PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AKHMAD KHOZIN NIM 12109008
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
i
ii
iii
MOTTO : KEBAHAGIAAN ADALAH TUJUAN DAN TUJUAN TAK AKAN TERCAPAI TANPA KERJA KERAS SERTA BERDOA
iv
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Kedua orang tuaku Bapak Taat Dimyati & Ibu Mudawamah tersayang yang telah membesarkankudengan penuh cinta dan kasih sayang. Kakakku Mbak Umi Fadilah dan Adikku Fadhilatul tufaidah serta Husniatul Muna Fadhilah terimaksih atas motivasi yang mereka berikan kepada penulis tercinta. Bapak Mufiq S.Ag M.Phil yang telah membimbing penulis dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran. Bapak K.H. Agus Ahmad Su’aidi Lc. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis. Seluruh sahabat-sahabati STAIN Salatiga Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini Semoga pengorbanan yang telah diberikan dengan tulus ikhlas diberi balasan oleh Allah SWT. Amin...
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robil’alamin segala puji dan syukur penulis haturkan atas kehadiran Allah SWT yang selalu memberikan Hidayah serta kekuatan-Nya kepada penulis yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang di Pondok Pesantren Modern Bina Insani. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah SWT untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Desa ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2014”. Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat menyelesaikan tanpa pihak yang telah berkenan membantu penulis menyeleaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
vi
1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd.,selakuKetua STAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di pondok pesantren modern Bina Insani dusun Baran desa Ketapang kecamatan Susukan kabupaten Semarang. 2. Bapak Mufiq S. Ag., M. Phil selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Bapak K.H. Agus Ahmad Su’aidi Lc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis. 4. Bapak Rasimin, S. Pd.I., M. Pd., selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.Karyawankaryawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan. 6. Ayah dan Ibu tercinta, serta keluarga besar Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spirirtual. 7. Bapak K. Muhsoni selaku pengasuh pondok pesantren modern Bina Insani. 8. Bapak Munzaini S. Ag,. M .Pd.selaku kepala sekolah SMA Bina Insani yang telah memberikan ijin penelitian di pondok pesantren modern Bina Insani. 9. Masyarakat dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan kabupaten Semarang yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
vii
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan mereka diterima disisi Allah SWT. Skripsi ini jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan ktritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 26 Agustus 2014 Yang menyatakan,
AKHMAD KHOZIN NIM 12109008
viii
ABSTRAK
Khozin, Akhmad. 2014. : Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen pembimbing mufiq S. Ag,. M. Phil. Kata Kunci: Keberagamaan, Kesejahteraan Latar belakang penelitian adalah adanya kekhawatiran masyarakat pondok pesantren yang hanya mendirikan pondok pesantren saja, akan tetapi lupa dengan keberadaan masyarakat disekitar pondok pesantren tersebut yang hanya akan menambah jumlah penduduk serta adanya kekacauan ataupun ketidak kondusifannya masyarakat dengan adanya pondok pesantren. Atas kegelisahan itulah, ada inisiatif untuk adanya peran pondok pesantren modern Bina Insani yang bertujuan agar pondok pesantren itu tidak hanya tempat mengaji atau menuntut ilmu akan tetapi juga bisa berperan terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat disekitar pondok pesantren. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah latar belakang peran pondok pesantren modern Bina Inani terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat sekitar pondok tersebut serta hasil peran pondok bagi lembaga pesantren dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan mulai awal bulan januari tahun 2014 di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Responden adalah masyarakat dan pihak pondok pesantren tersebut. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi, kemudian data ditranskip menjadi data lengkap. Transkip data dianalisis dengan metode dedukatif, induktif dan sintetis. Implementasi peran pondok pesantren adalah terjalinnya hubungan yang islami serta adanya perubahan yang signifikan baik dalam keberagamaan maupun kesejahteraan, anatara pihak pondok pesantren dengan masyarakat disekitar pondok pesantren. Peran pondok pesantren modern Bina Insani berhasil karena adanya usaha dari pihak pesantren dan masyarakat disekitar pondok pesantren yang saling bekerjasama. Dan mewujudkan cita-cita bersama.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN LOGO STAIN............................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN................................................
iv
HALAMAN KEASLIAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............
v
HALAMAN LOGO DAN PERSEMBAHAN..................................................
vi
HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................
vii
HALAMAN ABSTRAK........................................................... ……………... viii HALAM DAFTAR ISI...................................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR TABEL DAN BAGIAN...........................................
x
HALAMAN LAMPIRAN..............................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah.....................................................
1
B.
Fokus Penelitian.....................................................................
4
C.
Tujuan Penelitian...................................................................
4
D.
Manfaat Penelitian................................................................
5
E.
Definisi Operasional...............................................................
6
1.
Peran Pondok Pesantren..................................................
. 6
2.
Keberagamaan Masyarakat.............................................
7
3.
Kesejahteraan Masyarakat..............................................
7
x
F.
G.
Metode penelitian....................................................................
7
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................
7
2.
Kehadiran Peneliti............................................................
8
3.
Lokasi Penelitian..............................................................
9
4.
Sumber Data....................................................................
9
Sistematika Penulisan..............................................................
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................
17
A. Peran Pondok Pesantren…………………………………………
17
B. Keberagamaan………………………………………………….
29
C. Kesejahteraan……………………………………………………
38
BAB III HASIL PENELITIAN …………………………………………….
41
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………………..
41
1. Sejarah Pondok Pesantren Modern Bina Insani …………………
41
2. Visi, Misi, dan Tujuan …………………………………………..
44
3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Bina Insani …..
46
4. Struktur Pondok Pesantrn Modern Bina Insani ………………….
47
5. Kondisi Geografis Wilayah Dusun Baran Desa Ketapang ………
50
B. Paparan Temun Penelitian ……………………………………………
56
BAB IV ANALISIS DATA ………………………………………………….
85
A. Keberagamaan Masyarakat Dusun Baran dan Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani ………………………………………………….
xi
85
B. Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dalam Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran …. ………………………………………
92
BAB V PENUTUP …………………………………………………………
99
A. KESIMPULAN ……………………………………………………..
99
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
xii
103
Daftar Lampiran 1. Nilai SKK 2. Surat Bukti Penelitian 3. Nota Pembimbing 4. Instrument Pertanyaan 5. Dokumentasi Penelitian 6. Daftar Riwayat Hidup
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, dimana pondok pesantren ikut serta dalam pembangunan kecerdasan, keterampilan, penguasaan ilmu dan teknologi. Selain itu pondok pesantren juga harus mampu untuk memproduksi manusia yang mampu menjawab tantangan-tantangan kemanusiaan dari zaman ini. Kedua, untuk menjawab tantangan-tantangan kebutuhan materil dan teknologis, dari perkembangan masyarakat. Dalam hal ini pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan serta memiliki peran bagi kesejahteraan masyarakat. Bahkan menurut Dani Fadilah dalam artikelnya bertajuk Pesantren dan Pendidikan Karakter (Suara Merdeka, 2013) mengatakan dalam perjalanan sejarah dunia pendidikan Nusantara, pondok pesantren adalah institusi pendidikan yang paling tua. Bahkan, untuk menjadi sebuah negara yang berdaulat dan mandiri, pondok pesantren telah memberikan sumbang asih konkret yang tak terkira, mulai dari menjadi landasan perjuangan rakyat mengusir penjajah hingga mencetak para pemimpin yang berkarakter kuat, militan, berintegritas tinggi, serta ikhlas dalam berjuang (Fadhilah, 2013). Mengingat peran pesantren dalam perjalanan nusantara dan Indonesia begitu nyata dan penting, tentu pesantren juga memiliki peran penting di 1
wilayah keberagamaan yang memang tujuan utama didirikannya pondok pesantren untuk menyebar dan mengajarkan agama Islam. Namun di sisi lain, diakui atau tidak pondok pesantren juga memiliki peran secara ekonomi pada masyarakat setempat dimana pondok pesantren tersebut berdiri, misal dengan adanya santri yang bermukim di pondok pesantren secara otomatis warungwarung milik warga terkena imbas positifnya; para santri membeli. Adanya pengaruh positif di bidang keagamaan dan kesejahteraan tersebut menunjukkan pesantren sebagai suatu sistem yang telah mampu turut serta
menampung,
memberikan
solusi
terhadap
keberagamaan
dan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Sistem pesantren sangat terbuka dan menawarkan kebebasan berorientasi dan membutuhkan biaya yang tidak mahal, sehingga mampu menampung keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat. Pondok pesantren merupakan lembaga yang telah mampu membawa pengaruh cukup besar, karena sumber nilai dan norma-norma agama merupakan acuan dan berfikir ideal para santri dan masyarakat. Sehingga pesantren sering disebut sebagai alat transformasi kultur. Pondok Pesantren merupakan sebuah pendidikan Islam yang mempunyai budaya tersendiri, berperan penting di bidang sosial keagamaan. Walaupun demikian pesantren tetaplah pesantren, semodern apapun ia tetap tumbuh dan berkembang dengan khas citra agama. Ia sebuah lembaga pengembangan generasi muslim yang mempunyai lingkungan dan tata nilai sendiri, berbeda dengan kehidupan masyarakat umum. 2
Kebanyakan pesantren sebagai komunitas belajar keagamaan sangat erat berhubungan dengan lingkungan sekitar yang sering menjadi wadah pelaksanaannya. meskipun pada mulanya banyak pesantren dibangun sebagai pusat reproduksi spiritual, yakni tumbuh berdasarkan sistem-sistem nilai yang bersifat
Jawa,
tapi
para
pendukungnya
tidak
hanya
semata-mata
menanggulangi isi pendidikan agama saja. Pesantren bersama-sama dengan para muridnya atau dengan kelompoknya yang akrab mencoba melaksanakan gaya hidup yang menghubungkan kerja dan pendidikan serta membina lingkungan sekitarnya berdasarkan struktur budaya dan sosial. Karena itu pesantern mampu menyesuaikan diri dengan bentuk masyarakat yang amat berbeda maupun dengan kegiatan-kegiatan individu yang beraneka ragam. Pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tempat kesejahteraan, dakwah kemasyarakatan bahkan sebagai lembaga perjuangan yang telah memberikan andil sangat besar, baik pada waktu membebaskan tanah air maupun dalam rangka ikut serta mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup orang banyak dan warga Negara Indonesia. Sebagai lembaga kemasyarakatan pondok pesanten mempunyai peran dalam mengembangkan keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Pesantren adalah milik masyarakat luas sekaligus menjadi panutan bebagai keputusan sosial, politik,agama dan etika. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
suatu
PESANTREN
penelitian
dengan
MODERN
BINA 3
judul
“PERAN
INSANI
PONDOK TERHADAP
KEBERAGAMAAN
DAN
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014”
B. FOKUS PENELITIAN Berdasarkan yang telah penulis sampaikan dalam pemaparan di atas maka peneliti dapat memfokuskan masalah dalam fokusan masalah: 1.
Bagaimana keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang di sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani ?
2.
Bagaimana kesejahteraan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang di sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani ?
3.
Apa
peran
Pondok
Pesantren
Modern
Bina
Insani
terhadap
keberagamaan Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ? 4.
Apa peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ?
C. TUJUAN PENELITIAN 1.
Mengetahui keberagamaan di Dusun Baran Desa Ketapang Kabupaten Semarang
2.
Mengetahui tentang kesejahteraaan
masyarakat Dusun Baran Desa
Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
4
3.
Mengetahui peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
4.
Mengetahui peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.
D. Kegunaan Penelitian 1.
Teoritis a.
Menambah khasanah pengetahuan tentang pentingnya keberagamaan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
b.
Memperkaya pemahaman ajaran Islam sebagai agama yang berwawasan luas (Rahmatan lil’alamin).
2.
Praktis a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai wahana dalam memperoleh informasi dan pengetahuan peneliti untuk melatih diri dalam menganalisa masalah-masalah keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat.
Khususnya
tentang
berbagai
keberagamaan
dan
kesejahteraan masyarakat yang dihadapi oleh pondok pesantren dan bagaimana peran pondok pesantren dalam pengaplikasian program tersebut.
b.
Bagi Keberagamaan dan Kesejahteraan 5
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Islam, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan sumber informasi penelitian lebih lanjut yang mengkaji tentang permasalahan peran pondok pesantren terhadap keberagamaan dan kesejahteraan pada masyarakat. c.
Bagi Lembaga Pendidikan Sedang bagi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini merupakan tolak ukur dari berbagai upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan peran pesantren terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat.
E.
Definisi Operasional Skripsi ini berjudul “ Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang”. Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam penafsiran judul yang dimaksudkan, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan disini : 1.
Peran Pondok Pesantren Modern Peran merupakan bagian atau yang memegang pimpinan yang mana peneliti memaksudkan pada kontribusi atau peran sebuah tempat pembelajaran yang berbasis agama yang dipimpin oleh seorang kyai beserta guru/ustadz. Selain itu ada juga para santri atau santriwati yang bermukim ditempat tersebut yaitu Pondok Pesanren Modern Bina Insani
6
yang berada di Dusun Baran, Desa ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. 2.
Keberagamaan Keberagamaan meruapakan kata yang berasal dari kata agama yang mendapatkan awalan ke dan berakhiran an. Berarti sebuah perilaku yang diamalkan oleh masyarakat di Dusu Baran, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang dengan adanya Pondok Pesantren Modern Bina Insani.
3.
Kesejahteraan Masyarakat Dalam hal ini peneliti menguraikan bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan masyarakat ialah sejauh mana kehidupan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang dari factor ekonomi maupun kehidupan sehari-hari. Yaitu baik sebelum ataupun sesudah adanya peran dari Pondok Pesantren Modern Bina Insani.
F. Metode dan Jenis Penelitian 1.
Pendekatan dan Penelitian a.
Pedekatan Guna memperoleh pemahaman yang subtansi dan kompresif tentang permasalahan yang diteliti, Penelitian ini menerapkan pendekatan Deskriptif Kualitatif.
7
b.
Jenis penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), yaitu sebuah studi penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif/studi lapangan. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang konkret tentang kondisi masyarakat Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecatan Susukan Kabupaten Semarang.
2.
Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat penuh, dimana peneliti mengamati secara penuh hal-hal yang menyangkut Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan dan Kesejahteraan Masyarakat
Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2014. Sehingga peneliti harus berusaha mengikuti aktivitas-aktivitas terlaksananya nilai-nilai yang diberikan pondok pesantren terhadapan keberagamaan dan kesejahteraan di Pondok Pesantren Modern Bina Insani. Serta aktivitas-aktivitas masyarakat setempat yang sekiranya berhubungan (baik langsung atau tidak langsung) dengan kelembagaan Pondok Pesantren Modern Bina Insani.
8
3.
Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang berada di Dusun Baran. Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih lokasi tersebut karena selain terjangkau oleh peneliti, peneliti juga pernah terlibat di dalamnya, baik sebagai santri maupun pengurus.
4.
Sumber Data Adapun data yang diperoleh pada penelitian ini bersumber pada: a.
Library research, yaitu melakukan kajian di perpustakaan dengan meneliti literatur yang ada relevansinya dengan data yang dikaji.
b.
Field research, yaitu penelitian yang diadakan di lapangan atau medan terjadinya gejala-gejala. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi terhadap obyek penelitian untuk mengetahui situasi yang terjadi di lapangan. Sumber data lapangan diperoleh dari pengasuh pondok pesantren, pengurus pondok pesantren, serta observasi atau pengamatan terhadap situasi yang berlangsung. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode,
antara lain sebagai berikut: 1.
Metode Pengumpulan Data a.
Interview/wawancara Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak
yang
dikerjakan
dengan
berlandaskan pada tujuan penelitian. 9
sistematis
dan
Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan wawancara dengan orang-orang yang penulis anggap penting. Dalam hal ini Lincoln dan Ghuba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan bahwa ada tujuh langkah pedoman wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu : 1.
Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2.
Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
3.
Mengawali atau membuka wawancara.
4.
Melangsungkan alur wawancara.
5.
Mengkonfirmasikan
ikhtisar
hasil
wawancara
dan
mengakhirinya. 6.
Menulis hasil wawancara ke dalam cacatan lapangan.
7.
Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. (Sugiyono, 2013 : 235) Dalam wawancara ini, penulis menggunakan teknik
wawancara tidak tersetruktur, dengan alasan teknik wawancara ini lebih bebas dan terbuka dalam mencari data yang diteliti, lebih fokus dalam menggali data, dan dalam pelaksanaannya tidak terlalu formal. Dalam wawancara ini ingin diperoleh data tentang keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Serta hasil atau perbuatan yang mencerminkan 10
keberagamaan dan kesejahteraan. Selain itu adanya peran Pondok Psantren Modern Bina Insani terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. b.
Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan
dan
pencatatan
secara
sistematis
mengenai
fenomena-fenomena yang diselidiki. Jadi, observasi adalah cara mengumpulkan data dengan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Pengamatan
didasarkan
atas
pengalaman
secara
langsung. Pengalaman langsung merupakan alat yang tepat untuk menguji suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti akan menanyakan kepada subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan terhadap keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati sendiri
yang
berarti
mengalami
langsung
peristiwanya.
Observasi ini dilakukan untuk memproleh data-data sistem pendidikan dan kurikulum yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. c.
Dokumentasi
11
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat selain diperoleh dari sumber manusia juga diperoleh dari dokumen. Dokumentasi ini dapat berupa catatan-catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan metode wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah, baik kehidupan pribadi, sekolah, di masyarakat maupun autobiografi. Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang struktur organisasi, sejarah perkembangan, keadaan guru/ustadz dan santri di Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. 2.
Analisis Data Langkah-langkah analis data yaitu : a.
Reduksi Data Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yanag telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2013 : 247). 12
Adapun data-data yang direduksi tersebut adalah hal-hal pokok yang berhubungan dengan Peran Pondok Pesantren Modern
Bina
Insani
Terhadap
Keberagamaan
Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran,
Dan
Desa Ketapang,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2014. b.
Triangulasi Data Triangulasi data ialah sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat
menggabungkan
dari
berbagai
teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2013: 249).
c.
Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan (menyajikan) data. Dengan medisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja
selanjutnya
berdasarkan
yang
telah
difahami tersebut (Sugiyono, 2013: 249). Dalam penyajian data selain dengan dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matriik, network (jejaring kerja) dan chat. Dari hasil penyajian data itulah untuk kemudian peneliti dapat menarik suatu 13
kesimpulan
sehingga
data
yang
dikumpulkan
(diteliti)
bermakna. d.
Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Pada dasarnya kesimpun hanyalah suatu bagian dari suatu yang utuh, karena biayar bagaimanapun penarikan kesimpulan juga dilakukan selama penelitian berlangsung. Singkatnya hal-hal yang terjadi dan bermakna bagi peneliti
yang
mengacu
pada
suatu
tema
harus
diuji
kebenarannya, kekokohannya, yakni merupakan validitasnya, guna menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi bersifat coba-coba. Maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menganalisis datadata yang terkumpul dalam Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Terhadap Keberagamaan Dan Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2014. 3.
Tahap Penelitian Adapun tahapan penelitian sebagai berikut; a.
Kegiatan adiministrasi
yang melitputi, izin observasi dari
STAIN Salatiga kepada Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2014. 14
b.
Kegiatan lapangan yang meliputi; Survey awal untuk mengetahui lapangan, dengan wawancara sejumlah
responden
maupun
informan
sebagai
langkah
pengumpulan data. 1) Memilih sejumlah orang yang terkait sebagai informan yang dilakukan dengan responden penelitian. 2) Melakukan observasi lapangan dengan mewawancarai sejumlah responden maupun informan sebagai langkah pengumpulan data. 3) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan
dan
memudahkan
untuk
melakukan
pemaknaan. 4) Melakukan
verifikasi
untuk
membuat
kesimpulan-
kesimpulan sebagai deskripsi temuan penelitian. 5) Menyusun laporan akhir
G. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta memudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini menjadikan 5 bab, antara bab satu dengan bab yang lainnya saling berhubungan. Bab I, bagian ini merupakan pendahuluan yang dikemukakan dalam bab I merupakan pengantar dari keseluruah isi pembahasan. Pada bagian pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu; latar belakang 15
masalah,
rumusan
masalah,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian,
operasional definisi, metode dan jenis penelitian, sistematika pembahasan. Bab II, berisi landasan pijak teoritis dari penelitian. Pada bagian ini dikemukakan teori-teori yang telah di uji kebenarannya yang berkaitan dengan obyek formal penelitian. Sesuai dengan judul skripsi maka pembasahan pada bab ini berisi: pembahasan tentang peran pondok pesanten, keberagamaan masayarakat, serta kesejahteraan masayakat yang timbul akibat keberadaan pondok pesantren tersebut. Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, metode pembahasan, sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahab-tahab penelitian. Bab IV, terdiri lokasi penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis data, hasil penelitian, pembasahan, dan hasil pembahasan. Bab V, merupakan kajian paling ahir dari skripsi ini, yang mana pada bagian ini berisi kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi dan saran penulis.
16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Pondok Pesantren Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata peran yaitu “sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama” (http://kbbi.web.id/peran) diakses 28/01/2014, 23.10 wib. Peran tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Gross, Mason dan A. W. Mc Eachern (1995 : 99) mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedududukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut menurut David Berrry (2003 : 217), merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang
17
diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaanpekerjaan lainnya. Sarlito Wirawan Sarwono (1984 : 235) juga mengemukakan hal yang sama bahwa harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang perilaku-perolaku yang pantas, yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu. Dari penjelasan tersebut di atas terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peran merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusankeharusan yang dilakukan seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana dia berada. Peran yang dimaksud di sini adalah Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani dalam memberikan pendidikan keagamaan Islam kepada masyarakat sebagai bentuk peran pondok pesantren terhadap keberagamaan dan kesejahteraan masyarakat dusun baran desa ketapang kecamatan susukan kabupaten semarang. Pondok Pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam tradisional Jawa dan Madura (Dhofier, 1982:16). Istilah pesantren secara lengkap adalah pondok pesantren yang berarti suatu bentuk pendidikan keIslaman yang melembaga di Indonesia (Ziemek,1986: 98). Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bamboo atau barangkali berasal dari kata Arab funduq yang berarti hotel atau asrama. Perkataan pesantren berasal dari kata santri dengan imbuhan awalan pe dan akhiran an yang 18
berarti tempat tinggal para santri (Dhofier,1982:18). Geertz berpendapat bahwa pesantren merupakan perkembangan dari sekolah-sekolah biara Hindu Budha (dalam Ziemek, 1986:101). Pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu ”pondok” dan ”pesantren” yang keduanya itu sebenarnya mengandung arti yang sama dan maksud yang sama. Namun kebanyakan orang hanya menyebut salah satunya saja. Yaitu pondok atau pesantren saja. Tapi ada pula yang menyebutkan kedua-duanya secara bersamaan. Pesantren berasal dari kata santri yang berarti seseorang yang menuntut ilmu. Dalam arti luas Pesantren adalah Lembaga Pendidikan Islam yang mengajakan materi agama yang diasuh oleh seorang kiai. Pondok Pesantren di Indonesia diketahui perkembangannya sejak abad ke 16. Karya sastra kitab klasik dalam bidang fiqih, tasawuf menjadi pusat pengajaran di Pesantren (Depag, 2003: 8). Dalam Kamus Ilmiah Populer yang ditulis oleh Burhani MS dan Hasbi Lawtens (tanpa tahun: 517) bahwa kata Pesantren berarti perguruan pegajian Islam. Ini berarti pesantren adalah suatu perguruan atau organisasi atau kelompok yang di dalamnya terdapat pengajian tentang ajaran-ajaran Islam. Dimana pada umumnya pengajian adalah suatu kegiatan yang didalamnya ada seseorang yang disebut dengan kyai/ Da’i yang menyampaikan suatu kajian atau materu yang berhubugan dengan aharan-ajaran agama Islam yang diikuti dan di dengarkan oleh kaum muslimin khususnya.
19
Menurut Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam (1997:99) bahwa kata peantren berasal dari bahasa India Shastri dari akar kata Shastra yang berarti buku-buku
suci,
buku-buku
agama,
atau
buku-buku
tentang
Ilmu
Pengetahuan. Di luar pulau Jawa lembaga pendidikan ini disebut dengan nama lain, seperti surau (di Sumatera Barat), Dayah (Aceh), dan Pondok untuk daerah lain. Selain itu Pesantren adalah tempat para santri belajar agama Islam dengan menerapkan moralitas Islam sebagai pedoman (Arman, 2001:17). Unsur-unsur pondok pesantren adalah kiai sebagai pendiri, pelaksana dan guru, santri (pelajar) yang secara pribadi langsung diajar berdasarkan naskah-naskah Arab klasik tentang pengajaran, faham, akidah keislaman. Di sini kiai dan santri tinggal bersama-sama untuk masa yang lama membentuk suatu komunitas pengajar dan belajar yaitu pesantren bersifat asrama (Ziemek,1986:100-101). Dari beberapa pendapat diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada perinsipnya yang dimaksud dengan pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam dan menerapkan moralitas sebagai pedoman dimana di dalamnya terdapat komponen-komponen tertentu yang menjadi ciri khas lembaga tersebut, yaitu kiai sebagai pengasuh sekaligus berperan sebagau pendidik, surau atau masjid sebagai sarana dan pusat peribadatan dan pendidikan. Santri sebagai peserta didik, pondok sebagai sarana tempat tinggal para santri.
20
Menurut Dhofier (1986:44) pesantren memiliki unsur-unsur antara lain pondok atau asrama sebagai tempat tinggal para santri, masjid sebagai tempat ibadah dan pengajaran, kitab-kitab klasik sebagai mata pelajaran, santri atau pelajar dan kiai. Pondok merupakan tempat tinggal kiai bersama para santrinya. Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara kiai dengan para santrinya dan bekerja sama dalam memebuhi kebutuhan sehari-hari, merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan yang berlangsung di masjid atau langgar. Pesantren juga menampung santri-santri yang berasal dari daerah yang jauh untuk bermukim. Pada awal perkembangannya, pondok tersebut bukanlah semata-mata sebagai tempat tingal atau asrama para santri, untuk mengikuti dengan baik pelajaran yang diberikan oleh Kiai tetapi juga sebagai tempat training atau latihan bagi satri yang bersangkutan. Agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat, para santri di bawah bimbingan kiai bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam situasi kekeluargaan dan bergotong royong sesama warga pesantren. Tetapi dalam perkembangan berikutnya terutama pada masa sekarang, tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat pemondokan atau asrama. Dan setiap santri dikenakan semacam sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut (Hasbullah, 1995:142). Pondok sebagai wadah pendidikan manusia seutuhnya sebagai operasionalisasi dan pendidikan yakni mendidik dan mengajar. Mendidik secara keluarga berlangsung di pondok sedang mengajarnya di kelas dan 21
mushalla. Hal ini yang merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas manusia sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan oleh karena itu pondok
pesantren
merupakan
lembaga
pendidikan
yang
pertama
mengembangkan kungkungan hidup dalam arti kata pengembangan sumber daya manusia dari segi mentalnya (Ghazali, 2003:19-20) Di Indonesia istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) dipakai dalam bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan bangunan. Sedangkan dalam bahasa Arab berasal dari kata funduq, yang berarti hotel, asrama , rumah, dan tempat tinggal sederhana. Dengan demikian, pesantren adalah sebuah tempat dimana para santri menginap dan menuntut ilmu (mathlab). Akan tetapi Karel A. Stenbirk membantah dengan tegas bahwa istilah pondok berasal dari India bahkan istilah-istilah pesantren seperti mengaji, langgar surau, semuanya berasal dari India. Hal itu dapat dipahami pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk dan sistemnya mungkin berasal dari India. Para ahli juga berkeyakinan bahwa sebelum Islam datang ke Jawa, di Jawa telah berkembang kepercayaan Budhisme. Bukti ini kiranya menjadi alasan kuat bahwa istilah-istilah pesantren berasal dari India. Secara garis besar pondok pesantren atau lembaga atau tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam yang mempunyai tujuan untuk melestarikan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Sebagai salah satu
22
kekayaan budaya Islam, pondok pesantren memiliki ciri khas tersendiri, terlihat dari sistem pendidikan yang digunakan. Sedangkan pengertian dari pondok pesantren adalah tempat seorang santri memperdalam ilmu agama yang di dalamnya mengajarkan beberapa ilmu
agama,
pendalaman
kitab-kitab
maupun
kajian-kajian
tentang
ketauhidan dan kepercayaan. Dari elemen-elemen pondok pesantren sebagaimana diterangkan di atas bahwa tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya, yang mana hal tersebut saling berhubungan. Di antara elemen-elemen itu yakni masjid, masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah dan sembahyang Jum'at dan pengajaran kitab-kitan Islam klasik. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid dekat rumahnya (Dhofier,1986:49). Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid yang merupakan unsur pokok kedua dari pesantren, di samping berfungsi sebagai tempat melakukan sholat jamaah setiap waktu sholat, juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar dalam pesantren berkaitan dengan waktu sholat berjamaah baik sebelumnya dan sesudahnya. Alam perkembangannya, sesuai dengan perkembangan jumlah santri dan tingkatan pelajaran, dibangun tempat atau ruangan-ruangan khusus untuk khalaqah-khalaqah perkembangan terakhir menunjukkan 23
adanya ruangan-ruangan yang berupa kelas-kelas sebagaimana yang terdapat pada madrasah-madrasah. Namun demikian, masjid tetap digunakan sebagai tempat belajar mengajar. Pada sebagian pesantren masjid juga berfungsi sebagai tempat i’tikaf dan melaksanakan latihan-latihan atau suluk dan dzikir, maupun amalan-amalan lainnya dalam kehidupan tarekat dan sufi (Hasbullah, 1995:142-143). Menurut Hasbullah (1995:136) bahwa secara garis besar fungsi surau dan masjid antara lain adalah sebagai tempat ibadah, dan sebagai tempat pendidikan dan pembudayaan, dan tempat penyelenggaraan urusan ummat. Unsur lain yang cukup membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab klasik yang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan Bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam. Dan tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari jenis-jenis kitab-kitab yang diajarkan (Hasbullah, 1995:144). Pengajaran kitab-kitab klasik terutama karangan ulama yang menganut faham Syafi'iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan kedalam 8 kelompok yaitu nahwu dan sharaf, fiqih, usul fiqh, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika serta cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah (Dhofier, 1986: 50). 24
Ada dua esensi seorang santri belajar kitab-kitab tersebut di samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa Arab. Hal ini menjadi ciri khas seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab dan sekaligus mampu menerapkan bahasa kitab tersebut menjadi bahasanya. Sisi lain tercapainya tujuan pegajaran yakni isi kitab dan bahasa Arab dapat dikuasai, maka terdapat hubungan horizontal antara santri dan kiainya, yang mengakibatkan tertanamnya rasa kebersamaan antara sesama santri dan para kiai yang membimbing. Hal yang demikian itu menghilangkan kesan adanya sikap stratifikasi dalam pesantren yakni kiai sebagai yang dituakan dan santri merupakan yang diberikan pelajaran (Ghazali, 2003: 24). Dalam pendidikan yang digunakan di Pondok Pesantren Modern Bina Insani menggunakan sistem pendidikan salafi modern, yang mana dalam pembelajaran pendalaman agama menggunakan kitab-kitab klasik dari para ulama salafi. Sedangkan dalam pendidikan modern mengajarkan tentang pendidikan bahasa dipergunakan
Inggris sebagai pengembangan dari ilmu
kebanyakan
masyarakat
dalam
percakapan
yang
ataupun
pembelajaran khusus. Sehingga para santri di samping mendalami ilmu kitabkitab klasik, juga dituntut untuk memahami bahasa Inggris yang mana bahasa yang tidak digunakan di pondok pesantren salafiyah. Karena kebanyakan dari pondok-pondok salaf hanya menggunakan kitab-kitab klasik dan pondok 25
yang modern mengajarkan pengembangan ilmu bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris. Seperti pondok pesantren Gontor, As-Salam Sukabumi dan lain-lain yang menanamkan pendidikan selain pendidikan keagamaan. Di samping masjid santri juga menjadi bagian elemen pondok pesantren. Karena Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri biasanya berkaitan dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghazali, 2003: 22-23). Ada beberapa definisi santri yang dikemukakan oleh para ahli antara lain, Profesor Johns yang berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji (dalam Dhofier, 1982:18). Sedangkan C.C. Berg berpendapat bahwa santri berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan (Dhofier,1982:18). Menurut Geertz dalam Ziemek (1986: 99) pengertian santri mungkin diturunkan dari kata Sansekerta "Shastri" yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis yang dalam pemakaian bahasa modern memiliki arti sempit dan luas. Arti sempitnya ialah santri seorang pelajar sekolah agama yang disebut pondok pesantren. Dalam arti yang luas dan lebih umum kata santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk Jawa yang menganut Islam dengan sungguh-sungguh yang sembahyang, 26
pergi ke masjid pada hari Jumat dan sebagainya. Santri merupakan elemen penting bagi sebuah pesantren selain kiai. Menurut Dhofier (1982:51-52) terdapat dua macam santri di dalam dunia pesantren yaitu; 1.
Santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Dalam sebuah pesantren yang besar akan juga terdapat putera-putera kiai dari pesantren lain yang juga menjadi santri mukim di pesantren tersebut. Ada dua motif seorang santri menetap sebagai santri mukim, yaitu motif menuntut ilmu artinya seorang santri itu datang dengan maksud menuntut ilmu dari kiyainya, dan adanya motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar secara tidak langsung agar santri tersebut setelah di pesantren akan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak kiainya.
2.
Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. Sebuah pesantren besar didukung oleh semakin banyaknya santri
27
yang mukim dalam pesantren du samping terdapat pula santri kalong yang tidak banyak jumlahnya. Selain itu ada dua macam metode utama sistem pengajaran di pesantren menurut Dhofier (1986: 28-31) juga ada dua macam : 1.
Bandongan atau weton : dalam sistem ini sekelompok murid mendengarkan
seorang
guru
yang
membaca,
menerjemahkan,
menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas sistem ini disebut halaqah atau lingkaran murid atau sekelompok siswa yang belajar di bawah pimpinan seorang guru. 2.
Sorogan : sistem ini merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan murid dalam menguasai bahasa Arab. Selain santri yang berperan penting dalam pondok pesantren adalah
adanya seorang kiai. Santri yang berada di pondok pesantren akan diasuh oleh seorang kiai yang berperan sebagai pendidik. Kiai mengajarkan ilmu pendalaman agama sebagai benteng iman bagi para santri ketika mereka kembali ke masyarakatnya masing-masing. Menurut Dhofier (1982:55) perkataan kiai berasal dari bahasa Jawa dipakai untuk menyebut tiga jenis gelar yang berbeda yaitu pertama sebagai gelar kehormatan bagi barang yang dianggap keramat, kedua gelar kehormatan untuk orang-orang yang sudah tua pada umumnya, ketiga gelar 28
yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki serta menjadi pimpinan pondok pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santrinya. Gelar kiai juga diberikan kepada seseorang yang alim. Oleh karenanya peran kiai sangat penting dalam perkembangan pondok pesantren. Dan juga berperan penting dalam masyarakat yang ada di sekitar pondok pesantren.
B. Keberagamaan Sejak permulaan sejarah umat manusia, agama sudah terdapat pada semua lapisan masyarakat, dan seluruh tingkat kebudayaan. Dewasa ini, kehadiran agama semakin dituntut untuk terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya dijadikan sekedar lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khutbah dan ceramah, melainkan secara konsepsional, menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan. Kesadaran
beragama
dalam
pengalaman
seseorang
lebih
menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral. Dari kesadaran agama serta pengalaman keagamaan tersebut akan muncul sikap keberagamaan yang ditampilkan oleh seseorang. Hal ini dapat mendorong seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Kehidupan keberagamaan tersebut
29
mencakup beberapa aspek : pemaknaan agama, ritual dan ibadah, sosialisasi agama dan menyangkut aspek pengalaman keagamaan. Untuk memahami makna keberagamaan tersebut, penulis akan mencari akar kata pembentuk kata keberagamaan. Keberagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu (agama Islam, Kristen) Pengertian lain agama yaitu bahwa agama berasal dari kata sansekerta “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” yang berarti “kacau”. Agama, dengan demikian, berarti aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan manusia. Atau dalam bahasa Barat “religion” yang berakar pada kata Latin “relegere” yang berarti “membaca ulang”, dan “religere” yang berarti “mengikat erat”. Jadi agama merupakan pengikat kehidupan manusia yang diwariskan secara berulang dari generasi ke generasi (Norma, 2000: 18). Agama dalam Islam, terdapat istilah din, yang mencakup pengertian keberhutangan, ketundukan, kekuatan yang mengadili dan kecenderungan alami.
Istilah
ini
berhubungan
erat
dengan
beberapa istilah
yang
memiliki akar kata sama, yaitu dana atau kondisi memiliki hutang. Manusia memiliki hutang yang tak terhingga kepada sang Pencipta, berupa keseluruhan eksistensi. Orang yang berhutang disebut da’in, memiliki kewajiban untuk membayar. Karena pembayaran hutang ini melibatkan seluruh manusia dengan beragam kondisi, maka diperlukan ketentuan (idanan), dan penilaian terhadap yang patuh dan yang ingkar (daynunah). 30
Segala ketentuan di atas hanya dapat diaktualisasikan dalam suatu masyarakat yang teratur (madinah) dan memiliki pemimpin (dayyan). Dengan demikian agama tidak lain adalah keseluruhan proses pemberadaban manusia yang akan menghasilkan kebudayaan (Norma, 2000 : 14-16). Oleh karena itu, Agama secara mendasar dan umum, dapat diartikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya. Mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Agama sebagai sebuah sistem keyakinan, berisikan ajaran dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat dalam kehidupan setelah mati. Karena itu juga, keyakinan keagamaan dapat dilihat sebagai orientasi pada masa yang akan datang, dengan cara mengikuti kewajiban-kewajiban keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan agama yang dianut atau diyakininya. Kata beragama mempunyai arti menganut (memeluk agama), taat kepada agama ; beribadat. Pengertian keagamaan yaitu “yang berhubungan dengan agama”, dan keberagamaan sendiri merupakan perilaku beragama ataupun perwujudan atas keyakinan yang dimiliki seseorang. Dengan mengamalkan kewajiban-kewajiban yang ada dalam agama tersebut, maka keberagamaan akan berkaitan erat dengan dimensi keyakinan, praktek agama, pengalaman dan pengetahuan agama.
31
Keyakinan berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran
doktrin-doktrin
tersebut.
Oleh
karena
itu
setiap
agama
mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganutnya diharapkan taat terhadap kewajiban-kewajibannya. Dimensi praktek keagamaan mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap apa yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual dan ketaatan yang mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan para penganutnya melaksanakan. Agama sendiri adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat adalah sebagai sesuatu yang edukatif yaitu agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Agama juga berfungsi sebagai penyelamat, perdamaian,
sosial
kontrol,
pemupuk
rasa
solidaritas,
transformatif
(membawa perubahan), kretif, dan agama berfungsi sublimatif (perubahan ke tingkat yang lebih baik). Para sosiolog agama memandang agama sebagai suatu pengertian yang luas dan universal, dari sudut pandang sosial dan bukan dari sudut pandang individual. Hal ini berarti sosiologi agama tidak melulu membicarakan suatu agama yang diteliti oleh para penganut agama tertentu, tetapi meliputi semua agama dan di semua daerah di dunia tanpa memihak 32
dan memilah-milah. Pengkajiannya bukan diarahkan bagaimana cara seseorang beragama, melainkan diarahkan pada kehidupan agama secara kolektif, terutama dipusatkan pada fungsi agama dalam mengembangkan atau menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan kelompok-kelompok masyarakat. Perhatiannya juga ditujukan pada agama sebagai salah satu aspek dari tingkah laku kelompok dan kepada peranan yang dimainkannya. Sasaran langsung atau obyek material agama ialah masyarakat agama. Masyarakat agama adalah suatu persekutuan hidup baik dalam lingkungan sempit atau luas yang unsur konstitutif utamanya adalah agama atau nilainilai keagamaaan. Masyarakat agama terdiri dari komponen-komponen konstitutif. Misalnya, kelompok keagamaan atau institusi-institusi religius yang mempunyai ciri tertentu menurut peraturan dan norma-norma yang ditentukan oleh agama. Masyarakat agama yang seperti itu akan terus disoroti struktur dan fungsinya, pengaruhnya terhadap masyarakat umum dan atas stratifikasi sosial khususnya. Hal itu disebabkan oleh adanya kesadaran kelompok religius yang mempunyai sifat tersendiri, untuk mengkaji perubahan-perubahan yang disebabkan oleh agama, baik yang positif maupun yang negatif. Seperti kerukunan antar golongan agama dan konflik-konflik yang sering terjadi. Dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 29 disebutkan : 1. 2.
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
33
Dari undang-undang tersebut bahwa masyarakat bebas memeluk agama dan kepercayaan dan Negara menjamin akan hal itu. Agama sebagai landasan seseorang untuk melakukan ibadah kepada tuhanya. Tidak diperbolehkan golongan keagamaan masyarakat melakukan tindakan anarki terhadap agama lain karena hal tersebut merupakan tindakan kriminal yang sangat merugikan dan membahayakan masyarakat lainnya. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan (dependent) pada makhluk atau manusia lainnya, maka pada posisi semacam inilah, peran sangat menetukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan peranannya yaitu : menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) di mana ia bertempat tinggal. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Di dalam peranannya sebagaimana dikatakan oleh David Berry (1995 : 99) terdapat dua macam harapan, yaitu : pertama, Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari 34
pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap "masyarakat" atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan tersebut. Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya, dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagian dari struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat. Pengembangan masyarakat merupakan upaya mempeluas horison pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat di berdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan. Amrullah Ahmad (1999 : 9) menyatakan bahwa pengembangan masyarkat Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam perspektif Islam.
35
Dengan demikian, pengembangan masyarakat merupakan model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal saleh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Sasaran individual yaitu setiap individu muslim dengan orientasi sumber daya manusia. Sasaran komunal adalah kelompok atau komunitas muslim dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Dan sasaran institusional adalah organisasi Islam dan pranata sosial kehidupan, dengan orientasi pengembangan kualitas dan Islamitas kelembagaan. Jika hal ini dapat terlaksana, maka masyarakat akan memberikan partisipasinya yang maksimal terhadap usaha memerangi kemiskinan yang dilakukan. Dengan demikian, masyarakat kita akan memiliki kekuatan untuk mengembangkan diri sendiri untuk bangkit. Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan dengan berorientasi masa depan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat AlInsyirah ayat 7-8 :
Artinya : "Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Danhanya
kepada
Tuhan-Mulah
hendaknya
kamu
berharap". (Al- Insyirah :7-8).
Maksudnya:
sebagian
ahli
tafsir
menafsirkan
apabila
kamu
(Muhammad) telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; 36
apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah. Oleh karena itu, manusia harus merencanakan peningkatan taraf hidup dan tidak selalu menyerah pada takdir Tuhan. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Amin Al-Misri dalam bukunya yaitu pedoman pendidikan masyarakat Islam modern bahwa masyarakat Islam ialah masyarakat yang berbeda dari masyarakat-masyarakat lainnya dengan aturan-aturan khasnya perundang-undangan Qur'aniyah, dan individu-individunya yang sama-sama berada dalam satu kaidah dan sama-sama menghadap ke satu kiblat. Masyarakat ini, mesti terbentuk dari beraneka ragam kaum umum dan tradisitradisi yang sama. Dapat dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah mengembangkan potensi masyarakat secara Islami agar mampu menghadapi situasi sekarang dan situasi yang akan datang. Dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 29 sebagaimana diterangkan
di
atas
bahwa
oleh
karena
undang-undang
tersebut,
keberagamaan masyarakat sangatlah penting agar terlaksananya ibadah yang akan dilaksanakan sesuai kepercayaanya. Tidak tercampurnya agama dengan politik maupun budaya yang menyesatkan, akan tetapi melestarikan budaya dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Maksud dari keterangan di atas sangatlah jelas dengan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani, 37
yang mana keberagamaan masyarakat tidak dipaksakan untuk harus menganut agama yang ada di wilayah tersebut. Namun agama menjadi dasar seseorang melakukan aktifitas keagamaan dan dalam tahap sosial kemasyarakatan, mereka tidak mempermasalahkanya.
C. Kesejahteraan Masyarakat Secara umum Pengertian kesejahteraan masyarakat adalah suatu Keadaan, Kegiatan dan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan standar dan taraf hidup, memecahkan masalah sosial, memperkuat struktur sosial masyarakat,
memenuhi
kebutuhan
dasar
dan
menjaga
ketentraman
masyarakat, serta untuk memungkinkan setiap warganegara mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat atau sosial dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dalam UU No. 6 Tahun 1974 tentang Pokok Kesejahteraan Sosial juga dirumuskan definisi Kesejahteraan Sosial yaiitu: “Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan
bagi
setiap
warganegara
untuk
mengadakan
usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial yang sebaik-
38
baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hakhak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.” Disamping
keterangan
di
atas
penulis
menambahkan
bahwa
Kesejahteraan masyarakat sama halnya dengan kesejahteraan sosial yang mana keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, budaya, dan sebagainya. Dapat juga diartikan dengan sebuah kehidupan sangat luas dan kompleks, mencakup antara lain, aspek-aspek pendidikan, kesehatan, agama, tenaga kerja, kesejahteraan sosial (dalam arti sempit), dll ”. Dalam pola dasar kesejahteraan sosial (Balatbangsos, 2003), bahwa hakikat pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial perorangan, kelompok, dan komunitas masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan. Pada dasarnya semua manusia, keluarga, komunitas dan masyarakat memiliki kebutuhan sosial yang harus dipenuhi agar mereka dapat mencapai yang dimaksud dengan kebahagiaan sosial. Kebutuhan tersebut merujuk pada kebutuhan bilogis, pendidikan, kesehatan yang layak dan juga interaksi sosial yang harmonis. Akhirnya kesejahteraan sosial terjadi pada komunitas yang dapat menciptakan kesempatan sosial bagi penduduknya untuk meningkatkan 39
dan merealisasikan potensi-potensi yang ada. Kesejahteraan merupakan serangkaian aktifitas yang terorganisir yang ditunjukan untuk meningkatkan kualitas hidup, relasi sosial, serta peningkatan kehidupan masyarakat yang selaras dengan standard dan norm-norma masyarakat sebagai tujuan merupakan cita-cita, pedoman dan aspirasi agar terpenuhinya kebutuhan materi, sosial dan spiritual.
40
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Pondok Pesantren Modern Bina Insani Pondok Pesantren Bina Insani berada di Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Awalnya pondok ini adalah sebuah pengajian malam ba`da maghrib yang diselenggarakan di Masjid Al-Huda Baran. Adapun materi yang diajarkan belajar membaca alQur`an secara musafah dan fasholatan. Kegiatan ini sudah ada sejak masjid ini didirikan sekitar tahun 1959. Sedangkan
peserta didiknya (santrinya)
adalah anak-anak dari lingkungan masjid itu sendiri dan anak- anak dari warga dusun tetangga. Pengasuhnya adalah imam dan ta`mir masjid seperti Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlison Katsiran, Bapak Uri Abdul Rasyid, Bapak Sarman dan lainnya. Pada tahun 1992 pengajian ini dikembangkan lagi menjadi TKATPA- Madrasah Diniyah Masjid al-Huda Baran yang dikelola oleh Remaja Masjid dengan sistem sekolahan. Materi pelajaran tidak hanya belajar membaca Al-Qur`an dan fasholatan saja tapi sudah di kembangkan dalam kurikulum TKA-TPA, dan kurikulum Madrasah Diniyyah dengan kegiatan Ektrakurikuler musik rebbana klasik, Seni baca Al-Qur`an, muhadharah dan 41
drum band. Tahun demi tahun menunjukkan adanya peningkatan baik dari kualitas maupun kuantitas, dari segi kualitas pada tahun 1997 pernah juara umum lomba Fektival Anak Sholih (FASI) tingkat Kab Semarang dan kota Salatiga yang diselenggarakan oleh TPA Ananda Salatiga, dan lomba-lomba lain di tingkat lokal sedangkan dari segi kuantitas menunujukkan adanya peningkatan dan jumlah santri yang awalnya sekitar 20-an anak hingga mencapai 300 anak. Adapun dari fasilitas sarana dan prasarana lembaga ini menempati gedung yang dibangun di atas tanah waqaf dari al.marhum Bapak Kamsu Abdul Rasyid, Bapak Muhlisan Katsiran dan Bapak Muh. Uri Abdul Rasyid sedangkan gedung fisiknya adalah di bangun oleh Simbah Haji Umar (sesepuh desa), sedangkan mebelernya dari Bapak Haji Suwandi (tokoh masyarakat) dan keluarga Simbah Haji Ahmad Tamin Said . Seorang warga Jakarta yang peduli pendidikan Islam di dusun Baran. Pada perkembangan berikutnya atas masukan dari para kyai dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mendirikan pondok pesantren yang didalamnya ada pendidikan formalnya, maka pada tahun 1999 dari lembaga ini membuat tim perumus dan pendiri pondok pesantren sekaligus yayasan yang akan menaunginya lembaga yang akan didirikan itu, akhirnya disepakati nama pondoknya adalah Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang berada di bawah Yayasan Pendidikan Islam Haji Ahmad Tamin Said. Yayasan ini resmi berdiri dan didaftarkan di akte notaris Hendrati Prasetyosiwi, S.H. 42
pada
tanggal 12 Juni 1999 . Haji Ahmad Tamin Said (eyang dari Ibu Dra Hj. Siti Nuriani, M.Ag) adalah seorang
warga Jakarta yang menyumbangkan
hartanya untuk pendirian pondok ini. Nama Bina Insani dipilih untuk menjadi nama pondok dan sekolahan, kata Bina menurut kamus besar Bahasa Indonesia
artinya membina, membangun, sedangkan
kemanusiaan, bersifat
Insani
artinya
atau menyangkut manusia, manusiawi. Pondok
pesantren Modern didirikan bertujuan untuk membangun dan mencetak insan seutuhnya, calon ilmuwan, dan ulama` kepesantrenan, ketrampilan serta penanaman akhlak islami, memadukan sistem pendidikan tradisional dan modern dengan spesialisasi yang jelas dan terarah. Untuk
merealisasikan
pesantren
berupa
memadukan
sistem
pendidikan Islam tradisional dan modern, dengan spesialisasi yang jelas dan terarah, disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat Islam di masa kini dan masa mendatang, memadukan ilmu akherat dan dunia sekaligus dengan porsi yang sama.
Secara umum pengajaran pondok
pesantren Bina Insani dibagi menjadi dua, paker sekolah dan paket umum dalam aplikasinya merupakan perpaduan dari keduanya.
Seluruh paket
tersebut disampaikan dengan sistem klasikal berjenjang, artinya paket pesantren diikuti oleh semua santri dibagi berdasakan kelas-kelas. Pendidikan
yang
diselenggarakan oleh pondok pesantren modern
Bina Insani adalah SMP Islam Bina Insani yang didirikan pada tahun 43
pelajaran 1999/2000 dan SMA Islam Plus Bina Insani didirikan pada tahun pelajaran 2002/2003. Siswa baik SMP dan SMA Islam Bina Insani berasal dari masyarakat di lingkungan Ketapang Kecamatan Susukan (Dokumen, dikutip 20 Mei 2014). Perpaduan yang sinergik dan harmonis antara kurikulum Pondok Pesantren Modern Bina Insani dan Kurikulum Diknas yang diharapkan mampu melahirkan ulama yang berkognitif bereaktif, berpsikomotorik, ideal, berbudaya, berperadaban, konsisten terhadap Aqidah dan Syariat Islam, serta Panca Jiwa Pondok. 2. Visi, misi dan tujuan pondok pesantren modern Bina Insani a. Visi Terwujudnya manusia yang shaleh-shalehah, berprestasi, mandiri, dan berwawasan lingkungan. b. Misi 1)
Memantapkan siswa dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kuajiban membiasakan menjalankan ajaran islam dalam kehidupan sekolah dan pondok pesantren;
2)
Mengembangkan sumber daya manusia yang handal, relegius (tafaquh fi al-din), mencakup semua aspek kecerdasan;
3)
Meningkatkan pelayanan maksimal pada kegiatan pembelajaran dan pengembangan diri; 44
4)
Meningkatkan profesionalisme guru untuk menciptakan budaya mutu secara inovatif, dan kreatif;
5)
Menerapkan kedisiplinan dalam semua aspek kepada seluruh warga sekolah;
6)
Meningkatkan penerapan sikap dan perilaku yang berkarakter berbudaya pesantren kepada seluruh warga sekolah;
7)
Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat guna melestarikan sekolah sehat;
8)
Menjalin kerjasama stake holder untuk mendapatkan dukungan terhadap program sekolah;
9)
Menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan sebagai wahana bersosialisasi warga sekolah dengan masyarakat sekitar.
Tujuan : 1)
Menghasilkan generasi yang beriman, bertaqwa dan berakhlaqul karimah.
2)
Menggali Potensi dan meningkatkan kemampuan santri sesuai dengan perkembangan IPTEK
3)
Mewujudkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar (PBM) dalam rangka mencapai prestasi akademis yang optimal
4)
Meningkatkan sarana dan prasarana representative
Motto : 45
1)
Berbudi Tinggi
2)
Berbadan Sehat
3)
Berpengetahuan Luas
4)
Berpikiran Bebas
3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Bina Insani Desa Ketapang Susukan Semarang Pembelajaran di pondok pesantren Bina Insani Ketapang
baik di
SMP maupun di SMA di dukung dengan sarana dan prasrana yang memadai, diantara yang termasuk sarana prasarana ialah : a. Inventarisasi sarana prasarana 1) Peralatan kantor, kelas 2) Alat-alat, bahan lab, buku-buku 3) Perpustakaan b. Pengadaan barang inventaris 1) Pemeliharaan gedung, rehab 2) Inventaris 3) Pendayagunaan sarana dan prasarana Tersedianya sarana dan prasarana tersebut di atas dapat dijadikan sebagai alat pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Mulai dari peralatan kantor, peralatan kelas, alat-alat, bahan lab, buku-buku dan tersedianya
perpustakaan
dan
lain 46
dapat
dijadikan
sebagai
sarana
pembelajaran. Baik lembaga pendidikan SMP Islam Bina Insani dan SMA Islam Plus Bina Insani yang menjadi satu atap dalam yayasan menggunakan fasilitas sarana dan prasarana yang ada secara maksimal. Proses pembelajaran masyarakat Susukan dalam menggunakan sarana dan prasarana dilakukan secara maksimal dan seadanya.
Artinya
keberadaan sarana yang sangat terbatas dapat digunakan secara maksimal, yang penting pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dilaksanakan dan tidak membebani biaya yang telalu mahal mengingat tingkat ekonomi masyarakat yang berbeda-beda.
4. Struktur
Organisasi
Pondok
Pesantren
Bina
Insani
Ketapang
SusukanSemarang Struktur organisasi pondok pesantren modern Bina Insani Ketapang Susukan Semarang dapat disampaikan sebagai berikut :
47
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM HAJI AHMAD TAMIN SAID PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI SUSUKAN 1
Pimpinan/pengasuh Pondok Pesantren -
Ketua Yayasan
K.H. Dr Zuhroni, M.A.
-
Pengasuh Pondok
K. Muhsoni
-
Pengawas Pondok
Dra.Hj. Siti Nur Riani, M.Ag.
-
Penasehat Pondok
Basyari
2
Kepala Biro Pendidikan
:
Muhammad Munzaini, S.Ag.M.Pd.I
3
Kepala Biro Keuangan
: Siti Maesaroh, A.Md.E.I
4
Kepala Biro Administrasi dan Tata : Afis Sunani, A.P Usaha
5
Kepala Biro Kerjasama Kelembagaan
: Drs Mustofa
6
Kepala Biro Bidang Usaha
: Musyafa` S.Pd.
7
Tenaga Pendidik
: Asatid = 14 Asatidah = 9
8
Tenaga Kependidikan
: 57
48
STRUKTUR MANAGEMEN SEKOLAH PONDOK PESANTREN MODERN SMP-SMA ISLAM PLUS BINA INSANI SUSUKAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ketua Yayasan
: DR. K.H. Zuhroni, M.A
Kepala Sekolah
: Muhammad Munzaini, S.Ag.M.Pd.I
Pengasuh pondok
: K. Muhsoni
Komite
: Basyari
Wakil Kepala Sekolah SMP
: Maskunah, S.Pd.I
Waka Kurikulum SMA
: Hj. Siti Taqwimah, S.Pd
Waka Kesiswaan SMA
: Asriningrum, S.P
Waka Humas
: Muflihah,S.T
Waka Sarpras
: Suroto,S.Pd
Urusan Kurikulum SMP
: Muntafiatun, S.Ag
Urusan Kesiswaan SMA
: Hj. Kastijah, Dra
Bendahara Sekolah
: Siti Maesaroh, A.Md.E.I
Ka. Perpus
: Said Mubarok
Ka. Lab. IPA
: Samsul Ma'arif
Ka. Lab. TIK
: Heru Kurnianto
Ka. TU
: Afis Sunani,A.P 49
Ka. Dapur
: Sumarti
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan seluruh anggota organisasi pondok pesantren Bina Insani saling mendukung dan melengkapi yang disesuaikan dengan jabatan yang sedang di emban mulai dari ketua yayasan ke bawah sampai pada murid. Keaktifan dan kerjasama yang baik dalam organisasi pondok pesantren Bina Insani merupakan salah satu langkah awal di dalam menghantarkan pada pencapaian tujuan. Setelah melakukan penelitian secara langsung ke pondok pesantren modern Bina Insani kemudian Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, selanjutnya disampaikan hasilnya sebagai berikut ; 5. Kondisi Geografis Wilayah Dusun Baran Desa Ketapang. Dusun Baran termasuk salah satu wilayah Desa Ketapang Kec. Susukan Kab. Semarang. Dusun Baran Desa Ketapang dibagi menjadi 1 RW dan 4 RT. a.
Geografis 1) Luas dan batas wilayah Luas wilayah Dusun Baran Desa Ketapang = 25,9 Ha terdiri dari : a) Tanah Kering 16,5 Ha TEMPAT
LUAS
Tegalan
1 Ha
Pekarangan dan pemukiman
15 Ha
50
Lainya (termasuk saluran, kuburan, 0,5 Ha jalan, dll) Tabel b) Tanah Sawah 9,4 Ha Tempat
Luas
Tanah sawah irigasi teknis
7,4 Ha
Tanah sawah irigasi ½ teknis
1 Ha
Tanah sawah irigasi sederhana 1 Ha dan tadah hujan Tabel 2) Batas wilayah : Sebelah Utara
: Dusun Ketapang;
Sebelah Selatan
: Dusun Kwangsan dan Dusun Sarimulyo ;
Sebelah Barat
: Dusun Kwangsan dan Dusun Ketapang ;
Sebelah Timur
: Dusun Sarimulyo dan Dusun Ketapang.
3) Ketinggian tanah dari permukaan air laut
: 622 M.
4) Banyaknya curah hujan
: 16,11.
5) Topografi
: dataran bergelombang.
6) Suhu udara rata-rata
: 28 – 30 C.
7) Orbitasi/jarak Pemerintahan Desa a) Jarak dari Pemerintah Kecamatan 51
: 1 Km.
b) Jarak dari Pemerintah Kabupaten
: 46 Km.
b. Demografi 1) Jumlah penduduk Desa Ketapang
: 696 orang.
Jumlah Penduduk Laki-laki
: 393 orang.
Jumlah Penduduk Perempuan
: 303 orang.
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
: 158.
2) Jumlah kelahiran, Kematian, Datang, dan Pindah s.d Desember 2013 : a) Kelahiran
: Laki-laki
= 8 orang
Perempuan
=
: Laki-laki
= 5 orang
Perempuan
=
: Laki-laki
= 7 orang
Perempuan
=
: Laki-laki
= 3 orang
Perempuan
=
4 orang b) Kematian 3 orang c) Datang 5 orang d) Pindah 2 orang 3) Jumlah Penduduk menurut Agama : Islam
: 696 orang.
4) Jumlah Penduduk menurut profesi/mata pencaharian ; a) Petani
: 72
b) Buruh Tani
: 131 52
c) Buruh Bangunan
: 81
d)
Pedagang
: 56
e) Buruh Angkutan
: 19
f)
PNS/ABRI/POLRI : 18
g) Buruh Industri
: 67
h) Pengusaha/Swasta : 8 i)
Pensiunan
: 13
j)
Lain-lain
: 97
5) Pendidikan
:
a) Tamat SD
= 101 orang
b) Tamat SLTP
= 134 orang
c) Tamat SLTA
= 98 orang
d) Tamat Sarjana = 34 orang e) PT/Akademi c.
= -
Perangkat Dusun Baran Desa Ketapang Berikut Perangkat Dusun Baran Desa Ketapang : 1) Plt Kepala Dusun Baran
: KUH HADIANTO.
2) Ketua RW
: H. SUNARTO.
3) Ketua RT 1
: SYAMSUDDIN.
4) Ketua RT 2
: MAESUR.
5) Ketua RT 3
: H. YAHMIN. 53
6) Ketua RT 4
: IHWANI.
d. Kesehatan Masyarakat 1) Kepemilikan Jamban : KK yang mempunyai jamban
36 KK
KK yang belum mempunyai jamban 122 KK Pengguna MCK 2) Tingkat Kesejahteraan : Jumlah keluarga
- KK 158 KK
Keluarga PraSejahtera
82 KK
Keluarga Sejahtera 1
51 KK
Keluarga Sejahtera 2
13 KK
Keluarga Sejahtera 3
8 KK
Keluarga Sejahtera 3 plus
4 KK
3) Cakupan pemenuhan kebutuhan hidup: Total KK mendapat air bersih 158 KK a) Pengguna sumur gali 112 KK b) Pengguna mata air 8 KK c) Pengguna PDAM 38 KK (Dokumen, dikutip 5 agustus 2014) Penghasilan terbesar masyarakat Baran adalah tani, baik tani garap tanah sendiri maupun tani buruh. Dari beberapa penghasilan masyarakat baran yang penting dapat dijadikan sebagai sarana untuk beribadah. Karena masyarakat masyoritas sebagai petani, maka untuk 54
menjalankan ibadah dapat di lihat pada sore hari atau malam hari di tempat-tempat ibadah, baik di mushola maupun di masjid. Tingkat kemasyarakatan di dusun Baran Ketapang Kecamatan Susukan cukup baik terutama dalam kegiatan gotong royong masyarakat yang bersifat umum maupun pribadi yang dinilai perlu adanya gotong royong dengan cepat dan tanggap masyarakat berduyun-duyun untuk saling membantu. Masyarakat
dusun
Baran
Ketapang
Kecamatan
Susukan
merupakan masyarakat yang agamis, hal ini terbukti adanya berbagai macam kegiatan masyarakat baik mulai dari orang tua yang giat dalam kegiatan majelis-majelis taklim, sedangkan yang remaja dan anak-anak tergabung dalam kegiatan keagamaan pada sore hari, sepertinya melakukan kegiatan di TPA dengan pembagian tugas remaja yang sudah dipandang cukup menguasai baca Al Qur’an dijadikan sebagai ustadz/ustadzah. Kegiatan keagamaan remaja juga dipengaruhi oleh dukungan dari orang tua dan masyarakat yang dapat dibuktikan dengan adanya donatur setiap bulan untuk membantu pada ustadz/ustadzah walaupun tidak begitu besar tetapi rutin anak-anak dan remaja aktif dalam kegiatan keagamaan. Keberadaan masyarakat Baran
merupakan salah satu potret
masyarakat yang taat dan tekun beribadah. Selain itu juga bagi 55
masyarakat yang memiliki anak usia sekolah, dengan kesadaran yang tinggi anak dititipkan di lembaga-lembaga pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikan anak yang diutamakan di lembaga pendidikan yang pelajaran agamanya lebih banyak misalnya di SMP Islam Bina Insani dan SMA Islam plus Bina Insani. B. Paparan Temuan Penelitian Informan penelitian yang kami dapatkan diantaranya, masyarakat sekitar Bapak Basyari, Bu Warti, Habib, Mutmainnah. Ketua RT 4 bpk. Ihwani, ketua RW Pak Narto, Untung Sutrusno, S.Pd.SD kepala sekolah Pondok Pesantren Bina Insani bapak Muhammad Munzaini, S.Ag.Mpd.I, dan Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insani Muhsoni dan warga sekitar pondok pesantren. 1. Pondok Pesantren dalam ruang lingkup keberagamaan dengan masyarakat Dusun Baran Adapun Pola perubahan keberagamaan yang ada didalam masyarakat Dusun Baran yaitu adanya sebuah jalinan silaturahim guna memperkuat uhkuwah Islamiyah yang kuat diantara masyarakat dan pihak pesantren. Hal ini sesuai wawancara peneliti dengan Bapak Muhammad munzaini, S.Ag.M.PdI yang mengatakan : “Hubungan pondok pesantren terhadap masyarakat dibagi menjadi 2 yaitu : Formal dan non formal, adapun formal yaitu hubunganhubungan masyarakat jika adanya kegiatan-kegiatan tertentu. Sedangkan non formal yaitu menyatu dalam berbagai kegiatan”.
56
Dari keterangan bapak Muhammad Munzaini S.Ag.M.PdI diatas dapat disimpulkan bahwa kumpul-kumpul dalam suatu acara yang membahas tentang kebaikan dan bertujuan membangun kerohanian merupakan keutamaan dari majlis dzikir. Sebagaiman firman Allah SWT dalam surat AlKahfi ayat 28 yang berbunyi :
Artinya: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (al-Kahfi: 28). Hal ini terlihat ketika pihak pondok pesantren mengadakan sebuah kegiatan khotmil quran setiap akhir tahun pembelajaran. Khotmil quran diadakan pada akhir tahun dikarenakan pondok pesantren modern Bina Insani merupakan pondok pesantren yang didalamnya terdapat lembaga formal SMP dan SMA Bina Insani. Selain itu hubungan pondok pesantren dan masyarakat bersifat take and give yang mana bisa diartikan sebagai hubungan yang saling menguntungkan, serta merupakan hal tolong menolong dalam hal kebaikan. 57
Hal ini merupakan interaksi yang berdasarkan Al-Quran dalam surat alMaidah ayat 2 yang berbunyi:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'arsyi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-i, dan jangan (pula) mengganggu orangorang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Dikarenakan santri sendiri juga belajar dalam lingkup masyarakat, oleh karena itu santri juga harus bisa mengabdikan diri ke dalam masyarakat sekarang dimana santri tersebut belajar dan masyarakat yang nantinya akan ikut langsung dan berproses (daerah asal). Yaitu santri belajar dalam artian luas. Hal ini dapat dilihat ketika ada beberapa santri yang tidak mengikuti kegiatan keberagamaan dan keluar dari lingkungan pondok pesantren, 58
kemudian masyarakat tersebut memberikan teguran kepada beberapa santri tadi dengan sopan santun. Kejadian ini terjadi di rumah warga (bapak Ikhwani) yang mengatakan : “ Kang kono do podo ngaji ndisek nko ndak didukani pak kyai”.
Dan ketika penulis sedang membeli rokok di warung Ibu Mutmainnah, secara tidak sengaja penulis mendengarkan sebuah teguran dari ibu Mutmainnah yang ditujukkan kepada beberapa santri yang sedang ngiras (belanja diwarung dan memakan barang belanjaanya di warung tersebut). Dikarenakan ngiras itu dilarang oleh peraturan pondok pesantren Ibu Mutmainnah pun menegur kepada beberapa santri tadi “ eh...kok pada makan di sini gmana ini? Beli makan kok dimakan disini! Sana pulang dsn dibawa keasrama saja biar tidak kena hukuman dari pengurus pondok”. Kejadian di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai warung juga bekerja sama dengan pihak pondok pesantren, demi adanya hubungan yang baik dan tidak adanya prasangka yang buruk baik dari pihak pondok terhadap pemilik warung dengan pihak pondok pesantren. Selain itu dari pihak pondok pesantren juga meminta ijin kepada warga yang mempunyai warung disekitar pondok pesantren, apabila dari pihak pengurus mau melakukan daur (mengontrol keliling) terhadap santri yang keluar dari pondok pesantren tanpa ijin. Hal itu peneliti temukan ketika peneliti sedang silaturrahim kesalah satu guru pesantren yang mempunyai 59
kelebihan di dalam memecahkan masalah, terutama masalah santri yang berhubungan dengan warga sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani yaitu Bapak K. Muhammad Mujib, S.PdI. Disamping beliau ahli dalam memecahkan masalah beliau juga merupakan sosok masyarakat yang sering dimintai tolong mengenai pengobatan. Ketika itu pengurus bagia keamanan pondok pesantren (Ust. Rahmani) bertanya kepada Bapak K. Muhammad Mujib, S.PdI. Ust.Rohmani : Maaf pak mengganggu waktu bapak, mau minta saran pak mengenai daur (mengontrol keliling) santri di rumah ataupun warung-warung sekitar pondok pesantren pak? Bapak K. Muhammad Mujib, S.PdI menjawab: “Gini ya kang umpama dirimu mau mengontrol santri yang berada dirumah ataupun warung masyarakat, alangkah baiknya dirimu minta ijin sama pemilik rumah ataupun warung tersebut. Biar tidak ada kesalah fahaman diantara pihak pondok dan masyarakat yang bersangkutan, terus dirimu kan juga nyaman ketika kamunya sudah ijin dengan sopan santun dan pastinya pihak masyarakat pun akan dengan senang hati menerima serta mempersilahkan kamu untuk mengontrol santri”. Dari realita percakapan di atas pihak pondok pesantren pun juga mengajarkan kepada santri agar mempunyai sopan santun, guna menjalin hubungan dan mempererat tali silaturrahim. Melihat kronologi di atas masyarakat dan pihak pondok pesantren sama-sama mengamalkan dan melakukan kerjasama yang baik. Sama-sama mendukung terciptanya kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana disebutkan dalam al-quran surat Ali Imron ayat 110: 60
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka aaa yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Ali Imron ayat 110)
Dari keterangan al-quran di atas sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan (Bapak Kyai Muhsoni) pengasuh pondok pesantren modern Bina Insani sebagai berikut : “Hubungan pondok pesantren dengan masyarakat alhamdulillah baik, sebagaimana masyarakat mau menerima keberadaan pondok pesantren ini dengan ramah dan penuh dengan tanggung jawab. Baik itu dari pihak pondok maupun pihak masyarakat yang ikut serta menjaga dan memelihara khasanah keislaman”. Setelah penulis wawancara dengan Bapak Kyai Muhsoni, penulis meluangkan waktunya untuk menggali data dari bapak Basyari yang merupakan kakak tertua dari bapak kyai Muhsoni yang berjumlah lima saudara dan termasuk warga Dusun Baran disekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani. Beliau mengatakan : “Dalam hal sosialisasi masyarakat dengan pondok pesantren sangatlah baik karena keberadaan pondok yang ada di lingkungan masyarakat 61
baran sini. Alhamdulillah santri, maupun guru sangat erat hubunganya dengan orang-orang yang ada di sekitar pondok”. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya usaha baik dari masyarakat ataupun pihak pondok pesantren untuk menjalin kerukunan sesama warga masyarakat. Dalam rangka mengembangkan keberagamaan masyarakat pondok pesantren
juga
mendirikan
Taman
Pendidikan
Quran
(TPQ)
guna
meningkatkan ubudiyah masyarakat. Hal ini penulis dapatkan dari keterangan wawancara dengan masyarakat yang ikut mengelola TPQ yang terletak disamping balai Desa Ketapang tersebut. Yaitu Ibu Wahyu Ningsih, S.PdI beliau merupakan anak pertama dari Bapak Nasiri adik dari Bapak Basyari. Beliau mengatakan : “ Pondok pesantren modern Bina Insani mendirikan TPQ, yang mana TPQ tersebut dikhususkan kepada masyarakat”. Hal ini merupakan suatu tindakan yang mulia serta memberikan pendidikan kepada masyarakat sejak dini, guna mencetak masyarakat yang beriman dan menumbuhkan rasa bangga tersendiri terhadap masyarakat. Terbukti dengan adanya jumlah peseta didik di TPQ tersebut berjumlah 97 anak. Disamping jumlah peserta didik yang mencakup 97 anak TPQ tersebut dibagi menjadi II kelas yaitu TPQ I dan TPQ II. Mengenai TPQ Ibu Wahyu Ningsih juga mengatakan bahwa: “ TPQ I sini berpeserta didik mulai usia taman kanak (TK) ke bawah, adapun untuk TPQ II diisi oleh peserta didik usia sekolah dasar (SD)”. 62
Selain itu dalam rangka peran pondok pesantren modern Bina Insani terhadap keberagamaan hal ini terlihat dalam beberapa acara, seperti acara akhirussanah khotmil quran
dan khotmil kutub. Adapun khotmil quran
diadakan setiap satu tahun sekali tiap akhir tahun pembelajaran, sedangkan khotmul kutub dilaksanakan pada malam 23 Ramadhan tiap tahun. Dalam acara-acara yang disebutkan diatas pihak pondok pesantren selalu mengundang masyarakat setempat guna menghadiri acara-acara tersebut. Sehingga masyarakat senang dan bisa menambah khasanah keberagamaan mereka terutama dalam hal ubudiyah, mu’ammalah, aqidah dan akhlaq untuk bekal dalam mereka menjalankan keberagamaan mereka dalam keseharian. Hal ini sesuai dengan wawancara peneliti ketika soan (berkunjung) kerumah Bapak K. Muhsoni, beliau mengatakan: “ Kami selalu bekerjasama dengan masyarakat dalam acara-acara keagamaan, adakalanya kami mendatangkan mubaligh (penceramah) yang terkenal guna siar terhadap masyarakat sekitar, kami juga terlibat dalam struktur kepengurusan masjid dan dengan adanya TPQ tersebut kami juga memasukkan dewan asastidz dan asatidzah dari masyarakat baik itu untuk guru pesantren maupun guru di TPQ tersebut. Serta yang tidak kami lupakan kami juga mengadakan pembinaan-pembinaan untuk dewan astidz atau asatidzah dari luar pondok (masyarakat)”. Hal ini merupakan program pembekalan para guru TPQ baik dari pondok maupun masyarakat yang kami kumpulkan setiap bulannya guna evaluasi pembelajaran dan peningkatan mutu pembelajaran yang ada di TPQ. 63
Pihak pondok tidak akan lepas dari meramaikan masjid, seperti yang mana halnya membuat jadwal santri untuk mengumandangkan adzan (panggilan sholat), menjaga kebersihan masjid, membuat jadwal ibadah sholat, dan mendokumentasikan struktur kepengurusan masjid. Yang mana program-progam itu dilakukan untuk menjalin hubungan serta membuat antusias masyarakat lebih tinggi dalam menjalankan ibadah. dan masyarakat. Dan tidak sampai disitu saja penulis menggali data berupa wawancara, penulis mengunjungi kediaman Bapak Habib yang berada disekitar pondok pesantren. Setelah berbasa-basi ngobrol kemudian penulis menanyakan kepada Bapak Habib mengenai peran pondok pesantren Bina Insani terhadap keberagamaan. Beliau menjawab: “ ada mas...kayak rutinan mujahadah pada malam mingguan di masjid mas, itu sebenarnya dibuka lebar bagi masyarakat untuk mengikutinya akan tetapi baru beberapa warga saja yang ikut serta dalam acara tersebut. Selain itu mas setelah adanya pondok pesantren ini antusias masyarakat untuk mengikuti sholat berjama’ah juga meningkat”.
Mendengar keterangan dari Bapak Habib selaku warga masyarakat sekitar penulis merasa senang karena adanya peningkatan ubudiyah, akhlaq dan aqidah. Serta hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, beliau mengatakan bahwa agama adalah yang dirasakan dengan hati, pikiran dan dilaksanakan tindakan serta membentuk dalam sikap dan cara menghadapi hudup pada umumnya. (Zakiah Daradjat, 1993 : 127). 64
Kemudian pada malam hari penulis bermain kesalah satu kamar pengurus pondok pesantren dan bertemu dengan salah satu alumni yang mana dia merupakan warga masyrakat sekitar yaitu Kang Untung Sutrisno, S.Pd. SD waktu ngobrol-ngobral sama beliau penulis mengobrolkan masalah peran pondok peantren terhadap keberagamaan masyarakat. Kang Untung Sutrisno, S.Pd.SD. memberikan paparannya: “ yaitu mengenai kegiatan tahunan masyarakat yaitu dalam rangka peringatan hari besar Islam (PHBI) seperti mauludan, isro’mi’roj, hari raya idul fitri dan hari raya kurban tiap tahun itu masyarakat tidak bisa sendiri. Akan tetapi masyarakat pun melibatkan pihak pondok pesantren, baik dari penyiapan acara, pembentukan panitia sholat idul fitri, penyembelihan hewan qurban dan penentuan penceramah dan lainlain”. Dari beberapa kegiatan di atas jelas bahwa masyarakat ikut terlibat dalam acara-acara ataupun kegiatan-kegiatan masyarakat, baik sebagai tempat pembentukan panitia, tempat penyembelihan hewan kurban, pembagian daging kurban. Kegiatan-kegiatan diatas berdasarkan wawancara
penulis
dengan Bapak Muhammad Munzaini, S. Ag,. M. PdI yang mengatakan: “ ya...kami selalu terlibat dalam acara-acara ataupun kegiatan masyarakat, baik kegiatan yang bersifat tahunan ataupun bulanan”. Disamping dari keterangan hasil wawancara di atas penulis juga pernah menyaksikan sendiri kegiatan-kegiatan di atas. Dikarenakan penulis sendiri pernah menuntut ilmu di pondok pesantren modern Bina Insani kurang lebih selama 7 tahun.
65
Setelah penulis menguraikan dan melakukan penggalian data baik berupa wawancara ataupun menemukan serta ikut terlibat didalam peran pondok pesantren modern Bina Insani terhadap keberagamaan, selanjutya penulis mencoba menggai data tentang peran pondok pesantren moden Bina Insani terhadap kesejahteraan masyarakat disekitar pondok pesantren tersebut. 2. Pondok
Pesantren
dalam ruang lingkup kesejahteraan
dengan
masyarakat Dusun Baran Adapun pola perubahan kesejahteraan yang terjadi di masyarakat Dusun Baran dan disekitar pondok pesantren modern Bina Insani peneliti temukan ketika wawacara dengan Bapak Muhammad Munzaini, S. Ag,.M .Pd.I beliau mengatakan : “ dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kami juga mempunyai industri kecil seperti pembuatan krupuk, kencok, kripik dan makanan ringan lainnya. Yang mana didalam industri kecil itu kami melibatkan masyarakat sebagai pekerja (karyawan) selain itu makanan-makanan dan bahan pokok yang dikelola oleh pondok berasal dari masyarakat sekitar.kami juga bekerja sama dengan masyarakat dalam pengadaan kebutuhan pondok pesantren”. Dari keterangan yang penulis dapatkan penulis kembali menelusuri tentang pembuatan krupuk, kencok, kripik dan makanan ringan. Penulis langsung menuju ke tempat pembuatan industry kecil yang terletak tidak jauh dari pondok pesantren tersebut, lalu mendokumentasikan hasil dari industri kecil pondok pesantren. Tidak lupa penulis pun mewawancarai karyawan
66
yang ada didalam industry kecil, yaitu Ibu Darmiyati, Ibu Sri Wahyuni dan Ibu fitri. Mereka mengatakan: “ya…Alhamdulillah mas walaupun sedikit hasilnya akan tetapi cukup untuk memenuhi sebagian kebutuhan dan keperluan kita mas, bisa buat jajan anak, bisa buat beli pulsa, selain itu dengan adanya industry kecil ini kita jadi punya uang tambahan dan pekerjaan sampingan mas.” Hal di atas merupakan sebuah hubungan peran pondok pesantren dalam kesejahteraan yang melibatkan masyarakat. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Ahmad Amrullah : Bahwa perkembangan masyarakat Islam adalah system tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam perspektif Islam. (Amrullah Ahmad 1999 : 9) Kemudian peneliti melanjutkan perjalanannya dalam menggali data mengenai peran pondok pesantren terhadap kesejahteraan masyarakat, siang itu peneliti menemukan sebuah gambaran nyata dengan adanya beberapa tukang bangunan yang sedang mengerjakan bangunan di dalam area pondok pesantren. Sambil melihat-lihat apa yang mereka kerjakan penulis mencoba bertanya kepada salah satu tenaga kerja bangunan tersebut, yaitu Bapak Nasiri yang mana beliau merupakan salah satu tenaga pembangunan yang paling lama kerja. Penulis bertanya kepada Bapak Nasiri, pak kira-kira ada berapa ya jumlah tenaga bangunan yang kerja disini? Beliau menjawab : 67
“Ya… banyak mas antara lain Bapak Sutarno, Bapak Budi Utomo, Bapak Muntasir, Bapak Sinwani, Bapak Ali Mutohar, Bapak Asrori, Bapak Saidun, Bapak Agus, Bapak Arif, Bapak Catur Anugra, Bapak Muhammad Dawam, Bapak Sholikin, dan Bapak Wahyudana. Semuanya adalah warga sekitar pondok pesantren mas”. Kemudian penulis berpamitan dengan Bapak Nasiri dsn mengucapkan terimakasih. Setelah itu penulispun tidak lupa untuk mendokumentasikan gambar-gambar yang bersangkutan dengan pembangunan dan para tenaga kerja bangunan di pondok pesantren. Hal diatas merupakan pemandangan yang luar biasa dan realita sekali dikarenakan dengan adanya banyak tenaga kerja dari warga sekitar pastinya akan banyak mengurangi pengangguran dan ikut serta mensejahterakan masyarakat sekitar pondok pesantren. Sebagai mana yang tertera didalam UU No. 6 Tahun 1974 tentang Pokok Kesejahteraan Sosial juga dirumuskan definisi Kesejahteraan Sosial yaitu: “Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituil yang diliputi oleh rasa
keselamatan,
kesusilaan,
dan
ketentraman
lahir
batin,
yang
memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.” Realita wawancara penulis dengan Bapak Nasiri selaku tenaga kerja pun sesuai dengan wawancara penulis dengan Bapak K. Muhsoni selaku 68
pengasuh pondok pesantren mengenai peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan masyarakat disekitar pondok pesantren. Beliau mengatakan : “Di pondok pesantren terdapat koprasi yang mana kami mempersilahkan kepada masyarakat untuk menitipkan barang dagangan yang dijual.Selain itu kami juga selalu mengambil tenaga kerja atau karyawan baik diformal ataupun nonformal dari masyarakat. Contohnya : tenaga bangunan, tenaga memasak makanan untuk santri, penjaga kebun, dan lain-lain”. Dari hasil wawancara dengan Bapak K. Muhsoni di atas penulis menelusuri tenaga masak makanan untuk santri, penjaga kebun, dan pengelola kolam lele milik Pondok Pesantren Modern Bina Insani. Diwaktu siang menjelang sore ketika para tenaga kerja bangunan sedang sibuknya bekerja penulis menuju area bawah perikanan, di sana penulis bertemu dengan Kang Ahmad Rifa’I dan Bapak Muakhiri keduanya merupakan warga yang bertugas untuk mengurusi kolam. Dengan berbasa-basi penulis menanyakan kabar mereka dan mengutarakan maksud kedatangannya yaitu mau wawancara dan menggali data mengenai mereka dan kolam lele, akan tetapi Bapak Muakhiri yang selaku bagian mengurusi lele beliau juga sebagai penjaga kebun. Ketika itu mereka sedang memperbaiki mesin diesel yang digunakan untuk mengairi kolam lele. Giman pak untuk masalah gaji anda yang diberikan oleh pihak pondok pesantren kepada anda? Mereka pun menjawab : “Alhamdulillah bos bisa untuk tambah-tambahan keperluan keseharian kami. Ya…walaupun harus mngurusi kolam lele dan kebersihan di pondok sini bos”. 69
La untuk temen-temen bapak siapa saja pak yang ikut menjadi tenaga kebun ataupun kebersihan? Bapak Muakhiri mejawab: “Ada Bapak Slamet, Bapak Muslih, Bapak Suhadi, sama Ibu Yuni. Kerjanya kami tiap pagi dan sore hari”. Begitulah wawancara penulis dengan pengurus kolam lele dan penjaga kebun. Selanjutnya dengan mencermati hasil wawancara penulis merasa kurang, dan memikirkan tentang wawancara dengan pengasuh pondok pesantren yang mengatakan tentang warga yang ikut serta memasakkan makanan untuk santri. Penulispun segera meneruskan langkah menuju dapur yang digunakan untuk tempat pengambilan makan santri. Di dapur tersebut penulis bertemu dengan penjaga dapur yang bernama Ibu Martina dan Ibu Mutammimah yang sedang asyik bersama pengurus bagian dapur yang sedang melayani para santri untuk mengambil makan. Dikarenakan penulis sudah akrab dengan mereka tanpa basa-basi penulis mengutarakan maksud dari kedatangan penulis. Dengan senang hati dan sambutan yang santun Ibu Martina memberikan keterangan mengenai dapur pondokdan karyawan yang lainnya. Ibu martina mengatakan : “Disini ada beberapa karyawan dapur mas diantaranya ialah : Ibu Sumarti, Ibu Khomsatun, Ibu Siti Kholisoh, Ibu Karomah dan Ibu Mutammimah. Kami bertugas memasakkan untuk para santri dan melayani mereka ketika mengambil makan, ya kalau untuk masalah gaji kami sangat bersyukur mas..dengan adanya daour ini dan kami sbagai karyawan sangat terbantu dalam hal ekonomi kami bahkan sekarang bisa menambah jumlah karyawan mas, yang dulunya hanya berempat sekarang menjadi bertujuh mas. Kann lumayan mas ibu-ibu yang menganggur bisa ikut serta mencari nafkah disini mas”. 70
Begitulah paparan dari Ibu Martina yang beliau sendiri termasuk dari warga sekitar pondok pesantren yang anaknya juga berprofesi sebagai guru di TPQ pondok pesantren yaitu Ibu Wahyu Ningsih, S.PdI. Selain itu penulis juga menemukan tambahan dalam proses mengenai karyawan yang ada di dapur pondok pesantren yaitu adanya tukang tersendiri dalam msaalah pengadaan barang atau bahan makanan yang akan diolah oleh tenaga dapur, yang mana pihak pesantren juga mempercayakan hal iti kepada Bapk Basyari beliau juga termasuk warga masyarakat Baran yang menjadi suami dari Ibu Sumarti yang mempunyai warung sekaligus karyawati dapur pondok peantren. Hal ini penulis dapatkan ketika ngobrol dengan salah satu alumni pondok pesantren yang bertempat tinggal disekitar pondok pesantren yaitu Kang Untung Sutrisno, S.Pd. SD. Beliau mengatakan : “ La itu suaminya Ibu Sumarti kan juga telibat dalam pengadaan barang atau bahan makanan dapurkan, yang mengambil barang atau barang dagangan dari pasar kemudian ditaruh di dapur pondok pesantren”.
Ketika penulis merasa capek penulispun menuju kesalah satu warung yang terdapat di sekitar pondok pesantren. Yaitu warung Ibu warti yang di dalamnya juga terdapat tempat duduk untuk makan ataupun minum, setelah penulis membeli makan dan minum penulis teringat akan adanya warung disini apakah juga karena adanya pondok pesantren yang sekarang santrinya bertambah banyak hampir mencapai seribu santri putra dan santri putri? 71
Setelah diangan-angan penulis teringat dengan sebuah tulisan tentang pola dasar kesejahteraan sosial dari (Balatbangsos : 2003), bahwa hakikat pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial perorangan, kelompok, dan komunitas masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan. (Balatbangsos : 2003) . dari hal inilah kemudian penulis menanyakan tentang warung tersebut kepada Ibu Warti selaku pemiliknya. Beliau mengatakan : “Ya…beginilah mas mumpung ada orang banyak dan saya sendiri juga memerlukan uang guna mencukupi kebutuhan sehari-hari, saya berfikir untuk mendirikan warung makan disekitar pondok mas. Dikarenakan warung-warung sembako dan lainya sudah ada mas jadi saya berfikir untuk mendirikan warung makan saja. Alhamdulillah laris mas dan hasilnya bisa buat kebutuhan sehari-hari, sehingga dengan adanya pondok pesantren ini saya sangat terbantu mas”. Mengetahui dari paparan Ibu Warti tadi penulis segera mengambil gambar guna dokumentasi penelitian serta membayar apa yang telah penulis makan tadi. Seterusnya penulis melanjutkan untuk mengambil foto warungwarung
yang
ada
di
sekitar
pondok
pesantren.
Penulis
berhasil
mendokumentasikan beberapa gambar yang warung di sekitar pondok dan mewawancarai para pemilik toko, antara lain : Ibu Mutmainnah, Ibu Sumarti, Bapak Habib. Kebanyakan dari para pemilik toko disekitar pondok pesantren tersebut mengatakn hal yang sama. Ibu Mutmainnah mengatakan: 72
“ Alhamdulillah mas keluaga saya semakin terbantu dengan adanya pondok pesantren ini, dikarenakan kami senang banyak santri yang membeli barang dagangan kami mas. Sehingga kami sangat terbantu dalam hal ekonomi dan dalm memenuhi kebutuhan sehari-hari serta keuangan juga naik mas”. Pengakuan dari Ibu Mutmainah dalam memandang peranan pondok pesantren bina insani membawa dampak yang sangat signifikan. Perubahan dan meningkatnya taraf ekonomi serta kebutuhan pokok sehari-hari dapat terpenuhi dengan baik. Islam memandang ekonomi tidak lepas dari empat ciri, yaitu Rabbaniyyah
(ke-Tuhan-an),
Akhlak,
Kemanusiaan,
dan
Wasathiyah
(keseimbangan). Ciri-ciri ini yang menyatukan kepentingan duniawi dan uhkrawi, ketuhanan dan kemanusiaan, materi dan ruh. Ciri Rabbaniyah terletak pada keterkaitan seluruh aktifitas produksi, konsumsi dan distribusi semata-mata untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi, membangun peradaban manusia dan memakmurkan bumi. Ciri Rabbani ini meniscayakan beretika. Ciri etika terletak pada tidak adanya pemisahan antara kegiatan ekonomi dan akhlak. Islam memandang aktifitas ekonomi untuk kemaslahatan. Dilarang menipu, mempraktikkan riba dan menzolimi kepada yang lain hanya untuk kepentingan pribadi. Dalam al-qur’an disebutkan :
73
Artinya : orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.. Bapak Habib mangatakan : “Alhamdulillah mas keluaga saya semakin terbantu dengan adanya pondok pesantren ini, dikarenakan kami senang banyak santri yang membeli barang dagangan kami mas. Sehingga kami sangat terbantu dalam hal ekonomi dan dalm memenuhi kebutuhan sehari-hari serta keuangan juga naik mas”. Ekonomi dalam pandangan Islam tidak hanya harta yang berupa materi dan produksi yang bersifat fisik, tetapi juga harus dapat memenuhi kebutuhan rohani. Karenanya, ekonomi tidak semata-mata soal kepentingan profit, namun semestinya berakar dari etika dan nilai kemanusiaan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat (falah). Karakteristik ekonomi Islam terletak pada kerangka moral dan etika. Aturan yang dibentuk dalam ekonomi Islam merupakan aturan yang bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan Tuhan, kehidupan dan tujuan akhir manusia setelah kematian. Ekonomi
74
menurut Islam adalah sarana untuk membangun ikatan kemanusiaan yang saling membutuhkan dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Kuasa. Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan masyarakat dalam bidang ekonomi, pesantren memiliki andil besar dalam menjembatani kebutuhan masyarakat dalam usaha meningkatkan perekonomian. Bukti keikutsertaan pesantren dalam masalah perekonomian adalah didirikan badan koperasi pesantren. Masyarakatpun juga banyak yang mendirikan warungwarung, tempat cucian, fotocopy ataupun usaha lain yang memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar lingkungan pondok pesantren. Ibu Sumarti mengatakan : “Kami berterimakasih mas keluaga saya semakin terbantu dengan adanya pondok pesantren ini, dikarenakan kami senang banyak santri yang membeli barang dagangan kami mas. Sehingga kami sangat terbantu dalam hal ekonomi dan dalm memenuhi kebutuhan seharihari serta keuangan juga naik mas”. Islam mengajarkan kemandirian ekonomi dan hasil pencaharian sendiri. Karenanya Nabi Muhammad Saw memuji orang yang bekerja keras dan mengerahkan segala kemampuannya untuk memeroleh rezeki. Hanya ada dua cara hidup dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, yaitu bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya atau tidak bekerja mencari rezeki tetapi menghidupi diri dan keluarganya dengan cara meminta bantuan orang lain.
75
Islam mengutuk para peminta-minta, baik secara langsung maupun melalui cara lain seperti pengajuan proposal selama dirinya masih mampu untuk bekerja sendiri. Oleh karenanya, bekerja adalah kewajiban manusia untuk menjalankan tugas agama dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Islam, mata pencaharian yang paling baik adalah berdagang. Sebab berbisnis bukan hanya meraup keuntungan dengan cepat, baik secara kualitas atau kuantitas. Akan tetapi bisnis adalah mata pencaharian yang mandiri, jauh dari tekanan atau menghamba kepada orang lain juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi orang banyak serta dapat memeratakan distribusi ekonomi dari satu tempat ke tempat lain, sehingga antara masyarakat dapat menikmati hasil bumi dan produksi dari berbagai tempat yang berbeda untuk saling memenuhi kebutuhan. Dari Al-Miqdam Radhiyallahu‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
ُّ ط َعا ًما َق َ ٌ َما أ َ َك َل أَ َحد َّ ى ِاَّلل َّ َو ِإ َّن َن ِب، ط َخي ًْرا ِم ْن أ َ ْن يَأ ْ ُك َل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه سالَ ُم – َكانَ َيأ ْ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل َي ِد ِه َّ علَ ْي ِه ال َ – َدَ ُاود Artinya : “Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang dihasilkan dari jerih payah tangannya sendiri. Dan sesungguhnya nabi Daud ‘alaihissalam dahulu senantiasa makan dari jerih payahnya sendiri.” (HR. Bukhari, Kitab al-Buyu’, Bab Kasbir Rojuli wa ‘Amalihi Biyadihi II/730 no.2072). Dari hasil wawancara ini penulis menemukan hubungan yang sangat baik antara pihak pondok pesantren dan masyarakat. Belum cukup sampai 76
disitu penulis menjajaki wawancara dan melanjutkannya ke koperasi pondok pesantren, di sana penulis mewawancarai penjaga koperasi yaitu Mbak Fitri yang merupakan santriwati pondok pesantren tersebut. Di koperasi pondok pesatren ini ternyata juga memberikan kesempatan bagi warga sekitar unuk menitikan barang daganganya di koperasi tersebut yaitu dengan sistem bagi hasil, dimana ketika pihak penitip menitipkan barang daganganya di koperasi harga yang dititipkan lebih murah. Sehingga akan terjadi keuntungan diantra pihak koperasi pondok dan penitip barang dagangan. Contohnya : harga gorengan dari penitip itu Rp 400 kemudian dari pihak koperasi menjual dengan harga Rp 500. Begitu juga dengan para penitip yang lain baik itu nerupa roti,minuman bungkusan (kolak), sayur bungkus, lauk-pauk dan lainnya. Paparan diatas juga penulis dapat kan dari Bapak Ikhwani selaku ketua RT 04 Dusun Baran, beliau mengatakan : “Ada mas....yaitu adanya pemberian ruang ataupun kesempatan kepada masyarakat terhadap warung yang berjualan (pihak pondok pesantren memberikan izin terhadap santri untuk belanja/jajan di warung masyarakat sekitar) yang mana hal ini menambah penghasilan pada masyarakat yang mempunyai usaha warung. Selain itu pihak koperasi pondok juga mempersilahkan kepada masyarakat untuk menitipkan barang-barang daganganya di koperasi tersebut. Seperti gorengan,minuman,makanan ringan dan lain-lain”. Hal ini penulis tulis sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan salah satu penitip barang dagangan di koperasi pondok pesantren dan penjaga koperasi. Adapun para penitip barang dagangan di koperasi pondok pesantren 77
yaitu : Ibu Ratimah, Ibu Mamik, Ibu Siti, Ibu Ning, Ibu Tiah, Ibu Mulyati, Mbah Yati, Mas Hermanto, Hj. Zairoh dan Ibu Anis. Diantara mereka juga berbeda-beda dala menitiokan barang dagangannya, Ibu Ratimah menitipkan arem-arem (nasi bungkus), Ibu Mamik menitipkan gorengan, Ibu Siti menitipkan molen (adonan terigu dan pisang), Ibu Ning menitipkan gorengan dan kering, Ibu Tiah gorengan, Mbak Mulyati menitipkan sate usus, Mbah Yati menitipkan sagu dan kacang ijo (minuman), Mas Hermanto roti, Hj. Zairoh menitipkan kolak, sagu dan gorengan, Ibu Anis menitipkan gorengan dan buah-buahan. Keterangan diatas penulis kutip ketika wawancara dengan penjaga koperasi (Mbak Fitri) yang mengatakan : “ Ya… inilah mas barang-barang dagangan yang masyarakat titipkan di pondok pesantren (dengan menunjukkan jari telunjuk kearah barang dagangan), itu juga atas ijin pengasuh pondok pesantren (K. Muhsoni) mas serta dengan ketentuan pembagian hasil yang dimusyawarohkan mas”. Dari
hal
diperbolehkanya
menitipkan
barang
dagangan
juga
merupakan usaha untuk menjalin hubungan yang baik, meningkatkan jalinan persaudaraan, menambah keindahan Islam itu sendiri serta meluasnya hubungan. Baik itu hubungan dalam berdagang atau yang lainnya. Oleh karena itulah penulis menjadi lebih semangat dalam melangkahkan kakinya serta mencurahkan segenap kekuatan pikiran atau apapun itu yang dimiliki oleh peneliti. Sehingga peneliti juga secara tidak sengaja juga sudah 78
memperluas hubungan kekerabatan dengan pihak yang diwawancara atau yang bersangkutan dengan adanya penelitian ini. Selain itu penulis juga teringat dengan paparan hasil wawancara dengan Bapak Ikhwani yang ketika itu penulis menanyakan tentang hubungan masyarakat dengan pihak pondok pesantren. Beliau mengatakan : “ Ada mas....yaitu adanya pemberian ruang ataupun kesempatan kepada masyarakat terhadap warung yang berjualan (pihak pondok pesantren memberikan izin terhadap santri untuk belanja/jajan di warung masyarakat sekitar) yang mana hal ini menambah penghasilan pada masyarakat yang mempunyai usaha warung. Selain itu pihak koperasi pondok juga mempersilahkan kepada masyarakat untuk menitipkan barang-barang daganganya di koperasi tersebut. Seperti gorengan,minuman,makanan ringan dan lain-lain”. Hasil wawancara di atas merupakan sebuah perluasan dari ajaran agama Islam yang saling membantu dan membutuhkan antar sesama. Tidak sampai disitu saja penulis menggali keterangan, akan tetapi penulis juga mewawancarai dengan pihak penitip barang dagangan yaitu Ibu Anis yang beliau adalah istri dari Bapak Ikhwani selaku ketua Rt 04 di Dusun Baran beliau mengatakan: “Njeh…mas saya juga menitipkan barang dagangan di koperasi pondok pesantren . la gimana lagi mas karena sudah ada warung makan dan warung sembako yang berjualan (mendirikan warung), sehingga saya berfikir untuk menitipkan barang dagangan saya saja di koperasi mas, ya walaupun hasilnya cuma sedikit tapikan lama-lama juga bisa menjadi bukit (banyak) mas, selain itu juga sebagai pengisi waktu kosong mas daripada tidak ada kegiatan”. Koperasi
adalah
suatu
bentuk
kerjasama
dalam
lapangan
perekonomian. Kerjasama ini diadakan oleh orang-orang yang memiliki 79
kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Orang-orang ini bersama-sama mengusahakan kebutuhan sehari-sehari, yang mereka butuhkan. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerjasama yang akan berlangsung terus, oleh sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk kerjasama itu. Bentuk kerjasama tersebut untuk mewujudkan pembangunan Nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Pembangunan tersebut merupakan bentuk pembangunan manusia seutuhnya yang dilakukan bersamasama bertujuan untuk mewujudkan Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah
secara
tegas
menetapkan
bahwa
dalam
rangka
pembangunan nasional dewasa ini, koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah bagi perekonomian rakyat. (Anoraga, 2007 : 1) Kebijaksanaan Pemerintah tersebut sesuai dengan isi UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Di dalam penjelasan UUD 1945 tersebut diungkapkan bahwa membangun usaha yang sesuai adalah koperasi. Oleh karena itu, peran koperasi menjadi penting berkaitan dengan pelaksanaan tujuan di atas. Terutama dalam koperasi pesantren perlu adanya pengelolaan yang baik, yang mana dalam kegiatan ekonomi ini santri ikut serta dalam mengelola proses ekonomi yang sedang berlangsung. Koperasi pondok pesantren ini memberikan arahan bagi santri dalam kegiatan ekonomi 80
dan kegiatan itu dijadikan sebagai media pendidikan bagi para santri, tujuannya untuk memberikan arahan bagi santri tentang cara memilih berbagai alternatif yang dapat memuaskan kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Yang mana dengan adanya koperasi pesantren kebutuhan santri dapat terpenuhi dan koperasi pondok pesantren menyediakan apa yang santri butuhkan tetapi bukan hanya pihak pesantren saja, koperasi pesantren ini juga memberikan kebebasan kepada masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan ekonomi sesuai dengan kebutuhan mereka (Widiyanti, 1989 : 4). Dari hasil wawancara di atas penulis menyimpulkan terjadinya peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang serta terjalinya hubungan yang saling menguntungkan diantara pihak pondok pesantren dan masyarakat, serta adanya timbal balik baik dari segi ekonomi maupun silaturrahim. Saling pengertian dam memahami kondisi kedua belah pihak. Inilah yang dimaksud dengan hubungan take dan give. Hal ini penulis dapatkan ketika wawancara dengan Bapak Muhamad Munzaini, S. Ag,. M.Pd.I. ketika wawancara itu beliau mengatakan : “Hubungan pondok pesntren terhadap masyarakat dibagi menjadi 2 yaitu : Formal dan non formal, adapun formal yaitu hubunganhubungan masyarakat jika adanya kegiatan-kegiatan tertentu. Sedangkan non formal yaitu menyatu dalam berbagai kegiatan.Selain itu hubungan pondok pesantren dan masyarakat bersifat take and give yang mana bisa diartikan sebagai hubungan baik masyarakatn simbiosis mutualisme. Dikarenakan santri sendiri juga belajar dalam lingkup masyarakat, oleh karena itu santri juga harus bisa mengabdikan diri ke dalam masyarakat 81
sekarang dimana santri tersebut belajar dan masyarakat yang nantinya akan ikut langsung dan berproses (daerah asal). Yaitu santri belajar dalam artian luas”. Setalah penulis menggali data mengenai warung-warung yang ada di sekitar pondok pesantren penulis juga mengamati di lapangan yaitu adanya acara-acara besar di pondok pesantren seperti khotmil quran, halal bi halal wali santri, dan ketika masa pengambilan rapot santri. Hal ini menjadi tulisan penulis ketika pondok pesantren bekerja sama dengan remaja Dusun Baran mengenai parkir dan biaya serta tempat. Dalam acara-acara besar inilah masyarakat dan remaja juga terlibat sehingga adanya masukan keuangan dari hasil parker wali santri yang berdatangan, Karena acara-acara tersebut terselenggara setiap tahun dan terprogram dari pihak pondok pesantren dan yayasan pendidikan Pondok Pesantren Modern Bina Insani yang di dalam lembaga tersebut juga terdapat lembaga pendidikan SMP dan SMA Islam Bina Insani. Pesantren adalah satu lembaga yang penting dalam proses perubahan (kesadaran) pada tingkat individu dan perubahan sosial yakni pesantren dapat dimodifikasikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan khususnya untuk memenuhi keinginan dari para perencana ekonomi dan social (Nasihin, 1988 : 119). Pesantren sebagai lembaga sosial memiliki hubungan fungsional dengan masyarakatnya di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Adapun 82
tujuan program kegiatan sosial ini adalah pertama, mengembangkan prasarana sosial yang mampu menggerakkan swadaya dan peran masyarakat untuk melakukan perbaikan lingkungan hidup dari segi peningkatan eksistensi diri sebagai warga masyarakat dengan hak-haknya, ekonominya maupun pengembangan sosial lainnya. Seperti diadakannya seminar-seminar dan penyuluhan pertanian, pertukangan dan sebagainya. Kedua, membina dan mengembangkan lembaga pendidikan kedesaan (learning commonity centre) yang
mandiri
sebagai
wahana
transformasi
kultural
dalam
rangka
mentranformasikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai unsur perubahan. (Billah, 1999 : 1) Selain dari pengamatan penulis juga mendapatkan paparan dari Bapak Narto selaku ketua RW di Dusun Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, ketika penulis mewawancarai beliau tentang peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap kesejahteraan masyarakat Beliau mengatakan : “Belum begitu meluas terhadap masyarakat di Desa Ketapang akan tetapi sudah ada yaitu jika adanya acara besar seperti akhirussanah, pihak pondok pesantren bekerja sama dengan masyarakat seperti area parkir mobil dan motor sehingga masyarakatpun ikut merasakan adanya uang tambahan ataupun saldo pada khas remaja dan personal masyarakat yang terlibat. Serta adanya warung-warung yang muncul di area pondok pesantren dan lahan yang disediakan untuk berjualan”. Demikian itulah beberapa peran pondok pesantren modern Bina Insani terhadap kesejahteraaan masyarakat di Dusun Baran, Desa Ketapang, 83
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, yang melibatkan berbagai elemen masyarakat di sekitar pondok pesantren baik yang berimbas pada masyarakat yang mempunyai warung, masyarakat yang menjadi tenaga kerja di dalam pondok pesantren, masyarakat yang menitipkan barang dagangannya di koperasi pondok, dan sebagian masyarakat yang menjadi bagian dari panitia dari acara-acara yang terselenggara di pondok pesantren tersebut menjadi adanya peningkatan ekonomi.
84
BAB IV ANALISIS DATA
A.
Keberagamaan Masyarakat Dusun Baran Dan Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani Dusun Baran termasuk salah satu wilayah Desa Ketapang Kec. Susukan Kab. Semarang, Dusun Baran Desa Ketapang dibagi menjadi 1 RW dan 4 RT. Yang
mana
masyarakat
dusun
baran
merupakan
masyarakat
yang
Keberadaanya berbaur dengan Pondok Pesantren Modern Bina Insani. Keberadaan pesantren di tengah-tengah masyarakat mempunyai makna sangat strategis, apalagi jika pesantren ini memiliki lembaga pendidikan umum (formal). Lembaga pesantren yang berakar pada masyarakat, merupakan kekuatan tersendiri dalam membangkitkan semangat dan gairah masyarakat untuk meraih kemajuan menuju ke arah kehidupan yang makin sejahtera. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi yang berdampak kepada berbagai perubahan terutama di bidang ekonomi maupun sosial-budaya, dan perlu juga memperhatikan gerakan pesantren dalam mengapresiasikan arus globalisasi dan modernisasi yang berlangsung demikian kuatnya saat ini. Arus globalisasi dan modernisasi merupakan proses transformasi yang tak mungkin bisa dihindari, maka semua kelompok masyarakat termasuk masyarakat pesantren harus siap menghadapinya dan perlu menanggapi 85
dampak-dampaknya secara terbuka dan secara kritis. Karena pesantren memiliki ciri khas yang kuat pada jiwa masyarakatnya serta dasar-dasar keberagamaan dan tradisi menjadikan pesantren memiliki kekuatan resistensi terhadap pengaruh-pengaruh budaya dari luar. Pesantren dianggap sebagai “benteng” nilai-nilai dasar di masyarakat terhadap intervensi budaya asing. Dari sinilah pentingnya keterkaitan Pondok Pesantren Bina Insani dengan masyarakat Dusun Baran yang tercermin dalam ikatan tradisi dan budaya yang kuat dan membentuk pola hubungan fungsional dan saling mengisi antara keduanya. Interaksi sosial-budaya yang mendalam antara Pondok Pesantren Bina Insani dan masyarakat Dusun Baran di sekitarnya itu terlihat dalam hal keberagamaan, pendidikan, kegiatan sosial dan perekonomian. Dalam hal keberagamaan di masyarakat Dusun Baran merupakan penganut muslim yang taat. Sebagaimana yang dikemukakan Bapak Ikhwani tentang keberagamaan masyarakat Baran : “Keberagamaan di dusun ini sudah bagus, masyarakat selalau menjalankan kewajiban sebagai orang Islam dan bermasyarakat. Serta tidak adanya permainan (perjudian). Yaitu sebgaimana umumnya masyarakat yang lain. Ya...Alhamdulillah tidak banyak hal-hal yang kurang kondusif”
Sedangkan menurut Bapak Narto : “Masyarakat pada umumnya mengikuti tuntunan yang ada seperti meninggalkan hal-hal yang dilarang dan melaksanakan perintah tuntunan (agama) seperti ngaji,pengajian,istighosah dan lain-lain”.
86
Konsep Islam yang yang di anut masyarakat Baran berfahamkan Ahlus Sunah Wal Jamaah, warisan salafus sholihin yang telah terbukti mampu menyebarkan Islam dan memberi yang mengajarkan kesucian, perdamaian, dan persaudaraan agar bisa diterima bangsa yang majemuk. Karena realitas kemajemukan budaya dan keberagamaan itu pula, dipandang perlu untuk menciptakan perdamaian dan rasa aman dalam setiap lapisan masyarakat. Agama Islam yang notabene melapisi semua masyarakat Baran harus menjadi pioneer dalam usaha menciptakan perdamaian. metode tersebut bisa di gunakan untuk dakwah sebagai bagian dari kewajiban umat Islam. “… keberagamaan yang dianut selama ini berkonsep pada ajaran Ahlu Sunnah Wal Jama’ah karena paham ajaran trsebut memberikan dampak positif bagi warga Baran. Dalam mengawal kehidupan bermasyarakat dengan Pondok Pesantren Bina Insani, terjalin kegiatan yang saling membutuhkan. Kegiatan yang dilakukan menumbuhkan semangat dalam menjalankan kehidupan seharihari” (wawancara dengan Bapak Habib) Penulis menambahkan, keberagamaan yang selama ini berjalan mampu memberikan gerakan perubahan yang sangat signifikan karena keberagamaan menjadi tombak dalam memajukan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat yang ada di sekitar Pondok Pesantren Bina Insani. Adanya kesamaan prinsip antara masyarakat Dusun Baran dengan Pondok Pesantren Bina Insani menjadikan kehidupan yang kondusif dan makmur. Ada beberapa Keterlibatan pondok pesantren modern Bina Insani dengan Masyarakat dusun Baran dalam Aktifitas Sosial Keagamaan yaitu : 87
1.
Kegiatan Keagamaan Pondok
Pesantren
Bina
Insani
sebagai
lembaga
keilmuan,
menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan masyarakat Dusun Baran melalui transmisi ajaran agama Islam ortodok yang akomodatif terhadap sistem budaya masyarakat. Bentuk dari penyelenggaraan tersebut pada pengajian kitab, yang di dalamnya terhimpun nilai dasar Islam. Serangkaian dari kegiatan ini mengandung dua visi pendidikan yaitu; pertama, visi moral, yakni pembinaan sikap mental (watak) dan akhlak karimah. Kedua, visi intelektual yakni mengembangkan akal pikiran. Bentuk partisipasi masyarakat Dusun Baran dalam kegiatan ini adalah mengikuti aktivitas Pendidikan Pesantren Bina Insani berupa pengajianpegajian tahunan maupun yang bersifat bulanan serta kegiatan peringatan hari-hari besar Islam yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Bina Insani. 2.
Kegiatan Sosial Pesantren adalah satu lembaga yang penting dalam proses perubahan (kesadaran) pada tingkat individu dan perubahan sosial yakni pesantren dapat dimodifikasikan
untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi dan
khususnya untuk memenuhi keinginan dari para perencana ekonomi dan sosial. Pondook Pesantren Bina Insani sebagai lembaga sosial memiliki 88
hubungan fungsional dengan masyarakat Dusun Baran di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Adapun tujuan program kegiatan sosial ini adalah
pertama,
mengembangkan
prasarana
sosial
yang
mampu
menggerakkan swadaya dan peran masyarakat baran untuk melakukan perbaikan lingkungan hidup dari segi peningkatan eksistensi diri sebagai warga
masyarakat
dengan
hak-haknya,
ekonominya
maupun
pengembangan sosial lainnya. Seperti diadakannya seminar-seminar, penyuluhan pertanian, pertukangan dan sebagainya. Kedua, membina dan mengembangkan lembaga pendidikan kedesaan (learning commonity centre) yang mandiri sebagai wahana transformasi kultural dalam rangka mentranformasikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai unsur perubahan. Keberadaannya Pondok Pesantren Bina Insani bukanlah sekedar tempat santri bermukim saja. Namun dalam perkembangannya Pondok Pesantren Bina Insani sebagai lembaga sosial keagamaan berusaha melakukan perubahan-perubahan sehingga eksistensi pesantren tetap terjaga dalam menjadi laboratorium pendidikan agama Islam yang patut diteladani. Dari gambaran tersebut di atas terlihat dalam diri Pondok Pesantren Bina Insan terjalinlah hubungan timbal balik dengan masyarakat Dusun Baran serta pihak-pihak luar pesantren.
89
Hubungan kerjasama ini dapat menjadi alat bagi terselenggaranya usaha dan kelancaran program Pondok Pesantren Bina Insani. Pondok Pesantren Bina Insani sebagai lembaga keagamaan tidak lagi bergerak dalam bidang agama saja. Tetapi memperluas fungsinya sebagai lembaga sosial yang bergerak dalam urusan kemasyarakatan yang menyangkut masalah kehidupan seperti koperasi, kesehatan, pertanian, perdagangan dan sebagainya. Keterlibatan Pondok Pesantren Bina Insani dalam hal tersebut sebenarnya tidak mengurangi arti tugas kegamaannya, karena hal itu merupakan penjabaran nilai-nilai hidup keagamaan bagi kemaslahatan masyarakat luas. Dengan fungsi sosial ini, pesantren menciptakan menanggapi
persoalan-persoalan
kemasyarakatan
kemiskinan, memelihara tali persaudaraan,
jalinan baru dalam seperti
:
mengatasi
memberntas pengangguran,
memberantas kebodohan, menciptakan kehidupan sehat dan sebagainya. Usaha-usaha yang mempunyai watak sosial tersebut merupakan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat Dusun Baran sehingga masyarakat terasa terpanggil untuk aktif bekerja sama dalam semua aktivitas sosial keagamaan yang diadakan di Pondok Pesantren Bina Insani. “...Pesantren memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Pada umumnya, pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Hal ini menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa, dan negara yang terus berkembang. Dan sebagian yang lain sebagai suatu komunitas, pesantren 90
dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat” (wawancara dengan Bapak Muhsoni). Mengingat Pondok Pesantren Bina Insani merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, akumulasi tata nilai dan kehidupan spiritual di pesantren pada dasarnya adalah lembaga tafaqquh fiddin (pendalaman dan penguasaan ilmu agama) yakni dengan melestarikan ajaran agama Islam serta mengikutkannya pada konteks sosial-budaya. Untuk mentransformasikan Pondok Pesantren Bina Insani berperan dalam pemberdayaan masyarakat Dusun Baran, maka perlunya langkahlangkah khusus yang dilakukan oleh lembaga tertentu dalam memproduksi santri-santri sebagai “Agent of Change” yang peka terhadap arus modernisasi dan masalah sosial-budaya. Selain sebagai lembaga tafaqquh fi al-din (pendidikan agama), pesantren juga berfungsi sebagai lembaga dakwah, Oleh karena itu, pesantren tidaklah lupa pada tugas yang mulia yaitu berdakwah untuk mengajak umat manusia ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Sebagaiman yang diungkapkan Bapak Narto : “Seringnya kegiatan yang melibatkan masyarakat Baran, menjadikan hubungan dengan pondok pesantren sebagai ujung tombak dalam keberagamaan yang mendasar di dusun baran. Kegiatan santri yang mengajak para pemuda Baran dalam beberapa kegiatan kepemudaan seperti lomba, seminar, diskusi maupun kegiatan lainya. Sehingga santri juga bisa berperan dalam aktifitas kemajuan masyarakat Baran”.
91
Dalam mengemban tugasnya, pondok pesantren memiliki khas yang pada prinsipnya dakwah yang dilakukan oleh pondok pesantren. Menurut Amal Fathullah (1998 : 150) hanyalah terfokus
pada
satu
hal,
yaitu
mendidik kader umat. Sebab dengan mendidik kader-kader ummat yang berkualitas dalam keimanan dan ketakwaannya berarti pesantren telah melakukan dakwah Islam yang sesungguhnya. Diskripsi di atas, menunjukkan bahwa eksistensi Pondok Pesantren Bina Insani dalam menciptakan kebersamaan hidup bersama dalam komunitas pesantren dan masyarakat Dusun Baran memberikan investasi sosial jangka panjang. Perlunya sebuah kegiatan maupun perkumpulan keagamaan yang menjadikan hubungan keduanya menjadi lebih erat dan saling membutuhkan.
B. Peran Pondok Pesantren Bina Insani Dalam Kesejahteraan Masyarakat Dusun Baran Pesantren membutuhkan gerakan pembaharuan yang progresif terhadap segala bidang, terutama dalam menghadapi permasalahan ekonomi. Lingkungan sekitar pondok pesantren yang sejahtera merupakan sebuah kehidupan yang makmur dan kondusif. Kehidupan tersebut dikarenakan adanya ikatan antara pesantren
dan
masyarakat
dan
pesantren
memberikan
diversifikasi
(penganekaragaman) keilmuan unggulan khusus atau keahlian praktis tertentu agar masyarakat mampu menjadi masyarakat yang berkemampuan dalam 92
berbagai hal. Peran pesantren sangat penting terhadap kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya,.oleh karenanya peran pondok pesantren modern bina Insani dengan warga mayarakat dusun baran kecamatn Susukan sangat berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat tersebut. Di samping kesejahteraan dalam hal ekonomi,kesejahteraan lain juga perlu diperhatikan sumber daya manusia (SDM) dan keilmuan (pendidikan). Ibu Warti memberikan pendapat dalam peran pondok pesantren : “Kehidupan di sekitar pondok pesantren merupakan suatu kebanggaan. Masyarakat dituntut untuk respect dalam menangani kebutuhan keseharianya. Memanfaatkan peluang yang ada bukan malah hanya diam. Namun juga pesantren memberikan pelatihan ataupun kerjasama lainya sebagai penunjang kehidupan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi”
Menurut keterangan warga dusun Baran Ibu Mutmainnah : “Kesejahteraan masyarakat disini Alhamdulillah sudah bagus. Kesejahteraan ekonomi misalnya, setelah adanya pondok pesantren modern Bina Insani banyak dari warga sekitar yang mendirikan warung. Ada warung makan, pakaian, ataupun warung-warung lainya. Di samping itu kesejahteraan pendidikan juga sangat signifikan maksudnya masyarakat menyekolahkan anakanaknya ke pondok pesantren. Disamping dekat tapi juga tidak memberatkan dalam hal administrasi” (wawancara pada tanggal 8 juni 2014) Bapak Narto menjelaskan : “Kebutuhan pokok adalah yang utama, maka kesejahteraan yang diperlukan adalah dalam hal ekonomi. Banyak yang berjualan, ada yang mendirikan toko, warung permanen dan semi permanen ataupun yang menggunakan gerobak. Dengan adanya pondok ini mas, alhamdlillah warga sangat terbantu” (wawancara pada tanggal 8 juni 2014)
93
Meskipun mayoritas masyarakat yang ada di sekitar Pondok Pesantren Modern Bina Insani adalah petani, tetapi masyarakat sangat bersyukur dengan keberadaan pondok pesantren tersebut. Penulis berpendapat masalah perekonomian menjadi langkah penting bagi Pondok Pesantren Bina Insani dalam mengorganisir masyarakat Baran. Mengingat dalam arus ekonomi, masyarakat dituntut untuk berkompetisi hidup dalam melanjutkan kehidupannya. Era globalisasi telah meruntuhkan kekuatan ekonomi
masyarakat
kecil.
Maka
pemberdayaan
masyarakat
melalui
kesejahteraan dan kemandirian ekonomi perlu digerakkan. Pondok Pesantren Bina Insan diharapkan mampu menjadi ”pioner perubahan” itu, yang kemudian membentuk sebuah gerakan yang praksis di masyarakat Dusn Baran. Dalam pengembangan ekonomi juga diperlukan keahlian-keahlian khusus untuk diterapkan meliputi : manusia yang berjiwa sosial, intrepreneurship, bangunan jaringan (baik untuk perdagangan/wirausaha, permodalan dan pemasaran). Masyarakat Baran, khususnya bagi pesantren harus bisa melepaskan diri dari belenggu ”pasar modernisasi” dan lingkaran ekonomi sudah tidak merakyat lagi bagi rakyat kecil. Dan ada beberapa langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan yakni : keilmuan, jiwa kewirausahaan dan etos kerja/kemandirian. Keilmuan, dalam hal ini keilmuan agama dan pengetahuan umum seperti yang telah disampaikan di atas. Ajaran agama merupakan pemupukan nilai-nilai spiritual untuk tetap teguh dalam menjalankan ajaran agama di kala moderinisasi 94
sudah merasuk pada wilayah jati diri manusia. Serta pengetahuan-pengetahuan keilmuan umum dalam perkembangan zaman terus meningkat dan setiap manusia harus bisa mengikutinya. Dan SDM inilah yang menjadi kunci dari peradaban manusia itu sendiri. Maka diharuskan masyarakat Dusun Baran hidup secara serasi dalam kemodernan dengan tetap setia kepada ajaran agama. Jiwa
Kewirausahaan, etos
kewirausahaan
dijadikan
dasar
bagi
penumbuhan dan motivasi dalam melakukan kegiatan ekonomi. Gerakangerakannya adalah membangun wirausaha bangsa kita sendiri, terutama dari kalangan Pondok Pesantren Bina Insane dan masyarakat Dusun Baran. Serta dapat menumbuhkan pengusaha-pengusaha yang tangguh yang mampu bersaing baik di pasar internasional apalagi di pasar lokal itu sendiri. Pondok Pesantren Bina Insani diharapkan dapat melahirkan wirausahawan yang dapat mengisi lapisan-lapisan usaha kecil dan menengah yang handal dan mandiri. Sebenarnya yang diperlukan hanyalah menghidupkan kembali tradisi yang kuat di masa lampau dengan penyesuaian pada kondisi masa kini dan pada tantangan masa depan. Etos Kerja dan kemandirian, dalam kenyataan, dalam masyarakat kita etos kerja ini belum sepenuhnya membudaya. Artinya, budaya kerja sebagian masyarakat kita tidak sesuai untuk kehidupan modern. Pondok Pesantren bina insani, dimulai dengan lingkungannya sendiri, harus menggugah masyarakat dusun baran untuk membangun budaya kerja yang sesuai dan menjadi tuntutan 95
kehidupan modern. Sedangkan waktu adalah faktor yang paling menentukan dan merupakan sumber daya yang paling berharga. Budaya modern menuntut seseorang untuk hidup mandiri, apalagi suasana persaingan yang sangat keras dalam zaman modern ini memaksa setiap orang untuk memiliki kompetensi tertentu agar bisa bersaing dan dan bermartabat di tengah-tengah masyarakat. Hanya pribadi-pribadi yang punya watak kemandirian saja bisa hidup dalam masyarakat yang makin sarat dengan persaingan. Dengan demikian, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghadapi segala tantangan, mampu mengambil keputusan sendiri, mempunyai kemandirian, memiliki budaya kerja keras dan daya tahan yang kuat, serta mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Masyarakat Dusun Baran saat ini tidak hanya saja membutuhkan sebuah fatwa atau dalil-dalil yang menyegarkan, tapi juga membutuhkan solusi konkrit dan praksis atas segala permasalahan yang ada. Era keterbukaan dan persaingan sudah dengan cepatnya masuk ke dalam lapisan masyarakat. Kalau tidak menyiapkan diri untuk ”memberdayakan” masyarakat maka akan ikut tergerus dan
lenyap
oleh
zaman
itu
sendiri.
Hanya
dengan
komitmen
dan
pengorganisasian masyarakatlah yang sanggup membentengi diri dari itu semua, dan Pondok Pesantren Bina Insani juga sebagai salah satu harapan masyarakat untuk ikut andil di dalamnya.
96
Jadi perlunya ”Tri Dharma Pesantren” yakni: pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Hal ini sebagai langkah integrasi-nya pondok pesantren bina insani dalam memerankan fungsinya di masyarakat luas khususnya di Dusun Baran. Sehingga pesantren tidak hanya melahirkan agamawan saja, tetapi juga agamawan yang ”luwes” inklusif, mempunyai jiwa sosial-kemasyarakatan serta kepribadian mandiri dan intrepreneurship. Bapak Ikhwani mengungkapkan : “Peran pondok pesantren bina insani sangat terasa dalam kesejahteraan dusun baran. Namun perlunya visi misi yang sesuai agar kesejahteraan itu meningkat. Pelatihan wirausaha, interprenuer, maupun kegiatan lainya sangat diperlukan masyarakat karena masyarakat juga masih bayak yang kurang mampu dalam hal kewirausahaan” Dari berbagai keterangan tersebut di atas, peran Pondok Pesantren Bina Insani belum maksimal dalam mensejahterakan masyarakat dalam hal ekonomi. Namun dalam hal pendidikan dan SDM-nya sudah memberikan yang terbaik hanya saja masyarakat kurang dalam menanggapinya. Sarana dan prasana pondok pesantren juga sudah mumpuni untuk kemajuan pendidikan tapi ada juga dari masyarakat Baran yang beranggapan pendidikan pesantren masih kurang dan menyekolahkan anaknya di sekolahan lainya. Perlunya visi misi yang mampu merubah keadaan di sekitar pondok agar kesejahteraan masyarakat terjamin dengan hal itu. Kegiatan dan pelatihan sangat dibutuhkan agar masyarakat juga memahami dengan keadaan yang semakin maju (modern). Kerjasama pondok pesantren Bina Insani dengan masyarakat dusun baran sangat diperlukan sebagai 97
penunjang aktivitas kegiatan maupun sebagai penunjang kebutuhan ekonomi yang ada di masyarakat Dusun Baran Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.
98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sesuai dengan data yang telah dikumpulkan di lapangan kemudian di analisis pada Bab IV, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang menganut paham ajaran Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Ajaran yang moderat dan plural tersebut menjadikan masyarakat menjalankan keagamaan keseharianya saling menghormati, menolong dan gotong royong dengan sesama sehingga menjadikan masyarakat yang tentram dan makmur. 2. Kesejahteraan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang terbilang bagus. Adanya Pondok Pesantren Modern Bina Insani menumbuh kembangkan kesejahteraan masyarakat Baran. Kondisi kesejahteraan diciptakan atas kompromi tiga elemen. Pertama, sejauh mana masalah-masalah sosial ini diatur. Kedua, sejauh mana kebutuhankebutuhan dipenuhi. Ketiga, sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dapat disediakan. Setelah adanya Pondok Pesantren Modern Bina Insani banyak dari warga sekitar yang mendirikan warung. Ada warung makan, pakaian, ataupun warung-warung lainya. Di samping itu kesejahteraan pendidikan juga sangat signifikan maksudnya masyarakat menyekolahkan 99
anak-anaknya ke pondok pesantren. Di samping dekat tapi juga tidak memberatkan dalam hal administrasi. Oleh karenanya dengan berdirinya toko, warung dan lainya. 3. Peran Pondok Pesantren Modern Bina Insani terhadap keberagamaan masyarakat Dusun Baran Desa Ketapang Kecamatan Susukan Kabupten Semarang adalah Mendirikan TPQ yang mana TPQ tersebut dikhususkan kepada masyarakat, dan pihak pondok pesantren sendiri selalu mengundang masyarakat dalam berbagai kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pondok pesantren. Selain itu pihak pondok pesantrenpun selalu ikut serta ke dalam acara-acara ataupun kegiatan masyarakat, terutama kegiatan masyarakat yang berbasis dengan progam-program masjid. Seperti khotmil quran, pengajian ramadhan / khotmil kutub dan kegiatan lainya. Bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini adalah mengikuti aktivitas pendidikan pesantren berupa kegiatan pengajian-pegajian tahunan, bulanan ataupun peringatan hari-hari besar Islam yang dilaksanakan oleh pondok pesantren. 4. Pondok Pesantren Modern Bina Insani membawa perubahan yang sangat signifikan dari mulai terbentuk dan didirikanya pondok pesantren ini. Di antaranya adalah banyaknya masyarakat yang mendirikan warung, toko, tempat pencucian ataupun yang lainya. Diperbolehkanya santri jajan di warung sekitar dan Koperasi pesantren yang juga mmperbolehkan masyarkat baran khususnya menitipkan barang daganganya menjadikan adanya 100
keterikatan antara Pondok Pesantren Bina Insani dengan masyarakat Dusun Baran. Di samping itu, adanya pengajian akbar yang menjadikan lahan masyarakat sebagai lahan parkir mampu menambah uang tambahan bagi khas masyarakat Dusun Baran. Tidak hanya kesejahteraan di bidang ekonomi saja akan tetapi di bidang lain sebagai penunjang kesejahteraan di bidang SDM, pertanian, intrepreneurship, usaha ataupun lainya. Seperti adanya pelatihanpelatihan, seminar ataupun kegiatan lainya. Perlunya ”Tri Dharma Pesantren” yakni: pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Hal ini sebagai langkah integrasi-nya pesantren dalam memerankan fungsinya di masyarakat luas. Sehingga pesantren tidak hanya melahirkan agamawan saja, tetapi juga agamawan yang ”luwes” inklusif, mempunyai jiwa sosial-kemasyarakatan serta kepribadian mandiri dan intrepreneurship. B. SARAN 1. Untuk Pesantren Senantiasa menjaga kedekatan dengan masyarakat
guna menambah
terjalinnya hubungan yang harmonis dan terciptnya suasana yang kondusif. 2. Untuk Masyarakat Meningkatkan musyawaroh dan jalinan kerukunan baik dengan para guru maupun santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren modern Bina Insani. 3. Untuk Pembaca Jadikanlah penelitian ini sebagai motivasi saudara dalam menggapai cita-cita. 101
Penelitian ini jauh dari sempurna, dengan kerendahan hati penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya dan penulis mohon kritik serta sarannya demi kemajuan penelitian kami dimasa mendatang. Atas perhatian dan kerja sama pembaca, penulis menghaturkan terima kasih.
102
DAFTAR PUSTAKA
-
Amandemen UU 1945. 2009. Perubahan pertama sampai keempat. 2009. Balai Siasat.
-
Amrullah, Ahmad. 1999. Strategi Dakwah Islam Di Tengah Reformasi Menuju Indomesia Baru Dalam Memasuki Abad Ke-21. Bandung. Makalah Pada Sarasehan Nasional SMF Dakwah IAIN Sunan Gunung Djati.
-
Billah, MM. 1999. Peran Pesantren (Kajian Peran Pesantren dalam Pembentukan Masyarakat Memasuki Melinium III)”, dalam Makalah Seminar Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat Memasuki Melinium III. PPIM IAIN Jakarta.
-
Daradjat, Zakiah. 1993 Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Bulan Bintang.
-
Dhofier, Zamakhsyari.1984. Tradisi Pesantern. LP3S. Jakarta.
-
Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang. Toha Puta
-
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. -
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. 1997. Bandung.
-
Fadhilah, 30 November 2013. Pesantren Dan Pendidikan Karakter . Suara merdeka.
103
-
Gross, N. W.S. Mason, and A.W. Mc Eachern.2003. Exploritations in Role Analysis, dalam David Barry.
Pokok-Pokok Pikiran dalam
Sosiologi. .Jakarta. Raja Grafindo Persada. -
Hasan, M. Nashihin. 1998. Karakter dan Fungsi Pesantren. Dalam Muntaha Ashari,
Dinamika
Pesantren
(Kumpulan
Makalah
Seminar
Internasional “The Role Of Pesantren In Education And Community Development
In
Indonesia”).
1998.
Jakarta.
Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). -
Manfred, Ziemek. 1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M).
-
Pandji, Anoraga. 2007. Dinamika Koperasi. Jakarta. Rineka cipta.
-
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1984. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta. Rajawali.
-
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Jakarta. Alfabeta.
-
Widiyanti, Ninik.1989. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta. Bina Aksara.
-
(http://kbbi.web.id/peran) diakses 28/01/2014, 23.10 wib. Arti Peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
104