PENGARUH SELF-REGULATED LEARNING DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh: HERDIATI NIM: 206070004176 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Don’t wait............................. The time will never be just right.” (Napoleon Hill)
"Manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya karena waktu sangat berharga” (anonim)
PERSEMBAHANKU:
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk: ibu dan bapakku, Teteh, Aa, dan Adikku, Guru-guruku serta orang-orang yang kusayangi.
v
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Juli 2014 (C) Herdiati (D) Pengaruh Self-Regulated Learning dan Dukungan Sosial Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (E) xii + 84 halaman + lampiran (F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh self regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan hasil uji regresi disimpulkan bahwa secara menyeluruh ada pengaruh yang signifikan dimensi kognitif, motivasi, perilaku dari self regulated learning dan dimensi emosional, penghargaan, instrumental, informatif dari variabel dukungan sosial serta jenis kelamin terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu varibel tersebut secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar20,7% terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa, sedangkan 79,3 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi berganda. Data diperoleh melalui angket yang disebar kepada 248 orang mahasiswa psikologi UIN yang diambil dengan teknik non-probability sampling. Hasil uji hipotesis minor yang menguji ke tiga dimensi dari self regulated learnig yang berpengaruh terhadap prokrastinasi adalah motivasi dan perilaku. motivasi diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,198 dengan signifikansi sebesar 0, 022 (p <0.05). Sedangkan perilaku diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,182 dengan signifikansi sebesar 0, 028 (p < 0.05). Dan dari dukungan sosial yang berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik adalah dukungan informatif diperoleh koefisien regresi sebesar 0.187 dengan signifikansi sebesar 0,033 (p < 0.05)., selain itu variabel dimensi jenis kelamin juga memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik,diperoleh koefisien regresi sebesar - 4,173 dengan signifikansi sebesar 0,002 (p < 0.05).
(G) Bahan bacaan 39 (1984-2013): Buku: 18 + Jurnal: 17 + Tesis: 1 + Skripsi: 3
KATA PENGANTAR
Assalamu`allaikum Wr. Wb Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag,M.Si beserta seluruh wakil dekan yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian. 2. Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, motivasi dan bimbingan yang sangat berarti dengan segenap kesabarannya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan maksimal. 3. Bapak Dr.Abd.Rahman Shaleh, M.Si, yang telah memberikan arahan, bimbingan, nasehat dan saran-saran selama mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini. 4. Pembimbing akademik Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi.Psi yang telah membimbing penulis selama perkuliahan. 5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi. 6. Staf akademik, bagian umum, dan petugas perpustakaan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis untuk melakukan kegiatan penelitian, kususnya kepada Bapak Ayung yang dengan ikhlas selalu membantu dan melayani penulis. 7. Saudara - saudaraku tercinta kakak-kakak dan adik - adikku serta ponakanponakanku yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan khususnya kepada Abangku tercinta Edi Darnadi, Hardita, Detyawarman dan adikku tercinta Permadi yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materiil demi lancarnya penyusunan skripsi ini. 8. Saudaraku yang kusayangi Linni Nasoetion dan Don yang selalu memberikan semangat, doa, bantuan moril, juga materiil. 9. Teman-temanku Nur, Teti, Iin, Asep dan Deni, dukungan kalian semua sangat berarti. Penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, terutama untuk penulis sendiri. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan penelitian ini. Semoga Allah Subhanawata`ala memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya, Aamiin Yaa Mujibassa`ilin.
Jakarta 15 Agustus 2014
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii ABSTRAK................................................................................................................. vi KATA PENGANTAR............................................................................................... vii DAFTAR ISI.............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL...................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah................................................................. 1 1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 6 1.2.1.. Pembatasan Masalah........................................................... 6 1.2.2. Perumusan Masalah............................................................ 7 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 7 1.3.1. Tujuan Penelitian................................................................ 7 1.3.2. Manfaat Penelitian.............................................................. 8 1.4. Sistematika Penulisan...................................................................... 8 BAB 2
LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik................................................................. 10 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi..................................................... 10 2.1.2. Prokrastinasi Akademik..................................................... 11 2.1.3. Teori Perkembangan Prokrastinasi akademik.................... 12 2.1.4. Bentuk-bentuk Prokrastinasi.............................................. 15 2.1.5. Dimensi-dimensi Prokrastinasi akademik.......................... 17 2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik........................................................................... 18 2.2. Self-Regulated Learning................................................................. 24 2.2.1. Definisi Self-Regulated Learning....................................... 24 2.2.2. Dimensi-dimensi Self-Regulated Learning........................ 26 2.3. Dukungan Sosial............................................................................ 28 2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial.............................................. 28 2.3.2. Dimensi-dimensi Dukungan Sosial.................................... 29 2.4. Kerangka Berpikir.......................................................................... 32 2.5. Hipotesis Penelitian........................................................................ 34 2.5.1. Hipotesis Mayor................................................................. 34 2.5.2. Hipotesis Minor.................................................................. 34
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 36
3.2. Teknik Pengambilan Sampel......................................................... 36 3.3. Variabel Penelitian........................................................................ 36 3.3.1. Identifikasi Variabel........................................................... 36 3.3.2. Prokrastinasi Akademik..................................................... 37 3.3.2.1. Definisi Operasional Prokrastinasi Akademik…. 37 3.3.2.2. Alat Ukur Prokrastinasi Akademik...................... 38 3.3.3. Self-Regulated Learning..................................................... 39 3.3.3.1. Definisi Operasional Self-Regulated Learning…. 39 3.3.3.2. Alat Ukur Self-Regulated Learning..................... 39 3.3.4. Dukungan Sosial................................................................ 41 3.3.4.1. Definisi Operasional Dukungan Sosial………… 41 3.3.4.2. Alat Ukur Dukungan Sosial................................. 41 3.4. Prosedur Pengumpulan Data......................................................... 42 3.5. Uji Validitas Konstruk.................................................................. 42 3.5.1. Skala Prokrastinasi Akademik........................................... 44 3.5.2. Skala Self-Regulated Learning.......................................... 46 3.5.2.1. Kognitif................................................................ 47 3.5.2.2. Motivasi................................................................ 48 3.5.2.3. Perilaku................................................................ 50 3.5.3. Skala Dukungan Sosial...................................................... 52 3.5.3.1. Emosional............................................................. 52 3.5.3.2. Penghargaan......................................................... 54 3.5.3.3. Instrumental.......................................................... 55 3.5.3.4. Informatif............................................................. 57 3.6. Metode Analisis Data.................................................................... 59 3.7. Prosedur Penelitian........................................................................ 61 BAB 4
BAB 5
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian............................................. 63 4.1.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................. 63 4.2. Uji Hipotesis Penelitian.................................................................. 64 4.2.1. Uji Regresi Berganda......................................................... 64 4.2.2. Pengujian Proporsi Varian Independent Variable.............. 69
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan.................................................................................... 73 5.2. Diskusi............................................................................................ 74 5.3. Saran............................................................................................... 79 5.3.1. Saran Teoritis..................................................................... 80 5.3.2. Saran Praktis....................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 82 LAMPIRAN............................................................................................................... 85
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Variabel Penelitian Tabel 3.2. Nilai tiap jawaban pada skala Prokrastinasi akademik Tabel 3.3. Blue print Alat Ukur Prokrastinasi Tabel 3.4. Nilai tiap jawaban pada skala Self- regulated learning Tabel 3.5. Blueprint Alat Ukur Self- regulated learning Tabel 3.6. Nilai tiap jawaban pada skala Dukungan sosial Tabel 3.7. Blueprint Alat Ukur Dukungan sosial Tabel 3.8. Muatan Faktor Item Prokrastinasi akademik Tabel 3.9. Muatan Faktor Item Kognitif Tabel 3.10. Muatan Faktor Item Motivasi Tabel 3.11. Muatan Faktor Item Perilaku Tabel 3.12. Muatan Faktor Item Emosional Tabel 3.13. Muatan Faktor Item Penghargaan Tabel 3.14. Muatan Faktor Item Instrumental Tabel 3.15. Muatan Faktor Item Informatif Tabel 4.1. Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2. Model Summary Tabel 4.3. ANOVAa Tabel 4.4 Coefficientsa Tabel 4.5 Penghitungan Proporsi Varians Prokrastinasi Akademik
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4. Gambar 3.5. Gambar 3.6. Gambar 3.7. Gambar 3.8.
Bagan kerangka berpikir Analisis Konfirmatorik dari Faktor Vaiabel Prokrastinasi akademik Analisis Konfirmatorik Faktor Kognitif Analisis Konfirmatorik Faktor Motivasi Analisis Konfirmatorik Faktor Perilaku Analisis Konfirmatorik Faktor Emosional Analisis Konfirmatorik Faktor Penghargaan Analisis Konfirmatorik Faktor Instrumental Analisis Konfirmatorik Faktor Informatif
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C
Surat Izin Penelitian Kuesioner Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik (CFA)
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia, karena dari sistem pendidikan akan melahirkan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan sebuah bangsa. Kualitas pendidikan yang merata dan layak, akan menjadikan sebuah negara berkembang dan besar. Salah satu tempat dimana pendidikan diberikan secara formal adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan dituntut untuk menghasilkan lulusan berkualitas dan memiliki keterampilan dalam bidangnya masing-masing. Mahasiswa sebagai subjek pendidikan di perguruan tinggi tidak terlepas dari kewajiban mengerjakan tugas-tugas kuliah yang diberikan oleh dosen. Pada umumnya dalam mengumpulkan tugas-tugas tersebut, dosen memberikan batas waktu tertentu. Namun pada kenyataannya banyak mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Proses belajar di tingkat perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dan disiplin dalam mengatur waktu dan proses belajarnya. Hal ini berbeda dengan saat mereka masih duduk di tingkat sekolah menengah dan dibawahnya. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat menyesuaikan, mengatur dan mengendalikan dirinya termasuk saat menghadapi
2
padatnya aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas kuliah yang sulit. Namun banyak mahasiswa ditemui cenderung menggunakan waktu yang dimiliki untuk sekedar melakukan aktivitas yang bersifat hiburan daripada harus membaca materi kuliah atau mengerjakan tugas. Seseorang yang melakukan penundaan tugas akademiknya, pada saat mengerjakan tugas tersebut hingga mendekati batas waktu yang ditentukan maka akan cenderung mengerjakannya dengan ceroboh dan terburu-buru. Hal ini menunjukkan mahasiswa belum sepenuhnya dapat menghindari prokrastinasi terhadap tugas-tugas akademik yang menjadi tanggung jawabnya. Mahasiswa seringkali tidak menyadari jika mereka larut dengan aktivitas yang bersifat non-akademik sehingga banyak waktu mereka terbuang sia-sia. Namun demikian, mahasiswa tetap menjalankan kewajiban akademiknya seperti belajar dan mengerjakan tugas meskipun tidak teratur atau disiplin, kesulitan untuk berkonsentrasi, kekurangan referensi dan mengabaikan waktu yang tersedia. Persoalan klasik yang hingga kini tetap ada dalam dunia pendidikan termasuk dalam perguruan tinggi yaitu masih sering terjadinya prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan sejumlah ahli bahwa prokrastinasi akademik adalah fenomena umum yang terjadi pada mahasiswa di perguruan tinggi selama beberapa dekade (Zeenath, 2012). Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai atau menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat
3
waktu serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuan-pertemuan (Solomon & Rothblum, 1984). Tuckman (2002) mendefinisikan prokrastinasi sebagai ketidak mampuan pengaturan diri yang mengakibatkan dilakukannya penundaan pekerjaan yang seharusnya dapat berada dibawah kendali atau penguasaan orang-orang tersebut. Sekitar 25% sampai dengan 75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkup akademis mereka (Ferrari dalam Ghufron, 2003). Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa prokrastinasi terjadi disetiap bidang kehidupan, salah satunya di bidang akademik. Penelitian tentang prokrastinasi pada awalnya memang banyak terjadi di lingkungan akademik, yaitu lebih dari 70% mahasiswa melakukan prokrastinasi. Pada hasil survey majalah New Statement 26 Februari 1999 juga memperlihatkan bahwa kurang lebih 20% sampai dengan 70% pelajar melakukan prokrastinasi (Yuanita dalam Aini, 2010). Penelitian tentang prokrastinasi akademik juga telah dilakukan di Indonesia dan menghasilkan hasil penelitian yang beragam. Hasil penelitian oleh Tondok (2008) terhadap 95 orang mahasiswa Fakultas Psikologi salah satu universitas di Surabaya menunjukkan tingkat prokrastinasi akademik paling banyak dalam kategori sedang yaitu sebanyak 45,3% atau 43 orang. Hal itu senada dengan pernyataan Steel (dalam Burka & Yuen, 2008) mengemukakan salah satu dari empat faktor yang dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk melakukan prokrastinasi adalah kesulitan untuk mengatur diri (self-regulation). Selain itu Fischer (1999) menyatakan bahwa masalah utama pada prokrastinasi adalah ketidak mampuan memperkirakan jumlah waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu,
4
dibutuhkan suatu usaha aktif dan mandiri oleh mahasiswa untuk membantunya mengarahkan proses belajar pada tujuan belajar yang ingin dicapai, yang disebut dengan self-regulated learning. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savira dan Yudi (2012) disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara self-regulated learning dengan prokrastinasi akademik. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Senegal, et al (1995) yang menyatakan bahwa selfregulated learning berhubungan dengan perilaku prokrastinasi akademik pelajar dengan sumbangan sebesar 25%. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ishtifa (2011) terhadap 200 mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyimpulkan bahwa banyak mahasiswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning yang rendah. Hal ini mengakibatkan ketidak mampuan mahasiswa untuk memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi dan perilakunya dalam proses belajar. Self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif mahasiswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan. Zimmerman (dalam Schunk et al, 2008) mendefinisikan self-regulated learning proses dimana mahasiswa mengaktifkan dan mengendalikan kognisi-kognisi, perilaku-perilaku, dan perasaan-perasaan yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan.
5
Prokrastinasi pada mahasiswa juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti faktor SES (status ekonomi sosial), keluarga atau pola asuh orangtua, peer group, sibuk bekerja, kurangnya informasi yang diperoleh, kurang atau tidak adanya dukungan moral dan spiritual dari Significant Others, dan sebagainya (Ferrari & Ollivete dalam Husetiya, 2010). Menurut Sarafino (2011) dukungan sosial adalah suatu dorongan yang dirasakan, penghargaan, dan kepedulian yang diberikan oleh orang-orang yang berada di sekeliling individu sehingga dukungan yang dirasakan akan sangat penting. Dukungan sosial adalah pemberian informasi baik secara verbal maupun non-verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau pemberian materi yang menuntut seseorang meyakini bahwa dirinya diurus dan disayang. Mahasiswa dengan dukungan sosial yang lebih tinggi akan memiliki pikiran lebih positif terhadap situasi sulit dibandingkan dengan individu atau mahasiswa yang memiliki tingkat dukungan sosial yang rendah. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, percaya diri, dan kompeten. House (dalam Smet, 1994) membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial: a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan). b. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain, seperti
6
misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri). c. Dukungan instrumental, mencangkup bantuan langsung, seperti kalau orang-orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan pekerjaan pada waktu mengalami stress. d. Dukungan informatif, mencangkup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saransaran atau umpan balik. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. 1.2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1. Pembatasan Masalah Agar tidak meluas penelitian ini dibatasi hanya pada variabel-variabel yang diteliti, yaitu prokrastinasi akademik sebagai dependent variabel dengan selfregulated learning dan dukungan sosial sebagai independent variabel. Adapun definisi variabel-variabel tersebut sebagai berikut: 1. Prokrastinasi yang dimaksud adalah penundaan yang sering dilakukan ketika memulai atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya (Ferrari dalam Husetiya, 2010 ). 2. Self-regulated learning adalah proses dimana mahasiswa mengaktifkan dan mengendalikan kognisi - kognisi, motivasi, dan perilaku - perilaku, yang secara
7
sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan (Wolters, 2003). 3. Dukungan sosial adalah sebuah kepedulian perhatian dorongan positif, bantuan langsung, pemberian nasehat dan petunjuk yang diterima individu dari orang sekitarnya (House dalam Smet, 1994). 1.2.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disampaikan diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara self-regulted learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ? 2. Berapa besar sumbangsih masing-masing dimensi self-regulted learning terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ? 3. Berapa besar sumbangsih masing-masing dimensi dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. TujuanPenelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh self-regulted learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
1.3.2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, mengenai prokrastinasi 2. Manfaat Praktis : Penelitian yang dilakukan terhadap Mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa, para pendidik (Dosen) dan pihak fakultas atau universitas untuk melakukan tindakan antisipasi agar tidak terjadinya prokrastinasi pada tugas akademik. 1.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi atas lima bab, yaitu sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan memuat latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB 2 KAJIAN TEORI Didalam bab ini akan dibahas sejumlah teori prokrastinasi, self-regulated learning, dan dukungan sosial serta kerangka berfikir dan hipotesis penelitian. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas konstruk, metode analisis data
9
dan prosedur penelitian. BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA Bab ini akan memuat presentasi dan analisis data yang terdiri dari gambaran umum responden dan hasil uji hipotesis. BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini penulis akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran
10
BAB 2 LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan beberapa kajian teori diantaranya mengenai prokrastinasi, self-regulated learning, dan dukungan sosial serta kerangkan berpikir dan hipotesis. 2.1.
Prokrastinasi Akademik
2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok, atau jika diartikan menjadi menangguhkan atau menunda-nunda sampai hari berikutnya (Knaus, 1994). Ferrari (1995) prokrastinasi adalah penundaan yang sering dilakukan ketika memulai atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.Ia juga menegaskan bahwa prokrastinasi adalah sebagai suatu penundaan yang tidak perlu dilakukan untuk suatu tugas. Burka dan Yuen (2008) mengemukakan penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional dalam memandang tugas.Solomon dan Rothblum (1984) juga mengungkapkan bahwa suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi, apabila penundaan itu dilakukan pada
tugas
prokrastinator.
yang penting,
secara
subyektif
dirasakan oleh
seseorang
11
Douglass ( dalam Timpe, 2000 )
menyatakan bahwa prokrastinasi dapat
menyebabkan kebiasaan, sebab akan menimbulkan prokrastinasi selanjutnya. Senada dengan pendapat diatas Burka dan Yuen (2008) menjelaskan bahwa para prokrastinator tanpa disadari akan selalu mengulang penundaan yang dilakukan dan pada akhirnya terjebak dalam “the cycle of procrastination” (lingkaran atau roda prokrastinasi). 2.1.2. Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi dapat dilakukan pada semua jenis area atau pekerjaan (Burka & Yuen, 2008). Prokrastinasi pada area atau bidang akademik yang pada umumnya biasa
dilakukan
oleh
pelajar
atau
mahasiswa
disebut
prokrastinasi
akademik.Prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering ditunda oleh prokrastinator. Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, maupun tugas kantor (Ferrari, 1995), sedangkan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada tugas-tugas formal yang berhubungan dengan jenis tugas akademik atau kinerja akademik, contohnya menulis paper, membaca buku-buku pelajaran, mengetik makalah, mengikuti tugas perkuliahan, mengerjakan tugas sekolah, belajar untuk ujian, maupun membuat karya ilmiah, misalnya membuat skripsi (Aitken dalam Ferrari, 1995).
12
Senada dengan pernyataan tersebut Burka dan Yuen (1983) mengemukakan tugas-tugas akademik yang sering diprokrastinasi antara lain: menghadiri kelas, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), menulis paper, belajar untuk ujian, konsultasi dengan guru atau advisor, dan melengkapi program kelulusan (menyelesaikan karya ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, presentasi). Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi tugas akademik adalah kecenderungan menunda-nunda untuk memulai maupun menyelesaikan tugas akademik tepat waktu. 2.1.3. Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik Terdapat
beberapa
teori
perkembangan
yang
menyangkut
tentang
prokrastinasi akademik, yaitu: a. Psikodinamik Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama trauma. (Ferrari, 1995). Seseorang yang pernah mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika seseorang tersebut dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Seseorang tersebut akan teringat kepada pengalaman kegagalan maupun perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami seperti masa lalu, sehingga seseorang menunda mengerjakan tugas sekolah, yang dipersepsikannya akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu.
13
Menurut Freud (dalam Ferrari, 1995) berkaitan konsep tentang penghindaran dalam tugas mengatakan bahwa seseorang yang dihadapkan tugas yang mengancam ego pada alam bawah sadar akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Perilaku penundaan atau prokrastinasi merupakan akibat dari penghindaran tugas dan sebagai mekanisme pertahanan diri. Bahwa seseorang secara tidak sadar melakukan penundaan, untuk menghindari penilaian yang dirasakan akan mengancam, keberadaan ego atau harga dirinya. Akibatnya tugas yang cenderung dihindari atau yang tidak diselesaikan adalah jenis tugas yang mengancam ego seseorang, misalnya tugas-tugas di sekolah, seperti tercermin dalam perilaku prokrastinasi akademik, sehingga bukan semata ego yang membuat seseorang melakukan prokrastinasi akademik. b. Behavioristik Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah mendapatkan punishment atas perilaku tersebut. Seseorang yang pernah merasakan sukses dalam melakukan tugas sekolah dengan melakukan penundaan, cenderung akan mengulangi lagi perbuatannya. Sukses yang pernah dia rasakan akan dijadikan reward untuk mengulangi perilaku yang sama di masa yang akan datang (Ferrari, 1995). McCown dan Johnson (dalam Ferrari, 1995) menambahkan bahwa adanya obyek lain yang memberikan reward lebih menyenangkan daripada obyek yang diprokrastinasi, dapat memunculkan perilaku prokrastinasi akademik.
14
Seseorang yang memandang bermain video game lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas sekolah, mengakibatkan tugas sekolah lebih sering diprokrastinasi daripada bermain video game. Disamping reward yang diperoleh, prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas sekolah yang mempunyai punishment atau konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih lama daripada tugas yang tidak ditunda oleh karena punishment yang akan dihadapi kurang begitu kuat untuk menghentikan perilaku prokrastinasi, misalnya ketika seseorang disuruh memilih untuk menunda belajar ujian semester atau menunda untuk mengerjakan pekerjaan rumah mingguan, maka kecenderungan untuk menunda belajar untuk ujian semester lebih besar daripada menunda mengerjakan pekerjaan rumah mingguan, karena resiko nyata yang dihadapi lebih pendek mengerjakan pekerjaan rumah daripada belajar untuk ujian. Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang lenient atau rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik, karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu (Ferrari, 1995). c. Kognitif dan behavioral-cognitif Ellis dan Knaus (dalam Ferrari, 1995) memberikan penjelasan tentang prokrastinasi akademik dari sudut pandang cognitive-behavioral. Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang dimiliki oleh seseorang.
15
Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas sekolah, seseorang memandang tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task and fear of failure). Oleh karena itu seseorang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga seseorang menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas tersebut. Menurut Burka dan Yuen (2008) seseorang melakukan prokrastinasi karena takut akan gagal (Fear of failure). Fear of failure adalah ketakutan yang berlebihan untuk gagal, seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas sekolahnya karena takut jika gagal menyelesaikannya sehingga akan mendatangkan penilaian yang negatif akan kemampuannya. Akibatnya seseorang menunda-nunda untuk mengerjakan tugas yang dihadapinya. Ferrari (1995) menambahkan bahwa seseorang melakukan prokrastinasi
akademik
untuk
menghindari
informasi
diagnostik
akan
kemampuannya. Prokrastinasi tersebut dilakukan karena seseorang tidak mau dikatakan mempunyai kemampuan yang rendah atau kurang dengan hasil kerjanya. Seseorang yang melakukan penundaan akan merasa bahwa bila mengalami kegagalan atau hasilnya tidak memuaskan, itu bukan karena rendahnya kemampuan, akan tetapi karena ketidak sungguhannya dalam mengerjakan tugas yang dihadapi, yaitu dengan menunda-nunda. 2.1.4. Bentuk-bentuk Prokrastinasi Menurut Ferrari (1995) bentuk-bentuk prokrastinasi ada dua yaitu : 1.
Prokrastinasi
fungsional
(Functional
Procrastination),
yaitu:
penundaan
mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap
16
dan akurat. 2.
Prokrastinasi disfungsional (Disfunctional Procrastination) penundaan yang
tidak bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah. Lebih lanjut ia menjelaskan ada dua bentuk prokrastinasi yang disfunctional berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan, yaitu decisional procrastination dan avoidance procrastination. Decisional procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil keputusan. Bentuk prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden kognitif dalam menunda untuk mulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stress. Prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri dalam perbuatan keputusan pada situasi-situasi yang dipersepsikan penuh
stress.
Jenis
prokrastinasi
ini
terjadi
akibat
kegagalan
dalam
mengidentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga akhirnya seorang menunda untuk memutuskan sesuatu. Sedangkan Decisional procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang. Pada avoidance procrastination atau Behavioral procrastination adalah suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan, yang akan mendatangkan nilai negatif dalam dirinya atau mengancam self esteem nya sehingga seseorang menunda untuk melakukan sesuatu yang nyata yang
17
berhubungan dengan tugasnya. Avoidance procrastination berhubungan dengan tipe self presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan implusiveness. 2.1.5. Dimensi-dimensi Prokrastinasi Akademik Ferrari (1995) menyatakan dimensi-dimensi prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut: a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas. Seorang prokratinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya.Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.Kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
18
Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya. 2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, yang diambil dari berbagai hasil penelitian dapat dikategorikan menjadi dua macam,yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal, yaitu : Faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi
19
prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu. 1. Kondisi fisik individu. Faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi dari pada yang tidak (Ferrari dalam Ghufron, 2003). 2. Kondisi psikologis individu. Prokrastinasi sering dihubungkan dengan persepsi individu terhadap tugas menyenangkan atau tidak menyenangkan, kekurangan motivasi (Briordy dalam Ferrari, 1995), paham tentang kesempurnaaan, takut kegagalan (Burka & Yuen, 1983). Beberapa hasil penelitian lain juga menyebutkan aspek-aspek lain pada diri individu yang ikut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai kecenderungan prokrastinasi, antara lain rendahnya control diri, self-regulation yang kurang (Wolters, 2003), dan locus of control (Wainer dalam Steel, 2001). Ferrari dan Morales (2007) menyebutkan bahwa prokrastinasi adalah sesuatu yang komplek yang berkaitan dengan variabel kepribadian. Ada beragam motif terjadinya prokrastinasi tetapi motif utamanya adalah takut gagal, tugas yang tidak menyenangkan, tugas yang sulit, dan membosankan. Sementara itu, Solomon dan Rothblum (1984) menyatakan bahwa prokrastinasi lebih dari buruknya manajemen waktu
dan kemampuan belajar,
20
termasuk komponen afektif-kognitif. Ozer, Demir dan Ferarri (2009) menyatakan bahwa alasan seseorang melakukan prokrastinasi antara lain karena takut gagal (fear of failure), pengambilan resiko (risk taking), kemalasan (laziness), dan pemberontakan terhadap aturan yang ada (rebellion against control). Solomon dan Rothblum (1984) menambahkan bahwa alasan lain, yaitu ancaman daritugas (task aversiveness), kurangnya penerimaan diri (lack of assertion), dan kesulitan membuat keputusan (dificulty of making decisions). Hal lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah locus of control. menurut Wainer (dalam Steel, 2001) locus of control dapat menjadi penyebab prokrastinasi, karena berhubungan dengan performa dan motivasi. Prokrastinasi juga dipengaruhi oleh identitas diri, perfecsionisme, dan penilaian diri sendiri seperti gaya, identitas, perfectionism, self-consciousness (Ferrari, 1995). Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif, di mana semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk melakukan prokrastinasi akademik (Briordy, dalam Ferrari, 1995). b. Faktor eksternal, yaitu: Faktor - faktor yang terdapat di luar diri individu
yang mempengaruhi
prokrastinasi. Faktor - faktor itu antara lain berupa pengasuhan orangtua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient. 1. Gaya pengasuhan orangtua.
21
Hasil penelitian Palegrina, Linares, dan Casanova (dalam Hampton, 2005) mengemukakan bahwa pada dewasa awal yang mempunyai orang tua lebih demokratis atau permisive memiliki skor yang lebih tinggi dalam performa akademik, motivasi akademik, kompetensi akademik, dan keberhasilan akademik. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (Ferrari, 1995) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi berbeda dengan pengasuhan otoriter, orangtua yang mendidik anaknya dengan demokratis akan menyebabkan timbulnya sikap asertif karena anak merasa diberi kebebasan dalam mengekspresikan diri sehingga memunculkan rasa percaya diri. 2. Kondisi lingkungan yang lenient. Kondisi lingkungan yang tingkat pengawasannya rendah atau kurang akan menyebabkan
timbulnya
kecenderungan
prokrastinasi
dibandingkan
dengan
lingkungan yang penuh pengawasan (Burka &Yuen, 2008). 2. Tugas yang terlalu banyak Burka dan Yuen (2008) menjelaskan bahwa prokrastinasi terjadi karena tugastugas yang menumpuk terlalu banyak dan harus segera dikerjakan. Pelakasanaaan tugas yang satu dapat menyebabkan tugas yang lain tertunda . 3. Reward dan punishment Menurut McCown dan Jonhson (dalam Ferrari, 1995) adanya objek lain yang memberikan reward lebih menyenangkan daripada objek yang di prokrastinasi dapat memunculkan prokrastinasi akademik.
22
Disamping reward yang diperoleh prokrastinasi, prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas sekolah yang mempunyai punishment atau konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih lama dari pada tugas yang memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Steel (dalam Burka & Yuen, 2008) mengemukakan empat faktor yang dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk melakukan prokrastinasi: 1. Percaya diri yang rendah terhadap kemampuan sendiri untuk berhasil. 2. Mengira bahwa proses dan hasil tidak akan menyenangkan. 3. Ganjaran (reward) terlalu jauh untuk di capai. 4. Mengalami kesulitan untuk mengatur diri (self-regulation), termasuk sangat suka bertindak sesuai dengan desakan hati (impulsiveness) dan mudah terganggu (distractibility). Selain faktor-faktor yang tersebut prokrastinasi juga di pengaruhi oleh faktorfaktor lain, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut: Menurut Burka dan Yuen (1983) terbentuknya tingkah laku prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : a. Kecemasan terhadap evaluasi yang akan diberikan, b. Kesulitan dalam mengambil keputusan, c. Pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas, d. Kurangnya tuntutan dari tugas, e. Standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan individu. Menurut Spillane (2003), sumber prokrastinasi dapat berupa:
23
1. Ketakutan akan kegagalan karena sasaran tidak realistis Prokrastinasi dilakukan untuk melindungi diri dari kemungkinan merasakan kegagalan dan menurukan tingkat pengharapan atau standar yang diberikan oleh lingkungan. 2. Ketakutan akan keberhasilan Ketika seseorang melakukan suatu tugas dengan baik, mungkin ia akan berpikir ketika diberi tugas selanjutnya ia akan mendapatkan pengharapan yang lebih yang akan memberikan konsekuensi pemberian tanggung jawab tambahan. 3. Ungkapan penolakan atau pemberontakan Prokrastinasi menjadi sebuah respon atau perlawanan dari jadwal yang padat, pengharapan, standar, dan pengharapan.Pengharapan dapat berasal dari orang tua dan rekan-rekan. 4. Kurangnya kecakapan dalam memecahkan masalah Sebagian orang terlalu banyak memikirkan tindakan apa yang harus diambil, sehingga mereka harus berjalan ditempat. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan diri yang seringkali disebabkan oleh didikan orang tua yang selalu memutuskan segala sesuatu untuk anak. 5. Sikap perfeksionistik (menuntut kesempurnaaan) Seseorang yang perfeksionis menuntut segalanya serba sempurna dan terkadang memilikiharapan yang tidak realistik. Perfeksionisme membuat seseorang enggan menyelesaikan tugas karena tidak mampu mencapai standar yang tinggi.
24
2.2. Self-Regulated Learning 2.2.1. Definisi Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk, 2008) mendefinisikan self-regulated learning is prosess where by student activate and sustain cognitions, behaviors, and affects that are systematically oriented toward attainment of their goals. Atau dengan kata lain proses dimana mahasiswa mengaktifkan dan mengendalikan kognisi-kognisi, perilaku-perilaku, dan perasaan-perasaan yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan. Sedangkan Santrock (2008) mendefinisakan self-regulated learning terdiri dari pembangkitan diri dan pengawasan diri dalam pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan perilaku-perilaku agar mencapai suatu tujuan. Self-regulated learning (pengaturan diri dalam belajar) mencakup kemampuan strategi kognitif, belajar teknik pembelajaran, dan belajar sepanjang masa. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Schunk & Zimmerman (dalam Winne, 1997) yang mengkategorikan self-regulated learning sebagai dasar kesuksesan belajar, problem solving, transfer belajar, dan kesuksesan akademis secara umum. Self-regulated learning menyangkut penerapan dari model umum regulasi dan regulasi diri (selfregulation) dalam proses belajar. Berdasarkan asumsi di atas self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan (Pintrich, dalam Wolters, et al 2003).
25
Pemaparan definisi diatas sejalan dengan definisi Zimmerman (1989) yang memaparkan secara umum bahwa self-regulated learning pada siswa dapat digambarkan melalui tingkatan atau derajat yang meliputi keaktifan berpartisipasi baik itu secara metakognisi, motivasional, maupun perilaku dalam proses belajar. Zimmerman (dalam Montalvo & Torres, 2004), telah memberikan gambaran perbedaan karakteristik antara mahasiswa yang menerapkan dan tidak menerapkan self-regulation dalam proses belajarnya akan diuraikan sebagai berikut: a. Mengetahui cara menggunakan serangkaian strategi kognitif yang membantu dalam mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi, dan menemukan kembali informasi. b. Mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan mengatur proses mental menjadi prestasi dari tujuan individu (metakognisi). c. Mampu menentukan keyakinan motivasi dan emosi yang tepat. d. Merencanakan waktu dan usaha yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. e. Melakukan peningkatan yang menunjukkan usaha terbaik dalam proses belajar. f. Mampu menjalani kondisi yang menuntut serangkaian strategi, yang bertujuan mempertahankan konsentrasi, usaha, dan motivasi selama melakukan tugas akademis. Peneliti menyimpulkan bahwa definisi self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif mahasiswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan
26
perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan. 2.2.2. Dimensi-dimensi Self-Regulated Learning Self-regulation merupakan fundamen dalam proses sosialisasi dan melibatkan perkembangan fisik, kognitif dan emosi (Papalia, 2001). Mahasiswa dengan selfregulation pada tingkat yang tinggi akan memiliki kontrol yang baik dalam mencapai tujuan akademisnya. Self-regulation yang diterapkan dalam self-regulated learning, mengharuskan mahasiswa fokus pada proses pengaturan diri guna memperoleh kemampuan akademisnya. Menurut Zimmerman (1989),self-regulated learning terdiri atas pengaturan dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu kognisi, motivasi dan perilaku. Sesuai dimensi di atas, selanjutnya Wolters (2003) menjelaskan secara rinci penerapan strategi dalam setiap dimensi self-regulated learning sebagai berikut: Pertama, strategi untuk mengontrol atau meregulasi kognisi meliputi macammacam aktivitas kognitif dan metakognitif yang mengharuskan individu terlibat untuk mengadaptasi dan mengubah kognisinya.Strategi pengulangan (rehearsal), elaborasi (elaboration / menggunakan kalimatnya sendiri untuk merangkum materi). Kedua, strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan aktivitas yang penuh tujuan dalam memulai, mengatur atau menambah kemauan untuk memulai, mempersiapkan tugas berikutnya, atau menyelesaikan aktivitas tertentu atau sesuai tujuan.Regulasi motivasi adalah semua pemikiran, tindakan atau perilaku dimana
27
siswa berusaha mempengaruhi pilihan, usaha, dan ketekunan tugas akademisnya. Regulasi motivasi meliputi : a. mastery self-talk / memuaskan keingintahuan menjadi lebih kompeten. b. extrinsic self-talk / berpikir untuk memperoleh prestasi lebih tinggi. c. relative ability self-talk / melakukan usaha yang lebih baik daripada rang lain d. relevance enhancement / meningkatkan keterhubungan tugas dengan kehidupan atau minat personal yang dimiliki. e. situasional interest enhancement / menggambarkan aktifitas ketika berusaha, meningkatkan motivasi. Ketiga, strategi untuk meregulasi perilaku merupakan usaha individu untuk mengontrol
sendiri
perilaku
yang
nampak.
Sesuai
penjelasan
Bandura
(Zimmerman,1989) bahwa perilaku adalah aspek dari pribadi (person), walaupun bukan “self” internal yang direpresentasikan oleh kognisi, motivasi dan afeksi. Meskipun begitu, individu dapat melakukan observasi, memonitor, dan berusaha mengontrol dan meregulasinya dan seperti pada umumnya aktivitas tersebut dapat dianggap sebagai self-regulatory bagi individu.Regulasi perilaku meliputi regulasi usaha (effort regulation), waktu dan lingkungan (time/ study environment), dan pencarian bantuan (help-seeking). Peneliti menarik kesimpulan bahwa dimensi self-regulated learning yang akan dipakai dalam skala pada penelitian meliputi tiga dimensi yang telah dipaparkan oleh Wolters (2003) yang meliputi dimensi kognitif, motivasi, dan perilaku. Ketiga
28
dimensi tersebut akan digunakan peneliti untuk mengungkap perilaku pada selfregulated learning. 2.3.
Dukungan Sosial
2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial Menurut Sarafino (1998) dukungan sosial adalah suatu dorongan yang dirasakan, penghargaan, dan kepedulian yang diberikan oleh orang-orang yang berada di sekeliling individu sehingga dukungan yang dirasakan akan sangat penting. Dukungan sosial adalah pemberian informasi baik secara verbal maupun non-verbal, pemberian bantuan tingkah laku atau pemberian materi yang menuntut seseorang meyakini bahwa dirinya diurus dan disayang. Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk menerangkan bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental atau kesehatan fisik individu.Rook (dalam Smet, 1994) berpendapat dukungan sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial.Ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal.Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, percaya diri, dan kompeten. Mahasiswa dengan dukungan sosial yang lebih tinggi akan memiliki pikiran lebih positif terhadap situasi sulit dibandingkan dengan individu atau mahasiswa yang memiliki tingkat dukungan sosial yang rendah. Menurut Ritter (dalam Smet, 1994) dukungan sosial mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang.
29
Dukungan sosial merupakan kenyamanan psikis dan emosional yang diberikan kepada individu oleh keluarga, teman, rekan, dan yang lainnya.Senada dengan hal tersebut, Taylor (2003) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain. Menurut Schwarzer dan Leppin (dalam Smet, 1994) dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu kepada persepsi terhadap dukungan yang diterima (recived support). Dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan tetapi yang paling penting adalah bagaimana persepsi penerima terhadap makna dari bantuan itu. Beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan dapat menjadi dukungan sosial atau tidak tergantung pada sejauh mana individu merasakan hal itu sebagai dukungan sosial. 2.3.2. Dimensi-dimensi dukungan Sosial House (dalam Smet, 1994) membedakan dukungan sosial ke dalam empat bentuk, yaitu : a. Dukungan emosional: Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan b. Dukungan penghargaan: Terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang tersebut,dorongan maju
30
atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu. c. Dukungan instrumental: Mencakup bantuan langsung sesuai dengan yang dibutuhkan, seperti memberikan bantuan berupa uang, barang, dan sebagainya. d. Dukungan informatif: Mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,saran ataupun umpan balik. Sarafino (2011) menyampaikan lima dimensi dukungan sosial, yaitu: a. Dukungan emosional: Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan.Dukungan emosional merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan didengarkan. Kesediaan untuk mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram, diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka. b. Dukungan penghargaan: Terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif individu dengan individu lain, seperti misalnya perbandingan dengan orangorang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. Hal seperti ini dapat menambah penghargaan diri. Melalui interaksi dengan orang lain, individu akan dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang lain. Jenis dukungan
31
ini membantu individu merasa dirinya berharga, mampu, dan dihargai. c. Dukungan instrumental: Mencakup bantuan langsung, dapat berupa jasa,waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu atau pemberian pekerjaan saat individu mengalami stres.Dukungan ini membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya. d. Dukungan informatif: Mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis. Dukungan informatif ini juga membantu individu mengambil keputusan karena mencakup mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasihat,dan petunjuk. e. Dukungan jaringan sosial : Mencakup perasaan keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan sosial merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial. Menurut Defares (dalam Smet, 1994) jenis dukungan yang diterima dan diperlukan oleh individu tergantung pada keadaan
yang penuh tekanan.
Misalnya,dukungan instrumental akan lebih efektif apabila individu berada dalam keadaan yang penuh kesukaran seperti kemiskinan. Dukungan informatif akan bermanfaat apabila individu berada dalam kondisi kekurangan pengetahuan dan
32
ketrampilan, dan dalam kondisi yang tidak jelas mengenai suatu persoalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk dukungan akan lebih efektif tergantung pada suatu kondisi tertentu. 2.4. Kerangka Berpikir Prokrastinasi akademik menjadi fenomena yang selalu ada dalam dunia pendidikan dan sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar.Beberapa penelitian mengenai prokrastinasi akademik menunjukkan presentase yang cukup tinggi yakni 75% melakukan prokrastinasi akademik di perguruan tinggi (Burka & Yuen, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik adalah selfregulated learning. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wolters (2003) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara prokrastinasi akademik dengan beberapa komponen penting dari self-regulated learning. Salah satu komponennya adalah kognitif yang dapat digunakan individu untuk mengontrol kognisi dalam proses belajar. Rendahnya kemampuan self-regulated learning individu menjadi penyebab terjadinya prokrastinasi akademik. Self-regulated learning terbagi menjadi tiga dimensi yaitu kognitif(reherseal, elaboration), motivasi (mastery self-talk, extrinsic self-talk, relative ability self-talk,relevance enhancement, situational interest enhancement), dan perilaku (effort regulation, time/ study environment, helpseeking). Semakin tinggi self-regulated learning yang dimiliki individu maka akan semakin rendah perilaku prokrastinasi akademik, karena individu yang memiliki self-
33
regulated learning yang baik diharapkan mampu menyeimbangkan peran yang harus dijalankan dan cenderung lebih mampu mengelola waktu belajarnya dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Rendahnya dukungan sosial yang diterima individu menjadi penyebab terjadinya prokrastinasi akademik.Dukungan sosial terbagi menjadi empat dimensi yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima individu maka akan semakin rendah perilaku prokrastinasi akademik, karena individu yang memiliki dukungan sosial yang baik diharapkan mampu meningkatkan potensi yang ada pada diri individu untuk meningkatkan prestasi dalam proses belajar. Selain faktor psikologis, dalam penelitian ini penulis mengikut sertakan faktor demografis jenis kelamin dalam memprediksi perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozer (2010) prokrastinasi akademik lebih sering dilakukan oleh laki-laki daripada perempuan. Berdasarkan uraian kerangka berpikir, ringkasan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1: Gambar 2.1 Dukungan Sosial
Bagan kerangka berpikir Self-Regulated Learning Kognitif
Prokrastinasi Akademik
Dukungan Emosional Dukungan Penghargaan Dukungan Instrumental
Motivasi Perilaku
Jenis Kelamin
Dukungan Informatif
34
2.5. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan asumsi peneliti terhadap suatu permasalahan yang masih harus diujikan, maka hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti sebagi berikut : 2.5.1. Hipotesis Mayor Ha :
ada pengaruh yang signifikan self-regulated learning pada dimensi kognitif, motivasi,
perilaku,
penghargaan,
dan
instrumental,
dukungan
sosial
informatif
serta
pada
dimensi
jenis
kelamin
emosional, terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.5.2. Hiopotesis Minor Ha1:
Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi kognitif dari variabel self regulated learning terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha2:
Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi motivasi dari variabel self regulated learning terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha3:
Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi perilaku dari variabel self regulated learning terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha4:
Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan emosional dari variabel dukungan sosial terhadap prokrastinasi psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
akademik mahasiswa
35
Ha5:
Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan penghargaan dari variabel dukungan sosial terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha6:
Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan instrumental dari variabel dukungan sosial terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha7:
Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan informatif dari variabel dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha8:
Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap prokrastinasi Akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
36
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan metode penelitian yang akan digunakan diantaranya populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, metode analisis data, dan prosedur penelitian. 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan data tahun 2014 (bagian akademik fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) saat ini tercatat mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 631 orang dari mulai angkatan 2009 hingga 2014 dan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 248 responden laki-laki maupun perempuan. 3.2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling yaitu pengambilan sampel dimana setiap objek penelitian yang diambil tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian (Noor, 2012). 3.3. Variabel Penelitian 3.3.1. Identifikasi Variabel Variabel adalah sesuatu yang bevariasi, terdiri dari variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Dependent variabel dalam penelitian ini adalah prokrastinasi akademik, dan independent variable penelitian ini
37
adalah self-regulated learning berupa kognitif, motivasi, perilaku dan dukungan sosial berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif.variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Variabel Penelitian No Variabel 1. Prokrastinasi Akademik
Definisi Operasional Penundaan yang sering dilakukan ketika memulai atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
Dimensi Penundaan untuk memulai atau menyelesaikan tugas Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan
2. Self-regulated learning
Mengaktifkan dan mengendalikan kognisi-kognisi, motivasi,dan perilaku yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan.
Kognitif Motivasi Perilaku
3. Dukungan sosial
Sebuah kepedulian, perhatian, dorongan positif, bantuan langsung, pemberian nasihat dan petunjuk yang diterima individu dari orang disekitarnya.
Emosional Penghargaan Instrumental Informatif
3.3.2. Prokrastinasi akademik 3.3.2.1. Definisi Operasional Prokrastinasi akademik Penundaan yang sering dilakukan ketika memulai atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
38
3.3.2.2. Alat Ukur Prokrastinasi Akademik Skala prokrastinasi akademik ini terdiri dari item favorabel dan unfavorabel dengan jumlah item sebanyak 23 item dan dalam pengisiannya alat ukur ini menggunakan skala likert dengan rentangan empat poin, yaitu mulai dari tidak pernah prokrastinasi hingga selalu prokrastinasi, pilihan jawaban untuk skala prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut: 1. S, apabila subjek merasa Selalu atas pernyataan yang diberikan. 2. HS, apabila subjek merasa Hampir Selalu atas pernyataan yang diberikan. 3. HTP, apabila subjek merasa Hampir Tidak Pernah atas pernyataan yang diberikan. 4. TP, apabila subjek merasa Tidak Pernah, atas pernyataan yang diberikan. Dalam setiap jawaban, peneliti memberikan nilai sebagaimana terdapat pada table 3.2: Tabel 3.2 Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Prokrastinasi Akademik Skala (S) Selalu (HS) Hampir Selalu (HTP) Hampir Tidak Pernah (TP) Tidak Pernah
Favorabel 4 3 2 1
Unfavorabel 1 2 3 4
Adapun blue print dari skala prokrastinasi akademik yang disajikan pada table 3.3:
39
Tabel 3.3 Blueprint Alat Ukur Prokrastinasi Akademik No 1.
2. 3. 4.
Dimensi Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas kuliah Keterlambatan dalam mengerjakan tugas kuliah Kesenjangan waktu antara rencana dan kerja aktual Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas kuliah yang harus dikerjakan Total
Item
Jumlah
Favorabel 1,2,3,4
Unfavorabel 5,6
7,8
9,10
4
11,12,13
14,15
5
16,17,18,19
20,21,22,23
8
13
10
23
6
3.3.3. Self-Regulated Learning 3.3.3.1 Definisi Operasional Self-regulated learning Mengaktifkan dan mengendalikan kognisi-kognisi, motivasi dan perilaku-perilaku, yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan. 3.3.3.2 Alat Ukur Self-regulated learning Skala self-regulated learning ini terdiri dari item favorabel dan unfavorabel dengan jumlah item sebanyak 30 item dan dalam pengisiannya alat ukur ini menggunakan skala likert dengan rentangan empat poin, dimana pilihan jawabannya terdapat empat respon jawaban, masing-masing menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden. Pilihan jawaban tersebut sebagai berikut: 1. SS, apabila subjek merasa Sangat Setuju atas pernyataan yang diberikan. 2. S, apabila subjek merasa Setuju atas pernyataan yang diberikan.
40
3. TS, apabila subjek merasa Tidak Setuju atas pernyataan yang diberikan. 4. STS, apabila subjek merasa Sangat Tidak Setuju atas pernyataan yang diberikan. Dalam setiap jawaban, peneliti memberikan nilai sebagaimana terdapat pada table 3.4 Tabel 3.4 Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Self- Regulated Learning Skala (SS) Sangat Setuju (S) Setuju (TS) Tidak Setuju (STS) Sangat Tidak Setuju
Favorabel 4 3 2 1
Unfavorabel 1 2 3 4
Adapun blue print dari skala self- regulated learning disajikan pada table 3.5: Tabel 3.5 Blueprint Alat Ukur Self- Regulated Learning No
Dimensi
1.
Kognitif
2.
3.
Motifasi
Perilaku
Indikator Rehearsal (mengingat dan mengulang) Elaboration (menggunakan kalimatnya untuk merangkum materi) Mastery self talk (memuaskan keingintahuan menjadi lebih kompeten) Extrinsic self talk (berpikir untuk memperoleh prestasi lebih tinggi) Relative ability self talk (melakukan usaha yang lebih baik) Relevance enhancement (meningkatkan keterhubungan tugas dengan kehidupan) Situational interest enhancement (meningkatkan motivasi) Effort regulation (meregulasi usaha) Time/Study environment (mengatur waktu untuk mempermudah proses belajar) Help seeking (mencoba mendapatkan bantuan dari teman sebaya, dosen, dan orang lain) Total
Item
Jumlah
Favorabel
Unfavorabel
1,2
3,4
4
5,6
7,8
4
9,10,11
12
4
13,14
2
15,16
2
17,18
2
19,20
21
22,23,24
3 3
25,26,27
28
4
29
30
2
22
8
30
41
3.3.4. Dukungan sosial 3.3.4.1. Definisi Operasional Dukungan sosial Sebuah kepedulian perhatian dorongan positif, bantuan langsung, pemberian nasehat dan petunjuk yang diterima individu dari orang disekitarnya. 3.3.4.2. Alat Ukur dukungan sosial Skala Dukungan sosial ini terdiri dari item favorabel dan unfavorabel dengan jumlah item sebanyak 22 item dan dalam pengisiannya alat ukur ini menggunakan skala likert dengan rentangan empat poin, dimana pilihan jawabannya terdapat empat respon
jawaban,
masing-masing menunjukkan kesesuaian pernyataan
yang
diberikandengan keadaan yang dirasakan responden.Pilihan jawaban tersebut adalah sebagai berikut: 1. SS, apabila subjek merasa Sangat Setuju atas pernyataan yang diberikan. 2. S, apabila subjek merasa Setuju atas pernyataan yang diberikan. 3. TS, apabila subjek merasa Tidak Setuju atas pernyataan yang diberikan. 4. STS, apabila subjek merasa Sangat Tidak Setuju atas pernyataan yang diberikan. Dalam setiap jawaban, peneliti memberikan nilai sebagaimana terdapat pada table 3.6: Tabel 3.6 Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Dukungan Sosial Skala
(SS) Sangat Setuju (S) Setuju (TS) Tidak Setuju (STS) Sangat Tidak Setuju
Favorabel
Unfavorabel
4 3 2 1
1 2 3 4
42
Adapun blueprint dari skala dukungan sosial disajikan pada table 3.7: Tabel 3.7 Blueprint Alat Ukur Dukungan Sosial No 1. 2. 3. 4.
Item
Dimensi
Favorabel 1,4,6 8,10 12,13 16,17,19,21 11
Dukungan emosional Dukungan penghargaan Dukungan instrumental Dukungan informatif Total
Unfavorabel 2,3,5,7 9,11 14,15 18,20,22 11
Jumlah 7 4 4 7 22
3.4. Prosedur Pengumpulan data Persiapan pertama dalam penelitian ini adalah mempersiapkan instrumen penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data sesungguhnya. Adapun prosedur pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut: 1. Peneliti menemui responden mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
untuk
meminta
kesediannya
melakukan
penelitian
yangdimulai dari tanggal 23 Juni hingga tanggal 26 Juni 2014 di Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden. 3. Peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk segera diolah hasilnya. 3.5. Uji Validitas Konstruk Uji validitas dilakukan dengan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk pengujian validitas instrument dengan menggunakan software LISREL 8.80. adapun langkah-
43
langkah yang dilakukan yaitu: 1. Dilakukan uji CFA dengan model unidimensional (satu faktor) dan dilihat nilai chi square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-square tidak signifikan (p > 0,05) berarti semua item telah mengukur sesuai dengan yang diteorikan, yaitu hanya mengukur satu faktor saja. Jika ini terjadi maka analisis dilanjutkan ke langkah ketiga, yaitu melihat muatan factor pada masing-masing item. Namun jika nilai Chi-square signifikan (p < 0,05), maka diperlukan modifikasi terhadap model pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini. 2. Jika nilai Chi-square signifikan, maka dilakukan modifikasi model pengukuran dengan cara mengestimasi korelasi antar kesalahan pengukuran pada beberapa item yang mungkin bersifat multidimensional. ini berarti bahwa selain suatu item mengukur konstruk yang diniati ingin diukur (sesuai teori), juga dapat dilihat apakah item tersebut mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu hal). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran disebabkan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya. 1. Setelah diperoleh model pengukuran yang fit unidimensional (satu faktor) maka dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negative. Jika ada, item tersebut harus didrop (tidak diikut sertakan dalam skoring). 2. Dengan menggunakan SPSS dan model unidimensional (satu faktor) kemudian dihitung (diestimasi) nilai skor faktor (true score) bagi setiap orang untuk variabel yang bersangkutan. dalam hal ini yang dianalisis faktor hanya item yang baik saja.
44
Adapun kriteria item yang baik pada CFA yaitu: 1. Melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t > 1,96 maka item tersebut tidak akan didrop dan sebaliknya. 2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah diskoring dengan favorabel (pada skala Likert 1-4), maka nilai koefisien muatan faktor harus bermuatan positif dan sebaliknya. Apabila item favorabel, namun koefisien muatan faktor item bernilai negatif, maka item tersebut akan didrop dan sebaliknya. 3. Terakhir, apakah kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal yang lain. 3.5.1. Validitas Konstruk Skala Prokrastinasi akademik Peneliti menguji 23 item, apakah ada yang bersifat satu faktor, artinya benar hanya mengukur prokrastinasi akademik.Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 1557,73, df = 230, P-Value = 0,00000, RMSEA = 0,153. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana disajikan pada gambar 3.1:
45
Gambar 3.1 Analisis Konfirmatorik dari Faktor Vaiabel Prokrastinasi Akademik
Pada gambar 3.1, nilai Chi-square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu prokrastinasi. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak.Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.8:
46
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Prokrastinasi Akademik No
Koefisien
Standar Error
Nilai T
Signifikan
1 0.63 0.06 10.65 V 2 0.49 0.06 8.12 V 3 0.58 0.06 9.80 V 4 0.69 0.06 11.10 V 5 -0.36 0.06 -5.80 X 6 -0.64 0.06 -10.70 X 7 0.16 0.06 2.54 V 8 0.58 0.06 9.77 V 9 -0.65 0.06 -11.14 X 10 -0.41 0.06 -6.60 X 11 0.38 0.06 6.14 V 12 0.48 0.06 7.88 V 13 0.62 0.06 10.73 V 14 -0.66 0.06 -10.74 X 15 -0.44 0.06 -7.30 X 16 0.56 0.06 9.44 V 17 0.64 0.06 10.50 V 18 0.47 0.06 7.63 V 19 0.38 0.06 6.30 V 20 -0.55 0.06 -9.20 X 21 -0.47 0.06 -7.86 X 22 -0.63 0.06 -10.83 X 23 -0.65 0.06 -10.74 X Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8 diatas, dapat dilihat bahwa 10 item tidak signifikan (t < 1,96) dan 10 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada item yang didrop yaitu item nomor 5,6,9,10,14,15,20,21,22,23. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. 3.5.2. Validitas Konstruk Skala Self-regulated learning Pada self-regulated learning, peneliti menguji tiga dimensi yang terdiri dari kognitif,
47
motivasi, dan perilaku. 3.5.2.1. Kognitif Pada kognitif, peneliti menguji delapan item apakah ada yang bersifat satu faktor, artinya benar hanya mengukur kognitif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 209,39, df = 20, PValue = 0,00000, RMSEA = 0,196. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana disajikan pada gambar 3.2: Gambar 3.2 Analisis Konfirmatorik Faktor Kognitif
Pada gambar 3.2 nilai Chi-square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kognitif. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item
48
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, sebagaimana disajikan dalam tabel tabel 3.9: Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Kognitif No
Koefisien
Standar Error
Nilai T
Signifikan
1 0.22 0.06 3.46 V 2 0.78 0.07 8.67 V 3 -0.25 0.06 -3.94 X 4 0.13 0.06 -2.13 X 5 0.68 0.08 8.95 V 6 0.89 0.09 9.96 V 7 -0.16 0.06 -2.44 X 8 -0.13 0.07 1.87 X Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, dapat dilihat bahwa 4 item tidak signifikan (t < 1,96) dan 3 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada item yang didrop yaitu item nomor 3,4,7,8. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. 3.5.2.2. Motivasi Pada motivasi peneliti menguji tiga belas item, apakah bersifat mengukur satu faktor atau tidak. Padai awal analisis yang dilakukan dengan menggunakan Lisrel 8.80, model satu faktor tidak fit dengan Chi-square = 300,80, df = 65, P-Value =0,00000, RMSEA = 0,121. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana
49
kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana disajikan pada gambar 3.3: Gambar 3.3 Analisis Konfirmatorik Faktor Motivasi
Pada gambar 3.3 nilai Chi-square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu motivasi. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, sebagaimana disajikan dalam tabel 3.10:
50
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Motivasi No
Koefisien
Standar Error
Nilai T
Signifikan
9 0.79 0.06 14.15 V 10 0.69 0.06 12.01 V 11 0.65 0.06 11.09 V 12 -0.08 0.07 -1.21 X 13 0.62 0.06 10.46 V 14 0.58 0.06 9.48 V 15 0.42 0.06 6.54 V 16 0.68 0.06 11.57 V 17 0.71 0.06 11.77 V 18 0.63 0.06 10.63 V 19 0.52 0.06 8.39 V 20 0.51 0.06 8.19 V 21 -0.49 0.06 -7.75 X Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, dapat dilihat bahwa 2 item tidak signifikan (t < 1,96) dan 2 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada item yang didrop yaitu item nomor 12, 21. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. 3.5.2.3. Perilaku Pada perilaku peneliti menguji sembilan item, apakah ada yang bersifat satu faktor, artinya benar hanya mengukur perilaku. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 191,08, df = 27, PValue = 0,00000, RMSEA = 0,157. Oleh sebab itu peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana disajikan pada gambar
51
3.4: Gambar 3.4 Analisis Konfirmatorik Faktor Perilaku
Dari hasil tersebut Chi-square menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu perilaku. Kemudian peneliti melakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, sebagaimana disajikan dalam tabel 3.11:
52
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perilaku No
Koefisien
Standar Error
Nilai T
Signifikan
22 0.41 0.07 5.45 V 23 0.38 0.08 5.02 V 24 0.60 0.07 8.04 V 25 0.56 0.07 7.71 V 26 0.60 0.07 8.15 V 27 0.58 0.07 7.95 V 28 -0.30 0.08 -3.94 X 29 0.45 0.07 6.04 V 30 -0.05 0.08 -0.61 X Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.11 dapat dilihat bahwa 2 item tidak signifikan (t < 1,96) dan 2 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada item yang didrop yaitu item nomor 28, 30. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. 3.5.3. Validitas Konstruk Skala Dukungan sosial Pada dukungan sosial,peneliti menguji tiga dimensi yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. 3.5.3.1. Dukungan Emosional Pada dukungan emosional peneliti menguji tujuh item, apakah ada yang bersifat satu faktor, artinya benar hanya mengukur emosional. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata diperoleh model tidak fit dengan Chisquare = 23,83, df = 14, P-Value = 0,04801, RMSEA = 0,053. Kemudian dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
53
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, sebagaimana disajikan pada pada gambar 3.5: Gambar 3.5 Analisis Konfirmatorik Faktor Emosional
Dari hasil tersebut menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu emosional. Kemudian peneliti melakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, sebagaimana disajikan pada tabel 3.12:
54
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Emosional No
Koefisien
Standar Error
Nilai T
Signifikan
1 0.15 0.07 2.25 V 2 -0.58 0.06 -9.66 X 3 -9.59 0.06 -9.80 X 4 0.70 0.06 12.17 V 5 -0.88 0.05 -16.81 X 6 0.47 0.06 7.41 V 7 -0.90 0.05 -17.46 X Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.12 dapat dilihat bahwa 4 item tidak signifikan (t < 1,96) dan 4 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada item yang didrop yaitu item nomor 2,3,5,7. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. 3.5.3.2. Dukungan Penghargaan Pada dukungan penghargaan peneliti menguji empat item, apakah bersifat mengukur satu faktor atau tidak. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,diperoleh model fit dengan Chi-square=1, 91, df = 2, P-Value = 0, 38389, RMSEA = 0,00000. Gambar 3.6 Analisis Konfirmatorik Faktor Penghargaan
55
Dari hasil tersebut menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu penghargaan. Kemudian peneliti melakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, sebagaimana disajikan pada tabel 3.13: Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Penghargaan No
Koefisien
Standar Error
Nilai T
Signifikan
8 0.59 0.07 8.69 V 9 -0.58 0.07 -8.47 X 10 0.35 0.07 5.09 V 11 -0.87 0.07 -12.15 X Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.13 dapat dilihat bahwa 2 item tidak signifikan (t < 1,96) dan 2 item koefisiennya bermuatan hnegatif, dengan demikian pada tahapan ini ada item yang didrop yaitu item nomor 9,11. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. 3.5.3.3. Dukungan Instrumental Pada dukungan instrumental, peneliti menguji empat item apakah bersifat satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis yang dilakukan dengan menggunakan LISREL 8.80, model satu faktor diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square = 23, 07, df = 2,
56
P-value = 0,00001 MRSEA = 0. 207. Kemudian dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, sebagaimana disajikan pada gambar 3.7: Gambar 3.7 Analisis Konfirmatorik Faktor Instrumental
Dari hasil tersebut menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu Instrumental. Kemudian penulis melakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.14:
57
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Instrumental No
Koefisien
Standar Error
Nilai T
Signifikan
12 0.37 0.10 3.74 V 13 0.07 0.05 1.26 V 14 -0.34 0.09 3.61 X 15 -1.26 0.27 -4.76 X Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.14 dapat dilihat bahwa 2 item tidak signifikan (t < 1,96) dan 2 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada item yang didrop yaitu item nomor 14,15. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. 3.5.3.4. Dukungan Informatif Pada dukungan informatif , peneliti menguji tujuh item apakah bersifat satu faktor atau tidak. Dari hasil awal analisis yang dilakukan dengan menggunakan LISREL 8.80, model satu faktor diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square = 69, 16, df = 14
, P-value = 0.00000 MRSEA = 0. 126. Oleh sebab itu peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana disajikan pada gambar 3.8:
58
Gambar 3.8 Analisis Konfirmatorik Faktor Informatif
Dari hasil tersebut menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu Informatif. Kemudian penulis melakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.15: Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Informatif No
Koefisien
Standar Error
Nilai T
Signifikan
16 0.82 0.06 13.42 V 17 0.82 0.06 13.40 V 18 -0.82 0.06 -13.40 X 19 0.37 0.07 5.47 V 20 -0.33 0.07 -4.90 X 21 0.40 0.07 6.02 V 22 -0.44 0.07 -6.46 X Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
59
Berdasarkan tabel 3.15, dapat dilihat bahwa 3 item tidak signifikan (t < 1,96) dan 3 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada item yang didrop yaitu item nomor 18,20,22. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor. 3.6.
Metode Analisis Data
Penulis mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik statistik multiple regression analysis (analisis regresi berganda) bertujuan untuk menjawab pertanyaan pengujian hipotesis penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh signifikan dari variable bebas (independent variable) yaitu self-regulated learning (kognitif, motivasi, perilaku) dan dukungan sosial terhadap variabel prokrastinasi akademik (dependent variable) mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y` = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5…+bnXn+e Keterangan: Y` = Prokrastinasi akademik a = Konstanta b = Koefisien Regresi X1 = Kognitif X2 = Motivasi X3 = Perilaku X4 = Emosional
60
X5 = Penghargaan X6 = Instrumental X7 = Informatif X8 = J.kelamin bn = sampel ke n Xn = Variabel ke n e
= Residu
1.R2 (koefisien determinasi berganda) Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien nilai korelasi berganda antara prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap self-regulated learning (kognitif, motivasi, perilaku) dan dukungan sosial. Besarnya prokrastinasi akademik yang disebabkan oleh faktor-faktor yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2.R2 menunjukkan variasi atau perubahan variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari intense yang dijelaskan oleh self-regulated learning (kognitif,motivasi,perilaku) dan dukungan sosial. Untuk mendapatkan R2 digunakan rumusan sebagai berikut :
𝑅2 =
𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔 𝑆𝑆y
2. Uji F Untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau tidak, maka
61
digunakan uji F untuk membuktikan hal tersebut menggunakan rumus: 𝑅 2 /k 𝐹= (1 − 𝑅 2 )/(N − k − 1) Dimana k adalah jumlah independent variabel dan N adalah jumlah sampel.Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya dapat dilihat apakah variabel-variabel yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependent variabel. 3. Uji T Uji T digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan variabel bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas (X) benar-benar memberikan kontribusi terhadap variabel terikat (Y). Uji T ini dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut: t=
b 𝑆b
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar deviasi sampling dari koefisien b. Selama uji t, peneliti akan menulis R2. Signifikan tidaknya dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Seluruh perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.
3.7. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : 1. Sebelum turun kelapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti
62
kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Tidak hanya itu peneliti juga melakukan studi pendahuluan guna memperdalam permasalahan yang muncul. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian menyiapkan, membuat, dan menyusun alat ukur sebagaimana dijelaskan sebelumnya. 2. Membuat surat ijin penelitian kepada pihak fakultas psikologi dan membuat surat ijin meminta data populasi mahasiswa/i Psikologi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini tercatat aktif kuliah ditahun 2009-2014 kepada bagian akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Menyebarkan angket dengan meminta kesediaan para mahasiswa/i Psikologi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tercatat aktif kuliah ditahun ajaran 2009-2014 untuk menjadi responden dalam penelitian ini kemudian peneliti membagikan alat ukur berupa kuesioner kepada mahasiswa/i Psikologi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta secara langsung. 4. Setelah mendapatkan data, peneliti memberikan kode dan melakukan scoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden. 5. Setelah selesai skoring, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Terakhir, setelah mendapatkan data yang diinginkan peneliti kemudian melakukan pengolahan, pengujian, dan menganalisis data yang sudah didapatkan.
63
BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada bab empat ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Pembahasan tersebut meliputi gambaran umum subjek, analisis dan hasil uji hipotesis. 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian. populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa/i psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang masih aktif kuliah tahun angkatan 2009-2014. Dalam penelitian ini tidak semua populasi mahasiswa/i psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta digunakan sebagai responden penelitian.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 248 responden laki-laki maupun perempuan. 4.1.1. Responden Berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana pada tabel 4.1 : Tabel 4.1. Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 2
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Frekuensi 171 77 248
Presentase 69% 31% 100%
64
Jenis kelamin merupakan salah satu indikator yang mengukur prokrastinasi akademik. Responden berjenis kelamin perempuan diberi nomor 1 sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki diberi dengan nomor 2. Dari tabel diatas maka diketahui yang berjenis kelamin perempuan sebesar 171 responden dengan presentase 69% dan yang berjenis laki-laki 31 responden dengan presentase 31%. 4.2
Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Uji Hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing Independent Variable terhadap Dependent Variable. Untuk hal ini peneliti melakukan analisis regresi dengan menggunakan SPSS.2.0 Dalam melakukan analisis regresi ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Melihat apakah independent variable berpengaruh signifikan terhadap dependent variable. 2. Melihat besaran R square untuk mengetahui besaran sumbangan (persentase) Independent variable terhadap varians pada dependent variable. 3. Melihat signifikan/tidaknya koefisien regresi dari masing-masing Independent Variable 4.2.1 Uji Regresi Berganda Langkah pertama peneliti menganalisis besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable. Nilai tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
65
Tabel 4.2 Model Summary Model
R .455 a
1
R Square .207
Adjusted R Square .181
Std. Error of the Estimate 9.05066
a.Predictors: (Constant), J.kelamin, Kognitif, Instrumental, emosional, Perilaku, Penghargaan, Motivasi, Informatif
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0.207 atau 20,7 %. Artinya proporsi varians dari prokrastinasi akademik yang dijelaskan oleh semua independent variable adalah sebesar 20,7 % sedangkan sisanya 79,3 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap prokrastinasi akademik. Jika melihat kolom signifikan (p< 0.05) pada tabel 4.3, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh variabel independent terhadap prokrastinasi akademik ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan self-regulated learning pada dimensi kognitif, motivasi, perilaku, dan dimensi dukungan sosial emosional, penghargaan, instrumental, informatif serta jenis kelamin terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 ANOVAa
1
Model Regression Residual Total
Sum of aquares 5121.715 19577.569
df 8 239
Mean square 640.214 81.915
F 7.816
Sig. .000b
66
a. Dependent Variable: Prokras b. Predictors: (Constant), Jenis Kelamin, Kognitif, Instrumental, Emosional,Perilaku, Penghargaan, Motivasi, Informatif
Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel.Jika p< 0,05 maka koefisiensi regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik. penyajian hasil koefisien regresi dapat dilihat pada tabel 4.4.Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.4, nilai B pada kolom kedua dapat disampaikan persamaan regresi sebagai berikut : Tabel 4.4 Coefficientsa Unstandarized Coefficients Standarized Coefficients Model Std. B Beta Error (Constant) 71.477 4.097 Kognitif -.019 .076 -.019 Motivasi -.198 .086 -.198 Perilaku -.182 .082 -.182 1 Emosional -.119 .072 -.119 Penghargaan -.090 .083 -.090 Instrumental .050 .070 .050 Informatif .187 .087 .187 J.kelamin -4.173 1.309 -.193 a.Dependent Variable Prokras
t
Sig.
17.447 -.254 -2.314 -2.215 -1.662 -1.091 .717 2.149 -3.189
.000 .800 .022 028 .098 .276 .474 .033 .002
(* signifikan) Prokrastinasi Akademik = 71,477 - 0,019 Kognitif - 0,198 Motivasi * - 0,182 Perilaku * - 0.119 emosional - 0,090 Penghargaan + 0,050 Instrumental + 0.187 informatif * - 4,173 J.kelamin * + e Dari tabel 4.4, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, bisa dilihat dari nilai signifikan pada tabel 4.4. Jika sig < 0,05, maka
67
koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap prokrastinasi akademik dan sebaliknya. Dari hasil diatas ada empat koefisien regresi yang signifikan yaitu motivasi, perilaku, informatif, dan Jenis.kelamin. Sedangkan kognitif, emosional, penghargaan, instrumental tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa dari delapan hipotesis minor ada empat yang signifikan dan terdapat empat yang tidak signifikan. Nilai koefisien regresi pada tabel 4.4 yang diperoleh masing-masing independent variable untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut : 1. Variabel Kognitif Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0, 019 dengan signifikansi sebesar 0,800
(p>0.05 ). Dari hasil tersebut berarti variabel kognitif tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. 2. Variabel Motivasi Diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,198 dengan signifikansi sebesar 0, 022 (p< 0.05 ). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel motivasi secara negatif berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik.Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi motivasi maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa. 3. Variabel Perilaku Diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,182 dengan signifikansi sebesar 0, 028 (p< 0.05 ). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel perilaku secara negatif berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik.Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi mahasiswa dalam meregulasi dirinya maka semakin rendah mereka
68
melakukan prokrastinasi akademik. 4. Variabel Emosional Diperoleh koefisien regresi sebesar -0.119 dengan signifikansi sebesar 0, 098 (p>0.05 ). Dari hasil tersebut berarti variabel emosional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. 5. Variabel Penghargaan Diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,090 dengan signifikansi sebesar 0,276 (p> 0.05). Dari hasil tersebut berarti variabel penghargaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. 6. Variabel Instrumental Diperoleh koefisien regresi sebesar 0,050 dengan signifikansi sebesar 0,474 (p> 0.05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel instrumental tidak berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. 7. Variabel Informatif Diperoleh koefisien regresi sebesar 0.187 dengan signifikansi sebesar 0,033 (p< 0.05 ). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel informatif secara signifikan berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik.Dapat disimpulkanbahwa semakin banyak dukungan sosial berupa informasi yang mahasiswa terima maka semakin rendah prokrastinasi akademik yang merekalakukan. 8. Variabel Jenis Kelamin Diperoleh koefisien regresi sebesar - 4,173 dengan signifikansi sebesar 0,002 (p<0.05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa (p<0.05 ). Dari hasil tersebut
69
menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin secara negatif berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik. maka hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki maupun mahasiswa permpuan berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Kemudian langkah selanjutnya peneliti menguji penambahan proporsi varians dari tiap variabel independen jika independent variable tersebut dimasukkan satu persatu ke dalam analisis regresi.tujuannya adalah untuk melihat penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap independent variable. Dimana independent variable tersebut akan danalisis secara satu persatu. 4.2.2 Proporsi varians untuk masing-masing variabel independen Langkah terakhir adalah menganalisis besarnya nilai proporsi varians dari tiap tiapindependent variable terhadap dependent variable.Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan atau tidak penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap independent variable. Dimana independent variable tersebut akan dianalisis secara satu persatu. Pada tabel 4.5 kolom pertama adalah independent variable yang di analisis secara satu persatu. Pada kolom ketiga merupakan total penambahan varians dependent variable dari tiap independent variable yang dianalisis satu persatu tersebut. Kolom ke enam merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent variable yang dimasukkan secara satu per satu. Kolom ke tujuh adalah harga f hitung bagi independent variable yang bersangkutan, kolom df adalah derajat bebas bagi independent variable yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator
70
dan denumerator. Kolom terakhir adalah kolom Sig F Change yang fungsinya untuk mengetahui signifikansinya. Apabila p< 0,05 maka independent variable memiliki sambungan yang signifikan. Jika signifikan artinya bahwa penambahan (incremented) proporsi varians dari independent variable yang bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians dari masing-masing independent variable terhadap prokrastinasi akademik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Penghitungan Proporsi Varians Prokrastinasi Akademik Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 9.69859 9.38048 9.30491 9.2664 9.2850 9.26880 9.22190 9.0506
Change Statistic R. Square Change .063 .064 .018 .011 .000 .006 .012 .034
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1 .251a .063 .059 16.584 1 246 .000 2 .357b .127 .120 17.968 1 245 .000 c 3 .380 .145 .134 4.996 1 244 .026 4 .394d .155 .141 3.032 1 243 .083 e 5 .394 .155 .138 .027 1 242 .869 6 .402f .162 .141 1.846 1 241 .175 g 7 .417 .174 .150 3.458 1 240 .064 8 .455h .207 .181 10.167 1 239 .002 1. Predictors: (Constant), Kognitif 2. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi 3. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku 4. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku, emosional 5. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku, emosional, Penghargaan 6. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku, emosional, Penghargaan,Instrumental 7. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku,emosional,Penghargaan,Instrumental,Informatif 8. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku, emosional,Penghargaan,Instrumental, Informatif, Jenis.kelamin
Dari tabel 4.5 dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut : 1. Variabel Kognitif memberikan sumbangan varians sebesar 6,3% pada prokrastinasi akademik. Sumbangan ini signifikan dengan F = 16,584 dan df = 1,246, p< 0,05.
71
2. Variabel motivasi memberikan sumbangan varians sebesar 6,4%
pada
prokrastinasi akademik. Sumbangan ini signifikan dengan F= 17, 968 dan df = 1,245, p< 0,05. 3. Variabel perilaku memberikan sumbangan varians sebesar 1,8% pada prokrastinasi akademik. Sumbangan ini signifikan dengan F = 4,996 dan df = 1,244, p< 0,05. 4. Variabel emosional memberikan sumbangan varians sebesar 1,1% pada prokrastinasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F = 3,032 dan df = 1,243, p> 0.05. 5. Variabel penghargaan tidak memberikan sumbangan, dan varians sebesar 0,0% pada prokrastinasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F = 0,027 dan df = 1,242, p> 0.05. 6. Variabel instrumental memberikan sumbangan varians sebesar 0,6% pada prokrastinasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F = 1,846 dan df = 1,241, p> 0.05. 7. Variabel informatif memberikan sumbangan varians sebesar 1,2% pada prokrastinasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F = 3,458 dan df = 1,240, p> 0.05. 8. Variabel Jenis kelamin memberikan sumbangan varians sebesar 3,4% pada prokrastinasi akademik. Sumbangan ini signifikan dengan F = 10,167 dan df = 1,239, p< 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat empat variabel, yaitu kognitif, motivasi, perilaku, dan jenis kelamin yang signifikan terhadap prokrastinasi
72
akademik. Hal ini dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan independent variable (sumbangan proporsi varians yang diberikan).Untuk mengetahui independen variabel mana yang memberikan kontribusi paling besar terhadap dependent variable dapat dilihat dari nilai R2changenya.semakin besar maka semakin banyak kontribusi yang diberikan terhadap dependent variable. Dari tabel perhitungan proporsi varians prokrastinasi akademik dapat diketahui bahwa independent variable yang signifikan memberikan kontribusi dari yang terbesar hingga terkecil yaitu motivasi dengan R2 change 6,4 %, kognitif dengan R2change 6,3 %, Jenis kelamin dengan R2 change 3,4 %, perilaku dengan R2 change 1,8 %
73
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 5 penulis akan memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah, “ada pengaruh yang signifikan antara self-regulated learning (kognitif, motivasi, perilaku) dukungan sosial (emosional, penghargaan, instrumental, informatif) dan jenis kelamin terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F sebesar 7,816 yang menguji seluruh independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV) “. Besarnya pengaruh yang diberikan oleh independent variable secara keseluruhan ( self-regulated learning, dukungan sosial, dan jenis kelamin) terhadap dependent variable (prokrastinasi akademik) sebesar 20,7 % sedangkan 79,3 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Kemudian dari hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh empat koefisien regresi yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik yaitu variabel self-regulated learning (motivasi, perilaku), dukungan sosial (informatif) dan jenis kelamin.
74
5.2 Diskusi Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu: dimensi kognitif, motivasi, perilaku dari self-regulated learning, dukungan sosial emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif serta jenis kelamin secara menyeluruh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Variabelvariabel tersebut secara menyeluruh memberikan sumbangsih atau proporsi varians sebesar 20,7% terhadap prokrastinasi akademik mahasisawa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan sisanya 79, 3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh variabel ini. Variabel lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa antara lain: kepribadian, asertivitas, locus of control, dll. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Ferrari (2007) yang menyebutkan bahwa prokrastinasi adalah sesuatu yang komplek yang berkaitan dengan variabel kepribadian.Ada beragam motif terjadinya prokrastinasi tetapi motif utamanya adalah takut gagal, tugas yang tidak menyenangkan, tugas yang sulit, dan membosankan. Hal lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah locus of control. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tektonika (2012) menyimpulkan bahwa secara menyeluruh locus of control memiliki hubungan terhadap prokrastinasi seseorang dan semakin tinggi locus of control internal maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa. Penelitian tersebut senada dengan pendapat Wainer (dalam Steel, 2001) yang menyatakan bahwa locus of control dapat menjadi penyebab prokrastinasi, yang
75
menyatakan bahwa locus of control dapat menjadi penyebab prokrastinasi, karena berhubungan dengan performa dan motivasi. Faktor lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi adalah asertivitas (bersikap tegas). Jika individu memiliki asertivitas yang baik dalam kegiatan belajar seperti mengungkapkan keberatan atas tugas yang terlalu banyak diberikan oleh dosen dan meminta tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas tersebut, dengan begitu individu dapat terhindar dari prokrastinasi akademik .Hasil penelitian yang dilakukan oleh Husetiya (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Psikologi UNDIP. Pada penelitian ini variabel yang memiliki pengaruh dan sumbangsih paling besar terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta adalah dimensi motivasi dari variabel self regulated learning dengan kontribusi 6,4%. Hal ini disebabkan karena motivasi pada dimensi self regulated learning merupakan faktor internal yang dimiliki oleh mahasiswa yang kapasitasnya dapat digunakan untuk performa dan prestasi belajar. Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif, dimana semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya melakukan prokrastinasi akademik (Briordy dalam Ferrari, 1995). Dimensi selanjutnya dari self-regulated learning yang memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa adalah dimensi perilaku dan memiliki kontribusi
76
sebesar 1,8%. Dimensi perilaku merupakan sebuah upaya yang berorientasi pada pencapain tujuan, hal ini berkaitan erat dengan kontrol diri mahasiswa. Kontrol diri yang baik sangat berpengaruh pada rendahnya prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa,sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhid (2009), menyimpulkan bahwa semakin tinggi kontrol diri seseorang maka semakin rendah prokrastinasi yang dilakukan. Hal tersebut senada dengan pendapat Bandura (dalam Zimmerman, 1989) bahwa perilaku adalah aspek dari pribadi (person) pada individu yang dapat melakukan observasi, memonitor, dan berusaha mengontrol serta meregulasi aktivitas pada umumnya dan dapat dianggap sebagai self-regulatory bagi individu.Regulasi perilaku meliputi regulasi usaha (effort regulation), waktu dan lingkungan (time/ study environment), dan pencarian bantuan (help-seeking). Dimensi lain dari self-regulated learning pada penelitian ini adalah dimensi kognitif. Pada dimensi kognitif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Namun dimensi kognitif tersebut memberikan sumbangsih terbesar kedua setelah dimensi motivasi yaitu sebesar 6,3%. Hal tersebut diduga karena adanya beban tugas akademik yang terlalu banyak, dan menimbulkan perasaan cemas dengan kondisi yang mereka persepsikan sehingga pelaksanaan tugas yang satu menyebabkan pengerjaan tugas lain tertunda. Hal tersebut didukung oleh pendapat Burka & Yuen (2008) menjelaskan bahwa prokrastinasi terjadi karena tugas-tugas yang menumpuk terlalu banyak dan harus
77
segera dikerjakan. Pelakasanaan tugas yang satu dapat menyebabkan tugas yang lain tertunda. Prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri dalam perbuatan keputusan pada situasi-situasi yang dipersepsikan penuh
stress.
Jenis
prokrastinasi
ini
terjadi
akibat
kegagalan
dalam
mengindentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga akhirnya seorang menunda untuk memutuskan masalah. Secara dominan dimensidari variabel self-regulated learning memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa
psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini dibuktikan dua dari tiga dimensi self-regulated learning yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik, hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wolters (2003) terhadap mahasiswa Urban University. Hasil penelitian menyatakan bahwa self-regulated learning memiliki hubungan dengan prokrastinasi akademik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rizanti & Muhari (2013) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan antara self-regulated learning dengan prokrastinasi akademik dalam menghafal Al quran pada Mahasantri. Artinya, semakin
tinggi
self-regulated
learning
Mahasantri
maka
semakin
rendah
prokrastinasi yang dilakukannya. Variabel independen lain yang diteliti dalam penelitian ini yaitu dukungan sosial yang memiliki empat dimensi diantaranya, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Diantara ke empat dimensi dari dukungan sosial tersebut hanya dukungan informatif yang memiliki
78
pengaruh terhadap prokrastinasi akademik Mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta dengan sumbangsih 1,2%. Dimensi informatif dari dukungan sosial mencakup pemberian nasehat, petunjukpetunjuk, saran ataupun umpan balik (House, dalam Smet 1994). Sarafino (2011) menguraikan lebih lanjut bahwa dukungan sosial informatif mencakup pemberian nasihat, petunjuk-petunjuk,saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis. Dukungan informatif ini juga membantu individu mengambil keputusan karena mencakup mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasihat,dan petunjuk. Dimensi emosional dari dukungan sosial pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik tetapi memiliki sumbangsih sebesar 1,1%. Dimensi selanjutnya pada variabel dukungan sosial adalah dimensi penghargaan. Dimensi penghargaan pada penelitian ini tidak berpengaruh dan sama sekali tidak memberikan kontribusi terhadap prokrastinasi akademik Mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta. Dimensi terakhir dari variabel dukungan sosial yaitu dimensi instrumental. Dimensi tersebut memiliki sumbangsih sebesar 0,6% akan tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Hasil pembahasan dimensi-dimensi variabel dukungan sosial tersebut menunjukkan bahwa pada lingkup pendidikan, dimensi dukungan informatif lebih efektif atau dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menekan timbulnya prokrastinasi akademik. Hal
79
tersebut terjadi karena mahasiswa lebih membutuhkan dukungan informatif dari orang-orang disekelilingnya dalam mengerjakan tugas akademik dibandingkan dukungan yang lain. Senada dengan pernyataan Defares (dalam Smet, 1994) yang menyebutkan bahwa jenis dukungan yang diterima dan diperlukan oleh individu tergantung pada keadaan yang penuh tekanan. Misalnya dukungan instrumental akan lebih efektif apabila individu berada dalam keadaan yang penuh kesukaran seperti kemiskinan. Dukungan informatif akan bermanfaat apabila individu berada dalam kondisi kekurangan pengetahuan dan ketrampilan, dan dalam kondisi yang tidak jelas mengenai suatu persoalan. Adapun variabel demografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap prokrastinasi dengan nilai signififikansi sebesar 0,002 (p< 0.05 ). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozer (2009) yang menyimpulkan bahwa prokrastinasi akademik lebih sering dilakukan oleh lakilaki daripada perempuan. 5.3 Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran yang terdiri dari saran teoritis dan saran praktis berdasarkan hasil dan keterbatasan penelitian tersebut. Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependent variable yang sama.
80
5.3.1 Saran Teoritis 1. Untuk penelitian selanjutnya, masih banyak faktor-faktor menarik lainnya yang dapat dijadikan variabel independent untuk melihat pengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Mengingat bahwa keseluruhan independen variable dalam penelitian ini hanya memberikan sumbangsih sebesar 20,7% terhadap prokrastinasi akademik mahasisawa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan masih terdapat persentase yang cukup besar yaitu 79, 3% yang diduga mempengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa. Variabel lain tersebut misalnya faktor kepribadian, locus of control, kondisi fisik individu, pola asuh orang tua, dll. 2. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan berasal dari kelompok mahasiswa. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya peneliti menyarakan agar mengunakan sampel dalam kelompok siswa, guru, atau dosen sehingga mampu mendapatkan gambaran lain yang lebih variatif lagi diluar penelitian ini. 5.3.2. Saran Praktis 1. Bagi mahasiswa, karena pada penelitian ini variabel self regulated learning (motivasi dan perilaku) berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik, penulis menyarankan untuk mahasiswa agar menambah kemauan untuk memulai dan menyelesaikan, dan mempersiapkan tugas berikutnya, serta berkeinginan menjadi lebih kompeten dari pada orang lain. Selain itu mahasiswa dianjurkan untuk melakukan observasi, memonitor, dan berusaha mengontrol tersebut menjadi sebuah tindakan nyata untuk mencapai target menyelesaikan tugas-tugas
81
akademik. Jika hal-hal tersebut dilakukan maka kemungkinan peluang terjadinya prokrastinasi semakin kecil bahkan mungkin tidak ada. 2. Bagi para dosen pembimbing akademik hendaknya memberikan waktu lebih bagi mahasiswa untuk berkonsultasi dan memberikan solusi terhadap kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan rutinitas akademik terutama dalam mengerjakan tugas-tugas akademik. Selain itu dosen juga diharapkan mampu memberikan arahan, nasehat, informasi, petunjuk, dan umpan balik kepada mahasiswa sebagai upaya memberikan dukungan kepada mahasiswa, mengingat dalam penelitian dimensi dukungan informatif memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. 3. Bagi pihak universitas, perilaku prokrastinasi akademik dalam dunia pendidikan yang dilakukan mahasiswa sepatutnya mendapat perhatian yang lebih untuk segera ditanggulangi karena akan berdampak negatif untuk pelakunya sendiri, orang lain, dan terlebih lagi untuk dunia pendidikan. Universitas disarankan memiliki mentor akademik disetiap fakutas maupun jurusan.
82
DAFTAR PUSTAKA Aini dan Iranita. (2011). Hubungan antara kontrol diri dan Prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Universitas Muria Kudus. Journal Psikologi Pitutur.1(2), 66-67. Alsa, Asmadi.(2003). Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet.1 Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Renika Cipta. Burka, B. J., & Yuen, L. M.(2008).Procrastination: why do it, New York : Perseus Books. Ferrari,dkk.(1995). Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research, and Treatment. New York: Plenum Press. Fischer, C. (1999). Read this paper later: Procrastination with time-inconsistent Preference. New york: Resources for the future. Ghufron, N.M.(2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua terhadap prokrastinasi akademik. Tesis (Tidak Diterbitkan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Hampton, A.E. Locus of control and procrastination. http://www.capital.edu/68/ArtsandSciences/23608/ Husetiya, Yemima. (2010). Hubungan asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi universitas Dipnegoro Semarang.Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Ishtifa, Hanny. (2011). Pengaruh self-efficacy dan kecemasan akademis terhadap selfregulated learning mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta. Skipsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta. Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Knaus, W. (2010). End Procrastination Now. New York: Mc Graw Hill Companies Inc
83
Montalvo, F.T., dan Torres, M.C.G.(2004). Self-regulated Learning: Current and Future Direction. Electronic Journal Research in Educational Psychology.2. 1. 145-156. Muhid, Abdul. (2009). Hubungan antara self of control dan self efficacy dengan kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa.Journal. Program Studi Psikologi IAIN Sunan Ampel Surabaya. Noor. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ozer, B.U., Demir, A., & Ferarri, J.F.(2009). Exploring academic procrastination among turkish student: possible gender in differences in prevalences and reason. The Journal of Counseling Psychology, 31, 504-510. Papalia, D.E., Olds, S. W. dan Feldman, R. D.(2001). Human Development. Eight Edition. New York: McGraw-Hill Company. Prasetyo & Lina.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rizanti dan Muhari.(2013). Hubungan antara Self regulated learning dengan prokrastianasi akademik dalam menghafal Al-Qur’an pada mahasantri Ma’had’aly Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. 2(1), 5-6. Ruslan, Rosady.(2003). Public relation dan komunikasi. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Santrock, J.W.(2008). Educational psychology. Boston: McGraw-Hill. Sarafino, E.P.(2011). Health Psychology : Biopsychososial Interaction Third Edition. New York: John Wiley & Sons Inc. Sevilla, C.G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. Savira dan Yudi. (2013). Self regulated learning dengan prokrastinasi akademik pada siswa akselerasi. Journal.Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.1(1) 65-66. Schunk, D.H, Pintrich, P.R, & Meece, J.L.(2008). Motivationineducation: Theory, research,and application 3rd ed. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall. Senecal, et.al (1995). Self regulated learning and academic procrastination. The Journal of Social Psychology
84
Smet, Bart.(1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo. Solomon, LJ danRothblum, ED (1984). Academic Procrastination.The Journal of Counseling Psychology Spillane, J.J.(2003). Time management: waktu.Yogyakarta:Kanisius.
Pedoman
praktis
pengelolaan
Steel, et.al.(2001). Procrastination and personality, performance, and mood. Personality andindividual differences, 30,95-106. Taniredja dan Hidayati.(2012). Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Taylor, S. E. Peplau, L. A., Sears, D. O.(1997). Social Psychology.9th edition. New Jersey: Prentice Hall International Editions. Tektonika, Bintang. (2012). Hubungan antara locus of control dengan prokrastinasi akademik siswa Muhammadiyah 2 Yogyakarta.Skripsi.Yogyakarta: Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Timpe, A.D.(1999). Seri Manajemen Sumber Waktu.Terjemahan Susanto Boedidharmo. Komputindo, Kelompok Gramedia.
Daya Manusia, Mengelola Jakarta: PT Elex Media
Tuckman, B.W.(2002). APA Symposium Paper, Chicago 2002 Academic Procrastinators: TheirRationalizations And Web-CoursePerformance. http://all.successcenterohiostate.edu/references/procrastinator_APA_paper. Tondok MS. Ristyadi,H. Kartika,A (2008). Prokrastinasi Akademik dan Niat Membeli Skripsi. Anima Indonesian Psychology Journal.24 (1),76-83 Winne, P.H.(1997). Experimenting to Bootstrap Self-Regulated Learning.Journal of Educational Psychology. 89. 3. 397-410. Wolters, C.A., Pintrich, P.R., dan Karabenick, S.A.(2003). Assesing Academic SelfRegulated Learning. Conference on Indicators of Positive Development: Child Trends. Zeenath, dkk. (2012). Exploring Akademic Procrastination Among Undergraduated. Journal.http://www.academia.edu/download/30990084/009-ICERI2012S00012.pdf.
85
Zimmerman, B.(1989).A Social Cognitive View of Self-Regulated AcademicLearning. Journal of Educational Psychology, 3, 329-339.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN B Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
Oleh: HERDIATI NIM: 206070004176
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
INFORMED CONSENT Responden Yang Terhormat Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang mengadakan penelitian untuk tugas akhir perkuliahan (skripsi). Saya mohon kesediaan anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dengan menyatakan bahwa : 1. Saya bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Herdiati mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Data yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti mengharapkan anda tidak melewatkan satupun pernyataan yang ada demi kelengkapan informasi, karena itu dimohon untuk memeriksa kembali kelengkapan jawaban anda. Mohon maaf bila ada pernyataan yang kurang berkenan, karena pernyataan-pernyataan tersebut hanyalah untuk penelitian semata. Atas kesediaan Anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih.
Jakarata, 23 Jun 2014
TTD
Responden
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial
:
Semester
:
Tempat tinggal
: Keluarga/Kost
Peminatan
: PIO / Pendidikan / Klinis
Jenis kelamin
: Perempuan / laki-laki *
* Coret yang tidak perlu PETUNJUK PENGISISAN Berikiut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan fahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda, dengan cara memberi tanda ( √ ) pada salah satu dari pilihan yang tersedia, pada kolom dibagian kanan. Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban adalah benar selama itu sesuai dengan diri anda. Jika jawaban Anda Selalu, beri tanda pada kolom S. Jika jawaban Anda Hampir Selalu, beri tanda pada kolom HS, Jika jawaban anda Hampir Tidak Pernah, beri tanda pada kolom HTP, Jika jawaban anda Tidak Penah, beri tanda pada kolom TP.
Contoh: Jika jawaban anda Tidak Pernah No. 1.
S
HS
HTP
Saya lebih suka berdiam diri ketika seharusnya saya mengerjakan tugas kuliah
TP √
Anda dapat mengganti jawaban anda dengan memberikan tanda ( = ) pada jawabanyang lama, kemudian memberi tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang baru. Contoh jika anda ingin mengganti jawaban No. 1.
S
HS
Saya membaca kembali materi yang sudah diajarkan Dosen sebelum mengerjakan tugas dimulai
HTP √
TP ≠
Skala 1 No
Pernyataan
1
Saya menunda mengerjakan tugas kuliah untuk segera di kumpulkan hingga waktu yang ditentukan Saya tidak mengerjakan tugas makalah jika batas akhir pengumpulan masih lama Saya lebih senang mengerjakan tugas-tugas perkuliahan menjelang batas waktu akhir pengumpulan Tugas kuliah yang banyak membuat saya malas untuk memulai mengerjakannya Saya yakin mampu menyelesaikan tugas makalah tepat waktu
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bagi saya mengerjakan tugas kuliah itu menyenangkan sehingga saya tidak mau menunda untuk mengerjakannya Saya berusaha mengerjakan tugas makalah dengan baik sehingga sering terlambat mengumpulkannya Saya terlambat dalam mengumpulkan tugas kuliah akibat selalu menunda mengerjakannya Saya langsung mengerjakan tugas makalah yang diberikan dosen agar tidak terlambat mengumpulkannya Mudah bagi saya untuk mengerjakan tugas-tugas makalah dengan segera sehingga tepat waktu mengumpulkannya Saya gagal dalam menyelesaikan tugas kuliah sesuai jadwal yang telah saya susun
Pilihan Jawaban S
HS
HTP
TP
12
14
Saya kesulitan untuk memenuhi jadwal yang sudah saya tetapkan Saya dikejar-kejar waktu dalam menyelesaikan tugas makalah karena tidak mengikuti jadwal yang telah saya buat Jadwal yang telah saya buat saya laksanakan sesuai rencana
15
Saya mampu mengerjakan tugas kuliah tepat waktu
16
Saya lebih suka mengerjakan kegiatan yang lain yang lebih menyenangkan meskipun tugas kuliah sudah dekat batas pengumpulannya Saya memilih mengobrol dikantin bersama teman daripada mendengarkan presentasi dari pemakalah dikelas Saya memilih jalan-jalan di mall daripada mencari bahanbahan materi untuk tugas makalah di perpustakaan kampus Saya baru bisa mengerjakan tugas kuliah setelah melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan Saya akan mengutamakan tugas akademik daripada yang lainnya Saya memilih berdiskusi bersama teman satu kelompok tugas makalah daripada bermain internet Saya lebih mengutamakan untuk menyelesaikan tugas kuliah daripada melakukan aktivitas lain Saya memilih menyelesaikan tugas kuliah terlebih dahulu kemudian mengerjakan kegiatan yang lain
13
17 18 19 20 21 22 23
Berikut adalah petunjuk pengisian untuk skala 2 dan skala 3. Jika jawaban anda Sangat Setuju, beri tanda pada kolom SS. Jika jawaban anda Setuju, beri tanda pada kolom S. Jika jawaban anda Tidak Setuju, beri tanda pada kolom TS. Jika jawaban anda Sangat Tidak Setuju, beri tanda pada kolom STS. Contoh : Jika jawaban anda Sangat Setuju No 1
Pernyataan Saya membaca kembali materi yang sudah diajarkan Dosen sebelum mengerjakan tugas dimulai
SS √
PilihanJawaban S TS STS
Skala 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20 21 22
Pernyataan Saya membaca kembali materi yang sudah diajarkan sebelum mengerjakan tugas makalah Saya membuat catatan penting di setiap mata kuliah dan mengingat catatan tersebut Ketika materinya sulit, saya menyerah atau hanya mempelajari bagian-bagian yang mudah saja Saya mudah bosan ketika membaca ulang materi kuliah Ketika membaca materi kuliah, saya mencoba menghubungkan materi tersebut dengan apa yang sudah saya ketahui Saya membaca materi kuliah dan mencoba menemukan ide yang paling penting dari materi tersebut Saya belajar semampunya saja tanpa menggunakan strategistrategi khusus dalam belajar Selama perkuliahan berlangsung saya sering kehilangan poin penting, karena saya sedang memikirkan hal lain Saya mengingatkan pada diri sendiri bahwa saya harus belajar lebih giat lagi Saya meyakinkan pada diri sendiri bahwa saya harus belajar lebih giat lagi Saya bertanya pada diri sendiri, memastikan bahwa saya memahami materi yang telah saya pelajari Ketika saya berniat mengerjakan tugas perkuliahan, saya merasa kesulitan untuk melaksanakannya Saya mengingatkan diri sendiri tentang betapa pentingnya untuk mendapatkan nilai yang baik Saya mencoba berpikir bahwa mengerjakan tugas kuliah adalah hal yang menyenangkan Saya sudah belajar lebih baik dari pada teman saya Saya meyakinkan diri sendiri bahwa penting untuk mempelajari setiap materikarena akan bermanfaat dikemudian hari Saya memikirkan cara untuk membuat tugas makalah nampak menyenangkan Saya berusaha untuk menghubungkan apa yang telah dipelajari untuk kepentingan pribadi saya Apabila saya membutuhkan pertolongan mengenai bahan-bahan kuliah (jurnal dan buku), saya akan bertanya kepada teman dan dosen Saya mengatur waktu dengan baik saat mengerjakan tugas makalah Ketika menghadapi mata kuliah yang sulit, saya langsung menyerah Ketika membaca materi kuliah, saya mencoba menghubungkan nya dengan materi yang sudah saya ketahui sebelumnya
Pilihan Jawaban SS
S
TS
STS
23 24 25 26 27 28 29 30
Saya mencoba untuk menghubungkan ide dalam mata kuliah yang satu dengan ide mata kuliah lain jika memungkinkan Saya membuat jadwal belajar untuk memudahkan saya mengerjakan tugas-tugas kuliah Saya mengatur jadwal bermain untuk memudahkan saya mengerjakan tugas-tugas perkuliahan Saya akan membuat grafik/diagram/tabel, untuk memudahkan saya memahami materi kuliah Saya memastikan tetap membaca dan mengerjakan tugas kuliah setiap minggu Saya sulit belajar sesuai jadwal yang telah saya buat Apabila saya tidak mengerti materi kuliah, saya langsung bertanya kepada dosen Ketika saya kesulitan dalam mengerjakan tugas perkuliahan, saya sungkan bertanya kepada siapapun
Skala 3 Pilihan Jawaban No
Pernyataan
1
Ketika saya tidak masuk kuliah karena sakit, dosen menanyakan kondisi saya Setiap kali saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas kelompok, teman kelompok saya tidak memahaminya Keluarga tidak pernah mengerti kesulitan saya dalam menjalankan perkuliahan Ketika saya sedih, selalu ada teman yang mendengarkan keluh kesah saya Tidak ada yang peduli pada saya disaat saya membutuhkan bantuan Saya senang jika kegiatan perkuliahan saya diperhatikan keluarga saya Tidak ada seorangpun yang memberikan perhatian pada saya, disaat saya mengalami kesulitan Ketika saya stress mengerjakan tugas kuliah, keluarga saya memberikan semangat Orang tua saya tidak pernah memberikan teguran, ketika saya melakukan kesalahan Dosen saya memberikan pengarahan lebih mengenai tugas-tugas perkuliahan Saya tidak mendapatkan motivasi dari siapa pun untuk mengerjakan tugas kuliah Orang tua saya selalu memahami kebutuhan hidup saya Teman-teman memberikan bantuan buku-bukuuntuk bahan-bahan kuliah saya Saya merasa kesulitan mendapatkan bantuan uang disaat saya membutuhkannya
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
SS
S
TS
STS
15 16 17 18 19 20 21 22
keluarga tidak memberikan fasilitas untuk mempermudah saya mengerjakan tugas kuliah Saran-saran teman sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas kuliah Teman kuliah memberikan informasi untuk mendapatkan bahanbahan kuliah yang saya butuhkan Dosen tidak memberikan saran, ketika saya menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas Mendiskusikan masalah dengan keluarga dapat memberikan saya jalan keluar Dosen tidak memberi petunjuk dengan jelas, mengenai tugas yang dia berikan Saya mendapat umpan balik dari dosen atas tugas-tugas yang saya kerjakan Teman kelompok saya tidak merespon mengenai tugas kelompok yang saya tanyakan
LAMPIRAN C Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik (CFA)
Syntax Uji Validitas Prokrastinasi akademik UJI VALIDITAS PROKRASTINASI DA NI=23 NO=248 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 KM SY FI=prokras SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23/ MO NX=23 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY LK PROKRASTINASI FR TD 3 2 TD 8 7 TD 12 11 TD 18 17 TD 22 21 TD 9 6 TD 23 6 TD 15 10 TD 20 4 TD 7 6 TD 17 10 TD 23 22 TD 23 21 TD 3 1 TD 2 1 TD 5 4 TD 19 16 TD 19 18 TD 17 6 TD 13 15 TD 13 5 TD 13 12 TD 13 11 TD 23 4 TD 19 3 TD 19 12 TD 17 12 TD 11 1 TD 15 11 TD 18 14 TD 17 14 TD 14 8 TD 14 2 TD 23 1 TD 5 1 TD 20 2 TD 20 9 TD 9 4 TD 12 10 TD 16 2 TD 16 12 TD 19 2 TD 9 2 TD 14 4 TD 6 4 TD 16 14 TD 21 20 TD 12 15 TD 22 15 TD 22 11 TD 7 5 TD 13 8 TD 22 4 TD 13 3 TD 18 12 TD 19 13 TD 20 19 TD 22 20 TD 23 20 TD 20 15 TD 23 5 TD 22 5 TD 23 8 TD 23 10 TD 21 10 TD 21 18 TD 17 1 TD 14 1 TD 13 2 TD 17 3 TD 18 15 TD 15 5 TD 15 7 TD 15 8 TD 8 1 TD 11 8 TD 11 7 TD 7 1 TD 17 4 TD 23 17 TD 9 8 TD 8 6 TD 11 6 TD 10 6 LK PROKRASTINASI FR LX 1 - LX 23 PD OU TV SS MI AD=OFF Syntax Uji Validitas Self-Regulated Learning ( Kognitif ) UJI VALIDITAS KOGNITIF DA NI=30 NO=248 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30 KM SY FI=srl SE 1 2 3 4 5 6 7 8/ MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK KOGNITIF FR TD 6 2 TD 8 4 TD 8 7 TD 8 3 TD 4 3 TD 3 1 TD 8 2 TD 4 1 TD 5 4 LK KOGNITIF FR LX 1 - LX 8 PD OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Self-Regulated Learning ( Motivasi ) UJI VALIDITAS MOTIVASI DA NI=30 NO=248 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30 KM SY FI=srl SE 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21/ MO NX=13 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK MOTIVASI FR TD 9 8 TD 13 4 TD 5 2 TD 9 1 TD 6 1 TD 13 12 TD 7 3 TD 13 9 TD 13 10 FR TD 9 7 TD 12 4 TD 4 3 TD 11 5 TD 12 2 TD 7 5 TD 11 10 TD 11 6 LK MOTIVASI FR LX 1 - LX 13 PD OU TV SS MI AD=OFF Syntax Uji Validitas Self-Regulated Learning ( Perilaku ) UJI VALIDITAS PERILAKU DA NI=30 NO=248 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30 KM SY FI=srl SE 22 23 24 25 26 27 28 29 30/ MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK PERILAKU FR TD 2 1 TD 4 2 TD 4 3 TD 9 5 TD 6 3 TD 7 3 LK PERILAKU FR LX 1 - LX 9 PD OU TV SS MI AD=OFF Syntax Uji Validitas Dukungan Sosial ( Emosional ) UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL EMOSIONAL DA NI=22 NO=248 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 KM SY FI=dsosial
SE 1 2 3 4 5 6 7/ MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY LK EMOSIONAL FR TD 4 2 LK EMOSIONAL FR LX 1 - LX 7 PD OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Dukungan Sosial ( Penghargaan ) UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL PENGHARGAAN DA NI=22 NO=248 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 KM SY FI=dsosial SE 8 9 10 11/ MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY LK PENGHARGAAN FR LX 1 - LX 4 PD OU TV SS MI AD=OFF Syntax Uji Validitas Dukungan Sosial ( Instrumental ) UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL INSTRUMENTAL DA NI=22 NO=248 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 KM SY FI=dsosial SE 12 13 14 15/ MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY LK INSTRUMENTAL FR TD 2 1 LK INSTRUMENTAL FR LX 1 - LX 4 PD OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Dukungan Sosial ( Informatif ) UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL INFORMATIF DA NI=22 NO=248 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 KM SY FI=dsosial SE 16 17 18 19 20 21 22/ MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY LK INFORMATIF FR TD 7 5 TD 3 2 TD 7 6 LK INFORMATIF FR LX 1 - LX 7 PD OU TV SS MI AD=OFF
Gambar 3.1 Analisis Konfirmatorik Faktor Prokrastinasi Akademik
Gambar 3.2 Analisis Konfirmatorik Faktor Kognitif
Gambar 3.3 Analisis Konfirmatorik Faktor Motivasi
Gambar 3.4 Analisis Konfirmatorik Faktor Perilaku
Gambar 3.5 Analisis Konfirmatorik Faktor Emosional
Gambar 3.6 Analisis Konfirmatorik Faktor Penghargaan
Gambar 3.7 Analisis Konfirmatorik Faktor Instrumental
Gambar 3.8 Analisis Konfirmatorik Faktor Informatif