perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI PERBANDIN P NGAN TING GKAT KETE ERAMPILAN N TEKNIK DASAR D BERMAIN SE EPAKBOLA A PADA SISW WA USIA 133-15 TAHUN N ANTARA A SSB PERK KOTAAN DA AN SSB PED DESAAN SE KABUPATE K EN SRAGEN N TAHUN 20015
SKRIPSI
Oleh: ARDH HIAN SATMO OKO K5608005
FAKULTA AS KEGURU UAN DAN IL LMU PENDIDIKAN UNIVERSIT U TAS SEBELA AS MARET SU URAKARTA A Juni 2015
STUDI PERBANDIN P NGAN TING GKAT KETE ERAMPILAN N TEKNIK DASAR D
commit to user
BERMAIN SE EPAKBOLA A PADA SISW WA USIA 133-15 TAHUN N
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANTARA SSB PERKOTAAN DAN SSB PEDESAAN SE KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2015 ARDHIAN SATMOKO K5608005 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui norma tingkat keterampilan teknik dasar bermain sepakbola pada siswa usia 13-15 tahun antara Sekolah Sepakbola Perkotaan dan Pedesaan se-Kabupaten Sragen Tahun 2015. (2) Untuk mengetahui bagaimana tingkat keterampilan teknik dasar bermain sepakbola pada siswa usia 13-15 tahun antara Sekolah Sepakbola Perkotaan dan Pedesaan se-Kabupaten Sragen Tahun 2015. (3) Untuk mengetahui mana yang lebih baik tingkat keterampilan teknik dasar bermain sepakbola antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan se-Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode normatif survey. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive proporsional random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa usia 13-15 tahun SSB Perkotaan dan SSB Pedesaan Se- Kabupaten Sragen. Sampel dari SSB perkotaan yaitu siswa SSB Indonesia Muda sejumlah 28 anak dan SSB KFC Karangmalang sejumlah 24 anak, sedangkan siswa SSB pedesaan yaitu SSB Sudarmojo Gemolong Sragen sejumlah 26 anak dan SSB Andang Taruna Sumber Lawang sejumlah 24 anak. Total keseluruhan sampel adalah 102 anak. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran keterampilan teknik dasar bermain sepakbola dari Norbert Rogalski & Ernst G. Degel yang dikutip Soekatamsi :1988. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji reliabilitas, menyusun norma, dan uji perbedaan. Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh norma tingkat keterampilan teknik dasar bermain sepakbola pada siswa usia 13-15 tahun antara SSB Perkotaan dan SSB Pedesaan se Kabupaten Sragen sebagai berikut norma ≥356 baik sekali, 333-355 baik, 306-332 cukup, 278-305 sedang, 251-277 kurang, dan ≤ 250 kurang sekali. Dapat dilihat bahwa dari SSB Perkotaan yang berjumlah 52 siswa, yang memiliki kemampuan berkategori baik sekali (4%) yang berjumlah 2 anak, baik (29%) yang berjumlah 15 anak, cukup (52%) yang berjumlah 27 anak, sedang (13%) yang berjumlah 7 anak, kurang (0%) yang berjumlah 0 anak, kurang sekali (2%) yang berjumlah 1 anak. Sedangkan dari SSB Pedesaan yang berjumlah 50 siswa, yang memiliki kemampuan berkategori baik sekali (0%) yang berjumlah 0 anak, baik (0%) yang berjumlah 0 anak, cukup (4%) yang berjumlah 2 anak, sedang (48%) yang berjumlah 24 anak, kurang (36%) yang berjumlah 18 anak, kurang sekali (12%) yang berjumlah 6 anak. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan t-test SSB perkotaan dan SSB pedesaan diperoleh t hitung = 12,557 dan t tabel = 2,447. Berdasarkan hasil rata-rata Tingkat Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola SSB Perkotaan memiliki rata-rata sebesar 56,10 dan SSB Pedesaan commit to user sebesar 43,73.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Simpulan penelitian ini adalah dapat diketahui tingkat keterampilan teknik dasar bermain sepakbola pada siswa usia 13-15 tahun antara SSB Perkotaan se Kabupaten Sragen tahun 2015 berkategori cukup yaitu dengan siswa sebanyak 27 anak dan SSB Pedesaan berkategori sedang yaitu dengan siswa sebanyak 24 anak. Berdasarkan hasil rata-rata Tingkat Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola SSB Perkotaan lebih baik dari pada SSB Pedesaan. Kata kunci : Norma teknik dasar bermain sepakbola, Siswa usia 13-15, SSB Perkotaan, SSB Pedesaan I.
PENDAHULUAN
Sejak dibentuknya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930, permainan sepakbola di Indonesia berkembang cukup baik. Pada tahun 1931-1941 PSSI telah mengadakan kompetisi setiap tahunnya. Namun pada jaman penjajahan Jepang dan perang kemerdekaan dari tahun 1942-1950 kompetisi berhenti. Dan mulai tahun 1951 kompetisi sepakbola mulai diselenggarakan oleh PSSI. Berdasarkan sejarah tersebut menunjukkan bahwa, permainan sepakbola sudah berkembang sejak jaman penjajahan. Dan sekarang ini permainan sepakbola di Indonesia berkembang pesat dan sangat populer didunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub sepakbola, Sekolah Sepakbola (SSB), Lembaga Pendidikan Sepakbola (LPSB) atau Pusat Latihan Sepakbola (PUSLAT) menunjukkan animo masyarakat yang cukup tiggi terhadap permainan sepakbola.
yang terampil dan berprestasi harus dilakukan pembinaan dan pelatihan sejak usia dini. Hare (1982: 21) menyatakan, “Pembinaan olahraga yang dilakukan secara sistematik, tekun dan berkelanjutan diharapkan akan dapat mencapai prestasi yang bermakna. Proses pembinaan memerlukan waktu yang lama yakni mulai dari masa kanak-kanak atau usia dini hingga anak mencapai tingkat efisiensi kompetisi yang tertinggi”. Sekolah Sepakbola merupakan tempat untuk membina dan melatih pemain-pemain sepakbola sejak usia dini. Sekolah Sepakbola di Indonesia muncul dimana-mana baik kota maupun di desa. Namun pada kenyataannya, sekolah sepakbola baik di kota maupun di desa belum memberikan kontribusi yang maksimal terhadap prestasi sepakbola Indonesia di tingkat internasional. Hal ini terbukti sepakbola Indonesia belum mampu berprestasi di ditingkat internasional.
Sekolah Sepakbola (SSB) dewasa ini Belum berprestasinya sepakbola sangat berkembang pesat hampir Indonesia di tingkat internasional diseluruh pelosok tanah air menjadi permasalahan bagi bangsa Indonesia. Munculnya Sekolah Indonesia yang harus segera Sepakbola diberbagai wilayah di dipecahkan dan dicarikan solusi Indonesia menunjukkan bahwa, commit to useryang tepat. Sekolah Sepakbola yang untuk menjadi pemain sepakbola
perpustakaan.uns.ac.id
ada di berbagai wilayah Indonesia harus dimaksimalnya pembinaan dan pelatihannya agar dapat memberikan kontribusi terhadap prestasi sepakbola Indonesia di tingkat internasional. Sekolah Sepakbola yang ada di perkotaan ataupun di pedesaan harus dilakukan pembinaan dan pelatihan secara maksimal baik fisik, teknik, taktik dan mental. Aspek-aspek yang mendukung pencapaian prestasi sepakbola baik fisik, teknik, taktik dan mental harus dibuat program latihan yang tepat. Namun pada kenyataannya Sekolah Sepakbola yang ada di Indonesia sebagian besar tidak memiliki program latihan yang terencana dan terprogram, sehingga tidak diketahui sejauh mana hasil latihan yang telah dicapai oleh Sekolah Sepakbola yang bersangkutan. Masalah tersebut diatas terjadi karena banyak faktor diantaranya, pelatih tidak mau bertele-tele membuat program latihan, pelatih tidak memiliki sertifikat pelatih dan masih banyak faktor lainnya. Kondisi inilah salah satu penyebab pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan Sekolah Sepakbola di Indonesia tidak maksimal dalam membina dan melatih para pemainnya untuk menjadi pemain sepakbola yang terampil dan berprestasi.
digilib.uns.ac.id
sepakbola. Biasanya para siswa yang akan masuk disalah satu SSB hanya langsung mendaftar dengan melengkapi persyaratan tertentu tanpa ada tes sebagai acuan anak tersebut layak atau tidak untuk masuk ke SSB yang diminatinya. Tes ini dapat berbagai macam bentuknya, misalnya tes kemampuan fisik, penguasaan teknik dasar bermain sepakbola atau tes lain yang relevan dengan visi dan misi dari SSB yang bersangkutan Standarisasi dasar
penguasaan
bermain
teknik
sepakbola
merupakan salah satu bagian penting yang dapat dijadikan dasar untuk merekut pemain sepakbola yang berpotensi.
A.
Sarumpaet
dkk.,
(1992: 47) menyatakan, “Dalam usaha
meningkatkan
permainan
sepakbola
mutu ke
arah
prestasi, maka masalah teknik dasar bermain sepakbola merupakan salah satu persyaratan yang menentukan”. Namun pada kenyataannya masih banyak Sekolah Sepakbola yang ada di
Indonesia
tidak
memiliki
standarisasi penguasaan teknik dasar bermain
sepakbola.
Tidak
ada
standarisasi penguasaan teknik dasar bermain
sepakbola
akan
menyulitkan pelatih untuk Selain permasalahan tersebut, tidak semua Sekolah Sepakbola meningkatkan keterampilan teknik menerapkan standarisasi dalam dasar bermain sepakbola lebih perekrutan, sehingga masih banyak siswa yang terjaring kurang commit to userlanjut. Sehingga dalam pelatihan berpotensi dalam cabang olahraga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teknik dasar bermain sepakbola
bertanding
dibutuhkan waktu yang cukup lama.
Indonesia. Dimana nantinya juara 1
Lain halnya jika Sekolah Sepakbola
akan mewakili Indonesia di Prancis
memiliki standarisasi keterampilan
untuk bertanding dengan Negara-
teknik dasar bermain sepakbola
negara
yang harus diteskan pada siswa yang
semarang sendiri merupakan SSB
akan masuk pada Sekolah Sepakbola
langganan
yang dibinanya, sehingga akan lebih
Provinsi Jawa Tengah. Danone Cup
maksimal atau lebih cepat untuk
sendiri
meningkatkan keterampilan teknik
Sepakbola
usia
dini
yang
dasar
menyerupai
Piala
Dunia
yang
bermain
sepakbola
lebih
lanjut.
dengan
lain.
SSB
yang
SSB
Tugu
menjadi
merupakan
se
Muda wakil
turnamen
dilaksanakan satu tahun sekali yang
Tidak
adanya
standarisasi
berpusat di Negara Prancis.
keterampilan teknik dasar bermain
Dengan kondisi yang sering di
sepakbola,
sering
Juarai oleh SSB dari perkotaan ini,
(pendapat)
menimbulkan perasaan pesemis bagi
bahwa siswa SSB di perkotaan
siswa SSB pedesaan jika bertanding
kemampuannya
dengan
menyebabkan
munculnya
asumsi
lebih
baik
siswa
SSB
perkotaan.
dibandingkan dengan siswa SSB
Kondisi ini seharusnya tidak muncul
pedesaan. Asumsi ini timbul karena
atau tidak dimiliki oleh siswa SSB,
banyak turnamen antar SSB yang
jika untuk mendapatkan siswa SSB
digelar,
dengan
di perkotaan maupun di pedesaan
kemenangan SSB yang berlokasi di
memiliki standarisasi yang baik
perkotaan. Sebagai contoh turnamen
dalam merekrut atau mendapatkan
Danone Cup yang dilaksanakan
siswa.
awal tahun 2013 dikota semarang,
Untuk
dengan juara 1. SSB Tugu Muda
keterampilan teknik dasar bermain
Semarang,
3.
sepakbola, maka harus dilakukan tes
Assyabab Solo, 4. IM Purwokerto.
dan pengukuran keterampilan dasar
Keempat juara tersebut merupakan
bermain sepakbola. Menurut Nobert
SSB
Rogalski dan Ernst G. Degel yang
dan didominasi
2.
yang
perkotaan.
IM
Sragen,
terletak Dan
pada
didaerah turnamen
dikutip
mendapatkan
Soekatamsi
standarisasi
(1988)
Tes
tersebut SSB Tugu MUda Semarang
keterampilan teknik dasar bermain
Mewakili
sepakbola di antaranya: menimang-
Jawa
Tengah
commit to user
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nimang bola dengan berjalan atau
antara orang perkotaan dan pedesaan
berlari, menendang bola dengan
terdapat perbedaan yang signifikan.
kaki bagian dalam, menendang bola
Permasalahan yang dikemukakan di atas
dengan
yang melatar belakangi judul penelitian,
kura-kura
kaki
bagian
dalam, menendang bola dengan
“Studi
kura-kura kaki penuh, menyundul
Keterampilan Teknik Dasar Bermain
bola, menggiring bola, melempar
Sepakbola pada Siswa Usia 13-15 Tahun
bola dan latihan kombinasi.
antara Sekolah Sepakbola Perkotaan dan
Perbandingan
Tingkat
Pengertian daerah perkotaan sendiri
Pedesaan se-Kabupaten Sragen Tahun
merupakan suatu tempat atau daerah
2015”.
yang kehidupannya bersifat modern seperti pada kota-kota besar. Pada umumnya
masyarakat
perkotaan
mempunyai strata sosial ekonominya heterogen dan coraknya materialistis. Mata pencahariannya tidak bergantung pertanian, tetapi sebagai wiraswasta, bisnismen, pegawai, sopir dan lain-lain. Sedangkan
daerah
pedesaan sendiri
merupakan
suatu
daerah
hukum
yang
kesatuan
ditempati
sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang
terendah
dan
berhak
mengadakan pemerintahan sendiri. Pada umumnya sebagian pencaharian
penduduk besar
di
pedesaan
mempunyai
pertanian,
mata
perikanan,
peternakan, buruh, kuli dan lain-lain. Sehingga kesadaran orang tua akan bakat anak dalam bidang olahraga khususnya sepakbola, dan juga faktor ekonomi yang menunjang sarana dan prasarana anak untuk berlatih sepakbola
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Sejumlah
20
pelatih
SSB
di
perkotaan dan pedesaan tidak mau bertele-tele
membuat
program
latihan. 2. Di SSB perkotaan dan pedesaan hanya ada 4 pelatih SSB memiliki sertifikat pelatih, sedangkan yang lain belum mempunyai sertifikat pelatih. 3. SSB perkotaan dan pedesaan tidak melakukan
tes
dan
pengukuran
keterampilan teknik dasar bermain sepakbola untuk menyeleksi siswa baru. 4. Belum
adanya
standarisasi
keterampilan teknik dasar bermain sepakbola
commit to userpedesaan
SSB
perkotaan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
5. Belum
pernah
digilib.uns.ac.id
dilaksanakan
tes
keterampilan teknik dasar bermain
D. Perumusan Masalah
sepakbola siswa usia 13-15 tahun
Berdasarkan
identifikasi
SSB perkotaan maupun pedesaan
masalah, pembatasan masalah, maka
yang sesuai standar.
masalah dalam penelitian ini dapat
6. Belum
diketahui
perbedaan
keterampilan teknik dasar bermain
dirumuskan sebagai berikut: 1. Menyusun
norma
tingkat
sepakbola siswa usia 13-15 tahun
keterampilan teknik dasar bermain
antara SSB perkotaan dan pedesaan
sepakbola pada siswa usia 13-15
tahun 2015.
tahun antara Sekolah Sepakbola
7. Belum
pernah
dilaksanakan
Perkotaan
penyusunan norma penilaian teknik dasar bermain sepakbola pada siswa
dan
Pedesaan
se-
Kabupaten Sragen Tahun 2015 2. Mengetahui
bagaimana
tingkat
usia 13-15 tahun SSB se-Kabupaten
keterampilan teknik dasar bermain
Sragen tahun 2015.
sepakbola pada siswa usia 13-15 tahun antara Sekolah Sepakbola Perkotaan
C. Pembatasan Masalah Banyaknya
masalah
yang
dan
Pedesaan
se-
Kabupaten Sragen Tahun 2015
muncul dalam penelitian perlu dibatasi
3. Mengetahui mana yang lebih baik
agar tidak menyimpang dari tujuan
tingkat keterampilan teknik dasar
penelitian. Pembatasan masalah dalam
bermain sepakbola antara SSB
penelitian ini sebagai berikut:
perkotaan dan SSB pedesaan se-
1. Belum adanya tes keterampilan
Kabupaten Sragen
teknik dasar bermain sepakbola yang sesuai standar
E. Tujuan Penelitian
2. Penyusunan norma penilaian teknik dasar
bermain
sepakbola
pada
siswa usia 13-15 tahun SSB seKabupaten Sragen. 3. Belum
perumusan
masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian bertujuan: 1. Untuk menyusun norma tingkat
perbedaan
keterampilan teknik dasar bermain
keterampilan teknik dasar bermain
sepakbola pada siswa usia 13-15
sepakbola siswa usia 13-15 tahun
tahun antara Sekolah Sepakbola
antara
Perkotaan
pedesaan.
diketahui
Berdasarkan
SSB
perkotaan
dan
commit to user
dan
Pedesaan
Kabupaten Sragen Tahun 2015
se-
perpustakaan.uns.ac.id
2. Untuk
digilib.uns.ac.id
mengetahui
bagaimana
cukup populer dan memasyarakat.
tingkat keterampilan teknik dasar
Permainan
bermain sepakbola pada siswa usia
daya tarik yang berbeda dengan
13-15
cabang olahraga permainan lainnya.
tahun
antara
Sekolah
sepakbola
mempunyai
Sepakbola Perkotaan dan Pedesaan
Tarigan
se-Kabupaten Sragen Tahun 2015
“Daya tarik permainan sepakbola
(2001:
2)
menyatakan,
3. Untuk mengetahui mana yang lebih
adalah keterampilan memperagakan
baik tingkat keterampilan teknik
kemampuan dalam mengolah bola,
dasar bermain sepakbolanya antara
penampilan usaha yang sungguh-
SSB perkotaan dan SSB pedesaan
sungguh penuh perjuangan, gerakan
se-Kabupaten Sragen.
yang
dinamis,
F. Manfaat Penelitian
kejutan-kejutan
Penelitian ini dilakukan dengan
membuat
disertai
dengan
taktik,
yang
penonton
kagum
harapan dapat memberikan manfaat
melihatnya”.
sebagai berikut:
dikemukakan Luxbacher (1997: 1)
1. Dapat dijadikan sebagai informasi
bahwa:
untuk menambah wawasan bagi pembina
dan
pelatih
pentingnya
SSB
mengetahui
keterampilan teknik dasar bermain sepakbola siswanya untuk dijadikan bahan
evaluasi
dalam
pelatihan
teknik dasar bermain sepakbola 2.
Dapat digunakan sebagai standarisasi keterampilan teknik dasar bermain sepakbola dalam merekrut siswa baru. II.
A.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
1. Permainan Sepakbola a. Daya Tarik Permainan Sepakbola Sepakbola
merupakan
commit to user cabang olahraga permainan yang
Hal
senada
Sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental. Seorang pemain sepakbola harus melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan. Seorang pemain sepakabola harus mampu berlari beberapa mil dalam satu pertandingan, dan kecepatannya hampir menyamai kecepatan sprinter dan juga menanggapi berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat dan harus memahami taktik permainan individu, kelompok dan beregu. Kemampuan untuk memenuhi semua tantangan ini menentukan penampilan di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan dua pendapat
menuju kepada permainan sepakbola
tersebut menunjukkan bahwa, daya
yang baik atau bermutu”. Sedangkan
tarik permainan sepabola terletak
Scheunnemann
pada keterampilan seorang pemain
menyatakan, “Layaknya membangun
sepakbola
sebuah rumah, semua bagian teknik
dalam
teknik dasar
memperagakan
bermain
sepakbola,
bermain
(2005:
sepakbola
33)
hendaknya
kemampuan fisik yang prima, mental
diperhatikan dan diberikan porsi
bertanding
latihan yang banyak”.
yang
baik
serta
kemampuan memperagakan taktik dan
strategi
kesemuanya bermain
permainan
yang
tersebut dapat disimpulkan bahwa,
dalam
menguasai teknik dasar bermain
Kemampuan
sepakbola merupakan dasar yang
dilakukan
sepakbola.
Berdasarkan dua pendapat
seorang pemain sepakbola dalam
harus
menguasai teknik dasar bermain
sepakbola.
sepakbola,
kemampuan
akan berkualitas, jika para pemainnya
fisik yang prima, memiliki mental
menguasai teknik dasar bermain
bertanding
sepakbola. Untuk menguasai teknik
memiliki yang
baik
akan
dimiliki
setiap
Permainan
pemain sepakbola
mempengaruhi penampilannya dalam
dasar
bermain sepakbola.
dilakukan latihan secara sistematis
bermain
sepakbola
harus
b. Teknik Dasar Permainan
dan kontinyu. Menurut Kemendiknas
Sepakbola
(2010: 107) bahwa:
Teknik dasar dalam permainan sepakbola terdiri atas: olahraga permainan yang didalam 1) Teknik badan: a) Teknik lari pelaksanaan permainannya b) Teknik melompat dibutuhkan keterampilan teknik dasar c) Gerak tipu badan d) Sikap pertahanan bermain sepakbola. Seorang pemain 2) Teknik dengan bola: sepakbola akan memiliki a) Kicking (menendang bola) keterampilan teknik dasar bermain b) Menyundul bola sepakbola, jika menguasai teknik (heading) c) Checking dan traping dasar bermain sepakbola. (menerima dan Kemendiknas (2010: 107) menahan bola) d) Dribbling (menggiring menyatakan, “Penguasaan teknik bola) dasar sepakbola yang baik e) Tricking ones oppenet commit to user (gerak tipu dengan bola) merupakan modal yang sangat besar Sepakbola
merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f) Tackling (merebut bola) g) Throw in (lemparan ke dalam) h) Goal keeping (teknik khusus penjaga gawang). 2. Sekolah Sepakbola (SSB) a.
Sekolah
Sepakbola
yang
Berkualitas Sekolah sepakbola dewasa ini menjamur di mana-mana. Hampir di
setiap
daerah
ada
sekolah
sepakbola. Namun demikian tidak semua sekolah sepakbola memiliki standar yang ideal. Menurut Mantan Direktur Teknik Timnas Indonesia, Sutan
Harhara
dalam
Liga
Pendidikan Sepakbola (2011) (12 Juli 2012) dijelaskan bahwa: Kiat-kiat untuk mengukur kualitas sebuah SSB dan berikut 5 tips memilih SSB yang berkualitas: 1) SSB harus mempunyai manajemen organisasi yang baik SSB tak ubahnya sekolah reguler yang tetap membutuhkan orang-orang yang paham dengan pengembangan pendidikan anak dan pengelolaan sebuah organisasi. SSB yang berkualitas biasanya memiliki struktur manajemen yang baik. Misalnya mereka memiliki kepala sekolah, head coach, asisten pelatih di berbagai level usia, bendahara, fisioterapis, sekretaris atau commit to user bahkan public relation.
2) SSB harus mempunyai lapangan dan peralatan memadai Lapangan sangat vital bagi sebuah SSB. SSB seharusnya mempunyai lapangan dengan ukuran standar FIFA plus kualitas rumput yang memadai. Sementara fasilitas lain seperti ruang ganti pemain, lampu stadion, atau fitness centre bisa menjadi pertimbangan sekunder. Selain lapangan, kelengkapan peralatan juga sangat menentukan. SSB yang berkualitas akan menyediakan semua. Mulai dari perlengkapan latihan hingga pertandingan resmi, seperti: cone, ketersediaan bola, kostum latihan, dan kostum pertandingan dalam jumlah memadai sangat penting. 3) SSB harus mempunyai pelatih bersertifikat Untuk menjadi pelatih SSB tidak mudah. Seorang pelatih SSB minimal harus memiliki lisensi C Nasional. Sehingga dia akan sangat paham dengan Youth Development. Dia akan tahu persis kapan harus latihan, game, atau pembentukan karakter. 4) SSB harus mempunyai program latihan terukur SSB yang berkualitas akan memiliki program latihan yang terukur. Acuannya pada ketentuan yang ada di Youth Misalnya, Development. untuk U-10 yang identik dengan fun game, beberapa SSB ada yang sudah mewajibkan pemainnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menguasai minimal tiga dari tujuh dasar bermain bola. Hal ini harus dilakukan karena akan sangat membantu proses kenaikan ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya ketika masuk level U-14 atau U-15 yang sudah dihadapkan pada situation game atau pertandingan yang sesungguhnya. Untuk memudahkan penerapan program itu, SSB yang berkualitas biasanya akan menyertakan dua pelatih di tiap kategori usia. 5) SSB harus aktif berkompetisi dan berprestasi Menurut ketentuan FIFA, SSB sebaiknya melakoni 600 jam pertandingan pertahunnya. Ini artinya, rata-rata setiap pekan bermain di dua laga resmi. Beberapa SSB besar di Jakarta, Medan, dan Surabaya sadar soal itu. Mereka pun rutin ikut kompetisi reguler di bawah PSSI, beberapa SSB menyiasatinya dengan mengadakan turnamen sendiri. Tak masalah jika hanya diikuti kurang dari 15 SSB. b. SSB Perkotaan dan SSB Pedesaan Sekolah
sepakbola
telah
Pada
awalnya
sekolah
sepakbola muncul dan berkembang di kota-kota besar, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Maraknya sekolah sepakbola di kota-kota besar, hingga akhirnya
berkembang
pula
di
perkotaan dan pedesaan. Berkaitan dengan perkotaan Bintarto (1983: 36) menyatakan,
“Istilah
kota
dan
perkotaan ada dua pengertian yaitu, kota untuk city dan daerah perkotaan untuk urban”. Istilah city identik dengan kota, sedangkan urban berupa suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan
dan
penghidupan
modern”. Berdasarkan
pendapat
tersebut menunjukkan bahwa, daerah perkotaan merupakan suatu tempat atau
daerah
yang
kehidupannya
bersifat modern seperti pada kotakota
besar.
Pada
umumnya
masyarakat perkotaan mempunyai strata sosial ekonominya heterogen dan coraknya materialistis. Mata
berkembang dimana-mana baik di
pencahariannya
kota maupun di desa. Hal ini
pertanian, tetapi sebagai wiraswasta,
menunjukkan
bisnismen, pegawai, sopir dan lain-
bahwa,
sepakbola
cukup memasyarakat dan sekolah
tidak
bergantung
lain.
sepakbola merupakan upaya untuk
Berdasarkan karateristik masyarakat
mencetak pemain-pemain sepakbola
perkotaan tersebut, tentunya akan
yang profesional dan berprestasi.
berpengaruh terhadap keberadaan SSB
commit to user
yang ada di perkotaan. Hal ini seperti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang terjadi pada sekolah sepakbola di
dan pengukuran adalah sesuatu
kota Sragen. Para wali siswa sangat
yang
mendukung perkembangan sekolah
Berkaitan dengan tes Lutan (1993:
sepakbola di Surakarta. Hal ini dapat
3) menyatakan, “Tes adalah alat
dibuktikan dengan adanya paguyuban
untuk mengumpulkan informasi”.
wali sekolah sepakbola, seperti di
Menurut Lutan & Suherman (2000:
sekolah Indonesia Muda dan SSB KFC
21) bahwa, “Tes adalah sebuah
Karangmalang
instrumen
3.Tes Pengukuran dan Evaluasi
memperoleh
a. Pengertian dan Hubungan antara
seseorang atau objek”. Hal senada
Tes, Pengukuran dan Evaluasi
dikemukakan Ismaryati (2006: 1)
Tes,
pengukuran
dan
tidak
alat
yang
memperoleh
namun
saling
berhubungan. Ismaryati (2006: 2)
yang
dipisahkan.
dipakai
informasi
untuk tentang
bahwa, “Tes adalah instrumen atau
evaluasi merupakan tiga istilah berbeda
dapat
yang
digunakan informasi
untuk tentang
individu atau objek”.
menggambarkan hubungan antara tes,
pengukuran
dan
evaluasi
Validitas
sebagai berikut:
Validitas menunjukkan kesesuaian
Evaluasi
tes derajat
antara
tes
dan
atribut yang diukur. Validitas menggambarkan keampuan tes
Pengukuran
dalam mengukur apa yang
Tes
diukur.
Menurut
Mulyono
Biyakto Atmojo (1997: 17) validitas Gambar 2.8 Hubungan antara Tes, Pengukuran dan Evaluasi
tes
dapat
didefinisikan “sebagai suatu ukuran yang benar ditinjau dari sudut tujuan dan memenuhi
(Ismaryati, 2006: 2)
secara memuaskan kriteria dari gambar
pembuata atau konstruksi tes”.
tersebut menunjukkan bahwa, tes
Berdasarkan pedapat
Berdasarkan adalah
bagian
integral
dari
commit to user
pengukuran. Dengan demikian tes
tersebut
bahwa
untuk
melakukan evaluasi kesegaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jasmani, maka alat evaluasi
sepakbola
yang digunakan harus benar-
kelompok
benar memuat unsur yang
tahun
ditujukan
Rogalski
untuk
mengukur
untuk umur dari &
13-15 Norbert
Ernst
G.
kesegaran jasmani. Alat ukur
Degel
dapat dikatakan valid apabila
Soekatamsi (1988: 253-
alat ukur tersebut mengukur
269) dalam penelitian ini
objek dengan tepat dan sesuai
adalah:
dengan gejala yang diukurnya.
dikutip
pertimbangan logis atau
N
Komponen teknik dasar bermain sepakbola dan item test yang digunakan dalam penelitian Kompon Jenis
profesiaonal. Prosedur ini
o
en
(Item)
Teknik
tes
a. Validitas
Isi
Tabel
yang
atau
Validitas Logis Salah satu cara untuk menilai validitas sebuah tes yaitu dengan
biasanya
digunakan
sebagai
langkah
awal
untuk menilai suatu tes,
2.1
Dasar Perkenal
Tes
an
meniman
mengandung butir yang
terhadap
g-
dinilai
bola
nimang
Bila
sebuah
tes
logis
mengukur
1
untuk
atribut
yang
bola
diukur (misalnya untuk
(juggling
mengukur keterampilan),
)
maka
tes
itu
disebut
2
Menenda
memiliki validitas logis
ng
atau validitas isi.
(Passing)
bola menenda
Komponen teknik sepakbola
Menenda
yang
digunakan
ng
keterampilan
tes
bermain
bola
n
permainan
commit to user
ng
kesasara
dasar dan item test dalam
berdasarkan
Tes
Tes
bola menenda
(Shootin
ng
bola
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan
diukur.
kura-
pengukuran dapat dikatakan
kura kaki
handal
penuh
mempunyai
Menggiri
Tes
konsisten
ng bola
menggiri
memiliki hasil yang relatif
ng bola
sama
meskipun
Menyund
Tes
secara
berulang-ulang.
ul bola
menyund
yang reliabel maksudnya tes
ul bola
yang
Melempa
Tes
ukuran secara ajeg dan tepat
r bola
melempa
sesuai dengan gejala yang
r bola
hedak diukur.
g)
3
4
5
Suatu dan
tes
dan
reliabel
jika
hasil
yang
yang
dapat
artinya dilakukan Tes
menghasilkan
3) Objektivitas 2) Reliabilitas Reliabilitas suatu tes menunjukkan derajat keajegan hasil
yang
beberapa
diperoleh kali
dari
pengetesan
terhadap subyek yang sama, alat ukur yang sama dan prosedur yang sama. Menurut Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:
239)
“suatu
tes
dikatakan reliable jika tes itu menghasilkan skor yang stabil jika
dalam
beberapa
kali
(minimal 2 kali) dalam waktu yang berbeda terhadap orang yang sama dan prosedur yang sama
pula”.
Reliabilitas
merupakan konsistensi dimana sebuah tes mengukur apa yang sudah
direncanakan
commit to user
untuk
Objektivitas merupakan salah satu syarat tes
yang
sangat
penting.
Pengertian objektivitas hampir sama
dengan
Perbedaannya
reliabilitas. keobjektivan
menunjukkan kesamaan hasil yang diberikan oleh dua orang atau lebih pengetes terhadap objek
yang
sama.
dikemukakan
Seperti Mulyono
Biyakto Atmojo (1997: 33) bahwa “sebuah tes dikatakan objektif, bilamana dua orang pengetes atau lebih meilai yang sama dan bebas dri faktor subjektif
dalam
penilaiannya”.
sistem Sedangkan
menurut Toho Cholik dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rusli Lutan (2001: 239) bahwa
kemampuan.
“suatu tes dikatakan obyektif
Mulyono
jika tes itu dapat menghasilkan
(1997: 36) bahwa “tes yang
skor
baik
yang
serupa
atau
Menurut
Biyakto
harus
Atmojo
membedakan
mendekati satu sama lain dari
kemampuan
hasil penilaian secara sendiri-
dengan tingkat keterampilan
sendiri, sekurangnya ada dua”.
dan kepandaian mereka”.
Selanjutnya Mulyono
siswa
sesuai
Pengajar
perlu
Biyakto Atmojo (1997: 34)
memilih tes yang tidak cukup
untuk diperoleh objektivitas
sulit
yang
mudah bagi siswanya karena
tinggi
di
dalam
ataupun
pengukuran, perlu diusahakan
dengan
hal-hal berikut ini :
kemampuan
a)
b)
c)
d)
e)
Petunjuk atau prosedur pengkuran harus dirumuskan dengan kata-kata yang tepat dan terinci. Prosedur pengukuran diusahakan agar mudah dikerjaka oleh pengetes dan yang di tes. Bila dimungkinkan, dalam pengukuran perlu digunakan alat ukur mekanis. Pengetes yang berpengalaman perlu dipilih agar terjamin hasil pengukurannya. Pengetes harus memelihara sikap ilmiah selama pengukuran.
Diskriminitas untuk
tes
kemampuan
membedakan
tes
tingkat
kemampuan siswa. Penilaian siswa dalam evaluasi jelas membedakan
itu
cukup
memiliki untuk
membedakan antara mereka yang
berkemampuan
jelek,
cukup, baik dan baik sekali. 5) Praktikabilitas Alat evaluasi yang digunakan praktis
harus
dalam
bersifat
arti
mudah
dilakukan. Menurut Mulyono Biyakto Atmojo (1997: 37) bahwa bersifat
“pertimbangan praktis
mempengaruhi
yang
dan
dapat
tes
perlu
dipertimbangkan
pula,
pertimbangan-pertimbangan
4) Diskriminitas merupakan
cara
tidak
antar
commit to user
tingkat
tersebut meliputi : waktu dan biaya, pengadministrasian kemudahan
kemudahan dan dalam
penginterpretasian”. Alat yang digunakan harus merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
tes
digilib.uns.ac.id
yang
dapat
dilakukan
teknik dasar sepak bola U-15 di SSB Se
dengan mudah serta dilakukan
Kabupaten Pacitan 2011 dalam kategori
dengan biaya dan waktu yang
sedang yaitu dengan rata-rata total score
bisa dijangkau.
senilai 389,49. Rincian norma dari 113 anak
4. Penelitian yang relevan
anak
yang
yaitu sebesar 8% = 9 anak, kategori
KETERAMPILAN DASAR SEPAK
sedang 40% = 45 anak, cukup 49% = 55
BOLA USIA 15 PADA SEKOLAH
anak, dan kurang 3% = 4 anak.
SEPAK BOLA SE KABUPATEN
Berikut item tes yang digunakan
PACITAN TAHUN 2011. Penulis
1) Menimang – nimang bola ( juggling)
Danang Prama Dhani. ini
berikut;
memiliki kemampuan berkategori baik
1. PENYUSUNSAN NORMA
Penelitian
sebagai
menggunakan
2) Menendang bola dengan kura – kura kaki bagian dalam
metode diskriptif Normative survey. Subjek data penelitian ini adalah seluruh siswa Usia 15 (U-15) Pada Sekolah
3) Menendang bola dengan kura – kura kaki penuh
Sepak Bola (SSB) Se Kabupaten Pacitan
4) Menyundul bola
yaitu pada SSB FORZA, SSB Satria
5) Menggiring bola
Muda, SSB PUMA, SSB PS Gempur,
6) Melempar bola
SSB Tidar Jaya, yang berjumlah 113
III.
siswa yang terdiri atas 13 anak SSB FORZA, 42 anak SSB Satria Muda, 17
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian
anak SSB PS Gempur, 15 anak SSB PUMA, dan 26 anak dari SSB Tidar
Tabel
Jaya. Teknik pengumpulan data dengan
Pengambilan Data
menggunakan
pengukuran.
N
Nama
Tes
Re-
Teknik analisis data yang digunakan
o
SSB
t
Tes
dalam
tes
penelitian
reliabilitas,
dan ini
adalah
uji
menghitung
t-score
dan
3.1
Jadwal
Pelaksanaan
Tempat
t SSB
08-
10-
Stadion
Indonesi
01-
01-
Taruna
a Muda
201
201
Sragen
kemampuan teknik dasar sepak bola U-
5
5
15 di SSB Se Kabupaten Pacitan,
09-
13-
penyusunan norma. Berdasarkan
hasil
penelitian
1
2 SSB commit to user
disimpulkan bahwa norma kemampuan
Lapangan
perpustakaan.uns.ac.id
01-
01-
Karangmal
Pedesaan tahun 2015 di Kabupaten
201
201
ang
Sragen.
5
5
SSB
11-
14-
Lapangan
Sudarm
01-
01-
Gemolong
ojo
201
201
adalah
5
5
Sepakbola
SSB
12-
15-
Lapangan
tahun
Andang
01-
01-
Sumber
Dimana 2 SSB terletak di Perkotaan dan
Taruna
201
201
Lawang
11 SSB yang terletak di pedesaan.
5
5
KFC
3
4
digilib.uns.ac.id
C.Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini siswa
usia
13-15
Sekolah
dan
pedesaan
perkotaan
2015
di
Kabupaten
Sragen.
2. Sampel Cara pengambilan sampel yaitu dengan
B. Metode Penelitian Metode
penelitian
menggunakan
Purposive
Proporsional random sampling. Sampel dapat
dari SSB perkotaan yaitu siswa SSB
diartikan sebagai prosedur atau cara
Indonesia
yang ditempuh untuk mencapai tujuan
Karangmalang, sedangkan siswa SSB
penelitian.
Sesuai
pedesaan
penelitian,
metode
dengan
yaitu
dan SSB
SSB
KFC
Sudarmojo
digunakan
Gemolong Sragen dan SSB Andang
dalam penelitian ini adalah metode
Taruna Sumber Lawang. Dari masing –
normatif survey. Metode normatif survey
masing SSB tersebut kemudian diambil
tidak
40 % dari total siswa pada tiap – tiap
dijelaskan
yang
tujuan
Muda
dalam
buku-buku
penelitian yang tersirat oleh nama.
SSB tersebut secara acak.
Metode ini melibatkan norma untuk menetapkan
kemampuan,
kepercayaan,
dan
sikap
kinerja, (Research
Methods in Physical Activity, 2011: 288). Variabel penelitian yang dikaji adalah tingkat keterampilan teknik dasar bermain sepakbola siswa usia 13-15 tahun antara SSB Perkotaan dan SSB
D. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran keterampilan teknik dasar bermain sepakbola yang disusun berdasarkan validitas isi. Item tesnya terdiri dari komponen – komponen dasar teknik bermain sepakbola, yaitu : 1) Perkenalan terhadap bola, item
commit to user
tesnya adalah Tes menimang – nimang
bola
selama
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebanyak mungkin agar bola
R
tidak jatuh ketanah (juggling) 2) Menendang bola (passing), item tesnya adalah Tes menendang bola lambung/ kura – kura kaki
Keterangan : R
Koefisien Reliabilitas
bagian dalam(long pass), dan Tes menendang bola dengan kura – kura kaki penuh /
Kuadrat rata-rata diantara subyek Kuadrat
shooting 3) Menggiring item
bola
tesnya
(dribbling), adalah
1. Mencari T-Score
menggiring bola adalah Tes menyundul bola 5) Melempar bola, item tesnya adalah Tes melempar bola Petunjuk
pelaksanaan
tes
dan
pengukuran masing-masing teknik dasar bermain sepakbola terlampir.
analisis
Menurut Mulyono Biyakto Atmojo (2010: 103) langkah – langkah mencari T-Score adalah sebagai berikut : a. Mencari angka tertinggi (AT) b. Mencari angka terendah (AR) c. Mencari rentangan / Range R = AT – AR d. Mencari class interval (ki) e. Menentukan interval (i)
E. Teknik Analisis Data Teknik
dalam
subyek
Tes
4) Menyundul bola, item tesnya
rata-rata
data
i
yag
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik. Adapun analisis data adalah sebagai berikut :
f.
Mencari angka pertama (AP) AP
g. Membuat tabel kerja untuk Tscore
Uji Prasyarat Mencari Reliabilitas Tes Untuk
mengetahui
tingkat
2. Menyusun Norma Menurut Mulyono Biyakto
keajegan data hasil tes yang dilakukan
Atmojo (2010: 107) langkah – langkah
dalam
menyusun norma adalah sebagai berikut
penelitian
dilakukan
uji
reliabilitas. Menurut Mulyono Biyakto
a. Mencari angka tertinggi (AT)
Atmojo (2010: 49) rumus reliabilitas
b. Mencari angka terendah (AR)
sebagai berikut :
commit to userc. Mencari rentangan / Range
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R = AT – AR
k. Dari
perhitungan
diatas
d. Mencari class interval (ki)
kemudian disusun Norma Hasil
e. Menentukan interval (i)
Tes Uji perbedaan
i
Analisis data dalam penelitian f.
Mencari angka pertama (AP)
ini dilakukan dengan uji perbedaan dari
AP
Sutrisno Hadi (1995 : 457) sebagai
g. Membuat
tabel
kerja
untuk
berikut :
menyusun Norma Hasil Tes h. Tetapkan norma dari hasil P masing-masing. Dengan n = 102 di susun norma dengan 6 kategori, maka jaraknya :
t=
|
| ∑
Keterangan :
,
0,83
t
= Nilai uji perbedaan
Md
= Mean perbedaan dari
pasangan ∑
=
Jumlah
deviasi
kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan N
= Jumlah pasanga
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
= i.
Tetapkan persen untuk masingmasing klasifikasi
j.
|∑ |
Mencari
P
yang
Keterangan : ditentukan
dengan rumus :
D
= Perbedaan masing-
masing subjek N
commit to user
= Jumlah pasangan
perpustakaan.uns.ac.id
IV.
digilib.uns.ac.id
H HASIL PENE ELITIAN Kemudiaan
D DAN PEMBA AHASAN tinggkat
A. Hasil Analiisis Data
kemamp puan
keteraampilan
tekknik
total dasar
berrmain sepakbola pada sisw wa usia 131 Penyusun 1. nan Norma
15 tahun antara SSB perkotaaan dan SSB
Daalam Hasil daari analisis daata
Kabupaten Sraagen Tahun peddesaan Se –K
hasil tes kemampuann teknik dasar
201 15 dicocokkaan dengan hasil h norma
sepak
terssebut diatas. Hasil pencoccokan dapat
b bola
ini.
Selanjutnyya
melakukann analisis denngan menyusuun norma
klasifikassi
terllihat dalam diiagram di baw wah ini.
tingkkat
keterampilan teknik dasar sepak bola. hassil
30
pengklasiffikasian dann penyusunaan
25
norma pennilaian terhadap nilai tottal
20
tingkat keterampilan k teknik dasar
15
bermain sepak s bola paada siswa usia
10
13-15 tah hun antara SSB S perkotaaan
5
dan SSB pedesaan Se S –Kabupateen
0
dapun Ad
y dilakukaan Sragen Taahun 2015 yang dalam pennelitian ini adalah a sebaggai berikut : Tabel
≥
Interval 356
333 306
-
355 332
278 251
≤
305 277 250
4.4 Norm ma Tingkaat Keterampillan Tekniik Dasar Berrmain Sepaak Bola pada siswa usia 113 n antara SS SB – 15 tahun perkotaan dan SS SB Se pedesaan – n Srageen Kabupaten Tahun 20155. Kategori
Gaambar 4.1 Diiagram Dataa Hasil Tes Tin ngkat Keeterampilan Tek knik Dasarr Bermain Sep pak Bola pada p siswa usiaa 13 – 15 tah hun antara SSB B perkotaan n dan SSB ped desaan Se –Kabupaten – Sraagen Tahun 2015. 2
BS B C S K KS commit to
Dari haasil pencocokan antara norrma
yang
telah
dibuuat
dengan
kem mampuan tinggkat keteramppilan teknik dassar bermain sepak bola pada siswa
user usiaa 13-15 tahuun antara SSB B perkotaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan SSB pedesaan Se –Kabupaten
tahun antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan Se –Kabupaten Sragen Tahun 2015
Sragen Tahun 2015, dapat dilihat bahwa dari 52 anak ssb perkotaan, anak yang memiliki kemampuan berkategori baik sekali yaitu sebesar 2 anak, kategori baik
SSB
N
15 anak, cukup 27 anak, sedang 7 anak,
Mea
thitung
n
ttabel 5%
kurang 0 anak, kurang sekali 1 anak. Sedangkan 50 anak ssb pedesaaan, anak
Perkotaa
yang memiliki kemampuan berkategori
n
6
56,10 12,556
2,44
8
7
baik sekali yaitu sebesar 0 anak, kategori baik 0 anak, cukup 2 anak, sedang 24
Pedesaan
6
43,73
anak, kurang 18 anak, kurang sekali 6 anak. Dari hasil tersebut di atas dapat Berdasarkan
disimpulkan sebagian besar kemampuan
hasil
pengujian
dasar
perbedaan dengan analisis statistik t-test
bermain sepak bola pada siswa usia 13-
Tingkat Keterampilan Teknik Dasar
15
ialah
Bermain Sepak Bola pada siswa usia 13
berkategori cukup dan SSB pedesaan
– 15 tahun antara SSB perkotaan dan
ialah berkategori sedang.
SSB pedesaan Se –Kabupaten Sragen
2. Uji Perbedaan
Tahun 2015 diperoleh nilai sebesar
tingkat
keterampilan
tahun
SSB
teknik
perkotaan
Setelah dilakukan Tes Tingkat Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola pada siswa usia 13 – 15 tahun antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan Se –Kabupaten Sragen Tahun 2015, kemudian dilakukan uji perbedaan / t-test. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.5 Rangkuman Uji Perbedaan hasil Tes Tingkat Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola commit to pada siswa usia 13 – 15
12,5568 dan ttabel dengan N= 6, db=6 - 1 = 5 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,447. Hal ini menunjukkkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara hipotesis nol ditolak.
Berdasarkan
menunjukkan
hasil
bahwa
tersebut Tingkat
Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola pada siswa usia 13 – 15 tahun antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan Se –Kabupaten Sragen Tahun 2015 terdapat perbedaan yang signifikan. Dimana SSB perkotaan memiliki tingkat
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterampilan bermain sepakbola lebih
teknik dasar bermain sepak bola
baik di bandingkan SSB pedesaan.
pada siswa usia 13-15 tahun antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan
V.
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
dapat diketahui status kemampuan
A. Simpulan
tingkat keterampilan teknik dasar
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diungkapkan pada BAB IV, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 4. Dari
hasil
Se –Kabupaten Sragen Tahun 2015
pengambilan
bermain sepak bola sebagai berikut: a.
1) Baik
bermain
sepakbola
3) Cukup 4) Sedang
333
-
355
B
306
-
332
C
278
-
305
S
251
-
277
K
≤
250
KS
6) Kurang sekali (2%) yang berjumlah 1 anak Total siswa SSB Perkotaan berjumlah 52 anak. b.
SSB Pedesaan 1) Baik
hasil
sekali
(0%)
yang
berjumlah 0 anak 2) Baik (0%) yang berjumlah 0 anak 3) Cukup (4%) yang berjumlah 2 anak 4) Sedang
pengambilan
(48%)
yang
berjumlah 24 anak 5) Kurang
5. Dari
yang
0 anak
Tabel
BS
(13%)
5) Kurang (0%) yang berjumlah
dengan kategori sebagai berikut:
356
yang
berjumlah 7 anak
Tahun 2015, dapat disusun norma
≥
(52%)
berjumlah 27 anak
Sragen
5.1 Norma Tingkat Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola pada siswa usia 13 – 15 tahun antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan Se –Kabupaten Sragen Tahun 2015. Interval Kategori
yang
15 anak
pada
Sekolah Sepakbola Perkotaan dan se-Kabupaten
(4%)
2) Baik (29%) yang berjumlah
siswa usia 13-15 tahun antara Pedesaan
sekali
berjumlah 2 anak
data
kemampuan keterampilan teknik dasar
SSB Perkotaan
data commit to user
kemampuan tingkat keterampilan
(36%)
berjumlah 18 anak
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Kurang sekali (12%) yang berjumlah 6 anak Total siswa SSB Pedesaan berjumlah 50 anak. 6. Dari hasil pengujian perbedaan dengan
analisis
statistik
t-test
Tingkat Keterampilan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola pada siswa usia 13 – 15 tahun antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan Se – Kabupaten Sragen Tahun 2015 diperoleh nilai sebesar 12,5568 dan ttabel
sebesar
2,447.
Hal
ini
B. Implikasi Dari hasil penelitian ini dapat dibandingkan tingkat keterampilan teknik dasar bermain sepak bola pada siswa usia 13-15 tahun antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan Se – Kabupaten Sragen Tahun 2015, sesuai dengan kemampuan siswa di SSB yang bersangkutan. Berdasarkan berbandingan tingkat keterampilan teknik dasar bermain sepak bola pada siswa usia 1315 tahun antara SSB perkotaan dan SSB pedesaan Se –Kabupaten Sragen Tahun 2015, implikasinya ialah : 1. Baik SSB Perkotaan maupun SSB
menunjukkkan bahwa thitung > ttabel,
Pedesaan dapat menggunakan Tes
berdasarkan
hasil
tersebut
Keterampilan yang telah dilakukan
menunjukkan
bahwa
Tingkat
sebagai acuan atau tolak ukur untuk
Keterampilan
Teknik
Dasar
mengetahui seberapa jauh tingkat
Bermain Sepak Bola pada siswa
kemampuan teknik dasar bermain
usia 13 – 15 tahun antara SSB
sepakbola anak didiknya masing-
perkotaan dan SSB pedesaan Se –
masing.
Kabupaten Sragen Tahun 2015
2. Memberikan
penilaian
terhadap
terdapat perbedaan yang signifikan.
tingkat penguasaan teknik dasar
SSB Perkotaan memiliki rata-rata
bermain sepakbola pada siswa usia
Tingkat Keterampilan Teknik Dasar
13-15 SSB Perkotaan maupun SSB
Bermain Sepak Bola sebesar 56,10
Pedesaan Se Kabupaten Sragen
lebih besar dari pada SSB Pedesaan
Tahun 2015 yang dapat digunakan
yaitu 43,73 . Sesuai dengan data ini,
sebagai pedoman yang sesuai.
memiliki
3. Masing-masing pelatih tiap SSB
tingkat keterampilan dasar bermain
perkotaan maupun SSB pedesaan
sepakbola lebih baik dari SSB
dapat
pedesaan.
kemampuan anak didiknya sehingga
maka
SSB
perkotaan
mengatahui
tingkat
dapat membantu dalam membuat suatu keputusan atau teknik yang
commit to userakan ditingkatkan yang nantinya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dipergunakan untuk persiapan menghadapi suatu kompetisi. 4. Norma
penilaian
teknik
dasar
bermain sepak bola pada SSB perkotaan dan SSB pedesaan siswa usia 13-15 Tahun Sekolah Sepak Bola Se Kabupaten Sragen Tahun 2015 yang telah dibuat dapat dipakai sebagai acuan terhadap pelatih SSB Se
Kabupaten
meningkatkan
Sragen
untuk
keterampilan
anak
didiknya.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat peneliti berikan antara lain : 1. Teknik dasar dalam permainan dasar sepak bola pada dasarnya dapat dimiliki serta dikuasai pemain baik dari pedesaan maupun perkotaan secara maksimal melalui latihan – latihan
yang
diprogram
dan
direncanakan dengan baik serta didukung dengan pertandingan – pertandingan yang terencana. Dalam
5. Perbandingan keterampilan teknik dasar bermain sepak bola pada SSB perkotaan dan SSB pedesaan siswa usia 13-15 Tahun Sekolah Sepak Bola Se Kabupaten Sragen Tahun 2015 yang telah dibuat dapat dipakai sebagai
pembelajaran
perbandingan
bagi
dan
pelatih
SSB
pedesaan, mengenai anak didiknya dibanding dengan anak didik di SSB perkotaan. dasar bermain sepak bola pada SSB perkotaan dan SSB pedesaan siswa usia 13-15 Tahun Sekolah Sepak Bola Se Kabupaten Sragen Tahun 2015 yang telah dibuat dapat dipakai SSB
meningkatkan
memeberikan latihan keterampilan dasar
agar
pedesaan
untuk
kekurangan
keterampilan pada anak didiknya, agar dapat bersaing dengan SSB perkotaan pada suatu kompetisi.
dapat
lebih
mudah
dipahami dan dikuasai oleh pemain, maka pemberian latihan ini harus diberikan sejak usia dini. 2. Dalam melaksanakan latihan para pemain
hendaknya
tidak
prinsip
–prinsip
meninggalkan latihan
diantaranya
penambahan
beban,
pengulangan,
meningkat,
disesuaikan
6. Perbandingan keterampilan teknik
pelatih
C. Saran
kondisi
dengan
fisik
umur
dan
dan
hendaknya
memiliki target. 3. Untuk peneliti selanjutnya hasil penelitianini sebagai
dapat
bahan
acuan
digunakan terutama
penelitian yang berkaitan dengan perbandingan teknik dasar bermain sepak bola. 4. Tes yang sudah dilakukan dapat
commit to userdigunakan
untuk
memilih
atau
perpustakaan.uns.ac.id
menyeleksi pemain sebelum masuk SSB. DAFTAR PUSTAKA A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno, Imam Sadikun, 1992, Permainan Bola Besar. Jakarta: Depdikbud. Dirjen dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Adisasmita Yusuf & Syarifuddin Aip. (1996). Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pendidikan Tingkat Akademik. Bertha, Nyoman. 1982. Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta: GHALIA INDONESIA. Bintarto. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Bolasharing. (2008). http://bolasharing.blogspot.co m/2008/07/teknik-menimangbola/ 04 April 2013 Bompa, T.O & G. Gregory Haff. 2009. Periodization Theory And Methodology Of Training – Fifth Edition. United State: Libfrary of Congress Cataloging-in-Publication Data. Clive, Gifford. (2007). Keterampilan Sepak Bola. Klaten: PT Intan Sejati.
digilib.uns.ac.id
FKIP UNS. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press Garret. H.E. (1958). Statistics In Psycology and Education. New York: Longuans Green and CO. Harvey Gill. (2003). Teknik Mengontrol Bola. Alih Bahasa. Tim GMS. Jakarta: PT. Gapuramitra Sejati. Handajaningrat S., & Hindratmo R.. (1983). Landasan dan Pedoman Kerja Administrasi Pemerintah Daerah, Kota dan Desa. Jakarta: CV. Haji Masagung. Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Materi PLPG Pendalaman Materi Bidang Studi Penjaskes. Surakarta: Kementerian Pendidikan Nasional UMS. Ismaryati. (2006). Pengukuran dan Evaluasi. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT UNS Press. Johnson L Barry. dan Nelson K Jack. (1987). Practical Measurement for Evaluation Pysical Education. Minesota USA: Publishing Company. Luxbacher, J.A. (1997). Sepakbola Langkah-Langkah Menuju Sukses. Alih Bahasa. Agusta Wibawa. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
KONI. (1985). Tes dan Pengukuran Kepelatihan. Jakarta: Pusat Depdikbud RI. 1993. Kamus Besar Pendidikan dan Penataran. Bahas Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Lutan Rusli. 1993. Tes dan Pengukuran Echols, John M dan Hasan Shadily. dalam Olahraga Bahan 2003. Kamus InggrisPenataran Pelatih Tingkat Dasar. Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utamacommit to user Cibubu: Kantor menteri Negara Pemuda dan Olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lutan Rusli & Suherman Adang. 2000. Pengukuran dan Eavluasi Penjaskes. Jakarkta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III. Mielke Danny. 2007. Dasar-Dasat Sepakbola. Alih Bahasa. Eko Wahyu Setiawan. Bandung: Pakar Raya. Muchtar Remmy. 1992. Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Mulyono, B. (1997). Tes dan Pengukuran Dalam Olahraga. Surakarta: UNS Press. 2010. Tes dan pengukuran pendidikan jasmani/olahraga. Surakarta : UNS Press Resa Adnan. (2011). http://resaadnan.blogspot.com/20 11/04/tata-cara-permainansepakbola.html Scheunemann Timo. 2005. Dasar Sepakbola Modern. Alih Bahasa. Marcel Lombe dan J. Chrys Wardjoko. Malang: DIOMA. Sneyers Joseph. 1990. Sepakbola Remaja Petunjuk dan Latihan Bagi Kesebelasan Remaja. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra. Soekatamsi. 1988. Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Surakarta: Tiga Serangkai. 2000. Teori dan Praktek Sepakbola I. Surakarta: UNS Press.
Strand. B.N. & Wilson Rolayne. (1993). Assesing Sprot Skill. USA. Human Kinetics Publisher. Sudjarwo, 1995. Ilmu Kepelatihan. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto. 1999. Belajar Gerak 1. Surakarta : UNS Press 1994. Penelitian Pendidikan. Surakarta: Depdikbud Suhendro, A. (1999). Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan Beltasar. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Basket. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga. Thomas, J.R., Nelson, J.k., & Silverman, S.J. 2011. Research Methods in Physical Activity – Fourth Edition. United State: Libfrary of Congress Cataloging-inPublication Data. Verducci Frank, M. 1980. Measurement Concepts In Physical Education. New York : The C.V. Mossby Company. Wahjoedi. 1999. Pendekatan Pembelajaran Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.
commit to user