Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
TINJAUAN MENGENAI KEBERADAAN MIKOTOKSIN DI INDONESIA R. WIDIASTuTI
dan
FUSARIUM
S. BAHRI
Balai Penelitian Veteriner Jalan R .E. Martadinata 30, P.O . Box 151, Bogor 16114
ABSTRAK Fusarium sp menpakan kapang patogenik terhadap beberapa komoditas pertanian seperti jagung clan sereal . Selain itu Fusarium sp mampu menghasilkan mikotoksin seperti zearalenon, moniliformin clan trikotesena (di antaranya nivalenol, deoksinivalenol, diasetoksiskirpenol dan T-2 toksin). Tulisan ini bertujuan untuk mengulas serangkaian penelitian mengenai kontaininasi mikotoksin yang dihasilkan oleh Fusarium sp pada sampel-sampel yang dikumpulkan dari beberapa lokasi di Indonesia clan dianalisis di Balai Penelitian Veteriner . Data dikumpulkan dari beberapa publikasi clan laporan penelitian sejak tahun 1980-an hingga 1990-an . Mikotoksin Fusarium tersebut diidentifikasi dengan menggunakan teknik kromatografi lapisan tipis (KLT) atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Hasil yang diperoleli menunjukkan baliNva zearalenon menlpakan mikotoksin Fusarium yang terbanyak ditemukan tenltama pada jagung .
Kata kunci : Mikotoksin
Fusarium,
Indonesia PENDAHULUAN
Pakan (termasuk jagung sebagai bahan pakan) inenipakan unsur utama untuk peningkatan produksi ternak . Namun keberadaan mikotoksin dalam pakan akan berpenganill terhadap kesehatan hewan clan menimbulkan residu yang dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsi produk ternak tersebut . Mikotoksin yang diketalmi sebagai masalah utatna terutama pada bahan pakan dan pakan unggas di Indonesia adalah aflatoksin (BAIIIZI, 1999) . Kelompok mikotoksin lain yang tidak kalah pentingnya yang umum menceniari berbagai komoditas pertanian adalah yang dihasilkan oleh kapang Fusarium sp . sp kapang toksigenik yang mampu menghasilkan berbagai mikotoksin seperti monilifortnin zearalenon, clan kelompok trikotesena . Zearalenon menlpakan salah satu mikotoksin dihasilkan tenltama oleh F. graminarum . Zearalenon mempunyai aktivitas Fusarium yang estrogenik terhadap babi, sapi perah, anak kambing, ayam, kalkun clan kelinci, natutin heNvan yaq paling peka terhadap zearalenon adalah babi (SI NDOLF clan STRICKLAND, 1986) . Zearalenon in; berpengaruh terhadap sistem reproduksi yang menyebabkan hiperestrogenisme, sindrom, vulvovaginistis, infertilitas clan anestnis . Pemberian 1-5 ppm zearalenon pada babi betina mud, dapat menyebabkan vulvovaginitis benipa pembengkakan vulva, sedangkan pada pemberian 3-1( ppm zearalenon pada babi betina dewasa akan menyebabkan perpanjangan masa estnis. Sedangkai mikotoksin kelompok trikotesena seperti deoksinivalenol (vomitoksin), nivalenol, T-2 toksin dai diasetoksiskirpenol mengakibatkan penolakan pakan, muntah-muntah, diare, penumnan bera bahan, nekrosis kulit (OSWEILER et al ., 1985). Fusarium
Umumnya laporan terbanyak mengenai kejadian mikotoksin Fusarium berasal dari kawasai beriklim dingin, sedangkan yang berasal dari kawasan tropis klmsusnya Indonesia masili sanga terbatas . Laporan mengenai keberadaan mikotoksin Fusarium di Indonesia yang berasal dari lua 1018
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Balai Penelitian Veteriner di antaranya adalah yang ditulis oleh MILLER et al. (1993) yang melaporkan adanya fumonisin dan fusarin yang diisolasi dari jagung yang berasal dari beberapa kawasan Asia Tenggara (Indonesia, Thailand dan Filipina) . Demikian juga dengan ALI et al. (1998) yang melaporkan adanya penemuan mikotoksin Fusarium seperti filmonisin, doeksinivalenol, nivalenol dxn zearalenon pada jagung yang berasal dari Indonesia . Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk mengulas serangkaian penelitian mengenai keberadaan mikotoksin Fusarium (zearalenon, deoksinivalenol, diasetoksiskirpenol, nivalenol, moniliformin dan T-2 toksin) baik pada bahan pakan maupun pakan ternak di Indonesia khususnya yang dilakukan di Balai Peneftian Veteriner Bogor sejak talum 1980-an hingga 1990an yang dikumpulkan dari berbagai publikasi dan laporan penelitian . Mikotoksin Fusarium tersebut diidentifikasi menggunakan metoda kromatograti lapisan tipis (KLT) atau alat kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) . MIKOTOKSIN FUSARIUM PADA SAMPEL JAGUNG DAN BAGIAN TANAMAN JAGUNG Zearalenon pada sampel jagung ladang di dataran fnggi dan jagung di pabrik pakan ternak Berbagai penelitian mengenai kontaminasi mikotoksin pada jagung ladang yang ditanam di dataran tinggi di P. Jawa yaitu di Pacet (Cianjur-Jawa Barat, 1 .150 m) (WIDIASTUri et al., 1985; WIDIASTUTI et al., 1986a) dan Dieng (Wot:osobo-Jawa Tengah, 750-2.100 m) (WIDIASIruri el al., 1986b) . Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap jagung dari 7 pxbrik pembuat pakan babi di Sumatera Utara (WIDIASTUTI et al., 1986c) maupun jagung di suatu pabrik pakan ternak di Bogor (Jawa Barat) (WIDIASTLJTI et al., 1988a). Analisis zearalenon dilakukan dengan kromatografi lapisan tipis (KLT). Sampel jagung yang ditanam di ladang di dataran tinggi Jawa Barat, Ja%va Tengall dan Sumatera Utara maupun yang berasal dari suatu pabrik pakan ternak di Bogor tersebut dibedakan atas berbagai kelompok . Kelompok pertama adalah kelompok dengan butiran yang terdiskolorasi berwarna ungu tua yang disebut Giberella-dainaged kernels (GDK) . Kelompok kedua adalah kelompok dengan butiran yang nampak rusak selama proses pengeringan atau oleh serangga namun tidak menunjukkan adanya diskolorasi yang disebut damaged kernels atau insect damaged kernels (DK/IDK). Kelompok ketiga adalah kelompok normal yaitu jagung yang tidak menunjukkan adanya diskolorasi berwarna ungu maupun kerusakan oleh serangga. Kelompok keempat adalah sisa dari kelompok pertama, kedua dan ketiga yaitu kelompok campuran. Sedangkan kelompok terakhir adalah tongkol jagung . Pemeriksaan zearalenon pada sampel jagung ladang Pacet I yang dikumpulkan dari daerah Pacet, Jxwa Barat (l .150 in) pada bulan Juni 1985 ditennlkan dengan konsentrasi rata-rata pada kelompok GDK sebesar 40 ppni, kelompok campuran sebesar 5 ppm, kelompok normal sebesar 0,4 ppm dan tongkol sebesar 60 ppm (WIDIASTLrri et al., 1985) . Sedangkan untuk sampel jagung Pacet II yang dikumpulkan pada bulan Agustus hingga Desember 1985 di lokasi yang sama ditemukan adanya zearalenon pada kelompok GDK dengan kisaran 0,5-8,0 ppin, kelompok DK/IDK dengan konsentrasi tertinggi 0,05 ppm, pada kelompok normal dengan kisaran 0,08-0,1 ppnl, pada kelompok campuran dengan kisaran 0,3-1 ppm dan pada tongkol dengan kisaran 0,4-12 ppm (WIDIASTUTI et a/., 1986a). Pada bulan Januari 1986 dilakukan pemeriksaan terhadap 21 sampel jagung ladang di Dicng, Jxwa Tengah (750-2100 m) . Jagung tersebut digunakan sebagai makanan pokok manusia dan
101 9
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998 sisanya yang fidak layk untuk makanan manusia digunakan untuk pakan yang diperoleh menunjukkan adanya kontaminasi zearalenon pada jagung konsentrasi 0,05-9,0 ppm, pada jagung normal dengan kisaran konsentrasi jagung campuran dengan kisaran konsetrasi 0,01-0,75 PPM (WIDIASTUTI tongkol dengan kisaran konsentrasi 0,01-5 ppn .
ternak . Hasil analisis GDK dengan kisaran 0,01-0,13 ppin, pada et al ., 1986b), pada
Hasil pemeriksaan terhadap sampel jagung dari 7 pxbrik pakan babi di Sumatera Utara yang dikumpulkan pada bulan Juni 1985 ditemukan adanya zearalenon pada jagung GDK dengan kisaran 0,2-0,8 ppm (WIDIASTUTI et al ., 1986c) . Sedangkan hasil pengamatan selaina 1 talmn (September 1985 - September 1986) pada 52
batch sampel jagung yang berasal dari suatu pabrik pentbuat pakan ternak di Bogor ditemukan
bahwa 21% di antara sampel yang dikumpulkan tersebut tercemar oleh zearalenon . Zearalenon tersebut ditemukan pada jagung GDK dengan kisaran 0,05 - 13,5 ppm, pada jagung campuran dengan kisaran 0,001 - 0,014 ppm, sedangkan pada kelompok IDK dan jagung yang nanlpak normal fidak ditemukan adanya zearalenon (WIDIASTUTI et al ., 1988a) . Ringkasan hasil analisis terhadap zearalenon yang ditemukan pada sampel-sampel tersebul dapat dilihat pada Tabel 1 . Dxri hasil penelitian tersebut dapat dilihat ballwa konsentrasi zearalenon yang tinggi terutama diperoleh pada jagung yang terdiskolorasi benvarna ungu (GDK ; maupun tongkol jagung yang berwarna ungu yang spesifik menunjukkan adanya infeksi oleh F graminarum (SUTTON, 1982 ; BLANEY et al ., 1986) dan menyebabkan adanya zearalenon dengar konsentrasi yang tinggi . Sebaliknya pada jagunig yang rusak karena serangga (IDK), konsentras zearalenon yang terdeteksi fidak terlalu tinggi atau ballkan fidak terdeteksi . Tabel 1 .
Zexralenon pada jagtuig ladang datt pabrik pakan temak Konsentrasi zearalenon (ppn)
Jenis Jagtuig ladattg
sampel jagung
PacetI (*)'
Pacet 11 (**)Z
GDK
40,0
DK/1DK
TD
0,5-8,0 'IT - 0,05
Normal
0,4
Camptu-att Tongkol
5,0
60,0
Dieng (* *)s
Stunatera Utara (**)°
Pabrik pakan ayain Bogor (* * )5
0,05-9,0
0,2-0,8
0,05- 13,5
IT
IT
.1T
1T 0,001 - (),M
TD
0,08-0,1
0,01-0,13
0,4-12
0,01-5
0,3-1,0
Keterangan TT : tidak terdeteksi TD : fidak diperiksa Diadaptasi : 1. WmiAs= et al., 1985 2. WIDIAS'IUI'I et al., 1986a 3 . WIDIAS=etal., 1986b 4. WIDiA= et al., 1986c 5. WIDIASTUTI et al., 1988a
Pabrik pakan babi
0,01-0,75
IT TD
1'D
* : kowaitrasi rata-rata ** : kisaran konsentrasi
Mikotoksin selain -zearalenon pada sampel jagung ladang Pada 16 sampel tongkol jagung ladang dengan butiran jagung yang terdiskolorasi benvaril ungu asal Dieng (Jawa Tengali) yang dikumpulkan pada bulan Januari 1986 diperoleh baliwa 139 dari sampel yang dikumpulkan terkontaminasi nivalenol dengan kisaran 4-8 ppin, 19°, terkontaminasi 4-deoksinivalenol (vomitoxin) dengan kisaran 10-50 ppm . Sedxngkan T-2 toksi tidak ditemukan pada sampel-sampel tersebut (STOLTZ et al ., 1988) . 1020
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 MARYAM dan ZAHARI (1994) membandingkan jenis mikotoksin Fusarium pada masingmasing 26 tongkol jagung ladang yang didapatkan dari daerah dataran tinggi (Pacet) dart datarall rendah (Bogor dan Sukabumi) di Jawa Barat. Hasil analisis menggunakan KCKT pada sampel dataran tinggi (Pacet) didapatkan adanya deoksinivalenol (58,5%) dengan kisaran konsentrasi 0,46-20 ppm dan nivalenol (58,5%) dengan kisaran konsentrasi 0,46-60 ppm, sedangkan diasetoksiskirpenol, T-2 toksin dan moniliformin tidak ditemukan pada sampel-sampel tersebut. Sedangkan pada 26 tongkol jagung yang dikumpulkan dari daerah dataran rendah Bogor (240 m) dan Sukabumi (300 m), didapatkan adanya kontaminasi deoksinivalenol dengan kisaran konsentrasi 1,92-21,60 ppm (84,6%) dan moniliformin dengan kisaran konsenrasi 1,04-12,06 ppm (46,1%) . Sedangkan nivalenol, diasetoksiskirpenol dan T-2 toksin tidak terdeteksi pada sampel jagung yang berasal dari daerah dataran rendah.
Adapun ringkasan hasil analisis terhadap mikotoksin selain zearalenon yang ditentukan pada sampel-sampel tersebut dilihat pada Tabel 2. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa mikotoksin selain zearalenon yang mendominasi sampel jagung yang berasal dari daerah dataran tinggi adalah deoksinivalenol (vomitoksin) dan nivalenol nannm dengan kisaran konsentrasi yang tidak terlalu tinggi . Sebaliknya dengan sampel jagung yang berasal dari dataran rendah, unntninya didominasi oleh mikotoksin deoksinivalenol dan moniliformin . Diduga bahwa kapang yang berperanan mengltasilkan mikotoksin Fusarium pada daerah dataran tinggi adalah F. graminearum, sedangkan yang berasal dari daerah dataran rendah adalah F. monilif~rme dan F. moniliforme var subglutinans (MARYAM dan ZAHARI, 1994) . Tabel 2.
Mikotoksui selain zearalenon pada sampel jagturg asal datartui tftggi dan dataran rendadi
Jenis mikotoksui Deoksinivalenol Nivalenol Diasetoksiskirpenol Motulifonnirr T-2 toksitt
Konsentrasi inikotoksur thrggi Dataran Dieng (n = 16) 1 Pacet (n = 26)2 0,46-20 (58,5%) 4-8(19%) 10-50(13%) 0,46-60 (58,5%) TD TI, TT TD TI, TT
Keterangan
TD : tidak diperikm TT : tidakterdeteeksi Diadaptasi : 1 . SToLTZ et al., 1988 2. MARYAM din ZAHARI, 1994
(pptn)
Dataran rendah Bogor / Sukabtuni (n = 26)2 1,92 - 21,6 (84,6%) 1"f Tr 1,04 - 12,06 (46,1%) TT
( ) : jumlah s
Sampel bagian tanaman jagung
Pada tahun 1988, STOLTZ et al . (1988) ntelakukin pemeriksaan mikotoksin Fusarium dengan KLT terhadap daun jagung yang menunjukkan adanya busuk tongkol dan busuk batang asal daerah Dieng (Jawa Tengah), sedangkan BAHRI et al . (1989) rnelakukan pemeriksaan terhadap bagian tanaman jagung (batang, akar dan daun) .
Dari hasil pemeriksaan terhadap 10 daun yang dilakukan STOLTZ et al. (1988) tersebut didapatkan bahwa keselunihan sampel terkontarninasi zearalenon dengan kisaran 0,69-6,59 ppm, 9 sampel terkontarninasi deoksinivalenol dengan kisaran 0,61-2,32 ppnr dan 9 sampel terkontaminasi nivalenol dengan kisaran 0,36-7,52 ppm . 102 1
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1993
Sedangkan pada hasil penieriksaan yang dilakukan oleli BAHRI et al. (1989) terlmdap tnasinj masing 13 sampel bagian tanaman jagung (batang, akar dan daun) diteniukan adanya zearaleno dxn nivalenol dan deoksinivalenol, sedangkan T-2 toksin dan diasetoksiskirpenol t1dak ditemuka pada sampel-sampel tersebut. Zearalenon ditemukan pada 7 sampel akar dengan kisara konsentrasi 0,92-6,84 ppm, 9 sampel batang dengan kisaran konsentrasi 0,49-2,50 ppiu dan 1 sampel daun dengan kisaran konsentrasi 0,70-2,48 ppni. Nivalenol ditemukan pada 3 sampel aka dengan kisaran konsentrasi 0,46-2,62 ppm, 6 sampel batang dengan kisaran konsentrasi 0,18-3, ppm dan 9 sampel daun dengan kisaran konsentrasi 0,46-2,71 ppm. Deoksinivalenol ditemuka pada 8 sampel akar dengan kisaran konsentrasi 1,65-7,4 ppm, 11 sampel batang dengan kisara konsentrasi 0,37-8,89 ppm dan 13 sampel daun dengan kisaran konsentrasi 1,87-9,56 ppni. Adapun ringkasan hasil dari penelitian STOLTz et al. (1988) dan BAHI2t et al. (1989) dap, dilihat pada Tabel 3 berikut ini . Dari Tabel 3 tersebut dapat dilihat baliwa mikotoksin yan mendominasi daun, akar dan batang jagung adalah deoksinivalenol, nivalenol dan zearalenor Sedangkan diasetoksiskirpenol dan T-2 toksin tidak terdeteksi pada sampel-sampel tersebu Kontaminasi oleh mikotoksin Fusariunr (zearalenon, deoksinivalenol dan nivalenol) menipaka kontaminasi yang terjadi sebelum masa panen (preharvest) (SUTTON et al., 1976) . Tabel 3.
Mikotoksui pada sampel datui, akar dan batang jagimg asal Pacet dwi Dieng
Mikotoksui
Dieng (Jawa Tenigali) l Datui (n = 10)
Kis,irwi konsentrasi tiiikotokslli (ppm)
Pacet (Jawa Barat)Z Akxr (n = 13)
Dam (n = 13) Deoksiiuvalenol 0,61 - 2,32 (9) 1,97 - 9,56 (13) 1,65 - 7,4 (9) 0,46 - 2,71 (9) Nivalenol 0,36 - 7,52 (9) 0,46 - 2,62 (3) Diasetoksiskirpetiol TD TT TT T-2 toksin TI' TD TT 0,69 - 6,59 (10) 0,7 - 2,49 (11) Zearalenon 0,92 - 6,94 (7) Keterangan TD : tidak dipenkm Diadaptasi :
T-F : tidakterdeteksi
1 . STOLTZ et al., 1988 2. BAruu et al ., 1989
Batang (n =
13)
0,37 - 9,99 (11) 0,19 - 3,0 (6)
0,49 - 2,5 (9)
( ) : junilah svnpel positif
MIKOTOKSIN FUSARIUM PADA PAKAN TERNAK Pakan ayam di Jxwa Barat dan pakan babi di Sumatera Utara Hasil pengamatan mengpmakan KLT selalna 1 talnin (September 1985-September 1986 pada sebuah pabrik pakan ternak di Bogor ditennikan adanya kontaininasi pada zearalenor mauptin mikotoksin Fusariunr lainnya (WIDIASTiJTI et al., 1988a) . Demikian pula pada pemeriksaan sampel pakan babi di daerah Sumatera Utara yang terdil dari 10 pakan babi induk, 6 pakan anak babi dan 4 pakan babi potong tidak didapatkan adany zearalenon maupun niikotoksin Fusarium lainnya (WIDIASTUTI et al., 1994) . Dari penelitian mikotoksin Fusariunr pada pakan ayani dan babi tersebut dapat diniengerl bahwa tidA terdeteksinya zearalenon adalah karena jagung yang digimakan tidak terkontaniina5 oleh zearalenon, di niana pada butiran yang nampak normal maupun yang nisak oleh serangg umumnya zearalenon tidak terdeteksi . Zearalenon hanya terdeteksi pada butiran jagung yan 102 2
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
berwarna busuk ungu tua (GDK) clan persentase kejadiannya cukup rendah yaitu 21-31% (WIDIASTUCI et al., 1988a; WIDIASTUPI et al., 1988b). Sampel limbah agroindustri dan pertanian untuk pakan ternak Pada pemeriksaan sampel pakan ternak asal limbah agroindustri dan pertanian (bungkil kacang hijau, bungkil kopra, dedak gandum, bekatul, jerami, dedak, bungkil kacang tanah dan kulit biji coklat) yang digunakan sebagai pakan ternak di daerah Jawa Barat clan Lampung oleh MARYAM et al. (1994) hanya ditemukan adanya zearalenon pada 1 sampel bungkil kopra dengan konsentrasi sebesar 0,175 ppm, I sampel coklat halus sebesar 15 ppm clan 2 sampel kulit biji coklat dengan rata-rata 6 ppm . Sedangkan WIDIASTUPI et al. (1996) tidak menemukan adanya kontaminasi mikotoksin Fusarium pada sampel pakan ternak asal limbah agroindustri dan pertanian di Jawa Barat.
KASUS PENOLAKAN TERHADAP PAKAN PADA TERNAK Balai Penelitian Veteriner melakukan pemeriksaan mikotoksin Fusarium berdasarkan adanya kasus penolakan terhadap pakan di suatu peternakan domba di Jawa Barat pada talnin 1987 dan peternakan sapi di Jawa Tengah pada talmn 1988. Ternak domba Pada akhir tahun 1987, di suatu peternakan domba di Bogor, Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian akibat penolakan pakan terhadap 37 ekor domba bunting, 6 ekor domba muda dan 9 ekor domba jantan dewasa (BAHRI et al., 1990). Kematian banyak terjadi pada domba dewasa clan domba bunting . Kisaran kandungan deoksinivalenol pada konsentrat yang diperiksa adalah 2,8-3,2 ppm. Sedangkan kadar kandungan deoksinivalenol pada dedak gandum adalah 9,15-9,6 ppm. Hewan pulih keadaannya clan tidak ada kematian setelah mendapat pakan barn. Ternak sapi Pada tahun 1988 terdapat kasus penolakan pakan pada suatu peternakan sapi perah di daerall Jawa Tengah. Berdasarkan laporan tersebut, maka dilakukan analisis menggunakan KLT terhadap sampel yang dicurigai. Adapun sampel yang dianalisis adalah potongan tongkol jagung, silase dan pakan sapi (STOLTZ et al., 1988; BAHRI et al., 1988). Hasil analisis terhadap 9 sampel potongan tongkol jagung yang dicurigai didapatkan adanya kontaminasi zearalenon pada 4 sampel dengan konsentrasi 2,0-6,0 ppm clan deoksinivalenol pada 6 sampel dengan konsentrasi 1,6-2,4 ppm . Demikian pula dengan 47 sampel silase jagung, 21 sampel di antaranya terkontaminasi zearalenon dengan konsentrasi 0,40-10 ppm dan 18 sampel positif terkontaminasi deoksinivalenol dengan kisaran konsentrasi 0,3-8,0 ppm. Di samping itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap 16 sampel konsentrat yang terdiri atas 5 sampel pakan sapi menyusui, 6 sampel pakan sapi bunting dan 5 sampel pakan anak sapi. Pakan tersebut didatangkan setiap hari clan digunakan dalam waktu 2 hari . Konsentrat tersebut terdiri atas jagung, biji kapuk, dedak dan polar . Sebanyak 4 dari pakan sapi menyusui yang dianalisis mengandung zearalenon dengan kisaran 0,8-14 ppm clan 3 di antara pakan ini mengandung deoksinivalenol dengan kisaran 0,5-1,6 ppm; keselunilian pakan sapi bunting mengandung zearalenon dengan kisaran 1,6-10 ppm dan 5 di antara pakan tersebut terkontaminasi deoksinivalenol dengan kisaran 0,6-1,4 ppm sedangkan pada keselunilian pakan anak sapi 102 3
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1998
ditemukan zearalenon dengan kisaran 12-16 ppm dan 3 di antara pakan anak sapi tersebut terkontaminasi deoksinivalenol dengan kisaran 0,6-1,9 ppm (BAHRi et al., 1988) . Ringkas
1vlikotoksin Fusarium pada sampel kasus penolakan terhadap pakan pada ternak sapi di Jawa Tengalt
Jenis sampel Potongan jagung Silase Pakan sapi menyusui Pakan sapi bunting Pakan anak sapi
Jmnlah 9 47 5 6 5
Zearalenon (ppm) 2,0-6,0(4) 0,4 - 10,0 (21) 0,8-14(4) 1,6 - 10,0 (6) 12-16(5)
Deoksiruvalenol (ppin) 1,6-2,4(6) 0,3 - 8,0 (18) 0,5-1,6(3) 0,6-1,4(5) 0,6- 1,9(3)
Keterangan : ()rumlah sampel yang positif Diadaptasi : 1. BAHIU et al., 1988 dan STOLTz et al., 1988
Tingkat kandungan zearalenon yang ditemukan pada silase ntaupun sampel pakan tersebut telah berada pada tingkat yang dapat mentbahayakan ternak sapi . Dilaporkan bahwa penrberian pakan berjamur yang mengandung 12 ppnt zearalenon dapat ntetngakibatkan keguguran (MIROCHA et al., 1974). Demikian pula dengan tingkat kandungan deoksinivalenol telah ntelampaui batas maksimum residu yang diperkenankan untuk produk pakan di Atnerika Serikat yaitu 4 ppnt (JELINEK et al., 1989). KESIMPULAN Zearalenon meruptkwr rnikotoksin Fusariunt yang mendorninasi senuta jenis sampel, dan, zearalenon dengan konsentrasi tinggi ditemukan terutatna pada jagtuig yang terdiskolorasi benvarna, ungu hra. Mikotoksin Fusariunt lain yang ditemukan adalah deoksinivalenol dan nivalenol . Sedangkan T-2 toksin dan diasetoksiskirpenol fdak ditemukan mengkontaminasi siintpel-sampel, tersebut . 2.
Pa&1 sampel Jagtutg chtamn tinggi tnikotoksin Fusariunt yang mendonllnasl ackilah zearalenon, deoksinivalenol dan nivalenol, sedangkan pada sampel dataran renchili yang mendominasi adalall zearalenon, deoksinivalenol dan monilifornnin .
3.
Adanya tnikotoksin Fusariunt padz bagian tananlan jagtmg menunjukkan balinva kontaininasi terjadi sebelurn rw-m puien (preharvest) .
4.
Pakan temak di Indonesia belurn terkontaminasi oleh rnikotoksin Fusariunt .
5.
Kasus penolkan terhadap pakan pada donnba dan sitpi diduga erat kaitarmya dengan kontaminasi zearalenon chin deoksinivalenol yang cukup tinggi .
6.
Perltmya dihtkukwr penelitian mengenai keberadaan rnikotoksin Fusariunt jenis lain sepert! fumonisin yang merupakan misalah di ltuir Indonesia . DAFTAR PUSTAKA and T. YOSHIZAWA. 1998. Natural occurrence of afatoxins and Fusariun mycotoxins (fmnonisins, deoxynivalenol, nivalenol, and zearalenone) in corn froin Indonesia . Foo4 Add. Contaminant. 15:377-384.
ALI, N., SARDJONO, A. YAMASHITA,
1024
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
BAI-uzl, S., D.R . STOLTZ, R. MARYAm, and P. HOOPER . 1988 . Investigation of suspected oestrogenism and feed refusal (tidak dipublikasi, laporan internal). BAHRI, S., E. TARIGAN, R. MARYAM, da11 NG . GINTING. 1999 . Kandungan mikotoksin Fusarium secara alanu pada akar, batang dan daun tanaman jagung . Prosiding Kongres Nasional X dan Seminar Ihniah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Denpasar 14-16 Nopember 1989 . hal . 160-164. BAHRi, S., B. TIESNAMURTI, dan R. MARYAm . 1990 . Kasus kematian domba akibat pemberian konsentrat yang tercemar deoksinivalenol . Media Kedokteran Hewan 6 (1): 1-8. BAHm, S. 1998 . Aflatoxin problems in poultry feed and its raw materials in Indonesia . 7-13 .
Media Veteriner
5(2)
BLANEY, B.J ., M.D . RAmSEY, and A.L . TYLER. 1986 . Mycotoxins and toxigenic fungi in insect-damaged maize harvested during 1983 in Far North Queensland . Aust. J Agric. Res. 37 :235-244 . JELINEK, C.F ., A.E . POHLAND, and G.E . WOOD . 1989 . Worldwide occurrence of mycotoxins in foods and feeds - an update . J. Assoc. Anal. Chem . 72(2):223- 230. MARYAm, R. dan T.B . SASTRA . Penelitian senyawa toksin/mikotoksin pada pakan ternak asal limbah pertanian dan agroindustri . 1993 . (laporan internal). MARYAm, R. and P. ZAHARI . 1994 . Mikotoksin Fusarium pada jagung yang berasal dari dataran tinggi dan dataran rendah . Kumpulan Makalah Lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Mikologi kedokteran Manusia dan Hewan I dan Temu Ilmiah . Bogor 21-24 Juli 1994 . 276-292.
MILLER, J.D ., M.E . SAVARD, A. SIBILIA, S. RAPTOR, A.D . HOCKING, and J.I . PITT . 1993 . Productio n of fumonisins and fusarins by Fusarium moniliforme from Southeast Asia . Nlycologia 85 (3):385-391 . MIROCHA,
C.J., B. SCHAUERHANER, and S.V . PATHRE .
zearalenone in maize and barley .
1974 . Isolation,
J. Assoc. Anal. Chem .
57 : 1104-1110.
OSWEILER, G.D., T.L . CARSON, W .B . BUCK, and G.A . VAN GELDER . 1985 .
Diagnostic Veterinary Toxicology .
detection and quantitation
of
Mvcotoxicoses. In.. Clinical and
Kendall/Hunt Nibl . Co. Iowa . 409-442 .
STOLTZ, R. MARYAm, R. WIDIASTUTI, S. BAHRI, and B.J . BLANEY . 1988 . Fusarium toxins ill preharvest corn 111 Central Java . Proc . The Sixth Congress Federation of Asian Veterinary Associations (FAVA), Oct. 1619, 1988 . Denpasar, Indonesia . pp . 271-274. SUNDOLF, S.F . and C . STRICKLAND . 1986 . Zearalenon and zeranol: potential residue problems in livestock. Vet. Hunt . Toxicol. 28(3):242-250 . ' SUTTON, J.C ., W. BALIKO, and H.S . FUNNEL . 1976 . Evidence for translocation of zearalenone in corn plants colonized by Fusarium graminearunr. Can. J. Plant Sci. 56 : 7-12 . SUTTON, J.C . 1982 . Epidemiology of wheat head blight and maize ear rot caused by Can. J. Plant Pathol. 4:195-209 .
Fusarium gramineamni.
WIDIASTUTI, R., R. MARYAm, dan B.B . BLANEY . 1985 . Mikotoksin yang ditimbulkan olell Fusarium sp . pada palawija yang ditanam di Pacet, Jawa Barat. Dibawakan pada Kongres Nasional VII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Cibubur-Jakarta, 29-31 Oktober 1985 . WIDIASTUTI, R. MARYAm, B .J . BLANEY, R.B . MARSHALL, M. MAcHmuD, and D.R . STOLTZ. 1986a. Fusarial mycotoxins in crops growing at high altitude . Dibawakan pada Kongres Toksikologi I di Bandung. Juli 1986 . WIDIASTUTI, R., R. MARYAm, dan D.R . STOLTZ . 1986b. Laporan hasil survey : Penelitian mikotoksin dalam jagung yang ditanam di dataran tinggi Jawa Tengah . (internal report).
1025
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
R. MARYAM, dan D.R. STOLTZ. 1986c . Laporan hasil survey : Penelitian mikotoksin pada makanan babi dan jagung di Sumatera Utara. (internal report).
WnmASTuTi, R.,
R. MARYAM, and SALFINA. 1988a . Corn as a source of mycotoxins in Indonesian poultry feeds and the effectiveness of visual examination methods for detecting contamination . Mycopathologia 102 4549.
WIDIASTuTI, R.,
R. MARYAM, B.J. BLANEY, SALFINA, and D.R. STOLTZ . 1988b. Cyclopiazoni c acid in combination with aflatoxins, zearalenone and ochratoxin A in Indonesian corn. Mycopahtologia 104: 155-156 .
WmiAsTuTi,
R. 1994. Mikotoksin pada pakan asal Sumatera Utara. Kumpulan Makalah Lengkap Kongres nasional Perhimpunan Mikologi kedokteran Manusia dan Hewan I dan Temu Ilmiah. Bogor 21-24 Juli 1994. 283-388 .
WIDIASTUTI,
R. D. GHOLIB, and R. MARYAM. 1996. Mikotoksin dan kapang pencemar pada pakan ternak asal limbah pertanian dan agroindustri . Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veternner, CisaruaBogor, 7-8 November 1996. 915-920 .
WmIAsTuTI,
TANYA JAWAB Sukardi H. : E~agaimana mekanisme terjadinya atau terbentuknya mikotoksin pada bagian-bagian tanaman (jagung) ? Apakah karena Fusarium menginfeksinya atau hanya mencemari saja ? Pernakah diisolasi kapangnya (Fusarium) dan apa spesiesnya ? R Wndiastuti : Mikotoksin tersebut terbentuk karena adanya translokasi in situ. Fusarium tersebul juga menginfeksi tanaman jagung dan akhirnya juga terbentuk adanya mikotoksin. Kapang Fusarium belum diisolasi, namun diduga kapangnya adalah F. gratninearum untuk yang menunjukkan diskolorasi ungu tua; sedangkan yang berwarna putitl dillasilkan oleh F. moniliforme . Sutijono P. : Kesimpulan hasil penelusuran antara lain mengatakan bahwa ZEA adalah mikotoksin fusarium yang dominan. Apa sebenarnya implikasi dari statement ini, diInana urgensi dari kesimpulan ini . R Wndiastuti : Terbukti bahwa mikotoksin fusarium ternyata tidak hanya ditemukan di daerah sub tropis sebagaimana yang banyak disebutkan di literatur, namun juga dari daerah tropis . Urgensi dari hasil kesimpulan tersebut perlunya dilakukan penelitian mengenai toksisitas terhadap hewan khususnya babi yang paling peka terhadap zeoralenon, karena sejauh ini belum ada penelidan terhadap llal tersebut. Dan perlu berhati-hati dalam pemilihan bahwn baku yang akan digunakan untuk membuat pakan yang mana keberadaan zeoralenon dapat dilihat pada jagung yang terdiskolorasi warna ungu tua. Sukarji P. : Apakah ayam yang mengkonsumsi pakan yang mengandung fusariuml Inikotoksin bila dikonsumsi manusia daging ayam tersebut dapat menimbulkan cancer bagi yang mengkonsumsi ? R Wndiastuti : Akibat yang ditimbulkan pada manusia karena mengkonsumsi daging yang mengandung residu mikotoksin adalah sama seperti yang ditimbulkan pada hewan, hanya saja dosisnya belum ditentukan.
102 6