II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1
Domba Indonesia memiliki dua tipe domba yang paling menonjol yaitu domba
ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung (Sumoprastowo, 1987). Secara umum menurut Ensminger (2002), domba dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum
: Chordata
Class
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Familia
: Bovidae
Genus
: Ovis
Species
: Ovis aries
Sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1993), domba seperti halnya kambing kerbau dan sapi, tergolong dalam family Bovidae. Domba lokal, domba negeri, domba kampung atau domba kacang tubuhnya kecil, dan warnanya bermacammacam, kadang-kadang terdapat lebih dari satu warna pada seekor hewan. Domba jantan bertanduk kecil sedangkan domba betina tidak bertanduk. Hasil dagingnya
9
hanya sedikit dan mampu hidup didaerah yang kurang baik (Sumoprastowo, 1993). Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80% populasinya terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba kacang atau domba jawa serta mampu hidup di daerah yang gersang (Mulyono, 1998).
2.2
Pemasaran Pemasaran merupakan bagian penting di dunia bisnis dalam masyarakat.
Kemampuan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen dan mengkombinasikannya dengan kondisi pasar merupakan hal yang harus dimiliki oleh tenaga pemasar. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan
apa
yang
dibutuhkan
dan
diinginkan
dengan
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai di dalam pasar (Philip Kotler, 1994). Sedangkan menurut Stanton (2003), Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pasar merupakan tempat terjadinya komunitasi antara penjual dan pembeli, terjadinya hubungan antara penawaran yang dilakkan oleh produsen dengan pemintaan yan gdilakukan oleh konsumen. Pada umumnya pasar dapat dilihat secara konkrit, dimana penjual dan pembelinya dapat bertemu secara langsung dan mengadakan transaksi pada suatu tempat.
10
Menurut Kotler (2004) apabila ditinjau dari bentuknya terdapat dua bentuk pasar, yakni pasar persainga sempurna dan pasar persainga tidak sempurna. Pada pasar persaingan sempurna, penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang sempurna tentang harga suatu barang, sehingga tidak ada satupun pihak yang bisa menguasai harga barang yang sama. Sedangkan pada pasar persaingan tidak sempurna, terdapat satu atau beberapa pihak penjual atau pembeli yang dapat menguasai harga. Pasar persaingan tidak sempurna terdiri dari beberapa bentuk : Pasar monopoli : suatu pasar dimana terdapat satu penjual menguasai harga. Pasar duopoli : suatu pasar dimana terdapat dua penjual menguasai harga. Pasar oligopoly : suatu pasar dimana terdapat beberapa penjual menguasai harga. Pasar monopsoni : suatu pasar dimana terdapat satu pembeli menguasai harga. Pasar oligopsoni : suatu pasar dimana terdapat beberapa pembeli menguasai harga.
2.3
Harga Penentuan harga tidak bisa dengan mudah begitu saja dilakukan, tetapi
harus sepadan dengan barang tersebut. Harga merupakan nilai yang dibutuhkan dalam mengganti suatu barang, untuk itu harga harus disesuaikan dengan kondisi barang tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Secara singkat harga dapat diartikan sebagai jumlah uang yang diminta untuk barang atau jasa tertentu sedangkan apabila dipandang secara lebih luas harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan oleh para konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan.
11
Pengetian harga menurut Basu Swastha (2005) adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya sedangkan menurut Philip Kotler dan Amstrong (2008), harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan konsumen atas manfaat-manfaat, karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
2.4
Tawar Menawar Di dalam suatu pasar, negosiasi sudah menjadi hal yang tidak asing lagi.
Dalam arti sempit negosiasi yang terjadi di pasar akan menghasilkan proses tawar menawar. Pihak penjual atau pedagang pasti akan memberikan kesempatan melakukan tawar-menawar dalam transaksi jual beli. Tawar-menawar adalah bagian dari suatu tindakan ekonomi yang tak lepas dari komunikasi itu sendiri. Tawar-menawar memerlukan komunikasi sebagai pembuka jalan guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Input dan output merupakan hal yang penting mengenai bagaimana pesan dapat disampaikan. Di dalam ranah ini tawar-menawar berada di bawah negosiasi (Lewicki, Barry, dan Saunders, 2012). Clifford Geertz (1973) menyebutkan menawar tawar-menawar dengan istilah sistem harga luncur dengan tawar-menawar yang meriah dan sering agresif dalam suatu situasi penetapan harga yang tidak pasti. Proses tawar menawar memang memerlukan banyak hal, mulai dari kesabaran, sikap telaten, gigih, mengulang-ulang tawaran, merayu dan lain hal yang membuat salah satu dari kedua belah pihak kalah dan mengikuti kemauan pemenang. Menurut Alexander (2000) nilai-nilai itu dapat diketahui dan dapat
12
juga menjadi senjata guna melancarkan proses negosiasi.
Dalam proses ini
penjual dan pembeli dipengaruhi juga oleh kultur budaya yang dimiliki. Budaya dapat berperan aktif ketika proses pengendalian nilai atau titik-titik tersebut diolah dalam tindakan pengembalian keputusan akhir jual beli.
2.5
Jual beli Menurut Basu Swastha (2008) jual beli adalah transaksi atau permintaan
secara komersil atas barang dan jasa yang pada prinsipnya melibatkan dua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Sedangkan menurut Irawan (2008) jual beli yaitu persetujuan antara kedua belah pihak atau kesepakatan antara penjual dan pembeli sehingga konsumen tertarik barang atau jasa yang ditawarkan dan akhirnya membeli atau menggunakan barang atau jasa tersebut.
2.6
Penentu Harga
2.6.1
Umur Umur domba dapat diketahui dengan cara melihat susunan giginya. Gigi
ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk menduga umur ternak. Gerakan mengunyah makanan yang dilakukan ternak mengakibatkan terasahnya gigi (Heath dan Olusanya, 1988). Domba dewasa memiliki susunan gigi permanen sebagai berikut : sepasang gigi seri sentral (central incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang gigi seri intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri
13
sudut (corner incisors) pada rahan bawah, tiga buah gigi premolar pada rahang atas dan bawah, dan tiga buah gigi molar pada rahan atas dan bawah (de Lahunta dan Habel, 1986) Semakin tua umur ternak, bentuk keterasahan gigi menjadi semakin lebar. Bertambah tuanya umur ternak berpengaruh terhadap jarak antargigi. Semakin tua umur ternak, jarak antargigi seri permanen semakin longgar atau renggang. Kondisi keterasahan dan kerenggangan gigi seri juga menjadi pedoman untuk menentukan umr ternak (Poespo, 1965).
2.6.2
Bobot Badan Domba mengalami proses pertumbuhan yang pada awalnya berlangsung
lambat kemudian semakin lama meningkat lebih cepat sampai domba berumur 3-4 bulan. Namun, pertumbuhan tersebut akhirnya kembali lambat pada saat domba mendekati kedewasaan tubuh (Sudarmono dan sugeng, 2008). Pertumbuhan umumnya berat dan tinggi. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi setelah 6 bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan dengan pakan yang sesuai kebutuhannya. Tingkat pertumbuhan domba berkisar 20-200 gram/ekor/hari. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan bobot badan domba antara lain tingkat pakan, genetik, kesehatan dan manajemen (Gatenby, 1991). Pertumbuhan bobot badan domba adalah suatu hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya badan yang dicapai. Faktor lingkungan seperti iklim, pakan, pencegahan atau pemberantasan
14
penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam pencapaian dewasa (Maynard dan Loosly, 1979).
2.6.3
Panjang Badan Fenotipik suatu bangsa ternak tidak lepas dari faktor proses pertumbushan
atau berubahnya ukuran tubuh pada ternak tersebut secara berkesinambungan. Ukuran-ukuran permukaan tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan antara lain untuk menaksir bobot badan dengan ketelitian cukup tinggi serta memberi gambaran betuk tubuh hewan dengan panjang badan dan juga lingkar dada yang memberi gambaran bentuk tubuh hewan (Doho, 1994). Penggunaan ukuran panjang tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat memberikan gambaran eksterior seekor domba (Martojo, 1990).
2.6.4
Lingkar Dada Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain.
Setiap
komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda, karena pengaruh genetik maupun lingkungan, tetapi dapat berhungan satu sama lain contohnya panjang badan dan lingkar dada untuk menaksir bobot badan (Mulliadi, 1996). Doho (1994) menyatkan bahwa ukuran tubuh yaitu lingkar dada memiliki hubungan yang erat dengan bobot badan. Ukuran lingkar dada tersebut mencerminkan adanya proses pertumbuhan yang terjadi pada ternak.
Untuk
15
menjaga keseimbangan biologis setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh.
2.6.5
Jenis Kelamin Menurut Turner dan Bagnara (1976) bahwa jenis kelamin sangat
berpengaruh pada performa dan produktifitas ternak. Hal ini disebabkan adanya pengaruh terhadap tenunan tubuh yang sekaligus mempengaruhi pertumbuhan ternak dan dengan rangsangan hormon. Menurut Turner dan Bagnara (1976) bahwa perbedaan pertambahan bobot badan dan performa domba berdasarkan jenis kelamin yang dipengaruhi oleh hormon. Hormon tersebut adalah somatotropin (STH, GH) dan triodothyopina (thyroxin). Raur (1988) menyatakan bahwa, peranan yang penting dalam jenis kelamin terletak pada stimulasi peningkatan ukuran tubuh, memacu peningkatan dan percepatan pertumbuhan. Selanjutnya dinyatakan juga bahwa, jenis kelamin juga berpengaruh terhadap insulin didalam otot dan tenunan adipose serta memberikan pengaruh yang menonjol terhadap pertambahan bobot badan yang sekaligus memberikan perbedaan bobot badan.
2.6.6
Warna bulu Warna bulu merupakan sifat kualitatif yang ekspresinya dikontrol oleh
suatu gen yang dapat digunakan sebagai penciri bangsa domba. Warna bulu dan kulit berperan penting dalam kehidupan seekor ternak domba karena berhubungan dengan daya tahan dalam menghadapi cekaman radiasi. Pada alam bebas, pola
16
warna pada hewan mamalia sangat penting untuk berkamuflase dan sangat penting untuk tungkah laku sosial (Cold Spring Harbor Laboratory, 2008) Warna pada domba berkisar dari warna terang; abu-abu kemudian bervariasi pada warna-warna yang membayangi warna cokelat dan hitam. Penampakan warna tersebut ditentukan oleh kehadiran satu gen resesif. Pada pewarisan ini dapat pula tampak bercak-bercak hitam selain putih, tetapi pengelompokan sifat fenotif ini masih belum jelas (Turner dan Young, 1969). Warna bulu pada domba yang diekspresikan dalam warna pada bagian tubuh dan kepala, dipengaruhi oleh gen yang menempati banyak lokus-lokus tertentu. Adallstensson (1970) dan Lundie (1984) menyatakan bahwa salah satu faktor penentu utama warna bulu pada domba adalah lokus agouiti. Lokus ini mempunyai banyak alel yang berbeda, hal ini menjadikan salah satu lokus yang sangat kompleks yang mengatur warna bulu pada domba. Menurut Sponenberg (1997) lokus-lokus tersebut adalah Agouti (A), Albino (C), Australian Piebald (AsP), Brown (B), Extention (E), Pigmen Head (Ph), Roan (R), Spotting (S), Sur Bukhara (Sub/Sur) dan Ticking (Ti).