<:\';0
pS ( MAKNA MENANGIS PADA
SELF-AWARENESS DALAM RELIGIUSITAS
Oleh: Fatma Nur Aqmarina
103070029139
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1428 H 12007 M
P
MAKNA MENANGIS PADA SELF-AWARENESS DALAM REUGIUSITAS
Skripsi
Oiajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
FATMA NUR AQMARINA NIM 103070029139
Oi Bawah Bimbingan
Pembimbing II
(l~~~~. // .1' Dr. AD ul Mujib. M. Ag
Neneng Tati Sumiati. M. Psi. Psi
NIP 150283344
NIP 150 300 679
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007 M/1428 H
9v1otto
:M.ungRJn a{u yang se{arang masifi 6efum se6ai{manusUz paaa umumnya. :M.ungRJn a{u yang se~rang 6efum se6ai{manusUz :M.usfim sesunggufinya. J'{amun, a{u tafiu 6afiwa a{u yang se{arang aaafafi a{u yang t:e6ifi 6ai{aari a{u se6efumnya. Jl{u 6angga {arena untu{menjatfi a{u yang se{arang {ut:ewati fiitfup aengan penufi air mata. Jl{u 6angga aengan tfiri{u se{ara1lfJ ~rena a{u tefafi menempufi prosesnya.
Persem6alian
Secara Rjiusus 'l(arya seaerliana ini altu persem6aliltan: rr'eruntult16unaa aan jlyalianaa tercinta :Mas Winaliu, :M6a Pipit, lJ)e' Parali aan lJ)e' jl6i tersayang Serta salia6at-salia6atltu yang altu sayangi Semoga kjta cEiltumpu{Rgn 6ersama ai syurga-:Nya !?fralt
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi (B) Juli 2007 (C) FATMA NUR AQMARINA (0) MAKNA MENANGIS PAOA SELP-AW4/?ENESS OALAM RELIGIUSITAS (E) xi + 103 (F) Manusia hanya bisa berharap dan berusaha, manusia hanya bisa berkeinginan, dan manusia pun hanya diberikan wewenang untuk berencana. Jika kemudian ada harapan dan tujuan yang tercapai, ada keinginan yang terpenuhi dan ada rencana-rencana yang terealisasi, maka sesungguhnya Allah-Iah yang berkehendak atas semua itu. Hanya saja, sedikit manusia yang bersyukur dan mengingat bantuan-Nya dari semua yang telah diraihnya. Namun jika kemudian segalanya di luar rencana, harapan, dan keinginan, karena Allah SWT berkehendak lain, barulah manusia mengingat-Nya. Manusia begitu menyadari bahwa dirinya tak mampu berbuat apa-apa jika Allah SWT sudah berkehendak. Jika demikian, manusia biasanya menangis. Namun setelah menangis ada harapan dan keinginan yang terwujud, ia pun tertawa dan kemba!i lupa kepada Sang Pemberi harapan. Manusia sering menangis, melelehkan air matanya tatkala merasa dirinya hancur, obsesinya gagal, harapannya tak terkabul, cita dan cintanya berantakan, bahkan mereka bisa saja menangis sekeras-kerasnya apabila apa yang sudah diupayakan sekuat tenaga, seumur hidupnya, menemui kebuntuan. Namun tidak semua orang bisa menangis karena menangis sangat dipengaruhi oleh suasana hati yang timbul dari perasaan orang yang akan menangis. Oleh karena itu terkadang seseorang yang sulit menangis memerlukan mediator untuk memicu tangisnya. Oengan mediator tersebut diharapkan seseorang dapat menangis. Proses penyadaran diri dimulai dengan menumbuhkan kepekaan emosi individu yang dipicu dengan menangis. Karena ketika seseorang menangis, ia menjadi merenungi tentang dirinya dan pengalaman-pengalaman dirinya, yang kemudian hal itu memunculkan kesadaran diri seseorang sehingga ia menyadari apa-apa saja yang menjadi harapan, tujuan dan prioritasnya dalam hidup ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan mengapa menangis dapat meningkatkan self-awareness dalam religiusitas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dan observasi kepada empat orang subjek; dua perempuan dan dua laki-Iaki. Dari hasH pengolahan data diperoleh bahwa tidak semua tangisan dapat meningkatkan self-awareness. Tangisan dari hasH mediator seperti mediator accidental (alami) maupun mediator yang dikondisikan, yang dipersepsikan pada kesadaran primer (primary consciousr;ess) dan ada proses self reflecting sebelum atau selama atau setelah menar.gis, maka tangisan tersebut akan melahirkan self-awareness dalam religiusitas. Sedangkan tangisan yang sebaliknya, yang tidak dipersepsikan pada kesadaran primer (primary consciousness) dan tidak ada proses self reflecting sebelum atau selama atau setelah menangis, tangisan tersebut tidak melahirkan selfawareness dalam religiusitas. Mengingat hasH penelitian ini menunjukkan bahwa menangis yang bermakna dapat meningkatkan self-awareness (kesadaran diri) seseorang dalam religiusitas, maka disarankan kepada individu agar lebih memilih tangisan yang bermakna agar bukan hanya kelegaan yang didapat namun juga tumbuh kesadaran pada dirinya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya dan berusaha menjadi hamba Allah swr yang lebih baik lagi. (G) Bahan bacaan 19 bL:ku (1984-2006), 9 pustaka on line dan 1 majalah.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil a'iamin, tiada kala yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur penulis kehadirat Allah SWT. Dialah sumber tertinggi spirit, oplimisme, dan energi bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan jua meskipun melalui proses yang dalam bagi pengalamc.n pribadi penulis. Shalawal dan salam semoga senanliasa lercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang lelah mengantarkan rnanusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang beserta para sahabat dan keluarganya Beliau yang lelah memperjuangkan agama Allah SWT dalam berbagai gelombang kehidupan, hingga berakhir dengan kemenangan dan kejayaan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis sangat berterima kasih Kepada pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi. Oleh karena itu, penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Teristimewa, yang tercinta ibunda dan ayahanda, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya yang tiada habisnya kepada penulis. Dengan bangga kupersembahkan skripsi ini sebagai bukti tanggung jawab penulis dalam menyelesaikan studi. Dan "Semoga Allah SWT selalu meridhai setiap hembusan nafas ibu dan ayah". 2. Ora. Hj. Netty Hartati M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Abdul Mujib, M.Ag selaku pembimbing I dan ibu Neneng Tati Sumiati, M.Psi.Psi seraku pembimbing II terima kasih atas segala waktu, tenaga dan ilmu serta kesabaran dalam membimbing penulis, yang senantiasa mengarahkan penulis sehingga kerap kali waktu kesibukkannya tersita hanya untuk bimbingan ini.
4. Dra.Hj.Zahrotun Nihayah M.Si se!aku Pembantu Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Para dosen-dosen dan karyawan Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu kelancaran pengerjaan skripsi penulis. 6. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan s"tu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga mendapat balasan yang berlipat ganda. Hanya kepada Allah penulis berserah diri dan memohon ridha Nya dalam menggapai masa depan yang cerah. Amin ... Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari sistematika, bahasa maupun segi materi yang terkandung,.atas dasar ini, komentar, saran dan kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 26 Juli 2007
Fatma Nur Aqmarina
DAFTAR 151
Halaman judul Halaman persetujuan Halaman pengesahan Motto Persembahan
ii
Abstraksi
iii
Kata pengantar
v
Daftar isi
vii
Daftar tabel
x
Daftar skema
xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1-8
1.1. Latar belakang masalah
1
1.2. Identifikasi masalah
5
1.3. Pembatasan dan perumusan masalah penelitian
5
1.3.1 Pembatasan masalah penelitian
5
1.3.2 Perumusan masalah penelitian
6
1.4. Tujuan dan manfaat penelilian
6
1.4.1. Tujuan penelitian
6
1.4.2. Manfaat penelitian
7
1.5. Sistematika penulisan
7
BAB 2 KAJIAN TEORITIS
9-41
2.1. Menangis
9
2.1.1. Pengertian menangis
9
2.1.2. Karakteristik tangisan
12
2.1.3. Macam-macam tangisan
13
2.1.4. Manfaat tangisan
17
2.1.5. Keutamaan menangis
21
2.1.6. Dampak perilaku menangis
22
2.1.7. Hasil-hasil penelitian tentang menangis
24
2.2. Self-Awareness dalam religiusitas
26
2.2.1. Pengertian Self-Awareness dalam religiusitas
26
2.2.2. Macam-macam kesadaran diri
30
2.2.3. Proses kesadaran diri
33
2.3. Kerangka berpikir
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
38 42-48
3.1. Pendekatan penelitian
41
3.2. Subjek penelitian
43
3.3. Variabel penelitian
44
3.4. Teknik pengumpulan data
44
3.5. Instrumen penelitian
46
3.6. Prosedur penelitian
47
BAB 4 HASIL PENELITIAN
49-97
4.1. Gambaran umum subjek penelitian
49
4.2. Analisis kasus
50
4.2.1. Kasus 10
50
4.2.2. Kasus SR
69
4.2.3. Kasus DC
78
4.2.4. Kasus YR
84
4.3. Analisis antar kasus
93
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
98-103
98
5.2. Diskusi
100
5.3. Saran
103
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Proses Terbentuknya Self-Awareness (www.mtroyal.com)
34
Skema 2.2 Proses Terbentuknya Self-Awareness (Mardi J Horowitz)
36
Skema 4.1 Proses Self-Awareness pada tangis 10 dengan mediator accidental
68
Skema 4.2 Proses Self-Awareness pada tangis 10 dengan mediator yang dikondisikan
68
Skema 4.3 Proses Self-Awareness pada tangis SR dengan mediator accidental
77
Skema 4.4 Proses Self-Awareness pada tangis SR dengan mediator yang dikondisikan
77
Skema 4.5 Proses Self-Awareness pada tangis DC
82
Skema 4.6 Proses Self-Awareness pada tangis DC ketika shalat
83
Skema 4.7 Proses Self-Awareness pada tangis DC dellgan mediator yang dikondisikan Skema 4.8 Proses Self-Awareness pada tangis YR
83 92
Skema 4.9 Proses Self-Awareness pada tangis YR dengan mediator yang dikondisikan
92
1
BABI PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam menjalani setiap peristiwa dalam hidup ini seperti pernikahan, kelahiran, kelulusan, kematian, perpisahan, dan lain-lain, terkadang manusia meresponnya dengan tawa maupun tangis. Menangis tidak selalu mengarah pada sifat-sifat yang buruk, dan tertawa juga tidak selalu mengarah pada sifat-sifat yang baik (Abdul Mujib, 2002). Menangis itu merupakan respon yang unik (www.google.com. 2006). Manusia akan menangis dalam kondisi apa pun, seperti keadaan cemas atau bahagia; di saat sunyi atau hiruk pikuk; di waktu siang atau malam; dan tak kenai masa kanak-kanak, remaja atau dewasa; laki-Iaki atau perempuan; kafir atau mukmin; orang yang bodoh atau orang yang cerdas; dan sebagainya (Abdul Mujib, 2002).
Manusia hanya bisa berharap dan berusaha, manusia hanya bisa berkeinginan, dan manusia pun hanya diberikan wewenang untuk berencana. Jika kemudian ada harapan dan tujuan yang tercapai, ada keinginan yang terpenuhi dan ada rencana-rencana yang terealisasi, maka sesungguhnya
2
Allah-Iah yang berkehendak atas semua itu. Hanya saja, sedikit manusia yang bersyukur dan mengingat bantuan-Nya dari semua yang telah diraihnya.
Namun jika kemudian segalanya di luar rencana, harapan, dan keinginan, karena Allah SVIfT berk8hendak lain, barulah manusia mengingat-Nya. Manusia begitu menyadari bahwa dirinya tak mampu berbuat apa-apa jika Allah SWT sudah berkehendak. Jika demikian, manusia biasanya menangis. Namun setelah menangis ada harapan dan keinginan yang terwujud, ia pun tertawa dan kembali lupa kepada Sang Pemberi harapan.
Manusia sering menangis, melelehkan air matanya tatkala merasa dirinya hancur, obsesinya gagal, harapannya tak terkabul, cita dan cintanya berantakan, bahkan mereka bisa s8ja menangis sekeras-kerasnya apabila apa yang sudah diupayakan sekuat tenaga, seumur hidupnya, menemui kebuntuan.
Menangis merupakan ungkapan yang paling "murah" walaupun tidaklah mudah untuk melakukannya, karena hal ini sangat dipengaruhi oleh suasana hati yang timbul dari p('lrasaan orang yang akan menangis.
Oleh sebab itu, terkadang seseorang yang sulit menangis memerlukan mediator untuk memicu tangisnya, seperti dengan mengikuti acara
3
muhasabah. mabit di masjid-masjid, mengikuti sesi konseling atau trainingtraining seperti ESQ (Emosional Spiritual Quotiont) atau training Heart
Inteligence. dsb. Yang kemudian diharapkan seseorang itu dapat menangis.
Menangis juga kita lakukan saat kesulitan ekonomi. Dan masih banyak lagi air mata mengalir. saat gagal ujian, saat merasa kesulitan menyelesaikan skripsi. atau saat ditinggal orang tercinta. Air mata itu mungkin saja diciptakan untuk menyadarkan manusia agar senantiasa mengingat Allah SWT. Titik-titik bening dari mata ini bisa jadi teguran Allah SWT terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan yang kerap mewarnai kehidupan ini. Seperti Allah SWT menurunkan hujan dari langit. untuk mengairi bumi dari kekeringan. Seperti itu juga tangis manusia, akan membasahi kekeringan hati dan melelehkan kerak kegersangan agar senantiasa menghadirkan kembali wajah Allah SWT yang mengiringi setiap langkah ini selanjutnya.
Berdasarkan penelitian yang diungkapkan oleh Abdul Mujib (2002) dalam bukunya yang berjudul, "Apa Arti Tangisan Anda", berkisah tentang seorang sarjana yang berpredikat cumlaude telah merasakan kegersangan jiwa. IImu pengetahuan yang diperoleh sejak di bangku kuliah hampir tidak memiliki implikasi psikologis yang menyenangkan. la stres karena persaingan memasuki dunia kerja. la kemudian meneari guru spiritual dari satu tempat ke tempat yang lain, sampai suatu saat ia menemukannya. Sang guru memberi
4
wejangan agar tidak beranjak dari padepakan sebelum mampu menangis ketika berzikir. Sang sarjana pun mengikuti petunjuk sang guru dan ia berusaha melak3anakannya dengan baik. Dua puluh satu hari kemudian ia mulai dapat menangis dan merasakan kepekaan emasinya. Begitu disebut nama Allah SWT dan asma al-husna yang jain, hatinya segera sujud dan menangis akan keagunganNya. Ketika ia melafalkan astaghfirullah (aku mahan ampun kepada Allah SWT), hatinya segera menangis. Sesuai janji sang guru, sang sarjana pun pulang setelah mampu menangis ketika berzikir. Di perjalanan pulangnya, ia merasakan ketenangan batin dan berkesimpulan bahwa menangis itu sehat, sebab menangis dapat (1) mengasah kepekaan emasi; (2) mengingatkan dosa-dosa yang pernah diperbuat; (3) bermunajat dan merasakan kekhusyukan di hadapan Allah SWT.
Proses penyadaran diri dimulai dengan menumbuhkan kepekaan emosi yang dipicu dengan menangis. Karena ketika seseorang menangis, ia menjadi merenungi tentang dirinya dan pengalaman-pengalaman dirinya, yang kemudian hal itu memunculkan kesadaran diri sehingga ia menyadari apaapa saja yang menjadi harapan, tujuan dan prioritasnya dalam hidup ini (Horowitz, 1998).
Dari uraian di atas membuat peneliti tertarik meneliti, "Makna Menangis pada Self-Awareness dalam Religiusitas".
5
1.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang n'asalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, diantaranya adalah : 1. Apa yang menyebabkan seseorang menangis ? 2. Bagaimana keadaan seseorang setelah menangis ? 3. Bagaimana self-awareness seseorang sebelum dan sesudah menangis ? 4. Apakah setiap orang yang menangis akan selalu muncul self-awareness dalam religiusitas? 5. Faktor-faktor apa saja yang memunculkan self-awareness seseorang setelah menangis?
1.3
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Menangis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses keluarnya air mata yang biasanya disertai sedu sedan atau tanpa terdengar suara apa pun. b. Dalam penelitian ini self-awareness dalam religiusitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk memahami perasaan, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, menyadari kekurangan dan kelebihan diri yang kemudian membuat seseorang mampu memilih respon yang
6
cocok atau menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam mengatasi persoalan hidupnya, serta memodifikasi harapan-harapan, tujuan-tujuan dan prioritas hidupnya berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakininya yang telah teiinternalisasi dalam dirinya melalui proses aktivitas keagamaan yang diikuti.
1.3.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis menguraikan rumusan masalah tersebut menjadi : 1. Bagaimana menangis dapat meningkatkan self-awareness dalam religiusitas? 2. Mengapa menangis dapat meningkatkan self-awareness dalam religiusitas?
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa menangis dapat meningkatkan self-awareness dalam religiusitas.
7
1.4.2 Manfaat penelitian Manfaat teoritis
1.4.2.1
Diharapkan dapat menambah wacana dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi khususnya psikologi Islam dan kesehatan mental. 1.4.2.2
Manfaat praktis
1. Bagi Individu Sebagai salah satu terapi diri sendiri untuk meningkatkan self-awareness dalam religiusitas. 2. Bagi lembaga Dapat dijadikan sebagai sebuah metode terapi peningkatan selfawareness dalam religiusitas baik untuk individu, masyarakat, dan tenaga professional (psikolog, konselor, trainer, dll).
1.5
Sistematika Pembahasan
Bab I : Pendahuluan yang isinya berupa : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
8
Bab II : Kajian Teoritis yang isinya berupa : Teori Menangis; Pengertian Menangis, Karakteristik Tangisan, Macam-macam Tangisan, Manfaat Menangis, Dampak Menangis dan Hasil-hasil Penelitian tentang Menangis, Teori Self-Awareness dalam Religiusitas; Pengertian Self-Awareness, Macam-macam Kesadaran Diri, Proses Terjadinya Self-Awareness, Kerangka Berpikir. Bab III: Metodologi Penelitian yang isinya berupa : Pendekatan Penelitian, Subjek Penelitian, Variabel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian dan Prosedur Penelitian. Bab IV: Presentasi dan Analisis Data yang isinya berupa : Gambaran Umum Subjek, Analisis Kasus dan Analisis Antar Kasus. Bab V : Penutup yang isinya berupa : Kesimpulan, Diskusi dan Saran.
9
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1
Menangis
2.1.1
Pengertian menangis
Abdul Mujib (2002) mengutip dari Grogier Interactive (1999) bahwa menangis (weep) dapat diartikan sebagai " to shed tears as an expression of emotion"
(mencucurkan air mata sebagai ekspresi emosi). Atau, " to grief or anguish for lament (ungkapan kesedihan atau penderitaan karena meratap atau
menyesal).
Sedangkan Cate Butler (2003) mengatakan bahwa, "Crying is the translation of psychologically experienced distress into a physical form, which helps to reduce the feeling of distress. During this process, bodily tension is racked up and then relaxed, giving
a feeling of release and tears externalize and
symbolize the psychological hurt in 2006).
a physical form" (www.1stannex.com.
10
Menurut Cate Butler (2003), pengalaman psikologis yang sulit seperti sedih, rasa kecewa, sakit hati, duka dan lain-lain, yang dialami seseorang dapat terungkap dengan sebuah tangisan dan tangisan terse but dapat membantu seseorang mengurangi perasaan sulit tersebut. Selama menangis kondisi tubuh seseorang dalam keadaan menegang, namun setelah menangis tubuhnya menjadi rileks dan perasaannya menjadi lega. Kadang tangisan tersebut disertai dengan keluarnya air mata dan kadang disertai dengan simbol-simbol luka psikologis dalam bentuk fisik seperti menghentakhentakkan kaki dan tangan, berteriak, dan lain-lain.
Menangis juga memiliki arti proses keluarnya air mata yang biasanya disertai sedu sedan atau tanpa terdengar suara apa pun. Air mata biasanya berhubungan dengan tangisan. Menangis berarti mengeluarkan air mata, mengeluarkan air mata berati menangis (www.answer.com. 2006).
Salah seorang ahli makrifat mengungkapkan bahwa "Air mata adalah ungkapan cinta yang ditujukan untuk orang lain, sedangkan tawa adalah ungkapan kegembiraan pada orang yang tenggelam dalam egonya sendiri" (Muhammad Ibrahim Siraj, 2004).
Dalam Islam, air mata terkadang dijadikan barometer untuk mengukur kadar keimanan seseorang. Apabila seseorang telah mengenal dirinya dan takut
kepada Rabbnya, maka rasa takut seperti takut mati sebelum bertaubat, takut dari istidraj (pemberian tanpa ridha-Nya) dengan berbagai nikmat yang menyebabkan su'ul khatimah, takut dari sakaratul maut dan tercabutnya ruh, takut dari hisab dan salah menyebrang di atas shirat Uembatan), takut dari neraka dan berbagai siksa di dalamnya, takut diharamkannya surga dan berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya, akan menguasai dirinya. Perasaan tersebut mempengaruhi hatinya, selanjutnya pengaruh terse but akan nampak pada badan kasarnya. Mimik mukanya berubah, badannya gemetar dan air matanya mengalir. la tidak akan punya kesibukan lain selain merasakan muraqabah (merasakan kesertaan Allah SWT), muhasabah (introspeksi diri) terhadap dirinya, dan mujahadah (berjuang) melawan hawa nafsunya. Keinginanya hanyalah bagaimana caranya supaya bisa bertaqwa kepada Allah SWT dalam perasaan, perkataan dan perbuatannya. Dengan demikian maka kondisinya akan selalu baik, amal-amalnya istiqomah, tahap demi tahap menuju kesempurnaan dan akan sampai ke derajat rabbaniyang paling tinggi (Abdullah Nashin Ulwan, 2002).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menangis adalah proses keluarnya air mata yang biasanya disertai sedu sedan atau tanpa terdengar suara apa pun yang dapat membantu seseorang mengurangi perasaan sulit yang sedang dihadapinya.
12
2.1.2 Karakteristik tangisan
Ekspresi menangis terkadang ditunjukkan oleh gejala-gejala lahiriah, seperti cucuran air mata, isakan atau lengkingan suara yang keluar dari mulut, mata berkaca-kaca, keluarnya ingus dari hidung, ataupun gerakan-gerakan lain, seperti tangan, kaki, atau kepala yang tidak beraturan dan tidak bertujuan. Ekspresi menangis terkadang terpendam di dalam balin, yang tampak hanyalah kemurungan dan kelesuhan wajah (Muhammad Ibrahim Siraj, 2004).
Tangisan merupakan pengeluaran air dari kelenjar lacrimal yang berada di sudut sebelah luar dari lekuk mata ke atas bola mata. Air mata atau lacrimation merupakan proses yang terus menerus dan sebagian besar tanpa sengaja distimulasi oleh sistem saraf otonom. Cairan itu dikeluarkan menjadi danau lacrimal, berada di antara bola mata dan di atas kelopak mata dan menyebar ke pemukaaan mata dengan berkedip. Tangisan membantu untuk memandikan dan meminyaki kornea, serta melindungi bagian sensitif bola mata sebelah luar. Kadang-kadang air mata mengalir berlebihan menyelimuti dan membanjiri mata (www.answer.com. 2006).
Menangis merupakan kata kerja yang artinya berteriak, menangis dengan keras, mengeluarkan air mata, meratap, tersedu-sedu, mencucurkan air
13
mata, merengek, merintih. Air mata dibentuk oleh kelenjar di atas mata dan ditumpahkan oleh dua waduk, yang berada di sudut dalam mata, ke dalam rongga hidung. Dalam keadaan emosional atau tertekan, kelebihan air mata yang tidak sempat dikeluarkan oleh waduk air mata, akan mengalir ke pipi (Allan d2n Barbara Pease, 2005).
2.1.3 Macam-macam tangisan
Menangis adalah reaksi alami manusia yang terjadi akibat berbagai rangsangan internal maupun eksternal. Berdasarkan bermacam-macam sebab tangisan, lahir berbagai jenis tangisan dan air mata (Muhammad Ibrahim Siraj, 2004): a. Air mata rindu (syauq). b. Air mata cinta ('isyq). c. Air mata perpisahan (firaq). d. Air mata penantian (imtizhat'). e. Air mata kesedihan (huzn).
f. Air mata penyesalan (nadamah). g. Air mata akibat ditinggal oleh orang-orang yang sangat dicintai (buka'ul
faaqidin). h. Air mata dalam rangka mengenang penderitaan para kekasih Allah SWT.
i. Air mata munajat dan takut kepada Allah SWT.
14
j. Air mata yang lahir dari berbagai macam perasaan hati, seperti : suka, duka, sakit hati, perasaan tertekan, takut, sedih, dan lain sebagainya.
Namun Tom Lutz (1999) membedakan airmata menjadi tiga jenis dilihat secara biologis, yaitu :
1. Basal tears (air mata dasar), yaitu airmata yang terus-menerus membasahi dan memelihara mata. Air mata tersebut meminyaki mata dan membersihkan mata dari debu. Air mata tersebut berisi air, mucin, lipid, Iisozim, laktoferin, Iipocalin, lakritin, immunoglobulin, glukosa, urea, sodium, dan potasium. Zat-zat tersebut memerangi infeksi bakteri pada mata dan merupakan bagian dari sistem imun.
2. Reflex tears (air mata refleks), yaitu air mata yang mengalir akibat iritasi dari partikel-partikel yang menganggu mata seperti air mata yang keluar akibat uap dari mengiris bawang, gas air mata atau percikan lada.
3. Emosional tears (air mata emosional), yaitu air mata yang bermakna psikologis atau air mata yang mengalir akibat depresi, stres, atau penderitaan fisiko Air mata ini tidak dibatasi hanya akibat emosi negatif, namun juga banyak orang yang menangis karena sangat bahagia, atau ketika tertawa. Air mata emosional ini dapat membuat wajah menjadi merah dan tersedu-sedu bahkan sampai batuk, sesak, dan kejang-kejang (www.answer.com. 2006).
15
Frey, et.al (1981) membuktikan dalam eksperimennya bahwa ada perbedaan komposisi biokimia antara air mata emosional dengan air mata iritasi. Konsentrasi protein pada air mata emosional 24% lebih besar dari air mata iritasi. Kompleks protein pada air mata emosionallebih besar dikarenakan hasil dari respon stres yang dialami seseorang (www 1stannex.com, 2006).
Sedangkan Abdul MUjib (2002) membagi jenis-jenis menangis berdasarkan konstitusi manusia, fungsi-fungsi psikologis, dan nilai spiritualitas. a. Dilihat dari konstitusi manusia, tangisan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Pertama, tangisan yang disebabkan oleh pengaruh organ-organ fisik, seperti menangis karena luka di bagian organ-organ tubuh yang mana organ-organ itu menjadi nyeri dan sakit atau tidak berfungsinya organorgan biologis. Intensitas tangisannya tergantung pada tingkat kesakitan yang dirasakan, semakin berat rasa sakit yang diderita maka semakin tinggi pula intensitas tangisannya.
Kedua, tangisan yang disebabkan oleh pengaruh psikis (kejiwaan), seperti menangis karena hatinya terharu, jengkel, kecewa, dan sebagainya. Tangisan yang kedua ini sering mendatangkan depresi dan kecemasan.
16
b. Dilihat dari fungsi-fungsi psikologisnya, tangisan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Pertama, tangisan yang bernilai terapi (penyembuhan), seperti tangisan pengaduan anak kepada ibunya yang kesal akibat pertengkarannya dengan kawan bermain, atau tangisan seorang remaja kepada teman dekatnya yang sedih akibat diputus cintanya oleh pacarnya, atau tangisan seorang istri pada orang tuanya akibat dicerai oleh suami yang dicintainya.
Kedua, tangisan yang bernilai patologis (penyakit), sepeti tangisan histeris akibat depresi atau kecemasan yang luar biasa dan tanpa alasan yang jelas. c. Dilihat dari nilai spiritualitas, tangisan juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Pertama, tangisan yang memiliki arti ibadah (al-ubudiyah), yang di dalamnya terselip niatan yang tulus dan ikhlas dalam mencapai kedekatan (al-taqarrub) dan kerelaan (al-ridha) dan Allah swt, seperti tangisan
penyesalan (al-nadm) akibat suasana hati atau reaksi emosional terhadap ingatan kekhilafan di masa lampau dan individu yang bersangkutan berharap agar di masa depan nanti hal itu bisa berubah dan tidak terulang kembali, tangisan pengaduan (al-syakwa) yaitu seperti seorang hamba menceritakan atau mencurahkan keseluruhan rahasia dan pengalamannya kepada Tuhannya, tangis munajat dan sebagainya.
1
Kedua, tangisan sia-sia dan tidak memiliki nilai ibadah, karena tangisan ini merupakan luapan dari emosi manusiawi belaka, tanpa dibarengi oleh motif-motif spiritual, seperti tangis karena luka tubuh atau luka hatL
Dari uraian di atas tentang macam-macam tangisan, pada penelitian ini penulis menitikberatkan penelitiannya pada jenis tangisan dilihat dari nilai spiritualitasnya yaitu tangisan yang memiliki arti ibadah (al-ubudiyah).
2.1.4 Manfaat menangis
Menurut Muhammmad Sahria Permana (2005), airmata menjadi charger yang mengalirkan energi baru dalam hidup. Setelah manusia menangis dan airmata terkuras, jiwa seakan bebas dan lepas dari beban yang membelenggu. Setelah menangis keadaan menjadi lebih segar, langkah menjadi terarah.
Air mata yang dihasilkan oleh tangisan emosional dapat menjadi jalan pembuangan racun-racun dalam tubuh. ''The tears produced by emotional crying may be a way that the body disposes of toxic substances" (www.1stannex.com. 2006). Terbuangnya racun-racun tersebut membuat seseorang merasa lega setelah menangis.
18
Menurut Satria Hadi Lubis (2003), menangis dapat membuat seseorang menumpahkan berbagai perasaan ; marah, sedih, kecewa, kesal, berdosa, dan lain-lain. Menangis merupakan sarana pelampiasan emosi yang efektif untuk mengatasi stress. Dengan menangis, perasaan menjadi lega. Pikiran juga menjadi lebih jernih. Hati menjadi lebih tenang. Menangis juga dapat menumbuhkan tekad untuk memperbaiki diri dan menatap masa depan dengan lebih optimis. Dengan kata lain, menangis dapat menumbuhkan semangat untuk beraktvitas lebih baik lagl. Menangis bukalnlah hal yang tabu dilakukan, termasuk bagi seorang pria. Menangis juga bukan menunjukkan kelemahan jiwa. Menangis adalah ekspresi pelampiasan emosi yang wajar. Namun menangis menjadi kurang baik jika dilakukan sampai pada tingkat meraung-raung dan histeris. Hal ini karena raungan dan hysteria dapat membuat orang lupa diri dan tanda dari kurang bersyukur terhadap nikmat Allah. Namun, jika seseorang menangis secara wajar, maka hal ini sangat baik untuk-salah satunya-meningkatkan motivasi hidup.
Sedangkan menurut Abdul Mujib (2002), tangisan memiliki arti komunikasi psikologis yang menyehatkan dan merupakan upaya ifragh (pelampiasan kekesalan jiwa).
Randolph Cornelius (1986) mengatakan bahwa dipercaya di dunia bagian bara! bahwa menangis adalah !erapi dan juga sebaliknya, bahwa kegagalan
19
untuk menangis berbahaya bagi tubuh seseorang. Menangis dianggap penting untuk melepaskan tegangan psikologis yang dialami seseorang; jika tangisan tidak dilepaskan, maka tangisan akan mencari jalan keluar dengan cara yang lain, seperti mempengaruhi tubuh dan kemungkinan menyebabkan penyakit" (www.1stannex.com. 2006).
Borquist (1906) mengatakan bahwa menangis bermanfaat sebagai katarsis
1
.
Menangis dapat "membersihkan pikiran". Banyak peneliti saat ini yang menguji isi dari air mata emosional, yaitu berisi zat-zat seperti endorphin, ACTH, prolactin dan pertumbuhan hormon, yang semua dihasilkan oleh stres. Air mata emosional penting untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan keseimbangan hormon (www.1stannex.com. 2006).
Sedangkan Allan dan Barbara Pease (2005) menjelaskan bahwa air mata mempunyai tiga kegunaan bagi manusia : 1. Untuk mencuci mata Kelenjar air mata mengeluarkan cairan ke dalam mata dan waduk air mata berperan untuk mengalirkannya lewat rongga hidung. Menangis berfungsi untuk mengeluarkan garam dan zat kotor lainnya dari mata. Air
I Katarsis menurut Psikoanalisa merupakan pembebasan atau pelepasan ketegangan-ketegangan dan kecemasan-kecemasan dengan jalan mengalami kern bali dan mencurahkan keluar kejadian-kejadian traumatis di masa lalu, yang semula menekan emosi-emosinya ke dalam ketidaksadaran (JP. Chaplin, 2001).
20
mata juga mengandung suatu enzim yang disebut lysozyme yang dapat membunuh bakteri dan melindungi mata dari infeksi. 2. Untuk mengurangi stres Analisis kimia dari air mata menunjukkan bahwa air mata stres, yaitu yang mengalir di pipi, mengandung protein yang berbeda dari air mata yang dipakai untuk membersihkan mata. Tubuh tampaknya menggunakan fungsi ini untuk membersihkan racun akibat stres dari dalam tubuh. Hal ini bisa menjelaskan mengapa perempuan mengatakan mereka merasa lebih baik setelah menangis keras-keras padahal tidak ada yang perlu ditangisi. Air mata juga mengandung endorphin, salah satu zat penghilang rasa sakit yang secara alamiah dikeluarkan oleh tubuh, yang berperan sebagai pelindung rasa sakit secara emosi. 3. Sebagai tanda emosional Air mata berperan sebagai suatu tanda visual untuk meminta orang lain memeluk atau menenangkan sang penangis dan memicu produksi hormon oxytocin, yaitu hormon yang membuat seseorang ingin disentuh atau ditimang orang lain.
21
2.1.5 Keutamaan Menangis
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata : " Menangislah karena takut kepada Allah SWT, karena hal tersebut akan membuat hati menjadi terang dan menghindarkan seseorang dari men!1ulang dosanya."
Beberapa keutamaan menangis karena takut pada Allah SWT (Abdullah Nashin Ulwan, 2002) : a. Berada di bawah naungan Allah SWT di hari kiamat Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : " Tujuh g%ngan yang dinaungi o/eh Allah SWT disaat tidak ada naungan se/ain naungan-Nya ...(diantaranya) seseorang yang berdzikir kepada Allah SWT menyendiri dan menangis karenanya".
b. Terbebas dari adzab Allah SWT Imam Turmudzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata, Saya mendengar Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : "Dua jenis mata yang tidak disentuh o/eh api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah SWT dan mata yang piket ma/am fi sabillillah".
c. Berada dalam limpahan cinta kasih lIahi Imam Turmudzi meriwayatkan dari Abu Umamah, dari Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
22
'Tidak ada yang /ebih dicintai Allah SWT dari dua tetes dan dua bekas; tetes-tetes air mata karena takut kepada Allah SWT dan tetes-tetes darah yang tertumpah fi sabilillah. Dua bekas tersebut ada/ah bekas berjihad di ja/an Allah SWT dan bekas da/am kewajiban yang Allah SWT wajibkan (sha/at berjama'ah)".
d. Berada dalam ampunan dan maghfirah-Nya Ibnu Hibban dan AI-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata; Rasullullah Sallallahu Alaihi Wa Sailam bersabda : ''Apabi/a seorang hamba merinding karena takut kepada Allah SWT maka d(lsa-dosanya berguguran bagai bergugurannya dedaunan dari pohon yang kering".
2.1.6 Dampak Perilaku Menangis
Dampak perilaku menangis ini ada dua, yaitu dampak positif maupun dampak negatif. Jika tangisan itu bermakna maka akan berdampak positif. Dampak perilaku menangis yang bermakna menurut Abdul Mujib (2002) adalah : (1) berimplikasi positif pada aktualisasi diri atau realisasi diri; (2) mendorong individu bersikap optimis, produktif dan menghilangkan sikap pesimis dan cengeng; (3) membantu dalam pencapaian kesehatan mental; dan (4) memiliki muatan spiritualitas.
23
Namun jika tangisan itu tidak bermakna maka akan berdampak negatif bagi pelakunya. Tidak semua individu merasa lebih baik setelah menangis. Ada sebagian orang yang merasa datar-datar saja setelah menangis bahkan menjadi lebih buruk. Frey, et.al (1981) mengatakan meskipun banyak individu melaporkan 'having a good cry', namun ada sebagian individu yang lain yang melaporkan bahwa menangis tidak berg una, tidak membawa keringanan, kelegaan atau pemecahan. Mereka menangis untuk waktu yang lama dengan tidak membawa perubahan pada perasaan mereka; mereka bahkan mengatakan perasaan mereka menjadi lebih buruk atau 'rusak dihanyulkan (www.1stannex.com. 2006).
Oleh Shaiband, Sabbagh, & Klan (2001) tangisan yang membawa dampak buruk tersebut disebut 'PC' (pathological crying) atau tangisan patologi yaitu merupakan tangisan yang tidak pantas, tangisan yang tanpa motivasi, dan tangisan yang dilakukan tanpa sengaja, hal tersebut dapat terlihat pada korban pukulan, penderita MS, penderita Alzheimer, penderita Parkinson, dan trauma otak. Tangisan patologi dapat membantu untuk mengidentifikasi mekanisme neurologist yang disebabkan pada tangisan normal (www.1stannex.com. 2006).
24
2.1.7 Hasil-hasil Penelitian tentang Menangis
Berdasarkan sebuah penelitian tentang usia laki-Iaki dan wanita, ternyata wanita rata-rata memiliki usia relatif lebih panjang dibanding dengan laki-Iaki. Salah satu alasan penting yang dikemukakan oleh para peneliti mengapa wanita memiliki usia rata-rata lebih panjang dibanding laki-Iaki adalah, karena biasanya wanita ketika mengalami kesulitan, stres, dan tekanan-tekanan mental, mereka dapat mengalihkannya pada tangisan dan air mata sebagai kompensasi dari berbagai masalah yang membebani mereka. Dengan menangis, mereka akan merasa lebih nyaman dan tenteram, dan sebagai hasilnya kesehatan fisik dan jiwa mereka lebih terpelihara dan dengan demikian tentu saja usia mereka akan lebih panjang (Muhammmad Ibrahim Siraj, 2004).
Para wan ita yang berkat anugerah dari Allah SWT, memiliki kelembutan dan kehalusan hati yang lebih, dibandingkan dengan para pria, mereka berpeluang lebih besar untuk mengambil manfaat dari tangisan dan air mata pada saat-saat stres dan depresi; sedang para pria pada umumnya lebih memilih untuk memendam masalah dan kesulitan yang mereka hadapi, sebagai akibatnya tekanan-tekanan tubuh mereka juga akan lebih cepat lelah dan usia mereka menjadi lebih pendek. Memang kaum pria enggan untuk menangis, karena menangis dianggap sebagai tanda kelemahan dan
25
menyerah terhadap masalah yang sedang dihadapi (Muhammmad Ibrahim Siraj,2004),
Sedangkan Allan dan Barbara Pease (2005) mengatakan bahwa kelenjar air mata perempuan lebih aktif daripada pria, konsisten dengan besarnya respon emosional dari otak perempuan, Pria sangat jarang menangis di depan umum karena, dari sudut pandang evolusi, seorang pria yang menunjukkan emosi, terutama di sekitar pria lain, akan berada dalam situasi berbahaya, Dia akan terlihat lemah dan hal ini akan mengundang pria lain untuk menyerangnya, Tetapi, bagi perempuan untuk menunjukkan emosi kepada orang lain, terutama perempuan lain, dilihat sebagai tanda percaya, karena yang menangis menjadi bayi dan meletakkan temannya dalam posisi orangtua yang melindungL
Sedangkan Frey, et al (1981) menyimpulkan hasH penelitiannya sebagai berikut: (1) Wanita menangis lima kali lebih banyak daripada laki-lakL (2) Waktu menangis untuk laki-Iaki dan perempuan 6 menit (3) Airmata lebih sering dikeluarkan antara pukul 7 dan 10 malam (4) Tidak ada hubungan antara usia dengan frekuensi menangis, (5) 85 persen wanita dan 73 persen laki-Iaki melaporkan mereka merasa lebih balk setelah menangis (www.google.com. 2006),
26
2.2
Self-Awareness dalam Religiusitas
2.2.1 Pengertian Self·Awareness dalam religiusitas
Dalam Kamus Lengkap Psikologi, menurut J. P. Chaplin (2001), self-
awareness adalah wawasan ke dalam atau wawasan mengenai alasanalasan dari tingkah laku diri sendiri, atau pemahaman terhadap diri sendiri.
Sedangkan Hamzah. B. Uno (2006) mengatakan bahwa kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal-hal yang sedang dirasakan dan mengapa hal itu dirasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh perilakunya terhadap orang lain.
Sedangkan dalam situs www.e-psikologi.com (2007) dikatakan bahwa kesadaran-diri adalah kemampuan kunci untuk memahami orang lain dan dunia ini - 'what is happening and how something takes the process to
happen' (apa yang terjadi dan bagaimana suatu proses terjadi). Bahkan kesadaran-diri merupakan pintu untuk mengenal di mana sebenarnya keunggulanl kelemahan diri kita.
Dalam situs www.budiyono.com (2006) dikatakan bahwa kesadaran diri adalah kemampuan untuk memisahkan din atau membuat jarak dengan diri
27
kita sendiri untuk mengamati proses berlangsungnya pikiran di benak kita, mengingat-ngingat kecenderungan, keinginan, masa lalu atau pengalaman kita, termasuk mengetahui/mengenali berbagai perasaan, segi-segi positif maupun negatif yang ada pad a diri kita.
Dalam situs www.vlaide.com/lifeskills/self awareness.hlml (2006) dijelaskan bahwa kesadaran diri meliputi kepribadian kita, kekuatan dan kelemahan kita, yang kita sukai dan yang tidak disukai. Mengembangkan kesadaran dapat membantu kita untuk mengenal ketika kita stres atau di bawah tekanan. Kesadaran diri juga menjadi prasyarat dalam komunikasi efektif dan hubungan interpersonal, dan juga untuk mengembangkan empati pada sesama.
Menurut Donah Zohar dan Ian Marshall (2000), penulis buku Spiritual Intelligence, kesadaran din merupakan proses internalisasi dari informasi yang diterima yang pada saatnya menjadi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan diwujudkan menjadi perilaku keseharian. Giri orang yang cerdas secara spiritual adalah orang tersebut memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi. Artinya, orang itu memiliki tingkat kesadaran bahwa dia tidak mengenal dirinya dengan baik, karena itu dia berupaya mengenal dirinya lebih dalam. Dengan mengenal dirinya, dia akan mengenal tujuan dan misi hidupnya.
28
Kemampuan tentang kesadaran-diri apabila diaktualkan secara optimal akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa proaktif yaitu kemampuan untuk memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan. Dikatakan kebiasaan efektif karena semua persoalan tidak ada yang membingungkan apabila ditangani oleh orang yang berkapasitas mampu mengambil keputusan. Kualitas menjadi pengambil keputusan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh orang dengan kesadaran-diri setengah-setengah. (www.epsikologicom, 2006)
Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Mardi J. Horowitz (1998) dalam bukunya Cognitive Psychodynamics, yang menyatakan bahwa kesadaran diri akan melahirkan insighf, yang kemudian insight tersebut akan melahirkan sebuah sikap untuk mengambil keputusan atas pilihan-pilihan yang ada, yang keputusan tersebut akan memunculkan perubahanperubahan baru dalam perilaku. Pilihan baru tersebut dapat memodifikasi harapan-harapan, tujuan-tujuan dan prioritas seseorang dalam hidupnya. Mardi J. Horowits juga mengatakan bahwa kesadaran diri dapat memberikan solusi atas berbagai macam persoalan.
Dalam kamus Psikologi J.P Chaplin (2001) dijelaskan bahwa insight (wawasan, pengetahuan yang dalam, pengertian yang dalam) merupakan pemberian penerangan, membawa ke arah penyadaran semua motif, hubungan, perasaan, impuls, dan seterusnya yang pada masa sebelumnya sedikit sekali dipahami, atau yang sama sekali tidak disadari oleh subjek. Pada individu normal, berupa pemahaman diri; penyadaran terhadap motivasi, hasrat dan perasaan sendiri. 2
29
Kesadaran diri juga membuka pintu untuk pertumbuhan spiritual dan personal. Dalam pengalaman kita, kesadaran diri adalah kunci yang membuka kunci sukses dari kehidupan. Kita memiliki semua jawaban yang kita butuhkan untuk pertanyaan bagian dalam kebenaran hidup kita. Semua yang kita lakukan adalah untuk belajar bagaimana untuk berjalan sesuai dengan kebijaksanaan kita (www.higherAwareness.com. 2006).
Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa self-awareness adalah kemampuan untuk memahami perasaan, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, serta menyadari kekurangan dan kelebihan diri yang kemudian membuat seseorang mampu memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam mengatasi persoalan hidupnya.
Sedangkan pengertian religiusitas sendiri, menurut Dister (1989) religiusitas adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepadaNya manusia merasa bergantung dan berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan kekuasaanNya, maka akan semakin tinggi tingkat religiusitasnya.
Syamsu Yusuf (2003) menjelaskan tentang pengaktualisasian beragama sebagai berikut: Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada
30
aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah 8WT dan pengaktualisasiannya melalui peribadatan kepadaNya, baik yang bersifat habluminallah maupun habluminannas. Keimanan kepada Allah 8WT dan aktualisasinya dalam ibadah merupakan hasil dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman dan kesadaran pada diri seseorang terhadap nilainilai agama.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri dalam religiusitas adalah kemampuan untuk memahami perasaan, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, menyadari kekurangan dan kelebihan diri yang kemudian membuat seseorang mampu memilih respon yang coeok atau menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam mengatasi persoalan hidupnya. 8erta memodifikasi harapan-harapan, tujuantujuan dan prioritas hidupnya berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakininya yang telah terinternalisasi dalam dirinya melalui proses aktivitas keagamaan yang diikuti.
2.2.2 Macam-macam kesadaran diri
Dalam situs www.selfCreation.eom (2007) macam-macam kesadaran diri
(self-awareness) dapat dijabarkan menjadi :
31
1. Kesadaran diri sebagai hamba Tuhan, makhluk sosial, serta makhluk Iingkungan alam. a. Kesadaran diri sebagai hamba Tuhan, yaitu diharapkan mendorong individu untuk beribadah sesuai dengan tuntunan agama yang dianut, berlaku jujur, bekerja keras, disiplin dan amanah terhadap kepercayaan yang dipegangnya. b. Kesadaran diri sebagai makhluk sosial, akan mendorong individu untuk berlaku toleran kepada sesama, suka menolong dan menghindari tindakan yang menyakiti orang lain. c. Kesadaran diri sebagai makhluk Iingkungan alam, merupakan kesadaran bahwa individu diciptakan Tuhan Yang Mahaesa sebagai khalifah di muka bumi dengan amanah memelihara lingkungan. Dengan kesadaran itu, pemeliharaan lingkungan bukan sebagai beban tetapi sebagai kewajiban ibadah kepada Tuhan YME, sehingga setiap individu akan terdorong untuk melaksanakannya. 2. Kesadaran akan potensi yang dikaruniakan oleh Tuhan, baik fisik maupun psikologik. a. Kesadaran diri akan potensi yang dikaruniakan Tuhan sebenarnya merupakan bentuk syukur kepada Tuhan. Dengan kesadaran itu, individu akan terdorong untuk menggali, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dikaruniakan oleh Tuhan, baik berupa fisik maupun psikologik. Oleh karena itu, sejak dini
32
individu perlu diajak mengenal apa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dan kemudian mengoptimalkan kelebihan yang dimiliki dan memperbaiki kekurangannya. b. Kesadaran tentang pemeliharaan potensi diri Uasmani dan ruhani) yaitu diharapkan kesadaran tersebut mendorong untuk memelihara jasmani dan rUhaninya, karena keduanya merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri. Oleh karena itu, menjaga kebersihar., kesehatan, baik jasmani maupun ruhani merupakan bentuk syukur kepada Tuhan yang harus dilakukan.
Sedangkan dalam majalah Tarbawi edisi 146 tahun 8 (4 Januari 2007), dikatakan bahwa kesadaran ada dua macam. Pertama, kesadaran pencarian. Kedua, kesadaran pencerahan. Atau, "kesadaran menuju", dan "kesadaran kembali". Kesadaran pencarian adalah kesadaran yang berproses dan hasilnya dilakukan seseorang sebelum memulai pilihan. Misalnya, kesadaran seorang yang baru saja baligh, untuk memilih dan mengawali usia dewasanya dengan taat kepada Allah SWT, atau kesadaran seseorang yang baru akan memulai kehidupan rumah tangga, baru luius kuliah dan akan memulai bekerja. Dia bisa memilih untuk bekerja di tempat salah atau benar. Dia bisa memilih pasangan dengan cara benar atau dengan cara yang salah. Dia menuju pilihannya sesuai kesadarannya.
33
Sedang kesadaran pencerahan, disebut juga kesadaran perbaikan, yaitu proses dan hasil kesadaian yang dilakukan seseorang untuk kembali ke jalan yang baik. Ini juga disebut dengan taubat. Kesadaran untuk meninggalkan keburukan. Kesadaran untuk kembali ke jalan yang benar, setelah lama memilih jalan yang buruk. Jadi kesadaran diperlukan di awal perjalanan untuk menentukan arah. Tapi juga diperlukan ketika perjalanan sudah dimulai atau bahkan berlangsung lama, tapi perjalanan itu tidak jelas arahnya, atau salah arah. Ini semacam terbangun dari tidur. Seperti kemengertian akan salah jalan yang tiba-tiba mengantarkan seseorang kepada kehidupan yang salah. Kesadaran ini merupakan renungan inti dari jiwa seseorang dan dari kejujuran hati seseorang.
2.2.3 Proses Kesadaran Diri
Kesadaran adalah langkah pertama dalam proses penciptaan. Selama kita tumbuh dalam kesadaran diri, kita akan memahami lebih baik lagi tentang mengapa kita merasakan apa yang kita rasakan dan mengapa kita berbuat seperti yang kita perbuat. Pemahaman tersebut kemudian memberi kita kesempatan dan kebebasan untuk merubah sesuatu sesuai dengan yang kita suka dan menciptakari kehidupan sesuai yang kita inginkan. Tanpa sepenuhnya mengetahui tentang diri kita, penerimaan diri dan perubahan menjadi tidak mungkin (www.selfCreation.com. 2006).
35
Skema di atas merupakan proses terbentuknya kesadaran diri, yaitu jika individu mendapatkan input tentang suatu hal, lalu input itu besar kesesuaiannya pada diri individu tersebut maka akan menghasilkan hasil yang r;ositif dan tingkat kemajuan yang tinggi pada diri individu itu, yang hal tersebut pada akhirnya menelptakan kesadaran diri pada individu untuk melakukan sebuah perubahan pad a dirinya. Jika individu terse but fokus pada dirinya maka perubahan yang terjadi adalah perubahan pada diri individu tersebut, namun jika individu tersebut fokus pada diri idealnya maka perubahan yang terjadi adalah perubahan standar pada dirinya. Namun kebalikannya, jika input yang didapat keelI kesesuaiannya (besar ketidakcocokannya), maka akan memberikan hasil yang negatif dan tingkat kemajuan yang rendah sehingga individu akan lari dari kenyataan.
36
Farthing (1992) dalam Mardi J. Horowitz (1998) juga menjelaskan proses self-awareness dalam bentuk hierarki segitiga.
Reflective Consciousness
self-awareness introspection
Primary Consciousness
inner speech: mental images recalled memories, Feelings, Attenden sensory percepts
,0
Peripheral Awareness stimuli vaguely aware _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _-"1 in short tenm memory High
Memories retrievable with e ort
Medium
Low
easily retrieved me aries
stimuli nonconsciously Perceived and available
Stimuli nonconsciousness
very hard to retrieve memon
5
Perceived but unavailable non7--=':==T-=,-,---,===-_ _...:a:.:u.:.:to.:.:m.:.:a.:.:ti;:-cLPr...:o.::.ce:.:s:;:s
sensory input
procedural knowledge
--'==.::;:.:.::..:.:== declarative knowledge (episodic and semantic)
Skema 2.2 Proses Terbentuknya Self-Awareness (Mardi J Horowitz,1998)
Mardi J Horowitz (1998) menjelaskan piramida tersebut bahwa dari segitiga di atas dapat dilihat bahwa puncak segitiga berisi reflective consciousness (kesadaran untuk mer-efleksi diri) yaitu tempat terjadinya kesadaran diri dan introspeksi diri. Pola reflective consciousness ini sangat kompleks. Oi bawah reflective consciousness ada primary consciousness (kesadaran primer)
38
Declarative knowledge dapat menghasilkan informasi eksplisit sedangkan procedural knowledge lebih implisit. Banyak perubahan sosial menggunakan procedural knowledge, yaitu dengan langsung melakukan tindakan bukan hanya ber~ata-ka:a. Orang-orang sering mengetahui dengan implisit bagaimana unluk bertindak dan bereaksi, tapi mereka tidak dapat menerjemahkan tingkah laku mereka dalam bentuk kata-kata. Pola asosiasi (hubungan) antara declarative dan procedural knowledge sangat kompleks.
Untuk memahami kesadaran dari berbagai pikiran dan perasaan merupakan hal yang kompleks dan tanpa disadari dapat dipengaruhi oleh proses informasi yang didapat. Seseorang memiliki kemampuan yang luar biasa ketika ia dapat mencapai kesadaran untuk merefleksi dirinya (reflective
consciousness). Seseorang dapat membagi kesadaran diri menjadi pengalaman diri (self experiencing) dan observasi/pengamatan diri (observing
self). Kadang-kadang proses defensive control (sikap kontrol pertahanan diri) harus diubah untuk mencapai kesadaran diri.
2.2
Kerangka Berfikir
Dalam menjalani peristiwa dalam hidupnya seperti pernikahan, kelahiran, kelulusan, kematian, perpisahan, dan lain-lain, terkadang manusia merespon peristiwa tersebut baik dengan tawa maupun tang is. Menangis tidak selalu
39
mengarah pada sifat-sifat yang buruk, dan tertawa juga tidak selalu mengarah pada sifat-sifat yang baik. Menangis itu unik. Individu akan menangis dalam kondisi apa pun, seperti keadaan cemas atau bahagia; di sa at sunyi atau I-tiruk
pi!~uk;
di waktu siang atau malam; dan tak kenai masa
kanak-kanak, remaja atau orang dewasa; laki-Iaki atau perempuan; kafir atau mukmin; orang yang bodoh atau orang yang cerdas; dan sebagainya.
Menangis merupakan ungkapan yang paling "murah" walaupun tidaklah mudah untuk melakukannya, karena hal ini sang at dipengaruhi oleh suasana hati yang timbul dari perasaan orang yang akan menangis.
Oleh sebab itu, terkadang seseorang yang sulit menangis memerlukan mediator untuk memicu tangisnya, seperti dengan mengikuti acara muhasabah, mabit di masjid-masjid, atau mengikuti sesi konseling atau training-training seperti ESQ (Emosional Spiritual Quotiont) atau training
Heart Inteligence, dsb. Yang kemudian diharapkan dengan pengkondisian suasana dan situasi pada acara-acara tersebut seseorang yang menghadirinya dapat menangis.
Dengan mengikuti salah satu mediator tersebut individu mendapatkan masukan-masukan yang kemudian ia menjadi mengingat-ingat kembali ingatannya yang kemudian masukan-masukan tersebut ia persepsikan yang
40
akhirnya mempengaruhi suasana hatinya yang kemudian membuat ia menangis.
Tangisan tersebut memb1l8 individu merenungi dirinya, merefleksi dirinya, mengingat-ingat kembali pengalaman-pengalamannya dan mengamati dirinya lebih dalam. Yang hal tersebut akhirnya menimbulkC'n kesadaran diri pada individu berupa kemampuan untuk memahami perasaannya, mengetahui apa yang ia suka dan apa yang tidak disukainya, menyadari kekurangan dan kelebihan dirinya yang kemudian membuat individu itu mampu memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam mengatasi persoalan hidupnya serta mampu memodifikasi harapan-harapan, tujuan-tujuan dan prioritas hidupnya berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakininya yang telah terinternalisasi dalam dirinya melalui proses aktivitas keagamaan yang diikuti.
Proses penyadaran diri dimulai dengan menumbuhkan kepekaan emosi yang dipicu dengan menangis. Karena ketika seseorang menangis, ia menjadi merenungi tentang dirinya dan pengalaman-pengalaman dirinya, yang kemudian hal itu memunculkan kesadaran diri sehingga ia menyadari apaapa saja yang menjadi harapan, tujuan dan prioritas dalam hidupnya.
41
Hal tersebut dapat lebih dijelaskan dengan kerangka berfikir sebagai berikut :
Tabel2.1 Kerangka berpikir
Pada mediator yang dikor,d'sikan Iindividu
Pada mediator yang alami
I
Individu
... • • • • •
Mediator: Sesi konseling Training ESQ Training Heart Inteligence Zikir bersama Mabit
r Primary Consciousness • Attended sensory perception • Recalled memory • Feelings
I
l Mediator: • Kegalauan • Ditinggal mati orang yang dicintai • Bercerai, dll
-1
Primary Consciousness • Attended sensory perception • Recalled memory • Feelings
1
l
I
Menangis
Menangis
Self reflecting, self observing& self experiencing
Self reflecting, self observing& self experiencing
l
...
L-
I
Self-Awareness
I
Self-Awareness
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memahami gejala tingkah laku subjek penelitian. Sehingga dengan demikian maka, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Taylor dan Bodgan (1984) pendekatan kualitatif mencoba memahami gejala atau permasa!ahan sesuai perspektif orang yang mengalaminya.
Sedangkan penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Banister, dkk (1994) dalam Asmadi Alsa (2003) bahwa penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai satu cara sederhana, sangat longgar, yaitu suatu penelitian interpretative terhadap suatu masalah di mana peneliti merupakan sentral diri pengartian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu.
Alasan lain peneliti tidak menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Amirul Hadi dan H. Haryono (1998) bahwa variabel yang diungkapkan dalam penelitian kualitatif
43
dibatasi sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah disusun sebelumnya, padahal permasalahan dan variabel dalam i1mu-ilmu sosial tidak terlepas dari konteks lingkungannya secara keseluruhan.
3.2 Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak ada ketentuan baku mengenai subjek penelitian. Untuk memudahkan pencarian subjek penelitian ini, maka peneliti tidak membatasi usia subjek secara tegas. Namun dalam penelitian ini, peneliti membatasi jumlah subjek sebanyak empat orang, dimana subjek memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : 1. Subjek pernah dan suka menangis. 2. Subjek pernah mengikuti salah satu mediator yang membuatnya menangis. 3. Jumlah subjek sebanyak empat orang, dua orang laki-Iaki dan dua orang perempuan.
Dalam menentukan subjek penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik Purposive sampling, yakni pengambilan sample dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan atas strata, random, atau daerah, tetapi atas dasar adanya tujuan, sehingga tidak semua subjek memiliki peluang yang sama (Suharsimi Arikunto, 1996).
44
3.3 Varia bel Penelitian
Dalam penelitian ini, menangis sebagai independent variabel dan selfawareness dalam reiigiusitas sebagai dependent variabel. Adapun yang
dimaksud dengan menangis dalam pene!itian ini mengacu pada definisi menangis yang berarti proses keluarnya air mata yang biasanya disertai sedu sedan atau tanpa terdengar suara apa pun.
Sedangkan self-awareness dalam religiusitas yang dimaksud pada penelitian ini yakni kemampuan untuk memahami perasaan, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, menyadari kekurangan dan kelebihan diri yang kemudian membuat seseorang mampu memilih respon yang cocok atau menentukan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam mengatasi persoalan hidupnya serta memodifikasi harapan-harapan, tujuan-tujuan dan prioritas hidupnya berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakininya yang telah terinternalisasi dalam dirinya melalui proses aktivitas keagamaan yang diikuti.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan wawancara langsung sebagai metode utama dan observasi sebagai metode penunjang terhadap sample yang memenuhi
45
kriteria. Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan lisan kepada sumber data, dan sumber data juga menyebutkan jawaban secara Iisan pula. Wawancara juga dapat diartikan sebagai sebuah proses tanya jawab dalam peflelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih be:tatap muka mendengar secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Rosenthal, 1984).
Melalui wawancara bisa didapatkan informasi yang mendalam antara lain karena baik pewawancara maupun orang yang diwawancarai dapat memberikan feedback dengan menanyakan kembali apabila ada hal-hal yang tidak jelas. Pada penelitian ini dilakukan wawancara terbuka dengan menggunakan pedoman umum wawancara yang dilakukan pada subjek penelitian. Ada kemungkinan dalam penelitian ini menggunakan wawancara informal, tidak langsung pada beberapa orang informan untuk mengetahui informasi yang belum terungkap agar data yang diperoleh menjadi lebih kuat. Selain dengan menggunakan wawancara, dalam penelitian ini juga menggunakan observasi sebagai metode penunjang. Observasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat secara sistematis gejala yang diselidiki (Moleong, 2002). Observasi dalam penelitian ini meliputi gambaran fisik dan penampilan subjek serta
46
sikap subjek selama wawancara berlangsung, termasuk gerak tubuh, mimik, intonasi suara dan tatapan muka.
Sedangkan mengenal validitas penelitian kU;'llitatif adalah kepercayaan terhadap data yang diperoleh dan dianalisis yang dilakukan peneliti secara akurat mempresentasikan dunia sosial di lapangan (Asmadi Alsa, 2003).
3.5 Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data yang diharapkan. maka peneliti membutuhkan beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. diantaranya adalah:
1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara berisikan item-item pertanyaan yang akan ditanyakan kepada interviewee. Pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan terbuka terkait dengan beberapa hal yang diperkirakan mampu mewakili hal-hal yang akan diungkap dalam penelitian ini.
Dalam lembar pedoman wawancara terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu : Bagian pertama : Berisi data mengenai diri subjek; tahun lahir, usia, suku bangsa. pendidikan. pekerjaan, pengalaman organisasi.
47
Bagian kedua
: Berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka; mediator yang
diikuti, kondisi sebelum, pada saat dan sesudah menangis, dan garnbaran self-awareness.
2. Lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat hasil pengamatan peneliti terhadap subjek selama proses wawancara berlangsung. Sedangkan halhal yang akan diobservasi terkait dengan kondisi fisik dan penampilan serta sikap subjek, termasuk diantaranya gerak tubuh, raut muka, mimik, intonasi suara dan tatapan muka.
3.6 Prosedur Penelitian
Adapun tahapan-tahapan yang dilalui pada penelitian ini ada tiga tahapan, yaitu: 1. Tahap Pra-Iapangan Tahapan ini meliputi segala persiapan penelitian, termasuk diantaranya membuat rancangan penelitian, memilih subjek, mengurus perijinan, dan menyiapkan perlengkapan atau instrumen penelitian. 2. Tahap lapangan . Mengenali lapangan penelitian termasuk didalamnya adalah subjek penelitian, kemudian melakukan wawancara terbuka dengan pedoman
48
wawancara yang telah dibuat. Selama proses wawancara berlangsung peneliti menggunakan tape recorder sebagai alat perekam, serta mencatat segala sesuatu dari observasi terhadap subjek pada lembar observasi. Waktu yang digunakan
un~uk
wav'ancara sangat disesuaikan
dengan kesediaan subjek. 3. Tahap Analisis Data Tahap awal untuk menganalisa data adalah dengan mengumpulkan data hasil wawancara dan observasi. Poewandari (1998) menjelaskan bahwa pengolahan data dimulai dengan pengorganisasian data yang rapi, sistematis dan selengkap mung kin. Kemudian peneliti melakukan koding dengan menyusun transkip verbatim dan catatan lapangannya sedemikian rupa, sehingga data dapat memunculkan gambaran topik yang dipelajari. Setelah menyusun transkip verbatim, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penomoran pada tiap paragrafl halaman transkip secara berurutan untuk memudahkan pencarian data. Pemberian nama dan tanggal pada masing-masing berkas dengan kode tertentu adalah hal yang harus dilakukan selanjutnya. Keseluruhan laporan kualitatif umumnya merupakan deskriptif yang panjang pada bab 4 hasil penelitian.
49
BAB IV PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
Pad a bab ini akan dijelaskan mengenai hasil peng::Jlahan data yang telah diperoleh dari lapangan. HasH penelitian ini akan dituliskan mengenai gambaran umum subjek, analisis kasus, dan analisis perbandingan antar kasus.
4.1 Gambaran Umum Subjek
Subjek pad a penelitian ini berjumlah 4 orang, terdiri dari 2 orang laki-Iaki dan 2 orang perempuan yang telah dipilih berdasarkan karakteristik subjek penelitian ini, yaitu laki-Iaki maupun perempuan yang pernah dan suka menangis; dan yang pernah mengikuti salah satu mediator yang membuatnya menangis.
Untuk mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari data wawancara 'terhadap subjek, maka peneliti pun melakukan wawancara kepada beberapa sumber lain yang berkaitan langsung dengan keseharian subjek. Seperti suami maupun teman-teman terdekat subjek.
51
pembantu subjek meninggal dunia, setelah selesai kuliah subjek harus langsung segera pulang karena pembantunya akan pulang kampung siang itu. Subjek pulang naik motor dengan suaminya, akhirnya penulis dan subjek sepakat akan melakukan wawancara di rumah subjek ba'da Zuhur.
Penulis tiba di rumah subjek pukul 14.25 WIB. Kediaman subjek terletak di daerah Cipete. Subjek menyambut penulis dengan ramah lalu penulis dipersilakan duduk di kursi meja makan, dikarenakan ruang makan dan ruang tamu berada pada satu tempat (satu ruangan). Pada saat itu subjek masih nampak sibuk menyiapkan keberangkatan pembantunya. Tepat puku115.05 WIB pembantu subjek berangkat ke terminal lebak bulus diantar oleh suami subjek. Setelah mereka pergi, subjek mempersilakan penulis naik ke lantai 2 untuk melakukan wawancara.
Penulis tak perlu berlama-Iama menciptakan suasana yang nyaman agar wawancara dapat berlangsung dengan santai, hal ini dikarenakan subjek dan penulis telah saling mengenal sangat dekat. Proses wawancara berlangsung hari Selasa, 19 Juni 2007 dari puku! 15.20 hingga 16.52 WIS. Pada saat wawancara subjek mengenakan jilbab kaos berwarna hitam, kemeja krem garis-garis berwarna putih dan mengenakan rok hitam. Subjek pun memakai kaca matanya. Selama wawancara, subjek sangat kooperatif dan terbuka dalam mengungkapkan perasaannya.
52
10 adalah mahasiswi berusia 21 tahun 6 bulan, ia anak ketiga dari tiga bersaudara. 10 mengakui bahwa ia adalah orang yang sering menangis dan sang at mudah menangis. 10 juga mengatakan bahwa ia merupakan orang yang mudah tersentuh (peka) dan sangat sensitif.. lika ad~ sesuatu hal yang tidak sesuai, ia langsung merasa sesak dan akhirnya rr,enangis. Seperti ketika disakitin orang dan ia tidak bisa membalas dengan berbicara bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti itu, sehingga ia hanya bisa menangis. Dan ia pun kadang menangis jika ingat kelalaian-kelalaiannya, ingat dengan amanah-amanahnya yang membuat ia kurang tawazun (seimbang) terhadap ibunya, sedangkan sekarang ibunya tinggal sendiri karena bapaknya sudah meninggal bulan Mei lalu.
10 tidak mau ditemani ketika menangis, menurutnya jika ditemani menangisnya jadi tidak natural. la lebih puas jika menangis sendiri di banta I. Namun jika terlanjur ada temannya yang tau ia menangis, ia jadi tambah sesegukan menangis dengan temannya dan akhirnya ia mengungkapkan pada temannya apa yang membuatnya menangis.
10 merupakan tipikal orang yang tidak bisa menahan air matanya, jadi dimanapun ia berada ia langsung menangis tidak melihat-Iihat tempat dulu. Dan yang menemani ia menangis adalah siapa saja orang yang ada didekatnya ketika ia menangis.
53
"Jadi gini, saya tipikal orang yang ga bisa nahan nangis, jadi dimanapun ngocor gitu, jadinya ga bisa nahan gitu, aduh ni harusnya ga boleh ketauan nangis, tapi. .. nangis juga, jadinya ga bisa nahan. Jadi suka juga suka ditemenin, suka nangis, pokoknya nga...pokoknya nga liat-liat tempat gitu. Jadi kalo nangis, nangis aja, gitu".
Menurut 10 orang-orang yang tidak tau ia suka menangis aKa'l heran ketika melihatnya menangis, karena 10 merupakan sosok yang sanguine] banget dalam pandangan teman-temannya sehingga mengherankan jika ada yang melihat ia menangis hingga banyak sampai sesegukan dalam waktu lama.
Selain dimana saja 10 bisa menangis, ia mempunyai tempat khusus dimana biasanya ia menangis. Tempat 10 biasanya menangis adalah kamar dan kamar mandi. Jika ia menangisnya karena konflik sama suami, dan suaminya sedang di dalam kamar, maka ia keluar dari kamar lalu ke kamar mandi sambi! menyalakan air bak mandi agar tidak ketauan bahwa ia menangis. la tidak mau jika ketauan cengeng oleh suaminya. Menurutnya apa yang dikatakan suaminya sebenarnya benar namun cara penyampaiannya yang tegas membuat 10 menangis. la ingin suaminya pelan-pelan menasihatinya. la tidak suka dikasarin namun karena ia tidak bisa mengatakan hal tersebut pada suaminya untuk menasihati ia baik-baik sehingga yang bisa ia lakukan hanya menangis.
3 Sanguine dalam kamus Psikologi merupakan tipe kepribadian orang yang penuh harapan, periang, dan optimis; antusias, bersemangat, bergairah, bebas dari kecemasan. (JP Chaplin, 2001)
54
Sebenarnya ketika 10 menangis di kamar mandi tetap saja ketauan sama suaminya kalau ia habis menangis karena setelah menangis mata 10 menjadi sembab. Namun baginya biarkan saja ketauan menangis yang penting perasaannya lega dulu dengan menangis. Suamiilya pun sudah mengetahui karakter istrinya yang mudah menangis sehingga suaminya honya mendiamkan ia ketika ia menangis karena menurut suaminya ia menangis sebagai proses penerimaannya atas nasihat suaminya. la pun biasanya minta izin kepada suaminya ketika akan ke kamar mandi. la cukup lama menangis di kamar mandi sampai semuanya tuntas karena jika tangisnya tidak sampai tuntas, hatinya belum plong dan masih terasa sesak. Setelah menangis, ia akan merasakan kelegaan lalu ia akan kembali ke kamarnya, menemui suaminya, lalu minta maaf pada suaminya.
10 selalu menangis pada saat itu juga ketika ada hal-hal yang bertentangan dengan dirinya. la mengatakan bahwa dalam dirinya seperti ada alarm tangisan (tombol), jadi ketika tombol itu tertekan, ia langsung menangis. Ketika tombol alarm itu terpencet, air matanya langsung mengalir pada saat itu, tidak bisa ditunda. Seperti ketika tombol alarm itu terpencet di kampus dengan adanya kejadian yang tidak sesuai dengan hatinya, maka ia langsung menangis pada saat itu juga di kampus.
55
Selain menangis akibat kejadian sehari-hari yang ia alami baik di rumah karena diomelin ibunya atau karena konflik dengan suaminya atau menangis di kampus ketika ada yang menyakitinya atau ada hal-hal yang tidak sesuai dengan hatinya, ID pun menangis dalam suasana dan situasi yang rr;emang dikondisikan agar orang menangis seperti mengikuti acara mabit "tau training-training yang ada acara muhasabahnya. ID pernah mengikuti training
Heart Intelligence yang banyak membuat orang-orang menangis, ID pun menangis ketika ikut aeara tersebut. Namun baginya training tersebut kurang berkesan dibandingkan dengan aeara-acara mabit yang muhasabahnya memakai potongan ayat-ayat Qur'an. Ketika mengikuti aeara mabit tersebut awalnya ia tidak menangis, namun karena sekelilingnya menangis, ia jadi terbawa suasana yang akhirnya ia pun ikut menangis.
Acara mabit yang ia ikuti biasanya dimulai ba'da magrib. Rangkaian acaranya berupa tilawah (pembacaan ayat suci AI-Qur'an), sambutan, taujih (penyampaian materi yang disampaikan oleh seorang Ustadz), tasmi' (mendengarkan pembacaan ayat sud AI-Qur'an), lalu tidur kemudian bangun malam shalat qiyamullail kemudian muhasabah lalu shalat subuh jama'ah. Namun ID tidak hanya menangis ketika muhasabah, ketika tasmi' atau ketika
taujih pun ia menangis jika hal tersebut menyentuh hatinya, berkenaan dengan keadaan yang dialaminya. Dan juga ketika membaca AI-Qur'an.
56
"Oari ba'da maghrib. Tilawah kadang-kadang sambutan dulu trus tilawah, trus taujih, trus biasanya malem ada tasmi', trus biasanya malemnya baru, qiyamullail, trus muhasabah, abis itu sholat subuh. Kadang kalo pas tasmi' juga, trus ada taujihnya juga ngena gitu. Itu kan biasanya kalo mabit-mabit di masjid besar biasanya kan temanya, tema-tema fenomental gitu. Kaya misalnya sekarang gilu, dakwah lagi hancur gitu. Kaya gitu, taujihnya ngena gitu. Inget di kampus, inget di 8MI', gitu. Nangis gitu ...Jadi ga pas muhasabahnya doang. Kalo lagi baca Our en ya begitu juga".
Namun subjek tidak menangis begitu saja ketika mendengarkan taujih, semua tergantung tema dari taujih tersebut. Jika taujih yang disampaikan relevan dengan keadaan saat itu seperti tema tentang runtuhnya dakwah atau fitnah dakwah, hal tersebut dapat membuatnya menangis karena ia menjadi teringat akan keadaan dakwah di kampusnya dan di sekolahnya. la manangis sambil mengadu pada Allah 8WT. Selain tema tersebut, 10 juga menc:ngis ketika disampaikan taujih tentang tawazun. Karena ia jadi ingat akan ketidaktawazunannya pada ibu dan keluarganya. Padahal menurutnya keluarga adalah pilar dakwah yang utama.
Taujih atau informasi yang ia dapatkan dari ustadz, ia cerna dahulu, ia pikir
dan hayati dahulu kemudian ia renungkan jika yang disampaikan tersebut benar atau sama dengan realita yang ada, hatinya menjadi tersentuh dan akhirnya menangis. 8elama menangis 10 suka mendramatisir keadaan yang akhirnya membuatnya tambah menangis sesegukan. Jika setelah menangis ia merasa belum lega, ia mendramatisir dengan mengingat hal-hal yang
58
Tapi. .. kadang-kadang orang yang suka nangis, coba tanyain deh, pasti ga bisa jawab kenapa. Karena pokoknya kaya ada tombolnya, Deg! Pokoknya kalo kepencet pasti nangis kan. Malah kadang kebalikannya, ada orang yang udah disakitin banget bisa ga nangis juga gitu kan. iJiaksudnya, ga bisa digeneralisasi permasalahannya apa kan. Maksudnya saya kan suka bilang,"Ya Allah bi. .. Pengen punya suami yang kalo nangis disamperin, cepcepcep ....diem... udah ga usah nangis." Gitu kan pengennya ya. Semua perempuan kan pengennya kaya gitu, ko abi nga? "Iya liat dull' nangisnya, nangisnya kama apa, Allah aja gitu, Rasul aja ga suka kala nangis tanpa sebab." Kata dia gitu kan ... "Klo misalnya nangisnya kama kita mengingat dosa-dosa kita, mengingat latainya amanah kita, mengingat misalnya jasa ibu, orang tua kita, itu gapapa, ya bunda ... ga ada apa-apa tau-tau nangis." Kata dia gitu. "Ya Abi mo ngapain begini-begini, ya Abi ga tau apa sebabnya"".
Bagi ID menangis memang tidak menyelesaikan masalah, namun dengan menangis hati menjadi tenang, emosi jadi keluar. Menurutnya lebih baik orang yang menangis tanpa sebab daripada orang yang suka marah tanpa sebab. Karena marah tanpa sebab merugikan orang lain, sedangkan menangis tidak. "Ya, iya. Kata suami juga, ngapain sih nangis, emang nang is menyelesaikan masalah. Emang nga menyelesaikan masalah, tapi kan minimal hati tenang kalo udah nangis. Pokoknya emosi keluar dulu. Mungkin ada orang yang marah tanpa sebab tuh, pokaknya kalo kena Deg! Langsung marah. Kalo saya, kalo kena Deg! Langsung nangis. Alhamdulillah saya kalo Deg! Nangis. Jadi kan ga ngerugiin orang. Kala marah kan ngerugiin orang".
ID merasa mendapat insight setelah menangis. Seperti setelah ikut acara mabit yang membahas tentang kehancuran dakwah, ia merasa setelah menangis mendapatkan insight bahwa ini dia faktar yang menjadi
59
penghancur dakwah di kampus. 10 mengatakan bahwa menangis adalah
katarsis.
Menurut 10 berbeda proses dan hasil antara tangisnya ketika terjadi secara alami atas kejadian sehari-hari dE;ngan tangisnya ketika mengikuti acara muhasabah atau ketika di mediatori. Proses menangisnya sehari-hari lebih sering tidak beralasan, hanya karena emosi atau situasi yang bertentangan dengan hatinya sehingga spontan alarmnya berbunyi lalu ia menangis. Namun ketika acara mabit, prosesnya lebih jelas yaitu apa yang disampaikan oleh ustadz, ia masukkan dulu ke dalam kognitifnya baru kemudian ia menangis setelah apa yang disampaikan itu ia cerna dan hayati dan sesuai dengan fenomena yang ia alami. Namun jika menangis atas kejadian seharihari, ia menyadari atas apa yang ditangisinya belakangan setelah ia menangis. "Iya he eh, beda. Iya bener. Jadi tu kalo kegiatan sehari-hari tu. Kalo muhasabah itu kan memang ada mornen, ada fasilitasnya, kalo muhasabah gitu. Emang harusnya sih, ga harus menangis. Evaluasi diri aja, tapi mayoritas orang akan nangis. Tapi kalo kejadian sehari-hari, kaya pas Mia, kan tau-tau saya kejer banget gitu kan. Oeg ! dulu, ntar sadarnya... Jadi saya kalo untuk muhasabah emang saya sadar dulu. Inj evaluasinya ini. Tapi kan misalnya ngebahasnya tentang apa gitu kan. Kaya misalnya tentang tawazun .. , atau tentang misalkan ukhuwah. Itu kan dipandu, sudahkah kita menjadi saudara yang baik, misalnya sudahkah kita menunaikan hak-hak saudara kita, itu kan dipandu. Itu kan, itu kan saya masukin ke kognitif saya dulu, ya Allah...saya udah menjadi temen yang baik blom ya...Jadinya terangsang gitu. Tapi kalo sehari-hari nga, lebih spontan kalo sehari-hari".
10 lebih nyaman menangis ketika muhasabah karena tangisnya lebih
beralasan. Sedangkan menangis sehari-hari yang spontan hanya membuatl'ya menyesal setelah menangis, ia menyesali mengapa ia harus menangis padahal hal tersebut tidak perlu ditangisi. "Sebenernya sih enakan muhasabah, kalo muhasabah kan memang diingatkan dan dirangsang untuk mengingat, itu lebih berasa. Tapi kalo sehari-hari gitu persentasenya fifty fifty gitu ... Nyesel. Nah "Aha" nya itu yang bikin nyesel. Tadi kan itu solusinya ga mesti nangis ya, kan suami bener, dia kan bener, harusnya saya kan nurut sama suami, begini begini ... gitu. Takut ni dapat azab ni ... Begitu. "Aha" nya emang bagus, kaya gini... ngapain sih begini doang pake nangis. Bodoh banget sih gue. Tapi kan kalo muhasabah, kan ga nyesel, karna emang semua orang nangis dan nangisnya beralasan. Oapet "Aha" sih tapi abis itu nyesel, iiihh gitu doang nang is".
Menangis atas kejadian sehari-hari yang 10 alami, membuat 10 menyesal setelah menangis. Setelah menangis muncul Insight "Aha" bflrupa perasaan menyesal atas tangis yang telah dilakukannya. Namun ia pun tidak tahu mengapa ia dapat mudah menangis seperti itu. la lebih nyaman menangis ketika sujud pas shalat dengan mengingat dosa-dosanya atau ketika muhasabah bersama.
Analisis kasus ID
Menurut Muhammad Ibrahim Siraj (2004) menangis merupakan reaksi alami manusia yang terjadi akibat berbagai rangsangan internal maupun eksternal. Pernyataan tersebut sama seperti yang dialami dalam kasus 10, ia menangis
61
akibat rangsangan dari eksternal berupa hal-hal yang bertentangan atau tidak sesuai dengan hatinya dan akibat rangsangan internal pula berupa sifat kesensitifannya. Menurut Muharnmad Ibrahim Siraj (2004), tangis 10 atas kejadian sehari-hari (mediator accidenta0 merupakan jenis air rnata yang lahir dari berbagai macam perasaan hati seperti sakit hati, sedih, perasaan tertekan dan duka.
Namun menurut Tom Lutz (1999) air mata 10 yang mengalir karena kesensitifannya atas kejadian sehari-hari yang dialaminya termasuk ke dalam jenis air mata emosional yaitu air mata yang bermakna psikologis, yang mengaiir akibat rangsangan emosional seperti sedih, kecewa, depresi dan lain-lain.
Sedangkan menurut Abdul MUjib (2002) yang membedakan jenis-jenis menangis berdasarkan konstitusi manusia, fungsi-fungsi psikologis, dan nilai spirituaiitas, tangis 10 yang accidental atas kejadian sehari-hari yang dialaminya termasuk jenis menangis berdasarkan konstitusi manusia yang disebabkan oleh pengaruh psikis atau (kejiwaan) seperti menangis karena perkataan suaminya yang keras dan akibat disakiti oleh temannya. Tangisan seperti ini sering mendatangkan depresi dan kecemasan. Namun pada 10 hal tersebut tidak terjadi, ia hanya merasakan penyesalan setelah menangis, karena menurutnya hal tersebut tidak perlu ditangisi.
62
Oilihat dari fungsi-fungsi psikologisnya menurut Abdul Mujib (2002) tangisan 10 yang accidentaltersebut merupakan tangisan yang bernilai terapi (penyembuhan) seperti tangisannya kepada teman yang ada didekatnya ketika ia menangis, sehingga tangisan tersebut memberikan kelegaan dan ketenangan setelah ia menangis.
Namun tangisan accidental tersebut dilihat dari nilai spiritualitasnya menurut Abdul Mujib (2002) merupakan tangisan sia-sia dan tidak memiliki nilai ibadah karena tangisannya merupakan luapan dari emosi manusia belaka tanpa dibarengi oleh motif-motif spiritual seperti tangisnya akibat luka hati karena perkataan suaminya yang tidak sesuai dengan hatinya atau karena disakiti temannya maupun kejadian-kejadian yang membuat ia tersentuh.
Tangis accidental 10 tersebut memiliki makna dan dampak yang berbeda dengan tangisnya ketika ia mengikuti acara mabit (tangis dengan mediator yang dikondisikan). Ketika mengikuti acara mabit, tangisnya lebih terarah dan jelas sebabnya, bukan hanya tangisan emosional belaka. Menurut Muhammad Ibrahim Siraj (2004) tangisannya ketika mendengar ayat AIOur'an dibacakan, keti~a mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh ustadz pada acara mabit tersebut maupun ketika muhasabah (intropeksi diri) dengan mengingat dosa-dosa merupakan jenis air mata penyesalan
63
(nadamah), air mata dalam rangka mengenang penderitaan para kekasih Allah SWT dan merupakan air mata munajat dan takut kepada Allah SWT.
Sedangkan Abdul Mujib (2002) dilihat dari nilai spiritualitasnya, tangisan tersebut memiliki nilai ibadah (al-ubudivah), yang di dalamnya terselip niatan yang tulus dan ikhlas dalam mencapai kedekatan (al-taqarrub) dan kerelaan (al-ridha) dari Allah SWT, seperti tangisan penyesalan (al-nadm) akibat suasana hati atau reaksi emosional terhadap ingatan kekhilafan di masa lampau.
Tangisan tersebut menurut Abdul Mujib (2002) memiliki dampak, pertama berimplikasi positif pada aktualisasi diri, kedua mendorong individu bersikap optimis dan produktif seperti keoptimisan 10 ketika menangisi kondisi dakwah di kampusnya, ia menjadi optimis untuk memperbaiki dakwah kampusnya dan mendapatkan jawaban penyebab kehancuran dakwah di kampusnya. Ketiga membantu pencapaian kesehatan mental, dan keempat memiliki muatan spiritualitas.
Namun menurut Satria Hadi Lubis (2003) baik tangis accidental atas kejadian sehari-hari yang 10 alami maupun tangis yang lebih beralasan dan dengan mediator yang dikondisikan kedua-duanya memiliki dampak yang positif. Karena menurutnya menangis dapat membuat seseorang menumpahkan
64
berbagai perasaan; marsh, sedih, kecewa, kesal, berdosa dan lain-lain. Menurutnya menangis merupakan sarana pelampiasan emosi yang efektif untuk mengatasi stress. Dengan menangis, perasaan menjadi lega. Pernyataan tersebut sama seoerti yang terjadi oleh ID. Meskipun ia merasakan sebuah penyesalan di akhir tangisnya yang secara accidental, namun ia merasakan sebuah kelegaan, terbukti ketika ia mengatakan bahwa ketika ia dimarahi (dinasihati) suarninya lalu ia rnenangis setelah selesai menangis ia rnerasakan masih ingin menangis karena merasa belum lega ia menjadi mendramatisir tangisannya dengan mengingat-ingat bapaknya yang telah meninggal. Baru setelah ia tuntas menangis, ia merasakan kelegaan. Dan ia pun mengatakan bahwa meskipun menangis tidak menyelesaikan masalah namun bagi dia yang penting nangis dulu biar lega.
Satria Hadi Lubis juga mengatakan bahwa dengan menangis pikiran menjadi lebih jernih. Dengan kata lain, menangis dapat menumbuhkan semangat untuk beraktivitas lebih baik lagl. Abdul Mujib (2002) juga mengatakan bahwa menangis memiliki arti komunikasi psikologis yang menyehatkan dan merupakan upaya ifragh (pelampiasan kekesalan jiwa). Pernyataan kedua tokoh tersebut sejalan dengan pernyataan Muhammad Sahria Permana (2005) yang mengatakan bahwa air mata menjadi charger yang mengalirkan energi baru dalam hidup. Setelah manusia menangis dan air mata terkuras,
65
jiwa seakan bebas dan lepas dari beban yang membelenggu. Setelah menangis keadaan menjadi lebih segar dan langkah menjadi terarah.
Dalam dua macam tangis yang dlalami pada k2SUS 10,ada dua perbedaan input yang mendasari tangisnya. Namun proses tangis keduanya sama dalam mencapai pad a kesadaran diri. Oalam tangis yang dialami 10 atas peristiwa sehari-hari, inputnya berupa konflik dengan suami, diomelin ibu dan disakiti oleh temannya. Lalu input tersebut menjadi fokus perhatian pada kesadaran primer (primary consciousness) yaitu berupa munculnya berbagai perasaan seperti sedih, kecewa, sakit hati dan perasaan tidak bisa menerima kejadian tersebut. Perasaan-perasaan tersebut menyentuh sifat kesensitifannya hingga ia jadi menangis. Ketika menangis ia hanya terus menangis sampai tuntas, sampai lega perasannya, sampai tenang emosinya tanpa ia mengingat-ingat masa lalunya. Setelah menangisnya tuntas, ia merasakan kelegaan dan menjadi mengobservasi dan merefleksi dirinya sehingga ia mendapatkan insight yaitu sebuah penyesalan setelah menangis. la baru sadar setelah menangis bahwa seharusnya apa yang terjadi itu tidak perlu ia tangisi dan ia menjadi sadar bahwa nasihat suaminya benar. Insight tersebut mengantarkan ID pada kesadaran diri sehingga ia mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada suaminya dan mau mengikuti nasihat suaminya untuk pakai jilbab di rumah.
66
Kasus tangisan ID tersebut sejalan dengan teori Mardi J. Horowitz (1998) dalam bukunya Cognitive Psychodynamics, yang menyatakan bahwa keadaan yang terjadi pada sekeliling kita lalu kita menyadari keadaan tersebut, hal itu disebut peripheral consciousness (kesad,3ran pad a keadaan sekitar), yang keadaan tersebut memunculkan berbagai perasaan seperti sedih, kecewa, sakit hati dan lain sebagainya yang menjadi pusat perhatian pada kesadaran primer (primary consciousness). Lalu kesadaran primer ini mencapai puncaknya pada reflective consciousness dimana terjadi proses introspeksi diri dan melahirkan kesadaran diri (self-awareness) pada diri seseorang.
Proses terbentuknya kesadaran diri ketika menangis atas kejadian yang dialami sehari-hari sama dengan ketika menangis dalam situasi yang dikondisikan yang diikuti oleh ID seperti acara mabit. Pada acara mabit tersebut, berbagai rangkaian acara diikuti seperti tasmi', taujh, dan
muhasabah. Rangkaian acara tersebut menjadi fokus perhatiannya pada kesadaran primer (primary consciousness) sehingga hadir pada kesadaran primernya persepsi-persepsi atas apa yang ia dengar serta menjadi teringat akan ingatan-ingatan lJ1asa lalunya (recall memory) sehingga memunculkan berbagai perasaan seperti penyesalan, merasa banyak lalai selama ini, merasa belum menjadi saudara yang baik dan merasa belum maksimal mendakwahi keluarga.
Berbagai perasaan tersebut membuat 10 akhirnya menangis. Selama menangis terjadi penghayatan yang lebih dalam lagi, ia lebih mengobservasi " dan merefleksi dirinya. la jadi ingat akan kondisi dakwah di sekolah dan karnpusnya. la jadi teringat akan pengalarnan-pengalaman dakwahnya, apa saja yang telah ia berikan untuk dakwah. Lalu ia pun akhirnya menemukan ide atas sebab-sebab kehancuran dakwah di sekolah maupun di karnpusnya. Sehingga muncul kesadaran dirinya untuk memperbaiki dakwah di kampus dan di sekolahnya, serta memperbaiki kesalahan dan kelalaian yang telah ia lakukan selama ini, kepada teman, saudara, suami juga ibunya.
Kedua proses tangis tersebut dapat lebih dijelaskan lagi dengan membandingkan kedua proses tangis tersebut dengan skema sebagai berikut.
68
Skema 4.1 Proses self-awareness pada tangis 10 dengan mediator alami
r
lD
1
l
Mediator: Konfiik dg suami, diomelin ibu, disakiti teman.
~ Primary Consciousness • Attended sensory perception: sensitive • Recalled memory: temgiang2 perkataan suami, ibu& temannya • Feelings: muncul berbagai perasaan sedih, kecewa, sakit hati dan terluka
Skema 4.2 Proses self-awareness dengan mediator yang dikondisikan
c;J Mediator. Acara mabit dg rangkaian acara, Taujih, tasmi' dan muhasabah
~ Primary consciousness • Attended sensory perception: mempersepsikan kandungan ayat AI-Our'an yg dibacakan, mempersepsikan ceramah yg disampaikan oleh ustadz • Feelings: perasaan menyesal • Recalled memory: teringat kelalaian2 & dosa2
~
~
Menangis Tersedu-sedu, terisak-isak, banyak dan lama.
Menangis
~ Self reflecting, self observing& self experiencing Tidak ada
1 Self-awareness Mengakui kesalahannya, menyesali tangisannya. Menyadari bahwa apa yang dikatakan suaminya benar. Meminta maaf pd suaminya. Mengikuti nasihat suaminya untuk memakai jilbab di rumah. Berusaha tawazun (seimbang) thp ibunya. Menjadi kesal& benci pada temannya.
~
I
Self reflecting, observing dan experiencing Merefleksi diri dan pengalaman2 dakwahnya
~ Self-awareness Memperbaiki dakwah sekolah dan kampusnya. Memperbaiki kesalahan dan kelalaiannya kepada teman, saudara, suami dan ibu.
69
4.2.2 Kasus SR
Pelaksanaan wawancara dengan SR dilakukan di rumahnya hari Selasa, 19 Juni 2007 di kavvasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Awalnya slJbjek d::n penulis janji bertemu di sekolah, namun karena penulis masih ada keperluan di kampus, sehingga subyek pulang duluan. Penulis tiba di rumah subyek pukul 15.13 WIS. Penulis disambut subyek di depan gang rumahnya, karena penulis belum tahu rumah subyek. Setibanya di rumah subjek, penulis disambut dengan ramah oleh ibu subjek. Oi rumah subjek cukup ramai, ada dua orang adiknya, ada tante dan om nya yang sedang main. Penulis dipersilakan duduk di ruang keluarga karena di ruang tamu ada om dan tante subjek.
Setelah adzan Ashar berkumandang, penulis mempersilakan subjek untuk shalat dahulu sebelum wawancara, agar proses wawancara tidak terganggu. Setelah subjek selesai shalat, kami melakukan proses wawancara di kamar subjek, agar tidak ada yang mengganggu dan mendengar perbincangan kami. Tepatnya pukul16.00 WIS wawancara di mulai, subjek nampak malumalu dan takut ketika disuruh mengisi lembar kesediaan diwawancarai. Namun ia tetap bersedia di wawancara dan ia cukup kooperatif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan.
70
SR adalah seorang pelajar salah satu SMU Negeri di kawasan Jagakarsa. Saat ini ia sedang naik-naikan kelas tiga IPA. la anak pertama dari tiga bersaudara. Meskipun ia dad suku Jawa, namun logat bicaranya seperti orang Betawi asli. Saat ini SR berusia 17 tahun, bulan Agustus na'lti usianya beranjak 18 tahun. SR sangat aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti PMR (Palang Merah Remaja), karate, OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan juga MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas). Ketika diwawancarai SR memakai kemeja lengan panjang kotak-kotak berwarna hitarn, masih memakai rok sekolahnya berwarna abu-abu dan jilbab kaos berwarna krem.
SR mengakui bahwa ia termasuk orang yang mudah dan sering menangis. Dalam seminggu selalu saja ada kejadian yang membuat air matanya mengalir. Menurutnya yang menyebabkan ia mudah menangis adalah kesensitifannya. Ketika perasaannya tersentuh sedikit saja baik sedih maupun terharu dan bahagia, ia langsung mengekspresikannya dengan menangis. la biasanya ditemani oleh sahabat-sahabatnya ketika menangis, jika menangisnya di sekolah. Jika menangisnya di rumah, ia selalu menangis di kamar seorang diri, dengan sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara agar tidak ada yang tahu kalau ia menangis. Jika menangis di rumah, ia menangis di malam hari dengan pura-pura tidur agar orang tuanya tidak tahu karena ia tidak mau membuat repot orang tuanya. Ketika di sekolah biasanya
71
ia menangis di ruang UKS atau di kamar mandi, jika di kelas air matanya tidak tertahankan tiba-tiba menetes, ia langsung membasuhnya dan purapura tidak terjadi apa-apa atau biasanya ia langsung ke kamar mandi. Awalnva sahabat-sahabatnya tidak tahu kalau ia menangis namun karena melihat mala SR y2ng sembab mereka jadi tahu bahwa SR habis menangis. Lalu sahabat-sahabatnya akan memberi support dan nasihat-nasihat pad a SR atau menenangkannya dengan mengusap-usap bahunya. "Apa ya ya mungkin .... ini kali, apa maksudnya terlalu ... apa namanya terlalu sensitif dah gitu. Jadi kala misalla perasaannya sedikit gimana gitu, jadi langsung diekspresiin ...jadi terharu juga langsung nangis. Trus seneng juga, nangis, gitu. Trus kalo sedih kadang ekspresinya nangis."
Menurut SR ia modelnya sekali menangis susah untuk berhenti. Tiba-tiba matanya langsung sembab dan susah untuk hilangnya. Selain memang kesensitifannya yang menyebabkan ia menangis, ketika menghadapi masalah dan menghadapi kenyataan yang tidak sesuai juga menyebabkan ia menangis. Terus juga ketika merenungi tentang dirinya, merenungi dosadosanya seperti ia berantem dengan mamanya, itu membuat ia menangis. la biasanya menangis merenungi dirinya sebelum tidur dan ketika shalat.
SR juga pernah menangis ketika mendengar gurunya bercerita tentang wanita dan amal ibadahnya. Setelah mendengar cerita itu, ia langsung tersentuh dan di rumah ia renungi lagi apa yang diceritakan gurunya sampai
73
menangis itu bisa ditahan atau dikendalikan, ia lebih memilih tidak menangis, tapi kadang jika memang menurutnya ada sesuatu yang sangat menyesakKan, kadang tanpa sengaja air matanya mengalir dengan tiba-tiba. Sebenarnya ia tidak ingin seperti itu. Kadang tidak ada masalah apa-apa ia pun menangis ketika teman:lya bertanya, ada apa sih ? ada apa sih ? Tibatiba saja air matanya langsung mengalir.
SR merasa tidak nyaman dengan dirinya yang mudah menangis. Ketika SMP ia punya tekad tidak mau menangis. Awal-awal kelas satu SMA, ia masih bisa mengendalikan untuk tidak mudah menangis. Sampai akhirnya ada temannya yang bicara kepadanya mengapa ia tidak pernah cerita ketika ada masalah, mengapa tiap ada masalah hanya dipikirkan sendiri saja. Sejak saat itu ia mulai mudah menangis lagi. Sebenarnya ia tidak ingin cerita ketika ada masalah karena kalau cerita kan melibatkan emosi dan akhirnya akan menangis. la mengatakan dirinya dengan istilah, sumumya cetek, sehingga ia mudah sekali menangis.
Disela-sela wawancara pun ia menangis ketika mengatakan bahwa ia ingin memberikan yang terl;>aik untuk orang tuanya, ingin membahagiakan orang tuanya dan ingin membuat orang tuanya bangga pada dirinya. SR tidak ingin mudah menangis, ia ingin terlihat tegar, karena menurutnya jika ia mudah, maka ia jadi terlihat gampang meweknya.
74
Selain menangis karena emosi atas kejadian sehari-hari, SR juga pernah menangis dalam situasi yang dikondisikan seperti training ABCo, di akhir training itu ada acara muhasabah. Bagi SR setelah ia mengikuti acara tersebut ia merasa tenang sekali. Sete!ah menangis ia merasa sangat lega dan merasa ada motivasi baru. Namun kadang motivasi tersebut timbul tenggelam, hanya bertahan beberapa hari, setelah itu lupa, namun nanti ingat lagi (sadar lagi). "Biasanya sih kalo ikut gituan jadi kaya adem banget gitu. Ga tau, jadi kayanya legaaa banget. Ga tau kenapa ya... heheheee... ga tau pasti kalo abis ikut gitu-gituan jadinya kayanya legaaa banget, trus kaya, pasti ada motivasi baru, trus tapi ngga tau dah kayanya kadang-kadang motivasinya timbul tenggelam. Yaaa beberapa hari doang. Trus tapi ntar inget lagi. Trus ntar gitu lagi. Kaya gitu."
Menurut SR yang membawakan muhasabah tersebut benar-benar menyentuh banget. Sehingga ia merasa sangat terbawa sampai menangis dan merasakan bahwa apa yang dikatakan pemandu muhasabah tersebut benar.
Analisa kasus SR
Air mata SR sebagian. besar merupakan air mata emosional, yaitu air mata yang bermakna psikologis atau air mata yang mengalir akibat depresi, stres, atau penderitaan fisiko Air mata ini tidak dibatasi hanya akibat emosi negatif, namun juga banyak orang yang menangis karena sangat bahagia, atau ketika
75
tertawa. Air mata emosional ini dapat membuat wajah menjadi merah dan tersedu-sedu (www.answer.com. 2006).
Dan yang menyebabkan SR menangis adalah ketika cerita masalahnya pada temannya. Makanya ketika ada masaleh, SR tidak ingin cerita pada temannya, karena jika cerita (curhat) pasti ia menangis. Tangisan SR ini oleh Abdul Mujib (2002) disebut tangis terapi (penyembuhan) yaitu tangisan pengaduan seorang remaja kepada teman dekatnya. Namun SR merasa tidak nyaman dengan dirinya yang mudah menangis. la ingin lebih tegar dalam menghadapi masalah yaitu dengan tidak menangis. Karena jika menangis ia merasa terlihat cengeng dan gampang mewek. Namun meskipun begitu, ia merasa setelah menangis bisa lebih mengendalikan emosinya.
Tangis SR hampir sama dengan tangis ID yaitu mereka menangis karena sensitif. SR bukan hanya menangis ketika sedih, ketika ada peristiwa yang mengharukan dan membahagiakan ia pun menangis. SR juga menangis dengan situasi yang dikondisikan seperti mengikuti training ABC yang diadakan di sekolahnya dan juga ketika mendengar ceramah dari gurunya tentang wanita dan amal ibadahnya. Ketika mendengar ceramah tersebut, ia langsung menghayatinya lalu menangis teringat akan dirinya yang belum
76
menjadi wan ita shalehah. Setelah menangis, ia langsung bertekad untuk menutup auratnya (memakai jilbab).
Setelah menangis dalam situasi yang dikondisikan ia merasakan ketenangan dan tumbuh motivasi baru untuk memperbaiki diri. Namun ia merasakan motivasi tersebut kadang timbul tenggelam.
Analisi kasus SR lebih jelasnya dapat dilihat pada skema di bawah ini.
77
Skema 4.3 Proses self-awareness pada tangis SR dengan mediator alami
I
SR
{.
I
I
Mediator Ada kenyataan yg tdk sesuai keing;nan seperti nilai kimia jelek. berantem sm mama, membuat kecewa teman, salah paham dg teman& curhat dg teman.
~ Primary consciousness • Attended sensory perception: sensitif • Tidak ada recalled memory • Feelings: haru, bahagia, sedih, kecewa
L
Skema 4.4 Proses self-awareness dengan mediator yang dikondisikan
I
Tdk terjadi proses self reflecting, self observing& self experiencing
~ Self·Awareness Bisa lebih mengendalikan emosinya, berusaha menjadi anak baik& berusaha menjadi teman yg baik. Berusaha memperbaiki nilainya dg belajar lebig giat.Namun merasa tidak nyaman dengan tangisannya.
I
L
Mediator: Ceramah, training ABCo (muhasabah)
~ Primary consciousness • Attended sensory perception: menghayati, merenungi nasihat yg disampaikan gurunya, mempersepsikan materi yg disampaikan oleh trainer ABCo • Recalled memory: teringat dosa-dosa • Feelings: perasaan bersalah, sedih, menyesall
Menangis Lama, banyak sampai mata sembab
~
SR
~
I
Menangis
~
I
Self reflecting, self observing& self experiencing Merefleksi perjalanan hidupnya bahwa selama ini ia belum menjadi hamba Allah yg baik, blm menjadi wanita shalehah& merenungi amal ibadahnya selama ini
~ Self·Awareness Menutup aurat, tumbuh motivasi baru untuk beramal shaleh
78
4.2.3 Kasus DC
Pelaksanaan wawancara dengan lJC dilakukan di kampus Psikologi lantai dua depan perpustakaan. Wawancara berlangsung hari Rabu, 20 Juni 2007. Sebelumnya penulis sms subjek untuk janjian wawancara di kampus pukul 09.00 WIB, namun subjek baru hadir di kampus pukul sepuluh lewat, subjek telat datang dikarenakan hujan. Setelah mendapat tempat yang nyaman untuk wawancara, sekitar pukul10.30 WIB wawancara dimulai. Sebelum penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada sUbjek, penulis menjelaskan tujuan wawancara tersebut dan meminta subjek untuk mengisi lembar kesediaan untuk diwawancarai.
DC adalah anak kedua dan empat bersaudara. Saat ini DC berusia 21 tahun. Pada saat wawancara, DC memakai kemeja garis-garis berwarna kuning dan celana jeans berwarna krem. DC duduk bersila sambil memangku tas gembloknya, ia duduk di samping kiri penulis. la berjenggot tipis, rambutnya agak keriting dan wajahnya nampak berjerawat.
DC mengatakan bahwa ia pernah menangis dan ia dapat menangis tergantung kondisi. la mengatakan bahwa kata orang-orang ia sering dikatakan me/o. Hal-hal yang biasanya membuat ia menangis adalah menonton film. Yang membuatnya menangis adalah suatu kondisi yang
79
menyedihkan dan film yang mengharukan seperti film-film drama baik drama Indonesia maupun drama Barat. Kebanyakan film-film drama romantik yang membuat ia menangis. la juga pernah menangis ketika melihat kucing disiksa oleh temannya. Tangis tersebut baginya merupakan tangis empati dan simpati.
la juga biasanya menangis ketika shalat dalam sujudnya, ketika ia teringat akan dosa-dosanya. la biasanya menangis di tempat, yaitu ketika menangis lagi nonton tv, ia menangis di situ juga di depan tv, ketika shalat di kamar, ia menangis di kamar, ketika ia shalat di masjid ia menangis di masjid. la selalu menangis pad a tempat kejadian dan pada waktu kejadian pada saat itu juga. Seperti ketika rnenonton film siang hari, maka ia menangis pada siang itu juga, tidak siangnya menonton baru menangisnya di malam harinya.
DC biasanya rnenangis sendirian, tidak ada yang menemaninya. la mengatakan bahwa masa kalau cowok menangis bilang-bilang kalau ia mau menangis, jadi ia kebanyakan menangis seorang diri kecuali kalau menangis bareng-bareng ketika muhasabah. Biasanya ia menangis sampai air matanya menetes ke pipinya ketika nonton film, namun ia menangis sampai tersedusedu ketika taqqarub (mendekatkan diri) pada Allah SWT. la biasanya menangis karena teringat akan dosa-dosanya dan sama harapanharapannya.
80
Selain menangis pada kondisi alami sehari-hari, DC pernah menangis dengan perantara mediator, yaitu training ESQ (Emosional Spiritual Quotiont) bulan Maret lalu. Training tersebut diadakall selama dua hari. DC mengikuti training tersebut dengan niat untuk membersihkan hati. Ketika training ESQ tersebut, pagi siang sore malam ia selalu menangis menguras air mata. Baru masuk pagi-pagi sudah di suruh menangis, baru datang pagi-pagi sudah muhasabah. "Pernah ikut ESQ selama dua hari. Sekitar bulan, bulan Maret tahun ini. .. Yaa...mencoba apa ya. Ngebersihin hati aja. Beeeehhhh.... ESQ ma ga pagi, ga siang, ga malem nang is semua. Nguras air mata. Belum pernah kan ? emmmm coba aja ikut. Ni baru masuk pagi-pagi ni, udah suruh nangis. Baru dateng masuk pagi-pagi udah muhasabah."
Ketika training ESQ tersebut, apa yang dipandu oleh pembicara ia persepsikan dahulu, ia cerna dahulu kemudian ia menjadi menangis. Seperti ketika membahas tentang mencintai Rasul, ia menjadi ingat Rasul sehingga menangis. Ketika membahas tentang dosa-dosa atau tentang mati, ia jadi ingat akan hal itu sehingga menangis. "Ya...ya yang lagi dipandu. Maksudnya misalnya ngebahas tentang mencintai Rasul. Jadi kan jadi inget Rasul. Jadi kebawa, nangis lagi. Ngebahas tentang dosa-dosa jadi inget dosa. Inget mati juga."
Setelah menangis ia m.erasakan kelegaan dan tumbuh harapan untuk menjadi lebih baik. la merasakan ketika training tersebut ia merasa siap untuk mati pada saat itu. Namun hal tersebut hanya bertahan seminggu, setelah itu ia kembali ke diri asalnya lag I. Selain itu, bagi DC menangis dengan mediator
81
yang dikondisikan menumbuhkan kesadaran pada dirinya. Setelah menangis ia menjadi ingat akan apa tadi yang telah ia tangisi sehingga ia ingin menjadi lebih baik lagi. Namun jangka waktu kesadarail itu hanya jangka pendek. Beberapa jam setelah ia menangis kesadaran itu mulai luntur. Apa lagi ketika nonton tv, semua jadi hilang, lupa lagi. "Dampaknya ....ya namanya training kan, secara gitu yah, maksudnya.. Pokoknya pas saat Itu siap deh untuk mati. Yaaa namanya training cuma bertahan seminggu doang, abis itu kembali lagi ke asa!. Kalo menangisnya ... apa ya. Ya mungkin ada rasa kesadaran juga. Abis nangis kan masih inget tadi yang dinangisin apa .... cuman yaaa, mungkin jangkanya cuma jangka pendek doang. Mungkin cuma beberapa jam setelah itu, tapi kalo nonton tv lagi udah ilang....Iupa lagi. Kaya gitu."
Analisis kasus DC
Ada tiga jenis tangisan yang ada pada kasus DC, yaitu pertama tang is empati dan simpati ketika menonton film-film romantik, tangis ini tidak berdampak pada kesadaran dirinya, hanya sekedar tang is empati saja. Kedua, tangis ketika shalat, ketika muncul perasaan ingin mendekatkan diri pada Allah SWT, ia lalu merefleksi dan merenungi dirinya, teringat pada dosa-dosanya sehingga menangis. Tangis tersebut berdampak pada kesadaran dirinya yaitu keinginan untuk memperbaiki dirinya dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya. Ketiga, tangis dengan mediator training ESQ
(Emosional Spiritual Quotiont). Pada acara tersebut DC mendapatkan materimateri tentang kematian, mengingat Rasulullah Saw dan lain-lain, materi
82
yang didapatkannya ia persepsikan pada kesadaran primernya (primary consciousness) sehingga ia menjadi teringat kembali ingatan-ingatan masa
lalunya sehingga memunculkan perasaan menyesClllalu ia menjadi menangisi dirinya. Dalam keadaan menangis ia merefleksi perjalanan hidupnya yang akhirnya menumbuhkan kesadaran diri berupa keinginan menjadi lebih balk. Namun kesadaran yang didapatkan ini hanya bertahan sebentar (beberapa hari).
Analisis kasus DC tersebut dapat dilihat lebih jelas pada beberapa skema di bawah ini. Skema 4.5 Proses self-awareness DC pada tangis simpati& empati
I DC
I
~
Mediator Nonton film2 romantik, melihat kucing disiksa
~ Primary consciousness • Attended sensory perception: tidak ada • Recalled memory: tdk ada • Feelings: simpati& empati
1 Menangis Air mata menetes ke pipi namun tidak sampai tersedu-sedu
,; Self reflecting, self observing& self experiencing Tidak ada Self-awareness Tidak terjadi
83
Skema 4.6 Proses self-awareness DC pada tangis dengan mediator shalat
I
DC
~
I
I
--
~ Primary consciousness • Attended sensory perception: mempersepsikan diri&dosadosanya • Feelings: perasaan menyesal& harap • Recalled memory: ingat dosa-dosa
Menangis Sampai tersedu21 terisak2
I
Mediator: Training ESQ (Emosional Spiritual Quotient)
Self reflecting, self observing& self experiencing Ingin mendekatkan diri pd Allah. Merenungi dosa-dosanya, merenungi keadaan dirinya.
~
DC
~
Mediator: Shalat
~
Skema 4.7 Proses self-awareness DC pada mediator yang dikondisikan
~ Primary consciousness • Attended sensory perception: mempersepsikan materi-materi yang disampaikan • Recalled memory: ingat Rasulullah, ingat dosa, ingat mati • Feelings: perasaan menyesal
~ Menangis Sampai terisak-isak, menguras air mata
~ Self reflecting, self observing,& self experiencing Terkenang dosa-dosa masa lalu, merefteksi perjalanan hid up.
~
~
Self-awareness Berusaha memperbaiki diri&kesalahan-kesalahannya.
Self-awareness Kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik, namun kesadaran tsb tidak bertahan lama.
I
84
4.2.4 Kasus YR
Pelaksanaan wawancara dengan YR dilakukan di kampus, di kolam Psikologi lantai satu. Suasana pada saat itu cukup ramaL Wawancara itu berlangsung hari Kamis, 21 Juni 2007 pukul 11.45 WIS. Wawancara ini merupakan wawancara tak terduga, sebelumnya kami belum buat janji, namun karena Allah SWT mempertemukan kami hari itu, kami langsung melakukan wawancara saat itu juga. YR yang terlebih dahulu mendatangi penulis yang sedang duduk di pinggir kolam. Setelah sepakat untuk diwawancarai saat itu juga, akhirnya wawancara pun berlangsung. YR sangat kooperatif dan terbuka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan. la menjawab dengan penuh kekhusyukan, namun kadang diselingi juga dengan tawanya.
Pada saat wawancara, subjek memakai jaket kaos dan celana jeans berwarna abu-abu, sepatu kets berwarna merah dan memakai tas gemblok di punggungnya. YR berusia 23 tahun. la anak kedua dari empat berasaudara. Dalam keluarganya ia memiliki sifat yang berbeda dari saudara-saudaranya. Ketiga saudaranya lebih glamour kehidupannya, namun ia lebih apa adanya, tidak suka dengan yang neko-neko dan bersifat keduniawian.
85
YR merupal
YR biasanya tidur malam pukul sepuluh atau sebelas. Dan bangun shalat malam biasanya pukul tiga dini hari. Kegiatan pada shalat malam itu hanya shalat tahajud dua rakaat dan berdoa. Kurang lebih doa dan shalat itu ia lakukan dalam waktu sepuluh menit. la menangis tergantung panjangnya doa yang ia panjatkan pada Allah SWT. Semakin panjang doa yang dipanjatkan, maka semakin lama menangisnya. Biasanya ia menangis sampai lepek, lebih
86
dari tersedu-sedu. Yang menyebabkan ia sampai menangis seperti itu adalah perasaan bersalah (banyak dosa) dan mengharapkan kebaikan. Harapan yang ia inginkan adalah mendapat bimbingan terus dari A!lah SWT dalam hidup, keselamatan hidup, dimudahkan segala urusan dunia dan akhirat. Sedangkan dosa yang membuat ia sampai menangis adalah pacaran dan suka bohong sama orang tua. Kalau menangis sebelum tidur biasanya ia menangis karena merenungi tentang dirinya. Kalau menangis ketika berdoa, bukan hanya menangis karena mengharapkan kebaikan tetapi juga karena mengharapkan ampunan dari Allah SWT. Setelah shalat tahajud biasanya jika mengantuk ia tidur lagi, jika tidak mengantuk maka ia lanjutkan dengan tilawah sampai dua a'in. 'Tenang. Kalo merenung tu pas lagi mo tidur. Kalo pas lagi berdoa ma ngga. Kalo berdoa langsung, langsung nangis, ya kalo berdoa nangis ga hanya berharap, cuman ya.... ngerasa pengen diampunin aja."
la merasakan ketenangan setelah menangis dan merasakan bahwa dengan menangis membuat hatinya menjadi lembut dan menjadi mudah menerima kebenaran. Dan yang ia pikirkan setelah menangis adalah kebaikan dan harapan atas dirinya. Harapannya selain di atas, ada juga seperti ingin cepat lulus kuliah, dimudahkan rezekinya, dan diselamatkan hidupnya dari segala keburukan. "Dampaknya .... kaya gimana ya...bikin hati tu kayanya lembut, jadi. ...mudah menerima kebenaran."
87
Sebenarnya ia merasa berdosa dengan pacaran dan ingin mengakhiri pacaran tersebut, ia ingin putus dan tidak pacaran lagi. Namun ia tidak pernah bisa untuk mengakhirinya. la sudah mencoba oeberapa kali untuk putus dengan pacarnya, namun karena kedekatan dan sudah biasa bertemu sehingga akhirnya jalan bareng lagi. la mengatakan semua itu tidak bisa diakhiri karena saling ada kebutuhan satu sama lain, seperti tugas kuliah atau sang pacar minta diantar ke suatu tempat. Dengan adanya pertemuanpertemuan yang didasari kebutuhan tersebut sehingga sulit bagi YR untuk mengakhiri pacaran itu. Oleh karena itu YR sangat ingin segera menikah. la suka iri jika melihat teman-temannya yang sudah menikah. Karena menurutnya dengan menikah dapat menghindari dosanya pacaran. Namun ia tidak berani seperti teman-temannya yang berani mengambil keputusan untuk menikah. la terlalu mawas diri, melihat pada keadaan dirinya yang belum bekerja. la merasa keyakinan pada Tuhan akan janji-Nya masih belum setinggi teman-temannya. Keimanannya belum tinggi untuk meyakini janji Allah SWT.
Selain ketika berdoa dan sebelum tidur YR menangis, ia juga kadang menangis ketika sedang baca buku, atau nonton
tv yang ada acara ceramah
atau tausiyah, namun kapasitas menangis tidak sebanyak seperti ketika berdoa dan sebelum tidur, ia hanya berlinang air mata. YR lebih suka menangis sendiri dari pada dengan mengikuti acara muhasabah yang
88
dilal,ukan berjama'ah, karena ia lebih menghayati ketika menangis sendirian. Kalau muhasabah bersama ia juga menghayati, tapi lebih dominan menangisnya karena terbawa suasana orang-orang yang pada rnenangis. "Menangis...kadang kalo lagi. .. kaya rarne-rarne gitu, kadang suka terbawa suasana gitu. Ya rnisalnya acara rnuhasabah gitu, yang tadinya kita ga nangis, jadi ikutan nangis. Kadang saya suka bingung gitu Va, padahal saya juga ngerasa kalo saya punya salah gitu va. Ya istilahnya tu, dengan ....dengan.... dengan rnuhasabah, dengan rame-rame gitu jadi gampang. Ya kalo sendiri juga gampang sih sebenernya. Cuman kalo sendiri kan lebih menghayati. Kalo rame-rame terkadang, terkadang ya...ga tau ikut-ikutan, tapi ya dihayati juga sih. Kaya yang ...terbawa suasana aja sih. Kalo rame-rame. Nah kalo sendiri, kalo sendiri apa...jadi lebih bisa dihayatin gitu. Lebih berasa, ngga...ngga ... ngga dibuat-buat."
YR juga menangis ketika menghadapi masalah dan masalah terberat baginya dalam hidup ini adalah penyakitnya. la memiliki penyakit tumor paru-paru yang harus segera untuk dioperasi, tapi ia tidak mau dioperasi. Penyakit ini membuat ia menangis dan sadar serta ingat pada Allah SINT. la mengatakan bahwa waktu dulu ia susah untuk ingat pada Allah SWT, baru setelah datang penyakit ini, ia jadi sadar dan lebih banyak mengingat Tuhan-nya. Kadang ia merasa putus asa menghadapi penyakitnya, namun ia tidak mau putus asa dari rahmat Allah SWT. Kadang ia juga suka kepikiran bahwa waktu hidupnya tidak lama lagi. Kadang ia merasa benjolan yang ada di paru-parunya bergerak, jika ia ingat itu, hal itu membuatnya termotivasi bahwa ia harus taat.
89
Ketika menangis ia merasakan penghayatan yang lebih dalam. la lebih banyak mengingat masa lalu dari pad a harapan akan hari esok. Namun setelah menangis ia menginginkan perubahan dan perbaikan pada dirinya. Namun harapan atas perubahan dan perbaikan diri itu tidak sebanyak penyesalan yang ia rasakan. la mengatakan bahwa ia harus sering berkumpul dengan orang-orang yang benar agar ia selalu terjaga.
YR mengharapkan dalam kehidupan ia ingin selalu shalat berjama'ah awal waktu. Dan ia sangat ingin menjalani hidupnya secara Islam seperti dalam hal berpakaian. Namun karena ia merasa belum mampu menjalani hal tersebut, sekarang ini ia baru bisa memelihara jenggotnya dulu, karena hal itu yang paling gampang dilakukan. la ingin dalam segala kehidupannya tidak terlepas dari Islam. Karena ia menganggap bahwa yang bisa menyelamatkannya hanya Islam.
Analisa kasus YR
Pada YR lebih dulu terjadi self reflecting, observing& experiencing baru akhirnya menangis dan kemudian baru lahir self-awareness dalam religiusitas, yaitu berupa harapan-harapan untuk menjadi lebih baik, untuk menjalankan perintah Allah SWT, untuk memperbaiki diri, muncul perasaanperasaan menyesal dan harapan untuk mendapat ampunan dari Allah SWT.
92
Skema4.8 Proses self-awareness pada tangis YR dengan mediator yang dikondisikan
I
YR
I
~ Mediator Muhasabah& zikir bersama
{Primary consciousness • Attended sensory perception: lebih karena terbawa suasana orang2yg pd menangis • Recalled memory: tidak ada • Feelings: terbawa suasana
L Menangis Cuma berlinang air mata, tdk sampai lepek
L Self reflecting, self observing& self experiencing Ada penghayatan diri namun tdk sedalam ketika menangis sendiri
L Self-awareness Tidak terjadi
Skema4.9 Proses self-awareness YR pada mediator perenungan diri
I
YR
I
L
l
Mediator: Jika sedang ingat pada Tuhan-nya, ketika akan tidur, ketika shalat malam&ketika berdoa.
L Primary consciousness • Attended sensory perception: harapan untuk slalu mendapat bimbingan dari Allah SWT dalam didup, mengharapkan keselamatan & kemudahan segala urusan dunia& akhirat. • Recalled memory: teringat dosadosa& penyakitnya • Feelings: perasaan bersalah&berdosa, merasa hidupnya tidak lama lagi, merasa blm menjadi hamba yg baik& berharap.
L Self reflecting, observing& experiencing. Merenungi dosa-dosanya seperti pacaran&berbohong pd orang tua. Merenungi penyakitnya. Merenungi hidupnya yang tidak lama lagL Merenungi masa lalunya.
L Menangis Tersedu-sedu, sampai lepek dan terisak-isak.
... Self-awareness Merasa hatinya menjadi lembut& mudah menerima kebenaran. Mengharapkan perubahan&perbaikan pd dirinya. Berusaha menjalani hidup secara IslamL
94
Keempat subjek tersebut pernah mengikuti salah satu mediator yang dikondisikan yang memicu tangisnya. ID dengan mengikuti acara mabit, SR dengan mengikuti training ABCo, DC dengan mengikuti training ESQ, dan YR dengan mengikuti acara muhasabah dan zikir bersama yang diadakan di mushala dekat tempat tinggalnya. Bagi ID dan SR, mereka merasa lebih nyaman ketika menangis dengan mediator yang dikondisikan karena tangisnya menjadi lebih jelas dan lebih memberikan kesan dan dampak yang positif. Sedang bagi YR ia lebih suka menangis sendirian dalam perenungan dan do'a panjangnya ketika shalat malam dan sebelum tidur daripada menangis dengan mediator yang dikondisikan (muhasabah dan zikir bersama). Sedangkan DC, pada tangis simpati dan empati ketika menonton film-film romantic, tidak muncul kesadaran diri setelah menangis. Namun DC merasa nyaman dengan kedua tangisnya ketika shalat sendiri maupun ketika training ESQ. Kedua tangisnya tersebut melahirkan self-awareness. Namun yang membuatnya sedih adalah dampak dari menangis ketika training ESQ tidak bertahan lama.
Tidak semua tangis subjek melahirkan self-awareness meskipun tangis tersebut dimediatori dengan mediator yang dikondisikan. Dan tangis dengan mediator accidental pun ternyata tidak semuanya tidak melahirkan self-
awareness. Tangis tersebut dapat tidaknya melahirkan self-awareness tergantung proses yang dilalui ketika akan menangis dan selama menangis.
95
Tangisan yang melahirkan self-awareness adalah tangisan yang melalui proses persepsi yang menjadi pusat perhatian pada kesadaran primer
(primary consciousness) dan ada proses self reflecting sebelum atau selama atau setelah menangis.Tangis yang dialami keempat subjek itu membawa kesadaran diri (self-awareness) pada diri mereka. Namun bagi YR, DC dan SR kesadaran diri terse but mereka rasakan tidak bertahan lama atau timbul tenggelam. Kadang mereka sadar, lalu lupa kemudian sadar lagi. Makanya YR mengatakan bahwa ia harus berkumpul dengan orang-orang agar kesadaran diri yang telah ia dapatkan dapat selalu terjaga.
Lebih jelasnya lagi, keempat kasus di atas dapat dilihat perbandingannya dengan tabel di bawah ini.
96
Tabel4.2 Analisis perbandingan antar kasus
I
No
Subjek
Proses menangis hingga meningkatkan selfawareness
1.
10
2.
SR
Pada mediator alaml (konllik dengan suaml, dlomelln ibu, disakitl ternan), mediator tersebut menjadl pusat perhatlan pada primary consciousness yaltu ternglangngiang perkataan suami, Ibu dan temannya pada memonnya, serla muncul perasaan sedlh, kecewa, sakit hatl dan terluka schingga la menangls sam pal tersedusedu, tldak ada self reflecting, observing& experiencing. Lalu muncul self-awareness yaltu meminta maal pada suaminya dan berusaha tawazun terhadap Ibunya. Pada mediator yang dlkondislkan (mablt-taujih,tasmi& muhasabah) , mediator tersebut menjadl pusat perhatlan pada primary consciousness sehlngga la mempersepsikan ceramah yang dldengarnya, muncul perasaan menyesal dan tenngat kelalalan-kelalalan dan dosa-dosanya sehlngga la menangis. Selama menangis la merefleksi din dan pengalaman-pengalaman dakwahnya sehlngga muncul self-awareness untuk memperbaiki dakwah sekolah dan kampusnya, memDerbaiki kesalahan dan kelalalannva. Pada mediator alami (ada kenyataan yang tidak sesual kelnglnan, berantem sarna mama, salah paham dan membuat kecewa ternan), mediator tersebut menjadi pusat perhatlan pada primary consciousness nya yaitu muncul perasaan haru, bahagia, sedih dan kecewa. Sehlngga la menangls sam pal matanya sembab. Pada mediator alami inl tldak te~adl self reflecting namun tetap muncul self-awareness yaltu bisa leblh mengendalikan emoslnya serla berusaha menjadi anak dan ternan yang balk. Pada mediator yang dlkondislkan (training ABeo), mediator tersebut menjadl pusat perhatlan pada primary consciousness nya yaitu te~adl penghayatan dan perenungan atas maten training yang dlsampalkan, membuat dla tenngat dosa-dosanya sehlngga muncul perasaan bersalah, sedih dan menyesali yang membuat la menangls. Selama menangls la merefleksl perjalanan hldupnya sehlngga akhirnya muncul self-awareness yaltu menutup aurat dan tumbuh motlvasl untuk beramal shaleh.
Faktor-faktor yang meningkatkan self-awareness Adanya pemusatan perhatlan terhadap mediator pada primary consciousness dan adanya self reflecting, self observing & self experiencing selama maupun sesudah menangls.
Adanya pemusatan perhatian terhadap mediator yang diikutl pada primary consciousness berupa hadirnya persepsl, tenngat memon-memori masa lalu serla muncul berbagal perasaan dan adanya self reflecting, self observing & self experiencing selama maupun sesudah menanQis.
97
DC
3.
I
4.
YR
Pada mediator alami (nonton film-film romantic dan melihat kucing tersiksa), mediator t"rsp.but menjadi pusat perhatian pada primary consciousness berupa perasaan simpati dan empati, sehingga ia menangis. Tidak te~adi self reflecting sehingga tidak muncul selfawareness. Pada mediator shalat terjadi self reflecting terlebih dahulu yaitu ingin mendekatkan din pada Allah. Lalu self reflecting tersebut menjadi pusat perhatian pada primary consciousness berupa persepsi pada dosa-dosa yang telah dilakukan sehingga mencul perasaan manyesal dan harap yang membuat ia menangis hingga terisakisak, sehingga muncul self-awareness yaitu berusaha memperbaiki dlri dan kesalahan-kesalahannya. Pada mediator y"ng dikondisikan (training ESQ), DC mempersepsikan materi training yang disampaikan, mengingat akan dosa-dosanya dan akan kematian sehingga menimbulkan perasaan menyesal yang menjadi pusat perhatian pada primary consciousness nya. Sehingga menyebabkan ia menangis hingga terisak-isak menguras air matanya. Ada proses self reflecting setelah ia menangis yaitu terkenang dosadosa masa lalu dan merefieksi pe~alanan hidupnya. Sehingga muncul kesadaran diri untuk berubah menjadi I lebih baik. I Pada mediator yang dikondisikan (muhasabah dan zikir bersama), te~adi pemusatan perhatian pada primary consciousness hanya berupa perasaan sedih akibat terbawa suasana orang-orang yang pada menangis. Sehingga ia pun ikut menangis namun Cuma berlinang air mata. Te~adi proses self reflecting selama menangis nam un tidak dalam. Dan tidak te~adi self awareness. Pada mediator atas perenungan diri ketika shalat malam dan sebelum tidur te~adi pemusatan perhatian pada mediator tersebut berupa harapan untuk selalu mendapat bimbingan dari Allah SWT, teringat akan dosa-dosa dan penyakit yang dideritanya, sehingga menim bulkan perasaan bersalah dan berdosa dan merasa belum menjadi hamba yang baik. Primary consciousness tersebut mem buatnya self reflecting yaitu merenungi dosa-dosanya, penyakitnya dan masa lalunya sehingga ia menangis hingga tersedu-sedu sampai lepek. Lalu muncul self awareness berupa kelembutan hati dan dapat menerima kebenaran, mengharapkan perubahan dan perbaikan din serla berusaha menjalani hidup sesuai ajaran Islam.
Adanya mediator yang memunculkan self reflecting yang menjadi pusat perhatian pada primary consciousness.
Adanya pemusatan perhatian terhadap mediator pada primary consciousness dan adanya self reflecting, observing dan experiencing sebelum menangis.
98
BABV KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua tangisan melahirkan self-awareness. Dan tidak semua mediator melahirkan tangisan yang membawa pada self-awareness. Tangisan yang dapat melahirkan dan meningkatkan self-awareness adalah tangisan yang keluar akibat mediator, seperti mediator yang accidental (alami) maupun mediator yang dikondisikan yang dipersepsikan pada primary consciousness (kesadaran primer) lalu pada kesadaran primer itu juga muncul ingataningatan masa lalu atas dosa-dosa dan kelalaian-kelalaian sehingga individu merasa menyesali dirinya sehingga ia menangis. Selama menangis, ia merefleksi dirinya, mengamati pengalaman-pengalamannya dan perjalanan hidupnya. Sehingga setelah menangis muncul kesadaran diri untuk memperbaiki hidupnya, memperbaiki diri dan kesalahan-kesalahannya.
99
Pada subjek perempuan, terjadi dua jenis tangis yang sama yaitu tangis akibat mediator yang accidental dan tangis akibat mediator yang dikondisikan. Namun kedua tangis tersebut sama-sama melahirkan selfi3'11/areness. Meskipun melahirkan self-awareness, subjek SR merasa tidak
nyaman dengan mudahnya ia menangis (mediator accidentaf) ketika terjadi apapun baik yang menyedihkan maupun yang mengharukan. Sedangkan ID menyesali tangis akibat kesensitifannya (mediator accidental) namun ia merasa nyaman dengan tangis tersebut karena ia merasakan kelegaan setelah menangis. Namun ID merasa lebih nyaman menangis dengan mediator yang dikondisikan seperti dengan mengikuti acara mabit yang berangkaian acara seperti tasmi',taujih dan muhasabah, menurutnya tangis tersebut lebih bermakna daripada tangisnya sehari-hari.
Pada subjek laki-Iaki diperoleh data bahwa mereka hanya menangis ketika merenungi dirinya yaitu ketika shalat dan sebelum tidur. Namun pada DC terdapat tangis simpati dan empati ketika menonton film-film drama romantik atau ketika melihat kucing disiksa, tapi tangis tersebut tidak melahirkan selfawareness. Namun pada tangis ketika shalat, pada subjek DC dan YR lahir self-awareness. Pada DC tangisnya dengan mediator yang dikondisikan
(training ESQ) juga melahirkan self-awareness namun kesadaran tersebut tidak bertahan lama. Namun pada YR tangisnya dengan mediator yang dikondisikan (muhasabah dan zikir bersama) tidak melahirkan kesadaran diri
100
karena ia menangis hanya karena terbawa suasana orang-orang yang pada menangis.
Pads, subjek perempuan mereka lebih nyaman menangis dengan mediator yang dikondisikan, namun pada subjek laki-Iaki mereka lebih nyaman menangis sendiri ketika shalat karena mereka jadi lebih menghayati tangisannya.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasH penelitian dari keempat subjek di atas dapat dihasHkan bahwa pada subjek wanita, mereka kebanyakkan menangis karena sifat kesensitifannya. Namun tang is tersebut sebenarnya memberikan dampak yang positif yaitu membuat mereka bisa lebih mengendalikan emosinya.
Sedangkan pada subjek laki-Iaki, tangis mereka jarang karena masalah sehari-hari. Mereka lebih sering menangis karena hasH perenungan sebelumnya. Mereka menangis karena sebelumnya memikirkan dirinya yang begini-gini saja setiap harinya sehingga mereka merasa jenuh dan menginginkan perbaikan pada dirinya sehingga ketika merenungi dirinya itu mereka menangis, bukan hanya karena menyesali dosa-dosanya, tapi juga
101
karena rasa pengharapannya pada Allah SWT. Mereka menangis karena adanya keinginan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Hal terseiut sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Abdul Mujib, 2002 bahwa menangis bagaimanapun akan memberikan kelegaan bagi pelakunya. Karena menangis memiliki arti komunikasi psikologis yang menyehatkan dan merupakan pelampiasan kekesalan jiwa.
Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frey, et al (1981) yang menyatakan bahwa wanita menangis lima kali lebih banyak daripada laki-Iaki. Dan 85 persen wanita dan 73 persen laki-Iaki melaporkan bahwa mereka merasa lebih baik setelah menangis (www.google.com. 2006).
Penelitian Frey, et al (1981) sejalan dengan Allan dan Barbara Pease (2005) mengatakan bahwa kelenjar air mata perempuan lebih aktif daripada pria, konsisten dengan besarnya respon emosional dari otak perempuan. Pria sangat jarang menangis di depan umum karena, dari sudut pandang evolusi, seorang pria yang menunjukkan emosi, terutama di sekitar pria lain, akan berada dalam situasi berbahaya. Dia akan terlihat lemah dan hal ini akan mengundang pria lain untuk menyerangnya. Tetapi, bagi perempuan untuk menunjukkan emosi kepada orang lain, terutama perempuan lain, dilihat
102
sebagai tanda percaya, karena yang menangis menjadi bayi dan meletakkan temannya dalam posisi orangtua yang melindungi.
Keempat subjt;k tersebut pernah mengikuti salah satu mediator yang dikondisikan yang memicu tangisnya seperti mengikuti acara mabit, mengikuti training ABCo, mengikuti training ESQ, dan mengikuti acara muhasabah dan zikir bersama. Pada subjek wanita mereka merasa lebih nyaman ketika menangis dengan mediator yang dikondisikan karena tangisnya menjadi lebih jelas dan lebih memberikan kesan dan dampak yang positif. Sedangkan pada subjek laki-Iaki, mereka lebih suka menangis sendirian dalam perenungan dan do'a panjangnya ketika shalat malam dan sebelum tidur daripada menangis dengan mediator yang dikondisikan (muhasabah dan zikir bersama).
Tidak semua tangis subjek melahirkan self-awareness meskipun tangis tersebut dimediatori dengan mediator yang dikondisikan. Dan tangis dengan mediator accidental pun ternyata tidak semuanya tidak melahirkan self-
awareness. Tangis tersebut dapat tidaknya melahirkan self-awareness tergantung proses yang dilalui ketika akan menangis dan selama menangis. Tangisan yang melahirkan self-awareness adalah tangisan yang melalui proses persepsi yang menjadi pusat perhatian pada kesadaran primer
(primary consciousness) dan ada proses self reflecting sebelum atau selama
103
atau setelah menangis. Tangis yang dialami keempat subjek itu membawa kesadaran diri (self-awareness) pada diri mereka. Namun kesadaran diri atas hasil dari mediator yang dikondisikan pad a keempat subjek dirasakan tidak bertahan lama.
5.3 Saran
Saran ini penulis tujukan kepada:
a. Peneliti selanjutnya Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih variatif, disarankan pada peneliti selanjutnya untuk memperbanyak teori khususnya tentang self-
awareness serta lebih mempertajam metodologi penelitian dalam pemilihan subjek dan pengambilan data. b. Lembaga pelatihan
Menangis sama nilainya dengan terapi humor, sehingga penulis menyarankan pada lembaga pelatihan maupun konselor dan psikolog agar menerapkan terapi tangis ini dalam pelatihannya sebagai suatu proses peningkatan self-awareness.
Taylor, Steven J& Robert Bodgan. 1984. Introduction ti Qualitative Research Methods. New York. Ulwan, Abdullah Nashin. 2002. Tarbiyah Ruhiyah : petunjuk praktis mencapai derajat taqwa. Jakarta: Robbani Press. Uno, Hamzah B. 2(06. Orientasi Baru Da/am Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Buml /\ksara. Yusuf, Syamsu. 2003. Psikologi Belajar Agama. Bandung : Pustaka Bani Quraisyi. Zohar, Danah& Ian Marshall. 2000. SQ: Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence. London: Bloomsbury.
Internet:
Borquist (1906). Tears. www.1stannex.com (2006) Butler, Cate (2003). Tears-Nature's Emotional Processing? www.1stannex.com (2006) Cornelius, Randolph (1986). Is Crying Good For You? www.1stannex.com (2006) Frey, et.al (1981). Crying Behavior in the Human Adult. www.1stannex.com (2006) It All Begins With Awareness. www.selfCreation.com (2006) Kesadaran Diri. www.budiyono.com (2006)
Lutz, Tom (1999). Types ot Tears. www.answer.com (2006) Past Ideas About Set-Evaluation. www.mtroyal.com (2006)
Shaiband, et.al (2001). When Tears Fail. www.1stannex.com (2006) Ubaydillah (2003). Blokade Mental. www.e-psikologi.com (2006) www.google.com (2006)
wNW.higherAwareness.com (2006) www.vtaide.comllifeskills/selfawareness.html(2000)
Mc;jalah:
Kesadaran Pencarian dar. Kesadaran Pencerahan. Tarbawi, edisi 146 tahun 8, 4 Januari 2007, hal 6.
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Menangis
1. Apa Anda pernah mer.angis? 2. Apa Anda orang yang mudah menangis? 3. Apa yang menyebabkan Anda mudah menangis?/ Mengap