b. Hindarso (2008) dalam penelitiannya yang berjudul eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) pada materi pokok rumus-rumus trigonometri ditinjau dari aktivitas belajar peserta didik SMP Negeri kota Surakarta. Persamaan antara penelitian yang dilakukan Hindarso dengan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) perbedaannya pada penelitian
Hindarso ditinjau dari aktivitas belajar peserta didik
sedangkan pada penelitian ini ditinjau dari motivasi belajar. Hasilnya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, aktivitas belajar peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
c. Ngadiyono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Jigsaw dan Direct Instruction berbantuan komputer ditinjau dari motivasi belajar siswa. Persamaan antara penelitian yang dilakukan Ngadiyono dengan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Perbedaannya pada penelitian Ngadiyono untuk model pembelajaran yang lainnya adalah dengan tipe Direct Instruction, sedangkan pada penelitian ini dengan model kooperatif tipe TGT. Hasilnya prestasi belajar matematika siswa yang menerapkan model kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada Direct Instruction berbantuan komputer, motivasi belajar peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika. d. Maryono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas model Pembelajaran Jigsaw ditinjau dari motivasi belajar siswa pada pokok bahasan rumus-rumus trigonometri siswa kelas XI IPA SMA di Kabupaten Bojonegoro. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari motivasi belajar siswa. Perbedaannya pada penelitian Maryono pada pokok bahasan rumus-rumus trigonometri sedangkan penelitian ini pada materi teorema Pythagoras. Hasil penelitiannya adalah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran langsung, motivasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika, tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw merupakan bentuk model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan pada teori belajar konstruktivisme, dimana menurut teori belajar ini pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit yang hasilnya diperoleh dari hasil konstruksi dan pengalamannya sendiri. Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa aktif dan saling bekerja sama dalam sebuah kompetisi untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Siswa dalam satu kelompok berkomitmen bersama untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. Mereka berupaya menjadikan kelompok mereka sebagai juara, akibatnya siswa akan bersungguh-sungguh mempelajari materi, sehingga siswa mudah untuk mempelajari materi tersebut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw para siswa bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok lain dalam Tim ahli yang mempelajari topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan apa yang ia telah pelajari dan didiskusikan pada teman–teman kelompoknya. Siswa aktif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga siswa mudah untuk mengingat materi tersebut.
Penerapan model pembelajaran TGT dan Jigsaw membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran akan tetapi dalam penerapan model pembelajaran TGT lebih menekankan pembelajaran yang bermakna dan terdapat kompetisi yang menarik sehingga siswa termotivasi
untuk
mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka selesaikan sesuai dengan pilihan kemampuan berprestasi siswa, dengan demikian diduga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
Faktor penentu keberhasilan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar matematika. Siswa dengan motivasi tinggi akan lebih mudah untuk memahami materi dan menyelesaikan soal yang diberikan guru maupun dari sumber lain, sehingga prestasi belajar matematika yang diraih juga tinggi. Untuk siswa dengan motivasi sedang masih memerlukan bimbingan guru untuk bisa memahami materi dan pemecahan soal, walaupun untuk beberapa hal mereka dapat memahami sendiri. Sehingga persentase bimbingan yang dilakukan guru relatif sedikit jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi rendah. Siswa dengan motivasi belajar rendah sangat memerlukan bimbingan dan pemberian motivasi oleh guru untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
memahami materi. Kadang untuk materi tertentu perlu dilakukan secara berulang-ulang untuk bisa dimengerti mereka. Dengan begitu diduga prestasi belajar pada siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa dengan siswa motivasi sedang dan rendah, prestasi belajar pada siswa dengan motivasi sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah. 3. Pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Dari penjelasan
di
atas dinyatakan
bahwa penerapan
model
pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa dan motivasi
belajar
matematika
berpengaruh
juga.
Penggunaan
model
pembelajaran dan motivasi belajar matematika secara bersama-sama akan berpengaruh
terhadap
prestasi
belajar
matematika.
Penerapan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah bisa berdiskusi dan bekerja sama dalam turnamen sesuai peranannya dalam penentuan skor Tim. Hal ini berdampak bahwa siswa akan bersungguh-sungguh belajar untuk menjadikan dirinya menjadi bagian dari keberhasilan Timnya. Akibatnya dapat diduga bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan nuansa kompetitif bagi siswa untuk menjadi juara dari tiap tim. Setiap anggota tim mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi juara, sehingga setiap siswa termotivasi untuk ambil peranan dalam kelompoknya. Bagi siswa dengan motivasi belajar tinggi kemungkinan lebih mudah dan cepat menyelesaikan soal dalam kompetisi dengan skor yang lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi sedang dan rendah. Begitu pula bagi siswa dengan motivasi belajar sedang kemungkinan memperoleh skor lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi rendah. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk menjadi nara sumber yang mempresentasikan hasil diskusinya dengan Tim ahli ke semua anggota kelompoknya, sehingga siswa termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan dengan
sebaik-baiknya.
Bagi
siswa
dengan
motivasi
belajar
tinggi
kemungkinan lebih mudah dan cepat menyelesaikan soal dalam Tim ahli dan mempresentasikan hasilnya di kelompok awal serta kemungkinan memperoleh skor yang lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi sedang dan rendah. Begitu pula bagi siswa dengan motivasi belajar sedang kemungkinan memperoleh skor lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi rendah.
D. Hipotesis Penelitian
Dari penelitian ini akan diprediksi bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
1. Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) lebih baik daripada prestasi matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. 3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
lebih baik
prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENILITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
semu
(quasi
experimental research). Menurut Sudarwan Danim (2002:47) bahwa penelitian eksperimental semu dimaksudkan untuk memperoleh informasi tertentu, berupa prakiraan bagi informasi yang dapat diperoleh bagi eksperimen yang sebenarnya. Penelitian ini dilakukan dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri se-kabupaten Blora Pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember tahun 2010 semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. Tahap persiapan meliputi: Penyusunan proposal penelitian, Pengajuan proposal penelitian, Ujian proposal penelitian, Penyusunan instrumen, Pengurusan perijinan penelitian, Penyusunan dan uji Coba instrumen. Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari: pelaksanaan penelitian dan pengambilan data. Tahap Pelaporan meliputi sebagai berikut: pengolahan data dan penyusunan laporan. Mengenai waktu penelitian ditunjukkan dengan Tabel sebagai berikut:
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Tabel 3. 1 Waktu Penelitian NO 1.
Kegiatan
Waktu
a.
Tahap persiapan Penyusunan proposal penelitian
Juni 2010
b.
Pengajuan proposal penelitian
Juli 2010
c.
Ujian proposal penelitian
Juli 2010
d.
Penyusunan instrumen
Agustus 2010
e.
Pengurusan perijinan penelitian
September 2010
f.
Penyusunan dan uji Coba instrumen
September 2010
2. 3. a. b.
Tahap pelaksanaan penelitian Pelaksanaan penelitian dan pengambilan Oktober 2010 data Tahap pengolahan data dan penyusunan laporan pengolahan data hasil penelitian dan November 2010 konsultasi penyusunan laporan dan konsultasi Desember 2010
C. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menggunakan faktorial 2 x 3 yang dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian Motivasi belajar (b) Tinggi Sedang Rendah Model Pembelajaran (a)
(b1_)
(b2_)
(b3_)
Teams Games Tournaments (TGT) (a1)
(ab)11
(ab)12
(ab)13
Jigsaw (a2)
(ab)21
commit to user
(ab)22
(ab)23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Menurut Djarwanto (2000:42) bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diduga. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2010/2011. Dengan mengelompokan sekolah menjadi tiga kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Dasar pengelompokan ini adalah nilai rata–rata UNAS matematika SMP Kabupaten Blora tahun 2010, yaitu: a. 14 SMP yang berkategori tinggi. b. 14 SMP yang berkategori sedang. c. 14 SMP yang berkategori rendah. Sumber data di atas diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Blora tahun 2010, data selengkapnya disajikan pada Lampiran 1. 2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Menurut Djarwanto (2000:43) bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan Stratified Random Sampling dan Cluster random sampling. Menurut Djarwanto (2000:50) bahwa Stratified Random Sampling adalah populasinya dibagi-bagi menjadi beberapa lapisan atau stratum. Sedangkan Cluster random sampling adalah populasinya dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian dari kelompok tersebut dipilih secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
random sejumlah kelompok dan sampel yang diperlukan terdiri atas individuindividu yang berada dalam kelompok-kelompok yang telah dipilih secara random tersebut. Dalam penelitian ini mengambil secara acak 3 sekolah yang ada dalam populasi yaitu 1 sekolah pada kelompok atas, 1 sekolah pada kelompok sedang dan 1 sekolah pada kelompok bawah. Masing–masing Sekolah sesuai kategori di pilih secara random satu sekolah melalui teknik Random sampling. SMP 2 Blora dipilih sebagai sekolah pada kelompok atas, sekolah pada kelompok sedang adalah SMP 3 Cepu dan sekolah pada kelompok bawah adalah SMP 1 Jiken. Selanjutnya dari masing–masing sekolah yang terpilih diambil masing–masing dua kelas sebagai kelompok pertama dan ke dua. Dua kelas yang terpilih di SMP 2 Blora adalah kelas 8.1 sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas 8.2 sebagai kelompok eksperimen 2. Dua kelas yang terpilih di SMP 3 Cepu adalah kelas 8B sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas 8C sebagai kelompok eksperimen 2. Dua kelas yang terpilih di SMP 1 Jiken adalah kelas 8A sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas 8B sebagai kelompok eksperimen 2.
E. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang diamati yaitu variabel bebas dan variabel terikat, variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas a. Model Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
1) Definisi Operasional Model pembelajaran adalah cara yang dipakai dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa yang meliputi model pembelajaran kooperatif tipe (TGT) jigsaw. 2) Indikator Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Team Games Tournament (TGT) untuk kelompok pertama dan model pembelajaran tipe Jigsaw untuk kelompok ke dua. 3) Skala Pengukuran Skala nominal yang terdiri dari dua kategori, yaitu: Kelompok pertama: siswa diberikan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournaments (TGT) dan kelompok ke dua: siswa diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 4)
Simbol: ai, i = 1,2. a1= Model pembelajaran kooperatif TGT. a2 = Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
b. Motivasi Belajar siswa. 1) Definisi Operasional: Motivasi berprestasi adalah keinginan atau hasrat seseorang untuk melakukan sesuatu secara secepat dan lebih baik atau lebih efisien daripada yang dilakukan sebelumnya. 2) Indikator: skor angket motivasi belajar matematika siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
3) Skala Pengukuran: Skala pengukuran untuk motivasi belajar adalah skala ordinal, dimana skala ordinal diperoleh dari skala interval yang diubah ke dalam skala ordinal dengan 3 kriteria yaitu tinggi, sedang dan rendah. Table 3.3 Pengubahan Interval menjadi ordinal Interval
Motivasi Rendah
Skor < x - 0,5s x - 0,5s ≤ Skor < x + 0,5s Skor ≥ x + 0,5s
Sedang Tinggi
4) Simbol: bj , j = 1,2,3 b1 = siswa dengan kelompok motivasi tinggi. b2 = siswa dengan kelompok motivasi sedang. b3 = siswa dengan kelompok motivasi rendah. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika. a. Definisi Operasional Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa dalam memahami konsep teorema pythagoras setelah melalui kegiatan belajar dalam jangka waktu tertentu. b. Indikator: nilai tes prestasi belajar siswa tentang teorema pythagoras c. Skala Pengukuran: skala interval. d. Simbol: ABij ; i = 1,2 ; j = 1,2,3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Ai = jumlah data pada baris ke-i. Bj = jumlah data pada kolom ke-j. ABij = jumlah data pada baris ke-i dan kolom ke-j.
F. Teknik Pengumpulan Data Yang dimaksud teknik pengumpulan data adalah suatu usaha memperoleh bahan dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti perlu menentukan
langkah-langkah
pengumpulan
data
yang
sesuai
dengan
permasalahan dalam penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Metode dokumentasi Menurut Budiyono (2003:54) bahwa metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen yang telah ada. Dokumen yang dimaksud di sini adalah dokumen yang resmi dimana telah terjamin keabsahannya. Metode dokumentasi digunakan untuk data awal yaitu nama dan nilai tes prestasi belajar matematika pada Kompetensi Dasar sebelumnya yaitu 1.3 Memahami relasi dan fungsi. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui
keadaan awal tentang prestasi belajar
matematika dari sampel yang dipilih, sebelum dikenai tindakan. Data yang diperoleh akan digunakan untuk uji keseimbangan rata-rata. 2. Metode Tes Menurut Budiyono (2003:54) bahwa metode tes adalah pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruh-suruhan kepada subyek penelitian. Menurut Anas Sudijono (2006:66) bahwa tes adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Hal ini untuk mengetahui apakah materi yang diberikan oleh guru kepada siswa sudah dikuasai oleh mereka dan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Penelitian ini metode tes yang digunakan untuk memperoleh data atau mengukur prestasi belajar matematika pada standar. Adapun prosedur pelaksanaan penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menentukan materi yang akan digunakan untuk membuat soal. b. Menentukan bentuk soal yang akan dibuat yaitu obyektif. c. Menyusun tabel kisi-kisi soal tes. d. Menjabarkan kisi-kisi dalam butir-butir soal. e. Prosedur pemberian skor untuk jawaban tes sebagai berikut: nilai 1 jika benar 0 jika salah. f. Uji coba tes. 3. Metode Angket Menurut Budiyono (2003:47) metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden, atau sumber data yang jawabannya diberikan secara tertulis. Langkah-langkah membuat angket: a. Menyusun materi yang akan digunakan untuk membuat angket. b. Membuat kisi-kisi angket. c. Menyusun angket. d. Item soal motivasi berprestasi dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
e. Menentukan cara pemberian skor. f. Dalam menentukan skor angket setiap alternatif jawaban mempunyai skor berbeda-beda. Pemberian untuk tiap-tiap alternatif jawaban disesuaikan dengan kriteria item. g. Mengadakan uji coba angket. Tabel 3.4 Kriteria penilaian angket Jenis Pertanyaan
Alternatif Jawaban
Pilihan
Skor
Pertanyaan (+)
Sangat tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak Setuju
A B C D E A B C D E
1 2 3 4 5 5 4 3 2 1
Pertanyaan (-)
G. Instrumen Penelitian Menurut Sudarwan Danim (2002:136) bahwa instrumen penelitian dapat dikatakan baik jika memenuhi kriteria berikut ini: 1. Bentuk instrumen relevan dengan jenis data yang dikumpulkan dan peneliti sebagai instrumen sebagai instrumen utama harus menguasai permasalahan. 2. Setiap instrumen harus mampu menjaring data penelitian dan dapat berkembang dalam proses. 3. Duplikasi antara setiap butir instrumen dimungkinkan untuk pendalaman atau divergenitas berpikir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
4. Tata instrumen bersifat sederhana dan mudah dimengerti oleh subjek dan peneliti harus paham fokusnya. 5. Antara butir instrumen yang satu yang lain harus saling mengisi untuk menjaring data sebanyak mungkin. Instrumen juga yang baik juga jika memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar dan angket tentang motivasi belajar matematika siswa. Tahaptahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar matematika pada materi teorema Phytagoras. Sebelum intrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba intrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Setelah diuji coba dilakukan analisis butir soal. a. Uji validitas isi Agar tes mempunyai Validitas isi, menurut Budiyono (2003:58) harus diperhatikan hal-hal berikut: 1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan. 2) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan. 3) Materi pembelajaran untuk menjawab soal-soal tes mudah dipelajari dan dipahami oleh tes-tes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
b. Uji Daya Beda Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika kelompok siswa pandai menjawab benar butir soal lebih banyak daripada kelompok siswa tidak pandai. Daya pembeda item dapat diketahui melalui melihat besar kecilnya angka daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki oleh sebutir item. Daya pembeda item dihitung atas dasar pembagian testee ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yakni kelompok testee yang tergolong pandai dan kelompok bawah yakni kelompok testee yang tergolong bodoh. Pembagiannya kelompok berdasarkan 50% testee kelompok atas dan 50% testee kelompok bawah. Daya beda suatu butir soal dapat dipakai untuk membedakan siswa yang pandai dan tidak pandai. Sebagai tolok ukur pandai atau tidak pandai adalah skor total dari sekumpulan butir yang dianalisis. Rumus menentukan daya beda adalah sebagai berikut: DB =
Nt nt
-
Nr nr
Keterangan : Nt = banyaknya siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan. Nr = banyaknya siswa kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan. nt = banyaknya siswa yang termasuk dalam kelompok atas. nr = banyaknya siswa yang termasuk dalam kelompok bawah. Anas Sudijono (2006:385)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
klasifikasi : -
DB < 0,20
-
0,20 < DB < 0,30
(Daya beda kurang baik)
-
0,30 < DB < 0,40
(Daya beda cukup baik)
-
DB > 0,40
(Daya beda baik)
(Daya Beda jelek)
Range untuk DB adalah -1 < DB < 1. Untuk penelitian ini peneliti menggunakan klasifikasi DB > 0,30. c. Tingkat Kesukaran Menurut Anas Sudijono (2006:370) bahwa bermutu tidaknya butirbutir tes prestasi belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir tes tersebut. Butir-butir tes prestasi belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir yang baik, apabila butirbutir tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Rumus menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes sebagai berikut: B P= Js Dengan: P
= angka indeks kesukaran.
B
= banyaknya peserta tes yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir tes yang bersangkutan.
Js
= jumlah seluruh peserta tes prestasi belajar.
klasifikasi: -
P < 0,30
-
0,30 < P ≤ 0,70
(Terlalu sukar). (Cukup/sedang).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
-
P > 0,70
(Terlalu mudah).
Range untuk P adalah 0 ≤ P ≤ 1. Dalam penelitian ini butir soal tes yang dipakai jika 0,30 ≤ P ≤ 0,70. Anas Sudijono (2006:372) d. Uji Reliabilitas Menurut Budiyono (2003:65) bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan oleh orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Reliabilitas menunjukkan kepada keajegan hasil pengukuran. Dalam tes uji coba maupun tes prestasi belajar matematika, setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga untuk menghitung tingkat reliabiltas tes digunakan rumus Kuder–Richardson dengan KR–20, yaitu:
⎡ 2 ⎤ r11 = ⎛ n ⎞ ⎢ s t − ∑ p i q i ⎥ ⎜ ⎟ 2 st ⎥ ⎝ n − 1 ⎠⎢ ⎣ ⎦ Dengan : r11
= indeks reliabilitas instrumen.
N
= banyaknya butir instrumen.
st2
= varian total.
pi
= proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
qi
= 1-pi
Range untuk r11 adalah 0 < r11 < 1 dan soal dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,7. Budiyono (2003:69) 2. Angket Instrumen angket digunakan untuk mengetahui motivasi belajar matematika siswa. Sebelum instrumen digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas perlu dilakukan uji coba instrumen sebagai berikut: a. Uji validitas angket Menurut Budiyono (2003:59) bahwa untuk menilai suatu instrumen angket mempunyai validasi isi yang tinggi biasanya dilakukan melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Penelitian ini validitas yang dipakai adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam instrumen. Untuk menjaga obyektifitas validitas isi, disiapkan daftar isian untuk ditanggapi oleh seorang responden. Untuk memenuhi validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam penyusunan angket sebagai berikut: 1) Menentukan indikator yang akan diukur yaitu mengenai motivasi belajar matematika. 2) Menyusun kisi-kisi soal angket berdasarkan indikator yang dibuat. 3) Menyusun butir-butir angket berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. 4) Melakukan penilaian terhadap butir-butir angket, penilaian dilakukan oleh pakar (Validator).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
b. Uji Reliabilitas Angket Reliabilitas menunjukkan keajegan hasil pengukuran dalam angket. Untuk uji reliabilitas angket pada penelitian ini digunakan rumus Cronbach Alpa, yaitu:
⎡ n ⎤ r11 = ⎢ ⎣ n − 1 ⎥⎦
⎡ ∑ si 2 ⎤ ⎢1 − 2 ⎥ s t ⎥⎦ ⎢⎣
Dengan: r11
= indek reliabilitas instrumen.
n
= banyaknya butir instrumen.
s2i = variansi butir. s2t = variansi total. Angket dikatakan reliabel jika r11 > 0,7. Budiyono (2003:70) c. Konsistensi Internal Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya, ini menunjukkan bahwa semua butir angket harus saling konsisten satu sama lain dan mempunyai dimensi yang sama. Konsistensi internal untuk butir ke-i rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut: rxy =
n
∑ XY − (∑ X ) ( ∑ Y ) − (∑ X ) ) (n∑ Y − (∑ Y ) )
(n ∑ X 2
2
2
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Dengan: rxy = indeks konsistensi internal untuk butir soal ke-i. n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen). X = skor butir ke i. Y = skor total. Range untuk rxy adalah -1 < rxy < 1. Butir soal angket dipakai jika rxy > 0,30. Budiyono (2003:65)
H. Teknik Analisa Data Setelah data diperoleh dari pelaksanaan penelitian, yang dilakukakan selanjutnya adalah pengujian terhadap data tersebut, adapun pengujian data adalah sebagai berikut: 1. Uji Prasarat a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang didapat berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dengan metode uji Lilliefors. Langkah-langkah pengujian normalitas adalah: 1) Hipotesis Ho : Sampel random berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Taraf siginifikan α = 0,05 .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
3) Statistik uji
F (z i ) - S (z i )
L = Maks Dengan:
zi =
(X
i
−X s
)
F(zi) = P( Z ≤ zi); Z ~ N (0, 1). S(zi) = Proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah z i . s
= deviasi baku atau simpangan baku.
zi
= skor standar atau bilangan baku.
4) Daerah Kritik {L L
DK = {L| L >L(α; n)} nilai L(α; n) diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikansi α dengan derajat kebebasan n. 5) Keputusan Uji H0 diterima jika nilai statistik uji amatan tidak berada di daerah kritik dan H0 ditolak jika nilai statistik berada di daerah kritik. (Budiyono 2009:170) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Statistik Uji yang digunakan adalah uji Bartlett, sebagai berikut: 1) Hipotesis Ho : σ 12 = σ 22 = .......... = σ k2 H1
(Variansi Homogen).
: paling sedikit ada satu pasang variansi yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
2) Taraf signifikasi α = 0,05 3) Statistik uji
(
2,303 2 f logRKG − Σf j log s j c
χ2 =
)
2 2 Untuk χ ~ χ (k-1)
Dengan: k
= banyaknya sampel.
f
= N – k = derajat kebebasan untuk RKG.
fj
= nj – 1 = derajat kebebasan untuk sj2 , dengan j = 1, 2,…,k.
N
= Banyaknya seluruh nilai (ukuran).
nj
= Banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j.
SSj = ΣX 2 −
c =1+
(ΣX )2 dan n
RKG
=
ΣSS
j
Σf j
⎛ 1 1⎞ 1 ⎜Σ − ⎟ 3 (k − 1) ⎜⎝ f j f ⎟⎠
4) Daerah kritik
{
DK = χ 2 | χ 2 > χ 2 α,k −1
}
5) Keputusan uji Ho ditolak jika DK ∈ χ2 (Budiyono 2009:174)
2. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan, bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang. Secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
statistik, apakah terdapat perbedaan rerata yang berarti dari dua sampel yang independen. Sebelum uji keseimbangan dilakukan perlu uji prasarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu untuk data kemampuan awal bagi kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2. Langkah-langkah uji keseimbangan sebagai berikut: a. Hipotesis Ho : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama). H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang berbeda). b. Taraf signifikan α = 0,05 c. Statistik uji
t=
2
sp =
(X1− X2)− d 0 ~ t (n1 + n 2 − 2) 1 1 + sp n1 n 2
(n1 − 1)s12 + (n 2 − 1)s 22 n1 + n 2 − 2
Dengan: X1 = rata–rata nilai tes prestasi belajar matematika kelompok pertama. X2 = rata–rata nilai tes prestasi belajar matematika kelompok kedua.
s12 = varian kelompok eksperimen 1. s22 = varian kelompok eksperimen 2. sp2 = varian gabungan kelompok eksperimen 1 dan 2. n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen 1. n2 = jumlah siswa kelompok eksperimen 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
µ1 = µ2 = d0
d. Daerah kritik DK =
⎧⎪ ⎨t | t < - t ⎛ α ; v ⎞ atau t> t⎛ α ; v ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎪⎩ ⎝2 ⎠ ⎝2 ⎠
⎫⎪ ⎬ dengan v= n1 + n 2 − 2 ⎪⎭
e. Keputusan uji Ho ditolak jika t ∈ DK.
t ∈ DK
(Budiyono 2009:151) 3. Uji Hipotesis
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tidak sama. Sebelum melakukan analisis variansi terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, mengenai langkah-langkahnya seperti yang digunakan pada persyaratan uji keseimbangan untuk data kemampuan awal. Analisis variansi dua jalan bertujuan untuk menguji perbedaan efek (pengaruh) 2 variabel bebas yaitu model pembelajaran (faktor A) dan motivasi belajar (faktor B) serta interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar
(faktor AB)
terhadap variabel terikatnya yaitu prestasi belajar matematika. Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisa variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel tak sama, sebagai berikut: a. Model
X ijk = µ + α i + β j + (αβ )ij + ε ijk dengan:
Xijk = data (nilai) ke- k pada baris ke -i dan kolom ke-j. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
µ = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean). α i = µi. - µ = efek baris ke-i pada variabel terikat.
β j = µ.j - µ = efek kolom ke-j pada variabel terikat.
(αβ ) ij
= µij – (µ + αi + βj). = interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.
εijk = deviasi data Χijk terhadap rerata populasinya (µij) yang berdistribusi normal dengan rerata 0. i
= 1,2 dengan 1 = pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2 = pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
j
= 1,2,3 dengan 1 = motivasi belajar tinggi. 2 = motivasi belajar sedang. 3 = motivasi belajar rendah.
k = 1,2,3 …nij, nij = banyaknya data amatan pada setiap sel. b. Prosedur 1) Hipotesis Ada tiga pasang hipotesis yang diuji dengan analisis variansi dua jalan. Tiga pasang hipotesis tersebut adalah: H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2. H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol. H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1,2,3. H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol. H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3. HIAB : paling sedikit ada (αβ)ij yang tidak nol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Ketiga pasang hipotesis itu ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut ini: H0A : tidak ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap variabel terikat. HIA : ada perbedaan efek antar baris (faktor A) terhadap variabel terikat. H0B : tidak ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap terikat variabel. HIB : ada perbedaan efek antar kolom (faktor B) terhadap variabel terikat. H0AB : tidak ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B terhadap variabel terikat. HIAB : ada interaksi antar variabel bebas faktor A dan faktor B terhadap variabel terikat. 2) α = 0,05 3) Komputasi Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut: Nij = ukuran sel ij sel pada baris ke-i dan kolom ke-j. n h = rerata harmonik frekuensi seluruh sel. pq = 1 ∑ij n ij N
=
∑n
ij
i, j
= banyaknya seluruh data amatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
(∑ X )
2
ij
Cij =
n ij
; SS ij =
∑X
2 ij
− C ij
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij. ABij = rerata pada sel ij. Ai =
∑ AB
ij
= jumlah rerata pada baris ke-i.
j
Bj =
∑ AB
ij
= jumlah rerata pada pada kolom ke-j.
i
G=
∑ AB
ij
= jumlah rerata semua sel.
i, j
Rumus untuk mencari komponen JK sebagai berikut: (1) =
G2 pq
(2) =
∑ SS
ij
ij
(3) =
A i2 ∑i q
B i2 (4) = ∑ p j (5)
∑ AB
2 ij
ij
Rumus menentukan jumlah kuadrat sebagai berikut: JKA = n {(3) – (1)} h
JKB =
nh
{(4) – (1)}
JKAB = n h {(1) + (5) – (3) – (4)} JKG = (2) JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah: dkA = p – 1 dkB = q – 1 dkAB = (p - 1)(q – 1) dkG = N – pq dkT = N – 1 Rerata kuadrat sebagai berikut: RKA =
JKA dkA
RKB =
JKB dkB
RKAB =
JKAB dkAB
RKG =
JKG dkG
4) Statistik uji Fa =
RKA RKG
Fb =
RKB RKG
Fab =
RKAB RKG
5) Daerah Kritis Daerah kritis untuk Fa adalah DK = { Fa / Fa > Fα , p −1; N − pq }. Daerah kritis untuk Fb adalah DK = { Fb / Fb > Fα ,q −1; N − pq }. Daerah kritis untuk Fab adalah DK = { Fab / Fab > Fα ,( p −1)( q −1); N − pq }.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi dua jalan
Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Fα
Keputusan Uji
Baris (A)
JKA
p-1
RKA
Fa
F*
H0A ditolak/diterima
Kolom (B)
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
H0B ditolak/diterima
Interaksi (AB)
JKAB (p-1)(q-1)
RKAB
Fab
F*
H0AB ditolak/diterima
Galat (G)
JKG
N-pq
Total
JKT
N-1
RKG -
-
-
-
-
-
-
Keterangan : F* = nilai F yang diperoleh dari tabel
Budiyono ( 2009:228) Jika H0A, H0B, dan H0AB ditolak maka diadakan uji lanjut anava dengan metode Schefee’. 4. Uji Komparasi Ganda
Jika Ho ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava dua jalan yaitu metode scheffe’. Langkah-langkah meliputi: a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata. b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. c. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Untuk komparasi rerata antar kolom:
F .i − . j =
( X . i − X . j) 2 RKG (
1 1 + ) n. i n. j
Untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama:
(X ij − X ik ) 2 1 1 RKG ( + ) n ij n ik
Fij − ik =
Untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama:
Fij − kj =
(X ij − X kj ) 2 1 1 RKG ( + ) n ij n kj
d. Menentukan tingkat signifikasi (α = 0,05). e. Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Pada analisis variansi dua jalan. Daerah kritik untuk komparasi antar kolom. DK ={F | F > (q – 1) Fα;q-1;N- pq}. Daerah kritik untuk komparasi antar sel pada baris yang sama dan kolom yang sama DK={F | F > (pq-1) F α;(pq-1);N-pq}. f. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata. g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda). Budiyono (2009:215)
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada bab ini akan dilaporkan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010 di SMP 2 Blora, SMP 3 Cepu dan SMP 1 Jiken Kabupaten Blora. Hasil penelitian mencakup data hasil uji coba instrumen, pengujian instrumen penelitian, deskripsi data penelitian, persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Data Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen penelitian yang berupa tes hasil belajar matematika dan angket motivasi belajar matematika, sebelum digunakan untuk pengambilan data hasil belajar matematika dan angket motivasi belajar matematika terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi, kemudian diuji cobakan kepada siswa kelas VIII F SMP 3 Cepu yang selanjutnya dilakukan analisis butir soal dan uji reliabilitas. 1. Soal Tes Prestasi Belajar a. Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Dalam penyusunan dan pengembangan tes, pengujian validitas suatu instrumen dapat dilakukan oleh validator. Dalam hal ini validator, menilai apakah masing-masing butir yang telah tersusun cocok dengan kisi-kisi yang telah ditentukan. Instrumen tes hasil belajar matematika siswa divalidasi oleh Dosen matematika IKIP PGRI Bojonegoro, yaitu Drs. Maryono, M.Pd dan Drs. Purwadi, M.Pd menyatakan validitas isi dari instrument penelitian yang
71 commit to user
72
berupa tes berbentuk pilihan ganda sejumlah 30 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat. Hasil penilaian validitas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id isi selengkapnya ditunjukan pada Lampiran 11, kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba Instrument dan test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ditunjukan pada Lampiran 12 dan 13. b. Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Prestasi Belajar Setelah dilakukan perhitungan daya pembeda menunjukkan bahwa dari 30 butir ada 3 butir soal yang tidak memenuhi syarat, karena indeks daya pembedanya kurang dari 0,3 yaitu pada soal nomor 10, 15 dan 20. Perhitungan tingkat daya pembeda selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15. c. Uji Tingkat Kesulitan Butir Soal Tes Prestasi Belajar Setelah dilakukan perhitungan tingkat kesulitan menunjukkan bahwa dari 30 butir soal ternyata ada 5 butir soal yang tidak memenuhi syarat, karena indeks tingkat kesulitannya kurang dari 0,3 atau lebih dari 0,7 yaitu pada butir soal nomor 10, 15, 20, 25 dan 29. Jadi banyaknya butir soal yang dinyatakan baik sebanyak 25 butir soal karena memenuhi tingkat kesukaran 0,30 ≤ P ≤ 0,70. Perhitungan tingkat kesulitan selengkapnya disajikan pada Lampiran 15. Berdasarkan indeks tingkat kesulitan dan daya pembeda, didapat bahwa butir yang dibuang adalah butir soal 10, 15, 20, 25 dan 29 maka banyaknya butir soal yang dipakai sebanyak 25 butir soal. d. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Dengan menggunakan rumus K-R 20 dari Kuder-Richardson diperoleh hasil perhitungan indeks reliabilitas tes prestasi belajar sebesar 0,7907 dari 25 butir soal, ini berarti lebih besar dari 0,7000 sehingga dapat disimpulkan bahwa
commit to user
73
soal tes prestasi belajar reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen tes prestasi selengkapnya disajikan dalam Lampiran 16. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Soal Angket Motivasi Belajar Instrumen penelitian yang berupa angket motivasi belajar terhadap matematika, sebelum digunakan untuk pengambilan data motivasi belajar matematika terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi, kemudian diujicobakan kepada 40 siswa kelas VIIIF di SMP 3 Cepu yang selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dan konsistensi internal. a. Uji Validitas Isi Dari uji validitas uji diperoleh hasil bahwa berdasarkan penilaian dari Dosen matematika IKIP PGRI Bojonegoro, yaitu Drs. Maryono, M.Pd dan Drs. Purwadi, M.Pd menyatakan validitas isi dari Instrumen penelitian yang berupa angket sebanyak 45 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi–kisi yang dibuat. Hasil validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 17, kisi-kisi selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 18, instrumen Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ditunjukkan pada Lampiran 19. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Cronbach alpha yaitu untuk menghitung koefisien reliabilitas instrumen angket. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas instrumen adalah 0,9150, nilai koefisien reliabilitas intrumen ini lebih besar dari 0,7 sehingga instrumen angket tersebut dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
commit to user
74
c. Analisis butir angket perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis butir soal untuk Instrumen angket pada penelitian ini adalah uji konsistensi internal. Hasil perhitungan dari 45 butir angket yang dianalisis terdapat 6 butir angket yang jelek karena konsistensi internalnya kurang dari 0,3 yaitu nomor angket 9, 26, 28, 36, 37,dan 44. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 20. Dari hasil uji reliabilitas dan uji konsistensi internal maka didapat bahwa butir yang dibuang adalah butir soal nomor 9, 26, 28, 36, 37,dan 44 maka butir soal angket yang digunakan adalah 39 butir soal.
B. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas VIII di SMP 2 Blora, SMP 3 Cepu dan SMP 1 Jiken yang masing-masing 1 kelas dari sekolah tersebut dijadikan kelompok eksperimen 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini meliputi data prestasi belajar siswa dan motivasi belajar siswa terhadap matematika. Data-data tersebut diolah secara manual dengan menggunakan program Excel. Berikut adalah rangkuman hasil belajar dan motivasi belajar siswa terhadap matematika pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. 1. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Data hasil belajar matematika kelas VIII diperoleh dari tes hasil belajar matematika setelah berakhirnya pelaksanaan eksperimen, baik untuk kelompok
commit to user
75
siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan maupun siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Data ini diambil setelah pembelajaran setelah berakhirnya pembelajaran kooperatif tipe TGT selesai dilakukan dengan menggunakan soal tes yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen 1 yaitu 23 siswa dari SMP 2 Blora, 24 siswa dari SMP 3 Cepu dan 36 siswa dari SMP 1 Jiken masing-masing merupakan kelompok dengan motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25. Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen 2 yaitu 23 siswa dari SMP 2 Blora, 25 siswa dari SMP 3 Cepu dan 36 siswa dari SMP 1 Jiken masing-masing merupakan kelompok dengan motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Deviasi Variabel
Kelompok
N
Rerata
Median Standar
Prestasi
TGT Jigsaw Motivasi Rendah Motivasi Sedang Motivasi Tinggi
Mak
Min
83 84
71,8554 71,7619
74,3 72,2
12,1726 10,6167
92 92
44 52
45
63,5556
60,0
9,821
88
44
54
70,0741
70,0
9,2182
92
52
68
78,7059
80,0
8,4394
92
56
2. Skor Angket Motivasi Belajar Siswa Data skor angket motivasi belajar siswa dikumpukan menggunakan instrumen angket yang dilakukan setelah berakhirnya pembelajaran. Data skor
commit to user
76
yang diperoleh untuk kelompok eksperimen 1 dan untuk kelompok eksperimen 2 mempunyai rata–rata = 120,9 dan simpangan baku (s) = 8,79. Selanjutnya data perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id skor motivasi belajar siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Motivasi belajar tinggi adalah siswa yang mempunyai skor ≥ 125,3. Motivasi belajar sedang adalah siswa yang mempunyai skor 116,51 < skor < 125,3 dan motivasi belajar rendah adalah siswa yang mempunyai skor < 116,51. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 27. Tabel 4.2 Hasil Pengelompokan Motivasi Belajar Siswa No.
Kelompok
Katagori Motivasi
Banyak Siswa
Tinggi
Sedang
Rendah
1
Eksperimen 1
83
32
29
22
2
Eksperimen 2
84
36
25
23
167
68
54
45
Jumlah
C. Hasil Analisis Data Sebelum penelitian dilaksanakan, langkah pertama yang dilakukan yaitu menguji data yang diperoleh untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen 1 dan 2 mempunyai kemampuan awal yang seimbang sebelum perlakuan penelitian. 1. Kemampuan Awal Data tentang kemampuan awal siswa diperoleh dari dokumen hasil Ulangan materi Relasi dan Fungsi
Semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.
Rangkuman deskripsi tentang data nilai kemampuan awal belajar peserta didik disajikan pada Tabel 4.3
commit to user
77
Table 4.3 Deskripsi Data Prestasi Kemampuan Awal Siswa perpustakaan.uns.ac.id Variabel
Deviasi
Rerata
dan Jigsaw
167
66,8862
10,985
65
90
40
TGT
83
66,988
11,42
65
90
40
Jigsaw
84
66,7857
10,6
62,5
90
40
Standar
Median
digilib.uns.ac.id Mak Min
N
Gabungan TGT
(Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7). Kemudian data tersebut diuji normalitas, uji homogenitas dan uji keseimbangan antara rerata kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw. a. Uji Normalitas Uji normalitas dengan menggunakan metode Liliefors, dan diperoleh hasilnya adalah: Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal No 1.
Kelompok Kelompok
n
Lobs
Ltabel
Keputusan
Ket
83
0,0856 0,0973 Ho diterima
Normal
84
0,0845 0,0967 Ho diterima
Normal
Eksperimen 1 2.
Kelompok Eksperimen 2
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett, dan diperoleh hasilnya:
commit to user
78
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal No. Nama Variabel perpustakaan.uns.ac.id 1.
Kelompok
2 χ obs
2 χ tabel
Keputusan Uji digilib.uns.ac.id Keterangan
0,5380 3,841 Ho diterima
Homogen
Eksperimen 1 dan 2 Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. c. Uji keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan pada dokumen nilai ulangan materi sebelumnya untuk materi Relasi dan Fungsi mata pelajaran matematika pada semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Uji keseimbangan menggunakan statistik t. Dari perhitungan uji keseimbangan rata-rata menghasilkan tobs = 0,1186 dan t0,025;
167
= 1,96.
sedangkan daerah kritik DK = {t t < −1, 96 atau t > 1, 96} . Ini berarti tobs ∉DK, sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal antara kelompok eksperimen dengan TGT dan kelompok eksperimen dengan Jigsaw mempunyai kemampuan awal yang seimbang. (Perhitungan selengkapnya Uji Keseimbangan disajikan pada Lampiran 10). 2. Analisis Variansi Uji prasarat dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. a. Uji Normalitas Uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas VIII materi Teorema Pythagoras meliputi uji normalitas untuk hasil belajar dari:
commit to user
79
1) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi. 4) Kelompok siswa dengan motivasi belajar sedang. 5) Kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah. Rangkuman
hasil
uji
normalitas
kelima
kelompok
tersebut
dengan
menggunakan metode Liliefors disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Uji Normalitas Pretasi Belajar Dengan Model TGT (A1) Pretasi Belajar Dengan Model Jigsaw (A2) Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Tinggi (B1) Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Sedang (B2) Prestasi Belajar pada Siswa dengan Motivasi Rendah (B3)
Lmaks
Ltabel
Keputusan Uji
0,0693
0,0973
Normal
0,0927
0,0967
Normal
0,1063
0,1074
Normal
0,1166
0,1206
Normal
0,1290
0,1321
Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas yang ditunjukkan pada tabel di atas bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini nampak pada harga semua variabel Lobs < Ltabel. (Perhitungan selengkapnya untuk uji normalitas terdapat pada Lampiran 29, 30, 31, 32 dan 33). Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas kelima kelompok tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Untuk menguji apakah sampel-sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang homogen (mempunyai variansi sama) digunakan metode
commit to user
80
Bartlett. Uji homogenitas untuk hasil belajar matematika siswa kelas VIII materi Teorema Pythagoras meliputi uji homogenitas untuk kelompok berikut, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yaitu: 1) Kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelompok siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2) Kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah, sedang dan tinggi. Rangkuman hasil uji homogenitas dari dua kelompok tersebut dengan metode Bartlett disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 4.7 Uji Homogenitas pada Masing-masing Kelompok Jenis yang diuji
χ2 obs
Antara prestasi belajar dari kelas TGT dan kelas Jigsaw Antara prestasi belajar dari kelompok siswa dengan motivasi rendah, sedang dan tinggi
0,7658
2,0219
χ2 tabel
Keputusan Uji
3,841
H0 diterima
5,991
H0 diterima
Berdasarkan tabel di atas diperoleh harga statistik uji Antara prestasi belajar dari kelas TGT dan kelas Jigsaw χ2obs = 0,7658, χ2tabel = 3,841 dan χ2obs < χ2tabel dengan taraf signifikasi(α=0,05). Dengan demikian sehingga H0 diterima. Hal ini berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan selengkapnya untuk uji homogenitas terdapat pada Lampiran 34 dan 35. 3. Uji Anava Prosedur uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 0,05. Tampilan hasil pengolahan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36. Rangkuman hasil
commit to user
81
analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama tersebut disajikan pada Tabel 4.8 berikut: perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sumber Variasi Model Pembelajaran (A) Motivasi Belajar (B) Interaksi (AB)
JK
dk
RK
Fobs
Fα
20,1571
1
20,1571
0,2335
3,84
Keputusan Uji H0A diterima
2
6179,0949
3089,5474 35,7951
128,2064
2
64,1032
0,7427
Galat
13896,2429 161
Total
20223,7013 166
86,3121
3,00 3,00
H0B ditolak H0AB diterima
Berdasarkan hasil analisis variansi pada tabel rangkuman analisis variansi di atas tampak bahwa: a. Pada efek utama A (model pembelajaran), harga statistik uji Fa = 0,2335 < F(0,05;1;161) = 3,84 maka
H0A
diterima. Hal
ini
berarti
tidak terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika pada materi Teorema Pythagoras kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Blora. b. Pada efek B (Motivasi belajar matematika), harga statistik uji Fb =35,7951> F(0,05;2;161) = 3,00, maka
H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan
pengaruh yang signifikan antara
siswa yang memiliki motivasi belajar
matematika tinggi, sedang atau rendah terhadap prestasi belajar matematika.
commit to user
82
c. Pada efek AB (model pembelajaran dan motivasi belajar matematika), harga statistik uji F = 0.7427< F(0,05;2;161) = 3,00, maka H0AB diterima. Hal ini perpustakaan.uns.ac.id ab digilib.uns.ac.id berarti tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika. 4. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis variansi (anava). Dari kesimpulan atau hasil penelitian perlu dilakukan komparasi ganda atau uji lanjut pasca anava, berikut Tabel rataan data hasil penelitian. Tabel 4.9 Rataan Masing-masing sel dari Data Hasil Penelitian Motivasi Berprestasi Kelompok
Tinggi (b1)
Sedang (b2)
Rendah (b3)
Rata-rata
TGT (a1)
78,0000
70,2069
65,0909
71,8554
JIGSAW(a2)
79,3333
69,7600
62,0870
71,7619
Rata-rata
78,7059
70,0741
63,5556
Dari ketiga hipotesis nol terdapat satu hipotesis nol yang ditolak, yaitu H0B sedangkan dua hipotesis nol yang diterima yaitu H0A dan H0AB. Uji komparasi ganda hanya dilakukan pada hipotesis nol yang ditolak yaitu H0B. Rangkuman hasil uji komparasi ganda disajikan dalam Tabel 4.10 berikut: Tabel 4.10 Uji Scheffe Komparasi Antar Kolom Komparasi
H0
Fobs
Fα
µ .1vsµ .2
µ.1 = µ.2
25,9821
6,00
Fobs > Fα
H0 ditolak
µ .1vsµ.3
µ.1 = µ.3
72,0135 6,00
Fobs > Fα
H0 ditolak
µ .2 vsµ .3
µ.2 = µ.3
12,0836 6,00
Fobs > Fα
H0 ditolak
commit to user
Keterangan Keputusan Uji
83
Dari rangkuman hasil uji komparasi ganda tampak bahwa: a. Pada µ .1vsµ .2 diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan sedang. b. Pada µ.1vsµ.3 diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan rendah. c. Pada µ.2 vsµ.3 diperoleh keputusan uji H0 ditolak maka secara signifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi sedang dan rendah. Keterangan:
µ.1 : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi tinggi. µ.2 : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi sedang. µ.3 : rataan prestasi belajar siswa yang bermotivasi rendah. (Perhitungan selengkapnya Uji Scheffe’ terdapat pada lampiran 37) Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang dan rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar matematika sedang mempunyai prestasi yang lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar matematika rendah.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas dapat dijelaskan ke-tiga hipotesis penelitian yang terdapat pada Bab II (Kajian Teori dan Pengajuan Hipotesis) dan hasilnya sebagai berikut:
commit to user
84
1. Hipotesis pertama(HOA) Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id efek utama A (model pembelajaran) diperoleh Fa = 0,2335 < F(0,05;1;161) = 3,84. Nilai Fa tidak terletak di daerah kritik, oleh karena itu H0A diterima yang artinya tidak terdapat
perbedaan
prestasi
belajar
matematika
siswa
yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Jadi Prestasi belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian yang menyatakan bahwa Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) lebih baik daripada prestasi matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Perbedaan antara hipotesis dengan hasil penelitian ini dapat dijelaskan dari proses pelaksanaan kedua model pembelajaran dalam penelitian ini. Ditinjau dari teori pembelajaran, kedua model pembelajaran TGT dan Jigsaw termasuk dalam tipe pembelajaran kooperatif, namun dengan skenario kegiatan pembelajarannya yang berbeda ternyata tidak membawa efek yang berbeda, dijelaskan sebagai berikut: a. Penerapan model pembelajaran tipe TGT terdapat turnamen yang memberikan kesempatan melakukan prestasi terbaik untuk kelompoknya. Sebagian siswa menggunakan kesempatan kompetisi dengan baik dan termotivasi
untuk
mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka selesaikan sesuai dengan pilihan kemampuan berprestasi siswa, tetapi beberapa siswa merasa
commit to user
85
kurang antusias mengikutinya, mereka kurang aktif dalam berdiskusi, mereka berdiskusi hanya dengan teman di sampingnya dalam kelompok. Pada saat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pelaksanaan game sebagian besar siswa mengikutinya dengan baik dan sungguh-sungguh khususnya yang mempunyai motivasi tinggi dan sedang, terbukti bahwa mereka yang mendapat giliran menjawab berusaha untuk menjawab dan siswa yang mempunyai jawaban yang berbeda berusaha menantangnya. Pada saat siswa mendapat giliran mengambil kartu bernomor kemudian membaca soal yang sesuai dengan nomor pada kartu berusaha menjawab soal tersebut dengan baik. Siswa yang mempunyai jawaban yang berbeda menantangnya, kemudian setelah semua siswa diberi kesempatan menantang sudah selesai baru siswa yang duduk di sebelah kanan pembaca tadi membuka kunci jawaban yang telah disediakan kemudian membacanya, siswa yang telah disediakan kemudian membacanya, siswa yang jawabannya benar menyimpan kartu yang diambil tadi, setelah pertandingan selesai masingmasing siswa kembali ke kelompoknya, kemudian guru membaca perolehan skor siswa merasa senang sekali yang mendapat skor tinggi. Tetapi pada siswa yang mendapat skor rendah (pada umumnya berasal dari siswa yang bermotivasi rendah) ada rasa kekecewaan dan rendah diri. Sehingga untuk turnamen selanjutnya mereka tidak begitu aktif dalam mengikuti pembelajaran. b. Penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw terdapat adanya tim ahli dalam membahas suatu tema dimana pemilihan tim ahli ini diserahkan pada hasil kesepakatan kelompok. sehingga dengan adanya pengelompokan tim ahli ini akan memotivasi anak untuk mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka diskusikan sesuai dengan pilihan siswa. Namun ternyata tidak semua
commit to user
86
siswa melakukannya sesuai tanggungjawabnya, walau siswa diberi tanggung jawab penuh, materi yang diberikan harus mereka kuasai dan setelah kembali perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ke kelompok awalnya mereka harus menjadi guru yang baik untuk temannya. Di samping itu dalam pembelajaran Jigsaw ada skenario pemberian skor kemajuan individu berdasarkan skor awal yang dipunyai siswa itu sendiri, ini membuat siswa tetap optimis untuk bisa meraih skor kemajuan individu yang melampaui skor awalnya ini terjadi pada siswa bermotivasi tinggi dan sedang. Kondisi seperti tidak berlaku bagi siswa dengan motivasi rendah, mereka kurang menguasai materi yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya dan masih tergantung ke siswa lain serta kurang aktif dalam presentasi di kelompok semula. Sehingga bagi siswa dengan motivasi sedang dan tinggi berusaha membantunya. Hal ini berdampak pada pertemuan selanjutnya mereka akan pasif dan berharap uluran teman lainnya. 2. Hipotesis kedua (H0B) Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama B (motivasi belajar) diperoleh Fb = 35,7951 dan Ftabel = 3,00 sehingga Fb > Ftabel maka H0B ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa sebagai akibat pengaruh motivasi belajar matematika yaitu motivasi belajar matematika siswa tinggi, sedang, atau rendah. Karena ada tiga kolom maka perlu dilanjutkan dengan Uji Scheffe untuk komparasi antar kolom. Hasil uji Scheffe untuk komparasi antar kolom berturut-turut diperoleh F1.2 = 25,9821 > 6,00 = 2F(0,05;2;161), F1.3 = 72,0135 > 6,00 = 2F(0,05;2;161), F2.3 = 12,0836 > 6,00 = 2F(0,05;2;161) ini berarti terdapat perbedaan rataan prestasi belajar matematika sebagai akibat dari tingkat motivasi belajar tinggi dan sedang, motivasi belajar tinggi dan rendah,
commit to user
87
juga motivasi belajar sedang dan rendah. Dengan berdasar Tabel 4.10 di atas dapat disimpulkan bahwa: perpustakaan.uns.ac.id a. Untuk µ .1vsµ .2
digilib.uns.ac.id
H0 ditolak, ini berarti bahwa secara signifikan ada perbedaan
antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan sedang. Karena penelitian ini rataan marginal pada kolom satu adalah 78,7059 dan rataan marginal pada kolom dua adalah 70,0741 maka disimpulkan bahwa: Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono (2009) yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. b. Untuk µ.1vsµ.3 H0 ditolak, ini berarti bahwa secara signifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi tinggi dan rendah. Karena penelitian ini rataan marginal pada kolom satu adalah 78,7059 dan rataan marginal pada kolom tiga adalah 63,5556 maka disimpulkan bahwa Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai
commit to user
88
motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Untuk µ.2 vsµ.3 H0 ditolak, ini berarti secara siginifikan ada perbedaan antara rataan prestasi belajar siswa bermotivasi sedang dengan prestasi belajar siswa bermotivasi rendah. Karena penelitian ini rataan marginal pada kolom dua adalah 70,0741 dan rataan marginal pada kolom tiga adalah 63,5556 maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono (2009) yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. 3. Hipotesis Ke tiga Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek interaksi AB (model pembelajaran dan kemampuan awal siswa) diperoleh Fab = 0,7427 < F(0,05;2;161) = 3,00, maka H0AB diterima artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa sehingga perbandingan sel antar kolom dalam satu baris mengikuti perlakuan yang ada pada induknya yaitu efek utama A (model pembelajaran kooperatif) maupun efek utama B (motivasi belajar). Karena untuk efek utama A (model pembelajaran) menunjukkan penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model Jigsaw memberikan
commit to user
89
efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika dan hasil pada uji komparasi menunjukan bahwa efek utama kolom berlaku untuk tingkat motivasi belajar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tinggi, sedang dan rendah sehingga dapat disimpulkan bahwa: a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw memberikan prestasi belajar yang sama pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Penelitian ini juga tidak sama dengan hasil penelitian Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi sedang dan rendah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Direct Instruction. b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada
commit to user
90
siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah,
siswa yang
mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
commit to user
91
Jigsaw siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, siswa dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajar daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ngadiyono (2009) yaitu prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi belajar tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Direct Instruction lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
E. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Data prestasi belajar matematika siswa yang diperoleh pada penelitian ini dianggap kurang murni karena pada saat mengerjakan soal tes kemungkinan ada siswa yang bekerja sama. Begitu pula dengan data motivasi belajar siswa dianggap kurang murni, karena dalam pengisian angket motivasi belajar masih banyak siswa yang kurang jujur, sehingga berpengaruh dalam pembagian kelompok berdasarkan kriteria motivasi belajar. 2. Meskipun koordinasi dan kerja sama dengan guru pada kelompok eksperimen telah dilakukan secara efektif, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran masih terdapat banyak kekurangan diantaranya adalah keterbatasan sarana prasarana, kondisi lingkungan sekolah dan kondisi dari siswanya. Selain itu kekurangan tersebut juga dapat berasal dari guru dan siswa yang belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw.
commit to user
BAB V perpustakaan.uns.ac.id
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan Berdasarkan landasan teori dan didukung analisis data serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab di depan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2. a. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah. b. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. 3. Tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar matematika siswa. Diperoleh sebagai berikut: a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi
92 commit to user
93
belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
B. Implikasi Sebagaimana dalam kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran materi Teorema Pythagoras dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sehingga pembelajaran model TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dipakai sebagai alternatif dan referensi para guru matematika pada materi Teorema Pythagoras dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Pembelajaran dengan model TGT memberikan suasana yang berbeda, dengan turnamen membuat siswa termotivasi untuk lebih bersemangat meningkatkan prestasi belajarnya untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Pembelajaran dengan model Jigsaw membuat siswa lebih mudah memahami dan mengingat bahan pelajaran, sebab dalam proses pembelajaran secara penuh dan kemudian harus berperan menjadi “guru” yang baik untuk temannya.
commit to user
94
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori motivasi belajar matematika ternyata juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar matematika siswa memegang peran penting dalam proses pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika memerlukan suatu stuktur pola pikir yang logis, teratur dan terintegrasi untuk itu sangat diperlukan motivasi belajar matematika yang berguna untuk mempelajarinya materi yang lebih lanjut. Seorang guru matematika sebaiknya mengatahui tingkat motivasi belajar matematika siswa yang akan menjadi subyek peserta didiknya, sebab dalam diri siswa terdapat motivasi belajar matematika yang berbeda-beda sebagai prasarat untuk belajar matematika.
C. SARAN Dalam rangka turut menyumbangkan pemikiran yang berkenaan dengan peningkatan prestasi belajar matematika disarankan: 1. Kepada Guru a. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika hendaknya guru lebih banyak melibatkan kesempatan pada siswa, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator saja. Misalnya dengan cara memilih dan menggunakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan motivasi belajar siswa, seperti model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran koopratif tipe Jigsaw. b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru hendaknya mengadakan persiapan sebaik
commit to user
95
mungkin, agar proses pembelajarannya dapat berlangsung dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Guru dalam pelaksanaan diskusi di kelas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id supaya memfasilitasi siswa dan membimbing siswa secara individual maupun kelompok. c. Hendaknya guru matematika mau mencoba model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk mengajar topiktopik matematika, selanjutnya mau melakukan refleksi agar mendapatkan hasil yang optimal. 2. Kepada Siswa a. Sebaiknya para siswa selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan tentang skenario model pembelajaran matematika yang digunakan guru sehingga siswa tidak terjadi kebingungan mengenai apa yang dilakukan pada kegiatan itu. b. Sebaiknya siswa mengikuti dengan aktif jalannya diskusi dan selalu memperhatikan serta menghargai setiap penjelasan, pertanyaan atau jawaban yang disampaikan oleh siswa lain pada saat diskusi berlangsung. c. Sebaiknya para siswa sebelum kegiatan pembelajaran matematika berlangsung, hendaknya telah mempelajari terlebih dahulu materi pembelajaran supaya dapat dengan mudah memahami materi tersebut. Sehingga pada saat diskusi berlangsung jika ada materi yang belum jelas dapat ditanyakan pada teman dikelompoknya. d. Sebaiknya para siswa selama diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, mengatur waktunya dengan baik agar semua materi dapat dipahami dan diselesaikan dengan baik.
commit to user
96
3. Kepada Kepala Sekolah a. Hendaknya para Kepala Sekolah menyarankan kepada guru matematika, agar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam mengajar dapat memperoleh hasil yang optimal harus dapat memilih model yang tepat, salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. b. Agar
proses
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan Jigsaw dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan prestasi belajar yang optimal, sebaiknya para Kepala Sekolah menyediakan kelas yang tempat duduk dan mejanya sudah diatur untuk keperluan diskusi, sehingga setiap proses pembelajaran matematika akan berlangsung tidak perlu mengatur tempat duduk dan meja dan kalau proses pembelajaran selesai tidak perlu mengembalikan tempat duduk, karena memakan waktu dan menimbulkan suara berisik. c. Sebaiknya para Kepala Sekolah berusaha secara optimal mungkin untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal. 4. Bagi Peneliti Lain Bagi para peneliti diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sejenis pada materi pelajaran atau dengan model pembelajaran kooperatif yang lain agar penelitian ini dapat dimanfaatkan secara luas.
commit to user