PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SUKOMULYO KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
oleh SUMARTI NIM : 11408205 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010 i
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A LA T I GA Jl. Stadion No. 03 telp. 323706, Faks. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara Nama
: Sumarti
NIM
: 11408205
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Strategi Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010”
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Pembimbing
Prof.Dr.H. Mansur,M.Ag. NIP.19680613 199403 1004
ii
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A LA T I GA Jl. Tentara Pelajar 02 telp. 323706, Faks. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudari Sumarti dengan Nomor Induk Mahasiswa
11408205 yang berjudul
Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Strategi Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010”. telah dimunaqosahkan dalam Sidang Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga pada Sabtu, 28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Salatiga, 4 Agustus 2010 M 18 Romadhon 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
(Dr. Imam Sutomo, M.Ag) NIP19580827198303 1 002
(Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.) NIP 19670112199203 1 005
Penguji I,
Penguji II,
(Drs.Bahroni, M.Pd.) NIP 19640818199403 1 004
(Dra. Nur Hasanah,M.Pd.) NIP 1969110199403 2 002
Pembimbing
Prof.Dr.H. Mansur,M.Ag. NIP.19680613 199403 1004
iii
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A LA T I GA Jl. Stadion No. 03 telp. 323706, Faks. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Sumarti
NIM
: 11408205
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah
Salatiga, 4 Agustus 2010
Penulis
Sumarti
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO 1.
(Q.S Al Mujadalah 11)
PERSEMBAHAN 1. Kedua anakku tersayang. 2. Ayah dan Ibu yang selalu kunanti ridho dan doanya. 3. Kepala Sekolah dan teman-teman guru yang selalu memberi dorongan dan kesempatan untuk selalu belajar
v
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim, Puji syukur penukis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, inayah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas di dalam penulisan skripsi ini, kemudian sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat-sahabatnya. Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah memberi kesempatan untuk menyelasaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Bidang Akademik STAIN Salatiga yang berkenan menyetujui dan merestui skripsi ini. 3. Bapak Prof.Dr.H. Mansur,M.Ag. sebagai pembimbing skripsi ini yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. 4. Bapak-bapak Dosen, yang telah memberikan pandangan dan dorongan sehingga terwujudnya skripsi ini. 5. Kedua anak-anakku tercinta yang telah banyak membantu dan memberi dorongan kepada penulis . Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi kemajuan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan sumbangan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
Salatiga, 4 Agustus 2010 Penulis
Sumarti
vi
ABSTRAK
Sumarti 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Strategi Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Kata Kunci : Pembelajaran Puasa , Metode STAD. Kemampuan siswa dalam pembelajaran puasadi SD Sukomulyo Kajoran Magelang masih mencapai hasil kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena kurang variatif dalam penggunaan metode yang diberikan kepada siswa. Guru masih banyak menggunakan metode ceramah dari pada penggunaan metode yang lain. Faktor lain kurangnya guru dalam menggunakan sarana dan alat peraga yang telah ada di sekolah. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : Bagaimana peningkatan pembelajaran puasa setelah penerapan pembelajaran melalui penggunaan metode Tanya jawab, perubahan sikap dalam belajar setelah mengikuti pembelajaran metode Tipe STAD. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Menggambarkan peningkatan pembelajaran dan motivasi siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui metode Tipe STAD, dan perubahan sikap pada siswa. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan tehnik pengumpulan data, yaitu tes, observasi dan catatan selama penelitian berlangsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran puasadi SD Sukomulyo Kajoran Magelang melalui penerapan metode Tipe STAD. Kemampuan siswa dalam pembelajaran aqidah pada kelas 5 di SD Sukomulyo Kajoran Magelan setelah adanya penelitian ini, hal ini tebukti sebelum penelitian atau pra siklus hasil yang dicapai pada tes adalah 59.58 %, siklus I 62.50% dan pada siklus II meningkat menjadi 70.41 %. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran puasa melalui penerapan metode Tipe STAD. dapat meningkatkan kemampuan siswa. Diharapkan penelitian memberikan masukan bagi sekolah lain dan memberi dampak positif pada sekolah ini .
.
vii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………
4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat …………………………………..
4
D. Hipotesis Tindakan ………………………………………………
5
……………………………………………….
6
E. Definisi Istilah
F. Metode Penelitian …………………………………………………. 7 G. Sistematika Penulisan ………………………………………… .. BAB II
14
Kajian Pustaka A. Pengertian Belajar ……………………………………...…… .
15
1. Prinsip-Prinsip Belajar …………………………………………
18
2. Faktor yang mempengaruhi Belajar…………………………
19
3. Hasil Belajar……………………………………………………..
22
B. STAD ……………………………………………………………… 25 C. Tinjauan Materi……………………………………………………
BAB III
27
Pelaksanaan Penelitian A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitan ……………….
29
B.
Subjek Penelitian………………………………………………..
31
C.
Desain Penelitian………………………………………………..
32
D. Deskripsi Siklus I……………………………………………….
33
E.
Deskripsi Siklus II……………………………………………….. 36
viii
F.
BAB IV
Tehnik Analisis …..………………………………………….
40
Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Prasiklus ………………………………………………. 44 ………………………………
B. Analisis data Persiklus
46
C. Pembahasan…………………………………………………………55 D. Peningkatan Pembelajaran Puasa………………………………… 58 BAB V
Penutup A. Kesimpulan ……………………………………………………….
60
B. Saran ……………………………………………………………… 60 Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Riwayat Hidup Penulis
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Hasil tes pra siklus ……………………………………
45
2. Tabel 2. Hasil tes formatif siklus I ……………………………..
47
3. Tabel 3 Rekapitulasi hasil tes siklus I …………………………
48
4. Tabel 4. Observasi siklus I …………………………………….
49
5. Tabel 5. Hasil tes formatif siklus II ……………………………
51
6. Tabel 6. Rekapitulasi hasil siklus II ……………………………
52
7. Tabel 7. Observasi siklus II ……………………………………
53
8. Tabel 8. Rekapitulasi pra siklus, siklus I dan siklus II …………
58
9. Tabel 9. Peningkatan hasil observasi siklus I dan II ……………
59
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pelajaran. 2. Silabus. 3. Soal siklus I dan II 4. Surat izin Penelitian. 5. Dokumentasi. 6. Denah Sekolah.
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya siswa beranggapan bahwa Pendidikan Agama Islam terutama dalam pokok bahasan puasa adalah mata pelajaran yang paling mudah jika dibandingkan dengan pokok bahasan yang lain karena puasa telah biasa dilakukan oleh siswa.. tetapi pada kenyataannya dari hasil nilai evaluasi tentang puasa yang cenderung lebih rendah dibanding dengan hasil nilai evaluasi pokok bahasan yang lain lain. Bertolak dari anggapan tersebut dapat mempengaruhi mental siswa yang dapat menimbulkan sikap negatif siswa, antara lain siswa enggan untuk mengikuti pelajaran dan agak meremehkan atau sudah merasa sudah faham dengan materi tersebut. Kemampuan di dalam suatu kelas tidak jauh berbeda dengan kehidupan pada satu keluarga atau organisasi di mana antara anggota yang satu dengan yang lain memiliki sifat dan karakter yang berbeda dan unik. Begitu juga dalam suatu kelas yang terdiri dari kurang lebih empat puluh anak, maka dari jumlah tersebut memiliki sifat serta karakter yang berbeda dalam tanggapan terhadap pendidikan Agama Islam pada materi puasa. Ada yang menganggap bahwa materi puasa itu sulit, cukup sulit, mudah dan bahkan ada yang menganggap mudah sekali. Anggapan siswa yang bersifat negatif tersebut, bagi seorang guru jangan dijadikan sebagai suatu hambatan yang permanen, tidak dapat dirubah atau bersifat kekal. Tetapi hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang harus atau
1
bersifat kekal. Tetapi hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Begitu juga sifat dan karakter dari siswa yang beragam tersebut merupakan sebuah tantangan bagi
guru
sehingga
dalam
pelaksanaannya
dapat
menyenangkan
agar
menghasilkan prestasi yang menakjubkan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada siswa. Menurut Herman Hudoyo (1990: 6) Mengajar adalah suatu kegiatan menyampaikan pengetahuan/pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Sedangkan menurut Hamalik (2001: 44) Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah. Dan pengalaman itu sendiri adalah sumber pengetahun dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid. Pada garis besarnya pengalaman itu terbagi menjadi dua, yaitu pengalaman langsung
partisipasi
sesungguhnya dan sebagainya dan pengalaman pengganti (Hamalik, 2001: 29). Untuk menyampaikan pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik, seorang guru harus mempunyai strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai (Suyitno, dkk, 2001: 26). Di dalam strategi pembelajaran tersebut meliputi metode atau pun model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga dapat mendorong siswa lebih kreatif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
2
Tetapi kebanyakan seorang guru masih mengidolakan model pembelajaran konvensional yang cenderung lebih mudah dan tidak membutuhkan keterampilan khusus bagi guru untuk menerapkannya. Padahal, model pembelajaran ini tidak memberikan stimulus kepada siswa untuk aktif dan kreatif. Begitu juga dari penulis memperhatikan pada proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas V semester II SD Negeri Sukomulyo Magelang , dan biasanya guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang cenderung membuat suasana kelas monoton, membosankan dan kurang menarik, sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan . Untuk itu perlu ditingkatkan hasil belajar siswa khususnya kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah serta aktivitas siswa dan kerjasama siswa dalam kelompok. Pencapaian konsep merupakan salah satu metode yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran karena pencapaian konsep menunjukkan kepada kita cara untuk menjadi guru yang lebih baik dan menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar, sehingga dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep guru akan dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan dapat meningkatkan prestasi siswa. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan puasa, penulis mencoba untuk menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep yang dipadukan dengan diskusi kelompok dengan STAD
3
di SD Sukomulyo kabupaten Magelang tahun 2009 khususnya di kelas V.
B. Rumusan Masalah Bertolak dari uraian latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V semester II SDN Sukomulyo Magelang Kabupaten Magelang dalam pokok bahasan Puasa tahun pelajaran 2009 / 2010?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa kelas 5 semester II SDN Sukomulyo Magelang dalam pokok bahasan Puasa tahun pelajaran 2009/ 2010 melalui penerapan pembelajaran tipe STAD. 2. Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat diambil manfaatnya antara lain: a. Manfaat bagi siswa 1) Dapat meningkatkan daya tarik siswa dalam pokok bahasan Puasa 2) Dapat mempercepat pemahaman siswa dalam pokok bahasan Puasa
4
3) Dapat menguasai keterampilan berdiskusi dan bermusyawarah. b. Manfaat bagi guru 1) Dapat meningkatkan kreativitas serta strategi belajar mengajar guru agar menjadi guru yang profesional. 2) Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang materi, menyampaikan isi serta memudahkan proses belajar. 3) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk bertatap muka dan mengemukakan pendapatnya secara bebas, dengan tidak mengabaikan aturan-aturan diskusi.
D. Hipotesis tindakan Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan keaktifan siswa pada pokok bahasan puasa pada siswa kelas V Semester II SDN Sukomulyo kecamatan Kajoran kabupaten Magelang tahun pelajaran 2009/2010
5
E. Difinisi Istilah/Operasional Peneliti mengambil judul ” Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pembelajaran Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010” Maka untuk memperjelas istilah pengertian judul tersebut diatas perlu kita jelaskan istilah-istilah kata tersebut, pengertian Peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti (lapis dari sesuatu yang bersusun), sedangkat kata peningkatan atau meningkat artinya selalu meningkat (naik, bertambah dsb) (Poerwodarminto, 1976 : 1078), sedangkan belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas dan setelah belajar orang memiliki pengetahuan, sikap dan nila.(Dimyati, 2006 : 10). Pengertian pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam penegertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan (Hamzah B.Uno, 2007 : 83). Pengertian Puasa(shaum) menurut bahasa arab artinya menahan dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut ajaran Islam puasa yaitu menahan dari sesuatu yang membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari( Tim Arafah PAI, 2007 : 87).
6
Sedangkan pengertian STAD merupakan pendekatan model pembelajaran kooperatif yang menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah (Ibrahim, 2000: 3).
F. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui. 1).Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam buku pedoman penelitian tindakan kelas yang disusun oleh Tim Pengajar Penelitian Pendidikan UNY bahwa PTK adalah sebagai bentuk investigasi yang bersifat reflektif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi kompetensi, atau situasi (Team Pengajaran UNY, 1998: 9) Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas; sedangkan manfaat PTK dalam pembelajaran adalah untuk mengembangkan dan melakukan inovasi
7
pembelajaran (E.Mulyasa, 2007: 55) Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam bukunya Suharsimi Arikunto yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi) (Arikunto , 2006: 16) Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Putaran 1 Rencana awal/rancangan
Refleksi
Putaran 2
Tindakan/ Observasi Rencana yang direvisi
Refleksi Tindakan/ Observasi
Rencana yang direvisi
Refleksi Tindakan/ Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur di atas adalah:
8
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model discovery . 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran 1, dan 2, dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. a) Tempat, Waktu Populasi dan Sample. 1.Tempat Penelitian Tempat
penelitian adalah tempat
yang
digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.
9
Penelitian ini bertempat di SD Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2009/2010. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Mei semester genap 2009/2010. 3. Populasi dan Sample Populasi
penelitian
adalah
siswa-siswi
SD
Sukomulyo,
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang yang berjumlah 156 siswa, sedangkan yang dijadikan sample penelitian adalah siswa kelas 5 yang terdiri dari 24 siswa.yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan, dalam pembelajaran pada pokok bahasan puasa. b) Langkah-langkah/ Siklus Penelitian. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan bentuk kajian yang sistematis dan reflektif dilakukan oleh guru untuk meningkatkan pembelajaran dan kualitas siswa, dan penelitian ini dilakukan oleh guru dengan tidak mengubah situasi dan jadwal yang telah ada, dengan demikian jika guru melakukan
beberapa penelitian tindakan tidak akan mengganggu
jadwal yang telah ada (Arikunto , 2006:6)
10
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Perencanaan Ulang
Tindakan
Refleksi
Pengamatan
Siklus II
Tindakan
Pengamatan
Dari gambar di atas penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua siklus. Tiap siklusnya terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam siklus
I ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa
terhadap pembelajaran puasa melalui penerapan model STAD. Setelah dilakukan refleksi terhadap proses tindakan siklus I maka akan mendapat permasalahan yang muncul dalam kelas tersebut. Sehingga untuk memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang pada siklus II. Sedangkan siklus II bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan pembelajaran puasa melalui penerapan metode STAD setelah dilakukan perbaikan pada siklus II. c) Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a) Silabus Yaitu
seperangkat
rencana
dan pengaturan
tentang
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
11
kegiatan
b) Rencana Pelajaran (RP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. c) Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen. d) Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar a. Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran diskusi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. b. Lembar observasi aktifitas siswa dan guru, untuk mengamati aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. e) Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif) 20 soal dan isian sebanyak 5 soal. d) Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran model STAD, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
12
6. Analisis Data Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X
X N
Dengan
: X
= Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa 2.
Untuk ketuntasan belajar
13
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian tindakan kelas ini penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan berisi tentang, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Hipotesis Tindakan, Definisi Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II Kajian Pustaka yang berisi tentang : Pengertian Belajar, Student Team Achievement Division (STAD), dan Tinjauan Materi Bab III Pelaksanaan Penelitian yang berisi tentang: Gambaran Umum lokasi dan Subyek Penelitian, Deskripsi Pelaksanaan siklus I dan Deskripsi Pelaksanaan siklus II Bab IV adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi tentang: Deskripsi Persiklus dan Pembahasan siklus I dan siklus II Bab V Penutup berisi tentang Kesimpulan dan Saran.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukuan setiap orang secara maksimal untuk dapat memperoleh sesuatu Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam berbagai hal. Beberapa ahli pendidikan telah merumuskan dan menafsirkan pengertian tentang belajar. Dan pengertian belajar itu sendiri berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas dan setelah belajar orang memiliki pengetahuan, sikap dan nilai. (Dimyati, 2006 : 10).Menurut Skinner belajar suatu perilaku pada saat orang
belajar,
maka
responsnya
menjadi
lebih
baik
dan sebaliknya.
(Hamzah.B.Uno, 2007: 54)Menurut Dan menurut Hamzah B.Uno belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai. (Hamzah.B.Uno, 2007: 54) Dalam islam sejarah telah membuktikan bahwa wahyu Alloh yang pertama kali turun adalah perintah membaca, sedang membaca adalah merupakan awal dari kegiatan dari belajar, firman Alloh :(Depag, 1980: 1079)
15
1. 2. 3. 4. 5.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dari beberapa batasan belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah yang secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Adapun ciri–ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2003: 3) adalah sebagai berikut : a.Perubahan terjadi secara sadar Seorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurangkurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu. b.Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara kesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi
16
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. c.Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam hal belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. d.Perubahan belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. e.Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar–benar disadari. Perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya. f.Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
17
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. 2.Prinsip-Prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar antara lain : a. Kematangan Jasmani dan Rohani Kematangan jasmani adalah telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. b. Memiliki Kesiapan Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik. c. Memahami Tujuan Setiap orang yang akan belajar harus tahu tujuan, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. d. Memiliki Kesungguhan
18
Orang
belajar
harus
memiliki
kesungguhan
untuk
melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. 3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Menurut Dalyono (1993: 249), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: a. Faktor Internal Faktor
internal
(dari
dalam)
adalah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Faktor yang bersifat fisiologis Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang, misalnya orang yang sangat sehat jasmaninya akan lebih mudah belajarnya dibanding dengan orang yang dalam keadaan lemah. Di samping kondisi fisiologis umum yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan pendengaran. 2) Faktor yang bersifat psikologis Beberapa
faktor
psiologis
yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:
19
utama,
yang
dapat
a) Kecerdasan Kecerdasan mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam proses keberhasilan seseorang dalam belajar sesuatu. Orang cerdas akan cepat menguasai pelajaran dibanding dengan orang yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang digunakan untuk mempelajari materi sama. b) Bakat Bakat Seseorang
adalah
yang
suatu
mempunyai
keadaan bakat
sifat-sifat
seseorang.
tertentu akan
mudah
menyelesaikan atau memecahkan masalah dibandingkan dengan orang yang tidak sehat. c) Minat Dengan adanya minat dalam diri seseorang belajar maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik dibandingkan otang yang tidak mempunyai minat. d) Motivasi Motivasi merupakan dorongan bagi diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu. Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi untuk belajar maka orang tersebut berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melakukannya agar tercapai hasil belajar yang memuaskan.
20
e) Emosi Keadaan emosi yang labil seperti mudah marah, mudah tersinggung,
merasa
tertekan,
mengganggu
keberhasilan
anak
merasa dalam
tidak
aman
belajar
dapat
seseorang
cenderung lebih berhasil dalam melaksanakan kegiatan belajar apabila orang tersebut didasari oleh perasaan aman, gembira dan bebas. f) Kemampuan kognitif Kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar atau penalaran yang dimiliki oleh para siswa. Kemampuan penalaran yang tinggi akan memungkinkan seseorang dapat belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang. b. Faktor eksternal Faktor eksternal (dari luar) adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktorfaktor tersebut meliputi: 1) Faktor lingkungan a) Lingkungan alami Lingkungan alami merupakan kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, seperti suhu, udara, kelembaban udara, cuaca, dan musim yang berlangsung termasuk
21
di dalamnya kejadian-kejadian yang ada, misalnya udara yang segar akan memberikan kondisi yang lebih baik untuk belajar dari pada udara yang panas. b) Lingkungan sosial Lingkungan sosial misalnya pengaruh keluarga di mana hubungan antara anak dengan orang tua harmonis, penuh pengetian, kasih sayang dan akrab, hal ini memungkinkan anak belajar dengan baik karena di samping memberi dorongan untuk belajar, orang tua akan membantu menciptakan situasi belajar yang baik. 2) Faktor instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil
belajar yang
diharapkan. Faktor inilah yang dapat dimanipulasikan untuk mencapai tujuan belajar yang telah dirancang 4.Hasil Belajar Hasil belajar siswa adalah suatu perilaku.Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Menurut Gagne belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi atau kapabilitas seseorang, dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata sebagai proses pertumbuhan (Dimyati &Mujiono, 2006: 10)
22
Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum 2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar yang telah dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta mengevaluasi pencapaian target kurikulum. Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives (Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:( Sagala, 2007: 34) a. Ranah Kognitif Ranah kognitif (berkaitan dengan daya piker, pengetahuan, dan penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi
23
belajar dan dibedakan dalam enam tahapan, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan eveluasi. Pada siswa Sekolah Dasar diutamakan pada ranah pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. b. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. c. Ranah Afektif Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.Untuk ranah kognitif, guru menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2
24
B. Students Teams Achievement Divisions (STAD) STAD merupakan pendekatan model pembelajaran kooperatif yang menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah (Ibrahim, 2000: 3). Sehingga dalam proses pembelajaran siswa dikondisikan secara kompleks. Dengan harapan antara siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas tertentu. a. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda. 4) Penghargaan lebih berorientasi kelompk ketimbang individu. b. Tujuan pembelajaran dan hasil belajar Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu: 5) Hasil belajar akademik
25
Menurut Coleman (Ibrahim, 2000: 7) pembelajaran kooperatif baik digunakan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, selain itu juga digunakan dalam tujuan sosial. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Hal ini juga sependapat dengan Robert Slavin yang mengatakan bahwa memusatkan perhatian pada kelompok pembelajaran kooperatif dapat mengubah norma budaya anak muda dan membuat budaya budaya lebih dapat menerima prestasi menonjol dalam tugas-tugas pembelajaran akademik. 6) Penerimaan terhadap perbedaan individu Menurut Goldon Allport (Ibrahim, 2000: 9) menyatakan bahwa hanya kontak fisik saja di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnik, tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan memulai penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 1) Pengembangan keterampilan sosial Selain pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep sulit, pembelajaran ini juga sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama.
26
Dalam STAD juga ditekankan bahwa siswa dikelompokkan dalam tim-tim pembelajaran dengan empat atau lima anggota dan anggota tersebut harus heterogen (Nur, 2005: 5). Ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru, meskipun siswa belajar bersama, mereka harus menguasai materi tersebut (tanggung jawab individu). Hal ini akan memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan sebuah pekerjaan tutorial dengan baik dan saling menjelaskan satu sama lain. Selain itu STAD juga memberikan kesempatan setiap anggota kelompok akan memperoleh skor yang berbeda sesuai dengan tingkat kepahaman dan keaktifannya.
C.Tinjauan Materi. Materi Puasa wajib ini merupakan salah satu materi Pendidikan Agama Islam SDN Sukomulyo Magelang kelas V semester II. 1.Pengertian Puasa wajib Puasa(shaum) menurut bahasa arab artinya menahan dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut ajaran Islam puasa yaitu menahan dari sesuatu yang membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari 2.Ketentuan Puasa wajib
27
a. Syarat wajib puasa, adapaun syarat wajib puasa adalah beragama Islam, berakal, baligh, dan kuat berpuasa. b. Syarat sah puasa, meliputi Islam, Mumayiz, Suci dai haid maupun nifas dan dalam waktu yang diperbolehkan puasa. c. Rukun puasa ada dua yaitu niat dan menahan diri dari segala yang membatalkan, sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari. d. Hal-hal yang membatalkan puasa adalah makan minum dengan disengaja, muntah dengan sengaja, gila(mabuk, berubah akalnya), keluar darah haid atau nifas dan murtad. e. Hal-hal yang disunahkan puasa : Menyegerakan berbuka, berbuka dengan korma(sesuatu yang manis), berdoa sewaktu berbuka,mengakhirkan sahur, memberi makan untuk berbuka kepada yang berpuasa, memperbanyak sedekah dan memperbanayak membaca Al-Qur’an. f. Macam-macam puasa wajib : Puasa Romadhon, Puasa Nadzar dan Puasa Qadha 3. Cara melakukan puasa wajib adalah berniat pada malam hari, makan sahur, tidak makan minum serta menahan hawa nafsu mulai terbit fajar sampai terbenam matahari, sejak imsak sampai terbenam matahari tidak makan minum, pada waktu magrib menyegerakan berbuka dan berdoa ketika berbuka. 4. Hikmah puasa adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Alloh, menanamkan kepercayaan, menanamkan rasa kasih saying kepada fakir miskin, dan untuk menjaga kesehatan. 5. Hal-hal yang merusak puasa adalah melakukan perbuatan atau perkataan yang kotor, dengki, irihati, hasad dsb.(Tim Arafah, 2007 : 91)
28
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian Tempat
penelitian
ini adalah di SD Sukomulyo Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang. 1. Visi Sekolah : Berilmu, berakhlak mulia dan berbudaya. 2. Misi Sekolah : a. Mengefektifkan kegiatan belajar mengajar agar tercapai hasil UAS/UAN yang tinggi. b. Memberdayakan siswa agar gemar membaca serta sadar akan pentingnya pendidikan. c. Menanamkan keimanan sebagai landasan hidup agar berperilaku positif. d. Menanamkan akhlak dan budi pekerti agar tercipta generasi luhur. e. Menanamkan sifat toleransi terhadap sesama sehingga tumbuh kepedulian terhadap lingkungan. f. Membiasakan sifat toleransi terhadap sesama sehingga tumbuh kepedulian terhadap lingkungan. 3. Keadaan Siswa Keadaan siswa pada semester II tahun 2010 adalah sebagai berikut :
29
No
Kelas
L
P
Jumlah
1
I.
8
5
13
2
II
13
9
22
3
III.
13
7
20
4
IV
6
12
18
5
V
16
8
24
6
VI
11
6
17
JMLH
67
47
114
4.Keadaan Guru tahun 2010 No
Nama
NIP
Jabatan
Tugas mengajar
1.
Sunaryono
196106221982011005
Kepa Sek
IV-VI
2.
Salamun
195209041975121002
Guru Kls
II
3.
Sudiyono
19501212197011004
Guru Kls
III
4.
Siti Nafisah
196202011983042008
Guru Kls
I
5.
Sumarti
196212201984052002
Guru PAI
I-VI
6.
Emi Tri Budi
196605201987022003
Guru Penjas
I-VI
7.
Sri Yuniasih
196312181988062011
Guru Kls
V
8.
Siti Isnaini
196607061994032011
Guru Kls
VI
9.
Aminah
196708032006032006
Guru Kls
IV
30
10
Wahyu Puji
-
Gr B.Inggris I-VI
11
Khamami
-
Penjaga
(Sumber Report bulan Mei 2010 5. Susunan Komite Sekolah Ketua
: 1. Wahyudi 2. Dimyati
Bendahara
: 1. Sumarti 2. Sri Yuaningsih
Sekretaris
: 1. Siti Isnaini 2. Nuryanto
Anggota
: 1. Muhtarom 2. Sukamto 3. Saefudin 4. Daliyo 5. Mafrokhan 6. Trimulyati
(Sumber. Papan data Sekolah th 2010)
B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peningkatan pembelajaran dan prestasi belajar agama dalam materi puasa melalui penerapan pembelajaran tipe STAD pada siswa kelas 5 SD Sukomulyo Tahun Ajaran 2009/2010.
31
Kelas 5 SD Sukomulyo berjumlah 24 siswa terdiri dari 16 laki-laki dan 8 putri. Dalam penelitian ini kami
memilih siswa kelas 5 SD Sukomulyo.
Berdasarkan pengalaman peneliti yang juga sebagai pengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas tersebut, bahwa materi puasa rata-rata memiliki nilai yang rendah, sehingga penerapan pembelajaran tipe STAD diterapkan dan digunakan sebagai subjek penelitian. Adapun pelaksanaan penelitian tindakan kelas untuk siklus I adalah pada hari Rabu, 26 Mei 2010, sedangkan siklus II pada hari Rabu, 2 Juni 2010.
C. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan bentuk kajian yang sistematis dan reflektif dilakukan oleh guru untuk meningkatkan pembelajaran dan kualitas siswa, dan penelitian ini dilakukan oleh guru dengan tidak mengubah situasi dan jadwal yang telah ada, dengan demikian jika guru melakukan
beberapa penelitian tindakan tidak akan mengganggu
jadwal yang telah ada(Arikunto, 2006: 6) Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Perencanaan Ulang
Tindakan
Refleksi
Pengamatan
Siklus II
Pengamatan
32
Tindakan
Dari gambar diatas penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua siklus. Tiap siklusnya terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam siklus
I ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa
terhadap pembelajaran puasa melalui penerapan metode STAD. Setelah dilakukan refleksi terhadap proses tindakan siklus I maka akan mendapat permasalahan yang muncul dalam kelas tersebut. Sehingga
untuk
memecahkan
masalah
tersebut
perlu
dilakukan
perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, dan refleksi ulang pada siklus II. Sedangkan siklus II bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan pembelajaran puasa melalui penerapan metode STAD setelah dilakukan perbaikan pada siklus II. D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I. 1. Perencanaan Dalam tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah perencanaan yang baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik pula, dan hasilnyapun memuaskan. Pada perencanaan ini terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran puasa melalui penerapan pembelajaran Tipe STAD, yaitu 1). Menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan, yaitu pembelajaran puasa melalui penerapan Tipe STAD, 2).Membuat dan menyusun instrumen yang terdiri dari tes dan non tes, dan 3).Melakukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran pendidikan agama islam.
33
2. Tindakan Pada tahap tindakan ini guru dalam mengajar harus sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Dalam proses tindakan ini dibagi kedalam 3 tahap, yaitu : pendahuluan, inti, dan penutup. a. Pendahuluan Pada tahap ini guru menciptakan kondisi siswa agar pembelajaran berjalan dengan baik dan sebelum kegiatan berlangsung guru mempersiapkan alat peraga yang diperlukan. Dan setelah ini guru menyampaikan tujuan dan manfaat
dari pembelajaran yaitu materi
puasa. b. Inti Pada tahap ini, guru menjelaskan materi yang disampaikan yaitu tentang puasa melalui pendekatan tipe STAD. Setelah itu guru menjelaskan pula cara pelaksanaan tentang pembelajaran tipe STAD, setelah itu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk membahas materi yang telah diberikan dan ditugaskan oleh guru. Setelah seleasai kegiatan ini memeriksa hasil kerja kelompok siswa dan memberikan tes secara tertulis. c. Penutup Pada tahap ini, guru
bersama siswa merefleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru membagikan lembar jurnal
34
kepada siswa untuk diisi dan didalam jurnal tersebut terdapat pertanyaan kepada siswa yang mengacu pada tes skala sikap yang menilai sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. 3. Pengamatan Dalam tahap pengamatan atau obsevasi ini, guru mengamati setiap siswa dengan dibantu oleh satu orang guru. Pengamatan ini dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada saat melakukan pengamatan guru mencatat siswa yang aktif, pasif, tidak memperhatikan ataupun berbicara sendiri
atau bahkan
mengantuk selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada tahap ini membutuhkan ketelitian dan kecermatan, karena akan menjadi bahan acuan pada tahap siklus selanjutnya. Pengambilan data adalah berdasarkan tes tertulis dan tes skala sikap . 4. Refleksi Pada tahap refleksi ini dapat dilihat dari hasil tes, pengamatan dan jurnal yang telah dibuat. Jika hasilnya masih belum memenuhi batas ketuntasan belajar yang ingin dicapai, baik itu tentang hasil
tes tertulis
maupun skala sikap masih belum baik dan tuntas terhadap pembelajaran yang telah dilakukan maka dapat digunakan sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Dan hal-hal yang positif pada siklus I tetap harus dipertahankan. Sedangkan kekurangan pada siklus I harus ditindak lanjuti sebagai bahan acuan perbaikan pada siklus II.
35
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II. 1. Perencanaan Setelah melakukan refleksi pada siklus I, maka guru perlu memilih strategi pembelajaran yang sesuai pada siklus II. Yang dimulai dengan perencanaan pada siklus II, perencanaan ini merupakan penyempurnaan dari siklus I. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada siklus II adalah sebagai berikut : 1). Menyusun perbaikan rencana pembelajaran puasa melalui penerapan tipe STAD, 2). Menyusun instrumen yang terdiri dari tes dan non tes, dan 3). Melakukan perbaikan kolaborasi dengan teman guru dengan cara sharing atau bertukar pikiran. 2. Tindakan Tindakan yang dilakukan dalam penelitian pada siklus II ini adalah perbaikan dari siklus I, yaitu memperbaiki kekurangan-kekurangan dan hal-hal yang menjadi hambatan pada cara berdiskusi model STAD. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dan melihat siswa melakukan tugas yang diberikan oleh guru. Dan berusaha untuk melaksanakan dengan tehnik yang benar pada proses pembelajaran pada siklus II. Tindakan yang dilakukan pada tahap ini yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. a. Pendahuluan. Pada tahap pendahuluan ini, guru mengadakan appersepsi untuk merangsang pembelajaran yang akan disampaikan, dan menanyakan kembali materi yang telah diajarkan pada pertemuan yang telah lalu.
36
Siswa diminta untuk lebih memperhatikan dan berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran ini terutama dalam kegiatan dalam memecahkan masalah bersama kelompoknya masing-masing. b. Inti Pada tahap ini lebih ditekankan pada perbaikan pada siklus I, yaitu menjelaskan kembali materi puasa dengan pendekatan pembelajaran tipe STAD, yaitu menerangkan materi pembelajaran, dan cara berdiskusi baik diskusi kelompok kecil maupun kelompok besar. Selama kegiatan tersebut berlangsung hendaknya siswa memperhatikan dan berkonsentrasi
dan
setelah selesai siswa diminta melaporkan apa yang telah dikerjakan untuk selanjutnya siswa mengerjakan tes yang telah diberikan oleh guru. c. Penutup Pada
tahap penutup, peneliti bersama-sama dengan siswa
mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan membuat simpulan terhadap pembelajaran puasa melalui pendekatan tipe STAD. Siswa diminta untuk mengisi lembar jurnal skala sikap yang telah dipersiapkan oleh guru, dalam jurnal tersebut terdapat penilaian skala sikap siswa terhadap pembelajaran hari itu. 3. Observasi atau Pengamatan Pengamatan pada siklus II bertujuan untuk mengamati perubahan tindakan dan sikap siswa pada kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan cara membuat catatan yang dipakai sebagai data. Pengamatan dilakukan pada
37
siswa ketika diskusi berlangsung dengan benar dan yang tidak benar, yaitu pengamatan melalui observasi langsung saat itu juga dengan tujuan agar kelemahan atau hambatan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi lagi pada siklus II. Pengamatan dapat dilakukan dengan cara observasi langsung, Dalam observasi pengambilan data dilakukan terhadap semua tindakan dan perubahanperubahan yang terjadi pada siklus II. Data diambil dari sejauh manakah perubahan yang terjadi pada pembelajaran puasa melalui pembelajaran tipe STAD dengan data tes dan non tes. 1. Refleksi Refleksi pada siklus II
ini bertujuan untuk membuat simpulan dari
pelaksanaan kegiatan dan tindakan serta sikap siswa yang terjadi selama pembelajaran pada siklus I, Dengan adanya refleksi, guru dapat mengaetahui peningkatan dan perubahan perilaku siswa terhadap pembelajaran puasa melalui pendekatan STAD setelah dilakukan perbaikan pada siklus I. Variabel dalam penelitian ini yaitu pembelajaran puasa dan penggunaan pembelajaran tipe STAD Pembelajaran puasa di kelas 5 semester II adalah tentang ketentuan puasa.Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran puasa adalah guru menerangkan terlebih dahulu materi kepada siswa kemudian guru memberi penjelasan tentang cara melakukan pembelajaran model STAD, hal ini bertujuan agar siswa lebih mudah untuk mempelajari kembali materi yang telah
38
diajarkan. Target dalam penelitian ini adalah mengungkap rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran puasa
sehingga dapat dicari
pemecahannya untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran puasa dengan batas ketuntasan belajar 7,5. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi kemampuan siswa dan memahami materi yang telah diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami pembelajaran puasa tersebut. Instrumen pada penelitian ini adalah tes dan nontes. Instrument tes berisi soal 20 soal pilihan ganda dan 5 soal isian sedangkan nontes adalah observasi siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan dokumentasi. Dalam
instrumen tes terdapat soal yang harus dikerjakan oleh siswa
setelah pembelajaran selesai. Soal tes terdiri dari soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dan soal isian 5. tiap soal pilihan ganda mempunyai skor nilai 1, sedangkan soal isian mempunyai skor nilai 2. sehingga skor nilai 30 dibagi 3 menjadi 10. Dalam observasi atau pengamatan peneliti menggunakan lembar pengamatan sebagai berikut :
39
Lembar Observasi No
Aspek
Skor
1
Perhatian siswa penuh terhadap penjelasan guru
4 3 2 1
2.
Siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab dengan guru
3.
Siswa antusias dan serius dalam pembelajaran
4.
Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan : Sangat baik Baik Cukup Kurang
Jumlah Siswa
Persentase
:4 :3 :2 :1
F. Tehnik Analisis
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
40
siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 3. Untuk menilai ulangan atu tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: X
X N
Dengan
: X
= Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa 2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari
41
sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100% Siswa
Tehnik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. 1. Tehnik Kuantitatif. Tehnik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes pembelaran tarikh pada siklus I dan siklus II. Hasil tes ditulis secara persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. merekap nilai yang diperoleh siswa. b. menghitung nilai rata-rata. c. menghitung persentase. Persentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P=
K NXS
X 100 %
Keterangan : P K N. S
: Nilai Persentase : Nilai Kumulatif satu kelas : Nilai Maksimal soal tes : Jumlah Responden
42
Hasil perhitungan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan yaitu antara hasil siklus I dengan hasil siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan kemampuan
puasa dengan pendekatan metode
STAD. 2.Tehnik Kualitatif. Tehnik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh dari hasil non tes. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran puasa. Hasil ini sebagai dasar untuk menentukan pembelajaran puasa dengan tipe STAD untuk mengetahui kekurangan dan kelabihan dengan pendekatan tipe STAD. Hasil analisis tersebut dipakai sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan pembelajaran puasa.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari observasi pada pra siklus, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II. Hasil tes tindakan pada siklus I dan siklus II tentang Tentang materi puasa yaitu puasa wajib dan puasa sunnah dan hasil non tes berupa observasi .
A. Deskripsi Pra siklus. Hasil pratindakan yaitu kemampuan mengingat materi tentang puasa romadhan sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan berfungsi untuk mengetahui keadaan awal kemampuan siswa setelah pembelajaran diberikan kepada siswa siswa kelas 5 SD Sukomulyo tahun ajaran 2009/2010. Kriteria penilaian pada pra tindakan meliputi dua aspek, yaitu tes untuk kategori penilaian aspek pemahaman/ingatan terhadap materi pembelajaran dan non tes untuk mengetahui kemampuan, keaktifan, kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
44
1. Hasil Tes Kemampuan Puasa Pratindakan Tabel 1 N0
Jumlah Siswa
%
Rata-rata
0 – 39
0
-
-
2
40 – 49
2
8.33 %
3
50-59
5
20.83 %
4
60-69
11
45.83 %
5
70 – 79
4
16.66 %
6
80 -89
2
8.33 %
7
90 – 100
0
0 %
Jumlah
24
100 %
1
Rentang Nilai
59.58 %
Data pada tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Sukomulyo kecamatan Kajoran kabupaten Magelang dalam materi puasa secara individu, dengan skor 40-49 dicapai oleh 2 atau 8.33 % dengan nilai 50 – 59 dicapai oleh 5 siswa atau 20.83 %. Dengan skor 60 – 69 diacapai oleh 11 siswa atau 45.83 %, dengan skor 70 – 79 dicapai oleh 4 siswa atau 16.66 %, dengan skor 80 – 89 dicapai oleh 2 siswa atau 8.33 % dan dengan skor 90 – 100 tidak dicapai oleh satu orangpun. Dari 24 siswa yang mendapat nilai tuntas dalam pembelajaran ini adalah hanya 17 siswa sedang yang belum tuntas adalah 7 siswa dengan nilai rata-rata
45
kelas adalah 59.58 %, sedangkan nilai ketuntasan belajar adalah 70. maka dapat dikatakan bahwa keadaan siswa sebelum tindakan dilakukan mempunyai nilai yang rendah dalam materi pembelajaran ini .
B. Analisis Data Penelitian Persiklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2010 di Kelas V dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
46
Tabel 2 Hasil Tes formatif siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nama Arum Maulana Nasihin Lilis Audia Ahmad Yasirudin Alif Anwar D Isdiyono Muhamad Helmi R Mustaqim Adik Tarmiyati Aysa Palupi Debi Abdul Malik Devi Sulistiyani Eva Indah Eka Saputra Fathur Rohman Giyan Susanti Muhamad Nur A Mulyono Muntoyib Patuh Widosongko Rahmad Basuki Suci Rahayu Yovan Bagus Cahyaningtyas Jumlah/ Rata-rata
Keterangan:
Nilai 50 40 80 60 50 60 50 50 70 60 60 80 80 70 70 70 60 50 60 60 60 70 60 80
Tuntas V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Tidak Tuntas V V V V V V -
1500 62.50 %
T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal
47
: Tuntas : Tidak Tuntas : 18 :6 : Belum tuntas
Tabel .3 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I No 1 2 3
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Hasil Siklus I 62.50 18 75
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode metode pembelajaran tipe STAD diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 62.50 dan ketuntasan belajar mencapai 75 % atau ada 18 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 62.50 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dengan metode pembelajaran tipe STAD. Pemerolehan data yang bersifat nontes pada proses pembelajaran puasa dengan pendekatan pembelajaran STAD pada
siklus I diperoleh dari hasil
observasi yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini
48
Tabel .4 Lembar Observasi Siklus I No
Aspek
Skor
Jumlah Siswa
Persentase
1
Perhatian siswa penuh terhadap penjelasan guru
4 3 2 1
3 9 9 3
12.5 % 37.5 % 37.5 % 12.5 %
2.
Siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab dengan guru Siswa antusias dan serius dalam pembelajaran
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
4 10 7 3 5 8 8 3 4 9 10 1
16.66 % 41.66 % 29.16 % 12.5 % 20.83 % 33.33 % 33.33 % 12.5 % 16.66 % 37.5 % 41.66 % 4.16 %
3.
4.
Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
Keterangan
: Sangat baik Baik Cukup Kurang
=4 =3 =2 =1
49
2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2010 di Kelas V dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
50
Tabel 5 Hasil Tes formatif siklus 2 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Nama Arum Maulana Nasihin Lilis Audia Ahmad Yasirudin Alif Anwar D Isdiyono Muhamad Helmi R Mustaqim Adik Tarmiyati Aysa Palupi Debi Abdul Malik Devi Sulistiyani Eva Indah Eka Saputra Fathur Rohman Giyan Susanti Muhamad Nur A Mulyono Muntoyib Patuh Widosongko Rahmad Basuki Suci Rahayu Yovan Bagus Cahyaningtyas Jumlah/ Rata-rata
Keterangan:
Nilai 60 60 90 70 70 70 70 50 70 70 70 80 90 70 70 90 60 50 70 70 70 80 60 80
Tuntas V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
Tidak Tuntas V V -
1690 70.41 %
T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal
51
: Tuntas : Tidak Tuntas : 22 :2 : Belum tuntas
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II No Uraian 1 Nilai rata-rata tes formatif 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 3 Persentase ketuntasan belajar
Hasil Siklus II 70.41 % 22 91.66
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70.41 dan ketuntasan belajar mencapai 91.66 % atau ada 22 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran STAD. Pemerolehan data yang bersifat nontes pada proses pembelajaran puasa dengan pendekatan pembelajaran STAD pada siklus II diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
52
Tabel 7 Lembar Observasi Siklus II No
Aspek
Skor
Jumlah Siswa
Persentase
1
Perhatian siswa penuh terhadap penjelasan guru
4 3 2 1
9 11 3 1
37.5 % 45.83 % 12.5 % 4.16 %
2.
Siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab dengan guru Siswa antusias dan serius dalam pembelajaran
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
10 10 4 12 9 3 11 10 3 -
41.66 % 41.66 % 16.66 % 0 % 50.00 % 37.5 % 12.5 % -% 45.83 % 41.66 % 12.5 % -%
3.
4.
Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
Keterangan
: Sangat baik Baik Cukup Kurang
:4 :3 :2 :1
c. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran STAD. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini merupakan tindakan perbaikan dari siklus I. Pada siklus I kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa masih banyak dan kesulitan
53
tersebut dicarikan jalan keluarnya untuk diterapkan pada pembelajaran siklus II. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar kami
telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. Nilai rata-rata kelas V SD Sukomulyo kecamatan Kajoran kabupaten Magelang pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Nilai rata-rata pada siklus II adalah 70.41 dan termasuk katagori baik, yang semula pada siklus I hanya 62.50 dan termasuk katagori cukup 2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. Hal ini dapat diketahui dari perilaku siswa yang sebelumnya tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, pada siklus II
ini mulai mengikuti dan melaksanakan
pembelajaran dengan baik. Dengan demikian secara keseluruhan siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik 3) Berdasarkan hasil dokumentasi, siswa memperhatikan pembelajaran puasa melalui pendekatan pembelajaran STAD dengan penuh konsentrasi. Saat mereka secara kelompok membuat catatan dengan model STAD dapat berjalan dengan baik. Dan saat mereka
54
mengerjakan soal tes yang diberikan guru siswa dapat mengerjakan dengan baik dan dengan hasil yang baik pula 4) Hasil belajar siswa pada siklus II adalah 70.41. nilai tersebut telah mencapai batas ketuntasan yaitu 70. mencapai ketuntasan d. Revisi Pelaksanaan Pada siklus II guru telah menerapkan metode pembelajaran model STAD dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pembelajaran model STAD dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus II dilakukan sebagai perbaikan pembelajaran dari siklus I. hasil penelitian diperoleh dari data tes dan non tes pada siklus I maupun suklus II. Berdasarkan dari siklus I dan siklus II, dapat diketahui peningkatan kemampuan pembelajaran tentang puasa melalui pendekatan model STAD.
55
Pratindakan dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam pembelajaran puasa. Proses pembelajaran
pratindakan ini dilakukan dengan
metode ceramah dan tanya jawab, nilai rata-rata yang telah dicapai pada saat pratindakan adalah 59.58 dan dari pengamatan kami sebagai guru dan peneliti diketahui bahwa siswa kurang berminat dalam pembelajaran ini karena membosankan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pada siklus I ini awal pembelajaran dilakukan dengan cara mengkondisikan agar siap mengikuti pembelajaran puasa, setelah itu peneliti menyiapkan dan menerangkan cara pembelajaran model STAD
dan menjelaskan tujuan
pembelajaran puasa melalui pendekatan model STAD. Setelah selesai materi disampaikan kepada siswa, secara kelompok siswa membuat catatan dan guru menjelaskan kembali tentang cara pembelajaran model STAD dengan benar. Setelah kegiatan pembelajaran selesai siswa mengerjakan soal tes yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian, berdasarkan hasil tes dan nontes siklus I guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang dialami oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan proses pembelajaran pada siklus I, kami meneliti rata-rata kesalahan pada cara diskusi model STAD, ratarata siswa membuat hampir sama dengan catatan biasa, kemudian siswa membaca dan mempelajari kembali hasil diskusi yang telah dibuat oleh siswa, setelah itu siswa mengerjakan soal tes yang telah disediakan, selama proses pembelajaran
56
kami dan dibantu seorang guru mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran, yang kemudian data ini tercatat dalam data nontes. 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I dan II ) yaitu masing-masing 62.50 %, 71 % dan 70.41, Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses model pembelajaran STAD dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Agama Islam pada bahasan puasa yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah
57
metode pembelajaran model STAD dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
D. Peningkatan Pembelajaran Puasa Kegiatan pratindakan dilaksanakan sebelum tindakan siklus I. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal tentang pembelajaran puasa. Proses pembelajaran pada pratindakan ini dilakukan dengan pembelajaran dengan tidak menggunakan pendekatan model STAD. Nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 59.58. Berdasarkan dari pengamatan dapat diketahui bahwa siswa kurang berminat. Pembelajaran siklus I dan siklus II selalu diawali dengan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran tentang puasa. Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan penjelasan tentang cara belajar dengan model STAD dengan benar. Selanjutnya siswa melaksanakan pembelajaran STAD secara kelompok, dan diakhir pembelajaran guru memberikan soal tes untuk dikerjakan siswa secara individu. Secara lengkap peningkatan pembelajaran
puasa siwa kelas V
Sukomulyo kajoran Magelang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
58
SD
Tabel 8 Rekapitulasi tabel rata-rata hasil tes pra siklus, siklus I dan II Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
59.58 %
62.50 %
70.41 %
10.83 %
Rekapitulasi hasil observasi siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 9 Peningkatan hasil Observasi siklus I ke siklus II No
Aspek
Skor
1
Perhatian siswa penuh terhadap penjelasan guru
2
3
4.
S. I
S.II
4 3 2 1
3 9 9 3
9 11 3 1
Siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab dengan guru Siswa antusias dan serius dalam pembelajaran
4 3 2 1
4 10 7 3
4 3 2 1
Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
4 3 2 1
S.I. %
S.II. %
Peningkatan
12.5 % 37.5 % 37.5 % 12.5 %
37.5 % 45.83 % 12.5 % 4.16 %
25.00 %
10 10 4 -
16.66 % 41.66 % 29.16 % 12.5 %
41.66 % 41.66 % 16.66 % 0 %
25.00 %
5 8 8 3
12 9 3 -
50.00 % 37.5 % 12.5 % -%
29.17%
4 9 10 1
11 10 3 -
20.83 % 33.33 % 33.33 % 12.5 % 16.66 % 37.5 % 41.66 % 4.16 %
45.83 % 41.66 % 12.5 % -%
29.17 %
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di kelas V SD Sukomulyo
selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu Pra siklus (59.58 %), siklus I (62.50 %), siklus II (70.41 %). 2. Penerapan pembelajaran model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil observasi dengan siswa selama pembelajaran berlansung, dari data obsevasi kepada
siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan
pembelajaran model STAD sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dan dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Agama Islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
60
optimal bagi siswa, maka saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk Guru a. Untuk melaksanakan model STAD memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model STAD dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. b. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana,
dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 2. Untuk Siswa. a. Siswa hendaknya menggunakan pembelajaran melalui pendekatan model STAD merupakan cara
yang tepat untuk membuat catatan yang tidak
membosankan b. Siswa hendaknya selalu mengikuti pembelajaran dengan baik dan selalu membuat catatan/resume untuk semua pelajaran. 3. Untuk Peneliti. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SD Sukomulyo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010.
61
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. . . 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, Ratna Wilis. 2000. Teori-teori Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Dalyono, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Malang: IKIP Malang. Ibrahim, Muslimin. 2000 .Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Surabaya. Nur, Muhamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bandung: Rineka Cipta. Sumantri, Mulyani. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Tim Arafah, 2007, Pendidikan Agama Islam, Semarang, Aneka Ilmu. Dimyati & Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta. Djamarah, Syaeful Bahri, dan Zain Aswan, 2002006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; PT Rineka Cipta.
62
Hamzah, B Uno, 2007, Model Pembelajaran, . Jakarta: PT. Bumi Aksara. E. Mulyasa, 2007,. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sughiharto Dkk, 2007, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, UNY Press Joni, T Raka dkk. 1998. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud. Yogyakarta Tim Pengajar Penelitian Pendidikan UNY. 1998. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. FIP. UNY. Yogyakarta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama
: Sumarti
63
NIM
: 11408205
Tempat Tanggal Lahir
: Magelang. 20 Desember 1962
Pendidikan
: 1. Sekolah Dasar
Th 1974
2. PGA 4 tahun
Th 1979
3. PGAN 6 tahun
Th 1981
4 D II
Th 1988
Alamat Tugas
: SDN Sukomulyo Kajoran Magelang
Alamat Rumah
: Bumiayu 01/01 Kec Kajoran Kab Magelang
Magelang, 4 Agustus 2010
Sumarti
64
A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V Semester II SDN Sukomulyo kecamatan Kajoran kabupaten Magelang
tahun pelajaran 2009 /
2010, dengan subjek penelitiannya adalah siswa dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SDN Sukomulyo kecamatan Kajoran kabupaten Magelang.
B. Variabel Penelitian Untuk mampu menjawab permasalahan tersebut, ada beberapa variabel yang ingin diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel siswa a. Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang meliputi: keaktifan siswa mengikuti pelajaran, ketrampilan siswa dalam menyampaikan pertanyaan, ketrampilan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal, kemampuan siswa dalam mengkontruksi dirinya sendiri. b. Hasil belajar siswa meliputi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan memecahkan masalah pada pokok bahasan puasa dan kerjasama dalam diskusi kelompok. 2. Variabel guru a. Melihat cara guru dalam merencanakan pembelajaran
3565
b. Dalam pelaksanaannya di dalam kelas apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
C. Instrumen Penelitian Dalam penelitian tindakan ini, data-data dikumpulkan melalui catatan harian dan dari pengamatan guru. Pengumpulan data ini dilakukan secara terus menerus pada setiap daur penerapan tindakan (siklus) dengan menggunakan test. Test yang diberikan adalah tes uraian. Sebelumnya akan dihitung validitas dan reliabilitas test. a. Uji validitas Untuk menghitung indeks validitas digunakan rumus korelasi Product moment:
rxy =
N XY (X ) (Y ) [ NX 2 (X ) 2 ][ NY 2 (Y ) 2 ]
Keterangan: N
= jumlah subyek
∑X = jumlah skor item ∑Y = jumlah skor total ∑XY = jumlah perkalian antara skor item dengan skor total ∑X2 = jumlah skor item kuadrat
66
∑Y2 = jumlah skor total kuadrat rxy
= koefisien antara X dan Y
Keputusan uji: rxy > rtabel item pernyataan tersebut valid rxy < rtabel item pernyataan tidak valid dengan α = 5% Nilai r diinterpretasikan dengan kriteria penafsiran besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut: Klasifikasi: 0,00 ≤ rxy ≤ 0,200 = validitas sangat rendah 0,200 < rxy ≤ 0,400 = validitas rendah 0,400 < rxy ≤ 0,600 = validitas cukup 0,600 ≤ rxy ≤ 0,800 = validitas tinggi 0,800 ≤ rxy ≤ 1,00 = validitas sangat tinggi (Arikunto, 2002: 146) b. Uji reliabilitas Untuk menentukan reliabilitas angket yang skornya merupakan interval, digunakan rumus alpha yaitu:
67
n Σ 2 r11 = 1 dengan t = n 1 2 i 2 t
() 2
2
Keterangan: r11
= Reliabilitas yang dicari
n
= Jumlah soal
∑ i2
= jumlah skor tiap butir
t2
= varians total
Kemudian r11 dikonsultasikan dengan tabel nilai r kritik product moment, dengan tingkat kepercayaan 0,5. Jika r11 > rtabel maka reliabel, interpretasi untuk lebih reliable adalah sebagai berikut: 0,800 ≤ r11 ≤ 1,00 = sangat tinggi 0,600 ≤ r11 ≤ 0,800 = tinggi 0,400 ≤ r11 ≤ 0,600 = cukup 0,200 ≤ r11 ≤ 0,400 = rendah 0,00 ≤ r11 ≤ 0,200 = sangat rendah (Arikunto, 2002: 171) c. Taraf kesukaran soal Soal yang baik adalah tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Karena soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar tidak merangsang siswa untuk
68
mempertinggi dalam usaha memecahkannya. Untuk menghitung taraf kesukaran digunakan rumus sebagai berikut: Untuk menghitung tingkat kesukaran digunakan rumus : P=
Banyaknya testi yang gagal 100 % Banyaknya seluruh siswa
Dengan tolak ukur sebagai berikut: a. Jika jumlah test yang gagal mencapai 27% termasuk mudah. b. Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 75% termasuk sedang. c. Jika jumlah testi yang gagal mencapai 75% ke atas termasuk sukar. (Arikunto, 2002: 71) d. Daya beda soal Menurut Arikunto (2002: 211) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yanag berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal uraian digunakan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengurutkan hasil uji coba dari skor tertinggi sampai terendah. 2. Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah, yaitu setengah dari jumlah peserta.
69
3. Menghitung daya pembeda soal dengan menghitung perbedaan antara rata-rata dari kelompok atas dan kelompok bawah dari tiap-tiap butir soal. Rumus yang digunakan adalah t=
(MH ML) Σx 12 Σx 22 ni (ni 1)
Keterangan: MH = rata-rata dari kelompok atas ML = rata-rata dari kelompok bawah x12 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas (xi – MH)2 x 22 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah (xi – ML)2
N = jumlah peserta ni = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah Harga thitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga t tabel. Perangkat tes dikatakan signifikan jika harga t hitung ≥ ttabel dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = (n1-1) + (n2-1) (Arifin, 1991: 141).
D. Rancangan Penelitian Dalam peneltiain tindakan kelas ini terdiri dari empat komponen pokok yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Siklus inilah yang sebetulnya
70
menjadi salah satu ciri utama penelitian tindakan. Ada dua siklus yang dirancang dalam penelitian tindakan kelas, ini, yaitu siklus I dan siklus II. Alasan penelitian ini dibagi menjadi dua siklus adalah untuk menyesuaikan banyaknya materi agar hasil peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pokok bahasan puasa di setiap sikus lebih terlihat. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Berikut ini akan diuraikan secara singkat untuk masing-masing siklus: 1. Siklus I a. Perencanaan 1) Identifikasi masalah dan rumusan masalah. Dalam hal ini peneliti memilih pokok bahasan puasa 2) Guru dan peneliti kolaboratif merencanakan pembelajaran pencapaian konsep pada materi yang akan diajarkan yaitu puasa dengan membuat rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan kerangka rancangan pencapaian konsep tipe STAD. 3) Menyusun lembar kerja untuk siswa dan lembar observasi untuk siswa dan guru. Lembar kerja yang diberikan kepada siswa digunakan untuk menyelesaikan masalah pada pokok bahasan puasa. Lembar obserasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah lembar pengamatan aktivitas komunikasi siswa dengan guru dalam pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD.
71
4) Membentuk kelompok-kelompok dengan tiap kelompok merupakan kelompok yang heterogen. Sehingga dalam kelompok terdapat siswa dengan tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. selain itu juga tidak memperhitungkan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Dalam kelompok terdiri dari 5 anggota. 5) Mempersiapkan atau membuat soal untuk evaluasi. 6) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan antara lain: nama kelompok, nama siswa. b. Pelaksanaan tindakan 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran / indikator yang akan dicapai 2) Guru memberikan motivasi kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. 3) Guru menjelaskan dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien. 4) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi dalam kelompok. 5) Guru membagi lembar kerja kepada masing-masing kelompok. 6) Guru memotivasi siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya. 7) Masing-masing kelompok berdiskusi untuk memahami konsep puasa serta menyelesaikan soal pada lembar kerja di bawah dengan bimbingan dan pengawasan guru. 8) Guru meminta kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan nomor kelompoknya masing-masing.
72
9) Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya atau mengomentari hasil diskusi dari kelompok lain yang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. 10) Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil diskusi, guru memberi komentar tentang hasil diskusi yang telah disajikan oleh masingmasing kelompok. 11) Siswa bersama-sama dengan guru mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. 12) Guru memberikan penghargaan atas upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok. 13) Pada akhir siklus diadakan evaluasi. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: 1) Observasi terhadap siswa a) Peneliti mengamati komunikasi guru dan siswa b) Peneliti
mengamati keaktifan dan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. 2) Observasi terhadap guru Peneliti mengamati guru selama pengelolaan pembelajaran pencapaian konsep d. Refleksi
73
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, hasil lembar kerja dan evaluasi dari tahapan-tahapan pada siklus I. Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, selanjutnya peneliti merencanakan tindakan pembelajaran pada siklus II. 2. Siklus II a. Perencanaan 1) Identifikasi masalah dan merumuskan masalah berdasarkan refleksi pada siklus I 2) Merencanakan pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD pada materi yang akan diajarkan yaitu himpunan dengan membuat rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan kerangka rancangan pencapaian konsep tipe STAD. 3) Menyusun lembar kerja siswa dan lembar observasi untuk siswa dan guru. Lembar kerja yang akan diberikan kepada siswa dipergunakan untuk menyelesaikan masalah pada pokok bahasan puasa/lembar observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah lembar pengamatan aktivitas komunikasi siswa dan guru dalam pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD. 4) Membentuk kelompok-kelompok seperti pada siklus I 5) Mempersiapkan atau membuat soal untuk evaluasi 6) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan antara lain: nama kelompok, nama siswa
74
7) Membuat angket dan lembar observasi. b. Pelaksanaan tindakan 1) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator 3) Guru memberikan motivasi kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari 4) Guru menyampaikan apersepsi 5) Guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran dan mengacu pada pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD serta memberikan contoh soal. 6) Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar dengan membagi kelas ke dalam lima kelompok 7) Guru membagi lembar kerja kepada masing-masing kelompok 8) Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan soal pada lembar kerja di bawah bimbingan dan pengawasan guru 9) Guru meminta kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan nomor kelompoknya masing-masing 10) Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya atau mengomentari hasil diskusi dari kelompok lain yang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas
75
11) Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil diskusi, guru memberi komentar tentang hasil diskusi yang telah disajikan oleh masingmasing kelompok 12) Siswa bersama-sama dengan guru mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Dan guru memberi penghargaan atas hasil belajar siswa 13) Pada akhir siklus diadakan evaluasi c. Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: 1) Observasi terhadap siswa a) Peneliti mengamati komunikasi guru dan siswa b) Peneliti
mengamati keaktifan dan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah 2) Observasi terhadap guru Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD. d. Refleksi Mendiskusikan hasil pengamatan dan evaluasi dalam pelaksanaan siklus II untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Pada siklus II ini melalui pembelajaran pencapaian konsep diharapkan kemampuan memahami konsep puasa siswa kelas V B SDN Kemirirejo 3 Magelang kota Magelang dapat ditingkatkan.
76
E. Data dan Cara Pengumpulan Data 1. Sumber data Dalam penelitian ini sumber datanya adalah siswa VB dan guru Pendidikan Agama Islam SDN Kemirirejo 3 Magelang kota Magelang serta peneliti sendiri. 2. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari: a. Hasil pengamatan observasi b. Hasil lembar kerja c. Hasil evaluasi 3. Cara pengumpulan data a. Data hasil kerja siswa diambil dari hasil evaluasi b. Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan lembar observasi dan lembar kerja c. Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas diambil dari hasil pengamatan dan hasil evaluasi
F. Analisis Data 1. Data aktivitas siswa Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar maka digunakan lembar observasi.
77
Adapun perhitungan prosentase keaktivan siswa adalah: Prosentase (%) =
n x100% N
Keterangan: n = Jumlah item terbanyak dalam skala penilaian N = Jumlah keseluruhan item skala penilaian % = Tingkat prosentase yang dicapai dengan kriteria penilaian: 81% - 100% = sangat baik 61% - 80% = baik 41% - 60% = cukup 21% - 40% = kurang 2. Data hasil belajar siswa Data hasil belajar siswa berupa kemampuan memecahkan masalah dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar secara klasikal maupun individual. Adapun rumus yang digunakan adalah: a. Menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus: x
Σx N
x = Nilai rata-rata x = Jumlah seluruh nilai N = Jumlah siswa
78
b. Menghitung ketuntasan belajar 1) Ketuntasan belajar individu Untuk menghitung ketuntasan belajar individu menggunakan analisis diskriptif prosentase dengan perhitungan: Ketuntasan belajar individu = jumlah nilai yang diperoleh tiap siswa x100% jumlah keseluruhan nilai
Kriteria: Apabila tingkat ketercapaian < 65% maka siswa tidak tuntas belajar Apabila tingkat ketercapaian 65% maka siswa tuntas belajar 2) Ketuntasan belajar klasikal Untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis diskriptif prosentase dengan perhitungan: ketuntasan belajar klasikal = jumlah siswa tuntas belajar individu x100% jumlah keseluruhan nilai
Kriteria: Apabila tingkat ketercapaian < 75% maka penerapan pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD pokok bahasan himpunan tidak efektif.
79
Apabila tingkat ketercapaian 75% maka penerapan pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD pokok bahasan himpunan efektif.
G. Indikator Keberhasilan Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan kerjasama siswa dalam kelompok dengan penerapan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD pada pokok bahasan puasa, maka ditetapkan indikator keberhasilan sebagai berikut: a.
Kemampuan kognitif siswa khususnya dalam pemecahan masalah pada kelas VB semester II SDN Kemirirejo 3 Magelang kota Magelang sekurangkurangnya 85% siswa memperoleh nilai > 7,5.
b.
Aktivitas siswa kelas V B semester II SDN Kemirirejo 3 Magelang kota Magelang, jika skor yang diperoleh siswa ≥ 75% dikategorikan baik dalam penilaian yang diperoleh dari lembar observasi tentang aktivitas siswa pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
c.
Kerjasama kelompok siswa kelas VB semester II SDN Kemirirejo 3 Magelang kota Magelang , jika skor yang diperoleh ≥ 75% dan penilaian yang diperoleh dari lembar observasi yaitu lembar pengamatan kerjasama siswa dalam kelompok dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD.
80
d. Keaktifan guru Pendidikan Agama Islam SDN Kemirirejo 3 Magelang kota Magelang kelas VB selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD memperoleh skor 75% dikategorikan baik dalam penilaian yang diperoleh dari lembar observasi tentang aktivitas guru pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam. e.
Kinerja guru dalam pembelajaran dikatakan baik dengan skor 80% yang ditunjukkan dengan lembar observasi guru. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, peneliti mengadakan persiapan penelitian agar hasil yang dicapai dapat maksimal. Beberapa persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian antara lain: 1. Melakukan observasi di SDN Kemirirejo 3 Magelang untuk mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Meminta ijin kepada Kepala SDN Kemirirejo 3 Magelang untuk mengadakan penelitian. 3. Menentukan subjek penelitian yaitu siswa dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SDN Kemirirejo 3 Magelang
kelas VB tahun pelajaran
2009/2010 yang terdiri dari 22 siswa putra dan 18 siswa putri.
81
4. Mencatat daftar nama dan jumlah siswa kelas VB SDN Kemirirejo 3 Magelang
B. Uji Coba Instrumen Setelah instrumen tersusun langkah selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen tersebut kepada subjek di luar sampel penelitian yaitu kepada kelas V B, uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal tersebut. 1. Pelaksanaan uji coba Pelaksanaan uji coba ini dilakukan pada siswa kelas V B SDM Kemirirejo 3 Magelang yang berjumlah 40 siswa. Uji coba siklus I dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 pada pukul 07.15 WIB, sedangkan uji coba siklus II dilaksanakan pada tanggal 29 April 2009 pada pukul 09.15 WIB. Adapun nilai hasil uji coba soal evaluasi siklus I pada lampiran 23 dan nilai hasil uji coba soal evaluasi siklus II pada lampiran 29. 2. Analisis uji coba instrumen a. Siklus I 1) Validitas Validitas soal dapat dicapai apabila terdapat kesejajaran antara skor butir soal tersebut dengan skor total. Untuk mengetahui valid tidaknya soal evaluasi ini, digunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut:
82
rxy =
N XY (X ) (Y ) {N X (X ) 2 }{N Y 2 (Y ) 2 } 2
Contoh perhitungan soal nomor 1: N
= 33
∑X2 = 8350
∑X = 490
∑XY = 36950
∑Y = 2405
∑Y2 = 182525
(∑X)2=240100 (∑Y)2=5784025
Data di atas dimasukkan kedalam rumus korelasi product moment : rXY =
=
=
=
N XY ( X )( Y ) {N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 } 33(36950) (490)(2405) {33(8350) 240100}{33(182525) 5784025} 1219350 1178450 (275550 240100)(6023325 5784025)
40900 (35450)(239300)
=
40900 = 0,444 92104 ,20729
Koefisien validitas item nomor 1 adalah 0,444 untuk harga kritik dari r product moment, dengan α = 5% dan N = 33 maka diperoleh rtabel= 0,344. Sehingga harga rXY>r
tabel
atau 0,444 > 0,344, maka butir soal
nomor 1 dinyatakan valid. Setelah semua perhitungan analisis validitas butir soal dikonsultasikan dengan harga kritik product moment validitas butir soal, maka
83
didapatkan 15 soal valid dan 5 soal tidak valid, analisis validitas butir soal dapat dilihat pada lampiran 24. untuk siklus I. 2) Reliabilitas soal Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang ‘tetap’ atau ‘ajeg’, artinya apabila tes tersebut diberikan pada sejumlah subjek, kemudian diberikan lagi pada subjek yang sama dilain waktu hasilnya relatif sama atau tetap. Untuk mencari reliabilitas digunakan rumus alpha, yaitu :
n r11 = 1 n 1
2 i 2 t
() 2
2
dengan t2 =
Dari lampiran diperoleh : N
= 33
X
2 1
= 8350
X = 240100
X
2 2
= 9800
X = 291600
X
2 3
=10125
X = 308025
X
2 4
= 8350
X = 230400
X
2 5
= 3850
X = 115600
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
84
Y
2
Y
2
=182525
= 5784025
Mencari varians : ( 1 ) 2
12
12
=
=
22 =
=
( 2 ) 2 291600 9800 33 = 33
22
9800 8836,36 963,64 = = 29,20 33 33
=
( 3 ) 2 308025 10125 33 = 33
2 4
( 4 ) 2 230400 8350 33 = 33
8350 6981,82 1368,18 = = 41,46 33 33
52 =
2 3
10125 9334,09 790,91 = = 23,97 33 33
42 =
=
=
1074,24 = 32,55 33
32 =
=
240100 33 33
8350
2 5
( 5 ) 2 115600 3850 = 33 33
3850 3503,03 346,97 = = 10,51 33 33
85
=
8350 7275,76 33
Sehingga : ∑i2 = 12 + 22 + 32 + 42 + 52 = 32,55 + 29,20 + 23,97 + 41,46 + 10,51 = 137,69 Untuk varians total : ( Y ) 2 5784025 182525 = 33 33
Y 2
∑t2 =
=
182525175273,48 7251,52 = = 219,7430 33 33
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus alpha sehingga diperoleh : 2 n i r11 = 1 2 n 1 t
5 137,69 = 5 1 1 219,7430
= (1,25) (1 – 0,6266) = (1,25) (0,3734) = 0,47 Karena harga r11 terletak pada selang 0,41 ≤ r11 ≤ 0,60 sehingga didapat 0,41 0.47 < 0,60 maka tingkat reliabilitas termasuk kategori cukup. 3) Daya pembeda soal Perhitungan daya pembeda soal menggunakan rumus:
86
t=
( MH ML )
x x 2 1
2 2
n i ( n i 1)
Contoh perhitungan soal no 1 : KELOMPOK ATAS
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 JUMLAH RATA-RATA
KELOMPOK BAWAH
(xi – MH) 1,23 1,23 1,23 1,23 15,13 1,23 1,23 15,13 1,23 38,87
xi 20 20 20 20 15 20 20 15 20 170 18,89
MH = 18,89
x
ML = 13,33
x
2 1
2 2
2
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 JUMLAH RATA-RATA
= 38,87
xi (xi–ML)2 20 44,49 44,49 20 44,49 20 69,39 5 69,39 5 5 69,39 2,79 15 2,79 15 15 2,79 120 350,01 13,33
n=9
= 350,01
Data di atas dimasukan ke dalam rumus : t=
( MH ML )
x x 2 1
n i ( n i 1)
2 2
=
18,89 13,33 38,87 350,01 9(9 1)
=
5,56 388 ,88 72
=
5,56 = 2,39 2,32
Dari tabel distribusi t, untuk α = 5%, dk = (9+9-2) = 16 diperoleh t tabel = 1,75 Karena thitung > ttabel sehingga didapat 2,39 > 1,75 maka daya pembeda soal no 1 dinyatakan signifikan.
87
4) Tingkat kesukaran soal Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran digunakan rumus : P=
Banyaknya testi yang gagal 100 % Banyaknya seluruh siswa
Dengan tolak ukur sebagai berikut: d. jika jumlah testi yang gagal mencapai 27% termasuk mudah. e. jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 75% termasuk sedang. f. jika jumlah testi yang gagal mencapai 75% ke atas termasuk sukar. Sehingga didapat : No.
Banyak testi
Banyak seluruh
Soal
gagal
siswa
1.
6
2.
P
Keterangan
33
18,2%
Mudah
4
33
12,2%
Mudah
3.
3
33
9,1%
Mudah
4.
8
33
24,2%
Mudah
5
5
33
15,2%
Mudah
Soal mudah ada 5 yaitu 1,2,3,4 dan 5.
88
Analisis tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada lampiran 26 untuk siklus I. Berdasarkan analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, maka soal evaluasi I siklus I berupa tes uraian digunakan 5 soal pada lampiran 12. b. Siklus II 1. Validitas Validitas soal dapat dicapai apabila terdapat kesejajaran antara skor butir soal tersebut dengan skor total. Untuk mengetahui valid tidaknya soal evaluasi ini, digunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut: rxy =
N XY (X ) (Y ) {N X (X ) 2 }{N Y 2 (Y ) 2 } 2
Contoh perhitungan soal nomor 1: N
= 33
∑X2 = 9425
∑X = 535
∑XY = 41700
(∑X)2 = 286225
∑Y = 2495∑Y2 = 195975 (∑Y)2 = 6225025
Data di atas dimasukkan kedalam rumus korelasi product moment : rxy =
=
N XY ( X )( Y ) {N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 } 33(41700) (535)(2495) {33(9425) 286225}{33(195975) 6225025}
89
=
=
1376100 1334825 (311025 286225)(6467175 6225025)
41275 (44800)(242150)
=
41275 = 0,396 104155 ,2687
Koefisien validitas item nomor 1 adalah 0,396, untuk harga kritik dari r product moment, dengan α = 5% dan N = 33 maka diperoleh rtabel= 0,344. Sehingga harga rXY>r
tabel
atau 0,396 > 0,344, maka butir soal
nomor 1 dinyatakan valid. Setelah semua perhitungan analisis validitas butir soal dikonsultasikan dengan harga kritik product moment validitas butir soal, maka didapatkan 5 soal valid. analisis validitas butir soal dapat dilihat pada lampiran 30 untuk siklus II. 2. Reliabilitas soal Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Sebuah tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang ‘tetap’ atau ‘ajeg’, artinya apabila tes tersebut diberikan pada sejumlah subjek, kemudian diberikan lagi pada subjek yang sama dilain waktu hasilnya relatif sama atau tetap. Untuk mencari reliabilitas digunakan rumus alpha, yaitu :
90
() 2
2
2 n i r11 = dengan t2 = 1 2 n 1 t
Dari lampiran diperoleh : N
= 33
X
2 1
= 9425
X = 286225
X
2 2
= 9550
X = 291600
X
2 3
= 4250
X = 115600
X
2 4
= 9725
X = 297025
X
2 5
= 10775
X = 286225
2
= 195975
Y
Y
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
= 6225025
Mencari varians :
12 =
=
22 =
=
( 1 ) 2 286225 9425 = 33 33
12
9425 8673,485 751,515 = = 22,77 33 33 ( 2 ) 2 291600 9550 33 = 33
22
9550 8836,36 713,64 = = 21,63 33 33
91
( 3 ) 2 115600 4250 = 33 33
32
32 =
=
4250 3503 ,03
42 =
=
746,97 = 22,63 33
( 4 ) 2 297025 9725 33 = 33
9725 9000,76 724,24 = = 21,95 33 33
52 =
=
2 4
=
2 5
( 5 ) 2 286225 10775 = 33 33
10775 8673 ,48
=
2101,52 = 63,68 33
Sehingga : ∑i2 = 12 + 22 + 32 + 42 + 52 = 22,77 + 21,63 + 22,63 + 21,95 + 63,68 = 152,66 Untuk varians total : ( Y ) 2 6225025 195975 = 33 33
Y 2
∑t2 =
=
195975 188637,12 7337,88 = = 222,36 33 33
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus alpha sehingga diperoleh :
92
2 n i r11 = 1 2 n 1 t
5 152,66 = 1 5 1 222,36
= (1,25) (1 - 0,686544342) = (1,25) (0,31346) = 0,39 Karena harga r11 terletak pada selang 0,21 r11 < 0,40 sehingga didapat 0,21 0,39 < 0,40 maka tingkat reliabilitas termasuk kategori rendah. 3. Daya pembeda soal Perhitungan daya pembeda soal menggunakan rumus: t=
( MH ML )
x x 2 1
2 2
n i ( n i 1) KELOMPOK ATAS
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 JUMLAH RATA-RATA
xi 20 20 15 20 20 20 10 20 20 165 18,33
KELOMPOK BAWAH
(xi – MH) 2,79 2,79 11,09 2,79 2,79 2,79 69,39 2,79 2,79 100,01
2
93
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 JUMLAH RATA-RATA
xi (xi – ML)2 20 44,49 69,39 5 2,79 15 2,79 15 2,79 15 44,49 20 11,09 10 11,09 10 10 11,09 120 200,01 13,33
MH = 18,33
x
= 100,01
ML = 13,33
x
= 200,01
2 1
2 2
n=9
Data di atas dimasukan ke dalam rumus : t=
( MH ML )
x x 2 1
2 2
=
n i ( n i 1)
18,33 13,33 100,01 200,01 9(9 1)
=
5 300 ,02 72
=
5 = 2,45 2,04
Dari tabel distribusi t, untuk α = 5%, dk = (9+9-2) = 16 diperoleh t tabel = 1,75. Karena thitung > ttabel sehingga didapat 2,45 > 1,75 maka daya pembeda soal no 1 dinyatakan signifikan. 4. Tingkat kesukaran soal Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran digunakan rumus : P=
Banyaknya testi yang gagal 100 % Banyaknya seluruh siswa
Dengan tolak ukur sebagai berikut: a. Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27% termasuk mudah. b. Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 75% termasuk sedang. c. Jika jumlah testi yang gagal mencapai 75% ke atas termasuk sukar. Sehingga didapat :
94
Banyak testi
Banyak seluruh
No. Soal
P
Keterangan
gagal
siswa
1.
2
33
6,1%
Mudah
2.
2
33
6,1%
Mudah
3.
14
33
42,4%
Sedang
4.
2
33
6,1%
Mudah
5
8
33
24,2%
Mudah
a) Soal mudah ada 4 soal yaitu soal nomor 1, 2, 4, dan 5. b) Soal sedang ada 1 soal yaitu soal nomor 3, Analisis tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada lampiran 32 untuk siklus II. Berdasarkan analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, maka soal evaluasi II siklus II berupa tes uraian digunakan 5 soal pada lampiran 17.
C. Pelaksanaan Penelitian Setelah persiapan dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun tahapan tiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Siklus I
95
Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa – Kamis tanggal 27 – 29 Mei 2009. Pada siklus I tersebut dilakukan tahapan sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam proses pembelajaran di kelas (lampiran 1 dan 2 ). 2) Merancang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD. 3) Menyusun perangkat tes siklus I berupa: kisi-kisi soal evaluasi I (lampiran 11), soal tes evaluasi I (lampiran 12), kunci jawaban soal evaluasi I (lampiran 13 ). 4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati: a) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD
siklus I
(lampiran 42). b) Pengamatan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD siklus I (lampiran 34). c) Kerjasama siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD siklus I (lampiran 45).
96
d) Aktifitas
guru
dalampengelolaan
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD siklus I (lampiran 36). b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru membuka pelajaran kemudian mengontrol kehadiran siswa. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi siswa 3) Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar dengan anggota 4-5 siswa setiap kelompok. 4) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa. 5) Guru meminta siswa untuk menjelaskan pengertian himpunan dengan mengikuti petunjuk pada LKS. 6) Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk menjelaskan pengertian tersebut 7) Guru membimbing siswa untuk memahami pengertian tersebut 8) Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas 9) Guru berperan sebagai mediator dan menjelaskan kembali penjelasan dari siswa agar siswa lain dapat lebih memahaminya 10) Guru meminta setiap siswa untuk menyelesaikan soal yang ada pada LKS dan tidak diperbolehkan kerjasama dengan siswa lain
97
11) Guru meminta hasil pekerjaan siswa untuk ditukarkan dengan kelompok lain dan untuk dikoreksi 12) Guru membahas hasil pekerjaan siswa 13) Guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh masing-masing siswa . c. Proses Pengamatan 1) Pengamatan terhadap kinerja guru Data ini diambil dari lembar pengamatan kinerja guru (lampiran 34). Dari pengamatan terhadap guru diperoleh temuan sebagai berikut: a) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa sudah baik b) Guru menuntun masalah siswa terhadap materi sudah baik c) Guru kurang bisa memotivasi siswa untuk menelaah soal dan memecahkan masalah d) Guru kurang bisa membimbing siswa mengerjakan tugas dalam kelompok e) Guru sudah baik ketika membimbing siswa dalam memecahkan masalah f) Guru kurang melakukan pengamatan kepada setiap kelompok g) Dalam membimbing secara individu, guru juga kurang dalam mengamati siswa
98
h) Dalam mengembangkan hasil kerja siswa, guru kurang dapat membimbing siswa dalam melaksanakan rencana kegiatan i) Ketika siswa mengalami kesulitan. Guru sudah baik dalam membantu pemecahannya j) Guru sudah baik dalam menganalisis dan menyimpulkan hasil kerja siswa k) Guru juga baik dalam membantu siswa memeriksa hasil kerja siswa l) Dalam membantu siswa memeriksa prosedur pekerjaan siswa sudah baik Dalam melakukan pengajaran skor yang diperoleh guru mencapai 55 dengan prosentase 68,75%. Secara keseluruhan bahwa guru dalam melaksanakan pengajaran cukup baik. 2) Pengamatan terhadap aktivitas siswa Data ini diperoleh dari lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses belajar mengajar (lampiran 43). Dari pengamatan diperoleh: a) Analisis tiap komponen: (1) Aktifitas siswa mengikuti pelajaran SB = 18,2 % B = 39,4 % S = 36,4 %
99
K = 6,06 % Rata-rata = 67,74 % (2) Keterampilan siswa dalam menyampaikan pertanyaan SB = 12,1% B = 30,3% S = 48,5% K = 9,1% Rata-rata = 61,36 % (3) Keterampilan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru SB = 6,1% B = 27,3% S = 57,6% K = 9,1% Rata-rata = 57,57 % (4) Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal SB = 0% B = 51,5% S = 48,5% K = 0% Rata-rata = 62,88 % (5) Kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri SB = 0%
100
B = 18,2% S = 69,7% K = 12,1% Rata-rata = 51,52 % b) Analisis tiap siswa: SB = 1
3,03 %
B = 11
33,33 %
S = 20
60,6 %
K =1
3,03 %
3) Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok Data ini diperoleh dari lembar pengamatan kerja sama siswa (lampiran 45). Dari pengamatan diperoleh: a) Analisis tiap komponen: (1) Kegiatan siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya SB = 18,2% B = 39,4% S = 39,4% K = 3,03% Rata-rata = 68,18 % (2) Siswa menjawab dalam kelompoknya SB = 12,1% B = 33,3%
101
S = 48,5% K = 3,03% Rata-rata = 62,88 % (3) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi bersama-sama dengan kelompoknya SB = 3,03% B = 33,33% S = 60,6% K = 3,03% Rata-rata = 59,09 % (4) Kemampuan siswa dalam kelompok dalam menyimpulkan materi SB = 3,03% B = 54,5% S = 42,4% K = 0% Rata-rata = 65,15 % b) Analisis tiap siswa: SB = 2
6,06 %
B = 10
30,3 %
S = 21
53,63 %
K =0
0%
102
4) Pengamatan terhadap aktivitas guru Data ini diambil dari lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 36). Dari pengamatan terhadap guru diperoleh temuan sebagai berikut: a) Menjelaskan tujuan pembelajaran b) Menuntun masalah c) Memotivasi siswa untuk menelaah soal dan memecahkan masalah d) Membimbing
siswa
mengerjakan
tugas
dalam
kelompok
(menyusun rencana kegiatan) e) Membimbing siswa dalam memecahkan masalah. f) Melakukan pengamatan setiap kelompok g) Mengamati siswa Membimbing siswa dalam melaksanakan rencana kegiatan h) Membantu siswa yang mengalami kesulitan i) Menganalisa dan menyimpulkan hasil j) Membantu siswa memeriksa hasil kerja siswa k) Membantu siswa memeriksa prosedur pekerjaan siswa. Dalam melakukan aktivitas pengajaran skor yang diperoleh guru mencapai 31 dengan prosentase 64,58%. Secara keseluruhan bahwa guru dalam melaksanakan pengajaran cukup baik. d. Proses Refleksi Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran di kelas, selanjutnya diadakan refleksi terhadap segala kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus I, didapat refleksi sebagai berikut:
103
1. Guru sebaiknya mempelajari dan memahami materi terlebih dahulu sebelum menyampaikan materi ke siswa agar materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa dan apabila ada siswa yang mengajukan pertanyaan guru dapat menjawab dengan baik. Selain itu guru juga dapat mengambil kesimpulan dari apa yang telah disampaikan ke siswa dengan baik 2. Agar tercipta suasana pembelajaran yang aktif, maka guru harus melibatkan siswa. Misalnya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat atau mungkin memberi pertanyaan kepada siswa 3. Guru harus memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, sehingga apabila siswa yang mengalami kesulitan guru dapat membantunya 4. Agar siswa siap untuk belajar, maka guru mengingatkan kepada siswa bahwa untuk pertemuan yang akan datang siswa dianjurkan untuk membawa buku dan peralatan belajar 5. Agar siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru, maka guru dianjurkan untuk mengulang kembali materi yang belum jelas oleh siswa 6. Agar siswa memperhatikan siswa lain yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, maka guru tidak harus selalu berada di depan kelas tetapi guru dapat berjalan ke samping atau ke belakang
104
7. Agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan sendiri, maka seharusnya guru membuat pembelajaran yang menitikberatkan pada siswa yang aktif. 8. Seharusnya guru memberikan contoh atau soal latihan yang cukup sehingga ketika siswa dihadapkan pada soal-soal yang sulitpun, siswa dapat menyelesaikannya 9. Agar siswa senang pembelajaran dengan membentuk kelompok, maka guru harus memotivasi siswa untuk melakukan diskusi kelompok 10. Agar siswa dengan kemampuan tinggi tidak mendominasi dalam kelompoknya dan pembagian tugas, dilakukan dengan adil, maka sebaiknya guru membagi peran untuk masing-masing anggota kelompok 11. Agar diskusi kelompok berjalan dengan baik, maka setiap kelompok memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk bertanya, berpendapat dan berpartisipasi dalam menyelesaikan soal. 12. Guru sebaiknya mengawasi jalannya diskusi, agar siswa tidak menyontek pekerjaan dari kelompok lain 13. Agar siswa mendengar saat kelompok lain presentasi, maka sebaiknya guru membimbing siswa untuk tidak ramai. 14. Agar
setiap
kelompok
mempunyai
tanggung
jawab
dalam
kelompoknya, maka setiap kelompok harus mempunyai peranan masing-masing.
105
e. Analisis Hasil Siklus I 1. Hasil pengamatan terhadap kinerja guru Berdasarkan hasil analisis lembar pengamatan kinerja guru (lampiran 35), bahwa kriteria penilaian guru dalam melaksanakan pengajaran adalah sebagai berikut: Skor penilaian Pembelajaran kurang baik
: < 59%
Pembelajaran cukup baik
: 60% - 74%
Pembelajaran baik sekali
: > 75%
Prosentase guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD 68,75%. Jadi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD sudah baik. 2. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa Berdasarkan hasil analisis keaktifan siswa (lampiran 43), bahwa kriteria penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut: Skor penilaian: Aktivitas kurang
: 44%
Aktivitas sedang
: 45% - 64%
Aktivitas baik
: 65% - 84%
Aktivitas baik sekali : 85%
106
Prosentase keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD mencapai 60,15%. Jadi keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD termasuk aktivitas sedang. 3. Hasil pengamatan kerjasama siswa dalam kelompok Kriteria penilaian kerjasama siswa dalam kelompok adalah sebagai berikut: Kerjasama kurang
: 44%
Kerjasama sedang
: 45% - 64%
Kerjasama baik
: 65% - 84%
Kerjasama baik sekali : 85% Berdasarkan hasil analisis kerjasama siswa dalam kelompok (lampiran 46), bahwa prosentase kerjasama siswa dalam kelompok terhadap matematika dengan model pencapaian Konsep Tipe STAD mencapai 63,83%. Jadi kerja sama siswa dalam kelompok dalam pembelajaran matematika dengan model pencapaian konsep tipe STAD dilakukan dengan baik oleh siswa. 4. Hasil pengamatan aktivitas guru Berdasarkan hasil analisis lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 37), bahwa kriteria penilaian guru dalam melaksanakan pengajaran adalah sebagai berikut: Skor penilaian
107
Pembelajaran kurang
: < 59%
Pembelajaran sedang
: 60% - 74%
Pembelajaran baik
: > 75%
Prosentase guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD 64,58%. Jadi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD sedang. 5. Ketuntasan belajar Berdasarkan
hasil
analisis
kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan soal tes (lampiran 15), bahwa siswa yang tuntas belajar ada 24 siswa dan yang tidak tuntas belajar ada 9 siswa. Prosentase banyaknya siswa yang tuntas belajar 72,73% dan yang tidak tuntas belajar 27,27%. Jadi ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai karena belum sesuai dengan keberhasilan yang diharapkan yaitu 85%. Secara garis besar pelaksanaan siklus I berlangsung kurang baik dan kurang kondusif. Hasil pengamatan dan refleksi dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan tindakan pelaksanaan siklus II. 2. Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari selasa – Jumat tanggal 4 -6 Mei 2009. Pada siklus II tersebut dilakukan tahapan sebagai berikut: a. Proses Perencanaan 1) Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu himpunan
108
2) Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman di dalam proses pembelajaran di kelas (lampiran 5 dan 6) 3) Merancang materi yang akan diberikan kepada siswa. 4) Membuat lembar kerja untuk diselesaikan siswa secara kelompok (lampiran 9 dan 10) 5) Membuat kisi-kisi (lampiran 16) 6) Membuat soal evaluasi untuk diselesaikan oleh masing-masing siswa (lampiran 17) 7) Membuat lembar observasi keaktifan siswa (lampiran 42) dan lembar observasi kerjasama siswa (lampiran 45) 8) Membuat lembar observasi kinerja guru (lampiran 38) 9) Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD (lampiran 48) b. Proses Tindakan 1) Guru membuka pelajaran kemudian mengontrol kehadiran siswa 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi siswa 3) Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar dengan anggota 4-5 siswa setiap kelompok Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa untuk dapat menyajikan himpunan dalam bentuk diagram venn.
109
4) Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk menjelaskan tata urutan membuat diagram venn tersebut 5) Guru membimbing siswa untuk menemukan langkah-langkah tersebut 6) Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas 7) Guru berperan sebagai mediator dan menjelaskan kembali penjelasan dari siswa agar siswa lain dapat lebih memahaminya 8) Guru meminta setiap siswa untuk menyelesaikan soal yang ada pada LKS dan tidak diperbolehkan kerjasama dengan siswa lain 9) Guru meminta hasil pekerjaan siswa untuk ditukarkan dengan kelompok lain dan untuk dikoreksi 10) Guru membahas hasil pekerjaan siswa 11) Guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh masing-masing siswa (lampiran 17) 12) Guru memberikan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD (lampiran 48). c. Proses Pengamatan 1. Pengamatan terhadap kinerja guru Data ini diambil dari lembar pengamatan kinerja guru dalam proses pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD (lampiran 38). Dari pengamatan terhadap guru diperoleh temuan sebagai berikut: a) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa sudah baik
110
b) Guru menuntun masalah siswa terhadap materi sudah baik c) Guru kurang bisa memotivasi siswa untuk menelaah soal dan memecahkan masalah d) Guru kurang bisa membimbing siswa mengerjakan tugas dalam kelompok e) Guru sudah baik ketika membimbing siswa dalam memecahkan masalah f) Guru kurang melakukan pengamatan kepada setiap kelompok g) Dalam membimbing secara individu, guru juga kurang dalam mengamati siswa h) Dalam mengembangkan hasil kerja siswa, guru kurang dapat membimbing siswa dalam melaksanakan rencana kegiatan i) Ketika siswa mengalami kesulitan. Guru sudah baik dalam membantu pemecahannya j) Guru sudah baik dalam menganalisis dan menyimpulkan hasil kerja siswa k) Guru juga baik dalam membantu siswa memeriksa hasil kerja siswa l) Dalam membantu siswa memeriksa prosedur pekerjaan siswa sudah baik
111
Dalam melakukan pengajaran skor yang diperoleh guru mencapai 64 dengan prosentase 80%. Secara keseluruhan bahwa guru dalam melaksanakan pengajaran cukup baik. 2. Pengamatan terhadap aktivitas siswa Data ini diperoleh dari lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses belajar mengajar (lampiran 42). Dari pengamatan diperoleh: a) Analisis tiap komponen: (1) Aktivitas siswa mengikuti pelajaran SB = 45,5 % B = 48,5 % S = 6,06 % K =0% Rata-rata = 84,84 % (2) Keterampilan siswa dalam menyampaikan pertanyaan SB = 24,2 % B = 63,3 % S = 12,1 % K =0% Rata-rata = 78,03 % (3) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru SB = 30,3 %
112
B = 57,6 % S = 12,1 % K =0% Rata-rata = 79,55 % (4) Kemampuan dalam menyelesaikan soal SB = 30,3 % B = 63,6 % S = 6,06 % K =0% Rata-rata = 81,06 % (5) Kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri SB = 15,2 % B = 72,7 % S = 12,1 % K =0% Rata-rata = 75,76 % b) Analisis tiap siswa : SB = 10
30,30 %
B = 23
69,7 %
S =0
0%
K =0
0%
3. Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok
113
Data ini diperoleh dari lembar pengamatan kerja sama siswa (lampiran 45). Dari pengamatan diperoleh: a) Analisis tiap komponen : (1) Kegiatan siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya sangat baik SB = 48,5 % B = 48,5 % S = 3,03 % K =0% Rata-rata = 86,36 % (2) Siswa menjawab pertanyaan dalam kelompoknya juga sangat baik SB = 33,3 % B = 57,6 % S = 9,1 % K =0% Rata-rata = 81,06 % (3) Partisipasi siswa dalam kelompok sangat baik SB = 30,3 % B = 63,6 % S = 6,06 % K =0%
114
Rata-rata = 81,06 % (4) Kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi bersama-sama dengan kelompoknya sangat baik SB = 24,2 % B = 66,7 % S = 18,2 % K =0% Rata-rata = 78,78 % b) Analisis tiap siswa: SB = 10
30,30 %
B = 23
69,7 %
S =0
0%
K =0
0%
4. Pengamatan terhadap aktivitas guru Data ini diambil dari lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 40). Dari pengamatan terhadap guru diperoleh temuan sebagai berikut: a) Menjelaskan tujuan pembelajaran b) Menuntun masalah c) Memotivasi siswa untuk menelaah soal dan memecahkan masalah d) Membimbing
siswa
mengerjakan
(menyusun rencana kegiatan)
115
tugas
dalam
kelompok
e) Membimbing siswa dalam memecahkan masalah. f) Melakukan pengamatan setiap kelompok g) Mengamati siswa Membimbing siswa dalam melaksanakan rencana kegiatan h) Membantu siswa yang mengalami kesulitan i) Menganalisa dan menyimpulkan hasil j) Membantu siswa memeriksa hasil kerja siswa k) Membantu siswa memeriksa prosedur pekerjaan siswa. Dalam melakukan aktivitas pengajaran skor yang diperoleh guru mencapai 43 dengan prosentase 89,58%. Secara keseluruhan bahwa guru dalam melaksanakan pengajaran cukup baik. 5. Pengamatan terhadap sikap siswa Data ini diperoleh dari pengisian angket siswa terhadap pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
(lampiran
49).
Dari
pengamatan diperoleh: a) Siswa masih beranggapan bahwa pelajaran puasa matematika adalah pelajaran yang sulit (58,18%) b) Siswa
sangat
terbantu
dalam
memahami
materi
dengan
menggunakan Pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD (78,78%)
116
c) Dengan menggunakan Pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD dapat memudahkan siswa dalam mengingat materi (74,54%) d) Siswa
juga
lebih
mengerti pelajaran
matematika
dengan
menggunakan pembelajaran tersebut (55,75%) e) Kegiatan belajar mengajar guru lebih menyenangkan (78,18%) f) Pembelajaran ini menumbuhkan kreativitas berpikir dalam pemecahan masalah (76,96%) g) Nilai Pendidikan Agama Islam siswa lebih baik (71,51%) h) Menimbulkan semangat ketika pelajaran berlangsung (73,33%) i) Dalam pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD ini siswa dituntut untuk berperan aktif (78,78%) j) Dan siswa juga dituntut untuk berpikir sendiri, berdiskusi, dan mengemukakan pendapat (72,72%) d. Proses Refleksi Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran di kelas, selanjutnya diadakan refleksi terhadap segala kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus II, didapat refleksi sebagai berikut: 1) Guru sudah memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar 2) Guru dalam menyampaikan materi sudah baik, karena siswa sudah paham dengan materi yang disampaikan
117
3) Pertanyaan guru yang diberikan kepada siswa sangat menarik, karena guru sudah dapat mengajukan pertanyaan yang bervariasi 4) Guru sudah mampu merespon pertanyaan dengan baik. Setiap pertanyaan dari siswa dijawab dengan baik dan benar 5) Siswa sangat aktif dalam pembelajaran, karena dalam pembelajaran siswa juga ikut dilibatkan 6) Guru sudah membantu siswa yang mengalami kesulitan yaitu dengan menjalankan secara langsung dengan siswa yang bersangkutan atau meminta siswa lebih pintar untuk menjelaskannya 7) Guru
sudah
dapat
mendorong
siswa
untuk
mengkonstruksi
pengetahuan sendiri 8) Siswa sudah siap dengan pelajaran matematika. Hal ini terlihat karena siswa sudah membawa buku matematika dan peralatannya 9) Siswa senang dengan pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD dan mulai suka belajar dengan membentuk kelompok 10) Diskusi kelompok dilakukan siswa sangat baik, siswa dengan kemampuan tinggi membantu temannya yang mengalami kesulitan 11) Setiap kelompok yakin dengan jawabannya masing-masing karena dalam kelompok semua siswa ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan soal dan semua siswa mempunyai peranan masing-masing 12) Siswa tidak lagi ramai ketika guru menerangkan dan saat siswa lain presentasi
118
13) Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan kepada guru dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan juga sudah baik 14) Siswa senang dengan pelajaran matematika, hal ini terlihat bahwa siswa mampu menyelesaikan soal dengan baik. Baik soal dalam lembar kerja maupun soal evaluasi. e. Analisis Hasil Siklus II 1) Hasil pengamatan terhadap kinerja guru Berdasarkan hasil analisis lembar pengamatan kinerja guru (lampiran 38), bahwa kriteria penilaian guru dalam melaksanakan pengajaran adalah sebagai berikut: Skor penilaian Pembelajaran kurang baik
: < 59%
Pembelajaran cukup baik
: 60% - 74%
Pembelajaran baik sekali
: > 75%
Prosentase guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD 80%. Jadi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD sangat baik. 2) Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa Berdasarkan hasil analisis keaktifan siswa (lampiran 42), bahwa kriteria penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut: Skor penilaian:
119
Aktivitas kurang : 44% Aktivitas sedang : 45% - 64% Aktivitas baik
: 65% - 84%
Aktivitas baik sekali : 85% Prosentase keaktifan siswa dalam pembelajaran puasa dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD mencapai 79,84%. Jadi keaktifan siswa dalam pembelajaran puasa dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD termasuk aktivitas baik. 3) Hasil pengamatan kerjasama siswa dalam kelompok Kriteria penilaian kerjasama siswa dalam kelompok adalah sebagai berikut: Kerjasama kurang : 44% Kerjasama sedang : 45% - 64% Kerjasama baik
: 65% - 84%
Kerjasama baik sekali : 85% Berdasarkan hasil analisis kerjasama siswa dalam kelompok (lampiran 45), bahwa prosentase kerjasama siswa dalam kelompok terhadap puasa dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD mencapai 81,82%. Jadi kerja sama siswa dalam kelompok dalam pembelajaran Pencapaian Konsep tipe STAD sangat baik. 4) Hasil pengamatan aktivitas guru
120
Berdasarkan hasil analisis lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 41), bahwa kriteria penilaian guru dalam melaksanakan pengajaran adalah sebagai berikut: Skor penilaian Pembelajaran kurang
: < 59%
Pembelajaran sedang
: 60% - 74%
Pembelajaran baik
: > 75%
Prosentase aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD 89,58%. Jadi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Pencapaian Konsep Tipe STAD baik. 5) Ketuntasan belajar Berdasarkan
hasil
analisis
kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan soal tes (lampiran 20), bahwa siswa yang tuntas belajar ada 29 siswa dan yang tidak tuntas belajar ada 4 siswa. Prosentase banyaknya siswa yang tuntas belajar 87,88% dan yang tidak tuntas belajar 12,12%. Jadi ketuntasan belajar secara klasikal sudah tercapai karena sudah sesuai dengan keberhasilan yang diharapkan yaitu 85%. Secara garis besar pelaksanaan siklus II berlangsung sangat baik dan kondusif 6) Hasil pengamatan sikap siswa
121
Kriteria penilaian sikap siswa terhadap puasa dengan model Pencapaian konsep Tipe STAD adalah sebagai berikut: Pembelajaran kurang menyenangkan : < 59% Pembelajaran cukup menyenangkan : 60% - 74% Pembelajaran sangat menyenangkan : > 75% Berdasarkan hasil analisis sikap ia terhadap pembelajaran puasa (lampiran 49), bahwa prosentase sikap siswa terhadap pembelajaran puasa dengan model Pencapaian konsep Tipe STAD cukup menyenangkan.
D. Hasil Pengamatan 1. Siklus I Berdasarkan analisis aktivitas siswa pada sikus I (lampiran 43) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD diperoleh: Siklus
Jumlah Skor
Persentase
Kategori
I
397
60,15%
Sedang
Dari tabel tersebut hasil keaktifan siswa dalam memperhatikan pelajaran, semangat siswa untuk belajar, kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri, kerjasama dalam kelompok, menjawab pertanyaan dari guru, mengemukakan pendapat, mengerjakan dan
122
memanfaatkan idenya untuk soal yang berbeda dalam proses pembelajaran, mencapai persentase 60,15% yang dikategorikan keaktifan siswa sedang. Berdasarkan analisis nilai evaluasi I pada siklus I (lampiran 14) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD diperoleh:
Keterangan Kemampuan
kognitif
dalam
memecahkan
Siklus I Jumlah Persentase Siswa 9 27%
masalah dan ketuntasan belajar (nilai < 60,5) Kemampuan
kognitif
dalam
memecahkan
24
73%
masalah dan ketuntasan belajar (nilai ≥ 60,5)
Dari analisis nilai evaluasi I, siswa yang mampu menyelesaikan soal dan belum tuntas belajar berjumlah 9 siswa dengan persentase 27% sedangkan siswa yang mampu menyelesaikan soal dan mencapai tuntas belajar ada 24 siswa dengan persentase 73%. Nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 72,57. 2. Siklus II Berdasarkan analisis aktivitas siswa pada sikus II (lampiran 44) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD diperoleh: Siklus
Jumlah Skor
Persentase
Kategori
II
527
79,84%
Baik Sekali
123
Dari tabel tersebut hasil keaktifan siswa dalam memperhatikan pelajaran, semangat siswa untuk belajar, kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri, kerjasama dalam kelompok, menjawab pertanyaan dari guru, mengemukakan pendapat, mengerjakan dan memanfaatkan idenya untuk soal yang berbeda dalam proses pembelajaran, mencapai persentase 79,84% yang dikategorikan keaktifan siswa sangat baik. Berdasarkan analisis nilai evaluasi II pada siklus II (lampiran 19) dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipeSTAD diperoleh:
Keterangan Kemampuan
kognitif
dalam
memecahkan
Siklus II Jumlah Persentase Siswa 4 12,12%
masalah dan ketuntasan belajar (nilai < 60,5) Kemampuan
kognitif
dalam
memecahkan
29
87,88%
masalah dan ketuntasan belajar (nilai ≥ 60,5)
Dari analisis nilai evaluasi II, siswa yang mampu menyelesaikan soal dan belum tuntas belajar berjumlah 4 siswa dengan persentase 12,12% sedangkan siswa yang mampu menyelesaikan soal dan mencapai tuntas belajar ada 29 siswa dengan persentase 87,88%. Nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 75,91.
124
E. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD dapat meningkatkan
hasil
belajar
siswa
berupa
kemampuan
kognitif
dalam
memecahkan masalah. Hal ini dapat ditunjukkan dari keaktifan siswa selama proses belajar mengajar sudah memenuhi indikator keberhasilan dari siklus I yang semula mencapai 60,15% dengan kategori cukup meningkat menjadi 79,84% pada sikus II dengan kategori baik. Dari hasil evaluasi siklus I dengan nilai ratarata siswa secara klasikal mencapai 72,57 dengan ketuntasan belajar 72,73% sehingga belum memenuhi indikator keberhasilan. Sedangkan hasil evaluasi siklus II diketahui siswa yang tuntas belajar mencapai 87,88% dengan nilai ratarata siswa secara klasikal mencapai 75,91. Disamping itu, minat belajar siswa juga tinggi dengan persentase 71,87%. Dengan melaksanakan perbaikan melalui strategi pembelajaran model pencapaian konsep tipe STAD di siklus II menciptakan suasana pembelajaran yang cukup menyenangkan, semua siswa aktif, terjadi suatu respon yang sangat baik dalam mempresentasikan hasil tugas dan pekerjaannya sehingga siswa dapat berkembang lebih optimal. Dengan pembelajaran ini siswa lebih mandiri dengan penuh semangat dan minat belajar yang tinggi sehingga pembelajaran lebih efektif serta diikuti dengan hasil belajar yang meningkat. Berdasarkan temuan hasil penelitian di setiap siklus, secara keseluruhan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran model pembelajaran
125
pencapaian konsep tipe STAD dapat dikatakan berhasil. Hal ini tampak dari analisis angket minat (lampiran 49) yang telah dilakukan setelah akhir siklus II dan analisis hasil pengamatan diperoleh: 1. Jumlah siswa yang tuntas belajar dengan tolak ukur ≥ 65 adalah 29 siswa dengan prosentase ketuntasan secara klasikal 87,88% (di atas 85%) yang menjadi tolak ukur keberhasilan. 2. Tingkat kerjasama siswa dalam strategi pembelajaran dengan model pencapaian konsep tipe STAD dapat dikatakan baik yaitu mencapai 81,82%. 3. Pada siklus I keaktifan siswa dikategorikan cukup, sedangkan pada siklus II keaktifan siswa dikategorikan baik. Berdasarkan hasil refleksi proses tindakan siklus II telah menunjukkan adanya peningkatan minat, keaktifan siswa, kerjasama siswa, kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah himpunan. Hal ini dapat diartikan melalui penerapan strategi pembelajaran model pembelajaran pencapaian konsep tipe STAD lebih efektif dalam menyelesaikan masalah puasa di kelas V B semester II SDN Kemirirejo 3 Magelang tahun ajaran 2009/2010, dengan demikian hipotesis tindakan dapat tercapai.
126
BAB V A. PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa pada materi pokok puasa di kelas VB semester II SDN Kemirirejo 3 Magelang tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang semula pada siklus I mencapai 60,15% dengan kategori cukup menjadi 79,84% pada siklus II dengan kategori baik. 2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa pada materi pokok puasa di kelas VB semester II SDN Kemirirejo 3 Magelang tahun pelajaran 2009/2010 Hal ini dapat dilihat dari perhitungan persentase angket yang mencapai 71,87%. 3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
127
materi pokok puasa di kelas VB semester II SDN Kemirirejo 3 Magelang tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi siklus I siswa yang tuntas belajar atau mendapatkan nilai ≥ 60,5 sebanyak 24 siswa atau 73% dari 33 siswa dengan rata-rata kelas mencapai 72,57. Kemudian pada siklus II siswa yang tuntas belajar atau mendapat nilai ≥ 60,5 sebanyak 29 siswa atau 87,88% dari 33 siswa dengan rata-rata kelas mencapai 75,91 pada siklus II.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat dikemukakan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Pencapaian Konsep Tipe STAD dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa belajar pada pokok bahasan puasa. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menentukan pendekatan yang lebih baik pada pokok bahasan tertentu.
128
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. . . 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, Ratna Wilis. 2000. Teori-teori Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Dalyono, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Malang: IKIP Malang. Ibrahim, Muslimin. 2000 .Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Surabaya. Nur, Muhamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bandung: Rineka Cipta. Sumantri, Mulyani. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Tim Arafah, 2007, Pendidikan Agama Islam, Semarang, Aneka Ilmu.
129
DAFTAR PUSTAKA
Adinawan, M. Cholik. 2006. Matematika SMP Kelas VII Semester II. Jakarta: Erlangga. Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. . . 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, Ratna Wilis. 2000. Teori-teori Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Dalyono, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
130
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Malang: IKIP Malang. Ibrahim, Muslimin. 2000 .Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Surabaya. Nur, Muhamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bandung: Rineka Cipta. Sumantri, Mulyani. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
131