perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: MISBAHUL IBAD S850809312
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA
Disusun oleh: MISBAHUL IBAD NIM. S850809312
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Drs. TRI ATMOJO K, M.Sc, Ph.D. ............................... NIP. 19630826 198803 1 002
...................
Pembimbing II
Drs. SUYONO, M.Si NIP. 19500301 197603 1 002
...................
...............................
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. MARDIYANA, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
commit to user ii
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA
Disusun oleh: MISBAHUL IBAD NIM. S850809312
Telah disetujui oleh Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Dr. MARDIYANA, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
.............................
...................
Sekretaris Dr. RIYADI, M.Si NIP. 19670116 199402 1 001
.............................
...................
Anggota
Drs. TRI ATMOJO K, M.Sc., Ph.D. NIP. 19630826 198803 1 002
.............................
...................
Drs. SUYONO, M.Si NIP. 19500301 197603 1 002
.............................
...................
Surakarta, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
Direktur Program Pascasarjana UNS,
Prof. Drs. SURANTO, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
Dr. MARDIYANA, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: MISBAHUL IBAD
NIM
: S850809312
Prodi
: Pendidikan Matematika Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:
”Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Demikian pernyataan saya, apabila pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Yang menyatakan
MISBAHUL IBAD
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Misbahul Ibad. S850809312. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Pembimbing I: Drs. Tri Atmojo Kusmayadi, M.Sc., Ph.D. Pembimbing II: Drs. Suyono, M.Si. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada metode kooperatif tipe STAD (2) Apakah peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial akan mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual, peserta didik dengan gaya belajar auditorial akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik, dan peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding peserta didik yang mempunyai gaya belajar kinestetik (3) Apakah perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar siswa dan apakah perbedaan antara masingmasing gaya belajar siswa konsisten pada setiap motode pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2 × 3. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh) SMA Negeri di kota Kediri. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 219 orang dengan rincian 109 orang untuk kelas eksperimen 1 dan 110 orang untuk kelas eksperimen 2. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan angket gaya belajar siswa. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tes prestasi dan angket gaya belajar terlebih dahulu diujicobakan. Penilaian validitas isi instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator. Uji reliabilitas instrumen tes menggunakan rumus KR-20, sedangkan uji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus Cronbach Alpha. Daya pembeda tes dan konsistensi internal angket menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson. Uji keseimbangan menggunakan uji rerata t, dengan α = 0,05 diperoleh kesimpulan bahwa kedua kelompok eksperimen dalam keadaan seimbang. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dengan α = 0,05 diperoleh kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Metode pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar auditorial. Siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar auditorial
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. (3) Perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar dan perbedaan antara masing-masing gaya belajar konsisten pada setiap metode pembelajaran. Sehingga pada masing-masing metode pembelajaran siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar auditorial, siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik, siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. Demikian juga pada masing-masing gaya belajar, metode pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Kata kunci: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Numbered Heads Together (NHT), gaya belajar siswa
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Misbahul Ibad. S850809312. Experimentation of Mathematics Learning of Cooperative Method Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type and Cooperative Method Numbered Heads Together (NHT) Type considered from the Student Learning Styles. 1st advisor: Drs. Tri Atmojo Kusmayadi, M.Sc., Ph.D. 2nd advisor: Drs. Suyono, M.Si. Thesis. Mathematics Education Studies Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. 2011. The purposes of this study are to determine: (1) whether the learning of mathematics in the material of linear and quadratic equation system using cooperative learning methods NHT type better than cooperative methods STAD type (2) whether students who have auditory learning style will have a better achievement compared with students who have a visual learning style, students who have auditory learning style will have a better achievement compared with students who have a kinesthetic learning style, and students who have a visual learning style will have a better achievement than students who have a kinesthetic learning style (3) whether the difference in achievement of each learning method consistent to each student's learning style and whether the differences among students' learning styles are consistent in each learning method. This study is a quasi experimental research with 2 × 3 factorial design. The population of this study is all tenth grade students of senior high schools in Kediri. Sampling was done by stratified cluster random sampling. The sample in this study are 219 people with details of 109 people for class experiment 1 and 110 people for class experiment 2. The Instruments used to collect data are mathematics achievement test and student learning styles questionnaire. Before being used for data collection, the instruments firstly tested. Validity of the content of test instruments and questionnaires were assessed by the validator. Reliability of test instruments tested using KR-20 formula, while the questionnaire instrument using Cronbach alpha formula. Discriminant of test and internal consistency of questionnaires using the product moment correlation formula of Karl Pearson. Average balance test using t test, with α = 0.05 concluded that both the experimental group in a balance condition. Prerequisites test include normality test using Lilliefors test method and homogeneity test using Bartlet method by Chi Square test statistic. With α = 0.05 concluded that the samples come from populations with normal distribution and homogeneous. Based on the hypothesis test, it is concluded that: (1) Cooperative learning methods NHT type provide a better performance than cooperative learning method STAD type. (2) Students with visual learning style have the same achievement with students with auditory learning styles. Students with visual learning style have the same achievement with students with kinesthetic learning styles. Students with auditory learning styles have a better academic achievement than students with kinesthetic learning styles. (3) Difference in achievement of each learning method is consistent with their respective learning styles and differences between individual learning style is consistent in each learning
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
method. So in each learning method, students with visual learning style have the same achievement with students with auditory learning style, students with visual learning style have the same achievement with students with kinesthetic learning styles, students with auditory learning styles have better achievement than students with kinesthetic learning styles. Similarly, in their respective learning styles, cooperative learning methods NHT type provides better performance than cooperative learning method STAD type.
Keywords: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Numbered Heads Together (NHT), Learning Styles
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul ”Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa” dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun sebagai tugas akhir perkuliahan di Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis ini bisa terselesaikan atas bantuan, dorongan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini. 2. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengesahkan proposal penelitian ini dan selalu memberikan dorongan untuk menyelesaikan penulisan tesis. 3. Drs. Tri Atmojo Kusmayadi, M.Sc., Ph.D, dosen Pembimbing I, dan Drs. Suyono, M.Si, dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan tesis ini. 4. Drs. H. A. Wahid Anshory, S.Pd., MM, Plt. Kepala Dinas Pendidikan kota Kediri, yang telah memberikan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Drs. Dwi Rajab Januhadi, M.Pd, Kepala SMA Negeri 1 Kediri, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Kediri. 6. Drs. Gunawan S, M.Pd, Plt. Kepala SMA Negeri 3 Kediri, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Kediri. 7. Drs. Halimi Mahfudz, Kepala SMA Negeri 6 Kediri, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 6 Kediri. 8. Lukito, S.Pd, guru SMA Negeri 1 Kediri, Wiji Lestari, S.Pd, guru SMA Negeri 3 Kediri, dan Amor Widjoyanto, S.Pd, guru SMA Negeri 6 Kediri yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian ini. 9. Segenap siswa SMA Negeri 1 Kediri, SMA Negeri 3 Kediri dan SMA Negeri 6 Kediri yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. 10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu terselesaikanya tesis ini 11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan, mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca semuanya. Amin.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
iii
ABSTRAK .................................................................................................
iv
ABSTRACT .................................................................................................
vi
PERNYATAAN .........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ix
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
6
C. Pemilihan Masalah .....................................................................
8
D. Pembatasan Masalah ...................................................................
8
E. Rumusan Masalah .......................................................................
9
F. Tujuan Penelitian ........................................................................
10
G. Manfaat Penelitian ......................................................................
11
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................
12
A. Kajian Pustaka .............................................................................
12
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pembelajaran Matematika ........................................................
12
2. Pembelajaran Kooperatif .........................................................
16
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ....................................................................
20
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ......................................................................
23
5. Gaya Belajar ............................................................................
25
6. Hasil Belajar ............................................................................
29
B. Hasil Penelitian yang Relevan .....................................................
30
C. Kerangka Berpikir ........................................................................
33
D. Hipotesis ......................................................................................
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
38
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ........................................
38
B. Jenis Penelitian .............................................................................
38
C. Langkah-langkah Penelitian .........................................................
39
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ....................
40
1. Populasi ....................................................................................
40
2. Sampel dan Teknik Sampling ..................................................
40
E. Variabel dan Rancangan Penelitian .............................................
42
1. Variabel Penelitian ...................................................................
42
2. Rancangan Penelitian ...............................................................
44
F. Metode Pengumpulan Data, Penyusunan dan Uji Instrumen ......
45
1. Metode Pengumpulan Data ......................................................
45
2. Penyusunan dan Uji Instrumen ................................................
46
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Teknik Analisis Data ...................................................................
53
1. Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan dan Analisis Variansi ...................................................................................
53
2. Uji Keseimbangan ...................................................................
55
3. Pengujian Hipotesis .................................................................
56
4. Uji Komparasi Ganda ..............................................................
60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
64
A. Uji Keseimbangan .......................................................................
64
B. Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................
65
1. Tes Prestasi Belajar Matematika ...............................................
65
2. Angket Gaya Belajar Siswa ......................................................
67
C. Deskripsi Data Penelitian .............................................................
69
D. Uji Prasyarat ................................................................................
70
1. Uji Normalitas .........................................................................
70
2. Uji Homogenitas ......................................................................
70
E. Uji Hipotesis .................................................................................
71
F. Uji Komparasi Ganda ..................................................................
73
G. Pembahasan ..................................................................................
74
1. Hipotesis Pertama.....................................................................
74
2. Hipotesis Kedua .......................................................................
75
3. Hipotesis Ketiga .......................................................................
77
BAB V PENUTUP .....................................................................................
79
A. Kesimpulan ...................................................................................
79
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi ......................................................................................
80
C. Saran .............................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
83
LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) STAD ............
87
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) NHT ..............
104
Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa ...........................................................
121
Lampiran 4 : Kisi-kisi soal tes .................................................................
141
Lampiran 5 : Soal tes ...............................................................................
144
Lampiran 6 : Lembar validasi soal tes .....................................................
152
Lampiran 7 : Analisis butir soal ...............................................................
154
Lampiran 8 : Uji reliabilitas soal .............................................................
160
Lampiran 9 : Soal tes setelah divalidasi dan dianalisis ............................
166
Lampiran 10 : Kunci jawaban soal tes ......................................................
171
Lampiran 11 : Kisi-kisi angket gaya belajar ..............................................
172
Lampiran 12 : Angket gaya belajar ...........................................................
175
Lampiran 13 : Lembar validasi angket gaya belajar .................................
181
Lampiran 14 : Analisis angket gaya belajar visual ....................................
187
Lampiran 15 : Uji reliabilitas angket gaya belajar visual ..........................
193
Lampiran 16 : Analisis angket gaya belajar auditorial ..............................
199
Lampiran 17 : Uji reliabilitas angket gaya belajar auditorial ....................
205
Lampiran 18 : Analisis angket gaya belajar kinestetik ..............................
211
Lampiran 19 : Uji reliabilitas angket gaya belajar kinestetik ....................
217
Lampiran 20 : Angket gaya belajar setelah divalidasi dan dianalisis ........
223
Lampiran 21 : Uji keseimbangan ..............................................................
228
Lampiran 22 : Data hasil penelitian ...........................................................
241
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 23 : Uji normalitas data metode STAD .....................................
244
Lampiran 24 : Uji normalitas data metode NHT .......................................
248
Lampiran 25 : Uji normalitas data gaya belajar visual ..............................
252
Lampiran 26 : Uji normalitas data gaya belajar auditorial ........................
255
Lampiran 27 : Uji normalitas data gaya belajar kinestetik ........................
258
Lampiran 28 : Uji homogenitas data metode pembelajaran ......................
261
Lampiran 29 : Uji homogenitas data gaya belajar .....................................
266
Lampiran 30 : Uji hipotesis .......................................................................
271
Lampiran 31 : Uji komparasi ganda ..........................................................
278
Lampiran 32 : Surat ijin penelitian ............................................................
281
Lampiran 23 : Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ...............
282
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Nilai terendah dan nilai tertinggi mata pelajaran matematika UN SMA kota Kediri 2009/2010 ...............................................
3
Tabel 2.1. Kriteria peningkatan skor pembelajaran STAD ........................
22
Tabel 3.1. Tahapan penelitian ....................................................................
38
Tabel 3.2. Rancangan penelitian .................................................................
44
Tabel 3.3. Kriteria penilain angket .............................................................
47
Tabel 4.1. Deskripsi data prestasi belajar matematika ...............................
69
Tabel 4.2. Rangkuman uji normalitas ........................................................
70
Tabel 4.3. Rangkuman uji homogenitas variansi .......................................
71
Tabel 4.4. Data amatan, rerata dan jumlah kuadrat deviasi .......................
72
Tabel 4.5. Rangkuman analisis variansi .....................................................
72
Tabel 4.6. Rangkuman hasil uji komparasi ganda .....................................
73
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan matematika merupakan hal yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari berbagai data yang ada, kemampuan matematika suatu negara berbanding lurus dengan tingkat kemajuan negara tersebut. Data dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 kemampuan matematika Indonesia berada pada peringkat 36 dari 48 negara yang di survei, dengan rata-rata nilai 397. Nilai rata-rata Indonesia masih jauh di bawah nilai rata-rata internasional yaitu 500. Nilai rata-rata Indonesia juga masih berada di bawah Thailand (441), Malaysia (474) dan Singapura (593). Data UNESCO juga menunjukkan peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara yang diteliti. Selain itu, matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, di banyak sekolah juga menjadi penyebab utama ketidaklulusan siswanya. Berbagai data tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa kualitas pendidikan matematika di Indonesia memang masih perlu ditingkatkan. Secara lebih spesifik, permasalahan pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri di kota Kediri berdasar hasil wawancara dengan guru
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
matematika dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu siswa masih belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas. Ada beberapa yang siswa antusias dan bersikap aktif dalam proses pembelajaran, tetapi kebanyakan siswa masih bersikap pasif dalam proses pembelajaran yang disebabkan siswa merasa kurang mampu dalam menguasai mata pelajaran matematika. Hasil identifikasi awal ditemukan beberapa indikator yakni: siswa tidak berani bertanya, kurang berani menjawab pertanyaan, tidak aktif ketika bekerja dalam kelompok, dan jarang yang berani mengemukakan pendapat baik pada waktu kerja kelompok maupun pada waktu presentasi. Selain itu dari data sekolah diperoleh informasi bahwa rata-rata ketuntasan pembelajaran matematika (dengan nilai kriteria ketuntasan minimal 70 atau 75) juga masih rendah. Dari rata-rata 36 siswa perkelas yang pembelajarannya tuntas (tidak perlu mengikuti remidial) hanya berjumlah sekitar 7 sampai 15 anak. Demikian juga data hasil Ujian Nasional pada mata pelajaran matematika SMA/MA tahun pelajaran 2009/2010 di kota Kediri menunjukkan angka ketidaklulusan mencapai 9,72%. Kegagalan dalam Ujian Nasional banyak pada bidang studi matematika. Kondisi ini antara lain bisa dilihat dari data Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur tentang nilai tertinggi dan nilai terendah Ujian Nasional SMA tahun 2009/2010 yang disajikan dalam tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Tabel 1.1 Nilai terendah dan nilai tertinggi mata pelajaran matematika UN SMA kota Kediri 2009/2010 No
Nama Sekolah
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
1
SMA Negeri 1 Kediri
3,75
10,00
2
SMA Negeri 2 Kediri
3,75
10,00
3
SMA Negeri 3 Kediri
4,50
9,25
4
SMA Negeri 4 Kediri
3,75
10,00
5
SMA Negeri 5 Kediri
2,50
9,50
6
SMA Negeri 6 Kediri
0,75
9,75
7
SMA Negeri 7 Kediri
5,50
10,00
8
SMA Negeri 8 Kediri
6,75
9,75
Salah satu hambatan dalam peningkatkan kualitas pendidikan matematika, diantaranya adalah mitos yang telah melekat pada sebagian besar bangsa Indonesia. Matematika selama ini sering diasumsikan dengan berbagai hal yang berkonotasi negatif, mulai dari matematika dianggap sebagai ilmu yang sangat sukar, ilmu hafalan tentang rumus, berhubungan dengan kecepatan hitung, ilmu abstrak yang tidak berhubungan dengan realita, sampai pada ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif. Semakin lengkap pula ketika mitos-mitos ini disertai dengan sikap guru matematika yang dalam menyampaikan
pelajaran:
galak,
tidak
menarik,
bahkan
cenderung
menciptakan rasa takut dan tegang pada peserta didik. Situasi semacam ini semakin menjauhkan rasa ketertarikan peserta didik dalam mempelajari matematika. Apalagi jika siswa tersebut merasa dirinya memiliki kemampuan berpikir yang kurang dibandingkan teman-temannya. Kualitas pendidikan matematika dapat ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan persoalan yang dihadapi, diantaranya, selain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
kurikulum yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, adalah penerapan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri yang disesuaikan dengan kebutuhan prediksi pembelajaran masa kini dan mendatang. Pembenahan yang dianggap sangat mendesak, pertama, mengubah pembelajaran dari siswa belajar pasif ke belajar aktif. Meskipun hampir semua guru menyadari bahwa dalam pembelajaran, harus melibatkan siswa secara aktif, namun pada kenyataannya sering terjadi miskonsepsi, yaitu aktif berdasarkan fisik semata. Seharusnya, guru merancang pembelajaran yang menantang siswa untuk lebih aktif berpartisipasi, terlibat dalam diskusi dan penjelasan ide-ide, membuat dan memecahkan masalah secara kolaborasi untuk sampai pada pemahaman materi yang dipelajari. Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam proses pembelajarannya, matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kondisi siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar siswa dapat ikut serta berperan aktif dalam proses pembelajaran dan siswa tertarik dengan materi yang diajarkan tersebut. Siswa tidak boleh dibiarkan merasa tidak mampu dalam belajar matematika, karena siswa akan menjadi malas untuk mempelajari dan akhirnya siswa tidak mampu menguasai mata pelajaran matematika, ketika siswa merasa kesulitan guru harus secara aktif membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga diharapkan siswa yang mengalami kesulitan dapat lebih tertantang untuk mempelajarinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Dengan memperhatikan hal tersebut, seorang guru dituntut untuk dapat memilih metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode pembelajaran tertentu yang digunakan oleh guru diharapkan juga dapat meningkatkan aktifitas siswa di kelas dalam belajar, siswa berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, serta kreatif dalam mencari solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi. Suasana yang komunikatif di dalam kelas harus dibangkitkan oleh guru dengan baik, komunikasi tersebut dapat terjadi antara guru dengan siswa maupun antar sesama siswa. Tetapi pada pelaksanaannya masih terdapat guru yang mengarahkan siswa pada pola belajar individualitas yaitu proses pembelajaran yang berlangsung tanpa saling ketergantungan atau komunikasi antar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif telah banyak berkembang dan diteliti di Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-an (Slavin, 2009: 9). Dari berbagai penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Sayangnya pembelajaran kooperatif masih belum banyak dipraktikkan dalam pembelajaran di negara kita. Selain itu, masih terkait dengan matematika sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam upaya membelajarkan
matematika
kepada
siswa,
guru
seyogyanya
juga
menggunakan alat bantu (media) dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan media yang tepat dan dekat dengan keseharian siswa, diharapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
akan dapat membantu siswa untuk lebih menyenangi dan lebih mudah memahami materi pembelajaran. Dewasa ini, dengan semakin berkembangnya teknologi, ada banyak pilihan media audiovisual yang menarik dan mungkin akan dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi pembelajaran. Hal lain yang perlu diperhatikan agar siswa berhasil dalam belajar metematika adalah karakteristik dan kondisi siswa. Karakteristik siswa yang dimaksud di sini antara lain: kemampuan awal, motivasi dan gaya belajar. Matematika sebagai ilmu yang logis, kritis, sistematis dan konsisten, antar satu konsep dengan konsep yang lain saling memiliki keterkaitan. Adanya saling keterkaitan ini menjadikan kemampuan awal siswa sebagai salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan siswa belajar matematika. Gaya belajar dan motivasi dari seorang siswa juga perlu diperhatikan. Seorang guru yang baik tentu tidak akan langsung memvonis siswa yang nilainya jelek adalah siswa yang tidak bisa. Guru harus mencari informasi kenapa siswa yang bersangkutan mendapat nilai yang jelek. Terkait dengan hal tersebut, informasi penting yang perlu diketahui guru antara lain terkait dengan gaya belajar dan motivasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain sebagai berikut: 1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika karena guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik. Terkait dengan isu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
ini muncul pertanyaan apakah kalau guru menggunakan media pembelajaran yang menarik, prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media. 2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Terkait dengan hal ini muncul pertanyaan apakah kalau metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru diubah, apakah prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan berbagai metode pembelajaran. Dapat diteliti juga apakah metode pembelajaran yang menarik tersebut cocok dengan berbagai karakteristik siswa. 3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika karena jam pembelajaran matematika kurang. Terkait dengan hal ini muncul pertanyaan apakah kalau waktu pembelajaran matematika ditambah, prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik. Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan pembelajaran dengan alokasi waktu seperti biasa dengan pembelajaran yang alokasi waktunya ditambah. 4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika karena guru yang mengajar hanya satu orang sehingga tidak mampu menguasai kelas yang diajar. Terkait dengan isu ini muncul pertanyaan apakah kalau jumlah gurunya ditambah (lebih dari satu orang), prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
penelitian yang membandingkan pembelajaran yang diajar oleh satu orang guru dengan pembelajaran yang diajar oleh guru tim (lebih dari satu orang) 5. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika karena jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak. Terkait dengan isu ini muncul pertanyaan apakah kalau jumlah siswa dikurangi, prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan pembelajaran pada kelas besar dengan pembelajaran pada kelas kecil.
C. Pemilihan Masalah Berdasarkan kelima masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya ingin melakukan penelitian yang terkait dengan masalah yang kedua, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode yang menarik dan apakah metode tersebut cocok dengan berbagai gaya belajar siswa. Alasan dipilihnya masalah tersebut disamping karena keterbatasan peneliti untuk dapat meneliti semua permasalahan di atas, karena peneliti memandang bahwa salah salah satu permasalahan yang paling mendasar dari pembelajaran
matematika saat ini adalah kebanyakan guru masih
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan enggan menggunakan metode yang lain.
D. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian ini dapat lebih terfokus, perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
1. Metode pembelajaran yang dibandingkan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 2. Karakteristik siswa yang dilihat adalah gaya belajar siswa yang meliputi gaya belajar tipe visual, tipe auditorial dan tipe kinestetik. 3. Penelitian dilakukan di SMA Negeri di kota Kediri kelas X tahun pelajaran 2010/2011. 4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat.
E. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pemilihan masalah di atas maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat dengan metode kooperatif tipe NHT lebih baik daripada metode kooperatif tipe STAD? 2. Apakah siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial akan mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik, dan siswa yang mempunyai gaya belajar visual akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
3. Apakah
perbedaan
prestasi
belajar
dari
masing-masing
metode
pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar siswa dan apakah perbedaan antara masing-masing gaya belajar siswa konsisten pada setiap metode pembelajaran?
F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada metode kooperatif tipe STAD. 2. Untuk mengetahui apakah siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial akan mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik, dan siswa yang mempunyai gaya belajar visual akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik. 3. Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar siswa dan apakah perbedaan antara masing-masing gaya belajar siswa konsisten pada setiap motode pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
G. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika tentang eksperimentasi pembelajaran matematika metode kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan metode kooperatif tipe NHT. 2. Memberikan informasi tentang perbedaan kemampuan matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat pada siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga ada variasi metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa juga meningkat. 4. Sebagai bahan referensi lebih lanjut dalam penelitian tentang metode pembelajaran khususnya metode kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar adalah karakteristik khusus yang hanya dimiliki oleh manusia. Makhluk lain tidak mampu melakukan proses belajar. Menurut Gagne belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa pada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap (Syaiful Sagala, 2009: 13). Senada dengan hal di atas, Witherington menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai polapola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Sedangakan Hilgard menyatakan bahwa belajar adalah proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap suatu situasi. Di Vesta dan Thompson menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman (Nana Syaodih Sukmana, 2009: 155-156). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai proses
commit12to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari respon atau situasi tertentu. Teori belajar ini sesuai dengan pandangan teori belajar behaviorisme. Sedangkan dalam teori belajar konstruktivisme, belajar diartikan sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Paul Suparno (2001: 61) bahwa belajar diartikan sebagai proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Von Glasefeld (dalam Aunurrahman, 2009: 16) menyatakan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Melalui proses belajar yang dilakukan, seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk suatu pengetahuan tertentu. Terkait dengan teori belajar di atas, Marzano (dalam Abdur Rahman As’ari, 2007: 6) menyatakan bahwa ada lima dimensi yang perlu kita perhatikan kalau menginginkan siswa berhasil dalam belajarnya. Lima dimensi itu adalah sebagai berikut: (1) Sikap dan persepsi siswa terhadap belajar yang sedang dan akan dijalaninya, (2) Penguasaan pengetahuan dan menjadisatukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya, (3) Pengembangan dan peningkatan pengetahuan yang sudah dimiliki, (4) Penggunaan pengetahuan yang dimiliki tersebut secara bermakna, (5) Pembentukan pola pikir (kritis, kreatif, dan self-regulated).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Pembelajaran diartikan sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 157). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang
dapat
meningkatkan
kemampuan
berpikir
siswa,
serta
dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Syaiful Sagala, 2009: 62). Biggs dalam Goldman (2002) menyatakan bahwa: “Learning is a way of interacting with the world. As we learn, conception of phenomena change, and we see the world differently. The acquisition of information in it self does not bring about such a change, but the way we structure that information and think with it does. Thus education is about conceptual change, not just the acquisition of information”. Pembelajaran adalah suatu cara saling berinteraksi dengan dunia. Ketika kita belajar, konsepsi kita tentang suatu fenomena berubah, dan kita akan melihat dunia yang berbeda. Perolehan informasi tidak dengan sendirinya membawa perubahan, tetapi dengan jalan kita menyusun informasi tersebut dan memikirkan apa yang bisa kita lakukan dengannya. Jadi pendidikan adalah tentang perubahan konsep, bukan hanya perolehan informasi. Matematika merupakan ilmu yang sering digunakan untuk menunjang ilmu yang lain, baik ilmu eksakta maupun ilmu sosial. Dalam penggunaanya matematika juga sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga matematika menjadi ilmu yang sangat penting untuk dikuasai. Disebutkan dalam NCTM (National Council of Theachers of Mathematics) (dalam Walle, 2008: 1), mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam menentukan masa depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang lebih produktif. Lemah dalam matematika berarti membiarkan pintu tersebut tertutup. Begle (dalam Herman Hudojo, 2005: 36) menyatakan bahwa sasaran atau obyek penelaahan matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Obyek penelaahan tersebut menggunakan simbol-simbol yang kosong dari arti. Ciri ini yang memungkinkan matematika dapat memasuki wilayah bidang studi atau cabang ilmu lain. Sedangkan menurut Soedjadi (2000: 13), matematika mempunyai karakteristik: (1) Memiliki objek kajian abstrak, (2) Bertumpu pada kesepakatan, (3) Berpola pikir deduktif, (4) Memiliki simbol yang kosong dari arti, (5) Memperhatikan semesta pembicaraan, (5) Konsisten dalam sistemnya. Prinsip pembelajaran matematika yang tertuang pada NCTM (National Council of Theachers of Mathematics) (dalam Walle, 2008: 3) menyebutkan, para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Menurut Herman Hudojo (2005: 103), agar proses belajar matematika terjadi, bahasan matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat aktif didalam menemukan konsep-konsep, srtuktur-struktur sampai kepada teorema dan rumus-rumus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004: 61) dapat diartikan sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Sedangkan menurut Slavin (dalam Etin Solihati 2005: 4) pembelajaran kooperatif diartikan sebagai suatu metode pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Menurut Abdur Rahman As’ari (2003: 2-3) ciri-ciri pembelajaran kooperatif
dapat
dikemukakan
sebagai
berikut.
Pertama,
pebelajar
dikelompok-kelompokkan menjadi beberapa kelompok. Kedua, kelompokkelompok tersebut merupakan kelompok kecil. Ketiga, para siswa di dalam kelompok tersebut melakukan kegiatan belajar secara bersama-sama. Mereka berkelompok untuk saling belajar dan membelajarkan. Keempat, masingmasing anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan teman anggota kelompoknya. Mereka membentuk suatu kesatuan yang saling mendorong, saling menolong demi keberhasilan bersama. Kelima, topik yang dipelajari bisa berupa masalah, tugas, atau hal-hal lain yang pada prinsipnya merupakan tujuan bersama dari anggota-anggota kelompok tersebut. Sedangkan menurut Ibrahim (2000: 6) ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) apabila mungkin, anggota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
kelompok berasal dari ras, budaya, agama, etnis, dan jenis kelamin yang berbeda-beda dan (d) pembelajaran lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Terkait dengan tujuan dan proses pembelajaran kooperatif, Ozkan (2010) menyatakan bahwa: “The main aim of cooperative learning is to increase both their own and their friends' learning to the top level. It should be organized in such a way that every member in the group should know that the other members of the group can't learn before s/he does. Every member of the group should help all the other members to learn. In order to carry out cooperative learning successfully, me group must have a purpose, and all die students in the group should undertake responsibility to achieve the aim of the group and try to get the group reward. In this approach, students should combine their own efforts with those of their friends in the group because the essence of Uns approach is "either we swim together or we sink together". No matter what his/her success level is, every student should believe that s/he does what s/he can to contribute to the success of the group. Every group member should be aware of concepts of commitment of aim and commitment of success. In this method, the group members should be in face-to-face interaction. This interaction is obtained by helping each other, giving feedback, relying on each omer, discussing, encouraging, etc”. Artinya bahwa tujuan utama dari pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan pembelajaran dirinya (siswa) dan teman-temannya kepada prestasi tertinggi. Pembelajaran kooperatif harus diorganisasikan dengan jalan setiap anggota kelompok harus memahami bahwa anggota yang lain tidak dapat belajar sebelum dia (siswa tersebut) melakukan (belajar). Setiap anggota kelompok harus membantu anggota yang lain untuk belajar. Untuk membuat pembelajaran kooperatif berhasil, setiap kelompok harus mempunyai tujuan, dan semua siswa dalam kelompok harus mengambil tanggung jawab untuk mencapai tujuan kelompok dan mencoba untuk memperoleh penghargaan kelompok. Dalam pendekatan ini, siswa harus menggabungkan usahanya dengan teman-temannya yang lain dalam kelompok, sebagaimana pepatah “berenang bersama atau tenggelam bersama”. Setiap siswa harus percaya bahwa dia dapat memberikan kontribusi untuk kesuksesan kelompok. Setiap anggota kelompok harus sadar dan berkomitmen terhadap tujuan dan berkomitmen untuk sukses. Dalam metode ini, setiap anggota kelompok harus berinteraksi langsung. Interaksi ini dicapai dengan saling membantu, memberi umpan balik, saling ketergantungan, diskusi, saling memberikan semangat dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Menurut Slavin (dalam Anita Lie, 2008: 13), tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Dyson dan Rubin (dalam Constantinou, 2010) menyatakan bahwa: “pointed out that cooperative learning has many benefits. It can help students to improve motor skills, develop social skills, work together as a team, take control of their learning process, give and receive feedback, and become responsible individuals”. artinya adalah bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat. Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk: mengembangkan kemampuan motorik, mengembangkan kemampuan sosial, bekerja sama sebagai satu tim, mengawasi proses pembelajaran mereka sendiri, memberi dan menerima umpan balik dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Roger dan Johnson (dalam Anita Lie, 2008: 30) menyebutkan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang harus dipenuhi agar kerja kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok. Isjoni (2007: 23) menyatakan bahwa motivasi dalam diri siswa itu meningkat selama diterapkan metode pembelajaran kooperatif karena mereka merasa
kesuksesan
akademiknya
lebih
terkontrol
menghubungkan kesuksesan itu dengan usahanya merupakan faktor-faktor penting dalam motivasi.
commit to user
dan
mereka
sendiri, semua itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Johnson & Johnson (dalam Sri Rahayu, 2005: 3-5) bahwa keuntungan pembelajaran kooperatif adalah: (1) siswa bertanggung jawab atas proses belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi, (2) siswa mengembangkan keterampilan berpikir tinggi dan berpikir kritis, dan (3) hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih besar. Kelemahan pembelajaran ini menurut Nur (2000: 70) adalah: (1) bagi guru, guru akan kesulitan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan heterogen dari segi prestasi akademis dan banyak menghabiskan waktu untuk diskusi, (2) bagi siswa, siswa dengan kemampuan tinggi masih banyak yang belum terbiasa untuk menyampaikan atau memberi penjelasan kepada siswa lain sehingga sulit untuk dipahami. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dibanding dengan metode pembelajaran lain. Seperti yang dilakukan oleh Doymus (2007) menyatakan bahwa: “The instruction based on cooperative learning yielded significantly better achievement in terms of the Chemistry Achievement Test (CAT) and Phase Achievement Test (PAT) scores compared to the test scores of the control group, which was taught with traditionally designed chemistry instruction”. Artinya bahwa pembelajaran kooperatif menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Adeyemi (2008) juga menyatakan hal yang sama, bahwa: “Student exposed to cooperative learning strategy performed better than their counterparts in the other group”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di John Hopkins University dan merupakan metode kooperatif yang paling sederhana dan paling mudah dipahami (Arends, 2008: 13). Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang untuk pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau perangkat pembelajaran yang lain, siswa bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran secara tuntas. Menurut Slavin (2009: 143) STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu: a. Presentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
b. Tim/Kelompok. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar,
dan
lebih
khususnya
lagi
adalah
untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran
itu
melibatkan
pembahasan
permasalahan
bersama,
membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila ada anggota tim yang membuat kesalahan. c. Kuis (tes). Setelah sekitar satu atau dua kali guru memberikan presentasi atau satu atau dua kali kegiatan kelompok para siswa akan mengerjakan kuis individual. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materi. d. Skor peningkatan individual Ide utama yang mendasari adanya skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memperlihatkan prestasi yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Setiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari
rata-rata
nilai
siswa
sebelumnya.
commit to user
Selanjutnya
siswa
akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
mengumpulkan skor untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Kriteria pemberian skor peningkatan dapat dilihat pada Tabel 2.1 tentang kriteria peningkatan skor sebagaimana berikut: Tabel 2.1. Kriteria peningkatan skor pembelajaran STAD Skor Kuis terakhir Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 1 – 10 poin dibawah skor awal Skor awal sampai dengan 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Nilai sempurna (terlepas dari berapapun skor awal)
Poin peningkatan 5 10 20 30 30
e. Penghargaan kelompok. Setelah dilakukan penghitungan peningkatan skor individual, dilakukan pemberian penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan pada skor peningkatan kelompok. Untuk menentukan skor kelompok digunakan rumus:
NK =
Jumlah peningkatan skor setiap anggota kelompok Banyak anggota kelompok
NK = skor peningkatan kelompok. Penelitian tentang STAD yang pernah dilakukan antara lain oleh Slavin dan Karweit yang menggunakan STAD selama satu tahun penuh di sekolah dalam mata pelajaran matematika menunjukan kemampuan siswa terhadap tes matematika meningkat secara signifikan (Sharan, 2009: 7). Selanjutnya Sharan (2009: 7) juga mengemukakan bahwa penelitian STAD telah mencatat tentang tambahan signifikan dalam penghargaan diri, menyukai kelas, kehadiran dan perilaku siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
4. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
Nurhadi (2004: 66) mengungkapkan Numbered Heads Together (NHT) merupakan metode struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan metode lainnya, metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai struktur tersebut dikembangkan dengan maksud agar menjadi alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan dari guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur-struktur tersebut menghendaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Lebih lanjut Nurhadi (2004: 66) menjelaskan metode Numbered Heads Together merupakan pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan
kemampuan peserta didik, dan dalam proses pembelajarannya membangun kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Metode ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Nurhadi (2004: 67) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran metode Numbered Heads Together sebagai berikut: a. Langkah 1: Penomoran (Numbering)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda. b. Langkah 2 : Pengajuan Pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. c. Langkah 3 : Berpikir Bersama (Heads Together) Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban tersebut. d. Langkah 4 : Pemberian Jawaban (Answering) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Kelebihan pembelajaran kooperatif metode Numbered Heads Together menurut Hill & Hill (dalam Arief, 2004: 28), antara lain: (1) meningkatkan prestasi siswa, (2) memperdalam pemahaman siswa, (3) menyenangkan siswa dalam belajar, (4) mengembangkan sikap positif siswa, (5) mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, (6) mengembangkan rasa percaya diri siswa, (7) mengembangkan rasa saling memiliki, (8) mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Menurut Arief (2004: 29) selain memiliki kelebihan, metode Numbered Heads Together ini juga memiliki kelemahan yaitu membutuhkan
waktu yang cukup lama bagi siswa dan guru sehingga sulit mencapai target kurikulum. Selain itu membutuhkan kemampuan yang khusus dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
melakukan atau menerapkan metode pembelajaran kooperatif serta menuntut sifat tertentu siswa yaitu sifat suka bekerja sama. Meskipun demikian kelemahan tersebut dapat diatasi bila guru senantiasa berusaha mempelajari dan menerapkan pembelajaran kooperatif metode struktural secara sungguhsungguh serta dibarengi penggunaan fasilitas pembelajaran secara optimal seperti lembar kerja siswa.
5. Gaya belajar
Adi W Gunawan (2006: 139) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan memahami suatu informasi. Sedangkan De Porter dan Hernacki (2003: 111) menyatakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi bagaimana seseorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Selain itu Winkel (2007: 147) mengemukakan bahwa gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa, cara khas ini bersifat individual yang kerap kali tidak disadari dan sekali terbentuk cenderung bertahan terus. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar siswa adalah cara belajar yang khas, bersifat konsisten yang merupakan kombinasi bagaimana seorang siswa menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Dunn dalam (De Porter dan Hernacki, 2003: 110) menemukan banyak variabel yang mempengaruhi gaya belajar orang, antara lain faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan. Sebagian orang misalnya, dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua atau guru, dan yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian orang memerlukan musik sebagai latar belakang sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan yang sepi. Selanjutnya De Porter dan Hernacki menggolongkan gaya belajar berdasarkan cara bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) kedalam tiga tipe, yaitu tipe visual, tipe auditorial dan tipe kinestetik. a. Tipe Visual
Bagi siswa dengan tipe belajar visual, mata/penglihatan memegang peranan yang paling penting dalam cara dia belajar. Ciri–ciri orang yang bertipe visual sebagaimana diungkapkan oleh De Porter dan Hernacki (2003: 116) adalah sebagai berikut: 1) Rapi dan teratur 2) Berbicara dengan cepat. 3) Teliti terhadap detail 4) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi 5) Biasanya tidak terganggu oleh keributan 6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka. 7) Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar 8) Lebih suka membaca daripada dibacakan 9) Membaca dengan cepat dan tekun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
10) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata. 11) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato. 12) Mengingat dengan asosiasi visual. 13) Lebih suka musik dari pada seni. 14) Sering menjawab dengan jawaban singkat ya atau tidak. 15) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. 16) Kadang-kadang
kehilangan
konsentrasi
ketika
mereka
ingin
memperhatikan. b. Tipe Auditorial
Siswa dengan tipe belajar auditorial menjadikan telinga (pendengaran) sebagai alat utama untuk belajar. De Porter dan Hernacki (2003: 118) mengungkapkan bahwa orang yang bertipe auditorial mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut: 1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja. 2) Penampilan rapi. 3) Mudah terganggu oleh keributan. 4) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca. 5) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. 6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita. 7) Berbicara dalam irama yang terpola. 8) Biasanya pembicara yang fasih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
9) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat. 10) Suka berbicara, suka berdiskusi dan berbicara panjang lebar. 11) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. c. Tipe Kinestetik
Siswa dengan tipe belajar kinestetik akan secara aktif menggunakan dan menggerakkan tubuhnya untuk belajar. De Porter dan Hernacki (2003: 118) mengungkapkan bahwa orang yang bertipe kinestetik mempunyai ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: 1) Belajar melalui manipulasi dan praktik. 2) Penampilan rapi. 3) Tidak terlalu mudah terganggu dengan suasana keributan. 4) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita. 5) Menyukai buku-buku yang berorientasi plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh mereka saat membaca. 6) Menyentuh orang untuk mendapat perhatian mereka. 7) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. 8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat. 9) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama. 10) Menyukai permainan yang menyibukkan. 11) Berbicara dengan perlahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
6. Hasil Belajar
Slameto (2003: 4) menjelaskan hasil belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional setelah mengalami pelatihan dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Nana Sudjana (1995: 32) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar mengajar. Perubahan ini berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan proses yang biasanya meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 26-31) menjelaskan ranah-ranah tersebut sebagai berikut: 1. Ranah kognitif Berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yaitu pengetahuan (kognitif tingkat rendah), pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan kreativitas (kognitif tingkat tinggi). 2. Ranah afektif Berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. 3. Ranah psikomotorik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Berkenaan dengan hasil keterampilan dan kemampuan bertindak yang meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut dikemukakan Makmum (dalam Enco Mulyasa, 2004: 189), sebagai berikut: 1) Perubahan bersifat intensional (pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan didasari dilakukan atau bukan secara kebetulan). 2) Perubahan bersifat positif (sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi siswa maupun dari guru). 3) Perubahan bersifat efektivitas (perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan, seperti dalam memecahkan masalah, ujian maupun penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu antara lain: 1. Bambang Sri Anggoro (2010) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran mekanistik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah pada penelitian ini metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. Selain itu populasi dari penelitian sebelumnya adalah siswa Sekolah Dasar, sedangkan pada penelitian ini adalah pada Sekolah Menengah Atas. 2. Robertus Margana (2010) menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe NHT menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini membandingkan antara metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Amstrong dan Palmer tahun 1998 yang berjudul Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif STAD memberikan prestasi yang lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol (kelas tradisional). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini membandingkan antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Haydon, Maheady dan Hunter tahun 2010 yang berjudul Effects of Numbered Heads Together on the Daily Quiz Scores and On-Task Behavior of Students with Disabilities menyatakan: “Previous research has demonstrated that Numbered Heads Together, a cooperative learning strategy, is more effective than traditional teacher-led instruction in academic areas such as social studies and science”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Yang artinya bahwa Numbered Heads Together, salah satu strategi pembelajaran kooperatif, lebih efektif daripada pengajaran tradisional dalam wilayah akademik seperti pembelajaran sosial dan sains. Perbedaan
penelitian
yang
dilakukan
peneliti
dengan
penelitian
sebelumnya adalah penelitian ini pada pembelajaran matematika. Selain itu pada penelitian ini metode kooperatif tipe NHT tidak dibandingkan dengan metode tradisional, melainkan dengan metode koooperatif tipe STAD. 5. Untari Setyawati (2008) menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak memberikan perbedaan prestasi yang signifikan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah pada metode
pembelajaran
yang
dibandingkan
yaitu
antara
metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. Selain itu perbedaan lainnya adalah kalau penelitian yang dilakukan peneliti metode belajar tersebut ditinjau dari tipe belajar siswa, sedangkan pada penelitian sebelumnya ditinjau dari motivasi siswa. 6. Nur Janah (2009) menyatakan bahwa ketiga tipe belajar siswa yaitu visual, auditorial dan kinestetik tidak memberikan perbedaan prestasi yang signifikan. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah dari metode pembelajaran yang dibandingkan. Pada penelitian ini peneliti membandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
pada
penelitian
sebelumnya
yang
dibandingkan
adalah
metode
pembelajaran concept attainment dengan metode konvensional.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan pembelajaran matematika di kelas ditandai oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Pemahaman terhadap materi pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil prestasi belajar. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran matematika, salah satunya adalah metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi dan karakteristik siswa. Salah satu metode pembelajaran yang sudah lama dikenal adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan pada adanya interaksi saling tergantung antar siswa untuk membangun pengetahuan mereka. Pada proses pembelajaran kooperatif peran guru tidak mendominasi dalam
proses
pembelajaran,
melainkan
hanya
memfasilitasi
proses
pembelajaran. Ada banyak metode pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah STAD dan NHT. 1. Kaitan metode kooperatif tipe STAD dan metode kooperatif tipe NHT terhadap prestasi belajar matematika. Metode kooperatif tipe STAD adalah metode kooperatif yang paling mudah dipraktikkan. Pada metode kooperatif ini siswa belajar dalam kelompok dan kelompok harus memastikan bahwa setiap anggota dalam kelompok telah memahami materi pembelajaran. Meskipun ada sistem penghargaan kelompok yang didasarkan atas peningkatan skor individu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
tetapi pada metode kooperatif ini tanggung jawab setiap siswa secara individu tidak terlalu ditekankan. Berbeda dengan metode kooperatif tipe STAD, pada metode pembelajaran kooperatif tipe NHT, selain siswa belajar dalam kelompok, setiap individu siswa juga harus memastikan bahwa dirinya telah memahami materi pembelajaran, karena pada gilirannya guru akan memanggil satu nomor secara acak untuk melakukan presentasi di depan kelas. Dengan cara ini setiap siswa akan lebih terpacu untuk memahami materi pembelajaran. Sehingga diduga pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Kaitan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. Siswa dengan gaya belajar visual menggunakan indra penglihatan secara dominan dalam belajar, sehingga siswa dengan gaya belajar ini akan lebih optimal menerima materi dengan memperhatikan penjelasan guru di papan tulis. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial lebih dominan menggunakan indra pendengarannya dalam belajar, sehingga siswa dengan gaya belajar ini sangat menyukai diskusi dan mendengarkan penjelasan dari guru maupun temannya. Untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik belajar dengan mengerakkan anggota tubuhnya, sehingga siswa dengan belajar ini akan sangat mudah belajar melalui praktik dan sangat menyukai permainan yang menyibukkan. Berdasar kecenderungan di atas maka siswa dengan gaya belajar auditorial akan lebih optimal dalam belajar dibanding siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Sehingga diduga siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Selain itu, pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat tidak ada materi praktiknya, sehingga siswa dengan gaya belajar kinestetik tidak akan optimal dalam belajarnya. Sehingga diduga siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. 3. Kaitan metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa akan membuat siswa lebih mudah menangkap informasi dan memahami materi pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif baik pada tipe STAD maupun tipe NHT menekankan pada proses interaksi antar siswa melalui diskusi kelompok. Sehingga siswa dengan gaya belajar auditorial yang memiliki karakteristik suka berdiskusi akan sangat menyukai metode ini. Sedangkan siswa dengan gaya belajar visual akan belajar dengan memperhatikan catatan yang dibuat oleh teman diskusinya ketika menjelaskan. Untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik, karena pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat tidak ada materi praktiknya, maka siswa dengan gaya belajar ini akan kurang optimal dalam belajarnya. Sehingga tetap diduga bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik serta siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. Selain itu untuk tiap-tiap gaya belajar, karena secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
karakteristik antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT hampir sama yaitu menekankan pada diskusi antar siswa, maka diduga pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Metode Pembelajaran Prestasi belajar Gaya belajar siswa Gambar 2.1 Kerangka berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dibuat rumusan hipotesis sebagai berikut: 1. Pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT menghasilkan prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial akan mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik dan siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3. Perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar dan perbedaan antara masing-masing gaya belajar konsisten pada setiap metode pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri yang ada di kota Kediri dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X (sepuluh). Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 tepatnya pada bulan September sampai dengan Desember 2010, dengan tahapan sebagai berikut: Tabel 3.1. Tahapan penelitian Tahapan Penelitian
Bulan September
Oktober
Nopember
Desember
Penyusunan proposal Penyusunan Instrumen Uji coba instrumen Pelaksanaan eksperimen Analisis data
B. Jenis Penelitian Sesuai dengan karakteristik permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu (quasi experimental research). Budiyono (2003: 82-83) menyatakan bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Manipulasi variabel
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu pembelajaran matematika dengan metode kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen satu dan metode koopratif tipe NHT pada kelas eksperimen dua. Sedangkan variabel bebas lain yang mempengaruhi variabel terikat adalah gaya belajar siswa.
C. Langkah-langkah Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan populasi. 2. Dari populasi secara random ditentukan sampel yang akan diteliti. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok kedua diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. 3. Dilakukan pengambilan data tentang gaya belajar siswa dengan menggunakan angket. Dari hasil angket tersebut siswa dikategorikan menjadi tiga yaitu: gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. 4. Pemberian perlakuan, kelompok pertama diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok kedua diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. 5. Setelah diberi perlakuan, dilakukan tes untuk pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat terhadap kedua kolompok eksperimen. 6. Peneliti melakukan analisis dari hasil tes yang diperoleh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
D. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2009: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh) SMA Negeri se-kota Kediri tahun pelajaran 2010/2011, yang tersebar pada delapan sekolah yaitu: SMA Negeri 1 Kediri, SMA Negeri 2 Kediri, SMA Negeri 3 Kediri, SMA Negeri 4 Kediri, SMA Negeri 5 Kediri, SMA Negeri 6 Kediri, SMA Negeri 7 Kediri dan SMA Negeri 8 Kediri. 2. Sampel dan Teknik Sampling Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono,
2009:
62).
Sedangkan
Suharsimi
Arikunto
menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini digunakan teknik Stratified Cluster Random Sampling. Tekniknya adalah pertama populasi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu SMA dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah berdasarkan rata-rata nilai Ujian Nasional mata pelajaran pada tahun pelajaran 2009/2010. Selanjutnya dari masing-masing cluster (kelompok) dipilih secara acak, yaitu: SMA Negeri 1 Kediri sebagai SMA dengan kemampuan tinggi, SMA Negeri 3 Kediri sebagai SMA dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
kemampuan sedang dan SMA Negeri 6 Kediri sebagai SMA dengan kemampuan rendah. Kelas X (sepuluh) SMA Negeri 1 Kediri terdiri dari 9 kelas. Secara acak terpilih kelas X-1 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X-5 sebagai kelompok eksperimen 2. Siswa kelas X-1 sebanyak 30 siswa dengan rincian 12 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Sedangkan siswa kelas X-5 sebanyak 31 anak dengan rincian 13 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Kelas X (sepuluh) SMA Negeri 3 Kediri terdiri dari 9 kelas. Secara acak terpilih kelas X-4 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X-3 sebagai kelas eksperimen 2. Siswa kelas X-4 sebanyak 38 anak dengan rincian 18 anak laki-laki dan 20 anak perempuan. Sedangkan siswa kelas X-3 sebanyak 39 anak dengan rincian 16 anak laki-laki dan 23 anak perempuan. Kelas X (sepuluh) SMA Negeri 6 Kediri terdiri dari 8 kelas. Secara acak terpilih kelas X-6 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X-8 sebagai kelas eksperimen 2. Siswa kelas X-6 sebanyak 41 anak dengan rincian 19 anak laki-laki dan 22 anak perempuan. Sedangkan siswa kelas X-8 sebanyak 40 anak dengan rincian 17 anak laki-laki dan 23 anak perempuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
E. Variabel dan Rancangan Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel diartikan sebagai konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang diteliti, dapat pula dikatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang menggolongkan anggota-anggota kelompok ke dalam beberapa golongan (Budiyono, 2009: 4). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu : a. Variabel bebas. Menurut Sugiyono (2009: 4) variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran dan gaya belajar siswa. 1). Metode pembelajaran a). Definisi operasional: metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, yang meliputi pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD dan metode kooperatif tipe NHT. b). Indikator: metode pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen pertama dan metode kooperatif tipe NHT pada kelas eksperimen kedua. c). Skala pengukuran: nominal dengan dua kategori yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. d). Simbol: a, dengan kategori a1, a2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
2). Gaya belajar a) Definisi operasional: gaya belajar adalah semua cara yang cenderung disukai oleh siswa sehingga dia dapat menerima pelajaran dengan baik dan efektif. b) Indikator: gaya belajar siswa yang terdiri dari 3 kategori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. c) Skala pengkuran: skala interval, kemudian diubah menjadi skala nominal yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. Aturan pengkategoriannya adalah: gaya belajar seorang siswa ditentukan berdasarkan nilai tertinggi yang diperoleh dari ketiga angket gaya belajar yang diberikan. Jika ada siswa yang memperoleh nilai sama pada dua angket gaya belajar atau lebih, maka siswa tersebut tidak dimasukkan dalam sampel penelitian. d) Simbol: b, dengan kategori b1, b2, b3. b. Variabel terikat. Menurut Sugiyono (2009: 4) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa. 1) Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah nilai hasil tes siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat. 2) Indikator: nilai hasil tes prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
3) Skala pengukuran: Interval 2. Rancangan penelitian Penelitian
ini
menggunakan
rancangan
faktorial
2×3
untuk
mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 3.2. Rancangan penelitian Gaya Belajar (b)
Metode Pembelajaran (a) Metode kooperatif tipe STAD (a1) Metode kooperatif tipe NHT (a2)
Visual (b1)
Auditorial (b2)
Kinestetik (b3)
ab11
ab12
ab13
ab21
ab22
ab23
Keterangan: ab11 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar visual yang diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. ab12 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial yang diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. ab13 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. ab21 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar visual yang diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. ab22 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial yang diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. ab23 = Nilai kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik yang diberi perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
F. Metode Pengumpulan Data, Penyusunan dan Uji Instrumen 1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu usaha memperoleh bahan dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam sebuah penelitian, peneliti perlu menentukan langkah-langkah pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah: a. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 158), metode dokumentasi adalah untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa dan nilai hasil Ujian Nasional SMP/MTs untuk melakukan uji keseimbangan. b. Metode Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui ( Suharsimi Arikunto, 2005: 151). Dalam penelitian ini metode angket diguanakan untuk mengumpulkan data mengenai gaya belajar siswa. c. Metode Tes Suharsimi Arikunto (2001: 32) menyatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Selanjutnya Budiyono (2003: 54) menyatakan bahwa metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan
atau
suruhan-suruhan
kepada
subyek
penelitian. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat.
2. Penyusunan dan Uji Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen angket gaya belajar siswa dan instrumen tes prestai belajar matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat. a. Instrumen Angket Gaya Belajar Langkah-langkah peyusunan angket adalah sebagai berikut: 1) Menyusun materi yang akan digunakan untuk membuat angket. 2) Membuat kisi-kisi angket. 3) Menyusun angket. Item pertanyaan gaya belajar siswa dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun sebelumnya. 4) Menentukan cara pemberian skor. Penentuan skor angket setiap alternatif jawaban mempunyai skor berbeda-beda. Pemberian untuk tiap-tiap alternatif jawaban disesuaikan dengan kriteria item.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Tabel 3.3. Kriteria penilaian angket Jenis Pertanyaan
Pertanyaan (+)
Pertanyaan (-)
Alternatif Jawaban
Pilihan
Skor
Selalu Sering Netral Jarang Tidak Pernah Selalu Sering Netral Jarang Tidak Pernah
A B C D E A B C D E
5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
5) Mengadakan uji coba angket. Setelah selesai penyusunan angket kemudian diujicobakan. Setelah diujicobakan angket kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah angket yang dibuat memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik. Syarat instrumen yang baik meliputi: validitas isi, konsistensi internal dan reliabilitas. 1) Validitas isi Suharsimi Arikunto (2001: 58) mengemukakan bahwa sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Valid disebut dengan istilah sahih. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui
experts judgment (penilaian ynag
dilakukan oleh para pakar). Dalam hal ini para penilai (yang sering disebut subject matter experts), menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasfikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
kisi-kisi telah mewakili substansi yang akan diukur. Langkah berikutnya, para
penilai menilai apakah masing-masing butir
angket telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan. 2) Uji Konsistensi Internal Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. (Budiyono, 2003: 65) Rumus yang digunakan untuk mengetahui konsistensi internal adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagi berikut: rxy =
n ∑ XY - (∑ X )(∑ Y )
{n∑ X
2
}{
− (∑ X ) n ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
dengan:
r xy
: Indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
: Banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
X
: Skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y
: total skor (dari subyek uji coba) Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3
maka butir tersebut harus dibuang (Budiyono, 2003: 65).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
3) Uji Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003: 65) suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Pengujian reliabilitas angket pada penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu: 2 ⎛ n ⎞⎛⎜ s t − ∑ pi qi r11 = ⎜ ⎟ st2 ⎝ n − 1 ⎠⎜⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
dengan: r11
: indeks reliabilitas instrumen
n
: banyaknya butir instrumen
s i2
: variansi belahan ke-i, i = 1, 2, ..., k (k ≤ n) atau variansi butir ke-i, i = 1, 2, ..., n
st2
: variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba. (Budiyono, 2003: 70) Suatu instrumen dapat dipakai untuk melakukan pengukuran
jika indeks reliabilitasnya r11 ≥ 0,70 (Budiyono, 2003: 72).
b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Bentuk soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Adapun langkah-langkah penyusunan soal tes adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
1) Membuat kisi-kisi soal tes 2) Menyusun butir-butir soal tes 3) Menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal tes. Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba tes untuk
mengetahui validitas isi, konsistensi internal dan
reliabilitas tes. Uji coba tes dilakukan di SMA Negeri 3 Kediri pada siswa kelas X-8 dan kelas X-9 dengan jumlah siswa sebanyak 77 anak berdasarkan kesamaan karakteristik antara subyek uji coba dengan sampel penelitian. Setelah dilakukan uji coba selanjutnya dilakukan analisis soal yang meliputi uji validitas isi, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda.
1) Validitas isi Suharsimi Arikunto (2001: 58) mengemukakan bahwa sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Valid disebut dengan istilah sahih. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui
experts judgment (penilaian ynag
dilakukan oleh para pakar). Dalam hal ini para penilai (yang sering disebut subject matter experts), menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili substansi yang akan diukur. Langkah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
berikutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.
2) Uji Reliabilitas Menurut Budiyono (2003: 65) suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Pengujian reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan rumus Kuder Richardson, yaitu: 2 ⎛ n ⎞⎛⎜ s t − ∑ pi qi r11 = ⎜ ⎟ st2 ⎝ n − 1 ⎠⎜⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
dengan: r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i qi : 1 – pi s t2 : variansi total. (Budiyono, 2003: 69) Suatu instrumen dapat dipakai untuk melakukan pengukuran jika indeks reliabilitasnya r11 ≥ 0,70 . (Budiyono, 2003: 72)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
3) Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai, artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus: P=
B JS
dengan: P
: Indeks kesukaran
B
: Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
JS
: Jumlah seluruh peserta tes
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 ≤ P < 0,70 . (Suharsimi Arikunto, 2001) 4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda masing-masing butir soal dilihat dari relasi antar skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Daya pembeda menggunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson sebagai berikut: rxy =
n ∑ XY - (∑ X )(∑ Y )
{n∑ X
2
}{
− (∑ X ) n ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
dengan:
r xy
: Indeks daya beda untuk butir ke-i
commit to user
2
}
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
N
: Banyaknya subyek yang dikenai tes.
X
: Skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y
: total skor (dari subyek uji coba) Jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i kurang dari 0,3
maka butir tersebut harus didrop (dibuang). (Budiyono, 2003: 65)
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan dan Analisis Variansi a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors. Langkah-langkah metode uji Lilliefors adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Tingkat signifikansi α = 0,05 3) Statistik uji L = Maks F ( z i ) − S ( z i ) keterangan: zi
=
Xi − X s
F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N(0, 1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
S(zi) = Proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh zi 4) Daerah kritis
{
}
DK = L L > Lα ;n dengan nilai Lα ;n diperoleh dari tabel Lilliefors. 5) Keputusan uji H0 ditolak jika L ∈ DK (Budiyono, 2009: 170-171) b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansivariansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Winer (dalam Budiyono, 2009: 174) menyatakan bahwa salah satu uji homogenitas variansi untuk k populasi adalah Uji Bartlett. Langkah-langkah uji Bartlett adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis H0 : σ 12 = σ 22 = ... = σ k2 (variansi populasi homogen) H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen) 2) Tingkat signifikansi α = 0,05 3) Statistik Uji
χ2 =
2,303 2 ( f log RKG − ∑ f j log s j ) ; c
c = 1+
1 3(k − 1)
SS j = ∑ X 2j −
⎡ 1 1⎤ ⎢∑ − ⎥ ; ⎢⎣ f j f ⎥⎦
(∑ X j ) 2 nj
= (n j − 1) s 2j
commit to user
χ 2 ~ χ 2 ( k −1)
RKG =
∑ SS ∑f
j
j
;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
keterangan: k = banyaknya populasi = banyaknya sampel f
= derajat kebebasan untuk RKG = N – k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) fj = n j − 1 = derajad kebebasan untuk s 2j ; j = 1, 2, …, k. nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j 4) Daerah Kritis
{
DK= χ 2 | χ 2 > χ 2 α :k −1
}
5) Keputusan uji H0 ditolak jika χ 2 ∈ DK (Budiyono, 2009: 176)
2. Uji Keseimbangan
Sebelum diberikan perlakuan terhadap kedua kelompok sampel, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan. Uji keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel tersebut seimbang. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari kedua kelompok sampel. Statistik uji yang digunakan adalah uji t, sedangkan data yang digunakan berasal dari data dokumen nilai Ujian Nasional SMP/MTs mata pelajaran matematika. Langkah-langkah uji keseimbangan adalah sebagai berikut: a. Hipotesis H0 : µ1 = µ 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
H1 : µ1 ≠ µ 2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang berbeda) b. Tingkat signifikansi α = 0,05 c. Statistik uji t=
(X 1 − X 2 ) 1 1 + n1 n 2
sp
~ t (n1 + n2 − 2) dengan s 2p =
(n1 − 1) s12 + (n2 − 1) s 22 n1 + n2 − 2
dengan: X1
= nilai rata-rata pada kelas eksperimen 1
X 2 = nilai rata-rata pada kelas eksperimen 2 s12
= variansi kelompok eksperimen 1
s 22
= variansi kelompok eksperimen 2
n1
= jumlah siswa pada kelas eksperimen 1
n2
= jumlah siswa pada kelas eksperimen 2
d. Daerah kritis DK = {t | t < −t α 2
; n1 + n2 − 2
atau t > t α 2
; n1 + n2 − 2
}
e. Keputusan uji H0 ditolak jika tobs terletak di daerah kritis (tobs ∈DK)
3. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk menguji hipotesis, dengan model data sebagai berikut: Xijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
dengan: Xijk
= data (nilai) ke-k pada baris ke-i kolom ke-j.
µ
= rerata dari seluruh data amatan (rerata besar)
αi
= efek baris ke-i pada variabel terikat
βj
= efek kolom ke-j pada variabel terikat
(αβ)ij = interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat εijk
= galat yang berdistribusi normal dengan rerata 0
i
= 1, 2, …. , p ; p = banyak baris
j
= 1, 2, …. , q ; q = banyak kolom
k
= 1, 2, … , nij ; nij = banyak data amatan pada sel ij Prosedur pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama yaitu: a. Hipotesis (1) H0A : αi = 0, untuk setiap i = 1, 2, … , p H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (2) H0B : βj = 0, untuk setiap j = 1, 2, ... , q H1B : paling sedikit ada satu β j yang tidak nol (3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk untuk setiap i = 1, 2, ... , p dan j = 1, 2, … , q H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol. b. Tingkat signifikansi α = 0,05 c. Komputasi Pada analisis dua jalan dengan sel tak sama, didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
nij
= ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j) = banyaknya data amatan pada sel ij = frekuensi sel ij
nh
= rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
N
=
pq 1 ∑ij n ij
∑n
= banyaknya seluruh data amatan
ij
i, j
SSij =
∑X
2 ijk
k
⎛ ⎞ ⎜ ∑ X ijk ⎟ ⎠ −⎝ k nij
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij p
= banyaknya baris
q
= banyaknya kolom
ABij = rataan pada sel ij Ai
=
∑ AB
ij
= jumlah rataan pada baris ke-i
∑ AB
ij
= jumlah rataan pada kolom ke-j
∑ AB
ij
= jumlah rataan pada semua sel
j
Bj
=
i
G
=
ij
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4), (5) yang dirumuskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
G2 (1) = pq
(4) = ∑ j
A (3) = ∑ i q i
(2) = ∑ SS ij i, j
Bj
2
(5) = ∑ AB ij
p
2
ij
1) Jumlah kuadrat JKA
= n h {(3) – (1)}
JKB
= n h {(4) – (1)}
JKAB = n h {(1) + (5) – (3) – (4)} JKG
= (2)
JKT
= JKA+ JKB + JKAB + JKG
2) Derajat kebebasan dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkAB = (p – 1) (q – 1) = pq – p – q + 1 dkG
= N – pq
dkT
=N–1
3) Rerata kuadrat RKA =
JKA dkA
RKB =
JKB dkB
RKAB =
JKAB dkAB
RKG =
JKG dkG
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
c. Statistik uji 1. Untuk H0A adalah Fa =
RKA yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p–1 dan N–pq 2. Untuk H0B adalah Fb =
RKB RKG
yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q–1 dan N–pq 3. Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari RKG
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p–1)(q–1) dan N–pq d. Daerah kritis 1) Daerah kritis untuk Fa adalah DK = {F F > Fα ; p −1, N − pq } 2) Daerah kritis untuk Fb adalah DK = {F F > Fα ;q −1, N − pq } 3) Daerah kritis untuk Fab adalah DK = {F F > Fα ;( p −1)( q −1), N − pq } e. Keputusan uji H0 ditolak Fobs terletak di Daerah kritis. (Budiyono, 2009: 229 – 231)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Tabel 3.4. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sumber
P
JK
dk
RK
Fobs
Metode (A)
JKA
p-1
RKA
Fa
F* <α atau >α
Gaya Belajar (B)
JKB
q-1
RKB
Fb
F* <α atau >α
Fab
F* <α atau >α
Interaksi (AB)
JKAB (p-1)(q-1) RKAB
Fα
Galat (G)
JKG
N-pq
RKG
-
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
-
Keterangan : P = probabilitas amatan F* = nilai F yang diperoleh dari tabel (Budiyono, 2009: 215)
4. Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi jika H0 ditolak. Uji lanjut pasca analisis variansi yang digunakan adalah metode Scheffe’. a. Komparasi Rerata Antar Baris
Pada penelitian ini uji rerata antar baris tidak perlu dilakukan karena hanya terdiri dari dua baris, sehingga jika H0 ditolak, maka hanya tinggal membandingkan rerata marginalnya. b. Komparasi Rerata Antar Kolom
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah: H0 : µ.i = µ.j
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah: F.i – .j =
(X
.i
− X .j
)
2
⎡1 1 ⎤ RKG ⎢ + ⎥ ⎢⎣ n.i n. j ⎥⎦
dengan: F.i – .j
= nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
X .i
= rataan pada kolom ke-i
X .j
= rataan pada kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi ni.
= ukuran sampel kolom ke-i
nj.
= ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritis untuk uji ini adalah : DK = {F F > ( p − 1) Fα ; p −1, N − pq }
c. Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah: H0 : µij = µkj Uji Scheffe’ untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama adalah: Fij – kj =
(X
ij
− X kj
)
2
⎡1 1 ⎤ RKG ⎢ + ⎥ ⎢⎣ nij n kj ⎥⎦
dengan: Fij – kj = nilai Fobs pada pembandingan rerata pada sel ij dan rerata pada sel kj
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
X ij
= rerata pada sel ij
X kj
= rerata pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi nij
= ukuran sel ij
nkj
= ukuran sel kj
Daerah kritis untuk uji ini adalah: DK = {F F > ( pq − 1) Fα ; pq −1, N − pq }
d. Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang sama Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah: H0 : µij = µik Uji Scheffe’ untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama adalah: Fij – ik =
(X
ij
− X ik
)
2
⎡1 1 ⎤ RKG ⎢ + ⎥ ⎣⎢ nij nik ⎥⎦
Daerah kritis untuk uji ini adalah : DK = {F F > ( pq − 1) Fα ; pq −1, N − pq } (Budiyono, 2009: 215-217)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini dipaparkan hasil uji keseimbangan, hasil uji instrumen, deskripsi data, hasil uji prasyarat, hasil uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian telah dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kediri, SMA Negeri 3 Kediri dan SMA Negeri 6 Kediri. Masing-masing sekolah diambil dua kelas dengan rincian satu kelas sebagai kelas eksperimen satu yang dikenai metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan satu kelas lagi sebagai kelas eksperimen dua yang dikenai metode pembelajaran kooperatif metode NHT. A. Uji Keseimbangan Sebelum melakukan penelitian perlu diketahui terlebih dahulu bahwa kelompok peserta didik yang akan dikenai metode pembelajaran mempunyai kemampuan matematika yang sama. Untuk mengetahui bahwa kelompok peserta didik yang akan dikenai metode pembelajaran yang berbeda mempunyai kemampuan matematika yang sama maka dilakukan uji keseimbangan. Data yang digunakan untuk melakukan uji keseimbangan adalah nilai Ujian Nasional SMP/MTs mata pelajaran matematika. Sebelum dilakukan uji keseimbangan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan dua kali yaitu pada data kelompok eksperimen satu dan pada data kelompok eksperimen dua.
Untuk data pada kelompok eksperimen satu, diperoleh
Lmaks = 0,0871 dengan Ltabel = 0,0849, sehingga H0 diterima dan kesimpulannya data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
data pada kelompk eksperimen dua, diperoleh Lmaks = 0,0820 dengan Ltabel = 0,0845, sehingga H0 diterima dan kesimpulannya data juga berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas, diperoleh χ 2 hitung = 0,150 dan χ 2 tabel = 3,841, sehingga H0 diterima dan kesimpulannya data berasal dari populasi yang homogen. Untuk uji keseimbangan, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung = 0,2311 dan ttabel = 1,96 dengan daerah kritis DK = {t t < −1,96 atau
t > 1,96}. Dengan demikian thitung ∉ DK, sehingga keputusan ujinya H0 diterima. Ini berarti kedua kelas dalam keadaan seimbang atau dengan kata lain memiliki kemampuan awal yang sama. Hasil selengkapnya perhitungan uji keseimbangan dan uji prasyaratnya disajikan pada Lampiran 21.
B. Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Tes Prestasi Belajar Matematika Tes prestasi belajar matematika berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 30 nomor dengan lima pilihan jawaban yaitu: a, b, c, d dan e. Sebelum digunakan, soal tes terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas isi, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2010 di kelas X-8 dan X-9 SMA Negeri 3 Kediri. Soal tes sebelum diujicobakan dapat dilihat pada Lampiran 5. Penilaian validitas isi meliputi aspek materi, aspek konstruksi dan aspek bahasa. Penilaian validitas isi dilakukan dengan menggunakan daftar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
check list (√) yang dilakukan oleh H. Sunyoto, S.Pd., M.Si., guru matematika SMA Negeri 1 Kediri yang sekaligus ketua MGMP matematika kota Kediri dan Drs. H. Sony Tataq Setya, M.Pd., guru matematika SMA Pawyatan Dhaha Kediri yang sekaligus sekretaris MGMP matematika kota Kediri dan juga dosen di Universitas Nusantara PGRI Kediri. Data hasil penilaian validitas isi dapat dilihat pada Lampiran 6. Suatu butir soal dapat digunakan jika nilai daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,3. Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana termuat pada Lampiran 7, butir soal yang nilai daya pembedanya kurang dari 0,3 yaitu butir soal nomor 6, 10, 13, 15, 26 dan 28. Sehingga dengan demikian butir-butir soal tersebut tidak dapat dipakai (harus dibuang). Sedangkan untuk tingkat kesukaran (TK), suatu butir soal dapat digunakan jika nilai 0,3 ≤ TK < 0,7 . Jika nilai tingkat kesukaran kurang dari 0,3 maka soal termasuk kriteria terlalu sulit, dan jika nilai tingkat kesukaran lebih dari atau sama dengan 0,7 maka soal tersebut termasuk kriteria terlalu mudah. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 7 nilai tingkat kesukaran yang kurang dari 0,3 yaitu butir soal nomor 10, 15 dan 26. Sedangkan tingkat kesukaran yang lebih dari atau sama dengan 0,7 yaitu butir soal nomor 1. Berdasarkan kriteria di atas, maka butir-butir soal tersebut harus dibuang. Untuk nilai reliabilitas, suatu soal dapat digunakan jika nilai reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,7. Berdasarkan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
perhitungan pada Lampiran 8 diperoleh nilai reliabilitas 0,903. Mengacu pada kriteria, maka soal dapat digunakan untuk melakukan tes. Berdasar uraian di atas, maka butir soal yang dapat dipakai untuk melakukan tes adalah butir soal nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 30. Untuk keperluan penelitian ini maka diambil sebanyak 20 butir soal yaitu butir soal nomor: 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 29, 30. Soal yang digunakan untuk melakukan tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. 2. Angket Gaya Belajar Siswa Sebelum digunakan angket gaya belajar siswa terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas isi, konsistensi internal dan reliabilitas. Angket diujicobakan pada kelas yang sama dengan kelas uji coba tes prestasi belajar matematika. Angket gaya belajar siswa sebanyak 60 butir pertanyaan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu masing-masing 20 pertanyaan untuk gaya belajar visual (nomor 1 sampai 20), 20 pertanyaan untuk gaya belajar auditorial (nomor 21 sampai 40) dan 20 pertanyaan untuk gaya belajar kinestetik (nomor 41 sampai 60). Angket gaya belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 12. Penilaian
untuk
mengetahui
validitas
isi
dilakukan
dengan
menggunakan daftar check list (√). Penilaian dilakukan oleh Drs. H. Sujarwoto, M.Si., pengawas SMA kota Kediri yang berlatar belakang guru BK sekaligus dosen di STITM Kediri dan Drs. Suyono, M.Pd., guru BK di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
MA Negeri 3 Kediri sekaligus dosen di Universitas Nusantara PGRI Kediri. Dari hasil penilaian validitas isi dapat diketahui bahwa semua butir angket memenuhi kriteria untuk digunakan mengungkap gaya belajar siswa. Hasil penilaian validitas isi dapat dilihat pada Lampiran 13. Untuk konsistensi internal, suatu butir angket dapat digunakan jika nilai konsistensi internalnya lebih dari atau sama dengan 0,3. Dari hasil perhitungan, pada angket gaya belajar visual ada 1 butir angket yang nilai konsistensi internalnya kurang dari 0,3 yaitu butir angket nomor 8 sehingga butir angket tersebut gugur (tidak dapat digunakan). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari hasil perhitungan pada Lampiran 15 diketahui bahwa nilai reliabilitas untuk angket gaya belajar visual adalah 0,795. Karena nilai reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,7 maka angket untuk gaya belajar visual reliabel. Selanjutnya dari 19 butir angket yang dapat dipakai, dipilih 15 butir yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 19, 20. Pada angket gaya belajar auditorial, ada 2 butir angket yang nilai konsistensi internalnya kurang dari 0,3 yaitu nomor 28 dan 34 sehingga butir angket tersebut gugur. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 17 nilai reliabilitas angket gaya belajar auditorial adalah 0,806 sehingga angket reliabel. Selanjutnya dari 18 butir angket yang dapat dipakai dipilih 15 butir yang akan digunakan yaitu nomor 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 35, 37, 38, 39.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Pada angket gaya belajar kinestetik ada satu butir angket yang nilai konsistensi internalnya kurang dari 0,3 yaitu butir angket nomor 50 sehingga butir angket tersebut gugur. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Sedangkan berdasarkan perhitungan pada Lampiran 19 nilai reliabilitas angket gaya belajar kinestetik adalah 0,830 sehingga angket reliabel. Selanjutnya dari 19 butir angket yang dapat dipakai, dipilih 15 butir yang akan digunakan yaitu nomor 41, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 51, 52, 53, 54, 57, 59, 60. Angket yang digunakan untuk mengambil data gaya belajar siswa selengkapnya terdapat pada Lampiran 20.
C. Deskripsi Data Penelitian Data penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah data prestasi belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat. Data tersebut dideskripsikan pada Tabel 4.1. berikut: Tabel 4.1. Deskripsi data prestasi belajar metematika Metode Pembelajaran STAD
NHT
TOTAL
Gaya Belajar Visual Auditorial Kinestetik Total Visual Auditorial Kinestetik Total Visual Auditorial Kinestetik
n 45 40 24 109 41 41 28 110 86 81 52
Skor terendah 30 25 25 25 30 40 40 30 30 25 25
commit to user
Skor tertinggi 100 100 95 100 100 100 100 100 100 100 100
Rerata 63,67 68,75 61,88 65,14 69,63 76,59 68,04 71,82 66,51 72,72 65,19
Standart Deviasi 17,33 15,84 18,99 17,26 16,79 16,41 17,29 17,04 17,24 16,51 18,18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
D. Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dikenakan pada data prestasi belajar matematika materi sistem persamaan linear dan kuadrat. Teknik yang digunakan untuk melakukan uji normalitas pada penelitian ini adalah uji Lilliefors. Perhitungan uji normalitas selengkapnya disajikan dalam Lampiran 23 sampai dengan 27. Rangkuman hasil uji normalitas tersebut disajikan dalam Tabel 4.2. berikut: Tabel 4.2. Rangkuman uji normalitas No
Variabel
Lmaks
Ltabel
Kep. Uji
1
Metode STAD
0,0778
0,0849
H0 diterima
2
Metode NHT
0,0815
0,0845
H0 diterima
3
Gaya belajar visual
0,0679
0,0955
H0 diterima
4
Gaya belajar auditorial
0,0698
0,0984
H0 diterima
5
Gaya belajar kinestetik
0,0949
0,1229
H0 diterima
Berdasarkan rangkuman uji normalitas pada Tabel 4.2 tersebut di atas tampak bahwa nilai Lmaks untuk masing-masing variabel kurang dari nilai Ltabel sehingga nilai H0 diterima. Ini berarti data pada setiap metode dan gaya belajar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen (mempunyai variansi yang sama). Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Perhitungan selengkapnya untuk uji homogenitas disajikan pada Lampiran 28 dan 29, dan untuk rangkumannya disajikan pada Tabel 4.3. berikut: Tabel 4.3. Rangkuman uji homogenitas variansi No
Pasangan kelompok Metode STAD vs
1
metode NHT Gaya
2
belajar
visual
auditorial vs kinestetik
vs
χ 2 hitung
χ 2 tabel
Kep. Uji
0,018
3,841
H0 diterima
0,581
5,991
H0 diterima
Dari tabel di atas tampak bahwa χ 2 hitung pada dua pasangan kelompok yang diuji homogenitasnya kurang dari χ 2 tabel, sehingga keputusan ujinya H0 diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa kelompok kelas STAD dan NHT berasal dari populasi yang homogen. Demikian juga antara kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik juga berasal dari populasi yang homogen.
E. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas yaitu metode pembelajaran dan gaya belajar serta interaksi antara keduanya terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar matematika. Prosedur uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil selengkapnya dari uji hipotesis dapat dilihat pada Lampiran 30. Adapun rangkumannya disajikan dalam tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tabel 4.4. Data amatan, rerata dan jumlah kuadrat deviasi Metode Pembelajaran STAD
NHT
Gaya Belajar Auditorial 40 2750 68,75 198850 189062,5 9787,5 41 3140 76,59 251250 240478,05 10771,95
Visual 45 2865 63,67 195625 182405 13220 41 2855 69,63 210075 198805,49 11269,51
n ΣX
X ΣX² C SS n ΣX
X ΣX² C SS
Kinestetik 24 1485 61,88 100175 91884,38 8290,63 28 1905 68,04 137675 129608,04 8066,96
Tabel 4.5. Rangkuman Analisis Variansi Sumber Metode Pembelaja ran (A) Gaya Belajar (B) Interaksi (AB) Galat Total
JK
dk
2298,623
1
2298,623 7,973 3,840
< 0,05
2273,819
2
1136,910 3,944 3,000
< 0,05
18,257 288,294
> 0,05
36,513 2 61406,553 213 66015,508 218
RK
Fobs
Fα
0,063 3,000
P
Berdasarkan tabel rangkuman analisis variansi di atas tampak bahwa: a.
Pada metode pembelajaran, nilai statistik uji Fa = 7,973
lebih dari
F(0,05;1;213) = 3,84, sehingga H0A ditolak . Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe NHT terhadap prestasi belajar matematika pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat. b.
Pada gaya belajar siswa, nilai statistik uji Fb = 3,944 lebih dari nilai F(0,05;2;213) = 3,00, sehingga
H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
perbedaan perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. c.
Pada interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar, nilai statistik uji Fab = 0,063 kurang dari F(0,05;2;213) = 3,00, sehingga H0AB diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.
F. Uji Komparasi Ganda Dari ketiga hipotesis nol terdapat dua hipotesis yang ditolak yaitu H0A dan H0B, sedangkan H0AB diterima. Oleh karena itu perlu dilakukan uji komparasi ganda pada H0B yang ditolak, sedang untuk H0A tidak dilakukan komparasi ganda karena hanya terdiri dua kelompok sehingga tinggal melihat pada rerata marginalnya. Perhitungan uji komparasi ganda untuk H0B selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31, sedangkan rangkumannya disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.6. Rangkuman hasil uji komparasi ganda Ho
Fobs
2F(0,05;2;213)
P
µ.1 = µ.2 µ.1 = µ.3 µ.2 = µ.3
5,570 0,196 6,218
6,000 6,000 6,000
> 0,05 > 0,05 < 0,05
Dari tabel di atas tampak bahwa untuk H0 yang pertama (µ.1 = µ.2) F.1-.2 = 5,570 < 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 diterima. Untuk H0 yang kedua (µ.1 = µ.2) F.1-.3 = 0,196 < 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 juga diterima. Sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
untuk hipotesis ketiga (µ.2 = µ.3) F.2-.3 = 6,218 > 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 ditolak.
G. Pembahasan 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh nilai statistik uji Fa = 7,973
lebih dari F(0,05;1;213) = 3,84,
sehingga H0A ditolak . Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada meteri sistem persamaan linear dan kuadrat antara kelompok siswa yang diberi perlakuan metode kooperatif tipe STAD dan tipe NHT. Jika dilihat rerata marginalnya, nilai rerata pada kelompok eksperimen satu yang diberi perlakuan metode koopeatif tipe STAD adalah 65,14 dan nilai rerata pada kelompok eksperimen dua yang diberi perlakuan metode kooperatif tipe NHT adalah 71,82. Jadi nilai rerata STAD kurang dari nilai rerata NHT. Berdasarkan nilai rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan metode kooperatif tipe STAD. Hal di atas sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding pemebelajaran kooperatif metode STAD. Ini disebabkan karena dalam pembelajaran kooperatif metode NHT disamping siswa belajar dalam kelompok, siswa juga akan lebih termotivasi untuk memahami materi pembelajaran, karena pada gilirannya guru akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
menunjuk salah satu nomor secara acak untuk membahas tugas yang diberikan oleh guru. 2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh nilai statistik uji Fb = 3,944 lebih dari nilai F(0,05;2;213) = 3,00, sehingga
H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan perbedaan
prestasi belajar antara siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Berdasarkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe diperoleh nilai F.1-.2 = 5,570 < 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 diterima. Hal ini berarti bahwa siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar yang tidak berbeda signifikan dengan siswa dengan gaya belajar auditorial. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang
lebih
baik
dibanding
siswa dengan
gaya
belajar
visual.
Ketidaksesuaian ini kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan penelitian ini yang tidak mampu mengontrol variabel-variabel lain di luar gaya belajar siswa. Secara teori, hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Janah (2009) yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi yang signifikan antara siswa dengan gaya belajar visual dan auditorial. Untuk nilai F.1-.3 = 0,196 < 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 juga diterima. Ini berarti bahwa siswa dengan gaya belajar visual juga mempunyai prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
kinestetik. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. Ketidaksesuaian ini kemungkinan sekali lagi disebabkan oleh keterbatasan penelitian ini yang tidak mampu mengontrol variabel-variabel lain diluar gaya belajar siswa. Secara teori, hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Janah (2009) yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi yang signifikan antara siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Sedangkan nilai F.2-.3 = 6,218 > 2F(0,05;2;213) = 6,00 sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang berbeda signifikan dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Jika dilihat dari nilai rerata marginalnya, siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki nilai rerata 72,72, sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik memiliki nilai rerata 65,19. Berarti nilai rerata gaya belajar auditorial ledih tinggi dibanding rerata gaya belajar kinestetik. Berdasarkan nilai rerata tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. Ini disebabkan karena sebagaimana disampaikan dalam kerangka berpikir bahwa siswa dengan gaya belajar auditorial akan lebih optimal dalam belajarnya dibanding dengan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
dengan gaya belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar kinestetik yang lebih mudah belajar dengan melakukan praktik akan mengalami kesulitan karena memang pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat tidak memuat materi praktik. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh nilai statistik uji Fab = 0,063 kurang dari F(0,05;2;213) = 3,00, sehingga H0AB diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi yang antara metode pembelajaran dan gaya belajar siswa. Dengan kata lain kesimpulan dari efek sederhana mengikuti atau sama dengan kesimpulan pada efek utama. Pada metode kooperatif tipe STAD siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar auditorial, demikian juga siswa dengan gaya belajar visual juga memiliki prestasi belajar yang tidak berbeda signifikan dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki presatasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Untuk metode kooperatif tipe NHT siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar auditorial, demikian juga siswa dengan gaya belajar visual juga memiliki prestasi belajar yang tidak berbeda signifikan dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
memiliki presatasi belajar ynag lebih tinggi dibanding dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Demikian juga untuk gaya belajar, pada masing-masing gaya belajar baik visual, auditorial maupun kinestetik metode kooperatif tipe NHT selalu menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding metode kooperatif tipe STAD. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masingmasing gaya belajar dan perbedaan antara masing-masing gaya belajar konsisten pada setiap metode pembelajaran. Ini disebabkan karena antara metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki pola yang hampir sama yaitu menekankan pada proses interaksi antar siswa melalui diskusi kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada siswa kelas X (sepuluh) SMA Negeri di kota Kediri, khususnya pada materi sistem persamaan linear dan kuadrat: 1. Metode pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar auditorial. Siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. 3. Perbedaan prestasi belajar dari masing-masing metode pembelajaran konsisten terhadap masing-masing gaya belajar dan perbedaan antara masing-masing gaya belajar konsisten pada setiap metode pembelajaran. Sehingga pada masing-masing metode pembelajaran siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar auditorial, siswa dengan gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan gaya belajar kinestetik, siswa dengan gaya belajar auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar kinestetik. Demikian juga pada masing-masing gaya belajar metode pembelajaran kooperatif tipe NHT
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
memberikan prestasi yang lebih baik dibanding metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Kesimpulan di atas menyatakan bahwa metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding yang menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Kesimpulan tersebut dapat dijadikan sebagai landasan teori untuk mengembangkan pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan sistem persamaan linear dan kuadrat atau untuk melakukan peneletian lebih lanjut tentang kedua metode tersebut. Selain itu kesimpulan penelitian ini juga menunjukkan bahwa gaya belajar siswa ternyata juga memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 2. Implikasi Praktis Berdasarkan
kesimpulan
di
atas
dapat
dikemukakan
bahwa
pembelajaran materi sistem persamaan linear dan kuadrat dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Sehingga secara praktis, pembelajaran kooperatif metode NHT dapat digunakan sebagai alternatif dan referensi para guru matematika untuk membelajarkan materi tersebut dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Disamping itu guru juga perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
memperhatikan gaya belajar siswa, karena dari hasil penelitian ternyata gaya belajar juga berpengaruh terhadap prestasi beajar siswa.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Kepada Kepala Dinas Pendidikan kota Kediri, agar memberikan pelatihan kepada guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) tentang berbagai inovasi pembelajaran, terutama pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti pembelajaran kooperatif dengan beberapa tipe yang ada. 2. Kepada para Kepala SMA Negeri di kota Kediri agar terus memberikan motivasi, monitoring dan evaluasi kepada para guru untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran, terutaa yang kaitannya dengan metode pembelajaran. Salah satu metode yang bisa diterapkan dalam pembelajaran di sekolah adalah diantaranya metode kooperatif
tipe NHT dan tipe
STAD. 3. Kepada para guru matematika, agar terus berusaha melakukan inovasi pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Inovasi pembelajaran yang dilakukan harus mengarah kepada perubahan cara pandang bahwa dalam pembelajaran siswa harus aktif belajar dan mengkonstruksi pengetahuan. Salah satu metode yang membuat siswa aktif adalah metode kooperatif, khususnya metode kooperatif tipe STAD dan metode kooperatif tipe NHT. Selain itu, dalam pelaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
pembelajaran hendaknya guru juga memperhatikan perbedaan gaya belajar siswa, sehingga guru dapat menyikapi berbagai tipe dan karakteristik dalam belajar. 4. Kepada para peneliti lain agar melakukan kajian lebih mendalam tentang efektivitas pembelajaran kooperatif yang lain. Selain itu juga bisa diteliti pembelajaran kooperatif dengan tinjauan lain, misalnya motivasi belajar siswa.
commit to user