BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam broiler populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemerintah mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaannya (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Produk ayam broiler merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir, dimana produk merupakan makhluk biologis bernilai ekonomis tinggi berupa ayam ras pedaging. Ciri khas ayam ras pedaging adalah rasanya enak dan khas, dagingnya empuk dan banyak, serta pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama. Ayam broiler memiliki karakteristik sifat pertumbuhannya yang tergolong cepat yaitu dilakukan selama 5-8 minggu. Dalam kurun waktu itu, ayam ras sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera
dijual
(Muslimin, 2002). Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan. Kecukupan gizi seseorang biasanya diukur dari tingkat konsumsi kalori dan protein.
Di negara -
negara industri maju, rata-rata konsumsi protein hewani lebih dari 50 g per kapita per hari, sedangkan di Indonesia hanya sekitar 10 g per kapita
per hari (Murtidjo, 2003).
Bila dilihat dari kandungan gizi, daging ayam broiler merupakan sumber protein yang berkualitas. Dalam 100 gram daging ayam broiler mengandung 18,20 gram protein dan 404,00 kkal yang berguna untuk menambah energi. Kandungan gizi yang terdapat pada daging ayam ras dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Daging Ayam Ras Pedaging Nilai Gizi Per 100 Gram Satuan Jumlah Kalori
Kilokalori (kkal)
404,00
Protein
Gram (gr)
18,20
Lemak
Gram (gr)
25,00
Kolestrol
Gram (gr)
60,00
Vitamin A
Miligram (mg)
Vitamin B1
Gram (gr)
0,80
Vitamin B6
Gram (gr)
0,16
Asam Linolenat
Miligram (mg)
6,20
Kalsium
Gram (gr)
Fosfor
Miligram (mg)
243,00
14,00 200,00
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1992 Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk semua produk dari industri peternakan unggas termasuk potensi pasar akan kebutuhan daging ayam broiler yang cenderung terus meningkat. Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan (Fadilah, 2013). Seiring dengan peningkatan permintaan terhadap protein hewani, penawaran terhadap daging ayam broiler pun meningkat. Di Sumatera Utara, kebutuhan akan ayam broiler paling tinggi terdapat di kota Medan. Namun untuk kota Medan, penawaran ayam broiler tidak mencukupi kebutuhan ayam broiler di kota Medan. Hal ini karena kota Medan yang sudah menjadi kota metropolitan memiliki pemukiman yang padat sehingga usaha peternakan dapat mencemari lingkungan. Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten yang paling dekat dengan kota Medan menjadi pemasok
Universitas Sumatera Utara
daging ayam broiler untuk memenuhi kebutuhan kota Medan. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi ayam broiler di Provinsi Sumatera Utara, sehingga kabupaten Deli Serdang dapat menggambarkan populasi ayam broiler di Provinsi Sumatera Utara. Tabel 1.2 Jumlah Produksi Daging Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010- 2014 No. Tahun Produksi (Ton) 1
2010
6.090,04
2
2011
6.559,82
3
2012
4.903,47
4
2013
5.792,51
5 2014*) 5.912,34 Sumber:Dinas Perternakan Provinsi Sumatera Utara, 2014 Ket : *) Angka Sementara Dari 5 tahun belakangan ini, untuk kabupaten Deli serdang produksi daging ayam broiler terbesar ada di tahun 2011 dengan produksi sebanyak 6.559,82 Ton sehingga mengalami penurunan produksi yang tinggi di tahun 2013 menjadi 4.903,47 ton dan naik kembali menjadi 5.912,34 ton di tahun 2014. Kaitan antara produksi dan konsumsi bersifat saling mengubah satu terhadap yang lain. Peningkatan produksi akan mendorong konsumsi, sebaliknya naik-turunnya konsumsi memengaruhi naik-turunnya produksi. Produksi tergantung dari produktivitas produsen. Produktivitas seorang produsen berkaitan dengan faktor internal yakni karakteristik peternak yaitu umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga (Soekartawi, 2008). Harga merupakan salah satu pertimbangan bagi konsumen sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Harga juga sebagai salah satu keputusan produsen untuk mendapatkan keuntungan yang melebihi biaya produksinya. Harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Interaksi antara permintaan dan penawaran di pasar bebas akan
Universitas Sumatera Utara
membentuk harga keseimbangan. Keseimbangan tercapai apabila jumlah yang akan dibeli pada harga tertentu sama dengan jumlah yang akan dijual pada harga itu (Gilarso, 2003). Harga untuk komoditi ayam broiler akan ditunjukkan dari harga tingkat nasional sebagaimana yang dituliskan pada gambar 1.1, harga di tingkat provinsi Sumatera Utara sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.3, dan harga di tingkat kabupaten Deli Serdang sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.4. Gambar 1.1
Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Nasional Tahun 2010-2014.
Tingkat
Sumber : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2014
Perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat nasional berfluktuasi di setiap bulannya dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan paling besar ada di tahun 2010 dan 2013 yang masing-masing sebesar 1,42% dan 0,41%, sementara harga rata-rata bulanan pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar 0,31% dan 0,45%. Peningkatan harga daging ayam broiler umumnya terjadi pada bulan Juni dan Juli dimana hal ini terkait dengan bulan puasa dan Idul Fitri.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.3 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Tingkat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2014 No Bulan Rata-rata Harga Tahun 2013 2014 (Rp/Kg) Rata-rata (2013)
(2014)
1
Januari
19.117
22.710
20.913
2
Februari
14.007
24.482
19.244
3
Maret
13.454
23.939
18.696
4
April
13.671
22.955
18.313
5
Mei
13.940
23.294
18.617
6
Juni
14.093
24.524
19.308
7
Juli
15.278
26.965
21.121
8
Agustus
14.275
25.675
19.975
9
September
14.880
23.329
19.104
10
Oktober
14.620
22.584
18.602
11
November
13.014
19.166
16.090
12
Desember
13.196
16.628
14.912
14.463
23.020
18.741
Rata-rata
Sumber : Dinas Perdagangan dan Perindustrian, 2014 Untuk perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat provinsi dari tahun 2013-2014 mengalami fluktuasi. Harga tertinggi di tahun 2013 terjadi di bulan Januari yaitu Rp. 19.117,- dan harga terendah terjadi di bulan Nopember yaitu Rp.13.014,- dengan harga rata-rata 2013 sebesar Rp14.463,-. Tahun 2014 harga daging ayam tertinggi di bulan Juli sebesar Rp. 26.965,- dan harga terendah di bulan Desember yaitu Rp 16.628,- dengan harga rata-rata 2014 sebesar
Rp. 23.020,-.
Untuk produksi ayam broiler di kabupaten Deli Serdang, pasokan produksinya selain untuk memenuhi kabupaten Deli Serdang sendiri juga untuk memenuhi kota Medan. Berikut harga
Universitas Sumatera Utara
ayam broiler di kota Medan sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.4 dan harga ayam broiler kabupaten Deli Serdang sebagaimana yang dituliskan pada tabel 1.5. Tabel 1.4 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler Kota Medan Tahun 2010-2014. No. Bulan Rata-rata Harga Tahun (Rp/Kg) Ratarata 2010 2011 2012 2013 2014 1
Januari
18.575
26.629
22.242
24.188
22.800
22.887
2
Februari
19.888
24.777
23.664
23.500
23.050
22.976
3
Maret
20.810
23.081
23.467
23.725
23.350
22.887
4
April
18.963
19.647
22.658
23.210
22.313
21.358
5
Mei
18.831
18.661
21.815
22.688
23.125
21.024
6
Juni
22.342
19.858
23.552
23.182
26.550
23.097
7
Juli
25.683
24.440
24.734
26.386
27.500
25.749
8
Agustus
21.266
24.114
22.968
25.624
26.438
24.082
9
September
24.967
23.125
24.175
24.523
28.400
25.038
10
Oktober
23.804
21.617
20.347
23.968
22.250
22.397
11
November
22.950
18.008
19.175
23.658
22.250
21.,l/208
12
Desember
23.333
18.743
23.766
24.000
19.250
21.818
21.784
21.892
22.714
24.054
23.940
22.877
Rata-rata
Sumber :Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2014. Perkembangan harga rata-rata daging ayam di tingkat kotamadya Medan dari tahun 20102014 mengalami fluktuasi harga. Dengan rata-rata harga di tahun 2010 yang awalnya sebesar Rp 21.784,- mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hingga menjadi Rp 24.054,- di tahun 2013, lalu turun menjadi Rp 23.940,- di tahun 2014. Perkembangan harga rata-rata lima tahun terakhir
sebesar Rp. 22.877,-.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.5 Rata-rata Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013-2014 No Bulan Rata-rata Harga Tahun 2013 2014 (Rp/Kg) Rata-rata (2013)
(2014)
1
Januari
20.968
21.899
21.433
2
Februari
21.027
20.598
20.812
3
Maret
21.835
20.839
21.337
4
April
19.375
19.892
19.633
5
Mei
19.250
20.306
19.778
6
Juni
20.404
21.258
20.831
7
Juli
22.347
22.815
22.581
8
Agustus
17.383
23.444
20.413
9
September
16.875
23.444
20.159
10
Oktober
17.056
18.734
17.895
11
November
15.000
19.050
17.025
12
Desember
20.548
18.661
19.604
19.339
20.911
20.125
Rata-rata
Sumber : Dinas Perdagangan dan Perindustrian, 2014 Untuk perkembangan harga rata-rata daging ayam broiler di tingkat kabupaten Deli Serdang dari tahun 2013-2014 mengalami fluktuasi. Harga tertinggi di tahun 2013 terjadi di bulan Juli yaitu Rp. 22.347,- dan harga terendah terjadi di bulan Nopember yaitu Rp.15.000,- dengan harga rata-rata 2013 sebesar Rp19.339,-. Tahun 2014 harga daging ayam tertinggi di bulan Agustus dan September sebesar Rp. 23.444,- dan harga terendah di bulan Desember yaitu Rp 18.661,- dengan harga rata-rata 2014 sebesar Rp. 20.911,-. Adanya fluktuasi harga yang terjadi di setiap bulan disebabkan oleh beberapa alasan, dari sisi konsumen hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan selera, gaya hidup, tidak sesuainya dengan harga yang bersedia untuk dibayar yang menyebabkan permintaan terhadap
Universitas Sumatera Utara
ayam ras pedaging berubah-ubah.
Dari sisi produsen, fluktuasi harga output yang
terjadi disebabkan oleh permintaan yang berubah-ubah, kualitas rendah, banyaknya pesaing, musim panen, dan biaya input produksi yang berubah. Karena alasan-alasan itu, penetapan harga jual suatu produk harus tepat agar produk diterima dengan baik di pasar. Menetapkan harga jual dari suatu barang / jasa merupakan salah satu faktor penting yang akan berdampak langsung terhadap keberhasilan usaha. Harga jual yang terlalu murah akan membuat produsen dan pedagang mengalami kerugian. Sedangkan harga jual yang terlalu mahal akan membuat produk tersebut tidak laku di pasaran. Dalam menentukan harga suatu produk, hal yang paling penting untuk menjadi pertimbangan adalah penentuan harga yang didasarkan atas biaya produksi. Produsen menentukan harga sebuah produk dengan mengestimasikan biaya produksi per unit produk dan kemudian menambahkan sejumlah margin (markup). Metode harga produk ini umumnya disebut dengan penentuan harga berbasis biaya. Penentuan harga berdasarkan biaya memastikan bahwa seluruh biaya produksi telah diperhitungkan (Madura, 2007). Biaya produksi merupakan dasar produsen dalam penawaran. Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab bila harga yang ditetapkan tidak dapat menutup biaya maka keuntungan produsen sedikit bahkan rugi. Semakin tinggi biaya produksi dari suatu produk, maka semakin tinggi harga jual produk
tersebut (Gilarso, 2003).
Terlepas dari harga yang bisa ditentukan oleh produsen untuk produknya, penerimaan harus melebihi biaya produksi output agar produsen bisa mendapat laba. Oleh sebab itu, keputusan penawaran cenderung berubah sebagai tanggapan atas perubahan biaya produksi (Case, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Biaya produksi merupakan jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input, bila produksi merujuk kepada jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk kepada biaya perolehan input tersebut atau nilai uangnya (Sugiarto, 2000).
Biaya produksi tergantung pada banyak faktor,
diantaranya adalah jenis input yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut, jumlah tiap input yang diperlukan, dan harga input (Case, 2006). Tabel 1.6 Biaya Input Produksi Daging Ayam Broiler Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010-2014. No. Tahun Biaya Input Produksi (Rp) 1
2010
2.002.000.000
2
2011
2.030.525.000
3
2012
1.577.775.000
4
2013
1.461.600.000
5
2014*
1.746.150.000
Sumber : Gabungan Pengusaha Peternakan Unggas Sumatera Utara,2014* Ket : *) Angka Sementara Kestabilan atau fluktuasi biaya produksi daging ayam dapat disebabkan berbagai faktor. Salah satu faktor penentunya adalah harga biaya produksi. Biaya produksi terbagi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel seperti bibit (DOC), kandang, pakan, transportasi, obat-obatan dan tenaga
kerja (Sudarmono, 2003).
Terhitung sejak tanggal 18 November 2014, Pemerintah menetapkan kebijakan berupa pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kebijakan tersebut memuat peraturan dari solar yang awalnya Rp.5.500 per liter menjadi Rp. 7.500 per liter.Begitu juga dengan harga premium yang sebelumnyaRp. 6.500 per liter setelah kenaikan menjadi Rp 8.500 per liter. Dengan naiknya harga BBM ini, pemerintah beralasan bahwa subsidi yang sebelumnya diberikan untuk subsidi BBM dapat dialokasikan kepada program di bidang pendidikan, kesehatan dan infranstruktur. Sebab menurut pemerintah, subsidi BBM selama ini hanya
Universitas Sumatera Utara
dinikmati oleh kalangan menengah ke atas saja. Sehingga pemerintah merasa perlu mengurangi subsidi BBM. Seiring dengan terus menurunnya harga minyak dunia, Pemerintah membuat kebijakan baru per tanggal 1 Januari 2015. Pemerintah menurunkan lagi harga BBM dimana harga bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dari
Rp 8.500 per liter menjadi Rp
7.600 per liter, dan harga solar dari Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter. Bersamaan dengan kebijakan penurunan harga BBM ini, pemerintah juga menghapus subsidi untuk jenis premium. Subsidi yang diberikan pemerintah hanya untuk bahan bakar minyak solar sebesar Rp 1.000
per liter.
Memasuki pertengahan Januari, tepatnya tanggal 19 Januari 2015. Dalam waktu dua minggu, pemerintah menetapkan kebijakan baru lagi berupa penurunan harga BBM bersubsidi jenis premium dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 6.600 per liter dan harga BBM jenis solar dari Rp 7.250 per liter menjadi Rp 6.400 per liter. Terhitung dari tanggal 01 Maret 2015, Pemerintah membuat kebijakan baru berupa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dari bahan bakar minyak berjenis premium yang sebelumnya Rp 6.600 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter. Dan BBM jenis solar tetap Rp 6.400 per liter. Tanggal 28 Maret 2015, harga BBM jenis premium kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 500 per liter menjadi Rp 7.300 per liter, dan BBM jenis solar juga naik Rp 500 per liter menjadi Rp 6.900 per liter. Salah satu penentu input biaya produksi adalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dimana Naiknya BBM menyebabkan biaya input produksi menjadi naik, karena naiknya harga Bahan Bakar Minyak menyebabkan naiknya harga barang-barang lain sehingga daya beli masyarakat menjadi berkurang. Khususnya untuk konsumen daging ayam broiler, kenaikan harga BBM yang diikuti dengan naiknya harga daging ayam broiler dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
perubahan permintaan baik dari segi harga ataupun selera yang menyebabkan beralihnya permintaan konsumen ke komoditi lain.
Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh HANSON et al. (1993) pada sektor pertanian kenaikan harga BBM akan memicu naiknya harga sarana produksi pertanian (sapronak) dan output produksi. Kenaikan harga BBM ini akan menaikan biaya produksi dari produk pertanian seperti kenaikan harga berbagai agroinput pertanian seperti benih, pupuk dan pestisida.
Untuk usaha peternakan, kenaikan harga BBM berpengaruh terutama terhadap biaya operasional peternakan dengan naiknya Harga Pokok Produksi (HPP). Kenaikan harga BBM, dipastikan akan meningkatkan biaya produksi, yang akan ditanggung peternak, serta naiknya biaya transportasi pengangkutan ayam. Kenaikan BBM akan berpengaruh langsung pada biaya transportasi pengangkutan ayam dari kandang ke pasar tujuan dan berpengaruh tidak langsung ke komponen biaya input lainnya seperti biaya Day Old Chick (DOC), biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya vitamin, dan upah tenaga kerja. . Adanya perubahan naik turunnya BBM yang terjadi dari tanggal
18
November 2014- 28 Maret 2015 menjadi suatu masalah dimana naiknya BBM di tanggal 18 November 2014 sudah membuat berbagai kebutuhan pokok naik sehingga turunnya BBM yang terjadi di periode selanjutnya belum tentu diiringi oleh penurunan harga kebutuhan pokok yang lain. Perubahan harga BBM tentu berdampak pada banyak sektor lain baik sektor pangan ataupun non-pangan, begitupun dengan harga daging ayam broiler baik yang dijual di tingkat produsen maupun pedagang pengecer. Harga daging ayam broiler dipengaruhi oleh jumlah output dan biaya input produksi. Perubahan harga BBM menyebabkan biaya input produksi
Universitas Sumatera Utara
berubah-ubah. Bila harga BBM naik maka akan membuat naik ongkos produksi produsen atau jumlah output yang dihasilkan semakin rendah. Namun bila harga BBM turun, maka akan membuat biaya produksi turun dan jumlah output yang dihasilkan meningkat. Adanya dampak dari perubahan BBM menyebabkan perubahan biaya input produksi berubah, biaya input produksi berubah menyebabkan jumlah input yang digunakan dan volume produksi yang dihasilkan berubah. Harga yang ditetapkan produsen pun dilebihkan sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan. Penerimaan peternak diperoleh dari harga jual dikalikan dengan volume produksi. Pendapatan peternak diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkannya. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisis dampak dari perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap biaya input dan output
ayam ras pedaging sebelum
dan sesudah terjadinya perubahan harga BBM. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap biaya total input produksi ayam broiler di daerah penelitian? 2) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap volume produksi ayam broiler di daerah penelitian? 3) Bagaimana dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap penerimaan dan pendapatan petani peternak ayam broiler di daerah penelitian?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan yang telah dipaparkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Menganalisis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap biaya total input produksi ayam broiler di daerah penelitian? 2) Menganalisis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap volume produksi ayam broiler di daerah penelitian. 3) Menganalis dampak perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 terhadap penerimaan dan pendapatan petani peternak ayam broiler di daerah penelitian. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1) Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi peternak ayam khususnya peternak ayam broiler. 2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan harga Bahan Bakar Minyak. 3) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara