Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENGARUH SUPLEMENTASI KUNYIT (Curcuma domesticaval) TERHADAP PERUBAHAN BEBERAPA KOMPONEN DARAH DAN PERTUMBUHAN AYAM BROILER YANG MENGALAMI CEKAMAN PANAS (The Effect of Tumeric Supplementation(Curcuma domestica val) in Ration on the Blood Component and Growth of Broiler Under the Heat Stress) E. KUSNADI dan A. RACHMAT Fakultas Peternakan, Universitas Andalas, PO Box 79, Padang 25163
ABSTARCT High environmental temperatures may cause heat stress in poultry. This may increase water consumption, decrease feed consumption and in turn, decrease production level. This experiment was conducted to study the supplementation of tumeric (Curcuma domestica Val) as anti heat-stress agent in poultry. In this research 90 broilers aged 21 days with 896 ± 81 g of weight was used. The treatment is two kinds, first two poultry house temperatures (25.29 ± 0.98 and 31.63 ± 1.14oC as cool temperature and warm temperature respectively) and second, five levels supplementation of tumeric (0, 0.05, 0.10, 0.20 and 0.40% of ration as Ko, Ko5, K1, K2 and K4 respectively). Variables measured were total erythrocyte, presentase of hematocrit, level of hemoglobin and body weigh gain. The data collected were analyzed based on split plot design in completely random design and continued to Duncan test when it was significantly different. The results indicated that tumeric of 0,2% (K2) significantly (P < 0.05) increased the total of erythrocyte, hematocryte and body weigh gain for broilers reared at warm temperature. Key Words: Tumeric (Curcuma domestica Val), Heat-Stress, Broiler ABSTRAK Tingginya suhu lingkungan dapat mengakibatkan unggas mengalami cekaman panas, sehingga meningkatkan konsumsi air minum, sementara konsumsi ransum serta produksi akan menurun. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari suplementasi kunyit sebagai penangkal cekaman panas pada broiler. Dalam penelitian ini digunakan ayam broiler sebanyak 90 ekor, umur 21 hari dengan bobot hidup 896 ± 81 g. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi 2 faktor yakni 2 suhu kandang (25,29 ± 0,98 dan 31,63 ± 1,14oC masing-masing sebagai suhu dingin dan suhu panas) dan 5 level suplementasi kunyit (0; 0,05; 0,10; 0,20 dan 0,40% dari ransum, masing-masing sebagai Ko, Ko5, K1, K2 dan K4). Peubah yang diukur meliputi jumlah eritrosit, persentse hematokrit, kandungan hemoglobin dan pertambahan bobot hidup. Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan Rancangan Petak Terbagi dalam Rancangan Acak Lengkap, sementara uji lanjut menggunakan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi kunyit sebanyak 0,2% pada suhu panas, nyata (P < 0,05) meningkatkan eritrosit, hematokrit dan pertambahan bobot hidup. Kata Kunci: Kunyit (Curcuma domestica Val), Cekaman Panas, Broiler
PENDAHULUAN Tingginya suhu lingkungan di daerah tropis, mengakibatkan ayam akan menderita cekaman panas. Hal ini mengingat suhu nyaman ayam broiler yang jauh lebih rendah dibandingkan rataan suhu di daerah tropis,
760
terutama pada dataran rendah. Selain itu, suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya stres oksidatif, sehingga terjadi peningkatan jumlah radikal bebas. Radikal bebas berkemungkinan mengambil partikel dari molekul lain, kemudian menimbulkan senyawa yang abnormal dan memulai reaksi berantai yang
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
dapat merusak sel-sel dengan menyebabkan perubahan yang mendasar pada materi genetis serta bagian-bagian sel penting lainnya (MILLER et al., 1993; AUROMA, 1999; dan YOSHIKAWA dan NAITO, 2002). Oleh karenanya, suhu lingkungan yang tinggi, selain dapat mengganggu kesehatan dan penurunan kekebalan tubuh, juga dipastikan akan menurunkan konsumsi ransum yang tentunya akan diikuti dengan rendahnya pertumbuhan, termasuk pertumbuhan sel darah merah (HARLOVA et al., 2002 KUSNADI, 2008). Pemanfaatan beberapa tanaman obat yang mengandung antioksidan alami nampaknya dapat digunakan dalam mengatasi efek cekaman panas tersebut. Penelitian LU et al. (2007) menunjukkan bahwa konsumsi ransum dan pertambahan bobot hidup ayam broiler umur 5 – 8 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 34oC adalah 93,6 dan 22,29 g/ekor, ke duanya nyata lebih rendah dibandingkan dengan pada suhu lingkungan 21oC yakni 169 dan 61,45 g/ekor. Turunnya konsumsi ransum dan pertambahan bobot hidup pada ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi dibuktikan pula oleh BAZIS et al. (1996), BONNET et al. (1997) dan MAY dan LOTT (2001). Hasil penelitian HARLOVA et al. (2002) membuktikan bahwa cekaman panas pada ayam broiler (suhu siang hari 35 – 40°C dan malam hari 28 – 30°C), nyata menurunkan jumlah sel darah merah, sel darah putih, konsentrasi hemoglobin dan nilai hematokrit darah ayam broiler umur 1 minggu. Turunnya beberapa komponen darah pada dataran rendah dibuktikan oleh ZHANG et al. (2007). Penurunan beberapa parameter darah tersebut ternyata diikuti dengan peningkatan bobot jantung (YAHAV, 1997). Penelitian RAHA et al. (2001) menunjukkan bahwa pemberian kunyit sebanyak 4% dalam ransum dapat menurunkan kandungan level kolesterol, trigliserida dan fosfolipid pada aorta marmot, masing-masing sebanyak 75, 56 dan 57%. Penelitian KURUP dan BARRIOS (2008) membuktikan bahwa kunyit dapat digunakan untuk mengatasi alergi pada hewan percobaan. Pemberian kurkuma lainnya (temulawak) sebanyak 0,5%, terbukti dapat memperbaiki performa produksi ayam petelur serta mampu meningkatkan fertilitas dan daya tetas telurnya (NADIA et al., 2008).
Pemberian kunyit yang dikombinasikan dengan lempuyang telah dicobakan pada ayam broiler oleh NATAAMIJAYA et al. (1999). Hasilnya ternyata pemberian kunyit sebanyak 0,04% ditambah pemberian lempuyang sampai dengan 0,16%, tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan, tetapi dapat meningkatkan konsumsi ransum. Hasil tersebut mungkin disebabkan karena ayam dalam kondisi normal, sehingga efek dari kunyit yang tergolong tanaman obat tidak tampak. BINTANG dan NATAAMIJAYA (2005) melaporkan bahwa pemberian kunyit nyata menurunkan konsumsi ransum ayam broiler umur 2 s/d 7 minggu yakni dari 2505 g/ekor (kontrol) menjadi 2410, 2455, 2430 dan 2355 g/ekor. masing-masing level 0,04; 0,08; 0,12 dan 0,16%. Turunnya konsumsi ransum pada pemberian kunyit tersebut bisa disebabkan karena kunyit mengandung minyak atsiri dengan bau yang khas, rasa pedas dan pahit sehingga menurunkan palatabilitas. Akibatnya akan menurunkan selera nafsu makan pada ayam tersebut. Selanjutnya, penelitian BINTANG dan NATAAMIJAYA (2006) membuktikan bahwa pemberian kunyit sebanyak 0,04% yang dikombinasikan dengan lempuyang sebanyak 0,02%, nyata memperbaiki bobot karkas dari 1475 g (pada kontrol) menjadi 1749 g. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kunyit terhadap beberapa komponen darah dan pertumbuhan pada ayam broiler yang mengalami cekaman panas. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada ayam broiler umur 3 minggu sebanyak 90 ekor dengan bobot hidup 896 ± 81 g. Dalam penelitian ini diberikan 2 perlakuan yakni suhu kandang sebanyak 2 level dan pemberian kunyit sebanyak 5 level. Suhu kandang terdiri atas S1 yakni 25,29 ± 0,98 0C, menggunakan AC dan S2 yakni 31,63 ± 1,14 0C menggunakan heater dan bola lampu 40 Watt 1 buah. Sementara pemberian kunyit terdiri atas 0; 0,05; 0,1; 0,2 dan 0,4% dari ransum. Kunyit diberikan dicampur bersama ransum yang sebelumnya dikeringkan dan digiling dibuat tepung.
761
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Ransum yang digunakan adalah ransum komersial produksi Phokpand. Peubah yang diukur meliputi jumlah sel darah merah, persentase hematokrit, kandungan hemoglobin, ketiganya diukur pada akhir penelitian (umur 6 minggu) dengah menggunakan metode ”autohematology analyzer” menggunakan spektrofotometer merk MINDREY DC 200, type BC3200 produksi SHENZHEN ENSECVAL MEDICA PRIMA, Jepang. Pertambahan bobot hidup yang diukur dari umur 3 sampai dengan 6 minggu, dengan jalan mengurangkan bobot akhir dengan bobot awal. Darah diambil dari pembuluh darah vena pada sayap dan ditampung dengan tabung yang sudah diberi heparin sebagai antikoagulan. Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan Rancangan Petak Terbagi dalam Rancangan Acak Lengkap 2 x 5 (2 suhu ruangan dan 5 level suplementasi kunyit) dengan 3 ulangan. Pada analisis keragaman yang menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilakukan uji anjut dengan uji Duncan (STEEL dan TORRIE, 1993) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perlakuan terhadap komponen darah Dari hasil analisis keragaman ternyata interaksi antara suhu dengan pemberian kunyit memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah sel darah merah, persentase hematokrit dan pertambahan bobot hidup, tetapi tidak berpengaruh secara nyata terhadap kandungan hemoglobin. Rataan sel darah merah., persentase hematokrit, nilai hemoglobin dan pertambahan bobot hidup disajikan masingmasing pada Gambar 1, 2, 3 dan 4. Dari Tabel 1 nampak bahwa pada suhu panas, pemberian kunyit sebanyak 0,05; 0,2 dan 0,4%, nyata (P < 0,05) meningkatkan sel darah merah dari 2100.000 buah menjadi masing-masing 2685000; 2325.000 dan 2410000 buah/mm3 darah. Sementara pada suhu dingin peningkatan sel darah merah tersebut hanya terjadi pada level kunyit 0,05 yakni 2505000 buah, nyata (P < 0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (2150000 buah). Terjadinya peningkatan sel darah merah pada suhu panas yang diberi kunyit di atas, menunjukkan bahwa pemberian kunyit tersebut mampu meningkatkan sisntesis sel darah merah pada ayam yang mengalami cekaman panas. Keadaan tersebut nampaknya diperkuat dengan terjadinya kenaikan hematokrit pada suhu panas dengan level kunyit 0,5 dan 0,2% masing-masing 33,5 dan 29%, keduanya nyata (P < 0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yakni 26%. Namun demikian tidak terjadi pada level hemoglobin. Hasil ini nampaknya sejalan dengan penelitian KUSNADI (2007) yang menggunakan pegagan sebagai anti cekaman panas.
2685c
2505b 2150a
2185a 2170a
2410b 2325b
2245a 2100a
2045a K0 K05 K1 K2 K4
Dingin
Panas
Gambar 1. Rataan sel darah merah (x 1000/mm3 darah) ayam broiler umur 6 minggu yang diberi kunyit 0 (Ko), 0,05% (K05), 0,1% (K1), 0,2% (K2) dan 0,4% (K4) pada suhu dingin (25,29°C) dan suhu panas (31,63°C). Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%
762
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
33,5c 32bc 28,5b 27a
30b 27a
29b 26,5a
26a
Dingin Gambar 2.
K0 K05 K1 K2 K4
Panas
Rataan nilai hematokrit (%) ayam broiler umur 6 minggu yang diberi kunyit 0(K0), 0,05% (K05), 0,1% (K1), 0,2% (K2) dan 0,4% (K4) pada suhu dingin (25,29°C) dan suhu panas (31,63 °C). Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% 12,85
12,6 10,9
26a
10,85
10,8
11,1
11,45 10,3
11,15
9,95 K0 K05 K1 K2 K4
Dingin
Panas
Gambar 3. Rataan nilai hemoglobin (mg/dL) ayam broiler umur 6 minggu yang diberi kunyit 0% (Ko), 0,05% (K05), 0,1% (K1), 0,2% (K2) dan 0,4% (K4) pada suhu dingin (25,29°C) dan suhu panas (31,63 °C).
Dari Gambar 4, nampak bahwa pada suhu dingin pemberian kunyit nyata menurunkan PBH, sementara pada suhu panas dengan pemberian kunyit K05, K1 dan K2 justeru meningkatkan PBH tersebut. Namun peningkatan yang paling tinggi terjadi pada level kunyit 0,2 % (K2). Turunnya PBH pada suhu dingin menunjukkan bahwa pada suhu dingin tersebut, relatif tidak memunculkan radikal bebas sehingga ayam tidak memerlukan antioksidan. Hal serupa terbukti pula pada pemberian pegagan (KUSNADI, 2004). Meningkatnya PBH pada suhu panas dari 1192 (pada kontrol) menjadi 1383, 1419 dan 1660 g
masing-masing pada pemberian kunyit 0,05; 0,1 dan 0,2%, membuktikan bahwa kunyit dapat digunakan sebagai penangkal cekaman panas. Hal ini dapat difahami karena kunyit memiliki senyawa aktif kurkumin dan mengandung gugus hidroksil yang mudah teroksidasi. Akibatnya mampu mendonorkan elektron dan hidrogen terhadap radikal bebas yang terbentuk sehingga radikal bebas tersebut menjadi stabil (KUMAR dan SHARMA, 2006, PRIYADARSINI et al., 2003). Manfaat kunyit terhadap kesehatan ayam telah dibuktikan pula oleh SINURAT et al. (2009).
763
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
2258e 2118de 2096d 1933d 1683c
1660c 1383b
1419b
1192a
Dingin
1117a
K0 K05 K1 K2 K4
Panas
Gambar 4. Rataan pertambahan bobot hidup (PBH) (g/ekor) ayam broiler umur 3 s.d 6 minggu yang diberi kunyit 0 (Ko), 0,05% (Ko5), 0,1% (K1), 0,2% (K2) dan 0,4% (K4) pada suhu dingin (25,29°C) dan suhu panas (31,63°C). Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian kunyit sebanyak 0,05% dan 0,2% dari ransum, nyata meningkatkan jumlah eritrosit dan hematokrit masing-masing dari 2.100.000 buah dan 26% sebagai kontrol menjadi 2.685.000 buah dan 33,5% (pada 0,05%) dan 2.325.000 buah dan 29% (pada 0,2%). Pemberian kunyit sebanyak 0,05; 0,1 dan 0,2%, pada suhu panas, nyata meningkatkan PBH dari 1192 g, masingmasing menjadi 1383, 1419 dan 1660 g. Secara keseluruhan level pemberian kunyit sebanyak 0,2% dapat digunakan untuk mengatasi cekaman panas pada ayam broiler.
September 2005 Puslitbang Bogor. hlm. 733 – 736.
Peternakan,
BINTANG, I.K. dan A.G. NATAAMIJAYA. 2006. Karkas dan lemak subkutan broiler yang mendapat ransum dengan suplementasi tepung kunyit (Curcuma domestica val) dan tepung lempuyang (Zingiber aromaticum val). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 5 – 6 September 2006 Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 623 – 628. BONET, S., P.A. GERAERT, M. LESSIRE, M.B.CERRE and S. GUILLAUMIN. 1997. Effect of high ambient temperature on feed digestibility in broilers. Poult. Sci. 76: 857 – 863.
DAFTAR PUSTAKA
HARLOVA, H., J.B. LAHA, M. KOUBKOVA, J. DRASLAROVA and A. FUCIKOVA. 2002. Influence of heat stress on the metabolic response in broiler chickens. Scientia Agriculturae Bohemica 33: 145 – 149.
ARUOMA, O.I. 1999. Free radicals, antioxidants and international nutrition. Asia Pacific. J. Clin. Nutr 8: 53 – 63.
KUMAR, V. and S.K. SHARMA. 2006. Antioxidant studies on some plants. Hamdar Medicus XLIX (4): 25 – 36.
BAZIZ, A.H., P.A. GERAERT, J.C.P. PADILHA and GUILLAUMIN. 1996. Chronic heat exposure enhances fat deposition and modifies muscle and fat partition in broiler carcasses. Poult. Sci. 75: 505 – 513.
KURUP, V.P. and C.S. BARRIOS. 2008. Immunomodulatory effects of curcumin in allergy. Molecular Nutrition and Food Research. http://www.3.interscience.wiley.com/aboutus. (5 Mei 2008).
BINTANG, I.K. dan A.G. NATAAMIJAYA. 2005. Pengaruh penambahan tepung kunyit (Curcuma domestica val) dalam ransum broiler. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 12 – 13
764
KUSNADI, E. 2004. Pegaruh pemberian pegagan (Centella asiatica) terhadap respon ayam broiler yang dipelihara pada suhu lingkungan yang berbeda. J. Peternakan dan Lingkungan, 10(02): 10 – 14.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
KUSNADI, E. 2007. Pengaruh penambahan pegagan (Centella asiatica) dan vitamin C terhadap kandungan hemoglobin dan hematokrit Darah ayam broiler yang mengalami cekaman Panas. J. Ilmu Ternak 7(2): 140 – 144. KUSNADI, E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan komponen darah ayam broiler. J. Pengembangan Peternakan Tropis 33(3): 197 – 202. MAY, J.D. and B.D. LOTT. 2001. Relating weight gain and feed:gain of male and female broilers to rearing temperature. Poul. Sci. 80: 581 – 584. MILLER, J.K., E.B. SLEBODZINSKA and F.C. MADSEN. 1993. Oxidative stress, antioxidant, and animal function. J R Sci. 76: 2812 – 2823. NATAAMIJAYA, A.G., S.N. JARMANI, U. KUSNADI dan L. PRAHARANI. 1999. Pengaruh pemberian kunyit (Curcuma domestica Val) dan lempuyang (Zingiber aromaticum Val) terhadap bobot badan dan konversi pakan pada broiler. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 Oktober 1999. Puslitbang Peternakan. Bogor. hlm. 332 – 335. NADIA. R, R.A. HASSAN, E.M. QOTA and H.M. FAYEK. 2008. Effect of natural antioxidant on oxidative stability of eggs and productive and reproductive performance of laying hens. Int. J. Poult. Sci. 7(2): 134 – 150.
PRIYADARSISI, K.I., D.K. MAITY, G.H. NAIK, M.S. KUMAR, M.K.U NNIKRISHNAN, J.G. SATAV And H. MOHAN. 2000. Role of phenolic O-H and mathylenr hydrogen on the free radical and antioxidant activity of curcumin. Free Radical Biology ang Medicine. 35(5): 475 – 484. RAHA, R., A. RAUS, E. SURHAIDA, E. LATIF and J.J. MUHAMMAD. 2001. Lowering of lipid composition in aorta of guenea pig by Curcuma domestica Val. http//.www.pubmed central.nic. (25 April 2008). SINURAT, A.P., T. PURWADARIA, I.A.K. BINTANG, P.P. KETAREN, N. BERMAWIE, M. RAHARJO dan M. RIZAL. 2009. Pemanfaatan kunyit dan temulawak sebagai imbuhan pakan untuk ayam broiler. JITV 14(2): 90 – 96. STEEL, G.D. and J.H. TORRIE 1980. Principles and procedures of statistic, second Ed, Graw-Hall, Book Comp, New York. YAHAV, S., A. STRASCHNOW, I. PLAVNIK and S. HURWITZ. 1997. Blood system response of chickens to changes in environmental temperature. Poult. Sci. 76: 627 – 633. YOSHIKA, T. and Y. NAITO. 2002. What is oxidative stress ? JMAJ, 45: 271 – 276. ZHANG, H., C.X. WU, Y.CHAMBA and Y.LING. 2007. Blood Characteristics for high altitude in Tibetan chickens. Poult.Sci. 86: 1384 – 1389.
765