perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PELAKS SANAAN PE EMBELAJA ARAN KIM MIA PADA PROGRAM M RINTISA AN SEKOLAH BE ERTARAF INTERNA ASIONAL D DI SMA NEG GERI 1 KARANGA ANYAR KE ELAS XI IP PA 3 SEME ESTER GEN NAP PADA POK KOK BAHA ASAN KOL LOID TAHUN N AJARAN N 2010/2011
SI SKRIPS
Oleh: J JOKO SUS SILO K330703 32
FAKULT TAS KEGU URUAN DAN ILMU PE ENDIDIKA AN UNIVERS SITAS SEBE ELAS MAR RET SURAKAR RTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR KELAS XI IPA 3 SEMESTER GENAP PADA POKOK BAHASAN KOLOID TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh: JOKO SUSILO K3307032
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc. NIP. 19800310 200501 2 003
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Pada hari : Senin Tanggal
: 30 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Haryono, M.Pd
.........................
NIP. 19520423 197603 1 001 Sekretaris
: Endang Susilowati, S.Si.,M.Si
.........................
NIP. 19700117 200003 2 001 Anggota I
: Dr. M. Masykuri, M.Si
.........................
NIP. 19681124 199403 1 001 Anggota II
: Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc NIP. 19800310 200501 2 003
Disahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
commit to user iv
.........................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Joko Susilo
NIM
: K3307032
Jurusan/Program Studi
: PMIPA/Pendidikan Kimia
menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar Kelas XI IPA 3 Semester Genap pada Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran 2010/2011” adalah benar-benar karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Juli 2012
Joko Susilo
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Joko Susilo. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR KELAS XI IPA 3 SEMESTER II PADA POKOK BAHASAN KOLOID TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli. 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar, (2) mengetahui hambatan yang dihadapi serta usaha guru untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar dan (3) mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar. Penelitian ini menggunakan model penelitian Context, Input, Product and Process (CIPP). Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3, Guru Kimia kelas XI IPA dan Penanggung Jawab Program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar. Teknik pengambilan sampling menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Validasi data menggunakan triangulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Teknik analisis data dibedakan menjadi 2 yaitu analisis data untuk menghasilkan kesimpulan dari data empiris dan analisis data untuk rekomendasi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar meliputi 3 aspek, yaitu perencanaan, proses dan penilaian hasil belajar. Dalam perencanaan guru telah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan cukup baik dan memiliki persiapan mengajar yang baik. Dalam proses pembelajaran, penggunaan metode dan gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar sudah cukup baik. Namun untuk penggunaan Bahasa Inggris di dalam kelas guru belum melakukannya dengan baik. Penilaian hasil belajar yang diakukan oleh guru sudah cukup baik. (2) Kendala yang dihadapi adalah kesulitan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa, belum mahirnya guru dalam menggunakan media pembelajaran, belum termanfaatkannya fasilitas laboratorium, dan kesulitan mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor serta guru dan siswa kesulitan menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi dalam proses pembelajaran. Sedangkan usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan. Usaha yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif dan disesuaikan dengan karakteristik siswa, menggunakan bilingual dalam proses pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar yang ada disekolah lebih optimal dan memberikan tugas yang lebih kepada siswa (3) Dari 34 siswa di kelas XI IPA 3 sebanyak 58,82% siswa tuntas dalam pembelajaran kimia koloid.
Kata kunci: Pembelajaran Kimia, Program RSBI, model CIPP
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Joko Susilo. IMPLEMENTATION OF CHEMISTRY LEARNING IN RSBI PROGRAM AT CLASS XI IPA 3 OF SMA NEGERI 1 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/2011 ON COLLOIDS MATERIAL. Minor Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July. 2012. The aims of this research are to (1) know implementation of chemistry learning on RSBI Program in SMA Negeri 1 Karanganyar, (2) determine the constraints faced in implementation of chemistry learning and know the efforts undertaken by chemistry teacher in developing methods for learning and (3) know the level of achievement of chemistry learning in RSBI program of SMA Negeri 1 Karanganyar. This research used Context, Input, Product, Process (CIPP) model and used mixed approach method between qualitative approach and quantitative approach. The samples of this research are Class XI IPA 3, chemistry teacher and vice headmaster for RSBI program of SMA Negeri 1 Karanganyar. Determination of sample was done by purposive sampling. Data collection techniques used observations, interviews, questionnaires and documentations. Data validation used triangulation of data which was collected by similar data from many different data sources. The data analysis technique was divided by 2, data analysis to generate empirical data and data analysis to conclude for recommendation. From the research we could conclude that (1) implementation of chemistry learning on RSBI program in SMA Negeri 1 Karanganyar consists of three aspects, they are planning, learning process and evaluating. In the planning, the chemistry teacher have made annual program, semester program, syllabus and lesson plan. In the learning process, the chemistry teacher did not use various methods and did not use learning media yet. Learning evaluation only focus on the cognitive test and remedial test, (2) the constraints on learning process are the difficulty of chemistry teacher to determine proper learning method which suits with student characteristics, the teacher was not fully-skilled using learning media, the teacher and the student were difficult to use english in communication, the usage of laboratory facilities was none and the difficulty of chemistry teacher to evaluate affective and psychomotor aspect. The effort had been done by chemistry teacher are maximize using of varied learning method especially conventional plus method to address diversity of student’s characteristic, create learning atmosphere more enjoyable and (3) among 34 students in the class of XI IPA 3, about 58,82% students were passed the minimal criteria for the accomplishment.
Keywords: Chemistry Learning, RSBI Program, CIPP Model
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO ’’Dalam hidup ini yang penting adalah untuk menjadi sukses, tetapi kesuksesan abadi adalah apabila hidup kita dapat berguna dan berarti bagi orang lain yang membutuhkannya’’ (Albert Einstein)
“Jenius adalah 1% Inspirasi dan 99% Keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras“ (Thomas Alfa Edison)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk: • Bapak dan Ibu tercinta • Dosen Pembimbing • Teman-teman Boimers (Amel, Otit, Eka, Hanif sama mbak Dyah) • Teman-teman kimia angkatan 2007 (Generasi 007) • Almamater
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ’’Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar Kelas XI IPA 3 Semester Genap pada Pokok Bahasa Koloid Tahun Ajaran 2010/2011“. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana (S1) di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penelitian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang timbul dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih ini penulis haturkan setulusnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini. 2. Drs. Sukarmin, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini. 4. Bapak Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. JS. Sukardjo, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas waktu bimbingan, nasehat, dan ilmunya bagi penulis selama ini.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak Drs. Sobirin M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 8. Ibu Dra. Sri Widayati, M.M., selaku guru bidang Studi Kimia SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan selama melakukan penelitian. 9. Para siswa SMA Negeri I Karanganyar terutama kelas XI IPA 3 atas kerja sama kalian. 10. Teman – teman Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2007 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Demikian skripsi ini disusun dan penulis sadar masih banyak kekurangan didalamnya. Demi sempurnanya suatu pembelajaran, maka segala keterbatasan dan kekurangan tersebut perlu senantiasa diperbaiki, oleh karenanya saran, ide, dan kritik yang membangun dari semua pihak tetap penulis harapkan. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan memberikan sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK.............................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
ix
KATA PENGANTAR ................................................................................
x
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
4
C. Batasan Masalah ......................................................................
4
D. Rumusan Masalah ...................................................................
5
E. Tujuan Penelitian .....................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................
6
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka .....................................................................
7
1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ..........................
7
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ............................
14
3. Pembelajaran Kimia .........................................................
20
4. Penelitian Evaluatif ..........................................................
26
5. Evaluasi Model CIPP .......................................................
29
6. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar ..............
31
7. Kimia Koloid ....................................................................
34
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman B. Kerangka Berpikir ...................................................................
48
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
52
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................
52
B. Rancangan Penelitian ..............................................................
52
1. Model Penelitian .................................................................
52
2. Tahapan Penelitian ..............................................................
53
C. Sumber Data ............................................................................
53
D. Teknik Sampling .....................................................................
54
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
54
F. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................
55
G. Validitas Data ..........................................................................
56
H. Teknik Analisa Data ................................................................
57
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................
58
A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................
58
1. Kondisi Awal ................................................................
58
2. Hasil Wawancara ..........................................................
60
3. Hasil Observasi .............................................................
63
4. Hasil Angket .................................................................
65
5. Hasil Dokumentasi Tentang Perangkat Pembelajaran
66
B. Pembahasan .............................................................................
66
1. Kondisi Awal .................................................................
66
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program RSBI
67
3. Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Pada Program RSBI ................................................................
72
4. Usaha Dalam Mengembangkan Pembelajaran Kimia Pada Program RSBI ........................................................
75
C. Analisis Rekomendasi .............................................................
76
1. Rekomendasi Untuk Sekolah ..........................................
78
2. Rekomendasi Untuk Guru Kimia ....................................
79
D. Tabel Matrikulasi CIPP Model ...............................................
80
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .....................................
83
A. Kesimpulan ............................................................................
83
B. Rekomendasi ..........................................................................
84
1. Rekomendasi Untuk Sekolah ...........................................
84
2. Rekomendasi Untuk Guru Kimia .....................................
84
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
86
LAMPIRAN ................................................................................................
89
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan Harian Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran 2009/2010....................................................................................
3
Tabel 2.1 Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi ...................................
34
Tabel 2.2 Jenis-Jenis Koloid .......................................................................
35
Tabel 2.3 Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Liofob .............................
43
Table 4.1 Distribusi Kualitas Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar ..............
59
Tabel 4.2 Distribusi Minat Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar..................
59
Tabel 4.3 Persentase Penilaian RPP Guru...................................................
60
Tabel 4.4 Data Hasil Wawancara I .............................................................
60
Tabel 4.5 Data Hasil Wawancara II ............................................................
62
Tabel 4.6 Persentase Aktivitas Guru ...........................................................
64
Tabel 4.7 Persentase Aktivitas Siswa..........................................................
64
Tabel 4.8 Persentase Tentang Proses Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar.............................................................................
65
Tabel 4.9 Matriks CIPP Model Proses Pembelajaran Kimia pada Program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar .........................................
commit to user xv
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2. 1 Pengkatagorian Sekolah di Indonesia ...................................
9
Gambar 2. 2 Buih Padat dari Bahan Stirofoam digunakan untuk tempat Minum Sekali Pakai ..............................................................
35
Gambar 2.3 Efek Tyndall .........................................................................
37
Gambar 2.4 Sel Elektroforesis Sederhana..................................................
38
Gambar 2.5 Adsorpsi ion-ion .....................................................................
39
Gambar 2.6 Antar Partikel koloid terdapat gaya tolak menolak listrik Karena Bermuatan Sejenis .....................................................
40
Gambar 2.7 Koagulasi Koloid ...................................................................
40
Gambar 2.8 Pengendap Cottrel ..................................................................
41
Gambar 2.9 Dialisis....................................................................................
42
Gambar 2.10 Diagram Suatu Dialisis Darah ...............................................
42
Gambar 2.11 Contoh Koloid Hidrofob dan Hidrofil ...................................
43
Gambar 2.12 Dua Cara Pembuatan Koloid, Koloid Dispersi, Kondesasi...
44
Gambar 2.13 Pembuatan Sol Logam dengan Busur Bredig .......................
45
Gambar 2.15 Larutan Sabun merupakan Koloid Asosiasi ..........................
47
Gambar 2.16 Skema Cara Kerja Detergen ..................................................
48
Gambar 2.17 Bagan/ Skema Kerangka Berpikir .........................................
51
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Pedoman Observasi guru Mengajajar, Observasi Siswa, Observasi Sarana dan Prasarana............................................
89
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru Kimia dan Penanggungjawab RSBI ......................................................................................
99
Lampiran 3. Silabus, Program Tahunan, Program Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .........................................
103
Lampiran 4. Angket Minat Siswa dan Angket Proses Pembelajaran........
120
Lampiran 5. Analisis Kondisi Awal Siswa ...............................................
130
Lampiran 6. Analisis Angket Minat Siswa ...............................................
132
Lampiran 7. Analisis Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .......
145
Lampiran 8. Hasil Wawancara dengan Guru Kimia .................................
146
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Penanggungjawab RSBI .............
149
Lampiran 10. Analisis Guru Mengajar........................................................
152
Lampiran 11. Analisis Aktivitas Siswa .......................................................
157
Lampiran 12. Analisis Angket Proses Pembelajaran ..................................
160
Lampiran 13. Soal Ujian Kimia Koloid dan Daftar Nilai Ulangan Harian Kimia Koloid.........................................................................
168
Lampiran 14. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) .................
175
Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ........................................................
177
Lampiran 16. Analisis Sarana dan Prasarana ..............................................
179
Lampiran 17. Surat Pembimbing Skripsi ....................................................
182
Lampiran 18. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi.........................
183
Lampiran 19. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ...................................................................................
184
Lampiran 20. Surat Permohonan Izin Research/Tryout..............................
185
Lampiran 21. Surat Permohonan Keterangan telah Melakukan Penelitian
186
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber daya manusia. Dewasa ini perkembangan dunia pendidikan menjadi sangat diperhatikan, terutama untuk menghadapi persaingan global yang semakin tinggi. Sekolah mempunyai peranan tinggi dalam meningkatkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan proses sistemik untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat berkembang secara optimal. Dewasa ini banyak upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan watak bangsa (Nation Character Building) untuk kemajuan masyarakat dan bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikannya. Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal yakni mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Proses pendidikan dikatakan bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri (Feiby Ismail, 2008: 1). Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Menurut data Education Development Index (EDI) yang diterbitkan UNESCO pada tahun 2010, Indonesia berada di peringkat 65 dari 128 negara. Skor EDI Indonesia adalah 0,947 yang lebih rendah daripada Brunei Darusalam yaitu 0,970 (Education for all global monitoring: 2010). Hal ini mendorong para penanggungjawab dan pelaku pendidikan di Indonesia untuk berupaya mendesain berbagai program dan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik.
commit1to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Salah satu kebijakan pemerintah pusat dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) [Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat (3) dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 61 ayat (1)]. Kebijakan SBI diharapkan dapat menjadi faktor pendorong bagi Pemerintah Pusat dan Daerah (Propinsi dan Kabupaten) guna meningkatkan kualitas sekolah-sekolah di Indonesia. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau yang biasa dikenal dengan RSBI adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Jadi adanya program RSBI ini adalah untuk mencapai SBI (Ditjen Dikdasmen, 2008). Adapun Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) diwajibkan memuat atau terbangun dari 4 dimensi strategis, yakni English integrated to subject matter (integrasi bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran), adapted
curriculum
(kurikulum yang
diadaptasi),
ICT
based
learning
(Pembelajaran berbasis TIK) dan ICT based management (manajemen berbasis TIK). Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar didirikan dengan rekomendasi Dinas dan K provinsi Jawa Tengah no. 193/DIKMEN/VI/2008 perihal penyelenggara Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), bertujuan mencetak para lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan berwawasan internasional. Secara lebih khusus dari dimensi English integrated to subject matter diharapkan guru kimia SMA Negeri 1 Karanganyar telah mampu mengucapkan salam awal pelajaran, instruksi-instruksi singkat, salam penutup, menulis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam bahasa Inggris dan menggunakan sumber belajar yang juga berbahasa Inggris. Dari dimensi adapted curriculum, guru kimia SMA Negeri 1 Karanganyar diharapkan telah memiliki dan menerapkan kurikulum yang diadaptasi dari kurikulum sekolah-sekolah yang bertaraf internasional. Persiapan perangkat TIK dan penggunaannnya dalam pembelajaran untuk mendukung ICT based learning dan ICT based management juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
seharusnya sudah dilaksanakan oleh guru kimia (Permendiknas No. 78 Tahun 2009). Namun demikian, masalah dalam belajar masih banyak ditemukan pada pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar. Masih banyak siswa mengalami kesulitan belajar pada materi pokok koloid. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada materi pokok koloid tahun 2009/2010 yang tersaji dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1. Data Nilai Ulangan Harian Siswa Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran 2009/2010 Jumlah Siswa Kriteria Persentase Ketuntasan Kelas Ketuntasan Tidak Minimal Jumlah Tuntas (%) Tuntas (KKM) 70 (Skala 10 XI. IPA 1 24 18 42 57,14 s.d 100) XI. IPA 2 23 21 44 52,27 XI. IPA 3 20 24 44 45,45 XI. IPA 4 27 15 42 64,29 XI. IPA 5 24 20 44 54,55 Rendahnya persentase ketuntasan ketuntasan belajar ini bisa disebabkan karena sebagian besar pembelajaran kimia yang dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar masih menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning), sehingga siswa cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran kimia. Selain itu pembelajaran kimia yang dilakukan oleh guru juga belum sesuai dengan Permendiknas No. 79 tahun 2009 dimana pembelajaran pada program RSBI harus memenuhi empat dimensi yang sudah disebutkan pada paragraf keenam. Dari hasil pengamatan di dalam kelas, guru masih dominan menggunakan bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran baik dalam penyampaian, penggunaan media dan penggunaan alat evaluasi. Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya penelitian ini dilakukan antara lain: 1) belum ada penelitian terhadap pelaksanaan program RSBI (khususnya pada pembelajaran kimia) yang bersifat evaluative dan kebijakan, 2) pelaksanaan program RSBI perlu dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif, dan 3) hasil evaluasi itu dapat dijadikan sebagai informasi dan dasar bagi pengambilan kebijakan dalam proses pembelajaran kimia selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dilakukan suatu penelitian yang bersifat deskripsi kualitatif evaluatif terutama evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menggunakan model penelitian evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP) yaitu model evaluasi terhadap suatu program dari sisi konteks, input, proses dan output atau luaran. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul "Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar Kelas XI IPA Semester II pada Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih terbiasa dengan kebiasaan lama (pembelajaran yang kurang variatif dan menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran). 2. Belum dilakukan evaluasi proses tentang pelaksanaan pembelajaran. 3. Pelakasanaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) belum diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dilakukan pembatasan terhadap masalah tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Evaluasi ini dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran kimia kelas XI IPA semester II pada Pokok Bahasan Koloid di SMA Negeri 1 Karanganyar. 2. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 dan guru kimia. 3. Sasaran penelitian ini adalah tentang pelaksanaan pembelajaran ditinjau dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar serta input dan output dari proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
D. Rumusan Masalah Dengan titik tolak identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi awal siswa program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II tahun Ajaran 2010/2011? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011? 3. Hambatan apa yang dihadapi serta usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011? 4. Bagaimana Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011?
E.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1.
Konsidisi awal siswa SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II tahun Ajaran 2010/2011.
2.
Pelaksanaan pembelajaran kimia pada
program RSBI di SMA Negeri 1
Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011. 3.
Hambatan yang dihadapi serta usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan tahun ajaran 2010/2011.
4.
Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat praktis yaitu: 1. Bagi orang tua dan masyarakat, sebagai informasi pengetahuan tentang pelaksanaan program RSBI di sekolah. 2. Bagi guru: a. Memperoleh pemahaman tentang pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah berlangsung/ dilaksanakan guru. b. Sebagai
acuan
untuk
membuat
keputusan
tentang
pelaksanaan
pembelajaran kimia pada semester-semester berikutnya. 3. Bagi Sekolah dan pelaku pendidikan (stake holder): a. Sebagai acuan untuk membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. b. Sebagai acuan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas keluaran. c. Menambah bahan kajian tentang seluk-beluk dan tahapan rencana peningkatan mutu menuju sekolah bertaraf internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional a. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Sekolah adalah tempat anak didik mendapatkan pelajaran yang diberikan oleh guru (Ensiklopedia Indonesia dalam Ivana Universitas Sumatera Utara) . Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat memberi dan menerima pelajaran menurut tingkatnya. Kata “bertaraf” maksutnya bertingkat atau bermutu (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online), sedangkan arti “internasional” adalah menyangkut bangsa-bangsa atau negeri-negeri seluruh dunia (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online). Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Jadi adanya program RSBI ini adalah untuk mencapai SBI (Ditjen Dikdasmen, 2008). Di Indonesia, sekolah bertaraf internasional diawali dengan didirikannya sekolah-sekolah yang disiapkan khusus untuk menampung siswa-siswa asing, yang orangtuanya bekerja sebagai diplomat asing ataupun bekerja di perusahaanperusahaan multinasional seperti Jakarta Internasional School (JIS), yang didirikan tahun 1951. Sejak itu, mulai bermunculan berbagai sekolah bertaraf/berstandar internasional di Indonesia, baik yang didirikan oleh kantorkantor Kedutaan Besar asing maupun oleh lembaga-lembaga swasta (domestik dan asing) yang bergerak di bidang pendidikan (Riza Sativani, 2011). Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional mendefinisikan RSBI sebagai satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
salah satu Negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan atau negara maju lainnya (X), yang dirumuskan : SNP + X Dimana SNP adalah standar nasional pendidikan yang meliputi kompetensi lulusan, isi, proses, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen, pembiayaan, penilaian sedangkan X adalah nilai plus, yaitu, penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, bahasa asing, atau ICT pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri yang telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional. Organisation for Economic Co-operation and Development yang selanjutnya disingkat OECD adalah organisasi internasional yang tujuannya membantu pemerintahan negara anggotanya untuk menghadapi tantangan globalisasi ekonomi. Sedangkan negara maju lainnya adalah negara yang tidak termasuk dalam keanggotaan OECD tetapi memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan tertentu (Permendiknas RI no. 78 tahun 2009). Walapun berbagai peraturan terkait SBI telah diterbitkan, namun belum ada panduan operasional yang jelas untuk mencapai standar tersebut. Dibangunnya faktor ’X’ oleh masing-masing SBI yang ada di Indonesia mengakibatkan sistem dan model yang dianut oleh masing-masing sekolah jadi berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, yang akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan dan lulusan yang tidak seragam. Sekarang ini di seluruh Indonesia sudah terdapat puluhan bahkan ratusan sekolah bertaraf internasional dengan menggunakan sistem yang berbeda-beda. Kurang lebih ada 3 (tiga) sistem yang paling banyak digunakan oleh sekolahsekolah bertaraf internasional yang berada di Indonesia yaitu International Baccalaureate (IB), Cambridge curriculum, dan Australian Curriculum. Beberapa sekolah yang menggunakan International Baccalaureate (IB) Curriculum antara lain Jakarta International School (JIS), Medan International School (MIS), dan Binus International School (BIS).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Berikut merupakan bagan pengkategorian sekolah di Indonesia: Sekolah Formal
Sekolah Formal d
Sekolah bertaraf Internasional
Sekolah keunggulan lokal
Sekolah Franchise
Sekolah Asing
Dilakukan pembinaan langsung oleh Dit. PSMP/ Dit. PSMA
Sekolah Potensial
Sekolah Stadar Nasional/ SSN
Sekolah Keunggulan lokal
SBI
Sekolah Franchise Asing
Gambar 2.1. Bagan pengkategorian sekolah di Indonesia Sumber: Ditjen Dikdasmen, 2007 Sekolah
potensial,
yaitu
sekolah
yang
masih
relatif
banyak
kekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya disingkat UUSPN Tahun 2003 pasal 35 maupun dalam PP nomor 19 tahun 2005. Ditegaskan dalam penjelasan PP nomor 19 tahun 2005 pasal 11 ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah potensial adalah sekolah yang belum memenuhi (masih jauh) dari Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sekolah standar nasional (SSN) adalah sekolah yang sudah atau hampir memenuhi SNP, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan, dan standar penilaian sedangkan untuk sekolah keunggulan berbasis lokal atau biasa disebut dengan sekolah keunggulan lokal selain memenuhi SNP juga memiliki keunggulan dalam mata pelajaran agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, iptek, estetika, olahraga dan
commit to user
Sekolah Asing
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
kesehatan. Sekolah bertaraf internasional selanjutnya disingkat SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya. b. Landasan Hukum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Landasan
hukum
penyelenggaraan
Rintisan
Sekolah
Bertaraf
Internasional adalah sebagai berikut: 1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. 2) Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 3) Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 4) Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional. 5) Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). 6) Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan pemerintahan antara pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota. 7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. 8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. 9) Permendiknas nomor 6 tahun 2007 sebagai penyempurnaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006. 10) Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 20052009.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
11) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6/2007 tentang Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Ditjen Dikdasmen, 2008). c. Tujuan Pengembangan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Tujuan
Umum
Pengembangan
program
rintisan
SMA
bertaraf
internasional bertujuan meningkatkan mutu kinerja sekolah agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara optimal dalam mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab; dan memiliki daya saing pada taraf internasional (Ditjen Dikdasmen, 2008). Sedangkan tujuan khusus dari penyelenggaraan rintisa SMA bertaraf Internasional
adalah
meningkatkan
mutu
pelayanan
pendidikan
dalam
menyiapkan lulusan SMA yang memiliki kompetensi seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan yang memenuhi standar kompetensi lulusan berdaya saing pada taraf Internasional yang memiliki karakter sebagai berikut: 1.
meningkatnya keimanan dan ketaqwaan serta berakhlak mulia,
2.
menigkatnya kesehatan jasmani dan rohani,
3.
meningkatnya mutu lulusan dengan standar yang lebih tinggi daripada standar kompetensi lulusan nasional,
4.
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
5.
siswa termotivasi untuk belajar mandiri, berpikir kritis dan kreatif, serta inovatif,
6.
mampu memecahkan masalah secara efektif,
7.
meningkatnya kecintaan pada persatuan dan kesatuan bangsa,
8.
menguasai penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
9.
Membangun kejujuran, objektivitas dan tanggung jawab.
10. mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa asing lainnya secara efektif, 11. siswa memiliki daya saing melanjutkan pendidikan bertaraf Internasional, 12. mengikuti sertfifikasi internasional, 13. meraih medali tingkat internasional,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
14. dapat bekerja pada lembaga internasional (Ditjen Dikdasmen, 2008). Secara umum tujuan dan program-program yang ada di RSBI mengarah menuju Sekolah Berstandar Internasional (SBI), karena program RSBI ini memang khusus dipersiapkan untuk mencapai jenjang Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). d. Pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Pengembangan
rintisan
SMA
bertaraf
internasional
berdasarkan
Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional tanggal 27 Juli 2007 terdiri dari dua fase, yaitu fase rintisan dan fase kemandirian. Fase rintisan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan dan tahap konsolidasi. Tahap pengembangan berlangsung selama 3 tahun (tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3) didampingi oleh tenaga dari lembaga profesional independent dan/atau lembaga terkait dalam melakukan persiapan, penyusunan, dan pengembangan kurikulum, mempersiapkan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan, pembiayaan, serta penyiapan sarana dan prasarana. Tahap konsolidasi berlangsung selama 2 tahun (tahun ke-4 sampai dengan tahun ke-5), pada tahap ini sekolah diharapkan telah menemukan praktek-praktek yang baik (the best practices), inovasi serta kreasi keunggulan yang mendukung pengembangan tahap berikutnya. Upaya ini dapat dilakukan melalui diskusi secara terbatas dalam lingkungan sekolah maupun diskusi secara luas melalui lokakarya atau seminar. Di samping itu, dalam proses ini hal terpenting adalah dilakukannya
refleksi
terhadap
pelaksanaan
kegiatan
untuk
keperluan
penyempurnaan serta realisasi program kemitraan dengan sekolah mitra luar negeri serta lembaga sertifikasi internasional. Fase kemandirian dimulai pada tahun keenam. Pada fase ini SMA bertaraf internasional diharapkan telah mampu bersaing secara internasional yang ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam kurikulum, proses belajar mengajar (PBM), penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan pengelolaan serta kepemimpinan. Diharapkan sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
telah dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing di forum internasional. Indikasi bahwa sekolah bertaraf internasional telah mencapai fase kemandirian antara lain (1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah bertaraf internasional, (2) kemampuan berfikir dan kesanggupan bertindak secara kreatif dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dan (3) kemantapan sebagai sekolah bertaraf internasional untuk bersaing di forum internasional. Pada tahun keenam apabila Rintisan Sekolah Bertarat Internasional belum bisa mencapai profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan standar kompetensi lulusan, SDM (guru, kepala sekolah, tenaga pendukung), sarana dan prasarana, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaaan, dan kultur sekolah, maka dimungkinkan seuatu sekolah RSBI akan terkena passing out atau penghentian untuk penyelenggaraan RSBI. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan RSBI, di antaranya adalah sebagai berikut: a. workshop, misalnya: pengembangan kurikulum, pengembangan materi, peningkatan kemampuan bahasa Inggris guru dan siswa, b. rekrutmen guru-guru dan tenaga kependidikan, c. pengiriman guru studi banding atau magang ke sekolah bertaraf internasional luar negeri, d. peningkatan tata kelola melalui benchmarking, dan membangun networking/ jaringan dengan salah satu sekolah di luar negeri (sister school), e. menjalin Memorandum of Understanding yang selanjutnya disingkat MoU dengan sekolah yang sudah mulai mapan dalam penyelenggaraannya. Upaya ini paling tidak sebagai bentuk lesson study yang secara empirik memiliki berbagai keunggulan. Perencanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dituangkan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau School Development and Investment Plan (SDIP) yang mengacu pada Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Bertaraf Internasional, meliputi evaluasi diri, penyusunan dan pengesahan RPS atau SDIP. a. Evaluasi Diri Program RSMABI perlu melakukan evaluasi diri untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing sekolah yaitu dengan membandingkan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata di sekolah. Melalui evaluasi diri dapat diketahui kelemahan masing-masing sekolah untuk setiap komponen sekolah. Hasil evaluasi diri digunakan sebagai dasar untuk menyusun RPS atau SDIP yang meliputi Rencana Kerja Jangka Panjang dan Rencana Kerja Tahunan. b. Penyusunan dan Pengesahan RPS atau SDIP RPS atau SDIP yang disusun oleh sekolah bersama dengan komite sekolah diketahui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Kurikulum pada dasarnya memiliki tiga dimensi pengertian, yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran (Wina Sanjaya,2008: 4). Pengertian kurikulum berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Batasan ini memperlihatkan bahwa kurikulum terdiri dari dua aspek, yaitu sebagai rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan cara pelaksanaan rencana itu. Kurikulum sebagai rencana digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru. Kurikulum sebagai pengaturan tujuan, isi, dan cara pelaksanaannya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Kurikulum memiliki tiga peran yang sangat penting, yaitu peran konservatif, kreatif serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, dalam Sanjaya, 2008) yaitu : 1) Peran Konservatif Kurikulum Peran kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. 2) Peran Kreatif Kurikulum Peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilik serta dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial yang selalu bergerak dan berubah. 3) Peran Kritis dan Evaluatif dari Kurikulum Kurikulum berperan menyeleksi dan mengevaluasi nilai dan budaya yang bermanfaat untuk kehidupan anak didik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum terbaru yang diharapkan memiliki peran konservatif, kreatif, maupun kritis dan evaluatif dalam penerapannya saat ini. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau dikenal kurikulum 2004. Dengan penyempurnaan yang berkelanjutan ini diharapkan sistem pendidikan selalu relevan dan kompetitif. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 19). Penyusunan KTSP yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi, dan karakteristik daerah serta sosial budaya masyarakat setempat serta peserta didik merupakan ciri yang berbeda dari kurikulum yang digunakan sebelumnya. Kurikulum sebelumnya lebih bersifat sentralistik (terpusat), sedangkan KTSP merupakan kurikulum yang desentralistik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum operasional masih tetap mengacu standar isi maupun kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
berprestasi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP ini memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan setempat. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang lebih kompleks dan adaptif terhadap perubahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan: “Pada sistem KTSP, sekolah memiliki "full authority and responsibility" dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah” (Mulyasa, 2007: 21). Sejatinya, KTSP merupakan kurikulum yang merefleksi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep
pendidikan yang
dikemukakan oleh Bloom, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi peserta didik secara optimal. Oleh karenanya, kurikulum yang disusun dapat menumbuhkan proses pembelajaran di sekolah yang berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi
yang
telah
ditentukan
secara
integratif.
Prinsip
pengembangannya adalah mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan (berisi prinsip-prinsip pokok, bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman) dan pengembangannya melalui proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran dapat dimodifikasi sesuai dengan tuntutan yang berkembang. Dengan demikian kurikulum ini merupakan pengembangan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran dan rasa tanggung jawab. Kurikulum ini merupakan suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan sejumlah kompetensi tertentu, sehingga setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan mampu menguasai serangkaian kompetensi dan dapat menerapkannya dalam kehidupan kelak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
b. Tujuan KTSP Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Tujuan khusus penerapan KTSP adalah untuk: 1) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, 2) meningkatkan
kepedulian
warga
sekolah
dan
masyarakat
dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama, 3) meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan tercapai (Mulyasa, 2007: 22). c. Dasar Kebijakan dan Karakteristik KTSP Pengembangan KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut: 1) UU no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas 2) PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3) Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. 4) Permendiknas no. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 5) Permendiknas no. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23. Karakteristik KTSP meliputi: 1) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, 2) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu, 3) KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah, dan 4) KTSP merupakan kurikulum teknologi (Wina Sanjaya, 2008: 130) d. Komponen KTSP Secara garis besar KTSP memiliki enam komponen penting yaitu : 1) Visi dan Misi Satuan Pendidikan Visi dan misi satuan pendidikan dapat dikembangkan oleh lembaga masing-masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
2) Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan Tujuan pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut: a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (BSNP, 2006: 9) 3) Kalender Pendidikan Kalender pendidikan harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan SK dan KD yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu. 4) Struktur dan Muatan KTSP Memuat mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. 5) Silabus Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu. Ini merupakan penjabaran dari SK dan KD. 6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalan Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
e. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP KTSP yang dikembangkan oleh tiap satuan pendidikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip (BSNP, 2006) yaitu 1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2) beragam dan terpadu, 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi dan seni, 4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5) menyeluruh dan berkesinambungan, 6) belajar sepanjang hayat serta 7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah (lokal). Ketujuh hal tersebut juga diungkapkan oleh Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik Sebuah Panduan Praktis”. Prinsip-prinsip ini yang dapat memberikan warna yang berbeda-beda pada tiap satuan pendidikan di masingmasing daerah sesuai dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik, dan lingkungannya. Mekanisme pengembangan kurikulum (Oemar Hamalik, 2006) terdiri dari tujuh tahap, yakni studi kelayakan dan kebutuhan, penyusunan konsep awal, perencanaan kurikulum, pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum, pelaksaanaan uji coba kurikulum di lapangan, pelaksanaan kurikulum, desiminasi, dan kemudian menyeluruh, pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum, pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian, dan akhirnya diperoleh kurikulum final. f. Kelebihan dan Kekurangan KTSP Kelebihan KTSP adalah 1) sebagai kurikulum, untuk mempertegas kurikulum sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik. KTSP akan diberlakukan kepada sekolah yang sudah siap dan memiliki daya dukung yang memadai, 2) diberlakukan di sekolah dengan penyesuaian kondisi lokal, 3) mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, 4) mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan
pendidikan
dan
5)
kreativitasnya
KTSP
sangat
dalam
menyelenggarakan
memungkinkan
bagi setiap
program sekolah
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang acceptable bagi kebutuhan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Adapun kelemahan KTSP menyangkut: 1) kurangnya SDM yang memadai yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada setiap satuan pendidikan yang ada dan 2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Di samping itu masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara utuh, penyusunannya maupun praktiknya di lapangan. Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran.
3.
Pembelajaran Kimia
a. Pengertian Pembelajaran Kurikulum dan pembelajaran merupakan satu kesatuan, dimana kurikulum berbicara pada tataran implementasi, proses, dan aplikasi. Keterkaitan suatu kurikulum dengan pembelajaran digambarkan dalam beberapa model (Oliva dalam Wina Sanjaya, 2008), yaitu model dualistik (the dualistic model), model berkaitan (the interlocking model), dan model siklus (the cyclical model). KTSP sebagai suatu kurikulum operasional menempatkan pembelajaran sebagai suatu komponen yang saling mempengaruhi. Hubungan keduanya mengikuti model siklus. Model siklus memandang bahwa kurikulum dan pembelajaran merupakan sesuatu yang saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Kurikulum menjadi dasar dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Sebaliknya, pembelajaran dapat mempengaruhi keputusan untuk kurikulum sendiri. Beberapa pengertian tentang pembelajaran yaitu : 1) Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Robinson, dkk, 2005: 9.4). 2) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001: 57). 3) Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (BSNP, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa yang merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Pophan dan Baker (1970: 48) dalam Robinson (2005: 9.5) menyatakan bahwa kurikulum adalah tujuan akhir dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut. Dalam konteks implementasi KTSP pada program RSBI, pembelajaran dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat kegiatan. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan (Wina Sanjaya, 2008: 215). Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil dengan lingkungan (Mulyasa, 2007: 246). Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa pembelajaran berbasis KTSP adalah terjemahan guru terhadap KTSP tertulis. Hasan dalam Mulyasa (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini : 1) Karakteristik KTSP : yang mencakup ruang lingkup KTSP dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan. 2) Strategi pembelajaran : yaitu rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara dia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab. 3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya untuk merealisasikan KTSP dalam pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan pengimplementasian dari kurikulum. Dalam hal ini guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimana idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif (Sanjaya, 2008). Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar mencapai tujuan secara optimal (Robinson, 2005). Menurut Saban (1995), guru itu memiliki tiga peran utama dalam meningkatkan pembelajaran yaitu "teacher as researcher, teacher as lecture, and teacher as the curriculum designer". Sedangkan Bork (1990) menyatakan "The role of of the teacher in national education system was the most important of which include teacher as the instructor for the new colleagues, teacher as researcher, teacher as the producer of knowledge, teacher as observer, teacher as instructor for the school colleagues, teacher as councilor and teacher as curriculum planner" (Vajargah, 2008). Hal ini berarti guru sangat berperan dalam penyampaian ilmu atau proses pembelajaran dan juga membantu dalam perencanaan kurikulum. Dalam melaksanakan perannya tersebut, guru perlu menyusun suatu acuan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu dalam bentuk strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut dimunculkan dalam silabus dan RPP. Dalam hal ini berpedoman dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu pembelajaran yang kreatif, variatif dan inovatif. Kegiatan
pembelajaran
berbasis
KTSP
harus
dirancang
untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik (BSNP, 2006: 16). Menurut Ajibola (2008), pembelajaran di kelas yang paling bagus itu memiliki 4 dimensi karakter, yaitu : interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, antara guru dengan lingkungan serta antara siswa dengan lingkungan. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas harus mempertimbangkan interaksi antar semua komponen yang terlibat, menggunakan pendekatan bervariasi dan berpusat pada siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Dalam pelaksanaannya di lapangan, acuan kegiatan pembelajaran yang inovatif (dalam artian berpusat pada siswa secara aktif dan menggunakan strategi yang bervariasi) seperti yang dicanangkan KTSP plus sudah atau belum diterapkan oleh guru. Pernyataan ini perlu untuk dijawab mengingat ukuran keberhasilan dari suatu kurikulum termasuk kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, sekaligus keberhasilan keluaran dari proses tersebut. b. Kriteria Keberhasilan Program Pembelajaran Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas program pembelajaran, ada sekurang-kurangnya tiga komponen yang perlu dijadikan objek evaluasi yaitu desain program pembelajaran, implementasi program dan hasil yang dicapai. 1) Desain Program Pembelajaran Desain program pembelajaran dinilai dari aspek tujuan yang ingin dicapai atau kompetensi yang akan dikembangkan, strategi pembelajaran yang diterapkan dan isi program pembelajaran. a) Kompetensi yang akan dikembangkan Salah satu aspek dari program pembelajaran yang dijadikan objek evaluasi adalah kompetensi yang dikembangkan, khususnya kompetensi dasar dari mata pelajaran yang bersangkutan. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi dasar yang akan dikembangkan, antara lain: 1) menunjang pencapaian kompetensi dasar maupun kompetensi lulusan, 2) jelas rumusan yang digunakan (observable). Mampu menggambarkan dengan jelas perubahan tingkah laku yang diharapkan diri siswa, 3) mempunyai kesesuaian dengan tingkat perkembangan anak. b) Strategi Pembelajaran Ada
beberapa
kriteria
yang
digunakan
untuk
menilai
strategi
pembelajaran yang direncanakan, yaitu: 1) kesesuaian dengan kompetensi yang diharapkan, 2) kesesuaian dengan kondisi belajar mengajar yang diharapkan, 3) kejelasan rumusan, terutama mencakup aktivitas guru maupun siswa dalam proses pembelajaran dan 4) kemungkinan keterlaksanaan dalam kondisi dan waktu yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
c) Isi program Pembelajaran Isi program pembelajaran yang dimaksud ialah pengalaman belajar yang akan disiapkan oleh guru maupun yang harus diikuti oleh siswa. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai isi program pembelajaran, yaitu antara lain: 1) relevansi dengan kompetensi yang akan dikembangkan, 2) relevansi dengan pengalaman murid dan lingkungan, 3) kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa, 4) kesesuaian dengan alokasi waktu yang tersedia dan 5) keautentikan pengalaman dengan lingkungan hidup siswa. 2) Implementasi Program Pembelajaran Selain desain program pembelajaran, proses implementasi program atau proses pelaksanaan pun dijadikan objek evaluasi, khususnya proses belajar dan pembelajaran yang terjadi di lapangan. Nana Sudjana dan Ibrahim (2004) dalam Eko Putro Widoyoko menampilkan sejumlah kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi proses belajar dan pembelajaran yaitu: a) konsistensi dengan kegiatan yang terdapat dalam program pembelajaran, b) keterlaksanaan oleh guru, c) keterlaksanaan oleh siswa, d) perhatian yang diperlihatkan para siswa terhadap pelajaran yang sedang berlangsung, e) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, f) kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil pembelajaran dalam situasi nyata, g) pola interaksi antara guru dan siswa, h) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik secara kontinu. 3) Hasil Program Pembelajaran Komponen ketiga yang perlu dievaluasi adalah hasil-hasil yang dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Hasil yang dicapai ini dapat mengacu pada tujuan jangka pendek maupun mengacu pada tujuan jangka panjang (Eko Putro W, 2011: 25).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
c. Hakikat Mata Pelajaran Kimia Ilmu kimia merupakan dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan lain seperti, kedokteran, farmasi, geologi, teknik, dan lain-lain. Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan,
dan
memupuk
ketekunan
serta
ketelitian
bekerja
(Depdiknas, 2006). Seperti halnya IPA, Ilmu Kimia juga mempelajari gejala-gejala alam, tetapi mengkhususkan diri di dalam komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat. Oleh karena itu mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang ,melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada 2 hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh karena itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan IPTEK. Tujuan mata pelajaran kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, yaitu pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Mulyasa, 2007). Keterampilan-keterampilan proses yang dikembangkan dan dibangun oleh ilmu kimia yaitu : 1) mengobservasi dan mengamati, termasuk di dalamnya menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan mencari hubungan ruang/waktu, 2) menyusun hipotesis, 3) merencanakan penelitian/eksperimen, 4) mengendalikan/memanipulasi variabel, 5) menginterpretasi atau menafsirkan data, 6) menyusun kesimpulan sementara, 7) meramalkan dan memprediksi, 8) menerapkan dan mengaplikasikan, 9) mengkomunikasikan. Keterampilan-keterampilan tersebut harus ditumbuhkan dalam diri siswa SMA/MA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya (Depdiknas, 2003).
4. Penelitian Evaluatif Penelitian Evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistemik untuk mennetukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik (pendidikan). Nilai atau manfaat dari suatu praktik pendidikan didasarkan atas hasil pengukuran atau pengumpulan data dengan menggunakan standar atau kriteria tertentu yang digunakan secara absolute maupun relatif. Praktik pendidikan dapat berupa program, kurikulum, pembelajaran, kebijakan, regulasi administratif, manajemen, struktur organisasi, produk pendidikan ataupun sumber daya penunjangn Secara umum, penelitian evaluatif diperlukan untuk merancang, menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan. Dalam merancang suatu program, kegiatan diperlukan data hasil evaluasi tentang program atau kegiatan pendidikan yang lalu, kondisi yang ada serta tuntutan dan kebutuhan bagi program baru. Secara lebih rinci tujuan penelitian evaluasi adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
a.
Membantu perencanaan untuk pelaksanaan progam,
b.
Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan program,
c.
Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau pengehentian program,
d.
Menentukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program,
e.
Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, social, politik dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program. David Strahan, Jewell Cooper dan Martha Wood (2001) dalam Nana
Syaodih Sukmadinata (2009: 132) berdasarkan hasil penelitiannya pada sekolah menengah dalam rangka penyusunan recana penyempurnaan sekolah, dengan focus mengevaluasi efektivitas program dan struktur organisasi sekolah, menyarankan langkah-langkah penelitian evaluasi sebagai berikut: a.
Klarifikasi alasan melakukan evaluasi Menjelaskan alasan-alasan mengapa evaluasi diadakan. Bayak alasan
yang menjadi latar belakang mengadakan evaluasi. Alasan tersebut bisa bersumber dari peneliti sendiri, karena peneliti mempunyai minat yang cukup besar terhadap suatu program, peneliti melihat keunggulan atau keberhasilan, atau sebaliknya peneliti melihat adanya kelambanan, kejanggalan, dampak negatif bahkan kegagalan. b.
Memilih model evaluasi Alasan melakukan evaluasi program berhubungan erat dengan model
evaluasi yang akan digunakan. Pemilihan model atau pendekatan penelitian didasarkan atas: 1) Tujuan evaluasi dan pertanyaan penelitian, 2) Metode pengumpulan data, dan 3) Hubungan antara evaluator dengan administrator, melihat evaluasi, individu-individu dalam program dan organisasi yang akan dievaluasi. c.
Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait Identifikasi pihak-pihak terkait atau stakeholders sangat penting untuk
kelancaran pelaksanaan evaluasi. Siapa yang akan dilibatkan dalam perencanaan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dalam pelaksanaan, siapa yang akan menjadi partner, nara sumber, sumber data, partisipan, dll. d.
Penentuan komponen yang akan dievaluasi Langkah selanjutnya yang cukup penting dalam evaluasi program adalah
penentuan komponen yang akan dievaluasi. Sebelum ditentukan komponen yang akan dievaluasi terlebih dahulu perlu diidentifikasi komponen-komponen yang ada dalam suatu program, mana komponen utama dan mana komponen penunjang. Pemilihan komponen yang akan dievaluasi didasarkan atas pertimbangan: kesesuaian dengan tujuan evaluasi, manfaat hasil, keluasan dan kompleksitas komponen, keluasan target populasi, waktu serta biaya yang tersedia. e.
Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan evaluasi Rincian dari focus atau aspek-aspek yang dievaluasi dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, hipotesis atau tujuan. Lee Cronbach (19982) dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 134) mengemukakan dua tahapan perumusan penelitian evalutif yaitu tahapan divergen dan tahapan konvergen. Tahapan divergen, pertanyaan penelitian dirumuskan secara komprehensif. Tahapan konvergen pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu yang diajukan pada tahapan pertama diseleksi mana yang layak dan penting diajukan dan mana yang tidak. f.
Menyusun desain evaluasi dan jadwal kegiatan Desain evaluasi program tidak jauh berbeda dengan desain penelitian,
berisi langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, sasaran evaluasi (aspek atau komponen serta sampel evaluasi), teknik pengukuran, pengumpulan data yang digunakan, serta evaluator baik evaluator internal maupun evaluator eksternal. Pelaksanaan kegiatan evaluasi disusun dalam jadwal yang rinci dan kronologis. g.
Pengumpulan dan analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif maupun kualitatif.
Kuantitaif menggunakan statistik. Hasil analisis kuantitatif berupa tabel, grafik,dll. Hasil analisis kualitatif berupa deskripsi naratif-kualitatif tentang halhal yang essensial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
5. Evaluasi Model CIPP Model penelitian ini adalah model penelitian yang paling dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi CIPP (Context, Input, Process and Product) pertamakali ditawarkan oleh Stufflebeam pada 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. The CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but to improve. Dalam bidang pendidikan Stufflebeam menggolongkan sistem pendidikan atas 4 dimensi, yaitu context, input, process and product sehingga model evaluasinya diberi nama CIPP model. a.
Evaluasi Konteks (Context Evaluation) Sax (1980: 595) dalam Eko Putro Widoyoko (2011: 181) mendefinisikan
evaluasi konteks sebagai berikut: The evaluation and specification of project’s environment, its unmet, the population and sample individual to be served, and the project objectives. Context evaluation provides a rationale for justisying a particular type of program intervention. Sedangkan evaluasi konteks menurut Suharsimi dalam Eko Putro Widoyoko (2011: 182) dilakukan untuk menjawab pertanyaan: 1) kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh kegiatan program, 2) tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan 3) tujuan manakah yang paling mudah dicapai. b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation) Menurut Eko Putro Widoyoko (2011: 182) menyatakan bahwa evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: 1) sumber daya manusia, 2) sarana dan peralatan pendukung, 3) dana/anggaraan dan 4) berbagai prosedur yang diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
c.
Evaluasi Proses (Process evaluation) Menurut Eko Putro Widoyoko (2011: 182) menyatakan bahwa proses
digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancanagan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagi rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam pratik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana renacana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. d. Evaluasi Produk/Hasil (Product Evaluation) Fungsi evaluasi produk/hasil seperti dirumusakan Sax (1980: 598) dalam Eko Putro Widoyoko (2011: 183) adalah “to allow to project director (or teacher) to make decision regarding continuation, termination, or modification program”. Dari hasil evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapsis (2000: 14) dalam Eko Putro Widoyoko (2011: 183) menjelaskan evaluasi produk untuk membantu mebuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. e.
Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP Dibandingkan dengan model-model evaluasi yang lain, model CIPP
memiliki beberapa kelebihan antara lain: lebih komprehensif, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi mencakup konteks, masukan (input), proses maupun hasil. Selain memiliki kelebihan model CIPP juga memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran di kelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tanpa adanya modifikasi. Hal ini dapat terjadi karena untuk mengukur konteks, masukan maupun hasil dalam arti yang luas akan melibatkan banyak pihak yang membutuhkan waktu dan biaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
6. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar SMA Negeri 1 Karanganyar berdiri pada tanggal 1 Agustus 1962 dengan SK Menteri Pendidikan No. 21/SK/B/III tanggal 10 September 1962. Bapak Sri Wirasmo bertindak sebagai kepala sekolah pertama yang memimpin sekolah ini. SMA Negeri 1 Karanganyar terletak di Jalan A.W. Monginsidi 03 Kabupaten Karanganyar. SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki akreditasi A (amat baik) dengan skor 91. SMA Negeri 1 Karanganyar dibangun di atas tanah dengan luas 11.740 m2, luas bangunan 6.625 m2, luas lapangan 2.330 m2, luas halaman 1.150 m2, luas taman 240 m2, pagar keliling 1.395 m2. Fasilitas gedung atau ruang yang dimiliki yaitu 30 ruang kelas, 4 Laboratorium, ruang Guru, ruang Kepala Sekolah, ruang Wakasek, ruang Tata Usaha, Perpustakaan, ruang Aula, ruang Komputer, ruang BP/BK, ruang Stensil, ruang OSIS, koperasi, masjid, 3 ruang gudang, 20 kamar mandi, dan 3 tempat parkir. Tahun 2008, SMA Negeri 1 Karanganyar mulai menyelenggarakan program RSBI. Beberapa kajian mengenai penetapan SMA Negeri 1 Karanganyar menjadi Rintisan SBI sebagai berikut: 1. Sekolah Menengah Atas Negeri Karanganyar dinilai memenuhi persyaratan awal yaitu SMA Negeri 1 karanganyar telah memenuhi kriteria sebagai sekolah standar nasional (SSN) yang telah memenuhi 8 standar nasional pendidikan (SNP) dan juga memenuhi verifikasi sebagai sekolah pelaksana program rintisan sekolah bertaraf internasional sebagai bentuk upaya pemerintah memenuhi amanah Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 50 ayat 3 mengamanatkan agar pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional (Depdiknas, 2006). Hal itu juga didukung dengan beberapa dasar hukum sebagai berikut: a. PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
b. Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan. c. Permendiknas nomor 78 tahun 2009 tentang Penyelenggara Sekolah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan. d. Rekomendasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah nomor 193/Dikmen/VI/2008 tentang Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA N) 1 Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. e. Surat Edaran Direktur Pembinaan SMA Nomor 94/C.C4/MU/2010 tanggal 21 Januari 2010 tentang Mekanisme Penerimaan Siswa Baru (PBS) Rintisan SMA Bertaraf Internasional. f. Hasil keputusan Raker Kepala SMA RSBI Provinsi Jawa Tengah tanggal 10 sampai dengan 11 Februari 2010 di Semarang. 2. Pemerintah perlu mengambil kebijakan dan rencana strategis untuk memperbaiki kualitas sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang lebih unggul untuk memenuhi tuntutan angkatan kerja yang punya daya saing di tingkat internasional atau global. Hal ini didasari fakta bahwa angkatan kerja Indonesia mempunyai rasio angkatan kerja yang lebih rendah daripada negara lain (Depdiknas, 2006). Untuk mengatasi hal itu kebijakan yang dimaksud telah dituangkan dalam surat keputusan penetapan beberapa sekolah di Jawa Tengah untuk dikembangkan menjadi SBI. Satu diantaranya adalah SMA Negeri 1 Karanganyar. 3. Adanya kecenderungan peningkatan jumlah siswa Indonesia yang belajar ke luar negeri. Sebagian besar dari mereka harus mengikuti program matrikulasi minimal satu tahun sebelum mereka diterima di perguruan tinggi (Depdiknas, 2006). Berdasarkan kenyataan tersebut, diharapkan muncul sekolah menengah yang lulusannya diakui secara internasional sehingga tidak diperlukan lagi program matrikulasi bagi siswa Indonesia yang melanjutkan kuliah ke luar negeri. Ini berarti, tidak diperlukan lagi biaya untuk membiayai matrikulasi atau dengan kata lain kita bisa menghemat biaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
4. Adanya fenomena di Indonesia dan di Jawa Tengah khususnya yang mengisyaratkan munculnya sekolah-sekolah yang mengatasnamakan sekolah bertaraf Internasional dengan menggunakan kurikulum sekolah asing. Hal ini menimbulkan kerancuan dan kekhawatiran akan erosi identitas kebangsaan (Depdiknas, 2006). Sebagian besar siswa SMA di Jawa Tengah yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri memilih sekolah unggulan sebagai pilihan prioritas. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar sebagai sekolah unggulan sangat tepat merespon fenomena ini. Kelas RSBI menyelesaikan materi penuh 6 semester dalam waktu 3 tahun sesuai Kurukulum Nasional, tetapi ditambah penguatan , pengayaan, pendalaman dan pengembangan Standar Nasional Pendidikan serta menjalin kerjasama
dengan
Perguruan
Tinggi/Universitas
dan
sesama
Sekolah
Penyelenggara RSBI baik dalam negeri maupaun luar negeri (sister school). Dulu pembelajaran yang dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar kebanyakan masih menggunakan metode konvensional serta sarana prasarana yang tersedia juga belum terlalu lengkap untuk mendukung proses pelaksanaan pembelajaran. Dari mulai persiapan guru untuk mengajar di dalam kelas dari membuat RPP sampai mengajar dilakukan, sumber belajar yang digunakan oleh guru untuk mengjar juga masih terbatas guru jarang memberikan tugas tambahan sebagai pengayaan, siswa juga kurang terlalu tertarik untuk belajar karena pembelajaran lebih bersifat teacher centered learning (TCL) atau pembelajaran terpusat pada guru. Untuk evaluasi pembelajaran yang dilakukan juga hanya menyentuh ranah kognitif saja. Pembejaran hanya berorientasi pada hasil belajarnya saja tanpa memperhatikan proses pembelajaran. Sedangkan untuk pembelajaran yang dilakukan saat ini, kebanyakan masih sama dengan dulu belum terlalu banyak berubah kebanyakan masih konvensional. Meskipun sekarang fasilitas atau sarana dan prasarana sudah banyak yang berubah atau bisa dibilang lebih lebih lengkap tetapi belum dimanfaatkan secara optimal oleh guru pada saat proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran juga kebanyakan masih berorientasi pada ranah kognitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
7. Kimia Koloid a. Sistem Koloid Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi (Michael Purba, 2008). Untuk memberi gambaran yang lebih tentang perbedaan larutan, koloid dan suspensi disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi. No. 1)
2)
3) 4) 5)
6)
Larutan Koloid (Dispersi molekuler) (Dispersi koloid) Homogen, tidak dapat Secara makroskopis dibedakan walaupun bersifat homogen heterogen menggunakan mikroskop ultra tetapi jika diamati dengan mikroskop ultra Semua partikel berdimensi Partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) antara 1 nm sampai 100 nm kurang dari 1 nm
Suspensi (Dispersi kasar) Heterogen
Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm Dua fase Dua fase Satu fase Pada umumnya Tidak stabil Stabil stabil Tidak dapat Dapat disaring Tidak dapat disaring disaring kecuali dengan penyaringan ultra Contoh: larutan gula dalam air Contoh: campuran Contoh: campuran tepung terigu susu dengan air dengan air Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan campuran yang
tergolong larutan, koloid dan suspensi. Contoh larutan
: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70 %, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin.
Contoh koloid
: buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan mayonnaise.
Contoh suspensi : larutan terigu dan campuran air dengan pasir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
b. Jenis-jenis Koloid Penggolongan suatu sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya. Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
Gambar 2.2 Buih padat dari bahan stirofoam digunakan untuk tempat minum sekali pakai Tabel 2.2 Jenis-jenis Koloid Fase Terdispersi Padat
Fase Nama Contoh Pendispersi Gas Aerosol padat Asap, debu
Padat
Cair
Sol
Sol emas, sol belerang, tinta
Padat
Padat
Sol padat
Gelas berwarna, intan hitam
Cair
Gas
Aerosol cair
Kabut, awan
Cair
Cair
Emulsi
Susu, santan, minyak ikan
Cair
Padat
Emulsi padat
Jelly, mutiara, opal
Gas
Cair
Buih
Buih sabun, krim kocok
Gas
Padat
Buih padat
Karet busa, batu apung
1) Aerosol Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Contoh aerosol padat
: asap dan debu dalam udara
Contoh aerosol cair
: kabut dan awan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray, semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot dan lain-lain. 2) Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Contoh koloid jenis sol adalah air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, timta tulis, dan cat. 3) Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) atau emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air. Contoh emulsi minyak dalam air (M/A)
: santan, susu, dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak (A/M)
: mayonnaise, minyak bumi, dan minyak ikan
4) Buih Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. 5) Gel Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. c. Sifat-sifat Koloid Pada dasarnya, sistem koloid mempunyai beberapa sifat khusus, yang membedakannya dengan sistem dispersi lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
1) Efek Tyndall Efek Tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar oleh partikelpartikel koloid. Hamburan cahaya dari partikel-partikel koloid ini dapat diamati dari arah samping, meskipun partikel-partikel koloid tidak tampak. Bila suatu larutan sejati disinari dengan seberkas sinar tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas sinar (transparan), sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan.
Gambar 2.3 Efek Tyndall (a) larutan sejati meneruskan cahaya, berkas cahaya tidak kelihatan; (b) sistem koloid menghamburkan cahaya, berkas cahaya kelihatan. Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari: a) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut b) Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu c) Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut. 2) Gerak Brown Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi (Michael Purba, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
3) Muatan koloid a) Elektroforesis Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel koloid tersebut bermuatan. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Apabila kedalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan koloid dari Fe(OH)3 berwarna merah dan As2S3 berwarna kuning, campuran dari sistem koloid tadi dimasukkan dalam alat elektroforesis. Dari percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 2.4, setelah beberapa saat kedua kutub tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata daerah kutub (+) berwarna kuning dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa koloid As2S3 bermuatan negatif karena ditarik oleh elektode positif dan koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena ditarik oleh elektrode negatif. Dengan demikian elektroferesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
Gambar 2.4 Sel elektroforesis sederhana b) Adsorpsi Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaanya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
koloid dari Fe(OH)3 bermuatan positif dalam air, karena mengadsorpsi ion H+, sedangkan partikel As2S3 dalam air bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion negatif.
Gambar 2.5 Adsorbsi ion-ion menyebabkan partikel koloid bermuatan listrik Sifat adsorpsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat dapat dilakukan bardasarkan sifat-sifat tersebut. Contoh: (1) Pemutihan gula tebu Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih. (2) Norit Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Didalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun. (3) Penjernihan air Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menanbahkan tawas atau aluminium sulfat. Di dalam air, aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zatzat warna atau zat pencemar dalam air (Michael Purba, 2008). 4) Koagulasi Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. Apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Antarpartikel koloid terdapat gaya tolak-manolak listrik karena bermuatan sejenis Koagulasi karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua seperti pada gambar 2.7. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. Gambar 2.7 memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bermuatan -3 tertarik lebih dekat daripada ion klorida yang bermuatan -1, walaupun konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil.
Gambar 2.7 Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit. Gambar di atas memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih besar efektif dalam menggumpalkan koloid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri: a) Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit air laut. b) Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format. c) Lumpur
koloidal
dalam
air
sungai
dapat
digumpalkan
dengan
menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari tawas (aluminium sulfat). d) Asap atau debu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari cottrel seperti pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Pengendap Cottrel 5) Koloid pelindung Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok. a) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula. b) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung. c) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid pelindung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
6) Dialisis Pada pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat menggangu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir (lihat Gambar 2.9). Kantong koloid tadi terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air. Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga merupakan
proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat
sebagai
selaput
semipermeabel yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita ginjal dapat menjalani cuci darah, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator (Michael Purba, 2008).
Gambar 2.9 Proses Dialisis
Gambar 2.10 Diagram suatu dialisis darah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
7) Koloid liofil dan koloid liofob Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya, sistem koloid dibedakan menjadi dua macam yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya. Peristiwa ini disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat. Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik.
Gambar 2.11 Contoh koloid hidrofob (mayonaise) dan koloid hidrofil (agar-agar) medium pendispersinya. Bila medium pendispersinya air koloid liofil disebut juga koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut sebagai koloid hidrofob. Contoh koloid hidrofil dan hidrofob disajikan pada Gambar 2.11. Perbedaan
kemampuan
menarik
medium
pendispersinya
mengakibatkan terjadinya perbedaan sifat-sifat koloid tersebut. Perbandingan sifat
koloid
liofil
dan
koloid
liofob
disajikan
dalam
tabel
2.3
(Unggul Sudarmo, 2009). Tabel 2.3 Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Koloid Liofob No 1
Sifat Daya adsorpsi terhadap medium
2 3
Efek tyndall Viskositas (kekentalan) Koagulasi
4
Sol liofil Kuat, mudah mengadsorpsi mediumnya sehingga ukuran partikelnya dapat semakin besar Kurang jelas Lebih besar daripada mediumnya Sukar terkoagulasi
commit to user
Sol liofob Tidak mengadsorpsi mediumnya Sangat jelas Hampir sama dengan mediumnya Mudah terkoagulasi (kurang stabil)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
5
Lain-lain
6
Contoh
Bersifat reversible (bila sudah terkoagulasi dapat dengan mudah dijadikan koloid lagi ) Protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, gelatin
Irreversible (bila sudah menggumpal sukar dikoloidkan kembali) Susu, mayonaise, sol logam, sol belerang, darah, sol Fe(OH)3
d. Pembuatan sistem koloid Cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan cara dispersi dan cara kondensasi. Cara dispersi dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. Cara ini melibatkan pengubahan ukuran partikel (misalnya suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel koloid. Cara kondensasi dilakukan dengan memperbesar ukuran partikel, umumnya dari larutan diubah menjadi koloid.
Gambar 2.12 Dua cara pembuatan, koloid dispersi, dan kondensasi 1) Cara dispersi a) Dispersi langsung (mekanik) Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersi. Untuk memperkecil ukuran partikel dapat dilakukan dengan menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Misalnya, pada pembuatan sol belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang-ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung karena ukuran partikel-partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
b) Homogenisasi Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam air di dalam mesin homogenisasi, sehingga partikel-partikel susu akan berubah menjadi seukuran pertikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi menggunakan mesin homogenisasi. c) Peptisasi Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel-partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah (pemeptisasi) tertentu. Sebagai contoh endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya. d) Busur Bredig Busur bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik (lihat Gambar 2.13). Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutkan terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.
Gambar 2.13 Pembuatan sol logam dengan busur bredig
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
2) Cara kondensasi Cara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan zat yang menjadi partikel-partikel terdispersi. a) Reaksi hidrolisis Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air). Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3. FeCl3 (aq) + 3H2O (l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl (aq) b) Reaksi redoks Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi. Contoh: Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2. 2 H2S(g) + SO2 (aq) → 2H2O (l) + 3S (s) Pembuatan sol emas dari reaksi antara HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan HCHO (formaldehida). 2HAuCl4(aq) + 6 K2CO3(aq) + 3HCHO(aq) → 2Au(koloid) + 5CO2(g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l) c) Pertukaran ion Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia. Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3. 3H2S (g) + As2S3(aq) → As2S3(s) + 3H2O (l) Pembuatan sol AgCl dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq) d) Penggantian pelarut Selain dengan cara-cara di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut. Contoh: Larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel. e. Koloid Asosiasi Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebur ekor).
Kepala sabun adalah gugus yang hidrofil (tertarik ke air) sedangkan gugus hidrokarbon bersifat hidrofob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun akan mengadakan asosiasi karena gugus nonpolarnya (ekor) saling tarik menarik, sehingga terbentuk partikel koloid (Gambar 2.15).
Gambar 2.15 Larutan sabun merupakan koloid asosiasi. Ekor yang hidrofob cenderung berkumpul sekaligus menghindari air. Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi yang sama. Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan cucian kemudian mendispersikannya ke dalam air (lihat Gambar 2.16).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Gambar 2.16 Skema cara kerja detergen: (a) Kotoran atau bercak lemak pada bahan cucian; (b) molekul sabun atau detergen menarik kotoran dengan gugus nonpolarnya; (c) kotoran mulai terangkat; (d) kotoran didispersikan dalam air. Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi tetapi juga sebagai pembasah dan penurun tegangan permukaan. Air yang mengandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih
rendah
sehingga
lebih
mudah
meresap
pada
bahan
cucian
(Michael Purba, 2008). B. Kerangka Berpikir Sekolah Bertaraf Internasional di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 1951 seperti Jakarta International School (JIS). Akan tetapi keberadaan dari sekolah ini hanya dikhususkan untuk menampung siswa-siswa asing, yang orang tuanya bekerja sebagai diplomat atau bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional. Sejak itu, mulai bermunculan berbagai sekolah bertaraf/berstandar internasional di Indonesia, baik yang didirikan oleh kantor-kantor Kedutaan Besar asing maupun oleh lembaga-lembaga swasta (domestik dan asing) yang bergerak di bidang pendidikan. Hal itu didukung pula oleh kebijakan pemerintah dalam UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 tentang sekurang-kurangnya pemerintah atau pemerintah daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan untuk msing-masing jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional. Dalam konteks implementasi pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar, pembelajaran bermakna sebagai suatu proses yang mengatur lingkungan supaya siswa belajar dimana pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat menggunakan bilingual serta pembelajaran yang dilakukan berbasis TIK. Proses pembelajaran ini merupakan rangkaian kegiatan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
melibatkan berbagai komponen diantaranya guru, siswa, sumber belajar, sarana prasarana dan lingkungan. Semuanya berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini sudah tercantum dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Semua guru dituntut untuk mengembangkan SK dan KD tersebut menjadi suatu silabus. Kemudian silabus tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi RPP yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran,baik dari materi pelajaran, proses
pembelajaran
dan
evaluasi
pembelajaran.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) ini digunakan untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini disusun sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah serta daerahnya. Kegiatan pembelajaran kimia pada program RSBI harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut seorang guru harus berpedoman pada suatu acuan pembelajaran yaitu silabus dan RPP, sehingga seorang guru harus memiliki keahlian untuk menyusun silabus dan RPP sesuai dengan kreativitasnya. Demikian pula dengan guru kimia. Dalam pelaksanaannya di lapangan, acuan kegiatan pembelajaran yang inovatif seperti yang dicanangkan tersebut belum diterapkan oleh guru kimia. Untuk mengetahui efektifitas suatu program pembelajaran diperlukan suatu evaluasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yaitu melalui evaluasi proses dengan menggunakan model CIPP. Selama ini yang lebih sering dilakukan adalah evaluasi hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi peserta didik. Pada evaluasi pelaksanaan pembelajaran akan dilihat dari tiga segi yaitu dari input, proses pembelajaran dan produk atau hasil pembelajaran. Dari input, akan dinilai tentang kualitas siswa, kualitas guru dan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia serta kualitas dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru. Dari segi proses pembelajaran, akan dinilai apakah guru sudah menerapkan suatu strategi pembelajaran atau metode pembelajaran yang berpusat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
pada siswa serta lebih mengaktifkan siswa dalam pelaksanaannya di kelas serta penggunaan media, gaya mengajar dan interaksi antara siswa dan guru selama pembelajaran. Sedangkan dari segi produk atau hasil pembelajaran menggunakan nilai baik nilai aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dari materi yang diajarkan pada saat itu. Guru sudah atau belum menerapkan kurikulum berbasis KTSP pada program RSBI. Setelah dilakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran ini, akan didapatkan suatu hasil evaluasi yang menunjukkan bagaimana keterlaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar, kendalakendala yang dihadapi selama pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar serta usaha-usaha dalam mengembangkan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar. Dengan diperolehnya hasil evaluasi tersebut akan dijadikan suatu dasar untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait agar pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
commit to user
51
Input
Konteks pembelajaran pada program RSBI
Proses
Kondisi awal siswa, kualitas RPP
Gaya mengajar, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, penggunaan media dan interaksi kelas antara guru dan siswa
Evaluasi pelaksanaan pembelajaran
Hasil evaluasi produk
Hasil nilai ulangan
Saran dan rekomendasi
Gambar 2.17 Skema kerangka berpikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2011. Penelitian ini hanya dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah melaksanakan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), sehingga hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk memberikan rekomendasi kebijakan tentang penyelenggaraan pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di sekolah-sekolah serta kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya, dari hasil penelitian evaluatif tentang pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI ini diharapkan dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas input dan proses pembelajaran, yang pada akhirnya berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan dari sekolah-sekolah yang sudah menjalankan dan akan melaksanakan program RSBI.
B. Rancangan Penelitian 1.
Model Penelitian
Model penelitian evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian
Context,
Input,
Process
dan
Product
(CIPP)
(Eko Putro Widoyoko, 2011) dengan pendekatan metode campuran antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan secara evaluatif pelaksanaan pembelajaran kimia pada program Rintasan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar, sedangkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dipergunakan untuk dalam menjawab rumusan masalah keterlaksanaan program RSBI di SMA Karanganyar. .
commit52to user
Negeri 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
2.
Tahapan Penelitian
Sesuai dengan karakteristik dan tujuan penelitian, prosedur penelitian ini mengikuti tahapan berikut: a.
Observasi awal
b.
Penyusunan proposal dan instrumen penelitian
c.
Perbaikan instrumen dan persiapan memasuki lapangan
d.
Pengumpulan data
e.
Analisis dan interpretasi data
f.
Pembahasan hasil penelitian
g.
Penyusunan laporan
C. Sumber Data Sumber data adalah segala sesuatu yang menunjuk pada asal diperoleh (Suharsimi Arikunto, dkk, 2004: 65). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: 1.
Narasumber
Narasumber adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kimia dan siswa kelas XI IPA. 2.
Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa menjadi informasi karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi sosial melibatkan tempat, perilaku, dan aktivitasnya. Dalam hal ini tempat memuat dua jenis data yang dapat dikumpulkan yaitu benda-benda sebagai objek diam, meliputi kondisi ruang kelas, sarana prasarana, dan sebagainya, dan yang bergerak meliputi proses pembelajaran di kelas dan kegiatan belajar mengajar. 3.
Arsip dan Dokumen
Arsip dan dokumen merupakan sumber data yang paling penting. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian meliputi segala bentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
literatur/pustaka/arsip dan dokumen operasional yang relevan dengan objek penelitian.
D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Purposive
sampling
(Sugiyono,
2008:300)
digunakan
karena
mempertimbangkan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, dalam penenlitian ini mengambil sampel siswa kelas III IPA dan juga guru SMA Negeri I Karanganyar yang mengajar dalam kelas tersebut dengan pertimbangan siswa dan guru kimia tersebut terlibat langsung atau sebagai pelaksana (implementor) dalam pembelajaran kimia pada program RSBI, sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
kualitatif
umumnya
metode
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data adalah pengamatan/ observasi, wawancara dan dokumentasi (Sugiyono, 2008:308). Begitu pula dengan penelitian evaluasi juga menggunakan teknik pengumpulan data yang sama dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian lain. Berdasarkan hal tersebut maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data meliputi pengamatan/ observasi, wawancara, analisi dokumen, dan angket atau kuesioner. Dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 variabel yaitu perencanaan, proses, penilaian hasil belajar. Adapun dalam teknik pengumpulan data menggunakan teknik yang berbeda untuk setiap variabel, seperti dibawah ini : a. Variabel perencanaan menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara b. Variabel
proses
pelakasanaan
pembelajaran
menggunakan
teknik
pengumpulan data observasi, angket, wawancara dan studi dokumentatif. c. Variabel penilaian hasil belajar menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumentatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
1.
Pengamatan/Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi partisipasi terbatas karena pengamatan
dilakukan
dalam
beberapa
kali
kunjungan,
peneliti
tidak
merahasiakan identitas, dan berusaha membina hubungan yang baik dengan subjek penelitian. Peneliti akan mengamati secara langsung bagaimana kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran, bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan dan kegiatan apa saja yang dilakukan guru dan siswa. 2.
Wawancara
Informan yang diwawancarai adalah penanggungjawab program RSBI dan guru kimia. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara terstruktur yaitu wawancara dilakukan dengan berpegang pada pedoman yang telah disiapkan. 3.
Analisis Dokumen
Analisis dokumen merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap dokumen yang meliputi rencana pembelajaran, silabus, daftar nilai siswa, dan lain-lain yang mendukung penelitian. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah (Suharsimi Arikunto, 2002). 4.
Angket atau Kuesioner
Dalam penelitian ini digunakan angket berstruktur karena pada angket ini pertanyaan diajukan dalam bentuk pernyataan terbuka dan responden diberi alternatif jawaban untuk menjawab pertanyaan menurut pendapatnya sendiri.
F. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini disusun untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas serta data-data yang mendukung penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran dikembangkan dari standar proses yang diterbitkan oleh BSNP. Di sisi lain, pedoman observasi keterlaksanaan program RSBI disusun berdasarkan Panduan penyelenggaraan RSMABI tahun 2008 dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 78 tahun 2008 tentang penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk pedoman observasi dibagi menjadi 3 yaitu pedoman observasi aktivitas guru mengajar, pedoman observasi siswa dan juga pedoman observasi sarana dan prasarana seperti pada Lampiran 1. 2.
Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dibuat sebagai pedoman agar wawancara tetap terarah dan tidak menyimpang dari penelitian. Pedoman wawancara ini dibuat untuk mendapatkan informasi dari kepala sekolah dan guru kimia tentang pelaksanaan
pembelajaran
kimia
terkait
dengan
penggunaan
metode
pembelajaran, penggunaan media pembelajaran dan evaluasi pembelajaranyang dilakukan oleh guru kimia seperti pada Lampiran 2. 3.
Pedoman Dokumentasi
Pedoman ini dibuat untuk mendaftar jenis-jenis dokumen-dokumen yang mendukung penelitian. Dokumen yang dijadikan data disini meliputi, silabus, program tahunan, program semester dan rencana pelaksanaan pembelajaran dan dokumen lain yang mendukung penelitian seperti pada Lampiran 3. 4.
Angket
Angket ini dibuat untuk mendapatkan informasi dari siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di kelas dan minat siswa terhadap mata pelajaran kimia seperti pada Lampiran 4.
G. Validitas Data Instrumen Penelitian khususnya angket sebelum digunakan untuk mengambil data, angket tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahu kualitas dari angket. Validitas dari angket menggunakan validitas item dan reliabilitas menggunakan rumus dari Cronbrach. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
merupakan suatu cara memandang permasalahan/objek yang dievaluasi dari berbagai sudut pandang (Sugiyono, 2008:372). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi data (sumber).
H. Teknik Analisis Data Data dianalisis sesuai dengan jenis dan karakteristik informasi yang diperoleh. Untuk itu dilakukan tabulasi data atau penyajian data dalam bentuk matriks untuk melakukan klasifikasi hasil-hasil penelitian. Selanjutnya, data dianalisis, dievaluasi dan ditafsirkan secara objektif. Cara analisis terdiri dari dua bagian yaitu analisis untuk menghasilkan kesimpulan atas data empiris dan analisis untuk menghasilkan alternatif rekomendasi kebijakan. Analisis pertama untuk menemukan apa yang perlu direkomendasi, sedangkan analisis kedua menjadi dasar untuk merumuskan alternatif rekomendasi kebijakan yang operasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam penelitian ini data yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 3 yaitu 1) input data yang diperoleh berupa nilai masuk siswa, kualitas dari RPP yang dibuat oleh guru, dan hasil angket minat yang diisi oleh siswa terhadap pembelajaran kimia, 2) proses data yang berupa hasil wawancara dengan penanggung jawab RSBI dan guru kimia, hasil angket siswa, hasil observasi proses pembelajaran, dan dokumentasi terhadap proses pembelajaran serta arsip-arsip yang mendukung penelitian dari sekolah yang diteliti serta dan 3) produk data yang diperoleh berupa nilai ulangan harian siswa pada pokok bahasan koloid. 1. Kondisi Awal (Input) Dalam proses ini data yang diperoleh dibagi menjadi tiga yaitu dilihat dari kualitas input siswa dan minta siswa serta kualitas dari RPP yang dibuat oleh guru, sedangkan minat siswa data yang diperoleh dari angket yang disebarkan untuk siswa. Kualitas RPP yang dibuat guru diperoleh dari penilaian dosen. a. Kualitas siswa Kualitas input siswa diperoleh dari studi dokumentatif yaitu dari nilai yang didapatkan siswa ketika mereka mendaftar sebagai siswa baru di SMA Negeri I Karanganyar yang meliputi nilai rata-rata rapor, nilai tes akademik, nilai tes wawancara dan nilai rata-rata Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN). Dari studi dokumentatif diperoleh data seperti pada Tabel 4.1, untuk data lebih rinci bisa dilihat di Lampiran 5.
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Tabel 4.1. Tabel Distribusi Kualitas Siswa SMA Negeri I Karanganyar Tahun 2009/2010 Interval Nilai Frekuensi 22-44 0 45-67 12 68-90 22
Persentase (%) 0 35,30 64,70
Kategori Rendah Sedang Tinggi
b. Minat siswa Data minat siswa diperoleh dari angket yang disebarkan kepada siswa yang disusun berdasarkan indikator yang isinya mencakup ketertarikan, perhatian dan aktivitas siswa bersumber dari buku slameto (180: 1995). Ketertarikan siswa meliputi mengikuti pelajaran kimia, peningkatan kedisiplinan; perhatian siswa meliputi kedatangan guru, pengetahuan, kemampuan berpikir, ekspresi siswa; dan terakhir adalah aktivitas siswa meliputi: mengajukan dan atau menjawab pertanyaan dari guru, mengerjakan tugas yang diberikan guru , belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus. Deskripsi data dari minat siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini, untuk data lebih rinci bisa dilihat di Lampiran 6. Tabel 4.2. Tabel Distribusi Minat Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar Indikator A. Ketertarikan 1. Aplikatif 2. Eksperimen 3. Sedikit rumus dan sedikit teori 4. Banyak rumus dan banyak teori B. Perhatian 1. Kehadiran 2. Keseriusan C. Aktivitas 1. Review materi 2. Mengerjakan PR atau tugas 3. Menjawab pertanyaan 4. Mengisi waktu luang
Rendah
Kategori (%) Sedang
Tinggi
Total (%)
0 0 0
26,47 11,76 32,35
75,76 88,24 67,65
100 100 100
0
23,53
76,47
100
0 0
11,74 26,47
88,26 73,53
100 100
11,77 2,94
58,82 58,82
29,41 38,24
100 100
5,88
67,65
26,47
100
0
73,53
26,47
100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
c. Kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Data kualitas RPP diperoleh dari studi dokumentatif berupa RPP yang sudah dibuat oleh guru ketika mengajar di dalam kelas. Penilaian kualitas RPP yang dibuat oleh guru dilakukan oleh dosen menggunakan pedoman dari DIKTI. Dari penilaian dosen mengenai RPP yang dibuat guru bisa dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini untuk lebih rinci data bisa dilihat di Lampiran 7. Tabel 4.3. Persentase Penilaian RPP Guru Indikator Penilaian Perumusan Masalah Rumusan Kompetensi dan indikatornya Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar Pemilihan Sumber/ Media Pembelajaran Strategi Pembelajaran Penilaian Hasil Belajar Skor total
Persentase (%) 70,83 79,17 75,00 62,50 65,63 50,00 67,19
2. Hasil Wawancara Data yang diperoleh dari hasil wawancara ini akan dibedakan menjadi 2 yaitu wawancara dengan penanggungjawab program RSBI (wawancara I) dan wawancara dengan guru kimia (wawancara II) dari sekolah yang diteliti. a. Wawancara I Tentang Pelaksanaan RSBI Di Sekolah Wawancara I ini untuk mengetahui pelaksanaan program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar. Wawancara dilakukan dengan penanggungjawab program rintisan sekolah bertaraf internasional di SMA Negeri I Karanganyar. Data hasil wawancara I dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan di Lampiran 8. Tabel 4.4. Data Hasil Wawancara I No. 1. 2. 3.
Aspek Pelaksanaan program RSBI Alasan terpilihnya SMA N 1 Karanganyar sebagai sekolah penyelenggara program RSBI Prioritas dari SMA N I Karanganyar untuk menunjang program RSBI
Jawaban Sejak tahun pelajaran baru 2008/ 2009 SMA Negeri 1 Karanganyar telah memenuhi verifikasi sebagai SMA penyelenggara program RSBI. Prioritas utama dari pihak sekolah adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas SDM yang ada di SMA Negeri 1 Karanganyar dimana mereka dimotivasi untuk melanjutkan S2 yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
4.
Hal yang dilakukan dari pihak sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru untuk menunjang program RSBI
5.
Pengembangan silabus
6. 7. 8.
Pemahaman guru tentang program RSBI Persentase pelaksanaan program RSBI di SMA N 1 Karanganyar Potensi daya dukung sekolah
9.
Kemitraan dengan pihak Luar
10.
Kendala dalam program RSBI
11.
Usaha yang dilakukan sekolah
12.
Evaluasi program RSBI
13.
Potensi lokal yang dimiliki oleh SMA N 1 Karanganyar
linear, mau mengikuti kegiatan workshop ataupun pelatihan karena untuk guru-guru senior minat untuk mengikuti kursus kurang. Selain itu juga terkait masalah fasilitas yaitu dimulai dari tahap renovasi pembangunan gedung sekolah secara bertahap dan dilanjutkan dengan fasilitasfasilitas yang lain Hal yang dilakukan dari pihak sekolah untuk menunjang pembelajaran adalah dengan melakukan pelatihan seperti pelatihan bahasa Inggris bekerjasama dengan LPIA, LCC dan LIA, Pelatihan IT bekerjasama dengan teman atau mereka kursus secara mandiri di lembaga, workshop silabus dan RPP serta evaluasi pembelajaran pelaksanaannya adalah dari pihak sekolah dengan mendatangkan pakar, ada yang dari provinsi, ada yang dari tingkat nasional serta ada yang dengan MGMP (RPP) Dikembangkan oleh guru mata pelajaran masing-masing melalui MGMP 70% 60% s.d 70% Ruang kelas sudah ber-AC, ada LCD, ada komputer untuk pembelajaran berbasis IT, layar LCD, sumber bacaan bilingual ada, ada titik area hotspot Ada dengan LPIA, LCC dan LIA untuk pelatihan bahasa Inggris, SMA N 4 Denpasar bidang kurikulum, SMA N 3 bandung penambahan jam pelajaran di luar jam sekolah, Pioneer Junior College tukar menukar guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kurangnya semangat dari guru senior, dan belum meratanya fasilitas pembangunan, pemahaman beberapa guru yang kurang tentang RSBI, pemanfaatan media serta sumber belajar yang belum terlalu optimal baik oleh guru ataupun siswa. Memotivasi guru, mengadakan pelatihan dan mengikutsertakan guru dalam workshop baik untuk pembuatan media pembelajaran ataupun terkait dengan assesmen. Evaluasi setiap tahun dari direktorat tinggi Jakarta dan juga dari provinsi serta dari dinas pendidikan kabupaten. Dalam bidang olahraga: panahan, seni tari dan juga seni rupa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Tabel 4.4. Lanjutan Data Hasil Wawancara I No. 14.
Aspek Jawaban Target dari SMA N 1 Karanganyar Target dari lulusan program RSBI adalah terhadap lulusan a. Siswa bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar dan benar b. Siswa bisa menguasai IT dengan baik c. Siswa bisa berkompetisi atau bersaing dalam event baik nasional maupun internasional. d. Siswa bisa lulus baik lulus secara Institusi/ Lembaga maupun lulus dalam kelompok mata pelajaran
b. Wawancara II Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Pada Program RSBI Wawancara II dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI. Wawancara II dilakukan dengan guru kimia dan data hasil wawancara II dari sekolah yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan di Lampiran 9. Tabel 4.5. Data Hasil Wawancara II No.
1.
Pertanyaan Perencanaan pembelajaran
2.
Penerapan RPP
3.
Pengelolaan program pembelajaran
4. 5. 6.
Kemampuan dan Minat Siswa Pemilihan Metode Pembelajaran Penggunaan Metode Pembelajaran
7.
Penggunaan Media Pembelajaran
8.
Penggunaan Sumber Belajar
9.
Usaha Guru untuk Meningkatkan keaktifan dan minat siswa
10.
Penilaian Hasil Belajar
Jawaban Selalu membuat perangkat pembelajaran biasanya di awal tahun bersama tim MGMP sekolah. Bersifat fleksibel, sesuai dengan karakteristik/ kondisi sekolah Tergantung pada kedalaman materi, penguasaan materi dan tingkat kesulitan materi Cukup berminat kira-kira 70% Berdasarkan rata-rata karakteristik siswa Lebih sering menggunakan metode tanya jawab, diskusi dan pemberian latihan soal Disesuaikan dg media yang dimiliki sekolah, biasanya menggunakan power point atau macromedia flash hasil download atau sharing dengan teman Guru : buku-buku dari berbagai penerbit. Siswa : LKS, buku Kimia dari Erlangga dan internet a. Menyajikan pembelajaran yang humoris dan menarik b. Melakukan praktikum c. Melibatkan siswa untuk menjawab soal sekaligus alasannya Tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Tabel 4.5. Lanjutan Data Hasil Wawancara II No.
11.
Pertanyaan Tindakan untuk siswa yang tidak tuntas KKM
12.
Remidi pengajaran atau remisi tes
13.
Hambatan Pembelajaran
dalam
Pelaksanaan
Jawaban Diadakan remedial terhadap siswa yang belum tuntas sedangkan untuk siswa yang punya kemampuan lebih diadakan pengayaan. Remidi tes karena kalau mau mengadakan remidi pengajaran waktunya yang tidak ada a. Kemampuan dan karakteristik siswa yang beragam b. Penggunaan bahasa Inggris karena penguasan bahasa Inggris yang kurang, selain guru yang kurang penguasaan bahasa Inggris siswa pun juga kurang c. Fasilitas yang kadang-kadang juga susah, jaringan internet yang tidak terlalu bagus. Dan kadang-kadang susah mencari literature. d. susah membuat media pembelajaran karena penguasaan IT yang kurang e. tidak adanya laboran jadi merasa kesulitan ketika mau mengajak siswa untuk praktikum di laboratorium
3. Hasil Observasi Observasi ini dilakukan selama ± 1 bulan, dengan melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru untuk satu bab terakhir semester 2. Data observasi ini akan dibedakan menjadi 2 yaitu data observasi guru kimia dan data observasi siswa dari sekolah yang diteliti. a. Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Data hasil observasi guru disusun berdasarkan persentase jumlah pertemuan yang dilakukan yang menunjukkan aktivitas guru melakukan kegiatan tersebut. Penilaian aktivitas guru selama proses belajar mengajar meliputi persiapan mengajar, penggunaaan metode dan gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar serta evaluasi pembelajaran. Adapun hasilnya dapat ditunjukkan pada Tabel 4.6. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Tabel 4.6. Persentase Aktivitas Guru Kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar
Indikator Penilaian Persiapan mengajar Penggunaan metode dan gaya mengajar Penggunaan media dan sumber belajar Evaluasi pembelajaran Skor total
Persentase (%) 91,67 61,11 54,17 67,71 68,67
b. Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Data hasil observasi siswa disusun berdasarkan persentase jumlah pertemuan yang menunjukkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Penilaian aktivitas siswa meliputi perhatian siswa terhadap pelajaran, keaktifan siswa bertanya, kemampuan siswa dalam mejawab pertanyaan dan interaksi yang terjadi pada saat pembelajaran baik interaksi antar siswa maupun interaksi antara siswa dengan guru dan lingkungan/ sumber belajar. Adapun data hasilnya dapat ditunjukkan pada Tabel 4.7 dan di Lampiran 11. Tabel 4.7. Persentase Aktivitas Siswa di SMA Negeri I Karanganyar Indikator Penilaian Persentase (%) Perhatian 79,71 Keaktifan bertanya 62,50 Menjawab pertanyaan 79,17 Interaksi antar siswa 45,83 Interaksi siswa dengan sumber belajar 62,50
Di samping observasi terhadap proses pembelajaran, observasi juga dilakukan terhadap fasilitas-fasilitas sekolah dan hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian. Dari hasil observasi terhadap fasilitas sekolah khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran kimia diketahui bahwa sekolah yang diteliti sudah memiliki laboratorium kimia dan media pembelajaran kimia, hanya saja alat ataupun media pembelajaran yang dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal oleh guru untuk kegiatan pembelajaran kimia. Hal itu dikarenakan laboratorium yang dimiliki masih belum mencukupi kebutuhan siswa (jumlah alat yang sedikit) dan bahan-bahan kimianya sudah lama tidak digunakan sehingga sudah banyak yang rusak serta belum adanya laboran yang mengurusi laboratorium. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
4. Hasil Angket Angket siswa ini digunakan untuk mengetahui penilaian siswa terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung dan saran ataupun kritik yang diberikan untuk pembelajaran kimia. Aspek yang dinilai siswa dalam angket ini adalah metode pembelajaran dan gaya mengajar, alat/ media/ sumber belajar, evaluasi pembelajaran, interaksi dalam proses pembelajaran, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Metode pembelajaran dan gaya mengajar yang dimaksud adalah guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa belajar meliputi sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan karakteristik materi, sesuai dengan daya dukung sarana dan prasarana, mendorong siswa aktif dan kreatif, meningkatkan mutu produk belajar dan sesuai dengan konsep. Penilaian alat/ media meliputi mencantumkan sumber belajar, terdiri atas beberapa sumber belajar, sesuai dengan kompetensi dasar, menggunakan power point, mendayagunakan flash, video, CD, menggunakan animasi pembelajaran, dan menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris. Interaksi dalam proses pembelajaran meliputi siswa bertanya kepada guru dan atau siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan yang terakhir ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran pada program RSBI. Dari angket diperoleh data sebagai berikut pada Tabel 4.8 dan di Lampiran 12. Tabel 4.8. Persentase Tentang Proses Pembelajaran Kimia di SMA Negeri I Karanganyar Kategori (%) Indikator Total (%) Rendah Sedang Tinggi a. Metode Pembelajaran 17,65 44,12 55,88 100 dan gaya mengajar b. Alat/ media/ sumber 11,76 58,82 29,41 100 belajar c. Evaluasi pembelajaran 5,88 41,18 29,41 100 d. Interaksi dalam proses 5,88 58,82 35,29 100 pembelajaran 2,94 50,00 47,06 100 e. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
5. Hasil Dokumentasi Tentang Perangkat Pembelajaran Data yang diperoleh dari dokumentasi yaitu dokumentasi tentang perangkat pembelajaran yang dibuat guru-guru kimia dari sekolah yang diteliti, instrumen penilaian kognitif, daftar nilai (Lampiran 13), pedoman KKM (Lampiran 14), serta dokumentasi foto tentang proses pembelajaran yang berlangsung selama proses pembelajaran materi koloid (Lampiran 15).
B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri I Karanganyar, kendala yang dihadapi serta usaha-usaha yang dilakukan guru kimia dalam mengembangkan pembelajaran kimia, sehingga analisis data dan pembahasan akan dibedakan menjadi 3 hal yaitu input, proses dan produknya. 1.
Kondisi awal (Input)
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.1, kondisi awal (input) siswa kelas XI IPA 3 di SMA Negeri I Karanganyar 64,70% termasuk kategori tinggi, sisanya 35,30% tergolong kategori sedang. Hal tersebut bisa dilihat juga dari tingkat persaingan yang cukup ketat yaitu dari 640 siswa yang mendaftar pada tahun pelajaran 2009/2010 yang diterima adalah 288 siswa. Siswa yang mendaftar harus melalui serangkaian tes seperti tes potensi akademik (TPA), tes kemampuan akademik, dan tes wawancara serta menyerahkan beberapa dokumen seperti nilai SKHUN. Untuk guru yang saat ini mengajar bidang studi kimia sudah memiliki kualifikasi S2, dimana S1 dalam bidang pendidikan kimia dan S2 magister majemen. Guru juga belum mencapai standar yang disyaratkan untuk kemampuan bahasa Inggris dimana guru harus memiliki skor IELTS 7,5. Hal itu juga bisa dilihat didalam observasi yang dilakukan dimana guru jarang menggunakan bahasa Inggris dalam proses pembelajaran, penggunaan bahasa Inggris oleh guru hanya terlihat pada pembuatan perangkat pembelajaran saja yaitu seperti pembuatan silabus, program tahunan, program semester dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran saja. Dalam Permendiknas no. 79 tahun 2009 guru yang mengajar dalam program RSBI harus memiliki skor TOEFL tes lebih besar dari 7,5 dalam skala internet based learning. Akan tetapi, dalam hal ini guru belum memiliki kualifikasi tersebut. Hal ini didukung dari Sumitomo B (2012: 25) yang menyatakan bahwa sebanyak 600 guru sekolah SBI di Indonesia yang ikut dalam Test of English for International Communication (ToEIC) jauh dari kategori memuaskan, bahkan 60% diantaranya tergolong pada level rendah. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program RSBI Profil pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar akan dibedakan menjadi 3 yaitu perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. a. Perencanaan Pembelajaran Kimia Perencanaan pembelajaran ini meliputi penyusunan perangkat pembelajaran seperti
pengembangan
silabus,
program
tahunan,
program
semester
dan
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Berdasarkan hasil penelitian, guru kimia SMA Negeri I Karanganyar sudah menyusun perangkat pembelajaran, mulai dari pengembangan silabus sampai pengembangan RPP. Pengembangan silabus kimia ini dilakukan oleh musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) kimia sekolah berdasarkan silabus yang disusun MGMP kimia kabupaten berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dengan beberapa perubahan sesuai dengan kondisi dan tuntutan sekolah. Pada umumnya dalam mengembangkan silabus, guru hanya mengutip standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada lampiran standar isi yaitu guru belum melakukan pengkajian atau pemetaan kompetensi (laporan hasil pelaksanaan kegiatan bimtek KTSP di SMA tahun 2009), karena mereka belum memahami bahwa proses pengkajian dimaksud sangat penting dan bermanfaat untuk merumuskan indikator pencapaian, materi pokok, kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran penentuan bentuk dan jenis soal, serta sumber/bahan belajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) bidang studi kimia dibuat oleh guru-guru kimia SMA Negeri I Karanganyar. Berdasarkan Tabel 4.3, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
rata-rata penilaian dosen terhadap RPP yang sudah dibuat oleh guru adalah 67,19% tergolong kategori cukup baik. Penilaian ini meliputi perumusan masalah, rumusan kompetensi dan indikatornya, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber/ media pembelajaran, strategi pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Dalam pembuatan RPP guru kimia belum menyesuaikan dengan Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses. Didalam standar proses dijelaskan pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru kimia masih sangat sederhana, belum mencakup semua yang disyaratkan dalam Permendiknas no. 41 tahun 2007. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru kimia hanya meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran seperti kegiatan pendahuluan, kegitan inti meliputi kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi serta kegiatan penutup belum dijelaskan secara mendetail oleh guru kimia didalam RPP. Evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kimia juga belum dijelaskan didalam RPP. b.
Proses Pembelajaran Kimia Dalam konteks implementasi pembelajaran RSBI berdaya dukung KTSP,
pembelajaran dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar dengan melibatkan berbagai komponen belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat kegiatan (students centered learning). Proses pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, sehingga segala kegiatan yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran sudah terlihat dalam RPP yang disusun. Guru
kimia
SMA
Negeri
I
Karanganyar
sudah
menyusun
dan
mengembangkan RPP yang menunjukkan pembelajaran yang menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, hanya saja RPP tersebut tidak semuanya diterapkan dalam pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
tersebut lebih bersifat fleksibel yaitu disesuaikan dengan kondisi di kelasnya dan keadaan sekolah. Didalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis bahwa metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran kimia koloid antara lain menggunakan metode diskusi informasi, tanya jawab dan eksperimen. Dari hasil pengamatan atau observasi yang dilakukan selama 4 kali pertemuan di dalam kelas, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar kebanyakan masih menggunakan ceramah plus, yaitu ceramah yang disertai dengan dengan tanya jawab. Berdasarkan Tabel 4.8, menurut siswa penggunaan metode pembelajaran dan gaya mengajar yang digunakan guru 55,88% menilai menarik dan sisanya 44,12% menilai penggunaan metode pembelajaran dan gaya mengajar yang digunakan guru cukup menarik. Hal ini juga bisa dilihat pada ketuntasan belajar kimia koloid yaitu sekitar 58, 82% seperti pada Lampiran 13. Penggunaan variasi metode pembelajaran belum dilakukan oleh guru kimia SMA Negeri 1 Karanganyar seperti mengombinasikan metode ceramah dengan metode diskusi, analogi, eksperimen/ praktikum, latihan soal, pemberian tugas dan tanya jawab. Modifikasi terhadap metode ceramah seperti yang dicontohkan diatas oleh Muhibin (2006) disebut sebagai metode ceramah plus. Modifikasi ini dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam memfasilitasi karakteristik, minat dan potensi siswa yang berbeda tersebut agar terpenuhi semua. Dalam pengamatan di dalam kelas juga terlihat bahwa guru jarang memberikan penguatan dan balikan (reinforcement and feedback) terhadap siswa. Padahal penguatan dan balikan ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sekaligus penguatan ini juga berfungsi sebagai bentuk balikan bagi siswa dan guru atas proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Didalam pembelajaran kimia pada program RSBI idealnya dalam pelaksanaan pembelajaran kimia itu harus memenuhi beberapa hal antara lain: materi sebagian berasal dari internet, berkomunikasi bilingual dan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
yang terjadi, guru masih sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan guru masih banyak melakukan aktivitas menulis di papan tulis. Penggunaan media/sumber belajar di dalam proses pembelajaran belum dilakukan sepenuhnya oleh guru. Berdasarkan Tabel 4.8, siswa menilai penggunaan media/sumber belajar 11,76% kurang baik, 58,82% cukup baik dan 29,41% baik. Berdasarkan pengamatan sumber belajar yang digunakan oleh guru kimia adalah buku kimia bilingual dimana dalam satu meja hanya terdapat satu buah buku pegangan. Penggunaan sumber belajar di SMA Negeri 1 Karanganyar hanya LKS dari MGMP Kabupaten dan buku dari penerbit Erlangga. Penggunaan buku ajar dari perpustakaan juga belum dilakukan secara maksimal oleh guru maupun siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan fasilitas, media dan sumber belajar yang menarik dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar, maka hal itu akan menumbuhkan semangat siswa dan akan berimbas pada nilai akhir siswa. Dalam hal ini guru bisa menggunakan media pembelajaran berupa media gambar atau media objek nyata karena materi pokok koloid sangat dekat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari (Zainudidin Muhtar dan Lalilan Siregar, 2007). Pembelajaran yang dilakukan harus dapat mengoptimalkan interaksi antara kedua komponen tersebut, yaitu interaksi multiarah (guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru). Berdasarkan Tabel 4.8, menurut penilaian siswa: 5,55% siswa menilai interaksi yang terjadi kurang baik, 58,82% cukup baik dan sisanya 35,29% menilai baik. Dari pengamatan ataupun penilaian siswa interaksi yang terjadi di dalam kelas sebenarnya sudah cukup baik tetapi perlu ditingkatkan lagi sehingga interaksi yang terjadi akan lebih optimal lagi. Peningkatan interaksi supaya lebih optimal bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, memberikan tugas dan juga menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa seperti Student Teams Achievement Divisions (STAD) atau menggunakan metode praktikum yang lebih cocok untuk pokok bahasan koloid . Dalam pembelajaran RSBI, tahapan pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Dari ketiga tahapan pembelajaran tersebut, guru kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar masih sering commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
meninggalkan tahapan penutup yang berupa penarikan kesimpulan dan kegiatan tindak lanjut. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi (Lampiran 12) yang menunjukkan bahwa guru kimia jarang membuat kesimpulan bersama dengan siswa. Padahal kegiatan penutup adalah penting untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran (Uzer Usman, 2007: 92). c. Penilaian Hasil Belajar Penilaian yang dilakukan harus dapat memantau proses dan kemajuan belajar siswa (kompetensi apa saja yang telah dicapai siswa) serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Standar penilaian yang disyaratkan dalam pembelajaran RSBI adalah melaksanakan penilaian berbasis TIK, mengelola penilaian berbasis TIK, melaksanakan pengembangan KTSP sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam mewujudkan mutu yang berstandar sekolah dinegara maju dan melaksanakan pengujian dengan menggunakan soal berbahasa Inggris (Pedoman Penyelenggaraan RSMABI, 2009). Penilaian yang juga harus meliputi 3 aspek (kognitif, afektif dan psikomotor). Berdasarkan pengamatan, guru kimia SMA Negeri I Karanganyar hanya melaksanakan penilaian untuk ranah kognitif saja untuk materi kimia koloid yaitu berupa tes ulangan harian. Soal tes yang digunakan untuk penilaian terdiri dari 88 soal pilihan ganda (dibagi 2 untuk soal ganjil dan genap masing-masing siswa mengerjakan 44 soal) dan 2 soal esai. Soal yang digunakan guru hanya mengambil dari sebuah buku dan semua butir soal berbahasa Indonesia. Dalam penilaian terutama aspek kognitif perlu ditetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan sebagai acuan dalam mengetahui ketercapaian tujuan belajar yang diharapkan. Sekolah Menengah Negeri I Karanganyar memiliki nilai KKM yang cukup tinggi yaitu 75 (Lampiran 14) untuk materi koloid. Hal ini menunjukkan kemampuan akademik untuk SMA Negeri I Karanganyar cukup tinggi. Siswa yang belum tuntas pada materi koloid sebesar 41,18% (Lampiran 13). Padahal dalam pembelajaran kimia RSBI pencapaian kriteria ketuntasan ideal siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
diharapkan mencapai 100% (Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggara RSBI) . Hal ini perlu menjadi perhatian guru untuk meningkatkan proses pembelajaran kimia. Dalam Pembelajaran RSBI, siswa yang belum mencapai batas tuntas (nilai ≤ KKM) akan mendapatkan program remedial yang dapat berupa: 1) Pembelajaran ulang dengan media dan metode yang berbeda 2) Belajar mandiri 3) Belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau tutor sebaya. Sedangkan siswa yang sudah tuntas (mencapai nilai ≥ KKM) maka siswa tersebut akan mendapatkan program pengayaan. Program pengayaan ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang pandai untuk tetap mempertahankan kecepatan belajarnya (Mulyasa, 2007). Berdasarkan hasil pengamatan, guru kimia SMA Negeri I Karanganyar sudah menerapkan program remedial untuk siswa yang belum tuntas, hanya saja remidi yang dilakukan dalam hal ini adalah remedial tes bukan seperti yang diharapkan. Sedangkan program pengayaan juga belum dilakukan untuk siswa yang sudah tuntas karena waktu yang dimiliki terbatas. 3. Kendala-Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Pada Program RSBI Dalam pelaksanaan pembelajaran kimia, terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh guru kimia terutama dalam proses pembelajaran dan penilaiannya. Berdasarkan wawancara dengan guru kimia kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI ada 3 aspek yaitu perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar: a. Perencanaan Pembelajaran Kendala-kendala yang dihadapi guru
kimia
adalah
pengembangan
perencanaan pembelajaran (RPP) yang dapat memfasilitasi keberagaman karakteristik siswa. Guru merasa kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut serta guru merasa kesulitan untuk membuat suatu media pembelajaran yang menarik untuk siswa. Hal inilah yang menyebabkan pelaksanaan pembelajaran di kelas berbeda dengan RPP yang telah disusun. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
lebih bersifat fleksibel yaitu disesuaikan dengan keadaan kelas saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, karena di kabupaten Karanganyar hanya terdapat satu sekolah RSBI membuat guru kimia SMA Negeri I Karanganyar terbatas untuk berdiskusi mengenai pembelajaran kimia pada program RSBI bahkan untuk melakukan diskusi dengan guru yang mengajar mata pelajaran yang sama di satu sekolah karena padatnya jam mengajar guru. b. Proses Pembelajaran Kendala-kendala yang dihadapi guru kimia SMA Negeri I Karanganyar dalam proses pembelajaran meliputi: 1) Jumlah siswa yang terlalu banyak Dalam Pembelajaran RSBI, jumlah maksimal siswa dalam setiap kelas adalah 25 siswa. Sedangkan jumlah siswa setiap kelasnya yang terdapat di SMA Negeri I Karanganyar lebih besar dari 25 siswa. SMA Negeri I Karanganyar terdiri dari 32-34 siswa/kelas. Jumlah siswa yang terlalu banyak ini berkecenderungan: a) Suasana belajar menjadi tidak kondusif. b) Kepuasan belajar siswa akan cenderung menurun karena akan mendapatkan pelayanan terbatas dari guru (perhatian guru akan semakin terpecah). c) Semakin banyak jumlah siswa, siswa akan semakin berkurang partisipasinya. d) Guru kesulitan dalam mengelola kelas ketika pembelajaran berlangsung ditambah lagi apabila guru harus menjelaskan dalam bahasa Inggris. 2) Fasilitas laboratorium kimia yang belum digunakan oleh guru kimia. Sekolah Menengah Atas Negeri I Karanganyar sudah memiliki laboratorium kimia, namun fasilitas yang terdapat di dalamnya masih belum memadai. Hal ini terlihat dari jumlah peralatan praktikum yang masih sedikit dan banyak yang rusak, bahan-bahan kimia yang sudah kadaluarsa dan tidak adanya laboran. Hal inilah yang menyebabkan guru jarang mengajak murid untuk melakukan eksperimen dimana kalau mereka menyiapkan semua alat dan bahan praktikum akan membutuhkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
waktu yang cukup lama sedangkan mereka juga mempunyai waktu terbatas untuk menyelesaikan materi pelajaran. 3) Penggunaan sarana dan prasarana yang belum optimal Sarana prasarana yang dimaksud adalah penggunaan multimedia (komputer/ IT) untuk mengembangkan pembelajaran kimia, pemanfaatan laboratorium dan pemanfaatan perpustakaan. Meskipun di dalam kelas sudah terdapat fasilitas komputer lengkap beserta jaringan internetnya, tetapi penggunaannya belum terlalu optimal oleh guru. Hal itu dikarenakan guru belum terlalu mahir menggunakannya dan jaringan internet yang kadang-kadang susah untuk diakses. Selain itu, guru juga merasa kesulitan untuk mebmuat media pembelajaran terutama media berbahasa Inggris karena kemampuan guru yang kurang dalam bahasa Inggris dan sudah lama tidak menggunakan bahasa Inggris. Penggunaan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru sekitar 72,22% seperti pada Lampiran 16. 4) Penggunaan Bahasa Inggris yang kurang Di dalam pembelajaran kimia RSBI seharusnya guru sudah menggunakan media pembelajaran ataupun menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris 50-70%. Akan tetapi penggunaannya dalam pembelajaran hanya sekitar 20% saja. Hal ini disebabkan karena kemampuan bahasa Inggris guru yang kurang ditambah siswa juga merasa kesulitan ketika harus menerima penjelasan guru dalam bahasa Inggris. Selain itu, guru sudah lama sekali tidak menggunakan bahasa Inggris degan adanya program RSBI ini mereka disuruh untuk mengajar dalam bahasa Inggris (Sumitomo, 2012: 26) 5) Keberagaman karakteristik siswa Guru masih kesulitan untuk memfasilitasi dan menyesuaikan pembelajaran dengan keberagaman karakteristik dan kemampuan siswa. c. Penilaian Hasil Belajar Kendala yang dihadapi sehubungan dengan penilaian adalah kesulitan mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor karena guru harus memahami siswa secara individu yang jumlahnya cukup banyak pada setiap kelas. Guru juga merasa kesulitan untuk membuat soal tes dalam bahasa Inggris, karena selama ini kursus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
yang diadakan sekolah hanya untuk membantu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris guru dinilai kurang tepat atau dinilai kurang sesuai dengan yang diinginkan guru. Guru mengharapkan kursus yang diadakan di sekolah itu mengundang ahli di bidangnya
masing-masing
untuk
mengajarkan
mengenai
pembuatan
media
pembelajaran dan juga cara membuat alat tes dalam bahasa Inggris. Kelebihan guru dalam penilaian adalah hasil penilaian diumumkan secara terbuka tetapi belum dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang ditempel di kelas atau di personal untuk masing-masing siswa. Akan lebih baik jika guru melakukan hal itu karena dari daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik atau siswa dapat melihat prestasi mereka masing-masing tiap semester. 4. Usaha dalam Mengembangkan Pembelajaran Kimia pada Program RSBI Kegiatan pembelajaran pada penerapan program harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar didukung dengan pembelajaran menggunakan bahasa Inggris dan berbasis TIK. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus berusaha untuk mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip RSBI. Berdasarkan hasil penelitian, usaha-usaha yang perlu dilakukan guru kimia di SMA Negeri I Karanganyar meliputi: a. Perencanaan Pembelajaran Dari aspek perencanaan, usaha-usaha pengembangan pembelajaran kimia pada program RSBI dari guru kimia di SMA Negeri I Karanganyar terlihat pada perencanaan penggunaan metode dan media pembelajaran yang terdapat dalam RPP yang juga dibuat dalam dua bahasa yang berbeda yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Meskipun dalam pelaksanaannya, RPP tersebut tidak sepenuhnya diterapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
b. Proses Pembelajaran Dari aspek proses pembelajaran, usaha-usaha guru kimia di SMA Negeri I Karanganyar dalam mengembangkan pembelajaran kimia pada program RSBI terlihat dari: 1) menciptakan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan
melalui
pembelajaran yang humoris dan pembelajaran yang menantang melalui ceramah disertai tanya jawab dan menggunakan media pembelajaran seperti macromedia flash. Hal ini dapat secara tidak langsung akan memotivasi siswa untuk lebih aktif, 2) memberikan tanya jawab dimana siswa menjawab dengan mengemukakan alasan sehingga dapat menimbulkan keberanian untuk berpendapat dan melatih siswa untuk berpikir kritis, 3) mengikuti pelatihan pembuatan alat evaluasi atau pembuatan media pembelajaran yang diadakan oleh dinas pendidikan kota/ kabupaten atau provinsi, 4) mengikuti pelatihan kursus bahasa Inggris yang diadakan oleh sekolah. c. Penilaian Hasil Belajar Usaha-usaha guru kimia pada aspek ini belum terlalu terlihat, karena di dalam penilaian guru hanya mengandalkan dari penilain kognitif saja. Teknik dan instrument yang digunakan guru dalam penilaian juga masih belum terlihat. Teknis tes yang digunakan adalah tes tertulis saja.
C. Analisis Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan Program RSBI pada pembelajaran kimia khususnya kelas XI di SMA Negeri I Karanganyar masih ditemukan beberapa kelemahan. Dari sekolah yang diteliti dapat diketahui kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
1. Sarana dan Prasarana Sekolah yang Kurang Memadai Meliputi : a. perabot, perlengkapan dan bahan-bahan kimia yang tersedia di laboratorium belum memadai, yang hanya memiliki alat dalam jumlah masih sedikit (diperkirakan 25% dari jumlah yang seharusnya berdasarkan standar sarana prasarana laboratorium), bahan-bahan kimia yang sudah lama tidak digunakan dan keadaan laboratorium yang kurang terawatt, b. belum optimal menggunakan media berbasis teknologi/komputer dalam pembelajarannya padahal sekolah memiliki fasilitas komputer yang cukup memadai dan adanya jaringan internet, c. ruang kelas yang terlalu padat karena melebihi batas maksimal yaitu 30-32 siswa. Padahal sebagaimana yang ditetapkan dalam standar sarana prasarana
ruang
kelas maksimal berisi 25 siswa. 2. Sulitnya Guru Memfasilitasi Karakteristik Siswa yang Beragam Kesulitan tersebut terlihat pada penentuan dan pemilihan metode yang sesuai atau dapat memfasilitasi semua karakteristik siswa yang beragam, sehingga ada beberapa siswa yang kurang dapat menerima pelajaran karena metode pembelajaran yang diterapkan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. 3. Sulitnya Mengevaluasi Aspek Afektif dan Psikomotorik Kesulitan ini terjadi karena jumlah siswa di kelas yang terlalu banyak dan guru tidak hanya mengajar dalam satu kelas saja. Guru kesulitan ketika harus mengevaluasi satu per satu siswa, dengan instrumen yang berbeda untuk kedua aspek tersebut. Akibatnya dalam evaluasi kedua aspek ini guru hanya melihat dari keaktifan siswa di kelas (melalui pengamatan guru sendiri) tanpa menyusun instrumen untuk kedua aspek tersebut. 4. Kompetensi Guru yang Belum Maksimal Belum maksimalnya kompetensi guru ini terlihat pada kompetensi dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran karena pembelajaran yang diterapkan di kelas tidak sesuai dengan rancangan yang telah disusun belum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
adanya aspek adapted curriculum pada pembelajaran kimia seperti yng diinginkan pada program RSBI. Selain itu juga kompetensi pada pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang masih belum optimal. Berdasarkan kelemahan di atas, dapat diberikan beberapa rekomendasi yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran kimia SMA Kelas XI di SMA Negeri I Karanganyar yang akan datang sehingga hasil (output) pembelajaran kimia akan lebih baik. Rekomendasi ini ditujukan kepada guru kimia dan pihak sekolah. 1. Rekomendasi untuk Sekolah Rekomendasi untuk sekolah mencakup: a. Peningkatan kinerja guru-guru terutama guru kimia, khususnya terkait dengan kompetensi guru yang perlu dikembangkan, melalui: 1) optimalisasi
MGMP
guru
mata
pelajaran
kimia,
mungkin
dengan
mengundang guru di luar Karanganyar yang sama-sama memiliki program RSBI atau mengundang pakar yang ahli dalam bidang kurikulum, 2) mengadakan atau mengikuti seminar, workshop, lokakarya, penataran dan simposium
mengenai
pengembangan
metode
pembelajaran
untuk
pembelajaran kimia yang sesuai dengan tuntutan RSBI dan pemanfaatan IT dalam pembelajaran dengan mengundang pakar yang ahli dibidang pembelajaran kimia, 3) mengadakan atau mengikuti pelatihan tentang penggunaan IT atau komputer untuk pembelajaran kimia misalnya pelatihan pembuatan media animasi dengan macromedia flash atau yang lain untuk pembelajaran kimia. b. Fasilitasi pembelajaran yang perlu dilengkapi atau diperbaiki, terutama fasilitas laboratorium kimia, misalnya dengan penambahan alat praktikum, pemantauan terhadap masa berlaku bahan kimia dan perawatan terhadap laboratorium kimia sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Sebagai sumber keuangan dapat melalui block grant (bantuan keuangan dari pemerintah pusat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
atau propinsi) dan bantuan keuangan dari pemerintah setempat, dengan cara mengirimkan proposal kepada pihak yang terkait. c. Media dan sumber-sumber pembelajaran kimia yang perlu dilengkapi dan ditingkatkan pemakaiannya, misalnya melalui proposal bantuan pengadaan buku-buku pelajaran dan perpustakaan kepada pemerintah atau kepada sumbersumber yang tidak terikat seperti dari percetakan dan pihak swasta. 2. Rekomendasi untuk Guru Kimia Rekomendasi untuk guru memuat saran perbaikan terhadap: a. Untuk mengatasi keberagaman karakteristik siswa guru bisa mengandalkan pengalaman mereka mengajar dengan mencoba berbagai metode sehingga guru bisa menemukan metode yang paling tepat untuk materi tertentu. b. Proses pembelajaran kimia yang masih harus diusahakan untuk meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa, yaitu dengan memberikan tugas khusus kepada para siswa untuk merancang proyek individual atau kelompok mengenai materi kimia dengan jangka waktu yang telah ditentukan sehingga siswa akan tertantang, lebih aktif dan kreatif karena meskipun minat mereka sebagian besar tinggi tetapi banyaknya siswa yang tuntas KKM masih kurang. 1) Kreativitas guru kimia yang masih perlu ditingkatkan untuk membuat suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif meskipun dengan sarana prasarana sekolah kurang memadai. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk meningkatan kreativitas yaitu dengan telaah ilmu oleh guru tersebut misalnya dengan mengikuti seminar, lokakarya atau pelatihan tentang pengembangan pembelajaran yang inovatif dan melakukan diskusi antar guru kimia tentang metode pembelajaran yang inovatif. Sedangkan jenis pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif yang dapat diterapkan misalnya penggunaan media yang ada di lingkungan/ kehidupan sehari-hari (seperti melakukan praktikum di laboratorium untuk pokok bahasan koloid atau menggunakan media pembelajaran berupa gambar nyata), commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
c. Menyesuaikan pembelajaran kimia dengan karakteristik, minat, dan potensi siswa, dengan mengakomodasi gaya belajar siswa yang berbeda tersebut misalnya dengan menyediakan variasi strategi pembelajaran, menawarkan pilihan dan menegosiasikan strategi belajar tersebut pada siswa. Pilihan siswa tersebut yang akan diterapkan dalam pembelajaran di kelas. d. Mengatasi kemampuan bahasa Inggris yang belum maksimal, guru bisa mengikuti kursus bahasa Inggris di luar jam sekolah atau membuat jadwal bersama-sama dengan MGMP untuk mengundang ahli kimia yang biasa menggunakan bahasa Inggris dalam proses pembelajaran untuk melatih mereka mengajar dalam bahasa Inggris atau berlatih dengan guru kimia yang ada di SMA-nya sendiri atau juga menggunakan power point dengan menggunakan teks bahasa Inggris untuk mengajar yang bisa didownload dari internet (Sumitomo B, 2012: 26) d. Kesulitan dalam penilaian aspek afektif dan psikomotor dapat diatasi misalnya dengan: 1) merekam video pelaksanaan pembelajaran dan melakukan penilaian berdasarkan pengamatan terhadap video tersebut, 2) mengundang seorang rekan untuk membantu dalam melakukan pengamatan terhadap aspek afektif dan psikomotor siswa dan 3) untuk penilaian individu guru bisa memberikan tugas individu kepada siswa 3. Kelemahan Penelitian Tentunya dalam penelitian ini ada beberapa kelemahan. Kelemahan dalam penelitian ini antara lain banyak pihak-pihak terkait yang belum terlibat dalam penelitian ini terutama kepala sekolah dan guru kimia lain. Langkah-langkah dalam penelitian evaluasi yang belum terpenuhi. D. TABEL MATRIKULASI CIPP MODEL Dari proses pengamatan, pemberian angket dan wawancara dengan penanggung jawab RSBI dan juga guru mata pelajaran kimia, maka dapat dibuat tabel matrikulasi CIPP Model sebagai berikut:
commit to user
8258
Tabel. 4.9. Matriks CIPP Model Proses Pembelajaran Kimia pada Program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar CIPP CIPP Model yang diimplementasika n pada pembelajaran kimia di program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar
Context Evaluation Konteks dari program RSBI: 1. Mengintegrasikan bahasa Inggris ke dalam Mata pelajaran (dalam hal ini mata pelajaran kimia) 2. Kurikulum yang diadaptasi 3. Pembelajaran berbasis TIK
Input Evaluation Process Evaluation Input dari Proses dari Pembelajaran pembelajaran kimia kimia pada program RSBI: sering pada program 1. Guru menggunakan metode RSBI: tanya jawab pada saat 1. 64,70% siswa proses pembelajaran memiliki (55,88% siswa menilai kemampuan baik, 44,12% cukup akademik yang baik dan 17,65% kurang baik dan baik) 35,30% 2. guru jarang memiliki memberikan kemampuan akademik cukup reinforcement dan feedback terhadap siswa baik pada saat proses 2. Minat siswa pembelajaran juga baik berlangsung terhadap 3. guru belum pelajaran kimia memanfaatkan fasilitas 3. Guru kimia dengan maksimal kelas XII 4. guru sering memiliki menggunakan bahasa kualifikasi S1 di Indonesia di dalam Bidang kelas Pendidikan Kimia UNS dan 5. guru hanya melakukan satu kali ujian tanpa S2 Manajemen memberikan tugas Pendidikan berupa PR ataupun UNISRI presentasi
Product Evaluation Hasil dari proses pembelajaran kimia pada program RSBI adalah dari 34 siswa yang tuntas untuk materi koloid 58,82% saja. Saran: a. guru menggunakan metode yang variatif dalam proses pembelajaran khususnya untuk pokok bahasan koloid b. penggunaan laboratoriuum ataupun ICT sekolah dimanfaatkan secara optimal c. pemberian tugas kepada siswa lebih diperbanyak untuk memperdalam materi siswa d. soal ujian akan lebih baik jika diberikan bilingual atau bahkan full-english
8259
4. Penggunaan Bahasa Inggris kurang dalam dalam proses pembelajaran 5. Guru membuat RPP dalam proses pembelajaran 6. Di dalam ruang kelas terdapat fasilitas ICT yang cukup memadai.
6. siswa memiliki buku pegangan terbatas terutama buku bebahasa Inggris atau Bilingual 7. soal ujian semua berbahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data penelitian di depan, dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Input siswa di SMA Negeri I Karanganyar kelas XII IPA 3 64,70% siswanya tergolong baik, sedangkan sisanya 35,30% tergolong cukup baik. 2. Profil pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar meliputi 3 aspek yaitu aspek perencanaan, proses dan penilaian. Dari aspek perencanaan, guru kimia sudah membuat perangkat pembelajaran terutama RPP dengan cukup baik dan guru memiliki persiapan mengajara yang baik.
Sementara
itu,
dalam
proses
pembelajaran
penggunaan
metode
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar oleh guru sudah cukup baik serta penggunaan bahasa Inggris oleh guru kimia belum dilakukan dengan baik oleh guru kimia. Dalam proses penilaian guru kimia sudah melakukan cukup baik. 3. Kendala yang dihadapi oleh guru kimia dalam kegiatan pembelajaran kimia pada program RSBI adalah guru merasa kesulitan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa, belum mahirnya guru kimia dalam menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar, belum termanfaatkannya fasilitas laboratorium dan kesulitan mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor serta guru dan siswa kesulitan menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi dalam proses pembelajaran. Sementara itu, usaha yang bisa dilakukan oleh guru kimia untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah menggunakan metode pembelajaran yang lebih vaiatif dan disesuaikan karakter siswa, penggunaan media dan sumber belajar yang ada disekolah lebih optimal, menggunakan bilingual dalam proses pembelajaran dan memberikan tugaas lebih kepada siswa. commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
4. Pada pembelajaran koloid siswa yang tuntas 58,82% dari 34 siswa dalam satu kelas.
B. Rekomendasi Rekomendasi dari hasil evaluasi proses pembelajaran kimia berbasis KTSP ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran kimia SMA Kelas XI yang akan datang sehingga hasil (output) pembelajaran kimia akan lebih baik. Rekomendasi ditujukan kepada guru kimia dan pihak sekolah. 1. Rekomendasi untuk Sekolah Rekomendasi untuk sekolah mencakup : a.
Peningkatan kinerja guru-guru terutama guru kimia, khususnya terkait dengan kompetensi guru yang perlu dikembangkan seperti memanfaatkan TIK untuk proses pembelajaran, menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif dan membuat penilaian hasil belajar yang lebih variatif.
b.
Fasilitasi pembelajaran yang perlu dilengkapi atau diperbaiki, terutama fasilitas laboratorium kimia, misalnya dengan penambahan alat praktikum, pemantauan terhadap masa berlaku bahan kimia, perawatan terhadap laboratorium kimia sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan dengan memberikan laboran untuk mengurus laboratorium.
c.
Media dan sumber-sumber pembelajaran kimia yang perlu dilengkapi dan ditingkatkan pemakaiannya.
d.
Mengadakan kegiatan workshop untuk meningkatkan kemampuan membuat alat evaluasi dan pembuatan media pembelajaran dalam bahasa Inggris dengan mengundang pakar untuk masing-masing bidang.
2. Rekomendasi untuk Guru Kimia Rekomendasi untuk guru memuat saran perbaikan terhadap: a.
Proses pembelajaran kimia yang masih harus diusahakan untuk meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
b.
Kreativitas guru kimia yang masih perlu ditingkatkan untuk membuat suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif dengan memanfaatkan sarana prasarana sekolah yang dimiliki.
c.
Menyesuaikan pembelajaran kimia dengan karakteristik, minat, dan potensi siswa.
d.
Guru memberikan reinforcement dan feedback di akhir pembelajaran.
e.
Penilaian aspek afektif dan psikomotor dengan menggunakan pengamat partisipan (guru lain).
f.
Pemberian tugas kepada siswa yang lebih variatif baik untuk tugas individu maupun tugas kelompok.
g.
Soal ujian kognitif paling tidak ada yang menggunakan bahasa Inggris.
h.
Sering mengikuti kursus atau pelatihan bahasa Inggris dan pembuatan media pembelajaran.
commit to user