Tugas Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc
Penerapan Sistem Informasi pada Sektor Kesehatan dengan Menggunakan Outsourcing
OLEH
Nama : Metha Naomi Putri Sipayung NIM : P056133532.52E Kelas : E-52
Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen dengan judul “Penerapan Sistem Informasi pada Sektor Kesehatan dengan Menggunakan Outsourcing”. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi Manajemen atas wawasan yang telah diberikan selama perkuliahan. Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dari tugas ini sehingga saran dan kritik sangat dibutuhkan bagi tulisan ini serta semoga makalah ini dapat bermanfaat. Jakarta, Januari 2015
Penulis
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Sistem informasi dengan outsourcing telah ada sejak beberapa tahun yang lalu dan akan tetap digunakan untuk tahun ke depan. Menurut Robert (2001), alasan utama penggunaan outsourcing adalah keefisienannya berdasarkan faktor-faktor ekonomi, tingkat ketrampilan, dan tingkat pengetahuan. Namun strategi penggunaan outsourcing adalah proses yang rumit karena melibatkan kedua pihak dan terkait dengan tujuan dari strategi tersbut, tetapi penerapan secara aktualnya merupakan salah satu faktor utama dalam kesuksesan. Sitstem informasi dengan outsourcing adalah hubungan yang kompleks antara banyak aspek dan pihak seperti perkembangan teknologi, hubungan antara penyedia layanan outsourcing (vendor) dan penerima layanan outsourcing (klien), risiko secara hukum serta faktor-faktor internal dari klien tersebut. Sehingga untuk memperoleh kesuksesan dalam penggunaan outsourcing dibutuhkan pemahaman yang jelas mengenai tujuan, faktor- faktor yang berpengaruh dan hubungan antara penyedia dan penerima layanan outsourcing. Kini bidang kesehatan menghadapi berbagai tantangan. Pentingya pemberian layanan yang berkualitas, pembaruan sistem perawatan pasien dan biaya yang semakin meningkat mendorong perusahaaan di bidang kesehatan untuk memperbaikinya. Masalah-masalah umum yang sering terjadi pada bidang kesehatan antara lain : daftar tunggu yang panjang, kurangnya tenaga medis, biaya pengobatan yang tinggi, infrastruktur yang kurang memadai untuk mengakses informasi dari penyedia jasa kesehatan. Ketika perusahaan sadar akan masalah ini, perusahaan tidak dapat dengan sendirinya menyeimbangkan masalah-masalah ini untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada publik. Namun di banyak negara seperti Australia, salah satu solusi untuk mengatasi maslah kesehatan adalah dengan menggunakan jasa outsourcing termasuk dalam sistem informasi. Loh & Venkatraman (1992) menyebutkan outsourcing adalah bagian dari perusahaan sistem informasi yang memberikan layanan eksternal kepada penerima layanan (klien) agar memperoleh strateginya, mendapatkan keuntungan ekonomi dan teknologi yang pada akhirnya meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan. Penerapan sistem informasi dengan outsourcing menghasilkan pro dan kontra seperti adanya penghematan biaya yang signifikan, peningkatan kualitas pelayanan dan kegagalan lainnya. Padahal kegagalan dan kesuksesan dari penggunaan pelayanan outsourcing tergantung pada konteks dimana diterapkan, pengawasan dan kontrol dari manajemen, tingkat partisipasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh vendor. Secara umum, Kakabadse (2002) mengidentifikasi adanya tren yang berbeda pada penggunaan outsourcing di perusahaan US, Australia dan Perancis. Perusahaan US menggunakan otsourcing sebagai alasan strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan, fokus pada kompetensi perusahaan inti dan penerapan teknologi baru yang berbasis pada biaya yang dikeluarkan. Sedangkan perusahaan-perusahaan Eropa lebih melihat kepada skala ekonomi dan perolehan keuntungan yang diperoleh tanpa biaya. Namun pada bidang kesehatan, beberapa literature menunjukkan bahwa Australia telah menggunakan pelayanan outsourcing di berbagai bidang pada sektor kesehatan. Sehingga perlu diketahui faktor- faktor apa yang penting untuk diketahui dalam memutuskan strategi penggunaan sistem informasi outsourcing.
II. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui : Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan penggunaan sistem outsourcing. Faktor yang yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan sistem informasi dengan outsourcing
BAB II Tinjauan Pustaka I.
Pengertian Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari beberapa prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu tujuan tertentu. Sistem memiliki beberapa karakteristik yaitu komponen, batas, lingkungan, penghubung, masukan, keluaran, pengolah, dan sasaran/tujuan. Informasi adalah data yang telah diolah melalui suatu proses sehingga menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih bermakna. Informasi dikatakan berkualitas jika memnuhi 3 aspek berikut ini yaitu akurat, tepat waktu, dan relevan. Sehingga sistem informasi adalah sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan-kebutuhan pengolahan transaksi harian, yang mendukung operasi, bersifat managerial dan kegiatan strategis dari suatu organisasi. Sedangkan penerapannya dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk mendukung kebutuhan informasi semua tingkat manajemen disebut sistem informasi manajemen. Menurut beberapa ahli, sistem informasi adalah : Alter Sistem informasi adalah Kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Bodnad dan Hopwood Sistem informasi adalah kumpulan hardware dan software yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna Budi Sutedjo Sistem informasi adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi Sistem informasi memiliki beberapa komponen yaitu Hardware (perangkat keras). Software (perangkat lunak). Prosedur : sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data untuk menghasilkan output. Basisdata : suatu pengorganisasian sekumpulan data yang saling terkait sehingga memudahkan proses pencarian informasi. Jaringan komputer dan komunikasi data. Brainware. Secara garis besar sistem informasi dikelompokkan menjadi 2, yaitu sistem informasi digunakan untuk mendukung operasional dan sistem informasi yang mendukung manajemen. Secara lebih jelas dapat terlihat pada Gambar 1 :
Sistem Informasi
Sistem Pendukung Operasional
Sistem Pengendalian Proses
Sistem Pemrosesan Transaksi
Sistem Pendukung Manajemen
Sistem Kerjasama Perusahaan
SIM
SPK
EIS
Gambar 1. Pengelompokan Sistem Informasi Sistem informasi yang digunakan untuk mendukung operasional terkait dengan operasional sehari-hari yang berlangsung di dalam suatu organisasi : pemrosesan transaksi, pengendalian proses, dan kerjasama antar tim/bagian di dalam suatu organisasi. Sistem pemrosesan transaksi misalnya saja memproses data hasil transaksi bisnis, memperbaharui basis data opersional, menghasilkan dokumen bisnis. Sistem pengendalian proses terkait dengan proses mengawasi dan mengendalikan proses industri, misalnya : sistem produksi baja, penyulingan minyak dengan sensor yang terhubung komputer. Sistem kerjasama perusahaan mendukung komunikasi dan kerjasama tim/bagian/kelompok kerja disuatu organisasi/perusahaan dengan memanfaatkan piranti elektronik dan teknologinya, misalnya e-mail, fax, teleconference. Sistem ini mengarah pada otomatisasi perkantoran. II.
Pengadaan Sistem Informasi Dalam membangun dan mengelola sistem informasi, ada beberapa metode yang biasa dilakukan suatu perusahaan yaitu : a. Insourcing adalah metode pengembangan sistem informasi yang hanya melibatkan sumber daya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan. b. Outsourcing yaitu penggunaan pihak ketiga atau vendor untuk membangun dan mengembangkan suatu paket Sistem Informsi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sehingga, pihak perusahaan cukup membeli beberapa paket sistem aplikasi yang siap pakai, karena paket aplikasi tersebut dibuat oleh vendor yang telah memiliki spesialisasi dibidang sistem aplikasi. c. Cosourcing yaitu penempatan tenaga outsourcing di bawah pengawasan dan di dalam lingkungan bisnis sebagai perusahaan kliennya yang menggunakan jasa outsourcing.
III.
Outsourcing Outsourcing dalam sistem informasi merupakan pemindahan seluruh atau sebagian fungsi atau proses sistem infromasi perusahaan pada pihak luar (Benamati dan Rajkumar, 2002). Sementara Aalders (2002) menyatakan outsourcing adalah mengontrak/menyewa pihak ketiga untuk mengelola sebuah proses bisnis lebih efisien dan efektif daripada yang
bisa dilakukan di dalam perusahaan sendiri. Sehingga dalam penggunaannya, outsourcing harus melibatkan kedua pihak yaitu hubungan bisnis antara perusahaan dan vendor. Penggunaan sistem informasi dengan outsourcing memiliki beberapa tujuan yaitu untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi, mencapai efisiensi, dan manfaat lainnya. Menghasilkan produktivitas yang tinggi dimaksudkan dengan melakukan spesifikasi terhadap usaha dan moal di kompetensi inti. Pentingnya sistem informasi bagi suatu perusahaan menyebabkan ketergantungan akan sistem informasi semakin meningkat. Perkembangan teknologi yang cepat mnyebabkan kesulitan bagi perusahaan untuk terus memperbaharui sistem informasi yang dimiliki. Outsourcing merupakan alternatif yang digunakan untuk untuk mengelola bidang perusahaan yang sangat kompleks ini. Dimana outsourcing merupakan pelepasan kendali atas sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada pihak eksternal (Benamati & Rajkumar, 2002). Sehingga penting bagi perusahaan untuk melakukan pemilihan fungsi sistem informasi yang paling tepat. Salah satu fungsi teknologi sistem informasi yang sering di-outsource seperti operasi pusat data, manajemen network, pemeliharaan/akuisisi hardware,technical support, pelatihan/pendidikan dan pengembangan aplikasi. Outsourcing bisa dilaksanakan di dalam perusahaan (onshore), namun sering juga dilakukan di luar perusahaan (offshore). III.1. Alasan Penggunaan Outsourcing Menurut O’brien (2009), ada beberapa alasan perusahaan melakukan outsourcing yaitu : 1. Meningkatkan fokus perusahaan Perusahaan dapat fokus pada masalah dan strategi utama sedangkan pelaksanaan tugas sehari-hari yang kecil-kecil diserahkan pada pihak ketiga sehingga akan lebih menguntungkan bagi perusahaan jika menyerahkan pengelolaan teknologi informasinya kepada perusahaan yang memiliki keahlian khusus di bidang teknologi informasi. Dengan meningkatkan fokus pada bisnis utamanya maka perusahaan juga akan mampu lebih meningkatkan lagi core-comptence atau kompetensi utamanya. 2. Memungkinkan tersedianya dana capital Outsourcing juga bermanfaat untuk mengurangi ivestasi dan capital pada kegiatan non core. Sebagai ganti dari melakukan investasi di bidang kegiatan tersebut, lebih baik mengontrakkan sesuai dengan kebutuhan yang dibiayai dengan dana operasi bukan dana investasi. 3. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi Salah satu keuntungan dari outsourcing adalah memungkinkan untuk mengurangi dan mengendalikan biaya operasi. Pengurangan biaya ini dapat dan dimungkinkan diperoleh mitra outsource melalui berbagai hal misalnya spesialisasi, struktur pembiayaan yang lebih rendah, ekonomi skala besar (economies of scale) dan lain-lain. 4. Memanfaatkan kemampuan yang dimiliki perusahaan outsourcing Pada umumnya perusahaan outsource memiliki pengalaman bekerja yang cukup banyak dengan para kliennya dalam memecahkan masalah yang mungkin serupa atau hampir serupa. Sehingga perusahaan akan memiliki sistem yang unggul di dalam bidangnya. 5. Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri Perusahaan perlu melakukan outsourcing untuk suatu aktifitas tertentu karena perusahaan tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas tersebut secara baik dan memadai.
6. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola Outsourcing dapat digunakan untuk mengatasi pengelolaan hal atau mengawasi fungsi yang sulit dikendalikan, misalnya birokrasi ekstern yang sangat berbelit yang harus ditaati oleh perusahaan yang dimiliki negara dalam menjalankan fungsi pembelian barang dan jasa, yang sulit ditembus dengan cara-cara yang biasa. Hal ini mungkin dapat dipecahkan dengan mengkontrakkan seluruh pekerjaan tersebut kepada pihak ketiga yang berbentuk swasta yang tidak terikat pada birokrasi tersebut. III.2. Kelebihan dan kelemahan Outsourcing Penerapan outsourcing pada pelayanan sistem informasi memmiliki kelemahan dan kelebihan. Berikut beberapa kelemahan dari penggunaan outsourcing, yaitu : 1. Masalah akan timbul jika tenaga outsourcing tidak kompeten dan tidak kapabel dalam bidangnya. 2. Regulasi pemerintah atau perusahaan sendiri yang belum jelas mengenai pemisahan core dan buka core bisnis dari perusahaan. 3. Adanya ancaman keamanan dan kerahasiaan jika informasi yang merupakan aset berharga bagi perusahaan dikelola dengan tidak baik 4. Adanya ketergantungan terhadap perusahaan penyedia jasa outsourcing 5. Adanya hidden cost (biaya pencarian vendor, biaya transisi, dan biaya post outsourcing) 6. Adanya perbedaan dalam pengembalian keputusan antara perusahaan dengan pimpinan yang tidak mengetahui teknis IT. Sedangkan kelebihan yang diperoleh dengan menggunakan outsourcing yaitu : 1. Fokus pada kompetensi utama. Perusahaan dapat fokus pada core-business. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbarui strategi dan merestrukturisasi sumber daya (SDM dan keuangan) yang ada. 2. Biaya yang lebih murah karena perusahaan tidak harus menyiapkan infrastruktur serta SDM yang menangani 3. Perusahaan dapat merespon pasar dengan cepat. Dengan penggunaan outsourcing, perusahaan menjadi lebih ramping dan cepat dalam merespon kebutuhan pasar. Kecepatan merespon pasar ini menjadi keunggulan kompetitif persahaan dibandingkan dengan competitor 4. Meningkatkan efisiensi dan perbaikan ada pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya noncore. 5. Penghematan dan pengendalian biaya operasional 6. Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan dengan dikerjakan sendiri secara internal, karena outsourcer merupakan ahli di bidang tersebut. 7. Waktu yang digunakan menjadi lebih singkat untuk ketetapan dalam organisasi. III.3. Sistem Informasi Outsourcing dan Pengaturan hubungannya Currie (2003) mengatakan kondisi ekonomi yang tidak stabil pada perusahaan kecil dan menengah mendorong perusahaan tersebut menggunakan sistem informasi outsourcing untuk meningkatkan kinerja bisnisnya dengan biaya perawatan yang minim. Karakteristik pembayaran outsourcing yang sesuai dengan jenis pelayanannya merupakan hal yang nyaman bagi perusahaan kecil dan menegah.
Heckman (1999) menyimpulkan dari survey kualitatif yang melibatkan 518 perusahaan besar bahwa sebagian besar dari perusahaan tersebut memiliki hubungan dengan perusahaan penyedia outsourcing baik secara informal maupun formal. Di perusahaan besar dimana sistem informasi digunakan, pengembangan bisnis, pelayanan konsumen serta hubungan dengan vendor merupakan hal yang penting (Leung 2002). Semakin berkembangnya suatu perusahaan, kebutuhan akan sistem informasinya akan semakin meningkat juga (Rozwell, Hariss dkk, 2002). Perusahaan besar membutuhkan lebih dari satu pemberi layanan sistem informasi dan perlu menjaga hubungan bisnis formal dengan mereka. Lee (2001) menyatakan bahwa dampak dari berbagi pengetahuan, kualitas hubungan yang baik antara perusahaan dengan outsourcer merupakan faktor yang mempengaruhi kunci kesuksesan suatu perusahaan. Kemampuan suatu perusahaan untuk belajar dan memperoleh pengetahuan yang diperlukan dari pemberi layanan sistem informasi (outsourcing) merupakan faktor utama yang mendorong agar perusahaan dengan perusahaan outsourcing saling bertukar pengetahuan. Sehingga kualitas kerjasama akan ditemukan sebagai variable intervensi antara berbagi pengetahuan dan kesuksesan sistem informasi outsourcing. Kemauan suatu perusahaan untuk belajar agar memperoleh pengetahuan sehingga memotivasi untuk saling berbagi dengan organisasi penyedia layanan outsourcingmerupakan kunci untuk meningkatkan kualitas dari kerjasama antar organisasi yang menunjukkan kesuksesan dari sistem informasi outsourcing. III.4. Sistem informasi Outsourcing sebagai sebuah strategi Quinn dan Hilemr (1994) menyatakan bahwa pada umumnya seorang manager atau pemimpin dapat beralih ke strategi outsourcing karena persaingan yang semakin ketat, pertumbuhan yang cepat, dan pemimpin yang baru. Scheier (1997) mengatakan alasan yang paling umum di balik kegagalan sistem informasi outsourcing adalah kurangnya pelayanan, kurangnya kerjasama yang baik di antara kedua pihak dan adanya restrukturisasi organisasi. Sebagian besar literatur menyatakan penggunaan sistem informasi outsourcing terkonsentrasi pada keuntungan biaya dimanasistem informasi outsourcing di kesehatan adalah hal baru yang merupakan hal yang kompleks bagi pemimpin di suatu perusahaan kesehatan. Lorence dan Spink (2004) menyarankan agar analisa biaya outsourcing dan keuntungan lainnya perlu berkonsentarasi pada setiap bagiannya dan sesuai fungsi spesifik dari pengaplikasian tersebut. Dari hasil Lorence dan Spink (2004) ditemukan 6 faktor yang mempengaruhi keputusan sistem outsourcing di bidang kesehatan yaitu meningkatkan kepedulian terhadap pasien, biaya yang minim, peraturan, kompetisi, ketersedian staf yang terlatih, dan pertimbangan mengenai ruang. Yang dan Huang (2000) juga mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sistem informasi outsourcing yaitu manajemen, strategi, ekonomis, teknologi dan kualitas. Tayles dan Drury (2001) menyarankan agar keputusan penggunaan sistem informasi dipengaruhi oleh kualitas informasi yang tersedia, biaya, keuntungan, strategi, kualitas vendor, evaluasi keuangan, efisiensi dan resiko. Mereka juga menyarankan penggunaan outsourcing harus secara komprehensif karena penggunaannya mempengaruhi semua proses dan fungsi. Kakabades dan Kakabades (2002) menemukan bahwa perusahaan AS lebih mengutamakan penambahan nilai pada strategi sedangakn perusahaan Eropa lebih fokus pada cara memperoleh keuntungan ekonomi melalui penggunaan sistem informasi dengan outsourcing. Di Uni Eropa, penggunaan sistem
informasi dengan outsourcing diputuskan oleh pimpinan atas, sementara untuk perusahaan AS keputusan penggunaan sistem informasi dengan outsourcing diputuskan oleh lini senior dan manager fungsional. Humphreys dan Huang (2002) mengembangkan kerangka kerja “mengambil atau menjual keputusan”. Model tersebut terdiri dari 5 langkah strategi yaitu mengindentifikasikan dan meboboti performa dari setiap kategori, menganalisa kemampuan teknis, membandingkan kemampuan secara internal dan eksternal, menganalisa kemampuan pemberi layanan sistem informasi outsourcing, dan total biaya yang dikeluarkan. Negara berkembang melakukan pengehamatan dengan salah satu cara yaitu menggunakan sistem informasi yang outsourcing dimana biaya yang dikeluarkan hanya setengah atau kurang dari gaji seorang karyawan. Trend penggunaan outsourcing telah berkembang mulai dari negara berkembang hingga ke negara industri. Tetapi sebagai perusahaan yang menggunakan outsourcing, perlu suatu proses yang jelas dan transparan dalam memilih perusahaan pemberi layanan.
BAB III PEMBAHASAN I. Sistem Informasi, Outsourcing dan Kesehatan Lee (2000) mengindentifikasi bahwa hubungan antara pihak outsourcing dengan perusahaan memberikan pengaruh atas berhasilnya sistem informasi outsourcing. Abdul dan Raj meneliti hubungan antara share knowledge dengan kesuksesan outsourcing, dan menetapkan bahwa share knowledge merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan outsourcing dan kemampuan suatu perusahaan untuk belajar dan menemukan pengetahuan yang dibutuhkan.Abdul dan Raj juga menetapkan bahwa kualitas hubungan kerjasama adalah faktor yang signifikan berpengaruh terhadap share knowledge dan kesuksesan outsourcing. Secara sederhana sistem informasi dengan outsourcing adalah mentransfer layanan atau memberikan suatu fungsi operasi kepada pihak ketiga yaitu penyedia layanan yang memiliki kemampuan khusus (Allen 2000). Tidak terkecuali pada bidang kesehatan. Hal ini menyakinkan bahwa para pemimipin di bidang kesehatan dapat memperoleh manfaat dengan menggunakan sistem informasi outsourcing sehingga para pemimpin dapat berkonsentrasi secara penuuh kepada bisnis inti. Strategi dalam bidang kesehatan tidak hanya melalui pengurangan biaya tetapi juga tetap mengedepankan pemberian pelayanan yang berkualitas tinggi, peningkatan kualitas perawatan pasien, pengurangan waktu antrian serta kondisi dari sistem kesehatannya. Shinkman (2000) mengatakan bahwa pada awal abad 21, penggunaan sistem outsourcing di bidang kesehatan akan meningkat 5.5% dari total anggaran dibandingkan dengan penggunaan sistem outsourcing di bidang lain yang hanya meningkat 3.6%. Penggunaan sistem informasi dengan outsourcing di setiap aspek kesehatan juga meningkat secara keseluruhan yaitu 30% dibandingkan industri umum yang hanya meningkat 11%. Jenning (1997) mengatakan bahwa pelayanan outsourcing di bidang kesehatan merupakan suatu alternatif yang berhasil mengurangi biaya, pencapain keunggulan yang kompetitif, pertumbuhan secara horizontal dan vertikal, dan peningkatan kualitas. Sehinggadalam penentuan penggunaan sistem informasi, para pemimpin di bidang kesehatan perlu memperhatikan secara hati-hati strateginya seperti penyedia sistem informasi (outsourcing), strategi yang ditawarkan, hubungan antara keuntungan biaya dan risiko, dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam literatur sistem informasi outsourcing di bidang kesehatan, outsourcing digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan biaya, sarana memperoleh keahlian, dan sarana peningkatan efisiensi. Quinn et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan sistem informasi (outsourcing) untuk beberapa alasan sama dengan bisnis lainnya yaitu meningkatkan produktivitas, kualitas dan keuntungan, tetapi transformasi keuntungan di bidang kesehatan tidaklah sama. Pimpinan dan pengambil keputusan perlu untuk mengenali terlebih dahulu tingkat resiko yang terkait dengan outsourcing di bidang kesehatan. Kemudi dalam pengambilan keputusan outsourcing seharusnya melibatkan pihak internal dan eksternal yaitu perusahaan outsourcing itu sendiri dimana setiap proses bisnis terkait dengan penggunaan sistem informasi secara keseluruhan. Sehingga perlu kerangka kerja untuk dapat meminimumkan resiko yang terjadi dan dasar untuk mengetahui keefektifan dalam penggunaan outsourcing. Sedangkan dalam proses pertumbuhan perusahaan dengan outsourcing sepenuhnya bergantung pada kemampuan
perusahaan tersebut untuk mengelola secara efektif dari hasil layanan tersebut dan kerjasama yang dibina dengan outsourcing setelah layanan jasa selesai. II. Klasifikasi Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Outsourcing Sistem informasi denagn outsourcing di kesehatan bukanlah hal yang bebas dari resiko dan kegagalan. Di setiap proses bisnis, kemungkinan kegagalan penggunaan sistem informasi dengan outsourcing bisa terjadi. Kesuksesan penggunaan sistem informasi dengan outsourcing dapat diukur melalui evaluasi yang dilakukan terhadap kemampuan dan kompetensi masing-masing. Evaluasi yang hanya dilakukan dari satu sisi saja tidak lagi dapat diaplikasikan karena sistem informasi dengan outsourcing merupakan proses yang saling menguntungkan sehingga evaluasi sebaiknya dilakukan secara bersama-sama. Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasikan dari literatur kesehatan dan outsourcing, sangatlah mungkin untuk mengelompokkan faktor-faktor utama ke dalam empat kelompok yaitu strategi, teknologi, perusahaan,dan peraturan. Keempat faktor tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap penggunaan outsourcing. Hubungan antara keempat faktor –faktor utama tersebut dalam bidang kesehatan dapat dilihat pada Gambar 2. Sistem informasi dengan outsourcing di bidang kesehatan merupakan fenomena yang kompleks dan memiliki efek multidimensional terhadap faktor yang berkaitan dengan perusahaan, badan pengawas, rencana yang strategi dan pengembangan teknologi. Oleh karena itu, keterkaitan diantara semua faktor tersebut berkontribusi terhadap keberhasilan outsourcing di bidang kesehatan (Gambar 3)
Faktor internal perusahaan
Faktor Peraturan
Faktor strategi
Faktor Teknologi
Gambar 2. Keterkaitan Antar Faktor-faktor Utama
Faktor internal perusahaan : Lingkungan bisnis Kontrol manajemen di setiap proses Pemilihan perusahaan penyedia system informasi – outsourcing (vendor) Manajemen outsourcing Sifat hubungan antara vendor dengan perusahaan penerima layanan system informasi outsourcing (client) Faktor-fakto yang tak berwujud (strategi dan kualitas) Peningkatan kualitas pelayanan Peningkatan kemampuan untuk mengembangkan produk atau layanan baru Kurangnya pengetahuandan spesialisasi Faktor –faktor yang berwujud (biaya, fasilitas, sumber daya manusia) Efek pada strategi outsourcing Keputusan dalam proses outsourcing Keinginan untuk terkonstransi pada kompetensi inti
Faktor Strategi : Nilai tambah penggunaan outsourcing Pengendalian biaya Anggaran Ekonomis Fleksibilitas yang besar Persaingan global Mengurangi biaya modal Mengurangi biaya transaksi Biaya pengebangan perangkat lunak Mendukung intergrasi secara vertical Penggunaan outsourcing secara keseluruhan atau sebagian Pengaturan tanggung jawab dan resiko Aliansi strategi Strategi bisnis
Faktor Peraturan : Hubungan politik dengan perusahaan outsourcing Hubungan bisnis dengan perusahaan outsourcing Hubungan ekonomi dengan perusahaan outsourcing Syarat dan kondisi kontrak Kepemilikan
Masalah Teknologi : Pencapaian praktek yang terbaik Akses untuk memperoleh teknologi/keahlian yang baru Cepat berubah dan teknologi yang kompleks.
Gambar 3. Keterkaitan Faktor-faktor Utama dalam Penggunaan Outsourcing
BAB IV Kesimpulan Penerapan sistem informasi dengan outsourcing merupakan langkah yang strategis untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan secara keseluruhan serta memberikan keuntungan di bidang kesehatan. Bidang kesehatan terikat dengan sistem informasi outsourcing dengan berbagai alasan yang melibatkan startegi yang penting. Para pemimpin dan pengambil keputusan perlu memastikan bahwa perusahaan outsourcing tersbut memiliki gabungan yang tepat sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan perusahaan penerima layanan outsourcing dan sesuai dengan tujuan dari strategi tersebut.
Daftar Pustaka Baig – Hafeez, Abdul & Gururajan, Raj. 2005. An Exploratory Study to determine Factors Impacting Outsourcing of Information Systems in Healthcare. Queensland : The University of Southern Queeensland. Rahmiati. 2008. Analisis Biaya-Manfaat dan Aplikasi Model Penerimaan Teknologi Pada Keputusan Outsourcing TI. Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4 No. 1. Smuts, Hanlie., et al. 2010. Critical Success Factors for Information Systems Outsourcing Management : A Software Development Lifecycle View. South Africa : School of Computing – University of South Africa.