Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
EFISIENSI PENGGUNAAN JANTAN PEMACEK DOMBA EKOR GEMUK SEBAGAI SUMBER BIBIT DIDI BUDI WIIONO dan KOMARUDIN MA'SUM
Instalasi Penelitian dun Pengkajian Teknologi Pertanian Grati, Pasuruan 67184
RINGKASAN Kelangsungan pemilikan pejantan pemacek yang efektif yaitu memiliki kemampuan mengawini yang tinggi, ditandai dengan libido dan kualitas semen yang baik. Aktifitas reproduksi dipengaruhi oleh barbagai macam faktor, antara lain faktor lingkungan yaitu salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya adalah pennanganan pejantan yang digtuiAan sebagai pemacek, dapat berpenganrh secara psikis . Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan penganrh interval ejakulasi dan frekuensi ejakulasi terhadap keniampuan libido dan kualitas semen yang optimal, serta fluktuasinya yang menunjukkan efisiensi reproduksi sebagai pejantan . Materi yang digunakan yaitu domba ekor gemuk jantan sebanyak 9 ekor dengan rata-rata umurnya 1,5 tahun . Pengamatan dilakukan terhadap interval penampungan dan kemampuan ejakulasi . Kelompok 1 : ditampung setiap hari, Kelompok 2 ditampung 2 hari sekali dan Kelompok 3 : ditampung 3 hari sekali . Penampungan dilakukan benuutturut sampai tidak berespon terhadap pemancing. Parameter yang diamati mencakup libido (dalam detik), volume, motilitas, dan konsentrasi spermatozoa. Pengolahan data secara deskriptif clan pengamatan selama satu minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga perlakuan memiliki kemampuan ejakulasi secara maksimal sampai frekuensi ejakulasi ke-7, yang diikuti terjadinya penurunan volume, peningkatan kepekatan semen. Kemampuan ejakulasi dengan kualitas baik mampu sampai dengan 4 ejakulat (>50%) . Ditinjau dari fuktuasi kualitas semen dari ejakulat pertama, terlihat bahwa penampungan dengan interval 1-2 hari, memberikan kestabilan kualitas semennya per periode penampungan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pejantan domba ekor genurk sebagai pemacek diperlukan rutinitas interval ejakulasi yang lebih pendek (1-2 hari) mampu mempertahankan kualitas semen lebih baik, dan ejakulasi yang dilakukan berturutturut secara maksimal mampu dilakukan 4 kali dengan kualitas baik. Kata kunci : Ejakulasi, libido dan kualitas semen
PENDAHULUAN Pemeliharaan domba pada nnnnununya yang ideal dilakukan dalain kelompok-kelompok dengan ratio jantan betina berkisar antara 1 : 15 - 20 ekor, schingga mendapatkan cars penieliharaan yang lebili efisien yaitti untuk mengliasilkan tnututiln dalan junnlali ban)-ak, dengan nnemelih<ara pejantan dengan jumlah yang lebih sedikit . Keberhasilan pengembangan pemeliharaan domba pedu ditnmjang peniilikan pejantan pernacek yang inemiliki kenuvnnplwn mengawuni beberapa induk dalarn satuai waktu tertentu yang optimal. Kemampuan pejantan tergantung kepada produksi semen di Man testes (spermatogenesis) yang diperldrakan peruewaswvn spermatozoa diperlukkan waktu 60 hari, untuk mengefisienkan penggunaan pejantan secara optimal berdasarkan kemampuan aktivitas reproduksinya belum banyak dilakukann. Untuk memperkirakan kemungkinan penggunaan pemacek yang lebih efisien maka penelitian ini
Senenar Nasionol Peternakan don Veteriner 1997
dilakukan sebagai salah satu ftktor pertimbangan penentuan junilah pejantan yang diperlukaut didalain pemeliharaan kelompok tetnak domba induk. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan pengaruh interval ejakulasi clan frekuensi ejakulasi terhadap kemampuan libido clan kualitas semen yang optimal, serta fluktuasi produksi semen yang menunjukkan efisiensi reproduksi sebagai pejantan . MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan domba ekor gemuk (DEG) jantan yang berumur antara 1,5 tahun sebanyak sembilan ekor yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan perlakuan interval penampungan semen yang akan digunakan yaitu masing-masing 3 ekor. Kelompok 1 : ditampung setiap hari, Kelompok 2 : ditampung 2 hari sekali clan Kelompok 3 : ditampung 3 hari sekali . Penampungan dilakukan bentnit-tunit sampai tidak berespon terhadap pemancing. Parameter yang diamati mencakup libido (dalant detik), volume, motilitas, clan konsentrasi spermatozoa . pengolahan data secara cleskriptif clan pengamatan selama satu minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap libido, perlakuan penampungan clan pemeriksan kualitas semen domba ekor gemuk (DEG) jantan, disajikan pada Tabel 1 . Tabel 1 . Rata-rata libido, kualitas semen, frekuensi ejakulasi per perlakuan Pefakuan 1
2
3
Eiakulasi
(frekuensi)_-
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Libido (deti~. 39,5 46,6 40,7 4
44,66 44,5 37,33 50,5 39 41,8 35 47 40,6 56 49
Volume -_(mom0,3 0,3 0,3 0,2 O,l 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,2 0,1 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,1
Motilitas Konsentrasi - - iuta/ml) (%) 90 360,2 85 286,9 80,6 327 .7 74 467,6 93,7 480,7 77,5 483,5 90 314 87,5 519,5 76,8 433,5 70 351,8 80 289,4 81,6 310 80 580 89,4 336,4 92 271,3 61 243,7 78,3 238 90 228 87,5 236
Libido, yaitu waktu yang diperlukan terjadinya ejakulasi sejak dilakukan percumbuan dengan betina pemancing. Mempunyai peranan penting sebagai petunjuk peranan pejantan untuk mampu melakukan ejakulasi . Rendahnya libido sebagai salah sate faktor yang menttnjtilckan kurang efisiennya
464
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997 seekor -pejantan; walaupun libido tidak selalu dipengaruhi oleh kadar testosteron di dalam dash (DEN DAAs, 1989). Testosteron mempunyai peranan penting didalam proses ejakulasi bersama-sama dengan hormon lutein, tetapi tidak selalu berpengaruh terhadap kualitas semen (VANDEPLASSCHE, 1982); dan menurut MCDONALD dan PINEDA (1989) bahwa libido dipengaruhi oleh faktor panjang pendeknya hari terang, letak geografi, fluktuasi musim dan temperatur . Basil penelitian pen-unpmgan semen dan evaluasi kualiras semen yang dilakukan pada menunjukkan domba ekor gemuk sifat libido semakin menurun di setiap kejadian ejakulasi yang berturut-turut secara terus menerus, ditandai dengan semakin panjangnya waktu yang diperlukan untuk penampungan ejakulat berikutnya . Variasi waktu libido yang diperlukan untuk terjadinya ejakulasi kurang dari 1 menit yaitu sekitar 35 - 59 detik. Kejadian ejakulasi tidak terpengaruh oleh frekuensi ejakulasi pada tiap perlakuan ditunjukkan dalam waktu yang diperlukan sampai ejakulasi dan waktu yang dibutuhkan sangatlah berfluktuasi panjang pendeknya . Sedangkan kemampuan ejakulasi maksimal terjadi sampai ejakulat ke-7, dan tidak memberikan respon dengan adanya induk pemancing setelah ejakulasi ke-7 . Ketiga kelompok perlakuan mempunyai variasi yang tidak berbeda dalam waktu yang diperlukan untuk ejakulasi yaitu kurang dari 1 menit pada setiap frekuensi ejakulasi. Kemampuan ejakulasi rata-rata sebesar 50% mampu dilmsilkan ejakulat yang cukup dan kualitasnya tetap balk sampai dengan 4 ejakulasi (Tabel 1) . Walaupun demikian pada perlakuan 1 menunjukkan kemampuan libido yang lebih baik pada ejakulasi awal, atas pengaruh kebiasaan ejakulasi yang waktunya lebih pendek (faktor psikis). Penggunaan pejantan untuk mengawini domba betina secara berturut-turut dalam waktu yang bersamaan tidak akan menurunkan libido (kurang dari 1 menit) dan eftsiensi penggunaannya sebagai pejantan pemacek dapat dilakukan/melayani sampai 4 ejakulasi pads waktu yang bersamaan untuk ketiga perlakuan, tanpa penurunan libido . Volume semen, ejakulat yang dihasilkan dari ketiga perlakuan tidak menunjukkan adanya penurunan yang menyolok sampai dengan kemampuan ejakulasi hilang/tidak tegadi ejakulasi, dengan variasi volume semen 0,1 - 0,4 ml (Tabel 1) . Sebagian besar isi semen terdiri atas plasma semen yang berasal dari kelenjar accesorius organ kelamin dan tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan kualitas semen, tetapi mempunyai kepentingan sebagai vehicle (media) dan sumber energi/makanan spennatozoa. Menurut HAFEz (1980), volume semen domba berkisar antara 0,8-1,2 ml ; hasil penelitian lebih rendah volumenya, kemungkinan adanya faktor bangsa dan umur pejantan yang berbeda. Sebagaimana yang dinyatakan DEVENDRA dan MCLEROY (1982) bahwa produksi spermatozoa pada domba semakin meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan produksi semen lebih tinggi dari jumlah yang diejakulasikan . Kemampuan ejakulasi secara berturut-turut dalam waktu yang sama mampu mancapai 7 ejakulat yang diikuti penurunan volume . Motilitas spermatozoa, yang pengamatannya dilakukan terhadap gerakan masa spermatozoa . Motilitas berperan aktifdidalam proses fertilisasi, semakin tingginya motilitas menunjukkan kemampuan pejantan untuk keberhasilan fertilisasi pada induk domba dengan service per conception lebih kecil. Hasil penelitian dari ketiga perlakuan menunjukkan adanya variasi rata-rata persentase motilitas spermatozoa yaitu berkisar antara 61 - 94% dalam setiap ejakulasi . Menurut HAFEZ (1980), hasil pengamatan terhadap motilitas spermatozoa yang berada di alas 80% masih memenuhi syarat sebagai semen berkualitas balk ; dan di alas 70% gerakan progresif baik sebagai semen untuk diproses sebagai semen beku (BEARDEN dan FuQUAY, 1982).
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
Variasi yang ditunjukkan dari setiap perlakuan secara rata-rata masih di atas 80% pada setiap face ejakulasi, clan lebih stabil penurnannya pada perlakuan pertama . Motilitas hasil pengamatan sampai dengan ejakulat ke-7 dari tiga perlakuan masih memiliki kemampuan yang baik digunakan sebagai pemaoek dan memenuhi syarat untuk terjadinya kebuntingan (fertilisasi) . Konsentrasi spermatozoa, hasil pengamatan dari ketiga perlakuan menunjukkan adanya penurunan jumlah rata-rata spermatozoa per ml (label 1). Konsentrasi spermatozoa tertinggi lebih menonjol pada ejakulat pertama clan kedua ; serta semakin menunm dengan bertambahnya frekuensi ejakulasi yang dilakukan secara berturut-turut dalam satu periode ejakulasi. Pada akhir ejakulasi tampak adanya peningkatan jumlah spermatozoa, tetapi diikuti penurunan volume semen. Hasil ini menunjukkan peningkatan spermatozoa dapat tedadi akibat semen yang dihasilkan lebih pekat. Hasil pengamatan terdahulu terhadap frekuensi ejakulasi pagi, siang dan sore hari (WUoNo et al., 1995), juga sebagaimana diungkapkan HAFEz (1980) bahwa konsentrasi spermatozoa dipengaruhi oleh faktor bangsa, umur clan frekuensi ejakulasi. Konsentrasi spermatozoa jumlahnya semakin menurun dengan semakin tingginya frekuensi ejakulasi yang dilakukan secara berturut-turut. Fluktuasi, masing-masing terhadap volume semen, motilitas dan konsentrasi spermatozoa yang terjadi selama periode pengamatan (7 hari), disajikan dalam Gambar 1, 2 dan 3; Ilustrasi gambar dibuat berdasarkan semen hasil ejakulat pertama per periode pengamatan clan masingmasing periode diambil dengan interval perlakuan 1, 2 dan 3 hari penampungan .
xo~wartra: z ( .~tlaJ'a!
~aee , am
s
i
a
Dar t.lws.w 1 .
a
+
s
Haw
-.- raw i .lw..a
z.
6
r.e" i awwan
Gambar 1. Fluktuasi volume semen per perlakuan
466
a
7
a.
Seminar Nasional Peternakamdan Veteriner 1997
Mvtilitas ( a ) 95 9H 8S 88 76 78
8
1
2
3
4
HaFi
S
F.. 1 alwaaw 2 .
Pan lvwta" i .
S
7
ti
-ir- 1i..1 .3w..n 3 .
Gambar 2. Fluktuasi motilitas semen per perlakuan
a .s
Ysiiwr (w3) r
8 .4 8 .3 0 .2 6 .1 f
1
2
-+- rev iahaan 1 .
3 -F-
4
H ari lanrtaiwaao 2 .
S
S -W--
7
f
!ar iahmaw 3.
Gambar 3. Fluktuasi konsentrasi spermatozoa per perlakuan Volume semen yang ditampdkan dalam Gambar 1, ditinjau dan kejadian flt a tampak bahwa perlakuan 1 memilild fluktuasi yang stabil clan terjadi peningkatan volume; demikian pula terhadap perlakuan 2 . Sedangkan pada perlakuan 3, tidak menunjukkan garis peningkatan yang berarti . Motilitas spermatozoa di dalam ilustrasi Gambar 2, pada perlakuan 1, 2 clan 3 terlihat fluktuasi, pada perlakuan 3 menunjukkan motilitas yang semakin meningkat, sedangkan pada perlakuan 1 clan 2 menunjukkan motilitas yang stabil disetiap periode penampungan . 467
SeminarNasiowl Peternakan dan Veteriner 1997
Konsentrasi spermatozoa dan perlakuan I dan 2 menunjukkan adanya pemngkatan konsentrasi spermatozoa . Sedangkan pada perlakuan 3 dengan interval 3 hari, menunjukkan adanya kemerosotan konsentrasi spermatrozoa . Hasil pengamatan terhadap tiga perlakuan didapatkan fluktuasi kualitas dan kuantitas semen menunjukkan terjadinya peningkatan produksi akibat perlakuan 1 dan 2, yaitu penampungan semen dengan interval 1 dan 2 hari per periode pengamatan . Terjadi pengammaan pejantan sebagai pemacek lebih efisien pemakaiatuiya dengan memberikan kesempatan ejakulasi dengan interval I - 2 hari . KESIMPULAN Penurunan kualitas dan kuantitas semen pejantan domba ekor gemuk tergantung kepada frekuensi ejakulasi yang dilakukan dan kemampuan ejakulasinya sampai dengan ejakulasi ke-7 . Volume dan konsentrasi spermatozoa mampu dipertahankan dengan melakukan rutinitas perkawinan/ejakulasi dalam jangka waktu 1 - 2 hari .
DAFTAR PUSTAKA BEARDEN, H .J . dan J .W . FUQUAY . 1980 . Applied Animal Reproduction . Reston Publishing Co, Inc . Prentice Hall Co . Reston Virginia . DEN DAAs, N . 1989 . Laboratory assesment of semen characteristics . Anim . Prod . Sci . 28 :87-94 . DEVENDRA, C . dan G . B . MCLEROY . 1982 . Sheep and Goat Production in the Tropics . ITAS . London . HAYEz, E .S .E . 1980 . Reproductio n in Farm AnimalAth Ed . Lea Febiger . Philadelphia. vAN DEPLASSCHE, M . 1982 . Reproductive Efficiency in cattle : A Guideline for Project in Developing Countries . FAO . Rome . WuoNo, D .B., KomARUDiN-MA'sum dan D . PAMUNGKAs . 1995 . Efsiensi Penggtniaan Pejantan Domba Ekor Gemuk sebagai Pemacek pada Waktu Ejakulasi yang Berbeda . Pros . Pertemuan Ilmialt Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian . Sub Balitnak Klepu . Semarang .