Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI (Different Proportion of Muscle, Fat and Bone in Thin Tailed Sheep Fed at Maintenance and Production Level) SETYAWAN, A. R., K. SETYANINGSIH, G. MAHESTI, E. RIANTO, SUNARSO dan A. PURNOMOADI Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang
ABSTRACT This research was aimed to investigate the feed requirement for net production of meat, fat and bone in thin tailed sheep. Sixteen thin tailed sheep with different body weight (BW), i.e. averaged 10 ± 3.4 kg (CV = 14.74%), 5 – 6 months olds for B10 group and 18 ± 3.8 kg (CV = 11.82%), 9 – 12 months olds for B18 group were randomly assigned in a Split Plot design with 2 feeding levels. The feed was allowed to fulfill 1 x maintenance (1 M; 2.6% BW) and 1.5 x maintenance (1.5 M; 3.6% BW) requirements. The data for net production were obtained by subtracting the data from 1M to that from 1.5M, result from this calculation was the net production from each parameters measured. Data was than analyzed by T-student with 2 samples. The net dry matter intake was 155.80 and 250.11 g/d for B10 and B18. Slaughter weight and carcass weight were 2503.33 g; 5050 g and 1149.67g ; 2800 g for B10 and B18, respectively. Meat, fat and bone production for B10 were 829.77 g; 62.78 g; 257.12 g and 2009.94 g; 475.30 g and 314.76 g for B18. Net production for slaughter weight, carcass weight, meat weight, fat weight and bone weight per gram dry matter intake were 16.07 g; 7.38 g; 5.33 g; 0.40 g; 1.65 g on B10, while for B18 were 20.19 g; 11.20 g; 8.04 g; 1.90 g and 1.26 g. It is concluded that net production per gram dry matter intake for meat, fat and bone were 5.33 g; 0.40 g; 1.65 g on B10, while for B18 were 8.04 g; 1.90 g and 1.26 g, respectively. In the same feeding level, big sheep would have high net production of carcass, meat and fat weight than those the small one, but there were no differences on slaughter weight and bone weight. Key Words: Maintenance, Production, Net, Body Weight ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebutuhan konsumsi pakan untuk produktivitas netto (“Net Production”) pada domba ekor tipis yang diamati dari proporsi daging, tulang dan lemak yang di produksi. Sebanyak 16 ekor domba ekor tipis ditempatkan pada 2 faktor. Pada petak utama terdiri dari dua kelompok ternak domba dengan 2 bobot hidup berbeda. Kelompok pertama, 8 ekor domba dengan bobot hidup 10 ± 3,4 kg (CV = 14,74%) (B10), 4 ekor domba diberi pakan pada level pemenuhan kebutuhan hidup pokok (M), sedangkan 4 ekor lainnya diberi pakan pada level 1,5 kali hidup pokok (1,5 M). Pada kelompok dua, 8 ekor domba dengan bobot hidup awal 18 ± 3,8 kg (CV = 11,82%) (B18), juga diberi perlakuan yang sama. Data rata-rata pada perlakuan M selanjutnya digunakan sebagai faktor pengurang untuk data 1,5 M, sehingga didapatkan selisih (netto) antara perlakuan M dan 1,5 M untuk setiap parameter yang di uji. Data selanjutnya dianalisis menggunakan t-student untuk menguji 2 kelompok data. Hasil penelitian menununjukkan bahwa konsumsi netto sebesar 155,80 dan 250,11 g/hari untuk B10 dan B18 menghasilkan bobot potong sebesar 2503,33 dan 5050, sedangkan bobot karkas yang dihasilkan adalah 1149,67 dan 2800 g. Konsumsi netto bahan kering menghasilkan bobot daging, lemak dan tulang sebesar 829,77 g; 62,78 g; 257,12 g untuk B10, sedangkan untuk B18 adalah 2009,94 g; 475,30 g dan 314,76 g. Produksi bobot potong, bobot karkas, bobot daging, bobot lemak dan bobot lemak untuk setiap gram konsumsi BK adalah 16,07 g; 7,38 g; 5,33 g; 0,40 g; 1,65 g pada B10, sedangkan untuk 18 adalah 20,19 g; 11,20 g; 8,04 g; 1,90 g dan 1,26 g. Bobot karkas, daging dan lemak lebih tinggi (P < 0,01) pada B18, sedangkan bobot potong dan bobot tulang cenderung sama (P > 0,01). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada tingkat pakan yang sama, ternak dengan bobot besar akan mempunyai produksi netto untuk setiap gram konsumsi BK pada bobot
395
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
karkas, daging dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan ternak kecil, namun bobot potong dan bobot tulang akan cenderung sama. Kata Kunci: Hidup Pokok, Produksi, Netto, Bobot hidup
PENDAHULUAN Ruminansia berperan penting dalam penyediaan protein hewani di negara-negara berkembang. Domba merupakan salah satu ternak potong yang dikembangkan di Indonesia, karena mudah dalam pemeliharaannya serta cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan suatu usaha penggemukan ternak dapat dilihat dari besarnya proporsi daging dan lemak yang dihasilkan. Dua variabel tersebut dipengaruhi oleh pakan yang diberikan disamping faktor manajemen dan genetik dari ternak tersebut (SUPARNO, 1998; LAWRIE, 1995). Pemberian pakan yang berkualitas serta jumlahnya mencukupi kebutuhan ternak akan mempercepat laju pertumbuhan dan akan meningkatkan bobot hidupnya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan proporsi daging dan lemak. Konsumsi pakan oleh ternak akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup pokok, dan apabila energi yang dihasilkan dari pakan melebihi kebutuhan hidup pokok maka ternak tersebut akan menggunakan kelebihannya untuk pertumbuhan dan produksi. Guna memenuhi kebutuhan hidup pokok pada domba dengan bobot hidup 10 kg bahan kering yang diberikan sebesar 3,3%, sedangkan untuk kebutuhan produksi dibutuhkan bahan kering 3,9% dari bobot hidup (KEARL, 1982). Namun, dalam beberapa penelitian di Indonesia dihasilkan perbedaan dalam hal kemampuan domba mengkonsumsi bahan kering. Kemampuan mengkonsumsi BK untuk seekor domba adalah 2% sampai 4% dari bobot hidupnya (LUBIS, 1992). Penelitian oleh HANDAYANTA dan SUDJITO (2000), mendapatkan hasil bahwa kemampuan mengkonsumsi bahan kering dari ternak domba berkisar antara 1,7 sampai 3,4% BB. Diperlukan data yang lebih tepat tentang kebutuhan bahan kering untuk kebutuhan hidup pokok serta produksi netto (net production) yang dihasilkan dari domba yang diberikan pakan untuk tumbuh dan berkembang.
396
Produksi jaringan otot dan lemak berhubungan dengan umur dan atau bobot hidup (BURTON dan REID, 1997). Pada beberapa penelitian yang mengambil parameter proporsi daging tulang dan lemak (RIANTO dan BUDHIHARTO, 2004; HERMAN, 2004; ADIWINARTI et al., 1999), menyebutkan hasil penelitian akibat perlakuan pakan yang diberikan. Namun, produksi sesungguhnya dari pakan yang dikonsumsi tidak dapat diketahui. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya pembanding pada domba yang tidak mengalami produksi. Atau pada saat domba dalam kondisi maintenance. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya pengkajian yang lebih dalam tentang pola hubungan bobot hidup, level pemberian pakan (maintenance dan produksi) dan respon pertumbuhan jaringan (otot, lemak, dan tulang). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktifitas netto (Net Production) pada domba ekor tipis yang diamati dari proporsi daging, tulang dan lemak yang di produksi. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang selama 14 minggu. Sebanyak 16 ekor domba lokal jantan, terdiri dari 8 ekor dengan bobot hidup awal 10 ± 3,4 kg (CV = 14,74%), berumur 5 – 6 bulan, dan 8 ekor dengan bobot hidup awal 18 ± 3,8 kg (CV = 11,82%), berumur 9 – 12 bulan digunakan dalam penelitian ini. Domba ditempatkan di kandang petak individual, model panggung yang terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum. Peralatan yang digunakan selama penelitian yaitu timbangan merk “Camry” berkapasitas 100 kg dengan ketelitian 0,5 kg untuk menimbang ternak dan timbangan merk “Accura” berkapasitas 6 kg dengan ketelitian 2 g, untuk menimbang pakan, karkas dan komponen-komponen karkas. Selain itu digunakan gergaji mesin untuk memotong
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
karkas menjadi potongan komersial, pisau besar untuk memotong domba, dan pisau kecil untuk mengurai karkas. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang keringkan dan dicampur dengan konsentrat. Pakan disusun untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok (maintenance) dan produksi (1,5 dari hidup pokok). Guna memenuhi kebutuhan hidup pokok bahan kering yang diberikan sebesar 2,6% dari bobot hidup. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan produksi, bahan kering yang diberikan adalah sebesar 3,9% bobot hidup dengan asumsi bahwa semua pakan dapat terkonsumsi. Penelitian menggunakan rancangan percobaan faktorial. Pada petak utama terdiri dari dua kelompok ternak domba dengan 2 bobot hidup berbeda. Kelompok pertama, 8 ekor domba dengan bobot hidup 10 ± 3,4 kg (B10), 4 ekor domba diberi pakan pada level pemenuhan kebutuhan hidup pokok, sedangkan 4 ekor lainnya diberi pakan pada level 1,5 kali hidup pokok. Pada kelompok dua 8 ekor domba dengan bobot hidup awal 18 ± 3,8 kg (B18) juga diberi perlakuan yang sama. Penelitian dilakukan dalam 4 periode, meliputi periode adaptasi, periode pendahuluan, periode perlakuan, dan periode pengambilan data. Periode adaptasi selama 2 minggu yaitu penyesuaian ternak terhadap ransum, serta membiasakan ternak terhadap kandang dan lingkungan. Tahap pendahuluan dilaksanakan selama 2 minggu, yang diawali dengan pengacakan ternak. Selama tahap ini pakan
diberikan sesuai dengan perlakuan, yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya. Periode perlakuan selama 10 minggu, yang diawali dengan penimbangan ternak untuk mengetahui bobot awal ternak. Selama tahap perlakuan pakan dilakukan pengumpulan data tentang konsumsi dan pertambahan bobot hidup. Setelah penelitian selesai domba-domba dipotong untuk memperoleh data karkas dan komponenkomponennya. Sebelum dipotong, domba dipuasakan selama 12 jam, setelah itu domba ditimbang untuk mengetahui bobot potong. Pemotongan domba dilakukan di bagian leher dengan memutus vena jugularis, arteri carotis, dan kerongkongan. Darah yang keluar ditampung dalam ember kemudian ditimbang. Kepala dipisahkan di bagian tulang atlas, selanjutnya dilakukan pemotongan kaki pada bagian teracak (phalanges). Sebelum pengulitan dilaksanakan, domba digantung dengan posisi kaki belakang di atas. Pengulitan dimulai dari bagian kaki belakang, dilanjutkan ke bagian perut dan dada sampai ke bagian leher. Kemudian bagian perut dibelah untuk mengeluarkan organ-organ viscera. Karkas yang dibelah menjadi 2 bagian secara simetris menggunakan mesin gergaji karkas sehingga diperoleh bagian kanan dan bagian kiri yang relatif sama. Penguraian hanya dilakukan pada karkas bagian kanan saja, sedang karkas bagian kiri dianggap sama. Karkas diurai untuk mendapatkan bobot lemak dan daging karkas serta tulang.
Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian (dalam 100% bahan kering) Bahan pakan (proporsi %)
PK
LK
SK
Abu
BETN
…………………. %DM...........................
GE (KJ/g)
Pakan complete feed
13,71
2,03
23,71
14,78
45,75
14,66
Rumput Gajah (20%)
8,27
2,42
43,80
11,68
23,78
13,28
Bungkil kopi (10%)
9,13
2,03
29,49
6,17
42,57
16,00
Dedak padi (35%)
8,32
7,27
23,65
15,57
37,32
15,49
Onggok (18%)
2,86
1,47
12,49
10,70
60,99
13,69
Bungkil kedelai (15%)
46,37
2,57
2,58
6,63
31,73
16,77
Mineral (1%)
-
-
-
-
-
-
Garam (1%)
-
-
-
-
-
-
BK = bahan kering; PK = protein kasar; LK = lemak kasar; SK = serat kasar; GE = gross energy; BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen
397
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Parameter yang diamati dalam penelitian adalah bobot potong, bobot karkas, bobot daging, bobot lemak dan bobot tulang. Bobot potong diperoleh dengan menimbang domba sebelum dipotong dan setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot karkas diperoleh dengan menimbang karkas. Bobot daging, lemak dan tulang diperoleh dengan menimbang masingmasing komponen setelah penguraian. Data rata-rata pemberian pakan maintenance selanjutnya digunakan sebagai faktor pengurang untuk data 1,5 maintenance. Sehingga didapatkan hasil delta (selisih) antara perlakuan M dan 1,5 M untuk setiap parameter yang di uji. Data selanjutnya dianalisis menggunakan T-student untuk menguji 2 sampel (STEEL dan TORRIE, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata selisih antara M dan 1,5 M pada konsumsi bahan kering, bobot potong, bobot karkas dan komponen-komponennya disajikan dalam Tabel 2. Analisis T-student menunjukkan bahwa domba B10 mempunyai konsumsi netto lebih kecil dibandingkan dengan B18. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh, domba yang mempunyai bobot hidup lebih besar akan memerlukan energi yang lebih banyak untuk menaikkan satu unit pertambahan bobot hidupnya (TILLMAN et al.,
1991). Selain itu, konsumsi bahan kering berkaitan dengan kapasitas perut untuk menampung pakan. Semakin besar tubuh, kapasitas perut untuk menampung pakan lebih besar dibandingkan dengan ternak yang lebih kecil tubuhnya. Produksi bobot potong netto dan bobot potong netto untuk setiap gram konsumsi BK yang dihasilkan B10 dan B18 masing-masing adalah 2503,33 g; 5050 g dan 16,07g; 20,19. Hal ini sesuai dengan pendapat TILLMAN et al. (1991) bahwa, kuantitas pakan sangat mempengaruhi produksi ternak. Semakin besar konsumsi BK, bobot potong yang dihasilkan akan semakin besar. TRIATMOJO yang disitasi oleh RIANTO dan BUDHIHARJO (2004), menyatakan bahwa bobot potong berpengaruh terhadap bobot karkas dan komponen-komponennya. Semakin tinggi bobot potong maka bobot karkas akan semakin meningkat. Netto bobot karkas adalah 1149,67 g dan 2800 g, masing-masing pada B10 kg dan B18 kg. Hal ini disebabkan domba dengan bobot hidup besar akan menghasilkan karkas besar, sedangkan domba dengan bobot hidup kecil akan menghasilkan karkas yang kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat SOEPARNO (1998) bahwa ternak dengan bobot potong besar akan menghasilkan bobot karkas yang besar, sedangkan ternak dengan bobot potong kecil akan menghasilkan karkas yang kecil pula. Produksi karkas untuk setiap gram konsumsi BK adalah (B10) dan 11,20 g (B18).
Table 2. Konsumsi BK netto, produksi netto pada bobot potong, bobot karkas komponen-komponennya dan bobot komponen karkas/ konsumsi BK Parameter
B10
B18
Konsumsi BK netto (g/hari)
155,80
250,11
Bobot potong netto (g)
2503,33
5050,00
Bobot karkas netto (g)
1149,67
2800,00
Bobot daging netto (g)
829,77
2009,94
Bobot Lemak netto (g)
62,78
475,30
Bobot tulang netto (g)
257,12
314,76
Bobot potong netto/konsumsi BK (g)
16,07
20,19
ns
Bobot karkas netto/konsumsi BK (g)
7,38
11,20
**
Bobot daging netto/konsumsi BK (g)
5,33
8,04
**
Bobot Lemak netto/konsumsi BK (g)
0,40
1,90
**
Bobot tulang netto/konsumsi BK (g)
1,65
1,26
ns
398
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
B10 = rata-rata selisih antara M dan 1,5 M pada bobot 10kg; B18 = rata-rata selisih antara M dan 1,5 M pada bobot 20kg; ** = signifikan pada taraf 1% (P < 0,01); ns = tidak signifikan
Produksi karkas untuk untuk setiap gram konsumsi BK pada B18 (11,20 g) lebih besar (P < 0,01) dibandingkan dengan B10 (7,38 g). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh lebih besarnya produksi bobot potong pada B18 dibandingkan dengan B10. Netto produksi daging, lemak dan tulang yang dihasilkan adalah sebesar 829,77 g; 62,78 g; 257,12 g untuk B10, sedangkan untuk B18 adalah 2009,94 g; 475,30 g dan 314,76 g. Bobot lemak pada B18 lebih besar dibandingkan dengan B10, karena lemak diproduksi setelah pembentukan tulang dan otot. Pertumbuhan lemak pada domba B10 akan lebih lambat dibandingkan dengan domba B18, karena domba dengan bobot hidup kecil akan cenderung menggunakan energi untuk pembentukan tulang dan otot terlebih dahulu dibandingkan dengan ternak dengan bobot besar. Netto produksi daging, lemak dan tulang untuk setiap gram konsumsi BK pada B10 adalah 5,33 g; 0,40 g; 1,65 g, sedangkan untuk B18 adalah 8,04 g; 1,90 g dan 1,26 g. Produksi daging dan lemak per gram konsumsi BK pada B10 lebih kecil (P < 0.01) dibandingkan dengan B18, sedangkan proses pembentukan tulang pada B10 dan B18 relatif sama. Bobot hidup yang meningkat lebih berat dapat mempengaruhi perubahan komposisi tubuh, yaitu penurunan air tubuh dan peningkatan lemak tubuh, tetapi protein (daging) tubuh akan relatif tetap (TILLMAN et al., 1991; SOEPARNO, 1994). Hewan yang sedang mengalami pertumbuhan, semua zat pakan diprioritaskan untuk pembentukan tulang, kemudian untuk pertumbuhan otot, dan sisanya digunakan untuk pembentukan lemak (PARAKKASI, 1999). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa produksi netto daging, lemak dan tulang untuk setiap gram konsumsi bahan kering adalah 5,33g; 0,40g; 1,65g pada B10, sedangkan pada B18 adalah 8,04 g; 1,90 g dan 1,26 g. Pada tingkat pakan yang sama, bobot karkas, daging dan lemak yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ternak kecil, namun bobot potong dan bobot tulang akan cenderung sama. DAFTAR PUSTAKA ADIWINARTI, R., C.M.S. LESTARI, E. PURBOWATI, E. RIANTO dan J.A. PRAWOTO, 1999. Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba yang Diberi Pakan Tambahan Limbah Industri Kecap dengan Aras yang Berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 24(4): 127 – 134. BURTON, J. H. and REID, J. T. 1997. Interrelationship Among Energy Input, Body Size, Age and Body Composition of Sheep. J. Nutrition. HANDAYANTA, E. dan D. SUDJITO. 2000. Pengaruh Suplementasi onggok dan ampas tahu dalam ransum terhadap performans domba. Majalah Ilmiah Dian Andhini. Edisi Maret 2000. II(10): 82 – 87 HERMAN, R. 2004.. Komposisi dan Distribusi Otot Karkas Domba Priangan Jantan Dewasa. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 29(2): 57 – 63. KEARL, L.C. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries. International Feedstuff Institute, Utah Agricultural Experiment Station, Utah State University, Logan. LAWRIE, R.A. 1995. Meat Science. Low Temperature Research Station. Nottingham University, Cambridge. LUBIS, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan ke-1. Yayasan Pembangunan, Bogor. PARAKKASI, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta. RIANTO, E. dan M. BUDHIHARTO. 2004. Proporsi daging, tulang, dan lemak karkas domba ekor tipis jantan akibat pemberian ampas tahu dengan aras berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 309 – 313. SOEPARNO. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
399
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: SUMANTRI. PT Gramedia, Jakarta.
400
TILLMAN, A.D., H. HARTADI., S. REKSOHADIPROJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSUKOJO. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-8. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.