Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
PRODUKTIVITAS INDUK DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS BERDASARKAN TOTAL BERAT LAHIR, TOTAL BERAT SAPHI, LITTER .SIZE DAN DAYA HIDUP ANAK IRENE SUMEDIANA, SRI WuwuH, dcan B . SuTIYONo Fakultas Pet( rnakan, tlniveritas Dipenogoro Senlaratig ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetaluu kemampuan induk domba ekor gemuk (DEG) dan domba ekor tipis (DET) berdasarkan total berat lahir, total berat sapih, litter size dan daya hidup anak sampai dengan sapih . Penelitian ini mengglmakan 36 ekor induk DEG dan 36 ekor induk DET. Induk domba tersebut disilangkan secara Reciprocal antara betina DEG dengan pejantan DET atau sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan ballwa produktivitas induk DEG berdasarkan total bobot sapih anak lebih baik daripada induk DET . Produktivitas induk DEG berdasarkan total berat lahir, litter size dan daya hidup anak tidak berbeda dengan induk DET. Kata kunci : Produktivitas, induk DEG, DET, persilangan PENDAHULUAN Meningkatnya pengetahuan, pendapatan serta kesellatan masyarakat akan berakibat meningkatnya kesadaran gizi pada masyarakat . Kesadaran gizi ini akan berakibat meningkatnya permintaan sumber-sumber protein hewani . Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dapat dilakukan dengan meningkatkan populasi dan produktivitas ternak . Domba ternlasuk ternak nlminansia kecil yang dillarapkan dapat berperan dalam menyediakan daging sebagai salah satu sumber protein hewani . Domba mudah dipelillara peternak, tidak membutullkan lahan yang luas seperti ternak ruminansia yang lain . Populasi domba di Indonesia sebagian besar tersebar di selunih pulau Jawa yang terdiri atas domba ekor gemuk (DEG) dan domba ekor tipis (DET) . Produktivitas induk domba dapat diketaluu melalui total berat lahir, total berat sapih, litter size serta daya hidup anak sampai dengan disapih . Berat lahir anak domba dipenganllli olch tipe kelahiran, jenis kelamin, unulr induk, bangsa induk, bangsa pejantan dan musim saat kelahiran (WILLIAMSON dan PAYNE, 1993 ; GANTENBY et al ., 1994) . Berat sapih anak domba dipenganihi oleh musim kelahiran anak serta bangsa induk (SUBANDRIYO dan INOUNU, 1995) . Litter size atau junllah anak sekelahiran menlpakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas induk domba (SUBANDRIYO et al ., 1994) . Litter size sangat dipengaruhi oleh liju ovulasi, daya hidup anak prenatal serta tingkat gizi pakan induk (SUBANDRIYO et al ., 1994) . Dijelaskan olell GANTENBY et al. (1994) ballwa laju ovulasi adalah jumlah sel telur yang dihasilkan induk saat ovulasi . Laju ovidasi akan menentukan jumlah anak sekelahiran atau prolifikasi induk . Daya hidup anak domba saat lahir dipenganllli oleh tipe kelahiran, bobot lahir, bangsa induk serta umur induk saat anak lahir (GANTENBY et al ., 1994) . Daya hidup anak domba pra sapih dipenganihi olell konsunisi susu induk (GANTENBY et al., 1994), tingkat gizi pakan induk serta metode pemelillaraan (PAMUNGKAs et al ., 1994) . Beberapa
207
Seminar Nasional Peternakan don Meteriner 1999
fzktor yang mempengaruhi daya hidup sampai sapih anak domba antara lain genetik induk serta metode pemeliharaan (PAMUNGKAs et al., 1994); tipe kelahiran, tipe sapih, umur induk, musim saat kelahiran, bangsa pejantan dan produksi susu induk (GANTENBY et al., 1994) . Anak yang terlahir tunggal akan mempunyai daya hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang terlahir kembar. Hal ini disebabkan karena anak yang terlahir tunggal akan memperoleh perhatian serta susu induk yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang terlahir kembar (GANTENBY et al. 1994). Penelitian ini ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas (kernampuan) induk DEG dan induk DET berdasarkan total berat lahir, total berat sapih, litter size dan daya hidup anak saat lahir dan sapih. MATERI DAN METODE Materi yang dipergunakan dalam penclitian ini adalah induk DEG dan induk DET masingmasing 36 ekor. Populasi anak domba diperoleh dari hasil persilangan secara Reciprocal antara betina DEG dengan pejantan DET atau sebaliknya. Persilangan dilakukan dengan teknik inseminasi buatan yang menggunakan semen cair . Dosis inseminasi buatan 500 juta sperma motil per 0,5 ml semen dan diulang 2 kali . Peniberian identitas anak menggunakan "ear tag"dan kalung leher sesuai dengan induk yang menghasilkannya. Berat lahir adalah berat badan anak domba yang ditimbang sesaat setelah anak lahir dan dibersihkan dengan lap kering serta belum disusui oleh induknya . Total berat lahir adalah hasil penjunllahan berat lahir dari anak domba dari tiap induk sesaat setelall kelahiran . Berat sapih adalah berat badan anak domba yang ditimbang saat anak disapih pada umur 3 bulan. Total berat sapih adalah hasil penjumlahan berat badan anak domba dari tiap induk pada umur sapih 3 bulan . Litter size adalah jumlah anak sekelahiran yang dihitung berdasarkan jumlah anak domba yang terlahir dari situ kali kelahiran . Daya hidup anak lahir merupAan persentase hidup anak domba sesaat setelah kelahiran anak domba yang normal . Sementara itu, daya hidup anak saat sapih menipakan persentase hidup anak domba yang diukur pada saat umur 3 bulan. Parameter yang diamati adalah total berat berat lahir, total berat sapih, litter .size, dan daya hidup anak domba. Analisis data mengginakan General Linier Model dari SAS (1988) . HASIL DAN PEMBAHASAN Total berat lahir dan total berat sapih Rataan total berat lahir dan total berat sapih anak domba dapat dilihat pada Tabel 1 . Hasil penclitian yang diperoleh ternyata total berat lahir anak domba dari induk DEG (2,94 kg) rclatif sama dengan total berat lahir anak domba DET (2,78 kg) . Bangsa induk tidak berpengaruh terhadap total berat lahir anak domba dari induk DEG maupun dari induk DET . Hal ini disebabkan karena litter size, umur induk serta musim kelahiran anak domba dari kedua induk adalah sama. Persilangan reciprocal antara induk DEG dengan pejantan DET atau sebaliknya 208
SeminarNasionol Peternakan dan Feterii,er 1999
tidak berpengaruh terhadap berat lahir anak domba sehingga diperoleh total berat lahir anak dari induk DEG maupun induk DET relatif sama . Total berat lahir anak domba berdasarkan kelahiran tunggal dan dipelihara tunggal (11), kembar 2 (22) dan kembar z 3 (33) masing-inasing 2,47; 3,32 clan 4,65 kg (P<0,01). Sesuai dengan pendapat GATENBY et al. (1994), baliwa total berat lahir anak domba dipengaruhi oleh bangsa clan mutu genetik induk domba, tingkat gizi pakan induk clan tipe kelahiran anak . Total berat lahir anak domba tipe kelahiran kembar pada penelitian ini lebih besar bila dibandingkan dengan total berat lahir anak tunggal, sebab pada anak kembar memiliki jumlah anak clan pertumbuhan kumulatif lebih besar dibandingkan dengan anak tunggal . Total berat lahir anak domba hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan yang pernali dilaporkan oleh SUBANDRIYO et al. (1985) . Hasil penelitian SUBANDRIYO et al. (1985) memperoleh total berat lahir anak DEG berdasarkan tipe kelahiran tunggal, kembar 2 dan kembar 3 masing-masing sebesar 2,50; 4.20; 4,80 kg. Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil SUBANDRIYo et al. (1985) kenumgkinan disebabkan karena perbedaan mutu genetik induk domba, tingkat gizi pakan induk , bangsa pejantan serta musim saat kelahiran anak domba (GATENBY et al., 1994) . Total berat sapih anak domba dari induk DEG lebih besar dari total berat sapih anak dari induk DET (P<0,05) . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pertambahan berat badan anak dari induk DEG lebih besar bila dibandingkan dengan anak dari induk DET, sehingga anak dari induk DEG memiliki berat sapih lebih besar daripada anak dari induk DET . Berat sapih anak dari induk DEG yang besar akan menyebabkan total berat sapih yang lebih besar dibandingkan dengan anak dari induk DET . Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Urolvto (1994), ternyata total berat sapih anak DEG hasil penelitian ini masili lebih tinggi . UT'omo (1994) memperoleh total berat sapih anak DEG sebesar 14,72 kg. Perbedaan ini kenuingkinan karena oleh perbedaan cara pemeliharaannya serta mutu genetik domba yang dianiati . Pada peneltian UTO MO (1994) induk domba dipelihara di pedesaan dengan cara digembalakan dan dikandangkan pada malam hari . Sementara itu, pada penelitian ini pemeliharaan domba secara intensif 'dikandangkan dengan pemberian palcan nlmput clan konsentrat . Pemeliliaman domba dengan cara digembalakan, kebutuhan pakan ternak kurang diperhatikan sehingga pertumbuhan berat badan domba lebih lambat dibandingkan dengan pemeliharaan secara intensif. Total berat sapih anak domba berdasarkan tipe rearing tunggal (11), kembar 2 (22); dan 3 (33) masing-masing sebesar 13,85 ; 20,20 ; 22,00 kg (P<0,01) . SETIADI dan SUBANDRIYO (1994) memperoleh total berat sapih anak domba berdasarkan tipe tunggal, kembar 2 dan 3 masing masing 14,7; 23,3 serta 23,6 kg. Perbedaan hasil penelitian ini nuingkin disebabkan karena mutu genetik domba yang berbeda . Pada penelitian ini anak domba menipakan hasil persilangan antara induk DEG dengan pejantan DET sehingga anak membawa sifat setengah dari induk DEG serta setengah dari pejantan DET. SETIADI clan SUBANDRIYO(1994) memperoleh anak DEG dari perkawinan antara induk DEG dengan pejantan DEG sehingga diperoleh hasil yang lebih baik daripada penelitian ini . Hasil penelitian ini mentinjukkan baliwa total berat sapih anak kembar 3 (33) atau 2 (22) lebih tinggi daripada anak tunggal (11). Seperti yang dikemukan oleh GATENBY et al. (1994) bahwa total berat lahir anak clan pertambahan berat badan kinnulatif anak kembar lebihi tinggi dibandingkan anak tunggal . Sehingga total berat sapih anak kembar 3 (33) atau 2 (22) lebih tinggi dibandingkan dengan anak tunggal (11).
SeminarNasional Peternakan dan
Litter size
Litter size atau jumlah anak sekelahiran dari induk DEG relatif sama dengan litter size anak dari induk DET, masing-masing sebesar 1,47 dan 1,39. Hal ini kenutngkinan disebabkan karena induk DEG clan induk DET dipelihara pada kondisi lingkungan yang sama. Litter size induk DEG hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan yang pernali dilaporkan oleh SLIBANDRIYo et al. (l994) . Induk DEG dalam penelitian ini merupakan DEG asli dari Jawa Timur (Situbondo) yang dipelihara secara intensif. Sementara itu, dalanl penelitian SUBANDRIYo et al. (1994) merupakan pemeliharaan induk DEG di pedesaan. Perbedaan ini lnungkin disebabkan karena genetik induk domba dari penelitian ini memiliki sifat lebill prolifik serta cara pelneliliaraan yang lebih baik dibandingkan dengan penelitian SUBANDRIYO et al. (1994) . Tabel 1.
Rataan total berat lahir dan total berat sapih anak domba
Peubah
N
Bangsa induk
Total berat lahir (kg)
Total berat sapilt (kg)
DEG
36
2,94 ± 1,80 ( 54)
16,20 ± 5,24 (50)
DET
36
2,78 ± 1,03 ( 50)
13,71 t 4,25 (46)
11
45
21
5
2,47 ± 0,50 (45)
13,85 ± 3,44 (45)
22
18
Tipe rearing (DEG dan DET)
-
10 ;34 ± 2,54 (11)
3,32 ± 1,28 (51)
20,20 ± 4,51 (31)
31
1
-
12,00 ± 6,36 ( 4)
33
3
4,65 ± 0,51 (8)
22,00 ± 11,31(2)
Keterangan
Tipe rearing 11 = Jumlah anak sekelahiran tunggal hidup 1 21 = Junilah anak sekelahiran kembar 2 hidup 1 22 = jumlah anak sekelahiran kemhar 2 hidup 2 31 = jumlah anak sekelahiran kemhar? 3 hidup 1 33 =jumlah anak sekelahiran kemhar ? 3 hidup 3 N = jumlah anak yang diamati, () = angka dalam kunmg adalali junilah anak yang diamati
Daya hidup waktu lahir dan sampai sapilt anak Daya hidup waktu lahir dan sampai sapilt anak domba dari induk DEG clan induk DET dapat dilihat pada Tabe12 . Persentase hidup anak waktu lahir dalain penelitian ini baik anak dari induk DEG dan DET masing-masing 100%. Induk DEG maupun induk DET dalam penelitian ini memperoleh pakan sesuai dengan kebutultan, umur induk saat bunting rata-rata pada paritas ke-2 (umur ± 2 tahun) dengan cara pemeliharaan yang sama, sehingga persentase hidup lahir anak antara kedua induk tersebut sama. Sesuai dengan pendapat GATENBY et al. (1994) bahwa faktor-faktor yang berpengaruli terhadap persentase hidup anak lahir adalah tingkat gizi pakan induk, umur induk saat bunting clan kondisi induk saat bunting serta bangsa pejantan .
21 0
SeminarNasional Peternakan dan I eteriner 1999
Tabel 2.
Daya hidup lahir dan sapih anak domba dari induk DEG induk DET
Peubah Bangsa induk DEG DET Tipe kelahiran (DEG dan DET) 1 2 3 Keterangan :
Daya hidup lahir (%)
Daya hidup sapill (%)
36 36
100,00 t 0,00 (54) 100,00 t 0,00 (50)
93,06 t 17,54 (50) 92,11 t 20,17 (46)
45
100,00 t 0.00 (45)
23 4
100,00 t 0,00 ( 51) 100,00 t 0,00 (8)
100,00 t 0,00 (45) 82,61 t 24,35 (42) 66,50 t 38,68 (6)
N
1, 2, dan 3 = tipe kelahiran anak 1, 2 dan >_ 3 N = jumlah induk yang diamati ( ) = angka dalam kurung menipakanjunilah anak yang dianr
Persentase hidup anak sampai sapill (umur 6 bulan) dari induk DEG dan DET relatif sama (P>0,05), masing masing sebesar 93,06dan 92,11%. Induk DEG clan DET pada penelitian ini dipelihara pada kondisi yang sama, hal ini akan berakibat bahwa persentase hidup sapih anak dari kedua induk tersebut sama. Sesuai dengan pendapat GATENBY et al. (1994) bahwa persentase hidup sapih anak domba dipengaruhi oleh tingkat gizi pakan induk, metode petneliliaraan ternak serta produksi susu induk . Persentase hidup sapih anak dengan tipe kelahiran tunggal lebill tinggi dibandingkan dengan tipe kelahiran kembar 2 dan kernbar >_ 3 . Persentase hidup sampai sapill anak tunggal lebill baik dibandingkan anik kembar, sebab anak tunggal memperoleh susu induk serta perhatian induk yang cukup pada pertumbuhan pra sapill. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya jumlah anak dalam satu kelahiran dapat mengakibatkan ketersediaan susu induk untuk anaknya lebih sedikit, atau adanya kornpetisi anak dalam memperoleh susu induk. Persentase hidup sampai sapill anak dari induk DEG mendekati hasil penelitian SUTAMA (1991), yang memperoleh persentase hidup sampai sapih anak DEG sebesar 91%. Persamaan hasil penelitian ini kenutngkinan disebabkan karena kedua penelitian tersebut menggunakan induk DEG dari Jawa Timur serta pemelillaraan yang intensif. Persentase hidup sapih anak dari induk DET lebill tinggi dari hasil penelitian SITTQRUs dan SUBANDRIYO (1983), yaitu sebesar 80%. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan cara pemeliharaannya . Domba pada penelitian ini dipelihara secara intensif, sedangkan pada penelitian SITORUS clan SLJBANDRiyo(1983) domba dipelihara di pedesaan dengan pemberian pakan secara digembalakan. KESIIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1. 2.
Produktivitas induk DEG berdasarkan total berat sapill anak lebill baik daripada induk DET. Produktivitas induk DEG berdasarkan total berat lahir, litter size clan daya hidup anak tidak berbeda dengan induk DET
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan dana Inelalui penelitian Hibah Bersaing . Ucapan yang sama penulis sampaikan kepada sdr Supriyanto yang telah menibantu dalam kolekting data . DAFTAR PUSTAKA GATENBY, R.M ., G.E . BADFORD, RALAKSANTO, E. Pommu, A.D . PITONO, and H. SAKuL. 1994 . Growth, mortality, and wool cover of Sumatra Sheep and crosses within Virgin Island, Barbados Blackbelly, and Javanese Fat Tail Breed. Working Paper. 153.CRSP-Balitnak, Bogor. PAMUNGKAS, Y, M.A . YusRAN, K. MA'SUM, dan B. WIJONO . 1994 . Tampilan litter size dan persentase hidup sapili domba ekor Gemuk yang berbeda dalam faktor ketinggian tempat dan pola pemeliharaan. Dalam Pros. Seminar Nasional dan Teknologi Peternakan . Pusat Penelitian dan Perkembangan Peternakan, Bogor. h : 441447. SAS. 1988 . SAS/Stat. User"s Guide.Release 6.113 . ed . SAS Institute hlc. Gary, North Carolina . SETIADI, B. dan SUBANDRIYO . 1994 . Perkembangan usalla ternak domba pada kondisi pedesaan (Study Kasus Desa Kelurallan Semarang) Dalam : Pros . Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian . li : 491-497 SITORUS, P dan SUBANDRIYO . 1983 . Javanese Fat Tail Sheep characteristics in high land, medium elevation and low land areas . 11mu dan Petemakan 1(4) : 117 - 119. SUBANDRIYO, P. SITORUS, G.E. BARDFoRD, and BLACKWELL. 1985 . Study of some aspect of reproduction in Javanese Thin Tailed and Javanese Fat Tailed sheep. Working Paper 55 h 1- 7. CRSP-Balitnak, Bogor SuBANDRIYo dan I. INOUNU . 1995 . Persaingan antara domba prolitik lahir kembar 2 pada periode pra dan pasca lahir . Working PaperNo. 19, CRSP-Balitnak, Bogor . SUBANDRIYo, B. SETIADI, T.D . SOEDJANA, dan P. SIRORUS. 1994 . Produktivitas Usalia Usalia Ternak di Pedesaan . Progress Report. Ed . 2 SUTAMA, I.K . 19 . Production and reproduction performance of Javanese Fat Tail Sheep III: Production Aspect of Javanese Fat Tail Sheep in Indonesia . Proceeding of Workshop . Edited by Sutania,I.K . and L. Iniques. CRIASRIAP ; SR - CRSP; Livestock Services of East Java Province . p. 69 -77. UTOMO, B. 1994 . Pengarnh sistem pemeliharan dan tipe kelahiran terhadap bobot lahir dan bobot sapili Domba Ekor Gemuk di pedesaan . Dalanl Prosiding Pertennlan Nasionall Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian . WILLIAMSON, G. dan W.J .A. PAYNE. 1993 . Penganta r Petemakan di Daerah Tropis . Edisi ke-4 . Gajah Mada University Press, Yogyakarta . (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono) .
TANYA JAWA L. Hardi Prasetyo : Tujuan pembandingan antar 2 breed dengan penggtlnaan jantan yang berbeda pada reciprocal cross ? Irene Sumediana : Penelitian yang dilaporkan adalah sebagian kecil dari serangkaian penelitian .
21 2
SeminarNasional 1'eternakan dan Veteriner 1999
Subandriyo : Berapa nilai estimasi heterosis ? Irene Sumediana : Besarnya estimasi heterosis sebesar 0,63.