PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: IMAH ASTINIA NIM. 109082000106
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: IMAH ASTINIA NIM. 109082000106
Dibawah Bimbingan: Pembimbing I
Pembimbing II
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 11 April 2013 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama
: Imah Astinia
2. Nim
: 109082000106
3. Jurusan
: Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk memperoleh gelah Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SRIPSI Hari ini Selasa, 23 Juli 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama Nim Jurusan Judul Skripsi
: Imah Astinia : 109082000106 : Akuntansi/Audit : Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelah Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Imah Astinia
No Induk Mahasiswa : 109082000106 Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan melalui pembuktian yang saya dapat pertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama lengkap
: Imah Astinia
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 13 Juni 1991
3. Alamat
: Jl. Malaka Jaya No. 3 RT.007/011 Rorotan, Jakarta-Utara 14140
4. Telepon
: 08998279973
5. Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN 1. SD N Semper Timur 07 pagi
Tahun 1997-2003
2. SMP N 30 Jakarta
Tahun 2003-2006
3. SMA N 13 Jakarta
Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2013
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis, periode 2010-2012. 2. Forum Angkatan Akuntansi (Forkast) BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah periode 2010-2011. 3. Program Pengenalan Studi Almamater (ProPeSA) oleh BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, sebagai humas, 17-18 Agustus 2010. 4. Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa UIN Syarif Hidayatullah 2010 5. HRD BEMJ Akutansi UIN Syarif Hidayatullah periode 2011-2012.
vi
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009. 2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” dalam acara Insurance Goes to Campus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Mei 2010. 3. Peserta Internal Accounting Competition dalam acara Accounting Fair 2011 oleh BEMJ Akuntansi Syarif Hidayatullah Jakarta, 20–22 Desember 2010. 4. Seminar “Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem Perpajakan yang Transparan” oleh Penyuluhan Pelayanan dan Humas Direktorat Jendral Pajak, 24 November 2011. 5. Tax Intercollegiate Forum 2011 “Revealing the Newest Regulation of Tax Holiday Policy” oleh SPA FEUI Universitas Indonesia, 30 November 2011.
V. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Asriyadi
2. Tempat Tanggal Lahir
: Langsa, 4 April 1960
3. Ibu
: Partinah Rarasati
4. Tempat Tanggal Lahir
: Comal, 1 Juli 1965
5. Alamat
: Jl. Malaka Jaya No. 3 RT.007/011 Kel. Rorotan Jakarta-Utara 14140
6. Anak Ke dari
: 1 dari 3 bersaudara
vii
THE EFFECTS OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS, AUDIT QUALITY AND COMPANY SIZE TOWARD THE INTEGRITY OF FINANCIAL STATEMENTS By: Imah Astinia ABSTRACK This study aims to analyze and obtain empirical evidence about the effect of corporate governance mechanisms, audit quality and company size for the integrity of financial statements in financial companies in Indonesia. Independent variables used in this study is the corporate governance mechanisms are analyzed by institutional ownership, managerial ownership, audit committees, independent commissioners, tenure audit, audit firm size and company size. Dependent variable used in this study is integrity of financial statement was analyzed by conservatism. Study’s sample was financial companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) period among 2010-2012. Data was collected by purposive sampling method. Total 186 financial companies were taken as study’s sample. The method of analysis of this research used logistic regression. The results of this research showed that managerial ownership, audit committees, independent commissioner, tenure audit and audit firm size did not significantly effect the integrity of financial statements. As for institutional ownership and company size significantly effect the integrity of the financial statements. Keywords: Corporate Governance, Audit Quality, Company Size, Integrity Of Financial Statements
viii
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN Oleh : Imah Astinia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan keuangan di Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance yang dianalisis dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas audit yang dianalisis dengan tenur audit dan reputasi KAP serta ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan yang dianalisis oleh konservatisme. Sampel dalam penelitian adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode antara 2010-2012. Data yang dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Total 186 perusahaan ditentukan sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, tenur audit dan reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sementara itu, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Kata Kunci : Corporate Governance, Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan, Integritas Laporan Keuangan
ix
KATA PENGANTAR Assalamua’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugrah, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbig umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda terkasih, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju hanya untuk ananda, semoga hari ananda semakin mampu membuat bangga ayah dan ibunda. 2. Adik – adikku Sri Ayu Yuniarti dan Aldy Maulana yang selalu membantu dan menemani saat susah dan gembira. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Dr. Rini, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., MM., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini. 7. Ibu Yulianti, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan
x
pengarahan kepada penulis. Terimaksih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 9. Sahabatku Siti Aliyah Nur Khalishah, Titus Puspita Sari, Dini Utami, Rosma Aliah, Arum Ganda Wijayanti, Ifta Aulia dan Anisa Kusuma, kami dipertemukan dalam ikatan silahturahmi yang indah, terimakasih atas dukungan dan doa yang telah tercurahkan selama kita bergabung dalam kosan kuning atas. 10. Sahabatku Galih Ihsan, Adi Nugraha, Erick Darmawan dan Adis Alkhalifa, yang tergabung dalam V-gen Boy, terimakasih untuk semangat dan keceriaan selama ini. 11. Sahabat seperjuanganku, Taqiyatul Husna, Apriliana, Monic Ariestyawati, Indriana Nurul, Estherini H. Pratiwi, Ira Robiah, Nina Indriani, Frida Aurora dan Wulan Fauzyni, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. 12. Sahabatku, Ratu Feblina, I Gusti Ayu Diva, Nidya Cut Mutia dan Farrah Hany Fauziah, terimakasih keceriaan yang kalian berikan sejak berada di bangku SMA hingga sekarang. 13. Seluruh Rekan Akuntansi C UIN 2009, terimakasih selama empat tahun kita bersama – sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamua’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 1 Juli 2013
Imah Astinia
xi
DAFTAR ISI
Keterangan
Halaman
Halaman Judul ..............................................................................................
i
Lembar pengesahan Skripsi .........................................................................
ii
Lembar pengesahan Ujian Komprehensif ..................................................
iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..............................................................
iv
Lembar Pernyataan keaslian Karya Ilmiah ...............................................
v
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................
vi
Abstrack
.....................................................................................................
viii
Abstrak
.....................................................................................................
ix
Kata pengantar ..............................................................................................
x
Daftar Isi
.....................................................................................................
xii
Daftar Tabel ...................................................................................................
xv
Daftar Gambar ..............................................................................................
xvi
Daftar Lampiran ........................................................................................... xvii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .....................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
10
1. Tujuan Penelitian ............................................................
10
2. Manfaat Penelitian ..........................................................
10
TINJAUAN PUSTAKA A. Teori yang Relevan ...............................................................
xii
12
1. Teori Agensi dan Informasi Asimetri .............................
12
2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme
BAB III
Akuntansi ........................................................................
16
3. Mekanisme Corporate Governance ................................
23
4. Kualitas Audit .................................................................
41
5. Ukuran Perusahaan..........................................................
50
B. Penelitian Sebelumnya ..........................................................
53
C. Kerangka Berpikir .................................................................
57
D. Hipotesis................................................................................
66
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
67
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................
67
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................
68
D. Metode Analisis Data ...........................................................
69
1. Definisi Regresi Logistik ................................................
70
2. Tahapan Regresi Logistik ...............................................
70
a. Statistik Deskriptif.....................................................
70
b. Pengujian Hipotesis Penelitian..................................
71
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian.....................................
75
1. Variabel dependen ...........................................................
75
2. Variabel independent ......................................................
76
a. Mekanisme Corporate Governance ..........................
76
b. Kualitas Audit ...........................................................
78
xiii
c. Ukuran Perusahaan.................................................... BAB III
BAB V
79
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................
81
1. Deskripsi Objek Penelitian..............................................
81
2. Deskripsi Sampel Penelitian ...........................................
82
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian.........................................
84
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...........................................
85
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .........................................
88
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 101 B. Implikasi ............................................................................... 103 C. Saran ..................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
108
LAMPIRAN ................................................................................................... 112
xiv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Sebelumnya ............
54
3.1
Operasional Variabel Penelitian .................................................
80
4.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria .............................
82
4.2
Statistik Deskriptif .....................................................................
83
4.3
Menilai Keseluruhan Model .......................................................
85
4.4
Koefisien Determinasi ................................................................
86
4.5
Kelayakan Model Regresi ..........................................................
87
4.6
Matriks Korelasi .........................................................................
87
4.7
Matriks Klasifikasi .....................................................................
88
4.8
Koefisien Regresi Logistik .........................................................
89
4.9
Ringkasan Hasil Penelitian ........................................................ 100
xv
DAFTAR GAMBAR
No. 2.1
Keterangan
Halaman
Skema Kerangka Berpikir ..........................................................
xvi
65
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Data Sampel ............................................................................... 113
2
Hasil Statistik Deskriptif ............................................................ 116
3
Hasil Variabel Independen ......................................................... 122
4
Hasil Output SPSS ..................................................................... 128
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Informasi akuntansi didefinisikan sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan sebagai pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan kepentingan mereka terhadap perusahaan Belkaoui (2006:10). Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Publikasi laporan keuangan sebagai produk informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya (Jamaan, 2008:19). Dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur dengan mengungkap fakta sebenarnya kepada pengguna laporan keuangan. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi. Mayangsari (2003:3) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.”
1
Menurut survey Pricewatehouse Coopers pada tahun 1999 terhadap investor-investor internasional menunjukan bahwa Indonesia dinilai sebagai salah
satu
yang
terburuk
dalam
pertanggungjawaan
terhadap
para
bidang pemegang
standar-standar saham,
akuntansi,
standar-standar
pengungkapan dan transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan (FCGI, 2002:2). Untuk mengukur integritas informasi laporan keuangan, Standar Akuntansi Keuangan menetapkan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi akuntansi harus memenuhi tiga karakteristik kualitatif informasi akuntansi yaitu relevance, objectivity dan reability. Informasi dikatakan relevance apabila dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan pengguna laporan keuangan. Informasi dikatakan reliable apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai laporan keuangan bergantung pada informasi tersebut. Sedangkan dikatakan objective apabila informasi tersebut terbebas dari pengaruh hal lain yang dapat mempengaruhi independensi informasi. Integritas laporan keuangan dapat dicapai apabila laporan keuangan mampu memberikan informasi yang memiliki karakteristik-karakteristik tersebut (Jamaan, 2008:16). Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba (Mayangsari, 2003:3). Basu (1997:4) menafsirkan konservatisme sebagai kecenderungan akuntan yang memerlukan tingkat kehati-hatian yang lebih tinggi untuk
2
memverifikasi pengakuan good news daripada bad news sebagai keuntungan. Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi tidak segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Widya (2005:3) menyatakan bahwa secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan. Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Jatuhnya perusahaan raksasa dunia pada awal dekade 2000an akibat dari skandal kasuskasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan perusahaan besar karena melakukan tindakan earning management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui (Jamaan, 2008:16). Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Xerox, Tyco, Global Crossing dan Worldcom maupun beberapa perusahaan di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007:2). Salah satu contohnya pada kasus Enron, dimana perusahaan Enron melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta
3
Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Setelah dilakukan sampel penelitian pada perusahaan Enron, ternyata kasus manipulasi data akuntansi ini melibatkan banyak pihak dan kebanyakan adalah pihak dari dalam perusahaan itu sendiri, misalnya CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor. Terungkapnya kasus seperti ini akan membuat kepercayaan masyarakat akan menurun, khususnya masyarakat keuangan, yang ditandai dengan turunnya harga saham dari perusahaan tersebut. Ini sebuah kerugian yang besar bagi perusahaan, karena masyarakat keuangan menjadi ragu untuk ikut memiliki perusahaan tersebut (Susiana dan Herawaty, 2007:2). Di Indonesia, salah satu perusahaan yang melakukan manipulasi akuntansi adalah PT Waskita Karya terkait dengan kelebihan pencatatan laba bersih sebesar 500 milyar. Direksi PT Waskita Karya merekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multi tahun ke depan sebagai pendapatan tahun tertentu (Liputan6.com: mobile, 2009). Fenomena ini menunjukkan terjadinya skandal manipulasi keuangan merupakan kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Hal ini menyebabkan timbulnya banyak pertanyaan bagi masyarakat luas terhadap berbagai pihak terutama terhadap sistem pengelolaan dalam perusahaan dan sistem kepemilikan yang tersebar secara luas yang sering disebut dengan istilah corporate governance, yang
4
memberitahukan kenyataan bahwa mekanisme good corporate governance yang baik belum diterapkan pada perusahaan tersebut. Belum diterapkannya mekanisme good corporate governance yang baik pada perusahaan ini dapat menjadi penyebab perusahaan atau pihak manajemen untuk memberikan informasi-informasi yang memberi dampak positif terhadap harga saham dan dapat mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi
dengan
menyajikan
informasi
tertentu
untuk
menghindari
terpuruknya harga saham (Susiana dan Herawaty, 2007:2). Perbaikan dalam praktik corporate governance yang berkontribusi terhadap pengungkapan yang lebih baik dalam pelaporan bisnis, nantinya dapat memberikan fasilitas market liquidity dan capital formation yang lebih besar di pasar negara berkembang. Sistem corporate governance sendiri memerlukan pengawasan pemegang saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pengawasan manajemen baik internal (berdasarkan organisasi) maupun eksternal (berdasarkan pasar) diwajibkan. Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pemilik. Disisi lain kepemilikan pihak luar, monitoring debtholder, peraturan pemerintah (perlindungan kepemilikan investor) merupakan mekanisme pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan efektif perusahaan (Astria dan Ardiyanto, 2011:7). Perusahaan yang memiliki struktur GCG yang baik dapat mempengaruhi prestasi perusahaan dan mengurangi kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi.
5
Menurut Susiana dan Herawaty (2007:2) dalam kasus manipulasi data akuntansi ini sebenarnya tidak hanya pihak dari dalam perusahaan saja yang bertanggung jawab, tetapi pihak dari luar juga sangat berpengaruh. Seperti eksternal auditor juga harus ikut bertanggung jawab terhadap banyaknya kasuskasus manipulasi data akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik yang dianggap sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan juga mulai banyak dipertanyakan, apalagi setelah terbukti bahwa semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Sedangkan profesi akuntan sendiri mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang dapat diandalkan bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, serta bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Tenur audit dan reputasi KAP dapat menjadi tolok ukur kualitas jasa yang diberikan. Meningkatnya nilai audit atau kualitas audit ditentukan oleh seberapa berguna dan berharganya jasa yang diberikan oleh KAP, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007:3). Faktor lain yang memegaruhi integritas laporan keuangan yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan juga menanggung peranan penting dalam perusahaan yang melakukan manipulasi data akuntansi. Ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran perusahaan,
6
biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputsan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak dan perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan, 2007:10). Berbeda dengan perusahaan kecil yang cenderung ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2010) serta Hardiningsih (2010). Penelitian Oktadella dan Zulaikha (2010) menguji pengaruh variabel corporate governance terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian Hardiningsih (2010) menguji pengaruh variabel independensi, corporate governance dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2010). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menguji kembali variabel mekanisme corporate governance yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan serta menambahkan variabel independen tenur audit dan ukuran perusahaan. Sehingga pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan berasal dari sektor keuangan. Sektor keuangan dipilih karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan keuangan kebanyakan penelitian sebelumnya mengenai integritas
7
laporan keuangan masih terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak disektor manufaktur. Selain itu tahun pengamatan juga berbeda yaitu dari tiga tahun terakhir dimulai dari 2010 hingga 2012 serta kondisi ekonomi di Indonesia lebih stabil dan cenderung mengalami kenaikan. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012).”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan institusi, kepemilikan manajemen, komite audit dan komisaris independen) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh kualitas audit (tenur audit dan reputasi KAP) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. Menganalisis
adanya
pengaruh
antara
mekanisme
corporate
governance (kepemilikan institusi, kepemilikan manajemen, komite audit dan komisaris independen) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia. b. Menganalisis adanya pengaruh antara kualitas audit (tenur audit dan reputasi KAP) terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia. c. Menganalisis adanya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Teoritis 1) Ilmu Pengetahuan Menambah literatur, pengembangan ilmu akuntansi dan acuan penelitian pada bidang akuntansi, terutama untuk peneliti yang ingin
9
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai integritas laporan keuangan. 2) Masyarakat Sebagai sarana informasi tentang integritas laporan keuangan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. 3) Peneliti Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai integritas laporan keuangan agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana srata 1. b. Kontribusi Praktis 1) Bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan jalannya mekanisme corporate
governance
dalam
operasional
perusahaan
guna
meningkatkan integritas laporan keuangan. 2) Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor sebagai suatu tinjauan yang dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan informasi yang berkualitas bagi para pemakai laporan keuangan.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Relevan 1. Teori Agensi dan Informasi Asimetri Teori agensi (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Menurut Jensen dan Meckling (1976:309) teori Agensi (agency theory) menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut pemilik (principal) yang menyewa pihak lain disebut agen (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang. Teori agensi menyatakan bahwa terdapat pemisahan antara pemilik sebagai pemilik dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan. Agen dikontrak untuk melakukan tugas tertentu bagi pemilik serta mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan pemilik. Pemilik diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan. Keberadaan perbedaan kepentingan antara agen dan pemilik inilah yang menyebabkan terjadinya konflik keagenan (Belkaouli, 2006:13).
11
11
Pihak agen memiliki keunggulan berupa informasi keuangan daripada pihak pemilik, sedangkan dari pihak pemilik boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi (self interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan. Ketidakseimbangan
penguasaan
informasi
dapat
menjadi
pemicu
munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Adanya asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik dapat membuka peluang bagi manajer untuk melakukan tindakan earnings manajement dalam rangka mengelabui pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Dalam hal ini apabila manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pemilik saham, maka manajerakan cenderung melakukan kecurang dengan melakukan praktik manajemen laba untuk meningkatkan keuntungannya sendiri (Oktadella dan Zulaikha, 2011:4). Bagi pemilik dalam hal ini pemilik modal atau investor akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi. Untuk mengatasi atau meminimalisasi konflik keagenan tersebut akan menimbulkan biaya. Biaya ini yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi (agency cost) adalah biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham. Dihubungkan dengan konflik keagenan, konflik antara pemilik dengan manager akan meningkatkan biaya keagenan terhadap
12
ekuitas. Biaya agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976:310) sebagai berikut: a. Monitoring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku manajer. Dalam hal ini, termasuk biaya audit, rencana kompensasi eksekutif dan biaya untuk memberhentikan manajer. b. Bonding Cost adalah biaya pengikatan agen agar agen bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik perusahaan. Para agen akan diberi kompensasi yang wajar dan bila mereka tidak bertindak sesuai dengan keinginan pemilik kompensasi tersebut tidak akan diberikan. c. Residual Loss, meskipun sudah ada monitoring dan bonding, kadang kepentingan shareholders dan agen masih sulit diselaraskan karena itu muncul agency losses dari perbedaan kepentingan tersebut dan ini disebut residual loss. Residual loss menunjukkan tradeoff antara membatasi manajer dan memaksakan mekanisme kontrak yang didesain untuk mengurangi agency problems. Secara umum tidak ada perusahaan yang tidak memiliki biaya keagenan kecuali bagi perusahaan yang dimiliki dan dikelola sepenuhnya oleh seorang manajer.
2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen
13
dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2002) dalam PSAK NO.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna. Informasi akuntansi harus memenuhi tiga karakteristik kualitatif informasi akuntansi yaitu relevance, objectivity dan reability. Informasi dikatakan relevance apabila dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan pengguna laporan keuangan. Informasi dikatakan reliable apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai laporan keuangan bergantung pada informasi tersebut. Sedangkan dikatakan objective apabila informasi tersebut terbebas dari pengaruh hal lain yang dapat mempengaruhi independensi informasi. Integritas laporan keuangan dapat dicapai apabila laporan keuangan mampu memberikan informasi yang memiliki karakteristikkarakteristik tersebut (Jamaan, 2008:16). Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi
14
tersebut. Mulyadi (2004) dalam Jamaan (2008:33) mendefinisikan integritas sebagai berikut: “Integritas adalah prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Pada penelitian Mayangsari (2003:3) integritas laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.” Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Menurut Mayangsari (2003:3) laporan keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate supaya tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut. Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi tidak segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Menurut Widya (2005:3) konservatisme merupakan prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian,
15
karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi oleh ketidakpastian. Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas prediksi yang mereka lakukan dari laporan keuangan yang memuat ketidakpastian dan risiko perusahaan. Selain itu menurut Ahmed dan Duellman (2007:2) konservatisme juga akan membatasi kerugian yang muncul dari keputusan investasi yang berkinerja buruk, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Kontroversi
mengenai
manfaat
angka-angka
akuntansi
yang
konservatif belum juga mendapatkan jalan tengahnya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat. Tetapi ada juga pandapat yang menentangnya dan beranggapan bahwa konservatisme akuntansi tidak bermanfaat karena mengandung informasi yang bias (Anggraini dan Trisnawati, 2008:26). a. Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat Meskipun prinsip konservatisme telah diakui namun beberapa peneliti
masih
meragukan
manfaat
konservatisme
tersebut.
16
Konservatisme dianggap sebagai suatu sistem akuntansi yang bias. Pendapat ini dipicu oleh pengertian mengenai konservatisme itu sendiri dimana akuntansi yang mengakui kerugian lebih cepat daripada pendapatan dan keuntungan, serta menilai aktiva dengan nilai terendah dan kewajiban dengan nilai tertinggi. Terdapat dua aspek yang menjadikan konservatisme akuntansi mengurangi kualitas laporan keuangan terutama masalah relevansi. Pertama, konservatisme melaporkan terlalu rendah baik laba maupun aset. Hal ini akan mempengaruhi kualitas relevansi laporan keuangan khususnya netralitas karena ingin mempertahankan reliabilitas, kadang perusahaan mengabaikan relevansi informasi atau sebaliknya. Konservatisme mendorong adanya penyimpangan karena sikap pesimistik, walaupun hal ini memang diharapkan oleh kreditor, namun akan menjadi masalah ketika melakukan analisis ekuitas. Kedua, konservatisme merupakan hasil dari penundaan pengakuan secara selektif terhadap berita baik, sementara dengan segera mengakui berita buruk. Hal ini dapat mengakibatkan understatement terhadap laba yang dilaporkan untuk periode saat ini, tetapi overstatement terhadap laba yang dilaporkan untuk periode yang akan datang. b. Akuntansi Konservatif Bermanfaat Akuntansi konservatif tetap disarankan untuk digunakan. Hal ini dapat dilihat dalam aturan-aturan yang ada dalam standar akuntansi yang ada di Indonesia (PSAK). Akuntansi konservatif akan
17
menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam perusahaan maupu luar perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba (manajemen laba) serta memanfaatkan informasi yang asimetri sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan para pemegang saham (agency conflict). Apabila laba konservatif yang disusun
menggunakan
prinsip
akuntansi
yang
konservatif
mencerminkan laba minimal yang dapat diperoleh perusahaan sehingga laba yang disusun dengan metoda yang konservatif tidak merupakan laba yang dibesar-besarkan nilainya, sehingga dapat dianggap sebagai laba yang berkualitas. Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu (Watts, 2003 dalam Widya 2004:19): a. Net asset measure Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang understatement dan
kewajiban
yang
menggunakan rasio
overstatement.
market
to
Proksi
pengukuran
book value of
equity
ini yang
mencerminkan nilai pasar ekuitas relatif terhadap nilai buku ekuitas perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konsevatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.
18
b. Earning/stock relation measure Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai aset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun laba
dalam
nilai
asset-stock
return
tetap
berusaha
untuk
melaporkannya sesuai dengan waktunya. Pengembalian saham dan earnings cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, tapi pengembalian saham merefleksikan keuntungan lebih cepat daripada earnings. c. Earning/accrual measure Pada model akrual terdapat asimetri karena kerugian cenderung diakui pada waktu terjadinya (non-cash basis) yang kemudian akan menyebabkan turunnya laba. Adanya keuntungan ekonomi biasanya diakui
saat
keuntungan
sudah
benar-benar
terjadi
sehingga
keuntungan diakui atau dihitung berdasarkan cash basis. Adanya kebijakan akrual dalam mengakui kerugian (kebijakan konservatisme) menyebabkan arus kas menurun. Konservatisme diukur dengan menghitung selisih antara laba bersih dengan arus kas. Semakin kecil ukuran akrual suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif. Pada penelitian ini pengukuran konservatisme yang digunakan adalah discresionary accrual. Discresionary accrual (akrual diskerseioner) adalah suatu ukuran untuk mengetahui besarnya manipulasi laba yang dilakukan manajemen (Dechow et al., 1995:194). Untuk menghitung akrual
19
diskresioner dengan menggunakan modified jones model (Dechow et al., 1995:198). Persamaannya adalah sebagai berikut: TA = NDA + DA Dimana: TAit/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit)/Ait-1 + α3 (PPEit/Ait-1) + ℮it NDAit = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit - ∆RECit)/Ait-1 + α3 (PPEit/Ait-1) Dan untuk memperoleh discretionery accrual adalah: DAit = TA it/Ait-1 - NDAit
3. Mekanisme Corporate Governance Teori agensi menyatakan bahwa konfik kepentingan, asimetri informasi dan biaya agensi yang muncul dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan berbagai pihak di perusahaan. Mekanisme pengawasan yang dimaksud dalam teori agensi dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme corporate governance. Shleiver
dan
Vishny
(1997:738)
mendefinisikan
Corporate
governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme legal. Sedangkan menurut
Nasution dan Setiawan (2007:2)
corporate governance
merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan
20
melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Herawaty (2008:3) menyatakan bahwa prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkankan memberikan manfaat diantaranya yaitu: a. Meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara pemilik dengan agen; b. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; c. Meningkatkan citra perusahaan; d. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah; e. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik; Corporate governance diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Penerapan corporate governance juga dapat memberikan kepercayaan terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik, sehingga dapat meminimalkan konflik kepentingan dan biaya keagenan. Good corporate governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan
bahwa
tindakan
manajemen
sudah
selaras
dengan
kepentingan pemegang saham (Susiana dan Herawaty, 2007:2).
21
Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan
KNKG
(Komite
Nasional
Kebijakan
Governance)
memaparkan prinsip GCG sebagai berikut : a. Transparansi Untuk
menjaga
obyektivitas
dalam
menjalankan
bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholder. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan stakeholder lainnya. b. Akuntabilitas Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan stakeholder
lain.
Akuntabilitas
merupakan
persyaratan
yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. c. Responsibity Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
22
d. Independensi Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kewajaran dan Kesetaraan Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Selanjutnya menurut Siswanto dan Aldridge (2005:27) Badan Pengelola Pasar Modal di banyak negara menyatakan penerapan corporate governance di perusahaan-perusahaan publik secara sehat, telah berhasil mencegah praktek pengungkapan laporan keuangan perusahaan kepada pemegang saham, investor dan pihak lain yang berkepentingan secara tidak transparan. Sehingga perusahaan dengan corporate governance yang berkualitas akan dapat melakukan tugas dan wewenang dengan semestinya dan menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham sehingga akan dapat membantu meminimalkan agency conflict yang akhirnya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Good corporate governance dapat membantu Board of Directors mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pemiliknya.
23
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan komisarid independen. Masing-masing mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Kepemilikan Institusional Susiana dan Herawaty (2007:8) menyatakan persentase saham institusi adalah penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain) baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Dengan kepemilikan instutisional mendorong munculnya pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajer. Jensen dan Meckling (1976:337) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Menurut Wardhani (2006:2) distribusi saham antara pemegang saham dari luar seperti investor institusional dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan institusional mewakili
24
sumber kekuasaan yang mampu digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kedudukan manajemen. Jadi kepemilikan saham atas perusahaan mencerminkan hak atas kepemilikan perusahaan, sehingga semakin tinggi kepemilikan yang dimiliki pihak institusional maka kontrol perusahaan akan semakin tinggi pula. Adanya monitoring yang efektif oleh pihak institusional menyebabkan penggunaan utang menurun. Hal ini karena peranan utang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh kepemilikan institusional. Tindakan monitoring oleh pihak investor institusional
dapat
mengurangi
perilaku
opportunistic
atau
mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer sehingga manajer dapat lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan (Oktadella dan Zulaikha, 2011:7). Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin
besar
pula
kekuatan
suara
dan
dorongan
untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan yaitu memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi serta memiliki motivasi yang kuat untuk
25
melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. b. Kepemilikan Manajemen Oktadella dan Zulaikha (2010:15) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi. Kepemilikan manajemen merupakan salah satu mekanisme yang dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai kepentingan pemilik perusahaan. Kepemilikan manajerial dimaksudkan untuk memberi kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham, sehingga kedudukan manajer sejajar dengan pemilik perusahaan. Jensen dan Meckling (1976:315) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, yang berarti semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Hal ini dapat terjadi dengan memberikan saham kepada manajer maka manajer sekaligus merupakan pemilik perusahaan. Sehingga manajer akan bertindak demi kepentingan perusahaan, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya yang juga merupakan keinginan dari pemilik perusahaan. Manajer juga dapat merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial dipandang sebagai alat untuk
26
menyatukan kepentingan manajer dengan pemilik perusahaan dan menjadi salah satu upaya dalam mengurangi masalah keagenan dengan manajer dan menyelaraskan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Dua aspek penting dari struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan dan komposisi kepemilikan. Komposisi kepemilikan berkaitan dengan siapakah pemegang saham dan yang lebih penting adalah siapa diantara pemegang saham ke dalam kelompok pengendali. Kepemilikan saham manajerial merupakan persentase saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Gunarsih, 2004 dalam Astria dan Ardiyanto, 2011:13). Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri. Kepemilikan perusahaan juga terkait dengan pengendalian operasional perusahaan. Dengan semakin besarnya kepemilikan manajer, maka manajer dapat lebih leluasa dalam mengatur pemilihan metode akuntansi, serta kebijakankebijakan akuntansi penting terkait dengan masa depan perusahaan (Oktadella dan Zulaikha, 2011:8). Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer akan cenderung
27
bertindak dalam kepentingan pemegang saham karena mereka juga merupakan bagian dari pemegang saham, antara lain dengan tidak memanipulasi informasi yang ada dalam laporan keuangan (Putra dan Muid, 2012:2). c. Komite Audit Berdasarkan Keputusan Bursa Efek Indonesia melalui Keputusan Direksi BEJ No.Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris, yang bertugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan. Adapun persyaratan keanggotaan komite audit sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004 adalah sebagai berikut: 1) Independen dan dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, karena individu yang independen cenderung lebih adil dan tidak memihak serta obyektif dalam menangani suatu permasalahan 2) Memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit. 3) Mampu berkomunikasi dengan baik.
28
4) Bukan merupakan orang dari kantor akuntan publik, kantor konsultan hukum, atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non-audit, atau jasa konsultasi lain kepada perusahaan dalam enam bulan terakhir. 5) Bukan orang yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan perusahaan dalam waktu enam bulan terakhir. 6) Tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan. 7) Tidak memiliki hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal dengan komisaris, direksi atau pemegang saham utama perusahaan. 8) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan. Struktur komite audit di Indonesia diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang Peraturan Nomor IX.1.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah sebagai berikut: 1) Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris dan dilaporkan kepada rapat umum pemegang saham (RUPS).
29
2) Anggota komite audit yang merupakan komisaris independen bertindak sebagai ketua komite audit. Dalam hal ini komisaris independen yang menjadi anggota komite audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak sebagai ketua komite audit. Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004, sekurang-kurangnya komite audit terdiri dari tiga anggota dan sekurang-kurangnya ada satu orang yang memiliki keahlian di bidang akuntansi atau keuangan (financial expert). Kriteria “financial expert” dengan memperhatikan beberapa hal berikut: 1) Pengalaman sebelumnya sebagai akuntan publik atau auditor, CFO, controller, chief accounting officer, atau posisi yang sejenis. 2) Pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan dan laporan keuangan. 3) Pengalaman dalam audit atas laporan keuangan perusahaan. 4) Pengalaman dalam pengendalian internal. 5) Pemahaman
atas
akuntansi
untuk
penaksiran
(estimates),
accruals, dan cadangan (reserves) Tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit menurut dalam Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif adalah :
30
1) Laporan Keuangan (Financial Reporting) Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan
gambaran
yang
sebenarnya
tentang
kondisi
keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang serta sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum. 2) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3) Pengawasan perusahaan (Corporate Control) Komite audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan
sistem
pengendalian
intern
serta
memonitor
proses
pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Tugas dan tanggung jawab komite audit juga dipertegas melalui Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-41/PM/2003 yang menyebutkan bahwa komite audit mempunyai tugas sebagai berikut:
31
1) Membantu dewan komisaris untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan 2) Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi
kesempatan
terjadinya
penyimpangan
dalam
pengelolaan perusahaan 3) Meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun eksternal audit 4) Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris/dewan pengawas. 5) Memungkinkan anggota non-eksekutif menyumbangkan suatu penilaian independen dan memainkan suatu peranan yang positif. 6) Membantu
direktur
keuangan
dengan
memberikan
suatu
kesempatan di mana pokok-pokok persoalan yang penting yang sulit dilaksanakan dapat dikemukakan 7) Memperkuat posisi auditor eksternal dengan memberikan suatu saluran komunikasi terhadap pokok-pokok persoalan yang memprihatinkan dengan efektif 8) Memperkuat
posisi
auditor
internal
dengan
memperkuat
independensinya dari manajemen 9) Meningkatkan kepercayaan publik terhadap kelayakan dan objektifitas laporan keuangan serta meningkatkan kepercayaan terhadap kontrol internal yang lebih baik.
32
10) Memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada dewan komisaris. Keberadaan komite audit pada perusahaan publik di Indonesia secara resmi dimulai sejak bulan Juni 2000 yang ditandai dengan keluarnya Keputusan Direksi BEJ No: Ke-315/BEJ/06/2000 perihal: Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa. Pada bagian ini dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) wajib memiliki komisaris
independen,
komite
audit,
sekretaris
perusahaan,
keterbukaan dan standar laporan keuangan per sektor. Selain itu, terdapat berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite audit telah dibuat diantaranya: a) Pedoman Good Corporate Governance (Maret 2001) yang menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit; b) KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit; c) KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit; dan d) KEP-103/MBU/2002
yang
mengharuskan
semua
BUMN
mempunyai komite audit;
33
e) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No.
KEP-29/PM/2004
tgl.
24
September
2004
tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. d. Komisaris Independen Menurut Wardhani (2006:2), salah satu permasalahan dalam penerapan corporate governance adalah adanya CEO yang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris, Padahal fungsi dari dewan komisaris adalah untuk mengawasi kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut. Oleh karena itu diperlukannya komisaris independen (independent commissioner) yang berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang (controveiling power). Komisaris
independen
merupakan
sebuah
badan
dalam
perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan (Emirzon dalam Oktadella dan Zulaikha, 2010:8). Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (FCGI, 2003). Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan
34
terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi untuk mengawasi dan melindungi pihak-pihak diluar manajemen perusahaan, menjadi penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen, sehingga komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance dan menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007:9). Komisaris
independen
memikul
tanggung
jawab
untuk
mendorong secara proakti agar komisaris dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas dan penasehat direksi dapat memastikan perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif (termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut), memastikan perusahaan memiliki eksekutif dan manajer yang profesional, memastikan perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik, memastikan perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya, memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasi dan dikelola dengan baik serta memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good
35
Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik (FCGI, 2003). Kriteria Dewan Komisaris Independen adalah sebagai berikut : 1) Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen; 2) Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan; 3) Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu; 4) Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut; 5) Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut;
36
6) Komisaris independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan tersebut; 7) Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara material dengan
kemampuannya
sebagai
seorang
komisaris
untuk
bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan. Sebagai seorang profesional, komisaris independen pun harus memiliki kompetensi pribadi, yaitu: memiliki integritas dan kejujuran yang tidak pernah diragukan, memahami seluk beluk pengelolaan bisnis dan keuangan perusahaan, memahami dan mampu membaca laporan keuangan perusahaan dan implikasinya terhadap strategi bisnis, memahami seluk beluk industri yang digeluti perusahaan, memiliki kepekaan terhadap perkembangan lingkungan yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan, memiliki wawasan luas dan kemampuan berpikir strategis, memiliki karakter sebagai pemimpin yang
profesional,
memiliki
kemampuan
berkomunikasi
serta
kemampuan untuk mempengaruhi dan bekerja sama dengan orang lain, memiliki komitmen dan konsisten dalam melakukan profesinya sebagai komisaris independen, serta memiliki kemampuan untuk berpikir objektif dan independen secara professional.
37
Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur dalam Surat keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep 315/BEJ/06-2000 perihal Peraturan No I-A, tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat pada butir mengenai Ketentuan tentang Komisaris Independen. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang tercatat di BEJ wajib memiliki
komisaris independen
yang jumlah proporsionalnya
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.
4. Kualitas Audit Pihak ketiga yang independen dibutuhkan sebagai mediator diantara agen dan pemilik. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku agen apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan pemilik. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak pemilik dengan pihak agen dalam mengelola keuangan perusahaan (Rudyawan dan Badera, 2008 dalam Sari dan Rahardja, 2011:7). Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan agen melalui suatu sarana yaitu laporan keuangan. Audit laporan keuangan ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko informasi dan meningkatkan pengambilan
38
keputusan. Audit dilakukan oleh pihak independen yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan oleh manajemen. Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran kualitas audit adalah: 1) Tenur Audit Tenur audit adalah masa perikatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit kepada kliennya. Tenur audit dikaitkan dengan dua konstruk yakni keahlian auditor dan insentif ekonomi. Auditor dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dari proses bisnis klien dan risiko. Selain itu tenur audit terkait dengan kewaspadaan terhadap keakraban auditor dengan klien. Semakin tinggi kualitas auditor maka perikatan akan diperpanjang. Kedua, tenur audit dapat menciptakan insentif ekonomi bagi auditor sehingga menjadi kurang mandiri. Adanya hubungan antara auditor dan klien dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan akan menimbulkan hilangnya independensi auditor (Sari dan Raharja, 2011:7).
39
Di
Indonesia,
ditetapkannya
rotasi
Keputusan
KAP
bersifat
Menteri
mandatory Keuangan
dengan nomor:
423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik dan direvisi dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 359/KMK.06/2003 tanggal 21 Agustus 2003 yang mewajibkan perusahaan untuk membatasi masa penugasan KAP selama lima tahun dan akuntan publik selama tiga tahun. Selanjutnya, peraturan ini direvisi menjadi Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008. Dalam bab 2, pasal 3, ayat 1, peraturan tersebut membatasi masa penugasan KAP selama enam tahun dan akuntan publik selama tiga tahun. KAP dan akuntan hanya dapat menerima penugasan audit kembali untuk klien yang sama setelah 3 (tiga) tahun buku secara berturut-turut tidak melakukan pemberian jasa audit atas laporan keuangan pada klien tersebut. Alasan teoritis yang mendasari penerapan rotasi wajib yaitu bagi auditor dan KAP diharapkan akan meningkatkan independensi auditor baik secara tampilan maupun secara fakta. Ketika tenur audit dibatasi dan kontrak audit dihentikan, kegagalan audit yang disebabkan karena berkurangnya independensi berkurang dari waktu ke waktu. KAP harus bisa mempertahankan independensinya sebagai seorang auditor, sehingga kualitas audit bisa dipertahankan. Peraturan-peraturan ini menimbulkan polemik panjang di kalangan akuntan publik sampai saat ini (Giri, 2010:5). Berikut ini,
40
argumen berbagai kalangan yang mendukung dan menolak adanya ketentuan rotasi wajib: a) Argumen Pendukung Ketentuan Rotasi Wajib Dua dasar argumentasi rotasi yang bersifat mandatory umumnya dikelompokan menjadi dua hal: (1) kualitas dan kompetensi pekerjaan audit cenderung menurun secara signifikan dari waktu kewaktu, (2) independensi auditor dapat rusak oleh panjangnya hubungan dengan manajemen. Argumen pertama yang mendukung rotasi wajib adalah bahwa ketentuan ini akan mendorong peningkatan kualitas audit. Regulator menunjukkan adanya hubungan antara tenur auditor dan pengurangan dalam kualitas laba dan menyinggung rotasi auditor wajib sebagai solusi yang paling memungkinkan untuk hal ini. Alasan mereka adalah sebagai berikut: 1) Pendekatan baru akan dibawa masuk oleh KAP baru setiap lima tahun sekali. Auditor yang mengaudit perusahaan yang sama dari tahun ke tahun akan kurang kreatif merancang prosedur audit; 2) Peningkatan kompetisi antara KAP akan didasarkan pada kualitas jasa audit; 3) Auditor tidak akan tergantung secara ekonomi (economic independence) kepada klien, dan 4) Rotasi auditor akan memampukan KAP untuk saling mengawasi satu dengan yang lain.
41
Argumen
yang
mendukung
pendukung
rotasi
wajib
umumnya khawatir bahwa independensi auditor dan dengan demikian kualitas audit akan menurun dengan meningkatnya tenur auditor. Hubungan dalam waktu yang lama dengan manager perusahaan merupakan alasan utama yang mengancam dan merusak independensi auditor. Ada dua masalah praktis yang dapat
mengancam
kemampuan
aktual
auditor
untuk
mempertahankan sikap independensi selama melaksanakan tugas audit, yaitu: 1) auditor harus memperhatikan rekomendasi manajemen untuk melanjutkan tugas audit dari tahun ke tahun, dan 2) keberlanjutan tugas audit menyebabkan anggota KAP menjadi semakin dekat dengan manajemen secara personal. Hubungan yang semakin dekat dengan manajemen menyebabkan auditor lebih mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan manajemen daripada dengan kepentingan publik. b) Argumen Penolak Ketentuan Rotasi Wajib Pernyataan bahwa rotasi mandatori dapat memperbaiki kualitas audit mempertimbangkan beberapa hal berikut. Pertama, kompleksitas kelompok perusahaan besar dan kompleksitas seputar pelaporan keuangan yang meningkat mensugestikan bahwa KAP baru memerlukan beberapa tahun untuk secara penuh memahami bisnis klien. Hal ini berarti kompleksitas dan ukuran perusahaan tidak mendukung pelaksanaan audit jangka pendek.
42
Kedua, pertimbangan di atas didasarkan pada argumen bahwa auditor dengan tenur pendek memiliki kekurangan dalam pengetahuan khusus klien yang diperlukan untuk melakukan audit yang berkualitas tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat profesi akuntansi yang berpendapat bahwa tenur singkat mungkin melibatkan risiko kegagalan audit yang tinggi, karena auditor yang masuk dengan cukup pengetahuan khusus klien harus lebih berat mengandalkan pada perkiraa dan pernyataan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan klien. Pertimbangan-pertimbangan di atas kemudian memunculkan pertimbangan akhir yaitu tenur yang singkat menimbulkan tambahan biaya audit bagi klien, dan juga bagi publik. Selain itu, rotasi mandatori memunculkan masalah penyimpangan audit dan risiko litigasi. Pernyataan yang memperkuat argumen di atas adalah rotasi auditor merupakan langkah drastis sederhana, namun belum teruji manfaatnya dan justru akan menambah biaya audit. 2) Reputasi KAP Dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi mengenai kinerja perusahaan kepada pengguna laporan keuangan, setiap perusahaan
diminta
untuk
menggunakan
jasa
KAP.
Untuk
meningkatkan kredibilitas dari laporan tersebut, perusahaan biasanya menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik.
43
Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (big four). Oktadella dan Zulaikha (2010:9) menyatakan dalam hal memberikan jasa audit suatu KAP akan menerima kerugian yang cukup besar melalui reputasi yang rusak apabila tidak memberikan kualitas audit yang sesuai dengan standar. KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. Beberapa alasan perusahaan dalam menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik Big Four, antara lain (Tuanakotta dalam Oktadella dan Zulaikha, 2010:9): a) Para pemegang saham menginginkan Big Four firm; b) Perusahaan ingin mendapatkan kepercayaan dari para investor atau dukungan dari pasar modal; c) The Big Four firm mempunyai sumber daya keuangan yang kuat untuk mempertahankan pekerjaan mereka; d) Perusahaan publik memang dituntut untuk menggunakan The Big Four firm dan kualitas jasa perusahaan The Big Four firm alasannya karena besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani
44
KAP, banyaknya ragam jasa yang ditawarkan, luasnya cakupan geografis termasuk adanya afiliasi international dan banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP. Menurut Lee (1993) dalam Hamid (2013:7) jika auditor dan klien sama-sama memiliki ukuran yang relatif kecil, maka ada probabilitas yang besar bahwa penghasilan auditor akan tergantung pada fee audit yang dibayarkan kliennya. Oleh karena itu, auditor kecil ini cenderung tidak independen terhadap kliennya. Sebaliknya, jika auditor berukuran besar, maka ia cenderung lebih independen terhadap kliennya, baik ketika kliennya berukuran besar maupun kecil. KAP big four juga cenderung untuk lebih memilih berhubungan dengan klien yang memiliki nilai yang baik dalam komunitas bisnis. Oleh karena itu, KAP big four akan mempengaruhi klien untuk bertindak sesuai dengan praktek terbaik. KAP yang tergolong big four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal yang lebih tinggi kepada kliennya dibandingkan dengan KAP non-big four. Adapun KAP big-four yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tahun 2010 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan. b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.
45
c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja. d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Suherman & Surja. Tahun 2011 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan. b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan. c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja. d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Suherman & Surja. Tahun 2012 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan. b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Eny. c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja. d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Suherman dan Surja.
46
5. Ukuran Perusahaan Menurut Muliati (2011:31) ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Perusahaan berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan lebih luas sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan, maka perusahaan akan menghadapi tuntutan lebih besar dari para stakeholder untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih tepat waktu (Nuryaman, 2009:93). Teori agensi (agency theory) yang diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976:310) menjelaskan bahwa perusahaan besar memiliki biaya agensi (agency cost) yang lebih besar karena semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin tinggi atau semakin luas pula rantai komando dalam perusahaan tersebut, sehingga biaya pengawasan yang timbul juga akan semakin besar. Untuk mengurangi biaya agensi (agency cost) tersebut, perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi atau akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi
47
karena
perusahaan
besar
harus
memenuhi
public
demand
atas
pengungkapan informasi yang lebih luas. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar cenderung akan mengungkapkan lebih banyak informasi daripada perusahaan kecil Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar pula. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih luas. Sebaliknya, perusahaan kecil dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga untuk menyajikan informasi yang lebih luas dibutuhkan biaya yang besar. Menurut Sawir (2004:101-102), ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan
penentuan
harga
sedemikian
rupa
agar
investor
mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
48
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan tiga alternatif indikator, antara lain nilai total aset yang dapat diperoleh dari neraca, kemudian besarnya total penjualan bersih yang dapat diperoleh dari laporan laba rugi dan yang terakhir adalah nilai kapitalisasi pasar yang diperoleh dengan cara mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga saham. Perusahaan yang berukuran besar lebih karena perusahaan tersebut cenderung mudah mempublikasikan laporan keuangan dan cenderung berada dalam posisi kinerja yang stabil. Ukuran perusahaan yang besar
49
akan membuat harga saham perusahaan berada pada posisi kuat dan penguatan pada besarnya ukuran perusahaan akan membuat harga saham yang berangkutan menguat di pasar modal (Ramadhano et al, 2011:5).
B. Penelitian Sebelumnya Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
50
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dengan Sebelumnya
No 1
2
Penelitian (Tahun) Susiana dan Herawaty (2007)
Jamaan (2008)
Variabel Independenden: Independensi, mekanisme corporate governance, kualitas audit Dependen: Integritas laporan keuangan
Independen: mekanisme corporate governance, badan usaha jumlah partner & izin usaha, audit brand name afiliasi, spesialisasi industri Dependen: integritas laporan keuangan
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan data Metode analisis yang perusahaan publik yang digunakan adalah terdaftar di BEI regresi berganda. Penelitian sekarang regresi logistik.
Menggunakan data perusahaan publik yang terdaftar di BEI
Menambahkan variabel independen tenur audit dan ukuran perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Penelitian sekarang regresi logistik. Menambahkan variabel independen tenur audit, reputasi auditor dan ukuran perusahaan.
Hasil Penelitian Independensi, mekanisme corporate governance, kualitas audit mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Jumlah partner & izin usaha, audit brand name afiliasi berpengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
51
No 3
4
Penelitian (Tahun) Perwirasari (2009)
Hardiningsih (2010)
Variabel Independen: Kepemilikan manajerial, kepemikian institusi, komite audit, dewan direksi, dewan komisaris, kualitas audit, ukuran perusahaan. Dependen: integritas laporan keuangan
Independenden: Independensi, komite audit, komisaris independen, dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kualitas audit Dependen: integritas laporan keuangan
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan data Metode analisis yang perusahaan publik digunakan adalah regresi yang terdaftar di BEI berganda. Penelitian sekarang regresi logistik. Menambahkan variabel independen reputasi auditor.
Menggunakan data Menambahkan variabel perusahaan publik independen tenur audit, yang terdaftar di BEI reputasi auditor dan ukuran perusahaan.
Hasil Penelitian Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap Integritas laporan keuangan. Kepemilikan institusional, komite audit, dewan direksi, dewan komisaris, tenur audit, ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Independensi auditor, komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, dewan direksi, kualitas audit berpengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
52
No 5
6
Penelitian Variabel (Tahun) Oktadella dan Independen: Zulaikha Kepemilikan manajerial, (2010) kepemikian institusi, komite audit, dewan direksi, dewan komisaris, kualitas audit, Dependen: integritas laporan keuangan
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan data Menambahkan variabel perusahaan publik independen tenur audit. yang terdaftar di BEI.
Putra dan Muid (2012)
Menggunakan data Metode analisis yang perusahaan publik digunakan adalah regresi yang terdaftar di BEI berganda. Penelitian sekarang regresi logistik.
Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit dan Manajemen Laba terhadap integritas Laporan Keuangan
Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik.
Menambahkan variabel independen ukuran perusahaan
Hasil Penelitian Kepemilikan institusional, komite audit, kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan manajerial, komisaris independen, berpengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Independensi, komite audit, kualitas audit dan manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan manajerial, komisaris independen, kepemilikan instiusi berpengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
53
Adapun perbedaan dan persamaan penelitian sekarang dengan sebelumnya adalah penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Oktadella dan Zulaikha (2010) yang berjudul analisis corporate governance terhadap integritas laporan keuangan. Perbedaan
dengan
metode
sebelumnya
adalah
Penelitian
ini
mengambil periode tahun 2010-2012. Penelitian ini menghilangkan variabel kontrol profitabilitas dan leverage serta menjadikan variabel kontrol ukuran perusahaan menjadi variabel independen serta menambahkan tenur audit sebagai variabel independen.
C. Kerangka Berpikir 1. Keterkaitan antar variabel a. Pengaruh mekanisme corporate governance terhadap integritas laporan keuangan 1) Kepemilikan institusi terhadap integritas laporan keuangan Kepemilikan institusional adalah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi. Gideon (2005:5) menyatakan persentase saham tertentu yang dimiliki institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Tindakan
pengawasan
perusahaan
oleh
pihak
investor
institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya
terhadap
kinerja
perusahaan
sehingga
akan
mengurangi perilaku oportunistic atau mementingkan diri sendiri.
54
Kepemilikan institusional yang tinggi membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba dan dapat meningkatkan integritas laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional dalam perusahaan dapat meningkatkan monitoring terhadap perilaku manajer dalam mengantisipasi manipulasi yang mungkin dilakukan sehingga dapat meningkatkan integritas laporan keuangan. Susiana
dan
Herawaty
(2007:8)
menyatakan
dengan
kepemilikan instutisional mendorong munculnya pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajer. Penelitian Oktadella dan Zulaikha (2010:24) dan Jamaan (2008:31) menyebut proporsi kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap integritas informasi laporan keuangan. 2) Kepemilikan
manajemen
terhadap
integritas
laporan
keuangan Kepemilikan perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai kepentingan pemilik perusahaan. Kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Putra dan Muid, 2012:4).
55
Kepemilikan manajerial berperan dalam membatasi perilaku menyimpang
dari
manajemen
perusahaan.
Kepemilikan
manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Dengan demikian, manajer pada perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan manajerial akan cenderung memiliki tanggung jawab lebih besar dalam menjalankan perusahaan, mengambil keputusan terbaik untuk kesejahteraan perusahaan dan melaporkan laporan keuangan dengan informasi yang benar dan jujur sehingga memiliki integritas laporan keuangan yang tinggi. Jensen dan Meckling (1976:315) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, yang berarti semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Penelitian Perwirasari (2009:11) dan Hardiningsih (2010:10) menyebutkan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. 3) Komite audit terhadap integritas laporan keuangan Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern (Jamaan, 2008:46). Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggung jawab komite
56
audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal. Dengan demikian komite audit dalam perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam mengurangi kecurangan dalam penyajian laporan keuangan sehingga komite audit diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terhadap tindakan manajemen yang memungkinkan untuk melakukan manipulasi terhadap laporan
keuangan
yang
mempengaruhi
integritas
laporan
keuangan (Oktadella dan Zulaikha, 2010:12). Penelitian Putra dan Muid (2012:10), Oktadella dan Zulaikha (2010:24) dan Jamaan (2008:31) menyebutkan komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. 4) Komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luar dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam
57
pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Oktadella dan Zulaikha, 2010:16). Komisaris independen dapat menjadi penengah apabila terjadi perselisihan diantara manajer internal dan mengawasi kebijakan-kebijakan manajer serta memberikan nasihat kepada manajemen. Dapat disimpulkan keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen cenderung lebih berintegritas, karena terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak-hak diluar perusahaan (Susiana dan Herawaty, 2007:9). Penelitian Jamaan (2008:31) menyebut proporsi komisaris independen berpengaruh secara positif terhadap integritas informasi laporan keuangan. b. Pengaruh kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan 1) Tenur audit terhadap integritas laporan keuangan Tenur audit adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai tenur audit telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008. Dalam bab 2, pasal 3, ayat 1, peraturan tersebut membatasi masa penugasan KAP selama enam tahun dan akuntan publik selama tiga tahun.
58
Tenur audit lama akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Jika dilihat dari hasil penelitian dan alasan logis yang disampaikan terkait dengan hubungan tenur dan kualitas audit, maka dapat dimunculkan satu proposisi bahwa kualitas audit akan semakin tinggi ketika tenur auditor semakin lama (Giri, 2010:9). Penelitian yang dilakukan oleh Giri (2010:26) menghasilkan temuan yang mendukung suatu argumen bahwa semakin lama bertugas, KAP akan memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk merancang prosedur audit yang baik dan benar. 2) Reputasi KAP terhadap integritas laporan keuangan Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di pihak eksternal sebagai pemakai laporan keuangan. KAP yang lebih besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit tinggi dan memiliki reputasi tinggi di lingkungan bisnis serta KAP yang lebih besar juga dianggap lebih mandiri dari KAP yang kecil dalam menahan tekanan manejemen jika terjadi perselisihan karena biasanya memiliki lebih banyak klien dan mampu mengatasi kesulitan. (Astria dan Ardiyanto, 2011:16).
59
Kantor akuntan besar disebutkan memiliki akuntan yang berperilaku lebih etikal daripada akuntan di kantor akuntan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kantor akuntan besar mempunyai reputasi yang lebih baik dalam opini publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil (Oktadella dan Zulaikha, 2010:13). Penelitian Putra dan Muid (2012:8) menyebutkan reputasi KAP berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. c. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan Ukuran perusahaan dapat diketahui dari total aktiva perusahaan, semakin besar jumlah aktiva perusahaan maka semakin besar ukuran aktiva tersebut (Dirgantari, 2002:33). Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Jensen dan Meckling (1976:310) menjelaskan bahwa perusahaan besar memiliki biaya agensi (agency cost) yang lebih besar karena semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin tinggi atau semakin luas pula rantai komando dalam perusahaan tersebut, sehingga biaya pengawasan yang timbul juga akan semakin besar.
60
Untuk mengurangi biaya agensi (agency cost) tersebut, perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi atau akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Menurut Sawir (2004:101-102), ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Penelitian Oktadella dan Zulaikha (2010) menyebutkan ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap integritas informasi laporan keuangan.
6. Skema Kerangka Berpikir Untuk membantu dalam memahami faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan diperlukan suatu kerangka pemikiran. Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas, disusun alur pemikiran dari peneliti, kemudian digambarkan dalam kerangka berpikir yang disusun sebagai berikut:
61
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Variabel Penelitian Mekanisme Corporate Governance 1. Kepemilikan Institusi (X1) (Xia dan Zhu, 2007), (Jamaan, 2008), (Oktadella dan Zulaikha, 2010), (Nahandi et al, 2011) 2. Kepemilikan Manajemen (X2) (Xia dan Zhu, 2007), (Perwitasari, 2009), (Hardiningsih, 2010), (Nahandi et al, 2011) 3. Komite Audit (X3) (Jamaan, 2008), (Oktadella dan Zulaikha, 2010), (Putra dan Muid, 2012), (Hamdan et al, 2012) 4. Komisaris Independen (X4) (Xia dan Zhu, 2007), (Jamaan, 2008), (Nahandi et al, 2011) Kualitas Audit
Integritas Laporan Keuangan (Y)
5. Audit Tenur (X5) (Perwirasari, 2009), (Hamdan et al, 2012) 6. Reputasi Auditor (X6) (Oktadella dan Zulaikha, 2010), (Nahandi et al, 2011), (Hamdan et al, 2012), (Putra dan Muid, 2012) 7. Ukuran Perusahaan (X7) (Oktadella dan Zulaikha, 2010), (Hamdan et al, 2012) (Moeinaddin et al, 2012)
Metode Analisis Regresi Logistik
62
D. Hipotesis Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H1:
Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
H2:
Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
H3:
Komite audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
H4:
Komisaris independen berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
H5:
Tenur audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
H6:
Reputasi KAP berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
H7:
Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen, yaitu integritas laporan keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan di sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012.
B. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Dengan metode tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel dipilih atas dasar kriteria sebagai berikut: 1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor keuangan yang listed di Bursa Efek Indonesia. 2. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 20102012.
64
64
3. Menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 Januari sampai 31 Desember. 4. Listing selama periode penelitian. Data yang didapat Bursa Efek Indonesia bahwa terdapat populasi sejumlah 66 perusahaan. Namun, peneliti hanya menggunakan sampel sejumlah 62 perusahaan selama 3 tahun, sehingga total sampel yang digunakan sejumlah 186 perusahaan. Beberapa perusahaan lainnya tereliminasi karena tidak sesuai dengan kriteria yang dimaksudkan di atas.
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran dan pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder berupa laporan keuangan auditan perusahaan sampel. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Data sekunder dari penelitian ini mengambil dari: 1. Buku-buku yang behubungan dengan integritas laporan keuangan. 2. Jurnal-jurnal, tesis dan bahan dari internet yang berhubungan dengan integritas laporan keuangan.
65
3. Data yang dipublikasikan Di BEI dari tahun 2010 sampai dengan 2012 dan annual report yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode data panel. Data panel adalah penggabungan antara data cross-section dan data time series (runtut waktu). Data cross section adalah data dari hasil observasi entitas yang berbeda dimana variabel tersebut diukur pada satu titik waktu yang sama (Ghozali, 2012:18).
D. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Analisis
kuantitatif
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
cara
mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan SPSS 17. Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dummy. Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2012:333).
66
1. Definisi Regresi Logistik Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner). Walaupun formulanya dapat saja lebih dari dua kelompok. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang berbentuk skala. Regresi logistik binari adalah regresi logistik dimana variabel dependenya berupa variabel dikotomi atau variabel biner. Contoh: Variabel dikotomi atau variabel biner adalah sukses – gagal, ya – tidak, benar – salah, hadir – bolos, pria – wanita dan seterusnya. 2. Tahapan Regresi Logistik Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian, adapun penjelasannya diuraikan dalam paragraf di bawah ini: a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation),
dan
maksimum-minimum.
Mean
digunakan
untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
67
gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian. b. Pengujian Hipotesis Penelitian Estimasi
parameter
menggunakan
Maximum
Likehood
Estimation (MLE). Ho = β1 = β2 = β3 = ... = βi = 0 Ho ≠ β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ ... ≠ βi ≠ 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Umumnya, besarnya α adalah 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah: a) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5%, maka hipotesis alternatif didukung. b) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5%, maka hipotesis alternatif tidak didukung. 1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit). Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Beberapa uji statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0
: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha
: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
68
Hipotesis ini tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Log Likelihood dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Pengujian hipotesis
nol
dan
alternatif
dilakukan
dengan
cara
L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan Likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2012:340). 2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell’s R2dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2012:341).
69
3) Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2012:341). 4) Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Jika variabel saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Pengujian ini menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar
70
variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup
tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2012:105). 5) Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi.
Tahap
ini
dilakukan
untuk
memprediksi
kemungkinan Integritas laporan keuangan pada perusahaan (Ghozali, 2011:276). c. Model Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Logit KSVT it
= β0 + β1 INSTit + β2 MNJit + β3 KOMAUDit + β4 KOMINDit + β5 TENit + β6 REPit + β7 SIZEit + €
Dimana: Logit KSVT it : Konservatisme yang diukur dengan menggunakan variable dummy dan diberi nilai 1 jika Acr Disc negatif dan nilai 0 jika Acr Disc positif β0
: Konstanta
INSTit
: Persentase kepemilikan saham oleh institusi.
MNJit
: Persentase kepemilikan saham oleh manajemen.
KOMAUDit
: Jumlah anggota komite audit perusahaan.
71
KOMINDit
: Proporsi komisaris independen terhadap keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahaan.
TENit
: Tenur audit menggunakan variabel dummy, tenur lama (3 tahun atau lebih) diberi angka 1 dan tenur singkat (kurang dari 3 tahun) diberi angka 0
REPit
: Reputasi auditor yang diukur dengan menggunakan variable dummy dan diberi nilai 1 jika KAP merupakan KAP big four dan nilai 0 jika sebaliknya
SIZEit
: Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan variable dummy dan diberi nilai 1 jika jumlah saham yang beredar lebih dari 100 milyar rupiah dan nilai 0 jika sebaliknya
€
: error
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Pada bagian ini diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. 1. Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan. Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba (Mayangsari, 2003:3). Dalam penelitian ini integritas
72
laporan keuangan diukur dengan menggunakan manajemen laba yang diukur dengan akrual diskresioner. Pengukuran akrual diskresioner dilakukan dengan model Jones (1991) yang telah dimodifikasi (Dechow et al, 1995:198). Model ini menggunakan akrual total (TA) yang diklasifikasikan menjadi komponen akrual diskresioner (DA) dalam akrual nondiskresioner (NDA), dirumuskan sebagai berikut: TA = NDA + DA Dimana: TAit/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit)/Ait-1 + α3 (PPEit/Ait-1) + ℮it NDAit = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit - ∆RECit)/Ait-1 + α3 (PPEit/Ait-1) Dan untuk memperoleh discretionery accrual adalah: DAit = TA it/Ait-1 - NDAit Penelitian ini menguji pilihan manajer terhadap akuntansi konservatif (atau tidak). Anggarini dan Trisnawati (2008:32) menyatakan akuntansi konservatif tercermin dari akrual diskresioner negatif, maka diberi nilai 1 jika konservatif dan nilai 0 jika tidak konservatif (optimis). 2. Variabel independen Variabel independen (variabel bebas) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:65). Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan. Adapun penjelasan variabel-variabel tersebut sebagai berikut:
73
a. Mekanisme Corporate Governance Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan (Wardhani, 2006:2). Pada penelitian ini variabel Corporate Governance yang digunakan adalah: 1) Kepemilikan Institusional Persentase institusi dapat diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusional seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun dan investmen banking dari seluruh jumlah saham perusahaan yang dikelola pada tahun 2010-2012 (Susiana dan Herawaty, 2007:8). 2) Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi (Oktadella dan Zulaika, 2010:15). 3) Komite audit Biasanya pengukuran terhadap komite audit berdasarkan keberadaan komite audit dalam perusahaan. Namun pengukuran tersebut tidak dapat digunakan lagi karena berdasarkan keputusan BAPEPAM
Nomor
SE-03/PM/2000dan
SE-07/PM/2004
menyatakan bahwa suatu perusahaan yang telah go public wajib
74
memiliki komite audit. Karena alasan tersebut model pengukuran komite audit dalam penelitian ini menjadi jumlah anggota komite audit. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan (Oktadella dan Zulaikha, 2010:15). 4) Komisaris independen Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam
pengambilan
keputusan
khususnya
dalam
rangka
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Komisaris independen diukur dengan proporsi jumlah komisaris independen dari seluruh total anggota dewan komisaris perusahaan (Astria dan Ardiyanto, 2011:21). b. Kualitas Audit 1) Audit Tenur Audit tenur adalah masa jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama. Jumlah tahun KAP tetap mengaudit klien yang sama merupakan variabel dummy, tenur lama (3 tahun atau lebih) diberi angka 1 dan tenur singkat (kurang dari 3 tahun) diberi angka 0 (Giri, 2010:12). 2) Reputasi KAP Reputasi KAP ini digunakan untuk mengukur proksi kualitas audit. Reputasi KAP dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP big four dan KAP non big four. Variabel ini diukur dengan
75
menggunakan variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP big four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP non big four (Astria dan Ardiyanto, 2011:21). c. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat
di
dalam
perusahaan
tersebut.
Ukuran
perusahaan
dikelompokan berdasarkan market value pada tiap-tiap akhir tahun penelitian, yaitu jumlah saham yang beredar dikalikan dengan harga pasar saham. Perusahaan yang memilik market value di atas 1 trilyun rupiah dikatagorikan besar, bila memiliki market value lebih besar dari 100 milyar dan lebih kecil dari 1 trilyun rupiah dikategorikan sedang, dan kategori kecil bila memiliki market value dibawah 100 milyar rupiah. Variabel dummy digunakan untuk memproksikan variabel ukuran perusahaan, perusahaan ukuran sedang dan besar diberi kode 1 dan perusahaan kecil diberi kode 0 (Handayani dan Rachadi, 2009:40).
Berikut ini merupakan operasional variabel yang dijelaskan melalui tabel 3.1 di bawah ini.
76
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Variabel Kepemilikan Institusional (X1) (Susiana dan Herawaty, 2007) Kepemilikan Manajerial (X2) (Oktadella dan Zulaikha, 2010) Komite audit (X3) (Oktadella dan Zulaikha, 2010) Komisaris independen (X4) (Astria dan Ardiyanto, 2011) Audit Tenur (X5) (Giri, 2010)
Indikator persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusional
Skala Rasio
persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan jumlah anggota komite audit
Rasio
jumlah komisaris independen dari seluruh total anggota dewan komisaris perusahaan
Rasio
Tenur lama (3 tahun atau lebih) diberi angka 1 dan tenur singkat (kurang dari 3 tahun) diberi angka 0 (dummy). Reputasi KAP (X6) angka 1 diberikan jika auditor yang (Astria dan mengaudit perusahaan merupakan Ardiyanto, 2011) auditor dari KAP big four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP non big four (dummy). Ukuran perusahaan Angka 1 jika jumlah saham yang (X7) (Handayani beredar lebih dari 100 milyar rupiah dan Rachadi, 2009) dan nilai 0 jika sebaliknya (dummy). Integritas laporan Angka 1 jika konservatif dan nilai 0 keuangan (Y) jika tidak konservatif (dummy). (Dechow et al, 1995)
Rasio
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010-2012. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 62 perusahaan dengan total data 186 laporan keuangan perusahaan. Perolehan data yang digunakan melalui website www.idx.co.id. Perusahaan keuangan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2010 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. Pemilihan
perusahaan-perusahaan
publik
yang
masuk
kategori
perusahaan keuangan ini didasarkan pada pertimbangan karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan keuangan, kebanyakan penelitian sebelumnya mengenai integritas laporan keuangan masih terkonsentrasi pada perusahaan sektor manufaktur. Perusahaan keuangan dipilih karena kategori ini merupakan urat nadi dalam arus uang, sehingga banyak perusahaan yang terkait dengan kategori ini, juga merupakan kategori perusahaan yang paling peka terhadap perubahan atau gejolak perekonomian.
78
78
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel 4.1. Berikut tabel yang ditampilkan:
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No.
Kriteria
Jumlah
1.
Total perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI mulai tahun 2010 hingga 2012
66
2.
Perusahaan yang tidak menerbitkan secara lengkap laporan keuangannya dan laporan auditor independen tahun sebelumnya diakses per 1 April 2013
(4)
3.
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan periode 1 Januari – 31 Desember
(0)
4.
Delisting selama periode penelitian
(0)
Data tersedia
62
Total sampel selama 3 tahun periode penelitian
186
Sumber: Data sekunder yang diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan dimana variabel independen (kepemilikan institusi, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris independen, tenur audit, reputasi KAP dan ukuran perusahaan). 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 186 data observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (3 tahun
79
yaitu dari tahun 2010 sampai 2012) dengan jumlah perusahaan sampel berjumlah 62 perusahaan. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif (dibulatkan) Std. Deviasi INST 186 0 99,996 54,096 31,74 MNJ 186 0 45,91 2,54 9,03 KOMAUD 186 0 8 3,39 1,12 KOMIND 186 0 1 0,46 0,18 Sumber : data sekunder yang diolah dengan Microsoft Office Excel Variabel
N
Minimum
Maksimum
Mean
Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 4.2, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kepemilikan institusi (INST) yang dihitung dari persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusional menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 99,996 dengan rata-rata sebesar 54,096 dan standar deviasi 31,74. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kepemilikan manajemen (MNJ) yang dihitung dari persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 45,91 dengan rata-rata sebesar 2,54 dan standar deviasi 9,03. Selanjutnya, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap jumlah komite audit (KOMAUD) yang dihitung dari jumlah komite audit yang terdapat dalam suatu perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 8 dengan rata-rata sebesar 3,39 dan standar deviasi 1,12. Hasil analisis dengan menggunakan statistik
80
deskriptif
terhadap
proporsi
komisaris
independen
(KOMIND)
menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1 dengan rata-rata sebesar 0,46 dan standar deviasi 0,19. Variabel INST, KOMAUD dan KOMIND memiliki nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasinya mengidentifikasikan bahwa standar error dari variabel tersebut kecil. Untuk variabel kepemilikan manajemen (MNJ) nilai rata-rata lebih kecil dari standar deviasi menunjukan kualitas data dari variabel tersebut buruk dimana standar error besar. Hal ini dikarenakan data di antara anggota elemen adalah heterogen dimana banyak perusahaan yang tidak dimiliki oleh manajemen, disamping itu juga terdapat beberapa perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang cukup besar. 2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel dependen yang bersifat dummy (konservatif dan tidak konservatif), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011:262): a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2
81
Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Nilai -2LL awal sebesar 226,872. Setelah dimasukkan ke variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi 226,375. Penurunan -2 Log Likelihood (-2LL) ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2012:340). Konstanta sebesar -0,879 artinya jika nilai semua variabel X adalah 0, maka integritas laporan keuangan (Y) nilainya adalah -0,879. Berikut Tabel 4.3 yang menunjukkan perbandingan antara nilai 2LL awal dengan -2LL akhir. Tabel 4.3 Menilai Keseluruhan Model Coefficients -2 Log Iteration likelihood Constant INST MNJ KOMAUD KOMIND TEN Step 1 226.872 -.711 .011 .024 -.168 .806 .349 1 2 226.376 -.870 .014 .027 -.200 .950 .409 3 226.375 -.879 .014 .027 -.202 .958 .412 4 226.375 -.879 .014 .027 -.202 .958 .412 Sumber : data sekunder yang diolah dengan SPSS
REP .377 .462 .467 .467
SIZE -.833 -.929 -.934 -.934
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,139 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 13,9%, sedangkan sisanya sebesar 86,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian, seperti leverage
82
pada penelitian Oktadella dan Zulaikha (2010:17), spesialisasi jenis industri KAP pada penelitian Jamaan (2008:20) dan jumlah dewan direksi pada Perwirasari (2009:3). Berikut tabel 4.4 yang menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Tabel 4.4 Koefisien Determinasi Step 1
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke likelihood R Square R Square a 226.375 .102 .139
Sumber : data sekunder yang diolah dengan SPSS c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chi-square sebesar 10,782 dengan signifikansi sebesar 0,214. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya. Berikut Tabel 4.5 yang menunjukkan hasil pengujian Homser and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Tabel 4.5 Kelayakan Model Regresi Step 1
Chi-square 10.782
Df 8
Sig. .214
Sumber : data sekunder yang diolah dengan SPSS d. Hasil Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini
83
menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen. Hasil Tabel 4.6 menunjukkan tidak ada nilai matriks korelasi antar variabel yang lebih besar dari 0,9. Maka tidak ada gejala multikolinieritas yang serius antar variabel bebas (Ghozali, 2012:105). Tabel 4.6 Matriks Korelasi Constant INST MNJ KOMAUD KOMIND TEN REP SIZE 1.000 -.525 -.293 -.484 -.465 -.211 .173 -.318
Step Constant 1 INST
-.525 1.000 .250
-.034
.184 .015 -.045 .073
MNJ
-.293 .250 1.000
.077
-.067 .021 .057 .233
KOMAUD
-.484 -.034 .077
1.000
-.152 -.109 -.265 -.035
KOMIND
-.465 .184 -.067
-.152
1.000 -.042 .028 -.076
TEN
-.211 .015 .021
-.109
-.042 1.000 -.164 .112
REP
.173 -.045 .057
-.265
.028 -.164 1.000 -.417
SIZE
-.318 .073 .233 -.035 -.076 .112 -.417 1.000 Sumber : data sekunder yang diolah dengan SPSS
e. Hasil Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan adanya integritas laporan keuangan pada suatu perusahaan. Berikut tampilan Tabel 4.7 beserta penjelasannya.
84
Tabel 4.7 Matriks Klasifikasi Predicted Observed KSVT Percentage Correct 0 1 Step 1 KSVT 0 103 13 88.8 1 46 24 34.3 Overall Percentage 68.3 Sumber : data sekunder yang diolah dengan SPSS Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan adanya integritas laporan keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan adalah sebesar 34,3%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 24 perusahaan (34,3%) yang diprediksi akan melakukan integritas laporan keuangan dari total 70 perusahaan yang melakukan integritas laporan keuangan. Kekuatan prediksi model perusahaan yang tidak melakukan integritas laporan keuangan adalah sebesar 88,8%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 103 perusahaan (88,8%) yang diprediksi tidak melakukan dari total 116 perusahaan yang tidak melakukan integritas laporan keuangan. Ketepatan model dalam mengkasifikasikan integritas laporan keuangan adalah 68,3% artinya dari 186 observasi ada 127 observasi yang tepat pengklasifikasiannya oleh model regresi logistik. f. Hasil Uji Regresi Logistik dan Pembahasan Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel di bawah ini:
85
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Logistik B S.E. Wald df Sig. Ket. INST 0.014 0.006 5.902 1 0.015 Signifikan MNJ 0.027 0.019 1.990 1 0.158 Tidak Signifikan KOMAUD -0.202 0.161 1.571 1 0.210 Tidak Signifikan KOMIND 0.958 0.924 1.076 1 0.300 Tidak Signifikan TEN 0.412 0.384 1.402 1 0.236 Tidak Signifikan REP 0.467 0.388 1.445 1 0.229 Tidak Signifikan SIZE -0.934 0.426 4.799 1 0.028 Signifikan Constant -0.879 0.792 1.233 1 0.267 Sumber : data sekunder yang diolah dengan SPSS Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini: LOGIT KSVT = -0,879 + 0,014 INST + 0,027 MNJ – 0,202 KOMAUD + 0,958 KOMIND + 0,412 TEN + 0,467 REP – 0,934 SIZE Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression) sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam tujuh bagian. Bagian pertama membahas pengaruh kepemilikan institusi (INST) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) (H1). Bagian kedua membahas pengaruh kepemilikan
manajemen
(MNJ)
terhadap
Integritas
Laporan
Keuangan (KSVT) (H2). Bagian ketiga membahas pengaruh jumlah komite audit (KOMAUD) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) (H3). Bagian keempat membahas pengaruh proporsi komisaris independen (KOMIND) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) (H4). Bagian kelima membahas pengaruh tenur
86
audit (TEN) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) (H5). Bagian keenam membahas pengaruh reputasi Kap (REP) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) (H6). Bagian terakhir membahas pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) (H7). Penjelasan ketujuh bagian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh kepemilikan institusi (INST) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) Variabel INST menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,014. Probabilitas menunjukan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,015. Hal ini berarti hipotesi ke-1 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kepemilikan institusi (INST) berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT). Nilai koefisien positif menunjukan bahwa kepemilikan institusi
berpengaruh
positif
terhadap
integritas
laporan
keuangan. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan variabel kepemilikan institusi, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikan integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008:31) serta Oktadella dan Zulaikha (2010:26). Alasan yang mendukung hasil tersebut diantaranya adalah kepemilikan institusional yang tinggi yaitu rata-rata 54,1% sehingga membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba
87
dan
dapat
meningkatkan
integritas
laporan
keuangan.
Kepemilikan institusional dalam perusahaan dapat meningkatkan monitoring terhadap perilaku manajer dalam mengantisipasi manipulasi
yang
mungkin
dilakukan
sehingga
dapat
meningkatkan integritas laporan keuangan (Oktadella dan Zulaikha, 2010:11). Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian Astria dan Ardiyanto (2011:27) yang menyatakan tindakan monitoring yang optimal dapat memperkecil peluang terjadinya tindakan kurang baik yang dilakukan oleh manajer dan manajer akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. 2) Pengaruh
kepemilikan
manajemen
(MNJ)
terhadap
Integritas Laporan Keuangan (KSVT) Variabel MNJ menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,027. Probabilitas menunjukan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,158. Hal ini berarti tingkat signifikansinya lebih besar dari α = 5%, sehingga hipotesis ke-2 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa kepemilikan manajemen (MNJ) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan (KSVT). Hal ini menunjukkan bahwa berapapun kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan, kemungkinan integritas laporan keuangan dalam perusahaan adalah sama. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang
88
dilakukan
oleh
Perwirasari
(2009:11)
serta
Hardiningsih
(2010:10). Penelitian Putra dan Muid (2012:9) serta Oktadella dan Zulaikha (2010:24) mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan kepemilikan manajerial dalam penelitian terlalu kecil, yaitu rata-rata 2,54% sehingga kurang berperan dalam pengambilan keputusan tentang manajemen perusahaan termasuk di dalamnya integritas laporan keuangan. Dengan kepemilikan manajemen maka manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi
yang
diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola (Gideon, 2005:4).
Ketika
manajemen
masih
kurang
andil
dalam
pengambilan kepeutusan maka integritas laporan keuangan perusahaan adalah sama. 3) Pengaruh jumlah komite audit (KOMAUD) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) Variabel KOMAUD menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,202. Probabilitas menunjukan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,210. Hal ini berarti tingkat signifikansinya lebih besar dari α = 5%, sehingga hipotesis ke-3 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa jumlah komite audit (KOMAUD) berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT). Hal ini menunjukkan bahwa berapapun
89
jumlah komite audit dalam suatu perusahaan, kemungkinan integritas laporan keuangan dalam perusahaan adalah sama. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jamaan (2008:31), Oktadella dan Zulaikha (2010:26) serta Putra dan Muid (2012:10). Penelitian Mayangsari (2003:12) mendukung mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan secara intuitif fungsi komite audit yang secara eksplisit seharusnya dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang disajikan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Perwirasari (2009:11) serta Hardiningsih (2010:9) yang menyatakan sesuai fungsi dan tujuan dibentuknya
komite
memastikan
laporan
audit
dimana
keuangan
salah
yang
satunya
yaitu
dihasilkan
tidak
menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum. Jumlah komite audit dalam perusahaan tidak merubah tugas dan fungsinya untuk memonitor pelaporan keuangan sehingga berapapun jumlah komite audit, integritas laporan keuangan perusahaan adalah sama. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan adanya agency problems (masalah keagenan), yaitu dengan makin banyaknya anggota komite audit maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir
90
kerja dari masing-masing anggota komite audit itu sendiri (Nasution dan Setiawan, 2007:6). 4) Pengaruh
proporsi
komisaris
independen
(KOMIND)
terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) Variabel KOMIND menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,958. Probabilitas menunjukan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,300. Hal ini berarti tingkat signifikansinya lebih besar dari α = 5%, sehingga hipotesis ke-4 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa proporsi komisaris
independen
(KOMIND)
berpengaruh
terhadap
Integritas Laporan Keuangan (KSVT). Hal ini menunjukkan bahwa berapapun proporsi komisaris independen dalam suatu perusahaan, kemungkinan integritas laporan keuangan dalam perusahaan adalah sama. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jamaan (2008:31). Penelitian Oktadella dan Zulaikha (2010:24), Hardiningsih (2010:10) serta Putra dan Muid (2012:9) mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan variabel komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa proporsi komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara menurut hasil survai Asian
91
Development Bank bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya menjadi tidak efektif sehingga kinerja komisaris independen tidak meningkat bahkan bisa menurun (Gideon, 2005:12). 5) Pengaruh tenur audit (TEN) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) Variabel TEN menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,412. Probabilitas menunjukan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,236. Hal ini berarti tingkat signifikansinya lebih besar dari α = 5%, sehingga hipotesis ke-5 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa tenur audit (TEN) berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT). Hal ini menunjukkan bahwa berapa lamapun masa perikatan
audit
(tenur
audit)
dalam
suatu
perusahaan,
kemungkinan integritas laporan keuangan dalam perusahaan adalah sama. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Giri (2010:19). Penelitian Astria dan Ardiyanto (2011:27) mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari tenur audit yang mencerminkan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan menunjukkan bahwa
92
perusahaan tidak memandang masa perikatan KAP yang lebih lama sebagai dasar penyajian laporan keuangan untuk menjadi tidak berintegritas tinggi. KAP melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum, sehingga independensi adalah sikap tidak mudah dipengaruhi tanpa mempedulikan insentif ekonomi yang akan hilang akibat kehilangan klien. Sejalan dengan penelitian menyatakan
yang
dilakukan
tenur
KAP
oleh
Hamid
yang lama
(2013:10)
tidak
selalu
yang dapat
mempengaruhi independensi auditor sehingga tidak dapat menurunkan kualitas audit. Disamping itu tenur yang lama juga tidak selalu dapat menentukan keandalan kualitas audit, karena bisa saja auditor tidak punya pengetahuan dan pengalaman yaang cukup untuk melakukan audit pada perusahaan klien. Kedua pernyataan yang saling bertolak belakang ini diduga sama-sama terjadi dan menyebabkan pengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. 6) Pengaruh reputasi KAP (REP) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) Variabel REP menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,467. Probabilitas menunjukan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,229. Hal ini berarti tingkat signifikansinya lebih besar dari α = 5%, sehingga hipotesis ke-6 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa reputasi Kap
93
(REP) berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT). Hal ini menunjukkan bahwa KAP manapun yang mengaudit suatu perusahaan, kemungkinan integritas laporan keuangan dalam perusahaan adalah sama. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2010:25) serta Putra dan Muid (2012:10). Penelitian Susiana dan Herawaty (2007:17) dan Mayangsari (2003:12) mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari reputasi KAP yang mencerminkan perusahaan cenderung menggunakan auditor eksternal Big Four hanya untuk menaikkan reputasinya semata dan meningkatkan kredibilitas perusahaan. KAP big four maupun KAP non big four memiliki standar sama sesuai dalam Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) dalam melaksanakan pekerjaan mareka sehingga tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian Lestari (2012:9) yang menyatakan integritas laporan keuangan tidak lepas dari kinerja para manajer sebagai agen perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang berintegritas tinggi atau rendah tegantung pada kinerja manajer, walaupun diaudit oleh KAP yang bermitra dengan big four tetapi pihak manajer menyajikan laporan
94
keuangan yang tidak berintegritas maka tidak akan menjamin laporan keuangan. 7) Pengaruh pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT) Variabel SIZE menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,934. Probabilitas menunjukan lebih kecil dari 0,05 yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0,028. Hal ini berarti tingkat signifikansinya lebih kecil dari α = 5%, sehingga hipotesis ke-7 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap Integritas Laporan Keuangan (KSVT). Nilai koefisien negatif menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa pada perusahaan dengan katagori besar, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2010:25). Penelitian
lain
yang
mendukung
adalah
penelitian
Mardhiyah (2009:13) serta Putri (2010:21) yang menyatakan perusahaan besar sangat menyadari bahwa mereka menjadi sorotan bagi masyarakat dan pemerintah. Dengan semakin besarnya ukuran perusahaan, maka akses informasi yang tersedia
95
untuk masyarakat dan pemerintah akan semakin banyak, sehingga ini akan memberkan kemudahan bagi pihak manajemen untuk campur tangan dalam pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri dan akan menurunkan integritas laporan keuangan.
Ringkasan hasil penelitian disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Penelitian Variabel Dependen Variabel Independen Kepemilikan Institusi (INST) Kepemilikan Manajemen (MNJ) Komite Audit (KOMAUD) Komisaris Independen (KOMIND) Tenur Audit (TEN) Reputasi KAP (REP) Ukuran Perusahaan (SIZE)
Integritas Laporan Keuangan (KSVT) (+) V (+) X (-) X (+) X (+) X (+) X (-) V
Keterangan: V
= Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis diterima.
X
= Variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak.
(+)
= Koefisien regresi positif.
(-)
= Koefisien regresi negatif.
96
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang mekanisme corporate governance, kualitas audit dan ukuran perusahaan yang mempengaruhi integritas laporan keuangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17. Data sampel perusahaan sebanyak 186 pengamatan perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2012. Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa kepemilikan institusi secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan selama tiga tahun pengamatan (20102012). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008) serta Oktadella dan Zulaikha (2010). 2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan selama tiga tahun pengamatan (2010-2012). Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Perwirasari (2009) serta Hardiningsih (2010).
97
97
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa jumlah komite audit secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan selama tiga tahun pengamatan (20102012). Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008), Oktadella dan Zulaikha (2010) serta Putra dan Muid (2012). 4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan selama tiga tahun pengamatan (2010-2012). Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Jamaan (2008). 5. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa tenur audit secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan selama tiga tahun pengamatan (2010-2012). Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Mudi (2012). 6. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa reputasi KAP secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan selama tiga tahun pengamatan (2010-2012). Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2010) serta Putra dan Muid (2012). 7. Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara statistik berpengaruh negatif signifikan
98
terhadap integritas laporan keuangan selama tiga tahun pengamatan (20102012). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2010).
B. Implikasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu akuntansi yang khususnya membahas mengenai integritas laporan keuangan. Diharapkan pula dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan, dalam penelitian ini faktor yang berpengaruh adalah kepemilikan institusi dan ukuran perusahaan. Berdasarkan kesimpulan yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusi memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan keuangan. Kepemilikan institusional dalam perusahaan dapat meningkatkan monitoring terhadap perilaku manajer dalam mengantisipasi manipulasi yang mungkin dilakukan sehingga dapat meningkatkan integritas laporan keuangan. Implikasinya integritas laporan keuangan perlu tetap ditingkatkan dengan adanya kepemilikan institusi yang dapat memperkecil peluang terjadinya tindakan kurang baik yang dilakukan oleh manajer. Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Ketika kepemilikan manajemen rendah, sehingga kurang berperan dalam pengambilan keputusan tentang manajemen perusahaan termasuk di dalamnya integritas laporan keuangan. Implikasinya
99
perusahaan sebaiknya meningkatkan kepemilikan manajerial agar manajemen lebih berperan dalam pengambilan keputusan perusahaan termasuk di dalamnya mengenai prinsip akuntansi yang sesuai untuk manajemen yang menyusun laporan keuangan sehingga akan meningkatkan integritas laporan keuangan. Komite audit memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Fungsi komite audit yang secara eksplisit seharusnya dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang disajikan, tetapi penambahan jumlah komite audit kurang berperan meningkatkan fungsi secara efektif dan efesien. Implikasinya apabila dilakukan penambahan anggota, komunikasi dan koordinasi perlu ditingkatkan agar tugas dan fungsi komite audit dijalankan dengan efektif dan efesien sehingga integritas laporan keuangan meningkat. Komisaris independen memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Proporsi komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal. Proporsi komisaris independen di Indonesia telah diatur dalam Surat keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep 315/BEJ/06-2000 dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa perusahaan yang tercatat di BEJ wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proporsionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris. Implikasinya pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan
100
sebaiknya jangan hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja, tetapi juga memberikan peranan penting yaitu pengawasan dari tindakan manajemen, termasuk di dalamnya tindakan integritas laporan keuangan. Tenur audit memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Perusahaan tidak memandang masa perikatan KAP yang lebih lama sebagai dasar untuk menurunkan integritas laporan keuangan. Implikasinya KAP harus tetap menjaga independensi dan profesionalisme dalam menerima penugasan audit karena KAP melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Reputasi KAP memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Laporan keuangan yang berintegritas tinggi atau rendah tergantung pada kinerja manajer, walaupun diaudit oleh KAP big four tetapi pihak manajer menyajikan laporan keuangan yang tidak berintegritas maka tidak akan menjamin laporan keuangan. Implikasinya integritas laporan keuangan tidak hanya dinilai dari KAP yang mengaudit, namun harus mempertimbangkan kinerja pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan tersebut. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka akses informasi yang tersedia untuk masyarakat dan pemerintah akan semakin banyak. Implikasinya perusahaan harus melakukan seleksi informasi yang diberikan untuk publik agar informasi tersebut tidak disalahgunakan pihak manajemen untuk melakukan tindakan yang hanya menguntungkan diri
101
sendiri sehingga menurunkan nilai perusahaan dan integritas laporan keuangan.
C. Saran Penelitian mengenai integritas laporan keuangan di masa yang akan datang diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas, dengan mempertimbangkan saran di bawah ini: 1. Menambahkan beberapa variabel lain sebagai faktor yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan, seperti profitabilitas dan leverage. 2. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan penggunaan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai populasi penelitian. 3. Pengukuran terhadap variabel ukuran perusahaan klien pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan alternatif proksi lain, seperti total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan total aktiva.
102
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fivi dan Ira Trisnawati. “Pengaruh Earnings Management terhadap Konservatisme Akuntansi” Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.10 No.1, 2008. Astria, Tia dan M. Didik Ardiyanto. “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Corporate Governance dan Ukuran Kap terhadap Integritas Laporan Keuangan” E-journal Universitas Diponegoro, Semarang. 2011. http://eprints.undip.ac.id/29366/1/JURNALKU.pdf diakses tanggal 9 Mei 2013. Ahmed, S. Duellman, S. “Accounting Conservatism and Board of Director Characteristics: an empirical Analysis”, 2007 dari http://www.ssrn.com diakses tanggal 9 Mei 2013. Basu, Sudipta. “The Conservatism Principle and the Asymmetric Timeliness of Earnings.” Journal of Accounting and Economics 24: 3-37, 1997. Belkaoui, Ahmed. Teori Akuntansi, Buku 1, Edisi Kelima. Jakarta:Salemba Empat. 2006. Dechow, Patricia M; Richard G. Sloan; and Amy P. Sweeney. “Detecting Earning Management”, The Accounting Review, Vol 70, No.2, April 1995. Dirgantari, Novi. “Analisis terhadap Perbedaan Ekstensifikasi Praktek Social Disclosure pada perusahan-Perusahaan Emiten di Bursa Efek Jakarta Berdasarkan Tipe Industri dan Ukuran Perusahaan” Tesis Universitas Diponegoro, Semarang. 2002. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Indonesia Company Law. 2003. http://www.fcgi.org.id diakses tanggal 9 Mei 2013. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 20. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2012. Gideon SB Boediono. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur” Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. 2005. Giri, Efraim Ferdinan. “Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor Di Indonesia” Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto. 2010.
103
Hardiningsih, Pancawati. “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan“ Kajian Akuntansi Vol.2 No.1, 2010. Herawaty, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Mangement terhadap Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. 2008. Ikatan
Akuntan Indonesia. Pedoman Jakarta:Salemba Empat. 2009.
Standar
Akuntansi
Keuangan.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. 2002. Jamaan. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan” Tesis Universitas Diponegoro, Semarang. 2008. Jensen, Michael C, dan W.H. Meckling. “Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure” Journal of Financial Economics Vol. 3, No. 4, 1976. Liputan6,2009,http://m.liputan6.com/m/read/1/2/242306/berita/hukrim/Dua.Direk si.waskita.Dicopot, www.liputan6.com:mobile, diakses tanggal 3 februari 2013. Mayangsari, Sekar. “Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan” Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. 2003 Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar. 2007. Nuryaman. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Prngungkapan Sukarela”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.6, No.1. 2009 Oktadella, Dewanti dan Zulaikha. “Analisis Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan“. E-journal Universitas Diponegoro, Semarang. 2010. http://eprints.undip.ac.id/28639/1/JURNAL.pdf diakses tanggal 15 Oktober 2012.
104
Perwirasari, Kartika Tri. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Kualitas Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan“. Ejournal Universitas Gunadarma, Depok. 2009. http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3597/1/JURNAL.pd f diakses tanggal 15 Oktober 2012. Putra, Daniel Salfauz Tawakal dan Dul Muid. “Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit, dan Manajemen Laba terhadap Integritas Laporan Keuangan” Diponegoro Journal of Accounting Vol. 1, No. 2, 2012. Ramadhano, Rizki., Amries Rusli Tanjung dan Nur Azlina. “Pengaruh Komponen Arus Kas dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Kelompok Lq 45 yang Listing di Bursa Efek Indonesia.” E-journal Universitas Riau, Pekanbaru. 2011. http:// http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/549/1/JURNAL%20RIZKI %20RAMADHANO.pdf diakses 7 Februari 2013. Sari, Kumala dan Surya Rahardja. “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Kap, Disclosure, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern” E-journal Universitas Diponegoro, Semarang.2011.http://eprints.undip.ac.id/35027/1/JURNAL_KUMALA_SA RI.pdf diakses 7 Februari 2013. Sawir, Agnes. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004. Shleifer, A. dan R. Vishny. “A Survey of Corporate Governance”. Journal of Finance Vol. 52. 1997. Siswanto Sutoyo dan Aldridge, E John. Good Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat. Jakarta:PT Damar Mulia Pustaka. 2005 Susiana dan Arleen Herawaty. “Analisa Pengaruh Indepedensi, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan” Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar. 2007. Wardhani, Ratna.“Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan” Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. 2006. Widya. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif” Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo 2005.
105
LAMPIRAN
106
Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Tahun 2010-2012 No
Nama Perusahaan
Kode Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Asuransi Bina Dana Arta Tbk Adira Dinamika Multi Finance Tbk Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Asuransi Harta Aman Pratama Tbk Majapahit Securities Tbk Asuransi Multi Artha Guna Tbk Pacific Strategic Financial Tbk Arthavest Tbk Asuransi Bintang Tbk Asuransi Dayin MitraTbk Asuransi Jasa Tania Tbk Asuransi Ramayana Tbk Bank ICB Bumiputera Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Buana Finance Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bhakti Capital Indonesia Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk BFI Finance Indonesia Tbk Bank Jawa Barat dan Banten Tbk Bank QNB Kesawan Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Permata Tbk Batavia Prosperindo Finance Tbk Bank Sinarmas Tbk Bank Of India Indonesia Tbk Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
ABDA ADMF AGRO AHAP AKSI AMAG APIC ARTA ASBI ASDM ASJT ASRM BABP BAEK BBCA BBKP BBLD BBNI BBNP BBRI BBTN BCAP BCIC BDMN BEKS BFIN BJBR BKSW BNBA BNGA BNLI BPFI BSIM BSWD BTPN
107
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Bank Victoria International Tbk Clipan Finance Indonesia Tbk Danasupra Erapacific Tbk Equity Development Investment Tbk HD Capital Tbk HD Finance Tbk Bank Artha Graha Internasional Tbk Kresna Graha Sekurindo Tbk Lippo General Insurance Tbk Lippo Securities Tbk Bank Mayapada Internasional Tbk Bank Windu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Mandala Multifinance Tbk Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Capitalinc Investment Tbk Bank OCBC NISP Tbk Onix Capital Tbk Panin Sekuritas Tbk Panca Global Securities Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Panin Insurance Tbk Panin Financial Tbk Reliance Securities Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Sinarmas Multiartha Tbk Trimegah Securities Tbk Trust Finance Indonesia Tbk Verena Multi Finance Tbk Wahana Ottomitra Multiartha Tbk Yulie Sekurindo Tbk
BVIC CFIN DEFI GSMF HADE HDFA INPC KREN LPGI LPPS MAYA MCOR MEGA MFIN MREI MTFN NISP OCAP PANS PEGE PNBN PNIN PNLF RELI SDRA SMMA TRIM TRUS VRNA WOMF YULE
108
No 1 2 3 4
Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Tereliminasi Nama perusahaan Kode Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk BJBR Danasupra Erapacific Tbk DEFI Reliance Securities Tbk RELI Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk SDRA
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No. Kriteria Total perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI 1. mulai tahun 2010 hingga 2012 Perusahaan yang tidak menerbitkan secara lengkap laporan keuangannya dan laporan 2. auditor independen tahun sebelumnya diakses per 1 April 2013 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan 3. keuangan periode 1 Januari – 31 Desember 4. Delisting selama periode penelitian Data tersedia Total sampel selama 3 tahun periode penelitian
Jumlah 66
(4)
(0) (0) 62 186
109
STATISTIK DESKRIPTIF SAMPEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
ACR DISC
INST
MNJ
KOM AUD
KOM IND
TEN
1 91,46 1 95 0 96,75 0 61,36 1 96,35 1 69,09 0 0 0 0 0 85,79 1 82,34 1 98,1 1 23,88 1 7,29 0 99,96 0 47,15 1 76,77 1 75,65 0 97,4 0 90,51 1 56,75 0 72,92 0 0 0 99,996 0 67,42 1 98,69 0 57,44 1 69,63 1 90,9 1 0 1 89,03 0 0 1 7,6 0 17,12 0 59,68 1 10,73
0 0 0 0 0 0 0 0 1,06 0 0 43,58 0 0 1,47 0,28 0 0,54 0 0 0 0 0 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0,01 1,16 0,85 16,1
5 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 6 4 3 3 6 2 3 2 2 6 5 3 4 4 5 3
0,33 0,33 0,667 0,5 0,33 0,33 0,5 1 0,4 0,5 0,333 0,5 0,667 0,5 0,6 0,5 0,333 0,572 0,6 0,572 0,6 0,333 0 0,572 0,5 0,75 0,333 0 0,5 0,556 0,5 0,5 0,6 0,5 0,667
1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0
REP 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0
SIZE 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
110
SAMPEL 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
ACR INST DISC 0 62,99 0 18,06 1 59,09 0 69,444 1 52,62 0 16,88 0 41,13 0 51,16 1 63,5 0 19,1 0 0 0 70,42 1 78,59 0 73 0 0 1 45 0 59 0 14,6 1 38,82 0 42,16 0 9,15 1 57,07 1 83,55 0 54,16 0 42,87 0 62 1 52,44 1 91,46 0 95 1 94,78 1 61,36 1 96,35 1 59,92 0 0 1 83,1 0 84,96 1 82,34
MNJ 0 0 0 0,001 0 3,83 0 0 0 1,522 0 5,06 0 0 0,02 43 0 39,82 0 0 0 0,02 0,27 0 0 0 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 1,74 0
KOM KOM AUD IND 3 0,4 5 0,4 3 0,5 0 0 4 0,5 3 0,333 3 0,667 3 0,667 3 0 0 0,5 3 0,5 3 0,5 3 0,333 1 0,333 3 0,5 3 0,5 3 0,333 3 0,667 3 0,5 3 0,5 3 0,333 3 0,667 3 0,333 3 0 3 0,333 3 0,333 3 0,333 3 0,25 7 0,333 3 0,5 3 0,5 3 0,333 3 0,667 3 0,5 3 1 3 0,333 3 0,5
TEN 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1
REP 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1
SIZE 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
111
SAMPEL 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109
ACR INST DISC 1 98,1 1 23,88 0 11,41 0 99,94 0 47,15 0 60,93 0 75,65 1 97,4 0 90,51 0 56,75 1 71,91 0 0 0 99,996 0 73,57 0 98,66 0 54,91 0 69,9 0 90,9 0 0 0 89,03 0 0 1 3,52 1 17,12 0 59,68 0 18,81 0 61,76 0 18,06 0 59,09 0 70,129 0 52,62 0 17,6 1 41,13 1 63,49 0 63,5 0 19,1 1 0 0 70,42
MNJ 0 43,58 0 0 0,27 0,13 0 0,54 0 0 0,17 0,28 0 0,27 0 0 0 0 0 0 0 0,03 1,16 0,86 13,47 0 0 0 0,001 0 3,19 0 0 0 1,52 0 5,06
KOM KOM AUD IND 3 0,5 2 0,333 3 0,8 4 0,5 3 0,6 3 0,5 3 0,333 4 0,572 4 0,6 6 0,5 3 0,5 3 0,333 5 0 6 0,5 3 0,667 6 0,6 3 0,5 3 0 6 0,444 4 0,556 3 0,5 4 0,333 3 0,6 5 0,5 3 0,333 4 0,4 5 0,4 3 0,5 3 0,333 4 0,5 3 0,333 3 0,333 3 0,667 3 0,5 2 0,333 3 0,667 3 0,5
TEN 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0
REP 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
SIZE 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
112
SAMPEL 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146
ACR DISC 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
INST
MNJ
78,68 64,44 0 45 59 14,6 38,82 42,16 7,81 52,46 83,56 54,16 42,87 67 52,44 59,81 95 94,78 61,36 96,35 65,75 0 91,85 85,79 74,25 98,1 23,88 11,41 99,94 47,15 60,45 81,89 97,09 90,51 56,75 57,85 0
0 0 0,015 43 0 34,58 0 0 0 0 0,25 0 0 0 0,05 0 0 0 0 0 0 0 0 0,68 0 0 45,91 0 0 1,07 0,24 0 0,72 0 0 0,1 0,34
KOM KOM AUD IND 2 0,333 1 0,333 4 0,572 3 0,5 3 0,333 3 0,333 4 0,5 3 0,5 3 0,333 3 0,5 3 0,333 3 0 3 0,333 3 0,4 3 0,333 3 0,333 7 0,429 3 0,5 3 0,5 3 0,333 3 0,667 3 0,5 3 1 3 0,4 3 0,5 3 0,667 2 0,667 3 0,667 3 0,667 3 0,6 4 0,5 3 0,333 4 0,572 3 0,5 8 0,625 3 0,5 3 0,333
TEN 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
REP 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
SIZE 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
113
SAMPEL 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183
ACR INST DISC 0 99,996 0 73,75 0 91,9 0 59,95 1 20,44 0 90,9 1 0 1 89,12 0 80 0 10,08 0 17,12 1 57,87 0 8,85 0 68,13 0 0 0 52,83 0 48,701 0 52,62 0 16,86 1 41,13 0 63,49 0 51,99 0 19,29 0 0 1 70,42 1 80,52 0 69,45 0 0 1 45 0 30 0 14,6 0 38,82 0 42,16 0 5,63 0 52,46 0 80,41 1 76,65
MNJ 0 0,32 0,03 0 0 0 0 0 0 0,03 1,61 0,85 13,35 0 0 0 0,001 0 2,91 0 0 0 1,33 0 5,08 0 0 0,015 43 0 34,58 0 0 0 0 0,21 0
KOM KOM AUD IND 4 0 6 0,5 3 0,667 6 0,6 2 0,5 3 0 6 0,5 4 0,556 3 0,5 5 0,5 3 0,6 5 0,5 3 0,75 4 0,4 5 0,4 3 0,5 3 0,333 5 0,5 3 0,5 3 0,5 3 0,667 3 0 3 0,5 3 0,667 3 0,5 3 0,25 1 0,333 4 0,5 3 0,333 3 0,333 3 0,667 5 0,5 3 0,5 3 0,333 3 0,5 3 0,333 3 0
TEN 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1
REP 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
SIZE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
114
SAMPEL 184 185 186 MIN MAX MEAN ST. DEV
ACR INST DISC 0 42,87 0 67 0 52,44 0 0 1 99,996 0,38 54,096 0,49 31,74
MNJ 9,74 0 0,5 0 45,91 2,54 9,03
KOM KOM AUD IND 3 0,333 3 0,4 3 0,5 0 0 8 1 3,39 0,46 1,12 0,18
TEN 1 1 0 0 1 0,63 0,48
REP 1 1 0 0 1 0,43 0,496
SIZE 1 1 0 0 1 0,76 0,43
115
Mekanisme Corporate Governance PERUSAHAAN ABDA ADMF AGRO AHAP AKSI AMAG APIC ARTA ASBI ASDM ASJT ASRM BABP BAEK BBCA BBKP BBLD BBNI BBNP BBRI BBTN
2010 91,46 95 96,75 61,36 96,35 69,09 0 0 85,79 82,34 98,1 23,88 7,29 99,96 47,15 76,77 75,65 97,4 90,51 56,75 72,92
INST 2011 91,46 95 94,78 61,36 96,35 59,92 0 83,1 84,96 82,34 98,1 23,88 11,41 99,94 47,15 60,93 75,65 97,4 90,51 56,75 71,91
2012 59,81 95 94,78 61,36 96,35 65,75 0 91,85 85,79 74,25 98,1 23,88 11,41 99,94 47,15 60,45 81,89 97,09 90,51 56,75 57,85
2010 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1,060 0,000 0,000 43,580 0,000 0,000 1,470 0,280 0,000 0,540 0,000 0,000 0,000
MNJ 2011 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1,740 0,000 0,000 43,580 0,000 0,000 0,270 0,130 0,000 0,540 0,000 0,000 0,170
2012 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,680 0,000 0,000 45,910 0,000 0,000 1,070 0,240 0,000 0,720 0,000 0,000 0,100
2010 5 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 6 4
KOMAUD 2011 2012 3 3 7 7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 6 8 3 3
2010 0,330 0,330 0,667 0,500 0,330 0,330 0,500 1,000 0,400 0,500 0,333 0,500 0,667 0,500 0,600 0,500 0,333 0,571 0,600 0,571 0,600
KOMIND 2011 0,250 0,333 0,500 0,500 0,333 0,667 0,500 1,000 0,333 0,500 0,500 0,333 0,800 0,500 0,600 0,500 0,333 0,571 0,600 0,500 0,500
2012 0,333 0,429 0,500 0,500 0,333 0,667 0,500 1,000 0,400 0,500 0,667 0,667 0,667 0,667 0,600 0,500 0,333 0,571 0,500 0,625 0,500
116
PERUSAHAAN BCAP BCIC BDMN BEKS BFIN BKSW BNBA BNGA BNLI BPFI BSIM BSWD BTPN BVIC CFIN GSMF HADE HDFA INPC KREN LPGI LPPS MAYA
2010 0 99,996 67,42 98,69 57,44 69,63 90,9 0 89,03 0 7,6 17,12 59,68 10,73 62,99 18,06 59,09 69,444 52,62 16,88 41,13 51,16 63,5
INST 2011 0 99,996 73,57 98,66 54,91 69,9 90,9 0 89,03 0 3,52 17,12 59,68 18,81 61,76 18,06 59,09 70,129 52,62 17,6 41,13 63,49 63,5
2012 0 99,996 73,75 91,9 59,95 20,44 90,9 0 89,12 80 10,08 17,12 57,87 8,85 68,13 0 52,83 48,701 52,62 16,86 41,13 63,49 51,99
2010 0,000 0,000 0,160 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,010 1,160 0,850 16,100 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 3,830 0,000 0,000 0,000
MNJ 2011 0,280 0,000 0,270 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,030 1,160 0,860 13,470 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 3,190 0,000 0,000 0,000
2012 0,340 0,000 0,320 0,030 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,030 1,610 0,850 13,350 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 2,910 0,000 0,000 0,000
KOMAUD 2010 2011 2012 3 3 3 3 5 4 6 6 6 2 3 3 3 6 6 2 3 2 2 3 3 6 6 6 5 4 4 3 3 3 4 4 5 4 3 3 5 5 5 3 3 3 3 4 4 5 5 5 3 3 3 0 3 3 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2010 0,333 0,000 0,571 0,500 0,750 0,333 0,000 0,500 0,556 0,500 0,500 0,600 0,500 0,667 0,400 0,400 0,500 0,000 0,500 0,333 0,667 0,667 0,000
KOMIND 2011 0,333 0,000 0,500 0,667 0,600 0,500 0,000 0,444 0,556 0,500 0,333 0,600 0,500 0,333 0,400 0,400 0,500 0,333 0,500 0,333 0,333 0,667 0,500
2012 0,333 0 0,500 0,667 0,600 0,500 0,000 0,500 0,556 0,500 0,500 0,600 0,500 0,750 0,400 0,400 0,500 0,333 0,500 0,500 0,500 0,667 0,000
117
PERUSAHAAN MCOR MEGA MFIN MREI MTFN NISP OCAP PANS PEGE PNBN PNIN PNLF SMMA TRIM TRUS VRNA WOMF YULE
2010 19,1 0 70,42 78,59 73 0 45 59 14,6 38,82 42,16 9,15 57,07 83,55 54,16 42,87 62 52,44
INST 2011 19,1 0 70,42 78,68 64,44 0 45 59 14,6 38,82 42,16 7,81 52,46 83,56 54,16 42,87 67 52,44
2012 19,29 0 70,42 80,52 69,45 0 45 30 14,6 38,82 42,16 5,63 52,46 80,41 76,65 42,87 67 52,44
2010 1,522 0,000 5,060 0,000 0,000 0,020 43,000 0,000 39,820 0,000 0,000 0,000 0,020 0,270 0,000 0,000 0,000 0,500
MNJ 2011 1,520 0,000 5,060 0,000 0,000 0,015 43,000 0,000 34,580 0,000 0,000 0,000 0,000 0,250 0,000 0,000 0,000 0,050
2012 1,330 0,000 5,080 0,000 0,000 0,015 43,000 0,000 34,580 0,000 0,000 0,000 0,000 0,210 0,000 9,740 0,000 0,500
KOMAUD 2010 2011 2012 0 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2010 0,500 0,500 0,500 0,333 0,333 0,500 0,500 0,333 0,667 0,500 0,500 0,333 0,667 0,333 0,000 0,333 0,333 0,333
KOMIND 2011 0,333 0,667 0,500 0,333 0,333 0,571 0,500 0,333 0,333 0,500 0,500 0,333 0,500 0,333 0,000 0,333 0,400 0,333
2012 0,500 0,667 0,500 0,250 0,333 0,500 0,333 0,333 0,667 0,500 0,500 0,333 0,500 0,333 0,000 0,333 0,400 0,500
118
Tenur Audit dan Reputasi Kap 2011 PERUSAHAAN
2008
2009
2010
Ten
Rep
ABDA ADMF AGRO AHAP AKSI AMAG APIC ARTA ASBI ASDM ASJT ASRM BABP BAEK BBCA BBKP BBLD BBNI BBNP BBRI
Grant Thornton KPMG
EY
Grant Thornton KPMG Nexia Intl DBSD DBSD DELLOITE Djamrud Abd DFK Intl Moore Stephens EY IEC Intl Moore Stephens EY KPMG EY EY EY EY BDO EY
Grant Thornton KPMG RSM DBSD Akhayadi W DELLOITE ARH&J DFK Intl Moore Stephens EY IEC Intl Moore Stephens EY KPMG EY EY EY EY Grant Thornton EY
1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
BBTN
Listing 2009
EY
EY
0
1
DBSD DELLOITE DFK Intl Moore Stephens EY IEC Intl Moore Stephens EY DELLOITE EY EY EY EY
Ten
Rep
2012
Ten
Rep
PKF KPMG EY DBSD Akhayadi W DELLOITE Iman Syafei DFK Intl Moore Stephens EY IEC Intl Moore Stephens EY KPMG EY EY EY EY Grant Thornton EY
0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
PKF EY EY DBSD DBSD DELLOITE Iman Syafei DFK Intl Moore Stephens EY BDO Moore Stephens EY KPMG KPMG EY EY PWC Grant Thornton EY
0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
EY
1
1
EY
1
1
119
PERUSAHAAN BCAP BCIC BDMN BEKS BFIN BKSW BNBA BNGA BNLI BPFI BSIM BSWD BTPN BVIC CFIN GSMF HADE HDFA INPC KREN LPGI
2010 Geneva Gr Intl RSM KPMG ISS BDO RSM DELLOITE PWC KPMG Listing 2009
LPPS MAYA
RSM Grant Thornton
DELLOITE EY DELLOITE EY Parker Randall AH&R DBSD
2010 Geneva Gr Intl RSM KPMG Geneva Gr Intl BDO RSM DELLOITE PWC KPMG BDO Listing 2010 DELLOITE PWC Grant Thornton DELLOITE EY Parker Randall Listing 2010 Morison Intl DBSD Grant Thornton
2010 Geneva Gr Intl RSM KPMG Geneva Gr Intl BDO RSM DELLOITE PWC KPMG BDO Moore Stephens DELLOITE PWC Kreston Intl DELLOITE EY Parker Randall EY Morison Intl DBSD Grant Thornton
Ten 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0
Rep 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
RSM Grant Thornton
RSM Grant Thornton
1 1
0 0
2011 Geneva Gro Intl RSM KPMG Geneva Gr Intl BDO KPMG DELLOITE PWC KPMG BDO Moore Stephens Grant Thornton PWC Morison Intl DELLOITE EY BDO EY Morison Intl BDO Geneva Gr Intl RSM Kreston Intl
Ten 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1
Rep 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
1 0
0 0
2012 Geneva Gr Intl Morison Intl EY Geneva Gr Intl BDO KPMG EY PWC KPMG BDO Moore Stephens Grant Thornton PWC Morison Intl DELLOITE EY BDO EY Morison Intl BDO Geneva Gr Intl RSM Kreston Intl
Ten 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1
Rep 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
1 0
0 0
120
PERUSAHAAN MCOR MEGA MFIN MREI MTFN NISP OCAP PANS PEGE PNBN PNIN PNLF SMMA TRIM TRUS VRNA WOMF YULE
2010 Moore Stephens EY BWP RSM ISS PWC BDO ARH&R DELLOITE
Moore Stephens AJA&R EY EY
2010 Moore Stephens KPMG BWP RSM ISS PWC S. Arsyad BDO DBSD DELLOITE CAS&Asc Eddy Kaslim Moore Stephens RSM HLB DELLOITE EY BWP
2010 Moore Stephens KPMG BWP RSM ISS PWC Moore Stephens BDO DBSD DELLOITE AGN Intl AGN Intl Moore Stephens DELLOITE HLB DELLOITE EY Binsar L.
Ten 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
Rep 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0
2011 Moore Stephens KPMG Geneva Gr Intl RSM McMilanWoods PWC Moore Stephens BDO DBSD DELLOITE DFK Intl DFK Intl Moore Stephens DELLOITE HLB DELLOITE EY BWP
Ten 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
Rep 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0
2012 EY EY BWP RSM McMilanWoods PWC Moore Stephens BDO DBSD DELLOITE DFK Intl DFK Intl Moore Stephens BDO HLB DELLOITE EY BWP
Ten 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
121
Rep 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
HASIL OUTPUT SPSS Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis
Percent 186
100.0
0
.0
186 0 186
100.0 .0 100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0 1
0 1
Block 0: Beginning Block a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
246.360
-.495
2
246.356
-.505
3
246.356
-.505
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 246,356 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than ,001. Classification Table
a,b
Predicted KSVT Observed Step 0
KSVT
0
Percentage Correct
1
0
116
0
1
70
0
Overall Percentage
100.0 .0 62.4
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
122
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. -.505
Wald
.151
df
11.138
Sig. 1
Exp(B)
.001
.603
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
INST
4.999
1
.025
MNJ
3.020
1
.082
KOMAUD
1.519
1
.218
KOMIND
.250
1
.617
TEN
2.082
1
.149
REP
.001
1
.974
SIZE
8.123
1
.004
19.168
7
.008
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter a,b,c,d
Iteration History
Iteration Step 1
-2 Log likelihood Constant INST
Coefficients MNJ
KOMAUD KOMIND
TEN
REP
SIZE
1
226.872
-.711
.011
.024
-.168
.806
.349
.377
-.833
2
226.376
-.870
.014
.027
-.200
.950
.409
.462
-.929
3
226.375
-.879
.014
.027
-.202
.958
.412
.467
-.934
4
226.375
-.879
.014
.027
-.202
.958
.412
.467
-.934
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 246,356 d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
19.981
7
.006
Block
19.981
7
.006
Model
19.981
7
.006
123
Model Summary Step
-2 Log likelihood
1
226.375
Cox & Snell R Square
a
Nagelkerke R Square
.102
.139
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
Sig.
10.782
8
.214
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test KSVT = 0 Observed Step 1
KSVT = 1
Expected
Observed
Expected
Total
1
14
16.298
5
2.702
19
2
15
14.982
4
4.018
19
3
16
14.135
3
4.865
19
4
11
13.160
8
5.840
19
5
14
12.389
5
6.611
19
6
12
11.614
7
7.386
19
7
15
10.814
4
8.186
19
8
9
10.390
11
9.610
20
9
8
8.051
11
10.949
19
10
2
4.167
12
9.833
14
Classification Table
a
Predicted KSVT Observed Step 1
KSVT
0
Percentage Correct
1
0
103
13
88.8
1
46
24
34.3
Overall Percentage
68.3
a. The cut value is ,500
124
Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
INST
.014
.006
5.902
1
.015
1.014
MNJ
.027
.019
1.990
1
.158
1.028
KOMAUD
-.202
.161
1.571
1
.210
.817
KOMIND
.958
.924
1.076
1
.300
2.607
TEN
.412
.348
1.402
1
.236
1.510
REP
.467
.388
1.445
1
.229
1.595
SIZE
-.934
.426
4.799
1
.028
.393
Constant
-.879
.792
1.233
1
.267
.415
a. Variable(s) entered on step 1: INST, MNJ, KOMAUD, KOMIND, TEN, REP, SIZE. Correlation Matrix Constant Step 1 Constant
INST
MNJ
KOMAUD KOMIND
TEN
REP
SIZE
1.000
-.525
-.293
-.484
-.465
-.211
.173
-.318
INST
-.525
1.000
.250
-.034
.184
.015
-.045
.073
MNJ
-.293
.250
1.000
.077
-.067
.021
.057
.233
KOMAUD
-.484
-.034
.077
1.000
-.152
-.109
-.265
-.035
KOMIND
-.465
.184
-.067
-.152
1.000
-.042
.028
-.076
TEN
-.211
.015
.021
-.109
-.042
1.000
-.164
.112
REP
.173
-.045
.057
-.265
.028
-.164
1.000
-.417
SIZE
-.318
.073
.233
-.035
-.076
.112
-.417
1.000
125
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 16 + + | | | | F | | R 12 + + E | | Q | | U | 1 | E 8 + 1 + N | 1 1 1 1 1 | C | 1 0 0 1 1 1 1 0 1 | Y | 0 101 01 0 110 1 1 0 1 1 1 | 4 + 0 0 1 000 00 1 0 0001 0101 0111 1 1 1 1 1 + | 10 0 0 1000 00 1 0 0000 0100 0001 0 1 1 1 1 1 1 | | 00 0 00 000010010 0 00001000000000 0 110 1 0 110 11 1 1 | | 1 00 00 00100000000000 0000000000000010100000 01 1000 1 00 1 11 1 | Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1 Group: 0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is ,50 Symbols: 0 - 0 1 - 1 Each Symbol Represents 1 Case.
126