Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
DESKRIPSI USAHATANI TERNAK RUMINANSIA DI BEBERAPA ZONASI AGROEKOLOGI JAWA TIMUR M. Au YUSRAN ' , E. LEGOWOZ , A.G.
PRATOM03 , E. PURNOM0 2 , dala
N.
PANGARSOZ
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertaniant Grati Jalan Pahlawan, Grati Pasuruan 67184 z Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Wonocolo, Surabaya 3 Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Tlekung, Batu
ABSTRAK Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso Malang telah menyusun zonasi agroekologi (AEZ) sebagai dasar pewilayalian komoditas pertanian di Jawa Timur. Zonasi ini ditentukan berdasar komponen ordo tanah, rejim kebasahan tanali, rejim suhu tanah, fisiografi dan tipe penggunaan lahan . Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan jenis ternak dan tipe produksi usahatani ternak ruminansia yang sedang berlangsung maupun yang ideal/prospektif di lima zona lahan kering dalam AEZ Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah survai dan tehnik Pemahaman Pedesaan Waktu Singkat (PPWS) di desa-desa sampel. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa spesifikasi kondisi fisik lingkungan di tiap wilayah zona agroekologi yang diamati tidak menimbulkan spesifikasi jenis ternak clan tipe produksi usahatani ternak ruminansia yang sedang berlangsung . Tipe produksi lebih dominan ditentukan oleli ketersediaan pasar. Kata kunci : Zonasi agroekologi, lahan kering, usahatani ternak PENDAHULUAN Konsep Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggu lan (SPAKU) dalam program Pembangunan Pertanian, mempersyaratkan adanya sistem produksi komoditas pada skala ekonomis yang terpusat di wilayah yang ideal. Guna mencapai sistem tersebut diperlukan tersedianya "Pewilayahan Komoditas Pertanian" bagi komoditas unggulan prospektif (WIDJAJANTO et al., 1997). Penyusunan pewiiayahan komoditas pertanian ini perlu dilandasi oleli adanya zonasi agroekologi, kesesuaian lalian, kondisi sosial, ekononu dan budaya serta kelaykan agribisnis (LEGOWG et al., 1997; WIDJAJANI'O et al., 1997) . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karangploso Malang telah membuat zonasi agroekologi (AEZ) Jawa Timur yang ditentukan dari komponen (1) ordo tanah, (2) rejim kebasahan tanah, dan (3) rejim suhu tanali, dan untuk sub zona agrekologi ditambah dengan komponen-komponen (4) ffsiograll, dan (5) tipe penggunaan Iallan (LEGOWO et al., 1997) . Berlangsungnya proses fisiologis tubuh untuk hidup clan berprodlaksi pada ternak ruminansia (sapi, domba dan kambing) sangat dipengaruhi oleli kondisi fisik lingkungan di atas permukaan tanah, baik faktor abiotik maupun biotik ; faktor abiotik yang penting adalah suhu udara, kelembaban udara, angin maupun curah hujan (Mc DOWELL et al., 1972) . Keberadaan usatatani ternak ruminansia dalam sistem usahatani di Jawa Timur, khususnya di wilayah daerah lahan kering, bersifat subsisten clan komplomenter . Berkenaan dengan hal-hal tersebut, maka diperlukan peninjauan khusus untuk penyesuaian dalam pembentukan Pewilayahan Komoditas ternak ruminansia yang didasari oleli zonasi agroekologi yang telah tersusun. 810
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendiskripsikan jenis ternak dan tipe produksi usahatani ternak ruminansia yang sedang berlangsung niaupun yang ideal/prospektif di lima tipe zona lahan kering dalam zonasi agroekologi Jawa Timur. Diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menyusun peta kesesuaian lahan dan pewilayahan komoditas ruminansia yang akurat sebagai tindak lanjut dari zonasi agroekologi Jawa Timur . MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di lima wilayah dengan tipe zona agroekologi yang berbeda menurut LEGOWO et al.(1997) ; kelima lokasi penelitian termasuk wilayah yang didominasi oleh budidaya pertanian lahan kering di Jawa Timur. Masing-tnasing tipe zona agroekologi diwakili satu wilayah desa yang dipilih secara purposive randotu sampling. Kelima zona yang telah ditetapkan sebagai variabel tipe agroekologi dan desa lokasi penelitian terpilih diuraikan di Tabel 1. Tabel 1.
Tipe zona agroekologi, kriterium dan desa sebagai wakil lokasi penelitian
Tipe AEZ
Lokasi penelitian
Kriterium" Kebasahan
Ordo tanah
Temperature
(Desa/Kec ./Kab.)
Ent. 2.2.
Entisol
Udic
Isothei-mic
Andong Bini/Tiris/ Probohnggo
And. 2.2.
Awlisol (andosol)
Udic (2-4 bulan kering per tahun)
Isothe m ic
Keduwung/ Puspo/ Pasunian
Ept. 3.1 .
Enceptisol
Ustic
Isohypertherntic
Patuguran/ Rejoso/ Pasunian
Ert . 3.1 .
Vertisol (gnunusol)
Ustic
Isolryperthermic
Sidorejo/ Jetis/ Mojokerto
Ent.3 .1 .
Entisol
Ustic
Isolrvperthernric
Sawetar/ Kanigoro/ Blitar
(regosol, aluvial, pasir, litosol)
(aluvial)
(regosol, aluvial, pasir, litosol)
(2-4 bulan kering per tahun)
(lebih 4 bulan kering per tahun) (lebih 4 bulan kering per tahun) (lebih 4 bulan kering per tahun)
(I 5-220C, 700-1500 m.dpl) (15-22oC, 700-1500 m.dpl) (> 22oC, 0-700 in dpl .) (> 22oC, 0-700 m dpl .)
(>220C, 0-700 in dpl .)
Keterangan :') Menurut buku Zonasi Agroekologi Jawa Timur (LEGowo et al.,
1997)
Metode penelitian yang digunakan adalah survai dan Pemahaman Pedesaan Waktu Singkat (PPWS) . Pengumpulan data primer menggunakan cara wawancara semi struktural terhadap kelompok dan informan kunci, yang meliputi jenis ternak yang dibudidayakan, tipe produksi, alasan-alasan pemilihan jenis ternak dan tipe produksi . Selain itu data primer dikumpulkan dengan cara observasi langsung di lapangan, yang meliputi altitude, sarana dan prasarana, potensi lahan, biofisik (kelerengan, tanah, topografi) serta infrastruktur yang ada . Data sekunder dikumpulkan dari sumber data instansi terkait dan laporan hasil penelitian, yang meliputi curah hujan, hari hujan dan suhu udara harian .
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
Data dianalisis secara diskriptif sesuai dengan permasalahan yang dikaji . HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik kondisi fisik lingkungan yang berkaitan dengan faktor-faktor tipe zona agroekologi yang diamati dalam penelitian ini diuraikan di Tabel 2. Terdapat kesamaan sifat "tipe iklim" di kelima zona, yaitu di ke lima zona tersebut mempunyai bulan kering (curah huja < 100 mm) lebih dari 4 bulan berturut-turut . Tetapi berdasarkan rata-rata suhu udara harian dan fisiografi terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu tipe zona agroekologi dengan altitude dataran tinggi (Ent.22 dan And.22) dan dengan altitude dataran rendah (Ept.31, Ert.31 dan Ent .31) . Tabel 2.
Beberapa karakteristik fisik lingktuigan di lima tipe zona agroekologi dalam AEZ Jawa Timur
Tipe zona Lokasi contoh Altitude (m. dpl.) Suhu udara (oC)a Tipe iklitn Fisiografte
Ent.2231 Desa Andong B 750 19,4-30,5 (24,4)b LDPd Berbukit (25%)
And.2231 Desa Keduwung 1150 17,2-24,5 (21,3)b
Ept .3111 Desa Patuguran 4 24,3-33,8 (28,6)b
Ert .3111 Desa Sidorejo 40 (28)c
Ent.3121 Desa Sawetar 140 (27)c
LDPd Berbukit (35%)
LDI'd Datar (<2"/")
LDPd
LDPd
Datar (<2°/")
Gelombang (2"/")
Keterangan Angka (a) atas kisaran ; angka dalam kurung adalah rata-rata (b) Data dikutip dari KUMARUDIN-MA'SLM (1986) atas dasar kesamaan altitude dan kedekatan lokasi Tidak (e) ada data ; diestimasi dengan dasar tiap kenaikan altitude 305 m, suhu udara turun 1,70 C (PAYNE, 1970) dan diperhitungkan dari Desa Patuguran (d) Long dryperiod (bulan kering lebili dari 4 bulan) . (e) angka dalam kurung menunjukkan kelerengan
Beberapa informasi yang dikutip oleh WIDURIANA (1982) menyatakan, bahwa suhu udara lingkungan secara langsung metnpengandu konsumsi pakan, pertumbulian, produksi susu maupun reproduksi ternak ruminansia . Oleh karena itu, kondisi suhu udara menlpakan faktor lingkungan abiotik yang paling penting bagi kehidupan seekor ternak niminansia . Selain itu tipe iklim yang didasari curah hujan dan jumlah bulan kering serta fisiografi (kelerengan) juga berperan membentuk lingkungan yang nyatnan (comfort enviromnent) bagi ternak ruminansia. Tabel 2 juga menunjukkan, bahwa ordo tanah tidak berperan membentuk spesifik karakter fisik lingkungan untuk kehidupan ternak . Dikarenakan sebagian besar sistem petnberian pakan kepada sapi, dotnba dan kambing yang terdapat dalam kondisi usahatani ternak di Jawa Timur adalah sistem potong dan angkut (cut and carry) atau tidak digembalakan, maka unsur sifat fisik fisiografi/kelerengan dapat diabaikan dalam penentuan syarat hidup ternak ruminansia, asalkan kelerengan suatu daerah tidak lebih dari 40%. Deskripsi jenis dan tipe produksi usahatani ternak nuninansia yang secara teoritis adalah ideal dan prospektif serta yang nyata dominan ada (existing) di kelima tipe zona dalam penelitian ini diuraikan di Tabel 3 .
81 2
Tabel 3.
Deskripsi jenis clan tipe produksi usahatani temak ruminansia di lima tipe zona agroekologi dalam AEZ Jawa Timtu Ent.2231
And.2231
Ept.3 I 1 I
Ert.3111
Ent .3121
lokasi
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
contoh
Andong Bitu
Keduwung
Patuguran
Sidorejo
Sawetar
Tipe zona
Jenis temak dan tipe produksi yang ideal*)
sapi perah (produksi susu)
"
sapi perah (produksisusu)
"
sapi potong (produksi anak)
"
sapi potong (produksi anak)
"
sapi potong (produksi anak)
sapi potong (pembesaran/ penggemukan)
"
sapi potong (pembesaran/ penggemukan)
"
kambing (produksi anak/pembesaran/ penggemukan
"
kambing (produksi anak/ pembesaran/ penggemukan)
"
kambing (produksi anak/ pembesaran/ penggemukan)
"
domba (produksi anak/pembesaran/ penggemukan
"
domba (produksi anak/pembesaran/ penggemukan
"
sapi potong (produksi anak clan pembesaran)
"
sapi perch (produksisusu)
"
domba (produksi anak clan pembesaran)
" "
Jenis tentak clan tipe produksi yang nyata domi-nan
3 n
0
n
o
n
a 3 "
sapi perch (produksi susu)
"
sapi potong (produksi anak)
"
domba (produksi anak clan pembesaran)
"
domba (produksi anak clan pembesaran)
Keterangan : `) Tipe produksi vang ideal apabila terdapat dukungan pasar, infrastruktur sarana dan sarana produksi serta preferensi petani
sapi potong (produksi anak) "
kambing (produksi anak clan pembesaran)
10 00
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Semua tipe zona agroekologi lahan kering dalam AEZ Jawa Timur yang berada di altitude dataran tinggi (> 700 m dpl .) adalah comfort environment zone bagi kehidupan sapi perah dengan tipe produksi penghasil susu, atau sapi potong dengan tipe produksi pembesaran dan penggemukan, atau domba dengan segala tipe produksi . Demikian pula sebaliknya yang berada di altitude dataran rendah-sedang (< 700 m dpl .) adalah comfort environment zone bagi sapi potong dengan tipe produksi penghasil anak (cow and calfprogram), atau ternak kambing dengan segala tipe produksi . Kondisi ini sesuai dengan tuntutan batasan lingkungan yang nyaman (comfort environment zone) bagi masing-masing jenis ternak ruminansia, seperti yang diinformasikan oleh Me DOWELL (1972) maupun SCHMIDT dan VAN VLECK (1974) bagi sapi perah, kutipan beberapa laporan penelitian oleh KOMRUDIN-MA'SUM (1986) dan laporan penelitian oleh WINUCROHo et al. (1994) bagi sapi potong yang ada di Jawa Timur, dan oleh DEVENDRA dan Mc LEROY (1982) bagi domba dan kambing, maka dapat dinyatakan (Tabel 3) . Hasil penelitian ini juga menunjukkan kenyataan yang terjadi di usahatani ternak di daerah lahan kering di Jawa Timur, bahwa faktor kesesuaian antara persyaratan hidup maupun berproduksi yang ideal dengan lingkungan agroekologi adalah kalah dominan oleh faktor-faktor perminataan pasar, kemudahan memperoleh sarana untuk proses produksi, kemampuan modal dan preferensi petani dalam menentukan jenis ternak dan tipe produksi . Secara ringkas phenomena ini mengartikan, bahwa tidak terdapat spesifik jenis ternak dan tipe produksi karena adanya spesifik sifat fisik lingkungan tiap tipe zona agroekologi . Hal ini dapat ditunjukkan dari kasus yang terjadi di Desa Patuguran dan Andong Biru. Desa Patuguran tidak memiliki faktor abiotik lingkungan, khususnya suhu udara, yang nyaman bagi sapi perah, tetapi kenyataannya di desa tersebut usahatani ternak sapi perah adalah dominan . Sebaliknya Desa Andong Biru memiliki kondisi suhu udara, ketersediaan suplai air, daya dukung lahan sebagai sumber pakan hijauan dan preferensi petani yang tinggi bagi usahatani ternak sapi perah, tetapi di desa tersebut tidak terdapat petani yang melakukan usahatani ternak sapi perah . Hal ini dikarenakan di Desa Patuguran terdapat koperasi persusuan yang menjamin pemasaran produk susu dan suplai sarana produksi, sedang di Desa Andong Biru tidak terdapat faktor tersebut . Selain itu juga dibuktikan dari hal-hal sebagai berikut, yakni usahatani ternak sapi potong di tiga desa yang saling beda tipe zona agroekologinya (Tabel 3) mempunyai tipe produksi yang sama, yakni penghasil anak. Demikian pula pada usahatani ternak sapi perah di Desa Keduwung dan Patuguran yang beda tipe zona agroekologinya, juga mempunyai tipe produksi yang sama (Tabel 3). Untuk usahatani ternak domba atau kambing di empat desa lokasi penelitian (Tabel 3) juga tidak saling beda tipe produksinya, yakni berupa kombinasi menghasilkan anak dan pembesaran . Namun demikian, apabila menetapkan tingkat atau patokan produktivitas optimal untuk tiap jenis ternak dan tipe produksi tertentu di masing-masing tipe zona agroekologi perlu dilakukar kajian khusus, karena masalah ini dapat saling berbeda antara tipe zona agroekologi yang berbeda . KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengamatan di lima tipe zona agroekologi berlahan kering dalam AEZ Jawa Timui dapat disimpulkan bahwa sifat fisik lingkungan abiotik yang terpenting bagi kehidupan ternali ruminansia, yaitu suhu udara, dan kaitannya dengan keperluan penyusunan peta kesesuaiar lahan/lingkungan, maka tipe zona qgroekologi di lahan kering cukup terbagi menjadi 2 keiompok
814
Seminar Nasional Peternakan don i'eteriner 1998 yakni tipe zona agroekologi di altitude dataran tinggi (>700 m dpl) dan altitude dataran rendahsedang (< 700 m dpl), kondisi usahatani ternak ruminansia di lahan kering yang sedang berlangsung sampai dengan saat ini, tidak terlihat adanya spesifikasi jenis ternak dan tipe produksi karena adanya spesifikasi sifat fisik lingkungan tiap tipe zona agroekologi . Dari hasil penelitian ini disarankan pemukaan peta kesesuaian lahan/lingkungan untuk komoditas ternak ruminansia harus berdasarkan kesesuaian antara sifat fisik lingkungan di atas permukaan tanah di tiap zona agroekologi dengan batasan lingkungan yang nyaman (comfort environment zone) bagi ternak ruminansia. DAFTAR PUSTAKA DEVENDRA, C. and Mc LEROY G.B . 1982 . Goat and Sheep Production in the Tropics. 1 St Ed. Longman Group Ltd., London and New York . KOMARUDIN-MA'SUM. 1986 . Penganrlu Ketinggian Tempat Terhadap Status Fisiologis, Penggunaan Pakan dan Pertambahan Berat Badan Sapi Madura Jantan . Tesis S-2. Universitas Gajah Mada . Yogyakarta . LEGOWo, E., N. PANGARSo, H. SEMBIRING, R . HARDIANTO, Q.D . ERNAWANTO, S.R . SOEMARSONO, Y. KRJSNADI, dan ABu. 1997 . Zonasi Agroekologi Jawa Timur. BPTP Karangploso . Malang . MC DOWELL, R.G .J ., H.C . PANT, A.D . GRINNELL, C . BARKAR, JORGENSEN, and F.N. WHITE. 1972 . Animal
:Principles and Adaptation . 3rd Ed . MacMillan Publishing Co . Inc. New York . Physiology
PAYNE, W.J .A . 1970 . Cattle Production in the Tropics. Longman Group Ltd., London . SCHMIDT, G.H . and VAN VLECK. 1974 . Principles Daity Science. W.H . Freeman and Company. San Francisco. WIDURIANA, N. 1982 . Interaksi genotipa lingkungan Tehadap daya tahan panas dari dua nunpun sapi perah di Kecamatan Grati Pasunlan pada unnrr laktasi pertama. Tesis Sarjana Peternakan . Universitas Brawijaya. Malang . WIDJAJANTO, D.D., Z. ARIFIN, dan SOEMARNO . 1997 . Pewilayallan komoditas pertanian di Jawa Timur Prospek dan masalah operasionalnya dalam pembangunan pertanian. Dalam : MAHFuD, M.C dau M. SUGIYARTO (penyunting) . Prosiding Lokakarya Wawasan dan Strategi Pembangunan Pertanian di Jawa Timur Menjelang Abad XXI. Surabaya, 9 - 10 Desember 1997 . BPTP Karangploso, Malang . WINUGROHO, M. dau JOHN BESTARL 1994 . Pengaruh temperatur lingkungan pada penrbahan pola konsumsi dan kecernaan ransum yang diberikan pada sapi PO mrda . Dalam : GuNAWAN et al . (penyunting) . Proceedings Pertennian Ilmiah Hasil Penelitian Peternakan Lahan Kering. Malang, 26 - 27 Oktober 1994 . Sub Balitnak Grati, Pasunlan .