UKURAN DAN BENTUK TUBUH SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN DOMBA GARUT, DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA EKOR GEMUK
SKRIPSI BETARI UMI TIRTOSIWI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN BETARI UMI TIRTOSIWI. D14070209. 2011. Ukuran dan Bentuk Tubuh serta Pendugaan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Ismeth Inounu, MS. Domba merupakan ternak yang bermanfaat bagi kepentingan manusia yaitu sebagai bahan pangan sumber protein hewani. Domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik morfometrik berdasarkan ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk serta menduga bobot badan berdasarkan ukuranukuran linear tubuh. Penelitian ini dilaksanakan di kandang domba CV. Mitra Tani Farm dan Tawakkal Farm. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur variabel-variabel linear tubuh domba yang meliputi tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3), lebar dada (X4), dalam dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7), panjang kelangkang (X8), lingkar dada (X9) dan lingkar kanon (X10). Pengukuran bobot badan juga dilakukan untuk diduga berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh. Jumlah ternak yang diamati sebanyak 163 ekor terdiri atas 65 ekor domba Garut (32 jantan dan 33 betina), 66 ekor domba Ekor Tipis (33 jantan dan 33 betina) dan 32 ekor domba Ekor Gemuk (10 jantan dan 22 betina). Domba yang diamati merupakan domba dewasa tubuh umur satu tahun (I1) baik jantan maupun betina. Uji T2-Hotelling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran linear tubuh domba yang diamati. Hasil uji T2-Hotelling menunjukkan bahwa domba yang diamati sangat berbeda satu dengan yang lain (P<0,01). Perbedaan juga tampak pada jantan domba Ekor Tipis terhadap jantan domba Ekor Gemuk (P<0,05). Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan jenis domba yang diamati. Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk mengetahui penciri ukuran dan bentuk domba yang diamati. AKU menunjukkan bahwa ukuran domba Garut lebih tinggi dibandingkan domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk sedangkan bentuk domba yang diamati berbeda satu sama lain yang mengindikasikan ketiga jenis domba tersebut berbeda secara genetik. Irisan diagram kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Garut lebih besar dibandingkan dengan irisan diagram kerumunan data domba Ekor Gemuk dan domba Garut. Hal tersebut sesuai dengan asal usul domba Garut yang merupakan persilangan domba Merino, domba Kaapstad dan domba Ekor Tipis sehingga tingkat kekerabatan domba Garut dengan domba Ekor Tipis lebih tinggi. Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) digunakan untuk menduga bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh domba yang diamati. ARKU menunjukkan bahwa lingkar dada merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap bobot badan pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk baik pada jantan maupun betina. Hal ini dikarenakan nilai elastisitas tertinggi yang ii
diperoleh pada domba yang diamati adalah lingkar dada; yang masing-masing diperoleh sebesar 0,344; 0,420; 0,414 pada jantan domba Garut, domba Ekor tipis dan domba Ekor Gemuk, sedangkan pada betina sebesar 0,446; 0,220; 0,739. Elastisitas yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu cm lingkar dada pada jantan domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk masing-masing akan meningkatkan bobot badan sebesar 190,96; 187,58; 163,37 g; sedangkan pada betina domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk masing-masing akan meningkatkan bobot badan sebesar 169,47; 75,56; 254,93 g. Variabel lain yang mempengaruhi bobot badan adalah lebar kelangkang dan lingkar kanon. Setiap peningkatan satu cm lebar kelangkang dan lingkar kanon pada jantan domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk akan meningkatkan bobot badan masing-masing sebesar 486,65; 425,99; 457,98 g dan 1.364,87; 1.137,01; 679,58 g; sedangkan pada betina domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk akan meningkatkan bobot badan masing-masing sebesar 680,61; 298,67; 690,05 g dan 934,55; 116,59; 586,51 g. Lebar kelangkang dan lingkar kanon merupakan variabel yang paling besar berpengaruh terhadap peningkatan bobot badan, apabila variabel tersebut meningkat setiap satu cm. Kata-kata Kunci: Domba, T2-Hotelling, Analisis Komponen Utama, Analisis Regresi Komponen Utama, Elastisitas
iii
ABSTRACT Size, Shape and Prediction of Body Weight Garut Sheep, Thin-Tailed Sheep and Fat-Tailed Sheep Tirtosiwi, B. U., R. H. Mulyono and I. Inounu Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep are breeds of sheep that have the potential to be bred in Indonesia. This research is carried out to measure the size and shape of sheep by using Principal Component Analysis (PCA) and to estimate the body of Garut sheep, Thin-tailed sheep and Fat-tailed sheep by using Principal Component Regression Analysis (PCRA). T2-Hotelling results showed that sheeps observed were significantly different between breeds. This is due to differences in groups of sheeps. Principal Component Analysis results showed that size of Garut sheep more higher than Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep. The differences of shape was indicates the differences genetics of sheep were observed. Slices of crowd chart of Garut sheep and Thin-Tailed sheep higher than Garut sheep and Fat-Tailed sheep. That was suitable with the origin of Garut sheep are cross by Merino sheep, Kaapstad sheep and Thin-Tailed sheep so that Garut sheep and Thin-Tailed sheep have more kindsip than Garut sheep and Fat-Tailed sheep. Principal Component Regression Analysis results showed that the primary identity for body measurements of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep were chest girth (X9) and it was the most influential variable to predict body weight of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep. That was showed by highest elasticity values of chest girth (X9), which each gained at 0,344; 0,420; 0.414 for rams of Garut sheep, ThinTailed sheep and Fat-Tailed sheep and ewes at 0,446; 0,220; 0,739. Elasticity obtained showed that each increase in one cm in chest girth (X9) in rams of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep will each increase body weight 190,96 g; 187,58 g; 163,37 g; while ewes will increase the body weight of 169,47 g; 75,56 g; 254,93 g. Beside chest girth (X9), rump width (X7) and cannon circumference (X10) has considerable effect on body weight of Garut sheep, ThinTailed sheep and Fat-Tailed sheep. That was indicates increase of one cm rump width (X7) and cannon circumference (X10) rams of Garut sheep, Thin-Tailed sheep and Fat-Tailed sheep will increase body weight 486,65 g; 425,99 g; 457,98 g and 1.364,87 g; 1.137,01 g; 679,58 g; while ewes will increase body weight amounted to 680,61 g; 298,67 g; 690,05 g and 934,55 g; 116,59 g; 586,51 g. Keywords: Sheep, T2-Hotelling, Principal Component Component Regression Analysis, Elasticity
Analysis,
Principal
iv
UKURAN DAN BENTUK TUBUH SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN DOMBA GARUT, DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA EKOR GEMUK
BETARI UMI TIRTOSIWI D14070209
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 v
Judul : Ukuran dan Bentuk Tubuh serta Pendugaan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk Nama : Betari Umi Tirtosiwi NIM : D14070209
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.) NIP. 19621124 198803 2 002
(Prof. Dr. Ir. Ismeth Inounu, MS.) NIP. 19550101 198203 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Institut Pertanian Bogor
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 1 Juli 2011
Tanggal Lulus: vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Januari 1989 di Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama atau sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Marsam, SP dan Ibu Muchrozah. Pendidikan Penulis diawali pada tahun 1993 di Taman Kanak-Kanak Muslimat NU I Lasem dan diselesaikan pada tahun 1995. Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1995-2001 di Madrasah Ibtidaiyah Annasshriyah Lasem. Selanjutnya Penulis pada tahun 2004 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lasem, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rembang pada tahun 2004-2007. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2008 Penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan IPB. Penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM D-Knights) sebagai salah satu staf di Riset dan Pengembangan Mahasiswa (RPM) Eksternal. Selain itu, Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan di IPB seperti Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) dan D’Farm Festival (DFF). Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa BBM (Beasiswa Bantuan Mahasiswa) pada tahun 2008/2009 dan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun 2009/2010 dan 2010/2011.
vii
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, seminar, penelitian dan skripsi ini dengan lancar. Shalawat dan salam tak lupa Penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya sehingga kita semua senantiasa memperoleh perlindungan Allah SWT. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan judul ”Ukuran dan Bentuk Tubuh serta Pendugaan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk” Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kontribusi dan wujud peran aktif Penulis dalam dunia peternakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan ukuran dan bentuk tubuh serta pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu, memotivasi dan mengijinkan untuk mempergunakan fasilitasfasilitas selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bogor, Juli 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ………………………………………………………….
ii
ABSTRACT ……………………………………………………………
iv
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….
v
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...
viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...
xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………...
xiv
PENDAHULUAN ……………………………………………………...
1
Latar Belakang ……………………………………………….. Tujuan …………………………………………………………
1 1
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………..
2
Klasifikasi Domba ……………………………………………. Domba Garut …………………………………………………. Domba Ekor Tipis ……………………………………………. Domba Ekor Gemuk ………………………………………….. Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba …………………………... Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling ………………………… Analisis Komponen Utama …………………………………... Analisis Regresi Komponen Utama ………………………….. Korelasi antara Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Domba ………………………………………………………...
2 2 4 5 6 7 8 8
MATERI DAN METODE ……………………………………………..
10
Lokasi dan Waktu ……………………………………………..
10
Materi …………………………………………………………
10
Ternak ………………………………………………… Peralatan ………………………………………………
10 10
Prosedur ……………………………………………………….
11
Analisis Data ………………………………………………….
12
Statistik Deskriptif ……………………………………. Statistik T2-Hotelling …………………………………. Analisis Komponen Utama (AKU) …………………... Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) ………...
12 13 13 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………...
16
9
ix
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ……………………………
16
CV. Mitra Tani Farm …………………………………. Tawakkal Farm ……………………………………….
16 17
Analisis Deskriptif Sifat Kuantitatif Ukuran Linear Tubuh dan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ………………………………………………….. Statistik T2-Hotelling pada Domba yang Diamati ……………. Persamaan Ukuran dan Bentuk dari Variabel-Variabel Linear Pengukuran Tubuh Domba yang Diamati ………….................
18 21 23
Domba Garut …………………………………………. Domba Ekor Tipis ……………………………………. Domba Ekor Gemuk …………………………………..
23 24 24
Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk dan Pembentukan Diagram Kerumunan Ukuran dan Bentuk …….. Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Variabel-Variabel Pengukuran Tubuh pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ……………………………………... Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Tinggi Pundak (X1) …………………………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Tinggi Pinggul (X2) …………………………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Panjang Badan (X3) …………………………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lebar Dada (X4) …………………………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Dalam Dada (X5) …………………………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lebar Pinggul (X6) …………………………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lebar Kelangkang (X7) ……………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Panjang Kelangkang (X8) ……………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lingkar Dada (X9) …………………………………………………… Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lingkar Kanon (X10) ……………...……………………………………
25
29 32 34 35 35 36 37 37 38 39 40
Pendugaan Peningkatan Bobot Badan berdasarkan Peningkaran Ukuran Linear Variabel Tubuh …………………
40
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………...
43
Kesimpulan …………………………………………………… Saran …………………………………………………………..
43 43 x
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………...
44
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
45
LAMPIRAN ……………………………………………………………
48
xi
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Ukuran Tubuh Domba Garut Tangkas dan Garut Daging pada Umur Satu Tahun …………………………………………….
3
2.
Karakteristik Domba Ekor Tipis di Indonesia ………………..
4
3.
Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol Umur Lebih dari Satu Tahun
4
4.
Rataan Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur Dewasa …
5
5.
Jumlah Domba yang Diamati ………………………………...
10
6.
Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Garut
19
7.
Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Ekor Tipis …………………………………………………………..
20
Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Ekor Gemuk ……………………………………………………….
21
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
2
Rekapitulasi Hasil T -Hotelling Jantan dan Betina pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ...
22
Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan Keragaman Total pada Domba Garut ………………………...
23
Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan Keragaman Total pada Domba Ekor Tipis …………………...
24
Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan Keragaman Total pada Domba Ekor Gemuk ………………...
25
Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ...
27
Persamaan Regresi Komponen Utama pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk ………………...
29
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Jantan ………………...................
30
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Betina ………………...................
31
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Jantan …………...................
31
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Betina …………...................
32
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Jantan ……………………
32
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Betina …………………...
33 xii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Pengukuran Linear Ukuran Tubuh Domba …………………….
12
2.
Lokasi MT Farm (A) pada Peta Ciampea, Bogor ……………...
16
3.
Kandang Domba Pembibitan di MT Farm ……………………..
17
4.
Lokasi Tawakkal Farm pada Peta Cimande, Bogor ……………
17
5.
Perkandangan di Tawakkal Farm, Cimande …………………...
18
6.
Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh Jantan dan Betina pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk …..
26
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Halaman Perhitungan Manual Statistik T2-Hotelling pada Domba Garut Jantan dan Domba Ekor Tipis Jantan …………………………..
49
Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama pada Domba Garut ……………………………………………………………
51
Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Domba Garut …………………………………...
54
Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Garut Jantan dan Betina ………………………………………………………
54
Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Domba Ekor Tipis ……………………………...
55
Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Tipis Jantan dan Betina ……………………………………………….
55
Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Domba Ekor Gemuk …………………………...
56
Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Gemuk Jantan dan Betina ………………………………………………
56
Persamaan Regresi Komponen Utama pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk …………………..
57
Perhitungan Manual Analisis Regresi Komponen Utama pada Variabel Linear Ukuran Tubuh pada Domba Garut Jantan …….
58
Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Garut Jantan ……………………............................
62
Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Garut Betina ……………………………………...
62
Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Ekor Tipis Jantan …………………………………
63
Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Ekor Tipis Betina ………………………………...
63
Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Ekor Gemuk Jantan ………………………………
64
Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Ekor Gemuk Betina ………………………………
64
Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Garut Jantan ……………………………………………
65
Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Garut Betina ……………………………………………
65
Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada xiv
20. 21. 22. 23. 24. 25.
Domba Ekor Tipis Jantan ………………………………………
66
Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Tipis Betina ………………………………………
66
Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Gemuk Jantan …………………………………….
67
Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Gemuk Betina ……………………………………
67
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Jantan ……………………………..
68
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Betina ……………………………..
68
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Jantan ………………………..
69
26.
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Betina ………………………..
69
27.
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Jantan ……………………..
70
28.
Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Betina ……………………..
70
29.
Gambar Pengukuran Linear Tubuh Domba yang Diamati ……..
71
30.
Gambar Domba yang Diamati ………………………………….
73
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang sangat bermanfaat. Populasi dan konsumsi daging domba yang semakin meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik (2009) yang menyatakan bahwa populasi domba di Indonesia berkisar 9.514.000 ekor pada tahun 2007, sebesar 10.199.000 ekor pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 10.392.000 juta ekor domba pada tahun 2010. Kelebihan domba dibandingkan ternak lain adalah domba dipelihara untuk memproduksi wol. Domba merupakan salah satu hewan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di seluruh dunia. Domba yang terdapat di Indonesia antara lain domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Domba Garut berpotensi baik untuk dikembangkan sebagai sumber daging dan memiliki performa ukuran tubuh yang lebih baik daripada domba Lokal lain sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam adu ketangkasan domba. Keunggulan domba Ekor Tipis adalah domba ini termasuk domba prolific dan mampu beradaptasi dengan pakan terbatas, sedangkan domba Ekor Gemuk memiliki kelebihan dalam hal kemampuan beradaptasi pada lingkungan tropis seperti di Indonesia. Morfometrik masing-masing jenis domba yang dikembangkan di Indonesia merupakan karakteristik yang mencerminkan ukuran (size) dan bentuk (shape) tubuh dari jenis domba tersebut. Berdasarkan morfometrik dari seekor domba, dapat ditentukan bobot badan domba tersebut dan sekaligus dapat memberikan gambaran atau bentuk sebagai ciri khas domba yang bersifat mewaris. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik morfometrik berdasarkan ukuran (size) dan bentuk (shape) pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Penelitian ini juga bertujuan menduga bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear tubuh pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk.
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan dipelihara untuk memproduksi daging, susu, wol, kulit dan hasil limbah yang dapat digunakan sebagai pupuk menurut Gatenby (1991). Damron (2006) menyatakan bahwa domba diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, subphylum Vertebrata, class Mammalia, order Artiodactyla, suborder Ruminata, family Bovidae, genus Ovis dan species Ovies aries. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan bahwa populasi domba di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun yaitu 9.514.000 ekor pada tahun 2007, sebesar 10.199.000 ekor pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 10.392.000 juta ekor domba pada tahun 2010. Populasi domba terbesar di Indonesia ditemukan di Jawa Barat. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2008) populasi domba di Jawa Barat pada tahun 2007 sebesar 4.605.417 ekor, sedangkan pada tahun 2008 sebesar 5.311.836 ekor. Menurut FAO (2004) terdapat tiga jenis domba di Jawa yaitu domba Ekor Tipis yang ditemukan di seluruh Pulau Jawa, domba Priangan dari Jawa Barat dan domba Ekor Gemuk dari Jawa Timur. Domba Garut Domba Garut atau dikenal sebagai domba Priangan ditemukan di Jawa Barat yaitu Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis dan Tasikmalaya (FAO, 2004). Asal mula domba Garut menurut Merkens dan Soemirat (1926) yang diterjemahkan FAO (2004) merupakan hasil persilangan domba Merino dan Kaapstad dengan domba Lokal pada tahun 1864. Domba Merino didatangkan dari Australia pada tahun 1860, sedangkan domba Kaapstad berasal dari Afrika Selatan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa domba Merino dan Kaapstad disilangkan dengan domba Lokal milik K. F. Holle dan disebar ke Garut dan sekitarnya sehingga didapatkan domba Garut. Mansjoer et al. (2007) menyatakan bahwa domba Garut memiliki tingkat kesuburan tinggi (prolifik), memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber daging dan dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata daerah. Domba ini banyak dipelihara sebagai domba aduan (tipe tangkas) dan sebagai sumber pedaging (tipe daging). Domba Garut tipe Tangkas memiliki telinga yang pendek dengan 2
tanduk yang kekar dan besar. Domba Garut tipe Daging banyak menyebar di Kecamatan Wanaraja dan Sukawening. Domba ini mempunyai tubuh yang kompak, telinga yang panjang, memiliki wol yang halus dengan warna dasar dominan putih, serta memiliki paha belakang yang cukup besar. Menurut Gunawan dan Noor (2005) keunggulan domba Garut yaitu memiliki produktivitas cukup baik dan memiliki keunggulan komparatif dalam performa, kekuatan dan bobot badan yang dapat bersaing dengan domba impor dalam hal kualitas dan produktivitas. Riwantoro (2005) menyatakan bahwa domba Garut memiliki prestasi dalam seni ketangkasan domba sehingga pelestarian plasma nutfah domba Garut perlu dilakukan. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa domba Garut Tangkas memiliki ukuranukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan domba Garut Daging. Domba Garut Tangkas dipelihara lebih intensif dan telah melalui seleksi lebih ketat ke arah domba aduan sehingga memiliki tubuh yang lebih besar, aktif dan mempunyai karakteristik tertentu. Sifat tangkas pada domba Garut kemungkinan berasal dari domba Lokal. Domba Garut Daging mempunyai asal-usul yang sama dengan domba Garut Tangkas karena jantan yang telah diafkir dikawinkan dengan betina domba Lokal. Sifat kualitatif domba Garut menurut Einstiana (2006) memiliki warna bulu putih, hitam, coklat dan kombinasi, bentuk ekor tipis atau sedang dan bentuk telinga pendek. Mulliadi (1996) menyatakan performa domba Garut dipengaruhi tiga bangsa yaitu domba Kaapstad yang mempengaruhi tinggi, domba Merino yang mempengaruhi sifat tanduk dan domba Lokal yang mempengaruhi sifat tangkas. Tabel 1 menyajikan ukuran-ukuran tubuh domba Garut Tangkas dan Garut Daging pada umur lebih dari satu tahun menurut Mulliadi (1996). Tabel 1. Ukuran Tubuh Domba Garut Tangkas dan Garut Daging pada Umur Satu Tahun Ukuran Tubuh Tinggi pundak Panjang badan Lebar dada Dalam dada Lingkar dada Lingkar kanon
Satuan cm cm cm cm cm cm
Garut Tangkas
Garut Daging
Jantan
Betina
Jantan
Betina
68,34±4,95 63,00±5,79 17,36±2,45 29,98±3,19 81,63±7,06 8,59±1,00
63,36±4,42 56,01±4,00 15,72±2,09 27,16±2,58 74,33±5,91 7,12±0,67
62,27±4,50 58,44±5,60 15,64±2,19 26,90±2,74 72,34±7,16 7,34±0,79
58,20±4,26 56,09±4,71 15,04±2,18 25,58±2,65 68,83±6,07 6,66±0,64
Sumber: Mulliadi (1996)
3
Domba Ekor Tipis Bradford dan Inounu (1996) menyatakan domba Ekor Tipis menyebar di Jawa Barat, Semarang dan Sumatra. Domba Ekor Tipis dikenal sebagai domba Lokal, domba pribumi atau domba asli. Domba ini banyak ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah (FAO, 2004). Sifat kualitatif domba Ekor Tipis menurut Einstiana (2006) memiliki warna bulu putih dan kombinasi (dua warna atau tiga warna), bentuk ekor tipis dan bentuk telinga panjang. Menurut FAO (2004) domba Ekor Tipis berwarna putih dan ditemukan bintik hitam di sekeliling mata dan hidung, kadang-kadang di tempat lain serta pada ekor tidak ditemukan banyak lemak. Jantan memiliki tanduk melingkar dan betina tidak bertanduk. Ukuran telinga medium dengan posisi menggantung dan domba ini menghasilkan wol yang kasar. Tabel 2. Karakteristik Domba Ekor Tipis di Indonesia Domba Ekor Tipis Karakteristik Warna Kualitas bulu Tanduk
Jawa
Semarang
Sumatera
Putih, hitam, coklat Rendah Betina: tidak ada Jantan: bertanduk ukuran besar
Putih Rendah Betina: tidak ada Jantan: bertanduk, ukuran medium
Putih, coklat terang Rendah Betina: tidak ada Jantan: bertanduk, ukuran medium
Sumber: Bradford dan Inounu (1996)
Tabel 3. Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) pada Umur Lebih dari Satu Tahun Ukuran Tubuh
Satuan
Jantan
Betina
Tinggi pundak Panjang badan Lebar dada Dalam dada Lingkar dada
cm cm cm cm cm
55,66±3,37 51,60±3,59 15,30±1,95 28,18±5,06 71,46±4,78
57,87±4,26 57,56±3,50 18,23±1,86 32,83±3,47 71,12±4,56
Sumber: Einstiana (2006)
Tabel 2 menyajikan karakteristik domba Ekor Tipis di Jawa, Semarang dan Sumatera menurut Bradford dan Inounu (1996). Tabel 3 menyajikan sifat kuantitatif domba Ekor Tipis yang meliputi ukuran tubuh domba Ekor Tipis di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol pada umur lebih dari satu tahun, berdasarkan 4
Einstiana (2006). Prahadian (2011) melaporkan bahwa lingkar dada merupakan variabel ukuran linear permukaan tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba Ekor Tipis di Tawakkal Farm yaitu sebesar 63,54±4,23 cm. Domba Ekor Gemuk Domba Ekor Gemuk banyak ditemukan di Madura, Jawa Timur Lombok, Sumbawa, Kisar dan Sawa. Asal mula domba ini ditemukan pertama kali di Asia Barat Daya oleh para pedagang Arab. Pada tahun 1731, pemerintah mendatangkan domba Kirmani dari Persia. Domba Kirmani ini merupakan domba yang memiliki ekor gemuk dan bulu kasar. Domba Kirmani tersebut kemudian dikembangkan di Pulau Madura dan mulai dikenal sebagai domba Ekor Gemuk. Domba Ekor Gemuk memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan domba Ekor Tipis (FAO, 2004). Sifat kualitatif domba Ekor Gemuk menurut Einstiana (2006) memiliki warna bulu dominan putih maupun kombinasi dua warna, bentuk ekor gemuk, besar dan bentuk telinga panjang. Menurut FAO (2004), bobot jantan dewasa 45-50 kg dan betina 25-35 kg. Warna bulu putih, tidak bertanduk dengan bulu wol kasar. Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang tahan terhadap iklim panas dan kering. Karakteristik domba Ekor Gemuk menurut Bradford dan Inounu (1996) memiliki ekor besar, lebar dan panjang, sedangkan domba Ekor Gemuk di Pulau Madura mempunyai ekor gemuk yang ekstrim dengan bagian pangkal ekor besar dan bagian ujung ekor kecil. Djajanegara et al. (1992) melaporkan bahwa sifat kuantitatif yang meliputi panjang badan dan tinggi pundak pada domba Ekor Gemuk ditemukan sebesar 58,4±2,85 dan 57,9±3,48 cm. Tabel 4 menyajikan ukuran-ukuran tubuh domba Ekor Gemuk di Pulau Madura dan Rote menurut Wijonarko (2007). Tabel 4. Rataan Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur Dewasa Pulau Madura Ukuran Tubuh Tinggi pundak Panjang badan Lebar dada Dalam dada Lingkar dada
Pulau Rote
Satuan cm cm cm cm cm
Jantan
Betina
Jantan
Betina
64,95±5,48 64,74±5,30 14,46±1,68 28,83±2,50 77,56±6,25
61,77±3,63 57,85±4,43 15,36±2,05 28,54±3,45 70,67±6,64
62,30±4,46 56,02±4,23 14,06±0,94 30,62±2,64 75,80±10,10
57,34±3,17 51,35±3,62 13,25±1,68 26,47±1,28 63,68±5,90
Sumber: Wijonarko (2007)
5
Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba Morfologi merupakan ilmu mengenai form atau shape yang biasa digunakan untuk mempelajari karakteristik eksternal seperti anatomi, sedangkan morfometrik yaitu suatu cara pengukuran sesuatu yang diamati (Biology Online Team, 2005c). Morfometrik mencakup ukuran atau size dan bentuk atau shape. Ukuran dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif (Biology Online Team, 2005b). Bentuk dapat diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda penampilan eksternal (Biology Online Team, 2005a). Heritabilitas bobot badan ditemukan lebih kecil dibandingkan heritabilitas ukuran tulang tubuh pada domba Suffolk menurut Janssens dan Vandepitte (2003). Dijelaskan lebih lanjut bahwa heritabilitas bobot badan ditemukan sebesar 0,49; sedangkan heritabilitas ukuran tulang tubuh yang meliputi tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, lebar pinggul dan lingkar kanon memiliki heritabilitas ditemukan berkisar antara 0,35-0,57. Heritabilitas adalah proporsi dari total variasi suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya (Noor, 2008). Ukuran-ukuran tubuh menurut Mulliadi (1996) dapat digunakan untuk memberikan gambaran hubungan morfogenetik suatu ternak dan penyebarannya pada satu wilayah atau negara. Diwyanto (1982) menyatakan bahwa ukuran tubuh dapat digunakan untuk menaksir bobot badan dan karkas, serta memberi gambaran bentuk tubuh ternak sebagai ciri khas suatu bangsa tertentu. Pengukuran ukuran linear permukaan tubuh ternak sebagai sifat kuantitatif dapat digunakan dalam seleksi (Mulliadi, 1996). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengukuran ukuran linear permukaan tubuh tersebut dilakukan untuk memperoleh perbedaan ukuran-ukuran tubuh dalam populasi ternak. Ukuran-ukuran tubuh sangat berguna sebagai peubah seleksi, karena memiliki nilai heritabilitas dan keragaman yang cukup besar (Diwyanto, 1982). Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk suatu kelompok ternak merupakan hal yang diminati ahli taksonomi karena berhubungan erat dengan karakteristik suatu bangsa. Menurut Scanes (2003) perbedaan ukuran tubuh pada saat dewasa kelamin dapat memberikan penampakan yang berbeda pada setiap ternak.
6
Amano et al. (1981) menyatakan bahwa pengukuran linear permukaan tubuh dapat dilakukan menurut metode yang dibakukan pada ternak sapi berdasarkan Wagyu Cattle Registry Association, Jepang (1979). Variabel pengukuran terdiri atas 10 buah, yaitu: withers height (tinggi pundak), hip height (tinggi pinggul), body length (panjang badan), chest width (lebar dada), chest depth (dalam dada), hip width (lebar pinggul), rump width (lebar kelangkang), rump length (panjang kelangkang), chest girth (lingkar dada) dan cannon circumference (lingkar kanon). Menurut Diwyanto (1982) beberapa ukuran yang juga perlu dilakukan pada domba adalah panjang tanduk, lebar muka, lebar ekor, panjang ekor dan berat badan. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh berkorelasi dengan bobot badan jantan dan betina pada domba Garut. Ukuran-ukuran tersebut meliputi tinggi pundak, tinggi kelangkang, panjang badan, panjang kelangkang, lebar dada, dalam dada, lebar pangkal paha, lebar tulang tapis, lingkar dada, lingkar kanon, panjang tengkorak, lebar tengkorak, tinggi tengkorak, panjang dan lebar ekor. Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) statistik deskriptif meliputi nilai tengah, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman. Nilai tengah atau rataan adalah ukuran pemusatan data yang menimbang data menjadi dua kelompok yang memiliki massa yang sama. Rataan merupakan suatu nilai dasar yang digunakan untuk membandingkan setiap individu dalam contoh (Warwick et al., 1995). Ragam atau variance menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) yaitu ukuran penyebaran data yang mengukur rata-rata jarak kuadrat semua titik pengamatan terhadap titik pusat (rataan), sedangkan simpangan baku (standard deviation) populasi yaitu akar dari ragam. Koefisien keragaman atau coefficient of variation merupakan simpangan baku yang dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata (Warwick et al., 1995). Gaspersz (1992) menyatakan bahwa statistik T2-Hotelling bertujuan untuk mendapatkan perbedaan vektor nilai rata-rata diantara dua populasi. Pengujian statistik ini dapat dilakukan sekaligus atau secara bersamaan pada banyak variabel pengukuran. Apabila hasil T2-Hotelling diperoleh nyata, maka dapat dilanjutkan untuk pengujian lebih lanjut seperti Analisis Komponen Utama dan Analisis Diskriminan.
7
Analisis Komponen Utama Menurut Gaspersz (1992), Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Component Analysis (PCA) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. Analisis ini digunakan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) data dan mengintrepetasikannya. AKU juga merupakan tahap antara pada kebanyakan penelitian. Pada Analisis Regresi Komponen Utama, AKU merupakan tahap antara karena komponen utama dipergunakan sebagai input dalam membangun analisis regresi (Gaspersz, 1992). Gaspersz (1992) menyatakan bahwa komponen utama pertama merupakan kombinasi linear terbobot variabel asal yang dapat menerangkan keragaman data dalam persentase (proporsi) terbesar. Komponen utama kedua adalah kombinasi linear terbobot variabel asal yang tidak berkorelasi dengan komponen utama pertama serta memaksimumkan sisa keragaman data setelah diterangkan oleh komponen utama pertama. Keunggulan teknik komponen utama yaitu suatu teknik analisis untuk mengatasi masalah multikolinearitas dalam analisis regresi klasik yang melibatkan banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Menurut Otsuka et al. (1980), hasil analisis ini dapat ditampilkan dalam diagram kerumunan berdasarkan skor komponen utama pertama (skor ukuran) dan skor komponen utama kedua (skor bentuk). Analisis Regresi Komponen Utama Menurut Gaspersz (1992), Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) atau Principal Component Regression Analysis (PCRA) merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan teknik AKU. Pada analisis ini, AKU dijadikan sebagai tahap analisis antara untuk memperoleh hasil akhir dalam analisis regresi. Penggunaan ARKU dilakukan pada studi penelitian yang melibatkan banyak variabel bebas dari sistem konkrit dan hubungan atau saling ketergantungan diantara variabelvariabel bebas tersebut dapat ditemukan. Keunggulan teknik komponen utama dalam analisis regresi adalah mengatasi masalah multikolinearitas diantara variabel-variabel bebas dan meningkatkan ketepatan pendugaan parameter model regresi dengan cara meningkatkan derajat bebas galat. ARKU dapat dilakukan melalui proses komputasi
8
dengan aplikasi MICROSTAT, STATGRAPHICS, SAS, SPSS dan STATPRO (Gaspersz, 1992). Korelasi antara Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Pleiotropy adalah aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi ekspresi dua sifat atau lebih sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara sifatsifat tertentu pada ternak (Martojo, 1990). Mulliadi (1996) melaporkan bahwa ukuran-ukuran tubuh berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan dan betina. Tinggi pinggul, lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, panjang kelangkang dan lebar kelangkang berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan masing-masing sebesar 0,82; 0,79; 0,82; 0,79; 0,66; 0,79. Lingkar dada, lingkar kanon dan panjang badan memiliki korelasi positif pada domba Garut betina, masing-masing sebesar 0,80; 0,60; 0,64. Menurut Utami (2008) tinggi pundak, lebar dada dan dalam dada berkorelasi positif dengan bobot badan domba Ekor Tipis betina, masing-masing sebesar 0,51; 0,62; 0,55; sedangkan pada jantan korelasi positif ditemukan pada lebar dada dan dalam dada sebesar 0,66 dan 0,68. Prahadian (2011) melaporkan bahwa tinggi pinggul berkorelasi positif terhadap bobot badan pada jantan dan betina domba Ekor Tipis di Tawakkal Farm, masing-masing elastisitas sebesar 4,28 dan 0,42. Menurut Doho (1994) tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan memiliki korelasi positif dengan bobot badan pada domba Ekor Gemuk, masingmasing sebesar 0,65; 0,78; 0,65. Fourie et al. (2002) melaporkan bahwa tinggi pundak dan lingkar kanon memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba Dorper jantan sebesar 0,59 dan 0,46. Hanibal (2008) juga melaporkan bahwa lingkar dada dan panjang badan berkorelasi positif terhadap bobot badan domba silangan Lokal Garut jantan pada kelompok Cikadu dengan elastisitas sebesar 0,89 dan 0,70. Gunawan et al. (2006) menyatakan bahwa lingkar dada berkorelasi positif terhadap skor ukuran pada domba Garut Pedaging Cinagara. Dijelaskan lebih lanjut bahwa bobot badan berkorelasi positif terhadap skor ukuran (Hanibal, 2008). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi kondisi pemeliharaan dan pengaruh pemberian pakan.
9
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor, Jawa Barat dan di Tawakkal Farm, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Januari-Pebruari 2011, sedangkan pengolahan data dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Pebruari-Maret 2011 dan penulisan dilaksanakan sampai dengan Mei 2011. Materi Ternak Domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang digunakan dalam penelitian ini telah dewasa tubuh umur satu tahun (I1). Umur domba I1 dilihat dari satu pasang gigi seri yang tanggal dan berganti. Total atau jumlah ternak yang digunakan berjumlah 163 ekor. Domba yang berasal dari CV. Mitra Tani Farm yaitu domba Garut jantan dan betina, domba Ekor Tipis betina, domba Ekor Gemuk jantan dan betina; sedangkan domba Ekor Tipis jantan berasal dari Tawakkal Farm. Tabel 5 menunjukkan jumlah domba yang diamati dalam penelitian ini. Tabel 5. Jumlah Domba yang Diamati Jenis Kelamin
Domba Garut
Domba Ekor Tipis
Domba Ekor Gemuk
♂ ♀
32 ekor 33 ekor
33 ekor 33 ekor
10 ekor 22 ekor
Jumlah
65 ekor
66 ekor
32 ekor
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkat ukur, kaliper, pita ukur, timbangan digital, digital camera, warpack, sepatu boot dan alat-alat tulis. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan data penelitian meliputi alat tulis, kalkulator, lembar tabel-tabel yang berisi data mentah, software statistic yaitu Minitab 14 dan komputer.
10
Prosedur Bagian-bagian tubuh domba yang diukur meliputi tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3), lebar dada (X4), dalam dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7), panjang kelangkang (X8), lingkar dada (X9), lingkar kanon (X10) dan bobot badan (Y). Berikut ini disajikan metode pengukuran variabelvariabel ukuran linear tubuh domba. 1. Tinggi pundak (X1) diukur dengan tongkat ukur dari jarak tertinggi pundak sampai permukaan tanah (satuan cm). 2. Tinggi pinggul (X2) diukur dengan tongkat ukur dari jarak tertinggi pinggul tegak lurus dengan permukaan tanah (satuan cm). 3. Panjang badan (X3) diukur dengan tongkat ukur dari jarak garis lurus dari tepi tulang processus spinosus sampai os ischium (satuan cm). 4. Lebar dada (X4) diukur dengan kaliper dari jarak antara penonjolan sendi bahu os scapula bagian kanan dan kiri (satuan cm). 5. Dalam dada (X5) diukur dengan tongkat ukur dari jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada (satuan cm). 6. Lebar pinggul (X6) diukur dengan kaliper pada sendi pinggul antara sebelah kanan dan sebelah kiri (satuan cm). 7. Lebar kelangkang (X7) diukur dengan kaliper pada jarak antara sisi luar sudut pangkal paha sebelah kanan dan sebelah kiri (satuan cm). 8. Panjang kelangkang (X8) diukur dengan pita ukur, merupakan jarak antara pangkal paha sampai os ischium (satuan cm). 9. Lingkar dada (X9) diukur dengan pita ukur, melingkar rongga dada di belakang sendi bahu (satuan cm). 10. Lingkar kanon (X10) diukur dengan pita ukur, secara melingkar di tengahtengah tulang pipa kaki depan sebelah kiri (satuan cm). 11. Bobot badan (Y) diukur dengan timbangan digital, merupakan bobot keseluruhan domba (satuan kg).
11
Gambar 1. Pengukuran Linear Ukuran Tubuh Domba Keterangan: X1 = Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3 = Panjang Badan, X4 = Lebar Dada, X5 = Dalam Dada, X6 = Lebar Pinggul, X7 = Lebar Kelangkang, X8 = Panjang Kelangkang, X9 = Lingkar Dada, X10 = Lingkar Kanon
Analisis Data Statistik Deskriptif Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif. Nilai rataan dan simpangan baku pada masing-masing variabel diolah berdasarkan rumus Mattjik dan Sumertajaya (2002), sedangkan koefisien keragaman diolah berdasarkan rumus Warwick et al. (1995) sebagai berikut: x =
s=
∑N i=1 Xi X1 +X2 +…+Xn = n n
2 ∑ni=0Xi -X ∑ X2 - ∑ X2 /n
= n-1 n-1 KK=
Keterangan:
x Xi n s KK
s x
= Rataan data contoh = Data contoh = Banyak data sampel = Simpangan baku atau ragam contoh = Koefisien keragaman
12
Statistik T2 Hotelling Gaspersz (1992) menyatakan bahwa untuk menguji perbedaan vektor nilai rata-rata ukuran-ukuran tubuh diantara dua populasi, dapat menggunakan statistik T2Hotelling. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut: Ho: U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata ukuran-ukuran tubuh dari kelompok ternak pertama sama dengan kelompok ternak kedua. H1: U1 ≠ U2
artinya kedua vektor nilai rata-rata itu berbeda.
2
Statistik T -Hotelling dirumuskan sebagai berikut (Gaspersz, 1992): n1 n2 T2 = x -x 'S-1 x1 -x2 n1 +n2 1 2 G Keterangan: n1 n2
= Ukuran contoh dari populasi 1 = Ukuran contoh dari populasi 2
-1
SG
x1 -x2
= Invers dari matriks peragam gabungan SG = Vektor selisih nilai rata-rata contoh dari kedua populasi
Selanjutnya besaran: F=
n1 +n2 -p-1 2 T n1 +n2 -2p
akan berdistribusi dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p − 1 Analisis Komponen Utama (AKU) Analisis Komponen Utama bertujuan untuk menerangkan struktur ragamperagam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel. AKU digunakan untuk mereduksi data dan mengintrepetasikannya (Gaspersz, 1992). Gaspersz (1992) menyatakan model matematika AKU sebagai berikut: Yp = a1p X1 +a2p X2 +…+app Xp Keterangan:
Yp Xp a1p- app
= Komponen utama ke-p = Peubah ke-p untuk p = 1, 2, 3, … , 10 = Vektor ciri ke-p untuk p = 1, 2, … , 10 Model persamaan ukuran pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba
Ekor Gemuk sebagai berikut: Y1 = a11 X1 +a21 X2 +…+a101 X10
13
Keterangan: Y1 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 a11- a101
= Komponen utama pertama atau ukuran = Tinggi pundak = Tinggi pinggul = Panjang badan = Lebar dada = Dalam dada = Lebar pinggul = Lebar kelangkang = Panjang kelangkang = Lingkar dada = Lingkar kanon = Vektor ciri Model persamaan bentuk pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba
Ekor Gemuk sebagai berikut: Y2 = a12 X1 +a22 X2 +…+a102 X10 Keterangan: Y2 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 a12- a102
= Komponen utama kedua atau bentuk = Tinggi pundak = Tinggi pinggul = Panjang badan = Lebar dada = Dalam dada = Lebar pinggul = Lebar kelangkang = Panjang kelangkang = Lingkar dada = Lingkar kanon = Vektor ciri Skor komponen yang diperoleh dari persamaan ukuran dan bentuk pada
pengolahan data ternak domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk; disajikan dalam bentuk diagram kerumunan. Skor komponen utama atau vektor ukuran ditampilkan sebagai sumbu X, sedangkan skor komponen kedua atau vektor bentuk ditampilkan sebagai sumbu Y. Berdasarkan persamaan komponen utama pertama dan kedua, akan diperoleh penciri. Penciri ukuran diperoleh dari vektor ciri tertinggi pada persamaan komponen utama pertama, sedangkan penciri bentuk dari persamaan komponen utama kedua (Otsuka et al., 1980).
14
Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) Analisis Regresi Komponen Utama merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan teknik AKU. Persamaan regresi dalam bentuk variabel asli X sebagai berikut: Y= b0 +b1 X1 +b2 X2 + b3 X3 +b4 X4 +b5 X5 +b6 X6 +b7 X7 +b8 X8 +b9 X9 +b10 X10 Keterangan: Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 b0 b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10
= Bobot badan = Tinggi pundak = Tinggi pinggul = Panjang badan = Lebar dada = Dalam dada = Lebar pinggul = Lebar kelangkang = Panjang kelangkang = Lingkar dada = Lingkar kanon = Konstanta = Koefisien regresi dari tinggi pundak (X1) = Koefisien regresi dari tinggi pinggul (X2) = Koefisien regresi dari panjang badan (X3) = Koefisien regresi dari lebar dada (X4) = Koefisien regresi dari dalam dada (X5) = Koefisien regresi dari lebar pinggul (X6) = Koefisien regresi dari lebar kelangkang (X7) = Koefisien regresi dari panjang kelangkang (X8) = Koefisien regresi dari lingkar dada (X9) = Koefisien regresi dari lingkar kanon (X10) Elastisitas rata-rata dari bobot badan (Y) terhadap setiap variabel bebas Xi
dalam model regresi dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Gaspersz, 1992): Ei =
i i ∂Y X X × = bi ∂Xi Y Y
Keterangan: Ei bi
i X Yi
= Elastisitas rata-rata dari variabel takbebas Y (bobot badan) terhadap variabel bebas Xi (i = 1, 2, …, 10) = Koefisien regresi dari variabel bebas Xi (ukuran-ukuran linear tubuh) dalam persamaan regresi = Nilai rata-rata dari variabel bebas Xi (ukuran-ukuran linear tubuh) = Nilai rata-rata dari variabel takbebas Y (bobot badan)
15
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Mitra Tani Farm CV. Mitra Tani Farm (MT Farm) berlokasi di Jl. Baru, Tegal Waru, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. MT Farm ini merupakan usaha penggemukan dan pembibitan ternak yang meliputi domba, sapi, kambing dan kelinci. Domba yang dipelihara meliputi domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Limbah peternakan dimanfaatkan untuk keperluan sarana kebun, persawahan dan kolam ikan yang juga dimiliki perusahaan. Lahan MT Farm seluas hampir satu ha dengan kapasitas mendekati 1.000 ekor ternak. Ternak didatangkan dari luar Bogor seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gambar 2 menyajikan peta lokasi MT Farm.
Gambar 2. Lokasi MT Farm (A) pada Peta Ciampea, Bogor Kandang domba dibagi menjadi dua bagian yaitu kandang penggemukan dan pembibitan. Kandang pembibitan terdiri atas empat kandang besar yang masingmasing kandang meliputi 10 kandang koloni. Setiap kandang koloni diisi satu ekor jantan dan 10 ekor betina. Empat kandang beranak dan menyusui ditemukan pada setiap kandang besar pada bagian tengah kandang. Kandang domba dibuat dari bahan bambu dan kayu dengan sistem atap monitor. Domba dikandangkan sepanjang hari (pemeliharaan intensif). Pakan diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore. Pakan yang diberikan hijauan dan konsentrat.
16
(a) Tampak dari Samping
(b) Tampak dari Dalam
Gambar 3. Kandang Domba Pembibitan di MT Farm Kandang penggemukan domba terdiri atas empat kandang besar yang meliputi 10 kandang koloni. Satu kandang koloni terdiri atas 10-11 ekor domba. Setiap kandang koloni diisi bangsa domba yang sama. Bahan pembuatan kandang ini adalah kayu dengan sistem atap monitor dan lantai yang dibuat dari bahan bambu. Domba dikandangkan sepanjang hari (pemeliharaan intensif). Pakan diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Tawakkal Farm
Gambar 4. Lokasi Tawakkal Farm pada Peta Cimande, Bogor Tawakkal Farm berlokasi Jl. Raya Sukabumi Cimande, Bogor, Jawa Barat. Tawakkal Farm merupakan usaha pembibitan dan penggemukan domba Ekor Tipis dan domba Garut. Gambar 4 menyajikan peta lokasi Tawakkal Farm. Luas lahan Tawakkal Farm yaitu dua ha yang terdiri atas kandang penggemukan, kandang pembibitan, tanaman pakan ternak, perkantoran dan rumah pekerja kandang. Domba 17
dikandangkan sepanjang hari (pemeliharaan intensif). Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari (pakan hijauan atau rumput) dan siang hari (ampas tahu). Perkandangan di Tawakkal Farm meliputi empat kandang besar. Tiga kandang besar berisi kandang individu, sedangkan satu kandang besar berisi kandang koloni. Kandang individu diisi domba dewasa. Kandang koloni digunakan untuk domba usia muda atau lepas sapih. Sistem atap monitor dengan bahan kandang kayu. Gambar 4 menyajikan perkandangan domba di Tawakkal Farm.
Sumber: Saungdomba (2010)
(a) Kandang Pembibitan
(b) Kandang Individu
Gambar 5. Perkandangan di Tawakkal Farm, Cimande Analisis Deskriptif Sifat Kuantitatif Ukuran Linear Tubuh dan Bobot Badan Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk Statistik deskriptif meliputi rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman masing-masing variabel yang diamati. Tabel 6 menyajikan hasil pengukuran variabel yang diamati pada jantan dan betina domba Garut. Koefisien keragaman variabel linear permukaan tubuh pada betina berkisar antara 4,18-9,80%; sedangkan jantan antara 5,65-9,15%. Koefisien keragaman tersebut di bawah 10%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ukuran variabel linear permukaan tubuh domba Garut memiliki keseragaman yang tinggi. Hal yang tidak demikian ditemukan pada variabel bobot badan. Koefisien keragaman bobot badan domba Garut jantan dan betina di atas 10%. Keragaman yang tinggi pada variabel bobot badan kemungkinan disebabkan keragaman lingkungan yang tinggi. Menurut Janssens dan Vandepitte (2003) heritabilitas bobot badan ditemukan lebih rendah dibandingkan dengan
18
heritabilitas ukuran linear permukaan tubuh. Dijelaskan lebih lanjut bahwa heritabilitas bobot badan pada domba Suffolk adalah 0,49; sedangkan heritabilitas ukuran linear permukaan tubuh adalah 0,35-0,57 pada domba Suffolk. Tabel 6. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Garut Jenis Kelamin
Variabel Pengukuran
Satuan
Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Panjang Badan Lebar Dada Dalam Dada Lebar Pinggul Lebar Kelangkang Panjang Kelangkang Lingkar Dada Lingkar Kanon Bobot Badan
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm kg
♂ (32 ekor)
♀ (33 ekor)
74,14±4,43 (5,98%) 73,76±4,36 (5,91%) 73,70±5,10 (6,90%) 19,19±1,18 (6,16%) 33,13±2,55 (7,71%) 15,53±1,28 (8,26%) 17,23±1,54 (8,92%) 22,77±2,08 (9,15%) 88,88±5,02 (5,65%) 8,73±0,59 (6,80%) 49,28±7,12 (14,45%)
63,26±3,14 (4,96%) 64,18±3,58 (5,58%) 63,23±2,64 (4,18%) 14,84±0,88 (5,92%) 27,33±2,38 (8,72%) 13,96±1,37 (9,80%) 15,50±0,83 (5,33%) 18,42±1,20 (6,51%) 72,09±4,04 (5,61%) 6,74±0,50 (7,44%) 27,41±4,51 (16,46%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
Ukuran variabel lebar dada pada domba Garut betina pada penelitian ini tidak jauh dengan yang ditemukan oleh Mulliadi (1996). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa lebar dada pada domba Garut Daging adalah 15,04±2,18 cm. Ukuran lingkar dada domba Garut ditemukan paling tinggi pada penelitian ini. Hal tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) bahwa lingkar dada merupakan variabel ukuran linear permukaan tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba Garut Daging. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ukuran lingkar dada pada Garut Daging jantan dan betina masing-masing sebesar 72,34±7,16 cm dan 68,83±6,07 cm. Hasil pengukuran variabel dan bobot badan pada jantan dan betina domba Ekor Tipis disajikan pada Tabel 7. Koefisien keragaman variabel linear permukaan tubuh jantan antara 3,90-10,34%; sedangkan pada betina berkisar antara 4,8811,82%. Koefisien keragaman tersebut di bawah koefisien keragaman bobot badan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ukuran variabel linear permukaan tubuh domba Ekor Tipis memiliki keseragaman yang tinggi. Sebaliknya, hal yang tidak demikian ditemukan pada variabel bobot badan. Koefisien keragaman bobot badan domba Ekor Tipis jantan dan betina berada di atas koefisien ukuran variabel linear
19
permukaan tubuh. Keragaman yang tinggi pada variabel bobot badan kemungkinan disebabkan keragaman lingkungan yang tinggi. Ukuran lingkar dada domba Ekor Tipis ditemukan paling tinggi pada penelitian ini. Hal tersebut bersesuaian dengan Prahadian (2011) bahwa lingkar dada merupakan variabel ukuran linear permukaan tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba Ekor Tipis di Tawakkal Farm. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ukuran lingkar dada pada Ekor Tipis sebesar 63,54±4,23 cm. Tabel 7. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Ekor Tipis Jenis Kelamin
Variabel Pengukuran
Satuan
Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Panjang Badan Lebar Dada Dalam Dada Lebar Pinggul Lebar Kelangkang Panjang Kelangkang Lingkar Dada Lingkar Kanon Bobot Badan
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm kg
♂ (33 ekor)
♀ (33 ekor)
61,39±3,90 (6,35%) 60,44±3,02 (5,00%) 61,21±3,39 (5,53%) 16,42±1,26 (7,69%) 27,85±2,88 (10,34%) 13,42±0,79 (5,90%) 16,24±1,26 (7,78%) 18,06±0,70 (3,90%) 73,52±3,73 (5,07%) 7,58±0,42 (5,50%) 32,82±4,77 (14,54%)
59,70±4,10 (6,86%) 60,11±3,80 (6,31%) 60,42±4,09 (6,78%) 14,69±1,15 (7,81%) 25,22±2,85 (11,29%) 13,86±1,09 (7,84%) 15,38±0,82 (5,33%) 17,82±1,62 (9,11%) 70,23±3,43 (4,88%) 6,50±0,77 (11,82%) 24,09±2,88 (11,97%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
Tabel 8 menyajikan hasil pengukuran variabel serta bobot badan pada jantan dan betina domba Ekor Gemuk. Koefisien keragaman variabel linear permukaan tubuh pada betina berkisar antara 3,24-7,82%; sedangkan jantan antara 4,39-14,81%. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa ukuran variabel linear permukaan tubuh domba Ekor Gemuk memiliki keseragaman yang tinggi. Sebaliknya, koefisien keragaman bobot badan domba Ekor Gemuk jantan dan betina secara umum berada di atas koefisien ukuran variabel linear permukaan tubuh sehingga dapat dinyatakan memiliki tingkat keragaman yang tinggi, meskipun koefisien keragaman pada panjang kelangkang jantan ditemukan di atas keragaman bobot badan. Ukuran panjang kelangkang domba Ekor Gemuk dengan keragaman yang tinggi memungkinkan program seleksi ukuran panjang kelangkang dilaksanakan. Keragaman yang tinggi pada variabel bobot badan kemungkinan disebabkan
20
keragaman lingkungan yang tinggi, yang meliputi pemberian pakan, kualitas pakan, perkandangan dan manajemen pemeliharaan. Tabel 8. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Domba Ekor Gemuk Jenis Kelamin
Variabel Pengukuran
Satuan
Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Panjang Badan Lebar Dada Dalam Dada Lebar Pinggul Lebar Kelangkang Panjang Kelangkang Lingkar Dada Lingkar Kanon Bobot Badan
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm kg
♂ (10 ekor)
♀ (22 ekor)
59,84±4,13 (6,90%) 61,17±5,87 (9,59%) 59,36±4,53 (7,63%) 15,05±0,76 (5,06%) 25,44±2,91 (11,42%) 13,40±0,88 (6,53%) 14,81±0,90 (6,07%) 18,30±2,71 (14,81%) 70,85±3,11 (4,39%) 7,00±0,33 (4,76%) 27,93±3,81 (13,65%)
57,56±2,86 (4,97%) 59,34±2,34 (3,94%) 58,19±1,96 (3,37%) 14,27±1,01 (7,07%) 25,06±1,96 (7,82%) 13,58±0,85 (6,22%) 15,50±0,60 (3,86%) 17,50±1,01 (5,78%) 66,27±2,15 (3,24%) 6,41±0,37 (5,72%) 22,85±3,11 (13,59%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
Ukuran variabel panjang badan dan tinggi pundak pada domba Ekor Gemuk betina pada penelitian ini tidak jauh dengan yang ditemukan oleh Djajanegara et al. (1992). Djajanegara et al. (1992) menyatakan bahwa panjang badan dan tinggi pundak pada domba Ekor Gemuk adalah 58,4±2,85 cm dan 57,9±3,48 cm. Ukuranlingkar dada domba Ekor Gemuk ditemukan paling tinggi pada penelitian ini. Hal tersebut bersesuaian dengan Wijonarko (2007) bahwa lingkar dada merupakan variabel ukuran linear permukaan tubuh yang ditemukan paling tinggi pada domba Ekor Gemuk di Pulau Rote. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ukuran lingkar dada pada Ekor Gemuk jantan dan betina sebesar 75,80±10,10 cm dan 63,68±5,90 cm. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan pada penelitian ini. Statistik T2-Hotelling pada Domba yang Diamati Statistik T2-Hotelling dapat digunakan membandingkan ukuran-ukuran tubuh secara bersamaan atau sekaligus pada dua kelompok ternak yang berbeda sehingga dapat ditemukan persamaan atau perbedaan diantara keduanya. Tabel 9 merupakan rekapitulasi hasil statistik T2-Hotelling pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk baik pada jantan maupun betina. Perhitungan T2-Hotelling tidak memasukkan variabel bobot badan karena bobot badan banyak dipengaruhi faktor 21
lingkungan. Variabel ukuran-ukuran linear tubuh banyak dipengaruhi faktor genetik. Hasil statistik T2-Hotelling menunjukkan bahwa domba yang diamati sangat nyata berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan sangat nyata ditemukan pada setiap dua kelompok ternak yang diamati (P<0,01) sedangkan nyata berbeda ditemukan pada jantan domba Ekor Tipis terhadap jantan domba Ekor Gemuk (P<0,05). Tabel 9. Rekapitulasi Hasil T2-Hotelling Jantan dan Betina pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk Domba
Statistik T2-Hotelling
P
Kesimpulan
Garut x DET Garut x DEG DET x DEG
1,08 0,96 0,43
0,000 0,000 0,000
** ** **
♂ Garut x ♂ DET ♂ Garut x ♂ DEG ♂ DET x ♂ DEG
6,08 3,88 0,91
0,000 0,000 0,011
** ** *
♀ Garut x ♀ DET ♀ Garut x ♀ DEG ♀ DET x ♀ DEG
0,57 2,41 0,78
0,003 0,000 0,002
** ** **
♂ Garut x ♀ Garut ♂ DET x ♀ DET ♂ DEG x ♀ DEG
6,11 1,68 5,36
0,000 0,000 0,000
** ** **
Keterangan: DET = Domba Ekor Tipis; DEG = Domba Ekor Gemuk; ** = sangat nyata (P<0,01), * = nyata (P<0,05)
Secara umum, hasil statistik T2-Hotelling menyatakan perbedaan ukuranukuran linear tubuh diantara dua kelompok domba yang diamati. Hal tersebut terjadi karena perbedaan kelompok domba yang diamati. Domba Garut berbeda dengan domba Ekor Tipis karena domba Garut dibentuk dari berbagai bangsa domba seperti domba Kaapstad yang berasal dari Afrika, domba Merino dan domba Lokal menurut Merkens dan Soemirat (1926) yang diterjemahkan Food and Agricuture Organization (FAO, 2004). Domba Ekor Gemuk berbeda dengan domba Ekor Tipis karena domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Asia Barat Daya yang telah beradaptasi lama dengan lingkungan di Indonesia menurut FAO (2004). Domba Ekor Tipis merupakan domba Lokal yang disebut juga domba pribumi atau domba asli Indonesia (FAO, 2004).
22
Persamaan Ukuran dan Bentuk dari Variabel-Variabel Linear Pengukuran Tubuh Domba yang Diamati Persamaan ukuran dan bentuk tubuh pada masing-masing kelompok domba yang diamati berikut penciri disajikan terlebih dahulu sebelum kemudian dibahas. Kelompok domba Garut dibahas terlebih dahulu kemudian domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Domba Garut Tabel 10 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk, akar ciri serta keragaman total pada domba Garut berdasarkan Analisis Komponen Utama. Keragaman total 87,0% merupakan keragaman total tertinggi sehingga komponen utama pertama dapat mewakili persamaan ukuran. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 220,15. Lingkar dada memiliki vektor ciri tertinggi yaitu 0,63 sehingga lingkar dada (X9) memberikan pengaruh yang besar terhadap skor ukuran tubuh domba Garut. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai penciri ukuran tubuh pada domba Garut. Keragaman total 4,7% diperoleh pada persamaan komponen utama kedua atau persamaan bentuk. Keragaman total tersebut ditemukan terbesar setelah keragaman total komponen utama pertama. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 12,00.Vektor ciri tertinggi pada persamaan bentuk adalah tinggi pinggul (X2) yaitu 0,66 sehingga tinggi pinggul memberikan pengaruh yang besar terhadap skor bentuk pada domba Garut. Tinggi pinggul dapat dijadikan sebagai penciri bentuk tubuh domba Garut. Tabel 10. Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan Keragaman Total pada Domba Garut Persamaan Ukuran λ KT
Y1 = 0,43X1 + 0,38X2 + 0,41X3 + 0,15X4 + 0,22X5 + 0,07X6 + 0,07X7 + 0,16X8 + 0,63X9 + 0,07X10 220,15 87,0%
Persamaan Bentuk λ KT
Y2 = 0,44X1 + 0,66X2 − 0,50X3 − 0,03X4 − 0,07X5 + 0,03X6 − 0,01X7 − 0,02X8 − 0,34X9 − 0,04X10 12,00 4,7%
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, λ = Akar Ciri, Y1= Skor Ukuran, Y2= Skor Bentuk dan KT = Keragaman Total
23
Domba Ekor Tipis Tabel 11 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk, akar ciri serta keragaman total pada domba Ekor Tipis berdasarkan Analisis Komponen Utama. Keragaman total 52,0% merupakan keragaman total tertinggi sehingga komponen utama pertama dapat mewakili persamaan ukuran. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 38,52. Tinggi pundak (X1) memiliki vektor ciri tertinggi pada persamaan ukuran yaitu 0,55 sehingga tinggi
pundak
memberikan pengaruh yang besar
terhadap skor ukuran tubuh domba Ekor Tipis. Tinggi pundak dapat dijadikan sebagai penciri ukuran tubuh pada domba Ekor Tipis. Keragaman total 16,8% diperoleh pada persamaan komponen utama kedua atau persamaan bentuk. Keragaman total tersebut ditemukan terbesar setelah keragaman total komponen utama pertama. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 12,42. Vektor ciri tertinggi pada persamaan bentuk adalah lingkar dada (X9) yaitu −0,62 sehingga lingkar dada memberikan pengaruh yang besar terhadap skor bentuk pada domba Ekor Tipis. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai penciri bentuk tubuh domba Ekor Tipis. Tabel 11. Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan Keragaman Total pada Domba Ekor Tipis Persamaan Ukuran λ KT
Y1 = 0,55X1 + 0,37X2 + 0,45X3 + 0,14X4 + 0,31X5 + 0,05X6 + 0,09X7 + 0,08X8 + 0,48X9 + 0,05X10 38,52 52,0%
Persamaan Bentuk λ KT
Y2 = 0,32X1 + 0,51X2 + 0,21X3 – 0,18X4 – 0,40X5 + 0,03X6 – 0,06X7 – 0,07X8 – 0,62X9 – 0,10X10 12,42 16,8%
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, λ = Akar Ciri, Y1= Skor Ukuran, Y2= Skor Bentuk dan KT = Keragaman Total
Domba Ekor Gemuk Tabel 12 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk, akar ciri serta keragaman total pada domba Ekor Gemuk berdasarkan Analisis Komponen Utama. Keragaman total 63,0% merupakan keragaman total tertinggi sehingga komponen utama pertama dapat mewakili persamaan ukuran. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut 24
adalah 35,33. Tinggi pinggul (X2) memiliki vektor ciri tertinggi pada persamaan ukuran yaitu 0,59 sehingga tinggi pinggul
memberikan pengaruh yang besar
terhadap skor ukuran tubuh domba Ekor Gemuk. Tinggi pinggul dapat dijadikan sebagai penciri ukuran tubuh pada domba Ekor Gemuk. Keragaman total 14,1% diperoleh
pada persamaan komponen utama kedua atau persamaan
bentuk.
Keragaman total tersebut ditemukan terbesar setelah keragaman total komponen utama pertama. Nilai ciri yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 7,92. Vektor ciri tertinggi pada persamaan bentuk adalah lingkar dada (X9) yaitu 0,81 sehingga lingkar dada memberikan pengaruh yang besar terhadap skor bentuk pada domba Gemuk. Lingkar dada dapat dijadikan sebagai penciri bentuk tubuh domba Ekor Gemuk. Tabel 12. Persamaan Ukuran dan Bentuk serta Akar Ciri dan Keragaman Total pada Domba Ekor Gemuk Persamaan Ukuran λ KT
Y1 = 0,47X1 + 0,59X2 + 0,41X3 + 0,06X4 + 0,25X5 + 0,05X6 + 0,03X7 + 0,23X8 + 0,37X9 + 0,02X10 35,33 63,0%
Persamaan Bentuk λ KT
Y2 = 0,11X1 – 0,29X2 – 0,45X3 + 0,16X4 + 0,02X5 + 0,04X6 – 0,04X7 – 0,08X8 + 0,81X9 + 0,06X10 7,92 14,1%
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, λ = Akar Ciri, Y1= Skor Ukuran, Y2= Skor Bentuk dan KT = Keragaman Total
Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk dan Pembentukan Diagram Kerumunan Ukuran dan Bentuk Tabel 13 menyajikan rekapitulasi penciri ukuran dan bentuk pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk yang diamati; berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk. Gambar 6 menyajikan diagram kerumunan data domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk, berdasarkan skor ukuran dan bentuk. Pengelompokan data pada diagram kerumunan memperlihatkan perbedaan ukuran dan bentuk pada domba yang diamati. Hal tersebut bersesuaian
25
dengan hasil statistik T2-Hotelling yang menunjukkan perbedaan diantara data ukuran-ukuran tubuh jenis domba yang diamati.
Gambar 6. Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh Jantan dan Betina pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk Berdasarkan skor ukuran, data domba Garut berkerumun di sebelah kanan kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ukuran tubuh domba Garut lebih besar dibandingkan domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Hal ini bersesuaian dengan Tabel 6. Skor ukuran domba Ekor Tipis melingkupi skor ukuran domba Ekor Gemuk yang mengindikasikan bahwa kisaran skor ukuran domba Ekor Tipis lebih besar. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa ukuran tubuh domba Garut secara umum lebih besar dibandingkan domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk meskipun ditemukan beberapa ekor domba Garut memiliki ukuran tubuh yang sama dengan domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk; tetapi tidak ditemukan ukuran tubuh domba Garut yang berukuran lebih kecil daripada kelompok domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Berdasarkan diagram kerumunan data masing-masing jenis domba yang diamati, kerumunan data domba Garut berada diantara kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk berdasarkan perolehan skor bentuk. Skor bentuk domba Garut ditemukan diantara skor bentuk domba Ekor Tipis dan domba Ekor 26
Gemuk. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk suatu kelompok ternak berhubungan erat dengan karakteristik suatu bangsa. Domba Garut merupakan hasil persilangan antara domba Merino, domba Kaapstad dan domba Lokal menurut Merkens dan Soemirat (1926) yang diterjemahkan FAO atau Food and Agriculture Organization (2004). Domba Lokal yang dimaksud Merkens dan Soemirat (1926) merupakan domba Ekor Tipis yang diamati pada penelitian ini. Pada Gambar 6, irisan diagram kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Garut lebih besar dibandingkan dengan irisan diagram kerumunan data domba Ekor Gemuk dan domba Garut. Hal tersebut mengindikasikan tingkat kekerabatan domba Garut dengan domba Ekor Tipis lebih tinggi. Tabel 13. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk Domba
Penciri Ukuran
Penciri Bentuk
Garut DET DEG
X9 (Lingkar dada) (+) X1 (Tinggi pundak) (+) X2 (Tinggi pinggul) (+)
X2 (Tinggi pinggul) (+) X9 (Lingkar dada) (−) X9 (Lingkar dada) (+)
Keterangan: DET= Domba Ekor Tipis; DEG= Domba Ekor Gemuk; Tanda (+) menunjukkan korelasi positif antara penciri dan skor; Tanda (−) menunjukkan korelasi negatif antara penciri dan skor
Seluruh penciri ukuran berkorelasi positif terhadap skor ukuran, sedangkan penciri bentuk pada domba Ekor Tipis berkorelasi negatif terhadap skor bentuk. Korelasi positif antara penciri bentuk terhadap skor bentuk ditemukan pada domba Garut dan domba Ekor Gemuk. Lingkar dada merupakan penciri ukuran tubuh domba Garut pada pengamatan ini yang berkorelasi positif terhadap skor ukuran. Gunawan et al. (2006) menyatakan bahwa lingkar dada berkorelasi positif terhadap skor ukuran pada domba Garut Pedaging Cinagara. Hanibal (2008) melaporkan bahwa bobot badan berkorelasi positif terhadap skor ukuran. Penciri ukuran domba Garut yaitu lingkar dada berkorelasi positif dengan skor ukuran. Secara tidak langsung, lingkar dada berkorelasi positif terhadap bobot badan. Domba Garut yang dipelihara di CV. Mitra Tani Farm merupakan domba penggemukan dengan pemeliharaan intensif. Pada pemeliharaan intensif, pengaruh lingkungan (pemberian pakan, kualitas pakan, perkandangan, manajemen pemeliharaan) berperanan besar. 27
Mulliadi (1996) melaporkan bahwa bobot badan dipengaruhi kondisi pemeliharaan dan pengaruh pemberian pakan. Perolehan lingkar dada sebagai penciri ukuran domba Garut mengindikasikan bahwa domba Garut dipelihara untuk digemukkan. Pengaruh pemberian pakan penggemukan berdampak pada perolehan ukuran lingkar dada yang tinggi; yang pada pengamatan ini, lingkar dada ditemukan sebagai penciri ukuran domba Garut. Tinggi pundak merupakan penciri ukuran tubuh domba Ekor Tipis yang berkorelasi positif dengan skor ukuran. Domba Ekor Tipis yang diamati berasal dari Mitra Tani Farm dan Tawakkal Farm dengan pemeliharaan intensif. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan Prahadian (2011) pada domba Ekor Tipis yang dipelihara di UP3J atau Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol dengan pemeliharaan semi intensif. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pemeliharaan baik intensif maupun ekstensif tidak berpengaruh terhadap perolehan penciri dan skor ukuran tubuh domba Ekor Tipis. Tinggi pinggul merupakan penciri ukuran tubuh domba Ekor Gemuk yang berkorelasi positif dengan skor ukuran. Domba Ekor Gemuk yang diamati berasal dari Mitra Tani Farm dengan pemeliharaan intensif. Penciri ukuran tinggi pinggul pada domba Ekor Gemuk seperti halnya penciri ukuran tinggi pundak pada domba Ekor Tipis banyak dipengaruhi genetik. Kedua penciri tersebut merupakan ukuran panjang tulang yang memiliki heritabilitas tinggi. Janssens dan Vandepitte (2003) menyatakan bahwa ukuran-ukuran tulang pada domba Suffolk seperti tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, lebar pinggul dan lingkar kanon memiliki heritabilitas berkisar antara 0,35-0,57. Secara genetik ukuran domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk berbeda yang diperlihatkan dengan penciri ukuran yang berbeda, meskipun pemisahan kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk lebih banyak disebabkan bentuk yang berbeda. Perolehan tinggi pinggul sebagai penciri bentuk tubuh domba Garut mengindikasikan bahwa secara genetik tinggi pinggul berpengaruh terhadap bentuk tubuh. Hal yang berbeda ditemukan pada domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Penciri bentuk kedua jenis domba ini sama, yaitu lingkar dada. Hal yang membedakan adalah korelasi penciri bentuk dengan skor bentuk. Pada domba Ekor Tipis korelasi negatif ditemukan antara lingkar dada dan skor bentuk, sedangkan korelasi positif ditemukan pada domba Ekor Gemuk. Penciri bentuk yang ditemukan
28
pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk pada penelitian ini memberikan karakteristik genetik yang berbeda satu sama lain. Penciri bentuk yang spesifik pada setiap kelompok domba yang diamati membentuk kerumunan yang memberikan pemisahan masing-masing kelompok domba. Data domba Ekor Tipis berkerumun di bawah kerumunan data domba Ekor Gemuk. Kerumunan data domba Garut berada diantara data domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk karena memiliki penciri bentuk yang berbeda yaitu tinggi pinggul. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk suatu kelompok ternak merupakan hal yang diminati ahli taksonomi karena berhubungan erat dengan karakteristik suatu bangsa. Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Variabel-Variabel Pengukuran Tubuh pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk Hasil perhitungan statistik menunjukkan hubungan nyata (P<0,05) antara bobot badan dan keseluruhan ukuran-ukuran variabel tubuh domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Tabel 14 menyajikan persamaan regresi komponen utama pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Tabel 14. Persamaan Regresi Komponen Utama pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk Domba
Jenis Kelamin
Garut
♂
Y = −66,00 + 0,20X1 + 0,19X2 + 0,15X3 + 0,79X4 + 0,22X5 + 0,57X6 + 0,49X7 + 0,27X8 + 0,19X9 + 1,36X10
♀
Y = −64,66 + 0,19X1 + 0,17X2 + 0,17X3 + 0,58X4 + 0,18X5 + 0,40X6 + 0,68X7 + 0,57X8 + 0,17X9 + 0,93X10
♂
Y = −56,81 + 0,16X1 + 0,16X2 + 0,15X3 + 0,46X4 + 0,21X5 + 0,66X6 + 0,43X7 + 0,52X8 + 0,19X9 + 1,14X10
♀
Y = −7,55 + 0,05X1 + 0,06X2 + 0,06X3 + 0,23X4 + 0,02X5 + 0,24X6 + 0,30X7 + 0,19X8 + 0,08X9 + 0,12X10
♂
Y = −37,27 + 0,11X1 + 0,09X2 + 0,12X3 + 0,58X4 + 0,16X5 + 0,50X6 + 0,46X7 + 0,20X8 + 0,16X9 + 0,68X10
♀
Y = −64,75 + 0,14X1 + 0,21X2 + 0,18X3 + 0,33X4 + 0,21X5 + 0,44X6 + 0,69X7 + 0,49X8 + 0,25X9 + 0,59X10
DET
DEG
Persamaan Regresi Komponen Utama
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, Y = Bobot Badan, DET = Domba Ekor Tipis dan DEG = Domba Ekor Gemuk
29
Persamaan regresi tersebut memasukkan variabel tinggi pundak (X1), tinggi pinggul (X2), panjang badan (X3), lebar dada (X4), dalam dada (X5), lebar pinggul (X6), lebar kelangkang (X7), panjang kelangkang (X8), lingkar dada (X9), lingkar kanon (X10).
Elastisitas setiap variabel ukuran tubuh yang diamati pada domba
Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk disajikan pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19 dan 20. Tabel 15 dan 16 menyajikan elastisitas ukuran variabel tubuh yang diamati terhadap bobot badan jantan dan betina pada domba Garut. Nilai elastisitas variabelvariabel pengukuran terhadap bobot badan pada jantan domba Garut berkisar antara 0,122-0,344; sedangkan pada betina antara 0,181-0,446. Tabel 17 dan 18 menyajikan elastisitas ukuran variabel tubuh yang diamati terhadap bobot badan jantan dan betina pada domba Ekor Tipis. Nilai elastisitas variabel-variabel pengukuran terhadap bobot badan pada jantan domba Ekor Tipis berkisar antara 0,176-0,420; sedangkan pada betina antara 0,025-0,220. Tabel 19 dan 20 menyajikan elastisitas ukuran variabel tubuh yang diamati terhadap bobot badan jantan dan betina pada domba Ekor Gemuk. Nilai elastisitas variabel-variabel pengukuran terhadap bobot badan pada jantan domba Ekor Gemuk berkisar antara 0,130-0,414; sedangkan pada betina antara 0,164-0,739. Tabel 15. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Jantan Jenis Domba
Jenis Kelamin
Urutan Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh*
Nilai Elastisitas
Garut
♂
Lingkar Dada Tinggi Pundak Lebar Dada Tinggi Pinggul Lingkar Kanon Panjang Badan Lebar Pinggul Lebar Kelangkang Dalam Dada Panjang Kelangkang
0,344 0,308 0,306 0,287 0,242 0,232 0,179 0,170 0,149 0,122
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi
30
Tabel 16. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Betina Jenis Domba
Jenis Kelamin
Urutan Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh*
Nilai Elastisitas
Garut
♀
Lingkar Dada Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Panjang Kelangkang Lebar Kelangkang Panjang Badan Lebar Dada Lingkar Kanon Lebar Pinggul Dalam Dada
0,446 0,442 0,388 0,385 0,385 0,382 0,316 0,230 0,205 0,181
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi
Tabel 17. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Jantan Jenis Domba
Jenis Kelamin
Urutan Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh*
Nilai Elastisitas
DET
♂
Lingkar Dada Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Panjang Kelangkang Lebar Pinggul Panjang Badan Lingkar Kanon Lebar Dada Lebar Kelangkang Dalam Dada
0,420 0,303 0,300 0,284 0,271 0,271 0,262 0,232 0,211 0,176
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi, DET = Domba Ekor Tipis
31
Tabel 18. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Betina Jenis Domba
Jenis Kelamin
Urutan Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh*
Nilai Elastisitas
DET
♀
Lingkar Dada Lebar Kelangkang Tinggi Pinggul Panjang Badan Panjang Kelangkang Lebar Dada Lebar Pinggul Tinggi Pundak Lingkar Kanon Dalam Dada
0,220 0,191 0,150 0,148 0,143 0,140 0,138 0,128 0,031 0,025
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi, DET = Domba Ekor Tipis
Tabel 19. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Jantan Jenis Domba
Jenis Kelamin
Urutan Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh*
Nilai Elastisitas
DEG
♂
Lingkar Dada Lebar Dada Panjang Badan Lebar Kelangkang Lebar Pinggul Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Lingkar Kanon Dalam Dada Panjang Kelangkang
0,414 0,312 0,249 0,243 0,237 0,235 0,196 0,170 0,147 0,130
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi, DEG = Domba Ekor Gemuk
32
Tabel 20. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Betina Jenis Domba
Jenis Kelamin
Urutan Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh*
Nilai Elastisitas
DEG
♀
Lingkar Dada Tinggi Pinggul Lebar Kelangkang Panjang Badan Panjang Kelangkang Tinggi Pundak Lebar Pinggul Dalam Dada Lebar Dada Lingkar Kanon
0,739 0,555 0,468 0,449 0,377 0,359 0,264 0,225 0,209 0,164
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi, DEG = Domba Ekor Gemuk
Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Tinggi Pundak (X1) Variabel tinggi pundak berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas tinggi pundak domba Garut ditemukan pada urutan kedua. Peningkatan satu cm tinggi pundak akan meningkatkan bobot badan sebesar 204,92 g pada jantan dan 191,40 g pada betina pada domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas tinggi pundak ditemukan pada urutan kedua, sedangkan betina pada urutan kedelapan. Peningkatan satu cm tinggi pundak akan meningkatkan bobot badan sebesar 162,03 g pada jantan dan 51,70 g pada betina domba Ekor Tipis. Hal yang demikian terjadi pula pada domba Ekor Gemuk yang memiliki nilai elastisitas tinggi pundak pada urutan keenam. Peningkatan satu cm tinggi pundak akan meningkatkan bobot badan sebesar 109,59 g pada jantan dan 142,40 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa tinggi pundak berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan yaitu sebesar 0,86. Utami (2008) menyatakan bahwa tinggi pundak berkorelasi positif dengan bobot badan domba Lokal atau domba Ekor Tipis betina sebesar 0,51. Doho (1994) menyatakan bahwa tinggi pundak memiliki korelasi positif dengan bobot badan pada domba Ekor Gemuk sebesar 0,65. Menurut Fourie et al. (2002), tinggi pundak memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba Dorper jantan sebesar 0,59. Berdasarkan hasil
33
pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel tinggi pundak dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel tinggi pundak dan bobot badan. Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Tinggi Pinggul (X2) Variabel tinggi pinggul berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas tinggi pinggul ditemukan pada urutan keempat pada jantan dan urutan ketiga pada betina domba Garut. Peningkatan satu cm tinggi pinggul akan meningkatkan bobot badan sebesar 191,79 g pada jantan dan 165,63 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas tinggi pinggul ditemukan pada urutan ketiga. Setiap peningkatan satu cm tinggi pinggul akan meningkatkan bobot badan sebesar 163,10 g pada jantan dan 60,04 g pada betina domba Ekor Tipis. Hal yang demikian terjadi pula pada domba Ekor Gemuk yang memiliki nilai elastisitas tinggi pinggul pada urutan ketujuh pada jantan dan urutan kedua pada betina. Peningkatan satu cm tinggi pinggul akan meningkatkan bobot badan sebesar 89,54 g pada jantan dan 213,57 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa tinggi pinggul berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan yaitu sebesar 0,82. Prahadian (2011) melaporkan bahwa tinggi pinggul berkorelasi positif terhadap bobot badan baik pada jantan maupun pada betina domba Ekor Tipis di Tawakkal Farm, dengan masing-masing elastisitas sebesar 4,28 dan 0,42. Hasil pengamatan ini berbeda dengan Prahadian (2011). Nilai elastisitas tinggi pinggul terhadap bobot badan pada pengamatan ini ditemukan lebih rendah. Hal ini dikarenakan perbedaan lokasi dan waktu pengamatan, disamping manajemen pemeliharaan. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel tinggi pinggul dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel tinggi pinggul dan bobot badan.
34
Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Panjang Badan (X3) Variabel panjang badan berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas panjang badan ditemukan pada urutan keenam pada domba Garut. Peningkatan satu cm panjang badan akan meningkatkan bobot badan sebesar 154,87 g pada jantan dan 165,41 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas panjang badan ditemukan pada urutan keenam, sedangkan betina pada urutan keempat. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peningkatan satu cm panjang badan akan meningkatkan bobot badan sebesar 145,10 g pada jantan dan 58,87 g pada betina domba Ekor Tipis. Hal yang demikian terjadi pula pada domba Ekor Gemuk yang memiliki nilai elastisitas panjang badan pada jantan urutan ketiga, sedangkan betina urutan keempat. Peningkatan satu cm panjang badan dapat meningkatkan bobot badan sebesar 116,99 g pada jantan dan 176,27 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa panjang badan berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut betina yaitu sebesar 0,64. Doho (1994) menyatakan bahwa panjang badan memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba Ekor Gemuk sebesar 0,65. Hanibal (2008) melaporkan bahwa panjang badan berkorelasi positif terhadap bobot badan domba silangan Lokal Garut jantan pada kelompok Cikadu dengan elastisitas sebesar 0,70. Hasil pengamatan ini berbeda dengan Hanibal (2008). Nilai elastisitas panjang badan terhadap bobot badan pada pengamatan ini ditemukan lebih rendah. Hal ini dikarenakan perbedaan manajemen pemeliharaan, lokasi dan waktu pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel panjang badan dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel panjang badan dan bobot badan. Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lebar Dada (X4) Variabel lebar dada berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas lebar dada ditemukan pada urutan ketiga pada jantan dan urutan ketujuh pada betina domba Garut. Peningkatan satu cm lebar dada akan 35
meningkatkan bobot badan sebesar 787,16 g pada jantan dan 583,96 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas lebar dada ditemukan pada urutan kedelapan pada jantan dan urutan keenam pada betina. Peningkatan satu cm lebar dada akan meningkatkan bobot badan sebesar 464,35 g pada jantan dan 230,20 g pada betina domba Ekor Tipis. Hal yang demikian terjadi pula pada domba Ekor Gemuk yang memiliki nilai elastisitas lebar dada pada urutan kedua pada jantan dan urutan kesembilan pada betina. Peningkatan satu cm lebar dada akan meningkatkan bobot badan sebesar 578,64 g pada jantan dan 334,97 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa lebar dada berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan yaitu sebesar 0,79. Menurut Utami (2008), lebar dada memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba Lokal atau domba Ekor Tipis pada jantan dan betina masing-masing sebesar 0,66 dan 0,62. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel lebar dada dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel lebar dada dan bobot badan. Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Dalam Dada (X5) Variabel dalam dada berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas dalam dada ditemukan pada urutan kesembilan pada jantan dan urutan kesepuluh pada betina domba Garut. Peningkatan satu cm dalam dada dapat meningkatkan bobot badan sebesar 221,12 g pada jantan dan 181,23 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas dalam dada ditemukan pada urutan kesepuluh. Setiap peningkatan satu cm dalam dada dapat meningkatkan bobot badan sebesar 207,24 g pada jantan dan 23,77 g pada betina domba Ekor Tipis. Hal yang demikian terjadi pula pada domba Ekor Gemuk yang memiliki nilai elastisitas dalam dada pada urutan kesembilan pada jantan dan urutan kedelapan pada betina. Setiap peningkatan satu cm dalam dada dapat meningkatkan bobot badan sebesar 161,78 g pada jantan dan 205,08 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa dalam dada berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut 36
jantan yaitu sebesar 0,82. Menurut Utami (2008), dalam dada memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba Lokal atau domba Ekor Tipis pada jantan dan betina masing-masing sebesar 0,68 dan 0,55. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel dalam dada dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel dalam dada dan bobot badan. Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lebar Pinggul (X6) Variabel lebar pinggul berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas lebar pinggul ditemukan pada urutan ketujuh pada jantan dan urutan kesembilan pada betina domba Garut. Peningkatan satu cm lebar pinggul akan meningkatkan bobot badan sebesar 567,78 g pada jantan dan 403,39 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas lebar pinggul ditemukan pada urutan kelima pada jantan dan urutan ketujuh pada betina. Peningkatan satu cm lebar pinggul akan meningkatkan bobot badan sebesar 661,86 g pada jantan dan 239,10 g pada betina domba Ekor Tipis. Kelompok domba Ekor Gemuk memiliki urutan nilai elastisitas lebar pinggul sama dengan kelompok domba Ekor Tipis yaitu jantan pada urutan kelima dan betina pada urutan ketujuh. Setiap peningkatan satu cm lebar pinggul akan meningkatkan bobot badan sebesar 89,54 g pada jantan dan 444,94 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa lebar pinggul berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan yaitu sebesar 0,79. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel lebar pinggul dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel lebar pinggul dan bobot badan. Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lebar Kelangkang (X7) Variabel lebar kelangkang berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas lebar kelangkang ditemukan pada urutan 37
kedelapan pada jantan dan urutan kelima pada betina domba Garut. Peningkatan satu cm lebar kelangkang akan meningkatkan bobot badan sebesar 486,65 g pada jantan dan 680,61 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas lebar kelangkang ditemukan pada urutan kesembilan pada jantan dan urutan kedua pada betina. Setiap peningkatan satu cm lebar kelangkang akan meningkatkan bobot badan sebesar 425,99 g pada jantan dan 298,67 g pada betina domba Ekor Tipis. Hal yang demikian terjadi pula pada domba Ekor Gemuk yang memiliki nilai elastisitas lebar kelangkang pada urutan keempat pada jantan dan urutan ketiga pada betina. Peningkatan satu cm lebar kelangkang akan meningkatkan bobot badan sebesar 457,98 g pada jantan dan 690,05 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa lebar kelangkang berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan yaitu sebesar 0,79. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel lebar kelangkang dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel lebar kelangkang dan bobot badan. Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Panjang Kelangkang (X8) Variabel panjang kelangkang berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas panjang kelangkang ditemukan pada urutan kesepuluh pada jantan dan urutan keempat pada betina domba Garut. Peningkatan satu cm panjang kelangkang akan meningkatkan bobot badan sebesar 265,10 g pada jantan dan 572,78 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas panjang kelangkang ditemukan pada urutan keempat pada jantan dan urutan kelima pada betina. Peningkatan satu cm panjang kelangkang dapat meningkatkan bobot badan sebesar 516,05 g pada jantan dan 193,21 g pada betina domba Ekor Tipis. Hal yang demikian terjadi pula pada domba Ekor Gemuk yang memiliki nilai elastisitas panjang kelangkang pada urutan kesepuluh pada jantan dan urutan kelima pada betina. Peningkatan satu cm panjang kelangkang akan meningkatkan bobot badan sebesar 197,72 g pada jantan dan 491,90 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) 38
yang menyatakan bahwa panjang kelangkang berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut jantan yaitu sebesar 0,66. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel panjang kelangkang dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel panjang kelangkang dan bobot badan. Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lingkar Dada (X9) Variabel lingkar dada berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas lingkar dada ditemukan pada urutan tertinggi baik pada domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk sehingga dapat dikatakan bahwa bobot badan domba yang diamati paling sensitif terhadap perubahan lingkar dada. Peningkatan satu cm lingkar dada akan meningkatkan bobot badan sebesar 190,96 g pada jantan dan 169,47 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis diperoleh peningkatan satu cm lingkar dada akan meningkatkan bobot badan sebesar 187,58 g pada jantan dan 75,56 g pada betina domba Ekor Tipis. Kelompok domba Ekor didapatkan bahwa peningkatan satu cm lingkar dada akan meningkatkan bobot badan sebesar 163,37 g pada jantan dan 254,93 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa lingkar dada berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut betina yaitu sebesar 0,80. Doho (1994) menyatakan bahwa lingkar dada memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba Ekor Gemuk sebesar 0,78. Hanibal (2008) melaporkan bahwa lingkar dada berkorelasi positif terhadap bobot badan domba silangan Lokal Garut jantan pada kelompok Cikadu dengan elastisitas sebesar 0,89. Hasil pengamatan ini berbeda dengan Hanibal (2008). Nilai elastisitas lingkar dada terhadap bobot badan pada pengamatan ini ditemukan lebih rendah. Hal ini dikarenakan perbedaan lokasi dan waktu pengamatan, disamping manajemen pemeliharaan. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel lingkar dada dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel lingkar dada dan bobot badan. 39
Hubungan antara Bobot Badan (Y) dan Lingkar Kanon (X10) Variabel lingkar kanon berpengaruh terhadap bobot badan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai elastisitas pada Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan Lampiran 23, 24, 25, 26, 27, 28. Nilai elastisitas lingkar kanon ditemukan pada urutan kelima pada jantan dan urutan kedelapan pada betina domba Garut. Peningkatan satu cm lingkar kanon akan meningkatkan bobot badan sebesar 1.364,87 g pada jantan dan 934,55 g pada betina domba Garut. Pada domba Ekor Tipis jantan nilai elastisitas lingkar kanon ditemukan pada urutan ketujuh pada jantan dan urutan kesembilan pada betina. Peningkatan satu cm lingkar kanon akan meningkatkan bobot badan sebesar 1.137,01 g pada jantan dan 116,59 g pada betina domba Ekor Tipis. Hal yang demikian terjadi pula pada domba Ekor Gemuk yang memiliki nilai elastisitas lingkar kanon pada urutan kedelapan pada jantan dan urutan kesepuluh pada betina. Peningkatan satu cm lingkar kanon akan meningkatkan bobot badan sebesar 679,58 g pada jantan dan 586,51 g pada betina domba Ekor Gemuk. Hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan Mulliadi (1996) yang menyatakan bahwa lingkar kanon berkorelasi positif dengan bobot badan domba Garut betina yaitu sebesar 0,60. Menurut Fourie et al. (2002), lingkar kanon memiliki korelasi positif dengan bobot badan domba Dorper jantan sebesar 0,46 sehingga dapat dinyatakan bahwa lingkar kanon merupakan variabel yang berpengaruh terhadap bobot badan. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa variabel lingkar kanon dan bobot badan dipengaruhi oleh pleiotropy atau aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan atau korelasi antara variabel lingkar kanon dan bobot badan. Pendugaan Peningkatan Bobot Badan berdasarkan Peningkatan Ukuran Linear Variabel Tubuh Lebar kelangkang dan lingkar kanon memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot badan domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk. Hal ini dikarenakan peningkatan satu cm lebar kelangkang dan lingkar kanon terhadap peningkatan bobot badan memiliki nilai yang tertinggi. Amano et al. (1980) menyatakan bahwa lebar kelangkang dan lingkar kanon merupakan variabel pengukuran tubuh yang dapat digunakan untuk menopang tubuh atau bobot badan. Janssens dan Vandepitte (2003) menyatakan bahwa ukuran tulang lingkar kanon
40
memiliki heritabilitas sebesar 0,53 pada domba Suffolk dan 0,37 pada domba Texel. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lebar kelangkang dan lingkar kanon secara genetik mempunyai pengaruh yang besar. Pada pengamatan ini, ukuran lebar kelangkang dan lingkar kanon meningkat maka akan meningkatkan bobot badan secara signifikan. Pertumbuhan ukuran lebar kelangkang dan lingkar kanon terjadi pada periode pertumbuhan awal domba. Pada pengamatan ini pengukuran dilakukan pada saat dewasa tubuh; sehingga nilai elastisitas lebar kelangkang dan lingkar kanon terhadap bobot badan kecil. Hal tersebut bersesuaian dengan Scanes (2003) yang menyatakan bahwa perbedaan ukuran tubuh pada saat dewasa kelamin dapat memberikan penampakan yang berbeda pada setiap ternak. Variabel yang memiliki pengaruh kecil terhadap peningkatan bobot badan domba Garut adalah panjang badan. Hal ini dikarenakan peningkatan satu cm panjang badan terhadap peningkatan bobot badan domba Garut memiliki nilai yang terendah. Pada domba Ekor Tipis jantan, panjang badan merupakan variabel yang berpengaruh paling kecil terhadap peningkatan bobot badan, sedangkan pada betina adalah dalam dada. Hal ini dikarenakan peningkatan satu cm panjang badan dan dalam dada terhadap peningkatan bobot badan domba Ekor Tipis memiliki nilai yang terendah. Tinggi pinggul merupakan variabel yang berpengaruh paling kecil terhadap peningkatan bobot badan domba Ekor Gemuk jantan, sedangkan pada betina adalah tinggi pundak. Hal ini dikarenakan peningkatan tinggi pinggul dan tinggi pundak terhadap peningkatan bobot badan domba memiliki nilai yang terendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan variabel panjang badan, dalam dada, tinggi pinggul dan tinggi pundak tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan bobot badan domba yang diamati. Hasil pendugaan peningkatan bobot badan berdasarkan peningkatan ukuran linear variabel tubuh diperoleh bahwa domba Garut dan domba Ekor Tipis memiliki kesamaan. Persamaan antara keduanya yaitu variabel panjang badan merupakan variabel yang paling kecil pengaruhnya terhadap peningkatan bobot badan domba yang diamati. Hal yang demikian tidak ditemukan pada domba Ekor Gemuk. Hal tersebut mengindikasikan domba Garut dan domba Ekor Tipis memiliki tingkat kekerabatan lebih tinggi dibandingkan tingkat kekerabatan domba Garut dan domba Ekor Gemuk. Hal ini bersesuaian dengan Merkens dan Soemirat (1926) yang
41
diterjemahkan Food and Agriculture Organization (FAO, 2004) bahwa domba Garut merupakan domba hasil persilangan antara domba Kaapstad, domba Merino dan domba Lokal atau yang dimaksud domba Ekor Tipis sehingga tingkat kekerabatan antara domba Garut dan domba Ekor Tipis lebih tinggi. Domba Ekor Gemuk berbeda dengan domba Ekor Tipis dan domba Garut. Hal ini dikarenakan domba Ekor Gemuk menurut FAO (2004) merupakan domba yang berasal dari Asia Barat Daya yang telah beradaptasi lama dengan lingkungan di Indonesia sehingga kekerabatan domba Ekor Gemuk dan domba Garut lebih kecil dibandingkan domba Ekor Tipis dan domba Garut.
42
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengujian statistik T2-Hotelling menunjukkan bahwa domba Garut, domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan sangat nyata ditemukan pada setiap dua kelompok ternak yang diamati, sedangkan perbedaan nyata ditemukan pada jantan domba Ekor Tipis terhadap jantan domba Ekor Gemuk. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan genetik antara kelompok domba yang diamati. Hasil Analisis Komponen Utama (AKU) menunjukkan bahwa ukuran domba Garut lebih tinggi dibandingkan domba Ekor Tipis dan domba Ekor Gemuk sedangkan bentuk domba yang diamati berbeda satu sama lain yang mengindikasikan ketiga jenis domba tersebut berbeda secara genetik. Irisan diagram kerumunan data domba Ekor Tipis dan domba Garut lebih besar dibandingkan dengan irisan diagram kerumunan data domba Ekor Gemuk dan domba Garut. Hal tersebut sesuai dengan asal usul domba Garut yang merupakan persilangan domba Merino, domba Kaapstad dan domba Ekor Tipis sehingga tingkat kekerabatan domba Garut dengan domba Ekor Tipis lebih tinggi. Pendugaan bobot badan dilakukan dengan Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU). Pengaruh yang nyata antara ukuran-ukuran linear tubuh terhadap bobot badan ditemukan sehingga peningkatan ukuran-ukuran linear tubuh maka akan meningkatkan bobot badan domba yang diamati. Lingkar dada merupakan variabel yang memiliki nilai elastisitas tertinggi pada setiap domba yang diamati, namun lingkar kanon dan lebar kelangkang memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan bobot badan. Saran Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya perlu ditambahkan variabel-variabel pengukuran lain yang kemungkinan mempengaruhi bobot badan seperti panjang tengkorak, lebar tengkorak, lebar muka, lingkar skrotum, lebar ekor, panjang ekor, dan panjang tanduk.
43
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, seminar, penelitian dan skripsi dengan lancar. Shalawat dan salam tak lupa Penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya sehingga kita semua senantiasa memperoleh perlindungan Allah SWT. Terima kasih yang sedalam-dalamnya Penulis ucapkan kepada Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Ismeth Inounu, MS. sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan serta penyelesaian skripsi, Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si., Ir. Sri Darwati, M.Si. dan M. Baihaqi S.Pt., M.Sc. sebagai penguji yang telah memberikan saran yang membangun. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Budi dan segenap karyawan CV. Mitra Tani Farm serta Bapak Bunyamin dan karyawan Tawakkal Farm yang telah mengijinkan, memberikan fasilitas dan membantu dalam pelaksanaan penelitian, kepada Ir. Lucia Cyrilla, M.Si. sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan mulai tingkat awal hingga akhir. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Marsam, S.P., Ibu Muchrozah, Sasi dan Dewi beserta keluarga besar yang senantiasa memberikan kasih sayang dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi. Penulis sampaikan terima kasih kepada teman seperjuangan (Omi), Reiza, Gilang, Agung, Ihsan, Resti, Fitri, teman satu bimbingan (Cyntia, Fuad, Riri, Arif, Sidiq, Fasta, Risca, Siska), Yusuf, Ibu Pipih, Bapak Dadang, Endro, Puspita, Ria, Yayan, Nur, Dhani dan Debo yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi. Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman CBC (Dian, Tika, Aan, Ari, Widi, Zia), IPTP 44, kost Eky, HKRB (Himpunan Keluarga Rembang di Bogor) yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu; yang telah memberikan motivasi sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Terakhir Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, Juli 2011 Penulis 44
DAFTAR PUSTAKA Adjie. 2009. Prolific Sheep and Goat. http:// http://www.adjisoe72.blogspot.com. [Disunting terakhir 13 Maret 2009] [4 April 2011]. Amano, T., M. Katsumata, S. Suzuki, K. Nozawa, Y. Kawamoto, T. Namikawa, H. Martojo, I. K. Abdulgani, & H. Nadjib. 1981. Morphological and genetical survey of Water Buffaloes in Indonesia. In: The Origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. Investigation on The Cattle, Fowl, and Their Wild Forms. I: 31-52. Badan Pusat Statistik. 2009. Populasi Ternak Tahun 2000-2010. http://bps.go.id. [Disunting terakhir 2009] [4 April 2011]. Biology Online Team. 2005a. Shape. http://www.biology-online.org/dictionary/ Shape. [Last modified in October 3rd, 2005] [4 April 2011]. Biology Online Team. 2005b. Size. http://www.biology-online.org/dictionary/Size. [Last modified in October 3rd, 2005] [4 April 2011]. Biology Online Team. 2005c. Morphology. http://www.biology-online.org/ dictionary/Morphology. [Last modified in October 3rd, 2005][4 April 2011]. Bradford, G. E. & I. Inounu. 1996. Prolific breeds of Indonesia. In: Prolific Sheep. Fahmy, M. H. (Editor). CAB International, Cambridge. Damron, W. S. 2006. Introduction to Animal Science Global, Biological, Social and Industry Perspectives. 3rd Ed. Oklahoma State University, Ohio. Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Populasi nasional (per provinsi)-domba tahun 2007 s/d 2008. http://ditjennak.go.id [Disunting terakhir 2008] [26 Maret 2011]. Diwyanto, K. 1982. Pengamatan fenotip domba Priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Djajanegara, A., I-K. Sutama, & M. Sabrani. 1992. Ragam kinerja domba Ekor Gemuk. Prosiding. Agro-Industri Peternakan di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Hal: 530-535. Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Einstiana, A. 2006. Studi keragaman fenotipik dan pendugaan jarak genetik antar domba Lokal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Everitt, B. S. & G. Dunn. 1991. Applied Multivariate Data Analysis. Halsted Press, New York. Food and Agricultute Organization (FAO). 2004. Prolific sheep in Java. http://www.fao.org/DOCREP/004/X6517E/X6517E04.htm. [Last modified in 2004] [16 April 2011].
45
Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Olivier & C. van der Westhuizen. 2002. Relationship between production performance, visual appraisal and body measurement of young Dorper rams. South African Journal of Animal Science 32 (4): 256-262. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid ke-2. Penerbit Tarsito, Bandung. Gatenby, R. M. 1991. Sheep. First Edition. Macmillan Education Ltd., London. Gunawan A. & R. R. Noor. 2005. Pendugaan nilai heritabilitas bobot lahir dan bobot sapih domba Garut tipe laga. Media Peternakan 29 (1): 7-15. Gunawan, A., R. H. Mulyono & C. Sumantri. 2006. Identifikasi ukuran tubuh dan bentuk tubuh domba Garut tipe tangkas, tipe pedaging dan persilangannya melalui pendekatan Analisis Komponen Utama. Jurnal Animal Production 11 (1): 8-14. Hanibal, M. V. 2008. Ukuran dan bentuk serta pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh domba silangan lokal Garut jantan di Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Peternakan Bogor, Bogor. Infoternak. 2010a. Domba Ekor Tipis. http://www.infoternak.com [Disunting terakhir 2010] [4 April 2011]. Infoternak. 2010b. Domba Ekor Gemuk. http://www.infoternak.com [Disunting terakhir 2010] [4 April 2011]. Janssens, S. & W. Vandepitte. 2003. Genetic parameters for body measurements and linear type traits in Belgian Bleu du Maine, Suffolk and Texel Sheep. Small Ruminant Research 54: 13-24. Mansjoer, S. S., T. Kertanugraha & C. Sumantri. 2007. Estimasi jarak genetik antar domba Garut tipe tangkas dan tipe pedaging. Media Peternakan 30 (2): 129138. Martojo, H. 1990. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mattjik, A. A. & M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid I. Edisi ke-2. Institut Pertanian Bogor (IPB) Press, Bogor. Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Cetakan keempat. Penebar Swadaya, Jakarta. Otsuka, J., T. Namikawa, K. Nozawa, & H. Martojo. 1982. Statistical analysis on the body measurements of East Asian Native Cattle and Bantengs. The Origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Tokyo. P: 7-18. Prahadian, Y. 2011. Karakteristik ukuran dan bentuk tubuh domba Ekor Tipis melalui analisis regresi komponen utama di UP3J, Peternakan Tawakal dan Mitra Tani. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Peternakan Bogor, Bogor. 46
Riwantoro. 2005. Konservasi plasma nutfah domba Garut dan strategi pengembangannya secara berkelanjutan. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saungdomba. 2010. Kunjungan ke Tawakkal Farm. http://www.saungdomba.com. [Disunting terakhir 2010] [4 April 2011]. Scanes, C. G. 2003. Biology of Growth of Domestic Animals. 1st Ed. Iowa States Press, Iowa. Utami, T. 2008. Pola pertumbuhan berdasarkan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba Lokal di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Warwick, E. J., J. M. Astuti, & W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wijonarko, K. 2007. Studi bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba Ekor Gemuk di Pulau Madura dan Rote. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1. Perhitungan Manual Statistik T2-Hotelling pada Domba Garut Jantan dan Domba Ekor Tipis Jantan Hipotesis: H0: U1 = U2
artinya vektor nilai rata-rata dari kelompok ternak pertama sama dengan kelompok ternak kedua
H1: U1 ≠ U2
artinya kedua vektor nilai-rata berbeda
Rumus T2-Hotelling: T2 =
n1 n2 x -x 'S-1 x1 -x2 n1 +n2 1 2 G
Selanjutnya besaran: F=
n1 +n2 -p-1 2 T n1 +n2 -2p
Akan berdistribusi dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p −1 n1 = jumlah populasi domba Garut jantan = 32 n2 = jumlah populasi domba Ekor Tipis = 33 Langkah 1 Membuat matriks kovarian masing-masing data domba yaitu kelompok domba Garut jantan sebagai S1 dan domba Ekor Tipis jantan sebagai S2. Matriks Kovarian Domba Garut Jantan (S1) 19,6618 15,0022 13,3421 3,1357 5,2099 2,2406 2,5211 2,4663 14,8375 1,5512
15,0022 18,9960 10,6602 2,7798 5,2048 2,1883 2,5904 2,6232 13,0758 0,9887
13,3421 10,6602 25,8939 3,0667 4,4978 1,9066 1,9423 3,0912 16,5738 1,7898
3,13569 2,77984 3,06673 1,39919 0,81613 0,96169 1,17520 1,08569 3,73387 0,44839
5,20992 5,20484 4,49782 0,81613 6,52065 0,30565 0,17508 1,39153 8,26774 0,25839
2,24063 2,18831 1,90655 0,96169 0,30565 1,64415 1,62651 0,46724 3,05242 0,27016
2,52108 2,59044 1,94235 1,17520 0,17508 1,62651 2,36209 0,98906 3,71976 0,42766
2,46628 2,62319 3,09118 1,08569 1,39153 0,46724 0,98906 4,33846 4,30847 0,39476
14,8375 13,0758 16,5738 3,7339 8,2677 3,0524 3,7198 4,3085 25,2097 1,7452
1,55121 0,98871 1,78976 0,44839 0,25839 0,27016 0,42766 0,39476 1,74516 0,35226
Matriks Kovarian Domba Ekor Tipis Jantan (S2) 15,1846 8,2341 6,2882 1,3618 4,4311 1,2196 2,2163 0,6787 7,9642 0,8023
8,23415 9,14127 4,45130 1,29081 1,19837 0,48769 0,50814 0,20985 5,31184 0,48731
6,2882 4,4513 11,4662 1,8442 2,0028 0,8723 1,1954 -0,1348 5,6562 0,4605
1,36179 1,29081 1,84422 1,59564 1,71496 0,56439 0,59706 0,09848 2,82150 0,20904
4,43111 1,19837 2,00280 1,71496 8,29508 1,19621 2,15431 1,08116 6,91638 0,20223
1,21960 0,48769 0,87235 0,56439 1,19621 0,62689 0,22206 0,03598 1,61837 0,06061
2,21634 0,50814 1,19536 0,59706 2,15431 0,22206 1,59564 0,57860 1,74621 0,16075
0,67869 0,20985 -0,1348 0,09848 1,08116 0,03598 0,57860 0,49621 0,90530 0,02652
7,9642 5,3118 5,6562 2,8215 6,9164 1,6184 1,7462 0,9053 13,8826 0,6941
0,802273 0,487311 0,460464 0,209044 0,202225 0,060606 0,160748 0,026515 0,694129 0,173769
49
Langkah 2 Membuat matriks gabungan (SG) dari rumus berikut: SG =
n1 -1S1 +n2 -1S2 n1 +n2 -2
sehingga diperoleh hasil berupa matriks SG 17,3877 11,5645 9,7591 2,2347 4,8143 1,7220 2,3663 1,5583 11,3463 1,1708
11,5645 13,9904 7,5065 2,0235 3,1698 1,3245 1,5328 1,3974 9,1322 0,7340
9,7591 7,5065 18,5655 2,4458 3,2305 1,3812 1,5629 1,4526 11,0283 1,1146
2,23466 2,02351 2,44577 1,49898 1,27268 0,75989 0,88154 0,58425 3,27044 0,32682
4,81433 3,16980 3,23051 1,27268 7,42194 0,75800 1,18040 1,23388 7,58133 0,22986
1,72201 1,32450 1,38124 0,75989 0,75800 1,12745 0,91314 0,24819 2,32401 0,16372
2,36629 1,53277 1,56292 0,88154 1,18040 0,91314 1,97278 0,78057 2,71732 0,29209
1,55830 1,39736 1,45261 0,58425 1,23388 0,24819 0,78057 2,38684 2,57987 0,20771
11,3463 9,1322 11,0283 3,2704 7,5813 2,3240 2,7173 2,5799 19,4562 1,2113
1,1708 0,7340 1,1146 0,3268 0,2299 0,1637 0,2921 0,2077 1,2113 0,2616
Langkah 3 Menghitung matriks rataan dari kelompok domba Garut jantan dan domba Ekor Tipis jantan.
X1 =
74,141 73,763 73,697 19,188 33,125 15,531 17,228 22,766 88,875 8,725
X2 =
61,3910 60,4420 61,2060 16,4240 27,8520 13,4240 16,2420 18,0610 73,5150 7,5758
Langkah 4 Hasil dari matriks gabungan (SG) digunakan untuk menghitung T2-Hotelling dengan rumus T2 =
n1 n2 x1 -x2 'S-1 G x1 -x2 n1 +n2 T2 =
32×33 23,5756 32+33
sehingga diperoleh hasil sebesar 383,013. Langkah 5 Fα:v1,v2 dimana
V1 = p = 10 (banyaknya variabel X) V2 = n1 + n2 – p – 1 = 32 + 33 – 10 – 1 = 54
Apabila dipilih taraf nyata α = 0,05 ; maka dari tabel distribusi F diperoleh:
50
F0,05: 10,54 = 4,893 dengan demikian besaran:
F= n1 +n2 -2p T2 = 32+33-210 383,013= 32,83 n +n -p-1 1
32+33-10-1
2
Tolak H0 jika F hitung > F tabel 32,83 > 4,893 sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok domba Garut jantan berbeda dengan kelompok domba Ekor Tipis jantan.
Lampiran 2. Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama pada Domba Garut. Perhitungan Persamaan Komponen Utama Pertama, Nilai Eigen dan Keragaman Total. Langkah 1 Mencari matriks kovarian dari ukuran linear tubuh domba Garut (K) 44,5048 38,2134 36,1309 14,0365 19,3139 6,2357 6,2886 14,2574 56,8757 6,3658
38,2134 38,9383 31,4007 12,4171 17,7455 5,9478 5,8398 13,1356 49,7845 5,4941
36,1309 31,4007 43,8597 13,5351 18,1993 5,6354 5,8525 13,4805 54,7426 6,3622
14,0365 12,4171 13,5351 5,8565 6,9826 2,3313 2,5276 5,5175 21,0785 2,5330
19,3139 17,7455 18,1993 6,9826 14,5297 2,8427 3,0161 7,4791 30,8348 3,2028
6,23570 5,94782 5,63535 2,33129 2,84269 2,35732 1,85948 2,29774 9,39822 0,93137
6,2886 5,8398 5,8525 2,5276 3,0161 1,8595 2,2466 2,6340 10,1229 1,1327
14,2574 13,1356 13,4805 5,5175 7,4791 2,2977 2,6340 7,6175 22,0790 2,5261
56,8757 49,7845 54,7426 21,0785 30,8348 9,3982 10,1229 22,0790 91,8885 9,6715
6,3658 5,4942 6,3622 2,5330 3,2029 0,9314 1,1327 2,5261 9,6715 1,2943
1395,65 1254,30 1318,07 494,49 708,39 223,02 232,20 514,80 2060,36 225,44
1454,45 1305,34 1376,87 516,65 740,60 232,20 242,59 538,39 2154,57 235,71
3256,77 2923,00 3085,42 1156,06 1661,33 514,80 538,39 1208,02 4819,40 527,80
13027,8 11672,6 12367,3 4626,9 6660,1 2060,4 2154,6 4819,4 19320,5 2113,2
1427,8 1279,2 1357,8 507,00 727,78 225,44 235,71 527,80 2113,2 231,61
Langkah 2 Penggandaan matriks kovarian menjadi K2 8873,5 7967,8 8352,3 3129,4 4491,3 1395,7 1454,5 3256,8 13027,8 1427,8
7967,8 7182,2 7476,7 2805,9 4030,5 1254,3 1305,3 2923,0 11672,6 1279,2
8352,3 7476,7 8014,5 2969,4 4255,1 1318,1 1376,9 3085,4 12367,3 1357,7
3129,37 2805,93 2969,37 1110,45 1593,71 494,49 516,65 1156,06 4626,91 507,00
4491,33 4030,49 4255,05 1593,71 2313,17 708,39 740,60 1661,33 6660,14 727,78
Langkah 3 Penggandaan vektor awal a’0 berupa matriks dengan K2 a’0 = [ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 ] sehingga menjadi vektor a’0K2, yaitu: 53376,8
47897,6
50573,3
18909,9
27182
8426,73
8797,37
19691
78822,8
8633,31
51
Langkah 4 Iterasi pertama diperoleh melalui a’0K2/78822,8 yang merupakan elemen terbesar dari vektor a’0K2, yaitu: 0,677175
0,607662
0,641608
0,239904
0,344849
0,106907
0,111609
0,249814
1
0,109528
Langkah 5 Penggandaan kembali matriks K2 menjadi K4, kemudian dilakukan perhitungan matriks seperti tahap 3 sehingga diperoleh hasil iterasi kedua yaitu a’0K4/ 3820809691, yaitu: 0,677039
0,607401
0,641639
0,239866
0,344807
0,106848
0,111559
0,249737
1
0,10952
Langkah 6 Penggandaan kembali matriks K4 menjadi K8, kemudian dilakukan perhitungan matriks seperti tahap 3 sehingga diperoleh hasil iterasi kedua yaitu a’0K8/ 8,98x1018, yaitu: 0,677038
0,6074
0,641639
0,239865
0,344806
0,106848
0,111559
0,249737
1
0,10952
Langkah 7 Hasil iterasi ketiga telah sama dengan kedua sehingga iterasi dihentikan dan perlu dinormalkan a’1a’0 = 1. Vektor normal a’1 ditentukan sebagai berikut: a11= …
0,677038
0,6770382 +0,6074002 + …+0,1115592
a101
0,10952
0,6770382 "0,6074002 " …"0,109522
0,427
0,069
sehingga diperoleh vektor normal a’1, yaitu: 0,427
0,383
0,405
0,151
0,217
0,067
0,070
0,158
0,631
0,069
Langkah 8 Vektor ciri yang telah normal harus memenuhi persamaan sebagai berikut untuk memperoleh nilai eigen (λ1), yaitu: 0,427 (K11-λ1) + 0,383 K2 + 0,151 K3 + … + 0,069 K10 = 0 0,427 λ1 = 0,427 (44,5048) + 0,383 (38,2134) + … + 0,069 (6,3658) λ1 = 220,15 sehingga diperoleh nilai eigen pada komponen utama pertama (λ1) = 220,15.
52
Persamaan komponen utama pertama yaitu: Y = 0,427X1+ 0,383 X2 + 0,405X3 + 0,151X4 + 0,217X5 + 0,067X6 + 0,070X7 + 0,158X8 + 0,631X9 + 0,069 X10 Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon
Perhitungan keragaman total dari matriks kovarian: 1. Jumlahkan nilai kovarian pada matriks diagonal matriks kovarian, yaitu: 44,5048 + 38,9383 + … + 1,2943 = 253,09. 2. Hasil jumlah dibagi jumlah variabel yaitu 253,09/10 = 25,309. 3. Nilai eigen dibagi jumlah variabel yaitu 220,15/10 = 22,015. 4. Hasil No. 3 dibagi dengan hasil No. 2 dan dikalikan 100% maka diperoleh keragaman total yaitu 22,015/25,309 x 100% = 86,98. 5. Perbedaan hasil perhitungan akibat adanya pembulatan angka.
53
Lampiran 3. Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Domba Garut Variabel yang diamati
Komponen Utama 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
0,43 0,38 0,41 0,15 0,22 0,07 0,07 0,16 0,63 0,07
0,44 0,66 -0,50 -0,03 -0,07 0,03 -0,01 -0,02 -0,34 -0,04
0,15 0,15 0,75 -0,00 -0,33 -0,03 -0,07 -0,10 -0,53 0,01
0,28 -0,25 -0,15 0,10 -0,83 0,16 0,19 0,07 0,26 0,04
-0,67 -0,48 0,05 0,08 -0,22 0,26 0,27 0,35 0,04 0,01
-0,14 0,17 0,03 -0,16 -0,04 0,31 0,16 -0,87 0,20 -0,10
-0,21 0,26 -0,02 -0,15 -0,32 -0,62 -0,53 -0,11 0,30 -0,02
-0,09 0,03 -0,07 0,88 0,02 -0,20 0,03 -0,27 -0,08 0,31
-0,02 -0,02 -0,02 0,24 -0,02 0,59 -0,75 0,06 0,02 -0,18
0,02 -0,01 0,03 0,28 0,00 -0,19 0,17 0,01 0,01 -0,93
λ KT (%) KK (%)
220,15 87,0 87,0
12,00 4,7 91,7
8,52 3,4 95,1
4,10 1,6 96,7
3,18 1,3 98,0
2,11 0,8 98,8
1,69 0,7 99,5
0,79 0,3 99,8
0,41 0,2 99,9
0,13 0,1 100
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, λ= Akar Ciri, KT = Keragaman Total dan KK= Keragaman Kumulatif
Lampiran 4. Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Garut Jantan dan Betina
54
Lampiran 5. Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Domba Ekor Tipis Variabel yang diamati
Komponen Utama 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
0,55 0,37 0,45 0,14 0,31 0,05 0,09 0,08 0,48 0,05
0,32 0,51 0,21 -0,18 -0,40 0,03 -0,06 0,07 -0,62 -0,10
-0,40 -0,27 0,86 -0,01 0,08 -0,00 -0,04 -0,02 -0,17 -0,04
-0,39 0,32 0,09 0,10 -0,67 0,10 -0,04 0,21 0,48 0,06
-0,53 0,64 -0,12 -0,01 0,52 0,02 0,05 0,01 -0,11 -0,06
-0,02 0,08 0,03 -0,34 0,01 -0,32 -0,60 -0,57 0,28 -0,09
0,03 -0,08 -0,01 -0,75 0,09 0,40 -0,05 0,39 0,14 -0,31
0,00 0,03 0,04 -0,35 -0,01 -0,78 0,22 0,38 0,00 0,28
0,06 -0,01 -0,03 0,33 0,10 -0,13 -0,71 0,57 -0,13 -0,13
-0,00 0,02 0,01 -0,18 0,07 0,33 -0,26 0,02 -0,09 0,89
λ KT (%) KK (%)
38,52 52 52
12,42 16,8 68,8
7,80 10,5 79,4
6,34 8,6 87,9
4,67 6,3 94,2
1,67 2,3 96,5
1,09 1,5 98,0
0,66 0,9 98,9
0,54 0,7 99,6
0,29 0,4 100
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, λ= Akar Ciri, KT = Keragaman Total dan KK= Keragaman Kumulatif
Lampiran 6. Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Tipis Jantan dan Betina
55
Lampiran 7. Komponen-komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Domba Ekor Gemuk Variabel yang diamati
Komponen Utama 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
0,47 0,59 0,41 0,06 0,25 0,05 0,03 0,23 0,37 0,02
0,11 -0,29 -0,45 0,16 0,02 0,04 -0,04 -0,08 0,81 0,06
0,80 -0,21 -0,02 -0,18 -0,42 -0,05 -0,04 -0,25 -0,18 -0,01
-0,21 -0,22 0,57 0,21 -0,64 0,13 0,08 0,18 0,25 0,10
0,15 -0,65 0,44 0,05 0,59 0,07 0,10 -0,04 -0,03 -0,01
0,10 -0,07 -0,25 -0,16 -0,04 0,43 0,69 0,46 -0,08 -0,13
0,02 -0,19 -0,02 -0,35 -0,03 -0,66 -0,11 0,62 0,08 -0,05
-0,21 0,07 0,22 -0,72 -0,02 -0,02 0,22 -0,42 0,30 -0,27
-0,00 -0,08 -0,01 -0,33 0,01 0,58 -0,67 0,28 0,01 -0,17
0,03 -0,00 0,01 0,34 -0,05 -0,11 -0,03 -0,00 0,01 -0,93
λ KT (%) KK (%)
35,33 63,0 63,0
7,92 14,1 77,1
5,49 9,8 86,9
2,86 5,1 92,0
2,22 4,0 96,0
0,81 1,4 97,4
0,78 1,4 98,8
0,39 0,7 99,5
0,19 0,3 99,8
0,09 0,2 100
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, λ= Akar Ciri, KT = Keragaman Total dan KK= Keragaman Kumulatif
Lampiran 8. Diagram Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Domba Ekor Gemuk Jantan dan Betina
56
Lampiran 9. Persamaan Regresi Komponen Utama pada Domba Garut, Domba Ekor Tipis dan Domba Ekor Gemuk Domba
Jenis Kelamin
Garut
♂
Y = −66,00 + 0,20X1 + 0,19X2 + 0,15X3 + 0,79X4 + 0,22X5 + 0,57X6 + 0,49X7 + 0,27X8 + 0,19X9 + 1,36X10
64,0%
♀
Y = −64,66 + 0,19X1 + 0,17X2 + 0,17X3 + 0,58X4 + 0,18X5 + 0,40X6 + 0,68X7 + 0,57X8 + 0,17X9 + 0,93X10
66,3%
♂
Y = −56,81 + 0,16X1 + 0,16X2 + 0,15X3 + 0,46X4 + 0,21X5 + 0,66X6 + 0,43X7 + 0,52X8 + 0,19X9 + 1,14X10
57,4%
♀
Y = −7,55 + 0,05X1 + 0,06X2 + 0,06X3 + 0,23X4 + 0,02X5 + 0,24X6 + 0,30X7 + 0,19X8 + 0,08X9 + 0,12X10
22,9%
♂
Y = −37,27 + 0,11X1 + 0,09X2 + 0,12X3 + 0,58X4 + 0,16X5 + 0,50X6 + 0,46X7 + 0,20X8 + 0,16X9 + 0,68X10
82,6%
♀
Y = −64,75 + 0,14X1 + 0,21X2 + 0,18X3 + 0,33X4 + 0,21X5 + 0,44X6 + 0,69X7 + 0,49X8 + 0,25X9 + 0,59X10
60,4%
DET
DEG
Persamaan Regresi Komponen Utama
R2
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, Y = Bobot Badan, R2 = Koefisien Determinasi, DET = Domba Ekor Tipis dan DEG = Domba Ekor Gemuk
57
Lampiran 10. Perhitungan Manual Analisis Regresi Komponen Utama pada Variabel Linear Ukuran Tubuh pada Domba Garut Jantan Data Bobot Badan (y) dan Skor Ukuran (sk-1) pada Domba Garut Jantan No.
y
sk-1 atau x
x2
xy
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
47,45 63,95 56,3 57,9 55,7 49,4 59,1 52,85 42,1 50,5 51,1 54,4 54,2 50,8 47,8 42,8 45,25 43,05 45,65 56,8 57 52,6 49 36 48,55 30,45 40,3 41 51 43 52 49
-1,75853 -4,67873 -0,29874 -2,20796 -3,49673 0,34343 -2,54106 -0,60772 1,38767 -0,55341 -0,19529 0,83568 -2,17529 -1,59435 -1,19982 1,32956 2,26658 0,62297 -1,14968 -0,30224 -1,62964 -0,82034 1,93188 5,39017 2,96005 6,10633 -0,06356 0,65801 -1,09474 2,10176 -0,67902 1,11276
3,0924 21,8905 0,0892 4,8751 12,2271 0,1179 6,457 0,3693 1,9256 0,3063 0,0381 0,6984 4,7319 2,542 1,4396 1,7677 5,1374 0,3881 1,3218 0,0913 2,6557 0,673 3,7322 29,054 8,7619 37,2873 0,004 0,433 1,1985 4,4174 0,4611 1,2382
-83,442 -299,205 -16,819 -127,841 -194,768 16,965 -150,177 -32,118 58,421 -27,947 -9,979 45,461 -117,9 -80,993 -57,351 56,905 102,563 26,819 -52,483 -17,167 -92,89 -43,15 94,662 194,046 143,711 185,938 -2,561 26,978 -55,832 90,375 -35,309 54,525
Jumlah Rata-rata
1577 49,281
0
159,423
-400,563
∑ X ∑ Y $400,563 n b= $2,51 ∑ X ∑ Y 159,423 ∑ X2 n ∑ XY-
a = Y – b X = 49,281 – (−2,51)(0) = 49,281 = 49,3 58
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh persamaan regresi sederhana: Y=a+bX Y = 49,3 – 2,51 sk-1 Keterangan: Y = Bobot Badan, b = Koefisien Regresi, X = Skor Komponen Utama Pertama
Tabel Analisis Regresi Skor Komponen Utama Pertama terhadap Bobot Badan Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
P
Regresi Error Total
1 30 31
1006,4 565,4 1571,8
1006,4 18,8
0,00
Langkah selanjutnya perhitungan regresi terhadap komponen utama pertama. Diketahui: a11 = -0,362; a21 = -0,333; a31 = -0,314; a41 = -0,371; a51 = -0,225; a61 = -0,290; a71 = -0,298; a81 = -0,220; a91 = -0,382; a101 = -0,323 dan λ1 = 5,1427. Y = 49,3 – 2,51 sk-1 Y = 49,3 – 2,51 (-0,362X1 − 0,333X2 + … − 0,323 X10) Y = 49,3 + 0,90862X1 + 0,83583X2 + … + 0,81073 X10) s2 = (4,34120)2 = 18,846 Langkah-langkah pengujian signifikasi koefisien regresi secara parsial: s2 18,846 s 0,0119901 ∑y‐y2 1571,8 *2
Ragam setiap koefisien regresi: var ci
s *2
m
a2ij , λj j1
var c1 = 0,0119901× var c2 = 0,0119901× …
-0,3622 = 0,0003055 5,1427 $0,3332 = 0,0002585 5,1427
var c10 = 0,0119901×
$0,3232 = 0,0002432 5,1427
59
Galat dari koefisien regresi:
sci var ci
sc1 =0,0003055 = 0,0174793
sc2 =0,0002585 = 0,0160790 …
sc10 =0,0002432 = 0,0155962 Uji signifikasi koefisien regresi:
tci =
tc0 =
tc1 = …
ci
varci
0,90862
0,0174793 0,83583
0,0160790
tc02 =
0,81073
51,9826
51,9827
0,0155962
51,9825
Statistik deskriptif
Rata-rata X1 = 74,141; X2 = 73,763; X3 = 73,697; X4 = 19,188; X5 = 33,125; X6 = 15,531; X7 = 17,228; X8 = 22,766; X9 = 88,875; X10 = 8,725. Standar deviasi X1 = 4,434; X2 = 4,358; X3 = 5,089; X4 = 1,183; X5 = 2,554; X6 = 1,282; X7 = 1,537; X8 = 2,083; X9 = 5,021; X10 = 0,594. Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, Y = Bobot Badan
Elastisitas variabel ukuran linear tubuh: Xi ci Xi Ei =bi = St Dev Y Y
0,90862 74,141 E1 = 3 43 4 = 0,308301 4,434 49,3 0,83583 73,763 E2 = 3 43 4 = 0,287077 4,358 49,3 …
60
E10 = 3
0,81073 78,725 43 4 = 0,241649 0,594 49,3
E1 = 0,308301 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% variabel tinggi pundak (X1) akan meningkatkan bobot badan rata-rata sebesar 0,308301%. 1 1 ×X1 = ×74,141= 0,74141 cm 100 100 0,308301 0,308301 ×Y = × 49,3 = 0,15199 kg = 151,99 g 100 100 Setiap peningkatan 0,74141 cm variabel tinggi pundak (X1) akan meningkatkan bobot badan rata-rata domba Garut jantan sebesar 151,99 g. 1 0,74141
× 151,99 = 205 g
Setiap peningkatan 1 cm variabel tinggi pundak (X1) akan meningkatkan bobot badan rata-rata domba Garut jantan sebesar 205 g.
61
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Garut Jantan
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
Garut
♂
Variabel yang diamati (Zi)
Koefisien Regresi (ci)
Galat Baku s (ci)
t-hitung t (ci)
Taraf signifikan (α)
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10
0,90862 0,83583 0,78814 0,93121 0,56475 0,7279 0,74798 0,5522 0,95882 0,81073
0,017479 0,016079 0,015162 0,017914 0,010864 0,014003 0,014389 0,010623 0,018445 0,015596
51,9826 51,9827 51,9826 51,9825 51,9827 51,9825 51,9828 51,9825 51,9827 51,9825
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: Z1 = Tinggi Pundak, Z2 = Tinggi Pinggul, Z3 = Panjang Badan, Z4 = Lebar Dada, Z5 = Dalam Dada, Z6 = Lebar Pinggul, Z7 = Lebar Kelangkang, Z8 = Panjang Kelangkang, Z9 = Lingkar Dada, Z10 = Lingkar Kanon, ** = Sangat Nyata (t-hitung > t-tabel)
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Garut Betina
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
Garut
♀
Variabel yang diamati (Zi)
Koefisien Regresi (ci)
Galat Baku s (ci)
t-hitung t (ci)
Taraf signifikan (α)
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10
0,60003 0,59295 0,43719 0,5133 0,43188 0,55224 0,56286 0,68676 0,68499 0,46905
0,017024 0,016823 0,012404 0,014563 0,012253 0,015668 0,01597 0,019485 0,019435 0,013308
35,2459 35,2460 35,2459 35,2461 35,2460 35,2459 35,2459 35,2459 35,2461 35,2460
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: Z1 = Tinggi Pundak, Z2 = Tinggi Pinggul, Z3 = Panjang Badan, Z4 = Lebar Dada, Z5 = Dalam Dada, Z6 = Lebar Pinggul, Z7 = Lebar Kelangkang, Z8 = Panjang Kelangkang, Z9 = Lingkar Dada, Z10 = Lingkar Kanon, ** = Sangat Nyata (t-hitung > t-tabel)
62
Lampiran 13. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Ekor Tipis Jantan
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
DET
♂
Variabel yang diamati (Zi)
Koefisien Regresi (ci)
Galat Baku s (ci)
t-hitung t (ci)
Taraf signifikan (α)
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10
0,63145 0,49305 0,49132 0,58647 0,59685 0,52419 0,53803 0,36330 0,69892 0,47402
0,0204670 0,0159811 0,0159250 0,0190091 0,0193455 0,0169904 0,0174390 0,0117755 0,0226539 0,0153643
30,8521 30,8521 30,8521 30,8521 30,8521 30,8521 30,8521 30,8522 30,8521 30,8520
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: Z1 = Tinggi Pundak, Z2 = Tinggi Pinggul, Z3 = Panjang Badan, Z4 = Lebar Dada, Z5 = Dalam Dada, Z6 = Lebar Pinggul, Z7 = Lebar Kelangkang, Z8 = Panjang Kelangkang, Z9 = Lingkar Dada, Z10 = Lingkar Kanon, ** = Sangat Nyata (t-hitung > t-tabel), DET = Domba Ekor Tipis
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Ekor Tipis Betina
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
DET
♀
Variabel yang diamati (Zi)
Koefisien Regresi (ci)
Galat Baku s (ci)
t-hitung t (ci)
Taraf signifikan (α)
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10
0,211848 0,227864 0,240968 0,264264 0,067704 0,259896 0,244608 0,313768 0,259168 0,089544
0,0242315 0,0260634 0,0275623 0,0302269 0,0077441 0,0297273 0,0279786 0,0358893 0,0296440 0,0102422
8,74267 8,74268 8,74267 8,74268 8,74266 8,74267 8,74268 8,74266 8,74268 8,74265
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: Z1 = Tinggi Pundak, Z2 = Tinggi Pinggul, Z3 = Panjang Badan, Z4 = Lebar Dada, Z5 = Dalam Dada, Z6 = Lebar Pinggul, Z7 = Lebar Kelangkang, Z8 = Panjang Kelangkang, Z9 = Lingkar Dada, Z10 = Lingkar Kanon, ** = Sangat Nyata (t-hitung > t-tabel), DET = Domba Ekor Tipis
63
Lampiran 15. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Ekor Gemuk Jantan
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
DEG
♂
Variabel yang diamati (Zi)
Koefisien Regresi (ci)
Galat Baku s (ci)
t-hitung t (ci)
Taraf signifikan (α)
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10
0,45260 0,52560 0,52998 0,44092 0,47012 0,43362 0,41172 0,53582 0,50808 0,22630
0,0193396 0,0224588 0,0226460 0,0188405 0,0200882 0,0185285 0,0175928 0,0228955 0,0217102 0,0096698
23,4028 23,4029 23,4028 23,4028 23,4028 23,4029 23,4028 23,4029 23,4028 23,4028
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: Z1 = Tinggi Pundak, Z2 = Tinggi Pinggul, Z3 = Panjang Badan, Z4 = Lebar Dada, Z5 = Dalam Dada, Z6 = Lebar Pinggul, Z7 = Lebar Kelangkang, Z8 = Panjang Kelangkang, Z9 = Lingkar Dada, Z10 = Lingkar Kanon, ** = Sangat Nyata (t-hitung > t-tabel), DEG = Domba Ekor Gemuk
Lampiran 16. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi, Galat Baku dan T-Hitung pada Domba Ekor Gemuk Betina
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
DEG
♀
Variabel yang diamati (Zi)
Koefisien Regresi (ci)
Galat Baku s (ci)
t-hitung t (ci)
Taraf signifikan (α)
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10
0,40741 0,49911 0,34584 0,33798 0,40217 0,37597 0,41265 0,49780 0,54758 0,21484
0,0236976 0,0290315 0,0201163 0,0196591 0,0233929 0,0218689 0,0240024 0,0289553 0,0318509 0,0124965
17,1920 17,1920 17,1920 17,1920 17,1920 17,1920 17,1920 17,1920 17,1920 17,1920
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: Z1 = Tinggi Pundak, Z2 = Tinggi Pinggul, Z3 = Panjang Badan, Z4 = Lebar Dada, Z5 = Dalam Dada, Z6 = Lebar Pinggul, Z7 = Lebar Kelangkang, Z8 = Panjang Kelangkang, Z9 = Lingkar Dada, Z10 = Lingkar Kanon, ** = Sangat Nyata (t-hitung > t-tabel), DEG = Domba Ekor Gemuk
64
Lampiran 17. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Garut Jantan
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
Garut
♂
Variabel yang diamati (Xi)
Koefisien Regresi (bi)
Nilai Rata-rata
Elastisitas (Ei)
Ranking (Urutan)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
0,20492 0,19179 0,15487 0,78716 0,22112 0,56778 0,48665 0,26510 0,19096 1,36487
74,141 73,763 73,697 19,188 33,125 15,531 17,228 22,766 88,875 8,7250
0,308301 0,287077 0,231606 0,306494 0,148635 0,178942 0,170130 0,122468 0,344394 0,241649
2 4 6 3 9 7 8 10 1 5
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon
Lampiran 18. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Garut Betina
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
Garut
♀
Variabel yang diamati (Xi)
Koefisien Regresi (bi)
Nilai Rata-rata
Elastisitas (Ei)
Ranking (Urutan)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
0,191397 0,165628 0,165414 0,583959 0,181234 0,403389 0,680605 0,572777 0,169468 0,934549
63,258 64,176 63,227 14,842 27,327 13,964 15,497 18,418 72,091 6,7424
0,441682 0,387764 0,381535 0,316180 0,180672 0,205491 0,384771 0,384847 0,445685 0,229867
2 3 6 7 10 9 5 4 1 8
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon
65
Lampiran 19. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Tipis Jantan
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
DET
♂
Variabel yang diamati (Xi)
Koefisien Regresi (bi)
Nilai Rata-rata
Elastisitas (Ei)
Ranking (Urutan)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X10 X8 X6 X7
0,16203 0,16310 0,14510 0,46435 0,20724 0,66186 0,42599 0,51605 0,18758 1,13701
61,391 60,442 61,206 16,424 27,852 13,424 16,242 18,061 73,515 7,5758
0,303055 0,300331 0,270570 0,232343 0,175848 0,270679 0,210791 0,283951 0,420116 0,262423
2 3 6 8 10 5 9 4 1 7
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9 = Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, DET = Domba Ekor Tipis
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Tipis Betina
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
DET
♀
Variabel yang diamati (Xi)
Koefisien Regresi (bi)
Nilai Rata-rata
Elastisitas (Ei)
Ranking (Urutan)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
0,051695 0,060043 0,058873 0,230195 0,023772 0,239095 0,298667 0,193207 0,075559 0,116594
59,700 60,106 60,418 14,691 25,217 13,858 15,376 17,818 70,227 6,5000
0,128123 0,149824 0,147667 0,140393 0,024887 0,137553 0,190647 0,142916 0,220288 0,031462
8 3 4 6 10 7 2 5 1 9
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9 = Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, DET = Domba Ekor Tipis
66
Lampiran 21. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Gemuk Jantan
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
DEG
♂
Variabel yang diamati (Xi)
Koefisien Regresi (bi)
Nilai Rata-rata
Elastisitas (Ei)
Ranking (Urutan)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
0,109588 0,089540 0,116993 0,578635 0,161776 0,495000 0,457976 0,197720 0,163370 0,679580
59,84 61,17 59,36 15,05 25,44 13,40 14,81 18,30 70,85 7,000
0,234793 0,196103 0,248648 0,311796 0,147353 0,237487 0,242843 0,129548 0,414420 0,170321
6 7 3 2 9 5 4 10 1 8
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, DEG = Domba Ekor Gemuk
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Domba Ekor Gemuk Betina
Domba
Jenis Kelamin (Sex)
DEG
♀
Variabel yang diamati (Xi)
Koefisien Regresi (bi)
Nilai Rata-rata
Elastisitas (Ei)
Ranking (Urutan)
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
0,142401 0,213569 0,176269 0,334965 0,205084 0,444935 0,690050 0,491897 0,254926 0,586514
57,559 59,336 58,186 14,273 25,064 13,582 15,500 17,500 66,273 6,4091
0,358676 0,554538 0,448818 0,209214 0,224936 0,264445 0,468046 0,376694 0,739309 0,164494
6 2 4 9 8 7 3 5 1 10
Keterangan: X1= Tinggi Pundak, X2 = Tinggi Pinggul, X3= Panjang Badan, X4= Lebar Dada, X5= Dalam Dada, X6= Lebar Pinggul, X7= Lebar Kelangkang, X8= Panjang Kelangkang, X9= Lingkar Dada, X10= Lingkar Kanon, DEG = Domba Ekor Gemuk
67
Lampiran 23. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Jantan Jenis Domba
Jenis Kelamin
Urutan Elastisitas Variabel Tubuh*
Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran Variabel yang Diamati ----------------------(g)---------------------
Garut
♂
Lingkar Dada Tinggi Pundak Lebar Dada Tinggi Pinggul Lingkar Kanon Panjang Badan Lebar Pinggul Lebar Kelangkang Dalam Dada Panjang Kelangkang
190,96 204,92 787,16 191,79 1.364,87 154,87 567,78 486,65 221,12 265,10
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi
Lampiran 24. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Garut Betina Jenis Domba
Jenis Kelamin
Ukuran Elastisitas*
Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran Variabel yang Diamati ----------------------(g)---------------------
Garut
♀
Lingkar Dada Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Panjang Kelangkang Lebar Kelangkang Panjang Badan Lebar Dada Lingkar Kanon Lebar Pinggul Dalam Dada
169,47 191,40 165,63 572,78 680,61 165,41 583,96 934,55 403,39 181,23
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi
68
Lampiran 25. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Jantan Jenis Domba
Jenis Kelamin
Ukuran Elastisitas*
Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran Variabel yang Diamati ----------------------(g)---------------------
DET
♂
Lingkar Dada Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Panjang Kelangkang Lebar Pinggul Panjang Badan Lingkar Kanon Lebar Dada Lebar Kelangkang Dalam Dada
187,58 162,03 163,10 516,05 661,86 145,10 1.137,01 464,35 425,99 207,24
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi, DET = Domba Ekor Tipis
Lampiran 26. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Tipis Betina Jenis Domba
Jenis Kelamin
Ukuran Elastisitas*
Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran Variabel yang Diamati ----------------------(g)---------------------
DET
♀
Lingkar Dada Lebar Kelangkang Tinggi Pinggul Panjang Badan Panjang Kelangkang Lebar Dada Lebar Pinggul Tinggi Pundak Lingkar Kanon Dalam Dada
75,56 298,67 60,04 58,87 193,21 230,20 239,10 51,70 116,59 23,77
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi, DET = Domba Ekor Tipis
69
Lampiran 27. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Jantan Jenis Domba
Jenis Kelamin
Ukuran Elastisitas*
Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran Variabel yang Diamati ----------------------(g)---------------------
DEG
♂
Lingkar Dada Lebar Dada Panjang Badan Lebar Kelangkang Lebar Pinggul Tinggi Pundak Tinggi Pinggul Lingkar Kanon Dalam Dada Panjang Kelangkang
163,37 578,64 116,99 457,98 495,00 109,59 89,54 679,58 161,78 197,72
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi, DEG = Domba Ekor Gemuk
Lampiran 28. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot Badan Domba Ekor Gemuk Betina Jenis Domba
Jenis Kelamin
Ukuran Elastisitas*
Peningkatan Bobot Badan pada Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran Variabel yang Diamati ----------------------(g)---------------------
DEG
♀
Lingkar Dada Tinggi Pinggul Lebar Kelangkang Panjang Badan Panjang Kelangkang Tinggi Pundak Lebar Pinggul Dalam Dada Lebar Dada Lingkar Kanon
254,93 213,57 690,05 176,27 491,90 142,40 444,94 205,08 334,97 586,51
Keterangan: * = Diukur dari yang Tertinggi, DEG = Domba Ekor Gemuk
70
Lampiran 29. Gambar Pengukuran Linear Tubuh Domba yang Diamati
(a) Pengukuran Tinggi Pundak (X1)
(c) Pengukuran Panjang Badan (X3)
(e) Pengukuran Dalam Dada (X5)
(b) Pengukuran Tinggi Pinggul (X2)
(d) Pengukuran Lebar Dada (X4)
(f) Pengukuran Lebar Pinggul (X6)
71
(g) Pengukuran Lebar Kelangkang (X7) (h) Pengukuran Panjang Kelangkang (X8)
(f) Pengukuran Lingkar Dada (X9)
(g) Pengukuran Lingkar Kanon (X10)
(k) Penimbangan Bobot Badan (Y)
72
Lampiran 30. Gambar Domba yang Diamati
(a) Domba Garut Jantan
(b) Domba Garut Betina
Sumber: Infoternak (2010a)
(c) Domba Ekor Tipis Jantan
Sumber: Adjie (2009)
(e) Domba Ekor Gemuk Jantan
(d) Domba Ekor Tipis Betina
Sumber: Infoternak (2010b)
(f) Domba Ekor Gemuk Betina
73