PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) PADA LAMA PENGGEMUKAN YANG BERBEDA
SKRIPSI KURNIAWATI HASANAH
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN KURNIAWATI HASANAH. D14102043. 2006. Penampilan Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi Konsentrat dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Pada Lama Penggemukan yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, MS Jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi termasuk protein hewani, menuntut tersedianya sumber protein yang cukup, salah satunya adalah daging. Konsumsi daging yang tinggi tidak diimbangi dengan produksi daging yang cukup. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas domba lokal adalah perbaikan manajemen pemberian pakan. Usaha untuk meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot hidup pada ternak dapat dilakukan dengan pemberian pakan tambahan berkualitas seperti konsentrat serta mengatur lama penggemukan agar didapatkan nilai ekonomis yang tinggi. Suatu penelitian yang mengkaji tentang pengaruh lama penggemukan terhadap penampilan domba Ekor Tipis jantan telah dilakukan pada tanggal 20 Juli sampai dengan 11 Oktober 2005 bertempat di peternakan domba Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penggemukan terhadap penampilan domba Ekor Tipis jantan yang diberi konsentrat dan rumput gajah (pennisetum purpureum) serta lama penggemukan yang menghasilkan nilai ekonomis terbaik. Materi penelitian terdiri atas 15 ekor domba Ekor Tipis jantan yang berumur kurang dari satu tahun dengan bobot tubuh awal 13,77±1,57 kg (CV 11,4%). Perlakuan yang diberikan adalah lama penggemukan dengan tiga taraf perlakuan yaitu lama penggemukan satu bulan (P1), lama penggemukan dua bulan (P2), dan lama penggemukan tiga bulan (P3). Masing-masing perlakuan terdiri atas lima ekor domba Ekor Tipis jantan sebagai ulangan/kelompok. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, konsumsi zat makanan, pertambahan bobot tubuh, pertambahan panjang badan, pertambahan lingkar dada, konversi pakan dan analisis usaha. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika perlakuan dan kelompok berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilakukan uji orthogonal polynomial, kecuali pendapatan usaha dan titik impas usaha dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa lama penggemukan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi pakan dan konsumsi zat makanan. Pertambahan bobot tubuh harian, pertambahan panjang badan harian dan pertambahan lingkar dada harian juga tidak dipengaruhi oleh lama penggemukan. Lama penggemukan pun tidak mempengaruhi konversi pakan. Pendapatan usaha domba Ekor Tipis jantan pada lama penggemukan dua bulan memberikan keuntungan paling tinggi. Agar mendapatkan titik impas usaha maka kapasitas domba yang harus dipelihara pada penggemukan satu bulan sebanyak 228 ekor. Pada penggemukan dua bulan sebanyak 236 ekor, sedangkan pada penggemukan tiga bulan sebanyak 392 ekor. Lama penggemukan dua bulan menjadi alternatif pilihan pada penggemukan domba Ekor Tipis jantan. Kata-kata kunci: penggemukan, domba Ekor Tipis, konsentrat, rumput gajah
ABSTRACT Performance of Male Thin Tailed Sheep Which Given Concentrate and Elephant Grass (Pennisetum purpureum) on Different Fattening Period Hasanah, K., S. Rahayu and M. Duldjaman An experiment was carried out to know performance of male thin tailed sheep which given concentrate and elephant grass (Pennisetum purpureum) on different fattening period. This research was conducted in Mitra Tani Farm from July up to October 2005. Fifteen male thin tailed sheeps were used in this research. Sheep was placed in individual cage and divided into 5 groups of 3 treatments each. The experiment design used was randomized group design with five treatments consisting P1 (one month fattening period), P2 (two months fattening period), and P3 (three months fattening period). Amount of feed given was based on sheep body weight and the need of the Total Digestible Nutrients (TDN). After two weeks preliminary time, the treatments were tested for twelve week time. Water and elephant grass as the basal diet feed ad libitum. Two weeks before being started, 15 of sheeps were shorn. The parameters measured were feed comsumption, increasing of body weight, increasing of body length and hearth girth, feed convertion, and income analysis. Body gain and hearth girth were measured every week. Feed convertion was calculated based on feed consumption and increasing of body weight. Income analysis was calculated based on purchasing and selling price of the sheep and production cost. The results showed that the effect of the treatment was very significant (P<0,01) for concentrate consumption. Significant (P<0,05) for the increasing of body length. While the average daily gain, comsumption of feed nutritions, increasing for hearth girth, and feed convertion observed shows that the effect is not significant (P>0.05). Two months fattening period showed biggest profit. It can be concluded that two months fattening period has better economis value. Keywords: Male thin tailed sheep, fattening period, growth, concentrate, elephant grass
PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PADA LAMA PENGGEMUKAN YANG BERBEDA
KURNIAWATI HASANAH D14102043
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) PADA LAMA PENGGEMUKAN YANG BERBEDA
Oleh: KURNIAWATI HASANAH D14102043
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 10 Juli 2006
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Sri Rahayu, MSi NIP : 131 667 775
Ir. Maman Duldjaman, MS NIP : 130 422 709
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc NIP : 131 624 188
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1984 di Bogor. Penulis adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Warlan dan Ibu Suratinah. Pendidikan taman kanak-kanak penulis selesaikan pada tahun 1990 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Leuwiliang, pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri Leuwimekar, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 1999 di Madrasah Muallimien Muhammadiyah Leuwiliang dan pendidikan Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Leuwiliang. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002. Penulis aktif dalam Club Ruminansia Kecil yang merupakan salah satu cabang kegiatan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) periode 20042005. Penulis sering mengikuti kegiatan kepanitiaan dalam berbagai bidang peternakan, diantaranya Sheep Management Training, Inseminasi Buatan dan Magang Terpadu Bagian IPT Ruminansia Besar.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penampilan Domba Ekor Tipis Jantan yang Diberi Konsentrat dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) pada Lama Penggemukan yang Berbeda. Domba merupakan salah satu ternak yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Peranannya dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani cukup besar. Hal ini merupakan potensi dalam pengembangan usaha peternakan domba. Akan tetapi, pemenuhan akan permintaan daging domba yang tinggi tidak diimbangi dengan sistem pemeliharaan yang baik dan terarah karena produktivitas ternak lokal sebagian besar hanya mengkonsumsi rumput alam biasa dengan kandungan nutrisi yang rendah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi permintaan daging domba yang tinggi adalah dengan penggemukan domba. Hal inilah yang menjadi landasan bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh lama penggemukan terhadap penampilan domba Ekor Tipis jantan yang diberi konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Sadar akan kelemahan dan kekeliruan diri sebagai manusia yang tidak pernah luput dari kekeliruan dan kehilafan, penulis yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan dalam perbaikan penulisan skripsi ini. Di atas segalanya, seraya menadahkan tangan kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dengan segala nilai minusnya dapat bermanfaat. Bogor, Juli 2006 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ................................................................................................. ..
i
ABSTRACT .................................................................................................... ..
ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ..
iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ..
iv
DAFTAR ISI................................................................................................... ..
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ..
vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ..
viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ..
ix
PENDAHULUAN .......................................................................................... ..
1
Latar Belakang ..................................................................................... .. Perumusan Masalah ............................................................................. .. Tujuan Penelitian ................................................................................. .. Manfaat Penelitian ............................................................................... ..
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. ..
3
Perkembangan Domba di Indonesia .................................................... .. Pertumbuhan Domba ........................................................................... .. Iklim dan Pertumbuhan Domba ........................................................... .. Bangsa dan Pertumbuhan Domba ........................................................ .. Pakan dan Pertumbuhan Domba .......................................................... .. Penggemukan .......................................................................................... Konsumsi Pakan...................................................................................... Kebutuhan Nutrisi Pakan ........................................................................ Energi .......................................................................................... Protein ......................................................................................... Total Digestible Nutrients (TDN) ............................................... Analisis Usaha ........................................................................................
3 4 5 6 8 10 11 11 11 13 14 15
METODE ........................................................................................................... Lokasi dan Waktu ................................................................................... Materi ...................................................................................................... Ternak ......................................................................................... Ransum ....................................................................................... Kandang dan Peralatan ............................................................... Rancangan ............................................................................................... Perlakuan..................................................................................... Rancangan Percobaan ................................................................. Peubah yang Diamati .................................................................. Analisis Data ............................................................................... Prosedur .................................................................................................. Persiapan Penelitian .................................................................... Adaptasi Pakan............................................................................
16 16 16 16 16 17 17 17 18 18 20 20 20 20
Pelaksanaan Penelitian ................................................................
20
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... Konsumsi Pakan...................................................................................... Konsumsi Zat Makanan .......................................................................... Konsumsi Bahan Kering ............................................................. Konsumsi Protein Kasar ............................................................. Konsumsi Serat Kasar ................................................................. Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN).............................. Pertumbuhan ........................................................................................... Pertambahan Bobot Tubuh ......................................................... Pertambahan Panjang Badan....................................................... Pertambahan Lingkar Dada......................................................... Konversi Pakan ....................................................................................... Analisis Usaha ........................................................................................ Analisis Pendapatan .................................................................... Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi ....................
22 22 24 25 27 28 30 31 31 32 34 35 35 35 37
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... Kesimpulan ............................................................................................. Saran .......................................................................................................
39 39 39
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
41
LAMPIRAN.......................................................................................................
46
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Rataan Laju Pertambahan Bobot Tubuh Domba Lokal Prasapih dan Pascasapih Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Kelahiran ......................
8
2. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian ...................................................
16
3. Sebaran Bobot Tubuh Awal Domba ....................................................
21
4. Rataan Konsumsi Rumput Gajah (RG) dan Konsentrat (K) ................
22
5. Rataan Konsumsi Zat Makanan (kg/ekor/hari) ....................................
25
6. Rataan Pertambahan Bobot Tubuh Harian (PBTH), Pertambahan Panjang Badan Harian (PPBH) dan Pertambahan Lingkar Dada Harian (PLDH).....................................................................................
31
7. Rataan Konversi Pakan ........................................................................
35
8. Rataan Pendapatan selama Penggemukan ...........................................
36
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kurva Pertumbuhan Hewan ...............................................................
5
2. Garis Besar Penggunaan Energi Bahan Makanan oleh Ternak Secara Umum ................................................................................................
12
3. Domba Bakalan ..................................................................................
16
4. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dan Konsentrat ..................
17
5. Kandang dan Peralatan ......................................................................
17
6. Grafik Rataan Konsumsi Konsentrat .................................................
23
7. Grafik Rataan Konsumsi Rumput Gajah Segar .................................
24
8. Grafik Rataan Konsumsi Bahan Kering Pakan ..................................
26
9. Grafik Rataan Konsumsi Protein Kasar Pakan ..................................
28
10. Grafik Rataan Konsumsi Serat Kasar Pakan .....................................
29
11. Grafik Rataan Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Pakan ..
30
12. Grafik Rataan Bobot Tubuh Domba ..................................................
32
13. Grafik Rataan Panjang Badan Domba ...............................................
33
14. Grafik Rataan Lingkar Dada Domba .................................................
34
15. Diagram Rataan Pendapatan Selama Penggemukan..........................
37
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Rataan Konsumsi Pakan ....................................................................
47
2. Rataan Konsumsi Bahan Kering (BK)...............................................
48
3. Rataan Konsumsi Protein Kasar (PK)................................................
49
4. Rataan Konsumsi Serat Kasar (SK) ...................................................
50
5. Rataan Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN).........................
51
6. Bobot Tubuh (BB), Panjang Badan (PB) dan Lingkar Dada (LD) Domba ................................................................................................
52
7. Pertambahan Bobot Tubuh (PBT), Pertambahan Lingkar Dada (PLD) dan Petambahan Panjang Badan (PPB) Domba.................................
53
8. Analisis Ragam Konsumsi Rumput Gajah ........................................
54
9. Analisis Ragam Konsumsi Konsentrat ..............................................
54
10. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Konsentrat .............................
54
11. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Pakan ...............................
54
12. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Rumput Gajah .................
55
13. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Konsentrat .......................
55
14. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Bahan Kering Konsentrat......
55
15. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar Pakan ...............................
55
16. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar Rumput Gajah..................
56
17. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar Konsentrat .......................
56
18. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Protein Kasar Konsentrat ......
56
19. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar Pakan...................................
56
20. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar Rumput Gajah .....................
57
21. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar Konsentrat ...........................
57
22. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Serat Kasar Konsentrat .........
57
23. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Pakan
57
24. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Rumput Gajah ...................................................................................
58
25. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Konsentrat ..........................................................................................
58
26. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Total Digestible Nutrients
(TDN) Konsentrat ..............................................................................
58
27. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Tubuh Harian ..........................
59
28. Analisis Ragam Pertambahan Panjang Badan Harian .......................
59
29. Uji Orthogonal Polinomial Pertambahan Panjang Badan Harian ......
59
30. Analisis Ragam Pertambahan Lingkar Dada Harian .........................
59
31. Analisis Ragam Konversi Pakan........................................................
60
32. Biaya Produksi Domba Ekor Tipis Jantan Periode 1 Bulan ..............
61
33. Jumlah Ternak Optimum pada Titik Impas (Break Event Point) Periode 1 Bulan ..................................................................................
61
34. Perhitungan Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi Periode 1 bulan ................................................................................................ 61 35. Biaya Produksi Domba Ekor Tipis Jantan Periode 2 Bulan ..............
62
36. Jumlah Ternak Optimum pada Titik Impas (Break Event Point) Periode 2 Bulan ..................................................................................
58
37. Perhitungan Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi Periode 2 bulan ................................................................................................ 62 38. Biaya Produksi Domba Ekor Tipis Jantan Periode 3 Bulan ..............
63
39. Jumlah Ternak Optimum pada Titik Impas (Break Event Point) Periode 3 Bulan ..................................................................................
63
40. Perhitungan Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi Periode 3 bulan ................................................................................................ 63 41. Data Curah Hujan Bulan Juli-Oktober 2005 Daerah Cibanteng dan sekitarnya (mm/m2) .....................................................................
64
42. Perhitungan Total Digestible Nutrients (TDN)..................................
65
43. Perhitungan Pakan yang Diberikan pada Lama Penggemukan 1 Bulan
66
44. Perhitungan Pakan yang Diberikan pada Lama Penggemukan 2 Bulan
67
45. Perhitungan Pakan yang Diberikan pada Lama Penggemukan 3 Bulan
68
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,5% per tahun (Badan Pusat Statistik, 2003). Seiring dengan itu, kebutuhan pangan meningkat termasuk kebutuhan protein hewani. Populasi domba di Indonesia tahun 2003 tercatat sebesar 8.133.467 ekor. Populasi domba paling banyak terdapat di propinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 3.673.812 ekor. Produksi daging domba untuk wilayah Jawa Barat sendiri sebesar 53.007 ton dari total produksi daging dalam negeri yaitu sebesar 1.908.600 ton. Produksi daging dalam negeri yang tidak mencukupi kebutuhan daging nasional menyebabkan impor daging dari luar negeri. Berdasarkan data statistik diketahui bahwa impor daging sejak tahun 1999 mengalami kenaikan dari 22.911,8 ton menjadi 42.029 ton pada tahun 2003 (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003). Salah satu penyebab meningkatnya impor domba adalah produktivitas domba lokal sebagian besar masih berada di tangan peternak kecil yang manajemen pemeliharaannya masih tradisional. Kualitas pakan pada pemeliharaan tradisional hanya mengkonsumsi rumput alam dengan nilai nutrisi yang rendah, sehingga mengakibatkan ternak domba lokal kekurangan gizi dan pertambahan bobot tubuh harian domba sangat rendah. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas domba lokal adalah perbaikan manajemen pemberian pakan yaitu pemberian pakan tambahan seperti konsentrat, sistem pemeliharaan secara intensif dan pengaturan waktu pemeliharaan yang efektif dan efisien. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Ternak yang dipelihara secara intensif umumnya memiliki penampilan dan kondisi tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan ternak yang digembalakan dan kondisi kesehatan domba yang dikandangkan mudah dikendalikan. Munier et al. (2003) menyatakan bahwa pemberian pakan tambahan terhadap domba yang dipelihara secara intensif dapat meningkatkan pertambahan bobot tubuh harian dan bobot akhir. Purbowati (2001) melaporkan bahwa pertambahan bobot tubuh harian domba dengan pakan dasar rumput gajah
(Pennisetum
purpureum)
sebesar
119,91
gram/ekor/hari,
lamanya
waktu
pemeliharaan juga menghasilkan pertambahan bobot tubuh harian yang berbeda. Penggemukan dalam jangka waktu lama menghasilkan pertambahan bobot tubuh total yang tinggi tetapi memerlukan biaya produksi yang tinggi pula. Sebaliknya penggemukan yang singkat memerlukan biaya yang rendah tetapi pertambahan bobot tubuh total yang diperoleh juga rendah. Pemberian pakan tambahan berupa konsentrat dengan pakan dasar rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada penggemukan satu bulan diharapkan dapat menghasilkan penampilan domba dan nilai ekonomis terbaik. Oleh karena itu diperlukan data lama penggemukan yang efektif dan efisien. Perumusan Masalah Manajemen pemberian pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak domba. Penggemukan domba sangat ditentukan oleh besarnya biaya pakan yang dikeluarkan. Pakan tambahan berkualitas dan lamanya waktu penggemukan sangat menentukan penampilan domba. Pengaturan lama penggemukan dengan pakan tambahan berkualitas diharapkan dapat menghasilkan penampilan produksi dan nilai ekonomis yang terbaik pada usaha penggemukan domba Ekor Tipis jantan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penggemukan terhadap penampilan domba Ekor Tipis jantan yang diberi konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum) serta lama penggemukan yang menghasilkan nilai ekonomis terbaik. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dasar bagi masyarakat petani-peternak dalam rangka menentukan pola pengembangan ternak domba Ekor Tipis jantan. Pengaturan lama penggemukan dengan pakan tambahan berkualitas pada usaha peternakan domba Ekor Tipis sangat menentukan nilai ekonomis yang didapatkan oleh masyarakat petani-peternak.
2
TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Domba di Indonesia Populasi domba di Indonesia selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan sebesar 12,56%. Berdasarkan data sementara Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan tahun 2003 diketahui bahwa populasi domba di Indonesia sebesar 8.133.467 ekor. Jumlah ini tersebar di pulau Jawa sebesar 7.397.727 ekor, Sumatera sebesar 521.969 ekor, Kalimantan sebesar 117.971 ekor, Nusa Tenggara Timur sebesar 59.430 ekor, Nusa Tenggara Barat sebesar 18.378 ekor, Sulawesi sebesar 9.054 ekor, Maluku sebesar 7.659 ekor, Irian Jaya sebesar 1.120 ekor dan Bali sebesar 159 ekor. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa penyebaran ternak domba di tiap daerah tidak merata, populasi ternak domba sebagian besar terpusat di pulau Jawa. Hal ini disebabkan jaringan, sarana dan prasarana di pulau Jawa lebih berkembang sehingga peluang agribisnis peternakan di pulau Jawa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Berdasarkan data statistik diketahui bahwa konsumsi daging nasional selalu meningkat setiap tahun. Pada tahun 2003 konsumsi daging nasional tercatat sebesar 1.947.200 ton sementara produksi daging nasional hanya mencapai 1.908.605 ton. Produksi daging domba hanya sebesar 3,85% dari produksi daging nasional yaitu sebesar 73.481 ton dan untuk wilayah Jawa Barat sendiri sebesar 53.007 ton dari total produksi daging dalam negeri. Produksi daging nasional yang belum mencukupi menyebabkan dilakukannya impor dari luar negeri baik impor daging maupun impor ternak hidup. Impor domba tahun 2003 mencapai 835.737 ekor (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003). Menurut Djajanegara (1992), nilai ekonomi sistem produksi ternak domba yang berjalan cenderung tidak ditentukan oleh pasar, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh kebutuhan produsen. Hal ini melemahkan posisi produsen (dalam hal ini peternak) dalam pemasaran ternak, sehingga diduga kurang memberikan motivasi peningkatan usaha. Banyak usaha skala menengah yang mulai membesarkan ataupun menggemukkan domba jantan beberapa bulan bahkan sampai sembilan bulan sebelumnya untuk kemudian dijual saat harga mencapai tingkat yang cukup tinggi (qurban). Usaha ini dinilai sangat menguntungkan karena harga ternak dapat
3
mencapai 3-4 kali lipat dari harga normal. Keuntungan yang diperoleh satu saat itu dianggap memadai tetapi hal ini kurang merangsang produksi ternak secara keseluruhan (Djajanegara, 1992). Perkembangan usaha penggemukan domba menuntut tersedianya ternak bakalan untuk digemukkan, sehingga usaha ini memerlukan dukungan usaha ternak rakyat sebagai penyedia bakalan. Dalam usaha ini maka sumber ternak bakalan belum merupakan usaha yang ekonomis layak (Sukmawan, 1992). Peluang menjadikan Bogor sebagai daerah pemasok kebutuhan hewan qurban/aqiqah sekaligus sebagai basis reproduksi dan fattening cukup beralasan, karena Bogor disamping memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi ditunjang dengan jarak ke lokasi pemasaran sangat dekat, juga mempunyai daerah penyangga produksi yaitu Cianjur dan Sukabumi. Pertumbuhan Domba Pertumbuhan adalah peningkatan berat hidup seekor ternak sampai mencapai berat tertentu sesuai dengan kemasakan tubuhnya (Sugeng, 1991). Pertumbuhan selanjutnya didefinisikan sebagai perubahan ukuran yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh termasuk perubahan organ-organ dan jaringan tersebut berlangsung secara gradual hingga tercapai ukuran dan bentuk karakteristik masing-masing organ dan jaringan tersebut (Soeparno, 1994). Anggorodi (1990) menyatakan bahwa pertumbuhan murni mencakup daging, tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya kecuali jaringan lemak. Dari sudut kimiawi, pertumbuhan murni adalah suatu penambahan jumlah protein dan zatzat mineral yang tertimbun dalam tubuh. Penambahan berat akibat penimbunan lemak dan air bukanlah pertumbuhan murni. Pernyataan ini didukung oleh Ensminger dan Olentine (1978) yang menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran tulang, otot, organ-organ internal dan bagian-bagian lain dari tubuh. Kammlade (1955) menambahkan bahwa pertumbuhan pada domba bukanlah sekedar pertambahan beratnya saja, namun berhubungan dengan perbandingan antara tinggi dan panjang badannya. Goodwin (1974) mengemukakan bahwa pada semua hewan pertumbuhan pada awalnya berlangsung lambat dan meningkat dengan cepat, kemudian kembali
4
lebih lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh, secara umum dapat terlihat pada Gambar 1. Bobot badan
Umur Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Hewan (Goodwin, 1974) Mathius (1989) melaporkan bahwa tingkat kenaikan bobot badan harian domba dan kambing di pedesaan adalah 20-40 gram/ekor. Pada umumnya anak domba mencapai 75% dari berat dewasa pada umur 1 tahun. Pertumbuhan pada tahun pertama sekitar 50% berat badan dicapai selama 3 bulan pertama, 25% pada tiga bulan kedua dan 25% dalam 6 bulan terakhir. Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ransum yang diberikan disamping faktor genetis. Jumlah pakan yang diberikan pada ternak seharihari harus lebih banyak dari kebutuhan hidup pokok agar ternak tidak mengalami kesulitan berproduksi (Parakkasi, 1999). Peningkatan kecepatan pertumbuhan mengakibatkan anak domba dapat mencapai bobot pasaran dalam umur yang lebih muda, hal ini berarti bahwa masa pemeliharaan lebih pendek, resiko kematian lebih kecil dan lebih efisien dalam menggunakan makanan (Sumoprastowo, 1987). Iklim dan Pertumbuhan Domba Iklim sebagai salah satu faktor lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan ternak. Faktor-faktor lingkungan dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi produksi ternak (Parakkasi, 1999). Purwanto (1999) menambahkan bahwa iklim (suhu udara, kelembaban, radiasi matahari, dan angin) mempengaruhi secara langsung kemampuan produksi ternak. Pernyataan ini didukung oleh Williamson dan Payne (1993) yang menyatakan bahwa iklim sangat penting dalam sistem produksi hewan, karena dapat mempengaruhi hewan secara langsung yang berpengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan dan produktivitas,
5
sedangkan pengaruh secara tidak langsung terutama meliputi kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia, perkandangan, manajemen, serta peluang timbulnya penyakit dan parasit. Esmay (1987) menambahkan bahwa lingkungan disekitar hewan merupakan total keseluruhan kondisi eksternal yang mempengaruhi perkembangan, respon dan pertumbuhan. Menurut Purwanto (1999), intensitas panas pada ternak sebenarnya tidak hanya tergantung pada suhu udara tapi juga pada kelembaban. Kelembaban akan mempengaruhi jumlah panas yang dikeluarkan melalui jalur evaporasi (penguapan) dari permukaan kulit dan saluran pernafasan. Jumlah panas yang hilang akibat penguapan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor luas permukaan tubuh, bulu yang menyelubungi kulit, jumlah dan besarnya kelenjar keringat, suhu lingkungan dan kelembaban itu sendiri. Menurut Martawidjaya et al. (1999), suhu udara 28,37oC akan berdampak negatif terhadap kondisi fisiologis maupun produktivitas domba, terutama untuk domba yang berasal dari daerah subtropis walaupun rataan kelembaban udara masih dalam kisaran optimal yaitu 69,70%, dan kenaikan suhu udara lingkungan berpengaruh terhadap kenaikan respirasi, denyut jantung, dan suhu rektal anak domba. Anggorodi (1990) menambahkan bahwa suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap nafsu makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seekor ternak. Sodiq dan Abidin (2003) menyatakan bahwa curah hujan yang sesuai untuk peternakan penggemukan domba adalah 1.500-3.000 mm/tahun atau sekitar 4,128,22 mm/hari. Curah hujan memiliki korelasi yang kuat dengan hijauan dan kesehatan domba. Kelembaban udara yang ideal bagi peternakan penggemukan domba adalah 60-80%. Kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan domba mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh parasit dan jamur. Begitu pula kelembaban udara yang terlalu rendah dapat menyebabkan domba mudah terserang penyakit karena udara terlalu kering. Bangsa dan Pertumbuhan Domba Menurut Erwidodo et al. (1995), paling sedikit ada tiga bangsa domba di Indonesia yang dapat berkembang biak dengan baik yaitu domba Ekor Tipis, domba Ekor Gemuk, dan domba Garut. Domba Ekor Tipis yang merupakan domba asli Indonesia tersebar luas diseluruh Indonesia dengan wilayah pengembangan utama
6
adalah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Subandriyo dan Djajanegara (1996) menambahkan bahwa domba Ekor Tipis mempunyai karakteristik reproduksi yang spesifik, yang dipengaruhi oleh gen prolifikasi (FecJF) dan dapat beranak sepanjang tahun. Menurut Mulyono (2003) sekitar 80% populasi domba Ekor Tipis terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Domba ini mampu hidup di daerah yang gersang dengan ciri-ciri tubuh kecil, ekor relatif kecil dan tipis serta bulu badan berwarna putih atau belang-belang hitam. Domba betina umumnya tidak bertanduk dengan berat dewasa sekitar 15-20 kg sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar dengan berat dewasa sekitar 30-40 kg. Hardjosubroto (1994) menambahkan umumnya domba lokal mempunyai bulu yang berwarna putih dengan warna hitam pada hidung dan sekitar mata serta bagian yang lain. Produktivitas domba secara umum ditentukan oleh kemampuan reproduksi dan produksi meliputi umur dewasa kelamin, nisbah kelamin, jumlah anak sepelahiran, tipe kelahiran, selang beranak dan tingkat kematian, bobot lahir, bobot dewasa dan bobot karkas (Ludgate, 1989). Subandriyo dan Djajanegara (1996) menambahkan bahwa produktivitas domba ditentukan oleh jumlah anak yang disapih oleh induk per tahun yang merupakan fungsi dari fertilitas, selang beranak, jumlah anak sepelahiran dan daya hidup anak sampai disapih. Menurut Sugeng (1991), dewasa kelamin domba umumnya dicapai pada umur 6-8 bulan, 18-20 bulan mencapai dewasa tubuh dan untuk betina dikawinkan pada umur 15 bulan. Sementara untuk domba jantan dijadikan sebagai pemacek potensial adalah setelah mencapai umur di atas 12 bulan (Murtidjo, 1993). Hasil pengamatan Handiwirawan et al. (2004) di dua lokasi yang berbeda yaitu Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut yang beragrosistem pertanian tanaman pangan (padi, palawija), hortikultura (sayur-sayuran) (lokasi I) dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor yang beragrosistem sedikit tanaman pangan (padi) dan merupakan daerah pinggir perkotaan (lokasi II) menunjukan bahwa laju PBT prasapih dan pascasapih domba jantan sedikit lebih tinggi dibandingkan domba betina, namun tidak berbeda nyata (Tabel 1). Hasil tersebut berbeda dengan yang dilaporkan Nafiu (2003) yang mendapatkan laju pertambahan bobot tubuh anak prasapih jantan dan betina berturut-turut adalah 92,2 ± 12,5 dan 72,4 ± 11,0
7
gram/ekor/hari, sedangkan laju PBT pascasapih sebesar 95,3 ± 14,8 dan 67,8 ± 15,0 gram/ekor/hari. Laju PBT prasapih berdasarkan tipe kelahiran berbeda untuk tiap tipe kelahiran tunggal/ kembar 2 terhadap kembar 3, sedangkan anak tunggal tidak berbeda dibandingkan dengan kembar 2. Berbeda dengan periode prasapih, pada pascasapih anak domba dengan kelahiran tunggal memiliki laju PBT nyata lebih tinggi dibandingkan dengan anak domba yang terlahir kembar (kembar 2 maupun 3). Sementara itu, domba yang terlahir kembar 2 mempunyai laju PBT yang tidak berbeda dengan domba kembar 3 (Handiwirawan et al. 2004). Tabel 1. Rataan Laju Pertambahan Bobot Tubuh Domba Lokal Prasapih dan Pascasapih Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Kelahiran Pertambahan Bobot Tubuh (gram/ekor/hari) Lokasi I Lokasi II 114,3 ± 8,9a 50,3 ± 17,9b 111,7 ± 9,5a 51.4 ± 21,6b
Variabel Pengamatan Prasapih Pascasapih Jenis Kelamin Jantan Betina Tipe Kelahiran Tunggal Kembar 2 Kembar 3
92,2 ± 12,5a 72,4 ± 11,0a
95,3 ± 14,8a 67,8 ± 15,0a
129,7 ± 17,3a 94,2 ± 12,6a 22,9 ± 14,5b
115,4 ± 15,6a 63,8 ± 15,0b 65,5 ± 20,7b
Sumber: Handiwirawan et al. (2004)
Pakan dan Pertumbuhan Domba Hasil pengkajian yang dilakukan oleh Obst et al. (1978) terhadap domba jantan menunjukkan bahwa pertambahan bobot tubuh domba jantan dengan pemberian 100% cincangan rumput gajah segar lebih rendah yaitu 27 gram/ekor/hari dibandingkan dengan pemberian ransum lain yaitu pellet dari 50% rumput gajah dan 50% beef kuik(R) sebesar 74 gram/ekor/hari, 75% rumput gajah dan 25% dedak padi sebesar 88 gram/ekor/hari, 75% rumput gajah dan 25% konsentrat sebesar 105 gram/ekor/hari, dan 75% rumput gajah dan 25% beef kuik(R) sebesar 157 gram/ekor/hari, sedangkan pemberian ransum pellet dari 50% rumput gajah dan 50% dedak padi, tidak menunjukan kenaikan, malah nampak berat tubuh menyusut sebesar 13 gram/ekor/hari. Berat domba hidup saat dipotong pada domba dengan
8
ransum pellet dari 75% rumput gajah dan 25% beef kuik(R) lebih tinggi daripada domba yang diberi ransum lain yaitu sebesar 34,4 ± 5,1 kg. Hasil penelitian Tangendjaja et al. (1994) bahwa domba ekor tipis yang digemukkan dengan pakan hijauan rumput Gajah dan jerami yang diberikan secara terpisah menghasilkan pertambahan bobot tubuh 90,5 gram/ekor/hari sedangkan pemberian pakan hijauan tersebut dicampur menghasilkan pertambahan bobot tubuh 115,0 gram/ekor/hari. Purbowati (2001) melaporkan bahwa Pertambahan Bobot Tubuh Harian (PBTH) domba dengan pakan dasar rumput gajah (Pennisetum purpureum) sebesar 119,91 gram/ekor/hari lebih tinggi daripada pemberian jerami padi yaitu sebesar 95,02 gram/ekor/hari. Penggunaan konsentrat (terutama yang banyak mengandung biji-bijian) yang lebih tinggi akan mempercepat pertambahan bobot tubuh dan efisiensi pakan lebih baik. Penentuan jumlah konsentrat yang tepat merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pencernaan untuk mendapatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih baik. Peningkatan aras konsentrat dari 60% ke 70% dan 80% juga meningkatkan PBTH. Peningkatan aras konsentrat dari 60% ke 70% meningkatkan PBTH sebesar 42,19% sedangkan dari aras konsentrat 60% ke 80% meningkatkan PBTH sebesar 47,88% (Purbowati, 2001). Menurut Munier et al. (2003) pemberian pakan tambahan terhadap domba yang dipelihara secara semi-intensif dapat meningkatkan PBTH dan bobot akhir. Rataan PBTH untuk pemberian 500 gram brangkasan kacang tanah, 500 gram gamal, dan 500 gram desmanthus masing-masing 39,92; 51,58 dan 49,50 gram/hari dan rataan bobot akhir sebesar 22,31; 24,94 dan 21,94 kg. Pengkajiannya pada tahun 2004 terhadap domba yang dipelihara secara intensif menunjukan rataan PBTH untuk pemberian 1,5 kg rumput alam + 0,5 kg gamal + 0,2 dedak padi; 1,5 kg rumput alam + 0,5 kg brangkasan kacang tanah + 0,2 kg dedak padi; dan 1,5 kg rumput alam + 0,5 kg desmanthus + 0,2 kg dedak padi masing-masing 28,2; 23,9 dan 27,3 gram/ekor dan rataan bobot badan akhir masing-masing 23,8; 21,4 dan 22,5 kg/ekor. Lamanya waktu pemeliharaan juga menghasilkan PBTH yang berbeda. Pada bulan pertama PBTH yang dihasilkan paling tinggi yakni 139,49 gram/ekor/hari dibandingkan bulan kedua dan ketiga sebesar 84,29 dan 98,62 gram/ekor/hari. Pertambahan bobot tubuh harian yang tinggi pada bulan pertama, kemudian turun
9
pada bulan kedua dan naik lagi pada bulan ketiga menjelaskan adanya fenomena pertumbuhan kompensasi (Purbowati, 2001). Penggemukan Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Selain itu dengan pemeliharaan secara intensif ini ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998). Tomaszewska et al. (1993) menambahkan bahwa ternak yang dipelihara secara intensif biasanya ditempatkan di dalam kandang sepanjang hari, biasanya sistem ini dilakukan di pedesaan yang padat penduduknya. Ternak yang dipelihara secara intensif umumnya memiliki penampilan dan kondisi tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan ternak yang digembalakan dan kondisi kesehatan domba yang dikandangkan mudah dikendalikan. Menurut Suharya dan Setiadi (1992), penggemukan domba banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama periode pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk pertambahan bobot tubuh. Keuntungan yang diperoleh dari usaha penggemukan domba, terutama oleh para peternak atau pedagang yang menguasai pasar dan berorientasi ekonomi dalam mengatur Input Output Ratio. Oleh karena itu, usaha penggemukan domba mulai banyak ditekuni. Pernyataan ini didukung oleh Yamin (2001) yang menyatakan bahwa usaha penggemukan domba digemari petanipeternak sebagai usaha ternak komersial karena dinilai lebih ekonomis, relatif cepat, rendah modal serta praktis. Ternak domba yang digemukkan biasanya bakalan domba lepas sapih yang berumur 8-12 bulan (masa tumbuh). Bakalan yang dipilih adalah domba kurus dan sehat. Kondisi masa pertumbuhan dan kondisi yang relatif kurus dari pasar cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 23 bulan. Menurut Parakkasi (1999), hewan yang digunakan dalam penggemukan jika belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas.
10
Konsumsi Pakan Menurut Tillman et al. (1999) konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari pakan, mengenal dan mendekati pakan, proses bekerjanya indra ternak terhadap pakan, proses memilih pakan dan proses menghentikan makan. Parakkasi (1999) menegaskan bahwa tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Konsumsi pakan merupakan faktor esensial untuk mengetahui kebutuhan hidup pokok dan produksi. Tingkat konsumsi dapat menggambarkan palatabilitas. Tomaszewska et al. (1993) menyatakan bahwa jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting dalam menentukan jumlah zat-zat makanan yang didapat ternak. Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam ternak itu sendiri seperti nafsu makan, kesehatan dan kondisi ternak. Faktor eksternal berasal dari pakan dan lingkungan sekitar dimana ternak tersebut hidup. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh palatabilitas. Palatabilitas pakan tergantung pada bau, rasa, tekstur dan temperatur pakan yang diberikan (Pond et al., 1995). Martawidjaja (1986) menambahkan bahwa pakan yang cukup kandungan protein dan lebih halus ukuran strukturnya dapat meningkatkan jumlah konsumsi makanan. Menurut Parakkasi (1999) faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah ternak bersangkutan, makanan yang diberikan, dan lingkungan tempat ternak tersebut dipelihara. Siregar (1984) menambahkan bahwa jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas, dan lingkungan seperti suhu lingkungan dan kelembaban udara juga mempengaruhi tingkat konsumsi. Suhu udara yang tinggi menyebabkan kurangnya konsumsi pakan karena konsumsi air minum yang tinggi mengakibatkan penurunan konsumsi energi. Kebutuhan Nutrisi Domba Energi Anggorodi (1990) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan salah satu komponen yang penting dalam makanan adalah energi, kebutuhan energi ini
11
tergantung dari proses fisiologis ternak. Tillman et al. (1991) menambahkan bahwa hewan yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk pemeliharaan tubuh (hidup pokok), memenuhi kebutuhan akan energi mekanik untuk gerak otot dan sintesa jaringan-jaringan baru. Menurut McDonald (2002), hewan memperoleh energi dari pakannya. Menurut Pond et al. (1995), secara umum nutrisi yang paling membatasi dalam nutrisi ternak domba adalah energi. Sumber utama energi adalah dari pastura (hijauan makanan ternak, hutan dan rumput atau tunas-tunas), hay, silase, pakan dari produk sampingan (byproduct) dan biji-bijian. Ensminger (1991) juga menyatakan bahwa kebutuhan energi domba sebagian besar dipenuhi oleh konsumsi dan pencernaan dari hijauan pastura, hay dan silase. Sumber energi menurut Parakkasi (1999) adalah karbohidrat, protein dan lemak. Menurut Anggorodi (1990), penentuan kriteria energi yang umum adalah dalam bentuk energi bruto (GE), energi dapat dicerna (DE), energi metabolis (ME) atau energi netto (NE) dan jumlah zat-zat makanan yang dapat dicerna (TDN). Hubungan antara berbagai nilai tersebut diperlihatkan pada Gambar 2. Energi Total (Gross Energy/GE)
Energi Feses (Feces Energy/FE)
Energi Tercerna (Digestible Energy/DE)
Energi Metabolisme Energi Urin dan CH4 (Metabolizable Energy/ME)
Energi Panas (Heat Energy)
Energi Netto (Net Energy/NE)
Energi Netto untuk Hidup Pokok
Energi Netto untuk Produksi
Gambar 2. Garis Besar Penggunaan Energi Bahan Makanan oleh Ternak Secara Umum (Tillman et al., 1991)
12
Energi pakan dapat didefinisikan sebagai kalori yang terkandung dalam pakan. Kalori ini berasal dari senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Ternak memerlukan energi untuk berlangsungnya proses metabolisme di dalam tubuhnya. Konsumsi energi yang berlebihan oleh ternak akan mengarahkan penggunaan energi untuk memproduksi lemak tubuh yang lebih tinggi (Haryanto, 1992). Defisiensi energi pada ternak yang sedang dalam fase pertumbuhan akan menyebabkan penurunan laju peningkatan bobot badan, yang akhirnya akan menghentikan pertumbuhan, bobot badan semakin menurun dan yang paling buruk adalah dapat menyebabkan kematian (NRC, 1985). Ensminger (1991) menambahkan bahwa kekurangan energi merupakan masalah defisiensi nutrisi yang umum terjadi pada domba, yang dapat disebabkan oleh kekurangan pakan atau karena mengkonsumsi pakan dengan kualitas rendah. Protein Menurut Siregar (1984), ternak ruminansia membutuhkan asam-asam amino yang berasal dari protein. Asam-asam amino yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia sebagian dipenuhi dari protein mikroba dan sebagian lagi dari protein pakan atau ransum yang lolos dari fermentasi di dalam rumen atau disebut dengan protein by pass. Haryanto (1992) menyatakan bahwa protein adalah senyawa kimia yang tersusun atas asam-asam amino. Asam amino tersebut diperlukan oleh ternak dan ternak tidak dapat mensintesa (membuat) sendiri di dalam tubuhnya. Anggorodi (1990) menambahkan bahwa protein yang dibutuhkan oleh ternak yaitu dalam bentuk protein kasar dan protein dapat dicerna. Pond et al. (1995) menegaskan bahwa kuantitas protein dalam pakan lebih penting daripada kualitasnya bagi ruminansia, karena ruminansia bergantung pada populasi mikroba dalam rumen untuk menghasilkan asam amino dan vitamin yang dibutuhkan untuk produksi yang diinginkan. Mikroba rumen menggunakan nitrogen dari protein pakan dan nitrogen dari sumber nonprotein nitrogen untuk menyusun asam amino. Winarno (1992) menambahkan bahwa protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh. Protein berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan pengatur. Protein berfungsi sebagai zat pembangun karena
13
protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Protein digunakan sebagai bahan bakar jika kebutuhan energi tubuh terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Menurut NRC (1994), ternak ruminansia membutuhkan pakan berkadar protein lebih rendah dibandingkan ternak monogastrik. Protein yang dibutuhkan domba berkisar antara 10-12% bahan kering ransum. Herman (2003) menyatakan bahwa kebutuhan protein dan pertumbuhan ternak mempunyai hubungan yang erat dengan kebutuhan energi, sehingga kebutuhan energi perlu diperhitungkan. Bila hewan diberi makan protein, dan energi yang dihasilkan melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka hewan tersebut akan menggunakan kelebihan zat makanan tersebut untuk pertumbuhan dan produksi (Tillman et al., 1991). Kebutuhan protein domba dipengaruhi oleh umur, masa pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, ukuran dewasa/masak, kondisi tubuh dan rasio energi protein (Ensminger, 1990). Total Digestible Nutriens (TDN) Total Digestible Nutrients (TDN) ditentukan oleh jumlah protein kasar tercerna, karbohidrat tercerna (BeTN dan serat kasar) serta 2,25 lemak kasar tercerna (NRC, 1985). Pernyataan ini didukung oleh Anggorodi (1990) yang menyatakan bahwa Total Digestable Nutrient (TDN) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah dari zat-zat makanan yang dapat dicerna oleh hewan, yang merupakan jumlah dari semua zat-zat makanan organik yang dapat dicerna seperti protein, lemak, serat kasar dan BETN. Untuk perhitungan jumlah lemak perlu dikalikan 2,25 karena energi nilai lemak 2,25 kali lebih tinggi daripada nilai zat-zat karbohidrat dan protein. Menurut Anggorodi (1990), TDN suatu bahan makanan dinyatakan dengan bagian dari bahan makanan yang dimakan dan tidak disekresikan dalam feses. Faktor yang mempengaruhi daya cerna perlu diketahui guna mempertinggi efisiensi konversi makanan. Faktor-faktor tersebut adalah suhu lingkungan, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya. Kadar TDN bahan pakan umumnya berhubungan terbalik dengan serat kasarnya. Aboenawan (1991) menambahkan bahwa TDN merupakan salah satu cara untuk mengetahui energi pakan. Semakin tinggi nilai TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena semakin banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan. Menurut NRC
14
(1985), kebutuhan TDN domba dengan bobot badan 10-20 kg dan pertambahan bobot badan sebesar 200-250 g/hari yaitu 0,4-0,8 kg. Analisis Usaha Tujuan dari pemeliharaan ternak domba yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan investasi. Untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh peternak, harus dilakukan analisis ekonomi. Bambang (1992) menambahkan bahwa analisis ekonomi sangat penting untuk memberikan bantuan dalam mengukur kinerja kegiatan usahanya apakah memberikan keuntungan yang memadai atau sebaliknya. Menurut Kadarsan (1995), penerimaan usahatani dilihat sebagai perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen dari peternakan dan hasil olahannya. Cyrilla dan Ismail (1988) menyatakan bahwa pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran, dimana tingkat pendapatan dipengaruhi oleh keadaan harga faktor produksi dan harga hasil produksi. Analisis pendapatan dalam analisis usaha merupakan analisis yang berhubungan dengan aspek ekonomis. Pendapatan merupakan informasi yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan dalam suatu usaha. Pendapatan juga merupakan indikator penilaian bagi berhasil atau tidaknya kegiatan usaha pada saat tertentu dan prospek usaha. Biaya yang dikeluarkan dari usaha ternak yang dilakukan dihitung selama periode tertentu dimana biaya usaha ternak ini terdiri dari biaya pembuatan kandang, alat produksi yang tahan lama, biaya tenaga kerja, biaya pakan, obat-obatan dan biaya operasional lainnya. Faktor yang menentukan nilai ekonomi ini adalah pertambahan bobot tubuh dan biaya produksi selama pemeliharaan. Pertambahan bobot tubuh yang tinggi belum tentu menghasilkan keuntungan yang terbesar, karena dipengaruhi oleh harga dan konsumsi ransum serta biaya produksi yang lain, sehingga sangat penting mencari kesesuaian antara biaya produksi dengan pertambahan bobot tubuh sehingga diperoleh pendapatan yang maksimal.
15
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Juli sampai dengan 11 Oktober 2005. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 ekor domba Ekor Tipis jantan dengan umur kurang dari satu tahun. Bobot awal domba 13,77±1,57 kg (CV 11,4%). Domba bakalan yang digunakan dibeli dari Cianjur Jawa Barat.
Gambar 3. Domba Bakalan Ransum Pakan yang diberikan terdiri atas konsentrat komersial (K) dan Rumput Gajah (RG) (Pennisetum purpureum) segar. Konsentrat diperoleh dari KPS Bogor dan Rumput Gajah diperoleh dari kebun rumput Mitra Tani Farm sendiri. Kandungan nutrisi pakan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Bahan K RG
BK Abu PK SK LK BeTN TDN* ..........................................................%............................................................. 85,36
12,48
14,1
16,86
5,12
36,8
46,99
100
14,62
16,52
19,75
5,99
43,11
55,05
17,20
1,72
2,87
8,06
0,28
4,27
10,23
100
10
16,69
46,86
1,63
24,82
59,49
Sumber: Hasil Analisis Kimiawi Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor (2005) Keterangan: BK PK SK
: Bahan Kering : Protein Kasar : Serat Kasar
LK : Lemak Kasar Beta-N : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen TDN* : Total Digestible Nutrients (Hasil perhitungan)
16
Gambar 4. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dan Konsentrat Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang individu berukuran 100x40x90 cm yang dilengkapi tempat pakan dan minum. Peralaptan terdiri atas timbangan domba dengan kapasitas seratus kilogram, timbangan pakan dengan kapasitas sepuluh kilogram, meteran/pita ukur, alat ukur panjang badan (tongkat ukur), gunting, baskom plastik, sarung tangan, sabit, golok, sepatu boot, alat tulis (penggaris, pulpen, pensil), label, obat cacing dan antibiotik.
Gambar 5. Kandang dan Peralatan Rancangan Perlakuan Perlakuan yang diberikan adalah lama penggemukan dengan tiga taraf perlakuan yaitu lama penggemukan satu bulan (P1), lama penggemukan dua bulan (P2), dan lama penggemukan tiga bulan (P3). Masing-masing perlakuan terdiri atas lima ekor domba Ekor Tipis jantan sebagai ulangan/kelompok.
17
Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Model rancangan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut: Yij = µ + i + βj + ij Keterangan: i
= 1,2,3
j
= 1,2,3,4,5
Yij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ
= Rataan umum
i
= Pengaruh perlakuan ke-i
βj
= Pengaruh perlakuan ke-j
ij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Peubah yang diamati Dalam penelitian ini peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, konsumsi zat makanan, pertambahan bobot tubuh (PBT), pertambahan panjang badan (PPB), pertambahan lingkar dada (PLD), konversi pakan (KP) dan analisis usaha. Konsumsi Pakan. Konsumsi pakan dihitung dari selisih jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang tidak dikonsumsi. KPS = Po – Px Keterangan: KPS Po Px
: Konsumsi Pakan Segar (kg) : Pakan yang diberikan (kg) : Pakan Sisa (kg)
Konsumsi zat makanan (BK, PK, SK dan TDN). Jumlah zat makanan yang dikonsumsi dihitung dari konsumsi pakan dikali kadar zat makanan dibagi 100 (Djadjuli, 1982). KZM = KPS x % Zat makanan dalam pakan Keterangan: KZM : Konsumsi Zat Makanan (kg) KPS : Konsumsi Pakan Segar Pertambahan Bobot Tubuh. Pertambahan bobot tubuh diperoleh dari bobot tubuh akhir dikurangi bobot tubuh awal.
18
PBT = BTi – BTo Keterangan: PBT BTi BTo
: Pertambahan Bobot Tubuh (kg) : Bobot Tubuh Bulan ke-i (kg) : Bobot Tubuh Awal (kg)
Pertambahan Panjang Badan. Panjang badan diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang Humerus lateralis dan tulang Tuber ischii. PPB = PBx – PBo Keterangan: PPB PBx PBo
: Pertambahan Panjang Badan (cm) : Panjang Badan Bulan ke-i (cm) : Panjang Badan Awal
Pertambahan lingkar dada. Lingkar dada diukur dengan melingkarkan meteran tepat dibelakang scapula. PLD = LDi – LDo Keterangan: PLD LDi LDo
: Pertambahan Lingkar Dada (cm) : Lingkar Dada Bulan ke-i (cm) : Lingkar Dada Awal (cm)
Konversi pakan. Konversi pakan dihitung dengan membandingkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot tubuh. KBK KP = PBT Keterangan: KP : Konversi Pakan PBT : Pertambahan Bobot Tubuh (kg) KBK : Konsumsi Bahan Kering (kg) Analisis Usaha Pendapatan Usaha. Pendapatan dihitung pada akhir pemeliharaan setelah harga jual domba siap potong pada akhir pemeliharaan dikurangi harga beli dan biaya produksi selama pemeliharaan. Pendapatan = (Harga Jual-Harga Beli) - Biaya Produksi Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi. Titik impas volume produksi dihitung berdasarkan pertambahan bobot tubuh, total biaya produksi, selisih harga jual dan harga beli domba serta kapasitas domba yang dipelihara. Total Biaya Produksi selama Penggemukan BEP =
x Kapasitas Domba Selisih Harga Jual-Harga Beli Domba
19
Analisis Data Data konsumsi pakan, konsumsi zat makanan, pertambahan bobot tubuh, pertambahan panjang badan, pertambahan lingkar dada dan konversi pakan yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika perlakuan dan kelompok berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilakukan uji orthogonal polinomial. Pendapatan usaha dan titik impas usaha dianalisis dengan analisis deskriptif. Prosedur Persiapan Penelitian Bahan, peralatan dan kandang individu telah disiapkan sebelum penelitian dilakukan. Memilih bakalan yang akan digemukkan. Bakalan/domba yang dipilih berumur kurang dari satu tahun (Io), kurus, sehat, dan tidak cacat. Umur dapat diduga dengan melihat gigi serinya. Sebelum domba dimandikan, dilakukan pencukuran bulu (wool), kemudian dilakukan penyuntikan antibiotik dan pemberian obat cacing. Selanjutnya dilakukan penimbangan bobot awal untuk adaptasi pakan dan domba ditempatkan pada kandang individu. Adaptasi Pakan Terlebih dahulu dilakukan adaptasi pakan sebelum domba diberi perlakuan dengan tujuan untuk adaptasi terhadap pakan penelitian. Adaptasi pakan dilakukan selama dua minggu. Pada akhir penyesuaian pakan dilakukan penimbangan bobot awal, pengukuran panjang badan dan lingkar dada sebagai data awal penelitian. Bobot tubuh rata-rata 13,77±1,57 kg dengan nilai CV (koefisien keragaman) sebesar 11,4%. Pelaksanaan Penelitian Lima belas ekor domba yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan bobot tubuhnya. Bobot tubuh domba diurutkan mulai dari bobot terbesar sampai bobot terkecil. Lima kelompok tersebut terdiri atas tiga ekor domba. Setiap kelompok (tiga ekor domba) diacak menggunakan tabel pengacakan dan disebar untuk setiap taraf perlakuan, selanjutnya domba ditempatkan pada kandang individu.
20
Tabel 3. Sebaran Bobot Tubuh Awal Domba (kg) Kelompok 1 2 3 4 5 Rataan
P1 15 15 14 13,5 12,5 14±1,06
Perlakuan P2 16 14 14 13 11,5 13,7±1,64
P3 15,5 15 14 13,5 10 13,6±2,16
Keterangan: P1 = Lama Penggemukan 1 bulan P2 = Lama Penggemukan 2 bulan P3 = Lama Penggemukan 3 bulan
Penelitian dilakukan selama 3 bulan (± 12 minggu) dimulai pada tanggal 20 Juli sampai dengan 11 Oktober 2005. Konsentrat diberikan pagi hari pada pukul 06.30-07.00 WIB menggunakan wadah plastik. Sisa pakan hari sebelumnya ditimbang dan dicatat sebelum konsentrat diberikan pada pukul 06.15-06.30 WIB. Rumput gajah segar diberikan ad libitum setelah konsentrat dikonsumsi. Rumput gajah diberikan dengan dilakukan pencacahan sebelumnya (±2-3 cm). Tujuan pencacahan untuk mempermudah domba pada saat mengkonsumsi rumput dan lebih efisien dalam penggunaan tempat pakan. Air minum diberikan ad libitum. Pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan optimal Total Digestible Nutrients (TDN) dengan rasio 55% rumput gajah dan 45% konsentrat dari kebutuhan bahan kering. Kebutuhan Total Digestible Nutrients (TDN) domba dengan bobot tubuh sebesar 1030 kg yaitu 0,4-1 kg (NRC, 1985). Perhitungan pakan yang diberikan dapat dilihat pada Lampiran 35, 36 dan 37. Penimbangan bobot tubuh, pengukuran panjang badan dan lingkar dada dilakukan satu minggu sekali. Penimbangan dan pengukuran ini dilakukan sore hari pada pukul 16.30-17.30 WIB. Konsumsi pakan dihitung setiap hari dengan menimbang pakan yang diberikan dan menimbang sisa pakan.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Menurut Mulyono (2004), pakan merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ternak. Pemberian pakan yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh domba yang digunakan dalam proses metabolismenya. Pakan yang biasa diberikan pada domba adalah hijauan, tetapi karena nutrisi hijauan yang masih rendah biasanya diberikan pakan penguat (konsentrat) sebagai tambahan. Konsumsi rumput gajah (RG) dan konsentrat (K) domba Ekor Tipis jantan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Konsumsi Rumput Gajah (RG) dan Konsentrat (K) P1
Perlakuan P2
P3
1.Konsumsi RG Segar (kg/ekor/hari)
1,39±0,44
1,52±0,16
1,13±0,18
2.Konsumsi K (kg/ekor/hari)
0,50±0,00A
0,55±0,03B
0,59±0,01C
Peubah
Rataan 1,34±0,32
Keterangan: Superskrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama berarti sangat berbeda nyata (P<0,01) P1 = Lama Penggemukan 1 bulan P2 = Lama Penggemukan 2 bulan P3 = Lama Penggemukan 3 bulan
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan lama penggemukan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi rumput gajah segar per-hari. Rataan konsumsi rumput gajah segar untuk ketiga taraf perlakuan sebesar 1,34 kg/ekor/hari. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan domba dalam mengkonsumsi rumput gajah cenderung tidak berbeda untuk ketiga taraf perlakuan. Hal ini dapat disebabkan ternak berada dalam kondisi lingkungan dan genetik yang tidak berbeda serta mengkonsumsi rumput yang relatif sama. McDonald et al. (1988) mengemukakan bahwa rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,5% dan 33,10%) akan membatasi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi ransum. Rumput gajah dengan permukaan yang tajam dimungkinkan dapat melukai mulut domba sehingga akan mempengaruhi nafsu makan domba. Menurut Skerman dan Riveros (1990) daun rumput gajah yang sudah tua bersifat tajam dan kadang-kadang membuat masalah pada ternak pada saat merumput. Hal ini pulalah salah satu alasan
22
yang membatasi domba dalam mngkonsumsi rumput gajah. Konsumsi konsentrat tidak terpengaruh karena tekstur konsentrat yang lembut dibanding rumput gajah, sehingga lebih mudah dikonsumsi. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penggemukan berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi konsentrat (P<0,01). Peningkatan konsumsi konsentrat disebabkan oleh kebutuhan domba dalam mengkonsumsi konsentrat sesuai dengan bobot tubuhnya. Semakin lama domba digemukkan semakin meningkat bobot tubuhnya sehingga kebutuhan pakannya semakin banyak Rataan
Konsumsi K (kg/ekor/minggu)
konsumsi konsentrat setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 6. 5.5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lama Penggemukan (minggu)
P1
P2
P3
Gambar 6. Grafik Rataan Konsumsi Konsentrat Pada minggu pertama penelitian sampai minggu ketiga diketahui bahwa konsumsi rumput gajah segar meningkat kemudian menurun sampai minggu keenam dan meningkat lagi sampai minggu kedelapan. Meningkatnya konsumsi rumput gajah segar dapat disebabkan pada awal penelitian curah hujan di lokasi penelitian rendah. Penurunan konsumsi rumput gajah segar dapat disebabkan pada minggu tersebut curah hujan di lokasi penelitian cukup tinggi sehingga berpengaruh terhadap kadar air rumput gajah (BMG, 2005). Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi konsumsi rumput gajah dan kesehatan ternak. Selain itu, penurunan konsumsi rumput gajah ini juga dipengaruhi oleh kondisi ternak dimana ternak mengalami orf. Hal ini tidak berlangsung lama, ternak kembali sehat setelah diobati dalam beberapa hari. Curah hujan yang tinggi menyebabkan kadar air rumput gajah meningkat
23
sehingga ternak cepat kenyang dan mudah terserang penyakit. Hal ini didukung dengan pernyataan Sodiq dan Abidin (2003) bahwa curah hujan memiliki korelasi yang kuat dengan hijauan dan kesehatan domba. Rataan konsumsi rumput gajah
(kg/ekor/minggu)
Konsumsi RG segar
segar setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 7. 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lama Penggemukan (minggu) P1
P2
P3
Gambar 7. Grafik Rataan Konsumsi Rumput Gajah Segar Konsumsi Zat Makanan Jumlah konsumsi pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak tersebut. Menurut Siregar (1984), pada ternak yang sedang tumbuh, kebutuhan zat-zat makanan akan bertambah terus sejalan dengan pertambahan bobot tubuh yang dicapai sampai batas umur dimana tidak terjadi lagi pertumbuhan. Parakkasi (1999) menegaskan bahwa konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar zat makanan dalam pakan untuk memenuhi hidup pokok dan produksi. Kebutuhan ternak akan zat-zat gizi bervariasi antar spesies ternak dan umur fisiologis yang berlainan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi antara lain adalah jenis kelamin, tingkat produksi, keadaan lingkungan serta aktivitas fisik ternak (Haryanto, 1992). Konsumsi bahan kering, protein kasar dan Total Digestible Nutrient (TDN) pakan selama penggemukan dapat dilihat pada Tabel 5.
24
Tabel 5. Rataan Konsumsi Zat Makanan (kg/ekor/hari) Peubah
Perlakuan Rataan P1 P2 P3 .........................................kg/ekor/hari..............................................
Konsumsi BK RG K Total
0,239±0,075 0,427±0,000A 0,666±0,075
0,262±0,028 0,469±0,029B 0,732±0,050
0,194±0,032 0,509±0,015C 0,704±0,039
0,232±0,055
Konsumsi PK RG K Total
0,039±0,012 0,071±0,00A 0,110±0,013
0,044±0,005 0,077±0,00B 0,121±0,008
0,032±0,019 0,083±0,00C 0,116±0,064
0,038±0,009
Konsumsi SK RG K Total
0,112±0,035 0,084±0,00A 0,196±0,035
0,122±0,013 0,093±0,00B 0,215±0,017
0,091±0,015 0,100±0,00C 0,192±0,016
0,201±0,025
Konsumsi TDN RG K Total
0,142±0,045 0,235±0,000A 0,377±0,045
0,156±0,017 0,258±0,016B 0,414±0,029
0,115±0,019 0,280±0,009C 0,396±0,023
0,138±0,033
0,700±0,059
0,116±0,010
0,109±0,026
0,396±0,035
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti sangat berbeda nyata (P<0,01) P1 = Lama Penggemukan 1 bulan K = Konsentrat P2 = Lama Penggemukan 2 bulan BK = Bahan Kering P3 = Lama Penggemukan 3 bulan PK = Protein Kasar RG = Rumput Gajah TDN =Total Digestible Nutrient
Konsumsi Bahan Kering Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penggemukan tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering total dan bahan kering rumput gajah per-hari, tetapi berpengaruh sangat nyata
terhadap konsumsi bahan kering konsentrat per-hari
(P<0,01). Hal ini dapat disebabkan oleh kecernaan pakan konsentrat dengan rumput gajah berbeda. Menurut Parakkasi (1999), kecernaan bahan kering berkonsentrat lebih tinggi dibandingkan dengan daun leguminosa dan rumput-rumputan. McDonald (1988) menambahkan bahwa rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,5% dan 33,10%) akan membatasi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini menyebabkan kapasitas tampung rumen terbatas sehingga menyebabkan konsumsi bahan kering menjadi turun. Semakin tinggi kandungan serat kasar dalam ransum maka semakin rendah kecernaan dari ransum tersebut dan akan menurunkan konsumsi bahan kering dari ransum.
25
Konsumsi bahan kering konsentrat semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu penggemukan. Hal ini dapat disebabkan oleh bobot tubuh yang semakin meningkat, sehingga kebutuhan akan bahan kering pun semakin meningkat. Selain itu, tingginya konsumsi bahan kering konsentrat dapat disebabkan konsentrat merupakan pakan berkualitas baik. Menurut Parakkasi (1999), pakan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang berkualitas rendah. Kebutuhan bahan kering per ekor per hari untuk domba Indonesia dengan bobot tubuh 10-20 kg adalah 3,1%-4,7% dari bobot tubuh untuk pertambahan bobot tubuh sebesar 0-100 g/ekor/hari (Haryanto dan Djajanegara, 1993). Menurut NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan bahan kering 0,5-1 kg. Rataan konsumsi bahan kering harian domba pada penelitian berkisar antara 3,42%4,04% dari bobot tubuh atau 0,666-0,732 kg/ekor/hari. Konsumsi tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata bahan kering yang dikonsumsi oleh ternak telah mencukupi kebutuhan. Grafik rataan konsumsi bahan kering dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8.
(kg/ekor/minggu)
Konsumsi BK Pakan
6 5.5 5 4.5 4 3.5 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lama P enggemukan (minggu)
P1
P2
P3
Gambar 8. Grafik Rataan Konsumsi Bahan Kering Pakan Pada minggu pertama sampai minggu ketiga diketahui bahwa konsumsi bahan kering semakin meningkat. Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG, 2005) pada minggu tersebut curah hujan di lokasi penelitian cukup rendah dibandingkan dengan minggu berikutnya. Curah hujan berpengaruh terhadap
26
kandungan air rumput gajah, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi konsumsi rumput gajah dan kesehatan ternak. Hal ini didukung dengan pernyataan Sodiq dan Abidin (2003) bahwa curah hujan memiliki korelasi yang kuat dengan hijauan dan kesehatan domba. Konsumsi Protein Kasar Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi pertumbuhan, sehingga defisiensi protein dapat mengganggu pertumbuhan. Protein berfungsi sebagai zat pembangun atau pertumbuhan, zat pengatur dan mempertahankan daya tahan tubuh. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penggemukan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi protein kasar total dan protein kasar rumput gajah per-hari, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi protein kasar konsentrat per-hari (P<0,01). Konsumsi protein kasar konsentrat yang semakin meningkat disebabkan kebutuhan akan protein semakin besar berdasarkan bobot tubuhnya. Menurut Martawidjaja (1986) pakan yang cukup kandungan protein dan lebih halus ukuran strukturnya dalam hal ini konsentrat dapat meningkatkan jumlah konsumsi makanan. Rataan konsumsi protein kasar total per-hari dari masing-masing perlakuan sebesar 0,116 kg/ekor/hari atau berkisar antara 110-121 g/ekor/hari. Jumlah konsumsi protein ini telah mencukupi jika berdasarkan Haryanto dan Djajanegara (1992) yang menyatakan bahwa kebutuhan protein kasar untuk domba dengan bobot tubuh sebesar 10-20 kg
dengan pertambahan bobot tubuh 50-100 g/ekor/hari
membutuhkan protein kasar sebesar 73,7-135,8 g/ekor/hari. Menurut NRC (1985), domba dengan bobot 10-20 kg dan pertambahan bobot tubuh harian sebesar 200-250 g/ekor/hari membutuhkan protein kasar sebesar 127-167 g/ekor/hari. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan protein domba lokal Indonesia berbeda dengan kebutuhan protein domba pada daerah temperate. Grafik rataan konsumsi protein kasar pakan untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 9. Pada awal pemeliharaan konsumsi protein meningkat sampai minggu ketiga, kemudian menurun sampai minggu keenam dan meningkat lagi sampai akhir pemeliharaan. Konsumsi protein kasar menunjukkan korelasi positif terhadap konsumsi rumput gajah segar dan konsumsi bahan kering pakan perhari. Menurut hasil penelitian Agni (2005), meningkatnya kandungan serat kasar
27
dengan semakin meningkatnya penggunaan ampas teh turut mengambil andil dalam menurunkan konsumsi protein. Sifat voluminous serat kasar menurunkan konsumsi protein karena ruang rumen tidak segera tersedia.
(kg/ekor/minggu)
Konsumsi PK Pakan
1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lama P enggemukan (minggu) P1
P2
P3
Gambar 9. Grafik Rataan Konsumsi Protein Kasar Konsumsi Serat Kasar Sifat bulky dari makanan dipengaruhi oleh kandungan serat kasarnya. Menurut Maylard dan Loosli (1956), serat kasar yang terlalu tinggi akan mengurangi konsumsi dari nutrisi tercerna, karenanya intake bahan bulky yang sulit dicerna harus dibatasi. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi serat kasar total dan serat kasar rumput gajah per-hari, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi serat kasar konsentrat per-hari (P<0,01). Konsumsi serat kasar konsentrat yang semakin meningkat disebabkan kebutuhan akan serat kasar semakin besar berdasarkan bobot tubuhnya. McDonald et al. (1988) mengemukakan bahwa rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,5% dan 33,10%) akan membatasi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi ransum. Ternak ruminansia mempunyai kemampuan untuk mencerna serat kasar dengan bantuan mikroba rumen. Kecukupan konsumsi serat kasar akan berpengaruh pada asupan nutrisi sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada pertumbuhan. Lebas dan Laplace (1975) menyatakan bahwa semakin tinggi serat kasar suatu bahan makanan akan mengakibatkan konsumsi meningkat sedangkan daya cerna dari bahan
28
makanan tersebut rendah. Hal ini sejalan dengan Cheeke dan Patton (1980) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar serat kasar dalam ransum, semakin cepat pula laju pergerakan zat makanan sehingga dapat diperkirakan bahwa kecernaan zatzat makanan akan semakin rendah karena untuk mencerna serat kasar diperlukan banyak energi. Grafik rataan konsumsi serat kasar pakan untuk masing-masing
(kg/ekor/minggu)
Konsumsi SK Pakan
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10. 1.9 1.7 1.5 1.3 1.1 0.9 0.7 0.5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lama Penggemukan (minggu) P1
P2
P3
Gambar 10. Grafik Rataan Konsumsi Serat Kasar Pakan Gambar 10 menunjukkan bahwa peningkatan dan penurunan konsumsi serat kasar berkorelasi positif dengan peningkatan dan penurunan konsumsi rumput gajah segar maupun konsumsi zat makanan lainnya. Korelasi antara konsumsi rumput gajah segar dan konsumsi serat kasar sebesar 0,96. Kandungan serat kasar rumput gajah dan konsentrat yang tinggi (46,86% dan 19,75%) pada penelitian ini dimungkinkan menjadi faktor yang membatasi konsumsi serat kasar dan menurunnya daya cerna sehingga menyebabkan pertumbuhan domba tidak berbeda. Maynard dan Loosli (1956) menyatakan bahwa pencernaan pada ternak ruminansia terutama tergantung pada aktifitas mikroba rumen, yang kemampuan tertingginya terletak pada kemmpuannya mencerna serat kasar. Rataan konsumsi serat kasar total per-hari dari masing-masing perlakuan sebesar 0,109 kg/ekor/hari atau berkisar antara 192-215 g/ekor/hari. Domba dan ternak ruminansia lain membutuhkan serat kasar sekitar 18% di dalam pakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi serat kasar harian domba sebesar 15,57% belum mencukupi dari kebutuhan tersebut.
29
Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penggemukan tidak berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) total dan konsumsi TDN rumput gajah per-hari, tetapi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap konsumsi TDN konsentrat per-hari. Menurut perhitungan Hartadi et al. (1990) nilai TDN konsentrat sebesar 55,05% dan TDN rumput gajah sebesar 59,49%. Menurut Aboenawan (1991) semakin tinggi TDN suatu pakan maka pakan tersebut akan semakin baik karena banyak zat-zat makanan yang dapat digunakan. Jumlah konsumsi TDN rumput gajah per-hari (116-156 g/ekor/hari) lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi TDN konsentrat per-hari (235-280 g/ekor/hari). Hal ini dapat disebabkan oleh nilai TDN rumput gajah lebih tinggi dibandingkan nilai TDN konsentrat. Hal ini didukung oleh Asriningrum (2003) yang menyatakan bahwa TDN yang tinggi menyebabkan konsumsi ransum rendah, karena energi yang terkandung dalam ransum lebih tinggi sehingga ternak cepat kenyang. Grafik rataan konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) dapat dilihat pada Gambar 11 dengan nilai rataan konsumsi TDN untuk perlakuan P1, P2 dan P3 adalah 0,396 kg/ekor/hari.
(kg/ekor/minggu)
Konsumsi TDN Pakan
3.5 3 2.5 2 1.5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lama Penggemukan (minggu) P1
P2
P3
Gambar 11. Grafik Rataan Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Pakan Gambar 11 menunjukkan bahwa konsumsi TDN berkorelasi positif terhadap konsumsi bahan kering pakan, dimana penurunan dan peningkatannya pun berkorelasi positif dengan tinggi rendahnya curah hujan. Tingginya kadar air rumput gajah akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan menurunnya konsumsi zat makanan. Rataan konsumsi TDN pakan per-hari berkisar antara 377-414 g/ekor/hari.
30
Jumlah konsumsi TDN ini belum mencukupi kebutuhan pokok menurut NRC (1985) untuk domba dengan bobot tubuh 10-20 kg membutuhkan TDN sebesar 400-800 g/ekor/hari. Pertumbuhan Pertumbuhan ternak ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot, dan adanya perkembangan yang digambarkan seperti kurva sigmoid. Pertambahan bobot tubuh dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Rataan pertambahan bobot tubuh harian, panjang badan dan lingkar dada selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Pertambahan Bobot Tubuh Harian (PBTH), Pertambahan Panjang Badan Harian (PPBH) dan Pertambahan Lingkar Dada Harian (PLDH) Perlakuan Peubah Rataan P1 P2 P3 .................................................../ekor/hari............................................. PBTH (g)
89,29±37,88
102,68±35,29
83,33±22,96
PPBH (cm)
0,08±0,01a
0,09±0,01b
0,08±0,00ab
PLDH (cm)
0,12±0,02
0,14±0,00
0,13±0,00
91,77±31,41
0,13±0,01
Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (P<0,05) P1 = Lama Penggemukan 1 bulan P2 = Lama Penggemukan 2 bulan P3 = Lama Penggemukan 3 bulan
Pertambahan Bobot Tubuh Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penggemukan tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot tubuh harian (PBTH) domba. Pertambahan bobot tubuh harian dari ketiga taraf perlakuan memiliki nilai yang tidak berbeda yaitu 91,77 g/ekor/hari. Standar deviasi dari pertambahan bobot tubuh harian untuk ketiga perlakuan memiliki nilai yang cukup tinggi, hal ini dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya penimbangan yang dilakukan pada sore hari. PBTH pada lama penggemukan satu dan tiga bulan lebih rendah tetapi pada lama penggemukan dua bulan lebih tinggi dibandingkan penelitian Purbowati (2001) yang menghasilkan PBTH pada bulan pertama, kedua dan ketiga berturut-turut sebesar 139,49; 84,29 dan 98,62 g/ekor/hari. Perbedaan perolehan PBTH pada penelitian Purbowati (2001) kemungkinan disebabkan oleh besarnya variasi genetik domba yang digunakan
31
dalam penelitian tersebut, metode pengumpulan data dan tatalaksana yang digunakan pada masing-masing penelitian. Grafik rataan bobot tubuh domba per-minggu dapat
Bobot Tubuh (kg/ekor/minggu
dilihat pada Gambar 12.
22 20 18 16 14 12 10 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lama Penggemukan (minggu) P1
P2
P3
Gambar 12. Grafik Rataan Bobot Tubuh Domba Cheeke
(1999)
menyatakan
bahwa
kualitas
dan
kuantitas
pakan
mempengaruhi pertambahan bobot tubuh. Peningkatan dan penurunan konsumsi pakan dan zat makanan biasanya diikuti dengan peningkatan dan penurunan bobot tubuh setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan bobot tubuh berkorelasi positif dengan konsumsi pakan dan zat makanan. Nilai korelasi konsumsi rumput gajah dengan pertambahan bobot tubuh sebesar 0,6. Gambar 12 menunjukkan bobot tubuh domba mengalami peningkatan pada masa penggemukan, kecuali pada minggu kelima terjadi penurunan bobot tubuh pada semua perlakuan. Penurunan bobot tubuh pada minggu kelima disebabkan oleh kondisi ternak mengalami sakit mata, mencret dan libido tinggi. Kondisi kesehatan ternak secara tidak langsung dipengaruhi oleh iklim. Pernyataan ini didukung oleh Sodiq dan Abidin (2003) yang menyatakan bahwa curah hujan memiliki korelasi yang kuat dengan hijauan dan kesehatan domba. Pada minggu kelima ini curah hujan pada lokasi penelitian relatif tinggi (BMG, 2005). Pertambahan Panjang Badan Kammlade (1955) menyatakan bahwa pertumbuhan pada domba bukanlah sekedar pertambahan beratnya saja, namun berhubungan dengan perbandingan antara
32
tinggi dan panjang badannya. Soeparno (1992) menambahkan bahwa rasio otot dan tulang selalu meningkat selama pertumbuhan. Tulang tumbuh secara kontinyu dengan kadar laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan otot. Pengaruh perlakuan terhadap panjang badan dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penggemukan memberikan pengaruh terhadap pertambahan panjang badan harian domba (P<0,05). Pertambahan panjang badan harian domba pada lama penggemukan satu bulan memiliki nilai 0,08 cm yang nyata lebih rendah 0,01 cm dari pertambahan panjang badan pada lama penggemukan dua bulan (0,09 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan pertambahan panjang badan pada lama penggemukan tiga bulan. Begitu pula dengan lama penggemukan dua bulan memberikan nilai pertambahan panjang badan harian yang tidak berbeda nyata dengan lama penggemukan tiga bulan. Perbedaan pertambahan panjang badan harian dapat disebabkan oleh perbedaan kecepatan pertumbuhan pada masing-masing ternak sesuai dengan potensi genetiknya. Menurut Diwyanto (1982), setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda karena pengaruh genetik maupun lingkungan. Rataan panjang badan
(cm/ekor/minggu)
Panjang Badan
domba per-minggu selama penggemukan dapat dilihat pada Gambar 13. 54 52 50 48 46 44 42 40 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lama P enggemukan (minggu) P1
P2
P3
Gambar 13. Grafik Rataan Panjang Badan Domba Nilai pertambahan panjang badan harian domba selama penggemukan memberikan gambaran terjadinya pertumbuhan yang sigmoid, dimana pertumbuhan awalnya berlangsung lambat, kemudian semakin lama semakin meningkat dengan cepat dan kemudian kembali lambat pada saat ternak mendekati dewasa tubuh. Pertambahan panjang badan berkorelasi positif dengan pertambahan bobot tubuh.
33
Diwyanto et al. (1984) menyatakan bahwa semakin besar dan semakin panjang tubuh akan menyebabkan bobot meningkat. Pertambahan Lingkar Dada Ukuran-ukuran tubuh hewan sering digunakan untuk menaksir bobot tubuh dan merupakan gambaran eksterior hewan sebagai ciri untuk menentukan domba yang mempunyai produksi tinggi. Komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot tubuh adalah lingkar dada. Pengukuran terhadap lingkar dada dilakukan untuk menilai kondisi atau kualitas produksi seekor ternak (Diwyanto et al., 1984). Syafwan et al. (2000), menegaskan bahwa lingkar dada merupakan petunjuk paling tepat untuk menentukan bobot tubuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penggemukan tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan lingkar dada harian domba. Pertambahan lingkar dada harian domba untuk masing-masing perlakuan sebesar 0,13 cm/ekor/hari. Pertambahan lingkar dada berkorelasi positif dengan pertambahan bobot tubuh setiap minggunya. Nilai korelasi antara pertambahan bobot tubuh dengan pertambahan lingkar dada pada penelitian ini sebesar 0,6. Menurut Jaya (1981) yang melakukan penelitian pada domba Garut melaporkan bahwa ukuran lingkar dada erat kaitannya dengan bobot tubuh. Hal ini diperkuat dengan penelitian Diwyanto et al. (1984) dan Jaya (1985) pada domba Garut, yang menyatakan bahwa korelasi antara bobot tubuh dan lingkar dada adalah besar dan positif. Nilai korelasi lingkar dada diatas 0,9 pada domba jantan dan diatas 0,7 pada domba betina (Mulliadi, 1996). Rataan dan
Ukuran Lingkar Dada (cm)
peningkatan lingkar dada domba setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 14. 64 62 60 58 56 54 52 50 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Lama P enggemukan (minggu) P1
P2
P3
Gambar 14. Grafik Rataan Lingkar Dada Domba
34
Konversi Pakan Konversi pakan merupakan jumlah bahan kering pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan satu satuan bobot tubuh. Konversi pakan merupakan peubah yang dapat digunakan untuk patokan dalam mengetahui tingkat efisiensi penggunaan pakan dimana semakin kecil nilai konversi pakan, maka semakin efisien dimanfaatkan untuk menghasilkan bobot tubuh. Rataan konversi pakan dari masingmasing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Konversi Pakan Perlakuan
Konversi Pakan
P1
8,766±4,106
P2
7,844±2,696
P3
9,068±2,937
Rataan
8,559±3,106
Keterangan: P1 : Lama Penggemukan 1 bulan P2 : Lama Penggemukan 2 bulan P3 : Lama Penggemukan 3 bulan
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lama penggemukan tidak berpengaruh terhadap konversi pakan. Rataan konversi pakan untuk ketiga taraf perlakuan sebesar 8,559. Menurut Pond et al. (1995), konversi pakan ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas ransum yang dikonsumsi ternak, akan diikuti dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakan. Nilai konversi pakan pada penelitian ini lebih rendah dari nilai konversi pakan yang baik berdasarkan NRC (1985) yaitu angka konversi pakan yang baik untuk pertumbuhan ternak domba adalah sebesar empat. Analisis Usaha Analisis Pendapatan Pendapatan dari usaha pemeliharaan domba adalah selisih dari hasil produksi ternak dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode produksi. Biaya usaha pemeliharaan ternak domba diantaranya biaya untuk bakalan, pakan,
35
obat-obatan, tenaga kerja, listrik, telepon, dan penyusutan kandang. Pendapatan yang diperoleh selama penggemukan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Pendapatan selama Penggemukan Perlakuan
Peubah Harga Jual Harga Beli Biaya Produksi Pendapatan ..................................Rp/ekor/lama penggemukan....................................
P1
239.250
189.000
29.353
20.897
P2
282.025
184.950
58.627
38.448
298.700
183.600
86.347
28.754
P3 Keterangan:
P1 P2 P3
: Lama Penggemukan 1 bulan : Lama Penggemukan 2 bulan : Lama Penggemukan 3 bulan
Faktor lain selain biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan adalah pertambahan bobot tubuh. Pertambahan bobot tubuh yang tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi pula. Harga bakalan domba yang digunakan untuk penggemukan yaitu Rp. 13.500,-/kg bobot hidup dan harga untuk domba finish adalah Rp. 14.500,-/kg bobot hidup, biaya produksi yang dikeluarkan berdasarkan kapasitas tampung sebesar 740 ekor. Harga jual dan harga beli domba serta biaya produksi yang digunakan berdasarkan harga yang berlaku di peternakan lokasi penelitian (Mitra Tani Farm). Pendapatan usaha selama penggemukan untuk masing-masing perlakuan berturut-turut sebesar Rp. 20.897,-; Rp. 38.448,- dan Rp. 28.754,-/ekor/lama penggemukan. Lama penggemukan dua bulan memberikan keuntungan paling tinggi dibandingkan dengan lama penggemukan satu dan tiga bulan Hal ini dapat disebabkan oleh semakin besarnya biaya produksi yang diperlukan dengan semakin lamanya penggemukan, walaupun pertambahan bobot tubuh total semakin tinggi dengan lamanya penggemukan. Sehingga meskipun harga jual domba pada penggemukan tiga bulan lebih tinggi tidak menghasilkan keuntungan yang tinggi pula karena biaya produksi yang dikeluarkan semakin besar dengan semakin lamanya waktu penggemukan. Artinya pertambahan bobot tubuh yang tinggi tidak menentukan keuntungan yang tinggi pula. Diagram pendapatan usaha ternak domba Ekor Tipis selama penggemukan dapat dilihat pada Gambar 15.
36
Pendapatan (Rp)
50000 38448
40000 30000
28754 20897
20000 10000 0 Lama P enggemukan P1
P2
P3
Gambar 15. Diagram Rataan Pendapatan Selama Penggemukan Penggemukan satu bulan memberikan peluang untuk perputaran modal usaha (turn over) lebih cepat. Hal ini tidak dapat dijadikan patokan untuk melakukan penggemukan karena suatu sistem produksi tidak hanya mempertimbangkan biaya produksi saja tetapi mempertimbangkan pula kualitas domba hasil penggemukan yang dapat diterima pasar. Menurut Mitra Tani Farm (2006), domba hasil penggemukan satu bulan belum dapat diterima pasar secara menyeluruh. Sehingga meskipun turn over pada penggemukan satu bulan lebih cepat, tidak dapat dijadikan patokan untuk diterapkan di lapangan. Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi Berdasarkan biaya produksi yang harus dikeluarkan selama penggemukan, maka untuk mendapatkan titik impas (Break Event Point), kapasitas domba yang harus dipelihara pada penggemukan satu bulan dengan pertambahan bobot tubuh 2,5 kg sebanyak 228 ekor. Pada penggemukan dua bulan dengan pertambahan bobot tubuh sebesar 5,75 kg sebanyak 236 ekor, sedangkan pada penggemukan tiga bulan dengan pertambahan bobot tubuh sebesar 7 kg, kapasitas domba yang harus dipelihara sebanyak 392 ekor. Maka untuk mendapatkan keuntungan, kapasitas domba yang dipelihara selama penggemukan harus lebih dari nilai titik impas (Break Event Point). Jika domba yang dipelihara kurang dari nilai titik impas, maka usaha tersebut akan mengalami kerugian. Kapasitas minimal domba yang harus dipelihara pada titik impas tergantung pula pada pertambahan bobot tubuh yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot tubuh
37
domba maka kapasitas domba yang harus dipelihara semakin sedikit, karena harga jual domba meningkat seiring bertambahnya bobot tubuh. Begitu pula sebaliknya, jika pertambahan bobot tubuh yang dihasilkan rendah maka kapasitas domba yang harus dipelihara semakin banyak.
38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perbedaan lama penggemukan tidak mempengaruhi konsumsi rumput gajah segar, konsumsi zat makanan pakan, pertambahan bobot tubuh harian (PBTH), pertambahan lingkar dada harian (PLDH) dan konversi pakan. Pendapatan usaha domba Ekor Tipis jantan pada lama penggemukan dua bulan dengan kapasitas domba 740 ekor memberikan keuntungan paling tinggi yaitu sebesar Rp. 38.448,/ekor/lama
penggemukan.
Kapasitas
domba
yang
harus
dipelihara
untuk
mendapatkan titik impas (Break Event Point) pada penggemukan satu bulan dengan pertambahan bobot tubuh 2,5 kg sebanyak 228 ekor. Pada penggemukan dua bulan dengan pertambahan bobot tubuh sebesar 5,75 kg sebanyak 236 ekor, sedangkan pada penggemukan tiga bulan dengan pertambahan bobot tubuh sebesar 7 kg sebanyak 392 ekor. Lama penggemukan dua bulan menjadi alternatif pilihan pada penggemukan domba Ekor Tipis jantan. Saran Perlu dilakukan penelitian mengenai lama penggemukan dengan imbangan pakan optimal dalam bentuk pellet. Perlu dilakukan penelitian mengenai lama penggemukan pada domba Ekor Gemuk sebagai perbandingan.
39
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Empat tahun sebuah rentang waktu yang begitu pendek bagi seorang yang ingin terus mematangkan diri. Tetapi orang tua yang begitu letih menunggu anaknya, empat tahun niscaya menjadi waktu yang teramat panjang dan melelahkan. Maka dengan maaf dan hormat penulis sampaikan pada Ibu Bapak, jika telah membuatnya harus menunggu lama dalam hari-hari yang panjang. Lebih dari itu, tanpa keterlibatan berbagai pihak, skripsi ini sangsi dapat terselesaikan. Untuk itu kepada Mitra Tani Farm, Ir. Sri Rahayu, MSi dan Ir. Maman Duldjaman, MS selaku dosen pembimbing, penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan dan masukan. Terima kasih kepada Zakiah Wulandari, S.TP, MSi selaku pembimbing akademik, Dr. Ir. Heny Nuraini, MSi selaku dosen penguji seminar dan kepada Dr. Ir. Rachjan G. Pratas, MSc. dan Dr. Ir. Moch. Yamin, MAgrSc. selaku dosen penguji sidang. Terima kasih tak terhingga kepada Mamih, Bapak, kakak tercinta (Rahmat Amin M., Teapyani Q., Eni W. H., S.Pd, Ferry F.) dan Hilma atas semua pengorbanan, dorongan, doa, pengertian, cinta dan kasih sayang yang selalu tercurah. Terima kasih banyak penulis sampaikan kepada Bahruddin, S.Pt, M. Afnaan W. S.Pt, Amrul Lubis S.Pt, Budi S. Setiawan, S.Pt, Kang Indra dan Teh Yayat atas bimbingan, arahan, dorongan, pengertian dan kesabarannya. Kepada keluarga Bapak Odih, terima kasih untuk tempat tinggalnya selama penelitian. Teman sepenelitian: Tri M., S.Pt, Galuh K., S.Pt, Yefri W. H., S.Pt, Dwi Purnomo, S.Pt, dan Eureka I. Z., S.Pt, terima kasih atas perjalanan indah selama penelitian. Dian H. A., Friska W., Rahmi A., S.Pt, Nur R. C., Shilpi M., Suherman, S.Pt, Suardi, S.Pt, Sugeng S. dan teman-teman TPT 39-41 terima kasih atas pengalaman berharganya, untuk CHK Karyadinata, S.Pt terima kasih atas bantuannya. Akhirnya kepada semua pihak yang jasanya tidak sedikit dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih. Bogor, Juli 2006 Penulis
40
DAFTAR PUSTAKA Aboenawan, L. 1991. Pertambahan berat badan, konversi ransum dan Total Digestible Nutrients (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Agni. 2005. Pemberian tingkat ampas teh (Camellia sinensis) terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan protein dan retensi nitrogen domba lokal jantan. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Asriningrum. 2003. Retensi nitrogen dan kecernaan pada domba jantan lokal yang mengkonsumsi biomasa limbah serat kelapa sawit hasil fermentasi oleh Ganoderma licidium. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Meteorologi dan Geofisika. 2005. Data curah hujan daerah Cibanteng dan sekitarnya. Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Indonesia 2003. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bambang, A. M. 1992. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Jakarta. Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition; Feeds and Feeding. 2nd Edition. Prentice Hall, Inc., New Jersey. Cheeke, P. R. dan N. M. Patton. 1980. Carbohydrate overlead the hindgut a probable cause of enteritis. Journal Applied Rabbit Research. 3.20-23. Diwyanto, K. 1982. Pengamatan fenotif domba priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Diwyanto, K., H. Martojo, dan Siswadi. 1984. Pengamatan ukuran permukaan tubuh domba di Kabupaten Garut serta hubungannya dengan bobot badan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hal: 143-146. Cyrilla, L. dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2003. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Jakarta. Djadjuli, M. 1982. Perbandingan nilai gizi untuk empat macam hijauan pada ternak domba. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Pajajaran, Bandung.
41
Djajanegara, A. 1992. Industrialisasi usaha ternak domba dan kambing. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. Animal Agriculture Series. 9th Edition. Interstate Publishers, Inc. Danville, Illionis. Ensminger, M. E. and Olentine, C. G. 1978. Feeds and Nutrition Complete, 1st Edition. The Ensminger Publishting Company, Denville, Illinois.. Erwidodo, H. Tarigan, T. Sudjana dan Subandrio. 1995. Peluang dan kendala pengembangan ternak domba di wilayah segitiga pertumbuhan utara. Prosiding Agribisnis. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta. Esmay, M. L., 1987. Principles of Animal Environment. Avi Publishing Company, INC, Westport, Connecticut. Goodwin, H. D. 1974. The Production and Management of Sheep. Lectures Animal Husbandry. Glouches for College of Agriculture, London. Handiwirawan, E., H. Hasinah, I-G. A. P. Mahendri, A. Priyanti dan I. Inounu. 2004. Produktivitas anak domba garut di dua agroekosistem yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Hartadi, H. S. Reksohadiprojo dan A. D. Tillman. 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Haryanto, B. 1992. Pembinaan produksi ternak domba dan kambing di Jawa Barat. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Haryanto, B. dan A. Djajanegara. 1992. Energy and Protein Requirements for Small Ruminants in The Humid Tropics. In New Technologies for Small Ruminants Production in Indonesia. P. Ludgate & S. Scholz (eds.). Winrock International Institute for Agricultural Development. Morrilton, Arkansas. Herman, R. 2003. Budidaya Ternak Ruminansia Kecil. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kadarsan, H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis Cetakan kedua. PT Gramedia, Jakarta.
42
Kammlade, W. G. 1955. Sheep Science. J. B. Lippincott Company, New York. Lebas, M. Dan J. P. Laplace. 1975. The digestive transit in the rabbit. Variation in faecal excretion according to feeding hour and feed restriction level during 5 concecutive days. Ann. Zootech. 24(4): 603-611. Ludgate. 1989. Kumpulan peragaan dalam rangka penelitian ternak dan domba di pedesaan. Balai Penelitian Ternak Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Martawidjaya, M. 1986. pengaruh musim terhadap konsumsi makanan dan pertumbuhan domba. Jurnal Ilmu dan Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 2 (4) : 19-22. Martawidjaya, M., B. Tiesnamurti, E. Handiwirawan, dan I. Inounu. 1999. Studi fisiologis domba lokal dan persilangannya dengan domba Moulton Charollais dan St. Croix pada umur muda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Mathius, I. W. 1989. Jenis dan nilai gizi hijauan makanan ternak domba dan kambing di pedesaan Jawa Barat. Balai Penelitian Ternak Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian Departemen Petanian, Bogor. Mathius, W. B., B. Haryanto dan I. W. R. Susana. 1998. Studi strategi kebutuhan energi-protein untuk domba lokal: Dua tingkat energi-protein ransum, atas jumlah foetus. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Maynard, L. A. Dan J. K. Loosli. 1956. Animal Nutrition. Fourth Edition. McGrawHill Book Company, Inc. New York. McDonald, P., R. A. Edward dan J. F. O. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4th Ed. Longman Scientific and Technical. John Willey, Sons. Inc, New York. p: 445-484. Mitra Tani Farm. 2006. Konsultasi pribadi. Mitra Tani Farm, Bogor. Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2003. Beternak Domba Prolifik. Penebar Swadaya. Jakarta. Mulyono, S. 2004. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. Munier, F. F., D. Bulo, Syafruddin dan Femmi N. F. 2003. Pertambahan bobot badan domba ekor gemuk (DEG) yang dipelihara secara semi-intensif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan
43
Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Munier, F. F., D. Bulo, Saidah, Syafruddin, R. Boy, Femmi N. F. dan S. Husain. 2004. Pertambahan bobot badan domba ekor gemuk (DEG) yang dipelihara secara intensif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Murtidjo, B. A., 1993. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta. Nafiu, L. O. 2003. Evaluasi genetik domba priangan dan persilangannya dengan St. Croix dan Moulton Charollais. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Sheep. 6th Revised Edition. National Academy Press, Washington. Obst, J. M., T. Boyes dan J. B. Moran. 1978. Nilai nutrisi rumput gajah (Pennisetum purpureum) sebagai ransum dasar untuk pertumbuhan domba di Indonesia. Prosiding Seminar Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan-Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parakkasi , A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press, Jakarta. Pond, W. G., D. C. Church, K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th edition. John Wiley and Ponds Press, New York. Purbowati, E. 2001. Balance energi dan nitrogen domba yang mendapat berbagai aras konsentrat dan pakan dasar yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Purwanto, B. P. 1999. Biometeorologi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siregar, S.B. 1984. Pengaruh ketinggian tempat terhadap konsumsi makanan dan pertumbuhan kambing dan domba lokal di daerah Yogyakarta. Jurnal Ilmu dan Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 1 (5) : 177-182. Sodiq, A. Dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba. Agromedia pustaka, Jakarta. Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan B. Soemantri. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Subandriyo dan A. Djadjanegara. 1996. Potensi produktivitas domba di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat
44
Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
Penelitian
dan
Sugeng, B. 1991. Beternak Domba. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Suharya, E dan R. Setiadi. 1992. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Sukmawan, W. 1992. Prospek pengembangan pemasaran hewan qurban dan aqiqah sebagai pasar domestik yang potensial (sebuah pemikiran tinjauan sosial ekonomi). Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Sumoprastowo, R. M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wol. Bharata, Jakarta. Syafwan, Gushairiyanto dan Depsion. 2000. Karakteristik kualitatif dan kuantitatif ternak domba di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. Vol. III No. 3, edisi Agustus. Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, Jambi. Tangendjaja, B., E. Wina dan I. G. M. Budiarsana. 1994. Ransum penggemukan domba dengan bahan lokal. Prosiding Seminar Nasional Sains dan teknologi Peternakan. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Bogor. Tillman, A.D., H. Hari, R. Soedomo, P. I. Soeharto dan L. Soekanto. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Fakultas Peternakan, UGM, Yogyakarta. Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. 2003. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. CD-ROM. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba Di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Yamin, M. 2001. Budidaya penggemukan ternak domba. Makalah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor Williamson, G. dan W. J. A. Payne.1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta.
45
Lampiran 1. Rataan Konsumsi Pakan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
Rataan (***)
Rataan (****)
RG
6,86
10,74
11,18
10,2
-
-
-
-
-
-
-
-
38,98
-
-
38,98
1,39
K
3,5
3,5
3,5
3,5
-
-
-
-
-
-
-
-
14
-
-
14
0,5
RG
7,13
11,95
13,44
12,71
11,50
6,88
10,75
10,88
-
-
-
-
45,23
40,02
-
85,25
1,52
K
3,47
3,47
3,47
3,47
3,47
4,34
4,59
4,54
-
-
-
-
13,88
16,94
-
30,82
0,55
RG
6,07
9,13
10,58
8,64
9,06
585
6,69
8,15
7,69
7,52
7,71
784
34,42
29,75
30,76
94,931
1,13
K 3,49 3,5 3,49 3,49 3,49 4,22 Keterangan: P : Perlakuan P1 : Lama Penggemukan 1 bulan P2 : Lama Penggemukan 2 bulan P3 : Lama Penggemukan 3 bulan RG : Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) K : Konsentrat * : kg/ekor/minggu ** : kg/ekor/bulan *** : kg/ekor/i bulan; i= 1, 2, 3 **** : kg/ekor/hari
4,57
4,4
4,9
4,85
4,82
4,9
13,97
16,68
19,47
50,12
0,59
P
Pakan
P1
P2
P3
47
Rataan minggu ke- (*)
Rataan bulan ke- (**)
Lampiran 2. Rataan Konsumsi Bahan Kering (BK) P
Peubah
P1
P2
P3
2
3
4
5
K
2,9876
2,9876
2,9876
2,9876
-
-
RG
1,17992
1,847968
1,92296
1,7544
-
Total
4,16752
4,835568
4,91056
4,742
K
2,961992
2,961992
2,961992
RG
1,22636
2,0554
Total
4,188352
K
Rataan 8
9
10
11
12
(**)
(***)
-
-
-
-
-
-
11,9504
0,4270
-
-
-
-
-
-
-
6,705
0,239
-
-
-
-
-
-
-
-
18,65565
0,6663
2,961992
2,961992
3,704624
3,918024
3,875344
-
-
-
-
26,30795
0,4698
2,31168
2,18612
1,978344
1,18336
1,849688
1,872048
-
-
-
-
14,663
0,262
5,017392
5,273672
5,148112
4,940336
4,887984
5,767712
5,747392
-
-
-
-
40,97095
0,7316
2,979064
2,9876
2,979064
2,979064
2,979064
3,598778
3,900952
3,75584
4,18264
4,13996
4,114352
4,18264
42,77902
0,5090
RG
1,04404
1,57036
1,81976
1,48608
1,55832
1,0062
1,149992
1,402316
1,323368
1,293784
1,32612
1,347792
16,32813
0,194
Total
4,023104
4,55796
4,798824
4,465144
4,537384
4,604978
5,050944
5,158156
5,506008
5,433744
5,440472
5,530432
59,10715
0,7036
Keterangan: P : Perlakuan P1 : Lama Penggemukan 1 bulan P2 : Lama Penggemukan 2 bulan P3 : Lama Penggemukan 3 bulan RG : Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) K : Konsentrat * : kg/ekor/minggu ** : kg/ekor/ i bulan; i= 1, 2, 3 *** : kg/ekor/hari
48
Rataan/minggu (*) 6 7
1
Lampiran 3. Rataan Konsumsi Protein Kasar (PK) P
Peubah
P1
P2
P3
2
3
4
5
K
0,4935
0,4935
0,4935
0,4935
-
-
RG
0,196882
0,308353
0,320866
0,29274
-
Total
0,690382
0,801853
0,814366
0,78624
K
0,48927
0,48927
0,48927
RG
0,204631
0,342965
Total
0,693901
K
Rataan 8
9
10
11
12
(**)
(***)
-
-
-
-
-
-
1,974
0,0710
-
-
-
-
-
-
-
1,118841
0,0398
-
-
-
-
-
-
-
-
3,092841
0,110
0,48927
0,48927
0,61194
0,64719
0,64014
-
-
-
-
4,34562
0,0774
0,385728
0,364777
0,330107
0,197456
0,30864
0,312371
-
-
-
-
2,446675
0,0436
0,832235
0,874998
0,854047
0,819377
0,809396
0,95583
0,952511
-
-
-
-
6,792295
0,121
0,49209
0,49209
0,49209
0,49209
0,49209
0,594456
0,64437
0,6204
0,6909
0,68385
0,67962
0,6909
7,064946
0,0838
RG
0,174209
0,262031
0,303646
0,247968
0,260022
0,167895
0,191888
0,233991
0,220818
0,215881
0,221277
0,224893
2,72452
0,0322
Total
0,666299
0,755531
0,795736
0,740058
0,752112
0,762351
0,836258
0,854391
0,911718
0,899731
0,900897
0,915793
9,789466
0,116
Keterangan: P : Perlakuan P1 : Lama Penggemukan 1 bulan P2 : Lama Penggemukan 2 bulan P3 : Lama Penggemukan 3 bulan RG : Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) K : Konsentrat * : kg/ekor/minggu ** : kg/ekor/ i bulan; i= 1, 2, 3 *** : kg/ekor/hari
49
Rataan/minggu (*) 6 7
1
Lampiran 4. Rataan Konsumsi Serat Kasar (SK) P
Peubah
P1
P2
P3
2
3
4
5
K
2.9505
2.9505
2.9505
2.9505
-
-
RG
2.7645
4.3298
4.5055
4.1106
-
Total
5.7150
7.2803
7.4560
7.0611
K
2.9252
2.9252
2.9252
RG
2.8733
4.8158
Total
5.7986
K
Rataan 8
9
10
11
12
(**)
(***)
-
-
-
-
-
-
3.9276
0.131
-
-
-
-
-
-
-
2.9505
0.09
-
-
-
-
-
-
-
-
6.8781
0.23
2.9252
2.9252
3.6586
3.8693
3.8272
-
-
-
-
8.5889
0.14
5.4163
5.1221
4.6353
2.7726
4.3338
4.3338
-
-
-
-
6.4953
0.11
7.7410
8.3415
8.0473
7.5605
6.4312
8.2032
8.2134
-
-
-
-
15.084
0.25
2.9420
2.9505
2.9420
2.9420
2.9420
3.5540
3.8525
3.7092
4.1307
4.0885
4.0632
4.1307
9.5642
0.11
RG
2.4462
3.6793
4.2637
3.4819
3.6511
2.3575
2.6944
3.2856
3.1006
3.0313
3.1071
3.1579
10.561
0.12
Total
5.3882
6.6298
7.2058
6.4239
6.5932
5.9116
6.5469
6.9948
7.2313
7.1199
7.1703
7.2886
20.126
0.22
Keterangan: P : Perlakuan P1 : Lama Penggemukan 1 bulan P2 : Lama Penggemukan 2 bulan P3 : Lama Penggemukan 3 bulan RG : Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) K : Konsentrat * : kg/ekor/minggu ** : kg/ekor/ i bulan; i= 1, 2, 3 *** : kg/ekor/hari
50
Rataan/minggu (*) 6 7
1
Lampiran 5. Rataan Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) P
Peubah
P1
P2
P3
2
3
4
5
K
1,644674
1,644674
1,644674
1,644674
-
-
RG
0,701934
1,099356
1,143969
1,043693
-
Total
2,346608
2,74403
2,788642
2,788642
K
1,630577
1,630577
1,630577
RG
0,729562
1,222757
Total
2,360138
K
Rataan 8
9
10
11
12
(**)
(***)
-
-
-
-
-
-
6,578695
0,2350
-
-
-
-
-
-
-
3,988952
0,1422
-
-
-
-
-
-
-
-
10,66792
0,377
1,630577
1,385892
1,724801
1,814314
1,790819
-
-
-
-
13,23813
0,2586
1,375218
1,300523
1,176917
0,703981
1,100379
1,113681
-
-
-
-
8,723019
0,1556
2,853334
3,005796
2,9311
2,807494
2,743376
3,257252
3,247058
-
-
-
-
23,20555
0,414
1,639975
1,639975
1,639975
1,639975
1,639975
1,981127
2,147474
2,06759
2,302543
2,279048
2,264951
2,302543
23,54515
0,2802
RG
0,621099
0,934207
1,082575
0,884069
0,927045
0,598588
0,68413
0,834238
0,787272
0,769672
0,788909
0,801801
9,713606
0,1156
Total
2,261074
2,57888
2,72255
2,524044
2,56702
2,579716
2,831604
2,901828
3,089814
3,04872
3,05386
3,104344
33,26345
0,396
Keterangan: P : Perlakuan P1 : Lama Penggemukan 1 bulan P2 : Lama Penggemukan 2 bulan P3 : Lama Penggemukan 3 bulan RG : Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) K : Konsentrat * : kg/ekor/minggu ** : kg/ekor/ i bulan; i= 1, 2, 3 *** : kg/ekor/hari
51
Rataan/minggu (*) 6 7
1
Lampiran 6. Bobot Tubuh (BT), Panjang Badan PB) dan Lingkar Dada (LD) Domba 0 19 Juli
1 26 Juli
2 02 Agust
3 09 Agust
4 16 Agust
Minggu ke- (*) 5 6 7 23 30 06 Agust Agust Sept
8 13 Sept
9 20 Sept
10 27 Sept
11 04 Okt
12 11 Okt
-
-
-
-
-
18,8 50,64 59,94
18,9 51,34 60,84
19,45 52,04 61,78
-
-
17,5 47,92 58,64
17,3 48,52 59,58
18,15 49,1 60,6
18,3 49,68 61,5
18,35 50,18 62,48
P
Peubah
P1
BT (kg) PB (cm) LD (cm)
14 43,9 53,6
14,9 44,32 54,5
15,5 44,84 55,2
16,6 45,42 56,02
16,5 46,1 57,1
-
-
P2
BT (kg) PB (cm) LD (cm)
13,7 46,84 54,2
15,1 47,34 55,24
15,9 48,1 56,1
16,9 48,74 57,04
17 49,38 57,98
18,25 50,04 58,98
P3
BT (kg) PB (cm) LD (cm)
13,6 44,4 53
14,6 44,94 53,9
15,2 45,54 54,78
16,1 46,16 55,8
15,7 46,84 56,74
16,78 47,38 57,72
Keterangan: P P1 P2 P3 *
52
: Perlakuan : Lama Penggemukan 1 bulan : Lama Penggemukan 2 bulan : Lama Penggemukan 3 bulan : ekor/minggu
Total
Rataan (*)
-
77,5 224,58 276,32
15,5 44,9 55,3
-
-
154 444,46 522,1
17,1 49,4 58,0
19,8 50,78 63,4
20,6 51,34 64,3
221,98 622,78 762.44
17,08 47,91 58,65
Lampiran 7. Pertambahan Bobot Tubuh (PBT), Pertambahan Lingkar Dada (PLD) dan Pertambahan Panjang Badan (PPB) Domba 1 P
Peubah
26 Juli
2 02 Agus t
Minggu ke- (*) 6 7
3
4
5
09 Agust
16 Agust
23 Agust
30 Agust
8
9
10
11
12
06 Sept
13 Sept
20 Sept
27 Sept
04 Okt
11 Okt
Rataan Total
Minggu (*)
Hari (**)
0,9
0,6
1,1
-0,1
-
-
-
-
-
-
-
-
2,5
0,625
89,2858#
PLD (cm)
0,8
0,72
2,98
0,2
-
-
-
-
-
-
-
-
4,7
1,175
0,125
PPB (cm)
0
0
0,4
0,5
-
-
-
-
-
-
-
-
0,9
0,18
0,078571
1,4
0,8
1
0,1
1,25
0,55
0,1
0,55
-
-
-
-
5,75
0,719
102,6786#
PLD (cm)
0,2
1
2,9
0,1
0,22
1,84
0,24
0,5
-
-
-
-
7
0,875
0,135357
PPB (cm)
0
0
0,3
0,6
1,35
1,69
0,36
0,5
-
-
-
-
4,8
0,53
0,092857
P3 PBT (kg)
1
0,6
0,9
-0,4
1,08
0,75
0
0,85
0,35
0,1
1,45
0,8
7
0,583
83,3334#
0,6
1,02
0,06
0,5
0,9
0,98
0,22
0,5
0,98
0,5
0,1
0,7
7,06
1,01
0,133571
0
0
0,4
0,7
2,2
2,1
1
0,5
0,3
0,3
0,1
0,4
8
0,62
0,082619
P1 PBT (kg)
P2 PBT (kg)
PLD (cm) PPB (cm) Keterangan: P P1 P2 P3 * ** #
53
: Perlakuan : Lama Penggemukan 1 bulan : Lama Penggemukan 2 bulan : Lama Penggemukan 3 bulan : /ekor/minggu : /ekor/hari : g/ekor/hari
Lampiran 8. Analisis Ragam Konsumsi Rumput Gajah SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,39521333
0,19760667
2,87
0,1152
Kelompok
4
0,46804000
0,11701000
1,7
0,2430
Error
8
0,55172000
0,06896500
Total
14
1,41497333
Lampiran 9. Analisis Ragam Konsumsi Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,02121333
0,01060667
22,41**
0,0005
Kelompok
4
0,00149333
0,00037333
0,79tn
0,5638
Error
8
0,00378667
0,00047333
Total
14
0,02649333
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 10. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,02121333
0,01060667
22,41**
0,0005
Linier
1
0,02116000
0,02116000
44,70**
0,0002
Kuadratik
1
0,00005333
0,00005333
0,11 tn
0,7458
Error
12
0,00378667
0,00047333
Total
14
0,02649333
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 11. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Pakan SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,01075071
0,00537535
2,44
0,1485
Kelompok
4
0,02134541
0,00533635
2,43
0,1331
Error
8
0,01759632
0,00219954
Total
14
0,04969244
54
Lampiran 12. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Rumput Gajah SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,01191773
0,00595887
2,93
0,1111
Kelompok
4
0,01399507
0,00349877
1,73
0,2383
Error
8
0,01628293
0,00203537
Total
14
0,04219573
Lampiran 13. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,01682080
0,00841040
21,70 **
0,0006
Kelompok
4
0,00124627
0,00031157
0,80
0,5557
Error
8
0,00310053
0,00038757
Total
14
0,02116760
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 14. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Bahan Kering Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,01682080
0,00841040
21,70 **
0,0006
Linier
1
0,01681000
0,01681000
43,37**
0,0002
Kuadratik
1
0,00001080
0,00001080
0,03
0,8716
Error
12
0,00378667
0,00047333
Total
14
0,02649333
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 15. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar Pakan SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,00029482
0,00014741
2,41
0,1515
Kelompok
4
0,00059064
0,00014766
2,42
0,1342
Error
8
0,00048895
0,0006112
Total
14
0,00137441
55
Lampiran 16. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar Rumput Gajah SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,00033693
0,00016847
3,14
0,0984
Kelompok
4
0,00037373
0,00009343
1,74
0,2335
Error
8
0,00042907
0,00005363
Total
14
0,00113973
Lampiran 17. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,00040960
0,00020480
18,67**
0,0010
Kelompok
4
0,00003627
0,00000907
0,83
0,5438
Error
8
0,00008773
0,00001097
Total
14
0,00053360
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 18. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Protein Kasar Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,00040960
0,00020480
18,67**
0,0010
Linier
1
0,00040960
0,00040960
37,35**
0,0003
Kuadratik
1
0,00000000
0,00000000
0,00
1,0000
Error
12
0,00008773
0,00001097
Total
14
0,00053360
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 19. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar Pakan SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0.00158378
0.00079189
1.79
0.2274
Kelompok
4
0.00368209
0.00092052
2.08
0.1750
Error
8
0.00353446
0.00044181
Total
14
0.00880033
56
Lampiran 20. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar Rumput Gajah SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0.00259257
0.00129628
2.90
0.1130
Kelompok
4
0.00306531
0.00076633
1.71
0.2393
Error
8
0.00357687
0.00044711
Total
14
0.00923475
Lampiran 21. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0.00066381
0.00033190
22.29**
0.0005
Kelompok
4
0.00004871
0.00001218
0.82
0.5484
Error
8
0.00011911
0.00001489
Total
14
0.00083162
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 22. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Serat Kasar Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0.00066381
0.00033190
22.29**
0.0005
Linier
1
0.00066341
0.00066341
44.56**
0.0002
Kuadratik
1
0.00000040
0.00000040
0.03
0.8742
Error
12
0.00011911
0.00001489
Total
14
0.00083162
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 23. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Pakan SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,00341674
0,00170837
2,23
0,1696
Kelompok
4
0,00731362
0,00182840
2,39
0,1369
Error
8
0,00612070
0,00076509
Total
14
0,01685105
57
Lampiran 24. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Rumput Gajah SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,00414520
0,00207260
2,89
0,1138
Kelompok
4
0,00503240
0,00125810
1,75
0,2315
Error
8
0,00574480
0,00071810
Total
14
0,01492240
Lampiran 25. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,00511093
0,00255547
21,27**
0,0006
Kelompok
4
0,00038893
0,00009723
0,81
0,5528
Error
8
0,00096107
0,00012013
Total
14
0,00646093
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05
Lampiran 26. Uji Orthogonal Polinomial Konsumsi Total Digestible Nutrients (TDN) Konsentrat SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0,00511093
0,00255547
21,27 **
0,0006
Linier
1
0,00510760
0,00510760
42,52 **
0,0002
Kuadratik
1
0,00000333
0,00000333
0,03
0,8718
Error
12
0,00096107
0,00012013
Total
14
0,00646093
Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0,01) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
58
Lampiran 27. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Tubuh Harian SK
DB
JK
Perlakuan
2
981,72486773
Kelompok
4
Error Total
KT
F-hitung
P
490,86243387
0,55
0,5968
5702,96735693
1425,74183923
1,60
0,2645
8
7127,51209427
890,93901178
14
13812,20431893
Lampiran 28. Analisis Ragam Pertambahan Panjang Badan Harian SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0.00054215
0.00027108
4.78*
0.0430
Kelompok
4
0.00019261
0.00004815
0.85tn
0.5319
Error
8
0.00045322
0.00005665
Total
14
0.00118798
Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 29. Uji Orthogonal Polinomial Pertambahan Panjang Badan Harian SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0.00054215
0.00027108
4.78 *
0.0430
Linier
1
0.00004095
0.00004095
0.72 tn
0.4199
Kuadratik
1
0.00050120
0.00050120
8.85 *
0.0178
Error
12
0.00045322
0.00005665
Total
14
0.00118798
Keterangan: * = berbeda nyata (P<0,05) tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Lampiran 30. Analisis Ragam Pertambahan Lingkar Dada Harian SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
0.00030655
0.00015327
0.64
0.5544
Kelompok
4
0.00059087
0.00014772
0.61
0.6655
Error
8
0.00192909
0.00024114
Total
14
0.00282651
59
Lampiran 31. Analisis Ragam Konversi Pakan SK
DB
JK
KT
F-hitung
P
Perlakuan
2
4,06215024
2,03107512
0,27
0,7681
Kelompok
4
71,46094325
17,865232581
2,40
0,1359
Error
8
59,57852338
7,44731542
Total
14
135,10161687
60
Lampiran 32. Biaya Produksi Domba Ekor Tipis Jantan Periode 1 Bulan Jenis Biaya (Rp/ekor)
Kapasitas (ekor) 400 300
740
600
500
200
100
Pakan
15.798
15798
15.798
15.798
15.798
15.798
15.798
Obat-obatan
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
Tenaga Kerja
7.170
8.820
10.590
13.260
17.670
26.490
53.010
Listrik
270
330
390
510
660
990
2.010
Telepon
690
840
990
1.260
1.680
2.490
5.010
Kandang
2.220
2.730
3.300
4.110
5.490
8.220
16.440
Total
29.353
31.723
34.273
38.143
44.503
57.193
95.473
Sumber: Mitra Tani Farm (2006)
Lampiran 33. Jumlah Ternak Optimum pada Titik Impas (Break Event Point) Periode 1 Bulan Peubah
4
Pertambahan Bobot Tubuh (kg) 3 2.5 2 1
0,5
Harga Beli (Rp)
202.500
202.500
189.000
202.500
202.500
202.500
Harga Jual (Rp)
275.500
261.000
239.250
246.500
232.000
224.750
Selisih (Rp)
73.000
58.500
50.250
44.000
29.500
22.250
131
196
228
304
737
Rugi
Jumlah Ternak (ekor) Keterangan: Harga Beli Harga Jual Bobot Awal Angka Kematian
: : : :
Rp. 13.500,-/kg Bobot Hidup Rp. 14.500,-/kg Bobot Hidup 15 kg 0% Jika angka kematian >0% maka PBT harus lebih besar agar menutupi kerugian akibat kematian domba
Sumber: Mitra Tani Farm (2006)
Lampiran 34. Perhitungan Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi Periode 1 Bulan Total Biaya Produksi selama Penggemukan BEP =
x Kapasitas Domba Selisih Harga Jual-Harga Beli Domba Rp. 57.193,=
x 200 ekor Rp. 50.250,-
=
228 ekor
61
Lampiran 35. Biaya Produksi Domba Ekor Tipis Jantan Periode 2 Bulan Jenis Biaya (Rp/ekor)
Kapasitas (ekor) 500 400 300
740
600
200
100
Pakan
34.722
34.722
34.722
34.722
34.722
34.722
34.722
Obat-obatan
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
Tenaga Kerja
14.340
17.640
21.180
26.520
35.340
52.980
106.020
540
660
780
1.020
1.320
1.980
4.020
Telepon
1.380
1.680
1.980
2.520
3.360
4.980
10.020
Kandang
4.440
5.460
6.600
8.220
10.980
16.440
32.880
Total
58.627
63.367
68.467
76.207
88.927
114.307
190.867
Listrik
Sumber: Mitra Tani Farm (2006)
Lampiran 36. Jumlah Ternak Optimum pada Titik Impas (Break Event Point) Periode 2 Bulan Peubah
7
Pertambahan Bobot Tubuh (kg) 6 5,75 5 4
3
Harga Beli (Rp)
202.500
202.500
184.950
202.500
202.500
202.500
Harga Jual (Rp)
319.000
304.500
282.025
290.000
275.500
261.000
Selisih (Rp)
116.500
102.000
97.075
87.500
73.000
58.500
197
225
236
305
418
Rugi
Jumlah Ternak (ekor) Keterangan: Harga Beli Harga Jual Bobot Awal Angka Kematian
: : : :
Rp. 13.500,-/kg Bobot Hidup Rp. 14.500,-/kg Bobot Hidup 15 kg 0% Jika angka kematian >0% maka PBT harus lebih besar agar menutupi kerugian akibat kematian domba
Sumber: Mitra Tani Farm (2006)
Lampiran 37. Perhitungan Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi Periode 2 Bulan Total Biaya Produksi selama Penggemukan BEP =
x Kapasitas Domba Selisih Harga Jual-Harga Beli Domba Rp. 114.307,=
x 200 ekor Rp. 97.075,-
=
236 ekor
62
Lampiran 38. Biaya Produksi Domba Ekor Tipis Jantan Periode 3 Bulan Jenis Biaya (Rp/ekor)
740
600
Kapasitas (ekor) 400 300
500
200
100
Pakan
52.092 52.092
52.092
52.092
52.092
52.092
52.092
Obat-obatan
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
3.205
Tenaga Kerja 21.510 26.460
31.770
39.780
53.010
79.470
159.030
Listrik
810
990
1.170
1.530
1.980
2.970
6.030
Telepon
2.070
2.520
2.970
3.780
5.040
7.470
15.030
Kandang
6.660
8.190
9.900
12.330
16.470
24.660
49.320
Total
8.6347 93.457
101.107
112.717
131.797
169.867
284.707
Sumber: Mitra Tani Farm (2006)
Lampiran 39. Jumlah Ternak Optimum pada Titik Impas (Break Event Point) Periode 3 Bulan Peubah
9
Pertambahan Bobot Tubuh (kg) 8 7 6 5
4
Harga Beli (Rp)
202.500
202.500
202.500
202.500
202.500
202.500
Harga Jual (Rp)
348.000
333.500
319.000
304.500
290.000
275.500
Selisih (Rp)
145.500
131.000
116.500
102.000
87.500
73.000
273
302
388
496
731
Rugi
Jumlah Ternak (ekor) Keterangan: Harga Beli Harga Jual Bobot Awal Angka Kematian
: : : :
Rp. 13.500,-/kg Bobot Hidup Rp. 14.500,-/kg Bobot Hidup 15 kg 0% Jika angka kematian >0% maka PBT harus lebih besar agar menutupi kerugian akibat kematian domba
Sumber: Mitra Tani Farm (2006)
Lampiran 40. Perhitungan Titik Impas (Break Event Point) Volume Produksi Periode 3 Bulan Total Biaya Produksi selama Penggemukan BEP
=
x Kapasitas Domba Selisih Harga Jual-Harga Beli Domba Rp. 112.717,-
=
x 400 ekor Rp. 115.100,-
=
392 ekor
63
Lampiran 41. Data Curah Hujan Bulan Juli-Oktober 2005 Daerah Cibanteng dan sekitarnya (mm/m2) Minggu ke-1 Tanggal CH 20 Juli 21 4 22 7 23 24 5 25 26 Jumlah 16 Rataan 2,286
Data Curah hujan (CH) Minggu ke-2 Minggu ke-3 Tanggal CH Tanggal CH 27 3 33 28 4 29 5 30 6 31 7 1 Agust 8 2 9 33 4,714
Minggu ke-4 Tanggal CH 10 11 12 13 16 14 23 15 16 39 5,571
Minggu ke-5 Tanggal CH 17 18 18 19 3 20 2 21 6 22 54 23 16 Jumlah 99 Rataan 14,143
Data Curah hujan (CH) Minggu ke-6 Minggu ke-7 Tanggal CH Tanggal CH 24 31 10 25 1 1 Sept 26 3 2 27 56 3 28 4 29 5 30 1 6 61 10 8,714 1,428
Minggu ke-8 Tanggal CH 7 8 6 9 12 10 4 11 7 12 13 29 4,143
Minggu ke-9 Tanggal CH 14 19 15 21 16 49 17 57 18 3 19 31 20 2 Jumlah 179 Rataan 25,57
Data Curah hujan (CH) Minggu ke-10 Minggu ke-11 Tanggal CH Tanggal CH 21 63 28 22 29 23 7 30 2 24 1 Okt 21 25 4 2 10 26 6 3 6 27 4 80 39 11,428 5,571
Minggu ke-12 Tanggal CH 5 15 6 30 7 8 8 6 9 10 11 10 69 9,857
Keterangan: Elevasi: 200-225 m dpl Total Curah Hujan: Bulan Juli 2005 = 114 mm/m2 Bulan Agustus 2005 = 242 mm/m2 Bulan September 2005 = 293 mm/m2 Bulan Oktober 2005 = 231 mm/m2 Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga-Bogor (2005)
64
Lampiran 42. Perhitungan Total Digestible Nutrients (TDN) Pakan
Kelas Bahan
Konsentrat
Persamaan dan Hasil %TDN = 22,822 - 1,440 (SK) - 2,875 (LK) + 0,655 (BETN) + 0,863 (PK) + 0,020 (SK)2 – 0,078 (LK)2 + 0,018 (SK) (BETN) + 0,045 (LK) (BETN) – 0,085 (LK) (PK) + 0,020 (LK)2 (PK)
4
%TDN = 22,822 – 1,440 (19,75) – 2,875 (5,99) + 0,655 (43,11) + 0,863 (16,52) + 0,020 (19,75)2 – 0,078 (5,99)2 + 0,018 (19,75) (43,11) + 0,045 (5,99) (43,11) – 0,085 (5,99) (16,52) + 0,020 (5,99)2 (16,52) = 55,05%
Rumput Gajah
%TDN = -26,685 + 1,334 (SK) + 6,598 (LK) + 1,423 (BETN) + 0,967 (PK) – 0,002 (SK)2 - 0,0670 (LK)2 – 0,024 (SK) (BETN) – 0,055 (LK) (BETN) – 0,146 (LK) (PK) + 0,039 (LK)2 (PK) 2
%TDN = -26,685 + 1,334 (46,86) + 6,598 (1,63) + 1,423 (24,82) + 0,967 (16,69) – 0,002 (46,86)2 - 0,0670 (1,63)2 – 0,024 (46,86) (24,82) – 0,055 (1,63) (24,82) – 0,146 (1,63) (16,69) + 0,039 (1,63)2 (16,69) = 59,49%
Sumber: Hartadi et al. (1990) Keterangan: Kelas Bahan 2 = Pasture, tanaman padangan, hijauan yang diberikan segar Kelas Bahan 4 = sumber energi, bahan-bahan dengan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding sel kurang dari 35% SK : Serat Kasar LK : Lemak Kasar PK : Protein Kasar BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen TDN : Total Digetible Nutrients (TDN)
65
Lampiran 43. Perhitungan Pakan yang Diberikan pada Lama Penggemukan 1 Bulan menurut Parakkasi (1999) Bobot Tubuh (BT) Awal Target Pertambahan Bobot Tubuh selama 1 bulan Maka nilai tengah untuk Bobot Tubuh Kebutuhan domba (NRC, 1985)
=
= 14 kg = 4 kg = (14+18) : 2 = 16 kg
Kebutuhan TDN BT 16 kg x 100% Kebutuhan BK BT 16 kg
= TDN RG = 59,49%
0,64 x 100% = 80% 0,8 24,95
24,95 x 100% = 55% 45,46
20,51 + 45,46
20,51 x 100% = 45% 45,46
80% TDN K
= 55,05%
Pemberian dalam Bahan Kering RG = 55 x 0,8 kg = 0,44 kg 100 0,8 kg K = 45 x 0,8 kg = 0,36 kg 100 Pemberian dalam bentuk segar RG
= 100 x 0,44 kg = 2,56 kg 17,2
K
= 100 x 0,36 kg = 0,42 kg 85,36
Protein Kasar yang terpenuhi jika pemberian berdasarkan TDN RG
= 16,69 x 0,44 kg = 0,07 kg 100
70 gram
K
= 16,52 x 0,36 kg = 0,06 kg 100
60 gram + 130 gram
Kebutuhan protein domba Bobot Tubuh 16 kg = 151 gram
66
Lampiran 44. Perhitungan Pakan yang Diberikan pada Lama Penggemukan 2 Bulan menurut Parakkasi (1999) Bobot Tubuh (BT) Awal = 16,4 kg Target Pertambahan Bobot Tubuh selama 2 bulan = 4 kg Maka nilai tengah untuk Bobot Tubuh = (16,4+20,4) : 2 = 18,4 kg Kebutuhan domba (NRC, 1985) =
18,5 kg
Kebutuhan TDN BT 18,5 kg x 100% Kebutuhan BK BT 18,5 kg
=
0,74 x 100% 0,925
TDN RG = 59,49%
= 80%
24,95
24,95 x 100% = 55% 45,46
20,51 + 45,46
20,51 x 100% = 45% 45,46
80% TDN K
= 55,05%
Pemberian dalam Bahan Kering RG = 55 x 0,925 kg = 0,51 kg 100 0,8 kg K = 45 x 0,925 kg = 0,42 kg 100 Pemberian dalam bentuk segar RG
= 100 x 0,51 kg = 2,96 kg 17,2
K
= 100 x 0,42kg = 0,49 kg 85,36
Protein Kasar yang terpenuhi jika pemberian berdasarkan TDN RG
= 16,69 x 0,51 kg = 0,085 kg 100
85 gram
K
= 16,52 x 0,42 kg = 0,069 kg 100
69 gram + 154 gram
Kebutuhan protein domba Bobot Tubuh 16 kg = 161 gram
67
Lampiran 45. Perhitungan Pakan yang Diberikan pada Lama Penggemukan 3 Bulan menurut Parakkasi (1999) Bobot Tubuh (BT) Awal = 19,45 kg Target Pertambahan Bobot Tubuh selama 3 bulan = 4 kg Maka nilai tengah untuk Bobot Tubuh = (19,45+23,45) : 2 = 21,45 kg Kebutuhan domba (NRC, 1985) =
21,5 kg
Kebutuhan TDN BT 21,5 kg x 100% Kebutuhan BK BT 21,5 kg
=
0,83 x 100% = 79,4% 1,045
TDN RG = 59,49%
24,35
24,35 x 100% = 55% 44,26
19,91 + 44,26
19,91 x 100% = 45% 44,26
79,4% TDN K
= 55,05%
Pemberian dalam Bahan Kering RG = 55 x 1,045 kg = 0,57 kg 100 1,045 kg K = 45 x 1,045 kg = 0,47 kg 100 Pemberian dalam bentuk segar RG
= 100 x 0,57 kg = 3,3 kg 17,2
K
= 100 x 0,47 kg = 0,55 kg 85.36
Protein Kasar yang terpenuhi jika pemberian pakan berdasarkan TDN RG
= 16.69 x 0,57 kg = 0.095 kg 100
95 gram
K
= 16.52 x 0,47 kg = 0.078 kg 100
78 gram + 173 gram
Kebutuhan protein domba Bobot Tubuh 16 kg = 170,6 gram
68