Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS BROILER (PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN DALAM BROILER) (Use of Herbal Medicine to Improve Performance of Broiler) LAILY AGUSTINA1, M. HATTA2, S. PURWANTI1 1
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Univeritas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Makassar 90245 2 Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Umum, Universitas Hasanuddin
ABSTRACT The purpose of this research is to produce a mix herbs to increasing broilers performance. Beneficial of this research is information to farmers and livestock industry regarding the use of herbal potions to improve the performance of broilers to substitute a synthetic antibiotics. The method of research is compiled based on the Complete Random Design which consists of 4 treatments and 5 replications. The treatment level is the use of herbal potions P1: dose 2.5 cc/liter of water, P2: dose 5.0 cc/liter of water, P3: dose 7.5 cc/liter of water and P4: 10 cc/liter of water. The parameter of this research were: weigh gain, daily consumption, feed conversion and histopathology. The results of research had showed that the average weight gain, daily consumption and feed conversion are not significant (P > 0.05) to mix herbs with different levels of broilers, however in the treatment more than 2.5 cc/liter water was showed the best effect on weight gain, improve daily consumption, feed conversion and histopathology. In summary, the use of mix herbs shows there is no effect on performance, namely weight gain, daily consumption and feed conversion. The use of mix herbs levels more than 2.5 cc per liter of water can inhibit the metabolism of visceral organs. Key Words: Herbal Medicine, Performance, Broiler ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa ramuan herbal yang bila diberikan pada broiler dapat meningkatkan performa dan tidak menyebabkan gangguan terhadap organ dalam. Kegunaan penelitian adalah sebagai bahan informasi bagi peternak dan industri peternakan mengenai penggunaan ramuan herbal yang dapat meningkatkan performa broiler dan menentukan dosis yang tepat sebagai alternatif pengganti antibiotik sintetik. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan penggunaan ramuan herbal terdiri dari P1: dosis 2,5 cc/liter air minum, P2: dosis 5,0 cc/liter air minum, P3: dosis 7,5 cc/liter air minum dan P4: dosis 10 cc/liter air minum. Parameter yang diamati meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan serta gambaran histopatologi organ dalam broiler. Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa rataan pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap pemberian ramuan herbal dengan dosis yang berbeda pada broiler, tetapi jika di berikan pada dosis 2,5 cc per liter air minum cenderung memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan bobot badan, memperbaiki konsumsi pakan dan konversi pakan serta tidak menyebabkan terjadinya kelainan histopatologi pada organ dalam. Kesimpulan dari hasil dan pembahasan, penggunaan ramuan herbal tidak berpengaruh terhadap performa, yaitu pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Pengamatan secara histopatologi menunjukkan adanya kelainan pada organ dalam dengan penggunaan ramuan herbal diatas 2,5 cc/liter air minum Kata Kunci: Ramuan Herbal, Performa, Broiler, Histopatologi
732
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENDAHULUAN Perkembangan peternakan unggas akhirakhir ini meningkat pesat, terkait dengan semakin banyaknya permintaan komoditas ternak untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Unggas adalah salah satu jenis ternak penghasil daging dengan masa pemeliharaan relatif singkat. Untuk menjamin keberhasilan peternakan unggas harus dipertimbangkan tiga faktor yaitu bibit, pakan dan manajemen ternak unggas. Daging merupakan komoditas peternakan sumber protein hewani dan yang banyak dikonsumsi sekarang ini adalah daging broiler. Sejauh ini konsumsi masyarakat terhadap broiler semakin tinggi, sehingga peternak broiler harus berusaha menyediakan kebutuhan daging untuk masyarakat. Standar yang di tetapkan oleh FAO, kebutuhan protein hewani adalah 6 g/kapita/hari dan yang sudah terpenuhi sebesar 4,19 g/kapita/hari (SISWONO, 2005). Penggunaan ramuan herbal merupakan salah satu terobosan yang diharapkan mampu berfungsi sebagai salah satu feed additive dalam pakan unggas. Fungsi ramuan herbal sebagai feed additive yaitu dapat memperbaiki performa, sekaligus untuk mencegah penggunaan antibiotik sintesik dalam pakan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengusaha yang bergerak dibidang usaha peternakan dan masyarakat peternak. AGUSTINA (2006) menyimpulkan bahwa ramuan herbal mengandung antibakteri yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan menekan jumlah kematian broiler serta penggunaan ramuan herbal pada dosis 2,5 cc/liter air minum cenderung memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan bobot badan, memperbaiki konsumsi pakan, konversi pakan dan rasio efisiensi protein, namun belum memperlihatkan pengaruh yang nyata dengan pemberian 5 ml ekstrak ramuan herbal per liter air minum. Ramuan herbal juga mengandung zat bioaktif yang dapat memperbaiki metabolisme, menekan berbagai penyakit baik pada manusia maupun ternak. Hasil penelitian lanjutan AGUSTINA et al. (2009) membuktikan bahwa ekstrak ramuan herbal mengandung berbagai zat bioaktif yang memiliki aktifitas
antimikroba, mampu menghambat bakteri patogen Gram positif sebanyak 4 jenis dan Gram negatif sebanyak 7 jenis. Dengan demikian tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana dosis penggunaan ramuan herbal akan memperbaiki performa broiler tanpa menyebabkan kelainan organ-organ dalam yang akan mengganggu kesehatan ternak dan manusia yang mengkonsumsinya. MATERI DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah broiler strain CP 707 umur 1 hari (DOC/day old chick) sebanyak 100 ekor unsexed, pakan broiler yang disusun berdasarkan kandungan protein 19% dan energi metabolisme 3.080 kkal/kg (SNI 013930-1995 dan SNI 01-3931-1995). Bahan ramuan herbal terdiri dari 12 macam, molases, EM4 (Effective microorganisms). Cara pembuatan ramuan herbal tercantum pada Gambar 1 dan penggunaan setiap bahan sebanyak 0,25 kg. Bahan yang digunakan adalah: kunyit, jahe, lengkuas, temulawak, temu kunci, temu ireng, sereh dapur, sirih, bawang putih, bawang merah, kemangi dan kencur. Perlakuan dosis penggunaan ramuan herbal adalah P1 (dosis 2,5 cc/liter air minum), P2 (dosis 5,0 cc/liter air minum), P3 (dosis 7,5 cc/liter air minum), P4 (dosis 10 cc/liter air minum). Penelitian dilaksanakan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) (STEEL dan TORRIE, 1995) terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan yang masing-masing unit percobaan terdiri 5 ekor. Peubah yang diamati meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Setiap minggu broiler ditimbang untuk mengetahui pertambahan bobot badan dan pakan sisa untuk mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi serta menghitung efisiensi penggunaan pakan. Penelitian berlangsung selama 42 hari yang dipelihara dalam kandang cage. Gambaran histopatologi organ dalam, meliputi bursa fabricus, limpa, kelenjar limfa, hati, pankreas, ginjal, duodenum, jejenum dan ileum dilaksanakan di BBVet (Balai Besar Veteriner) Maros. Prosedur untuk gambaran histopatologi adalah sebagai berikut: setelah ayam dipotong
733
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
dilakukan nekropsi untuk mengambil organ dalam, kemudian organ tersebut direndam dalam larutan formalin 10% dilanjutkan dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (MAIDIE et al. 1975) selanjutnya dikirim ke Laboratorium Patologi BBVet Maros HASIL DAN PEMBAHASAN Performa broiler diamati melalui pengukuran konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang diukur seminggu sekali. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap performa (Tabel 1). Gambaran histopatologi terhadap organ dalam dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 1 memperlihatkan bahwa rataan pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) akibat pemberian dosis ramuan herbal yang berbeda. Namun demikian terdapat kecenderungan perlakuan P1 (dosis 2,5 cc ramuan herbal/liter air minum) mempunyai pengaruh terbaik dibandingkan dengan dosis 5 cc; 7,5 cc dan 10 cc/liter air minum. Hal ini
Gambar 1. Bagan pembuatan ramuan herbal (AGUSTINA, 2006)
Tabel 1. Rataan pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, dan konversi pakan yang diberi ramuan herbal selama 42 hari Perlakuan Parameter P1
P2
P3
P4
Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu)
338,91
336,78
323,7
324,72
Konsumsi pakan (g/ekor/minggu)
667,65
664,45
651,20
630,63
1,97
1,98
2,01
1,95
Konversi pakan
734
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa dosis terbaik yang diberikan adalah 2,5 cc/liter air minum (AGUSTINA, 2006). Penelitian ini diperkuat oleh hasil yang menunjukkan bahwa tidak terdapat kelainan gambaran histopatologi organ dalam, yang mendapat dosis 2,5 cc ramuan herbal/liter air minum, sedangkan dosis di atas 2,5 cc telah memperlihatkan terjadinya kerusakan organ terutama pada hati sebagai pusat metabolisme, pankreas sebagai penghasil enzim pencernaan (protease, lipase dan amilase) serta duodenum sebagai tempat proses utama pencernaan yaitu cairan empedu dari hati dan enzim dari pankreas ditambah enzim yang dihasilkan oleh usus bersama-sama mencerna pakan yang masuk, jejenum dan ileum merupakan tempat penyerapan zat-zat nutrisi berupa asam amino, vitamin dan monosakarida kedalam sirkulasi darah (HAZELWOOD, 2000; DENBOW, 2000) . Hati, pankreas dan usus halus merupakan organ dalam, dari sistem pencernaan yang lebih awal kontak dengan kandungan zat bioaktif dalam ramuan herbal, sehingga lebih mudah terakumulasi residu. Hal inilah yang diduga penyebab terjadinya kerusakan pada organ tersebut dan berakibat terhadap penurunan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan diatas pemberian ramuan herbal sebanyak 2,5 cc/liter air minum. Bobot badan kumulatif berdasarkan National Research Council (NRC) untuk jantan betina (berbaur) bagi broiler berumur 6 minggu adalah 1.915 g/ekor atau rataan pertambahan bobot badan 319,2 g/ekor/minggu. Rataan pertambahan bobot badan hasi penelitian ini sebesar 323,7 – 338,91 g/ekor/minggu. Selanjutnya disebutkan bahwa konsumsi kumulatif broiler berumur 6 minggu adalah 3.471 g/ekor atau rataan konsumsinya adalah 578,5 g/ekor/minggu. Rataan konsumsi pakan hasil penelitian 630,63 – 667,65 g/ekor/minggu masih lebih tinggi di bandingkan NRC. Konversi pakan hasil penelitian berkisar antara 1,95 – 2,01 dan konversi pakan yang baik berkisar antara 1,75 – 2,00. Semakin rendah angka konversi pakan berarti kualitas pakan semakin baik (AMRULLAH, 2003). Pada bursa fabricus, limpa dan limfogland tidak terdapat kerusakan (semua ulangan). karena fungsi bursa fabricus, limpa dan limfogland adalah sebagai pertahanan terhadap
penyakit. Dosis ramuan herbal di atas 2,5 cc/liter air minum, kerja ketiga organ ini diduga lebih banyak terlebih dahulu diambil alih oleh ramuan herbal yang mengandung zat bioaktif. Kandungan zat bioaktif ramuan herbal berfungsi menghalangi mikroba patogen sejak berada dalam alat pencernaan, utamanya pada usus halus. Kandungan minyak atsiri dalam kencur berperan sebagai penambah nafsu makan dan sebagai antibakteri dan anti jamur (AFRIASTINI, 2004; ROSTIANA dan EFFENDI, 2007). Selanjutnya RUKMANA (2004) mengemukakan bahwa kunyit juga berkhasiat peluruh empedu (kolagoga), penawar racun (antidota), penguat lambung dan penambah nafsu makan. Fenol merupakan zat bioaktif yang terdapat dalam daun sirih mengandung betlephenol dan chavicol memiliki daya mematikan kuman antioksidan dan anti fungal. Tabel 2. Gambaran histopatologi broiler yang diberi ramuan herbal (5 cc – 10 cc) selama 42 hari Nama organ
Hasil gambaran histopatologi (5 ulangan)
Bursa fabricus
Normal
Limpa
Normal
Limfogland
Normal
Hati
Normal-Necrotik kanal portal (+3)
Pankreas
Normal-Fibrosis +1
Ginjal
Normal-Glomerulo nephritis (+2)
Duodenum
Hiperplasia sel (+2) Hiperplasia sel + hemoragi +3
Jejenum
Hiperplasia sel (+2) Hiperplasia sel (+2)
Ileum
Hiperplasia sel (+2) Hiperplasia sel (+2)
Hal ini sesuai dengan pernyataan ZAINUDDIN dan WIBAWAN (2007) yang menyatakan bahwa secara umum tanaman obat mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, fenolik, tripenoid, minyak atsiri, glikosida yang bersifat antiviral, antibakteri dan imunomodulator, komponen tersebut untuk menjaga kesegaran tubuh dan melancarkan peredaran darah.
735
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Komponen bawang putih dibedakan menjadi dua yaitu bagian yang larut dalam minyak dan bagian yang larut dalam air. Komponen larut dalam minyak antara lain sulfida, seperti dialil sulfida (DAS), dialil disulfida (DADS), dialil trisulfida dan alil metil trisulfida, dithiins, dan ajoene. Komponen yang larut dalam air merupakan turunan sistein, seperti S–alilsistein (SAC), S–alil merkaptosistein (SAMC) dan Smetilsistein, dan turunan gamma–glutamil sistein. Komponen larut dalam air lebih stabil dibandingkan dengan komponen larut dalam minyak (AMAGASE et al., 2001). Hal ini diperkuat oleh penelitian SAFITHRI (2004) yang mengemukakan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. agalactie, S. aureus, dan E. coli. Ekstrak air bawang putih dengan konsentrasi 20% mempunyai aktivitas antibakteri yang sama dengan ampicilin 5 μg terhadap bakteri S. agalactie, S. aureus, dan E. coli. Ekstrak etanol bawang putih pekat mempunyai aktivasi antibakteri lebih lemah dari ampicilin 5 μg terhadap S. agalactie, S. aureus, dan E. coli. Selanjutnya menurut NURSAL et al. (2006) bahwa jahe juga mengandung senyawa flavonoid, fenol, terpenoid. Berdasarkan temuan berbagai peneliti terbukti ramuan herbal memiliki khasiat memperbaiki kesehatan dan produktivitas ternak, sesuai dengan pernyataan ZAINUDDIN (2006) bahwa tanaman obat sebagai feed supplement atau feed additive dapat diberikan melalui air minum atau dicampur ke dalam ransum dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh (kesehatan) ternak unggas, produktifitas dan efisiensi pakan. Hasil gambaran histopatologi dalam setiap ulangan di atas dosis 2,5 cc ramuan herbal per liter air minum menunjukkan tingkat kerusakan organ yang berbeda pada hati, pankreas, ginjal, duodenum, jejenum dan ileum. Kondisi ini mungkin disebabkan adanya senyawa bioaktif yang terkandung berlebih dalam ramuan herbal berupa minyak atsiri, kurkumin, metil cavicol, gingerol, eugenol, sitral A, sitral B, flavonoid dan alicin (AGUSTINA et al., 2009). Terjadinya hyperplasia dan hemoragi pada usus menyebabkan penyerapan nutrisi terganggu, demikian juga dengan fibrosis pada pankreas maka produksi enzim pencernaan
736
tidak berjalan normal. Akibat nekrotik hati selsel hati tidak berfungsi normal sehingga proses metabolism terganggu, selanjutnya berdampak pada performa. Dosis diatas 2,5 cc ramuan herbal/liter air minum juga menyebabkan terakumulasi residu pada ginjal, sementara itu fungsi ginjal sendiri adalah menyaring racun yang masuk kedalam tubuh. Akibat akumulasi residu menyebabkan ginjal mengalami fibrosis. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, penggunaan ramuan herbal tidak menunjukkan pengaruh terhadap performa, yaitu pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Penggunaan ramuan herbal di atas dosis 2,5 cc/liter air minum dapat menghambat penyerapan zat-zat nutrisi dalam usus halus dan produksi enzim-enzim pencernaan oleh pankreas serta proses metabolisme dalam organ hati. Dianjurkan pemberian ramuan herbal dengan dosis 2,5 cc/liter air minum, karena menunjukkan efisiensi biologis dan tidak terjadi kelainan pada organ dalam broiler. DAFTAR PUSTAKA AFRIASTINI, J.J. 2004. Bertanam Kencur. Penebar Swadaya, Jakarta. AGUSTINA, R. 2006. Penggunaan ramuan herbal sebagai Feed Additive untuk meningkatkan performans broiler. Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. 4 Agustus 2006 Semarang, Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 47 – 52. AGUSTINA, L., M. HATTA dan S. PURWANTI. 2009. Penggunaan ramuan herbal untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas broiler. 1. Analisis Zat Bioaktif dan Uji Aktifitas Antibakteri Ramuan Herbal dalam Menghambat Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Cetakan 1. Pros. Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan. Bandung 21 – 22 Oktober 2009. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung. hlm. 514 – 517. AMAGASE H., PETESCH B.L., MATSUURA H., KASUGA S., and ITAKURA Y. 2001. Intake of garlic and its bioactive components. J. Nutr. 131: 955S - 962S.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
AMRULLAH, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-1. Bogor: Lembaga Satu Gunung Budi. DENBOW, D.M. 2000. Gastrointestinal Anatomy and Physiology In Avian Physiologis by Sturkie’s. 5th Ed. Academic Press, New York. pp: 299 – 325. HAZELWOOD, R.L. 2000. Pancreas. In: Avian Physiologis by Sturkie’s. 5th Ed. Academic Press, New York. pp. 534 – 555. MAIDIE, M.S., I.T. BUDIARSO dan W. RUMAWAS. 1975. Ilmu Penyakit Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. NURSAL, S. WULANDARI dan JUWITA W.S. 2006. Bioaktivitas ekstrak jahe (Zingiberofficinale Roxb.) dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. J. Biogenesis 2(2): 64 – 66. RUKMANA R. 2004. Budidaya Bawang Putih. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. ROSTIANA, O. dan D.S. EFFENDI. 2007. Teknologi Unggulan Kencur. Perbenihan dan Budidaya Pendukung Varietas Unggul. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Penerbit Puslitbang Perkebunan, Bogor.
SISWONO. 2005. Konsumsi Protein Hewani di Bawah Standar. http://www.republika.co.id/. (02 November 2009). STEEL R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Ed ke-2. Penerjemah: SUMANTRI, B. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ZAINUDDIN, D. 2006. Tanaman obat dan meningkatkan efisiensi pakan dan kesehatan ternak unggas Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha ternak Unggas berdaya Saing. Semarang 4 Agustus 2006, Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 202 – 209. ZAINUDDIN, D. dan I.W.T. WIBAWAN. 20007. Biosekurity dan Manajemen Penanganan penyakit ayam lokal dalam Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm. 159 – 182.
SAFITHRI, M. 2004. Aktivitas antibakteri bawang putih (Allium sativum) terhadap bakteri mastitis subklinis secara in vitro dan in vivo pada ambing tikus putih (Rattus norvegicus). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
737