STRATEGI PENGELOLAAN DANA PRODUK GIRO WADI’AH PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI PERBANDINGAN PADA PT.BANK MUAMALAT INDONESIA TBK DAN PT. BANK BUKOPIN SYARIAH) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: RICO ELHANDO BADRI NIM: 106046101565
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010
STRATEGI PENGELOLAAN DANA PRODUK GIRO WADI’AH PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI PERBANDINGAN PADA PT.BANK MUAMALAT INDONESIA TBK DAN PT. BANK BUKOPIN SYARIAH) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: RICO ELHANDO BADRI NIM : 106046101565
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. A. Mukri Aji, MA.
Dra. Nuriyah Tahier, MM.
NIP. 195703121985031003
NIP. 150321873
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Strategi Pengelolaan Dana Produk Giro Wadi’ah pada Perbankan Syariah (Studi Perbandingan pada PT.Bank Muamalat Indonesia Tbk. dan PT. Bank Bukopin Syariah), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 24 September 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH,MA, MM. NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua
: Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH,MA, MM.(......................................) NIP. 195505051982031012
Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH. NIP. 197407252001121001
(......................................)
Pembimbing I : DR. H. A. Mukri Aji, MA. NIP. 195703121985031003
(......................................)
Pembimbing II: Dra. Nuriyah Tahier, MM. NIP. 150321873
(......................................)
Penguji I
: Dr. H. Supriyadi ahmad, MA. NIP. 195811281994031001
(......................................)
Penguji II
: Dwi Nur’aini Ihsan, SE, MM.
(......................................)
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini nukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.
Ciputat, 21 Ramadhan 1431H 31 Agustus 2010
Rico Elhando Badri
iv
KATA PENGANTAR
G¡+Ýo ¯2Ù{´ ¯2lµo Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, Dzat Yang menggenggam langit dan bumi, Yang merajai hati menusia dan mampu meluluhkan dan menguasai hati yang lirih dan yang memberikan kepada penulis kekuatan dan kesabaran sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada kekasih Allah SWT yaitu Nabi Muhammad SAW, semoga di hari akhirat nanti seluruh umat Islam mendapatkan Syafa’atul Uzma dari beliau. Amiiin. Setelah selesainya skripsi ini atas bantuan dan dukungan serta doa dari berbagai pihak maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA. MM. 2. Ketua Jurusan Perbankan Syariah, Dr. Euis Amalia, M.Ag. dan Sekertaris Jurusan, H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH. Beserta para dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membekali ilmu yang amat bermanfaat bagi penulis. Dan terima kasih kepada pimpinan serta segenap Staf Perpustakaan Jurusan Syari’ah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil., selaku Pembimbing Akademik, yang telah memberikan saran serta kritik untuk Penulis.
v
4. Bapak DR. H. A. Mukri Aji, MA. dan ibu Dra. Nuriyah Tahier, MM. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya di sela– sela
kesibukannya
untuk
memberi
bimbingan
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 5. Pimpinan serta segenap staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan dan pelayanan dalam upaya memenuhi kebutuhan yang berkenaan dengan literatur untuk menyusun skripsi ini. 6. Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Badri Burhan dan ibunda Rina Elvira yang telah memberikan dorongan dan semangat serta do’a semoga Allah SWT selalu menjaga dan melindungi keduanya. Serta adikku Riri Anggraini Badri yang tercinta yang selalu memberikan senyuman, canda dan tawa sehingga memberikan semangat untuk abangnya. 7. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Noor Cholis selaku narasumber Bank Syariah Bukopin dan Bapak Hardiansyah selaku narasumber Bank Muamalat wa bil khusus Institute Muamalat dan Bagian SDI Bank Syariah Bukopin, yang telah bersedia memberikan keterangan dalam wawancara penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Untuk Eva Fauziah teman hatiku beserta keluarga yang sangat setia mendampingi, membantu serta meluangkan waktunya untuk mencari data-data dan informasi.dan juga tak henti-hentinya memberikan semangat hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. vi
9. Seluruh Teman-teman PS A Angkatan 2006, yang telah memberikan info-infonya terkait dengan studi ataupun diluar studi. Dan khusus buat sahabatku dan temanteman seperjuangan, Mail, Hafid, Ihsan, Zakky, Dede, Faiz, Ucon, Bashir, B’doel, Zul, Rikza, Zuhri, Devri, Mumu, Vivi, Nisa, dan Rina. 10. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini baik moril maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullah khairul jaza’. Skripsi ini disusun menurut tuntutan zaman saat ini, sebagai sumber acuan yang dibaca, dipelajari dan dipahami penulis dengan segala keterbatasannya. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan ada kekeliruan dalam penulisannya. Oleh karena itu, sumbangan pikiran dari pihak pembaca akan merupakan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. Hanya
kepada
Allah
SWT
penulis
memohon
bimbingan
dan
menggantungkan semua harapan.
Ciputat, 11 Ramadhan 1431 H 21 Agustus 2010 M
Rico Elhando Badri
vii
DAFTAR ISI halaman Halaman Judul..............................................................................................
i
Halaman Persetujuan Pembimbing............................................................
ii
Lembar Pengesahan Panitia Ujian.............................................................
iii
Lembar Pernyataan.....................................................................................
iv
Kata Pengantar............................................................................................
v
Daftar Isi.......................................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
6
D. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu)..........................
7
E. Kerangka Teori...........................................................................
10
F. Metode Penelitian........................................................................
13
G. Pedoman Penulisan......................................................................
16
H. Sistematika Penulisan..................................................................
16
BAB II TEORI GIRO WADI’AH DAN PENGELOLAAN DANA PERBANKAN SYARIAH A. Teori Giro Wadi’ah...................................................................
18
1. Pengertian Giro Wadi’ah...................................................
18
2. Landasan Hukum Wadi’ah
21
viii
.............................................
3. Ciri-Ciri Giro Wadi’ah......................................................
25
4. Keuntungan dan Manfaat Giro Wadi’ah.........................
26
B. Pengelolaan Dana Perbankan Syariah.....................................
27
1. Manajemen Dana..............................................................
28
2. Strategi Likuiditas Dana ..................................................
37
BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TBK DAN PT. BANK SYARIAH BUKOPIN. A. PT. Bank Muamalat IndonesiaTbk................................................ 1. Sejarah Singkat.......................................................................
44 44
2. Visi dan Misi.......................................................................... 47 3. Struktur Organisasi................................................................ 48 4. Produk dan Jasa..................................................................... 49 B. PT. Bank Syariah Bukopin .........................................................
57
1. Sejarah Singkat ..................................................................... 57 2. Visi dan Misi ......................................................................... 59 3. Struktur Oganisasi ................................................................. 59 4. Produk daan Jasa................................................................... 60 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengelolaan Dana Giro Wadi’ah yang Dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dan PT. Bank Syariah Bukopin....................................................................................... B. Kendala yang Dihadapi dari Strategi Pengelolaan Dana GiroWadi’ah yang Diterapkan Oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dan
ix
65
PT. Bank Bukopin Syariah ........................................................
80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................
84
B. Saran...........................................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
87
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................
89
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiga puluh tahun silam, bank Islam (bank syariah) sama sekali belum dikenal. Tapi kini perbankan syariah semakin memikat. Ia telah menjadi bagian penting dari perbankan global. 1 Gagasan dasar sistem Keuangan Islam sebenarnya dapat dikemukakan secara sederhana. Sistem ini terutama didasarkan atas skema PLS (profit-and-loss-sharing - bagi hasil). Bank Islam tidak menawarkan bunga, tetapi mengajak deposan ikut serta dalam suatu usaha. Dan ini bertentangan dengan sistem perbankan konvensional yang menggunakan bunga atau riba dalam kegiatan produksinya. Namun sistem yang digunakan oleh bank-bank Islam telah banyak mengadopsi dari sistem dan prosedur perbankan konvensional, sepanjang praktek perbankan konvensional tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Bila terjadi pertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah, maka bank-bank Islam merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. 2 1
Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algoaud, Perbankan Syariah – Prinsip,Praktik dan Prospek ( diterjemahkan dari Islamic Banking), Penerjemah Burhan Subrata, ( Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007) hal. 9. 2
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, ( Cet. 4, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006) hal. 2-3.
1
2
Pada saat ini keuangan perbankan modern telah berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan dananya sendiri, melainkan dengan dana orang lain / DPK (Dana pihak Ketiga), baik dengan menggunakan prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing) maupun dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan (debt financing). 3 Dalam penghimpunan dana masyarakat bank syariah mempunyai teknik sendiri yang diantaranya dapat dimasukkan produk-produk bank konvensional yang salah satunya adalah Giro. 4 Karena giro bank pada dasarnya adalah penitipan dana masyarakat di bank untuk tujuan pembayaran dan penarikan yang dapat dilakukan setiap saat, hal ini sesuai dengan UU No.7 tahun 1992. Artinya giro hanyalah merupakan dana titipan nasabah, bukan dana yang diinvestasikan. Selanjutnya bank Syariah memberlakukan giro sebagai titipan Wadi’ah yad ad-dhamanah. dana titipan ini digunakan bank syariah sebagai dana pihak ketiga, sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 01/DSNMUI/Iv/2000 tentang Giro. Dengan demikian akan menambah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem pengumpulan dana masyarakat yang dilakukan bank Syariah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, akan tetapi setelah itu bank harus dapat
3
4
Zainul. Dasar-Dasar. hal.17-18.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2003) hal. 61
3
mempertahankan kehalalan dari penggunaan dana masyarkat tersebut, agar dapat disalurkan sesuai dengan prinsip syariah sehingga dapat terhindar dari dana riba, gharar, dan maysir. Dalam laporan tahunan Bank Bukopin Syariah tahun 2009 Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BSB yang mencapai 553,31% di akhir 2009 dari Rp195 miliar pada 31 Desember 2008 menjadi Rp1,27 triliun pada 31 Desember 2009, tidak lepas dari kontribusi dari sejumlah terobosan yang ditempuh dibidang penghimpunan dana masyarakat. Peningkatan dana pihak ketiga yang signifikan terjadi pada saat dilaksanakan penggabungan Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Bukopin ke dalam Bank Syariah Bukopin (BSB), dari Rp222,46 miliar menjadi Rp944,38 miliar atau meningkat sebesar 324,51% atau Rp722 miliar. Pasca penggabungan pada tanggal 11 Juli 2009, kepercayaan masyarakat dan nasabah semakin meningkat terhadap BSB. Hal ini terlihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga BSB, dari Rp944,38 miliar meningkat sebesar 34,68% atau Rp327 miliar menjadi Rp1,27 triliun pada akhir Desember 2009. Peningkatan yang signifikan tersebut merupakan wujud keberhasilan salah satu Bank Umum Syariah yang baru dengan melakukan langkah-langkah strategis dan terobosan bisnis yang dilakukan BSB di bidang penghimpunan dana masyarakat. Sedangkan Bank Muamalat yang merupakan bank pertama murni syariah, dan pelopor di pasar perbankan syariah nasional sejak tahun 1991, Bank
4
Muamalat memiliki posisi yang strategis guna memanfaatkan peluang pertumbuhan tersebut. Maka Bank Muamalat harus dapat menggunakan berbagai inisiatif yang dilakukan untuk mewujudkan perbankan yang sehat dan kompetitif di tengah-tengah persaingan industri perbankan yang semakin ketat. Sepanjang tahun 2009 tercatat pertumbuhan bisnis Bank Muamalat sangat baik. Aset mencapai Rp 16.027,18 miliar atau tumbuh 27,09% dibanding posisi tahun 2008 sebesar Rp 12.610,85 miliar. Pencapaian ini terutama didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat 32,19 % menjadi Rp 13.316,90 miliar dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 10.073,96 miliar. Struktur DPK masih didominasi oleh deposito (57,34%), disusul tabungan (33,73%), dan giro (8,92%) atau sedikit berubah dibandingkan komposisi tahun 2008 yakni deposito (53,59%), tabungan (38,93%), dan giro (7,49%). Peningkatan yang cukup signifikan ditunjukkan oleh pertumbuhan giro yang mencapai 57,52%, meningkat dari Rp 754,48 miliar tahun 2008 menjadi Rp 1.188,44 miliar pada tahun 2009. Meski kontribusi terhadap total DPK relatif kecil, dengan pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2009, maka giro menjadi sumber pendanaan yang akan terus dioptimalkan. Maka pola strategi untuk pengelolaan dana Giro Wadi’ah haruslah berkualitas dengan berbagai aspek dan didasari dengan prinsip Islam sehingga
5
tujuan akhirnya dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan seluruh masyarakat bukan hanya sekedar menaikkan pendapatan satu kelompok saja. Agar dapat menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat maka perlu adanya strategi pengelolaan dana giro Wadi’ah yang lebih profesional dan dapat dipertanggung jawabkan dengan mengoptimalkan penyalurannya. Sehingga dalam sebuah karya ilmiah ini yang berbentuk skripsi, penulis telah memberi judul yaitu tentang “Strategi Pengelolaan Dana
Produk
Giro
Wadi’ah
Pada
Perbankan
Syariah
(Studi
Perbandingan Pada PT.Bank Muamalat Indonesia Tbk. Dan PT. Bank Bukopin Syariah). B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah Untuk lebih fokus dalam masalah pembahasan skripsi ini, maka penelitian ini dibatasi hanya pada strategi pengelolaan dana pada periode 2009 yang diterapkan di Bank Muamalat dan Bank Bukopin Syariah terhadap produk Giro Wadi’ah yang dimilikinya. 2. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam dalam skripsi ini terfokus pada permasalahan-permasalahan berikut:
6
a. Bagaimana konsep strategi pengelolaan dana produk Giro Wadi’ah yang dilakukan Bank Muamalat dan Bank Bukopin Syariah dalam menghimpun dana pihak ketiga? b. Apa kendala yang dialami Bank Muamalat dan Bank Bukopin Syariah dalam mengimplementasikan strategi pengelolaan dana pada pada produk Giro Wadi’ah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui dan menjelaskan penerapan dari strategi pengelolaan dana produk Giro Wadi’ah yang digunakan oleh Bank Muamalat dan Bank Bukopin Syariah. b. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Bank Muamalat dan Bank Bukopin Syariah dalam mengimplementasikan strategi pengeloalaan dananya pada produk Giro Wadi’ah. 2. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Bank Muamalat dan Bank Bukopin Syariah, pembaca maupun pribadi, selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat :
7
a. Secara akademis, dapat dijadikan pedoman atau referensi untuk bahan perkuliahan atau sebagai perbandingan dengan strategi pengelolaan dana Bank Syariah lainnya. b. Secara praktis, merupakan saran, informasi dan referensi bagi bank dalam menentukan langkah selanjutnya ke arah yang lebih baik. D. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu) Tema strategi pemasaran telah banyak dikaji dalam penelitian. Penelitian tersebut antara lain: 1. Konsep giro Wadi’ah dan aplikasinya pada perbankan syariah (studi pada bank syari’ah mandiri cabang pondok indah jakarta selatan). Ditulis oleh: Dede Irawan- Skripsi Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006. Pembahasan: Berdasarkan menggunakan
penelitian
prinsip
penulis,
Wadi’ah
yad
Bank
Syariah
adh-dhamanah
Mandiri yang
hanya
kemudian
dikembangkan dalam bentuk giro Wadi’ah. Dan dalam operasionalnya dilandasi dengan prinsip kehati-hatian. Sejauh ini konsep dan aplikasi Wadi’ah yang terdapat di Bank Syari’ah Mandiri tidak bertentangan dengan prinsip syariah, baik dari segi dasar
8
hukum yang digunakan sebagai landasan maupun praktek operasionalnya, selain itu juga dari segi tujuan dan manfaat yang ditimbulkan dari produk ini. 2. Analisis Perkembangan Giro Wadi’ah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Syariah Jakarta Harmoni Periode 2006-2008. Ditulis oleh: Fela Lestia- Skripsi Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Pembahasan: Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 metode pengumpulan data, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan analisa penulis dari statistik laporan keuangan BTN Syariah cabang Jakarta Harmoni, terdapat peningkatan saldo rata-rata giro Wadi’ah pada tiap tahunnya dan ini menunjukkan kinerja BTN Syariah cabang Jakarta Harmoni semakin baik, dikarenakan BTN Syariah cabang Jakarta Harmoni mempunyai strategi yaitu dengan melakukan selling (penjualan) kepada lembaga-lembaga seperti media pembayaran sekolah, mempromosikan produk giro Wadi’ah melalui penerbitan iklan, elektronik maupun media cetak. Dan BTN Syariah cabang Jakarta Harmoni dalam mengupayakan peningkatan dana giro Wadi’ahnya, yaitu dengan mendukung aktivitas usaha nasabah setiap saat, transparansi akan kehalalan produknya yang sesuai
9
dengan prinsip syariah, dan memberikan fasilitas yang mudah dalam penarikan dananya. 3. Analisis Strategi Penghimpunan Dana Masyarakat (Giro, Tabungan, Deposito) Pada Bank BNI. Ditulis oleh: Rushadi – Tesis Program Pascasarjana Bidang Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia 1997. Pada penelitian ini, penulis mengemukakan bahwasannya strategi pada BNI mutlak diperlukan, karena strategi dapat memberikan arah bagi tujuan perusahaan dan kesempatan dimasa depan pada kondisi lingkungan yang cepat berubah. Dan BNI sebelum menentukan strateginya, harus terlebih dahulu menganalisis faktor eksternal untuk mengungkapkan kesempatan serta ancaman perusahaan untuk masa datang dan faktor internal untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan. Dengan strategi tersebut, BNI telah menjadi market leader dan menempatkan posisi Bank BNI sebagai bank ranking pertama di Indonesia, dengan total aset pada tahun 1995 sebesar Rp 32,7 triliun dan jumlah kredit yang disalurkan Rp.19,1 triliun dan dana masyarakat yang berhasil dihimpun sebesar Rp. 17,5 triliun. Dan penulis telah merumuskan pula strategi fungsional untuk memberikan arah yang jelas dalam implementasi strategi dasar yang dapat
10
dijadikan sebagai acuan bagi unit-unit kerja dalam menyusun kegiatan kerja sesuai dengan fungsi masing-masing: a. Memperbaiki daya saing melalui marketing mix. b. Memperbaiki sarana penunjang kegiatan usaha yang meliputi: 1) Sumber Daya Manusia 2) Organisasi 3) Management Information System dan teknologi c. Mengubah sistem pemasaran dari product oriented ke market oriented. E. Kerangka Teori Konsep ummah atau solidaritas sosial umat Islam berkaitan erat dengan konsep amanah (kepercayaan): harta harus diperoleh, dipergunakan, dan didistribusikan dalam kerangka syariah. Tak seorang pun punya hak absolut untuk mempergunakan hartanya sesuka hati. Konsep amanah juga mengandung arti bahwa bank Islam bertindak sebagai wakil (wali) para investor yang dananya mereka kelola, dan harus memenuhi segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab. 5 Oleh karena itu, bank syariah harus mempersiapkan strategi pengelolaan dana yang dihimpunnya, agar rencana dari alokasi dana tersebut mempunyai 5
Mervyn. Perbankan Syariah. hal. 218.
11
tujuan untuk; a. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah. b. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman. 6 Untuk mencapai tujuan tersebut maka pengelolaan dana bank harus diarahkan sedemikian rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan nasabah dapat terpenuhi. Dalam pengelolaan dana perbankan syariah dapat dikategorikan dalam 2 bentuk: a. Equity Financing 7 Yaitu pendanaan yang berbentuk permodalan, dan ini terbagi dalam 2 pilihan skim, yaitu: 1) Mudharabah
yaitu penyerahan modal uang kepada orang yang
berniaga sehingga ia mendapatkan presentase keuntungan. 8 2) Musyarakah
yaitu akad antara dua orang atau lebih dengan
menyetorkan modal dan dengan keuntungan dibagi sesama mereka menurut porsi yang disepakati. 9 b. Debt Financing 6
Zainul. Dasar-Dasar. hal. 53.
7
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian Syariah Di Indonesia,(edisi revisi, Jakarta: Kencana, 2006) hal.85-86. 8
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008) hal. 60.
9
Gemala. Aspek-Aspek. hal. 86.
12
Yaitu pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan. Debt financing dalam teori meliputi objek-objek berupa pertukaran antara barang dengan barang (barter), barang dengan uang, uang dengan barang dan uang dengan uang. Mengenai objek yang pertama dan yang terakhir terdapat permasalahan pertukaran antara barang dengan barang dipertimbangkan dapat menimbulkan riba fadhal. Sedangkan pertukaran antara uang dengan uang pun demikian, dikhawatirkan dapat menimbulkan riba nasiah. Pertukaran antara uang dengan uang (sharf) dalam perbankan syariah dimasukkan dalam bidang jasa pertukaran uang, yang mensyaratkan pertukaran langsung tanpa penundaan pembayaran. Oleh karena itu dalam operasional perbankan syariah hanya digunakan dua objek, yaitu: 1) Barang dengan uang, yaitu transaksi barang dengan uang dapat dilakukan dengan skim jual beli (Ba’i) ataupun sewa menyewa (Ujrah). 2) Uang dengan barang, pertukaran ini dapat dilakukan dengan skim, Bai’ as-Salam dan Bai’ al-Istisna. 10 Giro Wadi’ah adalah akad yang berdasarkan prinsip yadh-dhamanah ‘tangan penanggung’ yang berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang/aset titipan. Hal ini berarti bahwa penyimpan atau custodian adalah trustee yang sekaligus guarantor ‘penjamin’ keamanan barang/aset yang dititipkan. Sesuai dengan firman Allah 10
Gemala. Aspek-Aspek. hal. 87-92.
13
QS. al-Baqarah: 283: ......ﷲ َرﺑﱠ ُﻪ َ ﻖا ِ َوﻟْ َﻴ ﱠﺘ،ُﻦ َأﻣَﺎ َﻧ َﺘﻪ َ ﻀ ُﻜﻢْ ﺑَﻌْﻀًﺎ َﻓﻠْ ُﻴ َﺆ ﱢد اﱠﻟﺬِى اؤْ ُﺗ ِﻤ ُ ْﻦ َﺑﻌ َ َﻓِﺈنْ َأ ِﻣ “…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”. Ini juga berarti bahwa pihak penyimpan telah mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan barang/aset yang dititipkan tersebut untuk aktivitas perekonomian tertentu, dengan catatan bahwa pihak penyimpan akan mengembalikan barang/aset yang dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Islam agar aset selalu diusahakan untuk tujuan produktif (tidak idle atau didiamkan saja). 11
F. Metode Penelitian Secara keseluruhan jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian bersifat deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menggambarkan
sebuah
fakta
yang
kemudian
dianalisa
untuk
dapat
menghasilkan sebuah kesimpulan dari data dan fakta dengan menggunakan analisa perbandingan antara konsep pemasaran yang ada dan strategi pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. dan PT. Bank Bukopin Syariah pada periode tahun 2009, dimana pengumpulan data dan analisa data berjalan pada waktu yang bersamaan metode pengumpulan data.
11
Ascaya. Akad & Produk . hal. 43-44.
14
Bilamana terdapat ilustrasi yang mengarah pada perhitungan yang berbentuk angka-angka (kuantitatif), maka hal itu dimaksudkan hanya untuk mempertajam analisa dan menguatkan argumentasi penelitian. Menurut lexy Moleong, fungsi dan pemanfaatan penelitian kualitatif ialah untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif, digunakan oleh peneliti yang bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam, dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi. Dan dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meniliti sesuatu dari segi prosesnya. 12 1. Sumber Data Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data, yaitu: a. Data primer, merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya. 13 Sumber data ini penulis peroleh langsung dari bank melalui wawancara dan laporan tahunan bank. b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan, buku-buku antara lain Dasar-Dasar Manajemen Bank 12
13
Maloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. hal.7.
Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), hal. 69.
15
Syariah, Perbankan Syariah (Prinsip,Praktik dan Prospek, Konsep), Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Metodologi Penelitian, Pengantar Metodologi Penelitian dan sumber lainnya yang relevan dengan skripsi ini. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan, yaitu dengan membaca, mempelajari dan menelaah buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti guna mendapatkan teori-teori dalam mendukung pembuktian kebenaran permasalahan yang dihadapi. b. Interview, adalah metode pengumpulan data dengan atau melalui wawancara, dimana dua orang atau lebih secara fisik langsung berhadaphadapan yang satu dapat melihat muka yang lain dan masing-masing dapat menggunakan saluran komunikasi secara wajar dan lancar. 14 3. Analisis Data Penulis menganalisa data dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dimana penelitian ini akan memaparkan strategi pengelolaan dana yang terdapat pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. dan PT. Bank Bukopin Syariah, yang kemudian penulis menganalisisnya, dengan melihat
14
Metode Penelitian Sosial (Terapan dan Kebijaksanaan), (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. 2000), hal. 29.
16
implementasi strategi pengelolaan dana pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. dan PT. Bank Bukopin Syariah dari perspektif teori yang ada.
G. Pedoman Penulisan Adapun pedoman penulisan laporan penelitian ini didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007. H. Sistematika Penulisan BAB I
: Pendahuluan Terdiri dari latar belakang masalah perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, kerangka teori dan pedoman penulisan, serta sistemetika penulisan.
BAB II
: Tinjauan Teori Bab ini berisi penjelasan mengenai teori yang digunakan sebagai landasan untuk pembahasan dan pemecahan masalah antara lain akan diterangkan mengenai: pengertian Giro Wadi’ah, landasan hukum Giro Wadi’ah, syarat Giro Wadi’ah, ketentuan Giro Wadi’ah, dan
17
Pengelolaan Dana Perbankan Syariah yang meliputi Manajemen Dana serta Strategi Likuiditas Dana.
BAB III
: Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. dan PT. Bank Bukopin Syariah Berisi hal yang berkaitan dengan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. dan PT. Bank Bukopin Syariah mulai dari sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, dan produk-produk yang dihasilkan.
BAB IV
: Analisis Data dan Pembahasan Dalam bab ini penulis akan menguraikan, mendeskripsikan, dan menganalasis data dari strategi pengelolaan dana Giro Wadi’ah yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. dan PT. Bank Bukopin Syariah, serta kendala yang dihadapinya.
BAB V
: Penutup
18
Merupakan bab bagian terakhir yang terdiri dari kesimpulan bahasan pada bab-bab sebelumnya yang disertai dengan saran yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang.
BAB II TEORI GIRO WADI’AH DAN PENGELOLAAN DANA PERBANKAN SYARIAH A. Teori Giro Wadi’ah 1. Pengertian Giro Wadi’ah Dalam Undang-undang No.10 tahun 1998, pasal 1 ayat 6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya sesuai dengan cara pemindahbukuan. 1 Dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2008, pasal 1 menjelaskan: 20. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/ atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 23. Giro adalah Simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan
1
Republik Indonesia,” Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
18
19
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. 2 Jadi, Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek/bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Sedangkan Wadi’ah dalam tradisi Fiqh Islam, dikenal dengan prinsip titipan atau simpanan. Wadi’ah juga dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain. Baik sebagai individu maupun sebagai badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Dan dapat dikatakan bahwa sifat-sifat dari wadi’ah, menjadi produk perbankan syariah berbentuk giro yang merupakan titipan murni (yad dhamanah). Di mana, atas izin penitip dapat digunakan oleh bank. Di samping itu, sebagai konsekuensi dari titipan murni tersebut, apabila dari pihak pengelola uang tersebut (bank) memperoleh keuntungan, maka laba tersebut sepenuhnya adalah milik bank. Kemudian bank atas kehendaknya sendiri tanpa perjanjian dan understanding di muka, dapat memberikan bonus kepada nasabahnya. 3
2
Wiroso, Produk Perbankan Syariah ( Dilengkapi UU Perbankan Syariah & Kodefikasi Produk Bank Indonesia), ( Jakarta: LPFE Usakti, 2009), hal. 477- 481. 3
Wiroso. Produk. hal. 43.
20
Ketentuan umum bagi giro yang berdasarkan akad wadia’ah : 4 a. Bersifat titipan. Dalam hal titipan, maka orang yang dititip berkewajiban untuk memelihara dan menjaga barang titipan tersebut. Ia tidak dibenarkan menggunakan dana yang dititipkan kecuali dengan izin dari pemiliknya b. Titipan bisa diambil kapan saja (on call). c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank d. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card. 5 e. Terhadap pembukuan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi. f. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4
5
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro.
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah,( Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), hal. 32-33
21
2. Landasan Hukum Wadi’ah lmam Malik berpendapat bahwa menerima titipan itu tidak diwajibkan sama sekali. Karena menerima titipan itu sunat apabila ia yakin dengan kemampuan dan kejujuran dirinya. Tetapi jika ditempat tersebut tidak ada orang lain yang akan dititipi kecuali dirinya sendiri dan dikhawatirkan rusaknya titipan itu jika dia tidak menerimanya, maka para ulama telah menetapkan bahwa orang tersebut wajib menerima Wadi’ah yang akan dititipkan kepadanya itu. Namun kewajiban menerima barang titipan tersebut dengan syarat tidak membahayakan atau tidak merugikan kepentingan dirinya sendiri dan penerima titipan tidak sampai mengeluarkan biaya untuk menjaga barang titipan tersebut. Tetapi jika orang tersebut tidak mampu menjaga barang titipan itu atau tidak mampu melaksanakan sebagaimana mestinya, maka haram bagi orang itu untuk menerima barang titipan tersebut. 6 Pada dasarnya, penerima simpanan adalah yad al-amanah, yang pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. 7 Sesuai sabda Rasulullah SAW dalam suatu hadits:
6
Fela Lestia, Analisis Perkembangan Giro Wadi’ah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Syariah Jakarta Harmoni Periode 2006-2008,( Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), hal. 19 7
Rodoni . Lembaga Keuangan Syariah . hal. 32.
22
“Jaminan pertanggungjawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak menyalahgunakan (pinjaman) dan penerima titipan yang tidak lalai terhadap titipan tersebut.” 8 Sebagaimana yang termasuk dalam AI-Qur’anul Karim yang tertuang dalam surat An-Nisa ayat 58:
⌧ ☺ ☺ ⌧ ( ٥٨ :)اﻟﻨﺴﺎء
☺
⌧
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” Akan tetapi, dalam aktivitas perekonomian modern, si penerima simpanan tidak mungkin akan meng-idle-kan aset tersebut, tetapi mempergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu. Karenanya, ia harus meminta izin dari si pemberi titipan untuk kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan ia menjamin akan mengembalikan aset tersebut secara utuh. Dengan demikian, ia bukan lagi yad al-amanah, tetapi yad adh-dhamanah yang 8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal. 86
23
⌧ ⌦
⌧ ⌧ ☺ ☺ ☺ ⌦ ( ٢٨٣ :)اﻟﺒﻘﺮة
☺
☺
Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dan dalam hadist disebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : ﻚ َ ﺨﻦْ َﻣﻦْ ﺧَﺎ َﻧ ُ ﻻ َﺗ َ ﻚ َو َ ﻦ اﺋْ َﺘ َﻤ ِ ﻷﻣَﺎ َﻧ َﺔ ِإﻟَﻲ َﻣ َ ﺳﱠﻠ َﻢ َأدﱢا َ ﺻﻠّﻲ اﻟﻠﱠﻬﻢ ﻋَﻠﻴ ِﻪ َو َ ل اﻟ ﱠﻨﺒِﻲ ﱡ َ ﻗَﺎ:ل َ ﻋﻦْ َأﺑِﻲ ُهﺮَﻳﺮ َة ﻗَﺎ َ ()رواﻩ أﺑﻮ داود واﻟﺘﺮﻣىﺬي واﻟﺤﺎآﻢ Artinya :
24
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu.” (HR Abu Dawud dan menurut Tirmidzi hadits ini hasan, sedang Imam Hakim mengkategorikannya sahih).
Rukun dan syarat wadi’ah menurut jumhur ulama menyatakan bahwa rukun wadi’ah itu ada tiga, yaitu: 9 a. Pihak yang Berakad: -
Orang yang menitipkan (muwaddi’)
-
Orang yang dititipi barang (waddi’)
b. Obyek yang diakadkan: -
Barang yang dititipkan (Wadi’ah)
c. Sighot -
Serah (ijab)
-
Terima (qabul)
Adapun syarat dan masing-masing rukun tersebut yaitu:
9
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 59-60.
25
a. Pihak yang berakad: -
Cakap hukum
-
Suka rela (ridho), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa di bawah tekanan
b. Obyek yang dititipkan merupakan milik mutlak si penitip (muwaddi’) c. Sighot -
Jelas apa yang dititipkan
-
Tidak mengandung persyaratan-persyaratan lain.
3. Ciri-ciri Giro Wadi’ah Ciri-ciri Giro Wadi’ah adalah sebagai berikut : 10 a. Bagi pemegang rekening disediakan cek untuk mengoperasikan rekeningnya; b. Untuk membuka rekening diperlukan surat referensi nasabah lain atau pejabat bank, dan menyetor sejumlah dana minimum (yang ditentukan kebijakan masing-masing bank) sebagi setoran awal; c. Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar hitam Bank Indonesia;
10
Zainul. Dasar-Dasar. hal: 61-62.
26
d. Penarikan dapat dilakukan setiap waktu dengan cara menyerahkan cek atau instruksi tertulis lainnya; e. Tipe rekening: - Rekening Perorangan, - Rekening pemilik tunggal, - Rekening bersama (dua orang individu atau lebih), - Rekening organisasi atau perkumpulan yang tidak berbadan hukum, - Rekening perusahaan yang berbadan hukum, - Rekening kemitraan, - Rekening titipan; f. Servis lainnya: - Cek istimewa, - Instruksi siaga (Standing Instruction), - Transfer dana otomatis; - Kepada pemegang rekening akan diberikan salinan rekening (statement of account) dengan rincian transaksi setiap bulan;
27
- Konfirmasi saldo dapat dikirimkan oleh bank kepada pemegang rekening setiap enam bulan atau periode yang dikehendaki oleh pemegang rekening. 4. Keuntungan dan Manfaat Giro Wadi’ah 11 Dalam dunia perbankan modern yang penuh dengan kompetisi, insentif semacam ini dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya merangsang semangat masyarakat dalam menabung. Tentunya akan terdapat keuntungan dan manfaat giro wadi’ah bagi masyarakat (nasabah), yaitu: 1) Keuntungan 1) Rasa aman dan tentram, terhindar dari rasa takut dan ancaman, baik terhadap harta maupun jiwa akibat pencurian dan sebagainya, karena hartanya terpelihara di tempat yang aman dan kenyamanan perasaan karena operasionalnya dilaksanakan secara syari’ah Islam. 2) Terhindar dan penyusutan. 3) Mendapatkan jasa titipan 4) Tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar. 5) Dapat diambil setiap saat. 12 2) Manfaat
11 12
Fela. Analisis Perkembangan Giro Wadi’ah .hal. 25-26.
Thomas Suyatno, et. al., Kelernbagaan Perbankan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), cet. Ke-5, h. 34.
28
1) Dapat membayar transaksi jual/beli dengan mempergunakan cek/bilyet giro karena merupkan alat pembayaran yang efisien 2) Dapat mengirim transfer (kirim uang/delegasi kredit dengan jaminan rekening giro) 3) Dengan dana tersebut, dapat membantu pengembangan ekonomi bangsa melalui antara lain pengembangan kemampuan ekonomi umat. 13 4) Dapat memperoleh bonus atau bagi hasil. 14 B. Pengelolaan Dana Perbankan Syariah. Sistem keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan dananya sendiri melainkan dengan dana orang lain/Dana Pihak Ketiga (DPK), dan ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini 15 , baik dengan menggunakan prinsip pernyataan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing) maupun dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan (debt financing). Namun bank sendiri harus
2008.
13
Suyatno. Kelernbagaan Perbankan. h.14
14
Kodefikasi Produk Perbankan Syariah. Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia,
15
Soetanto Hadinoto, Bank Strategy of Funding and Liability Management,(Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2008),h. 57.
29
mempunyai strategi untuk mengelola dana pihak ketiga tersebut, khususnya untuk dana yang bersifat jangka pendek, Karena dana tersebut sewaktu-waktu dapat ditarik oleh pemiliknya, sehingga bank harus mempunyai manajemen dana dan strategi likuiditas dana. Dan berikut penjelasannya: 1. Manajemen dana: Strategi Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivifitas financing, Dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. 16
a. Sumber-sumber dana bank syariah: Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, 16
hal.43
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, cet. Ke-2, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005),
30
baik sekaligus ataupun secara berangsur-angsur. Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanama kembali pada bank, hanya sebesar 7 sampai 8% dari total aktiva bank. Bahkan di Indonesia ratarata jumlah modal dan cadangan yang dimiliki oleh bank-bank belum pernah melebihi 4% dari total aktiva. Ini berarti sebagian besar kerja bank berasal dari masyarkat. 17 Dalam pandangan syariah, uang bukanlah merupakan suatu komoditi melainkan hanya sebagai alat untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis (economic added value). Hal ini bertentangan dengan perbankan berbasis bunga di mana “uang mengembang-biakkan uang’, tidak peduli apakah uang itu dipakai dalam kegiatan produktif atau tidak. Untuk menghasilkan keuntungan, uang dikaitkan dengan ekonomi dasar (primary economic activities), baik secara langsung melalui transaksi seperti perdagangan, industri manufaktur, sewamenyewa dan lain-lain, atau secara tidak langsung melalui penyertaan modal guna melakukan salah satu atau seluruh kegiatan usaha tersebut. 18 Diagram 2.1 Investai/ Mudharbah
Modal
BANK SYARIAH 17
Muhammad. Manajemen Dana. hal. 49.
18
Muhammad. Manajemen Dana. 49-50
31
Titipan/Wadi’ah
Investasi Khusus/ Mudharbah Muqayyadah
Dari diagram bagan di atas, sumber dana yang terhimpun dari masyarakat terdiri dari 4 (empat) jenis dana. Dana yang pertama adalah dana modal yaitu dana dari pendiri lembaga keuangan tersebut. Yang kedua adalah dana titipan masyarakat yang dikelola oleh bank dalam Islam dikenal dengan istilah Wadi’ah, yang ketiga ini adalah dana masyarakat yang diinvestasikan melalui bank, dana ini juga sering disebut dengan dana investasi tak terbatas dan yang keempat adalah dana investasi khusus atau terbatas. 19 Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari: 20 1) Modal Inti Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya inti itu terdiri dari: a) Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. 21 Menurut Zainul Arifin (2009), sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan
19
20
Tim Pengembangan. Konsep.hal. 57-58.
Zainul. Dasar-Dasar. hal. 58-62. Rimsky K Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal. 131 21
32
untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru. b) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari. c) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri (melalui Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank. Laba ditahan ini juga merupakan cara untuk menambah dana modal lebih lanjut. 2) Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account) Bank menghimpun dana bagi-hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan. 3) Dana Titipan (Wadi’ah/Non Remunerated Deposit)
33
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
b. Pengalokasian Dana
Salah satu ciri khas industri perbankan adalah modal relatif kecil dibandingkan dengan porsi dana masyarakat yang dikelola. Ini artinya dana masyarakat terutama dalam bentuk giro menjadi sangat penting bagi bank untuk membiayai investasinya. Penurunan jumlah simpanan yang dapat menghilangkan kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan. 22
Oleh karena itu, bank harus mempersiapkan strategi pengelolaan danadananya yang mempunyai beberapa tujuan, yaitu:23 1) Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah. 2) Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman. 22
Soetanto. Bank Strategy . hal. 277.
23
Zainul. Dasar-Dasar Manajemen .hal. 63.
34
Menurut Zainul Arifin (2009) untuk mencapai kedua keinginan tersebut maka alokasi dana-dana bank harus diarahkan sedemikian rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan nasabah dapat terpenuhi. Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu: 24 a. Earning Assets (aktiva yang menghasilkan), secara garis besar penyaluran bank syariah dilakukan sebagai berikut: 25 1) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’) yang meliputi murabahah, salam paralel, istishna dan istishna paralel. 2) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). 3) Pembiayaan berdasarkan prinsip ujroh yaitu ijarah dan ijarah muntahiayah bitamlik. 4) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah). 26 5) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya. Fungsi penggunaan dana yang terpenting bagi bank komersial adalah fungsi pembiayaan. Portofolio pembiayaan pada 24
Zainul. Dasar-Dasar. hal. 63-66.
25
Wiroso. Produk. hal. 98.
26
Zainul. Dasar-Dasar. hal. 64
bank komersial menempati posisi
35
terbesar, pada umumnya sekitar 55% sampai 60% dari total aktiva. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank. Sesuai dengan karakteristik dari sumber dananya, pada umumnya bank komersial memberikan pembiayaan berjangka pendek dan menengah, meskipun beberapa jenis pembiayaan dapat diberikan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Tingkat penghasilan dari setiap jenis pembiayaan juga bervariasi,tergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan dan sektor usaha yang dibiayai. Porsi terbesar berikutnya dari fungsi penggunaan dana bank adalah berupa investasi pada surat-surat berharga. Selain untuk tujuan memperoleh penghasilan, investasi pada surat berharga ini dilakukan sebagai salah satu media pengelola likuiditas, di mana bank harus menginvestasikan dana yang ada seoptimal mungkin, tetapi dapat dicairkan sewaktu-waktu bila bank membutuhkan tanpa, atau sedikit sekali, mengurangi nilainya. 27 b. Non Earning Assets (aktiva yang tidak menghasilkan), terdiri dari: 1) Aktiva dalam bentuk tunai (cash assets) Cash assets terdiri dari uang tunai dalam vault, cadangan likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada bank sentral, giro pada bank dan item-item tunai lain yang masih dalam proses penagihan
27
Zainul. Dasar-Dasar. hal. 64.
36
(collections). Dari cash assets ini bank tidak memperoleh penghasilan, kalaupun ada sangat kecil dan tidak berarti. Namun demikian investasi pada cash assets ini penting guna mendukung fungsi simpanan pada bank, dan dalam beberapa hal juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan layanan dari bank koresponden yang berkaitan dengan pembiayaan dan investasi. 2) Pinjaman (qard) Pinjaman qard al-hasan adalah salah satu kegiatan bank syariah dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan ajaran Islam. 3) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises and equipment) Penanaman dana dalam bentuk ini juga tidak menghasilkan pendapatan bagi bank, tetapi merupakan kebutuhan bank untuk memfasilitasi pelaksanaan fungsi kegiatannya.
c. Fungsi Sumber Dana Bagi Bank Fungsi sumber dana bagi bank, terdiri dari :
1) Sebagai Alat Pembayaran Kegiatan Usahanya
37
Dana yang dihimpun memiliki karakteristik yang berbeda baik dari maturity, pricing maupun cara penarikannya. Oleh karena itu sumber dana akan digunakan untuk membiayai usahanya dengan melihat karakteristiknya dan sesuai prinsip-prinsip capital budgeting. Alokasi dana tersebut diperuntukkan sebagai berikut: a) Demand deposit b) Saving deposit c) Time deposit d) Capital deposit. 2) Dana Berfungsi sebagai Sumber Likuiditas Bank Dana yang dihimpun selain untuk membiayai kegiatan usahanya yang sifatnya produktif, juga untuk memelihara likuiditas bank. Pemeliharaan likuiditas bisa dicermati dan dana yang ditempatkan pada kas ataupun Giro Wajib (Giro BI) atau bahkan pada secondary reserve berupa marketable security berjangka pendek. 3) Sebagai Tolak-Ukur Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank yang Bersangkutan
38
Volume dana pihak ketiga dapat dijadikan indikasi tingkat kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Semakin tinggi dana pihak ketiga mengindikasikan bahwa masyarakat relatif percaya kepada bank yang bersangkutan.
Berikut
gambaran
tentang
pola
penghimpunan
dana
pengalokasiaannya: Diagram 2.2 Sumber Dana
Sumber dan Penggunaan Dana (Pool of funds Approach)
Penggunaan Dana Primary Reserve
Wadi’ah
Secondary reserve Mudharabah Mutlaqah
DANA POOL
Qardh Musyarakah
Musyarakah Mudharabah Murabahah Salam Istishna’ Ijarah Aktiva Tetap Mudharabah Muqayyadah
Special Project
dan
39
2. Strategi Likuiditas Dana Secara umum likuiditas dapat didefinisikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi segera kebutuhan dana (cash flow) dengan biaya dana yang wajar. Likuiditas diperlukan bank antara lain untuk menunjang kelancaran operasinya, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memenuhi penyaluran pinjaman, serta mempertinggi tingkat fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi yang menguntungkan. 28 a. Faktor-Faktor Risiko Likuiditas Dana Pada Bank Syariah Manajemen likuiditas dapat muncul apabila bank tidak mampu memenuhi dana yang cukup pada saat dibutuhkan baik untuk meng-cover kebutuhan seharihari maupun untuk memenuhi keperluan mendesak. Besar kecilnya risiko ini, sedikit banyaknya ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: 29 a) Kecermatan dalam perencanaan arus kas (cash flow) dan arus dan (fund flow) berdasarkan prediksi pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana termasuk kejelian melihat tingkat fluktuasi dana (volatility of fund). b) Ketepatan dalam mengatur struktur dana, termasuk kecukupan dana-dana non PLS (Profit and Loss Sharing).
28
Huasaini Mansur dan Dhani Gunawan, Dimensi Perbankan Dalam Al-Qur’an,( Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hal. 429. 29
Huasaini. Dimensi. hal. 429-430.
40
c) Ketersediaan aset yang dikonversikan menjadi kas. d) Kemampuan menciptakan akses ke pasar antar bank atau sumber dana lainnya, termasuk fasilitas lender of the last resort dari Bank Sentral.
b. Penentuan Kebutuhan Likuiditas Instrumen Likuiditas Bank Syariah Dalam rangka memenuhi kebutuhan bank syariah akan instrumen likuiditas maka Bank Indonesia, yang didukung oleh Dewan Syariah Nasional, telah menciptakan dua buah instrumen beserta peraturan pelaksanaannya sebagai berikut: 30 1) Serifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) Serifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip Wadi’ah. SWBI merupakan piranti moneter yang sesuai dengan prinsip syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. 31 Dan Bank Indonesia selaku bank sentral berkewajiban melakukan pengawasan dan pengembangan terhadap bank syariah sesuai dengan 30
31
Indonesia.
Zainul. Dasar-Dasar. hal. 197-200. PBI Nomor: 2/9/PBI/2000 tanggal 23 februai 2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank
41
perundang-undangan yang berlaku, bahwa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berdasarkan sistem bunga tidak boleh dimanfaatkan oleh bank syariah. 32 Dan upaya untuk mendorong kepatuhan terhadap prinsip syariah, maka Bank Indonesia akan mendorong diterapkannya konsep pengaturan yang terintegrasi antara aspek keuangan dan kesyariahan. 33 Firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 29:
(٢٩ :)اﻟﻨﺴﺎء
☺
⌧
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
SWBI merupakan instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SWBI mempunyai karakteristik sebagai berikut: 34
32
Fatwa DSN No. 36/DSN-MUI/X/2002 tanggal 23 Oktober 2002 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) 138-139.
33
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, cet. Ke-1,(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal.
34
Gemala. Aspek-Aspek. hal. 113.
42
•
Merupakan tanda bukti penitipan dana berjangka pendek.
•
Diterbitkan oleh Bank Indonesia
•
Merupakan instrumen kebijakan moneter dan sarana penitipan dana sementara.
•
Bank dapat memberikan bonus atas transaksi penitipan dana.
2) Fasilitas pembiayaan jangka pendek bagi bank syariah (FPJPS) Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi risiko likuiditas yaitu beupa kesulitan pendanaan jangka pendek, dan ini disebabkan ketidaksesuaian antara arus masuk dibandingkan dengan arus dan keluar (missmatch). Kesulitan pendanaan jangka pendek tersebut dapat mengakibatkan terjadinya saldo giro bank syariah pada Bank Indonesia menjadi negatif. Untuk menutup kesulitan pendanaan yang bersifat jangka pendek, pada dasarnya bank syariah pertama-tama harus mengupayakan dana di pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah, dengan menggunkan berbagai instrumen pasar uang yang tersedia di pasar uang tersebut. 35 FPJPS mempunyai tujuan yaitu sebagai penyediaan plafon pendanaan yang hanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka
35
Zainul. Dasar-Dasar. hal.198-199.
43
pendek 36 . Fasilitas pembiayaan tersebut di atas, yang diberikan dalam bentuk FPJPS wajib dijamin dengan agunan berupa Setifikat Wadiah Bank Indonesia, dan/atau surat berharga, dan/atau tagihan lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Fasilitas FPJPS hanya diberikan kepada bank syariah yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek namun memenuhi persyaratan tingkat kesehatan dan permodalan (illiquid but solvent). 37
c. Pedoman Syariah 38 Para bankir Islam harus memperhatikan beberapa ketentuan syariah yang harus menjadi pedoman, antara lain sebagai berikut: 1) Uang tidak boleh menghasilkan apa-apa; uang hanya akan berkembang apabila diinvestasikan pada kegiatan ekonomi riil (tangible economic activity) dan sesuai dengan ketentuan syariah. 2) Keberhasilan kegiatan ekonomi diukur dengan return on investment (ROI); return ini hanya boleh diestimasikan tapi tidak boleh ditentukan terlebih dahulu di depan.
36
Gemala. Aspek-Aspek. hal. 114.
37
Zainul. Dasar-Dasar. hal. 199.
38
Zainul. Dasar-Dasar. 196.
44
d. Masalah Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah 39 Salah satu kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan Islam adalah kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien. Hal itu terlihat pada beberapa gejala, antara lain: 1) Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana yang diterimanya. Dana-dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga mengurangi rata-rata pendapatan mereka. 2) Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada penarikan dana dalam situasi kritis. Akibatnya bank-bank Islam menahan alat likuidnya dalam jumlah yang lebih besar daripada rata-rata perbankan konvensional. Pada umumnya bank Islam mengalami dua macam kendala bila dibandingkan dengan bank konvensional, yaitu: 1) Kurangnya akses untuk memperoleh dana likuiditas dari Bank Sentral (kecuali hanya di beberapa negara Islam saja); dan 2) Kurangnya akses ke Pasar Uang (Money Market) sehingga bank Islam hanya dapat memelihara likuiditas dalam bentuk kas.
39
Zainul. Dasar-Dasar. 194.
45
Untuk mengatasi masalah tersebut kebanyakan pengelola bank syariah masih harus memilih salah satu atau beberapa pilihan yang bersifat darurat, yaitu: 1) Menolak mengambil bunga 2) Mengambil bunga dan menggunakannya untuk tujuan sosial berdasarkan fatwa 3) Menginvestasikannya pada emas dan/atau logam mulia lainnya secara tunai dan melakukan kontrak berjangka (forward contract) 4) Membiarkan diri kehilangan kesempatan di Pasar Uang dan menyimpan dananya di bank konvensional tanpa menerima bunga sebagai imbangan dari servis yang diperolehnya.
BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TBK DAN PT. BANK SYARIAH BUKOPIN A. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. 1. Sejarah Singkat 1 PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabiu’ Tsani 1412 H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini 1
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile, tanggal 28 Juni 2010.
44
diakses
pada
45
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru
Muamalat,
ditunjang
oleh
kepemimpinan
yang
kuat,
strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
46
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk
47
meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong). 2. Visi dan Misi 2 a. Visi Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional. b. Misi
2
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2008, (Jakarta: Bank Muamalat Indonesia, 2008), h. 1.
48
Menjadi Role Mode di Lembaga Keuangan Syariah di dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai pada stakeholder. 3. Struktur Organisasi a. Dewan Pengawas Syari’ah: 3 1) K.H. Ma'ruf Amin (Ketua) 2) Prof. Dr. Muardi Chatib (Anggota) 3) Prof. Dr. Umar Shihab (Anggota) b. Dewan Komisaris: 4 1) Widigdo Sukarman (Presiden Komisaris) 2) Irfan Ahmed Akhtar (Komisaris) 3) Abdulla Saud Abdul Azis Al-Mulaifi (Komisaris) 4) Sultan Mohammed Hasan Abdulrauf (Komisaris) 5) Emirsyah Satar (Komisaris) 6) Andre Mirza Hartawan (Komisaris) c. Dewan Direksi: 5 1) Ir. H. Arviyan Arifin (Direktur Utama) 3
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/supervisor, diakses tanggal 28 Juni 2010.
pada
4
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/boc , diakses pada tanggal 28 Juni 2010. 5
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/bod , diakses pada tanggal 28 Juni 2010.
49
2) Ir. H. Andi Buchari, MM (Direktur) 3) Ir. Luluk Mahfudah (Direktur) 4) Farouk Abdullah Alwyni, MA, MBA (Direktur) 5) Adrian A. Gunadi, SE, MBA (Direktur)
4. Produk dan Jasa 6
a. Produk Penghimpunan Dana 1) Shar-e adalah tabungan instan Investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat dibeli di kantor layanan Bank Muamalat juga di Kantor Pos Online di seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp. 125.000, langsung dapat diperoleh satu paket kartu Shar-e dengan saldo awal tabungan Rp. 100.000. Shar-e adalah sarana menabung dan berinvestasi di Bank Muamalat dan diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif. 2) Tabungan Ummat, Merupakan investasi tabungan dengan akad Mudharabah di kantor layanan Bank Muamalat di seluruh Indonesia yang penarikannya dapat dilakukan secara bebas biaya di seluruh counter
Bank
Muamalat,
ATM
Muamalat,
jaringan
ATM
BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan 6
Bank Muamalat Indonesia,. Laporan Tahunan 2009. hal.106-112.
50
Kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Selain itu, nasabah tabungan Ummat akan memperoleh bagi hasil yang kompetitif perbulannya. 3) TabunganKu, Merupakan tabungan bebas biaya administrasi bulanan yang dapat diakses dengan mudah dan murah. Nasabah cukup menyediakan dana Rp 20.000 untuk dapat memiliki rekening TabunganKu. Nasabah TabunganKu dapat menyetor di seluruh kantor cabang dan menarik di kantor cabang Bank Muamalat secara bebas biaya. 4) Tabungan Haji Arafah dan Arafah Plus, Merupakan tabungan yang ditujukan bagi nasabah yang berencana untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa secara cuma-cuma nasabah akan mendapat penggantian sebesar selisih nilai biaya Ibadah Haji (BPIH) dengan saldo tabungan melalui ahli waris manakala meninggal dunia. Tabungan haji Arafah juga menjamin Nasabah untuk memperoleh porsi keberangkatan karena Bank Muamalat telah terhubung on-line dengan Siskohat Departemen Agama. 5) Deposito Mudharabah, Merupakan jenis investasi syariah bagi nasabah perorangan dan badan hukum yang memberikan bagi hasil
51
yang optimal. Dana nasabah yang disimpan pada Deposito Mudharabah akan dikelola melalui pembiayaan kepada berbagai jenis usaha sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan dengan pilihan mata uang dalam rupiah dan USD. Deposito Mudharabah dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan juga dapat dijadikan jaminan pembiayaan di Bank Muamalat. 6) Deposito Fulinves, Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan. Deposito Fulinves memiliki keunggulan perlindungan asuransi jiwa secara cuma-cuma dan dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan di Bank Muamalat. Deposito Fulinves memberikan bagi hasil setiap bulan yang optimal. 7) Giro Wadi’ah, Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan aplikasi pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Fasilitas khusus giro perorangan, nasabah akan mendapat kartu ATM dan Debit, tarik tunai bebas biaya di
52
seluruh jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama serta akses di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA. 8) Kas Kilat, adalah layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari Malaysia ke keluarga di tanah air melalui rekening tabungan Shar-e. Layanan kas kilat bekerja sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad membantu nasabah mengirimkan uang secepat kilat dari Malaysia ke Indonesia. 9) Dana Pensiun Muamalat, dapat diikuti oleh mereka yang berusia 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45- 65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp. 50.000 perbulan dan pembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari bank lain. b. Produk Pembiayaan 1) Murabahah Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif. 2) Salam Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. Konsep Salam cocok untuk pembiayaan di bidang pertanian.
53
3) Istishna’ Adalah jual beli dimana produsen (shaani’) ditugaskan untuk membuat suatu barang pesanan dari pemesan (mustashni’). Istishna’ mirip dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya, pembayaran Istishna’ dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan. Konsep Istishna’ cocok untuk pembiayaan pembangunan property dan penyediaan barang atau aset yang memiliki kriteria spesifik. 4) Musyarakah Adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, pekerjaan atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi. 5) Musyarakah Mutanaqisah Adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya. Konsep ini dapat digunakan untuk pembelian rumah, melalui pengajuan pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah (KPR) Syariah Baiti Jannati. 6) Mudharabah Adalah kerja sama antara dua pihak dimana salah satu pihak (Bank) bertindak sebagai penyedia dana (shahibul maal), dan
54
pihak lain (nasabah) bertindak sebagai pengelola usaha (mudharib). Dalam hal ini, Bank menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk dikelola.
Pembiayaan
Mudharabah
banyak
digunakan
untuk
pembiayaan proyek atau usahausaha yang memiliki proyeksi dan pencatatan pendapatan dan biaya usaha yang definitif. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi. 7) Ijarah Adalah perjanjian antara Bank sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan nasabah selaku penyewa (musta’jir) atas suatu barang atau aset milik Bank. Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang atau aset yang disewakannya. 8) Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) Adalah perjanjian antara Bank sebagai pemberi sewa (Mu’ajjir) dengan nasabah selaku penyewa (Musta’jir). Dengan konsep IMBT, nasabah (penyewa) setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut dari pemberi sewa. Pembiayaan Ijarah dan IMBT umumnya digunakan untuk pembiayaan investasi alat-alat berat. 9) Qardh Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari Bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria
55
tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukandalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. Konsep ini dapat digunakan untuk Pembiayaan Dana Talangan Haji. c. Produk Jasa 1) Perwakilan (Wakalah) Berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Secara teknis perbankan, wakalah adalah akad pemberian wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu tertentu. Segala hak dan kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberikan kuasa. Prinsip wakalah biasa digunakan untuk layanan L/C collection, agency, dan arranger sindikasi pembiayaan. 2) Penjaminan (Kafalah) Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Konsep kafalah biasa digunakan untuk layanan Bank Garansi.
56
3) Penanggungan (Hawalah) Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain, merupakan pemindahan beban hutang dari pihak yang berutang (muhil) menjadi tanggungan pihak yang berkewajiban membayar hutang (muhal’alaih). 4) Gadai (Rahn) Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana, rahn adalah perikatan jaminan hutang atau gadai. d. Jasa Layanan 1) ATM Layanan ATM 24 jam yang memudahan Nasabah melakukan penarikan dana tunai, pemindahbukuan, transfer antar Bank, pemeriksaan saldo, pembayaran Zakat-Infaq-Sedekah (ZIS), dan tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu ATM Muamalat dapat diakses di seluruh ATM Muamalat, ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, secara bebas biaya di seluruh Indonesia. Kartu ATM Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di seluruh merchant Debit BCA/PRIMA. 2) SalaMuamalat Merupakan layanan phone banking 24 jam dan call center yang dapat diakses melalui nomor telepon (021) 2511616, dan
57
0807 1 MUAMALAT. SalaMuamalat memberikan kemudahan kepada nasabah, setiap saat dan dimanapun nasabah berada untuk memperoleh informasi
mengenai
produk,
saldo
dan
informasi
transaksi,
pemindahbukuan antar rekening pembayaran, serta mengubah PIN. 3) Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Jasa yang memudahan Nasabah dalam membayar Zakat-Infaq-Sedekah (ZIS), melalui kantor dan ATM Bank Muamalat, baik ke lembaga pengelola ZIS Bank Muamalat maupun ke lembaga-lembaga ZIS lainnya yang bekerjasama dengan Bank Muamalat. Nasabah juga dapat membayar (ZIS), melalui layanan SalaMuamalat. 4) Jasa-jasa lain Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa perbankan lainnya kepada masyarakat luas, seperti transfer, collection, standing instruction, bank draft, referensi bank.
B. PT. Bank Syariah Bukopin 1. Sejarah Singkat 7 PT Bank Syariah Bukopin dahulu bernama PT. Bank Persyarikatan Indonesia (BPI), didirikan berdasarkan Akta No. 102 tertanggal 29 Juli 1990 dengan nama PT. Bank Swansarindo Internasional yang dibuat dihadapan Dr. Widjojo Wilami, SH., Notaris di Samarinda. Dalam perkembangannya, PT Bank Persyarikatan Indonesia (BPI) yang merupakan bank umum tersebut 7
Bank Syariah Bukopin, Laporan Tahunan 2009, (Jakarta: Bank Syariah Bukopin, 2009), hal. 6-7.
58
kemudian diakuisisi oleh PT Bank Bukopin Tbk untuk dikembangkan menjadi sebuah bank syariah yang kini menjadi PT Bank Syariah Bukopin (BSB). Dalam praktiknya, PT Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan
kegiatan
usaha
berdasarkan
prinsip
Syariah
setelah
memperoleh izin operasi Syariah dari Bank Indonesia (BI) pada 27 Oktober 2008. Selanjutnya, pada 11 Desember 2008, PT Bank Syariah Bukopin diresmikan oleh M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia (periode 2004-2009). Komitmen penuh dari PT Bank Bukopin Tbk sebagai pemegang saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam rangka untuk menjadikan PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah dengan pelayanan terbaik. Pada semester kedua 2009, tepatnya, 10 Juli 2009, melalui Surat Persetujuan Bank Indonesia (BI), PT Bank Bukopin Tbk telah mengalih kan Hak dan Kewajiban Unit Usaha Syariah-nya ke dalam badan usaha PT Bank Syariah Bukopin. Dalam bisnisnya, PT Bank Syariah Bukopin memposisikan sebagai bank yang fokus pada pembiayaan usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan segmentasi usaha pendidikan, kesehatan, konstruksi, dan perdagangan. Selain hal tersebut, PT Bank Syariah Bukopin juga melakukan penghimpunan dana dari masyarakat (individu-individu) dan perusahaanperusahaan yang ada di Tanah Air. PT Bank Syariah Bukopin telah memiliki Kantor Pusat, 7 Kantor Cabang (KC), 4 Kantor Cabang Pembantu (KCP), dan 29 Kantor Layanan Syariah
59
(KLS) yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Dengan dukungan infrastruktur dan sumber daya insani (SDI) yang profesional dan dapat diandalkan, PT Bank Syariah Bukopin selalu siap melayani kebutuhan Anda di mana pun berada. 2. Visi dan Misi 8 a. Visi Menjadi Bank Syariah Pilihan dengan Pelayanan Terbaik. b. Misi -
Memberikan pelayanan terbaik pada nasabah
-
Membentuk sumber daya insani yang profesional dan amanah
-
Memfokuskan pengembangan usaha pada sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil & Menengah)
-
Meningkatkan nilai tambah kepada stakeholder
3. Struktur Organisasi a. Dewan Pengawas Syariah 1) Prof. DR. H.M. Din Syamsudin, MA (ketua) 2) DR H. Anwar Abbas, MA., M.Ag (anggota) 8
Bank Syariah Bukopin. Laporan Tahunan 2009. hal. 3.
60
3) H. Ikhwan Abidin Basri, MA., M.Sc (anggota) b. Dewan Komisaris 1) Ir. Harry Harmono Busiri (Komisaris Utama) 2) DR. Hajriyanto Y. Thohari, MA (Komisaris Independen) 3) Prof. DR. Bambang Setiaji, M.Sc (Komisaris Independen)
c. Dewan Direksi 1) Riyanto (Direktur Utama) 2) Tantri Indrawati (Direktur Pelayanan dan Consumer) 3) Djoni Edward (Direktur Kepatuhan) 4) Eriandi (Direktur Bisnis)
4. Produk dan Jasa 9 a. Pendanaan 1) Tabungan iB Siaga, yaitu simpanan dalam mata uang rupiah yang penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu.
9
http://www.syariahbukopin.co.id/index.php?app=list_produk&a=4&b=0 , diakses pada tanggal 26 Juli 2010
61
2) Tabungan iB Rencana, yaitu jenis tabungan berjangka dengan potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang, sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa gratis. 3) Tabungan iB SiAga Bisnis, yaitu tabungan yang menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah, sehingga nasabah memperoleh kepastian bagi hasil. 4) Tabungan iB Haji, yaitu simpanan untuk perorangan dalam bentuk mata uang rupiah yang mempunyai rencana menunaikan ibadah Haji atau Umroh. 5) Giro iB, yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau sarana perintah pembayaran lainnya atau melalui pemindahbukuan lainnya. 6) Deposito iB, yaitu jenis simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara deposan dengan pihak bank. 7) TabunganKu
iB,
yaitu
tabungan
untuk
perorangan
dengan
persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. b. Pembiayaan
62
1) Murabahah, yaitu jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keutungan yang disepakati. 2) iB Pemilikan Mobil, yaitu fasilitas pembiayaan yang digunakan untuk pembelian kendaraan roda empat sebagai kendaraan pribadi. 3) iB Pemilikan Rumah, yaitu pembiayaan untuk pemilikan rumah tinggal, ruko, rukan, apartemen atau rumah peristirahatan (vila) baik kondisi baru maupun lama dan prioritas pembiayaan untuk kepemilikan pertama dan ditempati sendiri. 4) Musyarakah, yaitu kerjasama 2 pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dan atau karya/keahlian dengan kesepakatan keuntungan dan resiko menjadi tanggungan bersama sesuai kesepakatan. 5) Mudharabah, yaitu kerjasama antara pemilik modal dan pengelola untuk suatu usaha tertentu dengan kesepakatan bagi hasil. 6) Mudharabah
Muqoyyadah,
pembiayaan
yang
diinvestasikan
nasabah/pemilik dana khusus untuk bisnis tertentu dengan syaratsyarat yang telah ditetapkan oleh nasabah. 7) K3A Pola Syariah, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh Bank Bukopin Syariah (bank) kepada Koperasi Karyawan (kopkar), Koperasi Pegawai, Koperasi Pegawai Negeri (KPN) atau koperasi sejenis lainnya yang diteruskan kepada anggotanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
63
8) KKPA-Relending Syariah, pembiayaan dengan prinsip syariah dalam bentuk investasi dan modal kerja kepada koperasi primer untuk diteruskan kepada anggotanya dengan sumber dana berasal dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang dikelola oleh PT. Permodalan Nasional Madani (PNM). 9) Qordh, yaitu fasilitas pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. 10) Talangan Haji, yaitu fasilitas pinjaman yang diberikan kepada penabung SiAga Haji yang sudah mencapai nilai tabungan dalam jumlah tertentu dan memenuhi persyaratan lainnya untuk mendapatkan kepastian pemberangkatan haji. 11) iB Jaminan Tunai, yaitu pemberian pembiayaan dengan jaminan cash collateral yang ada di Bank Syariah Bukopin dan diblokir sampai dengan pembiayaan lunas. 12) iB Istishna Pararel, yaitu pembiayan yang digunakan untuk jual beli dimana bank (penjual) memesan barang kepada pihak lain (produsen) untuk menyediakan barang sesuai dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati nasabah (pembeli) dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. c.
Jasa
64
1) ATM SiAga Syariah, yaitu fasilitas layanan kepada nasabah untuk melakukan transaksi perbankan dengan perangkat mesin ATM (Automated Teller Machine) yang dimiliki atau ditunjuk oleh Bank Bukopin. 2) SiAga Visa Electron Syariah, yaitu Jasa yang diberikan kepada nasabah untuk dapat melakukan transaksi belanja dan transaksi lainnya di merchant atau ATM yang berlogo VISA atau VISA Electron. 3) SMS Banking Syariah Bukopin, yaitu Fasilitas layanan kepada nasabah untuk melakukan transaksi perbankan dengan berbasis teknologi seluler. 4) Internet Banking Syariah Bukopin, yaitu Fasilitas layanan kepada nasabah untuk melakukan transaksi perbankan dengan menggunakan Internet.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. Strategi Pengelolaan Dana Giro Wadi’ah yang Dilakukan oleh PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk dan PT. Bank Syariah Bukopin. Konsep strategi pengelolaan dan Giro Wadi’ah yang dipraktikkan di Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin berbeda. Berikut perbedaan strategi pengelolaam dana Giro Wadi’ah Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin: Bagian Konsep strategi
Bank Muamalat 1 Konsep
Bank Syariah Bukopin 2
strategi Sedangkan,
pengelolaan
dana
Giro memfokuskan
Wadi’ah Bank Muamalat kepada difokuskan
lebih
strateginya
keduanya,
yaitu
untuk untuk pertumbuhan DPK
meningkatkan
dan peningkatan ekspansi
petumbuhan daripada
BSB
DPK usaha. peningkatan
ekspansi usahanya.
1
Hasil wawancara pribadi dengan Bagian Officer Operation Bank Muamalat, Hardiansyah, tanggal 6 Agustus 2010di Jakarta. 2
Hasil wawancara pribadi dengan Kepala Divisi Pengembangan BSB dan Supervisi Bisnis Cabang BSB, Noor Cholis, tanggal 28 Juli 2010di Jakarta.
65
66
Penyaluran dana
Penyaluran
dana
giro Penyaluran
wadi’ah Bank Muamalat: a. Memberikan lebih
besar
wadi’ah
dana Bank
giro Syariah
porsi Bukopin: untuk a. Bank menyalurkan ke
pembiayaan
jangka
pembiayaan,
waktu
pendek
proporsi 15%-25% dari
daripada pembiayaan
total DPK. Dan bank
jangka panjang, yaitu
memberikan
untuk
besar
giro
proporsi
dengan 20%-30%
proporsi untuk
pembiayaan
dengan
jangka waktu panjang
dari total DPK. b. Bank
dengan
Memenuhi
daripada
pembiayaan
GWM pada BI Per 31
dengan jangka waktu
Desember
pendek.
2009
GWM sebesar 5,25% b. akan
me-maintain
dari dana pihak ketiga
dananya
dalam
rekening giro (GWM)
mata
uang
dalam
Rupiah dan sebesar
di
1,61% dari dana pihak
sebesar 5% menurut
ketiga
ketentuan
dalam
uang asing.
mata
Bank
ke
Indonesia.
Indonesia,
Bank
67
c. Jika
bank
masih c. Bank
mempunyai dana idle
mengiinvestasikan
yang lebih, maka bank
dananya di Pasar Uang
akan mengelola dana
Antar
tersebut
dalam
(PUAS) dan bank akan
sukuk, sesuai dengan
menoreh instrumennya
kebijakan
yaitu
ke
treasury
Bank Muamalat
Bank
Syariah
dalam
sertifikat
bentuk Investasi
Mudharabah
antar
Bank Syariah atau yang lebih dikenal dengan IMA. Atau membeli Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS) atau bisa juga dibelikan sukuk, akan tetapi tergantung dari treasury
BSB
itu
sendiri Pengumpulan dana
Dan
biasanya
Bank Sedangkan BSB Biasanya
Muamalat dalam menarik memberi
bonus
per
68
minat nasabahnya, bank annum/tahun
kepada
memberi Bonus per bulan nasabahnya,
dengan
dengan
proporsi
1-3% proporsi 1,5%-2%.
kepada nasabahnya.
Berdasarkan data di atas, maka penulis akan menganalisis strategi yang dilakukan oleh Bank Muamalat dan Bank Bukopin Syariah. 1. Konsep Strategi Pengelolaan Dana Giro Wadi’ah Menurut Soetanto (2008), Salah satu ciri khas industri perbankan adalah modal yang kecil dibandingkan dengan dana masyarakat yang dikelola. Ini artinya dana masyarakat terutama dalam bentuk giro menjadi sangat penting bagi bank untuk membiayai investasinya. Penurunan jumlah simpanan yang dapat menghilangkan kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan. 3 Berdasarkan teori di atas, strategi Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin yang meningkatkan pertumbuhan DPK. Karena, penurunan jumlah simpanan akan dapat menghilangkan kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan, ini dapat kita lihat dalam laporan neraca bank syariah, sumber dana yang dihimpun oleh bank tampak pada sisi pasiva neraca bank syariah. 3
Soetanto. Bank Strategy . hal. 277.
69
Oleh sebab itu, Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin lebih memfokuskan terlebih dahulu untuk peningkatan DPK masing-masing bank. Ini dapat dilihat dari ikhtisar laporan keuangan Bank Muamalat, dimana pertumbuhan DPK bank sebesar 32,19%, dari Rp 10,07 T pada tahun 2008 menjadi Rp 13,3 T pada tahun 2009. Sedangkan BSB dapat meningkatkan pertumbuhan DPK bank sebesar 553,31% dari Rp 194 M pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 1,27 T pada tahun 2009. Tabel 4.1 Ikhtisar Keuangan Bank Muamalat DalamMiliar Rupiah
2008 Audited
Pertumbuhan %
12.610,85 10.517,86 10.073,96
27,09
Dana Pihak Ketiga
16.027,18 11.428,01 13.316,90
8,66 32,19
Jumlah Ekuitas
898,04
941,09
22,80
Keterangan
2009 Audited Neraca
Total Aset Pembiayaan
Sumber: Laporan Tahunan Bank Muamalat 2009 (diolah)
70
Tabel 4.2 Ikhtisar Keuangan Bank Syariah Bukopin Dalam Rupiah
Keterangan
2009 Audited
2008 Audited
Pertumbuhan %
606.055.020.734 165.393.025.898 194.677.562.602 132.500.232.915
225,87 673,78 553,31 0.63
Neraca Total Aset Pembiayaan Dana Pihak Ketiga
Jumlah Ekuitas
1.974.947.633.237 1.279.783.535.602 1.271.855.366.501 133.331.233.872
Sumber: Laporan Tahunan BSB 2009 (diolah)
Berdasarkan laporan BI tentang perkembangan perbankan syariah, rata-rata pertumbuhan DPK perbankan syariah di Indonesia sebesar 37,7%. 4 Jika kita bandingkan dengan pertumbuhan DPK perbankan syariah di Indonesia, maka pertumbuhan DPK Bank Syariah Bukopin lebih unggul daripada Bank Muamalat. Dimana pertumbuhan DPK Bank Syariah Bukopin di atas rata-rata pertumbuhan DPK perbankan syariah di Indonesia, yaitu sebesar 553,31% dari 37,7%, sedangkan pertumbuhan DPK Bank Muamalat masih di bawah pertumbuhan DPK perbankan syariah di indonesia, yaitu sebesar 32,19%. 4
Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2009, hal. 64
71
Dan ini merupakan sebuah pencapaian yang baik bagi Bank Syariah Bukopin yang merupakan pemain BUS terbaru di industri perbankan syariah. Perkembangan terpenting ini adalah merupakan sebuah pencapaian dari proses spin off yang ditandai dengan penggabungan Unit-Unit Usaha (UUS) Bank Bukopin dan Bank Persyarikatan Indonesia (BPI). Namun disini terdapat perbedaan strategi bank dalam ekspansi usahanya. Berdasarkan hasil wawancara penulis, bahwasannya pada tahun 2009, Bank Muamalat lebih membatasi ekspansi usahanya, disebabkan fokus kebijakan bank meminimalisasi risiko kredit akibat dampak dari krisis. Selain itu faktor lain yang menyebabkan Bank Muamalat membatasi ekspansi usahanya, yaitu karena Pada tahun 2009 Bank Muamalat sedang dalam kondisi pergantian manajemen, sehingga ini mengakibatkan laju pertumbuhan usahanya tidak terlalu tinggi. Ini dapat dilihat dari tabel 4.1, dimana Bank Muamalat hanya dapat meningkatkan asetnya sebesar 27,09% dari tahun 2008 sebesar Rp 12,6 T meningkat pada tahun 2009 menjadi Rp 16,02 T, daripada periode tahun sebelumnya, dimana Bank Muamalat dapat meningkatkan asetnya sebesar 83,9% dari Rp 10,56 T pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp 12,6 T pada tahun 2008. Sedangkan Bank Syariah Bukopin lebih mengekspansi usahanya. Disebabkan langkah strategis yang ditempuh Bank Syariah Bukopin dengan pengembangan usaha berupa penggabungan Unit Usaha Syariah Bank
72
Bukopin ke dalam Bank Syariah Bukopin (BSB), karena dengan adanya spin off ini maka akan memperluas jaringan usahanya dengan adanya pembukaan kantor cabang yang baru. Ini dapat kita lihat pada tabel 4.2, dimana total aset Bank Syariah Bukopin meningkat sebesar 225,87% dari tahun 2008 sebesar Rp 606,05 M meningkat pada tahun 2009 menjadi Rp 1,974 T. Sedangkan dalam teori fungsi sumber dana bagi bank, yaitu sebagai : 1) Sebagai Alat Pembayaran Kegiatan Usahanya 2) Dana Berfungsi sebagai Sumber Likuiditas Bank 3) Sebagai Tolak-Ukur Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank yang Bersangkutan Dari hasil komparasi strategi pengelolaan dana Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin, menunjukkan bahwa konsep strategi yang digunakan oleh Bank Syariah Bukopin lebih efektif daripada Bank Muamalat. Karena dengan ekspansi usaha tersebut, maka Bank Syariah Bukopin dapat meningkatkan pendapatan bank sehingga ini akan memudahkan bank dalam mengatasi kebutuhan likuiditasnya, Ini dapat dilihat dari total aset yang terdapat pada Bank Syariah Bukopin lebih maksimal, dimana pertumbuhan total aset Bank Syariah Bukopin sebesar 225,87% dibandingkan dengan Bank Muamalat yang meningkat sebesar 27,09% dan oleh karena itu pula strategi yang digunakan Bank Syariah Bukopin lebih efektif daripada Bank
73
Muamalat.Dan selain itu Bank Syariah Bukopin akan mendapatkan kepercayaan masyarakat atas dana yang bank kelola.
2. Penyaluran dana giro wadi’ah Bank Syariah. Dalam penyaluran dana giro wadi’ah bank syariah, merupakan suatu strategi bank, agar dana yang disimpan oleh masyarakat di bank itu tidak di diamkan saja. Karena, prinsip perbankan syariah adalah menghindari alIktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarkat umum. Maka berdasarkan data yang penulis dapat di lapangan, penyaluran dana giro wadi’ah untuk Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukpoin, adalah; a. Untuk Bank Muamalat menyalurkan ke pembiayaan jangka pendek, dimana proporsi giro 20%-30% dari total DPK. Sedangkan Bank Syariah Bukopin lebih banyak menyalurkannya ke pembiayaan jangka panjang, dengan proporsi 15%-25% dari total DPK bank. Namun di sini harus diperhatikan oleh bank, bahwasannya tujuan untuk alokasi dana tersebut
74
selain mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dengan tingkat risiko yang rendah, bank juga harus dapat mempertahankan kepercayaan masyarakat. Agar nasabah dapat percaya bahwasannya dana yang mereka titipkan di bank tersebut dapat mereka ambil sewaktu-waktu. Berdasarkan data di atas, rata-rata proporsi giro wadi’ah pada bank yang disalurkan ke pembiayaan ini relatif lebih kecil. Karena jika bank memberikan proporsi giro wadi’ah yang lebih besar untuk di salurkan ke pembiayaan, maka ini akan menimbulkan risiko yang lebih besar juga bagi bank, walupun tingkat penghasilan yang didapat dari bank ini akan besar juga. Permasalahannya, jika bank mengalami keuntungan atas dana yang dimanfaatkan itu, maka itu akan menjadi milik sepenuhnya bank. Akan tetapi, jika bank mengalami kerugian, maka kerugian itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab bank. Jika ini terjadi maka citra bank akan berdampak negatif, seperti: 1) Nasabah tidak dapat mengambil dana giro wadi’ah-nya pada bank, karena kas bank negatif akibat dampak menanggung kerugian yang besar tersebut. 2) Kehilangan kepercayaan masyarakat atas pengelolaan dananya pada bank tersebut.
75
3) Dan dalam skala makro, ini akan mempengaruhi stabilitas ekonomi negara. Seperti kasus tahun 2008, dimana dunia dilanda krisis keuangan yang di akibatkan kredit macet. Oleh karena dana giro ini merupakan sebuah dana titipan saja, jadi dimungkinkan pemilik rekening giro sewaktu-waktu, walaupun pemilik rekening giro ini menitipkan dananya dengan jumlah yang besar. Jadi, disini bank harus berupaya mengatur pengelolaan dana giro wadi’ah-nya lebih baik, bukan hanya sekedar keuntungan besar saja yang dikejar tetapi kepercayaan masyarakat terhadap bank itulah hal terpenting. b. Selanjutnya, memenuhi Giro Wajib Minimum (GWM) pada BI. GWM adalah simpanan minimum bank dalam bentuk giro pada Bank Indonesia, yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia. 5 Ini merupakan sebuah ketentuan BI yang wajib dipenuhi oleh bank syariah dalam melaksanakan prinsip kehati-hatian bank dan berperan sebagai instrumen moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar. 6 Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6/21/PBI/2004 tanggal 3 Agustus 2004 sebagaimana telah diubah dengan peraturan Bank Indonesia No. 8/23/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, setiap bank diwajibkan
5
PBI No:2/7/PBI/2000 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum yang Melakukan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 6
Zainul, Dasar-Dasar, hal. 182.
76
memelihara Giro Wajib Minimum (GWM) dalam Rupiah dan valuta asing yang besarnya ditetapkan sebesar 5% dan 3% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing. Ketentuan ini diubah dengan peraturan Bank Indonesia No. 10/23/PBI/2008 tanggal 16 Oktober 2008 yang menetapkan GWM dalam valas sebesar 1%. Selain memenuhi ketentuan tersebut, jika Bank yang memiliki rasio pembiayaan dalam Rupiah terhadap dana pihak ketiga dalam Rupiah kurang dari 80% wajib memelihara tambahan GWM dalam Rupiah sebesar 1% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah.
Rumus perhitungan GWM; 7 GWM Rupiah = 5% x DPKt-2 GWM Valas = 1% x DPKt-2 Keterangan: GWM
= Giro Wajib Minimum
DPKt-2
= Rata-rata harian jumlah DPK bank dalam satu masa laporan untuk periode dua masa laporan sebelumnya.
7
Zainul, Dasar-Dasar, hal. 183.
77
Berdasarkan strategi pengelolaan dana giro wadi’ah, GWM Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin dari dana pihak ketiga dalam rupiah, rata-rata dikisaran 5%. Sedangkan GWM Bank Muamalat dari pihak ketiga dalam valuta asing sebesar 1,61%, berbeda dengan Bank Syariah Bukopin yang belum mempunyai produk giro untuk valuta asing. c. Dan yang terakhir adalah penyaluran dana ke dalam bentuk investasi. Dalam hal ini bank harus dapat menginvestasikan dana yang ada seoptimal mungkin, namun dana tersebut tetap dapat ditarik sewaktuwaktu. Sehingga penyaluran dana dalam bentuk invetasi menjadi sangat perlu bagi bank, walaupun tingkat penghasilannya masih rendah di bandingkan jika di salurkan melalui pembiayaan. Berdasarkan data yang penulis dapat, Bank Muamalat menyalurkan dana investasinya melalui sukuk atau sesuai dengan kebijakan tresuri bank. Dengan menginvestasikan dana bank ke dalam sukuk, maka Bank Muamalat memenuhi kebutuhan bank-nya dan ini merupakan langkah yang baik bagi bank Karena; 1) Dengan investasi pada sukuk, maka bank akan mendapatkan laba dengan tingkat risiko yang rendah sehingga ini akan menjamin ketersediaannya likuiditas bagi bank. Karena bank tidak mungkin
78
dapat menarik nasabahnya atau meningkatkan jumlah nasabahnya, jika bank tidak dapat mengembalikan dana yang disimpan nasabah pada bank tersebut, oleh sebab itu bank harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi dalam mengelola dana masyarakat tersebut, karena ini dapat menambah tingkat kepercayaan kepada bank. 2) Bank telah membantu penyebar-luasan akan prinsip syariah. dengan masuknya bank untuk menginvestasikan dananya ke dalam sukuk, maka bank juga telah mendukung instrumen Pasar Uang Berbasis Syariah, dan ke depannya ini akan menciptakan instrumen Pasar Uang berbasis syariah yang baru. Untuk saat ini juga bank-bank Islam butuh pengembangan instrumen keuangan yang berbasis syariah, karena Bank Syariah tidak menginvestasikan dananya yang berbasis bunga Begitu pula dengan Bank Syariah Bukopin, yang mempunyai banyak penyaluran dananya ke dalam investasi, seperti; 1) Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS), adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah dengan Tingkat Indikasi Imbalan PUAS adalah rata-rata
79
tertimbang tingkat indikasi imbalan sertifikat investasi mudharabah antarbank yang terjadi di PUAS. 8 Namun sayangnya, BUS dan UUS lebih suka menempatkan dananya di Bank Indonesia daripada di PUAS. Hal ini dipertegas dengan data bank penanam dana terbesar di PUAS yang masih didominasi oleh bank konvensional meskipun juga terdapat BUS/UUS yang memiliki kelebihan likuiditas yang seharusnya dapat ditempatkan di PUAS. 9 2) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Ketentuan tentang SBIS diterbitkan dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka dalam upaya mendukung tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter yang bermuara pada terpenuhinya tujuan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.SBIS ditujukan sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah. 3. Penghimpunan Dana
8
PBI No:2/7/PBI/2000 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum yang Melakukan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 9
Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2009, hal. 67.
80
Pemberian bonus adalah strategi bank, yang menurut penulis tujuannya agar dapat menarik minat calon nasabah. Pemberian bonus ini tidak diwajibkan oleh bank untuk diberikan kepada nasabah, karena bank tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau keuntungan apa pun kepada pemegang rekening giro wadi’ah. Sebaliknya, nasabah pemegang rekening sebaiknya tidak mengharapkan atau meminta imbalan atas dana yang mereka simpan di rekening giro wadi’ah, karena ini akan menyebabkan timbulnya riba atas imbalan yang dijanjikan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN NO: 01/DSNMUI/IV/2000, bahwasannya ketentuan Umum Giro berdasarkan Wadi’ah, bahwasannya Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank. Biasanya Bank Muamalat memberikan bonus kepada nasabahnya per bulan dengan proporsi 1%-3%, sedangkan Bank Syariah Bukopin biasanya memberikan bonus kepada nasabahnya per tahun/annum dengan proporsi 1,5%-2%. Berdasarkan data tersebut, maka Bank Muamalat lebih efektif dalam strategi pengumpulan dananya daripada Bank Syariah Bukopin, ini dapat dilihat pemberian bonus bank per bulan kepada nasabahnya. Sehingga ini sangat menarik minat nasabah untuk membuka rekening giro wadi’ah-nya di Bank Muamalat.
81
B. Kendala yang Dihadapi dari Strategi Pengelolaan Dana Giro Wadi’ah yang
Diterapkan Oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. dan PT. Bank Syariah Bukopin. 1. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Kendala yang yang dihadapi Bank Muamalat untuk tahun 2009, yaitu: 10 a. Adanya perubahan direksi baru Bank Muamalat. Sehingga manajemen Muamalat belum dapat mengimplementasikan strategi pengelolaan dana Giro Wadia’ah secara optimal. Dan Direksi baru Bank Muamalat tersebut dapat efektif kembali pada bulan oktober, setelah BI menetapkan dan mensah-kan Direksi baru untuk Bank Muamalat Indonesia dengan manajemen barunya. Selama tahun 2009, Bank Muamalat mengalami penurunan dalam pembiayaannya, tetapi itu dapat ditutupi dengan peningkatan DPK, karena selama perubahan direksi tersebut Muamalat hanya dapat mengejar pertumbuhan DPK. b. Selanjutnya kendala yang di hadapi Muamalat adalah kompetitor. Dengan kemajuan industri perbankan syariah yang sangat kompetitif ini, maka muamalat harus dapat bersaing sesuai dengan perkembangan zaman yaitu, dengan meningkatkan fasilitas dan layanan yang ada pada Muamalat. 10
Hasil wawancara pribadi dengan Bagian Officer Operation Bank Muamalat, Hardiansyah, tanggal 6 Agustus 2010di Jakarta.
82
Salah satunya adalah Bank Muamalat sekarang sudah menjadi anggota Intercity, yaitu pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta serta perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Lalu bank harus selalu memberikan terobosan baru terhadap produknya, untuk dapat menarik minat nasabahnya. Sehingga akan meningkatkan pertumbuhan produk Giro Wadi’ah, yaitu salah satunya dengan memberi bonus kepada nasabah Giro Wadi’ah Muamalat, namun bonus ini tergantung dari kebijakan tresuri muamalat itu sendiri, karena bonus tersebut tidak boleh diperjanjikan di muka. Dan biasanya muamalat memberikan bonusnya dengan proporsi antara 1-3% per bulan. c. Sosialisasi. Kendala ini yang masih menjadi kendala bagi perbankan syariah saat ini, karena untuk saat ini masih banyak nasabah yang belum mengetahui pengertian dari bank syariah terutama dengan produknya. Menurut Zainuddin Ali dalam bukunya Hukum Perbankan Syariah, ada beberapa tantangan dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para nasabah potensial sebagai berikut: 11 1) Jumlah penduduk yang besar dan tersebar luas secara geografis dengan latar belakang yang beragam, 2) Upaya untuk mendidik masyarakat membutuhkan dana dan sumber daya lainnya yang cukup besar, 11
Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, hal. 83.
83
3) Dana promosi yang terbatas dari para stakeholder dalam industri perbankan syariah karena masih kecilnya skala operasional industri tersebut. Sehingga dalam sosialisasi dalam industri perbankan syariah ini, maka Bank Indonesia dan seluruh elemen lembaga keuangan syariah lainnya harus dapat mempelajari faktor-faktor penentu keberhasilan yaitu melalui upaya edukasi kepada publik secara terencana dan terkordinasi. 2. PT. Bank Syariah Bukopin. Kendala yang dihadapi Bank Syariah Bukopin untuk saat ini masih bisa dikelola oleh manajemen Bank Syariah Bukopin, walaupun BSB merupakan salah satu Bank Umum Syariah yang baru tetapi tata kelola perusahaan mereka cukup baik dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Untuk
tahun
2009,
kendala
yang
dihadapi
BSB
dalam
mengimplementasikan strategi pengelolan dana Giro Wadiah-nya, antara lain: yang pertama, karena persaingan industri perbankan syariah yang makin ketat, maka bank mendapatkan kendala dalam meningkatkan nasabah giro wadiah. Sehingga bank harus bekerja
keras lagi dalam melakukan strategi
pemasarannya, yaitu; a. Bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar untuk pembayaran gaji. Sehingga perusahaan akan membuka rekening giro di BSB dan nanti bank akan memindahbukukan ke rekening tabungan karyawan.
84
b. Cash Management, yaitu pengelolaan kas uang tunai perusahaanperusahaan besar. c. Dan memberikan bonus per tahun kepada nasabah rekening Giro Wadi’ah-nya, sesuai dengan kebijakan tresuri BSB. Karena bonus tidak diperjanjikan di depan muka. Lalu yang kedua, kendala terhadap NPF (Non Performing Financing) BSB yang masih relatif tinggi, yakni 5,5% per oktober 2009, sehingga perlu mendapat perhatian dari bank untuk mengatasi permasalahan ini. 12 Tingkat rasio NPF yang relatif tinggi menunjukkan besarnya jumlah pembiayaan atau kredit macet yang dihadapi oleh Bank Syariah Bukopin. Hal ini dapat berdampak negatif pada likuiditas Bank Syariah Bukopin.
12
Hasil wawancara pribadi dengan Kepala Divisi Pengembangan BSB dan Supervisi Bisnis Cabang BSB, Noor Cholis, tanggal 28 Juli 2010di Jakarta.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian penulis, menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Jadi, secara keseluruhan konsep strategi pengelolaan dana Giro Wadi’ah yang digunakan oleh Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin, sebagai berikut: a. Konsep strategi pengelolaan dana produk Giro Wadi’ah yang dilakukan Bank Muamalat digunakan untuk men-drive agar pertumbuhan DPK terutama giro bisa naik sedangkan pembiayaan tahun 2009 lebih diarahkan pada perbaikan kualitas daripada upaya ekspansi,dan b. Bank bukopin konsep strategi Giro Wadi’ah yang diterapkannya dengan menganut
sistem Full
Fund,
sehingga
Bank
Syariah
Bukopin
mengekspansi pertumbuhan DPK dan pembiayaannya. Jadi, ketika pertumbuhan DPK meningkat maka pertumbuhan pembiayaan pun meningkat. 2. Berdasarkan hasil penelitian penulis, kendala yang dihadapi Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin secara garis besar selama tahun 2009 dalam mengimplementasikan strategi Giro Wadi’ahnya serta cara mengantisipasi kendala tersebut, sebagai berikut:
84
85
a. Kompetitor. Selama 2009, jumlah pemain perbankan syariah justru bertambah dengan masuknya Bank Umum Syariah (BUS) baru dan Unit Usaha Syariah (UUS). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada akhir 2009,terdapat 6 BUS, 25 UUS, dan 139 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). b. Sosialisasi. Karena masih banyak masyarakat yang belum mengerti dengan sistem kerja bank syariah, khususnya untuk masyarakat menengah ke bawah. Ini karena mereka beranggapan bahwa pinjaman yang diberikan oleh Bank Syariah tersebut adalah sodaqoh. Dan ini yang menyebabkan NPF bank syariah menjadi tinggi.
86
B. Saran 1. Di tengah maraknya industri perbankan syariah saat ini dengan bertambahnya jumlah pemain perbankan syariah, maka akan menjadikan industri perbankan syariah saat ini akan sangat kompetitif dan ketat. Sehingga penulis menyarankan khususnya kepada Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin untuk membuat inovasi-inovasi baru terhadapa produk Giro Wadi’ahnya dengan tidak bertentangan prinsip syariah. 2. Meningkatkan sosialisasi produk perbankan syariah serta keunggulankeunggulannya, khususunya untuk produk Giro Wadi’ah pada masyarakat melalui seminar-seminar, pelatihan-pelatihan maupun penyuluhan kepada masyarakat, baik melalui media masa, elektronik maupun dilakukan secara langsung kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih jelas membedakan antara bank syariah dan bank konvensional. 3. Dalam rangka meningkatkan jumlah dana rekening Giro Wadi’ah maka promosi terhadap produk ini perlu digalakkan dari waktu ke waktu. Dan dalam penyaluran pembiayaannya, bank dapat menjadi intermediary institution, yang mana dana masyarakat untuk masyarakat. Sehingga konsep maslahat dan asas keadilan dapat dijunjung tinggi untuk mensejahterahkan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, keseimbangan antara memaksimalkan
87
keuntungan dan pemenuhan prinsip syariah menjadi hal yang mendasar bagi kegiatan operasional Bank Syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia. Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Cet. Ke-1. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2009. cet. Ke-7. ____________. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006. cet. Ke-4. Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008. edisi pertama. Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2009. Jakarta: Bank Indonesia, 2009. Bank Indonesia. PBI No.2/7/PBI/2000 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum yang Melakukan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Bank Muamalat Indonesia. Laporan Tahunan 2009. Jakarta: Bank Muamalat Indonesia, 2009. Bank Syariah Bukopin. Laporan Tahunan 2009. Jakarta: Bank Syariah Bukopin, 2009. Cholis, Noor. Kepala Divisi Pengembangan dan Supervisi Bisnis Cabang BSB. Wawancara pribadi. Jakarta, 28 Juli 2010. Dewan Syariah Nasional- MUI. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 01/DSNMUI/IV/2000 Tentang Giro. Dewan Syariah Nasional- MUI. Fatwa DSN No. 36/DSN-MUI/X/2002 tanggal 23 Oktober 2002 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
87
88
Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian Syariah Di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006. edisi revisi. Gubernur Bank Indonesia. PBI Nomor: 2/9/PBI/2000 tanggal 23 februari 2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Hadinoto, Soetanto. Bank Strategy of Funding and Liability Management. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2008. Hardiansyah. Bag. Officer Operation. Wawancara pribadi. Jakarta, 6 Agustus 2010. Judisseno, Rimsky K. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002. Kodefikasi Produk Perbankan Syariah. Indonesia, 2008.
Direktorat Perbankan Syariah, Bank
Lestia, Fela. Analisis Perkembangan Giro Wadi’ah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Syariah Jakarta Harmoni Periode 20062008.Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Lewis, Mervyn K. dan Latifa M. Algoaud. Perbankan Syariah – Prinsip,Praktik dan Prospek. Diterjemahkan oleh Burhan Subrata dengan judul Islamic Banking. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007. Maloeng, J.Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006. cet. Ke-22. Mansur, Huasaini dan Dhani Gunawan. Dimensi Perbankan Dalam Al-Qur’an. Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007. Metode Penelitian Sosial (Terapan dan Kebijaksanaan). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. 2000. Muhammad. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Yogyakarta: Ekonisia, 2005. cet. Ke2. Republik Indonesia,” Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
89
Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim, 2008. Rushadi. Analisis Strategi Penghimpunan Dana Masyarakat (Giro, Tabungan, Deposito) Pada Bank BNI. Tesis. Jakarta: Program Pascasarjana Bidang Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1997. Suyatno, Thomas, dkk. Kelernbagaan Perbankan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991. cet. Ke-5. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta: Djambatan, 2003. Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Ciputat: FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Warsito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993. Wiroso. Produk Perbankan Syariah ( Dilengkapi UU Perbankan Syariah & Kodefikasi Produk Bank Indonesia). Jakarta: LPFE Usakti, 2009. www.bi.go.id www.muamalatbank.com www.syariahbukopin.co.id
1. BANK MUAMALAT
a. Laporam Keuangan Bank Muamalat tahun 2009 dan Struktur Organisasi.
2. BANK SYARIAH BUKOPIN
a. Laporam Keuangan Bank Syariah Bukopin tahun 2009 dan Struktur Organisasi.
Komposisi Dana Pihak Ketiga