PENINGKATAN PEMAHAMAN TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SDN BANYUBIRU 05 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh KHAFIYAH NIM 11409105
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
PENINGKATAN PEMAHAMAN TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SDN BANYUBIRU 05 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh KHAFIYAH NIM 11409105
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. 0298 323706, 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp
: 2 (dua) Naskah
Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Saudara
: Khafiyah Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga
Assalamualaikum w.w. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama
: Khafiyah
NIM
: 11409105
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul
: Peningkatan Pemahaman terhadap Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi maklum. Wassalamualaikum w.w. Salatiga, 09 Agustus 2011 Pembimbing
Dra. Nur Hasanah, M.Pd NIP. 19690110 199403 2 002
ii
SKRIPSI
PENINGKATAN PEMAHAMAN TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SDN BANYUBIRU 05 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN PELAJARAN 2011/2012
DISUSUN OLEH KHAFIYAH NIM: 11409105 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 09 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M.Pd.
______________________
Sekretaris Penguji
: Drs. Joko Sutopo
______________________
Penguji I
: Dra. Lilik Sriyanti, M.Si.
______________________
Penguji II
: Drs. Bahroni, M.Pd.
______________________
Penguji III
: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
______________________ Salatiga, 09 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: KHAFIYAH
NIM
: 11409105
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 09 Agustus 2011 Yang menyatakan,
KHAFIYAH NIM: 11409105
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
َط ّهِرُهُمْ وَ ُت َزكِّيهِمْ ِبهَا وَصَلِّ عَلَ ْيهِمْ إِّنَ صَال َتك َ خُذْ مِنْ َأمْىَاِلهِمْ صَ َد َقةً ُت )ٔٓ٣( ٌسمِيعٌ عَلِيم َ ُسكَنٌ َلهُمْ وَالَله َ “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Putra-putriku tersayang 2. Seluruh teman-teman seperjuangan yang memberikan semangat
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan seluruh nikmatNya kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kehadirat Nabi Agung Muhammad SAW dengan harapan kelak menjadi salah satu umat beliau yang mendapat syafaat di hari kiamat. Dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul PENINGKATAN PEMAHAMAN TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SDN BANYUBIRU 05 KECAMATAN BANYUBIRU TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi ini selesai penulis susun karena penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, beserta Jajaran dan Staf tingkat Jurusan. 3. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku ketua Progdi Ekstensi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga beserta staf. 4. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama studi. 5. Bapak Hartanto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Banyubiru 03 6. Dosen-dosen Jurusan Tarbiyah yang telah memberikan penulis ilmu dan pengetahuan yang tak terhingga nilainya.
vi
Penulis yakin bahwa skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan dankesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan sumbangsih dan saran dari pembaca budiman demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh insan pendidikan Islam di tanah air. Amiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 09 Agustus 2011 Penulis
KHAFIYAH NIM: 11409105
vii
ABSTRAK
Khafiyah. 2011. Peningkatan Pemahaman terhadap Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd. Kata Kunci: Sejarah Kebudayaan Islam, Sosiodrama Sejarah merupakan cerminan dari kehidupan masa lalu kita dan dapat dijadikan sebagai bahan instropeksi diri. Banyak kisah-kisah diceritakan di dalam Al-Qur’an sebagai pembelajaran bagi umat Islam. Pemberian materi sejarah atau tarikh di sekolah bertujuan agar siswa dapat mengetahui, memahami, menceritakan kembali, dan meneladani kehidupan tokoh yang ada di dalamnya. Pembelajaran materi sejarah kebudayaan Islam pada tingkat sekolah dasar masih memiliki banyak kendala. Penelitian ini berusaha untuk memecahkan permasalahan yang terjadi khususnya di kelas V SDN Banyubiru 05 antara lain: 1) Apakah penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012? 2) Apakah penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012? Penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian dilaksankan mulai tanggal bulan Juli hingga bulan Agustus 2011 dan terdiri dari 3 siklus. Hasilnya menunjukkan bahwa metode sosiodrama dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di Kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012. Kesimpulan tersebut didukung dengan data jumlah siswa yang masuk dalam kategori berpemahaman tinggi berturut-turut pada pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III berjumlah 3 (10,0%), 8 (26,7%), 16 (53,3%), dan 21 (70,0%). Jumlah siswa yang berpemahaman cukup menurun, jumlah siswa berpemahaman rendah dan sangat rendah tidak ada, serta ada 4 siswa (13,3%) yang berpemahaman sangat tinggi. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi SKI di kelas V sebesar 20%-53,8%.. Hal ini bila metode sosiodrama dilakukan dengan perencanaan yang matang dari guru, penggunaan waktu dan tujuan pembelajaran yang tepat dan kontrol terhadap situasi kelas yang dilakukan pada setiap tahap pembelajaran. Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi sekolah untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode sosiodrama untuk mata pelajaran PAI. Perlu adanya guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk membantu siswa mengatasi permasalahanpermasalahan dalam belajar.
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .........................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
GAMBAR .......................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
8
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
9
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .......................
9
E. Kegunaan Penelitian ..................................................................
9
F. Definisi Operasional ..................................................................
10
G. Metode Penelitian ......................................................................
12
H. Sistematika Penelitian ...............................................................
19
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................
21
A. Pemahaman Pembelajaran SKI ................................................
21
B. Sejarah Kebudayan Islam Dahulu, Sekarang dan Akan Datang
28
C. Materi SKI di SD.......................................................................
30
D. Metode Sosiodrama ...................................................................
31
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................
35
A. Gambaran Umum SD Negeri Banyubiru 05 .............................
35
B. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus .............................................
41
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I .................................................
44
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ................................................
49
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ...............................................
52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................
55
A. Deskripsi Setiap Siklus..............................................................
55
1. Pra Siklus ............................................................................
55
2. Siklus I ................................................................................
57
3. Siklus II ...............................................................................
60
4. Siklus III .............................................................................
64
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
67
BAB V PENUTUP .......................................................................................
71
A. Kesimpulan................................................................................
71
B. Saran ..........................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4
Keadaan Siswa SDN Banyubiru 05 Tahun Pelajaran 2011/2012 Data Karakteristik Siswa Kelas V SDN Banyubiru 05 ................ Keadaan Guru SDN Banyubiru 05 Tahun Pelajaran 2011/2012.. Hasil Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Pra Siklus ................... Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pra Siklus ...................................... Hasil Rekapitulasi Pemahaman Siswa pada Pra Siklus ............... Hasil Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Pra Siklus, dan Siklus I ................................................................................................... Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I .................. Tabel 4.6 Hasil Rekapitulasi Pemahaman Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I.......................................................................................... Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ................................................................................. Tabel 4.8 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II . Tabel 4.9 Hasil Rekapitulasi Pemahaman Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ................................................................................. Tabel 4.10 Hasil Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ................................................................. Tabel 4.11. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ....................................................................................... Tabel 4.12. Hasil Rekapitulasi Pemahaman Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ................................................................
xii
38 39 40 55 55 57 58 58 60 61 61 63 64 65 66
GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi SDN Banyubiru 05 ......................................
xiii
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
: : : : : : : : :
Rencana Pelaskanaan Pembelajaran (RPP) Insturmen untuk Mengukur Pemahaman Siswa Format Observasi Keaktifan Siswa Perhitungan Rekap Nilai Keaktifan Siswa Rekapitulasi Keaktifan Siswa Setiap Tahap Penelitian Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Setiap Tahap Penelitian Naskah Drama Kisah Kelahiran Nabi Isa Gambar Pelaksanaan Proses Pembelajaran Riwayat Hidup Peneliti
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia merupakan satu-satunya makhluk Allah yang diberikan karunia dengan akal, maka dengan memiliki kekhususan tersebut manusiapun diberikan kemampuan dalam menganalisis suatu hal dalam kehidupannya. Maka dari itu pada kaitannya manusia tidak mungkin terlepas dari yang namanya sejarah, karena dengan sejarah tersebut manusia dapat belajar tentang kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu. Sejarah merupakan cerminan dari kehidupan masa lalu kita dan dapat dijadikan sebagai bahan instropeksi diri. Begitu pula dengan sejarah peradaban Islam yang merupakan alat untuk mempelajari kejadian yang terjadi di masa lalu ataupun sebagai acuan untuk lebih dapat memajukan Islam daripada sebelumnya. Peradaban Islam merupakan kajian yang sangat luas. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian ini, bahwa peradaban Islam sangat erat kaitannya dengan kebudayaan tetapi tetap merupakan dua hal yang berbeda. Dalam kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya. Sejarah mempunyai arti penting dalam kehidupan. Sejarah berguna antara lain untuk menjaga kelestarian identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu bagi kelangsungan hidup. Selain itu sejarah juga berguna sebagai pengambilan pelajaran dan teladan dari contoh-contoh di masa lampau, sehingga sejarah memberikan azas manfaat secara lebih khusus demi kelangsungan hidup. Sejarah juga berfungsi sebagai sarana pemahaman
1
mengenai hidup dan mati. Sejarah berguna untuk menjaga kelestarian identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelangsungan hidup. Bangsa Indonesia juga memiliki sejarah perjuangan panjang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Islam memberikan andil yang sangat besar dalam usaha merebut kemerdekaan tersebut. Para Kiai, santri dan tentara Hizbullah banyak berkorban dalam perang kemerdekaan mengusir penjajah. Peran yang lain adalah memobilisasi rakyat dan menggelorakan semangat para pejuang dengan landasan syariat Islam seperti resolusi jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim As’ari. Hal tersebut dapat membakar dan menggelorakan semangat pejuang untuk mengusir penjajah dan memerdekakan negerinya dari cengkraman para penjajah
(http://istanailmu.com/2011/05/06/kontribusi-islam-terhadap-
kemerdekaan-indonesia/html, diakses tanggal 9 Juni 2011). Dengan mengetahui peranan Islam dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, maka generasi mudah Islam akan memiliki semangat juang dalam mengisi kemerdekaan. Pentingnya sejarah juga dibuktikan oleh Al-Qur’an sendiri. Banyak kisah-kisah diceritakan di dalam Al-Qur’an sebagai pembelajaran bagi umat Islam. Al-Qur’an banyak menceritakan kisah-kisah para utusan, orang saleh, bahkan kisah orang-orang yang durhaka kepada Allah SWT. Beberapa sejarah yang diceritakan kembali oleh Al-Quran antara lain: kisah nabi Ayub a.s, kisah nabi Musa a.s., kisah Nabi Isa a.s. Kisah kenabian Nabi Ayub a.s., diceritakan Allah SWT dalam: Qs.4:163; dan Qs.6:84. Berikut adalah Q.S
2
4:163:
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud (Depag RI, 2005:105). Kisah kenabian Nabi Musa a.s dijelaskan oleh Allah SWT pada pada banyak surat, diantaranya: Qs.2:136; Qs.4:164; dan Qs.6:84. Dalam Surat AlBaqarah ayat 136 Allah SWT berfirman:
Artinya: Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabinabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya" (Depag RI, 2005:22).
Sedangkan kisah kenabian Nabi Isa a.s. juga diceritakan oleh Allah SWT dalam banyak surat, diantaranya: Qs.3:49; Qs.3:50; dan Qs.5:46. Dalam Surat Ali Imran ayat 49 Allah SWT berfirman:
3
Artinya: dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu Makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman (Depag RI, 2005:57). Beberapa bukti tentang kisah-kisah para utusan yang diceritakan kembali oleh Allah SWT kepada kita, umat Nabi Muhammad saw. tersebut menunjukkan bahwa sejarah memiliki arti sangat penting. Sejarah dapat menjadi pelajaran yang amat berharga bagi manusia. Dengan melihat pada sejarah, manusia dapat belajar dari kesalahan, memperbaiki diri, instrospeksi diri, meniru perilaku orang-orang shaleh, meneladani para rasul, bahkan mengenal watak dan karakter diri sebagai manusia dan sekaligus watak dan karakter setan sebagai musuhnya. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu materi pelajaran di dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dasar. Pada kelas V SD, materi sejarah kebudayaan Islam diberikan di semester pertama dan semester kedua. Pada semester pertama, materi sejarah kebudayaan Islam
4
berisi tentang kisah tiga orang nabi yaitu Nabi Ayub a.s., Nabi Musa a.s., dan Nabi Isa a.s. Materi sejarah kebudayaan Islam pada semester kedua adalah Kisah sahabat nabi yaitu Abu Bakar as Sidiq r.a. dan Umar bin Khattab r.a. Pemberian materi sejarah atau tarikh ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui, memahami, menceritakan kembali, dan meneladani kehidupan tokoh yang ada di dalamnya. Sumber utama sejarah para Nabi adalah AlQur’an, sehingga dalam mempelajari sejarah para nabi siswa senantiasa akan belajar membaca ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Setelah mengerti, memahami dan dapat menceritakan kembali kisah-kisah tersebut, siswa diharapkan akan meneladani perilaku tokoh yang diceritakan tersebut. Dalam hal ini adalah meneladani perilaku yang baik yang ada di dalam sejarah tersebut. Keteladanan ini penting karena siswa pada tingkat sekolah dasar memang masih berada pada tahap perkembangan akhir anak-anak. Jika pada masa sebelumnya, daya pikir anak masih imajinatif dan egosentris, maka pada masa sekolah dasar daya pikir anak telah berkembang ke arah berpikir konkrit, rasional dan obyektif. Daya ingat anak sangat kuat sehingga benarbenar berada pada stadium belajar (Desmita, 2009:156). Kuatnya daya ingat anak ini harus dimanfaatkan oleh guru sebaikbaiknya untuk menanamkan nilai-nilai positif khususnya mengenai perilaku terpuji. Dengan mempelajari sejarah para utusan dan sahabat nabi, anak didik dapat meneladani perilaku terpuji tersebut. Kurangnya pemahaman anak terhadap sejarah kebudayaan Islam akan sangat berpengaruh terhadap masa depan anak itu sendiri karena kurangnya teladan perilaku positif yang
5
ditemukan. Kurangnya keteladanan perilaku positif yang terjadi pada zaman sekarang ini sungguh memprihatinkan. Siswa sebagai anak didik lebih banyak menerima masukan negatif daripada masukan yang bersifat positif. Berita kekerasan, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, perilaku berhianat dan banyak perilaku buruk lainnya dapat dengan mudah diperoleh anak melalui televisi. Acara-acara hiburan yang berwujud sinema, sinetron, film dan lain sebagainya banyak menampakkan adegan atau tindakan-tindakan negatif yang telah disebutkan tadi. Akibatnya banyak tindakan-tindakan negatif tersebut yang ditiru oleh anak dan mengakibatkan anak memiliki perilaku yang tercela dalam kehidupan sehari-hari. Kenakalan remaja adalah salah satu wujud perilaku tercela dalam diri anak yang telah tertanam sehingga menimbulkan dampak negatif bagi diri anak itu sendiri. Salah satu cara untuk menanggulangi kenakalan remaja tersebut adalah dengan memberikan teladan yang baik melalui materi sejarah kebudayaan Islam sejak tingkat sekolah dasar. Pembelajaran materi sejarah kebudayaan Islam pada tingkat sekolah dasar masih memiliki banyak kendala. Keberadaan banyaknya kendala dalam pembelajaran tersebut secara kumulatif menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap sejarah kebudayaan Islam. Kendala-kendala yang ditemui pada umumnya antara lain: rendahnya keterampilan guru dalam mengajar, kurangnya sarana dan prasarana pengajaran, dan siswa masih menganggap materi sejarah kebudayaan Islam sebagai materi yang susah dipahami dan
6
membosankan. Masalah-masalah tersebut juga ditemui di SDN Banyubiru Kecamatan Banyubiru pada tahun pelajaran 2011/2012. Hasil refleksi awal menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN Banyubiru Kecamatan Banyubiru pada tahun pelajaran 2010/2011 masih memiliki pemahaman yang rendah terhadap mata pelajaran PAI materi sejarah kebudayaan Islam. Hal tersebut terbukti dari nilai ulangan harian dan nilai UAS yang sebagian besar masih rendah. Dari keseluruhan siswa kelas V yang berjumlah 25 siswa, 10 siswa (40%) telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60, sedangkan 15 siswa (60%) masih berada di bawah nilai KKM (Leger Nilai Kelas V Tahun 2011). Hasil refleksi awal tersebut membuktikan adanya masalah dalam proses pembelajaran PAI mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas V SDN Banyubiru 05. Hal ini menarik penulis untuk mencari tahu lebih banyak mengenai hal-hal yang membuat pemahaman siswa terhadap materi sejarah kebudayaan Islam di kelas V rendah. Dari observasi lapangan dan wawancara singkat dengan beberapa siswa diketahui bahwa materi sejarah kebudayaan Islam termasuk materi yang sulit dipahami mereka. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung untuk materi tersebut, ditemukan banyak siswa yang kurang berminat mengikuti pelajaran. Respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru kurang baik. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Dari sisi guru, diketahui bahwa metode mengajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar kurang tepat. Hal tersebut membuat kurangnya
7
interaksi positif antara guru dan siswa. Proses pertukaran informasi yang terjadi hanya searah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menerangkan sedangkan siswa diam. Guru bertanya sedangkan siswa menjawab atau diam. Dari latar belakang permasalahan yang ada, penulis teratarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran PAI materi sejarah kebudayaan Islam. Berdasarkan kajian literatur yang penulis laksanakan, metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran adalah metode sosiodrama. Oleh sebab itu penulis bermaksud untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul: Peningkatan Pemahaman Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam melalui metode sosiodrama pada siswa kelas V SDN Banyubiruu 05 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
yang
telah
disebutkan
sebelumnya, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012? 2. Apakah
penggunaan
metode
sosiodrama
dapat
meningkatkan
pemahaman terhadap materi pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada siswa kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun
8
Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk
mengetahui
peningkatan
keaktifan
siswa
dalam
proses
pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012 2.
Untuk mengetahui penggunaan metode sosiodrama dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada siswa kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, diamana rumusan masalah tersebut telah dinyatakan dalam kalimat tanya (Sugiyono, 2009:96). Berdasarkan pengertian tersebut diajukan hipotesis tindakan ini sebagai berikut: metode sosiodrama dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012.
E.
Kegunaan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan harapan dapat berguna antara lain:
9
1.
Secara teoritis a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap penggunaan metode sosiodrama dalam kegiatan belajar mengajar di tingkat sekolah dasar. b. Hasil penelitian ini dapat menambah bahan pustaka sebagai acuan dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
2.
Secara praktis a. Bagi guru, penelitian ini dapat meningkatkan ketrampilan mengajar guru dan meningkatkan profesionalisme guru. b. Penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam mengajar, dan berguna sebagai acuan guru dalam menentukan metode pengajaran yang tepat bagi siswa. c. Penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi Sejarah Kebudayaan Islam. d. Penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa dalam mata pelajaran yang lain.
F.
Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman karena perbedaan penafsiran. Definisi operasional tentang istilah-istilah pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
1.
Pemahaman terhadap Materi Sejarah Kebudayaan Islam Pemahaman berasal dari kata dasar paham. Paham artinya mengerti benar, tahu benar, karena mendapat imbuhan pe-an menjadi kata pemahaman yang artinya mengerti proses, cara, perbuatan memahami (Hasan, 2007). Penelitian ini mengartikan kata pemahaman sebagai suatu kondisi siswa yang telah menguasai atau memiliki kompetensi tentang materi pembelajaran yang diberikan oleh
guru
melalui proses pembelajaran. Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu materi pada pelajaran PAI. Di dalam silabus pendidikan agama Islam kelas V SD materi sejarah kebudayaan Islam merupakan aspek tarikh
dengan
standar
kompetensi
yang
harus
dicapai
adalah
menceritakan kisah nabi pada semester pertama. Pada semester pertama ini, materi yang diajarkan adalah kisah Nabi Ayyub a.s, kisah nabi Musa a.s, dan kisah nabi Isa a.s. Standar kompetensi yang harus dicapai pada semester kedua adalah menceritakan kisah sahabat nabi. Pada semester kedua ini siswa menerima materi tentang kisah khalifah Abu Bakar Siddiq r.a, dan kisah Umar bin Khattab r.a. Dari penjelasan tersebut, maka pemahaman terhadap materi Sejarah Kebudayaan Islam berarti suatu kondisi pada diri siswa yang telah menguasai atau memiliki kompetensi tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru melalui proses pembelajaran. 2.
Metode sosiodrama Metode dapat diartikan cara mengajar untuk mencapai tujuan
11
(Arief, 2002:81). Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial
(Muthoharoh,
2010.
Diunduh
dari
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodrama-danbermain-peranan-role-playing-method/).
Dalam
pendidikan
agama
metode sosiodrama adalah cara mengajar untuk mencapai tujuan dengan cara mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian tindakan kelas adalah “sebuah progres investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikanperbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran” (Susilo, dkk, 2009:1). Penulis memilih jenis penelitian ini karena penulis ingin meningkatkan kinerja penulis sebagai guru. Selain itu, penulis ingin memecahkan masalah yang penulis hadapi berkaitan dengan proses belajar-mengajar di kelas, yaitu permasalahan pengajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tempat penulis mengajar. Penulis menggunakan desain PTK Model Kemmis & Mc Taggart. Model ini digambarkan sebagai spiral-spiral siklus kegiatan yang masingmasing siklus berisi komponen yang sama. Pada awal tindakan atau siklus dasar pertama, penulis melakukan kegiatan-kegiatan berupa: perencanaan,
12
tindakan, pengamatan dan refleksi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan komponen-komponen yang terdapat dalam semua siklus. Oleh karena itu, siklus diartikan sebagai suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tindakan refleksi, yaitu tahapan memproses data yang diperoleh dari observasi dapat melibatkan orang luar, misalnya pada saat observasi. Penulis melibatkan seorang guru dalam observasi yang berperan sebagai kolaborator. Hasil dari refleksi menjadi masukan yang berharga dan akurat bagi Penentuan langkah dalam siklus selanjutnya. Desain PTK Model Kemmis & McTaggart menyatukan komponen acting dan observing dalam satu kesatuan karena implementasi keduanya merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan. (Susilo dkk, 2009: 1216). 2. Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Banyubiru 05 yang beralamat di Jl.Kyai Joyo Proyo Dusun Krajan RT 06 RW I Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Subjek yang dikenai tindakan adalah siswa dan guru kelas V. Jumlah siswa yang diteliti adalah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2011. Penulis memerlukan waktu selama 5 minggu untuk melaksanakan ketiga siklus yang telah direncanakan. 3. Langkah-Langkah Penelitian Penelitian terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai seperti desain faktor-faktor penelitian yang diselidiki.
13
Pada awal kegiatan dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya. Dari refleksi tersebut kemudian mengidentifikasi masalah, mendiskuskan permasalahan dengan teman sejawat, melakukan kajian teori, dan mengkaji strategi pembelajaran yang relevan. Berdasarkan hasil kegiatan tersebut ditentukan langkah paling tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sejarah kebudayaan Islam adalah dengan menggunakan metode sosiodrama. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: a. Menyusun rencana kegiatan: membuat rencana pembelajaran menyiapkan sumber, alat dan media pembelajaran, menyusun lembar observasi, dan menyusun alat evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan: melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana. c. Observasi: Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi ini dilakukan guru sendiri sebagai peneliti dan meminta guru lain utuk ikut serta menjadi observer untuk meminimalkan subjektifitas. d. Refleksi: data hasil observasi kemudian dianalisis dan dilakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan dan kegagalan yang mungkin dialami. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai pertimbangan utama dalam memperbaiki rencana tindakan pada siklus selanjutnya. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
14
a.
Dokumentasi Instrumen dokumentasi berupa daftar absen untuk mencatat kehadiran siswa, daftar nilai, rencana pelaksanaan pengajaran (RPP), foto kegiatan pembelajaran, dan catatan pelaksanaan pembelajaran.
b.
Lembar observasi Observasi
terhadap
siswa
mengamati
8
aspek
yang
mencerminkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kedelapan aspek keaktifan siswa tersebut antara lain: a) Siswa memperhatikan penjelasan guru b) Antusias siswa mengikuti pembelajaran c) Aktif bertanya d) Aktif menjawab pertanyaan e) Aktif dalam kerja kelompok f) Dapat bekerjasama dengan teman g) Berani mengemukakan pendapat h) Menyampaikan hasil kerja kelompok c.
Tes Instrumen tes adalah instrumen penilaian evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.
Hasil
tes
merupakan
ukuran
pengetahuan
dan
pemahaman siswa terhadap materi sejarah kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru.
15
4. Pengumpulan Data a. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas V SDN Banyubiru 05 yang berjumlah 30 siswa, guru agama dan proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam melalui metode sosiodrama. b. Jenis data Jenis data diperoleh berupa: 1) Data kualitatif yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar kelas, daftar absen, buku daftar nilai, catatan
pelaksanaan proses
pembelajaran, hasil observasi guru dan siswa. 2) Data kuantitatif berupa hasil tes pembelajaran sejarah kebudayaan Islam yang dilaksanakan mulai dari sebelum penelitian tindakan kelas dengan metode sosiodrama dilakukan dan nilai setiap akhir siklus setelah penelitian dilakukan. c. Cara pengambilan data Data diambil melalui observasi, studi dokumenter dan tes.
5. Analisis data Analisis data dilakukan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian tindakan yaitu: metode sosiodrama dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran materi sejarah kebudayaan Islam di kelas V SDN Banyubiru 05 Tahun pelajaran 2011/2012. Analisis data statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif. Data yang dianalisis adalah data hasil tes siswa untuk materi sejarah kebudayaan Islam. Penentuan nilai
16
siswa berpedoman pada rumus: 𝑆𝑘𝑜𝑟 =
𝐵𝑖 𝑥𝑏𝑖 𝑥100% 𝑆𝑡
Keterangan: 𝐵𝑖 =banyaknya butir soal yang dijawab benar oleh siswa 𝑏𝑖 =bobot setiap butir soal 𝑆𝑡 =skor teoritis (skor bila menjawab benar semua butir soal)
Penskoran dengan menggunakan rumus tersebut adalah sistem skor dengan mempertimbangkan bobot berbeda pada setiap butir soal. Butir soal yang penulis susun mempertimbangkan pada tingkatan kognitif siswa yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam tingkatan domain kognitif tersebut memiliki bobot berturut-turut: 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Skor minimal yang harus diperoleh siswa adalah 60 sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran PAI di Kelas V. Skor yang diperoleh dari hasil perhitungan merupakan nilai kualifikasi siswa yang akan dikonsultasikan dengan batas kualifikasi minimal (KKM) yang harus dicapai siswa. Jika siswa memperoleh 60 berarti siswa tersebut memperoleh nilai yang cukup dan ia telah mencapai nilai ketuntasan minimal yang disyaratkan yaitu 60. Jika siswa memperoleh nilai di bawah 60 maka ia dikatakan memperoleh nilai kurang dan belum tuntas sehingga perlu diadakan perbaikan atau remidial. Untuk mengetahui sejauh manakah metode sosiodrama dapat
17
meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran materi sejarah kebudayaan Islam di kelas V SDN Banyubiru 05, penulis melakukan analisis deskriptif prosentase terhadap jumlah siswa yang mampu memperoleh nilai minimal 60. Untuk menghitung prosentase jumlah siswa tersebut penulis menggunakan rumus: 𝑃=
𝑁𝑡 𝑥100% 𝑁
Keterangan: Nt=jumlah siswa yang tuntas N=jumlah total siswa Penulis
juga
menganalisis
ketrampilan
guru
dalam
mengajar
menggunakan metode sosiodrama pada setiap siklus. Data yang diperoleh berasal dari lembar observasi terhadap guru yang dilakukan oleh rekan guru lain yang bertindak sebagai kolaborator. Lembar observasi memiliki sembilan aspek penilaian dengan skor 1 sampai 5. Skor terendah adalah 9, skor tertinggi 45 dan nilai tengah (cukup) adalah 27. Analisis mengenai keaktifan siswa juga dilakukan. Data diperoleh melalui lembar observasi keaktifan siswa sebagai hasil observasi yang dilakukan oleh guru kolaborator. Lembar observasi berisi delapan aspek keaktifan siswa yang dinilai dengan skor 1 sampai 5 yang berturut-turut berarti sangat kurang, kurang, cukup, baik dan sangat baik. Skor terendah adalah 8 dan skor tertinggi 40. Nilai tengah 24 (nilai cukup).
18
5. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian menjelaskan tentang perubahan yang diinginkan dari subyek yang dikenai tindakan yaitu target yang diharapkan. Oleh karena itu dijelaskan bahwa sasaran penelitian ini adalah: a. Faktor siswa Perubahan yang diinginkan adalah meningkatnya pengetahuan siswa dan pemahaman siswa tentang sejarah kebudayaan Islam melalui metode sosiodrama. Fokus pengamatannya adalah pengetahuan dan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Perubahan pada siswa yang tercermin dari hasil observasi dan tes tertulis. b. Faktor Guru Perubahan yang diinginkan adalah meningkatnya ketrampilan dasar guru dalam mengajar. Keterampilan dasar tersebut semua dikuasai oleh guru dan dikembangkan oleh guru menjadi ketrampilan-ketrampilan yang menunjang pembelajaran. Indikatornya adalah guru menjadi semakin terampil dalam menggunakan media, metode, mengelola kelas, memimpin diskusi dan mengadakan evaluasi.
H. Sistematika Penelitian Laporan hasil penelitian tindakan kelas ini disusun dalam bentuk skripsi dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan berisi: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, kegunaan penelitian, definisi operasional,
19
metode penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II Kajian pustaka, berisi mengenai: Pemahaman pembelajaran SKI, Sejarah Kebudayaan Islam dahulu, sekarang dan akan datang, materi SKI di SD, metode sosiodrama. BAB III Pelaksanaan penelitian berisi Gambaran Umum SD Negeri Banyubiru 05, deskripsi pelaksanaan pra siklus, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelak0073anaan siklus II, deskripsi pelaksanaan siklus III BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan memuat: deskripsi setiap siklus, berupa data hasil proses pembelajaran, hasil observasi dan hasil tes, pembahasan hasil penelitian BAB V penutup memuat: kesimpulan mengenai hasil peneltian dan saran yang penulis berikan kepada beberapa pihak yang terkait.
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pemahaman Pembelajaran SKI 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman
berasal
dari
kata
dasar
paham.
Kemudian
memperoleh awalan pe- dan akhiran -an. Kata paham berarti: a. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Novianto (tt: 371) mengatakan bahwa kata paham berarti “mengerti, faham, aliran.” Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian
kata
pemahaman
yang tepat
adalah
pengertian.
Pemahaman pembelajaran SKI berarti pengertian yang diperoleh setelah memperoleh pembelajaran SKI. b. Menurut Dr. Ahmad Zakki Shaleh Menurut pemahaman
Shaleh
adalah
sarana
(dalam
az-Zabalawi,
manusia
untuk
2007:91-92)
berkenalan
dan
berkomunikasi dengan lingkungannya. Pemahaman dapat terjadi dengan adanya dua syarat. Pertama adalah adanya dunia realitas yang penuh dengan hal atau benda-benda dengan ciri-ciri tertentu. Kedua adalah adanya zat yang memahami. Kata paham diartikan sebagai pengertian, pendapat, aliran, haluan, pandangan, mengerti benar, tahu benar, pandai dan mengerti benar. Dari beberapa pengertian tersebut, maka pengertian yang
21
sesuai adalah pandai dan mengerti benar, atau tahu benar tentang sesuatu. Dari beberapa pengertian kata paham tersebut, maka yang sesuai dengan skripsi ini adalah kata kerja yang memiliki arti “mengerti benar (akan); tahu benar (akan)”. Hal tersebut karena pembahasan di dalam skripsi ini berkaitan dengan pendidikan, sehingga pengertian yang sesuai adalah pengertian pertama dan keempat. Adapun kata kerja paham, setelah memperoleh awalan pe- dan akhiran –an menjadi kata benda pemahaman yang berarti “proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan: ~ bahasa sumber dan bahasa sasaran sangat penting bagi penerjemah;”
(http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php,
diunduh 19/07/2011, 07:22). Dalam penelitian ini pemahaman diartikan sebagai “proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.” Kata memahami berarti “mengerti benar (akan), mengetahui benar” dan kata memahamkan berarti “mempelajari baik-baik supaya paham”. Dari beberapa pengertian tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa pemahaman adalah sebuah proses, cara, perbuatan untuk mengerti dan mempelajari baik-baik supaya paham. 2. Pengertian Pembelajaran Setelah menguraikan mengenai pengertian pemahaman, penulis selanjutnya menguraikan mengenai pengertian pembelajaran. Penulis
22
mengambil beberapa sumber untuk menguraikan kata pembelajaran. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan menjelaskan bahwa kata pembelajaran berasal dari kata ajar, yang kemudian memperoleh imbuhan be- sehingga menjadi belajar dan memperoleh imbuhan pe- dan akhiran –an menjadi pembelajaran. Kata ajar adalah kata benda yang berarti “...petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui.” Setelah memperoleh imbuhan be- menjadi kata kerja belajar yang berarti “...berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.” Sedangkan setelah memperolah imbuhan pe- dan akhiran –an menjadi kata benda pembelajaran yang berarti “...proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.” Asrori (2008:6) mengartikan pembelajaran sebagai “...suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan.” Pengertian yang dikemukakan oleh Mohammad Asrori tersebut menekankan pada adanya proses dan adanya perubahan tingkah laku serta pengalaman. Pembelajaran sebagai sebuah proses berarti terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang berkesinambungan satu sama lain dan dilaksanakan secara terus menerus. Tujuan pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku dari peserta didik. Sedangkan perubahan tingkah laku tersebut diperoleh melalui pengalaman peserta didik selama proses pembelajaran.
23
3. Pengertian SKI Para memiliki definisi yang berbeda-beda tentang sejarah. Supriyadi (2008:13) mengutip pendapat beberapa ahli tersebut di dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam. a. Nisa Ahmed Faruqi Sejarah, dalam bahasa Arab adalah tarikh atau dalam bahasa Inggris history adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan
dengan
kronologi
berbagai
peristiwa
(Supriyadi,
2008:13). b. Abdurrahman As-Sakhawi Sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa (Supriyadi, 2008:13). c. Louis Gottschalk Sejarah berasal dari bahasa Yunani: istoria, yang berarti ilmu.
Istoria
berarti
suatu
penjelasan
sistematis
mengenai
seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang merupakan faktor atau tidak di dalam penjelasan. Sejarah diartikan oleh Gottschalk sebagai tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya (Supriyadi, 2008:13-14). d. Ibn Khaldun Sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau (Supriyadi, 2008:14).
24
e. Sartono Kartodirdjo Sejarah memiliki dua pengertian, yaitu pengertian subjektif dan objektif. Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, yakni bangunan yang disusun penulis sebagai upaya untuk menguraikan atau menceritakan fakta-fakta untuk menggambarkan suatu gejala sejarah. Pengertian pertama ini memuat unsur-unsur dan isi subjek (penulis). Sejarah dalam arti objektif adalah kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu proses sejarah yang sesungguhnya (Supriyadi, 2008:14). Dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa sejarah memiliki unsur-unsur penting yaitu: peristiwa, batasan waktu yaitu masa lampau, pelaku yaitu manusia, dan daya kritis dari peneliti sejarah. Peristiwa dalam sejarah hanya terjadi sekali dan tidak dapat terulang kembali. Selain itu pelaku sejarah adalah manusia, bukan makhluk yang lain dan oleh sebab itu di dalamnya ada daya kritis dari manusia yang lain sebagai peneliti sejarah. Kebudayaan memiliki makna yang sama dengan kata culture. Supriyadi (2008:16) mengartikan kebudayaan sebagai: ...pembangunan yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat melalui latihan dan pengalaman; bukti nyata pembangunan intelektual, seperti seni dan pengetahuan; atau perkembangan intelektual di antara budaya orang; bahwa kebudayaan adalah semua seni, kepercayaan institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat, suku, dan sebagainya; mengolah pertanian sampai pada tingkat teknologi biologi bakteri.
25
Buku The World University Encyclopeda (dalam Supriyadi, 2008:16) menjelaskan bahwa “kebudayaan adalah pandangan hidup masyarakat; ia adalah totalitas spiritual, intelektual, dan sikap artistik yang dibentuk oleh masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum dan hubungan sosial.” Sedangkan Supriyadi sendiri (2008:17) menyimpulkan pengertian kebudayaan sebagai “hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.” Penulis sepakat dengan simpulan Supriyadi tersebut. Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan yang bersifat material. Rasa mewujudkan segala kaidah dan nilai sosial dalam masyarakat termasuk agama. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan. Para ahli sampai saat ini masih belum sepakat dalam membedakan antara kebudayaan dengan peradaban. Untuk memudahkan dalam memaknai kedua istilah tersebut, penulis mengambil definisi dari Supriyadi yang menjelaskan pendapat Oswald Speengler yang dikutip oleh Samuel P Huntington bahwa kebudayaan adalah merujuk pada upaya manusia yang masih berlanjut, sedangkan peradaban adalah titik akhir dari upaya tersebut. Peradaban memiliki makna yang lebih luas yaitu sebagai puncak, spirit, keseluruhan dan universal, karakter umum sebuah zaman dan titik akhir dari berbagai hasil proses kebudayaan (Supriyadi, 2008:19). Kata Islam merujuk pada sebuah agama yaitu agama Islam. Menurut Ali (2008:49), kata Islam merupakan turunan dari bahasa Arab 26
salama. Kata salama berarti patuh atau menerima; sedangkan kata Islam sendiri berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan kepada kehendak Allah. Kata dasar Islam adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata Islam mengandung arti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri, ketaatan, dan kepatuhan. Agama Islam merupakan satu sistem akidah dan syari‟ah serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan. Ruang lingkup agama Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dengan diri manusia itu sendiri tetapi juga dengan alam sekitarnya Islam adalah agama yang universal, yaitu mengatur keseluruhan segi kehidupan manusia. Dari berbagai penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan pengertian
sejarah
kebudayaan
Islam
sebagai
berikut:
Sejarah
kebudayaan Islam adalah rekaman peristiwa pada masa lampau tentang hasil karya, rasa dan cipta masyarakat Islam pada waktu itu. Dalam konteks pendidikan, sejarah kebudayaan Islam merupakan studi tentang rekaman peristiwa pada masa lampau tentang hasil karya, rasa dan cipta masyarakat Islam pada waktu itu, untuk kemudian dipahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan diamalkan di dalam kehidupan seharihari.
27
B. Sejarah Kebudayan Islam Dahulu, Sekarang dan Akan Datang Islam adalah agama universal yang ditujukan untuk seluruh umat di dunia. Sejak awal perkembangannya di tanah Arab, Islam telah memiliki budaya yang tersebar dan berkembang ke seluruh penjuru dunia. Menurut Supriyadi (2008:21), ada dua pendapat mengenai penggolongan dimulainya sejarah Islam. Pendapat pertama mengatakan bahwa sejarah islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rosul. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhamad SAW hijrah ke Madinah. Secara global, sejarah Islam memiliki tiga periode yang penting untuk dipahami. Periode pertama adalah periode masa lalu yaitu sejak periode Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Periode kedua adalah periode masa kini atau modern dan periode yang akan datang adalah periode yang belum terlampaui. Periode sejarah Islam yang akan datang diketahui dari berita-berita di dalam Al-Quran maupun hadits-hadits nabi sendiri. Harun Nasution (dalam Supriyadi, 2008:22) menggolongkan peradaban Islam ke dalam tiga masa, yaitu masa klasik (650-1250 M), masa pertengahan (1250-1800 M) dan masa modern (1800-sekarang). Mengutip pendapat Harun Nasution tersebut, maka periode masa lalu Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah periode klasik dan pertengahan, periode sekarang adalah periode modern, dan periode yang akan datang adalah periode yang belum terlampaui namun sudah diprediksi oleh Rasulullah SAW.
28
Perkembangan Islam pada periode klasik ditandai dengan mulainya syiar Islam oleh Nabi Muhammad SAW, perluasan wilayah kekuasaan Islam. Masa klasik merupakan masa ekspansi, integrasi dan kekuasaan Islam (Supriyadi, 2008:25). Masa ini mencakup masa dimana para khalifah memimpin umat Islam. Termasuk di dalam masa ini adalah masa kejayaan Islam di bawah pimpinan khalifah Harun Al-Rasyid. Pada masa ini Islam mengalami puncak kejayaan dan kemudian mengalami kemunduran. Perkembangan Islam pada periode sekarang adalah masa modern yang dimulai sejak tahun 1800 M. Masa ini juga disebut dengan masa kembangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir pada tahun 1801 M membuka mata dunia Islam akan kemunduran dan kelemahan Islam disamping kemajuan dan kekuatan barat. Kontak islam dan Barat pada masa sekarang berlain dengan periode klasik.
Jika pada periode klasik Islam
sedang naik dan barat sedang turun, maka pada periode ini Islam sedang ada pada kondisi turun dan Barat sedang naik. Pada masa modern banyak orang Islam yang belajar ke Barat sehingg muncullah pemikiran-pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Perkembangan Islam di masa yang akan datang dapat dilihat dari sabda Rasulullah SAW sendiri. Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh para imam seperti seperti Abu Daud, Nasai, Tirmidzi dan yang lainnya dengan beberapa lafazhnya, diantaranya,”Orang-orang Yahudi akan terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan seluruhnya di neraka kecuali satu. Orangorang Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan seluruhnya di
29
neraka kecuali satu. Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan seluruhnya di neraka kecuali satu.” Didalam riwayat lain,”Mereka bertanya,‟Wahai Rasulullah, siapakah golongan yang selamat ? Beliau saw menjawab,‟Siapa yang berada diatas (ajaran) seperti ajaranku hari ini dan para sahabatku.” (HR. Thabrani dan Tirmidzi) didalam riwayat lain disebutkan,”ia adalah jama‟ah, tangan Allah berada diatas tangan jama‟ah.” (HR.
Ahmad
dan
Abu
Daud)
(http://www.eramuslim.com/ustadz-
menjawab/makna-al-anbiyaa-93.htm, diunduh 11/08/2011). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masa yang akan datang, Islam akan menjadi agama yang besar sehingga nantinya akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Selain menunjukkan hal tersebut, hadits itu juga menunjukkan bahwa golongan yang selamat adalah golongan yang menjalankan ajaran Rasulullah SAW. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Islam nantinya akan berkembang menjadi sebuah agama yang dianut oleh banyak manusia, namun demikian sebagian besar menganut ajaran yang salah. C. Materi SKI di SD Keberadaan Materi Sejarah Kebudayaan Islam di tingkat sekolah dasar dapat diketahui dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Mata Pelajaran yang harus dikuasai siswa di tingkat sekolah dasar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pada bagian tersebut dijelaskan bahwa SKL mata pelajaran PAI untuk tingkat sekolah dasar adalah sebagai berikut:
30
1.
2. 3. 4.
5.
Menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al-„Alaq Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela Mengenal dan melaksanakan rukun Islam mulai dari bersuci (thaharah) sampai zakat serta mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji Menceritakan kisah nabi-nabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi. (http://www.puskur.net/download/uu/22SKLMapelSDMI.pdf, diunduh 19/07/2011, 10:33).
Berdasarkan SKL mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat materi Sejarah Kebudayaan Islam di dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di tingkat SD. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan SKL kelima yaitu “menceritakan kisah nabinabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi.” Siswa dapat menceritakan kisah nabi-nabi beserta orang-orang tercela dalam kehidupan nabi dengan mempelajari sejarah Islam. Oleh sebab itu, keberadaan materi Sejarah Kebudayaan Islam di tingkat sekolah dasar mutlak diperlukan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut.
D. Metode Sosiodrama 1. Pengertian Metode dapat diartikan cara mengajar untuk mencapai tujuan (Arief, 2002:81). Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar
31
dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodramadan-bermain-peranan-sosiodrama-method/, diunduh 19/07/2011, 10:48). Dalam pendidikan agama metode sosiodrama dan bermain peranan ini efektif dalam menyajikan pelajaran akhlak, sejarah Islam dan topik-topik lainnya. Dalam pelajaran sejarah (tarikh), misalnya guru ingin menggambarkan kisah para Nabi atau para sahabat nabi. Kisah tersebut tentu amat menarik jika disajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peranan. Sebab siswa disamping mengetahui kisah sejarah yang telah terjadi, juga dapat menghayati ajaran dan hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut. Sosiodrama dan bermain peran adalah dua istilah kembar dalam dunai pendidikan. Perbedaan keduanya terletak pada tujuannya. Sosiodrama bertujuan mengamati dengan mendramatisasi bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial, sedangkan bermain peran bertujuan mengamati permasalahan yang secara nyati dialami. Zaini, Munthe dan Aryani dalam Strategi Pembelajaran Aktif (2008:98) menjelaskan bahwa metode sosiodrama adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Aspek utama dalam sosiodrama adalah pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. 2. Langkah Metode Sosiodrama Menurut Muthoharoh (2010), langkah metode sosiodrama adalah sebagai berikut:
32
a. Bila sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara siswa yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas b. Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut c. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa d. Setelah sosiodrama itu dalam puncak klimas, maka guru dapat menghentikan
jalannya
drama.
Hal
ini
dimaksudkan
agar
kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang dimainkan. Sosiodrama dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu e. Guru dan siswa dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya 3. Kelebihan metode Sosiodrama Metode
Sosiodrama
memiliki
kelebihan-kelebihan
sebagai
berikut: a. Memberikan kesan dan ingatan yang kuat pada siswa, serta pengalaman yang menarik dan sulit dilupakan siswa
33
b. Kelas menjadi dinamis dan siswa menjadi antusias karena menarik bagi siswa c. Menumbuhkan
semangat,
optimisme,
kebersamaan
dan
kesetiakawanan sosial yang tinggi pada diri siswa d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami, menghayati dan menarik hikmah dari peristiwa yang dipelajari e. Meningkatkan keterampilan psikomotorik siswa khususnya dalam memainkan peran. (http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodramadan-bermain-peranan-sosiodrama-method/, diunduh 19/07/2011).
34
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD Negeri Banyubiru 05 1. Sejarah Singkat Pada awal berdirinya, SDN Banyubiru 05 belum memiliki lokasi dan gedung sendiri. Kegiatan belajar mengajar bergabung dengan gedung milik SDN Banyubiru 05. Saat itu siswa masuk bergantian pagi dan sore. Pada tahun pelajaran 1981/1982 kepala Dinas P dan K Kabupaten Semarang memberi bantuan tambahan ruang kelas baru kepada SDN Banyubiru 05 dan pihak sekolah yang menentukan lokasinya. Pihak sekolah berusaha mencari lokasi untuk pembangunan ruang kelas tersebut. Lokasi yang diperoleh merupakan tempat yang strategis yaitu di dekat makam Kyai Joyo Proyo. Tanah yang dimaksud adalah milik bapak Suratno yang kemudian ditukar dengan tanah bengkok Kepala Desa bersama-sama dengan LKMD. Pada tahun pelajaran 1981/1982 SDN Banyubiru telah memiliki 2 lokal yang sekarang menghadap ke utara (ruang kelas V dan VI). Pada tangal 1 Januari 1983 ruang kelas tersebut mulai ditempati oleh siswa kelas I dan kelas VI. Adapun siswa kelas yang lain masih menempati gedung SDN Banyubiru 05. Pada bulan Februari 1983 SDN Banyubiru 05 memperoleh bantuan 3 lokal (Inpres 4 tahun 83/84). Pada tanggal 11 Mei 1983 semua siswa telah menempati ruang kelas sendiri dan tidak lagi
35
bergabung dengan SDN Banyubiru 05. Pada bulan April 1984 SDN Banyubiru 05 memperoleh tambahan ruang kelas baru sebanyak satu lokal, sehingga lengkap memiliki enam lokal. Dalam perjalanannya, SDN Banyubiru 05 berhasil memperoleh akreditasi B pada tahun 2005. Satu tahun setelah itu SDN Banyubiru 05 memperoleh DAK dan menjadi SD Inti. Selama berdirinya, SDN Banyubiru 05 tercatat pernah melakukan rehab pada tahun 2008 dengan dana berasal dari APBD I. 2. Visi dan Misi a. Visi Membantuk dasar pada generasi penerus yang memiliki kualitas dalam berfikir, bertaqwa, bermoral dan bersosial b. Misi 1) Menanamkan kebiasaan pada peserta didik untuk: a) Disiplin b) Gemar membaca c) Berani mencoba d) Berani tampil ke depan 2) Melaksanakan cara pembelajaran yang terprogram, inovatif, bermutu, tertib dan disiplin 3) Menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik melalui pembinaan dan pembimbingan secara terpadu dengan memanfaatkan sumberdaya di lingkungan sekolah.
36
3. Profil SD Negeri Banyubiru 05 a. Nama Sekolah
: SD Negeri Banyubiru 05
b. Status Sekolah
: Negeri
c. NSS
: 101032207005
d. Alamat
: Jl. Kyai Djojoprojo No. 10 Krajan Banyubiru
e. Desa
: Banyubiru
f. Kecamatan
: Banyubiru
g. Kabupaten
: Semarang
h. Nama Kepala Sekolah
Hartanto, S.Pd
i. Nama Ketua Komite SD : Nurhadi Dimyati j. No Telp.
: (0298) 5959508
4. Letak Geografis Secara geografis, SDN Banyubiru 05 terletak di Jl. Kyai Djoyoproyo No. 10 Banyubiru, Semarang, Jawa Tengah. SDN Banyubiru memiliki lokasi yang strategis. Lokasi sekolah agak jauh darijalan raya sehingga tidak bising dan membahayakan siswa. Batas-batas SDN Banyubiru 05 adalah sebagai berikut: a. Batas sebelah barat
: jalan kampung
b. Batas sebelah utara
: jalan gang
c. Batas sebelah selatan : rumah penduduk d. Batas sebelah timur
: persawahan
37
5. Keadaan Siswa Keadaan siswa di SD Negeri Banyubiru 05 pada tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Keadaan Siswa SDN Banyubiru 05 Tahun Pelajaran 2011/2012 NO 1 2 3 4 5 6
KELAS I II III IV V VI JUMLAH
L 15 20 22 7 18 8 90
P 9 20 7 17 12 10 75
JUMLAH 24 40 29 24 30 18 165
Sumber: Dokumen SDN Banyubiru 05 Tahun 2011
Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa total jumlah siswa di SDN Banyubiru 05 adalah 165 siswa. Siswa terbanyak adalah siswa kelas II yaitu berjumlah 40 orang dengan perincian 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Total siswa laki-laki di SDN Banyubiru 05 adalah 90 orang dan siswa perempuan adalah 75 orang. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah siswa laki-laki lebih banyak daripada jumlah siswa perempuan. Jumlah siswa di kelas V SDN Banyubiru 05 Desa Banyubiru yang dijadikan subjek penelitian adalah 30 siswa. Dari jumlah tersebut, 18 siswa adalah laki-laki dan 12 siswa adalah perempuan. Data mengenai siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
38
Tabel 3.2 Data Karakteristik Siswa Kelas V SDN Banyubiru 05 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama
Azis Budi Saputro Ahmad Rifai Indra Kurniawan Setyo Ragil Adi Wiranto Sulis Prasetyo Wahyu Anugerah Angga Arya P Elfa Fibri Setyani Ganda Andransyah M Nonik Agus Tri Setyawan Dimas Ditiya Sanjaya Edi Saputra Erni Kurniasari Gega Anggit Aditya Hamzah Nur Adzim Iwan Tri Sambodho Novian Derta Agustino Okta Tri Pangestu Rafika Novela Raca Noviana Salahudin Al Ayubi Sinta Amelia Trisna Viliana Yoga Adriansah Anas Setyofani Muthi' Iltimas Debby Fatmawati Fina Auliyah Fiska Dwi Astutik Laki-Laki Perempuan Sumber: Dokumen SDN Banyubiru 05 Tahun 2011
39
L/P L L L L L L L P P P L L L P L L L L L P P L P P L L P P P P 18 12
Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Jumlah siswa di kelas V SDN Banyubiru 05 adalah 30 siswa. Seluruh siswa beragama Islam sehingga seluruh siswa menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini. 6. Tenaga Pengajar SDN Banyubiru 05 Tenaga pengajar di SDN Banyubiru 05 berjumlah 12 orang guru termasuk seorang kepala sekolah. Adapun data lengkap mengenai tenaga pengajar di SDN Banyubiru 05 adalah sebagai berikut. Tabel 3.3 Keadaan Guru SDN Banyubiru 05 Tahun Pelajaran 2011/2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama/NIP Hartanto, S.Pd Sudiyati, A.Ma.Pd Yusmi, A.Ma.Pd Joko Suwardi Khafiyah, A.Ma FX. Andoko, A.Ma.Pd Ulfa Riana, A.Ma.Pd Sri Wahyuni, S.Pd Rohmad, S.Pd Handoko, A.Ma.Pd Erna Widayanti Bina Perwira Samapta
L/P L P P L P L P P L L P L
Ijazah S1 DII DII KGO DII DII DII S1 S1 DII S1 SMA
Jabatan Kepala Sekolah Guru Kls. II Guru Kls. I Guru Penjas Guru Agama Islam Guru Agama Kristen Guru Kls. III Guru Kls. V Guru Kls. IV Guru Kls. VI Perpustakaan Penjaga
Sumber: Dokumen SDN Banyubiru 05 Tahun 2011
7. Struktur Organisasi SDN Banyubiru 05 Struktur organisasi SDN Banyubiru 05 dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.
40
Kepala Desa Sri Anggoro Siswaji
Guru Kelas I Yusmi
KEPALA SEKOLAH Hartanto, S.Pd
Guru Kelas II Sudiyati
Guru Kelas III Ulfa Riana
Guru Kelas V Sri Wahyuni
Guru Agama Islam Khafiyah
KOMITE Nurhadi Dimyati
Guru Kelas IV Rohmad
Guru Kelas VI Handoko
Guru Agama Kristen FX. Andoko
Guru Olahraga Joko Suwardi
Perpustakaan Erna Widayanti
Penjaga Bina Perwira S Gambar 3.1 Struktur Organisasi SDN Banyubiru 05
B. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus Sebelum peneliti masuk pada siklus penelitian, terlebih dahulu diadakan pembelajaran pra siklus atau pembelajaran sebelum memasuki siklus. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum tindakan dilakukan. Pada pembelajaran ini, peneliti juga melakukan kegiatankegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sedangkan pembelajaran berlangsung tanpa metode sosiodrama.
41
Pembelajaran pra siklus penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2011. Langkah-langkah yang penulis gunakan adalah: 1. Perencanaan a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan metode yang digunakan. b. Menyiapkan sarana dan alat pembelajaran berupa: lembar absensi, buku pelajaran, daftar nilai, daftar soal. 2. Pelaksanaan Penulis melaksanakan pra siklus pada hari Senin, 11 Juli 2011. Waktu yang dibutuhkan 3 x 35 menit. Pembelajaran dilaksanakan dengan tanpa menggunakan metode sosiodrama. Materi pokok yang diajarkan adalah kisah Nabi Isa a.s ketika menderita sakit. Proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Mempraktikkan pembelajaran dengan metode ceramah sesuai dengan RPP yang telah disusun, yang meliputi: 1) Kegiatan Pendahuluan (30 menit) 1) Mengucapkan salam, memimpin doa 2) Menjelaskan
materi
pelajaran
dan
kompetensi
yang
diharapkan. 3) Mengkorelasikan materi sebelumnya dengan bahan ajar yang akan disampaikan 4) Mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa yang telah mengetahui kisah nabi Isa AS
42
5) Memberikan pengantar tentang bahan ajar yang disampaikan (melalui fitur Mutiara Islam dan Sepenggal Kisah) 2) Kegiatan Inti (60 menit) a) Siswa mendengarkan dan mengamati uraian guru tentang bahan ajar yang disampaikan b) Beberapa siswa membacakan kisah Nabi Isa AS, sedangkan siswa yang lain mendengarkan c) Siswa menceritakan kembali kisah Nabi Isa AS scara klasikal, kelompok dan individu d) Siswa menyebutkan mikjizat-mukjizat Nabi Isa As secara klasikal, kelompok dan individu 3) Kegiatan akhir/penutup (15 menit) a) Memberi tugas pekerjaan rumah kepada siswa b) Menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan salam 3. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan oleh peneliti sejak pembelajaran dimulai dan berlangsung untuk mengukur keaktifan siswa. Observasi dibantu oleh guru mitra yaitu Sri Wahyuni, guru kelas V. Pada saat peneliti melaksanakan
pembelajaran,
guru
mitra
melaksanakan
observasi
berdasarkan instrumen yang telah disiapkan. Dalam obervasi, peneliti menggunakan lembar pengamatan seperti yang tertera pada lampiran.
43
4. Refleksi Kegiatan Refleksi dilakukan untuk merangkum dan menyimpulkan tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai disertai dengan penjelasan mengapa hal tersebut terjadi. Kegiatan Refleksi dilakukan oleh peneliti dibantu guru mitra peneliti. Pada kegiatan ini dicari keberhasilan dan kelemahan yang ada untuk kemudian menjadi bahan evaluasi dan perbaikan untuk siklus selanjutnya. Hasil refleksi menunjukkan bahwa keaktifan siswa berada pada tingkat yang rendah. Hal tersebut diketahui dari adanya sebagian besar siswa yaitu 19 orang (63,3%) yang memiliki keaktifan yang rendah. Sedangkan tingkat pemahaman siswa tergolong cukup. Pemahaman siswa diketahui dari adanya sebagian besar siswa yaitu 26 orang (86,7%) yang memperoleh nilai pada rentang cukup (41-60). Rendahnya keaktifan dan pemahaman siswa tersebut disebabkan oleh metode pengajaran ceramah membuat siswa bosan dan kurang atif. Dari hasil refleksi ini penulis bersama guru mitra yaitu Sri Wahyuni berdiskusi dan sepakat untuk menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran selanjutnya.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus penelitian. Siklus pertama penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Juli 2011. Mata pelajaran yang diberikan adalah PAI dengan materi pokok
44
menceritakan kisah Nabi Isa as. Siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi: 1. Perencanaan a. Permasalahan dan solusinya telah ditemukan pada saat pra siklus penelitian. Pada siklus I ini penulis bersama guru mitra menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama. b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan metode yang digunakan yaitu sosiodrama. c. Menyiapkan sarana dan alat pembelajaran yang antara lain berupa daftar hadir siswa, daftar nilai, naskah drama, lembar observasi, lembar soal. 2. Pelaksanaan Siklus I dilakukan pada hari Rabu, 13 Juli 2011. Waktu yang digunakan 3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit. Metode yang digunakan adalah sosiodrama dengan materi menceritakan kisah Nabi Isa as. a. Melakukan pre tes atau tes awal untuk mengetahui tentang prestasi belajar PAI siswa kelas V sebelum tindakan dilaksanakan. Pada siklus I, nilai pretes yang digunakan adalah nilai evaluasi pembelajaran pada pra siklus. b. Mempraktikkan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, yang meliputi:
45
1) Kegiatan Pendahuluan (30 menit) a) Salam dan doa bersama. b) Menjelaskan kompetensi yang diharapkan. c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. d) Guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan berkata: “Siapakah Nabi Isa? 2) Kegiatan Inti (60 menit) a) Guru menjelaskan kepada siswa tentang metode sosiodrama dan aturan-aturan di dalamnya b) Guru membagikan naskah sosiodrama dan daftar pertanyaan kepada seluruh siswa dan memberi waktu kepada siswa untuk membaca dan memahaminya c) Guru menunjuk beberapa siswa yang dianggap sesuai untuk memerankan tokoh dalam naskah. d) Guru menugaskan siswa yang lain untuk mengamati dan mengisi soal yang diberikan. e) Guru mempersiapkan ruang berupa area yang cukup luas untuk pementasan. f) Drama dipentaskan g) Guru memberikan penguatan 3) Kegiatan akhir/penutup (15 menit) a) Menghentikan pementasan, tepuk tangan dan merayakan keberhasilan
46
b) Meminta siswa secara individu untuk mengekspresikan pengalaman belajarnya c) Menanyakan kepada siswa tentang ide-ide yang muncul d) Memfasilitasi
terjadinya
analisis
kelompok
dengan
mempersilahkan masing-masing kelompok mengungkapkan pendapatnya
tentang
proses
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan e) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan sosiodrama f) Menyusun rencana selanjutnya g) Menutup pembelajaran dengan berdoa bersama dan salam 3. Observasi Kegiatan observasi dilakukan dengan bantuan guru mitra peneliti bernama Sri Wahyuni. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan pemahaman siswa jika dibandingkan dengan kondisi pada pra siklus. Siswa lebih memperhatikan penjelasan guru, lebih antusias dan senang dengan metode sosiodrama. Peningkatan pemahaman siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi belajar siswa. Pemahaman siswa pada tingkat cukup berkurang dan pemahaman siswa pada tingkat tinggi dan sangat tinggi meningkat. 4. Refleksi Refleksi siklus I adalah kegiatan menyimpulkan kembali hal-hal yang telah terjadi pada saat proses pembelajaran telah berlangsung. Pada
47
refleksi siklus pertama ditemukan kelemahan yang menjadi bahan perbaikan siklus selanjutnya antara lain: a. Penunjukan siswa pemain peran kurang tepat karena ada siswa yang ingin bermain peran secara sukarela. Pada siklus selanjutnya, guru tidak melaksanakan penunjukan melainkan menawarkan kepada siswa. b. Adanya penarikan diri siswa berupa siswa apatis, malu, dan tidak percaya diri. Guru mengatasinya dengan memotivasi siswa untuk tidak apatis, malu dan lebih percaya diri. Memberikan penguatan positif kepada siswa yang berani memerankan peran tertentu. c. Adanya komentar siswa lain saat peran dimainkan membuat pemain peran kehilangan konsentrasi. Guru mengatasinya dengan menegur siswa yang berkomentar. d. Guru tidak dapat mengontrol waktu yang digunakan sehingga pembelajaran
melebihi
batas
waktu
yang
ditetapkan.
Guru
mengatasinya dengan memberikan pembatasan waktu. e. Situasi
kelas
kurang
terkendali.
Guru
mengatasinya
dengan
membimbing jalannya pementasan peran. f. Siswa kurang memahami isi naskah drama. Guru mengatasi masalah ini dengan cara menyebarkan naskah drama terlebih dulu kepada siswa dan memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya.
48
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Siklus kedua penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 Juli 2011. Pembelajaran adalah mengenai materi menceritakan kisah Nabi Isa as,. Tahapan lengkap yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Perencanaan a. Mengkaji kembali permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada siklus pertama dan mencari solusinya. b. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan pokok materi dan solusi pemecahan masalah yang ditemukan. c. Peneliti menyiapkan perangkat dan sarana media pembelajaran antara lain: daftar hadir, leger nilai, naskah drama, daftar soal, lembar observasi. 2. Pelaksanaan a. Kegiatan Pendahuluan (30 menit) 1) Salam, meminta salah satu siswa untuk memimpin doa mulai belajar 2) Menyapa siswa dengan bertanya kabar mereka 3) Menjelaskan kompetensi yang diharapkan. 4) Guru melakukan apersepsi dan motivasi “ada diantara kalian yang ingin menjadi dokter?” b. Kegiatan Inti (60 menit) 1) Guru menjelaskan kepada siswa tentang metode sosiodrama dan aturan-aturannya
49
2) Guru menetapkan waktu untuk pementasan dan waktu untuk masing-masing kegiatan 3) Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa. 4) Guru membagikan naskah drama dan daftar pertanyaan kepada seluruh siswa dan memberi waktu kepada siswa untuk membaca dan memahaminya 5) Guru memberi waktu bagi kelompok untuk memilih pemeran mereka. 6) Guru menugaskan siswa yang lain untuk mengamati dan menjawab pertanyaan dari guru 7) Guru mempersiapkan ruang berupa area yang cukup luas untuk pementasan. 8) Drama dimainkan 9) guru mengamati, memberi bimbingan dan memberikan umpan balik dan penguatan dengan kata-kata positif. c. Kegiatan akhir (15 menit) 1) Membawa siswa keluar dari peran mereka dengan bertepuk tangan merayakan keberhasilan bersama-sama 2) Meminta siswa secara individu untuk mengekspresikan pengalaman belajarnya 3) Menanyakan kepada siswa tentang ide-ide yang muncul
50
4) Memfasilitasi terjadinya analisis kelompok dengan membimbing siswa menganalisis kegiatan pembelajaran 5) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan evaluasi 6) Menyusun agenda selanjutnya 7) Menutup pembelajaran dengan meminta siswa memimpin doa bersama 3. Observasi Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi untuk mengetahui hasil pembelajaran. Observasi dibantu oleh guru mitra peneliti yaitu Sri Wahyuni. Hasil observasi menunjukkan bahwa keaktifan siswa meningkat. Siswa menawarkan diri untuk memerankan lakon tertentu. Rasa percaya diri siswa meningkat, namun kondisi kelas belum kondusif dan sering timbul kegaduhan kecil. Guru mulai terampil menggunakan metode sosiodrama walaupun masih perlu mendalami cara agar kelas tetap terkendali atau tidak gaduh. 4. Refleksi Kegiatan
refleksi
menghasilkan
kelemahan-kelemahan
pembelajaran sebagai berikut: a. Kurangnya kerjasama antar pemain peran b. Kelas menjadi gaduh karena seorang siswa sering berkata-kata yang tidak relevan dengan pembelajaran Untuk mengatasi permasalahan kurangnya kerja sama antar pemain, guru menjelaskan pentingnya kerja sama terhadap pembelajaran
51
dan nilai siswa. Untuk mengatasi kegaduhan kelas, guru menerapkan pendekatan personal kepada siswa yaitu dengan menegur dengan halus dan memberikan perhatian yang lebih terhadap siswa yang sering membuat gaduh.
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Siklus ketiga atau siklus terakhir dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 Juli 2011 dalam waktu 3 jam pelajaran. Langkah yang ditempuh: 1. Perencanaan a. Menyusun RPP perbaikan b. Menyusun alat Evaluasi c. Menyiapkan bahan pembelajaran d. Menyiapkan alat Observasi 2. Pelaksanaan a. Kegiatan Pendahuluan (30 menit) 1) Mengucap salam, ikrar mengucapkan dua kalimat syahadat dan doa mau belajar 2) Melakukan absensi siswa 3) Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. b. Kegiatan Inti (60 menit) 1) Guru menjelaskan kepada siswa tentang metode sosiodrama yang telah disempurnakan
52
2) Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok dengan anggota 5 anak dan komposisi berbeda dari pertemuan selanjutnya 3) Guru membagikan naskah peran dan daftar pertanyaan kepada seluruh siswa dan memberi waktu kepada siswa untuk membaca dan memahaminya 4) Guru memberi waktu bagi kelompok untuk memilih pemeran mereka. 5) Guru menugaskan siswa yang lain untuk mengamati nilai-nilai akhlak dalam pementasan berdasarkan daftar pertanyaan yang mereka peroleh. 6) Guru mempersiapkan ruang berupa area yang cukup luas untuk pementasan dan melaksanakan pementasan 7) guru mengamati dan memberikan bimbingan kepada siswa, serta memberikan umpan balik dan penguatan seperti kata-kata “bagus”, “luar biasa”, “indah sekali” dan lain sebagainya. c. Kegiatan Akhir (15 menit) 1) Membawa siswa keluar dari peran mereka dengan bertepuk tangan merayakan keberhasilan bersama-sama 2) Meminta
siswa
secara
individu
untuk
mengekspresikan
pengalaman belajarnya 3) Menanyakan kepada siswa tentang ide-ide yang muncul 4) Memfasilitasi terjadinya analisis kelompok dengan bimbingan dan pengarahan
53
5) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan evaluasi 6) Menyusun agenda selanjutnya 7) Menutup pembelajaran dengan meminta siswa memimpin doa bersama. 3. Observasi Kegiatan observasi pada siklus ketiga sama dengan observasi pada siklus pertama dan kedua. Observasi dibantu oleh Sri Wahyuni, Guru kelas V di SD N Kebumen 01. Hasil observasi pada siklus III menunjukkan keaktifan dan pemahaman siswa yang tinggi. Kondisi kelas telah kondusif dengan diterapkannya pembatasan waktu pembelajaran dan pendekatan personal dan nasihat dari guru kepada siswa yang sering membuat gaduh. 4. Refleksi Refleksi pada siklus ketiga bertujuan untuk menyimpulkan jalannya pembelajaran yang telah berlangsung. Penelitian dihentikan pada siklus ketiga. Hal tersebut karena pada siklus ketiga situasi kelas telah kondusif, dan tujuan penelitian telah tercapai yaitu adanya peningkatan keaktifan dan pemahaman siswa terhadap materi Sejarah Kebudayaan Islam.
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Setiap Siklus 1. Pra Siklus Pra Siklus dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2011. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Pra Siklus No
Interval
F
%
Keterangan
1
7-13
4
13,3%
Sangat Rendah
2
14-20
19
63,3%
Rendah
3
21-27
5
16,7%
Cukup
4
28-34
2
6,7%
Tinggi
5
35-41
0
0,0%
Sangat Tinggi
30
100,0%
Jumlah
Berdasarkan pada tabel 4.1 maka keaktifan siswa pada pra siklus tergolong rendah. Hal tersebut karena sebanyak 19 siswa (63,3%) memiliki skor keaktifan yang berada pada rentang rendah (14-20). Sisanya ada 4 siswa (13,3%) yang keaktifannya sangat rendah, 5 siswa (16,7%) dengan keaktifan cukup, dan 2 siswa (6,7%) dengan keaktifan tinggi. Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pra Siklus No 1 2 3 4
Nama
L/P
Azis Budi Saputro Ahmad Rifai Indra Kurniawan Setyo Ragil Adi Wiranto
L L L L
55
Nilai Pada Siklus 60 55 60 50
Keterangan Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
No 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama
L/P
Sulis Prasetyo Wahyu Anugerah Angga Arya P Elfa Fibri Setyani Ganda Andransyah M Nonik Agus Tri Setyawan Dimas Ditiya Sanjaya Edi Saputra Erni Kurniasari Gega Anggit Aditya Hamzah Nur Adzim Iwan Tri Sambodho Novian Derta Agustino Okta Tri Pangestu Rafika Novela Raca Noviana Salahudin Al Ayubi Sinta Amelia Trisna Viliana Yoga Adriansah Anas Setyofani Muthi' Iltimas Debby Fatmawati Fina Auliyah Fiska Dwi Astutik Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata Jumlah Siswa Tuntas Persen Ketuntasan
L L L P P P L L L P L L L L L P P L P P L L P P P P
Nilai Pada Siklus 70 85 80 60 60 55 50 50 60 50 50 50 50 55 50 50 60 55 55 55 50 50 60 60 65 60 85 50 57,3 13 43,3%
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Hasil evaluasi belajar siswa pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.2. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85 dan nilai terendah 50. Nilai rata-rata kelas sebesar 57,3. Pada pra siklus, terdapat 13 siswa 43,3% yang tuntas belajar atau memperoleh nilai minimal 60. 56
Berdasarkan hasil pembelajaran pra siklus, peneliti kemudian menyusun rencana perbaikan untuk siklus I untuk meningkatkan keterampilan guru, keaktifan siswa dan pemahaman siswa terhadap materi menceritakan kisah Nabi ISA as. Tabel 4.3 Hasil Rekapitulasi Pemahaman Siswa pada Pra Siklus No
Interval
F
%
Keterangan
1
0-20
0
0,0%
Sangat Rendah
2
21-40
0
0,0%
Rendah
3
41-60
26
86,7%
Cukup
4
61-80
3
10,0%
Tinggi
5
81-100
1
3,3%
Jumlah
30
100,0%
Sangat Tinggi
Dari hasil evaluasi diketahui bahwa sebanyak 26 siswa (86,7%) masuk dalam kategori pemahaman cukup, 3 siswa (10%) masuk dalam kategori pemahaman tinggi, dan 1 siswa (3,3%) masuk dalam kategori pemahaman sangat tinggi. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori pemahaman rendah atau sangat rendah.
2. Siklus I Siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2011 selama 3 jam pelajaran atau 105 menit. Pembelajaran dilakukan dengan metode sosiodrama dengan RPP perbaikan. Hasilnya adalah sebagai berikut:
57
Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Keaktifan Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I No
Interval
Pra Siklus F
Siklus I
%
F
1
7-13
4
13,3%
2
14-20
19
3
21-27
5
4
28-34
5
35-41 Jumlah
Keterangan
% 0
0,0%
Sangat Rendah
63,3%
9
30,0%
Rendah
16,7%
16
53,3%
Cukup
2
6,7%
4
13,3%
Tinggi
0
0,0%
1
3,3%
30
100,0%
30
100,0%
Sangat Tinggi
Dari hasil pelaksanaan siklus I dapat diketahui peningkatan keaktifan siswa dan pemahaman siswa. Pengukuran dilakukan dengan teman sejawat yang bernama Sri Wahyuni. Tabel 4.4. menunjukkan tingkat keaktifan siswa pada siklus I. Peneliti membandingkan keaktifan siswa pada siklus I dengan pra siklus. Pada siklus I sebanyak 16 siswa (53,3%) memiliki keaktifan yang cukup. Hal ini berarti terjadi peningkatan karena pada pra siklus, keaktifan siswa tergolong rendah, karena 19 siswa (63,3%) memiliki keaktifan rendah.
Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Azis Budi Saputro Ahmad Rifai Indra Kurniawan Setyo Ragil Adi Wiranto Sulis Prasetyo Wahyu Anugerah Angga Arya P Elfa Fibri Setyani Ganda Andransyah M Nonik Agus Tri Setyawan
L/P L L L L L L L P P P L
58
Pra Siklus 60 55 60 50 70 85 80 60 60 55 50
Siklus I 65 55 60 60 80 90 85 70 60 55 60
No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Dimas Ditiya Sanjaya Edi Saputra Erni Kurniasari Gega Anggit Aditya Hamzah Nur Adzim Iwan Tri Sambodho Novian Derta Agustino Okta Tri Pangestu Rafika Novela Raca Noviana Salahudin Al Ayubi Sinta Amelia Trisna Viliana Yoga Adriansah Anas Setyofani Muthi' Iltimas Debby Fatmawati Fina Auliyah Fiska Dwi Astutik Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata Jumlah Siswa Tuntas Persen Ketuntasan
L/P L L P L L L L L P P L P P L L P P P P
Pra Siklus 50 60 50 50 50 50 55 50 50 60 55 55 55 50 50 60 60 65 60 85 50 57,3 13 43,3%
Siklus I 50 60 50 65 65 50 60 50 50 60 55 70 55 70 50 60 60 65 60 90 50 61,5 20 66,7%
Tabel 4.5 menunjukkan hasil belajar siswa baik para pra siklus maupun siklus I. Pada siklus I diperoleh nilai tertinggi 90 sedangkan pada pra siklus 85. Berarti terjadi peningkatan pencapaian nilai tertinggi. Selain itu, jumlah siswa yang tuntas pada siklus I bertambah menjadi 20 (66,7%) dibandingkan semula hanya 13 (43,3%) pada pra siklus. Hal ini berarti pemahaman siswa meningkat setelah dilaksanakan tindakan.
59
Tabel 4.6 Hasil Rekapitulasi Pemahaman Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I No
Interval
Pra Siklus F
%
Siklus I F
Keterangan
%
1
0-20
0
0,0%
0
0,0%
Sangat Rendah
2
21-40
0
0,0%
0
0,0%
Rendah
3
41-60
26
86,7%
20
66,7%
Cukup
4
61-80
3
10,0%
8
26,7%
Tinggi
5
81-100
1
3,3%
2
6,7%
Jumlah
30
100,0%
30
100,0%
Sangat Tinggi
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa pada siklus I sebanyak 20 siswa (66,7%) masuk dalam kategori pemahaman cukup, 8 siswa (26,7%) masuk dalam kategori pemahaman tinggi, dan 2 siswa (6,7 %) masuk dalam kategori pemahaman sangat tinggi. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori pemahaman rendah atau sangat rendah. Pelaksanaan siklus I penelitian masih memiliki beberapa kekurangan antara lain: a. Siswa masih mengalami kesulitan dalam menjalankan sosiodrama b. Kelas menjadi gaduh c. Waktu pembelajaran kurang Temuan-temuan tersebut kemudian penulis perbaiki dalam pelaksanaan siklus kedua.
3. Siklus II Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2011 selama tiga jam pelajaran dengan materi yang sama. Pembelajaran dilaksanakan 60
dengan menggunakan RPP yang telah disempurnakan sesuai hasil refleksi pada siklus I. Hasil observasi pembelajaran menunjukkan bahwa terjadi peningkatan situasi kelas pada siklus II. Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Keaktifan Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No
pra Siklus
Interval F
%
Siklus I F
%
Siklus II F
Keterangan
%
1
7-13
4
13,3%
0
0,0%
0
0,0%
2
14-20
19
63,3%
9
30,0%
3
10,0%
Rendah
3
21-27
5
16,7%
16
53,3%
12
40,0%
Cukup
4
28-34
2
6,7%
4
13,3%
13
43,3%
Tinggi
5
35-41
0
0,0%
1
3,3%
2
6,7%
30
100,0%
30
100,0%
30
100,0%
Jumlah
Sangat Rendah
Sangat Tinggi
Tabel 4.7 menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa. Pada siklus II keaktifan siswa tergolong tinggi. Sebanyak 13 siswa (43,3%) siswa miliki keaktifan yang tinggi pada siklus II, sedangkan sebelumnya pada siklus I sebanyak 16 siswa (53,3%) memiliki keaktifan cukup. Berarti terjadi peningkatan keaktifan siswa.
Tabel 4.8 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Azis Budi Saputro Ahmad Rifai Indra Kurniawan Setyo Ragil Adi Wiranto Sulis Prasetyo Wahyu Anugerah Angga Arya P Elfa Fibri Setyani Ganda Andransyah M
L/P L L L L L L L P P
61
Pra Siklus 60 55 60 50 70 85 80 60 60
Siklus I 65 55 60 60 80 90 85 70 60
Siklus II 80 70 60 70 80 80 80 70 80
No 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Nonik Agus Tri Setyawan Dimas Ditiya Sanjaya Edi Saputra Erni Kurniasari Gega Anggit Aditya Hamzah Nur Adzim Iwan Tri Sambodho Novian Derta Agustino Okta Tri Pangestu Rafika Novela Raca Noviana Salahudin Al Ayubi Sinta Amelia Trisna Viliana Yoga Adriansah Anas Setyofani Muthi' Iltimas Debby Fatmawati Fina Auliyah Fiska Dwi Astutik Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata Jumlah Siswa Tuntas Persen Ketuntasan
L/P P L L L P L L L L L P P L P P L L P P P P
Pra Siklus 55 50 50 60 50 50 50 50 55 50 50 60 55 55 55 50 50 60 60 65 60 85 50 57,3 13 43,3%
Siklus I 55 60 50 60 50 65 65 50 60 50 50 60 55 70 55 70 50 60 60 65 60 90 50 61,5 20 66,7%
Siklus II 70 65 60 65 55 65 70 55 60 65 55 60 55 80 55 60 55 60 60 70 60 80 55 65,7 24 80,0%
Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sebanyak 24 siswa (80%) telah memperoleh ketuntasan belajar atau nilai minimal 60. Jika dilihat pada siklus I yang hanya 20 siswa (66,7%) maka keadaan ini berarti terjadi peningkatan Pengetahuan siswa pada siklus II.
62
Tabel 4.9 Hasil Rekapitulasi Pemahaman Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No
Interval
Pra Siklus F
%
Siklus I F
%
Siklus II F
Keterangan
%
1
0-20
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Sangat Rendah
2
21-40
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
Rendah
3
41-60
26
86,7%
20
66,7%
14
46,7%
Cukup
4
61-80
3
10,0%
8
26,7%
16
53,3%
Tinggi
5
81-100
1
3,3%
2
6,7%
0
0,0%
Jumlah
30
100,0%
30
100,0%
30
100,0%
Sangat Tinggi
Tabel 4.9 menjelaskan bahwa pemahaman siswa meningkat dari pra siklus hingga siklus II. Pada siklus II siswa yang mencapai nilai dalam interval 41-60 (cukup) berjumlah 14 siswa (46,7%), sedangkan yang memperoelh nilai dalam interval 61-80 (tinggi) berjumlah 16 siswa (53,3%). Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi, rendah dan sangat rendah. Pada siklus kedua ini, kemampuan siswa dalam sosiodrama telah semakin baik. Kerja sama siswa telah terbentuk. Kelas telah semakin kondusif dengan berkurangnya kegaduhan yang tidak perlu. Namun demikian, masih ditemukan beberapa kelamahan antara lain: a. Siswa memerlukan waktu lebih untuk mempelajari naskah sosiodrama dan berdiskusi dalam kelompok b. Guru perlu memberikan penguatan lebih kepada beberapa siswa. c. Kemampuan siswa dalam menceritakan kembali kisah Nabi Isa a.s masih kurang, hal ini karena siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik dan benar.
63
4. Siklus III Siklus III penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2011. Jumlah jam masih sama yaitu 3 jam pelajaran, sedangkan materi diberi oleh masih sama yaitu Kisah Nabi Isa AS. Kegiatan pembelajaran berdasarkan pada RPP yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi siklus II. Tabel 4.10. Hasil Rekapitulasi Keaktifan Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No
Interval
pra Siklus F
%
Siklus I F
%
Siklus II F
%
Siklus III F
Keterangan
%
1 7-13
4
13,3%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0% Sangat Rendah
2 14-20
19
63,3%
9
30,0%
3
10,0%
1
3,3% Rendah
3 21-27
5
16,7%
16
53,3%
12
40,0%
9
30,0% Cukup
4 28-34
2
6,7%
4
13,3%
13
43,3%
16
53,3% Tinggi
5 35-41
0
0,0%
1
3,3%
2
6,7%
4
30
100,0%
30
100,0%
30
100,0%
30
Jumlah
13,3% Sangat Tinggi 100,0%
Pada Siklus III kelas telah stabil sepenuhnya. Artinya adalah kegaduhan sudah tidak terjadi tanpa tujuan yang baik. Walaupun masih ada satu siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran. Tabel 4.10 memperlihatkan bahwa keaktifan siswa masih tergolong tinggi seperti pada siklus II sebelumnya. Namun demikian terjadi peningkatan dalam hal jumlah siswa. Pada siklus II 13 siswa (43,3%) memiliki keaktifan tinggi sedangkan pada siklus III 16 siswa (53,3%) tergolong tinggi. Pada siklus III jumlah siswa yang masih belum aktif hanya 1 dan siswa yang sangat tinggi keaktifannya berumlah 4 siswa (13,3%). 64
Tabel 4.11 Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III No
Nama
L/P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Azis Budi Saputro Ahmad Rifai Indra Kurniawan Setyo Ragil Adi Wiranto Sulis Prasetyo Wahyu Anugerah Angga Arya P Elfa Fibri Setyani Ganda Andransyah M Nonik Agus Tri Setyawan Dimas Ditiya Sanjaya Edi Saputra Erni Kurniasari Gega Anggit Aditya Hamzah Nur Adzim Iwan Tri Sambodho Novian Derta Agustino Okta Tri Pangestu Rafika Novela Raca Noviana Salahudin Al Ayubi Sinta Amelia Trisna Viliana Yoga Adriansah Anas Setyofani Muthi' Iltimas Debby Fatmawati Fina Auliyah Fiska Dwi Astutik Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata Jumlah Siswa Tuntas Persen Ketuntasan
L L L L L L L P P P L L L P L L L L L P P L P P L L P P P P
65
Pra Siklus 60 55 60 50 70 85 80 60 60 55 50 50 60 50 50 50 50 55 50 50 60 55 55 55 50 50 60 60 65 60 85 50 57,3 13 43,3%
Siklus I 65 55 60 60 80 90 85 70 60 55 60 50 60 50 65 65 50 60 50 50 60 55 70 55 70 50 60 60 65 60 90 50 61,5 20 66,7%
Siklus II 80 70 60 70 80 80 80 70 80 70 65 60 65 55 65 70 55 60 65 55 60 55 80 55 60 55 60 60 70 60 80 55 65,7 24 80,0%
Siklus II 75 65 70 80 75 85 90 65 75 65 80 90 80 70 80 65 60 80 80 55 60 80 80 60 70 60 65 70 85 75 90 55 73,0 29 96,7%
Pemahaman siswa meningkat pada siklus III dan mencapai kondisi terbaik. Sebanyak 29 siswa (96,7%) tercatat telah mencapai ketuntasan belajar. Hanya tinggal satu siswa yang belum tuntas. Setelah dicek ulang dan disesuaikan dengan data yang lain, diketahui bahwa siswa tersebut memang tidak aktif sejak awal pembelajaran.
Tabel 4.12. Hasil Rekapitulasi Pemahaman Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Interval
Pra Siklus F
%
Siklus I F
Siklus II
%
F
%
Siklus III F
%
Keterangan
1 0-20
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0% Sangat Rendah
2 21-40
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0%
0
0,0% Rendah
3 41-60
26
86,7%
20
66,7%
14
46,7%
5
16,7% Cukup
4 61-80
3
10,0%
8
26,7%
16
53,3%
21
70,0% Tinggi
5 81-100
1
3,3%
2
6,7%
0
0,0%
4
30
100,0%
30
100,0%
30
100,0%
30
Jumlah
13,3% Sangat Tinggi 100,0%
Tabel 4.12 menjelaskan mengenai rekapitulasi pemahaman siswa mulai dari pra siklus sampai pada siklus III. Pada siklus III diketahui bahwa pemahaman siswa berada pada interval tinggi (61-80). Tercatat sebayak 21 siswa (70,0%) memperoleh pemahaman pada rentang tinggi (61-80). Sebanyak 5 siswa (16,7%) memperoleh pemahaman pada rentang nilai cukup (41-60). Sebanyak 4 siswa (13,3%) memperoleh pemahaman pada rentang nilai sangat tinggi (81-100). Sampai akhir siklus III tidak ditemukan siswa dengan pemahaman rendah atau sangat rendah.
66
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Metode Sosiodrama dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Hasil refleksi penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa metode sosiodrama dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran SKI di Kelas V SDN Banyubiru 05. Kesimpulan tersebut didukung oleh data-data awal, siklus I, siklus II dan siklus III yang terus mengalami peningkatan jumlah siswa yang memiliki keaktifan tinggi (pada interval 28-34). Pada pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III jumlah siswa yang memiliki keaktifan tinggi berturut-turut berjumlah 2 (6,7%), 4 (13,3%), 13 (43,3%), dan 16 (53,3%). Bahkan pada siklus III ada 4 siswa (13,3%) yang memiliki keaktifan sangat tinggi. Jumlah siswa yang memiliki keaktifan yang cukup, rendah dan sangat rendah terus mengalami penurunan. Sedangkan jumlah siswa yang memiliki keaktifan tinggi dan sangat tinggi mengalami peningkatan. Pada pra siklus bahkan ada 4 siswa (13,3%) yang memiliki keaktifan sangat rendah, tetapi sejak siklus I dilaksanakan, tidak ada lagi siswa yang memiliki keaktifan yang sangat rendah. Sedangkan pada siklus III masih ditemukan 1 siswa (3,3%) yang memiliki keaktifan yang rendah. Siswa tersebut tercatat tidak tuntas dalam materi kisah Nabi Isa a.s.
67
2. Metode Sosiodrama dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Proses Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Hasil refleksi penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa metode sosiodrama dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran SKI di Kelas V SDN Banyubiru 05. Kesimpulan tersebut didukung oleh data-data awal, siklus I, siklus II dan siklus III yang terus mengalami peningkatan dalam jumlah siswa yang masuk dalam kategori pemahaman tinggi. Pada pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III jumlah siswa yang masuk dalam kategori berpemahaman tinggi berturutturut berjumlah 3 (10,0%), 8 (26,7%), 16 (53,3%), dan 21 (70,0%). Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya penurunan jumlah siswa yang berpemahaman cukup sedangkan jumlah siswa dengan berpemahaman rendah atau sangat rendah tidak ada. Jumlah siswa yang berpemahaman cukup pada pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III berturut-turut berjumlah: 26 siswa (86,7%), 20 siswa (66,7%), 14 siswa (46,7%), dan 5 siswa (16,7%). Pada akhir siklus III masih tersiswa 5 siswa yang berpemahaman cukup. Pemahaman siswa mengalami peningkatan seiring dilaksanakan tindakan
setiap
pembelajaran.
pada
pembelajaran
awal
tanpa
menggunakan metode sosiodrama, pemahaman siswa masih tergolong cukup. Pada akhir siklus III pemahaman siswa telah mencapai tingkat yang tinggi. Bahkan ditemukan adanya 4 siswa (13,3%) yang memiliki tingkat pemahaman yang sangat tinggi. 68
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar selama pra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus III berturut-turut adalah 13, 20, 24, dan 29. Kalkulasi peningkatan dari pra siklus ke siklus I adalah sebesar 53,8%, ((20-13)/13) dari siklus I ke siklus II sebesar 20% ((24-20/20)) dan dari siklus II ke siklus III sebesar 20% ((29-24/24)). Dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi SKI di kelas V sebesar 20%-53,8%. Namun demikian, masih ada satu siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran. Setelah diadakan penelitian lebih lanjut, diketahui bahwa siswa tersebut memperoleh nilai di bawah KKM. Peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman siswa tersebut sangat kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar kurang. Peneliti juga memperoleh kesimpulan bahwa penyebab siswa tersebut kurang aktif dalam pembelajaran adalah karena siswa memiliki sifat malu dan minder kepada teman-teman yang lain karena masalah keluarga. Dari hasil analisis tersebut penulis menyimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi SKI di kelas V. Hal ini karena metode sosiodrama harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dari guru, penggunaan waktu dan tujuan pembelajaran yang tepat. Kontrol terhadap situasi kelas yang dilakukan pada setiap tahap pembelajaran.
69
Selain beberapa hal tersebut, guru juga harus memahami tentang metode sosiodrama dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tanpa memahami tentang metode sosiodrama dengan baik, maka pembelajaran di kelas dengan metode tersebut hanya akan membuang waktu tanpa hasil yang memuaskan.
70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penulis memberikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut; 1. Hasil analisis data penelitian penulis menyimpulkan bahwa metode sosiodrama dapat meningkatkan keaktifan siswa terhadap materi SKI di kelas V. Kesimpulan tersebut didukung oleh data-data awal, siklus I, siklus II dan siklus III yang terus mengalami peningkatan dalam jumlah siswa yang memiliki keaktifan tinggi (pada interval 28-34). Pada pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III jumlah siswa yang memiliki keaktifan tinggi berturut-turut berjumlah 2 (6,7%), 4 (13,3%), 13 (43,3%), dan 16 (53,3%). Bahkan pada siklus III ada 4 siswa (13,3%) yang memiliki keaktifan sangat tinggi. 2. Metode sosiodrama dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas V SDN Banyubiru 05 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini didukung dengan data jumlah siswa yang masuk dalam kategori berpemahaman tinggi berturut-turut pada pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III berjumlah 3 (10,0%), 8 (26,7%), 16 (53,3%), dan 21 (70,0%). Jumlah siswa yang berpemahaman cukup menurun, jumlah siswa berpemahaman rendah dan sangat rendah tidak ada, serta ada 4 siswa (13,3%) yang
71
berpemahaman sangat tinggi. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi SKI di kelas V sebesar 20%-53,8%.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan saranan prasarana untuk guru yang melakukan penelitian tindakan kelas
2.
Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi sekolah untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode sosiodrama untuk mata pelajaran PAI
3.
Guru hendaknya selalu belajar mengenai metode-metode yang sesuai dengan mata pelajaran dan karakteristik siswa
4.
Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai kondisi keluarga siswa
5.
Perlu adanya guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk membantu siswa mengatasi permasalahan-permasalahan dalam belajar.
72
DAFTAR PUSTAKA.
Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima Az-Zabalawi, Muhammad Sayyid M. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta: Gema Insani Departemen Agama. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Jumanatul Ali Seuntai Mutiara yang Maha Luhur. Bandung: CV Penerbit J-Art. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD & MI, (Online), www.puskur.net/download/kbk/sd/PendidikanAgamaIslam.pdf diakses 8/6/2011 Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Fauziah, Ninuk. 24 Juli 2009. Makna Islam Terpecah 73 Golongan, (Online), (http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/makna-al-anbiyaa93.htm, diakses 11/08/2011) Hasan, Alwi. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Muthoharaoh, Hafiz. 16 Januari 2010. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran Role Playing Method, (Online), http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodramadan-bermain-peranan-role-playing-method/, diakses 9/6/2011 Novianto.tt. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia untuk SD, SMP, SMA dan Umum. Solo: Brigin 55. Prasetyo, Moh Teguh. 2011. Kontribusi Islam Terhadap Kemerdekaan Indonesia, (Online), (http://istanailmu.com/2011/05/06/kontribusi-islamterhadap-kemerdekaan-indonesia/html, diakses 9 Juni 2011). Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan, (online), http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diakses 19/07/2011, 07:22 WIB)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia Susilo, Herawati, Husnul Chotimah, & Yuyun Dwita Sari. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing. Zaini, Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: pustaka Insan Madani.