HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH PADA SISWA MI TAWANG 01 KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : MINDUN
___________________________
NIM : 125 08 013
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH PADA SISWA MI TAWANG 01 KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : MINDUN
___________________________
NIM : 125 08 013
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Bismillahirrohmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: MINDUN
NIM
: 125 08 013
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Hubungan Antara Penggunaan Waktu Belajar di Rumah Dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pada Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011” adalah hasil karya penulis sendiri. Adapun kutipan pendapat dari sumber lain adalah sebagai referensi guna mendukung karya tulis ini. Apabila dikemudian hari ada pihak-pihak yang merasa dirugikan atau terbukti terdapat pengambilan pendapat dengan tidak benar, maka penulis siap merevisi ulang karya tulis ini.
Salatiga, 28 Februari 2011 Penulis
MINDUN
Yahya, S. Ag Dosen STAIN Salatiga Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga (0298) 323433 Kode Pos 50721
NOTA PEMBIMBING Lamp : Hal
: Naskah Skripsi Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama
ini kami kirimkan naskah skripsi Saudari : Nama
: SRI KUZAEMATU SALBIYAH
NIM
: 11 408 192
Jurusan
: Tarbiyah
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: Hubungan Antara Penggunaan Waktu Belajar
di Rumah Dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pada Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011” Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut di atas segera dimunaqosahkan. Demikian harap menjadikan periksa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 13 Agustus 2010 Pembimbing
Yahya, S. Ag NIP. 197009915200121001
MOTTO
إِنﱠ ﻣَﻊَ اﻟﻌُﺴْﺮِ ﯾُﺴْﺮًا "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan"
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Ayah (almarhum) dan ibu tercinta yang senantiasa kuharapkan do'a-do'anya. 2. Istri tercinta yang telah banyak memberikan spirit demi terselesaikannya skripsi ini. 3. Anak-anakku tersayang (Azam dan Riha) yang mungil dan lucu. 4. Adikku dan istrinya yang kuharap do'anya. 5. Sahabat-sahabatku
senasib
seperjuangan
yang
telah
memberikan bantuannya untuk menyelesaikan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkankan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang mendorong sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam pengantar ini penulis sampaikan rasa terima kasih yang mendalam terutama kepada yang terhormat : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd., selaku Ka Progdi PGMI. 3. Jaka Siswanta, M. Pd., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya demi terselesaikannya skripsi ini. 4. Segenap dosen dan karyawan di lingkungan STAIN Salatiga. 5. Ibu tercinta yang memberikan bantuan moril maupun materiil. 6. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Tawang 01 beserta sleuruh dewan guru yang telah membantu dalam pengumpulan data. 7. Istri tercinta yang telah memberikan sumbangan spirit demi terselesaikannya skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku senasib dan seperjuangan yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga amal meereka diterima sebagai amal ibdah di sisi Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat ganjalan dan kekurangan yang masih banyak memerlukan perbaikan untuk kesempurnaannya. Oleh karena itu berbagai saran dan masukan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya.
Salatiga, 28 Februari 2011 Penulis
MINDUN NIM : 125 08 013
ABSTRAK
Mindun. 12508013. Hubungan Antara Penggunaan Waktu Belajar di Rumah Dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pada Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Jurusan Tarbiyah. Progdi Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. KATA KUNCI : Penggunaan Waktu Belajar di Rumah, Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah Hubungan Antara Penggunaan Waktu Belajar di Rumah Dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pada Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah penggunaan waktu belajar di rumah siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang? (2) Bagaimanakah kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ? dan (3) Adakah hubungan antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah pada siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Disimpulkan hasil angket bawah penggunaan waktu belajar di rumah siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada kategori tinggi memperoleh nilai 23,95 %, kategori sedang 70,42 % dan kategori rendah 5,63 %. Sedangkan untuk kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada kategori tinggi memperoleh nilai 29,58 %, kategori sednag 67,60 %, dan kategori rendah 2,82 %. Dengan jumlah responden sebanyak 71 siswa. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment. Pengujian hipotesis menunjukkan ada hubungan signifikan antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah pada siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Setelah data terkumpul, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel. Dari 71 reseponden dengan taraf signifikansi 5% diperoleh pada tabel N taraf signifikansi 5% = 0,235, dan taraf signifikansi 1 % diperoleh pada tabel N taraf signifikansi 1% = 0,306 dan apabila ditunjukkan dengan hasil hitung rxy = 0,747. Dengan demikian rxy lebih besar dari pada harga r tabel baik dalam taraf signifikansi 5% maupun 1 %. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….…………
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………….......
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING …………………………………………… iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN …………………………………..
iv
MOTTO …………………………………………………………………………. v PERSEMBAHAN ……………………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………............... vii ABSTRAK ………………………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….
xiii
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………. 1 A.
Latar Belakang Masalah ……………………………………….
1
B.
Rumusan Masalah ……………………………………………..
3
C.
Tujuan Penelitian ………………………………………............ 3
D.
Hipotesis ……………………………………………………….
E.
Manfaat Penelitian …………………………………………….. 4
F.
Definisi Operasional ……………………………....................... 5
G.
Metodologi Penelitian …………………………………………
H.
Sistematika Penulisan …………………………………………. 12
4
7
BAB II
LANDASAN TEORI A.
B.
C.
……………………………………………...
13
Penggunaan Waktu Belajar di Rumah ………………………...
13
1.
Pengertian Penggunaan Waktu Belajar ………………….
13
2.
Cara Belajar yang Efektif dan Efisien
3.
Metode Belajar yang Efektif dan Efisien ………………
………………… 36 43
Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah
46
1.
Pengertian Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah
46
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar ……
48
3.
Ciri-Ciri Siswa yang Disiplin Belajar ………………….
56
Hubungan Antara Penggunaan Waktu Belajar di Rumah Dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah
BAB III
………………………………………………………
LAPORAN HASIL PENELITIAN A.
………………………………..
62
Lokasi MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ……………………………………………………...
B.
60
62
Situasi Umum MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ...................................................................................
62
1.
Sejarah Berdirinya
62
2.
Visi, Misi dan Tujuan MI Tawang 01 Kecamatan
……………………………………..
Susukan Kabupaten Semarang 3.
………………………...
Keadaan Guru dan Karyawan MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ………………………….
4.
64
65
Keadaan Siswa …………………………………………. 66
5.
Pelaksanaan Pendidikan ………………………………..
6.
Sarana dan Prasarana …………………………………... 68
7.
Struktur Organisasi MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang …………………………………...
8. C. BAB IV
BAB V
66
69
Daftar Nama Responden ……………………………….. 70
Penyajian Data ……………………………………………….. 71
ANALISIS DATA
………………………………………………… 78
A.
Analisis Pertama ……………………………………………... 79
B.
Analisis Kedua ……………………………………………….
86
PENUTUP ………………………………………………………….
91
A.
Kesimpulan…………………………………………….............. 91
B.
Saran-Saran …………………………………………………...
92
C.
Penutup
92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
…………………………………………………........
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1
Rincian Jumlah Sampul .......................................................
8
Tabel 1.2
Penggunaan Waktu Belajar di Rumah ……………………
9
Tabel 1.3
Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah ..
10
Tabel 3.1
Keadaan Guru MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun Ajaran 2010/2011 ……………
65
Tabel 3.2
Keadaan Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan ……..
66
Tabel 3.3
Daftar Wali Kelas MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 ..................
67
Tabel 3.4
Daftar Nama Responden ………………………………….
70
Tabel 3.5
Data tentang Penggunaan Waktu Belajar di Rumah ……...
73
Tabel 3.6
Data Tentang Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah …………………………………………..
76
Tabel 4.1
Frekuensi Penggunaan Waktu Belajar di Rumah …………
80
Tabel 4.2
Kadar OPPenggunaan Waktu Belajar di Rumah ………….
81
Tabel 4.3
Frekuensi Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di
83
Sekolah …………………………………………………… Tabel 4.4
Kadar Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah …………………………………………………….
Tabel 4.5
84
Perhitungan Korelasi Product Moment Hubungan Antara Penggunaan Waktu Belajar di Rumah Dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah pada Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan kabupaten Semarang ……
87
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam kehidupan memiliki cita-cita atau harapan yang positif dalam masa depannya. Salah satu jalan untuk memenuhi harapan itu, manusia harus belajar karena dengan belajar inilah manusia akan memperoleh pengetahuan dan mendapatkan perubahan yang mengarah pada yang diharapkan. Sebagaimana pendapat yang ditulis Sardiman (2001 : 21) bahwa belajar dimaksudkan sebagai upaya penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan kegiatan yang menuju kepribadian yang seutuhnya. Di dalam kegiatan belajar tidak dapat terlepas dari aktivitas membaca dan menulis. Sebagaimana firman Allah dalam surat A1-Alaq ayat 1 – 5 :
ãPtø.F{ $# y7 š/u‘ur ù&tø%$# ÇËÈ @, n=tã ô` ÏB z` »|¡ SM} $# t, n=y{ ÇÊÈ t, n=y{ “ Ï%©!$# y7 În/u‘ ÉO ó™ $Î/ ù&tø%$# ÇÎÈ ÷Ls>÷ètƒ óO s9 $tB z` »|¡ SM} $# zO ¯=tæ ÇÍÈ ÉO n=s)ø9$Î/ zO ¯=tæ “ Ï%©!$# ÇÌÈ Artinya : ”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang maha Pencipta. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui”. (QS. A1-Alaq ayat 1 – 5) Dari ayat di atas dijelaskan bahwa aktivitas membaca dan menulis adalah menjadi kunci ilmu pengetahuan yang rnenghantarkan manusia menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Bagi seorang siswa kegiatan belajar dapat dilakukan di sekolah ataupun di rumah. Pada umumnya aktifitas belajar di rumah merupakan kegiatan belajar untuk mendukung dan mempersiapkan 1
kegiatan belajar di sekolah. Agar belajar siswa dapat optimal, maka di dalam belajarnya siswa harus dapat menggunakan waktu belajarnya secara efektif dan efisien. Jika di rumah siswa dapat menggunakan waktunya yntuk belajar, maka akan diperoleh kemudahan dalam belajarnya di sekolah. Waktu yang digunakan untuk belajar di rumah merupakan cermin dari kedisiplinan belajar mereka di rumah. Kalau siswa di rumah sudah terbiasa dalam bersikap disiplin menggunakan waktunya belajar, maka akan memupuk siswa dalam pembentukan kedisiplinan belajar mereka di sekolah sebab sikap disiplin itu tumbuh bukan merupakan peristiwa mendadak yang terjadi seketika. Sikap disiplin akan tumbuh secara bertahap, sedikit demi sedikit. Berhubungan dengan ini Arikunto (1980 : 155) menyatakan bahwa sikap disiplin yang dibawa dan rumah akan sangat menentukan warna kedisiplinan siswa di sekolah. Atas dasar asumsi itu penggunaan waktu belajar dirumah sebagai cermin dari sikap disiplin dirumah diduga kuat akan memupuk tumbuhnya sikap disiplin belajar di sekolah. Dari uraian ini peneliti terdorong untuk meneliti seberapa jauh kebenaran diatas dengan mengadakan penelitian pada siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Disiplin belajar penulis fokuskan pada pelajaran Pendidikan Agama Islam mengingat pentingnya Pendidikan Agama Islam sebagai landasan pembentukan jasmani rohani siswa menuju kepribadian seutuhnya. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul "Hubungan Antara Penggunaan Waktu Belajar di Rumah Dengan Kedisiplinan Belajar
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pada Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011".
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimanakah penggunaan waktu belajar dirumah siswa MI Tawang 01 Susukan?
2.
Bagaimanakah kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah siswa MI Tawang 01 Susukan?
3.
Adakah hubungan antara penggunaan waktu belajar dirumah dengan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah pada siswa MI Tawang 01 Susukan?
C. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari pokok permasalahan, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui penggunaan waktu belajar di rumah siswa MI Tawang 01 Susukan.
2.
Untuk rnengetahui tingkat kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah siswa MI Tawang 01 Susukan.
3.
Untuk rnengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah.
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara yang masih diuji kebenarannya. Adapun yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah “Ada hubungan yang positif antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan Pendidikan Agama Islam di sekolah. Adapun hubungan yang positif antara kedua variabel itu adalah semakin efektif dan efisien waktu yang digunakan dalam belajar di rumah, maka semakin disiplin dalam belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah demikian juga sebaliknya”.
E. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menuju kepada sasaran kepada. Adapun sasaran yang dimaksud adalah agar dapat memberikan manfaat kepada ; 1. Guru Dapat memberikan informasi kepada guru untuk memotivasi siswa dalam memanfaatkan waktu di rumah untuk belajar serta dapat meningkatkan kedisiplinan siswa belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah. 2. Siswa Siswa dapat termotivasi dalam usaha meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 3. Lembaga / Sekolah Dapat memberikan informasi kepada lembaga/sekolah dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan waktu belajar di
rumah serta tingkat kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalah pahaman di antara dua variabel, maka penulis akan jelaskan hal-hal yang berkenaan dengan kedua variabel tersebut yaitu: 1. Penggunaan Waktu Belajar di Rumah a. Waktu Dalam Kamus Bahasa Indonesia waktu merupakan rangkaian saat yang telah lewat sekarang maupun yang akan datang. (Baharatha : 1995 : 42) Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu adalah saat-saat yang berjalan sesuai dengan perkembangan dan pergeseran detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu dan begitu seterusnya. b. Belajar Dalam pengertian yang luas, belajar adalah suatu kegiatan secara sadar yangb dilakukan individu atau kelompok dalam hal ini siswa untuk menuju suatu perubahan dari yang semula tidak tahu menjadi tahu. c. Penggunaan waktu belajar di rumah Dari dua istilah di atas maka dapat diartikan bahwa penggunaan waktu belajar di rumah adalah saat-saat yang berjalan di
rumah, yang digunakan secara sadar oleh siswa untuk menuju suatu perubahan dari yang semula tidak tahu menjadi tahu. Menurut Thabrany (1995 : 57-69) dari variabel penggunaan waktu belajar di rumah dapat dirumuskan sebuah indikator sebagai berikut: a. tidak menunda waktu belajar yang disediakan dirumah b. Membuat jadwal kegiatan belajar dirumah. c. Ada target yang diharapkan ketika belajar di rumah. d. Menggunakan fasilitas yang memadai. e. Didukung oleh lingkungan yang baik dan teratur. f. Ada yang membimbing dalam belajar. g. Terpenuhinya kebutuhan internal. h. Mengerjakan tugas (PR). i.
Dapat menggunakan metode belajar dengan tepat.
2. Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah a. Disiplin Menurut Poerwadarminta (1982 : 254) disiplin diartikan sebagai latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib (di sekolah atau kemiliteran). b. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan belajar jasmani dan rohani berdasarkan agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam.
Apabila kedua pengertian itu dihubungkan, maka kedisplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah ketaatan atau kepatuhan siswa dalam mengikuti serangkaian aktivitas belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah. Sedangkan yang menjadi indikator kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah berdasarkan rumusan Arikunto (1993 : 120 – 131) ialah sebagai berikut ; a. Rajin mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Ada izin bila berhalangan masuk. c. Bertanya jika perlu dengan bersikap hormat dan sopan. d. Memperhatikan dan mendengarkan keterangan dari guru. e. Tidak mencontek ketika ulangan dan tidak menggangu hak milik orang lain. f. Sikap menanggapi pertanyaan dari guru. g. Kelengkapan catatan buku Pendidikan Agama Islam. h. Selalu siap bila ada ulangan. i. Mengerjakan dengan sungguh – sungguh. j. Mentaati peraturan yang ada disekolah.
G. Metodologi Penelitian Dalam pembicaraan metodologi ini dibahas komponen – komponen sebagai berikut ; populasi, sampel, teknik sampling serta teknik pengumpulan data.
1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto : 1997 : 115). Adapun yang menjadi populasi adalah seluruh siswa MI Tawang 01 Kelas 1 s/d 6 dengan jumlah 142 siswa. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1997 : 117). Dalam mengambil sampel Arikunto (1997 : 120) mengatakan bahwa untuk mengambil sampel bila populasinya besar (lebih dari 100) maka dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih. Pada penelitian ini penulis mengambil sampel 50% dari masing-masing kelas 1 – 6 dari populasi yang berjumlah 142 siswa dengan tujuan agar memperoleh data yang lebih valid. Adapun rincian jumlah sampel adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Rincian Jumlah Sampel No Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah Sampel
1
I
24
12
2
II
20
10
3
III
28
14
4
IV
23
11
5
V
28
14
6
VI
19
10
Jumlah
142
71
Teknik sampling yaitu cara yang digunakan untuk mengambil sampel. Adapun teknik sampling yang penulis gunakan ialah teknik pengambilan secara acak atau sistem random. 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data baik tentang penggunaan waktu belajar di rumah maupun kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Teknik Angket Teknik ini disebut wawancara tidak langsung karena responden tidak berhadapan langsung dengan peneliti. Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data mengenai penggunaan waktu belajat di rumah dan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah dengan responden siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Adapun Struktur jumlah item soal dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.2 Penggunaan Waktu Belajar Di Rumah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Komposisi Waktu belajar Jadwal Target Fasilitas Lingkungan Pembimbing Kebutuhan internal PR Metode
Nomor Item 1 2, 3, 4, 5, 6 7, 8 9 10 11, 12 13, 14 15 16, 17, 18, 19, 20
Tabel 1.3 Kedisiplinan Belajar Agama Islam Di Sekolah No
Komposisi
Nomor Item
1
Rajin
1
2
Izin Berhalangan
2
3
Bertanya
4
Memperhatikan
5
Tidak Mencontek
6
Menanggapi Pertanyaan
7
Kelengkapan Catatan
8
Selalu Siap
9
Mengerjakan Tugas
18
10
Menaati Peraturan
19, 20
3, 4 5, 6, 7 8 9, 10 11, 12, 13, 14 15, 16, 17
b. Teknik Observasi Observasi diartikan sebagai kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Teknik ini penulis gunakan untuk mengawasi situasi proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam yang berfungsi sebagai data pendukung untuk teknik yang lain. c. Teknik Interview Teknik ini penulis gunakan untuk cross checking terhadap datadata yang diperoleh dengan singkat yakni mengenal penggunaan waktu belajar di rumah dan kedisplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah dengan tujuan untuk menjalankan data yang diperoleh.
d. Teknik Dokumentasi Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data akademik seperti tata tertib sekolah, absensi serta data-data lain yang mendukung. Dimana data itu adalah sebagai pendukung dalam menganalisis data yang lebih otentik. 3. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dalam penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data yang telah terkumpul, yaitu: a. Analisis yang berfungsi untuk mengetahui penggunaan waktu belajar di rumah dan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah oleh siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang masalah yang pertama dan kedua untuk mengetahui dapat digunakan rumus:
F P =
_______
X 100 %
N Keterangan: P
: Prosentae
N
: Jumlah Obyek
F
: Frekuensi
b. Sementara untuk menjawab pokok masalah yang ketiga yakni ada tidaknya hubungan antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah dengan menggunakan teknik statistik yaitu korelasi product moment.
SXY -
rxy =
(SX )(SY )
N ì (å X ) üìSY 2 - (å Y )2 ü 2 å X í ýí ý N þî N þ î 2
Keterangan: rxy
: Korelasi product moment
x
: Penggunaan waktu belajar dirumah
y
: Kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Σx
: Jumlah x
Σy
: Jumlah y
Σ xy
: Jumlah xy
N
: Jumlah sampel
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penggunaan Waktu Belajar di Rumah 1. Pengertian Penggunaan Waktu Belajar Sebelum penulis bahas tentang penggunaan waktu belajar, maka perlu diketahui lebih dahulu tentang pengertian belajar. a. Pengertian belajar Menurut pendapat para ahli sebagai berikut: 1) Cronbach sebagaimana dikutip oleh Sardiman (2001 : 20) memberikan definisi learning is shown by a change in behavior as result of experience. 2) Tafsir (1995 : 60) mengartikan belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang
merupakan
hasil penguatan.
Penguatan
itulah
yang
merupakan sebab adanya perubahan tersebut. 3) Robert sebagaimana di kutip oleh Syah (1995 : 91) dalam kamus susunannya yang tergolong modern Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua definisi. Pertama, belajar adalah the process of aquiring knowledge yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah a relatively permanent change in respons potentially which accurs as a result of reinforced
13
practice yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan sebagai proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan guna untuk perkembangan dan pertumbuhan pribadi. Sedangkan yang dimaksud waktu belajar menurut Aryani sebagaimana yang dikutip Kartono (1986 : 16) adalah dengan waktu di rumah yang digunakan untuk belajar sesuai dengtan pelajaran sekolah. Jadi penggunaan waktu belajar di rumah adalah merupakan waktu yang digunakan siswa untuk belajar di rumah sesuai dengan pelajaran di sekolah sebagai kegiatan untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadinya. b. Jenis-jenis belajar Syah (1995 : 122–124) membagi jenis-jenis belajar menjadi delapan macam, yaitu: 1) Belajar abstrak Belajar abstrak yaitu belajar yang menggunakan cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari ini diperlukan akal yang kuat, misalnya belajar matematika, astronomi, tauhid.
2) Belajar ketrampilan Belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni hubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromusular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai ketrampilan jasmaniah tertentu. Yang termasuk jenis belajar ini misalnya olah raga, menari, materi pelajaran agama seperti praktik salat dan haji. 3) Belajar sosial Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk kecakapan dalam memecahkan masalahmasalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan dan lainlain. 4) Belajar pemecahan masalah Belajar memecahkan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakkan metode-metode ilmiyah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. contoh belajar matematika dan IPS. 5) Belajar rasional Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-
prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini bisa digunakan untuk bidang studi eksata maupun non-eksata. 6) Belajar kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaankebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuanya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan perbuatan dengan kebutuhan ruang dan waktu. Contoh penggunaan belajar agama, PKn, pendidikan keluarga. 7) Belajar apresiasi Belajar
apresiasi
adalah
belajar
mempertimbangkan
(judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuanya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan. Misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, seni baca tulis Al-Qur'an dan sebagainya. 8) Belajar pengetahuan Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya jenis kegiatan belajar fisika, biologi.
Sedangkan menurut Sardiman (2001 : 21) menyatakan bahwa belajar itu meliputi pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat watak dan penyesuaian diri. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis belajar itu meliputi seluruh rangkaian kegiatan jiwa dan raga, psikomotorik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 1) Menurut Suryabrata (1983 : 7) bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu : (a) Faktor-faktor yang berasal dari luar, faktor ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial. (1) Faktor Lingkungan Lingkungan
alami
seperti
keadaan
suhu,
kelembapan udara, berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia dan representasinya (wakilnya) maupun yang berwujud hal-hal lain, langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Seorang yang mondar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamarnya.
(2) Faktor-faktor instrumental Faktor-faktor intrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancang pula. Faktor-faktor ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware) seperti misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat-alat prektikum dan sebagainya. Dapat pula faktor-faktor ini berwujud lunak (software) seperti kurikulum, program, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya. (b) Faktor-faktor yang berasal dari dalam, faktor-faktor ini dibagi menjadi dua golongan yaitu: (1) Faktor-faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah mudah mengantuk dan tidak mudah menerima pelajaran. Di samping faktor fisiologis umum itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra, terutama
penglihatan dan pendengaran. Karena pentingnya peranan penglihatan
dan
pendengaran
inilah
maka
dalam
lingkungan pendidikan formal orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar (audio visual). (2) Faktor-faktor psikologis Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis itu. Beberapa faktor psikologis yang utama akan dikemukakan disini secara singkat yaitu diantaranya: (a) Minat Bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar, tek usah dipertanyakan. Kalau sesesorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka dapat diharapkan dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik. (b) Kecerdasan Telah terjadi hal yang cukup populer bahwa kecerdasan besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti
sesuatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. (c) Bakat Disamping intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidangnya yang sesuai dengan bakat seseorang memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. (d) Motivasi Motivasi
adalah
kondisi
psikologis
yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang
untuk
belajar.
Penemuan-
penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Maka pada umumnya persoalan mengenai kaitan motivasi itu dengan belajar adalah bagaimana mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan agar hasil belajar dapat optimal. (e) Kemampuan-kemampuan kognitif Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan itu meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif
dan aspek psikomotor, namun sudah sejak lama ternyata orang pada umumnya sangat mengutamakan aspek kognitif, bahkan kadang-kadang terdapat praktikpraktik yang menunjukkan seakan-akan aspek kognitif berkaitan
dengan
pengetahuan
dan
kemampuan
intelektual sajalah yang perlu dikembangkan. Selama sistem pendidikan masih seperti yang berlaku sekarang ini, jelas bahwa kemampuan-kemampuan kognitif itu yang terutama adalah persepsi ingatan dan berpikir. Contoh : faktor kelulusan selama ini dipengaruhi oleh hasil UASBN saja belum mengarah pada sikap (afektif) dan ketrampilan (psikimotor). Maka
kemampuan
seseorang dalam melakukan persepsi, dalam mengingat dan dalam berpikir besar pengaruhnya terhadap belajarnya. 2) Menurut Slameto (1995 : 54-71) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: a) Faktor-faktor Intern Faktor-faktor ini memiliki tiga faktor yaitu: (1) Faktor Jasmaniah Faktor jamaniah ini meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit.
Kesehatan adalah keadaan keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia juga cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada ganguanganguan/kelainan-kelainan fungsi alat
indranya
serta
tubuhnya. Cacat tubuh
adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/atau badan. Cacat itu bisa berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan itu cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terggangu. Jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. (2) Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya
ada
tujuh
faktor
yang
tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu:
(a) Intelegensi Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyusuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan capat. Intelegensi
besar
pengaruhnya
terhadap
kemajuan belajar. dala situasi yang sama, siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi rendah (Slameto : 1995 : 55. (b) Perhatian Perhatian
menurut
Ghozali
yang
dikutip
Slameto (1995 : 56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. (c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran tidak sesuai lagi dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segansegan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajarn itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah mempelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. (d) Bakat Bakat
atau
attitude
menurut
Hilgard
sebagaimana dikutip oleh Slameto (1995 : 57) adalah "The Capacity to Learn". Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat
mempengaruhi
belajar,
jika
bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. (e) Motif Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu
dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian. (f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudahnya sidah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajarnya. (g) Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut James Drever sebagaimana dikutip Slameto (1995 : 59) adalah Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau
reaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan
untuk
melaksanakan
kecakapan.
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. (3) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan
rohani dapat dilihat
dengan
adanya
kebosanan,
minat
dan
sehingga
kelesuan
dorongan
dan untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi
kelelahan
dalam
belajarnya,
sehingga
perlu
diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. b) Faktor-faktor Ekstern Faktor-faktor ekstern
yang berpengaruh terhadap
belajar dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: (1) Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. (a) Cara Orang Tua Mendidik Cara orang tua
mendidik anaknya
besar
pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Wirowidjojo sebagaimana dikutip oleh Slameto (1995 : 61) dengan pernyataannya bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
Dalam pengertian tersebut dapatlah dipahami bahwa betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anakanaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. (b) Relasi antar anggota keluarga Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengetian, ataukah diliputi kebencian, sikap yang terlalu keras, sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Relasi
semacam
itu
akan
menyebabkan
perkembangan anak terlambat, belajarnya terganggu bahkan dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis yang lain. (c) Suasana rumah tangga Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang
gaduh/ramai dan semprawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. (d) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan,
kesehatan
dan
lain-lain,
juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyia cukup uang. (2) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruh belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Berikut ini akan dibahas faktor-faktor tersebut satu persatu. (a) Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam belajar. Belajar itu sendiri menurut Karo sebagaimana dikutip Slameto (1995:65) adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada
orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode belajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. (b) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran
itu.
Jelaslah
bahan
pelajaran
itu
mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap be;ajar. (c) Relasi guru dengan siswa Proses belajar mengajar terjkadi anatar guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang adala dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. (d) Relasi siswa dengan siswa Guru yang kurang mendekti siswa kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa didalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas
tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Jadi menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. (e) Disiplin sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan
pegawai/karyawan
dalam
pelajaran
administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain. Kedisiplinan kepala sekolah mengelola seluruh staf beserta siswa-siwanya dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin didalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula. (f) Alat pelajaran dan waktu sekolah Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipahami oleh guru pada waktu mengajar, dipakai siswa untuk
menerima bahan yang diajarkan itu, alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Sedangkan waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari. Waktu di sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnyua kurang dapat di
pertanggungjawabkan.
Dimana
siswa
harus
beristirahat, tetapi terpaksa masuk seklah, hingga dia mendengarkan
pelajaran
sambil
mengantuk
dan
sebagainya. (g) Standar penilaian Guru
berpendirian
untut
mempertahankan
wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Sehingga hal tersebut mengganggu perkembangan psikis dan kepribadian siswa. (h) Keadaan Gedung Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaiamana mungkin mereka dapat belajar
dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa. (i) Metode Belajar Banyak siswa melaksankaan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perly pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. (j) Tugas Rumah Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar, waktu di rumah biarlah digunakan
untuk
kegiatan-kegitaan
lain.
Maka
diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. (3) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Pada uraian berikut ini akan dibahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar.
(a) Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan
siswa
dalam
masyarakat
dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat
yang
terlalu
banyak,
misalnya
berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. (b) Mass Media Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV Surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. (c) Teman bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
(d) Bentuk kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada disitu. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepa pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan oleh orang-orang
disekitarnya
yang
tidak
baik
tadi.
Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar, yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita luhur atau masa depan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya sehingga akan berbuat seperti orangorang yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi belajar diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor yang paling menonjol yang
berpengaruh adalah faktor intelegensi dan lingkungan. Dimana tinggi rendahnya intelegensi seseorang dapat mempengaruhi belajar. Karena
intelegensi
yang tinggi akan mempermudah menangkap
dan
memahami pelajaran. Di samping intelegensi juga faktor lingkungan di mana lingkungan bisa berpengaruh terhadap belajar. Lingkungan ini bisa dilihat dari lingkungan tempat siswa berada, baik itu lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Walaupun intelegensi tinggi namun tidak didukung oleh peranan lingkungan yang baik-baik dan selalu mengarah pada kemajuan, maka lingkungan tersebut akan mempengaruhi belajar. 2.
Cara belajar yang efektif dan efisien Salah satu masalah yang sering dihadapai para pelajar adalah kesukaran dalam mengatur waktu velajar. Banyak para pelajar mengeluh kekurangan waktu untuk belajar. Mengapa demikian? Sebenarnya mereka kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk menggunakann waktu belajarnya secara efektif dan efisien. Belajar dikatakan efisien kalau ada perbandingan terbaik antara usaha belajar dengan hasil yang dicapai (Gie, 1988 : 64 – 69) Berdasarkan pengertian tersebut belajar dikatakan efektif apabila tujuan belajar yang telah direncanakan atau ditentukan semula telah berhasil. Penjelasan berikut ini adalah merupakan teknik menggunakan waktu belajar yang efektif dan efisien yang dapat membantu siswa menemukan kebiasaan belajar yang baik:
a. Perlunya persiapan dalam belajar Siswa dapat menggunakan waktu belajar denga efektif dan efisien kalau sebelumnya sudah ada persiapan. Persiapan ini dibagi menjadi dua, yaitu persiapan diri dan persiapan sarana. 1) Persiapan diri Yang dimaksud persiapan diri yaitu persiapan yang ada pada diri siswa sendiri berkaitan terpenuhinya kebutuhan internal. Menurut Moslow sebagaimana dikutip oleh Slameto (1995 : 74 – 75) ada tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi yakni: a) Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan jasmani manusia, misalnya kebutuhan makan, minum, tidur, istirahat dan kesehatan. untuk dapat belajar secara efektif dan efisien siswa harus sehat, karena dalam keadaan tubuh yang sakit tidak bisa dipaksakan untuk bisa konsentrasi secara penuh. b) Kebutuhan akan keamanan. Manusia membutuhkan keamanan dan ketentraman jiwa. Perasaan kecewa, dendam, takut akan kegagalan, ketidak seimbangan mental dan keguncanganguncangan. Emosi yang lain dapat mengganggu kelancaran belajar siswa, maka agar belajar siswa dapat efektif dan efisien siswa harus bisa menjaga keseimbangan emosinya. c) Kebutuhan
akan
keseimbangan emosinya
siswa
dalam
hidupnya membutuhkan kasih sayang dari orang tua, saudara
dan teman-teman yang lain, di samping itu ai akan merasa bahagia apabila ia dapat membantu memberikan cinta dan kasih sayang kepada orang lain. d) Kebutuhan akan status (misalnya keinginan akan berhasil). Setiap orang akan berusaha agar keinginannya dapat tercapai. Untuk kalancaran belajar perlu optimis, percaya akan kemampuan diri dan yalin. ia dapat menyelesaikan tugas dengan baik. e) Kebutuhan self actualiaction. Belajar yang efektif ia dapat menciptakan hasil untuk memenuhi kebutuhan sendiri, image diri. Setiap orang tentu berusaha untuk memenuhi keinginan yang dicitacitakan, oleh karena itu siswa harus yakin bahwa dengan belajar akan membantu tercapainya cita-cita yang diinginkan. f) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, hanya melalui belajar siswa dapat memenuhi kebutuhan ini. g) Kebutuhan estetika yaitu kebutuhan yang diamanfaatkan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu masalah. 2) Persiapan sarana Untuk bisa belajar secara efektif dan efisien, siswa memerlukan logistik tertentu yakni beberapa sarana yang minimal
harus kita miliki. Adapun sarana yang mendukung menurut Thabrany (1995 : 48 – 53) adalah sebagai berikut: a) Ruang belajar Setiap siswa hendaknya memiliki ruang belajar yang memenuhi syarat yakni bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang baik. b) Perlengkapan yang cukup baik Dalam belajar hendaknya siswa memiliki perlengkapan belajar yang baik yakni meja, kursi, tempat belajar serta rak buku yang diletakkan sedemikian rupa, hal ini dimaksudkan agar dalam belajar tidak terputus kerena mencari alat-alat yang dibutuhkan. b. Perlunya bimbingan Bimbingan dalam belajar di rumah itu sangat penting dimana pembimbing dapat mengawasi juga memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar, baik pula siswa diawasi dan dibimbing sewaktu mereka belajar (Slameto, 1995 : 73 – 74) Di dalam rumah orang yang paling dominan memberi bimbingan
terhadap
anaknya.
Adakalanya
yang
memberikan
bimbingan belajar anak melibatkan guru les, karena mengingat kesibukan dari orang tua. Walau demikian orang tua harus tetap memberikan bimbingan karena yang paling tahu dan dekat dengan anak adalah orang tua.
c. Buatlah rencana Agar siswa dapat menggunakan waktu belajarnya secara efektif dan efisien maka siswa harus menggunakan waktu belajarnya harus sistematis sehingga siswa dapat mengerjakan apa yang harusnya dikerjakan. Menurut Thabrany (1995 : 68) perencanaan berfungsi untuk membimbing diri kita agar seproduktif mungkin. perlu kita sadari waktu itu harus berjalan tanpa terasa kita sudah menghabiskan waktu sehari, seminggu, sebulan, lalu apa yang kita hasilkan? Kalau kita lengah banyak waktu kita terbuang denga percuma, mengingat pentingnya waktu Allah SWT. mengingatkan dalam firman-Nya:
(#qè=ÏJ tã ur (#qãZtB#uä tû ïÏ%©!$# žw Î) ÇËÈ AŽô£ äz ’Å"s9 z` »|¡ SM} $# ¨b Î) ÇÊÈ ÎŽóÇ yèø9$#ur ÇÌÈ ÎŽö9¢Á 9$$Î/ (#öq|¹ #uqs?ur Èd, ys ø9$Î/ (#öq|¹ #uqs?ur ÏM »ys Î=»¢Á 9$# Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS. Al-Asr : 1-3) Untuk merencanakan sesuatu kita dapat menyusun jadwal apa yang ingin kita lakukan, di bawah ini merupakan petunjuk dalam menyusun jadwal belajar menurut Thabrany (1995 : 59 – 67) yaitu: 1) Menetapkan tujuan/target Dalam menetapkan tujuan penting harus kita tetapkan hari ini kita akan belajar hafalan sampai dimana. Dalam menetapkan
tujuan ini perlu diperhatikan kemampuan dari tingkat kesukaran mata pelajaran dan alokasi yang dibutuhkan. 2) Waktu-waktu produktif Waktu produktif merupakan waktu yang telah kita habiskan dengan menghasilkan nilai tambah tertentu pada diri kita. Bagaimana
menggunakan waktu
produktif
disini perlunya
perencanaan dan evaluasi agar kita dapat memantau apa yang kita hasilkan seberapa efektif dan efisien karya kita. 3) Kapan kita belajar Berdasarkan hasil penelitian Veclas (1970) dan Margon (1974) sebagaimana dikutip
oleh Thabrany (1995 : 61)
mengemukakan bahwa belajar yang memerlukan hafalan lebih baik dilakukan sebelum tidur, jika belajar untuk mengerti konsep baru atau suatu proses yang harus memeras otak tidak baik jika dilakukan sebelum tidur. 4) Membuat jadwal Slameto (1995 : 83) memberikan contoh pembuatan jadwal setiap sebagai berikut: a) tidur kurang dari 8 jam b) makan, mandi, olah raga kurang lebih 3 jam c) urusan pribadi lain kurang lebih 2 jam d) sisanya (a, b, c) untuk belajar: kurang lebih 11 jam. waktu belajar 11 jam digunakan belajar di sekolah kurang lebih 6 jam,
sisanya kurang lebih 5 jam untuk belajar dirumah atau di perpustakaan. 5) Rekreasi dan kegiatan di luar jadwal Agar belajar siswa dapat efektif dan efisien selain jadwal yang dibuat siswa perlu meluangkan waktu untuk menyegarkan jasmani dan rohaninya. Dalam satu minggu dapat meluangkan waktu satu hari untuk kegiatan tersebut misalnya hari minggu. 6) Jangan menunda Berkenaan
dengan
penundaan
pekerjaan
Jamus
sebagaimana dikutip oleh Setyawan (1994 : 30) memberikan gambaran bahwa menunda pekerjaan diibaratakan menggulung benang, sekali meleset ruwet akan menguraikan lebih banyak benang dari pada yang digulung dalam waktu lama. Untuk itu agar belajar siswa dapat efektif dan efisien, biasakan jagan samapai menunda-nunda waktu belajar. 7) Jangan menjadi perfeksionis Siswa harus bisa menyadari perbedaan antara rajin belajar dengan belajar memfosir kelewat batas. Menggunakan waktu belajar yang efektif dan efisien bukan berarti kita belajar berlamalama sampai menghabiskan banyak tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas melainkan belajar dengan tenang, teliti dan penuh konsentrasi.
Menurut Gie (1986 : 68) bahwa belajar setiap hari satu jam selama enam hari berturut-turut akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada belajar sekaligus enam jam setiap kali belajar. Untuk itu agar tidak terjadi penumpukan dalam belajar hendaknya siswa belajar suara rutin setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sehingga hasilnya akan bisa lebih efektif dan efisien. 3.
Metode belajar yang efektif dan efisien Siswa belajar dirumah pada umumnya untuk memperdalam, melengkapi materi yang telah diberikan oleh guru di sekolah. serta menpersiapkan pelajaran yang akan datang termasuk mengerjakan tugas dirumah. Agar siswa dapat efektif dan efisien perlu membiasakan metode atau cara belajar tertentu yang sesuai dengan kondisi masing-masing siswa. Pembahasan berikut ini diarahkan pada pembahasan bagaimana cara membaca, mencatat dan mengerjakan tugas yang baik, sebagai bagian dari kegiatan belajar siswa dirumah untuk mendukung belajar disekolah. a. Cara membaca yang baik Untuk mempelajari teks termasuk buku menurut Robinson sebagaimana dikutip oleh Syah (2000 : 130) mengenalkan metode membaca yang disebut metode SQ3R. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah mempelajari teks yang meliputi: 1) Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks.
2) Questions, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks. 3) Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang disusun. 4) Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan 5) Review, maksudnya meminjam ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga. Dengan metode ini siswa dapat menjadi pembaca yang aktif terarah kangsung pada intisari akan kandungan, kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks. disamping mempunyai nilai efisien yang tidak berbeda dengan mempelajari teks secara biasa (tanpa metode SQ3R). Untuk mempertinggi kecepatan membaca sebaiknya dilandasi kebiasaan
dalam
memperlambat
proses
membaca
diantaranya
membaca dengan suara, membaca dengan jari atau pensil menunjuk pada apa yang dibaca. Membaca dengan banyak mengulang kata-kata yang dibaca, membaca dengan melihat satu kata demi satu kata. b. Cara mengerjakan tugas rumah (PR) dengan baik Agar
dapat mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya,
sebagaimana dikutip oleh Slameto (1995 : 88 – 89) memberi petunjuk sebagai berikut: 1) Siapkan lebih dahulu buku-buku yang diperlukan 2) Tentukan berapa lama waktunya akan mengerjakan tugas tersebut
3) Bacalah terlebih dahulu dengan baik jika soal itu bukan buata sendiri 4) Bacalah soalnya satu demi satu dari nomor satu sampai nomor terakhir 5) Mulailah mengerjakan dengan memilih nomor yang paling mudah dulu. Baru nomor yang lain, dari nomor yang agak mudah samapai yang terakhir. 6) Jika
mengalami
kesulitan dalam
mengerjakannya,
lihatlah
catatan/buku pegengan/ringkasan untuk mendapatkan bantuan 7) Jika terpaksa tidak dapat mengerjakan lagi catatlah soal itu dan dilain waktu mintalah petunjuk kepada yang lain, misalnya kepada ayah, teman atau guru yang bersangkutan 8) Sesudah semua soal dikerjakan, periksa kembali semua nomor jawaban itu 9) Koreksilah jawaban itu dengan memakai kunci jawaban atau melihat buku catatan/pegangan 10) Betulkan jawaban/jawaban yang salah 11) Jika tugas itu harus dikumpulkan, salinlah dikertas yang baik dengan tulisan yang jelas dan rapi, jangan lupa menulis nama, kelas, nama pelajaran apa dan hari/tanggal bertapa tugas itu diberikan 12) Jika tugas dikembalikan, periksa dan betulkan jawaban anda yang salah
13) Jika tugas itu tidak dikumpulkan, salinlah jawaban yang sudah betul dan atau dikoreksi ke dalam buku latihan atau kertas tersendiri untuk dipelajari lebih lanjut 14) Jika anda menyalinnya ke dalam kertas tersendiri, hendaklah menjadi satu untuk tiap-tiap mata pelajaran kemudian dibukukan atau
memasukkan
ke
dalam
map
(hal
ini perlu
untuk
mempermudah dalam mempelajari lebih lanjut) 15) Simpanlah baik-baik pekerjaan itu baik tugas dari guru maupun bukan Dari pengertian diatas maka dapat disimpulakan bahwa agar siswa berhasil dalam belajarnya perlulah menjawab tugas dengan sebaikbaiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR, menjawab latihan dari soal buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes/ulangan harian, ulangan umum dan ujian.
B. Kediplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah 1. Pengertian Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah a. Pengertian Disiplin Kata disiplin berasal dari bahasa Inggris "discipline" yang artinya disiplin, ketertiban (Shadily, 1976 : 185). Untuk lebih jelasnya dalam hal ini peneliti menyampaikan beberapa pendapat dari para ahli sebagai berikut:
1) Nawawi
(1987:23)
merumuskan
bahwa
disiplin
dalam
hubungannya dengan modal kerja diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran. Pelanggaran terhadap semua ketentuan yang telah disetujui bersama agar pemberian hukuman terhadap seseorang dapat dihindari. 2) Dalam Ensiklopedia Pendidikan (Harahap, 1981:81), disiplin diartikan sebagai proses pengarahan kehendak langsung, dorongan, keinginan atau kepentingan suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar. Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin dalam kaitannya dengan pendidikan merupakan suatu aturan pendidikan yang menunjuk pada sejenis keterlibatan aturajn dalam mencapai standar yang tepat dalam berperilkau atau melakukan aktifitas. b. Belajar Pendidikan Agama Islam Menurut Zuhairini (1983:27) mendefinisikan agama Islam adalah usaha secara sitematis dan pragmatis dalam membentuk anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. sedangkan Achmadi (1987:10) mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah
usaha
yang
lebih
khusus
ditekankan
untuk
mengembangkan fitroh keberagamaan dan sumberdaya insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Jadi belajar Pendidikan Agama Islam adalah belajar yang ditekankan pada pengembangan fitrah keberagaman dan sumber daya insani agar mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran islam. Berdasarkan
beberapa
pengertian
diatas
dapat
diambil
kesimpulan bahwa disiplin belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah suatu tingkatan tata tertib untuk mempercayai suatu kondisi yang baik guna memenuhi fungsi dari pelaksanaan belajar pendidikan agama di sekolah. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar a. Faktor Internal Siswa Faktor Internal Siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Menurut Syah (2000:132-133) bahwa faktor ini meliputi dua aspek: 1) Aspek Fisiologis (bersifat jasmaniah) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh beserta bagianbagiannya
berarti
sehat.
Kesehatan
berpengaruh
terhadap
kedisiplinan belajar siswa. Jika kesehatan siswa terganggu, misalnya dalam kondisi pusing, lelah, mengantuk, maka perhatian dalam belajar siswa akan terganggu. Kondisi organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indra
pendengaran
dan
indra
penglihatan
siswa
akan
mempengaruhi penyerapan informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan dalam kelas. 2) Aspek Psikologis (bersifat rohaniah) Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam belajar diantaranya sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa dan kesiapan siswa. a) Sikap Siswa Beberapa sifat perseorangan seperti acuh tak acuh, mementingkan diri sendiri meniru kelakuan tak baik ataupun mengecilkan diri sendiri. Sikap tersebut akan mengganggu disiplin kelas jika hal itu dibiarkan. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap diswa tersebut maka guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi haknya. Dalam hal ini seorang guru dianjurkan senantiasa mengahargai dan mencintai profesinya. b) Minat Siswa Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988) yang dikutip oleh Syah (2000 : 136) bahwa minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang
banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, motivasi dan kebutuhan. Minat belajar pengaruhnya terhadap kedisiplinan belajar umpanya seorang siswa yang menaruh minat belajar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak. Sebaliknya bila siswa kurang tertarik terhadap pelajaran tertentu, maka ia akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran tersebut. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap pelajaran tertentu dapatlah diusahakan dengan menjadikan halhal yang menarik dan berguna memberikan perhatian penuh terhadap perlajaran tersebut. c) Motivasi Siswa Pengertian dasar motivasi menurut Syah (2000 : 136) ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Motivasi Intrinsik Motivasi Intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar.
(2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari luar individu siswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi akan mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa misalnya dorongan untuk mencapai prestasi dan untuk memiliki pengetahuan serta ketrampilan sehingga dapat mendorong siswa untuk bersungguh-sungguh dalam belajar, begitu juga dorongan dari luar seperti pujian, hadiah, teladan juga akan mendorong siswa untuk berdisiplin. 3) Kesiapan Siswa Menurut Slameto (1995:59) bahwa kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. Kesiapan akan mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa kalau siswa sebelum belajar di sekolah sudah mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipelajari maka ia akan lebih mudah dalam menerima pelajaran dan lebih aktif pula dalam mengikuti pelajaran. b. Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal siswa dapat memperngaruhi kondisi pikiran siswa dalam belajar. Adapun faktor eksternal ini meliputi :
1) Faktor Keluarga Lingkungan bagi anak pertama adalah keluarga. Kalau didalam keluarga siswa sudah biasa dididik untuk berperilaku disiplin dan juga sudah dibiasakan sejak dini maka anak tersebut akan mudah untuk bersikap disiplin, baik dirumah, masyarakat maupun sekolah. Sebagaimana pendapat Arikunto (1993:119) bahwa kebiasan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa didalam lingkunmgan keluarga akan terbawa oleh anak dan sekaligus akan memberikan “warna” terhadap perilaku kedisiplinan kelak. Orang tua yang kurang memperhatikan belajar anak, misalnya bersikap acuh tak acuh terhdapa belajar anak, enggan memperhatikan belajar anak, tidak menyediakan anak belajar, akan membuat anak ketinggalan dalam belajar dan akhirnya malas. Hal ini akan membentuk anak tidak mempunyai sikap disiplin. 2) Faktor Sekolah Menurut Tafsir (1995:132) bahwa sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan jelas. Tujuan itu disebut tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan lembaga tersebut. Tujuan diserahkan oleh rakyat kepada sekolah itu untuk mencapainya.
Sedangkan
faktor
sekolah
yang
berperan
terhadap
kedisiplinan siswa dalam belajar menurut Slameto (1995:64) diantaranya: a) Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikannya tidak jelas akibatnya siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya tersebut. Maka guru yang aktif harus berani mencoba metodemetode yang baru sehingga dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan dapat meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar
dengan baik
serta
meningkatkan
kedisiplinan siswa dalam belajar. b) Relasi Guru dan Karyawan dengan Siswa Jika di dalam sekolah guru dan karyawan memberikan tauladan
dalam
pelaksanaan
kedisiplinan
maka
siswa
cenderung untuk mengikutinya. Relasi guru dengan siswa biasanya akan senang belajar kalau ia suka terhadap guru pengajarnya, ia akan lebih memperhatikan mudah konsentrasi, sebaliknya kalau dalam diri
siswa sudah merasa tidak tertarik terhadap guru yang menyampaikan pelajaran, ada kemungkinan untuk tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan. c) Relasi Siswa dengan Siswa Hubungan antara sesama siswa juga akan berpengaruh terhadap kondisi pikiran dalam belajar. Kalau kita dekat dengan siswa yang rajin, sungguh-sungguh pula. Berbeda, kalau kita dekat dengan siswa yang malas, tak pernah memperhatikan pelajaran kadang juga akan tersugesti lebihlebih kalu motivasi belajarnya lemah, maka gampang sekali terpengaruh. Kompetisi terhadap sesama siswa yang lain akan menjadikan siswa tambah rajin sungguh dalam mengikuti pelajaran. d) Lingkungan Tempat Belajar Lingkungan tersebut yakni cukup udara segar, ruangan yang menarik, suasana yang tenang tidak bising oleh suara kendaraan atau pabrik akan mempengaruhi suasana belajar di kelas. Dengan suasana lingkunag yang seperti diatas akan memudahkan pelajaran.
siswa untuk memusatkan perhatian pada
c.
Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar siswa, menurut Slameto (1995:70), diantaranya : 1) Mass Media Yang termasuk dalakm mass media adalah bioskop, radio, TV, Surat kabar, buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar dimasyarakat. Media massa yang baik akan mendukung kegiatan belajarnya, sebaliknya media massa yang jelek akan berpengaruh jelek pula terhadap siswa, misalnya siswa suka nonton film pada acara TV, kalau pada waktu belajar kebutuhan sama waktu tayang film yang disukai maka belajarnya kemungkinan akan terganggu. Akibat terganggu media massa yang jelek pula kalau siswa sudah terbiasa nonton film atau membaca cerita komik kemudian siswa ada kecenderungan untuk mengikuti tokoh-tokoh yang dikagumi, karena pengaruh dari jalan cintanya maka semangat belajar akan menurun. Kalau sudah begini siswa tidak akan biasa disiplin dalam belajarnya. 2) Teman Bergaul Pengaruh teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan
berpengaruh baik terhadap diri siswa begitu juga sebaliknya teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi sifat buruk pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidikan harus cukup bijaksana. 3. Ciri-ciri Siswa Yang Disiplin Belajar Dalam kaitannya dengan pembahasan penulis mengenai siswa yang disiplin dalam belajar, siswa yang baik adalah siswa yang mengetahui segala sesuatu tentang sekolah dan pelajarannya, sebagai perwujudan siswa disiplin hendaknya ia selalu mengikuti tata tertib sebagai siswa pada khususnya dan sebagai warga sekolah pada umumnya. Adapun peraturan umum untuk sebuah personil sekolah menurut Arikunto (1993:128) antara lain berbunyi sebagai berikut : a. Hormat dan bersikaplah sopan terhadap sesama. b. Hormatilah hak milik sesama. c. Patuhilah semua peraturan sekolah. Adapun yang menjadi peraturan khusus untuk pengelolaan pengajaran seperti contoh yang dirumuskan Arikunto (1993:130-131) sebagai berikut : a. Siapkan buku dan peralatan perlengkapan sebelum pelajaran dimulai. b. Datanglah disekolah paling lambat lima menit sebelum bel berbunyi.
c. Segera berada di tempat dudukmu dan menyiapkan diri untuk mengikuti dan memperhatikan pelajaran apabila bel sudah berbunyi. d. Ikutilah semua petunjuk atau perintah yang diberikan oleh guru. e. Jangan sampai ada hak milik yang ketinggalan di kelas. Berdasarkan keterangan di atas siswa yang masuk dalam kategori disiplin belajar pendidikan agama di sekolah dapat diamati berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut : a. Mentaati Peraturan Sekolah Setiap sekolah dalam membuat peraturan bisa saja berbeda karena peraturan itu dibuat dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang ada di sekolah masing-masing dalam kondisi pantas dan dapat dipatuhi oleh semua pihak dengan penuh kesadaran. Kalau semua unsur dalam sekolah dapat mentaati peraturan sekolah maka belajar akan terwujud. b. Mempersiapkan Buku dan Peralatan Sebelum Pelajaran Dimulai Permulaan yang baik dari prosa pengajaran akan menimbulkan suasana hati yang ceria, senang, bahagia dan perasaan-perasaan lain yang sifatnya positif, akan berakibat positif pula dalam kelanjutannya. Jika anak sudah menyisihkan waktunya untuk membuat persiapan untuk proses belajar maka pengetahuan yang disukai akan lebih baik pula.
c. Rajin Mengikuti Pelajaran Kerajinan untuk selalu mengikuti pelajaran itu perlu, karena kalau siswa tidak rajin maka ia akan ketinggalan untuk mengikuti pelajaran, misalnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa yang baru ini masuk kemudian pertemuan berikutnya tidak berangkat maka untuk pertemuan selanjutnya bisa saja tidak nyambung terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam. d. Memperhatikan dan Mendengarkan Penjelasan Guru Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru merupakan unsur
penting
dalam
proses
belajar.
Yang
dimaksudkan
memperhatikan disini ialah memusatkan dan menyalurkan kemampuan belajar pada suatu pokok bahasan atau soal. Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah dari guru, dalam tugas siswa adalah memperhatikan dan mendengarkan denga baik. Seorang siswa yang diam bukan berarti ia pasti memperhatikan dan mendengarkan dengan baik, bisa juga diamnya itu dalam kondisi melamun atau pikiran tidak terpusat pada pokok materi. e. Rajin mencatat hal-hal yang penting Persoalan mencatat dalam proses belajar mengajar itu sangat penting. Adapun manfaat dari mencatat ialah : 1) Membantu mengingat ide atau fakta-fakta. 2) Membedakan ide atau gagasan yang berlawanan. 3) Mempertanyakan kebenaran ketepatan pertanyaan.
4) Menaruh perhatian pada bagian yang memilki bobot dan makna penting. Mengingat pentingnya mencatat untuk itu siswa hendaknya mencatat setiap point penting yang disampaikan. f. Keaktifan Di Dalam Kelas. Keaktifan didalam kelas dapat dilihat dalam bentuk aktif bertanya bila mendapatkan materi yang belum paham, keaktifan menjawab faktanya dari guru keaktifan dalam diskusi. Keaktifan siswa di dalam kelas menunjukkan kalau siswa merespon terhdapa pelajaran yang dipelajarinya, disamping juga melatih
siswa
untuk
berpikir
lebih
mendalam
serta
dapat
mengkombinasikan pelajaran dengan apa yang telah dipelajari dengan orang lain. g. Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Dengan kesungguhan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang dipelajari. h. Mengikuti petunjuk yang diberikan guru. Petunjuk yang disampaikan guru hendaknya diikuti demi kelancaran dalam belajar. Misalnya guru mengarahkan agar pertemuan mendatang membawa alat praktik kalau siswa mengikuti petunjuknya.
C. Hubungan Penggunaan Waktu Belajar di Rumah dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Waktu yang telah lewat tidak akan kembali lagi, sekali kehilangan maka akan dapat dirasakan kerugiannya. Di dalam belajar di rumah perlu sekali bagi seorang siswa untuk mengatur waktu belajarnya dengan sebaikbaiknya agar tujuan belajar dapat diperoleh secara optimal, kalau saja siswa lalai dalam menggunakan waktu belajarnya maka kemungkinan akan gagal didalam belajarnya. Didalam lembaga sekolah salah satu upaya untuk membantu kelancaran dalam proses belajar mengajar yakni dibuatnya suatu peraturan yang berupa tata tertib yang harus diikuti oleh siswa pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya. Dalam lingkup intern yakni dalam suasana proses kegiatan belajar mengajar di kelas disamping harus mengikuti tata tertib yang ada disekolah, secara umum, siswa juga harus mempunyai kesadaran untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, misalnya dalam mengikuti tata tertib umum yang ada disekolah juga harus memperhatikan dan mendengarkan yang diberikan guru Pendidikan Agama Islam, aktif dalam mengikuti pelajaran (bertanya, diskusi, dll). Kesadaran ini sudah menjadi kebiasaan siswa, hal ini merupakan wujud kedisiplinan mereka dalam mengikuti pelajaran. Sikap disiplin meuncul bukan merupakan sikap yang sifatnya mendadak. Sikpa disiplin tumbuh melalui proses bertahap, dibina sedikit demi sedikit barulah terbentuk sikap tersebut. Kebiasaan yang dibawa orang tua dan
orang dewasa dalam keluarga menurut Arikunto (1993:119) akan memberikan warna dalam kedisiplinan anaknya kelak. Kebiasaan sikap disiplin yang dibawa siswa dari rumah menjadi salah satu faktor yang turut menentukan terbuantuknya sikap disiplin di sekolah, di samping faktor yang ada pada sekolah itu sendiri. Untuk itu kebiasaan siswa yang dibawa dari rumah dalam hal ini penulis fokuskan pada penggunaan waktu belajar dirumah, ini akan turut menentukan terbentuknya kebiasaan yang ada di sekolah, yang dalam hal ini penulis fokuskan pada disiplin belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah.
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah
semua
data
terkumpul,
langkah
selanjutnya
yaitu,
mengklasifikasikan data tersebut ke dalam proporsinya masing-masing sesuai dengtan tujuan dari penelitian yaitu : 1. Untuk mengetahui variasi penggunaan waktu belajar di rumah pada siswa MI TAwang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah pada siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah pada siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Berdasarkan tujuan di atas, maka untuk tujuan pertama dan kedua dapat dicari atau ditentukan dengan menggunakan analisis prosentase dengan menggunakan rumus : F P =
_______
X 100 %
N Keterangan: P
: Prosentae
N
: Jumlah Obyek
F
: Frekuensi
SXY -
rxy =
(SX )(SY )
N ì (å X ) üìSY 2 - (å Y )2 ü 2 íå X ýí ý N þî N þ î 2
Keterangan: rxy
: Korelasi product moment
x
: Penggunaan waktu belajar dirumah
y
: Kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Σx
: Jumlah x
Σy
: Jumlah y
Σ xy
: Jumlah xy
N
: Jumlah sampel
A. Analisis Pertama 1. Analisis untuk mengetahui variasi penggunaan waktu belajar di rumah. Berdasarkan hasil dari variasi pengklasifikasikan ke dalam tiga kategori sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab III tabel V mengenai penggunaan waktu belajar di rumah, maka untuk mengetahui variasi penggunaan waktu belajar di rumah yang berkategori tinggi, sedang dan rendah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 Frekuensi Penggunaan Waktu Belajar Di Rumah No 1 2 3
Penggunaan Waktu Belajar di Rumah Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Frekuensi Prosentase 17 23.95 % 50 70.42 % 4 5.63 % 71 100.00%
Berdasarkan perhitungan dalam tabel diatas maka variasi penggunaan waktu belajar di rumah dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Penggunaan waktu belajar di rumah pada kategori tinggi sejumlah 17 responden atau sebesar 23.95%.
b.
Penggunaan waktu belajar di rumah pada kategori sedang mencapai 50 responden atau sebesar 70.42%.
c.
Penggunaan waktu belajar di rumah pada kategori rendah sejumlah 4 responden atau 5.63%. Dari keseluruhan sampel yang nilainya paling banyak adalah
kategori sedang (B), dengan kata lain mayoritas responden rata-rata dapat menggunakan waktu belajar di rumah dengan cukup baik. Kemudian untuk mengetahui variasi tiap item soal variabel penggunaan waktu belajar di rumah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Kadar Penggunaan Waktu Belajar Di Rumah No 1.
2.
3.
4.
5.
6. 7.
8.
9.
10.
Jawaban A B C Berapa jam waktu yang 37 27 7 anda butuhkan untuk konsentrasi belajar dalam seminggu di luar jam sekolah? Dalam belajar di rumah, 23 42 6 apakah anda selalu membuat jadwal yang pasti untuk dijadikan sebagai acuan belajar di rumah? Apakah Anda selalu 29 25 17 menepati jadwal yang Anda buat? Setiap belajar di rumah 25 38 8 apakah anda selalu menggunakan konsentrasi dengan penuh? Dalam membuat jadwal, 26 43 2 apakah anda juga selalu memperhatikan kegiatan refreshing? Kapan anda meluangkan 29 27 15 waktu untuk refreshing? Dalam belajar di rumah 19 40 12 apakah anda selalu menuntaskan pelajaran tertentu, misalnya dapat menyelesaikan per bab/per buku? Jika anda menargetkan per 30 34 7 bab apakah anda selalu dapat menyelasaikannya? Apakah belajar anda 9 52 10 didukung dengan fasilitas yang memadai? Lingkungan tempat anda 15 48 8 belajar di rumah apakah yang mendukung belajar Item Pertanyaan
Prosentasi A B C 52.11 38.02 9.86
32.39
59.15
8.46
40.84
35.21
23.94
35.21
53.52
11.27
36.61
60.57
2.81
40.86
38.02
21.12
26.77
56.33
16.90
42.26
47.89
9.86
12.68
73.23
14.09
21.12
67.60
11.27
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. 19.
20.
anda? Setiap belajar di rumah, apakah ada yang membimbing belajar anda? Jika ada yang membimbing (pertanyaan No 11) siapa yang membimbing anda? Di waktu Anda belajar, apakah anda dapat merasa tentram, tenang dan damai? Jika anda merasa tenang, tentram dan damai (pertanyaan no 13) apa alasannya? Bila anda punya tugas (PR) apakah anda selalu mengerjakan tugas tepat waktu? Kapan anda belajar pelajaran yang sifatnya hafalan? Kapan anda belajar pelajaran yang sifatnya kerja keras seperti hitungan? Urutan cara belajar yang paling cocok bagi Anda? Apa tujuan anda saat membaca dan memahami pelajaran? Referensi/buku apa saja yang anda baca di rumah?
12
47
12
16.90
66.19
16.90
47
14
10
66.19
19.71
14.09
18
50
3
25.36
70.42
4.22
37
22
12
52.11
30.99
16.90
44
22
5
61.98
30.99
7.04
26
27
18
36.61
38.02
25.36
20
36
15
28.17
50.70
21.12
52
10
9
73.23
14.09
12.68
31
36
4
43.67
50.70
5.63
51
10
10
71.83
14.09
14.09
Kesimpulan : Melihat variasi jawaban diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Nilai tertinggi untuk kategori tinggi pad aitem soal nomor 18 tentang cara belajar yang paling cocok, sebanyak 52 responden atau sebesar 73.23% menjawab membaca kemudian dipahami isinya.
b. Nilai tertinggi untuk kategori sedang pada item soal nomor 9 yaitu tentang fasilitas memadai yang mendukung belajar sebanyak 52 responden atau 73.23% menjawab cukup memadai. c. Nilai tertinggi untuk kategori rendah pada item soal nomor 16 yaitu tentang waktu belajar pelajaran yang sifatnya hafalan, sebanyak 18 responden atau 25.36% menjawab tidak tahu. 2. Analisis untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar pendidikan Agama Islam di sekolah. Berdasarkan pengklasifikasian hasil dalam tiga kategori sebagaimana bab III tabel VI mengenai kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah, maka untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah yang berkategori tinggi, sedang, rendah dapat dilihat pada tabel frekuensi sebagai berikut : Tabel 4.3 Frekuensi Disiplin Belajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah No 1 2 3
Disiplin Belajar Pendidikan Agama Islam Tinggi (A) Sedang (B) Rendah ( C ) Jumlah
Frekuensi Prosentase 21 48 2 71
29.58 % 67.60 % 2.82 % 100.00%
Berdasarkan perhitungan dalam tabel diatas, maka tingkat kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah pada kategori yinggi sejumlah 21 responden atau sebesar 29.58%.
2. Kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah pada kategori sedang sejumlah 48 responden atatu sebesar 67.60%. 3. Kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah pada kategori rendah sejumlah 2 responden 2.82%. Dari keseluruhan responden yang nilainya paling banyak adalah kategori sedang (B) dengan kata lain mayoritas responden rata-rata tingkat kedisiplinannya sedang (B). Kemudian untuk mengetahui variabel tiap item soal, variabel kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Kadar Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jawaban A B C Berapa kali anada tidak 49 22 mengikuti pelajaran pendidikan agama islam? Bila anda berhalangan 42 27 2 mengikuti pelajaran bagaimana cara anda ijin? Bila anda menjumpai materi 27 38 6 pendidikan agama Islam yang belum paham, apakah anda selalu menanyakan? Kepada siapa anda 32 34 5 menanyakan materi yang belum dipahami? Apabila menemukan materi 24 38 9 pelajaran yang kurang anda minati, apakah anda tetap memperhatikan? Apabila anda sedang 30 19 22 konsentrasi terhadap pelajaran kemudian ada gangguan dari luar seperti suara gaduh apa yang anda Item Pertanyaan
Prosentasi A B C 69.02 30.99 -
59.16
38.02
2.81
38.02
53.52
8.46
45.08
47.89
7.04
33.80
53.52
12.68
42.26
26.77
30.99
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
lakukan? Apakah anda selalu memperhatikan petyunjuk yang diberikan guru anda? Setiap ulangan materi pendidikan agama Islam, apakah anda sering mencontek? Apakah anda selalu berperan aktif dalam diskusi kelas? Bila guru memberikan pertanyaan apakah anda selalu aktif menjawab? Ketika guru menerangkan pelajaran apakah anda selalu mencatat keterangannya? Jika anda selalu mencatat bagaimana cara anda mencatat? Apakah catatan materi pelajaran pendidikan agama islam anda sangat lengkap? Jika catatan anda lengkap darimana sumber rujukannya? Sebelum memulai pelajaran, apakah anda selalu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pelajaran? Jika anda selalu mempersiapkan apa saja yang telah anda persiapkan? Bila sewaktu-waktu guru mengadakan ulangan apakah anda sealu siap untuk mengikutinya? Bila guru memberikan latihan soal, apakah anda mengerjakan dengan sungguh-sungguh? Apakah anda selalu mentaati tata tertib yang ada di sekolah? Apa yang mendorong anda
40
30
1
56.33
42.26
1.40
28
35
8
39.43
49.29
11.27
10
57
4
14.09
80.29
5.63
23
42
7
32.39
59.16
9.86
41
29
1
57.74
40.84
1.40
32
36
3
45.08
50.70
4.22
31
38
2
43.67
53.52
2.81
27
36
8
38.02
50.70
11.27
27
35
9
38.02
49.29
12.68
23
38
10
32.39
53.52
14.09
24
37
10
33.80
52.11
14.09
30
35
6
42.26
49.29
8.46
36
27
8
50.70
38.02
11.27
24
30
17
33.80
42.26
23.94
untuk mentaati tata tertib yang ada di sekolah?
Kesimpulan : Melihat variasi jawaban sesuai hasil angket diatas maka dapat disimpulkan bahwa : 1)
Nilai tertinggi untuk kategori tinggi pada item soal nomor 1 yaitu tentang kerajinan siswa mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam sebanyak 49 responden atau 69.02% menjawab tidak pernah meninggalkan pelajaran pendidikan agama Islam.
2)
Nilai tertinggi pada kategori sedang pada item soal nomor 9, yaitu tentang keaktifan dalam diskusi kelas sebanyak 57 responden atau 80.29% menjawab kadang-kadang aktif dalam mengikuti diskusi.
3)
Nilai tertinggi pada kategori rendah pada item soal nomor 6 yaitu tentang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran sebanyak 22 responden atau 30.99% menjawab mengikuti teman-teman.
B. Analisis Kedua Untuk mengetahui sejauh mana hubungan penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah pada siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun ajaran 2010/2011 dengan menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil dari perhitungan analisis korelasi product moment akan disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.5 Perhitungan Korelasi Product Moment Hubungan Antara Penggunaan Waktu Belajar Di Rumah Dengan Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Pada Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
X 46 49 49 44 43 31 51 50 44 52 52 41 43 49 39 42 42 42 48 42 43 38 45 41 46 45 46 38 38 41 37 43
Y 46 52 54 45 46 37 53 52 42 56 55 46 46 54 43 45 41 43 52 45 46 40 40 46 48 52 52 40 39 45 32 41
X2 2116 2401 2401 1936 1849 961 2601 2500 1936 2704 2704 1681 1849 2401 1521 1764 1764 1764 2304 1764 1849 1444 2025 1681 2116 2025 2116 1444 1444 1681 1369 1849
Y2 2116 2704 2916 2025 2116 1369 2809 2704 1764 3136 3025 2116 2116 2916 1849 2025 1681 1849 2704 2025 2116 1600 1600 2116 2304 2704 2704 1600 1521 2025 1024 1681
XY 2116 2548 2646 1980 1978 1147 2703 2600 1848 2912 2860 1886 1978 2646 1677 1890 1722 1806 2496 1890 1978 1520 1800 1886 2208 2340 2392 1520 1482 1845 1184 1763
33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. Jumlah
48 41 52 45 44 44 46 42 42 49 46 44 45 47 42 57 49 45 42 44 45 43 41 44 45 43 49 42 45 52 43 46 50 47 54 46 31 37 40 3157
52 46 45 47 43 52 45 46 46 46 47 45 42 51 44 48 56 47 45 46 43 44 43 44 45 45 52 46 40 49 47 38 51 42 58 48 33 42 38 3261
2304 1681 2704 2025 1936 1936 2116 1764 1764 2401 2116 1936 2025 2209 1764 3249 2401 2025 1764 1936 2025 1849 1681 1936 2025 1849 2401 1764 2025 2704 1849 2116 2500 2209 2916 2116 961 1369 1600 141915
2704 2116 2025 2209 1849 2704 2025 2116 2116 2116 2209 2025 1764 2601 1936 2304 3136 2209 2025 2116 1849 1936 1849 1936 2025 2025 2704 2116 1600 2401 2209 1444 2601 1764 3364 2304 1089 1764 1444 151689
2496 1886 2340 2115 1892 2288 2070 1932 1932 2254 2162 1980 1890 2397 1848 2736 2744 2115 1890 2024 1935 1892 1763 1936 2025 1935 2548 1932 1800 2548 2021 1748 2550 1974 3132 2208 1023 1554 1520 146282
Keterangan : N
: 71
Σx
: 3157
Σy
: 3261
Σx2
: 141915
Σy2
: 151689
Σxy
: 146282
(Σxy) (Σy)
2
2
: 9966649 : 10634121
Analisis korelasi antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan disiplin belajar pendidikan agama islam di sekolah yaitu :
SXY -
rxy =
(SX )(SY )
N ì (å X ) üìSY 2 - (å Y )2 ü 2 å X í ýí ý N þî N þ î 2
146282 rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
(3157)(3261) 71
(9966649)üì151689 - (10634121)ü ì í141915 ýí ý 71 71 î þî þ 146282 - 144999,68
{141915 -140375,33}{151689 -149776,36} 1282,32
{1539,66}{1912,65} 1282,32 2944830,70
32,32 1716,05
rxy = 0,747
Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan tersebut signifikan atau tidak, perlu dibandingkan dengan tabel product moment rxy = 0,747 dengan N : 71, taraf signifikan 5% diperoleh r tabel adalah 0,235, sedangkan pada taraf signifikan 1% diperoleh r tabel adalah 0,306. Dengan demikian rxy lebih besar daripada harga r tabel baik dalam taraf signifikan 5 % maupun 1% dimana rxy = 0,747. Berdasarkan analisis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah. Dengan kata lain ada hubungan yang positif antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah, yaitu semakin efektif dan efisien waktu belajar di rumah akan semakin tinggi tingkat kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam di sekolah. Dengan demikian analisis yang penulis ajukan dapat diterima kebenarannya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pad abab sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa penggunaan waktu belajar di rumah siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada kategori, dimana 70.42% dari jumlah responden dapat menggunakan waktu belajar di rumah dengan kategori sedang, 23.95% kategori tinggi dan 5.63% kategori rendah. 2. Bahwa kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang
berada pada kategori
kedisiplinan yang dimana 67.60% dari jumlah responden mempunyai kategori kedisiplinan sedang, 29.58% kategori kedisiplinan tinggi dan 2.82% kategori kedisiplinan rendah. 3. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang hasilnya 0.747 kemudian dikonsultasikan dengan r tabel untuk signifikasi 5% tabel dan taraf signifikasi 1% tabel, maka menyatakan "Ada hubungan antara penggunaan waktu belajar di rumah dengan kedisiplinan belajar pendidikan agama Islam pada siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010/2011 dapat diterima, karena nilai r hitung jauh lebih tinggi dari nilai r tabel.
B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian in, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Hendaknya orang tua (keluarga) lebih memperhatikan kegiatan belajar anaknya di rumah dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh anaknya dalam belajar agar ia terbiasa menggunakan waktu belajarnya secara efektif dan. efisien. 2. Setiap siswa hendaknya menyadari akan tugas-tugasnya sebagai seorang siswa, yakni dalam kegiatan belajar ia selalu memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, aktif didalam kelas, mengikuti penjelasan guru, aktif di dalam kelas, mengikuti petunjuk guru dan lain-lain. 3. Untuk meningkatkan kedisiplinan dalam belajar, pihak sekolah dan orang tua hendaknya bekerja sama, membiasakan diri siswa untuk belajar dengan disiplin. C.
Penutup Demikian skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar. semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang budiman. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Ilmu Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Salatiga, 1987 Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Rineka Cipta, 1993 ________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Indonesia, Jakarta, 1998 Baharatha, Dewi S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bintang Terang, Jakarta, Surabaya, 1995 Ecok, John M dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1976 Kartono,
Kartini,
Bimbingan
dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya Teknik
Bimbingan Praktis, Rajawali, Jakarta, 1985 Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1984 Poerbakawaca, Soegarda dan Harahap, Ensiklopedi Kependidikan, Gunung Agung, Jakarta, 1981 Poerwodarminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001 Setyawan, Lilik Hidayat, Rahasia Sukses Belajar, CV. Bahagia, di Perguruan Tinggi, CV. Bahagia, Pekalongan, 1994
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995 Suryabrata, Sumadi, Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, Andi Offset, Yogyakarta, 1983 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000 Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1999 Thabrany, Hasbullah, Rahasia Sukses Belajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Pusat Kemajuan Studi, Yogyakarta, 1988 Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Malang, 1983
DAFTAR PUSTAKA
Nama
: MINDUN
NIM
: 125 08 013
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 14 Juli 1977 Alamat
: Dukun Sumber RT 03 RW XI Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang
Riwayat Pendidikan
: 1. SD Timpik 03, lulus tahun 1989 2. SMP Negeri 1 Susukan, lulus tahun 1992 3. SMA Negeri 1 Susukan, lulus tahun 1995 4. D2 STAIN Salatiga, lulus tahun 2002
Riwayat Pekerjaan
: Guru MI Tawang 01 Susukan dari tahun 2001 sampai sekarang
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sesungguhnya, untuk digunakan seperlunya.
Salatiga, 28 Februari 2011 Penulis
MINDUN NIM : 125 08 013