perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SK KRIPS SI PENIINGKA ATAN KEMA AMPU UAN MEMBA ACA CE EPAT DENG GAN METO ODE S SQ3R P PADA SISWA S A KELA AS V SSD NEG GERI I KAR RANG DURE D EN KLA ATEN TAHU UN AJA ARAN N 2011/2012
Oleh: HE EPPI ISTI I NU URAN NI X1120701 1
PEND DIDIKA AN BA AHASA A DAN SASTRA IN NDONE ESIA FAKU ULTAS S KEGURUA AN DAN N ILM MU PEN NDIDIK KAN UN NIVER RSITAS S SEBE ELAS MARE M ET SURA RAKAR RTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I KARANG DUREN KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: HEPPI ISTI NURANI NIM X1207011
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Heppi Isti Nurani. X1207011. Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Metode SQ3R pada Siswa Kelas V SD Negeri I Karang Duren Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Desember 2011. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas: (1) proses pembelajaran membaca cepat dan (2) hasil pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren Tahun Ajaran 2011/2012. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren sebanyak 19 siswa (laki-laki sebanyak 13 siswa, dan perempuan sebanyak 6 siswa). Sumber data yang digunakan, yaitu: informan, dokumen dan arsip, tempat dan peristiwa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, tes, dan angket. Teknik validitas yang digunakan adalah triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan revieu informan. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis komparatif deskriptif. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, siklus II, dan siklus III. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai fasilitator pembelajaran dan peran peneliti sebagai pengamat. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah 70% siswa mencapai kompetensi yang telah ditetapkan dalam penelitian proses dan hasil pembelajaran membaca cepat. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran membaca cepat; dan (2) penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Peningkatan kualitas proses pembelajaran terefleksi dari: (a) meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi. Pada siklus I, keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi sebesar 37%, pada siklus II persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 47,36%, pada siklus III persentase keaktifan siswa meningkat cukup signifikan menjadi 78,9%; (b) meningkatnya keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi pada siklus I sebesar 37%, menjadi 47% pada siklus II, dan akhirnya meningkat menjadi 74% pada siklus III; dan (c) meningkatnya minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada siklus I, minat dan motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran sebesar 32%, pada siklus II sebesar 47% dan pada siklus III meningkat menjadi 78,9%. Selain itu, siswa yang dinyatakan tuntas tiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 8 siswa (42,1%), pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan sebenyak 13 siswa (68%), dan pada siklus III sebanyak 16 siswa (84,2%). Peningkatan kualitas hasil pembelajaran dapat dilihat dari peningkatan hasil pembelajaran membaca cepat pada tiap siklusnya yang penilaiannya didasarkan pada kecepatan baca, persentase pemahaman, dan KEM. Pada siklus I siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 10 siswa (52,6%), pada siklus II siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 13 siswa (68%), dan pada siklus III siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 16 siswa (84,2%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”(QS Al Insyiraah: 6-7). Jangan menunda suatu pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawabmu (Penulis).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada: 1. Ayah Ibuku yang paling aku sayangi dan cintai. 2. Abi dan Umi. 3. Kakek dan Nenekku tercinta. 4. Adikku Rini Dwi Astuti. 5. Satria Sukma Abadi “Sasa”. 6. Almamater.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, untuk dimaksudkan memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi; 2. Dr. Muh. Rohmadi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi; 3. Dr. Andayani, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi; 4. Dra. Raheni Suhita, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS; 5. Dra. Raheni Suhita, M.Hum, selaku pembimbing skripsi I dan Drs. Edy Suryanto, M.Pd, selaku pembimbing skripsi II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar; 6. Ruwanto, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri I Karang Duren
yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK); 7. Khamid, S.Pd., selaku guru kelas V SD Negeri I Karang Duren yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam proses penelitian; 8. Siswa-siswi kelas V SD Negeri I Karang Duren yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Bapak, Ibu, adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa restu dan semangat untuk menyelesaikan skripsi; 10. Teman-teman Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2007, terima kasih untuk kebersamaan selama ini. Untuk “Nyik Pendawi” (Nyik Intan, Yuni, Reta, dan Rumi ) semoga persahabatan kita abadi. 11. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga semua kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan sudah memenuhi persyaratan yang wajib penulis penuhi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan dalam dunia organisasi pada khususnya.
Surakarta,
Januari 2012
Peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL .............................................................................................................
i
PENGAJUAN ..................................................................................................
ii
PERSETUJUAN ..............................................................................................
iii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
MOTTO ...........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ......................................................................
8
1. Hakikat Kemampuan Membaca Cepat...............................
8
2. Hakikat Metode SQ3R........................................................
28
3. Pembelajaran Membaca Cepat dengan Metode SQ3R .......
32
B. Penelitian yang Relevan ...........................................................
38
C. Kerangka Berpikir ....................................................................
40
D. Hipotesis Tindakan ..................................................................
43
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian ......................................................................
45
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................
45
D. Sumber Data Penelitian ............................................................
46
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................
46
F. Uji Validitas Data.....................................................................
48
G. Teknik Analisis Data................................................................
49
H. Indikator Ketercapaian ............................................................
49
I. Prosedur Penelitian ..................................................................
51
PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ...........................................................
55
B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................
59
1. Siklus Pertama....................................................................
59
2. Siklus Kedua ......................................................................
70
3. Siklus Ketiga ......................................................................
80
C. Deskripsi Antarsiklus ...............................................................
92
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................
93
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ..................................................................................
103
B. Implikasi...................................................................................
105
C. Saran .........................................................................................
106
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
108
LAMPIRAN LAIN-LAIN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Penilaian Proses Pembelajaran ...................................................................
35
2. Penilaian Hasil Pembelajaran .....................................................................
37
3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ...........................................
44
4. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ........................................................
50
5. Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa Prasiklus .......................
57
6. Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman, dan KEM Siswa pada Siklus I
63
7. Hasil Angket Penurunan Kebiasaan Buruk Membaca Siswa pada Siklus I
64
8. Perbandingan Penurunan Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Pratindakan dan Siklus I.................................................................................................
65
9. Nilai Membaca Cepat Siswa pada Siklus I ................................................
65
10. Perbandingan Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman, dan KEM Siswa pada Siklus I dan Siklus II .........................................................................
73
11. Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa pada Siklus II ...............
74
12. Perbandingan Penurunan Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa Pratindakan sampai Siklus II......................................................................
75
13. Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus II .......................................................
75
14. Perbandingan Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus I sampai Siklus II.......
76
15. Perbandingan Hasil Pembelajaran Siswa dari Siklus I sampai Siklus II ...
79
16. Perbandingan Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman, dan KEM Siswa Siklus I dan Siklus II ...............................................................................................
85
17. Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa pada Siklus III ..............
86
18. Perbandingan Penurunan Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa Pratindakan sampai Siklus III ....................................................................
87
19. Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus III ......................................................
87
20. Perbandingan Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus I sampai Siklus III .....
88
21. Perbandingan Hasil Pembelajaran Siswa dari Siklus I sampai Siklus III ..
89
22. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian ................................
90
23. Peningkatan Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Cepat dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pratindakan sampai Siklus III ....................................................................
95
24. Peningkatan Nilai Pembelajaran Membaca Cepat dari Siklus I sampai Siklus III ....................................................................................................................
97
25. Perbandingan Jumlah Siswa Kecepatan Baca 75 kpm dan Pemahaman Minimal 70% dari Siklus I sampai Siklus III ...........................................................
98
26. Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman, dan KEM Siswa pada Siklus I sampai Siklus III ........................................................
98
27. Perbandingan Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Pratindakan sampai Siklus III.....................................................................................................
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Jenis-jenis Membaca ..................................................................................
15
2. Alur Kerangka Berpikir..............................................................................
42
3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas...............................................................
51
4. Grafik Peningkatan Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Cepat Siswa Kelas V SD Negeri I Karang Duren ...............................................
98
5. Grafik Peningkatan Hasil Penilaian Pembelajaran Membaca Cepat Siswa Kelas V SD Negeri I Karang Duren .....................................................................
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Standar dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Semester I..................................................................................
109
2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pratindakan ................................... 110
3.
Pedoman Wawancara dengan Guru ........................................................ 113
4.
Pedoman Wawancara dengan Siswa ....................................................... 115
5.
Catatan Lapangan Survei Awal...............................................................
6.
Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru (Pratindakan) .......... 120
7.
Wawancara Terstruktur dengan Siswa.................................................... 123
8.
Angket Pratindakan Materi Membaca Cepat .......................................... 133
9.
Dokumentasi pada saat Pembelajaran Berlangsung (Pratindakan) ......... 135
116
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .......................................... 136 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ................................................ 147 12. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus I ............................................ 150 13. Angket Membaca Cepat Siklus I.............................................................
153
14. Catatan Lapangan Hasil Angket dengan Siswa Siklus I ......................... 155 15. Daftar Nilai Membaca Cepat Siklus I ..................................................... 157 16. Daftar Nilai Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman dan KEM Siswa Siklus I .................................................................................................................
159
17. Daftar Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Cepat Siklus I ............ 160 18. Lembar Observasi Kinerja Siswa Siklus I .............................................. 161 19. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Cepat Siklus I ............................ 162 20. Hasil Pekerjaan Membaca Cepat Siswa Siklus I 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ......................................... 163 22. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II .............................................. 172 23. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II........................................... 176 24. Angket Membaca Cepat Siswa Siklus II................................................. 179 25. Catatan Lapangan Hasil Angket Siswa Siklus II .................................... 181 26. Daftar Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus II ......................................... 182
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27. Perbandingan Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman, dan KEM Siswa pada Siklus I dan Siklus II ...............................................................................
184
28. Daftar Nilai Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Cepat Siklus II.. 185 29. Lembar Observasi Kinerja Siswa Siklus II ............................................. 186 30. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Cepat Siklus II ........................... 187 31. Hasil Pekerjaan Membaca Cepat Siswa Siklus II 32. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Cepat Siklus III ............ 188 33. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ............................................. 210 34. Catatan Lapangan Siklus III ....................................................................
213
35. Angket Membaca Cepat Siswa Siklus III ............................................... 218 36. Catatan Lapangan Hasil Angket Siswa Siklus III ................................... 219 37. Daftar Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus III ........................................ 220 38. Perbandingan Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman, dan KEM Siswa Siklus I sampai Siklus III ...................................................................................
222
39. Daftar Nilai Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Cepat Siklus III
223
40. Lembar Observasi Kinerja Siswa Siklus III............................................ 224 41. Dokumentasi Pembelajaran Membaca Cepat Siklus III.......................... 225 42. Hasil Pekerjaan Membaca Cepat Siswa Siklus III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya ilmu pangetahuan dan teknologi informasi komunikasi menjadikan membaca sebagai kegiatan yang sentral dalam konteks kehidupan manusia modern. Hal ini terkait dengan kebutuhan pemahaman akan hal-hal baru yang berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Dari sinilah muncul semacam keharusan penguasaan keterampilan membaca. Akan tetapi, yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Lebih banyak orang yang cenderung acuh tak acuh, bahkan meninggalkan kegiatan membaca dan memilih menonton televisi, bermain game atau sekedar bermalas-malasan. Pada era globalisasi, orang dituntut untuk berlomba-lomba menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebanyak-banyaknya. Banjir informasi sekarang ini menuntut orang banyak tahu. Akan tetapi, banyak pengetahuan dan profesional di bidang apa pun, seseorang dituntut untuk banyak membaca, tetapi waktu dan kecepatan baca serasa tidak bisa mengejar itu. Salah satu cara memenuhi tuntutan tersebut adalah dengan menguasai teknik membaca cepat. Di sini relevansinya arti penting kemampuan membaca dengan cepat dan efektif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Indonesia, upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan membaca dilakukan melalui pendidikan dasar. Guru harus menguasai dengan baik cara-cara pengembangan kemampuan siswa mulai dari tingkat sekolah dasar (SD). Pada jenjang pendidikan dasar, yaitu di SD, pendidikan mempunyai tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar dari keterampilan membaca, menulis, menghitung, berbicara, dan keterampilan dasar lainnya yang bermanfaat bagi siswa. Sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa terampil dalam menggunakan bahasa ( M. Subana dan Sunarti, 2009: 267). Pembelajaran bahasa Indonesia di SD bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tertulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mampu berkomunikasi secara tertulis. Menurut Syafi’ie ( dalam Hairuddin, dkk, 2007: 23 ) menyatakan bahwa melalui pembelajaran membaca siswa diharapkan, antara lain: (1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal; (2) mencari sumber, menyimpulkan; menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan; dan (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan. Keterampilan dasar yang diajarkan merupakan upaya yang dilakukan guna mempersiapkan siswa untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Seperti tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia pada umumnya akan memuat empat komponen pokok keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut berhubungan erat satu dengan yang lain. Sekolah Dasar (SD) yang menjadi jenjang terbawah harus mampu mengarahkan program pembelajarannya agar siswa benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh seorang siswa. Upaya tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab seorang guru sebagai tenaga pendidik profesional. Dengan kata lain, guru SD sudah seharusnya memilki kualifikasi dan kompetensi dalam memahamkan serta mendidik siswa agar dapat menguasai keterampilan membaca dengan baik. Penguasaan keterampilan membaca yang memadai akan memudahkan siswa dalam menempuh jenjang atau kelas yang lebih tinggi. Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa menduduki posisi dan peran penting dalam kehidupan konteks kehidupan manusia. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan yang baru sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang (Farida Rahim,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2008:1). Pembelajaran membaca merupakan sarana pengembangan bagi keterampilan berbahasa lainnya. Membaca cepat merupakan salah satu jenis kegiatan membaca yang diterapkan di SD. Ada sejumlah kompetensi dasar yang hendak dicapai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan tersebut. Kompetensi dasar membaca pada setiap kelas tentu berbeda-beda. Pada KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V, kompetensi dasar membaca yang tercantum ialah membaca cepat 75 kata per menit (BSNP, 2006: 327). Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V SD diharapkan mampu membaca sejumlah 75 kata dalam waktu satu menit dan siswa juga harus mampu memahami isi bacaan dengan menjawab pertanyaan dengan benar minimal 70%. Jadi, ada dua kemampuan yang harus dimiliki siswa kelas V SD dalam membaca cepat, yaitu kemampuan dengan kecepatan kata per menit dan memahami isi bacaan minimal 70%. Kemampuan siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren dalam membaca khususnya membaca cepat masih rendah. Berdasarkan wawancara dengan guru, bahwa selama ini kemampuan membaca cepat siswa belum dapat dicapai secara maksimal oleh siswa. Hal ini disebabkan oleh kemampuan membaca cepat siswa belum merata. Selain itu, siswa masih menggunakan kebiasaan buruk yang dapat menghambat kecepatan membaca siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran membaca, 60% lebih siswa dari 19 siswa membaca dengan teknik dan metode yang kurang efektif dan efisien. Hal ini ditandai sebagian besar siswa masih menggunakan kebiasaan buruk dalam membaca. Kebiasaan-kebiasaan itu, antara lain: membaca dengan vokalisasi sebanyak 78,9%, menggerakan kepala sebanyak 73,68%, bibir bergerak-gerak sebanyak 63,15%, menunjuk dengan jari atau alat lain sebanyak 57,8%, subvokalisasi (melafalkan apa yang dibacanya dalam hati atau pikiran) sebanyak 63,15%, jarak mata terlalu dekat dengan teks sebanyak 73,68%, dan sikap duduk tidak tegap sebanyak 68,42%. Selain itu, siswa telihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Keke T. Aritonang (2006: 20), membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan tinggi, hampir keseluruhan materi dibaca dalam waktu tertentu yang disertai dengan pemahaman isi 70%. Materi dalam hal ini adalah jumlah kata yang terkandung dalam suatu bacaan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedangkan waktu tertentu artinya untuk memahami materi bacaan memerlukan waktu. Waktu yang dipergunakan dalam membaca cepat adalah satuan waktu, yaitu menit, dan pemahaman isi bacaan 70% artinya, setelah selesai membaca sekurangkurangnya pembaca menguasai isi bacaan sebanyak 70%. Rendahnya kemampuan membaca cepat siswa disebabkan oleh faktor guru maupun siswa sendiri. Salah satu faktor penyebabnya rendahnya tingkat membaca cepat adalah metode yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional. Cara yang sering dilakukan untuk pembelajaran membaca cepat adalah siswa disuruh membaca dalam hati, kemudian menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan yang diberikan. Guru belum pernah mengukur seberapa besar kecepatan membaca yang dimiliki oleh siswa serta seberapa besar persentase pemahaman isi yang dicapai siswanya, guru beranggapan bahwa yang penting setelah membaca, siswa dapat menjawab pertanyaan yang tersedia. Penyebab lainnya adalah guru yang belum memahami metode pembelajaran membaca cepat, biasanya guru hanya menyuruh siswa membaca begitu saja tanpa diadakan pengamatan terhadap kebiasaan siswa ketika membaca dan seberapa jauh kemampuan membaca serta pemahaman isi bacaan mereka. Selain itu, faktor dari siswa, yaitu siswa belum pernah dilatih membaca dengan teknik membaca cepat yang benar, mereka tidak memiliki kemampuan membaca cepat yang baik, efektif, dan efisien. Sebaliknya, siswa melakukan cara membaca yang tidak benar dapat menghambat kecepatan dan menjadi sebuah kebiasaan. Upaya untuk menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat menghambat kecepatan membaca dan untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat adalah dengan menerapkan metode survei, question, read, recite, dan review (SQ3R). Menurut Soedarso (2005: 59), sistem membaca SQ3R dipopulerkan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode SQ3R merupakan sistem membaca yang populer digunakan oleh orang, yang terdiri dari lima langkah, yaitu: survei, question, read, recite, dan revieu. Hal senada juga dikemukakan oleh Sudarno, dkk. (2004: 132), metode SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya, serta untuk membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan yaitu: survei, question, recite, read, dan revieu. Penerapaan metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SQ3R diawali dengan siswa membangun gambaran secara umum tentang bahan yang akan atau sedang dipelajari, lalu siswa membuat pertanyaan dari judul atau subjudul suatu bab, dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Salah satu kelebihan dari metode SQ3R adalah dengan metode ini siswa cenderung lebih mudah menguasai isi bacaan (Soedarso, 2005:59). Hal ini terjadi karena sebelum membaca, pembaca melakukan survei bacaan terlebih dahulu untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan dibaca. Kemudian ia mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya terdapat dalam bacaan tersebut. Lebih lanjut, Santosa (dalam Yasrulefendi, 2008), keunggulan metode SQ3R dapat digunakan untuk membaca bacaan menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan oleh pembaca. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah kepada guru, yakni dengan menerapkan metode SQ3R sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Dengan metode ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca cepat. Di samping itu, diharapkan dapat menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca cepat. Oleh karenanya, penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Metode SQ3R pada Siswa Kelas V SD Negeri I Karang Duren Tahun Pelajaran 2011/2012 . B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V di SD Negeri I Karang Duren tahun ajaran 2011/2012? 2. Apakah penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V di SD Negeri I Karang Duren tahun ajaran 2011/2012?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran membaca cepat dengan metode SQ3R pada kelas V SD Negeri I Karang Duren. 2. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran membaca cepat dengan metode SQ3R pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis a. Dapat memperkaya khasanah keilmuan dan menambah pengetahuan kebahasaan terutama dalam pembelajaran membaca cepat. b. Mendapat pengetahuan lebih mendalam mengenai teori dan langkah-langkah penerapan dalam pembelajaran membaca khususnya membaca cepat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran membaca cepat siswa. 2) Meningkatkan minat belajar siswa dalam keterampilan membaca cepat melalui metode SQ3R. 3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca cepat dengan metode SQ3R. b. Bagi Guru 1) Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran inovatif dan kreatif, khususnya pada pembelajaran membaca cepat. 2) Menerapkan metode SQ3R dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran membaca cepat. 3) Memperluas pengetahuan dan pemahaman terhadap teknik pembelajaran keterampilan membaca cepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Bagi Sekolah 1) Meningkatkan kerjasama dengan peneliti dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. 2) Memberikan umpan-balik dan ditindaklanjuti oleh sekolah dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca cepat. 3) Meningkatkan kualitas pembelajaran membaca cepat baik proses maupun hasil. d. Bagi Peneliti 1) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian mengenai pembelajaran, terutama dalam teknik pembelajaran membaca cepat. 2) Peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan teknik pembelajaran membaca cepat dengan metode SQ3R.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Membaca Cepat a. Pengertian Membaca Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar yang terpenting pada manusia, yaitu bahasa. Suatu kegiatan barulah disebut membaca apabila pembaca dapat memahami, mencerna pesan, ide yang tertuang dalam tulisan/bacaan secara tepat. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa dalam membaca terdapat proses komunikasi antara pembaca dan penulis secara tidak langsung. Pembaca, dalam hal ini hanya dapat berkomunikasi dengan teks bacaan yang dipakai oleh penulis sebagai media untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pengalamannya. Oleh karenanya, pembaca harus mampu menyusun pengertian-pengertian yang dituangkan dalam kalimat-kalimat yang disajikan oleh penulis sesuai dengan konsep yang terdapat dalam diri pembaca. Proses komunikasi tersebut akan tercapai dengan baik jika pembaca menguasai bahasa yang digunakan dalam teks bacaan. Tarigan (1983: 7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2008:246). M. Subana dan Sunarti (2009: 222) mengemukakan pengertian membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa siswa berikut tingkat pembelajarannya. Dikatakan kompleks karena dalam kegiatan membaca terlibat faktor internal dan eksternal pembaca. Adapun faktor internal, antara lain: intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, dan tujuan membaca. Akan tetapi, faktor eksternal meliputi teks bacaan, faktor lingkungan, latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membaca. Di samping itu, membaca merupakan proses yang rumit juga. Ini disebabkan oleh baik faktor internal maupun eksternal saling bertaut membentuk koordinasi yang rumit untuk menopang pemahaman esensi bacaan. Pada tahap tertentu dalam membaca diperlukan kemampuan intelekktual, sedangkan pada tahapan lain yang dibutuhkan untuk menelaah, menilai, menggabungkan, atau membantu berimajinasi adalah pengetahuan, pengalaman dan persepsi membaca. Dengan demikian, perbedaan latar belakang kemampuan dalam faktor internal dan ekternal setiap orang akan menyebabkan bervariasinya kemampuan membacanya. Pendapat senada dikemukakan oleh Tarigan (2008:11) bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Soedarso (2005:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Menurut Strevens (dalam M. Subana dan Sunarti, 2009: 223) bahwa membaca merupakan kegiatan yang kompleks. Membaca terdiri atas memahami bahasa tulisan. Bacaan dan tulisan bukanlah faktor yang universal karena banyak bahasa yang tidak mengenal bentuk tulisan. Parvis Ajideh (2003:1), mengatakan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks yang melibatkan tanggapan dari pembaca. Pendapat Parvis Ajideh (2003:1) yang mengisyaratkan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks sebagai berikut. Reading as a process. Reading is a selective process. It involves partial use of available minimal language cues selected from perceptual input on the basis of the reader’s expectation. As this partial information is processed, tentative decisions are madeto be confirmed, rejected or refined as reading progresses. Mengenai kemampuan membaca, Chaplin ( 1997: 34) ability merupakan tenaga/daya untuk melakukan suatu perbuatan. “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek” (Robbins, 2000: 4). Lebih lanjut, Robbins (2000: 46-48) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Lebih lanjut, Burn (dalam Farida Rahim, 2008: 1) mengemukakan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Anak-anak yang gemar membaca akan memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa mendatang. Tampubolon (dalam Vera Ginting, 2005: 25) mengungkapkan bahwa kemampuan membaca ialah kecepatan membaca (reading speed) dan pemahaman isi secara keseluruhan. Menurut Huthcroft (dalam Vera Ginting, 2005: 25), kemampuan membaca anak dibagi dalam tiga kategori, yaitu: (1) Tingkat independen, pada tingkat ini anak dapat menguasai sedikitnya 90% bahan yang dibaca. Tingkat ini digunakan untuk membaca penelitian dan membaca kesenangan. (2) Tingkat instruksi, pada tingkat ini pemahaman mencapai 75%. Tingkat ini memberi kesempatan kepada guru untuk membangun keterampilan berpikir dan kemampuan pemahaman anak, dan (3) Tingkat frustrasi, pengenalan kata hanya 90% atau kurang sehingga mengakibatkan kegagalan memahami walaupun hanya setengah dari bahan pelajaran. Pembaca lambat cenderung tidak menyukai membaca sebab bagi mereka kegiatan membaca memakan banyak waktu. Oleh karena itu, mereka jarang membaca dan konsekuensinya mereka tidak pernah berlatih untuk meningkatkan kegiatan membaca sehingga perbendaharaan kata mereka sedikit. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan membaca untuk memperoleh suatu informasi dari bacaan tersebut. Membaca merupakan aktivitas mental, melibatkan berbagai kemampuan untuk mencerna, menyerap berbagai ide dan informasi yang ada dalam bacaan secara tepat. Dengan demikian membaca bukanlah kegiatan pasif melainkan kegiatan aktif reseptif, merupakan proses yang kompleks dan rumit karena tergantung pada keterampilan berbahasa dan tingkat penalarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Tujuan Membaca Membaca hendaknya mempunyai tujuan karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan (Farida Rahim, 2008: 11). Tujuan membaca menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008: 9-11), antara lain untuk: (1) menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh, (2) menemukan gagasan utama, (3) menemukan urutan atau organisasi bacaan, (4) menyimpulkan, (5) mengklasifikasikan, (6) menilai, dan (7) membandingkan atau mempertentangkan. Lebih lanjut, Tarigan (1983: 9) juga mengemukakan bahwa tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Morrow (dalam M. Subana dan Sunarti, 2009: 224) menjelaskan tujuan membaca ialah: (1) mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam satu bacaan, dan (2) mencari informasi yang bersifat: (a) kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri, (b) referensial dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui faktafakta yang nyata di dunia ini, dan (c) efektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca. Lebih lanjut, Listiyanto Ahmad (2010: 28-29) menjelaskan tujuan membaca ialah: (1) memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, (2) memperoleh ide-ide utama, (3) mengetahui urutan atau susunan dan organisasi cerita, (4) menyimpulkan dan membaca inferensi, (5) mengelompokan atau mengklasifikasikan, (6) menilai dan mengevaluasi, (7) membandingkan atau mempertentangkan, (8) memahami secara mendetail dan menyeluruh isi buku, (9) menangkap ide pokok atau gagasan utama buku secara cepat, (10) mendapat informasi tentang sesuatu, (11) mengenali makna kata-kata, (12) mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat, (13) memperoleh kenikmatan dari karya fiksi, (14) memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan, (15) menilai kebenaran gagasan pengarang atau penulis, (16) untuk tujuan studi (telaah ilmiah), (17) untuk tujuan menangkap garis besar bacaan, dan (18) mencari keterangan suatu istilah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya membaca mempunyai tujuan keterampilan dan untuk mencari kepuasaan batin. Selain itu, hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan dengan cara yang berbeda-beda. Tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan membaca tidak hanya diperlukan keterampilan memahami tersirat saja, melainkan juga keterampilan memahami yang tersurat dalam sebuah teks bacaan (buku). 2) Aspek-aspek Membaca Aspek-aspek membaca menurut Tarigan (2008:12-13) sebagai berikut: (1) Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini meliputi: (a) pengenalan bentuk huruf; (b) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem, grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain); (c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis); dan (d) kecepatan membaca ke taraf lambat, (2) Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini meliputi: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorika); (b) memahami signifikansi/makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca); (c) evaluasi/penilaian (isi, bentuk); dan (4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Selain aspek di atas, Burn (dalam
Farida Rahim, 2008: 12-14),
mengemukakan proses membaca terdiri dari sembilan aspek, yaitu: (a) aspek sensoris, (b) perseptual, (c) urutan, (d) pengalaman, (e) pikiran, (f) pembelajaran, (g) asosiasi, (h) sikap, dan (i) gagasan. Membaca merupakan proses kognisi yang sangat kompleks, dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan seperti pengertian, khayalan, mengamati dan mengingat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman terhadap bacaan sangat bergantung pada semua aspek tersebut. Di samping kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dituntut dalam melaksanakan kegiatan, berbagai aspek proses membaca pun harus dipenuhi oleh pembaca. 3) Ciri Pembaca yang Baik Pembaca yang baik menurut Tarigan (1983: 117-119) adalah pembaca yang: (1) tahu dan sadar akan tujuan pembaca, yakni mencari informasi dan menikmati bahan bacaan; (2) memahami benar teks yang dibacanya, (3) menguasai kecepatan membaca; dan (4) mengenal media cetak. Lebih lanjut, McLaughlin dan Allen ( dalam Farida Rahim, 2008: 7), pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Pembaca yang baik menggunakan strategi pemahaman untuk mempermudah membangun makna. Strategi ini mencakup tinjauan, membuat pertanyaan sendiri, membuat hubungan, memvisualisasikan, mengetahui bagaimana kata-kata membentuk makna, memonitor, meringkas, dan mengevaluasi. Menurut Anderson (dalam Farida Rahim, 2008: 7), pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat mengintegrasikan informasi dengan terampil dalam teks dengan pengetahuan sebelumnya tentang suatu topik. Lebih lanjut, Rohmadi, dkk. (2008: 38), ciri-ciri pembaca yang baik adalah: (1) dapat menentukan dengan tepat hubungan antara kecepatan membaca dengan tujuan membaca yang ingin dicapai; (2) dapat menghubungkan bacaan tersebut dengan hal-hal lain di luar bacaan yang masih ada kaitannya/hal yang sama; dan (3) dapat menggolongkan bahan bacaan atas bagian yang pokok dan bagian yang merupakan penjelas saja. Pembaca yang baik dapat menangkap pengalaman-pengalaman yang sangat berharga, walaupun hal itu belum atau tidak pernah dialami oleh pembaca secara langsung. Sebaliknya, pembaca yang tidak baik sangat bergantung pada pengalaman sebelumnya mungkin gagal menggunakan petunjuk yang memadai yang terdapat dalam teks untuk sampai pada pesan yang dimaksudkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembaca yang baik adalah pembaca yang memiliki kemampuan memahami isi bacaan secara keseluruhan, dapat membedakan dengan cepat antara gagasan pokok dan penjelas. Selain itu, pembaca yang baik harus dapat menghindari kebiasaan kurang/tidak baik dalam membaca karena hal tersebut dapat menghambat pemahaman bacaan. Kebiasaaan tersebut menurut Soedarso (2005: 5-9) meliputi: (1) vokalisasi, yakni membaca dengan bersuara; (2) subvokalisasi yaitu melafalkan kata yang dibaca dalam batin/pikiran; (3) menggerakkan bibir (komat-kamit) meskipun tidak ada suara yang keluar; (4) menggerakkan kepala dari kiri ke kanan; (5) membaca sambil menunjuk dengan jari/benda lain; dan (6) regresi (membaca mundur).
4) Jenis-jenis Membaca M. Subana dan Sunarti (2009:229-231) berpendapat bahwa kegiatan membaca dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Membaca ekstensif, yang terdiri dari: (a) membaca survei; (b) membaca sekilas (skimming); (c) membaca dangkal (superficial); d) memeriksa/melihat-lihat daftar isi, indeks, judul bab dsb; (e) memperoleh kesan umum, menemukan kalimat tertentu; dan (f) memperoleh pemahaman yang dangkal, membaca untuk kesenangan; (2) Membaca intensif, mencakupi : (a) membaca telaah isi, terdiri dari: membaca survei yang cepat, membaca paragraf, membaca untuk menemukan hubungan antarparagraf, dan membaca pemahaman, (b) membaca telaah bahasa. Tarigan (2008 :13-14) berpendapat bahwa kegiatan membaca dibedakan ke dalam jenis membaca bersuara atau membaca nyaring (oral reading atau reading aloud) dan membaca dalam hati (silent reading). Pengelompokkan ini didasarkan pada perbedaan tujuan yang hendak dicapai. Jenis pertama dapat digunakan untuk mencapai penguasaan hal-hal yang bersifat mekanis seperti pengenalan bentuk huruf dan unsur-unsur linguistik. Jenis kedua ini sesuai dengan tujuan membaca yang bersifat pemahaman. Selanjutnya, kegiatan membaca
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam hati dibedakan lagi menjadi kegiatan membaca ekstensif, yang meliputi kegiatan survei (survei reading), membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading), dan kegiatan membaca intensif. Kegiatan membaca intensif ini meliputi kegiatan membaca telaah isi serta membaca telaah bahasa. Kegiatan membaca yang bersifat telaah isi masih dapat dikelompokkan lagi menjadi kegiatan membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide-ide; sedangkan kegiatan membaca yang bersifat telaah bahasa meliputi kegiatan membaca bahasa dan membaca sastra. Secara skematis, jenisjenis membaca tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Membaca
Membaca Survei
nyaring Membaca
Membaca
Membaca sekilas
Ekstensif Membaca
Membaca dangkal
dalam hati Membaca
Membaca
Intensif
telaah isi
Membaca teliti M. Pemahaman Membaca Kritis Membaca ide-ide
Membaca
M. bahasa
Telaah bahasa M. sastra Gambar 1. Jenis-jenis Membaca (Tarigan, 2008: 14) Rizem Aizid (2011: 32-37) berpendapat bahwa jenis membaca dapat dibagi menjadi 5, yaitu: (1) membaca intensif, (2) membaca kritis, (3) membaca cepat, (4) membaca indah, dan (5) membaca teknik. Jenis - jenis membaca yang telah dikemukakan di atas, dapat dimiliki oleh semua orang yang gemar membaca, antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
satu orang dengan yang lain memiliki jenis dan tipe membaca masing-masing. Perbedaan ini bergantung pada tujuan orang yang bersangkutan dalam membaca. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat merupakan bagian dari membaca ekstensif, yang tujuan utamanya adalah mencari informasi yang diperlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan efektif, dan dalam waktu yang singkat. b. Pengertian Kemampuan Membaca Cepat Di zaman informasi dan komunikasi yang serba cepat ini, siapa pun dituntut untuk memiliki kemahiran membaca yang efektif dan efisien jika seseorang jarang membaca, ia akan tertinggal pada informasi terkini. Agar sesorang dapat mengetahui informasi secara cepat dan tepat, ia dituntut harus memiliki kemampuan membaca cepat yang memadai. Membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan tujuan dari membaca. Kecepatan membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca (Soedarso, 2005: 18). Kemampuan membaca cepat merupakan keterampilan memilih isi bacaan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan, yang ada relevansinya dengan pembaca tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak diperlukan (Soedarso, 2005: 18). Menurut Hernowo (dalam Rizem Aizid, 2011: 40), membaca cepat adalah suatu kegiatan merespons lambang-lambang cetak atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dan cepat. Listiyanto Ahmad (2010: 41) mendefinisikan membaca cepat sebagai sebuah kegiatan membaca dengan kecepatan tinggi, yang mencakup hampir seluruh materi bacaan yang dibaca. Lebih lanjut, Keke T. Aritonang (2006: 20), membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan tinggi, hampir keseluruhan materi dibaca dalam waktu tertentu yang disertai dengan pemahaman isi 70%. Materi dalam hal ini adalah jumlah kata yang terkandung dalam suatu bacaan, sedangkan waktu tertentu artinya untuk memahami materi bacaan memerlukan waktu. Waktu yang dipergunakan dalam membaca cepat adalah satuan waktu, yaitu menit. Pemahaman isi bacaan 70%, artinya setelah selesai membaca
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekurang-kurangnya pembaca menguasai isi bacaan sebanyak 70%. Nawal Muhammad (2003: 13), mengemukakan bahwa seseorang dikatakan sebagai pembaca yang efisien apabila ia mengetahui jenis bacaan yang dibaca, selain itu parameter lama waktu baca, kecepatan, dan persentase pemahaman atas bacaan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan pula. Membaca cepat termasuk aktivitas yang melibatkan kerja otak dan gerak mata. Otak dilibatkan untuk memahami isi bacaan, sedangkan gerak mata sebagai pembidik lambang grafis yang ada. Apabila mata mampu membidik lambanglambang grafis itu secara cepat dan otak mampu menangkap secara tepat makna yang terkandung di dalam lambang tersebut maka akan terjadi aktivitas membaca cepat. Rizem Aizid (2011: 36), membaca cepat adalah suatu kegiatan membaca yang menitikberatkan pada kecepatan memahami isi bacaan dengan cepat dan tepat dalam waktu relatif singkat. Sementara itu, Spargo (dalam Lily Marliah, 2005: 268), seseorang dikatakan sebagai pembaca cepat apabila ia paham juga dengan apa yang dibacanya. Pendapat Spargo (dalam Lily Marliah, 2007: 268) yang mengisyarakatkan pentingnya pemahaman di dalam membaca cepat sebagai berikut. Faster readers comprehend faster. When you read faster, the writer’s message is coming to you faster and makes sense sooner. Ideas are interconnected. The writer’s thoughts are all tied together, each one leading to the next. The more quickly you can see how ideas are related to each other, the more quickly you can comprehend the meaning of you are reading. Faster readers concentrate better. Concentration is essential for comprehension. If your mind is wandering, you can’t understand what you are reading. A lack of concentration causes you to re-read, sometimes over and over, in order to comprehend. Faster readers concentrate better because there’s less time for disracttions to interfere. Comprehension, in turn, contributes to concentration. If you are concentrating and comprehending,you will not become distracted. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah sistem membaca
yang mengutamakan kecepatan dengan tidak
mengabaikan pemahamannya. Lebih lanjut, Agustinus Suyoto (2010) menyatakan bahwa kemampuan membaca cepat merupakan kemampuan seseorang dalam memadukan kemampuan motorik (gerakan mata) atau kemampuan visual dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan kognitifnya atau pemahaman isi bacaan melalui menjawab pertanyan-pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan. Seseorang dikatakan membaca cepat jika pemahamannya terhadap bacaan sangat tinggi dibanding waktu yang tersedia. Apabila waktu yang diperlukan dalam membaca semakin sedikit, sedangkan tingkat pemahamannya sangat tinggi, maka dapat dikatakan bahwa kecepatan baca orang tersebut semakin meningkat. c. Tujuan dan Manfaat Membaca Cepat Menurut Listiyanto Ahmad (2010: 30), tujuan membaca cepat yaitu memahami isi bacaan secara cepat dan tepat dalam waktu relatif singkat. Sementara itu, Rizem Aizid (2011: 45) mengemukakan beberapa manfaat dan tujuan membaca cepat, yaitu: (1) memperoleh kesan umum dari bahan bacaan seperti buku, artikel, atau tulisan singkat; (2) menemukan hal tertentu dari bahan bacaan; (3) menemukan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan; dan (4) mencari informasi dari sebuah bacaan secara cepat dan efektif. Lebih lanjut, Akhmad Slamet Harjasujana dan Yeti Mulyati (1996: 166167) mengemukakan beberapa manfaat membaca cepat, yaitu : (1) dengan membaca cepat orang dapat meninjau kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya; dan (2) pembaca bisa memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya, sesuai dengan sifat bacaan yang tidak memerlukan pendalaman terutama pada waktu membaca survei. Subyantoro (2011: 3-7) mengemukakan tujuan membaca cepat, yaitu: (1) menghemat waktu; (2) menciptakan efisiensi; (3) membaca cepat memiliki nilai yang menyenangkan/menghibur; (4) memperluas cakrawala mental; (5) membantu berbicara secara efektif; (6) membantu menghadapi ujian/tes; (7) meningkatkan pemahaman; (8) menjamin kita untuk mengikuti perkembangan berita yang mutakhir; dan (9) sebagai tonikum mental, yang artinya membaca cepat akan menyegarkan pengetahuan, melatih intelektual, dan menjamin kepekaan mental. Lebih lanjut, Muhammad Noer ( 2009: 21-22), manfaat membaca cepat, yaitu: (1) memilah informasi penting dan tidak, (2) menguasai informasi dengan cepat, dan (3) meningkatkan pemahaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan dan manfaat membaca cepat adalah untuk memahami isi bacaan secara cepat dan efektif serta dalam waktu yang relatif singkat. Rizem Aizid (2011: 44), seseorang dapat dikatakan memahami isi bacaan dengan baik bila ia memenuhi empat kriteria, yaitu (1) dapat mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan atau mengetahui maknanya; (2) menghubungkan makna, baik konotatif maupun denotatif, yang dimiliki dengan makna yang terdapat dalam bacaan; (3) mengetahui seluruh makna tersebut atau persepsinya terhadap makna itu secara kontekstual; dan (4) membuat pertimbangan nilai bacaan yang didasarkan pada pengalamannya. d. Teknik- teknik Membaca Cepat Esensi dan tujuan dari membaca cepat adalah untuk mengetahui ide pokok atau gagasan utama sebuah bahan bacaan. Kemampuan dalam mencari atau menemukan ide pokok adalah hal utama dalam memahami bacaan. Rizem Aizid (2011: 84) mengemukakan isi dari ide pokok dalam sebuah buku meliputi empat hal, yaitu (1) ide pokok buku keseluruhan; (2) ide pokok bab; (3) ide pokok bagian bab; dan (4) ide pokok paragraf. Untuk mendapatkan ide pokok tersebut dengan cepat dan tepat, maka kita harus bisa berpikir secara cepat. Selain itu, juga dituntut untuk bisa memahami pikiran penulisnya, mengikuti struktur, dan mengikuti gaya penulisannya. Dengan demikian, akan dapat dengan mudah memahami ide pokok dari sebuag buku. Menurut Listiyanto Ahmad (2010: 79-85), teknik membaca cepat dapat dibagi menjadi empat, yaitu: (1) teknik previewing; (2) skimming; (3) scanning; dan skipping ayunan visual. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang berbagai teknik yang terdapat dalam membaca cepat. 1) Teknik Previewing Menurut Listiyanto Ahmad (dalam Rizem Aizid, 2011: 96), previewing adalah teknik membaca untuk mendapatkan gambaran teks secara umum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mikulecky dan Jeffries (dalam Listiyanto Ahmad, 2010: 79), dengan teknik preview ini maka proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemahaman informasi dapat dicapai secara cepat, bahkan bisa membantu kita mengikuti gagasan penulisnya. Teknik previewing ini dapat digunakan untuk mengetahui informasiinformasi penting yang meliputi judul buku, interpretasi, jenis atau genre bacaan, dan prediksi tentnag isi tulisan. Selain itu, teknik ini berguna yang ingin mengetahui gambaran umum sebuah buku (Rizem Aizid, 2011: 97). 2) Teknik Skimming Menurut Listiyanto Ahmad (2010: 81), teknik membaca skimming adalah membaca secara garis besar (sekilas) untuk mendapatkan gambaran secara umum isi buku. Dengan kata lain, membaca skimming artinya membaca dengan tujuan hanya mencari ide pokok atau saripati dari bahan bacaan (Rizem Aizid, 2011: 85). Sementara itu, Soedarso (2005: 88) mengemukakan bahwa teknik membaca skimming adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien untuk berbagai tujuan. Fungsi skimming menurut Agustinus Suyoto (2010) adalah: (1) untuk mengenali topik bacaan, (2) untuk mengetahui pendapat/opini orang, (3) untuk mendapatkan bagian penting yang kita butuhkan, (4) untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, dan cara berpikir penulis, dan (5) untuk penyegaran apa yang pernah dibaca. Tahap-tahap teknik membaca skimming menurut Listiyanto Ahmad (2010: 82), sebagai berikut: (a) memperhatikan judul, subjudul dan bagianbagiannya, paragraf, gambar, map serta tabel, sebagai satu kesatuan yang utuh; (b) perhatikan judulnya dengan seksama. Apa implikasi-implikasinya? Kemudian, fokuskan pada kata yang penting dalam judul tersebut; (c) lihat pembagian-pembagian selanjutnya untuk mendapatkan apresiasi struktur tulisan; (d) amati grafik, tabel, gambar, maupun foto untuk memudahkan atau memperjelas arti; dan (e) perhatikan paragraf, panjang dan pendeknya serta bentuk hurufnya (miring atau cetak tebal) untuk mengetahui dan memisahkan hal-hal penting.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Teknik Membaca Scanning Nurhadi (dalam Subyantoro, 2011: 81), menjelaskan bahwa teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Hal senada diungkapkan oleh Soedarso (2005:89), teknik membaca memindai (scanning) adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus atau informasi tertentu. Lebih lanjut, Listiyanto Ahmad ( 2010: 80), menjelaskan bahwa teknik scanning adalah membaca suatu informasi yang mana bacaan tersebut dibaca secara loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi sehingga dalam memahami bacaan tersebut dapat menghubungkan kalimat yang satu dengan kata-kata sendiri. Langkah-langkah teknik membaca scanning menurut Rizem Aizid (2011: 94), yaitu: (a) kita harus tahu dulu sesuatu yang kita cari dalam buku tersebut. Kemudian, tetapkan satu kata atau penggalan kata yang menjadi kata kunci; (b) bukalah halaman yang memungkinkan menemukan kata kunci tersebut; (c) persempit wilayah pencarian jika tidak ada indeks buku, maupun indeks di buku, dengan cara membaca di daftar isi; dan (d) bacalah dengan teknik scanning halaman yang ditemukan, apabila ditemukan kata kunci yang dimaksud, baca satu kalimat tempat kata kunci itu berada. Teknik membaca scanning dapat digunakan untuk mencari nomor telepon, mencari kata pada kamus, mencari entri pada indeks, mencari angka-angka statistik, melihat acara siaran TV, melihat daftar perjalanan (Subyantoro, 2011: 81), 4) Teknik Membaca Cepat Skipping Ayunan Visual Menurut Soedarso (2005: 86), teknik skipping merupakan salah satu jenis teknik membaca skimming. Gerakan mata dalam skimming, yaitu mata bergerak di baris-baris pertama yang mengandung ide pokok dari paragraf, kemudian melompat dan berhenti di beberapa fakta atau detail tertentu yang menunjang ide pokok. Di lain pihak, Haryadi (dalam Rizem Aizid, 2011: 98), teknik skipping ayunan visual adalah perpaduan antara skipping dan ayunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
visual. Skipping dapat diartikan sebagai teknik baca lompat, yaitu membaca dengan loncat-loncatan, sedangkan ayunan visual merupakan cara membaca dengan mengayunkan mata secara cepat dan tepat. Dengan demikian, teknik skipping ayunan visual adalah teknik membaca lompat dengan mengayunkan mata dari bagian penting ke bagian penting lainnya secara cepat dan tepat. Sedangkan menurut Muhammad Noer (2009: 46- 56 ), teknik membaca cepat dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) mengenali kata dengan cepat, (2) membaca kelompok kata, dan (3) melatih pergerakan mata. e. Cara Mengukur Kecepatan Membaca Membaca cepat dan efektif bukan berarti asal membaca cepat saja sehingga begitu selesai membaca tidak ada yang diingat dan dipahami. Dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam membaca cepat adalah tingkat kecepatan dan persentase pemahaman bacaan yang tinggi. Pembaca dikatakan sebagai pembaca cepat yang baik jika mampu mengatur irama kecepatan membaca sesuai dengan tujuan, kebutuhan, dan keadaan bahan yang dibaca serta dapat menjawab sekurang-kurangnya 60% dari bahan yang dibaca (Listiyanto Ahmad, 2010: 52). Membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan kecepatan yang sama. Kecepatan membaca itu harus bersifat fleksibel, artinya kecepatan itu tidak haruslah sama, adakalanya diperlambat tergantung pada bahan dan tujuan membaca. Strategi membaca cepat dilakukan dengan tujuan untuk memahami intisari bacaan, bukan bagian-bagian rinciannya yang detail. Oleh sebab itu, kemampuan membaca cepat setiap orang berbeda, hal itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan melakukan gerak mata dan mengoptimalkan kerja otak secara efektif. Di negara-negara maju khususnya Amerika, telah dilakukan penelitian tentang kecepatan membaca siswa dalam setiap jenjang pendidikan. Kecepatan membaca siswa Amerika untuk setingkat SD/Diniyah di Indonesia adalah 140 kpm, setingkat SLTP/MTs adalah 140 s.d 175 kpm, setingkat SMA/SMK/MA adalah 175 s.d 245 kpm, dan setingkat perguruan tinggi 245 s.d 280 kpm. Untuk kaum profesional, kecepatan membacanya bisa mencapai 500 kpm (Agustinus Suyoto, 2010). Lebih lanjut, Soedarso (2005: 18-19), kecepatan membaca dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikelompokan menjadi lima kelompok, yaitu: (1) membaca secara skimming dan scanning (kecepatan membaca lebih dari 1.000 kpm); (2) membaca dengan kecepatan yang tinggi (kecepatan membaca 500-800 kpm); (3) membaca secara cepat (350-500 kpm); (4) membaca dengan kecepatan rata-rata ( 250-500 kpm); dan (5) membaca lambat (100-125 kpm). Setiap orang mempunyai kemampuan membaca yang berbeda. Namun, kemampuan membaca itu dapat ditingkatkan. Menurut Soedarso (2005: 14), kecepatan membaca dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: Jumlah Kata Per Menit (kpm)
Jumlah Kata yang Dibaca Jumlah Detik untuk Membaca
60
Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan yang akan dibaca, caranya adalah hitung jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu, hitung jumlah baris yang dibaca, dan kalikan dengan jumlah rata-rata tadi, hasilnya merupakan jumlah kata yang dibaca. Untuk mengukur kecepatan efektif membaca, digunakan rumus sebagai berikut: K Wm
B Si
K Wd : 60
B Si
K B ( 60) Wd Si
Keterangan:
K
= Jumlah kata yang dibaca
Wm = Waktu tempuh baca dalam satu menit Wd = Waktu tempuh baca dalam satuan detik B
= Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar
SI
= Skor ideal atau skor minimal
f. Hambatan-hambatan Membaca Cepat Orang yang tidak mendapat bimbingan atau latihan khusus membaca cepat, sering mudah lelah dalam membaca karena lamban dalam membaca, tidak ada gairah, merasa bosan, tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyelesaikan buku yang tipis sekalipun. Untuk dapat membaca dengan cepat, hal-hal yang dapat menghambat kecepetan membaca haruslah dihilangkan. Menurut Soedarso (2005: 5-9), hambatan-hambatan dalam membaca cepat, antara lain: (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengan jari; (5) regresi; dan (6) subvokalisasi. Akhmad Slamet Harjasujana dan Yeti Mulyati (1996: 63) berpendapat tentang kebiasan buruk dalam membaca cepat, antara lain: (1) membaca dengan vokalisasi (suara nyaring); (2) membaca dengan gerakan bibir; (3) membaca dengan gerakkan kepala; (4) membaca dengan menunjuk baris bacaan dengan jari, pena, atau alat lainnya; (5) membaca dengan pengulangan (melafalkan bacaan dalam batin atau pikiran); (6) membaca kata demi kata; (7) membaca dengan
konsentrasi
yang
tidak
sempurna;
dan
(8)
membaca
jika
perlu/ditugasi/dipaksa (insidental). Lebih lanjut, Rizem Aizid (2011, 60-78) mengemukakan bahwa faktor penghambat dalam membaca cepat dapat dibagi menjadi 2, yaitu: (1) faktor internal; dan (2) faktor ekternal. Faktor internal, meliputi: (a) sulit berkonsentrasi; (b) rendahnya motivasi dan minat; dan (c) khawatir yang berlebihan, sedangkan faktor eksternal, meliputi: (a) lingkungan; (b) tradisi; (c) mitos; dan (d) sugesti negatif. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam membaca cepat adalah vokalisasi, gerakan bibir, gerakan kepala, menunjuk dengan jari, regresi, dan subvokalisasi. Minat dan motivasi yang tinggi dapat menimbulkan efek positif terhadap kecepatan membaca seseorang. Hal ini disebabkan oleh dorongan rasa ingin tahu yang bersifat intrinsik dari diri pembaca itu sendiri sehingga tanpa disadari gerakkan matanya akan lebih cepat untuk dapat memenuhi keingintahuannya tersebut dengan cepat pula. Untuk dapat menghilangkan hambatan-hambatan tersebut, diperlukan beberapa latihan dalam membaca cepat, antara lain: (1) latihan otot mata; (b) latihan periferal mata; (c) latihan pernapasan; (d) latihan mempercepat gerakan mata; (e) melebarkan jangkauan mata; dan (f) konsentrasi (Rizem Aizid, 2011: 152-167).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Latihan- latihan Membaca Cepat Membaca cepat merupakan suatu aktivitas kompleks yang melibatkan aktivitas fisik dan nonfisik, seperti berpikir, melihat, dan menafsirkan. Dalam hal ini, keterlibatan otak dan mata memegang peranan yang sangat penting. Membaca cepat tidak bisa lepas dari peran panca indra, khususnya indra penglihatan (mata). Mata menentukan kecepatan dalam membaca kata per kata. Menurut Rizem Aizid (2011: 152-167), antara lain: a) latihan otot mata; b) latihan periferal mata; c) latihan pernapasan; d) latihan mempercepat gerakan mata; e) melebarkan jangkauan mata; dan f) konsentrasi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang latihan-latihan membaca cepat. a) Latihan Otot Mata Latihan otot mata ini bertujuan untuk memperkuat otot-otot mata agar tidak kelelahan saat membaca cepat (Rizem Aizid, 2011: 152). Melatih otot mata dapat dilakukan dengan cara menggerakan bola mata dalam keadaan terpejam ke atas ke bawah, lalu samping kiri dan kanan. Latihan ini harus dilakukan secara rutin dan terus menerus selama kurang lebih dua minggu, setiap hari dilakukan selama lima menit tanpa terputus. Apabila satu hari saja tidak latihan, maka otot mata akan kembali ke keadaan sebelum latihan (Listiyanto Ahmad, 2010: 123). b) Latihan Periferal Mata Latihan periferal mata dapat dilakukan dengan cara pandangan mata mengikuti gerakan telunjuk di depan mata (Listiyanto Ahmad, 2010: 124). Menurut Rizem Aizid, 2011: 152-153), tujuan dari latihan ini adalah agar mata dapat menjangkau seluruh bacaan tanpa menggeleng-gelengkan kepala karena mengegelengkan kepala dapat menghambat dalam membaca cepat. c) Latihan Mempercepat Gerakan Mata Dalam proses membaca, sering kali seseorang melakukannya dengan menangkap kata per kata atau bahkan suku kata per suku kata. Sebagai contoh, berikut ini Muhammad Noer (2009: 50), menggambarkan kebiasaan yang sering dilakukan banyak orang ketika membaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebanyakan orang membaca kata per kata sehingga jangkauan fiksasinya sempit. Tidak hanya itu, terkadang proses membaca bisa lebih lambat jika ada proses mengeja per suku kata. Ini biasanya dilakukan ketika seorang anak mulai belajar membaca. Menurut Muhammad Noer (dalam Rizem Aizid, 2011: 154), berpendapat bahwa pembaca akan berlatih menangkap dua, tiga, empat atau bahkan lima kata sekaligus sehingga mempercepat proses, cara yang cukup efektif dalam mempercepat gerakan mata adalah dengan membuat garis lurus vertikal di buku atau bahan bacaan. Dengan bantuan garis tersebut, maka keseluruhan teks akan terbagi menjadi beberapa bagian sehingga akan memudahkan dalam membaca cepat. Listiyanto Ahmad (2010: 127), cara ini baik dipakai untuk melatih membiasakan mata melihat sekelompok kata sekaligus. Bacalah teks berikut sesuai panduan garis yang telah ditentukan sebagai berikut. Pasar Metroseksual Fenomena pria termasuk kota-kota diomongkan pernak dari sisi pemasaran. berduit dan hedonis menggiurkan. menyebut mereka pemasar. Itu karena Berdasarkan dilakukan MarkPlus ini umumnya suka memanjakan diri berjam-jam di kafe,
metroseksual yang kini besar di Tanah Air, ternyata -pernik gaya hidupnya, tapi Kenapa demikian? Karena sehingga merupakan target Karena itu, tak heran kalau sebagai marketer’s dream potensi pasarnya yang Indonesian Metroseksual &Co akhir tahun lalu, belanja, tidak tabu untuk dengan berlama-lama dan sangat fashion oriented
melanda seluruh dunia, tak hanya menarik juga menarik diamati mereka umumnya kaum pasar yang sangat The New York Times alias mimpinya para sangat besar. Behavioral Survey yang para pria metroseksual berdandan dan di salon, suka ngerumpi mereka selalu update ...
Sumber: Muhammad Noer.com Cara membaca teks di atas adalah paksakan mata Anda mengikuti kelompok yang dibuat oleh garis tadi. Dengan demikian, pada baris pertama,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembaca akan membaca kata ”fenomena pria” pada kolom pertama, kata ”metroseksual yang kini” pada kolom kedua, dan kata ”melanda seluruh dunia” pada kolom ketiga. Dengan cara ini, pembaca akan memaksakan mata untuk melihat kelompok kata sesuai lebar garis yang telah ditentukan. Semakin konsisten melakukan latihan menagkap kelompok kata, maka secara bertahap juga melatih otot-otot mata untuk bergerak dengan cepat dan teratur (Rizem Aizid, 2011: 157). Hal ini akan meningkatkan kecepatan membaca secara perlahan sampai pembaca menemukan kecepatan yang dirasakan pas. d) Latihan Melebarkan Jangkauan Mata Agar mendapat kecepatan dan efisiensi membaca dapat dilakukan dengan cara melebarkan jangkauan mata. Apabila membaca baris yang terdiri atas 12 kata, pembaca berhenti 3-4 kali, jangkauan mata tidak persis/diagonal, kadang-kadang pada satu kata atau huruf, dan menjangkau pada pias kiri dan pias kanan serta kadang-kadang antara dua kata. Menurut Soedarso (dalam Listiyanto Ahmad, 2010: 131-132), jangkauan mata lebih banyak ke pias kanan daripada pias kiri. Listiyanto Ahmad (2010: 132-133) mengemukakan bahwa untuk melatih jangkauan mata ada tiga macam latihan, yaitu: (a) memfokuskan pandangan pada angka di barisan tengah dengan membaca tiga angka sekaligus; (b) memfokuskan perhatian di tengah kata dan sekaligus menjangkau kata di kiri dan kanannya; dan (c) membaca bilangan dari satu hingga terakhir dengan menggerakan bola mata. e) Latihan Konsentrasi Dalam membaca hendaknya difokuskan pada bahan yang dibaca, maka gagasan atau gambar tentang isi bacaan akan tampak dengan jelas dan mudah dipahami. Menurut Listiyanto Ahmad (2010: 134), ada dua hal penting dalam meningkatkan konsentrasi, yaitu: (a) menghilangkan atau menjauhi halhal yang menyebabkan pikiran menjadi kusut; dan (b) memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh. Chung Moo (dalam Soedarso, 2005: 50), Kegiatan memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh dapat dilakukan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
latihan yang terdiri atas: (a) menelusuri benang kusut, dan (b) menghitung titik-titik berderetan. 2. Hakikat Metode SQ3R a. Pengertian Metode SQ3R Metode SQ3R merupakan suatu metode yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan relasional (Kholid A. Harras dan Lilis Sulistyaningsih dalam Sudarno, dkk., 2004: 132). Menurut Soedarso (2005: 59), sistem membaca SQ3R dipopulerkan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode SQ3R merupakan sistem membaca yang populer digunakan oleh orang, yang terdiri dari lima langkah, yaitu: survei, question, read, recite dan revieu. Listiyanto Ahmad (2011: 65) berpendapat bahwa metode SQ3R memberikan strategi yang diawali dengan membangun gambaran secara umum tentang bahan yang akan atau sedang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul atau subjudul suatu bab, dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Hal senada juga diungkapkan oleh Sobirin (2007: 191), metode SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya, serta untuk membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan yaitu: survei, question, read, recite, dan revieu. Menurut Ahmad S. (dalam Sobirin, 2007: 191), metode SQ3R bertujuan untuk: (a) membekali siswa dengan suatu pendekatan yang sistematis terhadap jenis-jenis kemampuan membaca, dan (b) meningkatkan proses belajar-mengajar secara lebih mantap dan efisien untuk berbagai materi pelajaran. Lebih lanjut, Sudarno dkk. (2004: 132), tujuan metode SQ3R, yaitu: (a) siswa memperoleh keberhasilan dalam studi dan dalam kehidupan serta dalam peningkatan cara belajar efektif dan efisien, dan (b) untuk kepentingan pengajar dalam memberi pertolongan kepada siswa untuk mencapai sukses studi dalam kehidupan pribadinya. Salah satu keunggulan metode SQ3R menurut Listiyanto Ahmad (2011: 65), yaitu tingkat pemahaman yang akan diperoleh bisa lebih mendalam karena kita membaca dengan aktif sehingga proses membaca lebih efektif dan efisien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Santosa (dalam Yasrulefendi, 2008), keunggulan metode SQ3R dapat digunakan untuk membaca bacaan menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan oleh pembaca. Metode SQ3R memiliki kelebihan karena dengan menggunakan metode ini pembaca cenderung lebih mudah menguasai isi bacaan (Soedarso, 2005:59). Hal ini terjadi karena sebelum membaca, pembaca melakukan survei bacaan terlebih dahulu untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan dibaca. Kemudian ia mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya terdapat dalam bacaan tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk membaca lanjut bagi anak yang sudah dapat berpikir secara abstrak, logis dan sistematis. Selain memiliki keunggulan, metode SQ3R juga memiliki kelemahan. Menurut Yasrulefendi (2008), kelemahan metode SQ3R ialah jika bacaan yang dibaca menggunakan bahasa asing, metode ini akan sulit digunakan. Di samping itu, metode ini akan sulit digunakan untuk memahami bacaan yang banyak memuat rumus. Bagi siswa SD kelas rendah (kelas I dan II), metode SQ3R akan sulit digunakan dikarenakan tujuan membaca di sekolah dasar (SD), selain untuk memahami isi bacaan, juga untuk belajar menghafal kosakata dan lafal yang wajar. b. Langkah-langkah Metode SQ3R Langkah-langkah metode SQ3R menurut Soedarso (2005: 60-64) sebagai berikut. 1) Survei Survei atau prabaca menurut Soedarso (2005: 60) adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca. Lebih lanjut Listiyanto Ahmad (2010: 66), survei menjadi penting karena bisa mempercepat dalam menangkap arti, mendapatkan abstrak, mengetahui ideide penting, atau melihat susunan bacaan. Tujuan-tujuan dari survei ini menurut Rizem Aizid, antara lain: (a) mempercepat menangkap arti; (b) mendapatkan abstrak; (c) mengetahui ide-ide penting; (d) melihat susunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(organisasi) bahan bacaan; (e) mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan; dan (f) memudahkan mengingat lebih banyak serta memahami lebih mudah. Berkaitan dengan hal ini, ada beberapa teknik dalam melakukan survei. Untuk setiap jenis bacaan, teknik surveinya berbeda. Teknik survei buku, caranya: (a) telusuri daftar isi; (b) baca kata pengantar; (c) lihat tabel dan grafiknya; dan (e) telusuri indeks. Teknik survei bab, caranya: (a) lihat paragraf pertama dan terakhir; (b) lihat ringkasan; dan (c) lihat subjudul. Teknik survei artikel, caranya: (a) baca judul; (b) baca semua subjudul; (c) amati tabel; (d) baca kata pengantar; (e) baca kalimat pertama subbab; dan (f) buatlah keputusan ( dibaca atau tidak). Teknik survei klipping, caranya: (a) perhatikan judul; dan perhatikan penulisnya (Soedarso, 2005: 60-62). Adapun kegunaan dari proses survei ini menurut Rizem Aizid (2011: 107), antara lain: (a) membaca judul berguna untuk membantu memfokuskan pada topik bab; (b) membaca pendahuluan berguna untuk memberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dari bab yang terkait; (c) membaca kepala judu atau subbab berguna untuk memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks; dan (d) memerhatikan alat bantu baca (termasuk huruf miring, definisi, dan pertanyaan di akhir bab) ditujukan untuk membantu pemahaman dan ingatan. 2) Question Mengajukan pertanyaan terhadap masalah, isi atau ruang lingkup yang akan dibaca bertujuan untuk menimbulkan rasa ingin tahu (Listiyanto Ahmad, 2010: 68). Menurut Rizem Aizid (2011: 107), teknik question (bertanya), yaitu bertanya dalam hati mengenai isi buku yang hendak dibaca, serta tentang informasi yang dibutuhkan dari buku itu. Pada umumnya, tahap bertanya ini dilakukan bersamaan dengan teknik surei, terutama ketika sedang mempelajari daftar isi, serta mulai membaca sekilas halaman demi halaman secara cepat. Dalam hal ini, kita sedang melakukan proses aktif dengan melakukan proses aktif dengan melakukan analisis, sintesis, maupun argumentasi terhadap pokok pikiran yang di-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampaikan oleh si penulis buku. Lewat cara ini, pembaca tidak sekedar “menurut” dengan sesuatu yang disampaikan oleh penulis. 3) Read Setelah melewati dua tahap di atas maka mulailah dengan membaca (read). Pada saat membaca, mulailah mencari jawaban dari pertanyaan yang sebelumnya sudah dibuat. Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting (Soedarso, 2005: 63). Menurut Soedarso (2005: 63), pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, antara lain: (a) jangan membuat catatan-catatan; dan (b) jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frase tertentu. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses baca keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu karena pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis, memahami strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai. Proses pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk kemudian melakukan revieu atau dengan cara menyelesaikan dulu secara total. 4) Recite Tahap recite (mengingat sambil menyebutkan kembali) ini dilakukan untuk menguji pemahaman kita atas sesuatu yang telah dibaca (Rizem Aizid, 2011: 111). Listiyanto Ahmad (2010; 70), mengingat dan menyebutkan kembali merupakan langkah yang penting karena dengan cara ini pembaca dapat mengenali dan mempelajari jawaban. Caranya adalah dengan menceritakan ulang pokok pikiran yang akan dibahas dalam buku tersebut dengan menggunakan gaya bahasa sendiri (Rizem Aizid, 2011: 111). Dengan proses ini, pembaca berlatih untuk berkonsentrasi dan mengingat bahan yang dibaca. Bila pembaca menemukan paragraf yang membuat kita sulit untuk dapat melakukan proses ini, bacalah kembali paragraf tersebut. Pada tahap ini, pembaca dapat membuat catatan seperlunya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika masih mengalami kesulitan, maka pembacaan bab itu dapat diulangi sekali lagi. 5) Revieu Mengulang bahan pelajaran dan buku secara teratur berguna untuk mengingatkan kembali pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Pada tahap ini, pembaca mencoba mengingat kembali dengan membaca ulang bacaan yang telah dibacanya (Listiyanto Ahmad, 2010: 71). Menurut Soedarso (2005: 64), tahap ini sangat penting karena saat membaca, karena secara umum dapat menguasai informasi sebesar 85% dari isi bacaan, kemudian dalam waktu 8 jam untuk mengingat detail yang penting tinggal 40%, dan dalam tempo dua minggu pemahaman kita tinggal 20%. Proses revieu ini dilakukan setelah proses membaca selesai. Tujuannya adalah agar segala yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek, tetapi juga masuk ke memori jangka panjang (Rizem Aizid, 2011: 112). 3. Pembelajaran Membaca Cepat dengan Metode SQ3R a. Materi Membaca Cepat di SD Berdasarkan KTSP Pengajaran membaca sangat tepat digunakan sebagai sarana untuk membimbing siswa menjadi pembaca yang mandiri dan menumbuhkan minat baca siswa. Menurut KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh BSNP (2006: 327), standar kompetensi untuk keterampilan membaca pada kelas V semester I adalah memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata/menit, dan membaca puisi. Tema-tema bacaan yang dapat dijadikan bahan bacaan tingkat SD adalah lingkungan, pertanian, pendidikan, peristiwa, kemanusiaan, dan olahraga. Pada kurikulum KTSP guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian,, dan kreativitas siswa. Hal ini dikarenakan dalam KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada siswa sehingga metode ceramah perlu dikurangi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V dalam satu minggu dialokasikan waktu sebanyak 6 jam atau 3x pertemuan. Setiap pertemuan selama 35 menit. Pada pembelajaran membaca pemahaman di sekolah tersebut tidak ada pembagian jam secara khusus, karena dalam menyajikan materi menggunakan pendekatan terpadu, sehingga setiap pembelajaran yang terjadi mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. b. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Cepat di SD dengan Metode SQ3R Berdasarkan KTSP Langkah-langkah pembelajaran metode SQ3R dalam membaca cepat, terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, inti dan akhir. Kegiatan awal merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum memasuki inti pembelajaran yang bertujuan untuk membangun semangat atau motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Kegiatan awal dalam membaca cepat dengan menggunakan metode SQ3R, meliputi: (1) guru sebelum memulai pelajaran, terlebih dahulu guru dan siswa melakukan doa bersama, (2) guru melakukan apersepsi untuk mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari tentang kegiatan membaca cepat, selain itu kegiatan apersepsi digunakan untuk memberi motivasi siswa agar siswa tertarik dengan materi pelajaran yang akan diajarkannya, (3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dari pembelajaran ini. Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok/inti dari proses belajar-mengajar yang akan dilakukan pada saat itu juga. Kegiatan inti dalam membaca cepat dengan menggunakan metode SQ3R, meliputi: (1) guru membagikan bahan bacaan/ cerita kepada siswa, (2) siswa membaca secara cepat untuk mengetahui gambaran isi bahan bacaan tersebut secara umum (survei), (3) siswa mengerjakan soal untuk mengetahui pengetahuan dari hasil mensurvei bahan bacaan/cerita; (4) siswa membuat atau mengembangkan pertanyaan yang telah ada sebagai pemandu pada saat membaca bahan bacaan/cerita (question); (5) siswa membaca bahan bacaan/cerita tersebut dengan teliti (read); (6) siswa mengendapkan apa yang telah dibaca dengan menjawab kembali pertanyaan yang telah dibuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(recite); (7) siswa melihat ulang bagian yang belum dipahami untuk membuat rangkuman (revieu); (8) siswa mengerjakan tes latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bahan bacaan/cerita. Kegiatan akhir, merupakan refleksi dari kegiatan belajar-mengajar sebelumnya. Kegiatan akhir dalam membaca cepat dengan menggunakan metode SQ3R, meliputi: (1) siswa dan guru melakukan refleksi dengan merevieu apa yang telah dipelajari, (2) guru memberikan penguatan tentang membaca cepat dengan metode SQ3R, (3) guru melakukan refleksi pada siswa bahwa membaca dengan metode SQ3R membuat siswa lebih mudah memahami bacaan. c. Penilaian dalam Membaca Cepat Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui keberhasilan (proses dan hasil) dari suatu pogram kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria (Sarwiji Suwandi, 2010: 15). Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari nilai (baik proses maupun hasil) yang dicapai oleh siswa. Oleh karenanya, diperlukan penilaian yang sesuai yang dapat mengukur hal tersebut. Format penilaian yang biasa digunakan di antaranya adalah teknik penilaian unjuk kerja. Untuk mengamati unjuk kerja siswa adalah dengan menggunakan instrumen skala penilaian (rating scale). Sarwiji Suwandi (2010: 74) mengemukakan bahwa rating scale merupakan penilaian unjuk kerja yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori lebih dari dua. Skala penilaian tersebut terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten; 2 = cukup kompeten; 3 = kompeten; dan 4 = sangat kompeten. Berhubungan dengan hal tersebut maka pembobotan penilaian tidaklah bersifat mutlak. Tiap guru dapat memilih atau membuat model yang dianggapnya paling sesuai (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 208). Dengan demikian, dalam menentukan bobot penilaian guru hendaknya memperhatikan kriteria penilaian yang digunakan serta tujuan yang hendak dicapai sehingga penilaian tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
benar-benar dapat mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran baik proses maupun hasil. 1) Penilaian Proses Pembelajaran Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Nana Sujana (2008: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajar. Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari proses belajar yang dialaminya. Lebih lanjut, Sarwiji Suwandi (2010: 80-81) mengungkapkan bahwa secara umum objek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respons); dan sikap terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.) Berdasarkan
hal
tersebut
maka
pedoman
penilaian
proses
pembelajaran membaca cepat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran No Nama Siswa Keaktifan siswa selama apersepsi
Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi
Minat dan Skor motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Nilai Ket.
(Diadaptasi dari Sarwiji, 2010 : 130)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 1 = sangat kurang 4 = baik 2 = kurang 5 = amat baik 3 = cukup b) Menghitung nilai Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = .... Skor maksimal (15) c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut. (1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 – 89 baik (2) Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik (3) Nilai = 50 – 69 cukup (1) Keaktifan siswa selama apersepsi Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (menyanyikan lagu dengan semangat dan merespons setiap stimulus yang diberikan guru saat apersepsi dengan baik). Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (ikut menyanyikan lagu dan cukup merespons stimulus yang diberikan guru saat apersepsi) Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak merespons stimulus yang diberikan guru) Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat apersepsi (ikut menyanyikan lagu namun tidak serius dan sama sekali tidak mau merespons stimulus yang diberikan guru saat apersepsi). Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau menyanyi dan merespons pertanyaan atau stimulus saat apersepsi). (2) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, menamai, serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan mengerjakan setiap tugas. Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sesekali mau bertanya, menjawab, serta menamai memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas. Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas. Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, menamai serta memberikan tanggapan. Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara atau membuat gaduh). (3) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam mengikuti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat). : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk). : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang serius). : Jika siswa hanya sekedar mengerjakan tugas yang diberikan dan terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan, meletakkan kepala di meja). : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur).
2) Penilaian Hasil Pembelajaran Nana Sujana (2008:3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa tes atau penilaian yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran maka penilaian hasil dalam membaca cepat di kelas V ini didasarkan pada hasil pekerjaan siswa dalam memahami isi bacaan, kecepatan baca dan KEM yang tepat. Hal tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan sekolah di semester I dengan materi membaca cepat. Pada materi ini KKM yang ditentukan adalah
65, ini berarti bahwa siswa dinyatakan tuntas dalam
pembelajaran jika mendapatkan nilai
65. Dalam penelitian ini, peneliti
mengadaptasi format dan bobot penilaian hasil pembelajaran membaca cepat dari Subyantoro (2002: 34) yang disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Siswa
dapat
Kegiatan menghitung
kecepatan
baca,
Skor 3
pemahaman isi, dan KEM dengan tepat. 2. Siswa menghitung, namun belum tepat
2
3. Siswa tidak mengerjakan
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kecepatan Baca Aspek yang dinilai 1. Kecepatan Baca
75
Skor 3
2. Kecepatan Baca 50-74
2
3. Kecepatan Baca < 50
1
Persentase Pemahaman Aspek yang dinilai
Skor
1. Persentase Pemahaman 80%-100%
3
2. Persentase Pemahaman 70%
2
3. Persentase Pemahaman < 70%
1
Nilai siswa
:
Skor Maksimum Siswa 100 9
B. Penelitian Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sobirin (2007) yang berjudul “ Peningkatan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia melalui Metode Membaca SQ3R pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri Kebakkramat” dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa dan Sastra Indonesia, yang ditandai dengan peningkatan tiap siklus I dan siklus II. Pada siklus I, diperoleh nilai sebanyak 278,25, nilai rata-rata 6,956 dengan standar deviasi 0,640. Pada siklus II, diperoleh nilai 314, nilai rata-rata 7,85, dengan standar deviasi 0,697. Jurnal penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yaitu tentang metode penelitian yang digunakan. Metode penelitian pada penelitian di atas dengan penelitian ini adalah metode SQ3R. Selain memiliki kesamaan, penelitian di atas juga mempunyai perbedaan dengan penelitian ini. Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah objek dan subjek penelitian. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian di atas adalah tentang prestasi belajar bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indonesia, sedangkan penelitian ini adalah kemampuan membaca cepat. Subjek penelitian di atas adalah siswa kelas XI SMA Negeri Kebakkramat, sedangkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Penelitian yang dilakukan oleh Keke T. Aritonang (2006) yang berjudul ”Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMP I Kristen BPK Penabur dalam Membaca Cepat”, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca cepat siswa kelas VII SMP I Kristen BPK Penabur, 45 siswa dari 60 siswa memperoleh KPM 201 dan 14 siswa memperoleh KPM antara 151-200. Jurnal penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yaitu tentang objek penelitian. Objek penelitian di atas dengan penelitian ini adalah tentang membaca cepat. Selain memiliki kesamaan, penelitian di atas juga mempunyai perbedaan dengan penelitian ini. Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah subjek penelitian. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian di atas adalah siswa kelas VII SMP I Kristen BPK Penabur, sedangkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Penelitian yang relevan yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Hari Aji Rahmat Prasetyo (2010) yang berjudul ” Penerapan Teknik Skipping untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi” dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan teknik skipping dapat meningkatkan keterampilan membaca cepat siswa yang ditandai dengan: (1) antusiasme serta keaktifan saat pembelajaran berlangsung, dan (2) peningkatan kecepatan baca, presentase pemahaman isi bacaan dan peningkatan kecepatan efektif membaca (KEM) dari siklus I sampai siklus III. Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yaitu tentang objek penelitian. Objek penelitian pada penelitian di atas dengan penelitian ini adalah tentang kemampuan membaca cepat. Selain memiliki kesamaan, penelitian di atas juga mempunyai perbedaan dengan penelitian ini. Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah metode/teknik yang digunakan dan subjek penelitian. Metode/teknik yang digunakan pada penelitian di atas adalah teknik skipping, sedangkan penelitian ini adalah metode SQ3R. Subjek penelitian di atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi, sedangkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Penelitian yang relevan yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Idrus Setiawan (2007) yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas V SD Negeri 01 Gemanter Jumantoro Karanganyar Menggunakan Metode Gerak Mata” dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode gerak mata dapat meningkatkan meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa, yang ditandai dengan peningkatan kecepatan membaca dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus I perolehan kecepatan membaca tertinggi 80 kpm dann pemahaman isi tertinggi 70 %. Siklus II kecepatan membaca tertinggi 88 kpm dan pemahaman isi tertinggi 88%, dan siklus III kecepatan membaca tertinggi 92 kpm dan pemahaman isi tertinggi 100%. Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yaitu tentang subjek dan objek penelitian. Subjek penelitian di atas dan penelitian ini adalah siswa kelas V, sedangkan objek penelitiannya adalah tentang kemampuan membaca cepat. Selain memiliki kesamaan, penelitian di atas juga mempunyai perbedaan dengan penelitian ini. Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah metode/teknik yang digunakan. Metode/teknik yang digunakan pada penelitian di atas adalah metode gerak mata, sedangkan dalam penelitian ini adalah metode SQ3R. Alasan peneliti memilih keempat penelitian tersebut sebagai penelitian yang relevan karena keempat penelitian ini memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Keterkaitan tersebut terdapat pada metode/teknik pembelajaran, dan keterampilan berbahasa yang ditingkatkan melalui metode/teknik pembelajaran tersebut. C. Kerangka Berpikir Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa. Membaca merupakan hal yang sangat penting, karena membaca akan menambah penguasaan informasi dan wawasan. Hal ini tentu saja tidak lepas dari kemampuan setiap individu untuk memahami sesuatu yang dibaca. Dengan kata lain, kegiatan membaca tidak hanya membunyikan lambang-lambang bahasa tertulis, tetapi juga memahami makna dan informasi yang terdapat dalam bacaan. Fenomena yang terjadi di lapangan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
khususnya di lingkungan sekolah dasar justru bertolak belakang. Mayoritas siswa enggan untuk membaca dan cenderung mengabaikan. Padahal materi yang ada disajikan dalam bentuk tertulis dan dibutuhkan kemampuan untuk memahami materi tersebut melalui kegiatan membaca. Keberhasilan guru dalam membelajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas. Proses kegiatan membaca di kelas V melibatkan aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru antara lain: guru mempersiapkan bahan dan mengupayakan agar bahan yang disajikan dapat meningkatkan kemampuan membaca, sedangkan aktivitas siswa meliputi: aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa berdiskusi dalam kelompok dengan arahan guru, menampilkan hasil diskusi dan dikomentari, serta menerima jawaban yang benar dari guru. Kemampuan siswa kelas V dalam membaca khususnya membaca cepat masih rendah. Berdasarkan wawancara dengan guru, bahwa selama ini rendahnya kemampuan membaca cepat siswa belum dapat dicapai secara maksimal oleh siswa. Selain itu, siswa masih menggunakan kebiasaan buruk yang dapat menghambat kecepatan membaca siswa dan minat siswa dalam aktivitas membaca rendah. Hal ini ditandai dengan sebagian besar siswa masih melakukan cara membaca yang tidak benar, sehingga mereka tidak memiliki kemampuan membaca cepat yang baik, efektif, dan efisien. Metode SQ3R dapat digunakan sebagai metode alternatif, metode ini dipilih dengan pertimbangan siswa akan lebih tertarik untuk membaca sekaligus menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca cepat yang dapat menghambat pembelajaran membaca cepat tersebut. Kelebihan metode ini ialah siswa cenderung lebih mudah menguasai bacaan. Hal ini terjadi karena sebelum membaca, siswa melakukan survei bacaan terlebih dahulu untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan dibaca. Kemudian ia mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya terdapat dalam bacaan tersebut. Dengan menerapkan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca cepat, siswa akan mendapatkan pengalaman baru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam belajar, khususnya membaca cepat. Selain itu, siswa lebih antusias/semangat dalam mengikuti pelajaran, dengan adanya semangat/antusias siswa tersebut dapat mendorong minat siswa dalam membaca. Dengan demikian, melalui penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam membaca cepat, dan kebiasaan-kebiasaan buruk siswa dalam membaca cepat dapat dikurangi/teratasi. Adapun alur kerangka berpikir peneliti ini dapat dilihat pada Gambar 2. Kondisi Awal
Tindakan
Kemampuan membaca cepat rendah. Menggunakan metode konvensional. Metode yang digunakan tidak tepat. Kebiasaan buruk siswa dalam membaca cepat belum dapat teratasi. Minat membaca siswa rendah
Pembelajaran membaca cepat dengan metode SQ3R
Kemampuan membaca cepat tinggi. Siswa menjadi tertarik Siswa menjadi antusias Kebiasaan buruk siswa dalam Minat membaca siswa tinggi b d i
Peningkatan hasil pembelajaran membaca cepat
Pascatindakan
Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian, yaitu: “ Penerapan Metode SQ3R dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas V SD Negeri I Karang Duren Tahun Ajaran 2011/2012 ”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri I Karang Duren yang beralamatkan di Jalan Deles Indah km.5 Klaten. Kelas yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian adalah kelas V yang berjumlah 20 siswa. Ruang kelas V terletak di sebelah berat. Ukuran ruang kelas V adalah 7 x 7 m. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian adalah (1) sekolah tersebut merupakan sekolah almamater peneliti sehingga peneliti mempunyai hubungan yang akrab dengan guru sekolah tersebut; dan (2) sekolah tersebut belum pernah digunakan objek penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari penelitian ulang. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai Januari 2011 sampai dengan Juni 2011. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No 1 2
Kegiatan
Jan 11
Persiapan survei awal sam--xx pai penyusunan proposal Menentukan informan, menyiapkan peralatan dan instrumen
3
Pengajuan surat izin penelitian ke sekolah
4
Pengumpulan data Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan Siklus III
5 6
Feb 11
Bulan Mar April 11 11
Mei 11
Juni 11
xx--
--xx
xx--
--xx
x---
-xx--xx ---x
Analisis data Penyusunan laporan
x--xxxx xxxx
commit to user
xxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren yang berjumlah 19 siswa, yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 13 dan siswa perempuan berjumlah 6.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian yang merupakan hasil kolaborasi antara peneliti dan guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Suharsimi Arikunto, dkk. (2006: 58) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Selain itu, Sarwiji Suwandi (2010: 10) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif, yakni kegiatan pnelitian yang berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur. Adapun karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto, dkk. (2006 : 62), antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi yang dialami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah; (2) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan; (3) sumber permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran; (4) permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting; (5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti; (6) ada tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu meningkatkan profesionalisme guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan strategi siklus yang berawal dari identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Sumber Data Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan tiga sumber data, yaitu: 1. Informan, 2. Dokumen dan arsip, dan 3. Tempat dan peristiwa. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai sumber data dalam penelitian ini. 1. Informan Informan dalam penelitian ini adalah Khamid, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri I Karang Duren dan siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren Klaten yang berjumlah 19 siswa. 2. Dokumen dan Arsip Dokumen yang dijadikan sumber data pada penelitian ini meliputi catatan hasil observasi, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), foto kegiatan pembelajaran, kurikulum,silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia, . 3. Tempat dan Peristiwa Tempat dan peristiwa dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran membaca cepat dengan metode SQ3R yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren yang berjumlah 19 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai alat mengumpulkan data sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu: (1) observasi, (2) wawancara, (3) tes, dan (4) angket. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai teknik pengumpulan dalam penelitian ini. (1) Observasi Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung yakni, mengenai pembelajaran kemampuan membaca cepat yang berlangsung dikelas V SD Negeri I Karang Duren. Melalui observasi ini dapat memudahkan peneliti untuk mendapatkan data secara mendalam, sebab peneliti dapat mengetahui proses pembelajaran atau segala peristiwa yang terjadi di dalam kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Observasi ini bertujuan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Observasi ini dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selam proses pembelajaran berlangsung dengan berada di tempat duduk paling belakang peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa. (2) Wawancara Teknik ini digunakan untuk memeroleh data dari informan (guru dan siswa) mengenai pelaksanaan pembelajaran membaca cepat di dalam kelas. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in depth interview), teknik ini digunakan untuk mencari informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan pembelajaran membaca cepat di kelas V SD Negeri I Karang Duren belum berhasil secara maksimal Wawancara dilakukan terhadap guru kelas V SD Negeri I Karang Duren dan siswa (5 siswa sebagai sampel) untuk memperoleh yang berhubungan dengan aspek permasalahan pembelajaran kemampuan membaca cepat, penentuan tindakan dan respons yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. (3) Tes Tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar , 2008: 180). Sementara menurut Djaali dan Pudji Muliono (2008: 6), tes adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan/penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu. Teknik tes ini digunakan untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran kemampuan membaca cepat dengan metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SQ3R. Teknik tes yang digunakan berupa tes objektif. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data dengan menggunakan tes adalah dengan menyiapkan perangkat bahan tes, menilainya serta mengolah data dari hasil kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini guru melaksanakan dua kali tes, yakni pre-tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pembelajaran membaca cepat, serta post-tes untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode SQ3R. (4) Angket Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari informan yang jumlahnya banyak dan tidak mungkin untuk diwawancarai satu per satu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren.
F. Uji Validitas Data Teknik-teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah sebagai berikut: (1) Triangulasi sumber data, (2) Triangulasi metode, (3) Revieu informan, dan (4) Triangulasi Teori. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai uji validitas data dalam penelitian ini. (1) Triangulasi Sumber Data Dalam penelitian ini dicapai dengan cara data hasil wawancara dengan siswa dan guru kelas V SD Negeri I Karang Duren serta membandingkan data hasil evaluasi kemampuan membaca cepat siswa kelas V sebelum tindakan dengan data hasil evaluasi kemampuan membaca cepat siswa kelas V setelah dilakukan tindakan. (2) Triangulasi Metode Dalam penelitian ini dicapai dengan cara membandingkan data hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
data hasil wawancara dengan siswa dan guru kelas V SD Negeri I Karang Duren serta membandingkan data hasil evaluasi kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. (3) Revieu Informan Teknik ini digunakan untuk menanyakan kembali kepada informan, apakah data yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum, sudah sesuai dengan kesepakan atau belum. (4) Triangulasi Teori Teknik yang menekankan pada penggunaan lebih dari satu teori (dengan jalan membandingkan teori satu dengan teori yang lain).
G. Teknik Analisis Data Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif hasil tes membaca antarsiklus, yaitu dengan cara membandingkan nilai tes antarsiklus dengan indikator kerja yang telah ditetapkan.
H. Indikator Ketercapaian Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar dalam pembelajaran membaca cepat. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya 70% siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga menunjukkan semangat yang tinggi terhadap pembelajaran. Siswa dikatakan berhasil (tuntas) dalam membaca cepat jika mendapatkan nilai
65 dan siswa yang mendapatkan nilai di
bawah 65 dinyatakan belum tuntas (KKM yang ditetapkan adalah 65 ). Berdasarkan hal tersebut maka indikator dalam penelitian ini dirumuskan seperti pada Tabel 4 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa Aspek Yang Diukur
Keaktifan siswa selama apersepsi
Keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pelajaran
Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Persentase Pencapaian pada Siklus Akhir
70%
70%
70%
commit to user
Cara mengukur
Diamati saat guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan keaktifan yang ditandai dengan kemauan merespons stimulus yang diberikan guru saat apersepsi. Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan bertanya, menjawab, serta menanggapi, mengerjakan tugas dan memperhatikan materi yang disampaikan guru (tidak berbicara dengan teman serta tidak sibuk beraktivitas sendiri). Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa memperlihatkan kesungguhan, antusias, dan bersemangat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan 2 x 35 menit. Secara singkat, tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. Permasalahan
Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan I
Tindakan I
Refleksi I
Siklus I
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Permasalahan Siklus II Baru hasil Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan Tindakan II
Tindakan II
Pengamatan/
Refleksi II
Pengumpulan Data
Siklus II Apabila Permasalahan Belum Terselesaikan
Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006: 74)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Rancangan Siklus I a. Merencanakan Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti dan guru kemudian berdiskusi untuk menemukan alternatif pemecahan masalah. Alternatif yang disepakati antara peneliti dan guru adalah penerapan pendekatan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca cepat. Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian bersama dengan guru menentukan solusi yang tepat berdasarkan masalah yang dihadapi. Tahap perencanaan tindakan meliputi. 1) Membuat skenario pembelajaran 2) Mempersiapkan sarana pembelajaran 3) Mempersiapkan instrumen penelitian 4) Mengajukan solusi alternatif berupa penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca cepat. Adapun skenario pembelajaran yang direncanakan akan dilaksanakan dalam tiap siklus adalah sebagai berikut. Siklus I a) Guru melakukan apersepsi, b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan hari ini, c) Guru menggali pengalaman siswa berkaitan dengan materi membaca cepat, d) Guru mengarahkan pemahaman siswa tentang membaca cepat, e) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pengertian dan tujuan dalam membaca cepat, f) Guru menjelaskan tentang pengertian dan tujuan dalam membaca cepat, g) Guru menjelaskan rumus untuk menghitung kecepatan baca dan KEM, h) Guru membagikan teks bacaan yang berjudul “Kelik Kagumi Sri Sultan HB X”,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i) Siswa membaca teks tersebut secara cepat untuk mengetahui gambaran secara umum tentang teks tersebut (survei), dengan waktu yang telah ditentukan, j) Siswa membuat pertanyaan tentang teks tersebut (question), k) Siswa membaca teks tersebut secara teliti (read), l) Siswa menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya berdasarkan pemahaman yang telah dibaca (recite), m) Siswa membuat rangkuman tentang teks tersebut (revieu), n) Guru mengambil teks tersebut, o) Siswa mengerjakan soal tentang teks tersebut secara individu, p) Siswa menghitung waktu berlangsungnya kegiatan membaca secara individu, q) Siswa menghitung jumlah kata yang telah dibaca secara individu, r) Siswa menghitung kecepatan membacanya dengan rumus yang telah disampaikan oleh guru, s) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan reward kepada siswa dengan hasil pekerjaan terbaik. Setelah itu semua siswa diminta untuk bertepuk tangan dan agar termotivasi mengerjakan tugas berikutnya. b. Melaksanakan Perencanaan Siklus I Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan observasi terhadap dampak dari tindakan yang dilakukan. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. c. Observasi Observasi dilakukan peneliti saat pembelajaran membaca cepat berlangsung. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala
kegiatan
selama pelaksanaan pembelajaran
membaca cepat berlangsung. Peneliti mengamati dan menilai keaktifan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari apersepsi sampai akhir pembelajaran membaca cepat. Peneliti juga mengamati aktivitas guru selama pembelajaran. Adapun kegiatan guru adalah menilai kemampuan membaca cepat dengan mengisi rubrik penilaian yang telah disediakan. Data yang diperoleh dari observasi kemudian diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. d. Analisis dan Refleksi Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil observasi, dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang perlu diperbaiki dan bagian mana yang sudah mencapai tujuan pembelajaran. Dalam melakukan refleksi, peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Selain itu, peneliti dengan gur mengadakan diskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan (solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan yang telah dilakukan). Setelah itu, ditarik kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan berhasil atau tidak, sehingga berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti dan guru menentukan langkah selanjutnya. 2. Rancangan Siklus II dan III Pada siklus II dilakukan dengan tahapan-tahapan seperti siklus I tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II. Demikian halnya pada siklus III dan seterusnya, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang mengacu pada tindakan sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam Bab I akan dikemukakan pada Bab IV. Namun sebelumnya, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal (pratindakan) pembelajaran membaca cepat siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Dengan demikian, pada bab ini akan dikemukakan mengenai: (1) kondisi awal proses pembelajaran membaca cepat siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren; (2) pelaksanaan tindakan dan hasil penelitian; dan (3) pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus, masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. A. Deskripsi Kondisi Awal Survei pratindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang terjadi di lapangan sebelum peneliti melakukan proses. Survei pratindakan dilakukan peneliti pada hari Selasa, 13 September 2011, pukul 09.35-10.45 WIB. Pada saat observasi awal, guru melaksanakan proses belajar mengajar seperti biasa dan peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran serta aktivitas siswa di dalam kelas. Segala kejadian yang terjadi pada saat survei awal peneliti amati dalam lembar observasi. Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai partisipan pasif dengan mengambil posisi di tempat duduk paling belakang. Hal ini dilakukan agar keberadaan peneliti tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Hasil survei awal menunjukkan bahwa kemampuan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut: (1) siswa masih menggunakan kebiasaan lama yang dapat menghambat kemampuan membaca cepat seperti membaca bersuara, membaca dengan bibir bergerak, membaca dengan menggerakan kepala, membaca dengan menunjuk baris demi baris dengan alat, (2) siswa belum mampu membaca dengan kecepatan 75 kpm seperti yang tercantum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam kurikulum, dan (3) siswa belum mampu memahami isi bacaan seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas V yang diadakan pada tanggal 7 April 2011, diketahui bahwa hasil pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren kurang memuaskan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor guru dan faktor siswa. Faktor dari guru dapat diketahui bahwa selama ini guru dalam membelajarkan membaca cepat, belum menerapkan pembelajaran membaca yang efektif. Guru belum berorientasi pada kompetensi dasar (KD) dan pencapaian indikator pembelajaran membaca cepat sebagaimana yang tertulis di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pembelajaran membaca cepat, guru masih terbiasa menggunakan metode lama, cara yang sering dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran membaca cepat adalah siswa disuruh membaca dalam hati kemudian menjawab pertanyaan atas bacaan tersebut. Guru tidak pernah mengukur seberapa besar kecepatan membaca yang dimiliki siswanya, baik secara klasikal maupun secara individual. Persentase pemahaman isi pun tidak pernah diukur secara cermat. Guru beranggapan bahwa yang penting setelah membaca siswa dapat menjawab pertanyaan yang tersedia. Dalam hal ini, guru juga tidak pernah mengamati secara seksama apakah ketika menjawab pertanyaan siswa membuka bacaan lagi atau tidak. Jika pertanyaan yang tersedia sudah dijawab oleh siswa, dianggap semua siswa sudah tahu apa yang dibaca. Secara keseluruhan, pembelajaran lebih mengedepankan penyelesaian bahan ajar secara lebih cepat tanpa mempertimbangkan kompetensi membaca cepat. Dengan demikian, dapat dikatakan pembelajaran membaca cepat praktis belum dilaksanakan secara maksimal. Faktor yang kedua adalah faktor siswa sendiri. Para siswa masih sering melakukan kegiatan yang dapat mengganggu kecepatan membaca. Mereka belum memiliki kebiasaan membaca yang baik. Hal ini dapat menyebabkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan tidak mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 70% dari pemahaman isi bacaan. Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa juga menunjukan bahwa kebiasaan buruk penghambat kegiatan membaca cepat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masih sering dilakukan siswa. Kebiasaan-kebiasaan itu, antara lain: membaca dengan vokalisasi sebanyak 78,9%, menggerakan kepala sebanyak 73,68%, bibir bergerakgerak sebanyak 63,15%, menunjuk dengan jari atau alat lain sebanyak 57,8%, subvokalisasi (melafalkan apa yang dibacanya dalam hati atau pikiran) sebanyak 63,15%, jarak mata terlalu dekat dengan teks sebanyak 73,68%, dan sikap duduk tidak tegap sebanyak 68,42%. Data mengenai hasil angket kebiasaan buruk membaca dapat disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa Prasiklus No Aspek Kebiasaan Buruk Membaca
Frekuensi Frekuensi Relatif
1.
Vokalisasi
15
15/19 x 100% = 78,9%
2.
Menggerakan kepala
14
14/19 x 100% = 73,68%
3.
Menggerakkan bibir
12
12/19 x 100% = 63,15%
4.
Subvokalisasi
12
12/19 x 100% = 63,15%
5.
Menunjuk dengan jari atau alat lain
11
11/19 x 100% = 57,8%
6.
Jarak mata terlalu dekat dengan teks
14
14/19 x 100% = 73,68%
7.
Sikap badan (tidak tegap)
13
13/19 x 100% = 68,42%
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dapat diketahui bahwa siswa belum pernah diajarkan guru tentang metode tertentu yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan baca mereka. Guru pun saat diwawancarai mengatakan hal yang serupa dengan apa yang dikatakan siswa. Data yang diperoleh lewat angket memperkuat hasil pengamatan di dalam kelas yang menunjukkan bahwa guru masih belum menerapkan metode pembelajaran membaca cepat yang tepat, sehingga berimplikasi terhadap hasil dan proses kegiatan belajar-mengajar yang kurang maksimal. Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya dikemukakan dua hal pokok yang perlu diatasi ataupun diperbaiki, yaitu kebiasaan buruk siswa saat membaca dan metode yang digunakan guru saat mengajarkan membaca cepat. Akhirnya, tercapailah kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan penelitian bersama dengan guru kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai kolaborator dengan menerapkan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca cepat di kelas V SD Negeri I Karang Duren. B. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran membaca cepat yang bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang saling berkaitan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, serta (4) analisis dan refleksi. 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan I Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 14 September 2011 di ruang guru SD Negeri Karang Duren I. Peneliti bersama dengan guru berdiskusi untuk membuat rancangan tindakan beserta skenario pembelajaran yang akan diberikan pada siswa dalam siklus pertama. Berdasarkan pertemuan ini juga disepakati bahwa siklus pertama akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan yakni pada tanggal 17 dan 18 September 2011. Agar dalam penyampaian pembelajaran membaca cepat dengan metode SQ3R dapat berjalan sesuai dengan metode yang tepat maka sebelum guru melaksanakan tindakan di kelas, peneliti memberikan penjelasan kepada guru tentang cara pelaksanaan pembelajaran dengan metode SQ3R. Selain memberikan penjelasan seperlunya, guru juga dipinjami buku tentang membaca cepat dengan metode SQ3R agar dapat dipelajari dan dipahami lebih detail. Hal ini dilaksanakan karena metode SQ3R adalah metode yang dianggap baru dan belum pernah dilaksanakan oleh guru pada kelas V tersebut. Tindakan tersebut digunakan untuk pembelajaran membaca cepat di kelas. Seluruh rencana pelaksanaan tindakan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran membaca cepat (lihat Lampiran 10, halaman 136).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan I Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan pada tanggal 17 dan 18 September 2011 di kelas V SD Negeri I Karang Duren. Tindakan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni pada hari Jumat, 17 September 2011 jam kedua dan ketiga (07.35 08.35 WIB) dan pada hari Sabtu, 18 September 2011, jam pertama dan kedua (07.10-08.10). Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan skenario yang telah dibuat dan disepakati oleh guru dan peneliti pada tahap perencanaan. Dalam pelaksanaan tindakan I, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar-mengajar, sedang peneliti melakukan observasi
terhadap proses
pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif di dalam kelas untuk mengamati jalannya pembelajaran, dan menempatkan diri di bangku paling belakang. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada pelaksanaan tindakan tersebut, sebagai berikut: (1) Kegiatan pendahuluan, meliputi: guru melakukan apersepsi dan mengabsen siswa, dan guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (2) Kegiatan inti, terdiri dari empat kegiatan, yaitu: eksplorasi, elaborasi, minat dan motivasi, dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi, meliputi: (a) guru menggali pengalaman siswa berkaitan dengan materi membaca cepat; (b) guru mengarahkan pemahaman siswa tentang membaca cepat; (c) guru bertanya jawab dengan siswa tentang pengertian dan tujuan dalam membaca cepat; (d) guru menjelaskan tentang pengertian, dan tujuan dalam pembelajaran membaca cepat, dan (e) guru menjelaskan rumus untuk menghitung kecepatan baca dan KEM. Kegiatan elaborasi, meliputi: (a) guru membagikan teks bacaan yang berjudul “Kelik Kagumi Sri Sultan HB X”; (b) siswa membaca teks tersebut secara cepat untuk mengetahui gambaran secara umum tentang teks tersebut (survei), dengan waktu yang telah ditentukan; (c) siswa membuat pertanyaan tentang teks tersebut (question); (d) siswa membaca teks tersebut secara teliti (read); (e) siswa menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya berdasarkan pemahaman yang telah dibaca (recite); (f) siswa membuat rangkuman tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teks tersebut (revieu); (g) siswa mengerjakan soal tentang teks tersebut secara individu; (h) siswa menghitung waktu berlangsungnya kegiatan membaca secara individu; (i) siswa menghitung jumlah kata yang telah dibaca secara individu; dan (j) siswa menghitung kecepatan membacanya dengan rumus yang telah disampaikan oleh guru. Kegiatan minat dan motivasi, meliputi: (a) guru memberikan reward kepada siswa dengan hasil pekerjaan terbaik; dan (b) guru meminta siswa untuk bertepuk tangan dan agar termotivasi mengerjakan tugas berikutnya. Kegiatan konfirmasi, meliputi: guru dan siswa menyimpulkan materi, (3) Kegiatan akhir, meliputi: guru dan siswa melakukan refleksi. c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengadakan pemantauan dan observasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh guru (lihat Lampiran 11, halaman 147). Peneliti mengamati guru yang sedang mengajar di kelas V dengan materi bacaan “Kelik Kagumi Sultan HB X”. Pelaksanaan observasi ini dilaksanakan pada tanggal 17 dan 18 September 2011. Dalam kesempatan tersebut, guru diminta untuk mengajarkan materi tentang pengertian dan tujuan membaca cepat. Kegiatan selanjutnya, guru mengajarkan keterampilan membaca cepat dengan metode SQ3R, yaitu siswa diberikan materi dan pelatihan tentang cara membaca cepat yang praktis dan efisien. Peneliti memfokuskan pengamatan pada proses pembelajaran yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran membaca cepat pada hari tersebut serta aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan mengambil posisi duduk di kursi belakang. Berdasarkan pengamatan diperoleh gambaran tentang jalannya proses belajar-mengajar (KBM) yang secara garis besar, sebagai berikut. 1) Sebelum mengajar, guru telah mempersiapkan rencana pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terdapat di dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, yakni KTSP. 2) Pelaksanaan tindakan I berlangsung dalam dua kali pertemuan dan diikuti oleh siswa kelas V yang berjumlah 18 anak. 3) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca cepat dengan baik, yaitu dengan cara mengajar secara konseptual. Artinya, guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan apa tujuan pembelajaran
hari itu
kepada siswa, yakni membaca cepat 75 kata per menit dengan pemahaman atas bacaan sebesar 70%. Sebelum masuk ke materi pembelajaran, guru bertanya jawab dengan siswa mengenai pengalaman siswa dalam pembelajaran membaca cepat. 4) Guru menjelaskan materi tentang membaca cepat dengan metode SQ3R serta berbagai penjelasan yang berkaitan dengan materi tersebut. 5) Siswa diberikan kesempatan untuk berlatih mengemukakan pendapat ataupun bertanya mengenai bacaan dan materi pembelajaran yang telah berlangsung. Beberapa siswa diminta untuk mengomentari bacaan dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan serta diminta untuk mengungkapkan kembali isi yang terdapat dalam bacaan tersebut. 6) Selama pelaksanaan tindakan pada siklus I ini ditemukan beberapa kelemahan baik dari guru maupun siswa, sebagai berikut. a) Kelemahan dari pihak guru, adalah sebagai berikut. (1) Guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan karena posisi guru lebih banyak di depan dan pada titik tertentu saja (dekat meja guru). (2) Guru terkesan masih agak kaku dan terlalu tegas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa terlihat takut untuk beraktualisasi. (3) Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga siswa masih bingung dan kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Guru belum dapat membangkitkan semangat siswa secara optimal khususnya untuk memberikan pendapat atau menanggapi. Stimulus yang diberikan guru kurang direspons dengan baik oleh siswa. (5) Guru belum banyak memberikan balikan atau penguatan pada hasil pekerjaan siswa. Adanya penguatan dari guru dirasa penting karena melalui hal tersebut siswa dapat mengetahui kekurangan yang ada pada hasil pekerjaan siswa. (6) Adanya jeda waktu antara siswa yang telah selesai mengerjakan soal pemahaman dengan siswa yang belum selesai yang menyebabkan kegaduhan di dalam kelas. b) Kelemahan dari pihak siswa, yaitu: (1) Sebagian siswa belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran, sebagian besar mereka lebih banyak bercanda dengan guru dan teman sebangku. (2) Siswa
terlihat
belum sepenuhnya fokus saat
pembelajaran
berlangsung. Sebagian siswa masih terlihat melakukan aktivitas lain, seperti menolah-noleh, dan berbicara dengan teman satu meja. (3) Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran, hanya beberapa siswa yang sudah tampak antusias dan sungguh-sungguh dalam pembelajaran. Sebagian siswa masih terlihat kurang menikmati pembelajaran. 7) Evaluasi terhadap hasil dan proses pembelajaran dilaksanakan. Pada siklus I siswa yang mencapai kompetensi penilaian proses hanya 8 siswa atau 47% dari jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 57,0 dan nilai tertinggi 80 (lihat Lampiran 17, halaman 160). Nilai rata-rata yang dicapai untuk penilaian proses adalah 61,26. Penilaian hasil menunjukkan siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 6 siswa atau 32% dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 70 (lihat Lampiran 15, halaman 157). Nilai rata-rata yang dicapai adalah 51,57.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil belajar-mengajar membaca cepat pada siklus I dapat dinyatakan sebagai berikut. a) Kecepatan baca, persentase pemahaman dan KEM siswa kelas V dapat dibedakan pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman, dan KEM Siswa pada Siklus I Siklus I No
Nama Siswa
KM
PI
KEM
Keterangan
(kpm)
(%)
(kpm)
1.
M. Hafis Rizki. R
82
90
73,8
Tidak Tuntas
2.
Hani Kurniawati
67
40
26,8
Tidak Tuntas
3.
Bagus Ardianto
29
100
29
Tidak Tuntas
4.
Akbar Mustofa
91
90
81,9
Tuntas
5.
Aditya Dwi Wahyu
63
70
44,1
Tidak Tuntas
6.
Fachri Irfansyah
77
100
77
Tuntas
7.
Dista Azizatun
80
70
56
Tidak Tuntas
8.
Eva Siti Fatimah
39
50
19,5
Tidak Tuntas
9.
Afriani Khoirun Nisai
49
70
34,3
Tidak Tuntas
10. Lina Nurlaili
78
100
78
11. Samsun Abdullah
81
70
56,7
Tidak Tuntas
12. Febriana Khoirur Nisa
61
60
36,6
Tidak Tuntas
13. Septian Bambang Irawan
69
90
62,1
Tidak Tuntas
14. Samsul Abidin
62
80
49,6
Tidak Tuntas
15. Bagus Andi Pamungkas
53
70
37,1
Tidak Tuntas
16. Wahyu Ahmad Fauzi
-
-
-
17. Tendi Ariabima
62
80
49,6
Tidak Tuntas
18. Asep Maulana Ibrahim
70
40
28
Tidak Tuntas Tidak Tuntas
19. Ramadhan Bagus A.
30
60
18
Jumlah
1143
1330
858,1
Rata-rata
60,5
70
45,1
commit to user
Tuntas
-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Siswa yang aktif saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” sebanyak 7 siswa atau sekitar 37%, sedangkan 11 anak atau sekitar 63% lainnya mengikuti apersepsi namun tidak ikut merespons stimulus yang diberikan guru. c) Siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons (baik menjawab/bertanya/menanggapi/) sebanyak 7 siswa atau sekitar 37%, sedangkan 11 siswa atau sekitar 67% lainnya tampak berbicara dengan siswa lain, kurang memperhatikan guru, kurang merespon guru, dan melakukan aktivitas lain (seperti berbicara dengan teman sebangku, menolah-noleh, dan sebagainya). Hal ini didasarkan pada hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. d) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiaan, dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran sebesar 6 siswa atau sekitar 32%, sedangkan 68% lainnya tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias. e) Terjadinya penurunan kebiasaan buruk membaca siswa dapat disajikan pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Hasil Angket Penurunan Kebiasaan Buruk Membaca Siswa Pada Siklus I No
Kebiasaan Buruk Membaca
Frekuensi
Frekuensi Relatif
1
Vokalisasi
13
13/19 x 100% = 68,4%
2
Subvokalisasi
11
11/19 x 100% = 57,8%
3
Membaca dengan menggerakan bibir
10
10/19 x 100% = 52,6%
4
Menggerakan kepala
12
12/19 x 100% = 63,1%
5
Membaca dengan menunjuk benda
10
10/19 x 100% = 52,6%
6
Jarak mata terlalu dekat dengan teks
12
12/19 x 100% = 63,1%
7
Sikap badan (tidak tegap)
11
11/19 x 100% = 57,8%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 8. Perbandingan Penurunan Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa Pratindakan dan Siklus I Pratindakan
Siklus I
1
No
Vokalisasi
Kebiasaan Buruk Membaca
78,9%
68,4%
2
Subvokalisasi
63,1%
57,8%
3
Membaca dengan menggerakan bibir
63,1%
52,6%
4
Menggerakan kepala
73.68%
63,1%
5
Membaca dengan menunjuk benda
57,8 %
52,6%
6
Jarak mata terlalu dekat dengan teks
73.8 %
63,1%
7
Sikap badan (tidak tegap)
68,42 %
57,8%
8) Penurunan kebiasaan buruk, serta peningkatan keaktifan siswa, kecepatan baca, persentase pemahaman, dan KEM berimplikasi terhadap kenaikkan nilai membaca cepat siswa. Perolehan nilai membaca cepat siswa dapat disajikan pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Nilai Membaca Cepat Siswa Pada Siklus I No
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai Skor A
B
C
Nilai
Keterangan
1.
M. Hafiz Rizki
1
3
3
7
70
Tuntas
2.
Hani Kurniawati
2
2
1
5
50
Belum Tuntas
3.
Bagus Ardianto
2
1
3
6
60
Belum Tuntas
4.
Akbar Mustofa
1
3
3
7
70
Tuntas
5.
Aditya Dwi Wahyu
1
2
2
5
50
Belum Tuntas
6.
Fachri Irfansyah
1
3
3
7
70
Tuntas
7.
Dista Azizatun
1
3
2
6
60
Belum Tuntas
8.
Eva Siti Fatimah
1
1
1
3
30
Belum Tuntas
9.
Afriani Khoiru Nisai
2
1
2
5
50
Belum Tuntas
10.
Lina Nurlaili
1
3
3
7
70
Tuntas
11.
Samsun Abdulah
2
3
2
7
70
Tuntas
12.
Febriana Khoirur Nisa
1
2
1
4
40
Tidak Tuntas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13.
Septian Bambang Irawan
2
2
3
7
70
Tuntas
14.
Samsul Abidin
1
2
3
6
60
Belum Tuntas
15.
Bagus Andi Pamungkas
1
2
2
5
50
16.
Wahyu Ahmad Fauzi
-
-
-
-
-
17.
Tendi Ariabima
1
2
3
6
60
Belum Tuntas
18.
Asep Maulana Ibrahim
1
2
1
4
40
Belum Tuntas
19
Ramadhan Bagus A.
1
1
1
3
30
Belum Tuntas
Rata-rata
Belum Tuntas -
51,57
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus I dikatakan belum mencapai hasil yang memuaskan. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan dibandingkan pada saat survei awal. Selain itu, nilai membaca cepat siswa secara rata-rata sebanyak 51,57. Akan tetapi, dalam siklus ini hanya 6 anak atau sekitar 32% yang telah tuntas sedangkan sisanya masih jauh dari batas minimal ketuntasan yang telah ditetapkan (nilai minimal ketuntasan adalah 65). Oleh karenanya, perlu dilaksanakan siklus II untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus I. Siklus II akan dilaksanakan pada hari Jumat, 23 dan 24 September 2011. d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tindakan siklus I, dapat dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran membaca cepat meliputi proses membaca cepat (kecepatan baca), persentase pemahaman, KEM mengalami peningkatan. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan penghambat membaca cepat siswa sedikit banyak telah dapat dikurangi. Walaupun kualitas kemampuan membaca cepat siswa mengalami peningkatan, namun ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki dari proses pembelajaran yang terjadi, di antaranya: (1) posisi guru lebih banyak berada di depan kelas menyebabkan ia kurang berinteraksi dengan siswa sehingga ia tidak memonitor siswa yang berada di bagian belakang kelas saat melakukan praktik menghitung kecepatan baca; (2) sebagian siswa belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran, sebagian besar siswa banyak bercanda dengan guru dan teman sebangku; (3) adanya jeda waktu antara siswa yang telah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selesai mengerjakan soal pemahaman dengan siswa yang belum selesai, yang menyebabkan kegaduhan di dalam kelas; dan (4) sebagian siswa masih merasa kesulitan dan kebingungan saat menghitung KEM. Berdasarkan analisis tersebut, berikut dikemukakan refleksi dari kekurangan yang ditemukan, antara lain: (1) sebaiknya posisi guru pada saat kegiatan pembelajaran tidak hanya berada pada titik tertentu saja (lebih banyak berdiri di dekat meja guru). Guru dapat berkeliling untuk memantau siswa secara keseluruhan sehingga siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran karena merasa diperhatikan guru; (2) Guru hendaknya lebih memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran melalui diskusi, meminta siswa untuk menanggapi, bertanya, ataupun sekedar tanya jawab. Selain itu, agar siswa lebih fokus maka guru sebaiknya juga dapat mengkondisikan kelas seefektif mungkin sehingga lebih banyak siswa yang berani merespon stimulus yang diberikan guru; (3) guru sebaiknya lebih berinteraksi dengan siswa dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih akrab yang dapat dilakukan dengan memberikan intermezo kepada siswa agar pembelajaran tidak berlangsung kaku dan menegangkan; (4) guru hendaknya lebih komitmen di dalam memberikan tenggang waktu bagi siswa di saat mengerjakan evaluasi; dan (5) di perlukan pemberian reward kepada siswa yang berprestasi serta punishment bagi yang membangkang. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus I dikatakan berhasil tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan pada survei awal, namun nilai rata-rata membaca cepat menunjukkan hasil yang belum maksimal. Selanjutnya, karena hasil pembelajaran menunjukan hasil yang belum maksimal maka peneliti dan guru sepakat untuk mengadakan tindakan siklus II pada hari Jumat, 23 September 2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Siklus II a. Perencanaan Tindakan II Bertolak dari analisis dan hasil observasi tindakan siklus I maka pada siklus II ini peneliti bersama guru kelas selaku kolaborator melakukan diskusi untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan yang ditemukan pada siklus I. Diskusi ini dilakukan pada hari Senin, 19 September 2011 di ruang guru SD Negeri I Karang Duren (setelah guru selesai mengajar). Pada saat itu, peneliti juga menyampaikan beberapa kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I. Untuk mengatasi berbagai kekurangan dalam siklus I, akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam mengajarkan materi membaca cepat pada siswa. Hal-hal yang disepakati, antara lain: (1) Guru hendaknya melakukan rolling, untuk mellihat aktivitas siswa, hal ini diperlukan agar aktivitas siswa dapat terpantau dan bagi siswa yang masih bingung mengenai materi yang disampaikan oleh guru, mereka dapat bertanya kepada guru tanpa rasa sungkan; (2) Agar dalam pembelajaran guru tidak terkesan kaku dan tegang maka guru saat kegiatan pembelajaran memberikan intermezo. Misalnya, dengan diselingi humor yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari sehingga kesenangan siswa dapat dibangkitkan kembali; (3) Guru hendaknya senantiasa memberikan umpan-balik kepada siswa, apakah siswa sudah paham atau belum mengenai materi yang disampaikan; (4) Guru hendaknya lebih berkomitmen di dalam memberikan tenggang waktu bagi siswa saat mengerjakan evaluasi; dan (5) Diperlukan pemberian reward kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi serta memberikan punishment bagi siswa yang membangkang. Selain beberapa hal di atas, disepakati pula bahwa tindakan pada siklus II akan dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 September 2011. Seluruh rencana pelaksanaan tindakan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran membaca cepat (lihat lampiran 21, halaman 163). b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan II dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 September 2011 selama dua kali pertemuan di ruang kelas V SD Negeri I Karang Duren. Adapun langkah-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langkah pembelajaran pada pelaksanaan tindakan tersebut, sebagai berikut: (1) Kegiatan pendahuluan, meliputi guru melakukan apersepsi dan mengabsen siswa dan guru memanggil siswa yang memperoleh nilai terbaik pada pertemuan sebelumnya; (2) Kegiatan inti, terdiri dari empat kegiatan, yaitu: eksplorasi, elaborasi, minat dan motivasi, dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi, meliputi: (a) guru menggali pengalaman siswa tentang kebiasaan buruk dalam membaca, (b) guru bertanya jawab dengan siswa mengenai kebiasaan buruk yang pernah dilakukan saat membaca, dan (c) guru menjelaskan tentang kebiasaan buruk membaca serta cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Kegiatan elaborasi, meliputi: (a) guru membagikan teks bacaan yang berjudul ”Pengrajin Sangkar Sulit Penuhi Pesanan”, (b) siswa membaca teks tersebut secara cepat untuk mengetahui gambaran secara umum tentang teks tersebut (survei), dengan waktu yang telah ditentukan, (c) siswa membuat pertanyaan tentang teks tersebut (question), (d) siswa membaca teks tersebut secara teliti (read), (e) siswa menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya berdasarkan pemahaman yang telah dibaca (recite), (f) siswa membuat rangkuman tentang teks tersebut (revieu), (g) siswa mengerjakan soal tentang teks tersebut untuk mengetahui pemahaman atas teks tersebut secara individu, selanjutnya jawaban dicocokan dan ditukarkan dengan teman sebangku, (h) siswa menghitung waktu berlangsungnya kegiatan membaca secara individu, (i) siswa menghitung jumlah kata yang telah dibaca secara individu, dan
(j) siswa
menghitung kecepatan membaca, pemahaman isi bacaan dan KEM dengan rumus yang telah disampaikan oleh guru. Untuk mengantisipasi siswa yang belum jelas mengenai cara menghitungnya, guru mengelilingi kelas untuk melihat hasil pekerjaan siswa serta memberi kesempatan siswa bertanya apabila ada di antara mereka yang belum jelas mengenai cara menghitung, Kegiatan minat dan motivasi, meliputi: (a) guru mengemukakan nilai rata-rata membaca cepat pertemuan lalu (pada siklus I), selanjutnya guru memberikan motivasi dengan memberikan pujian ”bagus sekali”, ”terus tingkatan” kepada siswa peraih nilai terbaik pada pertemuan sebelumnya. Untuk siswa yang masih belum mencapai target guru memberikan dorongan semangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”jangan kuatir anak-anak kesempatan kedua masih ada, terus berusaha jangan menyerah”, dan (b) guru memberikan reward kepada siswa dengan hasil pekerjaan terbaik pada pertemuan hari ini. Kegiatan konfirmasi, meliputi: guru menyimpulkan materi, (3) Kegiatan akhir, meliputi: guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran hari ini. c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengadakan pemantauan dan observasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh guru (lihat Lampiran 22, halaman 172). Observasi tindakan II dilakukan pada tanggal 23 dan 24 September 2011 pukul 07.35 – 08.35 dan 07.00 08.00 WIB di ruang kelas V SD Negeri I Karang Duren. Kegiatan peneliti selama tahap observasi, yaitu mengamati proses pembelajaran membaca cepat siswa kelas V dengan penerapan metode SQ3R. Pengamatan difokuskan pada kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas tersebut, baik proses maupun aktivitas siswa dan guru. Selain itu, observasi pada siklus II ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelemahan yang terdapat pada siklus I sudah dapat diatasi atau belum. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan mengambil posisi di tempat duduk belakang agar bisa mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Namun, sesekali peneliti berada di depan kelas untuk mengambil gambar untuk dokumentasi dalam penelitian. Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan belajar mengajar sebagai berikut. 1) Sebelum mengajar, guru telah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana pembelajaran tersebut sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ada di dalm kurikulum yang berlaku di sekolah, yakni KTSP. 2) Pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung selama dua kali pertemuan dan diikuti oleh 17 siswa. 3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca cepat sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Guru bertanya kebiasaan buruk dalam membaca, seperti vokalisasi, membaca sambil menunjuk, membaca sambil bibir bergerak, menggerakan kepala, subvokalisasi. Dari sini guru mengetahui ternyata banyak siswa yang masih melakukan kebiasaan penghambat kegiatan membaca cepat. 5) Pada saat guru menyampaikan materi, sebagian besar siswa tampak lebih memperhatikan guru. Meski, masih ada beberapa siswa yang kurang serius memperhatikan. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, siswa kurang memperhatikan guru karena saat penyampaian materi guru terkesan masih kaku dan timbul kebosanan pada diri siswa, sehingga pada siklus II ini guru meminta siswa untuk mencermati materi yang telah disampaikan oleh guru. Dari kegiatan tersebut siswa dapat menyimpulkan tentang kebiasaan buruk dalam membaca dan cara mengatasi hambatan tersebut. Pada tindakan siklus II ini guru saat memberikan materi sering diselingi dengan tanya jawab. Selain itu, di tengah pembelajaran guru juga memberikan intermezo/humor yang masih berhubungan dengan tugas yang akan dikerjakan sehingga siswa pun terlihat lebih antusias dan menikmati pelajaran. 6) Saat tahap evaluasi dan refleksi, jumlah siswa yang bersedia memberikan penilaian atau pendapat mengenai isi teks tersebut bertambah. Adanya reward dari guru yang berupa pujian, tepuk tangan, penambahan nilai, maupun hadiah ternyata cukup efektif meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat, serta merespons pernyataan atau stimulus yang diberikan guru. 7) Selama pelaksanaan tindakan pada siklus II ini ditemukan beberapa kelemahan baik dari guru maupun siswa sebagai berikut: a) Kelemahan dari pihak guru, antara lain: (1) Guru masih terlihat kurang dalam pengelolaan kelas. Pada saat pembelajaran berlangsung beberapa siswa masih kurang dapat dikondisikan untuk tenang atau fokus dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terutama terlihat pada saat guru menyampaikan materi beberapa siswa masih melakukan aktivitas di luar kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Guru masih kesulitan dalam mengkondisikan siswa agar tidak gaduh. (3) Adanya jeda waktu antara siswa yang telah selesai mengerjakan soal pemahaman dengan siswa yang belum selesai menyebabkan kegaduhan. b) Kelemahan dari pihak siswa, antara lain: (1) Beberapa siswa masih terlihat belum sepenuhnya fokus dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada saat guru menyampaikan materi. Beberapa siswa masih terlihat melakukan aktivitas lain, seperti: menoleh ke belakang, mengganggu teman, melamun, ataupun berbicara dengan teman sebangku. (2) Sebagian siswa tampak terlambat memasuki kelas. Hal ini menyebabkan pengurangan waktu yang efektif untuk pelaksanaan pembelajaran. (3) Belum semua siswa yang ikut merespons stimulus atau pertanyaan dari guru. Misalnya, pada saat tahap refleksi dan evaluasi masih ada sebagian
siswa
yang
bersedia
memberikan
penilaian
atau
mengutarakan pendapatnya. 8) Pada siklus II siswa yang mencapai kompetensi penilaian proses hanya 10 siswa atau 53% dari jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 87 (lihat Lampiran 28, halaman 185). Nilai rata-rata yang dicapai untuk penilaian proses adalah 62,1. Penilaian hasil menunjukkan siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 13 siswa atau 68% dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80 (lihat Lampiran 26, halaman 182). Nilai rata-rata yang dicapai adalah 61,5. 9) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil belajar-mengajar membaca cepat paad siklus II dapat dinyatakan sebagai berikut. a) Kecepatan baca, persentase pemahaman dan KEM siswa dapat disajikan pada Tabel 10 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 10. Perbandingan Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman dan KEM Siswa pada Siklus I dan Siklus II. Siklus I No
Nama Siswa
KM
Siklus II
PI
KEM
KM
KEM
Keterangan
(kpm)
(%)
(kpm)
(%)
(kpm)
1
M. Hafiz Rizki
82
90
73,8
84
90
75,6
Meningkat
2
Hani Kurniawati
67
40
26,8
122,5
80
98
Meningkat
3
Bagus Ardianto
29
100
29
100
100
100
Meningkat
4
Akbar Mustofa
91
90
81,9
122,5
100
122,5
Meningkat
5
Aditya Dwi Wahyu
63
70
44,1
100
80
80
Meningkat
6
Fachri Irfansyah
77
90
69,3
100
90
90
Meningkat
7
Dista Aziztun
80
70
56
80
80
64
Meningkat
8
Eva Siti Fatimah
39
50
19,5
61
50
30,5
Meningkat
9
Afriani Khoiru Nisai
49
70
34,3
74
90
66,6
Meningkat
10
Lina Nurlaili
78
100
78
81
100
81
Meningkat
11
Samsun Abdullah
81
70
56,7
100
80
80
Meningkat
12
Febriana Khoirur Nisa
61
60
36,6
84
90
75,6
Meningkat
13
Septian Bambang Irawan
69
90
62,1
74
90
66,6
Meningkat
14
Samsul Abidin
62
80
49,6
122,5
90
110,2
Meningkat
15
Bagus Andi Pamungkas
53
70
37,1
81,7
80
65,36
Meningkat
16
Wahyu Ahmad Fauzi
-
-
-
-
-
-
-
17
Tendi Ariabima
62
80
49,6
62
90
55,8
Meningkat
18
Asep Maulana Ibrahim
70
40
28
-
-
-
-
18
42,7
Meningkat
19
(kpm)
PI
Ramadhan Bagus Anindito
30
60
61
70
Jumlah
1143
1130 858,1
1499,7
1450 1295,4
Rata-rata
60,15
70
78,93
76,3
45,1
68,17
b) Siswa yang aktif saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” sebanyak 9 siswa atau sekitar 47,36%, sedangkan 8 siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau sekitar 52,64% lainnya mengikuti apersepsi namun tidak ikut merespons stimulus yang diberikan guru. c) Siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons (baik menjawab/bertanya/menanggapi/) sebanyak 9 siswa atau sekitar 47,36%, sedangkan 8 siswa atau sekitar 52,64% lainnya tampak berbicara dengan siswa lain, kurang memperhatikan guru, kurang merespons guru, dan melakukan aktivitas lain (seperti berbicara dengan teman sebangku, menolah-noleh, dan sebagainya). Hal ini didasarkan pada hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. d) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiaan, dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran sebesar 9 siswa atau sekitar 47,36%, sedangkan 8 siswa atau sekitar 52,64% lainnya tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias. e) Terjadinya penurunan kebiasaan buruk membaca siswa dapat disajikan pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa pada Siklus II No
Kebiasaan Buruk Membaca
Frekuensi
Frekuensi Relatif
1
Vokalisasi
9
9/19 x 100% = 47,36%
2
Subvokalisasi
10
10/19 x 100% = 52,63%
3
Membaca dengan menggerakan bibir
9
9/19 x 100% = 47,36%
4
Menggerakan kepala
11
11/19 x 100% = 57,8%
5
Membaca dengan menunjuk benda
7
7/19 x 100% = 36,84%
6
Jarak mata terlalu dekat dengan teks
10
10/19 x 100% = 52,63%
7
Sikap badan (tidak tegap)
9
9/19 x 100% = 47,36%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 12. Perbandingan Penurunan Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa Pratindakan sampai Siklus II No
Kebiasaan Buruk Membaca
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
1
Vokalisasi
78,9%
68,4%
47,36%
2
Subvokalisasi
63,1%
57,8%
52,63%
3
Membaca dengan menggerakan bibir
63,1%
52,6%
47,36%
4
Menggerakan kepala
73.68%
63,1%
57,8%
5
Membaca dengan menunjuk benda
57,8 %
52,6%
36,84%
6
Jarak mata terlalu dekat dengan teks
73.8 %
63,1%
52,63%
7
Sikap badan (tidak tegap)
68,42 %
57,8%
47,36%
8) Penurunan kebiasaan buruk membaca, serta peningkatan keaktifan siswa, kecepatan baca, persentase pemahaman, dan KEM berimplikasi terhadap kenaikan nilai membaca cepat siswa. Perolehan nilai membaca cepat siswa dapat disajikan pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus II No
Nama Siswa
Aspek yang
Skor Nilai
Keterangan
Dinilai A
B
C
1.
M. Hafiz Rizki
2
3
3
8
80
Tuntas
2.
Hani Kurniawati
2
3
3
8
80
Tuntas
3.
Bagus Ardianto
2
3
3
8
80
Tuntas
4.
Akbar Mustofa
1
3
3
7
70
Tuntas
5.
Aditya Dwi Wahyu
1
3
3
7
70
Tuntas
6.
Fachri Irfansyah
1
3
3
7
70
Tuntas
7.
Dista Azizatun
1
3
3
7
70
Tuntas
8.
Eva Siti Fatimah
1
2
1
4
40
Belum Tuntas
9.
Afriani Khoiru Nisai
1
2
3
6
60
Belum Tuntas
10.
Lina Nurlaili
1
3
3
7
70
Tuntas
11.
Samsun Abdulah
2
3
3
8
80
Tuntas
12.
Febriana Khoirur Nisa
1
3
3
7
70
Tuntas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13.
Septian Bambang Irawan
3
2
3
8
80
Tuntas
14.
Samsul Abidin
1
3
3
7
70
Tuntas
15.
Bagus Andi Pamungkas
2
3
3
8
80
Tuntas
16.
Wahyu Ahmad Fauzi
-
-
-
-
-
-
17.
Tendi Ariabima
2
3
18.
Asep Maulana Ibrahim
19
Ramadhan Bagus A.
1 Ijin 1
Ijin Ijin 2
2
6
60
Belum Tuntas
Ijin
Ijin
Ijin
5
50
Belum Tuntas
Rata-rata
61,5
Tabel 14. Perbandingan Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus I dan Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19
Nama Siswa M. Hafiz Rizki Hani Kurniawati Bagus Ardianto Akbar Mustofa Aditya Dwi Wahyu Fachri Irfansyah Dista Azizatun Eva Siti Fatimah Afriani Khoiru Nisai Lina Nurlaili Samsun Abdulah Febriana Khoirur Nisa Septian Bambang Irawan Samsul Abidin Bagus Andi Pamungkas Wahyu Ahmad Fauzi Tendi Ariabima Asep Maulana Ibrahim Ramadhan Bagus A. Rata-rata
Siklus I 70 50 60 70 50 70 60 30 50 70 70 40 70 60 50 50 30 51,57
Siklus II 80 80 80 70 70 70 70 40 60 70 80 70 80 70 80 60 50 61,5
commit to user
Keterangan Meningkat Meningkat Meningkat Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tetap Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 15. Perbandingan Hasil Pembelajaran Siswa dari Siklus I sampai Siklus II Keterangan Nilai Terendah Nilai Tertinggi
Siklus I 30
Siklus II 40
70
80
Rata-Rata Pencapaian
51,57
61,5
Persentase Pencapaian
32%
68%
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II dapat dikatakan telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada beberapa indikator yang berhubungan dengan kemampuan proses maupun hasil belajar siswa. Selain itu, nilai membaca cepat siswa secara rata-rata meningkat dibandingkan pada siklus I, yakni 51,57 meningkat menjadi 61,5. Akan tetapi, dalam siklus ini hanya 13 anak atau sekitar 68% yang telah tuntas, sedangkan sisanya masih jauh dari batas minimal ketuntasan yang telah ditetapkan (nilai minimal ketuntasan adalah 65). Oleh karenanya, perlu dilaksanakan siklus III untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus III. d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran membaca cepat pada siklus II (baik proses maupun hasil) semakin menunjukan adanya peningkatan daripada siklus I. Siswa merespons dengan semangat dan antusias. Kekurangan-kekurangan yang terjadi sebelumnya telah dapat teratasi pada siklus II. Secara keseluruhan, proses belajar-mengajar berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tindakan siklus II, dapat dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran membaca cepat meliputi proses membaca cepat (kecepatan baca), persentase pemahaman, KEM mengalami peningkatan. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan penghambat siswa membaca cepat sedikit banyak dapat dikurangi. Walaupun secara keseluruhan mengalami peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca cepat, kali ini masih menyisakan sedikit kekurangan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yakni adanya beberapa orang siswa yang terlambat memasuki kelas yang membuat jam pelajaran berkurang karena dialokasikan untuk mengintrogasi siswa yang terlambat masuk kelas. Selain itu, adanya jeda waktu antara siswa yang telah selesai mengerjakan evaluasi dengan yang belum mengerjakan, hal ini menyebabkan waktu yang digunakan kurang efektif. Kelemahan dari sisi pengaturan waktu ini cenderung berkurang dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Berdasarkan analisis di atas berikut dikemukakan refleksi perbaikan dari kekurangan yang ditemukan, antara lain: (1) guru hendaknya lebih tegas di dalam membatasi jumlah waktu yang digunakan siswa di saat mengerjakan evaluasi, dan (2) siswa yang terlambat mengikuti jalannya pembelajaran diberikan sangsi yang tegas apabila sebab keterlambatan mengada-ada. Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II dikatakan berhasil tetapi belum mencapai hasil yang maksimal. Walaupun demikian, siklus III perlu dilaksanakan. Siklus III sebagai perbaikan proses pembelajaran siklus II dan sebagai penguatan sebelum penelitian di akhiri. Pelaksanaan siklus III ini disetujui oleh guru dan disepakati bahwa siklus III dilaksanakan pada tanggal 27 dan 30 September 2011 selama dua kali pertemuan. 3. Siklus III a. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus II disepakati bahwa siklus III perlu dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Minggu, 25 September di rumah Bapak Khamid selaku guru kelas V SD Negeri I Karang Duren. Pada kesempatan ini peneliti kembali menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran membaca cepat yang dilakukan pada siklus II. Pada guru yang bersangkutan disampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses dan hasil pembelajaran membaca cepat yang telah dilakukan. Upaya untuk mengatasi kekurangan selama berlangsungnya siklus II disepakti hal-hal, antara lain: (a) Guru hendaknya lebih tegas di dalam membatasi jumlah waktu yang digunakan siswa di saat mengerjakan evaluasi, (b) Siswa yang terlambat mengikuti jalannya pembelajaran diberikan sangsi yang tegas, apabila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebab keterlambatan mengada-ada, dan c) Reward dan punishment kembali diberlakukan. Disepakati pula bahwa pelaksanaan tindakan siklus III akan dilaksanakan pada tanggal 27 dan 30 September 2011 selama dua kali pertemuan. Seluruh rencana pelaksanaan tindakan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran membaca cepat (lihat Lampiran 32, halaman 188). b. Pelaksanaan Tindakan III Tindakan III dilaksanakan pada tanggal 27 dan 30 September 2011 selama
dua
kali
pertemuan.
Dalam
pelaksanaan
tindakan
III,
guru
mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran membaca cepat pada pertemuan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan di ruang kelas V SD Negeri I Karang Duren, pada hari Selasa, 27 September 2011 jam pelajaran kedua dan ketiga (07.35 – 08.35 WIB) dan pada hari Jumat, 30 September 2011 jam pelajaran pertama dan kedua (07.10 – 08.10 WIB). Adapun langkah-langkah pembelajaran pada pelaksanaan tindakan tersebut, sebagai berikut: (1) Kegiatan pendahuluan, meliputi: guru melakukan apersepsi dan mengabsen siswa dan guru memanggil siswa yang memperoleh nilai terbaik pada pertemuan sebelumnya; (2) Kegiatan inti, terdiri dari empat kegiatan, yaitu: eksplorasi, elaborasi, minat dan motivasi, dan konfirmasi Kegiatan eksplorasi, meliputi: (a) guru mengemukakan kekurangan hasil pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, dan (b) guru bertanya tentang kesulitan yang masih ditemui siswa, terutama bagi siswa yang belum mencapai kecepatan baca 75 kpm dan pemahaman atas bacaan 70%,. Kegiatan elaborasi, meliputi: a) guru membagikan modul tentang latihan meningkatkan kecepatan baca, latihan tesebut, antara lain: latihan persepsi kata, persepsi frase, mempercepat gerakan mata, melebarkan jangkauan mata, dan latihan meningkatkan konsentrasi, b) siswa berlatih meningkatkan kecepatan baca, langkah-langkah yang disampaikan guru sebagai berikut. Latihan Persepsi Kata Kegiatan ini diawali dengan cara guru memegang lembaran pelatihan persepsi kata kemudian menerangkan kepada siswa bagaimana caranya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melaksanakan pelatihan. Sambil menunjukan lembaran pelatihan persepsi kata, guru menjelaskan teknik pelatihan persepsi kata. Penjelasan guru kurang lebih sebagai berikut. “Anak-anak, lakukan secepat-cepatnya. Pandanglah kata kunci di belakang nomor dalam sekejap, dan segeralah meluncur ke kanan, temukan kata yang sama. Jangan berlama-lama, setelah ditemukan langsung coret. Jika telah tiba pada kata yang kalian cari jangan melakukan regresi, langsung saja pindah ke nomor berikutnya. Gerakkan mata secepat-cepatnya. Jika ternyata Kalian keliru mencoret jangan mencoba memperbaiki, terus saja ke baris berikutnya. Target kalian adalah dari 25 nomor harus betul 20 dalam waktu 20 detik.” Setelah memberi penjelasan, kemudian guru bertanya kepada siswa apakah para siswa sudah jelas atau belum. Jika telah jelas, guru mengambil stopwatch (dari HP) selanjutnya memberi aba-aba “mulai” pada detik ke-20, guru memberi aba-aba “selesai” para siswa pun berhenti mencoret kata kunci. Latihan ini dilakukan tiga kali dengan soal berbeda. Setiap selesai memberi aba-aba, guru bertanya kepada siswa “anak-anak bagaimana, apakah kalian dapat menyelesaikan latihan ini dengan baik?”. Latihan Persepsi Frase Kegiatan ini diawali dengan cara guru memegang lembaran pelatihan persepsi kata kemudian menerangkan kepada siswa bagaimana caranya melaksanakan pelatihan persepsi frase. Sambil menunjukan lembaran pelatihan persepsi frase. Penjelasan guru kurang lebih sebagai berikut. “Anak-anak, lakukan secepat-cepatnya. Pandanglah frase kunci di belakang nomor dalam sekejap, dan segeralah meluncur dari atas ke bawah, temukan frase yang sama dengan kata kunci. Jangan berlamalama, setelah ditemukan langsung coret. Jika telah tiba pada kata yang kalian cari jangan melakukan regresi, langsung saja pindah ke nomor berikutnya. Gerakkan mata secepat-cepatnya dari atas ke bawah. Jika ternyata Kalian keliru mencoret jangan mencoba memperbaiki, terus saja ke baris berikutnya. Target kalian adalah dari 25 nomor harus betul 20 dalam waktu 20 detik.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah memberi penjelasan, kemudian guru bertanya kepada siswa apakah para siswa sudah jelas atau belum. Jika telah jelas, guru mengambil stopwatch (dari HP) selanjutnya memberi aba-aba “mulai” pada detik ke-20, guru memberi aba-aba “selesai” para siswa pun berhenti mencoret kata kunci. Latihan ini dilakukan tiga kali dengan soal berbeda. Latihan Mempercepat Gerakan Mata Kegiatan ini diawali dengan cara guru memegang lembaran pelatihan, selanjutnya menerangkan kegunaan dari latihan ini. Selanjutnya, guru memberikan penjelasan dari latihan pergerakan mata. Penjelasan guru kurang lebih sebagai berikut. “Cara membaca teks di atas adalah paksakan mata Kalian mengikuti kelompok kata yang dibuat oleh garis tadi. Dengan cara ini, Kalian akan memaksakan mata melihat kelompok kata sesuai lebar garis yang Kalian tentukan. Lakukan pergerakan tersebut dengan berirama sampai Kalian terbiasa dengan pola 4 kali melihat dalam satu baris. Selanjutnya, jika Kalian sudah merasa mantap, jangkauan bisa diperlebar dengan melihat 3 kali dalam satu baris. Lakukan terus menerus sampai Kalian dapat membaca dengan pola seperti itu tanpa perlu dibantu dengan garis. Latihan Melebarkan Jangkauan Mata Kegiatan ini diawali dengan cara guru memegang lembaran pelatihan melebarkan jangkauan mata kemudian menerangkan kepada siswa bagaimana caranya melaksanakan pelatihan tersebut. Penjelasan guru kurang lebih sebagai berikut. “Fokuskan pandangan ke angka di barisan tengah dan cobalah membaca tiga angka sekaligus (termasuk di kiri dan kanannya). Misalnya, untuk barisan pertama baca dalam batin, “seratus dua”, jangan nol dua. “Latihan berikutnya terdiri dari tiga kata, perhatikan kata di tengah dan sekaligus usahakan menjangkau kata di kiri dan kanannya. Bacalah sekaligus sebagai satu frase, jangan terpisah-pisah. Perhatikan: Tetaplah perhatian di tengah, dan bergeraklah ke bawah, ke baris-baris berikutnya, usahkan kepala tidak ikut bergerak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Latihan Meningkatkan Konsentrasi Kegiatan ini terdiri dari: (a) menelusuri gambar “benang kusut, dan (b) menghitung banyaknya elips hitam. Menelusuri gambar benang kusut, kegiatan ini diawali dengan cara guru memegang lembaran pelatihan meningkatkan konsentrasi dengan menelusuri gambar benang kusut, penjelasan guru kurang lebih sebagai berikut. “Anak-anak, telusuri gambar benang kusut dibawah ini yang dimulai dari sebelah kiri atau no. 1 sampai dengan no. 4, lalu temukan benang yang sesuai atau cocok dengan angka tersebut yang letaknya disebelah kanan. Jika Kalian telah menemukannya, lalu catat di tempat yang telah disediakan pada lembar pelatihan tersebut”. Menghitung banyaknya elips hitam, kegiatan ini diawali dengan cara guru memegang lembaran pelatihan meningkatkan konsentrasi dengan menghitung banyaknya elips hitam, penjelasan guru kurang lebih sebagai berikut. “Anak-anak, coba Kalian hitung banyaknya elips dibawah ini, dengan catatan Kalian tidak boleh menghitung dengan menggunakan benda (pensil, tangan, penggaris dll), lakukan dengan mata Kalian untuk menghitungnya”. (c) setelah siswa selesai berlatih meningkatkan kecepatan membaca, selanjutnya guru membagikan teks yang berjudul “ Indonesia Tanam 2 Miliar Pohon”, (d) siswa membaca teks tersebut secara cepat untuk mengetahui gambaran secara umum tentang teks tersebut (survei), dengan waktu yang telah ditentukan, (e) siswa membuat pertanyaan tentang teks tersebut (question), (f) siswa membaca teks tersebut secara teliti (read), (g) siswa menjawab pertanyaan yang telah dibuatnya berdasarkan pemahaman yang telah dibaca (recite), (h) siswa membuat rangkuman tentang teks tersebut (revieu), (i) siswa mengerjakan soal tentang teks tersebut untuk mengetahui pemahaman atas teks tersebut secara individu, selanjutnya jawaban dicocokan dan ditukarkan dengan teman sebangku, (j) siswa menghitung waktu berlangsungnya kegiatan membaca secara individu, (k) siswa menghitung jumlah kata yang telah dibaca secara individu, dan (l) siswa menghitung kecepatan membaca, pemahaman isi bacaan dan KEM dengan rumus yang telah disampaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh guru. Untuk mengantisipasi siswa yang belum jelas mengenai cara menghitungnya, guru mengelilingi kelas untuk melihat hasil pekerjaan siswa serta member kesempatan siswa bertanya apabila ada diantara mereka yang belum jelas mengenai cara menghitung. Kegiatan minat dan motivasi, meliputi: guru memberikan reward kepada siswa dengan hasil pekerjaan terbaik pada pertemuan hari ini. Kegiatan konfirmasi, meliputi: guru dan siswa menyimpulkan materi, dan (3) Kegiatan akhir, meliputi: guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran pada hari ini. c. Observasi dan Interpretasi Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan observasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekurangan yang terdapat pada siklus II sudah dapat teratasi atau belum. Pelaksanaan tindakan pada siklus III dilakukan pada tanggal 27 dan 30 September 2011, pada hari Selasa, 27 September 2011 pukul 07.35 – 08.35 WIB (jam pelajaran kedua dan ketiga), dan hari Jumat, 30 September 2011 pukul 07.10 - 08.10 WIB (jam pelajaran pertama dan kedua) di ruang kelas V di SD Negeri I Karang Duren. Peneliti mengadakan pemantauan dan observasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh guru (lihat Lampiran 33, halaman 210). Kegiatan peneliti selama tahap observasi, yaitu mengamati proses pembelajaran membaca cepat siswa kelas V dengan penerapan metode SQ3R. Tindakan pada siklus III ini guru mengajarkan materi tentang latihan meningkatkan kecepatan membaca. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan mengambil posisi di tempat duduk di bagian belakang agar bisa mengamati proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan belajar mengajar sebagai berikut. 1) Sebelum mengajar, guru telah mempersiapkan RPP yang dijadikan sebagai pedoman saat mengajar. Rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ada di dalam kurikulum yang digunakan sekolah, yakni KTSP. 2) Pelaksanaan tindakan siklus III berlangsung selama dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, jumlah yang hadir 17 siswa, dan pertemuan kedua, jumlah yang hadir 17 siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti. 4) Pada siklus ini, siswa tampak lebih antusias ketika mengerjakan modul latihan membaca cepat yang diberikan oleh guru. Pada pertemuan hari ini, guru bersikap tegas dengan membatasi waktu mengerjakan modul dengan ketat, hal ini dilakukan oleh guru untuk mengefektifkan waktu. Dari pengamatan peneliti, siswa sangat antusias tidak ada seorang pun yang pasif. Waktu yang digunakan guru tampak efektif, hal ini terlihat dari tidak adanya siswa yang ”santai-santai”, mereka semua memperhatikan instruksi dengan antusias. Pemanfaatan waktu yang efektif menjadikan pembelajaran kali ini terassa lebih hidup. 5) Pada saat tahap evaluasi dan refleksi, siswa terlihat lebih aktif dalam merespons atau menjawab pertanyaan dari guru dan mengemukakan pendapat tentang isi dari teks tersebut. Siswa terlihat lebih berani untuk mengemukakan idenya dan berinteraksi dengan guru atau pun teman. 6) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada tahap ini, hampir semua siswa mengikutinya dengan baik, interaksi, keaktifan, maupun respons siswa pada guru juga semakin baik. 7) Dapat dikatakan bahwa kekurangan atau kelemahan selama pelaksanaan tindakan pada siklus III ini hampir tidak terlihat atau telah sesuai dengan yang diharapkan. Ini menunjukan bahwa guru telah mampu mengatasi kekurangankekurangan yang terjadi pada kedua siklus sebelumnya dengan baik. Selain itu, dalam siklus ini sikap siswa dalam pembelajaran juga terlihat semakin baik (saat apersepsi, kegiatan inti, maupun penutup). 8) Pada siklus III siswa yang mencapai kompetensi pada penilaian proses mencapai 16 siswa atau 84,2% dari jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 67 dan nilai tertinggi 87 (lihat Lampiran 39, halaman 223). Rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa mencapai 74,2. Penilaian hasil menunjukkan 16 siswa mencapai kompetensi yang ditetapkan atau 84,2% dari keseluruhan jumlah siswa dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90 (lihat Lampiran 37, halaman 220). Nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa mencapai 72,1. 9) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses dan hasil belajar-mengajar membaca cepat pada siklus III dapat dinyatakan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Kecepatan baca, persentase pemahaman dan KEM siswa dapat disajikan pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Perbandingan Kecepatan Baca , Persentase Pemahaman dan KEM Siswa Siklus I sampai Siklus III. Siklus I No
Nama Siswa
KM
PI
(kpm)
(%)
Siklus II KEM
KM
(kpm) (kpm)
1
M. Hafiz. R
82
90
73,8
2
Hani Kurniawati
67
40
26,8 122,5
3
Bagus Ardianto
29
100
4
Akbar Mustofa
91
90
5
Aditya Dwi Wahyu
63
6
Fachri Irfansyah
77
7
Dizta Azizatun
8 9
(%)
Siklus III KEM
KM
(kpm) (kpm)
PI (%)
KEM Keterangan (kpm)
90
75,6
150
90
135
Meningkat
80
98
150
80
125
Meningkat
100
100
122,5
100
81,9 122,5
100
122,5
150
90
70
44,1
100
80
80
122,5
90
110,2 Meningkat
90
69,3
100
90
90
122,5
90
110,2 Meningkat
80
70
56
80
80
64
100
90
90
Meningkat
Eva Siti Fatimah
39
50
19,5
61
50
30,5
75
100
75
Meningkat
Afriani Khoiru Nisai
29
84
PI
100
122,5 Meningkat 135
Meningkat
49
70
34,3
74
90
66,6
75
100
75
Meningkat
10 Lina Nurlaili
78
100
78
81
100
81
-
-
-
Meningkat
11 Samsun Abdullah
81
70
56,7
100
80
80
121
80
96,8
Meningkat
12 Febriana Khoirur Nisa
61
60
36,6
84
90
75,6
100
90
90
Meningkat
13 Septian Bambang I.
69
90
62,1
74
90
66,6
75
100
75
Meningkat
14 Samsul Abidin
62
80
49,6 122,5
90
110,2
150
90
135
Meningkat
15 Bagus Andi Pamungkas
53
70
37,1
81,7
80
65,36
150
90
135
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17 Tendi Ariabima
62
80
49,6
62
90
55,8
150
90
135
Meningkat
18 Ramadhan Bagus A.
70
40
28
-
-
-
100
60
60
Meningkat
19 Asep Maulana Ibrahim
30
60
18
61
70
42,7
60
90
54
Meningkat
16 Wahyu Ahmad Fauzi
Jumlah Rata-rata
Meningkat -
1143 1130 850,4 1499,7 1450 1295,4 1973,5 1520 1771 60,15
70
44,75 78,93 76,3 68,17 103,8
80
93,2
b) Siswa yang aktif saat apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” sebanyak 15 siswa atau sekitar 78,9%, sedangkan 1 siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau sekitar 5,2% lainnya mengikuti apersepsi namun tidak ikut merespons stimulus yang diberikan guru. c) Siswa yang aktif dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh kemauan siswa untuk memperhatikan, memberikan respons (baik menjawab/bertanya/menanggapi/) sebanyak 14 siswa atau sekitar 74%, sedangkan 2 siswa atau sekitar 26% lainnya tampak berbicara dengan siswa lain, kurang memperhatikan guru, kurang merespons guru, dan melakukan aktivitas lain (seperti berbicara dengan teman sebangku, menolah-noleh, dan sebagainya). Hal ini didasarkan pada hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. d) Siswa yang memiliki minat dan motivasi saat mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan kriteria “sangat baik dan baik” serta diindikatori oleh adanya kesungguhan, keantusiaan, dan semangat dalam mengerjakan setiap tugas maupun saat kegiatan pembelajaran sebesar 14 siswa atau sekitar 78,9%, sedangkan 2 siswa atau sekitar 21,1% lainnya tampak kurang sungguh-sungguh dan antusias. e) Terjadinya penurunan kebiasaan buruk membaca siswa dapat sajikan pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa pada Siklus III No
Kebiasaan Buruk Membaca
Frekuensi
Frekuensi Relatif
1
Vokalisasi
6
6/19 x 100% = 31,57%
2
Subvokalisasi
8
8/19 x 100% = 42,10%
3
Membaca dengan menggerakan bibir
7
7/19 x 100% = 36,84%
4
Menggerakan kepala
5
5/19 x 100% = 26,31%
5
Membaca dengan menunjuk benda
6
6/19 x 100% = 31,57%
6
Jarak mata terlalu dekat dengan teks
7
7/19 x 100% = 36,84%
7
Sikap badan (tidak tegap)
6
commit to user
6/19 x 100% = 31,57%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 18. Perbandingan Penurunan Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Siswa Pratindakan sampai Siklus III No
Kebiasaan Buruk Membaca
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
Vokalisasi
78,9%
68,4%
47,36%
31,57%
2
Subvokalisasi
63,1%
57,8%
52,63%
42,10%
3
Membaca dengan menggerakan bibir
63,1%
52,6%
47,36%
36,84%
4
Menggerakan kepala
73.68%
63,1%
57,8%
26,31%
5
Membaca dengan menunjuk benda
57,8 %
52,6%
36,84%
31,57%
6
Jarak mata terlalu dekat dengan teks
73.8 %
63,1%
52,63%
36,84%
7
Sikap badan (tidak tegap)
68,42 %
57,8%
47,36%
31,57%
f) Penurunan kebiasaan buruk membaca, serta peningkatan keaktifan siswa, kecepatan baca, persentase pemahaman, dan KEM berimplikasi terhadap kenaikan nilai membaca cepat siswa. Perolehan nilai membaca cepat siswa dapat disajikan pada Tabel 19 berikut ini. Tabel 19. Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus III No
Nama Siswa
Aspek yang Dinilai Skor A
B
C
Nilai
Keterangan
1.
M. Hafiz Rizki
3
3
3
9
90
Tuntas
2.
Hani Kurniawati
3
3
3
9
90
Tuntas
3.
Bagus Ardianto
3
3
3
9
90
Tuntas
4.
Akbar Mustofa
2
3
3
8
80
Tuntas
5.
Aditya Dwi Wahyu
2
3
3
8
80
Tuntas
6.
Fachri Irfansyah
2
3
3
8
80
Tuntas
7.
Dista Azizatun
2
3
3
8
80
Tuntas
8.
Eva Siti Fatimah
2
3
3
8
80
Tuntas
9.
Afriani Khoiru Nisai
10.
Lina Nurlaili
2
3
3
8
80
Tuntas
Ijin
Ijin
Ijin
Ijin
Ijin
Ijin
11.
Samsun Abdulah
2
3
3
8
80
Tuntas
12.
Febriana Khoirur Nisa
2
3
3
8
80
Tuntas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13.
Septian Bambang Irawan
3
3
3
9
90
Tuntas
14.
Samsul Abidin
3
3
3
9
90
Tuntas
15.
Bagus Andi Pamungkas
2
3
3
8
80
Tuntas
16.
Wahyu Ahmad Fauzi
-
-
-
-
-
-
17.
Tendi Ariabima
2
3
3
8
80
Tuntas
18.
Asep Maulana Ibrahim
1
3
1
5
50
Belum Tuntas
19
Ramadhan Bagus A.
2
2
3
7
70
Tuntas
Rata-rata
72,1
Tabel 20. Perbandingan Nilai Membaca Cepat Siswa Siklus I sampai Siklus III No
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Keterangan
1.
M. Hafiz Rizki
Nama Siswa
70
70
90
Meningkat
2.
Hani Kurniawati
50
80
90
Meningkat
3.
Bagus Ardianto
60
80
90
Meningkat
4.
Akbar Mustofa
70
70
80
Meningkat
5.
Aditya Dwi Wahyu
50
70
80
Meningkat
6.
Fachri Irfansyah
70
70
80
Meningkat
7.
Dista Azizatun
60
70
80
Meningkat
8.
Eva Siti Fatimah
30
40
80
Meningkat
9.
Afriani Khoiru Nisai
50
60
80
Meningkat
10. Lina Nurlaili
70
70
-
-
11. Samsun Abdulah
70
80
80
Meningkat
12. Febriana Khoirur Nisa
40
70
80
Meningkat
13. Septian Bambang I
70
80
90
Meningkat
14. Samsul Abidin
60
70
90
Meningkat
15. Bagus Andi Pamungkas
50
80
80
Meningkat
16. Wahyu Ahmad Fauzi
-
-
-
-
17. Tendi Ariabima
50
60
80
Meningkat
18. Asep Maulana Ibrahim
40
-
50
Meningkat
19 Ramadhan Bagus A.
30
50
70
Meningkat
51,57
61,5
72,1
Rata-rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 21. Perbandingan Hasil Pembelajaran Siswa dari Siklus I sampai Siklus III Keterangan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Nilai Terendah
30
40
50
Nilai Tertinggi
70
80
90
Rata-Rata Pencapaian
51,57
61,5
72,1
Persentase Pencapaian
32%
68%
84,2%
Berdasarkan pengamatan, peneliti memperoleh gambaran mengenai lebih efektifnya pembelajaran hari ini, hal ini ditandai dengan semakin efektifnya waktu yang dimanfaatkan guru serta waktu tenggang antara satu kegiatan dengan kegiatan lain telah diminimalisasi. Keefektifan dan komunikasi antara guru yang bersifat dua arah juga mengindikasikan bahwa terjadinya peningkatan hasil dan proses pembelajaran membaca cepat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai membaca cepat siswa secara rata-rata meningkat dibandingkan pada siklus II, yakni 61,5 meningkat menjadi 72,1. Pada siklus ini, siswa yang memperoleh nilai tuntas sebesar 16 siswa atau sekitar 84,2%. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pelaksanaan siklus III sudah berhasil dan sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan, yakni 70%. Oleh karenanya, pada penelitian ini selesai pada siklus III. d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran membaca cepat pada siklus III (baik proses maupun hasil) telah menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Kegiatan belajar-mengajar telah berlangsung secara dua arah. Siswa merespons jalannya kegiatan belajarmengajar dengan antusias. Berdasarkan pengamatan pada siklus III, peneliti mendapatkan fakta sebagai berikut: 16 siswa atau sekitar 84,2% mencapai ketuntasan, sedangkan sisanya 1 siswa atau sekitar 15,8% belum mencapai ketuntasan. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan penghambat kegiatan membaca cepat berkurang secara signifikan dibandingkan pada saat prasiklus. Kendala-kendala yang terjadi di dalam siklus sebelumnya pun dapat teratasi dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca cepat pada pertemuan hari ini telah mencapai target yang diharapkan, baik dari segi peningkatan kualitas proses maupun kualitas hasil pembelajaran sudah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan, yakni 70%. Oleh karenanya, pada penelitian ini selesai pada siklus III. C. Deskripsi Antarsiklus Hasil pelaksanaan pembelajaran membaca cepat setiap siklus tindakan di atas dapat disajikan secara rinci pada Tabel 22 di bawah ini. Tabel 22. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian No 1
Persentase
Aktivitas dalam Pembelajaran Siswa aktif selama apersepsi
Siklus I
Siklus II
Siklus III
37%
47,36%
79%
37%
47%
74%
32%
47%
78,9%
Siswa aktif dan memperhatikan saat meng2
ikuti pelajaran (indikator: memperhatikan atau
fokus
terhadap
pelajaran,
ikut
merespons, aktif mengerjakan tugas) Siswa berminat dan memiliki motivasi saat 3
kegiatan pembelajaran (indikator: semangat, antusias, dan menunjukkan kesungguhan) Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan
pada indikator yang telah ditetapkan dari hasil siklus I, II, dan III. Peningkatan terjadi dari siklus I ke siklus II pada indikator 1 sampai dengan 3 cukup signifikan. Demikian juga, peningkatan yang terjadi pada siklus II ke siklus III pada indikatorindikator tersebut mencapai 27% - 31%. Pada siklus II ke siklus III persentase keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada saat apersepsi mengalami peningkatan 31,64%, keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pembelajaran meningkat sekitar 27%, dan minat serta motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkat sebesar 27%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Selain itu, pada siklus ini persentase peningkatan keberhasilan juga terjadi pada ketuntasan hasil belajar siswa pada kegiatan membaca cepat. Pada siklus III nilai rata-rata siswa lebih tinggi dibanding pada saat prasiklus dan siklus-siklus sebelumnya (siklus I dan II). Siklus III nilai rata-rata siswa menjadi 75,5 atau mengalami peningkatan sekitar 28,1 poin dibandingkan pada saat prasiklus (nilai ratarata siswa 47,4). Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. D. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus I sampai siklus III dapat dinyatakan bahwa terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran, baik pada proses maupun hasil kemampuan membaca cepat dengan penerapan metode SQ3R. Penilaian proses, dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diingikan. Ditambahkan pula oleh Sarwiji Suwandi (2010: 80-81) bahwa secara umum objek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respons); dan sikap terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerja sama, konsentrasi, dsb) sedangkan penilaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hasil, Nana Sujana (2008: 3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang dikemukakan peneliti. Metode SQ3R merupakan sistem membaca yang populer digunakan oleh orang, yang terdiri dari lima langkah, yaitu: survei, question, read, recite, dan revieu (Soedarso, 2005: 59). Hal senada juga dikemukakan oleh Sudarno, dkk. (2004: 132), metode SQ3R adalah suatu metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya, serta untuk membantu mengingat agar lebih tahan lama melalui lima langkah kegiatan yaitu: survei, question, recite, read, dan revieu. Penerapaan metode SQ3R diawali dengan siswa membangun gambaran secara umum tentang bahan yang akan atau sedang dipelajari, lalu siswa membuat pertanyaan dari judul atau subjudul suatu bab, dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Hasil penelitian pada siklus III menunjukkan bahwa hasil pembelajaran telah melebihi indikator yang diterapkan. Pelaksanaan penelitian diawali dengan kegiatan survei awal untuk mengetahui kemampuan siswa. Berdasarkan hasil survei, peneliti menarik kesimpulan bahwa kemampuan membaca cepat siswa kelas V masih perlu ditingkatkan. Peneliti dan guru melakukan diskusi dan merencanakan tindakan untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Guru dan peneliti melakukan kolaborasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode SQ3R untuk membantu siswa dalam menyerap materi dan meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa. Guru dan peneliti merencanakan tindakan pada siklus I dan melaksanakan tindakan pada siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus I berjalan dengan lancar namun masih menemui kendala. Hasil belajar siswa baik itu hasil maupun proses mengalami peningkatan, namun peneliti dan guru menemukan masalah yang masih menghambat kemaksimalan pembelajaran. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan pada siklus II. Pada siklus II, peneliti dan guru mencari pemecahan masalah pada siklus I dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menerapkannya pada siklus II. Hasil pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan, namun masih menemukan kelemahan atau masalah yang masih menghambat kemaksimalan pembelajaran. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan pada siklus III. Pada siklus III, peneliti dan guru mencari pemecahan masalah pada siklus II dan menerapkannya pada siklus III. Hasil pembelajaran pada siklus III mengalami peningkatan dan indikator yang telah ditetapkan dapat tercapai pada siklus III. Hasil penelitian yang dicapai dengan siklus I sampai siklus III membuktikan bahwa metode SQ3R cukup membantu dalam peningkatan kualitas pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Peningkatan kualitas pembelajaran membaca cepat dapat dilihat dari dua hal, yaitu: 1. Peningkatan Kualitas Proses Penggunaan metode SQ3R dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran membaca cepat. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: a. Siswa lebih aktif saat mengikuti pembelajaran Dalam pembelajaran siswa berusaha secara aktif mencapai tujuan pembelajaran dan memperoleh hasil yang maksimal dalam proses dan hasil pembelajaran, tujuan pembelajaran akan tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 38). Selama pelaksanaan penelitian pada siklus I hingga III, tampak bahwa siswa antusias dalam mengikuti apersepsi. Keantusiasan ini ditunjukkan dengan kemauan siswa untuk merespons terhadap stimulus yang ditunjukkan dengan “kriteria sangat baik dan baik” yang diindikatori adanya kemauan siswa untuk mengikuti apersepsi (memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan oleh guru). Dari siklus I hingga siklus III mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa antarsiklus, yaitu 37% atau sebanyak 7 siswa (siklus I) menjadi sekitar 47,36% atau sebanyak 9 siswa (pada siklus II) dan mencapai 78,9% atau sebanyak 15 siswa (pada siklus III).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Siswa terlihat lebih aktif dan perhatian saat mengikuti pembelajaran Dalam pembelajaran siswa berusaha secara aktif mencapai tujuan pembelajaran dan memperoleh hasil yang maksimal dalam proses dan hasil pembelajaran, tujuan pembelajaran akan tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 38). Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran di setiap siklus semakin menunjukkan adanya peningkatan. Indikator yang menunjukkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah kemauan siswa untuk memperhatikan atau fokus terhadap kegiatan pembelajaran serta kemauan dan keaktifan siswa untuk merespons stimulus yang diberikan oleh guru (bertanya/menjawab/menanggapi). Peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I hanya 37% atau sebanyak 7 siswa, siklus II sekitar 47,32% atau sebanyak 9 siswa, dan siklus III menjadi 74% atau sebanyak 14 siswa. c. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca cepat Pada mulanya, pembelajaran yang dilakukan di kelas tampak monoton dan membuat siswa menjadi jenuh dan bosan. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik. Cara yang sering dilakukan untuk pembelajaran membaca cepat adalah siswa disuruh membaca dalam hati, kemudian menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan yang diberikan. Guru belum pernah mengukur seberapa besar kecepatan membaca yang dimiliki oleh siswa serta seberapa besar persentase pemahaman isi yang dicapai siswanya, guru beranggapan bahwa yang penting setelah membaca, siswa dapat menjawab pertanyaan yang tersedia. Saat pembelajaran guru lebih banyak memberikan penjelasan yang menitik beratkan pada aspek kognitif dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran pun juga belum tampak. Pemilihan metode harus sesuai dan dipertimbangkan oleh guru dengan penyesuaian terhadap isi, kondisi siswa, dan pembelajaran apa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disampaikan. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran adalah keefektifan proses belajar yang berorientasi pada siswa (Sumiati dan Asra, 2008: 12). Penggunaan metode ini cukup efektif sebagai variasi dari metode yang selama ini dipakai guru. Penggunaan metode ini sesuai dengan kondisi siswa dalam pembelajaran membaca cepat. Siswa menjadi termotivasi karena dalam kegiatan pembelajaran, siswa tidak lagi hanya diam dan mendengarkan, melainkan mereka dibuat untuk lebih aktif. Tindakan yang dilakukan dengan menerapkan metode SQ3R yang membuat siswa tampak lebih berminat dan termotivasi saat pembelajaran membaca cepat. Hal ini didasarkan pada pengamatan peneliti dari jumlah siswa yang mendapatkan kriteria sangat baik dan baik di setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang tampak berminat dan memiliki motivasi saat mengikuti pembelajaran sekitar 32% dan pada siklus II meningkat menjadi 47%. Pada siklus terakhir terjadi peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 74% atau sebanyak 14 siswa tampak berminat serta termotivasi pada pembelajaran membaca cepat. Peningkatan kualitas proses juga tampak dari peningkatan nilai proses siswa. Pada tahap pratindakan, siswa yang mencapai kompetensi pada penilaian proses hanya 4 siswa atau sekitar 21% dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai terendah 40,0 dan nilai tertinggi 67. Pada siklus I, siswa yang mencapai kompetensi penilaian proses hanya 8 siswa atau 47% dari jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 57,0 dan nilai tertinggi 73. Pada siklus II, siswa yang mencapai kompetensi pada penilaian proses hanya 10 siswa atau 53%
dari
jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 87. Pada siklus III, siswa yang mencapai kompetensi pada penilaian proses hanya 16 siswa atau 84,2% dari jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 67 dan nilai tertinggi 87. Peningkatan penilaian proses pembelajaran membaca cepat dari pratindakan sampai siklus III dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 23. Peningkatan penilaian proses pembelajaran membaca cepat dari pratindakan sampai siklus III. Siklus Nilai Terendah Pratindakan 40 I 57
Nilai Tertinggi 67 73
Tuntas 4 8
Frekuensi Relatif 4/19 x 100% = 21% 8/19 x 100% = 47%
II
60
87
10
10/19 x 100% = 53%
III
67
87
16
16/19 x 100% = 84,2%
Rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan. Penilaian proses mengalami peningkatan dari 56 menjadi 61,26 kemudian meningkat menjadi 62,1 dan meningkat menjadi 74,2. Peningkatan nilai proses dalam pembelajaran membaca cepat ini dapat dilihat dalam Gambar 4 berikut ini.
100 90 80 70 60
Nilai Terendah
50
Nilai Tertinggi
40
Rata rata
30 20 10 0 Pratindakan
I
II
III
Gambar 4. Grafik Peningkatan Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Membaca Cepat Siswa Kelas V SD Negeri I Karang Duren. 2. Peningkatan Kualitas Hasil Setiap proses belajar selalu menghasilkan hasil belajar. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 107) menyatakan bahwa tingkatan keberhasilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dibagi menjadi empat, yaitu: (1) istimewa, apabila seluruh bahan ajar dikuasai oleh seluruh siswa; (2) baik sekali, apabila sebagian besar siswa (76% 99%) dapat menguasai bahan ajar; (3) baik, apabila 60% - 75% siswa menguasai bahan pembelajaran; (4) kurang, apabila kurang 60% siswa menguasai bahan ajar. Peningkatan hasil pembelajaran terbukti dengan peningkatan nilai hasil membaca cepat siswa dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus I, penilaian hasil menunjukkan siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 6 siswa atau sekitar 32% dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 70. Pada siklus II, penilaian hasil menunjukkan siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 13 siswa atau sekitar 68% dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 80. Pada siklus III, penilaian hasil menunjukkan siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 16 siswa atau 84,2% dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Peningkatan nilai pembelajaran membaca cepat dari pratindakan sampai siklus III dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini. Tabel 24. Peningkatan nilai pembelajaran membaca cepat dari siklus I sampai siklus III. Siklus I
Nilai Terendah 30
Nilai Tertinggi 70
Tuntas Frekuensi Relatif 10 10/19 x 100% = 52,6%
II
50
80
13
13/19 x 100% = 68%
III
50
90
16
16/19 x 100% = 84,2%
Rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 51,5 kemudian meningkat menjadi 62,1 dan meningkat menjadi 72,1 pada siklus yang terakhir. Peningkatan nilai hasil dalam pembelajaran membaca cepat ini dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 90 80 70 60
Nilai Terendah
50
Nilai Tertinggi
40
Rata rata
30 20 10 0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 5. Grafik Peningkatan Hasil Penilaian Pembelajaran Membaca Cepat Siswa Kelas V SD Negeri I Karang Duren. Peningkatan kualitas hasil juga tampak dari peningkatan kecepatan baca 75 kpm diiringi pemahaman minimal 70% serta rata-rata kecepatan baca, persentase pemahaman dan KEM siswa. Pada siklus I, siswa yang memperoleh kecepatan baca 75 kpm diiringi pemahaman minimal 70% sebanyak 6 siswa atau 42%. Pada siklus II, siswa yang memperoleh kecepatan baca 75 kpm diiringi pemahaman minimal 70% sebanyak 8 siswa atau 53%. Pada siklus III, siswa yang memperoleh kecepatan baca 75 kpm diiringi pemahaman minimal 70% sebanyak 14 siswa atau 74%. Perbandingan kecepatan baca diiringi dengan pemahaman minimal 70% dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini. Tabel 25. Perbandingan Jumlah siswa Kecepatan Baca 75 kpm dan Pemahaman Minimal 70% dari siklus I – siklus III. Siklus
Jumlah Siswa dengan Kecepatan Baca 75
Frekuensi Relatif
kpm dan Pemahaman Minimal 70% I
2
2/19 x 100% = 10,5%
II
9
9/19 x 100% = 47,36%
III
15
15/19 x 100% = 78,9%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rata-rata kecepatan baca pada siklus I sebesar 60,15 kpm, persentase pemahaman sebesar 70% dan KEM sebesar 44,75 kpm. Pada siklus II, rata-rata kecepatan baca sebesar 78,93 kpm, persentase pemahaman sebesar 76,3%, dan KEM sebesar 68,17 kpm. Pada siklus III, rata-rata kecepatan baca sebesar 103,8 kpm, persentase pemahaman sebesar 80%, dan KEM sebesar 93,2 kpm. Selain itu, kebiasaan buruk membaca siswa dapat dikurangi. Peningkatan rata-rata kecepatan baca, persentase pemahaman dan KEM siswa dan perbandingan kebiasaan buruk membaca siswa dapat dilihat pada Tabel 26 dan Tabel 27 berikut ini. Tabel 26. Perbandingan Rata-rata Kecepatan Baca, Persentase Pemahaman dan KEM siswa pada siklus I- siklus III Siklus
Kecepatan Baca (kpm)
Persentase Pemahaman (%)
KEM (kpm)
I
60,15
70
44,75
II
78,93
76,3
68,17
III
103,8
80
93,2
Tabel 27. Perbandingan Hasil Angket Kebiasaan Buruk Membaca Pratindakan – Siklus III Selisih hasil No
Aspek Kebiasaan Buruk
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Membaca
siklus awalsiklus akhir
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1. Vokalisasi
15
78,9
13
68,42
9
47,32
6
31,57
9
47,32
2. Subvokalisasi
12 63,15
11
57,8
10
52,63
8
42,10
4
21,05
3. Menggerakan bibir
12 63,15
10
52,63
9
47,36
7
36,84
5
26,31
4. Menggerakan kepala
14 73,68
12
63,15 11
57,8
5
26,31
9
47,32
5. Dengan menunjuk benda
11
57,8
10
52,63
36,84
6
31,57
5
26,31
6. Jarak mata dengan teks
14 73,68
12
63,15 10
52,63
7
36,84
7
36,84
7. Sikap badan
13 68,42
11
57,8
47,36
6
31,37
7
36,84
commit to user
7 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan menerapkan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca cepat, kemampuan membaca cepat mengalami peningkatan yang dinyatakan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mendapatkan nilai ketuntasan belajar. Menurut Syah (dalam Masykur, dkk. 2006: 5), mengemukakan bahwa penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar karena metode ini memiliki keunggulan, antara lain: (1) metode SQ3R mempunyai langkah-langkah yang yang jelas sehingga memudahkan siswa memahami teks materi, (2) menuntut siswa menjadi pebelajar yang aktif dan dan terarah langsung pada intisari yang ada dalam pokok materi, (3) menjadikan siswa dapat memahami dan mengingat materi dalam jangka waktu yang lebih lama, (4) dapat meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pemaparan di atas tampak bahwa penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Hal ini terbukti dengan tercapainya
indikator-indikator yang
telah ditetapkan, antara lain:
(a)
meningkatnya keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi pada tiap siklus. Pada siklus I keaktifan siswa saat mengikuti apersepsi sebesar 37%, pada siklus II sebesar 47,36%, dan pada siklus III meningkat menjadi 78,9%; (b) meningkatnya keaktifan dan perhatian pada saat mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam merespons stimulus yang diberikan guru (bertanya, menjawab, menanggapi), dan perhatian siswa tiap siklusnya. Siklus I siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebesar 37%. Pada siklus-siklus berikutnya keaktifan siswa
selama
mengikuti
pembelajaran mengalami
peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut sebesar 47% pada siklus II dan 74% pada siklus III; dan (c) meningkatnya motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca cepat. Hal ini tampak pada kesungguhan siswa saat mengerjakan tugas serta keantusiasan dan semangat siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu, dengan adanya rasa senang pada diri siswa maka akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari dan lebih memudahkan siswa untuk mendalami materi tersebut, dengan adanya kegiatan pembelajaran tersebut siswa tidak lagi hanya diam dan mendengarkan, melainkan mereka dibuat untuk lebih aktif. Pada siklus I siswa yang tampak berminat dan termotivasi sebanyak 32%, pada siklus berikutnya terus mengalami peningkatan menjadi 47% pada siklus II dan 74% pada siklus III.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain indikator-indikator tersebut, penilaian proses juga tampak pada peningkatan nilai proses siswa, antara lain: (a) Pada tahap pratindakan, siswa yang mencapai kompetensi pada penilaian proses hanya 4 siswa atau sekitar 21% dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai terendah 40,0 dan nilai tertinggi 67, (b) Pada siklus I, siswa yang mencapai kompetensi penilaian proses hanya 8 siswa atau 42,1% dari jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 57,0 dan nilai tertinggi 80, (c) Pada siklus II, siswa yang mencapai kompetensi pada penilaian proses hanya 13 siswa atau 68% dari jumlah keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 87, dan (d) Pada siklus III, siswa yang mencapai kompetensi pada penilaian proses hanya 16 siswa atau 84,2%
dari jumlah
keseluruhan siswa, dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 87. Rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan. Penilaian proses mengalami peningkatan dari 56 menjadi 61,26 kemudian meningkat menjadi 62,1 dan meningkat menjadi 74,2%. 2. Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri I Karang Duren. Adanya peningkatan hasil pembelajaran membaca cepat dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca cepat. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca cepat yang penilaiannya didasarkan pada keecepatan baca, persentase pemahaman dan KEM. Peningkatan kemampuan siswa terjadi pada siklus I hingga III yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas ketuntasan (KKM
65). Pada siklus I, penilaian hasil
menunjukkan siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 6 siswa atau sekitar 32 % dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 70. Pada siklus II, penilaian hasil menunjukkan siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 13 siswa atau sekitar 68% dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 80. Pada siklus III, penilaian hasil menunjukkan siswa yang mencapai kompetensi sebanyak 16 siswa atau 84,2% dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan yang cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
signifikan dari 47,5 menjadi 51,57 kemudian meningkat menjadi 61,5 dan meningkat menjadi 72,1 pada siklus yang terakhir. B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya guru, siswa, model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat akan berpengaruh pada kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karenanya, dalam memilih metode pembelajaran guru hendaknya juga memperhatikan kesenangan dan kebermanfaatannya bagi perkembangan siswa. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam materi membaca cepat. Penerapan kerangka prinsip SQ3R merupakan langkah-langkah pembelajaran yang efektif. Penerapaan metode SQ3R diawali dengan siswa membangun gambaran secara umum tentang bahan yang akan atau sedang dipelajari, lalu siswa membuat pertanyaan dari judul atau subjudul suatu bab, dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Oleh karenanya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan pengajaran bahasa yang lebih kreatif dan inovatif, seperti dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga pengajar yang ingin menerapkan metode SQ3R di kelasnya. Metode SQ3R dapat meningkatkan minat dan kemampuan membaca cepat siswa karena melalui penerapan metode pembelajaran ini tidak sekedar dapat menumbuhkan kesenangan pada diri siswa namun juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, memupuk keberanian, serta merespons sesuatu yang ada di sekitar. Respons-respons tersebut diungkapkan melalui kegiatan membaca cepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Saran Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Bagi Siswa Siswa disarankan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran hendaknya lebih aktif dan mengikuti pelajaran dengan perasaan senang. Hal ini dikarenakan dengan adanya rasa senang pada diri siswa maka akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari dan lebih memudahkan siswa untuk mendalami materi tersebut. 2. Bagi Guru a. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya dapat memanfaatkan sarana penunjang seperti media pembelajaran yang menarik, misalnya dengan menggunakan rekaman atau video tentang cara membaca cepat yang membuat siswa menjadi lebih aktif, contohnya video tentang kebiasaan buruk membaca. Penggunaan media pembelajaran ini selain bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mengerjakan tugas juga sebagai sarana bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. b. Guru hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap segala tindakan yang akan ditempuh. Artinya, sebelum guru memulai suatu proses belajar-mengajar, hendaknya membuat RPP yang bertujuan sebagai pedoman dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya. Selain itu, juga harus melakukan evaluasi mengenai proses belajar - mengajar. Hal ini penting dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru dapat memperkecil kemungkinan munculnya
hambatan
dalam proses
pembelajaran,
misalnya
dalam
pelaksanaan pembelajaran atau salah satu komponen dalam RPP ada yang terlewatkan atau tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh guru dan keterbatasan sarana dan prasana pada proses pembelajaran. Selain itu, guru hendaknya juga dapat menumbuhkan keaktifan dan kesadaran siswa agar kegiatan pembelajaran membaca cepat berlangsung lebih kondusif. Artinya, dalam pembelajaran guru hendaknya memberikan stimulus atau rangsangan yang dapat menumbuhkan keaktifan dan kesadaran siswa agar kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran membaca cepat berlangsung lebih kondusif, misalnya stimulus atau rangsangan yang berupa tanya jawab/diskusi yang berhubungan dengan materi membaca cepat. 3. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendaknya menambah sarana atau fasilitas belajar-mengajar, misalnya komputer, LCD yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk mendukung dan lebih mengoptimalkan kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan pembelajaran membaca cepat. b. Pihak sekolah hendaknya dapat memotivasi dan memfasilitasi guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar. Salah satunya dengan cara mengikut sertakan guru dalam kegiatan seminar, workshop, penataran, maupun dengan mendukung guru untuk melakukan berbagai penelitian dalam pendidikan dan pengajaran. 4. Bagi Peneliti Lain Diharapkan bagi peneliti lain agar dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan teknik pembelajaran membaca cepat dengan metode SQ3R dan dapat menciptakan metode pembelajaran baru yang dapat mengembangkan bakat, potensi, dan kreativitas siswa sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat.
commit to user