KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT)
SKRIPSI LIA KARTIKA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
1
RINGKASAN LIA KARTIKA. D14104009. 2008. Keragaman dan Karakteristik Warna Bulu Domba-domba Lokal (Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Cece Sumantri, M.AgrSc. Keberadaan sumber daya genetik ternak seperti domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Garut dan domba Kisar merupakan salah satu peluang bagi pengembangan ternak lokal di Indonesia karena domba-domba tersebut merupakan potensi sumber daya genetik ternak yang dimiliki Indonesia. Karakteristik dombadomba Lokal di Indonesia masih sangat beragam, terutama warna bulu. Keragaman warna bulu pada domba merupakan fenomena yang menarik dikaitkan dengan program pemuliaan. Hal ini dikarenakan warna bulu merupakan sifat kualitatif domba yang dapat dilihat secara langsung untuk dapat mengenali jenis suatu bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan karakteristik warna tubuh, seperti pola, warna dan bintik serta pigmen kepala pada domba-domba lokal, yaitu domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar dan langkah awal dalam upaya pemuliaan dalam hal ini pemurnian terhadap domba-domba lokal berdasarkan karakteristik warna bulu. Warna dasar tubuh domba pada penelitian ini dijadikan patokan dalam menentukan genotipik warna bulu yang meliputi putih, hitam, coklat, putih-hitam, putih-coklat, coklat-hitam dan putih-hitam-coklat. Data sekunder berupa warna bulu pada domba lokal hasil penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) tahun 2004-2007 digunakan dalam pengamatan ini. Sampel domba lokal berasal dari beberapa daerah di Indonesia, yaitu 86 ekor domba Ekor Gemuk dari Madura yang meliputi 28 jantan dan 58 betina; 185 ekor domba Ekor Tipis dari Jonggol yang meliputi 117 jantan dan 68 betina; 231 ekor domba Kisar dari Maluku Tenggara yang meliputi 99 jantan dan 132 betina; dan 285 ekor domba Garut dari Garut, Margawati, Sukawening, dan Wanaraja yang meliputi 121 jantan dan 164 betina. Keseluruhan domba yang diamati berjumlah 787 ekor. Penentuan genotipik domba dilakukan pada setiap domba yang diamati. Pada setiap bagan acuan fenotipik dicantumkan kolom khusus untuk penentuan genotipik. Bagan acuan genotipik berisikan lokus dan alel-alel yang mempengaruhi warna bulu domba. Penentuan fenotipik dilakukan pada setiap domba yang diamati. Bagan acuan fenotipik berisikan gambaran domba yang tampak pada samping kanan, samping kiri, depan dan belakang. Frekuensi fenotipik ditentukan pada setiap jenis domba yang diamati. Pembuatan diagram pohon jarak antara jenis domba yang diamati dilakukan berdasarkan Gaspersz (1992). Pengelompokan fenotipik berdasarkan warna bulu individu domba yang diamati dilakukan berdasarkan empat belas macam kelompok warna bulu, yaitu putih polos, putih belang, coklat polos, coklat belang, hitam polos, hitam belang, putihhitam polos, putih-hitam belang, putih-coklat polos, putih-coklat belang, hitamcoklat polos, hitam-coklat belang, putih-hitam-coklat polos dan putih-hitam-coklat belang. Fenotip warna bulu tipikal domba Ekor Gemuk yang diamati adalah putih
2
polos kepala putih dengan genotip AWt/_, _ /_, _ /_, _/_. Fenotip tubuh putih polos kepala putih 100% mendominasi domba Ekor Gemuk. Warna putih belang kepala putih-hitam-coklat, coklat belang kepala putih dan putih-hitam belang kepala putihcoklat dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+, Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_ dan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+ hanya ditemukan pada domba Ekor Tipis. Fenotip tubuh putih-hitam belang kepala hitam dan tubuh putih-hitam belang kepala putihhitam terbanyak ditemukan pada domba Kisar, walaupun tidak sedikit ditemukan pada domba Garut. Tipikal warna bulu pada domba Kisar tidak ditemukan pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan tidak ditemukan fenotip warna khusus pada domba Kisar. Distribusi lima puluh buah macam fenotipik menyebar pada jenis domba yang diamati. Pada jenis domba Ekor Gemuk hanya fenotipik putih polos yang ditemukan. Macam fenotipik pada jenis domba Ekor Tipis ditemukan sebanyak 30 buah, pada domba Kisar sebanyak 15 buah dan pada domba Garut sebanyak 43 buah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keragaman warna bulu diurut dari yang terkecil ke yang terbesar adalah ditemukan pada jenis domba Ekor Gemuk, domba Kisar, domba Ekor Tipis dan domba Garut. Struktur pengelompokan jenis domba yang diamati dilakukan berdasarkan frekuensi fenotipik warna bulu. Penentuan diagram pohon yang diperoleh melalui analisis gerombol berhierarki (Gaspersz, 1992). Pada taraf d = 0,589119, menghasilkan dua kelompok jenis domba, yaitu kelompok jenis domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis sebagai kelompok yang terpisah dengan kelompok lain yang meliputi domba Kisar dan domba Garut. Sifat keserupaan pengelompokan domba diperkirakan berdasarkan respon frekuensi fenotipik warna bulu kemungkinan sebagai akibat asal-usul dari jenis domba-domba tersebut. Nilai jarak minimum pada pengelompokan domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis sebesar 0,470016 ditemukan lebih besar dibandingkan dengan nilai jarak minimum pada pengelompokan domba Kisar dan domba Garut sebesar 0,369564. Kata-kata Kunci : domba lokal, warna bulu, frekuensi fenotipik, jenis domba
3
ABSTRACT Variation and Coat Colour Characteristic of Local Sheep (Fat-Tailed Sheep, Thin-Tailed Sheep, Kisar Sheep and Garut Sheep) Kartika, L., R. H. Mulyono, dan C. Sumantri This research aimed to identify the variety and characteristic of coat colour, such as pattern, colour, spotting and pigmented head of local sheep: Fat-Tailed Sheep, ThinTailed Sheep, Kisar Sheep and Garut Sheep. Secondary data of native sheep’s coat colour resulted from Riset Unggulan Terpadu (RUT) 2004-2007 were used in this observation. Samples collected from several Indonesia region, 86 Madura Fat-Tailed Sheep consist of 28 males and 58 females; 185 Jonggol Thin-Tailed Sheep consist of 117 males and 68 females; 231 Kisar Sheep from Southeast Maluku consist of 99 males and 132 females; and 285 Garut Sheep from Garut, Margawati, Sukawening, and Wanaraja consist of 121 males and 164 females. Total of objects were observed in this research 787 sheeps. Typical coat colour phenotype of Fat-Tailed Sheep is solid white with white head with AWt/_, _ /_, _ /_, _/_ genotype. 100% solid white with white head colour dominate Fat-Tailed Sheep. Phenotype of white spotted with white-black-brown head, brown spotted with white head and black-white spotted with white-brown head with Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+, Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_ and Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+ genotype only found in Thin-Tailed Sheep. Black-white colour with head spotted black and black-white colour with head spotted black-white mostly found in Kisar sheep, although it’s also found in Garut sheep. Typical coat colour at Kisar sheep was not found in this research. It’s because of the absence of specific colour in Kisar sheep. Grouping structure of observation sheep was based of coat colour phenotypic traits. Tree diagram at d = 0,589119 value, revealed two groups of sheep, which is Fat-Tailed sheep and Thin-Tailed sheep group as separate group from others. Grouping based on coat colour phenotypic frequency response contains of 50 traits found in observation. Minimum distance value of Fat-Tailed sheep and Thin-Tailed sheep in first group is 0,470016 bigger than minimum distance value of Kisar sheep and Garut sheep in second group is 0,369564. Keywords : local sheep, coat colour, frequency of phenotype, sheepbreed
4
KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT)
LIA KARTIKA D14104009
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
5
KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT)
Oleh LIA KARTIKA D14104009
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 22 Mei 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. NIP. 131 760 850
Dr. Ir. Cece Sumantri, M.AgrSc. NIP. 131 624 187
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr NIP. 131 955 531
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Juli 1986 di Majalengka. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan ayahanda bernama Ade Abdul Kohar dan ibunda bernama Sartikah. Penulis lulus sekolah dasar pada tahun 1998 dari SDN Genteng II, Majalengka. Pada tahun 2001 menamatkan pendidikan lanjutan pertama di SLTP Prakarya Santi Asromo, Majalengka. Kemudian Penulis melanjutkan studi di MAN Model Ciwaringin Cirebon dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama perkuliahan di IPB, Penulis aktif di organisasi dan kegiatan kemahasiswaan yaitu DKM Al-Hurriyah IPB 2004/2005, BEM-KM IPB 2005/2006 dan HIMAPROTER 2006/2007.
7
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanyalah milik Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi dengan judul ”Keragaman dan Karakteristik Warna Bulu Dombadomba Lokal (Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat mengetahui keragaman dan karakteristik warna bulu domba-domba lokal seperti domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar sebagai langkah awal dalam upaya pemuliaan dalam hal ini pemurnian terhadap domba-domba lokal berdasarkan karakteristik warna bulu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Tak lupa ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang akan membalasnya. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amal shaleh. Amin. Bogor, Mei 2008
Penulis
8
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .........................................................................................
i
ABSTRACT ............................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ............................................................................
v
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xii
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................ Tujuan ..........................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
3
Sistematika dan Domestikasi Bangsa Domba ............................. Bangsa Domba di Indonesia ........................................................ Domba Ekor Gemuk .................................................................... Domba Ekor Tipis ........................................................................ Domba Garut ................................................................................ Domba Garut Tipe Tangkas ............................................ Domba Garut Tipe Daging ............................................. Domba Kisar ................................................................................ Sifat Kualitatif .............................................................................. Pigmentasi Warna Bulu ............................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Warna Domba ..................... Lokus Agouti ................................................................................ Agouti White atau Tan (AWt) ........................................... Agouti Tipe Wild (A+) ..................................................... Agouti Badgerface (Ab) ................................................. Agouti Light Badgerface (Alb) ....................................... Agouti Blue (Abl) dan Light Blue (Albl) ........................... Agouti Black dan Tan (At) ............................................. Agouti Lateral Stripes (Als) ............................................. Agouti Swiss Marked (As) ............................................... Agouti Pale Cheek dan Eyepatch (Apc dan Aep) .............. Agouti Grey (Ag) ............................................................. Agouti Gotland Grey (Agg) ............................................. Agouti Sooty .................................................................... Agouti Grey dan Tan (Agt) ............................................... Non-agouti (Aa) ............................................................... Lokus Extension ...........................................................................
3 3 4 5 5 7 7 9 9 9 10 11 11 12 12 12 12 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18
9
Lokus Albino ................................................................................ Lokus Brown ................................................................................ Lokus Sur ..................................................................................... Lokus Australian Piebald ............................................................ Lokus Spotting ............................................................................. Lokus Pigmented Head ................................................................ Lokus Roan .................................................................................. Lokus Ticking ..............................................................................
20 20 21 21 23 23 24 24
METODE .................................................................................................
26
Waktu ........................................................................................... Materi ........................................................................................... Metode ......................................................................................... Pemasokan Data Sekunder .............................................. Penentuan Genotipik ....................................................... Penentuan Fenotipik ....................................................... Frekuensi Fenotipik ............................................ Jarak Fenotipik antara Jenis Domba ................... Diagram Pohon Jarak Fenotipik antara Jenis Domba .................................................................
26 26 26 26 26 27 28 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
33
Penentuan Fenotipik dan Genotipik Domba yang Diamati ......... Rekapitulasi Fenotipik dan Genotipik ......................................... Frekuensi Fenotipik Domba .........................................................
33 55 59
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
62
Kesimpulan .................................................................................. Saran ............................................................................................
62 63
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
65
LAMPIRAN .............................................................................................
69
28
10
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Lokus dan Alel-alel yang Mempengaruhi Warna Bulu .......................
13
2. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut..............................
33
3. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut......................................
35
4. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut.........................
36
5. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut..............................
36
6. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Coklat Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut.........................
38
7. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Coklat Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut..............................
38
8. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Coklat Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut .....................
39
9. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Coklat Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut.........................
39
10. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut.........................
42
11. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut..............................
43
12. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut .....................
44
13. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut..............................
44
14. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih-Hitam Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ...............
46
15. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih-Hitam Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut.........................
46
16. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih-Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut .............
48
17. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih-Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut .....................
48
18. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih-Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ....................................................................................................
50
11
19. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih-Coklat Polos dan Belang Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut .................
51
20. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam-Coklat Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ...........
53
21. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam-Coklat Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut .....................
53
22. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih-HitamCoklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut ........................................................................................
54
23. Penentuan Genotipik Warna Bulu Putih-Hitam-Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut.........
54
24. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Ekor Gemuk..................................................................................................
56
25. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Ekor Tipis
56
26. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Garut........
58
12
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
3. Domba Domestikasi (Ovis aries).........................................................
3
4. Domba Ekor Gemuk ...........................................................................
4
5. Domba Ekor Tipis................................................................................
4
6. Domba Garut Tangkas .........................................................................
8
7. Domba Garut Daging ..........................................................................
8
8. Domba Kisar .......................................................................................
8
9. Domba Agouti White (Tan)..................................................................
14
10. Domba Agouti Wild .............................................................................
14
11. Domba Agouti Badgerface (Barbados Blackbelly Sheep)...................
14
12. Domba Agouti Light Badgerface .........................................................
15
13. Domba Agouti Blue (Blue Texel Sheep)..............................................
15
14. Domba Agouti Reverse Badgerface.....................................................
15
15. Domba Agouti Lateral Stripes .............................................................
17
16. Domba Agouti Eyepatch ......................................................................
17
17. Domba Agouti Grey .............................................................................
17
18. Domba Agouti Gotland Grey (Gotland Sheep)....................................
19
19. Domba Agouti Grey dan Tan ...............................................................
19
20. Domba Agouti Sooty ............................................................................
20
21. Domba Agouti Non-Agouti ..................................................................
20
22. Domba Pola Warna Moorit..................................................................
22
23. Domba Pola Warna Sur .......................................................................
22
24. Domba Pola Warna Australian Piebald ..............................................
22
25. Domba Pola Warna Pigmented Head (Blackheaded Persian) .............
25
26. Domba Pola Warna Roan ....................................................................
25
27. Domba Pola Warna Ticking (Jacob Sheep) .........................................
25
28. Bagan Acuan Penentuan Genotipik Domba ........................................
29
29. Bagan Acuan Fenotipik .......................................................................
30
30. Diagram Alir Penentuan Genotipik Warna Bulu Domba ....................
31
31. Diagram Alir Penentuan Fenotipik dan Pembuatan Dendogram.........
32
13
32. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih.............................................
35
33. Fenotip Tubuh Coklat Polos dan Putih-Coklat Belang........................
39
34. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih-Hitam .................................
41
35. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Belang Kepala Putih-Hitam....................
41
36. Fenotip Tubuh Hitam Belang Kepala Putih-Hitam .............................
43
37. Fenotip Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam..........................................
43
38. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih-Hitam-Coklat .....................
47
39. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Belang Kepala Putih-Hitam....................
47
40. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Polos Kepala Putih-Hitam ......................
47
41. Diagram Pohon Keterkaitan Tunggal untuk Jarak Minimum di antara Empat Jenis Domba yang Diamati Berdasarkan Frekuensi Fenotipik Warna Bulu ..........................................................................................
61
14
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
42. Macam Fenotipik Warna Bulu Domba yang Diamati Berikut Penentuan Genotipik Berdasarkan Lokus Pattern, Colour, Spotting dan Pigmented Head...................................................................................
70
43. Perhitungan Jarak Fenotipik Berikut Pembuatan Diagram Pohon .....
74
44. Hasil Output Olahan Komputer ntuk Perhitungan Jarak Fenotipik Berikut Pembuatan Diagram Pohon ....................................................
81
15
PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi sumber daya genetik ternak seperti domba Garut, domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis merupakan salah satu peluang bagi pengembangan ternak lokal di Indonesia. Ternak lokal tersebut berpotensi besar untuk dikembangkan. Domba-domba tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani dan kecukupan daging di tahun atau era mendatang. Karakteristik domba-domba lokal sangat beragam, terutama warna bulu. Misalnya pada Domba Garut ditemukan warna bulu putih yang disertai dengan bercak hitam di sekeliling mata dan moncong. Domba Garut memiliki pola warna bulu (hitam, putih, coklat atau campuran). Domba Ekor Gemuk banyak terdapat di Jawa Timur dan Madura serta pulau-pulau di Nusa Tenggara. Tanda-tanda yang merupakan karakteristik khas domba Ekor Gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu putih, tidak bertanduk dan bulu wol kasar. Bentuk tubuh domba Ekor Gemuk lebih besar dari pada domba Ekor Tipis.
Domba Ekor Tipis banyak ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah,
sedangkan domba Kisar adalah domba yang berasal dari Pulau Kisar di Maluku Tenggara. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masih terdapat keragaman pada ternak domba Indonesia. Keragaman warna bulu pada domba merupakan fenomena yang menarik dikaitkan dengan program pemuliaan. Hal ini dikarenakan warna bulu merupakan sifat kualitatif domba yang dapat dilihat secara langsung untuk dapat mengenali jenis suatu bangsa. Fenotipik warna bulu domba-domba lokal, seperti domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut masih beragam. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat gen-gen yang berperan sebagai pengontrol warna bulu yang ditemukan pada domba. Karakteristik warna setiap bangsa domba ditentukan oleh kontribusi gen-gen pengontrol warna bulu. Variasi pada sifat kualitatif warna bulu pada domba-domba yang terdapat di Indonesia disebabkan persilangan yang dilakukan antara jenis domba di setiap daerah di Indonesia.
16
Warna dasar tubuh pada penelitian ini dijadikan pegangan dalam menentukan genotipik warna bulu yang meliputi putih, hitam, coklat, putih-hitam, putih-coklat, coklat-hitam dan putih-hitam-coklat. Salah satu warna atau kombinasi di antara warna-warna tersebut diikuti oleh pemunculan gen pengontrol bintik dan warna pada kepala. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan karakteristik warna tubuh, seperti pola, warna dan bintik serta pigmen kepala pada domba-domba Lokal, yaitu domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan atau pelengkap informasi dasar sebagai langkah awal dalam upaya pemuliaan dalam hal ini pemurnian terhadap domba-domba lokal berdasarkan karakteristik warna bulu.
17
TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Domestikasi Bangsa Domba Domba menurut Damron (2006) merupakan mamalia yang diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mammalia, ordo Ortiodactyla, subordo Ruminata, famili Bovidae, genus Ovis dan spesies Ovis Aries. Devendra dan McLeroy (1982) menjelaskan bahwa domba diklasifikasikan ke dalam sub-famili Caprinae, famili Bovidae. Domba merupakan hewan bertanduk dan berteracak genap. Semua domba diklasifikasikan ke dalam genus Ovis, sedangkan Ovis aries merupakan spesies untuk domba yang sudah didomestikasi.
Gambar 1. Domba Domestikasi (Ovis aries) (Wikipedia, 2008a) Bangsa Domba di Indonesia Menurut Gatenby (1991) di Asia Tenggara ditemukan dua tipe domba yaitu Javanese-Thin-Tailed (terdapat di daerah Jawa Barat, Indonesia) dan Kelantan (terdapat di Malaysia dan Thailand). Jenis domba lain yaitu East-Java-Fat-Tailed terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Asal-usulnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga tipe ekor gemuk berasal dari bagian barat Asia, sedangkan tipe ekor tipis berasal dari daerah Asia dari India/Bangladesh. Menurut Markens dan Soemirat (1926) yang dilaporkan oleh Bradford dan Inounu (1996), domba di Indonesia dibedakan menjadi dua tipe yaitu domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Asal usul keduanya tidak diketahui, tetapi barangkali tipe ekor tipis mula-mula datang dari bagian barat di Asia. Introduksi dan
18
percampuran bangsa-bangsa domba asal Eropa telah berlangsung sekitar lebih dari 150 tahun. Menurut Tomaszewska et al. (1993) populasi domba Ekor Tipis tersebar di Jawa Barat dengan ekor tipis dan panjang serta warna bulu yang sangat beragam, sedangkan domba Ekor Gemuk tersebar di Jawa Timur dengan ekor gemuk dan pendek serta warna bulu dominan putih. Menurut FAO (2004b) terdapat tiga bangsa asli di Jawa, yaitu domba Ekor Tipis Jawa Lokal, domba Priangan dari Jawa barat dan domba Ekor Gemuk dari Jawa Timur.
Gambar 2. Domba Ekor Gemuk (FAO, 2004a)
Gambar 3. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Gemuk Menurut Bradford dan Inounu (1996) menyatakan bahwa domba Ekor Gemuk banyak terdapat di Jawa Timur. Menurut FAO (2004b) domba Ekor Gemuk banyak ditemukan di daerah Madura, Jawa Timur, dan wilayah Indonesia Timur seperti Lombok, Sumbawa, Kisar dan Sawa. Dijelaskan lebih lanjut oleh Bradford dan Inounu (1996) bahwa tanda-tanda yang merupakan karakteristik khas domba
19
ekor gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Dijelaskan pula bahwa diantara populasi domba Ekor Gemuk, domba yang berada di Pulau Madura mempunyai ekor gemuk yang ekstrim dengan bagian pangkal ekor besar dan bagian ujung ekor kecil. Menurut FAO (2004b) bentuk tubuh domba Ekor Gemuk lebih besar dari pada domba Ekor Tipis. Domba Ekor Gemuk memiliki berat jantan dewasa 45-50 kg dan betina dewasa 25-35 kg. Tinggi badan pada jantan dewasa 6065 cm dan betina dewasa 52-60 cm. Warna bulu putih, tidak bertanduk dengan bulu wol kasar; dimiliki oleh jenis domba Ekor Gemuk. Domba ini dikenal sebagai domba yang tahan terhadap panas dan kering. Domba Ekor Tipis Tomaszewska et al. (1993) menyatakan bahwa domba Ekor Tipis banyak ditemukan di Jawa Barat. Domba ini memiliki ekor yang tipis dan panjang serta warna bulu yang beragam. Bradford dan Inounu (1996) menyatakan bahwa domba Ekor Tipis menyebar di Jawa Barat, Semarang dan Sumatra. Warna bulu domba Ekor Tipis di Jawa Barat putih, hitam, coklat, spotted dan pola blackbelly serta yang ditemukan di Semarang berwarna putih; sedangkan yang ditemukan di Sumatra berwarna putih, coklat muda dan pola blackbelly. Menurut FAO (2004b) domba Ekor Tipis berwarna putih dan ditemukan bintik hitam di sekeliling mata dan hidung, kadang-kadang juga di tempat lain. Domba Garut Menurut Heriyadi (2008a), proses pembentukan domba Priangan atau domba Garut, diyakini berawal dari persilangan antara tiga bangsa domba, yaitu domba Merino, domba Kaapstad, dan domba Lokal dari Wilayah Priangan. Dalam perkembangan selanjutnya domba hasil silangan tersebut dikenal dengan nama domba Priangan atau domba Garut. Pada persilangan dan perkembangan domba Priangan terbaik berasal dari daerah Garut. Heriyadi et al. (2002) menyatakan bahwa kajian mengenai domba Garut secara ilmiah belum dilakukan, khususnya mengenai komposisi darah dan gen Domba Garut. Ciri-ciri domba Garut menurut Heriyadi et al. (2002) adalah jantan memiliki telinga rumpung (panjang tidak lebih dari empat cm) atau berbentuk daun hiris (panjang 4-8 cm); ekor berbentuk segitiga terbalik, gemuk atau berlemak pada pangkal ekor dan mengecil ke bagian bawah, tanduk kokoh, besar dan melingkar dan
20
muka berbentuk bangus kuda, cembung, lebar, dan bangus benguk serta bobot badan 57,74±11,96 kg dan lingkar dada 88,73±7,58 cm. Davendra dan McLeroy (1982) menyatakan bahwa domba Garut betina memiliki telinga pendek (rumpung) atau medium (berbentuk daun hiris); tidak bertanduk atau tanduk kecil, ekor kecil berbentuk segitiga terbalik, gemuk atau berlemak pada pangkal ekor dan mengecil ke bagian bawah; dan muka panjang berbentuk benguk serta bobot badan 36,89±9,35 kg dan lingkar dada 77,41±6,74 cm. Menurut Inounu dan Basari (2003) rataan bobot lahir dan bobot sapih pada domba Garut murni berturut-turut yaitu sebesar 2,56±0,03 dan 11,24±0,19 kg. Domba Garut merupakan salah satu domba asli Indonesia yang lebih produktif dibandingkan dengan domba lain di dunia. Keunggulan domba Garut adalah lebih cepat mencapai dewasa kelamin (pubertas), dapat kawin dan beranak sepanjang tahun sehingga berpotensi untuk memperpendek interval kelahiran, dapat beradaptasi dengan baik, tahan terhadap penyakit dan parasit, dapat beranak banyak (prolifik) dan dapat bunting kembali setelah sebulan melahirkan (Diwyanto dan Inounu, 2001). Kelompok domba terbanyak dari kelompok domba Ekor Tipis adalah Javanese Thin-tailed, tipe unggulan di Jawa Barat. Domba ini dikenal sebagai Domba Priangan (Bradford dan Inounu, 1996). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa performa domba Garut dipengaruhi oleh tiga bangsa domba, yaitu domba Kaapstaad yang mempengaruhi tinggi dan pemunculan warna putih; domba Merino yang mempengaruhi sifat tanduk dan pemunculan warna putih; sedangkan domba Lokal yang mempengaruhi sifat tangkas dan pemunculan warna hitam dan coklat. Menurut Pemerintah Kabupaten Garut Online (2007) domba Garut betina tidak memiliki tanduk dan berwarna putih, hitam, coklat atau kombinasi ketiga warna tersebut. Sifat-sifat kualitatif domba Garut di Jawa Barat menurut Heriyadi (2008b) adalah warna bulu dominan pada jantan kombinasi warna hitam-putih, yaitu sebesar 86 % dan betina sebesar 75 %. Motif bulu dominan pada domba Garut jantan adalah hitam (19,83 %) dan belang sapi (14,88 %) dan betina adalah hitam (20,55 %) dan belang sapi (14,26 %), serta bentuk dasar tanduk dominan pada jantan adalah gayor, ngabendo dan leang.
21
Riwantoro (2005) mengatakan bahwa warna dasar yang dijumpai pada domba Garut adalah hitam, putih dan coklat. Mulliadi (1996) menjelaskan bahwa kombinasi warna tersebut berkaitan erat dengan pola warna yang membentuk kombinasi tersebut, baik berupa bintik (speckle), belang kecil, belang besar, strip sempit atau strip besar. Domba Garut dibedakan menjadi garut tipe tangkas dan garut tipe daging. Asal usul kedua tipe domba tersebut adalah sama. Warna hitam atau kombinasi warna lain dengan hitam adalah warna terbaik untuk tipe aduan dan kondisi warna demikian yang diharapkan oleh peternak domba tipe tangkas. Kombinasi warna baik pada domba Garut tipe tangkas maupun domba Garut tipe daging paling banyak terdiri atas dua warna, kemudian satu warna dan tiga warna. Domba Garut Tipe Tangkas Mulliadi (1996) menyatakan bahwa perbedaan yang paling umum antara domba Garut tipe tangkas dan tipe daging adalah dari segi pemeliharaan yang lebih intensif. Domba Garut tipe tangkas telah melalui seleksi lebih ketat dan dipelihara ke arah domba aduan. Domba tipe ini memerlukan ukuran dan bentuk tubuh yang besar untuk memperlihatkan ketegaran sebagai tipe tangkas, disamping keserasian tubuh serta sifat agresif yang merupakan hal utama. Bentuk tubuh domba tipe tangkas menyerupai singa dengan bagian dada besar dan pundak yang tinggi. Jantan Garut tipe tangkas mulai masuk arena tangkas di atas umur dua tahun. Sifat tangkas domba tersebut kemungkinan berasal dari domba Lokal. Menurut Riwantoro (2005) warna yang banyak dijumpai pada domba Garut tipe tangkas secara berturut-turut adalah hitam, putih dan coklat untuk jantan, sedangkan untuk betina adalah putih, hitam dan coklat. Domba Garut Tipe Daging Pemeliharaan domba garut daging tidak diarahkan ke arah sifat aduan. Domba tipe ini merupakan kelompok transisi yang berada antara domba Lokal dan domba Garut tipe tangkas, tetapi lebih mendekati Garut tipe tangkas. Domba tipe ini merupakan domba jantan afkir Garut Tangkas atau hasil perkawinan yang tidak terkontrol antara domba Lokal dengan domba Garut tipe tangkas (Mulliadi, 1996). Menurut Riwantoro (2005) warna yang banyak dijumpai pada domba Garut tipe daging secara berturut-turut adalah putih dan hitam untuk jantan, sedangkan untuk betina adalah putih, hitam dan coklat.
22
Gambar 4. Domba Garut Tangkas (Dinas Peternakan Garut, 2008a)
Gambar 5. Domba Garut Daging (Dinas Peternakan Garut, 2008b)
Gambar 6. Domba Kisar
23
Domba Kisar Salamena (2006a) manyatakan bahwa asal usul domba Kisar belum diketahui dengan pasti sejak keberadaannya di Pulau Kisar; Maluku. Domba Kisar diduga merupakan rumpun domba Ekor Gemuk yang telah beradaptasi lama di daerah setempat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa informasi tentang asal usul, karakteristik, status populasi dan keragaman domba Kisar belum diketahui dengan pasti. Penimbunan lemak pada ekor domba Kisar menunjukkan bahwa kemungkinan domba Kisar merupakan campuran antara domba Lokal yang berekor gemuk, sehingga disebut juga sebagai domba ekor sedang. Salamena (2006b) menjelaskan lebih lanjut bahwa domba Kisar memiliki kemampuan hidup di daerah kering. Pola warna bulu Domba Kisar didominasi oleh warna putih hitam (dominan putih), putih polos, hitam polos (dominan hitam), hitam polos, serta gabungan hitam, putih dan coklat. Warna muka hitam merupakan warna yang dominan, kemudian diikuti oleh campuran warna hitam putih (dominan hitam), dan putih hitam (dominan putih), sedangkan warna putih dan campuran hitam coklat (dominan hitam) memiliki proporsi yang sama (Salamena, 2006a). Sifat Kualitatif Damron (2006) menyatakan bahwa sifat kualitatif adalah sifat fenotip individu yang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok dan bukan ukuran numerik. Contoh sifat kualitatif ini adalah warna bulu dan kehadiran tanduk. Warwick et al. (1995) melaporkan bahwa kelompok yang termasuk sifat-sifat kualitatif meliputi warna, bentuk dan panjang telinga, panjang ekor dan pemunculan tanduk. Sifat-sifat ini mempunyai peranan penting bagi pemulia sebagai trade mark (cap dagang) sehingga dipertimbangkan dalam program pemuliaan. Pigmentasi Warna Bulu Warna pada mamalia disebabkan oleh melanin pada kulit dan rambut (Searle, 1968). Melanin disimpan pada organel seluler yang disebut melanosom, yang diproduksi di melanosit pada bagian sitoplasma. Zat ini juga disimpan di epidermis rambut akibat proses eksositosis (Sponenberg, 1997). Menurut Prota (1992) dan Jackson (1994) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), melanin merupakan polimer besar yang dibentuk oleh sejumlah besar tirosin dan sistein. Dijelaskan lebih lanjut oleh Sponenberg (1997) bahwa melanin meliputi
24
dua tipe yaitu eumelanin dan phaeomelanin. Noor (2004) menyatakan bahwa sumber semua warna rambut, bulu, kulit dan mata pada ternak adalah melanin. Dua macam melanin pada mamalia, yaitu melanin hitam (eumelanin) dan melanin merah (phaeomelanin). Menurut Jackson (1994) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), produksi melanin oleh melanosit tergantung pada kehadiran hormon melanosit simulating (α-MSH), yang merupakan hormon pituitari. Menurut Sponenberg (1997), eumelanin umumnya hitam atau coklat gelap dan paling lazim dibuat dari tirosin, sedangkan phaeomelanin umumnya coklat kemerahan atau coklat kekuningan yang dibuat dari sistein. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Warna Domba Ekspresi dari warna pada domba dipengaruhi tidak hanya oleh gen-gen yang secara langsung mengontrol distribusi dan aktivitas melanosit, tapi juga oleh kualitas tekstur dari lapisan bulu. Hal tersebut dinyatakan oleh Aliev dan Rachkovsky (1987) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997). Gen-gen yang mempengaruhi warna pada domba menurut Sponenberg (1997) adalah agouti, albino, Australian piebald, brown, extension, pigmented head, roan, ticking, sur bukhara/sur surkhandarya, dan spotting. Tabel 1 menyajikan lokus dan alel-alel yang mempengaruhi warna bulu domba. Sponenberg (1997) menjelaskan bahwa warna tipe liar pada domba harus dipertimbangkan sebagai tipe standar. Nenek moyang domba domestikasi belum dinyatakan secara pasti, walaupun Mouflon Asiatik, Urial dan Argali adalah keturunan yang paling mungkin. Domba liar umumnya berbadan tan (phaeomelanin) dengan perut pucat (dilusi phaeomelanin, dibandingkan putih tidak berpigmen). Daerah hitam (eumelanin) dtemukan sebagai garis belakang, dan pola belang pada kepala dan kaki. Beberapa dimorfisme seksual ditemukan, dengan jantan lebih gelap dari pada betina karena pola eumelaniknya lebih luas pada bagian kepala dan bahu. Warna tipe liar sangat jarang ditemukan pada domba domestikasi. Secara umum menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) lokus yang mempengaruhi pemunculan warna pada domba dibedakan menjadi tiga lokus, yaitu lokus agouti yang mengatur pola, lokus brown yang mengatur warna, dan lokus spotting yang memberikan bintik. Lokus agouti terdiri atas agouti white (AWt), agouti grey Mouflon (Agt), agouti grey (Ag), agouti badgerface (Ab), agouti reverse
25
badgerface (At), dan non-agouti (Aa). Lokus brown terdiri atas hitam (dominan) yang disimbolkan BB dan coklat (resesif) yang disimbolkan Bb. Lokus spotting terdiri atas polos atau non spot (dominan) yang disimbolkan (SS) dan bintik atau spot (resesif) yang disimbolkan (Ss). Shaltz Farm (2005) menyatakan bahwa beberapa gen warna yang memberikan efek pada warna domba adalah lokus dilution (DD dan Dd), lokus extension (Ed dan E+) dan lokus C yang menyebabkan albino atau tidak ditemukan pigmen pada domba, tetapi albino jarang ditemukan pada domba. Aliev dan Rachcovsky (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) menyatakan bahwa kehadiran alel Persian PhP pada lokus pigmented head memberikan pigmentasi pada warna kepala, tetapi memutihkan tubuh. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Lokus Agouti Menurut Ryder (1984) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), warna pada domba terutama dipengaruhi lokus agouti. Sponenberg (1997) menyatakan bahwa lokus ini memiliki beberapa macam alel, yang menentukan warna pada domba. Variasi pada lokus agouti tersebar luas di antara bangsa-bangsa domba. Ekspresi dominan pada alel-alel pengontrol warna bulu dikendalikan oleh sifat phaeomelanin, sedangkan resesif dikendalikan oleh sifat eumelanin. Dijelaskan oleh Sponenberg (1997), alel-alel yang digolongkan ke dalam lokus agouti meliputi white atau tan (AWt), wild (A+), badgerface (Ab), blue atau light blue (Abl atau Albl), grey atau light badgerface (Ag atau Alb), lateral stripes (Als), swiss marked (As), pale cheek atau eye ring dan eyepatch (Apc dan Aep), grey (Ag), sooty, grey dan tan (Agt), dan non-agouti (Aa). Pola Warna Agouti White atau Tan (AWt) Menurut Sponenberg (1997), alel-alel yang paling dominan pada lokus agouti adalah putih atau tan (AWt). Alel AWt adalah penyebab fenotip putih pada bangsa domba yang ditemukan terbanyak dalam populasi. Alel AWt adalah dominan lengkap untuk warna wool dan rambut. Dalam keadaan heterozigot gen Aa dapat meningkatkan pigmen pada kuku dan kulit. Alel AWt mempunyai efek pleiotropik. Menurut Noor (2004) pleiotropik adalah gen yang mempengaruhi dua atau lebih sifat. Searle (1968) menyatakan bahwa domba betina dengan alel AWt rata-rata
26
kurang subur dibandingkan dengan domba yang tanpa alel AWt. Gambar 7 menyajikan gambar domba agouti white (tan). Pola Warna Agouti Tipe Wild (A+) Menurut Sponenberg (1997), warna tipe wild atau liar pada domba dipertimbangkan sebagai tipe standar. Dijelaskan lebih lanjut bahwa domba liar umumnya berbadan tan (phaeomelanin) dengan perut pucat (dilusi phaeomelanin). Daerah hitam (eumelanin) ditemukan sebagai garis belakang, dan pola belang pada kepala dan kaki. Dimorfisme seksual pada warna ditemukan. Jantan lebih gelap dari pada betina dengan pola eumelanik jantan lebih luas pada bagian kepala dan bahu. Jantan dewasa memiliki warna eumelanik lebih gelap dibandingkan dengan jantan muda. Gambar 8 menyajikan gambar domba agouti wild. Pola Warna Agouti Badgerface (Ab) Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), alel badgerface menyebabkan fenotip yang mirip dengan wild dengan area eumelanik yang lebih luas. Bagian tubuh phaeomelanik yang diikuti dengan area eumelanik pada perut, seluruh kaki bagian bawah, bagian dalam kaki sampai sisi bagian bawah ekor, garis menurun pada punggung, pada bahu bagian atas dan tengah sampai bagian bawah leher, menutupi rahang bagian bawah dan telinga bagian dalam. Gambar 9 menyajikan gambar domba agouti badgerface dari bangsa Barbados Blackbelly. Pola Warna Agouti Light Badgerface (Alb) Menurut Sponenberg (1997), domba dengan pola warna light badgerface memberikan ekspresi penyebaran warna dan hitam yang lebih pucat dibandingkan dengan badgerface. Warna hitam yang tampil pada domba lebih menyerupai abu-abu dibandingkan dengan hitam. Gambar 10 menyajikan gambar domba agouti light badgerface. Pola Warna Agouti Blue (Abl) dan Light Blue (Albl) Menurut Hoogschagen et al. (1978) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), dua pola agouti ini sangat mirip dengan badgerface tapi lebih gelap dengan tubuh lebih abu-abu. Gambar 11 menyajikan gambar domba agouti blue pada domba Texel. Tabel 1. Lokus dan Alel-alel yang Mempengaruhi Warna Bulu
27
Lokus
Simbol
Alel-alel
Simbol
Agouti
A
white (tan) wild grey & tan light grey light bedgerface badgerface light blue blue grey Gotland grey black & tan (reverse badgerface) swiss marked lateral stripes pale cheek/eyering eyepatch sooty non-Agouti
Awt A+ Agt Alg Alb Ab Albl Abl Ag Agg At
Albino
Autralian piebald
C
AsP
Brown
B
Extension
E
Pigmen kepala
Ph
Roan
Rn
Spotting
S
Sur bukhara
SuB
Sur surkhandarya
SuS
Ticking
Ti
wild albino albino marrabel wild Piebald wild brown dominant black wild Afghan letal Turkish Persian letal roan wild wild spotted bizet spotting wild Sur bukhara wild Sur surkhandarya ticked wild
As Als Apc Aep Aa C+ Ca Cmar AsP+ AsPP B+ Bb ED E+ Phafl PhT PhP RnRn Rn+ S+ Ss Sb SuB+ SuBB SuS+ SuSS TiTi Ti+
Sumber : Sponenberg (1997)
28
Gambar 7. Domba Agouti White (Tan) (Purebred Icelandic Sheep in Virginia’s Heartland, 2008a)
Gambar 8. Domba Agouti Wild (Portrait gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms, 2008a)
Gambar 9. Domba Agouti Badgerface (Barbados Blackbelly Sheep) (Wikipedia, 2008b)
29
Gambar 10. Domba Agouti Light Badgerface (Katmoget Genetics, 2005)
Gambar 11. Domba Agouti Blue (Blue Texel Sheep) (BBC Cumbria, 2008)
Gambar 12. Domba Agouti Reverse Badgerface (Portrait Gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms, 2008b)
30
Pola Warna Agouti Black dan Tan atau Reverse Badgerface (At) Menurut Brooker and Dolling (1969) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola warna agouti black dan tan berlawanan dengan pola badgerface yang juga disebut mouflon karena perut yang pucat mengingatkan agouti pada domba liar. Gambar 12 menyajikan gambar domba agouti reverse badgerface. Pola Warna Agouti Lateral Stripes (Als) Menurut Lundie (1984) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola warna lateral stripes lebih gelap dari pola black dan tan. Dijelaskan pula bahwa pola ini terdiri atas pita pucat pada batas perut dan tubuh (berwarna hitam), skrotum dan telinga bagian dalam yang pucat, tapi telinga luar gelap. Kumis berwarna pucat yang melebar ke batas tengah mata, ke atas menutupi hidung. Warna dagu bervariasi dari gelap ke terang. Gambar 13 menyajikan gambar domba agouti lateral stripes. Pola Warna Agouti Swiss Marked (As) Menurut Lundie (1984) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), domba dengan pola warna agouti swiss marked memiliki area coklat yang lebih luas dari pada agouti lateral stripes. Menurut Sponenberg (1997) area pucat ditemukan pada moncong, garis di atas mata, di rahang dan kaki bagian bawah dengan garis gelap ke bawah pada setiap kaki. Pola Warna Agouti Pale Cheek atau Eyering dan Eyepatch (Apc dan Aep) Menurut Lundie (1984) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola eyepatch memiliki kelopak mata yang terdiri atas area phaeomelanik di seputar mata yang menutup pipi. Pipi yang berwarna merah lebih terang dan lebih luas. Gambar 14 menyajikan gambar domba eyepatch. Pola Warna Agouti Grey (Ag) Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola grey terdiri atas putih pada lapisan bawah (serat kedua) dan hitam pada lapisan atas (serat utama) pada keseluruhan tubuh. Keadaan homozigot lebih pucat daripada heterozigot yang mengandung Aa. Gamet yang mengandung Ag sulit melakukan fertilisasi. Gambar 15 menyajikan gambar domba agouti grey.
31
Gambar 13. Domba Agouti Lateral Stripes (Portrait gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms, 2008c)
Gambar 14. Domba Agouti Eyepatch (Twin Spring Farm, 2008)
Gambar 15. Domba Agouti Grey (Hawks Mountain Ranch, 2007)
32
Pola Warna Gotland Grey (Agg) Menurut Adalsteinsson et al. (1978) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola gotland grey lebih gelap dari pola grey. Agouti dieliminir pada seleksi jangka panjang sehingga membatasi bayangan gelap dari warna abu-abu pada domba ini. Pada warna ini merupakan ciri khas warna dari domba bangsa Gotland. Gambar 16 menyajikan gambar domba agouti gotland grey pada domba Gotland. Pola Warna Agouti Sooty Menurut Lauvergne dan Adalsteinsson (1976) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), sooty adalah pola lain yang merupakan percampuran dari pola bulu eumelanik dan phaeomelanik. Pola ini agak mirip dengan pola grey tetapi lebih gelap dari keseluruhan eumelanik lokus agouti. Gambar 17 menyajikan gambar domba agouti sooty. Pola Warna Grey dan Tan (Agt) Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pola tan merupakan pola grey yang dikombinasi dengan pola black dan tan. Area eumelanik dari pola black dan tan adalah abu-abu yang lebih pucat. Hal ini sangat mirip dengan pola tipe wild yang lebih pucat. Gambar 18 menyajikan gambar domba agouti grey dan tan. Pola Warna Non-Agouti (Aa) Menurut Adalsteinsson et al. (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), alel non-agouti Aa adalah resesif lengkap, dengan fenotip eumelanik lengkap. Pada domba dari bangsa terbanyak menghasilkan domba hitam dominan lengkap pada lahir. Warna akhir tergantung pada modifier pada lokus-lokus bebas. Gambar 19 menyajikan domba dengan pola warna non-agouti. Lokus Extension Alel-alel lokus extension cenderung mempengaruhi warna seluruh hewan, oleh karena lokus ini tidak memproduksi pola-pola seperti ciri khas alel-alel agouti, dengan keadaan saling mempengaruhi di antara dua tipe pigmen. Lokus extension bertanggung jawab untuk eumelanik secara lengkap atau fenotip phaeomelanik secara lengkap, dengan pengecualian pada beberapa spesies lain (Searle, 1968).
33
Menurut COGNOSAG (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) lokus extension mempunyai interaksi penting dengan lokus agouti dalam menentukan warna domba. Alel tipe wild pada lokus extension memberikan ekspresi lokus agouti. Hal ini dikarenakan alel extension paling umum pada kebanyakan bangsa domba Eropa, yang memisahkan sejumlah lokus agouti untuk sejumlah besar variasi warna. Alel dominan pada lokus extension biasanya disebut hitam dominan dan disimbolkan ED. Alel ini menyebabkan lapisan eumelanik secara seragam yang pada kebanyakan bangsa domba adalah hitam. Kemiripan fenotip dihasilkan dari ED pada lokus extension dan Aa pada lokus agouti.
Gambar 16. Domba Agouti Gotland Grey (Gotland Sheep) (Pure Ambience, 2008)
Gambar 17. Domba Agouti Sooty (Featherbed in Dublin Mountain Sheep Flickr, 2008)
34
Gambar 18. Domba Agouti Grey dan Tan (Navajo-Churro Sheep, 2005)
Gambar 19. Domba Non-Agouti (Tongue River Farm, 2002) Lokus Albino Lokus albino pada domba dinyatakan dalam beberapa alel resesif. Menurut Adalsteinsson (1977) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), gen albino (Ca) secara sempurna menghambat pembentukan phaeomelanin dan eumelanin pada wool, rambut, mata dan kulit. Menurut Rowlett dan Fleet (1993) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) alel albino marrabel (Cmar) terdapat pada domba Suffolk di Australia. Alel ini memberikan beberapa pigmen tan atau kurang terang pada kuku dan pada rambut kaki, beberapa pigmen pada tepi pupil dan iris. Lokus Brown Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), lokus brown adalah sumber utama dari warna coklat pada domba. Eumelanin coklat pada domba adalah hasil dari aksi gen resesif Bb pada lokus brown. Moorit adalah sebuah sebutan untuk merah seperti moor, dan itu sangat populer digunakan di
35
seluruh Atlantik Utara untuk menggambarkan bulu domba yang disebabkan oleh gen Bb. Sponenberg (1997) menambahkan bahwa domba Moorit berubah dari coklat kehitaman ke warna yang sangat pucat dan sebagian berwarna kemerah-merahan. Istilah Moorit digunakan untuk eumelanik coklat, dan untuk menghindari kebingungan dengan phaeomelanik coklat merah pada beberapa domba (anak domba Karakul dan domba hairy). Gambar 20 menyajikan domba dengan pola warna Moorit. Lokus Sur Sponenberg (1997) menyatakan bahwa variasi sur sering terjadi pada seluruh bagian warna dasar dan segmen puncak pucat pada serat lapisan. Segmen-segmen terminal pucat ini adalah berwarna putih dan kuning. Sur dipengaruhi gen tunggal, walaupun kemungkinan pengaruh modifikasi poligenik dari warna dasar juga berperanan. Variasi tersebut muncul untuk memodifikasi semua warna dasar, walaupun fenotip ED menghilangkan modifikasi ini. Dua tipe dari sur adalah tipe Surkhandarya dan tipe Bokhara. Semua ini menghasilkan fenotip yang sama. Dua tipe asal pada galur berbeda ditemukan pada domba Karakul. Dua tipe yang ditetapkan oleh COGNOSAG (1993) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) adalah Sur Surkhandarya dan Sur Bukhara (SuSs/SuBs). Gambar 21 menyajikan domba dengan pola warna sur. Lokus Australian Piebald Menurut Broker dan Dolling (1969) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), Australian piebald memodifikasi pigmentasi. Gen Australian piebald (AsPP) merupakan sumber dari domba berbulu bintik hitam non simetris pada domba berbulu putih. Australian piebald sebenarnya adalah sumber dari warna bintik hitam, namun bila bersama dengan lokus agouti dapat memodifikasi bintik hitam untuk diisolasi dalam bentuk bintik hitam pada daerah tubuh yang diharapkan menjadi phaeomelanik. Jelas bahwa beberapa pola seperti pola hitam dan tan, menjadi latar belakang yang sulit untuk mendeteksi efek ini karena warna hitam yang lebih berpengaruh. Australian piebald berperanan secara somatik dengan alel agouti dengan hierarki yang lebih tinggi dari alel Aa. Fenotip Australian piebald ditemukan pada domba Merino dari Australia. Gambar 22 menyajikan domba dengan pola warna Australian piebald pada domba Merino.
36
Gambar 20. Domba Pola Warna Moorit (Purebred Icelandic Sheep in Virginia’s Heartland, 2008b)
Gambar 21. Domba Pola Warna Sur (Judging Karakul Sheep, 2003)
Gambar 22. Domba Pola Warna Australian Piebald (Sheep CRC I, 2007)
37
Lokus Spotting Sponenberg (1997) menyatakan bahwa lokus spotting penting dalam menentukan pigmentasi kulit pada domba wool putih. Standar pigmentasi kulit yang memiliki belang merupakan standar dari bangsa domba tertentu. Domba berwarna yang berasal dari bangsa domba putih kadang memiliki pigmentasi kulit. Menurut Roberts (1926); Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), bintik yang disebabkan alel spotted (SS) pada lokus spotting relatif umum ditemukan pada domba. Belang putih biasanya ditemukan pada anggota badan dan kepala dan sisi simetris hewan. Interaksi dari spotted dengan AWt adalah sangat penting, karena interaksi ini berakibat pada perluasan belang putih tapi yang menurunkan ekspresi dari phaeomelanin. Luas bintik tergantung pada alel spotted dan ditemukan bervariasi antarhewan. Navajo-Churro Sheep Association (2008) menyatakan bahwa area putih polos muncul secara acak pada tubuh yang berwarna hitam, abu-abu atau coklat. Pinto adalah istilah untuk area bintik yang luas, piebald adalah area bintik yang seukuran dengan buah anggur dan pims adalah bintik-bintik kecil yang banyak. Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) menyatakan bahwa SS/_ memberikan ekspresi polos, sedangkan Ss/Ss memberikan ekspresi belang pada tubuh domba. Scapillato (1999) bahwa pemunculan warna hitam-putih pada tubuh domba mengindikasikan bahwa domba tersebut memiliki kedua gen resesif pada lokus spotting sehingga menimbulkan warna tubuh belang seperti sapi Holstein. Menurut Lauvergne (1975) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), satu alel yang spesifik yaitu bizet spotting (Sb), telah diusulkan sebagai asal dari minor penanda putih pada kepala dan kaki domba dan sebagai alel yang terpisah dari spotted. Alel bizet spotting bersifat dominan tidak lengkap untuk tipe wild. Lokus Pigmented Head Kebanyakan pola bintik ini ditemukan pada bangsa domba Asiatik dan domba liar. Pada lokus pigmentasi kepala terdapat beberapa alel yang penting, salah satunya adalah Afghan lethal (Phafl). Alel ini merupakan alel dominan yang dalam keadaan homozigot menunjukkan ekspresi warna putih dan mati segera setelah diberanakkan (Sponenberg, 1997). Menurut Lauvergne (1976) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), alel kedua yang dominan pada lokus pigmentasi kepala adalah Turkish (PhT). Sponenberg
38
(1997) menyatakan bahwa alel ini dulu disebut bintik Akaraman. Dalam keadaan homozigot mempigmentasi hidung, kornea mata dan ujung kaki. Dalam keadaan heterozigot menghasilkan efek yang sama dengan pigmentasi lebih luas. Alel Turkish telah digunakan sebagai mekanisme untuk menghasilkan bulu putih pada beberapa bangsa Asia. Menurut Aliev dan Rachcovsky (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), gen Persian (PhP) pada lokus pigmentasi kepala menghasilkan pigmentasi kepala tetapi memutihkan tubuh. Alel Persian bertanggung jawab terhadap pola warna dari domba Persian dan Somalia Blackheaded seperti juga bangsa Dorper. Pada bangsa-bangsa ini pigmentasi gelap biasanya dihubungkan dengan ED dimana bintik putih ditutupi. Gambar 23 menyajikan domba dengan pola warna pigmented head
dari
bangsa Blackheaded
Persian.
Notter
dan
Sponenberg
(2005)
menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Lokus Roan Menurut Vasin (1928) dan Nel (1964) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), tipe lain dari bintik putih adalah pola roan yang berkaitan dengan alel lethal roan (RnRn). Alel ini menyebabkan intermixture bulu putih ke dalam bulu tanpa memperhatikan warna latar belakang. Dalam keadaan heterozigot bulu hitam bercampur dengan putih. Sifat lethal pada homozigot spesifik berhubungan sifat warna putih. Roan pada fenotip gelap menghasilkan warna abu-abu dan menyebabkan percampuran antara bulu hitam dan putih. Roan dihubungkan dengan alel pigmentasi kepala. Gambar 24 menyajikan domba dengan pola warna roan. Lokus Ticking Menurut Adalsteinsson (1970) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997), pigmen bintik-bintik kecil ditemukan pada bulu. Pada beberapa domba memiliki pola yang terbalik dengan alel spotted. Pola ini disebut ticking dan bintik-bintik kecil ini tidak muncul pada saat kelahiran. Pada bangsa-bangsa tertentu bintik-bintik ini diseleksi seperti domba Jacob. Bintik-bintik gelap ini dinamai freckles. Mekanisme pembentukan tick membiarkan melanosit mewarnai suatu daerah yang secara
39
embriologi belum dapat dijelaskan. Gambar 25 menyajikan domba dengan pola warna pigmented head dari bangsa Jacob.
Gambar 23. Domba Pola Warna Pigmented Head (Blackheaded Persian Sheep) (Wikipedia, 2008c)
Gambar 24. Domba Pola Warna Roan (Smokey Valley Kennels, 1998)
Gambar 25. Domba Pola Warna Ticking (Jacob Sheep) (Jacob Sheep in the Show Ring Information for Judges, 2006) METODE
40
Lokasi dan Waktu Penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) tahun 2004-2007. Pemasokan data penelitian dilakukan selama satu bulan dari Desember 2007 sampai dengan Januari 2008. Pengolahan data dilakukan selama satu bulan yang dilakukan dari Januari 2008 sampai dengan Februari 2008. Penulisan skripsi dilakukan dari Maret 2008 sampai dengan April 2008. Materi Materi yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sekunder berupa warna bulu pada domba lokal hasil penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) tahun 20042007. Sampel domba lokal berasal dari beberapa daerah di Indonesia, yaitu 86 ekor domba Ekor Gemuk dari Madura yang meliputi 28 jantan dan 58 betina; 185 ekor domba Ekor Tipis dari Jonggol yang meliputi 117 jantan dan 68 betina; 231 ekor domba Kisar dari Maluku Tenggara yang meliputi 99 jantan dan 132 betina; dan 285 ekor domba Garut dari Garut, Margawati, Sukawening, dan Wanaraja yang meliputi 121 jantan dan 164 betina. Keseluruhan domba yang diamati berjumlah 787 ekor. Rancangan Pemasokan Data Sekunder ke Komputer Data sekunder yang diamati berupa tabel distribusi warna bulu pada masingmasing jenis domba, yaitu domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut. Data dipasok ke komputer berdasarkan warna dasar bulu yang meliputi putih, coklat, hitam, putih-hitam, putih-coklat, hitam-coklat dan putih-hitam-coklat. Penentuan Genotipik Lokus dan alel-alel yang mempengaruhi warna bulu domba menurut Wendelboe (2005), Lisa (2007) dan Notter dan Sponenberg (2005) dijadikan sebagai acuan penentu genotipik domba yang diamati. Penentuan genotipik domba dilakukan pada setiap domba yang diamati. Pada setiap bagan acuan fenotipik dicantumkan kolom khusus untuk penentuan genotipik. Selanjutnya dinyatakan sebagai bagan acuan genotipik. Penentuan bagan acuan berdasarkan genotip diurut berdasarkan hierarki. Hal tersebut dilakukan pada setiap lokus, yaitu lokus penentu pola warna (pattern), warna
41
bulu (colour) dan bintik (spotting) serta penentu warna kepala (pigmented head). Bagan setiap individu dicocokkan dengan bagan acuan, baik dengan bagan acuan fenotipik maupun bagan acuan genotipik. Gambar 26 menyajikan bagan acuan genotipik yang digunakan pada pengamatan ini. Penentuan genotipik individu pada masing-masing jenis domba dapat dilakukan, tetapi penentuan frekuensi gen tidak dapat dilakukan. Hal tersebut terjadi karena jenis domba yang diamati bukan merupakan bangsa murni, disamping juga informasi silsilah dari jenis domba yang diamati tidak tersedia. Penentuan genotipik untuk ekspresi dominan yang meliputi paling sedikit dua macam genotip yaitu homozigot dominan dan heterozigot; tidak dapat dilakukan. Gambar 26 menyajikan diagram alir penentuan genotipik warna bulu domba. Penentuan Fenotipik Berdasarkan urutan pemasokan data yang dikelompokkan, dibuat bagan fenotipik warna bulu pada masing-masing individu domba yang diamati. Bagan tersebut menentukan gambaran domba yang tampak pada samping kanan, samping kiri, depan dan belakang. Pada setiap lembar bagan dicantumkan identitas individu dan berikut perkiraan genotipiknya. Bagan berdasarkan literatur untuk selanjutnya disebut bagan acuan fenotipik, dibuat untuk masing-masing sifat yang dikendalikan oleh gen pola (pattern), gen warna (colour) dan gen bintik (spotting) menurut Wendelboe (2005), Lisa (2007) dan Notter dan Sponenberg (2005). Gambar 27 menyajikan bagan acuan fenotipik yang digunakan pada pengamatan ini. Bagan setiap individu dicocokkan dengan bagan acuan. Perbandingan antara bagan individu dengan bagan acuan ditentukan pada pengelompokan berdasarkan fenotipik. Pengelompokan warna bulu berdasarkan fenotipik dibedakan menjadi putih polos, putih belang, coklat polos, coklat belang, hitam polos, hitam belang, putih-hitam polos, putih-hitam belang, putih-coklat polos, putih-coklat belang, hitam-coklat polos, hitam-coklat belang, putih-hitam-coklat polos, dan putih-hitam-coklat belang. Masing-masing kelompok fenotipik disertai dengan warna kepala. Hal tersebut disajikan masing-masing pada tabel yang berbeda yang meliputi 14 tabel. Tabel pengelompokan warna bulu berdasarkan fenotipik yang meliputi 14 buah, dirangkum menjadi satu tabel. Tabel rangkuman tersebut dijadikan acuan
42
untuk penentuan frekuensi fenotipik warna bulu. Gambar 27 menyajikan diagram alir penentuan fenotipik dan pembuatan dendogram. Frekuensi fenotipik dalam penjumlahan dihitung berdasarkan banyaknya atau jumlah individu-individu domba yang mengekspresikan suatu sifat tertentu dibagi dengan total individu-individu pada jenis domba yang diamati. Frekuensi Fenotipik. Frekuensi fenotipik setiap warna bulu yang diamati pada setiap jenis domba dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : Frekuensi Macam Fenotipik no-i
Jumlah Individu Domba dengan Fenotip no-i =
Total Jumlah Individu Domba pada Jenis Domba
(i=1,2,…50)
Jarak Fenotipik antara Jenis Domba. Jarak fenotipik antara jenis domba dihitung berdasarkan pendekatan rumus jarak fenotipik melalui analisis gerombol berhierarki yang disarankan oleh Gaspersz (1992) : d(i,j) = 1 - rij2 Keterangan : d(i,j) = jarak fenotipik jenis domba ke-i dengan jenis domba ke-j ; untuk i,j = 1, 2,... rij
= koefisien korelasi sederhana antara jenis domba ke-i dengan jenis domba ke-j
rij
=
n
= jumlah domba yang diamati
yi
= frekuensi fenotipik dari jenis domba ke-i
yj
= frekuensi fenotipik dari jenis domba ke-j
{nΣyi
nΣyiyj − (Σyi )(Σyj ) 2
}{
− (Σyi ) nΣyj 2 − (Σyj ) 2
2
}
Diagram Pohon Jarak Fenotipik antara Jenis Domba.
Diagram pohon
keterkaitan jarak fenotipik antara jenis domba dibuat dengan menggunakan metode yang disarankan oleh Gaspersz (1992). Aplikasi komputer MEGA 3 digunakan untuk membantu pembuatan diagram pohon tersebut.
43
Warna Kepala
Warna Tubuh
Pattern
• • • • • •
AWt Agt Ag Ab At Aa
Colour
Spotting
Pigmented Head
• BB • Bb
• SS • Ss
• PhP • Ph+
Gambar 26. Bagan Acuan Penentuan Genotipik Domba
Lokus : Alel
:
Simbol :
44
Jenis Domba : No. Urut
:
Gambar 27. Bagan Acuan Fenotipik
45
Data Sekunder
DEG
DET
♂
1
..
1
♂
♀
7
1
…
Penentuan Genotipik
DK
..
7
7
1
..
1
♀
7
1
…
..
DG
♂
7
7
1
..
1
Penentuan Genotipik
♀
7
1
…
Penentuan Genotipik
♂
..
7
7
1
..
1
♀
7
1
..
7
7
…
Penentuan Genotipik
Keterangan : DEG=Domba Ekor Gemuk; DET=Domba Ekor Tipis; DK=Domba Kisar; DG= Domba Garut; 1=Putih, 2=Coklat, 3= Hitam, 4=Putih- Hitam, 5=Putih-Coklat, 6=Hitam-Coklat, 7=Putih-Hitam-Coklat; Gambar 28. Diagram Alir Penentuan Genotipik Warna Bulu Domba
46
Data Sekunder
DEG
DET
♂
1
..
♀
7
..
1
♂
7
1
..
Penentuan Fenotipik 1
…
1
..
♂
7
1
..
1
…
Frekuensi Fenotipik
♀
7
1
..
♂
7
1
..
Penentuan Fenotipik
Penentuan Fenotipik 50
Frekuensi Fenotipik
♀
7
DG
DK
50
1
…
Frekuensi Fenotipik
♀
7
1
7
..
Penentuan Fenotipik 50
1
…
50
Frekuensi Fenotipik
Dendogram Berdasarkan Analisis Gerombol Berhierarki
Keterangan : 1-50=Macam Fenotipik pada lampiran
Gambar 29. Diagram Alir Penentuan Fenotipik dan Pembuatan Dendogram
47
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Fenotipik dan Genotipik Domba yang Diamati Pengelompokan fenotipik berdasarkan warna bulu individu-individu domba yang diamati dilakukan berdasarkan warna bulu putih polos, putih belang, coklat polos, coklat belang, hitam polos, hitam belang, putih-hitam polos, putih-hitam belang, putih-coklat polos, putih-coklat belang, hitam-coklat polos, hitam-coklat belang, putih-hitam-coklat polos dan putih-hitam-coklat belang. Berdasarkan pengelompokan bulu tersebut diperoleh Tabel 2 sampai dengan Tabel 23. Pada tabeltabel tersebut jantan tidak dibedakan dengan betina karena sifat warna bulu yang diamati adalah otosomal atau gen penentu warna bulu tersebut terletak pada kromosom tubuh. Hal tersebut dinyatakan berdasarkan pernyataan Sponenberg (1997) bahwa melanin yakni pigmen yang berperan dalam pemunculan warna pada mamalia disimpan pada organel seluler yang disebut melanosom, yang diproduksi di melanosit pada bagian sitoplasma. Tabel 2. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No. 1 2 3 4 5 6
Macam Fenotipik Tubuh Putih Polos Kepala Putih Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Coklat
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut -------------------(ekor)------------------86 39 3 49 0 2 15 1 0 9 45 22 0
14
0
2
0
0
1
1
0
4
0
3
Tabel 2 menyajikan fenotip tubuh bulu putih polos yang mendominasi kelompok domba Ekor Gemuk. Fenotip tubuh bulu putih polos kepala hitam terbanyak ditemukan pada kelompok domba Kisar, demikian juga untuk fenotip tubuh putih polos kepala putih-hitam. Warna putih polos kepala putih-coklat dan putih polos kepala putih-hitam-coklat ditemukan terbanyak pada domba Ekor Tipis, tetapi tidak ditemukan pada domba Ekor Gemuk dan domba Kisar. Penentuan
48
genotipik kelompok warna bulu putih polos berdasarkan macam fenotipik disajikan pada Tabel 3. Fenotip tubuh putih polos kepala putih menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip AWt/_, _ /_, _ /_, _/_. Dinyatakan demikian karena gen AWt adalah gen otosomal yang paling dominan (dominan lengkap) pada lokus agouti yang memberikan ekspresi putih polos. Ekspresi putih polos ini dikarenakan gen AWt menghambat pembentukan melanin. Kehadiran AWt menghambat pembentukan warna pada tubuh domba. Tubuh putih polos kepala hitam dan tubuh putih polos kepala putih-hitam disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/PhP dan Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+. Tubuh putih polos kepala putihcoklat disimbolkan dengan AaAa, Bb/Bb, SS/_, PhP/Ph+. Tubuh putih polos kepala hitam-coklat dan tubuh putih polos kepala putih-hitam-coklat disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP dan Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+. Penentuan genotipik ini didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007). Dijelaskan lebih dalam bahwa pada lokus agouti AWt (dominan lengkap) memberikan ekspresi pola warna putih, sedangkan Aa (resesif lengkap) memberikan ekspresi pola warna hitam. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna
hitam,
sedangkan
Bb
memberikan
ekspresi
warna
coklat.
BB/_
mengekspresikan warna hitam, sedangkan Bb/Bb mengekspresikan warna coklat. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) tidak ada faktor tunggal untuk coklat, tetapi kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Pada lokus spotting, dengan hierarki SS>Ss, SS memberikan ekspresi polos atau tidak terdapat belang pada domba, sedangkan Ss memberikan ekspresi belang. Menurut Scapillato (1999), pemunculan warna hitam-putih pada tubuh domba mengindikasikan bahwa domba tersebut memiliki kedua gen resesif pada lokus spotting sehingga menimbulkan warna tubuh belang seperti sapi Holstein. Aliev dan Rachcovsky (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) menyatakan bahwa kehadiran alel Persian PhP pada lokus pigmented head memberikan pigmentasi pada warna kepala, tetapi memutihkan tubuh. Dijelaskan lebih lanjut oleh Notter dan Sponenberg (2005) bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+.
49
Gambar 30. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih (Domba Ekor Tipis Jonggol) Tabel 3. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Putih Polos Kepala Putih
AWt/_, _ /_, _ /_, _/_
2
Tubuh Putih Polos Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/PhP
3
Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+
4
Tubuh Putih Polos Kepala Putih Coklat
AaAa, Bb/Bb, SS/_, PhP/Ph+
5
Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
6
Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+
Fenotip tubuh putih belang kepala putih tidak ditemukan, kecuali pada domba Garut. Hal tersebut disajikan pada Tabel 4. Fenotip tubuh putih belang kepala hitam tidak ditemukan pada domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis. Tubuh putih belang kepala putih-hitam ditemukan pada setiap jenis domba yang diamati, kecuali domba Ekor Gemuk. Tubuh putih belang kepala putih-hitam-coklat hanya ditemukan di domba Ekor Tipis. Fenotipik warna bulu putih polos dengan kombinasi banyak menyebar di domba Ekor Tipis. Pada domba Ekor Gemuk tidak ditemukan pola warna selain tubuh putih polos kepala putih atau warna tubuh putih polos dengan berbagai kombinasi warna kepala dan belang tidak ditemukan pada domba Ekor
50
Gemuk. Penentuan genotipik kelompok warna bulu putih belang berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 5. Tabel 4. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No. 1 2 3 4
Macam Fenotipik Tubuh Putih Belang Kepala Putih Tubuh Putih Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Coklat
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut -------------------(ekor)------------------0 0 0 3 0 0 3 2 0 1 3 3 0
1
0
0
Tabel 5. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Putih Belang Kepala Putih
Aa/ Aa, _ /_, Ss/Ss, _/_
2
Tubuh Putih Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/PhP
3
Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+
4
Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Fenotip tubuh putih belang kepala putih disimbolkan dengan Aa/Aa,
_/_,
Ss/Ss, _/_. Fenotip tubuh putih belang kepala hitam dan tubuh putih belang kepala putih-hitam disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss dan PhP/PhP, Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+, sedangkan tubuh putih belang kepala putih-hitam-coklat disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) tidak ada faktor tunggal untuk coklat, tetapi kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan
51
memberikan fenotip yang berbeda. Bila hal tersebut dihubungkan dengan lokus lain yang mengatur warna yang dapat dinyatakan bahwa yang mempengaruhi warna kepala adalah lokus pigmented head yang menyebabkan warna kepala yang bervariasi. Pada lokus spotting, Ss/Ss, memberikan ekspresi belang pada tubuh domba, kehadiran Ss/Ss adalah resesif. Dijelaskan lebih lanjut oleh Scapillato (1999) bahwa pemunculan warna hitam-putih pada tubuh domba mengindikasikan bahwa domba tersebut memiliki kedua gen resesif pada lokus spotting sehingga menimbulkan warna tubuh belang seperti sapi Holstein. Aliev dan Rachcovsky (1986) yang dilaporkan oleh Sponenberg (1997) menyatakan bahwa kehadiran alel Persian PhP pada lokus pigmented head memberikan pigmentasi pada warna kepala, tetapi memutihkan tubuh. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Berdasarkan Tabel 6, ditemukan ciri khusus domba Garut yaitu fenotip tubuh coklat polos kepala hitam-coklat, karena tidak ditemukan pada kelompok jenis domba lain yang diamati. Penentuan genotipik kelompok warna bulu coklat polos berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 7. Fenotip tubuh coklat polos kepala hitam dan tubuh coklat polos kepala hitamcoklat disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP karena kehadiran warna coklat dan hitam yang sama pada kedua fenotip tersebut, sedangkan tubuh coklat polos kepala putih-coklat disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, Bb/Bb, SS/_, PhP/Ph+. Menurut Sponenberg (1997) dan Wendelboe (2005) Aa adalah simbol untuk non-agouti yang merupakan alel yang paling resesif pada lokus agouti. Sponenberg (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kehadiran Aa/Aa pada lokus agouti memberikan ekspresi warna hitam atau coklat pada keseluruhan tubuh domba sejak lahir. Warna akhir tergantung pada modifier pada lokus-lokus bebas. Hal tersebut menjadi alasan mengapa pada tubuh domba yang coklat terdapat warna hitam atau putih pada bagian kepala. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam, sedangkan Bb/Bb mengekspresikan warna coklat. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut
52
Searle (1968) tidak ada faktor tunggal untuk coklat, tetapi kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Pada lokus spotting, dengan hierarki SS>Ss, SS memberikan ekspresi polos atau tidak terdapat belang pada domba, sedangkan Ss memberikan ekspresi belang. Seperti pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok warna coklat polos dengan kombinasi warna kepala mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang memberikan pigmentasi pada warna kepala. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Tabel 6. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Coklat Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No. 1 2 3
Macam Fenotipik Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Coklat Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Coklat
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut -------------------(ekor)------------------0 1 1 0 0 1 0 1 0
0
0
1
Tabel 7. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Coklat Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
2
Tubuh Coklat Polos Kepala Putih Coklat
Aa/Aa, Bb/Bb, SS/_, PhP/Ph+
3
Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
53
Tabel 8. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Coklat Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
1 2 3
Tubuh Coklat Belang Kepala Coklat Tubuh Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Coklat Belang Kepala Hitam
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut -------------------(ekor)------------------0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
Tabel 9. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Coklat Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Coklat Belang Kepala Coklat
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
2
Tubuh Coklat Belang Kepala Putih
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_
3
Tubuh Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
Gambar 31. Fenotip Tubuh Coklat Polos dan Putih-Coklat Belang Kepala Coklat (Domba Garut) dari literatur (Dinas Peternakan Garut, 2008c) Berdasarkan Tabel 8, ditemukan ciri warna khusus pada domba Garut yaitu fenotip tubuh coklat belang kepala hitam, karena tidak ditemukan pada kelompok jenis domba lain yang diamati. Fenotip tubuh coklat belang kepala putih hanya ditemukan pada kelompok jenis domba Kisar. Penentuan genotipik kelompok warna
54
bulu coklat belang berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 9. Fenotip tubuh coklat belang kepala coklat menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP, tubuh coklat belang kepala putih disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_ dan tubuh coklat belang kepala hitam disimbolkan dengan genotip Aa/Aa,
BB/Bb,
Ss/Ss,
PhP/PhP. Menurut Sponenberg (1997) dan Wendelboe (2005) Aa adalah simbol untuk non-agouti yang merupakan alel yang paling resesif pada lokus agouti. Sponenberg (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kehadiran Aa/Aa pada lokus agouti memberikan ekspresi warna hitam atau coklat pada keseluruhan tubuh domba sejak lahir. Warna akhir tergantung pada modifier pada lokus-lokus bebas. Hal tersebut menjadi alasan mengapa pada tubuh domba yang coklat terdapat warna hitam atau putih pada bagian kepala. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BbBb dapat memberikan ekspresi coklat. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Pada lokus spotting, Ss/Ss, memberikan ekspresi belang pada tubuh domba, kehadiran Ss/Ss adalah resesif. Seperti halnya pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok warna coklat belang dengan kombinasi warna kepala mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang memberikan pigmentasi pada warna kepala. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut oleh Notter dan Sponenberg (2005) bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Jika didasarkan pada pernyataan Sponenberg (1997), maka kehadiran PhP tidak berperan dalam memberikan pigmentasi kepala pada kelompok domba warna dengan kepala putih, sehingga disimbolkan _/_.
55
Gambar 32. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam (Domba Kisar)
Gambar 33. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Belang Kepala Putih-Hitam (Domba Kisar) Berdasarkan Tabel 10, fenotip tubuh hitam polos kepala hitam, tubuh hitam polos kepala hitam-coklat, tubuh hitam polos kepala putih-hitam-coklat merupakan tipikal warna bulu domba Garut, karena tidak ditemukan pada kelompok jenis domba lain yang diamati. Penentuan genotipik kelompok warna bulu hitam polos berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 11. Fenotip tubuh hitam polos kepala hitam menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/_, SS/_, _/_, tubuh hitam polos kepala putih-hitam disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+, tubuh hitam polos kepala hitam-coklat disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP dan tubuh hitam polos kepala putih-hitam-coklat disimbolkan dengan
56
genotip Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+. Menurut Sponenberg (1997) dan Wendelboe (2005) Aa adalah simbol untuk non-agouti yang merupakan alel yang paling resesif pada lokus agouti. Sponenberg (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kehadiran Aa/Aa pada lokus agouti memberikan ekspresi warna hitam atau coklat pada keseluruhan tubuh domba sejak lahir. Warna akhir tergantung pada modifier pada lokus-lokus bebas. Hal tersebut menjadi alasan mengapa pada tubuh domba yang coklat terdapat warna hitam atau putih pada bagian kepala. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) tidak ada faktor tunggal untuk coklat, tetapi kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Pada lokus spotting, dengan hierarki SS>Ss, SS memberikan ekspresi polos atau tidak terdapat belang pada domba, sedangkan Ss memberikan ekspresi belang. Seperti halnya pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok warna hitam polos dengan kombinasi warna kepala mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang berperan dalam pigmentasi pada warna kepala. Kehadiran PhP tidak berperan dalam memberikan pigmentasi kepala pada kelompok domba warna dengan kepala putih, sehingga disimbolkan _/_. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Tabel 10. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
1 2 3 4
Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Coklat Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Coklat
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut -----------------(ekor)---------------0 0 0 14 0 1 0 5 0 0 0 1 0 0 0 2
57
Tabel 11. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip Aa/Aa, BB/_, SS/_, _/_
1
Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam
2
Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+
3
Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
4
Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+
Gambar 34. Fenotip Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Hitam (Domba Garut) dari literatur (Dinas Peternakan Garut, 2008d)
Gambar 35. Fenotip Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam (Domba Garut) dari literatur (Dinas Peternakan Garut, 2008e)
58
Tabel 12. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Domba Ekor Tipis, Domba Kisar dan Domba Garut No.
Macam Fenotipik
1 2 3
Tubuh Hitam Belang Kepala Hitam Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Hitam
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut -------------------(ekor)------------------0 1 0 11 0 0 0 1 0 0 0 3
Tabel 13. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Hitam Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/PhP
2
Tubuh Hitam Belang Kepala Putih
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, _/_
3
Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+
Berdasarkan Tabel 12, fenotip hitam belang kepala putih dan hitam belang kepala putih-hitam merupakan tipikal warna bulu domba Garut, karena tidak ditemukan pada kelompok jenis domba lain yang diamati. Penentuan genotipik kelompok warna bulu hitam belang berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 13. Fenotip tubuh hitam belang kepala hitam menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/PhP dan warna hitam belang kepala putih disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, _/_ dan warna hitam belang kepala putih-hitam disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+. Menurut Sponenberg (1997) dan Wendelboe (2005) Aa adalah simbol untuk nonagouti yang merupakan alel yang paling resesif pada lokus agouti. Sponenberg (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kehadiran Aa/Aa pada lokus agouti memberikan ekspresi warna hitam atau coklat pada keseluruhan tubuh domba sejak lahir. Warna akhir tergantung pada modifier pada lokus-lokus bebas. Hal tersebut menjadi alasan mengapa pada tubuh domba yang coklat terdapat warna hitam atau
59
putih pada bagian kepala. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Pada lokus spotting, Ss/Ss, memberikan ekspresi belang pada tubuh domba, kehadiran Ss/Ss adalah resesif. Seperti halnya pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok warna coklat bintik dengan kombinasi warna kepala mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang memberikan pigmentasi pada warna kepala. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Kehadiran PhP tidak berperan dalam memberikan pigmentasi kepala pada kelompok domba warna dengan kepala putih, sehingga disimbolkan _/_. Tabel 14 mengindikasikan bahwa tipikal warna domba Garut adalah fenotip tubuh putih-hitam polos kepala hitam, karena tidak ditemukan pada kelompok jenis domba lain yang diamati. Penentuan genotipik kelompok warna bulu hitam belang berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 15. Fenotip tubuh putih-hitam polos kepala hitam dan tubuh putih-hitam polos kepala putih-hitam menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/PhP dan Aa/Aa, BB/_, SS/_,
PhP/Ph+. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB
memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam, sedangkan Bb/Bb mengekspresikan warna coklat. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Pada lokus belang spotting, dengan hierarki SS >Ss, SS memberikan ekspresi polos atau tidak terdapat pada domba, sedangkan Ss memberikan ekspresi belang. Seperti halnya pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok warna
60
coklat belang dengan kombinasi warna kepala mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang memberikan pigmentasi pada warna kepala. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Tabel 14. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Hitam Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
1 Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Hitam 2 Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Putih Hitam
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut -------------------(ekor)------------------0 0 0 3 0
0
1
8
Tabel 15. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Hitam Polos pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/PhP
2
Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+
61
Gambar 36. Fenotip Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Coklat (Domba Garut) dari literatur (Dinas Peternakan Garut, 2008f)
Gambar 37. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Belang Kepala Putih-Hitam (Domba Garut) dari literatur (Dinas Peternakan Garut, 2008g)
Gambar 38. Fenotip Tubuh Putih-Hitam Polos Kepala Putih-Hitam (Domba Garut) dari literatur (Dinas Peternakan Garut, 2008h)
62
Tabel 16. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Hitam Bintik pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
1 2 3 4
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam Coklat
5 6 7
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut ----------------(ekor)---------------0 0 0 2 0 0 0 1 0 2 54 23 0 17 96 73 0
1
0
0
0
2
1
0
0
4
0
2
Tabel 17. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Hitam Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, _/_
2
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
3
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/PhP
4
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+
5
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
6
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
7
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Tabel 16 mengindikasikan bahwa tipikal warna domba Garut adalah fenotip tubuh putih-hitam belang kepala putih dan tubuh putih-hitam belang kepala coklat, sedangkan tipikal warna putih-hitam belang kepala putih-coklat ditemukan pada
63
domba Ekor Tipis. Penentuan genotipik kelompok warna bulu hitam belang berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 17. Fenotip tubuh putih-hitam belang kepala putih menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, _/_. Fenotip tubuh putih-hitam belang kepala coklat dan tubuh putih-hitam kepala hitam-coklat disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP. Fenotip tubuh putih-hitam belang kepala putih-hitam dan tubuh putih-hitam belang kepala putih-coklat disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+ dan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+. Fenotip tubuh putih-hitam belang kepala coklat dan tubuh putih-hitam belang kepala hitamcoklat disimbolkan dengan genotip
Aa/Aa,
BB/Bb,
Ss/Ss,
PhP/PhP. Kesamaan
genotip pada beberapa fenotip karena ditemukan warna yang sama antara fenotip tersebut. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam, sedangkan Bb/Bb mengekspresikan warna coklat. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Pada lokus spotting, Ss/Ss, memberikan ekspresi bintik pada tubuh domba, kehadiran Ss/Ss adalah resesif. Seperti halnya pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok warna putih hitam belang dengan kombinasi warna kepala mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang memberikan pigmentasi pada warna kepala. Kehadiran PhP tidak berperan dalam memberikan pigmentasi kepala pada kelompok domba warna dengan kepala putih, sehingga disimbolkan _/_. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Berdasarkan Tabel 18, fenotip tubuh putih-coklat polos kepala putih-coklat merupakan warna tipikal domba Garut. Penentuan genotipik kelompok warna bulu putih-coklat polos dan belang berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 19.
64
Tabel 18. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
1
Tubuh Putih Coklat Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat
2 3 4 5 6 7 8
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut ----------------(ekor)---------------0 0 0 3 0 0 0 0
3 3 2 6
0 0 1 2
4 1 0 8
0
14
0
6
0
2
0
1
0
13
0
1
Fenotip tubuh putih-coklat belang menyebar banyak pada kelompok jenis domba Ekor Tipis. Fenotip tubuh putih-coklat polos kepala putih-coklat dan tubuh putih-coklat belang kepala putih menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss dan PhP/Ph+, Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_. Fenotip tubuh putih-coklat belang kepala coklat dan tubuh putih-coklat belang kepala hitam disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP, sedangkan tubuh putih-coklat kepala hitam-coklat disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP. Fenotip tubuh putih-coklat belang kepala putih-hitam, tubuh putihcoklat belang kepala putih-coklat dan tubuh putih-coklat kepala putih-hitam-coklat disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam, sedangkan Bb/Bb mengekspresikan warna coklat. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Seperti halnya pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok
warna
putih
hitam
bintik
dengan
kombinasi
warna
kepala
mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang
65
memberikan pigmentasi pada warna kepala. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Kehadiran PhP tidak berperan dalam memberikan pigmentasi kepala pada kelompok domba warna dengan kepala putih, sehingga disimbolkan _/_. Tabel 19. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
1
Tubuh Putih Coklat Polos Kepala Putih Coklat
2
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_
3
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Coklat
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
4
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
5
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
6
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
7
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
8
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Fenotip tubuh hitam-coklat polos dan belang dengan kombinasi warna kepala merupakan tipikal warna domba Garut. Pola warna ini tidak ditemukan pada kelompok jenis domba lain. Hal tersebut disajikan pada Tabel 20. Penentuan
66
genotipik kelompok warna bulu hitam-coklat polos dan belang berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 21. Fenotip tubuh hitam-coklat polos kepala hitam dan tubuh hitamcoklat belang kepala hitam disimbolkan dengan genotip Aa/Aa,
BB/Bb,
SS/_,
PhP/PhP dan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP, sedangkan fenotip tubuh hitam-coklat polos kepala putih-hitam dan tubuh hitam-coklat belang kepala putih-hitam disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+ dan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+. Menurut Sponenberg (1997) dan Wendelboe (2005) Aa adalah simbol untuk non-agouti yang merupakan alel yang paling resesif pada lokus agouti. Sponenberg (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kehadiran Aa/Aa pada lokus agouti memberikan ekspresi warna hitam atau coklat pada keseluruhan tubuh domba sejak lahir. Warna akhir tergantung pada modifier pada lokus-lokus bebas. Hal tersebut menjadi alasan mengapa pada tubuh domba yang coklat terdapat warna hitam atau putih pada bagian kepala. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam, sedangkan Bb/Bb mengekspresikan warna coklat. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Ditambahkan juga oleh Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) bahwa SS/_ memberikan ekspresi polos, sedangkan Ss/Ss memberikan ekspresi belang pada tubuh domba. Seperti halnya pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok warna putih hitam belang dengan kombinasi warna kepala mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang memberikan pigmentasi pada warna kepala. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+.
67
Tabel 20. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Hitam Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
1 2
Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam
3 4
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut ----------------(ekor)---------------0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0
0 0
1 4
Tabel 21. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Hitam Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
2
Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+
3
Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
4
Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Berdasarkan Tabel 22, diperoleh hasil bahwa warna putih-hitam-coklat polos kepala hitam hanya ditemukan pada kelompok jenis domba Garut. Fenotipik warna putih-hitam-coklat belang menyebar di kelompok jenis domba Ekor Tipis. Penentuan genotipik kelompok warna bulu putih-hitam-coklat polos dan belang berdasarkan macam fenotipik didasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disajikan pada Tabel 23.
68
Tabel 22. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu Putih Hitam Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
1
Tubuh Putih Hitam Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat
2 3 4 5 6
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut ----------------(ekor)---------------0 0 0 1 0
1
0
1
0
5
3
3
0
16
0
10
0
1
1
0
0
15
0
2
Tabel 23. Penentuan Genotipik Kelompok Warna Bulu Putih-Hitam-Coklat Polos dan Belang pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Putih Hitam Coklat Polos Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
2
Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, _/_
3
Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
4
Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
5
Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
6
Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
69
Fenotip tubuh putih-hitam-coklat polos kepala hitam menurut Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP. Fenotip tubuh putih-hitam-coklat belang kepala putih disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, _/_. Fenotip tubuh putih-hitam-coklat belang kepala hitam dan tubuh putih-hitam-coklat belang kepala hitam-coklat disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP. Fenotip tubuh putih-hitam-coklat belang kepala putih-hitam dan tubuh putih-hitam-coklat belang kepala putih-hitam-coklat disimbolkan dengan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+. Pada lokus yang mengatur warna, dengan hierarki BB>Bb, BB memberikan ekspresi warna hitam, sedangkan Bb memberikan ekspresi warna coklat. BB/_ mengekspresikan warna hitam. BB/Bb dapat memberikan ekspresi hitam dan coklat, karena menurut Searle (1968) kehadiran faktor yang memodifikasi suatu genotip hitam akan memberikan fenotip yang berbeda. Ditambahkan juga oleh Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) bahwa SS/_ memberikan ekspresi polos, sedangkan Ss/Ss memberikan ekspresi belang pada tubuh domba. Seperti halnya pada kelompok warna putih polos dengan kombinasi warna kepala, maka variasi warna kepala pada kelompok warna putih-hitam-coklat belang dengan kombinasi warna kepala mengindikasikan bahwa terdapat alel Persian PhP pada lokus pigmented head yang memberikan pigmentasi pada warna kepala. Notter dan Sponenberg (2005) menambahkan bahwa PhP/PhP akan memberikan warna hitam pada kepala, tetapi pengaruh lokus lain akan menghasilkan fenotip warna kepala yang berbeda. Dijelaskan lebih lanjut bahwa genotip PhPPh+ merupakan tingkat intermediet dari belang antara PhPPhP dan Ph+Ph+. Kehadiran PhP tidak berperan dalam memberikan pigmentasi kepala pada kelompok domba warna dengan kepala putih, sehingga disimbolkan _/_. Rekapitulasi Fenotipik dan Genotipik Tabel 24 menyajikan rekapitulasi pola warna bulu tipikal yang ditemukan pada domba Ekor Gemuk. Fenotip warna bulu tipikal domba Ekor Gemuk yang diamati adalah tubuh putih polos kepala putih dengan genotip AWt/_, _ /_, _ /_, _/_.
70
Tabel 24. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Ekor Gemuk No. 1
Macam Fenotipik Tubuh Putih Polos Kepala Putih
Genotip AWt/_, _ /_, _ /_, _/_
Tabel 25. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Ekor Tipis No.
Macam Fenotipik
Genotip
1
Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
2
Tubuh Coklat Belang Kepala Putih
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_
3
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Berdasarkan Tabel 2, fenotip tubuh putih polos kepala putih 100% mendominasi domba Ekor Gemuk. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Tomaszewska et al. (1993) dan Bradford dan Inounu (1998) bahwa domba Ekor Gemuk memiliki warna bulu dominan putih polos.Warna bulu yang seragam menunjukkan bahwa gen domba ini telah diseleksi ke arah warna bulu. Warna bulu putih diketahui sebagai warna bulu yang dikendalikan oleh gen AWt menurut Sponenberg (1997), Wendelboe (2005) dan Lisa (2007). Kehadiran gen AWt akan menutup semua gen apapun yang mengatur pemunculan warna, sehingga dapat dinyatakan bahwa gen AWt memberikan ekspresi dominan penuh pada semua gen pengatur warna. Menurut Sponenberg (1997), alel-alel yang paling dominan pada lokus agouti adalah putih atau tan (AWt). Alel AWt adalah penyebab fenotip putih pada bangsa domba yang ditemukan terbanyak dalam populasi. Alel AWt adalah dominan lengkap otosomal untuk warna wool dan rambut. Berdasarkan Tabel 4, 8 dan 16, fenotip tubuh putih belang kepala putihhitam-coklat, tubuh coklat belang kepala putih dan tubuh putih-hitam belang kepala
71
putih-coklat hanya ditemukan pada domba Ekor Tipis. Fenomena yang menarik, ternyata warna putih-hitam belang kepala hitam dan putih-hitam belang kepala putihhitam terbanyak ditemukan pada domba Kisar, walaupun tidak sedikit ditemukan pada domba Garut. Fenotipik tubuh putih-hitam belang menyebar banyak pada domba Ekor Tipis. Tabel 25 menyajikan rekapitulasi pola warna bulu tipikal yang ditemukan pada domba Ekor Tipis. Fenotip warna bulu tipikal domba Ekor Tipis yang diamati adalah tubuh putih belang kepala putih-hitam-coklat dan tubuh putih-hitam belang kepala putih-coklat berdasarkan pada pernyataan Wendelboe (2005) dan Lisa (2007) disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+, sedangkan tubuh coklat belang kepala putih disimbolkan dengan genotip Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_. Tabel 26 menyajikan rekapitulasi pola warna bulu tipikal yang ditemukan pada domba Garut. Keragaman tertinggi pada domba Garut menunjukkan bahwa jenis domba ini berasal dari nenek moyang yang memiliki keragaman warna bulu yang belum mengalami seleksi ke arah warna bulu. Heriyadi (2008b) menyatakan bahwa warna bulu domba Garut tipe tangkas hitam polos, putih, dan kombinasi putih-hitam, sedangkan warna bulu domba Garut tipe pedaging lebih bervariasi dengan rata-rata putih polos. Keragaman warna bulu pada domba Ekor Tipis yang lebih besar dibandingkan domba Kisar, menunjukkan bahwa domba Kisar lebih terseleksi terhadap warna bulu. Tipikal warna bulu pada domba Kisar tidak ditemukan pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan tidak terdapat fenotip warna khusus yang hanya terdapat pada domba Kisar. Menurut Salamena (2006a) bahwa domba Kisar memiliki pola warna yang bervariasi yang didominasi oleh warna putih hitam, putih polos, hitam polos dan gabungan hitam, putih dan coklat, serta putih dengan belang. Pada penelitian ini hal tersebut juga ditemukan pada jenis domba lain.
72
Tabel 26. Rekapitulasi Pola Warna Bulu Tipikal pada Jenis Domba Garut No.
Macam Fenotipik
Genotip Aa/ Aa, _ /_, Ss/Ss, _/_
1
Tubuh Putih Belang Kepala Putih
2
Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
3
Tubuh Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
4
Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam
5
Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
6
Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+
7
Tubuh Hitam Belang Kepala Putih
8
Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+
9
Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/PhP
10
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, _/_
11
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Coklat
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
12
Tubuh Putih Coklat Polos Kepala Putih Coklat
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
13
Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
14
Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+
15
Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
16
Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
17
Tubuh Putih Hitam Coklat Polos Kepala Hitam
Aa /Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
Aa/Aa, BB/_, SS/_, _/_
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, _/_
73
Frekuensi Fenotipik Domba Distribusi lima puluh buah macam fenotipik tersebut ditemukan pada jenis domba yang diamati, tetapi tidak semuanya ditemukan pada setiap jenis domba. Pada jenis domba Ekor Gemuk hanya fenotipik tubuh putih polos kepala putih yang ditemukan. Macam fenotipik pada jenis domba Ekor Tipis ditemukan sebanyak 30 buah, pada domba Kisar sebanyak 15 buah dan pada domba Garut sebanyak 43 buah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keragaman warna bulu pada domba yang diamati diurut dari yang terkecil ke yang terbesar adalah terjadi pada jenis domba Ekor Gemuk, domba Kisar, domba Ekor Tipis dan domba Garut. Frekuensi fenotipik warna bulu domba pada masing-masing jenis domba yang diamati; dihitung berdasarkan rumus frekuensi macam fenotipik. Data frekuensi fenotipik tersebut diolah lebih lanjut dengan menentukan nilai korelasi sederhana antara frekuensi fenotipik warna bulu pada setiap jenis domba. Nilai jarak minimum frekuensi fenotipik antara keempat jenis domba yang diamati ditentukan kemudian. Diagram pohon keterkaitan tunggal untuk jarak minimum di antara empat jenis domba yang diamati berdasarkan frekuensi fenotipik warna bulu; disajikan pada Gambar 39. Gambar struktur pengelompokan jenis domba yang diamati dilakukan berdasarkan sifat fenotipik warna bulu. Penentuan diagram pohon pada taraf d = 0,589119, akan menghasilkan dua kelompok jenis domba, yaitu kelompok jenis domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis sebagai kelompok yang terpisah dengan kelompok lainnya yang meliputi domba Kisar dan domba Garut. Keserupaan atau kesamaan sifat warna bulu pada domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis berakibat pada penggolongan ke dalam kelompok pertama, dan kesamaan sifat warna bulu pada domba Kisar dan domba Garut ke dalam kelompok kedua. Sifat keserupaan pengelompokan domba diperkirakan berdasarkan respon frekuensi fenotipik warna bulu yang meliputi 50 macam yang ditemukan pada pengamatan. Analisis kualitatif ini menunjang hasil pengamatan yang menyatakan bahwa macam fenotipik yang sebanyak satu buah pada jenis domba Ekor Gemuk dibandingkan dengan sebanyak 30 buah pada jenis domba Ekor Tipis, memberikan nilai jarak minimum lebih besar yaitu 0,470016 dibandingkan dengan nilai jarak
74
minimum antara domba Kisar (15 buah macam fenotip) dan domba Garut (43 buah macam fenotip) yaitu 0,369564.
DEG 0,470016 DET 0,589119 DK 0,369564 DG
0,6
0,5
0,4
0,3 0,2 Nilai Jarak Minimum
0,1
0,0
Gambar 39. Diagram Pohon Keterkaitan Tunggal untuk Jarak Minimum di antara Empat Jenis Domba yang Diamati Berdasarkan Frekuensi Fenotipik Warna Bulu Nilai jarak minimum 0,589119 merupakan hasil proses pengolahan matriks terakhir dalam perhitungan yang menggabungkan kedua kelompok domba. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa jarak minimum antara kedua kelompok domba tersebut adalah 0,589119. Berdasarkan asal usul pembentukan domba Garut dan domba Kisar, diketahui bahwa domba Garut merupakan hasil silangan antara domba Lokal yang merupakan domba Ekor Tipis, domba Kaapstad yang merupakan domba Merino (Salamena, 2006a); sedangkan domba Kisar kemungkinan merupakan hasil silangan antara domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang diperlihatkan dengan ukuran ekor yang sedang (Salamena, 2006a). Dengan tidak diketahui proporsi darah yang dimiliki domba Garut dan domba Kisar, dapat disimpulkan bahwa kedua jenis domba tersebut memiliki kesamaan darah yaitu berasal dari domba Lokal (domba Ekor Tipis) dan domba Ekor Gemuk. Hal tersebut berakibat pada pengelompokan yang sama antara domba Garut dan domba Kisar. Jarak minimum frekuensi fenotipik antara domba
75
Garut dan domba Kisar ditemukan paling rendah karena kedua jenis domba tersebut memiliki kesamaan darah yang tinggi. Keserupaan fenotipik antara domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis disebabkan kesamaan pada warna tubuh putih polos kepala putih. Hal tersebut berakibat pada pengelompokan yang sama. Frekuensi fenotipik tubuh putih polos kepala putih pada domba Ekor Tipis ditemukan tertinggi di antara domba Kisar dan domba Garut. Keserupaan fenotipik antara kelompok pertama dan kedua disebabkan fenotipik warna tubuh putih polos kepala putih yang ditemukan pada keempat jenis domba tersebut. Pengelompokan keempat jenis domba yang diamati didasarkan pada kedekatan berdasarkan frekuensi fenotipik warna bulu, bukan didasarkan pada kedekatan kekerabatan di antara empat jenis domba yang diamati (domba Ekor Gemuk, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut).
76
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Domba Ekor Gemuk sudah seragam dalam hal warna bulu, kemungkinan untuk warna bulu domba tersebut sudah murni, sedangkan untuk domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Garut dapat dinyatakan belum murni karena masih beragam dalam hal warna bulu. Warna bulu yang spesifik hanya ditemukan pada jenis domba Ekor Gemuk dengan fenotipik seragam yaitu tubuh putih polos kepala putih (100%). Fenotipik ini tidak sedikit ditemukan pada domba Ekor Tipis dan domba Garut. Genotipik tersebut diduga AWt/_, _ /_, _ /_, _/_. Pemunculan fenotipik kepala hitam putih disebabkan oleh pasangan alel (genotipik) PhP/PhP. Pemunculan warna hitam dan coklat pada kepala sebagai akibat dari alel Aa. Fenotipik putih belang sebagai akibat dari pasangan alel Ss/Ss. Fenotipik tubuh bukan putih mengindikasikan bahwa lokus agouti ditempati pasangan alel Aa/Aa. Pemunculan fenotipik warna polos merupakan akibat dari pasangan alel SS/SS atau SS/Ss, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dipasangkan dengan pasangan alel Aa/Aa atau AWt/AWt begitu juga dengan alel AWt yang membawa Aa. Pola warna tipikal yang merupakan karakter domba Ekor Tipis pada penelitian ini meliputi tiga macam fenotipik, yaitu tubuh putih belang kepala putihhitam-coklat, tubuh coklat belang kepala putih dan tubuh putih-hitam belang kepala putih-coklat dengan genotipik Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+ , Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_ dan Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+. Pola warna tipikal yang merupakan karakter domba Garut pada penelitian ini meliputi tujuh belas macam fenotipik, yaitu tubuh putih belang kepala putih, tubuh coklat polos kepala hitam-coklat, tubuh coklat belang kepala hitam, tubuh hitam polos kepala hitam, tubuh hitam polos kepala hitam-coklat, tubuh hitam polos kepala putih-hitam-coklat, tubuh hitam belang kepala putih, tubuh hitam belang kepala putih-hitam, tubuh putih-hitam polos kepala hitam, tubuh putih-hitam belang kepala putih, tubuh putih-hitam belang kepala coklat, tubuh putih-coklat polos kepala putih-coklat, tubuh hitam-coklat polos kepala hitam, tubuh hitam-coklat polos kepala putih-hitam, tubuh hitam-coklat belang kepala hitam, tubuh hitam coklat belang kepala putih-hitam dan tubuh putih-hitamcoklat polos kepala hitam.
77
Pola warna pada domba Kisar tidak menunjukkan karakteristik. Hal tersebut terjadi karena tidak ditemukan satupun fenotipik yang hanya dimiliki oleh kelompok domba ini. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa macam fenotipik yang ditemukan pada domba Kisar, ditemukan pula pada ketiga jenis domba lain yang diamati. Keragaman warna bulu berdasarkan macam fenotipik yang ditemukan pada penelitian ini diurut dari yang tertinggi ke yang terendah, ditemukan pada jenis domba Garut, domba Ekor Tipis, domba Kisar dan domba Ekor Gemuk. Nilai jarak minimum frekuensi fenotipik antara keempat jenis domba yang diamati, mengindikasikan bahwa keserupaan frekuensi fenotipik ditemukan pada jenis domba Ekor Gemuk dan domba Ekor Tipis sebagai kelompok pertama dan jenis domba Kisar dan domba Garut sebagai kelompok kedua. Saran Penelitian ini menggunakan data sekunder. Penelitian dengan data primer disarankan untuk dilakukan dengan pertimbangan penguasaan materi terlebih dahulu. Pola warna tubuh pada domba-domba Lokal masih beragam, sehingga untuk memudahkan interpretasi data, pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pencatatan karakteristik warna bulu yang lebih detail.
78
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan Islam hingga akhir zaman. Penulis sangat bersyukur atas segala kasih sayang Ayahanda dan Ibunda yang dengan penuh ketulusan telah memberikan nasehat, doa, motivasi dan segenap perhatian yang begitu besar. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada adikku, Dedi Darmawan, beserta keluarga besar. Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat, baik di dunia maupun di akhirat. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. sebagai Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Cece Sumantri, M.AgrSc. sebagai Pembimbing Anggota, yang penuh kesabaran dan kasih sayang memberikan bimbingan, tuntunan, pengarahan serta pengorbanan waktu dan pikiran mulai dari penulisan sampai skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Tantan R. Wiradarya, M.Sc. sebagai dosen Pembimbing Akademik serta kepada Ir. Maman Duldjaman, MS. dan Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc. sebagai dosen Penguji Sidang yang telah banyak memberikan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada teman-teman sepembimbing skripsi atas motivasi dan kebersamaan yang telah dijalani. Terima kasih kepada M. Vamy Hanibal dan Aji Suryana untuk semangat dan bantuan selama penulisan. Penulis ucapkan terima kasih pula kepada teman-teman wisma Arsida 2, Arsida 1 dan Arsida 5 atas dukungannya. Tak lupa Penulis ucapkan terima kasih kepada serta teman-teman TPT’41 yang telah memberi bantuan yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu. Terakhir Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh sivitas akademika Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Mei 2008 Penulis
79
DAFTAR PUSTAKA BBC Cumbria. 2008. Blue-Texel Agouti Blue. http://www.bbc.co.uk/cumbria/ content/image_galleries/sheep_breeds_gallery.shtml Bradford, G. E. dan I. Inounu. 1996. Prolific breeds of Indonesia. In : M. H. Fahmy (Ed.). Prolific Sheep. CAB International. University Press, Cambridge. Damron, W. S. 2006. Introduction to Animal Science. 3rd Edit. Pearson Education, Upper Saddle River, New Jersey. Devendra, C. and G. B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. Longman Group Ltd, London. Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2008a. Galeri Foto Domba Garut. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=galeriDetailFoto&idGaleri
Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2008b. Galeri Foto Domba Garut. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=galeriDetailFoto&idGaleri
Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2008c. Galeri Foto Domba Garut. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=galeriDetailFoto&idGaleri
Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2008d. Galeri Foto Domba Garut. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=galeriDetailFoto&idGaleri
Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2008e. Galeri Foto Domba Garut. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=galeriDetailFoto&idGaleri
Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2008f. Galeri Foto Domba Garut. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=galeriDetailFoto&idGaleri
Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2008g. Galeri Foto Domba Garut. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=galeriDetailFoto&idGaleri
Dinas
Peternakan Jawa Barat. 2008h. Galeri Foto Domba Garut. http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=galeriDetailFoto&idGaleri
Diwyanto, K. dan I. Inounu. 2001. Ketersediaan teknologi dan pengembangan ruminansia kecil. Makalah pada Seminar Nasional Domba dan Kambing. Institut Pertanian Bogor, Bogor. FAO Corporate Document Repository. 2004a. Javanese Fat-Tailed Sheep. http://www.fao.org/DOCREP/004/X6517E/X6517E25.jpg FAO
Corporate Document Repository. 2004b. Prolific sheep http://www.fao.org/DOCREP/004/X6517E/X6517E04.htm
Featherbed in Dublin Mountain Sheep Flickr. 2008. http://www.flickr.com/photos/floweringwoman/675502118/
in
Agouti
Java. Sooty.
Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Volume 2. Tarsito, Bandung. Gatenby, R. M. 1991. Sheep 1st Edit. MacMillan Education Ltd, London. Hawks Mountain Ranch. 2007. Icelandic sheep. http://www.hawksmountainranch. com/colorpatterngenetics.html [5 Maret 2007]
80
Heriyadi, D. 2008a. Asal Usul Domba Garut. http://dombakambing. blogsome.com/2008/01/08/asal-usul-domba-garut/trackback/ [8 Januari 2008] Heriyadi, D. 2008b. Standardisasi Dan Sertifikasi Domba Garut. http://dombakambing.blogsome.com/2008/01/08/standardisasi-dan-sertifikasidomba-garut/trackback/ [7 Januari 2008] Heriyadi, D., A. Anang, D. C. Budinuryanto dan M. H. Hadiana. 2002. Standarisasi mutu bibit domba Garut. Laporan Penelitian. Kerjasama Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat dengan Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Bandung. Inounu, I. dan M. S. Basari. 2003. Keunggulan relatif heritabilitas bobot lahir dan bobot sapih domba Priangan dan persilangannya dengan St. Croix dan Moulton Charollais. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor. Jacob Sheep in the Show Ring Information for Judges. 2006. Jacob sheep breeders association. http://www.jsba.org/JudgesPacket.pdf [Agustus 2006] Judging Karakul Sheep. 2003. A Rare Platinum http://www.karakulsheep.com/judging_karakul_sheep.htm
Sur.
Katmogets Genetics. 2005. North American Shetland Katmogets Pattern and Genetics. Light Badgerface Black Ram Lamb (Light Chin) http://www. shetlandsheepinfo.com/FLEECE/katmoget_genetics.htm Lisa. 2007. Icelandic Sheep Color and Pattern Genetics. Hawks Mountain Ranch http://www.hawksmountainranch.com/colorpatterngenetics.html [2007] Mulliadi, D. N. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Navajo-Churro Sheep Association. 2008. Genetics Term. http://www.navajochurro. htm/geneticsterms.htm [2008] Navajo-Churro Sheep. 2005. Grey-Tan Pattern. http://www.millerscreamdraft. com/navajochurro/ Noor, R. R. 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. Notter, D.R. dan D. P. Sponenberg. 2005. Technical Note - Genetic Control of Color in Dorper Sheep and Their Crosses. Sheep and Goat Research Journal. http:// www.sheepusa.org/index.phtml?page=site/news_details&nav_id=edb5ba48a9 bb7802db7ea5c1a3111121 [5 Maret 2008] Pemerintah Kabupaten Garut Online. www.garut.go.id./sejarahdombagarut
2007.
Domba
Garut.
Portrait Gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms, 2008c. Jlove Scurred Ram. http://www.soayfarms.com/images/scurredram.jpg Portrait Gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms. 2008a. Wild-type Pattern. http://www.soayfarms.com/images/blondewescannedruival.jpg Portrait Gallery of Southern Oregon Soay Sheep Farms. 2008b. Agouti Reverse Badgerface. http://www.soayfarms.com/images/ramtussle3.jpg
81
Pure
Ambience. baby_8.html
2008.
Gotland
Sheep.
http://www.pureambience.com.au/
Purebred Icelandic Sheep in Virginia’s Heartland. 2008a. White http://www.inglesideicelandics.com/index_files/Page1041.htm
Lamb
Purebred Icelandic Sheep in Virginia’s Heartland. 2008b. Moorit. http://www. icelandicsheep.com/Misc%20Sheep%20Pics/brown.jpg Riwantoro. 2005. Konservasi plasma nutfah domba Garut dan strategi pengembangannya secara berkelanjutan. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salamena, J. F. 2006a. Karakterisasi fenotipik domba Kisar di kabupaten Maluku Tenggara Barat propinsi Maluku sebagai langkah awal konservasi dan pengembangannya. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salamena, J. F. 2006b. Tinggi, Daya Tahan Domba Kisar. http://www. kabarindonesia.com/berita.php?pil=11&dn=20061212151229 Scapillato, L. 1999. Sheep Color Genetics Icelandic/Shetland/Finn Color Genetics. http://www2.localaccess.com/primolana/page3.htm [1999] Searle, A. G. 1968. Comparative Genetic of Coat Colour in Mammal. 1st Edit. Logos Press Academic, Academic Press, London. Shaltz
Farm. 2005. Shetland Color shaltzfarm.com/shcolgen.htm
Genetics.
Holy
Shaltz.
http://www.
Sheep CRC I. 2007. Pigmented Merino Sheep: Piebald Patterns. http://www. sheepcrc.org.au/index.php?id=325 [2007] Smokey Valley Kennels. 1998. Miniature Katahdin Hair Sheep : Roan. http://www.toledotel.com/~smokeyvly/kat.htm Sponenberg, D. P. 1997. Genetics of colour and hair texture. In : L. Piper dan A. Ruvinsky (Eds.). The Genetics of Sheep. CAB International Solidus (Bristol) Ltd., University Press, Cambridge. Tomaszewska, M. W., A. Djajanegara, S. Gardiner, T. R. Wiradarya, I. M. Mastika. 1993. Small Ruminant Production in the Humid Tropics. Sebelas Maret University, Surakarta, Indonesia. Tongue River Farm. 2002. Color Genetics in Icelandic Sheep. http://www icelandicsheep.com/genetics.html [2002] Twins Spring Farm. 2008. National Shetland Sheep Association (NASSA). http://sheepandcattle.com/sheep.htm Warwick, E. J., J. M. Astuti., dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wendelboe, L. 2005. Colour Genetics : Colour Genetics for Shetland. http://www. shetlandsheepinfo.com/FLEECE/colour_genetics.htm [1 Maret 2005] Wikipedia Ensiklopedia. 2008a. DomesticSheep. wiki/Domesticsheep [13 Februari 2007]
http://en.wikipedia.org/
82
Wikipedia Ensiklopedia. 2008b. Barbados Blackbelly Sheep. http://en.wikipedia.org/ wiki/barbadosblackbellysheep Wikipedia Ensiklopedia. 2008c. BlackheadedPersian. http://en.wikipedia.org/wiki/ Blackheadpersian_%28sheep%29 [5 Maret 2008]
83
LAMPIRAN
84
Lampiran 1. Macam Fenotipik Warna Bulu Domba yang Diamati Berikut Penentuan Genotipik Berdasarkan Lokus Pattern, Colour, Spotting dan Pigmented Head No.
Macam Fenotipik
Pattern White Non(Tan) Agouti _ AWt
Colour
Spotting No Spots Spotting _ _
Black _
Brown _
Aa/Aa
BB
_
Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam
Aa/Aa
BB
_
SS
_
4
Tubuh Putih Polos Kepala Putih Coklat
Aa/Aa
Bb/Bb
SS
_
5
Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa
BB
Bb
SS
_
6
Aa/Aa
BB
Bb
SS
_
7
Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Putih Belang Kepala Putih
Aa/Aa
_
_
Ss/Ss
8
Tubuh Putih Belang Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
_
Ss/Ss
9
Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa
BB
_
Ss/Ss
10
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
11
Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
Bb
SS
_
12
Tubuh Coklat Polos Kepala Putih Coklat
Aa/Aa
Bb/Bb
SS
_
13
Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa
Bb
SS
_
1
Tubuh Putih Polos Kepala Putih
2
Tubuh Putih Polos Kepala Hitam
3
BB
Pigmented Head Persian _
Genotip
Wild _
AWt/_, _ /_, _ /_, _/_
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/PhP
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+
PhP
Ph+
AaAa, Bb/Bb, SS/_, PhP/Ph+
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+
_
_
Aa/ Aa, _ /_, Ss/Ss, _/_
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/PhP
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
Ph+
AaAa, Bb/Bb, SS/_, PhP/Ph+
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
_
PhP
85
14
Tubuh Coklat Belang Kepala Coklat
Aa/Aa
Bb/Bb
Ss/Ss
PhP/PhP
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
15
Tubuh Coklat Belang Kepala Putih
Aa/Aa
Bb/Bb
Ss/Ss
_
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_
16
Tubuh Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
17
Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
_
SS
_
_
_
Aa/Aa, BB/_, SS/_, _/_
18
Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam
Aa/Aa
BB
_
SS
_
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+
19
Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Coklat
Aa/Aa
BB
Bb
SS
_
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
20
Aa/Aa
BB
Bb
SS
_
21
Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Hitam Belang Kepala Hitam
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+
Aa/Aa
BB
_
Ss/Ss
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/PhP
22
Tubuh Hitam Belang Kepala Putih
Aa/Aa
BB
_
Ss/Ss
_
_
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, _/_
23
Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa
BB
_
Ss/Ss
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+
24
Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
_
SS
_
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/PhP
25
Aa/Aa
BB
_
SS
_
26
Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/_, SS/_, PhP/Ph+
Aa/Aa
BB
_
Ss/Ss
_
_
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, _/_
27
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Coklat
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
28
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
_
Ss/Ss
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/PhP
29
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam
Aa/Aa
BB
_
Ss/Ss
Ph+
Aa/Aa, BB/_, Ss/Ss, PhP/Ph+
_
PhP
PhP
86
30
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Aa/Aa
Bb/Bb
Aa/Aa
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Ss/Ss
PhP
Ph+
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Bb/Bb
Ss/Ss
_
_
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, _/_
Bb/Bb
Ss/Ss
PhP/PhP
Aa/Aa, Bb/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
34
Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Putih Coklat Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih
35
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Coklat
Aa/Aa
36
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
37
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Aa/Aa
BB
Bb
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/PhP
Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
Bb
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, SS/_, PhP/Ph+
Aa/Aa
BB
Bb
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Polos Kepala Hitam
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
31 32 33
38 39 40 41 42 43 44 45
S
S
S
S
PhP
_ _
PhP
Ss/Ss PhP
87
46 47 48 49 50
Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
Aa/Aa
BB
Bb
Ss/Ss
_
PhP
PhP
_
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, _/_
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
PhP/PhP
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/PhP
Ph+
Aa/Aa, BB/Bb, Ss/Ss, PhP/Ph+
88
Lampiran 2. Contoh Perhitungan Jarak Fenotipik Berikut Pembuatan Diagram Pohon Jarak Fenotipik antara Jenis Domba Jarak fenotipik domba antara jenis domba yang diamati dihitung berdasarkan pendekatan rumus analisis gerombol berhierarki yang disarankan oleh Gaspersz (1992) : d(i,j) = 1 - rij2 Keterangan : d(i,j) = jarak fenotipik jenis domba ke-i dengan jenis domba ke-j ; untuk i,j = 1, 2,... rij
= koefisien korelasi sederhana antara jenis domba ke-i dengan jenis domba ke-j
rij
=
n
= jumlah domba yang diamati
yi
= frekuensi fenotipik dari jenis domba ke-i
yj
= frekuensi fenotipik dari jenis domba ke-j
{nΣyi
nΣyiyj − (Σyi )(Σyj ) 2
}{
− (Σyi ) nΣyj 2 − (Σyj ) 2
2
}
Metode jarak minimum dalam pengelompokan berhirarki adalah matriks jarak di antara obyek-obyek, dalam kasus ini matriks jarak di antara jenis-jenis domba. Nilai-nilai jarak di antara dua jenis domba i dan j, ditentukan berdasarkan formula : d(i,j) = 1 - rij2 Dengan demikian perlu dihitung koefisien korelasi antara jenis domba i dan j, untuk i dan j = 1, 2, 3, 4 dengan menggunakan formula : rij
=
{nΣyi
nΣyiyj − (Σyi )(Σyj ) 2
}{
− (Σyi ) nΣyj 2 − (Σyj ) 2
2
}
Hasil perhitungan koefisien korelasi, rij, untuk i dan j = 1, 2, 3, 4 adalah sebagai berikut :
89
Tabel 1. Jumlah Domba Berdasarkan Fenotipik Warna Bulu pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Macam Fenotipik
Tubuh Putih Polos Kepala Putih Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Putih Belang Kepala Putih Tubuh Putih Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Coklat Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Coklat Tubuh Coklat Belang Kepala Coklat Tubuh Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Coklat Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Hitam Belang Kepala Hitam Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Putih Coklat Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Coklat
Jenis Domba Ekor Ekor Gemuk Tipis Kisar Garut (DEG) (DET) (DK) (DG) -----------------(ekor)--------------86 39 3 49 0 2 15 1 0 9 45 22 0 14 0 2 0 0 1 1 0 4 0 3 0 0 0 3 0 0 3 2 0 1 3 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 0 2 14 5 1 2
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 0 1 0 0 54
11 1 3 3 8 2 1 23
0 0
17 1
96 0
73 0
0
2
1
0
0
4
0
2
0
0
0
3
0 0 0 0
3 3 2 6
0 0 1 2
4 1 0 8
0
14
0
6
90
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat Total
0
2
0
1
0
13
0
1
0 0
0 0
0 0
1 1
0 0
0 0
0 0
1 4
0
0
0
1
0
1
0
1
0
5
3
3
0
16
0
10
0
1
1
0
0
15
0
2
86
183
230
288
Tabel 2. Frekuensi Fenotipik Warna Bulu pada Domba Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Kisar dan Garut
No.
Macam Fenotipik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tubuh Putih Polos Kepala Putih Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Polos Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Polos Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Putih Belang Kepala Putih Tubuh Putih Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Coklat Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Coklat Polos Kepala Hitam Coklat Tubuh Coklat Belang Kepala Coklat Tubuh Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Hitam Polos Kepala Hitam Coklat Tubuh Hitam Polos Kepala Putih Hitam Coklat
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ekor Gemuk (DEG) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jenis Domba Ekor Tipis Kisar (DET) (DK) 0,213115 0,013043 0,010929 0,065217 0,04918 0,195652 0,076503 0 0 0,004348 0,021858 0 0 0 0 0,013043 0,005464 0,013043 0,005464 0
Garut (DG) 0,170139 0,003472 0,076389 0,006944 0,003472 0,010417 0,010417 0,006944 0,010417 0
0,005464 0,005464 0 0,005464 0,005464 0 0 0,005464 0 0
0 0,003472 0,003472 0,003472 0 0,006944 0,048611 0,017361 0,003472 0,006944
0,004348 0 0 0 0 0 0 0 0 0
91
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Tubuh Hitam Belang Kepala Hitam Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Tubuh Hitam Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Hitam Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Putih Coklat Polos Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Hitam Coklat Polos Kepala Putih Hitam Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Polos Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Hitam Coklat Tubuh Putih Hitam Coklat Belang Kepala Putih Hitam Coklat Total
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,005464 0 0 0 0 0 0 0,010929 0,092896
0 0 0 0 0,004348 0 0 0,234783 0,417391
0,038194 0,003472 0,010417 0,010417 0,027778 0,006944 0,003472 0,079861 0,253472
0
0,005464
0
0
0
0,010929
0,004348
0
0
0,021858
0
0,006944
0
0
0
0,010417
0 0 0 0
0,016393 0,016393 0,010929 0,032787
0 0 0,004348 0,008696
0,013889 0,003472 0 0,027778
0
0,076503
0
0,020833
0
0,010929
0
0,003472
0
0,071038
0
0,003472
0 0
0 0
0 0
0,003472 0,003472
0 0
0 0
0 0
0,003472 0,013889
0
0
0
0,003472
0
0,005464
0
0,003472
0
0,027322
0,013043
0,010417
0
0,087432
0
0,034722
0
0,005464
0,004348
0
0
0,081967
0
0,006944
1
1
1
1
92
r11
=1
r23
= 0,262
r12
= 0,728
r24
= 0,641
r13
= -0,014
r33
=1
r14
= 0,494
r34
= 0,794
r22
=1
r44
=1
DEG (1) DET (2) DK (3) DG (4)
DEG (1) 1 0,728 -0,014 0,494
DET (2)
DK (3)
DG (4)
1 0,262 0,641
1 0,794
1
Berdasarkan nilai-nilai koefisien korelasi sederhana antara jenis domba i dan j, maka ditentukan nilai-nilai jarak dari pasangan jenis domba i dan j, sebagai berikut: d (i,j) = 1 - r2 ; i,j = 1,2,3, dan 4 d (1,1) = 1 - r2 = 1 - (1)2 = 0 d (1,2) = 1 - r2 = 1 - (0,728)2 = 1 - 0,529984 = 0,470016 d (1,3) = 1 - r2 = 1 - (-0,014)2 = 1 - 0,000196 = 0,999804 d (1,4) = 1 - r2 = 1 - (0,494)2 = 1 - 0,244036 = 0,755964 d (2,2) = 1 - r2 = 1 - (1)2 = 0 d (2,3) = 1 - r2 = 1 - (0,262)2 = 1 - 0,068644 = 0,931356 d (2,4) = 1 - r2 = 1 - (0,641)2 = 1 - 0,410881 = 0,589119 d (3,3) = 1 - r2 = 1 - (1)2 = 0 d (3,4) = 1 - r2 = 1 - (0,794)2 = 1 - 0,630436 = 0,369564 d (4,4) = 1 - r2 = 1 - (1)2 = 0 Berdasarkan nilai jarak d (i,j) = 1 - r2 ; i,j = 1, 2, 3, 4; yang diperoleh, maka dapat disusun matriks jarak D1 = d (i,j) sebagai berikut :
D1 = d {i,j} =
⎡0 ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣
0 , 470016
0 , 999804
0
0 , 931356 0
0 , 755964 ⎤ 0 , 589119 ⎥⎥ 0 , 369564 ⎥ ⎥ 0 ⎦
Kriteria pengelompokan adalah menggabungkan dua jenis domba yang memiliki nilai jarak minimum. Untuk matriks jarak D1 diketahui bahwa : min d {i,j} = d (3,4) = 0,369564
93
karena nilai jarak antara domba jenis 3 dan 4 yang paling kecil, maka kedua jenis domba itu memiliki kedekatan sifat warna bulu, sehingga jenis domba 3 dan 4 digolongkan ke dalam satu kelompok yang diberi nama kelompok (3,4). Pengelompokan berikutnya diperlukan untuk menentukan jarak antara kelompok (3,4) dan kelompok jenis domba yang tersisa 1,2. Jarak minimum (tetangga terdekat) ditentukan dengan formula : d { (x,y), z } = min { d (x,z), d (y,z) } Dengan demikian dapat ditentukan : d { (3,4), 1 } = min { d (3,1), d (4,1) } = min { 0,999804, 0,755964 } = 0, 755964 d { (3,4), 2 } = min { d (3,2), d (4,2) } = min { 0,931356, 0,589119 } = 0, 589119 Melalui penghapusan baris dan kolom dari matriks D1 yang berhubungan dengan domba jenis 3 dan 4, setelah itu melalui penambahan baris dan kolom untuk kelompok (3,4), maka akan diperoleh matriks jarak yang baru, D2, sebagai berikut :
⎡0 ⎢ D2 = ⎢ ⎢⎣
0 , 470016 0
0 , 755964 0 , 589119 0
⎤ ⎥ ⎥ ⎥⎦
Dari matriks D2 tampak bahwa nilai jarak minimum adalah d(1,2) = 0,470016; Untuk pengelompokan selanjutnya perlu dihitung nilai jarak antara kelompok baru (1,2) dan kelompok yang tersisa yaitu (3,4). Perhitungan dilakukan dengan formula : d { (x,y), z } = min { d (x,z), d (y,z) } Hasil perhitungan adalah: d { (1,2), (3,4) } = min { d [(1), (3,4)], d [(2), (3,4)] } = min { 0,755964, 0,589119} = 0,589119 Selanjutnya melaui penghapusan baris dan kolom dari matriks D2 yang berhubungan dengan kelompok (3,4), kemudian menambahkan baris dan kolom
94
untuk kelompok (1,2) yang baru terbentuk, maka akan diperoleh matriks jarak yang baru D3, sebagai berikut : ⎡0 0,589119⎤ D3 = ⎢ ⎥ 0 ⎦ ⎣ Matriks D3 merupakan matriks jarak yang terakhir dalam proses algoritma metode jarak minimum, dengan demikian semua jenis domba akan mengelompok menjadi satu kelompok (1,2,3,4) pada nilai jarak d = 0,589119 Gambar 1. Diagram Pohon Keterkaitan Tunggal untuk Jarak Minimum di antara Empat Jenis Domba yang Diamati Berdasarkan Frekuensi Fenotipik Warna Bulu
DEG 0,470016 DET 0,589119 DK 0,369564 DG
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
Nilai Jarak Minimum
95
Lampiran 3. Hasil Output Olahan Komputer untuk Perhitungan Jarak Fenotipik Berikut Pembuatan Diagram Pohon DEG (1) 1 0,728 -0,014 0,494
DEG (1) DET (2) DK (3) DG (4)
DET (2)
DK (3)
DG (4)
1 0,262 0,641
1 0,794
1
Nilai-nilai jarak dari pasangan domba i dan j berdasarkan nilai-nilai koefisien korelasi sederhana antara domba ke-i dank ke-j, adalah sebagai berikut : d (i,j) = 1 - r2 ; i,j = 1,2,3, dan 4 d (1,1) = 1 - r2 = 1 - (1)2 = 0 d (1,2) = 1 - r2 = 1 - (0,728)2 = 1 - 0,529984 = 0,470016 d (1,3) = 1 - r2 = 1 - (-0,014)2 = 1 - 0,000196 = 0,999804 d (1,4) = 1 - r2 = 1 - (0,494)2 = 1 - 0,244036 = 0,755964 d (2,2) = 1 - r2 = 1 - (1)2 = 0 d (2,3) = 1 - r2 = 1 - (0,262)2 = 1 - 0,068644 = 0,931356 d (2,4) = 1 - r2 = 1 - (0,641)2 = 1 - 0,410881 = 0,589119 d (3,3) = 1 - r2 = 1 - (1)2 = 0 d (3,4) = 1 - r2 = 1 - (0,794)2 = 1 - 0,630436 = 0,369564 d (4,4) = 1 - r2 = 1 - (1)2 = 0 Matriks jarak D1 = d (i,j) berdasarkan nilai jarak d (i,j) = 1 - r2 ; i,j = 1,2,3, dan 4, adalah sebagai berikut :
D1 = d {i,j} =
⎡0 ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣
0 , 470016 0
0 , 999804 0 , 931356 0
0 , 755964 0 , 589119 0 , 369564 0
⎤ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦
Dendogram keterkaitan/jarak fenotipik di antara empat jenis domba yang diamati 0 .2 3 5 0 0 .1 7 4 5 0 .2 3 5 0 0 .1 8 4 8 0 .1 8 4 8
0 .2 2 4 7
0 .4
0 .3
0 .2
0 .1
DEG DET KISAR GARUT
0 .0
Nilai Jarak Minimum
96