TRANSPORTASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK JANTAN YANG TIDAK DIBERI PAKAN SELAMA PERJALANAN
SIGIT IMAM PUTRA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Transportasi Ternak Domba Ekor Gemuk Jantan yang Tidak Diberi Pakan Selama Perjalanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2015
Sigit Imam Putra NIMD14110023
ABSTRAK SIGIT IMAM PUTRA. Transportasi Ternak Domba Ekor Gemuk Jantan yang Tidak Diberi Pakan Selama Perjalanan. Dibimbing oleh LUCIA CYRILLA dan M. BAIHAQI Sentra konsumsi daging domba di Indonesia masih berpusat didaerah perkotaan sehingga dibutuhkan aktifitas transportasi untuk mendistribusikan ternak tersebut kedaerah konsumsi. Pengiriman domba antar daerah dapat mengakibatkan stress dan penurunan berat badannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penyusutan bobot badan, perubahan respon fisiologi, analisis biaya transportasi dan kerugian penyusutan bobot badan ternak domba ekor gemuk jantan yang tidak diberi pakan selama perjalanan. Penelitian ini menggunakan ternak domba ekor gemuk jantan sebanyak 157 ekor umur 2 tahun dan bobot ratarata 20 sampai 24 kg dengan tiga perlakuan (Rute 1= 9 jam 40 menit; Rute 2= 15 jam 30 menit dan Rute 3=19 jam 40 menit). Data performa dan fisiologi diolah menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penyusutan antara Rute 1, Rute2 dan Rute 3 berbeda nyata (P<0.05) dengan penyusutan tertinggi pada Rute 3. Laju respirasi pada Rute 1 nyata lebih tinggi dibanding dengan rute lainnya (P<0.05). Disimpulkan bahwa semakin lama proses transportasi dilakukan maka penyusutan bobot badan domba akan semakin besar. Kata kunci: domba ekor gemuk, penyusutan bobot badan, respon fisiologi, transportasi
ABSTRACT SIGIT IMAM PUTRA.Transportation of Fat-Tailed Rams without Addition of Feed During Trips. Supervised by LUCIA CYRILLA and M. BAIHAQI Lamb consumption in Indonesia is centered at the metropolis city. As consequenses needs transportation activities to distribute from other areas. The sheep transportation can make the animals stress and their weight shringkage. The aim of this research was to identify body weight shringkage, physiological response, cost analysis of fat-tailed rams transport without addition of feed during trips. This research used 157 rams (2 year old and average weight of 20 to 24 kg) with three different treatments (Route 1= 9 hours 40 minute; Route 2= 15 hours 30 minute; Route 3= 19 hours 40 minute). Performance dan physiological date were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). The results showed that the percentage of shringkage among Route 1, Route 2 and Route 3were significant (P<0.05) differ with the highest value on Route 3. Respiration rate on Route 1 was significantly higher than another Route (P<0.05). It is can be concluded that the longer duration of transportation will increase the shringkage of sheepbody weight. Key words: body weight, fat-tailed rams, physiological response, transportation.
TRANSPORTASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK JANTAN YANG TIDAK DIBERI PAKAN SELAMA PERJALANAN
SIGIT IMAM PUTRA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Transportasi Ternak Domba Ekor Gemuk Jantan yang Tidak Diberi Pakan Selama Perjalanan Nama : Sigit Imam Putra NIM : D14110023
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus: (
)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Transportasi Ternak Domba Ekor Gemuk Jantan yang Tidak Diberi Pakan Selama Perjalanan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menguji penyusutan bobot badan, respon fisiologis, analisis biaya transportasi dan kerugian penyusutan bobot badan ternak domba ekor gemuk jantan yang tidak diberi pakan selama perjalanan. Perjalanan antara sentra produksi menuju daerah pengiriman memerlukan waktu yang beragam karena adanya pengaruh kondisi perjalanan dan variasi jarak. Lamanya perjalanan tentunya berpengaruh terhadap biaya transportasi dan kondisi performa ternak domba. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian ini, sehinga dapat memberikan informasi bagi perternak untuk meminimalisasi kerugian – kerugian yang mungkin muncul selama roses transportasi domba. Terima kasih penulis ucapkan kepada ibuIr Lucia Cyrilla ENSD, MSi, bapak M. Baihaqi, SPt MSc selaku dosen pembimbing dan bapak Dr Ir Afton Atabany Msi selaku dosen penguji serta pihak MT Farm. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Slamet), ibu (Carnengsih) serta istri tercinta (Fauzi Nurfajriah) dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, terima kasih teman-teman, khususnya IPTP 48 atas bantuan dan dukungannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Desember 2015
Sigit Imam Putra
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 1 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 1 METODE ................................................................................................................ 2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 2 Bahan ................................................................................................................... 2 Alat ...................................................................................................................... 2 Prosedur ............................................................................................................... 2 Persiapan Penelitian ......................................................................................... 2 Penimbangan Bobot Badan ............................................................................. 2 Tranportasi Ternak .......................................................................................... 3 Analisis Biaya Trasnportasi ............................................................................. 3 Peubah .............................................................................................................. 3 Rancangan Percobaan 4 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5 Transportasi Ternak Domba ................................................................................ 5 Penyusutan Bobot Badan ..................................................................................... 6 Analisis Biaya Transportasi ................................................................................. 9 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11 12 RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Variasi jarak dan waktu tempuh transportasi ternak domba Penyusutan bobot badan domba ekor gemuk Respon fisiologis domba selama perjalanan Analisis biaya transportasi ternak domba ekor gemuk Kerugian penyusutan bobot badan
5 6 7 9 10
PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang bersumber dari hewan ternak. Daging dapat dihasilkan dari berbagai komoditas peternakan seperti ruminansia besar, ruminansia kecil dan ternak unggas. Ruminansia kecil seperti domba merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki peranan penting sebagai ternak penghasil daging. Sentra konsumsi daging di Indonesia masih berpusat di daerah perkotaan. Jumlah dan pendapatan penduduk yang lebih tinggi mengakibatkan jumlah permintaan diwilayah ini cenderung lebih tinggi daripada di daerah pedesaan. Mendistribusikan atau menyebarkan ternak tersebut berdasarkan kebutuhan tiap daerah atau daerah konsumsi memerlukan suatu sarana transportasi yang dapat mendukung kegiatan tersebut.pengiriman ternak dari sentra produksi kesentra konsumsi diperlukan sarana transportasi baik darat maupun laut. Sarana transportasi darat terdiri dari kendaraan truk atau pick-up dan gerbong kereta api. Sarana transportasi laut yaitu kapal barang, kapal roro dan feri. Salah satu fasilitas yang digunakan dalam perdagangan ternak domba antar daerah adalah transportasi dengan menggunakan kendaraan truk atau pick up. Pengangkutan atau transportasi yang digunakan dalam pengiriman domba antar daerah pada umumnya dapat mengakibatkan stres, stres yang terjadi selama proses pengiriman memungkinkan terjadinya penurunkan berat badan pada ternak domba. Permasalahan yang muncul dalam pengiriman ternak adalah lokasi daerah sentra produksi dengan daerah sentra konsumsi berjarak relatif jauh. Untuk mengatasi jauhnya lokasi peternakan dan daerah konsumsi maka transportasi ternak menggunakan truk atau pick-up menjadi sarana utama. Perjalanan antara sentra produksi menuju daerah pengiriman memerlukan waktu yang beragam karena adanya pengaruh kondisi perjalanan dan variasi jarak. Lamanya perjalanan tentunya berpengaruh terhadap biaya transportasi dan kondisi performa ternak domba. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini untuk menguji performa dan respon fisiologis serta analisis biaya transportasi ternak domba ekor gemuk jantan pada lama perjalanan yang berbeda.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji penyusutan bobot badan, respon fisiologis, analisis biaya transportasi dan kerugian penyusutan bobot badan ternak domba ekor gemuk jantan yang tidak diberi pakan selama perjalanan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengujipenyusutan bobot badan, respon fisiologis, analisis biaya transportasi dan kerugian penyusutan bobot badan ternak domba ekor gemuk jantan yang tidak diberi pakan selama perjalanan. Penelitian ini diharapkan menjadi solusi untuk peternak sehingga dapat meminimalisasi kerugian dalam
2 kegiatan transportasi ternak domba. Selain itu diharapkan dengan dilakukanya penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk memperbaiki sarana dan prasarana kegiatan transportasi ternak di Indonesia.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di peternakan Mitra Tani Farm (MT Farm) Jl. Baru Manunggal 51 No. 39 RT 04/05 Tegalwaru, Ciampea, Jawa Barat.Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai September 2015. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ternak domba ekor gemuk jantan sebanyak 157 ekor umur 2 tahun dan bobot rata-rata 20 sampai 24 kg. Alat Peralatan yang digunakan adalah pick up, timbangan gantung, pencatat waktu, stetoskop dan termometer. Alat lain yang akan digunakan adalah alat tulis dan nomor domba. Prosedur Persiapan Penelitian Ternak domba yang akan dikirim, sebelumnya dikumpulkan dari peternak rakyat menuju pengumpul di peternakan penyedia domba qurban (pengumpulan). Domba yang dikirim memiliki umur 2 tahun dan bobot rata-rata 20 sampai 24 kg. Ternak domba tidak diberikan perlakuan khusus selama proses penampungan. Domba hanya diberikan pakan hijauan secukupnya selama menunggu waktu pengiriman ke peternakan Mitra Tani Farm (MT Farm) dengan menggunakan kendaraan pick up. Penimbangan Bobot Badan Prosedur penimbangan domba dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum domba dinaikan keatas alat transportasi sebagai bobot awal domba dan setelah domba diturunkan dari alat transportasi sebagai bobot akhir domba. Penimbangan dilakukan dengan cara menggantung ternak menggunakan ban mobil bekas yang dimodifikasi untuk menahan ternak pada perutnya. Peternak biasanya sebelum dilakukan proses penimbangan bobot badan, ternak diberikan pakan terlebih dahulu seperti ampas tahu, ampas singkong, kulit pisang, jerami dan rumput. Khusus untuk peternak dari Lampung setelah dilakukan proses penimbangan bobot badan domba diberikan makan kembali berupa limbah kulit pisang.
3 Transportasi Ternak Penyediaan domba qurban di Mitra Tani Farm (MT Farm) diantaranya disuplai dari daerah Jawa Tengah yaitu Solo dan Purworejo. Pengangkutan dari Solo kapasitas 45 ekor dengan lama perjalanan 19 jam 50 menit, berangkat pukul 09.00 waktu setempat dan sampai tujuan pukul 04.40 WIBdengan jarak tempuh 600 km dan dengan model 2 tingkat. Purworejo kapasitas 45 ekor dengan lama perjalanan 15 jam 30 menit berangkat pukul 15.30 waktu setempat dan sampai tujuan pukul 07.00 WIB dengan jarak tempuh 530 km dan dengan model 2 tingkat. Selain dari Jawa Tengah domba qurban juga disuplai dari Sumatera yaitu Lampung. Pengangkutan dari Lampung kapasitas 67 ekor dengan lama perjalanan 9 jam 40 menit berangkat pukul 17.00 waktu setempat dan sampai tujuan pukul 02.40 WIB dengan jarak tempuh 270 km dan dengan model 3 tingkat. Domba diangkut dengan menggunakan pick up dengan volume 0.08–0.10 m3 ekor-1 dalam keadaan duduk. Selama perjalanan domba tidak diberi pakan dan minum. Analisis Biaya Transportasi Pengambilan data biaya transportasi dilakukan dengan mencatat semua pengeluaran selama kegiatan transportasi yang berkaitan dengan kepentingan transportasi ternak tersebut.Pengambilan data biaya transportsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu dari Lampung, Purworejo dan Solo. Setiap rute memiliki jarak dan waktu tempuh yang berbeda. lama perjalanan dari Lampung dengan lama waktu tempuh 9 jam 40 menit dan dengan jarak tempuh 270 km, Purworejo dengan lama waktu tempuh 15 jam 30 menit dan dengan jarak tempuh 530 km dan Solo dengan lama waktu tempuh 19 jam 50 menit dan dengan jarak tempuh 600 km. Peubah 1. Penyusutan Bobot Badan Penyusutan bobot badan diukur dari selisih bobot badan sebelum dan bobot badan setelah pengangkutan. Pengambilan data bobot badan dilakukan dari 3 lokasi yaitu dari Lampung, Purworejo dan Solo 2. Respon Fisiologis Respon fisiologis ternak domba diamati selama proses perjalanan yaitu laju denyut jantung, suhu rektal dan frekuensi respirasi dengan 3 sampel pada setiap rute perjalanan yaitu pada bagian belakang, tengah dan depan. Suhu Rektal Domba (oC) Pengukuran suhu rektal domba dilakukan dengan cara memasukkan termometer kedalam rektum selama satu menit. Pengukuran ini dilakukan setiap domba berhenti selama proses perjalanan. Lampung pengukuran dilakukan pada pukul 18.30 dan 03.00 waktu setempat. Purworejo pengukuran dilakukan pada pukul 15.20, 19.18, 23.54 dan 07.10 waktu setempat. Solo pengukuran dilakukan pada pukul 08.45, 12.30, 21.10 dan 04.00 waktu setempat.
4 Frekuensi Respirasi Domba (hembusan permenit) Pengukuran frekuensi respirasi domba dilakukan dengan menempelkan stetoskop pada bagian dada atau leher sehingga terdengar suara hembusan napas. Frekuensi respirasi dihitung selama satu menit dengan stopwatch setiap domba berhenti selama proses perjalanan. Lampung pengukuran dilakukan pada pukul 18.30 dan 03.00 waktu setempat. Purworejo pengukuran dilakukan pada pukul 15.20, 19.18, 23.54 dan 07.10 waktu setempat. Solo pengukuran dilakukan pada pukul 08.45, 12.30, 21.10 dan 04.00 waktu setempat. Laju Denyut Jantung Domba (detak permenit) Pengukuran laju denyut jantung dilakukan dengan cara menempelkan stetoskop pada bagian dada dekat pangkal paha kiri depan domba. Jumlah denyut jantung dihitung selama satu menit dengan menggunakan stopwatch setiap domba berhenti selama proses perjalanan. Lampung pengukuran dilakukan pada pukul 18.30 dan 03.00 waktu setempat. Purworejo pengukuran dilakukan pada pukul 15.20, 19.18, 23.54 dan 07.10 waktu setempat. Solo pengukuran dilakukan pada pukul 08.45, 12.30, 21.10 dan 04.00 waktu setempat. 3. Analisis Biaya Transportasi Biaya transportasi yaitu biaya yang dikeluarkan selama transportasi ternak berlangsung (bahan bakar, tenaga kerja, administrasi) dan biaya lain–lain seperti mengganti atau menambal ban dan uang pangkalan. 4. Kerugian Penyusutan Bobot badan Kerugian penyusutan bobot badan ternak pada setiap rute dihitung dengan cara, nilai penyusutan pada setiap rute dikalikan dengan harga jual pada saat itu. Harga jual Rp60 000 kg-1 bobot hidup. Rancangan Percobaan Model percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 jenis waktu perjalanan yang berbeda dengan ulangan jumlah ternak pada setiap pengangkutan. Model rancangan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut : Yij = μ + αi + εij Keterangan Yij = μ = αi = εij = i = j =
: Nilai pengamatan dari perlakuan lama perjalanan ke-i dan ulangan ke-j Rataan umum Pengaruh lama perjalanan ke-i (Rute 1, Rute 2, Rute 3 ) Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j Perlakuan ke-i Ulangan ke-j
Analisis Data Data yang telah diperoleh dari penelitian dianalisis ragam. Apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey. Parameter yang diukur
5 yaitu penyusutan bobot badan dan respon fisiologis. Data analisis biaya transportasi dan kerugian penyusutan dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tranportasi Ternak Domba Penyediaan domba di Mitra Tani Farm (MT Farm) diantaranya disuplai dari daerah Solo, Purworejo dan Lampung. Ketiga daerah tersebut memiliki variasi jarak dan waktu tempuh yang berbeda. Perbedaan tiga rute tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Variasi jarak dan waktu tempuh transportasi ternak domba Kepadatan Rute Pejalanan Waktu Tempuh Jarak Tempuh Kapasitas volume Rute 1 9 Jam 40 Menit 270 Km 67 Ekor 0.08 m3ekor-1 Rute 2 15 Jam 30 Menit 530 Km 45 Ekor 0.10 m3 ekor-1 Rute 3 19 Jam 40 Menit 600 Km 45 Ekor 0.10m3 ekor-1 Keterangan : Rute 1: Lampung – Bogor, Rute 2: Purworejo – Bogor, Rute 3: Solo - Bogor
Tabel 1 menunjukkan bahwa semakin jauh jarak yang ditempuh semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk proses transportasi tersebut. Berutu (2007), menyatakan perjalanan dari lokasi sentra produksi menuju sentra konsumsi membutuhkan waktu yang sangat beragam karena adanya variasi jarak. Selain dipengaruhi jarak tempuh, kondisi jalan seperti kemacetan, kerusakan jalan dan karakteristik jalan menentukan waktu tempuh suatu perjalanan. Karakteristik pada setiap rute dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Rute transportasi ternak domba
6 Jalur berwarna garis biru pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pada daerah tersebut memiliki kondisi jalan yang baik dan lancar atau dengan kata lain tidak memiliki hambatan yang berarti pada rute tersebut. Jalur berwarna garis merah menunjukan bahwa dijalur tersebut terdapat hambatan tetapi bukan dikarenakan kondisi jalan yang buruk melainkan karena adanya pos atau pungutan – pungutan tidak resmi. Jalur garis putus – putus berwarna biru menunjukan adanya hambatan pada jalan tersebut dikarenakan kondisi jalan yang kurang baik, seperti adanya kemacetan, perbaikan jalan ataupun jalan yang rusak. Jalur garis putus – putus berwarna merah menunjukan adanya hambatan baik itu pos atau pungutan yang tidak resmi juga terdapat hambatan kondisi jalan yang kurang baik. Kondisi jalan yang kurang baik pada umumnya dapat mengakibatkan stres pada ternak. Stres pada ternak tidak hanya disebabkan faktor jalan yang buruk tetapi kondisi kendaraan yang digunakan, kepadatan ternak, cuaca pada saat diperjalanan (Berutu 2007). Pengangkutan domba menggunakan alat transportasi berupa pick up yang dibagi dalam 2–3 tingkat dengan kapasitas pertingkat sekitar 23 ekor dengan volume 0.08–0.10 m3 ekor-1. Kepadatan pada penelitian ini tidak sesuai dengan kepadatan yang dianjurkan oleh Cockram et al. (1996) untuk lama perjalanan lebih dari 3 jam sebaiknya kepadatan seluas 0.27 m2 ekor-1 untuk domba dengan bobot badan 20–35 kg. Kepadatan pengangkutan 0.08–0.10 m3 ekor-1 mendukung terjadinya stres disamping kelelahan pada ternak yang disebabkan lama perjalanan. Penyusutan Bobot Badan Mengatasi jauhnya lokasi antara sentra produksi dan sentra konsumsi maka diperlukan sarana transportasi ternak domba berupa pick up menjadi saran utama dalam proses pengiriman domba. Ketidakteraturan jadwal pengangkutan serta tidak memadainya perawatan selama di perjalanan mengakibatkan stres pada ternak dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan bobot badan. Penyusutan bobot badan ternak domba disajikan pada Tabel2. Tabel 2 Penyusutan bobot badan domba ekor gemuk Parameter Rute 1 Rute 2 Rute 3 Lama perjalanan 9 Jam 40 Menit 15 Jam 30 Menit 19 Jam 40 Menit BB.Awal (kg) 21.54±3.52b 24.75±2.52a 20.68±3.57b BB.Akhir (kg) 19.97±3.37a 22.09±2.35b 18.26±3.09c Penyusutan BB (kg) 1.57±0.33a 2.66±0.45b 2.42±0.74b Penyusutan per jam(kg) 0.16±0.04a 0.17±0.029a 0.12±0.04b % Penyusutan BB 7.35±1.39a 10.78±1.65b 11.59±2.75c Keterangan : Rute 1: Lampung – Bogor, Rute 2: Purworejo – Bogor, Rute 3: Solo - Bogor, BB: Bobot badan. Angka yang disertai huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan hasil berbedanyata (P<0.05).
Uji statistik menunjukan bahwa persentase penyusutan antara Rute 1, Rute2 dan Rute 3berbeda nyata (P<0.05). Perbedaan ini diduga karena semakin lama proses transpportasi maka ternak akan semakin stres selama perjalanan. Apabila ternak merasa tertekan atau adanya perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim, maka ternak menjadi tidak tenang, begitu pula dengan ternak yang mengalami
7 transportasi, sehingga semakin lama perjalanan atau transportasi ternak maka ternak lebih banyak mengalami guncangan dan tingkat stres semakin besar. Menurut Berutu (2007) penyebab utama penyusutan bobot badan ternak adalah kelelahan. Romadhona (2008) menyatakan bahwa apabila stres yang dialami hanya sebatas dan tidak berkepanjangan ternak dapat menyesuaikan diri, tetapi apabila stres yang dialami berkepanjangan dan ternak tidak dapat menyesuaikan diri ternak tersebut menjadi kelelahan bahkan mungkin mengalami kematian. Penyusutan bobot badan bukan hanya karena perbedaan lama waktu transportasi ternak, tetapi juga karena perbedaan karakteristik jalan antara rute tersebut. Menurut Berutu (2007) salah satu faktor yang dapat mengakibatkan stres adalah faktor jalan. Karakteristik jalan seperti banyak lubang, kelokan, tanjakan dan turunan, memungkinkan tingkat kelelahan akan semakin besar karena jumlah guncangan akan semakin besar dan mengakibatkan stres pada ternak. Ketika ternak merasa tertekan dapat terjadi peningkatan hormone adrenalin. Salah satu respon dari hormone adrenalin terhadap stres adalah terjadinya percepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan. Hal ini sangat mungkin menyebabkan terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebabkan ternak mengalami kehilangan cairan tubuh (McGilvery dan Goldstein 1996). Penyusutan bobot badan selain diakibatkan oleh stres perjalanan juga karena pemberian pakan yang kurang tepat. Pemberian pakan berupa pakan hijauan dapat menyebabkan cekaman panas selama proses transportasi. Pemberian pakan hijauan akan meningkatkan aktifitas mikroba dalam rumen sehingga sehingga ternak akan mengalami cekaman panas akibat panas dalam tubuh yang disebabkan oleh mikroba dalam rumen (Philips 2001). Kepadatan pengangkutan mendukung terjadinya stres disamping kelelahan, karena dapat mengakibatkan kenaikan suhu tubuh pada masing – masing ternak yang dapat menurunkan bobot badan. Bambang (2000) menyatakan ternak yang mengalami suhu tinggi akan mengalami stres berat dan gagal dalam mengatur panas tubuh. Stres yang terjadi pada domba akan memaksa terjadinya perubahan fisiologi. Respon fisiologis domba selama porses transportasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Rute Rute 1 Rute 2 Rute 3 Keterangan :
Tabel 3 Respon fisiologis domba selama perjalanan Suhu Perjalanan Denyut Jantung Respirasi Suhu rectal 28.40±2.61 103.67±5.51a 110.33±5.51a 39.4±0.26a 25.94±2.52 97.58±6.70a 64.63±19.74b 38.6±0.23a 32.89±5.01 90.42±4.96a 58.05±12.53b 38.8±0.03a Rute 1: Lampung – Bogor, Rute 2: Purworejo – Bogor, Rute 3: Solo-Bogor. Angka yang disertai hurufyang sama pada kolom yang berbeda menunjukan hasil tidak berbeda nyata, sedangkan huruf yang berbeda pada kolom yang berbeda menunjukan hasil berbeda sangat nyata (P<0.01).
Stres merupakan sebuah konsekuensi dan efek samping dari lingkungan atau sistem manajemen yang memaksa perubahan fisiologis atau tingkah laku ternak yang dapat mengganggu fungsi fisiologis ternak itu sendiri (Suryadi et al. 2010). Lawrie (1991), menyatakan penyebab stres fisiologi yang timbul saat ternak diangkut ketempat tujuan adalah pemuasaan, kelelahan, ketakutan dan kepadatan ternak saat pengangkutan. Suhu perjalanan rata – rata selama perjalanan dapat
8 dilihat pada Tabel 3. Sementara suhu optimal untuk domba di daerah tropis berkisar antara 24-26 oC (Kartasudjana 2001), berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan domba selama perjalanan mengalami cekaman panas. Suhu perjalanan pada Rute 3 sebesar 32.89±5.01 suhu tersebut sudah berada diluar thermo neutral zone (TNZ). Menurut Awabien (2007) menyatakan daerah TNZ untuk domba dalam pemeliharaan berada pada suhu lingkungan antara 22 – 31 oC. Suhu perjalanan yang tinggi pada Rute 3 dikarenakan pengukuran sushu selama perjalanan banyak dilakukan pada siang hari, dari total 9 kali pengukuran, pengukuran ada pukul 12.00 dan 12.30 yaitu sebesar 37 dan 41oC merupakan suhu tertinggi. Suhu tersebut diukur setelah domba terpapar panas di lahan parkir sekitar 30 menit akan tetapi domba pada Rute 3 masih dapat menyesuaikan diri. Romadhona (2008) menyatakan bahwa apabila stres yang dialami hanya sebatas dan tidak berkepanjangan ternak dapat menyesuaikan diri. Kenaikan suhu udara akan mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut nadi dan laju respirasi setiap menitnya. Kenaikan suhu udara selama perjalanan terbukti meningkatkan frekuensi denyut jantung dan laju respirasi domba selama perjalanan. Denyut jantung dan laju respirasi rata – rata selama perjalanan dapat dilihat pada tabel 3. Darmanto (2009) menyatakan domba tropis mempunyai frekuensi laju respirasi berkisar 15–25 hembusan per menit. Oktameina (2011) menyatakan Kisaran denyut jantung domba normal adalah 70-80 kali tiap menit. Peningkatan laju respirasi dan denyut jantung disebabkan karena domba mengalami cekaman panas yang disebabkan peningkatan suhu selama perjalanan, kepadatan dalam kendaraan. Kepadatan dapat meningkatkan ketegangan antar ternak, meningkatnya ketegangan antar ternak dapat menyebabkan meningkatnya hormon adrenalin sehingga dapat meningkatkan laju denyut jantung dan frekuensi pernapasan. Rute 2 memiliki suhu perjalanan yang termasuk kedalam suhu optimal domba akan tetapi memiliki kisaran denyut jangtung diatas normal domba. Hal ini dikarenakan peningkatan denyut jantung pada domba tidak hanya dipengaruhi oleh peningkatan suhu udara tetapi dapat dipengaruhi oleh aktivitas otot. Peningkatan laju denyut jantung yang tajam terjadi pada saat peningkatan suhu lingkungan, gerakan dan aktivitas otot (Oktameina 2011). Rute 1 memiliki nilai rataan laju respirasi yang lebih tinggi atau berbeda nyata (P<0.05) dari pada rute 2 dan rute 3, hal tersebut dapat terjadi karena memiliki kepadatan ternak yang sangat sempit (0.08 m3 ekor-1) sehingga memberikan dampak stres yang tinggi pada ternak. Rataan suhu rektal pada domba penelitian dapat dilihat pada tabel 3. Suhu tersebut masih termasuk dalam suhu normal domba. Darmanto (2009) menyatakan bahwa suhu rektal domba di daerah tropis berada pada kisaran 38.2 – 40 oC. Domba penelitian masih dapat mempertahankan suhu rektal dalam keadaan normal karena domba selama perjalanan mengalami pemuasaan sehingga saluran pencernaan dalam keadaan kosong dan aktifitas pencernaan menurun sehingga suhu rektal masih dalam keadaan normal. Secara keseluruhan baik itu denyut jantung, respirasi dan suhu rektal pada rute 1 lebih tinggi dari pada rute 2 dan rute 3 hal tersebut dikarenakan kepadatan pada rute 1 sangat rendah 0.08 m3 ekor-1 sehingga menimbulkan cekaman panas pada ternak.
9 Analisis Biaya Transportasi Nilai biaya transportasi dihitung dengan menjumlahkan semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan ternak domba selama pengangkutan dilakukan, termasuk biaya untuk pos – pos pengutipan yang tidak resmi. Analisis biaya transportasi ternak domba ekor gemuk dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Analisis biaya transportasi ternak domba ekor gemuk Rute Perjalanan No Nama Biaya Rute 1 Rute 2 Rute 3 1 Tenaga Kerja 200 500 1.000.000 2 Sewa Mobil 350 400 400 3 Bahan Bakar 500 600 950 4 Uang Jalan 1.500.000 500 650 A Administrasi 145 40 120 B Pos 20 10 45 C Makan 220 140 185 D Tol 138.5 170 295 E Pangkalan 6 2 2 H Karantina 215 J Penyeberangan 710 K Sisa 45.5 140 3 Total Biaya 2.550.000 1.860.000 3.000.000 Total Biaya Dibayarkan 2.550.000 2.040.000 3.500.000 Jarak 9.444.44 3.509.43 5.000.00 Biaya per Unit Ekor 38.059.70 41.333.33 66.666.67 Istilah transportasi atau distribusi terkandung makna bahwa adanya perpindahan atau aliran barang dari satu tempat ketempat lain, atau adanya perpindahan barang dari tempat ketempat lain. Memindahkan barang dari satu tempat membutuhkan alat dan sarana transportasi. Hal ini berarti mendistribusikan barang memerlukan alat dan biaya transportasi. Tabel 4 menunjukkan bahwa setiap rute memiliki perbedaan jenis biaya yang diperlukan selama proses transportasi. Perbedaan biaya yang diperlukan pada setiap rute juga dipengaruhi dari kepemilikan kendaraan. Penggunaan angkutan pick upterdapat 3 pola transaksi, yaitu milik pengusaha sendiri, sewa, dan jasa ekspedisi. Pedagang yang menggunakan kendaraan sendiri mendapat keuntungan ganda yaitu dari perdagangan ternak dan jasa angkutan (Berutu 2007). Kesepakatan antara supir dan pemilik domba juga dapat mempengaruhi besaran biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapang terdapat 2 jenis kesepakatan yaitu apabila terdapat sisa uang jalan dapat digunakan oleh supir dan kernet, yang kedua adalah apabila terdapat sisa uang jalan maka dikembalikan kepada pemilik domba. Pada Rute 3 terdapat sisa uang jalan sebesar Rp140 000 rupiah tetapi tidak dimasukan dalam biaya total. Berdasarkan pada Tabel 4 biaya per satuan jarak, rute satu memiliki biaya tertinggi yaitu Rp9 444.44 km-1. Apa bila dilihat per satuan ekor maka Rute 1
10 memiliki biaya terendah yaitu Rp38 059.70 ekor-1. Hal tersebut dapat terjadi karena setiap rute memiliki perbedaan komponen biayanya. Biaya uang jalan pada Rute 1 merupakan biaya terbesar bila dibandingkan atara rute 2 dan 3. Pada Rute 1 merupakan transportasi antar pulau sehingga perlu biaya tambahan yang cukup besar yaitu biaya penyeberangan menggunakan kapal laut serta biaya karantina yang cukup tinggi baik di Lampung ataupun di Cilegon. Biaya administrasi pada Rute 1 dan 3 lebih besar dari pada rute 2 dikarenakan biaya administrasi pada Rute 1 dan 3 terdiri dari biaya resmi dan biaya tidak resmi. Woodwar (1986) menyatakan bahwa didalam penyediaan jasa transportasi menimbulkan sejumlah biaya transportasi berupa biaya tenaga kerja, bahan bakar, perawatan, terminal, jalan raya, adminintrasi sehingga biaya-biaya tersebut beragam. Selain itu perbedaan musim angkut ternak juga mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Pengangkutan di luar musim hari raya qurban biaya berupa pos ternak atau karantina hanya dikenakan biaya sebesar Rp10 000 pick up-1, sedangkan pengangkutan pada hari raya qurban dikenakan biaya pos ternak Rp1 000 – 1 500 ekor-1. Berdasarkan informasi yang diperoleh dilapangan bahwa pada musim hari raya qurban razia mendadak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab akan meningkat sehingga dapat miningkatkan biaya transportasi. Transportasi ternak selain memerlukan biaya yang tinggi juga menimbulkan kerugian akibat penyusutan bobot badan. Kerugian akibat penyusutan bobot badan dapat dilihat pada Tabel 5.
Rute
Tabel 5 Kerugian penyusutan bobot badan Penyusutan Kerugian Kerugian Harga Jual BB Per Ekor Per Rit
Kerugian Per Jam
Rute 1
1.57±0.33 kg
60.000 kg-1
94.200
6.311.400
657.437.50
Rute 2
2.66±0.45 kg
60.000 kg-1
159.600
7.182.000
463.354.84
Rute 3
2.42±0.74 kg
60.000 kg-1
145.200
6.534.000
333.367.35
Keterangan : Rute 1 kapasitas 67 ekor, Rute 2 kapasitas 45 ekor, Rute 3 kapasitas 45 ekor.
Kurangnya perawatan selama di perjalanan mengakibatkan stres pada ternak dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan bobot badan. Penurunan bobot badan selama perjalanan bila dihitung menimbulkan kerugian yang cukut besar. Tabel 5 menunjukan bahwa kerugian pada setiap rute terbesar pada Rute 2 yaitu Rp7 182 000. Akantetapi bila dilihat berdasarkan lama perjalanan maka kerugian terbesar terjadi pada Rute 1 yaitu sebesar Rp65 7437.50 per jam. Kerugian terbesar pada Rute 1 dikarenakan pada Rute 1 memiliki kapasitas terbesar sehingga jumlah total penyusutan juga besar yaitu 105.19 kg. jumlah total penyusutan pada Rute 1 mendekati jumlah total penyusutan pada rute 2 yaitu 119.7 kg sementara Rute 1 memiliki lama perjalanan ter cepat yaitu 9 jam 40 menit sehingga menimbulkan jumlah kerugian per jam lebih besar dari pada rute lainya.
11
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Lama waktu transportasi yang berbeda ada domba ekor gemuk mempengaruhi penyusutan bobot badan dan respon fisiologisnya. Semakin lama proses transportasi dilakukan maka penyusutan bobot badan domba akan semakin besar. Analisis biaya tansportasi dipengaruhi oleh rute perjalanan, volume dan musim pengiriman. Rute pejalanan yang berbeda maka besaran biaya yang dikeluarkan akan berbeda. Musim pengiriman yang berbeda juga mempengaruhi biaya transpotasi yang dikeluarkan. Saran Berdasarkan hasil penelitian Rute 2 tidak disarankan untuk jalur transportasi ternak. Selain itu untuk transportasi ternak antar pulau sebaiknya dilakukan pengiriman dalam bentuk daging atau karkas untuk menghindari kerugian yang cukup besar. Models peningkatan pada proses pengiriman ternak sebaiknya tidak lebih dari 2 tingkat, untuk menghindari tingkat stres yang lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA Awabien L. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bambang YS. 2000. Sapi Potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Berutu K. 2007. Dampak lama transportasi terhadap penyusutan bobot badan, pH daging pasca potong dan analisis biaya transportasi sapi potong Peranakan Ongole (PO) dan shorthorn [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Cokram MS, Kent JE, Goddard PL, Waran NK, McGilp IM, Jackson RE, Muwanga GM, Prytherch S. 1996. Effect of space allowance during transport on the behavioural and physiological respons of lambs during and after transport. London (UK): University of Cambridge. J Anim Sci62 : 461-477. Darmanto. 2009.Respon fisisologis domba ekor tipis jantan yang diberi pakan rumput Brachiaria humidicola dan kulit singkong pada level yang berbeda [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Kartasudjana R. 2001. Teknik Budidaya Ternak. Jakarta (ID): Departemen Pendidikan Nasional. Lawrie RA. 1979. Meat Science. Ed ke 3. Oxford (US): Pregamon Pr. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. McGilvery RW, Goldstein GW. 1996. Biokimia : Pedekatan Fungsional. Surabaya (ID): Erlangga Pr.
12 Oktameina. 2011. Respon fisisologis domba garut yang dipelihara secara semi intensif dengan perlakuan pencukuran di Peternakan PT Indocement [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Philips CJC. 2001. Principles of Cattle Production. Head, Farm Animal Epidemiology and Informatics Unit. Departement of Clinical Veterinary Medicine. London (UK): University of Cambridge. Romadhona B. 2008. Pengaruh jenis kelamin terhadap lama rekondisi domba ekor gemuk yang diberi ransum komplit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suryadi, Nurrasyidah D, Yulianti A, Mushawwir A. 2010. Strategi Eliminasi Stres Transportasi pada Sapi Potong Menggunakan Kromium Organik. Bandung (ID): UNPAD Pr. Woodawr FH. 1986. Manajemen Transpor. Jakarta (ID). PT Pustaka Binaman Pressindo.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1992 di Indramayu. Penulis adalah anak ketiga dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Slamet dan Ibu Carnengsih. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN Babakanjati 1 dan diselesaikan pada tahun 2005, melanjutkan ke SMPN 1 Haurgeulis tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008, melanjut ke SMAN 1 Anjatan tahun 2008 dan diselesaikan pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN. Penulis aktif dalam berbagai organisasi selama menjadi mahasiswa yaitu Uni Konserfasi Fauna IPB sebagai anggota pada tahun 2011 dan sebagai ketua ekspedisi Ujung Kulon pada tahun 2012. Aktif dalam himpunan organisasi mahasiswa daerah (IKADA), sebagai ketua hari peringatan HUT IKADA 2013. Penulis juga pernah menjadi ketua PKMP yang diadakan DIKTI tahun 2014 dan sebagai anggota PKMGT 2015.Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Metodologi Penelitian dan Rancangan Percobaan pada tahun 2015.