Take Home Exam Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS)
Oleh: Kartika Amalia Silalahi (P056111251.47)
MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Semakin
pesatnya
perkembangan
kebutuhan
informasi
maka
perkembangan dari teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan – perusahaan pun semakin pesat. Dalam hal ini, komputer memegang peranan yang sangat penting sebagai alat bantu dalam pengolahan data. Penggunaan komputer yang dilengkapi dengan program aplikasi yang menunjang akan menghemat waktu, biaya, dan tenaga serta memudahkan dalam menghasilkan informasi berkualitas seperti yang dibutuhkan Sistem informasi berbasis komputer kini menjadi suatu hal yang primer bagi kebutuhan pemenuhan kebutuhan informasi. Banyak bidangyang telah memanfaatkan sistem informasi berbasis komputer sebagaisarana untuk mempermudah pekerjaan. Mulai dari kalangan pebisnis sampaidengan kalangan akademisi / pendidikan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu untuk mempermudah pekerjaan. Kebutuhan akan suatu sistem informasi dewasa ini mencakup hampir di segala ruang lingkup kehidupan. Setiap organisasi sangat membutuhkan informasi yang akurat, cepat, dan relevan. Namun dalam kenyataanya hal tersebut terkadang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan yang hendak dicapai, dikarenakan kurang atau terbatasnya sistem informasi yang digunakan. Perusahaan dituntut untuk selalu dapat melakukan perubahan dan pengembangan pada sistem informasi yang dimilikinya agar selalu up to date dan mampu mengikuti perkembangan yang ada agar mampu bertahan ditengah persaingan yang ketat sekarang ini. Selain itu, software yang digunakan dalam sistem informasinya juga haruslah yang berkualitas dan bisa mendukung pengelolaan sumber daya yang ada dalam perusahaan sehingga bisa mencapai tujuan dari perusahaan.
1.2. Tujuan Makalah ini ditulis untuk memberikan pengetahuan umum tentang materi sistem informasi manajemen dan teknologi yang berkembang saat ini seperti penggunaan software yang berkualitas dan perancangan sistem informasi di suatu perusahaan sehingga dapat memberikan gambaran penggunaan teknologi secara tepat guna untuk mencapai tujuan perusahaan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut O’Brien (2002) dikatakan bahwa SIM adalah suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan operasional, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen (Wikipedia, 2010). Tujuan SIM, yaitu: ·
Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
·
Menyediakan
informasi
yang
dipergunakan
dalam
perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. ·
Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem informasi melakukan
pemrosesan data dan kemudian mengubahnya menjadi informasi. Menurut O’brien (2010) SIM merupakan kombinasi yang teratur antara people, hardware, software, communication network dan data resources (kelima unsur ini disebut komponen sistem informasi) yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi Sumber: O’Brien (2010)
Terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu : ·
Mendukung proses bisnis dan operasional
·
Mendukung pengambilan keputusan
·
Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
Gambar 2. Tiga Peran Utama Sistem Informasi Sumber: O’Brien (2010)
2.1.1. Teknologi Informasi a. Definisi Teknologi Informasi Teknologi Informasi biasa disebut TI, IT (Information Technology) atau Infotech. Berbagai definisi teknologi informasi telah diutarakan oleh beberapa ahli, diantaranya menurut Haag den Keen (1996), Teknologi Informasi adalah
seperangkat alat yang membantu pengguna bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi. Sedangkan menurut Martin (1999), Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras atau lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. Menurut Williams dan Sawyer (2003), Teknologi Informasi adalah teknologi yang
menggabungkan
komputasi
(komputer)
dengan
jalur
komunikasi
berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video. Dari definisi diatas terlihat bahwa teknologi informasi baik secara implisit maupun eksplisit tidak sekedar berupa teknologi komputer, tetapi juga teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain, yang disebut teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi komputer dan telekomunikasi.
b. Pengelompokan Teknologi Informasi Telah diketahui bahwa teknologi informasi mencakup teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Lebih rinci, teknologi infromasi dapat dikelompokan menjadi 6 teknologi, yakni teknologi komunikasi, teknologi masukan, teknologi perangkat lunak, teknologi penyimpanan, dan teknologi mesin pemroses. 1. Teknologi Komunikasi 2. Teknologi Masukan Teknologi masukan (input technology) adalah teknologi yang berhubungan dengan peralatan untuk memasukkan data ke dalam sistem komputer. Piranti masukan yang lazim dijumpai dalam sistem komputer berupa keyboard dan mouse. 3. Teknologi Mesin Pemroses Mesin Pemroses (processing machine) lebih dikenal dengan sebutan CPU (Central Processing Unit), mikroprosesor, atau prosesor. Contoh prosesor yang terkeanl saat ini, antara lain adalah Intel dan AMD. 4. Teknologi Penyimpanan Teknologi penyimpanan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu memori internal dan penyimpanan eksternal.
Memori internal (biasa juga disebut main memory atau memori utama) berfungsi sebagai pengikat sementara baik bagi data, program, maupun informasi ketika proses pengolahannya dilaksanakan oleh CPU. Dua contoh memori internal yaitu ROM dan RAM. ROM (Read Only Memory) adalah memori yang hanya bisa dibaca, sedangkan RAM (Read Access Memory) adalah memori yang isinya bisa diperbaharui. Penyimpanan eksternal (external storage) dikenal juga dengan sebutan penyimpanan sekunder. Penyimpanan eksternal adalah segala piranti yang berfungsi untuk menyimpan data secara permanen. Pengertian permanen disini berarti bahwa data yang terdapat pada penyimpanan akan tetap terpelihara dengan baik sekalipun komputer sudah dalam keadaan mati (tidak mendapat aliran listrik). Harddisk, disket, dan flashdisk adalah contoh penyimpanan eksternal. 5. Teknologi Keluaran Teknologi keluaran (output technology) adalah teknologi yang berhubungan dengan segala piranti yang berfungsi untuk menyajikan informasi hasil pengolahan sistem. Layar dan monitor dan printer merupakan piranti yang biasa digunakan sebagai piranti keluaran. 6. Teknologi Perangkat Lunak Perangkat lunak (software) atau dikenal juga dengan sebutan program. Tentu saja untuk mengerjakan tugas komputer, diperlukan perangkat lunak sendiri. Sebagai contoh Microsoft Word merupakan contoh perangkat lunak pengolah kata yang berguna untuk membuat dokumen, sedangkan Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang berguna untuk mengolah gambar.
c. Komponen Sistem Teknologi Informasi Yang dimaksud dengan sistem teknologi informasi adalah sistem yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi. Suatu sistem teknologi informasi pada dasarnya tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat fisik, seperti komputer dan printer, tetapi juga mencakup hal-hal yang tidak terlihat secara fisik, yaitu piranti lunak dan yang lebih penting lagi adalah orang. Dengan kata lain, komponen utama sistem teknologi informasi adalah berupa: 1. Data
2. perangkat keras (hardware) 3. perangkat lunak (software) 4. Perangkat Jaringan (netware) 5. orang (brainware)
Gambar 3. Skema Sistem Teknologi Informasi Sumber: O’Brien (2010)
Sistem teknologi informasi dapat dibedakan dengan berbagai cara pengklasifikasian. Misalnya, menurut fungsi sistem (embedded IT System, dedicated IT system, dan general purpose IT system), menurut departemen atau perusahaan bisnis (sistem informasi akuntansi, sistem informasi pemasaran, sistem informasi produksi, dll), menurut dukungan terhadap level manajemen dalam perusahana (sistem pemrosesan transaksi, sistem pendukung keputusan, dan sistem informasi eksekutif), menurut ukuran dan menurut cara melayani permintaan (klien-server).
2.2. Rekayasa Perangkat Lunak 2.2.1. Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak.
Istilah Rekayasa Perangkat Lunak adalah terjemahan dari Software Engineering . Istilah ini mulai populer pada tahun 1968 pada Software Engineering Conference yang diselenggarakan oleh NATO. Menurut O’Brien (2011) perangkat lunak adalah seluruh perintah yang digunakan untuk memproses informasi. Perangkat lunak dapat berupa program atau prosedur. Program adalah kumpulan perintah yang dimengerti oleh komputer sedangkan prosedur adalah perintah yang dibutuhkan oleh pengguna dalam memproses informasi Pengertian RPL sendiri adalah suatu disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal yaitu analisa kebutuhan pengguna, menentukan spesifikasi dari kebutuhan pengguna, desain, pengkodean, pengujian sampai pemeliharaan sistem setelah digunakan. Dari pengertian ini jelaslah bahwa RPL tidak hanya berhubungan dengan cara pembuatan program komputer. Pernyataan ”semua aspek produksi” pada pengertian di atas, mempunyai arti semnua hal yang berhubungan dengan proses produksi seperti manajemen proyek, penentuan personil, anggaran biaya, metode, jadwal, kualitas sampai dengan pelatihan pengguna merupakan bagian dari RPL.
2.2.2. Tujuan Rekayasa Perangkat Lunak. Secara umum tujuan dari Rekayasa Perangkat Lunak adalah sebagai berikut: a. memperoleh biaya produksi perangkat lunak yang rendah b. menghasilkan pereangkat lunak yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat waktu c. menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform d. menghasilkan perangkat lunak yang biaya perawatannya rendah
2.2.3. Ruang Lingkup Rekayasa Perangkat Lunak. Ruang lingkup Rekayasa Perangkat Lunak dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Ruang lingkup RPL (Abran et.al., 2004). ·
software Requirements berhubungan dengan spesifikasi kebutuhan dan persyaratan perangkat lunak.
·
software desain mencakup proses penampilan arsitektur, komponen, antar muka, dan karakteristik lain dari perangkat lunak
·
software
construction
berhubungan
dengan
detail
pengembangan
perangkat lunak, termasuk algoritma, pengkodean, pengujian dan pencarian kesalahan ·
software testing meliputi pengujian pada keseluruhan perilaku perangkat lunak
·
software maintenance mencakup upaya-upaya perawatan ketika perangkat lunak telah dioperasikan
·
software configuration management berhubungan dengan usaha perubahan konfigurasi perangkat lunak untuk memenuhi kebutuhan tertentu
·
software engineering
management berkaitan dengan pengelolaan dan
pengukuran RPL, termasuk perencanaan proyek perangkat lunak ·
software engineering tools and methods mencakup kajian teoritis tentang alat bantu dan metode RPL
·
software engineering process berhubungan dengan definisi, implementasi pengukuran, pengelolaan, perubahan dan perbaikan proses RPL
·
software quality menitik beratkan pada kualitas dan daur hidup perangkat lunak
2.3. Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan sistem informasi merupakan proses pengembangan sistem untuk menghasilkan sistem informasi dimana pengembangan sistem ini digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan pengelolaan dan pengendalian komponen sistem informasi meliputi sumber daya manusia, hardware, software, jaringan, sumberdaya data dan produk informasi. Pengembangan
software merupakan bagian dari pengembangan sistem
informasi, sedangkan pengembangan sistem informasi merupakan pengembangan total terhadap seluruh komponen yang membentuk sistem informasi yang terdiri dari komponen sumber daya manusia, hardware, software, jaringan, sumberdaya data dan produk informasi. Saat ini metode pengembangan sistem yang umum digunakan adalah metode pengembangan System Development Life Cycle (selanjutnya disingkat SDLC). Model ini terdiri atas tahapan investigasi, analisa, perancangan, pengkodean, pengoperasian, dan pemeliharaan. Kriteria transisi yang digunakan adalah dokumentasi sehingga sering dikenal sebagai “Document Driven Software Process”. Model SDLC ini merupakan perbaikan dari code and fix, dan sampai saat ini merupakan salah satu proses perangkat lunak yang paling banyak digunakan.
BAB 3 PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Jelaskan atribut - atribut dari software yang berkualitas? Apa yang perlu dilakukan dalam pembangunan sistem informasi agar software penunjang sistem informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh ISO?
Jawaban: Suatu software dapat dikatakan berkualitas dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Ada banyak pendapat dan kriteria yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan suatu software berkualitas atau tidak. Namun secara umum suatu software yang berkualitas harus dapat memberikan fungsionalitas dan kinerja yang dibutuhkan kepada user dan harus dapat dipelihara, diandalkan dan dapat digunakan. Basuki (2001) mengatakan bahwa suatu software dapat dikatakan berkualitas apabila memiliki atribut – atribut sebagai berikut: 1. Completeness, kelengkapan fungsi dan fitur yang diterlihat dalam Graphic User Interface (GUI), matematik, statistik, dan fungsi lainnya yang biasa digunakan pada software yang bertujuan untuk mempermudah dan menunjang proses pemanfaatan bagi pengguna. 2. Stability, stabilitas atau keandalan digunakan untuk menyatakan kemampuan atau ketangguhan software untuk tetap dapat beroperasi tanpa mengalami gangguan (error) yang berarti dalam jangka waktu lama. 3. Accurateness, keakuratan digunakan untuk menyatakan kehandalan software dalam proses perhitungan, pengolahan data maupun menghasilkan informasi yang tingkat kebenaran dan kenyakinan yang baik. 4. User Friendliness, kemudahan penggunaan dipergunakan untuk menyatakan kemudahan yang dimiliki software terutama dalam hal instalasi, implementasi, input data, dipelajari, digunakan dan perawatan.
5. Interoperability, digunakan untuk menunjukan kemampuan aplikasi untuk diimplementasikan pada segala jenis dan spesifikasi sistem komputer yang tersedia dipasaran dan termasuk kemampuan aplikasi/hardware untuk digabungkan dengan penggunaan peralatan elektronik dan komputer lainnya (seperti printer, scanner dan sebagainya). 6. Security, keamanan menunjukan kemampuan software untuk menghadapi kemungkinan masuknya virus, penyusup maupun kesalahan prosedur penggunaan seperti akses yang tanpa otorisasi. 7. Productivity, digunakan untuk menggambarkan tingkat produktivitas yang dihasilkan oleh software terutama menyangkut perbandingan kinerja atau hasil terhadap
biaya
atau
investasi
yang
harus
dikeluarkan
untuk
mengimplementasikannya. 8. Innovation, inovasi digunakan untuk menyatakan reputasi dan kreasi yang dimiliki oleh
software
dalam kaitannya terhadap kemampuannya
menghasilkan terobosan versi baru maupun perkembangan interface yang sesuai keinginan penggunannya. 9. Documentation,
dokumentasi digunakan untuk menggambarkan fasilitas
dokumentasi yang dimiliki software seperti manual pengoperasian, informasi kesalahan maupun saran perbaikan yang tersediadengan jelas dan mudah diakses. 10. Vendor Support,
dukungan vendor atau developer
ketersediaan vendor atau
untuk menyatakan
developer yang kompeten, memiliki pelayanan
yang baik, kapabilitas yang tinggi serta dalam jumlah yang wajar untuk dijadikan alternatif pilihan harga dan kemampuan. 11. Availability, menunjukan ketersediaan dan pengadaan peralatan elektronik dan komputer lainnya. 12. Training, pelatihan dan workshop digunakan untuk menyatakan dukungan lokasi, metode, biaya, dan kelengkapan fasilitas pelatihan yang dimiliki oleh pengembang ( developer).
Selain itu, menurut Sommerville (2003) dalam bukunya Software Engineering dikatakan bahwa atribut – atribut esensial yang harus dimiliki oleh software yang baik adalah sebagai berikut: 1. Dapat dipelihara, software harus ditulis sedemikian rupa sehingga dapat berubah seiring dengan kebutuhan pengguna. Hal ini merupakan atribut kritis karena perubahan perangkat lunak merupakan konsekuensi yangg tidak terelakkan pada lingkungan bisnis yng berubah. 2. Dapat diandalkan, perangkat lunak yang dapat diandalkan mempunyai karakteristik, termasuk keandalan, keamanan dan keselamatan. Software yang dapat diandalkan seharusnya tidak menyebabkan kerusakan fisik atau ekonomi jika terjadi kegagalan sistem. 3. Efisien, software sebaiknya tidak menggunakan sumber daya sistem seperti siklus memori dan prosesor. Dengan demikian efisiensi mencakup kecepatan tanggapnya, lamanya waktu pemrosesan, banyaknya memori yang digunakan dan lain lain. 4. Kemampupakaian, software harus dapat dipakai dengan mudah oleh user. Ini berarti software tersebut harus memiliki interface user yang baik dan dokumentasi yang mencukupi.
Dengan adanya
atribut di atas, diharapkan penerapan software akan
memberikan nilai tambah di dalam organisasi. Dalam hal penentuan nilai – nilai yang menjadi standar ukuran kualitas suatu software yang menjadi salah satu tolok ukur yang digunakan adalah ISO 9126 yang dibuat oleh International Organization for Standardization (ISO). ISO 9126 mendefinisikan kualitas produk perangkat lunak, model,
karakteristik
mutu, dan metrik terkait digunakan untuk mengevaluasi dan menetapkan kualitas sebuah produk software. Dalam ISO 9126 menetapkan 6 karakteristik kualitas, yaitu: 1. Functionality, yaitu kemampuan untuk menutupi fungsi produk dari suatu software yang dapat memenuhi kepuasan akan kebutuhan dari user
2. Reliability, yaitu kemampuan suatu software untuk perawatan dengan level performansi. Atau kemampuan software untuk dapat tetap tampil sesuai dengan fungsinya ketika digunakan. 3. Usability, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan dari software tersebut. Software sebaiknya mudah dimengerti, dipelajari, digunakan dan disukai pengguna. 4. Efficiency, yaitu kemampuan software yang berkaitan dengan sumber daya fisik yang digunakan ketika software tersebut dijalankan. Atau bisa juga diartikan sebagai kemampuan sofware dalam menampilkan performansi nya relatif terhadap penggunaan sumberdaya. 5. Maintainability , yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan atau perbaikan pada suatu software. Hal ini berkaitan dengan kemampuan software untuk dimodifikasi (koreksi dan adaptasi) 6. Portability, yaitu kemampuan suatu software untuk ditransfer dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain.
Dari ke-enam karakteristik kualitas software dalam ISO 9126 yang tersebut diatas, kemudian dibagi menjadi beberapa subkarakterisktik seperti yang dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Karakteristik
Sub karakteristik
Functionality Reliability Usability
Suitability, Accuracy, Interoperability,Security Maturity, Fault tolerance, Recoverability Understandability, Learnability, Operability, Attractiveness
Efficiency Maintainability Portability
Time Behavior, Resource Utilization Analyzability, Changeability, Stability, Testability Adaptability, Installability
Dengan mengacu pada standar ISO 9126 pada siklus dari daur hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle) dari tahap initiation, system
concept
development,
planning,
requirement
analisys,
design,
development, integration and testing, implementation, operation and maintenance bahkan hingga tahap disposal (sunset application), diharapkan kualitas suatu perangkat lunak memenuhi kebutuhan pengguna (user) dapat dicapai.
2. Mengapa kita perlu memperhatikan faktor “maintainaibility” dari suatu software? Jelaskan urgensinya!
Jawaban: Faktor maintainability dari suatu software sangat penting. Hal ini karena berkaitan dengan kemampuan suatu software untuk dimodifikasi, apakah itu suatu perubahan, perbaikan dan sebagainya. Maintainability
dapat diartikan
sebagai usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan (error) dalam suatu software. Maintanability juga dapat disebut sebagai pemeliharaan system. Bagaimanapun juga, sebelum pengembangan software dilakukan, perlu diketahui terlebih dahulu apa saja kesalahan yang ada pada software terserbut. Apabila suatu software telah berhasil dikembangkan dan diimplementasikan pun akan ada hal – hal yang perlu dilakukan seperti perbaikan berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Pemeliharaan software sangat perlu untuk dilakukan mengingat perkembangan yang sangat pesat sehingga software – software yang kita guna perlu untuk ditingkatkan kualitasnya maupun diperbaiki apabila ada terjadi kerusakan atau ketidaksesuaian pada saat digunakan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126 diatas, karakteristik Maintainability terdiri dari sub-sub karakteristik lain seperti Analyzability , Changeability, Stability, dan Testability. Berdasarkan uraian tersebut maka berikut adalah penjelasan mengenai pentingnya faktor maintainability pada suatu software. 1. Memperbaiki kesalahan (Correcting Errors) Dalam hal ini, maintenance
perlu dilakukan dilakukan pada saat terjadi
permasalahan atau ketidaksesuaian dengan yang diharapkan pada saat pengoperasian suatu software. Permasalahan yang dapat berupa kesalahan (errors) dapat disebabkan oleh bug maupun faktor eksternal seperti power failure dan
virus
komputer.
Intinya
adalah
maintenance
digunakan
untuk
mengungkapkan kesalahan (bugs) dalam program atau kelemahan rancangan
yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem. Agar kesalahan-kesalahan ini dapat diperbaiki. 2. Menjaga kemutakhiran sistem. (System Update) Seiring dengan berjalannya waktu maka perkembangan software pun meningkat dengan cepat. Maka perlu dilakukannya perubahan – perubahan atau mofifikasi terhadap rancangan ataupun pada software itu sendiri. 3. Menjamin dan meningkatkan kinerja sistem. (Feedback Mechanism) Setelah melakukan pemasangan suatu software atau setelah dilakukan update, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap kinerja software tersebut agar sistemnya dapat dipastikan berjalan dengan baik. Pada saat menggunakan sistem, user akan melihat apakah ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk membuat peningkatan pada kinerja dari software tersebut. Masukan – masukan ini lah yang nantinya akan dijadikan bahan untuk memodifikasi software tersebut.
3. Apa saja yang perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya? Jelaskan!
Jawaban: Dengan meningkatnya dan semakin ketatnya persaingan bisnis saat ini perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi dan pengembangan dari software yang digunakan dalam perusahaan agar pengelolaan sumber dayanya dapat dilakukan secara lebih efisien dan efektif. Dan Sistem informasi adalah merupakan salah satu alat yang digunakan untuk dapat membantu mewujudkan tujuan perusahaan tersebut. Bagaimanapun juga, melakukan pengembangan sistem informasi perusahaan seringkali harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Maka dari itu dalam rangka mewujudkan tujuan perusaahaan yaitu melakukan efisiensi biaya, maka perusahaan perlu mempertimbangkan mana yang lebih efisien, menyerahkan pengembangan sistem informasinya kepada pihak luar (outsourcing) atau tidak. Para manajer seringkali merasa bimbang bagian mana dari fungsi Teknologi Informasi yang digunakan pada perusahaannya yang sebaiknya diambil dari luar (outsourced) dan mana yang sebaiknya disediakan sendiri (in-house /
insourcing). Apakah operasi teknologi mampu memebrikan manfaat strategis bagi perusahaan atau hanya merupakan komoditas yang tidak membedakan perusahaan dari pesaing? Jika operasi teknologi yang ada pada perusahaan merupakan sebuah komoditas, dan terutama jika penyedia jasa di luar perusahaan mampu menyediakannya dengan biaya yang lebih murah, maka tidak perlu diragukan lagi bagi perusahaan untuk melakukan outsourcing (Lacity et al, 1995). Outsourcing dalam hal teknologi informasi adalah penggunaan atau pembelian produk maupun jasa teknologi informasi dari luar perusahaan atau penyerahan tugas – tugas atau proyek pengembangan yang berkaitan denga teknologi informasi perusahaan kepada pihak ketiga dengan menetapkan jangka waktu dan biaya tertentu. Outsourcing dalam pengembangan perangkat yang dilakukan oleh suatu perusahaan selain efisiensi penggunaan biaya juga perusahaan dapat lebih fokus dalam pengelolaan sumberdaya lainnya yang menjadi kekuatan inti bisnis perusahaan tersebut. Alasan
terkuat
yang
mendorong
organisasi
untuk
menggunakan
outsourcing yaitu tingkat persaingan bisnis yang semakin meningkat. Tingkat persaingan bisnis meningkat dengan meningkatnya kebutuhan teknologi informasi yang dapat meningkatkan nilai bisnis, ini dapat dicerminkan dalam karakteristik strategik secara umum memiliki beberapa faktor yaitu: cost leadership, differentiation, dan focus. Menurut O’Brien dan Marakas (2011), beberapa pertimbangan perusahaan untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif dalam mengembangkan Sistem Informasi Informasi diantaranya: 1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi. 2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi. 3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 4. Faktor waktu/kecepatan. 5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama.Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil
Menurut Pasaribu (2010), hal-hal yang menjadi pertimbangan perusahaan memilih outsourcing adalah: harga, reputasi yang baik dari pihak penyedia jasa outsourcing, tenaga kerja yang dimiliki oleh pihak penyedia jasa outsourcing, pengetahuan pihak penyedia jasa outsourcing mengenai bentuk dari kegiatan bisnis perusahaan, pengalaman pihak penyedia jasa outsourcing, eksistensi, dan lain-lain. Dalam memutuskan untuk melakukan outsourcing, sebenarnya banyak dipengaruhi oleh banyak faktor. Lee et al. (2000) dalam Benamati dan Rajkumar (2002) mengemukakan bahwa sejumlah besar keputusan outsourcing didorong oleh masalah fundamental seperti ekonomi, strategi dan teknis. Selanjutnya Lee (2004) menemukan beberapa perusahaan melakukan outsource untuk mencapai fleksibilitas produksi yang lebih tinggi, untuk mengembangkan kapasitas, atau agar lebih fokus pada kompetensi inti. Namun mayoritas perusahaan melakukan outsource terhadap aktifitas produksi untuk mengurangi biaya atau meningkatkan kualitas produk dengan menggunakan keahlian dari supplier mereka Alasan – alasan lain sebuah perusahaan melakukan outsourcing dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Melakukan spesialisasi dalam rnagka meningkatkan fokus bisnis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan yang melakukan outsourcing dalam pengembangan teknologi informasinya maka dapat lebih fokus dalam menjalankan bisnis inti dari perusahaan tersebut. Hal – hal yang bersifat alat bantu seperti teknologi informasi dalam pengembangannya didelegasikan kepada pihak ketiga. Sebagai contoh, suatu bank memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk menangani sistem penyimpanan data nasabah dan juga teknologi komunikasi antar cabang. 2. Untuk membagi risiko operasional. Dengan melakukan outsourcing maka risiko operasional perusahaan bisa terbagi kepada pihak lain, yaitu pihak yang didelegasikan untuk melakukan pengembangan sistem teknologi informasi perusahaan. 3. Sumber daya yang ada pada perusahaan, misalnya para staff IT bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lainnya yang lebih strategis atau yang lain.
4. Efisiensi biaya yang dikeluarkan perusahaan. Apabila perusahaan melakukan outsourcing maka biaya yang sebelumnya akan dialokasikan untuk investasi infrastruktur teknolog, berubah fungsinya menjadi untuk biaya operasional. 5. Melakukan efisiensi dan efektivitas kepemilikan aset perusahaan. Misalnya suatu bank sebelumnya harus memiliki sendiri datacenter untuk menyimpan semua transaksinya, maka dengan outsourcing, bank tersebut bisa menggunakan jasa datacenter untuk melakukan proses penyimpanan data dan juga menyediakan datacenternya. 6. Tidak memiliki sumberdaya sendiri yang kompeten dalam hal melakukan pengembangan teknologi informasi dalam perusahaan. Apabila perusahaan lebih memilih melakukan pengembangan teknologi informasi sendiri, maka perusahaan tersebut harus memiliki sumber daya manusia yang handal untuk melakukannya dan tentunya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk itu. 7. Dapat melakukan pengawasan (controlling) yang lebih baik. Perusahaan yang melakukan outsourcing bisa mengontrol operasional perusahaannya dengan lebih baik. Hasilnya akan membuat bisnis perusahaan menjadi berjalan lancar, efektif dan efisien. Walaupun demikian, dalam melakukan outsourcing pasti terdapat kelebihan dan kekurangannya. Keunggulan atau keuntungan menggunakan outsourcing antara lain (Jogiyanto, 2003). 1. Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika perusahaan tidak berinvestasi lagi tetapi menyerahkannya kepada pihak ketiga dalam bentuk outsourcing
yang lebih murah dikarenakan
outsourcer
menerima jasa dari perusahaan lainnya sehingga biaya tetap outsourcer dapat dibagi beberapa perusahaan. 2. Mengurangi waktu proses, karena beberapa outsourcer dapat dipilih untuk bekerja bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan. 3. Jasa yang diberikan oleh
outsourcer
lebih berkualitas dibandingkan
dikerjakan sendiri secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi dan ahli dibidang tersebut. 4. Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi ini dan pihak outsourcer mempunyainya.
5. Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi dan transfer pengetahuan yang dimiliki outsourcer . 6. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan nvestasi. 7. Mengurangi resiko kegagalan investasi yang mahal. 8. Penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika ini terjadi, perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saatsaat tertentu saja, sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak dimanfaatkan pada waktu yang lainnya. 9. Perusahaan dapat menfokuskan pada pekerjaan lain yang lebih penting. Disamping kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh
outsourcing,
beberapa kelemahan juga perlu diperhatikan diantaranya: 1. Jika aplikasi yang di outsource adalah aplikasi yang strategic maka dapat ditiru oleh pesaingnya yang juga dapat menjadi klien dari outsourcer yang sama. 2. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di outsource-kan. Jika aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus ditangani jika terjadi gangguan, perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan penanganan jika aplikasi ini di outsource-kan karena kendali ada di outsourcer yang harus dihubungi terlebih dahulu. 3. Jika kekuatan menawar ada outsourcer , perusahaan akan kehilangan banyak kendali di dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya 4. Perusahaan
akan
kehilangan
keahlian
dari
belajar membangun
dan
mengoperasikan aplikasi tersebut. 5. Pelanggaran kontrak, yang banyak terjadi ketika vendor menjanjikan banyak hal sebelum kontrak ditanda tangani, namun tidak dapat direalisasikan ketika kontrak sudah berjalan. 6. Kontrak jangka panjang, dimana vendor menawarkan kontrak dalam jangka waktu yang relatif panjang, dengan biaya mahal dan penalti pemutusan kontrak sehingga perusahaan tidak memiliki
pilihan selain menjalankan kontrak
sampai selesai.
Intinya yang perlu diperhatikan dalam melakukan outsourcing agar didapatkan hasil yang maksimal adalah pemilihan pihak yang tepat sebagai pihak
yang akan didelegasikan untuk melakukannya. Outsourcing merupakan kerjasama jangka panjang sehingga penunjukkan pihak vendor yang tepat sebagai mitra perusahaan menjadi sangat krusial baik dari pertimbangan aspek teknologi, bisnis, maupun tujuan finansial.
4. Kalau anda dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem informasi terintegrasi bagi perusahaan di tempat anda bekerja langkah apa saja yang akan anda lakukan? Jelaskan!
Jawaban: Semakin berkembangnya perusahaan maka kebutuhan akan informasi semakin luas, serta volume pengolahan data semakin meningkat. Salah satu alat pendukung hal tersebut yaitu adanya pembangunan sistem informasi berbasis komputer yang terintegrasi. Pembangunan sistem ini akan memiliki dampak yang cukup efektif dalam hal kemudahan, kecepatan, ketepatan, dan keakuratan mendapatkan informasi. Namun sebelum melakukan pengembangan sistem informasi yang terintegrasi saya perlu menganalisa hal – hal penting yang mempengaruhi pengembangan sistem informasi yang akan dibangun, seperti: 1. Produktivitas, apakah dibutuhkan sistem yang lebih banyak dalam perusahaan? Tentunya pengembangan sistem informasi dilakukan untuk mengembangkan sistem agar menjadi lebih bagus dan lebih cepat. Hal ini membutuhkan lebih banyak programmer dan penganalisa sistem yang berkualitas,
kondisi
kerja
ekstra,
kemampuan
pemakai
untuk
mengambangkan sendiri, bahasa pemrograman yang lebih baik, perawatan sistem yang lebih baik, disiplin teknis pemakaian perangkat lunak dan perangkat pengembangan sistem yang terotomasi. 2. Realibilitas, waktu yang dihabiskan untuk testing sistem secara umum menghabiskan 50% dari waktu total pengembangan sistem. Banyak perusahaan mengalami kesalahan dan ironisnya sangat tidak mudah untuk mengubahnya. Jika terjadi kesalahan, ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu melakukan pelacakan sumber kesalahan dan harus menemukan cara
untuk mengoreksi kesalahan tersebut dengan mengganti program, menghilangkan sejumlah statement lama atau menambahkan sejumlah statement baru. 3. Perawatan (Maintainability ) , perawatan mencakup: - modifikasi sistem sesuai perkembangan perangkat keras untuk meningkatkan kecepatan pemrosesan (yang memegang peranan penting dalam pengoperasian sistem), -
modifikasi sistem sesuai perkembangan kebutuhan pemakai. Antara
50%
sampai
80%
pekerjaan
yang
dilakukan
pada
kebanyakan
pengembangan sistem dilakukan untuk revisi, modifikasi, konversi, peningkatan dan pelacakan kesalahan.
Untuk membangun suatu sistem informasi terintegrasi sebaiknya menggunakan metode yang telah teruji. Berikut adalah beberapa metode yang dapat saya gunakan dalam membangun suatu sistem informasi terintegrasi. 1. Metode Protype 2. Metode Daur Hidup 3. Metode Spiral
1. Metode Prototype . Metode ini memberikan ide bagi analis sistem untuk menyajikan gambaran yang lengkap, dengan demikian pemesan sistem dapat melihat pemodelan dari sistem tersebut baik dari sisi tampilan maupun teknik prosedural yang akan dibangun. Metode ini cocok untuk pembangunan sistem yang berskala kecil. Dalam metode prototype
ini ada jenis yang kurang terperinci dan ada
jenis yang terperinci. Langkah-langkah dalam metode prototype lebih singkat (kurang terperinci) adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi apa saja kebutuhan user b. Mengembangkan prototype
model yang
c. Menentukan prototype seperti apa yang akan dihasilkan. d. Penggunaan prototype . Sedangkan untuk langkah – langkah dalam metode prototype model yang lebih terperinci adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai b. Mengembangkan prototype c. Menentukan apakah prototype dapat diterima d. Mengadakan sistem operasional e. Menguji sistem operasional f. Menentukan sistem operasional g. Implementasi sistem
Kelebihan dari metode ini adalah: a. Pengembang dari sistem dapat berkomunikasi aktif dengan pemakai b. Pemakai dapat ikut terlibat secara aktif dalam menentukan model dan sistem operasionalnya c. Biaya dari penggunaan metode ini tidak menimbulkan biaya yang besar.
Kekurangan dari metode ini adalah: a. Kurangnya dokumentasi secara rinci dalam tiap tahapan, berakibat control kesalahan tiap langkah menjadi kurang sehingga sulit melacak letak kesalahan. b. Ide dan gagasan dapat disampaikan ditengah perjalanan pengembangan system, sehingga bias menjadi luas dan sulit diimplementasikan
2. Metode Daur Hidup. Metode ini terdiri dari sejumlah tahapan proses yaitu : 1. Tahap Perencanaan. 2. Tahap Analisis, menurut Mc.Leod ada enam dimensi kelayakan , antara lain : a. Kelayakan Teknis b. Pengembalian Ekonomis
c. Pengembalian Non-Ekonomis d. Hukum dan Etika e. Operasional f. Jadwal 3. Tahap Perancangan, hal – hal yang harus diperhatikan adalah: a. Kebutuhan perusahaan b. Kebutuhan operator c. Kebutuhan pemakai d. Kebutuhan teknis Tahap ini juga disebut juga tahap pemecahan masalah, yaitu dengan menyusun suatu algoritma, alur sistem, masukkan, prosedur, keluaran dan database. 4. Tahap Penerapan, realisasi sistem ini dapat ditempuh dengan beberapa metode : a. Penggunaan Paket Aplikasi b. Pengembangan oleh staff sendiri(Insourcing) c. Pengembangan yang dilakukan dengan kerjasama dari pihak luar seperti konsultan atau software house(Outsourcing) 5. Tahap Evaluasi, proses uji coba dilakukan secara bertahap : a. Tahap pertama, memeriksa alur sistem secara keseluruhan. b. Tahap kedua, pengecekan dengan sample data dan dilakukan penelusuran yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi sudah benar dan beroperasi sesuai dnegan logika system yang tepat. c. Tahap ketiga, dilakukan dengan menggunakan data sebenarnya 6. Tahap Penggunaan dan Pemeliharaan Sebuah sistem yang telah lulus uji coba harus tetap dilakukan pemeliharaan yang meliputi penataan ulang database, memback-up dan scanning virus.
Selain tiga metode diatas, dalam pengembangan sistem informasi terintegrasi dikenal metode pengembangan System Development Life Cycle (SDLC). SDLC adalah langkah-langkah dalam pengembangan sistem informasi.
SDLC menyediakan framework yang lengkap untuk aktivitas rekayasa bentuk dan pembangunan sistem informasi yang formal. Penggunaan SDLC yang memadai akan menghasilkan sistem informasi yang berkualitas. Penggunaan SDLC akan lebih optimal jika dilengkapi dengan berbagai teknik pengembangan sistem. Ada beberapa model SDLC. Model yang banyak digunakan adalah model waterfall. Beberapa model lain SDLC diantaranya fountain, spiral, rapid, prototyping, incremental, build & fix, dan synchronize & stabilize. Langkah yang digunakan meliputi melakukan survei dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem informasi, mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan, menentukan permintaan pemakai sistem informasi, memilih solusi atau pemecahan masalah yang paling baik, menentukan perangkat keras dan perangkat lunak, merancang sistem informasi baru, membangun
sistem
informasi
baru,
mengkomunikasikan
dan
mengimplementasikan sistem informasi baru, memelihara dan melakukan perbaikan atau peningkatan sistem informasi baru. Dalam sebuah siklus SDLC, terdapat enam langkah. Jumlah langkah SDLC pada referensi lain mungkin berbeda, namun secara umum adalah sama. Langkah – langkah nya adalah sebagai berikut: 1. Analisis sistem, yaitu membuat analisis aliran kerja manajemen yang sedang berjalan agar lebih terstruktur dan sistematis. 2.
Spesifikasi kebutuhan sistem, yaitu melakukan perincian mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem dan membuat perencanaan yang berkaitan dengan proyek sistem.
3. Perancangan sistem, yaitu membuat desain aliran kerja manajemen dan desain pemrograman yang diperlukan untuk pengembangan sistem informasi. 4. Pengembangan sistem, yaitu tahap pengembangan sistem informasi dengan menulis program yang diperlukan, apa kesalahan atau kekurangan yang ada selama ini dan perlu dilakukan perbaikan atau pengembangan. 5. Pengujian sistem, yaitu melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat.
6. Implementasi dan pemeliharaan sistem, yaitu menerapkan dan memelihara sistem yang telah dibuat agar kinerjanya semakin maksimal.
BAB 4 KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan 1. Suatu software dapat dikatakan berkualitas apabila memiliki atribut – atribut sebagai berikut: Completeness, Stability, Accurateness, User Friendliness, Interoperability, Security, Productivity, Inovation, Documentation, Vendor Support, Availability, dan Training. 2. Dalam hal penentuan nilai – nilai yang menjadi standar ukuran kualitas suatu software yang menjadi salah satu tolok ukur yang digunakan adalah ISO 9126 yang dibuat oleh International Organization for Standardization (ISO). ISO 9126 mendefinisikan kualitas produk perangkat lunak, model, karakteristik mutu, dan metrik terkait digunakan untuk mengevaluasi dan menetapkan kualitas sebuah produk software. 3. Dalam ISO 9126 menetapkan 6 karakteristik kualitas, yaitu: Functionality, Reliability, Usability, Efficiency, Maintainability , dan Portability. 4. Pentingnya faktor maintainability
pada suatu software adalah sebagai
berikut: a. Memperbaiki kesalahan (Correcting Errors) b. Menjaga kemutakhiran sistem. (System Update) c. Menjamin dan meningkatkan kinerja sistem. (Feedback Mechanism) 5. Beberapa pertimbangan perusahaan untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif dalam mengembangkan Sistem Informasi Informasi diantaranya: a. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi. b. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi. c. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. d. Faktor waktu/kecepatan.
e. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama.Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil 6. Metode pengembangan sistem informasi yang umum digunakan adalah System Develpoment Life Cycle (SDLC). SDLC adalah langkah-langkah dalam pengembangan sistem informasi. SDLC menyediakan
framework
yang lengkap untuk aktivitas rekayasa bentuk dan pembangunan sistem informasi yang formal. Penggunaan SDLC yang memadai akan menghasilkan sistem informasi yang berkualitas. Penggunaan SDLC akan lebih optimal jika dilengkapi dengan berbagai teknik pengembangan sistem.
4.2. Saran Dalam penyusunan makalah ini penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya para manajer dan pimpinan di perusahaan turut mendukung dalam hal pengembangan sistem informasi dengan software yang berkualitas untuk digunakan dalam mendukung operasional. 2. Dalam melakukan outsourcing dalam hal pengembangan teknologi informasi yang digunakan dalam perusahaan sebaiknya lebih cermat dalam memilih vendor yang akan dijadikan partner, dan harus memperhatikan hal – hal yang lain seperti komunikasi yang baik dengan pihak vendor tersebut agar terjadi kesepahaman antara permintaan yang diinginkan perusahaan dan kemampuan yang dimiliki oleh vendor. 3. Dalam melakukan perancangan pengembangan sistem informasi sebaiknya harus diketahui dengan pasti apa tujuan dari pengembangan sistem informasi tersebut agar bisa diperhitungkan faktor – faktor pendukung lainnya seperti biaya, sumber daya yang dibutuhkan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abran, Alain, Moore, James W. (2004). Guide to The Software Engineering Body of Knowledge – 2004 version. IEEE Computer Society Abrianto, Mochammad. 2011. Keuntungan dan kelemahan dari pengembangan sistem
informasi
antara
insourcing,
outsourcing
dan
cosourcing.
http://hotssports.blogspot.com. Tanggal akses 30 Maret 2012 Anonim. ISO 9126. http://id.wikipedia.org/wiki/ISO_9126. tanggal akses 31 Maret 2012 Anonim.
Modul
Pengantar
Rekayasa
Perangkat
Lunak.
http://elearning.gunadarma.ac.id. Tanggal akses 31 Maret 2012 Anonim.
Software
Quality
Assurance
Indonesia
.
http://sqaindonesia.wordpress.com. tanggal akses 31 Maret 2012 Basuki, Harsono, Edi Abdulrahman (2001). Analisis Peranan Perangkat Lunak Komputer berbasis open source (Linux) bagi efisiensi dan efektivitas pemanfaatan teknologi informasi, Laporan Teknis, Jakarta Benamati, J.S and Rajkumar, T.M (2002). The Application Development Outsourcing Decision : An Application of The Technology Acceptance Model. Journal of Computer Information Systems, Summer, pp 35-43. Ian Sommerville. (2003), Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak)/Ian Sommerville; alih bahasa, Dra.Yuhilza Hanum M.Eng, ; Hilarius Wibi Hardani. Ed.6, Erlangga, Jakarta. Jogiyanto, 2003. Sistem Teknologi Informasi (Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan). Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Lee, J.-N (2003) IT Outsourcing Evolution: Past, Present and Future, Communications of the ACM, Vol 46 no 5, pp 84-89. Lee, Younghwa., Kenneth A. Kozar, and Kai R. T. Larsen (2004) The Technology Acceptance Model: Past, Present, and Future, Communications of the Associations for Information Systems, Vol. 12, Article 50, pp. 752780.
McLeod, Raymond. 2001. Sistem Informasi Manajemen. PT Bhuana Ilmu Populer. Jakarta Munawar.
2012.
Outsourcing
di
Dunia
Teknologi
Informasi.
http://informatika.blog.esaunggul.ac.id. Tanggal akses 30 Maret 2012 O’Brien, J. A. 2010. Pengantar Sistem Informasi, Perspektif Bisnis dan Manajerial. Edisi 12. Terjemahan: Introduction to Information Systems, 12th Ed. Palupi W. (editor), Dewi F. dan Deny A. K. (penerjemah). Penerbit Salemba Empat, Jakarta.