PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh DESI NURAINI NIM 11511024
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh DESI NURAINI NIM 11511024 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara :
Nama
: Desi Nuraini
NIM
: 11511024
Fakultas
: Tarbiyah Ilmu dan Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul
: Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya bagi Siswa Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
SKRIPSI PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DISUSUN OLEH DESI NURAINI 11511024 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah Ilmu dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama
: Desi Nuraini
NIM
: 11511024
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
MOTTO
م هأوتهوا وَالَّذيهَِ م ه ْ ِللا َد َرجَات َ ِللا يَ ْز َفع ِم ءَا َم هنوا الَّذيهَِ ه ِْ نك َِ الع ْل ِون بمَا َو ه َِ ُ ت َ ْعمَله ِخبي هز ه Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
PERSEMBAHAN
Untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan motivasi, khususnya Bapak, Ibu dan Adikku Muhammad Muhlisin; Calon bapaknya anak-anakku tersayang Edi Widjanarko; Sahabat-sahabat yang selalu ada buat aku, you all the best for me;
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat,
taufiq
dan
hidayahnya,
sehingga
peneliti
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya bagi Siswa Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015” ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada IAIN Salatiga. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada: 1.
Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Suwardi, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3.
Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga.
4.
Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah tulus, ikhlas dan senantiasa berkenan memberikan sumbangsih pikiran, serta waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5.
Ayahanda (Karsimin) dan Ibunda tercinta (Al Qomah), dan adik tersayang (M. Muhlisin).
6.
Kepala MI Ma’arif Pulutan, guru dan karyawan serta semua siswa-siswi yang telah berkenan membantu dan memberikan data kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
7.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini. Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Peneliti dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, Juni 2015 Penulis
ABSTRAK Nuraini, Desi. 2015. Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya bagi Siswa Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. Kata Kunci: Hasil Belajar, IPA dan Pendekatan SAVI Kualitas pendidikan telah diupayakan melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik, pengelolaan satuan pengajaran dan pemanfaatan pembelajaran yang digunakan. Namun kenyataannya belum memperlihatkan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan kurang efektifnya pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik yang berakibat ketidaknyamanan siswa dalam belajar. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifatsifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015? Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifatsifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015? Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui siklus, yakni: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dengan observasi, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga tahun pelajaran 2014/2015 dibuktikan dengan prosentase peningkatan pada prasiklus sebanyak 3 siswa atau sebesar 15%, siklus I sebanyak 8 siswa atau sebesar 40%, siklus II sebanyak 15 siswa atau sebesar 75% dan siklus III sebanyak 18 siswa atau sebesar 90%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA sebanyak 15 siswa atau sebesar 75%; dan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya dari rata-rata pra siklus
43, siklus I sebesar 59,75, siklus II sebesar 72,5, dan siklus III sebesar 83,5, serta dapat melampaui KKM sebesar 65.
DAFTAR ISI JUDUL ............................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DARTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ........................ 6 E. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7 F. Definisi Operasional .................................................................. 8 G. Metode Penelitian ...................................................................... 10 1. Rancangan Penelitian ......................................................... 10 2. Subjek Penelitian ................................................................ 11 3. Langkah-langkah Penelitian ............................................... 11 4. Instrument Penelitian .......................................................... 13 5. Pengumpulan Data ……………………………………….. 15 6. Analisis Data ....................................................................... 17
H. Sistematika Penulisan ................................................................ 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................... 21 A. Hasil Belajar IPA ........................................................................ 21 1.
Pengertian Hasil Belajar ...................................................... 21
2.
Macam-macam Hasil Belajar .............................................
22
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..............
24
4.
IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya ................................ 28
B. Pendekatan SAVI ....................................................................... 43 1. Pengertian Pendekatan SAVI ............................................... 43 2. Tahapan Pendekatan SAVI .................................................. 49 3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI .................... 53 C. Kriteria Ketuntasan Minimal ...................................................... 56 1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ................. 56 2. Fungsi Kriteria Ketuntusan Minimal .................................... 57 3. Prinsip Penetapan KKM ....................................................... 59 4. Jenis Ketuntasan Kriteria Minimal ....................................... 60 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ……………………………… A. Subyek Penelitian ……………………………………………...
61 61
1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Ma’arif Pulutan .................. 61 2. Visi dan Misi Madrasah ....................................................... 61 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................. 62 4. Tempat Penelitian ................................................................ 62 5. Keadaan Guru dan Siswa ....................................................
63
B. Deskripsi Kondisi Awal ……………………………………….. 65 C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ………………………………... 68 D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ……………………………….
76
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ………………………………
84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
93
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ....................................... 93 1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus) ………………... 93 2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ....................................... 94 3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ....................................... 99 4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III……………………….. 104 B. Perbandingan Antar Siklus ........................................................
109
BAB V PENUTUP ....................................................................................
111
A. Kesimpulan ................................................................................ 111 B. Saran ………………………………………………………….. 112
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1
Indikator Keberhasilan .................................................................
7
Tabel 2. 1
Karakteristik Pembelajaran SAVI ……………………………… 47
Tabel 3. 1
Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….
Tabel 3. 2
Daftar Guru MI Ma’arif Pulutan .................................................. . 63
Tabel 3. 3
Daftar Siswa MI Ma’arif Pulutan ................................................ 64
Tabel 3. 4
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus ……………………
66
Tabel 3. 5
Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus ……………………..
67
Tabel 3. 6
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I …………………….
71
Tabel 3. 7
Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ……………………….
72
Tabel 3. 8
Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus I ………… 74
Tabel 3. 9
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II …………………….. 80
62
Tabel 3. 10 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ………………………. 81 Tabel 3. 11 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus II ………... 82 Tabel 3. 12 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus III …………………… 88 Tabel 3. 13 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus III ………….………….. 89 Tabel 3. 14 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus III ……….. 91 Tabel 4. 1 Rata-rata Hasil Tes Awal ……………………………………….. 93 Tabel 4. 2 Rata-rata Hasil Tes Siklus I …………………………………….. 95 Tabel 4. 3 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus I ………………………………………………………….. 96
Tabel 4. 4 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus I ………………….………………………………………. 97 Tabel 4. 5 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus II …………………………………………………………. 100 Tabel 4. 6 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus II …………………………………………………………. 101 Tabel 4. 7 Rata-rata Hasil Tes Siklus II …………………………………….. 102 Tabel 4. 8 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus III …………………………………………………………. 105 Tabel 4. 9 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus III …………………………………………………………. 106 Tabel 4. 10 Rata-rata Hasil Tes Siklus III ……………………………………. 107 Tabel 4. 11 Perbandingan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ………………………………………………………… 109 Tabel 4. 12 Peningkatan Hasil Belajar Siklus I, Siklus II dan Siklus III ……. 110
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ……………………………....
12
Gambar 2.1 Cahaya Menembus Benda Bening ……………...………………
32
Gambar 2.2 Cahaya Merambat Lurus …………………………………..........
32
Gambar 2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan …………………………………….
33
Gambar 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan………………………………………... 34 Gambar 2.5 Pemantulan Cahaya …………………………………………….. 34 Gambar 2.6 Pembentukan Cahaya pada Cermin Datar………………………. 36 Gambar 2.7 Pembentukan Cahaya pada Cermin Cekung …………………... 37 Gambar 2.8 Pembentukan Cahaya pada Cermin Cembung …………………. 38
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
merupakan
kumpulan
dari
semua
proses
yang
memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan, sikap-sikap, dan bentuk perilaku positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada (Sukardjo dan Komarudin, 2009: 9). Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas, 2003:1). Dalam pelaksanaan proses pendidikan di tingkat dasar merupakan masalah yang paling mendasar. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tujuan pendidikan adalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003:8).
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan. Dengan adanya pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Salah satunya dapat dilihat dari kemampuan dan kreatifitas guru dalam mengajar. Dalam perkembangannya, guru harus memiliki keahlian untuk memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Terdapat kecenderungan pemikiran dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna
jika
siswa
mengalami
apa
yang
dipelajarinya,
bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. Pendidikan diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari termasuk mata pelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh sebab itu guru harus mempu mengetahui kondisi siswa dalam penguasaan keterampilan yang lain. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Materi yang tertuang dalam mata pelajaran IPA diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari
untuk
memenuhi
kebutuhan
manusia
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
melalui
Penerapan
pendekatan pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat MI diharapkan ada penekanan pembelajaran IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat yang diarahkan pada pengalaman belajar siswa untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kemampuan bekerja secara ilmiah dan bijaksana. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa guru IPA Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga dalam mengajar cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru dalam mengajar sehari-hari cenderung secara klasikal, verbal, dan hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar. Pembelajaran yang bersifat tradisional kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan terkesan verbalisme sehingga siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran IPA. Siswa di madrasah tersebut juga belum sepenuhnya menyukai pelajaran IPA yang disebabkan kurangnya minat belajar maupun kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Sehingga hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA masih tergolong rendah. Kondisi tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor dalam pembelajaran, diantaranya alat peraga di madrasah tersebut khususnya untuk mata pelajaran IPA masih terbatas. Sehingga mengakibatkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA berkurang. Tidak adanya sarana dan prasarana belajar yang menunjang seperti perpustakaan dan laboratorium juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal, salah satunya dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Penggunakan pendekatan SAVI mempunyai tujuan agar siswa Belajar Berdasar-Aktivitas (BBA) bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar (Meier, 2002: 90). Dengan pendekatan SAVI, semua tipe gaya belajar dapat diterapkan. Sehingga melalui pendekatan SAVI diharapkan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tindakan
kelas
dengan
judul
“Penerapan
Pendekatan
SAVI
Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya Bagi Siswa Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya melalui penerapan pendekatan SAVI bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan Hipotesis berasal dari kata hipo berarti kurang atau lemah dan tesis atau thesis yang berarti teori yang disajikan sebagai bukti. Jadi hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya (Narbuko dan Achmadi, 2007: 28). Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu: a. Melalui penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Melalui penerapan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Indikator Keberhasilan Menurut Djamarah dan Zain, (2002:120) yang menjadi petunjuk bahwa sesuatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut: a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dapat peneliti
tunjukkan pada tabel berikut: Tabel: 1.1 Indikator Keberhasilan Indikator Keberhasilan Peningkatan Hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan menerapkan pendekatan SAVI
Sub Indikator Keberhasilan
Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya Siswa dapat menjelaskan sifat bayangan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung Siswa dapat menyebutkan pengertian cacat mata Siswa dapat menjelaskan macam-macam alat optik Siswa dapat membuat karya model kaca pembesar dari bahlom Siswa dapat menampilkan hasil karya model kaca pembesar dari bahlom
E. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat diketahui kegunaan penelitian ini yaitu: 1. Secara Teoritis Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa ilmu pengetahuan, atau referensi khususnya tentang penerapan pendekatan SAVI yang akan meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas VMI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Secara Praktis a. Bagi
siswa,
dapat
memberikan
suasana
pembelajaran
yang
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar. b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukkan untuk memperkenalkan belajar IPA melalui penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain demikian, dengan mengetahui hasil penelitian apabila terdapat hasil yang negatif atau adanya kekurangan dalam penyampaian materi dengan menggunakan pendekatan SAVI maka bagi para guru madrasah untuk dapat menghindari adanya kesalahan dan lebih meningkatkan serta mengacu untuk lebih kreatif dalam penyampaian materi kepada siswa. c. Bagi MI dapat dijadikan sebagai contoh bentuk peningkatan yang berbasis sekolah/madrasah dalam upaya hasil belajar.
F. Definisi Operasional 1. Penerapan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan
yang terencana dan tersusun sebelumnya. 2. Pendekatan SAVI Menurut Meier (2002:90) pendekatan SAVI adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa, dengan menitikberatkan pembelajaran pada keterlibatan siswa secara utuh dalam proses pembelajaran. Pendekatan SAVI yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang berdasar Kementerian Pendidikan Nasional. 3. Hasil Belajar Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Sedangkan menurut Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. 4. IPA Materi Cahaya Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khas yaitu melakukan eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi, yang terkait dengan sinar terang (dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan dan lampu) yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya (Salirawati, 2008: 21).
5. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai (KKM, 2008: 4).
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
untuk
memperbaiki
atau
meningkatkan
praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Mahmud, 2011: 199). Sedangkan menurut Arikunto (2008:3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Mahmud (2011:210) PTK kolaboratif adalah penelitian yang melibatkan beberapa pihak, baik guru, kepala sekolah maupun dosen secara serentak, dengan tujuan meningkatkan praktik pembelajaran, menyumbang perkembangan teori, dan peningkatan karier guru. Dalam penelitian kolaboratif, hubungan guru sebagai peneliti dengan dosen bersifat kemitraan sehingga mereka dapat duduk bersama untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti melalui penelitian tindakan kelas.
Sedangkan Arikunto (2008:17) memperjelas PTK kolaboratif bisa dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru; ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. 2. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VB MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga tahun pelajaran 2014/2015. Peneliti memilih subyek siswa kelas VB karena dinilai perlu adanya pembaharuan pendekatan pembelajaran, agar hasil belajar IPA dapat meningkat. Jumlah siswa kelas VB MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga adalah 20 anak, yang terdiri dari 13 laki-laki dan 7 perempuan. 3. Langkah-langkah Penelitian Menurut Mulyasa (2009:70-73) prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) biasanya meliputi beberapa siklus, sesuai dengan tingkat permasalahan yang akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan.
Gambar: 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2009: 73)
? 1.Perencanaan Siklus I
Siklus II
1. Perencanaan 4. Refleksi
2. Tindakan
4. Refleksi
2Tindakan
3.Observasi
3. Observasi
Siklus-siklus dalam penelitian tindakan kelas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Perencanaan Rencana pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas antara lain mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Tim peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang akan diajarkan kepada peserta didik. 2) Mengembangkan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP), dengan memperhatikan indikator-indikator hasil belajar. 3) Mengembangkan alat peraga, alat bantu, atau media pembelajaran yang menunjang pembentukan SKKD dalam rangka implementasi Penelitan Tindakan Kelas. 4) Menganalisis berbagai alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. 5) Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
6) Mengembangkan pedoman atau instrumen yang digunakan dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas. 7) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar. b.
Tindakan Mencakup prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, serta proses perbaikan yang akan dilakukan.
c.
Observasi Mencakup prosedur perekaman data tentang proses dan hasil imlementasi tindakan yang dilakukan.
d.
Refleksi Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan, refleksi tentang proses dampak tindakan perbaikan yang dilakukan serta kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.
4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalalm penelitian ini terdiri dari:
a. Pedoman Observasi Observasi artinya pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan
untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan
yang
telah
dirumuskan
(Mahmud,
2011:168).
Sedangkan menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:66) memperjelas observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Pedoman observasi digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA. b. Soal Tes Tes merupakan rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Mahmud, 2011:185). Menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:78) tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes sebagai alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan SAVI mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifatsifatnya. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui
dokumen (Mahmud, 2011:183). Sedangkan menurut Sedarmayati dalam buku Mahmud (2011:183) dokumentasi adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. 5. Pengumpulan Data Dalam penelitian tindakan kelas ini metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, tes dan dokumentasi. a. Observasi Teknik penilaian alternatif yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis tentang sesuatu yang terjadi pada diri siswa dalam proses pembelajaran di kelas atau di luar kelas (Rusman, 2013: 279). Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai keadaan kelas, suasana pembelajaran, kreatifitas guru, keaktifan siswa dan sebagainya.
b. Tes Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa (Sudjana, 1990: 35). Jenis tes dalam penelitian
ini berupa tes tertulis bertipe pilihan ganda dan isian, yaitu setiap siswa diberi soal oleh guru sesuai dengan pokok bahasan kemudian diminta
untuk
mengerjakannya.
Data
dari
tes
tersebut
didokumentasikan dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa. c. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), nilai peserta didik sebelum diterapkan pendekatan SAVI pada mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya, foto-foto kegiatan pembelajaran persiklus, dan data lain yang dapat melengkapi penyusunan penelitian ini. Silabus merupakan rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengolahan kelas yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan penyusunan RPP. Sedangkan RPP sendiri merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran guru dan disusun dalam tiap-tiap putaran pembelajaran. Nilai peserta didik sebelum menerapkan pendekatan SAVI pada mata pelajaran IPA materi Cahaya dan Sifat-sifatnya peneliti gunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik mengetahui pemahaman materi pelajaran. 6. Analisis Data
Sesuai rancangan penelitian yang digunakan, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis reflektif dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil penelitian yang terekam dalam tes dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama guru IPA MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga sebagai pijakan untuk menemukan program aksi pada siklus selanjutnya atau mendeteksi tolak ukur ketercapaian tujuan dalam penelitian tindakan kelas. Peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh nilai rata-rata tes formatif yang dirumuskan oleh Aqib (2010:40) sebagai berikut: x= Keterangan: x
= Nilai rata-rata
∑X
= Jumlah semua nilai siswa
∑N
= Jumlah siswa.
Sedangkan
menurut
Djamarah
(2006:225-226)
untuk
menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P=
x 100%
P
= Nilai dalam persen
F
= Frekuensi
N
= Jumlah keseluruhan.
Sebagai standar ketuntasan belajar digunakan patokan yang digunakan Depdiknas (2007) dalam KTSP SD/MI 2006. Untuk menentukan analisis proporsi butir soal (P) dapat ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut: P=
x 100%
N
= Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal
T
= Jumlah siswa yang menjawab salah butir soal
Analisis dari data hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Skor yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa terhadap indikator yang ditetapkan. Ketuntasan individual atau ketuntasan persiswa
ditentukan dengan
rumus sebagai berikut: P=
x 100%
Si
= jumlah skor yang dicapai
St
= jumlah skor total seluruh butir soal
Siswa dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi jawaban siswa benar, atau persen ketuntasan belajarnya (P2) ≥ 75%. Menurut standar ketuntasan belajar untuk anak SD/MI proporsi jawaban benar uji akhir (P 2) ≥ 70%. Berdasarkan standar ketuntasan belajar tersebut, suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika proses uji akhir (P2) ≥ 75% atau 70%.
H. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table, daftar gambar, dan lampiran. Sedangkan pada bagian isi dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu: Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian pustaka. Pada bab ini mencakup: Hasil belajar IPA meliputi pengertian hasil belajar, macam-macam hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan ranah hasil belajar. Pembelajaran IPA Materi Cahaya meliputi pengertian IPA, fungsi mata pelajaran IPA di SD/MI, tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI dan ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI. Materi cahaya dan sifat-sifatnya meliputi sumber cahaya, sifat cahaya, pemantulan cahaya, lensa, hubungan cahaya dan penglihatan, cacat mata, alat optik dan karya berteknologi sederhana. Pendekatan SAVI meliputi pengertian pendekatan, tahap pendekatan SAVI, dan kelebihan kekurangan
pendekatan SAVI. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) meliputi pengertian KKM, fungsi KKM, dan prinsip penetapan KKM. Bab III Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini mencakup: Subyek penelitian, deskripsi kondisi awal, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II dan deskripsi pelaksanaan siklus III. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini mencakup: Deskripsi paparan per siklus meliputi, deskripsi hasil kondisi awal, deskripsi hasil penelitian siklus I, deskripsi hasil penelitian siklus II, deskripsi hasil penelitian siklus III dan perbandingan antar siklus. Bab V Penutup. Pada bab ini bersisi tentang kesimpulan dan saran yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek bidang yang diteliti. Sedangkan pada bagian akhir pada skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar IPA 1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah perubahanperubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian hasil belajar tersebut dipertegas lagi oleh Nawawi dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Suprijono (2012:5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan-keterampilan. Menurut Gagne dalam Suprijono (2013:5-6) hasil belajar terdiri dari: a.
Informasi verbal yaitu kapasibilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
c.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini sejalan dengan teori
Nawawi dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan hasil belajar menurut peneliti adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku karena pengalaman baru. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka hasil belajar merupakan hasil kegiatan belajar sedangkan belajar lebih menekankan pada proses kegiatan selain pada hasil kegiatannya. 2. Macam-macam Hasil Belajar Menurut Susanto (2013:6-11) macam-macam hasil belajar adalah sebagai berikut: a.
Pemahaman Konsep Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013:6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman ini berarti seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca, dilihat, dialami, atau dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang dilakukan. Sedangkan menurut Sumaatmadja dalam Susanto (2013:8) konsep adalah sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Dari beberapa pengertian tersebut, untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai tes baik secara lisan maupun secara tertulis. b.
Keterampilan Proses Indrawati dalam Susanto (2013:9) merumuskan bahwa keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Dengan kata lain
keterampilan
ini
digunakan
sebagai
wahana
penemuan
dan
pengembangan konsep, prinsip, dan teori. c.
Sikap Menurut Sardiman dalam Susanto (2013:11) sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia disekitarnya baik berupa individuindividu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang. Dalam hubungan dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Karena pemahaman konsep, maka dominan yang sangat berperan adalah domain kognitif.
3. Faktor-faktor yang Mempengarui Hasil Belajar Menurut Slameto (1988:56-74), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. a. Faktor Intern Faktor intern yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu: faktor biologis (jasmaniah), kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur. Kondisi cacat tubuh juga dapat mempengaruhi belajar siswa. Faktor Psikologis, kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi
mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, perhatian. Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya agar dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Ketiga, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Keempat, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang. Kelima, motif. Motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan. Keenam, kematangan. Belajar akan lebih berhasil jika siswa sudah siap (matang) dengan adanya latihan-latihan dan pelajaran. Ketujuh, kesiapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Faktor kelelahan juga dapat mempengaruhi belajar dan untuk menghindarinya perlu adanya upaya untuk menghindarkan kondisi yang menyebabkan kelelahan pada saat proses belajar. b. Faktor Ekstern Yang dimaksud faktor ekstern adalah lingkungan keluarga, cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan
akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Faktor lingkungan sekolah, hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor lingkungan masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat, di antaranya kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan, artinya secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Berdasarkan teori inihasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungan. Pertama siswa, dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan (Susanto, 2013:12). c. Ranah Hasil Belajar Proses
belajar
yang
berlangsung
menyebabkan
terjadinya
perubahan dan peningkatan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun afektif. Benyamin
Bloom dalam Sudjana (1990:22-34), secara garis besar membagi tipe hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. 3) Ranah Psikomotoris Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek dalam ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar, namun di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Batasan hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif siswa, di mana siswa dapat mengetahui, memahami, menganalisis setiap soal yang diberikan oleh guru.
4. IPA Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya a. Pengertian IPA Menurut Lord Bullock (dalam Garnida dan Budiman, 2002:6) IPA merupakan suatu proses terbuka dan IPA dipandang sebagai studi yang banyak berhubungan dengan manusia dan masyarakat, yaitu suatu studi yang memerlukan imajinasi, perasaan, pengamatan dan juga analisis. Salirawati (2008:21) mempertegas,
Ilmu
Pengetahuan
Alam
merupakan
suatu
pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi, dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain. b. Fungsi IPA di SD/MI Fungsi mata pelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut : 1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 2) Mengembangkan keterampilan proses.
3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan berkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 5) Mengembangkan
kemampuan
untuk
menerapkan
ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Garnida dan Budiman, 2002:253-254). c. Tujuan IPA di SD/MI Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 2) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan tentang alam sekitar. 3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar. 4) Bersikap
ingin
tahu,
terbuka,
kritis,
bertanggungjawab, bekerjasama, dan mandiri.
mawas
diri,
5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sebagai kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Garnida dan Budiman, 2002:254). d. Ruang Lingkup IPA untuk SD/MI Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya. 2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi : udara, air, tanah dan batuan. 3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainnya. 4) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya (Garnida dan Budiman, 2002:254).
e. Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya 1) Pengertian Cahaya Menurut Sarjono (2012:104), cahaya sangat diperlukan untuk penglihatan. Tetapi cahaya yang berlebihan juga dapat merusak penglihatan. Pada siang hari keadaan di sekeliling kita menjadi terang karena ada cahaya matahari, sedangkan pada malam hari, kita dapat melihat karena ada lampu. Dengan demikian cahaya sangat diperlukan untuk melihat benda-benda yang ada disekitar. 2) Sumber Cahaya Benda-benda yang memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya. Contoh: matahari, lilin, lampu dan nyala api. Benda yang tidak memancarkan cahaya sendiri disebut benda gelap. Contoh: meja, kursi, papan tulis, dan lain sebagainya. 3) Sifat-sifat Cahaya Cahaya mempunyai sifat-sifat yang menembus benda bening, merambat lurus, dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. a.
Cahaya menembus benda bening Benda tembus pandang atau benda bening hampir seluruhnya meneruskan cahaya yang diterimanya. Kaca, gelas, botol, dan air jernih adalah benda-benda yang tembus cahaya. Tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air memerlukan cahaya matahari.
Cahaya metahari dapat menembus air laut, air sungai dan air kolam yang dalam asalkan air tersebut jernih. Gambar: 2.1 Cahaya Menembus Benda Bening
b. Cahaya merambat lurus Cahaya merupakan partikel-partikel yang sangat kecil dan bergerak sangat cepat dengan lintasan garis lurus dengan kecepatan 300.000 km/detik. Garis-garis yang menggambarkan cahaya disebut sinar cahaya. Kumpulan sinar cahaya akan membentuk berkas cahaya. Bayangan-bayangan terjadi karena cahaya merambat lurus. Cahaya tidak dapat mencapai daerah di belakang benda. Gambar: 2.2 Cahaya Merambat Lurus
c. Cahaya dapat dipantulkan Bila cahaya mengenai benda ada dua peristiwa yang dialami oleh cahaya yang jatuh pada benda tersebut, yaitu: sebagian cahaya itu diteruskan ke dalam benda yang dikenainya. Dan sebagian cahaya itu dipantulkan kembali.
Gambar: 2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan
d. Cahaya dapat dibiaskan Cahaya yang merambat dari suatu zat ke zat yang lain akan dibiaskan di bidang perbetasan. Pembiasan cahaya disebut juga pembelokan cahaya. Pembiasan cahaya ada dua macam: pertama, pembiasan cahaya dari zat renggang ke zat yang rapat akan mendekati normal, misalnya cahaya udara ke air. Dan kedua, pembiasan cahaya dari zat rapat ke zat yang renggang akan menjadi normal.
Gambar: 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan
Besar kecilnya pembiasan cahaya terhadap suatu zat tergantung pada besar kecilnya kerapatan zat tersebut. Semakin rapat zat yang dilalui, semakin besar pula pembiasan yang terjadi. Akibat dari adanya pembiasan cahaya antara lain: tongkat atau pensil yang dicelupkan ke air kelihatan seperti patah dan dasar kolam yang airnya jernih tampak seperti dangkal dari yang sebenarnya.
Gambar: 2.5 Pemantulan Cahaya
Cahaya matahari yang putih sebenarnya terdiri dari berbagai warna yang tersusun dalam suatu spektrum warna. Peristiwa penguraian cahaya putih menjadi berbagai warna disebut dispresi. Pelangi adalah cahaya matahari yang mengalami pembiasan oleh air hujan. Bila seberkas sinar matahari mengenai titik air, maka titik air berfungsi sebagai pengurai cahaya. Sinar matahari yang putih diuraikan menjadi warna warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sinar tersebut disebut polikromatik, sedangakan warna yang tidak dapat diuraikan menjadi warna lain disebut warna tunggal atau monokromatik. 4) Pemantulan Cahaya Cermin memantulkan cahaya dengan teratur, berkas cahaya sejajar dipantulkan dalam bentuk berkas sejajar pula. Pemantulan teratur menyebabkan cermin dapat membentuk bayangan dari sebuah benda. Pada cermin datar, jarak benda ke cermin sama dengan bayangan ke cermin. Kiri kanan pada bayangan terbalik dengan kiri kanan benda. Cermin cekung dapat membentuk bayangan nyata dari sebuah benda. Bayangan nyata ialah bayangan yang dapat ditangkap oleh sebuah layar. Bayangan semu berbentuk kalau jarak benda dengan cermin dekat. Bayangan semu dalam cermin cekung biasanya lebih besar dari bendanya. Cermin cembung hanya dapat membentuk bayangan maya dari sebuah
benda. Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cembung lebih kecil dari bendanya. Jika permukaan cermin merupakan satu bidang datar, cermin itu disebut cermin datar. Cermin datar memantulkan sinar pada satu arah saja. Pemantulan cermin itu disebut pemantulan teratur. Pemantulan sinar ke segala arah atau yang terhambur itu disebut sebagai pantulan baur atau pantulan difus. Pantulan penting bagi kita. Bila cahaya matahari tidak dihamburkan oleh butir-butir debu di udara dan benda di sekelilingnya, sudut-sudut ruangan di dalam rumah dan dibawah rindangan pohon gelap gulita. Hukum pemantulan cahaya (Hukum Snellius) menyatakan bahwa: sudut datang selalu sama dengan sudut pantul, sinar datang, normal dan sinar pantul terletak pada sebuah bidang datar. Gambar: 2.6 Pembentukan Cahaya pada Cermin Datar
Gambar: 2.7 Pembentukan Cahaya pada Cermin Cekung
Gambar: 2.8 Pembentukan Cahaya pada Cermin Cembung
5) Lensa Lensa umumnya terbuat dari kaca. Salah satu atau kedua permukaannya melengkung. Lensa dapat digolongkan menjadi dua yaitu lensa cembung dan lensa cekung.
a) Lensa Cembung Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada bagian tepinya. Sifat bayangan dapat membentuk bayangan nyata atau maya, tegak, atau terbalik, lebih besar atau lebih kecil daripada bendanya (tergantung pada letak benda terhadap lensa). b) Lensa Cekung Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya. Sifat bayangan: selalu maya, tegak, lebih kecil daripada bendanya. 6) Hubungan Cahaya dan Penglihatan Kita melihat dengan mata. Oleh karenanya mata kita juga disebut indera. Mata mempunyai alis mata, kelopak mata, dan bulu mata. Bagian ini untuk melindungi mata agar debu dan keringat tidak mengotori mata. Mata selalu basah dengan air. Air mata selalu mencuci mata kita bila kemasukan debu atau benda kecil ke dalam mata. Mata kita terdapat berbagai alat misalnya: selaput pelangi atau iris, anak mata atau pupil, urat saraf, selaput tanduk atau kornea, lensa dan retina. Di belakang lensa juga terdapat rongga. Rongga ini agak besar berisi zat cair. Dinding dalam bola mata bagian belakang disebut retina. Retina inilah yang peka terhadap cahaya. Retina dihubungkan dengan otak melalui saraf mata. Bila
kita melihat sebuah benda, kita arahkan bola itu ke benda. Misalnya, kita memandang ke pohon cahaya itu dari pohon masuk ke mata melaui pupil atau anak mata. Cahaya itu kemudian melewati lensa mata. Oleh lensa mata dibentuk gambar pohon pada retina. Gambar pohon tentu terbalik letaknya. Otot mata bergerak dengan lincahnya mengubah tebal tipisnya lensa. Dengan cara menebalkan dan menipiskan lensa, otot mata dapat mengatur agar jarak titik api lensa sesuai dengan jarak benda yang diamati. Kemampuan otot mata untuk menebal tipiskan lensa dengan benda disebut akomodasi. Untuk melihat benda-benda yang dekat, otot mata kita membentuk lensa cembung. Untuk melihat benda-benda yang jauh otot-otot
kita
berusaha
menguarangi
kecembungan
lensa.
Perubahan bentuk lensa mata (akomodasi) agar benda-benda terlihat oleh mata normal. 7) Cacat Mata Ada beberapa cacat mata, antara lain: a) Astigmatisma (kelengkungan lensanya tidak merata, berkasberkas sinar mengenai mata tidak dapat terpusat sempurna). Penderita astigmatisma tidak mungkin dapat membedakan garis-garis tegak lurus dan mendatar pada saat yang bersamaan. Cacat mata ini dapat ditolong dengan kaca mata yang lensanya berbentuk silinder.
b) Rabun jauh atau miopi. Orang yang menderita miopi jarak fokus lensa matanya terlalu pendek. Penderita ini tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang jauh letaknya. Dapat ditolong dengan kaca mata cekung (lensa negatif). c) Rabun dekat atau hipermetropi. Kelainan mata seperti ini dapat ditolong dengan menggunakan kaca mata berlensa cembung (lensa positif). d) Presbiopi, penderita ini kemampuan berakomodasinya sangat lemah. Ia tak dapat melihat benda sangat jauh letaknya dan tidak bisa membaca buku pada jarak normal (20 sampai dengan 30 cm). Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan kaca mata berlensa rangkap. 8) Alat Optik Selain kacamata ada juga alat optik yang lain, yaitu sebagai berikut: a) Kaca pembesar Kaca pembesar atau lup merupakan mikroskop yang paling sederhana. Kaca pembesar terdiri dari sebuah lensa cembung. Alat ini digunakan untuk melihat benda-benda yang kecil agar kelihatan lebih besar. Pemakaian kaca pembesar didasarkan pada sifat-sifat lensa cembung.
b) Kamera Kamera atau alat pemotret adalah alat optik yang digunakan untuk membentuk gambar suatu benda. Lensa kamera umumnya terdiri dari lensa yang dipasang bersusun. Di dalam susunan ini terdapat diafragma. Diafragma berguna untuk mengatur cahaya yang akan masuk ke dalam kamera. Jika cahaya terang maka diafragma menyempit. Dan jika cahaya redup maka diafragma melebar. Cahaya yang masuk ke dalam kamera membentuk gambar pada film. Jadi, diafragma berfungsi seperti pupil pada mata. bayangan benda yang berbentuk harus jatuh pada film. Film yang digunakan pada kamera merupakan gulungan seluloid yang dilapisi zat kimia yang peka terhadap cahaya. Film itu jika dicuci akan memperlihatkan benda yang difoto pada gulungan seluloid tersebut. Kemudian jika gulungan seluloid dicetak pada keretas foto, maka bayangan itu akan terlihat seperti bentuk aslinya. c) Mikroskop Mikroskop adalah alat optik yang berguna untuk mengamati benda-benda
renik misalnya
bakteri. Mikroskop dapat
membentuk bayangan yang diperbesar kira-kira sampai seratus kali. Pada dasarnya mikroskop terdiri dari dua lensa cembung. Lensa cembung yang terletak dekat benda disebut lensa
objektif dan lensa cembung yang terleteak dekat mata disebut lensa okuler. d) Teropong Teropong adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang letaknya jauh, misalnya untuk mengamati bintang, bulan, dan planet-planet. e) Periskop Periskop adalah sejenis teropong yang biasa dipasang pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Di dalam sebuah periskop terdapat cermin dan lensa agar kita dapat melihat benda-benda yang berada di atas batas pandang. f) Overhead Projector Overhead Projector (OHP) digunakan pada gambar tembus cahaya. Alat ini biasanya digunakan sebagai alat bantu mengajar, rapat, atau seminar. Alat ini digunakan di ruangan yang tidak terlalu gelap. Gambar atau tulisan dengan spidol pada plastik tembus cahaya dapat diproyeksikan pada layar. 9) Karya Berteknologi Sederhana Karya berteknologi sederhana membuat kaca pembesar dari bohlam: a) Bahan dan alat yang diperlukan antara lain: bohlam bekas, obeng, plastik, karet gelang, air jernih, dan kertas karton.
b) Cara membuat: pertama, keluarkan isi bohlam dengan cara membukanya. Kedua, isilah bohlam kosong dengan air jernih. Ketiga, tutup leher bohlam dengan plastik dan ikat dengan karet gelang. Keempat gunakan kaca pembesar sederhana ini untuk melihat benda-benda yang kecil.
B. Pendekatan SAVI 1.
Pengertian Pendekatan SAVI Menurut Rusman (2013:380) pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Kellen dalam Rusman (2013:380) menegaskan bahwa ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered). Pendekatan pembelajaran yang
berpusat
pembelajaran
pada deduktif
guru atau
menurunkan ekspositori.
pembelajaran Sedangkan
langsung, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif. Menurut Meier (2002:91) pendekatan SAVI adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Pendekatan SAVI merupakan hasil pemikiran Meier yang menitik beratkan pembelajaran pada keterlibatan
siswa secara utuh dalam proses pembelajaran. Pendekatan SAVI menekankan belajar berdasarkan aktivitas, yaitu bergerak aktif secara fisik ketika sedang belajar dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Menurut Meier (2002:92) istilah SAVI kependekan dari Somatik (S) yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), yaitu belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditori (A) bermakna bahwa belajar dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visual (V) bermakna belajar menggunakan
indra
mata
melalui
mengamati,
menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intelektual (I) bermakna bahwa belajar menggunakan kemampuan berpikir (minds-on)
belajar
menggunakannya
dengan
melalui
konsentrasi
bernalar,
pikiran
menyelidiki,
dan
berlatih
mengidentifikasi,
menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Belajar dapat optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran (Meier, 2002: 100). Seorang siswa dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi, tetapi dapat belajar jauh lebih banyak jika dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung, membicarakan apa yang sedang dipelajari, dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
a. Belajar Somatis Menurut Meier (2002:92) belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetik, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
Namun, dalam
pembelajaran di sekolah pada umumnya terdapat pemisahan antara tubuh dan pikiran, sehingga yang berlaku adalah duduk manis, jangan bergerak, dan tutup mulut, karena beberapa guru di sekolah masih menggunakan paradigma lama yaitu belajar hanya melibatkan otak saja. Kini, pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami tantangan serius, karena penelitian Neurologi menemukan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh atau pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan pikiran adalah tubuh. Jadi, dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh sepenuhnya dalam belajar, berarti menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya (Meier, 2002: 93-95). b. Belajar Auditori Menurut Meier (2002:95) pikiran auditori lebih kuat daripada yang telah disadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari. Ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Perancangan pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam pikiran pembelajar dapat dilakukan dengan cara mengajak pembelajar membicarakan apa yang sedang dipelajari. Guru dapat menyuruh siswa menterjemahkan pengalaman dengan suara, membaca
dengan keras atau secara dramatis, ajak siswa berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai ketrampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri siswa sendiri (Meier, 2002: 96-97). c. Belajar Visual Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Pembelajar visual belajar paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Kadang-kadang dapat belajar lebih baik lagi jika menciptakan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra sendiri dari hal yang sedang dipelajari. Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang, terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkan (Meier, 2002: 97-99).
d. Belajar Intelektual Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian dari
yang
merenung,
mencipta,
memecahkan
masalah,
dan
membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana
yang
digunakan
manusia
untuk
berfikir,
menyatukan
pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar (Meier, 2002: 99-100). Karakteristik pembelajaran SAVI menurut Meier (2002) dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel: 2.1 Karakteristik Pembelajaran SAVI Pendekatan Belajar Somatis (S)
Aktivitas Belajar Orang dapat bergerak ketika mereka : 1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur 2. Secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu proses atau sistem 3. Menciptakan piktogram dan periferalnya 4. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep 5. Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya 6. Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik 7. Menjalankan pelatihan belajar aktif
Auditori (A)
Visual (V)
(simulasi, permainan belajar dan lainlain) 8. Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajari 9. Mewawancarai orang-orang di luar kelas 10. Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar. 1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras materi dari buku panduan dan layar komputer 2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung dalam buku pembelajaran yang dibaca mereka 3. Mintalah pembelajar berpasang-pasangan memperbincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkannya 4. Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan 5. Ajaklah pembelajar membuat sajak atau hafalan dari yang mereka pelajari 6. Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah : 1. Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi) 2. Grafik presentasi yang hidup 3. Benda 3 dimensi 4. Bahasa tubuh yang dramatis 5. Cerita yang hidup
Intelektual (I)
6. Kreasi pictogram (oleh pembelajar) 7. Pengamatan lapangan 8. Dekorasi berwarna-warni 9. Ikon alat bantu kerja Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti : 1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman 3. Mengerjakan perencanaan strategis 4. Memilih gagasan kreatif 5. Mencari dan menyaring informasi 6. Merumuskan pertanyaan 7. Menciptakan model mental 8. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan 9. Menciptakan makna pribadi 10. Meramalkan implikasi suatu gagasan
2. Tahapan Pendekatan SAVI Menurut Meier dalam Rusman (2013:374), pembelajaran SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan baik jika empat tahap berikut dilaksanakan dengan baik. Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut : a. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan) Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal sebagai berikut :
1) Memberikan sugesti positif (Auditori) 2) Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa (Auditori) 3) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna (Auditori) 4) Membangkitkan rasa ingin tahu (Intelektual) 5) Menciptakan lingkungan fisik yang positif (Visual) 6) Menciptakan
lingkungan
emosional
yang
positif
(Intelektual) 7) Menciptakan lingkungan sosial yang positif (Visual) 8) Menenangkan rasa takut (Auditori) 9) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar (Intelektual) 10) Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah (Auditori) 11) Merangsang rasa ingin tahu siswa (Intelektual) 12) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal (Somatis). b. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti) Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut : 1) Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan (Intelektual) 2) Pengamatan fenomena dunia nyata (Visual)
3) Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 4) Presentasi interaktif (Auditori, Visual) 5) Grafik dan sarana presentasi yang berwarna-warni (Visual) 6) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 7) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 8) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) (Intelektual) 9) Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual (Intelektual) 10) Pelatihan memecahkan masalah (Intelektual). c. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti) Pada tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru adalah sebagai berikut : 1) Aktivitas pemrosesan siswa (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 2) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali (Somatis, Intelektual)
3) Simulasi
dunia
nyata
(Somatis,
Auditori,
Visual,
Intelektual) 4) Permainan dalam belajar (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 5) Pelatihan aksi pembelajaran (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 6) Aktivitas pemecahan masalah (Intelektual) 7) Refleksi dan artikulasi individu (Auditori) 8) Dialog berpasangan atau berkelompok (Somatis, Auditori) 9) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 10) Aktivitas praktis membangun ketrampilan (Somatis, Intelektual) 11) Mengajar balik (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) d. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup) Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut : 1) Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)
2) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 3) Aktivitas penguatan penerapan (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 4) Materi penguatan pascasesi (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 5) Pelatihan terus-menerus (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 6) Umpan balik dan evaluasi kinerja (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 7) Aktivitas dukungan kawan (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). 3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI Penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan pendekatan belajar lainnya. Menurut Nurhayati (2014) kelebihan dan kekurangan dari pendekatan SAVI adalah sebagai berikut : a.
Kelebihan dari pendekatan SAVI antara lain : 1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual. 2) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif.
3) Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa. 4) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual. 5) Pembelajaran lebih menarik dengan adaya permainan belajar. 6) Pendekatan yang ditawarkan tidak kaku tetapi dapat sangat bervariasi tergantung pada pokok bahasan, dan pembelajaran itu sendiri. 7) Dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif. Orang yang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi dan sosial yang positif yaitu lingkugan yang tenang sekaligus menggugat semangat, adanya rasa minat dan kegembiraan sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran. 8) Adanya keterlibatan pembelajaran sepenuhnya. Orang dapat belajar paling baik jika dia terlihat secara penuh dan aktif serta mengambil tanggung jawab penuh atas usaha belajarnya sendiri. Belajar bukanlah sejenis olahraga untuk ditonton, melainkan menuntun peran serta semua pihak.
9) Terciptanya kerja sama di antara pembelajar. Biasanya belajar paling baik dalam lingkungan kerja sama. Semua cara belajar cenderung bersifat sosial. 10) Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar. Orang dapat belajar dengan baik jika dia mempunyai banyak variasi pilihan belajar yang memungkinkannya untuk memanfaatkan seluruh inderanya dan menerapkan gaya belajar yang dikuasainya. b. Kekurangan dari pendekatan SAVI antara lain : 1) Pendekatan ini sangat menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh. 2) Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat dipenuhi pada sekolah-sekolah maju. 3) Pendekatan yang memang tidak kaku tetapi harus disesuaikan dengan pokok bahasan materi pembelajaran. Jadi tidak berlaku untuk semua pelajaran.
4) Pendekatan SAVI ini masih tergolong baru, banyak pengajar
guru
sekalipun
yang
belum
menguasai
pendekatan SAVI tersebut. 5) Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadikan siswa itu minder.
C. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai Ketuntasan Minimal. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Kriteria ketuntasan menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan Kriteria ketuntasan ideal (KKM, 2008: 4).
2.
Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria Ketuntasan Minimal mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut: a. Sebagai Acuan bagi Pendidik Bagi pendidik, KKM digunakan untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian remidial atau layanan pengayaan. b. Sebagai Acuan bagi Peserta Didik Bagi peserta didik KKM digunakan untuk menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengikuti KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan. c. Sebagai Komponen Evaluasi KKM Sebagai komponen evaluasi KKM merupakan program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan
KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan saranaprasarana belajar di sekolah. d. Sebagai kontrak pedagogik peserta didik dan satuan pendidikan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan
pemenuhan
kebutuhan
untuk
mendukung
terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah. e. Sebagai target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat
menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat (KKM, 2008: 5-6). 3. Prinsip Penetapan KKM Penetapan Kriteria Minimal perlu mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut: a.
Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif.
b.
Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis
belajar
minimal
pada
setiap
indikator
dengan
memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi. c.
Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut.
d.
Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut.
e.
Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik.
f.
Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS).
g.
Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal (KKM, 2008:7-8).
4. Jenis Ketuntasan Kriteria Minimal Berdasarkan teori Mastery Learning KKM terdiri dari tiga aspek antara lain: a.
KKM Individual KKM Individual wajib dicapai oleh masing-masing siswa pada mata pelajaran IPA kelas V MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.
b.
KKM Kelas Pembelajaran dalam satu kelas dinyatakan berhasil mencapai ketuntasan manakala dari total siswa 85% telah mencapai KKM.
c.
KKM Nasional KKM Nasional merupakan ketetapan yang telah ditentukan oleh pemerintah di tingkat nasional yaitu 75.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subyek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Ma’arif Pulutan Sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama Islam dan sekaligus untuk meningkatkan life skill. Maka MI Ma’arif Pulutan didirikan pada tahun 1954 di Pulutan Sidorejo Salatiga Propinsi Jawa Tengah. Dalam perjalanan sejarah MI Ma’arif Pulutan yang sekarang ini memasuki tahun ke-61 dalam perjalanannya mengalami perkembangan yang signifikan. 2. Visi dan Misi Madrasah Visi: Terwujudnya centre of excellence on Elementery School, dalam agama, budi pekerti, bahasa dan sains tech. Misi: a. Membangun rasa cinta dan bangga terhadap agama, bangsa, dan tanah air . b. Menanamkan nilai-nilai Islam ahlus sunnah wal jama’ah dalam perilaku sehari-hari. c. Membentuk pribadi berakhlak mulia dan berprestasi tinggi.
d. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan beragam bahasa (Arab, Inggris, dan Jawa). e. Membekali sains tech tepat guna. 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan di MI Ma’arif Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Waktu penelitian dimulai tanggal 24 Februari 2015 sampai dengan tanggal 3 Maret 2015. Penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal IPA kelas V B MI Ma’arif Pulutan. Sehingga tidak mengganggu jadwal mata pelajaran lainnya. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut: Tabel : 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
Waktu
Kegiatan
1
20 Februari 2015
Permohonan Ijin Penelitian
2
24 Februari 2015
Pelaksanaan Pra Siklus
3
25 Februari 2015
Pelaksanaan Siklus I
4
2 Maret 2015
Pelaksanaan siklus II
5
3 Maret 2015
Pelaksanaan Siklus III
4. Tempat Penelitian Penelitian tindakan dilaksanakan di kelas V B MI Ma’arif Pulutan Kecamatan Sidorejo kota Salatiga. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada: a. Pembelajaran IPA di MI Ma’arif Pulutan masih bersifat informatif.
b. Hasil belajar IPA kelas V B masih kurang. 5. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan Guru MI Ma’arif Pulutan, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga. Tabel: 3.2 Guru MI Ma’arif Pulutan NO 1 2
NAMA
L/P
Drs. H. Abdul Basith, M L PdI L Saefudin Kolyubi, S.Pd.I
IJAZAH S2 S1
3
Murtadho, S.Ag
L
S1
4
Wiwin Nuryani, S.Pd.I
P
S1
5
Hanik Mufidah, S Ag.
P
S1
6
M. Agus Indriyatno, S PdI
L
S1
7
Asibro Mulisi, S.Pd.I
L
S1
8
Siti Anisah, S PdI
P
S1
9
Y. Ari Purwanto, S Pd
L
S1
10
Siti Haniah, S.Pd.I
P
S1
11
Ustadzah, S Ag
P
S1
12
Yeni Setiawan, S Psi
P
S1
13
Aini Nur Faizah, S Pd
P
S1
14
Sujoro, S Pd.
15
Umi Tasripah, S Pd
16
Khurotul Aini, S Pd.
17
Hj. RA Umi Saktie H, Lc
18
Ratim, S.Ag
19
Ulfah Rahmawati, M.Pd.I
L P P P L P
S1 S1 S1 S2 S1 S2
20 21
Mufidati Asy'ari, S.Pd.I Sugianto, S.Pd.I
P L
S1 S1
22
M. Miftahul Huda
L
S1
23
Umi Tafrikah, S.Pd
P
S1
24
Desi Nuraini
P
SMA
b. Keadaan Siswa Kelas V B MI Ma’arif Pulutan Siswa kelas V B MI Ma’arif Pulutan berjumlah 20 Siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel: 3.3 Daftar Siswa kelas V B di MI Ma’arif Pulutan No. 1
Nama Agus Riyanto
L/P L
2
Andika Rahmat Dhany
L
3
Asna Aniva Fuadiyah
P
4
Avriel Putri Antix
P
5
Awaludin Fajar Maulana
L
6
Bahra Marsa Tibra
P
7
Dzal Mahera
L
8
Fabilla Al Hanuf
P
9
Hafsyah Zata Huwaina
L
10
Hussein Nurrokhim
L
11
Laelatul Maghfiroh
P
12
M. Firmansyah
L
13
M. Kevin Reynanta Febriannur
L
14
M. Nabawi
L
15
Maulana Deta Ariyadi
L
16
Nidaul Fahrina
P
17
Rifqi Ahmad Yusuf
L
18
Rizki Ali Makruf
L
19
Robert Aqdam Syauqillah
L
20
Windy Astini
P
B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi awal merupakan tindakan awal pembelajaran sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil belajar atau tes prasiklus dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di MI Ma’arif Pulutan Kec. Sidorejo Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil prasiklus diperoleh melalui tes tertulis berupa hasil belajar atau nilai sebelum diadakannya penelitian pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil tes awal didapat bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 65. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh hanya 43 dengan presentase secara klasikal siswa yang belum tuntas adalah sebesar 85% dan siswa yang tuntas 15%. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh baik oleh guru maupun siswa itu sendiri. Faktor dari guru berupa terlalu monotonnya penerapan pendekatan dalam pembelajaran sehingga siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi pembelajaran yang diberikan, sehingga hasil belajarnya masih kurang memuaskan. Hasil belajar pada pembelajaran prasiklus dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel: 3.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus Ketuntasan No
Nama Siswa
Nilai Prasiklus
Tuntas
Belum Tuntas
1
Agus Riyanto
40
√
2
Andika Rahmat Dhany Asna Aniva Fuadiyah Avriel Putri Antix
40
√
30
√
25
√
35
√
6
Awaludin Fajar Maulana Bahra Marsa Tibra
25
√
7
Dzal Mahera
40
√
8
Fabilla Al Hanuf
45
√
9
75
10
Hafsyah Zata Huwaina Hussein Nurrokhim
35
√
11
Laelatul Maghfiroh
55
√
12
M. Firmansyah
50
√
13
M. Kevin Reynanta Febriannur M. Nabawi
35
√
50
√
75
16
Maulana Deta Ariyadi Nidaul Fahrina
25
√
17
Rifqi Ahmad Yusuf
30
√
18
Rizki Ali Makruf
35
√
19
Robert Aqdam Syauqillah Windy Astini
45
√
70
√
Jumlah
860
3
3 4 5
14 15
20
√
√
17
Nilai rata-rata
43
15%
85%
Dari data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel: 3.5 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus No
Skor
1 2 3 4
90-100 70-89 50-69 ≤30-49
Kriteria (Indikator) Baik sekali (Sangat Baik) Baik (Tinggi) Cukup Baik (Cukup) Kurang Baik (Rendah) Jumlah
Jumlah Siswa 0 3 3 14 20
Persentase 0% 15% 15% 70% 100%
Dilihat dari tabel 3.5 diatas, masih banyak siswa yang belum tuntas belajarnya, dalam proses pembelajaran prasiklus tersebut siswa kurang bersemangat dan bermalas-malasan. Selain itu siswa terlihat tegang saat peneliti mulai menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas. Oleh karena itu untuk menumbuhkan semangat dan mempermudah siswa untuk memahami materi cahaya dan sifat-sifatnya maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran menggunakan penerapan pendekatan SAVI. Perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan tiga tahap, yaitu pembelajaran siklus I, siklus II dan siklus III. Pelaksanaan tindakan kelas disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
C. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dan menganalisa hasil observasi yang dikaitkan dengan hasil tertulis, maka pada siklus pertama perlu ditanggulangi dengan menggali persepsi awal siswa tentang materi yang akan dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2015 dan terdiri dari empat tahap, yaitu: 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menyusun perencanaan tindakan dimulai dengan menentukan materi pembelajaran kelas V semester II yaitu mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan tujuan pembelajaran siswa dapat memahami dan menjelaskan tentang penerapan konsep cahaya dan sifatsifatnya melalui pendekatan SAVI dan membuat rangkaian penilaian berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dan juga membuat instrument penilaian observasi guna mengetahui aktifitas belajar siswa. Perencanaan pada tindakan siklus I dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). RPP yang dibuat memperhatikan berbagai aspek seperti mencantumkan (a) Standar Kompetensi (SK); (b) Kompetensi Dasar (KD); (c) Indikator; (d) Tujuan pembelajaran; (e) Materi pembelajaran; (f) Pendekatan Pembelajaran; (g) Langkah-langkah pembelajaran; (h) Media dan sumber belajar; dan (i) Penilaian. 2. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2015 di kelas V B MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa dan seluruh siswa hadir. Penelitian siklus I sudah menerapkan pendekatan SAVI yaitu dengan menggunakan media audio visual dan melakukan praktikum. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru atau pengajar, adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Pada pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagaimana tertuang dalam RPP sebagai berikut: a. Kegiatan Awal 1) Guru mengkondisikan kelas dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa. 2) Guru mengabsensi siswa. 3) Apersepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang materi cahaya dan sifat-sifatnya. 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi -
Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum dipahami ketika materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya ditayangkan dengan video pembelajaran.
-
Guru meminta siswa untuk mendengarkan dan mengamati materi
pembelajaran
cahaya
dan
sifat-sifatnya
yang
ditayangkan dalam video pembelajaran. 2) Elaborasi -
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
-
Guru membentuk 4 pos yang masing-masing pos berisi perintah untuk melakukan praktik cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat dibiaskan. -
Siswa secara bergantian praktik dan secara berkelompok bergeser untuk berpindah dari pos 1 ke pos 4.
3) Konfirmasi -
Beberapa siswa disuruh maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil praktikum.
-
Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju ke depan kelas.
-
Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap hasil pembelajaran tersebut.
c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan. 2) Guru memberikan tes formatif.
3) Guru mengevaluasi dan merekap penilaian. 4) Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang. 5) Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah. 6) Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas. Sebagaimana disebutkan dalam kegiatan diatas bahwa diakhir proses pembelajaran guru memberikan tes praktek dan tes tertulis guna mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan kelas pertama sebagaimana berikut: Tabel: 3.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I
No
Nama Siswa
1 2
Agus Riyanto Andika Rahmat Dhany Asna Aniva Fuadiyah Avriel Putri Antix Awaludin Fajar Maulana Bahra Marsa Tibra Dzal Mahera Fabilla Al Hanuf Hafsyah Zata Huwaina Hussein Nurrokhim Laelatul Maghfiroh M. Firmansyah M. Kevin Reynanta Febriannur M. Nabawi Maulana Deta Ariyadi
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai Siklus I 60 65
Ketuntasan Belum Tuntas Tuntas √ √
50
√
40 55
√ √
40 60 60 85
√ √ √ √ √
60 70 65 50
√ √
65 80
√ √
√
16 17 18 19 20
Nidaul Fahrina Rifqi Ahmad Yusuf Rizki Ali Makruf Robert Aqdam Syauqillah Windy Astini Jumlah Nilai rata-rata
√ √ √
40 55 50 65
√
80 1195 59,75
√ 8 40%
12 60%
Dari data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel: 3.7 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I No
Skor
1 2 3 4
90-100 70-89 50-69 ≤30-49
Kriteria (Indikator) Baik sekali (Sangat Baik) Baik (Tinggi) Cukup Baik (Cukup) Kurang Baik (Rendah) Jumlah
Jumlah Siswa 0 4 13 3 20
Persentase 0% 20% 65% 15% 100%
Berdasarkan table 3.7 di atas dapat diketahui bahwa persentase siswa yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan sebesar 8 anak atau sebesar 40%. Dari 20 siswa kelas V B, baru ada 4 anak yang masuk kategori baik atau sebesar 20% dan sudah terdapat 13 anak atau sebesar 65% yang masuk kategori cukup baik. Sedangkan siswa yang masih berada pada kategori kurang baik adalah 3 anak atau 15%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil perbaikan pembelajaran IPA melalui penerapan pendekatan SAVI pada siswa kelas V B dapat meningkatkan hasil belajar IPA meskipun belum sempurna. Hasil yang
diperoleh pada siklus I belum mencapai indikator yang diharapkan, maka masih diperlukan siklus selanjutnya yaitu siklus II. 3. Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi/ pengamatan ditujukan pada subyek yaitu siswa sebagai responden. Adapun aspek yang diamati pada pengamatan adalah penerapan pendekatan SAVI yang mencakup aspek somatis, auditori, visual, dan intelektual. Kegiatan pengamatan ini dilaksanakan selama kegiatan pelaksanaan tindakan kelas pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hasil observasi pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I sebagaimana berikut:
Tabel: 3.8 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus I No
Nama
1
Agus Riyanto
2
Andika Rahmat Dhany Asna Aniva Fuadiyah Avriel Putri Antix
3 4 5
Aspek Somatis Ya Tidak √ √
Aspek Auditori Ya Tidak √ √
√
√
√
√
√
√
Aspek Visual Ya Tidak √
√
Aspek Intelektual Ya Tidak √ √
√
√ √
√
√ √
6
Awaludin Fajar Maulana Bahra Marsa T
7
Dzal Mahera
√
√
√
√
8
Fabilla Al Hanuf
√
√
√
√
√
√
√
√
9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
Hafsyah Zata Huwaina Hussein Nurrokhim Laelatul Maghfiroh M. Firmansyah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
M. Kevin Reynanta Febriannur M. Nabawi Maulana Deta Ariyadi Nidaul Fahrina
√ √
Robert Aqdam Syauqillah Windy Astini Jumlah
√
√ √ √ √
√
√
Rifqi Ahmad Yusuf Rizki Ali Makruf
√
√ √ √
√ √
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
8
12
16
4
15
5
6
14
Dari tabel 3.8 di atas didapat jumlah pengamatan pada aspek somatis sebanyak 8 siswa, pada aspek auditori sebanyak 16 siswa, pada aspek visual sebanyak 15 siswa dan pada aspek intelektual sebanyak 6 siswa. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa rata-rata aktifitas belajar siswa sudah bayak yang memperhatikan semua aspek yang dinilai meskipun belum semua siswa mengetahuinya. 4. Refleksi Setelah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan pada siklus I, maka selanjutnya peneliti mengadakan refleksi. Dari hasil pelaksanaan
tindakan kelas yang sudah dilakukan, peneliti menemukan kelemahan yang terjadi antara lain: a. Guru kurang mengkondisikan siswa pada saat pembelajaran berlangsung sehingga diperlukan penambahan aktifitas guru dalam pengkondisian kelas. b. Siswa belum begitu memahami mengenai materi cahaya dan sifat-sifatnya sehingga terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan materi yang dipelajari. c. Terdapat beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam melakukan penerapan pendekatan SAVI sehingga pada siklus selanjutnya guru lebih merata dalam pendampingan siswa. d. Pembelajaran belum bisa mengoptimalkan waktu sehingga untuk siklus berikutnya perlu membatasi waktu agar semua kegiatan pembelajaran terlaksana sesuai dengan waktu yang ditetapkan. e. Terdapat perilaku penyimpangan siswa diantaranya ada yang mengganggu siswa lain. Dengan demikian hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai indikator yang diharapkan yaitu sebesar 60% siswa belum tuntas belajar, untuk itu masih perlu melaksanakan tahap berikutnya yaitu siklus II.
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Melihat hasil refleksi pada siklus I, maka siklus II peneliti mencoba memperbaiki pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan
perbaikan dengan merubah alat peraga, media pembelajaran, pembagian kelompok dan posisi tempat duduk diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA dalam menerapkan pendekatan SAVI. Adapun deskripsi data proses perbaikan pembelajaran IPA materi antara cahaya dan penglihatan saling berhubungan dengan menerapkan pendekatan SAVI pada siklus II sebagaimana uraian di bawah ini: 1. Perencanaan Perencanaan yang dilakukan dalam siklus II didasarkan pada hasil yang diperoleh pada pembelajaran siklus I. Perencanaan siklus II adalah sebagai berikut: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada tanggal 2 Maret 2015. b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan merevisi bagian-bagian yang masih dianggap kurang pada RPP siklus pertama, RPP disesuaikan dengan pokok bahasan dan instrumen pengumpulan data selama penelitian dilaksanakan. c. Penyiapan media pembelajaran, yaitu media audio visual serta menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum. d. Seperti halnya siklus I, peneliti menyiapkan soal tes formatif dan lembar observasi untuk siswa. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian siklus kedua pada tanggal 2 Maret 2015 pada kelas yang sama. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan pelaksanaan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan awal 1) Guru mengkondisikan kelas dan mengucapkan salam. 2) Guru mengajak peserta didik berdoa sebelum pelajaran dimulai. 3) Guru mengabsen siswa. 4) Apersepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. 5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 6) Guru memotivasi siswa untuk membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran untuk belajar 7) Guru merubah posisi tempat duduk dalam bentuk leter U, dilanjutkan mempersiapkan siswa mengikuti tahapan pembelajaran selanjutnya. b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi - Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum dipahami ketika materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya ditayangkan dengan video pembelajaran. - Guru meminta siswa untuk mendengarkan, mengamati dan menceritakan ulang materi antara cahaya dan penglihatan
saling berhubungan yang sudah ditayangkan dalam video pembelajaran. 2) Elaborasi -
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
-
Siswa
secara
bergantian
dalam
setiap
kelompok
mempraktikkan sifat bayangan yang terjadi dalam cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. -
Setelah selesai praktikum, setiap kelompok berdiskusi tentang cacat mata dan alat optik yang membantu penglihatan.
3) Konfirmasi - Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusi dengan menunjuk salah satu siswa menjadi juru bicara. - Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju ke depan kelas. - Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap hasil pembelajaran tersebut. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan serta memberi hadiah bagi siswa yang bias menjawab pertanyaan secara lisan. 2) Guru memberikan tes formatif. 3) Guru mengevaluasi dan merekap penilaian. 4) Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang.
5) Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah. 6) Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas. Sebagaimana pada siklus sebelumnya, pada siklus II di akhir belajar mengajar siswa diberi tugas untuk mengerjakan tes formatif. Dari akhir pelaksanaan siklus II tersebut diperoleh hasil belajar siswa sebagai berikut: Tabel: 3.9 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II
No
Nama Siswa
1 2
Agus Riyanto Andika Rahmat Dhany Asna Aniva Fuadiyah Avriel Putri Antix Awaludin Fajar M Bahra Marsa Tibra Dzal Mahera Fabilla Al Hanuf Hafsyah Zata Huwaina Hussein Nurrokhim Laelatul Maghfiroh M. Firmansyah M. Kevin Reynanta Febriannur M. Nabawi Maulana Deta Ariyadi Nidaul Fahrina Rifqi Ahmad Yusuf Rizki Ali Makruf Robert Aqdam Syauqillah Windy Astini Jumlah
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nilai Siklus II 80 85
Ketuntasan Belum Tuntas Tuntas √ √
60
√
55 60 55 70 75 90
√ √ √ √ √ √
70 80 75 70
√ √ √ √
75 90
√ √ √
60 65 65 80
√ √ √
90 1450
√ 15
5
Nilai rata-rata
72,5
75%
25%
Dari data di atas kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna mengklasifikasikan nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel: 3.10 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No
Skor
1 2 3 4
90-100 70-89 50-69 ≤30-49
Kriteria (Indikator) Baik sekali (Sangat Baik) Baik (Tinggi) Cukup Baik (Cukup) Kurang Baik (Rendah) Jumlah
Jumlah Siswa 3 10 7
Persentase
20
100%
15% 50% 35%
Berdasarkan tabel 3.10 dapat diketahui bahwa persentase siswa yang mencapai nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan sebanyak 15 siswa atau 75%. Dari 20 siswa, sudah terdapat 3 anak yang masuk kategori baik sekali atau sebesar 15%, dan siswa yang mendapat kategori baik sebanyak 10 anak atau 50%, siswa yang masuk kategori cukup baik 7 anak atau 35% sedangkan siswa yang masuk kategori kurang baik sudah tidak ada. Melihat hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa menunjukkan hasil rata-rata 72,5 dan ketuntasan belajar secara klasikal 75%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, meskipun belum sempurna. Meskipun demikian, masih perlu adanya perbaikan atau pelaksanaan tindakan kelas berikutnya guna menyempurnakan ketuntasan hasil belajar yang diinginkan.
3. Observasi Kegiatan observasi pada siklus II ini hampir sama dengan pelaksanaan siklus I. Selama proses belajar mengajar berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam pembelajaran menggunakan lembar observasi untuk mengetahui peningkatan aktifitas belajarnya. Adapun hasil penilaian untuk observasi siswa pada siklus II sebagaimana tabel berikut: Tabel: 3.11 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus II No
Nama
Aspek Somatis Ya
Tidak
Aspek Auditori Ya
Tidak
Aspek Visual Ya
Tidak
Aspek Intelektual Ya
1
Agus Riyanto
√
√
√
2
√
√
√
√
√
√
6
Andika Rahmat Dhany Asna Aniva Fuadiyah Avriel Putri Antix Awaludin Fajar Maulana Bahra Marsa T
7
Dzal Mahera
√
√
√
√
8
Fabilla Al Hanuf
√
√
√
√
9
Hafsyah Zata Huwaina Hussein Nurrokhim Laelatul Maghfiroh M. Firmansyah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
M. Kevin Reynanta Febriannur
√
√
3 4 5
10 11 12 13
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
Tidak
√ √
√
√
√
14
M. Nabawi
√
√
√
√
15
Maulana Deta A
√
√
√
√
16
Nidaul Fahrina
17
Rifqi Ahmad Yusuf Rizki Ali Makruf Robert Aqdam Syauqillah Windy Astini
18 19 20
Jumlah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
15
5
18
2
16
5
13
7
Dari tabel 3.11 didapat jumlah pengamatan pada aspek somatis 15 siswa, pada aspek auditori 18 siswa, pada aspek visual 16 siswa dan pada aspek intelektual 13 siswa. Hasil tersebut telah meningkat bila dibandingkan dengan hasil pada siklus sebelumnya. 4. Refleksi Setelah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan siklus II maka peneliti mengadakan refleksi. Dari hasil pelaksanaan tindakan tersebut sudah cukup baik hal ini terbukti dengan 15 siswa atau sebesar 75% sudah tuntas belajarnya, kendati demikian ternyata ada kelemahan yang terjadi sebagai berikut: a. Guru atau peneliti belum bisa mengalokasikan waktu sesuai RPP. b. Masih ditemukan beberapa siswa yang diskusi sendiri tidak memperhatikan pelajaran. c. Ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam penerapan pendekatan SAVI.
d. Masih terdapat kesulitan siswa dalam menjawab soal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti perlu melakukan perbaikan sebagai berikut: a. Meningkatkan motivasi kepada siswa agar lebih efektif dalam pembelajaran. b. Meningkatakan pengelolaan kelas. c. Memperbaiki butir soal yang akan diujikan pada siklus berikutnya dan menambahkan materi yang ada sesuai indikator yang telah ditetapkan. d. Meningkatkan media pembelajaran, yaitu media audio visual serta alat dan bahan untuk melakukan praktikum.
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Melihat hasil refleksi pada siklus II, maka pada siklus III peneliti mencoba memperbaiki pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun langkahlangkah yang ditempuh sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada siklus III ini peneliti lebih teliti lagi dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran. Sebagaimana pada siklus kedua, perencanaan tindakan pembelajaran pada siklus III dituangkan dalam bentuk RPP dengan merevisi bagian yang masih dianggap kurang pada RPP siklus II. Selain itu RPP juga dirancang dengan berorientasi pada penerapan pendekatan SAVI untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA materi karya berteknologi sederhana. Seperti halnya siklus sebelumnya, pada siklus III peneliti juga mempersiapkan media pembelajaran, materi pembelajaran, lembar observasi dan soal tes formatif. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian siklus III dilakukan pada tanggal 3 Maret 2015 pada kelas yang sama. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran
yang
telah
disiapkan.
Kegiatan-kegiatan
pelaksanaan pada siklus III ini pada dasarnya sama dengan siklus-siklus sebelumnya
yaitu mengacu pada
RPP
yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus III dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan awal 1) Guru mengkondisikan kelas dan mengucapkan salam. 2) Guru mengajak peserta didik berdoa sebelum pelajaran dimulai. 3) Guru mengabsen siswa. 4) Apersepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. 5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 6) Guru memotivasi siswa untuk membangkitkan minat dan menumbuhkan kesadaran untuk belajar.
7) Guru merubah posisi tempat duduk dalam bentuk corak tim, dilanjutkan mempersiapkan siswa mengikuti tahapan pembelajaran selanjutnya. b. Kegiatan Inti 1) Eksplorasi -
Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum dipahami ketika materi pembelajaran ditayangkan dengan media audio visual.
-
Guru meminta siswa untuk mendengarkan, mengamati dan menceritakan ulang tentang materi pembelajaran karya berteknologi sederhana yang ditayangkan melalui video pembelajaran.
2) Elaborasi -
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
-
Siswa secara berkelompok praktik membuat karya berteknologi sederhana yaitu kaca pembesar dari bohlam.
3) Konfirmasi - Setiap kelompok maju ke depan kelas dan menunjuk salah satu siswa untuk menjelaskan hasil praktikum.
- Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju ke depan kelas. - Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap hasil pembelajaran tersebut. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan penguatan dan kesimpulan serta memberi hadiah bagi siswa yang bias menjawab pertanyaan secara lisan. 2) Guru memberikan tes formatif. 3) Guru mengevaluasi dan merekap penilaian. 4) Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang. 5) Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah. 6) Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas. Data hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan kelas siklus III sebagaimana di bawah ini:
Tabel: 3.12 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus III
No
Nama Siswa
1 2
Agus Riyanto Andika Rahmat Dhany Asna Aniva Fuadiyah Avriel Putri Antix Awaludin Fajar M Bahra Marsa Tibra Dzal Mahera Fabilla Al Hanuf
3 4 5 6 7 8
Nilai Siklus III 90 95 75 60 80 70 80 90
Ketuntasan Belum Tuntas Tuntas √ √ √ √ √ √ √ √
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hafsyah Zata Huwaina Hussein Nurrokhim Laelatul Maghfiroh M. Firmansyah M. Kevin Reynanta Febriannur M. Nabawi Maulana Deta Ariyadi Nidaul Fahrina Rifqi Ahmad Yusuf Rizki Ali Makruf Robert Aqdam Syauqillah Windy Astini Jumlah Nilai rata-rata
100
√
85 95 85 80
√ √ √ √
85 100
√ √ √
60 75 80 90
√ √ √
95 1670 83,5
√ 18 90%
2 10%
Dari data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel guna mengklasifikasi nilai hasil belajar siswa. Adapun klasifikasi nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel: 3.13 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III No
Skor
1 2 3 4
90-100 70-89 50-69 ≤30-49
Kriteria (Indikator) Baik sekali (Sangat Baik) Baik (Tinggi) Cukup Baik (Cukup) Kurang Baik (Rendah) Jumlah
Jumlah Siswa 8 10 2
Persentase
20
100%
40% 50% 10%
Berdasarkan tabel 3.13 dapat diketahui bahwa Persentase siswa yang mencapai nilai sesuai dengan indicator keberhasilan yang diharapkan
yaitu ≥65 dari KKM atau nilai diatas 65 adalah 18 anak atau sebesar 90%. Dari 20 siswa, sudah terdapat 8 anak yang masuk pada kategori baik sekali atau sebesar 40% dan siswa yang mendapat nilai kategori baik terdapat 10 anak atau sebesar 50%, sedangkan siswa yang masuk pada kategori cukup baik tinggal 2 anak atau sebesar 10%, dan siswa yang berada pada kategori kurang baik sudah tidak ada lagi sebagaimana pada siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus III tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: 1) Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa 72,5 setelah dilakukan perbaikan mengalami peningkatan menjadi 83,5 pada siklus III. 2) Jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II sebesar 15 anak menjadi 18 anak tuntas belajar pada siklus III. Melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA menunjukkan hasil rata-rata 83,5 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 90%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tersebut memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu nilai rata-rata 65 dan ketuntasan 85% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus III. 3. Observasi Berdasarkan lembar pengamatan yang dilakukan guru kolaborator, di siklus ketiga ini terdapat peningkatan hasil belajar IPA yang maksimal,
siswa juga sudah paham dan mengenal langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan pendekatan SAVI sehingga siswa sudah perhatian dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi kelas juga terbukti sudah kondusif, siswa aktif dan gembira dalam mengikuti pembelajaran. Adapun hasil penilaian untuk observasi siswa pada siklus III sebagaimana tabel berikut:
Tabel : 3.14 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus III No
Nama
Aspek Somatis Ya Tidak √
Aspek Auditori Ya Tidak √
Aspek Visual Ya Tidak √
Aspek Intelektual Ya Tidak √
1
Agus Riyanto
2
Andika Rahmat Dhany Asna Aniva Fuadiyah Avriel Putri Antix
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6
Awaludin Fajar Maulana Bahra Marsa T
√
√
√
√
7
Dzal Mahera
√
√
√
√
8
Fabilla Al Hanuf
√
√
√
√
9
Hafsyah Zata Huwaina Hussein N
√
√
√
√
√
√
√
√
Laelatul Maghfiroh M. Firmansyah
√
√
√
√
√
√
√
√
M. Kevin Reynanta Febriannur
√
√
√
√
3 4 5
10 11 12 13
14
M. Nabawi
√
√
√
√
15
Maulana Deta A
√
√
√
√
16
Nidaul Fahrina
√
√
17
Rifqi Ahmad Yusuf Rizki Ali Makruf
√
√
√
√
√
√
√
√
Robert Aqdam Syauqillah Windy Astini
√
√
√
√
√
√
√
√
18 19 20
Jumlah
√
19
1
20
0
20
√
0
19
1
Dari tabel 3.14 didapat jumlah pengamatan pada aspek somatis sebanyak 19 siswa, pada aspek auditori sebanyak 20 siswa, pada aspek visual 20 siswa dan pada aspek intelektual sebanyak 19 siswa. Hasil tersebut jelas lebih meningkat dibandingkan dengan hasil pada siklus sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SAVI pada pelajaran IPA kelas V materi cahaya dan sifat-sifatnya dapat meningkat. 4. Refleksi Hasil dari pengamatan siklus III dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Kesimpulan juga diambil dari siklus sebelumnya. Diharapkan refleksi ini membenarkan hipotesis yang peneliti ajukan. Hasil dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus III telah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA dan hasil pada siklus III juga telah memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal ataupun
indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Untuk itu penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil karena seluruh siswa yang berjumlah 20 anak dinyatakan tuntas belajarnya sebesar 90% dengan nilai rata-rata 83.5 serta peningkatan pada setiap aspek pengamatan. Secara umum kesiapan guru dalam penyusunan RPP dan penyediaan instrumen atau lembar pengamatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sudah baik, guru mampu mengarahkan siswa pada tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru telah mampu mengelola dengan baik sehingga pembelajaran dapat terlaksana sesuai rencana. Setalah mengadakan perbaikan dalam menanggulangi kekurangan sebagaimana ada pada siklus sebelumnya, maka semua dapat berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa sudah mengerti dengan penerapan pendekatan SAVI sehingga siswa tidak bingung lagi dalam presentasi dan mengerjakan tes formatif secara individu maupun kelompok. Setelah dilakukan refleksi terhadap hasil belajar IPA yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan SAVI pada mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya menunjukkan peningkatan yang signifikan, untuk itu penelitian dapat dihentikan pada siklus ini.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus 1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus) MI Ma’arif Pulutan terletak di Jl. Dipomenggolo No. 25 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Proses pembelajaran IPA di kelas V B masih bersifat informatif yang menyebabkan kebosanan bagi siswa. Sedangkan alat peraga untuk belajar khususnya mata pelajaran IPA masih terbatas,
sehingga
menyebabkan
minat
belajar
siswa
berkurang.
Penyampaian materi pada saat pembelajaran dengan cara transfer ilmu pengetahuan mengakibatkan daya ingat siswa menyerap pelajaran dalam jangka pendek dan akan mudah lupa. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Adapun hasil tes awal dapat dilihat dari tabel data sebagai berikut: Tabel: 4.1 Rata-Rata Hasil Tes Awal
No
Skor
1 2 3 4
90-100 70-89 50-69 ≤30-49
Kriteria (Indikator)
Jumlah Siswa
Persentase
Ratarata Kelas
Baik sekali (Sangat Baik) Baik (Tinggi) Cukup Baik (Cukup) Kurang Baik (Rendah) Jumlah
0 3 3 14 20
0% 15% 15% 70% 100%
43
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas belajarnya yaitu nilai ≤ 30 - 49 sebanyak 14 siswa atau
70%, dan nilai 50-69 sebanyak 3 siswa atau 15%. Sedangkan siswa yang mencapai nilai KKM hanya 3 siswa atau 15%. Dari nilai rata-rata prasiklus 43 artinya tidak mencapai nilai KKM mata pelajaran IPA yakni 65. Melihat kondisi awal tersebut maka perlu dilakukan tindakan kelas. 2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan Penelitian Siklus I Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari pembelajaran I, soal tes formatif I dan alat-alat pembelajaran yang mendukung. Selainitu juga dipersiapkan lembar observasi/ pengamatan. Sebelum perbaikan siklus I, peran guru sangat dominan dengan metode ceramah dalam pembelajaran, tetapi setelah menggunakan pendekatan SAVI dominasi guru menjadi berkurang sebab siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. b. Pelaksanaan Penelitian Siklus I Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2015 di kelas V B dengan jumlah 20 siswa, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan.
Dalam siklus I
pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang direncanakan difokuskan pada penerapan pendekatan SAVI sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA. Fokus penelitian adalah hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI serta dampaknya terhadap
hasil pembelajaran. Penelitian pada siklus I telah menunjukkan bahwa penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada kelas V materi cahaya dan sifat-sifatnya, meskipun belum mencapai indikator keberhasilan secara klasikal yang diharapkan. Adapun hasil test siklus I adalah sebagai berikut: Tabel: 4.2 Rata-rata Hasil Tes Siklus I
No
Skor
1
90-100
2 3 4
Kriteria (Indikator)
Baik sekali (Sangat Baik) 70-89 Baik (Tinggi) 50-69 Cukup Baik (Cukup) ≤30-49 Kurang Baik (Rendah) Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase
0
0%
3 3 14
15% 15% 70%
20
100%
Ratarata Kelas
59,75
Peningkatan hasil belajar meningkat cukup baik, yaitu dari nilai rata-rata hasil belajar sebesar 43 pada kondisi awal atau prasiklus, menjadi 59,75 pada siklus I atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 16,75 angka, sedangkan tingkat ketuntasan belajar baru tercapai oleh 8 anak atau sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal mengalami kenaikan 25% dari prasiklus yang hanya sebesar 15%. Hasil ini masih di bawah indikator keberhasilan yang diharapkan hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari diri siswa maupun faktor dari
guru.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi
ketidakberhasilan pelaksanaan pada siklus I antara lain faktor dari dalam diri siswa yaitu penerapan pendekatan SAVI pada aspek somatis dan intelektual tidak maksimal. Hal ini terlihat dari siswa yang masih berbicara sendiri diluar materi yang diajarkan sehingga siswa tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru dan kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Pada siklus selanjutnya perlu dicoba untuk memberikan motivasi yang lain sehingga suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan hasil belajar siswa juga makin meningkat sesuai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan siklus I selama proses pembelajaran dibutuhkan adanya pengamatan dari guru kolaborator. Pengamatan ini meliputi: pertama, pengamatan terhadap guru selama melaksanakan proses pembelajaran, dan kedua, pengamatan terhadap siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Berikut tabel pengamatan terhadap guru melaksanakan pendekatan SAVI dalam pembelajaran. Tabel: 4.3 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus I No 1
2 3 4 5
Variabel Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Kemampuan guru mengelola kelas Kemampuan mengelola waktu Memberikan apersepsi Menyajikan permasalahan
Skor 2
Persentase 50
Kategori C
Kriteria Cukup
1
25
D
Kurang
2
50
C
Cukup
2
50
C
Cukup
2
50
C
Cukup
6
7
8 9 10
Kemampuan membimbing membuat hipotesis Kemampuan membimbing menemukan informasi atau data Membimbing siswa menganalisis data Membimbing siswa mebuat kesimpulan Menutup pelajaran
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
2
50
C
Cukup
4
100
A
Sangat baik
Jumlah
24
600
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata Persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I mencapai rata-rata 60% dengan kategori cukup. Selanjutnya Persentase penilaian rata-rata dari hasil pengamatan terhadap siswa selama melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan SAVI dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel: 4.4 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus I No 1 2
3 4
5
6
Variabel Kedisiplinan siswa Kesiapan siswa menerima pelajaran Keaktifan siswa Kemampuan membuat hipotesis Kemampuan mendapatkan informasiatau data Kemampuan
Skor 2
Persentase 50
Kategori C
Kriteria Cukup
3
75
B
Baik
3 2
75 50
B C
Baik Cukup
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
menganalisis informasi atau data Kemampuan membuat kesimpulan Jumlah
7
3
75
19
475
B
Baik
Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata Persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I adalah 67,85% dalam kategori cukup. c. Pelaksanaan Refleksi Siklus I Dalam pembelajaran siklus I sudah sesuai dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan SAVI, ini terlihat jelas pada Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) dan pelaksanaannya. Kegiatan guru dalam pembelajaran ini sudah baik, ada beberapa aspek yang belum mencapai 100% antara lain persiapan guru memulai pelajaran 50%, kemampuan guru mengelola kelas 25%, menyajikan pertanyaan atau permasalahan 50%, membimbing membuat kesimpulan 50 %. Ini yang menjadi tindakan lebih lanjut pada siklus II agar lebih baik. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini dalam kategori cukup yaitu 67,86% dapat disimpulkan bahwa Persentase tiap variabel belum bisa maksimal. Berdasarkan refleksi pada siklus I terlihat adanya beberapa hambatan yakni masih terlihat adanya beberapa siswa yang nilainya rendah, tertinggal dengan temannya disebabkan karena penerapan SAVI pada aspek somatis dan kognitif tidak maksimal. Ditemukan
beberapa siswa bergurau sendiri sehingga tidak memperhatikan. Selain itu terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola waktu masih kurang disebabkan karena guru memiliki kekhawatiran proses pembelajaran tidak berhasil. Dalam kegiatan inti pembelajaran guru tidak membatasi waktu sehingga siswa santai-santai dalam mencari informasi atau data. Dengan pengelolaan waktu yang tidak maksimal akhirnya pembelajaran membutuhkan waktu yang lama. Alokasi waktu tidak dapat terpenuhi dengan maksimal. Dengan munculnya hambatan pada saat penelitian siklus I, maka perlu adanya perbaikan tindakan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II. 3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II a. Pelaksanaan Penelitian Siklus II Siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015, siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (2 jam pelajaran) dengan materi antara cahaya dan penglihatan saling berhubungan. Pada siklus II guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menggunakannya sebagai langkah-langkah pembelajaran sudah dibuat berdasarkan pengalaman pada siklus I. Indikator hasil belajar pada siklus II adalah siswa dapat menyebutkan pengertian cacat mata, dan siswa dapat menjelaskan macam-macam alat optik.
Sedangkan proses pembelajaran menerapkan pendekatan SAVI yang meliputi aspek somatis, auditori, visual dan intelektual. Dalam pembelajaran ini tugas guru adalah sebagai fasilitator. Kegiatan guru pada pembelajaran siklus II lebih baik daripada siklus I. hasil Persentase dapat dilihat di bawah ini: Tabel: 4.5 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus II No 1
2 3 4 5 6
7
8
9
10
Variabel Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran Kemampuan guru mengelola kelas Kemampuan mengelola waktu Memberikan apersepsi Menyajikan permasalahan Kemampuan membimbing membuat hipotesis Kemampuan membimbing menemukan informasi atau data Membimbing siswa menganalisis data Membimbing siswa mebuat kesimpulan Menutup pelajaran Jumlah
Skor 3
Persentase 75
Kategori B
Kriteria Baik
3
75
B
Baik
4
100
A
3
75
B
Sangat Baik Baik
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
4
100
A
Sangat Baik
4
100
A
Sangat Baik
4
100
A
Sangat Baik
4
100
A
Sangat Baik
35
875
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
Persentase penilaian total dari hasil pengamatan tehadap guru pada siklus II adalah kategori baik yaitu 87,5%. Guru sudah dapat melakukan pembelajaran dengan baik sesuai
langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Selanjutnya Persentase penilaian rata-rata dari hasil pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan menerapkan pendektan SAVI dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel:4.6 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus II No 1 2 3 4 5
6
7
Variabel Kedisiplinan siswa Kesiapan siswa menerima pelajaran Keaktifan siswa Kemampuan membuat hipotesis Kemampuan mendapatkan informasiatau data Kemampuan menganalisis informasi atau data Kemampuan membuat kesimpulan Jumlah
Skor 3 4
Persentase 75 100
Kategori B A
Kriteria Baik Sangat baik Sangat baik Baik
4
100
A
3
75
B
4
100
A
Sangat baik
3
75
B
Baik
4
100
A
Sangat baik
25
625
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata Persentase penilaian total pada siklus II adalah 89,28 dalam kategori baik. b. Hasil Tes Siklus II
Hasil tes formatif pada siklus II mengalami perubahan yang sangat baik dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel: 4.7 Rata-rata Hasil TesSiklus II
No
Skor
1 2 3 4
90-100 70-89 50-69 ≤30-49
Kriteria (Indikator)
Jumlah Siswa
Persentase
Ratarata Kelas
Baik sekali (Sangat Baik) Baik (Tinggi) Cukup Baik (Cukup) Kurang Baik (Rendah) Jumlah
3 10 7
15% 50% 35%
72,5
20
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil tes pada siklus II mengalami perubahan yang baik yaitu dengan rata-rata kelas 72,5 lebih baik dibandingkan siklus I. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa atau sebesar 75% dari rentangan nilai 50-69 sejumlah 2 siswa atau 10%, rentang nilai 70-89 sejumlah 10 siswa atau 50% dan rentang nilai 90-100 sejumlah 3 siswa atau 15%. c. Pelaksanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan siklus II berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II yang telah dibuat. Pada pelaksanaan siklus II ini,berdasarkan pengamatan kegiatan guru melakukan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan SAVI 87,5% dalam kategori baik. Pelaksanaan siklus II mampu memperbaiki siklus I. Hal ini ditunjukkan pada pengamatan siswa menerapkan pendekatan SAVI
mencapai 89,28%. Hasil tersebut belum mencapai ketuntasan yang diharapkan karena nilai rata-rata kelas masih mencapai 72,5%, untuk itu masih perlu adanya perbaikan pembelajaran siklus III. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa kekurangan yang pada siklus II diantaranya guru belum mengalokasikan waktu sesuai dengan perencanaan dalam RPP, suasana kelas masih kurang kondusif. Dan masih terdapat beberapa siswa yang tidak menerapkan pendekatan SAVI aspek somatis, aduditori dan visual.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III a. Pelaksanaan Penelitian Siklus III Siklus III dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2015, dengan alokasi waktu satu kali pertemuan 2 x 35 menit (2 jam pelajaran) dengan pokok bahasan karya berteknologi sederhana. Pada siklus III guru
membuat
dan
mempersiapkan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki sesuai dengan kekurangan yang telah ditemukan pada siklus II. Guru berusaha untuk lebih dalam mengkondisikan siswa agar proses belajar kondusif. Guru juga berusaha lebih memotivasi siswa yang masih pasif untuk dapat aktif melaksanakan pembelajaran dengan penerapan pendekatan SAVI. Selain itu guru juga berusaha untuk menjelaskan materi pelajaran secara detail dan lebih rinci agar siswa dapat mengerjakan soal.
Indikator hasil belajar pada siklus III siswa dapat membuat karya model kaca pembesar dari bahlom dan siswa dapat menampilkan hasil karya model kaca pembesar dari bola lampu. Kegiatan guru pada pembelajaran siklus III lebih baik daripada siklus II. Hasil Persentase pengamatan guru dalam menerapkan pendekatan SAVI dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel: 4.8 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus III No 1
Variabel Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran
Skor 4
Persentase 100
Kategori A
Kriteria Sangat Baik
2
Kemampuan guru mengelola kelas Kemampuan mengelola waktu Memberikan apersepsi Menyajikan permasalahan Kemampuan membimbing membuat hipotesis Kemampuan membimbing menemukan informasi atau data Membimbing siswa
4
100
A
4
100
A
4
100
A
4
100
A
4
100
A
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
4
100
A
Sangat Baik
4
100
A
Sangat Baik
3 4 5 6
7
8
9
10
menganalisis data Membimbing siswa mebuat kesimpulan Menutup pelajaran Jumlah
4
100
A
Sangat Baik
4
100
A
Sangat Baik
40
1000
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata Persentase penilaian total dari hasil pengamatan tehadap guru pada siklus III adalah kategori sangat baik yaitu 100%. Guru sudah dapat melakukan
pembelajaran
dengan
baik
sesuai
langkah-langkah
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan SAVI. Selanjutnya Persentase penilaian rata-rata dari hasil pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan SAVI dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel: 4.9 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus III No 1 2 3 4 5
6
7
Variabel Kedisiplinan siswa
Skor 4
Persentase 100
Kategori A
Kriteria Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Kesiapan siswa menerima pelajaran Keaktifan siswa
4
100
A
4
100
A
Kemampuan membuat hipotesis Kemampuan mendapatkan informasiatau data Kemampuan menganalisis informasi atau data Kemampuan membuat kesimpulan
4
100
A
4
100
A
3
75
B
Baik
4
100
A
Sangat baik
Jumlah
27
675
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata Persentase penilaian total pada siklus III adalah 96,43 dalam kategori sangat baik. b. Hasil Tes Siklus III Hasil tes pada siklus III mengalami perubahan yang sangat baik, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel: 4.10 Rata-rata Hasil TesSiklus III No
Skor
1
90-100
2 3 4
Kriteria (Indikator)
Baik sekali (Sangat Baik) 70-89 Baik (Tinggi) 50-69 Cukup Baik (Cukup) ≤30-49 Kurang Baik (Rendah) Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase
8
40%
10 2
50% 10%
20
100%
Ratarata Kelas 83,5
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus III telah menunjukkan adanya peningkatan Persentase hasil belajar IPA dibandingkan hasil belajar IPA pada siklus II. Pada siklus III juga diperoleh rata-rata kelas hasil belajar IPA adalah 83,5 yang berarti telah mencapai indikator keberhasilan. Hal tersebut dibuktikan dengan tercapainya hasil ketuntasan belajar IPA secara klasikal sebanyak 18 anak atau sebesar 90% yang pada kondisi awal hanya 3 anak atau 15%. Hal tersebut juga didukung
oleh peningkatan jumlah pengamatan pada aspek somatis 19 siswa, auditori 20 siswa, visual 20 siswa dan intelektual 19 siswa. c. Pelaksanaan Refleksi Siklus III Pelaksanaan siklus III berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran siklus III yang telah dibuat. Pada siklus III berdasarkan pengamatan kegiatan guru menerapkan pendekatan SAVI mencapai 100% dalam kategori sangat baik. Pengamatan terhadap siswa juga mengalami peningkatan mencapai 89,64 dalam kategori sangat baik. Tercapainya indikator keberhasilan yang telah ditetapkan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu telah diperbaikinya proses belajar mengajar yang dilaksanakan berdasarkan refleksi terhadap hasil pada siklus II dan penyempurnaan dalam perencanaan dan proses pembelajaran. Perbaikan dan penyempurnaan pada proses belajar mengajar pada siklus III membantu siswa untuk lebih aktif dan siswa lebih mudah dalam mengerjakan tes formatif. Cara guru dalam memberikan motivasi kepada siswa juga dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar IPA dalam mengerjakan soal tes formatif. Usaha guru dalam mengkondisikan siswa agar tidak berbicara diluar materi yang diajarkan berhasil terbukti hasil belajar IPA meningkat. Dari hasil pada siklus III secara keseluruhan maka dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan kelas telah berhasil mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dengan demikian siklus selanjutnya dapat dihentikan atau tidak perlu dilaksanakan. Sehingga hal
tersebut dapat membenarkan hipotesa tindakan yang menyatakan bahwa “Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Perbandingan Antar Siklus Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Perbandingan hasil belajar IPA tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel: 4.11 Perbandingan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Ketuntasan No
Tahapan
1 2 3 4
Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III
Nilai Ratarata
Tuntas
Persentase
Belum Tuntas
Persentase
43 59,75 72,5 83,5
3 8 15 18
15% 40% 75% 90%
17 12 5 2
85% 60% 25% 10%
Berdasarkan perbandingan pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III maka dapat dinyatakan hasil belajar IPA mengalami peningkatan. Dan ketuntasan belajar siswa juga meningkat yaitu sebagai berikut:
Tabel: 4.12 Peningkatan Hasil Belajar Siklus I, Siklus II dan Siklus III
No 1 2 2 3
Tahapan
Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Jumlah Peningkatan
Nilai Ratarata Hasil Belajar 43 59,75 72,5 83,5
Peningkatan Hasil Belajar
40,5
16,75 12,75 11
Ketuntasan (%)
Peningkatan Ketuntasan (%)
15% 40% 75% 90%
25% 35% 15% 75%
Berdasarkan tabel diatas Persentase peningkatan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V semester II
pada
prasiklus sebanyak 43 siswa atau sebesar 15%, siklus I sebesar 40%, siklus II sebesar 75% dan pada siklus III sebesar 90%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya sebesar 75%.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis pada siklus I, siklus II dan siklus III, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Persentase peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester II
pada
prasiklus sebanyak 3 siswa atau sebesar 15%, siklus I sebanyak 8 siswa atau sebesar 40%, siklus II sebanyak 15 siswa atau sebesar 75% dan siklus III sebanyak 18 siswa atau sebesar 90%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA sebanyak 15 siswa atau sebesar 75%. 2.
Pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya. Dapat dilihat dari rata-rata pra siklus 43, siklus I sebesar 59,75, siklus II sebesar 72,5, dan siklus III sebesar 83,5. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan SAVI dapat melampaui KKM sebesar 65.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk Madrasah Untuk pendekatan
meningkatkan SAVI,
hasil
hendaknya
belajar pihak
siswa
madrasah
melalui
penerapan
menyiapkan
atau
menyediakan sumber dana (anggaran untuk penelitian tindakan kelas) dan perlengkapan sarana prasarana alat peraga pembelajaran berhubungan dengan materi pelajaran yang disampaikan. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancer, hendaknya madrasah dalam penentuan kurikulum dan nilai minimal ketuntasan belajar lebih teliti dan cermat dengan mempertimbangkan beberapa aspek penilaian serta adanya keterlibatan semua pihak (kepala madrasah, guru, pengurus komite, masyarakat, dan pihak terkait lainnya). Madrasah wajib menganggarkan biaya untuk peningkatan mutu guru guna peningkatan pengetahuan dan kemampuan mengajarnya. 2. Untuk Guru Guru hendaknya terus mengembangkan pendekatan SAVI dalam kegiatan pembelajaran IPA, guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam pemilihan pendekatan pembelajaran agar siswa lebih mudah dan merasa senang dalam menerima materi pelajaran yang diberikan, penyesuaian antara materi dengan alat peraga dan media pembelajaran yang dipakainya. Sehingga diharapkan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.Dengan adanya kesejahteraan guru yang lebih memadai, guru diharapkan bertindak
lebih professional dalam memegang tanggung jawab sebagai guru. Hendaknya guru tidak terlalu sibuk di luar jam mengajar sehingga tidak merugikan salah satu pihak, baik siswa maupun madrasah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi & Narbuko. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: BumiAksara Aqib, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: YramaWidya. Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BumiAksara. Buku Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas V Semester 1 dan 2. Djamarah & Zein. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta. Dwitagama & Kusumah. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Permata Puri Media. Garnida & Budiman. 2002. Buku Pedoman Guru Mata Pelajaran Pendidikan IPA Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemenag RI. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: BumiAksara. Haryanto. 2004. Sain suntuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga. Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasikkan. Yogyakarta: Kepel Press. Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: PustakaPelajar. Komarudin & Sukardjo. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PustakaSetia. Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: BumiAksara.
Nurhayati, Umi. 2013. Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Materi Kubus dan Balok bagi Siswa Kelas VIII B SMP Islam Sudirman 1 Bancak Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga. Rahma, Aly. 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Remaja Rosda Karya. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Salirawati, Das. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Sarjono. 2012. Rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap. Surakarta: Karisma. Slameto. 1998. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. Suprijono, Agus. 2013. Coopeative Learning Teoridan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: PustakaPelajar. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1
Sekolah
: MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester
: 5/II
Materi Pokok
: Cahaya dan Sifat-sifatnya
Pokok Bahasan
: Sifat Cahaya
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
Hari/Tanggal
: Rabu, 25 Februari 2015
A. Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model B. Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya Dengan Indikator: 1. Mengetahui sifat-sifat cahaya. 2. Menyebutkan sifat-sifat cahaya. 3. Memahami sifat-sifat cahaya. C. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan melihat demonstrasi dari guru, siswa dapat mengetahui sifatsifat cahaya melalui percobaan dalam peristiwa sehari-hari dengan benar.
2. Dengan tanya jawab dari guru, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya melalui percobaan dalam peristiwa sehari-hari dengan benar. 3. Dengan melakukan praktikum, siswa dapat memahami sifat-sifat cahaya melalui percobaan dalam peristiwa sehari-hari dengan baik. D. Karakter Siswa yang diharapkan: 1. Religius 2. Kepedulian 3. Kreatif 4. Tekun 5. Tanggung jawab E. Materi Pembelajaran Sifat Cahaya F. Metode Pembelajaran Diskusi dengan penerapan pendekatan SAVI G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran 1. Media, alat dan bahan a. LCD Proyektor b. Karton tebal c. Gunting d. Pelubang e. Lampu senter f. Gelas bening g. Tempat pensil/dusgrip
h. Buku i. Plastik bening j. Batu k. Sendok l. Cermin datar m. Karton hitam n. Pensil/bolpoin o. Mangkuk bening 2. Sumber Belajar Buku SAINS untuk Sekolah Dasar Kalas V halaman 141 – 150. H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 Menit) a. Guru memeriksa kerapian pakaian, posisi tempat duduk, serta meminta siswa menyiapkan alat tulis. b. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. c. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. d. Guru mengabsen siswa. e. Guru menanyakan kabar siswa. f. Guru menghubungkan materi dengan pengalaman siswa. g. Guru memotivasi siswa akan manfaat dan kerugian. h. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pelajaran. i. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
j. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari selama satu pertemuan. 2. Kegiatan Inti (45 Menit) Eksplorasi -
Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum dipahami ketika materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya ditayangkan dengan video pembelajaran (aspek somatis).
-
Guru meminta siswa untuk mendengarkan dan mengamati materi
pembelajaran
cahaya
dan
sifat-sifatnya
yang
ditayangkan dalam video pembelajaran (aspek auditori dan aspek visual). Elaborasi a. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa (aspek somatis). b. Guru membentuk 4 pos yang masing-masing pos berisi perintah untuk melakukan praktik cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat dibiaskan (aspek somatis). c. Siswa secara bergantian praktik dan secara berkelompok bergeser untuk berpindah dari pos 1 ke pos 4 (aspek somatis).
Konfirmasi a. Beberapa siswa disuruh maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil praktikum (aspek somatis, aspek auditori dan aspek visual). b. Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju ke depan kelas (aspek auditori dan aspek visual). c. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap hasil pembelajaran tersebut (aspek auditori dan aspek visual). 3. Penutup (15 Menit) a. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan. b. Guru memberikan tes formatif (aspek intelektual). c. Guru mengevaluasi dan merekap penilaian. d. Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang. e. Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah. f. Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas. I. Penilaian 1. Unjuk Kerja PenerapanPendekatan SAVI MateriSifatCahaya
No
Nama
Aspek Somatis Ya
Tidak
Aspek Auditori Ya
Tidak
Aspek Visual Ya
Tidak
Aspek Intelektual Ya
Tidak
2. Penilaian tertulis a. Soal Pilihan Ganda Benar x 1
= 10
b. Soal Isian Benar x 2 c. Nilai
= 10 = Jumlah x 5 =100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II
Sekolah
: MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester
: 5/II
Materi Pokok
: Cahaya dan Sifat-sifatnya
Pokok Bahasan
: Antara Cahaya dan Penglihatan Saling Berhubungan
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
Hari/Tanggal
: Senin, 2 Maret 2015
A. Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model B. Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya Dengan Indikator: 1. Menjelaskan sifat bayangan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. 2. Menyebutkan pengertian cacat mata.
C. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan melihat video pembelajaran dan praktikum, siswa dapat menjelaskan sifat bayangan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung dengan benar. 2. Dengan tanya jawab dari guru, siswa dapat menyebutkan pengertian cacat mata dengan benar. D. Karakter Siswa yang diharapkan: 1. Religius 2. Kepedulian 3. Kreatif 4. Tekun 5. Tanggung jawab E. Materi Pembelajaran Antara Cahaya dan Penglihatan Saling Berhubungan F. Metode Pembelajaran Diskusi dengan penerapan pendekatan SAVI G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran 1. Media, alat dan bahan a. LCD Proyektor b. Karton tebal gambar bayangan cermin datar, cekung dan cembung c. Sendok
d. Senter e. Cermin 2. Sumber Belajar Buku SAINS untuk Sekolah Dasar Kalas V halaman 151 – 152. H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 Menit) a. Guru memeriksa kerapian pakaian, posisi tempat duduk, serta meminta siswa menyiapkan alat tulis. b. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. c. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. d. Guru mengabsen siswa. e. Guru menanyakan kabar siswa. f. Guru menghubungkan materi dengan pengalaman siswa. g. Guru memotivasi siswa akan manfaat dan kerugian. h. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pelajaran. i. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. j. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari selama satu pertemuan. 2. Kegiatan Inti (45 Menit) Eksplorasi a. Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum dipahami ketika materi pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya ditayangkan dengan video pembelajaran (aspek somatis).
b. Guru meminta siswa untuk mendengarkan, mengamati dan menceritakan ulang materi antara cahaya dan penglihatan saling berhubungan yang sudah ditayangkan dalam video pembelajaran (aspek auditori dan aspek visual). Elaborasi a. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa (aspek somatis). b. Siswa secara bergantian dalam setiap kelompok mempraktikkan sifat bayangan yang terjadi dalam cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung (aspek somatis). c. Setelah selesai praktikum, setiap kelompok berdiskusi tentang cacat mata dan alat optik yang membantu penglihatan (aspek somatis, aspek auditori dan aspek visual). Konfirmasi a. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusi dengan menunjuk salah satu siswa menjadi juru bicara (aspek somatis, aspek auditori dan aspek visual). b. Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju ke depan kelas (aspek auditori dan aspek visual). c. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap hasil pembelajaran tersebut (aspek auditori dan aspek visual). 3. Penutup (15 Menit)
a. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan serta memberi hadiah bagi siswa yang bias menjawab pertanyaan secara lisan. b. Guru memberikan tes formatif (aspek intelektual). c. Guru mengevaluasi dan merekap penilaian. d. Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang. e. Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah. f. Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas. I. Penilaian 1. Unjuk Kerja Penerapan
Pendekatan
SAVI
Materi
Antara
Cahaya
dan
Penglihatan Saling Berhubungan.
Aspek Auditori
Aspek Somatis No
Nama Ya
Tidak
Ya
2. Penilaian tertulis a. Soal Pilihan Ganda Benar x 1
= 10
b. Soal Isian Benar x 2 c. Nilai
= 10 = Jumlah x 5 = 100
Tidak
Aspek Visual Ya
Tidak
Aspek Intelektual Ya
Tidak
Salatiga, 2 Maret 2015
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS III
Sekolah
: MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester
: 5/II
Materi Pokok
: Cahaya dan Sifat-sifatnya
Pokok Bahasan
: Karya Berteknologi Sederhana
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
Hari/Tanggal
: Selasa, 3 Maret 2015
A. Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model B. Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya Dengan Indikator: 1. Menjelaskan macam-macam alat optik. 2. Membuat karya model kaca pembesar dari bohlam.
C. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan melihat video pembelajaran, siswa dapat menjelaskan macammacam alat optik dengan benar. 2. Dengan praktikum, siswa dapat membuat karya model kaca pembesar dari bahlom dengan baik. D. Karakter Siswa yang diharapkan: 1. Religius 2. Kepedulian 3. Kreatif 4. Tekun 5. Tanggung jawab E. Materi Pembelajaran Karya berteknologi sederhana. F. Metode Pembelajaran Diskusi dengan penerapan pendekatan SAVI G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran 1. Media, alat dan bahan a. LCD Proyektor b. Bola Lampu c. Karet d. Plastik e. Air 2. Sumber Belajar
Buku SAINS untuk Sekolah Dasar Kalas V halaman 154 – 156. H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 Menit) a. Guru memeriksa kerapian pakaian, posisi tempat duduk, serta meminta siswa menyiapkan alat tulis. b. Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. c. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. d. Guru mengabsen siswa. e. Guru menanyakan kabar siswa. f. Guru menghubungkan materi dengan pengalaman siswa. g. Guru memotivasi siswa akan manfaat dan kerugian. h. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pelajaran. i. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. j. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari selama satu pertemuan. 2. Kegiatan Inti (45 Menit) Eksplorasi a. Guru meminta siswa untuk menulis hal-hal yang belum dipahami ketika materi pembelajaran ditayangkan dengan media audio visual (aspek somatis). b. Guru meminta siswa untuk mendengarkan, mengamati dan menceritakan
ulang
tentang
materi
pembelajaran
karya
berteknologi
sederhana
yang
ditayangkan
melalui
video
pembelajaran (aspek auditori dan aspek visual). Elaborasi a. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa (aspek somatis). b. Siswa secara berkelompok praktik membuat karya berteknologi sederhana yaitu kaca pembesar dari bohlam (aspek somatis). Konfirmasi a. Setiap kelompok maju ke depan kelas dan menunjuk salah satu siswa untuk menjelaskan hasil praktikum (aspek somatis, aspek auditori dan aspek visual). b. Guru memberikan tanggapan dari penjelasan siswa yang maju ke depan kelas (aspek auditori dan aspek visual). c. Guru memberikan penjelasan tambahan dan penguatan terhadap hasil pembelajaran tersebut (aspek auditori dan aspek visual). 3. Penutup (15 Menit) a. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan serta memberi hadiah bagi siswa yang bias menjawab pertanyaan secara lisan. b. Guru memberikan tes formatif (aspek intelektual). c. Guru mengevaluasi dan merekap penilaian. d. Guru memberitahukan materi pelajaran yang akan datang. e. Guru mengakhiri KBM dengan membaca hamdalah. f. Guru mengucap salam kepada siswa sebelum keluar dari kelas.
I. Penilaian 1. Unjuk Kerja Penerapan Pendekatan SAVI Materi Karya Berteknologi Sederhana
No
Nama
Aspek Auditori
Aspek Somatis Ya
Tidak
Ya
Aspek Visual
Tidak
Ya
Tidak
Aspek Intelektual Ya
2. Penilaian tertulis a. Soal Pilihan Ganda Benar x 1
= 10
b. Soal Isian Benar x 2 c. Nilai
= 10 = Jumlah x 5 =100
Salatiga, 3 Maret 2015
Tidak
Soal Siklus I Nama
:
No
:
========================================================== ======= I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Yang bukan termasuk sumber cahaya adalah... a. senter
c. api
b. matahari
d. cermin
2. Penggunaan lensa adalah memanfaatkan sifat cahaya... a. merambat lurus
c. menembus benda bening
b. dapat dipantulkan
d. dapat dibiaskan
3. Contoh benda yang dapat ditembus oleh cahaya adalah... a. kayu
c. buku
b. kaca
d. batu
4. Cahaya yang membentuk spektrum berwarna... a. putih
c. merah
b. hijau
d. emas
5. Sebuah pensil diletakkan di dalam gelas akan terlihat patah, hal ini disebabkan oleh sifat cahaya... a. cahaya dapat dibiaskan
c. cahaya menembus benda bening
b. cahaya merambat lurus
d. cahaya dapat dipantulkan
6. Kaca spion pada mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain di belakangnya, tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal ini disebabkan karena cahaya... a. dipantulkan
c. dibelokkan
b. dibiaskan
d. bergerak lurus
7. Diantara objek berikut yang dapat memantulkan cahaya adalah... a. besi
c. kayu
b. kertas
d. kain
8. Cemin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa cekungan adalah... a. cermin datar
c. cermin cembung
b.cermin cekung
d. cermin rias
9. Kaca spion pada mobil dan motor adalah contoh pemantulan cahaya dari cermin...
10.
a. cembung
c. datar
b. cekung
d. rias
Cahaya
yang
mengenai
dua
medium
yang
berbeda
akan
mengalami....cahaya. a. perambatan
c. pembiasan
b. pemantulan
d. menembus
II. Jawablah soal di bawah ini dengan jelas dan benar! 1. Sebutkan macam-macam sifat cahaya! Jawab............
2. Berikanlah contoh peristiwa yang menunjukkan cahaya merambat lurus! Jawab.............
3. Sebutkan 3 contoh benda yang tembus cahaya! Jawab..............
4. Berikanlah contoh peristiwa yang menunjukkan cahaya dapat dipantulkan! Jawab............
5. Berikanlah contoh peristiwa yang menunjukkan cahaya dapat dibiaskan! Jawab.............
Soal Siklus II Nama
:
No
:
========================================================== ======= I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Mata kita dapat melihat benda yang sangat kecil atau benda yang letaknya sangat jauh dengan... a. teropong
c. kamera
b. ohp
d. periskop
2. Penderita rabun jauh ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa... a. cekung
c. cekung dan cembung
b. cembung
d. ohp
3. Alat optik yang digunakan untuk melihat bakteri adalah... a. proyektor
c. mikroskop
b. kamera
d. periskop
4. Jika kita melihat benda dengan mikroskop, maka benda akan tampak... a. lebih kecil dari benda aslinya b. lebih jauh dari benda aslinya c. lebih besar dari benda aslinya d. lebih dekat dari benda aslinya 5. Sifat bayangan pada kamera adalah... a. nyata, tegak, dan diperkecil b. nyata, terbalik, dan diperkecil c. semu, tegak dan diperbesar d. semu, terbalik dan diperbesar 6. Nama lain dari cacat mata miopi adalah... a. rabun jauh
c. silinder
b. rabun dekat
d. cacat mata tua
7. Cahaya matahari yang terlihat putih karena paduan dari berbagai cahaya warna yang disebut... a. spektrum
c. difusi
b. pelangi
d. sumber cahaya
8. Benda yang berada di muka cermin datar memiliki bayangan yang bersifat... a. semu, tegak seperti bendanya b. terbalik, diperbesar c. jarak bayangan tidak sama dengan jarak benda d. ukurannya tidak sama dengan benanya 9. Bayangan yang terjadi pada retina adalah... a. semu, diperbesar b. diperkecil, nyata c. tegak, diperbesar d. semu,tegak 10. Untuk cacat mata miopi, dapat dibantu dengan kacamata berlensa... a. cekung
c. datar
b. cembung
d. tegak
II. Jawablah soal di bawah ini dengan jelas dan benar! 1. Sebutkan 3 contoh-contoh alat optik! Jawab.... 2. Sebutkan sifat bayangan yang terjadi pada cermin cembung! Jawab.... 3. Sebutkan sifat bayangan yang terjadi pada cermin cekung! Jawab.... 4. Sebutkan sifat bayangan yang terjadi pada cermin datar! Jawab.... 5. Sebutkan macam-macam lensa! Jawab....
Soal Siklus III Nama
:
No
:
========================================================== ======= I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Pensil di dalam gelas terlihat seolah-olah patah hal ini menunjukkan... a. cahaya merambat lurus
c. cahaya memantul
b. cahaya dibiaskan
d. cahaya dibelokkan
2. Sejenis teropong yang digunakan untuk kapal selam adalah... a. kamera
c. mikroskop
b. periskop
d. ohp
3. Contoh benda yang dapat ditembus oleh cahaya adalah... a. kayu
c. buku
b. kaca
d. batu
4. Penderita rabun jauh dapat ditolong dengan kacamata berlensa... a. cekung
c. cekung dan cembung
b. cembung
d. susun cembung
5. Alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda renik adalah... a. mikroskop
c. teropong
b. kamera
d. periskop
6. Nama lain dari cacat mata miopi adalah...
7.
a. rabun jauh
c. silinder
b. rabun dekat
d. cacat mata tua
Kaca pembesar menggunakan lensa... a. cekung
c. datar
b. cembung
d. cekung cembung
8. Kaca pembesar sederhana terbuat dari bahan... a. plastik
c.cermin
b. kaca
d.bola lampu
9. Yang tidak termasuk bahan karya teknologi kaca pembesar sederhana adalah... a. karet
c. air
b. bola lampu
d. cermin
10. Kaca pembesar berguna untuk melihat benda yang... a. jauh
c. besar
b. dekat
d. kecil
II. Jawablah soal di bawah ini dengan jelas dan benar! 1. Sebutkan bahan yang diperlukan untuk membuat kaca pembesar dari bohlam! Jawab.... 2. Sebutkan langkah pembuatan kaca pembesar dari bohlam! Jawab.... 3. Sebutkan 3 contoh cacat mata! Jawab.... 4. Sebutkan 3 contoh nama alat optik! Jawab.... 5. Sebutkan 3 sifat bayangan pada cermin cembung! Jawab....
Foto Dokumentasi
Menerapkan Aspek Somatis dengan Melakukan Percobaan Sifat Cahaya
Menerapkan Aspek Auditori dan Aspek Visual dengan Mendengarkan dan Melihat Vidio
Menerapkan Aspek Auditori dengan Mendengarkan Penjelasan dari Guru
Menerapkan Aspek Intelektual dengan Mengerjakan Tes Formatif
Menerapkan Aspek Somatis dengan Merespon Tanya Jawab dengan Guru
Menerapkan Aspek Somatis dengan Membut Kaca Pembesar dari Bola Lampu
Menerapkan Aspek Auditori dan Aspek Visual dengan Presentasi di Depan Kelas
Pengisian Lembar Pengamatan oleh Guru Kolaborator