Tanggal 31 Mei 2010................ “Maaf mbak, uangnya receh... Banyak uang pecahan seribuan-nya. Belum sempat nukerin ini tadi. Tapi pas kok mbak jumlahnya itu Rp 150.00,- coba dihitung lagi.” Ucap saya ke seorang teller bank. “Oh tidak apa-apa.” Tegas dia sambil melayani saya dengan ramah. Alhamdulillah, sudah lunas dan bisa langsung segera mengisi formulir di warnet. Seneng. Saya langsung mencari warnet di sekitar bank tersebut. Memang saya belum pulang semenjak dari berangkat kerja semalam hingga ini tadi, saya belum pulang kerumah. Saya bilang ke orang tua, masih ada perlu jadi tidak bisa langsung pulang pagi itu. Sengaja saya tak bilang bahwa saya akan mendaftar kuliah. Takut nantinya mereka kepikiran masalah uang lagi dari mana. Setelah sampai di warnet, saya segera mengisi formulir pendaftaran. Tapi, setelah selesai mengirim. Tiba-tiba dilayar kaca ada tulisan: “Maaf kuota penuh. Silahkan hubungi panitia lokal terdekat di kota anda.” Saya coba lagi, kemudian keluar kata-kata itu lagi. Saya coba lagi dan keluar lagi. Terus mencobanya tapi keluar lagi kalimat seperti itu. Saya langsung down! Keringat dingin saya keluar semua. Padahal waktu itu masih pagi. Masih pukul 09.00 WIB. Tapi entah kenapa kondisi tubuh menjadi sangat lemas. Tubuh saya melemas bukan karena saya puasa, tapi karena respon ini yang membuat hati saya ciut kembali. Akhirnya saya naik angkot lagi untuk menuju ke Universitas Negeri Surabaya. Cuma itu tempat itu yang terdekat dari bank. Sesampainya disana saya melapor kejadian tadi, dan kata petugas.
“Mbak, coba ke UNAIR langsung ke GSG-nya. Karena di tempat itu panitia lokal pendaftarannya. Ya maklum mbak, ini kan hari terakhir, jadi ya wajar kalo udah penuh. Kenapa kamu nggak daftar dari dulu-dulu awal bulan?” Ujar petugas laki-laki itu. “Terimakasih pak.” Saya mengangguk. Saat itu juga tidak ambil pusing, langsung naik angkot lagi untuk sampai ke UNAIR. Setibanya di GSG (Gedung Serba Guna) yang berada di Kampus B UNAIR saya langsung masuk ke tempat perkumpulan panitia. “Maaf pak, permisi... Saya mau tanya. Pas ini tadi saya mendaftar kok ada pernyatanyaan seperti ini dari layar komputernya? Apa benar kuota sudah penuh?” Saya. “Iya mbak, untuk jurusan IPA kuota memang sudah penuh. Tapi ini tadi sudah kita tambah sekitar seratus kursi lagi. Sekarang mbak bisa langsung cek dan mencoba mendaftar lagi. Mudah-mudahan bisa.” Sahut petugas itu. “Amin... Terimakasih pak.” jawab saya dan berlalu dari ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 siang. Sudah hampir Dzuhur. Tapi saat itu juga, saya langsung mencari warnet disekitar kampus untuk segera mengisi formulir. Saya takut tidak kebagian kuota lagi kalo ditunda. Pikir saya juga, hari ini saya masuk siang kerjanya. Jadi jam 15.00 nanti saya sudah harus sampai lagi di apotek dan bekerja kembali. Saya berjalan meyusuri seluruh jalanan kampus B. Dan saat itu saya benar-benar merasa lelah.... Setiap kali masuk warnet, ini jawaban yang saya temui: “Maaf mbak, warnet sudah penuh...” Lagi. “Maaf mbak, warnetnya rusak...“ Lagi. “Maaf mbak, warnetnya mboten wonten sing njogo…” Lagi.
“Maaf mbak, printernya yang rusak... Tidak bisa dipakai nge-print.” Lagi. “Maaf mbak, warnetnya penuh... Disini cuma bisa dibuat game online...“ Lagi. “Maaf mbak, coba mbak keliling daerah yang sebelah sana, mungkin warnetnya kosong.” Saya terus berjalan dari warnet ke warnet. Ada satu yang bilang. “Oh ya.. Ini ada satu kursi, silahkan mbak... “ Belum sempat terbuka formulir pendaftarannya, tapi sudah ada respon “ERROR LOADING PAGE...............” Begitu terus ketika dicoba. ERROR LOADING PAGE!!!!!!!!!!!! ERROR LOADING PAGE!!!!!!!!!!!! ERROR LOADING PAGE!!!!!!!!!!!!
***
Masih memakai seragam kerja. Lebih dari sekitar lima belas warnet yang saya hampiri. Dan semuanya tidak bisa dengan berbagai alasan tertentu. Disini saya hampir saja putus asa. Ingin sekali menjerit. Sementara tubuh saya tiba-tiba lemas seperti ingin pingsan. Saya tidak sadar sudah berjalan sejauh ini dari Kampus B. Dan akhirnya, saya masuk disebuah warung. “Buk, teh anget setunggal, kalihan obat sakit kepala lek wonten..” Akhirnya saya batalkan puasa.
Saya takut, nanti kerja tidak kuat karena seharian saya tak istirahat. Baru setelah itu, saya tunaikan sholat Dzuhur di sebuah musholla terdekat. Saya menangis menderu sepuas hati saya. Saya hanya meminta diberi kekuatan waktu itu. Saya minta agar saya tetap terjaga lurus di jalan yang benar. Saya pasrahkan keadaan ini. Walaupun tanda bukti pembayaran masih saya pegang. Tapi ingin sekali membuang kertas ini. Kemudian saya hanya bisa melampiaskan dengan meremas-remasnya di genggaman tangan saya. Saya keluar dari musholla, dengan keadaan yang masih tidak tenang. Pikiran saya untuk mencari warnet lagi sepertinya sudah luntur entah kemana. Sejenak saya melihat jam ditangan sudah pukul 13.30 siang. Tanpa pulang ke rumah, waktu itu juga saya langsung menuju ke tempat kerja. Perjalanan cukup jauh dari Kampus B ke arah Sidoarjo. Jadi, saya harus sesuaikan dengan alokasi waktu yang ada. Sampai di apotek, saya langsung mandi dan segera memasuki shift siang. Salah satu teman saya bertanya, “Kamu nggak tidur ya? Kok pucat gitu mukanya.” “Iya.” Saya. Pikiran tak bisa berhenti untuk memikirkan hal tadi siang. Sampai-sampai saya bergumam. “Ya Allah... ini tandanya apa?” Kalo memang ini adalah cara yang harus ditempuh agar bisa kuliah, saya ikhlas...... Tertunduk, sembari telapak tangan kanan saya menyentuh dahi yang terasa sedikit panas. Kerja saya sore ini cukup berantakan. Mulai dari kesalahan nulis alamat delivery obat, salah ambil obat ke pasien sampai membuat apoteker marah- marah.
Untung masih bisa diatasi, padahal saya juga takut setengah mati waktu itu karena menyangkut nyawa orang juga.
Waktu yang saya tunggu tiba. Malam ini sepulang kerja saya akan usaha ke warnet dekat rumah. Untuk mencoba daftar lagi. Sekarang jam 23.00 WIB. Satu jam lagi pendaftaran akan ditutup. Sesampainya di warnet, saya langsung mengisi formulir. Tak ada pikiran macam-macam. Hanya berteman kepasrahan yang tetap menjamah. Setelah saya isi semuanya. Tampak di layar monitor muncul kata: “Terimakasih sudah mendaftar dan formulir bisa langsung di download untuk selanjutnya di print.” Sujud syukur Alhamdulillah, burai air mata ini tak bisa dibendung lagi saat itu. Melihat jam tangan pukul 23.55 WIB. Lima menit lagi pendaftaran akan ditutup. Dan formulir untuk tes sudah ada di genggaman. Rasa bahagia setengah mati yang saya rasakan, padahal saya juga belum tau akan diterima atau tidak. Tapi saya merasa bahagiaaaaa sekali. :’)
***